Proposal Penelitian Tindakan Kelas

46
PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI MENGGUNAKAN MUSIKALISASI PUISI BERDASARKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau dikenal juga dengan sebutan Kurikulum 2004 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yakni Kurikulum 1994. Kurikulum ini menitikberatkan pembelajaran pada pencapaian atau pembentukan kompetensi siswa, yaitu apa yang dapat dilakukan siswa secara terus-menerus (menetap) sebagai perwujudan dari hasil belajarnya, sehingga diharapkan setelah siswa menyelesaikan pendidikan, mereka akan memiliki pengetahuan, keterampilan, serta pola berpikir dan bertindak sebagai refleksi dari pemahaman dan penghayatan dari segala yang telah dipelajarinya. 1 1 Akademik LPMP Sulawesi Selatan, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning: http://www.bpgupg.go.id/buletin/akademik.php ), hlm.1 1

description

 

Transcript of Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Page 1: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI

MENGGUNAKAN MUSIKALISASI PUISI BERDASARKAN

PENDEKATAN KONTEKSTUAL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau dikenal juga dengan sebutan

Kurikulum 2004 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yakni

Kurikulum 1994. Kurikulum ini menitikberatkan pembelajaran pada pencapaian

atau pembentukan kompetensi siswa, yaitu apa yang dapat dilakukan siswa secara

terus-menerus (menetap) sebagai perwujudan dari hasil belajarnya, sehingga

diharapkan setelah siswa menyelesaikan pendidikan, mereka akan memiliki

pengetahuan, keterampilan, serta pola berpikir dan bertindak sebagai refleksi dari

pemahaman dan penghayatan dari segala yang telah dipelajarinya.1

Lahirnya KBK ini tentu merupakan satu hal yang baik bagi dunia

pendidikan. Selain untuk kemajuan sistem pendidikan, KBK ini juga akan

membuka cakrawala baru bagi para pengajar untuk turut menjalankannya.

Mengubah suatu sistem yang ada dengan tatanan sistem yang baru bagi dunia

pendidikan.

Namun, mengubah suatu paradigma yang telah lama menjadi kebiasaan

ternyata bukanlah hal yang mudah. Kenyataan yang ada tidaklah sepenuhnya

seperti yang diharapkan. Guru cenderung menyajikan materi pembelajaran secara

1 Akademik LPMP Sulawesi Selatan, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning: http://www.bpgupg.go.id/buletin/akademik.php), hlm.1

1

Page 2: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

terus menerus agar siswa lebih mudah menghafal dan menguasai materi.

Pembelajaran seperti itu memang efektif bagi pembelajaran jangka pendek,

artinya siswa dapat mengingat materi yang diajarkan sebanyak-banyaknya. Akan

tetapi, cara semacam ini ternyata kurang efektif atau dengan kata lain belum

mampu mencapai target jangka panjang. Siswa cenderung mampu mengingat,

namun pada waktu kemudian lupa pada apa yang dihafalnya. Hal ini dikarenakan

siswa hanya sekadar menghafal dan tidak dilandasi dengan pemahaman.

Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh

Kurikulum Berbasis Kompetensi. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan

lebih banyak usaha baik dari pihak pemerintah maupun dari para pengajar. Akan

tetapi, pada kenyataannya suatu kegiatan pembelajaran memang tidak hanya

memerlukan konsep, namun yang terpenting adalah proses, yaitu bagaimana

kurikulum dapat benar-benar diterapkan dengan baik di sekolah-sekolah sehingga

tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam suatu pembelajaran dapat benar-benar

terlaksana.

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL )

merupakan salah satu dari berbagai pendekatan yang muncul seiring dengan

perkembangan KBK. Pendekatan ini merupakan sebuah konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia

nyata siswa. Pendekatan ini juga mendorong siswa memperhatikan hubungan

antara pengetahuan yang mereka miliki dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam pendekatan ini proses

belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan

mengalami, bukan sekedar mengalihkan pengetahuan dari guru kepada siswa.

2

1

Page 3: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Dalam proses pembelajaran, strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada

hasil, sehingga apa yang dipelajari siswa akan benar-benar membekas dalam diri

mereka.2 Dalam konteks tersebut jelaslah bahwa pendekatan ini mengedepankan

pemahaman secara mendalam pada diri siswa, sehingga diharapkan siswa dapat

mengerti makna belajar, manfaat belajar, dalam status apa mereka, dan bagaimana

mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Dengan kesadaran penuh siswa akan

mengetahui bahwa mereka membutuhkan bekal untuk kehidupan kelak. Untuk

mencapai hal tersebut mereka memerlukan guru sebagai pendamping dan

pembimbing bahkan dapat bertindak sebagai pengarah.

Pendekatan kontekstual dalam strateginya memang diperlukan untuk

menunjang pembelajaran. Hal ini dikarenakan selain pendekatan ini tidak

memerlukan perubahan tatanan kurikulum, pendekatan ini juga dapat diterapkan

dalam berbagai mata pelajaran. Meskipun demikian tetap diperlukan strategi yang

sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing mata pelajaran tersebut.

Menurut Depdiknas, secara umum, tidak ada perbedaan mendasar antara

program pembelajaran konvensional dan program pembelajaran kontekstual.

Perbedaan yang paling mendasar hanya pada penekanannya. Program

pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan

dicapai, sedangkan program untuk pembelajaran kontekstuallebih menekankan

pada skenario pembelajaran.3 Oleh karena itu maka kemampuan seorang guru

dalam menyajikan pembelajaran menjadi hal yang sangat penting dalam

pelaksanaan CTL ini. Seorang pengajar harus mampu menyajikan strategi

terbaiknya untuk digunakan dalam pembelajaran. Penguasaan dan pemahaman

2 Ibid, hlm.1.3 Depdiknas, Pendekatan Contextual Teaching and Learning (Jakarta: Depdiknas, 2003),

hlm. 23.

