Proposal Skrpsi

42
1. Judul Penelitian Analisis Produktivitas Unit Peremuk Batubara (Coal Crushing Plant) Untuk Pencapaian Target Produksi di PT. X 2. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya permintaan batubara oleh para konsumen yang merupakan tantangan terhadap perusahaan pertambangan batubara untuk memenuhi permintaan dengan melakukan usaha pencapaian target batubara yang dihasilkan dengan memperhatikan berbagai hal. Salah satunya adalah unit coal crushing plant atau unit peremuk batubara yang bertugas untuk mengolah batubara. Pada kegiatan penambangan, keberadaan unit peremuk sangat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan operasi penambangan. Walaupun demikian dalam penggunaannya perlu dilakukan perencanaan secara tepat agar kemampuan unit peremuk dapat digunakan secara optimal serta mempunyai tingkat efisiensi yang tinggi. Unit peremuk adalah tahapan mekanik pertama dalam proses kominusi. Proses peremukan harus dilakukan dengan perencanaan secara tepat. Hal ini yang menjadi salah satu dasar untuk dilakukannya analisis terhadap unit peremuk. Analisis tersebut meliputi tingkat kesediaan dan penggunaan alat, efektifitas alat, efisiensi alat serta produktifitas alat peremuk batubara. 1

description

Unit Peremeuk Batubara

Transcript of Proposal Skrpsi

Page 1: Proposal Skrpsi

1. Judul Penelitian

Analisis Produktivitas Unit Peremuk Batubara (Coal Crushing Plant) Untuk Pencapaian

Target Produksi di PT. X

2. Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya permintaan batubara oleh para konsumen yang

merupakan tantangan terhadap perusahaan pertambangan batubara untuk memenuhi

permintaan dengan melakukan usaha pencapaian target batubara yang dihasilkan

dengan memperhatikan berbagai hal. Salah satunya adalah unit coal crushing plant atau

unit peremuk batubara yang bertugas untuk mengolah batubara.

Pada kegiatan penambangan, keberadaan unit peremuk sangat dibutuhkan untuk

menunjang keberhasilan operasi penambangan. Walaupun demikian dalam

penggunaannya perlu dilakukan perencanaan secara tepat agar kemampuan unit

peremuk dapat digunakan secara optimal serta mempunyai tingkat efisiensi yang tinggi.

Unit peremuk adalah tahapan mekanik pertama dalam proses kominusi. Proses

peremukan harus dilakukan dengan perencanaan secara tepat. Hal ini yang menjadi

salah satu dasar untuk dilakukannya analisis terhadap unit peremuk. Analisis tersebut

meliputi tingkat kesediaan dan penggunaan alat, efektifitas alat, efisiensi alat serta

produktifitas alat peremuk batubara.

Dalam mencapai target produksi permasalahan yang dihadapi adalah adanya penundaan

waktu baik yang dapat dihindari maupun tidak. Contoh seperti alat pengolahan batubara

yang sedang breakdown, hopper penuh, sedang hujan, dan atau alat pengolahan

batubara sedang maintenance. Terhadap keadaan ini tentunya diperlukan optimalisasi

untuk mendapatkan waktu kerja yang produktif yang diinginkan.

3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penelitian ini adalah :

1. Mengetahui produktivitas crushing plant

2. Mengetahui faktor-faktor hambatan produksi crushing plant

1

Page 2: Proposal Skrpsi

3. Mengetahui kemampuan produktivitas optimum crushing plant

4. Mengoptimalkan waktu kerja produktif.

4. Perumusan Masalah

Masalah yang diamati antara lain :

a. Mengetahui produktivitas crushing plant batubara PT. X

b. Menganalisis faktor-faktor yang menghambat produksi crushing plant

c. Mengetahui apakah kegiatan yang berlangsung dapat memenuhi target produksi yang

telah ditetapkan

d. Optimalisasi waktu kerja produktif dengan mengurangi penundaan waktu yang dapat

dihindari.

5. Ruang Lingkup / Batasan Masalah

Ruang lingkup penelitian dibatasi pada masalah:

a. Evaluasi produktivitas crusher

b. Menghitung produksi crusher

c. Penelitian dilakukan dengan mengamati waktu hambatan pada proses peremukan

batubara

6. Tinjauan Pustaka

6.1 Kegiatan Pengolahan Batubara

6.1.1 Tujuan Proses Pengolahan

Dikaitannya dengan rencana pemasaran dan operasi penambangan batubara, maka

pengadaan proses pengolahan batubara (Coal Processing Plant/CCP) bertujuan untuk

mengolah batubara menjadi produk batubara (product area) yang sesuai dengan

permintaan pasar. Dengan   mempertimbangkan beberapa hal, misalnya kualitas atau

2

Page 3: Proposal Skrpsi

mutu cadangan batubara, metode penambangan yang terpilih, serta  kualitas permintaan

pasar, maka proses pengolahan batubara, meliputi ruang lingkup proses sebagai berikut:

a. Melakukan reduksi ukuran (size reduction) melalui penggerusan (crushing)

b. Melakukan  pemisahan (clasification) melalui pengayakan (screening)

c. Melakukan  pencampuran (blending) batubara

d. Melakukan penimbunan/penumpukan batubara (stockpilling)

e. Melakukan penanganan limbah air (water pollution treatment).

