Program Studi Magister Manajemen Widya Plagiat STIE Janganeprint.stieww.ac.id/425/1/151602965...

75
STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2017 Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-2 Program Studi Magister Manajemen Diajukan Oleh : MARTONO 1516029656 PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA 2017 STIE Widya Wiwaha Jangan Plagiat

Transcript of Program Studi Magister Manajemen Widya Plagiat STIE Janganeprint.stieww.ac.id/425/1/151602965...

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN

DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO

TAHUN 2017

Tesis

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-2

Program Studi Magister Manajemen

Diajukan Oleh :

MARTONO 1516029656

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN STIE WIDYA WIWAHA

YOGYAKARTA 2017

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

TESIS

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA

PENYULUH PERTANIAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI

DI KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2017

Diajukan Oleh :

MARTONO 1516029656

Tesis ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji

Pada tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

(I Wayan Nuka Lantara, SE, M.Si, Ph.D) (Suhartono, SE, M.Si)

dan telah diterima sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh Gelar Magister

Yogyakarta, ......................................

Mengetahui,

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN

STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA

DIREKTUR

Drs. John Suprihanto, MM, Ph.D

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Martono

NIM : 1516029656

Program Studi : Magister Manajemen

Judul Tesis : Strategi Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian Dalam

Meningkatkan Produksi Padi Pertanian di Kecamatan

Wates Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis ini benar-benar merupakan

hasil karya saya, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang

lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan tesis ini hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sangsi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, ................... 2017

Yang membuat pernyataan

MARTONO

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

iv 

 

Persembahan 

 

Dengan cinta dan kerendahan hati, kupersembahkan karya  ini kepada : 

 

Allah  SWT  yang  selalu  ada  dalam  setiap  langkahku,  hanya  Engkau  tempat  aku 

mengadu,  memohon  petunjuk  dan  maqfiroh‐Mu,  hingga  terselesaikannya  karya 

kecilku ini. 

Kedua orang tuaku yang yang dengan cinta , jerih payah, kasih sayang membimbingku 

dari  kecil  sampai  setua  ini  namun  belum  juga  bisa membalasnya.  Semoga  Allah 

membalas dengan surga disana. 

Istriku tersayang Eryati Mundilestari, S.Pd yang selalu setia menemani aku baik dalam 

suka maupun duka.  

Anakku  Rizqi  Batistuta  Yahya  Herlambang  yang  terus memberikan  semangat untuk 

maju. Maaf sayang, Bapak  sering marah‐marah. 

Mertuaku dan Keluarga Besar Slamet Budhiarto yang  selalu memberikan dorongan. 

Sudara‐saudaraku Trah Cipto Sudarmo yang  telah memberikan semangat untuk terus 

berbenah , terimakasih bantuannya 

Keluarga  besar  Dinas  Pertanian  dan  Pangan  Kabupaten  Kulon  Progo  yang  telah 

memberikan kebebasan  saya melaksanakan penelitian dan bantuan material maupun 

non material, terimakasih banyak atas keleluasaan waktu kerja dan penggunaan buku‐

bukunya. 

Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. 

 

 

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

 

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan

anugerah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tesis Magister Manajemen STIE

Widya Wiwaha Yogyakarta. Banyak pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian tesis ini, oleh karena itu ucapan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membatu kelancaran tesis ini, yaitu kepada :

1. Bapak Drs. John Suprihanto, MM, Ph.D selaku Direktur Magister

Manajemen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta atas bimbingannya.

2. Bapak I Wayan Nuka Lantara, SE, M.Si, Ph.D, selaku pembimbing I yang

telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam penyusunan tesis ini.

3. Bapak Suhartono, SE, MSi, selaku pembimbing II yang telah memberikan

dorongan dan bimbingan dalam penyusunan tesis ini.

4. Bapak/ Ibu dewan penguji yang telah memberikan masukan dalam

penyelesaian tesis ini.

5. Bapak / Ibu Dosen Magister Manajemen STIE Widya Wiwaha

Yogyakarta.

6. Pimpinan dan Staf di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan

Wates Kabupaten Kulon Progo.

7. Semua pihak yang tidak dapat kami sebut satu persatu.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

vi 

 

Atas segala bantuan dan dukungan semua pihak saya mengucapkan terima

kasih. Saran serta kritik yang sifatnya membangun terhadap kesempurnaan tesis

ini sangat saya harapkan.

Yogyakarta, ...............................

MARTONO

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

vii 

 

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS............................................................ iii

PERSEMBAHAN ........................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL........................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

ABSTRAK ................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 9

C. Pertanyaan Penelitian .............................................................. 9

D. Tujuan penelitian .................................................................... 9

E. Manfaat Penelitian .................................................................. 9

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjuan Teori .......................................................................... 11

B. Penelitian Yang Terdahulu ..................................................... 16

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian .................................................................... 18

B. Subyek dan Obyek Penelitian .......................................... 18

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

viii 

 

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................... 19

D. Sumber Data... .................................................................. 19

E. Metode Pengumpulan Data ................................................ 20

F. Instrumen Penelitian........................................................... 21

G. Metode Analisis Data......................................................... 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ..................................................................... 25

B. Pembahasan ......................................................................... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .......................................................................... 61

B. Saran .................................................................................... 61

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

ix 

 

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Luas Panen Padi Sawah Per Kecamatan .................................. 5

Tabel 1.2. Produksi Padi Sawah Per Kecamatan ...................................... 6

Tabel 1.3. Produktivitas Padi Sawah Per Kecamatan ................................ 7

Tabel 4.1. Perhitungan EFAS Penyuluhan BPP Wates.............................. 47

Tabel 4.2. Perhitungan IFAS Penyuluhan BPP Wates.............................. 49

Tabel 4.3. Matrik SWOT Klasik................................................................ 51

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

 

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Model Analisis Data ......................................................... 24

Gambar 4.1. Kegiatan Pelatihan Pembuatan PGPR............................... 35

Gambar 4.2. Kegiatan Monitoring Pembangunan Calon Sarana Irigasi. 35

Gambar 4.3. Kegiatan Penyuluhan Secara Individu dan Kelompok........ 36

Gambar 4.4. Kegiatan Pertemuan Kelompok dengan Lembaga Terkait.. 36

Gambar 4.5. Kegiatan SL untuk Memecahkan Masalah Pertanian........... 37

Gambar 4.5. Diagram Cartesius Perhitungan Strategi SO Penyuluhan.... 50

 

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

xi 

 

ABSTRAK

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI

DI KECAMATAN WATES KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2017

Oleh : Martono

Produksi padi di Kecamatan Wates menduduki tingkat produksi yang rendah dibandingkan dengan kecamatan lain yang diakibatkan kinerja penyuluh pertanian dalam peningkatan produksi padi masih belum optimal, sehingga perlu merumuskan strategi peningkatan kinerja yang dilakukan penyuluh pertanian dalam meningkatkan produksi padi di Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo.

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi penyuluh pertanian lapangan dan pelaku usaha pertanian khususnya padi, sebagai bahan masukan bagi Pemerintah dan instansi terkait lainnya dalam mengambil kebijakan, khususnya yang berhubungan dengan proses peningkatan produksi padi di Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo dan sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan dan menganalisa tentang strategi peningkatan produksi padi oleh penyuluh pertanian dengan cara menghubungi responden secara langsung dengan subyek penelitiannya penyuluh pertanian BPP Wates dan obyek penelitiannya strategi peningkatan kinerja penyuluh pertanian dalam meningkatkan produksi padi di wilayah Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo. Pelaksanaan pada bulan Juni sampai Agustus 2017. Sumber data diperoleh dari data primer dan sekunder, metode pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Data yang telah terkumpul di analisis dan di olah menggunakan analisis kualitatif dengan analisis SWOT

Strategi Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian Dalam Meningkatkan Produksi Padi di Wilayah Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017 adalah dengan cara pembinaan berkelanjutan dari pemerintah melalui BPP Kecamatan Wates, peningkatan kapasitas penyuluh dalam penguasaan teknologi informasi yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, meningkatkan keikutsertaan dalam Diklat budidaya padi, meningkatkan peran penyuluh pertanian dalam peningkatan produksi dan produktivitas padi dan meningkatkan kerjasama dengan lembaga pembiayaan (Bank).

Kata Kunci : Strategi, Produksi, Optimal, Penyuluh Pertanian

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

xii 

 

 

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian di BPP Wates menitik beratkan pada

pembangunan pertanian yang berkelanjutan atau kembali ke alam yaitu dalam

mengelola sumberdaya alam hendaknya selalu memperhatikan kelestarian

lingkungan melalui praktik usaha tani ramah lingkungan serta tetap

memelihara keseimbangan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Disamping itu dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia

hendaknya senantiasa mempertimbangkan kemampuan alam dan sumberdaya

yang tersedia agar dampak lingkungan yang timbul dapat diminimalkan

sehingga usaha tani yang dilakukan oleh petani semakin hari produktivitasnya

tidak semakin turun tetapi selalu meningkat, dengan demikian pendapatannya

juga akan meningkat.

Pertanian dalam arti luas di Kabupaten Kulon Progo terdiri dari tiga sub

sektor yaitu pertanian (tanaman pangan, perkebunan,peternakan), perikanan

dan kehutanan. Ketiga sub sektor tersebut semuanya ada di Kecamatan Wates

dimana perkembangan subsektor pertanian cukup menonjol, kemudian

disusul perikanan dan kehutanan. Hal ini disebabkan subsektor pangan

merupakan kebutuhan pokok masyarakat Kecamatan Wates. Perkembangan

tanaman pangan cukup baik yaitu padi, cabe, bawang merah, semangka,

jagung, pepaya, kacang tanah, sayuran, ubi kayu. Namun dalam agribisnis

padi di Kecamatan Wates masih terdapat beberapa hambatan antara lain

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

2  

kurangnya pengetahuan petani, serangan hama penyakit, masih menggunakan

metode lama secara turun menurun dan petani kurang berminat mengikuti

kegiatan penyuluhan. Hal ini mengakibatkan semakin hari cenderung

menurun yang mengakibatkan produktivitas padi sawah belum sesuai dengan

cita-cita mereka yaitu produktivitas padi sawah meningkat dari 68,14 kuintal

per hektar menjadi 70 kuintal per hektar atau dari 6,814 ton per hektar

menjadi 7,00 ton per hektar.

Pembangunan bidang pertanian pada saat ini merupakan upaya dalam

rangka meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan, khususnya di

wilayah Kecamatan Wates. Kegiatan dibidang pertanian dituntut memiliki

kemampuan untuk menggali potensi produksi dan meningkatkan

produktivitas sumber daya pertanian, sehingga kontribusi pertanian semakin

meningkat. Pada hakekatnya pembangunan tersebut bertujuan untuk selalu

terus menerus memperbaiki mutu hidup atau kesejahteraan manusia dan

seluruh warga masyarakatnya. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan

tersebut adalah dengan pemberdayaan masyarakat/kelompok tani pelaku

usaha pertanian melalui program penyuluhan pertanian.