3

Page 4: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

seorang pengajar dalam membuat dan mengembangkan skenario pembelajaran

akan sangat berarti bagi kelangsungan pembelajaran.

Pembelajaran Apresiasi Puisi merupakan bagian dari pembelajaran sastra

yang diajarkan di sekolah. Akan tetapi, pada kenyataannya, pembelajaran

apresiasi puisi di sekolah-sekolah masih terasa belum efektif dikarenakan

beberapa hal, antara lain; kurangnya waktu yang tersedia untuk mempelajari puisi

secara lebih seksama, kurangnya minat siswa terhadap puisi dengan alasan

pengajaran yang digunakan membosankan, dan banyak hal lain yang

menyebabkan pembelajaran apresiasi puisi masih dirasakan belum mencapai

fungsinya. Selain itu, inisiatif guru Bahasa Indonesia untuk mengembangkan

sastra masih kurang. Maka, tak heran jika puisi di sekolah mengalami

kemandekan karena masih terikat dengan pola lama. Selain itu, pemahaman

tentang apresiasi puisi dari segi teori maupun segi praktik haruslah dikuasai

dengan baik. Dengan demikian, siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih

baik tentang puisi dan cara mengapresiasinya. Itu pula yang pada akhirnya akan

menumbuhkan kecintaan siswa terhadap puisi, sehingga langsung ataupun tidak,

proses apresiasi itu akan berjalan dengan lebih alamiah.

Seiring berkembangnya KBK, pembelajaran sastra kini menjadi bagian

yang terpisah dari pembelajaran bahasa. Dengan demikian, pengajar mempunyai

ruang gerak yang lebih luas untuk menerapkan strategi-strategi baru di dalam

kelas. Cara ini diharapkan dapat lebih menarik minat siswa terhadap pembelajaran

sastra, khususnya pembelajaran apresiasi puisi. Selain itu, dengan strategi-strategi

yang tepat seorang pengajar dapat memberikan peluang kepada siswa untuk lebih

mengembangkan kreativitasnya dalam belajar, sehingga apa yang ingin dicapai

4

Page 5: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

pada setiap pembelajaran akan menjadi hal yang nyata membekas dalam diri

siswa.

Dalam KBK Sekolah Menengah Atas (SMA) dijelaskan bahwa standar

kompetensi mata pelajaran bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada hakikat

pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan

belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya.3

Dengan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran sastra di sekolah

merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk mengasah kepekaan

siswa terhadap segala sesuatu yang ada di dalam kehidupan.

Secara konkret, terdapat beberapa bentuk dari apresiasi puisi, antara lain

membaca, memahami, dan mencipta puisi. Dari ketiga bentuk apresiasi tersebut,

membaca puisi merupakan bentuk apresiasi yang paling mudah untuk dinilai.

Oleh karena itu peneliti mengkhususkan apresiasi puisi dalam penelitian ini pada

pembacaan puisi.

Memilih strategi dalam pembelajaran puisi memang dapat dilakukan

dengan berbagai cara, mengingat kegiatan mengapresiasi memang tak hanya satu

bentuk, mengingat pembelajaran apresiasi puisi juga terdapat dalam beberapa

bentuk. Dalam kurikulum SMA terdapat beberapa indikator yang mengarah pada

kemampuan siswa untuk mengapresiasi puisi, baik dalam bentuk membaca puisi,

memahami puisi, maupun mencipta puisi. Dengan demikian, seorang pengajar

memerlukan berbagai variasi pengajaran, sehingga siswa tidak merasa bosan

dengan strategi yang sama untuk pembelajaran apresiasi, ekspresi, dan kreasi.

3 Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003), hlm.1

5

Page 6: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Selain itu, dengan mencobakan strategi yang bervariasi tentunya pengajar dapat

mengetahui strategi mana yang lebih tepat dalam pembelajaran puisi pada siswa

SMA.

Salah satu strategi dalam pembelajaran sastra yang sudah tidak asing

adalah bentuk musikalisasi puisi. Musikalisasi puisi merupakan kombinasi bunyi

antara puisi dengan musik. Dengan kata lain, musikalisasi puisi ini menyajikan

puisi dalam bentuk lagu. Musikalisasi puisi sebenarnya bukan hal baru dalam

dunia sastra, hanya saja perkembangannya tidak begitu pesat. Para pengajar sastra

memiliki banyak kendala dalam mengajarkan puisi dengan bentuk musikal.

Kendala-kendala tersebut dapat berupa keterbatasan waktu atau karena

keterbatasan pengetahuan dan penguasaan terhadap seni musik. Di sisi lain

sebenarnya musik sangat diminati oleh siswa.

Sebuah lagu dapat dianggap sebagai suatu alat dan bahan yang efektif

untuk pembelajaran apresiasi puisi. Menurut Orlava (dalam Forum, 1997: 41) lagu

dianggap sebagai suatu alat yang efektif untuk pengajaran bahasa. Orlava juga

mengemukakan beberapa alasan untuk memperkuat pernyataannya, yaitu antara

lain:

(1) lagu dapat menampilkan fungsi yang berbeda dalam pengajaran

bahasa (terutama puisi), (2) lagu dapat menjadi pendorong untuk

melakukan percakapan di kelas, (3) lagu dapat memotivasi suatu

pendekatan emosional untuk belajar bahasa, (4) lewat lagu siswa

dapat mengekspresikan sikapnya terhadap apa yang telah dia dengar,

dan (5) lagu juga dapat membantu perkembangan estetis seseorang.4

4 Mislinatul Sakdiyah, Menggauli Puisi Lewat Lagu (Gelar Karya Esai Cybersastra: www.cybersastra.net, 2002), hlm.1

6

Page 7: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Berkembangnya KBK memberi waktu yang lebih banyak kepada pengajar

sastra untuk menyajikan pembelajaran apresiasi puisi dengan berbagai strategi.

Dengan demikian masalah waktu tidak boleh lagi menjadi kendala bagi pengajar,

untuk dapat bereksperimen dengan metode-metode baru yang tentunya lebih

menjanjikan peningkatan hasil belajar.

