Proposal Pajak Kendaraan Bermototr Bowo
description
Transcript of Proposal Pajak Kendaraan Bermototr Bowo
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Untuk melaksanakan otonomi daerah secara nyata dan bertanggung jawab
tolak ukur yang paling penting untuk menentukan tingkat kemampuan daerah adalah
Pendapatan Asli Daerah. Menurut Aziz (1997
Prinsip-prinsip keterbukaan, tanggung jawab terhadap masyarakat dan
partisipasi masyarakat merupakan tanggung jawab dan kewenangan daerah otonom.
Pemberian otonomi ini memiliki dasar prinsip berdasarkan pertimbangan dimana
semua kebutuhan dan standar pelayanan bagi masyarakat daerah hanya daerah
tersebut yang lebih mengetahui. Untuk menyemangati pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat, pemberian otonomi daerah merupakan pengharapan dari
pertimbangan ini.
Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat,
kualitas, serta kesejahteraan segenap lapisan masyarakat (sumitro,1995). Untuk
mewujudkan tujuan-tujuan yang berjalan secara berkesinambungan maka
pembangunan merupakan suatu rangkaian proses pertumbuhan. Untuk meningkatkan
kemampuan daerah dalam mewujudkan peningkatan kesejahteraan bangsa dan negara
secara merata dan adil, dan juga untuk mendapatkan kehidupan yang sejajar dari
daerah yang lebih maju. Untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran yang
adil dan merata kepada rakyat, alternatif yang dapat meningkatkan peran yang nyata
dan kemandirian daerah dapat berupa pemberian otonomi kepada daerah tersebut.
Sesuai yang diamanatkan Undang-Undang Dasar 1945, Sebagai Negara yang
berkembang dan giat melaksanakan pembangunan disegala bidang yang bertujuan
untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Diperlukan dana yang tidak
sedikit dalam meningkatkan pembangunan. Untuk memenuhi peningkatan
pembangunan pemerintah memperoleh dana dari luar negeri berupa pinjaman dan
penjualan hasil alam dan produksi, serta penerimaan dari sktor pajak dari dalam
negeri.
Sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dari dalam negeri.
Sumber dana terbesar yang berasal dari mayarakat merupakan salah satunya ialah
pajak. Salah satu tulang punggung penerimaan negara ialah pajak dimana semakin
menurunnya penerimaan pemerintah dari sektor migas.
Dengan menyadari taat membayar pajak masyarakat mengetahui betapa
pentingnya pajak bagi pembagunan nasional dan masyarakat dapat sadar bahwa
mereka dapat ikut berperan dalam pembangunan nasional. Sejak tahun 1984 pajak
mulai dipungut, dan sesuai degan Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 menganut
Self Assesment System secara penuh, untuk membayar pajak masyarakat hendaknya
berperan aktif untuk berpartisipasi. Aurbech dan Husset (1992) berpendapat dimana
kebijakan pajak bertujuan untuk membangun menjaga kondisi perekonomian pada
saat kesempatan kerja penuh. Di Indonesia pajak dikelmpokkan menjadi dua, yaitu
Pajak Daerah dan Pajak Pusat Pajak pusat dan pajak daerah merupakan suatu sistem
perpajakan di Indonesia yang pada dasarnya merupakan beban masyarakat sehingga
perlu dijaga agar kebijakan tersebut dapat memberikan beban yang adil kepada
masyarakat (Acmad Lutfi, 2006a).
Salah satu kewajiban negara ialah dengan mewajibkan membayar pajak sesuai
Undang-Undang 1945, undang-undag menetapkan bahwa rakyat memiliki beban
seperti pajak, dan lain-lain. Pembinaan Pajak daerah saat ini dilakukan secara terpadu
dengan pajak nasional, dimana akan saling melengkapi sehingga akan dilakukan terus
menerus pembinaaan mengenai tarif pajak dan objek pajak.
Menurut Zaenal (1985) PAD yang antara lain berupa Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan memeratakan
kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian daerah mampu melaksanakan otonomi
yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Begitu pula
berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah, APBD bersumber dari PAD dan Penerimaan
berupa Dana Perimbangan yang bersumber dari APBN.