Padi merupakan kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi

sehingga menjadikan kehidupan petani sangat penting bagi masyarakat

maupun negara. Krisis pangan yang terjadi pada beberapa waktu yang lalu

diakibatkan oleh menyusutnya lahan pertanian karena pengembangan lahan

pertanian sebagai lahan pemukiman maupun lahan usaha. Hal ini menjadikan

banyak orang berfikir mencari solusi yang tepat sebagai langkah alternatif

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

3  

mengatasi masalah-masalah tersebut. Dari pengembangan dan alih teknologi

sampai peningkatan sumber daya manusia dilaksanakan untuk

mengoptimalkan produksi padi.

Padi merupakan komoditas yang diprioritaskan pengembangannya,

diharapkan pada tahun 2017 surplus beras Indonesia mencapai 10.000.000

ton. Untuk menjawab tantangan tersebut diperlukan arah pembangunan

pertanian yang tidak hanya ditekankan pada aspek produksinya saja melainkan

juga aspek pendapatan, kualitas, efisiensi, daya saing dan kelanjutan usaha

sehingga diharapkan adanya peningkatan produksi, pendapatan dan

kesejahteraan petani.

Sejalan dengan perkembangan yang senantiasa membawa keadaan

baru berkat adanya kemajuan dalam penelitian, penyuluhan pertanian pada

dasarnya tidak akan pernah berhenti. Kegiatannya makin lama makin

meluas. Sepanjang waktu selalu ada hal baru. Ilmu sebagai hasil penelitian

makin lama makin banyak. Ini semua akan ada artinya jika dimanfaatkan

oleh petani.

Pertanian sebagai titik sentral dalam pembangunan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tidak akan tercapai jika petani tidak

mau maju. Usaha meningkatkan produksi pertanian harus didasari oleh

adanya usaha mempengaruhi petani. Petani harus dididik dan dibimbing agar

ikut aktif mengubah cara usaha pertaniannya dengan cara yang lebih

baik. Harus diberi ilmu dan teknologi pertanian yang sesuai dengan tingkat

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

4  

kemampuannya. Untuk ini diperlukan cara berkomunikasi yang tepat, tanpa

paksaan membuat petani yakin akan kegunaan hal-hal baru tersebut.

Penyuluhan pertanian berperan menghubungkan lembaga ilmiah

sebagai sumber hal baru dengan petani yang membutuhkan. Hubungan ini

harus dilanjutkan dengan bimbingan praktis untuk menumbuhkan keyakinan

dan keinginan mencobanya sendiri. Akhirnya peranan petani dalam

pembangunan akan terasa, karena kesadaran sendiri, bukan karena paksaan.

Dapat dikatakan bahwa peranan penyuluh pertanian merupakan kegiatan yang

sangat penting dalam usaha peningkatan pemahaman kepada petani.

Kegiatan menyampaikan sesuatu yang baru yang lebih baik, menguntungkan

kepada petani, dengan tujuan meningkatkan kemauan dan kemampuan petani

dalam usaha pertanian.

Peranan penyuluhan pertanian disamping menjadikan petani aktif dan

dinamis, juga berperan menciptakan iklim atau keadaan yang memungkinkan

petani melaksanakan hal-hal yang telah disuluhkan, atas dasar tidak merasa

terpaksa dan dipaksa. Memungkinkan adanya iklim sosial pedesaan yang

harmonis.

Dinas Kelautan Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo sesuai

Struktur Organisasi Perangkat Daerah (SOPD) terbaru merupakan unsur

pelaksana tugas Pemerintah Daerah di bidang pertanian, ketahanan pangan

dan peternakan. Dinas Pertanian dan Pangan mempunyai fungsi

penyelenggaraan urusan Pemerintah Daerah dan tugas pembantuan di bidang

pertanian, ketahanan pangan dan peternakan.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

5  

Las panen padi di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat dalam tabel

berikut ini:

Tabel 1.1

Luas Panen Padi Sawah Per Kecamatan (Ha)

di Kabupaten Kulon Progo

No Kecamatan Tahun

2012 2013 2014 2015 2016

1 Temon 2.037 2.039 2.031 1.989 1.980

2 Wates 1.367 1.368 1.356 1.349 1.363

3 Panjatan 1.967 2.104 2.041 1.877 2.240

4 Galur 2.036 2.327 2.246 2.218 2.214

5 Lendah 1.194 1.199 1.199 1.156 1.151

6 Sentolo 2.427 2.198 2.179 2.174 1.959

7 Pengasih 1.209 1.209 1.202 1.187 1.197

8 Kokap 137 132 124 132 137

9 Girimulyo 984 908 623 693 918

10 Nanggulan 4.318 3.016 2.310 3.274 2.644

11 Kalibawang 2.153 1.619 1.239 1.495 1.685

12 Samigaluh 1.114 997 1.064 1.148 1.081

Jumlah 105.816 19.116 17.614 18.692 18.569

Sumber : Data Dinas Pertanian dan Pangan Kab. Kulon Progo

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

6  

Produksi padi di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat dalam tabel

berikut ini:

Tabel 1.2

Produksi Padi Sawah Per Kecamatan (ton)

di Kabupaten Kulon Progo

No Kecamatan Tahun

2012 2013 2014 2015 2016

1 Temon 12.691 14.202 12.549 12.360 12.750

2 Wates 8.534 9.531 8.373 8.377 8.763

3 Panjatan 12.258 14.652 13.137 12.075 15.763

4 Galur 12.444 16.254 14.869 14.671 15.479

5 Lendah 7.283 8.363 7.798 7.590 8.072

6 Sentolo 15.188 15.290 13.532 13.519 12.755

7 Pengasih 7.401 8.402 7.446 7.382 7.713

8 Kokap 811 900 769 818 882

9 Girimulyo 6.461 6.213 3.954 4.446 6.182

10 Nanggulan 28.369 21.056 14.887 21.628 18.862

11 Kalibawang 13.151 11.247 7.982 9.640 11.833

12 Samigaluh 6.879 6.872 6.722 7.537 7.215

Jumlah 131.471 132.982 112.007 120.040 126.529

Sumber : Data Dinas Pertanian dan Pangan Kab. Kulon Progo

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

7  

Produktivitas padi di Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat dalam

tabel berikut ini:

Tabel 1.3

Produktivitas Padi Sawah Per Kecamatan (kuintal/ha)

di Kabupaten Kulon Progo

No Kecamatan Tahun

2012 2013 2014 2015 2016

1 Temon 62.30 69,65 61,79 62,14 64,39

2 Wates 62,43 69,67 61,75 62,10 64,29

3 Panjatan 62,32 69,64 64,37 64,33 70,37

4 Galur 61,12 69,85 66,20 66,15 71,13

5 Lendah 61,00 69,75 65,04 65,66 70,13

6 Sentolo 62,58 69,56 62,10 62,19 65,11

7 Pengasih 61,22 69,50 61,95 62,19 64,44

8 Kokap 59,23 68,18 62,04 61,97 64,36

9 Girimulyo 65,66 68,43 63,47 64,15 67,35

10 Nanggulan 65,70 69,81 64,40 66,06 71,34

11 Kalibawang 61,08 69,47 64,42 64,43 70,23

12 Samigaluh 61,75 68,93 63,18 65,65 66,75

Rata-rata 62,78 69,57 63,59 64,22 68,14

Sumber : Data Dinas Pertanian dan Pangan Kab. Kulon Progo

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

8  

Dari Tabel 1.1. terlihat luas panen padi sawah di Kabupaten Kulon Progo

memang mengalami fluktuasi setiap tahunnya, hal ini tidak lepas dari peran

kinerja penyuluh pertanian, dan ini bisa lebih ditingkatkan lagi karena masih

banyak usaha yang belum dilaksanakan. Untuk itu sangat diperlukan usaha agar

peran penyuluh dapat lebih dioptimalkan.

Sumber daya penyuluh pertanian yang ada di Balai Penyuluhan Pertanian

(BPP) Wates sebanyak 8 (delapan) orang penyuluh yang bertugas di 8 (delapan)

desa yang ada di wilayah Kecamatan Wates. Dari penjelasan tersebut artinya

bahwa setiap penyuluh pertanian membawahi 1 (satu) desa.

Penelitian ini mengambil lokasi di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)

Kecamatan Wates yang beralamat di Kulwaru, Wates, Kulon Progo, Daerah

Istimewa Yogyakarta yang merupakan kepanjangan tangan dari Dinas Pertanian

dan Pangan Kabupaten Kulon Progo juga terus melakukan upaya peningkatan

produksi padi, hal ini disebabkan produksi padi di wilayah Kecamatan Wates

tidak terlalu tinggi apabila dibandingkan dengan kecamatan lain, seperti terlihat

dalam tabel diatas

Dari Tabel 1.2. terlihat bahwa produksi padi di Kecamatan Wates

menduduki tingkat produksi yang rendah dibandingkan dengan kecamatan lain,

sehingga perlu adanya strategi penyuluh pertanian dalam peningkatan produksi

padi di Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo.

Berdasarkan hal tersebut perlu adanya penelitian dengan judul : “Strategi

Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian Dalam Meningkatkan Produksi Padi di

Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017.”

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

9  

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang maka masalah dalam

penelitian ini adalah strategi peningkatan kinerja penyuluh pertanian dalam

meningkatkan produksi padi di Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo

masih belum optimal.

C. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana strategi peningkatan kinerja penyuluh pertanian dalam

meningkatkan produksi padi di Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo?

D. Tujuan Penelitian

Untuk merumuskan strategi peningkatan kinerja yang dilakukan oleh

penyuluh pertanian dalam meningkatkan produksi padi di Kecamatan Wates

Kabupaten Kulon Progo.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi penyuluh pertanian lapangan dan pelaku

usaha pertanian khususnya padi yang ada di Kecamatan Wates Kabupaten

Kulon Progo.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

10  

2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah dan instansi terkait lainnya

dalam mengambil kebijakan, khususnya yang berhubungan dengan proses

peningkatan produksi padi di Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

11  

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Strategi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Strategi adalah rencana yang

cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus atau ilmu dan

seni menggunakan semua sumber daya bangsa(-bangsa) untuk

melaksanakan kebijaksanaan tertentu. Strategi diartikan langkah-langkah

atau tindakan yang dilaksanakan untuk tercapainya suatu sasaran (misi) atau

tujuan yang dikehendaki.

Sedangkan menurut Mosher (1991), strategi penyuluhan yang dipilih

akan sangat tergantung pada hal-hal tersebut di bawah:

1. Extension system (Sistem Penyuluhan) yaitu adalah seluruh rangkaian

pengembangan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, serta sikap

pelaku utama dan pelaku usaha melalui penyuluhan.

2. Extension approach (Pendekatan Penyuluhan) adalah melaksanakan

kegiatan penyuluhan dengan menerapkan metoda pendekatan individual,

baik dalam bentuk anjangsana, anjang karya, atau mengundang petani ke

kantor-kantor mereka.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

12  

2. Extension type (Tipe Penyuluhan). Tipe penyuluhan pertanian dengan

cara komunikasi langsung misalnya: obrolan di sawah, balai desa,

rumah, telepon/HP, kursus tani, demonstrasi karyawisata, dan pameran,

serta dengan komunikasi tidak langsung seperti publikasi dalam bentuk

cetakan, poster, siaran radio/TV, dan pertunjukan film.

