PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS...

128

Transcript of PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS...

Page 1: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

KAJIAN ILMU RASM USMANI

MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF MADINAH

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Miga Mutiara

NIM: 11140340000086

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF
Page 3: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF
Page 4: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF
Page 5: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

iv

ABSTRAK

Miga Mutiara, 11140340000086

“Kajian Ilmu Rasm Usmani Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf

Madinah.”

Penulisan rasm dalam Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah,

keduanya menggunakan rasm usmani. Meski demikian, dalam penulisannya,

terdapat perbedaan. Sehingga, tulisan ini hendak mengkaji kedua mushaf tersebut

yang berfokus pada Qs. al-Baqarah dan mengacu pada dua mazhab rasm, yakni

Abū ‘Amar al-Dānī dan Abū Dāwūd Sulaimān bin Najāh.

Penelitian ini ingin menjawab “Bagaimana perbedaan antara rasm usmani

pada Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah?” dan “Apa saja faktor

penyebab perbedaan antara rasm pada Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf

Madinah?”

Penelitian ini menggunkan penelitian kualitatif. Langkah pertama yang

penulis lakukan yaitu penelitian kepustakaan (library research). Serta penulis juga

menggunakan internet research, untuk mencari bahan-bahan yang sulit

didapatkan. Adapun metode yang penulis gunakan yaitu metode dokumentasi.

Dokumentasi dalam penelitian ini dengan mencakup sumber-sumber tertulis

mengenai sejarah Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dan Mushaf Madinah.

Kemudian dokumen yang telah didapatkan dianalisis, dibandingkan, dan

dipadukan (sintesis) membentuk hasil kajian yang sistematis dan utuh.

Kesimpulan dari penlitian ini, dibagi menjadi tiga kategori; Pertama,

persamaan rasm dengan mengacu pada riwayat al-Dānī dan Abū Dāwūd terdapat

106 kata. Kedua, perbedaan rasm dengan mengacu pada riwayat al-Dānī dan Abū

Dāwūd terdapat 134 kata. Ketiga, rasm mushaf yang tidak mengacu pada

keduanya namun pada imam lainnya, yakni 3 kata dan ketiganya mengacu pada

riwayat al-Balansī. Adapun faktor penyebab perbedaan pada Mushaf Standar

Indonesia dan Mushaf Madinah, disebabkan perbedaan periwayatan ulama rasm

pada masing-masing mushaf, yakni Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd

Sulaimān. Keduanya memiliki perbedaan dalam menetapkan huruf (iṡbat), dan

membuang huruf (ḥażf). Dimana Abū ‘Amr al-Dānī yang cenderung

menggunakan kaidah penetapan huruf alif (iṡbat alif), sedangkan Abū Dawūd

lebih cenderung menggunakan membuang huruf alif (ḥażf alif).

Kata kunci: Rasm Usmani, Mushaf Standar Indonesia, Mushaf Madinah.

Page 6: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt yang tiada henti memberikan

beribu anugerah dan rahmat-Nya. Serta rasa syukur atas segala nikmat-Nya

berupa kesehatan jasmani dan rohani, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir S1 ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi

Muhammad Saw, yang telah membimbing dan mendoakan umatnya tanpa lelah

dalam setiap langkah perjuangannya, semoga kelak di akhirat kita bisa berkumpul

dan berjumpa dengannya. Semoga untaian doa tetap tercurahkan kepada keluarga,

sahabat serta seluruh pengikutnya.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis sebagai

tanda terimakasih penulis, yakni ayahanda Nurhaslison, dan Ibunda Irma Suryani

yang tidak pernah henti-hentinya memberikan dukungan, motivasi, kasih sayang

dan doa dalam sujud mereka. Semoga Allah sentiasa melimpahkan rahmat dan

kasih sayang-Nya kepada mereka. Tentunya selesainya skripsi ini tidak lepas dari

bantuan beberapa pihak yang senantiasa membimbing dan mendoakan penulis.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Mansri Mansoer, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

beserta seluruh staf dekanat.

Page 7: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

vi

3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Qur’an dan

Tafsir dan Ibu Banun Binaningrum, M.Pd selaku sekertarisnya, beserta seluruh

civitas akademik fakultas.

4. Bapak Dr. Ahsin Sakho M. Asyrofuddin, MA selaku Dosen Pembimbing

Skripsi, Bapak Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA dan Bapak Dr. Eva Nugraha, M.

Ag selaku Dosen Penguji Proposal, dan Bapak Drs. Harun Rasyid, MA selaku

Dosen Pembimbing Akademik, yang telah yang telah banyak memberikan

bimbingan arahan, kritikan, serta pelajaran kepada penulis.

5. Bapak Dr. Zainal Arifin Madzkur, SQ, MA beliau salah satu staf Lajnah

Pentashihan Mushaf al-Qur’an, Badan Litbang dan Diklat Kementrerian

Agama, yang telah memberi banyak arahan dan rujukan dalam skripsi penulis.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

telah menghantarkan kami menuju samudera ilmu pengetahuan.

7. Seluruh teman-teman terkhusus untuk al-Fatih al-Mahbub, yang saat ini sama-

sama berada ditanah perantauan, mereka merupakan keluarga, tempat berbagi

kisah dan berkeluh kesah bagi penulis.

8. Keluarga besar Pandorasquad menjadi wadah bagi penulis untuk menyalurkan

bakat dan hobi penulis.

9. Seluruh angkatan IAT 2014, teman-teman KKN (Kuliah Kerja Nyata),

Keluarga besar KSE yang telah memberikan warna baru dalam kehidupan

penulis.

Akhirnya, penulis hanya bisa berterimakasih dan berdoa semoga amal ibadah,

dukungan, bimbingan, dan segenap perhatian serta motivasinya, senantiasa

Page 8: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

vii

dibalas oleh Allah Swt dengan balasan yang Ia ridhoi dan sesuai dengan

harapan masing-masing.

Jakarta, 18 Desember 2018

Miga Mutiara

Page 9: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

viii

PEDOMAN TRASLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman

pada buku “Pedoman Akademik Program Standar 1 2017-2018 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.”

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

1. Padanan Aksara

Nama Arab Latin Keterangan

Alif ا - Tidak dilambangkan

Ba’ ب b Be

Ta’ ت t Te

Tsa’ ث ṡa Te dengan titik di atas dan a

Jim ج j Je

Ḥa’ ح ḥ Ha dengan titik di bawah

Kha’ خ kh Ka dan Ha

Dal د d De

Dzal ذ ż De dan zet

Ra’ ر r Er

Zai ز z Zet

Sin س s Es

Syin ش sy Es dan Ye

Ṣad ص ṣ Es dengan titik di bawah

Page 10: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

ix

Ḍad ض ḍ De dengan titik di bawah

Ṭa ط ṭ Te dengan titik di bawah

Ẓa ظ ẓ Zet dengan titik di bawah

‘Ain ع ‘ Koma terbalik

Ghain غ gh Ge dan ha

Fa ف f Fa

Qaf ق q Qi

Kaf ك k Ka

Lam ل l El

Mim م m Em

Nun ن n En

Wau و w We

Ha’ ه h Ha

Hamzah ء ’ Apstrof

Ya’ ي y Ye

2. Vokal

Vokal dalam Bahasa Arab, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong, dan

vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunngal, ketentuan alih aksaranya adalah

sebagai berikut:

Page 11: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

x

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fatḥaḥ ا

I Kasraḥ ا

U Ḍammaḥ ا

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ai a dan i ى ي

au i dan u ى و

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang lambangnya berupa

harkat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ى atau ا Ā A dengan garis di atas

ي Ī I dengan garis di atas

و Ū U dengan garis di atas

4. Kata Sandang

Kata sanadang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf (alif

lam ma’rifah). Dalam pedoman translterasi ini, kata sandang ditansliterasikan

seperti biasa, al-, baik ketika a diikuti oleh huurf syamsiah maupun huruf

qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang

mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan

dhbungkan dengan garis mendatar (-). Contohnya:

Page 12: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

xi

No. Kata Alih Aksara

al-Syamsu bukan as-syamsu الشمس .1

زلةالزل .2 al-Zalzalah bukan az-zalzalah

al-Bilād البلد .3

5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah (Tasydīd) yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda tasydīd ( ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan

huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah. Contoh:

Kata Alih Aksara

بن ا Rabbanā ر

و د Aduwwun‘ ع

ن ا Najjinā ن ج

Jika huruf ى ber-tasydīd di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf

kasrah (ى ), maka ia ditransliterasikan seperti huruf maddah (ī). Contoh:

Alī (bukan ‘Alyy atau ‘Aly)‘ : علي

Arabī (bukan ‘Arabyy atau ‘Araby)‘ : عربي

6. Ta marbūṭah

Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah yang hidup

atau mendapat harkat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah [t].

Sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya

adalah [h].

Jika pada kata yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata yang

menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta

marbūṭah itu transliterasinya dengan [h]. Contoh:

Page 13: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

xii

No. Kata Arab Alih Aksara

ṭarīqah ط ر يق ة .1

ةاإلسالمية .2 ع ام al-Jāmi‘ah al-Islāmiyyah الج

ود .3 ج الو ة Waḥdat al-Wujūd وحد

7. Huruf Kapital

Walau sitem tulisan Arab tidak mengenal hurf kapital (All Caps), dalam

transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf

kapital berdasakan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf

kapital, misalnya, dgunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang,

tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Nila nama diri

didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap

huruf awak nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak

pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf

kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul

referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks

maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:

Inna awwala baitin wuḍi‘a linnāsi allażī bi Bakkata mubārakan

Wa mā Muḥammadan illā rasūl

Naṣīr al-Dīn al-Ṭūsī

Al-Gazālī

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata keerja (fi‘l), kata benda (isim), maupun huruf (hurf)

ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat

dalam Bahasa Arab;

Page 14: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

xiii

Kata Arab Alih Aksara

األ ست اذ ه ب żahaba al-ustāżu ذ

صر ية الع ة ك ر al-ḥarakatu al-‘aṣriyyatu الح

هللاأ شه د إ ال إ ل ه أ نال asyhadu an lā ilāha illa Allāah

ك مهللا ث ر Yu’aṡirukum Allāh ي ؤ

Page 15: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

xiv

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN........................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ........................................................................ iii

ABSTRAK ................................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian...................................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian.................................................................................... 10

E. Kajian Pustaka.......................................................................................... 11

F. Metodologi Penelitian .............................................................................. 16

G. Sistematika Penulisan............................................................................... 18

BAB II SEJARAH MUSHAF AL-QUR’AN DAN PERKEMBANGAN RASM

‘UṠMĀNI .................................................................................................. 21

A. Sejarah Mushaf al-Qur’an......................................................................... 21

1. Periode Nabi Muḥammad Saw............................................................ 22

2. Periode Abu Bakar al-Ṣiddīq .............................................................. 23

3. Periode ‘Uṡmān bin ‘Affān ................................................................. 26

B. Perkembangan Rasm ‘Uṡmāni .................................................................. 31

1. Defenisi Rasm ‘Uṡmāni ...................................................................... 31

2. Sejarah dan Perkembangannya............................................................ 32

3. Macam-macam Rasm dalam Penulisan al-Qur’an ............................... 38

4. Kaidah-kaidah Rasm ‘Uṡmāni ............................................................ 40

5. Pola dan Kedudukan Menulis al-Qur’an dalam Rasm ‘Uṡmāni ........... 48

Page 16: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

xv

BAB III KAJIAN MUSHAF AL-QUR’AN STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

MADINAH................................................................................................ 52

A. Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia......................................................... 52

1. Defenisi Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia ...................................... 53

2. Latar Belakang Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia ........... 55

3. Lahirnya Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an (LPMQ) Indonesia ........ 57

4. Ciri-ciri Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia....................... 63

5. Landasan Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia .................... 70

B. Mushaf Madinah ...................................................................................... 72

1. Defenisi Mushaf Madinah.................................................................... 72

2. Latar Belakang Penulisan Mushaf Madinah ......................................... 72

3. Lahirnya Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an Madinah........................ 74

4. Ciri-ciri Mushaf Madinah .................................................................... 75

5. Landasan Penulisan Mushaf Madinah .................................................. 79

BAB IV PERBANDINGAN MUSHAF AL-QUR’AN STANDAR INDONESIA DAN

MUSHAF MADINAH DALAM PENGGUNAAN RASM...................... 81

A. Persamaan Rasm Usmani dalam Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dan

Mushaf Madinah ....................................................................................... 83

B. Perbedaan Rasm Usmani dalam Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dan

Mushaf Madinah ......................................................................................... 96

C. Faktor Penyebab Perbedaan Rasm Usmani Mushaf al-Qur’an Standar

Indonesia dan Mushaf Madinah ................................................................ 108

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 110

A. Kesimpulan .............................................................................................. 110

B. Saran ........................................................................................................ 113

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 118

Page 17: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkembangan Tulisan al-Qur’an pada Masa Nabi hingga Masa Uṡmān bin

‘Affān......................................................................................................... 29

Tabel 2.2 Pembuangan Huruf ..................................................................................... 42

Tabel 2.3 Penambahan Huruf...................................................................................... 44

Tabel 2.4 Penulisan Hamzah....................................................................................... 45

Tabel 2.5 Penggantian Huruf ...................................................................................... 46

Tabel 2.6 Penyambungan Kata.................................................................................... 46

Tabel 2.7 Pemisahan Kata........................................................................................... 47

Tabel 2.8 Menulis Salah Satu Qira’at yang Memiliki Bacaan Lebih dari Satu ............. 48

Tabel 3.1 Beberapa Penulisan Rasm dalam MSI ......................................................... 65

Tabel4.1 Persamaan Rasm Usmani dalam Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dan

Mushaf Madinah......................................................................................... 83

Tabel 4.2 Perbedaan Rasm Usmani dalam Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf

Madinah .................................................................................................... 96

Tabel 4.3 Rasm yang tidak mengacu pada selain al-Syaikhāni .................................... 107

Page 18: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad Saw melalui malaikat Jibril. Ketika al-Qur’an diturunkan, kondisi

masyarakat pada umumnya belum pandai membaca dan menulis. Kemampuan

baca dan tulis di kalangan masyarakat Arab, khususnya pada awal masa Islam,

sangat rendah. Sehingga ada riwayat yang menyebutkan bahwa jumlah

masyarakat yang pandai menulis pada saat itu tidak lebih dari belasan orang. Hal

ini karena jarangnya alat tulis dan ketidakmampuan menulis yang menyebabkan

mereka lebih mengandalkan pada hafalan. 1

Atas dasar itulah, kecerdasan seseorang dikalangan masyarakat Arab pada

saat itu, dibuktikan dengan kekuatan hafalannya. Sebagaimana perkataan seorang

penyair, Zurrummah kepada seseorang yang melihatnya sedang menulis agar

tidak memberitahukannya kepada orang lain. Dia berkata, “Sesungguhnya

kemampuan menulis di kalangan kami adalah sebuah aib.”2 Mereka disebut

“ummi” karena tidak dapat membaca dan menulis. Mereka juga dikenal sebagai

bangsa yang memiliki daya hafalan yang kuat serta mampu menghafal ratusan

1M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’ān, jilid 5 (Jakarta: Pustaka Firdaus,

2013), h. 20. 2M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1997), h. 72.

Page 19: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

2

ribu syair, mengetahui hitungan dengan baik, dan hafal jalur pertalian nasab di

luar kepala.3

Hal senada juga dilakukan oleh para sahabat. Sebagian mereka belajar al-

Qur’an dari Nabi, berdasarkan hafalan dan tulisan. Walaupun kuatnya hafalan

para sahabat dan masyarakat saat itu, tidak berarti membuat Rasulullah Saw lupa

akan pentingnya baca-tulis. Hal ini terbukti pada saat turunnya wahyu. Beliau

secara rutin memanggil para penulis wahyu tersebut. “... Zaid bin Ṡābit

menceritakan, bahwa ia sering kali dipanggil diberi tugas penulisan wahyu

turun....”4

Berdasarkan dari kebiasaan Rasulullah Saw, dapat dikatakan bahwa pada

masa itu penulisan al-Qur’an sudah tersedia ke dalam bentuk tulisan, meskipun

masih tercecer dalam berbagai bentuk seperti di kulit binatang, pelepah kurma,

kepingan-kepingan tulang, kayu yang diletakkan dipunggung unta dan bebatuan.5

Namun, pada masa Nabi belum ada upaya untuk melakukan kodifikasi al-Qur’an.

Selain karena wahyu masih turun, juga belum adanya kebutuhan yang mendesak

untuk melakukan upaya tersebut.6

Sepeninggal Rasulullah Saw, Abū Bakar diangkat menjadi khalifah

menggantikannya. Pada masa ini terjadi kekacauan yang ditimbulkan oleh orang-

orang murtad, seperti Musailamah al-Każżāb, memproklamasikan dirinya sebagai

3Enang Sudrajat, “Pentashihan Mushaf al-Qur’an di Indonesia,” Jurnal Ṣuḥuf, vol. 6, no.

1 (2013): h. 60. 4M. Mustofa al-A’zami, Sejarah Teks al-Qur’an dari Wahyu sampai Kompilasi, jilid 1.

Penerjemah Sohirin Solihin, dkk. (Jakarta: Gema Insani, 2005), h. 73. 5Atifah Thoharoh, “Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah: Kajian Atas Ilmu

Rasm,” (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, 2017),

h. 2. 6M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’ān, jilid 5, h. 28.

Page 20: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

3

seorang Nabi baru.7 Saat itu, Abū Bakar mengambil inisiatif untuk melawan

pergolakan dengan mengirim pasukan ke beberapa suku yang menentang agar

kembali kepada Islam yang benar.8

Peperangan Yamamah yang terjadi pada tahun 12 H melibatkan sejumlah

besar sahabat qurra’ (penghafal al-Qur’an).9 Jumlah qurra’ yang meninggal

menurut suatu riwayat disebutkan mencapai 70 orang, dalam riwayat lain

dinyatakan 500 orang. Dari peristiwa itulah menggerakan hati ‘Umar bin al-

Khaṭṭāb untuk meminta kepada Khalifah Abū Bakar agar al-Qur’an dikumpulkan

dan ditulis dalam satu mushaf. Sebab, ‘Umar khawatir akan hilangnya al-Qur’an

jika hanya berpegang pada hafalan para sahabat saja.10

Pada awalnya, Abū Bakar menolak usulan ‘Umar bin al-Khaṭṭāb dengan

berkata, “Wahai ‘Umar, bagaimana saya melakukan sesuatu yang tidak pernah

dilakukan oleh Rasulullah Saw?” Namun ‘Umar tetap bersikukuh dan menjawab,

“Demi Allah, hal ini (pengumpulan al-Qur’an) adalah baik.” Dan ‘Umar selalu

berusaha meyakinkan Abū Bakar dengan usulannya, hingga pada akhirnya Abū

Bakar menyetujui usulan tersebut dan menunjuk Zaid bin Ṡābit sebagai ketua tim

pengumpulan dan penulisan mushaf al-Qur’an. Setelah terkumpul, mushaf itu

berada di tangan Abū Bakar hingga ia wafat. 11

7M. M. al-A’zami, Sejarah Teks al-Qur’an; Dari Wahyu sampai Kompilasi (Jakarta:

Gema Insani, 2014), h. 35. 8Zainal Arifin, “Mengenal Rasm Usmani: Sejarah, Kaidah, dan Hukum Penulisan al-

Qur’an dengan Rasm Usmani”, Jurnal Ṣuḥuf, vol. 5, no. 1 (2012): h. 4. 9Mannā’ al-Qaṭṭān, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, jilid, 1. Penerjemah Aunur Rafiq el-

Mazni (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005), h. 158. 10

M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’ān, jilid 5, h. 28. 11

Zainal Arifin, “Mengenal Rasm Usmani: Sejarah, Kaidah, dan Hukum Penulisan al-

Qur’an dengan Rasm Usmani,” Jurnal Ṣuḥuf, h. 5.

Page 21: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

4

Setelah wafatnya Abū Bakar, pemerintahan berpindah kepada ‘Umar bin

al-Khaṭṭāb. Pada periode inilah, mushaf zaman Khalifah Abū Bakar disalin dalam

lembaran (ṣaḥīfah). Setelah selesai, naskah tersebut diserahkan kepada Ḥafṣah,

istri Rasulullah Saw, untuk disimpan. Pertimbangannya, selain istri Rasulullah

Ḥafṣah juga dikenal sebagai orang yang pandai membaca dan menulis.12

Sepeninggal ‘Umar bin al-Khaṭṭāb, jabatan khalifah dipegang oleh ‘Uṡmān

bin ‘Affān. Pada masa ini, Islam mengalami banyak perkembangan. Wilayah

Islam semakin luas, dan kebutuhan umat untuk mengkaji al-Qur’an juga semakin

meningkat. Para qurra’ ditugaskan ke berbagai daerah untuk menjadi imam dan

ulama di masing-masing daerah, dengan beragam versi qirā’at (bacaan) yang

dimiliki setiap imam.13

Menurut riwayat al-Bukhārī dari Anas bin Mālik, proses penyalinan

mushaf al-Qur’an di zaman ‘Uṡmān bin ‘Affān bermula ketika Hużaifah bin al-

Yamanī datang menemui ‘Uṡmān, setelah sebelumnya ikut berperang dengan

penduduk Syam dan Irak dalam penaklukan Armenia dan Azerbaijan. Ia merasa

cemas dengan pertengkaran yang terjadi diantara penduduk dari Syam dan Irak

mengenai qirā’ah al-Qur’an. Ḥużaifah berkata kepada ‘Uṡmān, “Wahai Amīrul-

Mu’minīn, selamatkanlah umat ini sebelum mereka bertengkar mengenai qirā’ah

al-Qur’an, sebagaimana yang terjadi kepada kaum Yahudi dan Nasrani.”

Selanjutnya, ‘Uṡmān mengirim utusan kepada Ḥafṣah dengan berpesan,

“Kirimkanlah kepada kami Ṣuḥuf (lembaran-lembaran al-Qur’an hasil kodifikasi

Abū Bakar), kami akan menyalinnya ke dalam beberapa mushaf, kemudian kami

12

M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’ān, jilid 5, h. 29. 13

M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’ān, jilid 5, h. 29.

Page 22: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

5

akan kembalikan kepadamu.” Selanjutnya Ḥafṣah mengirimkan Ṣuḥuf kepada

‘Uṡmān, kemudian ‘Uṡmān memerintahkan kepada Zaid bin Ṡābit, Sa‘ad bin al-

‘Āṣ, ‘Abdullāh bin al-Zubair, dan ‘Abdurraḥmān bin Ḥāriṡ untuk menyalinnya ke

dalam beberapa mushaf. ‘Uṡmān berpesan kepada keempat orang dalam

kelompok itu: “Jika kalian berbeda pendapat dengan Zaid bin Ṡābit mengenai al-

Qur’an, maka tulislah al-Qur’an dalam dialek Quraish, karena al-Qur’an

diturunkan dengan bahasa mereka.” “Selanjutnya mereka mengerjakan, sehingga

setelah menyalin ṣuḥuf tersebut ke dalam beberapa mushaf, ‘Uṡmān mengirim

mushaf yang telah mereka salin ke setiap daerah, dan ia memerintahkan agar

selain al-Qur’an (mushaf yang baru distandarkan) seluruhnya dibakar....”14

Setelah pengkodifikasian pada masa pemerintahan ‘Uṡmān, tidak lagi

muncul persoalan mengenai penulisan mushaf al-Qur’an. Seiring meluasnya

Islam, persoalan kembali muncul pada masa dinasti Bani Umayyah. Masalah

tersebut tidak lagi menyangkut penulisan al-Qur’an, namun justru hanya terkait

tanda diakritik al-Qur’an. Tepatnya pada masa Marwān ibn al-Ḥakam. Pada masa

itu, Marwān bermaksud meminta ṣuḥuf Abū Bakar yang disimpan oleh Ḥafṣah

binti ‘Umar untuk dimusnahkan dengan cara dibakar. Dia beralasan bahwa

Mushaf Usmaniyah sudah ada, dan dengan keberadaan ṣuḥuf itu, dikhawatirkan

belakangan akan memunculkan kembali perselisihan yang baru.15

Persoalan tentang al-Qur’an, tidak hanya pada pengkodifikasiannya namun

adanya perbedaan pandangan ulama terkait hukum penulisan al-Qur’an dengan

14

Mannā’ al-Qaṭṭān, Mabāḥiṡ fī ‘Ulūm al-Qur’ān (Riyāḍ: Mansyūrāt al-‘Aṣr al-Ḥdīṡ,

1393 H/ 1973 M), h. 129. 15

Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani:Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia

dan Mushaf Madinah Saudi Arabia dalam Perspektif al-Dānī dan Abū Dawūd (Jakarta:

Azzamedia, 2018), h. 40.

Page 23: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

6

rasm usmani. Sebagian ulama berpendapat bahwa rasm mushaf bersifat tauqīfī

dengan alasan bahwa “...Para penulis wahyu merupakan para sahabat yang

ditunjuk dan dipercaya oleh Nabi, sehingga pola penulisannya bukan atas ijtihad

para sahabat. Hal ini dikarenakan, para sahabat tidak mungkin melakukan

kesepakatan (ijma’) dalam hal-hal yang bertentangan dengan Nabi.”16

Adapun pendapat yang kedua mengatakan bahwa rasm mushaf bukanlah

tauqīfī, melainkan ijtihādī atau sebuah bentuk tulisan yang disetujui oleh Khalifah

‘Uṡmān. Sedangkan pendapat yang ketiga mengatakan bahwa rasm mushaf

bersifat istilāḥī, yakni mereka membolehkan menulis mushaf selain dengan rasm

‘Uṡmāni.17

Terlepas dari perbedaan diatas, seiring perkembangannya mushaf usmani

tersebar hampir ke seluruh kawasan seperti Basrah, Kuffah, Syam, Makkah,

Madinah dan selanjutnya masuk ke daerah timur seperti Turki, India, Persia,

hingga Afrika. Salah satu wilayah Timur Tengah yang menggunakan kaidah rasm

usmani dalam penulisan al-Qur’an adalah Kerajaan Saudi Arabia.18

Adapun di Indonesia, berdasarkan kesepakatan ulama dalam Musyawarah

Kerja (MUKER) Ulama Ahli al-Qur’an pada tahun 1984 M. Surat Keputusan

Menteri Agama No. 25 menetapkan adanya Mushaf Standar Indonesia (MSI)

memiliki tiga macam, yaitu: 1) Mushaf Standar Usmani untuk orang awas, 2)

Mushaf Bahriyah untuk penghafal al-Qur’an dan 3) Mushaf Braille untuk

16

M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’ān, jilid 5, h. 94. 17

Eva Nugraha, “Konsep al-Nabī al-Ummī dan Implikasinya pada Penulisan Rasm,”

Jurnal-Refleksi, vol. 13, no. 2 (April 2012): h. 277 -278. 18

Atifah Thoharoh, “Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah,” h. 7.

Page 24: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

7

tunanetra. Keputusan ini sebagai pedoman dalam mentashih al-Qur’an serta para

penerbit di Indonesia.19

Peredaran mushaf al-Qur’an di Indonesia mengalami perkembangan yang

sangat pesat. Terbukti dari adanya lembaga yang menangani persoalan

permushafan yaitu, Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an (LPMQ) Museum Bayt

al-Qur’an Jakarta.20

Salah satu penyebab peredaran mushaf terbitan luar negeri di Indonesia

adalah peran jamaah haji yang membawa al-Qur’an cetakan dari Madinah, dimana

dalam peredarannya tidak melalui tanda tashih dari LPMQ.21

Walaupun Mushaf

Standar Indonesia (MSI) dan Mushaf Madianh (MM) sama-sama menggunakan

rasm usmani, penulis menemukan adanya perbedaan antara Mushaf Standar

Indonesia dengan mushaf terbitan Madinah.