Melihat konteks di atas, maka dapat dikatakan bahwa pendekatan

kontekstual melalui musikalisasi puisi dapat menjadi satu pilihan dari strategi

pembelajaran apresiasi puisi yang menarik bagi siswa. Selain menuntut daya

kreativitas siswa, musikalisasi puisi tidak hanya akan menarik minat siswa yang

menyenangi seni sastra terutama puisi, tetapi juga dapat menarik minat siswa

yang menyenangi seni musik.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1) Apakah Kurikulum Berbasis Kompetensi telah diterapkan di SMA terutama

untuk pembelajaran sastra?

2) Bagaimanakah menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

sastra?

3) Bagaimanakah meningkatkan pembelajaran apresiasi puisi di SMA?

4) Bagaimanakah menerapkan strategi musikalisasi puisi dalam pembelajaran

apresiasi puisi di SMA?

5) Bagaimanakah penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

apresiasi puisi melalui musikalisasi puisi pada siswa SMA?

7

Page 8: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

1.3 Pembatasan Masalah

Melihat banyaknya masalah yang teridentifikasi, maka masalah dalam

penelitian ini dibatasi hanya pada penerapan pendekatan kontekstual dalam

pembelajaran apresiasi puisi melalui musikalisasi puisi siswa SMA.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah

dalam penelitian ini sebagai berikut, “Bagaimanakah penerapan pendekatan

kontekstual dalam pembelajaran apresiasi puisi melalui musikalisasi puisi siswa

SMA?

1.5 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1) Peneliti; membantu peneliti dalam mendalami pembelajaran sastra di sekolah

dengan menerapkan strategi yang sesuai, dan dapat memperluas pengetahuan

tentang pembelajaran apresiasi puisi di SMA.

2) Para pengajar sastra; memberikan masukan atau ide-ide baru dalam

pembelajaran, sastra khususnya apresiasi puisi di SMA. Selain itu memotivasi

para pengajar sastra untuk dapat menerapkan metode-metode pembelajaran baru

yang sesuai dengan KBK, guna meningkatkan mutu pendidikan khususnya di

bidang kesastraan.

3) Pembelajar sastra; menumbuhkembangkan minat siswa terhadap sastra

khususnya puisi dan dapat meningkatkan hasil belajar sastra.

8

Page 9: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Hakikat Musikalisasi Puisi

Secara istilah kata musikalisasi puisi biasa dipahami sebagai suatu

perpaduan antara dua cabang seni yang berbeda, yaitu seni musik dan seni sastra.

Istilah ini secara gramatik terbentuk dari kata musik dan puisi.5 Ditilik dari

penjelasan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk memahami hakikat

musikalisasi puisi harus terlebih dahulu memahami musik dan puisi. Menurut

Ensiklopedi Nasional Indonesia (1990:413), musik adalah sebuah letusan ekspresi

perasaan atau pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Secara

etimologi musik itu berasal dari bahasa Yunani yaitu mousike yang diambil dari

nama dewa Yunani kuno, Mousa, yang memimpin seni dan ilmu.6

Pandangan lain datang dari Yapi Tambayong (1992:55) yang dinyatakan

oleh Sadewa dengan cukup filosofis mengatakan bahwa orang berhak menyebut

musik untuk segala substansi yang ada hubungannya dengan bunyi dan substansi

itu sah dibilang musik karena ia bukan merupakan benda yang sebelumnya punya

nama dan nama itu diterima sebagai persetujuan yang berlaku, misalnya batu,

kertas darinya dapat lahir musik,maka sejauh batu dan kertas itu mengeluarkan

bunyi, dan bunyi itulah yang dimanfaatkan sebagai substansi.7

Kedua penjelasan tersebut tentu merupakan sebuah penjelas yang

memberikan gambaran bahwa musik itu sebagai bunyi, dan siapa pun berhak

5 Ujianto Sadewa, Musikalisasi Puisii: esai (Bandung: www.cybersastra.net:2002), hlm.16 Ibid, hlm.17 Ibid, hlm.1

9

8

Page 10: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

menyebut segala sumber sebagai substansi yang dikatakan sebagai musik. Pakar

musik, Leon Dahlin (1965: 1), menyatakan perihal eksistensi musik sebagai

berikut:

“Music from the dawn of civilization has been an integral part of man’s culture. Human has beings have ekspressed themselves in pitches and rhytms throughout the hundreds of years of recorded history and far thousands of years before” (Musik berasal dari kemasyarakatan yang menyatu dan merupakan bagian dari manusia. Manusia mengekspresikan dirinya dalam pola-pola titinada dabn irama-irama sepanjang ratusan tahun catatan sejarah dan selama ribuan tahun sebelumnya).8

Leon Dahlin lebih lanjut mengemukakan bahwa musik merupakan suatu bagian

yang menyatu dengan masyarakat dan budaya. Musik telah lama dikenal

masyarakat, dan telah ribuan tahun lalu dikenal dan berkembang di masyarakat.

Selain itu ditambahkannya bahwa musik memiliki titinada dan pola irama-irama

yang berasal dari ekspresi manusia.

Pengertian musik tersebut dapat dipergunakan untuk memahami

musikalisasi puisi, yang terdiri dari unsur musik serta puisi . Menurut Herman J.

Waluyo, puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan

perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan

semua kekuatan dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.9

Dalam pengertian tersebut, Waluyo menekankan pada struktur fisik dan

struktur batin yang dimiliki oleh puisi, bahwa puisi merupakan suatu ekspresi

penyair. Adapun penjelasan selanjutnya mengenai kedua struktur tersebut adalah

bahwa struktur fisik puisi adalah apa yang dapat dilihat pembaca melalui bahasa

yang tampak, sedangkan struktur batin atau struktur makna dalam puisi adalah

8Ibid, hlm.1 9 Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi (Jakarta:Erlangga,1987), hlm.25

10

Page 11: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

makna yang terkandung di dalam puisi yang tidak secara langsung dapat dihayati

oleh pembaca.10

Berbicara mengenai fisik maupun batin dalam puisi, Aminuddin

menyatakan bahwa:

Secara etimologi, puisi berasal dari bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau poeisis ‘pembuatan’ dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan ‘membuat’ dan ‘pembuatan’ karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri , yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.11

Penjelasan ini lebih menekankan pada hakikat penciptaan atau pembuatan puisi.

