Proposal Lengkap

22
PENGARUH PENDIDIKAN GURU TERHADAP PROFESIONALISME DALAM MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR SE-GUGUS 21 KECAMATAN MANDALAJATI KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2012-2013 Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penelitian Pendidikan (GD401) Dosen Dr. H. Y. Suyitno, M.Pd. (0465) Ira Rengganis, M.Sn. (2616) Disusun oleh : Nama : ULFAH NIM : 1003269 Kelas : 3 Matematika PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

Transcript of Proposal Lengkap

PENGARUH PENDIDIKAN GURU TERHADAP PROFESIONALISME

DALAM MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR SE-GUGUS 21

KECAMATAN MANDALAJATI KOTA BANDUNG

TAHUN AJARAN 2012-2013

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Penelitian Pendidikan (GD401)

Dosen Dr. H. Y. Suyitno, M.Pd. (0465)

Ira Rengganis, M.Sn. (2616)

Disusun oleh :

Nama : ULFAH

NIM : 1003269

Kelas : 3 Matematika

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

1

A. Judul Penelitian

“Pengaruh Pendidikan Guru terhadap Profesionalisme dalam Mengajar di

Sekolah Dasar se-Gugus 21 Kecamatan Mandalajati Kota Bandung Tahun Ajaran

2012-2013”.

B. Latar Belakang Masalah

Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 menyatakan bahwa tujuan nasional adalah untuk melindungi segenap

bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk untuk memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, pendidikan merupakan faktor yang

sangat menentukan.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Pendidikan adalah

investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis

bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir semua

negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama

dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga Indonesia

menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks

pembangunan bangsa dan negara.

Pendidikan yang bermutu pada dasarnya menghasilkan sumber daya

manusia yang bermutu pula. Sumber daya manusia yang bermutu itu dipupuk

sesuai dengan perkembangan potensi peserta didik semenjak pendidikan dasar,

menengah, maupun tinggi. Mereka yang mendapatkan layanan pendidikan itu

kemudian menjadi manusia dewasa yang memiliki indikator kualifikasi ahli,

terampil, kreatif, inovatif, serta memiliki sifat dan perilaku yang positif.

Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam

konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini yang

disebabkan gurulah yang berada dalam barisan terdepan pelaksanaan pendidikan.

Guru berhadapan langsung dengan para peserta didik di kelas melalui proses

2

belajar mengajar. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang

berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan

moral serta spiritual. Dengan demikian, akan dihasilkan generasi masa depan yang

siap hidup dengan tantangan zamannya. Oleh karena itu, diperlukan sosok guru

yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam

menjalankan tugas profesionalnya.

Guru mempunyai tugas dan misi yang berat, namun mulia dalam

mengantarkan tunas-tunas bangsa ke puncak cita-cita. Oleh karena itu, sudah

selayaknya guru mempunyai berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugas

dan tanggung jawabnya. Dengan kompetensi tersebut, maka akan menjadi guru

yang profesional, baik secara akademis maupun nonakademis.

Apalagi dalam perubahan kurikulum yang menekankan kompetensi, guru

memegang peranan penting terhadap implementasi KTSP, karena gurulah yang

pada akhirnya akan melaksanakan kurikulum di dalam kelas. Guru adalah

kurikulum berjalan. Menurut mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad

Hasan, sebaik apapun kurikulum dan sistem pendidikan yang ada, tanpa didukung

oleh mutu guru yang memenuhi syarat, maka semuanya akan sia-sia (Kompas, 15

April 2004). Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia tidak cukup dengan

pembenahan di bidang kurikulum saja, tetapi harus juga diikuti dengan

peningkatan mutu guru di jenjang tingkat dasar dan menengah. Tanpa upaya

meningkatkan mutu guru, semangat tersebut tidak akan mencapai harapan yang

diinginkan.

Kualitas pendidikan Indonesia dianggap oleh banyak kalangan masih

rendah. Saat ini banyak terdapat guru-guru yang mengajar bukan dari lulusan

kependidikan. Guru-guru tersebut banyak yang tidak profesional. Berbeda dengan

lulusan kependidikan, ketika kuliah mereka belajar tentang pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan profesionalisme. Mata kuliah

inilah yang mampu meningkatkan kualitas guru. Jelas berbeda dengan sarjana

nonkependidikan yang tidak belajar tentang hal-hal tersebut, sehingga ketika

mengajar guru menjadi tidak profesional.

3

Dalam banyak kasus di lapangan, banyak sekali ditemukan guru yang

“salah kamar” (missmatch), banyak guru di suatu sekolah memegang suatu mata

pelajaran yang bukan vaks-nya, yakni seorang guru non-keguruan yang minus

metodologi pembelajaran.

