Proposal Pencalonan Filman Ferdian sebagai Presiden KM ITB

17

Click here to load reader

Transcript of Proposal Pencalonan Filman Ferdian sebagai Presiden KM ITB

Page 1: Proposal Pencalonan Filman Ferdian sebagai Presiden KM ITB

PROPOSAL PENCALONAN

BAKAL CALON KETUA KABINET KM ITB 2011

Disusun untuk memenuhi persyaratan

Sebagai kandidat bakal calon ketua kabinet KM ITB 2011

Tim Penyusun:

1. Agathon Chandra S. / Teknik Pertambangan 2007

2. Dhika Prawidar / Sistem dan Teknologi Informasi 2007

3. Filman Ferdian / Teknik Informatika 2007

4. Muhammad Yunus / Fisika 2007

5. Nayasari Aissa/ Fisika 2007

6. Rosalyn Anindika/ Sains dan Teknologi Farmasi 2007

7. Septia Agustin / Teknik Kelautan 2008

8. Syarifah Amelia Shahab / Fisika 2007

KELUARGA MAHASISWA

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG

2011

Page 2: Proposal Pencalonan Filman Ferdian sebagai Presiden KM ITB

LATAR BELAKANG

Landasan

Mahasiswa adalah salah satu kelompok sosial di dalam tatanan masyarakat yang

menjalankan peran sebagai insan akademis. Insan akademis memiliki dua peran. Pertama, peran

untuk selalu kritis terhadap diri sendiri dan lingkungan dalam rangka mengembangkan diri untuk

dapat menjawab tantangan zaman. Kedua, peran untuk mencari dan membela kebenaran ilmiah.

Kedua peran tersebut mengarahkan seorang mahasiswa untuk dapat menjadi insan-insan yang

mampu bersikap kritis terhadap kondisi lingkungannya saat ini untuk dapat mempersiapkan diri

menyusun tatanan masyarakat masa mendatang dengan berlandaskan terhadap kebenaran ilmiah.

Muh. Hatta didalam falsafah keberadaan organisasi kemahasiswaan menyatakan secara

implisit bahwa tujuan perguruan tinggi adalah membentuk insan akademis. Hal ini menunjukkan

bahwa seluruh proses pendidikan yang didapatkan oleh seorang mahasiswa di dalam perguruan

tinggi harus dapat mendukung terbentuknya watak seorang insan akademis. Keseluruhan proses

pendidikan tersebut termasuk dalam fasilitas pendidikan kurikuler hingga lingkungan kampus.

Salah satu komponen lingkungan kampus yang memiliki andil dalam membentuk watak seorang

mahasiswa adalah kegiatan kemahasiswaan.

KM-ITB (Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung) merupakan organisasi

kemasiswaan terpusat yang melingkupi seluruh elemen kampus terdiri dari kongres, kabinet,

MWA-WM (Majelis Wali Amanat Wakil Mahasiswa), himpunan, unit dan Tim Beasiswa.

Sistem organisasi ini memiliki tujuan:

1. Ikut serta mengusahakan tujuan pendidikan untuk membentuk sarjana yang berbudi

pekerti, cakap, mandiri, berwawasan luas, demokratis, dan bertanggung jawab.

2. Memberikan dorongan kepada mahasiswa untuk menjadi pemimpin dan penggerak dalam

kehidupan berbangsa.

3. Ikut serta menyumbangkan karya dan pikiran dalam penataan kehidupan bangsa.

4. Memupuk dan membina rasa persaudaraan dan kekeluargaan di lingkungan civitas

akademika.

5. Mengusahakan kesejahteraan material dan spiritual serta memperjuangkan kepentingan

mahasiswa di lingkungan kampus.

Page 3: Proposal Pencalonan Filman Ferdian sebagai Presiden KM ITB

Tujuan tersebut dapat disederhanakan menjadi pembentukkan karakter mahasiswa ITB sesuai

tujuan pendidikan, pembentukan watak pemimpin, wadah untuk menyumbangkan karya dan

pemikiran, wadah pemersatu kampus, dan sarana pemenuhan kebutuhan mahasiswa.

Keorganisasian KM ITB

Dalam usaha mewujudkan visi besar organisasi kemahasiswaan untuk membentuk insan

akademis, KM ITB memiliki tantangan-tantangan yang perlu dijawab dalam waktu dekat. Salah

satu permasalahan dari internal keorganisasian adalah permasalahan kepemilikan bersama

terhadap organisasi kemahasiswaan yang sudah semakin menurun. Hal ini menjadi kendala bagi

kemahasiswaan ITB untuk dapat bergerak bersama secara kolaboratif. Kabinet sebagai lembaga

sentral yang memiliki tanggung jawab untuk mengoordinasikan seluruh organisasi

kemahasiswaan di KM ITB dinilai gagal menjalankan misinya untuk membangun partisipasi dan

rasa kepemilikan terhadap KM ITB. Masalah ini muncul karena tidak terbangunnya komunikasi

yang merangkul dari kabinet dengan basis massa khususnya himpunan. Padahal, AD-ART

menyatakan bahwa basis KM ITB adalah himpunan. Pada sebagian besar unit, permasalahan

tidak jauh berbeda. Kabinet dinilai tidak dekat dengan sebagian besar unit.

