Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk ...

39
Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-Hak Pekerja Law Reform Commission of Thailand (LRCT)

Transcript of Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk ...

Proposal LRCT tentang Rancangan

Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan

Perlindungan Hak-Hak Pekerja

Law Reform Commission of Thailand (LRCT)

Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan

Perlindungan Hak-hak Pekerja

Pendahuluan

Konstitusi Kerajaan Thailand (BE2550) mengamanatkan pembentukan Komisi Reformasi

Hukum (LRC) dalam Bab V, Bagian 5 Pasal 81 (3) sebagai berikut:

"Pemerintah harus memberlakukan undang-undang untuk mendirikan sebuah lembaga

reformasi hukum independen guna merevisi dan menyusun perundang-undangan negara dan

untuk mengubah perundang-undangan agar konsisten dengan Konstitusi, dengan

mempertimbangkan pandangan dari semua orang yang terkena dampak perundang-undangan

tersebut". Undang-undang untuk mendirikan Komisi Reformasi Hukum diterbitkan di Royal

Gazette, Volume 127, Bagian 71A, pada 19 November 2553, dan mulai berlaku dengan judul,

“Titah Istana Pembentukan Komisi Hukum Reformasi (BE2553) (2010)"

Di bawah Undang-Undang Komisi Reformasi Hukum Thailand BE 2553 (2010), Reformasi

Hukum telah didefinisikan sebagai implikasi dari semua tindakan yang bertujuan untuk

merevisi dan mengembangkan hukum dengan cara yang bijaksana dan memberikan manfaat

terbaik bagi masyarakat dan negara. Ini harus mencakup revisi dan pengembangan hukum yang

berhubungan dengan kata dan makna konstitusi, mesin proses peradilan, proses hukum,

penegakan hukum, hukum ajudikatif, penyusunan hukum, yakni merevisi dan pengembangan

perundang-undangan di semua proses.

Menurut situasi tenaga kerja ASEAN, pekerja ASEAN sekarang menghadapi berbagai masalah

yang berdampak pada hak-hak mereka, terlepas dari apakah dia (perempuan/laki-laki) bekerja

kontrak sewa atau tidak, apakah dia wirausaha, pekerja pertanian, pekerja kontrak temporer,

agen tenaga kerja, pekerja yang bekerja di wilayah negara Anggota ASEAN lain, pekerja

perbatasan, serta migran dan pekerja negara ketiga bersama dengan keluarga mereka. Upaya

kami di sini akan membawa kita menuju kerjasama yang lebih lanjut untuk melindungi dan

mendukung martabat manusia dari semua pekerja di ASEAN melalui pengembangan standar

dan mekanisme ASEAN. Ini menuntun dibentuknya subkomite LRCT untuk Reformasi Hukum

bagi Masyarakat ASEAN yang telah melakukan studi, penelitian dan mengumpulkan pendapat

awal dari semua sektor terkait pembuatan Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan

Perlindungan Hak-hak pekerja yang bertujuan untuk menjadi dasar dari konsep perlindungan

hak-hak pekerja dan manfaat mereka untuk semua negara anggota ASEAN.

LRCT telah menyurvei, mempelajari, menganalisis dan meneliti revisi dan penyusunan

rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-hak Pekerja dengan

partisipasi penuh masyarakat dari semua sektor baik di tingkat nasional dan regional

sebagaimana dirinci di bawah:

Konsultasi nasional ke-1 pada 21 Juli 2014 antara LRCT dan semua sektor terkait seperti

Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pembangunan Sosial

dan Keamanan Manusia, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Thailand, Perwakilan dari

organisasi pekerja , Serikat Pekerja, Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), sektor

Pengusaha termasuk akademisi dan para ahli yang bekerja pada hak-hak pekerja termasuk

pekerja migran.

Konsultasi nasional ke-2 pada 12 September 2014 fokus pada partisipasi sektor

pemerintah tentang "Posisi Thailand pada Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan

Perlindungan Hak-hak Pekerja.

Konsultasi regional ke-3 pada 2 Desember 2014 antara perwakilan dari Pertemuan

Pejabat Ketenagakerjaan Senior (SLOM) ASEAN, Komite ASEAN pada Pelaksanaan

Deklarasi ASEAN untuk Perlindungan dan Promosi Hak-Hak Pekerja Migran (ACMW),

Komisi Hak Asasi Manusia (AICHR) Antarpemerintah ASEAN, Komisi ASEAN untuk

Promosi Hak Perempuan dan Anak (ACWC) termasuk Departemen Luar Negeri dan

Sekretariat ASEAN pada "Konsultasi Regional Prospek pada Tantangan untuk

Mengembangkan Standar dan Mekanisme ASEAN untuk Hak pekerja ".

Konsultasi regional Ke-4 pada 16 Februari 2015 antara LRCT dan Perwakilan dari

organisasi pekerja, Serikat Pekerja, Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), akademisi dan

ahli yang bekerja pada hak-hak pekerja termasuk pekerja migran di "Konsultasi Regional

tentang Prospek Tantangan Penyusunan Standar dan Mekanisme ASEAN untuk Hak

Pekerja ".

