Proposal Zaini

10
 A. Judul PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI KELAS X SMA NEGERI 11 BANJARMASIN SEBAGAI UP A Y A PENINGKATAN KUALITAS SISWA B. Pen da hu lu an 1. Latar Belakang Masalah Pend idi kan kar akt er di sek!a " #er $%a kan $%a& a &an' di! ak$k an $nt$k #enin'katkan k$a!itas sis(a) Kndisi ini di!atar*e!akan'i !e" *er*a'ai  %er#asa!a"an &an' ter+adi di #as&arakat, &an' se*a'ian %e!ak$n&a ada!a"  %ara sis(a) Bi! a di- er#ati , %er is ti(a ta($ran antar sis (a, %er ke! a"ia n,  %en-$rian, %e!e-e"an seks$a!, k$ran'n&a tan''$n' +a(a* sis(a ter"ada% t$' as. t$'as di sek!a ", dan *er *a'a i %eri !ak$ #en& i#%an' !ai nn&a &an' di!ak$kan sis(a san'at #en'"a(atirkan *a'i d$nia %endidikan)  Pendidikan karakter da!a# %e#*e!a+aran se+ara" da%at #en+adi s!$si  *a'i %en'e#*an'an %tensi sis(a, se"in''a sis(a tidak "an&a #en+adi  %enden'ar dan tidak ter'ant$n' den'an in/r#asi %e!a+aran dari '$r$ sa+a)  Na#$n ken&ataan &an' ter+adi ada!a" %endidikan karakter *e!$# *er%en'ar$" se- ara #aks i#a ! ter "ada % sika% sis(a) Ha! ini da%a t di! i"at dari #as i"  *an&akn&a %eri!ak$ #en&i#%an' &an' di!ak$kan sis(a &an' tidak ses$ai den'an %erat$ran ata$ ni!ai.ni!ai karakter &an' dike#*an'kan)) Pendidikan karakter tidak "an&a #en+adi tan''$n' +a(a* %endidik di sek!a" ata$ ran' t$a di r$#a", na#$n san'at di%en' ar$"i !e" !in'k$n'an sis(a *er'a$!) 1 1

description

Seminar

Transcript of Proposal Zaini

Rancangan Penelitian Tindakan Kelas

10

A. Judul PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI KELAS X SMA NEGERI 11 BANJARMASIN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS SISWA

B. Pendahuluan1. Latar Belakang Masalah

1Pendidikan karakter di sekolah merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas siswa. Kondisi ini dilatarbelakangi oleh berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat, yang sebagian pelakunya adalah para siswa. Bila dicermati, peristiwa tawuran antar siswa, perkelahian, pencurian, pelecehan seksual, kurangnya tanggung jawab siswa terhadap tugas-tugas di sekolah, dan berbagai perilaku menyimpang lainnya yang dilakukan siswa sangat menghawatirkan bagi dunia pendidikan. Pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah dapat menjadi solusi bagi pengembangan potensi siswa, sehingga siswa tidak hanya menjadi pendengar dan tidak tergantung dengan informasi pelajaran dari guru saja. Namun kenyataan yang terjadi adalah pendidikan karakter belum berpengaruh secara maksimal terhadap sikap siswa. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya perilaku menyimpang yang dilakukan siswa yang tidak sesuai dengan peraturan atau nilai-nilai karakter yang dikembangkan.. Pendidikan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab pendidik di sekolah atau orang tua di rumah, namun sangat dipengaruhi oleh lingkungan siswa bergaul. Pendidikan karaker tidak diajarkan di sekolah atau tidak diajarkan oleh guru melalui mata pelajaran sejarah. Pendidikan karakter merupakan proses keteladanan yang dilihat dan ditiru oleh siswa melalui berbagai kegiatan, antara lain diimplementasikan melalui kegiatan pembelajaran. Pendidikan karakter diharapkan dapat mengembangkan kreativitas siswa agar terbentuk manusia yang cerdas dan berkualitas sesuai dengan yang termuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB III pasal (4) ayat (4) yang menyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, mengembangkan kemauan dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran. Mata pelajaran Sejarah diharapkan dapat menjadi sarana dalam pendidikan karakter agar guru dapat merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran sejarah yang bermakna bagi siswa. Guru selalu berusaha meningkatkan kualitas siswa melalui pendidikan karakter, sehingga pelajaran Sejarah tidak sekedar menghapal konsep-konsep yang sudah ditentukan dalam kurikulum, melainkan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Dengan demikian pelajaran Sejarah menjadi pelajaran yang dapat membentuk pribadi siswa yang berkualitas, baik segi ilmu pengetahuan, karakter, maupun kemampuannya. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Yahya Khan (2010: 23) tentang pendidikan seperti berikut ini.Pendidikan akan menjadikan manusia cerdas pintar, kreatif, inovatif, mandiri, dan bertanggung jawab. Pendidikan selalu megajarkan, membimbing, dan membina setiap manusia untuk memiliki kompetensi intelektual (kognitif), karakter (afective), dan kompetensi keterampilan mekanik (psychomotoric).Kenyataan yang terjadi adalah sebagian siswa memiliki kemampuan yang tinggi secara kognitif, tetapi memiliki karakter yang rendah, yang dapat dilihat dari berbagai permasalahan yang dilakukan siswa, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah atau di masyarakat. Kondisi ini tidak terlepas dari pola pembelajaran selama ini, guru atau buku paket selalu menjadi pusat informasi, ilmu pengetahuan lebih diutamakan, akibatnya potensi siswa tidak dikembangkan secara positif. Bila kondisi ini dibiarkan maka akan terbentuk siswa-siswa yang kurang berkualitas yang mengabaikan nasib bangsanya. Seperti yang dikemukakan oleh Gede Raka, dkk (2011: 4) sebagai berikut.Ketika suatu negara tidak menaruh perhatian terhadap pendidikan maka negara tersebut tidak membangun sumber kekuatan, sumber kemajuan, sumber kesejahteraan, dan sumber martabatnya yang selalu bisa diperbarui, yaitu kualitas manusia dan kualitas masyarakatnya. Kualitas ini ditentukan oleh tingkat kecerdasan dan kekuatan karakter rakyatnya.

