Proposal Kp (1)

14
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat di abad ke-21 ini, semakin menuntut sikap profesional yang harus dimiliki oleh setiap lulusan perguruan tinggi. Artinya, dalam berbagai situasi dalam dunia industri yang nyata, seorang lulusan perguruan tinggi dituntut untuk dapat menemukan alternatif solusi atas masalah yang ditemui. Selain itu seorang lulusan perguruan tinggi juga harus memiliki pemahaman bagaimana pola hidup seorang pekerja profesional, karena terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara pola hidup seorang mahasiswa dengan seorang profesional. Tuntutan profesional di atas tidak cukup diperoleh hanya dengan mengandalkan apa yang didapat dari mata kuliah teori saja. Karena itu, sejak awal seorang calon sarjana, khususnya di ilmu geofisika, harus melatih semua aspek yang dibutuhkan untuk terjun ke dunia yang akan digelutinya nanti. Sesuai dengan tuntutan tersebut, maka Program Studi Geofisika Universitas Gadjah Mada mensyaratkan Kerja Praktek sebagai mata kuliah wajib yang harus diikuti oleh mahasiswa Geofisika untuk meraih gelar kesarjanaannya. Melalui Kerja Praktek ini diharapkan mahasiswa Geofisika lebih mengenal dunia kerjanya sekaligus belajar menerapkan ilmu yang diperoleh melalui bangku kuliah, khususnya tentang pengolahan data seismik. Metode seismik merupakan salah satu metode dalam geofisika yang banyak digunakan dalam kegiatan eksplorasi, terutama eksplorasi yang berkaitan dengan hidrokarbon. Keunggulan dari metode ini adalah memiliki tingkat akurasi, resolusi dan penetrasi yang lebih tinggi. Dalam perkembangannya metode ini sangat berkembang pesat yang disertai dengan teknologi tinggi dalam hal akuisisi data, pemrosesan data seismic, sampai dengan interpretasi data seismik. Tujuan dari pengolahan data seismik adalah menghasilkan penampang seismik dengan S/N (signal to noise ratio) yang baik tanpa mengubah bentuk kenampakan-kenampakan refleksi, sehingga dapat diinterpretasikan keadaan dan bentuk dari perlapisan di bawah permukaan bumi seperti apa adanya. Dengan

description

Kerja Praktek

Transcript of Proposal Kp (1)

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Perkembangan teknologi yang pesat di abad ke-21 ini, semakin menuntut

    sikap profesional yang harus dimiliki oleh setiap lulusan perguruan tinggi. Artinya,

    dalam berbagai situasi dalam dunia industri yang nyata, seorang lulusan perguruan

    tinggi dituntut untuk dapat menemukan alternatif solusi atas masalah yang ditemui.

    Selain itu seorang lulusan perguruan tinggi juga harus memiliki pemahaman

    bagaimana pola hidup seorang pekerja profesional, karena terdapat perbedaan

    yang sangat mendasar antara pola hidup seorang mahasiswa dengan seorang

    profesional.

    Tuntutan profesional di atas tidak cukup diperoleh hanya dengan

    mengandalkan apa yang didapat dari mata kuliah teori saja. Karena itu, sejak awal

    seorang calon sarjana, khususnya di ilmu geofisika, harus melatih semua aspek yang

    dibutuhkan untuk terjun ke dunia yang akan digelutinya nanti.

    Sesuai dengan tuntutan tersebut, maka Program Studi Geofisika Universitas

    Gadjah Mada mensyaratkan Kerja Praktek sebagai mata kuliah wajib yang harus

    diikuti oleh mahasiswa Geofisika untuk meraih gelar kesarjanaannya. Melalui Kerja

    Praktek ini diharapkan mahasiswa Geofisika lebih mengenal dunia kerjanya sekaligus

    belajar menerapkan ilmu yang diperoleh melalui bangku kuliah, khususnya tentang

    pengolahan data seismik.