Berpijak pada uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik

untuk mengkaji lebih luas permasalahan, yaitu dengan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Pendidikan Guru terhadap Profesionalisme dalam Mengajar di Sekolah

Dasar se-Gugus 21 Kecamatan Mandalajati Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-

2013”.

C. Batasan Masalah

Uraian latar belakang masalah yang telah diungkapkan sebelumnya secara

aktual membatasi penelitian ini pada pengaruh pendidikan guru, seperti

perbedaan guru yang lulusan sarjana kependidikan dengan non kependidikan dan

guru-guru yang belum sarjana atau hanya lulus SMA/D1, D2, atau D3. Disini

akan terlihat apakah pendidikan akan berpengaruh atau tidak. Selain itu, aspek

profesionalismenya dilihat dari cara mengajar guru. Selanjutnya batasan masalah

ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, “Bagaimana pengaruh pendidikan guru

terhadap profesionalisme dalam mengajar di Sekolah Dasar se-Gugus 21

Kecamatan Mandalajati Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013?”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas,

secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana pengaruh

pendidikan guru terhadap profesionalisme dalam mengajar di Sekolah Dasar se-

Gugus 21 Kecamatan Mandalajati Kota Bandung Tahun Ajaran 2012-2013?”

Masalah tersebut dijabarkan kedalam rumusan masalah yang lebih khusus

yaitu berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana cara mengajar guru yang non sarjana di kelas?

2. Bagaimana cara mengajar guru yang lulusan non kependidikan di kelas?

4

3. Bagaimana cara mengajar guru yang lulusan kependidikan di kelas?

4. Bagaimana pengaruh pendidikan guru terhadap profesionalisme dalam

mengajar di kelas?

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui:

1. Cara mengajar guru non sarjana di kelas.

2. Cara mengajar guru yang lulusan non kependidikan di kelas.

3. Cara mengajar guru yang lulusan kependidikan di kelas.

4. Terdapat pengaruh atau tidak pendidikan guru terhadap profesionalisme

dalam mengajar di kelas.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

Bagi guru :

a. Memberikan informasi bahwa profesionalisme guru merupakan hal yang

sangat penting dalam pendidikan.

b. Memberi wacana baru untuk terus meningkatkan profesionalisme guru dalam

pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan.

c. Memberikan informasi bahwa guru yang berpendidikan sangat diperlukan

untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik.

Bagi sekolah :

a. Sebagai informasi untuk memotivasi tenaga kependidikan agar lebih

meningkatkan profesionalismenya.

b. Sebagai informasi untuk menjadikan profesionalisme sebagai aspek yang

sangat diperlukan untuk menjadi guru di sekolah tersebut.

5

c. Sebagai informasi untuk meningkatkan kualitas profesionalisme di sekolah

sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan.

G. Kajian Teori

1. Pengertian Profesionalisme Guru

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesi adalah bidang pekerjaan

yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya)

tertentu. Profesional adalah (1) bersangkutan dengan profesi; (2) memerlukan

kepandaian khusus untuk menjalankannya; dan (3) mengharuskan adanya

pembayaran untuk melakukannya. Jadi, dalam pekerjaan profesional digunakan

teknik dan prosedur intelektual yang harus dipelajari secara sengaja sehingga

dapat diterapkan untuk kemaslahatan orang lain.

Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau mensyaratkan

pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis

yang intensif (Webstar, 1989). Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan

yang menuntut keahlian tertentu. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang

disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi memerlukan

persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus. Profesional adalah

pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber

penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan

yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan

profesi (UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).

Oxford Dictonary menjelaskan profesional adalah orang yang melakukan

sesuatu dengan memperoleh pembayaran, sedangkan yang lain tanpa pembayaran.

Artinya profesionalisme adalah suatu terminologi yang menjelaskan bahwa setiap

pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seorang yang mempunyai keahlian dalam

bidangnya atau profesinya. Seseorang akan menjadi profesional bila ia memiliki

pengethuan dan keterampilan bekerja dalam bidangnya. Hakekat profesi memiliki

fungsi yang penting dalam kehidupan dan perkembangan masyarakat. Setiap

profesi mengklaim bahwa ia memiliki ilmudan kemampuan yang “mumpuni”

yang sangat berperan bagi perkembangan masyarakat. Kecakapan atau keahlian

6

seorang profesional bukan sekadar hasil pembiasaan atau latihan rutin yang

terkondisi. Tetapi perlu didasari wawasan yang mantap, memiliki wawasan yang

luas, bermotivasi dan berusaha untuk berkarya.