Realita kemahasiswaan kita saat ini melahirkan kebutuhan terhadap kesatuan dan rasa

kepemilikan bersama terhadap KM ITB. Hal ini bertujuan agar KM ITB dapat kembali

menunjukkan kekuatannya sebagai organisasi kemahasiswaan yang mewakili seluruh mahasiswa

ITB. KM ITB yang kuat akan mampu mengangkat kembali semangat gerakan kemahasiswaan

yang “massif” dalam keberagaman potensi. Hal ini membuat realisasi pengembalian fungsi

kabinet sebagai eksekutif dan koordinator harus menjadi salah satu fokus utama ke depannya.

Karakter Mahasiswa ITB

Ditilik dari segi historis, dua presiden RI yaitu Soekarno dan B. J. Habibie pernah

mengenyam pendidikan sebagai mahasiswa ITB. Begitu juga, sebagian menteri maupun

pemimpin perusahaan terkemuka di Indonesia merupakan alumni ITB. Tidak sedikit pula,

alumni ITB yang menjadi pionir-pionir dalam bidang masing-masing. D engan fakta tersebut,

kami mengambil suatu hipotesis bahwa proses pendidikan di ITB bukan sekedar mencetak

sarjana-sarjana yang unggul di bidang masing-masing. Lebih dari itu, proses pendidikan di ITB

membentuk watak pemimpin bangsa. Keseluruhan proses pendidikan tersebut tentu tidak lepas

Page 4: Proposal Pencalonan Filman Ferdian sebagai Presiden KM ITB

dari andil kegiatan kemahasiswaan sebagai bagian kehidupan kampus yang dialami oleh setiap

mahasiswa.

Karakter mahasiswa ITB pada saat ini mulai mengalami “degradasi”. Watak mahasiswa

yang kritis dalam rangka sebagai insan akademis sudah mulai samar. Semakin sedikit anak ITB

yang berani mengungkapkan pandangan. Bahkan beberapa yang dianggap kritis pun terkadang

tidak memiliki landasan yang kuat (tidak rasional). Kondisi kampus yang disediakan oleh

rektorat juga tidak menunjukkan banyaknya wadah diskusi publik yang dapat meningkatkan rasa

kritis. Hal ini merupakan suatu ancaman dalam rangka mewujudkan peran mahasiswa sebagai

insan akademis yang kritis dan membela kebenaran ilmiah. Selain rasa kritis, rasa cinta

mahasiswa ITB terhadap Indonesia juga semakin merosot. Kata-kata yang digaungkan dalam

kegiatan penyambutan awal seolah-olah mengangkat pentingnya lulus tepat waktu dengan indeks

prestasi tinggi agar bisa hidup makmur di kemudian hari dengan mengesampingkan nilai-nilai

ideologi yang penting untuk dipegang oleh mahasiswa ITB. Jika kedua hal tersebut dibiarkan

berlanjut, ITB akan kehilangan kontribusi dalam menyumbang pionir-pionir bangsa yang siap

menjawab tantangan zaman. Dengan berpedoman bahwa ITB adalah suatu institusi yang

mendidik putra-putri terpilih dan “terbaik” di bangsa Indonesia, maka Indonesia terancam

mengalami krisis kepemimpinan dalam 20-30 tahun mendatang.

KM ITB sebagai wadah gerakan mahasiswa ITB juga memiliki tanggung jawab dalam

menyalurkan karya dan pemikiran mahasiswa ITB untuk menata kehidupan bangsa. Sampai saat

ini, sudah banyak usaha yang dilakukan oleh himpunan, forum kolaborasi dan kabinet untuk

menggalakan budaya keprofesian dan pengabdian masyarakat. Beberapa wadah berkreasi pun

juga sudah banyak dibangun diantaranya gerakan community development, entrepreneurship,

sekolah binaan, sosial politik, dll. Hal-hal ini harus tetap dipertahankan dengan memberikan

kemerdekaan kepada setiap mahasiswa untuk menentukan wadah geraknya. Kabinet sebagai

koordinator dituntut untuk dapat mengolaborasikan berbagai potensi mahasiswa yang ada di ITB

saat ini.

Page 5: Proposal Pencalonan Filman Ferdian sebagai Presiden KM ITB

BAB I

VISI dan MISI

Berdasarkan latar belakang kondisi dan kebutuhan KM-ITB saat ini, kami mengusulkan

suatu ide untuk mengangkat kembali peran ITB sebagai wadah pencetak generasi pemimpin

bangsa. KM ITB sebagai organisasi kemahasiswaan yang menaungi seluruh mahasiswa ITB juga

memiliki tanggung jawab dalam mewujudkan cita-cita tersebut. Oleh karena itu, kami dengan

bangga membawa visi:

“KM ITB sebagai wadah pencetak generasi pemimpin bangsa”

Visi ini mengangkat peran KM ITB sebagai organisasi kemahasiswaan untuk dapat

menjadi salah satu wadah pembinaan bagi setiap anggotanya dalam membentuk kapasitas dan

karakter sebagai pemimpin bangsa. Pemimpin dapat diartikan sebagai orang yang mampu

memiliki wawasan yang luas, kecerdasan intelektual, kekuatan pendirian dan sikap kritis serta

peduli terhadap lingkungan. Selain itu, seorang calon pemimpin bangsa harus dapat memahami

nilai-nilai yang ada dalam bangsanya. Sebagai langkah awal, setiap calon pemimpin bangsa

harus memiliki rasa kecintaan terhadap tanah air Indonesia.