    Metode seismik merupakan salah satu metode dalam geofisika yang banyak

    digunakan dalam kegiatan eksplorasi, terutama eksplorasi yang berkaitan dengan

    hidrokarbon. Keunggulan dari metode ini adalah memiliki tingkat akurasi, resolusi

    dan penetrasi yang lebih tinggi. Dalam perkembangannya metode ini sangat

    berkembang pesat yang disertai dengan teknologi tinggi dalam hal akuisisi data,

    pemrosesan data seismic, sampai dengan interpretasi data seismik.

    Tujuan dari pengolahan data seismik adalah menghasilkan penampang

    seismik dengan S/N (signal to noise ratio) yang baik tanpa mengubah bentuk

    kenampakan-kenampakan refleksi, sehingga dapat diinterpretasikan keadaan dan

    bentuk dari perlapisan di bawah permukaan bumi seperti apa adanya. Dengan

  • demikian pengolahan data seismik merupakan pekerjaan untuk meredam noise dan

    memperkuat sinyal.

    Oleh karena itu untuk mengetahui tentang tahapan-tahapan dalam

    pengolahan data seismik, penulis bermaksud untuk mengikuti praktek kerja di

    Mubadala Petroleum. Mubadala Petroleum merupakan perusahaan eksplorasi

    minyak bumi dan gas yang bereputasi baik dengan sistem produksi yang telah

    mapan. Sebagai oil company yang memproduksi minyak dan gas, tentunya

    melibatkan berbagai jenis proses yang erat kaitannya dengan materi-materi yang

    telah diberikan sebagai bahan kuliah di Program Studi Geofisika.

    I.2 Maksud dan Tujuan

    Tujuan yang ingin dicapai dari Kerja Praktek ini bagi mahasiswa adalah:

    1. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperoleh pengalaman dalam

    hal engineering praktis, kemampuan berkomunikasi, dan bersosialisasi di dalam

    dunia industri.

    2. Mengenal, memahami dan melaksanakan pengolahan data seismic (seismic

    data processing).

    3. Memberikan kelengkapan dan pendalaman materi kuliah melalui pengamatan

    langsung di lapangan sekaligus mengimplementasikan ilmu-ilmu yang telah

    diperoleh di bangku kuliah.

    4. Memenuhi salah satu mata kuliah wajib Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika,

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada.

  • BAB II

    DASAR TEORI

    Seperti disebutkan diatas, bahwa pengolahan data seismik bertujuan

    memperbaki S/N ratio. Hal ini berarti semua noise yang

    mengganggu/menyelubungi informasi refleksi sedapat mungkin diredam dan

    sebaliknya semua informasi refleksi dipertahankan dan bahkan diperkaya

    (spektrum amplitudonya) dan dikoreksi (spektrum phasenya), sehingga akan

    diperoleh penampang seismik yang benar (tidak dibuat-buat secara tidak wajar).

    Tahapan pengolahan data seismik dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori :

    1. Pengaturan rutinitas data

    2. Koreksi akibat geometri

    3. Diagnosis sifat-sifat data dan masalah-masalah yang ada

    4. Penonjolan data (data enhancement)

    Adapun diagram alir lengkap tahapan pengolahan data seperti gambar

    1.1a, walaupun beberapa langkah pemrosesan merupakan pilihan (option).

    II.1 Pengaturan Rutinitas Data

    Program rutin ini mengerjakan reformating, sorting dan editing.

    Reformating termasuk demultiplexing, pelabelan dan trace gathering.

    Demultiplexing

    Gelombang seismik yang terpantul beserta noise dan gelombang

    lainnya diterima oleh geophone masih berupa analog. Gelombang analog

    ini dicuplik menjadi digital dengan menggunakan multiplexer pada interval

    tertentu di saat perekaman.

    Pencuplikan dimulai dari kanal A sampai dengan kanal terakhir dan

    kembali ke kanal A lagi dan seterusnya dengan selang waktu cuplik tertentu.

