Proposal Ismayanti Said
Transcript of Proposal Ismayanti Said
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 1/27
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA
BAHASA INDONESIA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 2BALOCCI KABUPATEN PANGKEP.
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Seminar ProposalPada sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Yayasan Perguruan Islam Maros
ISMAYANTI SAID
06.20717.002
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
YAYASAN PERGURUAN ISLAM MAROS
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 2/27
2010
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal Skripsi dengan Judul ” Problematika Pembelajaran Keterampilan BerbicaraBahasa Indonesia Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 2 Balocci Kabupaten
Pangkep.”
Atas nama mahasiwa
Nama :ISMAYANTI SAID
NIM : 06.20717.002
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan SeniProgram Studi : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Setelah diperiksa dan diteliti ulang telah memenuhi persyaratan untuk diseminarkan.
Maros, Maret 2010
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. H. M. Ide Said DM, M. Pd. Drs. H. Mappa Zubair, M. Pd.
Mengetahui
Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Yayasan Perguruan Islam Maros,
Prof. Dr. H. Kaharuddin, M. Hum.
NIP 19591231 198703 1 020
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 4/27
A. Identitas Diri
Nama Lengkap :ISMAYANTI SAID
NIM : 06.20717.002
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni
Program Studi : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Alamat : Balocci Kabupaten Pangkep
B. Judul Penelitian
Judul Penelitian ini adalah Problematika Pembelajaran Keterampilan
Berbicara Bahasa Indonesia Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 2 Balocci
Kabupaten Pangkep.
C. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, tindakannya yang pertama dan yang paling
penting adalah tindakan sosial. Suatu tindakan untuk saling mempertukarkan
pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan
perasaan dan saling mengekpresikan serta menyetujui sesuatu pendirian atau
keyakinan. Oleh karena itu, di dalam tindakan sosial haruslah terdapat elemen-elemen
yang umum, yang sama-sama disetujui dan dipahami oleh sejumlah orang merupakan
suatu masyarakat untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan komunikasi. Di sini
perlu disadari bahwa “Bahasa berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat,
karena tanpa bahasa maka segala jenis kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh”
(Keraf, 1993:1).
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 5/27
Berbahasa pada dasarnya tidak lain adalah mencetuskan pikiran, gagasan dan
maksud dengan perkataan lain, manfaat yang paling besar dari bahasa adalah dapat
dipergunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, atau maksud kepada orang lain.
Bahasa merupakan kegiatan keterampilan yang meliputi beberapa aspek, yaitu
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan
keterampilan menulis. “Terampil berbahasa berarti terampil menyimak, terampil
berbicara, terampil membaca, dan terampil menulis (Tarigan, 1986:22).
Setiap keterampilan tersebut saling berhubungan dengan proses-proses
berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya.
Semakin terampil seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.
Semua itu dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan berlatih. “Melatih keterampilan
berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir.” (Tarigan, 1986:1).
Salah satu ciri hakikat manusia adalah mampu berbicara. Keterampilan
berbicara sebaiknya diajarkan sejak dini, karena keterampilan berbicara sangat
diperlukan terhadap keberhasilan seseorang dalam profesinya. Namun, masih banyak
orang yang tidak menyadari dan beranggapan bahwa kelengkapan alat bicara sudah
cukup menjamin seseorang melakukan tindak tutur yang baik. Disadari atau tidak,
tujuan berbicara bukan hanya untuk menyampaikan atau sebanyak-banyaknya,
melainkan untuk berkomunikasi dengan orang lain yang memungkinkan orang lain
dapat mengerti apa yang diucapkan dan mau berbuat seperti apa yang dinginkan oleh
pembicara. Demikian halnya dalam proses belajar mengajar di sekolah, diperlukan
satu bentuk komunikasi lisan yang nantinya akan mengaktifkan pencapaian tujuan
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 6/27
pembelajaran. Namun, semua ini tidak mudah dicapai tanpa adanya suatu proses
melalui praktek dan latihan.
“Kepandaian dan keterampilan berbicara dapat diperoleh dengan jalan praktik
dan banyak latihan” (Tarigan, 1986:1). Tanpa adanya latihan dan praktik yang
memadai maka akan menimbulkan masalah dalam pembicaraan bahasa Indonesia
khususnya keterampilan berbicara. Hal ini ditunjang oleh hasil penelitian Fitriani
(2001) menyatakan bahwa “Guru kurang memberikan praktik dan latihan dalam
pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar”.
