Proposal Skripsi Umar

download Proposal Skripsi Umar

of 24

Transcript of Proposal Skripsi Umar

PROPOSAL SKRIPSI

PEMAKNAAN IDEOLOGI GANTENG DALAM IKLAN VASELINE FOR MEN VERSI ARIEL NOAH

(Analisis Semiotik Iklan Vaseline For Men Versi Ariel Noah)

Disusun untuk memenuhi tugas harian Mata Kuliah SeminarDisusun oleh:Umar Hidayatullah(3401411155)JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

PROPOSAL SKRIPSINama

: Umar HidayatullahNIM

: 3401411155Jurusan: Sosiologi dan Antropologi

Prodi

: Pendidikan Sosiologi dan AntropologiA. JUDULPEMAKNAAN IDEOLOGI GANTENG DALAM IKLAN VASELINE FOR MEN VERSI ARIEL NOAH (Analisis Semiotik Iklan Vaseline For Men Versi Ariel Noah)B. LATAR BELAKANGMedia televisi merupakan media yang lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya electische telescop antara tahun 1883-1884 sebagai perwujudan gagasan seorang mahasisiwa berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara dari satu tempat ketempat lain (kuswandi, 1996: 6). Televisi merupakan salah satu media informasi yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia, karena untuk mendapatkannya relatif lebih murah, kalaupun tidak dianggap murah, setidaknya masyarakat lebih suka menikmati sajian tayangan televisi dari pada membaca koran atau membeli buku. Selain itu televisi merupakan media informasi yang setiap orang mudah menjangkaunya, semua golongan, ras suku, agama, dari ekonomi atas hingga rakyat miskinpun dapat menikmati media ini. Masyarakat Indonesia yang lebih dekat dengan budaya lisan dari pada budaya membaca membuat kemunculan televisi lebih dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Dalam kapasitasnya sebagai media massa, televisi menyajikan berbagai tayangan, salah satunya adalah tayangan berupa penawaran sebuah produk (iklan).

