Prop. Kemiskinan 2(Revisi)
-
Upload
roni-saputra -
Category
Documents
-
view
168 -
download
0
Transcript of Prop. Kemiskinan 2(Revisi)
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 1/22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan keadaan di mana terjadinya ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan,
dan kesehatan mereka. Kemiskinan biasanya disebabkan oleh terbatasnya alat
pemenuh kebutuhan dasar, atau sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Kemiskinan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kemiskinan
absolut dan relatif. Kemiskinan absolut biasanya mengacu kepada satu standar yang
konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat ataupun negara.Kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia berkembang, karena terdapat
bukti tentang adanya kemiskinan di setiap wilayah. Di negara-negara maju, kondisi
ini akan menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari di daerah
pinggiran kota. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat miskin,
atau kelompok orang-orang miskin. Penyebab kemiskinan biasanya sering
dihubungkan dengan:
1. Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai
akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;
2. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan
keluarga;
3. Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan
dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan
sekitar;
4. Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang
lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;
5. Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan
merupakan hasil dari struktur sosial.
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 2/22
Peran pemerintah sebagai roda penggerak melalui kementerian terkait
dirasakan masih belum maksimal, ini terlihat dengan dikeluarkannya Peraturan
Presiden no. 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan
telah dibentuknya Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Nasional
(TNP2K) yang merupakan wadah koordinasi di tingkat nasional yang akan
melakukan langkah-langkah koordinasi secara terpadu lintas pelaku untuk
memastikan agar pelaksanaan dan pengendalian program penanggulangan
kemiskinan yang dilakukan oleh berbagai kementerian/lembaga dapat terlaksana
sesuai rencana dengan menetapkan kebijakan pokok berkaitan dengan
penanggulangan kemiskinan meliputi :
1. Kebijakan dalam hal penetapan sasaran (targeting) dengan menggunakan
metode dan daftar rumah tangga sasaran yang sama untuk semua program
bantuan sosial;
2. Kebijakan berkaitan dengan rancangan program agar tidak terjadi duplikasi
pemberian bantuan;
3. Kebijakan berkaitan dengan pengendalian pelaksanaan program agar
efisien dan efektif;
4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi agar dampak dari program
penanggulangan kemiskinan dapat cepat diketahui dan ditindaklanjuti.
Disamping hal diatas pemerintah beserta kementerian terkait dan pemangku
kepentingan lainnya juga telah merumuskan empat strategi utama dalam
penanggulangan kemiskinan yaitu :
1. Memperbaiki program perlindungan sosial;
Adalah memperbaiki dan mengembangkan sistem perlindungan sosial bagi
penduduk miskin dan rentan. Sistem perlindungan sosial dimaksudkan
untuk membantu individu dan masyarakat menghadapi goncangan-
goncangan (shocks) dalam hidup, seperti jatuh sakit, kematian anggota
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 3/22
keluarga, kehilangan pekerjaan, ditimpa bencana atau bencana alam, dan
sebagainya. Sistem perlindungan sosial yang efektif akan mengantisipasi
agar seseorang atau masyarakat yang mengalami goncangan tidak sampai
jatuh miskin.
Penerapan strategi ini antara lain didasari satu fakta besarnya jumlah
masyarakat yang rentan jatuh dalam kemiskinan di Indonesia. Di samping
menghadapi masalah tingginya potensi kerawanan sosial, Indonesia juga
dihadapkan pada fenomena terjadinya populasi penduduk tua (population
ageing) pada struktur demografinya. Hal ini dikhawatirkan akan
menimbulkan beban ekonomi terhadap generasi muda untuk menanggung
mereka atau tingginya rasio ketergantungan.
Tingginya tingkat kerentanan juga menyebabkan tingginya kemungkinan
untuk masuk atau keluar dari kemiskinan. Oleh karena itu, untuk
menanggulangi semakin besarnya kemungkinan orang jatuh miskin, perlu
dilaksanakan suatu program bantuan sosial untuk melindungi mereka yang
tidak miskin agar tidak menjadi miskin dan mereka yang sudah miskin agar
tidak menjadi lebih miskin.
2. Meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar;
Adalah memperbaiki akses kelompok masyarakat miskin terhadap
pelayanan dasar. Akses terhadap pelayanan pendidikan, kesehatan, air
bersih dan sanitasi, serta pangan dan gizi akan membantu mengurangi
biaya yang harus dikeluarkan oleh kelompok masyarakat miskin. Disisi
lain peningkatan akses terhadap pelayanan dasar mendorong peningkataninvestasi modal manusia (human capital).
