PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

149
ANALISIS KLASIFIKASI PEMBENTUKAN RSUD PROVINSI BANTEN SEBAGAI RUMAH SAKIT TIPE B SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Publik Pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Publik Oleh : RR. DEVANITA INDRIA RAHARJA NIM. 6661111579 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, 2018

Transcript of PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

Page 1: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

ANALISIS KLASIFIKASI PEMBENTUKAN RSUD PROVINSI BANTEN

SEBAGAI RUMAH SAKIT TIPE B

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk MemperolehGelar Sarjana Ilmu Administrasi Publik Pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Oleh :

RR. DEVANITA INDRIA RAHARJA

NIM. 6661111579

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, 2018

Page 2: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...
Page 3: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...
Page 4: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...
Page 5: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

ABSTRAK

Rr. Devanita Indria Raharja. 6661111579. 2017. Skripsi. Analisis KlasifikasiPembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B. ProgramIlmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. UniversitasSultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I: Anis Fuad, M.Si dan Pembimbing II:Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si.,

Permasalahan penelitian ini adalah belum optimalnya standar klasifikasiRSUD Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit tipe B yang meliputi : sarana prasarana,manajemen/administrasi, pelayanan, sumber daya manusia dan peralatan.Pembangunan gedung rumah sakit yang sempat diberhentikan pembangunannya olehKementerian Kesehatan, pegawai honore rmencapai tujuh ratus (700) orang, peralatanrumah sakit yang belum memadai. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui mengenaiklasifikasi pembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit tipe B. dalampenelitian ini menggunakan teori Analisis William Dunn (2003) yang meliputi lima(5) tahapan yaitu: pencarian masalah, peramalan masa depan, rekomendasi kebijakan,pemantauan hasil kebijakan dan evaluasi kebijakan. Penelitian ini menggunakanMetode Deskriptif Kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasidan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis interaktifdari Miles dan Huberman. Hasil dari penelitian ini dapat pengetahuan yang berkaitandengan standar klasifikasi di RSUD Provinsi Banten karena RSUD Provinsi Bantenmenjadi Rumah Sakit rujukan dari Rumah Sakit Kabupaten maupun Kota di ProvinsiBanten yang membutuhkan standar klasifikasi Rumah Sakit yang mendukung. Sarandari peneliti adalah perlua danya penanganan yang serius dari pemerintah dan seluruhjajaran RSUD Banten dalam menangani berbagai masalah yang saat ini terjadi agarstandar klasifikasi Rumah Sakit Tipe B dapat tercapai.

Kata Kunci : Klasifikasi Pembentukan Rumah Sakit Tipe B

Page 6: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

ABSTRACT

Rr. Devanita Indria Raharja. 6661111579. 2017. Thesis. Classification AnalysisEstablishment RSUD Banten Province as Type B Hospital. Program StateAdministration. Faculty of Social Science and Political Science. Universitas SultanAgeng Tirtayasa. Counselor I: Anis Fuad., M.Si and Supervisor II: Kandung SaptoNugroho., S.Sos., M.Si.,

The problem of this research is not yet optimal classification standard ofRSUD of Banten Province as type B hospital covering : infrastructure, management/administration, service, human resources and equipment. The construction of ahospital building that had been dismissed by the Ministry of Health, honoraryemployees reached seven hundred (700) people, inadequate hospital equipment. Thepurpose of this research is to know about the classification of RSUD formation ofBanten Province as Type B. in this research using William Dunn (2003) analysistheory which includes five (5) phases : problem finding, future forecasting, policyrecommendation, monitoring of policy result and policy evaluation. This study useddescriptive qualitative method. Data collection techniques are interview, observationand documentation study. Data analysis techniques using interactive analysistechniques from Miles and Huberman. The result of this research can be knowledgerelated to the classification standard in RSUD Banten Province because RSUD ofBanten Province become referral hospital from Regency Hospital or Town in BantenProvince which need hospital classification standard that support. Suggestions fromthe researchers are the need for serious handling from the government and the wholerange of Banten hospitals in dealing with various problems that currently occur sothat the classification of Type B Hospital can be achieved.

Keywords: Classification of Type B Hospital Formation

Page 7: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillahirobbil’alamin peneliti

panjatkan kehadirat ALLAH SWT, serta shalawat serta salam selalu tercurahkan

untuk Nabi Muhammad SAW, sahabat beserta keluarganya, karena dengan ridho,

rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang berlimpah sehingga akhirnya peneliti

dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisis Klasifikasi Pembentukan

RSUD Provinsi Banten Sebagai Rumah Sakit Tipe B”. Dengan selesainya Skripsi

ini tentunya tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai

pihak yang senantiasa selalu mendukung peneliti dalam upaya menyelesaikan

penelitian ini. Maka peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa

2. Dr. Agus Sjafari, S.Sos. M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Rahmawati, M.Si, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Iman Mukroman, M.Si, selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Kandung Sapto Nugroho, M.Si, selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus Dosen

Pembimbing II yang membimbing dan membantu peneliti dalam penyusunan

skripsi, terima kasih atas arahan dan pembelajarannya.

Page 8: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

ii

6. Listyaningsih, M.Si, selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Publik Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Dr. Arenawati, M.Si selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa .

8. Anis Fuad, M.Si selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang membimbing dan

membantu peneliti dalam penyusunan skripsi, terima kasih atas arahan dan

pembelajarannya.

9. Ibu Ima Maisaroh, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik Program

Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

10. Semua Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah

membekali ilmu dan pengetahuan selama perkuliahan.

11. Kedua orangtua tercinta H.R Antony Subekti dan Hj.Omoh Puspita Dewi,

kedua orangtuaku dari suamiku H.Tohri dan Hj.Ucu, dan kakak tersayang

Rr.Nawanda FPBR yang telah memberikan dorongan semangat dan

nasehatnya, kedua adikku R.Dandi Rizki Wibowo Raharja dan R.Rendi Satrio

Wibowo Raharja, keluarga peneliti tercinta terima kasih atas segenap

perhatian dan motivasinya, canda tawa serta dukungannya untuk peneliti.

12. Suamiku Suhanda.,SE dan Anakku Vannesa Ruby Arini yang selalu jadi obor

penyemangatku.

13. Kepada rekan-rekan RSUD Provinsi Banten yang telah memberikan izin

kepada peneliti untuk melakukan penelitian. Terima kasih atas bantuannya,

Page 9: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

iii

motivasinya dan pengalaman yang luar biasa sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penelitian ini.

14. Sahabat-sahabatku dan teman-teman seperjuanganku di Prodi Ilmu

Administrasi Publik FISIP Untirta 2011 yang tak bisa kusebutkan satu persatu.

15. Terima kasih kepada para Hayatis Family (Yenita Nurmalasari, Rizqi

Nurjanah, Erin Nurfajriah, Nurlita Amaniyah, Nur Laila Sari, Mayola Shifani,

Ririn Amelia dan Wa Ode Nusa Intan Karimah). Terima kasih yang sangat

dalam untuk kalian semua untuk pertemanan kita yang banyak diisi oleh suka

duka yang tetap indah bila bersama. Sukses terus untuk kita semua.

Akhir kata peneliti berharap dan berdoa kepada pihak-pihak yang telah

banyak membantu peneliti dalam menyusun skripsi ini mendapat imbalan dari

Allah SWT serta peneliti menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan

dalam Skripsi ini sehingga peneliti dengan rendah hati menerima masukan dari

semua pihak agar dapat menghasilkan karya yang lebih baik lagi dan peneliti

berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kepada

pembaca umumnya.

Serang, Juli 2018

Peneliti

Page 10: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL..........................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2. Identifikasi Masalah...................................................................... 9

1.3. Batasan Masalah ........................................................................... 10

1.4. Perumusan Masalah ...................................................................... 10

1.5. Tujuan Penelitian .......................................................................... 10

1.6. Manfaat Penelitian ........................................................................ 10

1.7. Sistematika Penulisan ................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

Page 11: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

v

2.1. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 17

2.1.1. Definisi Kebijakan Publik………………………………17

2.1.2. Tahap-tahap Kebijakan Publik…………………………22

2.1.3. Pengertian Analisis……………………………………..24

2.1.4. Analisis Versi Dunn……………………………………28

2.1.5. Analisisi Versi SWOT………………………………….35

2.1.6 Analisis Versi Patton dan Savicky………………………37

2.1.7 Pengertian Rumah Sakit………………………………...43

2.1.8 Klasifikasi Rumah Sakit………………………………...44

2.1.9 Alasan dibentuknya Kebijakan Perda No.1 Tahun 2013

tentang proses pembentukan susunan organisasi dan tata kerja

RSUD Banten…………………………………………..54

2.2. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 67

2.3. Kerangka Berfikir ......................................................................... 69

2.4. Asumsi Dasar Penelitian ............................................................... 71

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian ......................................................................... 72

3.2. Fokus Penelitian............................................................................ 73

3.3. Lokasi Penelitian........................................................................... 73

3.4. Variabel Penelitian........................................................................ 74

3.4.1 Definisi Konsep…………………………………………74

3.4.2 Definisi Operasional…………………………………….74

3.5. Instrumen Penelitian ..................................................................... 76

Page 12: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

vi

3.6. Informan Penelitian....................................................................... 77

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .......................................... 79

3.8.Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 91

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ........................................................... 93

4.1.1 Sejarah RSUD Banten…………..………………………93

4.1.2 Gambaran Umum RSUD Banten……………………….94

4.1.3 Tugas dan Fungsi RSUD Banten dan jajarannya……….97

4.1.4 Visi dan Misi RSUD Banten…………………………...105

4.2. Deskripsi Data............................................................................... 106

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian……………………………….106

4.2.2 Deskripsi Informan Penelitian…………………………..108

4.3. Analisis Data ................................................................................. 109

4.4. Deskripsi Hasil Penelitian............................................................. 110

4.5. Pembahasan................................................................................... 124

BAB V KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan ................................................................................... 132

5.2. Saran ............................................................................................. 133

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

vii

DAFTAR TABEL

1.1 Permenkes No.340 Tahun 2010 tentang RS Tipe B………………..4

2.1 Pendekatan Analisis Kebijakan…………………………………….27

2.2 Permenkes No.340 tahun 2010 tentang Klasifikasi RS……………46

2.3 Derajat Kesehatan RSUd Kab/Kota Prov.Banten…………………60

2.4 Penelitian Terdahulu……………………………………………….68

3.1 Kategori Informan Penelitian………………………………………78

3.2 Pedoman Wawancara………………………………………………82

3.3 Teknik Penelitian…………………………………………………...91

4.1 Daftar Informan……………………………………………………109

Page 14: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

viii

DAFTAR GAMBAR

2.1 Proses Analisis Kebijakan menurut Dunn…………………………26

2.2 Proses Dasar Analisis Kebijakan menurut Patton dan Savicky…...38

2.3 Bagan Kerangka Berfikir………………………………………….70

3.1 Analisis Data Miles dan Huberman……………………………….87

4.1 Alur Analisis Kebijakan Publik menurut Dunn…………………..129

Page 15: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

ix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Catatan Bimbingan Skripsi

2. Lembar Seminar Proposal

3. Matriks Wawancara

4. Surat Ijin Mencari Data

5. Draf Kajian Akademik Penyusunan Raperda Tentang Retribusi Pelayanan

Kesehatan RSUD Banten

Page 16: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah modal penting terhadap kelangsungan hidup

masyarakat.Yaitu dengan mengadakan dan membentuk pelayanan kesehatan

seperti rumah sakit, puskesmas dan bentuk instansi pelayanan kesehatan

lainnya.Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.Rumah sakit

umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua

bidang dan jenis penyakit.Klasifikasi rumah sakit adalah pengelompokan kelas

rumah sakit berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan.

Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit

diklasifikasikan menurut Peraturan Kementerian Kesehatan No. 340 Tahun

2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, yaitu Rumah Sakit Umum kelas A, B, C

dan D. Klasifikasi rumah sakit umum ditetapkan berdasarkan; pelayanan,

sumber daya manusia, peralatan, sarana dan prasarana serta

administrasi/manajemen. Pada rumah sakit umum kelas A harus memiliki

kriteria, fasilitas dan kemampuan rumah sakit umum kelas A meliputi paling

sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar, lima (5) pelayanan spesialis

penunjang medik. Dua belas (12) pelayanan medik spesialis lain dan tiga belas

(13) pelayanan medik sub spesialis. Jumlah tempat tidur minimal empat ratus

1

Page 17: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

2

(400) buah.Rumah sakit umum kelas B harus mempunyai fasilitas dan

kemampuan pelayanan medik spesialis empat (4) pelayanan medik spesialis

dasar, empat (4) pelayanan spesialis penunjang medik, delapan (8) pelayanan

medik spesialis lainnya dan dua (2) pelayanan medik subspesialis dasar.Jumlah

tempat tidur minimal dua ratus (200) buah.Rumah sakit umum kelas C harus

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat (4)

pelayanan medik spesialis dasar dan empat (4) pelayanan spesialis penunjang

medik.Jumlah tempat tidur minimal seratus (100) buah.Rumah sakit umum

kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sedikit (2)

pelayanan medik spesialis dasar. Jumlah tempat tidur minimal lima puluh (50)

buah. Rumah sakit umum kelas A dan kelas B tenaga pegawainya 1:1 dengan

tempat tidur pasien sedangkan untuk rumah sakit umum kelas C dan kelas D

tenaga pegawainya 2:3 dengan tempat tidur pasien. Dari klasifikasi rumah sakit

A, B, C dan D yang membedakannya adalah pelayanan medik, jumlah tenaga

pegawai dan sumber daya manusia, serta sarana dan prasarana.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Banten merupakan

instansi atau Satuan Kinerja Perangkat Daerah (SKPD) baru yang ada di

lingkungan pemerintahan Provinsi Banten, yang didirikan oleh Gubernur Banten

pada bulan Oktober Tahun 2013 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun

2013 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit

Umum Daerah Provinsi Banten. Sebagai Satuan Kinerja Perangkat Daerah baru

Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Banten dipimpin oleh Direktur yang

mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintah daerah berdasarkan

Page 18: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

3

asas otonomi daerah dan tugas pembangunan pada era desentralisasi,

pembangunan yang telah berkembang di lingkungan pemerintah daerah,

khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Banten semakin besar pula tantangan

dan hambatan yang ada sepanjang masa suatu pemerintahan. Pembangunan

yang terus dilaksanakan pemerintah tidak lain ditujukan kepada peningkatan

kesejahteraan warga masyarakat, oleh karenanya pembangunan yang

dilaksanakan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta dapat dinikmati

oleh seluruh warga masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Banten No.1 Tahun 2013

tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum

Daerah Banten dikarenakan di Provinsi Banten sendiri belum ada rumah sakit

pemerintah Provinsi dan Rumah Sakit Umum Daerah Banten dijadikan sebagai

rumah sakit rujukan dari Kota/Kabupaten. Rumah Sakit Umum Daerah Banten

adalah rumah sakit tipe B yang berarti rumah sakit yang mampu memberikan

pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis.Rumah sakit ini didirikan di

setiap ibukota Provinsi yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit

Kabupaten. Namun ternyata pada temuan lapangan, Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia belum memberikan surat keputusan (SK) tentang legalnya

Rumah Sakit Umum Daerah Banten sebagai rumah sakit bertipe B karena belum

memenuhi syarat indikator rumah sakit tipe B yang meliputi pelayanan medik,

sumber daya manusia, peralatan penunjang, sarana dan prasarana serta

administrasi/manajemen.

