PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

54
PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING Disusun untuk memenuhi tugas akhir semester 1 mata kuliah Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling Dosen Pengampuh : Muwakhidah, S.Pd., M.Pd Disusun Oleh: Kelas A1 2014 Nur Arifaizal Basri (14-500-0011) PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA 2015

Transcript of PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

Page 1: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

PROJECT

DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

Disusun untuk memenuhi tugas akhir semester 1 mata kuliah Dasar-Dasar

Bimbingan Dan Konseling

Dosen Pengampuh : Muwakhidah, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:

Kelas A1 2014

Nur Arifaizal Basri (14-500-0011)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA

2015

Page 2: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

1

BAB I

PERKEMBANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI

AMERIKA DAN DI INDONESIA

Perkembangan BK di Amerika

Di pelopori oleh Frank Parson

dan Jesse M Devis (1908)

Biro Guidance

Movement

BK di era perang dunia I

(1914-1934)

Pengenalan dan pengembangan

tes psikoogis dan gerakan

kesehatan mental

Masuknya BK di

jenjang pendidikan

formal (akhir dekade

1920 atau awal dekade

1930-an)

Pihak

Perorangan atau

Pihak Industri

(swasta)

Pihak

Pemerintah

BK di era perang dunia II

(1935-1950)

Proses Membantu Individu-

individu membuat penyesuaian

hidup yang dibutuhkan

Perkembangan BK di Indonesia

Perkembangannya yang

dimulai dengan kegiatan

di sekolah

Pihak Pemerintah

(1962)

Organisasi IPBI dan

berubah menjadi

ABKIN pada tahun

2001

Sekolah yang pertama

membuka jurusan BP

adalah IKIP Bandung

dan IKIP Malang

(1963)

Lahir kurikulum

SMA Gaya baru

dalam melaksanakan

BP (1964)

Proyek Perintis Sekolah

Pembangunan (PPSP) dalam

penataan BP pada Kurikulum

1975

Pada kurikulum

1984 nama BP

berubah menjadi BK

Pada kurikulum 1994

tugas BK sudah jelas

yang tertuang dalam

SK Menpan

No.84/1993

Pada kurikulum 2004

tugas BK untuk

pengembangan diri pada

siswa

Pada

kurikulum

2006

Pengembangan

diri siswa

Page 3: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

2

PERKEMBANGAN BK

DI AMERIKA DAN DI INDONESIA

A. Perkembangan BK di Amerika

Awal mula lahirnya BK di Amerika yaitu ketika Frank Parson membuka

Biro pekerjaan yang bernama guidence movement yang bertujuan membantu para

pemuda untuk memilih karir yang didasarkan atas proses seleksi secara ilmiah.

Menurut Frank Parson ada tiga faktor penting yang harus diperhatikan dalam

memilih pekerjaan yaitu pemahaman yang jelas tentang diri sendiri, batasan dan

hal lainnya. Pemahaman yang jelas tentang dunia kerja yang menyangkut

persyaratan dan peluang. Penalaran yang benar berdasarkan hubungan antara

karakteristik pribadi dengan dunia kerja (Yusuf, 2009:88). Sedangkan di sumber

kedua dari Frank Parson, 1951 dalam Prayitno (2009:93) mengemukakan bahwa

bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih,

mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan serta mendapatkan kemajuan

dalam jabatan yang dipilihnya itu. Dari pernyataan tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa dalam melakukan bimbingan bertujuan untuk melakukan

proses bantuan kepada individu dalam memilih suatu pekerjaan atau karir dengan

memperhatikan kemampuan individu tersebut. Layanan bimbingan di Amerika

Serikat mulai diberikan oleh Jesse B. Davis pada sekitar tahun 1898-1907. Beliau

bekerja sebagai konselor sekolah menengah di Detroit. Dalam waktu sepuluh

tahun, ia membantu mengatasi masalah-masalah pendidikan, moral, dan jabatan

siswa.

Dalam era perang dunia pertama tahun 1914-1934 pihak militer mencari

piranti yang bisa mengukur dan mengklarifikasi para wamil, sebuah tim peneliti

yang ditugaskan membentuk tes untuk diaplikasikan sekejap kepada ribuan wamil

yang dipadukan dengan jenis-jenis teknik psikometrik. Selain itu program

bimbingan yang mulai muncul dengan frekuensi yang tinggi di jenjang SMP dan

SMA sejak tahun 1920-an, selain jenjang SMP dan SMA, gerakan konseling

untuk SD tampaknya juga dimulai di akhir dekade 1920-an. Menurut Hoyt, 1993

dalam Gibson (2011:15) pembalikan label populer ini dimulai sejak 1931 melalui

workbook in vocations, buku yang ditulis proctor, Benefield dan Wrenn. Tiga

Page 4: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

3

penulis ini melihat fakta yaitu karena psikologi banyak terlibat di dalam gerakan

bimbingan ini

Dalam era perang dunia kedua pada tahun 1935-1950 gerakan bimbingan

terus berkembang luas bahkan menjadi topik yang makin populer sampai-sampai

beberapa kampus ikut mengadopsinya. Dalam asosiasi guru-guru negara bagian

new york menerbitkan laporan di tahun 1935 yang mendefiniskan konsep

bimbingan dari gerakan ini sebagai proses membantu individu-individu membuat

penyesuaian hidup yang d butuhkan (Gibson, 2011:15).

B. Perkembangan BK di Indonesia

Perkembangan layanan bimbingan di Indonesia berbeda dengan di

Amerika, seperti yang tertera pada uraian di atas. Perkembangan BK di Amerika

dimulai dari usaha perorangan atau pihak swasta, kemudian berangsur-angsur

menjadi usaha pemerintah. Sedangkan di Indonesia perkembangannya dimulai

dengan kegiatan di sekolah dan usaha-usaha pemerintah.

Pada periode tahun sebelum 1960-1970an Bimbingan dan konseling

secara formal dibicarakan oleh para ahli. Tetapi di Yogyakarta pada tahun 1958

Dr Tohari Mustamar , dosen IKIP Yogyakarta (sekarang Prof. Dr. Tohari

Mustamar) telah mempelopori melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolah,

untuk pertama kali di SMA teladan Yogyakarta. Sedangkan pada tahun 1960

diadakan konferensi FKIP seluruh Indonesia yang diselenggarakan di malang,

memutuskan bahwa bimbingan dan konseling dimasukan dalam kurikulum FKIP,

setelah itu sukses dengtan diluluskannya sejumlah sarjana BP.

Yusuf (2009:96) mejelaskan bahwa Kurikulum 1975 menyatakan

bimbingan dan penyuluhan di tekankan dalam pendidikan di sekolah. Pada tahun

1975 berdiri ikatan petugas bimbingan dan konseling (IPBI) di malang. Pada

kurikulum 1984 lebih difokuskan pada bidang bimbingan karir.

Pada Kurikulum 2004 diharapkan mendapat hasil yang memadai seperti

membekali peserta didik atau siswa dengan ketrampilan (skill)/ kecakapan hidup.

Pada kurikulum 2006 di fokuskan pada pengembangan diri siswa.

Page 5: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

4

DAFTAR LITERATUR

Yusuf, Syamsu. Nurihsan, A. Juntika. 2009. Landasan Bimbingan Dan Konseling.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Prayitno. Amti, Erman. 2009. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta:

Rineka Cipta.

Gibson, L. Robert. Mitchel, H. Marianne. 2011. Bimbingan dan Konseling.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 6: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

5

BAB II

LANDASAN-LANDASAN

BIMBINGAN DAN KONSELING

Landasan Pelayanan

Bimbingan Dan Konseling

Landasan

Pedagogis

Landasan

Sosial-Budaya

Landasan

Yuridis

Landasan

Psikologis

Landasan

Filosofis

Landasan

Religius

Page 7: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

6

LANDASAN-LANDASAN

BIMBINGAN DAN KONSELING

Pelayanan bimbingan dan konseling agar dapat berdiri tegak sebagai

sebuah layanan profesional yang dapat diandalkan dan memberikan manfaat bagi

kehidupan, maka layanan bimbingan dan konseling perlu dibangun di atas

landasan yang kokoh, dengan mencakup: (1) landasan filosofis, (2) landasan

psikologis; (3) landasan sosial-budaya, (4) landasan yuridis, (5) landasan relegius,

dan (6) landasan pedagogis. Untuk terhidar dari berbagai penyimpangan dalam

praktek layanan bimbingan dan konseling, setiap konselor mutlak perlu

memahami dan menguasai landasan-landasan tersebut sebagai pijakan dalam

melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.