Misi

Untuk mewujudkan visi kepengurusan tersebut, maka kami merasa perlu melakukan

misi-misi berikut:

1. Membangun pola koordinasi KM-ITB yang kolaboratif secara kultural untuk

meningkatkan rasa kepemilikan bersama

Pola koordinasi yang mampu menimbulkan kedekatan, kenyamanan dan saling

kepercayaan merupakan modal awal yang penting dalam membentuk KM ITB yang

ideal. Pendekatan yang paling cocok untuk mewujudkan hal tersebut adalah kultural. Hal

ini selaras dengan budaya masyarakat Indonesia yang mengedepankan kedekatan karena

biasa berinteraksi. Dalam keberjalanannya, KM ITB harus mampu membangun gerakan

dengan memanfaatkan kolaborasi dari berbagai potensi yang ada di masing-masing basis

massa. Hal ini akan membuat mahasiswa ITB terbiasa untuk bergerak secara “massif” di

Page 6: Proposal Pencalonan Filman Ferdian sebagai Presiden KM ITB

tengah keberagaman. Langkah ini juga memiliki keterkaitan dengan mencetak generasi

pemimpin bangsa. Seorang calon pemimpin bangsa harus terbiasa untuk berkolaborasi

dengan individu-individu yang memiliki potensi beragam karena membangun bangsa

tidak cukup hanya dengan satu wawasan dan sudut pandang. Hasil dari kedekatan

kultural dan kolaborasi yang dibangun akhirnya akan mampu memunculkan rasa

kepemilikan bersama antara satu komponen dengan komponen lainnya. Hal ini yang akan

memicu kesadaran pentingnya kemahasiswaan dan KM ITB.

2. Membangun karakter mahasiswa yang bertindak dengan kritis, dan memiliki rasa

cinta tanah air

Kepemimpinan adalah karakter yang tidak dapat dibangun hanya dengan waktu yang

singkat. Satu tahun kepengurusan tidak akan mampu membentuk suatu karakter secara

instan. Dua nilai yang dapat ditanamkan untuk mewujudkan hal tersebut adalah rasa kritis

dan cinta tanah air. Rasa kritis diperlukan seorang calon pemimpin dalam memenuhi

hakekat perguruan tinggi untuk membentuk insan akademis. Rasa kritis membuat seorang

calon pemimpin tersebut peduli dengan diri sendiri dan lingkungannya sehingga mampu

membangun suatu gagasan untuk menjawab tantangan zaman. Rasa cinta tanah air

merupakan benih yang seyogyanya dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia.

Mahasiswa ITB yang diharapkan mampu menjadi pionir peradaban harus memiliki rasa

cinta tersebut sehingga dalam proses yang dialaminya akan tertanam tanggung jawab

untuk memberikan manfaat kepada bangsa secara langsung ataupun tidak langsung.

3. Membangun iklim diskusi yang produktif dalam kehidupan kampus

Untuk mewujudkan rasa kritis dan keterbukaan dalam berpikir, mahasiswa ITB perlu

terbiasa untuk berdiskusi. Dengan diskusi, seseorang terbiasa untuk mengungkapkan

pandangan dan mendengar pandangan orang lain. Di dalam proses ini terjadi pertukaran

informasi yang dapat menambah wawasan masing-masing. Iklim diskusi juga melatih

mahasiswa untuk bertindak secara rasional dengan berlandaskan nilai-nilai kebenaran

ilmiah. Selain itu, diskusi yang terjadi juga harus dapat dijadikan suatu bentuk yang

konkret baik berupa ide ataupun wacana yang dapat ditindaklanjuti ke tataran yang lebih

Page 7: Proposal Pencalonan Filman Ferdian sebagai Presiden KM ITB

besar. Hal ini akan memicu seorang mahasiswa untuk produktif dalam artian mampu

berwacana dan mampu menghasilkan suatu tindak lanjut terhadap wacana tersebut.

4. Menjalin hubungan eksternal dengan menjunjung asas kemandirian mahasiswa

Kegiatan KM ITB tidak lepas dari hubungan organisiasi ini dengan entitas luar

mahasiswa ITB seperti rektorat, alumni, universitas lain serta pemerintah. Dalam

keberjalanannya, penting bagi kemahasiswaan ITB untuk dapat berjalan secara sinergis

dengan elemen-elemen tersebut. Namun, asas kemandirian mahasiswa ITB dalam

berpikir dan bertindak harus menjadi pedoman utama dalam melaksanakan hal tersebut.

Sikap mandiri itu penting karena mahasiswa harus dapat memandang suatu fenomena-

fenomena yang erat kaitannya dengan elemen tersebut berdasarkan sudut pandang yang

luas serta didasari landasan ilmiah yang kuat.

