prom-wp

26
BAB I PENDAHULUAN KPD atau ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam dunia obstetrik berkaitan dengan penyulit kelainan prematur dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan moralitas perinatal dan dapat menyebabkan infeksi pada ibu. KPD mempengaruhi 2,7% hingga 1,7 % dari keseluruhan ibu hamil, kebanyakan kasus ini terjadi secara spontan (tanpa diketahui sebab yang jelas) dan biasanya diikuti dengan proses kelahiran. Dalam studi kasus yang dilakukan oleh university of california di Los Angeles Amerika Serikat (UCLA) menyebutkan bahwa telah menemukan proses kelahiran yang diawali dengan terjadinya KPD dalam 24 jam. Sebelumnya sekitar 81 % pasien dengan bobot bayi lebih dari 2500 g. Situasi ini dinilai berbeda dengan KPD yang terjadi lebih awal (lebih dari 24 jam) pada kehamilan. Pada kasus terakhir ini hanya 48 % pasien yang kemudian diteruskan dengan proses kelahiran dalam 2 hari setelah KPD (High-Risk Pregnancy and Delivery, Fernando Aries, 1993). Ketuban pecah dini merupakan komplikasi kebidanan pada kehamilan yang menempati urutan 6 tersering dijumpai. Ketuban pecah dini merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas perinatal. Neonatal yang dilahirkan dari wanita

description

Obgyn

Transcript of prom-wp

Page 1: prom-wp

BAB I

PENDAHULUAN

KPD atau ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam dunia obstetrik

berkaitan dengan penyulit kelainan prematur dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai

sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan moralitas perinatal dan dapat menyebabkan

infeksi pada ibu. KPD mempengaruhi 2,7% hingga 1,7 % dari keseluruhan ibu hamil,

kebanyakan kasus ini terjadi secara spontan (tanpa diketahui sebab yang jelas) dan biasanya

diikuti dengan proses kelahiran.

Dalam studi kasus yang dilakukan oleh university of california di Los Angeles

Amerika Serikat (UCLA) menyebutkan bahwa telah menemukan proses kelahiran yang

diawali dengan terjadinya KPD dalam 24 jam. Sebelumnya sekitar 81 % pasien dengan bobot

bayi lebih dari 2500 g. Situasi ini dinilai berbeda dengan KPD yang terjadi lebih awal (lebih

dari 24 jam) pada kehamilan. Pada kasus terakhir ini hanya 48 % pasien yang kemudian

diteruskan dengan proses kelahiran dalam 2 hari setelah KPD (High-Risk Pregnancy and

Delivery, Fernando Aries, 1993).

Ketuban pecah dini merupakan komplikasi kebidanan pada kehamilan yang

menempati urutan 6 tersering dijumpai. Ketuban pecah dini merupakan penyebab penting

morbiditas dan mortalitas perinatal. Neonatal yang dilahirkan dari wanita dengan rupture

membrane preterm dan persalinan yang terlambat, paling tidak 30 persen meninggal atau

mengalami cacat neurologis.

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Ketuban Pecah Dini dan untuk

mengetahui Ketuban Pecah Dini sebagai faktor resiko terjadinya Kematian neonatal.

Page 2: prom-wp

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Ketuban pecah dini (premature rupture of the membrane) ada bermacam-macam

batasan teori atau definisi, yaitu:

• Ada teori yang menghitung beberapa jam sebelum inpartu yaitu pecahnya ketuban

sebelum tanda-tanda persalinan dan ditunggu 1 jam sebelum dimulainya tanda persalinan

(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan,

Manuaba)

• Ada yang mengatakan dalam ukuran pembukaan serviks pada kala I, misalnya pecahnya

ketuban sebelum inpartu, yaitu apabila selaput ketuban pecah saat pembukaan pada

primi kurang dari 3 cm daripada multi kurang dari 5 cm (Sinopsis Obsetri & Patologi)

• Ada yang mengatakan dari usia kehamilan, midalnya keluar cairan berupa air-air dari

vagina setelah usia kehamilan berusia 22 minggu dan sebelum proses persalinan

berlangsung (Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)

• Kejadian ketidaknormalan yang terjadi dimana robeknya selaput janin di dalam

kandungan sebelum fase aktif (salah satu tandanya yaitu pembukaan belum melewati 4

cm) persalinan. KPD ini terjadi jika membran atau selaput janin robek sebelum tanda

persalinan muncul (High Risk Pregnancy and Delivery, Fernando Aries).