A. Landasan Filosofis

Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi serangkaian kegiatan atau

tindakan yang diharapakan merupakan tindakan yang bijaksana. Para penulis barat

telah banyak yang mencoba untuk memberikan deskripsi tentang hakikat manusia

antara lain Alblaster dan Lukes, 1971. Thompson dan Rudolph, 1983 dalam

Prayitno (2009:140) tentang manusia adalah makhluk rasional yang mampu

berpikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.

Dari penjelasan di atas maka dapat di pahami apabila Landasan filosofis

berkenaan dengan upaya memahami hakikat manusia, dikaitkan dengan proses

layanan bimbingan dan konseling.

B. Landasan Religius

A.A. Briel dalam Yusuf (2009:144) menjelaskan bahwa landasan religius

dalam bimbingan dan konseling mengimplementasikan bahwa konselor sebagai

pemberi bantuan yang dituntut untuk memiliki pemahaman akan nilai-nilai agama

dan komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai tersebut khususnya

dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling.

Dari pemaparan di atas maka bisa dipahami bahwa sikap yang mendorong

perkembangan dan kehidupan manusia berjalan ke arah yang sesuai dengan

Page 8: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

7

kaidah-kaidah agama, dan upaya yang memungkinkan berkembang dan

dimanfaatkannya secara optimal.

C. Landasan psikologi

Psikologi merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Peserta didik

sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan,

disamping itu, peserta didik senantiasa mengalami berbagai perubahan dalam

sikap dan tingkah lakunya. Disiplin psikologi sudah menjadi salah satu ilmu yang

paling berkaitan dengan profesi konseling sejak kemunculannya (Gibson,

2011:382).

Menurut Havighurts, 1968 dalam Prayitno (2009:161) tugas

perkembangan adalah suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam

kehidupan seseorang yang kesuksesan penyelesaiannya akan mengantarkan orang

tersebut ke dalam kebahagiannya.

Sementara Wasty Soemanto, 1983 dalam Yusuf (2009:175) berpendapat

bahwa lingkungan itu dapat diartikan secara fisiologisyang meliputi segala

kondisi dan material jasmaniah, psikologis yang mencakup stimulasi yang

diterima individu mulai masa konsepsi, kelahiran, sampai mati, seperti sifat-sifat

genetik.

Dari penjelasan yang di paparkan oleh beberapa para ahli maka dapat

disimpulkan apabila landasan psikologis adalah untuk memperkenalkan tingkah

laku individu yang masih dalam proses perkembangan dan senantiasa akan

memngalami berbagai proses perkembangan.

D. Landasan Sosial-Budaya

Manusia tidak bisa hidup sendiri, dimanapun manusia membutuhkan

bantuan dan senantiasa membentuk kelompok, dalam mengatur kelompok itu

manusia harus bisa mengembangkan ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban

masing-masing individu.

Dari Pedersen, 1976 dalam Prayitno (2009:173) menjelaskan bahwa

proses bimbingan dan konseling yang bersifat antarbudaya berasal dari latar

belakang yang berbeda sangat peka terhadap pengaruh dari sumber-sumber

Page 9: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

8

hambatan komunikasi. Perbedaan dalam ras atau etnik, kelas sosial, kelas

ekonomi dan pola bahasa yang menimbulkan masalah dalam hubungan konseling.

Masalah lain sebagai dampak negatif dari kehidupan modern ini adalah

semakin kompleknya jenis-jenis dan syarat-syarat pekerjaan, jenis dan pola

kehidupan, jenis dan kesempatan pendidikan, persaingan antarindividu (Yusuf,

2009: 118).

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan apabila landasan sosial-

budaya adalah seorang konselor bisa menerima konseli tanpa memandang ras,

etnik, agama, dan lain-lain.

E. Landasan Pedagogis

Landasan pedagogis adalah upaya pendidikan sebagai pengembangan

manusia dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan.

Belkin, 1975 dan borders dan drury, 1992 dalam Prayitno (2009:183)

mengemukakan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling di luar sekolah juga

tetap mengacu pada upaya pendidikan. Sedangkan menurut Crow & Crow, 1960

dalam Prayitno (2009: 183) berpendapat bahwa bimbingan menyediakan unsur-

unsur di luar individu yang dapat dipergunakannya untuk perkembangan diri.

Dari pemaparan di atas maka dapat dipahami apabila landasan pedagogis

adalah sebuah upaya pendidikan dalam pengembangan potensi kemampuan

individu tersebut.

F. Landasan Yuridis

Landasan yuridis merupakan suatu keputusan yang sudah mempunyai hak

dan kewajiban yang sudah di atur dalam undang-undang dan memiliki pelayanan

untuk peserta didik antara konseli dan konselor. Sesuai dengan peraturan yang

berlaku di Indonesia tentang pelayanan BK.

Page 10: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

9

DAFTAR LITERATUR

Yusuf, Syamsu. Nurihsan, A. Juntika. 2009. Landasan Bimbingan Dan Konseling.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Prayitno. Amti, Erman. 2009. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta:

Rineka Cipta.

Gibson, L. Robert. Mitchel, H. Marianne. 2011. Bimbingan dan Konseling.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 11: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

10

BAB III

HAKIKAT DAN URGENSI

BIMBINGAN DAN KONSELING

Hakikat Bimbingan

Dan Konseling

Pengertian

Bimbingan dan

Konseling

Tujuan

Bimbingan

dan

Konseling

Pengertian dari

Bimbingan

Hubungan

persamaan dan

perbedaan

bimbingan dan

konseling

Pengertian dari

Konseling

Urgensi Bimbingan

dan Konseling

Dalam Penyelenggaraan bimbingan dan

konseling harus memperhatikan asas-asas

yang mendasari tugas-tugas BK

Fokus pada

pengembangan

siswa

Mencapai tujuan

pendidikan nasional

Memperkuat fungsi-

fungsi pendidikan

Page 12: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

11

HAKIKAT DAN URGENSI

BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Hakikat Bimbingan dan Konseling

Layanan bimbingan dan konseling sangatlah penting dalam dunia

pendidikan khususnya kepada siswa yang sedang berada dalam proses

berkembang ke arah kematangan atau kemandirian untuk mencapai itu semua

maka siswa memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki

pemahaman tentang dirinya dan lingkungannya.

Bernard dan fulmer, 1969 Dalam Prayitno (2009:94)

mengemukakan bahwa bimbingan adalah segala sesuatu kegiatan yang

bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu. Sementara

chiskolm,1959 dalam Prayitno (2009:94) mengemukakan bimbingan

membantu setiap individu untuk lebih mengenali berbagai informasi

tentang dirinya.

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa bimbingan pada

prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli

kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri,

menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih,

menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan

lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku

Jones dalam Prayitno (2009:100) berpendapat bahwa Konseling

adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua

pengalaman siswa di fokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi

sendiri oleh orang yang bersangkutan. Sedangkan Gibson (2011:241)

menjelaskan bahwa para konselor harus bisa memahami proses

konseling dan tanggung jawabnya di dalam proses konseling tersebut.

Berdasarkan pengertian konseling di atas dapat dipahami bahwa konseling

adalah usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien

dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau

masalah khusus.

Page 13: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

12

Bimbingan dan konseling adalah pemberian bantuan kepada

siswa yang dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan siswa

tersebut (Supriatna, 2011:30).

Sejalan dengan perkembangannya bimbingan dan konseling,

maka tujuan bimbingan dan konseling mengalami perubahan dari yang

sederhana sampai ke yang lebih komprehensif. Bimbingan dan

konseling bertujuan untuk membantu peserta didik agar memiliki

kemampuan dalam mengembangkan potensinya (Supriatna, 2011:65).

