PROPOSAL - Kegawatdaruratan Psikiatri

28
PROPOSAL PENYULUHAN KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI Disusun oleh : Rika Hendris 2007730104 Indah Kusumo W. P 1102010129 Ristianti Affandi 1102010248 Pembimbing :

description

jkh

Transcript of PROPOSAL - Kegawatdaruratan Psikiatri

PROPOSAL PENYULUHAN

KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

RS JIWA ISLAM KLENDER JAKARTAJULI 2015KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan Rahmat-Nya sehingga tim penulis dapat menyelesaikan Proposal Penyuluhan yang berjudul Kegawatdaruratan Psikiatri yang merupakan salah satu pemenuhan syarat kelulusan di Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Islam Klender.

Terima kasih tim penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan proposal penyuluhan ini, khususnya kepada konsulen bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Islam Klender sebagai pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan, serta pengarahan dalam penulisan karya ilmiah ini. Tim penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda sejawat dan semua pihak yang ikut berkontribusi.

Tim penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal penyuluhan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu tim penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak guna menyempurnakan proposal penyuluhan ini. Semoga karya ini bisa bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan mahasiswa kedokteran pada khususnya.

Sekian dan terima kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb. Jakarta, Juli 2015

Tim PenulisDAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

SATUAN ACARA PENYULUHAN 4BAB I :PENDAHULUANI.1. Latar Belakang 6I.2. Tujuan Penulisan 6I.3. Manfaat Penulisan 7

BAB II :TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi 8II.2. Tujuan Rehabilitasi 8II.3. Kriteria Rehabilitan 9II.4. Tim Rehabilitasi 9II.5. Tahap Rehabilitasi 9

II.6. Jenis Kegiatan Rehabilitasi 9

BAB III :PENUTUPIII.1. KESIMPULAN 13III.2. SARAN 13SATUAN ACARA PENYULUHAN KEGAWATDARURATAN MEDIKTopik

: Kegawatdaruratan PsikiatriSub Topik

: Mengenal lebih dalam tentang Kegawatdaruratan PsikiatriHari/Tanggal

:

Waktu

: s/d selesaiSasaran

: Pasien dan Keluarga pasien rawat jalan di poliklinik dewasa RS Jiwa Islam, KlenderJumlah Peserta: Target Lebih dari 15 orangTempat

: RS Jiwa Islam KlenderI. LATAR BELAKANGTindakan bunuh diri, kekerasan dan penyalahgunaan zat merupakan masalah-masalah serius yang perlu intervensi segera. Ketiga kondisi tersebut merupakan sebagian dari pelbagai kondisi kegawatdaruratan psikiatrik. Pemahaman kesehatan oleh masyarakat kita yang belum merata bahwa kasus-kasus tersebut merupakan keadaan yang perlu pertolongan segera, menyebabkan dokter akan lebih banyak menemui kasus-kasus kegawatdaruratan psikiatrik dalam kondisi yang telah lanjut.Pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik dilakukan oleh para profesional di bidang kedokteran, ilmu perawatan, psikologi dan pekerja sosial. Permintaan untuk layanan kegawatdaruratan psikiatrik dengan cepat meningkat di seluruh dunia sejak tahun 1960, terutama di perkotaan.II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya mengetahui Kegawatdaruratan Psikiatrik, diharapkan pasien dan keluarga pasien yang merupakan sasaran dari penyuluhan ini memahami tentang Kegawatdaruratan Psikiatrik.

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSSetelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan para peserta dapat :

1. Memahami tentang pengertian kegawatdaruratan psikiatrik2. Memahami tentang penyebab kegawatdaruratan psikiatrik3. Memahami tentang gejala klinis kegawatdaruratan psikiatrik4. Memahami tentang tindkan pada kegawatdaruratan psikiatrikIV. MATERI (TERLAMPIR)1. Pengertian Kegawatdaruratan Psikiatrik2. Penyebab Kegawatdaruratan Psikiatrik3. Jenis Kegawatdaruratan Psikiatrik4. Penatalaksanaan pada Kegawatdaruratan PsikiatrikV. MEDIA