Semakin meningkatnya pelaksanaan tugas-tugas pemerintah, ini sesuai pula
dengan disertai meningkatnya komunikasi dan teknologi, begitu pula dengan
Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu. Dana yang dibutuhkan tidaklah sedikit untuk
mewujudkan pembangunan, dan dapat dari berbagai sumber dana atau pendapatan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
judul : “Analisa Faktor - faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan
pajak kendaraan bermotor”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan
masalahnya:
1. Faktor- faktor apa saja yang mempengaruh pedapatan pajak kendaraan
bermotor ?
2. Kendala Apa saja yang mempengaruhi pendapatan pajak kendaraan bermotor ?
3. Bagaimana cara menyelesaikan kendala yang mempengaruhi pendapatan pajak
kendaraan bermotor ?
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini berdasarkan latar belakang masalah dan pokok
permasalahannya ialah :
1. Untuk mengetahui Faktor- faktor apa saja yang mempengaruh pedapatan pajak
kendaraan bermotor.
2. Untuk mengetahui Kendala Apa saja yang mempengaruhi pendapatan pajak
kendaraan bermotor.
3. Untuk mengetahui cara menyelesaikan kendala yang mempengaruhi pendapatan
pajak kendaraan bermotor.
1.4 Manfaat Penilitian
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran, pemahaman dan
wawasan yang lebih luas tentang sumber-sumber penerimaan daerah yang
berasal dari pajak serta proses penetapannya, khususnya Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB) dalam organisasi sektor publik.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
masukkan kepada pemerintah, khususnya Departemen Dalam Negeri maupun
Pemerintah Daerah dan Dinas Pendapatan Provinsi Bengkulu mengenai pajak
Kendaraan Bermotor.
1.5 Batasan Masalah
Penelitian ini hanya sebatas mengetahui faktor-faktor apa saja yang apa saja
yang mempengaruh pedapatan pajak kendaraan bermotor, untuk mengetahui kendala
apa saja yang mempengaruhi pendapatan pajak kendaraan bermotor, dan Untuk
mengetahui cara menyelesaikan kendala yang mempengaruhi pendapatan pajak
kendaraan bermotor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anggaran Pendapatan belanja Daerah (APBD)
Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha
Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Pasal 1 (b), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah suatu rencana
keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah sesuai
keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29Tahun 2002 mengenai pedoman
pengurusan.
Besarnya pendapatan dan pengeluaran dapat diukur dengan menentukan
APBD. APBD pun merupakan dokumen anggaran tahunan dimana seluruh rencana
pengeluaran dan penerimaan pemerintah daerah yang dicatat dalam APBD selama
pelaksanaan satu tahun anggaran. Demi menghasilkan APBD yang sangat dibutuh
masyarakat sesuai dengan potensi daerah masing-masing dan dapat memenuhi
tuntunan terciptanya anggaran daerah yang berorientasi pada akuntan publik dan
kepentingan. Untuk menyelenggarakan fungsi daerah otonom maka APBD
merupakan rencana kerja keuangan yang sangat penting. Menurut Mardiasmo
(2002:28), pentingnya penyusunan APBD di suatu daerah berguna bagi peningkatan
kesejahteraan daerahnya dimana hal tersebut dapat dilihan antara lain:
1) Menentukan jumlah pungutan pajak dan retribusi daerah serta pengutan lainnya
yang dilakukan kepada masyarakat.
2) Merupakan sarana mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan
bertanggung jawab.
3) Memberikan isi dan arti kepada tanggung jawab pemerintah daerah umumnya dan
kepada daerah yang khususnya, karena APBD menggambarkan seluruh kebijakan
pemerintah daerah.
4) Merupakan sarana untuk melakukan pengawasan terhadap daerah dengan cara
yang lebih mudah dan berhasil guna.
5) Merupakan suatu pemberian kuasa kepada kepala daerah untuk melakukan
penyelenggaraan keuangan daerah di dalam batas- batas tertentu.
