Proposal UP 52.pdf

download Proposal UP 52.pdf

of 23

Transcript of Proposal UP 52.pdf

  • PROPOSAL PENELITIAN

    Pengaturan Solar Tracking System pada Panel

    Surya (untuk Efisiensi Daya)

    Diajukan untuk memenuhi Tugas Akhir Strata I Fisika Universitas Padjadjaran

    Disusun oleh:

    Siti Nurmilati

    140310100052

    JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    2014

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber daya alam, baik

    bahan bakar fosil maupun non-fosil. Tetapi Indonesia bukanlah negeri yang

    memiliki sumber daya fosil yang melimpah dibandingkan sumber daya lainnya.

    Masyarakat masih bergantung pada pemakaian energi dari sumber daya fosil seperti

    batu bara dan BBM. Padahal Indonesia masih memiliki sumber daya lain seperti

    air, gelombang laut, angin, matahari, panas bumi, bahan bakar nabati (BBN), nuklir,

    dan sampah. Oleh karena itu pemerintah megeluarkan Undang-Undang Nomor 30

    tahun 2007 tentang energi [1]. Untuk mendukung kebijakan pemerintah ini perlulah

    kita manfaatkan sumber energi baru dan terbarukan yang dimiliki oleh Indonesia

    yang salah satunya adalah energi matahari. Energi matahari dapat digunakan

    sebagai sumber energi yang dapat membantu memenuhi kebutuhan energi listrik.

    Dengan menggunakan panel surya kita dapat memperoleh pasokan energi listrik

    langsung dari matahari di mana pun. Sehingga energi matahari pun dapat menjadi

    salah satu solusi untuk pemenuhan kebutuhan energi listrik untuk di daerah off-grid.

    Panel surya berfungsi untuk mengkonversi radiasi matahari menjadi

    listrik. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi energi dari panel surya

    adalah intensitas matahari [2]. Intensitas matahari yang diterima suatu bidang datar

    adalah cos , dengan adalah intensitas radiasi matahari yang datang dan

    z adalah sudut diantara garis normal bidang datar dan radiasi yang datang [3]. Untuk

    memaksimalkan energi yang dihasilkan pada panel surya salah satu caranya adalah

    dengan membuat posisi panel surya tegak lurus dengan matahari agar intensitas

    yang diterimanya maksimum. Oleh karena itu untuk meningkatkan efisiensi dari

    panel surya yang telah ada kita dapat memanipulasi posisi permukaan panel surya

    agar tetap terus berada tegak lurus dengan matahari agar intensitas yang akan

    diterima selalu maksimum. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan solar

    tracking system.

  • Perkembangan solar tracking system saat ini telah menghasilkan banyak

    variasi yang ditinjau dari penjejakan aktif atau pasif, jumlah sumbu yang diikuti,

    plant, dan juga pada strategi pengaturan [4]. Hingga saat ini telah dicapai solar

    tracking system yang dapat mengikuti matahari pada dua sumbu yaitu vertikal dan

    horizontal, dengan pengaturan secara hybrid dimana saat cuaca cerah pengaturan

    dilakukan secara aktif dengan memanfaatkan sensor cahaya untuk mendeteksi

    posisi matahari, sedangkan saat cuaca tidak cerah posisi matahari sulit untuk

    dideteksi dengan sensor sehingga digunakan pengaturan secara pasif dengan

    menggunakan perumusan untuk menentukan posisi matahari. Pada saat cuaca tidak

    cerah intensitas sinar matahari yang diterima panel surya hanya sedikit, oleh sebab

    itu energi listrik yang dihasikan pun akan sedikit. Pada solar tracking system yang

    telah ada saat cuaca tidak cerah sistem terus melakukan tracking, berarti ada energi

    listrik yang digunakan secara kontinu untuk motor menggerakan panel surya,

    padahal energi yang dihasilkan belum tentu sebanding dengan energi yang

    digunakan. Jika energi yang digunakan lebih besar dari energi yang dihasilkan

    berarti telah terjadi ketidakefisiensian pada solar tracking system ini. Oleh sebab

    itu, perlu dilakukan kajian mengenai efisiensi dari penggunaan motor saat cuaca

    tidak cerah dengan energi yang dihasilkan dari panel surya.

