PROLIFERASI PROTOCORM LIKE BODIES (PLBs) ANGGREK …digilib.unila.ac.id/24759/3/SKRIPSI TANPA BAB...

53
PROLIFERASI PROTOCORM LIKE BODIES (PLBs) ANGGREK Dendrobium HIBRIDA IN VITRO SEBAGAI RESPONS TERHADAP PEPTON DAN AIR KELAPA DALAM MEDIA MS (Skripsi) Oleh YENNI SOFIALITA NAINGGOLAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Transcript of PROLIFERASI PROTOCORM LIKE BODIES (PLBs) ANGGREK …digilib.unila.ac.id/24759/3/SKRIPSI TANPA BAB...

  • PROLIFERASI PROTOCORM LIKE BODIES (PLBs) ANGGREKDendrobium HIBRIDA IN VITRO SEBAGAI RESPONS TERHADAP

    PEPTON DAN AIR KELAPA DALAM MEDIA MS

    (Skripsi)

    Oleh

    YENNI SOFIALITA NAINGGOLAN

    FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG2016

  • ABSTRAK

    PROLIFERASI PROTOCORM LIKE BODIES (PLBs) ANGGREKDendrobium HIBRIDA IN VITRO SEBAGAI RESPONS TERHADAP

    PEPTON DAN AIR KELAPA DALAM MEDIA MS

    Oleh

    YENNI SOFIALITA NAINGGOLAN

    Teknik kultur jaringan merupakan salah satu alternatif proliferasi anggrek dalam

    jumlah banyak, seragam dan dengan waktu yeng relatif lebih singkat. Proliferasi

    PLBs Anggrek dengan kultur jaringan dilakukan dengan menambahkan pepton

    dan beberapa konsentrasi air kelapa dalam media kultur. Penelitian ini bertujuan

    untuk mempelajari (1) Pengaruh pemberian pepton terhadap proliferasi PLBs dari

    protocorm anggrek Dendrobium hibrida; (2) Pengaruh air kelapa terhadap

    proliferasi PLBs dari protocorm anggrek Dendrobium hibrida; dan (3)

    Mengetahui ada tidaknya interaksi antara pepton dan air kelapa dalam

    pengaruhnya terhadap proliferasi PLBs dari protocorm anggrek Dendrobium

    hibrida. Penelitian dilakukan dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga

    ulangan dan disusun dalam rancangan percobaan faktorial 2x4. Faktor pertama

    berupa konsentrasi pepton, yaitu 0 dan 2 mg/l. Faktor kedua berupa konsentrasi

    air kelapa, yaitu 0; 100; 200; dan 300 ml/l. Media dasar yang digunakan adalah

  • 42Yenni Sofialita Nainggolan

    MS (Murashige and Skoog) dan ekstrak tomat 200 g/l. Setiap unit percobaan

    terdiri dari 1 botol kultur yang masing-masing botol berisi 5 cluster protocorm.

    Setiap media perlakuan di perkaya dengan 20 gr/l sukrosa, dan sebelum tingkat

    kemasaman media diatur menjadi 5,8 ditambah dengan pemadat media 7 gram

    agar-agar. Media disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 1210C dengan tekanan

    1,5 kg/cm2 selama 7 menit. Semua kultur anggrek dipelihara pada ruang kultur

    bersuhu 26 ± 20C. Pengamatan dilakukan untuk variabel jumlah total PLBs,

    bobot total PLBs, bobot 100 butir PLBs, dan pengamatan visual pada umur 8

    MSP. Analisis data dilakukan menggunakan analisis ragam dan pemisahan nilai

    tengah dilakukan dengan BNT 5%. Pada umur 7 hari setelah pengulturan eksplan

    berupa protocorm Dendrobium hibrida yang dikulturkan di media perlakuan,

    mulai teramati mengalami proliferasi PLBs. Hasil penelitian pada protocorm

    Anggrek Dendrobium hibrida berumur 8 MSP menunjukkan bahwa (1) Pemberian

    2 gr/l pepton dalam media MS (Murashige and Skoog) dan ekstrak tomat 200 gr/l

    tanpa air kelapa, dapat meningkatkan pertambahan jumlah PLBs dan bobot total

    PLBs dari protocorm anggrek Dendrobium hibrida dibandingkan tanpa pemberian

    2 gr/l pepton ke dalam media MS (Murashige and Skoog) yang ditambah estrak

    tomat 200 gr/l dan tanpa air kelapa, (2) Pemberian beberapa konsentrasi air kelapa

    mulai dari 100, 200, dan 300 ml/l tanpa pepton dapat meningkatkan pertambahan

    jumlah PLBs dan bobot total PLBs dari protocorm anggrek Dendrobium hibrida.

    Konsentrasi air kelapa 200 ml/l merupakan media terbaik untuk meningkatkan

    pertambahan jumlah PLBs dan bobot total PLBs, (3) Pengaruh pepton terhadap

    proliferasi protocorm like bodies (PLBs) dan bobot total PLBs anggrek

    Dendrobium hibrida bergantung pada konsentrasi air kelapa, yaitu pada media

  • 43Yenni Sofialita Nainggolan

    tanpa air kelapa pemberian pepton dapat meningkatkan pertambahan jumlah PLBs

    dan bobot total PLBs. Namun pada media yang diberi air kelapa, penambahan

    pepton justru menurunkan pertambahan jumlah PLBs dan bobot total PLBs.

    Kata kunci: Air kelapa, Dendrobium, in vitro, Pepton, PLBs, Proliferasi,Protocorm,

  • PROLIFERASI PROTOCORM LIKE BODIES (PLBs) ANGGREKDendrobium HIBRIDA IN VITRO SEBAGAI RESPONS TERHADAP

    PEPTON DAN AIR KELAPA DALAM MEDIA MS

    Oleh

    Yenni Sofialita Nainggolan

    ProposalSebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh gelar

    SARJANA PERTANIAN

    FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

    BANDAR LAMPUNG2016

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Kota Medan pada tanggal 1 Maret 1994, yang merupakan

    anak pertama dari lima bersaudara pasangan Bapak Hotman Nainggolan dan Ibu

    Lasmavera Sipayung.

    Jenjang pendidikan formal yang telah Penulis lalui yaitu Sekolah Dasar (SD) Citra

    Insani Bumi Depasena Kecamatan Rawajitu Timur pada tahun 2006, Sekolah

    Menengah Pertama (SMP) Negri ) 01 Rawajitu Timur pada tahun 2009, dan

    Sekolah Menengah Atas (SMA) Yayasan Pendidikan Universitas Lampung (YP

    UNILA) PADA TAHUN 2012. Pada tahun 2012, Penulis melanjutkan

    pendidikan di Jurusan Agroteknologi Konsentrasi Agronomi Fakultas Pertanian

    Universitas Lampung (UNILA) melalui jalur Mandiri.

    Pada tahun 2015 Penulis mengikuti Praktik Umum di Balai Penelitian Tanaman

    Hias (BALITHI) Segunung Pacet Cianjur, Jawa Barat. Selama menjadi

    mahasiswa di Universitas Lampung Penulis pernah menjadi asisten praktikum

    untuk mata kuliah Fisiologi Tumbuhan dan Perbanyakan Tanaman pada semester

    genap tahun ajaran 2014/2015.

  • Dengan Rasa Syukur Kupersembahkan Karya Kecil Ini untuk:Mama dan Bapak yang telah mengajariKu tentang kehidupan, memberi dukungandan selalu tulus menyayangiKu, Adik-adikKu tersayang Kiki, Novri, Selin, dan

    Ales, serta Inang dan keluarga besarKu yang selalu mendukung

  • Sukses cepat tercapai bila kita fokus pada apa yang kitainginkan, bukan pada hal yang kita takuti

    Masa depan adalah milik mereka yang menyiapkan hariini

  • SANWACANA

    Puji Syukur Penulis panjatkan ke pada Tuhan Yang Maha ESA karena berkat

    kasih dan karunia-NYA sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    Selama melakukan penelitian hingga selesainya skripsi ini, Penulis telah banyak

    mendapatkan bimbingan,dukungan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh

    karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih setulis hati kepada:

    1. Ibu Prof. Dr. Ir. Yusnita, M.Sc. selaku Pembimbing Utama yang telah

    membimbing dan memberikan ilmu, pengetahuan, nasehat, saran, kesabaran,

    dan motivasi selama Penulis melaksanaan penelitian hingga selesainya

    penulisan skripsi ini.

    2. Ibu Sri Ramadiana, S.P., M.Si. selaku Pembimbing kedua dan Dosen

    Pembimbing Akademik yang telah memberikan ilmu, pengetahuan, nasehat,

    saran, kesabaran, motivasi dan bimbingan skripsi kepada penulis.

    3. Bapak Akari Edy, S.P., M.Si. selaku Penguji bukan Pembimbing atas saran

    dan kritik yang dapat bermanfaat dan membangun untuk perbaikan skripsi ini.

    4. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian,

    Universitas Lampung.