Salah satu contoh perbedaan rasm dalam Mushaf al-Qu’an Standar

Indonesia dan Mushaf Madinah adalah pada kata 22.ابصارهم Dalam Mushaf Standar

Indonesia, tetap menggunakan huruf alif diantara huruf ṣad dan ra’. Sedangkan

dalam Mushaf Madinah, membuang huruf alif diantara huruf ṣad dan ra’, dan

memberikan tanda fathah berdiri.23

19

Muhammad Shohib dan Zainal Arifin Madzkur, Sejarah Penulisan Mushaf al-Qur’an

Standar Indonesia, jilid 1 (Jakarta: LPMA Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama

Republik Indonesia, 2013), h. 12. 20

Atifah Thoharoh, “Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah,” h. 91 21

Atifah Thoharoh, “Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah,” h. 91 22

QS. al-Baqarah/2: 7. م وعلى يم ختم اهلل على ق لو بههم وعلى سعههه لم عذاب عظه م غهشاوة و أبصارههه 23

Mushaf al-Qur’an Departemen Agama R.I., yang di terbitkan oleh Penerbit Fa. Menara

Qudus pada mushaf edisi revisi 16 Mei 1974 M/ 23 Rabi’ul Akhir 1394 H., h.3. Dan Mushaf

Madinah terbitan Mujamma’ Malik Khādim al-Ḥaramain al-Syarīfaini al-Malik Fahd liṭṭabā’t al-

Muṣḥaf pada mushaf edisi tahun 1439 H., h. 3.

Page 25: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

8

Contoh lainnya seperti kata . صراط 24 Dalam Mushaf al-Qur’an Standar

Indonesia, dengan tetap meletakkan huruf alif antara huruf ra’ dan ṭa. Sedangkan

dalam Mushaf Madinah, dengan membuang huruf alif antara huruf ra’ dan ṭa, dan

memberikan tanda fathah berdiri.25

Dari latar belakang diatas, penulis hendak mengkaji lebih dalam perbedaan

rasm usmani dalam Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dan Mushaf Madinah,

dengan judul Kajian Ilmu Rasm Usmani dalam Mushaf Standar Indonesia dan

Mushaf Madinah.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

a. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu melebar, penulis membatasi

penelitian ini hanya pada dua kajian; Pertama, studi kajian rasm usmani dalam

Mushaf al-Qur’an Departemen Agama R.I., yang di terbitkan oleh Penerbit Fa.

Menara Qudus pada mushaf edisi revisi 16 Mei 1974 M/ 23 Rabi’ul Akhir 1394

H. Dan Mushaf Madinah terbitan Mujamma’ Malik Khādim al-Ḥaramain al-

Syarīfaini al-Malik Fahd liṭṭabā’t al-Muṣḥaf pada mushaf edisi tahun 1439 H.

Kedua, hanya pada aspek rasm usmaninya saja, bukan pada harakat dan tanda

diakritiknya.

24

QS. al-Baqarah/2: 142. ... ستقهيم راط م ى من يشآء إهل صه غرهب يهده

قل للهه املشرهق و امل 25

Mushaf al-Qur’an Departemen Agama R.I., yang di terbitkan oleh Penerbit Fa. Menara

Qudus, h.21. Dan Mushaf Madinah terbitan Mujamma’ Malik Khādim al-Ḥaramain al-Syarīfaini

al-Malik Fahd liṭṭabā’t al-Muṣḥaf pada mushaf edisi tahun 1439 H., h. 22.

Page 26: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

9

Adapun alasan penulis mengambil Mushaf Menara Kudus, karena mushaf

ini adalah mushaf yang disalin dari Mushaf Turki.Dan Mushaf Turki ini

didasarkan informasi bahwa mushaf ini kurang lebih 99% berasal dari teks al-

Qur’an Usmani. Karena mushaf asli yang distandarkan Khalifah ‘Uṡmān, dewasa

ini tidak akan ditemui sebab mushaf ini musnah bersama dengan terbunuhnya

Khalifah ‘Uṡmān dan jikapun ada itu duplikat orang-orang terdahulu.26

Dan

Mushaf terbitan Menara Kudus ini juga mushaf yang telah distandarkan oleh

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an dengan tanda;

“Berdasarkan Laporan dari Lajnah Pentashihan Mushaf al-

Qur’an Departemen Agama R.I. tanggal 16 Mei 1974, maka dengan ini

dinyatakan: al-Qur’an 30 Juz ukuran 3 cm x 12 cmx 15 cm ang diterbitkan

oleh Fa. “Menara” Kudus, telah selesai ditashih pada tanggal 16 Mei

1974 M / 23 Rabi’ul Akhir 1394 H. Dengan demikian al-Qur’an tersebut

dapat diterbitkan dari diedarkan kepada masyarakat.”27

Rasm usmani yang dimaksud disini adalah batang tubuh tulisan atau

huruf-huruf al-Qur’an yang ditulis dengan menafikan tanda titik dan diakritiknya.

Sebab, titik dan diakritik telah menjadi ilmu sendiri didalam kajian ilmu ḍabṭ28

.29

Sedangkan fokus kajiannya, terletak pada rasm yang terdapat dalam surah

al-Baqarah. Surah al-Baqarah adalah surah ke-2 dalam al-Qur’an. “…Surah ini

terdiri dari 286 ayat, 6.221 kata, dan 25.500 huruf dan tergolong surah Madaniah.

Surah ini dinamai al-Baqarah yang artinya sapi betina sebab di dalam surah ini

terdapat kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah Swt

26

Atifah Thoharoh, “Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah,” h. 10. 27

Mushaf al-Qur’an Departemen Agama R.I., yang di terbitkan oleh Penerbit Fa. Menara

Qudus, pada halam terakhir mushaf sebelum lembaran asmā al-ḥusna. 28

Yaitu harakat, tanda baca atau tanda diakritik pada al-Qur’an. Untuk istilah di luar

pembahasan al-Qur’an biasanya lebih dikenal dengan sebutan syakl. Lihat Zainal Arifin Madzkur,

Perbedaan Rasm Usmani, h. 320. 29

Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, h. 16.

Page 27: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

10

kepada Bani Israil (ayat 67-74).”30

Adapun alasan penulis mengambil surah ini

karena, merupakan surah dengan jumlah ayat terbanyak dan surah terpanjang

didalam al-Qur’an.

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka ada beberapa

permasalahan yang penulis anggap dapat dijadikan kajian utama pada pembahasan

penelitian ini, antara lain:

1. Bagaimana perbedaan antara rasm usmani dalam Mushaf Standar Indonesia

dan Mushaf Madinah?

2. Apa saja faktor penyebab perbedaan antara rasm dalam Mushaf Standar

Indonesia dan Mushaf Madinah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perbedaan antara rasm usmani dalam Mushaf al-Qur’an

Standar Indonesia dan Mushaf Madinah.

2. Untuk mengetahui faktor penyebab perbedaan antara rasm dalam Mushaf al-

Qur’an Standar Indonesia dan Mushaf Madinah.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

30

https://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Baqarah diakses pada tanggal 11 Desember

2018, pukul 13. 40 WIB.

Page 28: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

11

1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khazanah ilmu

pengetahuan dalam bidang ‘Ulūm al-Qur’ān.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat

luar agar mengenal dan memahami bentuk penulisan (rasm) yang

digunakan dalam Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai salah satu naskah akademik untuk memahami perbedaan rasm

usmani dalam Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dan Mushaf Madinah.

b. Penelitian ini dapat berguna dalam pengembangan kajian keilmuan dan

menggerakkan para peneliti-peneliti yang selanjutnya.

E. Kajian Pustaka

Kajian tentang rasm usmani pada dasarnya, bukan kajian pertama dalam

keilmuan al-Qur’an. Beberapa penelitian terdahulu yang telah membahas kajian

yang serupa, akan tetapi tidak menggunakan arah dan fokus pembahasan yang

sama dengan penulis. Diantara hasil tinjauan pustaka terkait mushaf al-Qur’an

Standar Indonesia, Mushaf Madinah, dan kajian ilmu rasm yang ditinjau dari

beberapa aspek, yang penulis temukan diantaranya sebagai berikut:

Eva Nugraha dalam skripsinya yang berjudul, Kaidah Rasm Utsmani Pada

Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia,31

dalam skripsi ini penulis menjelaskan

bahwa penulisan Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia merujuk pada kaidah rasm

usmani, namun jika dilihat pada penerapannya terdapat beberapa hal yang tidak

31

Eva Nugraha, “Kaidah Rasm Utsmani pada Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia,”

(Skripsi S1 Universitas Islam Negeri Bandung, 1995)

Page 29: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

12

sesuai dengan apa yang dikaidahkan. Apalagi jika dibandingkan dengan mushaf

usmani terbitan dari luar negeri. Dari hasil kesimpulannya penulis menyebutkan

Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia, memang memakai rujukan kaidah rasm

ustmani pada sebagian ayat-ayatnya. Penggunaan kaidah rasm usmani penulis

menyebutkan dengan isitlah Kaffatan dan Kaffatan bil Istisna, namun pada

sebagian lainnya kaidah-kaidah rasm usmani tidak dipakai didalamnya penulis

menyebutnya dengan istilah Tarotan dan Tarotan bil Istisna wal Ikhtilaf.

Muhammad Mustafa al-A’zami dalam bukunya yang berjudul The History

of The Qur’anic Text: From Revelation to Compilation yang dialih bahasakan ke

dalam Bahasa Indonesia dengan judul Sejarah Teks al-Qur’an dari Wahyu sampai

Kompilasi32

yang diterjemahkan oleh Sohirin Solihin dan Ugi Suharto. Buku ini

mencakup pengenalan ringkas tentang al-Qur’an dari segi penulisan dan

sejarahnya. Buku ini juga sebagai bantahan bagi para orientalis yang mengkritik

tentang al-Qur’an dari berbagai dimensi pemikiran. Diantaranya, tudingan

terhadap perbedaan susunan surah-surah, sistem bacaan yang berbeda, kelainan

mushaf sahabat dengan mushaf usmani.

Asep Saefullah menulis dalam jurnalnya Aspek Rasm, Tanda Baca, dan

Kaligrafi pada Mushaf-mushaf Kuno Koleksi Bayt al-Qur’an dan Museum Istiqlal

jakarta,33

kesimpulan dalam tulisan ini bahwa dalam aspek rasm, mushaf-mushaf

kuno koleksi Bayt al-Qur’an dan Museum Istiqlal pada umumnya menggunakan

rasm imla’i atau qiyasi. Rasm imla’i tampaknya menjadi gejala umum, sehingga

32

Muhammad Mustafa al-A’zami, The History The Qur’ānic text From Revelation to

Complication dialih bahasakan Sejarah Teks al-Qur’an dari wahyu sampai Kompilasi, jilid 1.

Penerjemah Sohirin Solihin, dkk. (Jakarta: Gema Insani, 2005) 33

Asep Saefullah, “Aspek Rasm, Tanda Baca, dan Kaligrafi pada Mushaf-mushaf Kuno

Koleksi Bayt al-Qur’an dan Museum Istiqlal jakarta,” Jurnal Ṣuḥuf, vol. 1, no. 1 (2008): h. 87-

110.

Page 30: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

13

hanya satu dua mushaf saja yang menggunakan rasm usmani. Ini menandakan

bahwa tradisi rasm usmani dalam tradisi penulisan mushaf di Indonesia masa lalu

bukanlah gejala umum. Oleh karena itu, perlu pendalaman lebih lanjut tentang

rasm imlai’i yang merupakan gejala umum dalam tradisi penulisan mushaf di

Indonesia.

Mustofa dalam jurnalnya menulis Pembakuan Qira’at Aṣim Riwayat Ḥafṣ

dalam Sejarah dan Jejaknya di Indonesia,34

dalam tulisan ini ia menjelaskan

bahwa terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi pembakuan dan

penyebaran qira’at ‘Asim riwayat Hafs. Selain kualitas sanad dan kemudahan

qira’at, faktor lain yang turut menyebabkan meluasnya qira’at ‘Asim adalah

faktor kekuasaan. Jejak qira’at ini bisa dilihat melalui penerbitan al-Qur’an di

sejumlah negara, termasuk di Indonesia.

Enang Sudrajat menulis dalam jurnalnya yang berjudul Pentashihan

Mushaf al-Qur’an di Indonesia,35

dalam tulisannya penulis menjelaskan

bagaimana upaya dalam menjaga kesahihan Mushaf al-Qur’an khususnya di

Indonesia sendiri. Diantaranya penulis menyimpulkan ada beberapa upaya dalam

menjaganya, yaitu: pemerintah membentuk Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an

untuk mentashih semua mushaf yang akan dicetak. Usaha lainnya dilakukan oleh

masyarakat muslim melalui pesantren, kajian, dan tahfiz al-Qur’an.

Abdul Hakim menulis dalam jurnalnya yang berjudul Perbandingan Rasm

Mushaf Standar Indonesia, Mushaf Pakistan, dan Mushaf Madianah Analisa

34

Mustofa, “Pembakuan Qira’at Aṣim Riwayat Ḥafṣ dalam Sejarah dan Jejaknya di

Indonesia,” Jurnal Ṣuḥuf, vol. 4, n. 2 (2011): h. 221-245. 35

Enang Sudrajat, “Pentashihan Mushaf al-Qur’an di Indonesia,” Jurnal Ṣuḥuf, vol. 6, no.

1 (2013): h. 59-81.

Page 31: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

14

Rasm Kata Berkaidah Ḥażf al-Ḥurūf ,36

tulisan ini secara garis besar

membandingkan Mushaf Standar Indonesia, Mushaf Pakistan, dan Mushaf

Madinah dengan fokus pada juz 7, juz 14 dan juz 24. Perbandingan dilakukan

pada kata yang mengandung kaidah ḥazf al-ḥuruf (membuang huruf). Kajian yang

bersifat deskriptif-analitik ini menemukan bahwa Mushaf Standar Usmani dalam

hal rasm memiliki kedekatan dengan Mushaf Pakistan dengan riwayat ad-Dānī,

sedangkan Mushaf Madinah merujuk pada riwayat Abū Dawūd.

Atifah Thoharoh dalam skripsinya yang berjudul, Mushaf al-Qur’an

Standar Usmani Indonesia dan Mushaf Madinah (Kajian atas Ilmu Rasm),37

dalam skripsi ini penulis membandingkan antara Mushaf Standar Indonesia dan

Mushaf Madinah dengan mengacu pada Mushaf Standar Usmani terbitan Turki.

Yang mana menurut penulis dari data yang didapatkan, mushaf Turki ini kurang

lebih 99% berasal dari teks al-Qur’an Usmani. Fokus kajian penulis membahas

rasm usmani yaitu dalam surah al-Qiyamah. Adapun dalam kesimpulannya,

penulis mengatakan bahwa Mushaf Madinah lebih mendekati dalam penulisan

rasm usmani dengan mushaf acuan.

Mungkin dalam judul penelitian, penulis dan judul skripsi ini memiliki

kesamaan namun, dalam fokus kajian tentu berbeda. Didalam skripsi ini, Atifah

ingin melihat diantara dua mushaf yaitu Mushaf al-Qur’an Standar Usmani

Indonesia dan Mushaf Madinah yang paling mendekati kepada mushaf usmani

dengan acuan kepada Mushaf Turki. Adapun dalam fokus kajian penelitannya,

36

Abdul Hakim, “Perbandingan Rasm Mushaf Standar Indonesia, Mushaf Pakistan, dan

Mushaf Madianah Analisa Rasm Kata Berkaidah Ḥażf al-Ḥurūf,” Jurnal Ṣuḥuf, vol. 10, no. 2

(Desember 2017): h. 371-386. 37

Atifah Thoharoh, “Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah: Kajian Atas Ilmu

Rasm,” (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negaeri Tulungagung,

2017)

Page 32: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

15

Atifah membahas kepada rasm dan ḍabṭ (tanda diakritik). Sedangkan fokus kajian

penulis dalam penilitian ini hanya terfokus pada kajian rasm usmaninya saja. Dan

perbedaan lainnya, dalam fokus surah yang diambil Atifah yaitu al-Qur’an surah

al-Qiyamah ayat 1-40 sedangkan penulis mengambil contoh al-Qur’an surah al-

Baqarah ayat 1-286.

Adapun hasil dari penelitian Atifah menurut penulis tidak cukup kuat

untuk mengatakan Mushaf Madinah lebih Usmani dibandingkan dengan Mushaf

Standar Indonesia. Karena, contoh yang dijadikan fokus kajiaanya terlalu sedikit,

seharusnya Atifah mengambil beberapa contoh pada surah-surah yang lain.

Dalam hasil penelitiannya disebutkan perbedaan rasm usmani dan ḍabṭnya bahwa

Mushaf Madinah memiliki dua perbedaan kata dengan Mushaf Standar Usmani

sedangkan Mushaf Standar Indonesia memiliki enam perbedaan kata dengan

Mushaf Standar Usmani. Menurut penulis hasil yang dilakukan Atifah terlalu

sempit. Bisa jadi jika dibahas pada surah-surah yang lain, Mushaf Standar

Indonesia lebih banyak mengacu pada Mushaf Standar Usmani dibandingkan

Mushaf Madinah. Jika fokus Atifah ingin mencari mushaf mana yang lebih

usmani seharusnya Atifah membandingkan lebih banyak lagi surah-surah yang

lain. Sehingga hasilnya lebih nampak secara jelas dan signifikan manakah mushaf

yang lebih mendekati pada muhaf acuan.

Zainal Arifin Madzkur dalam bukunya yang berjudul Perbedaan Rasm

Usmani Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dan Mushaf Madinah Saudi Arabia

dalam Perspektif al-Dānī dan Abū Dawūd. Penulis merupakan staf Lajnah

Pentashihan Mushaf al-Qur’an, Badan Litbang dan Diklat Kementrerian Agama.

Buku yang berasal dari penelitian disertasi ini ditulis dengan tujuan untuk

Page 33: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

16

menemukan argumentasi ilmiah perbedaan penyalinan rasm usmani dalam

Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dan Mushaf Madinah Saudi Arabia dalam

perspektif dua mazhab rasm usmani yakni Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dawūd.

Dalam aspek penelitian Zainal Arifin hanya terfokus perbedaan penulisan rasm

usmani dalam al-Qur’an dalam bab ḥażf al-ḥurf yaitu membuang huruf. 38

Dalam penelitian ini penulis menjadikan buku Zainal Arifin diatas sebagai

data sekunder penulis. Adapun kesamaan penulis dengan penelitian Zainal Arifin

yaitu sama-sama membandingkan rasm usamani diantara Mushaf Standar

Indonesia dengan Mushaf Madinah. Namun dalam fokus kajian dengan penulis

tentu berbeda. Zainal Arifin membandingkan rasm usmani hanya terfokus pada

kaidah ḥażf alif saja. Sedangakan penulis ingin melihat pada semua kaidah rasm

usmani yaitu; ḥażf (membuang huruf), ziyādah (penambahan huruf), hamzah

(penulisan hamzah), al-badal (penggantian huruf), al-waṣl wal faṣl (menyambung

dan memisah kata). Adapun dalam fokus surah Zainal Arifin yaitu semua surah

didalam al-Qur’an 30 juz. Sedangkan fokus penulis hanya mengambil surah al-

Baqarah ayat 1-286.

Selain menulis di dalam buku Zainal Arifin Madzkur juga menulis di

dalam jurnalnya yang berjudul Legalisasi Rasm ‘Uthmānī dalam Penulisan al-

Qur’ān,39

jurnal ini membahas perdebatan tentang penggunaan rasm ‘Uthmānī

dalam menulis al-Qur’an. Membandingkan dan menganalisa pendapat dari tiga

mazhab. Penulis berpendapat bahwa perdebatan harus diakhiri, karena pada

38

Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani: Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia

dan Mushaf Madinah Saudi Arabia dalam Perspektif al-Dānī dan Abū Dawūd (Jakarta:

Azzamedia, 2018) 39

Zainal Arifin Madzkur, “Legalisasi Rasm ‘Uthmānī dalam Penulisan al-Qur’ān,” Jurnal

Ṣuḥuf, vol. 1, no. 2 (Desember 2012): h. 215-236.

Page 34: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

17

prinsipnya, pembacaan Al-Qur'an tidak hanya mengacu pada tulisan teks, tetapi

juga pada jalur riwayatnya. Dalam jurnalnya yang lain Zainal Arifin Madzkur

juga menulis beberapa judul artikel yang menjadi kajian pustaka penulis,

diantaranya:

Mengenal Rasm Usmani Sejarah, Kaidah, dan Hukum Penulisan al-

Qur’an dengan Rasm Usmani,40

sedangkan dalam tulisan ini penulis ingin melihat

kembali pembahasan tentang sejarah, kaidah dan hukum penulisan al-Qur’an

dengan rasm usmani. Misalnya dalam konteks kesesuaian penulisan (muwāfaqah

bil-maṣaḥif al-‘uṡmāniyah), pada hakikatnya, secara displin keilmuan rasm

usmani memiliki tiga kategori, yaitu sesuai secara utuh (muwāfaqah tasrīkhiyah),

secara perkiraan (muwāfaqah taqdīriyah), dan sesuai secara memungkinkan

(muwāfaqah ihtimāliyah). Dengan demikian tidak selalu sama persis. Judul

lainnya, Kajian Ilmu Rasm Usmani dalam Mushaf al-Qur’an Standar Usmani

Indonesia,41

pada tulisan ini penulis ingin menjawab sikap skeptis sebagian

kalangan tentang status rasm Usmani Mushaf al-Qur’an Standar Usmani

Indonesia dari aspek riwayat dan epistemologi keilmuannya.

Dari beberapa penulisan dan tinjauan pustaka di atas. Penulis belum

menemukan secara lebih mendetail tentang perbedaan penyalinan rasm usmani

dengan melihat kaidah rasm yang lainnya. Beberapa tulisan pada umumnya hanya

terfokus pada satu kaidah yaitu, dalam kaidah hażf al-ḥuruf (membuang huruf).

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan gambaran perbedaan rasm usmani

40

Zainal Arifin, “Mengenal Rasm Usmani: Sejarah, Kaidah, dan Hukum Penulisan al-

Qur’an dengan Rasm Usmani,” Jurnal Ṣuḥuf, vol. 5, no. 1 (2012): h. 1-18. 41

Zainal Arifin, “Kajian Ilmu Rasm Usmani dalam Mushaf al-Qur’an Standar Usmani

Indonesia,” Jurnal Ṣuḥuf, v. 4, no. 1 (2013): h. 35-58.

Page 35: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

18

Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah khususnya dalam surah al-

Baqarah.

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Sumber Data

Penelitan ini adalah penelitian kualitatif. Langkah pertama yang penulis

lakukan yaitu penelitian kepustakaan (library research). Dengan mengumpulkan

sumber-sumber primer dan sekunder dalam ilmu rasm usmani, studi ilmu-ilmu al-

Qur’an (‘ulūm al-Qur’an), Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia, Mushaf Madinah

Saudi Arabia. Serta penulis juga menggunakan internet research, untuk mencari

bahan-bahan yang sulit didapatkan.

Sebagai Sumber data primer adalah; Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia

terbitan oleh Penerbit Menara Qudus pada mushaf edisi revisi 16 Mei 1974 M/ 23

Rabi’ul Akhir 1394 H. Mushaf Madinah terbitan Mujamma’ Malik Khādim al-

Ḥaramain al-Syarīfaini al-Malik Fahd liṭṭabā’t al-Muṣḥaf pada mushaf edisi

tahun 1439 H, dan al-Iṭqān fī ‘Ulūm al-Qur’an karya Jalaluddīn al-Suyūṭī.

Adapun Sumber data sekundernya adalah; al-Muqni’ fī Ma’rifāti Marsum

Maṣāḥif Ahli al-Amṣār karya Abū ‘Amr ‘Uṡmān Ibn Sa‘īd al-Dānī, Mukhtaṣar al-

Tabyin li Hija’ al-Tanzil karya Abū Daud Sulaimān Ibn Najah, Perbedaan Rasm

Usmani Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dan Mushaf Madinah Saudi Arabia

dalam Perspektif al-Dānī dan Abū Daūd karya Zainal Arifin Madzkur, dan buku-

buku lain, skripsi, thesis, jurnal, artikel dari penelitian terdahulu yang mengambil

fokus penelitian serupa.

Page 36: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

19

2. Analisis Data

Adapun metode yang penulis gunakan untuk menganalisa data dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Deskriptif-analisis

Yaitu sebuah metode bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan

yang berdsarkan data-data, dengan menggunakan teknik deskriptif yaitu

penelitian, analisa dan klasfikasi. Selain menyajikan data, peneltian ini juga

menganalisis dan menginterpretasi sejumlah data.42

Dalam penelitian ini,

penulis bermaksud meneliti dan memaparkan data-data terkait Mushaf al-

Qur’an Standar Indonesia dan Mushaf Madinah dalam kajian ilmu rasm.

b. Analisis Hitoris

Adapun dalam pendekatan historis yaitu untuk melihat kembali latar

belakang penulisan dan perkembangan mushaf al-Qur’an dari masa usman,

kemudian penyebarannya di wilayah Madinah hingga sampai di Indonesia.

c. Analisis Komparatif

Setelah penulis menganalisis data, selanjutnya yaitu membandingkan

penulisan rasmnya antara Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dan Mushaf

Madinah. Adapun tujuannya yaitu, untuk mengetahui banyaknya perbedaan

rasm yang digunakan pada kedua mushaf tersebut.

3. Metode Pengumpulan Data

Secara umum metode pengumpulan data terbagi menjadi tiga, yaitu:

Observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun pada penelitian ini,

42

Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1994), hlm. 138-

139.

Page 37: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

20

menggunakan metode dokumentasi. Dokumentasi dalam penelitian ini dengan

mencakup sumber-sumber tertulis mengenai sejarah Mushaf al-Qur’an Standar

Indonesia dan Mushaf Madinah. Kemudian dokumen yang telah didapatkan

dianalisis, dibandingkan, dan dipadukan (sintesis) membentuk hasil kajian yang

sistematis dan utuh. Jadi, teknik dokumentasi tidak hanya mengumpulkan data

dan menuliskannya atau melaporkan dalam bentuk kutipan-kutipan tentang

sejumlah data yang searah dengan penelitian, melainkan menampilkan hasil

analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut.43

G. Sistematika Penulisan

Penulisan terhadap masalah pokok yang disebutkan di atas, dibagi menjadi

lima bab yang terdiri dari:

Bab I merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,

rumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian

pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II merupakan pembahasan tentang dua kajian mushaf yang dijadikan

sumber penelitian dalam skripsi ini yakni, Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia

dan Mushaf Madinah. Dalam bab ini berisi dua sub bab: Pertama, Mushaf al-

Qur’an Standar Indonesia yang mencakup pembahasan defenisi Mushaf al-Qur’an

Standar Indonesia, latar belakang penulisan Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia,

lahirnya Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an (LPMQ) Indonesia, ciri-ciri Mushaf

al-Qur’an Standar Indonesia, dan landasan penulisan Mushaf al-Qur’an Standar

43

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, cet. 14 (Jakarta:

PT. Rineka Cipta, 2010), h. 274-275.

Page 38: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

21

Indonesia. Kedua, defenisi Mushaf Madinah yang berisi tentang pembahasan latar

belakang penulisan Mushaf Madinah, lahirnya Lajnah Pentashih Mushaf al-

Qur’an Madinah, ciri-ciri Mushaf Madinah, dan landasan penulisan Mushaf

Madinah.

Bab III merupakan pembahasan perkembangan rasm usmani, yang terbagi

kepada lima sub bab: Pertama, defenisi rasm ‘uṡmāni. Kedua, sejarah dan

perkembangannya. Ketiga macam-macam rasm dalam penulisan al-Qur’an.

Keempat kaidah-kaidah rasm ‘uṡmāni. Kelima pola dan kedudukan menulis al-

Qur’an dalam rasm ‘uṡmāni.

Bab IV yang didalamnya akan dijelaskan perbandingan Mushaf Al-Qur’an

Standar Indonesia dan Mushaf Madinah dalam penulisan rasm. Adapun dalam bab

ini berisikan tiga sub bab diantaranya: Pertama, persamaan rasm usmani dalam

Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dan Mushaf Madinah. Kedua, perbedaan

rasm usmani dalam Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dan Mushaf Madinah.

Ketiga, faktor penyebab perbedaan rasm usmani dalam Mushaf al-Qur’an Standar

Indonesia dan Mushaf Madinah.

Bab V merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari

penulis terkait dengan hasil penelitian.

Page 39: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

22

BAB II

KAJIAN MUSHAF AL-QUR’AN STANDAR INDONESIA DAN

MUSHAF MADINAH

A. Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia

Sebelum Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an berdiri pada tahun 1957.

