Proposal Penelitian Hendra

11
KETERSEDIAAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK DAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG BUDIDAYA SAPI PERAH DI KABUPATEN BANDUNG PROPOSAL Hendra Nugraha D24100019 DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

description

hloo

Transcript of Proposal Penelitian Hendra

  • KETERSEDIAAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK DAN

    LIMBAH PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG BUDIDAYA

    SAPI PERAH DI KABUPATEN BANDUNG

    PROPOSAL

    Hendra Nugraha

    D24100019

    DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

    FAKULTAS PETERNAKAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2013

  • DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    FAKULTAS PETERNAKAN

    Jl. Agatis, Kampus IPB Darmaga, Bogor, 16680

    LEMBAR PENGESAHAN

    Identitas Mahasiswa dan Pengesahan

    Nama lengkap Hendra Nugraha

    Nomor Induk Mahasiswa D24100019

    Alamat di Bogor Babakan Lebak, Bogor Barat

    Beban Studi yang akan diambil pada

    saat ini

    15 SKS

    Beban Studi yang telah diambil 122 SKS

    IPK sampai saat ini 2.84

    Judul Penelitian Ketersediaan Hijauan Makanan Ternak

    Dan Limbah Pertanian Untuk

    Mendukung Budidaya Sapi Perah Di

    Kabupaten Bandung

    Lokasi Penelitian Kabupaten Bandung dan Laboratorium

    Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen

    Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,

    Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

    Bogor

    Lama Penelitian 6 bulan

    Proposal ini telah disetujui oleh Pembimbing pada tanggal .

    Pembimbing Utama,

    Prof. Dr. Ir. Erika Budiarti Laconi, MS

    NIP. 19610916 198703 2 002

    Pembimbing Anggota,

    Dr. Ir. Ahmad Darobin Lubis, M. Sc

    NIP. 19670103 199303 1 001

    Mahasiswa,

    Hendra Nugraha

    NIM. D24100019

    Menyetujui,

    Ketua Departemen

    Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

    Dr. Ir. Idat G. Permana, MSc.Agr.

    NIP. 19670506 199103 1 001

  • PENDAHULUAN

    Kebutuhan penduduk Indonesia akan produk pangan asal hewani mengalami

    peningkatan 12,22 kg/kapita/th setiap tahunnya (RKPD Kab. Bandung 2012).

    Pemenuhan kebutuhan pangan asal hewani secara mendasar dibangun dari tiga aspek

    meliputi penggunaan bibit ternak yang unggul, penggunaan pakan yang berkualitas

    dan penerapan manajemen yang baik. Pakan merupakan komponen biaya terbesar

    dalam suatu usaha peternakan. Pakan yang berkualitas tidak hanya dilihat dari sisi

    kelengkapan nilai nutrient yang terkandung tetapi juga dilihat dari aspek kuantitas

    dan kontinuitas.

    Kabupaten Bandung merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah di

    Indonesia dengan populasi sapi sebesar 31.937 ekor. Daerah tersebut menargetkan

    dapat menghasilkan susu sebanyak 108.780 liter per tahun. Pemenuhan pakan untuk

    ternak di Kabupaten Bandung lebih didominasi penggunaan limbah pertanian sebagai

    pakan mengingat daerah Kabupaten Bandung merupakan salah satu daerah penghasil

    produk pertanian di Jawa Barat.

    Hasil panen dari beberapa komoditas pertanian akan meninggalkan limbah

    yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Limbah yang dihasilkan dari pertanian

    ini memiliki karakteristik nutrient yang berbeda, sehingga dapat digunakan untuk

    mencukupi kebutuhan nutrient ternak. Manajemen pengolahan limbah pertanian

    dengan baik akan menghasilkan kualitas limbah yang baik pula.

    Sampai saat ini Indonesia belum memiliki basis data yang memuat informasi

    tentang kandungan nutrient dan pola persebaran pakan. Pakan yang digunakan oleh

    peternak sebagian besar hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan ternak tanpa

    melihat kecukupan nutrient yang terkandung didalam pakan. Evaluasi tentang

    nutrient pakan harus di lakukan untuk menunjang peforma dari ternak.

    Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi potensi berbagai jenis

    sumberdaya pakan lokal dan limbah peternakan berdasarkan kuantitas ketersediaanya

    sebagai daya dukung bagi ternak sapi perah di Kabupaten Bandung. Menganalisis

    kualitas nutrient dari berbagai sumber pakan lokal dan limbah pertanian yang

    digunakan oleh peternak di Kabupaten Bandung.

  • TINJAUAN PUSTAKA

    Gambaran Umum Kabupaten Bandung

    Kabupaten Bandung adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa barat

    Indonesia. Secara Geografis letak kabupaten Bandung berada pada 60,41 sampai

    dengan 70,19 Lintang Selatan dan diantara 1070,22 sampai dengan 1080,5 Bujur

    Timur dengan luas wilayah keseluruhan sebesar 176.239 Km2. Jumlah penduduk

    kabupaten Bandung sebanyak 3.174.499 jiwa terdiri dari 1.617.513 laki-laki dan

    1.556.986 perempuan (BPS Kab. Bandung 2010). Dengan morfologi wilayah

    pegunungan, Kabupaten Bandung beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata antara

    1.500 mm sampai dengan 4.000 mm per tahun. Suhu udara berkisar antara 120 C

    sampai 240C dengan kelembaban antara 78% pada musim hujan dan 70% pada

    musim kemarau. Adapun secara administratif Kabupaten Bandung mempunyai batas-

    batas wilayah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung

    Barat, Kota Bandung dan Kabupaten Sumedang, sebelah timur berbatasan dengan

    Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut, sebelah selatan berbatasan dengan

    Kabupaten Garut dan kabupaten Cianjur, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten

    Cianjur dan Bandung Barat, bagian tengah berbatasan dengan Kota Bandung dan

    Kota Cimahi.

    Populasi ternak ruminansia pada tahun 2012 tercatat sebanyak 31.937 ekor

    sapi perah, 28.067 ekor sapi potong , 234.795 ekor domba, dan 24.979 ekor kambing.

    Sementara itu untuk ternak kecil/unggas tercatat sebanyak ayam buras 1.863.970

    ekor, ayam petelur 414.930 ekor, ayam pedaging 2.443.390 ekor dan itik 389.739

    ekor Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung (2013).

    Hijauan Makanan Ternak

    Makanan hijauan ialah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman

    dalam bentuk daun-daunan, termasuk ke dalamnya bangsa rumput (gramineae),

    kacang-kacangan (leguminoseae) dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti

    daun nangka, aur, daun waru dan sebagainya (AAK 2005). Perbedaan mutu hijauan

    dipengaruhi oleh faktor genetis (bawaan) dan faktor lingkungan berupa jenis dan

    kesuburan tanah, iklim dan perlakuan manusia.

    Menurut Sofyan (2003), Hijauan Makanan Ternak yang diperlukan untuk

    ternak ruminansia sebagian besar berupa rumput-rumputan, sehingga rumput

    memegang peranan yang penting dalam penyediaan pakan dan telah umum

    digunakan oleh peternak dalam jumlah besar. Dilihat dari cara tumbuhnya rumput

    dapat digolongkan menjadi dua, yaitu rumput alami atau rumput liar dan rumput budi

    daya atau rumput pertanian.

    Limbah pertanian adalah pakan yang bersumber dari limbah tanaman pangan

    dan produksinya sangat tergantung pada jenis dan jumlah areal penanaman atau pola

    tanam dari tanaman pangan di suatu wilayah (Makkar 2002). Produksi limbah

    pertanian dapat diestimasi berdasarkan asumsi dari perbandingan antara produk

    utama yang digunakan sebagai pangan dengan limbahnya. Estimasi produksi limbah

    pertanian dapat menunjukkan perbedaan yang disebabkan oleh perbedaan angka

    konversi yang digunakan di dalam setiap varietasnya. Untuk mengetahui produksi

  • limbah pertanian di suatu wilayah dapat diperkirakan berdasarkan luas areal panen

    dari tanaman pangan tersebut (Jayasuria 2002).

