PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU `ASRȂR AL-RASM FÎ...
Transcript of PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU `ASRȂR AL-RASM FÎ...
PENERJEMAHAN KOMUNIKATIF BUKU `ASRȂR AL-RASM FÎ KHAT AL-
NASKHI KARYA MOHAMED AMZIL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)
Oleh
M. Mawardi
NIM: 1113024000026
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/2018 M
LEMBAR PERNI'YATAAI\
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN Syarif HidayatullahJakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2018
IAI SIOZIII 6€'IVIUY)IYf IIVTTNIYAYOIH TIUVAS tuflCflN IAIVTSI SVIIS"UflAINN
YilOINVAIft II NYO fiV'{Y SY"I.INXYd
IIYhTYfUYI IONIS htYUCOUd
9U0000fu0€II I :WIN+-IprB/uGlAtrtrAl
rtralo
(t*m14l5) rrcpeuql ssu$reS rc[eg
qaprodrua6l ueprudueg Iqftueunru {r4rm ueryrferc
rs{q5
TIZT1TY {TflffTTTEOff[ VAUYX IflXSYN*IY T,YEX
Jd fiSYtrAY V.Y[SY. rDINg .{IJYXINNI{IOX r{YIIYI^ITfUgNffd
c-q{ ?tlsEe)[ rtqrurss'sr(t
%(7u
€urqrurqure4
II
L--*
1
(__ll
=
.)//
A
LEMBAR PENGESAIIAN PENGUJI
Skripsi yang berjudul "Pene{emahan Komunikatif Buku 'Asrdr al-Rasm fi Khat al-
Naskhi Karya Mohamed Amzif' diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah, pada
tanggal 22 Maret 2018 di hadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Hum) pada Jurusan Tarjamah.
Iakarta 26 Maret 2018
Tanda TanganPanitia Uj ian Munaqo sah
Ketua Sidang (Ketua Jurusan)
Dr. Moch. Svarif Hidayatullah. M.HumNrP. 19791229 20050t | 004
Sekretaris Sidang
RizqlHandayani. M.ANIP. 19831 r08 2009t2 2 00s
Penguji I
Dr. Abdullah. M.AgNrP. 19610825 199303 1002
Penguji tr
Karlina Helmanita. M.AgNrP. 19700121 t99803 2002
W
ry
Tanggal
2Q-07 -tB
Lt -fi-t8
20- 03- l8
Ze - ot -t8
i
ABSTRAK
M. Mawardi, NIM (1113024000026), Penerjemahan Komunikatif Buku
`Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi karya Mohamed Amzil, Skripsi Program
Studi Tarjamah, Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta 2018.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerjemahan buku `Asrȃr al-Rasm
fî Khat al-Naskhi yang diterjemahkan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia
dengan metode komunikatif, dan mengetahui strategi dalam menerjemahan buku
`Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi dengan metode komunikatif, mengingat
kurangnya buku-buku kaligrafi yang beredar di Indonesia dengan penjabaran
ilmiah secara geometris, visual, dan estetis. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan deskriptif
yang berlandaskan pada penelitian terhadap teks `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi
sebagai objek penelitian. Metode analisis data dalam penelitian ini melalui enam
langkah, yaitu membunyikan tanda fonetik pada teks buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat
al-Naskhi, menerjemahkan kata per kata, melakukan penerjemahan komunikatif,
mendeskripsikan strategi penerjemahan, menganalisis data, melakukan
intertekstual, membuat kesimpulan. Hasil terjemahan menunjukkan bahwa metode
penerjemahan komunikatif untuk menerjemahkan buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-
Naskhi adalah cocok karena buku tersebut menggunakan teks informatif, maka
informasi dalam Tsu harus dapat berterima dalam Tsa sesuai dengan konteks dan
budaya pembaca Tsa. Strategi penerjemahan yang digunakan dalam penelitian ini
di antaranya adalah, taqdîm wa ta`khîr, yang mengedepankan kata dalam Bsu
yang diakhirkan dalam Bsa dan mengakhirkan kata Bsu yang dikedepankan dalam
Bsa; ziyȃdah, yang menambahkan kata dalam Bsu yang disebut dalam Bsa; hażf,
yang membuang kata dalam Bsa yang disebut dalam Bsu; tabdîl, yang mengganti
struktur kata dalam Bsu dengan memperhatikan makna dalam Bsa.
Kata kunci: terjemahan, `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi, metode penerjemahan
komunikatif
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Selawat
dan salam tidak lupa peneliti sampaikan kepada Nabi Besar Muhammad Saw.
yang telah memberikan petunjuk dan menjadi suri tauladan bagi umatnya.
Adapun tujuan penelitian skripsi yang berjudul “Penerjemahan
Komunikatif Buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi karya Mohamed
Amzil,” diajukan untuk mendapatkan gelar sarjana Humaniora. Dalam menyusun
skripsi ini, tentunya peneliti tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang tanpa
lelah memberikan dorongan baik moril maupun materiil. Dengan segala
kerendahan hati, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya,
kepada:
1. Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Tarjamah
yang telah memberikan pengarahan dan nasihat kepada peneliti.
3. Rizqi Handayani, MA. selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah yang telah
memberikan arahan dan nasihat kepada peneliti.
4. Drs. Saifullah Kamalie, Ph.D selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan waktu, arahan, bimbingan, nasihat, dan ilmu yang
sangat berarti bagi peneliti.
iii
5. Dosen penguji Dr. Abdullah, M.Ag dan Karlina Helmanita, M.Ag yang
telah memberikan saran dan masukan untuk skripsi peneliti, agar menjadi
lebih baik lagi.
6. Seluruh dosen Program Studi Tarjamah yang telah memberikan banyak
ilmu kepada peneliti selama berada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Asatiz LEMKA Ayahanda guru Dr. KH. D Sirojuddin AR, M.Ag, Ust. H.
Isep Misbah, S.Ag, Ust. Teguh Prasetio yang telah memberi masukan
dalam Penerjemahan Buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi karya
Mohamed Amzil.
8. Ayah dan Emak (Ismail Muhammad dan Mardiah) yang tak pernah lelah
menengadahkan kedua tangannya guna mendoakan keselamatan putra-
putrinya, memberikan pengorbanan, dukungan moril maupun materil,
nasihat, dan kasih sayang. Istri (Wildia Kurnia Putri) Saudari peneliti
(Melati) yang selalu memberikan motivasi, masukan, dan dukungan.
9. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
Peneliti berharap semoga kebaikan, keikhlasan, dan ketulusan
semua pihak yang telah membantu peneliti dibalas oleh Allah SWT.
Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi yang sekiranya jauh dari
sempurna ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya, bagi
pembaca umumnya dalam dunia pendidikan.
Jakarta, 8 Februari 2018
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
PEDOMAN TRANSLITERASI...........................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian..........................................................1
B. Batasan dan Rumusan Masalah..................................................3
C. Tujuan Penelitian........................................................................3
D. Manfaat Penelitian……………………………………………..3
E. Penelitian terdahulu....................................................................4
F. Metodologi Penelitian................................................................5
G. Sistematika Penulisan.................................................................9
BAB II KERANGKA TEORI
A. Penerjemahan Komunikati………...........................................10
B. Strategi Penerjemahan………..................................................13
BAB III SEKILAS TENTANG BUKU `ASRȂR AL-RASM FÎ KHAT
AL-NASKHI DAN BIOGRAFI MOHAMED AMZIL
A. Buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi………………………16
B. Biografi Mohamed Amzil........................................................18
v
C. Karya-Karya Mohamed Amzil……….....................................21
D. Prestasi dan Penghargaan Mohamed Amzil……..…...............22
E. Kaligrafi Arab…………………………………………..…….24
BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN PENERJEMAHAN DAN
STRATEGI PENERJEMAHANNYA
Pertanggungjawaban dan Strategi Penerjemahan……...................30
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................56
B. Rekomendasi............................................................................57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah mengalihaksarakan suatu tulisan ke dalam aksara lain.
Misalnya, dari aksara Arab ke aksara Latin.
Berikut ini adalah Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543 b/u/1997
tentang Transliterasi Arab-Latin yang peneliti gunakan dalam penulisan skripsi
ini.
A. Konsonan
ARAB NAMA Latin KETERANGAN
- - Alif ا
Ba‟ B Be ب
Ta‟ T Te ت
Ṡa‟ Ṡ Es dengan titik di atas ث
Jim J Je ج
Ḥa‟ Ḥ Ha dengan titik di bawah ح
Kha Kh Ka dan ha خ
Dal D De د
Żal Ż Zet dengan titik di atas ذ
Ra‟ R Er ر
Zai Z Zet ز
Sin S Es س
Syin Sy Es dan ye ش
vii
Ṣad Ṣ Es dengan titik di bawah ص
Ḍaḍ Ḍ De dengan titik di bawah ض
Ṭa Ṭ Te dengan titik di bawah ط
Ẓa Ẓ Zet dengan titik di bawah ظ
Ain „ Koma terbalik di atas„ ع
Gain G Ge غ
Fa F Fa ف
Qaf Q Qi ق
Kaf K Ka ك
Lam L El ل
Mim M Em م
Nun N En ن
Wau W We و
Ha‟ H Ha ه
Hamzah ` Apostrof ء
Ya‟ Y Y ي
e
B. Vokal
1. Vokal Tunggal
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan
Fatḥah A A
viii
Kasrah I I
Ḍammah U U
2. Vokal Rangkap
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan
ىي
Fatḥah dan
ya‟ sakin
Ai A dan I
ىو
Fatḥah dan
wau sakin
Au A dan U
3. Vokal Panjang
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan
Fatḥah dan alif Ȃ a dengan topi di atas ــ ا
Kasrah dan ya‟ Ȋ i dengan topi di atas ــ ي
Ḍammah dan wau Ȗ u dengan topi di atas ـــ و
C. Ta’ Marbûṭah
1. Transliterasi untuk ta‟ marbûṭah hidup
Ta‟ marbûṭah yang hidup atau yang mendapat harakat Fatḥah,
Kasrah, dan Ḍammah, transliterasinya adalah “T/t”.
2. Transliterasi untuk ta‟ marbûṭah mati
ix
Ta‟ marbûṭah yang mati atau mendapat harakat sakin, transliterasinya
adalah“h”
3. Transliterasi untuk ta‟ marbûṭah
Jika diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang “al-” dan
bacaannya terpisah maka ta‟ marbûṭah ditransliterasikan dengan “h”.
D. Huruf Ganda (Syaddah atau Tasydîd)
Transliterasi Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan tanda tasydîd ( ), dalam transliterasi dilambangkan
dengan huruf yang sama (konsonan ganda).
E. Kata sandang alif-lam “ال”
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan hurug alif-
lam ma„rifah “ال”. Namun dalam transliterasi ini, kata sandang dibedakan atas
kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti
oleh huruf qamariyah.
1. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan
sesuai dengan bunyi yaitu “ال” diganti huruf yang sama dengan huruf yang
mengikuti kata sandang tersebut.
2. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan
sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan
bunyinya. Huruf sandang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya
dan dihubungkan dengan tanda sambung (-). Aturan ini berlaku untuk kata
x
sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah maupun kata sandang yang
diikuti oleh huruf qamariyah.
F. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah yaitu menjadi apostrof (‟) hanya
berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Bila hamzah
terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab ia
berupa alif.
G. Huruf Kapital
Meskipun tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam
transliterasi huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, nama diri, dan
sebagainya seperti keterangan-keterangan dalam EYD. Awal kata sandang
pada nama diri tidak menggunakan huruf kapital kecuali jika terletak di awal
kalimat.
H. Lafẓ al-Jalâlah (هللا)
Kata Allah yang didahului dengan partikel seperti huruf jar dan huruf
lainnya, atau berkedudukan sebagai muḍâf ilaih (frasa nomina), ditransliterasi
tanpa huruf hamzah. Adapun ta‟ marbûṭah di akhir kata yang bertemu
dengan lafẓ al-jalâlah,ditransliterasikan dengan huruf “t”.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penerjemahan merupakan reproduksi di dalam bahasa sasaran yang memiliki
padanan pesan yang paling dekat dan wajar dari bahasa sumber, pertama dalam
makna dan yang kedua dalam gaya bahasa.1
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komunikatif agar
memudahkan pembaca untuk memahami buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi,
karena metode komunikatif merupakan metode yang berorientasi pada bahasa
sasaran yang bisa dipahami oleh kebanyakan orang, bukan hanya sekelompok
orang atau suku tertentu.2
Buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi ditujukan untuk para praktisi kaligrafi
dan kaligraf pemula maka metode komunikatif dirasa sangat tepat dijadikan
rujukan dalam menerjemahkan buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi agar dapat
dipahami dengan rinci.
Kelebihan dari penerjemahan komunikatif adalah fungsi utamanya sebagai
suatu sarana untuk menyampaikan suatu gagasan orang lain. Jenis ini menekankan
akan pentingnya unsur-unsur seperti bahasa sumber, bahasa sasaran, budaya,
penulis teks asli, penerjemah, keefektifan bahasa, dan pembaca.3 Metode
komunikatif juga mereproduksi makna kontekstual yang sedemikian rupa,
1Eugene Nida dan Charles Taber, The Theory and Practice of Translation, (Leiden: EJ Brill,
1969), h. 12. 2 Ismail Lubis, “Ihwal Penerjemahan Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia”. Humaniora.
Vol. 16 No. 1, Februari 2004, 96. 3Masduki, “Jenis dan Makna Terjemahan (Ditinjau dari Kelebihan dan
Kekurangannya)”. Prosodi. Vol. 5 No. 2, Juli 2011, 1.
2
sehingga aspek kebahasaan maupun aspek isi dapat langsung dimengerti
pembaca.4
Alasan yang mendasari peneliti menerjemahkan buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat
al-Naskhi adalah pertama karena kurangnya buku-buku referensi kaligrafi yang
beredar di Indonesia dengan penjabaran ilmiah secara geometris, visual, dan
estetis. Buku `Amsyȃqu al-Khaṭṭi Muhammad Syauq fî al-Ŝuluŝi wa al-Naskhi 5
dan buku Qawȃȋd al-Khaṭṭi al-`Arȃbiyyati karya Hasyim Muhammad 6 misalnya,
buku yang digunakan oleh para santri LEMKA (Lembaga Kaligrafi al-Quran) ini
hanya menggambarkan bentuk visual sebuah huruf dan mengukur ketebalan,
panjang, dan tinggi, serta lebar suatu huruf ataupun gabungan huruf dengan
menggunakan titik.
Kedua buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi banyak digunakan para
kaligraf sebagai referensi kaidah kaligrafi khat naskhi, tetapi sebagian besar para
kaligraf Indonesia tidak mengerti bahasa Arab. Dalam buku `Asrȃr al-Rasm fî
Khat al-Naskhi terdapat kaidah yang unik dari buku-buku kaidah kaligrafi yang
beredar, karena buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi mengukur kaidah dengan
pertimbangan secara geometris, visual, dan estetis.
Setelah melakukan pengamatan terkait penerjemahan komunikatif dan
diaplikasikan pada penerjemahan buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi karya
Muhammad Amziel, peneliti akan meneliti tentang “Penerjemahan Buku `Asrȃr
al-Rasm fî Khat al-Naskhi karya Mohamed Amzil”.
4 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Jakarta: PT Grasindo, 2000), h. 55.
5 Muhammad Sauqi, `Amsyȃqu al-Khaṭṭi uhammad Syauq f al-Ŝuluŝi wa al-Naskhi
(Istanbul: IRCICA, 2010). 6Hasyim Muhammad, Qawȃȋd al-Khaṭṭi al-`Arȃbiyyati (Baghdad: Alimul Kutub, 2006).
3
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Agar pokok permasalahan tidak meluas peneliti perlu memberikan batasan
dan perumusan masalah yang akan dikaji. Dalam penelitian ini penulis hanya akan
meneliti metode penerjemahan yang digunakan pada buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat
al-Naskhi. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerjemahan buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi dengan
menggunakan metode komunikatif?
2. Bagaimana strategi menerjemahkan buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-
Naskhi dengan metode komunikatif?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui penerjemahan buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi jika
diterjemahkan dengan menggunakan metode komunikatif.
2. Mengetahui strategi penerjemahan buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-
Naskhi dengan metode komunikatif.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini secara teoritis dan praktis. Secara
teoritis sebagai masukan bagi mahasiswa Jurusan Tarjamah untuk meningkatkan
kompetensi penejemahan buku. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan peneliti, pembaca dan penerjemah, agar hasil terjemahan
yang akan dihasilkan sesuai dengan pesan bahasa sumber dan mudah dipahami
pembaca. Hasil penelitian ini juga diharapkan agar dapat dimanfaatkan oleh
penggiat kaligrafi di Indonesia.
4
E. Penelitian Terdahulu
Setelah mencari berbagai macam literature sebagai bahan rujukan skripsi,
peneliti menemukan beberapa penelitian mengenai metode penerjemahan dan
kaligrafi, di antaranya pertama skripsi yang ditulis oleh Virginia pada tahun 2011.
Sebuah skripsi yang mendeskripsikan metode penerjemahan yang digunakan Ali
Audah dalam menerjemahkan buku Abu Bakr as-Siddiq. Peneliti memaparkan
serta memberikan contoh bahwa Ali Audah tidak hanya berpegang pada satu
metode saja dalam menerjemahkan buku Abu Bakr as-Siddiq.
Kemudian skripsi kedua ditulis oleh Rizky Hamdani pada tahun 2013.
Penelitian yang dilatarbelakangi oleh hasil observasi yang menunjukkan
kurangnya kemampuan mahasiswa Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya USU
dalam memahami penulisan kaligrafi Arab. Peneliti membagi kesalahan penulisan
jenis kaligrafi Arab dalam tiga unsur yakni Naskhi, Tsuluts, dan Riq„ah.
Kemudian skripsi ketiga adalah skripsi yang ditulis oleh Hardian Citra Dini
tahun 2016. Skripsi ini memaparkan penerapan teknik penerjemahan komunikatif
pada sebuah teks prosedur yang berjudul “How to Use Portable Fire
Extinguisher” pada sebuah alat pemadaman api kecil. Peneliti menemukan banyak
kosakata atau istilah yang susah untuk dipadankan ke dalam bahasa Indonesia.
Penerapan teknik komunikatif merupakan penjabaran dari prinsip penerjemahan
yakni jelas, akurat, dan wajar.
Keempat adalah skripsi yang ditulis oleh Misbachul Munir pada tahun 2017.
Skripsi ini mendeskrepsikan implementasi pembelajaran kaligrafi di MI Sultan
Agung, Sleman. Peneliti memberikan contoh serta penjelasan faktor-faktor
penghambat guru dalam memberikan penjelasan kaligrafi di MI Sultan Agung,
5
Sleman. Peneliti menjelaskan guru dalam mengembangkan pembelajaran kaligrafi
dan implementasi kepada siswa MI Sultan Agung, Sleman.
Skripsi kelima ditulis oleh Alan Zuhri tahun 2017. Skripsi ini membahas
Sejarah Perkembangan Kaligrafi Arab pada Masa Pra-Islam sampai Kodifikasi
Alquran. Penelitian ini didasari oleh temuan beberapa inkripsi kuno yang
menguatkan anggapan bahwa kaligrafi Arab sudah dikenal sebelum adanya Islam.
Peneliti mendeskripsikan tulisan alquran pada masa Abu Bakar as-Sidiq hingga
kekuasaan Abasiyah yang menggeser dominasi kaligrafi jenis kufi yang kaku dan
memperoleh jenis cursif (penulisan gaya miring) yang dipelopori oleh Ibnu
Muqlah.
Sementara itu, dari banyaknya penelitian tentang penerjemahan dan kaligrafi
Arab peneliti belum menemukan penelitian tentang bagaimana menggunakan
metode komunikatif dalam buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi dari segi
penerjemahan. Oleh karena itu peneliti ingin menyajikan penelitian tentang
penerjemahan komunikatif buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi karya
Mohamed Amzil.
F. Metodologi Penelitian
Dalam hal ini peneliti akan menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan
pendekatan deskriptif yang berlandaskan pada penelitian terhadap teks `Asrȃr al-
Rasm fî Khat al-Naskhi sebagai objek penelitian. Metode ini dipergunakan untuk
mendeskripsikan pemahaman tentang sesuatu yang sebelumnya belum diketahui
sedikit pun. Begitu pun metode kualitatif dapat memaparkan secara rinci dan
kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.7
7Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif Tata Langakah dan
Teknik-Teknik Teoritisasi Data, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 5.
6
Metodologi penelitian ini akan membahas sumber data, adapun metode
pengumpulan data dan metode analisis data pemaparannya adalah sebagai berikut:
1. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah mempertanggungjawabkan terjemahan pada
buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi dari bahasa Arab ke dalam bahasa
Indonesia. Hal-hal yang diasumsikan dapat menjadi objek penelitian dalam
buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi adalah mendeskripsikan metode
penerjemahan yang digunakan saat menerjemahkan buku `Asrȃr al-Rasm fî
Khat al-Naskhi dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dua, yaitu
sumber primer dan sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah
buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi, kemudian, agar hasil penelitian lebih
maksimal, peneliti menggunakan sumber data sekunder yang merujuk pada
kamus, buku, internet, dan ensiklopedia, M. Zaka Al Farisi dalam bukunya
“Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia”, buku karya Zuchridin
Suryawinata dan Sugeng Hariyanto “Translation Bahasan Teori dan
Penuntun Praktis Menerjemahkan”. Buku karya Moch. Syarif Hidayatullah
“Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer”, “Pedoman Bagi
Penerjemah” buku Rochayah Machali, buku Frans Sayogie “Penerjemahan
Bahasa Inggris ke Dalam Bahasa Indonesia”, buku M. Rudolf Nababan
“Teori Menerjemah Bahasa Inggris”, “Kamus Besar bahasa Indonesia
(KBBI)”, kamus karya Ahmad Warson Munawwir “Kamus Munawwir Arab-
7
Indonesia”, kamus Oxford University Pers “Oxford Arabic Dictionary” dan
kamus android Ali “Kamus Mutarjim”.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, dalam teknik pengumpulan data peneliti melakukan
langkah-langkah berikut:
a. Langkah 1: menentukan objek penelitian. Dalam penelitian ini,
objeknya adalah Buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi.
b. Langkah 2: peneliti membaca keseluruhan buku secara heuristik
untuk memahami.
c. Langkah 3: melakukan pengklasifikasian teks komunikatif.
d. Langkah 4: menerjemahkan teks pada buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat
al-Naskhi.
e. Langkah 5: menentukan teori pendukung yang sesuai dengan
penelitian.
f. Langkah 6: mengaplikasikan teori penerjemahan dalam
menerjemahkan buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi.
Bagan di atas merupakan enam langkah yang dilalui oleh peneliti
dalam melakukan penelitian ini, hingga mencapai hasil penelitian.
(Langkah 1)
Menentukan
Objek Penelitian
(Langkah 2)
Membaca secara
Heuristik
(Langkah 3)
Mengklasifikasi-
kan Teks
(Langkah 4)
Menerjemahkan
secara Heuristik
(Langkah 5)
Menentukan
Teori
(Langkah 6)
Mengaplikasikan
Teori
8
G. Metode Analisis Data
Metode penelitian ini, memaparkan proses analisis data, agar penelitian ini
berjalan secara sistematis dan bertahap. Adapun tahapan penelitian yang akan
digunakan, dijelaskan sebagaimana berikut:
a. Langkah 1: membunyikan tanda fonetik pada teks buku `Asrȃr al-Rasm fî
Khat al-Naskhi.
b. Langkah 2: menerjemahkan kata perkata.
c. Langkah 3: melakukan penerjemahan komunikatif.
d. Langkah 4: mendeskripsikan strategi penerjemahan.
e. Langkah 5: menganalisis data.
f. Langkah 6: melakukan intertekstual.
g. Langkah 7: membuat kesimpulan.
Itulah langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam menganalisis data
pada penelitian ini.
(Langkah 1)
Membunyikan
Tanda Fonetik
(Langkah 2)
Menerjemahkan
Kata per Kata
(Langkah 3)
Menerjemahkan
secara
Komunikatif
(Langkah 4)
Deskripsi
Strategi
Penerjemahan
(Langkah 5)
Menganalisis
Data
(Langkah 6)
Melakukan
Intertekstual
(Langkah 7)
Membuat
Kesimpulan
9
H. Teknik Penulisan
Secara teknis skripsi ini berpedoman pada buku pedoman penulisan Karya Ilmiah
(Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDa (Central for Quality
Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
I. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima Bab, yang akan dirincikan
sebagai berikut:
Bab I adalah pendahuluan. Bagian pendahuluan ini berisi satu bab tersendiri yang
terdiri dari enam sub-bab, yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II adalah kerangka teori. Bagian kerangka teori ini terdiri dari dua sub-bab
yang menguraikan tentang metode penerjemahan komunikatif dan Strategi
Penerjemahan.
Bab III akan memaparkan korpus penelitian. Bagian ini akan membahas tentang
sekilas tentang buku, `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi dan biografi Mohamed Amzil.
Bab IV merupakan pokok penelitian yang akan menganalisis metode
penerjemahan buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi karya Mohamed Amzil dengan
menggunakan metode penerjemahan komunikatif beserta strategi penerjemahannya.
Bab V adalah penutup. Pada bagian ini, ada dua hal yang perlu dikemukakan:
kesimpulan dan rekomendasi.
10
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Penerjemahan Komunikatif
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori penerjemahan komunikatif.
Menurut Newmark penerjemahan komunikatif berupaya untuk menerjemahkan makna
kontekstual dalam teks Bsu, baik aspek bahasa maupun aspek isi agar dapat diterima
dan dimengerti pembaca.8 Adapun ciri-cirinya adalah berpihak pada pembaca BSa;
mengutamakan maksud penulis BSu; mementingkan pembaca BSa agar bias
memahami pikiran, kandungan budaya BSu; berorientasi pada pengaruh teks terhadap
pembaca BSa; setiap ada pembaca BSa, lebih luwes; efektif (mengutamakan
penciptaan efek pada pembaca); lebih mudah dibaca, lebih luwes, lebih sederhana,
lebih jelas, lebih panjang daripada BSu; bersifat umum; terikat pada BSa;
menggunakan kata-kata teks asli; kurang mendalam; mungkin lebih bagus daripada
teks asli; terikat konteks, waktu penerjemahan, dan tempat pembaca BSa; khusus
untuk pembaca tertentu dengan tujuan tertentu pula.9
Metode penerjemahan komunikatif dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat
kematangan berbahasa dan tingkat pengetahuan pembaca teks bahasa sasaran.
Pertimbangan tersebut dilakukan untuk mengantisipasi ketidaksiapan dan
ketidakmampuan pembaca teks bahasa sasaran dalam menghadapi pengalihan elemen-
elemen asing atau sesuatu yang belum pernah diketahui sebelumnya dalam konteks
budaya dalam bahasa yang digunakan. Untuk itu diperlukan penyederhanaan istilah
spesifik yang terdapat dalam teks bahasa sumber menjadi lebih bersifat umum atau
8 Peter Newmark, Approach to Translation, h. 46
9 Zuchridin Suryawinata, Sugeng Hariyanto, Translation Bahasa Teori dan Penuntun Praktis
Penerjemahan (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 54
11
diperlukan suatu penjelasn istilah bila tidak terdapat padanan yang berterima dalam
bahasa sasaran, dan menggunakan gaya bahasa yang lebih berterima bagi khalayak
umum. Penerjemahan metode ini diperbolehkan untuk mengoreksi dan mengubah
logika penulisan, gaya penulisan, mengklarifikasi ketaksaan dan penggunaan jargon,
menormalkan idioleh penulis teks bahasa sumber, juga diperbolehkan untuk
membetulkan informasi dari teks bahasa sumber.10
Terjemahan menurut pemahaman umum merupakan terjemahan yang bias
dimengerti oleh kebanyakan orang, bukan hanya sekelompok orang atau suku
tertentu.11
Metode penerjemahan komunikatif menghasilkan pesan yang dapat diterima
dan dipahami oleh pembaca teks bahasa sasaran menjadi aspek terpenting yang harus
diperhatikan seorang penerjemah. Penerjemahan dengan metode komunikatif dapat
dikatakan yang paling mudah dipahami pembaca karena penerjemah menafsirkan teks
yang diterjemahkan. Penerjemahan komunikatif mengorbankan kesepadanan bentuk
untuk mendapatkan pesan atau informasi yang jelas dan kadang dianggap perlu untuk
merubah susunan kalimat.12
Dari paparan mengenai metode penerjemahan komunikatif dapat digunakan
tahapan-tahapan dalam proses penerjemahannya sebagai berikut.13
a. Tahap Membaca
Pada tahap ini, penerjemah diharapkan untuk membaca teks yang akan
diterjemahkan untuk mendapatkan informasi atau pesan dari teks Bsu. Lalu
10
Frans Sayogie, Teori & Praktik Penerjemahan (Tangerang Selatan: Transpustaka, 2014), h.
74. 11
Ismail Lubis, ”Ihwal Penerjemahan Bahasa Arab ke dalam Bahasa Indonesia”. Humaniora.
Vol. 16 No. 1, Februari 2004, 96. 12
Frans Sayogie, Teori & Praktik Penerjemahan, h. 75. 13
Frans Sayogie, Teori dan Praktik Penerjemahan, h. 75.
12
menandai ketaksaan, penggunaan jargon, idiolek penulis teks Bsu dan informasi-
informasi yang tidak sesuai dengan fakta.
b. Tahap Analisis
Pada tahap ini, penerjemah mulai menganalisis kalimat-kalimat teks Bsu.