Program bimbingan dan konseling sekolah dirancang untuk melayani

kebutuhan perkembangan dan penyesuaian kebutuhan semua anak muda

(Gibson, 2011:58).

Dari penjelasan di atas dapat di pahami bahwa bimbingan dan

konseling bertujuan untuk membantu individu (siswa) agar memperoleh

pencerahan diri (intelektual, emosional, sosial dan moral spiritual) sehingga

mampu menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif serta mampu mencapai

kehidupannya yang bermakna (produktif dan konstributif), baik bagi dirinya

sendiri maupun orang lain atau masyarakat.

Persamaan antara bimbingan dan konseling terletak pada tujuannya yang

hendak dicapai yaitu sama-sama berusaha untuk memandirikan individu, sama-

sama diterapkan di program persekolahan, dan sama-sama mengikuti norma-

norma yang berlaku di masyarakat tempat kedua kegiatan tersebut

diselenggarakan. Dengan kata lain, bimbingan itu merupakan satu kesatuan

dengan konseling yang mana konseling berada dalam kesatuan bimbingan

tersebut, sedangkan Perbedaan bimbingan dan konseling terletak pada isi kegiatan

dan tenaga yang menyelenggarakannya. Dari segi isi, bimbingan lebih banyak

menyangkut tentang usaha pemberian informasi dan kegiatan pengumpulan data

siswa dan lebih menekankan pada fungsi pencegahan. Sedangkan konseling

merupakan bantuan yang dilakukan dalam pertemuan tatap muka antara dua orang

manusia yaitu konselor dan konseli.

Page 14: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

13

B. Urgensi Bimbingan Dan Konseling

Urgensi BK di sekolah akan semakin dirasa perlu jika pelayanan BK

tersebut mampu memberikan kontribusi yang berarti terhadap upaya memperkuat

fungsi-fungsi pendidikan. BK sebagai salah satu sub-bidang dari bidang

pembinaan di sekolah mempunyai fungsi yang khas bila dibandingkan dengan

sub-bidang lainnya meskipun semua sub-bidang tersebut merupakan pelayanan

khusus kepada siswa. Fungsinya yang khas bersumber dari corak pelayanan yang

bersifat psikis. Peranan BK di sekolah untuk mengembangkan diri dan potensi

klien secara optimal menuntut pelaksanaan BK di sekolah secara efektif dan

efisien serta pembinaan dan pengembangan sesuai dengan ketentuan dan pedoman

yang berlaku.

Supriatna (2011:32) menjelaskan bahwa Peran guru BK dalam dunia

pendidikan juga sangat diperlukan karena diharapkan akan mampu membawa

peserta didik sampai pada standar kemampuan profesional dan akademis, juga

perkembangan diri yang sehat dan produktif.

Prayitno (2009:31) menjelaskan bahwa Pembangunan pendidikan nasional

indonesia bertujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya dalam menghadapi

tantangan perubahan masyarakat dan modernisasi.

Dari pemaparan para ahli maka dapat disimpulkan bahwa Peranan

bimbingan dan konseling disekolah ialah mempelancar usaha-usaha sekolah

dalam memperkuat fungsi-fungsi pendidikan. Usaha untuk memperkuat fungsi-

fungsi pendidikan ini sering mengalami hambatan, dan ini terlihat pada anak-anak

didik. Mereka tidak bisa mengikuti program pendidikan disekolah karena mereka

mengalami masalah, kesulitan ataupun ketidakpastian. Disinilah letak peranan

bimbingan dan konseling, yaitu untuk memberikan bantuan untuk mengatasi

masalah tersebut sehingga anak-anak dapat belajar lebih berhasil.

Page 15: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

14

DAFTAR LITERATUR

Prayitno. Amti, Erman. 2009. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta:

Rineka Cipta.

Supriatna, Mamat. 2011. Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kompetensi.

Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Gibson, L. Robert. Mitchel, H. Marianne. 2011. Bimbingan dan Konseling.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 16: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

15

BAB IV

KOMPONEN PROGRAM

BIMBINGAN DAN KONSELING

layanan Dasar layanan

Responsif

layanan

Perencanan

Individual

Dukungan

Sistem

Komponen-Komponen Program

Bimbingan Dan Konseling

Pengembangan

profesional,

konsultasi,

kolaborasi, kegiatan

manajemen

Peserta Didik

Page 17: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

16

KOMPONEN-KOMPONEN PROGRAM

BIMBINGAN DAN KONSELING

Peserta didik sebagai individu yang sedang berada dalam proses

berkembang yaitu berkembang kearah kematangan atau kemandirian. Untuk

mencapai kematangan maka peserta didik memerlukan bimbingan karena mereka

masih kurang memiliki pemahaman dan wawasan tentang dirinya dan

lingkungannya. Adapun komponen program BK ada 4 yaitu layanan dasar,

layanan responsif, layanan perencanaan individual, dan dukungan sistem. Masing-

masing komponen akan dijelaskan sebagai berikut:

A. Layanan Dasar

Layanan dasar dalam bimbingan adalah sebuah layanan bantuan pada

siswa dalam rangka membantu siswa mengembangkan potensi dirinya secara

optimal, sebagaimana yang di jelaskan oleh Supriatna (2011: 67) Layanan ini

bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang

normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar

hidupnya.

Gibson (2011:44) menjelaskan Manusia memiliki potensi sangat besar

untuk tumbuh dan berkembang melebihi spesies lain, otak manusia akan tumbuh

tiga kali lipat dalam ukuran dan berpuluh kali lipat dalam kemampuan ketika anak

bertumbuh-kembang.

Patmonodewo (2000:20) menjelaskan bahwa pertumbuhan dan

perkembangan dipengaruhi oleh jumlah dan macam makanan yang di konsumsi

tubuh tetapi pertumbuhan anak tidak hanya di pengaruhi oleh makanan tetapi juga

proses sosial.

Dengan perkataan lain, pertumbuhan tidak hanya di pengaruhi oleh jumlah

kualitas makanan tetapi juga di pengaruhi oleh perkembangan psikologis, sosial,

dan kualiatas anak dengan bebas stres.

Page 18: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

17

B. Layanan Responsif

Supriatna (2011: 67) menjelaskan layanan responsif adalah untuk

membantu siswa dalam memenuhi kebutuhannya yang dirasakan pada saat ini,

atau siswa mengalami hambatan atau kegagalan dalam menyelesaikan tugas-tugas

perkembangannya.

Berdasarkan dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa Layanan ini

merupakan sebuah bantuan pertolongan pada siswa dengan segera.

C. Layanan Perencanaan Individual

Layanan ini dapat diartikan sebagai layanan bantuan kepada siswa agar

mampu membuat dan melaksanakan perencanaan masa depannya, berdasarkan

pemahaman akan kekuatan dan kelemahan dirinya.

Supriatna (2011:68) mengemukakan bahwa layanan ini bertujuan

membimbing seluruh siswa agar memiliki kemampuan untuk merumuskan tujuan,

perencanaan, atau pengelolaan terhadap pengembangan dirinya, baik menyangkut

aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.

Dari pemaparan diatas maka dapat di pahami bahwa layanan perencanaan

individual merupakan layanan bantuan kepada siswa untuk merumuskan tujuan

dan mampu melaksanakan perecanaan masa depannya.

D. Dukungan Sistem

Ketiga komponen program adalah sebuah pemberian layanan BK kepada

para siswa secara langsung, sedangkan dukungan sistem merupakan bantuan

kepada siswa, atau memfasillitasi kelancaran perkembangan siswa.

Supriatna (2011:68) berpendapat bahwa program ini memberikan

dukungan kepada guru bimbingan konseling dalam rangka mempelancar

penyelengaraan ketiga program layanan tersebut.

Pengembangan profesional merupakan suatu usaha untuk pengetahuan dan

keterampilannya. Sedangakan pemberian konsultasi dan kolaborasi dengan guru,

orang tua, staf sekolah dan lainnya untuk memperoleh informasi dan umpan balik

tentang layanan bantuan yang telah diberikannya kepada para siswa.