. Sesuai dengan survei dan penelitian yang disebutkan di atas, LRCT memiliki proposal

Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-hak Pekerja kepada pemerintah

Thailand yang muncul dalam lampiran ini.

Isi Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak Pekerja

Bagian I :Definisi dan Prinsip Umum Halaman

Preambul

Pasal 1 Definisi

Pasal 2 Prinsip Umum

Bagian II: Hak Pekerja

Pasal 3 Hak atas Kerja dan Pekerjaan yang Layak

Pasal 4 Hak atas Perserikatan dan Berunding Bersama

Pasal 5 Hak atas Perlindungan Sosial

Pasal 6 Kesetaraan Jender dan Hak Pekerja Perempuan

Pasal 7 Tenaga kerja/ Pekerja Anak

Pasal 8 Hak Kewarganegaraan

Pasal 9 Hak Kesehatan

Pasal 10 Hak Pelatihan dan Pendidikan

Pasal 11 Hak di Muka Hukum

Pasal 12 Hak atas Kompensasi

Pasal 13 Hak atas Perumahan

Pasal 14 Hak untuk Membentuk Keluarga

Pasal 15 Hak atas Kebebasan Bergerak

Pasal 16 Hak Pekerja Migran

Bagian III: Kewajiban

Pasal 17 Pelaksanaan

Pasal 18 Pelaporan

Pasal 19 Kajian Laporan

Pasal 20 Hak dan Tugas Komite

Pasal 21 Komunikasi

Pasal 22 Ketentuan Umum

Pasal 23 Kewajiban Negara

Pasal 24 Amandemen

Pasal 25 Bahasa

Pasal 26 Ketentuan Penutup

Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak

Pekerja

PREAMBLE

1. KAMI, Rakyat Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), sebagaimana

diwakili oleh para kepala negara atau pemerintahan Brunei Darussalam, Kerajaan

Kamboja, Republik Indonesia, Republik Demokratik Rakyat Laos, Malaysia, Republik

Uni Myanmar, Republik Filipina, Republik Singapura, Kerajaan Thailand dan Republik

Sosialis Viet Nam;

2. MENEGASKAN KEMBALI kepatuhan kita dengan tujuan dan prinsip-prinsip ASEAN

sebagaimana tercantum dalam Piagam ASEAN, khususnya, penghormatan terhadap dan

promosi dan perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar, serta menghormati

keadilan, supremasi hukum, pemerintahan yang baik, dan demokrasi;

3. MENEKANKAN KEMBALI komitmen kita atas Pasal 55 dan 56 Piagam PBB dimana

Para Anggota berjanji untuk mengambil tindakan bersama dan terpisah dalam kerjasama

dengan Organisasi tersebut untuk pencapaian penghormatan universal, dan menjunjung

tinggi hak asasi manusia dan kebebasan mendasar bagi semua tanpa pembedaan apapun;

4. MENEGASKAN KEMBALI komitmen kita atas Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia,

Piagam PBB dan standar perburuhan inti internasional serta instrumen HAM internasional

di mana negara anggota ASEAN adalah para pihak;

5. MENEKANKAN KEMBALI komitmen Negara-Negara Anggota ASEAN atas Deklarasi

HAM ASEAN dan Deklarasi ASEAN untuk Perlindungan dan Promosi Hak-Hak Pekerja

Migran;

6. MENEKANKAN KEMBALI pernyataan dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia

bahwa martabat yang melekat dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semua

anggota keluarga manusia adalah dasar dari kebebasan, keadilan dan perdamaian di dunia;

7. MENGAKUI kontribusi pekerja untuk masyarakat dan ekonomi Negara-Negara Anggota

ASEAN;

8. MENGAKUI lebih lanjut bahwa realisasi hak-hak pekerja ASEAN harus secara konkret

berefek dan secara efektif ditegakkan melalui undang-undang dan kebijakan nasional dari

Negara Anggota ASEAN masing-masing;

9. MENGHENDAKI tercapainya Perjanjian atas Promosi dan Perlindungan Hak-hak Pekerja

yang tidak boleh kurang daripada yang diatur dalam perjanjian-perjanjian yang relevan

pada hak-hak pekerja yang negara-negara anggota ASEAN merupakan para pihak;

Dengan ini setuju sebagai berikut;

PASAL 1 DEFINISI

Tenaga Kerja

Untuk maksud dari Perjanjian ini, istilah “tenaga kerja" berarti aktivitas manusia menyediakan

barang atau jasa dalam suatu perekonomian.

Tenaga Kerja Paksa atau Wajib

1. Untuk maksud dari Perjanjian ini, istilah “tenaga kerja paksa atau wajib" berarti semua

pekerjaan atau jasa yang dituntut dari setiap orang di bawah ancaman hukuman dan

dimana orang tersebut tidak menawarkan dirinya secara sukarela.

2. Untuk maksud Perjanjian ini, istilah “tenaga kerja paksa atau wajib" tidak meliputi:

(a) setiap pekerjaan atau jasa yang dituntut dalam kewajiban hukum dalam rangka wajib

militer untuk pekerjaan yang bersifat murni militer.

