Prop. Kemiskinan 2(Revisi)

22
 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan keadaan di mana terjadinya ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan mereka. Kemiskinan biasanya disebabkan oleh terbatasnya alat pemenuh kebutuhan dasar, atau sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kemiskinan absolut dan relatif. Kemiskinan absolut biasanya mengacu kepada satu standar yang konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat ataupun negara. Kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia berkembang, karena terdapat bukti tentang adanya kemiskinan di setiap wilayah. Di negara-negara maju, kondisi ini akan menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari di daerah pinggiran kota. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin. Penyebab kemiskinan biasanya sering dihubungkan dengan: 1. Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin; 2. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga; 3. Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar; 4. Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi; 5. Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.

Transcript of Prop. Kemiskinan 2(Revisi)

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 1/22

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan keadaan di mana terjadinya ketidakmampuan untuk 

memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan,

dan kesehatan mereka. Kemiskinan biasanya disebabkan oleh terbatasnya alat

pemenuh kebutuhan dasar, atau sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.

Kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kemiskinan

absolut dan relatif. Kemiskinan absolut biasanya mengacu kepada satu standar yang

konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat ataupun negara.Kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia berkembang, karena terdapat

bukti tentang adanya kemiskinan di setiap wilayah. Di negara-negara maju, kondisi

ini akan menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari di daerah

pinggiran kota. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin,

atau kelompok orang-orang miskin. Penyebab kemiskinan biasanya sering

dihubungkan dengan:

1.  Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai

akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;

2.  Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan

keluarga;

3.  Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan

dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan

sekitar;

4.  Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang

lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;

5.  Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan

merupakan hasil dari struktur sosial.

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 2/22

 

Peran pemerintah sebagai roda penggerak melalui kementerian terkait

dirasakan masih belum maksimal, ini terlihat dengan dikeluarkannya Peraturan

Presiden no. 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan

telah dibentuknya Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Nasional

(TNP2K) yang merupakan wadah koordinasi di tingkat nasional yang akan

melakukan langkah-langkah koordinasi secara terpadu lintas pelaku untuk 

memastikan agar pelaksanaan dan pengendalian program penanggulangan

kemiskinan yang dilakukan oleh berbagai kementerian/lembaga dapat terlaksana

sesuai rencana dengan menetapkan kebijakan pokok berkaitan dengan

penanggulangan kemiskinan meliputi :

1.  Kebijakan dalam hal penetapan sasaran (targeting) dengan menggunakan

metode dan daftar rumah tangga sasaran yang sama untuk semua program

bantuan sosial;

2.  Kebijakan berkaitan dengan rancangan program agar tidak terjadi duplikasi

pemberian bantuan;

3.  Kebijakan berkaitan dengan pengendalian pelaksanaan program agar

efisien dan efektif;

4.  Melaksanakan monitoring dan evaluasi agar dampak dari program

penanggulangan kemiskinan dapat cepat diketahui dan ditindaklanjuti.

Disamping hal diatas pemerintah beserta kementerian terkait dan pemangku

kepentingan lainnya juga telah merumuskan empat strategi utama dalam

penanggulangan kemiskinan yaitu :

1.  Memperbaiki program perlindungan sosial;

Adalah memperbaiki dan mengembangkan sistem perlindungan sosial bagi

penduduk miskin dan rentan. Sistem perlindungan sosial dimaksudkan

untuk membantu individu dan masyarakat menghadapi goncangan-

goncangan (shocks) dalam hidup, seperti jatuh sakit, kematian anggota

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 3/22

 

keluarga, kehilangan pekerjaan, ditimpa bencana atau bencana alam, dan

sebagainya. Sistem perlindungan sosial yang efektif akan mengantisipasi

agar seseorang atau masyarakat yang mengalami goncangan tidak sampai

 jatuh miskin.

Penerapan strategi ini antara lain didasari satu fakta besarnya jumlah

masyarakat yang rentan jatuh dalam kemiskinan di Indonesia. Di samping

menghadapi masalah tingginya potensi kerawanan sosial, Indonesia juga

dihadapkan pada fenomena terjadinya populasi penduduk tua (population

ageing) pada struktur demografinya. Hal ini dikhawatirkan akan

menimbulkan beban ekonomi terhadap generasi muda untuk menanggung

mereka atau tingginya rasio ketergantungan.

Tingginya tingkat kerentanan juga menyebabkan tingginya kemungkinan

untuk masuk atau keluar dari kemiskinan. Oleh karena itu, untuk 

menanggulangi semakin besarnya kemungkinan orang jatuh miskin, perlu

dilaksanakan suatu program bantuan sosial untuk melindungi mereka yang

tidak miskin agar tidak menjadi miskin dan mereka yang sudah miskin agar

tidak menjadi lebih miskin.

2.  Meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar;

Adalah memperbaiki akses kelompok masyarakat miskin terhadap

pelayanan dasar.  Akses terhadap pelayanan pendidikan, kesehatan, air

bersih dan sanitasi, serta pangan dan gizi akan membantu mengurangi

biaya yang harus dikeluarkan oleh kelompok masyarakat miskin. Disisi

lain peningkatan akses terhadap pelayanan dasar mendorong peningkataninvestasi modal manusia (human capital).