Berdasarkan gambaran tersebut di atas keterampilan berbicara perlu
dikembangkan dan dipelajari oleh setiap orang, karena keterampilan berbicara sangat
penting dalam berkomunikasi.
Keterkaitan penulis mengangkat keterampilan berbicara, tidak hanya karena
keterampilan dan pengetahuan sangat penting dalam kehidupan setiap orang, tetapi
juga karena penulis sering mendengar keluhan di sekolah bahwa seorang peserta
didik mengetahui sesuatu konsep, tetapi mereka tidak mampu mengkomunikasikan
dalam bentuk lisan maupun tindak tutur, baik dalam bentuk monolog maupun dialog.
Hal ini dapat dilihat pada peserta didik yang biasanya lebih mudah menjawab atau
menguraikan sesuatu persoalan dalam bentuk tulisan dibandingkan secara lisan.
Sering terjadi peserta didik yang mempunyai nilai bagus dalam menjawab soal-soal
secara tertulis tetapi kurang aktif dalam berbicara di kelas.
Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui problematika yang
dihadapi peserta didik dalam keterampilan berbicara. Penelitian ini dilakukan di
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 7/27
Kabupaten Pangkep dengan pertimbangan untuk mengetahui perkembangan SMP
Negeri 2 Balocci dan selain itu pertimbangan biaya dan kemudahan akomodasi.
Selain itu pula, di tempat tersebut belum ada yang mengangkat masalah tersebut.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah yang diajukan adalah “ Problematika apa sajakah yang dihadapi peserta didik
kelas VIII SMP Negeri 2 Balocci dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa
Indonesia?".
E. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan mendeskripsikan problematika yang
dihadapi peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Balocci dalam pembelajaran
berbicara bahasa Indonesia.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Dapat memberikan suatu masukan pada pengajaran bahasa dan sastra Indonesia,
khususnya keterampilan berbicara di SMP Negeri 2 Balocci;
2. Memberikan sumbangan pikiran terhadap guru-guru mata pelajaran bahasa
Indonesia di SMP tentang cara penyusunan materi bagi pembelajaran/ pengajaran
keterampilan berbicara.
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 8/27
3. Memberikan masukan dalam rangka peningkatan kemampuan kreativitas guru-
guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Balocci dalam mengajarkan keterampilan
berbicara.
G. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pikir
1. Tinjauan Pustaka
a. Pengertian berbicara
Menurut Mulgrave (dalam Tarigan, 1986: 3-4) bebicara merupakan suatu
instrument yang mengungkapkan kepada penyimak hampir secara langsung apakah
sang pembicaranya maupun para penyimak; apakah dia bersikap serta dapat
menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-
gagasannya, dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 114), berbicara berasal dari
kata “bercakap”, kemudian menjadi bicara yang berarti pertimbangan (pikiran);
berbahasa namun batasan ini susah untuk dipakai karena disamakan antara
keterampilan berbicara dengan berbahasa, padahal berbicara merupakan dari
keterampilan berbahasa (Peorwodarminto, 1987: 136).
Berbicara adalah salah satu kemampuan khusus manusia. Oleh karena itu,
pembicara seumur dengan bangsa manusia (Henrikus, 1990: 14) mengatakan “bahwa
bahasa dan pembicaraan itu muncul, ketika manusia mengungkapkan dan
menyampaikan pikiran kepada manusia lain”.
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 9/27
Menurut Lagousi (1992: 25), berbicara adalah kegiatan menyampaikan
pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan memakai bahasa lisan “pesan verbal”
dan dibantu oleh nonverbal.
Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan
kepada orang lain. Menurut Tarigan (1986: 15) berbicara merupakan suatu bentuk
perilaku manusia yang mengatakan faktor fisik, psikologis, neorologis, semantik dan
linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat
manusia yang paling penting dalam kontrol sosial.
Berbicara adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tindakan
menyatakan sesuatu kepada seseorang dalam bentuk ujaran (bahasa lisan). Pengertian
tersebut memberikan gambaran bahwa berbicara atau aktivitas manusia dengan
bahasanya yang terwujud dalam kegiatan berkomunikasi secara lisan. Oleh karena
itu, retorika pada hakikatnya senantiasa berkaitan dengan kegiatan manusia dalam
berkomunikasi. Berkomunikasi yang dimaksud adalah kegiatan komunikasi yang
dilakukan dengan menggunakan bahasa sebagai alatnya.
