Proposal Penelitian Tindakan Kelas
-
Upload
marliena-an -
Category
Education
-
view
13.639 -
download
7
description
Transcript of Proposal Penelitian Tindakan Kelas
PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI
MENGGUNAKAN MUSIKALISASI PUISI BERDASARKAN
PENDEKATAN KONTEKSTUAL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau dikenal juga dengan sebutan
Kurikulum 2004 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yakni
Kurikulum 1994. Kurikulum ini menitikberatkan pembelajaran pada pencapaian
atau pembentukan kompetensi siswa, yaitu apa yang dapat dilakukan siswa secara
terus-menerus (menetap) sebagai perwujudan dari hasil belajarnya, sehingga
diharapkan setelah siswa menyelesaikan pendidikan, mereka akan memiliki
pengetahuan, keterampilan, serta pola berpikir dan bertindak sebagai refleksi dari
pemahaman dan penghayatan dari segala yang telah dipelajarinya.1
Lahirnya KBK ini tentu merupakan satu hal yang baik bagi dunia
pendidikan. Selain untuk kemajuan sistem pendidikan, KBK ini juga akan
membuka cakrawala baru bagi para pengajar untuk turut menjalankannya.
Mengubah suatu sistem yang ada dengan tatanan sistem yang baru bagi dunia
pendidikan.
Namun, mengubah suatu paradigma yang telah lama menjadi kebiasaan
ternyata bukanlah hal yang mudah. Kenyataan yang ada tidaklah sepenuhnya
seperti yang diharapkan. Guru cenderung menyajikan materi pembelajaran secara
1 Akademik LPMP Sulawesi Selatan, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning: http://www.bpgupg.go.id/buletin/akademik.php), hlm.1
1
terus menerus agar siswa lebih mudah menghafal dan menguasai materi.
Pembelajaran seperti itu memang efektif bagi pembelajaran jangka pendek,
artinya siswa dapat mengingat materi yang diajarkan sebanyak-banyaknya. Akan
tetapi, cara semacam ini ternyata kurang efektif atau dengan kata lain belum
mampu mencapai target jangka panjang. Siswa cenderung mampu mengingat,
namun pada waktu kemudian lupa pada apa yang dihafalnya. Hal ini dikarenakan
siswa hanya sekadar menghafal dan tidak dilandasi dengan pemahaman.
Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
lebih banyak usaha baik dari pihak pemerintah maupun dari para pengajar. Akan
tetapi, pada kenyataannya suatu kegiatan pembelajaran memang tidak hanya
memerlukan konsep, namun yang terpenting adalah proses, yaitu bagaimana
kurikulum dapat benar-benar diterapkan dengan baik di sekolah-sekolah sehingga
tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam suatu pembelajaran dapat benar-benar
terlaksana.
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL )
merupakan salah satu dari berbagai pendekatan yang muncul seiring dengan
perkembangan KBK. Pendekatan ini merupakan sebuah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa. Pendekatan ini juga mendorong siswa memperhatikan hubungan
antara pengetahuan yang mereka miliki dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam pendekatan ini proses
belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan sekedar mengalihkan pengetahuan dari guru kepada siswa.
2
1
Dalam proses pembelajaran, strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada
hasil, sehingga apa yang dipelajari siswa akan benar-benar membekas dalam diri
mereka.2 Dalam konteks tersebut jelaslah bahwa pendekatan ini mengedepankan
pemahaman secara mendalam pada diri siswa, sehingga diharapkan siswa dapat
mengerti makna belajar, manfaat belajar, dalam status apa mereka, dan bagaimana
mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Dengan kesadaran penuh siswa akan
mengetahui bahwa mereka membutuhkan bekal untuk kehidupan kelak. Untuk
mencapai hal tersebut mereka memerlukan guru sebagai pendamping dan
pembimbing bahkan dapat bertindak sebagai pengarah.
Pendekatan kontekstual dalam strateginya memang diperlukan untuk
menunjang pembelajaran. Hal ini dikarenakan selain pendekatan ini tidak
memerlukan perubahan tatanan kurikulum, pendekatan ini juga dapat diterapkan
dalam berbagai mata pelajaran. Meskipun demikian tetap diperlukan strategi yang
sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing mata pelajaran tersebut.
Menurut Depdiknas, secara umum, tidak ada perbedaan mendasar antara
program pembelajaran konvensional dan program pembelajaran kontekstual.
Perbedaan yang paling mendasar hanya pada penekanannya. Program
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan
dicapai, sedangkan program untuk pembelajaran kontekstuallebih menekankan
pada skenario pembelajaran.3 Oleh karena itu maka kemampuan seorang guru
dalam menyajikan pembelajaran menjadi hal yang sangat penting dalam
pelaksanaan CTL ini. Seorang pengajar harus mampu menyajikan strategi
terbaiknya untuk digunakan dalam pembelajaran. Penguasaan dan pemahaman
2 Ibid, hlm.1.3 Depdiknas, Pendekatan Contextual Teaching and Learning (Jakarta: Depdiknas, 2003),
hlm. 23.
3
seorang pengajar dalam membuat dan mengembangkan skenario pembelajaran
akan sangat berarti bagi kelangsungan pembelajaran.