    Dengan demikian akan diperoleh sampel 1 dari kanal A, sampel 1 dari

    kanal Bsampel 1 dari kanal terakhir (n). Kemudian diulang untuk sampel

    kedua, yaitu sampel 2 kanal A, sampel 2 kanal Bdan seterusnya dengan

    waktu cuplik t, sampai dengan kanal terakhir (n). t/n disebut

    sebagai multiplexing static seperti yang dilukiskan pada gambar 1.1b.

  • Setiap sampel, setelah dikonversikan menjadi bilangan-bilangan,

    ditulis pada pita magnetik tanpa diatur kembali menurut urutan data

    aslinya. Dengan demikian jelaslah bahwa data seismik pada pita magnetik

    dari lapangan ditulis menurut kelompok sampel, bukan menurut kelompok

    kanal atau trace. Pekerjaan demultiplexing adalah mengatur kembali urutan

    sampel tersebut berdasarkan kelompok kanal/tracenya seperti yang

    ditunjukkan gambar 1.2 dan mengoreksi kesalahan multiplexnya, polaritas

    dan statik.

    Gambar1.1a. Diagram alir lengkap tahapan pengolahan data.

  • Pelabelan

    Setelah sampel diatur berdasarkan kanal, maka masing-masing trace

    diberi label pada pita magnetik tersebut yang letaknya di depan masing-

    masing trace. Label ini berisi informasi, nomer lokasi/shoot, elevasi sumber

    dan geophone, nomer record, nomer trace, nomer CDP, offset, dll. Label real

    tape-pun ditempelkan pada tape yang telah berisi trace-trace lengkap dengan

    labelnya, seperti nomer lintasan, nomer tape, format penulisan (SEG-B, SEG-

    A, SEG-Y, dll), laju pencuplikan dan nomer proyek.

    Trace Gathering

    Adalah penggabungan atau pengelompokan menurut beberapa

    kesamaan dari masing-masing trace, yang dapat berupa Common Source

    Point (CSP), Common Depth Point (CDP), Common Offset, Common Receiver,

    dll. Pengelompokan ini memudahkan analisis dan atau mempercepat

    pemrosesan sesuai dengan keperluan.

  • Gain Recovery

    Gain (penguatan) yang dikenakan pada trace seismik di lapangan

    berbentuk suatu fungsi yang tidak smooth, karena harganya bisa naik atau

    turun secara otomatis (instranteneous floating point), maka mengakibatkan

    distorsi. Tetapi fungsi gain tersebut ikut terekam di dalam pita magnetik. Di

    pusat pengolahan data, fungsi gain tadi ditiadakan dengan cara mengalikan

    harga-harga trace seismik dengan kebalikan fungsi gain, kemudian dihitung

    harga rata-rata amplitudo trace seismik tersebut menurut fungsi waktu. Dari

    sini bisa ditentukan parameter-parameter fungsi gain yang baru sedemikian

    rupa sehingga fungsi gain yang dipergunakan menjadi smooth. Fungsi gain

    yang benar akan menghasilkan trace seismik dengan perbandingan

    amplitudo-amplitudo sesuai dengan perbandingan dari masing-masing

    koefisien refleksinya. Perbandingan koefisien refleksi yang benar akan

    memudahkan interpretasi sifat-sifat refleksi dan lapisan-lapisan batuan.

    Secara umum fungsi gain g (t) berupa

    Gain (dB) = A.t + B.20 log (t) + C (1.1)

    Dengan t adalah waktu, A faktor atenuasi, B faktor spherical divergensi dan C

    tetapan gain. Terdapat beberapa jenis gain :

    1. PGC (Programmed Gain Control) adalah fungsi gain yang sederhana,

    bekerja berdasarkan interpolasi antara harga skalar amplitudo sampel

    pada laju pencuplikan dengan satu jendela tertentu.

    2. AGC (Automatic Gain Control) adalah gain g (t) yang bekerja dengan

    menggunakan metode rms (root mean square). Amplitudo masing-

    masing sampel dikuadratkan, lalu dihitung rms-nya pada satu jendela

    tertentu.