Menurut Semi, (1992: 2). Berbicara perlu dipelajari dan dilakukan melalui
latihan, orang tidak mungkin dapat berbicara dengan benar bila ia tidak pernah mau
mencoba berbicara di depan orang banyak”.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara
merupakan suatu kegiatan manusia dalam berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa lisan untuk mencapai tujaun atau maksud yang diinginkan.
b. Keterampilan berbicara
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 10/27
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dalam menyampaikan pikiran,
gagasan, maksud sering menggunakan bahasa lisan atau dalam bentuk ucapan
(berbicara). Aspek tersebut termasuk dalam unsur produktif, yang berfungsi sebagai
penyampaian, penyebar informasi dengan menggunakan bahasa lisan (Tarigan, 1986:
86).
Menurut Dallman (dalam Safi’ie, 1998: 9) ada beberapa keterampilan yang
diperlukan siswa/murid berbicara dengan baik, keterampilan-keterampilan itu adalah :
1. Pengucapan kata-kata yang betul
2. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa dengan baik dan jelas
3. Menyatakan sesuatu dengan tegas sehingga jelas perbedaanya dengan
perkataan lai.
4. Sikap berbicara yang baik
5. Mempunyai nada berbicara yang menyenangkan
6. Menggunakan kata-kata secara tepat sesuai dengan maksud yang dinyatakan
7. Menggunakan kalimat yang efektif
8. Mengorganisir pokok-pokok pikiran dengan baik
9. Mengetahui kapan ia harus berbicara dan kapan mesti mendengarkan kawan
berbicara, serta berbicara secara bijaksana
Safi’ie (1998: 4-7) mengemukakan bahwa “keterampilan berbicara memiliki
empat unsur pokok, yaitu rasional yang baik, etika dan nilai moral, bahasa, dan
pengetahuan”.
c. Tujuan berbicara
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 11/27
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat
menyampaikan pikiran ecara efektif, maka pembicara harus memahami yang ingin
dikomunikasikannya, dan dia mampu megevaluasi efek komunikasinya terhadap para
pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala
situasi pembicaraanya, baik secara umum maupun perorangan.
Sebagai alat sosial, maka pada dasarnya berbicara mempunyai tujuan
umumn, yaitu :
1. Memberitahukan, melaporkan
2. Menjamu, menghibur
3. Membujuk, mengajak, dan meyakinkan (Tarigan, 1986: 15-16)
Gabungan atau campuran dari maksud-maksud itupun mungkin saja terjadi.
Suatu pembicaraan misalnya mungkin saja merupakan gabungan dari melaporkan dan
menjamu begitu pula mungkin bila sekaligus menghibur dan meyakinkan. Ochs dan
Winkers, (dalam Tarigan, 1986: 16).
d. Prinsip Umum yang Mendasari Kegiatan Berbicara
Menurut Brooks (dalam Tarigan, 1986: 16-17). Beberapa prinsip umum
yang mendasari kegiatan berbicara, antara lain:
1. Membutuhkan paling sedikit dua orang
2. Mempergunakan suatu sandi/ tanda linguistik yang dipahami bersama
3. Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum
4. Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepala
lingkungannnya segera.
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 12/27
5. Merupakan suatu pertukaran antara partisipan
6. Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan
suara atau bunyi bahasa dan pendengaran (vocal and auditory
apparatus)
7. Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang
nyata dan apa yan diterima sebagai dalil. Brook (dalam Tarigan, 1986:
16-17).
Menurut Woolbert (dalam Tarigan, 1986: 17-18), ada empat dasar/ hakikat
yang diperlukan seseorang dalam menyatakan pikiran/ pendapat kepada orang lain,
yaitu :
1. Sang pembicara merupakan suatu kemauan, suatu maksud, suatu makna
yang diinginkannya dimiliki oleh orang lain, yaitu suatu pikiran (a
thought ).
2. Sang pembicara atau pemakai bahasa, membentuk pikiran dan perasaan
menjadi kata-kata.
