Proposal Metlit
description
Transcript of Proposal Metlit
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilakukan oleh semua komponen bangsa
yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan
dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan,dan realistis sesuai pentahapannya
(SKN, 2009)
Pembangunan kesehatan harus di pandang sebagai investasi untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia serta berperan penting dalam upaya penanggulangan
kemiskinan (Depkes, 2009). Akan tetapi kesehatan itu sendiri juga ditentukan oleh
beberapa faktor pendukung yakni lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya disamping
pelayanan kesehatan.Tidak dapat dipungkiri bahwa gizi merupakan faktor penentu
utama derajat kesehatan untuk mencapai sumberdaya manusia yang berkualitas.
(Wiryo,2005)
Menurut data WHO tahun 2005,Indonesia tergolong sebagai negara Dengan status
kekurangan gizi yang tinggi pada tahun 2004 karena 5.119.935 balita dari 17.983.244
balita Indonesia (28,47%) termasuk kelompok gizi kurang dan gizi buruk. Data dari
Departemen Kesehatan menyebutkan pada 2004 masalah gizi masih terjadi di 77,3%
kabupaten dan 56% kota di Indonesia. Data tersebut juga menyebutkan bahwa pada
2003 sebanyak lima juta anak balita (27,5persen) kurang gizi dimana 3,5juta
(19,2persen) diantaranya berada pada tingkat gizi kurang dan 1,5juta (8,3persen)
sisanya mengalami gizi buruk (Depkes RI,2005).
Keadaan kurang gizi pada bayi dan balita banyak disebabkan karena kebiasaan pola
pemberian makanan pendamping ASI dan susu formula yang tidak tepat.
Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak serta adanya kebiasaan
yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab
utama terjadinnya masalah kurang gizi pada anak, khususnnya pada anak usia
dibawah 2 tahun (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan RI, 2000).
1
Beberapa penelitian menyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada bayi, balita, dan
anak disebabkan karena kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Keadaan ini
memerlukan penanganan tidak hanya dengan penyediaan pangan tetapi dengan
pendekatan yang lebih komunikatif sesuai dengan tingkat pendidikan dan
pengetahuan ibu tentang MP-ASI (Supriyati, 2009). Penelitian ini dilakukan di
Posyandu Kenanga A Kecamatan Mampang prapatan, Kelurahan Pela Mampang,
Jakarta Selatan. Diharapkan dengan adanya penelitian ini ibu yang mempunyai balita
umur 6-24 bulan dapat meningkatkan pengetahuan tentang pola pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) pada balita yang dimana sangat bermanfaat baik untuk
ibu sendiri maupun anak balita
1.2 Rumusan Masalah
- Mengapa ada keterkaitan antara pengaruh pemberian MP-Asi terhadap status gizi
balita usia 6-24 bulan di Posyandu Kenanga A Kecamatan Mampang prapatan,
Kelurahan Pela Mampang, Jakarta Selatan ?
- Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi ketersinambungan antara pemberian
MP-Asi terhadap status gizi balita usia 6-24 bulan di Posyandu Kenanga A
Kecamatan Mampang prapatan, Kelurahan Pela Mampang, Jakarta Selatan ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya keterkaitan dan faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian
MP-Asi terhadap status gizi balita usia 6-24 bulan di Posyandu Kenanga A
Kecamatan Mampang prapatan, Kelurahan Pela Mampang, Jakarta Selatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
- Diketahuinya keterkaitan antara pengaruh pemberian MP-Asi dengan
status gizi balita.
- Diketahuinya faktor – faktor yang mempengaruhi keersinambungan antara
pemberian MP-Asi dengan status gizi balita.
2
1.4 Manfaat
1.4.1 Masyarakat
- Hasil penelitian ini dapat memberitahu masyarakat khususnya ibu yang
mempunyai anak balita tentang bagaimana pengaruh pemberian MP-Asi
terhadap stats gizi balita.
- Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan ibu
tentang pengaruh pemberian MP-Asi terhadap status gizi balita.
1.4.2 Peneliti
- Hasil penelitian ini dapat menambah wasasan, dan pengetahuan kepada
peneliti tentang pengaruh pemberian MP-Asi terhadap status gizi balita.
1.4.3 Institusi
- Dapat menjadi pengembangan ilmu bagi Universitas dan Posyandu
tempat dilkukannya penelitian ini.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Masalah
1. makanan pendamping Asi (MP-Asi)
Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi yang telah
berusia 6 bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Pemberian makanan pendamping dilakukan secara berangsur untuk mengembangkan
kemampuan bayi mengunyah dan menelan serta menerima bermacam-macam makanan
dengan berbagai tekstur dan rasa (Sulistijani, 2004).
Makanan pendamping ASI merupakan makanan tambahan bagi bayi. Makanan ini
harus menjadi pelengkap dan dapat memenuhi kebutuhan bayi. Makanan menunjukkan
bahwa makanan pendamping ASI berguna untuk menutupi kekurangan zat-zat gizi
yang terkandung di dalam ASI (Krisnatuti, 2000).