1. Laptop

2. LCD

3. Microphone

4. Leaflet

VI. METODE

1. Ceramah

2. Diskusi

3. Tanya jawab

VII. KEGIATAN PENYULUHAN

NOKegiatanPenyuluhanAudianceWaktu

1.Pembukaan Mengucap salam

Memperkenalkan diri Menjawab salam

Memperhatikan5 menit

2.Isi Penyampaian isi materi Memperhatikan 15 menit

3.Penutup Menyimpulkan materi

Memberi kesempatan peserta untuk bertanya

Menutup dan mengucap salam Memperhatikan Aktif bertanya

Menjawab salam10 menit

BAB I

PENDAHULUANI.1 LATAR BELAKANGKegawatdaruratan Psikiatri merupakan cabang Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kedokteran Kegawatdaruratan, yang dibentuk untuk menghadapi kasus kegawatdaruratan yang memerlukan intervensi psikiatrik. Tempat pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik antara lain di rumah sakit umum, rumah sakit jiwa, klinik dan sentra primer. Kasus kegawatdaruratan psikiatrik meliputi gangguan pikiran, perasaan dan perilaku yang memerlukan intervensi terapeutik segera.

Para profesional yang bekerja pada pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik umumnya beresiko tinggi mendapatkan kekerasan akibat keadaan mental pasien mereka. Pasien biasanya datang atas kemauan pribadi mereka, dianjurkan oleh petugas kesehatan lainnya, atau tanpa disengaja. Penatalaksanaan pasien yang menuntut intervensi psikiatrik pada umumnya meliputi stabilisasi krisis dari masalah hidup pasien yang bisa meliputi gejala atau kekacauan mental baik sifatnya kronis ataupun akut.Dokter masa kini harus mengembangkan perannya untuk menjadi bagian dari ruang gawat darurat psikiatrik. Sebagai ujung tombak di lapangan, peran dokter umum sangat penting dalam hal ini adalah sebagai bagian dari pelayanan kegawatdaruratan medik.I.2. TUJUAN PENULISAN1. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang Kegawatdaruratan Psikiatrik2. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang penyebab Kegawatdaruratan Psikiatrik3. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang gejala klinis Kegawatdaruratan Psikiatrik4. Agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tindakan pada Kegawatdaruratan Psikiatrik5. Sebagai salah satu syarat kelulusan di Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa di RSIJ Klender.I.3. MANFAAT PENULISAN

1. Agar lebih memahami tentang Kegawatdaruratan Psikiatrik2. Agar lebih memahami tentang penyebab Kegawatdaruratan Psikiatrik3. Memahami tentang gejala klinis Kegawatdaruratan Psikiatrik4. Memahami tindakan pada Kegawatdaruratan PsikiatrikBAB IITINJAUAN PUSTAKAII.1.DEFINISI Kegawatdaruratan psikiatri adalah setiap gangguan dalam pikiran, perasaan, atau tindakan yang membahayakan diri dan hidup individu bersangkutan yang memerlukan intervensi teraputik segera.Kondisi pada keadaan kegawatdaruratan psikiatrik meliputi percobaan bunuh diri, ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi, kekerasan, serangan panik, dan perubahan tingkah laku yang cepat dan signifikan, serta beberapa kondisi medis lainnya yang mematikan dan muncul dengan gejala psikiatrik umum. Kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini. Kemampuan dokter untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini sangatlah penting.II.2.Kondisi Kegawatdaruratan PsikiatrikA. Gaduh GelisahKeadaan gaduh gelisah bukanlah diagnosis dalam arti kata sebenarnya, tetapi hanya menunjuk pada suatu keadaan tertentu, suatu sindrom dengan sekelompok gejala tertentu. Keadaan gaduh gelisah dipakai sebagai sebutan sementara untuk suatu gambaran psikopatologis dengan ciri-ciri utama gaduh dan gelisah.