Tujuan proses penerjemahan pada tahap ini untuk menyederhanakan istilah
spesifik dan penggunaan jargon, menormalkan idiolek, mencatat informasi-
informasi yang tidak sesuai dengan fakta dan membuat koreksi bila ada
kesalahan. Kemudian mulai melakukan pengaturan informasi untuk mendapatkan
pesan yang utuh dalam Bsa.
c. Tahap Pengalihan
Dalam tahap ini, penerjemah melakukan pengalihan dengan tujuan
mempertahankan informasi atau pesan yang sudah disederhanakan bahasanya
tanpa mengurangi maksud teks Bsu. Penerjemah juga diharapkan untuk
mengabaikan kesepadanan bentuk dan bila dianggap perlu dianjurkan untuk
mengubah susunan kalimat untuk mendapatkan pesan yang utuh.
d. Tahap penyerasian
Dalam tahap penyerasian, penerjemah membandingkan teks Bsu dan teks
hasil terjemahan untuk melihat penggunaan ragam yang sesuai dan gaya bahasa
yang wajar. Penyerasian ini dapat dilakukan secara berulang untuk mendapatkan
terjemahan yang sesuai dengan tingkat pengetahuan pembaca.
13
B. Strategi Penerjemahan
Menurut Hidayatullah, ada beberapa strategi yang sangat diperlukan seorang
penerjemah saat menghadapi perbedaan konstruksi dan pemaknaan antara bahasa
sumber dan bahasa sasaran.14
Dalam buku Seluk-Beluk Penerjemahan Arab
Indonesia Konteporer, ada empat strategi yang dapat digunakan saat
menerjemahkan:
1. Taqdȋm wa Ta`khȋr (Mengedepankan dan Mengakhirkan)
Dalam strategi ini, penerjemah diharuskan untuk mengedepankan kata
dalam Bsu yang diakhirkan dalam Bsa dan mengakhirkan kata Bsu yang
dikedepankan dalam Bsa. Seperti kata dalam Tsu yang semula berurutan,
akan tetapi saat diterjemahkan menghasilkan urutan yang berubah, ada kata
yang didahulukam dalam Tsu dan diakhirkan pada Tsa.
Contoh:15
اد ذ ؽ ذ ل اطا بض ثاد ذ ؼ از ل ع ال
654 3 2 1Islam telah membatasi poligami
3 1 2 456
2. Ziyȃdah (Menambahkan)
Penerjemah diharuskan menambahkan kata dalam Bsu yang disebut
dalam Bsa dalam strategi ini, karena keterkaitan dengan konsekuensi
perbedaan struktur dalam Bsu yang disebut dalam Bsa serta struktur
gramatikal. Seperti di dalam Tsu yang tidak diharuskan adanya pemarkah
predikat untuk predikat berupa nomina, karena sudah diwakili oleh struktur
14
Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 54. 15
Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 54 .
14
gramatikalnya sendiri, sedangkan dalam Tsa, penerjemah diharuskan untuk
menambah pemakrah predikat untuk predikat berupa nomina.
Contoh:16
ف ا ش أ اا ش م ا
4 3 2 1 penting )yang( hal merupakan Alquran Memahami
1 2 T 3 T 4
3. Hażf (Membuang)
Ada beberapa kata yang tidak perlu diterjemahkan untuk pengalihan
pesan Tsu ke Tsa. Bahkan, jika kata-kata itu tidak dibuang, maka pesannya
jadi menyimpang. Menurut Hidayatullah, strategi hażf mengharuskan
seorang penerjemah untuk membuang kata dalam Bsa yang disebut dalam
Bsu. Seperti jumlah kata yang ada dalam Tsu yang semula berjumlah
sembilan kata, menyusut menjadi lima kata.
Contoh:17
ا٠ ال ا ٠ فا ها اغ ذا١ ظ اذ ؽ أ ت ر ب
9 8 7 6 5 4 3 2 1 memancing (pergi) Ahmad, Suatu hari
1234 6 5 789
4. Tabdȋl (Mengganti)
Dalam strategi ini, Hidayatullah menjelaskan bahwa seorang
penerjemah diharuskan untuk mengganti struktur kata dalam Bsu dengan
memperhatikan makna dalam Bsa. Hal ini terkait dengan kelaziman konsep
yang digunakan dari struktur Tsu dalam Tsa. Seperti jumlah kata yang ada
16
Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 55. 17
Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 56.
15
dalam Tsu yang semula berjumlah lima kata, cukup diterjemahkan dengan
dua kata saja.
Contoh:18
بع ج ٠ ل بب غ ع ص ٠
543 2 1 diperjualbelikan tidakatau Gratis
1 1 2
18
Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 56.
16
BAB III
SEKILAS TENTANG BUKU `ASRȂR AL-RASM FÎ KHAT AL-
NASKHI DAN BIOGRAFI MOHAMED AMZIL
A. Buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi
Buku yang berjudul `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi karya Mohamed Amzil
membahas tentang khat naskhi. Buku ini tidak seperti buku-buku kaligrafi pada
umumnya yang hanya memberikan tampilan visual bentuk-bentuk kaidah huruf
dalam khat naskhi, namun buku ini memeliki keistimewaan tersendiri dalam
penyajiannya.
Buku ini lebih banyak mengungkap rahasia-rahasia pola yang terkandung
dalam khat naskhi dengan memberikan interpretasi geometris, estetis, dan grafis.
Buku ini juga tidak menggunakan titik sebagai standarisasi untuk mengukur
ketebalan huruf tetapi menggunakan bentuk vertikal dan horizontal untuk
mengukur ketebalan suatu huruf.
Buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi memberikan cara sederhana
bagaimana cara meletakkan sudut pena yang tepat bagi para kaligraf pemula dan
praktisi kaligrafi.
Dalam buku ini menjelaskan sudut segi empat, sudut segi empat adalah
bentuk sederhana dan populer yang memungkinkan siapa saja untuk melukisnya.
Berdasarkan percobaan di beberapa kasus ketika diberi pena untuk menulis bagi
seseorang yang baru menjadi praktisi kaligrafi. Dia meletakkannya di sudut kanan
pada langkah pertama biasanya miring ke kanan /, atau meletakkan dengan
sebaliknya seperti miring ke kiri \. Untuk menjelaskan posisi yang tepat, kita akan
melukis segi empat kemudian kita akan menjelaskan tulisan di atas.
17
Adapun derajat tulisan yang miring kurang lebih 45° pada sudut segi empat,
kemudian tulisan vertikal kurang lebih 90°. Selanjutnya kita menjelaskan bahwa
sudut tulisan berada di sisi kanan lebih dari 45°, dengan demikian jika kita
meletakkan pena pada sudu 45° yang merupakan posisi tengah antara 0° dan 90°,
sudut ini akan memberikan kita hasil alif dan ba‟ dengan ketebalan yang sama,
karena sudut tersebut ada di tengah, dan ketebalan ini sama persis, yang mana hal
itu tidak terdapat pada setiap kaligrafi kecuali pada tulisan kufi.
Dengan itu, kita katakan tulisan akan jelas jika sudut pena lebih dari 45°
untuk memperoleh alif berukuran sedang yang sesuai dengan ba‟, kenapa bisa
begitu? Itu berdasarkan jenis khat, misalnya kita mengambil jarak antara 45° dan
90°, kemudian kita bagi menjadi tiga bagian yang sama, 2/3 pertama dari arah 90°
pas digunakan untuk khat tsuluts dan riq‟i. Sedangkan untuk jarak di posisi tengah
cocok untuk khat naskhi, diwani jali, dan sebagainya.
Tiga sudut merah yang berada pada gambar diakui dalam kaligrafi.
18
B. Biografi Mohamed Amzil
Mohamed Amzil, lahir pada tahun 1964 di Casablanca, Maroko. Ia lulus dari
School of Fine Arts di Casablanca pada tahun 1985 dan Institute Research Centre
for Islamic History, Art, and Culture (IRCICA) Istanbul pada tahun 1997.19
Cerita antara Mohamed Amzil dan kaligrafi dimulai sangat awal. Sejak usia
dini, ia memiliki bakat dan hasrat untuk menggambar dan kaligrafi. Ia terpesona
dengan seni leluhur dan otentik ini yang menyimpan kekayaan estetika abadi.
Amzil sangat menyadari sedari awal tentang kekuatan seni rupa yang bisa dimiliki
kaligrafi Arab. Ia telah menangkap potensi ekspresifnya, terkadang kaya dan
kompleks, terkadang sadar dan dengan kesederhanaan grafis yang sangat
kontemporer.20
Hasratnya untuk menggambar dan kaligrafi membawanya bergabung dengan
Sekolah Seni Rupa di Casablanca pada tahun 1982. Dia memperoleh dasar-dasar
dasar seni visual (gambar akademis, seni grafis, sejarah seni). Ajaran-ajaran ini
akan memiliki pengaruh besar di kemudian hari dalam gayanya. Sejak saat itu,
Sekolah Seni Rupa tidak menawarkan kelas kaligrafi. Mohamed Amzil telah
berusaha sekuat tenaga untuk mempelajarinya dengan caranya sendiri, meniru dan
mencari inspirasi dari karya-karya para ahli kaligraf hebat.21
Keterampilan menggambar, pengamatan dan analisisnya yang tajam
memungkinkannya untuk berlatih kaligrafi dengan cara yang orisinil. Tentu saja ia
menghargai kontemplasi terhadap latihan tersebut, dengan membedah kaligrafi,
19
www.amzilart.com Biografi Mohamed Amzil diakses pada Sabtu, 25 November 2017 jam
11.00 WIB. 20
www.amzilart.com Biografi Mohamed Amzil diakses pada Sabtu, 25 November 2017 jam
11.00 WIB. 21
www.amzilart.com Biografi Mohamed Amzil diakses pada Sabtu, 25 November 2017 jam
11.00 WIB.
19
hubungan geometrisnya, dan gerakannya untuk mencampur analitis perpaduan. Di
akhir petualangannya, Mohamed Amzil telah menciptakan metode sendiri yang
memungkinkan untuk dikuasai dalam waktu singkat, gaya utama kaligrafi Arab.22
Pada tahun 1992, mimpi masa kecilnya menjadi kenyataan. Ia mengunjungi
museum dan kaligrafi utama Istanbul, berkat undangan Dr. Akmel Eddine Ihsane
Ughlu, Direktur Jenderal IRCICA untuk magang enam minggu dengan master
kaligrafi Turki, Hassan Jalabi. Selama magang, Mohamed Amzil melakukan
pertunjukan yang mengejutkan Masternya. Ia menyelesaikan pelajaran dari dua
gaya kaligrafi yang sangat kompleks: Naskh dan Thuluts dalam waktu enam
minggu.23
Kunjungan singkat ke Istanbul ini, ibu kota kaligrafi, merupakan titik balik
dalam karir kaligrafinya. Sejak saat itu ia akan memperdalam visinya sendiri
tentang aturan seni leluhur untuk memodernisasi dan memberinya napas baru.
Sejak tahun 1993, ia telah menjadi salah satu dari sedikit kaligraf dari negara-
negara Arab Maghrib untuk memenangkan hadiah utama dan medali emas dalam
kompetisi kaligrafi Arab (Kompetisi Internasional Istanbul, Festival Kaligrafi
Dunia Baghdad).24
Keberhasilan Amzil dalam bidang kaligrafi semakin dibuktikan dengan
komentar para kaligraf dunia seperti Guru Besar Kaligrafi di Akademi Seni Rupa
Baghdad, Dr. Salman Ibrahim. Ia mengatakan Amzil memiliki masa depan yang
sangat cerah karena ia membuat sekolah yang kita banggakan di Maroko. Sekolah
22
www.amzilart.com Biografi Mohamed Amzil diakses pada Sabtu, 25 November 2017 jam
11.00 WIB. 23
www.amzilart.com Biografi Mohamed Amzil diakses pada Sabtu, 25 November 2017 jam
11.00 WIB. 24
www.amzilart.com Biografi Mohamed Amzil diakses pada Sabtu, 25 November 2017 jam
11.00 WIB.
20
ini menghasilkan para kader dan diperkirakan akan menjadi salah satu sekolah
kaligrafi terbaik di dunia Arab-Muslim dan itu karena Amzil. Saya sudah
mengunjungi dua kota Rabat dan Casablanca lima belas tahun yang lalu, tapi saya
tidak menemukan kaligraf seperti Amzil.25
Kemudian komentar dari Mohamed Said Assagar, seniman terkenal Irak yang
tinggal di Paris. Ia mengatakan Amzil merupakan representasi seni dan tanggung
jawab, beberapa kaligraf pada masa kita menguasai gaya historis kaligrafi Arab,
terutama bahasa Arab Maghrib, pemuda ini tekun dan peka terhadap nilai dari
kaligrafi. Untuk itu saya mengatakan bahwa temanku, Mohamed Amzil, berhasil
atas usaha, ketekunan dan budaya seninya. Hadiah artistik Mohamed Amzil dan
pengetahuannya tentang kekhasan kaligrafi, dengan sekolahnya yang berbeda dan
praktik seni rupa memberinya tanggung jawab artistik modern.26
Sejalan dengan karya dan penelitiannya dalam kaligrafi dan lukisan,
Mohamed Amzil dikenal karena menciptakan identitas visual dan logo untuk
perusahaan nasional dan internasional, dan juga untuk banyak tipografi untuk
koran dan majalah Arab. 27
Mohamed Amzil masih berkompetisi dan mengadakan pameran secara teratur
di Maroko dan di negara-negara Teluk. Beberapa lukisannya diperoleh dalam
koleksi pribadi atau publik di Maroko dan di seluruh dunia. Dalam karya
terbarunya, ia telah memperkenalkan sentuhan yang lebih bergambar dalam
gayanya, melalui perpaduan antara lukisan, material, bentuk dan gerakan yang
25
www.amzilart.com Biografi Mohamed Amzil diakses pada Sabtu, 25 November 2017 jam
11.00 WIB. 26
www.amzilart.com Biografi Mohamed Amzil diakses pada Sabtu, 25 November 2017 jam
11.00 WIB. 27
www.amzilart.com Biografi Mohamed Amzil diakses pada Sabtu, 25 November 2017 jam
11.00 WIB.
21
cerdas. Mohamed Amzil terus memberikan seminar dan pengantar lokakarya
tentang aturan kaligrafi dengan visi barunya yang memberikan jawaban atas
masalah estetika dan geometris. Metodenya sangat diapresiasi oleh kaligraf
Maroko dan asing yang hadir dalam lokakaryanya.28
C. Karya-karya Mohamed Amzil
Adapun karya-karya Mohamed Amzil adalah sebagai berikut29
:
1. Berpartisipasi dalam Kontes Nasional Pameran Kaligrafi ketiga dan
bertindak sebagai kepala juri pada tahun 2002.
2. Berpartisipasi dalam empat karya seni di Pameran Internasional Seni,
Museum Seni Sharjah pada tahun 2002.
3. Menyelenggarakan Pameran Karya Pribadi dan Lokakarya pada tahun
2004 dalam acara Kebudayaan, Seni dan Sastra di Kuwait.
4. Berpartisipasi dalam Pameran Internasional Kaligrafi Arab di Dubai,
sesi ketiga tahun 2006.
5. Berpartisipasi dalam Festival Internasional Seni Kaligrafi Arab,
Aljazair tahun 2007.
6. Berpartisipasi dalam Pameran Internasional Kaligrafi di Marrakesh
pada sesi pertama, tahun 2008.
7. Berpartisipasi dalam Pertemuan Kaligraf di Damaskus, ibu kota
budaya Arab pada tahun 2008.
8. Berpartisipasi dalam Pameran Internasional Kaligrafi di Marrakesh
pada sesi kedua, tahun 2009.
28
www.amzilart.com Biografi Mohamed Amzil diakses pada Sabtu, 25 November 2017 jam
11.00 WIB. 29
Mohamed Amzil, `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi,(Maroko: Amzel Art , 2011), h.1.
22
9. Berpartisipasi dalam Pameran Seni Internasional di Casablanca pada
tahun 2009.
10. Berpartisipasi dalam Festival Seni Rupa di Fes tahun 2010.
11. Berpartisipasi dalam Festival Musim Semi Seni Rupa sesi ke-11 di
Agadir tahun 2010.
12. Pada tahun 2010 Amzil berpartisipasi dalam Pameran Kaligrafi Arab
(Aramco Summer) Arab Saudi.
13. Berpartisipasi dalam Pameran Forum Kaligraf Quran Dunia di
Madinah tahun 2010.
14. Sejak tahun 1987 bekerja di salah satu bank Maroko sebagai desainer
grafis, ia menciptakan banyak simbol untuk lembaga-lembaga dan
manifestasi di Maroko dan sekitarnya. Ia juga merancang beberapa
simbol untuk majalah dan koran Arab, Amzil juga mempunyai koleksi
seni di sejumlah negara Arab dan Asing.
D. Prestasi dan Penghargaan Mohamed Amzil
Prestasi yang pernah diraih Mohamed Amzil adalah sebagai berikut30
:
1. Juara ketiga pada Festival Maghreb untuk Kaligrafi dan Ornamen
di Rabat.
2. Berpartisipasi dalam pameran kolektif Seni Rupa dan Kaligrafi
Arab, Spanyol pada tahun 1990.
3. Pemenang medali emas pada Festival Kaligrafi dan Ornamen di
Baghdad pada tahun 1993.
30
Mohamed Amzil, `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi, h. 2.
23
4. Memenangkan tiga penghargaan di Kompetisi Internasional
Istanbul: Khat Tsuluts, Khat Naskhi, Khat Farisi (Persia) pada
tahun 1994.
5. Peraih medali emas di Baghdad, ia dianugerahi Piala Grand Prix II
untuk penemuan, slogan, poster, brosur dan medali pada tahun
1995.
6. Memenangkan tiga penghargaan di Festival International Istanbul
untuk Khat Tsuluts Jaliy, Khat Farisi Jaliy, Khat Tsuluts „Ȃdiy
pada tahun 1998.
7. Berpartisipasi dalam Pameran Seni Kolektif Kaligrafi Arab yang
diadakan di Memphis, Amarika Serikat tahun 1999.
8. Berpartisipasi dalam Pameran Internasional Kaligrafi Arab di Arab
Saudi atas undangan Komisi Tertinggi Pengembangan Kota
Riyadh pada tahun 1999.
9. Memenangkan Kompetisi Internasional Istanbul untuk Khat Farisi
Jaliy pada tahun 2001.
10. Berpartisipasi dalam Pameran Internasional Seni Kaligrafi dan
Seni Rupa Visual dan Audiovisual di Museum Seni Sharjah, Uni
Emirat Arab pada tahun 2001.
24
E. Kaligrafi Arab
Kaligrafi adalah tulisan indah. Kata kaligrafi berasal dari bahasa Yunani,
yaitu kalligraphia yang bermakna tulisan indah, diambil dari kata kalios
bermakna indah sedangkan graphia bermakna goresan atau tulisan. Istilah
kaligrafi digunakan untuk semua tulisan tetapi yang dikenal selama ini adalah
tulisan latin.31
Bahasa Arab menyebutnya dengan khaṭ yang bermakna garis atau tulisan
tangan.32
Seni kaligrafi atau khat adalah tulisan yang ditulis indah, sehingga tidak
mencakup tulisan biasa yang hanya ditulis dengan tulisan biasa, yang disebut
kitȃbah atau writing.33
Bangsa Arab dapat dikatakan sebagai pendatang yang agak terlambat
dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain seperti Mesir, Babilonia, atau China
yang telah sukses mengembangkan sistim tulis dan memiliki bentuk kaligrafi
yang sangat kompleks, padahal tulisan mereka pada akhirnya memiliki tempat
kedua setelah aksara Romawi, yang banyak dipakai dalam pelbagai tulisan
sampai sekarang.34
Orang-orang Arab purbakala merupakan bangsa penyair. Sebuah keluarga
atau kabilah merasa lebih bangga jika mempunyai seorang penyair daripada
panglima perang. Para penyair ini ingin dikenang hingga ke anak-cucu sehingga
mereka memilih dua orang pemuda untuk menghapal sajak-sajaknya kemudian
terus diturunkan pada pemuda lainnya. syair-syair itu lazimnya dihapal tidak
dicatat. Hasrat menulis masyarakat Arab pada waktu itu hampir tidak ada.
31
Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Khat Naskhi h. 135. 32
Hans Wehr, Mu jam al-Lughah al-Arabiyyah al-Muȃṣirah, Beirut: Maktabah Lubnan dan
London: Macdonald & Evans Ltd., 1980, h. 244. 33
Hans Wehr, Mu jam al-Lughah al-Arabiyyah al-Muȃṣirah, h. 244. 34
Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 21.
25
Sebagian besar para ahli sejarah beranggapan bahwa tulisan Arab berasal
dari tulisan Hierogliph Mesir yang berkembang pada tahun 3.200 SM dan
hurufnya berupa gambar-gamba berjumlah ratusan.35
Temuan relief ini ditemukan pada kuburan-kuburan Firaun yang banyak
dijumpai di Kota Abidos, tidak terlalu jauh dari Thinis yang merupakan pusat
kerajaan pada waktu itu. Selain relief, ada pula yang ditemukan pada papyrus
(sejenis tanaman air yang dikenal sebagai bahan untuk membuat kertas pada
zaman kuno) yang banyak tumbuh di sepanjang sungai Nil, dipahat di batu,
dinding-dinding piramid, kuil, dan lain sebagainya.36
Bentuk tulisan Arab pada masa permulaan Islam tidaklah seperti yang kita
lihat sekarang, tulisan tidak mempunyai titik, harakat, dan tanda mad. Khat Arab
yang digunakan pada masa permulaan Islam dapat dilihat dari surat yang dikirim
Rasulullah Saw kepada Maqauqis, gubernur Mesir tahun 7 Hijriyah. Tulisan
Arab pada masa permulaan Islam yang lain adalah batu nisan yang ditulis dengan
khat Khufi pada Jumadil Akhir tahun 31 Hijriyah. Bukti keduanya telah disimpan
di museum.37
Kaligrafi Arab berkembang pesat seiring penyebaran alquran ke seluruh
penjuru dunia. Perkembangan ini pula yang menyebabkan munculnya gaya atau
jenis kaligrafi yang menurut catatan Dr. Muhammad Syukri al-Jaburi mencapai
300 gaya yang terbentuk pada masa kejayaan kerajaan-kerajaan Islam.38
35
Abdul Karim Husein, Seni Kaligrafi Khat Naskhi: Tuntunan Menulis Huruf Halus Arab
dengan Metode Komparatif, h. 15. 36
Israr, C, Dari Teks Klasik Sampai ke Kaligrafi Arab (Jakarta: Yayasan Masagung, 1985), h.
27-28. 37
Israr, C, Dari Teks Klasik Sampai ke Kaligrafi Arab, h. 53. 38
Didin Sirojuddin AR, “Catatan Selintas Kaligrafi Islam”, Katalog Pameran Seni Rupa
Modern, Bandung: Badan Pelaksana Festival Istiqlam, 1991, h. 12.
26
Banyak ahli sejarah yang menyaring seluruh aliran yang muncul pada abad
ketiga Hijriyah kepada beberapa gaya saja, karena terlalu banyak kemiripan,
salah satunya Syeikh Muhammad Thahir Kurdi yang menyebutkan nama-nama
khat pilihan sebagai berikut: Kufi, Tsuluts, Naskhi, Diwani, Riq ah, Farisi, dan
Tawqi. Sekarang penyederhanaan gaya-gaya kaligrafi dari jumlah yang semula
sangat banyak dapat dilihat dari beberapa gaya populer yang digunakan untuk
kebutuhan estetis dan fungsional. Gaya-gaya terpopuler yang banyak digunakan
kaligraf di seluruh dunia adalah Naskhi, Tsuluts, Farisi, Diwani, Diwani Jali,
Kufi, Riqah, dan Shini.39
Huruf-huruf Arab, menurut kesaksian para orientalis dan sejarawan,
merupakan huruf yang paling indah di dunia dan juga ringkas dibandingkan
huruf-huruf latin. Dalam keringkasannya terkandung kekayaan dalam waktu dan
jarak. Dalam bahasa Arab ada harakat yang dalam bahasa latin disebut huruf
vokal, sedangkan harakat lebih ringkas daripada huruf.40
Jenis-jenis kaligrafi memiliki berbagai bentuk, karena itu cara melukisnya
pun bermacam-macam pula sesuai dengan keragaman gaya kaligrafi itu sendiri.
Mempelajari seluruh gaya tersebut penting agar tulisan tampak serasi dan tidak
bercampur baur satu sama lain. Dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan
bentuk khat naskhi.41
39
Didin Sirojuddin AR, “Seni Kaligrafi Pada Musabaqah Khath Alquran di Indonesia (Analisis
Estetika dan Makna),” h. 52. 40
Kamil al-Baba, Dinamika Kaligrafi Islam. Penerjemah Didin Sirojuddin AR (Jakarta: Daarul
Ulum Press, 1992), h. 5. 41
Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), h. 279.
27
Khat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna tulisan tangan, garis,
guratan pada tangan, rajah.42
Khat naskhi merupakan salah satu jenis seni khat
yang ada dalam tulisan Arab, implementasi khat naskhi dapat menjadi wasilah
tulisan indah dalam penulisan alquran maupun Hadis. Khat naskhi telah
disemprnakan oleh ahli kaligraf Arab, al-Wazir Abu Aly Muhammad Ibnu
Muqlah dan saudaranya Abu Abdullah al-Hasan. Keduanya telah menciptakan
kaidah dan aturan penulisan khat naskhi dengan menentukan ukuran panjang-
pendek, jarak huruf, dan gaya serta irama yang sangat rapi.43
Khat naskhi merupakan tulisan yang sampai ke wilayah Arab Hijaz dalam
bentuk yang paling akhir, setelah bentuk yang kuni sebelum masa kenabian.
Gaya tulisan yang semakin sempurna tersebut digunakan untuk kebutuhan
perkantoran dan surat menyurat di zaman kekuasaan Islam. Disebut naskhi
(berhubungan dengan kata naskah) karena para kaligraf serta pengarang menulis
mushaf alquran dan berbagai naskah karangan menggunakannya karena mudah
digunakan.44
Khat naskhi mempunyai bentuk tulisan sederhana yang tidak terlalu rumit
dalam penulisannya, memikat, mudah dibaca dan bahkan mudah untuk ditulis
dan dipelajari, sehingga banyak buku-buku ilmiah yang ditulis menggunakan
khat naskhi. Jenis khat naskhi ini menjadi tulisan utama dalam penulisan alquran
standar maupun alquran Mushaf Uthmani. Peranan khat naskhi dalam tulisan
42
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa,
2008), h. 766. 43
Abdul Karim Husein, Seni Kaligrafi Khat Naskhi: Tuntunan Menulis Huruf Halus Arab
dengan Metode Komparatif (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, t.t.), h. 83. 44
Ma ruf Zureiq, Kaifa Nu allimu al-Khaṭ al-Arabi, Dirȃsah Tȃrikhiyah Fanniyah Tarbawiyah,
Beirut: Dar al-Fikr al-Muȃṣir & Damaskus: Dar al-Fikr, 1999, h. 78.
28
alquran menjadikan jenis khat ini terus berkembang dan bahkan terus diperhalus
dengan menggunakan kaidah yang lebih baik lagi. 45
Secara keseluruhan, khat naskhi dibagi kepada dua jenis:
1. Khat Naskhi Qadim
Naskhi Qadim atau kuno adalah gaya tulisan yang sampai pada kita dari
zaman Bani Abbas, kemudian diperindah oleh Ibnu Muqlah dengan
kodifikasinya, kemudian diperindah lagi oleh masyarakat Atabek. Lalu diolah
menjadi karya seni yang semakin sempurna oleh orang-orang Turki, sehingga
sampailah pada kita sekarang dengan bentuk-bentuk yang indah. Sekarang para
kaligraf menulis secara tradisional karena mengikuti kaidah-kaidah dan asal-
muasal yang lama, mencakup ukuran, ketinggian, tipis-tebal garis horizontal dan
vertikal, serta bentuk lengkungannya.46
2. Khat Naskhi Ṣuhufi
Naskhi Ṣuhufi atau jurnalistik merupakan gaya yang terus berkembang
bentuk huruf-hurufnya. Dinamakan Ṣuhufi karena penyebarannya yang luas di
lapangan jurnalistik. Naskhi Ṣuhufi cenderung kaku dan pada beberapa bagian
mendekati bentuk kufi karena memiliki sudut yang tajam, berbeda dengan naskhi
qadim yang lebih lentur dengan banyak putaran.47
Gaya tulisan ini kerap disebut Naskh-Kufi (perpaduan Naskhi-Kufi) dengan ciri
umum sapuan horizontalnya sangat tebal dan sapuan vertikalnya sangat tipis dan
pendek (3-5 titik).48
Naskh-Kufi banyak digunakan di lapangan advertensi,
45
Abdul Karim Husein, Seni Kaligrafi Khat Naskhi, h. 84. 46
Didin Sirojuddin AR, “Seni Kaligrafi Pada Musabaqah Khath Alquran di Indonesia (Analisis
Estetika dan Makna),” (Disertasi S3 Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta, 2015), h. 54. 47
Didin Sirojuddin AR, “Seni Kaligrafi Pada Musabaqah Khath Alquran di Indonesia (Analisis
Estetika dan Makna),” h. 55. 48
Didin Sirojuddin AR, Belajar Kaligrafi (Jakarta: Darul Ulum Press, 2014), h. 45.