Kata profesional menunjukkan kepada seseorang yang memenuhi

persyaratan untuk memangku jabatan profesi dan atas dasar itu ia memperoleh

imbalan atau bayaran atas kinerja pelaksanaan tugas-tugas jabatannya itu. Ia juga

dipandang sebagai pakar (expert) karena telah menguasai suatu cabang bidang

keilmuan dan perangkat “kemahiran praksis” tertentu. Bagi guru yang telah

memadai persyaratan dan melaksanakan tugas jabatan profesi serta memperoleh

imbalan yang layak atas pelaksanaan tugas jabatannya maka dapat diakui sebagai

guru yang profesional.

Profesionalisasi menunjukkan kepada suatu proses usaha, baik yang

dilakukan seseorang secara individual maupun sekelompok orang, untuk menuju

dan mencapai tingkat kualifikasi dan atau sertifikasi dalam bidang keprofesian

tertentu. Berbagai jalan menuju pencapaian profesi itu dapat ditempuh melalui

pendidikan formal atau nonformal, berperan serta dalam kegiatan organisasi

asosiasi profesi, dan atau secara mendiri mengembangkan kemampuan

profesionalnya sebagaimana yang tengah ditempuh guru-guru di Indonesia.

Profesionalitas menunjukkan ukuran standar mutu kinerja yang telah

dicapai seorang profesional. Dengan kata lain, seberapa jauh tingkat kinerja yang

dipersyaratkan profesi seseorang telah terpenuhi dengan memperoleh pengakuan,

kepercayaan, dan penghargaan sebagaimana layaknya. Dalam jabatan profesi guru

dapat dilihat dan ditunjukkan dengan jabatan fungsional yang diraihnya.

Maka, profesionalisme dapat dimaknai sebagai paham atau pandangan

yang mengandung pengakuan, penghayatan atau penyikapan, penghargaan dan

pencitraan serta komitmen bahwa suatu bidang pekerjaan tertentu –termasuk

kependidikan atau kegurun– itu layak disebut sebagai suatu profesi. Dengan

demikian, profesionalisme guru merupakan paham yang memandang bahwa

pekerjaan guru itu harus menempuh proses profesionalisasi agar ia memperoleh

status sebagai profesional, yang kinerjanya dapat memadai standar mutu

7

profesionalitas dengan memperoleh kepercayaan, pengakuan, dan penghargaan

yang layak dari para pihak yang berkepentingan.

Sesungguhnya kebijakan pemerintah yang bertalian dengan

profesionalisme guru telah diamanatkan dan digariskan dalam Undang-Undang

No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 39 ayat 2),

Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal 1-44), dan

Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

(Pasal 28-41). Esesnsi kebijakan itu bertujuan meningkatkan kualitas kinerja tata

pamong penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional, khususnya pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah, yang menyangkut kepentingan sebagian besar

hak dan hajat hidup warga masyarakat. Kebijakan itu juga dimaksudkan untuk

meletakkan landasan yang kokoh bagi jenjang pendidikan selanjutnya, dengan

jalan di satu sisi menetapkan persyaratan dan prinsip dasar kompetensi profesional

yang harus dimiliki oleh para guru untuk diizinkan menyelenggarakan pelayanan

keahlian di lapangan, dan di sisi lain menyediakan imbalan yang layak kepada

para guru. Dengan demikian, diharapkan jabatan guru itu menjadi lebih menarik

bagi putera-puteri bangsa terbaik, disamping lebih membetahkan mereka yang

tengah mengabdikan dirinya sebagai guru dan tidak menjadikan pendidikan hanya

sebagai teminal atau batu loncatan ke bidang lain yang dipandang lebih

menjanjikan bagi kehidupannya.

Menurut Surya (2005), guru yang profesional akan tercermin dalam

pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam

materi maupun metode. Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya

dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya

mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta

didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional

mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual.

Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya,

mengelola dirinya, mengendalikan dirinya, dan menghargai serta

mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi

guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari

8

lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung

jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat

pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya.

Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai

makhluk beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-

norma agama dan moral.

Berikut beberapa ciri guru yang profesional yang mungkin dapat jadi

patokan bagi para guru untuk mengembangkan diri sehingga benar-benar

profesional.

Selalu mempunyai energi untuk siswanya

Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan

atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuan

mendengar dengan seksama.

Mempunyai tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran

Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran

dan bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.

Mempunyai keterampilan mendisiplinkan yang efektif

Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga

bisa mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.