Salah satu bentuk peningkatan akses pelayanan dasar penduduk miskin

terpenting adalah peningkatan akses pendidikan. Pendidikan harus

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 4/22

 

diutamakan mengingat dalam jangka panjang ia merupakan cara yang

efektif bagi penduduk miskin untuk keluar dari kemiskinan. Sebaliknya,

kesenjangan pelayanan pendidikan antara penduduk miskin dan tidak 

miskin akan melestarikan kemiskinan melalui pewarisan kemiskinan dari

satu generasi ke generasi berikutnya. Anak-anak dari keluarga miskin yang

tidak dapat mencapai tingkat pendidikan yang mencukupi sangat besar

kemungkinannya untuk tetap miskin sepanjang hidupnya.

Selain pendidikan, perbaikan akses yang juga harus diperhatikan adalah

akses terhadap pelayanan kesehatan. Status kesehatan yang lebih baik, akan

dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja dan berusaha bagi

penduduk miskin. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk menghasilkan

pendapatan yang lebih tinggi dan keluar dari kemiskinan. Selain itu,

peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak menjadi poin

utama untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Konsumsi air

minum yang tidak layak dan buruknya sanitasi perumahan meningkatkan

kerentanan individu dan kelompok masyarakat terhadap penyakit.

3.  Pemberdayaan kelompok masyarakat miskin; serta

Adalah upaya memberdayakan penduduk miskin menjadi sangat penting

untuk meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan penanggulangan

kemiskinan. Dalam upaya penanggulangan kemiskinan sangat penting

untuk tidak memperlakukan penduduk miskin semata-mata sebagai obyek 

pembangunan. Upaya untuk memberdayakan penduduk miskin perlu

dilakukan agar penduduk miskin dapat berupaya keluar dari kemiskinan

dan tidak jatuh kembali ke dalam kemiskinan.

Pentingnya pelaksana strategi dengan prinsip ini menimbang kemiskinan

 juga disebabkan oleh ketidakadilan dan struktur ekonomi yang tidak 

berpihak kepada kaum miskin. Hal ini menyebabkan output pertumbuhan

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 5/22

 

tidak terdistribusi secara merata pada semua kelompok masyarakat.

Kelompok masyarakat miskin, yang secara politik, sosial, dan ekonomi

tidak berdaya, tidsk dapat menikmati hasil pembangunan tersebut secara

proporsional. Proses pembangunan justru membuat mereka mengalami

marjinalisasi, baik secara fisik maupun sosial.

Konsep pembangunan yang ditujukan untuk menanggulangi kemiskinan

umumnya melalui mekanisme atas-bawah (top-down). Kelemahan dari

mekanisme ini adalah tanpa penyertaan partisipasi masyarakat. Semua

inisiatif program penanggulangan kemiskinan berasal dari pemerintah

(pusat), demikian pula dengan penanganannya. Petunjuk pelaksanaan dan

petunjuk teknis implementasi program selalu dibuat seragam tanpa

memperhatikan karakteristik kelompok masyarakat miskin di masing-

masing daerah. Akibatnya, program yang diberikan sering tidak 

mempunyai korelasi dengan prioritas dan kebutuhan masyarakat miskin

setempat. Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, upaya secara

menyeluruh disertai dengan pemberdayaan masyarakat miskin menjadi

salah satu prinsip utama dalam strategi penanggulangan kemiskinan.

4.  Menciptakan pembangunan yang inklusif.

Adalah Pembangunan yang inklusif   yang diartikan sebagai pembangunan

yang mengikutsertakan dan sekaligus memberi manfaat kepada seluruh

masyarakat. Partisipasi menjadi kata kunci dari seluruh pelaksanaan

pembangunan. Fakta di berbagai negara menunjukkan bahwa kemiskinan

hanya dapat berkurang dalam suatu perekonomian yang tumbuh secara

dinamis. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang stagnan hampir bisa

dipastikan berujung pada peningkatan angka kemiskinan. Pertumbuhan

harus mampu menciptakan lapangan kerja produktif dalam jumlah besar.

Selanjutnya, diharapkan terdapat multiplier effect pada peningkatan

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 6/22

 

pendapatan mayoritas penduduk, peningkatan taraf hidup, dan pengurangan

angka kemiskinan.

Untuk mencapai kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, perludiciptakan iklim usaha yang kondusif di dalam negeri. Stabilitas ekonomi

makro merupakan prasyarat penting untuk dapat mengembangkan dunia

usaha. Selain itu juga diperlukan kejelasan dan kepastian berbagai

kebijakan dan peraturan. Begitu juga, ia membutuhkan kemudahan

berbagai hal seperti ijin berusaha, perpajakan dan perlindungan

kepemilikan. Selanjutnya, usaha mikro, kecil, dan menengah (  UMKM) 

harus didorong untuk terus menciptakan nilai tambah, termasuk melalui

pasar ekspor. Pertumbuhan yang berkualitas juga mengharuskan adanya

prioritas lebih pada sektor perdesaan dan pertanian. Daerah perdesaan dan

sektor pertanian juga merupakan tempat di mana penduduk miskin

terkonsentrasi. Dengan demikian, pengembangan perekonomian perdesaan

dan sektor pertanian memiliki potensi besar untuk mencapai pertumbuhan

ekonomi yang menghasilkan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar

dan pengurangan kemiskinan secara signifikan.