Pembelajaran Apresiasi Puisi merupakan bagian dari pembelajaran sastra
yang diajarkan di sekolah. Akan tetapi, pada kenyataannya, pembelajaran
apresiasi puisi di sekolah-sekolah masih terasa belum efektif dikarenakan
beberapa hal, antara lain; kurangnya waktu yang tersedia untuk mempelajari puisi
secara lebih seksama, kurangnya minat siswa terhadap puisi dengan alasan
pengajaran yang digunakan membosankan, dan banyak hal lain yang
menyebabkan pembelajaran apresiasi puisi masih dirasakan belum mencapai
fungsinya. Selain itu, inisiatif guru Bahasa Indonesia untuk mengembangkan
sastra masih kurang. Maka, tak heran jika puisi di sekolah mengalami
kemandekan karena masih terikat dengan pola lama. Selain itu, pemahaman
tentang apresiasi puisi dari segi teori maupun segi praktik haruslah dikuasai
dengan baik. Dengan demikian, siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih
baik tentang puisi dan cara mengapresiasinya. Itu pula yang pada akhirnya akan
menumbuhkan kecintaan siswa terhadap puisi, sehingga langsung ataupun tidak,
proses apresiasi itu akan berjalan dengan lebih alamiah.
Seiring berkembangnya KBK, pembelajaran sastra kini menjadi bagian
yang terpisah dari pembelajaran bahasa. Dengan demikian, pengajar mempunyai
ruang gerak yang lebih luas untuk menerapkan strategi-strategi baru di dalam
kelas. Cara ini diharapkan dapat lebih menarik minat siswa terhadap pembelajaran
sastra, khususnya pembelajaran apresiasi puisi. Selain itu, dengan strategi-strategi
yang tepat seorang pengajar dapat memberikan peluang kepada siswa untuk lebih
mengembangkan kreativitasnya dalam belajar, sehingga apa yang ingin dicapai
4
pada setiap pembelajaran akan menjadi hal yang nyata membekas dalam diri
siswa.
Dalam KBK Sekolah Menengah Atas (SMA) dijelaskan bahwa standar
kompetensi mata pelajaran bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat
pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan
belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya.3
Dengan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran sastra di sekolah
merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk mengasah kepekaan
siswa terhadap segala sesuatu yang ada di dalam kehidupan.
Secara konkret, terdapat beberapa bentuk dari apresiasi puisi, antara lain
membaca, memahami, dan mencipta puisi. Dari ketiga bentuk apresiasi tersebut,
membaca puisi merupakan bentuk apresiasi yang paling mudah untuk dinilai.
Oleh karena itu peneliti mengkhususkan apresiasi puisi dalam penelitian ini pada
pembacaan puisi.
Memilih strategi dalam pembelajaran puisi memang dapat dilakukan
dengan berbagai cara, mengingat kegiatan mengapresiasi memang tak hanya satu
bentuk, mengingat pembelajaran apresiasi puisi juga terdapat dalam beberapa
bentuk. Dalam kurikulum SMA terdapat beberapa indikator yang mengarah pada
kemampuan siswa untuk mengapresiasi puisi, baik dalam bentuk membaca puisi,
memahami puisi, maupun mencipta puisi. Dengan demikian, seorang pengajar
memerlukan berbagai variasi pengajaran, sehingga siswa tidak merasa bosan
dengan strategi yang sama untuk pembelajaran apresiasi, ekspresi, dan kreasi.
3 Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003), hlm.1
5
Selain itu, dengan mencobakan strategi yang bervariasi tentunya pengajar dapat
mengetahui strategi mana yang lebih tepat dalam pembelajaran puisi pada siswa
SMA.
Salah satu strategi dalam pembelajaran sastra yang sudah tidak asing
adalah bentuk musikalisasi puisi. Musikalisasi puisi merupakan kombinasi bunyi
antara puisi dengan musik. Dengan kata lain, musikalisasi puisi ini menyajikan
puisi dalam bentuk lagu. Musikalisasi puisi sebenarnya bukan hal baru dalam
dunia sastra, hanya saja perkembangannya tidak begitu pesat. Para pengajar sastra
memiliki banyak kendala dalam mengajarkan puisi dengan bentuk musikal.
Kendala-kendala tersebut dapat berupa keterbatasan waktu atau karena
keterbatasan pengetahuan dan penguasaan terhadap seni musik. Di sisi lain
sebenarnya musik sangat diminati oleh siswa.
Sebuah lagu dapat dianggap sebagai suatu alat dan bahan yang efektif
untuk pembelajaran apresiasi puisi. Menurut Orlava (dalam Forum, 1997: 41) lagu
dianggap sebagai suatu alat yang efektif untuk pengajaran bahasa. Orlava juga
mengemukakan beberapa alasan untuk memperkuat pernyataannya, yaitu antara
lain:
(1) lagu dapat menampilkan fungsi yang berbeda dalam pengajaran
bahasa (terutama puisi), (2) lagu dapat menjadi pendorong untuk
melakukan percakapan di kelas, (3) lagu dapat memotivasi suatu
pendekatan emosional untuk belajar bahasa, (4) lewat lagu siswa
dapat mengekspresikan sikapnya terhadap apa yang telah dia dengar,
dan (5) lagu juga dapat membantu perkembangan estetis seseorang.4
4 Mislinatul Sakdiyah, Menggauli Puisi Lewat Lagu (Gelar Karya Esai Cybersastra: www.cybersastra.net, 2002), hlm.1
6
Berkembangnya KBK memberi waktu yang lebih banyak kepada pengajar
sastra untuk menyajikan pembelajaran apresiasi puisi dengan berbagai strategi.
Dengan demikian masalah waktu tidak boleh lagi menjadi kendala bagi pengajar,
untuk dapat bereksperimen dengan metode-metode baru yang tentunya lebih
menjanjikan peningkatan hasil belajar.
Melihat konteks di atas, maka dapat dikatakan bahwa pendekatan
kontekstual melalui musikalisasi puisi dapat menjadi satu pilihan dari strategi
pembelajaran apresiasi puisi yang menarik bagi siswa. Selain menuntut daya
kreativitas siswa, musikalisasi puisi tidak hanya akan menarik minat siswa yang
menyenangi seni sastra terutama puisi, tetapi juga dapat menarik minat siswa
yang menyenangi seni musik.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1) Apakah Kurikulum Berbasis Kompetensi telah diterapkan di SMA terutama
untuk pembelajaran sastra?