Mempunyai keterampilan manajemen kelas yang baik

Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik

dan dapat memastikan perilaku siswa yang baik. Saat siswa belajar dan

bekerja sama secara efektif, guru membiasakan menanamkan rasa hormat

kepada seluruh komponen di dalam kelas.

Dapat berkomunikasi baik dengan orang tua

Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan

membuat mereka selalu update informasi tentang apa yang terjadi di dalam

kelas dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya.

9

Mempunyai harapan yang tinggi pada siswanya

Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi pada siswa dan

mendorong semua siswa di kelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan

potensi terbaik mereka.

Pengetahuan tentang kurikulum

Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang kurikulum

sekolah dan standar-standar lainnya. Mereka dengan sekuat tenaga

memastikan pengajaran mereka memenuhi standar-standar itu.

Pengetahuan tentang subjek yang diajarkan

Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan. Seorang guru

yang baik memiliki pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme untuk

subyek yang mereka ajarkan. Mereka siap untuk menjawab pertanyaan dan

menyimpan bahan menarik bagi para siswa, bahkan bekerja sama dengan

bidang studi lain demi pembelajaran yang kolaboratif.

Selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anak

Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja dengan anak-anak.

Mereka gembira bisa mempengaruhi siswa dalam kehidupan mereka dan

memahami dampak atau pengaruh yang mereka miliki dalam kehidupan

siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya sudah beranjak dewasa.

Mempunyai hubungan yang berkualitas dengan siswa

Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan saling

hormat menghormati dengan siswa dan membangun hubungan yang dapat

dipercaya.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Guru sebagai pekerjaan profesi, secara holistik adalah berada pada

tingkatan tertinggi dalam sistem pendidikan nasional. Karena guru dalam

melaksanakan tugas profesionalnya memiliki otonomi yang kuat. Adapun tugas

guru sangat banyak, baik yang terkait dengan kedinasan dan profesinya di

sekolah. Seperti mengajar dan membimbing para muridnya, memberikan

penilaian hasil belajar peserta didiknya, mempersiapkan administrasi

10

pembelajaran yang diperlukan, dan kegiatan lain yang berkaitan dengan

pembelajaran. Di samping itu, guru haruslah senantiasa berupaya meningkatkan

dan mengembangkan ilmu yang menjadi bidang studinya agar tidak ketinggalan

zaman, ataupun di luar kedinasan yang terkait dengan tugas kemanusiaan dan

kemasyarakatan secara umum di luar sekolah.

Dalam melaksanakan perannya sebagai pengajar, hal-hal yang harus

dilakukan guru adalah: pertama, mampu menyusun program pengajaran selama

kurun waktu tertentu secara berkelanjutan. Kedua, membuat persiapan mengajar

dan rencana kegiatan belajar mengajar untuk tiap bahan kajian yang akan

diajarkan berkaitan dengan penggunaan metode tertentu. Ketiga, menyiapkan alat

peraga yang dapat membantu terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang

efektif. Keempat, merencanakan dan menyiapkan alat evaluasi belajar dengan

tepat. Kelima, menyiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran yang

merupakan program sekolah. Misalnya, program pengajaran perbaikan dan

pengajaran pengayaan serta ekstrakurikuler. Keenam, mengatur ruangan kelas

yang kondusif bagi proses belajar mengajar. Ketujuh, mengatur tempat duduk

siswa sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik serta daya tangkap siswa

terhadap pelajaran.

Dalam menjalankan tugasnya seorang guru setidaknya harus memiliki

kemampuan dan sikap sebagai berikut: pertama, menguasai kurikulum. Guru

harus tahu batas-batas materi yang harus disajikan dalam kegiatan belajar

mengajar, baik keluasan materi, konsep, maupun tingkat kesulitannya sesuai

dengan yang digariskan dalam kurikulum. Kedua, menguasai substansi materi

yang diajarkannya. Guru tidak hanya dituntut untuk menyelesaikan bahan

pelajaran yang telah ditetapkan, tetapi guru juga harus menguasai dan menghayati

secara mendalam semua materi yang akan diajarkan. Ketiga, menguasai metode

dan evaluasi belajar. Keempat, tanggung jawab terhadap tugas. Kelima, disiplin

dalam arti luas.

Kemampuan dan keterampilan mengajar merupakan suatu hal yang dapat

dipelajari serta diterapkan atau dipraktikkan oleh setiap guru. Mutu pengajaran

akan meningkat apabila seorang guru dapat mempergunakannya secara tepat.

11

Guru yang bermutu atau berkualitas ada lima komponen, yakni: pertama, bekerja

dengan siswa secara individual. Kedua, persiapan dan perencanaan mengajar.