Air ketuban berfungsi untuk memberi ruang kepada janin untuk bergerak sehingga

tidak terjadi flaksiditas otot ekstrimitas dan berkembangnya paru. Air ketuban penting untuk

menghilangkan friksi kinetik yang terjadi pada persalinan akibat tidak bullet shape-nya janin.

Pada kehamilan preterm pecahnya ketuban akan merangsang persalinan dan kelahiran (50%

persalinan preterm dengan KPD akan berakhir dengan kelahiran).

B. ETIOLOGI

Infeksi genetalia yang berasal dari bakterial proteus atau pun metabolisme bakterial

jenis lain (60-70%). Meningkatnya tekanan intra-uteri secara berlebihan (over distensi

Page 3: prom-wp

uterus) misalnya trauma hidramnion, dan gemelli. Berkurangnya kekuatan membran salah

satunya disebabkan oleh adanya infeksi yang berasal dari vagina dan servik. Serviks

incompeten. Berkurangnya kekuatan dari leher rahim atau panggul ibu sehingga

menyebabkan selaput ketuban mudah robek. Kanalis servikalis yang selalu terbuka karena

kelainan pada serviks (akibat persalinan atau curetage).

Ibu hamil melakukan coitus diwaktu yang tidak tepat sehingga menyebabkan

pecahnya selaput ketuban misalnya ibu hamil trimester III melakukan coitus saat selaput

ketuban meregang dan ereksi pada penis sedang dalam keadaan kuat yang akan

mengakibatkan selaput ketuban mudah sobek. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga

tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat menghalangi tekanan

terhadap membrane bagian bawah. Apabila kepala sudah masuk panggul dan diikuti bagian

terkecil janin/tali pusat, bagian tersebut dapat merobek tali pusat.

C. FAKTOR PREDISPOSISI

Sebagian besar kasus, penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang disebutkan

memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan

selama kehamilan. Beberapa faktor resiko dari KPD adalah:

1. Infeksi

2. Inkompetensi serviks

3. Polihidramnion

4. Riwayat KPD sebelumnya

5. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban, servik yang pendek (< 25 mm) pada usia

kehamilan 23 minggu

6. Kehamilan kembar

7. Trauma

8. Malposisi

9. Multi gravida, merokok, perdarahan ante partum

10. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat

Page 4: prom-wp

D. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%) yang

menyebabkan berkurangnya kekuatan membran, high virulence; Bacteroides, Low Virulence,

Lactobacillur.

Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah

dengan mengeluarkan air ketuban. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya

jaringan ikat dan vascularisasi atau penambahan tekanan intra uteri, atau keduanya.

Prognosis sangat variatif bergantung maturitas paru dan ada atau tidaknya infeksi,

pada usia kehamilan < 32 minggu semakin muda kelahiran semakin buruk prognosisnya.

Page 5: prom-wp

E. TANDA DAN GEJALA

Pasien mengeluh pengeluaran cairan dari pervaginam tanpa bisa ditahan dengan bau

yang khas, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak. Pada pemeriksaan spekulum terlihat cairan

keluar dari ostium uteri externum.

Saat palpasi janin mudah teraba, selaput ketuban tidak ada, dan air ketuban kering.

Pemeriksaan mikroskopis terlihat lanugo dan verniks casiosa. Bila dilakukan pemeriksaan

penunjang, akan ditemukan:

o Test Nitrazine

Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan ketuban

(alkalis), PH normal vagina yaitu 4,5-5,3 tidak terjadi perubahan warna (kuning) dan

apabila terdapat cairan ketuban, maka PH menjadi 7,0-7,5 (Practical Guide to High

Risk Pregnancy and Delivery). Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan hasil

test yang positif basa.

o Test Ferning / Test Pakis

Dengan meneteskan cairan ketuban pada kertas objek dan dibiarkan kering.