Di Nusantara, mushaf al-Qur’an cetakan tertua berasal dari Palembang, hasil cetak

batu (litografi) Haji Muhammad Azhari bin Kemas Haji Abdullah, dan selesai

dicetak pada 29 Ramadhan 1264 (21 Agustus 1848).1

Sejak tahun 1933 sudah mulai beredar mushaf edisi cetak dengan tashih

al-Qur’an dengan beberapa tokoh yang dianggap memliki otoritas dalam

mentashih al-Qur’an. Mushaf tersebut adalah mushaf al-Qur’an cetakan Matba’ah

al-Islamiyah Bukittinggi tahun 1933 M, yang ditashih oleh Syaikh al-Rasuli dan

Haji Abdul Malik, dan mushaf al-Qu’an cetakan Abdullah bin Afif Cirebon tahun

1933 M, yang ditashih oleh Muhammad Usman dan Ahmad al-Badawi

Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah.2

1Ali Akbar, “Pencetakan Mushaf al-Qur’an di Indonesia,” Jurnal-Ṣuḥuf, vol. 4, no. 2

(2011): h. 271. Bandingkan dengan Zainal Arifin, mushaf tertua yang diketaui sampai saat ini

berasal dari akhir abad ke-16, tepatnya Jumad al-Awwal 993 H/ 1585 M. dan ada dua mushaf lagi

yang tersimpan di Belanda yang berasal dari Johor tahun 1606 M, dan sebuah mushaf tua di

Masjid Agung Banten yang diklaim ditulis pada tahun 1553 M, h. 97-98. Lihat Zainal Arifin

Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, h. 98-99. 2Muhammad Shohib dan Zainal Arifin, ed., Sejarah Penulisan Mushaf al-Qur’an

Standar Indonesia, volume 1 (Jakarta: LPMA Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama

Republik Indonesia, 2013), h. 3.

Page 40: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

23

“Seterusnya perkembangan permushafan al-Qur’an di Indonesia terus

berjalan alamiah, dengan dominasi mushaf model Khat Bombay3, Pakistan dan

Istanbul Turki (Bahriyah). Model-model cetakan inilah nantinya akan menjadi

salah satu bacaan baku penyusunan MSI....”4

1. Defenisi Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia

Secara etimologi, istilah “Mushaf al-Qur’an Standar Usmani” dapat

dipahami dari kata “standar” yang dalam Kamus Besar Bahasa Inodensia berarti

patokan atau standar baku.5”... Hal ini juga dikuatkan dengan dokumen

terjemahan Arab-Inggris pada Muker Ulama ke-IX yang mengistilahkan sebagai

Muṣḥaf al-Mi‘yāri al-Indūnisī atau The Indonesian Standarized al-Qur’an.” 6

Selanjutnya istilah ini disebut MASU Indoensia adalah mushaf resmi/ standar

yang berlaku dan beredar d Indonesia.7

“Adapun secara terminologi, MASU diartikan sebagai mushaf al-Qur’an

yang dibakukan cara penulisannya, tanda baca (harakat)-nya, dan tanda waqaf-

nya, sesuai dengan hasil yang disepakati dalam Musyawarah Kerja (Muker)

3Adalah jenis khat al-Qur’an yang dinisbahkan pada model tulisan Bombay India. Bentuk

tulisan ini pada umumnya berbeda dengan khat kaligrafi naskhi yang lazim bagi para kaligrafer.

Bentuk khat ini pada umumnya tebal-tebal dan gemuk, sehingga pembaca dengan penerangan

minim masih memungkinkan untuk membacanya. Lihat Zainal Arifin, Perbedaan Rasm Usmani,

h. 321. 4Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, h. 103.

5Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional, 2008), h. 1375. 6Zainal Arifin, “Mengenal Mushaf al-Qur’an Standar Usmani Indoneisa; Studi

Komparatif atas mushaf Standar Usmani 1983 dan 2002,” Jurnal Ṣuḥuf, vol. 4, no. 1 (2011): h. 3. 7Puslitbang Lektur Agama, “Hasil Musyawarah Kerja (Muker) Ulama al-Qur’an IX”,

Jakarta: Departemen Agama, 1982-1983, h. 96 dan 104. Hal ini juga dikuatkan dengan dokumen

terjemahan Arab-Inggris pada Muker Ulama ke-IX yang mengistilahkannya sebagai Mushaf al-

Mi’yāri al-Indūnisī atau The Indonesian Standarized al-Qur’an. Zainal Arifin Madzkur,

“Mengenal Mushaf al-Qur’an Standar Usmani Indoneisa; Studi Komparatif atas Mushaf Standar

Usmani 1983 dan 2002,” Jurnal Ṣuḥuf , h. 3.

Page 41: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

24

Ulama Ahli al-Qur’an yang berlangsung sampai 9 kali, semenjak tahun 1974-

1983 dan dijadikan pedoman bagi al-Qur’an yang dterbitkan di Indonesia....”8

Merujuk beberapa dokumen hasil Muker I-IX, mushaf standar ini disebut

dengan beberapa nama, yaitu Mushaf Standar Usmani, al-Qur’an Mushafa

Standar Usmani, Mushaf al-Qur’an Standar, al-Qur’an Standar, dan juga Mushaf

Standar.9 Berdasarkan pada KMA. No. 25 Tahun 1984, Mushaf al-Qur’an Standar

memiliki tiga jenis mushaf, diantaranya; Mushaf Standar Usmani untuk orang

awas, Bahriah untuk para penghafal al-Qur’an, dan Braille bagi para tunanetra.10

Mushaf Standar Usmani Indonesia atau yang disebut dengan MASU

Indonesia merupakan al-Qur’an standar 30 juz, sebagaimana al-Qur’an yang

digunakan atau dibaca oleh umat Islam. Dalam sejarah penerbitan al-Qur’an

khususnya di Indonesia, mushaf ini memiliki rating tertinggi (sementara) dalam

cetak ulang banding dengan dua varian mushaf standar lainnya. Hal ini karena

posisi MASU Indonesia sebagai mushaf pegangan orang awam yang biasa

dimiliki kalangan umum.11

Adapun penelitian dalam skripsi ini, penulis menggunakan Mushaf al-

Qur’an Standar Usmani. Hal ini untuk mempermudah dalam penyebutan dan

membedakanya dengan mushaf standar lainnya yaitu Mushaf al-Qur’an Standar

Bahriyah dan Braile.

8Zainal Arifin, “Mengenal Mushaf al-Qur’an Standar Usmani Indoneisa,” Jurnal Ṣuḥuf,

h.3. 9Zainal Arifin, “Mengenal Mushaf al-Qur’an Standar Usmani Indoneisa,” Jurnal Ṣuḥuf,

h.4. 10

Muhammad Shohib dan Zainal Arifin, ed., Sejarah Penulisan Mushaf al-Qur’an

Standar Indonesia, h. 12. 11

M. Zaenal Arifin, Khazanah Ilmu al-Qur’an, jilid 1 (Jakarta: Yayasan Masjid Taqwa,

2018), h. 265.

Page 42: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

25

2. Latar Belakang Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar Inodonesia

Secara umum, latar belakang penulisan Mushaf al-Qur’an Standar Usmani

(MASU) Indonesia terbagi menjadi enam pokok masalah, yang akan melahirkan

mushaf standar, antara lain12

:

Pertama, Pedoman Pentashihan bagi Lajnah. Awal adanya penulisan

MASU Indonesia adalah sebagai pedoman pentashihan bagi Lajnah. Dalam

dokumentasi MUKER 1 tahun 1974, dinyatakan bahwa sejauh itu belum ada

pedoman yang dijadikan landasan bagi Lajnah setiap kali melakukan pentashihan

al-Qur’an. Hal ini dirasa sangat perlu memiliki pedoman kerja yang sifatnya

tertulis. Karena semenjak berdirinya, proses pentashihan dilakukan secara manual

dan struktur keanggotaan Lajnah selalu berganti.13

Kedua, adanya berbagai ragam tanda baca dalam al-Qur’an. Pada tahun

1970-an ragam mushaf al-Qur’an yang berkembang di Indonesia dapat dikatakan

masih minim. Menurut Badan Litbang Agama, pada waktu itu masih didominasi

oleh penerbit CV Alif Cirebon dan CV Salim Nabhan Surabaya, itupun tulisannya

mayoritas menggunakan model Bombay, Pakistan dan al-Qur’an Bhariyah

cetakan Istanuk Turki. Kemudia, munculah beberapa penerbit lain semisal PT al-

Ma’rif Bandung dan Tintamas Jakarta. Apabila di cermati adanya berbagai ragam

tanda baca yang berbeda satu dengan lainnya. hal ini tentu akan mempengaruhi

12

E. Badri Yunardi, “Sejarah Lahirnya Mushaf Standar Indonesia,” Jurnal-Lektur, vol. 3,

no. 2 (2005): h. 280. 13

E. Badri Yunardi, “Sejarah Lahirnya Mushaf Standar Indonesia,” Jurnal-Lektur, h. 281.

Page 43: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

26

pembacaan al-Qur’an pada setiap induvidu. Sebab tidak semuanya dapat

memahami bacaan yang beragam tersebut. 14

Ketiga, kecenderungan masyarakat menggunakan satu model al-Qur’an.

Lajnah sering mengalami kesulitan mentashih, ketika menemukan beberapa

kesalahan yang disebabkan oleh teknik pencetakan yang sulit diperbaiki oleh

penerbitnya. Kesulitan ini disebabkan karena model tulisannya yang terlalu rapat,

huruf-hurufnya yang bertumpuk, dan beberapa penempatan tanda baca yang tidak

tepat.15

Keempat, beredarnya al-Qur’an Terbitan Luar Negeri di Indonesia. Sebab

al-Qur’an terbitan luar negeri memiliki ragam tersendiri dalam hal penggunaan

harakat dan tanda waqaf yang akan menyulitkan dan membingungkan para

pembaca awam. Oleh karena itu, diperlukan model penetapan yang konsisten

tentang harakat, tanda baca, dan tanda waqaf. 16

Kelima, variasi tanda baca al-Qur’an. Beberapa penerbit dalam

menerbitkan al-Qur’an memiliki tanda baca yang beragam dan bervariatif, baik itu

terbitan Timur Tengah maupun Indonesia.17

Keenam, tanda-tanda waqaf al-Qur’an. Hampir diseluruh mushaf baik luar

negeri maupun dalam negeri memiliki pola waqaf yang serupa, dalam hal ini

kaidah standarisi dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman. 18

14

E. Badri Yunardi, “Sejarah Lahirnya Mushaf Standar Indonesia,” Jurnal-Lektur, h. 281. 15

E. Badri Yunardi, “Sejarah Lahirnya Mushaf Standar Indonesia,” Jurnal-Lektur, h. 281. 16

E. Badri Yunardi, “Sejarah Lahirnya Mushaf Standar Indonesia,” Jurnal-Lektur, h. 282. 17

E. Badri Yunardi, “Sejarah Lahirnya Mushaf Standar Indonesia,” Jurnal-Lektur, h. 282. 18

E. Badri Yunardi, “Sejarah Lahirnya Mushaf Standar Indonesia,” Jurnal-Lektur, h. 282.

Page 44: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

27

Berbagai alasan itulah yang menjadi alasan utama tersusunnya mushaf

standar yang ada di Indonesia. Hemat penulis memaknai latar belakang

terkonsepnya standarisi Mushaf Standar Indonesia ini adalah cara untuk

membantu dan memudahkan masyarakat dalam membaca al-Qur’an. Mayoritas

masyarakat awam yang kesulitan jika mengikuti ragam tanda baca, harakat dan

tanda waqaf versi mushaf Luar Negeri, termasuk Arab.

3. Lahirnya Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an (LPMQ) Indonesia

Beraneka ragamnya penulisan, harakat, tanda baca dan tanda waqaf dalam

mushaf al-Qur’an yang tersebar di Indonesia termasuk mushaf luar yang ada di

Indonesia, hal ini membuat masyarakat awam bingung dalam pembacaan al-

Qur’an. Namun berbeda dengan sebagian masyarakat yang paham dengan kaidah,

tentu tidak terlalu mengkhawatirkan hal ini. Karena kondisi masyarakat dan letak

geografis Indonesia yang beragam latar belakang, tidak secara keseluruhan dapat

memahami ilmu tersebut.19

Untuk memenuhi keinginan masyarakat dan memelihara kesucian al-

Qur’an, terbentuklah sebuah lembaga resmi yang secara fungsional bertugas untuk

menjaga kemurnian mushaf al-Qur’an, yakni Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an

(LPMQ). Secara kelembagaan dibentuk pada tanggal 1 Oktober 1959. Dan

lembaga ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Agama No. B.III/ 2-0/

7413, tanggal 1 Desember 1971. Pada perkembangan selanjutnya Lajnah berada

pada Unit Puslitbang Lektur Agama, Badan Litbang Agama, yang dibentuk

berdasarkan Kepres RI No. 44 yang dijabarkan melalui Keputusan Menteri

19

Atifah Thoharoh, “Mushaf Madinah dan Mushaf Standar Indonesia,” h. 104.

Page 45: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

28

Agama No. 18 Tahun 1975. Pada masa ini Lajnah merupakan lembaga ad hoc

(organisasi) dan dikepalai secara ex officio (jabatan) oleh Kepala Puslitbang

Lektur Agama kemudian berubah menjadi Puslitbang Lektur Keagamaan pada

tahun 1982 hingga menjadi lembaga yang berdiri sendiri dan terpisah dari

Lembaga Keagamaan pada tahun 200720

.21

“Secara teknis Lajnah, sebelum menjadi satuan kerja tersendiri dalam

melaksanakan tugas-tugasnya diatur oleh Peraturan-peraturan Menteri Agama.

Peraturan Menteri Agama RI No. 1 Tahun 1975 mengatur tentang pengawasan

terhadap penerbitan dan pemasukan al-Qur’an, yang ditetapkan oleh Menteri

Agama waktu itu, K.H. Muhammad Iljas. Kemudian, berdasarkan Peraturan

Menteri Agama (PMA) No. 1 Tahun 1982 ditegaskan bahwa Lajnah adalah

lembaga pembantu Menteri Agama dalam bidang pentashihan mushaf al-Qur’an,

terjemah, tafsir, rekaman, dan penemuan elektronik lainya yang berkaitan dengan

al-Qur’an....”22

Selama berjalannya lembaga ini, Lajnah belum memiliki pedoman yang

dijadikan landasan setiap kali melakukan pentashihan al-Qur’an. Hal ini dirasa

sangat perlu memiliki pedoman kerja yang sifatnya tertulis. Karena selama kurun

waktu semenjak berdirinya, proses pentashihan dilakukan secara manual dan

struktur keanggotaan Lajnah selalu berganti. Sementara dokumentasi yang

20

Pada tahun 2007, berdasarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 3 tahun 2007

tentang Organisasi dan Tata Kerja Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, Lajnah berubah menjadi

satuan kerja (satker) tersendiri di bawah Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Lihat

Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Sejarah Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia,

jilid 2 (Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an, 2017), h. 4. 21

Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Sejarah Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar

Indonesia, h. 2. 22

Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Sejarah Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar

Indonesia, h. 3.

Page 46: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

29

dihasilkan oleh anggota Lajnah sebelumnya saat menemukan kesalahan, tidak

terdokumentasi dengan baik. Sehingga terjadi pengulangan mencari rujukan, yang

sebenarnya dalam koreksi Lajnah sebelumnya telah terselesaikan. Adapun

pedoman (praktis) tersebut memuat aturan dan tata cara penulisan al-Qur’an

sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan al-Qur’an rasm usmani.23

Dalam mencapai tujuan tersebut Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an

mengumpulkan data-data, mengkaji, membahas, dan mendiskusikannya untuk

kemudian mengambil keputusan. Proses tersebut dilakukan melalui kegiatan

Musyawarah Kerja Ulama al-Qur’an yang diselenggrakan selama 9 kali sejak

1974/ 1975 hingga 1982/ 1983 untuk membahas pembakuan rasm, harakat, tanda-

tanda baca, dan tanda waqaf. Sementara itu, 6 kali Muker lainnya (Muker X pada

1984/ 1985 s.d. Muker XV pada 1988/ 1989) diselenggarakan untuk membahas

hal lain yang melengkapi penyusunan pedoman tersebut, seperti terjemahan,

tranliterasi Arab-Latin, tajwid dan lainnya.24

Kemudian hasil-hasil Muker Ulama tersebut dirumuskan sebagai pedoman

pola penulisan (rasm), harakat, tanda baca, dan tanda waqaf dalam mushaf yang

dihasilkan oleh para Ulama perserta Muker. Untuk melihat lebih detail butir-butir

hasil Muker Ulama, berikut ini adalah hasil-hasil yang dicapai dalam setiap

Muker, mulai dari Muker I s.d. IX25

:

Muker I, Ciawi, Bogor (5-9 Februari 1974/ 12-16 Muharam 1394 H), pada

Muker ini para peserta menyepakati tiga keputusan penting yang menjadi tonggak

23

E. Badri Yunardi, “Sejarah Lahirnya Mushaf Standar Indonesia,” Jurnal-Lektur, h. 280. 24

Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Sejarah Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar

Indonesia, h. 8. 25

Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Sejarah Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar

Indonesia, h. 22-28.

Page 47: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

30

sejarah standarisasi penerbitan Mushaf al-Qur’an Indonesia. Ketiganya adalah: a)

Al-Qur’an menurut bacaan Imam Ḥafṣ yang rasmnya sesuai dengan rasm al-

Qur’an yang terkenal dengan nama Bahriah cetakan Istanbul, dijadikan pedoman

penulisan Mushaf al-Qur’an di Indonesia, dengan catatan apabila masih terdapat

kalimat-kalimat yang sulit dibaca, maka perlu dijelaskan dalam lampiran

tersendiri. b) Mushaf al-Qur’an tidak boleh ditulis selain dengan rasm Usmani,

kecuali dalam keadaan darurat. c) Naskah pedoman penulisan dan pentashihan

Mushaf al-Qur’an yang disusun oleh Lembaga Lektur Keagamaan Departemen

Agama menurut rasm Usmani dijadikan pedoman dalam penulisan dan

pentashihan al-Qur’an di Indonesia. 26

Muker II, Cipayung, Bogor (21-24 Februari 1976 M/ 18-20 Safar 1396 H),

didalam Muker ini menyepakati empat keputusan penting, yakni a) Terkait tanda-

tanda baca al-Qur’an, b) Pedoman tanda baca a-Qur’an Awas dan al-Qur’an

Braille, c) Rekaman bacaan al-Qur’an, dan d) Ketentuan pentashihan al-Qur’an

cetak ulang. 27

Muker III, Jakarta (7-9 Februari 1977/ 18-20 Safar 1397 H), di dalam

Muker ini disepakati tiga keputusan penting, yakni a) Acuan penulisan al-Qur’an

Braille, b) Beberapa ketentuan tentang tanda baca, dan c) Kesepakatan

membentuk tim al-Qur’an Braille dari unsur Lajnah, Yaketunis Yogyakarta, dan

Wyata Guna Bandung. 28

26

Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Sejarah Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar

Indonesia, h. 22. 27

Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Sejarah Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar

Indonesia, h. 23. 28

Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Sejarah Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar

Indonesia, h. 24.

Page 48: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

31

Muker IV, Ciawi, Bogor (15-17 Maret 1978/ Rabiul Akhir 1398 H), pada

Muker ini disepakati lima keputusan penting terkait penulisan Mushaf al-Qur’an

Braille Standar, diantaranya: a) Menerima (hasil) rumusan tim penulisan al-

Qur’an Braille yang telah dilaksanakan sampai dengan Juz X sebagai Standar al-

Qur’an Braille di Indonesia dengan catatan penyempurnaan dalam rumusan yang

lebih presentatif serta dilengkapi dengan pembuatan indeks, b) Penulisan al-

Qur’an Braille (standar) untuk juz berikutnya (XI-XXX) perlu dilanjutkan, c)

Membentuk tim penyusun al-Qur’an Braille dari unsur Lajnah, Yaketunis, dan

Lembaga Pendidikan dan Rehabilitasi Tunanetra Wyata Guna, d) Tim

menyempurnakan pedoman penulisan al-Qur’an Braille dan Penyusunan sejarah

dan perkembangan al-Qur’an Braille di Indonesia. 29

Muker V, Jakarta (5-6 Maret 1979/ 6-7 Rabiul Akhir 1399 H), pada Muker

ini disepakati tiga keputusan penting, yaitu a) Perkembangan terkait al-Qur’an

Braille. b) Pembahasan masalah tanda waqaf. c) Persoalan terjemah al-Qur’an. 30

Muker VI, Ciawi, Bogor (5-7 Januari 1980 M/ 16-18 Safar 1400 H), pada

Muker ini menyepakati dua keputusan penting, yakni a) Penyempurnaan tanda

waqaf. b) Hasil Penulisan al-Qur’an Braille. 31

Muker VII, Ciawi, Bogor (12-14 Januari 1981 M/ 5-7 Rabiul Awal 1401

H), Muker ini disepakati dua kesepakatan penting, yakni a) Perbaikan tulisan rasm

29

Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Sejarah Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar

Indonesia, h. 25. 30

Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Sejarah Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar

Indonesia, h. 25-26. 31

Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Sejarah Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar

Indonesia, h. 26.

Page 49: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

32

usamani dan tanda baca pada al-Qur’an. b) Penyeragaman tulisan al-Qur’an

Braile.32

Muker VIII, Tugu, Bogor (22-24 Februari 1982 M/ 27-29 Rabiul Akhir

1402 H), dalam Muker ini disepakati dua keputusan penting, yakni: a) Menyetujui

draf pedoman penulisan al-Qur’an Braille sebagai pedoman penulisan al-Qur’an

Braille Standar. b) Menyempurnakan tanda-tanda baca dan dan cara penulisan Juz

1-30 al-Qur’an Braille sebagai dasar penulisan al-Qur’an Braille Standar. 33

Muker IX, Jakarta (18-20 Februari 1983 M/ 5-7 Jumadil Awal 1403 H),

dalam Muker ini menyepakati tiga keputusan penting, yakni: a) Menyetujui hasil

penulisan al-Qur’an Standar Usmani sebagai al-Qur’an Standar Indonesia. c)

Menugaskan Lajnah untuk meneliti dan mentashih secara cermat draf al-Qur’an

Standar Usmani untuk diterbitkan dan diluncurkan pada Muker X tahun 1984. c)

Melanjutkan penulisan al-Qur’an Bahriah sebagai al-Qur’an Standar bagi para

hufaz. 34

Dari rangkaian Muker Ulama inilah akhirnya umat muslim Indonesia

memiliki Mushaf al-Qur’an tersendiri yang telah disesuaikan dengan pemahaman

dan pengetahuan kebanyakan dari umat muslim di Indonesia.35

32

Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Sejarah Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar

Indonesia, h. 27. 33

Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Sejarah Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar

Indonesia, h. 27-28. 34

Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Sejarah Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar

Indonesia, h. 28. 35

Eva Nugraha, “Konsep al-Nabī al-Ummī dan Implikasinya pada Penulisan Rasm,”

Jurnal-Refleksi, vol. 13, no. 2 (April 2012): h. 37.

Page 50: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

33

4. Ciri-Ciri Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia

a. Ciri Fisik Mushaf

Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia yang penulis teliti adalah Mushaf al-

Qur’an al-Karīm Penerbit Fa. Menara Kudus yang telah ditashih atau diteliti pada

tanggal 16 Mei 1974 M/ 23 Rabi’ul Akhir 1394 H. Mushaf ini bervolume 30 juz,

114 surat, dan 6.236 ayat.36

Satu juz berisi 10 lembar atau sama dengan 20

halaman bolak-balik.

Panjang mushaf yakni 15 cm, lebar 12 cm dan tebal 3 cm. Warna cover

(sampul) mushaf ini yaitu kuning emas dan memiliki sampul tebal. Tulisan yang

terdapat pada cover mushaf yaitu nama mushaf dan penerbit mushaf. Adapun

kertas yang digunakan kertas HVS berwarna putih.

Al-Qur’an ini merupakan al-Qur’an pojok, artinya pada setiap ayat tidak

ada yang terpotong kehalaman lain. Pojok awal kanan atas sebagai awal ayat, dan

pojok akhir kiri bawah sebagai akhir ayat. Hal ini salah satu cara untuk

36

Para Imam Qurra’ berbeda pendapat dalam mengitung jumlah ayat al-Qur’an. Terdapat

tujuh mazhab yang terkenal mengenai perhitungan jumlah ayat al-Qur’an, yaitu 1) al-Madanī al-

Awwal menyebutkan sebanyak 6217 atau 6214 ayat. 2) al-Madanī al-Akhir menyebutkan

sebanyak 6214 ayat. 3) Ahl Makkah menyebutkan 6210 ayat. 4) Ahl Basrah menghitungnya

sebanyak 6204 ayat. 5) Ahl Damaskus berpendapat sebanyak 6227 atau 6226 ayat. 6) al-Humushi

berpendapat sebanyak 6232 ayat. 7) Ahl Kufah menyebutkan 6236 ayat. Mushaf al-Qur’an yang

diterbitkan di Indonesia jumlah ayat al-Qur’an sebanyak 6236 ayat. Mushaf Standar Indonesia

mengikuti hitugan Kufiy, yaitu Imam ‘Asim (127/ 744), Imam Hamzah (156/ 772), Imam al-Kisa’i

(189/ 804), Khalaf al-Asyir (229/ 843), dan al-A’masy (148/ 765).

http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/nuansa/article/download/20/20 diakses pada

tanggal 21 Desember, pukul 13.20 WIB. Lalu bagaimana dengan jumlah 6666 ayat? Angka ini

berasal dari keterangan Syekh Nawawi al-Bantani (w. 1316 H/ 1987 M) dalam kitabnya Nihatuz-

Zain fI Irsyadil-Mabtadīn. Menurut al-Bantani, bilangan ayat al-Qur’an ini 6666 ayat, yaitu 1000

ayat di dalamnya tentang perintah, 1000 ayat tentang larangan, 1000 ayat tentang janji, 1000 ayat

tentang ancaman, 1000 ayat tentang kisah-kisah dan kabar-kabar, 1000 ayat tentang ‘ibrah dan

tansil, 500 ayat tentang halal dan haram, 100 ayat tentang nasikh dan mansukh, dan 66 ayat tentang

doa, istigfar dan dzikir. Penulisan MSI Rasm Usmani, persentasi pada pelatihan “Pentashihan al-

Qur’an” yang diselengarakan oleh Fakultas Ushuluddin Jurusan Ilmu al-Qur’an dan tafsir dan

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an Kementerian Agama, pada hari Jumat 9 Maret 2018 di

Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta.

Page 51: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

34

memudahkan bagi para pembaca dan penghafal al-Qur’an. Dan memilki 15 baris

setiap halaman.

b. Penulisan Rasm

Pada dasarnya penulisan al-Qur’an MSI mengacu pada al-Qur’an terbitan

Depag tahun 1960. Penulisan ini mengkaji tentang beberapa hal, seperti rasm,

tanda baca, dan lain-lain, hingga akhirnya menghasilkan mushaf standar

Indonesia.37

“Terkait rasm, hampir semua teks dalam Mushaf al-Qur’an Standar

Usmani mengacu pada kaidah rasm usmani sebagaimana yang tertulis dalam kitab

al-Itqān fī ‘Ulūm al-Qur’ān karya al-Suyūṭī (w. 991 H). Sebagai catatan, pilihan

rasm dalam mushaf ini tidak melalui tarjīḥ al-riwāyāt sehingga dalam satu tempat

terkadang berkesesuaian dengan mazhab Abū ‘Amr al-Dānī (w. 448 H)38

dan di

tempat lain dengan Abū Dāwūd Sulaimān bin Najāḥ (w. 496 H)39

....” bahkan

terkadang tidak mengacu pada keduanya.40

Sebagaimana pada tabel dibawah;

37

Zainal Arifin, “Mengenal Mushaf Standar Indonesia,” Jurnal Ṣuḥuf, h. 8. 38

Nama lengkapnya adalah Uṡmān Sa‘īd bin Uṡmān bin Sa‘īd bin ‘Umar al-Imām al-Ḥāfẓ

Abū ‘Amr. Pada masanya dikenal dengan nama Ibnu al-Ṣairafi, namun pada masa al-Ẓahabī (w.

748 H) lebih terkenal dengan nama Abū ‘Amr al-Dānī. Menurut al-Ẓahabī mengutip pendapat

Ibnu Bashwal menyebutkan, al-Dānī dikenal sebagai seorang pakar lintas disiplin ilmu; qira’āt al-

Qur’an baik dari aspek ṭariq (bacaan al-Qur’an yang disandarkan pada imam di bawah tingkat

perawi) maupun riwayat (bacaan al-Qur’an yang disandarkan pada imam qira’at murid dari imam

qira’at). Al-Dānī merupakan tokoh yang produktif. Banyak karyanya dalam disiplin ilmu

keislamaan yang sempat tercatat. Baik yang tercetak maupun tinggal riwayat. Diantara karyanya

yang terkenal dalam disiplin ilmu penulisan al-Qur’an adalah al-Muqni’ fī Ma’rifati Maṣāḥif ahl

al-Amṣār. Lihat Zainal Arifin, Perbedaan Rasm Usmani:Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dan

Mushaf Madinah Saudi Arabia dalam Perspektif al-Dānī dan Abū Dawūd (Jakarta: Azzamedia,

2018), h. 82-83. 39

Nama lengkapnya adalah Sulaimān bin Najāh Abī al-Qāsim al-Umawī, ayahnya

merupakan mantan budak Khalifah al-Muayyad billah ibn al-Mustanṣir al-Andalūsī (Spanyol).