2.2 Pajak
Awalnya, pengaturan pajak diatur dalam pasal 23 ayat 2 UUD 1945 yang
menyatakan bahwa segala pajak untuk keperluan negara harus berdasarkan undang-
undang. Ketentuan ini mengandung konsekuensi secara mendalam terhadap
negaratatkala memerlukan pajak untuk membiayai tujuannya sebagaimana tercantum
dalamalinea keempat pembukaan UUD 1945. pajak yang diperlukan itu harus
berdasarkan undang-undang, berarti pemungutan pajak yang tidak di dasarkan pada
undang-undang tidak boleh dilakukan. Sebenarnya pasal 23 ayat 2 UUD 1945
tersiratlegalitas tidak membenarkan pemungutan pajak kalu belum ada undang-
undang yangmengaturnya.Setelah UUD 1945 diamandemen, pasal 23 ayat 2 UUD
1945 diganti dengan pasal 23A UUD 1945 yang menegaskan bahwa pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-
undang. Ketentuan ini secara tegas memisahkan antara pajak dengan pungutan lain
yang bersifat memaksa.
Menurut Rochmat Sumitro (2000), pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak
rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya
digunakan untuk Public Saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai
Public Investment.sedangkan menurut Ilyas dan Burton (2001:5), bahwa ada lima
unsur yang melekat dalam pengertian pajak, yaitu :
1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang.
2. Sifatnya dapat dipaksakan.
3. Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar
pajak.
4. Pemungutan pajak dilakukan oleh Negara baik oleh pemerintah pusat ataupun
daerah ( tidak boleh dipungut oleh swasta), dan
5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah (rutin dan
pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.
2.2.1 Fungsi Pajak
Menurut IIyas dan Burton (2001 : 8), terdapat empat fungsi pajak yaitu:
1. Fungsi Budgeter yaitu fungsi untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak
banyaknya sesuai dengan undang-undang yang berlaku pada waktunya akan
digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara baik untuk
pengeluaran rutin ataupun pembangunan. Pajak berfungsi sebagai sumber dana
yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
Contoh : Dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.
2. Fungsi Regulerend yaitu pajak sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
yang letaknya diluar bidang keuangan. Pajak berfungsi sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang social dan ekonomi. Sebagai
contoh yaitu dikenakannya pajak yang tinggi terhadap minuman keras, sehingga
konsumsi minuman keras dapat ditekan, demikian pula terhadap barang mewah.
3. Fungsi Demokrasi yaitu suatu fungsi yang merupakan salah satu penjelmaan atau
wujud sistem gotong royong, termasuk kegiatan pemerintah dan pembangunan
demi kesejahteraan masyarakat.
4. Fungsi Distribusi yaitu fungsi yang lebih menekankan pada unsur pemerataaan
dan keadilan dalam masyarakat. Wajib pajak harus membayar pajak, pajak
tersebut digunakan sebagai biaya pembangunan dalam segala bidang. Pemakaian
pajak untuk biaya pembangunan tersebut, harus merata ke seluruh pelosok tanah
air agar seluruh lapisan masyarakat dapat menikmatinya bersama.
2.2.2 Macam-macam tarif Pajak
Tarif pajak merupakan salah satu unsur keadilan dalam pemungutan pajak
bagi wajib pajak. Ilyas dan Burton (2001 : 26) berpendapat :
1. Tarif Degresif : Tarif degresif adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya
semakin kecil bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak semakin besar.
2. Tarif Progresif : Tarif Progresif adalah tarif pajak yang persentasenya semakin
besar jika yang dijadikan dasar pengenaan pajak juga semakin besar. Contoh Tarif
progresif adalah tarif penghasilan.
3. Tarif Tetap : Tarif tetap adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya
tetap tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Contoh
Tarif tetap adalah tarif bea materai.
4. Tarif Proposional : Tarif Proposional adalah tarif pemungutan yang menggunakan
persentase tetap tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan
pajak. Contoh tarif pajak proposional adalah tarif pajak pertambahaan nilai, pajak
bumi dan bangunan, dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.