3. Extension model (Model Penyuluhan) adalah cara penyampaian materi

(isi pesan) penyuluhan pertanian oleh penyuluh pertanian kepada petani

beserta anggota keluarganya baik secara langsung maupun tidak

langsung agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi baru

Mosher (1991) menempatkan penyuluhan pertanian sebagai faktor

pelancar pembangunan. Penyuluhan pertanian bagi petani dianggap penting

karena kemampuan petani dan keputusan-keputusan yang diambil mengenai

pelaksanaan usaha tani akan sangat menentukan bagi tingkat kecepatan

pembangunan pertanian.

2. Kinerja

Menurut Pambudy (2002) kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan

seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam

melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti

standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan

terlebih dahulu dan telah disepakati bersama

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

13  

Indikator kinerja penyuluh pertanian menurut Mosher (1991) antara lain :

1. Terwujudnya data potensi wilayah.

2. Tersusunnya programa penyuluhan pertanian.

3. Tersusunnya rencana kerja tahunan penyuluh pertanian.

4. Terdesiminasikannya informasi teknologi.

5. Tumbuh kembangnya kelembagaan petani

6. Meningkatnya kapasitas petani

7. Meningkatnya akses petani terhadap informasi pasar, teknologi, sarana -

prasarana dan pembiayaan.

8. Meningkatnya produktivitas dan skala usaha petani

9. Meningkatnya pendapatan petani

3. Penyuluhan Pertanian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penyuluhan pertanian

adalah adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah perilaku petani dan

keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauan serta

mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau kegiatan-

kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya.

Sedangkan menurut Mosher (1991), penyuluhan pertanian adalah suatu cara

atau usaha pendidikan yang bersifat di luar bangku sekolah (non formal)

untuk para petani dan keluarganya di pedesaan. Dalampenyuluhan

terkandung arti aktivitas pendidikan di luar bangku sekolah (non formal)

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

14  

Penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan di luar sekolah

untuk keluarga-keluarga tani di pedesaan, dimana mereka belajar sambil

berbuat untuk menjadi mau, tahu, dan bisa menyelesaikan sendiri masalah-

masalah yang dihadapinya secara baik, menguntungkan dan memuaskan

( Wiriaatmadja, 2005).

Ruang lingkup penyuluhan pertanian (Pambudy , 2002), meliputi:

1. Pengembangan budidaya pertanian

2. Pengembangan usaha pertanian

3. Pengembangan kelembagaan pertanian

4. Pengembangan masyarakat tani

5. Pengembangan lingkungan usaha dan lingkungan hidup

6. Pengembangan kehidupan yang lebih sejahtera

4. Produksi dan Produktivitas

Dalam ilmu ekonomi pertanian produktivitas merupakan

perbandingan antara hasil yang diharapkan akan diterima pada waktu panen

(penerimaan) dengan biaya (pengorbanan) yang harus dikeluarkan. Hasil

yang diperoleh petani pada saat panen disebut produksi, dan biaya yang

dikeluarkan disebut biaya produksi. Usaha tani yang bagus merupakan

usaha tani yang produktif atau efisien. Usaha tani yang produktif berarti

usaha tani yang memiliki produktivitas yang tinggi. Pengertian produktivitas

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

15  

ini merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha (fisik) dengan

kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi (output)

yang diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Jika efisiensi fisik

kemudian di nilai dengan uang maka akan dibahas efisiensi ekonomi.

Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan

kemampuan sebidang tanah untuk menyerap tenaga dan modal sehingga

memberikan hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkatan

teknologi tertentu. Jadi secara teknis produktivitas merupakan perkalian

antara efisiensi (usaha) dan kapasitas tanah (Mubyarto, 1989).

5. Optimal

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Optimal adalah yang

terbaik, tertinggi, paling menguntungkan, menjadikan paling baik,

menjadikan paling tinggi, pengoptimalan proses, cara, perbuatan

mengoptimalkan (menjadikan paling baik, paling tinggi, dan sebagainya)

sehingga optimalisasi adalah suatu tindakan, proses, atau metodologi untuk

membuat sesuatu (sebagai sebuah desain, sistem, atau keputusan) menjadi

lebih/sepenuhnya sempurna, fungsional, atau lebih efektif. Menurut Machfud

Sidik (2001) Optimalisasi adalah suatu tindakan/kegiatan untuk

meningkatkan dan mengoptimalkan. Untuk itu diperlukan intensifikasi dan

ekstensifikasi subyek dan obyek pendapatan. Dalam jangka pendek kegiatan

yang paling mudah dan dapat segera dilakukan adalah dengan melakukan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

16  

intensifikasi terhadap obyek atau sumber pendapatan daerah yang sudah ada

terutama melalui pemanfaatan teknologi informasi.

B. Penelitian Terdahulu

Ichwanudin, (2016; 12-13), penelitian dengan judul “Strategi

Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya di Wilayah Kecamatan Girimulyo

Kabupaten Kulon Progo”. Penelitian ini dilaksanakan di BP3K Kecamatan

Girimulyo Kabupaten Kulon Progo bulan Januari-Maret 2016. Penelitian ini

bertujuan untuk (1) Untuk mengetahui penyebab produksi perikanan di

wilayah Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulon Progo belum optimal. (2)

Untuk mengetahui strategi yang dilakukan untuk meningkatkan produksi

perikanan budidaya di wilayah Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulon

Progo.

Populasi dalam penelitian ini adalah penyuluh yang bertugas BP3K

Kecamatan Girimulyo. Sumber data yang digunakan berupa data primer dan

data sekunder. Analisis data dengan cara data dianalisis dan diolah

menggunakan analisis kualitatif yaitu menggambarkan tentang strategi

peningkatan produksi perikanan di wilayah Kecamatan Girimulyo

Kabupaten Kulon Progo yang dilaksanakan oleh penyuluh pertanian di Balai

Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan

Girimulyo. Pada umumnya analisis kualitatif terhadap data dapat dilakukan

dengan tahap-tahap: menyeleksi, menyederhanakan, mengklasifikasi,

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

17  

memfokuskan, mengorganisasi (mengaitkan gejala secara sistematis dan

logis), Analisis data menggunakan analisis SWOT.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

18  

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, penulis berusaha untuk

menggambarkan dan menganalisa tentang strategi peningkatan produksi

padi oleh penyuluh pertanian Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo.

Penelitian merupakan penelitian lapangan (Field Research) atau deskriptif

naratif. Penelitian yang dilakukan dengan jalan mendatangi secara langsung

di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Wates sebagai obyek

penelitian yang bertujuan menggambarkan (deskipsi) tentang keadaan

tertentu secara obyektif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara

menghubungi responden secara langsung.

B. Subyek Dan Obyek Penelitian

a. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini, subyek penelitiannya adalah penyuluh pertanian di

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Wates sejumlah 3 orang

PNS dan 5 orang THL (Tenaga Harian Lepas) Penyuluh, jadi totalnya

ada 8 orang.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

19  

b. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah strategi peningkatan kinerja penyuluh

pertanian dalam meningkatkan produksi padi di wilayah Kecamatan

Wates Kabupaten Kulon Progo.

C. Lokasi Dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)

Kecamatan Wates.

b. Waktu Penelitian

Penelitian akan mulai dilaksanakan pada bulan Juni 2017 sampai dengan

bulan Agustus 2017.

D. Sumber Data

Sumber data yang digunakan meliputi :

1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari obyek

penelitian, dalam hal ini teknik pengamatan dan wawancara digunakan

untuk mendapatkan data dan informasi.

2. Data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh peneliti. Data ini dapat diperoleh dari literatur-

literatur yang ada hubungannya dengan obyek penelitian. Penelitian

lapangan diperoleh dengan cara langsung ke obyek penelitian.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

20  

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menghubungi responden secara

langsung. Data yang diperlukan meliputi :

1. Observasi.

Studi ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap

obyek penelitian yaitu strategi peningkatan kinerja penyuluh pertanian

dalam meningkatkan produksi padi di wilayah Kecamatan Wates

Kabupaten Kulon Progo dengan mengamati secara langsung kegiatan

yang berjalan pada obyek penelitian.

2. Wawancara

Salah satu metode pengumpulan data adalah dengan jalan

wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung

kepada responden.

Wawancara dilakukan langsung pada penyuluh pertanian mengenai

strategi peningkatan produksi padi di Wilayah Kecamatan Wates

Kabupaten Kulon Progo. Wawancara akan ditujukan 8 orang penyuluh

pertanian di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Wates.

3. Studi Dokumentasi

Dari asal katanya dokumen yang artinya buku-buku tertulis di

dalam melaksanakan studi dokumentasi peneliti menyelidiki benda-benda

tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan, notulen rapat,

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

21  

catatan harian (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini adalah berupa data

profil dan kegiatan penyuluh pertanian di Kecamatan Wates Kabupaten

Kulon Progo.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah

diolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen dan

pedoman wawancara.

G. Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul di analisis dan di olah menggunakan analisis

kualitatif yaitu menggambarkan tentang strategi peningkatan kinerja

penyuluh pertanian dalam meningkatkan produksi padi di wilayah

Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo yang dilaksanakan oleh penyuluh

pertanian di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Wates. Pada

umumnya analisis kualitatif terhadap data dapat di lakukan dengan tahap-

tahap: menyeleksi, menyederhanakan, mengklasifikasi, memfokuskan,

mengorganisasi (mengaitkan gejala secara sistematis dan logis), membuat

abstraksi atas kesimpulan makna hasil analisis. Model analisis kualitatif

yang terkenal adalah model Miles & Hubberman (1992:424) yang meliputi :

a. Reduksi data

Reduksi data adalah memilah data penting, relevan, dan bermakna dari

data yang tidak berguna.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

22  

b. Sajian deskriptif

Sajian deskriptif berupa narasi, visual gambar, tabel, dengan sajian yang

sistematis dan logis berdasarkan analisis SWOT.

Analisis data menggunakan analisis SWOT.

SWOT adalah singkatan dari Strength, Weakneses, Opportunities and

Threats (kekuatan, kelemahan, peluang dan Ancaman). Analisis SWOT

sudah menjadi alat yang umum digunakan dalam perencanaan strategis,

namun ia tetap merupakan alat yang efektif dalam menempatkan potensi

institusi. SWOT adalah merupakan sebuah pendekatan dan paling mutakhir

dalam dunia menajemen. Analisis SWOT juga merupakan sebuah strategi

terobosan terbaru untuk menuntaskan permasalahan atau hambatan-

hambatan dalam lembaga penyuluhan.

Salah satu pendekatan yang dapat di pergunakan sebagai instrumen

dalam pemilihan strategi dasar adalah melalui analisis SWOT Rangkuti

(2006) menjelaskan bahwa analisis SWOT adalah identifikasi berbagai

faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi. Analisis ini

di dasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths)

dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan

kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).