Pembangunan yang inklusif juga penting dipahami dalam konteks

kewilayahan. Setiap daerah di Indonesia dapat berfungsi sebagai pusat

pertumbuhan dengan sumber daya dan komoditi unggulan yang berbeda.

Perekonomian daerah ini yang kemudian akan membentuk karakteristik 

perekonomian nasional. Pengembangan ekonomi lokal menjadi penting

untuk memperkuat ekonomi domestik.

Namun kenyataannya tingkat kemiskinan masih tetap tinggi, padahal untuk 

mengentaskan kemiskinan pemerintah telah mengeluarkan dana yang cukup besar,

dari Rp 18 triliun tahun 2004 telah meningkat menjadi Rp 66,2 T tahun 2009

(BPS,2009).Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 7/22

 

bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada Maret 2010 mencapai 31,02 juta

(13,33 persen), turun 1,51 juta dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret

2009 yang sebesar 32,53 juta (14,15 persen) (BPS, 2010).

Grafik Perkembangan jumlah penduduk miskin (%) dan

Anggaran Program Pengentasan Kemiskinan (Triliun Rp) tahun 2004-2010

Sumber : Bappenas dan BPS (2010)

Dari grafik dapat terlihat bahwa pada akhir Maret tahun 2010 angka

kemiskinan hanya turun sebesar 0,82 % dari tahun 2009 (BPS,2010). Hal ini

menunjukkan bahwa besarnya anggaran kemiskinan ternyata belum mampu

menurunkan angka kemiskinan yang signifikan, walaupun berbagai bentuk program

pengentasan kemiskinan baik yang ditujukan untuk individu maupun untuk kelompok 

telah banyak dilakukan. Masih tingginya angka kemiskinan mengindikasikan bahwa

program pengentasan kemiskinan belum mampu meningkatkan kesejahteraan rumah

tangga miskin.

Salah satu bentuk program pengentasan kemiskinan yang telah dilakukan

pada pertengahan tahun 2007 tahun adalah Program Pemberdayaan Fakir Miskin

(P2FM) melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS). Program ini

dilakukan oleh Departemen Sosial untuk mendukung suksesnya Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dengan memberikan jaminan permodalan usaha

yang mampu memfasilitasi kelompok fakir miskin yang telah diwadahi dalam

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) untuk mengelola Usaha Ekonomi Produktif.

 

0

10

20

30

40

50

60

70

2004 2005 2006 2007 Mar-08 Mar-09 10-Mar

17.4 16.7 15.97 17.75 15.42 14,1513.33

18

23

42

51

5866.2

0

Jumlah penduduk Miskin Anggaran kemiskinan

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 8/22

 

Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) melalui Bantuan Langsung

Pemberdayaan Sosial (BLPS) ini dilakukan di 33 propinsi atau di 99 kabupaten di

Indonesia, dengan anggaran yang cukup besar yaitu sebesar Rp 1,4 Triliun (Dirjen

Sosial, 2007). Di Sumatera Barat program ini dilakukan pada 6 kabupaten, yaitu di

Kabupaten Pasaman Barat, Padang Pariaman, Agam, Pesisir Selatan, Batu sangkar

dan Sawahlunto-Sijunjung (Dirjen Sosial, 2007). Walaupun telah dilakukan program

pengentasan kemiskinan pengurangan angka kemiskinan tetap tidak beranjak dari

angka 2 digit dan bahkan angka kemiskinan relatif cenderung meningkat (BPS,2009).

Sehingga menimbulkan suatu pertanyaan apakah implementasi program pengentasan

kemiskinan sudah mampu menaikan tingkat kesejahteraan rumahtangga miskin?

Berdasarkan hal tersebut sangat perlu dilakukan kajian terhadap program

pengentasan kemiskinan dan peranannya dalam meningkatkan kesejahteraan

rumahtangga miskin, dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan program

pengentasan kemiskinan secara riil dalam meningkatkan kesejahteraan rumah tangga

miskin. 

1.2 Perumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah apakah

implementasi program pengentasan kemiskinan sudah mampu menaikkan tingkat

kesejahteraan rumah tangga miskin?