Melalui puisi seorang penyair dapat menyampaikan pesan atas gambaran-

gambaran kehidupan yang dilihatnya. Pesan tersebut terangkum dalam struktur

fisik maupun struktur batin puisinya.

Menurut Sadewa musikalisasi puisi adalah pengubahan puisi sebagai teks

menjadi puisi sebagai musik atau pemusikan puisi. Disini berarti bahwa

musikalisasi puisi merupakan sebuah ekspresi baru yang didasari oleh suatu

interpretasi terhadap puisi, seperti halnya deklamasi dan dramatisasi puisi.12

Penjelasan tersebut sebenarnya sebagai suatu penerangan bahwa musikalisasi itu

adalah sebuah hasil dari gubahan puisi menjadi musik.

Mengacu pada hakikat puisi yang dikemukakan oleh Slametmulyana, yang

menyatakan bahwa puisi sebagai bentuk sastra dalam pengulangan suara atau

kata yang menghasilkan rima, ritme, dan musikalitas, akan lebih mudah dipahami

bahwa memang sejak awal puisi itu telah mengandung unsur musikalitas. Hal ini

10 Ibid, hlm. 2611 Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra (Bandung: Sinar Baru Agensindo Offset,

2000), hlm.13412 Ujianto sadewa, Musikalisasi Puisi:esai (bandung: www.cybersastra.net, 2002), hlm.1

11

Page 12: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

tentu memperjelas pernyataan Sadewa tersebut, bahwa puisi dapat digubah

menjadi musik.

Memperkuat pernyataan Slametmulyana, didapatkan pula penjelasan Agus

R. Sarjono (Ketua Bidang Program Dewan Kesenian Jakarta) dalam sebuah

diskusi sastra yang menuturkan bahwa puisi itu selalu mempunyai musikalitas,

dan tugas musikalisasi puisi adalah mengubah musikalitas pada puisi menjadi

lebih terasa menjadi suatu musik yang bisa didengar.13 Dalam diskusi yang sama,

Ratna Sarumpaet mengemukakan bahwa dalam musikalisasi puisi sebenarnya

kita jangan hanya bertumpu pada puisinya, namun juga harus memperkuat dan

memperhatikan musiknya untuk mencari spirit/roh dari puisi itu sendiri.14

Pernyataan tersebut tentu menambah pemahaman kita bahwa dalam musikalisasi

puisi seseorang tidak hanya harus memperhatikan puisinya, akan tetapi harus pula

dapat memperkuat musiknya. Memperkuat musik berarti ketika suatu puisi di

musikalisasikan, harus diperhatikan atau disesuaikan pula musik yang menjadi

unsur pembentuknya. Karena dengan musik yang tepat, diharapkan makna dari

puisi tersebut semakin lebih dapat dihayati oleh penikmatnya. Selain itu, musik

juga sangat mendukung adanya penjiwaan terhadap puisi tersebut.

Penjelasan musikalisasi yang selanjutnya datang dari Sanggar Matahari

(tim Musikalisasi Puisi ) yang menyatakan bahwa:

Kalau kita membuka Kamus Besar Bahsa Indonesia, misalnya, akan kita jumpai keterangan tentang kata musikalisasi, yaitu ‘hal menjadikan bersifat musikal.’ Kata musikal sendiri berarti ‘berkenaan dengan musik’, ;mempunyai kesan musik’, dan ‘mempunyai rasapeka terhadap musik’. Kata musikal itu bertalian dengan kata musik yang tidak lain artinya adalah ‘ilmuatau seni menyusun nada atau suara di urutan kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai

13 Musikalisasi Bisa Jadi genre yang berwibawa: artikel (www.cybersastra.net), hlm. 114 Ibid, hlm.2

12

Page 13: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

kesatuan dan keseimbangan’ atau ‘nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi tersebut)’.15

Selanjutnya, dijelaskan pula dalam sumber yang sama bahwa musikalisasi

merupakan upaya untuk lebih menonjolkan unsur musikal tersebut sehingga sajak

sebagai karya sastra yang berbentuk puisi dapat lebih jelas lagi berdiri di depan

khalayaknya. Jadi, unsur musikal merupakan jembatan bagi khalayak untuk

“berhubungan” dengan sajak.16

Semakin jelas bahwa musikalisasi itu memang bertujuan untuk

menonjolkan unsur musikal yang telah ada dalam sebuah puisi. Sehingga ketika

puisi tersebut disajikan di depan khalayak, ada warna atau aroma baru yang dapat

memperkuat daya tarik terhadap puisi tersebut. Pada dasarnya musik dapat

dijadikan jembatan untuk berhubungan dengan sajak dalam hal ini puisi.

Pada penerapannya, pembelajaran apresiasi puisi ini akan dilakukan

dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Mengingat pembelajaran ini akan

disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku pada saat ini, yaitu KBK. Oleh

karena itu, peneliti merasa perlu untuk menjelaskan mengenai pendekatan

kontekstual ini dan hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

Pendekatan kontekstual dalam pengantar buku pendekatan kontekstual

menurut Drs. Umaedi, M.Ed, menyatakan bahwa:

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan

15 Fredie Arsie, Proses Musikalisasi Puisi Deavis sanggar Matahari (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm.3

16 Ibid, hlm.4

13

Page 14: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

melibatkannya dalam tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), permodelan (Modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assasement). 17

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pendekatan kontekstual itu

merupakan suatu strategi dalam pembelajaran yang memiliki tujuh komponen

penting yang melandasinya. Pada sumber lain didapatkan penjelasan mengenai

pendekatan kontekstual sebagai berikut:

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning- CTL) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.18

Pendapat tersebut senada dengan pendapat sebelumnya mengenai hakikat

pendekatan kontekstual. Penjabaran hakikat tersebut makin memperjelas

pemahaman tentang pendekatan kontekstual. Selain itu dalam penjabarannya

dijelaskan bahwa pendekatan kontekstual mengajarkan kepada siswa untuk

merekonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan yang pada akhirnya

menjadi tujuan dari suatu proses pembelajaran.