  • 5. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si. selaku Ketua Jurusan PS Agroteknologi

    Fakulta Petanian Universitas Lampung.

    6. Kedua orangtua Penulis Bapak Hotman Nainggolan dan Ibu Lasmavera

    Sipayung yang Penulis sayang dan cintai karena telah memberikan doa, kasih

    sayang, motivasi baik moril maupun materil untuk masa depan dan cita-cita

    penulis .

    7. Keluarga Penulis adikku Jelli Kiki Oktransiska Nainggolan, Roma Novriyanti

    Nainggolan, Ade Marselina Nainggolan, Reza Morales Nainggolan, dan

    Opungku, terimakasih atas doa, kasih sayang, motivasi kepada Penulis.

    8. Keluarga besar di laboratorium kultur jaringan UNILA sekaligus sahabat

    seperjuangan, Rezlinda Nurbaiti, Yanti Marchelina, Ria Rizky Lestari, Wiwik

    Ferawati, Resti Astria, Syanda Giantara Kepala Mega, dan Vanny Unjunan

    Sari atas bantuan, kerjasama, persaudaraan dan motivasi dari awal hingga

    akhir penelitian.

    9. Mbak Hayane Adeline Warganegara, S. P, Mbak Habibah, S.P, Mbak Defika,

    S.P, Mbak vivi, S.P, Mbak pipit dan Mbak Maya, S.P, atas persaudaraan dan

    bantuannya kepada Penulis.

    10. Teman-teman Agroteknologi ’12 Selly Novitasari Sitio, Rina Yunika Sari,

    Windari Anggraini, Santia Putri dan semuanya yang tidak dapat di sebutkan

    satu per satu atas bantuan dan pesahabatannya.

    11. Teman dan Sahabat Sejak Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah

    Pertama (SMP) Septifa Gagarin, Dian Retno Wati, Duga Novitasari, dan Rike

    Anifta atas bantuan dan motivasi selama penulis menempuh pendidikan di

    perguruan tinggi.

  • Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan mereka semua dan semoga

    skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Amin

    Bandar Lampung, Desember 2016

    Penulis

    Yenni Sofialita Nainggolan

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    DAFTAR ISI.............................................................................................. i

    DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii

    DAFTAR GAMBAR................................................................................. v

    I. PENDAHULUAN................................................................................ 1

    1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

    1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 5

    1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 5

    1.4 Landasan Teori............................................................................... 5

    1.5 Kerangka Pemikiran....................................................................... 8

    1.6 Hipotesis ........................................................................................ 10

    II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 11

    2.1 Anggrek Dendrobium .................................................................... 11

    2.2 Perkecambahan Anggrek Dendrobium .......................................... 12

    2.3 Teknik Kultur In Vitro ................................................................... 13

    2.4 Eksplan........................................................................................... 15

    2.5 Media Kultur In Vitro .................................................................... 16

    2.6 Air Kelapa ...................................................................................... 18

    2.7 Tomat ............................................................................................. 20

  • III.METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 22

    3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan .................................................... 22

    3.2 Alat dan Bahan............................................................................... 22

    3.3 Rancangan Percobaan, Pengamatan, dan Analisis Data ................ 23

    3.4 Pelaksanaan Penelitian................................................................... 24

    3.4.1 Persiapan Botol Kultur dan Sterilisasi Alat ........................ 24

    3.4.2 Pembuatan Ekstrak Tomat ................................................... 24

    3.4.3 Pembuatan Media Perlakuan .............................................. 25

    3.4.4 Eksplan dan Penanaman...................................................... 27

    3.4.5 Pemeliharaan Kultur ........................................................... 28

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 29

    4.1 Hasil Penelitian .............................................................................. 29

    4.1.1 Perkembangan Umum Kultur Protocorm Anggrek

    Dendrobium Hibrida ........................................................... 29

    4.1.2 Rata-rata Pertambahan Jumlah PLBs............................. ... 30

    4.1.3 Bobot Total PLBs ................................................................. 31

    4.1.4 Bobot 100 Butir PLBs .......................................................... 33

    4.1.5 Pengamatan Visual dan Foto............................................... 33

    4.2 Pembahasan.................................................................................... 34

    V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 41

    5.1 Kesimpulan .................................................................................... 41

    5.2 Saran .............................................................................................. 42

    DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 43

    LAMPIRAN............................................................................................... 47

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Komposisi nutrisi dan vitamin per 100 gram pada bahan

    adenda tomat. ........................................................................................ 20

    2. Komposisi vitamin, mineral, dan sukrosa dalam air kelapa muda dan tua. 21

    3. Komposisi media MS............................................................................ 27

    4. Jumlah kandungan Nitrogen pada media dasar dan perlakuan. ............ 37

    5. Peranan masing-masing unsur hara dan vitamin dalam media kultur... 48

    6. Data asli pertambahan jumlah PLBs anggrek Dendrobium hibrida 8 MSP. 49

    7. Hasil analisis ragam dengan Statistix 8 pada rata-rata pertambahan jumlah

    PLBs anggrek Dendrobium hibrida 8 MSP (data asli). ........................ 50

    8. Hasil pemisahan nilai tengah rata-rata pertambahan jumlah PLBs anggrek

    Dendrobium hibrida 8 MSP sebagai respons terhadap konsentrasi pepton dan

    air kelapa menggunakan uji BNT 5% dengan Statistix 8. .................... 50

    9. Hasil uji Bartlett dengan Statistix 8 pada rata-rata pertambahan jumlah PLBs

    anggrek Dendrobium hibrida 8 MSP. ................................................... 51

    10. Data asli bobot total PLBs anggrek Dendrobium hibrida 8 MSP. ........ 51

    11. Hasil analisis ragam dengan Statistix 8 pada bobot total PLBs anggrek

    Dendrobium hibrida 8 MSP ................................................................. 51

    12. Hasil pemisahan nilai tengah rata-rata bobot total PLBs anggrek Dendrobium

    hibrida 8 MSP sebagai respons terhadap konsentrasi pepton dan air kelapa

    menggunakan uji BNT 5% dengan Statistix 8. ..................................... 52

    13. Hasil uji Bartlett dengan Statistix 8 pada rata-rata bobot total PLBs anggrek

    Dendrobium hibrida 8 MSP. ................................................................ 52

    14. Data asli bobot 100 butir PLBs anggrek Dendrobium hibrida 8 MSP.. 52

  • 15. Hasil analisis ragam dengan Statistix 8 pada rata-rata bobot 100 butir PLBs

    anggrek Dendrobium hibrida 8 MSP .................................................. 53

    16. Hasil uji Bartlett dengan Statistix 8 pada rata-rata bobot 100 butir PLBs 53

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. (A) Bahan tomat yang digunakan sebagai adenda media (B) Tomatditimbang sesuai dengan kebutuhan (C) Tomat dihaluskanmenggunakan blander .......................................................................... 25

    2. Protocorm hasil penyebaran polong telah berproliferasi menjadiPLBs pada 12 MSP (B) Eksplan protocorm yang dipindahkandi media perlakuan selama 8 MSP (C) Penanaman eksplandi media perlakuan (D) Eksplan yang terkontaminasi. ......................... 28

    3. Eksplan protocorm pada salah satu media perlakuan pada saat awalPengulturan (B) Protocorm Like Bodies (PLBs) pada mediaMS (murashige and skoog) dengan penambahan 200 g/l ekstrak tomat dan200 ml/l air kelapa yang berumur 4 minggu pengulturan(C) Protocorm Like Bodies (PLBs) pada media yang samadengan umur 8 minggu pengulturan dan siap untuk diamati. ............... 29

    4. Rata-rata pertambahan jumlah PLBs pada kultur in vitro anggrekDendrobium hibrida 8 minggu pengulturan sebagai respons terhadapkonsentrasi pepton dan air kelapa. Nilai tengah yang diikuti dengan hurufyang tidak sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 5%berdasarkan data transformasi. (BNT 5%= 69,643). ............................ 30

    5. Rata-rata pertambahan bobot total PLBs pada kultur in vitro anggrekDendrobium hibrida 8 minggu pengulturan sebagai respons terhadapkonsentrasi pepton dan air kelapa. Nilai tengah yang diikuti dengan hurufyang tidak sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 5%berdasarkan data transformasi. (BNT 5%= 412,28). ............................ 32

    6. Penampilan PLBs anggrek Dendrobium hibrida pada 8 MSP . ............ 35

    7. (A) Terdapat beberapa PLBs yang sudah terlihat primodiadaun pada 8 minggu pengulturan (B) Pengamatan visual PLBs yang menjadiprimordia daun sudah berakar ............................................................... 36

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Anggrek adalah tanaman hias yang banyak diminati di Indonesia dan memiliki

    nilai ekonomis yang tinggi baik sebagai bunga potong maupun tanaman hias

    dalam pot (Kasutjianingati dan Irawan, 2013). Di dunia kurang lebih anggrek

    terdiri dari 25.000-30.000 spesies, sedangkan di Indonesia jumlahnya

    diperkirakan mencapai 5000 spesies (Puspitaningtya, 1999). Salah satu genus

    anggrek terbesar adalah Dendrobium dari famili Orchidaceae. Genus anggrek ini

    merupakan kekayaan sumber daya genetik Indonesia yang banyak terdapat di

    kawasan timur, seperti Papua dan Maluku. Namun, sumber daya genetik tersebut

    belum dimanfaatkan secara optimal sebagai tetua dalam persilangan untuk

    menghasilkan keturunan yang memiliki karakteristik sesuai dengan yang

    diinginkan konsumen (Uesato, 1996).