Untuk menjawab permasalahan penelitian maka konsep yang digunakan

adalah konsep rumahtangga miskin yang mendapatkan bantuan program pengentasan

kemiskinan. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah melalui pendekatan

survey terhadap rumahtangga miskin yang mendapatkan bantuan program

pengentasan kemiskinam dan pendekatan referensi melalui studi literatur terutama

yang berkaitan dengan konsep dan metodologi.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengkaji implementasi

program pengentasan kemiskinan dalam meningkatkan kesejahteraan rumah tangga

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 9/22

 

miskin. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan

program pengentasan kemiskinan dalam mengeluarkan rumah tangga miskin dari

kemiskinan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.  Sebagai masukan bagi pemerintah dalam menilai keberhasilan

program pengentasan kemiskinan dalam meningkatkan kesejahteraan

rumah tangga miskin

2.  Bagi Universitas Andalas, dapat menambah kekayaan penelitian

Universitas.3.  Sebagai bahan inspirasi bagi peneliti lain untuk melanjutkan kajian ini

dengan menekankan pada aspek-aspek lain yang belum diteliti.

1.5. Ruang lingkup Penelitian

Agar penelitian ini terarah dalam mencapai tujuan, maka penelitian ini

dibatasi pada ruang lingkup sebagai berikut :

1.  Rumah Tangga miskin dalam penelitian ini adalah rumah tangga miskin yang

mendapatkan bantuan program pengentasan kemiskinan yang berbentuk 

P2FM melalui BLPS (Program Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Bantuan

Langsung Pemberdayaan Sosial).

2.  Rumah tangga miskin yang mendapatkan bantuan P2FM melalui BLPS

dibentuk dalam bentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE) masyarakat

miskin, yaitu adalah kelompok masyarakat miskin yang tergabung dalam

suatu wadah yang mempunyai kegiatan usaha yang sama dimana kegiatanusaha yang tadinya dilakukan secara sendiri-sendiri kemudian dikembangkan

dalam kelompok.

3.  Penelitian ini hanya mengkaji Implementasi Program Pengentasan

Kemiskinan Dalam meningkatkan Kesejahteraan Rumah Tangga Miskin Di

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 10/22

 

Sumatera Barat dengan menggunakan studi kasus pada Program

Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial.

4.  Kajian ini dilakukan pada 2 daerah yang berbeda jenis bantuan dalam program

pengentasan kemiskinan P2FM melalui BLPS di Sumatera Barat, yaitu

Kabupaten Pasaman barat yang menerima bantuan di bidang nelayan, dan di

kabupaten Tanah Datar di bidang peternakan.

5.  Penelitian ini dilakukan terhadap rumah tangga miskin yang mendapatkan

bantuan P2FM melalui BLPS pada tahun 2007, dengan tujuan untuk melihat

bagaimana implementasi program dalam meningkatkan kesejahteraan rumah

tangg miskin sehingga keluar dari kemiskinan setelah program berjalan

selama 3 tahun.

1.6. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengkaji implementasi

program pengentasan kemiskinan dalam meningkatkan kesejahteraan rumah tangga

miskin. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan

program pengentasan kemiskinan dalam mengeluarkan rumah tangga miskin dari

kemiskinan.

1.7. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

4.  Sebagai masukan bagi pemerintah dalam menilai keberhasilan

program pengentasan kemiskinan dalam meningkatkan kesejahteraan

rumah tangga miskin

5.  Bagi Universitas Andalas, dapat menambah kekayaan penelitian

Universitas.

6.  Sebagai bahan inspirasi bagi peneliti lain untuk melanjutkan kajian ini

dengan menekankan pada aspek-aspek lain yang belum diteliti.

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 11/22

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Studi Literatur

a. Konsep Kemiskinan

Definisi tentang kemiskinan banyak ditemui dalam literatur ekonomi dengan

konsep dan cara pandang yang berbeda. Sar A Levitan ( dalam Bayo Ala, 1996)

mendefinisikan kemiskinan sebagai kekurangan barang-barang dan pelayanan yang

dibutuhkan untuk mencapai standar hidup yang layak. Sedangkan Jhon Friedman

(1996) mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidaksamaan kesempatan untuk 

mengakumulasikan basis kekuatan sosial. Basis kekuatan sosial tersebut meliputi ;

modal yang produktif atau asset (tanah, perumahan, peralatan kesehatan,dll); sumber-

sumber keuangan (income dan kredit yang memadai) ; organisasi sosial dan politik 

yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama (partai politik, sindikat,

koperasi, dll); network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan,

pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan informasi yang berguna untuk 

memajukan kehidupan.

Menurut Nasikun (1995) kemiskinan adalah sebuah fenomena multifaset,

multidimensional dan terpadu. Hidup orang miskin bukan hanya berarti hidup

didalam kondisi kekurangan sandang, pangan dan papan. Hidup dalam kemiskinan

seringkali juga berarti akses yang rendah terhadap berbagai ragam sumberdaya dan

aset produktif yang sangat diperlukan untuk dapat memperoleh sarana pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan hidup yang paling dasar tersebut, antara lain ; informasi, ilmu

pengetahuan, tekhnologi dan kapital. Lebih dari itu, hidup dalam kemiskinan

seringkali juga berarti hidup dalam alienasi, akses yang rendah terhadap kekuasaan,

dan oleh karena itu pilihan-pilihan hidup yang sempit dan pengap..