    1.2. Identifikasi Masalah

    Permasalahan yang timbul pada perkembangan solar tracking system

    adalah

    1. Solar tracking system konvensional kurang memperhatikan efisiensi pada

    cuaca yang sangat tidak cerah.

    2. Solar tracking system yang telah ada tidak menunjukkan efisiensi

    pemakaian daya oleh sistem dengan daya yang dihasilkan pada panel surya.

    3. Pada berbagai solar tracking system yang telah ada tidak ada pembahasan

    mengenai standar beban dengan motor yang digunakan, yang berpengaruh

    pada efisiensi daya pada sistem.

    4. Perlunya dilakukan kajian pada solar tracking system mengenai efisiensi

    daya motor terhadap daya yang dihasilkan dari panel surya.

  • 1.3. Pembatasan Masalah

    Penelitian ini akan dibatasi pada kajian mengenai efisiensi penggunaan

    daya untuk motor terhadap daya yang dihasilkan dari panel surya saat cuaca tidak

    cerah dengan teknik pengaturan pada solar tracking system.

    1.4. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah membangun solar tracking system dengan

    teknik pengaturan yang didasarkan pada efisiensi dari daya yang digunakan dan

    yang dihasilkan dari panel surya.

  • BAB II

    STUDI PUSTAKA

    2.1 Panel Surya

    Sebuah sel surya tidak lain merupakan sebuah dioda sambungan P-N yang

    terpengaruhi oleh cahaya dengan permukaan yang luas. Saat radiasi matahari

    diserap, akan dihasilkan pasangan elektron-hole. Jika panjang gelombang dari

    radiasi matahari diserap oleh bahan maka akan menghasilkan pasangan elektron-

    hole yang seragam di setiap volume sel surya, seperti pada Gambar 2.1.

    Gambar 2.1 Gerak dari muatan pembawa yang dihasilkan pada dioda sambungan

    P-N di bawah iluminasi [5]

    Di bawah kondisi iluminasi yang seragam, muatan pembawa yang

    dihasilkan akan terjadi pada daerah muatan bebas serta daerah quasi-netral. Muatan

    pembawa yang dihasilkan di daerah muatan bebas akan tersapu oleh medan listrik.

    Karena adanya medan listrik, peluang terjadinya rekombinasi pasangan elektron-

    hole akan berkurang. Pasangan elektron-hole yang dihasilkan di daerah quasi-netral

    akan berkeliaran secara acak karena tidak ada gaya listrik yang mengarahkannya.

    Dalam keadaan ini akan ada muatan pembawa minoritas yang akan mendekati

    daerah bebas dan akan terpengaruhi oleh medan listrik sehingga akan terdorong

    keluar. Dengan begitu elektron minoritas di daerah P akan bergerak ke daerah N

    (dengan meninggalkan muatan positif yaitu hole) dan hole minoritas di daerah N

    akan bergerak ke daerah P (dengan meninggalkan muatan negatif yaitu elektron).

  • Keadaan ini yang disebabkan oleh perbedaan potensial yang terjadi diantara

    sambungan P-N karena cahaya yang jatuh padanya disebut photovoltage atau biasa

    dikenal dengan photovoltaic effect.

    Sel surya dikarakterisasi dan dibandingkan dengan yang lain dalam empat

    parameter, yaitu circuit current (), open circuit voltage (), fill factor ()

    dan efisiensi (). Parameter-parameter ini diungkapkan pada Gambar 2.2 yang

    menyatakan mengenai grafik hubungan antara arus (I) dan tegangan (V) pada sel

    surya.

    Gambar 2.2 Grafik I terhadap V pada sel surya [5]

    Short circuit current () atau arus hubungan singkat adalah arus

    maksimum yang mengalir pada sel surya saat terminal pada bagian P dan N

    terhubung secara singkat satu sama lain. Short circuit current tidak lain adalah arus

    yang dihasilkan dari cahaya. Short circuit current biasanya dinyatakan dalam

    bentuk rapat arus dan arus per satuan luas 2 .

    Open circuit voltage () adalah tegangan maksimum yang dihasilkan

    saat terminal dari sel surya tetap terbuka. Open circuit voltage bergantung pada arus

    yang dihasilkan oleh cahaya dan arus saturasi balik. Tegangan ini dinyatakan dalam

    bentuk atau .