6.1.2 Desain Pengolahan Batubara

Dalam upaya mengolah batubara menjadi produk akhir yang diminati konsumen perlu

rancangan pengolahan yang komprehensif agar pelayanannya  memuaskan. Rancang

bangun unit pengolahan didasarkan  pada faktor-faktor antara lain: target atau

permintaan pasar rata-rata,  kualitas batubara dari tambang (raw coal), spesifikasi

produk akhir yang diminta, ketersediaan lahan untuk area pengolahan termasuk tempat

penimbunan (stockpile) dan ketersediaan air  disekitar area  pengolahan. Semua faktor

tersebut diatas akan menentukan jenis, dimensi dan kapasitas peralatan atau mesin

pengolahan yang dibutuhkan serta  flowsheet pengolahan yang sesuai dengan

memperhatikan unsur keselamatan kerja.

6.2 Unit Pengolahan Batubara (Coal Processing Plant)

Prosedur pengolahan memperlihatkan tahapan proses pengolahan batubara mulai dari

penimbunan raw coal di lokasi pabrik pengolahan sampai produk akhir. Unit

peremukan (crushing plant) merupakan rangkaian peralatan mekanis yang digunakan

untuk mereduksi ukuran batubara hasil penambangan. Pengolahan yang dilakukan pada

saat ini hanya dilakukan pengecilan ukuran (peremukan). Batubara dari pit atau yang

berada di ROM stockpile diloading dengan wheel loader, kemudian dimasukkan ke

hopper untuk selanjutnya akan dilanjutkan dengan proses peremukan untuk mereduksi

ukuran batubara. Outlet crusher selanjutnya melalui belt conveyor akan dibawa ke mine

stockyard.

3

Page 4: Proposal Skrpsi

6.3 Penimbunan Batubara

6.3.1 Run Of Mine (ROM) Stockpile

Run of mine stockpile adalah tempat penumpukan sementara batubara hasil dari

penambangan yang berada dekat dengan lokasi hooper, jika pada saat unit pengolahan

sedang memproses suatu produk batubara dengan kualitas tertentu maka batubara yang

tidak sama kualitasnya untuk sementara di tumpuk di ROM stockpile. Atau jika terjadi

kerusakan pada unit pengolahan sehingga unit pengolahan tidak dapat bekerja. Dan

selain itu proses pengangkutan batubara dari ROM stockpile sangat mempengaruhi

kelancaran supplay batubara menuju ke hooper, apalagi jika ada masalah pada

pengangkutan batubara dari pit.

6.3.2 Stockpile

Stockpile berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses, sebagai

persediaan yang baik, strategis dan meminimmalkan gangguan yang bersifat jangka

pendek atau jangka panjang. Selain itu juga berfungsi tempat pencampuran dan

pembagian menurut jenis batubara agar sesuai dengan permintaan yang disyaratkan.

Disamping tujuan tersebut, stockpile juga digunakan untuk mencampur batubara agar

homogenasi sesuai dengan kebutuhan. Homogenasi bertujuan untuk menyiapkan produk

dari satu tipe material dimana fluktuasi dalam kualitas batubara dan distribusi ukuran

disamakan. Dalam proses homogenisasi ada dua tipe yaitu blending dan mixing.

6.4 Stockpile Management

Stockpile management adalah suatu proses pengaturan atau prosedur yang terdiri dari

pengaturan kuantitas, pengaturan kualitas dan prosedur penumpukan batubara di

stockpile. Stockpile management merupakan suatu upaya agar batubara yang diproduksi

dapat dikontrol, baik kuantitasnya maupun kualitasnya. Selain itu stockpile management

juga dimaksudkan untuk mengurangi kerugian yang mungkin muncul dari proses

handling atau penanganan batubara di stockpile. Seperti misalnya terjadi penyusutan

4

Page 5: Proposal Skrpsi

kuantitas batubara baik yang diakibatkan oleh erosi pada musim hujan, debu pada saat

musim kering, atau terbuang yang disebabkan oleh terbakarnya batubara di stockpile.

Kegiatan stockpile management meliputi :

6.4.1 Pengaturan Penimbunan Batubara

Merupakan pengaturan bagaimana cara menyimpan (menimbun) batubara di stockpile

yang aman, baik bagi kualitas batubaranya maupun aman dari kontaminasi. Dalam

mengatur penimbunan batubara di stockpile, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah

desain stockpile, metode penimbunan dan pembongkaran, serta sistem penimbunan.

6.5.3.1 Desain Stockpile

Pada umumnya stockpile batubara berbentuk kerucut dan limas terpancung. Bentuk

kerucut biasanya terbentuk dari curahan belt conveyor, dan hanya digunakan sementara

pada stockpile. Ditinjau dari panjang bidang miring dan sudut yang dibentuk, limas

terpancung dianggap lebih efisien untuk menyimpan batubara dalam waktu lama.

Desain dari suatu stockpile ditentukan oleh beberapa hal berikut ini :

1. Kapasitas penyimpanan batubara

Kapasitas penyimpanan batubara di stockpile menentukan desain suatu stockpile.

Stockpile yang berkapasitas kecil dengan kapasitas besar mungkin berbeda

khususnya dalam penyiapan lahan dan preparasi lahan tersebut. Pada stockpile

dengan kapasitas yang besar, dasar stockpile harus benar-benar kuat dan kokoh

menahan beban yang besar. Kalau tidak, base stockpile tersebut akan turun di

bagian tengah, dan juga akan ikut menurunkan batubara yang ada di atasnya. Dalam

kondisi seperti itu akan terjadi kehilangan batubara di stockpile.