Pendefinisian tentang kemiskinan sangat penting artinya karena akan

berdampak pada kebijakan yang bakal diturunkan. Salah definisi, sama artinya

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 12/22

 

dengan salah kebijakan, dan akibatnya salah sasaran, sehingga pengentasan

kemiskinan jauh dari kenyataan. Saat ini acuan yang dipakai oleh pemerintah dan

United Nations berbeda. Pemerintah mengeluarkan angka garis kemiskinan berupa

pendapatan Rp. 166.697,- per kapita per bulan (BPS, 2007). Sedangkan United 

 Nations garis kemiskinannya berupa pendapatan dua dolar AS per hari.

Kemiskinan mempunyai ukuran yang luas dan memang tidak mudah untuk 

mengukurnya. Namun ada 2 macam ukuran kemiskinan yang umum digunakan yaitu

kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.

(1) Kemiskinan Absolut

Kemiskinan Absolut diukur dengan memperbandingkan tingkat pendapatan

orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan

dasarnya. Tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin

dengan tidak miskin atau sering disebut sebagai garis batas kemiskinan. Konsep ini

sering disebut dengan kemiskinan absolut. Konsep ini dimaksudkan untuk 

menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

fisik terhadap makanan, pakaian dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup

(Todaro, 2000).

Kesulitan utama dalam konsep kemiskinan absolut adalah menentukan

komposisi dan tingkat kebutuhan minimum, karena kedua hal tersebut tidak hanya

dipengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi juga oleh iklim, tingkat kemajuan suatu

negara dan berbagai faktor ekonomi lainnya. Walaupun demikian, untuk dapat hidup

layak seseorang membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

fisik dan sosialnya.

(2) kemiskinan Relatif 

Kemiskinan relatif ini adalah miskin secara psikologis. Sebenarnya secara

ekonomi ia mampu, namun sering mengaku miskin, salah satu penyebabnya adalah

karena ia punya tagih hutang yang banyak. Ada ahli yang berpendapat bahwa

walaupun pendapatan sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 13/22

 

masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat disekitarnya,

maka orang tersebut masih berada dalam keadaan miskin. Ini terjadi karena

kemiskinan lebih banyak ditentukan oleh keadaan disekitarnya, daripada lingkungan

orang yang bersangkutan.

Ditinjau dari sumber penyebab kemiskinan, kemiskinan ada 2

(Kartasasmita,1996), yaitu ’ 

a)  Kemiskinan kultural. Kemiskinan kultural mengacu pada sikap sesorang atau

masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan

budayanya. Mereka sudah merasa berkecukupan dan tidak merasa

kekurangan. Kelompok masyarakat ini tidak mudah untuk diajak 

berpartisipasi dalam pembangunan, tidak terlalu tergerak berusaha untuk 

memperbaiki tingkat kehidupannya sehingga menyebabkan pendapatan

mereka rendah menurut ukuran yang umum dipakai.

b)  Kemiskinan struktural dikenal juga sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh

pembangunan yang belum seimbang dan hasilnya belum terbagi merata.

Kondisi kemiskinan dapat disebabkan oleh sekurang-kurangnya empat

penyebab berikut :

1.  Rendahnya taraf pendidikan yang mengakibatkan kemampuan pengembangan

diri terbatas dan menyebabkan sempitnya lapangan kerja yang dapat

dimasuki.

2.  Rendahnya derajat kesehatan yang mengakibatkan rendahnya daya tahan fisik,

daya pikir dan prakarsa.

3.  Terbatasnya lapangan kerja

4.  Kondisi keterisolasian dan sulit terjangkau oleh pelayanan pendidikan,

kesehatan dan gerak kemajuan yang dapat dinikmati oleh masyarakat lainnya.

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 14/22

 

b. Strategi Pengentasan Kemiskinan

Strategi pengentasan kemiskinan telah banyak dilakukan oleh pemerintah

dalam berbagai bentuk program, mulai dari bantuan berbentuk individu sampai

berbentuk kelompok sebagai sasaran. Program  – program bantuan kemiskinan yang

telah dilakukan seperti Program Kartu Miskin, Program Beras Miskin, Program

Bantuan Produktif seperti Kredit modal Usaha, Kredit Usaha Tani, Bantuan Bibit

Pertanian Subsidi Pupuk, dll, Program bantuan Pendidikan dan Kesehatan, dan

program-program kemiskinan lainnya terlihat belum memberikan dampak yang besar

terhadap penurunan angka kemiskinan. Terbukti sampai saat ini tingkat kemiskinan

masih tetap tinggi di Indonesia.