    Karakteristik yang sesuai dengan selera konsumen terhadap Dendrobium

    ditentukan oleh warna, ukuran, bentuk, susunan, jumlah kuntum per tangkai,

    panjang tangkai, dan daya tahan kesegaran bunga. Selain itu, selera konsumen

    dipengaruhi oleh produsen dan tren di luar negeri (Soerojo, 1992). Permintaan

    pasar anggrek cenderung meningkat setiap tahunnya, namun perkembangan

    produksi anggrek di Indonesia masih relatif lambat (Widiastoety, 1998). Produksi

  • 2

    tanaman anggrek di Indonesia pada tahun 2005 – 2009 mengalami peningkatan.

    Pada tahun 2005 produksi anggrek 7.902.403 tangkai, tahun 2006 10.703.444

    tangkai, tahun 2007 9.484.393 tangkai, tahun 2008 15.430.040 tangkai, dan pada

    tahun 2009 16.205.949 tangkai. Sedangkan pada tahun 2010 mengalami

    penurunan yaitu 14.050.445 tangkai dan pada tahun 2011-2014 kembali

    mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 produksi anggrek sebesar 15.490.256

    tangkai, tahun 2012 20.727.891 tangkai, tahun 2013 20.277.672 tangkai, dan pada

    tahun 2014 24.633.789 tangkai (BPS, 2010). Indonesia juga telah melakukan

    ekspor anggrek tetapi daya saing anggrek Indonesia di pasar luar negeri masih

    sangat rendah karena mutu anggrek yang diproduksi juga masih rendah oleh

    karena itu, diperlukan penyediaan bibit dalam jumlah banyak dan dalam waktu

    yang singkat serta bebas dari penyakit.

    Penyediaan bibit anggrek dapat dilakukan baik secara generatif maupun secara

    vegetatif. Secara generatif, benih tanaman anggrek diperoleh dengan cara

    mengecambahkan biji hasil persilangan atau silang dalam. Akan tetapi, menurut

    Hendaryono (2000) biji anggrek tidak memiliki cadangan makanan, namun di

    alam, anggrek dapat bersimbiosis dengan mycorrhiza dimana mycorrhiza akan

    mensuplai bahan-bahan organik sehingga biji mampu untuk berkecambah

    walaupun dalam persentasi sangat kecil. Sedangkan perbanyakan secara vegetatif

    dapat dilakukan dengan cara stek, pemisahaan rumpun, atau pemotongan keiki

    yang keluar dari ujung batang dan cloning melalui teknik kultur in vitro.

    Perbanyakan secara vegetatif merupakan alternatif yang efektif dan efisien untuk

    mendapatkan tanaman baru dengan sifat yang sama dengan induknya dan dalam

  • 3

    jumlah yang banyak. Perbanyakan anggrek secara vegetatif dengan sistem

    konvensional membutuhkan waktu yang lama dan kondisi bibit rawan terhadap

    penyebaran penyakit. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksi tanaman

    anggrek maka dilakukan perbanyakan anggrek secara vegetatif yang lebih cepat,

    dalam jumlah yang banyak, dan memiliki sifat yang sama dengan induknya yaitu

    melalui teknik kultur in vitro.

    Kultur jaringan merupakan teknik untuk menumbuhkembangkan bagian tanaman

    baik berupa sel, jaringan ataupun organ dalam keadaan aseptik secara in vitro,

    yang ditandai dengan kondisi kultur aseptik, penggunaan media buatan yang

    mengandung nutrisi lengkap, zat pengatur tumbuh (ZPT) serta kondisi ruang

    kultur, suhu dan pencahayaan yang terkontrol (Yusnita, 2003). Kelebihan dari

    Teknik kultur in vitro adalah dapat memperbanyak tanaman dalam waktu yang

    relatif singkat, menghasilkan jumlah tanaman yang seragam dalam jumlah

    banyak, tanaman bebas virus dengan cara penumbuhan sel bebas virus dari

    tanaman induk yang terserang atau terinfeksi virus. Pengembangbiakan tanaman

    dengan teknik kultur in vitro dapat dilakukan setiap saat dan tidak bergantung

    musim (Karjadi dan Buchory, 2008).

    Salah satu yang menyebabkan keberhasilan dalam kultur jaringan adalah

    tersedianya eksplan yang baik dan media kultur yang akan digunakan. Eksplan

    adalah bagian tanaman yang akan digunakan sebagai bahan inisiasi kultur

    sedangkan media tanam dalam kultur jaringan dapat menggunakan media cair

    atau padat, untuk media padat harus menggunakan agar-agar atau gelrite. Media

    yang sering digunakan dalam perbanyakkan anggrek adalah media Murashige and

  • 4

    Skoog atau yang lebih dikenal dengan media MS. Media yang digunakan untuk

    pengecambahan biji harus mengandung air (akuades) sebagai pelarut, garam-

    garam makro, garam-garam mikro, sukrosa, sumber karbohidrat, vitamin, ZPT

    serta suplemen lain seperti senyawa-senyawa nitrogen organik dan asam-asam

    organik (Gamborg dan Skyluk, 1981). Menurut Wetter dan Constabel (1991)

    keistimewaan dari media MS adalah media MS mengandung nitrat, kalium, dan

    amonium yang tinggi.

    Salah satu eksplan yang dapat digunakan adalah PLBs (protocorm like bodies).

    PLBs adalah proses terbentuknya embrio somatik tanpa melalui pembentukan

    kalus. Proses ini dikenal dengan sebutan embriogenesis somatik (Smith, 2000).

    Pada kasus dimana biji anggrek sulit untuk berkecambah dan ketersediaannya

    sangat terbatas, maka proliferasi protocorm untuk mendapatkan PLBs (Prtocorm

    like bodies) dalam jumlah yang banyak akan sangat bermanfaat untuk

    menghasilkan propagul atau bibit anggrek dalam jumlah banyak. Ketersediaan

    PLBs anggrek dalam jumlah banyak bermanfaat untuk tujuan konservasi,

    komersial, maupun untuk mempelajari rekayasa genetika tanaman. Penambahan

    ekstrak tomat, pepton dan air kelapa pada media MS dapat meningkatkan

    proliferasi PLBs anggrek, hal ini dikarenakan bahan-bahan suplemen tersebut

    merupakan sumber asam amino, peptida, vitamin dan zat pengatur tumbuh alami.

    Air kelapa diketahui dapat menstimulasi pertumbuhan embrio dalam kultur

    jaringan (Pierik, 1987).

  • 5

    1.2 Perumusan Masalah

    Penelitian ini dilakukan untuk menjawab beberapa masalah seperti berikut ini:

    1. Apakah pemberian pepton dapat berpengaruh terhadap proliferasi PLBs dari

    protocorm anggrek Dendrobium hibrida?

    2. Apakah penambahan air kelapa dapat memberikan respon yang positif terhadap

    proliferasi PLBs dari protocorm anggrek Dendrobium hibrida?

    3. Apakah terdapat interaksi antara pepton dan air kelapa dalam pengaruhnya

    terhadap proliferasi PLBs dari protocorm anggrek Dendrobium hibrida?

    1.3 Tujuan penelitian

    Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, maka tujuan dari dilakukannya

    penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Mempelajari pengaruh pemberian pepton terhadap proliferasi PLBs dari

    protocorm anggrek Dendrobium hibrida.

    2. Mempelajari pengaruh air kelapa terhadap proliferasi PLBs dari protocorm

    anggrek Dendrobium hibrida.

    3. Mengetahui ada tidaknya interaksi antara pepton dan air kelapa dalam

    pengaruhnya terhadap proliferasi PLBs dari protocorm anggrek Dendrobium

    hibrida.

    1.4 Landsan Teori

    Dalam rangka menyusun penjelasan teoritis terhadap pertanyaan yang telah

    dikemukakan, penulis menggunakan landasan teori sebagai berikut.

  • 6

    Nilai ekonomis anggrek yang tinggi dan peluang pasar anggrek luas sehingga

    anggrek dapat dijual dengan bentuk bibit dalam botol (in vitro), tanaman hias pot,

    dan sebagai bunga potong. Antusias masyarakat terhadap anggrek menunjukkan

    peningkatan yang konsisten dari waktu ke waktu. Namum, ketersediaan bibit

    anggrek secara konvensional belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

    Oleh karena itu, teknik kultur in vitro dirasa cukup efektif untuk menyediakan

    bibit anggrek dalam jumlah banyak, seragam dan dengan waktu yang relatif

    singkat.

