Proposal Kp (1)
-
Upload
krisna-hanjar-prastawa -
Category
Documents
-
view
23 -
download
10
description
Transcript of Proposal Kp (1)
-
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang pesat di abad ke-21 ini, semakin menuntut
sikap profesional yang harus dimiliki oleh setiap lulusan perguruan tinggi. Artinya,
dalam berbagai situasi dalam dunia industri yang nyata, seorang lulusan perguruan
tinggi dituntut untuk dapat menemukan alternatif solusi atas masalah yang ditemui.
Selain itu seorang lulusan perguruan tinggi juga harus memiliki pemahaman
bagaimana pola hidup seorang pekerja profesional, karena terdapat perbedaan
yang sangat mendasar antara pola hidup seorang mahasiswa dengan seorang
profesional.
Tuntutan profesional di atas tidak cukup diperoleh hanya dengan
mengandalkan apa yang didapat dari mata kuliah teori saja. Karena itu, sejak awal
seorang calon sarjana, khususnya di ilmu geofisika, harus melatih semua aspek yang
dibutuhkan untuk terjun ke dunia yang akan digelutinya nanti.
Sesuai dengan tuntutan tersebut, maka Program Studi Geofisika Universitas
Gadjah Mada mensyaratkan Kerja Praktek sebagai mata kuliah wajib yang harus
diikuti oleh mahasiswa Geofisika untuk meraih gelar kesarjanaannya. Melalui Kerja
Praktek ini diharapkan mahasiswa Geofisika lebih mengenal dunia kerjanya sekaligus
belajar menerapkan ilmu yang diperoleh melalui bangku kuliah, khususnya tentang
pengolahan data seismik.
Metode seismik merupakan salah satu metode dalam geofisika yang banyak
digunakan dalam kegiatan eksplorasi, terutama eksplorasi yang berkaitan dengan
hidrokarbon. Keunggulan dari metode ini adalah memiliki tingkat akurasi, resolusi
dan penetrasi yang lebih tinggi. Dalam perkembangannya metode ini sangat
berkembang pesat yang disertai dengan teknologi tinggi dalam hal akuisisi data,
pemrosesan data seismic, sampai dengan interpretasi data seismik.
Tujuan dari pengolahan data seismik adalah menghasilkan penampang
seismik dengan S/N (signal to noise ratio) yang baik tanpa mengubah bentuk
kenampakan-kenampakan refleksi, sehingga dapat diinterpretasikan keadaan dan
bentuk dari perlapisan di bawah permukaan bumi seperti apa adanya. Dengan
-
demikian pengolahan data seismik merupakan pekerjaan untuk meredam noise dan
memperkuat sinyal.
Oleh karena itu untuk mengetahui tentang tahapan-tahapan dalam
pengolahan data seismik, penulis bermaksud untuk mengikuti praktek kerja di
Mubadala Petroleum. Mubadala Petroleum merupakan perusahaan eksplorasi
minyak bumi dan gas yang bereputasi baik dengan sistem produksi yang telah
mapan. Sebagai oil company yang memproduksi minyak dan gas, tentunya
melibatkan berbagai jenis proses yang erat kaitannya dengan materi-materi yang
telah diberikan sebagai bahan kuliah di Program Studi Geofisika.
I.2 Maksud dan Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari Kerja Praktek ini bagi mahasiswa adalah:
1. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperoleh pengalaman dalam
hal engineering praktis, kemampuan berkomunikasi, dan bersosialisasi di dalam
dunia industri.
2. Mengenal, memahami dan melaksanakan pengolahan data seismic (seismic
data processing).
3. Memberikan kelengkapan dan pendalaman materi kuliah melalui pengamatan
langsung di lapangan sekaligus mengimplementasikan ilmu-ilmu yang telah
diperoleh di bangku kuliah.
4. Memenuhi salah satu mata kuliah wajib Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada.
-
BAB II
DASAR TEORI
Seperti disebutkan diatas, bahwa pengolahan data seismik bertujuan
memperbaki S/N ratio. Hal ini berarti semua noise yang
mengganggu/menyelubungi informasi refleksi sedapat mungkin diredam dan
sebaliknya semua informasi refleksi dipertahankan dan bahkan diperkaya
(spektrum amplitudonya) dan dikoreksi (spektrum phasenya), sehingga akan
diperoleh penampang seismik yang benar (tidak dibuat-buat secara tidak wajar).