(b) setiap pekerjaan atau jasa yang merupakan bagian dari kewajiban sipil normal warga

negara dari pemerintahan yang sepenuhnya memerintah sendiri.

(c) kerja atau jasa yang dituntut dari setiap orang sebagai konsekuensi dari vonis di

pengadilan, asalkan kerja atau jasa yang demikian dilakukan di bawah pengawasan dan

kendali dari otoritas publik.

(d) setiap pekerjaan atau jasa yang dituntut dalam hal darurat.

(e) layanan masyarakat kecil yang dilakukan oleh warga masyarakat untuk kepentingan

langsung dari masyarakat tersebut.

Tenaga Kerja Anak

Untuk maksud Perjanjian ini, istilah “tenaga kerja anak" meliputi:

Mempekerjakan (orang) di bawah usia minimum 15.

Bentuk-bentuk terburuk pekerjaan untuk anak, termasuk

- segala bentuk perbudakan atau praktek-praktek serupa perbudakan.

- penggunaan, penyediaan atau penawaran anak untuk pelacuran.

- kegiatan terlarang.

- pekerjaan yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak-

anak.

- Jasa rumah tangga tidak dibayar yang berbahaya, termasuk pekerjaan rumah tangga

yang dilakukan selama berjam-jam, di lingkungan yang tidak sehat, di lokasi

berbahaya, dan melibatkan peralatan yang tidak aman atau beban berat.

Pekerjaan

Untuk maksud Perjanjian ini, istilah "pekerjaan" berarti pekerjaan atau jasa yang

dilakukan untuk upah di bawah kontrak sewa, yang menciptakan hubungan kerja

antara pengusaha dan karyawan. Baik dalam kontrak tersurat maupun tersirat.

Pekerja

Untuk maksud Perjanjian ini, istilah "pekerja" meliputi semua orang yang terlibat dalam

kegiatan ekonomi.

Pekerja migran

Untuk maksud Perjanjian ini, istilah "pekerja migran" mengacu pada seorang pekerja yang

bukan warga negaranya.

Anggota keluarga

Untuk maksud Perjanjian ini, istilah '' anggota keluarga "mengacu pada orang yang menikah

dengan pekerja atau pekerja migran atau memiliki hubungan yang menurut hukum yang

berlaku, menghasilkan efek setara dengan pernikahan, serta anak-anak yang tergantung pada

mereka dan tanggungan lainnya yang diakui sebagai anggota keluarga.

Perlindungan Sosial

Untuk maksud Perjanjian ini, istilah "perlindungan sosial" adalah perlindungan yang

masyarakat berikan kepada individu dan rumah tangga untuk memastikan akses ke perawatan

kesehatan dan menjamin keamanan penghasilan, terutama dalam kasus-kasus usia tua,

pengangguran, sakit, cacat, kecelakaan kerja, maternitas (hamil/melahirkan), paternitas

(menjadi ayah atau ibu) atau kehilangan pencari nafkah utama.

PASAL 2 PRINSIP UMUM

1. Semua hak asasi manusia bersifat universal, tidak terpisahkan dan saling tergantung dan

saling terkait. Masyarakat internasional harus memperlakukan hak asasi manusia secara

global dengan cara yang adil dan setara, pada pijakan yang sama, dan dengan penekanan

yang sama. Sedangkan pentingnya kekhasan nasional dan regional dan berbagai latar

belakang sejarah, budaya dan agama harus diingat, itu adalah tugas dari Negara Anggota

ASEAN, terlepas dari sistem politik, ekonomi dan budaya mereka, untuk memajukan dan

melindungi hak asasi manusia dan kebebasan yang mendasar.

2. Semua manusia dilahirkan bebas dan sama dalam martabat dan hak-hak; dan dengan

demikian mereka sama-sama akan menikmati tanpa pembedaan apapun.

3. Hak asasi manusia dan kebebasan dasar setiap orang harus dilaksanakan dengan

memperhatikan hak asasi manusia dan kebebasan mendasar dari orang lain.

4. Setiap Negara Anggota ASEAN di mana berlaku Perjanjian ini berjanji untuk

menghormati, mempromosikan dan melindungi hak-hak setiap dan semua pekerja yang

dinyatakan oleh Perjanjian ini.

5. Setiap Negara Anggota ASEAN harus menjamin dan mempromosikan kesetaraan

kesempatan dan perlakuan dari semua pekerja baik dalam hukum dan dalam praktek.

6. Setiap Negara Anggota ASEAN memiliki kewajiban untuk menghapuskan diskriminasi

baik dalam hukum dan dalam praktek terhadap semua pekerja.

7. Pelaksanaan ketentuan Perjanjian ini harus dilakukan dengan itikad baik melalui peraturan

perundang-undangan nasional masing-masing Negara Anggota ASEAN.

8. Ini adalah tugas dari masing-masing Negara Anggota ASEAN, baik negara asal, tujuan,

atau negara ketiga perantara, untuk mencegah dan memperbaiki imigrasi ilegal.