Dewasa ini, tayangan iklan merupakan media yang bisa dikatakan sangat efektif untuk menawarkan produk yang ingin dijual oleh para produsen. Berbagai iklan silih berganti mengisi layar televisi, berlomba-lomba menawarkan produknya. Iklan merupakan salah satu strategi para pemodal untuk mendapatkan konsumennya. Akan tetapi iklan yang ada sekarang tidak hanya sebatas pada penawaran produk, lebih dari itu iklan memberikan bumbu kebohongan serta mitos didalamnya. Iklan mengkaburkan garis antara produk dan kesadaran sosial akan produk itu(Danesi, 2012:293).Kini iklan televisi dapat dikatakan sebagai budaya popular yang sedang menerpa masyarakat saat ini. Budaya populer merupakan budaya massa yang populer dan ditopang oleh industri dan kebudayaan (cultural industry), serta mengontruksi masyarakat tak sekedar berbasis konsumsi, tapi juga menjadikan semua artefak budaya sebagai produk industri. Budaya massa yang terjadi disebabkan massifikasi, yaitu industrialisasi dan komersialisasi yang menuntut standarisasi produk budaya dan homogenisasi cita rasa. Cita rasa masyarakat dijadikan satu atau seragam guna mendapatkan keuntungan yang maksimal kaum pemilik modal. Tanpa adanya homogenisasi atau penyatuan cita rasa sulit kiranya untuk mendapatkan keuntungan maksimal dari masyarakat yang beragam.Keberadaannya yang sering muncul di televisi memiliki peranan yang besar dalam mempengaruhi keinginan para calon konsumennya dalam membeli sebuah produk. Para penontonnya tidak hanya disuguhi informasi mengenai produk, tetapi penonton juga disuguhi mengenai gaya hidup kekinian serta berbagai ideologi yang ada didalamnya. Iklan yang ditayangkan televisi sungguh menarik perhatian, seakan mengajak para penontonnya untuk mencoba dan mengikuti apa yang diperagakan dan digunakan oleh model iklan bahkan penonton yang melihatnya berani mengeluarkan banyak uang untuk membeli produk yang diiklankan. Iklan televisi menghadirkan sensasi yang berbeda, melalui tayangan iklan yang ditayangkan memberikan dunia baru yang mengubah persepsi hingga menciptakan kebutuhan-kebutuhan semu. Sering kali tayangan iklan televisi menjabarkan sejumlah permasalahan sebelum menggunakan produk tertentu, setelah itu munculah produk yang ditawarkan seolah menjadi penyelamat atau obat mujarab yang akan membebaskan permasalahan yang dihadapi calon konsumennya.Jika melihat kenyataan sekarang, terdapat hal menarik mengenai bagaimana kaum pria memaknai wajah. Kenyataan yang ada sekarang menunjukan terdapat pergeseran gaya hidup pria dalam hal perawatan wajah. Jika dahulu persoalan akan pentingnya merawat wajah hanya dilakukan oleh kaum wanita, berbeda halnya dengan yang ada sekarang. Perawatan wajah kini dianggap penting bagi para pria guna mendukung aktifitas sehari-harinya. Hal ini terjadi seiring dengan banyaknya produk pembersih wajah berlabel For Men yang ditawarkan dalam iklan televisi.Wajah merupakan sesuatu yang unik , fisik, linak, dan publik, merupakan simbol utama diri (Synnot, 2003:136). Wajah merupakan representasi atau penggambaran seseorang, dimana gambaran wajah mewakili gambaran secara keseluruhan akan diri. Gloria Swanson dalam Synnot (2003:136) mengatakan : Kita tidak perlu berdialog karena telah memiliki wajah . Dalam hal ini ganteng merupakan kontruksi masyarakat yang menunjukan bentuk atau rupa wajah pria yang dianggap baik. Seiring dengan banyaknya iklan yang menawarkan produk pembersih wajah dengan embel-embel terlihat gateng membuat kaum pria berlomba-lomba membelinya.Dalam usahanya menarik para calon konsumen, iklan menggunakan seorang atau model sebagai penguat adanya produk yang ditawarkan. Model laki-laki yang diangga ganteng pun dipilih untuk mengisi produk pembersih wajah berlabel For Men, hal tersebut bertujuan untuk menarik perhatian para calon konsumen dan sebagai bahan percontohan akan manfaat yang diberikan iklan. Akan tetapi dibalik itu semua terdapat berbagai kebohongan yang sedang disajikan iklan, termasuk mitos akan ganteng yang ditawarkan sebuak iklan pebersih wajah berlabel For Men.Vaselin For Men merupakan salah satu produk pembersih wajah yang paling banyak digunakan di Indonesia, selain itu Vaselin For Men merupakan secara massif melakukan berbagai program pemasaran melalui berbagai cara yang baru dan menarik. Iklan Vaseline For Men Versi Ariel merupakan iklan yang terbaru yang diusung oleh Vaseline. Sudah barang tentu iklan ini juga menyangkan berbaga mitos atau ideologi akan ganteng dalam tayangannya.

Setelah adanya pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai PEMAKNAAN IDEOLOGI GANTENG DALAM IKLAN VASELINE FOR MEN VERSI ARIEL NOAH.C. RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut :1. Bagaimana laki-laki digambarkan dalam iklan vaseline for men versi Ariel Noah?2. Bagaimana ideologi ganteng dalam iklan vaseline for men versi Ariel Noah?D. TUJUAN PENELITIAN1. Untuk mengetahui gambaran laki-laki dalam iklan vaseline for men versi Ariel Noah.2. Untuk mengetahui ideologi ganteng dalam iklan vaseline for men versi Ariel Noah.E. MANFAAT PENELITIANPenelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:

1. Manfaat Teoritisa. Sebagai bahan perbandingan untuk penelitian analisis semiotika iklan televisi lanjutan bila dilakukan penelitian yang sama di masa mendatang.b. Memperoleh gambaran yang jelas mengenai makna ideologi ganteng dalam iklan Vaseline for men versi Ariel Noah.2. Manfaat praktis a. Sebagai bahan pertimbangan ketika akan membeli sebuah prodak yang ditawarkan televisi.b. Memberikan pemahaman pada masyarakat terutama kaum laki-laki bahwa sebuah ketampanan atau ganteng merupakan sesuatu yang tidak harus sama dengan apa yang ada diiklan.F. PENEGASAN ISTILAH