Page 19: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

18

Supriatna (2011:75) mengemukakan bahwa manajemen program adalah

suatu layanan bimbingan dan konseling yang akan tercapai apabila memiliki suatu

sistem pengelolaan yang bermutu dalam arti dilakukan secaea jelas, sistematis,

dan terarah.

Dari berbagai penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dukungan

sistem adalah sebuah layanan yang memiliki pengelolaan program yang bermutu

dalam memenuhi kebutuhan siswa.

Page 20: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

19

DAFTAR LITERATUR

Supriatna, Mamat. 2011. Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kompetensi.

Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Patmonodewo, Soemiarti. 2000. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka

Cipta.

Gibson, L. Robert. Mitchel, H. Marianne. 2011. Bimbingan dan Konseling.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 21: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

20

BAB V

PEMETAAN TUGAS KONSELOR DALAM JALUR

PENDIDIKAN FORMAL

Jenjang TK/

SD

Jenjang SMP

Jenjang Pendidikan Tinggi

Jenjang SMA TUGAS

KONSELOR

Page 22: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

21

PEMETAAN TUGAS KONSELOR DALAM JALUR

PENDIDIKAN FORMAL

Dengan mempertimbangkan berbagai kenyataan serta pemikiran yang

telah dikaji, bisa ditegaskan bahwa pelayanan ahli bimbingan dan konseling

berada dalam konteks tugas koselor yaitu kawasan pelayanan yang bertujuan

memandirikan individu secara utuh dan optimal dalam menavigasi perjalanan

hidupnya melalui pengambilan keputusan tentang pendidikan termasuk yang

terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih serta mempertahankan karir

untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi

warga masyarakat yang peduli melalui pendidikan.

A. Jenjang TK/ SD

Di dalam Permendikbud (2014:111) menjelaskan bahwa konselor harus

melakukan pelayanan dan konsultasi yang memerlukan alokasi waktu untuk

pelaksanaan konsultasi kepada guru dan orang tua dalam perilaku anak didik yang

mengganggu.

Supriatna (2011:18) berpendapat jika menjadi konselor yang efektif perlu

mengenal diri sendiri, mengenal konseli, memahami maksud dan tujuan

konseling, serta menguasai proses konseling.

Sekolah dasar merupakan lembaga sosialisasi terkuat didalam

perkembangan manusia. Menurut Gibson (2011:87) konselor harus menyediakan

bimbingan kelas untuk meningkatkan pembelajaran dan kesiapan menjalani

kehidupan siswa.

Dari pemaparan di atas dapat di simpulkan bahwa Kegiatan konselor di

jenjang TK dan SD dilaksanakan untuk memberikan layanan konsultasi kepada

guru dan orang tua dalam mengatasi perilaku-perilaku yang mengganggu

(disruptive) siswa.

B. Jenjang SMP

Supriatna (2011:62) menjelaskan salah satu kompetensi yang harus

dimiliki oleh seorang konselor adalah kemampuan mengelola program BK. Di

Page 23: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

22

dalam permendikbud (2014:111) Konselor membantu konseli untuk memahami

dirinya dan menentukan alternatif pemecahan masalah yang terbaik.

Dari penjelasan di atas maka dapat dipahami bahwa konselor dapat

berperan secara maksimal dalam memfasilitasi konseli mengaktualisaikan potensi

yang dimilikinya secara optimal.

C. Jenjang SMA

Gibson (2011:99) memaparkan tugas konselor adalah untuk mengarahkan

siswa kepada karir, menyiapkan mental siswa menuju dunia kerja dan mendorong

siswa yang unggul. Sedangkan dari Permendikbud (2014:111) tugas konselor

untuk membantu dan memfasilitasi perkembangan siswa dan afektivitasnya.

Dari penjelasan di atas maka bisa disimpulkan jika konselor adalah sebuah

proses pemberian bantuan untuk memfasilitasi dalam perkembangan siswa untuk

masa depannnya.

D. Jenjang Pendidikan Tinggi

Pendapat dari Gibson (2011:105) para konselor pendidikan tinggi lebih

banyak terlibat dalam aktivitas loka-karya, seminar, kelompok studi, konseling

pribadi, pelatihan kepemimpinan, dan aktivitas kampus. Dari pemaparan tersebut

maka dapat diartikan bahwa tugas konselor di pendidikan tinggi lebih

memfokuskan pada pemantapan karir konseli.

Page 24: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

23

DAFTAR LITERATUR

Supriatna, Mamat. 2011. Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kompetensi.

Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Permendikbud no. 111 Tahun 2014. 2014. Tentang Penyelenggara layanan

bimbingan dan konseling dan pihak yang dilibatkan. Jakarta: Departemen

pendidikan dan kebudayaan.

Gibson, L. Robert. Mitchel, H. Marianne. 2011. Bimbingan dan Konseling.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 25: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

24

BAB VI

BIMBINGAN DAN KONSELING

UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN BERBAKAT

SAMA PEMINATAN DALAM KURIKULUM 2013

Keberadaan anak

berkebutuhan khusus

di sekolah

Kualifikasi anak

berkebutuhan khusus

Posisi Bk untuk anak

berkebutuhan khusus

- Anak keterbelakangan mental

(tuna Grahita)

- Anak ketidakmampuan belajar

- Anak yang mengalami

ganguan emosional (tuna laras)

- Anak yang mengalami

gangguan bahasa.

- Anak yang mengalami

gangguan pendengaran (tuna

rungu)

- Anak yang mengalami

gangguan penglihatan (tuna

netra)

- Anak yang mengalami

kelainan fisik (tuna daksa)

(a). Siswa dengan kecerdasan

dan kemampuan tinggi;

(b), Siswa yang mengalami

kesulitan belajar dan

(c) Siswa dengan perilaku

bermasalah.

Anak Berbakat

Pendidikan anak

berbakat

Pentingnya konseling

untuk anak berbakat

Peminatan BK dalam

implementasi K13

Peran dan fungsi

K13

Memfasilitasi Advokasi dan

Aksesibilitas.

Page 26: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

25

BIMBINGAN DAN KONSELING

UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN BERBAKAT

SAMA PEMINATAN DALAM KURIKULUM 2013

Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling bagi anak pada

umumnya sangat diperlukan apalagi bagi anak berkebutuhan khusus yang sudah

jelas memiliki apa yang disebut "hambatan perkembangan dan hambatan belajar".

Layanan bimbingan dan konseling harus memperhatikan atau lebih terfokus pada

hambatan-hambatan yang sudah nyata dialami oleh mereka agar memperoleh

solusi atau jalan keluar yang baik dalam mengantisipasi atau menuntaskan

hambatan yang mereka alami.

Sudewo (2011:11) mengatakan bahwa karakter merupakan kumpulan dari

tingkah laku baik dari seorang anak manusia. Tingkah laku ini merupakan

perwujudan dari kesadaran menjalankan peran, fungsi, dan tugasnya mengemban

amanah dan tanggung jawab

Simak kembali apa yang dikatakan oleh Sudewo (2011:11), dalam

pembentukan kualitas manusia, peran karakter tidak dapat disisihkan.

Sesungguhnya karakter inilah yang menempatkan baik tidaknya seseorang. Posisi

karakter bukan jadi pendamping kompetensi melainkan jadi dasar , ruh, atau jiwa

orang tersebut. Tanpa karakter, „peningkatan diri‟ dari kompetensi bisa liar,

berjalan tanpa rambua dan aturan.

Sijabat (2011: 12) menyamakan antara karakter dan watak, beliau

mengatakan bahwa watak adalah sifat, tabiat, atau kebiasaan dalam diri dan

kehidupan manusia, yang sudah begitu tertanam dan berurat akar serta telah

menjadi ciri khas diri kita sendiri (personalitis). Karena itu apakah dilihat orang

lain atau tidak, kita akan memperlihatkan perangai itu (konsisten). Bila dilihat

orang maupun tidak, misalnya kita selalu bertanggung jawab, rajin, bersih, teratur,

sopan, ramah, sabar, ulet, dan kerja keras.

