Proposal Penelitian Hendra
-
Upload
raden-hilmi -
Category
Documents
-
view
210 -
download
13
description
Transcript of Proposal Penelitian Hendra
-
KETERSEDIAAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK DAN
LIMBAH PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG BUDIDAYA
SAPI PERAH DI KABUPATEN BANDUNG
PROPOSAL
Hendra Nugraha
D24100019
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
-
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS PETERNAKAN
Jl. Agatis, Kampus IPB Darmaga, Bogor, 16680
LEMBAR PENGESAHAN
Identitas Mahasiswa dan Pengesahan
Nama lengkap Hendra Nugraha
Nomor Induk Mahasiswa D24100019
Alamat di Bogor Babakan Lebak, Bogor Barat
Beban Studi yang akan diambil pada
saat ini
15 SKS
Beban Studi yang telah diambil 122 SKS
IPK sampai saat ini 2.84
Judul Penelitian Ketersediaan Hijauan Makanan Ternak
Dan Limbah Pertanian Untuk
Mendukung Budidaya Sapi Perah Di
Kabupaten Bandung
Lokasi Penelitian Kabupaten Bandung dan Laboratorium
Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor
Lama Penelitian 6 bulan
Proposal ini telah disetujui oleh Pembimbing pada tanggal .
Pembimbing Utama,
Prof. Dr. Ir. Erika Budiarti Laconi, MS
NIP. 19610916 198703 2 002
Pembimbing Anggota,
Dr. Ir. Ahmad Darobin Lubis, M. Sc
NIP. 19670103 199303 1 001
Mahasiswa,
Hendra Nugraha
NIM. D24100019
Menyetujui,
Ketua Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
Dr. Ir. Idat G. Permana, MSc.Agr.
NIP. 19670506 199103 1 001
-
PENDAHULUAN
Kebutuhan penduduk Indonesia akan produk pangan asal hewani mengalami
peningkatan 12,22 kg/kapita/th setiap tahunnya (RKPD Kab. Bandung 2012).
Pemenuhan kebutuhan pangan asal hewani secara mendasar dibangun dari tiga aspek
meliputi penggunaan bibit ternak yang unggul, penggunaan pakan yang berkualitas
dan penerapan manajemen yang baik. Pakan merupakan komponen biaya terbesar
dalam suatu usaha peternakan. Pakan yang berkualitas tidak hanya dilihat dari sisi
kelengkapan nilai nutrient yang terkandung tetapi juga dilihat dari aspek kuantitas
dan kontinuitas.
Kabupaten Bandung merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah di
Indonesia dengan populasi sapi sebesar 31.937 ekor. Daerah tersebut menargetkan
dapat menghasilkan susu sebanyak 108.780 liter per tahun. Pemenuhan pakan untuk
ternak di Kabupaten Bandung lebih didominasi penggunaan limbah pertanian sebagai
pakan mengingat daerah Kabupaten Bandung merupakan salah satu daerah penghasil
produk pertanian di Jawa Barat.
Hasil panen dari beberapa komoditas pertanian akan meninggalkan limbah
yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Limbah yang dihasilkan dari pertanian
ini memiliki karakteristik nutrient yang berbeda, sehingga dapat digunakan untuk
mencukupi kebutuhan nutrient ternak. Manajemen pengolahan limbah pertanian
dengan baik akan menghasilkan kualitas limbah yang baik pula.
Sampai saat ini Indonesia belum memiliki basis data yang memuat informasi
tentang kandungan nutrient dan pola persebaran pakan. Pakan yang digunakan oleh
peternak sebagian besar hanya sebatas untuk memenuhi kebutuhan ternak tanpa
melihat kecukupan nutrient yang terkandung didalam pakan. Evaluasi tentang
nutrient pakan harus di lakukan untuk menunjang peforma dari ternak.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi potensi berbagai jenis
sumberdaya pakan lokal dan limbah peternakan berdasarkan kuantitas ketersediaanya
sebagai daya dukung bagi ternak sapi perah di Kabupaten Bandung. Menganalisis
kualitas nutrient dari berbagai sumber pakan lokal dan limbah pertanian yang
digunakan oleh peternak di Kabupaten Bandung.