    Fill Factor adalah perbandingan dari daya maksimum =

    yang dapat diekstraksi dari sel surya dengan daya idealnya 0 = .

    =

    dinyatakan dalam persen (%).

    Efisiensi adalah perbandingan dari daya output dan daya input. Daya

    output adalah daya yang dihasilkan dari daya masksimum yang dapat dihasilkan

  • oleh sel surya sedangkan daya input adalah daya dari radiasi matahari .

    Berdasarkan standard internasional daya dari matahari adalah 100 2 atau

    1000 2 [5].

    =

    Atau

    =

    =

    Sel surya dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan bahan yang

    digunakan, yaitu

    1. Mono-crystalline silicon cell, sel surya ini dibuat dari silicon mono-

    crystalline murni. Silicon ini terdiri dari satu jenis kristal dan struktur

    kisi kristal yang kontinu dengan hampir tidak ada cacat atau pengotor.

    Keunggulan dari mono-crystalline cell adalah efisiensi yang tinggi,

    yaitu sekitar 15%.

    Gambar 2.3 mono-crystalline cell [6]

    2. Poly-crystalline silicon cell, sel surya ini tidak dibuat dari kristal

    silicon murni tetapi terdapat bahan lain seperti logam. Sel ini lebih

    murah dari mono-crystalline karena lebih mudah untuk diproduksi.

    Efisiensinya lebih rendah pula yaitu sekitar 12%.

  • Gambar 2.4 poly-crystalline cell [6]

    3. Amorphous silicon cell, sel ini terdiri dari atom-atom silicon dalam

    lapisan tipis yang homogen, dari pada struktur kristal. Sel ini memiliki

    efisiensi sekitar 6%.

    Gambar 2.5 Amorphous silicon cell [6]

    4. Dye-sensitised solar cell (DSC), teknoogi ini didasarkan pada proses

    fotosintesis. Bahan yang digunakan didominasi oleh titanium dioxide

    (TiO2). Sel ini memiliki efisiensi 10%.

    Gambar 2.6 Dye-sensitised solar cell (DSC) [6]

    2.2 Light Dependent Resistor (LDR)

    Light Dependent Resistor (LDR) merupakan komponen elektronik yang

    mana resistensinya akan turun saat intenitas cahaya datang bertambah. Komponen

    ini menggunakan bahan semikonduktor yang memiliki resistansi yang tinggi. Saat

    cahaya jatuh pada semikonduktor ini elektron terikat akan mendapatkan energi

  • cahaya dari foton yang datang. Akibat energi tambahan ini elektron menjadi bebas

    dan berpindah ke pita konduksi, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.7 maka

    dihasilkan pasangan electron-hole. Akibat muatan-muatan pembawa ini

    konduktivitas dari bahan akan meningkat dan menurunkan resistivitasnya [7].

    Gambar 2.7 muatan pembawa yang dihasilkan akibat adanya cahaya [7]

    LDR memiliki beberapa kelebihan yaitu respon spectral yang lebar, dapat

    bekerja pada rentang suhu yang lebar, dan murah [7]. Gambar 2.8 menunjukkan

    symbol dari LDR.

    Gambar 2.8 Simbol LDR [7]

    Terdapat dua bahan yang digunakan untuk pembuatan LDR, yaitu

    Cadmium Sulphide (CdS) dan Cadmium Selenide (CdSe). Bahan-bahan ini adalah

    bahan yang paling sensitive terhadap cahaya dalam spectrum cahaya tampak, yang

    memiliki puncak pada 0.6 untuk CdS dan 0.75 untuk CdSe. LDR yang

    terbuat dari CdS menunjukkan resistansi sekitar 1 M dalam keadaan gelap dan

    kurang dari 1 k saat terkena sumber cahaya yang terang. Grafik karakteristik dari

    LDR ditunjukkan pada Gambar 2.9 [8].

  • Gambar 2.9 Grafik karakteristik dari LDR [8]

    2.3 Mikrokontroler

    Mikrokontroler merupakan suatu alat elektronika digital yang mempunyai

    masukan dan keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan dihapus

    dengan cara khusus. Dengan arsitektur yang praktis tetapi memuat banyak

    kandungan transistor yang terintegrasi, sehingga mendukung dibuatnya rangkaian

    elektronika yang lebih portable.