    Kultur jaringan merupakan teknik untuk menumbuhkembangkan bagian tanaman

    baik berupa sel, jaringan ataupun organ dalam keadaan aseptik secara in vitro,

    yang ditandai dengan kondisi kultur aseptik, penggunaan media buatan yang

    mengandung nutrisi lengkap, ZPT serta kondisi ruang kultur, suhu dan

    pencahayaan yang terkontrol (Yusnita, 2003). Dalam teknik kultur in vitro

    dibutuhkan media tanam berupa media kultur yang mengandung seluruh hara

    essensial bagi tanaman. Komponen media kultur berupa garam mineral, air, gula,

    asam amino, vitamin, ZPT, dan pemadat media. Senyawa organik lainnya seperti

    air kelapa, ekstrak tomat, pepton dapat ditambahkan ke dalam media guna untuk

    merangsang dan meningkatkan pertumbuhan tanaman (Lakitan, 1995).

    Media yang sering digunakan untuk mengecambahkan biji anggrek adalah media

    MS (Murashige and Skoog, 1962) dibandingkan dengan media kultur lainnya.

    Hal ini karena media MS memiliki kandungan garam-garam yang lebih tinggi dari

    pada media lain. Selain itu, kandungan nitratnya juga lebih tinggi (Zulkarnain,

    2009).

  • 7

    Hasil penelitian Lisdianah (2008) menunjukkan bahwa media yang tidak diberi

    tripton berbeda nyata terhadap yang diberi tripton dalam meningkatkan persentase

    protocorm yang membentuk primordia daun. Sedangkan dari analisis ragam

    diketahui bahwa tripton tdak berpengaruh terhadap bobot 100 butir protocorm.

    Pemberian air kelapa ke media growmore secara signifikan meningkatkan

    persentase protocorm yang membentuk primordia daun.

    Hidayati (2007) melaporkan hasil penelitiannya bahwa penambahan pepton 0,5-2

    g/l dapat meningkatkan bobot 100 butir protocorm pada media yang digunakan

    dalam perkecambahan biji anggrek dan persentase protocorm yang membentuk

    primordia daun aggrek Dendrobium hibrida pada media 1/2 MS pada umur 8

    minggu setelah tanam dibandingkan dengan tanpa pepton. Hal ini diperkuat

    dengan penelitian Kristianti (2011) untuk jenis anggrek Phalaeonopsis hibrida

    yang menyatakan bahwa penambahan berbagai konsentrasi pepton berpengaruh

    nyata pada variabel jumlah daun.

    Hasil penelitian Sari (2008) menunjukkan bahwa penggunaan media dasar

    growmore dengan penambahan pepton dapat digunakan sebagai alternatif media

    1/2 MS pada perkecambahan biji anggrek Dendrobium. Sedangkan Indrawati

    (2008) menyatakan bahwa penambahan tripton ke dalam media 1/2 MS, Vacin

    and Went, dan Hyponex dapat meningkatkan pertumbuhan protocorm yang lebih

    baik dari pada tanpa tripton.

    Air kelapa merupakan endosperm cair yang tebentuk setelah terjadi pembuahan

    antara inti sperma dan inti sel telur yang menghasilkan zygot atau embrio yang

    akan menjadi tanaman baru. Didalam air kelapa terdapat kandungan komponen

  • 8

    aktif, seperti mioinositol, leuoantosianin dan sitokinin. Diphenylurea yang

    berperan dalam aktivitas pembelahan sel juga terdapat didalam air kelapa

    (George, 1996). Sedangkan Arditti dan Ernst (1992) menyatakan bahwa air

    kelapa mengandung auksin, prekusor, sitokinin, nitrogen, asam amino, koenzim,

    asam-asam organik, vitamin, gula, dan gula alkohol.

    Menurut Arditti dan Ernst (1992) Pepton adalah salah satu sumber nitrogen yang

    berasal dari hasil penguraian oleh enzim pankreas hewan dengan kandungan

    berbagai asam amino dan vitamin, dimana terdapat 16,16 % total kandungan

    nitrogen pada pepton. Vitamin yang terkandung dalam pepton adalah piridoksin,

    biotin, thiamin, asam nikotinat, dan riboflavin. Sedangkan beberapa jenis asam

    amino yang terkandung didalam pepton adalah arginin, asam aspartat, sistein,

    asam glutamate, glisin, histidin, iso leusin, leusin, lisin, metionin, enilalanin,

    triptofan, tirosin, dan valin.

    1.5 Kerangka Pemikiran

    Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka

    pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah.

    Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang banyak digemari di Indonesia,

    hal ini dikarenakan anggrek dapat menjadi bunga potong maupun tanaman hias

    dalam pot. Salah satu jenis anggrek yang banyak dikenal di kalangan masyarakat

    pecinta tanaman hias adalah anggrek Dendrobium yang memiliki warna, bentuk,

    dan ukuran bunga yang menarik. Oleh karena itu, permintaan konsumen terhadap

    anggrek dari tahun ke tahun terus meningkat. Seiring dengan meningkatnya

  • 9

    permintaan pasar terhadap anggrek, penyediaan bibit anggrek cenderung susah

    dan lambat. Hal ini dikarenakan penyediaan bibit anggrek dengan perbanyakan

    generatif yaitu melalui biji banyak mengalami kendala seperti biji anggrek sangat

    kecil dan tidak memiliki endosperm, selain itu waktu yang relatif lama.

    Salah satu cara yang efektif dalam menyediakan bibit anggrek adalah dengan

    teknik in vitro. Dalam perbanyakan dengan teknik in vitro diperlukan media

    tanam dan lingkungan tumbuh yang optimal untuk menjaga dan meningkatkan

    pertumbuhan tanaman. Media tanam dapat berupa media cair atau padat, yang

    mengandung suplai unsur hara, garam-garam mineral, sumber karbohidrat,

    vitamin, ZPT serta suplemen lainnya yang digunakan untuk perkecambahan biji,

    pembesaran protocorm serta pertumbuhan dan perkembangan seedling anggrek.

    Media yang sering digunakan dalam teknik kultur in vitro adalah media MS

    (Murahige and Skoog, 1962) hal ini dikarenakan media MS mengandung unsur

    makro, mikro A, mikro B, vitamin, dan gula, seperti yang sering dilaporkan pada

    penelitian-penelitian sebelumnya. Akan tetapi, hanya menggunakan media MS

    dirasa kurang optimal sehingga dimodifikasi dengan penambahan ekstrak tomat,

    pepton dan berbagai konsentrasi air kelapa.

    Asam amino merupakan sumber nitrogen organik. Senyawa yang sering

    digunakan sebagai sumber nitrogen organik yaitu pepton, pepton dapat berperan

    dalam pembelahan sel. Dari penelitian-penelitian sebelumnya, maka fenomena ini

    menimbulkan pertanyaan. Apakah biji yang berkecambah memang lebih banyak,

    ataukah biji yang berkecambah menjadi protocorm selanjutnya akan mengalami

    proliferasi dimedia dengan penambahan pepton. Oleh karena itu, dalam

  • 10

    percobaan ini digunakan eksplan berupa protocorm yang dikulturkan dimedia.

    Dalam pengkulturan biji anggrek atau perbanyakan PLBs, kensentrasi air kelapa

    yang ditambahkan ke dalam media dapat memegang peranan penting.

    1.6 Hipotesis

    Berdasarkan kerangka pemikiran, dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut ini:

    1. Penambahan pepton dapat meningkatkan proliferasi PLBs dari protocorm

    anggrek Dendrobium hibrida.

    2. Penambahan air kelapa dapat meningkatkan proliferasi PLBs dari protocorm

    anggrek Dendrobium hibrida.

    3. Terdapat interaksi antara pepton dan air kelapa dalam pengaruhnya terhadap

    proliferasi PLBs dari protocorm anggrek Dendrobium hibrida.

  • 11

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Anggrek Dendrobium

    Anggrek merupakan salah satu tumbuhan berbiji dari famili Orchidaceae yang

    banyak diminati karena bentuk dan warna bunganya menarik sehingga dapat

    digunakan sebagai bahan baku industri bunga potong, tanaman pot atau hiasan

    taman. Famili Orchidaceae merupakan herba menahun kerap kali epifit.

    Kebanyakan memiliki akar rimpang atau batang yang membesar (pseudobulbs),

    bertepi daun rata, kerap kali berdaging, hampir selalu berseling dua baris. Bunga

    berkelamin dua dan memiliki bibir (labellum) yang berbeda-beda. 2 Bakal buah

    tenggelam, beruang satu. Biji berjumlah sangat banyak, mudah bertaburan, dan

    ringan (Van Steenis, 1997). Anggrek dapat dijumpai hampir disetiap tempat di

    dunia, kecuali Antartika dan padang pasir. Tanaman anggrek yang sedemikian

    banyak jumlahnya, secara morfologi hampir sama, hanya lingkungan hidupnya

    saja yang berbeda, tergantung habitat asalnya (Gunawan, 2007).