Rencana Kerja

Dalam rangka mewujudkan misi kepengurusan tersebut, maka rencana kerja yang dipersiapkan

untuk 1 tahun ke depan adalah sebagai berikut:

1. Jalan Jalan Kultural

Tujuan dari kegiatan ini adalah membangun kedekatan kultural antara kabinet dengan

setiap basis massa yang ada. Dengan kedekatan tersebut, diharapkan kabinet mampu

memunculkan kepercayaan dari massa kampus untuk kembali menggerakkan

kemahasiswaan kampus sebagai koordinator terhadap himpunan dan unit. Konsep

kegiatan berupa kunjungan informal ke himpunan yang dilakukan oleh Presiden dan

Kabinet dengan agenda menarik aspirasi dan mendiskusikan gerakan bersama yang dapat

dilakukan dalam sistem KM-ITB. Program ini akan dilaksanakan sepanjang

kepengurusan. Namun, konsentrasi terkait program ini terletak pada satu bulan pertama

kepengurusan kabinet KM ITB.

2. Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa

Tujuan umum dari kegiatan ini adalah memberikan pengenalan terhadap nilai

kemahasiswaan kepada mahasiswa baru angkatan 2011 dan panitia khusunya angkatan

2010. Ajang OSKM merupakan stimulus awal dalam membangun karakter mahasiswa

Page 8: Proposal Pencalonan Filman Ferdian sebagai Presiden KM ITB

ITB yang kritis dan cinta tanah air. Kegiatan OSKM akan dibangun dari proses diskusi

yang akan melibatkan seluruh basis massa sehingga dapat meramu kegiatan gerbang

penyambutan KM ITB yang menekankan kepada aspek keberagaman dan kolaborasi.

Dari kegiatan ini, mahasiswa yang terlibat diharapkan mendapatkan wawasan terkait

karater yang harus dimiliki mahasiswa ITB serta pemahaman bahwa KM ITB merupakan

wadah gerakan yang “massif” dan heterogen.

3. Open House Unit

OHU bertujuan untuk menyalurkan mahasiswa baru ke wadah aktualisasi yang dapat

menjadi tempat beraktifitas awal mereka di KM ITB. Porsi unit dalam kegiatan ini adalah

untuk melakukan recruitment terhadap calon anggota baru. Sementara, mahasiswa baru

diberi kesempatan untuk mengetahui wadah penyaluran minat bakatnya di

kemahasiswaan ITB. Konsep kegiatan ini adalah menunjukkan seluruh keberagamaan

dan potensi unit kepada mahasiswa baru yang akan memilih wadah berkegiatannya.

4. Malam Keakraban

Malam keakraban bertujuan mewadahi seluruh mahasiswa ITB untuk berkumpul dalam

suatu suasana forum yang lebih santai dan sederhana untuk dapat memupuk keakraban di

antara mahasiswa ITB. Selain agenda kekeluargaan, konsep acara juga akan disesuaikan

dengan penyuasanaan nilai-nilai penting dalam kemahasiswaan seperti rasa kritis dan

cinta tanah air salah satunya dengan cara mengangkat suatu fenomena sosial yang sedang

hangat pada saat itu.

5. Proyek Pengembangan Kampus dan Sekitarnya

Tujuan dari kegiatan ini adalah memfasilitasi potensi keprofesian ataupun minat dari

lembaga-lembaga ataupun basis massa di KM ITB untuk memberikan suatu kontribusi

kepada lingkungan kampus dengan mengedapankan aspek kolaborsi. Lokasi pelaksanaan

yang berada di lingkungan kampus akan mampu mengasah rasa kritis mahasiswa

terhadap fenomena sosial yang ada di sekitarnya. Konsep kegiatan diawali dengan diskusi

besar untuk mengambil benang merah potensi dari setiap lembaga sehingga ada suatu

bentuk kolaborasi yang dapat diajukan. Pelaksanaan proyek akan terdiri dari gerakan

Page 9: Proposal Pencalonan Filman Ferdian sebagai Presiden KM ITB

yang terdiri dari beragam modul dengan masing-masing lembaga memiliki peran masing-

masing dalam kegiatan tersebut.

6. Aku Cinta Indonesia

Aku Cinta Indonesia merupakan suatu bentuk kegiatan yang bertujuan untuk

mengokohkan rasa kecintaan terhadap tanah air pada mahasiswa ITB. Konsep kegiatan

dapat berupa usaha untuk mengundang pihak luar untuk menginspirasi rasa kecintaan

terhadap tanah air atau dapat berupa mengirim mahasiswa ITB keluar kampus untuk

mengasah rasa cinta terhadap tanah air. Dengan mengundang pihak luar, mahasiswa akan

mampu melihat realita yang ada di luar kampus dan mengangkat hal tersebut menjadi

suatu bahan diskusi untuk meningkatkan wawasan kebangsaan. Sementara, usaha untuk

mengirim mahasiswa keluar kampus diharapkan mampu membiasakan mahasiswa untuk

berbagi dengan lingkungan sekitarnya.

