Proposal Metlit

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilakukan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan,dan realistis sesuai pentahapannya (SKN, 2009) Pembangunan kesehatan harus di pandang sebagai investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta berperan penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan (Depkes, 2009). Akan tetapi kesehatan itu sendiri juga ditentukan oleh beberapa faktor pendukung yakni lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya disamping pelayanan kesehatan.Tidak dapat dipungkiri bahwa gizi merupakan faktor penentu utama derajat kesehatan untuk mencapai sumberdaya manusia yang berkualitas. (Wiryo,2005) Menurut data WHO tahun 2005,Indonesia tergolong sebagai negara Dengan status kekurangan gizi yang tinggi pada tahun 2004 karena 5.119.935 balita dari 17.983.244 balita Indonesia (28,47%) termasuk kelompok gizi kurang dan gizi buruk. Data dari Departemen Kesehatan menyebutkan pada 2004 masalah gizi masih terjadi di 77,3% kabupaten dan 1

description

metlit

Transcript of Proposal Metlit

Page 1: Proposal Metlit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilakukan oleh semua komponen bangsa

yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan

dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan,dan realistis sesuai pentahapannya

(SKN, 2009)

Pembangunan kesehatan harus di pandang sebagai investasi untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia serta berperan penting dalam upaya penanggulangan

kemiskinan (Depkes, 2009). Akan tetapi kesehatan itu sendiri juga ditentukan oleh

beberapa faktor pendukung yakni lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya disamping

pelayanan kesehatan.Tidak dapat dipungkiri bahwa gizi merupakan faktor penentu

utama derajat kesehatan untuk mencapai sumberdaya manusia yang berkualitas.

(Wiryo,2005)

Menurut data WHO tahun 2005,Indonesia tergolong sebagai negara Dengan status

kekurangan gizi yang tinggi pada tahun 2004 karena 5.119.935 balita dari 17.983.244

balita Indonesia (28,47%) termasuk kelompok gizi kurang dan gizi buruk. Data dari

Departemen Kesehatan menyebutkan pada 2004 masalah gizi masih terjadi di 77,3%

kabupaten dan 56% kota di Indonesia. Data tersebut juga menyebutkan bahwa pada

2003 sebanyak lima juta anak balita (27,5persen) kurang gizi dimana 3,5juta

(19,2persen) diantaranya berada pada tingkat gizi kurang dan 1,5juta (8,3persen)

sisanya mengalami gizi buruk (Depkes RI,2005).

Keadaan kurang gizi pada bayi dan balita banyak disebabkan karena kebiasaan pola

pemberian makanan pendamping ASI dan susu formula yang tidak tepat.

Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak serta adanya kebiasaan

yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab

utama terjadinnya masalah kurang gizi pada anak, khususnnya pada anak usia

dibawah 2 tahun (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan RI, 2000).

1

Page 2: Proposal Metlit

Beberapa penelitian menyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada bayi, balita, dan

anak disebabkan karena kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Keadaan ini

memerlukan penanganan tidak hanya dengan penyediaan pangan tetapi dengan

pendekatan yang lebih komunikatif sesuai dengan tingkat pendidikan dan

pengetahuan ibu tentang MP-ASI (Supriyati, 2009). Penelitian ini dilakukan di

Posyandu Kenanga A Kecamatan Mampang prapatan, Kelurahan Pela Mampang,

Jakarta Selatan. Diharapkan dengan adanya penelitian ini ibu yang mempunyai balita

umur 6-24 bulan dapat meningkatkan pengetahuan tentang pola pemberian Makanan

Pendamping ASI (MP-ASI) pada balita yang dimana sangat bermanfaat baik untuk

ibu sendiri maupun anak balita

1.2 Rumusan Masalah

- Mengapa ada keterkaitan antara pengaruh pemberian MP-Asi terhadap status gizi

balita usia 6-24 bulan di Posyandu Kenanga A Kecamatan Mampang prapatan,

Kelurahan Pela Mampang, Jakarta Selatan ?

- Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi ketersinambungan antara pemberian

MP-Asi terhadap status gizi balita usia 6-24 bulan di Posyandu Kenanga A

Kecamatan Mampang prapatan, Kelurahan Pela Mampang, Jakarta Selatan ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya keterkaitan dan faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian

MP-Asi terhadap status gizi balita usia 6-24 bulan di Posyandu Kenanga A

Kecamatan Mampang prapatan, Kelurahan Pela Mampang, Jakarta Selatan.

1.3.2 Tujuan Khusus

- Diketahuinya keterkaitan antara pengaruh pemberian MP-Asi dengan

status gizi balita.

- Diketahuinya faktor – faktor yang mempengaruhi keersinambungan antara

pemberian MP-Asi dengan status gizi balita.

2

Page 3: Proposal Metlit

1.4 Manfaat

1.4.1 Masyarakat

- Hasil penelitian ini dapat memberitahu masyarakat khususnya ibu yang

mempunyai anak balita tentang bagaimana pengaruh pemberian MP-Asi

terhadap stats gizi balita.

- Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan ibu

tentang pengaruh pemberian MP-Asi terhadap status gizi balita.

1.4.2 Peneliti

- Hasil penelitian ini dapat menambah wasasan, dan pengetahuan kepada

peneliti tentang pengaruh pemberian MP-Asi terhadap status gizi balita.

1.4.3 Institusi

- Dapat menjadi pengembangan ilmu bagi Universitas dan Posyandu

tempat dilkukannya penelitian ini.

3

Page 4: Proposal Metlit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Masalah

1. makanan pendamping Asi (MP-Asi)

Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada bayi yang telah

berusia 6 bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi.

Pemberian makanan pendamping dilakukan secara berangsur untuk mengembangkan

kemampuan bayi mengunyah dan menelan serta menerima bermacam-macam makanan

dengan berbagai tekstur dan rasa (Sulistijani, 2004).

Makanan pendamping ASI merupakan makanan tambahan bagi bayi. Makanan ini

harus menjadi pelengkap dan dapat memenuhi kebutuhan bayi. Makanan menunjukkan

bahwa makanan pendamping ASI berguna untuk menutupi kekurangan zat-zat gizi

yang terkandung di dalam ASI (Krisnatuti, 2000).

Tujuan pemberian MP-ASI Untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan

bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus. Sebagai

komplemen dengan ASI agar anak memperoleh cukup energi, protein dan zat-zat gizi

lainnya (vitamin dan mineral) (Krisnatuti, 2000).

terdapat dalam buku panduan makanan pendamping ASI (Krisnatuti, 2000). Hal-hal

penting yang harus diketahui mengenai cara-cara tepat pemberian makanan dapat

dilihat pada.

Tabel 1. Jadwal pemberian makanan pendamping ASI umur bayi, jenis makanan dan

frekuensi pemberian.

Umur bayi Jenis makanan Berapa kali sehari0-4/6 bulan ASI 10-12 kali sehari Kira-kira 6 bulan a. ASI

b. buah lunak/ sari buahc. bubur : bubur havermout / bubur tepung beras merah

Kapan diminta 1-2 kali sehari

Kira-kira 7 bulan a. ASI b. buah-buahan c. Hati ayam atau kacang-kacangan d. beras merah atau ubi e. sayuran (wortel, bayam) f. minyak/ santan/ advokat/ g. air tajin

Kapan diminta 3-4 kali sehari

Kira-kira umur 9 bulan a. ASI b. buah- buahan bubur atau roti c. daging atau kacang- kacangan/ ayam/ikan

Kapan diminta 4-5 kali

4

Page 5: Proposal Metlit

d. beras merah /kentang / labu /jagung e. kacang tanah f. minyak /santan / advokat g. sari buah tanpa gula

12 bulan atau lebih a. ASI b. makanan pada umumnya termasuk telur dengan kuning telurnya dan jeruk

Kapan diminta 4-6 kali

Sumber : Krisnatuti (2000)

2. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok

yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat energi lain yang

belum diperoleh. Dari pangan dan makanan yang dampak fisiknnya dapat diukur

secara antropometri (Suhardjo, 2003). Sedangkan menurut Supariasa (2002), status

gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat

gizi dan penggunaan zat-zat gizi dalam seluler tubuh. Status gizi merupakan ekspresi

dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dan

nutritur dalam bentuk variabel tertentu. Sampai saat ini ada beberapa kegiatan

penilaian status gizi yang dilakukan yaitu kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG),

Integrasi Gizi dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), kegiatan bulan

penimbangan, dan dalam kegiatan penelitian (DepKes RI, 2000). Menurut DepKes RI

(2000), status gizi disini memiliki pengertian status gizi anak atau seorang pada suatu

saat yang didasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan. Di bawah ini

adalah kategori status gizi menurut indikator yang digunakan dan batas - batasnya,

yang merupakan hasil kesepakatan nasional pakar gizi di Bogor bulan Januari 2000

dan di Semarang bulan Mei 2000, yang tercantum dalam Edaran Dirjen Bina

Kesehatan Masyarakat Nomor : KM.03.02.1.4.1298, tanggal 31 Juli 2000 tentang

Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita, Pemantauan Status Gizi (PSG), dan Pemantauan

Konsumsi Gizi (PKG) (DepKes RI, 2000).

Tabel 2. Baku Antropometri menurut standar WHO-NCHS

Indikator Status Gizi KeteranganBerat Bada menurut Umur (BB/U)

1) Gizi Lebih2) Gizi Baik3) Gizi Kurang4) Gizi Buruk

1. > 2 SD 2. - 2 SD sampai 2 SD 3. < - 2 SD sampai - 3 SD 4. < - 3 SD

Tinggi Badan a. Normal a. - 2 SD sampai

5

Page 6: Proposal Metlit

menurut Umur (TB/U)

b. Pendek + 2 SD b. < - 2 SD

Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

a. Gemuk b. Normal c. Kurus d. Kurus Sekali

a. > 2 SD b. - 2 SD sampai 2 SD c. < - 2 SD sampai - 3 SD d. < - 3 SD

3. Penilaian status gizi

pengukuran total berat badan yang memberi gambaran tentang massa tubuh, termasuk

air, lemak, tulang dan otot. Pengukuran berat badan menurut umur (BB/U) merupakan

cara standar yang digunakan untuk menilai pertumbuhan.

Kegiatan ini antara lain adalah untuk mudahkan dan lebih cepat dimengerti oleh

masyarakat umum Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis Berat badan

dapat berfluktuasi Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil Dapat

mendeteksi kegemukan (over weight)

6

Page 7: Proposal Metlit

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 kerangka teori

3.2 Definisi Operasional

no variabel Definisi

operasional

Alat ukur Cara ukur Hasil ukur skala

1 Pola

pemberian

MP-Asi

Pola yang

diterapkan ibu

dalam pemberian

MP-Asi

kuesioner wawancara Baik bila total

skor >80%

Tidak baik

bila total skor

<80%

nominal

2. Jenis

MP-Asi

Keanekaragaman

bentuk dan

bahan makanan

yang di berikan

ibu sebagai MP-

Asi untuk

dikonsumsi

balita

Kuesioner wawancara Baik bila skor

kuesioner

untuk jenis

MP-Asi >80%

Tidak baik

bila skor

kuesioner

untuk jenis

MP-Asi

<80%

nominal

3. Status gizi Keadaan Timbangan Pegukuran Baik >-2 SD ordinal

7

Status gizi

MP -Asi :

- Pola pemberian MP-Asi

- Jenis MP-Asi

Balita :

- Umur- Jenis kelamin

Teori :

- Status gizi- MP-asi- Penilaian status gizi- pengetahuan

Page 8: Proposal Metlit

balita kesehatan balita

(12-24 bulan)

yang ditentukan

oleh derajat

kebutuhan fisik,

akan energy dan

zat-zat gizi

lainnya yang

diperoleh dari

makanan yang

berdampak pada

fisiknya dan

diukur dengan

antropometri

badan antropometri

dan

intrepetasi

pada tabel

WHO 2002

Z-SCORE

Tidak baik <-

2 SD

3.3. Hipotesis

Ha : Pola pemberian MP ASI berpengaruh terhadap status gizi balita usia 12-24

bulan.