    Editing/Muting

    Trace yang terekam termasuk pula noise. Noise yang koheren bisa

    diredam dengan berbagai cara di dalam pemrosesan. Tetapi noise yang tidak

    koheren dimana amplitudonya sangat tinggi, sulit/tidak bisa diredam kecuali

    dimatikan seluruhnya atau sebagian saja seperti yang ditunjukkan pada

    gambar 1.6. Mematikan sebagian atau seluruhnya dari trace disebut editing

    atau muting. Jenis noise yang biasanya diedit adalah :

    1. Trace mati, karena geophonenya sengaja tidak dipasang, sehingga

    kanalnya akan berisi noise instrumen atau karena kerusakan kanal.

    2. Trace yang mengandung noise elektro statik, biasanya frekuensi tinggi

  • 3. Trace yang merekam getaran langkah orang yang berjalan dekat

    geophone pada saat perekaman berlangsung.

    4. Cross feed

    5. Polaritas terbalik (hal ini tidak perlu dimatikan, karena bisa dikoreksi pada

    komputer)

    6. Daerah first arrival (gelombang bias, pakai initial muting)

    7. Noise di dalam trace yang mengelompok (pakai surgical muting)

    II.2 Koreksi Akibat Geometri

    Karena kondisi lapangan tidak seperti pada kondisi model yang

    sederhana (pada saat rumus-rumus geometri yang diturunkan), maka

    diperlukan penyesuaian dengan koreksi geometri. Koreksi geometri meliputi

    koreksi statik (koreksi lapisan lapuk dan elevasi), koreksi NMO (koreksi

    dinamik), amplitudo restoration (gain recovery) dan migrasi.

    Koreksi Statik

    Koreksi statik terdiri dari koreksi weathering layer (lapisan lapuk) dan

    koreksi elevasi. Koreksi statik biasanya sangat diperlukan pada data seismik

    darat untuk kompensasi beda waktu tempuh karena perbedaan ketinggian

    dari sumber seismik (SP) ke SP lainnya dan dari geophone ke geophone

    lainnya. Juga karena tebal lapisan lapuk yang tidak sama serta adanya

  • kecepatan rambat gelombang yang bervariasi di dalam lapisan lapuk.

    Sehingga hal ini akan menimbulkan perbedaan waktu tempuh dari SP ke SP

    dan dari geophone ke geophone. Kompensasi ini diperlukan agar bentuk

    refleksi kurang lebih sesuai dengan bentuk sesungguhnya dan agar pada

    proses stacking sinyal dapat saling memperkuat (sephase).

    Koreksi NMO

    Koreksi NMO diperlukan karena untuk satu titik di subsurface akan

    terekam oleh sejumlah geophone sebagai garis lengkung (hiperbola). Di

    dalam CDP gather koreksi NMO diperlukan untuk mengoreksi masing-masing

    CDPnya agar garis lengkung tersebut menjadi lurus, sehingga pada

    saat stack diperoleh sinyal yang maksimal.

    Koreksi Migrasi

    Migrasi diperlukan karena rumusan pemantulan pada CMP yang

    diturunkan berasumsi pada model lapisan datar, apabila lapisannya miring,

    maka letak titik-titik CMP/reflektornya akan bergeser. Untuk mengembalikan

    titik-titik reflektor tersebut ke posisi sebenarnya disebut koreksi migrasi atau

    dikenal dengan migrasi saja.

    Dekonvolusi

    Gelombang seismik yang dikirim ke dalam bumi mengalami proses

    konvolusi (filtering). Dalam hal ini bumi bersikap sebagai filter terhadap

    energi seismik tersebut. Akibat efek filter bumi, maka bentuk gelombang

    seismik (wavelet) yang semula tajam dan tinggi amplitudonya (dalam kawasan

    waktu), menjadi lebih lebar dan menurun amplitudonya (melar/streching).

    Dekonvolusi adalah suatu proses untuk kompensasi efek filter bumi tersebut di

    atas wavelet yang terekam menjadi tajam dan tinggi kembali amplitudonya di

    kawasan waktu atau pada kawasan frekuensi spektrum amplitudonya

    dilebarkan (diputihkan/whitening) dan spektrum phasenya dinolkan/

    diminimumkan.