7. ITB Expo

ITB Expo bertujan untuk menunjukkan hasil proses kemahasiswaan kepada seluruh

masyarakat di luar kampus dengan cara yang tepat. Bentuk hasil kemahasiswaan yang

ditunjukkan bukan sekedar keprofesian namun juga potensi-potensi unit. Tujuan dari

kegiatan ini adalah untuk mengapresiasi karya lembaga-lembaga kampus serta

menyampaikan suatu pesan yang dirasa penting terhadap masyarakat luar berdasarkan

proses yang dihasilkan oleh kemahasiswaan ITB. Bentuk karya keprofesian yang

diangkat juga ditekankan berupa suatu hasil karya atau pemikiran yang inovatif dan baru

sehingga mampu ditindaklanjuti. Selama pelaksanaan kegiatan, nilai-nilai tentang

keberagaman, rasa kepemilikan bersama dan proses diskusi akan menjadi landasan utama

dalam persiapan kegiatan. Kegiatan ini merupakan rangkaian akhir dari seluruh program

kerja kabinet KM ITB.

Page 10: Proposal Pencalonan Filman Ferdian sebagai Presiden KM ITB

BAB II

ESAI ANALISIS KONDISI KM ITB BESERTA USULAN SOLUSI

Kemahasiswaan aadalah sesuatu yang unik dalam segi waktu dan kondisi. Hal ini terasa dengan

kondisi yang berbeda setiap saat. Baik dalam jangka waktu yang pendek maupun jangka

panjang. Hal inilah yang menjadi tantangan untuk menjawab hal tersebut. Sebelum kita

melakukan sesuatu kegiatan yang dirasa dapat menjadi solusi dari perubahan tersebut, maka

sebaik kita harus dapat menganalisa kondisi yang ada sekarang dan yang akan datang.

Dalam setiap kajian berhimpun baik di himpunan atau unit, sebuah analisis kondisi merupakan

salah satu komponen yang harus ada sebelum kita menentukan kebijakan yang ada. Sebagai

insan akademis yang berfikir untuk mencari kebenaran ilmiah, maka kami merasa perlu adanya

metode penarikan aspirasi untuk mempertegas analisis kondisi yang ada. Analisis kondisi

memang tidak dapat terlepas dari unsur subjektif dari si pembuat analisis tersebut. Akan tetapi,

agar analisis tersebut tidak menjadi alat politik untuk mencapai tujuan sekelompok golongan,

maka diperlukan unsur yang objektif agar dapat mengimbangi pandangan subjektif yang ada.

Kami membagi dua jenis analisis berdasarkan asalnya. analisis yang pertama adalah analisis

internal KM-ITB dan analisis yang kedua adalah analisis eksternal kampus ITB.

Dengan penjabaran tersebut, maka dikeluarkanlah sebuah kuesioner yang berjumlah sebanyak

3% dari mahasiswa ITB dengan tujuan mengambil masukan dari massa kampus ITB dimana

yang berlaku sebagai tokoh kemahasiswaan di kampus tercinta ini. Kuesioner ini sendiri berisi

beberapa pertanyaan yang disesuaikan dengan tujuan KM-ITB sendiri. Karena jika seseorang

atau sekelompok orang bergerak dengan melupakan tujuan awal dibentuknya organisasi maka

bersiaplah menunggu kejatuhan dari organisasi ini.

Dari hasil kuesioner tersebut maka dapat disimpulkan beberapa hal mengenai kemahasiswaan

ITB, yakni sebagai berikut :

1. Mahasiswa ITB belum mengetahui secara fasih apa tujuan pendidikan yang ingin dicapainya

dalam pendidikan di kampus ini. Sehingga karakter mahasiswa ITB yang sesuai dengan tujuan

pendidikan masih hanya terdapat disebagaian kecil orang saja. Penyebab terciptanya kondisi

seperti ini adalah sistem pembentukan karakter di ITB yang tidak berkelanjutan dari awal hingga

Page 11: Proposal Pencalonan Filman Ferdian sebagai Presiden KM ITB

akhir. Kita ambil contoh adalah materi pembentukan karakter pada saat penerimaan mahasiswa

baru yang kita kenal dengan sebutan OSKM, PMB, INKM, PROKM dan sebagainya terlupakan

oleh para mahasiswa kita, sehingga saat berkegiatan di kampus ini, mahasiswa itb seakan

kehilangan arah. Akibatnya adalah kecenderungan mahasiswa ITB hanya dapat membuat sebuat

kegiatan eventual yang mengedepankan kemampuan mengatur kelompok orang akan tetapi tidak

dapat mengambil esensi dari kegiatan tersebut. Mungkin bukan tidak dapat mengambil esensi

dari kegiatan tersebut, akan tetapi memang kegiatan yang dilakukan amat sedikit sekali esensi

yang berhubungan dengan pembentukan karakter.

oleh karena itu, jelaslah bahwa harus ada penekanan yang lebih kuat dan komprehensif tentang

karakter yang harus dimiliki selama dan setelah menjadi mahasiswa ITB pada momen pertama

(INKM, PMB, dsb). selanjutnya, karakter yang ditekankan itu, diluar kultur dan warna yang

memang berbeda untuk setiap kaderisasi baik himpunan maupun unit, haruslah tetap dijaga.

untuk menjaganya diperlukan pola arahan yang lebih jelas.