2. Banyaknya jenis product yang akan dipisahkan pada stockpile

Banyaknya jumlah product yang akan dipisahkan menentukan luasan stockpile

yang diperlukan. Semakin banyak jumlah product yang dipisahkan semakin besar

areal yang diperlukan.

5

Page 6: Proposal Skrpsi

3. Fasilitas dan sistem penumpukan dan pemuatan

Alat yang digunakan dalam sistem penumpukan dan pemuatan batubara di stockpile

juga mempengaruhi desain atau area stockpile yang digunakan. Penggunaan

stacker-reclaimer dalam sistem penumpukan dan pemuatan, membuat desain dan

sistem penumpukan memanjang. Stacker-reclaimer juga mempermudah dalam

pemisahan batubara yang memiliki kualitas yang berbeda dan sekaligus juga

mempermudah dalam blending batubara-batubara tersebut.

6.5.3.2 Metode Penimbunan dan Pembongkaran Batubara

Metode penimbunan yang biasa digunakan pada stockpile batubara yaitu :

1. Cone

Batubara secara berkesinambungan ditumpuk pada satu titik. Metode ini sangat

tidak efisien untuk blending batubara dan dapat menimbulkan segregasi yang

tinggi.

2. Strata

Batubara yang ditumpukan membentuk lapisan horizontal, sehingga dengan metode

ini blending dapat dilakukan dengan cukup baik dan batubara dapat tercampur

dengan merata. Metode ini terdiri dari :

a. Chevron, sistem yang paling simple dimana hanya diperlukan satu titik tengah

pada stockpile

b. Windrow, sistem ini menggunakan pola baris segitiga dan bentuk belah ketupat

c. Chevron-Windrow, sistem ini adalah gabungan dari kedua jenis diatas dan akan

menghasilkan segregasi ukuran butir yang sangat minimum, tapi jenis alat yang

digunakan sangat mahal.

6

Page 7: Proposal Skrpsi

Gambar 6.1 Metode Penimbunan pada Batubara

Sedangkan dalam pembongkaran timbunan terdapat beberapa macam metode, yaitu :

1. FIFO (First in, first out), dimana batubara yang terlebih dahulu ditimbun akan

dibongkar terlebih dahulu

2. LIFO (Last in, first out), dimana batubara yang terakhir ditimbun akan dibongkar

terlebih dahulu

3. SIRO (Service in random order), dimana batubara yang ditimbun akan dibongkar

dengan urutan yang tidak tentu atau secara acak.

Metode pembongkaran timbunan batubara yang baik adalah mengikuti metode FIFO.

Apabila metode pembongkaran mengikuti metode FIFO, maka akan didapatkan waktu

penimbunan yang minimal. Sehingga degradasi ukuran serta waktu yang tersedia unutk

reaksi pembentukan air asam dan swabakar selama di timbunan akan semakin sedikit.

6.4.2 Kontrol Terhadap Penyimpanan Batubara Produk

Berdasarkan kenyataan bahwa batubara adalah suatu kumpulan dari mineral yang

beragam, maka untuk mendapatkan kualitas batubara dan kualitas produk hasil yang

baik, perlu dilakukan kegitan control ataupun monitoring secara berkala. Selain itu yang

menjadi pertimbangan yaitu bila waktu penyimpanan menjadi terlalu lama, maka

7

COAL

Cone Chevron

Chevron-WindrowWindrow

Page 8: Proposal Skrpsi

kondisi batubara akan menurun. Karena itu, perlu dicari titik temu antara tuntutan

pembeli dengan kondisi batubara hasil produksi. Kegiatan tersebut meliputi :

1. Monitoring quantity (inventory) dan movement batubara di stockpile, meliputi

recording batubara yang masuk (coal in) dan recording batubara yang keluar (coal

out) di stockpile, termasuk recording batu bara yang tersisa (remnant of coal)

2. Menghindari batubara terlalu lama di stockpile, dapat dilakukan dengan penerapan

aturan FIFO (first in fist out)

3. Mengusahakan pergerakan batu bara sekecil mungkin di stockpile, termasuk

diantaranya mengatur posisi stock dekat dengan reclaimer, monitoring effectivity

dozing di stockpile dengan maksud mengurangi degradasi batu bara

4. Monitoring quality batubara yang masuk dan yang keluar dari stockpile, termasuk

diantara control temperatur untuk mengantisipasi spontaneous combustion

5. Pengawasan yang ketat terhadap kontaminasi, meliputi :

Pelaksanaan housekeeping, tidak diperkenankan membuang sampah

sembarangan di area stockpile

Inspeksi langsung adanya kotoran yang terdapat di stockpile. Menentukan

sumber kontaminasi dan kemudian melaporkan kepada pihak yang

berkompeten untuk tindakan preventive.

6. Perhatian terhadap faktor lingkungan yang bisa ditimbulkan, dalam ini mencakup

usaha :

Pengontrolan debu, penerapan dan pengawasan penggunaan spraying & dust

supressant

Adanya tempat penampungan khusus (fine coal trap) untuk buangan / limbah

air dari drainage stockpile

Penanganan waste coal (remnant & spillage coal).