Asperger, diambil dari seorang dokter berkebangsaan Austria, Hans

Asperger (1944) yang menerbitkan sebuah makalah tentang pola perilaku anak

laki-laki yang memiliki tingkat intelegensi dan perkembangan bahasa yang

normal, tetapi memperlihatkan perilaku yang mirip autisme serta mengalami

Page 27: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

26

kekurangan dalam hubungan sosial dan kecakapan berkomunikasi serta

mengalami kesulitan jika terjadi perubahan, dan selalu melakukan hal yang sama

secara berulang-ulang. Penyandang asperger memiliki perasaan yang terlalu

sensitif terhadap suara, rasa, penciuman, dan penglihatan, sehingga mereka lebih

menyukai pakaian yang lembut, makanan tertentu, dan merasa terganggu dengan

keributan atau penerangan lampu yang mana orang normal tidak dapat mendengar

dan melihatnya (Prasetyono, 2008: 83-85).

Untuk anak berkebutuhan khusus pendidikan karakter dapat diberikan

melalui pendidikan karakter sederhana seperti bina diri anak dalam menjalani

kehidupan sehari-hari, misalnya, sopan santun dalam berucap kata, memakai

pakaian, menerima dan memberi dengan tangan kanan, serta sosialisasi mereka

dengan teman-teman atau lingkungan. Hal-hal seperti inilah yang semestinya

diperhatikan dan diberikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus, agar mereka

dapat hidup dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitar mereka.

Bina diri anak ini bukan hanya dilakukan satu sampai dengan lima kali

saja melainkan terus diberikan secara berulang-ulang sampai anak berkebutuhan

khusus tersebut dapat melaksanakan perilaku tersebut dengan sendirinya tanpa

harus di awasi oleh guru ataupun orangtua. Dengan demikian mereka dapat

menyadari siapa dirinya dan apa yang perlu dilakukan dalam kehidupan sehari-

hari, sehingga karakter dasar tersebut terbentuk dalam diri anak-anak

berkebutuhan khusus.

Untuk anak berkebutuhan khusus pendidikan karakter dapat diberikan

melalui pendidikan karakter sederhana seperti bina diri anak dalam menjalani

kehidupan sehari-hari, misalnya, sopan santun dalam berucap kata, memakai

pakaian, menerima dan memberi dengan tangan kanan, serta sosialisasi mereka

dengan teman-teman atau lingkungan. Hal-hal seperti inilah yang semestinya

diperhatikan dan diberikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus, agar mereka

dapat hidup dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitar mereka.

Pemfasilitasian secara maksimal pengembangan potensi konseli berbakat

khusus tidak dapat dilakukan sendirian oleh konselor atau oleh psikolog, akan

tetapi harus dengan peran serta dari guru mata pelajaran yang jauh lebih besar,

bahkan mungkin juga diperlukan peran serta dari dosen mata pelajaran di jenjang

Page 28: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

27

perguruan tinggi, seperti yang misalnya diluncurkan dalam program pembinaan

potensi luar biasa konseli di bidang matematika pada jenjang Sekolah Menengah

melalui Proyek MPS (Mathematically Precocious Students) (rambu-rambu

penyelenggaraan BK, 2007).

Untuk mengetahui bakat setiap orang maka yang diperlukan adalah

memberi beberapa tes kepada peserta didik, menurut Gibson (2011:358) kita

harus menguji perbedaan-perbedaan halus yang memilahkan ukuran kecerdasan

dari ukuran bakat. Dari penjelasan tersebut maka dapat dipahami apabila untuk

mengukur bakat peserta didik maka dapat dilakukan dengan memberi beberapa tes

yaitu tes kecerdasan, tes bakat, tes bakat khusus, dan lain-lain.

peminatan adalah sebuah proses yang akan melibatkan serangkaian

pengambilan pilihan dan keputusan oleh peserta didik yang didasarkan atas

pemahaman potensi diri dan peluang yang ada di lingkungannya. Dilihat dari

konteks ini maka bimbingan dan konseling adalah “wilayah layanan yang

bertujuan memandirikan individu yang normal dan sehat dalam menavigasi

perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan termasuk yang terkait

dengan keperluan untuk memilih, meraih serta mempertahankan karier untuk

mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga

masyarakat yang peduli kemaslahatan umum (the Common Good) melalui

(upaya) pendidikan.” (Implementasi Program Bimbingan Dan Konseling Dalam

Kurikulum 2013)

Kurikulum 2013 menghendaki adanya diversifikasi layanan, jelasnya

layanan peminatan. Bimbingan dan konseling berperan melakukan advokasi,

aksesibilitas, dan fasilitasi agar terjadi diferensiasi dan diversifikasi layanan

pendidikan bagi pengembangan pribadi, sosial, belajar dan karir peserta didik.

Untuk itu kolaborasi guru bimbingan dan konseling/konselor dengan guru mata

pelajaran perlu dilaksanakan dalam bentuk:

(1) memahami potensi dan pengembangan kesiapan belajar peserta didik,

(2) merancang ragam program pembelajaran dan melayani kekhususan kebutuhan

peserta didik, serta

(3) membimbing perkembangan pribadi, sosial, belajar dan karir.

Page 29: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

28

DAFTAR LITERATUR

Prasetyono, D.S. 2008. Serba-serbi Anak Autis. Yogyakarta: Diva Press

Sijabat, B.S. 2011. Membangun Pribadi Unggul Suatu Pendekatan Teologis

Pendidikan Karakter. Yogyakarta: ANDI Offset.

Sudewo, Ari. 2011. Best Practice Character Building Menuju Indonesia Lebih

Baik. Jakarta: Republika

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2007.

Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur

Pendidikan Formal (Naskah Akademik). Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2013.

Implementasi Program Bimbingan Dan Konseling Dalam Kurikulum 2013.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Gibson, L. Robert. Mitchel, H. Marianne. 2011. Bimbingan dan Konseling.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 30: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

29

BAB VII

EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR DALAM JALUR

PENDIDIKAN FORMAL

Ciri Khas Ekspektasi Kinerja

Konselor Disetiap Jenjang

Pendidikan Formal

Jenjang

TK/SD

Jenjang

SMP

Jenjang

SMA Jenjang

PT

Menurut

ABKIN

Page 31: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

30

EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR DALAM JALUR

PENDIDIKAN FORMAL

Konselor sekolah adalah konselor yang mempunyai tugas, tanggung

jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan BK terhadap sejumlah

peserta didik. Berikut ini digambarkan secara umum perbedaan ciri khas

ekspektasi kinerja konselor di setiap jenjang pendidikan.

A. Jenjang TK/SD

Dalam Rambu-rambu (2007) menjelaskan bahwa pada jenjang ini fungsi

bimbingan dan konseling lebih bersifat preventif dan developmental. Secara

pragmatik, komponen kurikulum pelaksanaan dalam bimbingan konseling yang

perlu dikembangkan oleh konselor jenjang Taman Kanak-kanak membutuhkan

alokasi waktu yang lebih besar dibandingkan dengan yang dibutuhkan oleh siswa

pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Gibson (2011:83) menjelaskan bahwa karakteristik siswa dan sekolah di

tingkatan prasekolah atau di tingkatan dasar ini memerlukan pengorganisasian

program yang berbeda dari program konseling di sekolah menengah dan lebih

tinggi.

Dalam Permendikbud (2014:111) Penyelenggara layanan bimbingan dan

konseling di SD/MI/SDLB adalah konselor atau guru bimbingan dan konseling.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan di

tingkat TK/SD harus diberikan sesuai dengan kebutuhan dan memberi bekal

kemampuan dasar pada peserta didik.

B. Jenjang SMP

Dalam Permendikbud (2014:111) Layanan Bimbingan dan Konseling

adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang

dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi

perkembangan peserta didik/Konseli untuk mencapai kemandirian, dalam wujud

kemampuan memahami, menerima, mengarahkan, mengambil keputusan, dan

Page 32: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

31

merealisasikan diri secara bertanggung jawab sehingga mencapai kebahagiaan dan

kesejahteraan dalam kehidupannya.