    Usaha untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan :

    1. Rekaman signature, adalah wavelet yang direkam oleh detektor khusus

    pada saat penembakan guna mengkoreksi pergeseran phase yang ada

    menjadi zero phase. Kemudian ditentukan operatornya untuk dekonvolusi

    semua trace.

    2. Merekam impuls respon (wavelet) dari sistem instrumen

    3. Ekstraksi wavelet dari gelombang refleksi

  • II.3 Diagnosis Sifat-Sifat dan Masalahnya

    Mendiagnosa berarti melakukan analisis terhadap sinyal agar

    diperoleh suatu langkah pemrosesan berikutnya untuk perbaikan S/N. Analisis

    juga dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ada.

    Analisis yang umum biasanya berupa analisa kecepatan, analisa

    frekuensi dan autokorelasi serta analisis lainnya yang bersifat khusus. Analisis

    kecepatan dilakukan dalam CDP gather. Didalam CDP gather titik reflektor

    pada offset yang berbeda akan berupa garis lurus (setelah koreksi NMO).

    Dalam CDP gather dapat juga dilakukan koreksi statik untuk sumber (SP)

    maupun receiver.

    Analisis frekuensi digunakan untuk mengetahui kandungan frekuensi

    sinyal yang harus dipertahankan dan frekuensi noise yang harus diredam.

    Analisis autokorelasi digunakan untuk mendeteksi adanya gejala-gejala

    periodik dengan periodisitas yang panjang serta membantu dalam membuat

    filter-filter prediktif (untuk noise multiple) dan penonjolan (enhancement) data.

    II.4 Penonjolan (Enhancement ) Data

    Enhancement bertujuan meningkatkan kualitas data (S/N ratio tinggi).

    Proses yang termasuk enhancement adalah koreksi statik residual, stacking

    dan filtering.

    Koreksi Statik Residual

    Walaupun koreksi statik telah dilakukan sebelum analisa kecepataan,

    tetapi koreksi tersebut tidaklah sempurna. Hal ini disebabkan beberapa faktor

    seperti:a. Kesalahan pengukuran elevasi

    b. Ketidaktelitian membaca up hole time

    c. Ketidaktepatan mengukur kecepatan replacement

    d. Adanya manipulasi kedalaman lubang bor oleh regu bor

    e. Adanya problem surface unconsistent static

    Stacking

    Setelah semua trace dikoreksi statik dan dinamik, maka di dalam

    format CDP gather setiap refleksi menjadi horizontal dan noise-noisenya tidak

    horizontal, seperti ground roll dan multiple. Hal tersebut dikarenakan koreksi

    dinamik hanya untuk reflektor-reflektornya saja. Dengan demikian, apabila

    trace-trace refleksis yang datar tersebut disuperposisikan (distack) dalam

  • setiap CDPnya maka diperoleh sinyal refleksi yang saling memperkuat dan

    noise akan saling meredam, sehingga S/N ratio naik.

    Filtering

    Filter digunakan untuk meredam noise dan menjaga sinyal. Ada dua

    jenis filter :

    1. Filter frekuensi (satu dimensi)

    Hanya meredam frekuensi tertentu yang tidak diinginkan. Tipe filter ini berupa

    low pass filter, high pass filter, band pass filter, dan notch filter. Filter di dalam

    pengolahan data pada umumnya bersifat zero phase, sehingga tidak

    menggeser phase data.

    2. Filter F-K (dua dimensi)

    Digunakan untuk meredam noise yang memiliki frekuensi sama dengan

    frekuensi sinyal tetapi bilangan gelombangnya berbeda. Ada dua jenis filter F-

    K, yaitu notch dan band pass filter.

    Equalization

    Adalah proses untuk menaikkan atau menurunkan harga amplitudo

    tanpa merubah perbandingan amplitudo refleksi-refleksinya. Dalam hal ini

    digunakan window yang panjang, setelah harga rata-rata diperoleh dalam

    window tersebut lalu dicari faktor skalanya atau faktor pengali sedemikian

    rupa sehingga harga rata-rata itu menjadi suatu harga yang dikehendaki (2).

