Proposal Ismayanti Said

27
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 2 BALOCCI KABUPATEN PANGKEP. PROPOSAL PENELITIAN Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Seminar Proposal Pada sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yayasan Perguruan Islam Maros ISMAYANTI SAID 06.20717.002 SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN YAYASAN PERGURUAN ISLAM MAROS

Transcript of Proposal Ismayanti Said

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 1/27

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA

BAHASA INDONESIA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 2BALOCCI KABUPATEN PANGKEP.

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Seminar ProposalPada sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Yayasan Perguruan Islam Maros

ISMAYANTI SAID

06.20717.002

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

YAYASAN PERGURUAN ISLAM MAROS

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 2/27

2010

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Skripsi dengan Judul ” Problematika Pembelajaran Keterampilan BerbicaraBahasa Indonesia Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 2 Balocci Kabupaten

Pangkep.”

Atas nama mahasiwa

  Nama :ISMAYANTI SAID

  NIM : 06.20717.002

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan SeniProgram Studi : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Setelah diperiksa dan diteliti ulang telah memenuhi persyaratan untuk diseminarkan.

Maros, Maret 2010

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. H. M. Ide Said DM, M. Pd. Drs. H. Mappa Zubair, M. Pd.

Mengetahui

Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Yayasan Perguruan Islam Maros,

Prof. Dr. H. Kaharuddin, M. Hum. 

 NIP 19591231 198703 1 020

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 3/27

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 4/27

A. Identitas Diri

  Nama Lengkap :ISMAYANTI SAID

 NIM : 06.20717.002

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Program Studi : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Alamat : Balocci Kabupaten Pangkep

B. Judul Penelitian

Judul Penelitian ini adalah Problematika Pembelajaran Keterampilan

Berbicara Bahasa Indonesia Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 2 Balocci

Kabupaten Pangkep.

C. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial, tindakannya yang pertama dan yang paling

  penting adalah tindakan sosial. Suatu tindakan untuk saling mempertukarkan

 pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan

  perasaan dan saling mengekpresikan serta menyetujui sesuatu pendirian atau

keyakinan. Oleh karena itu, di dalam tindakan sosial haruslah terdapat elemen-elemen

yang umum, yang sama-sama disetujui dan dipahami oleh sejumlah orang merupakan

suatu masyarakat untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan komunikasi. Di sini

  perlu disadari bahwa “Bahasa berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat,

karena tanpa bahasa maka segala jenis kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh”

(Keraf, 1993:1).

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 5/27

Berbahasa pada dasarnya tidak lain adalah mencetuskan pikiran, gagasan dan

maksud dengan perkataan lain, manfaat yang paling besar dari bahasa adalah dapat

dipergunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, atau maksud kepada orang lain.

Bahasa merupakan kegiatan keterampilan yang meliputi beberapa aspek, yaitu

keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

keterampilan menulis. “Terampil berbahasa berarti terampil menyimak, terampil

 berbicara, terampil membaca, dan terampil menulis (Tarigan, 1986:22).

Setiap keterampilan tersebut saling berhubungan dengan proses-proses

  berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya.

Semakin terampil seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.

Semua itu dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan berlatih. “Melatih keterampilan

 berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir.” (Tarigan, 1986:1).

Salah satu ciri hakikat manusia adalah mampu berbicara. Keterampilan

  berbicara sebaiknya diajarkan sejak dini, karena keterampilan berbicara sangat

diperlukan terhadap keberhasilan seseorang dalam profesinya. Namun, masih banyak 

orang yang tidak menyadari dan beranggapan bahwa kelengkapan alat bicara sudah

cukup menjamin seseorang melakukan tindak tutur yang baik. Disadari atau tidak,

tujuan berbicara bukan hanya untuk menyampaikan atau sebanyak-banyaknya,

melainkan untuk berkomunikasi dengan orang lain yang memungkinkan orang lain

dapat mengerti apa yang diucapkan dan mau berbuat seperti apa yang dinginkan oleh

 pembicara. Demikian halnya dalam proses belajar mengajar di sekolah, diperlukan

satu bentuk komunikasi lisan yang nantinya akan mengaktifkan pencapaian tujuan

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 6/27

 pembelajaran. Namun, semua ini tidak mudah dicapai tanpa adanya suatu proses

melalui praktek dan latihan.

