Proposal 05 MEWUJUDKAN KOTA LESTARI MELALUI
-
Upload
elisa-sutanudjaja -
Category
Documents
-
view
306 -
download
7
Transcript of Proposal 05 MEWUJUDKAN KOTA LESTARI MELALUI
Judul :
“MEWUJUDKAN KOTA LESTARI MELALUI PENGENDALIAN EROSI”
Oleh :
Ketua :
Anggota :
Marenda Ishak S, SP., MT
Anne Nurbaity, Ph.D
Oviyanti Mulyani, SP., M.Si
Ade Setiawan, SP
Nadia Nuraeni
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2009
Hal 2 dari 16
Mewujudkan Kota Lestari Melalui Pengendalian Erosi
I. TUJUAN PENGAJUAN PROPOSAL
1.1 Latar Belakang
Lembang adalah salah satu kawasan pariwisata yang menjadi unggulan dalam perkembangan
propinsi Jawa Barat, dengan panorama yang indah, lokasi yang startegis, tanah yang sangat
subur kawasan Lembang telah mengalami kemajuan yang luar biasa pesat. Tercatat kemajuan
kawasan Lembang, terjadi pada banyak titik dengan pengembangan pengunaan lahan yang
didominasi oleh kawasan budidaya, perdagangan, pemukiman penduduk dan infrastruktur
umum. Perkembangan ini memiliki arti tersendiri, secara ekonomi kota perkembangan ini
memiliki makna bahwa telah terjadi peningkatan aktivitas ekonomi yang mendukung pada
perkembangan kota dan wilayah menjadi lebih baik. Di sisi lain perkembang ini mengandung
konsekuensi bahwa aspek lingkungan yang seharusnya terjaga secara baik, menjadi terancam
keberadaannya karena semakin bergesernya fungsi kawasan Lembang dari kawasan lindung
menjadi kawasan lainnya.
Terjadinya konversi kawasan lindung untuk kegiatan di luar kawasan lindung dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem wilayah Lembang, beberapa di antaranya
adalah menurunnya kualitas lingkungan dengan semakin tingginya tingkat erosi yang terjadi
di kawasan ini. Menurut Dwiatmoko A (2007), penyebaran erosi di kawasan Lembang terjadi
pada lahan-lahan pemukiman, sawah irigasi, sawah tadah hujan, kebun, tegalan, rumput,
belukar, dan hutan. Potensi erosi terbesar terjadi pada kawasan sawah tadah hujan mencapai
80,13%. Kondisi semacam ini akan mengakibatkan pengaruh pada daerah-daerah
dibawahnya. Untuk kasus di Kawasan Lembang, karena hampir seluruh sungai yang ada
bermuara pada Sungai Citarum, maka sedimentasi dari Kecamatan Lembang ini akan
menambah beban dari Sungai Citarum terhadap sedimentasi. Lebih jauh, kondisi ini
mengakibatkan berakibat rusaknya cadangan air tanah bagi kota-kota yang berada di
sekitarnya.
Pada sisi lain, kawasan Lembang merupakan salah satu wilayah yang termasuk ke dalam
wilayah inti Bandung Raya bagian Utara. Menurut Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan,
sedikitnya 60 % dari sekitar 108 juta m3 air tanah dari dataran tinggi sekitar Bandung yang
masuk ke cekungan Bandung berasal dari wilayah Bandung Utara. Dengan demikian,
Kawasan Bandung Utara merupakan wilayah yang mengemban fungsi dan peran sebagai
berikut :
Hal 3 dari 16
1. Sebagai kawasan resapan air yang mempunyai peran penting dalam penyediaan air tanah
di cekungan Bandung
2. Kawasan konservasi resapan air bagi wilayah bawahannya, dimana peruntukkan lahannya
diatur dalam SK Gubernur Jawa Barat no. 181.1/SK.1624 –Bapp/1982 :
a. Sebagian lahan di wilayah tersebut diperuntukkan sebagai lahan pertanian, hutan
lindung, pertanian tanaman keras dan lahan pertanian non tanaman keras. Lahan-lahan
itu harus dipertahankan dan diamankan.
b. Lahan yang merupakan lereng dengan kemiringan antara 0 – 8 % dan ketinggian
kurang dari 1000 m dpl merupakan kawasan resapan air bisa dikembangkan sebagai
aneka pertanian tanpa syarat.
c. Lahan sisanya diperuntukkan sebagai kawasan non pertanian yang terbatas pada
permukiman perkotaan dan lingkungan khusus dengan beberapa persyaratan.