    Mikrokontroler yang digunakan adalah jenis ATMega 8535. Di dalam

    mikrokontroler ATMega 8535 sudah terdapat:

    Saluran I/O sebanyak 32 buah

    ADC (Analog to Digital Converter) 10 bit sebanyak 8 buah

    Tiga buah Timer / Counter dengan kemampuan pembandingan

    CPU yang memiliki 32 buah register

    131 intruksi yang umumnya membutuhkan satu siklus clock

    Watchdog Timer dengan osilator internal

    2 buah timer/counter 8 bit

    1 buah timer/counter 16 bit

    Tegangan operasi 2.7 V 5.5 V

    Internal SRAM 1 KB

    Memori flash 16 KB dengan kemampuan read while write

    Unit interupsi internal dan eksternal

    Port antarmuka SPI

    EEPROM 512 byte yang dapat diprogram saat operasi

    Antarmuka komparator analog

  • 4 channel PWM32x8 generale purpose register

    Kecepatan hampir 16 MIPS pada kristal 16 MHz

    Port USART programmable untuk komonikasi serial [9]

    Gambar 2.10 menunjukkan konfigurasi dari mikrokontroler ATMega 8535

    Gambar 2.10 Konfigurasi ATMega 8535 [9]

    2.4 Motor DC

    Motor DC konvensional memiliki ciri konstruksi yang mirip dengan

    generator DC. Struktur medan pada sebuah motor sedikitnya memiliki dua pasang

    kutub medan, pada Gambar 2.11 ditunjukkan sebuah motor dengan empat pasang

    kutub medan. Medan magnetic yang kuat terdapat pada gulungan medan dari kutub

    medan yang individual. Polaritas magnetik pada system medan ini telah tersusun

    sehingga polaritas dari setiap bagian kutub medan berbalikan dengan kutub-kutub

    yang ada di dekatnya [10].

    Gambar 2.11 motor DC dengan empat pasang kutub medan [10]

  • Gambar 2.12 Torsi atau arah gaya pada konduktor yang dialiri arus pada medan

    magnetic [10]

    Motor DC memiliki beberapa macam jenis, diantaranya shunt, series,

    compound, permanent magnet. Masing-masing motor memiliki diagram skematik

    yang ditunjukkan pada Gambar 2.13. Pemilihan jenis motor yang akan digunakan

    bergantung pada kebutuhan mekanik dari beban yang digunakan.

    Gambar 2.13 Skematik diagram motor DC [10]

    Motor DC yang akan digunakan adalah permanent magnet (PM) motor.

    Motor PM menggunakan bahan magnet yang permanen seperti Alnico atau magnet

    keramik yang berfungsi sebagai stator untuk menghasilkan medan magnet yang

    konstan. Sedangkan rotor dialiri arus DC melalui sikat dan system komutator. Jenis

    motor PM lain menggunakan PM pada rotor. Karena arus DC tetap diberikan pada

  • motor maka pergantian harus dilakukan untuk memagnetisasi stator agar rotor dapat

    menghasilkan torsi untuk berotasi. Segment komutator terhubung dengan gulungan

    stator dan satu set kontak geser pada rotor terdapat sambungan listrik dari sumber

    DC ke segmen komutator tepat pada stator. Motor PM jenis ini dapat diproduksi

    dengan hp (horsepower) lebih besar dari motor PM jenis stator. Motor PM

    umumnya lebih kecil dari 5 hp.

    Gambar 2.14 motor DC PM [10]

    2.5 Solar Tracking System

    Panel surya akan mengahasilkan output yang maksimum jika

    mendapatkan intensitas matahari yang maksimum dan cahaya yang datang tegak

    lurus dengan bidang permukaan panel surya itu [3]. Oleh karena itu untuk

    mendapatkan output maksimum dari panel surya perlu dikondisikan agar

    permukaan panel surya selalu tegak lurus dengan matahari. Panel surya yang

    digunakan saat ini biasanya dipasang dengan keadaan statis pada satu arah saja.

    Padahal posisi matahari setiap saat mengalami pergerakan. Oleh karena itu untuk

    meningkatkan efisiensi dari panel surya yang digunakan perlu dikondisikan agar

    panel surya selalu tegak lurus dengan matahari dengan melakukan penjejakan

    matahari atau biasa disebut Solar Tracking System.