5. Tarif Spesifik : Tarif Spesifik adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu
jenis barang tertentu atau suatu satuan jenis tertentu atau suatu satuan jenis barang
tertentu.
6. Tarif Advalorem : Tarif advalorem adalah suatu tarif dengan persentase tertentu
yang dikenakan atau ditetapkan pada harga atau nilai suatu barang.
2.2.3 Klasifikasi pajak
Menurut Soemitro (2000), pajak dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
kelompok yaitu:
1. Pengelompokan pajak menurut golongan dapat dibedakan menjadi 2 kelompok
yaitu:
a. Pajak Langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak penghasilan.
Hal ini juga diungkap oleh Eddy Suratman (2009) dimana pajak penghasilan
dikenakan terhadap orang pribadi dan badan berkenaan dengan penghasilan yang
diterima atau diperoleh selama 1 tahun penuh.
b. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2. Pengelompokan Pajak menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu:
a. Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada obyeknya,
tanpa memperhatikan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah.
b. Pajak Subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subyeknya,
dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
3. Pengelompokan pajak menurut lembaga pemungutan pajak dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:
a. Pajak Daerah yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan
kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan
berdasarkan perauturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Hal ini juga
diungkap oleh Charney Alberta (1983) dimana pajak daerah juga dikumpulan oleh
kotamadya dalam rangka mendanai pemerintah daerah.
b. Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan dipungut untuk
membiayai rumah tangga Negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan
Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mawah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Pajak
Bea Materai.
2.2.4 Pajak kendaraan Bermotor
Pajak kendaraan bermotor merupakan pajak atas kepemilikan kendaraan
bermotor. Dalam hal ini kendaraan bermotor yang dimaksud ialah kendaraan beroda
dua atau lebih yang dapat digunakan di jalan darat, yang digerakkan dengan tenaga
bermotor atau tenaga yang dapat mengubah suatu sumber daya energi terntu menjadi
tenaga gerak. Kendaraan yang dimaksud bisa juga berupa alat-alat besar yang dapat
bergerak. Dengan menghitung hasil kali dari nilai jual kendaraan bermotor dan bobot
yang mencerminkan secara relative kedar kerusakan jalan dan pencemaran
lingkungan akibat kendaraan bermotor itni merupakan dasar perhitungan pengenaan
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).
Masing-masing kendaraan bermotor dikenakan pajak sebesar 1,5% untuk kendaraan
pribadi, sedangkan kendaraan bermotor umum dikenakan pajak 1,0% dan alat-alat
berat atau alat-alat besar dikeakan pajak 0,5%.
- Istilah-istilah umum (PERDA Nomor 4 Tahun 2003)
1. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta
gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan
oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi
untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga
gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan
alat-alat besar yang bergerak;
2. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang
dipergunakan untuk pelayanan angkutan umum penumpang maupun barang
yang dipungut bayaran dengan menggunakan Tanda Nomor Kendaraan
Bermotor plat dasar kuning serta huruf dan angka hitam;
3. Kendaraan Bermotor alat-alat berat atau alat-alat besar adalah alat-alat yang
dapat bergerak / berpindah tempat dan tidak melekat secara permanen;
4. Kepemilikan adalah hubungan hukum antara orang pribadi atau badan dengan
kendaraan bermotor yang namanya tercantum di dalam bukti kepemilikan atau
dokumen yang sah termasuk Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB);
5. Penguasaan adalah penggunaan dan atau penguasaan fisik kendaraan
bermotor oleh orang pribadi atau badan dengan bukti penguasaan yang sah
menurut ketentuan perundangan yang berlaku.
- Subjek Pajak (PERDA Nomor 4 Tahun 2003)
Yang menjadi subjek PKB adalah Orang pribadi atau Badan yang memiliki
dan/atau menguasai kendaraan bermotor.