Pendekatan kontekstual sebenarnya bukan suatu strategi baru dalam dunia

pendidikan. Seperti yang penulis dapatkan. Pendekatan ini sebenarnya berakar

dari penelitian John Dewey (1916) yang menurut Rosyidah menyimpulkan bahwa

siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang

17 Akademik LPMP Sulawesi Selatan, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning): (http://www. Bpgupg.go.id/buletin/akademik.php), hlm.4

18 Nurhadi, Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban (Jakarta: Grasindo, 2004), hlm. 103

14

Page 15: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan terjadi di

sekelilingnya.19

Jadi, dalam pembelajaran yang berbasis kontekstual, siswa harus menghubungkan

apa yang dipelajarinya dengan kehidupan nyata, bahkan mengaitkan apa yang

dipelajarinya dengan segala sesuatu yang ada di sekelilingnya.

Dalam penerapannya di kelas, CTL tidak terlalu sulit. Secara garis

besar langkah penerapannya dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara

bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan

dan keterampilan barunya!

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic!

3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya!

4) Ciptakan ;masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-kelompok)!

5) Hadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran!

6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan!

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara !20

Langkah-langkah pembelajaran kontekstual di atas merupakan

pengembangan dari tujuh komponen yang telah disebutkan sebelumnya.

Penjabaran seperti itu dilakukan untuk mempermudah guru mengingat dan

menerapkan pembelajaran kontekstual dengan komponen lengkap pada saat

mengajar.

Dengan melihat penjelasan tersebut, maka dapat dipahami hakikat

pendekatan kontekstual yang akan diterapkan dalam penelitian ini, yaitu peneliti

19 Fima Rosyidah, Pengembangan KBK Melalui Strategi Pembelajaran Kontekstual (http://artikel. us/art 05-96.html)

20 Nurhadi, Op.Cit, hlm.106

15

Page 16: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

akan mencoba menerapkan pendekatan ini dengan komponen-komponen

pembentuknya dalam proses pembelajaran apresiasi puisi melalui musikalisasi

puisi.

2.1.3 Hakikat Pembelajaran Apresiasi Puisi Siswa SMA.

Bila merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian kata

pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang atau makhluk hidup

belajar, sedangkan kata belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau

ilmu. Jadi dapat dipahami bahwa dalam sebuah proses pembelajaran yang dilihat

adalah sebuah proses belajar untuk pencapaian pengetahuan, demikian juga

halnya dengan pembelajaran apresiasi puisi.

Menurut Sumardi dan Abdul Rozak, apresiasi puisi pada dasarnya

merupakan sikap jiwa pembaca terhadap sajak yang dibaca. Sebagai sikap jiwa,

apresiasi puisi menyiratkan suatu kualitas rohaniah menghadapi obyek yang

disikapi, yakni sajak21.

Apabila menilik pada pengertian tersebut, maka jelas bahwa yang

merupakan hal penting dalam kegiatan apresiasi puisi adalah kegiatan membaca

puisi. Atau dapat dikatakan bahwa untuk melihat tingkat apresiasi seseorang

terhadap puisi adalah sikap jiwa ketika ia menghadapi obyek yaitu puisi tersebut.

Herman J. Waluyo menyatakan bahwa untuk memahami sebuah puisi

yang besar dan sangat terkenal dapat digunakan pendekatan objektif, atau

pendekatan melalui unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada puisi tersebut. Akan

tetapi, untuk memahami puisi-puisi yang sukar dan belum termashur atau puisi-

21 Sumardi dan Abdul Rozak,Pedoman Pengajaran Apresiasi SLTP dan SLTA untuk Guru dan Siswa (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm. 7

16

Page 17: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

puisi gelap yang bersifat khas diperlukan adanya usaha menghubungkan puisi

tersebut dengan faktor di luar unsur-unsur intrinsiknya.22 Ini berarti dalam

memahami sebuah puisi, seseorang tidak dapat hanya melihat unsur-unsur

pembentuk puisi seperti tema, amanat, diksi, dan sebagainya. Akan tetapi,

diperlukan juga adanya pengkajian unsur-unsur lain yang berada di luar puisi,

misalnya latar belakang pengarang, kondisi kejiwaan pengarang saat mencipta

puisi, lingkungan sosial masyarakat, dan sebagainya.

Penjelasan Waluyo tersebut tergambar pula dalam sumber lain yang

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan penghayatan yaitu pengalaman batin.

Si pembaca sebaiknya memahami apa yang dirasakan penyair pada saat

menciptakan puisi tersebut. Paling tidak terjadi dialog batin antara si pembaca

puisi dengan si penyair yang karyanya dibacakan melalui deretan kata-kata yang

bernama puisi.25 Jadi dapat dipahami bahwa dalam proses pemahaman dan

penghayatan puisi, diperlukan adanya kajian dari berbagai unsur dan berbagai

pendekatan. Setelah mengetahui secara mendasar apa itu pembelajaran dan apa

itu apresiasi maka akan lebih mudah kiranya untuk memahami makna harfiah dari

pembelajaran apresiasi puisi siswa SMA.

Dalam penerapannya, suatu kegiatan pembelajaran apresiasi puisi

bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh siswa mamnpu mengapresiasi puisi.

Oleh karena itu diperlukan adanya alat ukur yang dapat dijadikan sebagai

landasan apakah seseorang telah mampu mengapresiasi puisi dengan baik atau

tidak.