-
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Kabupaten Bandung
Kabupaten Bandung adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa barat
Indonesia. Secara Geografis letak kabupaten Bandung berada pada 60,41 sampai
dengan 70,19 Lintang Selatan dan diantara 1070,22 sampai dengan 1080,5 Bujur
Timur dengan luas wilayah keseluruhan sebesar 176.239 Km2. Jumlah penduduk
kabupaten Bandung sebanyak 3.174.499 jiwa terdiri dari 1.617.513 laki-laki dan
1.556.986 perempuan (BPS Kab. Bandung 2010). Dengan morfologi wilayah
pegunungan, Kabupaten Bandung beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata antara
1.500 mm sampai dengan 4.000 mm per tahun. Suhu udara berkisar antara 120 C
sampai 240C dengan kelembaban antara 78% pada musim hujan dan 70% pada
musim kemarau. Adapun secara administratif Kabupaten Bandung mempunyai batas-
batas wilayah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung
Barat, Kota Bandung dan Kabupaten Sumedang, sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut, sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Garut dan kabupaten Cianjur, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Cianjur dan Bandung Barat, bagian tengah berbatasan dengan Kota Bandung dan
Kota Cimahi.
Populasi ternak ruminansia pada tahun 2012 tercatat sebanyak 31.937 ekor
sapi perah, 28.067 ekor sapi potong , 234.795 ekor domba, dan 24.979 ekor kambing.
Sementara itu untuk ternak kecil/unggas tercatat sebanyak ayam buras 1.863.970
ekor, ayam petelur 414.930 ekor, ayam pedaging 2.443.390 ekor dan itik 389.739
ekor Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung (2013).
Hijauan Makanan Ternak
Makanan hijauan ialah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman
dalam bentuk daun-daunan, termasuk ke dalamnya bangsa rumput (gramineae),
kacang-kacangan (leguminoseae) dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti
daun nangka, aur, daun waru dan sebagainya (AAK 2005). Perbedaan mutu hijauan
dipengaruhi oleh faktor genetis (bawaan) dan faktor lingkungan berupa jenis dan
kesuburan tanah, iklim dan perlakuan manusia.
Menurut Sofyan (2003), Hijauan Makanan Ternak yang diperlukan untuk
ternak ruminansia sebagian besar berupa rumput-rumputan, sehingga rumput
memegang peranan yang penting dalam penyediaan pakan dan telah umum
digunakan oleh peternak dalam jumlah besar. Dilihat dari cara tumbuhnya rumput
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu rumput alami atau rumput liar dan rumput budi
daya atau rumput pertanian.
Limbah pertanian adalah pakan yang bersumber dari limbah tanaman pangan
dan produksinya sangat tergantung pada jenis dan jumlah areal penanaman atau pola
tanam dari tanaman pangan di suatu wilayah (Makkar 2002). Produksi limbah
pertanian dapat diestimasi berdasarkan asumsi dari perbandingan antara produk
utama yang digunakan sebagai pangan dengan limbahnya. Estimasi produksi limbah
pertanian dapat menunjukkan perbedaan yang disebabkan oleh perbedaan angka
konversi yang digunakan di dalam setiap varietasnya. Untuk mengetahui produksi
-
limbah pertanian di suatu wilayah dapat diperkirakan berdasarkan luas areal panen
dari tanaman pangan tersebut (Jayasuria 2002).
Menurut Djajanegara (1999), beberapa kendala pemanfaatan limbah pertanian
sebagai pakan adalah pada umumnya memiliki kualitas rendah dengan kandungan
serat yang tinggi dan kecernaan yang rendah, akibatnya bila digunakan sebagai
pakan basal dibutuhkan penambahan bahan pakan yang memiliki kualitas yang baik
(konsentrat) di dalam pengolahannya untuk memenuhi dan meningkatkan
produktivitas ternak. Kendala lainnya adalah produksi limbah pertanian bersifat
musiman yaitu melimpah saat panen dan jumlah limbah pertanian yang dapat
dikumpulkan oleh peternak terbatas karena tidak memiliki fasilitas untuk
penyimpanan.
Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR)
Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) adalah metode
pengolahan dan analisis sebagai penentu prioritas pengembangan berdasarkan
ketersediaan lahan hijauan makanan ternak dan tenaga kerja (Dirjen Peternakan
1998). Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia adalah nilai dapat dikutip
melalui nilai KPPTR efektifnya. Nilai KPPTR efektif bervariasi untuk setiap
kecamatan tergantung pada daya dukungnya yang tersedia, misalnya daya dukung
lahan garapan yang terdiri dari sawah, tegalan, kebun, perkebunan, padang rumput,
rawa dan kepala keluarga.