7. Tidak dianjurkan menggunakan area stockpile untuk parkir dozer, baik untuk

keperluan maintenance dozer atau overshift operator. Kecuali dalam keadaan

emergency dan setelah itu harus diadakan housekeeping secara teliti

8. Menanggulangi batubara terbakar di stockpile. Dalam hal ini penanganan yang

diajurkan adalah sebagai berikut :

Melakukan spreading / penyebaran untuk mendinginkan batubara

Bila kondisi cukup parah, maka bagian batubara yang terbakar dapat dibuang

8

Page 9: Proposal Skrpsi

Memadatkan (kompaksi) batubara yang mengalami self heating atau

spontaneous combustion

Tidak diperbolehkan menggunakan air dalam memadamkan batubara yang

mengalami spontaneous combustion

Batubara yang mengalami spontaneous combustion tidak diperboleh langsung

diangkut ke tongkang sebelum dilakukan pendinginan terlebih dahulu

Untuk penyetokan yang relatif lama bagian atas stockpile harus dipadatkan

(kompaksi), guna mengurai resapan udara dan air ke dalam stockpile.

9. Sebaiknya tidak membentuk stockpile dengan bagian atas yang cekung, hal ini

untuk menghindari swamp di atas stockpile.

10. Mengusahakan kontur permukaan basement berbetuk cembung atau minimal datar,

hal ini berkaitan dengan kelancaran sistem drainage.

6.5 Unit Peremukan (Crushing Plant)

Unit peremukan (crushing plant) merupakan rangkaian peralatan mekanis yang

digunakan untuk mereduksi ukuran hasil penambangan. Pengolahan batubara hasil

penambangan perlu dilakukan terutama untuk memenuhi atau menyesuaikan dengan

permintaan konsumen akan kualitas dan ukuran butiran. Secara umum peralatan yang

digunakan didalam proses pengolahan ialah semua peralatan yang dipakai dan

diperlukan didalam siklus kegiatan pengolahan bahan galian. Adapun peralatan yang

dipakai pada siklus pengolahan bahan galian antara lain terdiri dari :

6.5.1 Hopper

Hopper adalah alat untuk menampung batubara dari ROM stock untuk diperoses lebih

lanjut. hopper terdiri dari satu unit yang dilengkapi dengan grizzly yang terbuat dari

baja seperti anyaman dengan ukuran lubang tertentu untuk mensortasi ukuran batubara

yang akan masuk ke crusher menunju ke feeder breaker.

6.5.2 Grizzly

9

Page 10: Proposal Skrpsi

Merupakan susunan batang-batang baja yang membentuk ukuran lubang bukaan

tertentu. Grizzly berfungsi untuk menahan ukuran bongkah batubara tertentu yang

diijinkan lolos ke dalam hopper. Anyaman besi siku disusun bersilangan saling sejajar

pada jarak yang ditentukan dan ditempatkan di lubang masuk hopper.

6.5.3 Crusher

Proses pereduksian ukuran butir ini disebut kominusi. Pereduksian ukuran terdiri dari

primary crushing dan secondary crushing.

6.5.3.1 Primary crushing

Merupakan tahap penghancuran tahap pertama dengan umpan yang digunakan biasanya

berasal dari hasil penambangan dengan ukuran berkisar 300 mm. Alat-alat yang

digunakan pada tahap ini adalah jaw crusher dan gyratory crusher.

1. Jaw crusher

Jaw crusher terdiri dari 2 plate yang berhadap – hadapan membentuk sudut yang

kecil ke arah bawah, yang dapat membuka dan menutup seperti rahang binatang

(jaw). Salah satu jaw diam tertahan pada crusher frame (kerangka jaw crusher)

disebut fixed jaw, sedang yang satu lagi ditahan pada sumbunya dan dapat bergerak

sedikit mendekat dan menjauh dari fixed jaw, disebut swing jaw, batuan – batuan

(feed) yang masuk diantara kedua jaw mendekat dan dilepaskan pada saat jaw

menjauh.

Gaya pemecah atau penghancur dari jaw crusher adalah sebagai hasil tekanan

terhadap batuan oleh swing jaw kepada fixed jaw. Batuan yang dijepit diantara fixed

jaw dan swing jaw mendapat gaya tekan dan gaya pukulan (compression and

impact) dari kedua jaw yang mendekat. Kedua gaya tersebut dapat memecahkan

batuan kalau melebihi batas elastisitas dari batuan yang mendapatkan tekanan

dengan keras.

10

Page 11: Proposal Skrpsi

Gambar 6.2 Jaw Crusher

2. Gyratory crusher

Gyratory crusher dipakai untuk memecah batuan berbentuk bongkah besar maupun

kecil, yaitu sebagai primary crushing dan secondary crushing, mempunyai

kapasitas lebih besar dibanding jaw crusher.

Gyratory crusher terdiri dari 2 cronical shells (dinding berbentuk kerucut

terpancung) yang berdiri vertikal, dinding luar (outer shell) yang diam tidak dapat

bergerak dengan puncak kerucut sebelah bawah, sedang dinding dalam (inner shell)

dengan puncaknya sebelah atas dapat dibuat berkisar sambil berputar pada asnya.

Dinding dalam dan dinding luar (shells) dibuat dari besi atau baja cor dan dilapisi

besi alloy yang dapat diganti – ganti (mantle).