2) Bagaimanakah menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
sastra?
3) Bagaimanakah meningkatkan pembelajaran apresiasi puisi di SMA?
4) Bagaimanakah menerapkan strategi musikalisasi puisi dalam pembelajaran
apresiasi puisi di SMA?
5) Bagaimanakah penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
apresiasi puisi melalui musikalisasi puisi pada siswa SMA?
7
1.3 Pembatasan Masalah
Melihat banyaknya masalah yang teridentifikasi, maka masalah dalam
penelitian ini dibatasi hanya pada penerapan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran apresiasi puisi melalui musikalisasi puisi siswa SMA.
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut, “Bagaimanakah penerapan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran apresiasi puisi melalui musikalisasi puisi siswa
SMA?
1.5 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1) Peneliti; membantu peneliti dalam mendalami pembelajaran sastra di sekolah
dengan menerapkan strategi yang sesuai, dan dapat memperluas pengetahuan
tentang pembelajaran apresiasi puisi di SMA.
2) Para pengajar sastra; memberikan masukan atau ide-ide baru dalam
pembelajaran, sastra khususnya apresiasi puisi di SMA. Selain itu memotivasi
para pengajar sastra untuk dapat menerapkan metode-metode pembelajaran baru
yang sesuai dengan KBK, guna meningkatkan mutu pendidikan khususnya di
bidang kesastraan.
3) Pembelajar sastra; menumbuhkembangkan minat siswa terhadap sastra
khususnya puisi dan dapat meningkatkan hasil belajar sastra.
8
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Hakikat Musikalisasi Puisi
Secara istilah kata musikalisasi puisi biasa dipahami sebagai suatu
perpaduan antara dua cabang seni yang berbeda, yaitu seni musik dan seni sastra.
Istilah ini secara gramatik terbentuk dari kata musik dan puisi.5 Ditilik dari
penjelasan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk memahami hakikat
musikalisasi puisi harus terlebih dahulu memahami musik dan puisi. Menurut
Ensiklopedi Nasional Indonesia (1990:413), musik adalah sebuah letusan ekspresi
perasaan atau pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Secara
etimologi musik itu berasal dari bahasa Yunani yaitu mousike yang diambil dari
nama dewa Yunani kuno, Mousa, yang memimpin seni dan ilmu.6
Pandangan lain datang dari Yapi Tambayong (1992:55) yang dinyatakan
oleh Sadewa dengan cukup filosofis mengatakan bahwa orang berhak menyebut
musik untuk segala substansi yang ada hubungannya dengan bunyi dan substansi
itu sah dibilang musik karena ia bukan merupakan benda yang sebelumnya punya
nama dan nama itu diterima sebagai persetujuan yang berlaku, misalnya batu,
kertas darinya dapat lahir musik,maka sejauh batu dan kertas itu mengeluarkan
bunyi, dan bunyi itulah yang dimanfaatkan sebagai substansi.7
Kedua penjelasan tersebut tentu merupakan sebuah penjelas yang
memberikan gambaran bahwa musik itu sebagai bunyi, dan siapa pun berhak
5 Ujianto Sadewa, Musikalisasi Puisii: esai (Bandung: www.cybersastra.net:2002), hlm.16 Ibid, hlm.17 Ibid, hlm.1
9
8
menyebut segala sumber sebagai substansi yang dikatakan sebagai musik. Pakar
musik, Leon Dahlin (1965: 1), menyatakan perihal eksistensi musik sebagai
berikut:
“Music from the dawn of civilization has been an integral part of man’s culture. Human has beings have ekspressed themselves in pitches and rhytms throughout the hundreds of years of recorded history and far thousands of years before” (Musik berasal dari kemasyarakatan yang menyatu dan merupakan bagian dari manusia. Manusia mengekspresikan dirinya dalam pola-pola titinada dabn irama-irama sepanjang ratusan tahun catatan sejarah dan selama ribuan tahun sebelumnya).8
Leon Dahlin lebih lanjut mengemukakan bahwa musik merupakan suatu bagian
yang menyatu dengan masyarakat dan budaya. Musik telah lama dikenal
masyarakat, dan telah ribuan tahun lalu dikenal dan berkembang di masyarakat.
Selain itu ditambahkannya bahwa musik memiliki titinada dan pola irama-irama
yang berasal dari ekspresi manusia.
Pengertian musik tersebut dapat dipergunakan untuk memahami
musikalisasi puisi, yang terdiri dari unsur musik serta puisi . Menurut Herman J.
Waluyo, puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan
perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan
semua kekuatan dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.9
Dalam pengertian tersebut, Waluyo menekankan pada struktur fisik dan
struktur batin yang dimiliki oleh puisi, bahwa puisi merupakan suatu ekspresi
penyair. Adapun penjelasan selanjutnya mengenai kedua struktur tersebut adalah
bahwa struktur fisik puisi adalah apa yang dapat dilihat pembaca melalui bahasa
yang tampak, sedangkan struktur batin atau struktur makna dalam puisi adalah
8Ibid, hlm.1 9 Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi (Jakarta:Erlangga,1987), hlm.25
10
makna yang terkandung di dalam puisi yang tidak secara langsung dapat dihayati
oleh pembaca.10
Berbicara mengenai fisik maupun batin dalam puisi, Aminuddin
menyatakan bahwa:
Secara etimologi, puisi berasal dari bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau poeisis ‘pembuatan’ dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan ‘membuat’ dan ‘pembuatan’ karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri , yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.11
Penjelasan ini lebih menekankan pada hakikat penciptaan atau pembuatan puisi.