Salah satu bentuk peningkatan akses pelayanan dasar penduduk miskin
terpenting adalah peningkatan akses pendidikan. Pendidikan harus
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 4/22
diutamakan mengingat dalam jangka panjang ia merupakan cara yang
efektif bagi penduduk miskin untuk keluar dari kemiskinan. Sebaliknya,
kesenjangan pelayanan pendidikan antara penduduk miskin dan tidak
miskin akan melestarikan kemiskinan melalui pewarisan kemiskinan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Anak-anak dari keluarga miskin yang
tidak dapat mencapai tingkat pendidikan yang mencukupi sangat besar
kemungkinannya untuk tetap miskin sepanjang hidupnya.
Selain pendidikan, perbaikan akses yang juga harus diperhatikan adalah
akses terhadap pelayanan kesehatan. Status kesehatan yang lebih baik, akan
dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja dan berusaha bagi
penduduk miskin. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk menghasilkan
pendapatan yang lebih tinggi dan keluar dari kemiskinan. Selain itu,
peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak menjadi poin
utama untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Konsumsi air
minum yang tidak layak dan buruknya sanitasi perumahan meningkatkan
kerentanan individu dan kelompok masyarakat terhadap penyakit.
3. Pemberdayaan kelompok masyarakat miskin; serta
Adalah upaya memberdayakan penduduk miskin menjadi sangat penting
untuk meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan penanggulangan
kemiskinan. Dalam upaya penanggulangan kemiskinan sangat penting
untuk tidak memperlakukan penduduk miskin semata-mata sebagai obyek
pembangunan. Upaya untuk memberdayakan penduduk miskin perlu
dilakukan agar penduduk miskin dapat berupaya keluar dari kemiskinan
dan tidak jatuh kembali ke dalam kemiskinan.
Pentingnya pelaksana strategi dengan prinsip ini menimbang kemiskinan
juga disebabkan oleh ketidakadilan dan struktur ekonomi yang tidak
berpihak kepada kaum miskin. Hal ini menyebabkan output pertumbuhan
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 5/22
tidak terdistribusi secara merata pada semua kelompok masyarakat.
Kelompok masyarakat miskin, yang secara politik, sosial, dan ekonomi
tidak berdaya, tidsk dapat menikmati hasil pembangunan tersebut secara
proporsional. Proses pembangunan justru membuat mereka mengalami
marjinalisasi, baik secara fisik maupun sosial.
Konsep pembangunan yang ditujukan untuk menanggulangi kemiskinan
umumnya melalui mekanisme atas-bawah (top-down). Kelemahan dari
mekanisme ini adalah tanpa penyertaan partisipasi masyarakat. Semua
inisiatif program penanggulangan kemiskinan berasal dari pemerintah
(pusat), demikian pula dengan penanganannya. Petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis implementasi program selalu dibuat seragam tanpa
memperhatikan karakteristik kelompok masyarakat miskin di masing-
masing daerah. Akibatnya, program yang diberikan sering tidak
mempunyai korelasi dengan prioritas dan kebutuhan masyarakat miskin
setempat. Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, upaya secara
menyeluruh disertai dengan pemberdayaan masyarakat miskin menjadi
salah satu prinsip utama dalam strategi penanggulangan kemiskinan.
4. Menciptakan pembangunan yang inklusif.
Adalah Pembangunan yang inklusif yang diartikan sebagai pembangunan
yang mengikutsertakan dan sekaligus memberi manfaat kepada seluruh
masyarakat. Partisipasi menjadi kata kunci dari seluruh pelaksanaan
pembangunan. Fakta di berbagai negara menunjukkan bahwa kemiskinan
hanya dapat berkurang dalam suatu perekonomian yang tumbuh secara
dinamis. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang stagnan hampir bisa
dipastikan berujung pada peningkatan angka kemiskinan. Pertumbuhan
harus mampu menciptakan lapangan kerja produktif dalam jumlah besar.
Selanjutnya, diharapkan terdapat multiplier effect pada peningkatan
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 6/22
pendapatan mayoritas penduduk, peningkatan taraf hidup, dan pengurangan
angka kemiskinan.
Untuk mencapai kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, perludiciptakan iklim usaha yang kondusif di dalam negeri. Stabilitas ekonomi
makro merupakan prasyarat penting untuk dapat mengembangkan dunia
usaha. Selain itu juga diperlukan kejelasan dan kepastian berbagai
kebijakan dan peraturan. Begitu juga, ia membutuhkan kemudahan
berbagai hal seperti ijin berusaha, perpajakan dan perlindungan
kepemilikan. Selanjutnya, usaha mikro, kecil, dan menengah ( UMKM)
harus didorong untuk terus menciptakan nilai tambah, termasuk melalui
pasar ekspor. Pertumbuhan yang berkualitas juga mengharuskan adanya
prioritas lebih pada sektor perdesaan dan pertanian. Daerah perdesaan dan
sektor pertanian juga merupakan tempat di mana penduduk miskin
terkonsentrasi. Dengan demikian, pengembangan perekonomian perdesaan
dan sektor pertanian memiliki potensi besar untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi yang menghasilkan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar
dan pengurangan kemiskinan secara signifikan.