Penentuan nilai KPPTR efektif sebagai kapasitas peningkatan populasi ternak
ruminansia di suatu wilayah tertentu adalah KPPTR (SL) atau KPPTR (KK) yang
mempunyai nilai lebih kecil. Hasil analisa dengan menggunakan perhitungan KPPTR
dapat menunjukan nilai KPPTR efektif bernilai positif atau negatif. Nilai total
KPPTR efektifnya bernilai positif berarti kapasitas tampung ternak masih dapat
ditingkatkan lagi (Fariani 2008)
-
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Agustus sampai bulan Desember
2013. Data primer akan diperoleh dari kuisioner yang disebar di beberapa Kecamatan
yang mewakili Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kecamatan terpilih melalui metode
purposive sampling dengan berdasarkan jumlah kepemilikan ternak. Kecamatan yang
terpilih akan representatif mewakili seluruh kecamatan di Kabupaten Bandung
sehingga data kecamatan-kecamatan dapat dikonversi untuk menggambarkan
kecamatan lainnya. Penentuan kecamatan berdasarkan data sekunder dan informasi
instansi terkait. Analisis kandungan nutrien bahan pakan dilaksanakan di
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan, IPB.
Metode Pengumpulan Data
Data yang akan diperoleh dari penelitian ini termasuk data potensi
sumberdaya pakan dan ternak diperoleh secara primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dari wawancara langsung ke petani, masyarakat, dan peternak yang ada
dilokasi terpilih dengan menggunakan kuisioner. Jumlah kuisioner yang akan disebar
sebanyak 30 buah dari 30 peternak di masing-masing kecamatan terpilih di
Kabupaten bandung. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu Dinas
Peternakan Setempat, Dinas Tanaman Pangan dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Jenis-jenis data yang akan dikumpulkan antara lain :
a. Informasi mengenai karakteristik daerah yang ada hubungannya dengan topik, yaitu antara lain: jumlah kepala keluarga, tipe iklim, luasan penggunaan lahan
untuk peternakan, populasi ternak, jumlah produksi legume makanan ternak,
jumlah limbah pertanian dan perkebunan dan lain-lain yang berpotensi untuk
digunakan sebagai pakan.
b. Informasi mengenai karakteristik responden mengenai data yang ingin digali. c. Manajemen peternakan, yaitu antara lain: jumlah dan jenis pakan yang diberikan
oleh peternak, mekanisme penyediaan dan pemberian pakan.
d. Analisis kualitas nutrisi bahan pakan ternak berupa kandungan bahan kering (BK), protein kasar (PK), lemak kasar (LK) dan total digestible nutrient (TDN).
e. Data konversi bahan pakan berpotensial perbagiannya yang terdapat pada satu batang utuh tanaman pakan termasuk limbah tanaman pangan.
f. Produktivitas ternak, digunakan untuk mengestimasi potensi daya tampung ternak. Data ini berupa: kecepatan pertambahan populasi ternak, data rataan
berapa kali kawin yang dibutuhkan ternak sapi untuk menghasilkan 1 anak
(service per conception), umur ternak betina pertama kali dikawinkan, dan
rataan jarak kebuntingan serta mortalitas.
Identifikasi Potensi dan Kuantitas Pakan Lokal
Pengumpulan Sampel Pakan (Chinh dan Viet Ly 2001)
Data kualitas dan kuantitas produksi sumberdaya pakan lokal diperoleh
melalui survei pada tiap kecamatan dengan 2 kali ulangan pada setiap komoditi dari
5 bahan pakan yang paling banyak digunakan. Produksi limbah tanaman pangan
didapat dengan menggunakan cuplikan (ubinan) dengan ukuran 5 x 5 meter (25 m2)
dengan dua ulangan (Chinh dan Viet Ly 2001). Setiap komoditi tanaman pangan dan
-
perkebunan yang dilakukan pengubinan limbahnya dikumpulkan dan diperoleh bobot
segar dan bobot keringnya, dengan cara ditimbang dalam keadaan segarnya untuk
mengetahui bobot segar dan dikeringkan dalam oven suhu 60 oC. Lalu ditimbang
untuk mengetahui bobot kering. Perbedaan bobot kering dan bobot segar sampel
sebagai persentase bobot air. Sampel kering udara digiling untuk analisa kimia untuk
mengetahui kualitas nutrien aktual limbah tanaman sebagai sumber pakan.