Etiologi :a. Kondisi gaduh gelisah

b. Dampak tindak kekerasan

c. Bunuh diri

d. Gejala ekstrapiramidal akibat penggunaan obat

e. Delirium1. Psikosis karena gangguan mental organik: deliriumPasien dengan keadaan gaduh-gelisah yang berhubungan dengan sindroma otak organik akut menunjukkan kesadaran yang menurun. Sindroma ini dinamakan delirium. Istilah sindroma otak organik menunjuk kepada keadaan gangguan fungsi otak karena suatu penyakit badan.Penyakit badan ini yang menyebabkan gangguan fungsi otak itu mungkin terdapat di otak sendiri dan karenanya mengakibatkan kelainan patologik-anatomik (misalnya meningo-ensefalitis, gangguan pembuluh darah otak, neoplasma intracranial, dan sebagainya), atau mungkin terletak di luar otak (umpamanya tifus abdominalis, pneumonia, malaria, uremia, keracunan atropine/kecubung atau alcohol, dan sebagainya) dan hanya mengakibatkan gangguan fungsi otak dengan manifestasi sebagai psikosa atau keadaan gaduh-gelisah, tetapi tidak ditemukan kelainan patologik-anatomik pada otak sendiri.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pada sindrom otak organik akut biasanya terdapat kesadaran menurun sedangkan pada sindrom otak organik menahun biasanya terdapat dementia. Akan tetapi suatu sindrom otak organik menahun (misalnya tumor otak, demensia paralitika, aterosklerosis otak, dan sebagainya) dapat saja pada suatu waktu menimbulkan psikosis atau pun keadaan gaduh gelisah. Untuk mengetahui penyebabnya secara lebih tepat, perlu sekali dilakukan evaluasi internal dan neurologis yang teliti.2. Skizofrenia dan gangguan skizotipal

Bila kesadaran tidak menurun, maka biasanya keadaan gaduh gelisah itu merupakan manifestasi suatu psikosis dari kelompok ini, yaitu psikosis yang tidak berhubungan atau sampai sekarang belum diketahui dengan pasti adanya hubungan dengan suatu penyakit badaniah seperti pada gangguan mental organik.

Skizofrenia merupakan psikosis yang paling sering didapat di negara kita. Secara mudah dapat dikatakan bahwa bila kesadaran tidak menurun dan terdapat inkoherensi serta afek-emosi yang inadequate, tanpa frustasi atau konflik yang jelas maka hal ini biasanya suatu skizofrenia. Diagnosa kita diperkuat bila kelihatan juga tidak ada perpaduan (disharmoni) antara berbagai aspek kepribadian seperti proses berpikir, afek-emosi, psikomotorik dan kemauan (kepribadian yang retak, terpecah-belah atau bercabang = schizo; jiwa = phren), yaitu yang satu meningkat, tetapi yang lain menurun. Pokok gangguannya terletak pada proses berpikir.

Dari berbagai jenis skizofrenia, yang sering menimbulkan keadaan gaduh-gelisah ialah episode skizofrenia akut dan skizofrenia jenis gaduh-gelisah katatonik. Di samping psikomotor yang meningkat, pasien menunjukkan inkoherensi dan afek-emosi yang inadequate. Proses berpikir sama sekali tidak realistik lagi.3. Gangguan psikotik akut dan sementara

Gangguan ini timbul tidak lama sesudah terjadi stress psikologik yang dirasakan hebat sekali oleh individu. Stress ini disebabkan oleh suatu frustasi atau konflik dari dalam ataupun dari luar individu yang mendadak dan jelas, umpamanya dengan tiba-tiba kehilangan seorang yang dicintainya, kegagalan, kerugian dan bencana.Gangguan psikotik akut yang biasanya disertai keadaan gaduh-gelisah adalah gaduh-gelisah reaktif dan kebingungan reaktif.4. Psikosis bipolarPsikosis bipolar termasuk dalam kelompok psikosa afektif karena pokok gangguannya terletak pada afek-emosi. Tidak jelas ada frustasi atau konflik yang menimbulkan gangguan mental ini. Belum ditemukan juga penyakit badaniah yang dianggap berhubungan dengan psikosa bipolar, biarpun penelitian menunjuk kearah itu. Tidak ditemukan juga disharmoni atau keretakan kepribadian seperti pada skizofrenia; pada jenis depresi ataupun mania, bila aspek afek-emosinya menurun, maka aspek yang lain juga menurun, dan sebaliknya.

Pada psikosa bipolar jenis mania tidak terdapat inkoherensi dalam arti kata yang sebenarnya, tetapi pasien itu memperlihatkan jalan pikiran yang meloncat-loncat atau melayang (flight of ideas). Ia merasa gembira luar biasa (efori), segala hal dianggap mudah saja. Psikomotorik meningkat, banyak sekali berbicara (logorea) dan sering ia lekas tersinggung dan marah. 5. Amok