Pembangunan yang inklusif juga penting dipahami dalam konteks
kewilayahan. Setiap daerah di Indonesia dapat berfungsi sebagai pusat
pertumbuhan dengan sumber daya dan komoditi unggulan yang berbeda.
Perekonomian daerah ini yang kemudian akan membentuk karakteristik
perekonomian nasional. Pengembangan ekonomi lokal menjadi penting
untuk memperkuat ekonomi domestik.
Namun kenyataannya tingkat kemiskinan masih tetap tinggi, padahal untuk
mengentaskan kemiskinan pemerintah telah mengeluarkan dana yang cukup besar,
dari Rp 18 triliun tahun 2004 telah meningkat menjadi Rp 66,2 T tahun 2009
(BPS,2009).Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 7/22
bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada Maret 2010 mencapai 31,02 juta
(13,33 persen), turun 1,51 juta dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret
2009 yang sebesar 32,53 juta (14,15 persen) (BPS, 2010).
Grafik Perkembangan jumlah penduduk miskin (%) dan
Anggaran Program Pengentasan Kemiskinan (Triliun Rp) tahun 2004-2010
Sumber : Bappenas dan BPS (2010)
Dari grafik dapat terlihat bahwa pada akhir Maret tahun 2010 angka
kemiskinan hanya turun sebesar 0,82 % dari tahun 2009 (BPS,2010). Hal ini
menunjukkan bahwa besarnya anggaran kemiskinan ternyata belum mampu
menurunkan angka kemiskinan yang signifikan, walaupun berbagai bentuk program
pengentasan kemiskinan baik yang ditujukan untuk individu maupun untuk kelompok
telah banyak dilakukan. Masih tingginya angka kemiskinan mengindikasikan bahwa
program pengentasan kemiskinan belum mampu meningkatkan kesejahteraan rumah
tangga miskin.
Salah satu bentuk program pengentasan kemiskinan yang telah dilakukan
pada pertengahan tahun 2007 tahun adalah Program Pemberdayaan Fakir Miskin
(P2FM) melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS). Program ini
dilakukan oleh Departemen Sosial untuk mendukung suksesnya Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dengan memberikan jaminan permodalan usaha
yang mampu memfasilitasi kelompok fakir miskin yang telah diwadahi dalam
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) untuk mengelola Usaha Ekonomi Produktif.
0
10
20
30
40
50
60
70
2004 2005 2006 2007 Mar-08 Mar-09 10-Mar
17.4 16.7 15.97 17.75 15.42 14,1513.33
18
23
42
51
5866.2
0
Jumlah penduduk Miskin Anggaran kemiskinan
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 8/22
Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) melalui Bantuan Langsung
Pemberdayaan Sosial (BLPS) ini dilakukan di 33 propinsi atau di 99 kabupaten di
Indonesia, dengan anggaran yang cukup besar yaitu sebesar Rp 1,4 Triliun (Dirjen
Sosial, 2007). Di Sumatera Barat program ini dilakukan pada 6 kabupaten, yaitu di
Kabupaten Pasaman Barat, Padang Pariaman, Agam, Pesisir Selatan, Batu sangkar
dan Sawahlunto-Sijunjung (Dirjen Sosial, 2007). Walaupun telah dilakukan program
pengentasan kemiskinan pengurangan angka kemiskinan tetap tidak beranjak dari
angka 2 digit dan bahkan angka kemiskinan relatif cenderung meningkat (BPS,2009).
Sehingga menimbulkan suatu pertanyaan apakah implementasi program pengentasan
kemiskinan sudah mampu menaikan tingkat kesejahteraan rumahtangga miskin?
Berdasarkan hal tersebut sangat perlu dilakukan kajian terhadap program
pengentasan kemiskinan dan peranannya dalam meningkatkan kesejahteraan
rumahtangga miskin, dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan program
pengentasan kemiskinan secara riil dalam meningkatkan kesejahteraan rumah tangga
miskin.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah apakah
implementasi program pengentasan kemiskinan sudah mampu menaikkan tingkat
kesejahteraan rumah tangga miskin?
Untuk menjawab permasalahan penelitian maka konsep yang digunakan
adalah konsep rumahtangga miskin yang mendapatkan bantuan program pengentasan
kemiskinan. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah melalui pendekatan
survey terhadap rumahtangga miskin yang mendapatkan bantuan program
pengentasan kemiskinam dan pendekatan referensi melalui studi literatur terutama
yang berkaitan dengan konsep dan metodologi.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengkaji implementasi
program pengentasan kemiskinan dalam meningkatkan kesejahteraan rumah tangga
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 9/22
miskin. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan
program pengentasan kemiskinan dalam mengeluarkan rumah tangga miskin dari
kemiskinan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam menilai keberhasilan
program pengentasan kemiskinan dalam meningkatkan kesejahteraan
rumah tangga miskin
2. Bagi Universitas Andalas, dapat menambah kekayaan penelitian
Universitas.3. Sebagai bahan inspirasi bagi peneliti lain untuk melanjutkan kajian ini
dengan menekankan pada aspek-aspek lain yang belum diteliti.