3. Sang pembicara atau sesuatu yang ingin disimak, ingin didengarkan,
menyampaikan maksud dan kata-katanya kepada orang lain melalui
suara, dan dilihat.
4. Sang pembicara atau sesuatu yang harus memperlihatkan rupa, sesuatu
tindakan yang harus diperhatikan, dan dibaca melalui mata.
Menurut Tarigan, (1986: 19), keberhasilan seseorang berkomunikasi dalam
masyarakat menunjukkan kematangan atau kedewasaan pribadinya. Ada empat
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 13/27
keterampilan utama yang merupakan ciri pribadi yang dewasa (a nature personality),
yaitu :
1. Keterampilan sosial
2. Keterampilan simantik
3. Keterampilan fonetik
4. Keterampilan Vokal (Tarigan, 1986: 19)
Keterampilan sosial ( social sill ) adalah kemampuan untuk berpartisipasi
secara efektif dalam hubungan masyarakat. Keterampilan sosial menuntut agar kita
mengetahui :
1. Apa yang harus dikatakan?
2. Bagaimana cara mengatakannya?
3. Apabila mengatakannya.
4. Kapan tidak mengatakannya?
Keterampilan semantic ( semantic skill ) adalah kemampuan untuk
mempergunakan kata-kata dengan tepat penuh pengertian.
Keterampilan fonetik ( phonetic skill ) adalah kemampuan membentuk unsur-
unsur fonetik bahasa kita secara tepat.
Keterampilan vokal (vocal skill ) adalah kemampuan untuk menciptakan
efek emosional yang diinginkan dengan suara kita.
e. Ciri-ciri Pembicara Ideal
Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan normal sudah memiliki potensi
terampil berbicara. Potensi tersebut akan menjadi kenyataan bila dipupuk, dibina, dan
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 14/27
dikembangkan melalui latihan yang sistematis, terarah, dan berkesinambungan.
Tanpa latihan, potensi itu tetap berupa potensi.
Ciri-ciri pembicara yang baik untuk dikenal, dipahami dan dihayati, serta
diterapkan dalam berbicara yaitu:
1. Memilih topik yang tepat
2. Menguasai materi
3. Memahami pendengar
4. Memahami situasi
5. Merumuskan tujuan yang jelas
6. Menjalin kontrak dengan pendengar
7. Memiliki kemampuan linguistik
8. Menguasai pendengar
9. Memanfaatkan alat Bantu
10. Meyakinkan dalam penampilan
11. Mempunyai rencana
Langkah pokok yang masih berifat umum itu dapat dikembangkan menjadi
langkah-langkah yang spesifik. Menurut Keraf, (1988: 127). Hasil pengembangan
langkah yang bersifat umum menjadi langka spesifik khusus adalah sebagai berikut:
1. Menentukan maksud
2. Menganalisis pendengar dan situasi
3. Memilih dan menyempitkan topik
4. Mengumpulkan bahan
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 15/27
5. Membuat kerangka uraian
6. Menguraikan secara mendetail
7. Melatih dengan suara nyaring
Lain halnya dengan Waingright (dalam Tarigan, 1986: 127)
mengemukakan enam langkah yang harus dilalui dan dikuasai ole seseorang agar
dapat menjadi pembicara yang baik. Langkah-langkah tersebut, yakni :
1. Memilih topik
2. Memahami dan menguji topik
3. Memahami latar belakang pendengar dan situasi
4. Menyusun kerangka pembicaraan
5. Mengujicobakan
6. Menyajikan
f. Jenis-jenis Berbicara
Ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan
berbicara. Kelima landasan tersebut, yaitu :
1) Situasi
Aktivitas berbicara sudah terjadi atau berlangsung dalam suasana, situasi, dan
lingkungan tertentu. Menurut Logan, dkk. (dalam Tarigan, 1986: 48), jenis berbicara
menurut situasi, yaitu:
a. Jenis-jenis (kegiatan) berbicara informal meliputi :
1. Tukar pengalaman
2. Percakapan
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 16/27
3. Menyampaikan berita
4. Menyampaikan pengumuman
5. Bertelepon, dan memberi petunjuk
b. Jenis-jenis (kegiatan) berbicara formal meliputi :
1. Ceramah
2. Perencanaan dan penelitian
3. Interview
4. Prosedur parlementer dan
5. Bercerita