Melalui puisi seorang penyair dapat menyampaikan pesan atas gambaran-
gambaran kehidupan yang dilihatnya. Pesan tersebut terangkum dalam struktur
fisik maupun struktur batin puisinya.
Menurut Sadewa musikalisasi puisi adalah pengubahan puisi sebagai teks
menjadi puisi sebagai musik atau pemusikan puisi. Disini berarti bahwa
musikalisasi puisi merupakan sebuah ekspresi baru yang didasari oleh suatu
interpretasi terhadap puisi, seperti halnya deklamasi dan dramatisasi puisi.12
Penjelasan tersebut sebenarnya sebagai suatu penerangan bahwa musikalisasi itu
adalah sebuah hasil dari gubahan puisi menjadi musik.
Mengacu pada hakikat puisi yang dikemukakan oleh Slametmulyana, yang
menyatakan bahwa puisi sebagai bentuk sastra dalam pengulangan suara atau
kata yang menghasilkan rima, ritme, dan musikalitas, akan lebih mudah dipahami
bahwa memang sejak awal puisi itu telah mengandung unsur musikalitas. Hal ini
10 Ibid, hlm. 2611 Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra (Bandung: Sinar Baru Agensindo Offset,
2000), hlm.13412 Ujianto sadewa, Musikalisasi Puisi:esai (bandung: www.cybersastra.net, 2002), hlm.1
11
tentu memperjelas pernyataan Sadewa tersebut, bahwa puisi dapat digubah
menjadi musik.
Memperkuat pernyataan Slametmulyana, didapatkan pula penjelasan Agus
R. Sarjono (Ketua Bidang Program Dewan Kesenian Jakarta) dalam sebuah
diskusi sastra yang menuturkan bahwa puisi itu selalu mempunyai musikalitas,
dan tugas musikalisasi puisi adalah mengubah musikalitas pada puisi menjadi
lebih terasa menjadi suatu musik yang bisa didengar.13 Dalam diskusi yang sama,
Ratna Sarumpaet mengemukakan bahwa dalam musikalisasi puisi sebenarnya
kita jangan hanya bertumpu pada puisinya, namun juga harus memperkuat dan
memperhatikan musiknya untuk mencari spirit/roh dari puisi itu sendiri.14
Pernyataan tersebut tentu menambah pemahaman kita bahwa dalam musikalisasi
puisi seseorang tidak hanya harus memperhatikan puisinya, akan tetapi harus pula
dapat memperkuat musiknya. Memperkuat musik berarti ketika suatu puisi di
musikalisasikan, harus diperhatikan atau disesuaikan pula musik yang menjadi
unsur pembentuknya. Karena dengan musik yang tepat, diharapkan makna dari
puisi tersebut semakin lebih dapat dihayati oleh penikmatnya. Selain itu, musik
juga sangat mendukung adanya penjiwaan terhadap puisi tersebut.
Penjelasan musikalisasi yang selanjutnya datang dari Sanggar Matahari
(tim Musikalisasi Puisi ) yang menyatakan bahwa:
Kalau kita membuka Kamus Besar Bahsa Indonesia, misalnya, akan kita jumpai keterangan tentang kata musikalisasi, yaitu ‘hal menjadikan bersifat musikal.’ Kata musikal sendiri berarti ‘berkenaan dengan musik’, ;mempunyai kesan musik’, dan ‘mempunyai rasapeka terhadap musik’. Kata musikal itu bertalian dengan kata musik yang tidak lain artinya adalah ‘ilmuatau seni menyusun nada atau suara di urutan kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai
13 Musikalisasi Bisa Jadi genre yang berwibawa: artikel (www.cybersastra.net), hlm. 114 Ibid, hlm.2
12
kesatuan dan keseimbangan’ atau ‘nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi tersebut)’.15
Selanjutnya, dijelaskan pula dalam sumber yang sama bahwa musikalisasi
merupakan upaya untuk lebih menonjolkan unsur musikal tersebut sehingga sajak
sebagai karya sastra yang berbentuk puisi dapat lebih jelas lagi berdiri di depan
khalayaknya. Jadi, unsur musikal merupakan jembatan bagi khalayak untuk
“berhubungan” dengan sajak.16
Semakin jelas bahwa musikalisasi itu memang bertujuan untuk
menonjolkan unsur musikal yang telah ada dalam sebuah puisi. Sehingga ketika
puisi tersebut disajikan di depan khalayak, ada warna atau aroma baru yang dapat
memperkuat daya tarik terhadap puisi tersebut. Pada dasarnya musik dapat
dijadikan jembatan untuk berhubungan dengan sajak dalam hal ini puisi.
Pada penerapannya, pembelajaran apresiasi puisi ini akan dilakukan
dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Mengingat pembelajaran ini akan
disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku pada saat ini, yaitu KBK. Oleh
karena itu, peneliti merasa perlu untuk menjelaskan mengenai pendekatan
kontekstual ini dan hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan.
Pendekatan kontekstual dalam pengantar buku pendekatan kontekstual
menurut Drs. Umaedi, M.Ed, menyatakan bahwa:
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
15 Fredie Arsie, Proses Musikalisasi Puisi Deavis sanggar Matahari (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm.3
16 Ibid, hlm.4
13
melibatkannya dalam tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), permodelan (Modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assasement). 17
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pendekatan kontekstual itu
merupakan suatu strategi dalam pembelajaran yang memiliki tujuh komponen
penting yang melandasinya. Pada sumber lain didapatkan penjelasan mengenai
pendekatan kontekstual sebagai berikut:
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning- CTL) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.18
Pendapat tersebut senada dengan pendapat sebelumnya mengenai hakikat
pendekatan kontekstual. Penjabaran hakikat tersebut makin memperjelas
pemahaman tentang pendekatan kontekstual. Selain itu dalam penjabarannya
dijelaskan bahwa pendekatan kontekstual mengajarkan kepada siswa untuk
merekonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan yang pada akhirnya
menjadi tujuan dari suatu proses pembelajaran.