    Menurut Djajanegara (1999), beberapa kendala pemanfaatan limbah pertanian

    sebagai pakan adalah pada umumnya memiliki kualitas rendah dengan kandungan

    serat yang tinggi dan kecernaan yang rendah, akibatnya bila digunakan sebagai

    pakan basal dibutuhkan penambahan bahan pakan yang memiliki kualitas yang baik

    (konsentrat) di dalam pengolahannya untuk memenuhi dan meningkatkan

    produktivitas ternak. Kendala lainnya adalah produksi limbah pertanian bersifat

    musiman yaitu melimpah saat panen dan jumlah limbah pertanian yang dapat

    dikumpulkan oleh peternak terbatas karena tidak memiliki fasilitas untuk

    penyimpanan.

    Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR)

    Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) adalah metode

    pengolahan dan analisis sebagai penentu prioritas pengembangan berdasarkan

    ketersediaan lahan hijauan makanan ternak dan tenaga kerja (Dirjen Peternakan

    1998). Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia adalah nilai dapat dikutip

    melalui nilai KPPTR efektifnya. Nilai KPPTR efektif bervariasi untuk setiap

    kecamatan tergantung pada daya dukungnya yang tersedia, misalnya daya dukung

    lahan garapan yang terdiri dari sawah, tegalan, kebun, perkebunan, padang rumput,

    rawa dan kepala keluarga.

    Penentuan nilai KPPTR efektif sebagai kapasitas peningkatan populasi ternak

    ruminansia di suatu wilayah tertentu adalah KPPTR (SL) atau KPPTR (KK) yang

    mempunyai nilai lebih kecil. Hasil analisa dengan menggunakan perhitungan KPPTR

    dapat menunjukan nilai KPPTR efektif bernilai positif atau negatif. Nilai total

    KPPTR efektifnya bernilai positif berarti kapasitas tampung ternak masih dapat

    ditingkatkan lagi (Fariani 2008)

  • METODE PENELITIAN

    Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Agustus sampai bulan Desember

    2013. Data primer akan diperoleh dari kuisioner yang disebar di beberapa Kecamatan

    yang mewakili Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kecamatan terpilih melalui metode

    purposive sampling dengan berdasarkan jumlah kepemilikan ternak. Kecamatan yang

    terpilih akan representatif mewakili seluruh kecamatan di Kabupaten Bandung

    sehingga data kecamatan-kecamatan dapat dikonversi untuk menggambarkan

    kecamatan lainnya. Penentuan kecamatan berdasarkan data sekunder dan informasi

    instansi terkait. Analisis kandungan nutrien bahan pakan dilaksanakan di

    Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi

    Pakan, Fakultas Peternakan, IPB.

    Metode Pengumpulan Data

    Data yang akan diperoleh dari penelitian ini termasuk data potensi

    sumberdaya pakan dan ternak diperoleh secara primer dan sekunder. Data primer

    diperoleh dari wawancara langsung ke petani, masyarakat, dan peternak yang ada

    dilokasi terpilih dengan menggunakan kuisioner. Jumlah kuisioner yang akan disebar

    sebanyak 30 buah dari 30 peternak di masing-masing kecamatan terpilih di

    Kabupaten bandung. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu Dinas

    Peternakan Setempat, Dinas Tanaman Pangan dan Badan Pusat Statistik (BPS).