Tahapan pengolahan data seismik dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori :
1. Pengaturan rutinitas data
2. Koreksi akibat geometri
3. Diagnosis sifat-sifat data dan masalah-masalah yang ada
4. Penonjolan data (data enhancement)
Adapun diagram alir lengkap tahapan pengolahan data seperti gambar
1.1a, walaupun beberapa langkah pemrosesan merupakan pilihan (option).
II.1 Pengaturan Rutinitas Data
Program rutin ini mengerjakan reformating, sorting dan editing.
Reformating termasuk demultiplexing, pelabelan dan trace gathering.
Demultiplexing
Gelombang seismik yang terpantul beserta noise dan gelombang
lainnya diterima oleh geophone masih berupa analog. Gelombang analog
ini dicuplik menjadi digital dengan menggunakan multiplexer pada interval
tertentu di saat perekaman.
Pencuplikan dimulai dari kanal A sampai dengan kanal terakhir dan
kembali ke kanal A lagi dan seterusnya dengan selang waktu cuplik tertentu.
Dengan demikian akan diperoleh sampel 1 dari kanal A, sampel 1 dari
kanal Bsampel 1 dari kanal terakhir (n). Kemudian diulang untuk sampel
kedua, yaitu sampel 2 kanal A, sampel 2 kanal Bdan seterusnya dengan
waktu cuplik t, sampai dengan kanal terakhir (n). t/n disebut
sebagai multiplexing static seperti yang dilukiskan pada gambar 1.1b.
-
Setiap sampel, setelah dikonversikan menjadi bilangan-bilangan,
ditulis pada pita magnetik tanpa diatur kembali menurut urutan data
aslinya. Dengan demikian jelaslah bahwa data seismik pada pita magnetik
dari lapangan ditulis menurut kelompok sampel, bukan menurut kelompok
kanal atau trace. Pekerjaan demultiplexing adalah mengatur kembali urutan
sampel tersebut berdasarkan kelompok kanal/tracenya seperti yang
ditunjukkan gambar 1.2 dan mengoreksi kesalahan multiplexnya, polaritas
dan statik.
Gambar1.1a. Diagram alir lengkap tahapan pengolahan data.
-
Pelabelan
Setelah sampel diatur berdasarkan kanal, maka masing-masing trace
diberi label pada pita magnetik tersebut yang letaknya di depan masing-
masing trace. Label ini berisi informasi, nomer lokasi/shoot, elevasi sumber
dan geophone, nomer record, nomer trace, nomer CDP, offset, dll. Label real
tape-pun ditempelkan pada tape yang telah berisi trace-trace lengkap dengan
labelnya, seperti nomer lintasan, nomer tape, format penulisan (SEG-B, SEG-
A, SEG-Y, dll), laju pencuplikan dan nomer proyek.
Trace Gathering
Adalah penggabungan atau pengelompokan menurut beberapa
kesamaan dari masing-masing trace, yang dapat berupa Common Source
Point (CSP), Common Depth Point (CDP), Common Offset, Common Receiver,
dll. Pengelompokan ini memudahkan analisis dan atau mempercepat
pemrosesan sesuai dengan keperluan.
-
Gain Recovery
Gain (penguatan) yang dikenakan pada trace seismik di lapangan
berbentuk suatu fungsi yang tidak smooth, karena harganya bisa naik atau
turun secara otomatis (instranteneous floating point), maka mengakibatkan
distorsi. Tetapi fungsi gain tersebut ikut terekam di dalam pita magnetik. Di
pusat pengolahan data, fungsi gain tadi ditiadakan dengan cara mengalikan
harga-harga trace seismik dengan kebalikan fungsi gain, kemudian dihitung
harga rata-rata amplitudo trace seismik tersebut menurut fungsi waktu. Dari
sini bisa ditentukan parameter-parameter fungsi gain yang baru sedemikian
rupa sehingga fungsi gain yang dipergunakan menjadi smooth. Fungsi gain
yang benar akan menghasilkan trace seismik dengan perbandingan
amplitudo-amplitudo sesuai dengan perbandingan dari masing-masing
koefisien refleksinya. Perbandingan koefisien refleksi yang benar akan
memudahkan interpretasi sifat-sifat refleksi dan lapisan-lapisan batuan.