Langkah – Langkah Menyusun Matriks Faktor Strategi Eksternal

(EFAS) Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) menurut Rangkuti (2006)

adalah sebagai berikut :

1. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman serta

Kekuatan dan Kelemahan)

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

23  

2. Beri bobot masing – masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).

3. Hitung rating (di dalam kolom 3) untuk masing masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) berdasarkan pengaruh

faktor tersebut terhadap kondisi strategi penyuluhan. Pemberian nilai

rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar

diberi rating +4 tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1), sedangkan

pemberian rating untuk ancaman adalah kebalikan dari pemberian rating

peluang.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating kolom 3 untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan

untuk masing masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0

(outstanding) sampai 1,0 (poor).

5. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa

faktor – faktor tersebut dipilih dan bagaimana skor pembobotannya

dihitung.

6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh skor

pembobotan bagi straregi penyuluhan di BPP Wates. Nilai total ini akan

menunjukkan bagaimana straregi penyuluhan di BPP Wates bereaksi

terhadap faktor – faktor strategis eksternalnya.

Analisis SWOT digunakan untuk membandingkan faktor eksternal

dan faktor internal. Faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman,

sedangkan faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan (Tabel 3.4)

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

24  

Tabel 3.4. Matrik Space SWOT (Klasik)

Internal Eksternal

Strength / kekuatan

Weakness / Kelemahan

Opportunity / Peluang

SO pertimbangkan S dan O untuk membuat strategi disini dengan menggunakan kekuatan (S) untuk meraih peluang (O)

WO pertimbangkan W dan O untuk membuat strategi disini dengan menggunakan peluang (O) untuk mengatasi kelemahan (W)

Threat / Ancaman

ST pertimbangkan S dan T untuk membuat strategi disini dengan menggunakan kekuatan (S) untuk mengatasi ancaman (T)

WT pertimbangkan W dan T untuk membuat strategi disini untuk meminimalisasi kelemahan (W) dan ancaman (T)

Sumber : Rangkuti, 2005

c. Penyimpulan dari hasil yg disajikan.

Model analisis dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Model Analisis Data

(Sumber : Miles & Hubberman (1992: 424))

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penyajian Data

Verifikasi/Penarikan Kesimpulan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

25  

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Profil Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Wates Kabupaten

Kulon Progo

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Wates Kabupaten

Kulonprogo merupakan Balai Penyuluhan Pertanian yang merupakan bagian

dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo atau kelembagaan

yang menangani penyuluhan di Kabupaten Kulon Progo yang

menyelenggarakan fungsi penyuluhan di kecamatan Wates.

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Wates Kabupaten

Kulonprogo ini didirikan dengan bantuan pembangunan BPP yang berasal

dari program FEATI (Farmers Empowerment Through Agricultural

Technology & Information), dan di Kabupaten Kulon Progo mendapatkan

dana bantuan dari Bank Dunia.

Keberadaan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) diharapkan mampu

difungsikan dengan maksimal, dimana para petani bisa mendapatkan

informasi dan berkonsultasi tentang permasalahan pertanian sehingga akan

tercipta sebuah tempat yang tepat untuk mendapatkan solusi tentang berbagai

permasalahan pertanian dan ke depan dapat memacu perkembangan pertanian

di Kabupaten Kulon Progo. Karena selama ini, meskipun sebagian petani

telah memiliki pengetahuan yang cukup baik dalam ilmu pertanian namun

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

26  

masih banyak terdapat berbagai permasalahan yang mungkin tidak bisa di

selesaikan sendiri.

Visi dan Misi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Wates

Kabupaten Kulonprogo adalah sebagai berikut:

VISI : Terwujudnya kecamatan Wates menjadi sentra Agribisnis berbasis

komoditas pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan

menuju masyarakat mandiri yang sehat dan sejahtera.

Misi :

1) Mewujudkan kelembagaan Balai Penyuluhan Pertanian yang dapat

memfasilitasi peningkatan kompetensi bagi penyuluh PNS, Tenaga

Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TB PP)

penyuluh swasta serta pelaku utama dan pelaku usaha.

2) Mewujudkan kelembagaan Balai Penyuluhan Pertanian yang dapat

mengembangkan dan memelihara dan memanfaatkan Sumber Daya

Alam dan Sumber Daya Manusia sesuai potensi wilayah.

3) Memfasilitasi penyuluhan/ jasa konsultasi agribisnis bagi pelaku

utama dan pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya

4) Memfasilitasi tempat percontohan dan pengembangan model usaha

tani bagi pelaku utama dan pelaku usaha.

Peran Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) akan diperlukan dan di BPP

bisa mendapatkan penjelasan dan solusi tentang hal-hal tersebut. Para petugas

lapangan pertanian memiliki peran yang strategis dalam meningkatkan mutu

dan hasil pertanian. Untuk itu, para petugas lapangan diharapkan tidak hanya

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

27  

menguasai ilmu pertanian namun bisa mempraktekkan ilmu yang mereka

miliki dan memiliki lahan pertanian sebagai tempat praktek. Karena dengan

memiliki lahan praktek para petugas dapat menjumpai berbagai permasalahan

pertania tersebut secara langsung dan bisa membagikan ilmu tentang cara

pemecahan permasalahan tersebut kepada para petani.

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) memiliki peran strategis dalam

menentukan keberhasilan pembangunan pertanian serta sekaligus merupakan

cermin keberhasilan pembangunan pertanian di wilayah Kecamatan Wates

Kabupaten Kulon Progo. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 23 tahun 2014 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,

Perikanan dan Kehutanan (UU No.16/2006 SP3K), kebijakan pengembangan

kelembagaan penyuluhan adalah :

a. Mengutamakan prinsip kemitraan dalam pengembangan kelembagaan

penyuluhan pertanian.

b. Memacu pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian melalui

pemberian prioritas insentif pembiayaan. Strategi pengembangan

kelembagaan penyuluhan adalah menempatkan kelembagaan penyuluhan

pertanian sebagai penggerak utama kegiatan penyuluhan pertanian di

masing-masing tingkatan wilayah administrasi pemerintahan;

Sebagai penjabaran dari UU No 23/2014, Kementerian Pertanian

mengambil kebijakan menjadikan BPP Kecamatan Wates sebagai pusat

koordinasi pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian di wilayah

kecamatan yang berbasis berupa kawasan komoditi unggulan dan atau

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

28  

wilayah. Selain itu, BPP Kecamatan Wates merupakan pusat data dan

informasi bagi petani dan pemangku kepentingan lainnya dalam

pengembangan usaha di wilayah Kecamatan Wates.

Dalam pengorganisasian BPP Kecamatan Wates sebagai Balai

Penyuluhan dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo yang

didukung dengan organisasi dan ketenagaan sebagai berikut:

a. Koordinator

Koordinator adalah petugas PNS yang memiliki latar belakang di bidang

penyuluhan atau pejabat fungsional penyuluh pertanian yang diberi

kepercayaan untuk menjadi koordinator penyuluh di BPP Kecamatan

Wates.

b. Urusan Ketatausahaan;

Urusan Ketatausahaan dapat ditangani oleh fungsional umum.

Selanjutnya untuk urusan program, sumberdaya, dan supervisi.

c. Kelompok Jabatan Fungsional (KJF),

Kelompok jabatan fungsional penyuluh ditetapkan oleh koordinator

dengan memperhatikan potensi pengembangan kawasan komoditas

unggulan wilayah Kecamatan, Kelompok Jabatan Fungsional ini terdiri

dari:

1) Penyuluh yang menangani urusan Program;

2) Penyuluh yang menangani urusan Sumber Daya; dan

3) Penyuluh yang menangani urusan Supervisi.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

29  

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Wates Kabupaten

Kulon Progo mempunyai tugas :

a. Memfasilitasi penyusunan dan programa penyuluhan penyuluhan

pertanian berdasarkan programa penyuluhan pertanian Desa.

b. Menyediakan dan menyebarluaskan informasi teknologi.

c. Memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha.

d. Melaksanakan kaji terap dan percontohan.

e. Mengembangkan model usaha tani bagi masyarakat pelaku utama dan

pelaku usaha.

f. Mensosialisasikan rekomendasi dan mengihtiarkan akses kepada

sumber-sumber yang dibutuhkan pelaku utama.

g. Memfasilitasi kerjasama antar peneliti, Penyuluh Pertanian, pelaku

utama dan pelaku usaha.

h. Melaksanakan forum-forum penyuluhan.

i. Menumbuhkembangkan kepemimpinan, kewirausahaan, kelembagaan

pelaku utama dan pelaku usaha.

j. Perakitan materi, media dan alat bantu penyuluhan yang spesifik

lokalita.

k. Layanan terpadu informasi cyber axtention.

l. Klinik terapan agribisnis.

m. Melaksanakan updating data ketenagaan dan kelembagaan penyuluhan.

n. Supervisi, evaluasi dan penilaian kinerja penyuluh.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

30  

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Wates Kabupaten

Kulonprogo mempunyai fungsi sebagai tempat pertemuan penyuluh,

petani/pelaku utama, dan pelaku usaha untuk memfasilitasi pelaksanaan

tugas BPP Kecamatan Wates.

2. Produksi Padi Di Wilayah Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo

Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo ini merupakan kecamatan

yang terletak di dataran rendah, pegunungan dan lahan pantai. Kecamatan

Wates terdiri dari 7 desa yaitu Sogan, Karangwuni, Kulwaru, Triharjo,

Ngestiharjo, Bendungan, Giripeni dan 1 Kelurahan yaitu Wates. Produksi padi

wilayah Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo, didominasi oleh varietas

Ciherang, Menor, Situbagendit, Sri Putih. Empat varietas padi tersebut

menyumbang lebih dari 80 persen dari total produksi padi di Kecamatan Wates

Kabupaten Kulon Progo.

Di bawah ini akan dijelaskan hasil wawancara kepada 8 orang

narasumber yang dilaksanakan pada hari Senin-Kamis, tanggal 9-13 Juli 2017

hasilnya adalah sebagai berikut :

a. Penyebab Produksi Padi di Kecamatan Wates Belum Optimal

Produksi padi di Kecamatan Wates belum dapat optimal karena masih

mengalami penurunan hasil produksi dari tahun ke tahun atau mengalami

fluktuasi.

Dari dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa potensi produksi

padi di Kecamatan Wates tersebut belum dapat digarap dengan maksimal, hal

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

31  

ini terlihat dari belum sepenuhnya target tercapai pada tiap tahunnya hal ini

disebabkan masih kurangnya pengetahuan masyarakat dalam mengoptimalkan

sumber daya pertanian, sehingga peran serta penyuluh pertanian yang tangguh

sangat dibutuhkan untuk membantu masyarakat memaksimalkan potensi yang

kita miliki para petani, seperti yang disampaikan oleh 8 orang narasumber,

sebagai berikut ini :

Narasumber 1 : “belum optimal, karena pengetahuan petani masih perlu ditingkatkan, apabila ada masalah pertanian mereka masih bingung mengatasinya sehingga membutuhkan peran penyuluh yang tangguh untuk membantu mengatasi hal ini.”

