Programa Allepolea

18
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi petani dan keluarganya serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Kegiatan penyuluhan pertanian ini dilaksanakan oleh seorang penyuluh pertanian. Penyuluh pertanian pada dasarnya adalah aparat yang membangun pertanian, pendidik/ penasehat yang mengabdikan dirinya utuk kepentingan para petani nelayan beserta keluarganya. Pekerjaan penyuluh pertanian tidak terbatas pada mengembangkan kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan, tetapi juga bahkan terutama, untuk memotivasi, membimbing, dan mendorong para peani- nelayan mengembangkan swadaya dan kemandiriannya dalam berusahatani yang lebih menguntungkan menuju hidup yang lebih bahagia da sejahtera. Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea 1

description

laporan

Transcript of Programa Allepolea

Page 1: Programa Allepolea

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi petani dan keluarganya serta

pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya

dalam mengakses pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya

untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya,

serta meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya,

serta meningkatan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Kegiatan

penyuluhan pertanian ini dilaksanakan oleh seorang penyuluh pertanian. Penyuluh

pertanian pada dasarnya adalah aparat yang membangun pertanian, pendidik/ penasehat

yang mengabdikan dirinya utuk kepentingan para petani nelayan beserta keluarganya.

Pekerjaan penyuluh pertanian tidak terbatas pada mengembangkan kemampuan

pengetahuan, sikap dan keterampilan, tetapi juga bahkan terutama, untuk memotivasi,

membimbing, dan mendorong para peani-nelayan mengembangkan swadaya dan

kemandiriannya dalam berusahatani yang lebih menguntungkan menuju hidup yang lebih

bahagia da sejahtera.

Didalam melakukan tugasnya, penyuluh pertanian sebagai agen pembangunan di

bidang pertanian, akan senantiasa dihadapkan kepada tanggung jawab berlangsungnya

perubahan-perubahan yang menyangkut perilaku, perikehidupan, dan nasib para petani

nelayan yang dilayaninya. Tanggung jawab tersebut bukanlah hal yang ringan dan mudah

dilakukan dimana penyuluh pertanian dituntut bukan saja memiliki kecakapan dan

keahlian yang memadai, tetapi juga dedikasi, pengabdian yang tinggi dan moral yang luhur.

Dari seorang penyuluh pertanian dituntut integritas profesi yang kuat yang dilandasi oleh

keyakinan yang teguh dalam membantu petani-nelayan menolong dirinya sendiri

memperbaiki nasib dan derajat hidup kea rah yang lebih tinggi.

Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea 1

Page 2: Programa Allepolea

Dalam melaksanakan kegiatan penyuluh pertanian, dibutuhkan suatu rencana kerja

yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tugasnya. Rencana kerja disusun

oleh para penyuluh pertanian berdasarkan programa penyuluhan pertanian setempat, yang

menentukan hal-hal yang perlu ddisiapkan dalam berinteraksi dengan petani. Rencana

kegiatan (kerja) penyuluh pertanian disusun selama setahun, dengan mempertimbnagkan

ketersediaan waktu yang ada pada penyuluh pertanian yang bersangkutan kesempatan/

kesepakatan dengan petani/ kelompok tani binaannya. Dan diharapkan dengan adanya

rencana kerja penyuluh pertanian ini keiatan penyuluhan dapat lebih membantu petani

dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan kekurangannya.

B. Tujuan

Penyusunan Rencana Kerja Penyuluhan Pertanian yang jelas dan sistematis bertujuan

untuk :

Memberikan arah dan pedoman pelaksanaan yang jelas agar penyuluhan pertanian

berjalan efektif dan efisien.

Menjamin lebih terpadunya kegiatan dari berbagi program pada beberapa sector dalam

satu arah sasaran yang sama.

Tersedianya perencanaan pembelajaran bagi petani.

Menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatn penyuluhan pertanian.

Memecahkan masalah petani dan mengembangkan usaha taninya.

Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea 2

Page 3: Programa Allepolea

II. KEADAAN UMUM WILAYAH KERJA

A. Keadaan Administrasi Kelurahan

Kelurahan Allepolea temasuk dalam wilayahKecamatan Lau, berada pada daratan

rendah dengan ketinggian 0-70m dari permkaan laut. Kelurahan initerbagi menjadi enam

lingkungan, yaitu : Pamelakkang je’ne Bonto Kapetta I, Bonto Kapetta II, Talamangape,

Kasuarrang, dan Bontomanai.