Permukaan yang berhadapan dari 2 shells yang dipasang terbalik satu sama lain

merupakan crushing surface dari gyratory crusher, dimana terjadi penghancuran,

pada gyratory crushing action (penghancuran) berjalan terus menerus selama inner

shell (dinding dalam) berkisar dan berputar pada as nya, sedang pada jaw crusher

action hanya terjadi pada saat swing jaw mendekat pada fixed jaw. Alat gyratory

crusher dikembangkan terus sampai sekarang sehingga dengan tenaga yang lebih

kecil diperoleh kapasitas yang lebih besar dibanding jaw crusher.

11

Page 12: Proposal Skrpsi

Gambar 6.3 Gyratory Crusher

6.5.3.2 Secondary Crushing

Merupakan tahapan peremukan yang kedua kelanjutan dari primary crushing,

secondary crusher mempunyai beban yang lebih ringan dari primary crusher yang

termasuk heavy duty machine. Produk dari primary crushing merupakan umpan (feed)

dari secondary crusher dengan ukuran diameter biasanya kurang dari 150 mm. Benda-

benda yang membahayakan crusher seperti logam, kayu, lempeng dan butiran sangat

halus (slimes) telah lebih dahulu dikeluarkan. Secondary crusher di operasikan dalam

keadaan kering, tujuannya untuk memeperkecil (mereduksi) ukuran batuan sehingga

sesuai untuk dijadikan umpan (feed) bagi tertiary crushing. Secondary crushing dapat

dilakukan dengan menggunakan alat :

1. Jaw crusher

Dengan ukuran kecil (peremuk kasar) gaya yang bekerja adalah sistem tekan.

2. Gyratory crusher

Ukuran kecil (peremuk kasar) gaya yang bekerja adalah sistem tekan /geser.

3. Hammer mill (peremuk sangat halus)

Gaya yang bekerja adalah sistem tumbuk/gesek/geser.

12

Page 13: Proposal Skrpsi

Gambar 6.4 Hammer Mill

4. Roll crusher (peremuk sedang /halus)

Gaya yang bekerja adalah sistem tekan /geser/ gesek roller crusher merupakan alat

yang terdiri dari tiga buah silinder baja dan masing-masing dihubungkan pada as

(poros) sendiri-sendiri. Silinder ini hanya satu saja yang berputar dan lainnya diam

tapi karena adanya material yang masuk dan pengaruh silinder lainnya maka

silinder ini ikut berputar pula. Putaran masing-masing silinder tersebut berlawanan

arahnya sehingga material yang berada di atas roll akan terjepit dan hancur. Roller

biasanya digunakan untuk batuan keras dan lunak seperti sand stone, shale,

lempung, dan material lengket sampai setengah keras termasuk batubara.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan produksi crusher adalah

sebagai berikut :

a. Sifat fisik material yang akan direduksi, sifat fisik ini meliputi kekerasan, berat

jenis, dan kandungan air.

b. Impirities yaitu ada tidaknya pengotor yang terdapat pada batubara.

c. Kondisi roll crusher.

d. Kemampuan feeding batubara baik dari tambang maupun ROM stockpile ke

hopper.

13

Page 14: Proposal Skrpsi

Gambar 6.5 Roll Crusher

Produktivitas crusher dibedakan menjadi dua macam yaitu produktivitas desain dan

produktivitas nyata. produktivitas desain merupakan kemampuan produksi yang

seharusnya dicapai oleh alat tersebut dan dapat diketahui spesifikasi alat yang

dibuat oleh pabrik, sedangkan produktivitas nyata merupakan kemampuan produksi

alat peremuk sesungguhnya yang didasarkan pada sistem produksi yang diterapkan.

Alat peremuk batubara masih digunakan dalam beberapa penggilingan, walaupun

crusher telah digantikan menjadi banyak instalasi oleh roll crusher.

6.5.4 Sistem Conveyor

Conveyor adalah salah satu jenis alat pengangkut yang berfungsi untuk mengangkut

bahan-bahan industri yang berbentuk padat. Pemilihan alat transportasi (conveying

equipment) material padatan antara lain tergantung pada :

1. Kapasitas material yang ditangani

2. Jarak pemindahan material

3. Arah pengangkutan, yaitu horizontal, vertikal dan inklinasi

4. Ukuran (size), bentuk (shape), dan sifat dari material (properties)

Secara umum conveyor diklasifikaikan sebagai berikut :

1. Belt conveyor

2. Chain conveyor, terdiri dari berbagai tipe yaitu :

a. Scraper conveyor

b. Appron conveyor

c. Bucket conveyor

3. Screw conveyor

14

Page 15: Proposal Skrpsi

4. Pneumatic conveyor

Keuntungan dalam menggunakan conveyor adalah :

1. Menurunkan biaya dan waktu dalam memindahkan material

2. Meningkatkan efisiensi pemindahan material

3. Menghemat ruang

4. Meningkatkan kondisi lingkungan kerja

Komponen-komponen utama belt conveyor dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 6.6 Komponen-Komponen Sistem Conveyor

1. Counterweight / Belt Scale

Belt scale ini antara lain adalah untuk menunjukkan kecepatan belt, kapasitas

conveyor (ton/jam) dan jumlah total batubara yang lewat ke conveyor.