    Jenis-jenis data yang akan dikumpulkan antara lain :

    a. Informasi mengenai karakteristik daerah yang ada hubungannya dengan topik, yaitu antara lain: jumlah kepala keluarga, tipe iklim, luasan penggunaan lahan

    untuk peternakan, populasi ternak, jumlah produksi legume makanan ternak,

    jumlah limbah pertanian dan perkebunan dan lain-lain yang berpotensi untuk

    digunakan sebagai pakan.

    b. Informasi mengenai karakteristik responden mengenai data yang ingin digali. c. Manajemen peternakan, yaitu antara lain: jumlah dan jenis pakan yang diberikan

    oleh peternak, mekanisme penyediaan dan pemberian pakan.

    d. Analisis kualitas nutrisi bahan pakan ternak berupa kandungan bahan kering (BK), protein kasar (PK), lemak kasar (LK) dan total digestible nutrient (TDN).

    e. Data konversi bahan pakan berpotensial perbagiannya yang terdapat pada satu batang utuh tanaman pakan termasuk limbah tanaman pangan.

    f. Produktivitas ternak, digunakan untuk mengestimasi potensi daya tampung ternak. Data ini berupa: kecepatan pertambahan populasi ternak, data rataan

    berapa kali kawin yang dibutuhkan ternak sapi untuk menghasilkan 1 anak

    (service per conception), umur ternak betina pertama kali dikawinkan, dan

    rataan jarak kebuntingan serta mortalitas.

    Identifikasi Potensi dan Kuantitas Pakan Lokal

    Pengumpulan Sampel Pakan (Chinh dan Viet Ly 2001)

    Data kualitas dan kuantitas produksi sumberdaya pakan lokal diperoleh

    melalui survei pada tiap kecamatan dengan 2 kali ulangan pada setiap komoditi dari

    5 bahan pakan yang paling banyak digunakan. Produksi limbah tanaman pangan

    didapat dengan menggunakan cuplikan (ubinan) dengan ukuran 5 x 5 meter (25 m2)

    dengan dua ulangan (Chinh dan Viet Ly 2001). Setiap komoditi tanaman pangan dan

  • perkebunan yang dilakukan pengubinan limbahnya dikumpulkan dan diperoleh bobot

    segar dan bobot keringnya, dengan cara ditimbang dalam keadaan segarnya untuk

    mengetahui bobot segar dan dikeringkan dalam oven suhu 60 oC. Lalu ditimbang

    untuk mengetahui bobot kering. Perbedaan bobot kering dan bobot segar sampel

    sebagai persentase bobot air. Sampel kering udara digiling untuk analisa kimia untuk

    mengetahui kualitas nutrien aktual limbah tanaman sebagai sumber pakan.

    Untuk mengetahui potensi limbah tanaman pertanian dari satu komoditi

    bahan akan ditimbang bobot satu batang utuh kemudian tiap bagian di pisahkan tiap

    bagian potensial dan dicari berat segar, kering dan kualitasnya nutriennya. Data

    kuantitas dan kualitas perbagian tanaman akan dikonversi kedalam persen (%)

    bagian utuhnya. Data ini juga akan dikonversi ke jumlah produksi dan luas lahan

    tanamnya. Bagian yang difokuskan adalah hasil sampingannya yang tidak

    dikonsumsi manusia dan dapat digunakan untuk pakan ternak termasuk hasil

    sampingan prosesingnya seperti onggok.

    Produksi Hasil Sampingan Masing-Masing Komoditi

    Produksi hasil sampingan masing-masing dari 5 komoditi pakan yang

    konvensional dihitung berdasarkan produksi segar, produksi kering, produksi bahan

    kering (BK), produksi protein kasar (PK), lemak kasar (LK) dan produksi total

    digestible nutrient (TDN). Berdasarkan data luas areal panen (Ha), dilakukan

    perhitungan produksi masing-masing limbah komoditi meliputi total produksi segar,

    produksi bahan kering, produksi TDN, dan produksi protein kasar.