“Kepandaian dan keterampilan berbicara dapat diperoleh dengan jalan praktik 

dan banyak latihan” (Tarigan, 1986:1). Tanpa adanya latihan dan praktik yang

memadai maka akan menimbulkan masalah dalam pembicaraan bahasa Indonesia

khususnya keterampilan berbicara. Hal ini ditunjang oleh hasil penelitian Fitriani

(2001) menyatakan bahwa “Guru kurang memberikan praktik dan latihan dalam

 pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar”.

Berdasarkan gambaran tersebut di atas keterampilan berbicara perlu

dikembangkan dan dipelajari oleh setiap orang, karena keterampilan berbicara sangat

 penting dalam berkomunikasi.

Keterkaitan penulis mengangkat keterampilan berbicara, tidak hanya karena

keterampilan dan pengetahuan sangat penting dalam kehidupan setiap orang, tetapi

 juga karena penulis sering mendengar keluhan di sekolah bahwa seorang peserta

didik mengetahui sesuatu konsep, tetapi mereka tidak mampu mengkomunikasikan

dalam bentuk lisan maupun tindak tutur, baik dalam bentuk monolog maupun dialog.

Hal ini dapat dilihat pada peserta didik yang biasanya lebih mudah menjawab atau

menguraikan sesuatu persoalan dalam bentuk tulisan dibandingkan secara lisan.

Sering terjadi peserta didik yang mempunyai nilai bagus dalam menjawab soal-soal

secara tertulis tetapi kurang aktif dalam berbicara di kelas.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui problematika yang

dihadapi peserta didik dalam keterampilan berbicara. Penelitian ini dilakukan di

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 7/27

Kabupaten Pangkep dengan pertimbangan untuk mengetahui perkembangan SMP

 Negeri 2 Balocci dan selain itu pertimbangan biaya dan kemudahan akomodasi.

Selain itu pula, di tempat tersebut belum ada yang mengangkat masalah tersebut.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah yang diajukan adalah “ Problematika apa sajakah yang dihadapi peserta didik 

kelas VIII SMP Negeri 2 Balocci dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa

Indonesia?".

E. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan mendeskripsikan problematika yang

dihadapi peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Balocci dalam pembelajaran

 berbicara bahasa Indonesia.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Dapat memberikan suatu masukan pada pengajaran bahasa dan sastra Indonesia,

khususnya keterampilan berbicara di SMP Negeri 2 Balocci;

2. Memberikan sumbangan pikiran terhadap guru-guru mata pelajaran bahasa

Indonesia di SMP tentang cara penyusunan materi bagi pembelajaran/ pengajaran

keterampilan berbicara.

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 8/27

3. Memberikan masukan dalam rangka peningkatan kemampuan kreativitas guru-

guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Balocci dalam mengajarkan keterampilan

 berbicara.

G. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pikir

1. Tinjauan Pustaka

a. Pengertian berbicara

Menurut Mulgrave (dalam Tarigan, 1986: 3-4) bebicara merupakan suatu

instrument yang mengungkapkan kepada penyimak hampir secara langsung apakah

sang pembicaranya maupun para penyimak; apakah dia bersikap serta dapat

menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-

gagasannya, dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 114), berbicara berasal dari

kata “bercakap”, kemudian menjadi bicara yang berarti pertimbangan (pikiran);

  berbahasa namun batasan ini susah untuk dipakai karena disamakan antara

keterampilan berbicara dengan berbahasa, padahal berbicara merupakan dari

keterampilan berbahasa (Peorwodarminto, 1987: 136).

