Proposal Penelitian Kesgilut

13
 2.1 Fakt or Sosi ode mogra fi yang Memp enga ruhi Kese hata n Gigi dan Mulu t pada Lansia 2.1.1 Umur Us ia la nj ut adal ah pr oses pe nu runa n fung si al amiah, de si nt eg rasi ko ntrol keseimb angan dan organisasi pada organ atau jaring an yang mulai terjadi pada usia dewasa muda. Pada masa ini terjadi proses menua/aging process dari jaringan tubuh yang merupakan keadaan yang wajar terjadi dalam kehidupan manusia. Pada usia lanjut, terjadi perubahan -  perubahan degeneratif fisiologis dan biologis yang sangat kompleks pada jaringan tubuh. Proses menjadi tua juga dapat dipengaruh i oleh faktor nutrisi, imunolo gi, penyakit -  penyakit sistemik, lingkungan kerja, ekonomi dan bebrapa faktor dalam tubuh lainnya. Sebagai mana halnya pada bagian tubuh lainya keadaan rongga mulut pada usia lanjut akan men gala mi beb erap a per ubahan. Ron gga mul ut jug a men gal ami per uba han bai k pada  jaringan lunak maupun pada jaringan keras rongga m ulut, diantaranya adalah : 2.1.1.1 Keadaan mukosa mulut engan bertambahnya usia, lapisan epitel yang menutupi mukosa mulut !enderung mengalami penipisan, berkurangnya keratinisasi, berkurangnya pembuluh darah kapiler dan suplai darah, serabut kolagen yang terdapat pada lamina propia mengalami penebalan. "kibat dari perubahan # perubahan tersebut diatas, se!ara klinis terlihat mukosa mulut menjadi lebih  pu!at, tipis dan kering, proses penyembuhan menjadi lebih lambat, mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi terhadap tekanan atau gesekan. $eadaan ini dapat diperberat oleh  berkurangnya aliran sali%a. 2.1.1.2 Keadaan jaringan periodontal Perubahan pada jaringan periodontal yang berhunbungan dengan usia lanjut meliputi ging i%a, ligament perio dontal , tulan g al%eol ar dan sement um. &erkur angny a keratin isasi,  jumlah sel jaringan ikat dan konsumsi oksigen gingi%al merupakan peubahan yang dapat mempengaruhi daya tahan gingi%a. aya tahan ligame nt perio donta l menur un akibat berkuran gnya %askularisas i dan  jumlah serat kolagen serta mukopolisakarida, ruang ligament periodontal berkurang. 'ulang al%eol ar mengal ami atrop i senilis , osteo porosi s, berku rangny a %askul arisasi, menur unny a metabolisme dan kapasitas penyembuhan. Permukaan sementum dan tulang al%eolar yang 1

description

proposal penelitian kesgilut

Transcript of Proposal Penelitian Kesgilut

2.1 Faktor Sosiodemografi yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi dan Mulut pada Lansia2.1.1 UmurUsia lanjut adalah proses penurunan fungsi alamiah, desintegrasi kontrol keseimbangan dan organisasi pada organ atau jaringan yang mulai terjadi pada usia dewasa muda. Pada masa ini terjadi proses menua/aging process dari jaringan tubuh yang merupakan keadaan yang wajar terjadi dalam kehidupan manusia. Pada usia lanjut, terjadi perubahan - perubahan degeneratif fisiologis dan biologis yang sangat kompleks pada jaringan tubuh. Proses menjadi tua juga dapat dipengaruhi oleh faktor nutrisi, imunologi, penyakit - penyakit sistemik, lingkungan kerja, ekonomi dan bebrapa faktor dalam tubuh lainnya. Sebagai mana halnya pada bagian tubuh lainya keadaan rongga mulut pada usia lanjut akan mengalami beberapa perubahan. Rongga mulut juga mengalami perubahan baik pada jaringan lunak maupun pada jaringan keras rongga mulut, diantaranya adalah :

2.1.1.1 Keadaan mukosa mulut Dengan bertambahnya usia, lapisan epitel yang menutupi mukosa mulut cenderung mengalami penipisan, berkurangnya keratinisasi, berkurangnya pembuluh darah kapiler dan suplai darah, serabut kolagen yang terdapat pada lamina propia mengalami penebalan. Akibat dari perubahan perubahan tersebut diatas, secara klinis terlihat mukosa mulut menjadi lebih pucat, tipis dan kering, proses penyembuhan menjadi lebih lambat, mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi terhadap tekanan atau gesekan. Keadaan ini dapat diperberat oleh berkurangnya aliran saliva.