Tujuan pemberian MP-ASI Untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan
bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus. Sebagai
komplemen dengan ASI agar anak memperoleh cukup energi, protein dan zat-zat gizi
lainnya (vitamin dan mineral) (Krisnatuti, 2000).
terdapat dalam buku panduan makanan pendamping ASI (Krisnatuti, 2000). Hal-hal
penting yang harus diketahui mengenai cara-cara tepat pemberian makanan dapat
dilihat pada.
Tabel 1. Jadwal pemberian makanan pendamping ASI umur bayi, jenis makanan dan
frekuensi pemberian.
Umur bayi Jenis makanan Berapa kali sehari0-4/6 bulan ASI 10-12 kali sehari Kira-kira 6 bulan a. ASI
b. buah lunak/ sari buahc. bubur : bubur havermout / bubur tepung beras merah
Kapan diminta 1-2 kali sehari
Kira-kira 7 bulan a. ASI b. buah-buahan c. Hati ayam atau kacang-kacangan d. beras merah atau ubi e. sayuran (wortel, bayam) f. minyak/ santan/ advokat/ g. air tajin
Kapan diminta 3-4 kali sehari
Kira-kira umur 9 bulan a. ASI b. buah- buahan bubur atau roti c. daging atau kacang- kacangan/ ayam/ikan
Kapan diminta 4-5 kali
4
d. beras merah /kentang / labu /jagung e. kacang tanah f. minyak /santan / advokat g. sari buah tanpa gula
12 bulan atau lebih a. ASI b. makanan pada umumnya termasuk telur dengan kuning telurnya dan jeruk
Kapan diminta 4-6 kali
Sumber : Krisnatuti (2000)
2. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok
yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat energi lain yang
belum diperoleh. Dari pangan dan makanan yang dampak fisiknnya dapat diukur
secara antropometri (Suhardjo, 2003). Sedangkan menurut Supariasa (2002), status
gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat
gizi dan penggunaan zat-zat gizi dalam seluler tubuh. Status gizi merupakan ekspresi
dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dan
nutritur dalam bentuk variabel tertentu. Sampai saat ini ada beberapa kegiatan
penilaian status gizi yang dilakukan yaitu kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG),
Integrasi Gizi dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), kegiatan bulan
penimbangan, dan dalam kegiatan penelitian (DepKes RI, 2000). Menurut DepKes RI
(2000), status gizi disini memiliki pengertian status gizi anak atau seorang pada suatu
saat yang didasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan. Di bawah ini
adalah kategori status gizi menurut indikator yang digunakan dan batas - batasnya,
yang merupakan hasil kesepakatan nasional pakar gizi di Bogor bulan Januari 2000
dan di Semarang bulan Mei 2000, yang tercantum dalam Edaran Dirjen Bina
Kesehatan Masyarakat Nomor : KM.03.02.1.4.1298, tanggal 31 Juli 2000 tentang
Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita, Pemantauan Status Gizi (PSG), dan Pemantauan
Konsumsi Gizi (PKG) (DepKes RI, 2000).
Tabel 2. Baku Antropometri menurut standar WHO-NCHS
Indikator Status Gizi KeteranganBerat Bada menurut Umur (BB/U)
1) Gizi Lebih2) Gizi Baik3) Gizi Kurang4) Gizi Buruk
1. > 2 SD 2. - 2 SD sampai 2 SD 3. < - 2 SD sampai - 3 SD 4. < - 3 SD
Tinggi Badan a. Normal a. - 2 SD sampai
5
menurut Umur (TB/U)
b. Pendek + 2 SD b. < - 2 SD
Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
a. Gemuk b. Normal c. Kurus d. Kurus Sekali
a. > 2 SD b. - 2 SD sampai 2 SD c. < - 2 SD sampai - 3 SD d. < - 3 SD
3. Penilaian status gizi
pengukuran total berat badan yang memberi gambaran tentang massa tubuh, termasuk
air, lemak, tulang dan otot. Pengukuran berat badan menurut umur (BB/U) merupakan
cara standar yang digunakan untuk menilai pertumbuhan.