1.5. Ruang lingkup Penelitian
Agar penelitian ini terarah dalam mencapai tujuan, maka penelitian ini
dibatasi pada ruang lingkup sebagai berikut :
1. Rumah Tangga miskin dalam penelitian ini adalah rumah tangga miskin yang
mendapatkan bantuan program pengentasan kemiskinan yang berbentuk
P2FM melalui BLPS (Program Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Bantuan
Langsung Pemberdayaan Sosial).
2. Rumah tangga miskin yang mendapatkan bantuan P2FM melalui BLPS
dibentuk dalam bentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE) masyarakat
miskin, yaitu adalah kelompok masyarakat miskin yang tergabung dalam
suatu wadah yang mempunyai kegiatan usaha yang sama dimana kegiatanusaha yang tadinya dilakukan secara sendiri-sendiri kemudian dikembangkan
dalam kelompok.
3. Penelitian ini hanya mengkaji Implementasi Program Pengentasan
Kemiskinan Dalam meningkatkan Kesejahteraan Rumah Tangga Miskin Di
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 10/22
Sumatera Barat dengan menggunakan studi kasus pada Program
Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial.
4. Kajian ini dilakukan pada 2 daerah yang berbeda jenis bantuan dalam program
pengentasan kemiskinan P2FM melalui BLPS di Sumatera Barat, yaitu
Kabupaten Pasaman barat yang menerima bantuan di bidang nelayan, dan di
kabupaten Tanah Datar di bidang peternakan.
5. Penelitian ini dilakukan terhadap rumah tangga miskin yang mendapatkan
bantuan P2FM melalui BLPS pada tahun 2007, dengan tujuan untuk melihat
bagaimana implementasi program dalam meningkatkan kesejahteraan rumah
tangg miskin sehingga keluar dari kemiskinan setelah program berjalan
selama 3 tahun.
1.6. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengkaji implementasi
program pengentasan kemiskinan dalam meningkatkan kesejahteraan rumah tangga
miskin. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan
program pengentasan kemiskinan dalam mengeluarkan rumah tangga miskin dari
kemiskinan.
1.7. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
4. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam menilai keberhasilan
program pengentasan kemiskinan dalam meningkatkan kesejahteraan
rumah tangga miskin
5. Bagi Universitas Andalas, dapat menambah kekayaan penelitian
Universitas.
6. Sebagai bahan inspirasi bagi peneliti lain untuk melanjutkan kajian ini
dengan menekankan pada aspek-aspek lain yang belum diteliti.
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 11/22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Studi Literatur
a. Konsep Kemiskinan
Definisi tentang kemiskinan banyak ditemui dalam literatur ekonomi dengan
konsep dan cara pandang yang berbeda. Sar A Levitan ( dalam Bayo Ala, 1996)
mendefinisikan kemiskinan sebagai kekurangan barang-barang dan pelayanan yang
dibutuhkan untuk mencapai standar hidup yang layak. Sedangkan Jhon Friedman
(1996) mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidaksamaan kesempatan untuk
mengakumulasikan basis kekuatan sosial. Basis kekuatan sosial tersebut meliputi ;
modal yang produktif atau asset (tanah, perumahan, peralatan kesehatan,dll); sumber-
sumber keuangan (income dan kredit yang memadai) ; organisasi sosial dan politik
yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama (partai politik, sindikat,
koperasi, dll); network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan,
pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan informasi yang berguna untuk
memajukan kehidupan.
Menurut Nasikun (1995) kemiskinan adalah sebuah fenomena multifaset,
multidimensional dan terpadu. Hidup orang miskin bukan hanya berarti hidup
didalam kondisi kekurangan sandang, pangan dan papan. Hidup dalam kemiskinan
seringkali juga berarti akses yang rendah terhadap berbagai ragam sumberdaya dan
aset produktif yang sangat diperlukan untuk dapat memperoleh sarana pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan hidup yang paling dasar tersebut, antara lain ; informasi, ilmu
pengetahuan, tekhnologi dan kapital. Lebih dari itu, hidup dalam kemiskinan
seringkali juga berarti hidup dalam alienasi, akses yang rendah terhadap kekuasaan,
dan oleh karena itu pilihan-pilihan hidup yang sempit dan pengap..
Pendefinisian tentang kemiskinan sangat penting artinya karena akan
berdampak pada kebijakan yang bakal diturunkan. Salah definisi, sama artinya
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 12/22
dengan salah kebijakan, dan akibatnya salah sasaran, sehingga pengentasan
kemiskinan jauh dari kenyataan. Saat ini acuan yang dipakai oleh pemerintah dan
United Nations berbeda. Pemerintah mengeluarkan angka garis kemiskinan berupa
pendapatan Rp. 166.697,- per kapita per bulan (BPS, 2007). Sedangkan United
Nations garis kemiskinannya berupa pendapatan dua dolar AS per hari.