Narasumber 2 : “budidaya pertanian di kecamatan Wates kurang optimal

dengan faktor penyebabnya misalnya hama atau penyakit, kondisi geografis wilayah yang pengunungan sehingga ada daerah yang kalau musim kemarau sulit air, pengetahuan petani yang terbatas dan lainnya.”

Narasumber 3 : “perlu ditingkatkan pengetahuan petani dan keterlibatan penyuluh supaya ilmunya dapat bertambah dalam budidaya dan mengatasi permasalahan pertanian.”

Narasumber 4 : “budidaya padi di kecamatan Wates kurang optimal ya

penyebabnya ya bisa hama atau penyakit, pengetahuan pelaku usaha pertanian yang terbatas dan lainnya.”

Narasumber 5 : “belum optimal, karena merasa banyaknya waktu yang

dihabiskan petani dalam kegiatan budidaya sehari-hari juga menjadi penyebab pelaku utama pertanian masih kurang berminat mengikuti kegiatan penyuluhan.”

Narasumber 6 : “belum, karena beberapa sawah dimana padinya masih ada

yang terserang penyakit namun belum tahu cara mengatasinya.”

Narasumber 7 : “belum optimal, karena ada beberapa pelaku utama pertanian

merasa metode dan cara-cara yang telah digunakan pelaku usaha pertanian sejak lama dan turun menurun dan tidak mudah untuk diubah atau ditambah dengan inovasi-inovasi yang dibawa oleh penyuluh.”

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

32  

Narasumber 8: “budidaya padi di Kecamatan Wateso masih harus ditingkatkan

hal ini dikarenakan pengetahuan pembudidaya tentang pertanian masih terbatas namun disisi lain jumlah tenaga penyuluh juga terbatas.”

Dalam wawancara di atas, diketahui bahwa selain pengetahuan petani

yang terbatas ada juga faktor yang menyebabkan budidaya padi di Kecamatan

Wates tidak optimal yaitu petani ada yang menganggap bahwa metode dan cara

yang mereka lakukan dalam kegiatan budidaya padi sudah memberikan hasil

yang memuaskan. Sehingga mereka menganggap informasi yang diberikan

penyuluh merupakan hal yang tidak penting dan tidak memberi dampak besar

terhadap kegiatan pertanian yang mereka jalankan. Metode dan cara-cara yang

telah digunakan petani sejak lama dan turun menurun ini tidak mudah

untuk di ubah atau di tambah dengan inovasi-inovasi yang di bawa oleh

penyuluh. Hal ini mempengaruhi minat petani dalam mengikuti kegiatan

penyuluhan. Ada pula yang mengganggap banyaknya waktu yang dihabiskan

petani dalam kegiatan pertanian juga menjadi penyebab petani masih kurang

berminat mengikuti kegiatan penyuluhan.

Penyuluh hanya dapat memberi masukan dan informasi kepada pelaku

usaha pertanian hanya ketika petani ada waktu kosong yang tersisa dari segala

kegiatan yang berhubungan dengan pertanian. Kondisi ini dipersulit lagi

dengan sedikitnya petani yang mau mendengar informasi tentang solusi dari

masalah yang mereka hadapi kepada penyuluh.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

33  

b. Pembinaan Peningkatan Produksi Padi di Kecamatan Wates

Pembinaan yang dilakukan oleh seorang penyuluh dan didukung oleh

minat sebagian besar pelaku usaha pertanian, mampu menghasilkan beberapa

kelompok pertanian aktif di Kecamatan Wates yang telah menerapkan beragam

inovasi yang dibawa oleh penyuluh itu sendiri.

Menurut hasil wawancara mengenai pembinaan yang dilakukan oleh

penyuluh pertanian BPP Kecamatan Wates, kegiatan pembinaan petani

dilaksanakan oleh penyuluh pertanian secara berkesinambungan menurut

narasumber adalah sebagai berikut :

Narasumber 1 : “kami melakukan pembinaan dengan kelas belajar, wahana kerja sama dan unit produksi, sehingga mampu mengembangkan usaha agribisnis dan menjadi kelembagaan petani yang kuat dan mandiri.”

Narasumber 2 : “kami melakukan kelas belajar baik kelompok maupun

individu dimana kami dituntut mampu menggali, merumuskan dan mempersiapkan kebutuhan belajar, menumbuhkan budaya belajar yang tertib, disiplin dengan motivasi yang baik, kemudian kegiatan pembinaan ini juga dapat sebagai ajang menjalin kerjasama antar anggota, menciptakan suasana yang kondusif dan tertif serta dapat menjalin kerja sama dan kemitraan usaha dengan pihak penyedia sarana produksi, pengolahan, pemasaran hasil dan/atau permodalan.”

Narasumber 3 : “dengan pengembangan kelas belajar kemudian menjadi

kerjasama dengan pihak lain baik pelaku utama ataupun pelaku usaha serta meningkatkan hasil perikanan dengan unit-unit produksi yang terkait dengan tetap dan menjaga kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.”

Narasumber 4 : “pembinaan yang dilakukan kepada petani adalah dengan aktif

dalam proses belajar-mengajar, termasuk mendatangkan dan berkonsultasi kepada kelembagaan penyuluhan petanian, dan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

34  

sumber-sumber informasi lainnya, kemudian dengan mengemukakan dan memahami keinginan, pendapat maupun masalah yang dihadapi anggota kelompok tani, sehingga terjalin kerjasama yang baik untuk meningkatkan produksi”

Narasumber 5 : “Menciptakan suasana saling kenal, saling percaya mempercayai dan selalu berkeinginan untuk bekerja sama dalam kelas belajar dan kerjasama sehingga dapat menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan pendapat dan pandangan diantara anggota pembudidaya untuk mencapai tujuan bersama yaitu meningkatkan produksi padi.”

Narasumber 6 : “menciptakan kegiatan belajar yang bisa dilakukan secara

individu atau bisa juga dengan kelompok pada kelas belajar sehingga mampu menjalin kerja sama dan kemitraan usaha dengan pihak penyedia sarana produksi, pengolahan, pemasaran hasil dan/atau permodalan, kemudian penyuluh juga menyarankan bahwa sebaiknya pada saat mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan produksi yang menguntungkan didasarkan informasi yang tersedia dalam bidang teknologi, sosial, permodalan, sarana produksi dan sumber daya alam lainnya.”

Narasumber 7 : “pembinaan yang dilakukan sesuai peraturan pemerintah

yaitu dengan melakukan pembinaan dengan kelas belajar, wahana kerja sama dan unit produksi.”

Narasumber 8: “pembinaan budidaya padi di kecamatan Wates masih harus

ditingkatkan dengan kelas belajar sehingga pengetahuan petani tentang pertanian dapat ditingkatkan, selain itu supaya dapat meningkatkan produksi padi dilakukan dengan cara menjalin kerjasama dengan pihak terkait dan membuat unit produksi yang relevan,.”

Hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa pembinaan

pertanian yang dilakukan oleh penyuluh pertanian BPP Kecamatan Wates

adalah sebagai (1) kelas belajar; (2) wahana kerja sama; dan (3) unit produksi,

sehingga mampu mengembangkan usaha agribisnis dan menjadi kelembagaan

pertanian yang kuat dan mandiri.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

35  

1) Kelas Belajar

Agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik, petani di

arahkan untuk mempunyai kemampuan sebagai berikut:

a) Menggali dan merumuskan kebutuhan belajar;

b) Merencanakan dan mempersiapkan kebutuhan belajar;

c) Menumbuhkan kedisiplinan dan motivasi anggota kelompok tani ;

d) Melaksanakan proses pertemuan dan pembelajaran secara kondusif dan

tertib;

Gambar 4.1. Kegiatan pelatihan pembuatan PGPR Sumber : Data Diolah

e) Menjalin kerja sama dengan sumber-sumber informasi yang diperlukan

dalam proses belajar mengajar, baik yang berasal dari sesama petani,

instansi pembina maupun pihak-pihak lain;

Gambar 4.2. Kegiatan monitoring pembangunan calon sarana irigasi Sumber : Data Diolah

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

36  

f) Menciptakan iklim/lingkungan belajar yang sesuai;

Gambar 4.3. Kegiatan penyuluhan secara individu dan kelompok Sumber : Data Diolah

g) Aktif dalam proses belajar-mengajar, termasuk mendatangkan dan

berkonsultasi kepada kelembagaan penyuluhan pertanian, dan sumber-

sumber informasi lainnya;

Gambar 4.4. Kegiatan pertemuan kelompok dengan lembaga terkait Sumber : Data Diolah

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

37  

h) Mengemukakan dan memahami keinginan, pendapat maupun masalah

yang dihadapi anggota kelompok tani;

i) Merumuskan kesepakatan bersama, baik dalam memecahkan masalah

maupun untuk melakukan berbagai kegiatan kelompok tani;

Gambar 4.5. Kegiatan Sekolah Lapang untuk memecahkan masalah pertanian

Sumber : Data Diolah

j) Merencanakan dan melaksanakan pertemuan-pertemuan berkala baik di

dalam kelompok tani, gapoktan atau dengan instansi terkait.

2) Wahana Kerjasama

Sebagai wahana kerjasama, hendaknya kelompok tani memiliki kemampuan

sebagai berikut:

a) Menciptakan suasana saling kenal, saling percaya mempercayai dan

selalu berkeinginan untuk bekerja sama;

b) Menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan pendapat dan

pandangan diantara anggota kelompok tani untuk mencapai tujuan

bersama;

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

38  

c) Mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja diantara sesama

anggota kelompok tani sesuai dengan kesepakatan bersama;

d) Mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab diantara sesama

anggota kelompok tani;

e) Merencanakan dan melaksanakan musyawarah agar tercapai kesepakatan

yang bermanfaat bagi anggota kelompok tani;

f) Melaksanakan kerjasama penyediaan sarana dan jasa perikanan;

g) Melaksanakan kegiatan pelestarian lingkungan;

h) Mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama dalam

kelompok tani maupun pihak lain;

i) Menjalin kerja sama dan kemitraan usaha dengan pihak penyedia sarana

produksi, pengolahan, pemasaran hasil dan/atau permodalan;

j) Mengadakan pemupukan modal untuk keperluan pengembangan usaha

anggota kelompok tani.

3) Unit Produksi

Sebagai unit produksi, kelompok tani di arahkan untuk memiliki kemampuan

sebagai berikut:

a) Mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan produksi yang

menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia dalam bidang

teknologi, sosial, permodalan, sarana produksi dan sumber daya alam

lainnya;

b) Menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama, serta rencana

kebutuhan kelompok tani atas dasar pertimbangan efisiensi;

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

39  

c) Memfasilitasi penerapan teknologi (bahan, alat, cara) usaha kelompok

tani oleh para anggotanya sesuai dengan rencana kegiatan kelompok tani;

d) menjalin kerja sama dan kemitraan dengan pihak lain yang terkait dalam

pelaksanaan usaha pertanian;

e) Mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama dalam

kelompok tani, maupun kesepakatan dengan pihak lain;

f) Mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana kebutuhan kelompok tani,

sebagai bahan rencana kegiatan yang akan datang;

g) Meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian sumberdaya

alam dan lingkungan;

h) Mengelola administrasi secara baik dan benar.

c. Peluang dan Tantangan Peningkatan Produksi Padi di Kecamatan Wates.