C. Jenjang SMA

Dalam Permendikbud (2014:111) menjelaskan tentang:

1. Penyelenggara layanan bimbingan dan konseling diMA/MA/SMALB/SMK

/MAK adalah konselor atau guru bimbingan dan konseling.

2. Setiap satuan pendidikan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK diangkat sejumlah

konselor atau guru bimbingan dan konseling dengan rasio 1:(150-160) (satu

konselor atau guru bimbingan dan konseling melayani 150-160 orang peserta

didik/konseli).

3.Setiap Satuan pendidikan SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK, diangkat

koordinator bimbingan dan konseling yang berlatar belakang minimal Sarjana

Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan telah lulus

pendidikan profesi guru bimbingan dan konseling/konselor; atau minimal

Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling.

D. Jenjang Pendidikan Tinggi

Dalam rambu-rambu penyelenggaraan BK (2007) menjelaskan bahwa Di

jenjang perguruan tinggi, konseli telah difasilitasi baik penumbuhan karakter serta

penguasaan hard skills maupun soft skills lebih lanjut yang diperlukan dalam

perjalanan hidup serta dalam mempersiapkan karier.

Oleh karena itu, di jenjang Perguruan Tinggi pelayanan Bimbingan dan

Konseling lebih difokuskan pada pemantapan karir, sebisa mungkin yang paling

cocok baik dengan rekam jejak pendidikannya maupun kebutuhan untuk

mengakutalisasikan dirinya sebagai pribadi yang produktif, sejahtera serta

berguna untuk manusia lain.

Page 33: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

32

DAFTAR LITERATUR

Permendikbud no. 111 Tahun 2014. 2014. Tentang Penyelenggara layanan

bimbingan dan konseling dan pihak yang dilibatkan. Jakarta: Departemen

pendidikan dan kebudayaan.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2007.

Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur

Pendidikan Formal (Naskah Akademik). Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional.

Gibson, L. Robert. Mitchel, H. Marianne. 2011. Bimbingan dan Konseling.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 34: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

33

BAB VIII

KEUNIKAN DAN KETERKAITAN TUGAS GURU DAN

KONSELOR BEBERAPA KESALAHPAHAMAN BK

Keunikan dan

keterkaitan tugas

guru dan konselor

Wilayah gerak pada

guru dan konselor di

pendidikan formal

Tujuan Umum Fokus Kegiatan

Guru Konselor Konselor Guru

Pada Mata

pelajaran

Layanan

bimbingan

Pada

pengembangan

siswa

Pada bidang

studi

Kesalahpahaman

dalam BK

Tejadi dalam ruang

lingkung pendidikan

formal

Kurang

mengertinya

personil

sekolah kepada

peranan BK

Konselor yang bukan

lulusan di jurusan BK

Page 35: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

34

KEUNIKAN DAN KETERKAITAN TUGAS GURU DAN

KONSELOR BEBERAPA KESALAHPAHAMAN BK

A. Keunikan Dan Keterkaitan Tugas Guru Dan Konselor

Dalam rambu-rambu penyelenggaraan BK (2007) menjelaskan bahwa

Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang dihadapi guru pada saat

pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk penanganannya, dan masalah yang

ditangani konselor dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya apabila itu

terkait dengan proses pembelajaran bidang studi.

Gibson (2011:528) menjelaskan bahwa keahlian konselor dalam teori

perkembangan yang dikombinasikan dengan pengetahuan guru dengan metode

dan bahan intruksi menyediakan basis tim dalam perencanaan dan pembangunan

lingungan belajar yang produktif.

B. Kesalahpahaman BK

Prayitno (2009:121) menjelaskan beberapa kesalahpahaman yang sering

dijumpai dilapangan antara lain sebagai berikut:

1. BK disamakan atau dipisahkan sama dari pendidikan

2. Menyamakan pekerjaan BK dengan pekerjaan dokter

3. BK dibatasi hanya menangani masalah-masalah yang bersifat insidential

4. BK dibatasi hanya untuk siswa tertentu saja

5. BK melayani orang sakit

6. Pelayanan BK berpusat pada keluhan pertama saja

7. BK menangani masalah yang ringan

8. Petugas BK di sekolah diperankan sebagai polisi sekolah

9. BK dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat

10. BK bekerja sendiri harus bekeja sama dengan ahli atau petugas lain

11. Konselor harus aktif, sedangkan pihak lain pasif

12. Menganggap pekerjaan BK dapat dilakukan siapa saja

13. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien

14. Memusatkan usaha BK hanya pada penggunaan instrumentasi

15. Menganggap hasil pekerjaan BK harus segera terlihat.

Page 36: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

35

DAFTAR LITERATUR

Prayitno, Amti, Erman. 2009. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta:

Rineka Cipta.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2007.

Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur

Pendidikan Formal (Naskah Akademik). Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional.

Gibson, L. Robert. Mitchel, H. Marianne. 2011. Bimbingan dan Konseling.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 37: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

36

BAB IX

KERANGKA KERJA UTUH BIMBINGAN DAN KONSELING

PERENCANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Kerangka Kerja Utuh Bimbingan

Dan Konseling

Asesmen Lingkungan

Komponen Program Harapan Dan Kondisi

Lingkungan

Strategi Pelayanan

-Tugas perkem-

bangan (kompe-

tensi kecakapan

hidup nilai dan

moral).

- Tujuan BK

(penyadaran ako-

modasi tindakan)

- layanan dasar

- Layanan responsif

- Layanan perenca-

naan individual

- Dukungan sistem

- Pelayanan Orientasi

- Bimbingan Kelompok

- Kunjungan Rumah

- Kerja sama dengan

guru dan orang tua

- Konsultasi

- Evaluasi

- Pengembangan profesi

Harapan dan

kondisi konseli

Asesmen

perkembengan

konseli

Page 38: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

37

Perencanaan Program BK

Tahapan penyusunan

program Bk

Studi kelayakan

Penyusunan

program BK

Konsultasi usulan

program

Penyediaan fasilitas

Pengadaan biaya

Pengorganisasian

program

Kriteria penilaian

keberhasilan

- Sarana dan fasilitas

- pengendalian pembiayaan yang

dibtuhkan

- Merumuskan masalah siswa

- Kemampuan yang dimiliki

konselor

Pihak-pihak yang terkait dalam

program BK (kepsek,waka,wali kelas)

- Penyediaan program

- Penyediaan instrumen

- Pembiayaan personel BK

- Biaya operasional guru/konselor

- biaya kegiatan penelitian

- pengembangan bidang BK

- Cara kerja

- Pola kerjanya

- Aspek pribadi

- Aspek sosial

- Aspek belajar

- Aspek karir

Page 39: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

38

KERANGKA KERJA UTUH BIMBINGAN DAN KONSELING

PERENCANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Kerangka Kerja Utuh Bimbingan Dan Konseling

kerangka kerja utuh pelayanan bimbingan dan konseling harus dikelola

dengan baik sehingga berjalan secara efektif dan produktif. Fungsi manajemen

yang penting dijalankan dalam pelayanan bimbingan dan konseling meliputi:

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis dan tindak lanjut.

Gibson (2011:566) menjelaskan bahwa pentingnya manajemen,

pengembangan dan kepemimpinan pengorganisasian yang sudah diberikan

(minimal berdasarkan persiapan formalnya) bagi seni pengembangan dan

pengelolaan program konseling di berbagai lingkup.

Supriatna (2011:47) menjelaskan bahwa salah satu cara untuk memahami

kebutuhan siswa adalah melalui pengukuran tugas-tugas perkembangannya.

Muro dan Kottman dalam Yusuf (2009:26) mengemukakan bahwa struktur

komponen program bimbingan dan konseling ada 4 yaitu: layanan dasar

bimbingan dan konseling, layanan responsif, layanan perencanaan individual, dan

dukungan sistem.

B. Perencanaan Program Bimbingan Dan Konseling

Perencanaan program BK hendaknya diselaraskan dengan hasil kajian atau

analisis tentang tujuan dan program BK. Dalam rambu-rambu penyelenggaraan

BK (2007) menjelaskan bahwa Penyusunan program bimbingan dan konseling di

Sekolah/Madrasah dimulai dari kegiatan asesmen, atau kegiatan mengidentifikasi

aspek-aspek yang dijadikan bahan masukan bagi penyusunan program tersebut.