2. Jenis-jenis pulley yaitu sebagai berikut :

a. Drive pulley

Pulley yang dipasang sistem penggerak untuk menggerakkan seluruh sistem

conveyor.

b. Tail pulley

Pulley yang terletak bagian belakang conveyor. Untuk beberapa kasus

berfungsi sebagai pulley penggerak atau pengencang pulley (take-up)

c. Snub pulley

15

Page 16: Proposal Skrpsi

Pulley yang berfungsi untuk memperluas bidang kontak antara belt dengan

drive pulley.

d. Bend pulley

Pulley yang digunakan untuk mengubah arah belt.

e. Take-up Pulley

Pulley yang memiliki sistem pengencang belt. Fungsi dari take-up pulley yaitu ;

Untuk menjaga tension belt pada saat loading.

Untuk mencegah belt kendor.

Untuk kompensasi perubahan panjang belt.

Untuk mencegah belt slippage.

Untuk kemudahan repair.

Jenis take-up pulley ada bermacam-macam, yaitu :

1) Screw take-up

2) Counterweight (gravity) take-up, yang inipun ada dua macam, yaitu:

a) Vertical gravity take-up

b) Horizontal (carriage) gravity take-up

16

Page 17: Proposal Skrpsi

Gambar 6.7 Jenis-jenis Pemberat (take-up)

3. Feeder (pengumpan)

Adalah alat untuk pemuatan material ke atas belt dengan kecepatan yang teratur.

Dari pengumpanan dapat langsung ke belt atau melalui corongan untuk mengurangi

benturan pada waktu material jatuh ke atas belt.

Macam-macam pengumpanan yang pernah digunakan yaitu :

a. Apron feeder

b. Reciprocating feeder

c. Rotary vane feeder

d. Rotary plow feeder

17

Page 18: Proposal Skrpsi

Gambar 6.8 Beberapa Tipe Pengumpan (feeder)

4. Idler

Berguna untuk menahan atau menyangga belt. Menurut letak dan fungsinya, maka

idler dibagi menjadi :

a. Impact roller

Roll penunjang daerah bermuatan material, biasanya roller ini diselimuti

dengan rubber untuk mengurangi impact langsung dengan roller.

Gambar 6.9 Impact Roller

b. Carrier roller

Roll penunjang belt yang bermuatan material. Ada dua macam, yaitu :

1) Throughting idler, untuk belt yang melengkung.

2) Flat idler, untuk belt yang datar.

18

Page 19: Proposal Skrpsi

Gambar 6.10 Carrier Roller (throughting idler)

c. Return roller

Roll penunjang belt yang tidak bermuatan material.

Gambar 6.11 Return Roller

d. Return training idle

Roll untuk membantu kelurusan belt dengan alat bantu pelurus (guide roller).

19

Page 20: Proposal Skrpsi

Gambar 6.12 Return Training Idle

5. Belt

Belt adalah permukaan yang bergerak dan digunakan untuk menyangga material

yang akan diangkut di atasnya dan berfungsi sebagai pengangkut material yang

telah direduksi sebelumnya. Permukaan atas dan bawah belt dilapisi karet untuk

melindungi tulangan terhadap keausan dan kerusakan akibat benturan material

ketika dimuati.

Kontruksi belt, yaitu sebagai berikut :

a. Top cover, memproteksi carcass terhadap kondisi operasi

b. Skim coat, compound sebagai adhesive antar ply

c. Carcass, penguat/kekuatan belt

d. Bottom cover, memproteksi terhadap abrasi dan gesekan dari pulley dan roller

20

Top Cover

Skim coat

Carcass

Page 21: Proposal Skrpsi

Gambar 6.13 Conveyor Belt Construction

6. Skirt board

Skirts adalah semacam sekat yang dipasang dikiri kanan belt pada tempat pemuatan

(loading point) yang terbuat dari logam atau kayu dan dapat dipasang tegak atau

miring yang dipergunakan untuk mencegah terjadinya ceceran (spills) pada saat

curah dan membentuk curahan keposisi tengah ban berjalan.

21

Page 22: Proposal Skrpsi

Gambar 6.14 Skirt board

7. Belt scraper

Kriteria pemilihan belt scraper :

Nilai abrasion loss

Kekerasan yang tidak terlalu tinggi dan tidak boleh terlalu kaku

Tensile strength dan parameternya

Bentuk blade

8. Belt cleaner

a. Primary belt cleaner

Sisa material/carry-back/spillage yang tidak terkendali akan mengakibatkan :

Lingkungan kerja penuh dengan tumpahan material dari sisi balik

Spillage menyebabkan penumpukan material pada roller dan pulley

sehingga diameter komponen tidak sama dan mengakibatkan belt berjalan

tidak lurus

Spillage mengeras pada komponen yang bergesekan dengan belt dan akan

menyebabkan keausan yang tidak wajar dan memperpendek usia belt

Kerusakan pada komponen lainnya.

22

Page 23: Proposal Skrpsi

Gambar 6.15 Primary Belt Cleaner

b. Secondary cleaner

Sebagai pembersih belt.

23

Page 24: Proposal Skrpsi

Gambar 6.16 Secondary Belt Cleaner

9. Drive unit

Motor yang digunakan sebagai sumber penggerak, umumnya dipakai electric motor

atau diesel. Besar kecilnya daya mesin tergantung pada :

a. Beban material yang akan diangakut di atas belt.

b. Kecepatan belt.

c. Lebar dan macam belt.

d. Diameter roda drive pulley dan roda tail pulley.

e. Luas bidang kontak antara drive pulley dengan belt.