2) Tujuan
Menurut tujuannya maka kegiatan berbicara terbagi menjadi lima jenis, yaitu :
1. Berbicara menghibur
2. Berbicara mengimformasikan
3. Berbicara menstimulasi
4. Berbicara meyakinkan, dan
5. Berbicara mengerakkan
3) Metode penyampaian
Ada empat cara yang bisa digunakan orang dalam menyampaikan
pembicaraanya, yaitu :
1. Penyampaian secara mendadak
2. Penyampaian berdasarkan catatan kecil
3. Penyampaian berdasarkan hafalan, dan
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 17/27
4. Penyampaian berdasarkan naskah
4) Jumlah penyimak
Berdasarkan jumlah penyimak, berbicara dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu:
1. Berbicara antarpribadi
2. Berbicara dalam kelompok kecil
3. Berbicara dalam kelompok besar
5) Peristiwa khusus
Menurut Logan dkk (dalam Tarigan, 1986: 56), berdasarkan peristiwa
khusus berbicara atau pidato dapat digolongkan atas enam jenis, yaitu:
1. Pidato presentasi
2. Pidato penyampaian
3. Pidato perpisahan
4. Pidato perjamuan
5. Pidato perkenalan
6. Pidato nominasi
g. Pengetahuan Dasar Berbicara
Mulgraw (Tarigan, 1986 : 21-22) mengatakan bahwa berbicara dapat
ditinjau sebagai suatu seni dan juga sebagai suatu ilmu. Jika berbicara itu dipandang
sebagai suatu seni, maka penekanannya ditekankan pada penerapan sebagai suatu alat
komunikasi dalam suatu masyarakat. Jika berbicara dipandang sebagai suatu ilmu,
maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
1. Mekanisme bicara dan mendengar,
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 18/27
2. Latihan dasar bagi ujaran dan suara,
3. Bunyi-bunyi dalam rangkaian dan ujaran,
4. Diftong-diftong,
5. Konsonan-konsonan,
6. Bunyi-bunyi bahasa,
7. Pantologi ujaran.
Pengetahuan mengenal teori dalam berbicara, sangat bermanfaat dalam
menunjang kemampuan dan kesuksesan dalam praktik berbicara, maka dari itulah,
diperlukan pendidikan berbicara.
Adapun konsep yang mendasari pendidikan berbicara dikategorikan dalam
tiga kelompok, yaitu :
1. hal-hal yang berkenaan dengan hakikat atau sifat dasar tujuan
2. hal-hal yang menyatakan proses-proses intelektual yang diperlukan
untuk mengembangkan kemampuan berbicara dengan baik.
3. hal-hal yang memudahkan seseorang untuk mencapai keterampilan
berbicara.
Mulgrave (Tarigan, 1986: 22) mengatakan bahwa analisis mengenai proses-
proses intelektual yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan berbicara
menunjukkan perlunya pengaturan bahan bagi penampilan lisan, perluya penggunaan
ekspresi yang jelas dan efektif bagi komunikasi yang khusus tersebut, dan perlunya
menyimak suatu keterampilan yang penuh seksama dan perhatian.
h. Rambu-rambu dalam berbicara
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 19/27
Suksesnya suatu pembicaraan tergantung pada pembicara dan pendengar.
Untuk itu diperlukan beberapa persyaratan kepada seseorang pembicara dan
pendengar, antara lain :
1. Menguasai masalah yang dibicarakan. Penguasaan masalah akan
membutuhkan keyakinan kepada diri pembicara, sehingga akan
menimbulkan rasa percaya diri yang merupakan model utama bagi
pembicara.
2. Mulai berbicara jika situasi memungkinkan. Sebelum memulai
pembicaraan, hendaknya pembicara memperhatikan situasi seluruhnya,
khususnya pendengar. Bila pendengar sudah siap, baru mulai berbicara.
3. Pengarahan yang tepat akan dapat memancing perhatian pendengar.
Sesudah memberikan kata salam dalam membuka pembicaraan, seorang
pembicara yang baik akan menginformasikan tujuan ia berbicara dan
menjelaskan pentingnya pokok pembicaraan itu bagi pendengar.
4. Berbicara harus jelas dan tidak teralalu cepat. Bunyi-bunyi bahasa harus
diucapkan secara tepat dan jelas. Kalimat efektif dan pilihan kata pun harus
tepat.