Secara umum fungsi gain g (t) berupa
Gain (dB) = A.t + B.20 log (t) + C (1.1)
Dengan t adalah waktu, A faktor atenuasi, B faktor spherical divergensi dan C
tetapan gain. Terdapat beberapa jenis gain :
1. PGC (Programmed Gain Control) adalah fungsi gain yang sederhana,
bekerja berdasarkan interpolasi antara harga skalar amplitudo sampel
pada laju pencuplikan dengan satu jendela tertentu.
2. AGC (Automatic Gain Control) adalah gain g (t) yang bekerja dengan
menggunakan metode rms (root mean square). Amplitudo masing-
masing sampel dikuadratkan, lalu dihitung rms-nya pada satu jendela
tertentu.
Editing/Muting
Trace yang terekam termasuk pula noise. Noise yang koheren bisa
diredam dengan berbagai cara di dalam pemrosesan. Tetapi noise yang tidak
koheren dimana amplitudonya sangat tinggi, sulit/tidak bisa diredam kecuali
dimatikan seluruhnya atau sebagian saja seperti yang ditunjukkan pada
gambar 1.6. Mematikan sebagian atau seluruhnya dari trace disebut editing
atau muting. Jenis noise yang biasanya diedit adalah :
1. Trace mati, karena geophonenya sengaja tidak dipasang, sehingga
kanalnya akan berisi noise instrumen atau karena kerusakan kanal.
2. Trace yang mengandung noise elektro statik, biasanya frekuensi tinggi
-
3. Trace yang merekam getaran langkah orang yang berjalan dekat
geophone pada saat perekaman berlangsung.
4. Cross feed
5. Polaritas terbalik (hal ini tidak perlu dimatikan, karena bisa dikoreksi pada
komputer)
6. Daerah first arrival (gelombang bias, pakai initial muting)
7. Noise di dalam trace yang mengelompok (pakai surgical muting)
II.2 Koreksi Akibat Geometri
Karena kondisi lapangan tidak seperti pada kondisi model yang
sederhana (pada saat rumus-rumus geometri yang diturunkan), maka
diperlukan penyesuaian dengan koreksi geometri. Koreksi geometri meliputi
koreksi statik (koreksi lapisan lapuk dan elevasi), koreksi NMO (koreksi
dinamik), amplitudo restoration (gain recovery) dan migrasi.
Koreksi Statik
Koreksi statik terdiri dari koreksi weathering layer (lapisan lapuk) dan
koreksi elevasi. Koreksi statik biasanya sangat diperlukan pada data seismik
darat untuk kompensasi beda waktu tempuh karena perbedaan ketinggian
dari sumber seismik (SP) ke SP lainnya dan dari geophone ke geophone
lainnya. Juga karena tebal lapisan lapuk yang tidak sama serta adanya
-
kecepatan rambat gelombang yang bervariasi di dalam lapisan lapuk.
Sehingga hal ini akan menimbulkan perbedaan waktu tempuh dari SP ke SP
dan dari geophone ke geophone. Kompensasi ini diperlukan agar bentuk
refleksi kurang lebih sesuai dengan bentuk sesungguhnya dan agar pada
proses stacking sinyal dapat saling memperkuat (sephase).
Koreksi NMO
Koreksi NMO diperlukan karena untuk satu titik di subsurface akan
terekam oleh sejumlah geophone sebagai garis lengkung (hiperbola). Di
dalam CDP gather koreksi NMO diperlukan untuk mengoreksi masing-masing
CDPnya agar garis lengkung tersebut menjadi lurus, sehingga pada
saat stack diperoleh sinyal yang maksimal.
Koreksi Migrasi
Migrasi diperlukan karena rumusan pemantulan pada CMP yang
diturunkan berasumsi pada model lapisan datar, apabila lapisannya miring,
maka letak titik-titik CMP/reflektornya akan bergeser. Untuk mengembalikan
titik-titik reflektor tersebut ke posisi sebenarnya disebut koreksi migrasi atau
dikenal dengan migrasi saja.