Ketiga, pendayagunaan alat pelajaran. Keempat, melibatkan siswa dalam berbagai

pengalaman. Kelima, kepemimpinan aktif dari guru (Piet A. Sahertian dan Ida

Alaida Sahertian, 1990). Kemampuan pribadi guru dalam proses belajar mengajar

meliputi: (1) kemantapan dan integritas pribadi, yaitu dapat bekerja teratur,

konsisten, dan kreatif; (2) peka terhadap perubahan dan pembaharuan; (3) berpikir

alternatif; (4) adil, jujur, dan kreatif; (5) berdisiplin dalam melaksanakan tugas;

(6) ulet dan tekun bekerja; (7) berusaha memperoleh hasil kerja yang sebaik-

baiknya; (8) simpatik dan menarik, luwes, bijaksana dan sederhana dalam

bertindak; (9) bersifat terbuka; (10) berwibawa.

Sementara itu, Departemen Pendidikan Amerika Serikat menggambarkan

bahwa guru yang baik adalah dengan ciri-ciri sebagai berikut.

1. Guru yang baik adalah guru yang waspada secara profesiobal. Ia terus

berusaha untuk menjadikan masyarakat sekolah menjadi tempat yang paling

baik bagi anak-anak muda.

2. Mereka yakin akan nilai atau manfaat pekerjaannya. Mereka terus berusaha

memperbaiki dan meningkatkan mutu pekerjaannya.

3. Mereka tidak lekas tersinggung oleh larangan-larangan dalam hubungannya

dengan kebebasan pribadi yang dikemukakan oleh beberapa orang untuk

menggambarkan profesi keguruan. Mereka secara psikologis lebih matang

sehingga rangsangan-rangsangan terhadap dirinya dapat ditaksir.

4. Mereka memiliki seni dalam hubungan manusiawi yang diperolehnya dari

pengamatannya tentang bekerjanya psikologi, biologi, dan antropologi

kultural di dalam kelas

5. Mereka berkeinginan untuk terus tumbuh. Mereka sadar bahwa dibawah

pengaruhnya, sumber-sumber manusia dapat berubah nasibnya (Hamalik,

2002).

Seorang pendidik berkewajiban membimbing, mengarahkan,

mengantarkan, dan mengembangkan potensi anak didik seoptimal mungkin. Tentu

saja, pekerjaan ini tidaklah mudah bagi seorang pendidik, sebab ia harus mampu

12

menggali atau mengungkap potensi peserta didik yang masih tersembunyi (hidden

talent) menjadi potensi yang tumbuh dan berkembang ke permukaan. Sebuah

layanan yang bukan saja membutuhkan waktu, akan tetapi membutuhkan pula

proses layanan pendidikan yang tepat dan benar.

Dengan dasar di atas, seorang pendidik perlu pandangan yang luas,

sehingga memiliki pemahaman yang mendalam terkait dengan beragam konsep

pendidikan. Peristiwa memilah, memilih, dan menerapkan beragam teori

pendidikan menjadi bagian yang kerap dilakukan oleh seorang pendidik. Selain

itu, mengkaji dan menentukan keberpihakan pada beragam aliran dari beberapa

tokoh pendahulu juga merupakan bagian yang senantiasa dilakukan oleh seorang

pendidik yang berkeinginan memberikan layanan yang terbaik bagi peserta

didiknya.

3. Standar Profesional Guru di Indonesia

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, standar berarti sesuatu yang

dipakai sebagai contoh atau dasar yang sah bagi ukuran, takaran, dan timbangan.

Standar juga dapat dipahami sebagai kriteria minimal yang harus dipenuhi. Jadi,

standar profesional guru mempunyai kriteria minimal berpendidikan sarjana atau

diploma empat serta dilengkapi dengan sertifikasi profesi. Dalam kasus dunia

pendidikan di Indonesia, seringkali standar bagi pemula atau guru baru belum

dapat dipenuhi. Namun setelah mereka aktif sebagai guru, kemudian ada

langkah-langkah memenuhi standar tersebut. Misalnya para guru yang under-

standard tadi melakukan upaya secara sungguh-sungguh untuk meningkatkan

kualitas diri, baik dengan cara melanjutkan studi atau kegiatan lain yang semisal.

Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai guru yang baik, pemerintah

Indonesia bersama berbagai lembaga terkait telah merumuskan dan menyusun

butir penting yang harus dipenuhi oleh para guru. Namun, mengingat tingkatan

guru juga beberapa jenjang, yakni tingkat pra-sekolah, taman kanak-kanak,

sekolah dasar, sekolah menengah umum atau kejuruan, dan selanjutnya, maka

persoalan ini menjadi kompleks.