Untuk mengetahui potensi limbah tanaman pertanian dari satu komoditi
bahan akan ditimbang bobot satu batang utuh kemudian tiap bagian di pisahkan tiap
bagian potensial dan dicari berat segar, kering dan kualitasnya nutriennya. Data
kuantitas dan kualitas perbagian tanaman akan dikonversi kedalam persen (%)
bagian utuhnya. Data ini juga akan dikonversi ke jumlah produksi dan luas lahan
tanamnya. Bagian yang difokuskan adalah hasil sampingannya yang tidak
dikonsumsi manusia dan dapat digunakan untuk pakan ternak termasuk hasil
sampingan prosesingnya seperti onggok.
Produksi Hasil Sampingan Masing-Masing Komoditi
Produksi hasil sampingan masing-masing dari 5 komoditi pakan yang
konvensional dihitung berdasarkan produksi segar, produksi kering, produksi bahan
kering (BK), produksi protein kasar (PK), lemak kasar (LK) dan produksi total
digestible nutrient (TDN). Berdasarkan data luas areal panen (Ha), dilakukan
perhitungan produksi masing-masing limbah komoditi meliputi total produksi segar,
produksi bahan kering, produksi TDN, dan produksi protein kasar.
Produksi potensial hasil samping pertanian dihitung berdasarkan produksi
BK, PK, LK dan TDN dikalikan data luas areal panen (ha) di suatu wilayah pada
tahun tertentu dengan perhitungan sebagai berikut:
Produksi Total BK (ton) = luas areal panen (ha) x rata-rata produktivitas BK (ton/ha)
Produksi PK (ton) = produksi total BK (ton) x kandungan PK (%)
Produksi LK (ton) = produksi total LK (ton) x kandungan LK (%)
Produksi TDN (ton) = produksi total
BK (ton) x kandungan TDN (%)
Evaluasi Kualitas Nutrien Bahan Pakan (AOAC 2005)
Kualitas sampel masing-masing 5 komoditi bahan pakan konvensional
berpotensi besar yang berasal dari limbah pertanian, limbah perkebunan, limbah
industri pertanian, hijauan pakan ternak diperoleh dengan menganalisis kandungan
BK, PK, SK, LK, dan BETN dengan metode analisis proksimat. Sampel yang
diperoleh dari hasil survei di keringkan oven 60 C dan dilakukan analisa kimia
untuk mengetahui kandungan nutriennya berdasarkan prosedur analisa proksimat
(AOAC, 2005). Data TDN diperoleh dengan perhitungan menggunakan persamaan
TDNa = 0.9918 PK + 1.272 LK + 0.0318 SK+ 0.8904 BETN (Owens et al
2010)
Analisis Daya Tampung Ternak
Indeks Konsentrasi Produksi Pakan (IKKP) Hasil Sampingan Tanaman
Pangan (Syamsu, 2006)
Untuk menentukan potensi produksi hasil sampingan tanaman di masing-
masing kecamatan di Kabupaten Bandung digunakanlah rumus Indeks Konsentrasi
Produksi Pakan (IKKP) limbah tanaman
-
IKPP = Produksi Limbah Tanaman Pangan Kecamatan (ton/tahun)
Rata-rata Produksi Limbah Tanaman Kabupaten (ton/tahun)
Wilayah kabupaten dengan IKKP 1,0 merupakan wilayah yang memiliki keunggulan produksi dengan kategori produksi tinggi pada jenis tanaman
dibandingkan wilayah lainnya. Wilayah kabupaten dengan IKKP 0,5 -
-
tanaman dengan jumlah ternak yang ada. Perhitungan nilai KPPTR adalah sebagai
berikut :
KTTR (ST) = ( k . Le . 15 ton BK/ha/tahun ) + j Li 2,3 ton BK
KPPTR (EK) = KPPTR (KK), jika KPPTR (KK) < KPPTR (L)
KPPTR (EL) = KPPTR (L), jika KPPTR (L) < KPPTR (KK)
Keterangan :
k = Koefisien ketersediaan lahan penghasil rumput
Le = Lahan penghasil rumput (Ha)
J = Koefisien produksi HMT
Li = Lahan penghasil Hijauan Hasil Sisa Pertanian (HHSP) (Ha)
15 ton/ha/thn = Rata-rata produksi padang rumput
2,3 = Setiap ST per tahun memerlukan 2,3 ton BK
KTTR = Kapasitas tampung ternak ruminansia
KPPTR (L) = KPPTR berdasarkan ketersediaan hijauan dan lahan
d = Setiap KK mampu memelihara 3 ST
KPPTR (KK) = KPPTR berdasarkan tenaga kerja (keluarga)
Angka perhitungan KTTR tersebut, merupakan KTTR total suatu kabupaten.