- Dasar Pengenaan Pajak (PERDA Nomor 4 Tahun 2003)
1. DPP PKB adalah perkalian antara Nilai Jual Kendaraan Bermotor dengan
Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan
pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.
2. Nilai jual kendaraan bermotor diperoleh berdasarkan harga pasaran umum
3. Apabila harga pasaran umum diketahui, maka Nilai Jual Kendaraan
Bermotor ditentukan berdasarkan faktor-faktor :
a. Isi silinder dan atau satuan daya kendaraan bermotor;
b. Penggunaan kendaraan bermotor, yang dihitung berdasarkan faktor
tekanan gandar, jenis bahan bakar, jenis, penggunaan, tahun pembuatan,
ciri-ciri kendaraan bermotor;
c. Jenis kendaraan bermotor;
d. Merek kendaraan bermotor;
e. Tahun pembuatan kendaraan bermotor;
f. Berat total kendaraan bermotor dan banyaknya penumpang yang
diizinkan;
g. Dokumen impor untuk jenis kendaraan bermotor tertentu.
2.2.5 Nilai jual kendaraan bermotor
Harga pasaran umum (HPU) merupakan harga rata-rata yang didapat dari
sumber terpercaya (perusahaan pemegang merek dan asosiasi penjual kendaraan
bermotor). Nilai Jual Kendaraan Bermotor berbagai tipe ( jenis jeep, motor, mobil,
mini bus, bus, pick up, truk, alat berat dll).
2.3 Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) dengan Penerimaan Pajak
Kendaraan Bermotor
Nilai Jual Kendaraan Bermotor sangat mempengaruhi Penerimaan Pajak
Kendaraan bermotor karena pusat pegenaan dari Pajak Kendaraan Bermotor adalah
Niali Jual Kendaraan Bermotor. Sehingga akan ada hubungan yang positif antara
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dengan Nilai Jual kendaraan Bermotor,
karena ketika pajak kendaraan bermotor itu naik maka Nilai Jual Kendaraan
Bermotor juga akan mengalami kenaikan.
2.4 Konsep Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regonal Bruto merupakan gambaran kemampuan dari suatu
daerah dalam menghasilkan pendapatan pada variabel produksi di daerah tersebut.
Sedangkan menurut Arsyad(1999: 10), Produk Domestik Regional Bruto adalah
jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor/lapangan usaha
yang melakukan kegiatan/usahanya di daerah/wilayah tertentu tanpa memperhatikan
kepemilikan atas faktor produksi. Sehingga dapat disimpulkan yang dimaksud dengan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita adalah salah satu tolak ukur
untuk tingkat kesejah teraan suatu daerah dengan menggunakan pendapatan rata-rata
penduduk.
2.5 Hubungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita dengan
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor
Indeks pembangunan di bidang perekonomian dapat menggunakan
Pertumbuhan PDRB per kapita, denngan kata lain apabila daya beli masyarakat
terhadap kendaraan bermotor dan jumlah kendaraan bermotor bertambah itu berarti
terdapat peningkatan PDRB perkapita atau peningkatan pendapatan penduduk. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Penerimaan Paja Kendaraan Bermotor
dengan PDRB per kapita, karena apabila Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor itu
mengalami pengkatan begitu juga denganPDRB per kapita juga mengalami
peningkatan.
2.6 Penelitian terdahulu
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Trisnadewi (2007) dengan judul Analisis
Tingkat Efesiensi dan Efektivitas Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah dalam
peningkatan PAD Kabupaten Badung tahun anggaran 2000-2004. Permasalahan
dalam penelitian ini bagaimanakah kinerja keuangan penerimaan pajak, dan retribusi
daerah dilihat dari rasio pertumbuhan, rasio efesiensi, rasio efektivitas, dan kontribusi
masing-masing sumber penerimaan pajak daerah terhadap peningkatan PAD tahun
anggaran 2000-2004. Hasilnya ialah pertumbuhan pajak, retribusi dan PAD
mengalami fluktuasi, rasio pertumbuhan pajak dan retribusi daerah tahun 2002-2003
mengalami penurunan.Untuk kontribusi PAD, pajak daerah memberikan kontribusi
yang lebih besar dari komponen PAD lainnya termasuk retribusi daerah. Bila dilihat
dari efektivitas penerimaan pajak dan rasio efisiensi, efektivitas diatas 100% dan
efisiensi di bawah 60% ini merupakan kinerja aik dari retribusi daraerah.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada objeknya
menggunakan pajak kendaraan bermotor dan perbedaan yang lain terletak pada lokasi
dan waktu penelitian dan variabel .