    Anggrek Dendrobium merupakan tanaman berbunga indah yang tersebar luas di

    pelosok dunia termasuk di Indonesia, kontribusi anggrek Indonesia dalam

    khasanah anggrek dunia cukup besar. Dari 20.000 spesies anggrek yang terbesar

    di seluruh dunia 6.000 diantaranya berada di hutan- hutan Indonesia.

  • 12

    Secara umum sistematika tanaman anggrek Dendrobium menurut Yusnita (2010),

    dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Spermathophyta

    Subdivisi : Angiospermae

    Kelas : Monocotyledonae

    Ordo : Orchidales

    Famili : Orchidaceae

    Subfamili : Epidendroideae

    Tribe : Epidendrae dendrobieae

    Subtrib : Dendrobiinae

    Genus : Dendrobium

    2.2 Perkecambahan Anggrek Dendrobium

    Biji anggrek tidak seperti biji tanaman lain pada umumnya karena biji anggrek

    berukuran mikroskopis hampir seperti tepung dan dalam satu buah dihasilkan

    jutaan biji. Selain itu, biji anggrek tidak dapat berkecambah begitu saja karena

    bijinya tidak mempunyai cadangan makanan, akan tetapi biji anggrek pun mampu

    berkecambah walaupun dalam persentase sangat kecil. Biji anggrek dapat tumbuh

    secara alami jika mendapatkan tambahan makanan dari sejenis jamur yang hidup

    di dalam akar anggrek dewasa yang disebut mycorrhiza (Hendaryono, 2000).

  • 13

    2.3 Teknik Kultur In Vitro

    Karena sulitnya perkecambahan anggrek melalu teknik konvensional maka

    digunakan teknik yang lebih mudah, efektif, dan efesien yaitu melalui teknik

    kultur in vitro. Kultur jaringan merupakan teknik untuk menumbuhkembangkan

    bagian tanaman baik berupa sel, jaringan ataupun organ dalam keadaan aseptik

    secara in vitro, yang ditandai dengan kondisi kultur aseptik, penggunaan media

    buatan yang mengandung nutrisi lengkap, ZPT serta kondisi ruang kultur, suhu

    dan pencahayaan yang terkontrol (Yusnita, 2003).

    Metode kultur jaringan berasal dari tahun 1902, ketika Gottlieb Haberlandt

    memperlihatkan bahwa terdapat kemungkinan memelihara sel tumbuhan yang

    sehat dalam media kultur. Schwann dan Schleiden merupakan pencetus teori

    totipotensi pada tahun 1838 yaitu, bahwa setiap sel tanaman memiliki informasi

    genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang

    menjadi tanaman utuh jika berada dalam kondisi yang sesuai (Yusnita, 2003)

    Dalam kultur jaringan bagian tanaman yang terdiri atas sel-sel dan jaringan dibuat

    sedemikian mungkin untuk ditanam disebuah media yang steril dan lingkungan

    yang terkendali. Seperti teori totipotensi tersebut, bagian tanaman yang ditanam

    di media tersebut ternyata dapat bertumbuh dan berkembang menjadi individu

    baru bila kondisinya sesuai. Tanaman anggrek sendiri baru dapat dikulturkan

    pada tahun 1922 oleh Knudson.

    Perbanyakan tanaman dengan metode kultur jaringan memberi peluang besar

    untuk menghasilkan bibit tanaman dalam jumlah besar dan dalam waktu yang

    relatif singkat. Banyak kelebihan dalam penggunaan teknik perbanyakan tanaman

  • 14

    dengan metode kultur jaringan yaitu dapat dilakukan kapan saja, tidak bergantung

    dan dipengaruhi oleh musim, dapat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak,

    serentak, dan bebas dari penyakit sehingga bibit yang dihasilkan sehat dan

    seragam. Metode kultur jaringan merupakan cara alternatif untuk menghasilkan

    bibit dalam jumlah banyak dan waktu yang relatif singkat (Hendaryono dan

    Wijayani, 1994).

    Perkembangbiakan atau regenerasi dalam kultur in vitro dapat dilakukan melalui

    jalur organogenesis dan embriogenesis somatik, baik secara langsung maupun

    tidak langsung melalui tahap kalus. Embriogenesis somatik adalah menumbuhkan

    embrio (calon tanaman) dari sel somatik atau sel tanpa dibuahi. Dapat juga

    didefinisikan sebagai proses regenerasi eksplan melalui pembentukan struktur

    menyerupai embrio (embrioid) dari sel somatik yang telah memiliki calon akar

    dan tunas. Embrio somatik dapat terbentuk melalui dua jalur, yaitu secara

    langsung maupun tidak langsung (melewati fase kalus). Sedangkan

    embriogenesis zygotic merupakan suatu proses dimana sel somatik berkembang

    membentuk tumbuhan baru melalui fusi gamet (pembuahan).

    Organogenesis merupakan proses pembentukan dan perkembangan tunas dari

    jaringan meristem. Proses organogenesis dimulai dengan perubahan sel parenkim

    tunggal atau sekelompok kecil sel, dimana selanjutnya membelah menghasilkan

    suatu masa sel globuler atau meristemoid, bersifat kenyal dan berkembang

    menjadi primordium pucuk atau akar. Kejadian ini dapat terjadi langsung pada

    eksplan atau tidak langsung melalui pembentukan kalus.

  • 15

    Keberhasilan akan tercapai apabila kalus atau sel yang digunakan bersifat

    embriogenik yang dicirikan oleh sel yang berukuran kecil, sitoplasma padat, inti

    besar, vakuola kecil-kecil dan mengandung butir pati. Embrio somatik dapat

    dihasilkan dalam jumlah besar dari kultur kalus, namun untuk tujuan perbanyakan

    dalam skala besar, jumlahnya dapat lebih ditingkatkan melalui inisiasi sel

    embrionik dari kultur suspensi yang berasal dari kalus primer Embrio somatik

    dapat dicirikan dari strukturnya yang bipolar, yaitu mempunyai dua calon

    meristem, yaitu meristem akar dan meristem tunas. Dengan memiliki struktur

    tersebut maka perbanyakan melalui embrio somatik lebih menguntungkan dari

    pada pembentukan tunas adventif yang unipolar. Di samping strukturnya, tahap

    perkembangan embrio somatik menyerupai embrio zigotik. Pembentukkan

    embrio somatik dapat digolongkan melalui beberapa tahap, yaitu tahap globular,

    tahap hati, tahap torpedo, tahap kotiledon, tahap kecambah, dan tahap planlet.

    2.4 Eksplan

    Eksplan adalah bagian tanaman yang dijadikan bahan inokulum awal yang

    ditanam dalam media yang akan menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan

    tertentu. Eksplan ini menjadi bahan dasar bagi pembentukan kalus yaitu bentuk

    awal calon tunas yang kemudian mengalami proses pelengkapan tanaman seperti

    daun, batang dan akar. Pemilihan bagian tanaman sebagai bahan eksplan

    menentukan keberhasilan eksplan untuk dikulturkan. Pada dasarnya setiap bagian

    tanaman dapat dijadikan sebagai bahan eksplan, tetapi dalam memilih bagian

    tanaman yang akan dikulturkan harus mempertimbangkan faktor kemudahan

    beregenerasi dan tingkat kontaminasinya. Eksplan dapat diletakkan pada media

  • 16

    dengan posisi sesuai asalnya yaitu bagian bawah eksplan menempel pada media

    (posisi polar) atau dibalik sehingga bagian bawah menjadi di atas (posisi apolar).

    Pada spesies tertentu hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan akar dan tunas

    yang muncul dari eksplan (Nusmawarhaeni et al., 2001).

    2.5 Media Kultur In Vitro

    Mata rantai pertama dalam pelaksanaan teknik kultur in vitro adalah persiapan

    media tanam. Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur

    jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakkan

    tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat bergantung pada

    jenis media. Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya

    terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya.

    Dalam media tanam diberikan berbagai garam mineral, air, gula, asam amino,

    vitamin, zat pengatur tumbuh, pemadat media untuk pertumbuhan dan

    perkembangan, dan terkadang arang aktif untuk mengurangi efek penghambatan

    dari persenyawaan polifenol

    (warna coklat hitam) yang keluar akibat pelukaan jaringan pada jenis-jenis

    tanaman tertentu. Gula, asam amino, dan vitamin ditambahkan karena eksplan

    yang ditanam tidak lagi sepenuhnya hidup secara autotrof melainkan secara

    heterotrof atau mendapat suplai organik (Gunawan, 1995). Media tanam dalam

    kultur jaringan adalah tempat untuk tumbuh eksplan. Media tanam ini harus

    berisi semua zat yang dibutuhkan untuk menjamin pertumbuhan eksplan. Dengan

    demikian keberhasilan kultur jaringan jelas ditentukan oleh media tanam dan

    macam tanaman (Rahardja, 1988).