22 Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi (Jakarta: Erlangga, 1987),hlm. 2 2

17

Page 18: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Telah dikemukakan oleh Sumardi bahwa apresiasi puisi adalah sikap jiwa

memperlakukan sajak sesuai dengan kadar seni dan kandungan isinya . Sumardi

pun menjelaskan lebih lanjut bahwa kemampuan mengapresiasi ini terwujud

dalam berbagai bentuk, antara lain kegemaran membaca sajak dan keterampilan

mendeklamasikan sajak itu. Sedangkan untuk tingkat apresiasi yang lebih tinggi

kemampuan apresiasi puisi dapat berupa keterampilan menulis esei tentang

puisi, kemampuan menemukan dan merumuskan makna sajak itu dalam bentuk

tulisan yang dapat dibaca dan difahami orang lain. Akan tetapi dijelaskan

kembali bahwa kemampuan tersebut hanya dapat dicapai apabila seseorang telah

berulang-ulang terlibat dalam pengalaman puitis, pengalaman membaca dan

menikmati sajak secara langsung, bukan melalui teori atau kaidah-kaidah umum

yang diutarakan buku pelajaran23.

Penjelasan tersebut tentu mengedepankan pentingnya suatu pengalaman

apresiasi puisi dalam bentuk membaca puisi. Hal ini selain untuk melihat

kemampuan mengapresiasi puisi juga pada dasarnya merupakan langkah untuk

menuju pada tingkat apresiasi puisi yang lebih tinggi.

Dalam penilaian apresiasi itu sendiri, Sumardi dan Abdul Rozak

mengemukakan kriteria penilaian yang terdiri dari penjiwaan, suara, dan gerak.

Penjelasan lebih lanjut adalah bahwa penjiwaan mencakup pada keutuhan makna

sajak dan penyampaian pesan atau amantnya, suara meliputiartikulasi, intonasi,

nada, dan irama. Sedangkan untuk gerak atau acting membaca puisi sebaiknya

tidak berlebihan24

2 23 Sumardi dan Abdul Rozak, Op.Cit, hlm 7-824 Ibid, hlm. 79-81

18

Page 19: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Pada sumber lain didapatkan tambahan bahwa gerak itu tidak hanya

terlihat bergoyang saja, melainkan ekspresi tau mimik (gerak muka) gesture

(gerak tangan), dan pantomimik (gerak tubuh). Selain itu ditambahkan pula

bahwa gerak itu bukan gerak yang dciptakan oleh pembaca puisi melainkan gerak

yang yang diciptakan oleh puisi itu sendiri.25

Berdasarkan penjabaran di atas dapat dikatakan bahwa penerapan

pendekatan kontekstual dalam pembelajaran apresiasi puisi melalui musikalisasi

puisi adalah upaya meningkatkan kemampuan apresiasi puisi khususnya

membaca puisi melalui musikalisasi puisi dengan menerapkan pendekatan

kontekstual dalam proses pembelajaran di kelas. Sedangkan tolak ukur yang

digunakan sebagai penilaian adalah penjiwaan, suara, dan gerak siswa dalam

membaca puisi

2.2 Kerangka Berpikir

Berdasarkan teori-teori pada bagian sebelumnya, peneliti mengambil

suatu kerangka berpikir bahwa apresiasi puisi adalah suatu kegiatan dalam

menghargai atau mengapresiasi puisi dengan menunjukkan sikap jiwa seseorang

ketika membaca sebuah puisi. Sikap jiwa itu meliputi penjiwaan, suara, dan gerak

seseorang ketika membaca puisi, sehingga suasana dalam puisi tersebut dapat

sampai kepada orang yang mendengarkan atau menyaksikan pembacaan puisi

tersebut.

Musikalisasi puisi adalah suatu teknik pembelajaran puisi yang

menggabungkan unsur musik dan unsur sastra dalam hal ini unsur puisi. Pada

musikalisasi puisi, sebuah puisi yang telah tercipta disajikan dengan musik untuk

25 Sri Suhita, Apresiasi Puisi (Jakarta: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta, 2004), 40.

19

Page 20: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

dinikmati sebagai suatu bentuk lain dari puisi. Akan tetapi, bentuk lain dalam

penyajian puisi ini harus tetap menjaga makna atau isi yang dimiliki puisi,

sehingga pemaknaan puisi tersebut tidak berubah..

Untuk penerapannya di kelas, digunakan pendekatan kontekstual yang

merupakan salah satu pendekatan berlandaskan pada KBK yang di dalamnya

memiliki tujuh komponen pembentuk antara lain: konstruktivisme

(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat

belajar (learning community), permodelan (modelling), penilaian sebenarnya

(authentic assasement), dan refleksi (reflection). Dalam pendekatan ini

komponen atau unsur pembentuknya juga berperan dalam proses pembelajaran,

sehingga pendekatan ini tidak hanya terpaku pada penilaian hasil, akan tetapi

mementingkan pula penilaian selama proses pembelajaran berlangsung.

2.3 Hipotesis Tindakan

Kemampuan apresiasi puisi siswa khususnya dalam membaca puisi dapat

meningkat dengan menggunakan pendekatan kontekstual melalui musikalisasi

puisi.