Pemeriksaan menunjukkan kristal cairan amnion dan gambaran daun pakis. Diagnosis

ketuban pecah dini dapat 100% diakui apabila tes cairan vagina memberikan hasil test

positif untuk Test Nitrazin dan Test Ferning (Practical Guide to High Risk Pregnancy

and Delivery)

o USG

Ini tidak digunakan sebagai cara yang utama untuk menentukan KPD. Dari USG ini

hanya dilihat volume dari cairan ketuban tersebut apakah berkurang atau tidak dan

juga untuk menentukan usia kehamilannya.

o Test penguapan

Dengan mengambil sample cairan endoservikal yang kemudian dipanaskan sampai

airnya menguap. Dilihat apabila sisa putih yang tertinggal, maka itu sudah berarti

ketuban pecah, tetapi apabila sisa berwarna coklat tua maka ketuban masih utuh.

o Beberapa pemeriksaan lain, namun sangat jarang dilakukan seperti : Intra-amniotic

Flourecein, Amnioscopy, Tes Oksidasi Diamen Fetal Fibronecitin, Tes Alfa-

Fetoprotein, dan High Leaks.

Page 6: prom-wp

F. KOMPLIKASI

Terhadap janin:

• Infeksi intrauterine, walaupun ibu belum menunjukkan tanda-tanda infeksi

• Sindrom Distress Pernapasan yang terjadi pada 10-40 % bayi baru lahir atau pada

janin yang dikarenakan hipoksia pada prolaps tali pusat.

• Hiploplasia pulmonary, karena oligohidramnion sebagai akibat dari KPD yang terjadi

pada usia kehamilan kurang dari 26 minggu (100%) dan lagi periode yang lebih dari 5

minggu

• Malpresentasi janin berhubungan dengan prematuritas

• Kerusakan membrane hyaline berhubungan dengan usia kehamilan

Terhadap ibu:

• Infeksi intrapartal, apalagi bila sering dilakukan pemeriksaan dalam. Semua ibu hamil

dengann KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadi

korioamnionitis. Infeksi perpuralis, peritonitis, dan septikomia.

• Masalah psikologi karena terlalu lama dirawat

• Merasa lelah karena berbaring terus ditempat tidur.

Terhadap kehamilan dan persalinan

• Dapat terjadi persalinan kapan saja, terjadi kelahiran preterm.

• Abruption placenta, karena adanya penurunan yang progresif pada permukaan intra

uterin.

• Prolaps tali pusat dapat terjadi (sering terjadi pada presentasi letak bokong atau letak

lintang).

• Oligohydramnion, dry labor.

• Partus lama.

• Perdarahan pada`saat persalinan.

G. MANAJEMEN

Page 7: prom-wp

Menurut Manuaba tahun 1998, secara umum untuk penanganan ketuban pecah dini

dapat dijabarkan sebagai berikut:

• Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga

mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat

• Mencegah terjadinya infeksi

• Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung

dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid sehingga kematangan paru janin

dapat terjamin.

• Pada umur kehamilan 24 sampai 32 minggu perlu dipertimbangkan untuk melakukan

induksi persalinan dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.

• Menghadapi ketuban pecah dini diperlukan konseling terhadap ibu dan keluarga

sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan

pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.

• Pemeriksaan yang penting adalah USG untuk mengukur distansia biparietal dan perlu

melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru.

• Waktu terminasi pada hamil preterm dapat disarankan selang waktu 8 jam sampai 24

jam bila tidak terjadi his spontan.

Dan menurut buku pedoman diagnosis dan terapi obsetri dan ginekologi RSHS tahun

2005, pengelolaan untuk KPD ini dibagi dua yaitu:

1. Konservatif

Pengelolaan konservatif dilakukan apabila tidak ada penyulit (baik pada ibu maupun

janin) pada usia kehamilan 28-36 minggu dirawat selama 2 hari.

