Project based learning
-
Upload
yuhana-krisnawati -
Category
Education
-
view
906 -
download
0
Transcript of Project based learning
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumberdaya manusia
Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang
sungguh-sungguh dan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia
Indonesia seutuhnya. Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia
tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh
pemerintah melalui Depdiknas. Salah satu terobosan yang sering dilakukan
adlah dengan adanya pergantian Kurikulum, hingga sampai saat ini
Kurikulum 2013 yang digunakan. Dalam implementasi Kurikulum 2013 ini
diperlukan pendekatan yang dapat mengintregasikan antara aspek teoritis dan
praktis.
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMA atau
yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific
appoach). Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan (Kemendikbud, 2013). Dari berbagai kajian
tentang strategi pembelajaran, salah satu pendekatan yang mendekati
konsepsi tersebut adalah pendekatan projek atau yang dikenal sebagai Project
Based Learning.
Project Based Learning merupakan suatu pendekatan pengajaran yang
dikembangkan berdasarkan prinsip konstruktivisme, problem solving, inquiri
riset, integrated studies dan refleksinya yang menekankan pada aspek kajian
teoritis dan aplikasinya (Sudarya, 2008). Dalam Project Based Learning
siswa mengembangkan suatu proyek bak secara individu ataupun secara
kelompok untuk menghasilkan suatu poduk, misalnya portofolio. Kemudian
hasilnya nanti akan disajikan. Pelaksanaan Project Based Learning dapat
menggunakan berbagai sumber belajar, baik itu secara teoritis dari buku-
buku, jurnal atau media lainnya yang nantinya akan di buktikan dengan
pengamatan lapangan. Dari sinilah siswa dapat lebih mandiri dalam belajar.
2
Siswa dapat menemukan sendiri apa yang mereka pelajari baik secara teoritis
maupun praktis.
Pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan untuk semua mata
pelajaran di sekolahnya, yang salah satunya adalah mata pelajaran Geografi.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang pendekatan pembelajaran ini maka
disusun makalah ini dengan judul “Project Based Learning”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berusaha untuk menjawab
pertanyaan berikut terkait dengan pendekatan Project Based Learning.
1. Apakah yang dimaksud dengan Project Based Learning?
2. Apakah landasar Project Based Learning?
3. Apa perbedaan pembelajaran kelas Konvensional dengan kelas Project
Based Learning?
4. Bagaimana langkah-langkah Project Based Learning?
5. Apakah keuntungan dan kelemahan Project Based Learning?
6. Bagaimana desain pembelajaran dengan Project Based Learning?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian Project Based Learning.
2. Untuk mengetahui landasan Project Based Learning.
3. Untuk mengetahui perbedaan kelas Konvensional dengan kelas Project
Based Learning.
4. Untuk mengetahui langkah-langah Project Based Learning.
5. Untuk mengetahui keuntungan dan kelemahan Project Based Learning.
6. Untuk mengetahui desain pembelajaran dengan Project Based Learn
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Project Based Learning
Project based learning merupakan sebuah model pembelajaran yang sudah
banyak dikembangkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Jika
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, project based learning bermakna
sebagai pembelajaran berbasis proyek. Project based learning adalah sebuah
model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar
kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks.
Definisi secara lebih komperehensif tentang Project Based Learning
menurut The George Lucas Educational Foundation (2005) adalah sebagai
berikut :
1. Project-based learning is curriculum fueled and standards based. Project
Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang menghendaki
adanya standar isi dalam kurikulumnya. Melalui Project Based Learning,
proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a
guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek
kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam
kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik
dapat melihat berbagai elemen mayor sekaligus berbagai prinsip dalam
sebuah displin yang sedang dikajinya.
2. Project-based learning asks a question or poses a problem that each
student can answer. Project Based Learning adalah model pembelajaran
yang menuntut pengajar dan atau peserta didik mengembangkan pertanyaan
penuntun (a guiding question). Mengingat bahwa masingmasing peserta
didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Project Based Learning
memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten
(materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya,
dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Hal ini memungkinkan
setiap peserta didik pada akhirnya mampu menjawab pertanyaan penuntun.