29
plakat, poster, dan judul-judul tulisan di koran dan majalah, jenis ini telah masuk
lingkup alfabet komputer sehingga jarang ditulis langsung oleh tangan.49
Tidak ada kekhususan dalam menulis khat naskhi, hanya saja kepala ‟ain dan
mim akhir dari jenis mursal (terulur atau kejur). Cara menulis khat naskhi adalah
sebagai berikut: ‟Ain dilukis persis seperti cara yang diterapkan untuk ‟ain
Tsuluts. Mim ditulis hanya dengan pena untuk huruf pokok itu saja, namun harus
diperhatikan terutama dalam memiringkan pena. Permulaan huruf ditulis dengan
hanya sepertiga lebar pena tersebut. Selanjutnya pena kembali menapak penuh
dalam menggoreskan ujung huruf.50
49
Didin Sirojuddin AR, “Seni Kaligrafi Pada Musabaqah Khath Alquran di Indonesia (Analisis
Estetika dan Makna),” h. 55. 50
Didin Sirojuddin AR, Seni Kaligrafi Islam, h. 280.
30
BAB IV
PERTANGGUNGJAWABAN PENERJEMAHAN DAN STRATEGI
PENERJEMAHANNYA
A. Teks I
TEKS ASLI TERJEMAHAN
خاغ ا ؾ خ فااع اش اس ش ع أ
Rahasia Tulisan Khath Naskhi
1. Pertanggungjawaban Penerjemahan
Kalimat خاغ ا ؾ خ فااع اش اس ش ع أ jika diterjemahkan melalui kata per kata
akan menjadi Rahasia Potret Khat Naskhi. Kata اس ش ع أ dalam kamus al-Maaniy
bermakna „potret, gambar, grafik‟. Peneliti menerjemahkan kata اس ش ع أ dengan
kata „tulisan‟ hal ini dikarenakan pengaruh konteks yang menyebutkan kata khat.
Kata khat dalam KBBI bermakna „tulisan tangan, garis, guratan‟. Kata „Potret‟
tidak sesuai jika diterjemahkan untuk konteks khat naskhi, maka penerjemah
menerjemahkan kalimat خاغ ا ؾ خ فااع اش اس ش ع أ dengan Rahasia Tulisan Khat
Naskhi. Hal ini merujuk kepada prinsip penerjemahan komunikatif yaitu terikat
konteks, waktu penerjemahan, dan tempat pembaca Bsa.
2. Strategi Penerjemahan
Pada judul bab penerjemah menggunakan strategi hażf yang membuang kata
dalam Bsa yang disebut dalam Bsu.51
51
Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 56.
31
خاغ ا ؾ خ فااع اش اس ش ع أ
`asrȃr al-rasmi fȋ Khat al-naskhi
rahasia-
rahasia
Potret di dalam Khat naskhi
Terjemahan Harfiah:
Rahasia-rahasia potret di dalam khat Naskhi
Terjemahan Peneliti:
Rahasia Tulisan Khat Naskhi
Jumlah kata dalam Bsu yang semula berjumalah lima kata, diterjemahkan
menyusut hanya menjadi empat kata. Preposisi فا tidak diterjemahkan karena
kata tersebut merupakan kolokasi dari kata اس ش ع أ sehingga peneliti
menghilangkan makna preposisi فا karena struktur Bsa berbeda dengan Bsu.
Peneliti mempertahankan prinsip di mana judul bab harus selugas mungkin dan
mewakili keseluruhan isi bab tersebut.
B. Teks II
TEKS ASLI TERJEMAHAN
" ١ اع ش ج ظ "ف ي ل اأ ز ا Karena itu saya mengatakan “harap
bersabar”
32
1. Pertanggungjawaban Penerjemahan
Kalimat ١ اع ش ج ظ ف bermakna „maka sabar yang baik‟ jika diterjemahkan
harfiah. Kalimat ini tidak akrab di telinga pembaca Bsa. Kata ١ اع bermakna
„indah, bagus, baik ‟ dalam kamus al-Maany. Sesuai dengan prinsip penerjemahan
komunikatif yaitu berorientasi pada pengaruh teks terhadap pembaca Bsa, agar
menciptakan pengaruh kepada pembaca Bsa penerjemah menerjemahkan kalimat
١ اع ش ج ظ ف menjadi „harap bersabar‟ karena sesungguhnya kalimat tersebut
mengandung makna anjuran dari penulis kepada pembaca.
2. Strategi Penerjemahan
Pada kalimat tersebut penerjemah menggunakan strategi hażf yang
membuang kata dalam Bsa yang disebut dalam Bsu.52
" ١ اع ش ج ظ "ف ي ل اأ ز ا
Li hȃẓȃ A-qȗlu Fa ṣabrun jamȋlun
Untuk Ini Saya-
mengatakan
Maka sabar indah
Terjemahan Harfiah:
Untuk ini saya mengatakan maka sabar indah
Terjemahan Peneliti:
Karena itu saya mengatakan harap bersabar
52
Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 56.
33
Jumlah kata dalam Bsu berjumalah tujuh kata, diterjemahkan menyusut hanya
menjadi enam kata. Kata nomor lima dan tujuh tidak diterjemahkan karena kata-
kata tersebut tidak diperlukan untuk kepentingan pengalihan Tsu ke Tsa. Kata
tambahan dalam Tsa yang tidak terdapat dalam Tsu untuk menjelaskan kata
nomor 6.
C. Teks III
TEKS ASLI TERJEMAHAN
ػ بء ثا ا ازا أ ىا ٠ بدا١ طاؼ ا
ق ش ط ز ؽ اا ذا٠ ذاؾ ز اخ ط ١ غاث خ م ٠ شا
اص خا٠ ا ١ بؽاط خ اخاج غ ب ثاا م ا
اؼ ٠ أ ١ ئاذاز ج ا ش ١ ؾ ثا ١ عابسا ب
ػ ١ عا اغ ذ ١ ثا ذ بػاغ ر ر ب ؾا١ غاج
ا بطا ئ زاع ال
Berdasarkan data ini, kita bisa
menggunakan cara sederhana
untuk menentukan sudut pena
bagi para kaligraf pemula dan
praktisi, dengan
menyederhanakan pelajaran
melalui posisi pena yang tepat
bagi para pemula.
1. Pertanggungjawaban Penerjemahan
Kata ب١ عا اغ ذ ١ ثا bermakna pedagogi. Pedagogi adalah ilmu mendidik.
Peneliti menerjemahkan ػ ١ عا اغ ذ ١ ثا ذ بػاغ ر ر ب اؾا١ غاج بطا ئ زاع ال menjadi
„menyederhanakan pelajaran‟ agar dapat langsung dipahami para pembaca. Kata
ذ بػاغ ر yang bermakna „menolong‟, pronomina merujuk pada para kaligraf
34
pemula dan praktisi untuk memahami kaligrafi melalui metode pedagogi. Metode
ini menjelaskan salah satu prinsip metode komunikatif yaitu efektif
(mengutamakan penciptaan efek pada pembaca).
2. Strategi Penerjemahan
Pada kalimat tersebut penerjemah menggunakan strategi tabdȋl, ziyȃdah,
taqdȋm ta`khȋr dan hażf yang mengganti struktur kata, menambah kata,
mengedepan atau mengakhirkan kata dan membuang kata dalam Bsa.53
ازا اػ بء ثا خا٠ اااص ذا٠ ذاؾ ز اخ ط ١ غاث خ م ٠ شاؽ ااق ش ط ز أ ىا ٠ بدا١ طاؼ ا ا م ا
١ بؽاط خ اخاج غ ب ثا اؼ ٠ أ ١ ئاذاز ج ا ػ ١ عا اغ ذ ١ ثا ذ بػاغ ر ش ١ ؾ ثا ١ عابسا ب ب
اؾا١ غاج ر بطا ئ زاع ال
binȃan „alȃ hȃżihi al-mu‟ṭiyȃti yumkinu `an
berdasarkan di atas Ini Data mungkin (partikel)
na-taṭarraqa ilȃ ṭarȊqatin basȊṭatin Li
Kami-
menyinggung
ke Cara sederhana Untuk
tahdȊdi zȃwiyati al-qalami Bi an-nisbati
Pembat
asan
Sudut Pena dengan Presentase
53
Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 54-56.
35
Li al-khaṭȃṭȋna al-mubtadiȋna wa `ayḍan
Untuk Kaligraf-kaligraf Pemula-pemula dan Juga
Li al-mumȃrisȋna Bi hayṥu Tu-sȃ„idu-hum
Untuk pelatih-pelatih dengan di mana Dia (F)-membantu-
mereka (M)
bȋdȃgȗjiyȃ „alȃ tabsȋṭi al-isti`nȃsi
Pedagogi di atas Penyederhanaan Memperhatikan
Terjemahan Harfiah:
Berdasarkan di atas ini data mungkin akan menyinggung ke jalan sederhana untuk
Pembatasan sudut pena dengan presentase untuk para kaligraf pemula dan juga
untuk para pelatih dengan di mana membantu mereka pedagogi di atas
penyederhanaan.
Terjemahan Peneliti:
Berdasarkan data ini, kita bisa menggunakan cara sederhana untuk menentukan
sudut pena bagi para kaligraf pemula dan praktisi, dengan menyederhanakan
pelajaran melalui posisi pena yang tepat.
36
Kata dalam Tsu yang berjumlah 32, dalam ziyȃdah kata dalam Tsa bertambah
dengan muncul dari kata yang dalam Tsu tidak terlihat karena sudah terdapat
dalam struktur gramatikalnya sendiri. Dalam taqdȋm ta`khȋr dapat dilihat
perbedaan urutannya dari Tsu ketika diterjemahkan menjadi tidak berurut seperti
Tsu dan tidak mungkin berterima adanya kalimat dengan urutan seperti Tsu dalam
Tsa. Adapun dalam hażf walaupun tidak terlihat menyusut katanya. Namun, bisa
dilihat ada beberapa angka urut yang tidak muncul dalam Tsa karena dirasa tidak
diperlukan dalam pengalihan Tsu ke dalam Tsa.
D. Teks IV
TEKS ASLI TERJEMAHAN
بف ؼ فااأ ا ى ز ٠ زا:ا ال
ظ ٠ اش ر ا١ اا
Lam merupakan huruf yang
terbentuk dari alif yang diberi tarwis
1. Pertanggungjawaban Penerjemahan
Kalimat ظ ٠ اش ر diterjemahkan tetap dengan mentransliterasi tarwîs. Tarwîs
adalah caping yang terdapat di atas huruf lam. Peneliti mentransliterasi istilah
tersebut karena akan ditulis definisinya di footnote terjemahan. Peneliti ingin
mengenalkan istilah-istilah khat kepada para pembaca agar terbiasa akrab dengan
istilah-istilah yang ada dalam khat. Terjemahan ini merujuk pada prinsip
penerjemahan komunikatif yaitu menggunakan kata-kata teks asli.
37
2. Strategi Penerjemahan
Pada kalimat tersebut penerjemah menggunakan strategi hażf yang
membuang kata dalam Bsa yang disebut dalam Bsu.54
ظ ٠ اش ر ا١ اابف ؼ فااأ ا ى ز ٠ زا:ا ال
al-lȃmu allaẓȋ Ya-takawwanu min muḍȃf
Lam yang Dia(M)-menjadi
bentuk
dari tambahan
Ilaihi tarwȋsun
pada-nya (M) Caping
Terjemahan Harfiah:
Lam: yang menjadi bentuk dari tambahan padanya caping.
Terjemahan Peneliti:
Lam merupakan huruf yang terbentuk dari alif yang diberi tarwis.
Jumlah kata dalam Tsu yang semula berjumlah 8 kata bertambah menjadi 10
kata dalam Tsa. Kata yang diberi ketertangan T merupakan kata tamabahan yang
tidak tertulis pada Bsu. Peneliti menambahkan kata tersebut untuk menarasikan
tanda baca (:) agar berterima bagi pembaca Bsa. Kata 7 dibuang karena sudah
mewakilkan terjemahan pada kata 6.
54
Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 56.
38
E. Teks V
TEKS ASLI TERJEMAHAN
شا غ ا ى ش ثا ؾ ػ أ ط ؤ ث ل Pada teknik ini kita bisa melihat
lebih jelas dengan menggunakan
kaca pembesar
1. Pertanggungjawaban Penerjemahan
Kalimat شا غ ا ى ش ثا jika diartikan harfiyah menjadi „dengan bentuk
mikroskopis‟. Dalam kamus al-Maani, kata شا غ ا bermakna . Peneliti
menerjemahkan kata شا غ ا dengan kaca pembesar karena dalam festival
kaligrafi Internasional, khat naskhi ditulis dalam ukuran kecil dan menggunakan
kaca pembesar. Terjemahan ini merujuk pada prinsip penerjemahan komunikatif
yaitu mementingkan pembaca BSa agar bisa memahami pikiran, kandungan
budaya Bsu, dengan menggunakan kata kaca pembesar maka pembaca akan tahu
kandungan budaya dalam kaligrafi.
2. Strategi Penerjemahan
Pada kalimat berikut digunakan strategi ziyȃdah yang menambah kata dalam
Bsa yang tidak disebut dalam Bsu.55
شا غ ا ى ش ثا ؾ ػ أ ط ؤ ث ل
Wa lȃ ba`sa `an Nu-waḍiha-hu
Dan Tidak Kerugian (partikel) Kami-memperjelas-
55
Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 55-56.
39
nya(M)
Bi Syaklin Mijhariyyin
Dengan Bentuk Mikroskop
Terjemahan Harfiah:
Dan tidak kerugian agar memperjelasnya dengan bentuk mikroskop.
Terjemahan Peneliti:
Pada teknik ini kita bisa melihat lebih jelas dengan menggunakan kaca pembesar.
Jumlah kata pada Bsu adalah 9 kata sementara kata dalam Bsa berjumlah 12
kata. Kata tambahan pada kata pertama, kedua, dan ketiga dalam Bsa merupakan
penjelas yang bermaksud untuk menjelaskan pembaca jika sedang membahas
teknik. Kata tambahan keempat dan kelima dimunculkan karena muncul dari kata
ؼ ػ أ yang diterjemahkan menjadi “jelas”. Kemudian kalimat شا غ ا ى ش ثا
diganti dengan „dengan menggunakan kaca pembesar‟. Nomor urut 4 dan 6 tidak
diterjemahkan karena disebut atau tidaknya dalam Tsa tidak mempengaruhi
pesannya.
F. Teks VI
TEKS ASLI TERJEMAHAN
ي م بر و خ ى ؾاا غ ى ٠ ذ ل :
اض اغ ؼ ز غ ا
Seperti peribahasa mengatakan:,
“tak lari gunung dikejar”.
40
1. Pertanggungjawaban Penerjemahan
Peribahasa غ ى ٠ ذ ل اض اغ ؼ ز غ ا merupakan pribahasa Arab, maka
dari itu penerjemah mengambil prinsip komunikatif yaitu terikat pada Bsa.
Peribahasa tersebut diterjemahkan ke dalam pribahasa bahasa Indonesia agar tidak
merubah kandungan pribahasa yang terdapat di dalamnya. Peneliti
menerjemahkan kalimat dengan „Tak lari gunung dikejar‟. Peribahasa Arab jika
diterjemahkan harfiah akan menjadi „kadang bersama orang yang terburu-buru itu
kesalahan ‟ tetapi rasa peribahasanya hilang. Maka peneliti mencari padanan
peribahasa yang sesuai dengan makna yang disampaikan dalam peribahasa Bsu.
2. Strategi Penerjemahan
Pada kalimat tersebut penerjemah menggunakan strategi tabdȋl yang
mengganti struktur kata dalam Bsu denagn memperhatikan makna Bsa.56
ي م بر و خ ى ؾاا غ ى ٠ ذ ل : اض اغ ؼ ز غ ا
Wa kamȃ Ta-qȗlu al-hikmatu wa
Dan Seperti Dia (F)-
mengatakan
Hikmah dan
Qad Ya-kȗnu maa al-musta jili al-zalalu
Sudah Dia(M)-
ada
Bersama yang tergesa-
gesa
tergelincir
56
Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 56.
41
Terjemahan Harfiah:
Dan seperti mengatakan hikmah: dan sudah ada bersama yang tergesa-gesa
tergelincir
Terjemahan Peneliti:
Seperti peribahasa mengatakan, “tak lari gunung dikejar”.
Kata dalam Tsu yang berjumlah 10 kata, pada urutan angka dari 5-10
diterjemahkan dengan “tak lari gunung dikejar” yang mengganti makna harfiah
dari masing-masing kata nomor urut 5-10. Peneliti mengganti dengan peribahasa
yang dipakai dalam budaya Bsa.
G. Teks VII
TEKS ASLI TERJEMAHAN
لا ف ١ ػاأ أ اا ؾ ع اا ىا ا
.ا ؤ از حاشاض و فا
tapi izinkan saya untuk
menambahkan: biasakanlah dengan
banyak memperhatikan karya.
1. Pertanggungjawaban Penerjemahan
Dalam kamus al-Maani, kata لا ا bermakna „terdiri dari, tersusun dari‟
peneliti menerjemahkannya dengan kata „biasakanlah‟ karena mengacu pada
kalimat sebelumnya yaitu yang bermakna menambahkan. Dari kalimat izinkan
saya untuk menambahkan, itu tersirat makna memberi saran. Maka kata لا ا
diterjemahkan dengan „biasakanlah‟ walaupun Bsu bukan kata perintah. Hal ini
42
merujuk pada prinsip penerjemahan komunikatif yaitu mengutamakan maksud
penulis Bsu.
2. Strategi Penerjemahan
Pada kalimat berikut digunakan strategi hażf yang membuang kata dalam Bsa
yang disebut dalam Bsu.57
لا ف ١ ػاأ أ اا ؾ ع اا ىا .ا ؤ از حاشاض و فا ا
lȃkin Ismahȗ lȋ `an uḍȋfa
Tetapi Izinkan untuk saya (partikel) menambahka
n
Wa qiwȃmuhu fȋ kaṥrati at-ta`ammuli
Dan Terdiri-nya(M) di dalam Banyak memperhatikan
Terjemahan Harfiah:
Tetapi izinkan untuk saya agar menambahkan, dan terdiri di dalam banyak
memperhatikan
Terjemahan Peneliti:
tapi izinkan saya untuk menambahkan: biasakanlah dengan banyak
memperhatikan karya.
Kata dalam Tsu berjumlah 11 kata, sementara dalam Tsa menyusut menjadi 9
kata. Kata dengan nomor urut 6 dan 8 tidak diterjemahkan karena kata-kata
57
Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 55-56.
43
tersebut tidak diperlukan untuk kepentingan pengalihan Tsu ke Tsa. Kata
tambahan merupakan penjelas dari kata nomor urut 11.
H. Teks VIII
TEKS ASLI TERJEMAHAN
ف ش ؼ ز ازا ا١ اؾ ر ػ ا٢
بياى ش ال خا١ عاذ ا
Sekarang mari kita mengenal
bentuk-bentuk geometris
1. Pertanggungjawaban Penerjemahan
Kata ف ش ؼ ز berasal dari kata ف ش ؼ ز yang bermakna „berkenalan dengan,
bertemu, diperkenalkan kepada‟ ditambahkan pronomina ؾ menjadi „kita
berkenalan‟. Peneliti menerjemahkan dengan „Mari kita mengenal‟ karena kalimat
mengandung ajakan, penulis sedari awal telah menjelaskan bermacam-macam
teori dan kemudian mengajak pembaca untuk mengenal bentuk-bentuk geometris.
Diterjemahkan dengan kalimat ajakan juga menjadikan kalimat lebih mudah dan
luwes untuk dibaca. Hal ini merujuk pada prinsip penerjemahan komunikatif yaitu
mudah dibaca, lebih luwes, lebih sederhana, lebih jelas, lebih panjang daripada
Bsu.
2. Strategi Penerjemahan
Pada kalimat berikut digunakan strategi hażf yang membuang kata dalam Bsa
yang disebut dalam Bsu.58
ف ش ؼ ز بياى ش ال ازا ا١ اؾ ر ػ ا٢ خا١ عاذ ا
58
Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 55-56.
44
Na-taarrafu al-`ȃna alȃ hȃẓihi al-`asykȃl
kita-
berkenalan
sekarang di atas Ini bentuk-bentuk
al-handasiyyati
Keinsyinyuran
Terjemahan Harfiah:
Kita berkenalan sekarang di atas ini bentuk-bentuk keinsyinyuran.
Terjemahan Peneliti:
Sekarang mari kita mengenal bentuk-bentuk geometris.
Kata dalam Tsu berjumlah 8 kata, sementara kata dalam Tsa menyusut
menjadi 6. Nomor urut 4 dan 5 tidak diterjemahkan karena disebut atau tidaknya
dalam Tsa tidak mempengaruhi pesannya. Ada tambahan kata untuk menjelaskan
ajakan terhadap para pembaca.
I. Teks IX
TEKS ASLI TERJEMAHAN
اثا افا ش ؽ اغ ؽ ااخاف ػ بل خاؼ غاز ا
ؾا١ ما ر خا١ بؽا ا خابؽ غ ا
apalagi ukuran hurufnya yang besar
dari segi pemberian titik
45
1. Pertanggungjawaban Penerjemahan
Kata خاؼ غاز ا dalam kamus al-Maani bermakna „yang punya cukup waktu,
yang luas‟. Kata خاؼ غاز ا tidak sesuai jika dengan memanfaatkan kamus al-
Maany, maka peneliti menerjemahkan kata خاؼ غاز ا menjadi „yang besar‟ karena
mengacu pada konteks yang menjelaskan ukuran huruf dalam khat naskhi. Hal ini
merujuk pada prinsip penerjemahan komunikatif yaitu terikat konteks, waktu
penerjemahan, dan tempat pembaca Bsa karena mengikuti konteks pada kata
فا ش ؽ maka peneliti menerjemahkan kata خاؼ غاز ا dengan kata „besar‟.
2. Strategi Penerjemahan
Pada kalimat tersebut penerjemah menggunakan strategi tabdȋl, ziyȃdah, dan
hażf yang mengganti struktur kata, menambah kata, dan membuang kata dalam
Bsa.59
اثا افا ش ؽ اغ ؽ ااخاف ػ بل ؾا١ ما ر خا١ بؽا اخاؼ غاز ا خابؽ غ ا
Bi al-`iḍȃfati `ilȃ Hajmi Hurȗfi-hi
dengan penambahan Ke Ukuran Huruf-
hurufnya (M)
al-muttasi ati Min nȃhiyati tanqȋṭi al-misȃhati
Luas Dari sisi pemberian
titik
Area
59
Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 54-56.
46
Terjemahan Harfiah:
Dengan penambahan ke ukuran hurufnya luas dari sisi pemberian titik area
Terjemahan Peneliti:
Apalagi ukuran hurufnya yang besar dari segi pemberian titik.
Kata dalam Tsu yang berjumlah 11, dalam tabdȋl ada pada kata nomor urut 1-
2 pada Bsu yang cukup diterjemahkan dengan aspek kontekstual yang
melingkupinya saja. Sementara dalam ziyȃdah kata dalam Tsa bertambah dengan
yang muncul dari kata yang dalam Bsu tidak terlihat karena sudah terdapat dalam
struktur gramatikalnya sendiri. Adapun dalam hażf walaupun tidak terlihat
menyusut katanya. Namun, bisa dilihat ada beberapa kata urut yang tidak muncul
dalam Tsa karena dirasa tidak diperlukan dalam pengalihan Tsu ke dalam Tsa.
J. Teks X
TEKS ASLI TERJEMAHAN
خا١ با ؽ اش اء اش غ بد اظ ف ش ؽ
ع س ا ذ ثا
Huruf ṣad disambung dengan ra‟ ar-
Rahmȃniyyah tanpa pola
1. Pertanggungjawaban Penerjemahan
Kalimat خا١ با ؽ اش اء اش diterjemahkan tetap dengan mentransliterasi ra‟ ar-
Rahmȃniyyah. Ra‟ ar-Rahmȃniyyah adalah ra‟ yang berbentuk melengkung.
Peneliti mentransliterasi istilah tersebut karena akan ditulis contohnya di dalam
terjemahan. Peneliti ingin mengenalkan istilah-istilah khat kepada para pembaca
agar terbiasa akrab dengan istilah-istilah yang ada dalam khat. Terjemahan ini
47
merujuk pada prinsip penerjemahan komunikatif yaitu menggunakan kata-kata
teks asli.
2. Strategi Penerjemahan
Pada kalimat berikut digunakan strategi ziyȃdah yang menambah kata dalam
Bsu yang disebut dalam Bsa.60
ع س ا ذ ثاخا١ با ؽ اش اء اش غ بد اظ ف ش ؽ
Harfu ṣȃd maa al-rȃ al-rahmȃniyyati
Huruf Sad bersama ra al-rahmaniyyah
Bi Dȗni rasmin
Dengan Tanpa Pola
Terjemahan Harfiah:
Huruf sad bersama ra al-Rahmȃniyyah dengan tanpa pola
Terjemahan Peneliti:
Huruf ṣad disambung dengan ra‟ al-Rahmȃniyyah tanpa pola
Kata dalam Tsu berjumlah 7 kata, sementara kata dalam Tsa bertambah
menjadi 8. Kata tambahan dalam Tsa merupakan penjelas yang bermaksud untuk
menjelaskan huruf sad pada Tsa.
60
Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 55.
48
K. Teks XI
TEKS ASLI TERJEMAHAN
ت بعاؽ خ ١ ؼا١ جاؽ بد ع بس و ا١ ؼ ا Alis ain (pola bagian awal atas „ain)
semuanya pola bawaan
1. Pertanggungjawaban Penerjemahan
Kalimat ت بعاؽ ا١ ؼ ا jika diartikan harfiyah menjadi „alis ain‟. Dalam
kamus al-Maani, kata ت بعاؽ bermakna alis . Peneliti menerjemahkan kata ت بعاؽ
tetap dengan kata alis karena dalam kalangan para kaligraf kata „alis ain‟
digunakan akan tetapi peneliti menambahkan penjelasan setelah kalimat alis ain
agar para pembaca paham maksud penulis Bsu. Terjemahan ini merujuk pada
prinsip penerjemahan komunikatif yaitu mementingkan pembaca BSa agar bisa
memahami pikiran, kandungan budaya Bsu, dengan tetap menggunakan kata alis
maka pembaca akan tahu kandungan budaya dalam kaligrafi.
2. Strategi Penerjemahan
Pada kalimat berikut digunakan strategi hażf yang membuang kata dalam Bsa
yang disebut dalam Bsu.61
ت بعاؽ خ ١ ؼا١ جاؽ بد ع بس و ا١ ؼ ا
wa hȃjibu al-ayni kullu-hȃ rusȗmȃtun
dan Alis Ain semuanya Pola
61
Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 55-56.
49
ṭabȋiyyatun
Alami
Terjemahan Harfiah:
Dan alis ain semuanya pola alami
Terjemahan Peneliti:
Alis ain semuanya pola bawaan
Kata dalam Tsu berjumlah 7 kata, sementara kata dalam Tsa menyusut
menjadi 5. Nomor urut 1 tidak diterjemahkan karena bukan konjungsi („aṭaf)
melainkan wa al-`ibtidȃ`i, disebut atau tidaknya dalam Tsa tidak mempengaruhi
pesannya.
L. Teks XII
TEKS ASLI TERJEMAHAN
افاذ غ ١ اغ ر ال کا ع ال ب
ػ ال
tidak termasuk pada sisi yang lebih
tebal.
1. Pertanggungjawaban Penerjemahan
Kata ػ ال bermakna „tinggi, di atas‟. Peneliti menerjemahkan kata ػ ال
dengan „lebih‟ karena melihat dari kata sebelumnya yaitu yang bermakna tebal.
Kalimat ػ ال کا ع ال diterjemahkan lebih tebal menjelaskan sifat dari kata
ا اغ ر ال ب . Hal ini merujuk pada prinsip penerjemahan komunikatif yaitu terikat pada
Bsa.
50
2. Strategi Penerjemahan
Pada kalimat tersebut penerjemah menggunakan strategi ziyȃdah dan taqdȋm
ta`khȋr yang menambahkan kata dalam Bsu yang disebut dalam Bsa dan
mengedepankan kata dalam Bsu yang diakhirkan dalam Bsa, mengakhirkan kata
dalam Bsu yang dikedepankan dalam Bsa.62
افاذ غ ١ اغ ر ال ػ ال کا ع ال ب
laysat fȋ al-ittijȃhi al-asmaku al-`a lȃ
Bukan di dalam Arah Tebal lebih tinggi
Terjemahan Harfiah:
Bukan di dalam arah tebal lebih tinggi
Terjemahan Peneliti:
Tidak termasuk pada sisi yang lebih tebal
Kata dalam Tsu berjumlah 5 kata, sementara dalam Tsa bertambah menjadi 7
kata. Kata tambahan merupakan konsekuensi perbedaan struktur dalam Bsu dan
Bsa dan kata tambahan makna kontekstual. Kata tambahan dalam Tsa yang
terlihat wujud luarnya (leksikal) itu merupakan konsekuensi struktur gramatikal
dalam Tsu yang mengharuskan demikian. Kata tambahan tersebut sebagian juga
terlihat karena makna kontekstual dalam beberapa kata dimunculkan agar aspek
kebahasaan dapat mudah dimengerti.
Kata dalam Tsu yang semula 12345, saat diterjemahkan urutannya menjadi
12354. Dengan demikian, ada kata yang asalnya didahulukan dalam Tsu,
62
Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 54-55.
51
kemudian ketika diterjemahkan kata tersebut diakhirkan. Ini terkait pembuatan
kalimat dalam Tsu dan Tsa yang berbeda.