Pendidikan karakter di sekolah tidak bisa dilaksanakan oleh guru mata pelajaran sejarah saja, tetapi didukung dan dilaksanakan oleh semua warga sekolah,. Agus Wibowo (2013: 137) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan karakter akan efektif jika terintegrasi dalam manajemen sekolah, khususnya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Dengan kata lain pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi nilai-nilai yang ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penialian, pendidik dan tenaga kependidikan dan komponen terkait lainnya. Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah dalam pendidikan karakter sebagai berikut.1. Guru sejarah mengutamakan penguasaan materi dibandingkan perubahan sikap siswa.2. Siswa memiliki kemampuan kognitif yang tinggi tetapi karakter yang rendah.3. Terjadinya tawuran yang dilakukan oleh siswa.4. Terjadinya perkelahian pelajar dan perilaku menyimpang lainnya.Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran sejarah siswa tidak hanya menguasai materi pelajaran, penting kiranya pendidikan karakter pada siswa. Atas dasar permasalahan tersebut di atas, perlu diadakan penelitian tentang pendidikan karakter untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan siswa, khususnya pendidikan karakter dalam pembelajaran Sejarah. 2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam proposal ini adalah sebagai berikut.a. Bagaimana penerapan pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah sebagai upaya peningkatan kualitas siswa kelas X SMA Negeri 11 Banjarmasin? b. Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah sebagai upaya peningkatan kualitas siswa kelas X SMA Negeri 11 Banjarmasin?c. Bagaimana hasil pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah sebagai upaya peningkatan kualitas siswa kelas X SMA Negeri 11 Banjarmasin?

3. Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang : a. Penerapan pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah sebagai upaya peningkatan kualitas siswa kelas X SMA Negeri 11 Banjarmasin.b. Faktor-faktor pendukung dan penghambat pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah sebagai upaya peningkatan kualitas siswa kelas X SMA Negeri 11 Banjarmasin.c. Hasil pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah sebagai upaya peningkatan kualitas siswa kelas X SMA Negeri 11 Banjarmasin.

C. Manfaat Penelitian1. Bagi SiswaSiswa menjadi dirinya sendiri yang tumbuh sejalan dengan bakat, watak, kemampuan, dan hati nuraninya secara utuh, sehingga semua potensi siswa berfungsi secara manusiawi agar menjadi dirinya sendiri yang mempunyai kemampuan dan kepribadian unggul.