  • 17

    Adapun kompisisi media kultur jaringan tanaman adalah sebagai berikut:

    1) Air

    Air merupakan komponen yang penting di dalam pengulturan eksplan karena 95%

    dari media mengandung air. Untuk tujuan penelitian, digunakan air destilata,

    dan untuk penelitian dengan materi eksplan dari protoplas, meristem dan sel

    sebaiknya digunakan aquades. Dimana air destilata (air suling) tersebut telah

    steril dari kontaminasi mikroorganisme atau substansi yang dapat merusak proses

    perkembangan eksplan. Selain itu, air destilata merupakan air yang murni tidak

    mengandung unsur-unsur mineral (Madigan, 2003).

    2) Larutan Garam Anorganik

    Tiap tanaman memerlukan setidaknya 6 elemen makronutrien, yaitu unsur yang

    diperlukan dalam jumlah besar meliputi N, K, Mg, Ca, S, P dan 7 elemen

    mikronutrien, yaitu unsur yang diperlukan dalam jumlah kecil meliputi Fe, Mn, B,

    Mo, Cl (Wetherell, 1976). Unsur-unsur makro biasanya diberikan

    dalam bentuk NH4NO3, KNO3, CaCl2.2H2O, MgSO4.7H2O, dan KH2PO4,

    sedangkan unsur mikro biasanya diberikan

    dalam bentuk MnSO4.4H2O, ZnSO4.4H2O, H3BO3, KI, Na2MoO4.2H2O5,

    CuSO4.5H2O, dan CoCl2.6H2O (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

    Vitamin adalah bahan yang perlu ditambahkan dalam media kultur

    in vitro, sebab sel bagian tanaman yang dikulturkan secara in vitro belum mampu

    membuat vitamin sendiri untuk kehidupannya. Vitamin yang sering ditambahkan

    ke dalam medium adalah tiamin (vitamin B1), asam nikotinat (niasin), piridoksin

    (vitamin B6) (Indra, 2008).

  • 18

    3) Zat-zat organik

    Senyawa kimia organik yang biasa dipakai sebagai sumber

    energi dalam kultur in vitro adalah karbohidrat. Karbohidrat tersusun atas unsur-

    unsur C, H, O sebagai elemen penyusun utama. Bahan-bahan organik yang

    termasuk karbohidrat meliputi gula, pati, dan selulosa. Karbohidrat mempunyai

    dua fungsi utama yaitu sebagai sumber energi untuk jaringan dan untuk

    keseimbangan tekanan osmotik dalam media. Karbohidrat yang sering digunakan

    adalah sukrosa meskipun terkadang diganti dengan glukosa dan fruktosa dapat

    digunakan tetapi harganya lebih mahal hasilnya tidak selalu lebih baik dari pada

    sukrosa. Konsentrasi sukrosa yang digunakan berkisar 1–5% (10 - 15 g/l), tetapi

    untuk kebanyakkan pengkulturan konsentrasi optimum sukrosa adalah 2-

    3%. Sedangkan kadar sukrosa untuk keperluan pengkulturan berkisar antara 2-

    4%. Kadar sukrosa yang digunakan sebagai sumber energi untuk menginduksi

    pertumbuhan eksplan dalam medium adalah 2 - 7%. Sukrosa bersifat labil

    terhadap suhu tinggi sehingga apabila disterilkan dalam autoklaf bersama-sama

    zat lain akan mengakibatkan penguraian sukrosa menjadi kombinasi antara

    sukrosa, D-glukosa, dan D-fruktosa. Keuntungan dari penguraian

    ini adalah terbentuknya aldosa (D-glukosa) dan ketosa (D-fruktosa) yang

    melimpah ruah (Hendaryono danWijayani, 1994).

    2.6 Air Kelapa

    Menurut Yusnida (2006) air kelapa merupakan endosperm dalam bentuk cair yang

    mengandung unsur hara dan zat pengatur tumbuh sehingga dapat menstimulasi

  • 19

    perkecambahan dan pertumbuhan. Air kelapa sudah sejak dahulu digunakan

    sebagai campuran media. Konsentrasi air kelapa yang biasa digunakan adalah 7-

    15% (70-150 ml/l) (Katuuk, 1989), dapat juga sampai 200 ml/l (Hendaryono &

    Wijayani, 1994). Pada air kelapa selain mengandung bahan makanan seperti

    asam amino, asam organik, gula dan vitamin juga terkandung sejumlah hormon

    tumbuh seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin serta senyawa

    lain yang dapat memacu proses perkecambahan biji (Yusnida, 2006). Selain itu,

    air kelapa juga digunakan untuk merangsang pertumbuhan tanaman karena

    mengandung sejumlah besar zat-zat biokimia yang berperan untuk pertumbuhan

    tanaman, juga berfungsi sebagai suplemen karena dapat memacu pertumbuhan

    sel, jaringan, maupun organ pada tanaman, seperti biji dan akar pada teknik kultur

    in vitro (Katuuk, 1989). Air kelapa dapat digunakan untuk mempertahankan

    pertumbuhan jaringan yang diisolasi dari sumber yang berlainan. Kandungan air

    kelapa disajikan dalam Tabel 1 berikut ini:

  • 20

    Tabel 1. Komposisi vitamin, mineral, dan sukrosa dalam air kelapa muda dan tuaKomposisi Air kelapa muda Air kelapa tua

    (mg/100 ml) (mg/100 ml)

    VitaminVitamin C 8,59 4,5Riboflavin 0,26 0,25Vitamin 0,6 0,62Inositol 2,3 2,21Biotin 20,52 21,5Piridoksin 0,03 -Thiamin 0,02 -MineralN 43 -P 13,17 12,5K 14,11 15,37Mg 9,11 7,52Fe 0,25 0,32Na 21,07 20,55Mn Tidak terdeteksi Tidak terdeteksiZn 1,05 3,18Ca 24,67 26,5Sukrosa 4,89 3,45

    2.7 Tomat

    Tomat (Solanum lycopersicum) merupakan salah satu tanaman yang sangat

    dikenal oleh masyarakat Indonesia. Namun pemanfaatannya hanya sebatas

    sebagai lalap dan bahan tambahan dalam masakan. Kandungan senyawa dalam

    buah tomat di antaranya solanin (0,007%), saponin, asam folat, asam malat, asam

    sitrat, bioflavonoid (termasuk likopen, α dan ß-karoten), protein, lemak, vitamin,

    mineral dan histamin (Canene Adams et al., 2005). Beberapa studi in vitro

    menemukan bahwa likopen memiliki aktivitas antioksidan yang paten. Likopen

    merupakan salah satu kandungan kimia paling banyak dalam tomat, dalam 100

    gram tomat rata-rata mengandung likopen sebanyak 3-5 mg (Giovannucci, 1999).

  • 21

    Berikut ini merupakan komposisi kandungan nutrisi dan vitamin yang terdapat

    dalam tomat (Tabel 2).

    Tabe 2. Komposisi nutrisi dan vitamin per 100 gram pada bahan adenda tomat.Komposisi Kadar (mg)

    ProteinLemakKarbohidratKalsiumFosforBesiVitamin AVitamin B1Vitamin B2Vitamin CNiacinSeratAir

    850330

    4.6405240,5

    623 IU0,6-

    190,628110094

    `Sumber: Botanical (2011)

  • 22

    III. BAHAN DAN METODE

    3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

    Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas

    pertanian, Universitas Lampung, yang dimulai pada bulan April sampai dengan

    Juni 2016.

    3.2 Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah laminar air low

    cabinet (LAFC), botol kultur, plastik, karet, bunsen, pembakar bunsen (korek api),

    pinset, spatula, kramik, cawan petri, erlenmeyer, gelas ukur, labu ukur, pH meter,

    magnetic stirrer, timbangan elektrik, autoklaf, pipet, mistar, kertas label, dan alat

    tulis.

    Sedangkan bahan yang digunakan adalah protocorm anggrek Dendrobium hibrida

    hasil persilangan anggrek berbunga merah besar dan D2278 yang diperoleh dari

    laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung,

    spritus, agar-agar, air kelapa, pepton, media MS, dan tomat. Sedangkan untuk

    tahap pemeliharaan fasilitas yang digunakan adalah ruang kutur yang berisi rak

    kultur dan diatur dengan suhu 26 + 2 C, dan lampu fluoresens (TL)berintensitas 1.000 – 2.000 lux.

  • 23

    3.3 Rancangan Percobaan, Pengamatan dan Analisis Data

    Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan RAL (rancangan acak lengkap)

    dengan 8 perlakuan, masing-masing diulang sebanyak 3 kali. Setiap unit

    percobaan terdiri dari 1 botol kultur yang masing-masing botol berisi 5 cluster

    protocorm.