Berbicara adalah salah satu kemampuan khusus manusia. Oleh karena itu,

 pembicara seumur dengan bangsa manusia (Henrikus, 1990: 14) mengatakan “bahwa

  bahasa dan pembicaraan itu muncul, ketika manusia mengungkapkan dan

menyampaikan pikiran kepada manusia lain”.

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 9/27

Menurut Lagousi (1992: 25), berbicara adalah kegiatan menyampaikan

 pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan memakai bahasa lisan “pesan verbal”

dan dibantu oleh nonverbal.

Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan

kepada orang lain. Menurut Tarigan (1986: 15) berbicara merupakan suatu bentuk 

 perilaku manusia yang mengatakan faktor fisik, psikologis, neorologis, semantik dan

linguistik sedemikian ekstensif, secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat

manusia yang paling penting dalam kontrol sosial.

Berbicara adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tindakan

menyatakan sesuatu kepada seseorang dalam bentuk ujaran (bahasa lisan). Pengertian

tersebut memberikan gambaran bahwa berbicara atau aktivitas manusia dengan

 bahasanya yang terwujud dalam kegiatan berkomunikasi secara lisan. Oleh karena

itu, retorika pada hakikatnya senantiasa berkaitan dengan kegiatan manusia dalam

  berkomunikasi. Berkomunikasi yang dimaksud adalah kegiatan komunikasi yang

dilakukan dengan menggunakan bahasa sebagai alatnya.

Menurut Semi, (1992: 2). Berbicara perlu dipelajari dan dilakukan melalui

latihan, orang tidak mungkin dapat berbicara dengan benar bila ia tidak pernah mau

mencoba berbicara di depan orang banyak”.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara

merupakan suatu kegiatan manusia dalam berkomunikasi dengan menggunakan

 bahasa lisan untuk mencapai tujaun atau maksud yang diinginkan.

 b. Keterampilan berbicara

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 10/27

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dalam menyampaikan pikiran,

gagasan, maksud sering menggunakan bahasa lisan atau dalam bentuk ucapan

(berbicara). Aspek tersebut termasuk dalam unsur produktif, yang berfungsi sebagai

 penyampaian, penyebar informasi dengan menggunakan bahasa lisan (Tarigan, 1986:

86).

Menurut Dallman (dalam Safi’ie, 1998: 9) ada beberapa keterampilan yang

diperlukan siswa/murid berbicara dengan baik, keterampilan-keterampilan itu adalah :

1. Pengucapan kata-kata yang betul

2. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa dengan baik dan jelas

3. Menyatakan sesuatu dengan tegas sehingga jelas perbedaanya dengan

 perkataan lai.

4. Sikap berbicara yang baik 

5. Mempunyai nada berbicara yang menyenangkan

6. Menggunakan kata-kata secara tepat sesuai dengan maksud yang dinyatakan

7. Menggunakan kalimat yang efektif 

8. Mengorganisir pokok-pokok pikiran dengan baik 

9. Mengetahui kapan ia harus berbicara dan kapan mesti mendengarkan kawan

 berbicara, serta berbicara secara bijaksana

Safi’ie (1998: 4-7) mengemukakan bahwa “keterampilan berbicara memiliki

empat unsur pokok, yaitu rasional yang baik, etika dan nilai moral, bahasa, dan

 pengetahuan”.

c. Tujuan berbicara

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 11/27

Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat

menyampaikan pikiran ecara efektif, maka pembicara harus memahami yang ingin

dikomunikasikannya, dan dia mampu megevaluasi efek komunikasinya terhadap para

  pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala

situasi pembicaraanya, baik secara umum maupun perorangan.