Padi merupakan salah satu sumber karbohidrat yang dibutuhkan tubuh

setiap manusia. Kandungan karbohidrat yang tinggi membuat padi dalam hal

ini beras sangat baik dan menyehatkan jika dikonsumsi. Sebagai bahan

pangan, padi menjadi kebutuhan pokok sehari-hari manusia sehingga produk

padi laris manis dibeli banyak orang. Sehingga berbisnis di bidang pertanian

pada tahun 2017 sangat menjanjikan keuntungan besar dan prospeknya sangat

cerah. Apalagi permintaan terhadap padi setiap tahun semakin tinggi seiring

pertumbuhan jumlah penduduk membuat peluang bisnis di bidang pertanian

sangat cocok dijalankan sekarang ini. Hal inilah yang mendorong BPP

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

40  

Kecamatan Wates untuk terus meningkatkan kinerjanya demi tercapainya

peningkatan target produksi padi.

Dalam kesempatan wawancara, narasumber juga ditanyakan mengenai

peluang yang mendorong peningkatan produksi padi di Kecamatan Wates,

dan tanggapannya adalah sebagai berikut :

Narasumber 1 : “peluangnya adalah dukungan pemerintah melalui BPP kecamatan Wates sehingga dengan peningkatan peran penyuluh pertanian diharapkan jika produksi ini berkembang adalah dapat meningkatnya kemampuan sumberdaya manusia pertanian, meningkatnya produksi dan produktivitas padi dan juga lapangan dibidang pertanian.”

Narasumber 2 : “sangat berpeluang dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pelaku utama pertanian, , pemasar dan pengolah produk yang aman, sehat, utuh dan halal.”

Narasumber 3 : “dukungan pemerintah dan kelompok tani sebagai ajang konsultasi yang tentunya jika produksi pertanian meningkat maka pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pelaku utama pertanian, pedagang dan pengolah produk juga meningkat.

Narasumber 4 : “pemerintah melalui penyuluh pertanian BPP Kecamatan Wates berpeluang membantu meningkatkan pengetahuan pelaku pertanian sehingga dapat meningkatkan pendapatannya.

Narasumber 5 : “peluangnya perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi tentang pertanian dan tingginya konsumsi masyarakat serta dukungan pemerintah sangat membantu meningkatkan produksi padi.”

Narasumber 6 : “peluangnya membuka lapangan pekerjaan sehingga

pendapatan masyarakat dapat meningkat.” Narasumber 7 : “peluangnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat

pelaku utama pertanian, pedagang dan pengolah produk dapat meningkat.”

Narasumber 8 :”peluang dari eksternal ya dukungan pemerintah,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

41  

pasar terbuka untuk padi sehingga peluang budidaya padi baik untuk dimanfaatkan.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas maka peluang peningkatan

produksi padi di Kecamatan Wates, menurut narasumber dapat adalah

sebagai berikut :

1) Dukungan pemerintah dibidang pertanian melalui BPP Kecamatan Wates

yang siap membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam

mengembangkan produksi padi.

2) Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan tentang pertanian

membuat usaha padi berpeluang untuk berkembang.

3) Meningkatnya kemampuan sumberdaya manusia pertanian.

4) Meningkatnya produksi dan produktivitas padi.

5) Meningkatnya lapangan kerja dibidang pertanian.

6) Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pelaku utama

pertanian.

7) Meningkatnya kebutuhan karbohidrat

8) Meningkatnya kesadaran untuk mengkonsumsi pangan dari padi yang

aman, sehat, utuh dan halal.

9) Membuka akses pembiayaan dengan suku bunga rendah bagi

pembudidaya padi.

10) Memperkokoh kelembagaan usaha ekonomi produktif.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

42  

Dalam wawancara dilanjutkan dengan bertanya pada narasumber

mengenai ancaman/ tantangan yang mendorong peningkatan produksi padi di

Kecamatan Wates, dan tanggapannya adalah sebagai berikut :

Narasumber 1 : “ancaman atau tantangan dalam meningkatkan budidaya

padi adalah kualitas petani yang masih terbatas, kurangnya insfrastruktur pertanian dan perlu upaya membangun kerjasama untuk membuka akses pembiayaan dengan suku bunga rendah bagi petani.”

Narasumber 2 : “ancamannya minat masyarakat untuk membudidaya

padi berkurang, belum lagi faktor alam, dibeberapa dusun di kecamatan Wates kalau musim kemarau sulit mencari air karena merupakan daerah pegunungan dan lahan pantai yang paling jauh dari sumber air sungai.”

Narasumber 3 : “pengetahuan masyarakat tentang budidaya padi

belummasih terbatas dari pengetrahuan turun temurun.” Narasumber 4 : “Meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produksi

padi, namun minat masyarakat sebagai pelaku tidak mudah membangunnya.”

Narasumber 5 : “membangun minat masyarakat sebagai pembudidaya

padi tidak mudah dan juga masih ada yang enggan menerima inovasi baru dalam metode pertanian, mereka sudah terbiasa dengan cara lama.”

Narasumber 6 : “saya kira ancaman lebih ke arah minat masyarakat

untuk membudidayakan padi masih kurang, kemudian tidak semua lokasi di wilayah kecamatan Wates bisa untuk budidaya padi karena kalau musim kemarau ada daerah yang sulit mencari air karena merupakan daerah pengunungan dan lahan pantai.”

Narasumber 7 : “pengetahuan masyarakat, namun apabila diajak

berkumpul untuk penyuluhan ada beberapa yang tidak memiliki waktu.”

Narasumber 8 : “masih ada masyarakat yang enggan menerima inovasi

baru dalam metode pertanian, mereka mengganggap cara dia sudah baik.”

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

43  

Dalam wawancara diatas mengenai ancaman/ tantangan yang

mendorong peningkatan produksi padi di Kecamatan Wates, dapat

disimpulkan ancamannya adalah sebagai berikut :

1) Sumberdaya petani yang berkualitas masih terbatas.

2) Pemenuhan kebutuhan pangan terutama padi yang beberapa masyarakat

masih belum begitu menyukai varietas padi tertentu.

3) Meningkatkan produksi dan nilai tambah produk padi, namun minat

masyarakat sebagai pelaku utama atau petani tidak mudah

membangunnya.

4) Kurangnya infrastruktur pertanian.

5) Penggunaan obat-obatan dan pupuk kimia yang tidak ramah lingkungan.

3. Strategi Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian Dalam Meningkatkan

Produksi Padi di Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo

Setelah mengkaji mengenai kinerja penyuluh dan kendalanya maka

penelitian ini mencoba untuk menentukan strategi yang tepat dalam

peningkatan produksi padi di Wilayah Kecamatan Wates, dengan penjelasan

seperti dibawah ini :

a. SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)

Dalam analisis SWOT, Faktor Internal sebagai dasar untuk menentukan

Strength dan Weakness serta Faktor Eksternal sebagai dasar untuk

menentukan Opportunity dan Threat. Sehingga dari paparan sebelumnya

dapat disimpulkan :

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

44  

1) Kekuatan (Strength)

a) Kinerja BPP Kecamatan Wates baik dalam memberikan pelayanan

publik.

b) Penyuluh pertanian PNS mempunyai pengetahuan dan pengalaman

yang baik di bidang pertanian.

c) Metode pembimbingan atau penyuluhan sudah sesuai dengan

ketetapan pemerintah

d) Penyuluh mampu meningkatkan inovasi pertanian sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian.

e) Penyuluh bertempat tinggal dekat dengan masyarakat

2) Kelemahan (Weakness)

a) Terbatasnya jumlah penyuluh PNS

b) Etos kerja penyuluh masih belum berorientasi pada tanggung jawab.

c) Masih ada tenaga penyuluh yang berstatus Tenaga Harian Lepas

(THL)

d) Terbatasnya sarana dan Prasarana penyuluhan

e) Penyuluh kurang berperan dalam kegiatan pemasaran hasil panen padi

f) Pemenuhan bibit unggul masih belum optimal

3) Peluang (Opportunity)

a) Dukungan pemerintah di bidang pertanian

b) Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan tentang padi membuat

usaha pertanian berpeluang untuk berkembang.

c) Meningkatnya kemampuan sumberdaya manusia pertanian.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

45  

d) Meningkatnya produksi dan produktivitas pertanian.

e) Meningkatnya lapangan kerja dibidang pertanian.

f) Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pelaku

utama pertanian.

g) Meningkatnya kebutuhan karbohidrat

h) Meningkatnya kesadaran untuk mengkonsumsi pangan asal padi yang

aman, sehat, dan halal.

i) Membuka akses pembiayaan dengan suku bunga rendah bagi petani.

j) Memperkokoh kelembagaan usaha ekonomi produktif.

4) Ancaman (Threat)

a) Sumberdaya petani yang berkualitas masih terbatas.

b) Pemenuhan kebutuhan pangan terutama padi yang beberapa

masyarakat masih belum begitu menyukai varietas padi tertentu.

c) Kurangnya infrastruktur pertanian.

d) Penggunaan obat-obatan dan pupuk kimia yang tidak ramah

lingkungan.

Langkah – Langkah Menyusun Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) Matriks

Faktor Strategi Internal (IFAS) menurut Rangkuti (2006; 97) adalah :

1. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman serta

Kekuatan dan Kelemahan)

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

46  

2. Beri bobot masing – masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting).

3. Hitung rating (di dalam kolom 3) untuk masing masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) berdasarkan pengaruh faktor

tersebut terhadap kondisi strategi penyuluhan. Pemberian nilai rating untuk

faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4

tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1), sedangkan pemberian rating

untuk ancaman adalah kebalikan dari pemberian rating peluang.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating kolom 3 untuk memperoleh faktor

pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing

masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai 1,0

(poor).

5. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor –

faktor tersebut dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh skor

pembobotan bagi straregi penyuluhan di BPP Wates. Nilai total ini akan

menunjukkan bagaimana straregi penyuluhan di BPP Wates bereaksi terhadap

faktor – faktor strategis eksternalnya.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

47  

Tabel 4.1. Perhitungan EFAS Penyuluhan BPP Wates

Faktor – Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Bobot Rating Bobot X

Rating

Komentar

PELUANG (O) 1. Dukungan pemerintah

di bidang pertanian

0,10

3

0,30

Pembinaan berkelanjutan dari pemerintah melalui BPP Kecamatan Wates

2. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan

0,15 4 0,60 Peningkatan kapasitas penyuluh dalam penguasaan teknologi informasi yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

3. Meningkatnya kemampuan sumber daya manusia pertanian

0,15 3 0,45 Meningkatkan keikutsertaan dalam Diklat budidaya padi

4. Meningkatnya produksi dan produktivitas padi

0,10 3 0,30 Meningkatkan peran penyuluh pertanian dalam peningkatan produksi dan produktivitas padi

5. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat

0,10 3 0,30 Meningkatkan kerjasama dengan lembaga pembiayaan (Bank)

Jumlah O (Peluang) 1,95

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

48  

Faktor – Faktor Strategi Eksternal

Bobot Rating Bobot X

Rating

Komentar

ANCAMAN (T) 1. Sumber daya petani

yang berkualitas masih terbatas

0,10

3

0,30

Meningkatkat sumber daya petani dengan mengikutsertakan dalam Diklat dan demonstrasi cara dan dibentuk kelompok tani

2. Pemenuhan kebutuhan pangan terutama padi yang beberapa masyarakat masih belum menyukai varietas tertentu

0,10 3 0,30 Diperkenalkan varietas-varietas padi tertentu yang produksinya tinggi dan disukai masyarakat

3. Minat masyarakat sebagai petani tidak mudah membangunnya

0,05 3 0,15 Melakukan pendekatan dengan masyarakat

4. Kurangnya infrasturktur, penggunaan obat-obatan dan pupuk kimia tidak ramah lingkungan

0,10

3

0,30

Pengajuan proposal kepada pemerintah agar dibantu infrastruktur , penyuluhan penggunaan pupuk dan obat yang ramah lingkungan

5. Peredaran produk padi yang belum memenuhi standar

0,05 3 0,15 Penyuluhan kepada masyarakat agar produk yang dihasilkan memenuhi standar.

Jumlah T(Ancaman) 1,20

Sumber : Data Diolah

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

49  

Tabel 2. Perhitungan IFAS BPP Wates

Faktor – Faktor strategi Internal

Bobot Rating Bobot X

Rating

Komentar

KEKUATAN (S) 1. Kinerja BPP

Kecamatan Wates Baik

0,15

3

0,45

Kedisiplinan dan cara kerja yang baik oleh penyuluh di BPP Wates agar terus di pertahankan

2. Penyuluh Pertanian PNS mempunyai pengetahuan dan pengalaman

0,15 3 0,45 Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penyuluh harus dimanfaatkan dan disosialisasikan kepada petani

3. Metode Penyuluhan sesuai dengan ketetapan pemerintah

0,10 3 0,30 Metode penyuluhan dengan sistim Latihan dan kunjungan sangat bermanfaat bagi penyuluh dan petani

4. Penyuluh mampu meningkatkan inovasi

0,10 3 0,30 Menggunakan lahan percontohan di BPP Wates sebagai model penyuluh dalam mengembangkan inovasinya

5. Penyuluh bertempat tinggal dekat dengan tempat bekerja

0,10 3 0,30 Kedekatan tempat kerja akan meningkatkan kedisiplinan dan gairah kerja

Total S (Kekuatan) 1,80

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

50  

KELEMAHAN (W) 1. Terbatasnya jumlah

penyuluh PNS

0,15

3

0,45

Sudah lama tidak ada perekrutan tenaga penyuluh PNS

2. Etos kerja penyuluh masih belum berorientasi pada tanggung jawab

0,10 3 0,30 Rasa tanggung jawab oleh penyuluh yang berstatus Tenaga Harian Lepas masih kurang

3. Masih banyak tenaga penyuluh yang berstatus Tenaga Harian Lepas (THL)

0,10

3

0,30

Sebagian besar tenaga penyuluh masih berstatus Tenaga Harian Lepas (THL

4. Terbatasnya sarana dan prasarana penyuluhan

0,10

3

0,30

Sarana penunjang penyuluhan masih kurang

5. Penyuluh kurang berperan kegiatan pemasaran hasil panen

0,10 3 0,30 Penyuluh kebanyakan kurang pengetahuan tentang pemasaran hasil panen

JUMLAH W (Kelemahan)

1,65

Sumber : Data Diolah

Gambar 4.1. Diagram Cartesius Perhitungan Strategi SO Penyuluhan Pertanian di

BPP Wates

Sumber : Data Diolah

Sumber : Data Diolah

                                                                    Opportunity

0,75

Weakness 0,15 Strength

Threats

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

51  

Tabel 4.3. Matriks SWOT Klasik

Internal Eksternal

Strength (Kekuatan) Kelemahan (Weakness) 1. Kinerja BPP Kecamatan baik 2. Penyuluh pertanian PNS mempunyai pengetahuan dan pengalaman 3. Metode penyuluhan sudah sesuai dengan ketetapan pemerintah 4. Penyuluh mampu meningkatkan inovasi 5. Penyuluh bertempat t inggal dekat dengan tempat bekerja

1. Terbatasnya jumlah penyuluh PNS

2. Etos kerja penyuluh masih belum berorientasi pada tanggung jawab.

3. Masih ada tenaga penyuluh yang berstatus Tenaga Harian Lepas (THL)

4. Terbatasnya sarana dan Prasarana penyuluhan

5. Penyuluh kurang berperan dalam kegiatan pemasaran hasil panen padi

Peluang (Opportunity) SO WO 1. Dukungan pemerintah dibidang pertanian 2. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan 3. Meningkatnya kemampuan sumber daya manusia pertanian. 4. Meningkatnya produksi dan produktivitas padi. 5. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

1. Pembinaan Berkelanjutan dari pemerintah melalui BPP Kecamatan Wates

2. Peningkatan kapasitas

penyuluh dalam penguasaan teknologi informasi yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

3. Meningkatkan keikutsertaan dalam Diklat budidaya padi

4. Meningkatkan peran penyuluh pertanian dalam peningkatan produksi dan produktivitas padi

5. Meningkatkan

kerjasama dengan lembaga pembiayaan (Bank)

1. Penambahan tenaga Penyuluh 2. Meningkatkan kompetensi petani 3. Meningkatkan sarana dan prasarana

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

52  

Threath (Ancaman) ST WT 1. Sumberdaya petani yang

berkualitas masih terbatas. 2. Pemenuhan kebutuhan

pangan terutama padi yang beberapa masyarakat masih belum begitu menyukai varietas tertentu.

3. Minat masyarakat sebagai petani t idak mudah membangunnya.

4. Kurangnya infrastruktur Penggunaan obat-obatan dan pupuk kimia tidak ramah lingkungan.

5. Peredaran produk padi yang belum memenuhi standar.

1. Meningkatkat sumber daya petani dengan mengikutsertakan dalam Diklat dan demonstrasi cara dan dibentuk kelompok tani

2. Diperkenalkan varietas-varietas padi tertentu yang produksinya tinggi dan disukai masyarakat

3. Melakukan pendekatan dengan warga masyarakat

4. Pengajuan proposal kepada pemerintah agar dibantu infrastruktur , penyuluhan penggunaan pupuk dan obat yang ramah lingkungan

5. Penyuluhan kepada masyarakat agar produk yang dihasilkan memenuhi standar

1. Peningkatan mutu hasil produksi padi

2. Penyuluh lebih berperan dalam mencarikan mitra kerjasama pemasaran

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan analisis SWOT diatas maka strategi peningkatan produksi padi yang

bisa dilakukan adalah dengan :

a. Strategi SO

1) Pembinaan berkelanjutan dari pemerintah melalui BPP Kecamatan Wates.

2) Peningkatan kapasitas penyuluh dalam penguasaan teknologi informasi

yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

3) Meningkatkan keikutsertaan dalam Diklat budidaya padi.

4) Meningkatkan peran penyuluh pertanian dalam peningkatan produksi dan

produktivitas padi.

5) Meningkatkan kerjasama dengan lembaga pembiayaan (Bank).

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

53  

b. Strategi WO

1) Penambahan tenaga penyuluh.

2) Meningkatkan kompetensi petani.

3) Meningkatkan sarana dan prasarana.

c. Strategi ST

1) Melakukan pendekatan dengan warga masyarakat.

2) Dibentuk kelompok tani maupun Gabungan Kelompok Tani.

3) Mengikuti sosialisasi mengenai regulasi pemerintah di bidang pertanian.

d. Strategi WT

1) Peningkatan mutu produksi padi.

2) Penyuluh lebih berperan dalam mencarikan mitra kerjasama pemasaran.

B. Pembahasan

S trategi Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian Dalam Meningkatkan

Produksi Padi di Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo Tahun

2017

Potensi padi yang sangat besar tersebut dapat memberikan manfaat

yang maksimal secara berkelanjutan bagi negara dan masyarakat Indonesia,

bila dikelola dengan baik dan bertanggungjawab. Hal tersebut juga telah

diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 45

tahun 2009 pasal 6 ayat 1 yang menegaskan bahwa pengelolaan pertanian

ditujukan untuk tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan, serta

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

54  

terjaminnya kelestarian sumber daya pertanian. Berdasarkan hal tersebut BPP

Kecamatan Wates perlu merencanakan strategi peningkatan produksi padi

oleh penyuluh pertanian di wilayah Kecamatan Wates Kabupaten Kulon

Progo, dan strategi yang diambil berdasarkan perhitungan dan analisis SWOT

adalah dengan strategi SO. Strategi SO ini menekankan pada kekuatan

(Strength) untuk meraih peluang (opportunity), berdasarkan hasil penelitian,

strategi yang digunakan adalah :

1) Pembinaan Berkelanjutan Dari Pemerintah Melalui BPP Kecamatan

Wates.

Koordinator BPP Kecamatan Wates perlu melakukan strategi

pembinaan agar kinerja penyuluh pertanian dapat meningkat yang nantinya

akan turut meningkatkan pengetahuan petani untuk meningkatkan hasil

produksinya, dengan cara :

a) BPP Kecamatan Wates menindaklanjuti kegiatan pelatihan yang

dilakukan oleh pemerintah dengan kegiatan penyuluhan lapangan.

b) Koordinator BPP Kecamatan Wates melakukan briefing 10 menit

sebelum kegiatan dimulai terkait dengan ketepatan tehnis dan strategi

yang harus diterapkan dalam proses penyuluhan, yang dilakukan

minimal 2 kali dalam 1 minggu.

c) Koordinator BPP Kecamatan Wates melakukan pembinaan secara

umum melalui rapat, terkait dengan kedisiplinan, kode etik dan

pembentukan karakter yang baik untuk penyuluh pertanian.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

55  

d) Koordinator BPP Kecamatan Wates melakukan monitoring, supervisi

dan evaluasi secara terprogram dan berkelanjutan terkait dengan

pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang ditindaklanjuti dengan

pemberian reward bagi yang kinerjanya baik dan berprestasi serta

memberikan punishment bagi yang kinerjanya buruk.

e) Koordinator BPP Kecamatan Wates melakukan pembinaan baik

secara personal maupun kolektif terhadap hal-hal yang bersifat khusus

dan kondisional.

f) Koordinator BPP Kecamatan Wates dapat meningkatkan kinerja

penyuluh dalam hal : kepribadian dan dedikasi, pengembangan

profesi, kemampuan menyuluh, antar hubungan dan komunikasi,

hubungan dengan masyarakat, kedisiplinan, kesejahteraan, iklim

kerja.