Tidak banyak riwayat yang menjelaskan tentang biografi murid al-Dānī ini, menurut Ibn Bashwāl,

Abū Dāwud merupakan salah satu muqri’ kenamaan yang dikenal mumpuni dalam ilmu qira’at

dan ṭariq- ṭariq-nya dan dikenal ṣīqah. Diantara karyanya adalah al-Bayān al-Jāmi’ li ‘Ulūm al-

Page 52: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

35

Tabel 2.1 Beberapa Penulisan Rasm dalam MSI

No. Surah/Ayat al-Dānī Abū Dāwūd Standar Usmani

1. Qs. al-Fatihah: 4

Sesuai al-Dānī

dan Abū Dāwūd

2. Qs. al-Baqarah/2: 7

al-Dānī

3. Qs. al-Baqarah/2: 167

Abū Dāwūd

4. Qs. al-Baqarah/2: 158

Tidak

mengikuti

keduanya

c. Penulisan Harakat41

Dalam al-Qur’an Standar Indonesia, penulisan harakat dilakukan secara

penuh. Artinya, seiap huruf yang berbunyi diberi harakat sesuai dengan bunyinya,

termasuk harakat sukun untuk mad ṭabi’i. Adapun harakat-harakat yang

digunakan adalah fathah, kasrah, ḍammah, fathatain, kasratain, dammatain.

Penggunaan harakat fathah, kasrah, dan ḍammah ditulis sebagaimana mestinya

tanpa ada perubahan. Sedangkan penulisan harakat tanwin menggunakan lambang

yang sama (di tulis ganda dengan posisi sejajar) untuk semua huruf tanpa melihat

hukum tajwid yang akan mempengaruhinya. Artinya dalam penulisan MASU

Indonesia harakat tanwin tidak mengalami perubahan bentuk dalam keadaan

Qur’an dan al-Tabyīn li Hija’ al-Tanzīl dalam bidang rasm usmani, meninggal di Valencia pada

tanggal 16 Ramadhan 496 H/ 1102 M. Lihat Zainal Arifin, Perbedaan Rasm Usmani, h. 84-85. 40

Model penulisan mushaf yang secara konsisten mengacu pada salah satu mazhab ini di

antaranya Mushaf Madinah yang mengikuti mazhab Abū Dāwūd dan Mushaf al-Jamahiriyah

Libya yang mengikuti mazhab Abū ‘Amar al-Dānī. Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI,

Sejarah Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia, h. 12. 41

Mazmur Sya’roni, “Prinsip-prinsip Penulisan dalm al-Qur’an Standar Indonesia,”

Jurnal Lektur Keagamaan, vol. 5, no. 1 (2007): h. 130-133. Dan lihat Atifah Thoharoh, “Mushaf

Standar Indonesia dan Mushaf Madinah,” (S1 Fakultas Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam

Negeri Tulungagung, 2017), h. 99-100.

Page 53: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

36

bagaimanapun. Hal ini berbeda dengan mushaf al-Qur’an cetakan Saudi Arabia

misalkan, harakat tanwin mengalami perubahan bentuk dalam keadaan

bagaimanapun menyesuaikan pada hukum-hukum tajwid yang mempengaruhinya.

Selain harakat-harakat tersebut, terdapat dua harakat lagi yang lazim

ditemui pada Mushaf Indonesia, yaitu harakat ḍammah terbalik dan fathah berdiri.

Hukum penempatan ḍammah terbalik terdapat pada “ha dhamir” atau pada kata-

kata tertentu pada mad tabi’i yang tidak menggunakan waw sukun. Contohnya,

. Adapun harakat fathah, kasrah berdiri, selain terdapat pada “ha dhamir” juga

terdapat pada huruf-huruf yang dibaca panjang mad tabi’i yang tidak menggunkan

alif atau ya’ sukun. Contohnya , . Khusus mengenai “ha dhamir” dibaca

panjang baik ketika berharakat ḍammah maupun kasrah (menggunakan harakat

ḍammah terbalik dan kasrah berdiri). Hal ini berlaku apabila:

a) Sebelumnya tidak berharkat sukun

b) Sebelumnya tidak dibaca panjang (mad)

Contohnya: 42

d. Penulisan alif qata’ dan alif waṣl43

Dalam Mushaf al-Qur’an Standar alif qata’ tidak dibedakan dengan alif

waṣl. Hukum penulisan keduanya adalah dengan menuliskan huruf alif saja tanpa

ada tambahan-tambahan lain, seperti penambahan hamzah diatas atau dibawah

42

QS. al-Baqarah/2: 64. ن اخلسرينثم ت وليتمم نتمم م م ورحتمه لكم من ب عد ذلك فضلم اهلل عليكم 43

Mazmur Sya’roni, “Prinsip-prinsip Penulisan dalm al-Qur’an Standar Indonesia,”

Jurnal Lektur Keagamaan, h. 136-137. Dan lihat Atifah Thoharoh, “Mushaf Standar Indonesia dan

Mushaf Madinah,” (S1 Fakultas Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung,

2017), h. 101.

Page 54: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

37

alif, untuk alif qata’ atau penambahan huruf ṣad ( ص ) diatas alif untuk alif waṣl.

Adapun untuk membedakan keduannya adalah dengan memberinya harakat atau

sebaliknya. Alif qata’ sealalu berharkat sesuai dengan bacaanya, sedangkan alif

waṣl hanya dibubuhi harkat ketika berada di awal ayat dan waqaf tam atau di

tengah ayat setelah waqaf tam.

e. Penulisan Hamzah44

Penulisan hamzah pada dasarnya ditempatkan pada tempat atau huruf yang

sesuai dengan bunyinya, kecuali pada tempat-tempat tertentu yang menurut

kaidah rasm tidak menuruti kaidah tersebut, apabila:

1) Hamzah berharkat fathah atau selalu sukun dan sebelumnya berharkat

fathah, maka hamzah tersebut diletakkan diatas alif.

2) Hamzah berharkat kasrah, sukun, dan huruf-huruf sebelumnya berharkat

kasrah, maka hamzah tersebut diletakkan diatas nabrah ya’ tanpa titik.

3) Hamzah berharkat ḍammah, sukun, dan huruf sebelumnya berharkat

ḍammah, maka hamzah tersebut diletakkan diatas waw.

f. Nun Silah (nun waṣl) 45

Nun silah adalah nun kecil yang diletakkan dibawah alif waṣl, yang

berfungsi untuk menyambungkan bunyi nun sukun pada harakat tanwin dengan

harkat sukun pada kata sesudahnya.

44

Mazmur Sya’roni, “Prinsip-prinsip Penulisan dalm al-Qur’an Standar Indonesia,”

Jurnal Lektur Keagamaan, h. 127 – 149. Dan lihat Atifah Thoharoh, “Mushaf Standar Indonesia

dan Mushaf Madinah,” (S1 Fakultas Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri

Tulungagung, 2017), h. 101-102. 45

Mazmur Sya’roni, “Prinsip-prinsip Penulisan dalm al-Qur’an Standar Indonesia,”

Jurnal Lektur Keagamaan, h. 140. Dan lihat Atifah Thoharoh, “Mushaf Standar Indonesia dan

Mushaf Madinah,” (S1 Fakultas Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung,

2017), h. 102.

Page 55: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

38

g. Ṣifr (bulatan) 46

Ṣifr adalah tanda berbentuk bulatan yang diletakkan diatas alif za’idah.

Bentuk alif ṣifr ada dua macam, yaitu ṣifr mustadir (ṣifr bulatan) dan ṣifr mustatir

(ṣifr lonjong). Ṣifr mustadir diletakkan diatas alif za’idah yang tidak berpengaruh

terhadap bacaan, baik ketika waṣl maupun ketika waqaf. Sedangkan ṣifr mustatir

diletakkan diatas alif za’idah yang berpengaruh terhadap bacaan ketika waqaf.

h. Tanda-tanda Waqaf 47

Didalam Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia waqaf yang ditetapkan

berperan dalam penulisan mushaf ada enam, yaitu ال, صلى, قلى, ج, م , ...- ... . Semua

tanda waqaftersebut berpengruh pada pemberian harkat dan tanda-tanda tajwid

pada huruf-huruf yang sebelum atau sesudahnya. Adapun ke-6 tersebut antara lain

dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian, antara lain:

قلى, ج, م (1 tanda-tanda ini berpengaruh pada pemberiian harakat atau

tanda-tanada tajwid berikut ini:

a) Alif Waṣl

Setiap alif waṣl setelah tanda-tanda waqaf tam (berhenti dengan

sempurna), diberi harakat fathah. Karena setiap pembaca yang berhenti

pada tanda waqaf tersebut, boleh melanjutkan bacaanya dengan ayat

46

Mazmur Sya’roni, “Prinsip-prinsip Penulisan dalm al-Qur’an Standar Indonesia,”

Jurnal Lektur Keagamaan, h. 141. Dan lihat Atifah Thoharoh, “Mushaf Standar Indonesia dan

Mushaf Madinah,” (S1 Fakultas Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung,

2017), h. 102. 47

Mazmur Sya’roni, “Prinsip-prinsip Penulisan dalm al-Qur’an Standar Indonesia,”

Jurnal Lektur Keagamaan, h. 142-145. Dan lihat Atifah Thoharoh, “Mushaf Standar Indonesia dan

Mushaf Madinah,” (S1 Fakultas Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung,

2017), h. 102-103.

Page 56: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

39

selanjutnya tanpa harus mengulang lagi kebelakang. Maka, untuk

membantu memudahkan pembaca, alif yang terdapat setelah tanda

waqaf tersebut dibubuhi tanda fathah.

b) Tanda-tanda tajwid

Huruf-hururf yang mengandung hukum tajwid, yang berada

setelah atau sebelum tanda waqaf tersebut, maka tidak dicantumkan

tanda-tanda tajwidnya.

ال, صلى (2

a) Alif Waṣl

yang terletak setelah tanda waqaf ال, صلى (ghairu tam), maka

tidak diberi harakat. Karena pada hakikatnya pembaca tidak

diperkenankan untuk berhenti pada tanda waqaf tersebut. Alif waṣl yang

terletak setelah tanda waqaf tersebut tidak dibubuhi harakat untuk

mendorong pembaca agar tidak berhenti di tempat tersebut.

b) Tanda-tanda tajwid

Huruf-huruf yang mengandung hukum-hukum tajwid, yang

berada setelah atau sebelum tanda waqaf tersebut, maka dicantumkan

tanda-tanda tajwidnya.

3) Tanda Waqaf Mu’annaqah (؞ - ؞)48

48

Mazmur Sya’roni, “Prinsip-prinsip Penulisan dalm al-Qur’an Standar Indonesia,”

Jurnal Lektur Keagamaan, h. 127 – 149. Dan lihat Atifah Thoharoh, “Mushaf Standar Indonesia

dan Mushaf Madinah,” (S1 Fakultas Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri

Tulungagung, 2017), h. 104.

Page 57: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

40

Adalah suatu tanda waqaf diamana pembaca hanya dibolehkan

berhenti pada salah satu dari kedua tanda tersebut. Selain itu, pembaca juga

boleh tidak berhenti sama sekali pada kedua tanda tersebut. Hukum pada

tanda waqaf ini berbeda dari dua tanda waqaf sebelumnya. Pada tanda

waqaf ini, alif waṣl tidak diberi harakat, dan semua bacaan yang

mengandung hukum-hukum tajwid tidak dicantumkan tanda-tanda

tajwidnya.

5. Landasan Penulisan Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia

Dalam penulisan Mushaf al-Qur’an Standar digunakan berbagai kitab

rujukan, diantaranya49

:

a. al-Itqān fī ‘Ulūm al-Qur’ān, Jalaluddīn al-Suyūṭī, Beirut: Dār al-Fikr,

tahun 1977.

b. Laṭa’if al-Bayān fī Rasm al-Qur’ān, Muhammad Ahmad Abu Zitihar,

Mesir, Muhammad Ali Ṣubaih wa Auladih, t.t.

c. Manahil al-‘Irfan, Muhamad Abdul ‘Ażim al-Zarqani, Mesir, Isa al-Babi

al-Halabi, Juz I, t.t.

d. Jami’ul Bayan fī Ma’rifat Rasm al-Qur’ān, Sayyid Adli Ismail Handawi,

Riyadh, Darul Furqan, tahun 1410 H.

e. Mushaf al-Qur’an terbitan tahun 1960.

f. Mushaf al-Qur’an (Ayat-ayat pojok) terbitan Menara Kudus.

g. Mushaf al-Qur’an terbitan Mesir, Saudia Arabia, Pakistan dan Bombay.

49

E. Badri Yunardi, “Sejarah Lahirnya Mushaf Standar Indonesia,” Jurnal Lektur, h. 295.

Page 58: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

41

Gambaran secara umum MASU Indonesia terbitan Menara Kudus

Page 59: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

42

B. Mushaf Madinah

1. Defenisi Mushaf Madinah

“Mushaf Madinah adalah mushaf al-Qur’an yang diterbitkan secara resmi

oleh Mujamma’ al-Malik al-Fadl pada tahun 1982 dan atas inisiasi Raja Fahd bin

‘Abd al-‘Azīz Āli Su‘ūd setelah mendirikan Mujamma’....”50

Dalam konteks permushafan al-Qur’an modern, MM menjadi salah satu

mushaf al-Qur’an yang cukup mendominasi di dunia Islam. Sejauh ini belum ada

satupun negara dengan penghasilan percetakan mushafnya melebihi kemampuan

lembaga percetakan al-Qur’an di Saudi Arabia. Selain MM, terdapat beberapa

mushaf yang mengacu sumber yang sama, seperti mushaf-mushaf yang

diterbitkan oleh; al-Qāhirah, Oman, dan Kuwait, namun peredarannya tidak

semasif MM.51

2. Latar Belakang Penulisan Mushaf Madinah

Muhshaf ini adalah produk kontemporer (mu‘ṣir) yang baru dibentuk pada

tahun 1982 oleh pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, Raja Fahd bin ‘Abdul ‘Azīz

al-Su’ud. Pada tahun-tahun sebelumnya, mushaf yang berkembang di Saudi

Arabia adalah model Bahriyah Turki. Ide penyalinan awal mushaf ini,

berdasarkan surat perintah Raja Saudi No. 1540/ 8 yang meminta Mujamma’

Khādim al-Ḥaramain al-Sharīfain al-Malik al-Fahd li al-Ṭibā‘ah al-Muṣḥaf agar

dapat mencetak mushaf al-Qur’an. Demikian pula, penamaan hasil riset Lajnah

50

Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, h. 110. 51

Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, h. 111.

Page 60: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

43

Muraja’ah Mushaf Madinah al-Nabawiyah (semacam lajnah Pentashihan Mushaf

al-Qur’an) dengan nama “Mushaf al-Madīnah al-Nabawiyah”.52

Sejarah singkat MM dapat dilihat dari upaya Raja Saudi pasca pendirian

Mujamma’ Malik Fahd pada tahun 1982, yang berkeinginan dapat mencetak dan

menertbitkan mushaf al-Qur’an secara mandiri. Upaya ini kemudian dilanjutkan

oleh Kementerian Haji dan Waqaf dan Direktur Mujamma’ Malik Fahd dengan

melakukan MoU antara Rektor Universitas Islam Madinah dan sekjen Mujamma’.

Setelah diterbitkan SK. Rektor Universitas Madinah No. 799 pada tanggal 20/ 04/

1404 H/ 1983 M. terkait tim Lajnah yang akan bertugas. Tim ini diketahui oleh

Dekan Kulliyat al-Qur’ān al-Karīm wa al-Dirāasah al-Islāmiyah (Fakultas al-

Qur’an dan Studi Keislaman) Universitas Islam Madinah, yang waktu itu dijabat

oleh ‘Abd al-‘Aziz bin ‘Abd al-Faṭṭāḥ al-Qāri’ ini akhirnya dapat merampungkan

tugasnya setahun kemudian, tepatnya pada bulan Jumada al-‘Ulā tahun 1405 H/

1984 M. dan dicetak perdana pada tanggal 3 Ramadhan di tahun yang sama.53

Proses penyusunan MM boleh dikatakan sangatlah singkat, berbeda

dengan penyusunan MSI yang membutuhkan 9 kali sidang Muker, Mushaf

52

Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, h. 111. 53

Muṣḥaf Madīnah al-Nabawiyyah, bab Qarar al-Lajnah, Madinah: Mujamma’ Malik

Fahd li al-Ṭibā‘h al-Muṣḥaf, 1405 H/ 1944 M, h. Lam-mim. Lihat Zainal Arifin Madzkur,

Perbedaan Rasm Usmani, h. 113. Bandingkan dengan tulisan Ahmad Baha’ bin Mokhtar

memaparkan bahwa Mushaf Madinah yang terkenal saat ini, pertama kali ditulis oleh seorang

penulis mushaf yang terkenal di dunia, yaitu Abu Marwan ‘Usman bin ‘Abduh bin Husain bin

Taha. Beliau terkenal dengan nama ‘Usman Taha, ia lahir pada tahun 1934 di Halb, Syria. Beliau

telah dilantik menjadi penulis mushaf di Mujamma’ pada tahun 1988. Sebelumnya ia pernah

menulis mushaf yang pertama di Kemeterian Waqaf Syria pada tahun 1970, tulisan mushaf

tersebut diambil dari empat riwayat yaitu riwayat Hafs, Warsy, al-Duri dan Qalun. Jenis khat yang

digunakan oleh ‘Usman Taha dalam penulisan mushaf Madinah riwayat Hafs dikenal dengan khat

Naskh. Khat ini mulai diperkenalkan oleh al-wazir ibn Muqlah (w. 328 H). Kemudian diperbaiki

oleh Hamad Allah al-Amasi dariTurki dan beberapa orang pakar khat Turki seperti Mustafa

Afandi yang datang pasca Hamad Allah al-Amasi. Lihat Ahmad Baha’ bin Mokhtar, “Hadhf dan

Ithbat al-Alif dalam Ilmu Rasm Usmani Kajian terhadap Tiga Mushaf Terpilih,” (Tesis Jurusan al-

Qur’an dan Hadis, Akdemi Pengajian Islam Universitas Malaya: Kuala Lumpur, 2015), h. 68.

Page 61: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

44

Madinah hanya membutuhkan waktu satu tahun. Melihat singkatnya waktu

penyusunannya, besar kemungkinan tim penyusun mushaf ini melakukan

reproduksi “salinan” dari Mushaf edisi Mesir 1923 M atau yang lebih sering

disebut mushaf edisi Raja Fuad I.54

3. Lahirnya Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an Madinah

Percetakan Mushaf Madinah dikenal sebagai Mujamma’ al-Malik Fahd.

Mujamma’ adalah sebuah kompleks percetaan mushaf yang terbesar di dunia,

yang terleta di Barat Laut kota Madinah, Arab Saudi, yang bertugas mencetak al-

Qur’an dan terjemahannya ke dalam berbagai bahasa. Percetakan ini merupakan

salah satu upaya pemerintah Arab Saudi untuk membantu agama Islam dan kaum

muslim di seluruh dunia. Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa upaya

percetakan ini bukanlah merupakan sebuah proyek, melainkan murni sebagai

bentuk pengabdian kepada umat.55

Komplek Percetakan al-Qur’an Raja Fahd berada dibawah naungan

Kementerian Urusan Islam, Waqaf, Dakwah dan Bimbingan Arab Saudi. Raja

Fahd bin ‘Abdul ‘Aziz meletakkan batu pertama pembangunan komplek

Mujamma’ tepatnya pada 16 Muharram 1403 H atau 2 November 1982, dan

membuka secara resmi pada 06 Safar 1405 h atau 30 Oktober 1984. Mujamma’

telah memproduksi rata-rata 10 juta salinan mushaf al-Qur’an setiap tahunnya,

dan mendistribusikan mushaf tersebut keseluruh benua. Selain mencetak mushaf

al-Qur’an, pada saat yang sama juga mencetak lebih dari 160 terjemah sejumlah

54

Adanya pertanyaan mengapa MM mengadopsi mushaf al-Qur’an edisi Mesir 1923 M?,

adapun menurut Subḥī al-Ṣālih mushaf edisi Mesir merupakan mushaf pertama yang dapat

diterima keberadaanya oleh mayoritas negara-negara Muslim. Lihat Arifin Madzkur, Perbedaan

Rasm Usmani, h. 114. 55

Atifah Thoharoh, “Mushaf Madinah dan Mushaf Standar Indonesia,” h. 119.

Page 62: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

45

193 juta copy. Tidak hanya itu, komplek Mujamma’ juga terdapat studi dan

penelitian yang berkelanjutan untuk membantu percetakan al-Qur’an dan hadis

serta mengupayakan untuk terus menggunakan teknik percetakan yang paling

moderen. Seiring perkembangannya, usaha percetakan ini selalu mengalami

peningkatan setiap tahunnya.56

4. Ciri-ciri Mushaf Madinah

Mushaf Madinah dikatakan dalam pengantar penerbit Mujamma’ Malik

Fahd sebagi mushaf berasm Usmani sebagaimana rentetan jalur sanad hingga

sampai kepada perawi akhir. Maka dapat dikatakan ini sebagai mushaf berstandar

Usmani yang didaulat di wilayah Madinah. Adapun secara umum, ciri-ciri Mushaf

Madinah antara lain:

1. Ciri fisik mushaf

Mushaf Madinah yang penulis teliti adalah Mushaf al-Qur’an a-Karīm

penerbit Mujamma’ al-Malik al-Fahd pada tahun 1439 H. Mushaf ini bervolume

30 juz, 114 surat, dan 6.236 ayat. (Bilangan ini diambil dari riwayat Abū ‘Abd al-

Raḥman ‘Abd al-Allah bin Habib al-Sulami dari ‘Ali bin Abī Ṭālib).57

Panjang mushaf yakni 21.5 cm, lebar 14 cm dan tebal 2.5 cm. Warna

cover (sampul) mushaf ini yaitu hijau tua dan memiliki sampul tebal. Tulisan

yang terdapat pada cover mushaf yaitu nama mushaf dan penerbit mushaf.

Adapun kertas yang digunakan kertas HVS berwarna putih.

56

Atifah Thoharoh, “Mushaf Madinah dan Mushaf Standar Indonesia,” h. 120. 57

Mushaf Madinah terbitan Mujamma’ Malik Fahd, tahun 1439 H

Page 63: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

46

Satu juz berisi 10 lembar atau sama dengan 20 halaman bolak-balik,

kecuali ada satu juz yang berjumlah 21 halaman yakni pada juz 30 yang

berjumlah 23 halaman.

Al-Qur’an Madinah ini merupakan al-Qur’an pojok, artinya pada setiap

ayat tidak ada yang terpotong kehalaman lain. Pojok awal kanan atas sebagai awal

ayat, dan pojok akhir kiri bawah sebagai akhir ayat. Hal ini salah satu cara untuk

memudahkan bagi para pembaca dan penghafal al-Qur’an.

2. Penulisan hamzah Qata’

Hamzah Khata’ adalah hamzah yang selalu dibaca, baik di awal, di tengah

maupun di akhir kata atau kalimat. Contoh: . Penulisan hamzah selalu

dibubuhkan dimanapun posisinya. Baik ia sebagai fathah, kasrah, maupun

ḍammah.58

3. Penulisan hamzah waṣl59

Hamzah waṣl adalah hamzah yang kondisional, artinya ia boleh dibaca

juga boleh tidak dibaca. Pada mushaf ini, berlaku kaidah tidak dianjurkan

membaca jika hamzah tersebut berada ditengah. Namun, jika keberadaannya di

awal ayat, maka dianjurkan untuk membacanya. Contoh: .

Pada awal ayat diatas alif terdapat potongan kepala ص, yang berarti

berlaku hukum waṣl. Hal ini diartikan sebagai perintah, jadi posisinya ia tetap

58Maftuh Basthul Birri, Mari Memaknai al-Qur’an Rasm Usmani (RU): Kajian Tulisan

al-Qur’an dan Pembangkit Generasinya (Kediri: Madrasah Murottilil Qur’anil Karim Pon. Pes.

Lirboyo Kediri, 2009), h. 108. Atifah Thoharoh, “Mushaf Madinah dan Mushaf Standar

Indonesia,” h. 120. 59

Atifah Thoharoh, “Mushaf Madinah dan Mushaf Standar Indonesia,” h. 121.

Page 64: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

47

harus dibaca. Namun, apabila ia berada di tengah, maka lebih baik tidak dibaca.

Adapun apabila posisinya di tengah alif tidaklah bersimbol potongan kepala ص,

melainkan berdiri sendiri tanpa simbol.

4. Penulisan lafaz Allah

Dalam mushaf Madinah, penulisan lafadh ditulis dengan menggunakan

fathah biasa, bukan fathah berdiri.

5. Penulisan huruf ya’ ganda60

Dalam mushaf al-Qur’an, penulisan ya’ berganda memiliki perbedaan

antara mushaf satu dengan yang lainnya. Adapun dalam Mushaf Madinah,

penulisan ya’ berganda seperti dalam QS. al-Qiyamah: 40 ئى ya’ kedua pada , يم

kata tersebut ditulis kecil dengan litekkan diatas diantara dua ya’, karena terdapat

dua ya’ berhimpitan yang berharakat hidup, maka ya’ yang depan dikecilkan, dan

ya’ belakang tetap pada posisinya.

6. Huruf mad 61

Penulisan huruf mad pada Mushaf Madinah ditulis polos tanpa dibubuhi

tanda harakat sukun. Contoh: تعملمون. Kaidah ini akan berbeda pula penerapannya

jika huruf mad yang dimaksudkan tersebut menghasilkan bunyi, seperti pada kata

Huruf mad (waw sukun) pada huruf tersebut dibubuhi sukun, cara .ويوم

membacanya yakni dengan menambahkan huruf “w” pada saat memantulkan waw

sukunnya.

60

Atifah Thoharoh, “Mushaf Madinah dan Mushaf Standar Indonesia,” h. 125. 61

Atifah Thoharoh, “Mushaf Madinah dan Mushaf Standar Indonesia,” h. 125.

Page 65: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

48

7. Penulisan fathah berdiri 62

Dalam Mushaf Madinah penulisan fathah berdiri berimplikasi pada

panjang pendeknya pembacaan. Versi ini dalam Mushaf Madinah berlaku satu

ketukan, adapun pada mushaf Indonesia berlaku pembacaan dua ketukan.

Contoh:

8. Penulisan tanda sukun 63

Penambahan tanda sukun pada Mushaf Madinah tidak berlaku pada

semua huruf mati. Huruf mati yang diberi sukun hanya huruf yang terbaca iżhar

(jelas). Adapun jika dibaca idgham sempurna, maka harus dikosongkan dari

penambahan sukun dan huruf berikutnya harus dibaca tasydid. Berbeda pula

pada hukum bacaan ikhfa’, huruf yang mati tetap tidak disukunkan. Tetapi huruf

setelahnya juga tidak ditambahi tanda tasydid.

9. Tanda Waqaf 64

Berdasarkan rekomendasi lembaga Lajnah al-‘Alamiyah Madinah al-

Nabawiyah, Mushaf Madinah memiliki lima rumusan tanda waqaf. Adapun

tanda waqaf tersebut, antara lain: صلى, قلى, ج, م ,. :- :.

Rumus yang digunakan untuk waqaf lazim = م

Rumus waqaf jaiz = قلى /ج

62

Atifah Thoharoh, “Mushaf Madinah dan Mushaf Standar Indonesia,” h. 125. 63

Atifah Thoharoh, “Mushaf Madinah dan Mushaf Standar Indonesia,” h. 126. 64

Atifah Thoharoh, “Mushaf Madinah dan Mushaf Standar Indonesia,” h. 126.

Page 66: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

49

. :- :. = Rumus untuk menunjukkan tempat waqaf pada salah satu tanda. Jika

berhenti pada tanda waqaf awal, maka untuk tanda waqaf (titik tiga)

berikutnya berlaku hukum waṣl.