2. Mahasisswa ITB sekarang memiliki hal yang unik tentang hubungan antara mahasiswa di

kampus sendiri. Penyedian fasilitas memang menjadi tanggung jawab rektorat untuk memenuhi

kebutuhan tersebut. Akan tetapi, melihat perbedaan nasib dalam pemenuhan kebutuhan material

mahasiswa di kampus terdapat terjadi kejanggalan. Sebagian besar mahasiswa ITB merasa

terpenuhi kebutuhan materialnya akan tetapi sebagian besar yang lain merasa tidak tercukupi.

Hal ini tidak membuat sebuah solusi penyelesaian bersama yang melihatkan rasa peduli antar

sesama mahasiswa. Rasa kepemilikan “satu” ITB semakin menghilang, karena sifat individualis

yang merebak secara personal mulai menyebar secara lembaga.Hal ini terjadi apabila setiap

lembaga kemahasiswaan hanya berusaha untuk mewujudkan keinginan lembaga tanpa

mempedulikan kepentingan yang lebih besar.

dari sini, KM ITB harus memposisikan diri untuk menjembatani kesenjangan informasi

mengenai ketersedian fasilitas sarana maupun prasarana. misalnya, ketika banyak yang

menganggap ITB memiliki cukup banyak beasiswa namun justru sebagian yang lain

menganggap beasiswa kurang, artinya ada kemungkinan besar terjadi ketidaktersampaian

informasi disini. inilah yang kemudian dapat difasilitasi secara optimal oleh KM ITB diluar

Page 12: Proposal Pencalonan Filman Ferdian sebagai Presiden KM ITB

fungsinya yang lain utk selalu memperjuangkan kebutuhan moril dan materil mahasiswa yang

belum terpenuhi.

`

3. Kebutuhan mahasiswa ITB selain kebutuhan material juga meliput kebutuhan spiritual yang

diterjemahkan dalam hal ini adalah kepuasan dalam berkemahasiswaan di kampus ini. Dalam

kepuasan berhimpun saat ini mahasiswa ITB cukup puas dengan “hanya” menjalankan proses

berhimpun di himpunan atau di unit. Hal ini tentunya menjadi tanda tanya bagi kemahasiswaan

di kampus kita ini, karena ITB dari massa ke massa memeliki cerita yang cukup membanggakan

dan potensi yang lebih untuk menggerakan setiap elemen yang ada di negara ini. Fenomena yang

ada sekarang disebabkan oleh tingkat kekritisan yang semakin menurun. Banyak mahasiswa

yang “ pasrah” menerima kondisi seperti ini, tidak ada keinginan untuk mengembangkan potensi

yang ada sebagai mahasiswa ITB. Perlu adanya sebuah budaya lama yang sekarang sering di

tinggalkan, yakni budaya kajian. Dengan kajian maka tingkat kekritisan kita dalam menghadapi

sebuah kondisi yang kompleks akan lebih tajam dan terarah. Banyak hal yang membuat

mahasiswa ITB melupakan kegiatan ini. Hal ini karena sempitnya waktu berhimpun yang ada

sehingga akademik kerap dijadikan kambing hitam dalam masalah ini. Seharusnya tidak

demikian, akademik dan kemahasiswaan harus berjalan berdampingan. Karena akademik

membentuk jiwa intelektual sedangkan kemahasiswaan membentuk watak dan karakter

mahasiswa.

untuk itu, penyadaran melalui kegiatan formal dan kultural haruslah dilakukan secara kontinu.

penyadaran tentang posisi dan peran strategis mahasiswa sangatlah perlu. kewajiban untuk

menjadi solusi bagi bangsa (ingat, lingkupnya adalah bangsa, bukan sekedar pribadi) adalah satu

poin yang harus selalu mengiringi tiap langkah yang diambil oleh mahasiswa.

4. Pada ranah kontribusi terhadap bangsa, kenyataannya mahasiswa ITB belum memiliki satu

visi yang sama, belum memiliki satu pandangan yang sama mengenai bentuk kontribusi untuk

bangsa ini. Hal yang perlu ditekankan adalah mahasiswa ITB cenderung menjadikan ide

keprofesian sebagai wadah untuk berkontribusi untuk bangsa. Hal ini biasa dilakukan karena

sesuai bidang keilmuan tiap jurusan yang mereka ambil di ITB. Selain itu, Bidang community

development atau bidang pengabdian masyarakat sebagai wadah untuk berkontribusi terhadap

Page 13: Proposal Pencalonan Filman Ferdian sebagai Presiden KM ITB

masyarakat. Bentuk pengabdian terhadap masyarakat yang sering dilakukan ada 2 macam, yaitu

pengabdian masyarakat yang berbasis keilmuan dan keprofesian masing-masing dan bentuk

pengabdian masyarakat dalam bentuk community service secara umum. Sebagian kecil anak ITB

menjadikan penelitian sebagai wadah untuk berkontribusi terhadap bangsa. Dari data yang

masuk telah dilakukan analisis bahwa mahasiswa ITB kurang peka terhadap lingkungan sekitar.