Kemiskinan mempunyai ukuran yang luas dan memang tidak mudah untuk
mengukurnya. Namun ada 2 macam ukuran kemiskinan yang umum digunakan yaitu
kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
(1) Kemiskinan Absolut
Kemiskinan Absolut diukur dengan memperbandingkan tingkat pendapatan
orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan
dasarnya. Tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin
dengan tidak miskin atau sering disebut sebagai garis batas kemiskinan. Konsep ini
sering disebut dengan kemiskinan absolut. Konsep ini dimaksudkan untuk
menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
fisik terhadap makanan, pakaian dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup
(Todaro, 2000).
Kesulitan utama dalam konsep kemiskinan absolut adalah menentukan
komposisi dan tingkat kebutuhan minimum, karena kedua hal tersebut tidak hanya
dipengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi juga oleh iklim, tingkat kemajuan suatu
negara dan berbagai faktor ekonomi lainnya. Walaupun demikian, untuk dapat hidup
layak seseorang membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
fisik dan sosialnya.
(2) kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif ini adalah miskin secara psikologis. Sebenarnya secara
ekonomi ia mampu, namun sering mengaku miskin, salah satu penyebabnya adalah
karena ia punya tagih hutang yang banyak. Ada ahli yang berpendapat bahwa
walaupun pendapatan sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 13/22
masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat disekitarnya,
maka orang tersebut masih berada dalam keadaan miskin. Ini terjadi karena
kemiskinan lebih banyak ditentukan oleh keadaan disekitarnya, daripada lingkungan
orang yang bersangkutan.
Ditinjau dari sumber penyebab kemiskinan, kemiskinan ada 2
(Kartasasmita,1996), yaitu ’
a) Kemiskinan kultural. Kemiskinan kultural mengacu pada sikap sesorang atau
masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan
budayanya. Mereka sudah merasa berkecukupan dan tidak merasa
kekurangan. Kelompok masyarakat ini tidak mudah untuk diajak
berpartisipasi dalam pembangunan, tidak terlalu tergerak berusaha untuk
memperbaiki tingkat kehidupannya sehingga menyebabkan pendapatan
mereka rendah menurut ukuran yang umum dipakai.
b) Kemiskinan struktural dikenal juga sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh
pembangunan yang belum seimbang dan hasilnya belum terbagi merata.
Kondisi kemiskinan dapat disebabkan oleh sekurang-kurangnya empat
penyebab berikut :
1. Rendahnya taraf pendidikan yang mengakibatkan kemampuan pengembangan
diri terbatas dan menyebabkan sempitnya lapangan kerja yang dapat
dimasuki.
2. Rendahnya derajat kesehatan yang mengakibatkan rendahnya daya tahan fisik,
daya pikir dan prakarsa.
3. Terbatasnya lapangan kerja
4. Kondisi keterisolasian dan sulit terjangkau oleh pelayanan pendidikan,
kesehatan dan gerak kemajuan yang dapat dinikmati oleh masyarakat lainnya.
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 14/22
b. Strategi Pengentasan Kemiskinan
Strategi pengentasan kemiskinan telah banyak dilakukan oleh pemerintah
dalam berbagai bentuk program, mulai dari bantuan berbentuk individu sampai
berbentuk kelompok sebagai sasaran. Program – program bantuan kemiskinan yang
telah dilakukan seperti Program Kartu Miskin, Program Beras Miskin, Program
Bantuan Produktif seperti Kredit modal Usaha, Kredit Usaha Tani, Bantuan Bibit
Pertanian Subsidi Pupuk, dll, Program bantuan Pendidikan dan Kesehatan, dan
program-program kemiskinan lainnya terlihat belum memberikan dampak yang besar
terhadap penurunan angka kemiskinan. Terbukti sampai saat ini tingkat kemiskinan
masih tetap tinggi di Indonesia.
Ada beberapa hal penting yang menyebabkan hampir sebagian besar program
kemiskinan tersebut tidak efektif (Elfindri, 2005):
1. Lemahnya kemampuan lembaga terkait dalam mengimplementasikan
program bantuan kemiskinan
2. Tidak transparannya pengelolaan bantuan dan lemahnya tanggung jawab
terhadap pengelolaan
3. Ditemukan praktek-praktek korupsi dan penyelewengan dalam setiapprogram kemiskinan
4. Minimnya database kemiskinan sehingga menyulitkan pemerintah untuk
menyusun program yang efektif
5. Birokrasi yang rumit
6. Kurang partisipasi masyarakat dalam setiap program yang dibuat
7. Tidak berjalannya community development dan program pendamping
sehingga setiap program menemukan kegagalan
8. Lemahnya kemampuan wirausaha dalam masyarakat sehingga
perekonomian lokal menjadi macet dan masyarakat miskin terlena dengan
setiap bantuan
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 15/22
9. Kurangnya perlibatan sektor swasta dalam program penanggulangan
kemiskinan
10. Anggapan pemerintah dan masyarakat terhadap program kemiskinan
sebagai sebuah proyek ( project-to-project basis) sehingga tidak
berkelanjutan.
Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan, perlu adanya program yang
efektif, efisien, terpadu dan berorientasi pada kemandirian dan berkelanjutan.
Pembangunan yang mendapat dukungan partisipasi rakyat akan lebih baik dari pada
pembangunan yang hanya mengandalkan kekuatan pemerintah. Namun demikian
partisipasi ini hendaknya dilandasi oleh kesadaran dan bukan oleh paksaan.
Salah satu program yang pengentasan kemiskinan yang baru saja selesai
pelaksanaannya pada tahun 2007 adalah : Program Pemberdayaan Fakir Miskin
(P2FM) melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS). Program
Pemberdayaan FM ini didasarkan pada pendekatan “Pembangunan Bertumpu Pada
Kelompok” (community based development approach). Pendekatan pada kelompok
ini didasarkan atas dasar kesamaan tujuan, kesamaan kegiatan, kesamaan domisili,
yang pada dasarnya mengarah pada efisiensi, efektivitas serta mendorong tumbuh dan
berkembangnya capital social (modal sosial). Sehingga akhirnya tujuan program
pengentasan kemiskinan dapat dicapai (Dinsos, 2007)
c. Peranan Kelompok dalam Sebuah Program
Ada beberapa kekuatan kelompok yang bisa dijadikan dasar bagi para
pelaksana program dan pendamping dilapangan (Elfindri, 2008) :
1 Kelompok adalah salah satu media untuk mempersatukan masyarakat
diberbagai komunitas, karena dalam kelompok berbagai perbedaan dan
penafsiran terhadap program bisa dieleminir, maka dengan demikian para
pelaksana dilapangan perlu membangun komunikasi dan membangun
jaringan sesama kelompok yang ada di daerah sasaran.
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 16/22
2 Kelompok-kelompok yang terdiri dari individu-individu sebagai bahagian
dari anggota masyarakat yang dikelompokkan sebagai sasaran program.
3 Kelompok merupakan representasi dari keinginan dan tujuan-tujuan yang
diharapkan oleh anggotanya dalam melakukan perubahan dan perbaikan.
Salah satu pentingnya kelompok menjadi alat untuk pencapaian tujuan
disebabkan karena kelompok merupakan sebuah kekuatan sosial yang dapat
dijadikan sebagai alat peubah ditengah masyarakat, oleh sebab yang demikian
kelompok sangat efektif untuk dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk
mewujudkan sebuah gagasan, atau ide yang juga sekaligus alat untuk
mengimplementasikan gagasan yang telah dikemas dalam bentuk program dan
kegiatan ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
Dalam program P2FM melalui BLPS ini pembentukan kelompok usaha
bersama bukanlah sebagai tujuan, tetapi adalah sebagai wadah / organisasi dalam
mengelola Usaha Ekonomi Produktif. Dengan sistem Kelompok Usaha Bersama,
kegiatan usaha yang tadinya dilakukan secara sendiri-sendiri kemudian
dikembangkan dalam kelompok, sehingga akan memudahkan dalam pembinaan dan
monitoring dan pembinaannya akan lebih efektif dan efisien, baik dari segi
pembiayaan, tenaga dan waktu yang digunakan. Dengan pembinaan melalui
Kelompok Usaha Bersama, maka diharapkan kelompok ini akan saling membantu
satu sama lain antara yang lemah dengan yang lebih mampu, baik dalam kemampuan,
keterampilan, modal dan lain-lain yang terkait dengan kegiatan-kegiatan Kelompok.
Diharapkan dengan Kelompk Usaha Bersama, dapat menumbuhkan rasa
kebersamaan, kekeluargaan, kegotongroyongan, rasa kepedulian dan kesetiakawanan
sosial, baik di antara keluarga binaan sosial maupun kepada masyarakat secara luas
karena mereka hidup dalam kelompok. Disamping itu Kelompok Usaha Bersama
juga berfungsi menggerakkan keswadayaan, menguatkan dan mengembangkan usaha
anggota, wadah pembinaan sosial, ekonomi dan budaya
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 17/22
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian Yulia, Edi (2009) tentang rekonstruksi model KUBE dalam
program pengentasan kemiskinan di Sumatera barat menyimpulkan bahwa proses
pembentukan KUBE dalam program pengentasan kemiskinan belum tepat sasaran,
sehingga diperkirakan merupakan penyebab terjadinya kegagalan program dalam
menuntaskan kemiskinan, tapi apa bentuk permasalahan dan peran pelaku program
belum dikaji.