Kegiatan asesmen ini meliputi (1) asesmen lingkungan, yang terkait dengan

kegiatan mengidentifikasi harapan Sekolah/Madrasah dan masyarakat (orang tua

peserta didik), sarana dan prasarana pendukung program bimbingan, kondisi dan

kualifikasi konselor, dan kebijakan pimpinan Sekolah/Madrasah dan (2) asesmen

kebutuhan atau masalah peserta didik, yang menyangkut karakteristik peserta

didik, seperti aspek-aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan,

motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, minat-minatnya (pekerjaan, jurusan,

Page 40: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

39

olah raga, seni, dan keagamaan), masalah-masalah yang dialami, dan kepribadian;

atau tugas-tugas perkembangannya, sebagai landasan untuk memberikan

pelayanan bimbingan dan konseling. Program bimbingan dan konseling di

Sekolah/Madrasah dapat disusun secara makro untuk 3-5 tahun,

Berdasarkan penjelasan diatas, program BK itu bersifat fleksibel (tilikan

Kontekstual), namun tetap idealis. Perumusan dalam kebutuhan berdasarkan hasil

asesmen, maka konselor perlu mengidentifikasi kebutuhan, tugas, perkembangan

peserta didik.

Page 41: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

40

DAFTAR LITERATUR

Supriatna, Mamat. 2011. Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kompetensi.

Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Yusuf, Syamsu. Nurihsan, Juntika. 2009. Landasan Bimbingan Dan Konseling.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Gibson, L. Robert. Mitchel, H. Marianne. 2011. Bimbingan dan Konseling.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2007.

Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur

Pendidikan Formal (Naskah Akademik). Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional.

Page 42: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

41

BAB X

STRATEGI IMPLEMENTASI PROGRAM

BIMBINGAN DAN KONSELING

Strategi Implementasi

Bimbingan Dan Konseling

Bimbingan klasikal Bimbingan Kelompok Kolaborasi Dengan Guru Mapel

Pelayanan bimbingan

yang dirancang untuk

melakukan kontak

langsung pada konseli

Proses bantuan yang

diberikan pada

kelompok orang

Membantu memecahkan

masalah

Strategi

Layanan Dasar

Layanan Perencanaan

Individual

Dukungan sistem

Layanan Responsif

Page 43: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

42

STRATEGI IMPLEMENTASI PROGRAM

BIMBINGAN DAN KONSELING

Strategi pelaksanaan program untuk masing-masing komponen pelayanan

dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. Strategi Layanan Dasar

1. Bimbingan Klasikal

Dalam rambu-rambu penyelenggaraan BK (2007) menjelaskan bahwa

program yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung

dengan para peserta didik di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan

pelayanan bimbingan kepada para peserta didik. Kegiatan bimbingan kelas ini

bisa berupa diskusi kelas atau brain storming (curah pendapat).

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa layanan dasar di

peruntunkan bagi semua siswa, kegiatan layanan ini melalui pemberian informasi

tentang barbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa.

2. Bimbingan Kelompok

Gibson (2011:275) menjelaskan bahwa bimbingan kelompok mengacu

kepada aktivitas-aktivitas kelompok yang berfokus kepada penyediaan informasi

atau pengalaman lewat aktivitas kelompok yang terencana dan terorganisir.

Sedangkan menurut Supriatna (2011:71) menjelaskan bahwa bimbingan

kelompok adalah pemberian bantuan kepada siswa melalui kelompok-kelompok

kecil, bimbingan ini bertujuan untuk merespon kebutuhan dan minat siswa.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan

kelompok merupakan sebuah bantuan kepada siswa lewat aktivitas kelompok

yang terencana untuk merepon kebutuhan dan minat siswa.

3.Kolaborasi Dengan Guru Mapel

Program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh

semua pihak yang dalam hal ini khususnya para guru mata pelajaran tujuannya

untuk memperoleh data dan informasi dari guru mapel tersebut.

Para konselor sekolah juga harus berpengalaman dalam mengumpulkan

data siswa perindividu dari guru untuk mengidentifikasikan perbedaan-perbedaan

yang dihadapi siswa (Gibson, 2011:527).

Page 44: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

43

B. Strategi Layanan Responsif

1. Konsultasi

Supriatna (2011:72) menjelaskan, konselor memberikan layanan

konsultasi pada guru, orangtua, atau pihak pimpinan sekolah dalam rangka

membangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para siswa.

2. Konseling Individual Atau Kelompok

Gibson (2011:301) mengemukakan bahwa konselor harus

mengidentifikasi kebutuhan mana saja bagi aktivitas bimbingan kelompok yang

tepat. Sedangkan menurut Prayitno (2009:307) dalam layanan kelompok interaksi

antarindividu anggota kelompok merupakan suatu yang khas, yang tidak mungkin

terjadi pada konseling individu.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa konseling

individual atau kelompok bertujuan untuk membantu kebutuhan siswa tersebut.

3. Referal

Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani

masalah konseli, maka sebaiknya dia mereferal atau mengalihtangankan konseli

kepada pihak lain yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan

kepolisian. Konseli yang sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki

masalah, seperti depresi, tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, dan

penyakit kronis (rambu-rambu penyelenggaraan BK, 2007)

4. Bimbingan Teman Sebaya

Bimbingan teman sebaya adalah bimbingan yang dilakukan oleh siswa

terhadap siswa lainnya (Supriatna, 2011:73).

C. Strategi layanan perencanaan Individual

1. Penilaian Individual Atau Kelompok

Konselor bersama siswa mengalisis dan menilai kemampuan, minat,

keterampilan dan prestasi belajar siswa (Supriatna, 2011:73). Berdasarkan

penjelasan di atas, konselor membantu siswa mengalisis kekuatan dan kelemahan

dirinya.

Page 45: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

44

2. Individual

Konselor memberikan nasehat kepada siswa untuk memanfaatkan hasil

penilaian tentang dirinya, atau informasi tentang pribadi, sosial, pendidikan, dan

karir yang di perolehnya.

D. Strategi Dukungan Sistem

1. Pengembangan Profesional

Konselor secara terus-menerus berusaha untuk mengupdate pengetahuan

dan keterampilannya.

2. Pemberian Konsultasi Dan Berkolaborasi

Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru,

orangtua, staf sekolah dan lain-lain.

Page 46: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

45

DAFTAR LITERATUR

Supriatna, Mamat. 2011. Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kompetensi.

Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Prayitno. Amti, Erman. 2009. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta:

Rineka Cipta

Gibson, L. Robert. Mitchel, H. Marianne. 2011. Bimbingan dan Konseling.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2007.

Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur

Pendidikan Formal (Naskah Akademik). Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional.

Page 47: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

46

BAB XI

AKUNTABILITAS SERTA ANALISIS

HASIL EVALUASI PROGRAM

DAN TINDAK LANJUT

Akuntabilitas serta analisis hasil

evaluasi program dan tindak lanjut

Akuntabilitas Program Pertanggung jawaban

akuntabilitas

Efesiensi keefektifan Beberapa Faktor

Faktor Pendukung

1. Memberi teladan

2. mencptakan kordinasi

yang baik

Faktor Penghambat

1. Penurunan nilai-nilai norma.

2. Lemahnya hukum tentang

akuntabilitas.

Evaluasi Program

Tujuan

Mengetahui

keterlaksanaan

dari program

yang telah

ditetapkan

Fungsi

1. Memberikan umpan balik

bagi konselor.

2.Memberikan informasi ke

pihak sekolah tentang

perkembangan siswa

Langkah-langkah

1. Merumuskan masalah.

2. Pengumpulan data.

3. Mengalisis data.

4. Melakukan tindak lanjut.

ASPEK YANG DI

EVALUASI

PROSES

1. Kesesuaian antara pelaksanaan dengan

rancangan program.

2. Tingkat partisipasi.

3. Keberhasilan dan hambatan-hambatan

yang dialami.