Berdasarkan kondisi di atas, kawasan Lembang membutuhkan penataan dan perbaikan
terutama dalam hal mengendalikan erosi, dengan pengendalian erosi yang baik guna
mewujudkan kota lestari. Penataan akan kondisi ini menjadi semakin mendesak, mengingat
luas lahan kritis seluas pada tahun 2004 berjumlah 1.130 Hektar atau 20,62 % dari luasan
lahan kering yang ada. Dengan kondisi ini, maka dampak negatif dari erosi akan semakin
meluas dan terjadi degradasi kesuburan tanah dan semakin luasnya lahan kritis. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan Lembang, mengingat sebagaian
besar mata pencaharian penduduknya (43,79%) mengandalkan pada sektor pertanian.
Gambar 1
Erosi Insentif di Lihat Dari Kekeruhan Sungai
Hal 4 dari 16
Gambar 2 Peta Lokasi Erosi
Hal 5 dari 16
Mewujudkan Kota Lestari Melalui Pengendalian Erosi
1.2 Tujuan Kegiatan
Berdasarkan paparan di atas, maka tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1. Melakukan penataan lahan guna mengendalikan laju erosi yang ada di kawasan ini,
terutama pada lahan yang berkaitan dengan kegiatan di kawasan lindung dan kawasan
budidaya.
2. Melakukan sosialisasi, pembenahan, dan penataan, terutama menanamkan kesadaran
akan arti pentingnya lingkungan, sehingga pembangunan dapat dilakukan bukan hanya
untuk mencapai kepentingan ekonomi saja, akan tetapi juga untuk mencapai
kepentingan lingkungan.
3. Melakukan penataan, perbaikan, dan sosialisasi tentang proses dan cara pengolahan
lahan pertanian yang lebih berwawasan lingkungan.
4. Melakukan ekplorasi tentang konsep kawasan lindung dan penataan kawasan sekitar,
dalam rangka menemukan formulasi yang tepat guna mempertahankan kawasan lindung
yang memeliki dampak ekonomi bagi perbaikan ekonomi masyarakat sekitar.
5. Memberikan arahan dalam melakukan pengendalian terutama bagi pencegahan dan
pengendalian erosi dengan metode dan teknik yang lebih berwawasan lingkungan yang
lebih guna mencapai kota yang lestari secara berkelanjutan.
Hal 6 dari 16
Mewujudkan Kota Lestari Melalui Pengendalian Erosi
II. MANFAAT PROPOSAL BAGI WARGA DAN LINGKUNGAN
Erosi adalah fenomena alam yang terjadi yang secara umum dapat diartikan bahwa erosi
merupakan proses terlepasnya butiran tanah dari induknya di suatu tempat dan terangkutnya
material tersebut oleh gerakan air atau angin kemudian diikuti dengan pengendapan material
yang terangkut di tempat yang lain (Suripin, 2004). Tipe erosi ada dua macam, yaitu erosi
geologi dan erosi dipercepat. Erosi geologi merupakan erosi yang berjalan sangat lambat,
dimana jumlah tanah yang tererosi sama dengan jumlah tanah yang terbentuk, sehingga jenis
erosi ini tidak berbahaya karena berjalan seimbang secara alamiah. Sedangkan Erosi
dipercepat merupakan proses erosi geologi yang dipercepat akibat kegiatan manusia yang
mengganggu keseimbangan alam (Hardjowigeno, 2003).