Penegasan istilah dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami istilah daam judul penelitian ini. di samping itu dimaksudkan untuk memberi ruang lingkup obyek penelitian agar tidak terlalu luas. Untuk itu peneliti menjelaskan beberapa istilah yang dimaksud dalam penelitian, antara lain sebagai berikut:1. Iklan

Iklan menggambarkan tipe atau bentuk pengumuman publik apa pun yang dimaksudkan untuk mempromosikan penjualan komoditas atau jasa spesifik, atau untuk menyebarkan sebuah pesan sosial atau politik (Danesi, 2012:298)2. Iklan Vaseline For Men Versi Ariel NoahIklan Vaseline For Men Versi Ariel Noah merupakan iklan pembersih wajah yang dibintangi vokalis grup band Noah yaitu Ariel bersama personil lainnya.3. Ideologi Ganteng

Ideologi berarti peta-peta makna yang mengklaim dirinya sebagai kebenaran universal namun sebenarnya merupakan pemahaman spesifik yang punya latar belakang sejarahnya sendiri yang menutup-nutupi serta mengukuhkan kekuasaan (Barker, 2013:11)Idoleogi ganteng dalam peelitian ini dimaksudkan untuk menunjukan kontruksi masyarakat akan ganteng yang ada di dalam iklan Vaseline For Men Versi Noah.G. TINJAUAN PUSTAKAHasil penelitian mengenai analisis iklan sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain. Penelitian yang sudah banyak dilakukan ini ditinjau dari beberapa segi. Penelitian yang dilakukan Doni (2011) berjudul Mitologi Moralitas Pada Iklan M-150 versi hero mengunakan analisis Semiotika Roland Barthes, dimana penelitian tersebut fokus pada sisi moralitas sebagai daya tarik iklan. Iklan memberikan gambaran bentuk nilai moral seperti kejujuran, keberanian, ketaatan, kedisplinan, dan penghormatan. Sajian iklan yang dihadirkan, tidak memperlihatkan adanya hubungan antara pesan-pesan yang disampaikan dengan produk yang ditawarkan.

Melalui analisis dengan menggunakan teori dua tatanan pertandaan dari Roland Barthes peneliti melihat mitos mengenai produk minuman yang menjadi landasan terbentuknya sikap moralitas yang baik. Namun secara tersamarkan mitos ini membawa ideologi kapitalisme. Penelitian lainnya, Aprilia (2005) dengan judul penelitiannya Iklan dan Budaya Populer: Pembentukan Identitas Ideologi Kecantikan Perempuan oleh Iklan (Analisis Semiotika Iklan Cetak WRP Body Shape & Prolene. Penelitian yang dilakukan oleh Aprilia menggunakan metode kualitatif deksriptif menggunakan pendekatan semiotika. Dalam analisisnya Aprilia menggunakan semiotika Roland Barthes untuk melihat makna dibalik iklan. Fokus dalam penelitainnya adalah untuk melihat identitas kecantikan yang dibangun oleh iklan WRP Body Shape & Prolene. Hasil penelitiannya adalah model dalam iklan kedua produk tersebut mewakili semua citra kecantikan seorang perempuan, dimana citra itu dikonstruksikan oleh media massa, yaitu langsing, muda, berkulit putih mulus, punya kulit wajah yang putih, berambut hitam panjang, kaki ramping, dan berpaikan mengikuti tren. Jika iklan ini mengalami keberhasilan dalam menanamkan mitosnya maka akan menjadi ideologi dan perempuan akan merasa cantik ketika menggunakan kedua produk ini.