2.1.1.2 Keadaan jaringan periodontal Perubahan pada jaringan periodontal yang berhunbungan dengan usia lanjut meliputi gingiva, ligament periodontal, tulang alveolar dan sementum. Berkurangnya keratinisasi, jumlah sel jaringan ikat dan konsumsi oksigen gingival merupakan peubahan yang dapat mempengaruhi daya tahan gingiva. Daya tahan ligament periodontal menurun akibat berkurangnya vaskularisasi dan jumlah serat kolagen serta mukopolisakarida, ruang ligament periodontal berkurang. Tulang alveolar mengalami atropi senilis, osteoporosis, berkurangnya vaskularisasi, menurunnya metabolisme dan kapasitas penyembuhan. Permukaan sementum dan tulang alveolar yang menghadap ligament periodontal terjadi peningkatan iregular. Deposit sementum terjadi terus-menerus sesuai pertambahan umur. Menurut Masler dkk, karies yang sering terjadi pada usia lanjut adalah karies servikal. Terbukanya permukaan akar gigi secara fisiologis atau periodontal yang mengalami atropi, maka karies dengan mudah meyerang permukaan sementum. Hal ini tidaklah mengejutkan karena lansia biasa mengalami resesi gingiva.(1) Resesi gingiva dapat terjadi hanya pada satu gigi, sekelompok gigi bahkan pada hampir seluruh gigi yang ada di dalam mulut. Resesi secara fisiologis dapat terjadi oleh karena, terjadi perubahan pada ligamentum periodontal. Pada keadaan ini jumlah sel fibroblast ligamentum periodontal menurun, menyebabkan struktur ligamen lebih tidak beraturan. Pada saat yang sama terjadi perubahan jaringan ikat gingiva yang sejajar. Secara mikroskopik ditemukan penurunan produk matriks organik dan jumlah sel epitel ( rest cell epithelial ), sedangkan serat serat elastik jumlahnya meningkat.

2.1.1.3 Keadaan gigi Perubahan yang nyata pada gigi sehubungan meningkatnya usia adalah hilangnya subtansi gigi akibat atrisi. Warna gigi keliatan lebih gelap disebabkan oleh adanya korosi, pigmentasi dan kebersihan mulut yang jelek. Kamar pulpa dan saluran akar pada orang usia lanjut akan mengalami penyempitan. Hal ini disebabkan deposisi terus-menerus jaringan dentin selama kehidupan pula dan deposisi dentin reparative terhadap stimulus. Jumalah pembuluh darah dan urat saraf berkurang, yang memberi kecendrungan pulpa mengalami klasifikasi distrofik 2.1.1.4 Keadaan kelenjar saliva Fungsi utama kelenjar saliva adalah memproduksi saliva yang berperan sebagai pelumas, buffer dan untuk mempertahankan kesehatan mulut. Beberapa penelitian melaporkan bahwa umur berhubungan dengan morfologi kelenjar saliva. Seiring dengan meningkatnya usia terjadi perubahan dan kemunduran fungsi saliva. Hilangnya kelenjar parenkim yang digantikan oleh lemak dan jaringan penyambung, lining sel duktus intermedialis mengalami atropi. Keadaan ini dapat mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva sehingga rongga mulut terasa kering/xerostomia. Kandungan ptyalin berkurang sedangkan kandungan mucin meningkat yang menyebabkan saliva menjadi lebih kental dan lengket. Keadaan ini memperbesar jumlah plak dan memberikan lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri kariogenik.

Beberapa penelitian mengenai fungsi saliva, memakai kriteria seleksi yang sangat ketat sehingga tidak termaksud terapi obat, penyakit kronis atau penyebab - penyebab lainnya dari xerostomia, menunjukkan bahwa kadar akhir dari sekresi saliva total memang berkurang pada lansia. Meskipun demikian, hal yang penting diperhatikan adalah bahwa pda individu- individu ini hanya ada sedikit bukti tentang konsekuensi kekeringan mulut yang berat seperti meningkatnya karies atau kelainan lain yang disebutkan diatas. Ringkasan sementara yang dapat disebutkan disini adalah bahwa reduksi pada aliran saliva seperti yang terjadi secara alami pada lansia adalah saliva masih cukup untuk melindungi jaringan lunak dan keras pada rongga mulut. Jadi, berdasarkan temuan secara statistik cukup bermakna pada suatu populasi, seperti berkurangnya aliran saliva istirahat pada lansia sebagai satu kelompok. Salah satu alasan yang masuk akal adalah bahwa pada lansia, kecepatan aliran saliva istirahat dari pengosongan kelenjar saliva mulut mungkin juga berkurang sehingga setara dengan penurunan jumlah sekresi istirahat. Hanya jika ada penurunan tambahan dari aliran saliva, seperti pada terapi obat atau setelah radiasi, keseimbangan antara kecepatan aliran dan pengosongan kelenjar menjadi terganggu dan terjadi kekeringan mulut yang patologis. Jadi, secara umum dapat dikatakan bahwa saliva nonstimulasi (istirahat) secara keseluruhan berkurang volumenya pada usia tua sedangkan saliva yang distimulasi tidak berkurang.(1)