Pendekatan kontekstual sebenarnya bukan suatu strategi baru dalam dunia
pendidikan. Seperti yang penulis dapatkan. Pendekatan ini sebenarnya berakar
dari penelitian John Dewey (1916) yang menurut Rosyidah menyimpulkan bahwa
siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang
17 Akademik LPMP Sulawesi Selatan, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning): (http://www. Bpgupg.go.id/buletin/akademik.php), hlm.4
18 Nurhadi, Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban (Jakarta: Grasindo, 2004), hlm. 103
14
telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan terjadi di
sekelilingnya.19
Jadi, dalam pembelajaran yang berbasis kontekstual, siswa harus menghubungkan
apa yang dipelajarinya dengan kehidupan nyata, bahkan mengaitkan apa yang
dipelajarinya dengan segala sesuatu yang ada di sekelilingnya.
Dalam penerapannya di kelas, CTL tidak terlalu sulit. Secara garis
besar langkah penerapannya dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan barunya!
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic!
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya!
4) Ciptakan ;masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok)!
5) Hadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran!
6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan!
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara !20
Langkah-langkah pembelajaran kontekstual di atas merupakan
pengembangan dari tujuh komponen yang telah disebutkan sebelumnya.
Penjabaran seperti itu dilakukan untuk mempermudah guru mengingat dan
menerapkan pembelajaran kontekstual dengan komponen lengkap pada saat
mengajar.
Dengan melihat penjelasan tersebut, maka dapat dipahami hakikat
pendekatan kontekstual yang akan diterapkan dalam penelitian ini, yaitu peneliti
19 Fima Rosyidah, Pengembangan KBK Melalui Strategi Pembelajaran Kontekstual (http://artikel. us/art 05-96.html)
20 Nurhadi, Op.Cit, hlm.106
15
akan mencoba menerapkan pendekatan ini dengan komponen-komponen
pembentuknya dalam proses pembelajaran apresiasi puisi melalui musikalisasi
puisi.
2.1.3 Hakikat Pembelajaran Apresiasi Puisi Siswa SMA.
Bila merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian kata
pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar, sedangkan kata belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu. Jadi dapat dipahami bahwa dalam sebuah proses pembelajaran yang dilihat
adalah sebuah proses belajar untuk pencapaian pengetahuan, demikian juga
halnya dengan pembelajaran apresiasi puisi.
Menurut Sumardi dan Abdul Rozak, apresiasi puisi pada dasarnya
merupakan sikap jiwa pembaca terhadap sajak yang dibaca. Sebagai sikap jiwa,
apresiasi puisi menyiratkan suatu kualitas rohaniah menghadapi obyek yang
disikapi, yakni sajak21.
Apabila menilik pada pengertian tersebut, maka jelas bahwa yang
merupakan hal penting dalam kegiatan apresiasi puisi adalah kegiatan membaca
puisi. Atau dapat dikatakan bahwa untuk melihat tingkat apresiasi seseorang
terhadap puisi adalah sikap jiwa ketika ia menghadapi obyek yaitu puisi tersebut.
Herman J. Waluyo menyatakan bahwa untuk memahami sebuah puisi
yang besar dan sangat terkenal dapat digunakan pendekatan objektif, atau
pendekatan melalui unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada puisi tersebut. Akan
tetapi, untuk memahami puisi-puisi yang sukar dan belum termashur atau puisi-
21 Sumardi dan Abdul Rozak,Pedoman Pengajaran Apresiasi SLTP dan SLTA untuk Guru dan Siswa (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm. 7
16
puisi gelap yang bersifat khas diperlukan adanya usaha menghubungkan puisi
tersebut dengan faktor di luar unsur-unsur intrinsiknya.22 Ini berarti dalam
memahami sebuah puisi, seseorang tidak dapat hanya melihat unsur-unsur
pembentuk puisi seperti tema, amanat, diksi, dan sebagainya. Akan tetapi,
diperlukan juga adanya pengkajian unsur-unsur lain yang berada di luar puisi,
misalnya latar belakang pengarang, kondisi kejiwaan pengarang saat mencipta
puisi, lingkungan sosial masyarakat, dan sebagainya.
Penjelasan Waluyo tersebut tergambar pula dalam sumber lain yang
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan penghayatan yaitu pengalaman batin.
Si pembaca sebaiknya memahami apa yang dirasakan penyair pada saat
menciptakan puisi tersebut. Paling tidak terjadi dialog batin antara si pembaca
puisi dengan si penyair yang karyanya dibacakan melalui deretan kata-kata yang
bernama puisi.25 Jadi dapat dipahami bahwa dalam proses pemahaman dan
penghayatan puisi, diperlukan adanya kajian dari berbagai unsur dan berbagai
pendekatan. Setelah mengetahui secara mendasar apa itu pembelajaran dan apa
itu apresiasi maka akan lebih mudah kiranya untuk memahami makna harfiah dari
pembelajaran apresiasi puisi siswa SMA.
Dalam penerapannya, suatu kegiatan pembelajaran apresiasi puisi
bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh siswa mamnpu mengapresiasi puisi.
Oleh karena itu diperlukan adanya alat ukur yang dapat dijadikan sebagai
landasan apakah seseorang telah mampu mengapresiasi puisi dengan baik atau
tidak.