    Rancangan perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

    perlakuan faktorial 2x4. Faktor pertama adalah penggunaan pepton (dengan 2 g/l

    dan tanpa pepton) sedangkan faktor kedua adalah perbedaan konsentrasi air

    kelapa (0, 100, 200, dan 300 ml/l). Media dasar yang digunakan adalah media

    MS (Murashige and Skoog, 1962). Semua media perlakuan ditambahkan 200 g/l

    ekstrak tomat dan 7 g/l agar.

    Pengamatan dilakukan setelah tanaman berumur 2 bulan atau kurang lebih 8

    minggu setelah tanam.

    Variabel yang diamati adalah:

    1. Jumlah total PLBs yang terbentuk

    Jumlah protocorm yang bertambah dihitung setelah tanaman berumur 8

    minggu setelah tanam.

    2. Bobot total PLBs

    Penghitungan bobot total PLBs dilakukan dengan cara menimbang bobot

    keseluruhan protocorm dalam satuan mili gram (mg).

    3. Bobot 100 butir PLBs

    Penghitungan bobot 100 butir PLBs dilakukan dengan cara menimbang 100

    butir protocorm dalam satuan mili gram (mg).

  • 24

    4. Pengamatan visual dan foto

    Pengamatan dilakukan dengan dua cara yaitu mengamatan dengan indra

    pengelihatan (pengamatan visual) dan dengan pengamatan memalui foto.

    Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Bartlett, sedangkan untuk

    aditivitas diuji dengan uji Tukey. Bila kedua asumsi terpenuhi maka akan

    dilanjutkan dengan analisis ragam. Pemisahan nilai tengah dilakukan dengan uji

    BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5%.

    3.4 Pelaksanaan Penelitian

    3.4.1 Persiapan botol kultur dan sterilisasi alat

    Botol kultur yang akan digunakan dicuci dan di sterilkan menggunakan autoclaf

    Bundenberg selama kurang lebih 2 jam dengan tekanan 1,5 kg/cm dengan suhu121 C. Kemudian botol kultur tersebut dan alat-alat lainnya yang akandigunakan seperti cawan petri, alat-alat diseksi (pinset, spatula, gunting), dan alat-

    alat gelas lainnya disterilisasi kembali menggunakan autoclaf tommy selama 30

    menit pada tekanan 1,5 kg/cm dan suhu 121 C.3.4.2 Pembuatan Ekstrak Tomat

    Bahan adenda yang digunakan adalah tomat yang akan diolah menjadi ekstrak

    tomat. Buah tomat yang digunakan adalah buah tomat yang dipilih berdasarkan

    warna buah secara keseluruhan merah tua, tidak ada warna hijau dan tidak terlalu

    keras (Gambar 1A). Sebelum diolah menjadi ekstrak, bahan adenda diukur

    derajat brixnya dengan refraktometer yaitu alat yang digunakan untuk mengukur

  • 25

    kadar atau konsentrasi bahan terlarut seperti gula, garam, dan protein (Sarjana,

    2008). Tomat memiliki derajat Brix sebesar 4%.

    Pengolahan bahan adenda tomat menjadi ekstrak tomat diawali dengan pencucian

    tomat dengan air aquades sampai bersih kemudian dilakukan sterilisasi tomat

    dengan cara merendam tomat dengan 5% bayclin selama 5 menit. Kemudian

    tomat dibilas dengan air mengalir sampai bersih. Selanjutnya tomat ditimbang

    seberat 200 gram (Gambar 1B). Kemudian, buah tomat di-blander hingga halus

    atau kurang lebih selama 5 detik (Gambar 1C). Buah tomat yang telah di-blander,

    kemudian disaring dengan saringan teh setelah itu disaring kembali menggunakan

    kapas. Setelah didapatkan ekstrak tomat kemudian dicampurkan ke dalam media

    MS

    Gambar 1. (A) Bahan tomat yang digunakan sebagai adenda media (B) Tomatditimbang sesuai dengan kebutuhan (C) Tomat dihaluskanmenggunakan blander

    3.4.3 Pembuatan media perlakuan

    Media dasar yang digunakan untuk perlakuan pada penilitian ini adalah media MS

    (Murashige and Skoog, 1962) dengan penambahan ekstrak tomat 200 mg/l

    kemudian dikombinasikan dengan dan tanpa pepton dan berbagai konsentasi air

    kelapa (0, 100, 200, dan 300 ml/l).

    A CB

  • 26

    Media MS dibuat dengan cara memasukkan larutan stok makro, mikro A, mikro

    B, CaCl, Fe, Vitamin MS, dan Mio Inositol. Kemudian ditambahkan sukrosa

    (gula) sebanyak 20 gr/l, dan air kelapa sesuai dengan konsentrasi yang digunakan

    (0, 100, 200, dan 300 ml/l). Untuk media perlakuan yang menggunakan pepton,

    diberian pepton sebanyak 2 g/l, lalu ditera hingga satu liter. Setelah larutan

    selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah mengukur pH menggunakan pH meter.

    pH yang diinginkan adalah 5,8 jika kurang dari standar maka dilakukan

    penambahan KOH dan jika lebih dari standar maka dilakukan penambahan Hcl.

    Pada saat akan dimasak ditambahkan agar-agar sebanyak 7 g/l kemudian dimasak

    sampai mendidih. Setelah itu dimasukkan ke dalam botol kultur yang sudah

    disterilisasi sebanyak 30 ml/botol, lalu ditutup menggunakan plastik dan diikat

    menggunakan karet gelang. Botol – botol yang sudah beriisi media kemudian di

    autoclaf menggunakan autoclaf tommy selama 7 menit pada tekanan 1,2 kg/cmdan suhu 121 C. Berikut ini (Tabel 3) adalah komposisi yang terkandung dalammedia MS.

  • 27

    Tabel 3. Komposisi media MSSenyawa dalam Larutan Stok Konsentrasi Media

    MS (mg/l)

    NH4NO3 1.650KNO3 1.900KH2PO4 170MgSO4. 7H2O 370CaCl2. 2H2O 440MnSO4. H2O 16,9ZnSO. 7H2O 8,6H3BO3 6,2KI 0,83CuSO4. 5H2O 0,025CoCl2. 6H2O 0,025Na2. MoO4. 7H2O 0,25FeSO4. 7H2O 27,8Na2EDTA 37,3Tiamin-HCL 0,1Piridoksin-HCL 0,5Asam nikotinat 0,5Glisin 2,0Mio-inosital 100Sukrosa 20.000Agar-agar 7.000Air Kelapa 150 ml/lSumber (Yusnita, 2003).

    3.4.4 Eksplan dan Penanaman

    Eksplan yang digunakan adalah protocorm anggrek Dendrobium hibrida yang

    berasal dari perkecambahan antara anggrek berbunga merah besar dan anggrek

    D2278. Setelah polong siap dipanen, polong disebar ke dalam beberapa media,

    kemudian setelah 3 bulan dilakukan subkultur dengan cara mengambil protocorm

    yang terdapat pada media sebelumnya kemudian ditanam ke dalam media

    perlakuan di dalam laminar air flow cabinet (LAFC). Dalam satu botol kultur

    diisi 5 cluster yang setiap cluster jumlahnya beragam-ragam. Botol yang telah

    berisi eksplan ditutup dengan plastik, dikat dengan karet gelang, dan diberi label

  • 28

    tanggal tanam dan identitas tanaman lalu botol dibungkus dengan plastik wrapp.

    Setelah itu, botol kultur diletakkan pada rak yang berada di ruang kultur (Gambar

    2).

    Gambar 2. (A) Protocorm hasil penyebaran polong telah berproliferasi menjadiPLBs pada 12 MSP (B) Eksplan protocorm yang dipindahan di mediaperlakuan selama 8 MSP (C) Penanaman eksplan di media perlakuan(D) Eksplan yang terkontaminasi.

    3.4.5 Pemeliharaan kultur

    Semua kultur yang telah selesai ditanam, kemudian disimpan di dalam ruang

    kultur yang terdapat rak kultur di dalamnya. Di atas rak kultur diberikan lampu

    fluoresens (TL) dengan intensitas 1.000 – 2.000 lux, dan ruangan diatur pada suhu26 + 2 C secara terus menerus. Kultur dipelihara selama 2 bulan, kemudiandilakukan pengamatan pada masing-masing perlakuan.

    BA

    C D

  • V. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

    1. Pemberian 2 gr/l pepton dalam media MS (Murashige and Skoog) dan ekstrak

    tomat 200 gr/l tanpa air kelapa, dapat meningkatkan pertambahan jumlah

    PLBs dan bobot total PLBs dari protocorm anggrek Dendrobium hibrida

    dibandingkan tanpa pemberian 2 gr/l pepton ke dalam media MS (Murashige

    and Skoog) yang ditambah estrak tomat 200 gr/l dan tanpa air kelapa .

    2. Pemberian beberapa konsentrasi air kelapa mulai dari 100, 200, dan 300 ml/l

    tanpa pepton dapat meningkatkan pertambahan jumlah PLBs dan bobot total

    PLBs dari protocorm anggrek Dendrobium hibrida. Konsentrasi air kelapa

    200 ml/l merupakan media terbaik untuk meningkatkan pertambahan jumlah

    PLBs dan bobot total PLBs.