Selama perawatan dilakukan:

• Observasi kemungkinan adanya amnionitis/tanda-tanda infeksi

o Ibu : suhu > 38°C, takikardi ibu, lekositosis, tanda-tanda infeksi intra uterine,

rasa nyeri pada rahim, secret vagina purulen.

o Janin : takikardi janin

• Pengawasan timbulnya tanda persalinan

• Pemberian antibiotika (ampicillin 4x500 mg atau eritromisin 4x500 mg dan

metrodinazole 2x500 mg) selama 3-5 hari

Page 8: prom-wp

• USG untuk menilai kesejahteraan janin

• Bila ada indikasi untuk melahirkan, dilakukan pematangan paru janin

(deksametason 5 mg tiap 12 jam IM sampai 4 dosis atau betametason 12 mg IM

sampai 2 dosis dengan interval 24 jam)

2. Aktif

a. Pengelolaan aktif pada KPD dengan umur kehamilan 20-28 minggu dan ≥ 37

minggu dilakukan terminasi kehamilan.

• Terminasi kehamilan > 20-28 minggu

o Misoprostol 100 µg intravaginal, yang dapat diulangi 1x6 jam sesudah

pemberian pertama

o Pemasangan batang laminaria selama 12 jam

o Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dektrose 5% mulai 20 tetes/menit

sampai 60 tetes/menit

o Kombinasi 1 dan 3 untuk janin hidup maupun janin mati

o Kombinasi 2 dan 3 untuk janin mati

Catatan: dilakukan histerektomi bila upaya melahirkan pervaginam di

anggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu dengan sepengetahuan

konsulen

• Terminasi kehamilan > 28 minggu

o Misoprostol 100 µg intravaginal, yang dapat diulangi 1x6 jam sesudah

pemberian pertama

o Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dektrose 5% mulai 20 tetes/menit

sampai maksimal 60 tetes/menit untuk primi dan multigravida, 40 tetes/menit

untuk grande multigravida sebanyak 2 labu.

o Kombinasi 2 cara tersebut

Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan pervaginam tidak berhasil

atau bila didapatkan indikasi ibu maupun janin untuk menyelesaikan

persalinan.

Page 9: prom-wp

Menurut Sujiyatini, penanganan ketuban pecah dini dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Kehamilan aterm (> 37 minggu)

KPD aterm biasanya akan melahirkan dalam waktu 24 jam, bila masih belum ada

tanda persalinan maka di induksi (bishop’s score > 8), dan bila gagal lakukan SC.

Pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan untuk mencegah infeksi.

2. Kehamilan preterm (< 37 minggu)

Bila tidak ada tanda infeksi pengelolaannya bersifat konservatif disertai antibiotik

yang adekuat. Pasien perlu di rawat di RS, ditidurkan dalam posisi trendelenberg,

tidak perlu dilakuka periksa dalam. Diusahakan kehamilan bisa mencapai 37 minggu,

diberikan uteronelaksen atau tokolitik agent. Pemberian kortikosteroid dapat

menurunkan angka RDS, sediannya terdiri dari betametason 2 dosis masing-masing

12 mg IM tiap 24 jam atau deksametason 4 dosis masing-masing 6 mg tiap 12 jam.

Jika muncul tanda-tanda infeksi lakukan induksi.

Menurut POGI tahun 2006 penatalaksanaan dibagi menjadi 3 masa kehamilan,yaitu:

1. Ketuban pecah dini pada kehamilan > 35 minggu

Prinsipnya lahirkan janin

Beri antibiotika profilaksis

2. Ketuban pecah dini pada kehamilan 32 – 35 minggu

Terapi antibiotik

Pematangan paru beta/dexa metasone 12 mg IV

Tokolisis: β mimetic, Ca channel blocker

Jika terdapat kompresi tali pusat atau plasenta akibat air ketuban sangat sedikit

amnio infusi

Ekspektatif bila paru telah matang

3. Ketuban pecah dini pada kehamilan < 32 minggu

Terapi antibiotik

Induksi pematangan paru beta/dexa metasone 12 mg IV bila kehamilan > 28

minggu

Tokolisis: β mimetic, Ca channel blocker

Page 10: prom-wp

Jika terdapat kompresi tali pusat atau plasenta akibat air ketuban sangat sedikit

amnio infusi

Sedapat mungkin dipertahankan sampai 33 – 35 minggu, jika tidak ada infeksi

Bagan I. Persalinan Bayi pada Penanganan Aktif KPD Aterm menurut Sujiyatini.