22 Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi (Jakarta: Erlangga, 1987),hlm. 2 2
17
Telah dikemukakan oleh Sumardi bahwa apresiasi puisi adalah sikap jiwa
memperlakukan sajak sesuai dengan kadar seni dan kandungan isinya . Sumardi
pun menjelaskan lebih lanjut bahwa kemampuan mengapresiasi ini terwujud
dalam berbagai bentuk, antara lain kegemaran membaca sajak dan keterampilan
mendeklamasikan sajak itu. Sedangkan untuk tingkat apresiasi yang lebih tinggi
kemampuan apresiasi puisi dapat berupa keterampilan menulis esei tentang
puisi, kemampuan menemukan dan merumuskan makna sajak itu dalam bentuk
tulisan yang dapat dibaca dan difahami orang lain. Akan tetapi dijelaskan
kembali bahwa kemampuan tersebut hanya dapat dicapai apabila seseorang telah
berulang-ulang terlibat dalam pengalaman puitis, pengalaman membaca dan
menikmati sajak secara langsung, bukan melalui teori atau kaidah-kaidah umum
yang diutarakan buku pelajaran23.
Penjelasan tersebut tentu mengedepankan pentingnya suatu pengalaman
apresiasi puisi dalam bentuk membaca puisi. Hal ini selain untuk melihat
kemampuan mengapresiasi puisi juga pada dasarnya merupakan langkah untuk
menuju pada tingkat apresiasi puisi yang lebih tinggi.
Dalam penilaian apresiasi itu sendiri, Sumardi dan Abdul Rozak
mengemukakan kriteria penilaian yang terdiri dari penjiwaan, suara, dan gerak.
Penjelasan lebih lanjut adalah bahwa penjiwaan mencakup pada keutuhan makna
sajak dan penyampaian pesan atau amantnya, suara meliputiartikulasi, intonasi,
nada, dan irama. Sedangkan untuk gerak atau acting membaca puisi sebaiknya
tidak berlebihan24
2 23 Sumardi dan Abdul Rozak, Op.Cit, hlm 7-824 Ibid, hlm. 79-81
18
Pada sumber lain didapatkan tambahan bahwa gerak itu tidak hanya
terlihat bergoyang saja, melainkan ekspresi tau mimik (gerak muka) gesture
(gerak tangan), dan pantomimik (gerak tubuh). Selain itu ditambahkan pula
bahwa gerak itu bukan gerak yang dciptakan oleh pembaca puisi melainkan gerak
yang yang diciptakan oleh puisi itu sendiri.25
Berdasarkan penjabaran di atas dapat dikatakan bahwa penerapan
pendekatan kontekstual dalam pembelajaran apresiasi puisi melalui musikalisasi
puisi adalah upaya meningkatkan kemampuan apresiasi puisi khususnya
membaca puisi melalui musikalisasi puisi dengan menerapkan pendekatan
kontekstual dalam proses pembelajaran di kelas. Sedangkan tolak ukur yang
digunakan sebagai penilaian adalah penjiwaan, suara, dan gerak siswa dalam
membaca puisi
2.2 Kerangka Berpikir
Berdasarkan teori-teori pada bagian sebelumnya, peneliti mengambil
suatu kerangka berpikir bahwa apresiasi puisi adalah suatu kegiatan dalam
menghargai atau mengapresiasi puisi dengan menunjukkan sikap jiwa seseorang
ketika membaca sebuah puisi. Sikap jiwa itu meliputi penjiwaan, suara, dan gerak
seseorang ketika membaca puisi, sehingga suasana dalam puisi tersebut dapat
sampai kepada orang yang mendengarkan atau menyaksikan pembacaan puisi
tersebut.
Musikalisasi puisi adalah suatu teknik pembelajaran puisi yang
menggabungkan unsur musik dan unsur sastra dalam hal ini unsur puisi. Pada
musikalisasi puisi, sebuah puisi yang telah tercipta disajikan dengan musik untuk
25 Sri Suhita, Apresiasi Puisi (Jakarta: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta, 2004), 40.
19
dinikmati sebagai suatu bentuk lain dari puisi. Akan tetapi, bentuk lain dalam
penyajian puisi ini harus tetap menjaga makna atau isi yang dimiliki puisi,
sehingga pemaknaan puisi tersebut tidak berubah..
Untuk penerapannya di kelas, digunakan pendekatan kontekstual yang
merupakan salah satu pendekatan berlandaskan pada KBK yang di dalamnya
memiliki tujuh komponen pembentuk antara lain: konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat
belajar (learning community), permodelan (modelling), penilaian sebenarnya
(authentic assasement), dan refleksi (reflection). Dalam pendekatan ini
komponen atau unsur pembentuknya juga berperan dalam proses pembelajaran,
sehingga pendekatan ini tidak hanya terpaku pada penilaian hasil, akan tetapi
mementingkan pula penilaian selama proses pembelajaran berlangsung.
2.3 Hipotesis Tindakan
Kemampuan apresiasi puisi siswa khususnya dalam membaca puisi dapat
meningkat dengan menggunakan pendekatan kontekstual melalui musikalisasi
puisi.
2.3 Definisi Konseptual
a) Kemampuan mengapresiasi puisi adalah kemampuan untuk menunjukkan
sikap jiwa terhadap puisi yang dibaca dalam bentuk penjiwaan, suara, dan
gerak ketika membaca puisi.
b) Catatan kolaborator (peneliti) adalah catatan yang diperoleh peneliti pada saat
turun langsung ke lapangan sebagai pengamat atau peneliti
c) Catatan guru adalah catatan yang diperoleh guru pada saat mengajar
20
2.4 Definisi Operasional
a) Kemampuan mengapresiasi puisi adalah kemampuan untuk menunjukkan sikap
jiwa terhadap puisi yang dibaca dalam bentuk penjiwaan, suara, dan gerak
ketika membaca puisi.
b) Catatan kolaborator adalah catatan peneliti yang diperoleh dengan melihat
proses pembelajaran apresiasi puisi pada siswa kelas 1 di SMA Negeri 77
Jakarta, yang menerapkan pendekatan kontekstual melalui musikalisasi puisi
dalam pembelajarannya.
c) Catatan guru adalah catatan atau penilaian yang didapatkan oleh guru dalam
proses dan hasil pembelajaran apresiasi puisi pada siswa kelas I di SMA
Negeri 77 Jakarta dengan penerapan pendekatan kontekstual melalui
musikalisasi puisi.