9. Tidak satupun ketentuan Perjanjian ini dapat ditafsirkan sebagai untuk memungkinkan

setiap Negara Anggota ASEAN untuk campur tangan dalam urusan internal dari Negara

Anggota ASEAN lainnya yang bertentangan dengan Piagam PBB dan hukum

internasional.

10. Mengingat tindakan tidak diterapkan dengan cara yang akan merupakan diskriminasi

sewenang-wenang antara atau di antara pekerja, atau penyalahgunaan kekuasaan tersamar,

di mana kondisi yang sama berlaku, tidak satupun dalam Perjanjian ini dapat ditafsirkan

sebagai mengurangi hak setiap Negara Anggota ASEAN untuk mengambil tindakan yang

diperlukan guna melindungi keamanan nasional atau moral publiknya.

PASAL 3 HAK ATAS KERJA DAN PEKERJAAN LAYAK

1. Setiap orang memiliki hak atas informasi dan perekrutan yang fair, hak untuk bekerja,

untuk pilihan bebas dari pekerjaan, yang adil dan kondisi kerja menguntungkan dan

perlindungan terhadap pengangguran.

2. Setiap pekerja, tanpa diskriminasi, berhak atas upah yang sama untuk pekerjaan yang

nilainya sama.

3. Setiap pekerja memiliki hak atas remunerasi yang adil dan menguntungkan yang

memastikan eksistensi martabat kemanusiaan yang bernilai untuk dirinya sendiri dan

keluarganya, dan dilengkapi, jika perlu, dengan sarana lain dari perlindungan sosial.

4. Tidak boleh ada yang diwajibkan untuk melakukan kerja paksa atau wajib.

5. Setiap pekerja memiliki hak atas promosi dan peningkatan kerja yang sama.

6. . Setiap pekerja memiliki hak atas keamanan kerja, termasuk penyediaan pekerjaan

alternatif, kerja bantuan, pelatihan ulang dan melawan pemutusan hubungan kerja yang

kejam

7. Setiap pekerja memiliki hak untuk rekreasi dan waktu istirahat, termasuk hak untuk

istirahat mingguan dan cuti tahunan dengan tetap digaji.

PASAL 4 HAK ATAS PERSERIKATAN DAN PERUNDINGAN BERSAMA

1. Setiap pekerja memiliki hak untuk kebebasan berserikat dan berunding bersama. Hak ini

mencakup hak untuk membentuk dan bergabung dengan serikat pekerja pilihannya, dan

dialog sosial, untuk perlindungan kepentingannya, dan tentunya hak berunding.

2. Setiap Negara Anggota ASEAN harus menjamin perlakuan yang sama antara pekerja

migran dan warga negara sehubungan dengan semua hak keanggotaan dan anggota

komite/pengurus dengan pengambilan keputusan serikat pekerja dan mendapatkan manfaat

perundingan bersama

PASAL 5 HAK PERLINDUNGAN SOSIAL

Setiap pekerja memiliki hak untuk perlindungan sosial. Semua pekerja harus diberikan

perlakuan yang sama dalam hal tindakan jaminan sosial dan fasilitas kesejahteraan dan

manfaat yang diberikan sehubungan dengan pekerjaan.

PASAL 6 KESETARAAN JENDER DAN HAK PEKERJA PEREMPUAN

Tunduk pada ketentuan Perjanjian ini, kesetaraan gender harus dijamin dan hak-hak pekerja

perempuan harus dilindungi, diterapkan, dan dilaksanakan dengan mengambil langkah-langkah

untuk:

menghapuskan diskriminasi berdasarkan jenis kelamin dalam hubungan kerja;

menghilangkan pelecehan seksual di tempat kerja;

keseimbangan pekerjaan dan tanggung jawab keluarga

; melindungi maternitas (hamil/melahirkan) dan kesehatan perempuan dalam rangka

mempromosikan kesetaraan efektif

Menyelaraskan perlindungan sosial ibu selama periode yang wajar sebelum dan

sesudah melahirkan sebagaimana ditentukan oleh hukum dan peraturan dari Negara

Anggota ASEAN yang bersangkutan, termasuk hak untuk cuti dengan gaji dan jaminan

sosial yang memadai, dan

Menyediakan ibu dan anak, baik yang lahir di dalam atau di luar ikatan perkawinan,

dengan perawatan dan bantuan khusus

PASAL 7 TENAGA KERJA/PEKERJA ANAK

1. Tidak boleh ada anak atau orang muda yang harus terkena eksploitasi ekonomi dan sosial.

Mereka yang menggunakan anak-anak dan orang muda dalam pekerjaan yang merusak

moral dan / atau kesehatan mereka, membahayakan kehidupan, atau mungkin akan

menghambat perkembangan normal mereka, termasuk pendidikan mereka akan dihukum

berdasarkan undang-undang

2. Setiap Negara Anggota ASEAN wajib menetapkan batas usia 15 dimana kerja yang

dibayar dari anak dilarang dan dihukum berdasarkan undang-undang.

PASAL 8 HAK KEWARGANEGARAAN

Setiap dan masing-masing anak berhak untuk mendapatkan nama, pendaftaran kelahiran dan

kewarganegaraan.