    Terdapat beberapa solar tracking system diantaranya passive tracking

    system menggunakan pendekatan open-loop dan active tracking system

    menggunakan pendekatan close-loop. Untuk passive tracking system, penjejakan

    dilakukan dengan melakukan perhitungan untuk mengidentifikasi posisi matahari

    dan menentukan sudut putaran untuk kedua sumbu penjejakan menggunakan

    perumusan yang spesifik. Sedangkan untuk active tracking system, matahari diikuti

    secara normal dengan penginderaan langsung terhadap radiasi yang jatuh pada

  • sensor cahaya sebagai sebuah sinyal umpan balik yang akan memastikan panel

    surya mengikuti matahari setiap waktu [11].

    Setiap hari matahari memiliki gerak semu harian dimana matahari seolah-

    olah berputar mengelilingi bumi. Jika kita tinjau vektor posisi matahari terhadap

    kerangka inti Bumi akan terlihat seperti pada Gambar 2.15 dimana matahari akan

    memiliki posisi dengan sudut-sudut tertentu tenhadap inti bumi.

    Gambar 2.15 vektor posisi matahari terhadap kerangka inti bumi [11]

    Dengan diketahui bagaimana hubungan posisi matahari terhadap bumi

    maka kita dapat melakukan penjejakan terhadap matahari. Untuk menerapkan solar

    tracking system kita perlu memposisikan panel surya agar selalu tegak lurus dengan

    matahari.

    Gambar 2.16 vektor posisi matahari terhadap pusat dari permukaan panel surya [11]

    Pada passive solar tracking syatem kita perlu merumuskan posisi matahari

    terhadap panel surya menjadi suatu perumusan yang spesifik. Berdasarkan

    penelitian K.K. Chong dan C.W. Wong diperoleh perumusan umum untuk

  • merumuskan kemiringan atau sudut-sudut pada panel surya agar tegak lurus

    terhadap metahari adalah

    =

    2 sin1(sin sin + cos cos cos )

    = sin1 (cos sin

    cos ) cos 0

    = sin1 (cos sin

    cos ) cos < 0

    Sedangkan jika kita menggunakan active solar tracking system kita tidak

    perlu membuat suatu perumusan. Kita hanya perlu melakukan pengecekan pada

    intensitas yang mengenai panel surya dengan menggunakan sensor cahaya. Sensor

    cahaya akan ditempatkan di sekitar panel surya pada empat posisi yang berbeda.

    Dimana posisi ini merepresentasikan setiap arah mata putar dari panel surya. Setiap

    output sensor yang saling berlawanan akan dibandingkan dengan menggunakan

    logika fuzzy (fuzzy logic). Output dari sensor yang akan menentukan arah mana

    motor harus bergerak untuk memposisikan panel surya agar tegak lurus dengan

    matahari. System seperti ini disebut aktif karena digunakan sensor yang aktif

    bekerja terus mendeteksi pergerakan matahari.

    Pada umumnya sebuah solar tracker yang baik adalah yang dapat

    mengikuti matahari pada sudut yang tepat dan secara periodik sekalipun tertutup

    awan [11]. Kenyataannya jika menggunakan passive solar tracking system dengan

    open-loop system maka kita tidak dapat memastikan apakah panel surya sudah

    berada pada posisi yang tepat, maka kita perlu menggunakan suatu umpan balik

    untuk dapat memastikannya seperti pada close-loop system. Sedangkan pada active

    solar tracking system proses penjejakan tidak dapat dilakukan saat matahari

    tertutup awan atau kondisi mendung, oleh karena itu dibutuhkan pula system yang

    dapat melakukan penjejakan yang independen tanpa bergantung pada kondisi

    lingkungan. Oleh karena itu pada peneitian ini akan dibangun suatu system hybrid

    yang akan mengkombinasikan antara aktif dan pasif solar tracking system yang

    penggunaannya dikondisikan dengan kondisi lingkungan sekitar.

  • 2.6 Teknik Pengontrolan

    Pada penelitian ini akan digunakan system pengaturan menggunakan fuzzy

    logic. Sitem pegaturan fuzzy ini biasanya didefinisikan sebagai suatu system yang

    dapat mendekati cara berpikir manusia. Fuzzy controller tersusun dari 4 elemen di

    bawah ini [13-16]:

    Aturan dasar: mengatur suatu aturan Jika-Maka yang berisi logika tentang

    bagaimana untuk mencapai kontrol yang baik.