Luas Kelurahan Allepolea adalah 5,19 Km2 dengan batas-batas wilayah sebagai

berikut:

Sebelah utara berbatasan dengan Desa Maccini Baji

Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Turikale

Sebelah Barat Berbatasan dengan Kelurahan Soreang

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Baju Bodoa

Kelurahan Alepolea berstatus hokum defenitif dan termasuk klasifikasi kelurahan

swasembada, yaitu kelurahan yang mampu menyelenggarakan urusan rumah tangga

sendiri. Administrasi kelurahan telah telah terselenggara dengan baik dan lembaga

Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) telah berfungsi dalam mengorganisasikan dan

menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan desa terpadu.

Kelurahan Allepolea berjarak 1 Km dari ibukota kecamatan dan berjarak 2 Km dari

ibukota Kabupaten. Umumnya wilayah di kelurahan ini terdapat dijangkau oleh sarana

transportasi.

B. Monografi dan Potensi Wilayah

Penduduk Kelurahan Allepolea tercatat sebanyak 6.674 jiwa, yang terdiri atas 3.325

laki-laki dan 3.349 perempuan. Kelurahan ini merupakan dengan kepadan penduduk

terbesar di Kec.Lau, sebesar 1.285 jiwa per Km2.

Dari luas keseluruhan Kelurahan Allepolea yang 5,19 Km2, terdapat areal sawah

pertanian yang diusahakan oleh petani seluas 428 Ha, dengan rincian 302 Ha sawah irigasi

tehnis dan 124 Ha sawah tadah hujan. Selain tanah persawahan, terdapat juga tanah darat

berupa tegalan dan pekarangan seluas 85 Ha, tambak 92,84 Ha, dan Kolam seluas 0,75 Ha

yang terdapat di lahan laboratorium tanah milik Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

(BPTP)Sul-Sel. Potensi lahan pertanian yang diusahakan di Kelurahan ini cukup besar

Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea 3

Page 4: Programa Allepolea

(604,59 Ha) untuk dikelola sehingga diharapkan mampu mmenuhi kebutuhan masyarakat

akan pangan (karbohidrat).

Adapun rincian potensi lahan yang diusahan untuk pertanian di Kelurahan Allepolea

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Potensi Lahan Pertanian di Kelurahan Allepolea, Kec.Lau 2012

Nama

Keluraha

n

Tnah Daratan (Ha) Tanah Sawah Irigasi (Ha) Kola

m

(Ha)

Tamba

k (Ha)

Jumla

hTegalPekaranga

n

Jumla

hTenis

Tadah

hujan

Jumla

h

Allepolea50,0

035,00 85,00

302,0

0

124,0

0

426,0

00,75 92,84

604,5

9

Selain potensi lahan yang cukup besar, kegiatan pertanian harus pula didukung oleh

iklim yang sesuai. Iklim Kelurahan Allepolea Allepolea bertipe C, dengan curah hujan ±200

mm bulan/ tahun pada bulan basah dengan jangka waktu 5-6 bulan/ tuhan secara

berturut-turut dan pada bulan kering curah hujan ± 100 mm/ bulan selama 3-4 bulan. Jika

selama tiga tahun terakhir, mulai tahun 2007 – 2010 bulan kering terjadi pada bulan Juli

Agustus, September, dan oktober, dan bulan basah terjadi pada Januari sampai Juni,

November – Desember. Curah hujan terbanyak rata-rata jatuh pada bulan Desember.

Kondisi ini tentunya harus menjadi perhatian bagi petani untuk lebih mengantisipasi

kegiatan pertanaman yang akan dlakukan.

Adapun jenis tanah diwilayah kerja Allepolea termasuk jenis tanah alluvial, dengan Ph

tanah kering 5,8 – 7 dan lahan sawah 5,5 -6.

Dengan luas lahan pertanian, jumlah penduduk/KK yang berusaha tani dan didukung

oleh iklim dan jenis tanah yang sesuai, diharapkan pertanian khususnya budidaya padi-

sawah dikelurahan ini dapat lebih optimal dan maksimal.

C. Potensi Sumberdaya Manusia

Jumlah penduduk di Kelurahan Allep[olea adalah 6.674 jiwa sedang jmlah rumah

tangga di Kelurahan Allepolea adalah 1.366 KK, dan sebanyak 658 KK bekerja disektor

pertanian atau sekitar 48,2 % penduduk Allepolea bermata pencaharian utama sebagai

petani. Dari 658 KK tani ini, 230 KK merupakan pemilik lahan sekaligus penggarap dan

sisanya yang 428 KK berperan sebagai penggarap. Sebagian lainnya, penduduk Allepolea

bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan pengusaha/pedagang.

Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea 4

Page 5: Programa Allepolea

Adapun rincian peduduk Kelurahan Allepolea berdasarkan klasifikasi umur dan jenis

kelamin dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Table 2. penduduk Kelurahan Alllepolea Kecamatan lau Menurut Kelompok Umur dan

Jenis Kelamin, Tahun 2011.

NoKelompok umur

(tahun)

Jumlah Penduduk (jiwa)Jumlah

Laki-laki Perempuan

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.

0 – 45 – 910 – 1415 – 1920 – 2425 – 2930 – 3435 – 3940 – 4445 – 4950 – 5455 – 5960 – 6465 >

3913943953052452542922332011741258391142

30135129556628545823517715213410470120101

692745690871530712527410353308229153214241

Jumlah 3.325 3.349 6.674Sumber : Kecamatan Lau dalam Angka, BPS Kab.Maros, 2011

Tingkat Umur dapat menentukan kemampuan bekerja, pengalaman dan kematangan

berpikir, serta kemampuan dalam mengadopsi teknologi. Tingkat umur juga

mempengaruhi persepsi seseorang terhadap pengembangan kegiatan suatu usaha. Bila

dilihat pada table 2, terlihat bahwa penduduk Kelurahan Allepolea sebagian besar masih

berada pada level umur bekerja sehingga diharapkan dapat mempengaruhi perkembangan

pertanian di wilayah ini.

Selain umur, tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi pola pemikiran

seseorang. Koreksi antara tingkat pendidikan formal signifikan dengan kemampuan ertani

dalam pengembangan usaha tani. Sebaran tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan

Allepolea dapat dilihat pada table 3.

Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea 5

Page 6: Programa Allepolea

Tabel 3. Jumlah Penduduk Kelurahan Allepolea Kecamatan Lau Menurut Tingkat

Pendidikan, 2011

No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (Jiwa)

1.

2.

3.

4.

5.

Belum/ tidak Tamat SD

SD

SMP

SMU/SMK

Akademi/Sarjana

1.638

1.441

619

784

2.193

Jumlah 6.674

D. Potensi Agroekosistem

Sesuai dengan kondisi lahan dan iklim, potensi yang dapat dikembangkan di

Kelurahan ini adalah padi, kacang hijau, ubu jalar, kacang tanah. Melon, semangka, dan

beberapa jenis sayuran hijau. Tetapi yang umum dibudidayakan oleh petani adalah

tanaman padi dan kacang hijau. Luas pertanaman padi sawah adalah 426 Ha dengan jumlah

petani yang mengusahakan sebanyak 658 KK. Adapun tingkat luas panen, produktifitas,

dan jumlah produksi pada musim tanam tahun 2011 dapat dilihat pada table berikut.

Table 4. Luas Panen, Produktivitas dan Jumlah Produksi pada Musim tanam 2010/2011

(rendengan) di Kelurahan Allepolea, Kecamatan Lau Kabupaten Maros. 2011.

Nama Kelurahan

Luas Baku Sawah (Ha)

Luas Tanam (Ha)

Luas Panen (Ha)

Produktivitas Kw/Ha

Jumlah Produksi

(Ton)Allepolea 426,00 361,00 361,00 62,14 2.243,25

Sumber : BPP Kec.Lau 2011

Table 5. Luas Panen, Produktivitas dan Jumlah Produksi pada Musim tanam 2011

(Gadu/MK I 2011) di Kelurahan Allepolea, Kecamatan Lau Kabupaten Maros. 2011.

Nama Kelurahan

Luas Baku Sawah (Ha)

Luas Tanam (Ha)

Luas Panen (Ha)

Produktivitas Kw/Ha

Jumlah Produksi

(Ton)Allepolea 426,00 426,00 426,00 65,00 2.769,00

Sumber : BPP Kec.Lau 2011

Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea 6

Page 7: Programa Allepolea

Table 6. Luas Panen, Produktivitas dan Jumlah Produksi pada Musim tanam 2011

(Gadu/MK II 2011) di Kelurahan Allepolea, Kecamatan Lau Kabupaten Maros. 2011.