Amok adalah keadaan gaduh-gelisah yang timbul mendadak dan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosiobudaya. Karena itu PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa ke-III di Indonesia) memasukkannya ke dalam kelompok Fenomena dan Sindrom yang Berkaitan dengan Faktor Sosial Budaya di Indonesia (culture bound phenomena). Efek malu (pengaruh sosibudaya) memegang peranan penting. Biasanya seorang pria, sesudah periode meditasi atau tindakan ritualistik, maka mendadak ia bangkit dan mulai mengamuk. Ia menjadi agresif dan destruktif, mungkin mula-mula terhadap yang menyebabkan ia malu,tetapi kemudian terhadap siapa saja dan apa saja yang dirasakan menghalanginya. Kesadaran menurun atau berkabut (seperti dalam keadaan trance). Sesudahnya terdapat amnesia total atau sebagian. Amok sering berakhir karena individu itu dibuat tidak berdaya oleh orang lain, karena kehabisan tenaga atau karena ia melukai diri sendiri, dan mungkin sampai ia menemui ajalnya.Menilai dan Memprediksi Perilaku Kekerasan

Tanda-tanda adanya perilaku kekerasan yang mengancam :a. Pernah melakukan tindakan kekerasan beberapa saat yang lalu

b. Kata-kata keras /kasar atau ancaman akan kekerasan

c. Membawa benda-benda tajam atau senjata

d. Adanya perilaku agitatif

e. Adanya intoksikasi alkohol atau obat

f. Adanya pikiran dan perilaku paranoid

g. Adanya halusinasi dengar yang memerintahkan untuk melakukan tindak kekerasan.

h. Kegelisahan katatonik

i. Episode manik

j. Episode depresi agitatif

k. Gangguan Kepribadian tertentu

Menilai risiko terjadinya perilaku kekerasan :a. Adanya ide-ide untuk melakukan kekerasan

b. Adanya faktor demografik seperti jenis kelamin laki-laki, usia 15-24 tahun, status sosioekonomi yang rendah, dukungan sosial yang rendah

c. Adanya riwayat kekerasan sebelumnya, penjudi, pemabuk, penyalahgunaan zat psikoaktif, percobaan bunuh diri ataupun melukai diri sendiri, psikosisd. Adanya stresor (masalah pernikahan, kehilangan pekerjaan, dan lainnya)B. Tindak kekerasan (violence)

Violence atau tindak kekrasan adalah agresi fisik yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain. Jika hal itu diarahkan kepada dirinya sendiri, disebut mutilasi diri atau tingkah laku bunuh diri (suicidal behavior). Tindak kekerasan dapat timbul akibat berbagai gangguan psikiatrik, tetapi dapat pula terjadi pada orang biasa yang tidak dapat mengatasi tekanan hidup sehari-hari dengan cara yang lebih baik.Gangguan psikiatrik yang sering berkaitan dengan tindak kekerasan adalah:

Gangguan psikotik, seperti skizofrenia dan manik, terutama bila paranoid dan mengalami halusinasi yang bersifat suruhan (commanding hallucination),

Intoksikasi alkohol atau zat lain,

Gejala putus zat akibat alkohol atau obat-obat hipnotik-seddatif

Katatonik furor

Depresi agitatif

Gangguan kepribadian yang ditandai dengan kemarahan dan gangguan pengendalian impuls (misalnya gangguan kepribadian ambang dan antisosial),

Gangguan mental organik, terutama yang mengenai lobus frontalis dan temporalis otak.Faktor risiko lain terjadinya tindak kekerasan adalah :

Adanya pernyataan seseorang bahwa ia berniat melakukan tindak kekerasan,

Adanya rencana spesifik,

Adanya kesempatan atau suatu cara untuk terjadinya kekerasan,

Laki-laki,

Usia muda (15-24 tahun),

Tatus sosioekonomi rendah,

Adanya riwayat melakukan tndak kekrasan,

Tindakan antisosial lainnya Riwayat percobaan bunuh diri.C. Bunuh diri (suicide)/ Tentamen Suicidum

Bunuh diri atau suicide atau tentamen suicidum adalah kematian yang diniatkan dan dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya atau segala perbuatan seseorang yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu singkat.