4
3. Project-based learning asks students to investigate issues and topics
addressing real-world problems while integrating subjects across the
curriculum. Project Based Leraning merupakan pendekatan pembelajaran
yang menuntut peserta didik membuat “jembatan” yang menghubungkan
antar berbagai subjek materi. Melalui jalan ini, peserta didik dapat melihat
pengetahuan secara holistik. Lebih daripada itu, Project Based Learning
merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini
akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
4. Project-based learning is a method that fosters abstract, intellectual tasks
to explore complex issues. Project Based Learning merupakan pendekatan
pembelajaran yang memperhatikan pemahaman. Peserta didik melakukan
eksplorasi, penilaian, interpretasi dan mensintesis informasi melalui cara
yang bermakna.
Global SchoolNet (2000) melaporkan hasil penelitian the AutoDesk
Foundation tentang karakteristik Project Based Learning. Hasil penelitian
tersebut menyebutkan bahwa Project Based Learning adalah pendekatan
pembelajaran yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,
2. adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik,
3. peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas
permasalahan atau tantangan yang diajukan,
4. peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan
mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan,
5. proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,
6. peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan,
7. produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif,
8. situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan
5
B. Landasan Project Based Learning
Kecenderungan abad XXI ditandai oleh peningkatan kompleksitas
peralatan teknologi, dan munculnya gerakan restrukturisasi korporatif yang
menekankan kombinasi kualitas teknologi dan manusia, menyebabkan dunia
kerja akan memerlukan orang yang dapat mengambil inisiatif, berpikir kritis,
kreatif, dan cakap memecahkan masalah. Hubungan “manusia-mesin” bukan
lagi merupakan hubungan mekanistik akan tetapi merupakan interaksi
komunikatif yang menuntut kecakapan berpikir tingkat tinggi.
Kecenderungan-kecenderungan tersebut mulai direspon oleh dunia
pendidikan di Indonesia, yang semenjak tahun 2000 menerapkan empat
pendekatan pendidikan, yakni (1) pendidikan berorientasi kecakapan hidup
(life skills), (2) kurikulum dan pembelajaran berbasis kompetensi, (3)
pembelajaran berbasis produksi, dan (4) pendidikan berbasis luas (broad-
based education). Orientasi baru pendidikan itu berkehendak menjadikan
lembaga pendidikan sebagai lembaga pendidikan kecakapan hidup, dengan
pendidikan yang bertujuan mencapai kompetensi (selanjutnya disebut
pembelajaran berbasis kompetensi), dengan proses pembelajaran yang otentik
dan kontekstual yang dapat menghasilkan produk bernilai dan bermakna bagi
mahasiswa, dan pemberian layanan pendidikan berbasis luas melalui berbagai
jalur dan jenjang pendidikan yang fleksibel multi-entry-multi-exit (Depdiknas,
dalam Waras, 2007).