5. Pandangan mata dan gerak-gerik yang membantu. Pandangan mata dalam
hal ini juga mempunyai peranan.
6. Kenyaringan suara. Suara hendaknya dapat didengar oleh semua pendengar
dalam ruangan itu.
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 20/27
7. Dalam komunikasi dua arah, mulailah berbicara jika sudah dipersilahkan.
Bila ingin mengemukakan pendapat, berbicaralah jika telah diberi
kesempatan. Jangan memotong pembicaraan orang lain dan jangan pula
berebut berbicara. Jangan berbicara berbelit-belit tetapi langsung pada
sasaran (Artsjad & Mukti, 1998 : 31-32).
i. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi siswa
Faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam berbicara adalah
1) Faktor eksternal, yaitu :
a) Pengaruh lingkungan : lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan
lingkungan sekolah.
b) Faktor guru, karena guru merupakan orang yang berhadapan langsung
dengan siswa.
c) Kurangnya buku-buku penunjang. Khususnya buku keterampilan
berbicara.
2) Faktor internal, yaitu :
Faktor yang terdapat dalam diri siswa yang berpengaruh terhadap
keberhasilan belajar adalah bakat, minat, kemampuan, dan motivasi belajar. Siswa
merupakan masukan (bahan) mentah yang perlu dimbimbing dalam proses belajar
mengajar.
2. Kerangka Pikir
Dalam kurikulum 2004, pengajaran bahasa Indonesia di sekolah diarahkan
pada penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Pengajaran tersebut dituntut untuk
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 21/27
dapat mengantarkan siswa untuk mampu dan terampil dalam berbicara dengan baik
secara monolog maupun dialog dihadapan umum atau di depan banyak orang, secara
formal. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut masih ditemukan beberapa masalah,
baik yang dihadapi oleh peserta didik maupun oleh guru dalam pembelajaran
keterampilan berbicara.
Masalah yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran keterampilan
berbicara ini, secara garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi dua faktor yakni:
faktor internal dan eksternal. Kedua faktor inilah yang selanjutnya diidentifikasi dan
dianalisis secara rinci untuk mendapatkan gambaran tentang problematika
pembelajaran keterampilan berbicara. Gambaran inilah yang menjadi hasil akhir
penelitian.
Sebagai konsep dasar atau kerangka pikir dalam penelitian ini adalah:
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Keterampilan Berbahasa
Menyimak Menulis Berbicara Membaca
Problematika Peserta Didik
Faktor
InternalSiswa
Analisis
Faktor
EksternalSiswa
Deskripsi Problematika Pembelajaran
Berbicara Bahasa Indonesia SiswaKelas VIII SMP Negeri 1 Balocci
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 22/27
H. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi peneltian ini adalah di SMP Negeri 2 Balocci, Kabupaten Pangkep,
Propinsi Sulawesi Selatan.
2. Variabel dan Desain Penelitian
a. Variabel Penelitian
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 23/27
Variabel selalu ada pada setiap jenis penelitian yang bersifat kuantitatif
maupun penelitian yang bersifat kualitatif. Variable dalam penelitian ini yaitu
problematika pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Indonesia peserta didik
kelas VIII SMP Negeri 2 Balocci.
b. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Penulisan kualitatif atau prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis dan tulisan tentang orang-orang atau perilaku yang
dapat diamati.
3. Definisi Operasional Variabel
Yang termasuk problematika keterampilan berbicara dalam penelitian ini
yaitu: Masalah atau kendala yang dihadapi peserta didik dalam pembelajaran baik
menerima maupun dalam menyampaikan pesan melalui bahasa lisan (berbicara)
sehingga tujuan yang diinginkan oleh pembicara dapat dicapai dengan baik.
4. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi penelitian ini baik berupa manusia, benda, peristiwa, maupun
gejala yang terjadi (Ali, 1985: 54). Dalam penelitian ini, yang dijadikan populasi
adalah keseluruhan sebanyak 175 siswa dan satu orang guru mata pelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 24/27
Table 1.
Keadaan Populasi Kelas VIII SMP Negeri 2 Balocci.