5. Landasan Penulisan Mushaf Madinah

Adapun penulisan rasm Mushaf Madinah lebih merujuk pada kitab-kitab

induk yang masyhur, diantaranya65

:

a. al-Muqni’ fī Ma’rifah Marsum Masahif Ahl al-Amsar karya Abu ‘Amru

‘Usman Ibn Sa‘id al-Dani

b. Mukhtasar al-Tabyin fī Hija’ a;-Tanzil karya Abu Dawud bin Sulaiman

bin Najah.

c. al-Muḥkam fī Nuqṭ al-Maṣāḥif karyaa Abu ‘Amru ‘Usman Ibn Sa‘id al-

Dani.

d. al-Ṭirāz ‘Alā Ḍabṭ karya Imam al-Tanasi.

e. Laṭa’if al-Bayān fī Rasm al-Qur’an.

65

Atifah Thoharoh, “Mushaf Madinah dan Mushaf Standar Indonesia,” h. 128.

Page 67: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

50

Gambaran secara umum Mushaf Madinah Saudi Arabia terbitan Mujamma’

Malik Khādim al-Ḥaramain al-syarīfaini al-Malik al-Fahd

Page 68: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

51

BAB III

PERKEMBANGAN RASM ‘UṠMĀNI

A. Perkembangan Rasm ‘Uṡmāni

1. Defenisi Rasm ‘Uṡmāni

Rasm berasal dari kata rasama, yarsamu, yang berarti menggambar atau

melukis. Adapun istilah rasm dalam ‘ulūm al-Qur’ān diartikan sebagai pola

penulisan al-Qur’an yang digunakan ‘Uṡmān dan para sahabatnya ketika menulis

dan membukukan al-Qur’an.1

Zainal Arifin Madzkur dalam jurnalnya mengungkapkan definisi rasm

secara etimologi, rasm berarti األثر yang bermakna bekas, peninggalan. Dalam

bahasa Arab rasm memiliki beberapa sinonim, seperti الز ب ور ,الرسم ,اخلط dan السطر

yang semuanya memiliki arti sama, yaitu ‘tulisan’. Usmani, dengan yā’ nisbah

dalam disiplin bahasa Arab adalah penisbatan terhadap nama khalifah ketiga,

‘Uṡmān bin ‘Affān. Dengan demikian, menurut bahasa, rasm usmani dapat

dimaknai sebagai bekas penulisan al-Qur’an yang polanya pernah dibakukan pada

masa Khalifah ‘Uṡmān bin ‘Affān.2

Adapun secara terminologi diantaranya diartikan sebagai cara penulisan

al-Qur’an yang telah disetujui oleh ‘Uṡmān bin ‘Affān pada waktu penulisan

1M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’ān, jilid 5, h. 30.

2Zainal Arifin, “Mengenal Rasm Usmani,” Jurnal Ṣuḥuf, h. 3.

Page 69: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

52

mushaf.3 Mannā’ al-Qaṭṭān menyebutkan bahwa rasm usmani merupakan pola

penulisan al-Qur’an yang lebih menitik beratkan pada metode (ṭarīqah) tertentu

yang digunakan pada waktu kodifikasi mushaf pada zaman Khalifah ‘Uṡmān bin

‘Affān yang dipercayakan kepada Zaid bin Ṡābit.4

Rasm tersebut dinisbatkan kepada Khalifah ‘Uṡmān bin ‘Affān karena ia

yang menetapkan pola penulisan al-Qur’an yang dilakukan Zaid bin Ṡābit,

‘Abdullāh bin Zubair, Sa‘ad bin al-‘Āṣ dan ‘Abdullāh bin ‘Abdurraḥmān bin al-

Ḥāriṡ bin Hisyām.5 Adapun yang dijadikan rujukan oleh ‘Uṡmān adalah ṣuḥuf

Abū Bakar, yang merupakan hasil pengumpulan dari naskah-naskah para penulis

wahyu Rasulullah Saw.6

2. Sejarah dan Perkembangannya

Sejarah mencatat bahwa pengetahuan tulis menulis pada masa pra-Islam,

telah tersebar luas dikalangan penduduk Makkah dan Madinah. Perkembangan

bentuk tulisan Arab ketika itu masih tanpa harakat (syakl) dan titik (i’jam).

Teori dari kalangan sarjana Barat menyebutkan bahwa, tulisan Arab

berasal dari tulisan Nabthi (Nabatean)7 yang ditransformasikan ke dalam karakter

tulisan Arab pada abad ke-4 atau ke-5. Menurut Taufik Adnan Amal, proses

transformasi ini kemungkinannya berlangsung di Madyan atau di kerajaan

Gassanid (Gasaniyah). Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan awal

3Departemen Agama RI Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Puslitbang Letur

Agama, h. 10. 4Mannā Khalil’ al-Qaṭṭān, Mabāḥis fī ‘Ulūmil Qur‘ān, h. 146.

5Zainal Arifin, “Mengenal Rasm Usmani,” Jurnal Ṣuḥuf, h. 3.

6Mannā Khalil’ al-Qaṭṭān, Mabāḥis fī ‘Ulūmil Qur‘ān, h. 146.

7Theodor Noldeke, pada tahun 1865 mengakui bahwa skrip Nabataenlah yang pertama

mempengaruhi perkembangan skrip Arab Kūfi. Lihat Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm

‘Usmani, h. 129.

Page 70: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

53

tulisan ini adalah pengaruh perniagaan, hingga akhirnya menyebar ke wilayah

Arab Utara dan Selatan. Bahkan pada permulaan abad ke-6, tulisan tersebut telah

mencapai daerah Siria Utara dan sebagian wilayah yang menggunakan bahasa

Arab, khususnya Makkah dan Madinah.8

Berbeda dengan sarjana Barat, sejarawan Arab berpendapat bahwa tulisan

Arab berasal dari Hirah (sebuah kota dekat Babilonia) dan Anbar (sebuah kota di

Efrat). Hal ini sesuai kisah bahwa tulisan Arab sampai ke Makkah melalui Ḥarb

Ibn Umayyah ibn ‘Abd al-Syams yang dipelajarinya dari orang-orang yang

dijumpainya dalam perjalanan. Sedangkan pendapat dari Ibn al-Nadhim

mengemukakan suatu riwayat Ibnu ‘Abbās yang menyebutkan bahwa orang

pertama yang menulis aksara Arab berasal dari suku Bawlan yang mendiami

Anbar.9

Dalam perkembangan tulisan Arab terdapat dua jenis tulisan Arab,

pertama adalah khat Kufi, yang dinisbatkan mengikuti kota Kufah, yaitu tempat

berkembang dan disempurnakannya kaidah-kaidah penulisan aksara tersebut.

Adapun bentuk tulisan ini dikatakan tulisan yang paling mirip dengan tulisan

8Taufik Adnan Amal, Rekontruksi Sejarah al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Alvabet: 2005), h.

147. 9Disebutkan bahwa mereka adalah Abu Jad, Hawwas, Huṭṭi, Kalamun, Sa’fad dan

Qurusa’at (nama raja-raja Madyan pada masa Nabi Syu’aib). Lihat Taufik Adnan Amal,

Rekontruksi Sejarah al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Alvabet: 2005), h. 147. Bandingkan dengan

riwayat yang dinukil oleh Ibnu Faris dalam kitab Fiqhul Lughah, h. 7, yang dipaparkan oleh al-

Suyūṭi, bahwa Ibnu Asytah meriwayatkan dalam kitab al-Masohif mengatakan, “Yang pertama

menulis Bahasa Arab, Suryani dan semua kitab-kitab adalah Adam as. sebelum meninggal 300

tahun yang lalu. Dia menuliskan pada suatu tanah yang dibakarnya. Maka, ketika terjadi banjir

besar setiap kaum menemukan tulisan itu kemudian mereka menulisnya kembali. Adapun yang

mengatakan bahwa yang menemukan tulisan Arab adalah Ismail. Bahkan dia yang membuat setiap

kata dengan lafadz dan maknanya, dan menjadikannya sebagai satu buah tulisan, seperti sesuatu

yang saling menyambung tanpa dipisah pada masing-masing hurufnya. Kemudian dipisahkan oleh

anak-anaknya. Lihat Jalāluddīn al-Suyūṭī, Samudera ‘Ulumul Qur’an (al-Itqān fī ‘Ulūm al-

Qur’ān) jilid 1. Penerjemah Farikh Marzuqi Ammar dan Imam Fauzi (Surabaya: Bina Ilmu, t.t), h.

215.

Page 71: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

54

orang-orang Hirah (Hiri) yang bersumber dari tulisan Suryani (Siriak).

Penggunaan khat Kufi ketika itu untuk menyalin tulisan al-Qur’an. Kedua adalah

khat Naskhi, yang bersumber dari tulisan Nabthi (Nabathean). Khat ini biasanya

digunakan dalam surat-menyurat.10

Pada abad ke-7 Masehi–pada masa Rasulullah Saw, tulisan yang

digunakan hanya terdiri atas simbol dasar. Seluruh huruf biasanya dituliskan

dengan cara yang sederhana dengan bentuk garis lurus tanpa titik dan baris.

Keadaan seperti ini berlangsung hingga pada masa khalifah, penulisan al-Qur’an

masih dalam bentuk yang sama belum ada penambahan apapun.11

Bahkan pada masa Khalifah ‘Uṡmān, mushaf masih diseragamkan dalam

satu bacaan, belum adanya harakat dan tanda baca. Hal ini dikarenakan pada masa

itu, masyarakat masih mengandalkan pada hafalan. Namun berbeda dengan

masyarakat awam, tentu akan mengalami kesusahan dan adanya kemungkinan

kesalahan dalam membaca al-Qur’an. Seperti diketahui, pada masa permulaan

Islam mushaf al-Qur’an belum mempunyai tanda-tanda baca dan baris. Mushaf

Usmani tidak seperti yang dikenal saat ini yang dilengkapi dengan tanda-tanda

baca.12

Sehingga sulit membedakan antara huruf ya’ (ى) dan ba’ (ب). Demikian

pula antara sin (س) dan syin (ش), antara ṭa’ (ط) dan ẓa’ (ظ), antara jim (ج), ḥa

dan seterusnya. Meski demikian, para sahabat belum ,(خ) ’dan kha (ح)

10

Atifah Thoharoh, “Mushaf Stabdar Indonesia dan Mushaf Madinah,” h. 52. 11

Atifah Thoharoh, “Mushaf Stabdar Indonesia dan Mushaf Madinah,” h. 53. 12

Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm ‘Usmani, h. 48–49.

Page 72: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

55

menemukan kesulitan membacanya, karena mereka masih mengandalkan

hafalan.13

Kesulitan mulai muncul ketika dunia Islam meluas ke wilayah-wilayah

non Arab, seperti Persia di sebelah Timur, Afrika disebelah Selatan, dan beberapa

wilayah lainnya. Masalah ini mulai disadari oleh pemimpin dunia Islam ketika

Ziyād bin Samiyyah menjabat Gubernur Bashrah pada masa Mu‘āwwiyah bin Abī

Sufyān (661-680 M). Ia memerintahkan Abu al-Aswad al-Dualī membuatkan

tanda-tanda baca, terutama untuk menghindari kesalahan dalam membaca al-

Qur’an bagi generasi yang tidak hafal al-Qur’an.14

Adanya kekhawatiran salah baca inilah kemudian yang menggerakkan

Ziyād, Gubernur Basrah memerintahkan Abu al-Aswad al-Dualī untuk

memberikan tanda baca pada al-Qur’an. Al-Suyūṭi dalam al-Itqān menyebutkan

bahwa yang memerintahkan al-Dualī bukanlah Ziyād, melainkan ‘Abd Malik bin

al-Marwān pada masa kekhalifahan Mu‘āwwiyah bin Abī Sufyān.15

Pada waktu itu, Abu al-Aswad al-Dualī tidak langsung menerima

permintaan tersebut karena bertentangan dengan masa Nabi. Terlebih dalam hal

ini adanya penambahan simbol bacaan al-Qur’an yang tidak dilakukan masa

13

M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’ān, jilid 5, h. 97. 14

M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’ān, jilid 5, h. 97. 15

Atifah Thoharoh, Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah, h. 54. Hal senada

juga diungkapkan oleh Zainal Arifin yang memaparkan bahwa tanda diakritik diawali dengan

harakat berbentuk titik (naqt al-i’rāb) atas jasa Abu al-Aswad al-Dualī atas perintah Gubernur

Basrah Ziyad (berkuasa pada tahun 45-53 H/ 666-673 M) pada masa kekhalifahan Mu’awwiyah,

disusul kemudian titik huruf (naqqt al-I’jam) atas jasa besar Naṣr bin ‘Aṣim (w. 90 H/ 709 M) dan

Yaḥyā bin Ya’mar (w. sebelum 90 H) pada masa ‘Abd al-Malik bin Marwān (w. 86 H/ 705 M).

karena membingungkan, sebab keduanya sama-sama dengan tanda titik, kemudian disempurnakan

oleh Khalil bin Aḥmad (w. 170 Hl 786 M) titik harakat yang kita kenal sekarang. Lihat Zainal

Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, h. 49

Page 73: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

56

sebelumnya. Namun di kemudian hari ia pernah mendengar seseorang membaca

bacaan yang salah, sebagaimana dalam firman-Nya:

شركنيورس ول ه أنالل بريءمنامل

“Bahwa Allah dan Rasulnya memutuskan hubungan dengan kaum

musyrikin” (QS. al-Taubah/9: 3)

Pada potongan ayat tersebut dibaca dengan رس وله, sehingga itu mengubah

artinya, “Bahwa Allah memutuskan hubungan dari kaum musyrikin dan dari

Rasul-Nya.” Mendengar bacaan ini, al-Dualī sangat terkejut dan beberapa hari

kemudian ia pergi ke Basrah untuk menemui Ziyād dan berkata: “Aku bersedia

memenuhi permintaan anda.” Semenjak peristiwa itulah ia mulai bekerja dengan

giat dan dengan ijtihadnya ia meletakkan tanda baca pada rasm al-Qur’an.16

Rasm al-Qur’ān mengalami perkembangan yang sangat pesat pada

beberapa periode berikutnya. Khalifah ‘Abd Malik bin al-Marwān memerintahkan

al-Hajjāj bin Yūsuf al-Ṡaqafī untuk menciptakan tanda-tanda huruf al-Qur’an

(naqth al-Qur’an17

). Ia memberikan tugas itu kepada Naṣr bin ‘Āṣim al-Laitṡi18

dan Yaḥyā bin Ya’mar,19

keduanya adalah murid al-Dualī. Kedua orang inilah

16

Al-Subhi al-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an, h. 117-118. 17

Ilmu naqth ini dibagi menjadi dua, (1) naqt al-I’rāb yang berarti titik untuk

menandakan baris huruf, seperti baris fathah, kasrah dan ḍammah, (2) naqt al-I’jām yaitu berarti

titik yang menandakan jenis huruf, seperti titik pada huruf ba’, ta’ dan tsa’. Lihat Zainal Arifin,

“Harakat dan Tanda Baca Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dalam Perspektif Ilmu Dabt,”

Jurnal Ṣuḥuf, vol. 7, no. 1 (Juni 2014): h. 6. 18

Salah sseorang ahli qira’at di Bashrah, belajar dari Abul-Aswad ad-Duali dan Yahya bin

Ya’mar. Abu ‘Amr bin al-‘Ala belajar dari Nashr bin ‘Ashim al-Laitsi, wafat tahun 89 H. 19

Ia adalah Yahya bin Ya’mar, bermukim di Bashrah sekitar tahun 45 H. Separuh

umumnya dihabiskan untuk hidup di Irak kemudian pindah ke Khurasan. Ia sangat simpati kepada

‘Ali bin Abi Thalib dan para pengikutnya. Menurut riwayat ia belajar hadis-hadis dari Ibnu ‘Abbas

dan Ibnu ‘Umar, sedangkan Qatadah belajar dari Yahya bin Ya’mar. Beliau wafat pada tahun 129

Page 74: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

57

yang memberikan tanda titik pada sejumlah huruf tertentu yang mempunyai

kemiripan antara satu dengan yang lainnya, misalnya penambahan titik diatas

huruf dal د maka menjadi huruf dzal ذ, penambahan titik yang bervariasi pada

sejumlah huruf dasar ب maka menjadi huruf ث ت, ب, dan huruf dasar ح

menjad خ ح, ج, dan ر dibedakan dengan س ز, dibedakan dengan ص ش,

dibedakan dengan ط ض, dibedakan dengan ع ظ, dibedakan dengan ف ع,

dibedakan dengan ق.20

Dalam perkembangan selanjutnya, semakin besar perhatian orang kepada

usaha penulisan al-Qur’an. al-Khalīl21

adalah sebagai penyempurna teori naqt

(titik bulat) ke dalam benuk huruf kecil atau yang belakangan dikenal sebagai

harakat seperti yang berlaku hingga sekarang. Al-Khalīl memberikan kreasi-kreasi

baru dalam ilmu dabt/ syakl yakni dengan merumuskan syiddah dengan kepala

sin, sukun dengan kepala kha’, dan lain-lain.22

Dari pola penulisan tersebut

akhirnya berkembanglah berbagai pola penulisan dalam berbagai bentuk seperti

pola Kūfi, Maghribi, Nagsh, dan lain-lain.23

H. Dan ia pernah menjabat sebagai Qadhi (hakim) di sebuah kota terkenal dengan nama Muruw,

dan di kota itulah ia wafat. Lihat al-Subhi al-Salih, Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an, h. 117. 20

M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’ān, h. 98. 21

Nama lengkapnya adalah ‘Abd al-Raḥman al-Khalīl bin Aḥmad bin ‘Amr bin Tamīm

al-Farāhīdī al-Azdī, dan dikenal dengan nama panggilan Abu ‘Abdurrahman. Ia adalah seorang

ahli bahasa Arab dan Sastrawan. Wafat pada tahun 175 H. Lihat https://id.wikipedia.org/wiki/Al-

Khalil_bin_Ahmad_al-Farahidi diakses pada tanggal 30 Oktober 2018, pukul 10.31 WIB. 22

Zainal Arifin, “Harakat dan Tanda Baca Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dalam

Perspektif Ilmu Dabt,” Jurnal Ṣuḥuf , h. 7. 23

M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’ān, jilid 5, h. 98.

Page 75: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

58

3. Macam-macam Rasm dalam Penulisan al-Qur’an

Melihat dari spesifikasi cara penulisan kalimat-kalimat Arab, maka rasm

dibagi menjadi 3 macam24

:

a. Rasm Qiyāsī

Rasm Qiyāsī yaitu menuliskan kalimat sesuai dengan ucapannya dengan

memperhatikan waktu memulai dan berhenti pada kalimat tersebut. Kecuali nama

huruf hija’iyyah, seperti huruf (ق) tidak ditulis (قاف) tapi dengan (ق) saja.25

Menurut al-Suyūṭī Rasm Qiyāsī diartikan sebagai “...Penulisan kata

berdasarkan huruf hijaiyah, bukan nama hurufnya dengan tetap memperhatikan

waktu memulai (ibtida’) dan berhentinya (waqf). Misalnya, ص ن, ق, dan ج.

Kata-kata tersebut qiyas-nya adalah: جيم,صاد,نون,قاف ....”26

Contoh dari Rasm Qiyāsī adalah lafaz (انا) ditulis dengan (انا) walaupun

jika dilanjutkan alifnya hilang seperti (انانذير). Begitu juga dengan hamzah wasal

seperti (احلق tetap harus ditulis, walaupun tidak diucapkan pada waktu ia (جاء

24

Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, h. 50. 25

Mazmur Sya’roni, Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan Mushaf al-Qur’an

dengan Rasm Usmani (Jakarta: Departemen Agama RI, Badan Penelitian dan Pengembangan

Agama Puslitbang Lektur Agama, 1998/ 1999), h. 9. 26

Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, h. 50.

Page 76: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

59

berada di tengah kalimat, sebab jika dimulai dari awal kalimat maka diucapkan

27.(احلق جاء)

b. Rasm ‘Arūḍī28

Rasm ‘Arūḍī ialah cara menuliskan kalimat-kalimat Arab disesuaikan

dengan wazan (timbangan) dalam sya’ir-sya’ir Arab. Hal itu dilakukan untuk

mengetahui “Baḥr” (nama macam sya’ir) dari sya’ir tersebut.

Contohnya seperti potongan sepotong Sya’ir Imri’il Qais yang seharusnya

berbunyi; ارخىسدوله karena harus menyesuaikan dengan wazan ,وليلكموجالبحر

baḥr ṭawīl yang berbunyi; عيلني مفا عيلنيفعولون مفا فعولون kemudian berubah

menjadi: وليلنكموجالبحرأرخىسدوهلو.

c. Rasm ‘Uṡmānī

Rasm ‘Uṡmānī ialah cara penulisan kalimat-kalimat al-Qur’an yang telah

disetujui oleh Sahabat ‘Uṡmān bin ‘Affān pada waktu penulisan mushaf dan Rasm

‘Uṡmānī ini memiliki spesifikasi berbeda dengan rasm sebelumnya. Adanya

perbedaan ini menjadikan Rasm ‘Uṡmānī menjadi bagian dari salah satu cabang

ilmu pengetahuan yang bernama Ilmu Rasm ‘Uṡmānī.29

27

Mazmur Sya’roni, Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan Mushaf al-Qur’an

dengan Rasm Usmani, volume 1 (Jakarta : Departemen Agama RI, Badan Penelitian dan

Pengembangan Agama, Puslitbang Lektur Agama, 1999), h. 9. 28

Mazmur Sya’roni, Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan Mushaf al-Qur’an

dengan Rasm Usmani, h. 10. 29

Mazmur Sya’roni, Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan Mushaf al-Qur’an

dengan Rasm Usmani, h. 10.

Page 77: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

60

Rasm ‘Uṡmānī ini memiliki kaidah-kaidah dalam penulisannya, al-Suyūṭī

membagi kaidah tersebut ke dalam 6 kaidah.30

Yaitu membuang huruf (al-Ḥażf),

menambah huruf (al-Ziyādah), penulisan hamzah (al-Hamz), penggantian huruf

(al-Badl), menyambung dan memisahkan tulisan (al-Faṣl wa al-Waṣl), dan

menulis salah satu kalimat yang memiliki bacaan lebih dari satu bacaan (fīma fīhi

Qira’atāni fakitabati ‘alā Iḥdāhumā).

4. Kaidah-kaidah Rasm ‘Uṡmāni

“Upaya merumuskan kaidah rasm usmani sebenarnya sudah dimulai sejak

masa sebelum al-Dānī, tepatnya pada masa Abil-‘Abbās Aḥmad bin ‘Ammār al-

Mahdawī (w. 440 H/ 1048 M) dalam kitabnya Hija’ Maṡāḥifīl-Amṣār. Dalam

pengantarnya ia memformulasikan delapan kaidah ilmu rasm yang terdiri dari; (1)

pembahasan penulisan ha’ dan ta’ terkait bentuknya sebagai ta’ ta’niṡ, (2)

pembahasan tentang al-Maqṭū’ dan mauṡūl, (3) pembahasan tentang żawātul-ya’

dan wau, (4) pembahasan tentang hamzah, (5) pembahasn tentang ḥażf dan

ziyādah, (6) pembahasan tentang bertemunya dua hamzah, (7) pembahasan

tentang alif waṣal, dan (8) pembahasan tentang huruf-huruf yang diperselisihkan

dalam mushaf penduduk Hijaz, Irak, dan Syam....”31

Namun upaya rumusan belakangan yang lebih banyak diterima dan diikuti

oleh para pemerhati ilmu rasm usmani adalah formulasi yang disusun oleh al-

30

Jalāluddīn al-Suyūṭī, al-Itqān fī ‘Ulūm al-Qur’ān, juz 2 (Bairut-Libanon: Dār al-Kitab

al-‘Ilmiyyah), h. 329. 31

Zainal Arifin Madzkur, “Mengenal Rasm Usmani,” Jurnal Ṣuḥuf, h. 55.

Page 78: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

61

Suyūṭī (w. 911 H/ 1505 M) yang membakukan kaidah rasm usmani menjadi enam

pokok,32

diantara kaidah-kaidahnya yaitu:

a. al-Ḥażf (membuang, menghilangkan, atau meniadakan huruf)

al- Ḥażf dalam bahasa Arab berasal dari kata dasar ḥażf yang berarti

membuang atau menghilangkan (sesuatu). Adapun dalam ilmu rasm, istilah ḥażf

berarti menggugurkan salah satu dari lima huruf hiyaiyyah yaitu alif, wau, ya’,

lam, dan nun dengan ketentuannya masing-masing.33

Misalnya, diantara syarat

membuang alif adalah jika alif tersebut berada pada 5 keadaan sebagai berikut;

jama’ mużakar sālim, mu’annaṡ sālim. Alif taṡniyah dan ‘ajamiyah.34

Pembagian

istilah ḥażf huruf sendiri terbagi menjadi tiga macam35

:

1) Ḥażf Isyārah adalah membuang huruf dengan tujuan mengisyaratkan adanya

bacaan lain.

2) Ḥażf Ikhtisar adalah membuang huruf dengan tujuan untuk meringkas tulisan,

sebab seringnya kata tersebut terulang dalam al-Qur’an. Seperti membuang

alif dari setiap jama’ mużakar sālim jika setelah alifnya bukan hamzah atau

tasydid. Contoh: الصدقني, احلفظني .العلمني,

32

Para pendukung enam kaidah penulisan rasm ‘Usmani selain al-Suyūṭī antara lain: al-Qastalanī,

al-Ḍabbā‘, Muḥammad ‘Aqīb al-Junkī, dan Muḥammad Ḥabīb Allāh al-Shinqiṭī, ‘Abd al-Karīm

Ibrahīm Ṣālih, daur al-Azhar al-Sharīf fī Khidmah al-Muṣḥaf al-Sharīf. Zainal Arifin Madzkur,

Perbedaan Rasm Usmani, h. 54. 33

Mazmur Sya’roni, Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan Mushaf al-Qur’an

dengan Rasm Usmani, h. 18. 34

Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, h. 55. 35

Mazmur Sya’roni, Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan Mushaf al-Qur’an

dengan Rasm Usmani, h. 18.

Page 79: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

62

3) Ḥażf Iqtiṣar adalah membuang huruf pada kalimat tertentu saja. Seperti

membuang huruf alif pada kata امليعد (QS. al-Anfal: 42) hanya dalam ayat ini

saja. Sedangkan امليعاد pada tempat lain ditulis dengan alif.

Adapun huruf-huruf yang di buang dalam penulisan rasm usmani ada 5,

yaitu alif, wau, ya’, lam dan nun. Diantaranya:

1) Ḥażf al-ḥuruf (pembuangan huruf)36

Tabel 3.1 Pembuangan huruf

No. Rasm Imla’i Rasm Usmani Keterangan

يعبادى ياعبادى .1Menghilangkan huruf alif

setelah huruf ya’ nida’

(panggilan)

هاؤآلء هؤآلء .2Menghilangkan huruf alif

setelah huruf ha’ tanbih (untuk

peringatan)

Menghilangkan huruf alif pada أجنينكم أجنيناكم .3

dhamir nā

Menghilangkan huruf lam خلف خالف .4

Menghilangkan salah satu dari الضللة الضاللة .5

dua huruf lam

Menghilangkan huruf alif pada رجلن رجالن .6

semua musanna.

الصلحون الصاحلون .7Menghilangkan huruf alif

semua jama’ tashih baik

mudzakar ataupun mu’annas

36

Jalāluddīn al-Suyūṭī, al-Itqān fī ‘Ulūm al-Qur’ān, juz 2, h. 147.

Page 80: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

63

اله االه .8

Menghilangkan huruf alif dari

lafazh jalalah. Dan termasuk “

-dan cabang ” لكن “ ” أولئك

cabang yang empat seperti الل,

سبحن,الرمحن,إله diamanapun

tempatnya. Kecuali: “ ق لس بحان

37” رب

ابرهيم ابراهيم .9Membuang alif pada nama

yang lebih dari tiga huruf, dan

إمسعيل,ميكئيل

Menghilangkan huruf alif dari ثلث ثالث .10

isim ‘Adad

املسكني املساكني .11Menghilangkan huruf alif dari

setiap jama’ menurut wazan

مفاعيل

باغ باغى .12

Menghilangkan huruf ya’

apabila terletak pada isim

manqush yang dibaca tanwin,

baik yang dibaca rafa’ atau

jar.

Menghilangkan huruf ya’ dari يرب يرب .13

mutakallimin Wahdah.38

Menghilangkan huruf wau فانفأ وا فانفأ ووا .14

apabila bergandengan.39

37

QS. al-Isrā’/17: 93. Pada ayat ini kata س بحان tidak di ḥażf karena dapat menimbulkan

perbedaan makna. 38

Eva Nugraha, “Konsep al-Nabī al-Ummī dan Implikasinya pada Penulisan Rasm,”

Jurnal-Refleksi, vol. 13, no. 2 (April 2012): h. 19.