Ho : Pola pemberian MP ASI tidak berpengaruh terhadap status gizi balita usia 12-24

bulan

8

Page 9: Proposal Metlit

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rw.011 kecamatan mampang prapatan, kelurahan pela

mampang, Jakarta selatan direncanakan pada bulan Mei 2015

4.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan bersifat observasional dengan rancangan

potong lintang (crossectional) yaitu pengumpulan data dalam kurun waktu penelitian

yang sama.

4.3 Populasi dan Sampel

1.    Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh warga khususnya ibu-ibu yang memiliki

balita usia 12-24 di Rw.011 kecamatan mampang prapatan, kelurahan pela mampang,

Jakarta selatan yang berjumlah 250 orang.

2.    Sampel

Sampel penelitian adalah seluruh warga khususnya ibu-ibu yang memiliki

balita usia 12-24 di Rw.011 yang berjumlah 50 orang dan semua dijadikan sampel

penelitian. Penentuan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling (sengaja),

yaitu menentukan seluruh warga khususnya ibu-ibu yang memiliki balita usia 12-24

di Rw.011 dengan alasan dianggap mengerti dan sudah menerapkan MP-Asi.

4.4  Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Adapun jenis dan cara pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

a.  Identitas warga khususnya ibu-ibu dan baita    : nama, umur, jenis kelamin, kelas

dan Pekerjaan orang tua. Dikumpulkan dengan cara wawancara.

b. Pengukuran BB dan TB

Dari hasil penelitian Ginta, dkk (2010) dilakukan kembali pengukuran :

9

Page 10: Proposal Metlit

1)  Pengukuran BB dilakukan dengan menggunakan timbangan injak (Bathroom

scale) dengan ketelitian 0,1 Kg.

2)    Pengukuran TB dilakukan dengan menggunakan “mikrotoise” dengan ketelitian

0,1 cm, kemudian di catat pada formulir 1  yang telah di sediakan oleh peneliti

c.jenis MP-Asi dan pemberiannya : diperoleh dari FFQ

2. Data Sekunder

Gambaran wilayah RW.011, kelurahan pela mampang, kecamatan mampang

prapatan, Jakarta selatan meliputi luas wilayah dan jumlah warga, diperoleh dari

bagian administrasi.

4.5  Pengolahan dan Analisis Data

1.    Pengolahan Data

a.    status gizi

Data status gizi di kumpulkan dengan cara pengukuran antropometri, yaitu

dengan menggunakan indicator indeks massa tubuh ( IMT) berdasarkan umur.

Status gizi adalah keadaan status kesehatan anak berdasarkan IMT/U yang

dibedakan menurut jenis kelamin.

b. MP-Asi

data tentang MP-Asi dan pola pemberiannya dilihat dari data kuesioner dan

kemudian di persenkan untuk menentukan besarannya.

2.    Analisa Data

Data yang telah diolah kemudian dianalisa menggunakan tabulasi silang antara

pola pemebrian MP-Asi dengan status gizi untuk melihat kecenderungan. Kemudian

dilanjutkan dengan uji chi square untuk melihat hubungan antara status gizi terhadap

pola pemberian MP-Asi (menggunakan computer).

- Kemudian dibandingkan berdasarkan probabilitas :

- Bila probabilitas > 0,05 maka Ho diterima berarti tidak ada hubungan.

- Bila probabilitas < 0,05 maka Ho diterima berarti ada hubungan.

4.6 Instrumen Penelitian

- Kuesioner

- Alat Ukur Berat Badan

10

Page 11: Proposal Metlit

4.7 Etika Penelitian

- Informed-consent

- Anonymity

- Confidentiality

4.8 Alur Penelitian

11

Baik

Tidak baik

Ditentukan status gizi

Pola pemberian MP-Asi

Ditimbang BB nya

Pengisian kuesioner dan anamnesis

Balita usia 12-24 bulan yang memenuhi kriteria

Frekuensi pemberian MP-Asi :

-baik

- tidak baik

Usia pemberian :

-baik

- Tidak baik

Jenis makanan :

-baik

-tidak baik

Page 12: Proposal Metlit

12