PASAL 9 HAK KESEHATAN

1. Setiap pekerja dan anggota keluarganya berhak untuk mengakses layanan kesehatan dan

jaminan kesehatan.

2. Setiap Negara Anggota ASEAN wajib berusaha untuk menjamin dan melindungi

kesehatan dan keselamatan kerja dari setiap pekerja termasuk pencegahan bahaya

kesehatan di tempat kerja dan kecelakaan.

3. Pekerja migran dan anggota keluarganya berhak untuk menerima perawatan medis yang

sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup mereka atau menghindarkan diri dari masalah

kesehatan mereka atas dasar persamaan perlakuan dengan warga negara dari Negara

Anggota ASEAN yang bersangkutan. Perawatan medis darurat tersebut tidak boleh ditolak

dengan alasan pelanggaran berkaitan dengan persoalan tinggal atau pekerjaan.

PASAL 10 HAK ATAS PELATIHAN DAN PENDIDIKAN

1. Setiap pekerja memiliki hak atas pendidikan dan bimbingan kejuruan, termasuk pelatihan

kejuruan, kerja dan keterampilan.

2. Setiap dan masing-masing anak seorang pekerja migran harus memiliki hak dasar akses

pendidikan atas dasar persamaan perlakuan dengan warga negara dari Negara Anggota

ASEAN bersangkutan. Akses ke lembaga pendidikan pra sekolah umum atau sekolah

tidak boleh ditolak atau dibatasi dengan alasan situasi yang tidak teratur sehubungan

dengan persoalan tinggal atau pekerjaan dari orang tua atau dengan alasan ketidakteraturan

tinggal anak di Negara Anggota ASEAN tempat pekerjaan.

PASAL 11 HAK DI DEPAN HUKUM

Setiap pekerja memiliki hak untuk diakui sebagai pribadi dan memiliki persamaan di

depan hukum, akses terhadap keadilan dan pengadilan yang adil termasuk bantuan hukum.

PASAL 12 HAK ATAS KOMPENSASI

Setiap pekerja dan anggota keluarga mereka berhak atas kompensasi yang adil dan memadai

yang mencakup

1.. Kompensasi untuk perampasan aset

2.. Kompensasi karena menjadi korban dari penangkapan dan penahanan yang tidak fair atau

sewenang-wenang.

3. Kompensasi atas kematian atau cedera, sakit dan disabilitas (caat) akibat kerja

Kecelakaan Dan Kondisi kerja.

PASAL 13 HAK ATAS PERUMAHAN

Setiap pekerja memiliki hak atas akomodasi perumahan yang memadai dan layak dan

lingkungan hidup yang sesuai yang tersedia bagi semua pekerja dan keluarga mereka.

PASAL 14 HAK MEMBENTUK KELUARGA

Setiap pekerja memiliki hak untuk membentuk keluarga atas pilihannya sendiri.

PASAL 15 HAK ATAS KEBEBASAN BERGERAK

Setiap pekerja berhak atas kebebasan bergerak di wilayah Negara tempatnya bekerja dan

kebebasan untuk memilih kediamannya di sana.

Penyitaan dokumen perjalanan dilarang.

PASAL 16 HAK PEKERJA MIGRAN

Semua pekerja migran dan keluarga mereka akan menikmati semua hak yang diakui oleh

Perjanjian ini, khususnya

1. Pekerja migran berhak atas perlindungan dari praktek-praktek kejam dan penipuan yang

mungkin terjadi selama proses perekrutan dan penempatan yang dioperasikan oleh jasa

tenaga kerja publik dan agen tenaga kerja swasta. Biaya perekrutan dan penempatan dari

yang disebutkan di atas tidak akan ditanggung oleh pekerja migran.

2. Pekerja migran dan anggota keluarganya berhak untuk memindahkan pendapatan dan

tabungan mereka dan, sesuai dengan undang-undang yang berlaku dari negara-negara

anggota ASEAN yang bersangkutan, baring-barang dan kepemilikan pribadi mereka.

3. Pekerja migran dan anggota keluarganya berhak untuk diberitahu oleh Negara asal, Negara

tempat bekerja atau Negara transit ketika terjadi kasus tentang:

a. Hak-hak mereka yang timbul dari Perjanjian ini;

b. Kondisi penerimaan kerja mereka, hak dan kewajiban mereka menurut hukum dan praktek

dari Negara yang bersangkutan dan seperti hal-hal lain seperti yang akan memungkinkan

mereka untuk memenuhi formalitas administratif atau lainnya di Negara tersebut.

4. Setiap Negara Anggota ASEAN wajib mengambil tindakan untuk menyebarkan informasi

yang demikian atau untuk memastikan bahwa itu disediakan oleh pengusaha, serikat

pekerja atau badan atau lembaga lainnya yang sesuai. Setiap Negara Anggota ASEAN

harus bekerja sama dengan negara lain yang bersangkutan.

5. Informasi yang memadai tersebut akan diberikan atas permintaan kepada pekerja migran

dan anggota keluarganya, gratis, dan, sebisa mungkin, dalam bahasa yang mereka dapat

pahami.