    Produksi potensial hasil samping pertanian dihitung berdasarkan produksi

    BK, PK, LK dan TDN dikalikan data luas areal panen (ha) di suatu wilayah pada

    tahun tertentu dengan perhitungan sebagai berikut:

    Produksi Total BK (ton) = luas areal panen (ha) x rata-rata produktivitas BK (ton/ha)

    Produksi PK (ton) = produksi total BK (ton) x kandungan PK (%)

    Produksi LK (ton) = produksi total LK (ton) x kandungan LK (%)

    Produksi TDN (ton) = produksi total

    BK (ton) x kandungan TDN (%)

    Evaluasi Kualitas Nutrien Bahan Pakan (AOAC 2005)

    Kualitas sampel masing-masing 5 komoditi bahan pakan konvensional

    berpotensi besar yang berasal dari limbah pertanian, limbah perkebunan, limbah

    industri pertanian, hijauan pakan ternak diperoleh dengan menganalisis kandungan

    BK, PK, SK, LK, dan BETN dengan metode analisis proksimat. Sampel yang

    diperoleh dari hasil survei di keringkan oven 60 C dan dilakukan analisa kimia

    untuk mengetahui kandungan nutriennya berdasarkan prosedur analisa proksimat

    (AOAC, 2005). Data TDN diperoleh dengan perhitungan menggunakan persamaan

    TDNa = 0.9918 PK + 1.272 LK + 0.0318 SK+ 0.8904 BETN (Owens et al

    2010)

    Analisis Daya Tampung Ternak

    Indeks Konsentrasi Produksi Pakan (IKKP) Hasil Sampingan Tanaman

    Pangan (Syamsu, 2006)

    Untuk menentukan potensi produksi hasil sampingan tanaman di masing-

    masing kecamatan di Kabupaten Bandung digunakanlah rumus Indeks Konsentrasi

    Produksi Pakan (IKKP) limbah tanaman

  • IKPP = Produksi Limbah Tanaman Pangan Kecamatan (ton/tahun)

    Rata-rata Produksi Limbah Tanaman Kabupaten (ton/tahun)

    Wilayah kabupaten dengan IKKP 1,0 merupakan wilayah yang memiliki keunggulan produksi dengan kategori produksi tinggi pada jenis tanaman

    dibandingkan wilayah lainnya. Wilayah kabupaten dengan IKKP 0,5 -

  • tanaman dengan jumlah ternak yang ada. Perhitungan nilai KPPTR adalah sebagai

    berikut :

    KTTR (ST) = ( k . Le . 15 ton BK/ha/tahun ) + j Li 2,3 ton BK

    KPPTR (EK) = KPPTR (KK), jika KPPTR (KK) < KPPTR (L)

    KPPTR (EL) = KPPTR (L), jika KPPTR (L) < KPPTR (KK)

    Keterangan :

    k = Koefisien ketersediaan lahan penghasil rumput

    Le = Lahan penghasil rumput (Ha)

    J = Koefisien produksi HMT

    Li = Lahan penghasil Hijauan Hasil Sisa Pertanian (HHSP) (Ha)

    15 ton/ha/thn = Rata-rata produksi padang rumput

    2,3 = Setiap ST per tahun memerlukan 2,3 ton BK

    KTTR = Kapasitas tampung ternak ruminansia

    KPPTR (L) = KPPTR berdasarkan ketersediaan hijauan dan lahan

    d = Setiap KK mampu memelihara 3 ST

    KPPTR (KK) = KPPTR berdasarkan tenaga kerja (keluarga)

    Angka perhitungan KTTR tersebut, merupakan KTTR total suatu kabupaten.

    Secara aktual, peternak telah memelihara ternak yang juga memanfaatkan hijauan

    yang ada. Oleh sebab itu perlu dihitung, hijauan yang telah dimanfaatkan dengan

    menghitung populasi ternak yang ada, berdasarkan angka konversi (Ditjen

    Peternakan, 1984) sebagai berikut:

    1. Struktur populasi sapi terdiri atas: 56 persen sapi dewasa; 25 persen sapi muda dan 19 persen sapi anak.

    2. Sapi/kerbau dewasa = 1 ST/ekor (umur > 2 tahun) Sapi/kerbau muda = 0.5 ST/ekor (umur 1 2 tahun) Sapi/atau kerbau anak = 0.25 ST/ekor (umur < 1 tahun)