Ada macam-macam pembagian bunuh-diri dan percobaan bunuh-diri. Pembagian Emile Durkheim masih dapat dipakai karena praktis, yaitu:1. Bunuh diri egoistikIndividu ini tidak mampu berintegrasi dengan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadi individu itu seolah-olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan dengan mereka yang menikah. Masyarakat daerah pedesaan mempunyai integrasi social yang lebih baik dari pada daerah perkotaan, sehingga angka suiside juga lebih sedikit.2. Bunuh diri altruistikIndividu itu terikat pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh diri karena identifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa bahwa kelompok tersebut sangat mengharapkannya. Contoh: Hara-kiri: di Jepang, puputan di Bali beberapa ratus tahun yang lalu, dan di beberapa masyarakat primitive yang lain. Suiside macam ini dalam jaman sekarang jarang terjadi, seperti misalnya seorang kapten yang menolak meninggalkan kapalnya yang sedang tenggelam.3. Bunuh diri anomikHal ini terjadi bila tedapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu dengan masyarakat, sehingga individu tersebut meningglakan norma-norma kelakuan yang biasa. Individu itu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak dapat memberikan kepuasan kepadanya karena tidak ada pengaturan dan pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya. Hal ini menerangkan mengapa percobaan bunuh diri pada orang cerai pernikahan lebih banyak dari pada mereka yang tetap dalam pernikahan. Golongan manusia yang mengalami perubahan ekonomi yang drastis juga lebih mudah melakukan percobaan bunuh diri.Helber Hendin mengemukakan beberapa hal psikodinamika bunuh-diri sebagai berikut:1. Kematian sebagai pelepasan pembalasan (Death as retaliatory abandonment).Suiside dapat merupakan usaha untuk mengurangi preokupasi tentang rasa takut akan kematian. Individu mendapat perasaan seakan-akan ia dapat mengontrol dan dapat mengetahui bilamana dan bagaimana kematian itu.2. Kematian sebagai pembunuhan terkedik (ke belakang) (Death as retroflexed murder).Bagi individu yang mengalami gangguan emosi hebat, suiside dapat mengganti kemarahan atau kekerasan yang tidak dapat direpresikan. Orang ini cenderung untuk bertindak kasar dan suiside dapat merupakan penyelesaian mengenai pertentangan emosi dengan keinginan untuk membunuh.3. Kematian sebagai penyatuan kembali (Death as reunion).Kematian dapat mempunyai arti yang menyenangkan, karena individu itu akan bersatu kembali dengan orang yang telah meninggal (reuni khayalan). 4. Kematian sebagai hukuman buat diri sendiri (Death as self punishment).Menghukum diri sendiri karena kegagalan dalam pekerjaan jarang terjadi pada wanita, akan tetapi seorang ibu tidak mampu mencintai, maka keinginan menghukum dirinya sendiri dapat terjadi. Dalam rumah sakit jiwa, perasaan tak berguna dan menghukum diri sendiri merupakan hal yang umum. Mula-mula mungkin karena kegagalan, rasa berdosa karena agresi, individu itu mencoba berbuat lebih baik lagi, tetapi akhirnya ia menghukum diri sendiri untuk menjauhkan diri dari tujuan itu.

