Proposal Guess Word

39
1 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL KOOPERATIF TEKNIK GUESS WORD (TEBAK KATA) DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD NEGERI 02 INDRALAYA I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan, dibimbing, dan dibantu untuk menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Pada masa mendatang siswa akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Untuk itulah, IPS dirancang untuk membangun dan merefleksikan kemampuan siswa dalam kehidupan bermayarakat yang selalu berubah dan berkembang secara terus menerus (Saidiharjo, 2007)

description

HIUHU HIJNKM NNNNNNNNNNNNNNNNNN JJJJJJJJJJJJJJJJ JJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ G GGGGGGGGGGGGGGGGGGG HUIHNJNUJNJKNHUGTYGVBHBJMHIHQWERTYUIOPASDFGHJKLZXCVBNM,EDFVBNWEDFGHJMJBVCXZSDFGHJM BVFGJMNHNHHBHYTFVBHYTFVBHYH

Transcript of Proposal Guess Word

1

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI

MODEL KOOPERATIF TEKNIK GUESS WORD (TEBAK KATA)

DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD NEGERI 02

INDRALAYA

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji

seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan

isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan, dibimbing, dan

dibantu untuk menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan

bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Pada masa

mendatang siswa akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan

masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Untuk itulah, IPS

dirancang untuk membangun dan merefleksikan kemampuan siswa dalam

kehidupan bermayarakat yang selalu berubah dan berkembang secara terus

menerus (Saidiharjo, 2007)

Secara umum pendidikan IPS memiliki tujuan sebagai berikut: (a)

mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya, (b) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,

rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam

kehidupan sosial, (c) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai

sosial dan kemanusiaan, dan (d) memiliki kemampuan berkomunikasi,

kerjasama dan kompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal,

nasional dan global (Depdiknas, 2006:124).

Tujuan pendidikan nasional sendiri secara makro bertujuan

membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom sehingga mampu

2

melakukan inovasi dalam pendidikan untuk suatu lembaga yang beretika,

selalu menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi sosial yang positif dan

memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh.

Agar tujuan pendidikan bisa tercapai, maka perubahan dalam sistem

pendidikan harus dilakukan secara terencana dan menyeluruh, dan sistem

pendidikan yang konvensional menuju sistem pendidikan yang berorientasi

kompetensi. Sistem pendidikan yang hanya berbasis pada input dan proses

dipandang kurang dinamis, kurang efisien, dan mengarah pada stagnasi

pedagogik, sehingga mengakibatkan sistem pendidikan sulit beradaptasi

dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan aspirasi serta

kebutuhan masyarakat.

Dari pengamatan yang dilakukan peneliti saat PPL di kelas IV SD 02

Indralaya di temukan bahwa siswa saat mengikuti pembelajaran siswa kurang

aktif. Siswa masih suka bermain-main dengan teman, kurang memperhatikan

penjelasan guru, jarang siswa mengajukan pertanyaan, dan jarang

memberikan jawaban jika ada pertanyaan dari guru atau dari siswa sendiri.

Akibatnya hasil tes atau tugas siswa mendapat nilai yang kurang baik. Pada

hasil ujian smester gasal di kelas IV SD Negeri 02 Indralaya, dari 20 orang

siswa hanya 6 orang yang mendapat nilai rata-rata 65 ke atas atau 30 % saja

yang memenuhi KKM (Lihat lampiran 1). Sedangkan dinyatakan berhasil jika

tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tidak kurang dari standar

ketuntasan minimal pada masing-masing mata pelajaran yaitu 65 dan

memiliki persentase ketuntasan klasikal sebesar 85%.

Dari hasil tanya jawab yang dilakukan peneliti dengan seorang guru,

rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya

adalah kemauan siswa dalam belajar sangat kurang, siswa sulit memahami

materi yang diajarkan dalam pelajaran IPS karena terlalu banyak konsep yang

harus dihafal, interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru

masih belum optimal. Selain itu hasil pengamatan yang peneliti lakukan

3

bahwa proses pembelajaran masih berpusat pada guru, bukan pada siswa.

Guru juga mengalami kesulitan menerapkan berbagai model yang kreatif

dengan alasan tidak ada sarana dan tidak adanya dana yang cukup.

Berdasarkan kenyataan diatas, diperlukan strategi yang tepat sehingga

dapat mencapai hasil pembelajaran yang diharapkan. Ketidaktepatan dalam

mengajarkan materi pelajaran IPS seringkali membuat siswa bosan dan

akibatnya apa yang disampaikan tidak ada yang berkesan bagi siswa sehingga

hasil belajarnya sangat rendah. Untuk memperbaiki prestasi hasil belajar

siswa tersebut maka peneliti memilih menggunakan model pembelajaran

kooperatif.

Berdasarkan beberapa kajian pustaka diperoleh macam-macam teknik

belajar-mengajar model pembelajaran kooperatif yaitu: (a) mencari pasangan,

(b) bertukar pasangan, (c) berpikir-berpasangan-berempat, (d) kepala

bernomor, (e) kepala bernomor struktur, (f) dua tinggal dua tamu, (g) keliling

berkelompok, (h) kancing gemerincing, (i) keliling kelas, (j) lingkaran kecil

lingkaran besar, (k) tari bambu, (l) jigsaw, (m) bercerita berpasangan, dan (n)

berkirim salam dan soal.

Suyatno (2009:129) juga mengemukakan aneka model pembelajaran

kooperatif, dan salah satunya adalah pembelajaran kooperatif teknik guess

word (tebak kata). Menurutnya teknik ini dapat memberikan penguatan

pemahaman materi pelajaran. Jadi, siswa bukan menghafal materi pelajaran

melainkan melakukan pemahaman materi.

Model Pembelajaran kooperatif teknik Guess Word (Tebak Kata)

dipilih oleh peneliti berdasarkan hasil refleksi dari proses pembelajaran yang

telah dilakukan sebelumnya, ternyata dalam proses pembelajaran gurulah

yang lebih banyak aktif dalam menyampaikan materi, siswa hanya mendengar

dan menerima apa yang disampaikan oleh guru. Dengan kata lain guru kurang

melibatkan siswa secara aktif sehingga siswa menjadi bosan, akibatnya apa

yang disampaikan tidak ada yang melekat diingatan siswa dan ini dapat

4

mengakibatkan prestasi belajar siswa menjadi rendah. Selain itu, diperkuat

juga dengan hasil penelitian Sefitri dalam mata pelajaran sejarah di MTs. yang

menemukan bahwa Model Kooperatif Teknik Guess Word (Tebak Kata)

mampu mempengaruhi hasil belajar siswa (Sefitri, 2010).

Dari uraian yang telah di kemukakan di atas, maka peneliti

berkeinginan untuk mengadakan suatu penelitian tindak kelas dengan judul ”

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Kooperatif Teknik

Guess Word (Tebak Kata) dalam Pembelajaran IPS Kelas IV SD Negeri 02

Indralaya”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah sebagaimana disebutkan diatas

timbulah permasalahan yaitu “Apakah penerapan Pembelajaran Kooperatif

Teknik Guess Word (Tebak Kata) dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa

kelas IV SD Negeri 02 Inderalaya?”

1.3 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah:

“Melalui Pembelajaran Kooperatif Teknik Guess Word (Tebak Kata) dapat

meningkatkan hasil belajar IPS kelas IV SD Negeri 02 Inderalaya”.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui apakah penerapan Pembelajaran Kooperatif Teknik Guess

Word (Tebak Kata) dapat meningkatkan hasil belajar pembelajaran IPS kelas

IV SD Negeri 02 Inderalaya.

5

1.5 Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan hasil

belajar dan mengembangkan keterampilan sosial.

2. Guru

Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan ini, guru dapat lebih terampil

menggunakan Pembelajaran Kooperatif Teknik Guess Word (Tebak Kata),

guru akan terbiasa melakukan penelitian kecil yang tentu sangat

bermanfaat bagi perbaikan proses belajar mengajar.

3. Sekolah

Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan dalam rangka

memperbaiki pembelajaran didalam kelas, peningkatan kualitas sekolah

dan bermanfaat bagi sekolah-sekolah lain.

4. Penulis

Sebagai bekal pengalaman dan pengetahuan dalam mempersiapkan diri

sebagai calon guru yang professional.

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tentang Belajar

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar menurut Behaviorisme bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku

sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon . Artinya perubahan prilaku

siswa dari tidak mampu melakukan sesuatu menjadi mampu melakukan sesuatu

adalah merupakan hasil interaksi antara stimulus dan respon.Stimulus yang bermakna

dapat menghasil respon yang bermakna pula dengan kondisi yang tertentu.( Mustapa

dan Sukmaningaji 2006).

Hal ini sejalan dengan pendapat Sagala (2009) bahwa kosep belajar itu selalu

menunjukan kepada suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang

berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu dan hal – hal pokok dalam pengertian

belajar adalah belajar membawa perubahan tingkah laku karena pengalaman dan

latihan, perubahan itu pada pokoknya didapatkan kecakapan baru dan perubahan itu

terjadi karena usaha yang disengaja.

Sudjana (2006:28), menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang

ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil

proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah

pemahamannya, pengetahuannya, sikap dan tingkah lakunya, daya penerimaan dan

lain-lain aspek yang ada pada individu siswa.

Sementara itu Slameto (2003) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

serangkaian proses berfikir untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai

7

hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang

menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari proses belajar, karena kualitas

hasil belajar dipengaruhi oleh proses belajar itu sendiri. Menurut Winkel

(dalam Johnson Lauanne, 2007) bahwa proses belajar yang dialami oleh siswa

menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman

dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Sedangkan Nasution (dalam

Arianty 2008:14), mendefinisikan hasil belajar sebagai suatu perubahan pada individu

yang belajar, tidak hanya mengenai pemahaman atau pengetahuan tapi juga yang

membentuk kecakapan dan penghayatan pada individu.

Berbeda dengan pernyataan Marsun dan Martaniah (dalam Wahyuningsih,

2004) hasil belajar yaitu sejauhmana siswa menguasai bahan pelajaran yang

diajarkan, yang diikuti dengan munculnya perasaan puas bahwa ia telah

melakukan sesuatu yang baik. Hal ini berarti bahwa hasil belajar hanya bisa

diketahui jika telah dilakukan penilaian.

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar

merupakan usaha yang dicapai siswa berupa suatu kecakapan dari

kegiatan belajar yang dapat diketahui setelah dilakukan penilaian. Adanya

perubahan tersebut tampak dalam hasil belajar yang diperoleh siswa terhadap

pemberian pertanyaan atau tugas oleh guru. Hasil belajar memberi informasi

kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dalam belajar.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Untuk mencapai hasil belajar, banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut

Slameto (2010:54-71), faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat

digolongkan menjadi faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern, yaitu faktor yang

8

ada dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi: faktor jasmaniah, berupa

kesehatan dan cacat tubuh; faktor psikologis, berupa inteligensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan dan kesiapan; faktor kelelahan, berupa kelelahan jasmani

dan psikis. Faktor ekstern, yaitu faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar,

meliputi: faktor keluarga, berupa cara orang tua mendidik, relasi antaranggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua dan latar

belakang kebudayaan; faktor sekolah, berupa metode mengajar, kurikulum, relasi

guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu

sekolah, stándar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung sekolah, metode belajar

dan tugas rumah; faktor masyarakat, berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, mass

media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Menurut Hanafiah (2009:8-10), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

belajar, antara lain:

1. Peserta didik dengan sejumlah latar belakangnya

2. Pengajar yang profesional

3. Atmosfir pembelajaran partisipatif dan interaktif

4. Sarana dan prasarana

5. Kurikulum

6. Lingkungan agama, sosial, budaya, politik, ekonomi, ilmu dan teknologi serta

lingkungan alam sekitar

7. Atmosfir kepemimpinan belajar yang sehat, partisipatif, demokratis, dan

situasional

8. Pembiayaan yang memadai

Jadi, untuk menunjang keberhasilan belajar siswa diharapkan adanya pengajar

yang professional yaitu seorang guru harus memiliki kemampuan dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi yang baik dan terarah. Selain itu harus memberikan

suasana yang nyaman kepada siswa untuk belajar di sekolah serta pemenuhan fasilitas

pendidikan yang baik.

9

2.2 Konsep tentang Ilmu Pengetahuan Sosial

2.2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mengkaji

seperangkat Peristiwa, Fakta, Konsep, Generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial

serta berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan

siswa tentang masyarakat , bangsa dan negara Indonesia (KTSP, 2006)

Menurut Hidayati, dkk (2008:1-4) IPS merupakan bidang studi baru. Disebut

demikian karena cara pandang yang dianutnya memang dianggap baru, walaupun

bahan yang dikaji bukanlah hal yang baru. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara

pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti : geografi,

ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan

sebagainya. Perpaduan ini dimungkinkan karena mata pelajaran tersebut memiliki

obyek material kajian yang sama yaitu manusia.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan salah satu mata

pelajaran yang mengkaji tentang peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang

berkaitan dengan isu sosial, serta mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari

sejumlah mata pelajaran yang memiliki obyek material kajian yang sama yaitu

manusia.

2.2.2 Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Kurikulum 2006 untuk tingkat SD menyatakan bahwa IPS bertujuan untuk:

(1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungan sekitarnya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir kritis dan logis,

rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan

sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan dan (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan

10

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global

(Depdiknas, 2006: 124).

Morterella (dalam Solihatin dan Raharjo, 2008:18) mengatakan bahwa

pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan dari pada transfer konsep

karena dalam pendidikan IPS peserta didik diharapkan mendapat pemahaman

terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan

keterampilan berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.

Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan pendidikan IPS adalah untuk

mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk

mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya,

serta sebagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi.

2.2.3 Karakteristik Pendidikan IPS SD

Untuk membahas karakteristik IPS, dapat dilihat dari berbagai pandangan.

Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi

penyampaiannya. Karekteristik IPS dilihat dari materi yang terkandung didalamnya

ialah bahwa ada 5 macam sumber materi IPS antara lain: (1) segala sesuatu atau apa

saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan

sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya, (2)

kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi,

komunikasi, transportasi, (3) lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek

geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat

sampai yang terjauh, (4) kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia,

sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang

tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar, (5) anak sebagai sumber materi

meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga (Badruddin,

2009:11).

11

Jadi masyarakat dan lingkungannya, selain menjadi materi IPS sekaligus

juga menjadi laboratoriumnya. Pengetahuan konsep, teori-teori IPS yang diperoleh

anak di dalam kelas dapat dicocokan dan dicobakan sekaligus dapat diterapkan dalam

kehidupannya sehari-hari di masyarakat.

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif

2.3.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2008:8) kooperatif adalah mengerjakan sesuatu secara

bersama-sama dengan saling membantu satu sata lain sebagai satu kelompok atau

satu tim. Menurut Slavin (dalam Solihatin dan Raharjo, 2005:4) pembelajaran

kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mempunyai sistem belajar dan

bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang dengan

struktur yang heterogen secara kolaboratif sehingga keberhasilan belajar kelompok

tergantung pada aktivitas individual maupun aktivitas kelompok.

Pembelajaran kooperatif dapat juga didefinisikan sebagai kegiatan belajar

kelompok yang terstruktur (Lie, 2007:18). Sedangkan menurut Solihatin dan Raharjo

(2008:7), pembelajaran kooperatif adalah

Suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sanagat dipengaruhi oleh dari keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang sangat menekankan pada

kegiatan belajar kelompok yang merupakan gabungan siswa yang heterogen untuk

memicu terjadinya kerjasama dan meningkatkan gairah belajar siswa.

12

2.3.4 Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif

Menurut Isjoni (2008) terdapat enam tahap dalam pembelajaran kooperatif ,

sesuai dengan table berikut :

Tabel 1Tahap Tahap Pembelajaran Kooperatif

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase -1Menyampaikan tujuan dan motivasi awal

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase-2Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

Fase-3Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase-4Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim selama peserta didik mengerjakan tugasnya

Fase-5Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

Dari fase diatas dapat diketahui bahwa pada model pembelajaran kooperatif

siswa di minta untuk lebih aktif dan saling berinteraksi. Bukan hanya interaksi antara

murid dan guru daja tetapi juga interaksi antara murid yang satu dengan murid

dengan yang lain.

2.3.6 Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif

Banyak jenis model pembelajaran kooperatif oleh para ahli. Menurut Lie

(2007:55-71) dan Isjoni (2008: 70) macam-macam teknik belajar-mengajar model

13

pembelajaran kooperatif yaitu: (a) mencari pasangan, (b) bertukar pasangan, (c)

berpikir-berpasangan-berempat, (d) kepala bernomor, (e) kepala bernomor struktur,

(f) dua tinggal dua tamu, (g) keliling berkelompok, (h) kancing gemerincing, (i)

keliling kelas, (j) lingkaran kecil lingkaran besar, (k) tari bambu, (l) jigsaw, (m)

bercerita berpasangan, dan (n) berkirim salam dan soal.

Suyatno (2009:129) mengemukakan aneka model pembelajaran kooperatif,

dan salah satunya adalah pembelajaran kooperatif teknik guess word (tebak kata).

Teknik ini dapat memberikan penguatan pemahaman materi pelajaran. Jadi, siswa

bukan menghafal materi pelajaran melainkan melakukan pemahaman materi.

Pada dasarnya, tujuan dari semua teknik hampir sama karena tetap mengacu

pada tujuan model pembelajaran kooperatif pada umumnya. Kesemua teknik di atas

menekankan pada kerjasama dan partisipasi tiap anggota kelompok untuk mencapai

tujuan bersama yang merupakan tujuan pembelajaran pada tiap-tiap pertemuan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik. guess word (tebak kata).

2.4 Model Pembelajaran kooperaif teknik Guess Word (Tebak Kata)

2.4.1 Pengertian Teknik Guess word (Tebak Kata)

Dalam pembelajaran kooperatif banyak teknik yang dapat digunakan . salah

satunya adalah teknik guess word (tebak Kata). Teknik guess word (tebak Kata)

adalah teknik yang berisi pertanyaan yang sesuai dengan pengertian-pengertian

penting dan dapat berupa peristiwa dan kejadian penting dari suatu konsep dan

subkonsep dari suatu materi pelajaran.

Teknik guess word (tebak Kata) tergolong pembelajaran kooperatif yang

berteknik permainan (games). Artinya dalam permainan, tidak hanya aspek belajar

saja yang diterapkan , melaikan aspek kesantunnan, kesopanan, kerjasama, dan

keantusiasan siswa dalam belajar juga dikembangkan (Suyatno,2009:100).

14

Seorang guru yang menerapkan permainan dalam proses belajar dapat

mengurangi rasa steress dan tegang siswa dalam belajar. Teknik guess word (tebak

Kata) cocok diterapkan di pelajaran IPS sebab anggapan bahwa IPS adalah pelajaran

menghafal yang membosankan dapat menjadi pelajaran yang menyenangkan. Teknik

ini dapat memberikan penguatanan dalam pemahaman materi pelajaran. Jadi, siswa

bukan menghafal materi pelajaran melainkan melakukan pemahaman materi.

Penggunaan pembelajaran koperatif teknik guess word (tebak Kata) dalam

proses belajar mengajar di kelas sejalan dengan teori belajar ynag dikemukakan oleh

Gestalt. Menurutnya belajar harus dimulai dari keseluruhan kemudian pada bagian-

bagian. Teori Gestalt menganggap bahwa pemahaman (insight) merupakan inti dari

belajar (Sutigno,2009:11). Dengan kata lain, dalam belajar yang penting bukan

mengulangi hal-hal yang harus dipelajari melainkan mengerti atau memperoleh

pemahaman.

Sesuai dengan tujuan pembelajaran kooperatif yang dikemukakan Ibrahim

(2001) bahwa teknik guess word (tebak Kata) dikembangkan untuk mencapai tiga

tujuan , yaitu hasil belajar akademik , penerimaan terhadap perbedaan individu atau

keberagaman, dan mengembangkan keterampilan social.

Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif Teknik guess word (tebak Kata) bertujuan untuk mengembangkan

keterampilan siswa dalam proses belajar dan berusaha untuk meningkatkan hasil

belajar siswa dengan keterampilan berbeda-beda yang mereka miliki. Pembelajaran

kooperatif Teknik guess word (tebak kata) memberikan banyak manfaat kepada siswa

antara lain siswa dapat bereksplorasi dengan ilmu dan pengetahuan baru, serta

memiliki motivasi dan dapat mengembangkan keterampilan berbahasa dan berfikir

logis yang banyak diperoleh siswa dari proses pembelajaran.

15

2.4.2 Langkah –Langkah Teknik Guess Word (Tebak Kata)

Menurut Suyatno (2009:129) langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif

Teknik guess word (tebak Kata) yaitu sebagai berikut :

1. Guru membuat kartu ukuran 10 x 10 cm, kemudian diisi ciri-ciri atau kata-kata

lain yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ditebak.

2. Guru membuat kartu ukuran 5 x 2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang

akan ditebak (kartu dilipat dan ditempel pada dahi atau telinga).

3. Guru menjelaskan materi pelajaran kurang lebih 45 menit.

4. Siswa diminta berdiri di depan kelas dan berpasangan.

5. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10 x10 cm yang nanti dibacakan pada

pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5 x 2 cm

yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempel didahi atau diselipkan

ke telinga.

6. Sementara siswa membawa kartu 10 x 10 cm dan membacakan kata-kata yang

tertulis didalamnya,sementara pasangannya menebak apa yang di maksud di

dalam kartu 10 x 10 cm bila jawaban tepat dan sesuai dengan isi kartu yang di

tempel didahi atau telinga.

7. Apabila jawabannya tepat (sesuai dengan yang tertulis didalam kartu) maka

pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan

boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi

jawabannya. Dan seterusnya.

Berdasarkan langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif Teknik guess

word (tebak Kata) diatas dan dikaitkan dengan fase-fase pembelajaran kooperatif,

maka fase – fase pembelajarannya dapat dilihat pada tabel berikut:

16

Tabel 2

Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperaif Teknik Guess Word (Tebak

Kata)

FASE PERILAKU GURUFase 1

Menyampaikan tujuan dan motivasi

awal

Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai

dan memotivasi siswa.

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada

siswa melalui demonstrasi atau

media bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam

kelompok-kelompok belajar

Guru membagi siswa menjadi

kelompok kecil.

Fase 4

Membimbing kelompok untuk bekerja

dan belajar

Guru membimbing siswa

melakukan pembelajaran

kooperatif Teknik guess word

(tebak Kata)

Fase 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi yang telah

dipelajari.

Fase 6

Memberikan penghargaan(reward)

Guru menberikan penghargaan

kepada pasangan siswa yang

memperoleh nilai yang tertinggi.

(adaptasi dari Isjoni : 2008)

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa proses pembelajaran kooperatif Teknik

guess word (tebak Kata) terjadi pada fase 4. Sedangkan pada fase-fase yang lain

hampir sama dengan proses pembelajaran kooperatif pada umumnya.

17

2.4.3 Kelebihan dan kekurangan Teknik guess word (tebak Kata)

Menurut Kiranawati (2007) kelebihan dan kekurangan Teknik guess word

(tebak Kata) yaitu sebagai berikut:

a. Kelebihan

1. Mendorong pemahaman siswa terhadap meteri pembelajaran

2. Melatih untuk disiplin

3. Meningkatkan keterampilan bekerja sama siswa.

4. Sangat menarik sehingga dapat membuat siswa untuk mencobanya.

5. Tercipta suasana gembira dalam belajar.

b. Kekurangan

1. Bila siswa tidak bisa menjawab dengan benar, maka tidak semua siswa dapat

maju karena waktu terbatas.

2. Memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit disampaikan.

III. METODE PENELITIAN

III.1 Lokasi Penelitian

Dalam Penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SD Negeri 02 Inderalaya

yaitu terletak di desa Tanjung Sejaro kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir

provinsi Sumatera selatan. Peneliti memilih Sekolah Dasar ini karena sekolah ini

tempat peneliti melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL).

III.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester kedua tahun ajaran 2010/2011.

Waktu penelitian ini akan berlangsung selama empat bulan, mulai dari tahap

persiapan, pelaksanaan, dan penulisan laporan penelitian sejak bulan Januari hingga

bulan April pada semester II tahun pelajaran 2010/2011.

18

III.3 Subjek yang Diteliti

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti mengambil sebagai subjek

penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 02 Indralaya Kabupaten Ogan Ilir,

dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang, yang terdiri dari 10 orang siswa laki-laki

dan 10 orang siswa perempuan.

III.4 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah menggunakan

pendekatan penelitian tindakan kelas ( Classroom Action Research). Penelitian

dilaksanakan dalam 2 siklus.

Menurut Arikunto (2007) terdapat empat tahapan penelitian tindakan yaitu (1)

perencanaan, (2) pelaksanaan. (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

Model untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Tahapan penelitian tindak kelas (Arikunto, 2007:16)

dst.

19

1. Tahap PerencanaanDalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,

dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian

tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak

yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya

tindakan. (Arikunto:2007)

Langkah awal kegiatan perencanaan tindakan diawali dengan

menganalisis kompetensi pembelajaran sebagimana yang tertuang dalam

kurikulum (analisis pengembangan tujuan, menetapkan materi pelajaran,

menelaah buku paket IPS yang ada , menyusun RPP, membuat peta sebagai

media pembelajaran, membuat instrumen data (misalnya pedoman observasi,

wawancara, angket).

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi

rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas (Arikunto:2007). Dalam tahap

ini guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang telah dirumuskann dalam

rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak di buat- buat.

Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanan tindakan ini dilakukan

dalam 2 siklus penelitian dengan kegiatan utama pembelajaran adalah dengan

model pembelajaran kooperatif teknik Guess Word (tebak kata). Selama

kegiatan pembelajaran, kegiatan pengamatan dilakukan untuk melihat efek

dari pemberian tindakan.

3. Tahap pengamatan

Menurut Arikunto (2007) tahap pengamatan merupakan kegiatan

pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Pengamatan berlangsung

bersamaan dengan proses pelaksanaan. Saat proses pembelajaran berlangsung,

guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar

memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

20

4. Tahap Refleksi

Menurut Arikunto (2007) refleksi merupakan kegiatan untuk

mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi

dilakukan ketika guru sudah selesai melakukan tindakan, kemudian

berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan

tindakan.

Jadi refleksi merupakan kegiatan mengingat dan merenungkan suatu

tindakan yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami

proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan. Refleksi

biasanya dibantu dengan diskusi di antara peneliti dan kolaborator. Melalui

diskusi, refleksi memberikan dasar rencana perbaikan untuk kegiatan

pembelajaran berikutnya. Tahapannya meliputi analisis data, memaknakan

data, menyimpulkan kemudian merencanakan tindakan selanjutnya.

III.5 Deskripsi per Siklus

a. Siklus I

1) Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini meliputi:

a) Membuat skenario pelaksanaan tindakan yang tertuang dalam RPP yang

direncanakan dengan Kompetensi Dasar mengenal perkembangan teknologi

produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.

b) Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka membantu siswa

memahami konsep-konsep IPS dengan baik dalam pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan Teknik guess word (tebak kata).

21

c) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana suasana belajar mengajar

dengan Teknik guess word (tebak kata).

d) Mendesain alat evaluasi untuk melihat penguasaan materi IPS siswa.

2) Pelaksanaan Tindakan

Melaksanakan pembelajaran dengan scenario pembelajaran kooperatif

teknik Guess Word (Tebak Kata) berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran

yang telah disusun. Dalam setiap akhir pembelajaran diadakan tes hasil belajar

IPS siswa. Pada setiap akhir pembelajaran dilakukan proses evaluasi

pembelajaran, evaluasi tersebut dilakukan untuk melihat apakah ada atau tidak

peningkatan hasil belajar siswa. Alat evaluasi yang digunakan berupa butir- butir

tes yang disusun oleh peneliti.

3) Observasi

Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah

dibuat. Pelaksanaan observasi ini dilaksanakan oleh teman sejawat yaitu guru

kelas IV ibu Yuliam, S.Pd. sebagai pengamat dalam proses pembelajaran.

Observasi ini melihat aktivitas pembelajaran. (lihat lampiran 2)

4) Refleksi

Hasil (data) yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dianalisis dan

dimaknai bersama dengan teman sejawat. Kelemahan-kelemahan atau

kekurangan-kekurangan yang terjadi pada setiap siklus akan menjadi bahan

rekomendasi revisi kegiatan siklus berikutnya. Bentuk antisipasi dilakukan

dengan menugaskan siswa membaca materi sebelumnya dan memberinya tugas

mengenai materi berikutnya.

b. Siklus II (tahapan penelitian sama dengan siklus I).

c. Siklus III (tahapan penelitian sama dengan siklus I dan II).

22

III.6 Cara Pengambilan Data

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Tes

Tes digunakan untuk mengungkap data tentang hasil belajar siswa pada setiap

akhir pembelajaran di setiap siklus . Bentuk dari instrumen tes di dalam penelitian

ini adalah tes tertulis yaitu pilihan ganda. Banyak soal berjumlah 10 butir.

b) Observasi

Observasi yang dilaksanakan menggunakan lembar pengamatan terhadap

kegiatan dalam pembelajaran. Data observasi ini jadikan sebagai bahan untuk

refleksi setiap siklus. Peneliti menggunakan lembar observasi sebagai instrument

pengamatan.

3.7 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

analisis deskriptis kualitatif. Teknik ini digunakan untuk mengolah data yang bersifat

kualitatif, baik yang berhubungan dengan keberhasilan proses maupun hasil

pembelajaran. Adapun data yang bersifat kuantitatif dianalisis dengan teknik

deskriptif kuantitatif sederhana. Dalam menganalisa data peneliti membandingkan

hasil ulangan siswa sebelum tindakan dengan hasil ulangan siswa setelah tindakan.

Dari hasil analisis data akan ditarik kesimpulan secara keseluruhan dengan

menyatakan kebenaran hipotesis tindakan yang telah ditetapkan.

Untuk menghitung tingkat keberhasilan menggunakan rumus :

P =

FN X 100 ( Hamalik, 1990:123)

Keterangan

P = persentase keberhasilan siswa

F = Jumlah skor yang diperoleh siswa

N = jumlah skor maksimun

23

Data hasil belajar siswa dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan

analisa statistic deskriptif. Mencari nilai rata-rata siswa dan persentase keberhasilan

belajar yang mengacu pada KKM siswa.

1) Mencari nilai rata-rata siswa dapat dilakukan dengan menggunakan rumus :

Me = JNS

Keterangan : Me = nilai rata-rata siswa

JN = Jumlah nilai seluruh siswa

S = Jumlah seluruh siswa

2) Persentase ketuntasan siswa yang memenuhi standar KKM, diperoleh dengan

rumus :

PK = SKS x 100 %

Keterangan : PK : Persentase Ketuntasan

SK : Jumlah siswa yang memenuhi ketuntasan

S : jumlah seluruh siswa.

3) Menghitung persentase setiap siklus. Untuk menghitung persentase

digunakan rumus:

NP= Me2−Me1Me 1

x 100

Keterangan :NP = PersentaseMe1 = Nilai rata-rata siklus 1Me2 = Nilai rata-rata siklus 2

24

3.8 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini tercapai apabila siswa

kelas IV SD Negeri 02 Indralaya lebih dari 85% dapat mencapai KKM yang

ditetapkan dalam KTSP yaitu sebesar 65 (dalam skala ratusan).

3.9 Jadwal Kegiatan

Tabel 3. Jadwal Kegiatan

No KegiatanBulan

Januari Februari Maret April Mei1 Persiapan

Proposal√ √

2 Pengumpulan data

3 Pelaksanaan penelitian

√ √ √

4 Pengolahan dan analisa data

√ √

5 Penyelesaian laporan akhir

Lampiran 1

25

Daftar Nilai Ujian Semester Gasal Pelajaran IPSSiswa kelas IV SD Negeri 02 Indralaya

Tahun 2010-2011

No Nama Siswa Nilai Keterangan1. Gustiranda 55 Tidak Tuntas2. Hidayatullah 55 Tidak Tuntas3. Putri Piyolita 60 Tidak Tuntas4. Rahmad Adnan 55 Tidak Tuntas5. Seruan 55 Tidak Tuntas6. Yuni 60 Tidak Tuntas7. Aldalifah 70 Tuntas8. Della Puspita 60 Tidak Tuntas9. Kausar 55 Tidak Tuntas10. Qoriza 60 Tidak Tuntas11. M. Pebriadi 80 Tuntas12. M.Ridwan 50 Tidak Tuntas13. Nurbaiti 60 Tidak Tuntas14. Putri Numalina 55 Tidak Tuntas15. Riadi 50 Tidak Tuntas16. Rully Solina 70 Tuntas17. Reza Pahlepi 65 Tuntas18 Sisilia 60 Tidak Tuntas19. Sulton Akbar 70 Tuntas20. Fathya Salsabila 80 Tuntas

1225Rata-rata 61,25Keterangan persentaseTuntas 30 %Tidak tuntas 70 %