Page 81: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

64

اليل الليل .15

Menghilangkan huruf lam

yang dibaca idgham. Kecuali

للا ,اللهم,اللعنة dan cabang-

cabangnya, اللهب,اللطيفاللومة,

40اللهو,اللغو,الالت,اللمم

2) al-Ziyādah al-ḥuruf (penambahan huruf)

al-Ziyādah al-ḥuruf adalah memberi tambahan huruf dalam suatu kata,

namun tidak mempengaruhi bacaannya baik ketika waṣal maupun waqaf. Adapun

penambahan huruf-huruf dalam disiplin ilmu rasm ada tiga, yaitu: huruf alif, ya’

dan waw.41

Contohnya42

lihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Penambahan huruf

No. Rasm Imla’i Rasm Usmani Keterangan

Menambahkan alif setelah مالقوارهبم مالقورهبم .1

huruf wau

الباباولوا اولوالباب .2

Menambahkan ya’ setelah نبائ نباء .3

huruf hamzah

Menambahkan wau setelah ساوريكم ساريكم .4

huruf hamzah

39

Eva Nugraha, “Konsep al-Nabī al-Ummī dan Implikasinya pada Penulisan Rasm,”

Jurnal-Refleksi, h. 19. 40

Jalāluddīn al-Suyūṭī, al-Itqān fī ‘Ulūm al-Qur’ān, juz 2, h. 149. 41

Jalāluddīn al-Suyūṭī, al-Itqān fī ‘Ulūm al-Qur’ān, juz 2, h. 151. 42

Zainal Arifin, Perbedaan Rasm Usmani, h. 56.

Page 82: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

65

3) al-Hamzah (penulisan hamzah)43

Penulisan hamzah dalam rasm usmani ada empat macam pola, yaitu; a)

terkadang ditulis dalam bentuk alif, b) terkadang ditulis dalam bentuk huruf waw,

c) terkadang ditulis dalam bentuk huruf ya’, dan d) terkadang tanpa bentuk (ḥażf

ṣūrah), sebagaimana dalam contoh tabel:

Tabel 3.3 Penulisan hamzah

No. Rasm Imlai Rasm Usmani Keterangan

1. Penulisan hamzah dalam شطئه شطاه

bentuk ya’

2. Penulisan hamzah dengan الرؤيا الرءيا

bentuk waw

4) al-Badl al-ḥuruf (penggantian huruf)44

Penggantian huruf dalam disiplin rasm usmani menyangkut beberapa

ketentuan. Adakalanya mengganti alif dengan huruf waw, alif diganti dengan

huruf ya’, huruf waw diganti dengan alif, nun taukid khafifah boleh diganti

dengan nun, boleh juga dengan alif, serta ta’ ta’nith diganti dengan huruf ha’.

Sebagaimana dalam contoh:

Tabel 3.4 Penggantian Huruf

No. Rasm Imlai Rasm Usmani Keterangan

1. الصلوة الصالة

Alif diganti dengan huruf

waw 2.

احليوة احلياة

43

Zainal Arifin, Perbedaan Rasm Usmani, h. 57. 44

Zainal Arifin, Perbedaan Rasm Usmani, h. 58.

Page 83: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

66

5) al-Faṣl wa al-Waṣl (pemisahan kata dan penyambungan kata)45

Yaitu menyambungkan suatu lafadz dengan lafadz lain yang semestinya

dipisahkan, dan sebaliknya yang semestinya digabung, justru dipisahkan.

Contohnya:

1) Kata yang disambung

Tabel 3.5 Penyambungan Kata

No. Rasm Imlai Rasm Usmani Keterangan

1. اال أنال

Penulisan ‘an disambung

dengan lā. Kecuali: QS. al-

A’rāf/7: 105 dan 109, QS.

Hūd/11: 14 dan 26, QS. al-

Hajj/22: 26, QS. YāSīn/36:

60, QS. ad-Dukhān/44: 19,

QS. al-Mumtaḥanah/60: 12,

QS. al-Qalam/68: 24.

2. مما منما

Penulisan mīn disambung

dengan mā. Kecuali: QS. al-

Nisā’/4: 25, QS. al-

Munāfiqūn/63: 10, QS. al-

Rūm/30: 28.

3. عما عنما

Penulisan mīn disambung

dengan mā. Kecuali:

عنمان ه وا -

4. إما إنما

Penulisan in disambung

dengan mā. Kecuali dalam

surat ar-Ra’du:

إنمان ري نك -

5. عمن عنمن

Penulisan ‘an disambung

dengan man. Kecuali dalam

surat an-Nur:

يصرف ه عنمن -

6. Dalam keseluruhan al-Qur’an فيما يفما

penyaalinan kata ini disalin

45

Jalāluddīn al-Suyūṭī, al-Itqān fī ‘Ulūm al-Qur’ān, juz 2, h. 155.

Page 84: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

67

tersambung (فيما ), kecuali:

QS. al-Baqarah/2: 240, QS.

al-Māidah/5: 48, QS. al-

An’ām/6: 145, QS. al-

Anbiyā’/21: 102, QS. al-

Nūr/24: 14, QS. al-

Syu’arā’/26: 146, QS. al-

Rūm/30: 28, QS. al-

Zumar/39: 46 dan 30, QS. al-

Wāqi’ah/56: 61.

2) Kata yang dipisah

Tabel 3.6 Pemisahan Kata

No. Rasm Imlai Rasm Usamni Keterangan

1. Penulisan aina dipisah أينما أينما

dengan mā.

2. فانل فال

Dalam keseluruhan al-Qur’an

penyalinan kata ini disalin

dengan terpisah ) فانل (, kecuali pada surat Hud ayat

1446

:

يستجيب والك مفال -

3. بئسما بئسما

Dalam keseluruhan

al-Qur’an penyalinan kata

(ما بئس) , kecuali pada tiga

tempat: QS. al-Baqarah/2: 90,

QS. al-Baqarah/2: 93, QS. al-

A’rāf/7: 150.

6) Fīmā fihi qirā’atāni fakutiba ‘alā iḥdāhumā (Menulis salah satu qira’at

yang memiliki bacaan lebih dari satu)47

Penulisan dalam kaidah ini, disepakati oleh para pakar studi ilmu-ilmu al-

Qur’an, bahwa bila terdapat kalimat-kalimat yang memiliki macam qira’ah

46

Zainal Arifin, Perbedaan Rasm Usmani, h. 53. 47

Jalāluddīn al-Suyūṭī, al-Itqān fī ‘Ulūm al-Qur’ān, juz 2, h. 156.

Page 85: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

68

berbeda, maka boleh dituliskan dengan salah satunya.48

Adapun penggunaan

qira’ah yang dimaksud al-Suyūṭī bukan qira’ah shaẓah.49

Sebagaimana dalam

contoh pada tabel dibawah50

:

Tabel 3.7 Menulis salah satu qira’at yang memiliki bacaan lebih dari satu

No. Qira’ah Qālun dari

Nāfi’

Qira’ah Ḥafṣ dari

‘Āṣim Keterangan

1. Karena keduanya qira’ah وسارعوا سارعوا

mutawātir maka ditulis,

dengan dua versi, sesuai

dengan qira’atnya. 2.

ووصى واوصى

5. Pola dan Kedudukan Menulis al-Qur’an dalam Rasm ‘Uṡmāni

Kedudukan rasm ‘uṡmānī diperselisihkan para ulama, apakah pola

penulisan tersebut merupakan petunjuk Nabi (tauqifi) atau hanya ijtihad

dikalangan sahabat. Pola penulisan al-Qur’an secara umum (ijma’ jumhūr) tidak

pernah lepas dari keberadaan rasm usmani. Setidaknya pendapat inilah yang

banyak diikuti mayoritas umat Islam, bahwa salah satu syarat pokok bacaan al-

Qur’an yang benar adalah kesesuaian bacaan dengan (muwāfaqah) Maṣāhif

‘Uṡmāniyah, sesuai dengan kaidah bahasa Arab dan memiliki sanad yang

bersambung sampai Rasulullah Saw.51

Dalam diskursus ‘Ulūm al-Qur’ān, khususnya tentang pola penulisan al-

Qur’an (rasm al-Muṣḥaf), selalu ditemukan perbedaan dalam hukum penulisan al-

Qur’an dengan rasm ‘uṡmānī. Dimana terdapat tiga pendpat tentang persoalan ini:

48

Zainal Arifin, Perbedaan Rasm Usmani, h. 58. 49

Jalāluddīn al-Suyūṭī, al-Itqān fī ‘Ulūm al-Qur’ān, juz 2, h. 156. 50

Zainal Arifin, Perbedaan Rasm Usmani, h. 59. 51

Zainal Arifin, “Mengenal Rasm Usmani,” h. 14.

Page 86: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

69

Pertama, menyatakan bahwa rasm mushaf itu bersifaft tauqīfī. Penulisan mushaf

tidak diperbolehkan melainkan memakai rasm ‘uṡmānī.52

Sebagaimana

“...Pandangan yang dikemukakan oleh ibnu Mubārak dan gurunya ‘Abd al-‘Azīz

al-Ḍabbāg yang mengomentari pandangan al-Bāqillānī tentang hukum penulisan

al-Qur’an dengan rasm ‘uṡmānī. Menurut keduanya, rasm ‘uṡmānī adalah tauqīfī

yang diterima oleh para penulis wahyu secara taken for granted dari Nabi Saw

sehingga wajib diikuti dan tidak boleh menyalahinya secara mutlak....”53

Jumhur ulama berpendapat bahwa pola penulisan rasm ‘uṡmānī berisfat

tauqifi dengan alasan bahwa para penulis wahyu adalah sahabat-sahabat yang

ditunjuk dan dipercaya Nabi Saw bahwa pola penulisan tersebut bukan merupakan

ijtihad para sahabat Nabi, dan para sahabat tidak mungkin melakukan kesepakatan

(ijma’) dalam hal-hal bertentangan dengan kehendak dan restu Nabi.54

“Tokoh-tokoh ulama yang banyak dimasukkan dalam deretan pendapat

tauqifī menurut Salim Muḥaisin antara lain adalah: Mālik bin Anas (w. 179 H/795

M), yahyā al-Naisabūrī (w. 226 H/ 840 M), Aḥmad bin Ḥanbal (w. 241 H/ 854

M), Abū ‘Amr al-Dānī (w. 444 H/ 1051 M), ‘Ali bin Muḥammad al-Sakhawī (w.

643 H/ 1244 M), Ibrāhīm bin ‘Umar al-Ja’birī (w. 732 H/ 1331 M) dan Aḥmad

bin al-Husain al-baihaqi (w. 450 H/ 1056 M)....”55

Kedua, bahwa pola penulisan di dalam rasm usmani tidak bersifat tauqīfi,

tetapi hanya ijtihad para sahabat. Tidak pernah ditemukan riwayat Nabi mengenai

52

Eva Nugraha, “Konsep al-Nabī al-Ummī dan Implikasinya pada Penulisan Rasm,”

Jurnal Refleksi, h. 277. 53

Zainal Arifin, “Kajian Ilmu Rasm Usmani: dalam Mushaf al-Qur’an Standar Usmani

Indonesia,” Jurnal Ṣuḥuf, vol. 6, no. 1 (2013): h. 38. 54

M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’ān, jilid 5, h. 94. 55

Zainal Arifin, “Legalisasi Rasm Usmani dalam Penulisan al-Qur’an,” Journal of Qur’ān

and Ḥadīth Studies, h. 222.

Page 87: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

70

ketentuan pola penulisan wahyu. Bahkan sebuah riwayat dikutip oleh Rajab

Farjani: “Sesungguhnya Rasulullah Saw, memerintahkan menulis al-Qur’an,

tetapi tidak memberikan petunjuk teknis penulisannya, dan tidak pula melarang

menulisnya dengan pola-pola tertentu. Karena itu ada perbedaan model-model

penulisan al-Qur’an dalam mushaf-mushaf mereka. Ada yang menulis suatu lafal

al-Qur’an sesuai dengan bunyi lafal itu, ada yang menambah atau menguranginya.

Karena itu dibenarkan menulis mushaf dengan pola-pola penulisan masa lalu atau

kedalam pola-pola baru.”56

Sebagaimana pandangann yang dikemukakan oleh al-Bāqillānī (w. 403 H/

1013 M) dan ibnu Khaldūn (w. 808 H/ 1405 M). keduanya memandang bahwa

rasm usmani tidaklah tauqīfī tetapi murni ijtihādi (iṣṭilāhī) dari para sahabat Nabi

Saw. pada masa ‘Uṡmān, sehingga pola penulisan al-Qur’an bebas dengan skrip

manapun yang memudahkan tanpa ada keharusan yang mengikat.57

Ketiga, Adapun yang dikenal sebagai sosok yang mencoba menengahi

perbedaan dengan mencoba mengakomodasi keduanya adalah Badruddin al-

Zarkasyī (w. 794 H/ 1391 M) dan ‘Izzuddin bin ‘Abdissalām. Mereka terkenal

dengan dengan teorinya yang lebih mengedepankan kemaslahatan umat (teori

maṣlaḥah).58

Dan rasm usmani bukanlah sesuatu yang tauqīfī “murni”.

Keranannya, penulisan al-Qur’an dapat dengan huruf manapun yang memudahkan

masyarakat awam.59

56

M. Quraish Shihab, dkk., Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’ān, h. 95. 57

Zainal Arifim, “Kajian Ilmu Rasm Usmani dalam Mushaf al-Qur’an Standar Usmani

Indonesia,” Jurnal Ṣuḥuf, h. 39. 58

Zainal Arifin, “Diskursus Ke-tauqīfī-an Rasm Usmani,” Jurnal Ṣuḥuf, vol. 3, no. 1

(2010): h. 60. 59

Zainal Arifin, “Diskursus Ke-tauqīfī-an Rasm Usmani,” Jurnal Ṣuḥuf, h. 54.

Page 88: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

71

Berkaitan dengan ketiga pendapat diatas, al-Qaṭṭān lebih condong pada

pendapat yang kedua karena lebih memungkinkan untuk memelihara al-Qur’an

dari perubahan dan penggantian hurufnya. Seandainya setiap masa diperbolehkan

menulis al-Qur’an sesuai masanya, maka akan banyak bermunculan al-Qur’an

model-model baru. Selain itu, al-Qattan juga menegaskan bahwa perbedaan khat

pada mushaf-mushaf yang ada merupakan hal lain, lebih tepatnya berkaitan

dengan huruf dan cara penulisan huruf.60

60

Mannā’ al-Qaṭṭān, Mabāḥiṡ fī ‘Ulūm al-Qur’ān, h. 217.

Page 89: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

72

BAB IV

PERBANDINGAN MUSHAF AL-QUR’AN STANDAR

INDONESIA DAN MUSHAF MADINAH DALAM

PENGGUNAAN RASM

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa Mushaf al-Qur’an Standar

Indonesia ditulis dengan rasm usmani dan terbentuk dari rangkaian Musyawarah

Kerja Ulama al-Qur’an oleh Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an Kementerian

Agama pada tahun 1974-1983. Sementara Mushaf Madinah ditulis dengan rasm

usmani yang mengacu pada mazhab al-Dānī dan Abū Dāwūd, jika terjadi perbedaan

penulisan al-Qur’an pada keduanya, maka memilih (tarjīḥ) riwayat Abū Dāwūd.

Dan terkadang juga mengacu pada pendapat selain dari dua imam tersebut.1

Dalam perkembangan disiplin ilmu rasm usmani, dikenal dengan adanya

istilah tarjīḥ al-riwāyat, yakni upaya memilih salah satu pendapat ulama yang

dipandang lebih kuat diantara beberapa pendapat yang ada. “...sebagaimana dalam

disiplin hadis terdapat terminologi al-shaikhāni (dua guru besar) yaitu Imam al-

Bukhārī dan Imam Muslim. Maka dalam ilmu rasm usmani yang dimaksudkan

adalah Abū ‘Amar Sa‘īd bin ‘Uṡmān al-Dānī (w. 444 H/ 1052 M) dan Abū Dāwūd

Sulaimān bin Najāḥ (w. 496 H/ 1102 M).2

Sehingga, pada bab ini penulis akan menganalisis perbedaan dan

1Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, h. 22.

2Mazmur Sya’roni, Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan Mushaf al-Qur’an

dengan Rasm Usmani (Jakarta: Departemen Agama RI, Badan Penelitian dan Pengembangan

Agama Puslitbang Lektur Agama, 1998/ 1999), h. 15.

Page 90: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

73

persamaan MSI dan MM, ditinjau dari penulisan rasm dan riwayat; khusunya

dalam QS. al-Baqarah: 1-286 dengan mengacu pada riwayat al-Dānī dan Abū

Dāwūd. Selain itu, masing-masing akan dibagi menjadi tiga kategori; Pertama,

persamaan rasm dengan mengacu pada riwayat syaikhan. Kedua, perbedaan rasm

dengan mengacu pada riwayat al-Dānī dan Abū Dāwūd. Ketiga, faktor penyebab

perbedaan pada masing-masing mushaf.

Al-Suyūṭi telah menyebutkan bahwa kaidah-kaidah penulisan rasm usmani,

terbagi 6 kaidah; membuang huruf (ḥażf), penambahan huruf (ziyādah), penulisan

hamzah, pergantian huruf (al-Badal), menyambung dan memisah kata (al-waṣl wal

faṣl), terdapat dua qiro’ah lalu ditulis dengan salah satunya. “Dalam satu mushaf,

tidak mungkin hanya ditulis atau disalin dengan riwayat satu imam saja, tanpa

menyertakan riwayat imam lainnya. Bahkan, antara al-syaikhani dari keduanya

pun sering terjadi perbedaan pendapat...”3

Berikut analisa penulis tentang perbedaan rasm usmani antara MSI dan

MM dalam QS. al-Baqarah, dimana MSI lebih cenderung menggunakan riwayat

al-Dānī dan MM lebih lebih cenderung menggunakan riwayat Abū Dāwūd. Hasil

analisa penilitian ini mengacu pada al-Muqni’ fī Ma’rifati Marsūm Maṣāḥif Ahl al-

Amṣār4 dan Mukhtaṣar al-Tabyīn li Hijā’ al-Tanzīl.

5

Adapun penjelasannya dapat dilihat di bawah ini sebagai berikut:

A. Persamaan Rasm Usmani dalam Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia dan

3Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, h. 202.

4Abū ‘Amr ‘Uṡmān ibn Sa‘īd al-Dānī taḥqīq Nurah bin Ḥasan bin Fahd al-Ḥumaid, al-

Muqni’ fī Ma’rifati Marsūm Maṣāḥif Ahl al-Amṣār (al-Mamlakah al-‘Arabiyyah al-Su‘udiyyah:

Dār al-Tadmuriyah, 2010 M/ 1431 H). 5Abū Dāwud Sulaimān bin Najāḥ editor: Aḥmad bin Aḥmad bin Mu‘ammar Shirshāl,

Mukhtaṣar al-Tabyīn li Hijā’ al-Tanzīl, Juz 2 (Saudi Arabia: Mujamma’ Malik Fahd li Ṭiba‘ah al-

Muṣḥaf, 2002 M/ 1423H).

Page 91: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

74

Mushaf Madinah

Tabel 4.1 Persamaan Rasm Usmani dalam Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dan

Mushaf Madinah

No. Surah MSI MM Keterangan Kaidah

1 2: 2

MSI dan MM ḥażf

alif 6

ḥażf alif

2 2: 2

MSI dan MM ḥażf

alif 7

ḥażf alif

3 2: 3

MSI dan MM sama-

sama di sambung

(mauṣūl) 8

al-faṣl wa

al-waṣl

4 2: 3

MSI dan MM disalin

dengan wau al-badl

5 2: 5

MSI dan MM ḥażf

alif 9

ḥażf alif

6 2: 6

MSI dan MM ḥażf

alif 10

ḥażf alif

7 2: 6

MSI dan MM iṡbat

alif 11

iṡbat alif

8 2: 9

MSI dan MM ḥażf

alif 12

ḥażf alif

6Al-Dānī dan Abū Dāwud tanpa alif setelah huruf żal. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h.

223. Abū Dāwūd, Mukhtaṣar, v. 2, h. 61. 7Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwud ḥażf alif diseluruh tempat, kecuali pada 4 tempat

yaitu: Qs. ar-Ra’d/13: 38, Qs. al-Hijr/15: 4, Qs. al-Kahfi/18: 27, dan Qs. an-Naml/27: 1 dengan

iṡbat alif. Mazmur Sya’roni, Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan, h. 46. Abū ‘Amr al-

Dānī, al-Muqni’, h. 250. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 61. 8Semua perawi menulisnya dengan disambung, dari huruf jār من dengan ما mauṣūl

sebagai majrurnya. Kecuali pada tiga tempat yakni; Qs. an-Nisā’: 25, Qs. al-Rūm: 27, dan Qs. Al-

Munāfiqūn: 10. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 73. 9Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 224. Abū Dāwud, al-Mukhtasar, v. 2, h. 75.

10Ḥażf alif dari kalimat yang didalamnya terhimpun 2 atau 3 alif. Abū ‘Amr al-Dānī, al-

Muqni’, h. 273. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 86. 11

Iṡbat alif setelah wau jama’. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 285. Abū Dāwūd, al-

Mukhtasar, v. 2, h. 80. 12

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwud tanpa alif antara kha dan dal. Abū ‘Amr al-Dānī, al-

Muqni’, h. 171. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 91.

Page 92: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

75

9 2: 9

MSI dan MM ḥażf

alif 13

ḥażf alif

10 2: 9

MSI dan MM iṡbat

alif 14

iṡbat alif

11 2: 12

MSI dan MM ḥażf

alif 15

ḥażf alif

12 2: 14

MSI dan MM ḥażf

alif 16

ḥażf alif

13 2: 16

MSI dan MM ḥażf

alif 17

ḥażf alif

14 2: 16

MSI dan MM iṡbat

alif 18

iṡbat alif

15 2: 17

MSI dan MM ḥażf

alif 19

ḥażf alif

16 2: 23

MSI dan MM iṡbat

alif 20

iṡbat alif

17 2: 25

MSI dan MM ḥażf

alif 21

ḥażf alif

18 2: 26

MSI dan MM ḥażf

ya’ 22

ḥażf alif

13

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd tanpa alif antara kha dan dal. Abū ‘Amr al-Dānī, al-

Muqni’, h. 171. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 91. 14

Iṡbat alif setelah wau jama’. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 286. Abū Dāwūd, al-

Mukhtasar, v. 2, h. 80. 15

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 224. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 94. 16

Abū Dāwūd ḥażf alif yang berupa jama’. Sedangkan lafaz شيطن (mufrad) ḥażf alif oleh

seluruh perawi. Mazmur Sya’roni, Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan, h. 46. Abū ‘Amr

al-Dānī, al-Muqni’, h. 237. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, Juz 2, h. 120. 17

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 234. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 98. 18

iṡbat alif setelah wau jama’. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 285. Abū Dāwud, al-

Mukhtasar, v. 2, h. 80. 19

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 264. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 30. 20

iṡbat alif setelah wau jama’. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 286. Abū Dāwūd, al-

Mukhtasar, v. 2, h. 80. 21

Seluruh perawi ḥażf alif pada lafaz ini. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 244. Abū

Dāwud, al-Mukhtasar, v. 2, h. 107. 22

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd dengan menulisnya dengan satu ya’. Abū ‘Amr al-

Dānī, al-Muqni’, h. 380. Abū Dāwud, al-Mukhtasar, v. 2, h. 108.

Page 93: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

76

19 2: 26

MSI dan MM ḥażf

ya’ 23

ḥażf alif

20 2: 27

MSI dan MM ḥażf

ya’ 24

ḥażf alif

21 2: 28

MSI dan MM ijma’

ya’ 25

ijma’ ya’

22 2: 31

MSI dan MM ḥażf

alif 26

ḥażf alif

23 2: 39

MSI dan MM iṡbat

ya’27

iṡbat ya’

24 2: 29

MSI dan MM ḥażf

alif 28

ḥażf alif

25 2: 31

MSI dan MM ḥażf

alif 29

ḥażf alif

26 2: 32

MSI dan MM ḥażf

alif 30

ḥażf alif

23

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 263. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 30. 24

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 264. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 30. 25

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 380. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 110. 26

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwud ḥażf alif. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 225. Abū

Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 115. 27

Kesepakatan dari syaikhān dengan iṡbat ya’, Abū Dāwūd berkata: Asal dari kata ini 3

ya’, yang pertama yaitu sakin, yang kedua kasrah, dan yang ketiga adalah berbentuk hamzah.

Dihażfkan ya’ sukun pertama, dan ya’ ketiga yang berbentuk hamzah karena ia tidak

membutuhkannya, dan ya’ yang berharkat kasrah iṡbat. kemudia ya’ sakin pertama diidghamkan

kepada ya’ yang berharkat kasrah sehingga hanya ada satu ya’. Sedangkan yang di tengah tidak

ada ada perubahan meskipun digabungkan dengan yang lain. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h.

384. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 220. 28

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd dengan ḥażf alif. Abū Dāwūd mengatakan; Bahwa

kata مسوت dengan ḥażf dua alif sebelum wau dan setelahnya dalam kata ini. Kecuali dalam Qs.

Fuṣilat/ 41: 12 dengan iṡbat alif setelah huruf wau. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 245.

Abū Dāwud, al-Mukhtasar, Juz 2, h. 111. 29

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd dengan ḥażf alif. Dengan huruf wau setelah huruf

hā, dengan hamzah ḍammah, dan tanpa alif diantara keduanya, dan dia adalah dua kalimat yang

menjadi satu kata yang ringkas. Dalam kata ini meng-ḥażf dua alif tanbīh dan alif أوالء ) ). Abū

‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 279. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, Juz 2, h. 117. 30

Seluruh perawi dengan meng-ḥażf alif pada semua tempat, kecuali dalam Qs. al-

Isra’/17: 93 (قل سبحان ريب) boleh dengan ḥażf atau iṡbat alif. Mazmur Sya’roni, Pedoman Umum

Penulisan dan Pentashihan, h. 46. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 226. Abū Dāwud, al-

Mukhtasar, v. 2, h. 203.

Page 94: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

77

27 2: 33

MSI dan MM

dengan satu alif 31

iṡbat alif

28 2: 34

MSI dan MM ḥażf

alif 32

ḥażf alif

29 2: 36

MSI dan MM ḥażf

alif 33

ḥażf alif

30 2: 39

MSI dan MM ḥażf

alif 34

ḥażf alif

31 2: 43

MSI dan MM disalin

dengan waw al-badl

32 2: 46

MSI dan MM iṡbat

alif 35

iṡbat alif

33 2: 49

MSI dan MM iṡbat

alif 36

iṡbat alif

34 2: 51

MSI dan MM ḥażf

alif 37

ḥażf alif

35 2: 55

MSI dan MM ḥażf

alif 38

ḥażf alif

36 2: 55

MSI dan MM ḥażf

alif 39

ḥażf alif

37 2: 58

MSI dan MM ḥażf

alif 40

ḥażf alif

31

Ditulis dengan satu alif antara ya’ dan dal. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 279. Abū

Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 118. 32

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 264. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 30. 33

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 237. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 120. 34

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd ḥażf alif setelah ḥa untuk setiap kata ini. Mazmur

Sya’roni, Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan, h. 46. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h.

242. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 124. 35

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd dengan iṡbat alif dari setiap jama’ mużakar salim.

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 289. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 81. 36

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 358. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 89. 37

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 192. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 138. 38

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd ḥażf alif. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 171. Abū

Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 284. 39

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 172. Lihat juga Abū Dāwud, al-Mukhtasar, v. 2, h.

141. 40

Terdiri dari lima huruf tanpa huruf alif sebelum dan sesudahnya. Abū ‘Amr al al-Dānī,

al-Muqni’, h. 213. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 142.

Page 95: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

78

38 2: 61

MSI dan MM iṡbat

alif 41

iṡbat alif

39 2: 61

MSI dan MM ḥażf

ya’ 42

ḥażf ya’

40 2: 62

MSI dan MM ḥażf

alif 43

ḥażf alif

41 2: 63

MSI dan MM ḥażf

alif 44

ḥażf alif

42 2: 65

MSI dan MM iṡbat

alif 45

iṡbat alif

43 2: 70

MSI dan MM ḥażf

alif 46

ḥażf alif

44 2: 71

MSI dan MM ḥażf

alif 47

ḥażf alif

45 2: 80

MSI dan MM

dengan satu alif 48

iṡbat alif

46 2: 81

MSI dan MM ḥażf

alif 49

ḥażf alif

47 2: 83

MSI dan MM ḥażf

alif 50

ḥażf alif

41

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 340. Abū Dāwud, al-Mukhtasar, v. 2, h. 149. 42

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd dengan ḥażf salah satu huruf ya’ untuk meringkas,

dan iṡbat ya’ yang asal. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 378. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h.