Page 11: prom-wp

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Bagan manajemen penanganan KPD menurut Sujiyatini.

SARAN

Walaupun belum ada pencegahan yang terbukti cukup efektif, mengurangi aktivitas atau

istirahat pada akhir trimester II atau awal trimester III diajurkan.

Page 12: prom-wp

CONTOH KASUS MANAJEMEN KEBIDANAN IBU HAMIL

DENGAN KETUBAN PECAH DINI

Nama pengkaji : Bidan Yasmini Hari/tanggal : Senin, 26-01-2006

Tempat pengkajian : Puskesmas Padalarang Jam : 05.00 WIB

Kunjungan : ke-6

I. DATA SUBYEKTIF

A. Identitas

Nama klien : Ny. Harti Nama suami :Tn. Asep

Umur : 30 tahun Umur :35 tahun

Pendidikan : SMA Pendidikan :SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan :Wiraswasta

Suku bangsa : Sunda Suku bangsa :Sunda

Agama : Islam Agama :Islam

Gol.darah : A Gol.darah :O

Alamat : Jln. Cibeureum RT 01/07 Alamat :Jln. Cibeureum RT 01/07

Desa Kerta Sari Desa Kerta Sari

B. Keluhan Utama

Ibu datang dengan keluhan merasa kenceng-kenceng, serta mengeluarkan cairan

bercampur lendir darah dari jalan lahir pada tanggal 26 Januari 2006 sejak jam 04.00

WIB

C. Riwayat Menstruasi

• Siklus haid : 28 hari teratur

• HPHT : 15-04-06 UK : 40 minggu

• Tafsiran persalinan : 22-01-07

D. Riwayat Kehamilan Sekarang

• Ibu mengaku hamil 9 bulan, anak dari kehamilan pertama

Page 13: prom-wp

• Obat yang dikonsumsi selama hamil : tablet tambah darah dari bidan.

• Imunisasi : ibu mendapatkan imunisasi TT 2x tanggal 22 Juli dan 7 September.

E. Tingkat Pengetahuan Klien

Ibu sudah mengetahui tanda-tanda bahaya dan kegawatdaruratan selama kehamilan

dan persalinan.

F. Riwayat Kesehatan/Penyakit

• Klien tidak pernah menderita penyakit lain seperti : DM, hipertensi, malaria,

ginjal, penyakit kelamin HIV/AIDS dan tidak pernah dioperasi.

• Keluarga klien mengatakan dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit keturunan

dan riwayat kembar.