Pendidikan berorientasi kecakapan hidup, pembelajaran berbasis
kompetensi, dan proses pembelajaran yang diharapkan menghasilkan produk
yang bernilai, menuntut lingkungan belajar yang kaya dan nyata (rich and
natural environment), yang dapat memberikan pengalaman belajar dimensi-
dimensi kompetensi secara integratif. Lingkungan belajar yang dimaksud
ditandai oleh:
1. Situasi belajar, lingkungan, isi dan tugas-tugas yang relevan, realistik,
otentik, dan menyajikan kompleksitas alami “dunia nyata”;
2. Sumber-sumber data primer digunakan agar menjamin keotentikan dan
kompleksitas dunia nyata;
6
3. Mengembangkan kecakapan hidup dan bukan reproduksi pengetahuan;
4. Pengembangan kecakapan ini berada di dalam konteks individual dan
melalui negosiasi sosial, kolaborasi, dan pengalaman;
5. Kompetensi sebelumnya, keyakinan, dan sikap dipertimbangkan sebagai
prasyarat;
6. Keterampilan pemecahan masalah, berpikir tingkat tinggi, dan pemahaman
mendalam ditekankan;
7. Siswa diberi peluang untuk belajar secara apprenticeship di mana terdapat
penambahan kompleksitas tugas, pemerolehan pengetahuan dan
keterampilan;
8. Kompleksitas pengetahuan dicerminkan oleh penekanan belajar pada
keterhubungan konseptual, dan belajar interdisipliner;
9. Belajar kooperatif dan kolaboratif diutamakan agar dapat mengekspos
mahasiswa ke dalam pandangan-pandangan alternatif; dan
10. Pengukuran adalah otentik dan menjadi bagian tak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran (Simons, dalam Waras, 2007).
Memperhatikan karakteristiknya yang unik dan komprehensif, model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) cukup potensial
untuk memenuhi tuntutan pembelajaran tersebut. Model Pembelajaran
Berbasis Proyek membantu mahasiswa dalam belajar: (1) pengetahuan dan
keterampilan yang kokoh dan bermakna-guna (meaningful-use) yang
dibangun melalui tugas-tugas dan pekerjaan yang otentik (Cord, 2001; Hung
& Wong, 2000; Myers & Botti, 2000; dalam Global SchoolNet, 2000); (2)
memperluas pengetahuan melalui keotentikan kegiatan kurikuler yang
terdukung oleh proses kegiatan belajar melakukan perencanaan (designing)
atau investigasi yang open-ended, dengan hasil atau jawaban yang tidak
ditetapkan sebelumnya oleh perspektif tertentu; dan (3) dalam proses
membangun pengetahuan melalui pengalaman dunia nyata dan negosiasi
kognitif antarpersonal yang berlangsung di dalam suasana kerja kolaboratif.
7
C. Perbedaan Kelas Konvensional dengan Kelas Project Based Learning
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
pendekatan Project Based Learning dikembangkan berdasarkan faham
filsafat konstruktivisme dalam pembelajaran. Konstruktivisme
mengembangkan atmosfer pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk
menyusun sendiri pengetahuannya. Project based learning merupakan
pendekatan pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada peserta didik
untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara
kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat
dipresentasikan kepada orang lain.
Perbedaan situasi kelas konvensional dan Project Based Learning
ditunjukkan pada gambar 1.
Gambar 1. Perbandingan Kelas Konvensional dan Kelas Project Based
Learning
Pada pendekatan Project Based Learning, pengajar berperan sebagai
fasilitator bagi peserta didik untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan
penuntun. Sedangkan pada kelas ”konvensional” pengajar dianggap sebagai
8
seseorang yang paling menguasai materi dan karenanya semua informasi
diberikan secara langsung kepada peserta didik. Pada kelas Project Based
Learning, peserta didik dibiasakan bekerja secara kolaboratif, penilaian
dilakukan secara autentik, dan sumber belajar bisa sangat berkembang. Hal
ini berbeda dengan kelas ”konvensional” yang terbiasa dengan situasi kelas
individual, penilaian lebih dominan pada aspek hasil daripada proses, dan
sumber belajar cenderung stagnan. Untuk lebih jelasnya perbedaan antara
kelas project based learning dan kelas konvensional dapat dilihat pada tabel
1.1.
Tabel 1.1. Perbedaan Kelas Konfensional dan Kelas Project Based Learning
No. Pembeda Konvensional Project Based Learning
1. Kurikulum - Mengacu pada
kurikulum yang baku
- Cakupan materi yang
lebar
- Menghafal materi
tanpa berpikir fakta
- Jangka panjang,
interdisciplinary, pelajar
sebagai pusat perhatian
dalam menyimak isu
dunia nyata yang
menarik perhatian
pelajar
- Adanya investigasi dan
riset yang mendalam
2. Kelas - Pengajaran dilakukan
dengan penempatan
pelajar pada tempat
duduk yang rapih dan
kaku dalam format
baris dan kolom.