2) Peningkatan kapasitas penyuluh dalam penguasaan teknologi informasi

yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Dalam perubahan global sektor pertanian mengalami dinamika yang

luar biasa. Tantangan kegiatan penyuluhan di lapangan semakin berat,

sehingga jika penyuluhan pertanian tidak bisa berperan dengan baik akan

semakin ditinggalkan oleh petani. Dalam era baru pertanian, penyuluh

lapangan dituntut memiliki fungsi paling tidak dalam tiga hal yaitu transfer

teknologi , fasilitasi dan penasehat. Untuk mendukung fungsi-fungsi

tersebut, penyuluh pertanian lapangan mestinya juga menguasai dan

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Penyuluhan pertanian

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

56  

mempunyai peranan sangat strategis dalam pembangunan pertanian,

khususnya dalam mengembangkan kompentensi pelaku utama dan pelaku

usaha di bidang pertanian. Melalui peran penyuluh diharapkan masyarakat

pertanian sebagai pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan

mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses

informasi, teknologi, dan sumber daya yang dimiliki sebagai upaya untuk

meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan

kesejahteraan.

Fungsi kegiatan penyuluhan pertanian salah satunya adalah membantu

pelaku utama dan pelaku usaha di bidang pertanian dalam menganalisis

dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang

dihadapinya dalam mengelola sumber daya yang ada. Untuk itu dalam

mewujudkan tujuan pembangunan pertanian yang semakin berat

diperlukan penyuluh yang handal dan professional.

Seorang penyuluh profesional tidak hanya dituntut mampu menyampaikan

materi penyuluhan, tapi harus mempunyai kecakapan dalam penyiapan

materi dan penyampaiannya.

Untuk mengelola usaha taninya dengan baik, petani memerlukan

berbagai sumber informasi, antara lain :

a. kebijakan pemerintah;

b. hasil penelitian dari berbagai disiplin ilmu;

c. pengalaman petani lain;

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

57  

d. informasi terkini mengenai prospek pasar yang berkaitan dengan sarana

produksi dan produk pertanian yang kesemuanya itu akan terakomodir

apabila ada penguasaan IPTEK dan Teknologi Informasi.

Penyuluh Pertanian sebagai agen perubahan harus bisa berfungsi

juga sebagai fasilitator dalam perubahan Sikap petani sebagai pelaku

utama dan sekaligus pelaku usaha dalam hal menyampaikan informasi

apapun yang berkaitan dengan pertanian melalui Teknologi informasi,

untuk itu terlebih dahulu seorang Penyuluh sebelumnya harus bisa dan

mampu menguasai teknologi informasi. Begitu cepatnya arus perubahan

dan tingginya teknologi saat ini, sumber informasi yang didapatkan tidak

hanya dari media cetak ataupun audio visual, peranan teknologi informasi

melalui internet adalah salah satu media sarana informasi dan

pembelajaran bagi petani dan penyuluh untuk lebih meningkatkan

kapasitas dan kapabilitasnya agar pembangunan pertanian dapat seperti

apa yang diharapkan. Teknologi Informasi harus dikuasai, sebagai salah

satu bentuk pengembangan diri penyuluh dalam menghadapi tantangan di

era globalisasi dan era informasi komunikasi saat ini untuk menjadi

Penyuluh yang Kompeten dan professional dalam menjawab tantangan

pembangunan pertanian yang berkelanjutan.

3) Meningkatkan ke ikut sertaan dalam Diklat.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 62

Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan, Pelatihan, Dan

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

58  

Penyuluhan Perikanan, pelaksanaan Penyuluhan pertanian di lakukan

secara partisipatif dan berkelanjutan melalui proses pembelajaran bagi

Pelaku Utama dan Pelaku Usaha pertanian dalam rangkaian penumbuhan

dan pengembangan kelompok para pelaku utama dan pelaku usaha

pertanian.

Dalam Pasal 19, Penyuluhan pertanian diselenggarakan dalam

rangka:

a) memfasilitasi proses pembelajaran Pelaku Utama dan Pelaku Usaha;

b) mengupayakan kemudahan akses Pelaku Utama dan Pelaku Usaha ke

sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka

dapat mengembangkan usahanya;

c) meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan

kewirausahaan Pelaku Utama dan Pelaku Usaha;

d) membantu Pelaku Utama dan Pelaku Usaha dalam menumbuh

kembangkan kemampuannya sehingga berdaya saing tinggi, produktif,

menerapkan tata kelola usaha yang baik, dan berkelanjutan; dan

e) membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon

peluang dan tantangan yang dihadapi Pelaku Utama.

4) Meningkatkan peran penyuluh pertanian.

Keberhasilan proses penyuluhan ditandai timbulnya partisipasi

aktif dari pelaku utama dan pelaku usaha di bidang pertanian. Penyuluh

pertanian memegang peranan penting dalam upaya pencapaian

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

59  

peningkatan kualitas sumber daya manusia pelaku utama/ pelaku usaha

sebagai mediator, motivator, dan fasilitator.

Peranan penyuluh pertanian dalam pembangunan pertanian di

wilayah Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo dapat di jelaskan

sebagai berikut:

a) Memperkuat pengembangan pertanian yang maju dan modern dalam

sistem pembangunan yang berkelanjutan;

b) Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan

kemampuan melalui penciptaan iklim yang kondusif, penumbuhan

motivasi, pengembangan potensi, pemberian peluang, peningkatan

kesadaran, dan pendampingan serta fasilitasi;

c) Memberikan kepastian hukum bagi terselenggaranya penyuluhan yang

produktif, efektif, efisien, terdesentralisasi, partisipatif, terbuka,

berswadaya, bermitra sejajar, kesetaraan gender, berwawasan luas ke

depan, berwawasan lingkungan, dan bertanggung gugat yang dapat

menjamin terlaksananya pembangunan pertanian;

d) Memberikan perlindungan, keadilan, dan kepastian hukum bagi

pelaku utama dan pelaku usaha untuk mendapatkan pelayanan

penyuluhan serta bagi penyuluh dalam melaksanakan penyuluhan; dan

e) Mengembangkan sumber daya manusia yang maju dan sejahtera

sebagai pelaku dan sasaran utama pembangunan pertanian.

5) Meningkatkan kerjasama dengan lembaga pembiayaan (Bank).

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

60  

Bank sebagai mitra kerjasama pembiayaan usaha pertanian yang

mendasarkan adanya kelayakan usaha dalam kemitraan antara pihak

petani, yang kemudian dapat melibatkan diri untuk biaya investasi dan

modal kerja pertanian. Disamping mengadakan pengamatan terhadap

kelayakan aspek-aspek budidaya/produksi yang diperlukan, termasuk

kelayakan keuangan. Pihak bank di dalam mengadakan evaluasi, juga

harus memastikan bagaimana pengelolaan kredit dan persyaratan lainnya

yang diperlukan sehingga dapat menunjang keberhasilan pertanian. Sistem

kredit yang akan digunakan untuk pembiayaan ini, bisa dipilih berdasarkan

besarnya tingkat bunga yang sesuai dengan bentuk usaha pertanian ini,

sehingga mengarah pada perolehannya pendapatan bersih petani yang

paling besar.

Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani

yang akan mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan

operasional lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran

pengembalian pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar

membuat perjanjian kerjasama dengan petani, berdasarkan kesepakatan

pihak petani/ kelompok tani.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

61  

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan :

1. Strategi Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian Dalam Meningkatkan

Produkdi Padi di Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017

adalah dengan :

a. Pembinaan berkelanjutan dari pemerintah melalui BPP Kecamatan

Wates.

b. Peningkatan kapasitas penyuluh dalam penguasaan teknologi informasi

yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

c. Meningkatkan keikutsertaan dalam Diklat budidaya padi.

d. Meningkatkan peran penyuluh pertanian dalam peningkatan produksi

dan produktivitas padi.

e. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga pembiayaan (Bank).

B. Saran

Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang ada, beberapa saran yang

direkomendasikan untuk strategi peningkatan kinerja penyuluh pertanian dalam

meningkatkan produksi padi di Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo yaitu:

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

62  

1. Sebaiknya dilakukan pembinaan berkelanjutan dari pemerintah melalui BPP

Kecamatan Wates dengan bekerja sama dengan penyuluh swadaya dan

instansi terkait lainnya lebih intensif dengan cara sistem LAKU SUSI

(Latihan dan Kunjungan dan Supervisi) ke masing-masing kelompok tani

setiap minggu minimal 4 kali.

2. Sebaiknya sering dilakukan pembinaan dan demonstrasi cara kepada penyuluh

dan petani melalui peningkatan kapasitas penyuluh dalam penguasaan

teknologi informasi yang belum dikuasai untuk peningkatan produksi dan

produktivitas padi melalui pelatihan komputer dan internet, temu teknologi,

sarasehan dan rembug tani.

3. Sebaiknya lebih sering memberikan kesempatan mengikuti Diklat bagi

penyuluh dan petani terutama dalam hal budidaya padi, pengolahan hasil dan

pemasarannya setiap awal musim tanam padi serta kegiatan sekolah lapang

bagi petani setiap musim tanam dengan cara pengamatan setiap minggu.

4. Sebaiknya diupayakan adanya lahan percontohan agar petani dapat langsung

melihat proses penerapan inovasi yang diajarkan penyuluh sehingga

diharapkan dapat meningkatkan minat petani dalam mengikuti kegiatan

penyuluhan yang akhirnya peran penyuluh benar-benar sangat dibutuhkan

petani dalam peningkatan produksi dan produktivitas padi.

5. Sebaiknya adanya kerjasama dan kemudahan mengakses pinjaman dengan

bunga murah dengan lembaga perbankan sehingga petani akan tercukupi

kebutuhan dalam budidaya padi sehingga akan meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraanya.

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

an P

lagi

at

63 

.DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta

________, (1994), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Ichwanudin. (2016), ”Strategi Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya di Wilayah Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulon Progo” Tesis tak diterbitkan. STIE Widya Wiwaha Yogyakarta

Miles, Matthew B dan Huberman, A Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif, Jakarta. Universitas Indonesia Press.

Mosher, AT. (1991), Menggerakkan dan Membangun Pertanian, Jakarta: CV Yasa Guna

Mubyarto. (1989), Pengantar Ekonomi Pertanian, : Jakarta : LP3ES

Pambudy, Rachmat. (2002), Memantapkan Penyuluhan Pertanian di Indonesia, Bandung: IPB Press

Rangkuti, Freddy. (2005). Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus, Bisnis, Jakarta: PT. Gramedia

Sidik, Mahfud (2001), Optimalisasi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah, Jakarta : LP3ES

Wiriatmadja, Soekandar. (2005), Pokok Pokok Penyuluhan Pertanian, Jakarta : CV Yasa Guna

STIE W

idya

Wiw

aha

Jang

anPla

giat