6. Setiap Negara Anggota ASEAN harus memastikan penghormatan terhadap identitas

budaya pekerja migran dan anggota keluarganya dan tidak akan mencegah mereka dari

menjaga hubungan budaya mereka dengan Negara asal mereka.

7. Setiap Negara Anggota ASEAN, mengakui bahwa keluarga adalah unit mendasar dari

masyarakat dan berhak atas perlindungan oleh masyarakat dan Negara, harus mengambil

langkah yang tepat untuk menjamin perlindungan kesatuan keluarga pekerja migran.

8. Setiap Negara Anggota ASEAN wajib mengambil tindakan yang dianggap layak dan yang

berada dalam kewenangannya untuk memfasilitasi penyatuan kembali para pekerja migran

dengan pasangan atau orang yang dengan pekerja migran tersebut memiliki hubungan,

menurut hukum yang berlaku, menghasilkan efek setara dengan pernikahan, serta

sebagaimana dengan anak yang belum kawin yang menjadi tanggungan.

9. Pekerja migran dan anggota keluarganya berhak untuk meminta bantuan kepada peradilan

dan sistem peradilan, termasuk hak atas kesetaraan dengan warga negara dari negara

anggota ASEAN yang bersangkutan di muka pengadilan dan tribunal (mahkamah). Dalam

penentuan tindak pidana yang dituduhkan mereka atau hak-hak dan kewajiban mereka

dalam tuntutan hukum, mereka berhak atas pemeriksaan yang adil dan terbuka oleh

pengadilan yang kompeten, independen dan tidak memihak yang ditetapkan oleh undang-

undang.

10. Pekerja migran dan anggota keluarganya berhak untuk mendapatkan persidangan yang

fair (adil) dan publik yang dengan semua jaminan proses hukum yang adil.

11. Pekerja migran dan anggota keluarganya berhak untuk disediakan dengan bantuan hukum

diperlukan, penerjemah/juru bahasa, dan informasi dalam bahasa yang dimengerti.

12. Pekerja migran dan anggota keluarganya berhak atas perlindungan dan bantuan dari

konsuler atau otoritas diplomatik dari Negara asal mereka atau dari Negara yang mewakili

kepentingan Negara tersebut setiap kali hak yang diakui dalam Persetujuan ini terganggu.

Khususnya, dalam kasus pengusiran, orang yang bersangkutan harus diberitahu tentang

hak ini tanpa penundaan dan otoritas (pemerintah) dari Negara yang mengusir wajib

memfasilitasi pelaksanaan hak tersebut.

PASAL 17 PELAKSANAAN

1. Untuk tujuan pelaksanaan yang efektif dari Perjanjian ini, maka dibentuk suatu Komite

Promosi dan Perlindungan Hak-hak Pekerja (selanjutnya disebut "Komite");

Komite terdiri, pada saat berlakunya Perjanjian ini, para ahli dengan kapasitas moral yang

tinggi, tidak memihak dan diakui keahliannya di bidang yang dicakup oleh Perjanjian ini

dari masing-masing Pihak Negara Anggota ASEAN untuk Perjanjian ini.

2. Anggota Komite akan ditunjuk oleh masing-masing Pihak Negara Anggota ASEAN

melalui konsultasi dengan masyarakat sipil dengan pertimbangan yang diberikan kepada

jenis kelamin, keahlian dan representasi pemangku kepentingan (stakeholder).

3. Anggota Komite bertugas dalam kapasitas pribadi mereka.

4. Para anggota Komite diangkat untuk masa jabatan empat tahun. Namun, satu-pertiga dari

anggota yang ditunjuk dalam pengangkatan pertama akan berakhir pada akhir dari dua

tahun dengan sistem pengundian, segera setelah pengangkatan pertama, nama-nama

anggota tersebut harus dipilih lewat pengundian oleh Ketua pertemuan dari Para Pihak

Negara Anggota ASEAN; Anggota-anggota Komite akan harus memenuhi syarat untuk

bekerja selama masa jabatan jika diangkat kembali.

5. Jika anggota Komite meninggal dunia atau mengundurkan diri atau menyatakan karena

alasan lain dia tidak bisa lagi melakukan tugas Komite, Pihak Negara Anggota ASEAN

yang bersangkutan harus mengangkat ahli lain dari warga negaranya sendiri untuk sisa

bagian dari masa jabatan. Pengangkatan baru tersebut tunduk pada persetujuan dari

Komite.

6. Sekretaris Jenderal ASEAN akan menyediakan staf dan fasilitas yang diperlukan untuk

pelaksanaan efektif dari fungsi Komite.

7. Para anggota Komite berhak atas fasilitas, hak istimewa dan kekebalan yang dimiliki para

ahli pada misi untuk ASEAN sebagaimana ditetapkan dalam bagian-bagian yang relevan

dari Konvensi tentang Hak Istimewa dan Kekebalan ASEAN.