Dekonvolusi
Gelombang seismik yang dikirim ke dalam bumi mengalami proses
konvolusi (filtering). Dalam hal ini bumi bersikap sebagai filter terhadap
energi seismik tersebut. Akibat efek filter bumi, maka bentuk gelombang
seismik (wavelet) yang semula tajam dan tinggi amplitudonya (dalam kawasan
waktu), menjadi lebih lebar dan menurun amplitudonya (melar/streching).
Dekonvolusi adalah suatu proses untuk kompensasi efek filter bumi tersebut di
atas wavelet yang terekam menjadi tajam dan tinggi kembali amplitudonya di
kawasan waktu atau pada kawasan frekuensi spektrum amplitudonya
dilebarkan (diputihkan/whitening) dan spektrum phasenya dinolkan/
diminimumkan.
Usaha untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan :
1. Rekaman signature, adalah wavelet yang direkam oleh detektor khusus
pada saat penembakan guna mengkoreksi pergeseran phase yang ada
menjadi zero phase. Kemudian ditentukan operatornya untuk dekonvolusi
semua trace.
2. Merekam impuls respon (wavelet) dari sistem instrumen
3. Ekstraksi wavelet dari gelombang refleksi
-
II.3 Diagnosis Sifat-Sifat dan Masalahnya
Mendiagnosa berarti melakukan analisis terhadap sinyal agar
diperoleh suatu langkah pemrosesan berikutnya untuk perbaikan S/N. Analisis
juga dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada.
Analisis yang umum biasanya berupa analisa kecepatan, analisa
frekuensi dan autokorelasi serta analisis lainnya yang bersifat khusus. Analisis
kecepatan dilakukan dalam CDP gather. Didalam CDP gather titik reflektor
pada offset yang berbeda akan berupa garis lurus (setelah koreksi NMO).
Dalam CDP gather dapat juga dilakukan koreksi statik untuk sumber (SP)
maupun receiver.
Analisis frekuensi digunakan untuk mengetahui kandungan frekuensi
sinyal yang harus dipertahankan dan frekuensi noise yang harus diredam.
Analisis autokorelasi digunakan untuk mendeteksi adanya gejala-gejala
periodik dengan periodisitas yang panjang serta membantu dalam membuat
filter-filter prediktif (untuk noise multiple) dan penonjolan (enhancement) data.
II.4 Penonjolan (Enhancement ) Data
Enhancement bertujuan meningkatkan kualitas data (S/N ratio tinggi).
Proses yang termasuk enhancement adalah koreksi statik residual, stacking
dan filtering.
Koreksi Statik Residual
Walaupun koreksi statik telah dilakukan sebelum analisa kecepataan,
tetapi koreksi tersebut tidaklah sempurna. Hal ini disebabkan beberapa faktor
seperti:a. Kesalahan pengukuran elevasi
b. Ketidaktelitian membaca up hole time
c. Ketidaktepatan mengukur kecepatan replacement
d. Adanya manipulasi kedalaman lubang bor oleh regu bor
e. Adanya problem surface unconsistent static
Stacking
Setelah semua trace dikoreksi statik dan dinamik, maka di dalam
format CDP gather setiap refleksi menjadi horizontal dan noise-noisenya tidak
horizontal, seperti ground roll dan multiple. Hal tersebut dikarenakan koreksi
dinamik hanya untuk reflektor-reflektornya saja. Dengan demikian, apabila
trace-trace refleksis yang datar tersebut disuperposisikan (distack) dalam
-
setiap CDPnya maka diperoleh sinyal refleksi yang saling memperkuat dan
noise akan saling meredam, sehingga S/N ratio naik.
Filtering
Filter digunakan untuk meredam noise dan menjaga sinyal. Ada dua
jenis filter :
1. Filter frekuensi (satu dimensi)
Hanya meredam frekuensi tertentu yang tidak diinginkan. Tipe filter ini berupa
low pass filter, high pass filter, band pass filter, dan notch filter. Filter di dalam
pengolahan data pada umumnya bersifat zero phase, sehingga tidak
menggeser phase data.