    3. Pengaruh pepton terhadap proliferasi protocorm like bodies (PLBs) dan bobot

    total PLBs anggrek Dendrobium hibrida bergantung pada konsentrasi air

    kelapa, yaitu pada media tanpa air kelapa pemberian pepton dapat

    meningkatkan pertambahan jumlah PLBs dan bobot total PLBs. Namun pada

    media yang diberi air kelapa, penambahan pepton justru menurunkan

    pertambahan jumlah PLBs dan bobot total PLBs.

  • 42

    5.2 Saran

    Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, penulis menyarankan agar

    dilakukan peningkatan konsentrasi pepton ke dalam media yang kandungan

    garamnya rendah seperti media ½ MS (Murashige and Skoog).

  • DAFTAR PUSTAKA

    Arditti, J. dan R. Ernst. 1992. Micropropagation of Orchid. New York: JhonWiley and Sons Inc.

    Badan Pusat Statistika. 2010. Produksi Tanaman Anggrek Tahun 2005-2014.Indonesia.

    Botanical. 2011. Tomato Natural Source of Lycopene. http://www.botanical-online.com. Diakses pada tanggal 27 Mei 2016.

    Gamborg, O. L. dan J. P. Shyluk. 1981. Nutrition, Media, and Characteristic ofPlant Cell and Tissue Culture. dalam Gunawan, L. W., 1988. Teknik KulturJaringan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

    Canene-Adams K., J. K. Campbell, S. Zaripheh, E. H.Jeffery, J. W. Erdman Jr.2005. The Tomato As a Functional Food. J. Nutr. 135: 1226–1230.

    George, E. F. 1996. Plant Propagation by Tissue Culture. Handbook andDirectory of Commercial Laboratories. Exegetics Ltd. Basingstoke:England.

    George, E.F., M.A. Hall, dan G.J De Klerk. 2008. Plant Propagation by TissueCulture 3rd Edition. Netherland: Springer Publishing.

    Giovannucci, E. 1999. Tomatoes, tomato-based products, lycopene, and cancer:review of the epidemiologic literature. J. Natl. Cancer Inst. 91:317–331.

    Gunawan, I. 2007. Perlakuan Sterilisasi Eksplan Anggrek Kuping Gajah(Bulbophyllum beccarii Rchb.f) dalam Kultur In Vitro. (Skripsi). InstitutPertanian Bogor.

    Gunawan, L.W. 1995. Teknik Kultur Jaringan In Vitro dalam Hortikultura.Jakarta: Penebar Swadaya.

    Hendaryono, D.P.S. dan A. Wijayani. 1994. Kultur Jaringan (Pengenalan danPetunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Media). Yogyakarta:Penerbit Kanisius.

  • 44

    Hendaryono, D.P.S. 2000. Anggrek dalam Botol. Yogyakarta: Kanisius.

    Hendaryono, D.P.S. 2007. Pembibitana Amggrek dalam Botol. Penerbit Kanisius:Yogyakarta.

    Hidayati, R. D. 2007. Pengaruh Beberapa Konsentrasi Kinetin Atau Pepton PadaPerecambahab Biji Anggrek Dendrobium sp Secara In Vitro. (Skripsi).Universitas lampung.

    Indra.2008. Media Pengembangan dan media Tanam dan Pertumbuhan.http://ekmonsaurus.com/data/media.PDF. Diakses pada tanggal 9 Mei 2016.

    Indrawati, W. 2008. Hibridisasi Berbagai Tetua Anggrek Dendrobium OptimasiPengecambahan Biji Serta Aklimatisasi Planlet Untuk MenghasilkanHibrida Dendrobium Baru. (Tesis). Universitas Lampung.

    Karjadi, A.K. dan A. Buchory. 2008. Pengaruh Auksin dan Sitokinin terhadapPertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Meristem Kentang KultivarGranola. Bandung: Puslitbang Hortikultura.

    Kasutjianingati dan R. Irawan. 2013. Alternative perbanyakan in-vitro anggrekbulan (Phalaenopsis amabilis). Jember: Departemen Produksi Pertanian.Politeknik Negeri.

    Katuuk, J. R. P. 1989. Teknik Kultur Jaringan dalam Mikropropagasi Tanaman,Jakarta: Departemen Pertanian dan Kehutanan.

    Kristianti, L. 2011. Pengaruh Ekstrak Touge dan Konsentrasi Pepton TerhadapPembesaran Seedling Phalaeonopsis Hibrida In vitro. (Skripsi). UniversitasLampung.

    Lakitan, B. 1995. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja GraindoPersada.

    Lisdianah, N. Hibridisasi dan Pengaruh Air Kelapa dan Tripton TerhadapPerkecambahan Biji dan Pertumbuhan Protokorm Anggrek Dendrobium sp.(Skripsi). Universitas Lampung.

    Madigan, M.T.2003. Brock Biology Of Microorganism. Amerika: PearsonEducation Inc.

    Murashige, T. Dan F. Skoog. 1962. A Revised Medium for Rapid Growth andBioassasys with Tobacco Tissue Cultures. Physol Plant. 15:473-497.

    Nusmawarhaeni, S. D. Prihartini, dan E.P. Pohan, 2001. Membuat TanamanCepat Berbuah. Jakarta: Penebar Swadaya.

  • 45

    Pierik, R.L.M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Netherlands: MartinusNijhoff Publishers.

    Puspitaningtyas, O. M. 1999. Inventarisasi Jenis-Jenis Anggrek di Cagar AlamKersik Luway Kalimantan Timur. Bogor: Buletin Kebun Raya Indonesia.

    Rahardja. 1988. Kultur Jaringan Teknik Perbanyakan Tanaman secara Modern.Jakarta: Penebar swadaya.

    Rahayu, R.Y. 2007. Komposisi Kimia Rabbit Nugget dengan Komposisi FillerTepung Tapioka yang Berbeda. (Skripsi). Universitas Gajah Mada.

    Ramadiana et al. 2008. Pengecambahan biji dan pertumbuhan seedlingPhalaenopsis Hibrida In Vitro pada dua media dasar dengan atau tanpaarang aktif. Jurnal Agrotropika. 16(2): 70-75.

    Sari, A. P. 2008. Pengaruh Media Dasar 1/2 MS dan Growmore dan PemberianPepton Terhadap Pengecambahan Anggrek Dendrobiun In Vitro. (Skripsi).Universitas Lampung.

    Sarjana, 2008. Penerapan Standar Penggunaan Pemanis Buatan Pada ProdukPangan. Jawa Tengah: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

    Smith, R. H. 2000. Plant Tissue Culture : techniques and experiments. London.:Academic press.

    Soerojo. 1992. Pengembangan Usaha Peranggrekan di Indonesia. BuletinPerhimpunan Anggrek Indonesia. 5: 22-24.

    Uesato, K. 1996. Influences of temperature on the growth of ceratophalae typeDendrobium. The Organizing Committee of 2nd Asia Pacific OrchidConference, Ujung Pandang. 1−4.

    Van Steenis, C. G. G. J. 1997. Flora. Pradnya Paramita: Jakarta.

    Wetter, L.R. dan F. Constabel. 1991. Metode Kultur Jaringan Tanaman (edisibahasa Indonesia). Bandung: ITB.

    Widiastoety, D., N. Sovia, dan Syafni. 1998. Kultur embrio pada anggrekDendrobium. Jurnal Hortikultura.7(4): 860−863.

    Widiastoety, D. 2001. Perbaikan Genetic dan Perbanyakan Bibit secara In Vitrodalam Mendukung Perkembangan Anggrek di Indonesia. Jurnal LitbangPertanian. 20(4): 138-143.

    Widiastoety, D. dan Nurmalinda. 2010. Pengaruh Suplemen Nonsintetik terhadapPertumbuhan Planlet Anggrek Vanda. Jurnal Hortikultura. 20(1):60-66.

  • 46

    Wetherell, D. F. 1976. Plant Tissue Culture Series. New Jersey: Avery PublishingGroup Inc.

    Yusnida, B. 2006. Pengaruh pemberian giberelin (GA3) dan air kelapa terhadapperkecambahan bahan biji anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis bl) secarain vitro. Hayati. 2(2): 41-46.

    Yusnita. 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien.Jakarta: Agromedia Pustaka.

    Yusnita. 2010. Perbanyakan In Vitro Tanaman Anggrek. Bandar Lampung:UniversitasLampung.

    Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.

    1 COVER.pdf2 ABSTRAK.pdf3 COVER DALAM.pdf4 Judul Skripsi (MENYETUJUI).pdf7 RIWAYAT HIDUP.pdf8 UCAPAN TRIMAKASIH.pdf9 SANWACANA.pdf10 DAFTAR ISI.pdfBAB I.pdfBAB II.pdfBAB III.pdfBAB V.pdfDAFTAR PUSTAKA.pdf