150. 43

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd ḥażf alif. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 243. Abū

Dāwud, al-Mukhtasar, v. 2, h. 154. 44

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd ḥażf alif setelah huruf nun karena. Abū ‘Amr al-

Dānī, al-Muqni’, h. 229. Abū Dāwud, al-Mukhtasar, v. 2, h. 73. 45

Iṡbat alif setelah wau jama’. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 286. Abū Dāwūd, al-

Mukhtasar, v. 2, h. 80. 46

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd ḥażf alif, tanpa alif antara syin dan ba. Abū ‘Amr al-

Dānī, al-Muqni’, h. 172. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 141. 47

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd dengan ḥażf alif. Abū Dāwūd berkata: dan dia ḥażf

alif antara lam dan nun. Dan seperti ini semuanya didalam al-Qur’an. Abū ‘Amr al-Dānī, al-

Muqni’, h. 244. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 161. 48

Ditulis dengan satu alif dia adalah alif istifhām (pertanyaan), dan ḥażf alif waṣal. Abū

‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 293. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 169. 49

Tanpa alif sebelum huruf ṭa, al-Dānī dan Abū Dāwūd dengan ḥażf alif pada tempat ini

saja. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 173. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 171.

Page 96: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

79

48 2: 83

MSI dan MM ḥażf

alif 51

ḥażf alif

49 2: 85

MSI dan MM ḥażf

alif 52

ḥażf alif

50 2: 85

MSI dan MM ḥażf

alif 53

ḥażf alif

51 2: 85

MSI dan MM ḥażf

alif 54

ḥażf alif

52 2: 85

MSI dan MM ḥażf

alif 55

ḥażf alif

53 2: 85

MSI dan MM disalin

dengan waw al-badal

54 2: 87

MSI dan MM iṡbat

alif 56

iṡbat alif

55 2: 98

MSI dan MM ḥażf

alif 57

ḥażf alif

56 2: 99

MSI dan MM ḥażf

alif 58

ḥażf alif

57 2: 100

MSI dan MM ḥażf

alif 59

ḥażf alif

58 2: 102

MSI dan MM ḥażf

alif 60

ḥażf alif

50

Seluruh perawi ḥażf alif pada kata ini di semua tempat. Mazmur Sya’roni, Pedoman

Umum Penulisan dan Pentashihan, h. 49. al-Dānī, al-Muqni’, h. 238. Lihat Abū Dāwūd, al-

Mukhtasar, v. 2, h. 173. 51

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 243. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 112. 52

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd dengan ḥażf alif. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h.

173. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 176. 53

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd dengan ḥażf alif yaitu antara sin dan ra. Adapun alif

setelah ra adalah alif ta’niṡ. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 173. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v.

2, h. 178. 54

Ḥażf alif pada tempat ini saja. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 173. Sedangkan Abū

Dāwūd ḥażf alif di seluruh tempat. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, Juz 2, h. 178. Bandingkan dengan

Mazmur Sya’roni dimana seluruh perawi dengan ḥażf alif. Mazmur Sya’roni, Pedoman Umum

Penulisan dan Pentashihan, h. 49. 55

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd dengan ḥażf alif di semua tempat. Mazmur

Sya’roni, Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan, h. 50. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h.

236. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 179. 56

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd dengan iṡbat alif waṣal. Abū ‘Amr al-Dānī, al-

Muqni’, h. 298. Abū Dāwūd al-Mukhtasar, v. 2, h. 179. 57

Ḥażf alif semuanya didalam al-Qur’an. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 214. Abū

Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 186. 58

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 265. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 30. 59

Al-Dānī dan Abū Dāwūd dengan ḥażf alif pada tempat ini. Namun Abū Dāwūd ḥażf alif

pada kata ini diseluruh tempat. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 174. al-Mukhtasar, v. 3, h. 610.

Page 97: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

80

59 2: 102

MSI dan MM ḥażf

alif 61

ḥażf alif

60 2: 102

MSI dan MM sama-

sama dipisah

(maqtū’)

al-faṣl wa

al-waṣl

61 2: 103

MSI dan MM iṡbat

alif 62

iṡbat alif

62 2: 111

MSI dan MM ḥażf

alif 63

ḥażf alif

63 2: 114

MSI dan MM ḥażf

alif 64

ḥażf alif

64 2: 119

MSI dan MM ḥażf

alif 65

ḥażf alif

65 2: 124

MSI dan MM ḥażf

alif 66

ḥażf alif

66 2: 124

MSI dan MM ḥażf

alif 67

ḥażf alif

67 2: 125

MSI dan MM ḥażf

alif 68

ḥażf alif

68 2: 133

MSI dan MM ḥażf

alif 69

ḥażf alif

69 2: 140

MSI dan MM ḥażf

alif 70

ḥażf alif

60

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 258. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 3, h. 112. 61

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 264. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 30. 62

iṡbat alif setelah wau jama’. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 286. Abū Dāwūd, al-

Mukhtasar, v. 2, h. 80. 63

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 243. Abū Dāwūd al-Mukhtasar, v. 2, h. 465. 64

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 237. Abū Dāwūd al-Mukhtasar, v. 2, h. 299. 65

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd dengan ḥażf alif yaitu setelah nun, yang mana dia

adalah dhamir jama’ mutakallim. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 229. Abū Dāwūd, al-

Mukhtasar, v. 2, h. 73. 66

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 187. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 120. 67

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 258. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 113. 68

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 258. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 112. 69

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 258. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 113. 70

Ḥażf alif dari kata yang didalamnya terhimpun 2 atau 3 alif. Abū ‘Amr al-Dānī, al-

Muqni’, h. 273. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 86.

Page 98: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

81

70 2: 151

MSI dan MM ḥażf

alif 71

ḥażf alif

71 2: 153

MSI dan MM ḥażf

alif 72

ḥażf alif

72 2: 159

MSI dan MM ḥażf

alif 73

ḥażf alif

73 2: 163

MSI dan MM ḥażf

alif 74

ḥażf alif

74 2: 164

MSI dan MM ḥażf

alif 75

ḥażf alif

75 2: 164

MSI dan MM iṡbat

alif 76

ḥażf alif

76 2: 173

MSI dan MM iṡbat

ya’ 77

iṡbat ya’

77 2: 173

MSI dan MM iṡbat

ya’ 78

iṡbat ya’

78 2: 184

MSI dan MM ḥażf

alif 79

ḥażf alif

79 2: 186

MSI dan MM iṡbat

ya’ 80

iṡbat ya’

80 2: 186

MSI dan MM iṡbat iṡbat ya’

71

Ḥażf setiap lafaz ini kecuali pada dua tempat yaitu; Qs. Yunus: 21 dan 15. Abū ‘Amr al-

Dānī, al-Muqni’, h. 250. Abū Dāwud, al-Mukhtasar, v. 2, h. 651. 72

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 263. Abū Dāwud, al-Mukhtasar, v. 2, h. 30. 73

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 293. Abū Dāwud, al-Mukhtasar, v. 2, h.232. 74

Abū ‘Amr Al-Dānī, al-Muqni’, h. 226. Abū Dāwud, al-Mukhtasar, v. 2, h. 212. 75

Abū ‘Amr Al-Dānī dan Abū Dāwud dengan ḥażf alif. Abū Dāwud mengatakan bahwa

tanpa alif antara ya’ dan ḥa ada di 5 tempat yaitu; disini, dalam surat Ibrāhīm, al-Kaḥfi, al-Furqān,

dan al-Syu’arā. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 174. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 234. 76

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd dengan iṡbat alif. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h.

359. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 89. 77

Ḥażf ya’ dari isim manqus munawwan (isim yang pada akhirnya terdapat ya’ lazimah)

baik marfu’atau majrur. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 324. 78

Ḥażf ya’ dari isim manqus munawwan (isim yang pada akhirnya terdapat ya’ lazimah)

baik marfu’atau majrur. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 324. 79

Tanpa alif antar sin dan kaf, dan seperti itu seluruhnya didalam al-Qur’an tanpa ada

yang berselisih dengannya. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 174. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v.

2, h. 247. 80

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 300. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 241.

Page 99: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

82

ya’ 81

81 2: 196

MSI dan MM ḥażf

alif 82

ḥażf alif

82 2: 196

MSI dan MM iṡbat

alif 83

iṡbat alif

83 2: 202

MSI dan MM iṡbat

alif 84

iṡbat alif

84 2: 207

MSI dan MM iṡbat

alif 85

iṡbat alif

85 2: 223

MSI dan MM ḥażf

alif 86

ḥażf alif

86 2: 226

MSI dan MM ḥażf

alif 87

ḥażf alif

87 2: 229

MSI dan MM ḥażf

alif 88

ḥażf alif

88 2: 237

MSI dan MM iṡbat

alif 89

iṡbat alif

89 2: 245

MSI dan MM ḥażf

alif 90

ḥażf alif

90 2: 247

MSI dan MM iṡbat

alif 91

iṡbat alif

81

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 300. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 241. 82

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 241. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 286. 83

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 358. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 89. 84

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 358. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 89. 85

Sepakat syaikhān dengan iṡbaṭ ya’. Abū Dāwūd berkata, para ulama rasm menulisnya

dengan “مرضات اهلل” dengan ta’ setelah alif seperti apa yang telah tertulis. Dan asalnya “ مرضوة”

dengan berharkat wau dan fathah sebelumya, maka diganti wau menjadi alif “مرضات”. Abū ‘Amr

al-Dānī, al-Muqni’, h. 403. Abū Dāwud, al-Mukhtasar, v. 2, h. 263. 86

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 239. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 135. 87

Ḥażf alif setelah wau jama’. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 284. 88

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 264. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 30. 89

Iṡbat alif setelah wau jama’. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 287. Abū Dāwūd, al-

Mukhtasar, v. 2, h. 80. 90

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 174. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 293. 91

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 260. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 113.

Page 100: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

83

91 2: 249

MSI dan MM ḥażf

alif 92

ḥażf alif

92 2: 216

MSI dan MM iṡbat

alif 93

iṡbat alif

93 2: 251

MSI dan MM ḥażf

alif 94

ḥażf alif

94 2: 251

MSI dan MM iṡbat

alif 95

iṡbat alif

95 2: 251

MSI dan MM iṡbat

alif 96

iṡbat alif

96 2: 254

MSI dan MM ḥażf

alif 97

ḥażf alif

97 2: 258

MSI dan MM ḥażf

ya’ 98

ḥażf alif

98 2: 259

MSI dan MM iṡbat

alif 99

iṡbat alif

99 2: 261

MSI dan MM ḥażf

alif 100

ḥażf alif

100 2: 269

MSI dan MM iṡbat

ya’ 101

iṡbat ya’

92

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 351. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 298. 93

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 178. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 293. 94

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd ḥażf alif dan seluruh perawi dengan ḥażf alif.

Mazmur Sya’roni, Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan, h. 53. Abū ‘Amr al-Dānī, al-

Muqni’, h. 176. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 299. 95

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd dengan iṡbat alif dan seluruh perawi dengan iṡbat

alif. Dan dengan satu wau setelah alif, tidak boleh ḥażf alif dari rasm ini. Abū ‘Amr al-Dānī, al-

Muqni’, h. 176. Abū Dāwud, al-Mukhtasar, v. 2, h. 299. 96

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 260. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 113. 97

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 264. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 30. 98

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwud dengan menulisnya dengan satu ya’. Abū ‘Amr al-

Dānī, al-Muqni’, h. 380. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 108. 99

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd dengan iṡbat alif. Abū Dāwūd berkata; iṡbat alif

antara mim dan ya’. Dan semua perawi sepakat seperti itu, dan tidak ada yang berselisih padanya.

al-Dānī, al-Muqni’, h. 351. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 302. 100

Dalam kata ini Abū ‘Amr al-Dānī berselisih, bisa saja dengan iṡbat ataupun ḥażf alif.

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 175. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 293. 101

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd dengan iṡbat ya’ apabila bertemu dengan sukun

pada kata lain. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 369. Abū Dāwud, al-Mukhtasar, v. 2, h. 158.

Page 101: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

84

101 2: 271

MSI dan MM

dengan satu ya’ 102

102 2: 275

MSI dan MM

dengan waw dan

iṡbat alif 103

al-badl

dan iṡbat

alif

103 2: 276

MSI dan MM iṡbat

alif 104

iṡbat alif

104 2: 276

MSI dan MM iṡbat

ya’ 105

iṡbat ya’

105 2: 282

MSI dan MM iṡbat

alif 106

iṡbat alif

106 2: 283

MSI dan MM ḥażf

alif 107

ḥażf alif

Dari pemaparan tabel diatas, yakni analisis persamaan yang telah

disepakati penulisan rasmnya dengan riwayat Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū

Dāwūd, terdapat 106 kata. Adapun kata-kata yang telah disepakati penulisan

rasmnya oleh para perawi rasm, yakni;

Menurut al-‘Uqaili, rumusan kata-kata pokok yang disepakati oleh para

perawi rasm usmani sebagaimana didalam bukunya Marsūm Khaṭ al-Muṣḥaf

dalam bab umum (al-Kullī) yaitu penulisan kata احليوة, الزكوة, الصلوة semuanya disalin

102

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 383. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 170. 103

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd dengan iṡbat alif. Semua kata ini didalam al-

Qur’an dengan huruf wau setelah huruf ba, dan alif setelahnya tanpa alif sebelumnya. Namun

terdapat pengecualian kata ribā yang tetap ditulis dengan alif yang terdapat dalam Qs. al-Rūm/30:

39. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 352. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 315. 104

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 300. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 316. 105

Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd dengan iṡbat ya’ apabila bertemu dengan sukun

pada kata lain. Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 370. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 158. 106

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 271. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 321. 107

Diseluruh al-Qur’an semuanya dengan rasm tanpa alif antara ha dan nun. Abū ‘Amr al-

Dānī, al-Muqni’, h. 176. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 322.

Page 102: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

85

dengan واو (tidak dengan alif sebagaimana kaidah gramatikal Bahasa Arab

konvensional), menurutnya selama kata-kata tersebut tidak di-iḍāfah-kan. Jika dia

iḍāfah maka bentuk واو kembali ke huruf aslinya, yaitu alif. Seperti حياتنا, صالتكم .

Namun pada MSI atau MM keduanya tidak berbeda dalam penulisan.108

Setiap kata اولئك, اولت, اويل, اولوا semuanya disalin dengan menambahkan

huruf واو. dan seperti itu juga pada kata الذي, يتال, الئ, اليل masing-masing ditulis

dengan menggunakan satu الم. Dan penulisan kata ابن harus menggunakan alif,

baik dia menjadi ṣifat atau khabar.109

Penulisan nama atau yang disebut dengan ‘Ajamiyah. ‘Ajamiyah yang

dimaksud dalam disiplin rasm usmani adalah nama-nama yang bukan Arab (non

Arab). Untuk memberlakukan ḥażf alif pada isim a’jamiyah harus memenuhi 4

syarat; Pertama, isim ‘ajam dikecualikan pada kata منارق Qs. al-Ghashiyah/15,

kedua, lebih dari tiga huruf, ketiga, alif harus berada di ujung atau di akhir, dan

banyak dipergunakan dalam al-Qur’an dibeberapa tempat.

Dan terdapat 21 nama, terbagi 2 macam:

1. Nama yang banyak digunakan, ada 9 nama; 112إسحق¸ 111إمسعيل¸ 110ابرهيم ¸

إسرءيل ¸ داود¸ سليمن¸ لقمن¸ هرون¸ عمرن . 113

108

Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, h. 173. Lihat Ismā‘īl bin Zāfir bin

‘Abdullāh al-‘Uqailī, Marsūm Khaṭ al-Muṣḥaf (Qatar: Wazārah al-Auqāf wa al-Shu‘ūn al-

Islāmiyah, 1430 H/ 2009 M), v. 1, h. 63. 109

Ismā‘īl bin Zāfir bin ‘Abdullāh al-‘Uqailī, Marsūm Khaṭ al-Muṣḥaf , h. 63-64. Contoh

ṣifat dalam Qs. Al-Ma’idah: 17, ابن مرمي املسيح . Dan khabar dalam Qs. al-Taubah: 30, ابن اهلل زيزع .

Lihat Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, h. 74. 110

Qs. al-Baqarah: 124/ 2: 125/ 2: 133.

Page 103: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

86

2. Nama yang tidak banyak digunakan ada 12 nama; يأجوج و ¸ جالوت¸ طالوت

بابل¸إل ياسني¸ إلياس¸ مهن¸ قرون¸ مروت¸ هروت¸ ميكل¸ مأجوج .

Dari nama-nama tersebut yang banyak digunakan عمرن¸ إسحق¸ إمسعيل¸ ابرهيم ¸

¸سليمن¸ لقمن¸ هرون maka di-ḥażf kan alifnya sesuai kesepakatan. Adapun إسرءيل¸114

Abū ‘Amr al-Dānī iṣbat alif, Abū Dāwud menghazfnya, dan ¸داود 115 dengan iṣbat

alif sesuai Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwud.

Untuk penulisan kata ابرهيم yang diulang sebanyak 15 kali didalam surah

al-Baqarah/2: 124, 125 (dua kali), 126, 127, 130, 132, 133, 135, 136, 140, 285

(tiga kali), dan 260 menurut al-Dānī berdasarkan mushaf Irak dan Syam disalin

dengan tanpa huruf ya’ (ابرهم).116

Sedangkan penulisan kata yang jarang disebutkan: 117يأجوج و مأجوج

جالوت ¸118طالوت pada empat lafaz ini dengan iṣbat alif.

Kata بابل¸ قرون¸ 119مروت¸ هروت didalam al-Qur’an penulisannya

diperselisihkan, yang lebih masyhur, Abū ‘Amr al-Dānī dengan iṣbat alif, dan

111

Qs. al-Baqarah: 125. 112

Qs. al-Baqarah: 133. 113

Qs. Ali-Imran 163/ Qs. al-Baqarah: 102. 114

Al-Dānī berkata: “Oleh karena itu kata إسرءيل, dengan menggunakan alif masih banyak

terdapat di dalam al-Qur’an, dan aku juga melihat disebagaian al-Qur’an Madinah dan Iraq,

dengan alif, masih banyak yang iṡbat alif.” al-Dānī, al-Muqni’, h. 262. 115

Qs. al-Baqarah:251. 116

al-Dānī, al-Muqni’, h. 254-255. 117

Qs. al-Baqarah:247. 118

Qs. al-Baqarah:251.

Page 104: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

87

Abū Dāwud memilih ḥażf alif. Adapun kata إلياسني¸ إلياس , Abū ‘Amr al-Dānī dan

Abū Dāwud diam tidak berkomentar.

Dan ḥażf alif pada jama’ salim, baik jama’ mużakar salim atau jama’

mu’anaṡ salim, contoh jama’ mużakar salim;120

, الكفرين121

122 الظلمون,

123124الشيطني,

الصربين,125126.الكفرون الفسقني,

Contoh jama’ mu’anaṡ salim;127

128,بينت

129,الظلمت130.بكلمت

Penulisan كاتب dalam surat al-Baqarah ayat 282 terdapat tiga kata yang

sama namun, Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwud berpendapat berbeda;131

1. Abū ‘Amr al-Dānī iṣbat alif dan Abū Dāwud diam tidak

berkomentar.

2. Abū ‘Amr al-Dānī iṣbat alif dan Abū Dāwud diam

tidak berkomentar.

119

Qs. al-Baqarah:102. 120

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 264. Abū Dāwud, al-Mukhtasar, v. 2, h. 30. 121

Qs. al-Baqarah: 34. 122

Qs. al-Baqarah: 229. 123

Qs. al-Baqarah: 102. 124

Qs. al-Baqarah: 153. 125

Qs. al-Baqarah: 26. 126

Qs. al-Baqarah: 253. 127

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 264-265. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 30. 128

Qs. al-Baqarah: 99. 129

Qs. al-Baqarah: 257. 130

Qs. al-Baqarah: 124. 131

Abū ‘Amr al-Dānī, al-Muqni’, h. 271. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 321.

Page 105: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

88

3. Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwud sepakat dengan

alif antara كاف dan تاء, dan tidak ada yang berselisih pada kata ini.

4. Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwud dengan iṣbat alif atau ḥażf

alif antara كاف dan تاء. Adapun kata ini dalam al-Qur’an berbeda-beda,

para sahabat ada yang menulisnya dengan alif dan adapula tanpa alif.

B. Perbedaan Rasm Usmani dalam Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia

dan Mushaf Madinah

Berikut ini analisis perbedaan penulisan rasm usmani antara MSI dan MM,

dapat dilihat pada tabel dibawah ini;

Tabel 4.2 Perbedaan Rasm Usmani dalam Mushaf Standar Indonesia dan

Mushaf Madinah

No. Surah MSI MM

Mazhab

Kaidah Al-Dānī

Abū

Dāwud

1. 2: 7

ḥażf 132 ابصرهم ابصارهم

2. 2: 7

ḥażf 133 غشوة غشاوة

3. 2: 15

ḥażf 134 طغينهم طغياهنم

4. 2: 16

ḥażf 135 جترهتم جتارهتم

132

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 89. 133

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 89. 134

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 97. 135

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 99.

Page 106: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

89

5. 2: 19

ḥażf 136 اصبعهم اصابعهم

6. 2: 19

ḥażf 137 الصوق الصواق

7. 2: 20

ḥażf 138 ابصرهم ابصارهم

8. 2: 20

ḥażf 139 ابصرهم ابصارهم

9. 2: 22

ḥażf 140 فرشا فراشا

10. 2: 22

ḥażf 141 الثمرت الثمرات

11. 2: 25

ḥażf 142 متشبها متشاهبا

12. 2: 25

ḥażf 143 ازوج ازواج

13. 2: 27

ḥażf 144 ميثقه ميثاقه

14. 2: 28

ḥażf 145 اموتا امواتا

15. 2: 28

ḥażf 146 فاحيكم فاحياكم

16. 2: 36

ḥażf 147 ومتع ومتاع

17. 2: 40

ḥażf 148 وايي واياي

18. 2: 40

ḥażf 149 اسرءيل اسراءيل

136

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 99. 137

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 99. 138

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 100. 139

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 100. 140

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 102. 141

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 104. 142

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 107. 143

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 108. 144

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 109. 145

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 109. 146

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 110. 147

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 120. 148

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 125. 149

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 124.

Page 107: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

90

19. 2: 42

ḥażf 150 بالبطل بالباطل

20. 2: 43

ḥażf 151 الركعني الركعني

21. 2: 48

ḥażf 152 شفعة شفاعة

22. 2: 62

ḥażf 153 الصبئني الصابئني

23. 2: 62

ḥażf 154 صلحا صاحلا

24. 2: 63

ḥażf 155ميثقكم ميثاقكم

25. 2: 65

ḥażf 156 خسئني خسئني

26. 2: 66

ḥażf 157 نكال نكاال

27. 2: 69

ḥażf 158 النظرين الناظرين

28. 2: 72

ḥażf 159 فادرءمت فادرءمت

29. 2: 75

ḥażf 160 كلم كالم

30. 2: 81

ḥażf 161 احطت احاطت

31. 2: 83

ḥażf 162ميثق ميثاق

32. 2: 83

ḥażf 163 بالولدين بالوالدين

150

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 134. 151

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 134. 152

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 135. 153

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 154. 154

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 155. 155

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 155. 156

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 156. 157

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 156. 158

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 157. 159

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 163. 160

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 164. 161

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 171. 162

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 172. 163

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 172.

Page 108: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

91

33. 2: 84

ḥażf 164ميثقكم ميثاقكم

34. 2: 84

ḥażf 165 ديركم دياركم

35. 2: 85

ḥażf 166 ديرهم ديارهم

36. 2: 85

ḥażf 167 والعدون والعدوان

37. 2: 85

ḥażf 168 بغفل بغافل

38. 2: 93

ḥażf 169ميثقكم ميثاقكم

39. 2: 93

ḥażf 170 امينكم اميانكم

40. 2: 102

ḥażf 171 هروت هاروت

41. 2: 102

ḥażf 172 ومروت وماروت

42. 2: 102

ḥażf 173 خلق خالق

43. 2: 102

ḥażf 174 يعلمان يعلمن

44. 2: 108

ḥażf 175 باالمين باالميان

45. 2: 111

ḥażf 176 برهنكم برهانكم

164

Abū Dāwud, al-Mukhtasar, v. 2, h. 174. 165

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 174. 166

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 174. 167

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 177. 168

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 179. 169

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 184. 170

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 184. 171

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 188. 172

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 188. 173

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 190. 174

Abū ‘Amar al-Dānī dan Abū Dāwūd berselisih disini. Abū Dāwūd memilih iṡbat alif

dan al-Dānī memilih untuk ḥażf alif. Abū ‘Amar al-Dānī, muqni’, h. 382. Abū Dāwūd, al-

Mukhtasar, v. 2, h. 170. 175

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 196. 176

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 196.

Page 109: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

92

46. 2: 115

ḥażf 177 وسع واسع

47. 2: 116

ḥażf 178 قنتون قنتون

48. 2: 118

ḥażf 179 تشبهت تشاهبت

49. 2: 123

ḥażf 180 ثفعة ثفاعة

50. 2: 139

ḥażf 181 اعملنا اعمالنا

51. 2: 139

ḥażf 182 اعملكم اعمالكم

52. 2: 140

ḥażf 183 شهدة شهادة

53. 2: 140

ḥażf 184بغفل بغافل

54. 2: 142

ḥażf 185 صرط صراط

55. 2: 143

ḥażf 186 امينكم اميانكم

56. 2: 144

ḥażf 187بغفل بغافل

57. 2: 149

ḥażf 188بغفل بغافل

58. 2: 154

ḥażf 189 اموت اموات

59. 2: 155

ḥażf 190 االمول االموال

177

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 201. 178

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 202. 179

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 204. 180

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 205. 181

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 213. 182

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 213. 183

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 213. 184

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 213. 185

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 214. 186

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 184. 187

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 213. 188

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 213. 189

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 226. 190

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 227.

Page 110: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

93

60. 2: 156

ḥażf 191 اصبتهم اصابتهم

61. 2: 164

ḥażf 192 اختلف اختالف

62. 2: 167

ḥażf خبرجني خبارجني

63. 2: 177

ḥażf عهدوا عاهدوا

64. 2: 178

ḥażf 193 باحسن باحسان

65. 2: 179

ḥażf 194 االلبب االلباب

66. 2: 180

ḥażf 195 للولدين للوالدين

67. 2: 187

ḥażf 196 بشرو باشرو

68. 2: 187

ḥażf 197 تبشرو تباشرو

69. 2: 187

ḥażf 198عكفون عكفون

70. 2: 188

ḥażf 199 امولكم اموالكم

71. 2: 188

ḥażf 200 االمول االموال

72. 2: 188

ḥażf 201بالبطل بالباطل

73. 2: 189

ḥażf 202 موقيت مواقيت

74. 2: 189

ḥażf 203 ابوهبا ابواهبا

191

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 227. 192

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 234. 193

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 244. 194

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 244. 195

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 245. 196

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 250. 197

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 250. 198

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 250. 199

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 227. 200

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 227. 201

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 251. 202

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 251. 203

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 251.

Page 111: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

94

75. 2: 190

ḥażf 204 وقتلوا وقاتلوا

76. 2: 190

اتلونكمقي تلونكمقي 205 ḥażf

77. 2: 191

همفاتلو ت مهفتلو ت 206 ḥażf

78. 2: 193

ḥażf 207 عدون عدوان

79. 2: 197

ḥażf 208 االلبب االلباب

80. 2: 198

ḥażf 209 عرفت عرفت

81. 2: 200

ḥażf 210 منسككم مناسككم

82. 2: 200

ḥażf 211 خلق خالق

83. 2: 211

ḥażf 212 اسرءيل اسراءيل

84. 2: 213

ḥażf 213 وحدة واحدة

85. 2: 213

ḥażf 214صرط صراط

86. 2: 215

ḥażf 215 فللولدين فللوالدين

87. 2: 217

ḥażf 216يقتلوانكم يقاتلوانكم

88. 2: 217

ḥażf 217انستطعوا انستطاعوا

204

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 252. 205

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 252. 206

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 252. 207

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 252. 208

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 256. 209

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 256. 210

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 256. 211

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 258. 212

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 124. 213

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 265. 214

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 265. 215

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 266. 216

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 267. 217

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 267.