4. Respons (siswa, kepala sekolah

HASIL

1. Kualitas ketaqwaan kepada tuhan YME.

2. Kualitas pemahaman, penerimaan, dan

penghargaan diri siswa.

3. sikap dan kebiasaan belajar siswa.

4. sikap siswa terhadap program BK.

5. kualiatas prestasi belajar siswa.

6. kualitas kedisiplinan siswa.

7. Kualitas sikap-sikap sosial siswa.

8. Pemahaman dan persiapan.

Page 48: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

47

AKUNTABILITAS SERTA ANALISIS

HASIL EVALUASI PROGRAM

DAN TINDAK LANJUT

Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan

program pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah mengacu pada

ketercapaian kompetensi, keterpenuhan kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan

pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan

membantu peserta didik memperoleh perubahan perilaku dan pribadi ke arah yang

lebih baik.

Gibson (2011:566) bahwa akuntabilitas berarti pembuktian objektif

konselor yang sukses merespon kebutuhan-kebutuhan yang terindentifikasi.

Kurangnya evaluasi sering mengarah kepada mediokritas atau kegagalan

mencapai potensi individu sepenuhnya.

Evaluasi bagi konselor di berbagai lingkup adalah proses vital bagi

penyempurnaan profesionalitas, sebuah proses yang mengumpulkan data

performa yang objektif berdasarkan analisis yang sistematis (Gibson, 2011:579).

Dalam Jurnal bimbingan dan konseling disekolah (2008) Penilaian

program bimbingan merupakan usaha untuk menilai sejauh mana pelaksanaan

program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Supriatna (2011:80) menjelaskan bahwa penilaian atau evaluasi ini adalah

segala upaya tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan

kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan di sekolah.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dipahami bahwa penilaian atau

evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana keefektifan

pelayanan bimbingan dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil

dimaksudkan untuk memperoleh informasi keefektifan pelayanan bimbingan

dilihat dari hasilnya di sekolah.

Page 49: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

48

DAFTAR LITERATUR

Supriatna, Mamat. 2011. Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kompetensi.

Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Gibson, L. Robert. Mitchel, H. Marianne. 2011. Bimbingan dan Konseling.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2008.

Bimbingan Dan Konseling Disekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional.

Page 50: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

49

BAB XII

PERSONIL

BIMBINGAN DAN KONSELING

Personil BK

Kepala

Sekolah

Komite

Sekolah

Wakil Kepala

Sekolah

Fokus = siswa

Tujuan = mencapai perkembangan siswa yang

optimal

Dapat berkomunikasi dengan bai antar anggota

Dampak pada konseli/siswa

Guru

Kelas

Wali

Kelas

Staf

Sekolah Guru

Pembimbing

Page 51: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

50

PERSONIL

BIMBINGAN DAN KONSELING

Keberhasilan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak

hanya ditentukan oleh keahlian dan keterampilan para petugas bimbingan dan

konseling itu sendiri, namun juga sangat ditentukan oleh komitmen dan

keterampilan seluruh staf sekolah, terutama dari kepala sekolah sebagai

administrator dan supervisor.

Guru bimbingan dan konseling dituntut mampu menjalin komunikasi yang

efektif dengan semua personil baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah

(Supriatna, 2011: 241).

Bimbingan dan konseling pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa,

pencegahan terhadap timbulnya masalah yang akan menghambat

perkembangannya, dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, baik

sekarang maupun masa yang akan datang.

Sehubungan dengan target populasi layanan bimbingan dan konseling,

layanan ini tidak terbatas pada individu yang bermasalah saja, tetapi meliputi

seluruh siswa. (Nurihsan, 2006: 42).

Menurut Gibson (2011:527) para konselor juga harus berpengalaman

dalam mengumpulkan, mengorganisasian dan menyintesiskan data-data siswa

perindividu dan dalam menginterprestasikan informasi untuk mengidentifikasi

perbedan-perbedaan.

Untuk menjamin teerlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling

secara tepat diperlukan kegiatan pengawasan bimbingan dan konseling baik secara

teknik maupun secara administrasi. Fungsi kepengawasan layangan bimbingan

dan konseling antara lain memantau, menilai, memperbaiki, meningkatkan dan

mengembangkan kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Pengawasan tersebut

ada pada setiap Kanwil. (Sukardi, 2002:65).

Dari penjelasan di atas maka dapat di pahami bahwa Sejalan dengan visi

tersebut, maka misi bimbingan dan konseling harus membantu memudahkan

siswa mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya seoptimal mungkin,

Page 52: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

51

sehingga terwujud siswa yang tangguh menghadapi masa kini dan masa

mendatang.

Konselor dituntut untuk bertindak secara bijaksana, ramah, bisa

menghargai, dan memeriksa keadaan orang lain, serta berkepribadian baik, karena

konselor itu nantinya akan berhubungan dengan siswa khususnya dan juga pihak

lain yang sekiranya bermasalah. Konselor juga mengadakan kerja sama dengan

guru-guru lain, sehingga guru-guru dapat meningkatkan mutu pelayanan dan

pengetahuannya demi suksesnya program bimbingan dan konseling. (Umar, 2001:

118)

Uraian tugas masing-masing personil tersebut, khusus dalam kaitannya

dengan pelayanan bimbingan dan konseling, adalah sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah

Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan di Sekolah secara menyeluruh,

khususnya pelayanan bimbingan dan konseling. Tugas kepala Sekolah dan

wakil kepala Sekolah adalah: Mengkoordinir segenap kegiatan yang

direncanakan, diprogramkan dan berlangsung di Sekolah, sehingga pelayanan

pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan

yang terpadu, harmonis dan dinamis.

2. konselor (guru pembimbing) bertugas:

a. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling

b. Merencanakan program bimbingan dan konseling

c. Melaksanakan segenap pelayanan bimbingan dan konseling

d. Melakaksanakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling

e. Menilai proses dan hasil layanan bimbingan dan konseling

f. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian

g. Mengadministrasikan layanan program bimbingan dan konseling

h. Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatan bimbingan dan konseling

tersebut. (Sukardi, 2002: 56)

3. Guru Mata Pelajaran/Praktik

Sebagai pengampu mata pelajaran dan/atau praktikum, guru dalam

pelayanan bimbingan dan konseling memiliki peran sebagai berikut:

Page 53: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

52

a. Membantu konselor mengidentifikasi peserta didik-peserta didik yang

memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling, serta membantu

pengumpulan data tentang peserta didik.

b. Mereferal peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan

konseling kepada konselor.

c. Menerima peserta didik alih tangan dari konselor, yaitu peserta didik yang

menurut konselor memerlukan pelayanan pengajaran/latihan khusus (seperti

pengajaran/latihan perbaikan, program pengayaan).

d. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah peserta didik,

seperti konferensi kasus.

e. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian

pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.

5. Wali Kelas

Sebagai pembina kelas, dalam pelayanan bimbingan dan konseling Wali

Kelas berperan :

a. Melaksanakan peranannya sebagai penasihat kepada peserta didik khususnya

di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.

b. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi peserta didik,

khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk

mengikuti/menjalani pelayanan dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling.

c. Berpartisipasi aktif dalam konferensi kasus.

d. Mereferal peserta didik yang memerlukan pelayanan bimbingan dan

konseling kepada konselor.

6. Staf Sekolah

Staf sekolah memiliki peranan yang penting dalam memperlancar

pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Mereka diharapkan membantu

menyediakan format-format yang diperlukan dan membantu para konselor dalam

memelihara data dan serta sarana dan fasilitas bimbingan dan konseling yang ada.

Page 54: PROJECT DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

53

DAFTAR LITERATUR

Supriatna. Mamat. 2011. Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kompetensi.

Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Nurihsan, A. Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar

Kehidupan. Bandung: Refika Aditama

Sukardi, Dewa ketut. 2002. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan

Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Umar. Sartono. 2001. Bimbingan Dan Penyuluhan. Bandung: Pustaka Setia

Supriatna, Mamat. 2011. Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kompetensi.

Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Gibson, L. Robert. Mitchel, H. Marianne. 2011. Bimbingan dan Konseling.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.