PASAL 18 PELAPORAN

1. Para Pihak Negara Anggota ASEAN melakukan penyerahan laporan kepada Komite

tentang langkah legislatif, yudikatif, administratif dan tindakan lain yang telah mereka

lakukan untuk memberlakukan ketentuan-ketentuan dari Perjanjian ini:

a. Dalam waktu dua tahun setelah berlakunya Perjanjian untuk Para Pihak Negara Anggota

ASEAN yang bersangkutan;

b. Sesudahnya setiap empat tahun dan ketika Komite juga meminta.

2. Laporan disiapkan, dengan pertimbangan karena partisipasi para pemangku kepentingan

dan masyarakat sipil lainnya, menurut pasal ini, juga harus menunjukkan faktor-faktor dan

kesulitan-kesulitan, jika ada, yang mempengaruhi pelaksanaan Perjanjian dan harus

mencakup informasi mengenai karakteristik arus migrasi di mana Pihak Negara Anggota

ASEAN yang bersangkutan terlibat.

3. Komite harus menetapkan pedoman lebih lanjut yang dapat diterapkan untuk isi laporan.

4. Para Pihak Negara Anggota ASEAN berusaha, dengan partisipasi dari para pemangku

kepentingan termasuk masyarakat sipil, untuk menyampaikan laporan mereka secara luas

tersedia untuk umum di negara mereka sendiri.

PASAL 19 KAJIAN LAPORAN

1. Komite akan memeriksa laporan yang disampaikan oleh masing-masing Para Pihak

Negara Anggota ASEAN dan akan mengirimkan komentar seandainya dianggap tepat oleh

Pihak Negara Anggota ASEAN bersangkutan. Pihak Negara Anggota ASEAN ini dapat

menyerahkan pengamatan Komite pada setiap komentar yang dibuat oleh Komite sesuai

dengan pasal ini. Komite dapat meminta informasi tambahan dari Para Pihak Negara

Anggota ASEAN ketika mempertimbangkan laporan-laporan ini.

2. Sekretaris Jenderal ASEAN juga, setelah berkonsultasi dengan Komite, mengirimkan ke

badan-badan khusus lainnya serta organisasi antar pemerintah, salinan atau bagian dari

laporan tersebut yang dianggap masuk dalam kompetensi mereka.

3. Komite dapat mengundang badan-badan khusus dan organ ASEAN dan PBB, serta

organisasi antar pemerintah dan badan-badan terkait lainnya untuk menyerahkan, sebagai

pertimbangan oleh Komite, informasi tertulis mengenai hal yang ditangani yang masuk

dalam Perjanjian ini sebagai masuk dalam lingkup kegiatan mereka.

4. Kantor Perburuhan Internasional (ILO) akan diundang oleh Komite agar menunjuk

seorang wakil untuk berpartisipasi, dalam kapasitas konsultatif, dalam pertemuan Komite.

5. Komite dapat mengundang atau berkonsultasi dengan serikat pekerja, organisasi pekerja,

organisasi pengusaha, organisasi masyarakat sipil dan instansi terkait untuk hadir dan

didengar dalam pertemuan tersebut setiap kali ada masalah yang dianggap masuk dalam

bidang keahlian mereka.

6. Komite harus menyampaikan laporan tahunan kepada ASEAN atas pelaksanaan Perjanjian

ini, yang berisi pertimbangan sendiri dan rekomendasi, berbasis, khususnya, pada pemeriksaan

laporan dan pengamatan yang disampaikan oleh Pihak Negara Anggota ASEAN.

PASAL 20 HAK DAN TUGAS-TUGAS KOMITE

1. Komite akan mengadopsi aturan prosedurnya sendiri.

2. Komite berhak untuk menerima komunikasi.

3. Komite akan mengadakan dua pertemuan rutin per tahun. Dan bila sesuai, Komite dapat

mengadakan pertemuan tambahan di tempat yang akan disepakati oleh Komite.

4. Pertemuan Komite biasanya diadakan di Kantor Pusat ASEAN atau tempat lain yang

disepakati oleh Komite.

PASAL 21 KOMUNIKASI

1. Para Pihak Negara Anggota ASEAN harus mengakui kompetensi Komite untuk menerima

dan mempertimbangkan komunikasi dari atau atas nama individu, tunduk pada yurisdiksi

Pihak Negara Anggota ASEAN bersangkutan, yang menyatakan bahwa hak-hak individu

mereka sebagaimana ditetapkan oleh Perjanjian ini telah dilanggar oleh Pihak Negara

Anggota ASEAN tersebut.

2. Komite akan mempertimbangkan tidak diterimanya komunikasi terkait pasal ini yang

anonim atau yang dianggap menjadi penyalahgunaan hak untuk mengajukan komunikasi

semacam itu atau tidak sesuai dengan ketentuan Perjanjian ini.

3. Komite tidak akan mempertimbangkan komunikasi dari individu berdasarkan pasal ini

kecuali telah dipastikan bahwa individu tersebut telah menggunakan semua langkah

penyelesaian dalam negeri yang tersedia; ini tidak seharusnya menjadi aturan di mana,

dalam pandangan Komite, penerapan langkah perbaikan itu tidak masuk akal lamanya atau

tidak mungkin untuk membawakan bantuan efektif atas individu tersebut.