Secara aktual, peternak telah memelihara ternak yang juga memanfaatkan hijauan
yang ada. Oleh sebab itu perlu dihitung, hijauan yang telah dimanfaatkan dengan
menghitung populasi ternak yang ada, berdasarkan angka konversi (Ditjen
Peternakan, 1984) sebagai berikut:
1. Struktur populasi sapi terdiri atas: 56 persen sapi dewasa; 25 persen sapi muda dan 19 persen sapi anak.
2. Sapi/kerbau dewasa = 1 ST/ekor (umur > 2 tahun) Sapi/kerbau muda = 0.5 ST/ekor (umur 1 2 tahun) Sapi/atau kerbau anak = 0.25 ST/ekor (umur < 1 tahun)
Dengan menghitung jumlah populasi ternak suatu kecamatan pada tahun yang
bersangkutan, maka dapat dihitung jumlah hijauan (ton BK/tahun) yang telah
termanfaatkan, sebagai berikut:
KTRU = 2,3 JST
Dimana:
KTRU = KTR termanfaatkan (ton BK/tahun)
JST = Jumlah populasi ternak yang ada (ST)
Dengan mengkoreksi KTTR dengan KTRU, maka diperoleh kapasitas
penambahan populasi ternak ruminansia (KPPTR) setiap tahun setiap kecamatan,
sebagai berikut:
KPPTR (ST) = KTTR KTRU
Perhitungan KPPTR, dilakukan untuk setiap kecamatan. Hasil perhitungan
KTTR tersebut sebagai basis ekologis pengembangan peternakan.
-
TINJAUAN PUSTAKA
Aksi Agraris Kanisius (AAK). 2005. Hijauan Makanan Ternak : Potong, Kerja dan
Perah. Yogyakarta (ID). Penerbit Kanisius
Association of Official Analytical Chemists (AOAC). 2005. Official Methods of
Analysis. Washington DC (US). Association of Official Analytical Chemists
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung (BPS Kab Bandung). 2010. Kabupaten
Bandung dalam Angka Tahun 2010. Bandung (ID). BPS Kab Bandung
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung. 2013. Profil Peternakan dan
Perikanan. Bandung (ID). Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Bandung Direktorat Jendral Peternakan. 1998. Usaha Peternakan, Perencanaan, Analisa dan
Pengolahan. Jakarta (ID). Direktorat Jendral Peternakan.
Djajanegara A. 1999. Local livestock feed resources. Di dalam: Livestock Industries
of Indonesia Prior to the Asian Financial Crisis; 1999 Dec; Phra Athit Road.
Bangkok (TH): FAO Regional Office for Asia and the Pacific. hlm 29-39.
Fariani A. 2008. Pengembangan Ternak Ruminansia Berdasarkan Ketersediaan Lahan
Hijauan dan Tenaga Kerja Di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan.
Palembang (ID). Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Owens FN, Sapienza DA, Hassen AT. 2010. Effect of nutrient composition of feeds
on digestibility of organic matter by cattle. J Anim Sci. 88:E151-E169. doi:
10.2527/jas.2009-2559
Makkar HPS. 2002. Applications of the in vitro gas method in the evaluation of feed
resources, and enhancement of nutritional value of tannin-rich tree/browse
and agro-industrial by-product. Di dalam: Development and Field Evaluation
of Animal Feed Supplementation Packages; 2002 june; Vienna. Austria (AT):
IAEA. hlm 23-40.
Nell AJ dan Rollinson DHL. 1974. the requirement and availability of livestock feed
in Indonesia. Jakarta (ID). UNDP/FAO Project INS/72/009 Supporting
Livestock Planning Working Paper
Sofyan I. 2003. Kajian Pengembangan Bisnis Pengusahaan Kebun Rumput Gajah
untuk Penyediaan Pakan pada Usaha Penggemukan Sapi Potong PD.
Gembala Kabupaten Garut Jawa Barat. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor
Syamsu JA. 2006. Analisis potensi limbah tanaman pangan sebagai sumber pakan
ternak ruminansia di Sulawesi Selatan [disertasi]. Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor
-
LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Kegiatan
Bulan Agustus
Bulan September
Bulan Oktober
Bulan November
Bulan Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi pustaka
2 Persiapan penelitian
3 Survei lapang
4 Analisis laboratorium
5 Analisis data
7 Penulisan laporan
8 Konsultasi ke Pembimbing