Page 19: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

4

Berdasarkan Peraturan Kementerian Kesehatan No.340 Tahun 2010,

Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan

sebagai berikut :

Tabel 1.1 Permenkes No.340 Tahun 2010 tentang RS tipe B

Pelayanan :

a. Empat (4) pelayanan medik spesialis dasar,

b. Empat (4) pelayanan spesialis penunjang medik,

c. Delapan (8) pelayanan medik spesialis lainnya,

d. Dua (2) pelayanan sub spesialis dasar.

Sumber Daya Manusia :

a. Medik dasar minimal dua belas (12) orang dokter umum dab 3 orang

dokter gigi,

b. Medik spesialis dasar minimal tiga (3) orang dokter,

c. Spesialis penunjang medik minimal dua (2) orang dokter,

d. Medik spesialis lain satu (1) orang dokter spesialis dengan masing-

masing empat (4) orang dokter spesialis yang berbeda,

e. Spesialis gigi dan mulut masing-masing satu (1) orang dokter.

f. Medik sub spesialis masing-masing satu (1) orang dokter,

g. Tenaga keperawatan dan tempat tidur 1:1.

Peralatan :

a. Peralatan harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri,

b. Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus berdasarkan perundang-

undangan.

Page 20: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

5

c. Jumlah tempat tidur minimal 200 buah.

Sarana dan prasarana :

Sarana dan prasarana harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri.

Administrasi dan Manajemen :

a. Kepala direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsure

keperawatan, unsure penunjang medis, komite medis, satuan

pemeriksaan internal serta administrasi umum dan keuangan,

b. Tata laksana organisasi standar pelayanan standar operasional prosedur

(SOP), sistem informasi manajemen Rumah Sakit, Hospital and Medical

Staff by laws.

Namun dari beberapa pelayanan yang diberikan RSUD Banten ternyata

masih ada beberapa pelayanan yang belum bisa dilakukan sesuai standar

pelayanan Rumah Sakit tipe B dan sebagai Rumah Sakit Rujukan, diantaranya:

Pelayanan Penunjang Medik yaitu Patologi Anatomi dan Rehabilitasi Klinik,

Pelayanan Medik spesialis lain yaitu Bedah plastik dan kedokteran forensik,

Pelayanan Medik spesialis Gigi dan Mulut (Bedah mulut, konservasi/endodonsi

dan orthodenti), Pelayanan Medik Sub spesialis penyakit dalam, anak dan

obgyn, Pelayanan Kefarmasian yaitu Farmasi Klinik, dan Pelayanan

Penunjang Klinik yaitu belum tersedianya pelayanan Bank Darah. Jumlah

tempat tidur yang tersedia 112 buah sedangkan minimal 200 buah. Fasilitas

pelayanan medik yang belum tersedia karena bangunan gedung RSUD Banten

yang belum rampung dan anggaran dana yang belum tersedia dari pemerintah.

Page 21: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

6

Merujuk pada sumber daya manusia dan administrasi/manajemen yang

ada di lingkungan RSUD Banten berjumlah 781 orang dan terdapat dua jenis

jabatan, yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan struktural terdiri

dari jabatan struktural Eselon II b, Eselon III b, Eselon IV a, serta jabatan

fungsional umum (staf/pelaksana). Sedangkan jabatan fungsional antara lain

dokter, perawat, bidan, apoteker dan lain-lain. Namun jabatan fungsional

tertentu belum terakomodir baik status kepegawaian maupun administrasi

kepegawaiannya. Fitron Nur Ikhsan selaku anggota komisi V DPRD Provinsi

Banten mendesak Plt.Gubernur Banten Rano Karno untuk merombak jajaran

manajemen di RSUD Banten, menurutnya setelah diamati tidak ada satu

alasanpun yang dapat dijadikan dasar mengapa bisa dipertahankan, sejak

berdirinya RSUD Banten tak ada hentinya memproduk masalah padahal RSUD

ini dibutuhkan. Permasalahan RSUD bila terus dibiarkan, tidak bisa

dibayangkan apa jadinya bila semakin hari daftar masalah yang tak juga terurai

dan selesai. Di RSUD Banten membutuhkan leadership agar dapat

memperbaikinya terutama dalam persoalan tipe rumah sakit. Selain itu

persoalan Sumber Daya Manusia (SDM) dimana harus memiliki kapasitas

dimana proses rekrutmennya tidak terkesan main-main atau asal karena Sumber

Daya Manusia (SDM) sebagai pelaksana teknis ketika masyarakat

membutuhkan. Sumber Daya Manusia haruslah berkompetensi sesuai dengan

latar belakang pendidikan atau keahlian. Karena ini berhubungan langsung

dengan tindakan medis atau non medis kepada masyarakat sebagai pasien

(http//: manajemenrumahsakit.netdiakses pada 13/01/2015). Kemudian menurut

Page 22: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

7

Bapak Oman Abdurohman, SKM, SE, selaku MARS Subbagian Diklat dan PEP

di RSUD Banten mengungkapkan kepada peneliti pada November 2015,

beberapa indikator untuk memenuhi standar rumah sakit bertipe B sudah

sebagian tercapai namun banyak juga belum tercapai terutama tenaga pegawai

dikarenakan di beberapa sub bagian tenaga pegawainya sudah terpenuhi tapi

sebagian sub lainnya ada yang tidak terpenuhi. Karena pekerjaannya masih tidak

memenuhi batasan waktu sedangkan dibutuhkan untuk selalu terpenuhi.

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, fasilitas sarana peralatan

penunjang di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Banten belum tersedia.

Fasilitas yang belum tersedia yaitu ruang triase, ruang resusitasi, ruang tindakan,

ruang isolasi, klinik rawat jalan, kamar tindakan, rawat inap, klinik rawat jalan,

kamar tindakan, ruang persiapan, kamar bedah, recovery room, rawat bedah

umum, rawat bedah umum, klinik rawat jalan, perawatan anak, perinatologi,

ruang bayi, kamar tindakana persalinan (VK), kamar operasi kebidanan, ICU

kebidanan, IGD kebidanan, circuit system mesin anestesi, perlengkapan life

support resusitasi dan emergency, alat pelayanan terapi intensif, pelayanan

mikrobiologi, pelayanan patologi anatomi, pelayanan patologi klinik, pelayanan

radiologi, pelayanan rehabilitasi medik, pemulasaran jenazah, dan instalasi gizi.

Hal ini disebabkan karena bangunan gedung yang belum rampung dan anggaran

dana yang belum tersedia untuk memenuhi fasilitas tersebut.

Sarana dan prasarana merupakan salah satu sumber daya upaya

pelaksanaan kinerja, adapun sarana dan prasarana RSUD Banten yaitu bangunan

gedung terletak di pusat ibukota Provinsi Banten dekat dengan pusat

Page 23: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

8

pemerintahan dan fasilitas gedung pemerintah yang lainnya. Memiliki luas

tanah ± 50.000 M² dengan luas bangunan (Perkantoran dan Pelayanan)

Bangunan RSUD Gedung A lantai 1 seluas 1.740 m², Bangunan teras seluas 345

m², Gedung A lantai 2 seluas 1.897 m², Gedung A lantai 3 seluas 1.492 m²,

Bangunan RSUD Gedung B lantai 1 seluas 1,414 m², Bangunan Teras seluas 27

m², Gedung B lantai 2 seluas 1.414 m², Gedung B lantai 3 seluas 1.414 m²,

Gedung B lantai 4 seluas 1.414 m². Sisa tanah yang belum dikembangkan sesuai

dengan Master Plan yang dimiliki, beberapa gedung memerlukan perbaikan dan

peningkatan untuk menunjang pelayanan.

Berdasarkan observasi awal, temuan lapangan di dalam gedung RSUD

terdapat banyak ruangan yang tidak terpakai sesuai fungsinya dikarenakan

kondisi atap yang bobrok dan gelap dapat mengakibatkan bahaya karena atap

yang bobrok dapat jatuh menimpa orang-orang yang melintas ruangan

tersebut.Selain itu, lift untuk umum kondisinya mati sehingga banyak keluarga

pasien bila naik ke lantai atas harus melewati tangga. Menurut Yulia salah satu

orangtua pasien yang dirawat di RSUD Banten menuturkan kepada peneliti

bahwa fasilitas ruang rawat inap kelas III di RSUD Banten jauh dari

kenyamanan karena kondisi ACnya yang mati, sehingga dengan terpaksa ia

memindahkan anaknya ke ruang VIP. Lalu belum tersedianya kantin di RSUD

Banten karena keluarga pasien yang kesulitan untuk mencari kebutuhan untuk

membeli makanan dan minuman serta lainnya. Berdasarkan fakta temuan

lapangan di atas dapat diartikan bahwa masih kurang layak pelayanan yang

diterima oleh pasien dari rumah sakit bertipe B. Seharusnya pihak RSUD

Page 24: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

9

Banten dapat lebih memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan

Permenkes No. 340 tahun 2010.

Berdasarkan penjelasan pemikiran di atas, peneliti tertarik untuk

mengetahui dan melakukan penelitian mengenai Analisis Klasifikasi

Pembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B, yang pada

penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Banten. Untuk

mengetahui terkait teori dan metode dalam penelitian Analisis Klasifikasi

Pembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B ini akan

dibahas pada bab selanjutnya.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan di atas, menandakan banyak

permasalahan yang terjadi di RSUD Provinsi Banten. Dari berbagai pelik

permasalahan yang terdapat dalam latar belakang masalah, peneliti dapat

mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut;

1. Upaya untuk memenuhi dasar penentu RSUD Banten sebagai rumah

sakit tipe B

2. Upaya bagaimana pemenuhan standar-standar klasifikasi B.

3. Dokumen-dokumen pendirian RSUD Banten belum mendukung.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian yang ada dalam latar belakang dan

identifikasi masalah, membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai Klasifikasi Pembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah

Page 25: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

10

Sakit Tipe B. Akan tetapi, mengingat keterbatasan waktu, dana, dan tenaga

maka tidak mungkin mengkaji semua permasalahan yang ada. Oleh karena itu

peneliti membatasi pengkajian ini pada satu masalah, yakni;

Mengidentifikasi dan mengkaji secara lebih mendalam mengenai indikator-

indikator rumah sakit bertipe B di RSUD Provinsi Banten.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan latar belakang masalah di atas,

maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: Bagaimana

proses pembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai

Klasifikasi Pembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B.

Selain itu penelitian ini diajukan sebagai salah satu tugas akhir dan syarat untuk

memperoleh gelar sarjana ilmu sosial pada konsentrasi kebijakan publik,

program studi ilmu administrasi negara.

1.6 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas setidaknya ada dua manfaat yaitu

manfaat teoritis dan manfaat praktis diantaranya:

1. Secara teoritik hasil penelitian ini akan diperoleh pemahaman

baru yang terkait dengan Analisis Klasifikasi RSUD Provinsi

Page 26: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

11

Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B khususnya teori-teori

analisis, manajemen strategi. Sehingga ada keterbukaan

informasi publik, khususnya mahasiswa Ilmu Administrasi

Negara mengenai RSUD Provinsi Banten.

2. Secara praktisi diharapkan memberikan sumbangan pemikiran

terhadap para penyelenggara pemerintahan daerah, khususnya

dalam rangka pengklasifikasian pembentukan RSUD Provinsi

Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Latar belakang masalah menjelaskan mengapa peneliti

mengambil judul penelitian tersebut, juga menggambarkan ruang

lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti yang tentunya

relevan dengan judul yang diambil. Materi dari uraian ini, dapat

bersumber dari hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya, hasil

seminar ilmiah, hasil pengamatan, pengalaman pribadi, dan

intuisi logik.Latar belakang timbulnya masalah perlu diuraikan

secara jelas, faktual dan logik.

1.2. Identifikasi Masalah

Mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari

judul penelitian atau dengan masalah atau variable yang akan

Page 27: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

12

diteliti. Identifikasi masalah biasanya dilakukan pada studi

pendahuluan pada objek yang diteliti, observasi dan wawancara

ke berbagai sumber sehingga semua permasalahan dapat

diidentifikasi.

1.3. Batasan Masalah

Menetapkan masalah yang paling penting dan berkaitan dengan

judul penelitian.Kalimat yang biasa dipakai dalam pembatasan

masalah ini adalah kalimat pernyataan.

1.4. Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah mendefinisikan permasalahan yang

telah ditetapkan dalam bentuk definisi konsep dan definisi

operasional.

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin

dicapai dengan dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah

yang telah dirumuskan.Isi dan rumusan tujuan penelitian sejalan

dengan isi dan rumusan masalah.

1.6. Manfaat Penelitian

Menggambarkan tentang manfaat penelitian baik secara praktis

maupun teoritis.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan menjelaskan tentang isi bab perbab.