    Mekanisme inferensi: mengemulasi pengambilan keputusan dalam

    menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan tentang cara terbaik untuk

    mengontrol plant.

    Interface fuzzifikasi: mengubah input kontroler menjadi informasi bahwa

    mekanisme inferensi dapat dengan mudah digunakan untuk mengaktifkan

    dan menerapkan aturan.

    Interface defuzzifikasi: mengubah kesimpulan dari mekanisme inferensi

    menjadi input aktual untuk proses.

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Metode Penelitian

    Gambar 3.1 Diagram blok sistem

    Sistem yang akan dibuat mengacu pada blok diagram pada Gambar 3.1

    yang menggambarkan alur kerja dari sistem. Alur sistem ini dimulai dari sensor

    LDR yang akan mendeteksi keberasaan matahari lalu datanya akan diproses oleh

    mikrokontroller. Data dari sensor akan menjadi acuan untuk aksi yang akan

    diberikan pada motor. Proses itulah yang akan menentukan posisi panel surya agar

    tetap berada tegak lurus dengan matahari.

    Sebelum membuat sistem kita perlu melakukan pengukuran beban/bobot

    system (panel surya dan kerangka) yang akan digerakkan oleh motor. Pengukuran

    beban ini bermaksud untuk mengetahui beban yang akan digerakkan oleh motor.

    Dengan mengetahui beban untuk motor maka kita dapat memilih motor yang

    memiliki spesifikasi yang sesuai. Pemilihan motor ini diperlukan untuk menghitung

    efisiensi daya yang akan digunakan oleh motor dengan yang dihasilkan panel surya

    dari solar tracking system ini. Jika motor yang digunakan tidak memiliki spesifikasi

    yang sesuai degan plant maka dapat terjadi ketidakefisiensian dari sistem ini.

    Setelah dilakukan pengukuran beban kemudian akan dilakukan

    pengukuran daya yang digunakan motor. Pengukuran ini dilakukan untuk

    memperoleh data mengenai daya yang digunakan oleh motor pada beberapa variasi

    sudut untuk pertimbangan dalam perhitungan atau pengaturan yang akan dilakukan

    pada system ini.

  • Pengukuran intensitas cahaya dan daya yang dihasilkan panel surya perlu

    juga dilakukan selain pengukuran pada daya motor. Pengukuran ini dilakukan untuk

    memperoleh data mengenai hubungan intensitas dengan daya yang dihasilkan oleh

    panel surya yang digunakan. Data ini akan membantu pertimbangan dalam

    perhitungan atau pengaturan yang akan dilakukan pada sistem ini.

    Setelah semua data diperoleh kemudian kita membuat rancangan solar

    tracking system dengan sistem hybrid sebagai plant ssuai dengan blok diagram pada

    Gambar 3.1. Pada sistem ini akan digunakan 5 buah sensor LDR, dimana LDR1

    akan digunakan untuk mendeteksi siang/malam dan intensitas matahari yang ada di

    lingkungan yang menyatakan kondisi lingkungan apakah cerah atau tidak. Data

    yang didapat dari LDR1 ini yang akan mempertimbangkan pengaturan yang akan

    digunakan pada sistem seperti pada pengaturan yang dilakukan secara aktif atau

    pasif. Kemudian 4 LDR lain digunakan untuk proses penjejakan matahari secara

    aktif. Dua buah sensor digunakan untuk mendeteksi pergerakan matahari pada garis

    lintang dan dua sensor lainya akan digunakan untuk mendeteksi pergerakan

    matahari pada garis bujur.

    Data yang didapat dari kelima sensor tersebut akan diolah di

    mikrokontroller untuk menentukan proses yang harus dilakukan agar panel surya

    dapat berada tegak dengan matahari untuk memperoleh intnsitas yang optimum.

    Pada mikrokontroler ini juga yang menentukan pengaturan pada system untuk

    melakukan penjejakan atau pun berhenti sesuai dengan kondisi lingkungan yang

    digambarkan melalui data yang dihasilkan dari sensor. Mikrokontroler juga yang

    mengatur sistem apakah diatur secara aktif atau pun pasif.