Sedangkan penelitian Radini (2011) dengan judul Analisis Efektivitas,
Efesiensi, dan Prospek Penerimaan Pajak Hiburan di Kabupaten Badung Tahun 2001-
2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas, efesiensi
dan prospek penerimaan pajak hiburan di Kabupaten Badung Tahun 2001-2010. Dari
hasil yang didapat bahwa tingkat efektivitas, efesiensi dan prospek penerimaan pajak
hiburan di Kabupaten Badung mengalami peningkatan dan dapat dikategorikan
sangat efesien. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada
objeknya menggunakan pajak kendaraan bermotor dan perbedaan yang lain terletak
pada lokasi dan waktu penelitian.
2.7 Hipotesis
1. Untuk mengetahui Faktor- faktor apa saja yang mempengaruh pedapatan
pajak kendaraan bermotor.
2. Diduga terdapat Kendala yang mempengaruhi pendapatan pajak kendaraan
bermotor.
3. Cara menyelesaikan kendala yang mempengaruhi pendapatan pajak
kendaraan bermotor.
2.8 Kerangka Analisis
BAB III
Faktor-faktor mempengaruh pedapatan pajak kendaraan
bermotor
Cara penyelesaian kendala yang mempengaruhi pendapatan pajak kendaraan bermotor
Peningkatan Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi
Bengkulu
Kendala yang mempengaruhi
pendapatan pajak kendaraan bermotor
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Bengkulu, pemerintah provinsi
berkewajiban memungut pajak Kendaraan Bermotor.
3.2 Objek Penelitian
Pada penelitian kali ini objeknya adalah peraturan dan tata cara Pelaksanaan
Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Bengkulu.
3.3 Identifikasi Variabel
1. Nilai Jual Kendaraan Bermotor
2. Biaya Balik Nama
3. Pajak Kendaraan 5 Tahunan
4. Pajak Tahunan Kendaraan Bermotor
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu :
1. Jenis Data Menurut Sumbernya :
Data ini berupa data sekunder, data yang dikumpulkan dari berbagai sumber
terkait.
2. Jenis data menurut sifatnya :
Data yang digunakan ialah data kualitatif, mengacu pada Undang-undang dan
tata cara pelaksanaan pembayaran pajak kendaraan bermotor.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara :
- Metode Literatur
Yaitu dengan metode yang digunakan untuk mendapatkan data dengan cara
mengumpulkan, mengindentifikasi, mengolah data tertulis dan metoda kerja
yang digunakan. Data tertulis bisa juga dari instansi-instansi.
3.6 Sistematika Pembahasan
Skripsi ini terbagi dalam lima bab dan pada tiap bab terbagi dalam sub bab-
sub bab dengan urutan pembahasan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, ruang lingkup, tujuan
dan manfaat penelitian, dan metodologi penelitian serta sistematika pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini dibahas teori-teori yang melandasi pembahasan dalam skripsi
yang meliputi pengertian penagihan pajak, tindakan dan tata cara penagihan
pajak, serta pengertian efektivitas pelaksanaan penagihan.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dijelaskan mengenai mengenai metode penelitian yang
digunakan dalam penyelsaian Tugas Akhir.
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan melakukan pembahasan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan penagihan pajak berdasarkan landasan teori yang dijelaskan dalam Bab
II .
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis mengambil kesimpulan berdasarkan hasil pembahasan
pada Bab IV. Dan atas dasar kesimpulan tersebut penulis mencoba mengemukakan
beberapa alternatif pemecahan masalah yang dipandang cukup relevan dengan
pembahasan yang ada.