Page 28: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

13

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1. Deskripsi Teori

Mengkaji berbagai teori yang relevan dengan permasalahan

variabel penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan

rapi yang digunakan untuk merumuskan masalah.

2.2. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran penelitian

sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan

kepada pembaca.

2.3. Asumsi Dasar Penelitian

Menyajikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan

dalam bentuk pertanyaan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Sub bab ini menjelaskan metode yang digunakan dalam

penelitian

3.2. Instrumen Penelitian

Sub bab ini menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis

alat pengumpul data yang digunakan. Dalam penelitian kuantatif

instrumennya adalah keusioner, angket dan lain sebagainya.

Page 29: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

14

3.3. Penentuan Informan

Sub bab ini menjelaskan tentang orang yang dijadikan sumber

untuk mendapatkan data dan sumber yang diperlukan dalam

penelitian. Dapat diperoleh dari kunjungan lapangan yang

dilakukan di lokasi penelitian, dipilih secara purposive dan

bersifat snowball sampling.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Menguraikan teknik pengumpulan data hasil penelitian dan cara

menganalisis yang telah diolah dengan menggunakan teknik

pengolahan data sesuai dengan sifat data yang diperoleh, melalui

pengamatan, data pada kuesioner, angket, wawancara,

dokumentasi dan bahan-bahan visual.

3.5. Teknik Analisis Data

Sub bab ini menggambarkan tentang proses penyederhanaan data

ke dalam formula yang sederhana dna mudah dibaca serta mudah

diinterpretasi, maksudnya analisis data di sini tidak saja

memberikan kemudahan interpretasi, tetapi mampu memberikan

kejelasan makna dari setiap fenomena yang diamati, sehingga

implikasi yang lebih luas dari hasil penelitian dapat dijadikan

sebagai bahan simpulan akhir penelitian. Analisis data dapat

dilakukan melalui pengkodean dan berdasarkan kategorisasi data.

Page 30: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

15

3.6. Keabsahan Data

Sub bab ini menggambarkan sifat keabsahan data dilihat dari

objektifitas dalam subjektivitas. Untuk dapat mendapat data yang

objektif berasal dari unsur subjektivitas objek penelitian, yaitu

bagaimana menginterpretasikan realitas sosial terhadap

fenomena-fenomena yang ada.

3.7. Lokasi Penelitian

Tempat yang dijadikan penelitian, dalam hal ini adalah

Sekretariat DPRD Provinsi Banten, khususnya Pegawai di

Sekretarian DPRD Provinsi Banten.

3.8. Jadwal Penelitian

Menjelaskan tentang tahapan waktu penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi

penelitian secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau

sampel yang telah ditentukan serta hal lain yang berhubungan

dengan objek penelitian.

4.2. Hasil Penelitian

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah

dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif.

4.3. Pembahasan

Merupakan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data.

Page 31: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

16

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat,

jelas, sejalan dan sesuai dengan permasalahan serta hipotesis

penelitian.

5.2. Saran

Berisi rekomendasi dari peneliti terhadap tindak lanjut dari

sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara

teoritis maupun praktis.

DAFTAR PUSTAKA

Memuat daftar referensi (literatur lainnya) yang digunakan dalam

penyusunan skripsi, daftar pustaka hendaknya menggunakan literatur

yang mutakhir.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Memuat tentang hal-hal yang perlu dilampirkan untuk menunjang

penyusunan skripsi, seperti Lampiran table-tabel, Lampiran grafik,

Instrumen penelitian, Riwayat hidup peneliti, dll.

Page 32: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR,

DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Definisi Kebijakan Publik

Pada penelitian ini mengenai analisis Klasifikasi Pembentukan

RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B yang didirikan

menurut Peraturan Daerah No.1 Tahun 2013 tentang Pembentukan

Struktur Organisasi dan Tata Kerja RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah

Sakit Umum tipe B. Karena Rumah Sakit Umum tipe B bagian dari sebuah

kebijakan yang diatur oleh pemerintah Provinsi Banten, maka sebelum

menganalisis lebih jauh mengenal bagaimana konsep kebijakan publik,

kita perlu mengkaji terlebih dahulu mengenai definisi dari kebijakan

publik itu sendiri. Dalam penelitian Analisis Klasifikasi Pembentukan

RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B tentu tidak terlepas

dari bagian dalam proses perumusan kebijakan publik, untuk itu sebaiknya

lebih dulu memahami definisi kebijakan dan konsep kebijakan publik.

Sumber-sumber yang berasal dari para ahli yang memberikan beberapa

pengertian dari definisi kebijakan, yaitu ;

Page 33: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

18

Kebijakan (policy) mengandung arti yang bermacam-macam.

Menurut kamus Bahasa Indonesia kebijakan merupakan sebagai rangkaian

konsep pokok dan asas yang menjadi garis besar dalam pelaksanaan suatu

pekerjaan atau suatu konsep dasar yang jadi pedoman dalam

melaksanakan suatu kepemimpinan dan cara bertindak.

Selain itu, definisi kebijakan lainnya diungkapkan oleh Suharto

(2008:3) dalam bukunya “kebijakan sosial sebagai kebijakan publik”,

yang menjelaskan bahwa:

“Kebijakan (policy) adalah sebuah instrument pemerintahan, bukan sajadalam arti government yang hanya menyangkut aparatur negara,melainkan pada governance yang menyentuh pengelolaan sumber dayapublik.Kebijakan pada intinya merupakan keputusan-keputusan ataupilihan-pilihan tindakan yang secara langsung mengatur pengelolaan danpendistribusian sumber daya alam, finansial dan manusia demikepentingan publik yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atauwarga negara.Kebijakan merupakan hasil dari adanya sinergi, kompromiatau bahkan kompetisi antara berbagai gagasan, teori, ideology, dankepentingan-kepentingan yang mewakili sistem politik suatu negara.

Pengertian di atas memberikan gambaran pada kita bahwa

kebijakan merupakan alat yang digunakan pemerintah yang juga

memperhatikan sumber daya yang dimiliki untuk kepentingan publik.

Definisi kebijakan lainnya dikemukakan oleh Lasswelldan Parsons

(2005:17) yaitu:

“Kata kebijakan (policy) umumnya dipakai untuk menunjukkanpilihan terpenting yang diambil baik dalam kehidupan organisasi atauprivat.Kebijakan bebas dari konotasi yang dicakap dalam kata politis(political) yang sering kali diyakini mengandung makna keberpihakan dankorupsi.

Definisi kebijakan menurut Lasswell memberikan pengertian

bahwa kebijakan diyakini bebas dari unsur politis yang kerap dimaknai

17

Page 34: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

19

sebagai sebuah konsolidasi.Kebijakan merupakan pilhan penting dalam

organisasi.

Berbeda dengan pandangan Dunn (2003:51) dalam bukunya

“Pengantar Analisis Kebijakan Publik”, beliau mendefinisikan kata

kebijakan dari asal katanya. Secara etimologis, istilah policy atau

kebijakan berasal dari bahasa Yunani, Sanksekerta dan Latin, akar kata

dalam bahasa Yunani dan Sanksekerta yaitu polis (Negara-Kota) dan pur

(Kota).

Pengertian kebijakan berikutnya dikemukakan oleh Anderson

(dalam Islamy 1991:17), yaitu:

“A purposive course of action followed by an actor or set of actorsin dealing with a problem or matter of cancern.”

Sedangkan menurut Jones (dalam Winarno 2002:14), istilah

kebijakan digunakan dalam praktek-praktek sehari-hari.Namun, digunakan

untuk menggantikan kegiatan atau keputusan yang berbeda.Istilah ini

sering dipertukarkan dengan tujuan, program, keputusan, standar, proposal

dan grand design.Secara umum, istilah kebijakan dipergunakan untuk

menunjuk perilaku seorang aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.

Menurut Dunn (dalam Wicaksono 2006:64) menjelaskan bahwa

kebijakan publik ialah pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-

pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan

untuk tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah.

Page 35: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

20

Pengertian kebijakan publik menurut Dye (dalam Agustino

2007:166) “bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh

pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan”. Melalui definisi ini kita

mendapat pemahaman bahwa terdapat perbedaan antara apa yang akan

dikerjakan pemerintah dan apa saja sesungguhnya harus dikerjakan oleh

pemerintah.

Kemudian menurut Rose (dalam Agustino 2007:166) berupaya

mendefinisikan kebijakan publik sebagai “sebuah rangkaian panjang dari

banyak atau sedikit kegiatan yang saling berhubungan dan memiliki

konsekuensi bagi yang berkepentingan sebagai keputusan yang berlainan.

Definisi lain mengenai kebijakan publik pun ditawarkan oleh

Friedrich (dalam Agustino 2006:41) menyatakan bahwa:

“Serangkaian kegiatan atau tindakan atau kegiatan yang diusulkanoleh seseorang kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentudimana terdapat hambatan dan kemungkinan dimana kebijakan tersebutdiusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yangdimaksud.”

Maksud dari kebijakan sebagai bagian dari kegiatan, Fridrich

menambahkan ketentuan bahwa kebijakan tersebut berhubungan dengan

penyelesaian beberapa maksud atau tujuan. Meskipun maksud dan tujuan

dari kegiatan pemerintah tidak selalu mudah untuk dilihat, tetapi ide

bahwa kebijakan melibatkan perilaku yang mempunyai maksud,

merupakan bagian penting dari definisi kebijakan bagaimanapun juga

kebijakan harus menunjukkan apa yang sesungguhnya dikerjakan dari

pada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah.

Page 36: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

21

Kebijakan publik adalah keputusan politik yang dikembangkan

oleh badan dan pejabat pemerintah.Karakteristik ini dijelaskan oleh Easton

(dalam Islamy 1991:19) yang menegaskan bahwa hanya pemerintah yang

secara sah dapat berbuat sesuatu pada masyarakat dan pilihan pemerintah

untuk melakukan sesuatu tersebut dirupakan dalam bentuk pengalokasian

nilai-nilai pada masyarakat.Hal ini disebabkan karena pemerintah

termasuk ke dalam para penguasa suatu sistem politik yang terlibat dalam

masalah sehari-hari yang telah menjadi tanggungjawab atau peranannya.

Definisi lain dari kebijaksanaan Negara (Isalamy 1991:20) adalah

serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah

byang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi

kepentingan masyarakat. Sebagai keputusan yang mengikat publik, maka

kebijakan publik harusnya dibuat oleh otoritas politik, yakni mereka yang

menerima mandat dari publik atau orang banyak, umumnya melalui suatu

proses pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat banyak. Selanjutnya

kebijakan publik akan dilaksanakan oleh administrasi negara yang

dijalankan oleh administrasi pemerintah.

Menurut Brigman dan Davis (dalam Suharto 2008:3) kebijakan

publik pada umumnya mengandung pengertian mengenai “Whatever

government choose to do or not to do” (kebijakan publik adalah apa saja

yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan).

Berdasarkan beberapa definisi kebijakan publik diatas dapat

peneliti disimpulkan kebijakan publik adalah serangkaian kegiatan dengan

Page 37: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

22

pola ketergantungan yang kompleks yang mempunyai maksud atau tujuan

tertentu dengan berbagai pilihan untuk dilakukan atau tidak dilakukan

melaluti tiga kegiatan pokok yaitu formulasi, implementasi dan evaluasi

kebijakan dalam rangka menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat.

Kebijakan publik juga ditunjukkan pada tindakan yang mempunyai

maksud dan tujuan tertentu dari pada perilaku yang berubah acak,

kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan

yang dilakukan oleh pejabat pemerintah dari pada keputusan yang

terpisah-pisah, kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya

dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur masyarakat untuk

kesejahteraan masyarakat luas, bukan apa maksud yang dikerjakan atau

yang akan dikerjakan. Dengan demikian, dari beberapa definisi kebijakan

diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah rangkaian konsep

pokok yang menjadi garis besar dalam pelaksanaan suatu pekerjaan yang

mengandung program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek

yang terarah bercirikan konsistensi dan pengulangan tingkah laku dari

mereka yang memenuhi keputusan tersebut.

2.1.2 Tahap-tahap Kebijakan Publik

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang

kompleks karena melibatkan banyak proses maupun vartikel yang harus

dikaji. Oleh karena itu beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk

mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan kebijakan

publik ke dalam beberapa tahap-tahap.Tujuan pembagian seperti ini adalah

Page 38: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

23

untuk memudahkan kita dalam mengkaji kebijakan publik.Namun demikia

beberapa ahli mungkin membagi tahap-tahap ini dengan urutan yang

berbeda. Tahap-tahap kebijakan publik menurut Dunn (dalam Winarno,

2007:32-34) adalah sebagai berikut :

a. Tahap penyusunan agendaPara pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalahpada agenda publik.Sebelumnya masalah ini berkompetisiterlebih dahulu untuk masuk ke dalam agenda kebijakan.Padaakhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan padaperumus kebijakan. Pada tahap ini mungkin suatu masalahtidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lainditetapkan menjadi focus pembahasan, atau adapula masalahkarena alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

b. Tahap formulasi kebijakanMasalah yang tidak masuk ke dalam agenda kebijakan kemudiaditulis oleh para pembuat kebijakan.Masalah-masalah tadididefinisikan untuk kemudia diberi pemecahan masalahterbaik.Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagaialternative atau pilihan kebijakan (policy alternative/ policyoptions) yang ada.Dalam perumusan kebijakan masing-masingalternative bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yangdiambil untuk memecahkan masalah.Dalam tahap ini masing-masing actor dapat bersaing untuk mengusulkan pemecahanmasalah terbaik.

c. Tahap Adopsi KebijakanDari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan paraperumus kebijakan.Pada tahap ini aka nada beberapa analisisdan peramalan untuk mendapatkan alternatif kebijakan.Padaakhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsidengan dukungan dari mayoritas legislative, consensus antaradirektur lembaga atau putusan peradilan.

d. Tahap Implementasi KebijakanSuatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatanelit jika program tersebut tidak diimplementasikan. Kebijakanyang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasiyang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia.

Page 39: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

24

Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akanbersaing.

e. Tahap Evalusasi KebijakanDalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilaiatau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yangdibuat untuk meraih dampak yang diinginkan.