10. Kerangka (frame)

24

Page 25: Proposal Skrpsi

Kerja lancar Mengisi BBM Diminta Waktu Waktu Ganti bit standby perbaikan perbaikan Peledakan Tak ada tunggu suku suku cadang Mengatur alat operator cadang Lain-lain.

berat Makan, Lain-lain. Tunggu alat istirahat, dan

muat rapat Tunggu truk Hujan lebat, Pengawasan kabut

rutin Lain-lain Semprot lubang

bor Pelumasan Manuver alat Pengecekan

awal sebelumjalan

Membersihkanscreen

Batu macet dicrusher, corong , dll.

Idler lepas Lain-lain.

Perbaikan Mendadak

(Unschedule Maintenance );

UM

Perbaikan Terjadwal (Schedule

Maintenance ); SM

Terjadwal (Scheduled ); STersedia (Available ); A Perawatan (Maintenance ); M

Jalan (Operation ); O

Kerja (Working ); W

Tertunda (Delayed ); D

Terhenti (Idle ); I

Konstruksi baja yang menyangga belt conveyor dan harus ditempatkan sedemikian

rupa sehingga jalannya belt yang berada di atasnya tidak terganggu. Hal ini sangat

tergantung kepada medan operasinya, yaitu apakah mendatar, miring atau

kombinasi keduanya.

6.6 Efisiensi Kerja

Efisiensi kerja merupakan elemen produksi yang harus diperhitungan di dalam upaya

mendapatkan harga produksi alat per satuan waktu yang akurat. Sebagaian besar harga

efisiensi kerja diarahkan terhadap operator, yaitu orang yang menjalankan atau

mengoperasikan unit alat. Walaupun demikian, apabila ternyata efisiensi kerjanya

rendah belum tentu penyebabnya adalah kemalasan operator yang bersangkutan. Ada

penyebab yang tidak bisa dihindari seperti cuaca, kerusakan mendadak, kabut dan lain-

lain. Untuk meningkatkan efisiensi kerja operator kadang-kadang perlu semacam

perangsang atau bonus yang mendidik dari perusahaan dengan harapan operator dapat

mempertinggi etos kerja, lebih bertanggungjawab dan termotivasi.

Pekerjaan mekanik untuk perawatan alat tidak dapat dimasukkan sebagai penyebab

berkurangnya efisiensi kerja operator, karena pekerjaan perawatan alat maintenance

harus sudah terjadwal untuk masuk bengkel workshop. Oleh sebab itu sebab itu untuk

memperoleh harga efisiensi kerja operator yang mewakili perlu diberikan batasan –

batasan pekerjaan dan itu semua harus dipahami oleh seluruh jajaran karyawan

operasional maupun mekanik.

25

Page 26: Proposal Skrpsi

Tabel 6.1 Parameter pengukur efisiensi

Beberapa pengertian yang dapat menunjukkan keadaan alat mekanis dan efektifitas

penggunaannya antara lain :

1. Kesediaan Mekanis (Mechanical Availability), merupakan cara untuk mengetahui

kesediaan mekanis yang sesungguhnya dari alat yang digunakan, persamaannya

adalah sebagai berikut :

Error: Reference source not found...................................................................(6.1)

dimana :

W = Jumlah jam kerja, yaitu waktu yang dibebankan pada alat dalam kondisi dapat

beroperasi, dalam arti tidak rusak (jam), hal ini termasuk juga hambatan yang di alami

alat ketika dalam melakukan kerja.

R = Jumlah jam untuk perbaikan ( repair hours )

2. Ketersediaan Fisik (Physical Availability), merupakan catatan mengenai keadaan

fisik dari alat yang sedang dipergunakan, persamaannya adalah sebagai berikut :

26

Page 27: Proposal Skrpsi

Error: Reference source not found...................................................................(6.2)

dimana :

S = Stand by hours, atau jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan padahal

alat tersebut tidak rusak dan dalam keadaan siap beroperasi

W+R+S = Schedule hours, atau jumlah seluruh jam jalan dimana alat dijadwalkan untuk

beroperasi.

Physical availability pada umumnya selalu lebih besar daripada mechanical

availability. Tingkat effesiensi dari sebuah alat mekanis naik jika angka physical

availability mendekati mechanical availability.

3. Kesediaan Digunakan (Use of availability), adalah menunjukkan berapa persen

waktu yang digunakan alat untuk beroprasi pada saat ia dapat digunakan

(available), persamaannya adalah sebagai berikut :

Error: Reference source not found...................................................................(6.3)

Use of availability biasanya dapat memperhitungkan seberapa efektif suatu alat

yang tidak sedang rusak dapat dimanfaatkan, hal ini dapat menjadi ukuran seberapa

baik pengelolaan (management) peralatan yang dipergunakan.