H. LANDASAN TEORI1. Semiotika Roland BarthesPenulis melakukan penelitian dengan menggunakan landasan teori Semiotika Ronald Barthes Semiotika berasal dari kata Yunani: semeion, yang berarti tanda. Dalam pandangan Piliang, penjelajahan semiotika sebagai metode kajian kedalam berbagai cabang keilmuan, ini dimungkinkan karena ada kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Dengan kata lain, bahasa dapat dijadikan dasar dalam beragam wacana sosial. Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri (Piliang,1998:262). Dapat dikatakan pula semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda, berfungsinya tanda, dan produksi makna. Tanda merupakan sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda. Adanya peristiwa, tidak adanya peristiwa, struktur yang ditemukan dalam sesuatu, suatu kebiasaan, semua ini dapat disebut tanda (Zoest dalam Pilliang, 1999:12).Menurut Bertens dalam Sobur (2006:63), Sosok Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang giat mempraktikan model linguistik dan semiologi Saussure. Barthes berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Barthes kemudian menciptakan lima kode yang ditinjaunya yakni:a. Kode hermeneutik, yakni kode teka-teki berkisar pada harapan pembaca untuk mendapatkan kebenaran bagi pertanyaan yang muncul dalam teks.b. Kode semik, yakni kode konotatif banyak menawarkan banyak sisi.

c. Kode simbolik, yakni didasarkan pada gagasan bahwa makna berasal dari beberapa oposisi biner atau pembedaan-baik dalam taraf bunyi menjadi fonem dalam proses produksi wicara, maupun pada taraf oposisi psikoseksual yang melalui proses.

d. Kode proaretik, yakni kode tindakan atau lakuan dianggapnya sebagai perlengkapan utama teks yang dibaca orang.e. Kode gnomik, yakni banyaknya jumlah kode kultural (Lecthe dalam Sobur, 2006:196).Barthes kemudian membangun sistem kedua yang disebut dengan konotatif, yang didalam Mytologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem tataran pertama. Kemudian barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja.

1. Signifier (Penanda)2. Signefied (Petanda)

3. Denotatif Sign

(Tanda Denotatif)

4. CONNOTATIVE SIGNIFIER (PENANDA KONOTATIF)5. CONNOTATIVE SIGNIFIED (PETANDA KONOTATIF

6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)

Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: sebagai contoh, hanya jika mengenal tanda singa, barulah muncul konotasi harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin (Cobley dan Jansz dalam Sobur). Pada peta tanda Roland Barthes tersebut diatas dapat diuraikan secara lebih sederhana bahwa munculnya sebuah makna denotasi tidak terlepas dari adanya sebuah penanda dan juga petanda. Namun tanda denotasi juga dapat membuat persepsi kepada sebuah penanda konotasi. Untuk memperjelas, berikut adalah pengertian denotasi dan konotasi:

a. Denotasi

Denotasi cenderung digambarkan sebagai makna yang jelas atau makna yang sebenarnya dari sebuah tanda. Dalam tanda-tanda ilmu bahasa, makna denotatif merupakan apa yang dijelaskan dalam kamus. Menurut Fiske (2004:93), Denotasi kadangkala dianggap sebagai sebuah digital code yakni suatu kode dimana penanda maupun petanda jelas terpisah dan konotasi sebagai analogue code yaitu kode yang bekerja dalam suatu skala kontinyu. Menurut Spradley dalam Pilliang (1999:20), Makna denotatif meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh kata-kata (makna referensial). Pilliang (1998:14) mengartikan makna denotatif adalah hubungan eksplisit antara tanda dengan refernsi atau realitas dalam pertandaan tahap denotatif. Dengan kata lain denotasi dapat merupakan sebagai kata yang memiliki arti sesuai dengan apa yang ada didalam kamus bahasa indonesia, yang dapat merupakan makna sesungguhnya atau makna yang sebenarnya dari apa yang tertulis dan dilihat.b. Konotasi Dalam catatan Pilliang istilah konotasi dipakai untuk menunjuk pada asosiasi-asosiasi sosio-kultural dan personal (ideologi, emosi, dan sebagainya) dari tanda. Biasanya akan berkaitan dengan kelas atau status sosial, usia, gender, etnisitas, dan sebagainya dari interpreter. Tanda konotasi lebih terbuka untuk beragam interpretasi dalam bentuk konotasi daripada denotasi. Spradley dalam Pilliang (1999:20), Konotatif meliputi semua signifikansi sugestif dari simbol yang lebih dari pada arti referensialnya. Menurut Pilliang (1998:17), Makna konotatif meliputi aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi. Sebagai contoh seperti, gambar wajah orang tersenyum dapat diartikan sebagai suatu keramahan dan kebahagiaan. Tetapi sebaliknya, tersenyum bisa juga diartikan sebagai ekspresi penghinaan terhadap seseorang. Untuk memahami makna konotatif, maka unsur-unsur yang lain harus dipahami pula.Menurut Barthes mitos adalah tipe wacana, dimana mengubah makna menjadi sebuah bentuk atau dapat disebut dengan perampokan bahasa.Dalam teori semiotikanya Barthes menyatakan pada tingkat penandaan kedua (konotasi) adalah tingkat yang mana mitos digunakan. Barthes menyebutkan bahwa denotasi sebagai sistem pertama atau primer. Biasanya pemakain tanda pengembangan pemakai tanda ke dua arah. ke dalam apa yang disebut oleh Barthes sebagai sistem kedua atau sekunder.Barthes (dalam Aprilia) juga mengartikan sebuah ideologi sebagai bentuk ide dan praktik yang mempertahankan status quo dan secara aktiv mempromosikan nilai-nilai dan kepentingan kelompok dominan dalam masyarakat (Aprilia, 2005:52). Menurut Barthes ideologi bekerja pada tahap sekunder atau tahap konotasi menjadi makna yang seringkali tidak disadari. Ideologi menjadikan apa yang sebenarnya parsial menjadi seseuatu yang umum dan dilegalkan dan sebagai bentuk perlawanan terhadap sesuatu yang bersifat alamiah.2. Budaya Populer

Budaya pop yang banyak menyita perhatian cultural studies, dikatakan sebagai landasan tempat di mana persetujuan dapat dimenangkan atau tidak (Barker, 2013: 11) Istilah budaya pop adalah budaya massa, yaitu budaya yang diproduksi oleh massa untuk konsumsi massa. Budaya massa adalah budaya yang dianggap sebagai dunia impian secara kolektif. Lebih lanjut Rhoma menjelaskan pengetian budaya populer menurut Idi Subandi Ibrahim yang dikutip oleh pikiran rakyat bahwa budaya massa yang populer dan ditopang oleh industri kebudayaan (cultural industry), serta mengontruksi masyarakat tak sekedar berbasis konsumsi, tapi juga menjadikan semua artefak budaya sebagai pruduk industri. Budaya massa yang terjadi disebabkan massifikasi, yaitu industrialisasi dan komersialisasi yang menuntut standarisasi pruduk budaya dan homogenisasi cita rasa. Dengan komersialisasi, produk budaya (massa) berubah, sejalan percepatan tuntutan pasar (Rhoma, 2009: 3)Budaya populer dan budaya massa dapat didefinisikan sebagai budaya rakyat (folk culture) pada masyarakat sebelum industri, atau budaya massa pada masyarakat industri. Budaya massa sendiri sering didefinisikan sebagai budaya populer yang diproduksi oleh teknik industri dengan produksi massal dan dipasarkan untuk keuntungan konsumen publik massal. Selanjutnya, Rusbiantoro mengutip Dominic Strinati bahwa terdapat tiga permasalahan utama dalam budaya populer: a. Pertama, memperhatikan apa dan siapa yang menentukan budaya populer.b. Kedua, memperhatikan pengaruh komersialisasi dan industrialisasi pada budaya populer.