Nama Kelurahan

Luas Baku Sawah (Ha)

Luas Tanam (Ha)

Luas Panen (Ha)

Produktivitas Kw/Ha

Jumlah Produksi

(Ton)Allepolea 426,00 145,00 145,00 56,00 812,00

Sumber : BPP Kec.Lau 2011

Table 7. Luas Pertanaman Palawija (kacang Hijau) pada Musim tanam 2011 (Gadu/MK II

2011) di Kelurahan Allepolea, Kecamatan Lau Kabupaten Maros. 2011.

Nama Kelurahan

Luas Baku Sawah (Ha)

Luas Tanam (Ha)

Penyebaran Varietas (Ha)

Kacang Hijau Jagung

Ubi Jalar & Tanaman Sayuran Lainnya

Allepolea 426,00 127,35 125,35 1,00 1,00

Sumber : BPP Kec.Lau 2011

Bila dilihat dari Tabel 4 diatas, maka pada musim rendengan 2010/2011 areal

pertanaman padi hanya 361,00 Ha (84,7%) dari luas baku sawah. Hal ini disebabkan

terdapat 65 Ha sawah yang tergenang akibat banjir, terutama di daerah Balanga dan

Caballa (belakang Balitsereal). Tergenangnya sawah di daerah tersebut karena tidak

terdapatnya saluran air/ irigasi yang dapat menjadi tempat pembuangan air yang

menggenangi persawahan.

Pada awal musim Gadu 2011 (MK I), curah hujan rendah menjadi kondisi yang baik

bagi pertanaman sehingga dari luas baku sawah 426,00 Ha semuanya ditanami (100 %)

sehingga produksi juga meningkat (Tabel 5).

Pada musim Gadu 2011 (MK II) kondisi iklim yang panas menyebabkan terjadinya

kekurangan air di beberapa wilayah di Allepolea, terutama daerah yang tidak beririgasi.

Luas pertanaman padi 145,00 Ha (34%), luas pertanaman palawija 127,35 Ha (29,9%) dan

153,65 (6,1%) lahan yang ditanami (bero). Lahan ang tidak ditanami ini pada umumnya

terdapat didaerah yang dekat dengan tambak (daerah kasuarrang) sehingga terkena

rembesan air asin. Kondisi iklim yang panas serta kekurangan air menyebabkan kadar asin

di persawahan sangat tinggi sehingga lahan tidak dapat ditanami dengan tanaman apapun

Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea 7

Page 8: Programa Allepolea

dan ini memerlukan pengujian lebih lanjut untuk mengantisipasi kondisi ini supaya tidak

berlanjut.

Untuk tingkat produktivitas tanaman kacang hijau 1,1 ton/ha. Produktivitas ini juga

masih dapat ditingkatkan dengan menerapkan system pertanaman dan pemeliharaan yang

tepat.

E. Kelembagaan

Di Kelurahan Allepolea terdapat kelembagaan tani berupa kelompok tani yang

berjumlah 14 kelompok yang terdiri dari 12 kelompok tani dewasa, 1 taruna tani, dan 1

kelompok wanita tani. 6 kelompok tani merupakan tani pemula, 4 kelompok madya, dan 4

kelompok tani yang sudah lanjut.

Kelompok tani dewasa mempunyai jens usaha tani utama padi – sawah, taruna tani

bergerak dibidang pembudidayaan dan penjualan tanaman hias dan hortikultura, sedang

wanita tani berusaha tanaman palawija dan ternak ungags.

Table 8. Kelompok Tani, Jumlah Anggota Kelompok Tani dan Luas Lahan Per

kelompok Tani kelurahan Allepolea Kec.Lau Kab.Maros 2012.

No Kelompok TaniTahun Berdiri

Kelas Kelompok

Ketua Kelompok Tani

Jumlah Anggota

Luas Lahan Pertanian

(Ha)1. Pammelakang Je’ne 1979 Madya Drs. Abd.Hamid H 50 42,652. Tunas Harapan 1998 Madya Basri, S.E 48 35,303. Kayu Sanga I 1981 Lanjut H.Halide 29 25,154. Kayu Sanga II 1999 Pemula Sangkala D 26 17,305. Minasa Te’ne I 1979 Madya Dg.Nyambung 39 30,156. Minasa Te’ne II 1999 Pemula Yusdal Yusuf,S.Sos 29 24,707. Bonto Kapetta 1981 Lanjut Abdul Hafid 38 22,408. Tamalanrea 1972 Madya H.Sudding 34 20,659. Talamangape 1976 Lanjut Ilyas 27 9,29

10. Suka Maju 1987 Lanjut Umar 50 25,4011. Balanga 1998 Pemula Erwin 37 34,6812. Caballa 2005 Pemula M.Syukur S 47 58,0213. WT.Za Mays 2000 Pemula Salmawati, S.E 50 2,2514. TT.Allepolea 1987 Pemula Abd.Majid Abbas 27 4,25

J U M L A H 531 352,19

Selain Kelompok Tani, DI Kelurahan Allepolea juga telah terbentuk Gapoktan yang

bernama Gapoktan Allepolea yang merupakan gabungan dari 14 kelompok tani yang ada.