4. Efesiensi Alat (Effective Utilization), menunjukkan persen dari seluruh waktu kerja

yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif. Effective utilization

sebenarnya sama dengan pengertian effesiensi kerja, persamaanya adalah sebagai

berikut :

Error: Reference source not found...................................................................(6.4)

27

Page 28: Proposal Skrpsi

6.7 Produktifitas Crusher

Untuk menghitung produktivitas alat crusher dapat menggunakan rumus, yaitu :

Error: Reference source not found..........................................................................(6.5)

Untuk menghitung produktivitas crusher terdapat dua rumus sebagai perbandingan

yaitu sebagai berikut :

1. Perhitungan Target Produktifitas

Error: Reference source not found..........................................................................(6.6)

2. Perhitungan Produktivitas Aktual

Error: Reference source not found..........................................................................(6.7)

Untuk menghitung target produksi rencana crusher dapat menggunakan rumus, yaitu :

Error: Reference source not found

……… (6.8)

Untuk waktu produktif aktual diperoleh dari persamaan di bawah ini :

Error: Reference source not found..........................................................................(6.9)

Sedangkan untuk menghitung waktu produksi yang terkoreksi alat crusher tersebut

dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

Error: Reference source not found........................................................................(6.10)

28

Page 29: Proposal Skrpsi

6.8 Efektifitas Alat Peremuk

Efektifitas alat peremuk berhubungan dengan produksi yang dihasilkan dari peralatan

tersebut. Efektivitas alat peremuk ini pada umumnya merupakan perbandingan antara

kapasitas nyata dengan kapasitas desain dinyatakan dengan persen. Efektifitas crusher

dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Error: Reference source not found........................................................................(6.11)

7. Metodologi

Penelitian dilakukan dengan menggunakan secara teori dengan data-data yang diperoleh

di lapangan, sehingga dari keduanya didapatkan pendekatan masalah. Adapun urutan

pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

1. Studi literatur tentang

Studi literatur dengan mencari bahan pustaka maupun laporan-laporan yang

berhubungan dengan masalah yang ada, antara lain :

Kualitas batubara

Spesifikasi teknis alat peremuk

2. Pengamatan di Lapangan

Melakukan pengamatan di lapangan yang meliputi kinerja alat, kondisi alat, waktu

produksi peremukan dan waktu hambatan pada proses peremukan.

3. Pengambilan dan Analisa Sampel Batubara

Pengambilan data meliputi :

a. Data primer, seperti :

Produksi unit peremuk

Waktu tunda : - Cycle Time Loading Dump Truck di hopper Stockpil.

- Cycle Time Loading Trailer di Silo.

- Cycle Time Loading Trailer ke hopper pelabuhan.

b. Data sekunder, seperti :

29

Page 30: Proposal Skrpsi

Target produksi

Jam kerja efektif

Produksi harian

Spesifikasi alat

1. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan secara matematis dengan menggabungkan data-data

yang diperoleh baik data primer maupun sekunder, dengan mengacu pada teori

yang diperoleh melalui literatur, kemudian dianalisa secara kualitatif maupun

kuantitatif sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Kesimpulan dan saran

Setelah diperoleh korelasi antara hasil pengolahan data dengan permasalahan yang

ada, maka kesimpulan dan saran dapat diambil sesuai dengan keadaan dan kondisi

lapangan.

30

Page 31: Proposal Skrpsi

Kesimpulan

Analisis Permasalahan

Usaha optimalisasi

Optimal Belum optimal

Analisis Produktifitas Unit Peremuk Batubara (Coal Crushing Plant) Untuk

Pencapaian Target Produksi

Analisis Produktifitas Unit Peremuk Batubara (Coal Crushing Plant) Untuk

Pencapaian Target Produksi

Pengamatan dan Kegiatan Lapangan Proses kerja unit peremukan Efektivitas unit alat peremuk

Pengambilan Data

Data Primer

Jam kerja Produktivitas crusher Waktu hambatan unit

peremukan

Data Sekunder

Produksi unit peremuk pada waktu kerja, spesifikasi alat – alat yang digunakan

Pengolahan Data Kesediaan unit Produktifitas unit Waktu kerja terkoreksi

Gambar 6.17 Diagram Alir Penelitian

31

Page 32: Proposal Skrpsi

8. Relevansi

Manfaat yang diharapkan dari studi ini adalah meningkatnya waktu produktif crushing

plant berpengaruh pada meningkatnya produksi crushing plant.

9. Jadwal Kegiatan

Rencana penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan

Juli 2014 dan disesuaikan dengan kebijakan perusahaan.

Tabel 9.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

Studi Literatur        

Pengamatan lapangan        

Evaluasi dan pengolahan data        

Pembuatan Skripsi        

Penyerahan        

10. Daftar Pustaka

Ajie, Mokh Winanto. 2001. Pengolahan Bahan Galian. Teknik Pertambangan FTM,

UPN “Veteran”. Yogyakarta

Manual Book STAMLER Feeder Breaker BF - 29C - 59 - 76F. Pt. Kideco Jaya Agung,

Batukajang

Prodjosumarto, Partanto. 1993. Pemindahan Tanah Mekanis. Teknik Pertambangan,

ITB. Bandung

Sudarsono, A. 1989. Pengolahan Bahan Galian Umum, Jurusan Teknik Pertambangan,

Institut Tegnologi Bandung, Bandung

32

Page 33: Proposal Skrpsi

Sukmono, Eko. 2007. Produktifitas Crusher Coal Proccesing Plant 1 Pada Triwulan

Pertama Tahun 2010 PT Indominco Mandiri Bontang ”Laporan PKL”.

Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Mulawaran

Suwandhi, Awang. 2004. Rencana Pengolahan Batubara, Diktat Diklat Perencanaan

Tambang Terbuka. Unisba. Bandung

33