Proposal Evaluasi Perencanaan LP2B
-
Upload
yutri-hairlangga-budiwikramatunggadewa -
Category
Documents
-
view
45 -
download
8
description
Transcript of Proposal Evaluasi Perencanaan LP2B
ProposalEvaluasi Produk Perencanaan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)(Studi Kasus Kecamatan Bergas, Kabupaten Ungaran)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Perencanaan (TKP 507)
Dikerjakan Oleh :Kelompok 6B
Anggota :1. Endra Nugraha 210401111401002. Yutri Aprillia 210401121300563. Hastin Hapsari 210401121300644. Hajar Annisa A. 210401121300925. Yuki Riswandha 21040112140102
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAFAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG2015
DAFTAR ISI
I. PENGANTAR................................................................................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................................. 3
1.2 Tujuan dan Sasaran........................................................................................................................................4
1.3 Ruang Lingkup..................................................................................................................................................4
II. GAMBARAN SINGKAT PROGRAM.......................................................................................................................6
III. KERANGKA KERJA LOGIS EVALUASI................................................................................................................7
IV. PENDEKATAN DAN METODE EVALUASI........................................................................................................9
V. RENCANA KERJA.....................................................................................................................................................10
FORM WAWANCARA...................................................................................................................................................... 11
2
I. PENGANTAR
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini isu konversi lahan pertanian menjadi isu yang hangat diperbincangkan di
Indonesia terkait dengan usaha pemerintah untuk mewujudkan swasembada beras dan
ketahanan pangan nasional. Ketersediaan pangan merupakan persoalan krusial bagi setiap
Negara dan tidak dapat disubsitusi oleh kebutuhan lain karena merupakan kebutuhan primer
bagi setiap orang. Disisi lain sesungguhnya ketahanan pangan tidak hanya mencakup
swasembada beras tanpa disertai dengan pemenuhan ragam pangan lainnya. Hingga Januari
2014 yang lalu, setidaknya terdapat 29 bahan pangan yang masih kita impor dari luar negeri,
seperti antara lain kedelai, jagung, gula, gandum, tepung terigu, bahkan daging sapi dan daging
ayam.
Kabupaten Semarang merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Jawa
Tengah yang juga merupakan salah satu penghasil pertanian pangan di Jawa Tengah.
Produksi padi sawah Kabupaten Semarang pada tahun 2013 adalah sebesar 196.817,79 ton,
mengalami pernurunan produksi sebesar 4.841,33 ton dibandingkan dengan produksi tahun
sebelumnya yaitu tahun 2012 sebesar 201.659,13 ton. Kecamatan Bergas merupakan salah
satu kecamatan yang ada di Kabupaten Semarang, dengan total jumlah panen 8.712 Ton pada
tahun 2011, tentu Kecamatan Bergas menjadi salah satu penyumbang produksi tanaman
pangan yang ada di Kabupaten Semarang.
Data penggunaan lahan di Kabupaten Semarang pada Tahun 2013 menunjukkan adanya
konversi lahan sawah seluas 1,76 Ha. Berkurangnya lahan sawah ini di sebabkan adanya alih
fungsi lahan sawah menjadi lahan kering/tegalan, perumahan/bangunan, jalan dan
infrastruktur lainnya yang tidak diimbangi dengan pembukaan areal sawah baru.
Alih fungsi lahan pertanian merupakan ancaman terhadap pencapaian ketahanan pangan
menuju kedaulatan pangan. Alih fungsi lahan mempunyai implikasi yang serius terhadap
produksi pangan, lingkungan fisik serta kesejahteraan masyarakat pertanian dan perdesaan
yang kehidupannya tergantung pada lahannya. Alih fungsi lahan-lahan pertanian subur yang
selama ini terjadi kurang diimbangi dengan upaya-upaya secara terpadu dalam pengembangan
lahan pertanian melalui pencetakan lahan pertanian baru yang potensial. Disamping itu alih
fungsi lahan menyebabkan makin sempitnya luas garapan yang berdampak kepada tidak
terpenuhinya skala ekonomi usahatani, sehingga berakibat kepada in efisiensi dan pada
akhirnya menurunnya kesejahteraan petani. Kecilnya luas garapan petani juga disebabkan oleh
peningkatan jumlah rumah tangga petani yang tidak sebanding dengan luas lahan yang
diusahakan. Akibatnya jumlah petani gurem dan buruh tani tanpa penguasaan/kepemilikan
lahan terus bertambah yang berakibat kepada sulitnya upaya peningkatan kesejahteraan petani
dan pengentasan kemiskinan di kawasan perdesaan. Oleh karena itu pengendalian alih fungsi
3
lahan pertanian melalui usaha-usaha perlindungan lahan pertanian pangan merupakan salah
satu upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan dan kedaulatan pangan menuju kemandirian
pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya.
Dalam rangka pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan, pemerintah telah
menetapkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan. Dalam UU Nomor 41/2009 tersebut dengan jelas disebutkan bahwa
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan
untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsistem guna menghasilkan pangan pokok bagi
kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. LP2B dapat berupa lahan beririgasi,
lahan reklamasi rawa pasang surut dan non pasang surut (lebak) dan/atau lahan tidak
beririgasi (lahan kering). Terkait dengan produktifitas tanaman pangan dan koversi lahan di
Kabupaten Semarang, laporan ini akan membahas evaluasi LP2B di Kabupaten Semarang,
khusunya Kecamatan Bergas untuk melihat sejauh mana efektivitas LP2B di Kecamatan Bergas
dalam mempertahankan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan meningkatkan
produktivitas tanaman pangan di wilayah studi.
1.2 Tujuan dan Sasaran
Tujuan
Tujuan dari penyusunan proposal evaluasi program LP2B ini adalah untuk mengetahui
dampak yang timbul setelah program LP2B diimplementasikan di Kecamatan Bergas,
Kabupaten Semarang.
Sasaran
1. Menghitung luas lahan pertanian pangan berkelanjutan yang dipertahankan dan dikonversi.
2. Menganalisis produktivitas pertanian tanaman pangan setelah program LP2B
diimplementasikan.
3. Menganalisis PDRB pada sektor pertanian setelah program LP2B diimplementasikan.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan Laporan Evaluasi LP2B Kecamatan Bergas ini mencankup
ruang lingkung waktu, wilayah dan substansi. Ruang lingkup waktu merupakan lingkup waktu
dari program atau produk perencanaan yang akan dievaluasi. Ruang lingkup wilayah
merupakan lingkup identifikasi dan analisis keruangan sebagai objek eilayah studi. Ruang
lingkup substansi merupakan merupakan lingkup aspek yang akan diidentifikasi dan dievaluasi.
Berikut merupakan ruang lingkup dalam penyusunan laporan ini :
4
1. Waktu
Ruang lingkup waktu dari dokumen perencanaan berupa LP2B (Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan) yang akan dievaluasi adalah periode tahun Tahun 2011 - 2015
2. Wilayah
Ruang lingkup mikro wilayah studi dalam laporan ini adalah Kecamatan Bergas,
Kabupaten Semarang. Memiliki luas total 4.733,1 ha, dengan luas lahan pertanian
pertanian sawah dan bukan sawah masing – masing 1.029,46 Ha dan 1.732,55 Ha .
Kecamatan Bergas terdiri dari 9 desa dan 4 kelurahan.
Sumber : Bappeda, 2011Gambar 1.1
Ruang Lingkup Mikro Wilayah Studi
3. Substansi
Ruang lingkup substansi penyusunan laporan evaluasi LP2B Kecamatan Bergas ini
adalah:
a. Karakteristik fisik wilayah berupa luas lahan pertanian pangan yang dipertahankan
di wilayah studi.
b. Karakteristik non fisik berupa produktivitas tanaman pangan dan PDRB pada sektor
pertanian di wilayah studi.
5
II. GAMBARAN SINGKAT PROGRAM
Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan, Ketahanan Pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan
bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah
maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Ancaman terhadap ketahanan pangan telah
mengakibatkan Indonesia harus sering mengimpor produk-produk pangan untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri. Dalam keadaan jumlah penduduk yang masih terus meningkat,
ancaman-ancaman terhadap produksi pangan telah memunculkan kerisauan bahwa akan
terjadi keadaan rawan pangan pada masa yang akan datang. Akibatnya dalam waktu yang akan
datang, Indonesia membutuhkan tambahan ketersediaan pangan serta tentunya lahan pangan.
Hal ini diungkapkan dalam Penjelasan Umum dari UU 41/2009.
Ancaman terhadap ketahanan pangan tersebut erat kaitannya dengan keadaan
kemandirian pangan yang belum terwujud. Kemandirian Pangan adalah kemampuan produksi
pangan dalam negeri yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin
pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di tingkat rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu,
keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang didukung oleh sumber-sumber pangan yang
beragam sesuai dengan keragaman lokal. Berdasarkan hal-hal tersebut, kedaulatan pangan
Indonesia pun menjadi sulit untuk diwujudkan. Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan
bangsa yang secara mandiri dapat menentukan kebijakan pangannya, yang menjamin hak atas
pangan bagi rakyatnya, serta memberikan hak bagi masyarakatnya untuk menentukan sistem
pertanian pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.
Selain itu, pengalihfungsian tanah dari lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian juga
menjadi ancaman terhadap pencapaian ketahanan dan kedaulatan pangan. Alih fungsi lahan
pertanian ini mengakibatkan luas lahan pertanian yang ada menjadi semakin berkurang,
sehingga para petani pun menjadi tidak dapat mengusahakan lahan tersebut lagi. Akibatnya,
jumlah hasil produksi petani menurun pun kesejahteraan dari petani tersebut. Untuk
mewujudkan ketahanan pangan, kemandirian pangan, dan kedaulatan pangan nasional, serta
untuk menghindari adanya alih fungsi lahan pertanian – berdasarkan UU 41/2009 –
dibentuklah Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara
konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan
pangan nasional (Pasal 1 angka 3 UU 41/2009).
6
III. KERANGKA KERJA LOGIS EVALUASI
Tabel III.1Kerangka Kerja Logis Evaluasi
LP2B Kecamatan BergasAspek Deskripsi Indikator Parameter MOV Asumsi dan Resiko
Tujuan Mewujudkan terciptanya Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang produktif.
PDRB sektor pertanian, Produksi Hasil Pertanian, Luas lahan LP2B, LCP2B dan sawah yang dikonversi sebelum dan sesudah program diimplementasikan.
Jumlah PDRB sektor pertanian
Data statistik PDRB sektor pertanian,
Data statistik produksi Hasil Pertanian.
Wawancara Peta Guna Lahan Foto citra
Alih fungsi lahan Kegagalan panen Rendahnya nilai jual
hasil produksi tani
Impact Peningkatan kesejahteraan masyarakat tani
Terpenuhinya kebutuhan pangan serta
Tercapainya swasembada pangan.
Total PDRB sektor pertanian
Total Produksi Hasil Pertanian
Total luas lahan LP2B, LCP2B dan sawah yang dikonversi sebelum dan sesudah program diimplementasikan.
Luas LP2B 863,573 Ha.
Jumlah panen 8.712 ton
Kontribusi Pertanian Tanaman Pangan Terhadap PDRB minimal 2,07%
Data statistik PDRB sektor pertanian,
Data statistik produksi Hasil Pertanian.
Wawancara
Peningkatan penjualan produksi pertanian ke luar daerah setelah pelaksanaan program
Alih fungsi lahan Kegagalan panen Rendahnya nilai jual
hasil produksi tani Perubahan iklim
Outcome Peningkatan hasil produksi pertanian di Kecamatan Bergas
Peningkatan PDRB sektor pertanian di Kecamatan Bergas
Total PDRB sektor pertanian
Total Produksi Hasil Pertanian.
Kontribusi Pertanian Tanaman Pangan Terhadap PDRB minimal 2,07 %
Data statistik PDRB sektor pertanian,
Data statistik produksi Hasil Pertanian.
Hasil produksi pertanian mengalami kecenderungan peningkatan Kegagalan panen Rendahnya nilai jual Perubahan iklim
Output Luas lahan LP2B, LCP2B dan Luas Sawah dapat dikonservasi setelah program diimplementasikan
Luas lahan pertanian sebelum dan sesudah program berjalan
Jumlah PDRB sektor pertanian,
Jumlah Produksi Hasil Pertanian.
Data statistik luas penggunaan lahan
Peta Guna Lahan Foto citra
Konsistensi luasan lahan pertanian sampai dengan akhir tahun program
7
dapat dipertahankan. berjalan Adanya alih fungsi
lahan atau lahan dikomersilkan
Input Luas lahan LP2B Luas Lahan LCP2B Luas Sawah dapat
dikonservasi
Total PDRB sektor pertanian
Total Produksi Hasil Pertanian
Total luas lahan LP2B, LCP2B dan sawah yang dikonversi sebelum dan sesudah program diimplementasikan.
Peningkatan PDRB sektor pertanian
Peningkatan jumlah produksi hasil pertanian minimal 3.712 (berdasarkan hasil produksi tahun 2011)
Luas LP2B 863,573 Ha.
Data statistik PDRB sektor pertanian,
Data statistik produksi Hasil Pertanian
Data statistik luas penggunaan lahan.
Wawancara Peta Guna Lahan Foto citra
Konsistensi Luas lahan LP2B , LP2CB dan Sawah dapat dikonservasi
Alih fungsi lahan Penurunan Luas
lahan LP2B , LP2CB dan Sawah dapat dikonservasi
Sumber : Analsis Kelompok 6B Evaluasi Perencanaan, 2015
8
IV. PENDEKATAN DAN METODE EVALUASI
Metodologi yang digunakan dalam melakukan suatu evaluasi program yaitu peneliti
memaksimalkan penggunaan informasi yang ada baik data – data yang berasal dari suatu
instansi maupun tidak untuk merumuskan alternative – alternative kebijakan. Peneliti tidak
lebih dahulu memilih metode lalu mencari data secara tertentu sebagai implikasi dari
metodologinya, melainkan mula-mula melihat informasi yang tersedia kemudian menentukan
metodologi yang paling sesuai atau dikenal dengan istilah penelitian berbasis data. Evaluasi
program dapat menggunakan pendekatan kuantitatif, kualitatif atau gabungan keduanya.
Pendekatan kuantitatif digunakan dalam evaluasi untuk mengumpulkan, mengolah dan
menyajikan data yang berbentuk angka dengan pengolahan data menggunakan analisi statistic.
Sedangkan kualitatif adalah pengumpulan,pengolahan dan penyajian data yang tidak berupa
angka-angka melainkan dengan kata-kata dan kalimat yang menggambarkan kenyataan.
Sedangkan gabungan dalam evaluasi program untuk mengumpulkan, mengolah dan menyajikan
data berbentuk angka dan bukan angka dengan analisis gabungan statistic dan non statistik.
Guna melakukan evaluasi suatu program tersebut digunakan metode survey dengan
maksud menjajaki, mengumpulkan, menggambarkan, dan menerangkan aspek-aspek yang
dievaluasi. Dalam kegiatan menjajaki, mengumpulkan dan menggambarkan data, metode ini
berguna untuk mengungkap situasi atau peristiwa dari akumulasi informasi yang deskriptif.
Metode ini tidak mengharuskan untuk selalu mencari atau menjelaskan hubungan-hubungan,
menguji hipotesis, membuat prediksi atau mencari makna dan implikasi. Survei mungkin
menjadi metode yang terbaik bagi pakar ilmu-ilmu sosial yang berminat dalam pengumpulan
data secara langsung untuk menggambarkan populasi yang besar jumlahnya. Metode survei,
dapat menjadi bagian dari metode deskriptif, dan digunakan dalam evaluasi dengan
mengumpulkan data dari sampel dengan menggunakan instrument pengumpulan data, yaitu
angket dan atau wawancara, sehingga hasil pengolahan data dapat mewakili populasi yang
relative besar jumlahnya.
Pada proposal ini, kami akan melakukan evaluasi terhadap program pemerintah terkait
ketahanan pangan di Kecamatan Bergas (LP2B). Jenis evaluasi yang digunakan adalah evaluasi
proses. Jenis evaluasi ini dipilih kerena program yang dipilih merupakan program kerja yang
belum sepenuhnya selesai pelaksanaannya. Evaluasi proses bertujuan untuk menilai hasil
capaian pelaksanaan program, hanya saja evaluasi tahap pelaksanaan dilaksanakan pada saat
pelaksanaan sudah selesai. Evaluasi proses merupakan evaluasi yang fokusnya ada pada
bagaimana suatu program dilaksanakan, selain itu juga menilai apakah kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana. Secara umum bentuk metode yang digunakan dalam
evaluasi adalah metode kuantitatif. Metode ini hanya membutuhkan data data berupa angka
yang sudah tersedia di instansi – instansi terkait seperti Dinas Pertanian dan Bappeda
9
V. RENCANA KERJA
Berikut merupakan rencana dan timeline kegiatan dalam melakukan kegiatan evaluasi program PLP2B Di Kecamatan Bergas.
Tabel IV.1Rencaan Kerja
Evaluasi LP2B Kecamatan Bergas
No KegiatanOktober November Desember
TargetI II III IV I II III IV I II III IV
1 Pembentukan kelompok evaluasi perencanaan
Mendapatkan kelompok evaluasi perencanaan oleh koordinator
2 Menentukan Perda daerah dan wilayah evaluasi
Menentukan Perda dan wilayah evaluasi yaitu jalan arteri Kota Semarang
3 Pengumpulan informasi awal wilayah evaluasi (sekunder)
Impresi awal mengenai aturan Perda serta informasi dasar wilayah
4 Penyusunan proposal kegiatan evaluasi
Tersusunnya proposal kegiatan evaluasi
5 Kegiatan lapangan evaluasi Mendapatkan data yang dibutuhkan untuk evaluasi
6 Penyusunan dan Analisis data Mendapatkan sintesa permasalahan terkait penyelenggaraan Perda
7 Hasil analisis data Melaporkan hasil analisis yang diperoleh8 Pengelolaan evaluasi Mendapatkan struktur evaluasi yang
sesuai9 Rekomendasi dan kesimpulan Mendapatkan hasil kesimpulan dan
rekomendasiSumber : Analsis Kelompok 6B Evaluasi Perencanaan, 2015
10
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
FORM WAWANCARANama :……………………………………………………………………………………………………
Instansi :.……………………………………………………………………………………………………
Alamat :……………………………………………………………………………………………………
Hari/ Tanggal:……………………………………………………………………………………………………
1. Sudah adakah sosialisasi kepada masyarakat/ kelompok tani mengenai program
LP2B?
2. Bagaiamana partisipasi masyarakat/ kelompok tani terhadap adanya program
LP22B di Kecamatan ini?
3. Adakah insentif/ disinsentif (Kompensasi) bagi masyarakat yang lahannya
ditetapkan sebagai bagian program LP2B?
4. Bagaimanakah kondisi sarana produksi pertanian, dimana sarana produksi yang
dibutuhkan mengacu pada kebutuhan saprodi pada budidaya padi seperti
(benih, pupuk oranik dan anorganik) sebagai usaha penunjang usaha tani
kelompok pada kecamatan ini?
5. Secara umum, apakah kendala terberat dalam implementasi program LP2B di
Kecamatan ini?