Selain itu, mahasiswa ITB kurang turun ke jalan untuk melihat permasalahan real bangsa yang

terjadi di sekitar mereka. Mahasiswa ITB melihat permasalahan bangsa tidak secara holisitk,

melainkan melihat permasalahan kebangsaan Cuma berdasarkan latar belakang keilmuan

mereka. Kontribusi yang dilakukan mahasiswa ITB lebih banyak bersifat praktis dan tidak

visioner. Belum banyak kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan secara berkelanjutan.

Solusi yang dapat dilakukan antara lain perlunya penyadaran secara mendasar kepada mahasiswa

ITB tentang kondisi bangsa. Penyadaran tersebut dilakukan secara holistic dan multidisiplin

ilmu. Kemudian, perlu ada suatu momen atau acara dimana semua anaka ITB duduk bersama

membicarakan permasalahan bangsa dan menemukan solusi konkret secara holistik. Terakhir,

penjagaan nilai terhadap kontribusi bangsa tidak hanya dilakukan selama kaderisasi pasif.

Analisis kondisi yang terakhir adalah analisis kondisi tentang posisi ITB (yang di-

representasikan oleh KM ITB) dalam lingkup hubungan ITB dengan pihak luar, baik secara

horizontal (hubungan dengan perguruan tinggi lain) maupun hubungan secara vertikal (dengan

stakeholder negeri; elitis maupun stakeholder kampus; rektorat). analisis kondisi unutk ranah ini

bukan didasarkan pada kuesioner tapi berdasarkan pengumpulan data melalui diskusi dan sharing

yang intens dengan beberapa pihak yang berkompeten di ranah ini. dari diskusi ini, disimpulkan

beberapa hal:

1. dalam posisi horizontal, pada dasarnya nama besar ITB masih bergaung dan menjadi modal

utama untuk membuat ITB disegani dalam lingkup perpolitikan mahasiswa nasional. terbukti

walaupun relatif jarang hadir di pertemuan-pertemuan BEM SI namun ITB masih menjadi

koordinator issue bidang energi dan koordinator pusat gerakan mahasiswa untuk community

development. sayangnya, posisi strategis tersebut nampaknya tidak dengan optimal difungsikan,

terutama di tahun terakhir, secara general dapat diklaim ITB sangat sedikit bergerak baik dalam

kapasitas diatas maupun secara independen.

Page 14: Proposal Pencalonan Filman Ferdian sebagai Presiden KM ITB

ke-minimalis-an ITB bergerak ke luar kampus dalam bentuk kegiatan non-acara seremonial

disinyalir berawal dari kurangnya ekskalasi/pencerdasan issue-issue luar ke dalam kampus.

sehingga tidak ada dorongan/motivasi yang kuat dari dalam untuk menginisiasi gerakan keluar.

ditambah, satu tahun terakhir, begitu banyak energi dan sumber daya lain (moril & materil) yang

terserap oleh kegiatan-kegiatan seremonial yang diselenggarakan oleh hampir semua

lembaga/simpul mahasiswa di ITB.

Untuk mengatasi hal ini, akhirnya haruslah dipilih orang yang militan dan sangat reaktif untuk

menjadi ambassador ITB diluar kampus. ini dilakukan untuk menutupi kelembaman mahasiswa

ITB yang relatif tinggi dalam menghadapi issue luar kampus. sehingga kegiatan insdental yang

merupakan salah satu bentuk kegiatan yang diusung dalam proposal ini memang memmiliki

fungsi guna yang real.

selain itu, yang lebih mendasar adalah membudayakan lagi kegiatan kultural diskusi. ranah

diskusi akan diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan dan ke-urgensi-an issue. sebagai gambaran

awalnya, diskusi akan membahas dasar-dasar mahasiswa untuk bergerak, jika kemudian telah

didapatkan simpulan maka akan dilanjutkan dengan diskusi issue-issue yang disesuaikan dengan

kebutuhan baik bangsa maupun almamater. dari sini akan didapatkan buah-buah pikiran yang

kemudian dibungkus dalam satu platform utuh. platform ini kemudian perlu disampaikan dan

dipahamkan pada jejaring horizontal ITB agar platform ini menjadi bentuk gerakan nyata yang

massive dan signifikan.

2. posisi horizontal. penting bagi KM ITB memposisikan diri sebagi bentuk solusi bagi bangsa

melalui kemampuan intelektualnya, bukan semata kemampuannya mengorganisir kegiatan

seremonial yang hebat dan besar. gurauan yang cukup ironis ketika tercetus kata “muka

proposal” untuk merujuk mahasiswa-mahasiswa ITB yang dilontarkan oleh beberapa alumni.

kenyataan bahwa hampir setiap minggu, alumni terutama yang berkapasitas besar dalam sebuah

lembaga/perusahaan menerima proposal kegiatan ITB membuat gurauan itu terlihat wajar.

Harusnya, keaktifan ITB dalam membuat kegiatan dinilai sebagai sebuah indeks prestasi. hal ini

kemudian berarti tinggal bergantung pada pem-posisi-an dan strategi pendekatan ke pihak-pihak

terkait. maksudnya, kita tidaklah pantas menghubungi para stakeholders hanya semata saat

berurusan masalah pendanaan, namun haruslah lebih awal drpada itu. Ditambah, seyogyanya,

Page 15: Proposal Pencalonan Filman Ferdian sebagai Presiden KM ITB

kita harus mengefektif-kan penyelenggaraan kegiatan seremonial. harus ada pertimbangan dan

pengorganisasian yang matang dan strategis tentang frekuensi; intensitas kegiatan-kegiatan

seremonial di ITB.