- Berupaya merangkul
semua orang
bersama-sama,
- Pelajar duduk secara
fleksibel, santai dan
berkolaborasi di dalam
tim.
- Petunjuk pembelajaran
fleksibel, banyak
perbedaan tingkat dan
topik yang dipelajari
oleh tiap pelajar
9
belajar di langkah
dan bobot yang sama
- Berusaha secara
individu untuk
mencapai target
- mendorong pelajar
bekerja dalam tim yang
heterogen untuk
mencapai target
3. Pelajar Bergantung kepada
pengajar dalam
menyelesaikan intruksi
Bertanggung jawab atas diri
sendiri, menggambarkan
tugasnya sendiri dan
bekerja sebagai anggota
suatu tim untuk waktu
tertentu dengan suatu target
4. Pengajar Pengajar sebagai pemberi
ceramah/ narasumber dan
tenaga ahli.
Pengajar sebagai fasilitator
dan menyediakan sumber
daya
5. Teknologi Memberikan reward bagi
yang menyelesaikan
tugas dan sebaliknya
memberikan hukuman
bagi yang tidak
menguasai konsep
Menggunakan alat yang
terintegrasi dalam semua
aspek kelas, seperti dalam
pemecahan masalah,
komunikasi, meneliti hasil,
dan mengumpulkan
informasi.
Sumber: Purnawan, 2007
D. Langkah-Langkah Project Based Learning
Di dalam project based learning, pelajar bekerja bersama tugas yang
diberikan pengajar agar aktif. Pelajar dapat bekerja secara individu maupun
kelompok. Dalam banyak kasus, pelajar mengerjakan proyek secara
bersamaan di dalam kelompok kecil. Terdapat dua jenis kelompok, yakni
kelompok off-campus dan kelompok on-campus. Kebutuhan dua jenis
kelompok ini sedikit berbeda. Pelajar dalam kelompok on-campus dapat
bertemu secara fisik, tidak memerlukan alat bantu komunikasi canggih, tetapi
10
memerlukan koordinasi kerja (perencanaan, penjadwalan, dan lain-lain).
Pelajar di dalam suatu kelompok off-campus memerlukan komunikasi luas
untuk mengerjakan tugas secara kolaboratif. Oleh karena itu, pelajar
memerlukan fasilitas synchronous dan asynchronous sebagai tambahan
terhadap koordinasi kerja. Kegiatan pelajar dapat dikelompokkan tiga
kategori aktifitas individu, aktifitas dalam kelompok, dan aktifitas antar-
kelompok. Aktifitas di dalam kategori yang ketiga ini dilaksanakan oleh
individu atau kelompok pelajar.
1. Secara Individual
Setiap individu pelajar mempunyai kebutuhan yang tidak perlu sama
dalam suatu kelompok. Tiap-tiap pelajar mempunyai kemampuan yang
berbeda, pendekatan belajar, dan penyelesaian tugas. Selama mengerjakan
proyek, tiap pelajar melaksanakan aktifitas seperti : memvisualisasikan
aktifitas proyek dan mencari tugas yang akan dikerjakan, mengatur
jadwal, mengorganisir materi pembelajaran, menata dokumen (computer-
files), mengirimkan pesan kepada pengajar atau ahli, self assessment. Para
pelajar dapat memberikan kontribusi terhadap proyek yang berbeda secara
simultan.
2. Di dalam Kelompok
Ketika seseorang bekerja di dalam kelompok, para pelajar harus bekerja
sama. Kerja sama berlangsung dalam wujud aktifitas dasar seperti :
brainstorming, diskusi, melakukan editing dokumen secara bersama-
sama, sinkronisasi komunikasi lewat audio, video, atau text, menata
dokumen kelompok, task scheduling, peer assessment. Sebagian dari
aktifitas ini dapat dilakukan bersama kelompok on-campus tanpa
perangkat spesifik. Sedangkan para pelajar dalam kelompok off-campus
didukung oleh perangkat yang memadai.