13

Guru yang memenuhi standar adalah guru yang memenuhi kualifikasi

yang dipersyaratkan dan memahami benar apa yang harus dilakukan, baik ketika

di dalam maupun di luar kelas. Di samping tugas mengajar sebagai tugas pokok

seorang guru, ada juga beberapa persoalan atau tugas prinsip yang semua guru

harus mengetahui dan menguasainya sebagai bagian dari tugas seorang guru yang

profesional. Yakni tugas administrasi kurikulum dan pengembangannya,

pengelolaan peserta didik, personel, prasarana dan sarana, keuangan, layanan

khusus, dan hubungan sekolah-masyarakat. Memang dilihat dari segi

pembebanan, jelas persoalan di atas merupakan yang dapat memberatkan tugas

guru karena tidak terkait langsung dengan tugas mengajarnya. Akan tetapi, jika

dicermati ternyata tugas-tugas tersebut ada kaitannya dengan ketertiban,

kerapihan tugas guru, dan profesionalisme guru.

Umumnya, kata pendidik seringkali diwakiili oleh istilah “guru”. Guru,

sebagaimana diurai Hadari Nawawi (1989), adalah orang yang pekerjaannya

mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di dalam kelas. Secara lebih

khusus, guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran

yang ikut bertanggungjawab dalam membantu anak didik mencapai kedewasaan

masing-masing. Guru dalam pengetian tersebut, bukan hanya sekadar orang yang

berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan (mata pelajaran)

tertentu, akan tetapi guru adalah anggota masyarakat yang harus ikut dan berjiwa

bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk

menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa.

Kualitas pendidikan Indonesia dianggap oleh banyak kalangan masih

rendah. Karena saat ini banyak terdapat guru-guru yang mengajar bukan dari

lulusan kependidikan. Guru-guru tersebut banyak yang tidak profesional.

Berbeda dengan lulusan kependidikan, ketika kuliah mereka belajar tentang

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan profesionalisme.

Mata kuliah inilah yang mampu meningkatkan kualitas guru. Jelas berbeda

dengan sarjana nonkependidikan yang tidak belajar tentang hal-hal tersebut,

sehingga ketika mengajar guru menjadi tidak profesional. Berikut ini akan

dipaparkan tabel mengenai jumlah guru di Indonesia menurut ijazah tertinggi.

14

Guru Menurut Ijazah Tertinggi Tahun 2002/2003 (dalam %)

No. Jenjang Jumlah Guru SMA/D1 D2 D3 S1 S2/S3

1. TK 137.069 90,57 5,55 - 3,88 -

2. SLB 8.304 47,58 - 5,62 46,35 0,45

3. SD 1.234.927 49,33 40,14 2,17 8,30 0,05

4. SMP 466.748 11,23 21,33 25,10 42,03 0,31

5. SMA 230.114 1,10 1,89 23,92 72,75 0,33

6. SMK 147.559 3,54 1,79 30,18 64,16 0,33

7. PT 236.286 - - - 56,54 43,46

Sumber: Balitbang Depdiknas

Seperti yang terlihat di tabel diatas, saat ini profesi guru SD hampir 50%

persen diisi oleh guru yang hanya lulusan SMA atau D1, sedangkan 40,14% diisi

oleh guru lulusan D2, 2,17% oleh D3, dan hanya 8,30% diisi oleh guru lulusan

S1 atau sarjana. Sedangkan untuk lulusan S2/S3 hanya 0,05%. Hal ini tentu

sangat memperihatinkan, mengingat profesionalisme guru sangat diperlukan.

Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru.

Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya

manusia. Guru berhadapan langsung dengan para peserta didik di kelas melalui

proses belajar mengajar. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang

berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan

moral serta spiritual. Dengan demikian, akan dihasilkan generasi masa depan

yang siap hidup dengan tantangan zamannya. Oleh karena itu, diperlukan sosok

guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam

menjalankan tugas profesionalnya.