2.3 Definisi Konseptual

a) Kemampuan mengapresiasi puisi adalah kemampuan untuk menunjukkan

sikap jiwa terhadap puisi yang dibaca dalam bentuk penjiwaan, suara, dan

gerak ketika membaca puisi.

b) Catatan kolaborator (peneliti) adalah catatan yang diperoleh peneliti pada saat

turun langsung ke lapangan sebagai pengamat atau peneliti

c) Catatan guru adalah catatan yang diperoleh guru pada saat mengajar

20

Page 21: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

2.4 Definisi Operasional

a) Kemampuan mengapresiasi puisi adalah kemampuan untuk menunjukkan sikap

jiwa terhadap puisi yang dibaca dalam bentuk penjiwaan, suara, dan gerak

ketika membaca puisi.

b) Catatan kolaborator adalah catatan peneliti yang diperoleh dengan melihat

proses pembelajaran apresiasi puisi pada siswa kelas 1 di SMA Negeri 77

Jakarta, yang menerapkan pendekatan kontekstual melalui musikalisasi puisi

dalam pembelajarannya.

c) Catatan guru adalah catatan atau penilaian yang didapatkan oleh guru dalam

proses dan hasil pembelajaran apresiasi puisi pada siswa kelas I di SMA

Negeri 77 Jakarta dengan penerapan pendekatan kontekstual melalui

musikalisasi puisi.

21

Page 22: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat peningkatan kemampuan

mengapresiasi puisi pada siswa SMA kelas 1 SMA Negeri 77 Jakarta dengan

menerapkan pendekatan kontekstual melalui musikalisasi puisi.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri77 Jakarta. Waktu penelitian

dilaksanakan pada semester 1 (satu) tahun pelajaran 2006 /2007.

3.3 Setting Kelas

SMA Negeri 77 Jakarta merupakan salah satu SMA yang terletak di

daerah Jakarta Pusat. Sekolah ini terdiri dari 18 kelas yang masing-masing

tingkatan terdiri dari enam kelas. Lingkungan di sekitar sekolah adalah

perumahan penduduk yang cukup kondusif, karena selain sepi, pada lingkungan

ini pun terdapat beberapa sekolah lain. Oleh karena itu dapat dikatakan

lingkungan sekitar SMAN 77 Jakarta merupakan lingkungan pendidikan yang

cukup kondusif.

Penelitian ini dilakukan pada kelas 1, dengan pertimbangan pada

kurikulum terbaru yang digunakan sebagai acuan, kelas 1 merupakan kelas yang

paling banyak mempelajari materi puisi.

Untuk menentukan kelas mana yang akan digunakan dalam penelitian ini,

maka ditentukan dengan sistem acak atau random. Dari enam kelas yang ada,

kelas yang dipilih merupakan hasil dari undian.

22

Page 23: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Adapun penelitian yang akan dilakukan terdiri dari 1 siklus, yang tiap-

tiap siklus terdiri dari beberapa pertemuan. Siklus 1 terdiri dari 3 pertemuan .

Seluruh pertemuan dalam penelitian memiliki beberapa langkah pembelajaran

yang terdiri dari tiga langkah penting.

Pertama; langkah awal dengan meminta siswa mengapresiasi puisi dalam bentuk

membaca puisi. Penilaian diberikan pada penjiwaan, sura, dan gerak siswa ketika

membaca puisi.

Kedua; langkah inti meliputi pemberian materi musikalisasi puisi. Dilanjutkan

dengan proses belajar siswa dalam mengapresiasi puisi secara berkelompok

dengan memberikan pemaknaan secara bebas terhadap sebuah puisi yang

disajikan dalam bentuk musikalisasi puisi. Adapun tujuan ini dilakukan untuk

melihat seberapa jauh kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi dalam

bentuk lagu.

Langkah ketiga; guru akan memberikan tugas pada setiap siswa untuk

mengapresiasi puisi dalam bentuk pembacaan puisi. Penilaian yang dilakukan

adalah pada penjiwaan, suara, dan gerak siswa ketika membacakan puisi.

3.4 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode action research yaitu suatu

metode dengan karakteristik yang khas, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Masalah yang diteliti adalah masalah yang nyata,

2) Berorientasi pada pemecahan masalah,

3) Bertujuan meningkatkan kualitas.,

4) Menggunakan data penelitian, dan

5) Adanya tindakan (action).

23

Page 24: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Adapun penelitian ini dilakukan dengan siklus yang masing-masing siklus

terdiri atas:

1) Perencanaan (planning),

2) Tindakan (acting),

3) Refleksi (reflecting).

3.4.1. Siklus

1) Perencanaan (Planning)

Pada siklus ini akan digunakan model pembelajaran menggunakan pendekatan

kontekstual yang berdasarkan KBK. Siklus ini dilakukan sebanyak 3 kali

pertemuan, dengan alokasi waktu 6 jam pelajaran.

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam siklus ini,

meliputi:

1. peneliti memberikan tes apresiasi puisi kepada siswa untuk mengetahui

kemampuan siswa dalam membaca puisi.

2. Peneliti menyiapkan model pembelajaran berbasis pendekatan kontekstual

yang lebih rinci tersaji dalam rencana pengajaran/skenario pembelajaran

sebanyak 3 buah ( untuk 3 kali pertemuan) dengan strategi pembelajarn yang

berbeda pada tiap pertemuan Untuk kegiatan belajar mengajar disampaikan

oleh guru kelas. Hal ini bertujuan agar data penelitian ini merupakan data yang

alami dan akurat, karena siswa telah terbiasa diajar oleh guru kelas.

3. Pembelajaran berlangsung dengan berpedoman pada skenario

pembelajaran yang dibuat pada tiap pertemuan. Adapun sebelum kegiatan

belajar mengajar berlangsung pada setiap pertemuan, terlebih dahulu guru dan

24

Page 25: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

peneliti mendiskusikan rencana pembelajaran yang akan disajikan oleh guru.

Setelah kegiatan belajar mengajar di kelas selesai disajikan, guru dan peneliti

mengevalusi proses dan hasil belajar siswa pada kegiatan belajar mengajar

tersebut.

3. Guru memahami musikalisasi puisi sebagai suatu bentuk penyajian puisi dalam

bentuk lagu. Selanjutnya memberikan contoh bentuk musikalisasi puisi

dengan menggunakan model sesuai dengan media yang tercantum dalam

skenario pembelajaran.

4. Dalam setiap pertemuan, siswa diminta mengapresiasi puisi dalam bentuk

membaca puisi.