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat peningkatan kemampuan
mengapresiasi puisi pada siswa SMA kelas 1 SMA Negeri 77 Jakarta dengan
menerapkan pendekatan kontekstual melalui musikalisasi puisi.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri77 Jakarta. Waktu penelitian
dilaksanakan pada semester 1 (satu) tahun pelajaran 2006 /2007.
3.3 Setting Kelas
SMA Negeri 77 Jakarta merupakan salah satu SMA yang terletak di
daerah Jakarta Pusat. Sekolah ini terdiri dari 18 kelas yang masing-masing
tingkatan terdiri dari enam kelas. Lingkungan di sekitar sekolah adalah
perumahan penduduk yang cukup kondusif, karena selain sepi, pada lingkungan
ini pun terdapat beberapa sekolah lain. Oleh karena itu dapat dikatakan
lingkungan sekitar SMAN 77 Jakarta merupakan lingkungan pendidikan yang
cukup kondusif.
Penelitian ini dilakukan pada kelas 1, dengan pertimbangan pada
kurikulum terbaru yang digunakan sebagai acuan, kelas 1 merupakan kelas yang
paling banyak mempelajari materi puisi.
Untuk menentukan kelas mana yang akan digunakan dalam penelitian ini,
maka ditentukan dengan sistem acak atau random. Dari enam kelas yang ada,
kelas yang dipilih merupakan hasil dari undian.
22
Adapun penelitian yang akan dilakukan terdiri dari 1 siklus, yang tiap-
tiap siklus terdiri dari beberapa pertemuan. Siklus 1 terdiri dari 3 pertemuan .
Seluruh pertemuan dalam penelitian memiliki beberapa langkah pembelajaran
yang terdiri dari tiga langkah penting.
Pertama; langkah awal dengan meminta siswa mengapresiasi puisi dalam bentuk
membaca puisi. Penilaian diberikan pada penjiwaan, sura, dan gerak siswa ketika
membaca puisi.
Kedua; langkah inti meliputi pemberian materi musikalisasi puisi. Dilanjutkan
dengan proses belajar siswa dalam mengapresiasi puisi secara berkelompok
dengan memberikan pemaknaan secara bebas terhadap sebuah puisi yang
disajikan dalam bentuk musikalisasi puisi. Adapun tujuan ini dilakukan untuk
melihat seberapa jauh kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi dalam
bentuk lagu.
Langkah ketiga; guru akan memberikan tugas pada setiap siswa untuk
mengapresiasi puisi dalam bentuk pembacaan puisi. Penilaian yang dilakukan
adalah pada penjiwaan, suara, dan gerak siswa ketika membacakan puisi.
3.4 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode action research yaitu suatu
metode dengan karakteristik yang khas, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Masalah yang diteliti adalah masalah yang nyata,
2) Berorientasi pada pemecahan masalah,
3) Bertujuan meningkatkan kualitas.,
4) Menggunakan data penelitian, dan
5) Adanya tindakan (action).
23
Adapun penelitian ini dilakukan dengan siklus yang masing-masing siklus
terdiri atas:
1) Perencanaan (planning),
2) Tindakan (acting),
3) Refleksi (reflecting).
3.4.1. Siklus
1) Perencanaan (Planning)
Pada siklus ini akan digunakan model pembelajaran menggunakan pendekatan
kontekstual yang berdasarkan KBK. Siklus ini dilakukan sebanyak 3 kali
pertemuan, dengan alokasi waktu 6 jam pelajaran.
Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam siklus ini,
meliputi:
1. peneliti memberikan tes apresiasi puisi kepada siswa untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam membaca puisi.
2. Peneliti menyiapkan model pembelajaran berbasis pendekatan kontekstual
yang lebih rinci tersaji dalam rencana pengajaran/skenario pembelajaran
sebanyak 3 buah ( untuk 3 kali pertemuan) dengan strategi pembelajarn yang
berbeda pada tiap pertemuan Untuk kegiatan belajar mengajar disampaikan
oleh guru kelas. Hal ini bertujuan agar data penelitian ini merupakan data yang
alami dan akurat, karena siswa telah terbiasa diajar oleh guru kelas.
3. Pembelajaran berlangsung dengan berpedoman pada skenario
pembelajaran yang dibuat pada tiap pertemuan. Adapun sebelum kegiatan
belajar mengajar berlangsung pada setiap pertemuan, terlebih dahulu guru dan
24
peneliti mendiskusikan rencana pembelajaran yang akan disajikan oleh guru.
Setelah kegiatan belajar mengajar di kelas selesai disajikan, guru dan peneliti
mengevalusi proses dan hasil belajar siswa pada kegiatan belajar mengajar
tersebut.
3. Guru memahami musikalisasi puisi sebagai suatu bentuk penyajian puisi dalam
bentuk lagu. Selanjutnya memberikan contoh bentuk musikalisasi puisi
dengan menggunakan model sesuai dengan media yang tercantum dalam
skenario pembelajaran.
4. Dalam setiap pertemuan, siswa diminta mengapresiasi puisi dalam bentuk
membaca puisi.
5. Guru dan peneliti menyusun catatan tersendiri sebagai hasil observasinya
terhadap proses dan hasil kegiatan belajar mengajar di kelas yang dilakukan
guru.