    Faktor skala yang diperoleh, dipergunakan untuk mengalikan semua

    amplitudo trade tersebut. Bila digunakan banyak window (overlap/baku tindih

    50 %) maka faktor skala setiap window dikalikan pada amplitudo trace di

    windownya masing-masing. Pada daerah baku tindih dilakukan interpolasi.

    Plotting

    Pengolahan data dianggap selesai kalau hasil pengolahan telah diplot

    pada film. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada plot film adalah :

    a. Skala horizontal (trace/mm atau trace/inch) dan skala vertikal (detik/cm)

    b. Bias, dinyatakan dalam % yaitu tebal garis trace terhadap jarak 2 trace.

    c. Display mode, bisa wiggle saja, wiggle variable area atau wiggle variable.

    d. Polaritas (normal/reverse) dan garis waktu (timing line)

    e. Informasi pada film (titik perpotongan lintasan, sumur, dll)

    f. Arah plot, harus sesuai dengan arah penembakan lintasan

    g. Gain, fokus, sambungan film (bila perlu penyambungan) harus sama

    densitasnya.

  • BAB III

    RENCANA KERJA PRAKTEK

    III.1. Bidang Studi

    Bidang studi yang akan dipelajari dalam kerja praktek ini meliputi

    seismic data processing dengan menggunakan fasilitas yang telah disediakan

    perusahaan.

    III.2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

    Kerja praktek ini diharapkan dapat terlaksana pada :

    Tanggal : 01 November 2015 30 November 2015

    Tempat :

    Alamat :

    Jadwal Kegiatan :

    No. Kegiatan Minggu ke -

    1 2 3 4

    1. Studi Literatur

    2. Persiapan

    3. Pengolahan

    4. Pembuatan Laporan

    5. Konsultasi Laporan

    6. Presentasi (Seminar)

    III.3. PESERTA

    Peserta yang akan mengikuti program Kerja Praktek yaitu :

    Nama : Agung Budi Prabowo (12/334731/PA/14963)

    Jurusan : Fisika, Program Studi Geofisika

    Alamat 1 : Sekip Utara P.O. BOX BLS 21 Yogyakarta 55281

    Telp. (0274) 522214, Fax (0274) 545185.

    Alamat 2 : Rogocolo, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, D.I. Yogyakarta 55181

    Mobile Phone: +6285729942924

    E-mail : [email protected]

  • Nama : Krisna Hanjar Prastawa (12/334701/PA/14934)

    Jurusan : Fisika, Program Studi Geofisika

    Alamat 1 : Sekip Utara P.O. BOX BLS 21 Yogyakarta 55281

    Telp. (0274) 522214, Fax (0274) 545185.

    Alamat 2 : Gebal Kulon RT 015 RW 009, Canan, Wedi, Klaten, Jawa

    Tengah

    Mobile Phone : 08562588770

    E-mail : [email protected]

  • BAB IV

    PENUTUP

    Demikian proposal ini, semoga dapat memberikan gambaran mengenai

    maksud dan tujuan dari kerja praktek yang akan kami lakukan. Besar harapan kami

    agar permohonan kami dikabulkan. Atas perhatian dan kesediaannya

    mempertimbangkan permohonan ini, kami ucapkan terima kasih.

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Yogyakarta, Januari 2014,

    Pemohon 1

    Agung Budi Prabowo

    (12/334731/PA/14963)

    Pemohon 2

    Krisna Hanjar Prastawa

    (12/334731/PA/14963)

    Ketua Program Studi Geofisika

    FMIPA UGM

    Prof. Dr. Sismanto, M.Si.

    NIP : 196002051988031002

    Dosen Pembimbing

    Prof. Dr. Sismanto, M.Si.

    NIP : 196002051988031002

    Ketua Jurusan Fisika

    FMIPA UGM

    Dr. Mitrayana, M.Si.

    NIP : 1973031999031004