No Kelas Jumlah
1 VIII A 35 orang
2 VIII B 35 orang
3 VIII C 35 orang
4 VIII D 35 orang
5 VIII E 35 orang
Jumlah 175 orang
b. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik proporsional
random sampling atau secara acak berimbang. Mengingat keadaan populasi yang
banyak, maka tidak semua populasi dijadikan sampel. Hal ini sejalan dengan
pendapat Arikunto (1992: 70) bahwa: ”Apabila subjeknya kurang dari 100 orang,
lebih baik diambil semua. Sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi.
Selanjutnya jika jumlah sujeknya di atas 100 orang dapat diambil antara 10%-15%
atau 20%-25%. Jadi, dalam setiap kelas yang dijadikan sampel adalah 7 orang dengan
jumlah sampel sebanyak 35 orang atau 20% dari jumlah populasi. Selain siswa, guru
juga dijadikan sampel karena teknik pengumpulan datanya adalah observasi, angket,
dan wawancara. Untuk lebih jelasnya perkiraan sampel yang direncanakan dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.
Keadaan Populasi Kelas VIII SMP Negeri 2 Balocci.
No Kelas Jumlah
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 25/27
1 VIII A 7 orang
2 VIII B 7 orang
3 VIII C 7 orang4 VIII D 7 orang
5 VIII E 7 orang
Jumlah 35 orang
5. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu memperoleh data
dan informasi serta mengidentifikasi problematika keterampilan berbicara bahasa
Indonesia di kelas VIII SMP Negeri 2 Balocci, Kaupaten Pangkep. Untuk
memperoleh data dan informasi yang lengkap, peneliti mengunakan metode antara
lain:
a. Observasi atau pengamatan
Untuk memperoleh informasi secara langsung dengan menyaksikan proses
belajar mengajar di kelas khususnya dalam pembelajaran keterampilan berbicara.
b. Wawancara
Tes wawancara 8 butir diberikan dengan rangkaian tanya jawab dengan
guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, untuk memperoleh data tentang
problematika yang ditemukan dalam mengajarkan keterampilan berbicara. Penelitian
dilakukan dengan teknik wawancara dengan senantiasa berpedoman pada daftar
pertanyaan yang telah dipersiapkan.
c. Angket
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 26/27
Penyebaran angket sebanyak 15 butir. Angket ini digunakan untuk
memperoleh data tentang problematika keterampilan berbicara bahasa indonesia
peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Balocci Kabupaten Pangkep. Angket ini
digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui teknik wawancara.
6. Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, peneliti memeriksa data yang dipergunakan
untuk penelitian. Data yang diperoleh dari angket peserta didik akan dibahas melalui
teknik identifikasi respons dari sampel. Begitu pula data yang diperoleh melalui
observasi dan wawancara akan diidentifikasi. Dari semua analisis merupakan
gambaran deskriptif mengenai problematika berbicara di kelas VIII SMP Negeri 2
Balocci.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung :Angkasa
Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :Rineka Cipta.
8/9/2019 Proposal Ismayanti Said
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 27/27
Arsjad, G Maidar & U. S. Mukti. 1998. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. IKIP Jakarta : Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Pengembangan Keterampilan
Berbicara. Jakarta : Depdikbud.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Depdikbud.
Dimyanti, Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud.
Fitriani. 2001. ” Problematika Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SMA Negeri 3 Makassar ”. Skripsi Makassar :
FBS UNM.
Henrikus, Dori Wuwur. 1990. Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi,
Berargumentasi, Bernegosiasi, Ladero.
Keraf, Gorys. 1988. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : PT . Gramedia.
Keraf, Gorys. 1993. Komposisi Jakarta : Ikrar Mandiri Abadi.
Logousi, Kulla, 1992. Berbicara Sebuah Pendekatan Etnografi Berbicara dan
Psikolinguistik . IKIP : Erlangga.
Osborn, W. John. 1990. Kiat Berbicara di Depan Umum Eksekutif Jalan Menuju
Keberhasilan. Jakarta : PT : Bumi Aksara.
Salam & Sahrir. 1990. Dasar-dasar Penerapan Pendekatan Berbahasa danMengapresiasikan Sastra Indonesia. Ujung Pandang : FPBS IKIP UjungPandang.
Semi, Atar. 1992. Terampil Berpidato. Bandung : Angkasa.
Syafi’ie, Iman. 1998. Retorika dalam Menulis. Jakarta, Depdilbud.
Tarigan, Hendry Guntur. 1986. Berbicara Sebagai Keterampilan Berbahasa.
Bandung Angkasa.