Beberapa akibat yang ditimbulkan oleh erosi dan sedimentasi, antara lain menipisnya
permukaan tanah, terjadinya selokan/parit alami, perubahan vegetasi, kekeruhan dan
sedimentasi pada cekungan sedimentasi (seperti danau atau waduk) serta semakin besar slope
suatu kereng yang dapat memicu terjadinya longsor lahan. Dengan kata lain bahwa erosi akan
menyebabkan degradasi fungsi lahan, karena lahan menjadi kritis, kesuburan menjadi
berkurang sehingga produktivitas lahan terhadap pertanian menjadi menurun. Oleh karena itu
upaya konservasi dan rehabilitasi sangat diperlukan untuk menjaga menurunnya nilai
produktivitas lahan, dengan cara mengurangi tingkat kekritisan lahan, hal ini dapat ditempuh
dengan upaya mengurangi terjadinya erosi dan longsor pada lahan.
Upaya yang dilakukan bisa dengan cara kimiawi, fisika maupun vegetasi. Pencegahan dengan
cara kimia dan fisika pada lahan budidaya pertanian memang dapat mengurangi bahaya erosi
dan longsor lahan, namun sering terjadi pengurangan produksi tanaman yang diusahakan
karena luas efektif lahan menjadi berkurang. Oleh karena itu anjuran pencegahan erosi
dengan sistem kimia maupun fisika tidak selalu berhasil untuk diterapkan pada masyarakat
petani di desa atau dengan kata lain petani kurang tertarik untuk mempraktekkannya.
Sehingga cara vegetatiflah yang diharapkan dapat dan mampu diterapkan oleh petani dalam
kerangka meminimalisir bahaya erosi dan longsor lahan, karena dengan cara ini luasan lahan
efektif lahan bisa tidak berkurang. Namun cara vegetatif ini juga sebaiknya dipadukan
dengan cara-cara fisik yang berupa pemanfatan lahan secara terasering.
Berdasarkan paparan tersebut, maka manfaat dari kegiatan ini terhadap warga dan lingkungan
adalah :
Hal 7 dari 16
Mewujudkan Kota Lestari Melalui Pengendalian Erosi
1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan,
dalam upaya penataan lingkungan.
2. Mengeksplorasi potensi yang ada di masyarakat dan memberikan panduan dalam
melakukan penataan lingkungan terutama guna pengendalian erosi.
3. Menciptakan keasrian lingkungan dan meningkatkan produktivitas lahan karena
pengendalian erosi dilakukan dengan teknik dan metode yang berwawasan lingkungan.
4. Menciptakan sisnergi kerja antara pemeritah daerah, masyarakat, dan akademisi sehingga
kegiatan dapat lebih terpadu serta berkelanjutan.
5. Mendorong, memberikan arahan, dan memperkuat iklim investasi bagi pemgembangan
pembangunan daerah, terutama bagi pengembangan dan pembangunan kawasan lindung
dan kawasan budidaya yang lebih lestari.
Hal 8 dari 16
Mewujudkan Kota Lestari Melalui Pengendalian Erosi
III. RENCANA KERJA DAN STRATEGI
3.1 Rencana Kerja
Pelaksanaan kegiatan diperkirakan akan selesai dalam jangka waktu selama 10 (sepuluh) bulan sampai dengan penyusunan laporan akhir
(seminar). Berikut ini adalah rencana kerja kegiatan :
JENIS KEGIATAN BULAN KE -
I II III IV V VI VII VIII IX X 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I. Persiapan
1.1 Pengumpulan data sekunder
1.2 Penyediaan bahan dan alat
II. Pelaksanaan Kegiatan
2.1 Sosialisasi 2.2 Pendataan
2.3 Pembuatan Peta Pengendalian erosi
2.4 Implementasi peta
2.5 Evaluasi 2.6 Optimalisasi hasil
pengendalian erosi
2.7 Optimalisasi konsep dan manfaat kepada warga
III. Laporan akhir
3.1 Penyusunan laporan
3.2 Seminar hasil kegiatan
Hal 9 dari 16
Mewujudkan Kota Lestari Melalui Pengendalian Erosi
3.2 Strategi
Guna mencapai tujuan di atas, strategi yang akan dilaksanakan adalah dengan melibatkan
masyarakat dengan metode Participatory Rural Appraisal (PRA). Metode tersebut
dilaksanakan dengan proses sebagai berikut ini :
1. Identifikasi karakteristik fisik wilayah kajian, potensi dan kendala dalam pemanfatan
ruang, dan mengindentifikasi kawasan rawan erosi, melibatkan masyarakat dan
pemerintah daerah.