c. Ketiga, memperhatikan peran ideologi budaya populer (Rusbiantoro, 2008: 22-23)I. KERANGKA BERFIKIRKerangka berpikir memaparkan dimensi-dimensi kajian utama, faktor-faktor kunci dan hubungan-hubungan antara dimensi-dimensi yang disusun dalam bentuk narasi atau grafis. Kerangka berpikir dianalogikan oleh peneliti untuk melakukan penelitian berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai, selain itu juga berfungsi membantu agar tidak terjadi penyimpangan dalam penelitian.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat dijelaskan bahwa televisi merupakan media elektronik yang menyajikan berbagai tayangan, termasuk didalamnya berupa tayangan iklan. Salah satu iklan yang menawarkan produk pembersih wajah adalah iklan Vaseline For Men Versi Ariel. Dalam hal ini iklan membawa unsur budaya popular dimana para calon konsumen digiring agar memiliki satu pemahaman yang sama akan pentingnya penamilan wajah ganteng bagi para laki-laki. Pada akhirnya mitos ganteng yang ditayangkan diterima oleh para laki-laki sebagai kebenaran absolut dengan membeli produk yang ditawarkan.

J. METODE PENELITIAN1. Jenis Penelitian

Pada dasarnya, analisis terhadap media massa merupakan analisis terhadap pesan dan penelusuran akan sebuah makna di balik pesan yang disampaikan, seperti dari mana asalnya, bagaimana terjadinya, makna apa yang disampaikan, tujuan apa yang hendak dicapai sebuah iklan, serta keterkaitan dengan pemikiran kita (Sobur, 2006:263) Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengunakan analisis semiotik, yaitu sebuah metode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan teks sebagai objek kajian, serta bagaimana peneliti menafsirkan dan memahami kode dibalik tanda dan teks tersebut. Jenis penelitian ini memberikan peluang besar untuk membuat interpretasi-interpretasi alternatif terhadap kata-kata ataupun kalimat-kalimat yang memiliki makna denotatif dan konotatif.2. Fokus Penelitian

Menurut Moleong (2006: 116) penentuan fokus penelitian bagi seseorang peneliti akan mengarahkan dan membimbing peneliti pada situasi lapangan bagaimana yang akan dipilihnya dari berbagai latar yang sangat banyak tersedia. Penilitian ini memfokuskan pada tanda-tanda yang menunjukan ideologi ganteng dalam iklan Vaseline For Men Versi Ariel Noah.3. Sumber Penelitian

Untuk mendapatkan data penelitian, penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer yaitu data dari subyek penelitian dan informan dan data sekunder untuk melengkapi data primer.a. Sumber Data PrimerData primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti. Data ini dapat berupa hasil teks hasil wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sampel dalam penelitiannya (Suwarno, 2006:209).

Penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah berupa analisis wacana media iklan dengan pendekatan analisis semiotika sehingga data primer yang digunakan dalam mencari data bukan berupa hasil wawancara. Sumber data yang menjadi subjek primer dalam penelitian ini adalah iklan Vseline For Men Versi Ariel Noah.b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder merupakan data tambahan untuk melengkapi data primer untuk kepentingan penelitian. Data sekunder dalam penelitian akan mengambil dari artikel, buku-buku, internet yang berkaitan dengan objek penelitian yang dapat mendukung penulisan penelitian ini.4. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka

Peneliti mencari bahan penelitian berupa iklan dari televisi seperti iklan Vaseline For Men Versi Ariel Noah. Kemudian peneliti akan memahami isi iklan dan memilah iklan mana yang dapat diteliti dan dijadikan sebagai objek penelitian.

b. Memahami Iklan

Observasi disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto 2006:156).Memahami disini adalah memahami melalui pengamatan iklan Vaseline For Men Versi Ariel Noah secara berulang hingga diperoleh pemahaman. Terdapat beberapa tahap dalam memahami isi iklan yaitu pertama: memahami tema dan isi iklan, kedua: tahap selanjutnya untuk memahami isi iklan lebih mendalam. Tahap melihat iklan dilakukan secara berulang-ulamg guna memperoleh data yang valid. Proses pembacaan tersebut tidak dilakukan dalam sekali waktu dan waktu yang bersamaan, namun dilakukan seiring dengan tahap-tahap lain dalam proses pengumpulan data.c. Memilah

Setelah studi pustaka dan memahami, dilanjutkan dengan pemilahan data. Dalam tahap ini dilakukan pencatatan awal namun belum terspesifikasi atau berupa data mentah. Kemudian dilakukan lagi melihat iklan dan memilah kembali data yang sesuai dengan tema penelitian. Pemilahan yang dilakukan kemudian dilanjutkan dengan pendokumentasian.

d. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006:236). Metode dokumentasi yang akan digunakan oleh peneliti adalah mendokumentasikan audio visual dalam iklan yang mengandung gambaran akan makna ganteng. Hasil domumentasi dipilih dan didokumentasikan dalam bentuk catatan tertulis untuk selanjutnya dapat dianalisis.