2.1.3 Pengertian Analisis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer karangan

Salim dan Sali (dalam Ningsih 2014:23) menjabarkan pengertian analisis

sebagai berikut :

a. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa(perbuatan, karangan dan sebagainya) untuk mendapatkan faktayang tepat (asal usul sebab, penyebab sebenarnya, sebagainya)

b. Analisis adalah penguraian pokok persoalan atas bagian-bagian, penelaahan bagian-bagian tersebut dan hubungan antarbagian untuk mendapatkan pengertian yang tepat denganpemahaman secara keseluruhan.

c. Analisis adalah penjabaran (pembentangan) suatu hal, dansebagainya setelah ditelaah secara seksama.

d. Analisis adalah proses pemecahan masalah yang dimulaidengan hipotesis (dugaan, dan sebagainya) sampai terbuktikebenarannya melalui beberapa kepastian (pengamatan,percobaan dan sebagainya)

e. Analisis adalah proses pemecahan masalah (melalui akal) kedalam bagian-bagiannya berdasarkan metode yang konsistenuntuk mencapai pengertian tentang prinsip-prinsip dasarnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Subarso dan

Retnoningsih (dalam Ningsih 2014:24), analisis adalah penyelidikan

terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk

Page 40: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

25

mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab, duduk perkara dan

sebagainya).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan

Nasional (dalam Ningsih 2014:24) menjelaskan bahwa analisis adalah

penyelidikan terhadap suatu peristiwa.

Dari pengertian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

analisis adalah serangkaian aktivitas intelektual yang bertujuan untuk

penyelidikan suatu keadaan, mengkaji dan memberikan alternatif pada

suatu peristiwa atau keadaan yang akan atau telah terjadi untuk

memecahkan masalah.

Kemudian pengertian analisis kebijakan dari para ahli yaitu;

menurut Bauer (dalam Dunn 2003:1) analisis kebijakan adalah aktivitas

menciptakan pengetahuan tentang dan dalam proses pembuatan kebijakan.

Menurut William (dalam Nugroho, 2012:328) analisis kebijakan

adalah sebuah cara penyintesian informasi, termasuk hasil-hasil penelitian,

untuk menghasilkan format keputusan kebijakan dan menentukan

informasi yang relevan dengan kebijakan.

Menurut Dunn (dalam Nugroho, 2012:299) analisis kebijakan

publik adalah aktivitas adalah intelektual dan praktis yang ditujukan untuk

menciptakan, secara kritis menilai, mengkomunikasikan pengetahuan

tentang dan dalam proses kebijakan. Analisis kebijakan adalah disiplin

ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode pengkajian

multiple dalam konteks argumentasi dan debat politik untuk menciptakan,

Page 41: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

26

secara kritis menilai, dan mengomunikasikan pengetahuan yang relevan

dengan kebijakan. Mengikuti Dunn, metode analisis kebijakan

menggabungkan lima prosedur umum yang lazim dipakai dalam

pemecahan masalah, yaitu :

1. Definisi, menghasilkan informasi mengenai kondisi-kondisiyang menimbulkan masalah kebijakan.

2. Prediksi, menyediakan informasi mengenai konsekuensi dimasaa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan, termasukjika tidak melakukan sesuatu.

3. Preskripsi, menyediakan informasi mengenai nilai konsekuensialternatif kebijakan di masa mendatang.

4. Deskripsi, menghasilkan informasi tentang konsekuensisekarang dan masa lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan.

5. Evaluasi, kegunaan alternatif kebijakan dalam memecahkanmasalah.

Secara visual dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Proses Analisis Kebijakan menurut Dunn

Analisis kebijakan diambil dari berbagai macam disiplin ilmu

dengan tujuan memberikan informasi yang bersifat deskriptif, evaluatif,

dan atau preskriptif (Nugroho 2012:306). Analisis kebijakan menjawab

tiga macam pertanyaan, yaitu:

1. Nilai yang pencapaiannya merupakan tolak ukur utama untukmenilai apakah suatu masalah sudah teratasi?

2. Fakta yang keberadaannya dapat membatasi atau meningkatkanpencapaian nilai-nilai.

Definisi Prediksi Preskirpsi Deskripsi Evaluasi

Page 42: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

27

3. Tindakan yang penerapannya dapat menghasilkan pencapaiannilai-nilai.

Untuk menjawabnya, (Nugroho 2012:307) analisis kebijakan dapat

menggunakan salah satu atau kombinasi dari ketiga pendekatan analisis

ini, yakni empiris, valuatif, dan atau normative.

Ketiga pendekatan tersebut dipaparkan dalam table sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Pendekatan Analisis Kebijakan

Pendekatan Pertanyaan Utama Tipe Informasi

Empiris Adakah dan akankah (fakta)? Deskriptif & Preskriptif

Valuatif Apa manfaatnya (nilai)? Evaluatif

Normatif Apakah yang harus diperbuat (aksi)? Preskriptif

Analisis kebijakan juga dapat dibedakan menjadi prospektif atau

expost yang berupa produksi dan transformasi informasi sebelum aksi

kebijakan dimulai dan diimplementasikan; dan analisis retrospektif atau

exante adalah produksi dan transformasi informasi sesudah aksi

kebijakan.Diantara keduanya, Dunn menyebut analisis terintegrasi, yaitu

produksi dan transformasi informasi baik sebelum maupun sesudah aksi

kebijakan (Nugroho 2012:307).

Page 43: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

28

2.1.4. Analisis Kebijakan Versi Dunn

Dalam proses analisis kebijakan menurut Dunn (2003:25) ada

beberapa tahapan, yaitu:

1. Merumuskan Masalah

Masalah kebijakan adalah nilai, kebutuhan, atau kesempatan

yang belum terpenuhi, yang dapat diidentifikasi, untuk

kemudian diperbaiki atau dicapai melalui tindakan publik.

Masalah kebijakan mempunyai ciri-ciri :

a. Terdapat saling ketergantungan antar masalah kebijakan,b. Mempunyai subjektivitas,c. Buatan manusia karena merupakan produk penilaian

subjektif dari manusia, dand. Bersifat dinamis.Fase-fase perumusan masalah kebijakan (Dunn 2003:226)

disusun sebagai berikut :

1. Pencarian masalah (problem search)2. Pendefinisian masalah (problem definition)3. Spesifikasi masalah (problem specification)4. Pengenalan masalah (problem sensing)

Untuk menuju analisis kebijakan, sejak perumusan masalah sudah

harus dikenali model-model kebijakan (Dunn 2003:234-241) yaitu :

1. Model deskriptif, yang bertujuan menjelaskan dan ataumemprediksi sebab-sebab dan konsekuensi-konsekuensi pilihankebijakan.

2. Model normatif, yang selain bertujuan sama dengan modeldeskriptif, juga memberikan rekomendasi untuk meningkatkanpencapaian nilai atau kemanfaatan.

3. Model verbal, yakni bersandar pada penilaian nalar untukmembuat prediksi dan menawarkan rekomendasi.

Page 44: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

29

4. Model simbolis, yaitu analisis menggunakan simbol-simbolmatematis untuk menerangkan hubungan diantara variabel-variabel kunci yang dipercaya mencari suatu masalah.

5. Model procedural, yaitu menampilkan hubungan yang dinamisdiantara variabel-variabel yang diyakini menjadi cirri suatumasalah kebijakan.

6. Model sebagai pengganti dan perspektif, yaitu dimensi terakhiryang penting dari model-model kebijakan berhubungan denganasumsi mereka. Model pengganti (surrogate model)diasumsikan sebagai pengganti dari masalah-masalahsubstantif.

2. Peramalan masa depan Kebijakan

Mengutip Dunn (2003:291) peramalan atau forecasting adalah

suatu prosedur untuk membuat informasi factual tentang situasi sosial di

masa depan atas dasar informasi yang telah ada tentang masalah

kebijakan. Peramalan dapat menyediakan pengetahuan yang relevan

dengan kebijakan tentang masalah yang akan terjadi di masa mendatang

sebagai akibat dari diambilnya alternatif, termasuk tidak melakukan

sesuatu (Dunn 2003:26). Ramalan memiliki tiga (3) bentuk utama, yakni

proyeksi, prediksi, dan perkiraan (Dunn 2003:291-292), yaitu :

1. Peramalan ekstrapolasi, yaitu ramalan yang didasarkan atasekstrapolasi hari ini ke masa depan, dan produknya disebutproyeksi. Teknik yang dapat dipergunakan antara lain analisisantarwaktu, estimasi tren linear, pembobotan eksponansial,transformasi data, katastrofi metodologi. Proyeksi membuatpernyataan yang tegas berdasarkan argument yang diperolehdari metode tertentu dengan kasus yang paralel. Peramalan inimenggunakan tiga asumsi dasar, yaitu : persistensi (pola yangdiamati di masa lampau akan tetap ditemui di masa depan),keteraturan (visi di masa lalu sebagaimana ditunjukan olehkecenderungannya akan terulang secara ajek di masa depan),dan reabilitas validitas data.

Page 45: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

30

2. Peramalan teoritis, yaitu ramalan yang didasarkan pada suatuasumsi teoritik yang tegas, dan produknya disebut prediksi.Teknik yang dapat digunakan antara lain pemetaan teori, modelkausal, analisis regresi, estimasi titik dan interval, analiskorelasi. Apabila pada peramalan ekstrapolatif menggunakanlogika induktif, pada peramalan teoritis menggunakan logikadeduktif.

3. Peramalan penilaian pendapat, yaitu ramalan yang didasarkanpada penilaian informative para ahli atau pakar tentang situasimasyarakat masa depan, dan produknya disebut perkiraan(conjecture). Teknik peramalan penilaian pendapat(judgemental forecasting) berusaha memperoleh danmenyintesiskan pendapat-pendapat para ahli. Logika yangdigunakan bersifat retroduktif karena analisis dimulai dengandugaan tentang sesuatu keadaan, dan kemudian berbalik kedata atau asumsi yang dipergunakan untuk mendukung dugaantersebut. Meskipun pada praktiknya ketika logika tersebutinduktif, deduktif, dan retroduktif, tidak dipisahkan satu samalain.

Peramalan mempunyai sejumlah tantangan (Dunn 2003:294-295),yaitu :

(i) akurasi ramalan, yaitu ketepatan dari ramalan yang relatifsederhana yang didasarkan pada ektrapolasi ataskecenderungan sebuah variabel maupun ramalan yangkompleks berdasar model-model yang memasukan ratusanvariabel masih terbatas.

(ii) kondisi komparatif masa depan, ketepatan prediksi yangdidasarkan pada model teoritik yang kompleks atas ekonomidan sistem sumber daya energi tidak lebih tinggi disbandingketepatan proyeksi dan konjektur yang dibuat atas dasar modelekstrapolasi sederhana dan penilaian informatif (oleh pakar).

(iii) konteks, yaitu konteks institusional, temporal danhistorical. Masa depan pun terdiri tiga jenis, yaitu masa depanyang potensial atau sering disebut masa depan alternatif, masukakal (plausible), dan normatif, yang merupakan gabunganantara potensial, dan plausible.

Page 46: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

31

3. Rekomendasi Kebijakan

Mengutip dari Dunn (2003:405) prosedur dari analisis kebijakan

dari rekomendasi memungkinkan informasi tentang kemungkinan

serangkaian aksi di masa mendatang untuk menghasilkan konsukuensi

yang berharga bagi individu, kelompok, atau masyarakat

seluruhnya.Untuk membuat rekomendasi kebijakan juga mengharuskan

kita menentukan alternatif mana yang paling baik.Rekomendasi membantu

mengestimasi tingkat resiko dan ketidakpastian, mengenali eksternalitas

dan akibat ganda, menentukan kriteria dalam pembuatan pilihan, dan

menentukan pertanggungjawaban administratif bagi implementasi

kebijakan (Dunn, 2003:27).

Membuat rekomendasi kebijakan menentukan alternatif yang

terbaik dan alasannya karena prosedur analisis kebijakan berkaitan dengan

masalah etika dan moral. Rekomendasi pada dasarnya adalah pernyataan

eksternal, dan advokasi mempunyai empat pertanyaan yang harus dijawab

(Dunn, 2003:406), yaitu :

1. Dapat ditindaklanjuti (actionable), yaitu pernyataan advokatifmemusatkan pada tindakan yang dapat menyelesaikan masalahkebijakan.

2. Bersifat prospektif, karena pernyataan tersebut dibuat sebelumdilakukan tindakan.

3. Bermuatan nilai, bahwa alternatif bergantung pada “fakta” danjuga pada nilai.

4. Etik secara kompleks, yaitu nilai-nilai yang mendasaripernyataan advokatif secara etika kompleks.

Dalam menentukan alternatif kebijakan (Dunn, 2003:416-417),

salah satu pendekatan yang paling banyak dipergunakan adalah

Page 47: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

32

pendekatan rasionalitas. Namun, rasionalitas juga berarti multirasionalitas,

yang berarti terdapat dasar-dasar rasional ganda yang mendasari sebagian

besar pilihan-pilihan kebijakan, yaitu :

a. Rasionalitas teknis, berkenaan dengan pilihan efektif.b. Rasionalitas ekonomis, berkenaan dengan efisiensi.c. Rasionalitas legal, berkenaan dengan legalitas.d. Rasionalitas sosial, berkenaan dengan akseptabilitas.e. Rasionalitas substantive, yang merupakan kombinasi keempat

rasionalitas di atas.Karakteristik utama dari berbagai bentuk rasionalitas tersebut

adalah bahwa semuanya melakukan pemilihan secara bernalar tentang

perlunya mengambil arah tindakan tertentu untuk memecahkan masalah

kebijakan.Di luar model rasionalitas di atas (Dunn, 2003:417)

menyarankan rasionalitas komprehensif, yang merupakan upaya

penyingkronisasi seluruh model rasionalitas di atas.Rasionalitas bertemu

dengan realitas bahwa alternatif pada akhirnya terbatas karena adanya

nilai-nilai individual yang lebih banyak mempengaruhi dan batas-batas

pengetahuan. Menurut Simon (dalam Nugroho, 2012:317)

memperkenalkan konsep yang lebih “moderat”, yaitu satisfactory dan

sufficiency. Di sini pengambilan alternatif tidak dipaksakan pada alternatif

terbaik maksimal, namun alternatif yang terbukti akan menghasilkan suatu

kenaikan manfaat yang paling memuaskan. Rekomendasi mempunyai

enam (6) kriteria utama, beberapa tipe pilihan rasional dapat diletakkan

sebagai kriteria keputusan yang digunakan untuk menyarankan pemecahan

masalah kebijakan (Dunn 2003:429), yaitu :

Page 48: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

33

1. Efektivitas, berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapaihasil yang diharapkan atau mencapai tujuan dari diadakantindakan.