5. Guru dan peneliti menyusun catatan tersendiri sebagai hasil observasinya

terhadap proses dan hasil kegiatan belajar mengajar di kelas yang dilakukan

guru.

6. Pada setiap akhir pertemuan, siswa diminta untuk mengapresiasi puisi dalam

bentuk membaca puisi secara perseorangan dengan penilaian yang meliputi

penjiwaan, suara, dan gerak yang baik. Pada akhir siklus, akan diadakan

evaluasi atas 3 pertemuan yang telah dilakukan, untuk melihat peningkatan

apresiasi puisi siswa dengan penerapan pendekatan kontekstual melalui

musikalisasi puisi dengan proses dan hasil yang paling baik. Tolak ukur yang

digunakan dalam penilaian ini adalah kemampuan siswa dalam mengapresiasi

puisi berdasarkan kriteria penilaian yang dibuat.

2) Tindakan (acting)

Pada siklus ini, peneliti menyajikan suatu kegiatan belajar mengajar yang

dilakukan oleh guru kelas menggunakan strategi pembelajaran dengan media

25

Page 26: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

yang berbeda pada tiap pertemuan. Strategi yang digunakan juga merupakan cara

yang bervariasi dan menarik minat siswa untuk belajar. Hal ini disesuaikan

dengan pendekatan kontekstual yang menerapkan metode belajar yang bervariasi

pada proses pembelajaran. Setiap pertemuan akan diisi dengan kegiatan belajar

yang memaksa siswa untuk aktif dan produktif.

Peneliti meneliti jalannya proses pembelajaran yang disampaikan oleh

guru. Baik guru maupun peneliti akan mencatat dan memonitor kejadian-kejadian

selama kegiatan belajar mengajar belangsung, mulai dari proses sampai hasil. Ini

dilakukan untuk mempersiapkan perbaikan dan tindakan pada siklus selanjutnya.

3) Pengamatan (observasi)

Pada tahap ini peneliti akan melakukan pengamatan terhadap proses

belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Reaksi dan

tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran akan dicatat oleh peneliti. Reaksi

tersebut dapat berupa sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan

hasil dari kegiatan belajar siswa yang ditunjukkan pada saat mengapresiasi

sebuah puisi dalam bentuk membacakan puisi yang disajikan oleh guru. Semua

itu akan dicatat oleh peneliti pada kolom keterangan. Selain itu, guru kelas juga

memberikan penilaian sesuai dengan format penilaian yang telah dibuat.

4) Refleksi (reflection)

Pada tahap ini peneliti dan guru kelas akan mendiskusikan hasil observasi

kegiatan yang berupa kemampuan siswa dalam mengapresiasi sebuah puisi

melalui catatan dan penilaian yang dibuat pada setiap pertemuan. Jika pada siklus

ini indikator yang ingin dicapai dianggap belum tercapai maka akan dilakukan

26

Page 27: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

langkah-langkah pengembangan strategi yang akan dilakukan pada siklus

selanjutnya.

3.4.2 Indikator Keberhasilan

Untuk melihat seberapa jauh tingkat keberhasilan siswa dalam

mengapresiasi puisi pada siklus ini, peneliti dan guru berlandaskan kepada hasil

penilaian yang bersifat autentik. Ini disesuaikan dengan komponen pendekatan

kontekstual authentic asssasement. Akan tetapi untuk penilaian proses, guru dan

peneliti akan memberikan penilaian secara terpisah.

Tingkat keberhasilan siswa dalam mengapresiasi puisi melalui

musikalisasi puisi ini mengacu pada penilaian pada tingkat apresiasi yang

meliputi kemampuan siswa dalam membaca puisi meliputi penjiwaan, suara, dan

gerak pada saat membaca puisi. Adapun bobot penilaiannya adalah:

Penjiwaan 50%

Suara 25%

Gerak 25%

Jumlah 100%

3.5 Pengumpulan Data

Data diambil dari hasil penelitian dengan menggunakan lembar catatan

kolaborator (peneliti), lembar catatan guru, dan nilai apresiasi puisi.

Langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut:

1) Nilai awal diperoleh dari tes awal siswa mengapresiasi puisi dalam benntuk

membaca puisi dengan kriteria penilaian pada penjiwaan, suara, dan gerak siswa

ketika membaca puisi.

27

Page 28: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

2) Catatan kolaborator (peneliti ) dan catatan guru diperoleh sebagai hasil

pengamatan dan penilaian terhadap peroses kegiatan belajar mengajar siswa

selama siklus

3) Nilai siklus diperoleh dari tiga pertemuan dalam proses pembelajaran apresiasi

Puisi melalui tes apresiasi puisi seperti pada tes awal.

3.6 Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1) Lembar catatan peneliti,

2) Lembar catatan guru

3) Format penilaian apresiasi puisi/ nilai autentik kemampuan mengapresiasi puisi

Dengan pedoman penelitian sebagai berikut:

1) Catatan kolabolator (peneliti) adalah mencari jawaban bagaimana dan

seberapa jauh intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan.

2) Catatan guru adalah seberapa jauh tindakan telah membawa perubahan, pada

apa dan dalam bentuk apa perubahan itu terjadi, mengapa demikian, apa

kelebihan dan kekurangannya, serta langkah-langkah penyempurnaan apa

yang harus dilakukan.

3) Penilaian autentik kemampuan mengapresiasi puisi yang digunakan untuk

menilai kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi dalam bentuk membaca

puisi dengan penjiwaan, suara, dan gerak yang baik ketika membaca puisi..

28

Page 29: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Format Penilaian Kemampuan Membaca Puisi:

No. Nama

Siswa

Puisi Penilaian keterangan

Penjiwaan

50%

Suara

25%

Gerak

25%

Jumlah Akhir

Tabel penilaian ini dikutip dari Sumardi dan Abdul Rozak

29

Page 30: Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Proposal Seminar Skripsi

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM

PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI MELALUI MUSIKALISASI PUISI

PADA SISWA KELAS I SMA NEGERI

Marlina

2115020101

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2005

30