Page 112: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

95

89. 2: 217

ḥażf 218اعملهم اعماهلم

90. 2: 218

ḥażf 219 وجهدو وجاهدو

91. 2: 219

ḥażf 220 ومنفع ومنافع

92. 2: 222

ḥażf 221التوبني التوابني

93. 2: 224

ḥażf 222 المينكم الميانكم

94. 2: 255

ḥażf 223 امينكم اميانكم

95. 2: 228

ḥażf 224 اصلحا اصالحا

96. 2: 229

ḥażf 225 الطلق الطالق

97. 2: 229

ḥażf 226 مرتن مرتان

98. 2: 229

ḥażf 227 باحسن باحسان

99. 2: 232

ḥażf 228 ازوجهن ازواجهن

100. 2: 232

ḥażf 229 ترضوا تراضوا

101. 2: 233

ḥażf 230 والولدت والولدت

102. 2: 233

ḥażf 231 اولدهن اوالدهن

218

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 267. 219

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 268. 220

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 279. 221

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 279. 222

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 285. 223

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 285. 224

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 286. 225

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 285. 226

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 286. 227

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 287. 228

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 288. 229

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 288. 230

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 288. 231

Abū Dāwud, al-Mukhtasar, v. 2, h. 288.

Page 113: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

96

103. 2: 233

ḥażf 232 ولدة والدة

104. 2: 234

ḥażf 233ازوجا ازواجا

105. 2: 236

ḥażf 234 متعا متاعا

106. 2: 238

ḥażf 235حفظوا حافظوا

107. 2: 240

ḥażf 236ازوجا ازواجا

108. 2: 240

ḥażf 237 متعا متاعا

109. 2: 240

ḥażf 238ألزوجهم ألزواجهم

110. 2: 241

ḥażf 239 متع متاع

111. 2: 243

ḥażf 240 متع متاع

112. 2: 243

ḥażf 241 ديرهم ديارهم

113. 2: 243

ḥażf 242 احيهم احياهم

114. 2: 244

ḥażf 243 وقتلوا وقاتلوا

115. 2: 246

ḥażf 244 نقتل نقاتل

116. 2: 246

ḥażf 245 تقتلوا تقاتلوا

232

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 288. 233

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 291. 234

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 290. 235

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 290. 236

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 291. 237

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 290. 238

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 291. 239

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 120. 240

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 120. 241

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 292. 242

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 292. 243

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 293. 244

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 295. 245

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 295.

Page 114: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

97

117. 2: 246

ḥażf 246 نقتل نقاتل

118. 2: 246

ḥażf 247 ديرنا ديارنا

119. 2: 247

ḥażf 248 وسع واسع

120. 2: 254

ḥażf 249 ثفعة ثفاعة

121. 2: 256

ḥażf 250 بالطغوت بالطاغوت

122. 2: 257

ḥażf 251 الطغوت الطاغوت

123. 2: 261

ḥażf 252 وسع واسع

124. 2: 261

ḥażf 253 اموهلم امواهلم

125. 2: 262

ḥażf 254 اموهلم امواهلم

126. 2: 265

ḥażf 255 اموهلم امواهلم

127. 2: 268

ḥażf 256 وسع واسع

128. 2: 269

ḥażf 257 االلبب االلباب

129. 2: 274

ḥażf 258 اموهلم امواهلم

130. 2: 279 ḥażf 259 امولكم اموالكم

246

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 295. 247

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 295. 248

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 296. 249

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 205. 250

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 300. 251

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 300. 252

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 201. 253

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 305. 254

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 305. 255

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 305. 256

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 201. 257

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 244. 258

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 305. 259

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 319.

Page 115: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

98

131. 2: 282

ḥażf 260وامراتن وامراتن

132. 2: 282

ḥażf 261 للشهدة للشهادة

133. 2: 282

ḥażf 262 جترة جتارة

134. 2: 283

ḥażf 263 امنته امانته

Dalam uraian tabel diatas, bahwa penulis menemukan penyalinan rasm

dalam MSI yang sama dengan mazhab al-Dānī terdapat 128 kata dari 134 kata.

Sedangkan yang berselisih terdapat 6 kata yang terdiri dari 4 kata pada jama’

mużakar sālim, yaitu dalam ayat 43, 65, 116, dan ayat 187, dan 2 kata pada jama’

muannaṡ sālim, yaitu dalam ayat 233 dan ayat 198.

Penulisan rasm usamani jama’ mużakar sālim memiliki 3 persyaratan

riwayat yaitu; Pertama ḥażf alif (membuang), alif pada jama’ mużakar sālim,

mislnya dalam Qs. al-Fātiḥah/1: 2 العلمين alif setelah huruf ‘ain dibuang dengan

dua syarat: jika terulang dalam al-Qur’an minimal dua kali dan setelah alif tidak

terdapat tashdīd atau hamzah. 264

Kedua iṡbāt alif (menetapkan), jika alif pada jama’ mużakar sālim terdapat

tasydīd yang bersambung langsung, seperti pada Qs. al-Fātiḥah/1: 7, Qs. al-

Baqarah/2: 102, Qs. al-Ṣaffāt/ 37: 165, dan Qs. al-Hijr/ 15: 56. Namun jika tidak

langsung, maka terjadi perbedaan pendapat. Abū Dawud tetap iṡbāt, dan yang

lainnya menyatakan ḥażf. Ketiga iṡbāt alif lebih populer, jika setelah alif pada

260

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 320. 261

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 321. 262

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 321. 263

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 321. 264

Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, h. 202.

Page 116: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

99

jama’ mużakar sālim berupa hamzah langsung, seperti Qs. al-Baqarah/2: 114 dan

125, Qs. al-A’rāf/7: 4 dan Qs. al-Hajj/ 22: 26. Namun jika hamzah-nya tidak

langsung, maka alifnya tetap dibuang (ḥażf), seperti Qs. Yūsuf/12: 91, Qs. al-

Qaṣaṣ/28: 8, Qs. al-Hāqqah/69: 37, Qs. al-Baqarah/2: 65, Qs. al-A’rāf/7: 116, Qs.

al-Taubah/9: 112.265

Adapun penulisan rasm usmani jama’ muannaṡ sālim dengan dua

persyaratan diantaranya: Pertama ḥażf (membuang) dengan syarat memiliki satu

alif dan banyak terulang dalam al-Qur’an, seperti Qs. al-Baqarah/2: 19 (dua kali)

dan 198, Qs. al-An‘ām/6: 87 dan Qs. al-Ṭalāq/65: 4. Walaupun demikian, terdapat

pengecualian pada beberapa tempat yang tidak mengalami pengulangan. Seperti

Qs. al-Baqarah/2: 167, Qs. an-Nisā’/4: 4, Qs. al-An‘ām/6: 93, Qs. al-Taubah:9:

99, al-Ra‘d: 6 dan 11, Qs. al-Nūr/24: 60, Qs. Fāṭir/35: 8, dan Qs. al-Zumar/39: 67

menurut Abū Dawud semuang dengan ḥażf alif.266

Kedua jama’ muannaṡ sālim memiliki dua alif, menurut para perawi rasm

usmani kedua alifnya dibuang dengan dua syarat; kata tersebut terulang dalam al-

Qur’an dan setelah alif bukan tasydīd atau hamzah. 267

Adapun MSI yang sama dengan mazhab Abū Dawūd terdapat 5 kata dan

yang tidak sama terdapat 129 kata dari 134 kata.

Sedangkan MM yang sama dengan mazhab al-Dānī terdapat 6 kata dan

yang tidak sama terdapat 128 kata dari 134 kata. Dan MM yang sama dengan

265

Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, h. 203-204. 266

Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, h. 205. Abū Dāwūd, al-Mukhtasar,

v. 2, h. 34. 267

Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, h. 206.

Page 117: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

100

mazhab Abū Dawūd terdapat 130 dari 134 kata dan yang tidak sama terdapat 4

kata.

Dalam hasil penelitian ini penulis memiliki persamaan dengan disertasi

Zainal Arifin dengan judul “Perbedaan Rasm Usmani antara Mushaf Standar

Indonesia dan Mushaf Madinah Saudi Arabia dalam Perspektif al-Dānī dan Abū

Dawūd.” Fokus kajiannya yaitu perbedaan rasm usmani pada kaidah al-ḥażf al-

ḥuruf. Adapun kaitannya dengan hasil dari penelitian penulis, bahwa perbedaan

rasm usmani diantara Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah banyak

terletak pada kaidah al-ḥażf al-ḥuruf dibandingakan dengan kaidah-kaidah yang

lainnya. Namun ada perbedaan hasil yang penulis temukan dengan disertasi

Zainal Arifin. Perbedaan rasm dalam MSI dan MM yang ditemukan Zainal Arifin

dalam surah al-Baqarah ada 114 kata. Sedangkan perbedaan rasm dalam MSI dan

MM yang penulis temukan dalam surah al-Baqarah ada 134 kata. Jadi, ada 20 kata

yang tidak dituliskan oleh Zainal Arifin dalam disertasinya. Adapun kata-kata

tersebut dapat dilhat pada tabel dibawah:

Tabel 4.3 Perbedaan Rasm dengan Zainal Arifin

No. Surah MSI MM Mazhab

Kaidah Al-Dānī Abū Dāwud

1. 2: 16

ḥażf 268 جترهتم جتارهتم

2. 2: 40

ḥażf 269 وايي واياي

3. 2: 40

ḥażf 270 اسرءيل اسراءيل

268

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 99. 269

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 125. 270

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 124.

Page 118: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

101

4. 2: 42

ḥażf 271 بالبطل بالباطل

5. 2: 62

ḥażf 272 صلحا صاحلا

6. 2: 66

ḥażf 273 نكال نكاال

7. 2: 81

ḥażf 274 احطت احاطت

8. 2: 83

ḥażf 275 بالولدين بالوالدين

9. 2: 93

ḥażf 276ميثقكم ميثاقكم

10. 2: 102

ḥażf 277 خلق خالق

11. 2: 102

ḥażf 278 يعلمان يعلمن

12. 2: 217

ḥażf 279انستطعوا انستطاعوا

13. 2: 228

ḥażf 280 اصلحا اصالحا

14. 2: 229

ḥażf 281 الطلق الطالق

15. 2: 229

ḥażf 282 مرتن مرتان

16. 2: 229

ḥażf 283 باحسن باحسان

271

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 134. 272

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 155. 273

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 156. 274

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 171. 275

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 172. 276

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 184. 277

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 190. 278

Abū ‘Amar al-Dānī dan Abū Dāwūd berselisih disini. Abū Dāwūd memilih iṡbat alif

dan al-Dānī memilih untuk ḥażf alif. Abū ‘Amar al-Dānī, muqni’, h. 382. Abū Dāwūd, al-

Mukhtasar, v. 2, h. 170. 279

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 267. 280

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 286. 281

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 285. 282

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 286. 283

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 287.

Page 119: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

102

17. 2: 232

ḥażf 284 ترضوا تراضوا

18. 2: 240

ḥażf 285 متعا متاعا

19. 2: 241

ḥażf 286 متع متاع

20. 2: 283

ḥażf 287 امنته امانته

Selain persamaan dan perbedaan rasm menurut al-Dānī dan Abū Dāwud,

penulis juga menemukan beberapa kata yang tidak mengacu pada al-Dānī dan

Abū Dāwud. Berikut ini lafaz yang mengacu pada selain keduanya dapat dilihat

pada tabel dibawah;

Tabel 4.4 Rasm yang tidak mengacu pada selain al-Syaikhāni

No. Surah MSI MM Keterangan Riwayat

1. 2: 158

MSI dan MM iṡbat

alif 288

al-

Balansi289

2. 2: 57

MSI dan MM iṡbat

alif 290

al-Balansi

284

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 288. 285

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 290. 286

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 120. 287

Abū Dāwūd, al-Mukhtasar, v. 2, h. 321. 288

Abū Dāwūd tidak pernah memberi komentar demikian. Dengan demikian, MSI atau

MM mengacu pada riwayat al-Balansi. Lihat Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani, h.

296. 289

Nama aslinya ‘Alī ibn Muḥammad al-Murādī, Abū al-Ḥasan al-Andalusī al-Balansī. Ia

berasal dari penduduk Balansi (kota yang terkenal di Andalus, yaitu bagian timurnya Tadmir dan

timurnya Cordoba), dan ia terkenal dengan nama tersebut (al-Balansi). Imam al-Balansi adalah

orang Arab yang berasal dari Murādi, dan kabilah Murādi termasuk diantara kabilah-kabilah Arab

yang telah menaklukkan Andalusia dan menjadikannya sebagai tempat tinggal. Al-Balansi lahir

pada masa Ḥakam ibn Tūmrt atau sebelumnya, Ibn Tūmart memerintah pada tahun 515 H. Dan

wafat pada tahun 567 H. Yazīd bin Muḥammad bin ‘Abd al-Raḥman al-‘Ammār, Imām al-Balansī

(567 H) wa Juhūduhu fī ‘Ilmi al-Rasm (Kulliyatu al-Da’wah wa Uṣūl al-Dīn, al-Mamlakah al-

‘Arabiyah al-Su‘ūdiyyah, 1436-1437 H), h.76-105. 290

Tidak ada satupun keterangan yang menyatakan bahwa ḥażf alif (الغمم) pada keduanya.

Pada kenyataannya, ahl al-mashriq (merujuk pada negara-negara yang berada di bagian timur

Page 120: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

103

3. 83

MSI dan MM iṡbat

alif 291

al-Balansi

Dari pemaparan tabel diatas, yang tidak mengacu pada Abū ‘Amar al-Dānī

dan Abū Dāwūd yakni 3 kata dan ketiganya mengacu pada al-Balansi.

C. Faktor Penyebab Perbedaan

Dari pembahasan yang sebelumnya diketahui bahwa penulisan rasm pada

masing-masing mushaf memiliki sisi perbedaan yang signifikan. Perbedaan yang

paling tampak yaitu pada rasm ditemukan beberapa lafadz yang berbeda

penulisannya antara Mushaf Standar Indonesia dengan Mushaf Madinah. Menurut

penulis sejauh ini, yang menjadi salah satu sebabnya perbedaan diantara kedua

mushaf ini adalah karena riwayat ulama rasm pada masing-masing mushaf, yaitu

antara Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dāwūd Sulaimān. Keduanya memiliki

perbedaan dalam menetapkan huruf (iṡbat), dan membuang huruf (ḥażf). Dalam

telaah penulis bahwa Abū ‘Amr al-Dānī yang cenderung menggunakan kaidah

penetapan huruf alif (iṡbat alif), sedangkan Abū Dāwūd lebih cenderung

menggunakan membuang huruf alif (ḥażf alif).

Jazirah Arab) menyalinnya dengan iṡbat alif. Sementara al-Balansi merumuskannya untuk ḥażf alif

pada kata tersebut dalam al-Qur’an. Dalam hal ini, MSI ataupun MM mengacu pada riwayat al-

Balansi bukan al-Dānī maupun Abū Dāwūd. Lihat Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm

Usmani, h. 295. Bandingkan dengan Mazmur Sya’roni, Abū Dāwūd ḥażf alif kecuali pada dua

tempat yaitu; Qs. al-Baqarah/ 2: 210 dan Qs. al-Furqan/ 25: 25. Mazmur Sya’roni, Pedoman

Umum Penulisan dan Pentashihan, h. 48. 291

Pada lafaz ini Abū Dāwūd tidak memberi komentar apapun. walaupun ahl al-mashriq

menuliskannya dengan iṡbat alif pada ayat tersebut dan ḥażf pada selainnya. Sementara ahl al-

maghrib ḥażf pada keseluruhannya dengan mengacu pada riwayat al-Balansi. Namun, MSI dan

MM keduanya menuliskan dengan iṡbat alif. dengan demikian MSI ataupun MM mengacu pada

riwayat al-Balansi bukan al-Dānī maupun Abū Dāwūd. Lihat Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan

Rasm Usmani, h. 296-297.

Page 121: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

104

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada

bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan;

Pertama, analisis rasm mushaf khusus pada Qs. al-Baqarah ayat 1-286

dalam Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah, dibagi menjadi tiga

kategori;

a) Persamaan rasm dengan mengacu pada riwayat al-Dānī dan Abū

Dāwud. Dari analisis ini, terdapat 106 kata yang sesuai dengan

syaikhānī.

b) Perbedaan rasm dengan mengacu pada riwayat al-Dānī dan Abū

Dāwud. Dari analisis ini, terdapat 134 kata. Jika diuraikan; dalam MSI

yang sama dengan mazhab al-Dānī terdapat 128 kata dari 134 kata.

Sedangkan yang berselisih terdapat 6 kata. Adapun MSI yang sama

dengan mazhab Abū Dawūd terdapat 5 kata dan yang tidak sama

terdapat 129 kata dari 134 kata. Sedangkan MM yang sama dengan

mazhab al-Dānī terdapat 6 kata dan yang tidak sama terdapat 128 kata

dari 134 kata. Dan MM yang sama dengan mazhab Abū Dawūd

terdapat 130 kata 134 kata dan yang tidak sama terdapat 4 kata dari.

c) Rasm mushaf yang tidak mengacu pada keduanya namun pada imam

lainnya, yakni 3 lafaz dan ketiganya mengacu pada al-Balansi.

Page 122: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

105

Dalam pnelitian ini memiliki persamaan dengan disertasi Zainal Arifin

yaitu, Perbedaan Rasm Usmani:Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dan

Mushaf Madinah Saudi Arabia dalam Perspektif al-Dānī dan Abū Dawūd.

Sama-sama memiliki perbedaan rasm usmani diantara Mushaf Standar

Indonesia dan Mushaf Madinah terletak pada kaidah al-ḥażf al-ḥuruf. Namun

ada perbedaan hasil yang penulis temukan dari hasil disertasi Zainal Arifin.

Perbedaan rasm dalam MSI dan MM yang ditemukan Zainal Arifin dalam

surah al-Baqarah ada 114 kata. Sedangkan perbedaan rasm dalam MSI dan

MM yang penulis temukan dalam surah al-Baqarah ada 134 kata. Yaitu

diantaranya; Qs. al-Baqarah/2: 16, 40, 40, 42, 62, 66, 81, 83, 93, 102, 102,

217, 228, 229, 229, 229, 232, 240, 241, dan 283.

Kedua, faktor penyebab perbedaan pada Mushaf Standar Indonesia

dan Mushaf Madinah, disebabkan perbedaan periwayatan ulama rasm pada

masing-masing mushaf, yaitu antara Abū ‘Amr al-Dānī dan Abū Dawūd

Sulaimān. Keduanya memiliki perbedaan dalam menetapkan huruf (iṡbat),

dan membuang huruf (ḥażf). Dimana Abū ‘Amr al-Dānī yang cenderung

menggunakan kaidah penetapan huruf alif (iṡbat alif), sedangkan Abū Dawūd

lebih cenderung menggunakan membuang huruf alif (ḥażf alif).

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa pembahasan tentang kajian rasm usmani ini

masih banyak pembahasan yang masih perlu untuk dikaji kembali dari pemaparan

Page 123: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

106

yang penulis sajikan. Sehingga kajian ini tidak cukup hanya berhenti sampai

disini, tetapi mengharapkan pengembangan lebih lanjut. Dan kemungkinan masih

terdapat beberapa perbedaan atau persamaan penulisan rasm usmani dalam surah

al-Baqarah ini yang terlewatkan dari pengamatan penulis. Oleh karenanya, penulis

berharap untuk peneliti yang selanjutnya dapat menggalinya lebih dalam.

Page 124: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

107

DAFTAR PUSTAKA

Al-‘Ammār, Yazīd bin Muḥammad bin ‘Abd al-Raḥman, Imām al-Balansī (567

H) wa Juhūduhu fī ‘Ilmi al-Rasm (Kulliyatu al-Da’wah wa Uṣūl al-Dīn, al-

Mamlakah al-‘Arabiyah al-Su‘ūdiyyah, 1436-1437 H).

Anshori. ‘Ulūm al-Qur’ān: Kiadah-kaidah Memahami Firman Tuhan. Jakarta:

Rajawali Press, 2013.

Anshori. “Studi Komparasi antara Qira’at Nafi Riwayat Qalun dengan Qira’at

‘Ashim Riwayat Hafash (Kajian QS. al-Shafat/ 37 – Q.S. Qaf/ 50).” Jurnal

Qiro’ah v. 3, no. 1 (Desember 2010): h. 305-326.

Akbar, Ali. “Pencetakan Mushaf al-Qur’an di Indonesia.” Jurnal-Ṣuḥuf, v. 4, no. 2

(2011): h. 271-287.

Amal, Taufik Adnan. Rekontruksi Sejarah al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Alvabet,

2005.

Al-A’zami, Muhammad Mustofa. Sejarah Teks al-Qur’an dari Wahyu sampai

Kompilasi. terj. Sohirin Solihin, dkk. Jakarta: Gema Insani, 2005.

Al-Dānī, Abū ‘Amr ‘Uṡmān Ibn Sa‘īd. al-Muqni’ fī Ma’rifāti Marsum Maṣāḥif

Ahli al-Amṣār. Riyaḍ: Dār al-Tadmuriya, 1431 H/ 2010 M.

Al-Ḥumaid, Abū ‘Amr ‘Uṡmān ibn Sa‘īd al-Dānī taḥqīq Nurah bin Ḥasan bin

Fahd al-Muqni’ fī Ma’rifati Marsūm Maṣāḥif Ahl al-Amṣār. Al-Mamlakah

al-‘Arabiyyah al-Su‘udiyyah: Dār al-Tadmuriyah, 2010.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2010.

Page 125: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

108

Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI. Sejarah Penulisan Mushaf al-Qur’an

Standar Indonesia. Jakarta: Lajnah Pentashih Mushaf al-Qur’an. cet. 2,

2017.

Bin Mokhtar, Ahmad Baha’. “Hadhf dan Ithbat al-Alif dalam Ilmu Rasm Usmani

Kajian terhadap Tiga Mushaf Terpilih.” Tesis Jurusan al-Qur’an dan Hadis,

Akademi Pengajian Islam Universitas Malaya: Kuala Lumpur, 2015.

Hakim, Abdul. “Perbandingan Rasm Mushaf Standar Indonesia, Mushaf Pakistan,

dan Mushaf Madianah Analisa Rasm Kata Berkaidah Ḥażf al-Ḥurūf.”

Jurnal Ṣuḥuf, v. 10, no. 2 (Desember 2017): h. 371-394.

https://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Baqarah diakses pada tanggal 11

Desember 2018, pukul 13. 40 WIB.

https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Hajjaj_bin_Yusuf diakses pada tanggal 30

Oktober 2018, pukul 09.30 WIB.

https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Khalil_bin_Ahmad_al-Farahidi diakses pada

tanggal 30 Oktober 2018, pukul 10.31 WIB.

http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/nuansa/article/download/20/20

diakses pada tanggal 21 Desember, pukul 13.20 WIB.

Ibn Najah, Abū Daud Sulaimān. Mukhtaṣar al-Tabyin Hajai al-Tanzil. Madinah

al-Munawwarah: Mujamma’ Malik li Ṭaba’ati al-Muṣḥaf al-Syarif, 1421 H.

Madzkur, Zainal Arifin. Perbedaan Rasm Usmani:Mushaf al-Qur’an Standar

Indonesia dan Mushaf Madinah Saudi Arabia dalam Perspektif al-Dānī dan

Abū Dawūd. Jakarta: Azzamedia, 2018.

Page 126: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

109

Madzkur, Zainal Arifin. “Mengenal Rasm Usmani: Sejarah, Kaidah, dan Hukum

Penulisan al-Qur’an dengan Rasm Usmani.” Jurnal Ṣuḥuf, v. 5, no. 1

(2012): h. 1-18.

_______. “Legalisasi Rasm ‘Uthmānī dalam Penulisan al-Qur’ān.” Jurnal Ṣuḥuf,

v. 1, no. 2 (Desember 2017): h. 215-236.

_______. “Kajian Ilmu Rasm Usmani dalam Mushaf al-Qur’an Standar Usmani

Indonesia.” Jurnal Ṣuḥuf, v. 6, no. 1 (2013): h. 35-58.

_______. “Mengenal Mushaf al-Qur’an Standar Usmani Indoneisa; Studi

Komparatif atas mushaf Standar Usmani 1983 dan 2002.” Jurnal Ṣuḥuf, v.

4, no. 1 (2011): h. 1-22.

_______. Khazanah Ilmu al-Qur’an. Jakarta: Yayasan Masjid Taqwa, 2018.

_______. “Harakat dan Tanda Baca Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia dalam

Perspektif Ilmu Ḍabṭ.” Jurnal-Ṣuḥuf, v. 7, no. 1 (Juni 2014): h. 1-23.

Mustofa, “Pembakuan Qira’at Aṣim Riwayat Ḥafṣ dalam Sejarah dan Jejaknya di

Indonesia.” Jurnal Ṣuḥuf, v. 4, no. 2 (2011): h. 221-245.

Nugraha, Eva. “Kaidah Rasm Utsmani pada Mushaf al-Qur’an Standar

Indonesia,” Skripsi S1 Universitas Islam Negeri Bandung, 1995.

_______.“Konsep al-Nabī al-Ummī dan Implikasinya pada Penulisan Rasm.”

Jurnal-Refleksi, v. 13, no. 2 (April 2012): h. 263-287.

Proyek Penelitian Keagamaan, Mengenal Mushaf al-Qur’an Standar Indonesia.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, 1984-1985.

Al-Qaṭṭān, Mannā’. Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an. terj. Aunur Rafiq el-Mazni.

Jakarta: Pustaka al-Kautsar. cet. 1, 2005.

_______. Mabāḥiṡ fī ‘Ulūm al-Qur’ān. Riyaāḍ: Mansyūrāt al-‘Aṣr al-Ḥdīṡ, 1393.

Page 127: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

110

Saefullah, Asep. “Aspek Rasm, Tanda Baca, dan Kaligrafi pada Mushaf-mushaf

Kuno Koleksi Bayt al-Qur’an dan Museum Istiqlal jakarta.” Jurnal Ṣuḥuf, v.

1, no. 1 (2008): h. 87-110.

Shohib, Muhammad dan Madzkur, Zainal Arifin. Sejarah Penulisan Mushaf al-

Qur’an Standar Indonesia. Jakarta: LPMA Badan Litbang dan Diklat

Kementerian Agama Republik Indonesia. v. 1, 2013.

Shihab, Muhammad Quraish. Sejarah & ‘Ulūm al-Qur’ān. Jakarta: Pustaka

Firdaus, 2013.

Shihab, Muhammad Quraish. Mukjizat al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1997.

Al-Shalih, Subhi. Membahas Ilmu-ilmu al-Qur’an. terj.Tim Pustaka Firdaus.

Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008.

Sudrajat, Enang. “Pentashihan Mushaf al-Qur’an di Indonesia.” Jurnal Ṣuḥuf, v.

6, no. 1 (2013): h. 59-81.

Surahmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito, 1994.

Al-Suyūṭī, Jalaluddīn. al-Iṭqān fī ‘Ulūm al-Qur’an, bagian 76 fī Marsum al-Khaṭ

wa ādāb Kitabatah. Beirut Libanon: Dār al-Fikr, 2010.

_______. Samudera ‘Ulumul Qur’an (al-Itqān fī ‘Ulūm al-Qur’ān. terj. Farikh

Marzuqi Ammar dan Imam Fauzi. Surabaya: Bina Ilmu, t.t.

Surahmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito, 1994.

Sya’roni, Mazmur. Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan Mushaf al-

Qur’an dengan Rasm Usmani, dan Pentashihan Mushaf al-Qur’an dengan

Rasm Usmani. Jakarta: Departemen Agama RI, Badan Penelitian dan

Pengembangan Agama, Puslitbang Lektur Agama, 1999.

Page 128: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44134/2/MIGA...KAJIAN ILMU RASM USMANI MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

111

_______. “Prinsip-prinsip Penulisan dalam al-Qur’an Standar Indonesia.” Jurnal

Lektur Keagamaan. v. 5, no. 1 (2007): h. 127-149.

Thoharoh, Atifah. “Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Madinah: Kajian Atas

Ilmu Rasm.” Skripsi S1 Fakultas Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam

Negeri Tulungagung, 2017.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional, 2008.

Yunardi, E. Badri. “Sejarah Lahirnya Mushaf Standar Indonesia.” Jurnal-Lektur,

v. 3, no. 2 (2005): h. 279-300.