Realitas menunjukkan bahwa mutu guru di Indonesia dinilai masih

memperihatinkan. Input guru di Indonesia sangat rendah. Selain tabel yang

diatas, Data Balitbang Depdiknas (1999) menunjukkan dari peserta tes calon guru

PNS setelah dilakukan tes bidang studi ternyata rata-rata skor tes seleksinya

sangat rendah. Dari 6.164 calon guru Biologi ketika dites Biologi rata-rata

skornya hanya 44,96; dari 396 calon guru Kimia ketika dites Kimia rata-rata

15

skornya hanya 43,55; dari 7.558 calon guru Bahasa Inggris rata-rata skornya

hanya 37,57; dari 7.863 calon guru Matematika ketika dites Matematika rata-rata

skornya hanya 27,67; dan dari 1.164 calon guru Fisika ketika dites Fisika rata-

rata skornya hanya 27,35. Data Balitbang Depdiknas tahun 2001 juga

menunjukkan guru SD (negeri dan swasta) yang dinilai layak mengajar hanya

38% dari 1.141.168 guru se-Indonesia. Begitu pula untuk jenjang menengah,

julmah guru yang dinilai layak mengajar masih dibawah 70% (Kompas, 25

Januari 2004).

Profesi guru masih dihadapkan kepada banyak permasalahan, karena

profesi guru merupakan suatu profesi yang sedang tumbuh. Semua

permasalahannya masih relevan untuk dibicarakan, salah satu diantaranya profesi

harus melalui pendidikan tinggi keguruan. Hal ini sejalan dengan UU No. 14

Tahun 2005 Pasal 8 menyatakan guru wajib memiliki kualifikasi akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kemudian Pasal 9

menyatakan kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma

empat. Penegasan dari UU ini menyatakan secara jelas bahwa kualifikasi guru

setidak-tidaknya berpendidikan sarjana atau program diploma empat.

Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen Tahun 2005 ini juga

menggariskan prinsip profesional dengan memberikan batasan pekerjaan guru

sebagai profesi yang memerlukan keahlian, kearifan, dan keteladanan yang

mempunyai kekhususan dalam pengembangan kemampuan dan pembentukan

watak peserta didik serta pembangunan peradaban bangsa yang bermartabat dan

melalui waktu yang panjang. Disebutkan secara eksplisit dalam UU ini bahwa

guru yang profesional harus memenuhi syarat, yakni:

a. Memiliki latar belakang pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang

profesinya.

b. Memperoleh kehormatan dan penghargaan dari masyarakat atas jasa

pengabdian pada bidang profesinya.

16

c. Menjadi anggota organisasi profesi yang memperoleh pengakuan secara

nasional maupun internasional.

d. Melaksanakan tugas berdasarkan kode etik profesi guru.

e. Memperoleh penghasilan layak yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan

atas dasar prestasi dan mencerminkan martabat guru yang profesional,

termasuk kesejahteraan, jaminan sosial, dan perlindungan hukum dalam

menjalankan profesinya.

Selain itu, Undang-Undang juga menegaskan bahwa pemberdayaan

profesi guru hendaknya diselenggarakan secara demokratis, berkeadilan, dan tidak

diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai

kultural, kemajemukan bangsa, dan nilai profesionalisme.

4. Kompetensi Guru

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal 10 dan dijelaskan pula dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan pada Bab VI Pasal 28 Ayat (3), ada empat kompetensi guru yaitu

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan

kompetensi sosial.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan

pemahaman terhadap peserta didik dan pengelolaan pembelajaran yang mendidik

dan dialogis. Secara substantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman

terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil

belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya.

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang

mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, berwibawa, menjadi

teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional

berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan

mendalam yang mencakup substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di

17

sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta

secara terus menerus menambah wawasan keilmuan sebagai guru.

Selanjutnya adalah kompetensi sosial yakni berkenaan dengan

kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan

bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

H. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap masalah yang diteliti, maka

ada beberapa istilah yang perlu didefinisikan yaitu sebagai berikut.

1. Pengaruh adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang atau

benda).

2. Profesionalisme guru adalah paham yang memandang bahwa pekerjaan guru

itu harus menempuh proses profesionalisasi agar ia memperoleh status

sebagai profesional, yang kinerjanya dapat memadai standar mutu

profesionalitas dengan memperoleh kepercayaan, pengakuan, dan

penghargaan yang layak dari para pihak yang berkepentingan.

3. Mengajar adalah menyajikan bahan ajar tertentu berupa seperangkat

pengetahuan, nilai, dan/atau deskripsi keterampilan kepada seseorang atau

sekumpulan orang dengan maksud agar pengetahuan yang diperlukannya

sekarang atau untuk pekerjaan yang akan dijalaninya tumbuh, sehingga ia

dapat mengembangkan atau meningkatkan intelegensinya secara intelektual.