2.1.2 Jenis KelaminDistribusi jenis kelamin antara lansia pria dan wanita pada kebersihan gigi dan mulut tidak ada perbedaan signifikan. Berdasarkan laporan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013, indeks DMF-T laki-laki 4,1 sedangkan indeks DMF-T perempuan 4,9.22.1.3 Tingkat Sosial EkonomiFaktor yang turut mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut pada lansia adalah tingkat sosial ekonomi yang digambarkan dengan tingkat pendidikan dan besarnya penghasilan. Adanya hubungan status sosial ekonomi seseorang dengan masalah kesehatan yang diderita bukan merupakan pengetahuan baru. Mereka yang berpendidikan rendah memiliki perhatian yang kurang mengenai kesehatan gigi dan mulut. Lansia dengan status sosio-ekonomi rendah juga memiliki ketiadaan biaya untuk mendapatkan perwatan kesehatan gigi dan mulut yang memadai.3

2.2. PerilakuPerilaku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yaitu rangsangan. Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2005) merumuskan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara stimulus (perangsang) dan respon. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme tersebut merespon, maka teori ini disebut juga teori S-O-R atau Stimulus-Organisme-Respon, dimana respon tersebut dibedakan menjadi 2 respon yaitu, 1) Respondent respons/reflexive adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap, misalnya makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, 2) Operant respon/instrumental response adalah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons. Misalnya seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya. Berdasarkan teori S-O-R tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1) Perilaku tertutup (covert behavior), perilaku ini terjadi bila respons terhadap stimulus masih belum dapat diamati orang lain secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang ada. Contoh: ibu hamil tahu pentingnya periksa hamil untuk kesehatan bayi dan dirinya (pengetahuan), kemudian mencari informasi di mana tempat periksa hamil yang dekat (sikap). 2) Perilaku terbuka (overt behavior), perilaku ini terjadi bila respons terhadap stimulus sudah berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati orang lain dari luar. Contoh: ibu hamil memeriksakan kehamilannya.

2.2.1 Domain Perilaku Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005), membagi perilaku manusia ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni : 1) kognitif (cognitive), 2) afektif (affective), 3) psikomotorik (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), tindakan (practice). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.(2) Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang paling rendah. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain, menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan manfaat dari pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh : menyimpulkan, meramalkan dan sebagaimana terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Menurut Arikunto (2005) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu: Pengetahuan baik: jika hasil presentase 76- 100%, pengetahuan cukup jika hasil persentase 56-75% dan pengetahuan kurang jika hasil persentase 5.000.000NominalNotoatmodjo (2005)

6HipertensiPerningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHgKuesionerPeneliti mengukur tekanan darah responden setelah itu hasil pengukuran ditulis dalam kuesioner1. Normal 2. Prahipertensi3. Hipertensi derajat 14. Hipertensi derajat 2di.rOrdinalJNC 7

No.Nama Variabel PenelitianDefinisi OperasionalAlat UkurBagaimana Cara UkurHasil Ukur Skala Referensi

7 Diabetes MelitusDiabetes merupakan penyakit kronis yang terjadi apabila pankreas tidak menghasilkan insulin yang adekuat atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang diproduksinyaKuesionerResponden mengisi pertanyaan tertulis dalam kuesioner apakah pasien pernah didiagnosis menderita DM oleh dokter1. Ya2. TidakNominalWHO

8Status giziStatus gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara asupan zat gizi dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh untuk berbagai proses biologis Knee Height Measurment IMTPeneliti mengukur tinggi lutut lansia setelah didapatkan TB lansia, dihitung Indeks Masa Tubuhnya1. 27,0 (kelebihan BB tingkat berat)di.rOrdinalDepkes RI 2003