2. Efisiensi, berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukanuntuk menghasilkan tingkat efektivitas yang dikehendaki.

3. Kecukupan, berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkatefektivitas memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan yangmenumbuhkan adanya masalah.

4. Perataan (equity), berkenaan dengan pemerataan distribusimanfaat kebijakan.

5. Responsivitas, berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakandapat memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok-kelompok masyarakat yang menjadi target kebijakan.

6. Kelayakan (appropriateness), berkenaan dengan pertanyaanapakah kebijakan tersebut tepat untuk suatu masyarakat.

4.Pemantauan Hasil Kebijakan

Pemantauan hasil kebijakan atau biasa disebut monitoring

merupakan prosedur analisis kebijakan yang digunakan untuk memberikan

informasi tentang sebab akibat kebijakan publik (Dunn, 2003:509).

Pemantauan setidaknya memainkan empat (4) fungsi dalam analisis

kebijakan yaitu : kepatuhan (compliance), akuntansi, pemeriksaan, dan

eksplanasi (Dunn, 2003:510).

Hasil kebijakan dibedakan antara keluaran (outputs), yaitu produk

layanan yang diterima kelompok sasaran kebijakan, impak (impact), yaitu

perubahan perilaku yang nyata pada kelompok sasaran kebijakan (Dunn,

2003:513).

Dunn (2003:514) membedakan jenis tindakan kebijakan menjadi

dua (2), yakni kebijakan regulatif, yaitu tindakan kebijakan yang

dirancang untuk menjamin kepatuhan terhadap standar atau prosedur

Page 49: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

34

tertentu, dan kebijakan alokatif yaitu tindakan mengalokasikan sumber

daya tertentu pada sasaran kebijakan.Baik kebijakan regulative maupun

alokatif dapat memberikan akibat yang bersifat distributif ataupun

redistributif.

Pemantauan sangat penting dalam analisis kebijakan.Untuk itu ada

beberapa pendekatan dalam pemantauan yang dapat dipilah menjadi

beberapa pendekatan yaitu; akuntansi sistem sosial, eksperimental sosial,

auditing sosial, dan sistesis riset praktek, pendekatan tersebut dapat

menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif (Dunn, 2003:519).

5. Evaluasi Kinerja Kebijakan

Evaluasi kebijakan publik merupakan bagian dari proses analisis

kebijakan. Menurut Dunn (2003:632) fungsi evaluasi dalam analisis

kebijakan adalah menyediakan informasi yang valid dan dapat dipercaya

mengenai kinerja kebijakan, kemudian memberikan kejelasan dan kritik

nilai-nilai yang mendasari pilihan tujuan, sasaran, dan penyediaan

informasi bagi perumusan masalah dan inferensi praktis.

Dunn (2003:612) mengembangkan tiga (3) pendekatan dalan

evaluasi kebijakan, yakni evaluasi semu, evaluasi formal dan evaluasi

teoritis. Evaluasi semu adalah pendekatan yang menggunakan metode-

metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat

dipercaya mengenai hasil kebijakan tanpa berusaha menanyakan tentang

manfaat atau nilai dari hasil-hasil pada target kebijakan. Evaluasi semu

berasumsi bahwa ukutan tentang manfaat atau nilai merupakan sesuatu

Page 50: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

35

yang terbukti sendiri atau self evident atau tidak kontroversial.Evaluasi

formal merupakan pendekatan yang menggunakan metode-metode

deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan cepat dipercaya

mengenai hasil kebijakan, namun mengevaluasi hal tersebut atas tujuan

program kebijakan yang telah diumumkan secara formal oleh pembuat

kebijakan.Evaluasi keputusan teoritis (Decission Theoritic

Evaluation)adalah pendekatan yang menggunakan metode-metode

deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid dan dapat

dipertanggungjawabkan mengenai hasil kebijakan yang secara eksplisit

dinilai oleh berbagai macam. Model evaluasi menurut Dunn (2003:610)

sebagai berikut:

(i) Efektivitas(ii) Efisiensi(iii)Kecukupan(iv)Perataan (equity)(v) Responsivitas(vi)KetepatanEvaluasi memiliki fungsi penting dalam kebijakan, pertama,

evaluasi memberik informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai

kinerja kebijakan.Kedua, evaluasi member sumbangan pada klarifikasi dan

kritik tehadap nilai-nilai yang mendasari target dan tujuan (Dunn,

2003:609-610).

2.1.5. Analisis Kebijakan Versi SWOT

Selain dengan menggunakan pendekatan teori analisis kebijakan

menurut Dunn di atas, analisis kebijakan publik dapat dilakukan dengan

Page 51: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

36

menggunakan metode analisis SWOT. Analisis SWOT adalah instrumen

yang digunakan untuk melakukan analisis strategis dari sebuah kebijaka

yang telah dibuat untuk diterapkan. Menurut Simbolon (1999), analisis

merupakan suatu alat yang membantu menstrukturkan masalah, dengan

melakukan analisis atas strategis, yang lazim disebut sebagai lingkungan

eksternal. Lingkungan internal dan eksternal pada dasarnya terdapat empat

unsure yang dihadapi dan memiliki sejumlah kekuatan-kekuatan

(Strengths) dan kelemahan-kelemahan (Weakness), dan secara eksternal

akan berhadapan dengan berbagai peluang-peluang (Opportunities) dan

ancaman-ancaman (Threats).

Kegiatan yang paling penting dalam memahami analisis SWOT

adalah memahami seluruh informasi dalam suatu kasus, menganalisis

situasi untuk mengetahui isu apa yang sedang terjadi dan memutuskan

tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah

(Rangkuti, 2001:14). SWOT merupakan singkatan dari strengths

(kekuatan-kekuatan), weakness (kelemahan-kelemahan), opportunities

(peluang-peluang), dan threat (ancaman-ancaman). Pengertian kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman dalam analisis SWOT (Amin, 1994:75)

adalah sebagai berikut :

1. Kekuatan (strengths). Kekuatan sumber daya, keterampilankeunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan daripasar atau suatu perusahaan.

2. Kelemahan (weakness) adalah keterbatasan/kekurangan dalamsumber daya alam, keterampilan dan kemampuan.

3. Peluang (opportunities). Peluang adalah situasi ataukecenderungan yang dapat member keuntungan.

Page 52: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

37

4. Ancaman (threats) adalah situasi atau kecenderungan yangtidak dapat memberikan keuntungan.

Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan

kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan

kelemahan dan ancaman. Proses pengambilan keputusan harus

menganalisis faktor strategis pada kondisi saat ini.

2.1.6.Analisis Kebijakan Versi Patton dan Savicky

Model teori analisis kebijakan selanjutnya yaitu analisis kebijakan

menurut Patton dan Savicky (dalam Nugroho 2012:359) bahwa analisis

kebijakan publik dapat dilakukan sebelum dan sesudah kebijakan itu

dibuat.Bentuk analisis dibagi menjadi dua (2) yaitu prediktif dan

preskriptif.Analisis prediktif merujuk pada proyeksi kondisi masa

mendatang sebagai hasil dari adopsi kebijakan.Sedangkan analisis

preskriptif merujuk pada rekomendasi kebijakan. Rekomendasi kebijakan

yang bersifat umum dan tidak memberikan focus tertentu disebut advis,

sementara rekomendasi yang menekan pembuat kebijakan agar memilih

suatu kebijakan disebut advis persuasif. Dengan mempergunakan konsep

dari pendahulunya seperti Quade, Dunn dan Weimer & Vining, Patton dan

Savicky (dalam Nugroho 2012:360) mempromosikan enam (6) langkah

analisis kebijakan yang disebut A Basic Policy Analysis Process, yang

digambarkan sebagai berikut :

Page 53: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

38

Gambar 2.2 Proses Dasar Analisis Kebijakan menurut Patton dan Savicky

1. Mendefinisikan, Verifikasi, dan Mendetail Permasalahan

Kebijakan

Proses pokok dalam langkah mendefinisikan, verifikasi, dan

mendetail permasalahan kebijakan adalah mengembangkan “pernyataan

masalah” (developing problem statement) yang secara rinci terdapat

langkah-langkah berikut (Nugroho, 2012:361) :

a. Think about the problemb. Delineate the boundaries of the problemc. Develop a fact based. List goals and objectiviese. Identify the policy anvelope

(1) Verify, Define, andDetail the Problem

(6) Monitor theImplemented Policy

(2) Establish EvaluationCriteria

(5) Display and Distinguishamong Alternative Policies

(3) Identify AlternativePolicies

(4) Evaluate Alternative Policies

Page 54: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

39

f. Display potential cost and benefitsg. Review the problem statement

Metode dasar yang dapat digunakan dalam mendefinisikan

permasalahan antara lain back of the envelope calculations untuk

memperkirakan atribut-atribut atau karakter-karakter pokok permasalahan,

creation of valid operational definition untuk memastikan bahwa kita

menilai masalah yang hendak dinilai, political analysis untuk membuat

kita tidak mengabaikan faktor-faktor yang tidak dapat dikuantifikasi, dan

issue paper atau first-cut analysis yang mengidentifikasi masalah yang

diperlukan.

Dalam metode quick decisision analysis menurut Patton dan

Savicky (dalam Nugroho, 2012:362-363) akan tampak bahwa pengambil

keputusan metode analisis politik mengingatkan analis kebijakan untuk

melihat isu-isu politik sebagai bagian dari integral dari proses kebijakan,

mempelajari istilah-istilah yang lazim digunakan untuk

mengkomunikasikan faktor-faktor politik tersebut dan menggunakan

metode yang konsisten dalam pelaporan, penyajian dan analisis isu politik.

Agenda pokok adalah memastikan bahwa permasalahan dapat direduksi

hingga ukuran yang dapat dikelola (a man ageable size).

1. Establishing evaluation criteria

Langkah kedua dalam analisis kebijakan publik menurut Patton

dan Savicky (dalam Nugroho, 2012:364-366), yaitu kriteria evaluasi.

Patton dan Savicky memperkenalkan evaluasi dengan model yang bersifat

ekonomis, yaitu :

Page 55: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

40

a. free market model

b. kriteria biaya-biaya (costs)

c. kriteria manfaat-manfaat (benefits)

d. kriteria posisi (standing)

e. kriteria eksternalitas

f. kriteria elastisitas

g. kriteria analisis marginal

h. kriteria keadilan

Pada akhirnya, kriteria evaluasi dapat dikembangkan sesuai dengan

permasalahan yang hendak dicapai, dan alternatif yang tersedia.

2. Mengidentifikasi Alternatif

Menurut Patton dan Savicky (dalam Nugroho, 2012:368) metode

untuk mengidentifikasi alternatif dikelompokkan menjadi lima (5), yaitu :

a. Reaserched analysis and experimentation yang menggunakanteknik passive collection and classification.

b. No-action analysis yang menggunakan teknik pengembangantipologi-tipologi (development of typologies).

c. Quick surveys yang menggunakan teknik analagi, metafora dansinektik-sebuah teknik yang melihat masalah lama dengan carapendekatan yang baru.

d. Literature review yang menggunakan teknik galang-gagas(brain-storming).

e. Comparison of real world experience yang menggunakanteknik perbandingan dengan suatu ideal.

Page 56: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

41

3. Evaluasi Alternatif Kebijakan.

Langkah ini khusus diambil untuk kebijakan yang akan diambil.

Patton dan Savicky (dalam Nugroho, 2012:368) memperkenalkan dua (2)

metode untuk menentukan alternatif kebijakan peramalan dan evaluasi.

Untuk analisis peramalan terdiri dari : ektrapolasi, yaitu membuat proyeksi

masa depan dengan menggunakan data masa kini; modeling teoritis, yaitu

peramalan yang mempergunakan pendekatan teori; peramalan intuitif,

yaitu melakukan interview kepada para ahli atau pakar (Nugroho,

2012:368).

Teknik evaluasi yang dapat digunakan adalah (i) teknik

discounting yang menghitung future value impak dari suatu kebijakan (ii)

teknik three measures of effieciency, yaitu teknik efisiensi yang

mengkombinasikan tiga ukuran efisiensi, (iii) teknik analisis sensitivitas,

yaitu proses yang digunakan dapat menemukan asumsi-asumsi yang

bersifat kritikal atau sensitif terhadap analisis (Nugroho, 2012:369).

4. Menyajikan Alternatif Kebijakan

Patton dan Savicky menegaskan bahwa proses analisis kebijakan

merupakan evaluasi alternatif kebijakan dan sisi teknis, ekonomis, dan

politik, dikaitkan dengan implementasinya. Dalam penyajikan alternatif

kebijakan menurut Patton dan Savicky (dalam Nugroho, 2012:374) ada

beberapa pendekatan yang digunakan, yaitu pendekatan perbandingan

sederhana, pendekatan matrix scorecard.Patton dan Savicky tidak

memberikan rekomendasi, selain mengatakan bahwa bahaya terbesar

Page 57: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

42

dalam analisis kebijakan seringkali bukan pada rekomendasinya, namun

pada pembobotan alternatif yang tidak akurat (Nugroho, 2012:275).

5. Pemantauan dan Evaluasi Kebijakan yang diimplementasikan

Patton dan Savicky mengemukakan bahwa implementasi sama

penting dengan kebijakan itu sendiri sehingga kegagalan implementasi

dianggap sama dengan kegagalan kebijakan itu sendiri. Kemudian pada

evaluasi kebijakan dilaksanakan dalam pola kontinuum, dan evaluasi

dalam pola continuum dikelompokkan menjadi empat kegiatan yang

berurutan, yaitu ex ante, maintenance, monitoring, dan ex post (Nugoroho,

2012:376).

Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode analisis

kebijakan menurut Dunn. Dalam tahap-tahap selanjutnya dari proses

kebijakan, para pembuat kebijakan mungkin berusaha menggunakan

informasi baru untuk mengubah proses kebijakan semula. Desain analisis

ini memberikan keuntungan untuk analisis komparasi pembentukan

kebijakan. Untuk tujuan tersebut, orang biasa saja menyelidiki bagaimana

fungsi-fungsi yang berbeda dilaksanakan, pengaruh apa dan oleh siapa

dalam sistem politik atau unit-unit pemerintah yang berbeda dilakukan.

Dalam bahasa yang lebih ringkas, kita dapat mengatakan bahwa

pembentukan kebijakan lebih dari sekedar aktivitas proses intelektual.

Selain itu, dari latar belakang masalah yang telah peneliti uraikan, teori

analisis Dunn yang paling cocok untuk digunakan dalam analisis

Page 58: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

43

Klasifikasi Pembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit

Tipe B.

2.1.7. Pengertian Rumah Sakit

Berdasarkan Peraturan Kementerian Kesehatan No.340 Tahun

2010, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah

Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan

pada semua bidang dan jenis penyakit.Rumah Sakit Khusus adalah rumah

sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis

penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau

jenis penyakit. Rumah Sakit harus mempunyai kemampuan pelayanan

sekurang-kurangnya pelayanan medik umum, gawat darurat, pelayanan

keperawatan, rawat jalan, rawat inap, operasi/bedah, pelayanan medik

spesialis dasar, penunjang medik, farmasi, gizi, sterilisasi, rekam medik,

pelayanan administrasi dan manajemen, penyuluhan kesehatan

masyarakat, pemulasaran jenazah, laundry dan ambulanc, pemeliharaan

sarana rumah sakit, serta pengolahan limbah. Setiap rumah sakit wajib

mendapatkan penetapan kelas dari Menteri. Rumah Sakit dapat

ditingkatkan kelasnya setelah lulus tahapan pelayanan akreditasi kelas

dibawahnya.

Page 59: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

44

2.1.8. Klasifikasi Rumah Sakit

Klasifikasi Rumah Sakit adalah pengelompokan kelas rumah sakit

berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan. Berdasarkan fasilitas dan

kemampuan pelayanan, rumah sakit umum diklasifikasikan menjadi :

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

c. Rumah Sakit Umum Kelas C

d. Rumah Sakit Umum Kelas D

Klasifikasi rumah sakit umum ditetapkan berdasarkan :

a. Pelayanan;

Pelayanan kesehatan menurut (Depkes RI, 2009) adalah setiap

upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama

dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan

ataupun masyarakat.

b. Sumber Daya Manusia;

Sumber daya manusia adalah tatanan yang menghimpun

berbagai berbagai upaya perencanaan, pendidikan dan

pelatihan serta pendayagunaan tenaga kerja kesehatan secara

terpadu dan saling mendukung guna mencapai derajat

kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

Page 60: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

45

c. Peralatan;

Peralatan kesehatan yang biasa disebut Alkes adalah

instrument, apparatus, mesin dan/atau implant yang tidak

mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,

mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,

merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia,

dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

d. Sarana dan Prasarana;

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sarana adalah segala

sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai

maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu

yang merupakan penunjang utama terselanggaranya suatu

proses (usaha, pembangunan, proyek).

e. Administrasi dan Manajemen.

Administrasi adalah ilmu atau seni untuk mempelajari

kerjasama kelompok orang dalam suatu organisasi dan untuk

mencapai tujuan bersama.Manajemen adalah ilmu atau seni

tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien,

efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang

telah ditetapkan sebelumnya.Jadi, administrasi/manajemen

kesehatan adalah suatu kegiatan untuk mengatur para petugas

kesehatan petugas non-kesehatan guna meningkatkan

kesehatan masyarakat melalui program kesehatan.

Page 61: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

46

Berdasarkan Peraturan Kementerian Kesehatan No.340 Tahun

2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit yaitu :

Tipe

Rumah

Sakit

Pelayanan

Medik

Sumber Daya

Manusia

Peralatan

Penunjang

Sarana Pra

Sarana

Administrasi/

Manajemen

A Pelayanan Medik

Umum, ,

Pelayanan Gawat

Darurat,

Pelayanan Medik

Spesialis Dasar,

Pelayanan Medik

Spesialis Dasar,

Pelayanan Medik

Spesialis Lain,

Pelayanan Medik

Spesialis Gigi

dan Mulut,

Pelayanan Medik

Subspesialis,

Pelayanan

Keperawatan dan

Perbandingan

tenaga

keperawatan dan

tempat tidur

adalah 1:1

dengan

kualifikasi

tenaga

keperawatan

sesuai dengan

pelayanan di

rumah sakit.

Tenaga

penunjang

berdasarkan

kebutuhan rumah

Peralatan yang

dimiliki rumah

sakit harus

memenuhi

standar yang

ditetapkan oleh

Menteri.

Peralatan

radiologi dan

kedokteran

nuklir harus

memenuhi

standar sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-

Sarana prasarana

rumah sakit

harus memenuhi

standar yang

ditetapkan oleh

Menteri.

Administrasi

dan

manajemen

terdiri dari

struktur

organisasi dan

tata laksana.

Struktur

organisasi

terdiri dari atas

Kepala Rumah

Sakit atau

Direktur

Rumah Sakit,

unsur

pelayanan

medis, unsur

Page 62: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

47

Kebidanan,

Pelayanan

Penunjang

Klinik, dan

Pelayanan

Penunjang Non

Klinik

sakit. undangan.

Jumlah tempat

tidur minimal

empat ratus

(400) buah.

keperawatan,

unsur

penunjang

medik, komite

medis, satuan

pemeriksa

internal, serta

administrasi

umum dan

keuangan. Tata

laksana

meliputi

tatalaksana

organisasi,

standar

pelayana,

standar

operasional

prosedur

(SOP), sistem

informasi

manajemen

rumah sakit

Page 63: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

48

(SIMRS),

hospital by

laws dan

medical staff

by laws.

B Pelayanan medik

umum,

pelayanan gawat

darurat,

pelayanan medik

spesialis dasar,

pelayanan

spesialis

penunjang

medik,

pelayanan medik

spesialis lain,

pelayanan medik

spesialis gigi

mulut, pelayanan

medik

subspesialis,

Perbandingan

tenaga

keperawatan dan

tempat tidur

adalah 1:1

dengan

kualifikasi

tenaga

keperawatan

sesuai dengan

pelayanan di

rumah sakit.

Tenaga

penunjang

berdasarkan

kebutuhan rumah

sakit.

Peralatan yang

dimiliki rumah

sakit harus

memenuhi

standar yang

ditetapkan oleh

Menteri.

Peralatan

radiologi dan

kedokteran

nuklir harus

memenuhi

standar sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-

Sarana prasarana

rumah sakit

harus memenuhi

standar yang

ditetapkan oleh

Menteri.

Administrasi

dan

manajemen

terdiri dari

struktur

organisasi dan

tata laksana.

Struktur

organisasi

terdiri atas

Kepala Rumah

Sakit atau

Direktur

Rumah Sakit,

unsur

pelayanan

medis, unsur

Page 64: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

49

pelayanan

keperawatan dan

kebidanan,

pelayanan

penunjang klinik

dan pelayanan

penunjang non

klinik

undangan.

Jumlah tempat

tidur minimal

dua ratus (200)

buah.

keperawatan,

unsur

penunjang

medis, komite

medis, satuan

pemeriksaan

internal, serta

administrasi

umum dan

keuangan. Tata

laksana

meliputi tata

laksana

organisasi,

standar

pelayanan,

standar

operasional

prosedur

(SOP), sistem

informasi

manajemen

rumah sakit

Page 65: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

50

(SIMRS),

hospital by

laws dan

medical staff

by laws.

C pelayanan medik

umum,

pelayanan gawat

darurat,

pelayanan medik

spesialis dasar,

pelayanan

spesialis

penunjang

medik,

pelayanan medik

spesialis gigi

mulut, pelayanan

keperawatan dan

kebidanan,

pelayanan

Perbandingan

tenaga

keperawatan dan

tempat tidur 2:3

dengan

kualifikasi

tenaga

keperawatan

sesuai dengan

pelayanan di

rumah sakit.

Tenaga

penunjang

berdasarkan

kebutuhan rumah

sakit.

Peralatan yang

dimiliki rumah

sakit harus

memenuhi

standar yang

ditetapkan oleh

Menteri.

Peralatan

radiologi harus

memenuhi

standar sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-

undangan.

Sarana dan

prasarana rumah

sakit harus

memenuhi

standar yang

ditetapkan oleh

Menteri.

Administrasi

dan

manajemen

terdiri dari

struktur

organisasi dan

tata laksana.

Struktur

organisasi

terdiri atas

Kepala Rumah

Sakit atau

Direktur

Rumah Sakit,

unsur

pelayanan

Page 66: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

51

penunjang klinik

dan pelayanan

penunjann non

klinik

Jumlah tempat

tidur minimal

seratus (100)

buah.

medis, unsur

keperawatan,

unsur

penunjang

medis, komite

medis, satuan

pemeriksaan

internal, serta

administrasi

umum dan

keuangan. Tata

laksana

meliputi

tatalaksana

organisasi,

standar

pelayanan,

standar

operasional

prosedur

(SOP), sistem

informasi

manajemen

Page 67: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

52

rumah sakit

(SIMRS),

hospital by

laws dan

medical staff

by laws.

D Pelayanan

medik umum,

pelayanan gawat

darurat,

pelayanan medik

spesialis dasar,

pelayanan

keperawatan dan

kebidanan,

pelayanan

penunjang klinik

dan pelayanan

penunjang non

klinik. Pelayanan

Perbandingan

tenaga

keperawatan dan

tempat tidur

adalah 2:3

dengan

kualifikasi

tenaga

keperawatan

sesuai dengan

pelayanan di

rumah sakit.

Tenaga

penunjang

Peralatan yang

dimiliki rumah

sakit harus

memenuhi

standar yang

ditetapkan oleh

Menteri.

Peralatan

radiologi harus

memenuhi

standar sesuai

dengan

peraturan

perundang-

Sarana dan

prasarana rumah

sakit harus

memenuhi

standar yang

ditetapkan oleh

Menteri.

Administrasi

dan

manajemen

terdiri dari

struktur

organisasi dan

tata laksana.

Struktur

organisasi

terdiri atas

Kepala Rumah

Sakit atau

Direktur

Rumah Sakit,

Page 68: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

53

medik umum

terdiri dari

pelayanan medik

dasar, pelayanan

medik gigi mulut

dan pelayanan

kesehatan ibu

anak/keluarga

berencana

berdasarakan

kebutuhan rumah

sakit.

undangan.

Jumlah tempat

tidur minimal

lima puluh (50)

buah.

unsur

pelayanan

medis, unsur

keperawatan,

unsur

penunjang

medis, komite

medis, satuan

pemeriksaan

internal, serta

administrasi

umum dan

keuangan. Tata

kelola meliputi

tata laksana

organisasi,

standar

pelayanan,

standar

operasional

prosedur

(SOP), sistem

informasi

Page 69: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

54

manajemen

rumah sakit

(SIMRS),

hospital by

laws dan

medical staff

by laws.

Tabel 2.2 Klasifikasi Rumah Sakit menurut Permenkes No.340 Tahun 2010

2.1.9. Alasan Dibentuknya Kebijakan Peraturan Daerah No.1 Tahun

2013 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja

RSUD Banten.

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum jelas cita-cita

bangsa Indonesia yang sekaligus merupakan tujuan nasional bangsa

Indonesia.Tujuan nasional tersebut adalah melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan

perdamaian abadi serta keadilan sosial.

Page 70: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

55

Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakanlah upaya

pembangunan yang berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian

pembangunan yang menyeluruh terarah dan terpadu, termasuk di

antaranya pembangunan kesehatan.

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

kesejahteraan umum harus diwujudkan melalui berbagai upaya kesehatan

dalam rangkaian pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu

yang didukung oleh suatu sistem kesehatan nasional.Kesehatan menjadi

suatu hal yang penting untuk diperhatikan, karena merupakan modal dasar

bagi suatu bangsa untuk maju dan berkembang.

Sejalan dengan amanat Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap

orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34

ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas

pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Pada sisi lain, perkembangan ketatanegaraan bergeser dari

sentralisasi menuju desentralisasi yang ditandai dengan diberlakukannya

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang tersebut

memuat ketentuan yang menyatakan bahwa bidang kesehatan sepenuhnya

diserahkan kepada daerah masing-masing yang setiap daerah diberi

Page 71: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

56

kewenangan untuk mengelola dan menyelenggarakan seluruh aspek

kesehatan. Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 38 Tahun 2007 yang mengatur tentang pembagian urusan antara

pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

Sebagai daerah otonom, Provinsi Banten yang dibentuk

berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan

Provinsi Banten wajib menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang

kesehatan sebagaimana halnya urusan pemerintahan yang bersifat wajib

lainnya.

Dengan luas wilayah 8.651,20 Km2 km2 Provinsi Banten

mempunyai posisi strategis pada lintas perdagangan internasional dan

nasional. Secara geografis, Provinsi Banten memiliki letak yang strategis

sebagai daerah penyangga ibukota Negara dan sebagai daerah transit atau

lalu lintas antara pulau Jawa dan pulau Sumatera. Di sebelah utara,

Provinsi Banten berbatasan dengan dengan laut jawa, sebelah timur

berbatasan dengan DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat, sebelah selatan

berbatasan dengan Samudra Hindia dan sebelah barat berbatasan dengan

Selat Sunda.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan sangat terkait dan

dipengaruhi oleh berbagai aspek baik demografi, situasi kesehatan

masyarakat, serta perkembangan lingkungan fisik dan biologi khususnya

epidemiologi penyakit.