M. Teks XIII
TEKS ASLI TERJEMAHAN
غاف ش ثات ز ى بر أ ل اا لا اط ل ا ا م ا
بيا غ ا شاظ ج ا
hanya saja huruf tersebut ditulis
dengan mengangkat pena, untuk
mencapai tujuan etetika visual
1. Pertanggungjawaban Penerjemahan
Kalimat بيا غ ا شاظ ج ا diterjemahkan oleh peneliti menjadi „untuk
mencapai tujuan estetika visual‟. Jika diterjemahkan secara harfiyah, kata بيا غ ا
bermakna „kecantikan, lemah gemulai, kebagusan‟ kata diterjemahkan „estetika‟
karena lebih efektif pada Bsa yang disandingkan dengan kata شاظ ج ا yang
bermakna „visual‟. Peneliti merujuk pada prinsip penerjemahan komunikatif yaitu
efektif (mengutamakan penciptaan efek pada pembaca). Kemudian peneliti
menambahkan kata mencapai tujuan untuk terjemahan يا karena terikat pada
konteks غاف ش ثات ز ى بر أ ل اا اط ل ا ا م ا yang mengandung makna saran untuk
mencapai sesuatu yang diinginkan.
52
2. Strategi Penerjemahan
Pada kalimat tersebut penerjemah menggunakan strategi tabdȋl, ziyȃdah, dan
hażf yang mengganti struktur kata, menambah kata, dan membuang kata dalam
Bsa.63
غاف ش ثات ز ى بر أ ل اا بيا غ ا لا اط ل ا ا م ا شاظ ج ا
`illȃ `anna-hȃ Tu-ktabu Bi rafi
kecuali Agar-dia(F) Dia(F)-ditulis dengan Mengangkat
al-qalami al-aṣliyyi Li `anna-hu Li
Pena Asli Untuk bahwa-dia(M) Untuk
al-jamȃli al-baṣariyyi
Keindahan Pandangan
Terjemahan Harfiah:
Kecuali agar dia ditulis dengan mengangkat pena asli untuk agar dia untuk
keindahan pandangan
Terjemahan Peneliti:
Hanya saja huruf tersebut ditulis dengan mengangkat pena untuk mencapai tujuan
estetika visual
63
Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 54-56.
53
Kata dalam Tsu yang berjumlah 12, dalam tabdȋl ada dua kata yang cukup
diterjemahkan dengan aspek kontekstual yang melingkupinya saja, pada nomor
urut 2 dan 3. Sementara dalam ziyȃdah kata dalam Tsa bertambah muncul dari
kata yang dalam Bsu tidak terlihat karena memunculkan efek pada kata nomor
urut 11 dan 12. Adapun dalam hażf walaupun tidak terlihat menyusut katanya.
Namun, bisa dilihat pada kata nomor urut 8 tidak muncul dalam Tsa karena dirasa
tidak diperlukan dalam pengalihan Tsu ke dalam Tsa.
N. Teks XIV
TEKS ASLI TERJEMAHAN
بء ١ ا خ ف ش ط ز ا غ خ ظاز ا بءاج ا
اأ اال اأ ب بث بش بءاف ا
Ya al-Mutaṭarrifah yang bersambung
dengan ba‟, lam, fa‟, dan sebagainya.
1. Pertanggungjawaban Penerjemahan
Kalimat بء ١ ا خ ف ش ط ز ا diterjemahkan tetap dengan mentransliterasi ya al-
Muṭaṭarrifah. Ya al-Mutaṭarrifah adalah ya‟ yang tidak memiliki titik yang tidak
terletak di awal kata. Peneliti mentransliterasi istilah tersebut karena akan ditulis
contohnya di dalam terjemahan. Peneliti ingin mengenalkan istilah-istilah khat
kepada para pembaca agar terbiasa akrab dengan istilah-istilah yang ada dalam
khat. Terjemahan ini merujuk pada prinsip penerjemahan komunikatif yaitu
menggunakan kata-kata teks asli.
54
2. Strategi Penerjemahan
Pada kalimat tersebut penerjemah menggunakan strategi hażf yang
membuang kata dalam Bsa yang disebut dalam Bsu.64
بء ١ ا خ ف ش ط ز ا غ خ ظاز ا اأ اال اأ بءاج ا ب بث بش بءاف ا
al-yȃ`u al-mutaṭarrifatu al-muttaṣilatu maa al-bȃ`i
Ya Ekstrim bersambung Dengan Ba
`aw al-lȃmi `aw al-fȃ`i Wa
Atau Lam atau Fa dan
mȃ syȃbahu-hȃ
Apa Menyerupai-nya(F)
Terjemahan Harfiah:
Ya ekstrim bersambung dengan ba atau lam atau fa dan apa menyerupainya.
Terjemahan Peneliti:
Ya al-Mutaṭarrifah yang bersambung dengan ba‟, lam, fa‟, dan sebagainya.
Jumlah kata dalam Tsu yang semula berjumlah 12 kata menyusut menjadi 10
kata dalam Tsa. Partikel أ atau partikel yang berarti konjungsi pada nomor urut 6
64
Hidayatullah, Seluk-Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 56.
55
dan 8 tidak diterjemahkan karena disetiap partikel tersebut ada makna yang
dibuang yang jika dimunculkan berarti sudah disebutkan di awal kalimat. Partikel
أ pun tidak diterjemahkan karena menghindari pengulangan kata dan hanya
diterjemahkan menjadi tanda baca koma (,) saja. Kata yang tidak muncul di Tsu
tetapi muncul di Tsa adalah tambahan yang merupakan konsekuensi perbedaan
struktur dalam Bsu dan Bsa dan kata tambahan makna kontekstual.
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah peneliti menerjemahkan buku berjudul `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi
karya Mohamed Amzil, peneliti dapat mengambil kesimpulan, bahwa dalam
menerjemahkan buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi, metode penerjemahan
komunikatif yang berorientasi pada bahasa sasaran merupakan metode yang sesuai
karena buku `Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi menggunakan teks informatif, maka
informasi dalam Tsu harus dapat berterima dalam Tsa sesuai dengan konteks dan
budaya pembaca Tsa. Kendala yang peneliti temukan dalam menerjemahkan `Asrȃr
al-Rasm fî Khat al-Naskhi adalah pemilihan kesepadanan kata antara bahasa Arab dan
Indonesia agar pembaca dapat dengan mudah memahami karya tersebut di dalam
bahasa Indonesia.
Strategi penerjemahan yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya adalah,
taqdîm wa ta`khîr, yang mengedepankan kata dalam Bsu yang diakhirkan dalam Bsa
dan mengakhirkan kata Bsu yang dikedepankan dalam Bsa, dalam penelitian ini,
strategi taqdîm wa ta`khîr berjumlah dua kata; ziyȃdah, yang menambahkan kata
dalam Bsu yang disebut dalam Bsa, dalam penelitian ini, strategi ziyȃdah berjumlah
enam kata; hażf, yang membuang kata dalam Bsa yang disebut dalam Bsu, dalam
penelitian ini, strategi hażf, berjumlah sepuluh kata; tabdîl, yang mengganti struktur
kata dalam Bsu dengan memperhatikan makna dalam Bsa, dalam penelitian ini,
strategi tabdîl, berjumlah empat kata.
57
B. Rekomendasi
Penelitian ini dilakukan terhadap metode penerjemahan dan strategi
penerjemahan yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini tidak membahas hal-
hal terkait unsur linguistik baik morfologi, sintaksis maupun semantik. Oleh karena
itu aspek-aspek linguistik yang belum dibahas dapat dilakukan penelitian lanjutan.
58
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Al-Baba, Kamil. 1992. Dinamika Kaligrafi Islam. Jakarta: Daarul Ulum Press.
Abdul Karim Husein, Seni Kaligrafi Khat Naskhi: Tuntunan Menulis Huruf Halus
Arab dengan Metode Komparatif. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, t.t.
Amzil, Mohamed. 2011. Asrȃr al-Rasm fî Khat al-Naskhi. Maroko: Amzel Art.
C, Israr. 1985. Dari Teks Klasik Sampai ke Kaligrafi Arab. Jakarta: Yayasan
Masagung.
Farisi, M. Zaka. 2011. Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Hidayatullah, Moch. Syarif. 2014. Seluk-Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia
Kontemporer. Tangerang Selatan: Penerbit Alkitabah.
Hidayatullah, UIN Syarif. 2007. Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,
Tesis, dan Disertasi). Jakarta: CeQDa.
Lubis, Ismail. 2004. Ihwal Penerjemahan Bahasa Arab ke dalam Bahasa
Indonesia. Humaniora.
Machali, Rochayah. 2000. Pedoman bagi Penerjemah. Jakarta: PT Grasindo.
59
Masduki. 2011 Jenis dan Makna Terjemahan (Ditinjau dari Kelebihan dan
Kekurangannya). Prosodi, 1.
Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Newmark, Peter 1981. Approach to Translation. Oxford: Pergamon Press.
Nida, Eugene dan Taber, Charles. 1969 The Theory and Practice of Translation.
Leiden: EJ Brill.
Sayogie, Frans. 2008. Penerjemahan Bahasa Inggris ke Dalam Bahasa Indonesia.
Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Syarif Hidayatullah.
Sayogie, Frans. 2014. Teori & Praktik Penerjemahan. Tangerang Selatan:
Transpustaka.
Sirojuddin, Didin AR. 2014. Belajar Kaligrafi. Jakarta: Darul Ulum Press.
Sirojuddin, Didin AR. 1991. "Catatan Selintas Kaligrafi Islam” Katalog Pameran
Seni Rupa Modern. Bandung: Badan Pelaksana Festival Istiqlal.
Sirojuddin, Didin AR. 2000. Seni Kaligrafi Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sirojuddin, Didin AR. 2015 “Seni Kaligrafi Pada usabaqah Khaṭ Alquran di
Indonesia (Analisis Estetika dan akna),” Disertasi S3 Pascasarjana
Institut PTIQ Jakarta.
60
Strauss, Anselm dan Corbin Juliet. 2009. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif Tata
Langkah dan Teknik-Teknik Teoritisasi Data. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryawinata, Zuchridin dan Hariyanto, Sugeng. 2003. Translation Bahasa Teori
dan Penuntun Praktis Penerjemahan. Yogyakarta: Kanisius.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Bahasa.
Wehr, Hans.1980. Mujam al-Lughah al-Arabiyyah al-Muȃṣirah. Beirut:
Maktabah Lubnan dan London: Macdonald & Evans Ltd.
Zureiq, Makruf. 1999. Kaifa Nuallimu al-Khaṭ al-Arabi, Dirȃsah Tȃrikhiyah
Fanniyah Tarbawiyah. Beirut: Dar al-Fikr al-Muȃṣir & Damaskus: Dar al-
Fikr.
61
LAMPIRAN
أسشاس انشسم في خط انىسخ
أجشساداشعاغشاف١ى١خاجظش٠خ
اغب١خ
اؾمخال
Rahasia Tulisan Khat Naskhi
Pembenaran Desain Grafis, Visual, dan
Estetis
Bagian Pertama
امذخمقذمح ز رجذ لذ :
ػجبسحػمؾأشىبيذع١خػلبد
"فظجش ألي زا اخؾ. ػ ثؼ١ذح
اؼبطش ز خلي ل ع١"
أعشاس أغت ؼب عغزخشط اذع١خ
ذع ثزفغ١ش اغخ خؾ ف اشع
عبغشاف١ى.عزلؽظفز
امب١٠ظاؾش أؽشق أ فاؾمخ
ثبمطخرهؽزل٠مغبنجظث١
اؾشف ب عضء ف سع ب
الرظبلد,ؼثبشعفاخؾو
ل١ل ف١ب ام سفغ ٠ز از العضاء
از العضاء أ ظف أ ثضض١ ىزبثخ
٠زف١بفشنامأرذ٠شصا٠خوزبثز
الط١خؾظيػعهزذسطؾ
اؾشف عاد صم زخف١ف عىب الل
ارظبلرعزطشقا١بثزفظ١,ل
Pendahuluan: Pendahuluan ini akan
menerangkan pernyataan mengenai titik,
bentuk-bentuk geometris, dan tanda-tanda
di luar khat, karena itu saya mengatakan
“harap bersabar” karena melalui
komponen-komponen geometris ini kita
bersama-sama akan lebih banyak
mengungkapkan rahasia-rahasia pola yang
terdapat dalam khat naskhi dengan
interpretasi geometris, estetis, dan grafis.
Pada bagian ini Anda akan melihat bahwa
saya pada standarisasi huruf tidak
menggunakan titik, sehingga tidak ada
kerancuan antara pola sebagian huruf
tunggal dan huruf sambung. Yakni yang
kami maksud pada pola dalam penulisan
setiap bagian setelah rampung
pengangkatan pena sedikit untuk menulis
2/3, 1/2, atau bagian-bagian yang telah
digoreska pena, atau membuat bulatan
pada sudut penulisan asal untuk
memperoleh ketebalan yang bertingkat,
sedikitnya satu ketebalan untuk kesamaran
62
خؾ ت اشعخ العضاء ز
ثبلؽغبط ث ثبمطخ رص ل اغخ
اػثبثؤعجبثب.أب١ضاؽشف
ثمطخ رشاو١جب ارظبلرب اغخ خؾ
اؾمخ ف ا١ب أرطشق فغف ام١بط
ظاجشساداشعامبدخاأ
فخؾاضشاغاشبءهللا.
warna hitam huruf dan sambungannya.
Kemudian kita akan membahasnya secara
terperinci, karena bagian-bagian yang
sudah ditentukan merupakan inti dari khat
naskhi, tidak diukur dengan titik, akan
tetapi menggunakan rasa dan kesadaran
serta sebab-sebabnya. Adapun pengukuran
huruf khat naskhi, sambungan, dan
susunannya menggunakan titik kiasan. Hal
ini akan kita lihat insya allah pada
pembahasan yang akan datang setelah kita
sampai pada kebenaran desain dalam khat
Tsuluts Jali.
هىذسح انىقطح كىحذج قياس ووسثتها
مقاسوح مع سمك انقهم
لبي وب مطخ أط اخؾ أ ثب
"اؾلط"فجذأثزشخ١ضذعخامطخ
ا اخطبؽ١واؽذح ػذد م١بطل
امطخ افؼبء ث١ ٠خط ثذا٠ز ف
صا٠ب رشىب از اغبؽخ اذرخ.
غشة أفم١ب, ػد٠ب السثؼخ امطخ
رهفارط:
Titik geometris sebagai satu ukuran dan
persentase, sebanding dengan ketebalan
pena
Asal tulisan adalah titik,
sebagaimana yang telah dikatakan oleh Al-
Hallaj. Maka dari itu, kita akan memulai
dengan mempelajari titik geometris
sebagai satu ukuran, karena para kaligraf
awalnya mempelajari, mengabungkannya
di antara ruang titik yang di dalam, dan
ruang yang dibentuk sebagai sudut empat
titik secara vertikal dan horizontal. Kita
akan mencoba hal itu pada model ini.
شى) اخؾاغزط١: ٠جذزا (1لذ
ظفبن أ سثغ مطخ ؽ ثؤ
فل ؼغ ب ػذ ى أوضش ٠مي
(,2مطخعزغذأل٠زغبصب:شى)
Tulisan ini tampak seperti persegi
panjang: bentuk pertama, panjang seperti
satu titik dan ¼ atau ½, bahkan ada yang
mengatakan lebih banyak, tetapi saat kita
meletakkan titik di atasnya maka akan
tampak bahwa itu tidak melampauinya.
63
خليره ام١بطرؾذد مطخ ال
امطخ صا٠ب رشى اشثغ غبؽخ
خبسع١ب١ظفؼبءامطخاذاخ,زا
اغبؽخصو األاػثز
زى ؽز ام عه غ غجزب
لج أفل١ب ػد٠ب غبؽخ أ رمذ٠
ػغامؾزؤوذ.
Begitupun bentuk kedua, karena titik
merupakan ukuran yang menggambarkan
dari ruang persegi empat yang membentuk
sudut titik dari luar bukan ruang titik di
dalam. Oleh karena itu, penting kiranya
terlebih dahulu menyadari ruangan
tersebut dan berapa persentasenya dengan
ketebalan pena tertentu sehingga
memungkinkan kita untuk mengukur
setiap ruangan secara vertikal maupun
horizontal sebelum memastikannya dengan
meletakkan titik.
فبغئايارابغبؽخامطخ
غعهام؟ غاةعؼغمبسخ
أغبؽزب غذ ثغبتخؾام مطخ
: ظف ا١ ؼبف ام عه رغب
(3شى)
(3(شى)2(شى)1شى)
Pertanyaannya, apakah ruang titik
yang sebanding dengan ketebalan pena?
Jawabannya, kita akan meletakkan titik di
samping tulisan pena, maka kita akan
melihat bahwa ruangannya sama dengan
ketebalan pena yang ditambahkan ke
setengahnya: ini merupakan bentuk ketiga.
Bentuk pertama:
bentuk kedua:
bentuk ketiga:
أهميح معشفح عالقح سمك انخطىط
انعمىديح كاألنف مقاسوح مع األفقيح مثم
انثاء
Penting diketahui hubungan
ketebalan tulisan vertikal seperti alif
yang sesuai dengan tulisan horizontal
sepeti ba.
غذ زؤخؾاغخثشىػب ب ػذ
ثب اخطبؽ١ ع١غ ره ٠ئوذ وب
Jika kita amati khat naskhi dengan
bentuk umum maka kita akan mendapati
hal yang sudah ditegaskan oleh para
64
أ سل١مخ الف ض اؼد٠خ اخطؽ
ض الفم١خ اخطؽ غ مبسخ سف١ؼخ
: اطشػ اغئاي اذ اجبء
٠عذشىغ١شاؼدالفم
ض الفم١خ اخطؽ أوجش عه
١٠ ابئخ اخطؽ ٠غبسا؟ أ وب
اخطبؽ١فاسشبد٠غ١جثبعبع
أوجش عه اغخ ف بن ١ظ :
ز١ض ىرط أ ف الفم١خ اخطؽ
شعؼ,زاطشػاغئايازب:
الفمبسخ عه غجخ ب
الف ث١ ؽشفب ؤخز عهاجبء؟ غ
شىاجبءاىبف"ن"
kaligraf bahwa tulisan vertikal seperti alif
baik tipis maupun tinggi sebandingkan
dengan tulisan horizontal seperti ba dan
mad. Pertanyaannya adalah: apakah
terdapat bentuk selain vertikal dan
horizontal yang lebih tebal dari tulisan
horizontal seperti tulisan yang miring ke
kanan atau ke kiri? Semua kaligraf di
lokakarya sepakat mewajibkan bahwa
tidak ada dalam khat naskhi yang lebih
tebal dari tulisan horizontal dalam setiap
model dan referensi yang berbeda-beda.
Dengan demikian, timbullah pertanyaan
seperti berikut:
Apa yang dimaksud dengan
persentase ketebalan alif sesuai dengan
ketebalan ba? Kita akan mengambil contoh
yang menggabungkan antara alif dan
bentuk ba, yaitu kaf "ن".
أهميح معشفح عالقح سمكى انخطىط
انعمىديح كاألنف مقاسوح مع األفقيح مثم
انثاء
ػد٠ب الف عه غجخ ؼشفخ رى
ف لظ أ١خ أفم١ب اجبء غ مبسخ
ثغغاظش ل ره اخطؽ ع١غ
ػرطج١كاماػذ٠غذاخطبؽأوزت
رعبأرشو١جبع١ببؽ١خمب١٠ظ
رع اؼب اشى أ ال اؾشف
Pentingnya diketahui hubungan
ketebalan tulisan vertikal seperti alif
yang sesuai dengan tulisan horizontal
seperti ba.
Mengetahui persentase ketebalan alif
vertikal sesuai dengan ba horizontal
merupakan hal yang sangat penting di
semua tulisan. Hal itu terlepas dari
penerapan kaidah, di mana ketika para
kaligraf menulis model ataupun susunan
yang lulus dari sisi ukuran huruf namun
bentuk umum modelnya kurang bagus,
65
اؼد٠خ اخطؽ أ فبب ش٠ؼ. غ١ش
ا ػ ارطع١ىخ ٠غؼ ؤفب
رىبدرطظ ٠جذصم١لأأبؾ١خعذا
ب٠ظشأبنػذازاصىل
ل ثبمطخ اغجخ ز م١بط ٠ؼشف
ؼد٠بد اغه ؾذد أ ٠ى فؼل
"سثغ ضل م ام١بط مطخ خشي
م ا طؼت ز صضب" أ امطخ
اغخ٠ىزتغزؾ١خظطبأخؾ
اطي فم١بط ارا ػبدح. طغ١ش ثؾغ
ؾشف ثبمطخ ؾذد اؼشعاز
ؼد٠بد اغه ل١بط : ػ ٠خزف
الفم١بد غ الفمبسخ ؽشف ض
ثبغجخ ٠ؾذد از اجبء ؽشف ض
الف عه "أ ضل فمي ائ٠خ
اؼد٠غبمبسخغاجبءالفم١خ
ض١ؽغتعاخؾ."ثظفأص
sedangkan tulisan vertikal dengan
ketebalan biasa sebagaimana yang
dibentuk pada modelnya, akan tampak
tebal atau sangat tipis, hampir samar
dibanding yang lain. Hal ini karena tidak
adanya kesesuaian, akan tetapi gaya
tersebut tidak menggunakan titik sebagai
ukuran persentase karena praktiknya tidak
memungkinkan kita untuk menetapkan
ketebalan huruf-huruf vertikal
menggunakan titik sebagai persentase.
Misalnya “¼ titik atau 1/3nya”, ini
merupakan hal yang sulit kalau kita tidak
katakan mustahil terlebih lagi khat naskhi
lazimnya ditulis dengan ukuran yang kecil.
Maka ukuran panjang dan lebar yang kita
terapkan dengan menggunakan titik
terhadap huruf yang berbeda dari
persentase huruf-huruf vertikal seperti
huruf alif yang sesuai dengan huruf
horizontal seperti huruf ba. Adapun orang
yang menerapkan dengan perbandingan
persentase bisa saja kita katakan bahwa
ketebalan alif vertikal sama sesuai dengan
ba horizontal baik ½, 1/3, atau 2/3
berdasarkan jenis khat.
ما هي وسثح سمك أنف انسؤال إرا :
غبػذحمقاسوح مع انثاءانىسخ :
از اىبف ؽشف ؤخز اغاة ػ
ع١غ ف اجبء شى أف ٠زى
Pertanyaan: apa yang dimaksud dengan
ukuran ketebalan alif khat naskhi yang
sesuai dengan ba? Untuk membantu
menjawab, kita akan mengambil contoh
huruf kaf yang terdiri dari alif dan bentuk
ba di semua tulisan, dan kita akan
menulisnya dengan tiga model sebagai
perbandingan:
66
اخطؽىزجثضلسبرطمبسخ:
سش١كؾ١فصم١
½غجخعهالفمبسخغاجبء
1. Tebal
2. Tipis
3. Ideal
Contoh yang ketiga, ukuran ketebalan alif
sesuai dengan ukuran ½ ba.
٠جذ .1 الي ارط ف
ع١هلش٠تعه اىبفصم١لل
اجبء.
أف .2 ٠جذ اضب ارط
غ ٠غ١تمبسخ ٠ىبد اىبفؾ١فعذا
الفملذ٠طظاراشذ اخؾ
ثؼ١ذأررظغ١شوض١شا.
اىبف .3 اضبش ارط
اػزبدد از اظسح ؽغت زاص
٠ز١ض از اغخ خؾ ف اؼ١ ػ١ب
اخؾ عه لبسب فبرا ارا ثبششبلخ..
اؼدؾشفاىبف"ن"غعه
أ عغذ ارط زا ف الفم اخؾ
٠غباظف.
ف اخطبؽ١ ثؼغ ٠زغبءي لذ
الشىبي عه غجخ ػ اؾظخ ز
١خفثم١خاخطؽزااؼد٠خغالفم
اغئاي زا ػ إلعبثخ لع١ عؤفزؼ
ازفبط١ ف اذخي د اششع
ؽزجمشوض٠ػخؾاغخ.
1. Pada gaya pertama kaf tampak lebih
tebal karena ketebalan alif-nya hampir
sama dengan ketebalan ba.
2. Gaya kedua, alif tampak sangat tipis
hampir tidak ada kesesuainya dengan
tulisan yang di atas, sehingga tidak
terlihat jika diperhatikan dari jauh atau
sangat kecil.
3. Gaya ketiga, kaf seimbang, sesuai pada
gambar sebagaimana yang dipakai
dalam khat naskhi yang ditandai
dengan kelincahan (stenografi). Maka
jika ada kesesuaian antara ketebalan
tulisan vertikal pada kaf ن dengan
ketebalan tulisan yang di atas pada
model ini, maka kita akan
mendapatinya sama dengan setengah.
Para kaligraf bertanya-tanya dalam
pembahasan ini mengenai ketebalan
bentuk vertikal dengan bentuk horizontal
pada sebagian tulisan. Oleh karenanya
saya akan menyampaikan dua poin untuk
menjawab pertanyaan tersebut tanpa
masuk pada rinciannya, sehingga kita tetap
fokus pada khat naskhi.
67
غ مبسخ الف عه غجخ : رزو١ش
فخؾاغخعد٠اعه اجبء
اضض1/2١اظف اضشاشلؼخ خؾ
.1/3خؾاغؼ١ك٠غباضش2/3
Perhatikan: rasio ketebalan alif
sesuai dengan ketebalan ba dalam khat
naskhi dan diwani jaly yakni ½, tsuluts dan
riq‟ah 2/3, kemudian khat nasta‟liq/farisi
sama dengan 1/3.
ؽش٠مخجغطخجزذئ١فاخؾرغبػذ
رؼمذ م امجخ اضا٠خ ػغ ػ
ػاشثغ.
أ ٠ى اؼط١بد ز ػ ثبءا
زطشقاؽش٠مخثغ١طخزؾذ٠ذصا٠خ
امثبغجخخطبؽ١اجزذئ١أ٠ؼب
ث١ذاغع١ب رغبػذ ثؾ١ش بسع١
رجغ١ؾ ثبػؼ١خػ العزئبط
زلزر ثبغجخ م اظؾ١ؾخ
اجزذئ١.
ؼشف ثغ١ؾ شى اشثغ
ؽغت ٠شع. أ شخض ل ٠ى
خؾ لب رؼط ػذب أؽ١بب ازغشثخ
اخط١خ ثببسعخ شخضؽذ٠شاؼذ
ز اظؾ١ؾخ اضا٠خ ف ٠ؼؼ لذ
ؾ بئخ از ال اخ
ؾا١١/ ره ػىظ ٠ؼؼ لذ أ
اػؼ١خ\ا١غبس ػؼ ى
Metode sederhana bagi para kaligraf
pemula yang dapat membantu untuk
meletakkan sudut yang pas dengan pena
pada segi empat.
Berdasarkan data ini, kita bisa
menggunakan cara sederhana untuk
menentukan sudut pena bagi para kaligraf
pemula dan praktisi, dengan
menyederhanakan pelajaran melalui posisi
pena yang tepat bagi para pemula.
Segi empat adalah bentuk sederhana dan
populer yang memungkinkan siapa saja
untuk melukisnya. Berdasarkan percobaan
di beberapa kasus ketika diberi pena untuk
menulis bagi seseorang yang baru menjadi
praktisi kaligraf. Dia meletakkannya di
sudut kanan pada langkah pertama
biasanya miring ke kanan /, atau
meletakkan dengan sebaliknya seperti
miring ke kiri. Untuk menjelaskan posisi
yang tepat, kita akan melukis segi empat
kemudian kita akan menjelaskan garis
horisontal 00,
garis miring ke kanan sekitar
45° dalam sudut kotak, kemudian garis
68
ػؼ ص شثؼب شع اظؾ١ؾخ
دسعخاخؾابئؾ0اخؾالفم
اخؾ45ا١١ ص اشثغ صا٠خ "ف
صا٠خ00اؼد أ ػؼ ص "
أػ ى ا١١ ؾ رى اخؾ
ػ45 ام ػؼب ارا ل ره "
ص 45ا٠خ ث١ عط١خ از "0
دسعخزاضا٠خعزؼط١ب00دسعخ
ثب اغه ثفظ ثبءا أفب ثبؾظخ
اغه زا اعؾ ف عبءد أب
ال خؾ أ ف عد غ١ش ازغب
اخؾػذب ٠جذأ مي: اىضفػ١
دسعخؾظي45رشفغصا٠خامػ
اج مبث سل١ك أف ره؟ػ و١ف بء
ؽغتعاخؾفضلؤخزاغبفخ
دسعخمغبػصلس4500ث١
اضض١ال١عخ أعضاءزغب٠خ.
دسعخ٠ظؾبخؾصشاشلؼخ,00
غخ فزظؼ اغبؽخ ز ظف أب
ا١ااغىزا.....
اضا٠باضلساؾشاءامجخف
اخؾ
vertikal 90°, kemudian kami jelaskan
bahwa sudut tulisan berada di arah kanan
tetapi lebih tinggi dari 45°. Hal itu karena
jika kita meletakkan pena pada sudut yang
merupakan posisi tengah antara 0° dan
90°, sudut ini akan memberi kita hasil alif
dan ba dengan ketebalan yang sama,
karena sudut tersebut ada di tengah, dan
ketebalan ini sama persis. Hal itu tidak
terdapat pada setiap kaligrafi kecuali pada
tulisan kufi. Dengan itu, kita katakan
tulisan akan jelas jika sudut pena lebih dari
45° untuk memperoleh alif berukuran
sedang yang sesuai dengan ba. Mengapa
bisa begitu? Hal itu berdasarkan jenis khat,
misalnya kita mengambil jarak antara 45°
dan 90°, kemudian kita bagi menjadi tiga
bagian yang sama, 2/3 pertama dari arah
90° pas digunakan untuk khat tsuluts dan
riq‟ah, sedangkan untuk jarak di posisi
tengah cocok untuk khat naskhi, diwani
jaly, dan sebagainya.