5. Teknis Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data menurut Miles dan Huberman. Tahap analisis data menurut Miles dan Huberman (1992:20) adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan data

Peneliti mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan dokumentasi terhadap iklan.b. Reduksi data

Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus peneliti. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data-data yang direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencari sewaktu-waktu

c. Penyajian data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dilakukan setelah melakukan reduksi data yang akan dipergunakan sebagai bahan laporan.

d. Pengambilan simpulan atau verifikasi

Suatu kegiatan yang berupa pengambilan intisari dan penyajian data yang merupakan hasil dari analisis yang dilakukan dalam penelitian atau kesimpulan awal yang sifatnya belum benar-benar matang.6. Keabsahan Data

Rachmad Kriyantoro dalam bukunya Teknik Praksis Riset Komunikasi penelitian kualitatif dapat dikatakan sahih dan valid apabila:

a. Kompetisi subjek riset, artinya subjek sejak awal harus krediabel dan bisa dipercaya.

b. Trustworthines, menguji kebenaran subjek dalam mengungkapkan realitas menurut apa adanya, apa yang dialami, dirasakan dan dibayangkan.

c. Persetujuan Intersubjektivitas, hasil dari subjek didialogkan kembali dengan subjek lain untuk menemukan data temu

d. Consiencientization atau kegiatan berteori dengan ukurannya bisa memberikan argumen yang kuat dan mempunyai basis teoritis yang mendalam dan kritik harus tajam (dalam Wibowo, 2013: 37-38)

Dalam penelitian semiotika ini akan disesuaikan dengan kebutuhan validitas data, yaitu dengan cara membandingkan hasil dokumentasi iklan dengan kajian pustaka yang ada serta teori yang relevan.DAFTAR PUSTAKAAprilia, Dwi Ratna. 2005. Iklan dan Budaya Populer: Pembentukan Identitas Ideologis Kecantikan Perempuan Oleh Iklan. Jurnal Ilmu Komunikasi: Vol. 1 hal 41-68.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.Barker, Chris. 2013. Cultural Studies. Yogyakarta: Kreasi Wacana.Danesi, Marcel. 2012. Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra.Fiske, jhon: idy subandy Ibrahim (editor). 2014. Cultural and communication studies:sebuah pengantar paling komprehesif. Yogyakarta: Jalasutra.Miles, B. Matthew & A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Teecep Rohendi. Jakarta: UI Press.Rakhmat, Jalaluddin., dkk. 1997. Hegemoni Budaya. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Piliang, Yasraf Amir. 1998. Hiper-relitas: Semotika, estetika, posmodernisme. Yogyakarta:LKIS.Prasetio, Dony Agung. 2011.Mitologi Moralitas dalam Iklan (Analisis Semiotika Roland Barthes pada Iklan M-150 Versi Hero). Skripsi. Jakarta: Universitas Mercu Buana.Rhoma, Ridho Bukan. 2009. Berhala itu Bernama Budaya Pop. Yogyakarta: Leutika.

Rusbiantoro, Dadang. 2008. Generasi MTv. Yogyakarta & Bandung: Jalasutra.Sobur, Alex. 2006. Analisis teks media suatu pngantar untuk analisis wacana, analisis semiotik, dan analisis framing. Bandung: RemajaRosdakarya.Synnott, Anthony 2003. Tubuh Sosial. Yogyakarta. Jalasutra.Wibowo, Indowan Setyo Wahyu. 2013. Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Televisi

Iklan Televisi

Iklan Vaseline For Men versi Ariel Noah

Budaya Populer

Mitos/ideologi Ganteng