Ada beberapa hal penting yang menyebabkan hampir sebagian besar program

kemiskinan tersebut tidak efektif (Elfindri, 2005):

1.  Lemahnya kemampuan lembaga terkait dalam mengimplementasikan

program bantuan kemiskinan

2.  Tidak transparannya pengelolaan bantuan dan lemahnya tanggung jawab

terhadap pengelolaan

3.  Ditemukan praktek-praktek korupsi dan penyelewengan dalam setiapprogram kemiskinan

4.  Minimnya database kemiskinan sehingga menyulitkan pemerintah untuk 

menyusun program yang efektif 

5.  Birokrasi yang rumit

6.  Kurang partisipasi masyarakat dalam setiap program yang dibuat

7.  Tidak berjalannya community development  dan program pendamping

sehingga setiap program menemukan kegagalan

8.  Lemahnya kemampuan wirausaha dalam masyarakat sehingga

perekonomian lokal menjadi macet dan masyarakat miskin terlena dengan

setiap bantuan

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 15/22

 

9.  Kurangnya perlibatan sektor swasta dalam program penanggulangan

kemiskinan

10.  Anggapan pemerintah dan masyarakat terhadap program kemiskinan

sebagai sebuah proyek ( project-to-project basis) sehingga tidak 

berkelanjutan.

Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan, perlu adanya program yang

efektif, efisien, terpadu dan berorientasi pada kemandirian dan berkelanjutan.

Pembangunan yang mendapat dukungan partisipasi rakyat akan lebih baik dari pada

pembangunan yang hanya mengandalkan kekuatan pemerintah. Namun demikian

partisipasi ini hendaknya dilandasi oleh kesadaran dan bukan oleh paksaan.

Salah satu program yang pengentasan kemiskinan yang baru saja selesai

pelaksanaannya pada tahun 2007 adalah : Program Pemberdayaan Fakir Miskin

(P2FM) melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS). Program

Pemberdayaan FM ini didasarkan pada pendekatan “Pembangunan Bertumpu Pada

Kelompok” (community based development approach). Pendekatan pada kelompok 

ini didasarkan atas dasar kesamaan tujuan, kesamaan kegiatan, kesamaan domisili,

yang pada dasarnya mengarah pada efisiensi, efektivitas serta mendorong tumbuh dan

berkembangnya capital social (modal sosial). Sehingga akhirnya tujuan program

pengentasan kemiskinan dapat dicapai (Dinsos, 2007)

c. Peranan Kelompok dalam Sebuah Program

Ada beberapa kekuatan kelompok yang bisa dijadikan dasar bagi para

pelaksana program dan pendamping dilapangan (Elfindri, 2008) :

1  Kelompok adalah salah satu media untuk mempersatukan masyarakat

diberbagai komunitas, karena dalam kelompok berbagai perbedaan dan

penafsiran terhadap program bisa dieleminir, maka dengan demikian para

pelaksana dilapangan perlu membangun komunikasi dan membangun

 jaringan sesama kelompok yang ada di daerah sasaran.

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 16/22

 

2  Kelompok-kelompok yang terdiri dari individu-individu sebagai bahagian

dari anggota masyarakat yang dikelompokkan sebagai sasaran program.

3  Kelompok merupakan representasi dari keinginan dan tujuan-tujuan yang

diharapkan oleh anggotanya dalam melakukan perubahan dan perbaikan.

Salah satu pentingnya kelompok menjadi alat untuk pencapaian tujuan

disebabkan karena kelompok merupakan sebuah kekuatan sosial yang dapat

dijadikan sebagai alat peubah ditengah masyarakat, oleh sebab yang demikian

kelompok sangat efektif untuk dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk 

mewujudkan sebuah gagasan, atau ide yang juga sekaligus alat untuk 

mengimplementasikan gagasan yang telah dikemas dalam bentuk program dan

kegiatan ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

Dalam program P2FM melalui BLPS ini pembentukan kelompok usaha

bersama bukanlah sebagai tujuan, tetapi adalah sebagai wadah / organisasi dalam

mengelola Usaha Ekonomi Produktif. Dengan sistem Kelompok Usaha Bersama,

kegiatan usaha yang tadinya dilakukan secara sendiri-sendiri kemudian

dikembangkan dalam kelompok, sehingga akan memudahkan dalam pembinaan dan

monitoring dan pembinaannya akan lebih efektif dan efisien, baik dari segi

pembiayaan, tenaga dan waktu yang digunakan. Dengan pembinaan melalui

Kelompok Usaha Bersama, maka diharapkan kelompok ini akan saling membantu

satu sama lain antara yang lemah dengan yang lebih mampu, baik dalam kemampuan,

keterampilan, modal dan lain-lain yang terkait dengan kegiatan-kegiatan Kelompok.

Diharapkan dengan Kelompk Usaha Bersama, dapat menumbuhkan rasa

kebersamaan, kekeluargaan, kegotongroyongan, rasa kepedulian dan kesetiakawanan

sosial, baik di antara keluarga binaan sosial maupun kepada masyarakat secara luas

karena mereka hidup dalam kelompok. Disamping itu Kelompok Usaha Bersama

 juga berfungsi menggerakkan keswadayaan, menguatkan dan mengembangkan usaha

anggota, wadah pembinaan sosial, ekonomi dan budaya

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 17/22

 

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian Yulia, Edi (2009) tentang rekonstruksi model KUBE dalam

program pengentasan kemiskinan di Sumatera barat menyimpulkan bahwa proses

pembentukan KUBE dalam program pengentasan kemiskinan belum tepat sasaran,

sehingga diperkirakan merupakan penyebab terjadinya kegagalan program dalam

menuntaskan kemiskinan, tapi apa bentuk permasalahan dan peran pelaku program

belum dikaji.