2. Melakukan sosialisasi tentang bahaya erosi dan pengaruh kepada warga dan lingkungan.
3. Melakukan eksplorasi bersama masyarakat dan pemerintah daerah tentang praktek,
metode, dan teknik pencegahan erosi yang dapat dilakukan bersama guna mengendalikan
laju erosi.
4. Melakukan identifikasi pengaruh vegetasi, teknik, dan metode yang tepat guna menahan
laju erosi dan melakukan pemetaan vegetasi yang dapat menahan laju erosi.
5. Melakukan diskusi dan observasi tentang efektivitas teknik, metode, dan cara yang efektif
bersama dengan masyarakat dan pemerintah daerah melalui kegiatan simulasi. Teknik
efektif yang dicari adalah teknik yang mampu menguranggi laju erosi dan memberikan
manfaat bagi lingkungan, dan mampu dilakukan masyarakat tanpa pembiayaan yang
besar.
6. Mengembangkan teknik dan metode yang efektif, serta mengoptimalkan potensi yang ada
di masyarakat dan pemerintah daerah untuk menguranggi erosi, melalui kegiatan evaluasi
bersama.
7. Melakukan pengembangan konsep kawasan lindung dan penataan aktivitas di masyarakat,
guna menyelarasaskan aktivitas dengan konsep kawasan lindung, termasuk
mengembangkan perekonomian masyarakat.
8. Melakukan evaluasi, kontroling dan pengawasan bersama masyarakat dan pemerintah
daerah dalam menjalankan kegiatan.
9. Melakukan evalauasi dan pembenahan guna mecapai tujaun yang optimal.
10. Pengembangan aktivitas dan membuat petunjuk pelaksanaan penataan aktivitas yang
selaras dengan pengembangan konsep kawasan lindung.
Hal 10 dari 16
Mewujudkan Kota Lestari Melalui Pengendalian Erosi
IV. RENCANA ANGGARAN
Rekapitulasi Usulan Biaya
No. Uraian Jumlah (Rp)
1. Gaji dan Upah 27.840.000
2. Bahan Habis Pakai 63.395.000
3. Perjalanan 10.150.000
4. Lain-lain 13.460.000
Jumlah Total 114.845.000
1. Gaji dan Upah
No. Pelakasana Kegiatan Jumlah Jumlah
Jam/Minggu Honor/Jam
Biaya (Rp)
1. Koord Kegiatan 1 16 12.000 7.680.000
2. Pelaksana Kegitan 4 14 9.000 20.160.000
Jumlah Biaya 27.840.000
Hal 11 dari 16
Mewujudkan Kota Lestari Melalui Pengendalian Erosi
2. Bahan Habis Pakai
No. Bahan Volume Biaya Satuan
(Rp) Biaya (Rp)
1. Mulsa tanah 100 ha 140.000 14.000.000
2. Vegetasi (beberapa jenis tananaman)
1000 buah 9.000 9.000.000
3. Bahan Organik 250 kg 50.000 12.500.000
4. Starter Bahan Organik (EM-4) 50 botol 60.000 3.000.000
5. Alat simulasi untuk erosi 2 buah 3.000.000 6.000.000
6. Peta Digital 1:50.000 1 buah 4.600.000 4.600.000