Gapoktan Allepolea di Ketuai oleh Drs. Abd.Hamid Haseng, dengan Wakil Ketua Basri, SF.

Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea 8

Page 9: Programa Allepolea

Sekretaris Abd.Majid Abbas dan Bendahara Erwin. Gapoktan ini terdiri atas unit usaha

mikro. Gapoktan ini terbentuk atas kesepakatan dalam rangka lebih memeberdayakan

kelompok tani dan meningkatkan posisi tawar (bargaining position) dalam membina suatu

kerjasama. Melalui Gapoktan diharapkan petani dapat meningkatkan produktivitasnya,

memperbaiki mutu hasil panennya, serta mampu meningkatkan manajemen usahataninya.

Kelembagaan ekonomi desa lainnya yang terdapat di Kelurahan Allepolea adalah

KUD. KUD ini memiliki anggota penuh sebanyak 771 orang, dilayani (yang aktif) 502 orang

dan calon anggota 150 orang. Disamping melayani kebutuhan petani akan saprodi

pertanian, KUD ini juga memiliki bidang usaha lainnya, seperti reparasi barang elektronik,

bengkel kendaraan bermotor, dan usaha penggilingan beras.

F. Sarana Produksi Pertanian

Kepemilikan alat-alat pertanian oleh petani di Kelurahan Allepolea sudah cukup

terpenuhi untuk kegiatan usahatani. Jumlah penggilingan/huller yang tercatat 18 buah,

hand sprayer 180 buah, dan traktor 60 buah. Alat ini semuanya dimiliki oleh petani, baik

secara perorangan ataupun milik bersama beberapa orang. Untuk sector peternakan,

karena masih belum diusahakan secara intensif oleh petani, maka kepemilikan alat juga

terbatas. Sedang untuk sector perkebunan, tidak diusahakan di wilayah ini.

Produksi usaha tani untuk tanaman padi adalah 65,0 Kw/Ha dengan harga rata-rata

waktu panen Rp. 2.700/ Kg biaya produksi rata-rata tiap hektar Rp. 6.500.000, yang

meliputi biaya sewa lahan, sewa traktor, ongkos tanam, benih, pupuk, upah tenaga kerja,

peralatan, pestisida (jikadiperlukan) dan upah panen.

Untuk produksi kacang hijau rata-rata per hektar adalah 11,0/ Kw dengan harga rat-

rata waktu panen Rp. 6.000 / Kg. biaya produksi rat-rata tiap hektarnya Rp. 800.000, yang

meliputi biaya tanam, pupuk, dan pemeliharaan. Tanaman kacang hijau banyak

dibudidayakan oleh petani karena tidak mebutuhkan olah lahan, sawah dapt langsung

ditanami oleh tanaman kacang hijau.

Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea 9

Page 10: Programa Allepolea

III. PERMASALAHAN

A. Teknis

Permasalahn teknis bagi petani di Kelurahan Allepolea adalah kurangnya

penerapan teknologi usaha tani yang tepat seperti pengolahan lahan yang benar.

Seringkali pengolahan lahan dilakukan secara terbur-buru unrtuk segera melakukan

pertanaman kembali (terutama daerah yang sering terkena banjir pada musim

penghujan : Balanga, dan beberpa daerah lainnya).

Penggunaan benih berlabel/bersertifikat masih kurang oleh petani. Umumnya

petani menggunakan benih sendiri. Rendahnya penggunaan benih berlabel disebabkan

kurangnya informasi mengenai manfaat penggunaan benih berlabel, harganya yang

masih menjadi pertimbnagan bagi petani serta kurangnya informasi tempat

memperoleh benih berlabel/bersertifikat.