Penelitian ini dilanjutkan pada tahun 2010 (Yulia, 2010) yang mengkaji

tentang permasalahan-permasalahan yang dialami KUBE dalam program pengentasan

kemiskinan. Dari kajian yang dilakukan diperoleh gambaran bahwa ketidakberhasilan

program pengentasan kemiskinan yang berbentuk KUBE disebabkan karena masalah

internal dan eksternal.

Berdasarkan kajian terdahulu tersebut maka, penelitian ini dilanjutkan untuk 

mengetahui keberhasilan program pengentasan kemiskinan dalam meningkatkan

kesejahteraan rumah tangga miskin di Sumatera Barat.

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 18/22

 

 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat penelitian kebijakan, yaitu dengan memanfaatkan

berbagai sumber sebagai dasar untuk merumuskan kebijakan dalam program

pengentasan kemiskinan. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif 

deskripitif, diharapkan penelitian ini mampu memberikan gambaran mengenai

implementasi program pengentasan kemiskinan dalam meningkatkan kesejahteraan

rumah tangga miskin sehingga dapat menghasilkan kebijakan yang diperlukan dalam

program pengentasan kemiskinan agar masyarakat bisa keluar dari lingkaran

kemiskinannya.

3.2. Rancangan Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilakukan pada 4 tahap :

1.  Tahap Pertama Studi Literatur mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

kajian penelitian.

2.  Tahap kedua pengumpulan data dan informasi. Pengumpulan data dilakukan

dengan cara wawancara terhadap rumah tangga miskin yang mendapatkan

bantuan program pengentasan kemiskinan.

3.  Tahap ketiga Analisis Data. Untuk memudahkan membaca data, maka pada

tahap ini data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan program

SPSS, sehingga dapat memberikan gambaran tentang implementasi program

pengentasan kemiskinan dalam meningkatkan kesejateraan rumah tangga

miskin.

4.  Tahap keempat kesimpulan dan saran. Merupakan tahap yang paling penting

dalam penelitian, karena menyimpulkan hasil dari penelitian yang dilakukan.

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 19/22

 

3.3.Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan di Sumatera Barat dengan pengambilan sampel

dilakukan pada 2 Kabupaten terpilih berdasarkan perbedaan jenis bantuan program

yang diberikan, yaitu Kabupaten Pasaman Barat dan Kabupaten Tanah Datar.

Kabupaten Pasaman Barat menerima bantuan program pengentasan kemiskinan untuk 

masyarakat miskin yang mempunyai usaha ekonomi produktif sebagai nelayan di

wilayah pesisir, sedangkan Kabupaten Tanah datar menerima bantuan program

pengentasan kemiskinan dalam bentuk pengadaan ternak untuk masyarakat miskin

yang mempunyai usaha ekonomi produktif dibidang peternakan.

Adapun jumlah rumah tangga miskin yang mendapatkan bantuan Program

Pemberdayaan Fakir Miskin Melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial di

Sumatera Barat dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah KUBE dan Anggota masing-masing KUBE dalam program

pemberdayaan fakir miskin melalui bantuan langsung pemberdayaan sosial

di Sumatera Barat

Kabupaten Jumlah KUBE

(Kelompok)

Jumlah Anggota

(Kepala Keluarga)

Pasaman Barat 19 250

Agam 20 250Padang Pariaman 25 250

Pesisir Selatan 24 250

Tanah Datar 25 250

Sawahlunto Sijunjung 25 250

Total 138 1500

Sumber : Dirjen Pemberdayaan Sosial. 2007.

Jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Pasaman Barat dan Tanah Datar

yang mendapatkan bantuan P2FM melalui BLPS adalah 1500 rumah tangga, yang

tergabung atas 19 KUBE di Pasaman Barat dan 25 KUBE di Tanah Datar. Agar hasilpenelitian ini lebih representative, maka jumlah rumah tangga miskin diambil

berdasarkan KUBE-KUBE yang berbeda, dimana KUBE diambil sekitar 50 % dari

total KUBE yang ada. Sedangkan metode untuk mengambil sampel digunakan

metode Simple Random Sampling (Acak).

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 20/22

 

3.4. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui data primer dan data sekunder.

Data sekunder utama yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data tentang rumah

tangga miskin yang tergabung dalam kelompok usaha bersama masyarakat miskin

yang ada di Kabupaten Pasaman Barat dan Kabupaten Tanah Datar dan yang

mendapatkan bantuan Program Pengentasan Kemiskinan yang berbentuk Program

Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan

Sosial (BLPS).

Oleh karena data sekunder belum mengakomodasi kebutuhan data untuk 

mencapai tujuan penelitian, maka perlu dilakukan penelitian lapangan,  fieldwork 

survey, sehingga diperoleh data primer. Data primer dikumpulkan melalui sistem

wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan

sebelumnya.