Tiga sudut merah yang berada pada
gambar diakui dalam kaligrafi.
مه تىضيح أسثاب انشسم في خط انىسخ
خالل "عالمح االتجاهاخ
Penjelasan mengenai sebab-sebab pola
pada khat naskhi dengan “tanda empat
69
"األستعح
ا٢شعغضا٠خخؾاغخاز
دسعخ,از4500اظفث١
رؼط١بعهأف٠غبظفاجبء.
sisi”.
Sekarang kita kembali pada sudut
khat naskhi yang merupakan posisi di
antara 45° dan 90° serta yang memberikan
kita ketebalan alif sama dengan ketebalan
separuh ba.
وهىا يجة االوتثاي تأوىا تذأوا إشكانيح
انشسم في خط انىسخ.
اخطؽ ثؤ ارفمب عجكأ مذ : رزو١ش
اطبء أعف اذ اجبء ض الفم١خ
رؤر از اخطؽ ػب ثش اذاي
خؾاغخرى ػوشعوزبثخ
الف ض اؼد٠بد عىب أوجش
اخطؽ غ١شب شبثب ب ال
زؾ ابئخ١٠ب٠غبسا.ىدػب
اخؾ رغ١١شصا٠خ رؾذص اغخب
ارا الرؾغببد, ع١غ ف ام غه
ثشى اخؾ ف ارغببد ذع١ب ؽب
أسثؼخ رزى عغذب جغؾ ػب
ارغببدأعبع١خ:
ألاخؾاؼد .1
صب١باخؾالفم .2
ارغب .3 ف ١٠ب ابئ اخؾ صبضب
صا٠خام
Di sini perlu diperhatikan bahwa kita
memulai permasalahan pola pada khat
naskhi.
Perlu diingat: sebelumnya kita sudah
sepakat bahwa tulisan horizontal seperti
ba, mad, bagian bawah huruf ṭa dan dal,
serta bentuk umum tulisan yang menjadi
bagian bawah pada penulisan khat naskhi
harus lebih tebal dari tulisan vertikal
seperti alif, lam, dan sebagainya serta
tulisan miring baik ke kanan maupun ke
kiri. Marilah kita mencoba sudut khat
naskhi dan sesuatu yang menyebabkan
perubahan ketebalan pena di segala sisi.
Jika kita pelajari sisi-sisi seni kaligrafi
dengan bentuk umum dan sederhana maka
kita akan mendapatinya terdiri dari empat
sisi dasar:
1. Tulisan vertikal,
2. Tulisan horizontal,
3. Tulisan yang miring ke kana dari sisi
70
الػساثؼباخؾابئفارغب .4
٠غبسا
"ػلخارغببدالسثؼخ"
sudut pena,
4. Dan tulisan yang miring kekiri dari sisi
atas.
“Tanda empat sisi”:
غبجب ف اذائش٠خ اؾشوبد ثم١خ أب
ػاذبطمطاز٠ؾظ ػجبسح
٠ؾذص ب السثؼخ افبط ز ث١
اظسح زمش٠ت غه, رغ١١ش
اؼدؤخز اخؾ ث١ ؽشفب ضل
ؽشف اذائش ثذا٠خ الفم
ال:از٠زىأفؼبفا١
رش٠ظؽشفاازثذا٠زشج
( شى : الف ض ص1ػد٠خ )
( شى : أفم١خ شج ب٠خ2لبػذر ص )
بئخاالػا١١ثشىمط
٠ ب ام صا٠خ ارغب ؼطف
ثبؾظخرمعبرالبػذحع١ىخرز
شى : ام ثغبتلطؼخ ثغهسف١غ
(3)
Adapun sebagian gerakan melingkar
sering menjadi gambaran dari integrasi
lengkungan yang terdapat di antara empat
sisi tersebut dan sesuatu yang
menyebabkan perubahan ketebalan. Untuk
gambarannya kita akan mengambil contoh
huruf yang menggabungkan antara tulisan
vertikal, horizontal, dan awal lingkaran,
yaitu huruf lam. Lam merupakan huruf
yang terbentuk dari alif yang diberi tarwis
dan nun yang diukir bagian depannya
semi-vertikal seperti alif: bentuk pertama
(1), kemudian di bagian bawahnya semi-
horizontal: bentuk kedua (2), kemudian
bentuk ketiga (3) ujungnya miring ke
kanan atas dengan bentuk melengkung ke
arah sudut pena yang menghasilkan
lengkungan dengan ketebalan di bawah
kemudian di akhir dengan ketebalan yang
tinggi ke sisi potongan pena (runcing ke
atas). Bentuk (3)
اؾشوبد ز عشخضثبخزظبس زا
از ازب اذع اشى ف السثؼخ
السثؼخ" الرغببد "ػلخ ع١ب
أ ى أؽت غش, ثشى ؾ
Dengan ini kita akan mempelajari
dengan meringkas empat gerakan tersebut
pada bentuk geometris berikut yang kita
sebut dengan “tanda empat sisi”. Kita akan
mempelajarinya dengan kaca pembesar.
71
رظجشاؼلأغتجشساداشع
فخؾاغخرىفرؾ١زااشى
اذعاجغ١ؾ.
Saya berharap kalian tetap menyimak hal
ini, karena sebagian besar kebenaran pola
dalam khat naskhi terselubung dalam
analisa bentuk geometris sederhana ini.
الف, رجغ١ط١ب ٠شج الي فبلرغب
اضبش اجبء, لبػذح ٠شج الفم اضب
ال, ا ب٠خ ض ١٠ب ابئ
اذايأ ضثذا٠خ اشاثغابئ٠غبسا
ارغباىبفاغ١ف.
Sisi pertama menyerupai bentuk
sederhana alif, kedua bentuk horizontal
menyerupai bagian bawah ba, ketiga
miring ke kanan menyerupai ujung nun
dan lam, dan yang terakhir (keempat)
miring ke kiri seperti bagian pertama huruf
dal atau bentuk kaf saifi.
ز اخزف اغه ذسط ا٢
فب ... السثؼخ وجشبب1الرغببد ا
اخؾ صا٠خ أ ثغذ ااػؼ ثشى
ظف ٠غب أفب عزؼط١ب از اغخ
( شى الي الرغب ف ص1اجبء )
اجبء ؽشف لبػذح ثبؾظخ عزؼط١ب
وب العه رى أ ٠غت از
( اضب الرغب ص2ارفمب بئل( خؾ
ؾا٠١١ىسل١مبسف١ؼبمبسخغ
( الرغب 3أفاجبء أخ١شا ازجا(
ثشى ثبؾظخ أ٠ؼب عزؼط١ب ع١ذا
شى اشاثغ الرغب أربر١ى ذع
(ابئاا١غبسالعه4)
( أشىبي ام ارغببد ٠ؼ (1ع١ؼب
اغه(رهل٠خشط3()2)
Sekarang kita akan belajar tentang
macam-macam ketebalan pada empat sisi
yang sudah disebutkan. Jika membuat sisi-
sisi lebih besar dengan bentuk yang jelas
maka kita akan mendapati bahwa sudut
khat naskhi yang memberikan contoh pada
kita berupa alif yang sama dengan separuh
ba di sisi pertama, bentuk (1). Kemudian
memberikan kita gambaran hasil bagian
bawah huruf ba yang lebih tebal
sebagaimana yang sudah kita sepakati
pada sisi kedua, bentuk (2). Selanjutnya
tulisan miring ke kanan berbentuk tipis
tinggi yang sesuai dengan alif dan ba pada
sisi ketiga. Terakhir perhatikan dengan
seksama sisi tersebut akan memberikan
hasil dengan bentuk geometris yang
otomatis berada di sisi keepat, bentuk (4)
di mana posisinya miring ke kiri serta
memiliki ketebalan lebih dari yang lain.
72
Hal itu terjadi karena lepas dari ketebalan اىؼشعام.
semuanya berdasarkan kelebaran pena.
Contoh teknik khat :
لثؤطأػؾثشىغش
ض٠بدح اضب اذع ازشش٠ؼ خلي
اشاثغ العه اشى ثزا اػ
از "الرغبالخ١ش عغ١
ل اظطؾبد, زؾ١ذ العه"
عجتوؼؼلداشعفخؾاغخ
اجبء عه فب لج ارفمب رهوب
اخطؽالفم١خوباز٠غتاأ
رىأوضشعىباظشاأأرط
اغضء زا ى ره عغذ شعؼ
١ظ اذع١خ ثبظؾطخ اشاثغ
ث٠ اغه ف فمؾ اجبء ؼب
ى صم١ل عىب ٠ؼط١ب ب ٠زغبصب
خؾ ف ا١غبس ا ابئخ الرغببد
اغخب٠فمذسشبلزخ.
Pada teknik ini kita bisa melihat
lebih jelas dengan menggunakan kaca
pembesar melalui teknik geometris, untuk
menambah pemahaman dengan bentuk
lebih tebal di sisi keempat, terakhir, atau
yang kita sebut dengan “sisi yang lebih
tebal” guna standardisasi terminologi,
karena itu merupakan sebab setiap
permasalahan pola pada khat naskhi.
Sebagaimana yang telah kita sepakati
sebelumnya bahwa ketebalan ba dan
tulisan-tulisan yang bersifat horizontal
semuanya harus lebih tebal, dan lihatlah di
setiap gaya pada panduan, Anda akan
menemukan itu semua, tetapi pada bagian
keempat ini secara singkat, ketebalan tidak
hanya mengukur pada ba saja, tetapi luar
dari pada itu ada hal yang memberikan kita
ketebalan yang lebih pada setiap sisi yang
posisinya miring ke kiri pada khat naskhi
berupa sesuatu yang mempengaruhi
ketebalannya.
ؤخزؽشفب اظسحػ١ب ىرزؼؼ
٠زىشىبئؾا١١لبػذح
أفم١خضاجبءؽشفاذاي"د"فزا
اؾشفاراوزجبثضا٠خثذا٠زاؽزفظب
: غبسب رغ١١ش د اضا٠خ ز ػ
Untuk memperjelas praktiknya, kita
akan mengambil contoh huruf yang terdiri
dari bentuk yang miring ke kanan dan
bawahnya seperti ba, misalnya seperti
huruf dal. Huruf dal jika kita tulis dari sisi
permulaannya dan kita pertahankan
bentuknya dari sisi tersebut tanpa
73
( خؾ1شى ػ جبششح عؾظ )
از الفم اخؾ أوجشعىب بئ
غجمبثؤعب١ب٠غتأ٠ىارفمب
الوضشعىب,اظشاااز١غخؽشف
دايصم١فظشاؼ١لرخؾبئ
ى الفم١خ. لبػذر عىب أوضش
ؾ اغه ف رذسط ػ ؾظ
( شى : طمخ2اشف١غ ارغب ف )
اذايزجمالوجش الزمبءغلبػذح
.(3عىب:شط)
(صم١شى1شى)
(سش١ك3)(فشنامشى2)
mengganti bentuk bawahnya. Bentuk (1)
akan langsung kita lihat hasilnnya. Tulisan
yang miring akan lebih tebal dari ukuran
bawahnya yang bagian bawahnya sudah
kita sepakati demi keindahan harus lebih
tebal, dan lihatlah hasilnya dal yang tebal
bagian awalnya terlihat lebih tebal dari
bagian bawahnya. Untuk menghasilkan dal
khat naskhi yang pas kita harus mengganti
sisi bawah bagian awalnya dengan cara
memutar pena saat menulis bagian
bawahnya sekiranya terbentuk ketebalan
yang meruncing, lihat bentuk (2). Pada sisi
pertemuan dengan bagian bawah dal maka
bagian bawah dal akan tetap lebih tebal,
lihat bentuk (3)
Bentuk (1) Tebal
Bentuk (2) Pena diputar
Bentuk (3) Ideal
و أ ره ػ لظ : رزو١ش
ػ از اعزضبء ثذ الرغببد
ا١غبس٠ؼ"الرغبالعه"ضثذا٠خ
اذايازأخزببورط٠زفشنام
ام ظف أ ثضض اىزبثخ أ ف١ب
ره شخض عف اغاد زخف١ف
أاؾبلد افشدح اؾشف ف عاء
Ingat dengan baik: sama dengan
dal, semua sisi yang miring ke kiri tidak
ada pengecualian yakni “sisi yang lebih
tebal”, seperti bagian awal dal yang telah
kita jadikan contoh, menggunakan gaya
memutar pena atau menulisnya dengan 2/3
atau ½ untuk menipiskan warna hitam.
Kita akan mempelajari hal-hal yang
demikian pada contoh huruf baik huruf
74
tunggal maupun dalam susunan secara اشوجخثزفظ١.
terperinci.
أعجبةأخششعفخؾاغخثغجت
اضا٠ب رشى از الرغببد ازمبء
ل اشعاؾبدح بؽك رشخ١ض ج
السثؼخ" الرغببد "ػلخ ثاعطخ
دػبزطشقاػبطشأخشرغب
ثظش٠بغشاف١ى١بفصمعادازمبءا
صمل ٠شى اؾشفب ثؼغفبط
عف عب١ب ف١ شغة غ١ش ثظش٠ب
غزؼ١ثؤشىبيذع١خثغ١طخثبلػبفخ
"ال ا١غبس: ؾ ابئ اشى رغبا
العه"ؾذدشخضأغتابؽك
از٠شعف١بخؾاغخ.
Faktor-faktor lain yang terdapat pada
pola dalam khat naskhi, di antaranya
karena faktor bertemunya dua sisi yang
berbentuk sudut yang lancip.
Sebelum kita mempelajari bagian-
bagian pola dengan mengunakan “tanda
empat sisi”, marilah kita amati unsur-unsur
lain yang berkontribusi secara visual
maupun grafik pada ketebalan warna hitam
di pertemuan dua sisi. Sebagian sendi
huruf ada yang berbentuk tebal secara
visual tidak disukai demi keindahan, dan
kita akan menggunakan bentuk-bentuk
geometris sederhana dengan berpatokan
pada bentuk yang miring seperti ke kiri:
“sisi yang lebih tebal” kita akan
mengidentifikasi dan mendiagnosa
sebagian besar wilayah yang berpola khat
naskhi.
رل ؾ الشىبيال ز ل
غشاف١ى١ب ثظش٠ب رؤص١شب اذع١خ,
أالر١١خ اؼشث١خ ػاؾشفعاء
اغشاف١ى١خ اماع ثؼغ بن ل
ازللث١اؾشف فزا اشزشو١خ
اؼشث١خالر١١خ,اأػشفع١ذاأ
از اخطبؽ١ الؽجخ ػذد
اذع١خ اؼبطش ثؼغز ٠شبذ
Sekarang kita akan menganalisis
pertemuan bentuk-bentuk geometris, dan
pengaruhnya secara visual dan grafik pada
huruf baik tulisan Arab maupun Latin,
karena di sana terdapat sebagian
lengkungan grafis yang tergabung pada
pertemuan sisi antar huruf tulisan Arab
dan Latin. Saya sangat mengetahui bahwa
para kaligraf mengetahui sebagian unsur
geometris ini pada gambar yang terdapat
75
د سشبر جؼغ طس ف
وب ٠زغبء لذ اجبشش اؾؼس
ػللخ ػ امبسئخ أذػض٠ضر رغبءي
ىغام١ الشىبيثخؾاغخ, ز
ثؤب ع١ؼب ىزشف عف اظجش
خؾ ف اشع خظبئض ؾس رشى
اغخاشش١ك.
di sebagian lokakarya saya. Mempelajari,
bertanya-tanya seperti halnya Anda
membaca tentang hubungan bentuk-bentuk
yang ada pada khat naskhi, tetapi
tenanglah sebentar lagi kita akan
mengungkap semuanya karena kita akan
fokus pada pola-pola khusus di khat
naskhi.
ثؼغ ب أعشد أ ثؤط ل ره لج
اظجش ٠زطت اخؾ ف ثؤ اظبئؼ
وب أعشاس. ؼشفخ ازؤ ازؤ
اغزؼغ ٠ىغ لذ : رمياؾىخ
اض:طؾ١ؼأاخؾخففرؼ١
ىالعزبر اشك, وضشح ف لا
فوضشح أأػ١فلا اعؾا
ازؤ.
Sebelumnya boleh kiranya di sini
saya menyampaikan beberapa nasihat
bahwasanya dalam seni kaligrafi dituntut
untuk bersabar, tidak tergesa-gesa, dan
dengan seksama untuk mengetahui rahasia
khat naskhi.
Seperti peribahasa mengatakan:,
“Tak lari gunung dikejar”. Benar adanya
bahwa kaligrafi tersembunyi dalam
pengajaran guru dan pondasinya dengan
banyaknya latihan, tapi izinkan saya untuk
menambahkan: biasakanlah dengan
banyak memperhatikan karya.
"اأرؤأوضش أليزلزر: وب
اغش٠ؼخ أر"لغا٠مبعاؾ١بح ب
ألعبرزح ل اؼغؽبد١ظزل١ز
أ اؼ غ اشك, ىضشح ش٠ؼ لذ
اخؾ عش٠ؼخ رىغجه اشك وض١شح
ز و ى اؾشوخ ا١ذ صؽاػ١خ
اىبعتلذرىغرىشاسالخطبءأ
Sebagaimana yang telah saya
katakan kepada murid-murid saya, bahwa
saya lebih banyak memperhatikan
daripada praktik, karena hidup berlalu
begitu cepat dan penuh tekanan hingga
tidak ada waktu santai bagi para murid dan
para guru karena banyaknya kesulitan.
Sudah diketahui bahwa banyak
menghadapi kesulitan akan membuat Anda
76
ز غبئت, ازؤ أ ثب ػ١ب الب
اخؾ سػ ػك ف ثبزؤ أظؼ
اغبص ف جذء اىشا شس ١ظ
العظ ؼشفخ د ازشا٠ت اؽبد
الاز:افشدادازظلد
ثؼذبازشاو١توب٠ميع١ذبػ
مض اؼم ر "ارا ع هللا وش
ي"ارارازؤمضاىل"ػ١أل
ارذس٠تاضائذ"...
cepat dalam menulis, tangan jadi terbiasa,
dan luwes dalam bergerak, tetapi semua
kemajuan ini tidak luput dari sering
melakukan kesalahan atau terbiasa
melakukan kesalahan karena tidak pernah
memperhatikan. Oleh karena itu saya
sarankan untuk memperhatikan dengan
seksama dan menjiwai kaligrafi, akan
tetapi tidak selalu memperhatikan untuk
memulai dalam menyelesaikan lukisan dan
susunan tanpa mengetahui dasar pertama
yaitu: huruf tunggal, sambungan, dan
setelah itu susunan. Sayyidina Ali karrama
Allahu wajhahhu berkata “Orang yang
pintar akan sedikit bicara”. Oleh karena itu
saya sampaikan “Orang yang sering
memperhatikan tidak akan latihan
berlebih.”
از الرغببد ازمبء رؤص١شاد رؾ١
رؼ١ف صب اؾبدح اضا٠ب رشى
شهصم١ػاؾشف.
ػلخازغببدالسثؼخ
)(2شى)(1شى) (3شى
(4شى)
Pelajari bekas pertemuan sisi-sisi
berupa sudut yang lancip dan adanya
ketebalan yang lebih pada huruf.
“tanda empat sisi”
bentuk (1) bentuk (2)
bentuk(3) bentuk (4).
عه امطخ ثؤ ذع١ب ػشفزب فجؼذب
وزه اظفػشفب ا١ ؼبف ام
رشى از الرغببدالسثؼخ" "ػلخ
Setelah kita mengetahui secara
geometris bahwa titik sama dengan
ketebalan pena ditambah separuh, serta
kita juga tahu tentang “tanda empat sisi”
77
رع ب اؾشفازػؾذ غبس
ارغب ى "الرغباغه خظطب
العه".....
yang dibentuk di bagian bawah huruf, juga
yang berupa penjelasan bagi kita mengenai
perbedaan ketebalan di setiap sisi, lebih-
lebih pada “bagian yang lebih tebal”..
وتعشف األن عهى تحهيم هزي األشكال
انهىذسيح :
اشى) أخزب صائذ+1ارا (ضػلخ
خط١ ازمبء رزى أب عزغذ
أفم اضب ػد الي غزط١١،
عخ،ؼرهوبدس٠00ىبصا٠خ
رلؽظأطمخازللرشىشثؼب
ثفظعهاخط١اغزط١١.
Sekarang mari kita mengenal bentuk-
bentuk geometris
Jika kita mengambil bentuk (1)
seperti simbol + maka Anda akan
mendapati bahwa itu terdiri dari pertemuan
dua tulisan yang membujur, yang pertama
vertikal, dan yang kedua horizontal.
Keduanya dari sudut 90°. Artinya
sebagaimana yang telah Anda lihat bahwa
area pertemuan berbentuk segi empat
dengan wujud ketebalan dari dua tulisan
yang membujur.
78
فػجبسح(4()3()2أبأشىبي)
صا٠ز١ ٠شىل غزط١١، خط١
ازلللرشى ثؾ١شأطمخ ؽبدر١
شثؼبضػلخ+ثرغىعاداأوجش
عهاغزط١١لطمخرلل١ب
ا ٠ؼ١ف واؽذ اعؾ لج رجذا
ا٢خشعضءا٠غبرذب٠غؼز
ا ١باطمخرجذأوضشعىباراظشفب
طمخ عزجذ رظغ١شب ر أ ثؼ١ذ
ػ ص٠بدح ا٠ أػ١فذ وؤب ازلل
خذػخثظش٠خ ث١ب اؾغالط،
ثضا٠خ أرللخط١ ٠شىب ؽج١ؼ١خ
ؽبدح.
Adapun bentuk kedua, ketiga, dan
keempat merupakan gambaran dari dua
tulisan yang membujur, di mana keduanya
berbentuk dua sisi yang lancip yaitu area
pertemuan tidak berbentuk segi empat
seperti simbol +, melainkan berupa warna
hitam yang lebih pekat dibanding
ketebalan dua tulisan yang membujur. Hal
itu disebabkan karena area pertemuan dua
sisi terjadi sebelum pas di tengah dan
masing-masing menambah komponen
terhadap yang lain dan menopang untuk
menjadikan area tersebut tampak lebih
tebal, dan jika kita lihat dari kejauhan area
pertemuan tersebut akan tampak, seakan-
akan yang lain diletakkan untuk
menambah ukuran asal, sementara itu
merupakan trik visual alami yang
terbentuk ketika ada pertemuan dua garis
dengan sudut yang lancip.
مقاسوح تأثيش انزوايا انحادج وانمتالقيح
عهى انحشوف انالتيىيح
رؤص١شاد زػ١ؼ اظسح زمش٠ت
اؾشفاؼشث١خ فسع اؾبدح اضا٠ب
الشىبي مبسعضءز الر١١خ،
ازرزشى ثؼغاؾشفالر١١خ غ
.V خط١ثضا٠خؽبدحضؽشف
X. Y. a. ؽشف عب فبرا .....
Kesesuaian efek sudut lancip dan
pertemuan dengan huruf Latin.
Adapun untuk gambaran yang pas
guna menjelaskan efek sudut yang lancip
dalam penulisan huruf Arab dan Latin, kita
akan membandingkan bagian dari bentuk-
bentuk tersebut dengan sebagian huruf
Latin yang terdapat bentuk dari dua garis
dengan sudut yang lancip seperti huruf A,
a, Y, X, V.... jika kita membuat huruf A
dengan dua garis maka akan terdapat sisi
79
ثخط٠١ىبصا٠خؽبدحعزجذطمخ
أوضش ػذبالزمبء خظطب عىب
اعؾ، ف الفم اغضء ا١ب ٠ؼبف
ؽشف ػ١ ٠غؼ رطظ،Aب رىبد
٠ؼذظاطجبػ١خالر١١خا زا
ف ازم١١ اخط١ عه رظغ١ش
راصب ٠شىل ؽز ازلل اطمخ
ع١ىخ وزخ ثذ ف١جذا ؼ١ ثظش٠ب
اػبفخ ثؼذ خظطب ازلل طمخ ف
ب٠غؼAخؾالفماظغ١شعؾا
ثخلفالاز أوضشػؽب ػ١ب
(٠1زذخف١باشع،أظشاشى)
(2( ف3( زػ١ؼ وج١ش ثؾغ )
ازب١خ.7اظفؾخ
lancip yang akan tampak pada area
pertemuan dengan ketebalan yang lebih,
terlebih lagi jika ditambahkan bagian yang
melintang secara horizontal di tengah yang
menjadikan sisi-sisi huruf A hampir tidak
terlihat. Dengan demikian perancang huruf
tipografi Latin dituntut untuk mengecilkan
ukuran ketebalan dua ukiran pertemuan
dua sisi di area petemuan, hingga
terbentuk seimbang secara bentuk visual.
Maka akan tampak tidak ada tumpukan
ketebalan di area pertemuan walaupun
setelah adanya tambahan tulisan horizontal
kecil di tengah huruf A yang menjadikan
bentuknya lebih jelas dibanding tulisan
yang pertama sebelum adanya pola
tersebut. Lihatlah bentuk (1), (2), dan (3)
dengan ukuran yang besar, penjelasannya
ada pada halaman 7 berikut.
مقاسوح تأثيش انزوايا انحادج وانمتالقيح
عهى انحشوف انالتيىيح )تتمح(
ثؼغ ػؼذ أ عزلؽظ
اؾشفالر١١خازف١بسعزخف١ف
ابئ اظؾ١ؼ ثشىب عکازلل
( اغطشاألي اضب1ف اغطش أب )
ػ2) أعدا خطب ا١ب أػفذ فمذ )
Kesesuaian efek sisi lancip dan
pertemuan sisi pada huruf Latin
(penutup)
Anda akan melihat bahwa saya
meletakkan sebagian huruf latin yang
terdapat pola di dalamnya untuk
menyamarkan ketebalan pertemuan sisi
dengan bentuk yang benar dan bagian
akhir di baris pertama. Adapun baris kedua
diberi tambahan tulisan hitam pada
pinggirnya guna memperjelas rangka
80
اطج١ؼ ا١ى زػ١ؼ اشب
افشاؽ ٠ظش ى زظ١ب ازخط١ط
اغطش أب (3اضبش)ازسرذاصاز،
فمذرشوذزاؾشفثذسع٠ؼ
صا٠ب ثذاصاخالػبفبدازرشىب
ب اؾشف رجذ ؽ١ش ازلل أبو
صم١خخلخ.
skema asalnya untuk menjadikannya
supaya ruang kosongnya lebih jelas setelah
terhapus, sedangkan baris ketiga saya
biarkan huruf ini tanpa pola, yakni tanpa
menghilangkan penambahan yang
terbentuk di bagian sisi dan tempat-tempat
pertemuannya saat huruf tersebut tampak
tebal dan tersekat.
اؾشف غ ٠ؾظ از اش١ئ فظ
خؾ غ ازظخ اذائشح ازىخ
ثب،4غزم١ضؽشفشى) (ب
خؾ ٠زى از اؾشف أخزب فبرا
ػد٠شػدائشحعزغذأطمخ
عاد رشى اذائشح اغخرلل
لج اؼد اخؾ غ ذائشح ال
طمخالرظبياعط١خث١ب.
Sesuatu yang dihasilkan oleh huruf
yang terdiri dari lingkaran yang
bersambung dengan tulisan yang tegak
seperti huruf bentuk (4) dan sebagainya.
Jika kita mengambil huruf yang terdiri dari
tulisan vertikal yang berada pada tulisan
melingkar maka Anda akan mendapati
bahwa daerah pertemuan lingkaran
berbetuk hitam karena bercampurnya
lingkaran pertama dengan tulisan vertikal
sebelum daerah sambungan yang berada di
tengah antara keduanya.
عه ٠ززظغ١ش اغاد زا زفبد
اخؾ غ ازلل طمخ ف اذائشح
اغزم١خكراصفاشىاجظش
لظػ اؼ١. ظشح ١ش٠ؼ ؾشف،
ف١ب از اؾشف اخطؽ و ره
رللضب.عفرلؽظثؤز
اغشاف١ى١خ اجظش٠خ اؾي أ اخذع
Untuk menghindari warna hitam ini,
ketebalan lingkaran diperkecil di area
pertemuan dengan tulisan tegak agar
tercipta keseimbangan pada bentuk visual
huruf untuk menghaluskan bentuk
tampilan. Hal yang demikian berlaku pula
pada tulisan dan huruf yang terdapat
pertemuan huruf di dalamnya. Kalian akan
melihat bahwa trik atau solusi visual grafis
81
ؼشثخظطبخؾعدحفاخؾا
٠ذي ب لش ز اػؼ ثشى اغخ
اغ١ اؼشة اخطبؽ١ أ ػ
اجظش٠خ اؾي ا٠غبد ف عجبل١ وبا
ؾفلوبذ٠ؽظف٠ظش
فاضخشفخاؼبس٠خ غغجىش.
شبذػرهاغجكازفق.
ini juga terdapat di kaligrafi Arab, terlebih
lagi pada khat naskhi dengan bentuk yang
jelas sejak beberapa abad yang
menunjukkan bahwa para kaligraf Arab
dan orang-orang Islam, berlomba-lomba
dalam menciptakan solusi visual pada
huruf-huruf, karena mereka memiliki jiwa
seni, visualitas, dan berjiwa arsitek sejak
awal. Seni dekorasi dan arsitektur menjadi
saksi terhadap keistimewaan dan
keunggulan itu.