2. Filter F-K (dua dimensi)
Digunakan untuk meredam noise yang memiliki frekuensi sama dengan
frekuensi sinyal tetapi bilangan gelombangnya berbeda. Ada dua jenis filter F-
K, yaitu notch dan band pass filter.
Equalization
Adalah proses untuk menaikkan atau menurunkan harga amplitudo
tanpa merubah perbandingan amplitudo refleksi-refleksinya. Dalam hal ini
digunakan window yang panjang, setelah harga rata-rata diperoleh dalam
window tersebut lalu dicari faktor skalanya atau faktor pengali sedemikian
rupa sehingga harga rata-rata itu menjadi suatu harga yang dikehendaki (2).
Faktor skala yang diperoleh, dipergunakan untuk mengalikan semua
amplitudo trade tersebut. Bila digunakan banyak window (overlap/baku tindih
50 %) maka faktor skala setiap window dikalikan pada amplitudo trace di
windownya masing-masing. Pada daerah baku tindih dilakukan interpolasi.
Plotting
Pengolahan data dianggap selesai kalau hasil pengolahan telah diplot
pada film. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada plot film adalah :
a. Skala horizontal (trace/mm atau trace/inch) dan skala vertikal (detik/cm)
b. Bias, dinyatakan dalam % yaitu tebal garis trace terhadap jarak 2 trace.
c. Display mode, bisa wiggle saja, wiggle variable area atau wiggle variable.
d. Polaritas (normal/reverse) dan garis waktu (timing line)
e. Informasi pada film (titik perpotongan lintasan, sumur, dll)
f. Arah plot, harus sesuai dengan arah penembakan lintasan
g. Gain, fokus, sambungan film (bila perlu penyambungan) harus sama
densitasnya.
-
BAB III
RENCANA KERJA PRAKTEK
III.1. Bidang Studi
Bidang studi yang akan dipelajari dalam kerja praktek ini meliputi
seismic data processing dengan menggunakan fasilitas yang telah disediakan
perusahaan.
III.2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kerja praktek ini diharapkan dapat terlaksana pada :
Tanggal : 01 November 2015 30 November 2015
Tempat :
Alamat :
Jadwal Kegiatan :
No. Kegiatan Minggu ke -
1 2 3 4
1. Studi Literatur
2. Persiapan
3. Pengolahan
4. Pembuatan Laporan
5. Konsultasi Laporan
6. Presentasi (Seminar)
III.3. PESERTA
Peserta yang akan mengikuti program Kerja Praktek yaitu :
Nama : Agung Budi Prabowo (12/334731/PA/14963)
Jurusan : Fisika, Program Studi Geofisika
Alamat 1 : Sekip Utara P.O. BOX BLS 21 Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 522214, Fax (0274) 545185.
Alamat 2 : Rogocolo, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, D.I. Yogyakarta 55181
Mobile Phone: +6285729942924
E-mail : [email protected]
-
Nama : Krisna Hanjar Prastawa (12/334701/PA/14934)
Jurusan : Fisika, Program Studi Geofisika
Alamat 1 : Sekip Utara P.O. BOX BLS 21 Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 522214, Fax (0274) 545185.
Alamat 2 : Gebal Kulon RT 015 RW 009, Canan, Wedi, Klaten, Jawa
Tengah
Mobile Phone : 08562588770
E-mail : [email protected]
-
BAB IV
PENUTUP
Demikian proposal ini, semoga dapat memberikan gambaran mengenai
maksud dan tujuan dari kerja praktek yang akan kami lakukan. Besar harapan kami
agar permohonan kami dikabulkan. Atas perhatian dan kesediaannya
mempertimbangkan permohonan ini, kami ucapkan terima kasih.
-
LEMBAR PENGESAHAN
Yogyakarta, Januari 2014,
Pemohon 1
Agung Budi Prabowo
(12/334731/PA/14963)
Pemohon 2
Krisna Hanjar Prastawa
(12/334731/PA/14963)
Ketua Program Studi Geofisika
FMIPA UGM
Prof. Dr. Sismanto, M.Si.
NIP : 196002051988031002
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Sismanto, M.Si.
NIP : 196002051988031002
Ketua Jurusan Fisika
FMIPA UGM
Dr. Mitrayana, M.Si.
NIP : 1973031999031004