• Riwayat KB : belum pernah menggunakan kontrasepsi

G. Riwayat Psiko-Sosial

• Status perkawinan : menikah pada umur 29 tahun dan suami 34 tahun, yang

pertama

• Respon keluarga terhadap kehamilan : diterima dengan baik oleh semua keluarga

• Pengambilan keputusan dalam keluarga : suami

• Rencana pertolongan persalinan : bidan

H. Aktifitas`Sehari-hari

1. Gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan

o Pola makan : makan sehari 3 kali sehari

o Jenis makanan : nasi, lauk, sayur, buah

o Pantangan makanan : tidak ada

o Alergi makanan : tidak ada

2. Hidrasi

o Minum : 8 gelas sehari

o Jenis minuman : air putih, teh, susu 1 gelas sehari

3. Eliminasi

Page 14: prom-wp

o BAK : frekuensi 4-6x/hari, tidak ada kelainan

o BAB : frekuensi 1x/hari, konsistensi lembek

o Cara membersihkan : dari depan ke belakang

4. Pola istirahat dan tidur

o Tidur malam : 7 jam/hari

o Tidur siang : kadang-kadang 30 menit

5. Mobilisasi : ibu beraktifitas sebagai ibu rumah tangga

6. Hubungan sexual : tidak ada masalah

Hubungan terakhir : 1 minggu yang lalu

7. Personal hygiene

o Mandi : 2 x/hari

o Gosok gigi : 2 x/hari

o Ganti pakaian dalam : 4-5x/hari

II. Data Obyektif

A. Keadaan umum

Kesadaran : composmetis

Emosi : stabil dan baik

Tanda vital

• Tekanan darah : 100/70 mmHg

• Nadi : 80 x/menit

• Respirasi : 20 x/menit

• Suhu : 36 °C

Antropometri

• Tinggi badan : 142 cm

• Berat badan sekarang : 57 kg

• BB sebelum hamil : 45 kg

• Lila : 24 cm

B. Pemeriksaan fisik

• Kepala

Page 15: prom-wp

Muka : tidak oedema, tidak pucat

Mata : tidak cekung, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

Hidung : pengeluaran tidak ada

Telinga : bersih, fungsi pendengaran normal

Mulut : bersih, bibir merah muda

Gigi : caries tidak ada, gusi tidak berdarah

• Leher : pembesaran kelenjar thyroid dan getah bening tidak ada

• Dada

Payudara : simetris, puting susu menonjol, kolostrum belum keluar, tidak

ada retraksi, benjolan tidak ada

Bunyi nafas : normal, reguler

Bunyi jantung : normal, reguler

• Abdomen

Inspeksi

Luka bekas operasi : tidak ada

Bentuk abdomen : pembesaran arah memanjang

Palpasi

TFU menurut MC Donald : 35 cm

Leopold I : teraba bulat lunak tidak melenting

Leopold II : teraba tahanan keras di sebelah kanan, bagian kecil sebalah kiri

Leopold III : teraba bulat keras melenting

Leopold IV : kepala masuk PAP 1/5 bagian

DJJ : 136 x/menit, regular

His : 2-3 x tiap 10 menit lama 20 detik intensitas sedang

• Ekstremitas bawah

o Bentuk normal, oedema tidak ada, varices tidak ada

o Ujung kuku tidak cyanosis

o Reflek patella : +/+

• Pemeriksaan genetalia

o Genetalia eksterna

Kelenjar skene dan bartholine : tidak ada pembengkakan

Page 16: prom-wp

Vulva : tidak ada luka, varices tidak ada

Pengeluaran : ada pengeluaran cairan bening

o Genetalia interna

Pemeriksaan speculum : tidak dilakukan

Pemeriksaan dalam : jam 05.30

Portio : tebal kaku, pembukaan 1 cm

Ketuban : (-), jernih, tidak berbau

C. Pemeriksaan Penunjang

Tes lakmus : lakmus merah berubah menjadi biru

Pemeriksaan Lab : tidak dilakukan

III. ASSESSMENT

Ny. Harti G1P0A0 parturient aterm kala I fase laten dengan ketuban pecah dini

Janin tunggal hidup intrauterine letak memanjang presentasi kepala

Masalah potensial : - Infeksi intrauterine

- Partus lama

- Fetal distress

Antisipasi masalah potensial :

• Infeksi intra uterine, memberikan antibody amoxilin 500 mg

• Partus lama, berkolaborasi dengan dokter untuk induksi persalinan

• Fetal distress, melakukan resusitasi intra uterine dengan memberikan O2 dan ibu

dimiringkan ke kiri

• Melakukan rujukan ke rumah sakit

IV. Planning

1. Memberitahukan pada ibu dan keluarga tentang hasi pemeriksaan

2. Memberikan antobiotik amoxillin 500 mg sekali

3. Memberikan konseling kepada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya KPD

4. Memberikan dukungan psikologis pada ibu

5. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisi

Page 17: prom-wp

6. Membuat rujukan ke rumah sakit

7. Melakukan pemantauan DJJ selama dalam perjalanan

Page 18: prom-wp

DAFTAR PUSTAKA

Sujiyatini, SSt M.Keb. 2008. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Indarso, Fatimah dr. Hj. Sp.A(K). 2004. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Dari Ibu yang

Bermasalah. Surabaya: FK Unair/RSU Dr. Soetomo Bag./SMF Ilmu Kesehatan

Anak.

Moeloek, Farid Anfasa Prof. Dr. dr, SpOG, KFER. 2006. Standar Pelayanan Medic

Obstetric dan Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetric dan Ginekologi Indonesia.

http://www.drdidispog.com/2008/07/kpsw-prom-ketuban-pecah-dini.html#ixzz0ltQnbzad