7. Semen 10 buah 65.000 650.000
8. Pasir 5 m3 500.000 500.000
Alat Tulis Kantor
1. Tinta printer 5 paket 80.000 400.000
2. Flash disk 2 buah 250.000 500.000
3. Kertas ukuran A4 6 rim 45.000 270.000
4. Kertas ukuran A3 1 rim 70.000 70.000
5. Kertas ukuran A2 2 rim 110.000 220.000
6. Kertas ukuran A1 1 rim 160.000 160.000
7. Spidol 2 set 80.000 160.000
8. Balpoint 2 set 120.000 240.000
9. Pengaris 1 buah 50.000 50.000
10. Busur 1 buah 20.000 20.000
11. Jangka 1 buah 45.000 45.000
12. Pensil 1 set 50.000 50.000
13. White Board 2 buah 600.000 1.200.000
Peralatan
1. GPS 1 5.000.000 5.000.000
2. Bor tanah 3 800.000 2.400.000
3. Palu Geologi 1 1.000.000 1.000.000
4. Cangkul 2 300.000 600.000
5. Singkup 2 300.000 600.000
6. Plastik 4 lusin 40.000 160.000
Jumlah 63.395.000
Hal 12 dari 16
Mewujudkan Kota Lestari Melalui Pengendalian Erosi
3. Perjalanan
No. Tujuan Volume Biaya Satuan
(Rp) Biaya (Rp)
1. Lokasi Penelitian 22 325.000 7.150.000
2. Pemerintahan Daerah 10 300.000 3.000.000
Jumlah Biaya 10.150.000
4. Lain-lain
No. Uraian Kegiatan Volume Biaya Satuan
(Rp) Biaya (Rp)
1. Penggandaan laporan 10 250.000 2.500.000
2. Dokumentasi 4 250.000 1.000.000
3. Sewa Infocus 1 1.500.000 1.500.000
4. Sewa Laptop 1 1.500.000 1.500.000
5. Biaya Sewa Lahan Percobaan dan Laboratorium
1 1.800.000 1.800.000
6. Sewa Digital Theodolit 1 1.000.000 1.000.000
7. Sewa Higrometer 1 600.000 600.000
8. Sewa Soil Munsell Color Chart 1 900.000 900.000
9. Sewa Clinometer 1 1.000.000 1.000.000
10. Sewa Altimeter 1 760.000 760.000
11. Meteran 2 200.000 400.000
11. Seminar hasil kegiatan 1 500.000 500.000
Jumlah Biaya 13.460.000
Hal 13 dari 16
Mewujudkan Kota Lestari Melalui Pengendalian Erosi
V. AKTOR PELAKSANA PROGRAM
Dalam pelaksanaan kegiatan ini aktor pelaksana program yang utama adalah masyarakat. Ini
disebabkan karena masyarakat adalah orang yang paling mengetahui dan merasakan
perubahan yang terjadi pada lingkungannya, juga karena masyarakat merupakan orang yang
selalu bersentuhan dengan lingkungannya dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu, prinsip
pelaksanaan program merupakan program kemitraan antara masyarakat – pemerintah daerah
– dan perguruan tinggi. Kemitraan antara masyarakat dan perguruan tinggi dilakukan melalui
institusi yang ada di masyarakat, dalam hal ini dilakukan bersama paguyuban petani kembang
dan sayuran yang ada di kawasan Lembang.