تشخيص مىاطق "االتجاي األسمك" في
حشوف خط انىسخ
زاؼبطشاغغ١خغخؾارامبس
ثؼغ ف اشع أعجبة ؼشف اغخ
از اخؾ زا ؽشف رلل فبط
٠ىزتثؾغطغ١ش:بغب١ببأؽشػ
عئالفسشبروبزب:
Mempelajari daerah-daerah “sisi yang
lebih tebal” pada khat naskhi
Selanjutnya kita akan menggabungkan
unsur-unsur geometris ini dengan khat
naskhi agar kita mengetahui sebab-sebab
pola pada sebagian sendi dan sisi
pertemuan huruf tulisan yang ditulis
dengan ukuran yang kecil: di sini biasanya
saya tidak mengajukan pertanyaan dalam
lokakarya saya, misalnya seperti berikut:
بافشقث١خؾاضشخؾاغخ؟
غبجببأعغاعبثخ:"خؾاغخ٠ز١ض
ثبششبلخ...."،اراوبذاشبلخلؽظخ
ث عججب رؼزجش ل أب ال طؾ١ؾخ غج١ب
ز١غخأباغجتفبخؾاضشاز
اػؾب ٠ى أوضش أ ث١زش٠ ٠ىذ
ا اؼب٠ اؽغض ثبلػفخ جبسصح
ؽشفازغؼخبؽ١خرم١ؾاغبؽخ
Apa perbedaan antara khat tsuluts
dan khat naskhi? Saya jarang menemukan
jawaban seperti: “khat naskhi berbentuk
lembut...”, apabila kelembutan itu menjadi
tolok ukur yang secara relativitas dianggap
benar, maka hal itu bukanlah suatu sebab
melainkan sebuah hasil, sedangkan
sebabnya adalah khat tsuluts yang ditulis
menggunakan ukuran 2 milimiter atau
lebih akan menjadi jelas, seperti judul
82
ػبدح ٠ىزت از اغخ غ مبسخ
أوضش بئخ ثضا٠خ أل أ ث١زش
ؾشفاؼد٠خ ٠ؼطسلخ اضشب
مبسخغالفم١خزا٠غؼخطبخبطب
ثبظصاط٠خمشاءحػلشةارا
ث اظغ١شح ؽشف فثم١ذ سع ذ
بؽكرللافبطاخطؽابئخ
ثبؾظخ رؼط١ب از ا١غبس ؾ
ف١، شغة اغ١ش العه" "الرغب
فغف٠ظجؼخؾاغخعبفباغبي
ثظش٠ب ؼ١ ره؟زؼجب عفو١ف
اؼبطشاذع١خ طجكالػللخز
اغبثمخثؼذبفبئصشارباجظش٠خغ
فظ ب از اغخ خؾ ؽشف و
افبط ص٠ب ف اشع خظبئض
ازللازشخظببذع١ب.
yang mencolok, apalagi ukuran hurufnya
yang besar dari segi pemberian titik yang
sebanding dengan khat naskhi yang
biasanya ditulis dengan mengunakan
ukuran 1 milimiter atau kurang dan dari
sisi miring lebih banyak dari khat tsuluts.
Khat nakshi memberikan kemiringan
untuk huruf-huruf vertikal dan horizontal.
Hal itulah yang menjadikan khat naskhi
merupakan khat yang khusus dipakai pada
naskah yang panjang untuk dibaca dari
dekat, jika terdapat hurufnya yang kecil
dengan tanpa pola di bagian pertemuan sisi
yang terpisah dan tulisan-tulisan miring ke
kiri yang memberikan kita hasil “sisi yang
lebih tebal” tidak disukai, maka khat
naskhi menjadi tidak indah dan
menyulitkan mata untuk melihat.
Bagaimana itu terjadi? Kita sekarang akan
menyesuaikan hubungan unsur-unsur
geometris tersebut setelah kita mengerti
pengaruh visualnya termasuk semua huruf
khat naskhi yang memiliki pola-pola
khusus sudut-sudut terpisah dan
bersambung yang telah kita pelajari secara
geometris.
اؾشف ثؼغ أ رلؽظ عف
افشدح١ظف١بسعىػذارظبب
ثؼغ ف شع رخؼغ اؾشف ثجم١خ
أعضاب.الف"ا"راخغخمؾؽل،
Anda akan melihat bahwa sebagian
huruf tunggal di mana tidak terdapat pola
di dalamnya, tapi ketika disambung
dengan sebagian huruf yang lain akan
mengalami pola pada sebagian sisinya.
83
ثش٠خ ٠ز ى سع ف١ ١ظ
فأعف.اجبء"ة"امطز١الخ١شر١
ف شع رخؼغ ىب سع ف١ب ١ظ
فثذا٠زب عاء ثؼغؽبلدارظبب،
ف بشبثب اعؾ ف عدب أ
الرظبيضؽشفد،،،بػذا
ؽ١ش الخ١ش ف زطشفخ ارظبب أصبء
وؽشف٠ؤخزشىاغزمامش٠ت
افشد.
ثشعالرظبي
سعصم١ ثذ
صم١
سش١ك
Alif "ا" memiliki lima titik
panjangnya, pada alif tidak terdapat pola
tapi berakhir dengan ukuran lebih tipis,
dimulai dari titik-titik yang akhir di bagian
bawahnya.
Ba "ة". tidak memiliki pola sebelum
disambung tapi mengalami pola di
beberapa keadaan ketika disambung, baik
itu di awal maupun di tengah. Begitupun
huruf lain saat disambung seperti huruf ،د
، dan , selain ketika menyambungnya
berlebihan di akhir di mana setiap huruf
mengambil bentuknya yang terpisah serta
dekat dari huruf tunggal.
Pola sambungan
Tanpa pola tebal
Tebal
Ideal
ؽلي روشب أ عجك مذ رزو١ش:
ثؤالرغب الرغببدالسثؼخ" "ػلخ
"الرغب ٠ؼ ا١غبس ابئؾ اشاثغ
ثبؾظخ العه" ٠ؼط١ب از
از الفم غ مبسخ الصم اغه
٠غتأ٠ىالعهفخؾاغخ
Ingatlah, bahwa kita telah
menyebutkan melalui “tanda empat sisi”,
bahwa sisi keempat yang miring ke kiri,
yakni “sisi yang lebih tebal” itulah yang
memberikan kita hasil ketebalan yang
lebih sebanding dengan tulisan horizontal
yang wajib lebih tebal dalam khat naskhi.
Oleh karena itu, semua tulisan miring yang
terdapat “sisi yang lebih tebal” di
84
ب از ابئخ اخطؽ و فب ػ١
فظ"الرغ العه" ع١ىخ ب رى
........زاباخزفذدسعبد١لب
لؽظبرب عفجػ١ رفظ١
ثذا٠خ عذسعب از اشعبد و ف
اجبءازظخبرشبثث١اؾشفف
خظط١بداشع.
dalamnya maka akan menjadi tulisan yang
tebal ketika derajat kemiringannya
berbeda-beda. Ini adalah perincian yang
penting. Kita akan menaruh perhatian kita
pada setiap pola yang akan kita pelajari
dimulai dengan huruf ba bersambung dan
huruf lain yang serupa serta memiliki pola
khusus.
مىاطق انشسم في حشوف انثا "ب"
وانسيه "س" مه خالل تحهيم "االتجاي
األسمك"
("ثذ"لؽظاأاغضءاضب1شى)
ا١غبس اجبءازظخ١٠فازغب
ؾالػ"الرغبالعه"ب٠ؼط
الفمضاجبء،صعىبأوجشاخؾ
افشدح اجبء فؾشف ؼشف وب
ثخؾطغ١ششجػد2شى) ٠جذأ )
٠زذسطفاغه١غزؼذلرظبيثبخؾ
اجبء رى ػذب ى ؾشف الفم
رجذأ و١ب ٠غ١ت اغضء زا فب زظخ
شى ام صا٠خ سف١غ ثغبت اجبء
اؼؼ3) اغضءاؾمخ زا ف( ١فخ
فبرا اجظش٠خ ابؽ١خ اجبء وزخ
Derah-daerah pola pada huruf ba "ب"
dan sin "س" menggunakan pelajaran
“sisi yang lebih tebal”
Bentuk (1) bata "ثذ" Perhatikan
bahwa bagian kedua pada ba yang
bersambung miring ke arah kiri seperti di
atas “sisi yang lebih tebal”, dari segi
memberikan ketebalan yang lebih besar
dari tulisan yang bersifat horizontal seperti
ba. Seperti yang sudah diketahui bahwa
bentuk ba sebelum disambung seperti
bentuk (2), di awal dengan tulisan yang
kecil semi-vertikal yang ketebalannya
meningkat, dipersiapkan untuk
disambungkan dengan tulisan huruf
horizontal. Berbeda halnya dengan ba
ketika disambung, bentuk yang demikian
sepenuhnya akan hilang berganti dengan
ba yang dimulai dengan sisi yang lancip
yaitu sudut pena pada bentuk (3). Bagian
85
سثطبفارظبثبغضءابئالصم،
ثشفغ م زا ثظش٠ب ٠طغ ٠ىبد فب
عه ػ ؾظ اظؼد أصبء ام
الصمػ4ألشى) اغضء ١زبصي )
ث١ ط طخ فمؾ أ ثب عى
ازظخ اضب١خ اجبء ال١خ باجبء ،
اؼؼ١فخ اجبء جذا٠خ اغبي ٠فغؼ
اجشص.
رشج اؾشفاز و ره لظػ
شىاجبءازظخضؽشف"ط"از
زػ١ؼ، ا٢ رخط١ط ١ى عؾ
اضب الي اغ أ ؽظ عزل
٠زغفطؼدئؾ ؾشفاغ١.
أ١خ ثبء ارظبي ض العه" "الرغب
ثبءزطشفخ"ثذ"ازروشبلجغ
أصبءاىزبثخؽزل ٠زسفغام ػ١
مغفاغهالصم.
ini merupakan lingkaran yang lemah
dalam pengelompokan ba dari sisi visual.
Jika kita sambungkan ba dengan bagian
yang lebih miring maka bentuknya akan
hampir samar secara visual. Dengan
demikian kita buat dengan mengangkat
pena saat menarik ke atas untuk
menghasilkan ketebalan yang lebih tipis
seperti bentuk (4) untuk melepaskan
bagian yang lebih tebal, sebab itu hanya
merupakan sambungan yang
menggabungkan antara ba pertama dengan
ba kedua, sehingga memberikan ruang
yang lebih lebar pada permulaan ba yang
sedikit menjorok.
Hal itu juga berlaku pada huruf-
huruf yang bentuknya sama seperti ba
bersambung, seperti sin "ط" yang untuk
lebih jelasnya, sekarang akan kita pelajari
kerangka penulisannya, dan Anda akan
melihat bahwa sin pertama dan sin kedua
mengarah naik serta miring seperti “sisi
yang lebih tebal”. Misalnya seperti
sambungan ba yang ada di urutan pertama
dengan ba yang berlebihan "ثذ" yang
sudah kita sebutkan sebelumnya. Dengan
begitu pengakatan pena sempurna pada
saat penulisan, hingga kita tidak menulis
dengan ketebalan yang lebih.
86
: ػبخ ازب١خلبػذح ابرط خلي
ابئخ الرغببد و أ ع١ب ع١ظش
اعزضبء ثذ العه" "ازغب ٠زؾ
اغاد زؾف١ف ام ثشفغ سعب
الرغب زا رمبئ١ب ٠ؾذص از اطج١ؼ
خؾاغخ ؽزاوبذثغجتصا٠خ
ف ؽظ عزل وب طغ١شح غبؽزب
ب اعط١خ اجبءاد وزه ابرط
ض طط عب وبذ ا شبثب
"".
٠شعالرظبي
اؾمخاؼؼ١فخ
صم١ثذسع
صم١
Kaidah umum: dengan
menggunakan model berikut maka akan
menjadi jelas bahwa setiap sisi yang
miring seperti “sisi yang lebih tebal” tanpa
terkecuali polanya akan sempurna dengan
mengangkat pena untuk secara otomatis ,
orientasi ini terjadi karena sudut khat
naskhi, sehingga ruangnya menjadi
sempit, seperti yang akan Anda lihat pada
gaya. Begitu pula ba yang di posisi tengah
dan semacamnya meskipun sin-nya samar
seperti "".
Pola sambung
Bentuk lemah/tipis
Tebal tanpa pola
Tebal
٠غزغشة ثذا٠خلذ ثب لذ ارا اجؼغ
ب اعط١خ ابء ا١ غ اجبء
زفبد العجبة فظ رشع شبثب،
الع غبؽزبه"الرغب طغش سغ "
(غ1فزؤاافشقثذسع:شى)
Sebagian orang mungkin akan
terkejut jika saya katakan bahwa bagian
awal ba dengan mim, ha yang berada di
tengah, dan sebagainya, ditulis karena
sebab menghindari “sisi yang lebih tebal
meskipun ukurannya kecil maka
87
: ازب١خ ابرط ف ام ثشفغ اشع
(2شى)
صم١ثذسع
perhatikanlah perbedaan tanpa pola:
bentuk (1). Sedangkan bentuk (2) ada
polanya, dengan mengangkat pena pada
gaya berikut: bentuk (3)
Tebal tanpa pola.
رشخ١ضبؽك"رللاضا٠باؾبدح
ف"فؽشفخؾاغخ
(1شى)
(2شى)
(3شى)
(4شى)
اغک ػب بک : لؽظخ
فخؾ عب١ب اضم١اغ١ششغةف١
الي اغک : ػىشباغخ از
ؾ ابئخ الرغببد و ٠ش
ػجبسح ف خظب لذ ٠غبسا الػ
"الرغبالصم"
سض خلي ثظش٠ب شخظب وب
( شى الرغببدالسثؼخ" (،1"ػلخ
ازعزلؽؼثؤأوشس
زا اؾشفازرؼ فو ػؼب
Memperlajari daerah “pertemuan sisi yang
lancip” pada huruf khat naskhi.
Bentuk (1)
Bentuk (2)
Bentuk (3)
Bentuk (4)
Perhatian: ada dua macam
ketebalan yang tidak disukai karena nilai
estetika yang terdapat pada khat naskhi:
ketebalan pertama adalah yang telah kita
sebutkan yaitu mencakup semua sisi yang
miring tingkatan paling tinggi ke arah kiri
dan telah kita ringkas dalam ungkapan
“sisi yang lebih tebal” sebagaimana yang
telah kita pelajari secara visual melalui
gambaran “tanda empat sisi”, contoh
bentuk (1). Selain itu Anda akan melihat
bahwa saya mengulang peletakannya pada
setiap huruf yang mana sisi yang lebih
tebal itu berkumpul pada beberapa
komponennya,
88
الرغبالعکفثؼغأعضائب.
رلل ثغجت ف١ؾذس اضب اغه أب
اخطؽفصا٠خؽبدحرشىصملثبسصا
لذ ازلل طمخ شخظببثذا٠خ
لجفالشىبياجغطخازب١خشى
(ا٢عضفغزخشطز4()3()2)
افشدح اؾشف اغىخ اؼبطش
و١ف٠ز ج١ اغخ فخؾ اشوجخ
سعبؽمبثؤلعکامزفبد
رؤص١شباغشاف١ىاجظشاغجػ
عبيخؾاغخ.
سع سش١ك, ثذ صم١,صم١ سش١ك, ,
صم١,سش١ك,صم١ثذسع,سش١كغ
.اشع
sedangkan ketebalan kedua akan
disampaikan pada bagian pertemuan huruf
di sisi yang lancip yang berbentuk
ketebalan yang mencolok pada permulaan
di daerah pertemuan sisi dan telah kita
pelajari sebelumnya dalam bentuk-bentuk
sederhana berikut, contoh bentuk (2), (3),
dan (4).
Sekarang akan dijelaskan unsur-
unsur yang tebal tersebut pada huruf
tunggal dan huruf sambung dalam khat
naskhi. Selain itu, kita juga akan
menjelaskan bagaimana bentuk sempurna
pola areanya dengan bentuk yang lebih
tipis, untuk menghindari pengaruh grafik
dan visualnya yang negatif terhadap
keindahan khat naskhi.
Ideal, tebal tanpa pola, ideal, tebal, tebal,
ideal, tebal tanpa pola, ideal berpola.
ثبؼ٠١شعدائباغضءازظ
افبء٢فالرغبالػغه
Selalu dipola bagian sambungan ain dan
fa, karena memiliki sisi ketebalan paling
tinggi.
ثؤ ل٠ؼشف ب "ثؾ" "ثض"
ف اطبء اظبد لج الرظبي طمخ
٠ىثؤلعکام،أو١ذ أعفب
siapa di antara kita ,"ثؾ" dan ثض
yang tidak tahu bahwa di area pertemuan
sisi sebelum sad dan ṭa di bagian
bawahnya ditulis lebih tipis. Saya yakin
mayoritas para kaligraf mengetahuinya.
89
٠ؼشف اخطبؽ١ ىأغت رک.
عججبعؼشفا٢خليز٠
ؽ١ش ؽبدح صا٠خ ف ازم١١ اخط١
٠زشىصمثذا٠خطمخالزمبء.وب
ز ثذا٠خ ف ػک ػؾب أ عجك
ؼ١ف أ اى أ ىبى اؾمخ
از ازظخ اؾشف اؾبخ ز ا
رشىأ٠ؼبصا٠بؽبدحغزخضافشق
سعا ثذ اؾشف ز ث١ جظش
ثؼذ.
Adapun sebabnya kita sekarang akan
mengetahuinya melalui dua tulisan yang
bertemu di sudut yang lancip yang
berbetuk tebal di bagian awal pada daerah
pertemuan sisi. Sebagaimana telah kita
jelaskan di awal pembahasan ini, mungkin
akan kita tambahkan penjelasannya
dengan huruf bersambung yang juga
terbentuk dengan sisi lancip, agar kita
mengetahui perbedaan visual antara huruf
tersebut baik tanpa pola dan yang sudah
berpola.
ا٢ ذسط اجبء، ؽشف ذساعخ رزخ
رشبثزاؼللخغؽشف"ة"زظ
غؽشف"ة"زظغؽشف"ص"
أ"ؽ"
(1شى)
(ل٠غصاذلجص2شى)
(3شى)
أعفاطبءاظبد صا٠خؽبدح
Penutup dari pelajaran huruf ba ialah
kita sekarang mempelajari hubungan yang
sama dengan huruf ba bersambung, sad
atau ṭa.
Bentuk (1)
Bentuk (2) Tidak boleh dipanjangkan
sebelum sad.
Bentuk (3)
Sudut lancip pada sad dan ṭa di bagian
bawah
90
وبرلؽظفبأعف"ص"أ"ؽ"
٠شى اؾشف ثم١خ اجبء ارظبي غ
اػبف عاد ٠زظ ب زا ؽبدح صا٠خ
٠ز زخف١فاغاد ازلل، طمخ ف
صا٠ز أفشک ام عضء سفغ
لج أػغف عک ػى ؾظي
أارظب ثب العف، اظبد غ
ث١ ط فمؾ اطمخ رک
غ اؾبخ ز مبسخ ٠ى اؾشف١،
ارا شبثب ب الر١١خ اؾشف
ػؼببثشىأفمؽ١ش٠زسعثذا٠خ
ارظبياذائشحغاخؾاغزم١زخف١ف
)3(اغادفظاجذأ.شى
Seperti yang Anda lihat bahwa pada
bagian bawah sad dan ṭa yang disambung
dengan ba dan huruf-huruf yang memiliki
bentuk sudut lancip. Inilah yang
mengakibatkan warna lebih hitam pada
area pertemuan sisi. Untuk
menyamarkannya harus mengangkat
sebagian pena atau memutar sudutnya agar
menghasilkan ketebalan yang lebih tipis
sebelum bersambung dengan sad di bagian
bawahnya, karena hanya di bagian itulah
sambungan yang menyambungkan dua
huruf. Hal ini dapat kita praktikkan pada
huruf Latin dan sebagainya. Kita
praktikkan pada bentuk horizontal saat
pola bagian awal sambungan melingkar
yang disambung dengan tulisan tegak
untuk menipiskan warna hitam, contoh
bentuk (3).
مخاطلج"ثض" : رزو١ش
٠ز "ة" غ١ش اؾشف ثم١خ "ثؾ"
ب لش٠جخ رى ػذب فمؾ سعب
لجب، ذ اذ٠ؼثذ فؽبخ أب
فطم١بل٠غصسعاذفوغبفز
Perhatikan: daerah sambungan
sebelum "ثض" dan "ثؾ" dan huruf yang
lain selain ba‟ polanya sempurna hanya
saat dekat dari keduanya yakni dengan
tanpa ditulis panjang sebelum keduanya.
Adapun jika ditulis panjang, area
sambungan tidak boleh ditulis panjang di
91
لأطجؼأطلجبءػعطشوشع
ػع اخبطخ اخبخ ز ف اىزبثخ
أرذظاطبءزظمخغطخاط
بلجبثذذزخف١فاغاد،٠زثؼذ
ثؤب رجذ ثؾ١ش فل، اطبء سفغ اذ
أعف ل١ل رشکرغ غ عطب
ثبلعفؽزل٠زشى فشاؽفمذزب
(.1عادصا٠خزاالرظبيشى)
setiap jaraknya, karena hal itu akan
menjadi bentuk asli ba pada baris dasar
tulisannya. Pada keadaan ini secara khusus
merupakan ganti dari menggabungkan ṭa
yang bertemu dengan sambungan yang ada
sebelumnya dengan tanpa ditulis panjang
untuk menipiskan warna hitam, sedangkan
setelah panjang mengangkat ṭa di atasnya,
agar tampak menyentuh sedikit di bawah
bagian tengahnya dengan tidak
merampungkan huruf pertama di bagian
bawah sehingga tidak berwarna hitam di
sudut sambungan, contoh bentuk (1).
٠غص فل أابئ اعط اظبد أب
عب١بأ٠زظثؼذاذعاءفاغخ
( شى : ازؼ١ك أس2أ ز ( )
ف ازشو١تعزطشقا١ب ؽي عب١خ
ؽمبدخبطخغزمجلثؾيهللا(.
Adapun sad yang di tengah atau di
akhir berdasarkan estetika tidak boleh
disambung setelah tulisan panjang baik
pada khat naskhi, maupun farisi, contoh
bentuk (2). (ini permasalah tentang
estetika dalam penyusunan, insya Allah
kita akan mepelajarinya di pembahasan
khusus selanjutnya).
ف ٠شع از " " اشى زا رزوشا
أل الر١، اؾشف ف ازمبء طمخ
اعط١خ ازظخ ثؾشفافبء ٠زوشو
(فزاؾبخفبءازظخ1؟شى)
بکػظش٠٠شىلاغکاضم١:
از٠ىلجثذا٠خ اغضء ألطؼد
الػ ا١غبس ؾ ازظخ افبء فخ
Ingatlah bentuk “X” ini yang ditulis
di area pertemuan sisi pada huruf Latin.
Bukankah sudah diingatkan dengan huruf
fa sambung yang berada di posisi tengah?
Pada keadaan ini, terdapat dua unsur yang
berbentuk sangat tebal: pertama, bagian
yang naik yang berada sebelum permulaan
lingkaran fa bersambung seperti sisi kiri
bagian atas yang dikenal dengan ba “sisi
92
ة"الرغبالعک":شىاؼشف
٠ؼبػف2) ب افبء فخ رشػ١ ص )
٠زسفغامف3اغادشى) (زا
اش٠ؼ ازاص خك اظبػذح اطمخ
(.4شى)
(1شى)
(صم١ثذسع2شى)
(صم١ثذسع3شى)
(سش١ك4شى)
yang lebih tebal”: bentuk (2). Kemudian
dilanjutkan dengan lingkaran fa yang
terdapat penggabungan warna hitam:
bentuk (3). Dengan demikian, pena
diangkat pada area pertemuan yang
diangkat naik untuk meciptakan
keseimbangan yang pas, contoh bentuk
(4).
Bentuk (1)
Bentuk (2) Tebal tanpa pola
Bentuk (3) Tebal tanpa pola
Bentuk (4) Ideal
ػ ارفمب مذ "ط" افشد ؽشفاغ١
أعبطأاخطؽالفم١خفخؾاغخ
غ مبسخ عىب أوضش ٠ى از
فبراػاغ١افشدحاؼد٠خغ١شب
أفم١خ؟ ثذا٠زب رى از ػذد
اخطبؽ٠١ىزجبثىعکامد
( شى أ٠ؼب رشع ثؤب ب1ػ .)
اضا٠ ثذا٠خثغجت رشىب از اؾبدح خ
اغ١ ثذا٠خ غ اذائش اضب اغضء
الفم١خ.
Huruf jim tidak disambung "ط". Kita
sudah sepakat pada dasarnya bahwa tulisan
horizontal pada khat naskhi merupakan
tulisan yang paling banyak ketebalan yang
sesuai dengan tulisan yang bersifat vertikal
dan lain-lain. Kemudian bagaimana
dengan huruf jim tidak bersambung yang
diawali dengan tulisan yang bersifat
horizontal? Beberapa kaligraf menulisnya
dengan semua ketebalan pena tanpa
kesadaran karena juga diberi pola, contoh
bentuk (1). Di sini karena ada sisi lancip
yang berada di permulaan bagian kedua
yang melingkar dengan permulaan jim
yang bersifat horizontal.
غزغ١ىذائبثزک رش وب ؾ بب Di sini seperti yang Anda lihat kita
selalu menggunakan bentuk geometris
93
فثذا٠خ ازشخظب الشىبياذع١خ
اؾمخفىکأغتأغبصاشعفخؾ
رلؽظفباضا٠خاؾبدحاغخ.وب
رشىصملثظش٠ب، افشدح ؾشفاغ١
اظغ١شح فالؽغب ام سفغ ٠ز زا
اغ١ رش٠ظ ثؼذ ثضض١خ اىزبثخ غخ
الفم١خأثزفش٠کصا٠خامفالؽغب
اىج١شحزخف١فعادزاا٠خاشىخ
شى اعؾ ف اغ١ رمط ثذا٠خ غ
(2.)
(ع١کثذسع1)
صا٠خؽبدح
(غاشع2)
ثذسعصم١
غاشع
صا٠خؽبدح
yang telah kita pelajari di bagian awal
pembahasan ini, maka kita akan
menguraikan sebagian besar teka-teki pola
pada khat naskhi. Sebagaimana yang akan
Anda lihat bahwa sisi lancip pada huruf
jim tunggal membentuk ketebalan secara
visual. Oleh karena itu, pena diangkat pada
ukuran-ukuran kecil pada khat naskhi, dan
ditulis dengan 2/3 setelah terbentuk jim
yang bersifat horizontal atau dengan
menggoreskan sudut pena pada ukuran
yang besar untuk menyamarkan warna
hitam pada sudut tersebut yang terbentuk
dengan permulaan pembentukan jim di
bagian tengan, contoh bentuk (2).
(1) Ketebalan tanpa pola
Sudut lancip
(2) Berpola
Tanpa pola tebal
Berpola
Sudut lancip
٠زى رش وب "عت" ازظ اغ١
خط١:اليبئفارغبالػ
ارغب ف ػ١ ٠ش اضب العک
العف،ارابثخلفاجغ١افشدر
عاد ف١ ازظ فب الفم١خ. اجذا٠خ
Jim bersambung "عت". Seperti yang
kalian tahu jim terdiri dari dua tulisan:
pertama, miring pada sisi atas yang paling
tebal. Kedua, dilanjutkan dengan sisi
bagian bawah. Di sini berbeda dengan jim
tak bersambung, yang mimiliki awal yang
94
"الرغب ثغجت الي : ضدط
صا٠خ ز١غخ اضب أب العک"،
اؼ اغضء رزشى از ازلل
اغ١،ب٠ؾزسعاغ١ اغفزا
طمخ ف خظطب رش٠غ ثؼذ
ثىض١ش ازللازؽ١شرجذأسقأسق
اغبت ف عى ا ل١ل ٠شعغ ص
لرکاغضءال٠ثؾ١ش٠جذثبسا
ثؼ١ذل١لػازلل،لؽظاصمفظ
أAاؾشفثذسعرزوشاؽشف
V،أم١ب ارا اغ١ ؽشف ٠شج از
و١ف٠شعأ٠ؼبفازللوبأششب
ارکفرؾ١خطؽازللاذ
ع١خ.
bersifat horizontal. Pada sambungan di
sana terdapat warna hitam rangkap: yang
pertama disebabkan “sisi yang lebih
tebal”, kedua, hasil dari sudut pertemuan
sisi yang terbentuk dari komponen bagian
atas dan bawah pada jim tersebut, yang
mengharuskan pola jim berada setelah
tergambarnya jim terlebih lagi di daerah
pertemuan sisi, supaya sisi tersebut tampat
lebih tipis kemudian kembali sedikit pada
ketebalannya di bagian kanan di mana
tampak jelas sebab bagian tersebut, berada
agak jauh dari posisi pertemuan. Lihatlah
ketebalan huruf yang tanpa pola dan
ingatlah huruf A atau V yang menyerupai
huruf jim, jika kita tulis dengan bentuk
horizontal, dan bagaimana dibentuk pola
juga di daerah pertemuan, sebagaimana
telah kita tunjukan hal itu dalam pelajaran
tulisan di posisi pertemuan yang bersifat
geometris.
صم أ٠ؼب اطلؽظا طخ
أعف ث١ الصم ا١غبس ؾ اظبػذح
وزجذ ارا اجبء، غ ارظبب ف اغ١
ؽغب طغش سغ و١ف ام ثغک
سع أع رجذ وب اجبء ثذا٠خ رطظ
رزوشاؽشفب.