Kurangnya saluran irigasi yang memadai menyebabkan pembagian air tidak merata

sepenuhnya sehingga waktu penanaman tidak serempak. Karenanya diperlukan

beberapa sumber air yang dapat digunakan secara berkelompok oleh petani. Beberapa

wilayah di Allepolea belum/ tidak mempunyai saluran air/irigasi sehingga

menyebabkan beberapa areal persawahan mengalami kekeringan pada musim Gadu

dan terendam air pada musim rendengan.

Pemupukan yang tidak seimbang. Petani cenderung menggunakan pupuk urea yang

berlebihan, dan mengurangi pemakaian jenis pupuk yang lainnya, terutama KCL.

Kelangkaan pupuk [ada saat dibutuhkan juga menjadi masalah bagi petani, sehingga

terkadang pemupukan menjadi terlambat. Selainitu, ktergantungan petani yang tinggi

terhadap pupuk anorganik (urea,SP36, dan KCL) sehingga pemanfaatan pupuk organic

sangat kurang.

Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea 10

Page 11: Programa Allepolea

Tingkat serangan hama/penyakit yang cukup tinggi terutama pada saat musim

tanam rendengan. Hama penyakit yang sering menyerang pertanaman padi di

Kelurahan Allepolea adalah keong, penggerek batang, kresek (penyakit hawar daun)

dan tikus.

Dalam mengendalikan Gulma, hama, dan penyakit, petani sering mengandalkan

penggunaan pestisida. Selain itu, kebiasaan petani yang masih sering mencampur

pestisida yang satu dengan yang lainnya dapat menimbulkan kerugian bagi petani.

Pada kegiatan panen, petani masih menggunakan sabit biasa, belum menggunakan

sabit bergerigi. Selainitu, petani juga umumnya menggunakan alat perontok, belum

menggunakan threster sehingga kehilangan hasil cukup tinggi.

Mutu gabah yang masih rendah disebabkan penerapan teknologi pasca panen yang

kurang tepat. Masih terbatasnya lantai jemur/terpal serta kurangnya pengering gabah

(dryer) menyebabkan hasil produksi tidak diproses secara baik.

Dibidang peternakan, permasalahan yang sering dialami oleh petani adalah

kematian ternak ayam buras yang sering mati mendadak karena terserang ND atau

penyakit lainnya sehingga petani dapat menderita kerugian secara ekonomi.

Produktivitas ternak ayam buras juga masih rendah di kalangan petani. Selain itu,

terbatsnya informasi tentang beternak ayam buras yang tepat serta pengaruh dari isu

flu burung, turut mempegaruhi keinginan petani untuk beternak ayam buras.

Kurangnya minat petani dalam menerapkan system usaha tani dengan integritas

padi-ternak, dimana ternak besar dapat dimanfaatkan kotorannya untuk pupuk dan

jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak.

Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea 11

Page 12: Programa Allepolea

B. Ekonomi

Kurangnya modal yang dimiliki oleh petani sehingga pemenuhan kebutuhan pupuk

dan saprodi lainnya dilakukan secara kredit/pinjam dan dilunasi setelah panen dengan

membayar dalam bentuk gabah/beras. Kondisi ini memnyebabkan petani terbatas

dalam menggunakan pupuk dan sarana - sarana lainnya.

Tidak terdapatnya lembaga keuangan yang dapat menjadi tempat bagi petani dalam

memenuhi kebutuhan akan modal untuk meningkatkan usaha tanunya dengan bunga

rendah.

Masih terbatasnya pasar bagi hasil produksi menyebabkan petani melakukan

kegiatan pemasaran di sekitar daerah produksi.

C. Sosial

Umumnya kegiatan berusahayani di Kelurahan Allepolea dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan sendiri, hanya sebagian kecil yang telah berorientasi agribisnis.

Apabila terdapat kelebihan hasil produksi, petani baru menjual, baik dalam bentuk

gabah maupun dalam bentuk beras. Pola piker petani yang seperti ini yang masih terus

dibina agar hasil dari berusaha tani dapat ditingkatkan.

Pengenalan teknologi baru yang masih sulit diseap oleh petani, terkadang menjadi

penghambat dalam penyebaran informasi. Teknologi baru yang dikenalkan harus terus

menerus diinformasikan sehingga petani tergugah untuk melakukannya.

Sebagian petani selain berani juga memiliki pekerjaan lain, seperti menjadi tukang

batu, berwiraswasta, dan beberapa berprofesi sebagai pegawai negeri sipil.

Adapun rincian permasalahan dan upaya pemecahan yang dilakukan dapat dilihat

pada table 9.

Rencana Kerja Penyuluh Pertanian Kelurahan Allepolea 12