Page 16: Proposal Pencalonan Filman Ferdian sebagai Presiden KM ITB

BAB III

URAIAN PROKER KHUSUS MENGENAI CARA MERANGKUL

HIMPUNAN DAN UNIT

Keluarga Mahasiswa ITB tahun ini dalam keberjalanan kegiatannya tidak dapat

mewujudkan suatu gerakan bersama yang didasari rasa saling memiliki antar lembaga-lembaga

kampus terhadap KM-ITB itu sendiri. Hal ini merupakan suatu beban terbesar yang dirasakan

kepengurusan ini sehingga membuat gerakan kabinet KM-ITB seolah-olah menjadi gerakan

himpunan atau unit yang tidak dapat mewakili gerakan mahasiswa ITB. Kendala terbesar dalam

hal ini adalah ketidakmampuan merangkul himpunan dan unit sehingga partisipasi lembaga

dalam kegiatan yang dikoordinir kabinet menjadi sangat kurang.

Dalam keberjalanan KM-ITB dengan basis massa adalah himpunan serta keberadaan unit

yang juga merupakan wadah mahasiswa beraktifitas maka kemampuan merangkul basis-basis

massa ini merupakan isu yang sangat penting. Kabinet KM ITB yang tidak mampu merangkul

basis massa dan membangun gerakan satu KM-ITB maka tidak dapat menjalankan perannya

sebagai koordinator KM-ITB. Dengan potensi mahasiswa ITB yang ada sampai saat ini, maka

gerakan satu KM-ITB yang “massif” dan heterogen merupakan suatu faktor yang penting untuk

menjalankan peran yang optimal dari organisasi mahasiswa ITB dalam gerakan sosial-nya.

Strategi yang disusun untuk merangkul himpunan dan unit dilakukan dengan program

kerja secara langsung dan melalui pensuasanaan kultural yang dibangun sepanjang

kepengurusan. Melalui program kerja, kami merencanakan jalan-jalan kultural yang bertujuan

membangun kedekatan dan rasa kenyamanan antara basis-basis massa berupa himpunan dan unit

dengan kabinet sebagai koordinatornya. Bentuk langkahnya adalah dengan melakukan kunjugan

ke basis massa dengan menyentuh massanya secara langsung (bukan sekedar ketua lembaga atau

figur). Langkah ini sangat penting dilakukan secara intensif semenjak massa kampanye sampai

satu bulan setelah terpilih. Melalui kunjungan yang dilakukan, selain membangun kedekatan

kabinet dapat mengambil aspirasi dari massa. Hal ini penting, karena pada dasarnya semua

manusia ingin didengar dan diperhatikan masukannya, begitu juga dengan lembaga. Selain

menarik aspirasi, metode ini juga dapat berguna untuk menitipkan agenda-agenda penting

Page 17: Proposal Pencalonan Filman Ferdian sebagai Presiden KM ITB

bersama yang perlu diperhatikan oleh lembaga sehingga dapat menjadi perhatian dari lembaga-

lembaga tersebut.

Strategi kultural lain yang dapat dilakukan untuk merangkul himpunan adalah dengan

mengaktivasi peran mereka masing-masing dalam kegiatan kemahasiswaan. Hal tersebut erat

kaitannya dengan pemanfaatan potensi dan peran lembaga terhadap gerakan bersama satu KM

ITB. Berbagai contoh potensi yang masih bisa diaktifasi dalam KM-ITB diantaranya posisi LFM

sebagai lembaga dokumentasi kampus dan bioskop kampus, Boulevard sebagai media majalah

kampus, KMPA sebagai koordinator gerakan mitigasi bencana, dsb. Hal tersebut akan membuat

lembaga lain akan merasa saling memiliki dengan lembaga-lembaga yang menjalankan peran

tertentu.

Akomodasi kebutuhan terhadap lembaga secara proporsional juga dapat menimbulkan

kedekatan antara lembaga dengan kabinet KM-ITB. Terdapat berbagai bentuk akomodasi

kebutuhan serti pelayanan terkait hubungan dengan rektorat, jaringan, dsb. Namun, Kabinet KM-

ITB juga dituntut untuk menyusun strategi akomodasi kebutuhan yang mampu memunculkan

rasa kesatuan KM-ITB. Contoh penerapannya antara lain, portofolio unit kesenian dan budaya

yang dapat menimbulkan sense satu ITB pada lembaga-lembaga tersebut, strategi kontingen olah

raga ITB sehingga dapat menimbulkan rasa kepemilikan bersama.

Pada dasarnya, strategi untuk merangkul himpunan dan unit adalah dengan pendekatan yang

kultural karena baik individu atau lembaga lebih nyaman untuk didengar dan didekati tanpa

“embel-embel” koridor program kerja tertentu. KM ITB membutuhkan kabinet yang mampu

merangkul dan membangun kolaborasi cerdas untuk gerakan bersama KM ITB yang memiliki

dampak besar dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada.