Proposal analisis roa dan roe untuk mengukur kinerja keuangan
-
Upload
fc-barcelona -
Category
Education
-
view
7.688 -
download
3
description
Transcript of Proposal analisis roa dan roe untuk mengukur kinerja keuangan
ANALISIS RETURN ON ASSETS DAN RETURN ON EQUITY
UNTUK
MENGUKUR KINERJA KEUANGAN
“ Studi Kasus Pada Restoran Marbes “
Proposal
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Metodologi Terapan
OLEH
ALBINO DE ARAUJO
10.01.02.069
EKONOMI
AKUNTANSI
VII/B
UNIVERSIDADE DA PAZ
(UNPAZ)
2013/2014
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan mini proposal yang
berjudul “ Analisis Return On Assets Dan Return On Equity Untuk Mengukur
Kinerja Keuangan “ dengan baik dan tepat pada waktunya. Disamping itu pula
penyusun tak lupa mengucapkan rasa terima kasih kepada:
• Dosen pengasuh mata kuliah metodologi terapan bapak “ Yohanes Sriguntur,
SE, MM “.
• Rekan-rekan mahasiswa/I khususnya jurusana kuntansi yang turut memberikan
dukungan kepada penyusun dalam menyelesaikan proposal ini walaupun
banyak kekurangan yang tak diharapkan.
Mengingat karena keterbatasan refresnsi maka penyusun mohon maaf apabila isi dari
proposal ini tidak sempurna sesuai dengan yang ditentukan dan yang diinginkan.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritikan dan saran dari
para pembaca lebih-lebih dosen pengasuh yang bersifat konstuktif demi kesempurnaan
proposal ini.
Dili, 29/11/2013
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 6
1.3 Perumusan Masalah ................................................................................. 6
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Dan Nalar Konsep ...................................................................... 9
2.1.1 Pengertian Return On Assets .......................................................... 9
2.1.2 Pengertian Return On Equity ......................................................... 11
2.1.3 Pengertian Kinerja Keuangan ........................................................ 14
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 17
2.3 Kerangka Berpikir Teorities .................................................................... 17
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian ....................................................................................... 19
3.2 Jenis Penelitian .......................................................................................... 19
3.3 Efisiensi Dan Efektivitas........................................................................... 20
3.4 Defenisi Operasional Variable ................................................................. 21
3.5 Jenis Dan Sumber Data ............................................................................ 22
i
3.5.1 Jenis Data ........................................................................................ 22
3.5.2 Sumber Data ................................................................................... 22
3.6 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 23
3.7 Teknik Analisis Data................................................................................. 27
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebelum terjadi jajak pendapat pada tahun 1999 perekonomian di Timor Leste
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya
perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa yang gulung tikar. dan ada
yang melakukan merger untuk terus mempertahankan dirinya, meskipun ada juga
beberapa perusahaan yang masih terus bertahan.
Membaiknya perekonomian Timor Leste mulai membangkitkan gairah dalam
iklim usaha di Timor Leste. Hal ini membuat dunia usaha pada umumnya juga mulai
mengalami perkembangan. Semakin pulihnya minat untuk berusaha ini mempunyai
dampak yang cukup besar bagi perusahaan perseorangan. Dengan semakin maraknya
perusahaan-perusahaan jasa yang berdiri saat ini, maka perlu dilakukan penilaian atas
kinerja dari perusahaan-perusahaan tersebut.
Salah satu indikator penting dalam persaingan usaha adalah daya tarik bisnis
(business attractiveness). Dalam matriks portofolio Boston Consulting Group (BCG),
daya tarik bisnis tercermin dari sumbu (axis) vertikal. Indikator daya tarik bisnis
tersebut dapat diukur dari profitabilitas usaha seperti ROA dan ROE. ROA dan ROE
ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan asset dan
modal yang dimiliki oleh perusahaan.
Dalam mempelajari persaingan industri ada hal penting yang perlu diperhatikan,
yaitu tingkat hambatan untuk keluar masuk perusahaan (barrier to entry). Rasio
2
intensitas modal (capital intensiveness) yang diukur dari total aktiva terhadap
penjualan dapat dipakai sebagai sebagai indikator barrier to entry, hal ini seperti yang
dikemukakan oleh Commanor dan Wilson (1967), serta Poster (1979).
Interpretasi rasio ini berkebalikan dengan indikator daya tarik bisnis yang diukur
dari profitabilitas perusahaan. Hal ini dikarenakan lebih banyak aset yang dipakai
untuk menghasilkan setiap unit penjualan. Jadi pada sisi lain semakin tinggi rasio
intensitas modal mencerminkan efisiensi dalam perusahaan, tetapi pada sisi lain
mengurangi tingkat persaingan karena relatif sedikit pesaing yang ada dalam industri.
Melalui pengembangan analisis dari pendekatan yang hanya berdasarkan
rasiorasio keuangan perusahaan individual ke pendekatan industri membuat
perusahaan dalam setiap keputusan manajerialnya perlu memperhatikan aktivitas dari
para pesaingnya yang tercermin dalam rata-rata perusahaannya, sehingga perusahaan
tidak tertinggal dalam kompetisi dengan para pesaing industrinya.
Dengan demikian pemilik perusahaan dan pihak investor bisa mengetahui
seberapa besar keuntungan atau laba yang diperoleh perusahaan dalam melakukan
aktivitas operasionalnya dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Agar pihak yang
akan menanamkan sahamnya dalam perusahaan tersebut yakin bahwa perusahaan
yang bersangkutan mempunyai kredibilitas yang baik dimasa yang akan datang.
Return On Assets (ROA) merupakan suatu rasio penting yang dapat
dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan investasi yang telah
ditanamkan (aset yang dimilikinya) untuk mendapatkan laba. Return On Assets (ROA)
merupakan alat yang sering digunakan dalam mengukur kinerja keuangan organisasi
3
(Certo dan Peter, 1995). Rasio ini mencerminkan kemampuan manajemen dalam
mengelola seluruh sumber daya (total aktiva) untuk menghasilkan laba.
Return On Asset merupakan rasio antar laba bersih yang berbanding terbalik
dengan keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba. Rasio ini menunjukan berapa
besar laba bersih yang diperoleh perusahaan diukur dari nilai aktivanya. Analisis
Return On assets atau sering diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai
rentabilitas ekonomi mengukur perkembangan perusahaan menghasilkan laba pada
masa lalu. Analisis ini kemudian diproyeksikan ke masa mendatang untuk melihat
kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang.
Return On Assets (ROA) menjadi salah satu pertimbangan investor di dalam
melakukan investasi terhadap saham di bursa saham. Tingkat profitabilitas merupakan
informasi tingkat keuntungan yang dicapai atau informasi mengenai efektifitas
operasional perusahaan. Semakin tinggi rasio ini akan menarik pendatang baru untuk
masuk dalam perusahaan.
Jika rasio ini mengalami penurunan maka akan mempengaruhi perusahaan
dalam mencari laba. Karena rasio ini menurun di pengaruhi oleh dua indikator yaitu
utang dan beban yang ditanggung oleh perusahaan lebih besar dari pada pendapatan
yang di peroleh oleh perusahaan. Jadi penurunan rasio ini sangat berpengaruh pada
laba yang di peroleh perusahaan.
Sedangkan ROE merupakan indikator kinerja keuangan dari aspek profitabilitas,
rasio ini diukur dengan membandingkan antara net income dengan equity. Selain
ROA, rasio Return On Equity (ROE) juga sering dipakai untuk mengukur kemampuan
manajemen dalam menghasilkan laba rugi pemilik modal. J.Fred.Weston dan Thomas
4
E. Copeland (2002:241) mengatakan bahwa “rentabilitas usaha adalah hasil
pengembalian atas ekuitas mengukur pengembalian nilai buku kepada pemilik
perusahaan, rasio ini merupakan suatu rasio tujuan akhir.
Return on Equity atau tingkat pengembalian ekuitas pemilik mengukur seberapa
besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang menjadi hak bagi
pemegang saham perusahaan. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang
perusahaan, apabila proporsi utang perusahaan makin besar maka rasio ini juga akan
makin besar. Dengan demikian maka modal yang dimiliki oleh perusahaan tidak
memberikan laba yang memuaskan bagi perusahaan.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan dalam
mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar
ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan sehingga
kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Pemilik
perusahaan lebih tertarik pada seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh
keuntungan terhadap modal yang ia tanamkan.
Untuk melakukan analisis profitabilitas yang merupakan hasil akhir dari
berbagai keputusan dan kebijakan yang dijalankan perusahaan, diperlukan angka-
angka indikator. Analisis profitabilitas ini memberikan jawaban akhir tentang efektif
tidaknya suatu perusahaan. Profitabilitas dapat diukur melalui kemampuan perusahaan
mempertahankan kebijakan deviden yang stabil sementara pada saat yang sama dapat
mempertahankan kenaikan kekayaan pemegang saham dalam perusahaan.
Selain ROA dan ROE kinerja keuangan juga sangat penting dalam suatu
perusahhan. Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai
5
pihak (stakeholders) seperti investor, analisis, konsultan keuangan, pialang,
pemerintah dan pihak pemilik sendiri. Laporan keuangan yang berupa neraca dan
laporan laba-rugi dari suatu perusahaan, bila disusun secara baik dan akurat dapat
memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah
dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu.
Kinerja keuangan adalah suatu ukuran kinerja yang menggunakan indikator
keuangan. Analisis kinerja keuangan pada dasarnya dilakukan untuk menilai kinerja di
masa lalu dengan melakukan berbagai analisis sehingga diperoleh posisi keuangan
yang mewakili realitas entitas dan potensi-potensi kinerja yang akan berlanjut.
Menurut Halim (2001) analisis kinerja keuangan adalah usaha mengidentifikasi ciri-
ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia.
Kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat
mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Dalam mengukur
kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan dengan pusat
pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasi perusahaan dapat diketahui besarnya
tanggungjawab manajer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja keuangan.
Kinerja keuangan perusahaan pada akhir periode harus dievaluasi untuk
mengetahui perkembangan perusahaan. Pendekatan competitive banchmarking ini
merupakan proses perbandingan kinerja perusahaan dengan industrinya (Wright,
1996). Penggunaan competitive bencmarking harus dilakukan dengan hati-hati agar
hasilnya dapat berguna bagi perusahaan dalam memetakan posisinya dalam persaingan
usaha.
6
Hal yang patut diperhatikan dalam penggunaan bencmarking ini adalah
perusahaan tidak terpengaruh untuk menduplikasi kinerja pihak lain, dalam arti
perusahaan akan mencoba meniru usaha perusahaan lain dalam meningkatkan
kinerjanya. Dengan melakukan duplikasi kinerja perusahaan lain dikhawatirkan akan
menghilangkan nilai unik yang dimiliki perusahaan sendiri, sehingga perusahaan
justru akan gagal dalam meningkatkan kinerjanya. Dengan demikian maka kinerja
keuangan perusahaan tidak dapat mencapai target yang di tetapkan sebelumnya
dengan efisien dan efektif.
Bertolak dari permasalahan yang diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk
memilih judul dalam penulisan ini sebagai berikut “ Analisis Return On Asset Dan
Return On Equity Untuk Mengukur Kinerja Keuangan ’’ .
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah adalah sebagai berikut:
1. Return On Asest (ROA) perusahaan menurun.
2. Return on equity (ROE) mengalami penurunan atau tidak efisien.
3. Return on asset dan return on equity belum baik maka kinerja keuangan menurun.
1.3. Perumusan Masalah
Bertolak dari identifikasi masalah, maka perumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. Mengapa ROA restoran menurun?
2. Mengapa ROE restoran tidak efisien?
7
3. Bagaimana kinerja keuangan restoran bisa mengalami penurunan?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis ROA yang sedang mengalami penurunan.
2. Untuk menganalisis ROE yang tidak maksimal.
3. Untuk menganalisis ROA dan ROE yang membuat kinerja keuangan perusahaan
mengalami penurunan.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi Restoran Marbes
a. Hasil penelitiann diharapkan dapat dijadikan penilaian kinerja keuangan
restoran marbes sehingga dapat menentukan kebijakan dalam meningkatkna
kinerja terutama dalam menjaga kesehatan restoran khususnya restoran
marbes.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai oleh restoran sebagai acuan
referensi informasi dalam kebijakan bidang operasional restoran sehingga
restoran dapat berjalan dengan optimal.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat dipergunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan atau perluasan
pandangan tentang pelajaran yang didapat dari bangku kuliah dan memperdalam
pengetahuan terutama dalam bidang yang dikaji serta sebagai referensi ilmiah bagi
para peneliti berikutnya.
8
3. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembanagan
wawasan berpikir dalam pemahamannya.
4. Bagi Peneliti
a. sebagai bahan kajian ilmiah dari teori-teori yang pernah didapat dari bangku
kuliah dan mengaplikasikan secara jelas di dunia nyata.
b. Penelitian ini sebagai bahan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan
penelitian guna menerapkan teori yang telah didapat dengan praktek yang
sebenarnya.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan tambahan
pengetahuan yang bermanfaat bagi peneliti dan pihak lain yang
berkepentingan.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Defenisi Dan Nalar Konsep
2.1.1 Pngertian Return On Asset (ROA)
Return On Asset merupakan rasio antar laba bersih yang berbanding terbalik
dengan keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba. Rasio ini menunjukan berapa
besar laba bersih yang diperoleh perusahaan diukur dari nilai aktivanya. Analisis
Return On assets atau sering diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai
rentabilitas ekonomi mengukur perkembangan perusahaan menghasilkan laba pada
masa lalu. Analisis ini kemudian diproyeksikan ke masa mendatang untuk melihat
kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang.
Return On Asset (ROA) menurut Sawir (2001) menyatakan rasio antara Net
Income After Tax terhadap aset secara keseluruhan menunjukan ukuran produktivitas
aktiva dalam memberikan pengembalian pada penanaman modal. Sedangkan menurut
Henry Simamora (2006; 529) dalam bukunya Akuntansi Basis Pengambilan
Keputusan menyatakan Rasio imbalan aktiva (ROA) merupakan suatu ukuran
keseluruhan profitabilitas perusahaan.
Dari definisi-definisi dua ahli di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Return on Asset merupakan rasio imbalan aktiva yang dipakai untuk mengevaluasi
apakah manajemen telah mendapat imbalan yang memadai dari asset yang
dikuasainya. Dalam perhitungan rasio ini, hasil biasanya didefinisakan sebagai sebagai
laba bersih. Rasio ini merupakan ukuran yang bermanfaat jika seseorang ingin
10
mengevaluasi seberapa baik perusahaan telah memakai dananya, tanpa memperhatikan
besarnya relatif sumber dana tersebut. Return On Asset kerap kali dipakai oleh
manajemen puncak untuk mengevaluasi unit-unit bisnis di dalam suatu perusahaan
multidivisional.
Menurut Mardiyanto (2009; 196) ROA adalah rasio digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi.
Menurut Dendawijaya (2003; 120) rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar
ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut
dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset.
Menurut Lestari dan Sugiharto (2007; 196) ROA adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan
kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam
memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik
perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan
perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat pengembalian akan
semakin besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan
tersebut di Pasar Modal juga akan semakin meningkat sehingga ROA akan
berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
Menurut Lestari dan Sugiharto (2007; 196) angka ROA dapat dikatakan baik
apabila > 2%. Return On Assets menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa
diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan, karena itu dipergunakan
angka laba setelah pajak dan (rata-rata) kekayaan perusahaan.
11
Dari ketiga pengertian ahli diatas dapat disimpulkan bahwa ROE dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan
tingkat Return On Asset yang baik dalam perusahaan yaitu diatas 2%.
2.2.2 Pengertian Return On Equity (ROE)
Rasio ini menggunakan hubungan antara keuntungan setelah pajak dengan
modal sendiri yang digunakan perusahaan. Yang dianggap modal sendiri adalah saham
biasa, agio saham, laba ditahan, saham preferen dan cadangan-cadangan lain. Melihat
hubungan-hubungan itu, Return On Equity tidak lain adalah rentabilitas ekonomi. Bagi
Laba Bersih Return On Assets = x 100%. Total Aktiva perusahaan pada umumnya
masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang
besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah bekerja dengan
efisien (Riyanto, 1993; 29).
Menurut Harahap (2007; 156) ROE digunakan untuk mengukur besarnya
pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Angka tersebut menunjukkan
seberapa baik manajemen memanfaatkan investasi para pemegang saham. ROE diukur
dalam satuan persen. Tingkat ROE memiliki hubungan yang positif dengan harga
saham, sehingga semakin besar ROE semakin besar pula harga pasar, karena besarnya
ROE memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor akan
tinggi sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut, dan hal itu
menyebabkan harga pasar saham cendrung naik.
Menurut Lestari dan Sugiharto (2007; 196) ROE adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pengelolaan modal yang
12
diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. ROE diukur dengan perbandingan antara laba
bersih dengan total modal. Angka ROE yang semakin tinggi memberikan indikasi bagi
para pemegang saham bahwa tingkat pengembalian investasi makin tinggi.
Menurut Lestari dan Sugiharto (2007;196) angka ROE dapat dikatakan baik
apabila > 12%. Salah satu alasan utama perusahaan beroperasi adalah menghasilkan
laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham, ukuran dari keberhasilan
pencapaian alasan ini adalah angka ROE berhasil dicapai. Semakin besar ROE
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi
bagi pemegang saham.
Dari keempat pengertian ahli diatas dapat disimpulkan bahwa ROE dapat
digunakan untuk mengukur keuntungan bersih dan besarnya pengembalian terhadap
investasi pemegang saham. Dengan demikian, para pemegang saham bisa mengetahui
saham yang akan diperoleh dari perusahaan yang bersangkutan dan tingkat ROE yang
baik dalam perusahaan yaitu diatas 12%.
Rentabilitas modal sendiri (ROE) menurut Bambang Riyanto (2001;44)
menyatakan bahwa perbandingan antara jumlah profit yang tersedia bagi pemilik
modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba
tersebut di lain pihak. Atau dapat dikatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah
kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk
menghasilkan keuntungan.
Menurut Agnes Sawir (2001; 20) Return on Equity atau Tingkat Pengembalian
Ekuitas pemilik adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan
13
mengelola modal sendiri (Networth) secara efektif mengukur tingkat keuntungan dari
investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham.
Sedangkan menurut Lukman Syamsudin (2004 ; 64) mendefinisikan Return on
Equity atau Tingkat Pengembalian Ekuitas Pemilik sebagai tingkat pengembalian
ekuitas pemilik (ROE) merupakan suatu alat ukur dari penghasilan (income) yang
tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang
saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan.
Menurut J. Fred. Weston dan Thomas E. Copeland (2002 ; 241) mengatakan
bahwa “rentabilitas usaha adalah hasil pengembalian atas ekuitas mengukur
pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan, rasio ini merupakan suatu rasio
tujuan akhir.”
Dari keempat pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat
pengembalian ekuitas pemilik (ROE) merupakan suatu alat analisis untuk mengukur
sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemilik
saham atas modal yang telah mereka investasikan dalam perusahaan yang
bersangkutan. Dengan demikian para penanam saham bisa merasa puas dengan saham
yang di investasikan dalm perusahaan tersebut.
2.2.3 Pengertian Kinerja Keuangan
Pada prinsipnya kinerja dapat dilihat dari siapa yang melakukan penelitian itu
sendiri. Bagi manajemen, melihat kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu bagian
tertentu bagi pencapaian tujuan secara keseluruhan. Sedangkan bagi pihak luar
manajemen kinerja merupakan alat untuk mengukur suatu prestasi yang dicapai oleh
14
organisasi dalam suatu periode tertentu yang merupakan pencerminan tingkat hasil
pelaksanaan aktivitas kegiatannya, namun demikian penilaian kinerja suatu organisasi
baik yang dilakukan pihak manajemen perusahaan diperlukan sebagai dasar penetapan
kebijaksanaan dimasa yang akan datang.
Pengertian kinerja keuangan menurut Muchlis (2000;44) bahwa kinerja
keuangan adalah prestasi keuangan yang tergambar dalam laporan keuangan
perusahaan yaitu neraca rugi-laba dan kinerja keuangan menggambarkan usaha
perusahaan (operation income). Profitability suatu perusahaan dapat diukur dengan
menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan
kekayaan asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan adalah prestasi yang
dapat dicapai oleh perusahaan dibidang keuangan dalam suatu periode tertentu yang
mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan. Disisi lain kinerja keuangan
menggambarkan kekuatan struktur keuangan suatu perusahaan dan sejauh mana asset
yang tersedia, perusahaan sanggup meraih keuntungan. Hal ini berkaitan erat dengan
kemampuan manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan
secara efektif dan efisien.
Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997 ; 503) adalah
merupakan kata benda yang artinya: 1. Sesuatu yang dicapai, 2. Prestasi yang
diperlihatkan, 3. Kemampuan kerja. Sedangkan menurut Mulyadi (1997 ; 419) kinerja
adalah penentuan secara periodic efektifitas operasional suatu organisasi, bagian
organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan
sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka penilaian
15
kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas prilaku manusia dalam melaksanakan
peran yang mereka mainkan dalam organisasi. Sedangkan pengertian kinerja keuangan
adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu
perusahaan dalam menghasilkan laba.
Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan
dengan pusat pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasi perusahaan dapat
diketahui besarnya tanggungjawab manajer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi
kerja keuangan. Namun demikian mengatur besarnya tanggungjawab sekaligus
mengukur prestasi keuangan tidaklah mudah sebab ada yang dapat diukur dengan
mudah dan ada pula yang sukar untuk diukur.
Sedangkan tujuan penilaian kinerja menurut Mulyadi, (1997) adalah: " Untuk
memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi
standar prilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan
hasil yang diinginkan. Standar prilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau
rencana formal yang dituangkan dalam anggaran." Penilaian kinerja dilakukan untuk
menekan prilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan
prilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja dan waktu serta
penghargaan baik yang bersifat instrinsik maupun ekstrinsik.
Menurut Jaya (1993 ; 15) menyatakan bahwa kinerja memiliki banyak aspek,
namun para ekonom biasanya hanya memusatkan pada 3 aspek pokok yaitu efisiensi,
kemajuan teknologi, dan keseimbangan dalam distribusi. Dan secara sederhana
perhitungan efisiensi adalah menghasilkan suatu niiai yang maksimum dengan jumlah
input tertentu, baik secara kuantitatif fisik maupun nilai ekonomis (harga). Secara
16
ringkas dapat dijelaskan bahwa sejumlah input yang bersifat bonus dihindari sehingga
tidak ada sumber daya yang tidak digunakan dan dibuang. Efisiensi sendiri
digolongkan menjadi dua yaitu efisiensi internal dan pengalokasian. Jadi, kinerja
keuangan adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dibidang keuangan dalam
suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan pada bidang
tersebut.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka (2002:570).
Kinerja keuangan pada dasarnya merupakan hasil yang dicapai suatu perusahaan
dengan-mengelola sumber daya yang ada dalam perusahaan seefektif dan seefisien
mungkin guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen (Farid dan Siswanto,
1998).
Dari defenisi-defenisi menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kineja
keuangan adalah suatu hasil yang dicapai oleh suatu perusahaan dalam mengelola
sumber daya yang ada dalam perusahaan secara efektif dan efisien dengan tujuan
dapat memotifasi karyawan yang ada dalam perusahaan tersebut untuk mencapai
sasaran dan mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar
membuahkan hasil yang diinginkan oleh perusahaan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan ROA dan ROE untuk mengukur
kinerja keuangan pernah dilakukan oleh Cyrillius Martono (2002) yang menunjukkan
hasil ROA dan roe perusahaan terbukti dapat menurunkan kinerja keuangan. Penelitian
ini dilakukan pada kinerja keuangan perusahaan elektoronik di Surabaya.
17
Sedangkan Agus Sukarno (2006) yang menunjukkan hasil roa dan roe
perusahaan terbukti dapat menurunkan kinerja keuangan karena keduanya menurun
sehingga dapat menurunkan kinerja keuangan perusahaan.
2.3 Kerangka Berfikir Teorities
Menurut Uma Sekaran (dalam Adrianto, 2006 : 34) kerangka pemikiran
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai
faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka pemikiran
yang terbaik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan
diteliti. Jadi, secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel bebas
(independen) dengan variabel terikat (dependen).
Sedangkan, Sekaran (1992:6 ) menyatakan bahwa kerangka berpikir merupakan
model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah di identifikasikan sebagai masalah penting. Untuk membuktikan kecermatan
penelitian, dasar dari teori tersebut perlu diperkuat oleh hasil-hasil penelitian terdahulu
yang relevan. jadi, kerangka berpikir adalah serangkaian konsep dan kejelasan
hubungan antar konsep tersebut yang dirumuskan oleh peneliti berdasar tinjauan
pustaka (teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu) dan digunakan sebagai dasar untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diangkat. Dengan demikian maka,
kerangka berpikir dalam penelitian ini tampak dalam gambar model penelitian sebagai
berikut:
18
Kerangka Berpikir Konseptual
ROA
ROE
KINERJA KEUANGAN
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian Restoran Marbes, rua Caicoli Dili.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mencari
hubungan atau menjelaskan sebab-sebab perubahan yang berdasarkan fakta-fakta yang
terukur dan untuk menemukan generalisasi berdasarkan data yang bersifat kuantitatif
(angka), bertolak dari pandangan positivistik, bahwa kenyataan bersifat fragmental,
fiks dapat diamati dan diukur.
Sugiyono (2006) penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang
sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan - hubungannya.
Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model
matematis, teori-teori dan / atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam.
Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal
ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi
matematis dari hubungan - hubungan kuantitatif.
Sudarwan Danim (2002) Penelitian kuantitatif merupakan studi yang
diposisikan sebagai bebas nilai (value free).Dengan kata lain, penelitian kuantitatif
sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara
lain melalui penggunaan instrumen yang telãh diuji validitas dan reliabilitasnya.
Peneliti yang melakukan studi kuantitatif mereduksi sedemikian rupa hal-hal yang
20
dapat membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan nilai-nilai pribadi. Jika
dalam penelaahan muncul adanya bias itu, penelitian kuantitatif akan jauh dari kaidah-
kaidah teknik ilmiah yang sesungguhnya.
3.3 Efisiensi Dan Efektifitas
1. Efisiensi
Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara suatu kegiatan dengan hasilnya.
Menurut definisi ini, efisiensi terdiri atas 2 unsur yaitu kegiatan dan hasil dari
kegiatan tersebut. Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari
segi besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan.
Pengertian efisiensi menurut Mulyamah (1987;3) yaitu: “Efisiensi merupakan suatu
ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang
direalisasikan atau perkataam lain penggunaan yang sebenarnya .
SP.Hasibuan (1984;233-4) yang mengutip pernyataan H. Emerson adalah: “Efisiensi
adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output efisiensi adalah sesuatu
yang kita kerjakan berkaitan dengan menghasilkan hasil yangoptimal dengan tidak
membuang banyak waktu dalam proses pengerjaannya.efektif belum tentu efisien
dan begitu sebaliknya.
2. Efektivitas
Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang
secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkansejumlah barang atas jasa kegiatan yang
dijalankannya. Efektivitas menunjukankeberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah
ditetapkan. Jika hasilkegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.
21
Abdurahmat (2003:92) Efektivitas adalah pemanpaatan sumber daya, sarana dan prasarana
dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkansejumlah
pekerjaan tepat pada waktunya.
Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa : Efektifitas adalah suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target(kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin
besar presentasetarget yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya
Schemerhon John R. Jr. (1986:35) adalah sebagai berikut : Efektifitas adalah
pencapaian target output yang diukur dengan caramembandingkan output anggaran atau
seharusnya (OA) dengan outputrealisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) > (OS) disebut
efektif .
Prasetyo Budi Saksono (1984) adalah : Efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan
output yang dicapai denganoutput yang diharapkan dari sejumlah input.
3.1 Defenisi Operasional Variabel
Variable Defenisi Skala
Return On Assets
Suatu rasio penting yang
dapat dipergunakan untuk
mengukur kemampuan
perusahaan dengan investasi
yang telah ditanamkan (aset
yang dimilikinya) untuk
mendapatkan laba.
Rasio
Mengukur seberapa besar
22
Return On Equity
kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba
yang menjadi hak bagi
pemegang saham
perusahaan.
Rasio
Kinerja Keuangan
Penentuan ukuran-ukuran
tertentu yang dapat
mengukur keberhasilan
suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba.
Rasio
3.4 Jenis Dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data
1. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk
angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan
data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang
telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif
adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
2. Data Kuantitatif
23
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai
dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan
teknik perhitungan matematika atau statistika.
3.4.2 Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara
langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data
baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti
harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti
untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi
terfokus (focus grup discussion – FGD) dan penyebaran kuesioner.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder
dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku,
laporan, jurnal, dan lain-lain.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi atau pengamatan kegiatan adalah setiap kegiatan untuk melakukan
pengukuran, pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti
tidak mengjukan pertanyaan-pertanyaan.
24
Keuntungan observasi adalah:
1. Data yang diperoleh adalah data yang segar.
2. Keabsahan alat ukur dapat diketahui secara langsung.
Kerugian observasi adalah:
1. Untuk memperoleh data y ng diharapkan, maka pengamat harus menunggu
dan mengamati sampai tingkah laku yang diharapkan terjadi.
2. Beberapa tingkah laku, bahkan bisa membahayakan jika diamati.
Berdasarkan keterlibatan pengamatan dalam kegiatan-kegiatan orang yang
diamati, observasi dapat dibedakan menjadi:
a. Observasi partisipan ( partcipant observation): pengamat ikut serta dalam
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang diamati.
b. Observasi tak partisipasi (nonparticipant observation): pengamat berada di
luar subjek yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka
lakukan.
Berdasarkan cara pengamatan yang dilakukan, observaasi juga dibedakan menjadi
dua bagian:
a. Observasi tak berstruktur adalah pengamat tidak membawa catatan tingkah
laku apa saja yang secara khusus akan diamati.
b. Observasi berstruktur adalah peneliti memusatkan perhatian pada tingkah
laku tertentu sehingga dapat dibuat pedoman tetang tingkah laku apa saja
yang harus diamati.
2. Kuisioner
25
Kuisioner atau angket adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan
atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk di isi sendiri oleh responden.
Responden adalah orang yang memberikan tanggapan atas angket yang diajukan.
Keuntungan dari teknik angket adalah:
1. Angket dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar karena dapat
dikirimkan melalui pos.
2. Biaya yang diperlukan untuk membuat angket relatif murah.
3. Angket tidak terlalu menggangu respoden karena pengisiannya ditentukan
oleh respoden sendiri sesuai dengan kesedian waktunya.
Kerugian teknik angket:
1. Jika angket dikirimkan melalui pos, maka persentase yang dikembalikan
relatuf rendah.
2. Angket tidak dapat digunkan untuk respoden yang kurang bisa membaca dan
menulis.
3. Pertanyaan-pertanyaan dalam angket dapat ditafsirkan salah dan tidak ada
kesempatan untuk mendapat penjelasan.
Pertanyaan-pertanyaan dalam instrumen penelituan dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:
1. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang jawabannya tidak disediakan
sehingga responden bebas menuliskan jawabannya sendiri.
2. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang jawabannya sudah disediakan
sehingga responden hanya tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah
disediakan.
26
Dalam membuat jawaban akternatif untuk pertanyaan tertutup atau dalam
menggolong-golongkan jawaban yang diberikan pada pertanyaan terbuka perlu
diperhatikan ketentuan-ketentuan berikut:
a. Pengolongan hanya didasrkan atas satu prinsip atau satu diemensi. Dengan
syarat ini adalah untuk menhindari agar seseorang tidak dapat masuk dalam
lebih dari satu golongan.
b. Golangan-golongan yang dibuat harus saling meniadakan, artinya jika
seseorang sudah dimasukkan kedalam satu golongan, ia tidak dapat
dimasukkan kedalam golongan lainnya.
c. Golongan-golongan yang dibuat harus menyeluruh, artinya tidak seorang pun
yang tidak termasuk kedalam salah sau golongan yang dibuat.
Terdapat beberapa pedoman yang harus diperhatikan dalam membuat pertanyaan-
pertanyaan untuk instrumen penelitian:
a. Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat harus jelas dan tidak meragukan.
b. Hindari pertanyaan atau pernyataan ganda.
c. Responden harus mampu menjawab.
d. Agar jawaban dapat dipercaya.
3. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan kepada subjek penelitian. Dokumen dapat dibedakan menjadikan
dokumena primer ( dokumen yang ditullis oleh orang yang langsung mengalami
27
suatau peristiwa), dan dokumen sekunder (jika peristiwa dilaporkan kepada
orang lain yang selanjutnya ditulis oleh orang ini) contohnya otobiografi.
Keuntungan studi dokumentasi adalah:
1. Untuk subjek penelitian yang sukar, studi dokumentasi dapat memberikan
jalan untuk melakukan penelitian
2. Tak kreatif. Karena studi dokumentasi tidak dilakukan secara langsung
dengan orang, maka data yang diperlukan tidak terpengaruh oleh kehadiran
peneliti atau pengumpulan data.
3. Analisis longitudinal, menjangkau jauh ke masa lalu
4. Besar sampel. Dengan dokumen-dokumen yang tersedia, teknik ini
memungkinkan untuk mengambil sampel yang lebih besar karena biaya yang
diperlukan relatif kecil.
Kerugian studi dokumentasi adalah:
1. Bias, karena dokumen yang dibuat tidak untuk kep[erluan penelitian, maka
data yang tersedia mungkin bias
2. Tersedia secra selektif. Tidak semua dokumen dipelihara untuk dapat dibaca
ulang oleh orang lain.
3. Tidak lengkap. Karena tujuan penulisan dokumen berbeda dengan tujuan
penelitian.
4. Format yang tidak baku. Sejalan dengan maksud dan tujuan penulisan
dokumen yang berbeda dengan tujuan penelitian, maka formatnya juga dapat
bermacam-macam sehingga bisa mempersulit pengumpulan data.
28
Sebagaimana metode historik, dalam studi dokumentasi perlu dilakukan kritik
tehadap sumber data, baik kritik internal maupun kritik eksternal.
3.6 Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis persoalan yang akan diteliti maka penulis dapat
menggunakan teknik analisis rasio keuangan. Rasio keuangan dapat disajikan dalam
dua cara, yaitu:
1. Untuk membuat perbandingan keadaan keuangan ada saat yang berbeda.
2. Untuk membuat perbandingan keadaan keuangan dengan perusahaan lain.
Namun, dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan satu rasio keuangan, yaitu
rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan.
Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan,
profitabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba selama pereode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal
saham tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara
tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu dengan
lainya. Return on equity atau profitabilitas adalah Suatu pengukuran dari penghasilan
atau income yang tersedia bagi pemilik perusahaan atas modal yang mereka
investasikan di dalam perusahaan.
Untuk memberikan pengertian yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan
rasio profitabilitas, maka dapat dilihat dari penjelasan dan beberapa penulis sebagai
berikut : Menurut Sutrisno (2002 : 20) Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
29
menghasilkan keuntungan dengan semua modal yang bekerja di dalamnya. Sejalan
dengan pengertian tersebut, menurut Atmajaya (2004:415) bahwa : Rasio Profitabilitas
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba.
Jadi, rasio profitabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan restoran dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat
efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan. Maka rasio yang
dapat digunakan, yaitu:
1. Return On Total Assets
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam
mengelola aktiva yang dikuasai untuk menghasilkan berbagai pendapatan atau
laba. Return on assets dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Operating income
Retun on assets =
Total assets
2. Return On Equity
Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak
dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari
penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik
pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang
mereka investasikan di dalam perusahaan (Syafri, 2008:305).
30
Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan
mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat
keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau
pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20). ROE menunjukkan rentabilitas
modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha.
Jadi, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan net income (laba bersih sebelum pajak) ditinjau dari sudut modal
yan dimiliki perusahaan. Return on equity dapat dihitung dengan rumus:
Laba bersih setelah pajak
ROE =
Ekuitas
3. Return On Investment
Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak
dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan
(Syamsuddin, 2009:63). Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu
perusahaan. Return on investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa
besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva (Syafri,
2008:63). Jadi, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
31
untuk mengelola aktivanya dan untuk menghasilkan lababersih setelah pajak
(EAT). Return on Investment dihitung dengan rumus:
Laba bersih setelah pajak
ROI =
Total aktiva
4. Gross Profit Margin
Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian
harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan
untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18). Gross profit margin
merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan sales. Semakin besar
gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini
menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan
dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin
semakin kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin, 2009:61).
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari operasi usahanya yang murni. Semakin tinggi rasio,
semakin baik hasilnya. Gross profit margin dihitung dengan rumus:
Penjualan - harga pokok penjualan
Gross profit margin =
Penjualan
32
5. Net Profit Margin
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan net income (laba bersih sebelum pajak) ditinjau dari sudut
cooperating incomenya. Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap
penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu
perusahaan. Net profit margin dihitung dengan rumus:
Laba bersih setelah pajak
Net profit margin =
penjualan
6. Operating Profit Margin
Operating profit margin merupakan perbandingan antara laba usaha dan
penjualan. Operating profit margin merupakan rasio yang menggambarkan apa
yang biasanya disebut pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan
yang dilakukan (Syamsuddin, 2009:61). Operating profit disebut murni (pure)
dalam pengertian bahwa jumlah tersebutlah yang benar-benar diperoleh dari hasil
operasi perusahaan dengan mengabaikan kewajiban- kewajiban finansial berupa
bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Apabila
semakin tinggi operatig profit margin maka akan semakin baik pula operasi suatu
perusahaan. Jadi, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan restoran
dalam menghasilkan laba kotor dari pendapatan usaha restoran tersebut.
Operating profit margin dihitung sebagai berikut:
33
Laba bersih sebelum pajak
Operating profit margin =
penjualan