Peran masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan merupakan agen perubahan yang langsung
bersentuhan dengan kegiatan perencanaan, penataan lingkungan, pembenahan, evaluasi, dan
pengendalian kegiatan. Sedangkan, peran perguruan tinggi bersifat fasilitator
program/kegiatan, memberikan arahan dan stimulasi kegiatan, melakukan kajian penelitian,
evaluasi, serta pengendalian program. Pemerintah daerah juga menjadi kunci guna suksesnya
kegiatan ini, oleh karena itu pemerintah daerah berperan sebagai fungsi regulator yaitu
memberikan kebijakan dan informasi, pengendalian kegiatan dan kontrol pembangunan guna
mengatasi permasalahan erosi, termasuk sebagai fasilitator bagi terciptanya investasi yang
berwawasan lingkungan. Sebagai gambaran lengkap, berikut ini adalah gambaran aktor
(pelaku) yang terlibat dalam kegiatan ini dalam kegiatan ini ;
Gambar 3
Aktor Pelaksana Program/Kegiatan
PERGURUAN TINGGI
Dosen Mahasiswa Lembaga Penelitian
& Pengabdian
MASYARAKAT
Paguyuban Masyarakat
Forum warga Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) Organisasi RT/RW Warga masyarakat
PEMERINTAHAN
BAPPEDA Dinas Tata Kota BPLHD Dinas Kehutanan Dinas Pertanian Kecamatan Kelurahan
Hal 14 dari 16
Mewujudkan Kota Lestari Melalui Pengendalian Erosi
VI. PRODUK AKHIR YANG DIHARAPKAN
Erosi adalah salah satu permasalahan yang muncul karena penataan kawasan tidak terjadi
secara berkelanjutan, sehingga dampak yang ditimbulkan adalah tidak terkendalinya aliran air
yang turut membawa material tanah di lapisan atas (top soil) dan membawa dampak bagi
rusaknya ekosestem dan lingkungan secara terus menerus. Dampak yang ditimbulkan bukan
semata merugikan kawasan sekitar, akan tetapi akan lebih jauh terutama jika kawasan
tersebut merupakan kawasan lindung dan berada pada lahan dengan ketingian permukaan
lebih tinggi dibandingkan kota-kota disekelilingnya. Hal ini terjadi pada kawasan Lembang,
yang mengakibatkan pada rusaknya infrastruktur jalan, terjadinya penuruanan muka air tanah,
rentannya cadangan air tanah, dan rusaknya ekosistem sekitar (degradasi lingkungan).
Mengingat hal tersebut, maka produk akhir yang diharapkan adalah ;
1. Tersosialisasnyanya masalah erosi dan dampak yang ditimbulkannya.
2. Tumbuhnya kesadaran di masyarakat dan semua pihak yang terlibat di kawasan lindung
Lembang akan arti pentingnya penataan lingkungan dan pencegahan erosi.
3. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam upaya memperbaiki kualitas lingkungan dan
pencegahan erosi.
4. Terusunnya arahan perencanaan pencegahan erosi dan perbaikan kualitas lingkungan
yang disepakati bersama.
5. Terealisasinya arahan perencanaan pencegahan erosi dan penataan lingkungan sebagai
kegiatan bersama.
6. Tertatanya lingkungan, terutama bagi perbaikan dan penataan pada kawasan hutan
lindung dan kawasan budidaya.
7. Terselegaranya kegiatan kehidupan dengan perbaikan mutu hidup dan pandangan akan
paradigma lingkungan yang harus diutamakan dalam pembangunan.
Hal 15 dari 16
Mewujudkan Kota Lestari Melalui Pengendalian Erosi
VII. KEBERLANJUTAN PROPOSAL PASKA PELAKSANAAN
(TAHAP PEMELIHARAAN)
Keberlanjutan program merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan program
penataan kawasan dan program mewujudkan kota lestari. Oleh karenya, pemeliharaan
program dilakukan dengan pengusulan program dan kegiatan baru, berupa program penataan
lingkungan pada tahun berikutnya, yaitu dengan kegiatan “Penyusunan Master Plan
Kawasan Ramah Lingkungan”. Kegiatan ini sangat selaras dengan program kegiatan
sebelumnya, karena pada kegiatan sebelumnya program pencegahan erosi terfokus pada
penataan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Program pada tahun berikutnya, lebih
mengarah pada penataan kawasan secara keseluruhan dengan mainstream penataan dan
perbaikan lingkungan hidup sebagai keutamaan bersama.
Pemeliharaan program juga dilakukan oleh masyarakat secara berkala, dengan panduan
kegiatan pemeliharaan yang telah dibuat sebelumnya, dan merupakan hasil dari kesepakatan
bersama. Pemeliharaan program juga akan dilakukan dengan melibatkan mahasiswa dalam
bentuk penelitian dan kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) yang ada dari Universitas
Padjadjaran. Selain itu, unsur pemerintah daerah diharapkan dapat mengadopsi kegiatan
pencegahan erosi sebagai kegiatan pemerintahan, sehingga pemeliharaan program merupakan
salah satu tanggung jawab pemerintahan daerah setempat.
Hal 16 dari 16
Mewujudkan Kota Lestari Melalui Pengendalian Erosi