رشبثغاؾشفالر١١خ
Perlu juga Anda perhatikan bentuk
ketebalan area sambungan yang ditarik
naik ke arah kiri yang lebih tebal antara
bagian bawah jim yang disambung dengan
ba, dan jika Anda tulis dengan ketebalan
pena meskipun ukurannya kecil, dapat
menghapus bagian awal ba seakan tampak
ketebalan jim.
95
ثذسعصم١
غاشعسش١ك
ثذسعصم١
غاشعسش١ك
ثذسعصم١
غاشعسش١ك
Sama dengan huruf Latin
Tanpa pola yang tebal
Berpola ideal
Tanpa pola yang tebal
Berpola ideal
Tanpa pola yang tebal
Berpola ideal
شى رلؽظ وب "د" اذاي ؽشف
"الرغب1) ف ٠غبسا بئ ثخؾ ٠جذأ )
العک"الصم،زااراضبثثفظ
داي ػ عؾظ شأع اجذا٠خ صا٠خ
الفم١خ لبػذر غ عکمبسخ ثؼغ
رمغ العکلب رى از٠غتأ
فاخؾالفمىشعاىزبثز،ىزا
اذاي غغع١جذ غ١ش ؽشفعبفب
رز١ض از اغخ ؽشف ثم١خ غ
اذاي رکجذأ زفبد ثغکسلخ،
ثضا٠خشجػد٠خضيغفشکا١ذ
از ثبشى اضا٠خ ارغب زغ١١ش
رخظف١ػرذسطفاغکؾ
العک اذاي لبػذح زجم العف
Huruf dal "د". Sebagaimana yang
Anda lihat pada bentuk (1), tampak dengan
tulisan miring ke kiri pada “sisi yang lebih
tebal” tampak lebih tebal. Oleh karena itu,
jika kita menulisnya dengan bentuk seperti
sudut awal bagian atasnya maka kita akan
menghasilkan dal dengan punggung yang
tebal sama persis dengan bagian bawahnya
yang bersifat horizontal yang harus ditulis
lebih tebal karena merupakan tulisan
horizontal sebagai pangkal tulisan. Dengan
demikian dal akan tampak huruf yang
besar, dan tidak selaras dengan huruf-
huruf khat naskhi yang berbeda dengan
ketebalan yang sehelai. Untuk
menghindari yang demikian kita akan
mulai menulis dal dengan sudut semi
vertikal dan kita tulis menurun dengan
menarik tangan untuk mengubah sisi sudut
96
(2شى)
(ع١کثذسع1)
شعثفشکام(غا2)
tersebut dengan bentuk yang menghasilkan
keselarasan ketebalan seperti bagian
bawah, agar bagian bawah dal tetap
dengan ketebalan semula, contoh bentuk
(2).
(1) Ketebalan tanpa pola
(2) Berpola dengan menarik pena
"ص" ازظ افشد اظبد ؽشف
١ظف١سعلرظش"طت":افشد
ف١ؽ١خلغبسفزغبصا٠خام
برارف١ذزاؾخبدااظبدافشد
( شى ع١طغب ػذ٠1ضي ى .)
٠خزف ؽجؼب ثؼذ ثب اظبد ارظبي
طمخ ثؤ الزجب رظش اؾع
طغش سغ ارظب ػذ اظبد طؼد
لبػذ ام ثشفغ رشع ف رغبفزب
زکاؾ١خ اغبي رفغؼ ؽز أ٠ؼب
اغبي اطك ثفظ ثبظس اشف١ؼخ
ثؤ اززو١ش غ اغ١، ؾشف اضب
رشج اظبد ؽشف ف ازلل طمخ
( رلل أXػلخ عجك از )
ؽبب.
(فشدثذؽ١خثؤعف1)
(زظغؽ١خثؤعف2)
Huruf sad tunggal dan sad
bersambung "ص" dan "طت": sad tunggal
tidak memiliki pola dan tidak jelas
ornamen bagian awalnya yang merupakan
penggambaran dari tulisan yang naik,
karena alurnya ada pada sisi sudut pena.
Selanjutnya apa manfaat dari penjabaran
ini selagi sad tunggal yang sedikit di
bagian samping, turun dengan cekungan
seperti nun yang akan digambarkan pada
contoh bentuk (1), tetapi ketika sad
bersambung dengan huruf sesudahnya
maka cekungannya ditulis kecil dan
ornamen bagian awal diangkat, contoh
bentuk (2). Di sini perlu ditekankan bahwa
sad bagian yang naik ketika disambung
ukurannya diperkecil ditulis dengan
mengangkat pena, hingga tampak tidak
lebih tebal dari ukuran bagian bawahnya,
selain itu juga agar area tulisan menjadi
lebih lebar karena ornamen yang diangkat
mempraktikkan logika estetika yang sama
sebagaimana yang telah kita sebutkan pada
pembahasan sin sebelumnya, serta untuk
97
mengingatkan bahwa area pertemuan sisi
pada huruf sad menyerupai simbol
pertemuan sisi (X) yang sudah kita bahas.
(1) sad tunggal tanpa ornamen di bagian
bawahnya.
(2) sad bersambung dengan ornamen di
bagian bawahnya.
ثذ اشؽب١خ اشاء غ ؽشفاظبد
( شى اشاء غ اظبدب : (3سع
شرفغ غ١ش رکل سع ف١ ١ظ
عىب رؼط از ااػؾخ ثبذسعخ
ث١بغا١بءع١شعلطبػذ:شى
(4:)
(طؼدخف١فزال٠شع3)
(طؼداػؼزا٠شع4)
Huruf sad disambung dengan ra ar-
Rahmaniyyah tanpa pola: sad di sini
bersambung dengan ra, contoh bentuk (3)
serta tanpa pola, selain itu tidak ditarik ke
atas dengan ukuran derajat yang jelas,
yang menampakkan ketabalan, sedangkan
ketika disambung dengan ya akan diukur
dengan derajat karena sedikit naik, contoh
bentuk (4).
(3) Naik sedikit, oleh karenanya tidak
dipola
(4) Naik sedikit dengan jelas maka dari itu
dipola
"ؽ" ازظخ افشدح اطبء ؽشف
: )"ؽظ" شى ف١ب1افشدح ١ظ )
سعزفبداغادالاشعاطج١ؼف
Huruf ṭa tunggal "ؽ" dan ṭa sambung
Ṭa tunggal seperti bentuk (1), tidak ."ؽظ"
diberi pola untuk menghindari warna
hitam pekat kecuali pola bawaan di bagian
akhirnya yang mana ditulis dengan ujung
98
از٠شعثشأطامضب٠خ ب٠زب
اضبد اىبف اذدح افبء اجبء
أ اا اشاء سعبد أ افشد،
شبث ب اغ١ ا ذ ب٠خ
ؽج١ؼ١خ سعبد وب اؼ١ ؽبعت
ا اؽبس ف اللرذخ شعبد
ػطشا٠خزخف١فاغادغب٠بداغب١خ
ازرؾبفزاؾمخ.
pena seperti bagian akhir ba dan fa yang
ditulis panjang, dan seperti kaf zinadi,
atau seperti pola-pola ra, wau, atau bagian
akhir nun, sin dan sebagainya yang ditulis
panjang. Alis ain (pola bagian awal atas
ain) semuanya pola bawaan dan tidak
masuk pada kerangka pola yang wajib,
guna menipiskan warna hitam demi tujuan
estetika yang kita pelajari pada
pembahasan ini.
أباطبءازظخفضاظبدرشع
فبؽكارظببثبلجبفثؼغ
ثبؾشف اظبػذحػذارظبب ب٠زب
( اغ١ اجبء ض اغ أ2راد )
العضاءاظبػذحؾا١غبسضاشع
ا الز١ب غ افبء. أ اؼ١ لج
اخزلفثذا٠خاظؼداشعاز٠ؤر
ش ثؼذثؼذ جبششح ٠عذ از وضاضم
غ ا١١ ؾ اظبػذح ثذا٠زب ازمبء
( الفم١خ اظؼد4لبػذرب ث١ )
ل١ل ٠جذأ از اظبد ؾشف اشع
لجطمخالزمبءبأع١شوض
أ ؾشف أخفغطمخ )ؼب اضم
اظؼد ٠ؤر جبششح ثؼذب از اذ
رغبػذػال٠مبعزطمخؾس٠خ
اؼبؾشفاىخ(،اخزلفشوض
Ṭa sambung sama dengan sad yakni
pada bagian area sambungannya dipola
dengan sesautu yang sebelumnya dan juga
pada sebagian akhirnya yang ditarik ke
atas saat disambung dengan huruf yang
memiliki gigi seperti ba dan sin (2), atau
disambung dengan huruf yang ditarik ke
atas ke arah kiri seperti pola sebelum ain
atau fa. Dari semua itu, jangan lupa untuk
tetap memperhatikan perbedaan bagian
permulaan penarikan pola yang berada
setelah titik berat yang terdapat langsung
setelah pertemuan di bagian permulaannya
yang ditarik ke arah kanan dengan bagian
bawahnya yang bersifat horizontal (4) dan
antara penarikan pola pada huruf sad yang
dimulai sesaat sebelum area pertemuan
sisi. Itulah yang disebut titik berat (artinya
adalah area lebih rendah pada huruf atau
tulisan panjang yang setelahnya langsung
ada tulisan yang ditarik. Inilah yang
99
اظبد لبػذح ٠غؼ از زا اضم
(3أوضشرمعبلبػذحاطبء،شى)
(فشد1)
(٠شعالرظبي2)
(٠شعاظؼد3شى)
(4شى)
disebut area inti yang membantu ritme
umum bagi huruf dan kata), sedangkan
perbedaan titik berat merupakan sesuatu
yang menjadikan bagian bawah sad lebih
lentur daripada bagian bawah ṭa , contoh
bentuk (3)
(1) Ţa tunggal
(2) Berpola sambung
Bentuk (3) berpola naik
Bentuk (4)
"ػت" "ع" ازظ افشد ؽشفبؼ١
ػ١ اغ اؾشفاظبػذح، ثغ١ش
شى امة اظبد ٠شج ل طبد
ازلل1) طمخ ف سع ف١ ٠عذ )
٠ى از افغب اؼ١ غ مبسخ
ض اظبػذح ثبؾف زظ أ١ب
( شى شبثب: عػؼ(2الفب
اغاد ازلل أشىبي خلي رک
.الصماذع١خاغبثمخ
Huruf ain tunggal dan ain
bersambung "ع" dan "ػت" dengan huruf
yang tidak ditarik naik. Ain tersebut
dinamakan ain ṣady karena menyerupai
sad terbalik, contoh bentuk (1). Terdapat
pola pada area pertemuan sisi yang sama
dengan ain finjany (menyerupai cangkir)
yang ada pada tulisan bagian awal dan
bersambung dengan huruf yang menjulang
ke atas seperti alif dan sebagainya, contoh
bentuk (2). Kita akan menjelaskannya
melalui bentuk area pertemuan dan warna
hitam lebih tebal yang ditulis dengan
ukuran geometris yang sudah lalu.
ذع١ب اظبد اؼ١ ؽشف ؽب ارا
٠جشسا عجج١ ػ رؾز أب فغذ
Jika kita menggambarkan huruf ain
ṣady secara geometris kita akan mendapati
100
سعبفطمخالرظبي bahwa ain meliputi dua sebab yang
menjelaskan polanya di area sambungan.
الي: ثؼذاغجت از اخؾ أ
"الرغب ف ٠عذ اؼ١ ؽبعت
بئثبغجخ1العک"شى) .)
٠جذ از افغب اؼ١ ف ظ١شح
(2لش٠جباخؾاؼدشى)
صا٠خ1) ف ٠شع طبد ػ١ )
ازلل
سع2) ثذ فغب ػ١ صا٠خ (
ازلل
صا٠خازلل
Sebab pertama adalah tulisan yang
terletak setelah alis ain yang termasuk
pada “sisi yang lebih tebal”, contoh bentuk
(1). Berdasarkan penglihatan bentuk ain
finjany lebih miring yang tampak dekat
dari tulisan yang bersifat vertikal, contoh
bentuk (2).
(1) Ain ṣady yang berpola pada sudut
pertemuan sisi
(2) Ain finjany tanpa pola sudut pertemuan
sisi
Sudut pertemuan sisi
اخؾاعجتاضب"ػت" رللزا
ابئغاخؾاضبشؼ٠١ؼأعفب
رخك ؽبدح صا٠خ ٠شىل از٠
ثبؾظخعادفطمخازلل،ضب
ازظ ابئ ؽشفاغ١ غج١ب ٠ؾذص
زا أعف سع ٠ز زا ا١بء، أ ثبشاء
اغضء سعع ز١ذ ام ثشفغ اغضء
خؾ زفبدعاداضبشالعف اؼ١
(.3اضللشى)
Sebab kedua adalah area "ػت"
pertemuan sisi tulisan miring dengan
tulisan ain ketiga yakni bagian bawahnya
dan juga dua tulisan yang berbentuk sudut
lancip yang menghasilkan warna hitam
pekat di area pertemuan sisi. Contoh yang
serupa adalah huruf jim yang miring dan
bersambung dengan ra atau ya. Dengan
demikian pola bawah bagian tersebut
menjadi sempurna dengan mengangkat
pena untuk mempermudah langkah balik
bagian ketiga dan bagian bawah pada
101
tulisan ain yang bertujuan untuk
menghindari kepekatan warna hitam area
pertemuan sisi, contoh bentuk (3).
فصا٠خازلل ػ١طبد٠شع
ػ١صم١خثذسع
سش١ك ثبشع
(ارغباؼ١لش٠تاغ١غس3)
Ain ṣady yang dipola pada sudut
pertemuan sisi
Ain yang tebal tanpa pola
Berpola ideal
(3) sudut ain hampir sama dengan jim
dengan ra
ازظخ اعط١خ اؼ١ ؽشف
طمخ فب اؼ١ ز أب : ازطشفخ
شعخ دائب ف لج ثب ارظب
ف شرفؼخ دائب رى لب رک
شى العک" "الرغب ارغب
اط4) طخ سع دائب ٠ز (ىزا
اشرفؼخلجاؼ١زؾف١فاغاد،
رلؽظابؽ وب أ٠ؼب اغب١خ ١خ
ل طط اغخ ف اؼ١ فؾشف
اؼ١ ارا اضش، ػ١ ض ثذاخ فشاؽ
اغبت سأعب اؾغ طغ١شح
ث١ب عکام، ثضا٠خ ثبسص ال٠غش
سأعببؽ١خا١١فدائش٠خزاارا
ارظثبطخطع١ىخثذسع
ثبسصح اغ١ش اطمخ فىؤبثز أطل
Huruf ain yang berada di posisi
tengah (ain tengah) dan ain bersambung
yang berlebihan: ain ini, pada area
sambungan berbentuk tidak tetap,
tergantung huruf sebelumnya, namun
selalu memiliki pola. Hal itu terjadi karena
ain selalu pada “sisi yang lebih tebal”
ditarik naik, contoh bentuk (4). Dengan
demikian, pola sambungan sebelum ain
selalu ditarik naik untuk menipiskan warna
hitam, sedangkan dari aspek estetika,
sebagaimana yang Anda lihat huruf ain
pada khat naskhi tertututpi, tidak ada ruang
kosong di bagian dalamnya seperti ain
khat tsuluts. Dengan demikian ain yang
berukuran kecil dan bagian kepalanya di
sisi sebelah kiri mencolok dengan sudut
ketebalan pena yang kepala ain sebelah
kanan merupakan lingkaran. Oleh karena
itu, jika ain disambung dengan tulisan
102
رخكسلجخاؼ١رؼبػفؽذحعادب
اططأطلثذسع،غالشبسح
أطخاطزاظبػذحلجسأط
غ فرلل١ب ؽبدح صا٠خ رشى اؼ١
(.5اغضءاضبشأعفاؼ١شى)
ثذسع (ػ١صم١خ4)
ظثبؼ١زا ٠شعدائآاظؼد
ازلل(ث١بصا٠خ5)
tebal tanpa pola pada area lain yang
tampak seluruhnya, seolah-olah leher ain
tercekik dan ketajaman warna hitamnya
yang tertutupi berlipat sepenuhnya dengan
tanpa pola, dengan mengacu bahwa ikatan
sambungan yang ditarik naik ada sebelum
kepala ain, dibentuk sudut lancip pada area
pertemuan dengan komponen ketiga
bagian bawah ain, contoh bentuk (5).
(4) Ain tebal tanpa pola
Selalu dipola naik pertemuan
dengan ain
(5) Penjelasan sudut pertemuan sisi
لذ : "" "ق" "ف" ؽشف
اشإط ازشبثخ اؾشف رجذز
غ ف١ب، سع ل ال١خ أ افشدح
فبرا خف١ف ثشى عد ف رک
ب افبء سأط ١ى شخظب
شبثبزعجبفغغذبرزىلع١
سف١غ ثضي ٠جذأ الي دائشح ٠شىل
ف ٠جذأ ص ام صا٠خ ارغب ف ل
العک"ا "الرغب ؾ ػا زذسط
( ١خ1شى ٠جذأ امطاضب )
٠ضيعکا اليفطؼد
ا، ثذا٠خ ض ٠عذسلخ فؤ٠ ارا
Huruf fa, qaf, dan wau, huruf-huruf
tunggal tersebut memiliki bentuk kepala
yang sama, yakni bagian awalnya tanpa
pola. Dengan demikian, polanya ada
dengan bentuk yang tipis, jika kita reka
kerangka kepala fa dan sebagainya secara
geometris maka kita akan mendapatinya
terdiri dari dua kurung yang keduanya
terbentuk untuk daerah pertama dimulai
dengan turun sedikit kerena ada sisi sudut
pena kemudian mulai untuk ditarik sedikit
seperti “sisi yang lebih tebal”, contoh
bentuk (1). Kurung kedua dimulai di akhir
bagian pertama pada garis yang ditarik
naik, selanjutnya turun dari ketebalan
sampai pada garis sehelai seperti bentuk
103
ػاشع؟ ثبءا اؾبي ؽج١ؼخ
اطكازثذأبثفزاؾمخفؤ
"الرغب ف از الي امط
ل١ل ف١ ام ثشفغ ٠شع العک"
امبء ػ١ لرج ؽز اظؼد أصبء
٠ز اش٠ؼ اغ١ش اشى ثزا فزؽخ
زؼط١ب وبف١خ ا١ب ظفمطخ اػبفخ
ثب فظاشء أؽغ، مبفبل غجخ
ااازظالخ١ش.
لطافبءالعفاغ١ک٠شع (1)
صم١ثذسع
(أعفافبءثذذسع2)
bagian awal nun. Lantas di mana
ditemukan polanya? Berdasarkan bawaan
dan berdasarkan pada area yang telah kita
mulai pada pembahasan ini, kurung
pertama yang ada di “sisi yang lebih tebal”
hilang, dipola dengan sedikit mengangkat
pena saat ditarik naik sehingga bentuk fa
tidak terbuka dengan bentuk yang tidak
nyaman yang mengharuskan untuk
ditambah setengah titik yang dianggap
cukup untuk memberikan keindahan. Hal
yang serupa juga berlaku pada qaf dan wau
bersambung yang berada di posisi akhir.
(1) Kurung fa di bagian bawah yang
berpola tebal
Tebal tanpa pola
(1) Bagian bawah fa tidak berpola panjang
اط طخ أ لؽظخ ٠غت وب
اغبؽخازرىلج الفم١خاظغ١شح
ذ ثذ سأعب أعف امبف اا
أب سغ اظبػذح اؾشف غ خضصب
العک الرغب ف ١غذ أفم١خ لبػذح
الػ،الأبرىزتثشفغامالط
Sebagaimana yang perlu
diperhatikan bahwa hubungan sambungan
huruf yang bersifat horizontal yang
bercelah kecil yang berada sebelum wau
dan qaf, bagian pola bawahnya tidak
panjang terutama jika bersambung dengan
huruf yang ditarik naik meskipun huruf
tersebut bersifat horizontal, tidak termasuk
104
وزخ زخف١ف اجظش، غبي ل
رز از طازشو١ت طخ ى
لظ١شحلرؾزبطاعکامالط
لع١ؼ١فصملػاشىاؼبز
سأط غ اىزغ ازشو١ت اؾبخ
زاؾشف،غاززو١شألبػذحافبء
ابء أ ازبء غ ازظ امبف أ
رى سأط ثذ ازظشح الخ١شح
الػ ؾ زغخ لب أوضش سف١ؼخ
سأط أ لؽظخ ٠غت وب العک.
٠ظغش افشدح "" اؾشف"ق" ز
لجب زظلثب ٠ى ػذب ل١ل
زطشفخ.
pada sisi yang lebih tebal. Kecuali, huruf
tersebut ditulis dengan mengangkat pena,
untuk mencapai tujuan etetika visual, serta
untuk menipiskan tumpukan susunan yang
terdiri dari sambungan yang pendek tidak
butuh pada ketebalan pena yang asli,
karena akan menambah ketebalan pada
bentuk umum. Hal itu disebabkan
permasalahan tersebut yang berupa
susunan yang padat dengan kepala huruf-
huruf tersebut, dengan catatan bahwa
bagian bawah fa atau qaf bersambung
dengan ṭa atau ha yang berada di posisi
akhir yang diringkas tanpa kepala,
posisinya lebih tinggi mengarah ke atas
serta lebih tebal. Sebagaimana wajib
diperhatikan bahwa kepala huruf qaf dan
wau tunggal sedikit lebih kecil ketika
besambung dengan huruf sebelumnya.
طخ فب اعط امبف أ افبء أب
شعخ دائب رى لج ب غ ط
ب ض العک" ف"الرغب أب ثب
٠ؾظرببؼ١ازظثبلجؽب
.فبراشخظب١ىافبء(1عفشى)
رخكصملضدعب اعط١خفغغذأب
:اليخليثذا٠زباظبػذحف"
خلي اضب العک"، الرغب
اظؼد، زا غ افبء ازفبف رلل
ازللشى) ازا از2اظشا )
Adapun fa atau qaf yang berada di
sisi tengah, huruf-huruf ini ketika
disambung dengan huruf sebelumnya
selalu berpola serta berada pada “sisi yang
lebih tebal” seperti yang dihasilkan
sempurna pada ain bersambung dengan
huruf sebelumnya yang disebutkan pada
pembahasan yang lalu, contoh bentuk (1).
Jika kita reka kerangka fa yang berada di
posisi tengah kita akan mendapati bahwa
fa menjadi bentuk ganda. Pertama,
berdasarkan bagian awalnya yang naik
pada “sisi yang lebih tebal”. Kedua,
105
(xعجكأؽباز٠شجؽشف)
فبءعط١خ،فاىأىزغزخشط
الرظبي لج عک دائب بک لرا
٠غت از اعط١خ فبء اشرفغ
أصبء ل١ل ام ثشفغ عاد رؾف١ف
خك افبء فخ عم١خ لعزمجبي اظؼد
(.3ازاصفزاىزخشى)
(صم1١شى)
(3شى)(2شى)
صم١ثذسع
سش١ك صم١ثذسع سش١ك
berdasarkan area pertemuan sisi punggung
fa dengan bagian huruf yang ditarik naik.
Lihatlah pada area pertemuan sisi, contoh
bentuk (2) yang telah kita bahas
sebelumnya dan bagian huruf yang
menyerupai simbol (X). Hal ini
memungkinkan untuk mengungkap
tentang fa yang ada di posisi tengah. Di
sana juga selalu terdapat ketebalan
sebelum sambungan yang ditarik naik pada
fa yang di sisi tengah, serta wajib warna
hitamnya ditipiskan dengan cara
mengangkat pena sedikit di tengah-tengah
yang ditarik naik untuk disambungkan
dengan bagian fa agar memperoleh
kesesuaian pada penggabungan huruf-
huruf tersebut, contoh bentuk (3).
Bentuk (1) tebal, bentuk (2), bentuk (3)
Tebal tanpa pola
Ideal, tebal tanpa pola, Ideal
"ن" الف افشد اىبف ؽشف
(،ث١ب1اغ١ف:١ظف١سعشى)
اىبفاغ١فابئ"وت"فف١ؽبز١
ا١غبس ازظ ال اىبف :
بئ خؾ ٠زى اذع فمطشى
زا ل ف١ لسع العف ا١١ ؾ
الرغبثبؾظخل٠ؼطعىبضأ
Huruf kaf alify tunggal "ن" dan kaf
saify: kaf alify tidak memiliki pola, contoh
bentuk (1), sementara kaf saify yang
miring "وت" terdapat dua permasalahan:
kaf yang pertama, disambung di sebelah
kiri saja. Bentuknya yang bersifat
geometris terdiri dari tulisan yang miring
ke arah kanan pada bagian bawah, tidak
terdapat pola karena sisi tersebut hasilnya
tidak tertulis ketebalan yang sama atau
106
ءالفم١خ:ث١باخؾأوجشعکاجب
اضبففارغبا١غبسف"الرغب
العک"ضؽشفاذايازدسعب.
صا٠خ ثفظ رشوب رلؽظ وب
اغضء زا فب العف، ؽز اجذا٠خ
ع١ؼط١بعىبأصماخؾالفمزا
ثبىزبثخ اضي أصبء ام فشک ٠غت
(.2)زخف١فاغادشى
lebih tebal dari ketebalan ba yang bersifat
horizontal, sedangkan tulisan yang kedua,
pada “sisi yang lebih tebal” miring ke arah
kiri seperti huruf dal yang sudah kita
pelajari sebelumnya. Sebagaimana Anda
perhatikan jika kita membiarkan
ukurannya dari sudut awal hingga ke
bagian bawah, akan menghasilkan
ketebalan yang lebih tebal dari tulisan
yang bersifat horizontal. Dengan demikian
kaf saify harus ditulis dengan memutar
pena saat menulis turun untuk menipiskan
warna hitam, contoh bentuk (2).
زا : "ثىش" اعط اغ١ف اىبف
اىبف٠خكعاداع١ىبضدعبرک
ثبسرفبعؾ فارظب ٠جذأ أل: ل
ػ١ ٠شعغ : صب١ب العک"، "الرغب
ثضا٠خ فشعب بصل ص أػل لغب
٠ؼطأوجشعکزلل ب عذا ؽبدح
لؽظخ ٠ى اغخ خؾ ف العضاء
اػؼفوخ"ثىش"شىرکثشى
(3)
Kaf saify yang berada di posisi
tengah, contoh "ثىش", kaf ini menciptakan
warna hitam pekat. Hal ini disebabkan
karena dua hal: pertama, sambungannya
dimulai dengan mengangkat “sisi yang
lebih tebal”. Kedua, saat menulis kerangka
kaf selanjutnya bagian atasnya
bersentuhan dengan tulisan sebelumnya
lalu dilanjutkan tulisan menurun yang
ditulis memisah dengan bentuk sudut yang
sangat lancip yang memberikan tulisan
lebih tebal pada area pertemuan bagian-
bagian kaf pada khat naskhi. Tulisan yang
seperti itu bisa kita lihat dengan bentuk
yang jelas pada kata "ثىش", contoh bentuk
(3)
107
عکطؼداىبفأوجشعکثبء
ل٠مجفخؾاغخ. زا الفم١خ، اذ
بک اىبفاعط، زخف١فطؼد
ؽ١.
ketebalan kaf yang ditarik naik lebih
tebal dari bentuk ba panjang yang bersifat
horizontal. Tulisan semacam ini tidak
boleh pada khat naskhi. Untuk menipiskan
bentuk kaf tengah yang ditarik naik ada
dua cara:
أل:ابأ٠زسفغامىزبثخثؤل
عىالطأصبءاظؼدفالؽغب
اظغ١شحزشأألخؾاغخ.
Pertama, bisa dengan mengangkat
pena saat menulis, dengan bentuk lebih
tipis dari ketebalan asal saat menarik ke
atas dalam ukuran kecil milimiter atau
lebih tipis pada khat naskhi..
ؽبخصب١ ف ع١ب غخب وب ارا أب : ب
ػجؾ ٠ظؼت لذ وج١ش، ثؾغ اىزبثخ
اغکاطةشعأصبءسفغام،
ام صا٠خ ارغب رغ١١ش ٠ى زک
ػ ؾظي اظؼد أصبء ثفشو
ارط ف اػؼ وب عکأل
( 4شى ثذا٠خ اضي ٠جؤ ص ،)
ر ف لغب الي ذسطاظؼد
غکزخف١فعادزاضا٠خاؾبدح
غاؾشفاز١٠ب. ز١ؤحارظبب
Kedua, jika saat menulis
menggunakan khat naskhi jali dengan
ukuran yang lebih besar, bisa jadi lebih
sulit untuk menyesuaikan ketebalan yang
diinginkan pada pola saat mengkat pena.
Dengan demikian memungkinkan untuk
mengubah sisi sudut pena dengan cara
memutar pena saat ditarik naik untuk
memperoleh hasil ketebalan yang lebih
tipis sebagaimana yang tergambar jelas
pada model bentuk (4). Kemudian mulai
ditulis menurun di bagian awal sisi yang
naik pertama secara bersentuhan dengan
tulisan sebelumnya dalam gradasi
ketebalan untuk menipiskan warna hitam
pada sudut yang lancip untuk membuat
bentuk sambungan dengan huruf
selanjutnya.