3. Antar Kelompok
Di dalam project based learning, para pelajar menyelesaikan aktifitas
lain dalam bentuk berbagi informasi dan pengetahuan dengan kelompok
11
lain. Contoh aktifitas ini adalah : presentasi, peer reviews, memberikan
kontribusi pada forum diskusi.
Ini adalah tahapan utama pembelajaran dan terdiri dari sejumlah
aktifitas berkenaan dengan persiapan dan langkah penting pengerjaan suatu
proyek. Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Leraning
terdiri dari :
1. Start With the Essential Question
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu
pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam
melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas
dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar
berusaha agar topik yang diangkat relefan untuk para peserta didik.
2. Design a Plan for the Project
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan
peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa
“memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan
main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab
pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek
yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses
untuk membantu penyelesaian proyek.
3. Create a Schedule
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal
aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara
lain: (a) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (b) membuat
deadline penyelesaian proyek, (c) membawa peserta didik agar
merencanakan cara yang baru, (d) membimbing peserta didik ketika
mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (e)
meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang
pemilihan suatu cara.
4. Monitor the Students and the Progress of the Project
12
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap
aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring
dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses.
Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas
peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah
rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
5. Assess the Outcome
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-
masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman
yang sudah dicapai peserta didik, membantu pengajar dalam menyusun
strategi pembelajaran berikutnya.
Pada sistem penilaian project based learning kegiatan penilaian
terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu
tertentu. Oleh karena itu, pada penilaian proyek ini setidaknya ada 3 hal
yang perlu dipertimbangkan yaitu:
a. Kemapuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi
dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
b. Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan
tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam
pembelajaran.
c. Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil
karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa
petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
6. Evaluate the Experience
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik
melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah
dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun
13
kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan
perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan
peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki
kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan
suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang
diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
Penerapan Project Based Learning telah menunjukan bahwa
pendekatan tersebut sanggup membuat peserta didik mengalami proses
pembelajaran yang bermakna, yaitu pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan faham konstruktivisme. Peserta didik diberi kesempatan untuk
menggali sendiri informasi melalui membaca berbagai buku secara
langsung, membuat presentasi untuk orang lain, mengkomunikasikan hasil
aktivitasnya kepada orang lain, bekerja dalam kelompok, memberikan usul
atau gagasannya untuk orang lain dan berbagai aktivitas lainnya. Semuanya
menggambarkan tentang bagaimana semestinya orang dewasa belajar agar
lebih bermakna.
E. Keuntungan dan Kekurangan Project Based Learning
Project based learning adalah suatu pendekatan komprehensif yang
memberikan petunjuk bagi pelajar, bekerja secara individu atau kelompok,
dan berhubungan dengan topik di dunia nyata. Penerapan project based
learning yang baik dapat memberikan kemampuan yang bermanfaat bagi
pelajar.
Keberhasilan project based learning terjadi ketika pelajar
mendapatkan motivasi yang tinggi, merasa aktif dalam pembelajarannya, dan
menghasilkan hasil kerja berkualitas tinggi. Berikut bebrapa keuntungan
dengan pendekatan project based learning (Purnawan, 2007):
1. Memotivasi pelajar dengan melibatkannya di dalam pembelajarannya,
membiarkan sesuai minatnya, menjawab pertanyaan dan untuk membuat
keputusan dalam proses belajar.
2. Menyediakan kesempatan pembelajaran berbagai disiplin ilmu.
14
3. Membantu keterkaitan hidup di luar sekolah, memperhatikan dunia
nyata, dan mengembangkan ketrampilan nyata.
4. Menyediakan peluang unik karena pengajar membangun hubungan
dengan pelajar, sebagai pelatih, fasilitator, dan co-learner.