Sebagai alat sosial, maka pada dasarnya berbicara mempunyai tujuan

umumn, yaitu :

1. Memberitahukan, melaporkan

2. Menjamu, menghibur 

3. Membujuk, mengajak, dan meyakinkan (Tarigan, 1986: 15-16)

Gabungan atau campuran dari maksud-maksud itupun mungkin saja terjadi.

Suatu pembicaraan misalnya mungkin saja merupakan gabungan dari melaporkan dan

menjamu begitu pula mungkin bila sekaligus menghibur dan meyakinkan. Ochs dan

Winkers, (dalam Tarigan, 1986: 16).

d. Prinsip Umum yang Mendasari Kegiatan Berbicara

Menurut Brooks (dalam Tarigan, 1986: 16-17). Beberapa prinsip umum

yang mendasari kegiatan berbicara, antara lain:

1. Membutuhkan paling sedikit dua orang

2. Mempergunakan suatu sandi/ tanda linguistik yang dipahami bersama

3. Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum

4. Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepala

lingkungannnya segera.

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 12/27

5. Merupakan suatu pertukaran antara partisipan

6. Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan

suara atau bunyi bahasa dan pendengaran (vocal and auditory

apparatus)

7. Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang

nyata dan apa yan diterima sebagai dalil. Brook (dalam Tarigan, 1986:

16-17).

Menurut Woolbert (dalam Tarigan, 1986: 17-18), ada empat dasar/ hakikat

yang diperlukan seseorang dalam menyatakan pikiran/ pendapat kepada orang lain,

yaitu :

1. Sang pembicara merupakan suatu kemauan, suatu maksud, suatu makna

yang diinginkannya dimiliki oleh orang lain, yaitu suatu pikiran (a

thought ).

2. Sang pembicara atau pemakai bahasa, membentuk pikiran dan perasaan

menjadi kata-kata.

3. Sang pembicara atau sesuatu yang ingin disimak, ingin didengarkan,

menyampaikan maksud dan kata-katanya kepada orang lain melalui

suara, dan dilihat.

4. Sang pembicara atau sesuatu yang harus memperlihatkan rupa, sesuatu

tindakan yang harus diperhatikan, dan dibaca melalui mata.

Menurut Tarigan, (1986: 19), keberhasilan seseorang berkomunikasi dalam

masyarakat menunjukkan kematangan atau kedewasaan pribadinya. Ada empat

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 13/27

keterampilan utama yang merupakan ciri pribadi yang dewasa (a nature personality),

yaitu :

1. Keterampilan sosial

2. Keterampilan simantik 

3. Keterampilan fonetik 

4. Keterampilan Vokal (Tarigan, 1986: 19)

Keterampilan sosial (  social sill ) adalah kemampuan untuk berpartisipasi

secara efektif dalam hubungan masyarakat. Keterampilan sosial menuntut agar kita

mengetahui :

1. Apa yang harus dikatakan?

2. Bagaimana cara mengatakannya?

3. Apabila mengatakannya.

4. Kapan tidak mengatakannya?

Keterampilan semantic (  semantic skill ) adalah kemampuan untuk 

mempergunakan kata-kata dengan tepat penuh pengertian.

Keterampilan fonetik ( phonetic skill ) adalah kemampuan membentuk unsur-

unsur fonetik bahasa kita secara tepat.

Keterampilan vokal (vocal skill ) adalah kemampuan untuk menciptakan

efek emosional yang diinginkan dengan suara kita.

e. Ciri-ciri Pembicara Ideal

Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan normal sudah memiliki potensi

terampil berbicara. Potensi tersebut akan menjadi kenyataan bila dipupuk, dibina, dan

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 14/27

dikembangkan melalui latihan yang sistematis, terarah, dan berkesinambungan.

Tanpa latihan, potensi itu tetap berupa potensi.

Ciri-ciri pembicara yang baik untuk dikenal, dipahami dan dihayati, serta

diterapkan dalam berbicara yaitu:

1. Memilih topik yang tepat

2. Menguasai materi

3. Memahami pendengar 

4. Memahami situasi

5. Merumuskan tujuan yang jelas

6. Menjalin kontrak dengan pendengar 

7. Memiliki kemampuan linguistik 

8. Menguasai pendengar 

9. Memanfaatkan alat Bantu

10. Meyakinkan dalam penampilan

11. Mempunyai rencana

Langkah pokok yang masih berifat umum itu dapat dikembangkan menjadi

langkah-langkah yang spesifik. Menurut Keraf, (1988: 127). Hasil pengembangan

langkah yang bersifat umum menjadi langka spesifik khusus adalah sebagai berikut:

1. Menentukan maksud

2. Menganalisis pendengar dan situasi

3. Memilih dan menyempitkan topik 

4. Mengumpulkan bahan

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 15/27

5. Membuat kerangka uraian

6. Menguraikan secara mendetail

7. Melatih dengan suara nyaring

Lain halnya dengan Waingright (dalam Tarigan, 1986: 127)

mengemukakan enam langkah yang harus dilalui dan dikuasai ole seseorang agar 

dapat menjadi pembicara yang baik. Langkah-langkah tersebut, yakni :

1. Memilih topik 

2. Memahami dan menguji topik 

3. Memahami latar belakang pendengar dan situasi

4. Menyusun kerangka pembicaraan

5. Mengujicobakan

6. Menyajikan

f. Jenis-jenis Berbicara

Ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasikan kegiatan

 berbicara. Kelima landasan tersebut, yaitu :

1) Situasi

Aktivitas berbicara sudah terjadi atau berlangsung dalam suasana, situasi, dan

lingkungan tertentu. Menurut Logan, dkk. (dalam Tarigan, 1986: 48), jenis berbicara

menurut situasi, yaitu:

a. Jenis-jenis (kegiatan) berbicara informal meliputi :

1. Tukar pengalaman

2. Percakapan

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 16/27

3. Menyampaikan berita

4. Menyampaikan pengumuman

5. Bertelepon, dan memberi petunjuk 

 b. Jenis-jenis (kegiatan) berbicara formal meliputi :

1. Ceramah

2. Perencanaan dan penelitian

3. Interview

4. Prosedur parlementer dan

5. Bercerita

2) Tujuan

Menurut tujuannya maka kegiatan berbicara terbagi menjadi lima jenis, yaitu :

1. Berbicara menghibur 

2. Berbicara mengimformasikan

3. Berbicara menstimulasi

4. Berbicara meyakinkan, dan

5. Berbicara mengerakkan

3) Metode penyampaian

Ada empat cara yang bisa digunakan orang dalam menyampaikan

 pembicaraanya, yaitu :

1. Penyampaian secara mendadak 

2. Penyampaian berdasarkan catatan kecil

3. Penyampaian berdasarkan hafalan, dan

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 17/27

4. Penyampaian berdasarkan naskah

4) Jumlah penyimak 

Berdasarkan jumlah penyimak, berbicara dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu:

1. Berbicara antarpribadi

2. Berbicara dalam kelompok kecil

3. Berbicara dalam kelompok besar 

5) Peristiwa khusus

Menurut Logan dkk (dalam Tarigan, 1986: 56), berdasarkan peristiwa

khusus berbicara atau pidato dapat digolongkan atas enam jenis, yaitu:

1. Pidato presentasi

2. Pidato penyampaian

3. Pidato perpisahan

4. Pidato perjamuan

5. Pidato perkenalan

6. Pidato nominasi

g. Pengetahuan Dasar Berbicara

Mulgraw (Tarigan, 1986 : 21-22) mengatakan bahwa berbicara dapat

ditinjau sebagai suatu seni dan juga sebagai suatu ilmu. Jika berbicara itu dipandang

sebagai suatu seni, maka penekanannya ditekankan pada penerapan sebagai suatu alat

komunikasi dalam suatu masyarakat. Jika berbicara dipandang sebagai suatu ilmu,

maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :

1. Mekanisme bicara dan mendengar,

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 18/27

2. Latihan dasar bagi ujaran dan suara,

3. Bunyi-bunyi dalam rangkaian dan ujaran,

4. Diftong-diftong,

5. Konsonan-konsonan,

6. Bunyi-bunyi bahasa,

7. Pantologi ujaran.

Pengetahuan mengenal teori dalam berbicara, sangat bermanfaat dalam

menunjang kemampuan dan kesuksesan dalam praktik berbicara, maka dari itulah,

diperlukan pendidikan berbicara.

Adapun konsep yang mendasari pendidikan berbicara dikategorikan dalam

tiga kelompok, yaitu :

1. hal-hal yang berkenaan dengan hakikat atau sifat dasar tujuan

2. hal-hal yang menyatakan proses-proses intelektual yang diperlukan

untuk mengembangkan kemampuan berbicara dengan baik.

3. hal-hal yang memudahkan seseorang untuk mencapai keterampilan

 berbicara.

Mulgrave (Tarigan, 1986: 22) mengatakan bahwa analisis mengenai proses-

  proses intelektual yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan berbicara

menunjukkan perlunya pengaturan bahan bagi penampilan lisan, perluya penggunaan

ekspresi yang jelas dan efektif bagi komunikasi yang khusus tersebut, dan perlunya

menyimak suatu keterampilan yang penuh seksama dan perhatian.

h. Rambu-rambu dalam berbicara

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 19/27

Suksesnya suatu pembicaraan tergantung pada pembicara dan pendengar.

Untuk itu diperlukan beberapa persyaratan kepada seseorang pembicara dan

 pendengar, antara lain :

1. Menguasai masalah yang dibicarakan. Penguasaan masalah akan

membutuhkan keyakinan kepada diri pembicara, sehingga akan

menimbulkan rasa percaya diri yang merupakan model utama bagi

 pembicara.

2. Mulai berbicara jika situasi memungkinkan. Sebelum memulai

  pembicaraan, hendaknya pembicara memperhatikan situasi seluruhnya,

khususnya pendengar. Bila pendengar sudah siap, baru mulai berbicara.

3. Pengarahan yang tepat akan dapat memancing perhatian pendengar.

Sesudah memberikan kata salam dalam membuka pembicaraan, seorang

  pembicara yang baik akan menginformasikan tujuan ia berbicara dan

menjelaskan pentingnya pokok pembicaraan itu bagi pendengar.

4. Berbicara harus jelas dan tidak teralalu cepat. Bunyi-bunyi bahasa harus

diucapkan secara tepat dan jelas. Kalimat efektif dan pilihan kata pun harus

tepat.

5. Pandangan mata dan gerak-gerik yang membantu. Pandangan mata dalam

hal ini juga mempunyai peranan.

6. Kenyaringan suara. Suara hendaknya dapat didengar oleh semua pendengar 

dalam ruangan itu.

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 20/27

7. Dalam komunikasi dua arah, mulailah berbicara jika sudah dipersilahkan.

Bila ingin mengemukakan pendapat, berbicaralah jika telah diberi

kesempatan. Jangan memotong pembicaraan orang lain dan jangan pula

  berebut berbicara. Jangan berbicara berbelit-belit tetapi langsung pada

sasaran (Artsjad & Mukti, 1998 : 31-32).

i. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi siswa

Faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam berbicara adalah

1) Faktor eksternal, yaitu :

a) Pengaruh lingkungan : lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan

lingkungan sekolah.

  b) Faktor guru, karena guru merupakan orang yang berhadapan langsung

dengan siswa.

c) Kurangnya buku-buku penunjang. Khususnya buku keterampilan

 berbicara.

2) Faktor internal, yaitu :

Faktor yang terdapat dalam diri siswa yang berpengaruh terhadap

keberhasilan belajar adalah bakat, minat, kemampuan, dan motivasi belajar. Siswa

merupakan masukan (bahan) mentah yang perlu dimbimbing dalam proses belajar 

mengajar.

2. Kerangka Pikir 

Dalam kurikulum 2004, pengajaran bahasa Indonesia di sekolah diarahkan

 pada penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Pengajaran tersebut dituntut untuk 

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 21/27

dapat mengantarkan siswa untuk mampu dan terampil dalam berbicara dengan baik 

secara monolog maupun dialog dihadapan umum atau di depan banyak orang, secara

formal. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut masih ditemukan beberapa masalah,

  baik yang dihadapi oleh peserta didik maupun oleh guru dalam pembelajaran

keterampilan berbicara.

Masalah yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran keterampilan

 berbicara ini, secara garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi dua faktor yakni:

faktor internal dan eksternal. Kedua faktor inilah yang selanjutnya diidentifikasi dan

dianalisis secara rinci untuk mendapatkan gambaran tentang problematika

  pembelajaran keterampilan berbicara. Gambaran inilah yang menjadi hasil akhir 

 penelitian.

Sebagai konsep dasar atau kerangka pikir dalam penelitian ini adalah:

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP)

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Keterampilan Berbahasa

Menyimak Menulis Berbicara Membaca

Problematika Peserta Didik 

Faktor 

InternalSiswa

Analisis

Faktor 

EksternalSiswa

Deskripsi Problematika Pembelajaran

Berbicara Bahasa Indonesia SiswaKelas VIII SMP Negeri 1 Balocci

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 22/27

H. Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi peneltian ini adalah di SMP Negeri 2 Balocci, Kabupaten Pangkep,

Propinsi Sulawesi Selatan.

2. Variabel dan Desain Penelitian

a. Variabel Penelitian

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 23/27

Variabel selalu ada pada setiap jenis penelitian yang bersifat kuantitatif 

maupun penelitian yang bersifat kualitatif. Variable dalam penelitian ini yaitu

 problematika pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Indonesia peserta didik 

kelas VIII SMP Negeri 2 Balocci.

 b. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif 

kualitatif. Penulisan kualitatif atau prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis dan tulisan tentang orang-orang atau perilaku yang

dapat diamati.

3. Definisi Operasional Variabel

Yang termasuk problematika keterampilan berbicara dalam penelitian ini

yaitu: Masalah atau kendala yang dihadapi peserta didik dalam pembelajaran baik 

menerima maupun dalam menyampaikan pesan melalui bahasa lisan (berbicara)

sehingga tujuan yang diinginkan oleh pembicara dapat dicapai dengan baik.

4. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi penelitian ini baik berupa manusia, benda, peristiwa, maupun

gejala yang terjadi (Ali, 1985: 54). Dalam penelitian ini, yang dijadikan populasi

adalah keseluruhan sebanyak 175 siswa dan satu orang guru mata pelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 24/27

Table 1.

Keadaan Populasi Kelas VIII SMP Negeri 2 Balocci.

 No Kelas Jumlah

1 VIII A 35 orang

2 VIII B 35 orang

3 VIII C 35 orang

4 VIII D 35 orang

5 VIII E 35 orang

Jumlah 175 orang

 b. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik proporsional

random sampling atau secara acak berimbang. Mengingat keadaan populasi yang

  banyak, maka tidak semua populasi dijadikan sampel. Hal ini sejalan dengan

 pendapat Arikunto (1992: 70) bahwa: ”Apabila subjeknya kurang dari 100 orang,

lebih baik diambil semua. Sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi.

Selanjutnya jika jumlah sujeknya di atas 100 orang dapat diambil antara 10%-15%

atau 20%-25%. Jadi, dalam setiap kelas yang dijadikan sampel adalah 7 orang dengan

 jumlah sampel sebanyak 35 orang atau 20% dari jumlah populasi. Selain siswa, guru

 juga dijadikan sampel karena teknik pengumpulan datanya adalah observasi, angket,

dan wawancara. Untuk lebih jelasnya perkiraan sampel yang direncanakan dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.

Keadaan Populasi Kelas VIII SMP Negeri 2 Balocci.

 No Kelas Jumlah

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 25/27

1 VIII A 7 orang

2 VIII B 7 orang

3 VIII C 7 orang4 VIII D 7 orang

5 VIII E 7 orang

Jumlah 35 orang

5. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu memperoleh data

dan informasi serta mengidentifikasi problematika keterampilan berbicara bahasa

Indonesia di kelas VIII SMP Negeri 2 Balocci, Kaupaten Pangkep. Untuk 

memperoleh data dan informasi yang lengkap, peneliti mengunakan metode antara

lain:

a. Observasi atau pengamatan

Untuk memperoleh informasi secara langsung dengan menyaksikan proses

 belajar mengajar di kelas khususnya dalam pembelajaran keterampilan berbicara.

 b. Wawancara

Tes wawancara 8 butir diberikan dengan rangkaian tanya jawab dengan

guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, untuk memperoleh data tentang

 problematika yang ditemukan dalam mengajarkan keterampilan berbicara. Penelitian

dilakukan dengan teknik wawancara dengan senantiasa berpedoman pada daftar 

 pertanyaan yang telah dipersiapkan.

c. Angket

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 26/27

Penyebaran angket sebanyak 15 butir. Angket ini digunakan untuk 

memperoleh data tentang problematika keterampilan berbicara bahasa indonesia

 peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Balocci Kabupaten Pangkep. Angket ini

digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui teknik wawancara.

6. Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, peneliti memeriksa data yang dipergunakan

untuk penelitian. Data yang diperoleh dari angket peserta didik akan dibahas melalui

teknik identifikasi respons dari sampel. Begitu pula data yang diperoleh melalui

observasi dan wawancara akan diidentifikasi. Dari semua analisis merupakan

gambaran deskriptif mengenai problematika berbicara di kelas VIII SMP Negeri 2

Balocci.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1985.   Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung :Angkasa

Arikunto, Suharsimi. 1991.  Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :Rineka Cipta.

8/9/2019 Proposal Ismayanti Said

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-ismayanti-said 27/27

Arsjad, G Maidar & U. S. Mukti. 1998.  Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. IKIP Jakarta : Erlangga.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Pengembangan Keterampilan

 Berbicara. Jakarta : Depdikbud.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990.   Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta : Depdikbud.

Dimyanti, Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud.

Fitriani. 2001. ”  Problematika Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SMA Negeri 3 Makassar ”. Skripsi Makassar :

FBS UNM.

Henrikus, Dori Wuwur. 1990.   Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi,

 Berargumentasi, Bernegosiasi, Ladero.

Keraf, Gorys. 1988. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : PT . Gramedia.

Keraf, Gorys. 1993. Komposisi Jakarta : Ikrar Mandiri Abadi.

Logousi, Kulla, 1992.   Berbicara Sebuah Pendekatan Etnografi Berbicara dan

 Psikolinguistik . IKIP : Erlangga.

Osborn, W. John. 1990.  Kiat Berbicara di Depan Umum Eksekutif Jalan Menuju

 Keberhasilan. Jakarta : PT : Bumi Aksara.

Salam & Sahrir. 1990.   Dasar-dasar Penerapan Pendekatan Berbahasa danMengapresiasikan Sastra Indonesia. Ujung Pandang : FPBS IKIP UjungPandang.

Semi, Atar. 1992. Terampil Berpidato. Bandung : Angkasa.

Syafi’ie, Iman. 1998. Retorika dalam Menulis. Jakarta, Depdilbud.

Tarigan, Hendry Guntur. 1986.   Berbicara Sebagai Keterampilan Berbahasa.

Bandung Angkasa.