Kegiatan ini antara lain adalah untuk mudahkan dan lebih cepat dimengerti oleh
masyarakat umum Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis Berat badan
dapat berfluktuasi Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil Dapat
mendeteksi kegemukan (over weight)
6
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 kerangka teori
3.2 Definisi Operasional
no variabel Definisi
operasional
Alat ukur Cara ukur Hasil ukur skala
1 Pola
pemberian
MP-Asi
Pola yang
diterapkan ibu
dalam pemberian
MP-Asi
kuesioner wawancara Baik bila total
skor >80%
Tidak baik
bila total skor
<80%
nominal
2. Jenis
MP-Asi
Keanekaragaman
bentuk dan
bahan makanan
yang di berikan
ibu sebagai MP-
Asi untuk
dikonsumsi
balita
Kuesioner wawancara Baik bila skor
kuesioner
untuk jenis
MP-Asi >80%
Tidak baik
bila skor
kuesioner
untuk jenis
MP-Asi
<80%
nominal
3. Status gizi Keadaan Timbangan Pegukuran Baik >-2 SD ordinal
7
Status gizi
MP -Asi :
- Pola pemberian MP-Asi
- Jenis MP-Asi
Balita :
- Umur- Jenis kelamin
Teori :
- Status gizi- MP-asi- Penilaian status gizi- pengetahuan
balita kesehatan balita
(12-24 bulan)
yang ditentukan
oleh derajat
kebutuhan fisik,
akan energy dan
zat-zat gizi
lainnya yang
diperoleh dari
makanan yang
berdampak pada
fisiknya dan
diukur dengan
antropometri
badan antropometri
dan
intrepetasi
pada tabel
WHO 2002
Z-SCORE
Tidak baik <-
2 SD
3.3. Hipotesis
Ha : Pola pemberian MP ASI berpengaruh terhadap status gizi balita usia 12-24
bulan.
Ho : Pola pemberian MP ASI tidak berpengaruh terhadap status gizi balita usia 12-24
bulan
8
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rw.011 kecamatan mampang prapatan, kelurahan pela
mampang, Jakarta selatan direncanakan pada bulan Mei 2015
4.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan bersifat observasional dengan rancangan
potong lintang (crossectional) yaitu pengumpulan data dalam kurun waktu penelitian
yang sama.
4.3 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh warga khususnya ibu-ibu yang memiliki
balita usia 12-24 di Rw.011 kecamatan mampang prapatan, kelurahan pela mampang,
Jakarta selatan yang berjumlah 250 orang.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah seluruh warga khususnya ibu-ibu yang memiliki
balita usia 12-24 di Rw.011 yang berjumlah 50 orang dan semua dijadikan sampel
penelitian. Penentuan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling (sengaja),
yaitu menentukan seluruh warga khususnya ibu-ibu yang memiliki balita usia 12-24
di Rw.011 dengan alasan dianggap mengerti dan sudah menerapkan MP-Asi.
4.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Adapun jenis dan cara pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1. Data Primer
a. Identitas warga khususnya ibu-ibu dan baita : nama, umur, jenis kelamin, kelas
dan Pekerjaan orang tua. Dikumpulkan dengan cara wawancara.
b. Pengukuran BB dan TB
Dari hasil penelitian Ginta, dkk (2010) dilakukan kembali pengukuran :
9
1) Pengukuran BB dilakukan dengan menggunakan timbangan injak (Bathroom
scale) dengan ketelitian 0,1 Kg.
2) Pengukuran TB dilakukan dengan menggunakan “mikrotoise” dengan ketelitian
0,1 cm, kemudian di catat pada formulir 1 yang telah di sediakan oleh peneliti
c.jenis MP-Asi dan pemberiannya : diperoleh dari FFQ
2. Data Sekunder
Gambaran wilayah RW.011, kelurahan pela mampang, kecamatan mampang
prapatan, Jakarta selatan meliputi luas wilayah dan jumlah warga, diperoleh dari
bagian administrasi.
4.5 Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
a. status gizi
Data status gizi di kumpulkan dengan cara pengukuran antropometri, yaitu
dengan menggunakan indicator indeks massa tubuh ( IMT) berdasarkan umur.
Status gizi adalah keadaan status kesehatan anak berdasarkan IMT/U yang
dibedakan menurut jenis kelamin.
b. MP-Asi
data tentang MP-Asi dan pola pemberiannya dilihat dari data kuesioner dan
kemudian di persenkan untuk menentukan besarannya.
2. Analisa Data
Data yang telah diolah kemudian dianalisa menggunakan tabulasi silang antara
pola pemebrian MP-Asi dengan status gizi untuk melihat kecenderungan. Kemudian
dilanjutkan dengan uji chi square untuk melihat hubungan antara status gizi terhadap
pola pemberian MP-Asi (menggunakan computer).
- Kemudian dibandingkan berdasarkan probabilitas :
- Bila probabilitas > 0,05 maka Ho diterima berarti tidak ada hubungan.
- Bila probabilitas < 0,05 maka Ho diterima berarti ada hubungan.
4.6 Instrumen Penelitian
- Kuesioner
- Alat Ukur Berat Badan
10
4.7 Etika Penelitian
- Informed-consent
- Anonymity
- Confidentiality
4.8 Alur Penelitian
11
Baik
Tidak baik
Ditentukan status gizi
Pola pemberian MP-Asi
Ditimbang BB nya
Pengisian kuesioner dan anamnesis
Balita usia 12-24 bulan yang memenuhi kriteria
Frekuensi pemberian MP-Asi :
-baik
- tidak baik
Usia pemberian :
-baik
- Tidak baik
Jenis makanan :
-baik
-tidak baik
12