I. Metodologi Penelitian

1. Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

karena metode ini menitikberatkan pada proses penyusunan dan pengumpulan

data, analisis, dan interpretasi data, serta memusatkan diri pada pemecahan

masalah yang sedang berlangsung saat ini. Menurut Surakhmad (2002 : 140),

18

“Metode deskriptif adalah metode yang mempunyai ciri memusatkan diri pada

pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-

masalah yang aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan

kemudian dianalisis”. Dari segi pendekatan analisis dan pengumpulan data

digunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan karena ada

proses pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan studi dokumentasi

yang analisis datanya juga menggunakan analisis data kualitatif.

2. Instrumen Penelitian

a. Instrumen Pengumpulan Data

Angket

Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada

orang lain yang bersedia memberikan respons (responden) sesuai

dengan permintaan pengguna. Jenis angket yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu angket tertutup.

Wawancara

Wawancara merupakan bentuk komunikasi verbal antara

peneliti dengan guru bidang studi, semacam percakapan untuk

memperoleh informasi. Pada penelitian ini dilakukan secara bebas

tanpa terikat oleh pertanyaan tertulis agar dapat berlangsung luwes

dengan arah yang terbuka.

Pengamatan (Observasi)

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke

objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.

Pengamatan yang dilakukan yaitu pengamatan ketika guru mengajar.

Dokumentasi

Dokumentasi bertujuan untuk memperoleh data langsung dari

tempat penelitian. Dokumentasi dalam penelitian ini meliputi foto-

foto, video guru mengajar, dan data-data yang relevan lainnya.

19

3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah guru Sekolah Dasar se-Gugus 21

Kecamatan Mandalajati Kota Bandung. Sampelnya adalah guru Sekolah Dasar

Komplek Jatihandap, Cicabe, dan Cikadut.

Teknik sampling yang digunakan yaitu teknik non-probability sampling

yaitu teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan (peluang) pada setiap

anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel. Kemudian digunakan teknik

sampling sistematis. Peneliti menginginkan jumlah sampel sebanyak 15 guru dari

jumlah populasi sebanyak 90 guru.

4. Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif

merupakan pengolahan data yang dilakukan melalui penggunaan kata-kata atau

kalimat. Kegiatan utama dalam pengolahan data kualitatif yaitu reduksi data, data

yang terkumpul melalui berbagai teknik pengumpulan data (kualitatif) diseleksi,

dirangkum, dan diikhtisarkan sesuai dengan fokus penelitian. Pendekatan

kualitatif digunakan karena analisis ini bertalian dengan uraian deskriptif

mengenai profesionalisme guru dalam kegiatan belajar mengajar. Teknik tersebut

mencakup kegiatan mengungkap kelebihan dan kelemahan kinerja guru dalam

proses kegiatan belajar mengajar. Hasil analisis tersebut nantinya akan digunakan

sebagai dasar untuk pengumpulan data.

J. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini dilaporkan dalam wujud skripsi. Skripsi yang

dimaksud disusun atas lima bab. Bab I Pendahuluhan yang meliputi latar

belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab II Kajian Teoritik yang meliputi

20

konsep pendidikan guru, profesionalisme guru, cara mengajar dan beberapa

penelitian terdahulu.

Bab III Metode Penelitian mencakup definisi operasional variabel,

populasi dan sampel penelitian, persiapan pelaksanaan dan analisis data

penelitian. Sedangkab Bab IV tentang hasil dan pembahasan penelitian mencakup

deskripsi dan uraian bahasan hasil penelitian. Bab V Penutup meliputi

kesimpulan dan rekomendasi.

K. Jadwal Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama empat bulan, dimulai dari Bulan Januari

2013 sampai bulan April 2013.

No. Kegiatan Bulan

Januari Februari Maret April

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan

a. Pengumpulan Data

b. Analisis Data

3. Penyusunan

L. Daftar Pustaka

Barizi, Ahmad & Muhammad Idris. 2009. Menjadi Guru Unggul. Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media.

Barnawi & Mohammad Arifin. 2012. Etika dan Profesi Kependidikan. Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media.

Chaedar, A. Alwasilah, dkk. 2008. Pendidikan di Indonesia Masalah dan Solusi.

Jakarta: Kedeputian Bidang Koordinasi Pendidikan, Agama, dan Aparatur

Negara.

Kusnandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Riduwan. 2011. Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.

21

Sagala, Syaiful. 2008. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.

Bandung: Alfabeta.

Sukardjo & Ukim Komarudin. 2012. Landasan Pendidikan Konsep dan

Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.

Tilaar, H.A.R. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional – Suatu Tinjauan Kritis.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sampurno, Agus. 2009. Sepuluh Ciri Guru Profesional. [Online]. Tersedia:

http://gurukreatif.wordpress.com/2009/11/06/10-ciri-guru-profesional/ (6

Januari 2012)