4. Tunduk pada ketentuan-ketentuan ayat 2 pasal ini, Komite akan membawa setiap laporan

pengaduan yang diajukan berdasarkan pasal ini ke perhatian Pihak Negara Anggota

ASEAN terkait Perjanjian ini dan diduga melanggar ketentuan Perjanjian ini. Dalam

waktu enam bulan, Pihak Negara Anggota ASEAN harus menyampaikan kepada Komite

penjelasan tertulis atau pernyataan mengklarifikasi permasalahan dan solusinya, jika ada,

yang mungkin telah diambil oleh Pihak Negara Anggota ASEAN tersebut.

5. Komite akan mempertimbangkan komunikasi yang diterima berdasarkan pasal ini

sehubungan dengan semua informasi yang tersedia untuk itu oleh atau atas nama individu

dan oleh Pihak Negara Anggota ASEAN bersangkutan.

6. Komite akan menyampaikan pandangannya kepada Pihak Negara Anggota ASEAN yang

bersangkutan dan kepada individu tersebut.

PASAL 22 KETENTUAN UMUM

1. Tidak ada hal apapun dalam Perjanjian ini yang akan mempengaruhi hak-hak atau

kebebasan yang lebih menguntungkan yang diberikan kepada pekerja berdasarkan:

a. Hukum atau praktek dari satu Pihak Negara Anggota ASEAN; atau

b. Perjanjian bilateral atau multilateral yang berlaku untuk Para Pihak Negara Anggota

ASEAN yang bersangkutan.

2. Tidak ada dalam Perjanjian ini yang dapat ditafsirkan sebagai memberikan setiap Pihak

Negara Anggota ASEAN, kelompok atau perorangan hak untuk melakukan kegiatan atau

melakukan tindakan yang dapat mengganggu hak-hak dan kebebasan yang diatur dalam

Perjanjian ini

PASAL 23 KEWAJIBAN NEGARA

1. Setiap Pihak Negara Anggota ASEAN pada Perjanjian ini berjanji:

a. Untuk memastikan bahwa setiap orang yang hak atau kebebasannya diakui di sini

dilanggar, akan memperoleh upaya penyelesaian yang efektif, walaupun pelanggaran

tersebut telah dilakukan oleh orang yang bertindak dalam kapasitas resmi;

b. Untuk memastikan bahwa setiap orang yang mencari upaya penyelesaian tuntutannya

akan dikaji dan diputuskan oleh otoritas peradilan, administratif atau legislatif yang

kompeten, atau oleh lembaga berwenang lainnya yang diatur oleh sistem hukum

Pihak Negara Anggota ASEAN, dan untuk mengembangkan kemungkinan

penyelesaian peradilan;

c. Untuk memastikan bahwa otoritas kompeten harus menegakkan penyelesaian ketika

yang demikian diberikan.

2. Setiap Pihak Negara Anggota ASEAN berjanji untuk mengadopsi langkah-langkah

legislatif dan lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan ketentuan Perjanjian ini.

PASAL 24 AMANDEMEN

1. Setelah lima tahun dari berlakunya Perjanjian permintaan untuk setiap perubahan

(amandemen) Perjanjian dapat dilakukan setiap saat oleh setiap Pihak Negara Anggota ASEAN

melalui pemberitahuan secara tertulis yang ditujukan kepada Sekretaris Jenderal ASEAN yang

wajib menyampaikan segera usulan amandemen tersebut ke Pihak Negara Anggota ASEAN.

Amandemen tersebut harus diadopsi oleh Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN dalam waktu

satu tahun setelah pemberitahuan tersebut.

2. . Para Pihak Negara Anggota ASEAN dan Komite harus berkonsultasi dengan pemangku

kepentingan yang relevan pada setiap amandemen yang diusulkan

3. Amandemen tersebut mulai berlaku pada saat diterimanya oleh dua pertiga mayoritas Para

Pihak Negara Anggota ASEAN.

4. Ketika amandemen mulai berlaku, Amandement tersebut akan mengikat Para Pihak

Negara Anggota ASEAN yang telah menerimanya, Para Pihak Negara Anggota ASEAN

lainnya masih terikat pada ketentuan-ketentuan Perjanjian ini dan setiap perubahan

sebelumnya yang mereka telah terima.

PASAL 25 BAHASA

Perjanjian ini ditulis dalam bahasa Inggris.

PASAL 26 KETENTUAN PENUTUP

1. Perjanjian ini akan terbuka untuk ditandatangani oleh semua Negara Anggota ASEAN. Ini

merupakan subyek untuk diratifikasi.

2. Instrumen ratifikasi akan diserahkan pada Sekretaris Jenderal ASEAN

3. Perjanjian ini akan mulai berlaku pada hari pertama dari bulan yang ditetapkan setelah

jangka waktu tiga bulan sejak tanggal penyimpanan instrumen kelima ratifikasi dari

Negara Anggota ASEAN.

DENGAN MENYAKSIKAN, yang bertandatangan di bawah ini berkuasa penuh, yang diberi

kuasa oleh Pemerintah masing-masing, telah menandatangani Perjanjian ini.