    Dengan menghitung jumlah populasi ternak suatu kecamatan pada tahun yang

    bersangkutan, maka dapat dihitung jumlah hijauan (ton BK/tahun) yang telah

    termanfaatkan, sebagai berikut:

    KTRU = 2,3 JST

    Dimana:

    KTRU = KTR termanfaatkan (ton BK/tahun)

    JST = Jumlah populasi ternak yang ada (ST)

    Dengan mengkoreksi KTTR dengan KTRU, maka diperoleh kapasitas

    penambahan populasi ternak ruminansia (KPPTR) setiap tahun setiap kecamatan,

    sebagai berikut:

    KPPTR (ST) = KTTR KTRU

    Perhitungan KPPTR, dilakukan untuk setiap kecamatan. Hasil perhitungan

    KTTR tersebut sebagai basis ekologis pengembangan peternakan.

  • TINJAUAN PUSTAKA

    Aksi Agraris Kanisius (AAK). 2005. Hijauan Makanan Ternak : Potong, Kerja dan

    Perah. Yogyakarta (ID). Penerbit Kanisius

    Association of Official Analytical Chemists (AOAC). 2005. Official Methods of

    Analysis. Washington DC (US). Association of Official Analytical Chemists

    Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung (BPS Kab Bandung). 2010. Kabupaten

    Bandung dalam Angka Tahun 2010. Bandung (ID). BPS Kab Bandung

    Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung. 2013. Profil Peternakan dan

    Perikanan. Bandung (ID). Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten

    Bandung Direktorat Jendral Peternakan. 1998. Usaha Peternakan, Perencanaan, Analisa dan

    Pengolahan. Jakarta (ID). Direktorat Jendral Peternakan.

    Djajanegara A. 1999. Local livestock feed resources. Di dalam: Livestock Industries

    of Indonesia Prior to the Asian Financial Crisis; 1999 Dec; Phra Athit Road.

    Bangkok (TH): FAO Regional Office for Asia and the Pacific. hlm 29-39.

    Fariani A. 2008. Pengembangan Ternak Ruminansia Berdasarkan Ketersediaan Lahan

    Hijauan dan Tenaga Kerja Di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan.

    Palembang (ID). Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

    Owens FN, Sapienza DA, Hassen AT. 2010. Effect of nutrient composition of feeds

    on digestibility of organic matter by cattle. J Anim Sci. 88:E151-E169. doi:

    10.2527/jas.2009-2559

    Makkar HPS. 2002. Applications of the in vitro gas method in the evaluation of feed

    resources, and enhancement of nutritional value of tannin-rich tree/browse

    and agro-industrial by-product. Di dalam: Development and Field Evaluation

    of Animal Feed Supplementation Packages; 2002 june; Vienna. Austria (AT):

    IAEA. hlm 23-40.

    Nell AJ dan Rollinson DHL. 1974. the requirement and availability of livestock feed

    in Indonesia. Jakarta (ID). UNDP/FAO Project INS/72/009 Supporting

    Livestock Planning Working Paper

    Sofyan I. 2003. Kajian Pengembangan Bisnis Pengusahaan Kebun Rumput Gajah

    untuk Penyediaan Pakan pada Usaha Penggemukan Sapi Potong PD.

    Gembala Kabupaten Garut Jawa Barat. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor

    Syamsu JA. 2006. Analisis potensi limbah tanaman pangan sebagai sumber pakan

    ternak ruminansia di Sulawesi Selatan [disertasi]. Bogor (ID). Institut

    Pertanian Bogor

  • LAMPIRAN

    Lampiran 1. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian

    No. Kegiatan

    Bulan Agustus

    Bulan September

    Bulan Oktober

    Bulan November

    Bulan Desember

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1 Studi pustaka

    2 Persiapan penelitian

    3 Survei lapang

    4 Analisis laboratorium

    5 Analisis data

    7 Penulisan laporan

    8 Konsultasi ke Pembimbing