5. Menyediakan kesempatan untuk membangun hubungan dengan
komunitas yang besar.
6. Membuat peserta didik lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-
problem yang kompleks.
7. Mendorong pesrta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
ketrampilan komunikasi.
8. Memberikan pengalaman pada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasikan proyek, dan membuat alokasi waktu dan
sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
9. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
10. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik
maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.
Project based learning memang memiliki banyak kelebihan, namun di
sisi lain pembelajaran yang berbasis proyek seperti ini juga memiliki
kelemahan. Kelemahan dalam project based learning antara lain:
1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
3. Banyak guru yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana
instruktur memegang peran utama di dalam kelas.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
6. Ada kemungkinan peserta didik ada yang kurang aktif dalam kerja
kelompok.
15
7. Ketika topik yang diberikan pada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara
keseluruhan.
F. Desain Program Project Based Learning
Desain program pembelajaran Geografi untuk kelas X SMA kali ini
akan dikembangkan dengan prinsip Project based Learning. Kegiatan
pembelajaran akan dibagi ke dalam beberapa fase yang ditujukan agar siswa
memiliki kesempatan untuk merencanakan, mengimplementasi dan
mempresentasikan projek yang mereka kembangkan. Dari fase-fase tersebut
diharapkan siswa dapat memperkaya wawasan teoritis dan empiris
berdasarkan hasil pengembangan diri misalnya melalui refleksi terhadap
praktik dan pengembangan sejawatnya. Contoh desain pelaksanaan
pembelajaran Geografi kelas X dengan menerapkan project based learning,
adalah sebagai berikut:
Kompetensi Inti :
4. Mencoba mengolah dan menyajikan dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar :
4.1. Menyusun karya tulis berdasarkan hasil observasi gejala litosfer,
atmosfer atau hidrosfer di lingkungan sekitar dengan pendekatan geografi.
4.2. Menyajikan karya tulis gejala litosfer, atmosfer, dan hidrosfer dengan
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.
1. Fase Persiapan
a. Guru membuka pembelajaran dengan bercerita tentang masalah-
masalah lingkungan hidup kaitannya dengan fenomena geosfer, yaitu
gejala litosfer, atmosfer dan hidrosfer.
b. Guru mengembangkan strategi pembelajaran (Project-based Learning)
yang dimulai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan esensial pada
siswa yang nantinya akan menjadi topik dalam penugasan.
16
c. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok Tiap kelompok
mengidentifikasi permasalahan yang akan menjadi projek mereka;
d. Fokus permasalahan setiap kelompok berkaitan dengan kondisi
lingkungan sekitar yang ada kaitannya dengan fenomena geosfer, yaitu
gejala litosfer, atmosfer dan hidrosfer.
e. Tugas ini dikerjakan oleh siswa selama satu minggu dan akan dibahas
pada pertemuan berikutnya.
2. Fase Implementasi
Siswa:
a. Mengembangkan perencanaan projek, dimulai dari identifikasi
permasalahan, strategi riset dan pemecahan masalah serta
pengembangan laporan;
b. Melakukan riset untuk memecahkan permasalahan; siswa melakukan
studi lapangan dan mengkomparasikan dengan hasil studi teoritis
sehingga siswa dapat menjelaskan ragam praksis yang terjadi serta
kaitannya dengan rujukan teoretis tertentu.
c. Dalam perkembangan risetnya, siswa dapat melakukan bimbingan
terprogram untuk penyusunan laporan kegiatan projek.
Guru:
Memberikan arahan dan bimbingan pada siswa dalam menyusun laporan
riset projek.
3. Fase Seminar
Siswa:
a. Sekelompok siswa mempresentasikan temuan dari projeknya dan
kelompok lain menanggapi.
b. Siswa saling mendiskusikan temuan mereka serta merefleksikan
terhadap apa yang mereka lakukan sehari-hari.