Faktor RisikoBerikut ini faktor-faktor resiko untuk bunuh diri:a. Jenis kelaminPerempuan lebih banyak melakukan percobaan bunuh diri dibanding laki-laki. Akan tetapi, keberhasilan bunuh diri lebih tinggi pada laki-laki. Hal ini berkaitan dengan metode bunuh diri yang dipilih. Laki-laki lebih banyak dengan gantung diri, meloncat dari tempat tinggi, dengan senjata api. Perempuan lebih banyak dengan overdosis obat-obatan atau menggunakan racun.b. UsiaKasus bunuh diri meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki, angka bunuh diri tertinggi pada usia di atas 45 tahun sedangkan pada perempuan angka bunuh diri tertinggi pada usia di atas 55 tahun. Orang yang lebih tua lebih jarang melakukan percobaan bunuh diri, tetapi lebih sering berhasil.c. RasDi Amerika Serikat ras kulit putih lebih banyak melakukan bunuh diri dibanding ras kulit hitam.d. Status perkawinanPernikahan menurunkan angka bunuh diri, terutama jika terdapat anak di rumah. Orang yang tidak pernah menikah dua kali lebih beresiko untuk bunuh diri. Perceraian meningkatkan resiko bunuh diri. Janda atau duda yang pasangannya telah meninggal juga memiliki angka bunuh diri yang tinggi.e. PekerjaanSemakin tinggi status sosial semakin tinggi resiko bunuh diri, tetapi status sosial yang rendah juga meningkatkan resiko bunuh diri. Pekerjaan sebagai dokter memiliki resiko bunuh diri tertinggi dibanding pekerjaan lain. Spesialisasi psikiatri memiliki resiko tertinggi, disusul spesialis mata dan spesialis anestesi. Pekerjaan lain yang memiliki resiko tinggi untuk bunuh diri adalah pengacara, artis, dokter gigi, polisi, montir, agen asuransi. Orang yang tidak memiliki pekerjaan memiliki resiko lebih tinggi untuk bunuh diri.f. Kesehatan fisikSatu dari tiga orang yang melakukan bunuh diri memiliki masalah kesehatan dalam 6 bulan sebelum bunuh diri. Hilangnya mobilitas fisik, nyeri hebat yang kronik, pasien hemodialisis meningkatkan resiko bunuh diri.g. Gangguan mentalSekitar 95% dari semua orang yang mencoba atau melakukan bunuh diri memiliki gangguan mental. Gangguan mental tersebut terdiri dari depresi 80%, skizofrenia 10%, dan demensia atau delirium 5%. Di antara semua pasien dengan gangguan mental, 25% kecanduan juga kepada alkohol.h. Kecanduan alkoholSekitar 15% pasien kecanduan alkohol melakukan bunuh diri. Sekitar 80% pasien bunuh diri akibat kecanduan alkohol adalah laki-laki. Sekitar 50% dari pasien kecanduan alkohol yang bunuh diri mengalami kehilangan anggota keluarga atau pasangan dalam satu tahun terakhir.i. Gangguan kepribadianSebagian besar orang yang bunuh diri memiliki gangguan kepribadian. Gangguan kepribadian merupakan faktor predisposisi untuk gangguan depresi. Selain itu juga merupakan faktor predisposisi untuk kecanduan alkohol. Gangguan kepribadian juga dapat menyebabkan konflik dengan keluarga dan orang lain.Kemungkinan bunuh diri dapat terjadi apabila:

a. Pasien pernah mencoba bunuh diri

b. Keinginan bunuh diri dinyatakan secara terang-terangan maupun tidak, atau berupa ancaman: kamu tidak akan saya ganggu lebih lama lagi (sering dikatakan pada keluarga)

c. Secara objektif terlihat adanya mood yang depresif atau cemas

d. Baru mengalami kehilangan yang bermakna (pasangan, pekerjaan, harga diri, dan lain-lain)

e. Perubahan perilaku yang tidak terduga: menyampaikan pesan-pesan, pembicaraan serius dan mendalam dengan kerabat, membagi-bagikan harta/barang-barang miliknya.

f. Perubahan sikap yang mendadak: tiba-tiba gembira, marah atau menarik diri.

D. Sindroma Neuroleptik MalignaSindrom neuroleptik maligna adalah suatu sindrom toksik yang behubungan dengan penggunaan obat antipsikotik. Gejalanya meliputi : kekakuan otot, distonia, akinesia mutisme dan agitasi.Gambaran Klinis Ditandai oleh demam tinggi (dapat mencapai 41,5C), kekakuan otot yang nyata sampai seperti pipa (lead-pipe rigidity), instabilitas otonomik (takikardia, tekanan darah yang labil, keringat berlebih) dan gangguan kesadaran. Kekakuan yang parah dapat menyebabkan rhabdomyolysis, myaglobinuria dan akhirnya gagal ginjal. Penyulit lain dapat berupa tombosis vena, emboli paru dan kematian. Biasanya terjadi dalam hari-hari pertama pengguanaan antipsikotik pada saat dosis mulai ditingkatkan, umunya dalam 10 hari pertama pengobatan antipsikotik. Sindrom neuroleptik maligna paling mungkin terjadi pada pasien yang menggunakan antipsikotik potensi tinggi dalam dosis tinggi atau dosis yang meningkat cepat. Menurut DSM-IV-TR, diagnosis sindrom neuroleptik maligna ditegakkan jika terdapat demam dan kekakuan otot yang parah disertai dengan 2 atau lebih gejala berikut:

1. Diaforesis

2. Disfagia

3. Tremor

4. Inkontinensia

5. Penurunan kesadaran

6. Mutism

7. Takikardia

8. Tekanan darah yang meningkat atau labil

9. Leukositosis

10. Bukti laboratorium adanya kerusakan otot rangkaII.6. TatalaksanaTidak semua pasien memerlukan perawatan di rumah sakit, beberapa dapat diobati dengan rawat jalan. Untuk menentukan apakah dimungkinkan terapi rawat jalan, klinisi harus menggunakan pendekatan klinis yang langsung meminta pasien yang diduga bermaksud bunuh diri untuk setuju menelepon segera jika mencapai titik dimana mereka tidak yakin akan kemampuan mereka untuk mengendalikan impuls bunuh dirinya. Pasien yang dapat membuat persetujuan tersebut memperkuat keyakinan bahwa mereka memiliki kekuatan yang cukup untuk mengendalikan impuls tersebut dan berusaha mencari bantuan. Jika pasien tidak dapat memenuhi komitmen ini, maka perawatan di rumah sakit menjadi indikasi yang harus diambil. Rawat inap jangka panjang diperlukan bagi pasien yang cenderung dan mempunyai kebiasaan melukai diri sendiri serta parasuicides. Parasuicides yaitu mereka yang berulangkali melakukan hal-hal berbahaya tetapi menyangkal adanya ide-ide bunuh diri. Ketika sedang mengevaluasi pasien dengan kecendrungan bunuh diri, jangan tinggalkan mereka sendiri di ruangan. Singkirkan benda-benda yang dapat membahayakan dari ruang tersebut. Adapun indikasi rawat inap antara lain adalah:

a. Bila pasien membahayakan diri sendiri atau orang lain,b. Bila perawatan di rumah tidak memadai, danc. Perlu observasi lebih lanjut.

Lima hal yang harus ditentukan sebelum menangani pasien selanjutnya:

a. Keamanan pasien

b. Sebelum mengevaluasi pasien, dokter harus dapat memastikan bahwa situasi di UGD, jumlah pasien di ruangan tersebut aman bagi pasien. Jika intervensi verbal tidak cukup atau kontraindikasi, perlu dipikirkan pemberian obat atau pengekangan.

c. Medik atau psikiatrik?

d. Penting bagi dokter untuk menilai apakah kasusnya medik, psikiatrik atau kombinasi keduanya, sebab penanganannya akan jauh berbeda. Kondisi medik umum seperti trauma kepala, infeksi berat dengan demam inggi, kelainan metabolisme, intoksikasi atau gejala putus zat seringkali menyebabkan gangguan fungsi mental yang menyerupai gangguan psikiatrik umumnya. Dokter gawat darurat tetap harus menelusuri semua kemungkinan penyebab gangguan fungsi mental yang tampak.

e. Psikosis

Yang penting bukanlah penegakan diagnosisnya, tetapi seberapa jauh ketidakmampuannya dalam menilai realita dan buruknya tilikan. Hal ini dapat mempengaruhi sikapnya terhadap pertolongan yang kita berikan serta kepatuhannya dalam berobat.

f. Suicidal atau homicidal

Semua pasien dengan kecenderungan bunuh diri harus dobservasi secara ketat. Perasaan-perasaan yang berkaitan dengan tindak kekerasan atau pikiran bunuh diri harus selalu ditanyakan kepada pasien.

g. Kemampuan merawat diri sendiri

Sebelum memulangkan pasien, harus dipertimbangkan apakah pasien mampu merawat dirinya sendir, mampu menjalankan saran yang dianjurkan. Ketidakmampuan pasien dan atau keluarganya untuk merawat pasien di rumah merupakan salah asatu indikasi rawat inap.

BAB IIIPENUTUPIII.1.KESIMPULANKegawatdaruratan psikiatri adalah setiap gangguan dalam pikiran, perasaan, atau tindakan yang membahayakan diri dan hidup individu bersangkutan yang memerlukan intervensi teraputik segera. Kondisi kegawatdaruratan meliputi; gaduh gelisah, tindak kekerasan (violence), bunuh diri (suicide)/ tentamen suicidum, dan sindroma neuroleptik maligna. Tindakan yang harus dilakukan saat terjadi kegawatdaruratan psikiatri diantaranya adalah membawa ke pelayanan kesehatan tanpa meninggalkan pasien sendirian dan petugas harus memiliki kewaspadaan.III.2. SARAN1. Dokter pelayanan primer harus mengerti dan memahami tatalaksana pada kegawatdaruratan psikiatri

2. Keluarga dengan anggota keluarga yang memiliki kecenderungan gangguan psikis harus hati-hati dan tanggap terhadap tanda-tanda kegawatdaruratan medisDisusun oleh :

Rika Hendris 2007730104

Indah Kusumo W. P 1102010129

Ristianti Affandi 1102010248

Pembimbing :

11