صا٠خؽبدح + ثذفشکام صم١
ام ثفشک صا٠خ + سش١ك رغ١١ش أ
Tebal tanpa memutar pena + sudut yang
lancip
Ukuran yang pas dengan memutar pena +
108
ام mengubah sudut pena
اىبف زا أب : اىبفاضبداط٠
: اط٠ ثمب ر١ك خبطخ ؽبخ ف
(اررؤبفؽغزااىبف1شى)
غ مبسخ ؽ٠ل اؾشفعغذ ثم١خ
ذ ؽبخ ف اؾشف ػذا ب الثغذ٠خ
ط، ق، :.اؾعض شبثب ب
ىفؽبخزااىبفف١ظبکسع
ؽبدح ثغجترللخط٠١شىلصا٠خ
١ظبکعضء٠غ١شف"الرغب
ى اغ١فظ، اىبف ض العک"
العف ؾ ئ خؾ ثذا٠خ ٠زى
اغکص٠زغفشىأفم٠زذسطف
ثخط١ؽ١٠زاص١٠زمبسث١،
اطي زا اجظش٠خ اغشاف١ى١خ ابؽ١خ
وزخ ٠شى اىبف ٠غؼ ازمبسة
ثم١خ غ مبسخ اغبؽخ غزؾدح
اؾشفالثغذ٠خخظطبػذب٠ى
رجذ ؽ١ش شوت ؽ٠ ض بک
ؽغ صم زخف١ف زک ١ز،
٠.اط
Kaf Zinady yang panjang: Kaf ini
agak berbeda, terlihat pada bentuknya
yang panjang, contoh bentuk (1). Jika kita
perhatikan pada ukuran kaf ini kita akan
mendapati bahwa kaf ini panjang,
sebanding dengan ukuran beberapa huruf
abjad selain huruf yang ditulis cekung
panjang seperti qaf, sin, nun, dan
sebagainya, tetapi dalam kasus kaf ini,
tidak terdapat pola yang disebabkan oleh
bertemunya dua tulisan yang membentuk
sudut lancip juga tidak terdapat bagian
yang berada di “sisi yang lebih tebal”
seperti yang terdapat pada kaf saify,
melainkan pada bagian awal terdiri dari
tulisan yang miring seperti pada bagian
bawah yang ketebalannya bertahap,
kemudian mengarah pada bentuk
horizontal dengan dua tulisan panjang
sejajar yang saling berdekatan, sedangkan
dari segi grafik dan visual ukuran panjang
dan saling berdekatan tersebut menjadikan
kaf berbentuk ukuran yang memenuhi
tempat yang sebanding dengan beberapa
huruf abjad, apalagi ketika terdapat redaksi
yang panjang dan tersusun maka kaf
tampak mendominasi tempat. Oleh karena
itu hendaknya diperkecil bentuk ukuran
panjangnya.
109
ثبأبارفمبجذئ١بثؤاخطؽالفم١خ
اجبء ض اىزبثخ وشع ػ از
از غ١شب اذاي اطبء لبػذح
اغخ خؾ العکف ى أ ٠غت
زکفؽبخزااىبفاط٠ؾزفع
از العف ثغى اىشع ػ
اخؾ عش غج١ب رخفف ث١ب العبع
ام ثشفغ ١ظ رک الػ الفم
فزا الط ؽغ ثؤل ىزبثخ
ثزغ١١ش فمؾ ث اطي زا ف غزؾ١
أصبء أوضش ا١١ ؾ ام صا٠خ ارغب
عؾتام١٠بفعضءاىبفاؼ،
ازخف١فسغثغبؽزوبف لػطبئزا
زا ازغبغخ اشش١مخ اغ١خ اظسح
اىبفغثم١خاؾشف.
Berdasarkan kesepakatan kita di
awal bahwa tulisan-tulisan yang bersifat
horizontal menjadi patokan tulisan seperti
ba, bagian bawah ṭa dan dal, dan lain
sebagainya yang semua itu harus terdiri
dari bentuk yang lebih tebal dalam khat
naskhi. Oleh karena itu pada kasus kaf
panjang ini kita menjaga bentuk
ketebalannya pada bagian bawah yang
merupakan tumpuan tulisan dan itu
merupakan dasar, sementara tulisan
horizontal yang di atas relatif tipis dan
ditulis tanpa mengangkat pena dengan
ukuran lebih tipis dibanding ukuran
asalnya, namun ini mustahil bisa dilakukan
pada ukuran panjang di sini, akan tetapi
cukup hanya dengan mengubah sisi sudut
pena lebih banyak ke arah kanan saat
menarik pena ke kanan di bagian kaf yang
atas. Ukuran tipis ini meskipun sederhana
cukup untuk memberikan bentuk
keindahan yang sesuai dan serupa dengan
beberapa huruf yang lain.
رخف١ف ثذ الي اىبف ث١ لبسا
الفم )عاد شى ث1١اؼ: )
عضئ ف ام رؾش٠ف ص از اىبف
اط٠اؼؽ١ذرظشصا٠خ١ل
امفاخط١مبسخ،ؼبززو١شأ
٠غت ث١ب از اج١بع غبؽخ
Bandingkan kaf pertama dengan
tanpa menipiskan warna hitamnya yang
bersifat horizontal di bagian atas, contoh
bentuk (1), dengan kaf yang ditulis dengan
memutar pena di bagian panjang yang
sebelah atas yang menunjukan sudut
kemiringan pena pada dua tulisan demi
kesesuaian, dengan catatan bahwa ruang
putih yang berada di antara keduanya
110
ألرزؼذعکاماغف.
ؼ(ثذرخف١فاغادا1)
(رخف١فاغاداؼثفشکام1)
wajib untuk tidak melebihi ketebalan pena
yang bawah.
(1) Tanpa menipiskan warna hitam yang
bagian atas
(1) warna hitam yang sebelah atas ditulis
tipis dengan cara memutar pena
ؽشفا١:شىضشبئؾ
ثبؾظخ رشى ؽبدح ثضا٠خ العف
فطمخازلل:شى) (،1عادا
زااغجتاليزذخاشعزخف١ف
ضش فب اضب اغجت أب اغاد،
ا٠١زىأ٠ؼبخط١بئ١ف
شى) العک": ثب2"الرغب )
١شاؾغفبػ١أؽشفا١طغ
ع١طغب از اغاد زا رزؾ ل
رذاخز٠اؼظش٠،زا٠زوزبثخ
اغضءاؼ١ثضضامزخف١ف
فزؼ3اغد:شى) لذ٠زأؽ١بب .)
٠غبسا ازظ ا١ ثذا٠خ ث١بعف
رمش٠جب رشج ػ١، لثشاصػء
4ثذا٠خؽشفاغ١:شى) وب ٠ز(
اؼ عضء شع ام سفغ
: اذ ثؼذ ا١ زا ارب ا١غبسػذ
(.5شى)
Huruf mim: mim memiliki bentuk
segitiga miring ke bawah dengan sudut
lancip yang membentuk hasil hitam di area
pertemuan sisi, contoh bentuk (1). Ini
adalah faktor pertama masuknya pola
untuk menipiskan warna hitam, sedangkan
faktor kedua bentuk segitiga mim juga
terdiri dari dua tulisan miring yang berada
pada “sisi yang lebih tebal”: contoh bentuk
(2). Huruf mim yang berukuran kecil
bentuknya samar tidak termasuk pada
warna hitam yang dimaksud yang akan
terhapus dengan tumpangtindihnya dua
unsur ini. Oleh karena itu, penulisan
bagian atas mim sempurna dengan 2/3
pena untuk menipiskan warna hitam:
contoh bentuk (3). Membuka warna putih
pada bagian awal mim yang bersambung
di bagian kiri terkadang sempurna guna
memperjelas bentuk gambarannya, dan itu
hampir sama dengan bentuk bagian awal
sin: contoh bentuk (4), sebagaimana
mengangkat pena sempurna untuk
membuat pola bagian atasnya dari sebelah
kiri saat menyempurnakan bentuk mim
111
tersebut setelah ditulis panjang: contoh
bentuk (5).
ؽبخ ف أب : ازظ ا١ ؽشف
ارظبزطشفبثذذف١شعوعض
ثشأع أ٠ؼب ارظب عضء ثشفغ اؼ
طغش سغ الرظبي زا عاد زخف١ف
ؽغب،رکأطمخ
صا٠خؼىعخضا٠خا١الط١خا
(.1رجذخف١خشى)وبذ
Huruf mim bersambung: Pada kasus
mim disambung secara berlebihan dengan
tidak panjang maka setiap bagian atasnya
dipola dengan mengangkat pena, bagitu
pula pada bagian kepalanya agar
menipiskan warna hitam pekat pada
sambungan. Meskipun ukurannya kecil.
Hal itu karena area sambungan terbentuk
dengan putaran sudut berbeda dari sudut
mim asli, meski tampak lebih tipis, contoh
bentuk (1).
لذرؤرؽبلد٠زف١بسعسأطا١
رکف ٠ؼوضشا١ لبػذر
ا ف١ب ٠ى از اضشاؾبلد ١
ار وخ، عؾ أ ؽشف١، ث١ عط١ب
ا١١ اغبذ ا١ زا ثؤ ؾظ
الط عى او ل٠ؾزبط ا١غبس
وبفشد.
Ada beberapa kasus pada mim segitiga
yang di dalamnya terdapat pola kepala
mim dan bagian bawahnya yang mana
mim tersebut ada di antara dua huruf atau
di tengah kata. Jika kita merasa bahwa
mim lebih dominan ke kanan dan kiri
maka tidak perlu ditebalkan seperti mim
tunggal.
ؽ١ششفزابرطابؽ١خ
٠جك اعى ا١ أ اغب١خ
ؽشفبشوض٠بداخوزخازشو١ظوب
اؾ ف ٠ؾزبط ؽ١ش اغبثمخ لد
اعؾ ف ث لبػذر، عک ا
Saat kita melihat model ini dari sisi
estetika, mim yang berada di posisi tengah
bukan lagi karakter sentral yang berada di
dalam tumpukan susunan seperti pada
kasus-kasus sebelumnya yang
membutuhkan ketebalan bagian bawahnya,
112
و١ب ٠شع ػذب أع ا١ ٠ظجؼ
ط ؽظخ أطجؼ ل ام ثشفغ
عؾاىخازرؾزؼثزک٠فغؼ
اغبيجم١خاؾسفازفااعخ
وخ ف ض اىب ثشىب زجشص
(2اشؽغ١شب:شى)
melainkan ketika mim berada di posisi
tengah akan tampak lebih indah jika dipola
secara keseluruhan dengan mengangkat
pena, karena mim akan menjadi seperti
alat penghubung kata yang merangkul.
Dengan demikian ruang untuk huruf-huruf
lain yang di depan, guna memperjelas
bentuknya dengan sempurna, seperti kata
al-Rahmȃn dan sebagainya, contoh bentuk
(2).
ػغ ٠زى "" : ابء ؽشف
شى افشد اذاي ثذا٠خ ٠شج بئ
اعط١خ،1) افبء ؽشف ثذاخ ،)
اذاي ؽى ػ١ الي فغضءب ػ١
ازذسط ػ ؾظي فشکام ف
فاغکثبأببئخؾ"الرغب
)العک" افبء2شى أب .)
ام فزىزتثشفغ ب ازبثؼخ اعط١خ
أعضأب زخف١فعاداظؼطوب
٠ىزت أ ٠فؼ امط اؼ
زا ل٠ئد ؽز ام ثضض أ٠ؼب
ا ابء ؽشف ف اىض١ش ازذاخ
اغلقػ١بػذاؾغاظغ١ش،فبرا
أثذ وزجذابءثىعکام
فؼبئب،سفؼ غبؽخ فظ ف ل١ل
Huruf ha "ـ": Ha memiliki
punggung yang miring menyerupai bagian
awal dal tunggal, contoh bentuk (1),
bagian dalamnya seperti huruf fa yang
berada di posisi tengah. Maka dari itu
bagian pertama ha seperti hukum dal
dalam segi memutar pena untuk
menghasilkan perenggangan ketebalan saat
penulisan miring, seperti pada “sisi yang
lebih tebal”, contoh bentuk (2). Seperti
halnya fa yang berada di posisi tengah ha
ditulis dengan mengangkat pena untuk
menipiskan warna hitam bagian yang
ditarik naik, sebab bagian atas ha yang
dibengkokkan dianjurkan untuk ditulis
dengan 2/3 pena, sehingga pada bagian
dalam huruf ha tidak hilang bentuknya saat
ditulis dengan ukuran kecil. Jika ha ditulis
dengan seluruh ketebalan pena yakni tanpa
sedikit diangkat pada ruang bagian
113
شى ف صم ئوذح فبز١غخ
شى ػ١١ب اغلق غ اؾشفوى
(3.)
صم١عذاثذسع
luarnya, maka hasilnya berbentuk sangat
tebal dan tidak sempurna, contoh bentuk
(3).
Sangat tebal tanpa pola
غ غبجب ازظخ أ : ال١خ ابء
شى) : اغ١ أ٠ؼب1ال رشع ،)
ال غ أعضاب رذاخ زشبثک
وشاف١ى١ب ٠شى ب ٠خزشلب از
اؽذ ىب ف ػبطش ػذح رذاخ
بؽك ثؼغ أ خظطب ػ١ك
"الرغب لش٠جخ أعضائب
العک"غرللصا٠بؽبدحرؾذس
ضزبػ١١ب.اوبأعفصملفو
غ أفمالأ ٠جذشج ال١خ ابء
رک٠شعثشفغامضأعفافبء
ض ابء ز ل ازظخ ال
ام عک لرزؾ أ٠ؼب ال١خ
اؾم١مظشاظغشؽغبرشبثک
ف ٠غكث١بعػ١١ب ازلذ فبرب
اؾغاظغ١ش.
Ha Lamiyah: yaitu huruf ha yang
sering disambung dengan lam dan jim:
contoh bentuk (1). Ha juga ditulis untuk
menyambung dan tumpang tindihnya
beberapa bagian ha dengan lam, di mana
lam menembus ha saat dibentuk grafik,
beberapa unsur tumpang tindih dalam satu
tempat sempit, terlebih lagi sebagian area
bagian-bagian ha dekat dengan “sisi lebih
tebal” serta pertemuan sisi lancip yang
disebut titik tebal pada susuna dan bentuk
ha. Jika bagian bawah ha lamiah tampak
semi-horizontal maka harus ditulis dengan
mengangkat pena seperti bagian bawah fa
bersambung yang pertama, karena ha
tersebut juga seperti bentuknya yang
pertama tidak memiliki ketebalan pena
yang sebenarnya dengan melihat ukuran
kecilnya dan saling berkaitannya selubung
ha yang telah menutupi lingkaran putih
pada ukuran yang kecil.
٠زىخؾػد أف: ال
ف ٠ؾشف ا١١ ا ل١ل بئ
( شى : ا١غبس ؾ ٠شى1العف ،)
Lam Alif: terdiri dari tulisan vertikal yang
sedikit miring ke kanan dan bagian
bawahnya miring ke arah kiri: contoh
bentuk (1), area pertemuan sisi dengan
114
رلل١بغخؾصبأخشبئؾ"الرغب
ال١خ، ابء ثذا٠خ ٠شج العک"
ز أعف، ف اذاي ثمبػذح ٠ز
صا٠خ ا ثبلػبفخ ازللاؼبطش
اؾبدح،صاػبفخامبػذحالفم١خاظغ١شح
ثؾغاذايورکاراوزجذثذسفغ
٠غؼ عف الط، ثبغک ام
اؾشف ٠جذ طعب أف ل ػ١
شى) : أ2صم١لػب ثب زا ،)
أ ٠غت از العف الفم اخؾ
ىشع الفم اغش ف ؽظ ٠ؤخز
خظطباىزبثخ اجذا٠خ ز ارفمب وب
أطغ١شمبسخغؽيالفال
فغف٠زسعطمخازللازرشج
( أصبءxؽشف ا١ذ فشک خلي )
خلي الي ؽي ال أعف وزبثخ
ثؾغ ؽزل٠جذ ا١غبس ؾ اؾشاف
(،3) اطج١ؼ:شى
tulisan kedua yang lain miring pada “sisi
yang lebih tebal” yang menyerupai bagian
awal huruf ha dan di sisi bawahnya
diakhiri dengan tulisan seperti bagian
bawah huruf dal. Dengan melihat pada
unsur-unsur tersebut dengan berpatokan
pertemuan sisi yang lancip, kemudian pada
bagian bawah yang bersifat horizontal dan
kecil seukuran dal, jika ditulis dengan
tanpa mengangkat pena dan dengan
ketebalan yang asli maka akan menjadikan
bentuk lam alif yang tidak sesuai dan
nampak seperti huruf yang besar secara
keseluruhan, contoh bentuk (2).
Berdasarkan hal itu dan kenyataan bahwa
tulisan horizontal di sisi bawah itulah yang
mengharuskan untuk mengambil peluang
dalam ketebalan tulisan horizontal karena
merupakan tumpuan tulisan seperti yang
kita sepakati sejak awal, terlebih lagi
tulisan horizontal tersebut kecil yang
sesuai dengan panjangnya alif dan lam
maka pola area pertemuan sisi akan
terbentuk sempurna yang menyerupai
huruf (X) dengan cara memutar tangan
saat menulis bagian bawah lam pertama
serta dengan cara menariknya ke arah kiri
sehingga tidak tampak seperti bentuk dasar
lam, contoh bentuk (3).
وز ٠ز ثذا٠خص ابئ الف عضء بثخ
ثزش٠ظؾالػص١ل١لعبت
Selanjutnya, menulis bagian alif
yang miring dan pada bagian awalnya
terdapat tarwis yakni di bagian atasnya
115
ثفشک ضي ص الط ثؾغب ا١١
ال١خ ابء أ اغ١ف اىبف ض ا١ذ
شى : اغک رذسعف ػ ؾظ
رخف١ف4) ٠ىب افشو١ ز٠ ،)
٠غبػذ ب اؾبدح اضا٠خ ازمبء عاد
لبل لبػذح ػغ رشجػج از ف
اذايثذأرطظػ١زاازلل:
(.5شى)
kemudian kita miringkan sedikit ke arah
kanan dengan tetap mempertahankan
ukuran, selanjutnya kita tulis menurun
dengan memutar tangan seperti kaf saify
atau pada bagian awal huruf ha untuk
mengahasilkan tahapan ketebalan, contoh
bentuk (4). Dua putaran itu yang berguna
untuk menipiskan warna hitam pada
pertemuan sudut yang lancip yang dapat
membentuk penulisan bagian bawah lam
alif yang menyerupai bagian bawah lam
dengan tanpa menutupin bentuk pertemuan
sisi, contoh bentuk (5).
ثزش٠ظاغضء رجذأ : أفافشعخ ل
ا١ذ ثفشک ضي ص ا١غبس ؾ ابئ
(ص6ضشاؽلأفالشى)
ؾرف خف١ف جؽ ف لبػذرب
ف اغضء فرلقغ رشعغ ص ا١غبس
أػ سف١ؼب ٠ى ا١١ ؾ ارغب
ب غبجب ابئ الي اغضء ثم١ػ
ػ رىزظمخغالكفػؼب
اغطشؽزرجذغزمشح.
Lam Alif Munfarijah (yang terbuka
bagian atasnya) : penulisannya dimulai
dengan tarwis bagian yang miring ke kiri,
kemudian ditulis menurun dengan
memutar tangan seperti yang terjadi pada
lam alif yang sebelumnya, contoh bentuk
(6), lalu merangkap bagian bawahnya
dengan sedikit turun ke arah kiri kemudian
lanjut menulis pada area pertemuan
dengan bagian pertama mengarah ke kanan
dan ditulis lebih tinggi sedikit dari tulisan
bagian pertama yang miring, dan biasanya
lam bertemu dengan alif dalam
peletakanya pada baris sehingga tampak
stabil.
فشک ثفظػ١خ : أفازظخ ل
وزبثخ ٠ز ام صا٠خ رغ١١ش ٠ؼ ا١ذ
أفازظخ ؾشفال ابئ اغضء
Lam Alif bersambung: dengan cara
memutar tangan yakni mengubah sudut
pena, baru bisa menulis bagian yang
miring pada Lam Alif bersambung setelah
116
٠ضي لجص ازظثب أفب وزبثخ ثؼذ
رمطخف١ف٠ز ا١غبسغ فارغب
ثشعصا٠زعاءثشأطامأثفشو
ب٠خغزم١خؾضسعاشاءىث
(.7العف:شى)
صم١ثذفشکام
menulis alif -nya yang bersambung dengan
tulisan sebelumnya, lanjut menulis turun
dengan mengarah ke kiri dengan sedikit
bengkok kemudian diakhiri dengan pola
sudut pena yang sama dengan kepala pena
atau ditulis dengan memutar pena seperti
pola ra tapi dengan ujung yang miring
seperti bagian bawah, contoh bentuk (7).
Tebal tanpa memutar pena
ؽشفا١بءافشدح:رجذأثشأعببئ
ا العک" "الرغب الػ ؾ
رک غ طغ١شح غبؽز وبذ
خف١فشأعب، ثشفغ رشع أ ٠فؼ
ف ضب طغ١شا عضءا سعب وب
ثذا٠خاجبءازظخثببءاعط١خ،ص
ثؼذ ا١غبس، ؾ رفرضي رک
خف١ف ل١لضي ١خ ثضا٠خ ساعؼخ
٠ؾز ب العک" "الرغب ف
أب خبطخ م ل١ ثشفغ سعب
ؽع غ ؽبدح صا٠خ أ٠ؼب رشى
ا١بءاغف.
صم١ثذسع
سش١كثبشع
Huruf ya tunggal: bagian kepalanya
dimulai dengan tulisan miring ke atas “sisi
yang lebih tebal” meskipun ruangannya
kecil, selain itu kepalanya dipola dengan
sedikit diangkat, sebagaimana kita
memulai hal yang serupa pada bagian awal
ba yang bersambung dengan ha yang
berada di posisi tengah. Selanjutnya tulis
menurun ke arah kiri, kemudian pena
diputar, kembali dengan sudut yang sedikit
lembut dan tulis sedikit menurun pada
“sisi yang lebih tebal”, lalu memastikan
polanya dengan sedikit mengangkat pena,
terlebih lagi saat membuat sudut lancip
dengan bentuk dasar ya yang bagian
bawah.
Tebal tanpa pola
Berpola ideal
117
أ اجبء غ ازظخ ازطشفخ ا١بء
ز أب : شبثب ب افبء أ ال
ؽبدر١ صا٠ز١ رشى ف ا١بء،
عادا ثبؾظخ ٠خك ب وغز١ زؼب
وبأعفبغدساعخاجبءازظخثب١بء
ف ل١ل ام سفغ ٠ز ػ١ ا١، أ
اطازفلبل٠شىعضءطخ
ؼىعخ طغ١شح ؽبعخ صا٠خ أ٠ؼب
ارظب لج أ٠ؼب اشعخ ضا٠زب
ثؾعا١بءاطج١ؼ،
اضا٠خاغبدحال
اضا٠خاؾبدحاضب١خ
Ya al-Mutaṭarrifah yang
bersambung dengan ba, lam, fa, dan
sebagainya. Adapun ya semacam ini
terdapat bentuk dua sudut lancip yang
saling berlawanan untuk menghasilkan
warna hitam, sebagiannya yang kita
pelajari pada huruf ba yang bersambung
dengan ya atau mim. Oleh karena itu pena
sedikit diangkat pada bagian sambungan
yang berada di atasnya karena juga
membentuk sudut lancip kecil yang
berlawanan dengan sudut huruf yang
berpola sebelum disambung dengan
bentuk ya asli.
Sudut lancip pertama
Sudut lancip kedua
طبثفؼهللااب٠خاؾمخال
اغخ، خؾ ف اشع أعشاس ؽي
ف ثبشع اخؾالعضاءامظد
ازلرىزتثؼشعاموثثغضء
صا٠ز رغ١١ش أ ل١ل ثشفؼ رک
ثؾ١شؾظػعکألأزذسط
زخف١فصماؾشف.
Dengan rahmat Tuhan, kita telah sampai
pada akhir bagian pertama tentang rahasia
khat naskhi. Maksud dari pola pada khat
adalah bagian-bagian yang tidak semua
ditulis dengan pena, tapi sebagian darinya
dengan menaikkannya sedikit atau
mengubah sudutnya sehingga kita
mendapatkan ketebalan yang lebih kecil
atau bertahap untuk mengurangi berat
huruf.
اؼبطش ز عشد خلي اجظش٠خ
اؼشث اخؾ ف ثؤ ٠زؼؼ اغبثمخ
Melalui inventarisasi elemen visual
sebelumnya, jelas bahwa seni kaligrafi
118
غامطسح ٠زطترفبػلرؾبسا
اؾشفزغغ١ذسػاخؾثبشىاز
اغبو رک أ١ظ ٠ش٠ذبخؾ.
ازؾشکاش
Arab membutuhkan interaksi dan dialog
dengan pena dan karakter huruf untuk
mewujudkan semangat khat seperti yang
diinginkan oleh khat. Bukankah itu
ketentraman yang dinamis dan pahit?
١ظ أ رک ؼ سؽب١خ؟ ذعخ
ذعخس٠بػخاؽذ+اؽذرغباص١،
ؽغ ذعز ٠غ١ش ؽشففشد و تث
رآفب ١شى اؾشف ثجم١خ ارظب
ثؼغ ػ ٠زبصي ؽ١ش غغب،
خظط١برخظط١برافشد٠خ١غغ
١ظ ؽجؼ ل اى، ازشو١ت غ
"أف ائ ض ف أب١ب ؽشفب
خؾ ثؤ مي أ زا٠ى ؤف"
اغخ خؾ أب لبس ثجخ ٠ىزت اضش
اخطبؽف١ىزتثؼبؽفخسفكؽ،ل
أبو ف ٠شفك أبو ف ٠ؼغؾ
اظ اشفك اؼغؾ ث١ أخش
رزغع١١خػللخػبؽفخاظبس
اخطبؽغسػخؾاغخ.
Rekayasa Spiritual? Ini berarti bahwa
bukan satu geometri olahraga + satu sama
dengan dua, namun setiap karakter tunggal
mengubah geometrinya sesuai
hubungannya dengan karakter lainnya
untuk membentuk keharmonisan yang
harmonis, di mana beberapa kekhasannya
melepaskan karakteristik individu agar
sesuai dengan struktur keseluruhan, karena
ini bukan karakter yang egois. "Baris
ketiga bisa ditulis dengan hadiah dan
pemuliaan. Garis salinan ditulis dengan
emosi, kelembutan dan mimpi, karena
kaligrafi menekan di tempat dan terpasang
di tempat lain dan antara tekanan dan
kelembutan dan sentuhan, keindahan,
hubungan, gairah dan perpaduan kaligrafi
dengan semangat garis reproduksi muncul.
أرأأولذفمذفا٠ظبيز
ػذح ػ غ١ت اػؼ ثشى ازؤلد
غزف١ذؼب، ابسط ٠طشؽب رغبإلد
غالشبسحثؤزازػ١ؾبدافظخ
ازظؾ١ؾب رفغ١ش وشعغ ػ عزفش
Saya berharap bahwa saya telah berhasil
menyampaikan refleksi ini dengan jelas
untuk menjawab beberapa pertanyaan
yang diajukan oleh praktisi untuk
memanfaatkannya, dengan memperhatikan
bahwa penjelasan terperinci ini akan
memberi saya penjelasan tentang koreksi
119
شجىخ ف هللا ثؾي ثب عؤل از
ثزک،اجذ الذ عؼ وب ػ١
رظؾ١ؾبد"رشش٠ؼ ػجبسح عزى لب
ثز ب ذ أ لصب وب أؼك"
اؾمخساع١هللاأ٠زمجب٠ض٠ذب
ذد."بأر١زاؼالل١ل"
yang akan saya buat oleh Tuhan dalam
jaringan pencipta kapanpun
memungkinkan saya untuk
menggunakannya, karena ini adalah kata-
kata " "Saya harus mempersiapkan episode
ini, meminta Tuhan untuk menerima kita
dan meningkatkan waktu kita. "Dan Anda
hanya sedikit sains"
أ خط١خ أخطبء اؾمخ ثز ظش ا
رک، ػ فؼززس ػذالئ١خ فمذ
ثبغشة لربب وج١شا جدا غدا
غغ زم ؼشع ا عفش لج
اغؼد٠خ، اؼشث١خ ثبىخ فذ اک
رى الذ ػغؽبد ى
أ١ب أ اللذاس شبءد شثب رک،
اؾش ثغاس اىج١ش ازم زا خلي
داػ١ب اسح، ثبذ٠خ اشش٠ف اج
٠غؼزااجذآبدب.هللاأ
Jika ada kesalahan tertulis atau ejaan
dalam episode ini, kami mohon maaf
untuk ini. Saya telah bekerja sangat keras
untuk menyelesaikannya di Maroko
sebelum perjalananku ke pameran
kompleks Kompleks Raja Fahad di Arab
Saudi, namun tekanan waktu tidak
memungkinkan saya. Nabi Madinah,
meminta Tuhan untuk membuat negara ini
selalu aman.
أأشىشأؽجزفهللاالعبرزح أد وب
ثشبسػبػظبػشفخػرشغ١ؼ
خظطب ازم خلي لربب
ػبديازأػبس أخاؾجةاؽذ
رظؾ١ؾبربؽبعث لرب اؾي
اخشاعب،فمبهللاع١ؼبااؾمبد
Saya juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada orang-orang terkasih di dalam
Tuhan, profesor Bashar Alawah dan Issam
Arafa karena telah mendorong saya untuk
menyelesaikannya dalam forum tersebut,
terutama saudara tercinta saya Ahmed
Adel, yang meminjamkan laptop untuk
menyelesaikan koreksi dan hasilnya.
Semua,
120
ثمؾ اغخ خؾ رشش٠ؼ ؽي امبدخ
جشساد ذعز رفغ١ش غ ام١بط
عب١براغلػ١ىع١ؼب،
121
122