    Motor yang digunakan pada system ini ada dua. Satu motor digunakan

    untuk menggerakkan panel surya secara vertical untuk penjejakan matahari

    terhadap garis lintang. Satu motor lain digunakan untuk menggerakkan panel surya

    secara horizontal untuk penjejakan terhadap garis bujur.

    Metode yang akan digunakan untuk pengontrolan adalah fuzzy logic

    controller. Proses pertama akan dilakukan pengecekan mengenai kondisi siang atau

    malam. Jika terdeteksi oleh LDR1 lingkungan sudah tidak malam maka sistem akan

    aktif untuk melakukan penjejakan. Jika belum terdeteksi adanya sinar matahari

  • sistem tidak akan melakukan proses apapun dan menunggu hingga terdeteksi

    cahaya matahari. Proses ini dibatasi oleh rentang waktu tertentu untuk

    mengantisipasi kesalahan penjejakan akibat sulitnya mendeteksi cahaya matahari

    jika mendung pada pagi hari dan kesalahan penjejakan pada benda lain yang

    bersinar saat malam hari.

    Saat kondisi matahari cerah maka intensitas matahari yang akan diterima

    cukup tinggi dan sensor dapat mendeteksi matahari dengan baik, oleh sebab itu akan

    dilakukan proses penjejakan secara aktif. Jika cuaca tidak cerah maka akan

    dilakukan penjejakan secara pasif yaitu dengan menggunakan suatu perumusan

    untuk menentukan posisi matahari.

    Dengan menggunakan fuzzy logic ini kita akan melakukan pengaturan pada

    saat menggunakan mode aktif utuk mengatur agar saat output dari dua buah sensor

    yang berlawanan kita bandingkan akan menghasilkan suatu keputusan untuk

    memutar motor searah jarum jam atau berlawanan dengan jarum jam sesuai dengan

    output dari sensor. Dimana logika yang digunakan akan mendekati logika berfikir

    manusia. Berikut adalah logika yang akan digunakan untuk mengontrol putaran

    motor berdasarkan intensitas yang diterima sensor / output yang dihasilkan sensor.

    Jika 2 = 3 maka motor diam

    Jika 2 < 3 maka motor berputar ke arah 3 (karena jika

    2 < 3 maka sensor 2 mendapatkan intensitas yang lebih banyak

    dibandingkan sensor 3 berdasarkan grafik kareakteristik sensor LDR yang

    digunakan)

    Jika 2 > 3 maka motor berputar ke arah 2 (karena jika

    2 > 3 maka sensor 2 mendapatkan intensitas yang lebih sedikit

    dibandingkan sensor 3 berdasarkan grafik kareakteristik sensor LDR yang

    digunakan)

    Logika di atas berlaku untuk kedua pasang sensor dimana setiap pasang

    sensor menyatakan dua arah yang berlawanan. Satu pasang sensor

    (2 3) digunakan untuk melakukan pengecekan untuk arah barat dan

    timur (garis bujur) dimana matahari bergerak sepanjang hari. Satu pasang sensor

    lain (4 5) digunakan untuk pengecekan pada arah utara dan selatan

  • (garis lintang) yang menyatakan pergeseran matahari tahunan. Sehingga pada

    sistem ini dilakukan pengecekan pada empat arah yang menyatakan pergerakan

    matahari dalam dua sumbu yaitu vertikal dan horizontal dari panel surya.

    Pada saat kondisi cuaca mendung maka akan digunakan mode pasif untuk

    melakukan penjejakan. Pada mode pasif ini kita akan melakukan pengaturan pada

    motor berdasarkan pada daya yang dihasilkan dan yang digunakan dengan diukur

    menggunakan Powermeter. Untuk menentukan aksi yang perlu dilakukan pada

    motor dapat digunakan sistem pengaturan fuzzy yang akan menentukan apakah

    motor perlu bergerak secara kontinu, diskrit, mau pun diam. Keputusan yang akan

    diambil dengan menggunakan fuzzy logic akan didasarkan pada data daya yang

    dihasilkan dari panel surya. Perumusan yang akan digunakan untuk teknik

    pengontrolan ini akan dirumuskan setelah melakukan pengukuran mengenai bobot

    system, intensitas cahaya dan daya dari panel surya, serta daya yang diperlukan

    motor untuk memutar panel surya dalam berbagai variasi sudut. Dengan

    memperhitungkan daya yang dihasilkan dan yang digunakan sebagai acuan dalam

    proses penjejakan matahari maka akan diperoleh teknik pengaturan yang lebih

    efisien pada solar tracking system yang telah ada.