2. Bagi GuruDapat mendorong guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Sejarah sehingga dapat dijadikan sarana dalam pembentukan karakter sehingga terbentu siswa yang berkualitas.3. Bagi Sekolah Merupakan sumbangan bagi upaya peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah, khususnya mata pelajaran sejarah sebagai upaya pendidikan karakter bagi siswa sehingga meningkatkan kualitas sekolah. Peningkatan kualitas sekolah dapat meningkatkan minat masyarakat untuk masuk ke sekolah tersebut.

D. Definisi Operasional1. Pengertian Pendidikan Pendidikan adalah proses menjadi, yakni proses menjadikan seseorang menjadi dirinya sendiri yang tumbuh sejalan dengan bakat, watak, kemampuan, dan hati nuraninya secara utuh. Pendidikan tidak dimaksudkan untuk mencetak karakter dan kemampuan peserta didik sama seperti gurunya. Proses pendidikan diarahkan pada proses berfungsinya semua potensi peserta didik secara manusiawi agar peserta didik menjadi dirinya sendiri yang mempunyai kemampuan dan kepribadian unggul (Agustinus, 2014: 1).2. Hakekat Pendidikan Karakter Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, dan budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokrasi, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) rasa cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli social, dan (18) tanggung jawab (Depdiknas, 2011: 3) 3. Pembelajaran Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, afiktif, dan psikomotorik. (Muhibbin Syah, 2001: 92) Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan itu sebagai hasil proses belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian (Suyono, 2011: 9). Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu, dan individu dan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya (Moh. Uzer Usman, 2001: 4). Belajar adalah seperangakat kegiatan, terutama kegiatan mental intelektual, mulai dari kegiatan yang paling sederhana sampai kegiatan yang rumit. Pada tahap pertama, kegiatan ini tampak seperti kegiatan fisik dalam arti kegiatan melihat, mendengar, meraba, dengan alat-alat indera manusia, kegiatan belajar tidak terhenti sampai di sini, tetapi di terusakan pada struktur kognitif orang yang bersangkutan. Pembelajaran merupakan suatu konsep yang dapat diartikan sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik, dan merupakan suatu upaya yang dilakukan guru untuk membelajarkan siswa dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran adalah suatu proses kegiatan untuk membantu orang lain mencapai kemajuan seoptimal mungkin sesuai dengan tingkat perkembangan potensi kognitif, afiktif, dan psikomotoriknya (Suyono, 2011: 18).Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum lebih lanjut dikemukan bahwa proses perubahan sikap pada dasarnya berlangsung pada suatu lingkungan buatan dibandingkan pada situasi alami (Uno B. Hamzah, 2002: 144). Oleh karena itu, lingkungan belajar yang mendukug dapat diciptakan agar proses belajar dapat berlangsung optimal. Jadi kegiatan pembelajaran pada dasarnya adalah upaya guru menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.4. Mata Pelajaran Sejarah Mata pelajaran Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SMA, yang bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut (Sapriya, 2009: 209-210).a. Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa akan datang.b. Melatih daya krits siswa untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiahdan metodologi keilmuan.c. Menumbuhkan apresiasidan penghargaan siswa terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau.d. Menumbuhkan pemahaman siswa terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga kini dan masa akan datang.e. Menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memmiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan.5. Upaya Peningkatan Kualitas SiswaUpaya yang dilakukan sekolah/guru untuk meningkatkan kualitas siswa melalui pendidikan karakter.

E. Daftar PustakaAgustinus Hermino. 2013. Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter Konsep, Pendekatan, dan Aplikasi,. Bandung: Alfabeta.

Agus Wibwo. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah: (Konsep dan Praktik Implementasi). Yogyakartaa: Pustaka Pelajar.

Depdiknas. 2011. Pedoman pelaksanaan Pendidikan karakter (Berdasarkan Pengalaman di Satuan Pendidikan Rinrisan) Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Gede Raka, dkk.. 2011. Pendidikan Karakter di Sekolah: dari Gagasan ke Tindakan. Jakarta: Gramedia.

Moh. Uzer Usman dan Setiawati. 2001. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhibbin Syah. 2001. Psikology Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran.Bandung: Remaja Rosdakarya

Suyono. 2011. Belajar dan Pembelajaran.Bandung: Remaja Rosdakarya

Uno, B. Hamzah. 2012. Belajar Dengan Pendekatan Pailkem. Jakarta: Bumi Aksara.

Yahya Khan. 2010. Pendidikan Karakter Bebasis Potensi Diri Mendongkrak Kualitas Pendidikan. Jakarta: Pelangi Publishing.