Penelitian ini dilanjutkan pada tahun 2010 (Yulia, 2010) yang mengkaji
tentang permasalahan-permasalahan yang dialami KUBE dalam program pengentasan
kemiskinan. Dari kajian yang dilakukan diperoleh gambaran bahwa ketidakberhasilan
program pengentasan kemiskinan yang berbentuk KUBE disebabkan karena masalah
internal dan eksternal.
Berdasarkan kajian terdahulu tersebut maka, penelitian ini dilanjutkan untuk
mengetahui keberhasilan program pengentasan kemiskinan dalam meningkatkan
kesejahteraan rumah tangga miskin di Sumatera Barat.
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 18/22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat penelitian kebijakan, yaitu dengan memanfaatkan
berbagai sumber sebagai dasar untuk merumuskan kebijakan dalam program
pengentasan kemiskinan. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif
deskripitif, diharapkan penelitian ini mampu memberikan gambaran mengenai
implementasi program pengentasan kemiskinan dalam meningkatkan kesejahteraan
rumah tangga miskin sehingga dapat menghasilkan kebijakan yang diperlukan dalam
program pengentasan kemiskinan agar masyarakat bisa keluar dari lingkaran
kemiskinannya.
3.2. Rancangan Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan pada 4 tahap :
1. Tahap Pertama Studi Literatur mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
kajian penelitian.
2. Tahap kedua pengumpulan data dan informasi. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara wawancara terhadap rumah tangga miskin yang mendapatkan
bantuan program pengentasan kemiskinan.
3. Tahap ketiga Analisis Data. Untuk memudahkan membaca data, maka pada
tahap ini data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan program
SPSS, sehingga dapat memberikan gambaran tentang implementasi program
pengentasan kemiskinan dalam meningkatkan kesejateraan rumah tangga
miskin.
4. Tahap keempat kesimpulan dan saran. Merupakan tahap yang paling penting
dalam penelitian, karena menyimpulkan hasil dari penelitian yang dilakukan.
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 19/22
3.3.Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan di Sumatera Barat dengan pengambilan sampel
dilakukan pada 2 Kabupaten terpilih berdasarkan perbedaan jenis bantuan program
yang diberikan, yaitu Kabupaten Pasaman Barat dan Kabupaten Tanah Datar.
Kabupaten Pasaman Barat menerima bantuan program pengentasan kemiskinan untuk
masyarakat miskin yang mempunyai usaha ekonomi produktif sebagai nelayan di
wilayah pesisir, sedangkan Kabupaten Tanah datar menerima bantuan program
pengentasan kemiskinan dalam bentuk pengadaan ternak untuk masyarakat miskin
yang mempunyai usaha ekonomi produktif dibidang peternakan.
Adapun jumlah rumah tangga miskin yang mendapatkan bantuan Program
Pemberdayaan Fakir Miskin Melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial di
Sumatera Barat dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah KUBE dan Anggota masing-masing KUBE dalam program
pemberdayaan fakir miskin melalui bantuan langsung pemberdayaan sosial
di Sumatera Barat
Kabupaten Jumlah KUBE
(Kelompok)
Jumlah Anggota
(Kepala Keluarga)
Pasaman Barat 19 250
Agam 20 250Padang Pariaman 25 250
Pesisir Selatan 24 250
Tanah Datar 25 250
Sawahlunto Sijunjung 25 250
Total 138 1500
Sumber : Dirjen Pemberdayaan Sosial. 2007.
Jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Pasaman Barat dan Tanah Datar
yang mendapatkan bantuan P2FM melalui BLPS adalah 1500 rumah tangga, yang
tergabung atas 19 KUBE di Pasaman Barat dan 25 KUBE di Tanah Datar. Agar hasilpenelitian ini lebih representative, maka jumlah rumah tangga miskin diambil
berdasarkan KUBE-KUBE yang berbeda, dimana KUBE diambil sekitar 50 % dari
total KUBE yang ada. Sedangkan metode untuk mengambil sampel digunakan
metode Simple Random Sampling (Acak).
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 20/22
3.4. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui data primer dan data sekunder.
Data sekunder utama yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data tentang rumah
tangga miskin yang tergabung dalam kelompok usaha bersama masyarakat miskin
yang ada di Kabupaten Pasaman Barat dan Kabupaten Tanah Datar dan yang
mendapatkan bantuan Program Pengentasan Kemiskinan yang berbentuk Program
Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) melalui Bantuan Langsung Pemberdayaan
Sosial (BLPS).
Oleh karena data sekunder belum mengakomodasi kebutuhan data untuk
mencapai tujuan penelitian, maka perlu dilakukan penelitian lapangan, fieldwork
survey, sehingga diperoleh data primer. Data primer dikumpulkan melalui sistem
wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
Setelah pengumpulan data dilakukan, data diolah dengan mengunakan metode
kualitatif dan kuantitatif. Hasil kompilasi data kemudian akan dilakukan pembersihan
data agar tidak terdapat lagi kesalahan record, kemudian dilanjutkan dengan entry
data, melalui sistem SPSS ver. 12. Kemudian seluruh data ditabulasi sesuai dengan
keperluan, sehingga dapat menghasilkan output akhir sesuai dengan tujuan penelitian
yang dilakukan.