Setelah pengumpulan data dilakukan, data diolah dengan mengunakan metode

kualitatif dan kuantitatif. Hasil kompilasi data kemudian akan dilakukan pembersihan

data agar tidak terdapat lagi kesalahan record, kemudian dilanjutkan dengan entry

data, melalui sistem SPSS ver. 12. Kemudian seluruh data ditabulasi sesuai dengan

keperluan, sehingga dapat menghasilkan output akhir sesuai dengan tujuan penelitian

yang dilakukan.

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 21/22

 

DAFTAR PUSTAKA

Anas, Yulia &Arianto, Edi. 2009. Rekonstruksi Pemodelan Kelompok Usaha

Bersama Masyarakat Miskin Dalam program Pengentasan kemiskinan.  StudiKasus : Program Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Bantuan Langsung

Pemberdayaan Sosial.Dikti.

Anas, Yulia & Sosmiarti. 2010. Implementasi Program Pengentasan KemiskinanDalam Kelompok Usaha Bersama Masyarakat Miskin Di Sumatera Barat

(Studi Kasus: Program Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Bantuan

Langsung Pemberdayaan Sosial). DIPA Unand.

Ala, B. Andre. 1996. Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskinan. Liberti

Offset.

Arsyad,Lincolin.1997. Ekonomi Pembangunan. FE-UGM.Yogyakarta.

Bappenas.2007. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Indonesia.

BPS. 2007. Sumatera Barat Dalam Angka. Penerbit BPS Sumatera Barat.

-----------2009. Statistik Indonesia. Penerbit BPS Indonesia.

Daly Anne and George Fane. 2002. Anti-Poverty Program in Indonesia. Bulletin of 

Indonesian Economics Studies, Vol. 38, No.3, 309 – 330.

Dirjen Sosial RI. 2007. Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) melalui

Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS). Jakarta.

Elfindri,dkk. 2005. Kajian tingkat Kemiskinan Di Pedesaan dan Perkotaan di

Sumatera Barat. Bappeda Sumatera Barat.

--------- dkk. 2006. Kajian Kemiskinan Dan Program Penanggulangannya untuk Kota

Pariaman. Laporan Penelitian. Bappeda kota Pariaman. Sumatera Barat.

--------- dkk. 2008. ”Strategi Sukses Membangun Daerah” Penerbit Gorga Media.Jakarta.2008.

Fredericks dalam Arsyad,Lincolin.1997. Ekonomi Pembangunan. FE-

UGM.Yogyakarta.  

Jhon Friedman dalam  Ala, B. Andre. 1996. Kemiskinan dan Strategi Memerangi

Kemiskinan. Liberti Offset. 

Kartasasmita, Ginandjar. 1996.Pembangunan Untuk Rakyat. Memadukanpertumbuhan dan Pemerataan.. CIDES. Jakarta.

M. Agung Widodo.2002. Program Pengembangan Kecamatan Penanggulangan

Kemiskinan Melalui Penguatan Partisipasi Masyarakat dan Kelembagaan

Lokal. Jurnal Analisis Sosial. Vol 7, No. 2, Juni 2002.

5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 22/22

 

Nasikun.1995. Kemiskinan di Indonesia, dalam Perangkap Kemiskinan, Problem dan

Strategi pengentasannya.(Bagong Suyanto,ed). Airlangga Univercity Press.

Ritonga dan Betke.2006. Perkembangan Indikator Kemiskinan dan Ketenagakerjaan

Tahun 2004 dan prakiraan Tahun 2005-2006. Bisnis & Ekonomi Politik Vol.7

No.1 Januari 2006.

Rusli, Said dkk.1996. Pembangunan dan Fenomena Kemiskinan. Penerbit Gramedia.

Jakarta.

Sajogyo, 1997. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. Kompas 17

November 1997.

Sar A. Levitan. dalam Ala, B. Andre. 1996. Kemiskinan dan Strategi Memerangi

Kemiskinan. Liberti Offset.

Selo Soemarjan. 1980. Kemiskinan Struktural : Suatu Bunga Rampai. Yayasan Ilmu -

- ilmu Sosial. Jakarta.

Sumodiningrat, Gunawan.1997. Pembangunan Daerah dan PemberdayaanMasyarakat. Edisi kedua. Jakarta.

Swapna nukhopadhay (1985) dalamArsyad,Lincolin.1997. Ekonomi Pembangunan.FE-UGM.Yogyakarta.

Tjiptoherijanto, Prijono. 1997. Pengentasan Kemiskinan Melalui Pembangunan

Jaringan Ekonomi Pedesaan (sebagai sebuah strategi). EKI Vol XLV No. 3.

Todaro, Michael P.2000. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Edisi ketujuh.

Jakarta.

Widodo, Suseno Triyanto. 1990. Indikator Ekonomi : Dasar perhitungan

perekonomianIndonesia. Penerbit Kanisius. Yogyakarta 

World Bank (2004). World Development Report 2004. “Making Better Services for 

the Poor” Oxford University Press. 

www.Google.com 

http://tnp2k.org/