  • 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini akan diselenggarakan di Laboratorium Instrumentasi

    Elektronika Fisika Universitas Padjadjaran. Penelitian ini akan dilakukan selama

    lima bulan dengan jadwal kegiatan sebagai berikut:

    Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan

    Kegiatan

    Penelitian

    Februari

    2014 Maret 2014 April 2014 Mei 2014 Juni 2014 Juli 2014

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    Studi literatur

    Pengambilan

    data bobot dan

    daya

    Merancang

    perangkat

    keras.

    Merancang

    algoritma

    perangkat

    lunak

    Membangun

    perangkat

    keras dan

    perangkat

    lunak

    Menguji

    sistem

    Penulisan

    laporan

    Publikasi

  • DAFTAR PUSTAKA

    [1] Jurnal Lemhannas RI Pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) guna

    Penghematan Bahan Baku Fosil dalam Rangka Ketahanan Energi Nasional

    Jurnal Kajian Lemhannas RI Edisi 14 Desember 2012

    [2] Okpeki U.K., Otuagoma.S.O. Design and Construction of Bi-Directional

    Solar Tracking System, Research Inventy: International Journal Of

    Engineering And Science Issn: 2278-4721, Vol. 2, Issue 5 (February 2013), Pp

    32-38

    [3] Goswami, D. Yogi. Frank Kreith, Jan F. Kreider. Principles of Solar

    Engineering, Second Edition. Philadelphia: CRC Press

    [4] Marco Bortolini, et al. 'Hybrid Strategy for Bi-Axial Solar Tracking System',

    World Academic Publishing JCET Vol. 2 Iss. 4 Oktober 2012 PP. 130-142

    [5] Solanki, Chetan Singh. 2011. Solar Photovoltaics: Fundamentals,

    Technologies and Applications Second Editon. New Delhi: PHI Learning Pvt.

    Ltd.

    [6] Prasad, Deo K. Dr. Mark Snow. 2005. Designing with Solar Power: A Source

    Book for Building Integrated Photovoltaics (BiPV). Australia: Image

    Publishing Group

    [7] Godse A.P.. U.A. Bakshi, 2008. Electronic Devices. Technical Publications

    [8] Ashby, Darren, et al. 2011. Circuit Design: Know it All. Newness

    [9] Budiharto, Widodo. 10 Proyek Robot Spektakuler. Elex Media Komputindo

    [10] Keljik, Jeff. 2009. Electricity 4: AC/DC Motors, Controls, and Maintenance

    Ninth Edition. USA: Delmar

    [11] K.K. Chong, C.W. Wong. General formula for on-axis sun-tracking system

    and its application in improving tracking accuracy of solar collector.

    ELSEVIER: Solar Energy 83 (2009) 293-305. 2008

    [12] A. Louchene, et al. Solar tracking system with fuzzy reasoning applied to crisp

    sets. Revue des Energies Renouvelables Vol. 10 N2 (2007) 231 240. 2007

  • [13] J.S. Saini and Y.P. Singh, Use of Causal Knowledge in Real-Time Fuzzy Logic

    Controller, IEEE Transactions on Industry Application, Vol. 35, N3, pp. 554

    560, May/June, 1999.

    [14] H. Pomares, I. Rojas, J. Gonzalez, M. Damas, B. Pino and A. Prieto, Online

    Global Learning in Direct Fuzzy Controllers, IEEE Transactions on Fuzzy

    Systems, Vol. 12, N2, pp. 218 228, April 2004.

    [15] O. Begovich, E.N. Sanchez and M. Maldonado, Takagi-Sugeno Fuzzy Scheme

    For Real-Time Trajectory Tracking of an Underactuated Robot, IEEE

    Transactions on Control Systems Technology, Vol. 10, N1, pp. 14 20,

    January 2002.

    [16] J. Antari, R. Iqdour and A. Zeroual, Forecasting the Wind Speed Process

    Using Higher Order Statistics and Fuzzy Systems, Revue des Energies

    Renouvelables, Vol. 9, N4, pp. 237 251, 2006.