6. Pada setiap akhir pertemuan, siswa diminta untuk mengapresiasi puisi dalam
bentuk membaca puisi secara perseorangan dengan penilaian yang meliputi
penjiwaan, suara, dan gerak yang baik. Pada akhir siklus, akan diadakan
evaluasi atas 3 pertemuan yang telah dilakukan, untuk melihat peningkatan
apresiasi puisi siswa dengan penerapan pendekatan kontekstual melalui
musikalisasi puisi dengan proses dan hasil yang paling baik. Tolak ukur yang
digunakan dalam penilaian ini adalah kemampuan siswa dalam mengapresiasi
puisi berdasarkan kriteria penilaian yang dibuat.
2) Tindakan (acting)
Pada siklus ini, peneliti menyajikan suatu kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru kelas menggunakan strategi pembelajaran dengan media
25
yang berbeda pada tiap pertemuan. Strategi yang digunakan juga merupakan cara
yang bervariasi dan menarik minat siswa untuk belajar. Hal ini disesuaikan
dengan pendekatan kontekstual yang menerapkan metode belajar yang bervariasi
pada proses pembelajaran. Setiap pertemuan akan diisi dengan kegiatan belajar
yang memaksa siswa untuk aktif dan produktif.
Peneliti meneliti jalannya proses pembelajaran yang disampaikan oleh
guru. Baik guru maupun peneliti akan mencatat dan memonitor kejadian-kejadian
selama kegiatan belajar mengajar belangsung, mulai dari proses sampai hasil. Ini
dilakukan untuk mempersiapkan perbaikan dan tindakan pada siklus selanjutnya.
3) Pengamatan (observasi)
Pada tahap ini peneliti akan melakukan pengamatan terhadap proses
belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Reaksi dan
tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran akan dicatat oleh peneliti. Reaksi
tersebut dapat berupa sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan
hasil dari kegiatan belajar siswa yang ditunjukkan pada saat mengapresiasi
sebuah puisi dalam bentuk membacakan puisi yang disajikan oleh guru. Semua
itu akan dicatat oleh peneliti pada kolom keterangan. Selain itu, guru kelas juga
memberikan penilaian sesuai dengan format penilaian yang telah dibuat.
4) Refleksi (reflection)
Pada tahap ini peneliti dan guru kelas akan mendiskusikan hasil observasi
kegiatan yang berupa kemampuan siswa dalam mengapresiasi sebuah puisi
melalui catatan dan penilaian yang dibuat pada setiap pertemuan. Jika pada siklus
ini indikator yang ingin dicapai dianggap belum tercapai maka akan dilakukan
26
langkah-langkah pengembangan strategi yang akan dilakukan pada siklus
selanjutnya.
3.4.2 Indikator Keberhasilan
Untuk melihat seberapa jauh tingkat keberhasilan siswa dalam
mengapresiasi puisi pada siklus ini, peneliti dan guru berlandaskan kepada hasil
penilaian yang bersifat autentik. Ini disesuaikan dengan komponen pendekatan
kontekstual authentic asssasement. Akan tetapi untuk penilaian proses, guru dan
peneliti akan memberikan penilaian secara terpisah.
Tingkat keberhasilan siswa dalam mengapresiasi puisi melalui
musikalisasi puisi ini mengacu pada penilaian pada tingkat apresiasi yang
meliputi kemampuan siswa dalam membaca puisi meliputi penjiwaan, suara, dan
gerak pada saat membaca puisi. Adapun bobot penilaiannya adalah:
Penjiwaan 50%
Suara 25%
Gerak 25%
Jumlah 100%
3.5 Pengumpulan Data
Data diambil dari hasil penelitian dengan menggunakan lembar catatan
kolaborator (peneliti), lembar catatan guru, dan nilai apresiasi puisi.
Langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut:
1) Nilai awal diperoleh dari tes awal siswa mengapresiasi puisi dalam benntuk
membaca puisi dengan kriteria penilaian pada penjiwaan, suara, dan gerak siswa
ketika membaca puisi.
27
2) Catatan kolaborator (peneliti ) dan catatan guru diperoleh sebagai hasil
pengamatan dan penilaian terhadap peroses kegiatan belajar mengajar siswa
selama siklus
3) Nilai siklus diperoleh dari tiga pertemuan dalam proses pembelajaran apresiasi
Puisi melalui tes apresiasi puisi seperti pada tes awal.
3.6 Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1) Lembar catatan peneliti,
2) Lembar catatan guru
3) Format penilaian apresiasi puisi/ nilai autentik kemampuan mengapresiasi puisi
Dengan pedoman penelitian sebagai berikut:
1) Catatan kolabolator (peneliti) adalah mencari jawaban bagaimana dan
seberapa jauh intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan.
2) Catatan guru adalah seberapa jauh tindakan telah membawa perubahan, pada
apa dan dalam bentuk apa perubahan itu terjadi, mengapa demikian, apa
kelebihan dan kekurangannya, serta langkah-langkah penyempurnaan apa
yang harus dilakukan.
3) Penilaian autentik kemampuan mengapresiasi puisi yang digunakan untuk
menilai kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi dalam bentuk membaca
puisi dengan penjiwaan, suara, dan gerak yang baik ketika membaca puisi..
28
Format Penilaian Kemampuan Membaca Puisi:
No. Nama
Siswa
Puisi Penilaian keterangan
Penjiwaan
50%
Suara
25%
Gerak
25%
Jumlah Akhir
Tabel penilaian ini dikutip dari Sumardi dan Abdul Rozak
29
Proposal Seminar Skripsi
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM
PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI MELALUI MUSIKALISASI PUISI
PADA SISWA KELAS I SMA NEGERI
Marlina
2115020101
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2005
30