Guru:
a. Memandu dan memfasilitasi kegiatan presentasi dan diskusi.
b. Memberikan umpan balik, input, saran dan rekomendasi.
4. Fase Penutup
17
Siswa:
Memberikan umpan balik dan masukan terhadap jalannya pembelajaran
dengan pendekatan Project-based Learning yang digunakan.
Guru:
Memberikan review terhadap materi pembelajaran.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari bab sebelumnya, sesuai dengan tujuan
penulisan makalah kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis adalah sebagai
berikut:
1. Project Based Learning adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran
yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan
yang kompleks.
2. Model pembelajaran ini muncul karena kecenderungan abad XXI ditandai oleh
peningkatan kompleksitas peralatan teknologi, dan munculnya gerakan
restrukturisasi korporatif yang menekankan kombinasi kualitas teknologi
dan manusia, menyebabkan dunia kerja akan memerlukan orang yang dapat
mengambil inisiatif, berpikir kritis, kreatif, dan cakap memecahkan
masalah.
3. Implementasi pembelajaran dengan pendekatan konvensional dengan
project based learning jelas berbeda. Pada pembelajaran konvensional,
kelas cenderung berpusat pada guru. Sedangkan pada kelas project based
learning cenderung siswa yang mencari tahu sendiri apa yang mereka
pelajari baik secara individu ataupun kelompok, guru hanya berperan
sebagai fasilitator di dalam kelas.
4. Langkah pelaksanaan project based learning dimulai dari pertanyaan
esensial yang emngandung masalah, perencanaan program, pembuatan
jadwal pelaksanaan, monitoring, penyusunan laporan, penilaian,dan
diakhiri dengan evaluasi.
5. Project based learning lebih memiliki banyak kelebihan dibanding kelas
konvensional. Pelaksanaannyapun dapat di desain sesuai kebutuhan dalam
mata pelajaran yang akan digunakan. Walaupun dalam pelaksanaannya
juga memiliki banyak kekurangan, khusunya mengenai waktu pelaksanaan
dan pembiayaan.
19
6. Desain pembelajaran project based learning dapat disesuaikan sesuai
kebutuhan masing-masing mata pelajaran dan materi pembelajaran.
B. Komentar
Project Based Learning merupakan salah satu pendekatan dalam
pembelajaran yang sesuai dengan implementasi Kurikulum 2013, yang
menghendaki adanya pendekatan scientific dalam pembelajaran. Oleh karena
itu hendaknya untuk setiap guru dapat menerapkan model pembelajaran ini.
Karena dengan model pembelajaran seperti inilah siswa akan menjadi lebih
aktif dan kreatif, dengan belajar dari apa yang mereka lihat dari
lingkungannya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Global School Net.( 2000). Introduction to Networked Project-Based
Learning.http://www.gsn.org/web/pbl/whatis.htm (diuduh pada 1 Oktober 2014, pukul 22:10 WIB).
Kemendikbud. 2013. Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013.
Jakarta.
Rais 2009. Pengembangan Model Project Based Learning: Suatu Upaya Meningkatkan Kecakapan Akademik Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin
UNM.Laporan Penelitian Tahun I DP2M DIKTI-LEMLIT UNM.
Purnawan,Yudi. 2007. Deskripsi Model Pembelajaran Berbasis Proyek . http://www.yudipurnawan.wordpress.com (diakses pada 30 September 20.14 WIB).
Sudarya, Yahya. 2008. Pengembangan Project-Based Learning dalam Mata
Kuliah Evaluasi Pembelajaran di PGSD Bumi Siliwangi UPI. Jurnal Pendidikan Dasar No.10 Oktober 2008. UPI: Bandung.
Waras, Kamdi. 2007. Pembelajaran Berbasis Proyek: Model Potensial untuk
Peningkatan Mutu Pembelajaran. http://lubisgrafura.wordpress.com (diunduh pada 1 Oktober 2014, pukul 22.00 WIB).