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 21/22
DAFTAR PUSTAKA
Anas, Yulia &Arianto, Edi. 2009. Rekonstruksi Pemodelan Kelompok Usaha
Bersama Masyarakat Miskin Dalam program Pengentasan kemiskinan. StudiKasus : Program Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Bantuan Langsung
Pemberdayaan Sosial.Dikti.
Anas, Yulia & Sosmiarti. 2010. Implementasi Program Pengentasan KemiskinanDalam Kelompok Usaha Bersama Masyarakat Miskin Di Sumatera Barat
(Studi Kasus: Program Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Bantuan
Langsung Pemberdayaan Sosial). DIPA Unand.
Ala, B. Andre. 1996. Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskinan. Liberti
Offset.
Arsyad,Lincolin.1997. Ekonomi Pembangunan. FE-UGM.Yogyakarta.
Bappenas.2007. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Indonesia.
BPS. 2007. Sumatera Barat Dalam Angka. Penerbit BPS Sumatera Barat.
-----------2009. Statistik Indonesia. Penerbit BPS Indonesia.
Daly Anne and George Fane. 2002. Anti-Poverty Program in Indonesia. Bulletin of
Indonesian Economics Studies, Vol. 38, No.3, 309 – 330.
Dirjen Sosial RI. 2007. Program Pemberdayaan Fakir Miskin (P2FM) melalui
Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS). Jakarta.
Elfindri,dkk. 2005. Kajian tingkat Kemiskinan Di Pedesaan dan Perkotaan di
Sumatera Barat. Bappeda Sumatera Barat.
--------- dkk. 2006. Kajian Kemiskinan Dan Program Penanggulangannya untuk Kota
Pariaman. Laporan Penelitian. Bappeda kota Pariaman. Sumatera Barat.
--------- dkk. 2008. ”Strategi Sukses Membangun Daerah” Penerbit Gorga Media.Jakarta.2008.
Fredericks dalam Arsyad,Lincolin.1997. Ekonomi Pembangunan. FE-
UGM.Yogyakarta.
Jhon Friedman dalam Ala, B. Andre. 1996. Kemiskinan dan Strategi Memerangi
Kemiskinan. Liberti Offset.
Kartasasmita, Ginandjar. 1996.Pembangunan Untuk Rakyat. Memadukanpertumbuhan dan Pemerataan.. CIDES. Jakarta.
M. Agung Widodo.2002. Program Pengembangan Kecamatan Penanggulangan
Kemiskinan Melalui Penguatan Partisipasi Masyarakat dan Kelembagaan
Lokal. Jurnal Analisis Sosial. Vol 7, No. 2, Juni 2002.
5/10/2018 Prop. Kemiskinan 2(Revisi) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/prop-kemiskinan-2revisi 22/22
Nasikun.1995. Kemiskinan di Indonesia, dalam Perangkap Kemiskinan, Problem dan
Strategi pengentasannya.(Bagong Suyanto,ed). Airlangga Univercity Press.
Ritonga dan Betke.2006. Perkembangan Indikator Kemiskinan dan Ketenagakerjaan
Tahun 2004 dan prakiraan Tahun 2005-2006. Bisnis & Ekonomi Politik Vol.7
No.1 Januari 2006.
Rusli, Said dkk.1996. Pembangunan dan Fenomena Kemiskinan. Penerbit Gramedia.
Jakarta.
Sajogyo, 1997. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. Kompas 17
November 1997.
Sar A. Levitan. dalam Ala, B. Andre. 1996. Kemiskinan dan Strategi Memerangi
Kemiskinan. Liberti Offset.
Selo Soemarjan. 1980. Kemiskinan Struktural : Suatu Bunga Rampai. Yayasan Ilmu -
- ilmu Sosial. Jakarta.
Sumodiningrat, Gunawan.1997. Pembangunan Daerah dan PemberdayaanMasyarakat. Edisi kedua. Jakarta.
Swapna nukhopadhay (1985) dalamArsyad,Lincolin.1997. Ekonomi Pembangunan.FE-UGM.Yogyakarta.
Tjiptoherijanto, Prijono. 1997. Pengentasan Kemiskinan Melalui Pembangunan
Jaringan Ekonomi Pedesaan (sebagai sebuah strategi). EKI Vol XLV No. 3.
Todaro, Michael P.2000. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Edisi ketujuh.
Jakarta.
Widodo, Suseno Triyanto. 1990. Indikator Ekonomi : Dasar perhitungan
perekonomianIndonesia. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
World Bank (2004). World Development Report 2004. “Making Better Services for
the Poor” Oxford University Press.
www.Google.com
http://tnp2k.org/