Page 72: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

57

Dari sisi demografi, pertumbuhan penduduk Provinsi Banten

semakin meningkat dari waktu ke waktu baik karena angka kelahiran yang

tinggi maupun perpindahan penduduk dari luar provinsi yang masuk dan

berdomosili sebagai penduduk.Jumlah penduduk pada awal berdirinya

Provinsi Banten tahun 2000 yaitu 8.096.809 jiwa (Data BPS, 2011). Pada

tahun 2009 menjadi, 9,782.779 jiwa (Banten dalam Angka, 2009) atau

tumbuh rata rata sebesar 2,12 persen per tahun. Pada tahun 2010, hasil

sensus penduduk menunjukan terjadinya peningkatan jumlah penduduk di

Provinsi Banten sebesar 10.644.030 jiwa sebanyak 861.251 jiwa (8.8%)

dibandingkan dengan jumlah penduduk Banten pada tahun 2009

sedangkan pada tahun 2011 jumlah penduduk menjadi Provinsi Banten

meningkat menjadi 11,005,518 jiwa.

Dari tahun 2000 sampai dengan 2010, laju pertumbuhan penduduk

tertinggi berada di Kota Tangerang Selatan dengan jumlah LPP sebesar

4,63% diikuti dengan Kabupaten Tangerang 3,80%, dan Kota Tangerang

sebesar 3,12%. Sedangkan kabupaten dengan jumlah laju pertumbuhan

penduduk paling sedikit berada di Kabupaten Pandeglang dengan jumlah

LPP 0,76%. Laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat akan

menimbulkan permasalahan baru terutama permasalahan-permasalahan

sosial termasuk di dalamnya permasalahan kesehatan. Salah satu tolok

ukur yang digunakan untuk mengetahui aspek kesehatan adalah Indeks

Pembangunan Masyarakat (IPM). Tahun 2011 IPM Provinsi Banten

mengalami kenaikan dari target 71,06 – 72,34 sebagaimana termuat dalam

Page 73: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

58

Rencana Pembangaunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2007-2011

menjadi 72,47 pada tahun 2011. Akan tetapi kenaikan tersebut kurang

equivalen dengan segala potensi sumber daya yang dimiliki.

Pertambahan penduduk di Provinsi Banten terjadi karena selain

adanya laju pertumbuhan penduduk Banten sebesar 2.12% juga disumbang

oleh banyaknya pendatang dari provinsi lain ke Provinsi Banten sebagai

pencari kerja. Penyebaran penduduk di Provinsi Banten masih tidak

merata dan masih terkosentrasi di Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang,

serta Kota Tangerang Selatan dimana daerah-daerah tersebut yang

memiliki banyak potensi seperti industri dan jasa.Kenderungan

pertambahan penduduk ini tentunya bukan hanya disebabkan pertambahan

penduduk secara alamiah tetapi disebabkan oleh adanya migran baru yang

masuk disebabkan karena adanya daya tarik Banten sebagai provinsi baru.

Penduduk merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam

proses pembangunan dewasa ini, dimana jumlah penduduk yang besar

dengan komposisi dan distribusi yang lebih merata dapat menjadi potensi

tetapi dapat pula menjadi beban apabila jumlah penduduk berkualitas

rendah.

Ditinjau dari aspek derajat kesehatan, derajat kesehatan masyarakat

dalam bidang kesehatan tercermin melalui mortalitas (angka kematian),

angka morbiditas (angka kesakitan), umur harapan hidup, dan lain

sebagainya. Angka kematian bayi di Provinsi Banten pada tahun 2010

adalah 27,5/1000 kelahiran hidup. Angka ini menurun dari tahun 2009

Page 74: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

59

yang mencapai 32/1000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu pada tahun

2010 adalah 187,2/100.000 kelahiran hidup. Angka ini menurun jika

dibandingkan dengan angka kematian ibu di tahun 2009 yang mencapai

252/100.000 kelahiran hidup.Selain angka kematian, Umur Harapan Hidup

(UHH) juga digunakan sebagai salah satu indikator derajat kesehatan

masyarakat karena semakin tinggi umur harapan hidup berarti semakin

tinggi pula tingkat kesehatan manusianya. Umur harapan hidup di provinsi

Banten pada tahun 2010 adalah 64,90 tahun, meningkat sebesar 0,15 tahun

dibandingkan dengan umur harapan hidup tahun 2009 yang mencapai

64,75 tahun (Sumber BPS Provinsi Banten 2011).

Berdasarkan profil kesehatan dinas kesehatan kabupaten/kota di

Provinsi Banten tahun 2010, terdata bahwa penyakit yang paling banyak

terjadi pada masyarakat Banten adalah penyakit menular seperti ISPA

(infeksi saluran pernapasan akut), batuk, dermatitis, influenza dan diare

serta mulai banyak ditemukan penyakit tidak (PTM) menular seperti

penyakit hipertensi primer. Selain itu, provinsi Banten tergolong daerah

yang rawan terhadap penyebaran penyakit sehingga sering ditetapkan

sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) baik penyakit endemis (penyakit

rakyat) seperti demam berdarah, muntaber, busung lapar (kekurangan gizi)

dan lain sebagainya maupun penyakit tertentu seperti flu burung,

HIV/AIDS, kaki gajah, lumpuh layu, dan lain sebagainya.

Dilihat dari keberadaan RSUD di wilayah Ibu Kota Provinsi seperti

RSUD Serang, Ajidarmo Lebak, Berkah Pandeglang , Kota Cilegon dan

Page 75: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

60

Kabupaten Tangerang kurun waktu tahun 2011 dan 2012 kapasitas

pelayanan yang diberikan oleh setiap masing-masing rumah sakit untuk

kelas III dan pasien yang dirujuk ke Rumah Sakit lainnya sebagaimana

tabel berikut ini:

NO NAMA RUMAH SAKITBOR KELAS III

JUMLAHPASIEN YANG

DI RUJUK

2011 2012 2011 2012

1 RSUD Serang 100,19 % 100% 632

2 RSUD Ajidarmo Lebak 85,39 % 93% 1261 1190

3RSUD BerkahPandeglang 69,55 % 151

4 RSUD Kota Cilegon 89,69 % 88,62 % 279

5RSU KabupatenTangerang 84,93 % 85,07 % 4570 3619

Sumber: Dinas Kesehatan Tahun 2012

Tabel 2.3 Derajat Kesehatan di RSUD Kabupaten/Kota

Berdasarkan Tabel I diatas, dapat digambarkan bahwa kebutuhan

masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan, dari kapasitas BOR

(bed occupancy ratio) terlihat sangat tinggi hingga mencapai 100%, hal ini

telah melampoi parameter yang berasal dari departemen kesehatan, yaitu

untuk BOR (bed occupancy ratio) idealnya adalah antara 60-85%.

Selanjutnya dalam Tabel I di atas, juga tergambar signifikannya

jumlah pasien yang dirujuk dari RSUD di wilayah Provinsi Banten ke

Rumah Sakit diluar Provinsi Banten, hal ini mencerminkan bahwasanya

keberadaan RSUD yang ada belum seluruhnya dapat memenuhi tuntutan

Page 76: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

61

masyarakat akan pelayanan kesehatan, oleh karena itu, maka tanggung

jawab memenuhi kesehatan tersebut, antara Pemerintah dan Pemerintah

Daerah Provinsi/Kab/Kota sudah harus diprioritaskan oleh Pemerintah

Daerah.

Pemerintah Provinsi Banten dalam Perda Nomor 4 tahun 2012

tentang RPJMD Provinsi Banten Tahun 2012-2017 memiliki arah

kebijakan dengan misi ke-3nya yaitu: “peningkatan kualitas sumberdaya

manusia yang religius, cerdas dan berdaya saing dalam kerangka

penguatan NKRI, memiliki sasaran “meningkatnya akses dan mutu

pelayanan serta upaya kesehatan masyarakat terutama masyarakat miskin”,

dengan strategi diantaranya meningkatkan kualifikasi rumah sakit provinsi

menjadi Excellent/rujujukan spesifik berbasis masalah kesehatan banten.

Dengan berbagai perubahan kondisi demografis, pola penyakit dan

perkembangan teknologi, salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang

sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan

adalah rumah sakit.Saat ini fasilitas sarana kesehatan berupa rumah sakit,

klinik, pusat kesehatan masyarakat masyarakat, balai pengobatan baik

milik pemerintah maupun swasta banyak tersebar di wilayah provinsi

Banten.

Pada kasus-kasus dimana sarana medis maupun tenaga medis

dengan kompetensi atau spesialisasi tertentu tidak tersedia, penanganan

penyakit yang tidak bisa ditangani oleh rumah sakit setempat tersebut

dirujuk ke rumah sakit di Tangerang atau Jakarta.Hal ini dimungkinkan

Page 77: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

62

karena di wilayah Tangerang telah banyak berdiri rumah sakit yang

berskala nasional maupun internasional. Pilihan untuk menggunakan

rumah sakit yang sesuai dengan kebutuhan penyakit yang diderita tentunya

tidak akan menjadi persoalan bagi pasien mampu yang tergolong

menengah ke atas. Sebaliknya akan menjadi persoalan bagi pasien dengan

keterbatasan ekonomi atau yang tergolong tidak mampu.

Di luar wilayah Tangerang, penanganan pasien dengan penyakit

tertentu yang membutuhkan sarana dan tenaga medis lebih lengkap yang

berasal dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Adjidarmo Kabupaten

Lebah, RSUD Berkah Kabupaten Pandeglang, RSUD Malingping, dan

RSUD Panggung Rawi Kota Cilegon akan dirujuk ke RSUD Kabupaten

Serang. Kondisi ini mengakibatkan RSUD Kabupaten Serang mengalami

over kapasitas karena selain menerima rujukan pasien dari empat RSUD

sebagaimana disebutkan di atas juga menampung pasien dari Kabupaten

Serang dan juga Kota Serang mengingat saat ini Kota Serang belum

memiliki RSUD sendiri. Disamping menerima rujukan dari RSUD

lainnya, untuk penyakit-penyakit tertentu yang membutuhkan penanganan

yang lebih intensif, ada kalanya RSUD Serang masih harus merujuk

pasiennya ke rumah sakit yang ada di Tangerang dan Jakarta baik rumah

sakit pemerintah maupun swasta. Rujukan tersebut dilakukan dengan

mempertimbangkan ketersediaan sarana prasarana kesehatan, tenaga

medis maupun non medis serta daya dukung obat yang lebih lengkap.

Page 78: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

63

Bertitik tolak pada permasalahan-permasalahan yang telah

diuraikan di atas serta memperhatikan berbagai perubahan kondisi

demografis, situasi kesehatan masyarakat, serta perkembangan lingkungan

fisik dan biologi khususnya epidemiologi penyakit, Pemerintah Provinsi

Banten perlu membentuk Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi

Banten sebagai rumah sakit rujukan dari kabupaten/kota yang ada di

wilayah sebelum sebelum dirujuk ke Jakarta.

Penyelenggaran pelayanan kesehatan di Rumah Sakit mempunyai

klasifikasi tertentu sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-

undangan. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit

Umum diklasifikasikan menjadi(Pasal 4, Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor:340/MENKES/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.):

a) Rumah Sakit Umum Kelas A; b) Rumah Sakit Umum Kelas B; c)

Rumah Sakit Umum Kelas C; dan d) Rumah Sakit Umum Kelas D. Oleh

karena Rumah Sakit Umum Daerah Provins Banten nantinya diharapkan

sebagai rumah sakit rujukan dari RSUD-RSUD yang ada wilayah Banten,

maka klasifikasi dan tipologinya minimal Klasifikasi B. Hal ini mengingat

RSUD Adjidarmo Kabupaten Lebak, RSUD Berkah Kabupaten

Pandeglang, RSUD Malingping, RSUD Panggung Rawi Kota Cilegon,

dan RSUD Kabupaten Serang sudah Klasifikasi B. Rumah Sakit Umum

dengan Klasifikasi B diharuskan memiliki fasilitas dan kemampuan

pelayananmedik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis

dasar,4 (empat) pelayananspesialis penunjang medik, 8 (delapan)

Page 79: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

64

pelayanan medik spesialis lainnya dan 2 (dua) pelayanan medik

subspesialis dasar.(Pasal 10 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:

340/MENKES/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit)

Saat ini pembangunan gedung RSUD Provinsi Banten telah selesai

dibangun. Untuk bagian-bagian pendukung tertentu akan dibangun secara

bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anggaran. Kondisi

sumber daya manusia aparatur baik tenaga medis, tenaga non medis,

tenaga administrasi, dan tenaga kerja pendukung lainnya belum terpenuhi.

Kriteria lain yang harus dipenuhi terkait dengan penetapan klasifikasi

sebuah rumah sakit seperti pelayanan, peralatan kesehatan, serta sarana

dan prasarana sedang dalam proses pengadaan pada tahun 2012.

Secara yuridis, pembentukan RSUD diatur dalam berbagai

peraturan perundang-undangan antara lain Undang-Undang No. 44 Tahun

2009 tentang Rumah Sakit, Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007

tentang Organisasi Perangkat Daerah, Peraturan Menteri Kesehatan No.

147/Menkes/PER/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit, Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor:340/MENKES/PER/III/2010 Tentang

Klasifikasi Rumah Sakit dan berbagai peraturan lainnya.

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

memberikan definisi rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan

yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Page 80: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

65

Rumah Sakit mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna serta mempunyai fungsi:

a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;

b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga

sesuai kebutuhan medis;

c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian

pelayanan kesehatan; dan

d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan;

Terkait dengan penyelenggaraan rumah sakit, baik pemerintah

maupun pemerintah daerah memiliki tanggung jawab sesuai dengan

kewenangan yang dimilikinya untuk:

a. menyediakan rumah sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat;

b. menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di rumah sakit bagi

fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan

perundangundangan;

c. membina dan mengawasi penyelenggaraan rumah sakit;

Page 81: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

66

d. memberikan perlindungan kepada rumah sakit agar dapat

memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan

bertanggung jawab;

e. memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa

pelayanan rumah sakit sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan;

f. menggerakkan peran serta masyarakat dalam pendirian rumah sakit

sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan masyarakat;

g. menyediakan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh

masyarakat;

h. menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di rumah sakit

akibat;

i. bencana dan kejadian luar biasa;

j. menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan; dan

k. mengatur pendistribusian dan penyebaran alat kesehatan

berteknologi tinggi dan bernilai tinggi.

Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit menjelaskan bahwa rumah sakit yang didirikan oleh

pemerintah dan pemerintah daerah harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis

dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu, atau

Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum atau

Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Page 82: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

67

Sejalan dengan ketentuan tersebut, Pasal 8 ayat (4) Peraturan

Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah

mengatur bahwa lembaga teknis daerah dapat berbentuk badan, kantor,

dan rumah sakit. Oleh karena Rumah Sakit Daerah merupakan bagian dari

organisasi perangkat daerah dalam kelompok lembaga teknis daerah, maka

berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007

pembentukannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Mengingat

pentingnya pendirian Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Banten yang

pembentukannya harus ditetapkan dengan peraturan daerah, maka perlu

dibentuk Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Rumah Sakit

Umum Daerah Provinsi Banten.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah

dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang dapat diambil berbagai sumber

ilmiah seperti skripsi, tesis, jurnal ataupun desertasi.Adapun dalam

penelitian kali ini, peneliti memasukan dua penelitian terdahulu yang

dalam fokus penelitian membahas mengenai klasifikasi pembentukan

rumah sakit.Dasar atau acuan yang berupa teori atau temuan-temuan

melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal sangat perlu

dan dapat disajikan sebagai data pendukung.Penelitian terdahulu ini

bermanfaat dalam mengelola dan memecahkan masalah yang timbul

dalam pembentukan klasifikasi rumah sakit.Dalam penelitian mengenai

Page 83: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

68

analisis Klasifikasi Pembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah

Sakit Tipe B, berikut hasil penelitian terdahulu yang peneliti baca.

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

1 Peningkatan pelayanankesehatan untukmewujudkan zeroaccident melalui komitekeselamatan pasien diRSUD Dr. SoetomoSurabaya

Deskriptif kualitatif Kegiatan untukmewujudkan zeroaccident di RSUD Dr.Soetomo Surabayaberjalan baik, haltersebut dapat dilihatdari pelaksanaanpelayanan yang meliputiketepatan identifikasipasien, peningkatankomunikasi efektif,tempat lokasi, prosedurdan tempat tidur pasien.

2 Analisis kelengkapanfasilitas UGD rumahsakit umum pusatDokter KariadiSemarang terhadapstandar operasionalpelaksanaan UGD

Observasi denganmetode checklist surveylans

Fasilitas pelayanankesehatan didapatkanhasil 92,5 % fasilitaspelayanan sudah tersediadi UGD rsu Dr. Kariadi,dengan tersedianya 82%peralatan yangmemenuhi syaratkelengkapan dan layak,serta penelitian terhadapobat terdapat 44 sampelobat yang telahmemenuhi syaratlengkap dan layak.

Page 84: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

69

2.3. Kerangka Berfikir

Menurut Muhamad (2009:75) kerangka berfikir adalah gambaran

mengenai hubungan antar variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan

menurut jalan pikiran kerangka logis. Kerangka berfikir memuat teori,

dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian.

Menurut Sugiyono (2007:60) kerangka berfikir adalah sintesa hubungan

antar variable yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.

Analisis Klasifikasi Pembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai

Rumah Sakit Tipe B. Peraturan Daerah ini dikeluarkan pada bulan

Oktober 2013 untuk membentuk Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi

Banten sebagai rumah sakit rujukan dari kota/kabupaten. Rumah Sakit

Umum Daerah Provinsi Banten adalah rumah sakit kelas B. Untuk itu

peneliti tertarik untuk menganalisis Analisis Klasifikasi Pembentukan

RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B yang bertujuan untuk

mengetahui pelaksanaan dari kebijakan peraturan daerah No. 1 Tahun

2013 tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja RSUD

Provinsi Banten. Berikut bagan kerangka berfikir Analisis Klasifikasi

Pembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B.

Page 85: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

70

Gambar2.3 Bagan Kerangka Berfikir

(Sumber : Peneliti, 2016)

Masalah di RSUD Provinsi Banten1.Kurangnya sarana prasarana dan peralatan kesehatan di RSUD Banten.2.Kurangnya fasilitas penunjang kesehatan di RSUD Banten.3.Jumlah tempat tidur yang belum memenuhi standar klasifikasi tipe B.4.Fasilitas pelayanan medik yang belum memadai.5.Sumber daya manusia belum memadai.

Proses Analisis Kebijakan Dunn :1. Merumuskan Masalah2. Peramalan Masa Depan

Kebijakan3. Rekomendasi Kebijakan4. Pemantauan Hasil

Kebijakan5. Evaluasi Kinerja Kebijakan

(Sumber: Pengantar AnalisisKebijakan Publik, WilliamN.Dunn, 2003)

“Analisis Klasifikasi Pembentukan RSUD Provinsi Banten SebagaiRumah Sakit Tipe B”

OUTPUT :Klasifikasi pembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai rumah sakit tipe B dalamhal pelayanan medik, peralatan, sarana dan prasarana, Sumber Daya Manusia sertamanajemen administrasinya harus sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan(PERMENKES) No.340 Tahun 2010 dimana hal itu dapat dilakukan dengan adanyaperbaikan agar sesuai dengan peraturan menteri kesehatan dan perundang-undanganserta peraturan daerah No.1 tahun 2013 tentang pembentukan susunan organisasi dantata kerja RSUD Provinsi Banten.

Page 86: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

71

2.4. Asumsi Dasar Penelitian

Berdasarkan bagan kerangka berpikir di atas kita dapat melihat

bahwa dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui dan menganalisis

Klasifikasi Pembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit

Tipe B. Berdasarkan input masalah yang ada, peneliti menilai

pembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai rumah sakit tipe B ini masih

banyak permasalahan. Hal ini dapat terlihat pada masalah-masalah yang

timbul dalam latar belakang masalah. Saat ini RSUD Provinsi Banten

sebagai rumah sakit rujukan dari rumah sakit kabupaten/kota yang ada di

Provinsi Banten dengan klasifikasi tipe B. Namun, pada kenyataannya

pembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai rumah sakit tipe B masih

belum memenuhi indikator-indikator klasifikasi rumah sakit tipe B.

Program kebijakan pemerintah Provinsi Banten ini belum dapat

dilaksanakan dengan secara optimal dikarenakan pada kenyataannya

masih banyak fasilitas-fasilitas, sumber daya manusia, pelayanan

penunjang medik, sarana dan prasarna, serta fasilitas penunjang medik

yang belum memadai untuk memenuhi syarat RSUD Provinsi Banten

sebagai rumah sakit tipe B.Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

teori analisis kebijakan William N.Dunn sebagai acuan untuk menganalisis

Klasifikasi Pembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit

Tipe B.

Page 87: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

72

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian ilmiah adalah suatu cara yang logis, sistematis, objektif,

untuk menemukan kebenaran secara keilmuan. Beragam cara berpikir yang

digunakan dalam penelitian ilmiah, seperti cara berpikir deduktif, induktif hingga

cara berpikir reflektif (reflective thinking), sebagai sintesis dari berpikir deduktif

dan induktif. Ketiga cara berpikir ini adalah sebagai usaha manusia dalam

menemukan kebenaran ilmu atau ilmiah. Beragam cara berpikir ini lahir dari

ketidakpuasan manusia dalam mencari jawab tentang kebenaran melalui cara-cara

yang tidak ilmiah sebelumnya, sebagai mana kata Bungin (2004), yakni seperti

cara kebetulan, pengalaman atau kebiasaan, trial and error atau melalui otoritas

seseorang (Mukhtar, 2013: 9).

Metode penelitian kualitatif adalah cara melakukan penelitian, dan iniditentukan oleh paradigma penelitian yang dipilih (Hidayat, 2000). Metodepenelitian untuk menjadi sebuah ilmu harus mampu menjawab tigadimensi yaitu dimensi ontologism, epistimologis dan aksiologis (Yuyun,2000). Aspek ontologism menjawab apa yang dijelaskan, aspekepistimologis menjawab metode untuk menjelaskan dan aspek aksiologismenjawab manfaat apa dari yang dijelaskan (Fuad dan Sapto Nugroho,2014: 53).

Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

72

Page 88: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

73

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong,

2006:6).

Dalam penelitian mengenai Analisis Klasifikasi Pembentukan RSUD

Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B peneliti menggunakan metode studi

kasus dengan pendekatan kualitatif. Walaupun demikian, dalam penelitian ini

tidak dapat dipungkiri data-data statistik juga akan didapatkan pada penelitian ini,

sehingga akan dihasilkan pembahasan yang lebih komprehensif.

Penelitian (research) ialah suatu kegiatan mengkaji (study) secara teliti

dan teratur dalam suatu bidang ilmu menurut kaidah tertentu.Kaidah yang dianut

ialah metode.Mengkaji ialah suatu usaha memperoleh atau menambah

pengetahuan.Jadi, meneliti dilakukan untuk memperkaya dan meningkatkan

kefahaman tentang sesuatu.

3.2 Ruang Lingkup/ Fokus Penelitian

Dengan memperhatikan identifikasi masalah yang sudah dikemukakan

sebelumnya, maka fokus penelitian ini adalah terhadap Analisis Klasifikasi

Pembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B.

3.3 Lokasi Penelitian

Dengan melihat tema/ judul penelitian ini mengenai Analisis Klasifikasi

Pembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B, maka peneliti

menunjuk tempat penelitian atau yang akan menjadi lokus penelitian ini adalah

berlokasi di RSUD Provinsi Banten.

Page 89: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

74

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Definisi Konsep

Fenomena yang diamati dalam penelitian ini adalah mengenai

Analisis Klasifikasi Pembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah

Sakit Tipe B. Konsep analisis kebijakan adalah aktivitas menciptakan

pengetahuan tentang dan dalam proses pembuatan kebijakan. Analisis

kebijakan dapat dilakukan pada saat kebijakan belum dibuat atau sudah

dibuat.Dalam pembentukan kebijakan RSUD Provinsi Banten sebagai

rumah sakit tipe B diperlukan banyak kajian dan analisis guna

mendapatkan rekomendasi yang terbaik yang dapat digunakan sebagai

alternatif kebijakan untuk menjawab permasalahan di RSUD Provinsi

Banten.

Ada pun definisi mengenai analisis adalah penguraian pokok

persoalan atas bagian-bagian, penelaahan bagian-bagian tersebut dan

hubungan antar bagian untuk mendapatkan pengertian yang tepat dengan

pemahaman secara keseluruhan

3.4.2 Definisi Operasional

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa fenomena yang akan

diamati dalam penelitian ini adalah mengenai Analisis Klasifikasi

Pembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B.

Beberapa hal penting mengenai fenomena yang akan diamati tersebut akan

peneliti nilai dengan teori Analisis Dunn.

Page 90: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

75

Menurut Dunn (2003:25) ada lima (5) tahapan yang dilakukan

dalam proses analisis kebijakan yaitu :

1. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah adalah menilai, mencari kebutuhan atau

kessempatan apa yang belum dapat dipenuhi yang kemudia dapat

diperbaiki dan dicapai melalui tindakan publik.

2. Peramalan masa depan (forecasting)

Peramalan masa depan (forecasting) adalah suatu prosedur

membuat informasi faktual tentang situasi sosial di masa depan

atas dasar informasi yang telah ada di masa sekarang.

3. Rekomendasi kebijakan

Rekomendasi kebijakan adalah prosedur analisis kebijakan yang

menghasilkan informasi tentang kemungkinan serangkaian aksi di

masa yang akan dating. Dapat dikatakan dalam langkah

rekomenasi kebijakan dapat menghasilkan alternatif kebijakan

yang dapat menjawab permasalahan yang ada.

4. Pemantauan Kebijakan

Pemantauan kebijakan atau biasa disebut monitoring merupakan

prosedur analisis kebijakan yang digunakan untuk memberikan

informasi tentang sebab akibat kebijakan publik

5. Evaluasi kebijakan

Evaluasi kebijakan adalah proses analisis kebijakan yang

menyediakan informasi yang valid mengenai kinejra kebijakan,

Page 91: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

76

kemudian memberikan kritik, nilai-nilai yang mendasari tujuan,

sasaran dalam kebijakan publik.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian Analisis Klasifikasi Pembentukan RSUD

Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B, yang menjadi instrumen

utama penelitian adalah peneliti sendiri.Menurut Irawan, dalam sebuah

penelitian kualitatif yang menjadi instrumen terpenting adalah peneliti

sendiri (Irawan, 2006: 17).

Menurut Moleong (Moleong, 2011:19) pencari tahu alamiah

(peneliti) dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya

sebagai alat pengumpul data, sedangkan menurut Irawan (Irawan, 2006:

17) dalam sebuah penelitian kualitatif yang menjadi instrument terpenting

adalah peneliti sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrument juga

harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan

penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Menurut Nasution (dalam

Sugiyono, 2012: 224) peneliti sebagai instrumen penelitian serupa karena

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segalastimulan dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermaknaatau tidak bagi peneliti.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semuaaspek keadaan dan dapat menyesuaikan diri terhadap semuaaspek keadaan dan dapat menyesuaikan diri terhadap semuaaspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumenberupa tes atau angket yang dapat mengangkat keseluruhansituasi, kecuali manusia.

Page 92: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

77

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapatdipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminyakita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkanpengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yangdiperoleh dan dapat menafsirkan.

6. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambilkesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatusaat dan akan menggunakan segera sebagai balikan untukmemperoleh penegasan, perubahan atau perbaikan.

7. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yangmenyimpang justru diberikan perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untukmempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahamanmengenai aspek yang diteliti.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa, dalam

penelitian kualitatif pada awalnya di mana permasalahan belum jelas dan

pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri. Tetapi,

setelah masalah yang akan dipelajari itu jelas, maka dapat dikembangkan

satu instrumen.

3.6 Informan Penelitian

Dalam penelitiam mengenai Analisis Klasifikasi Pembentukan

RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B, penentuan

informannya menurut Moleong (2006 : 132) dalam buku Metode Peneltian

Kualitatif, informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.

Selain itu, menurut Andi (2010 : 147) menjelaskan bahwa

informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data,

informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian.

Page 93: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

78

Dari penjelasan tersebut penulis memahami bahwan informan

adalah atasan dan bawahan. Dimana terjadi komunikasi yang berlangsung

terus mnerus, karena informan adalah orang yang terlibat langsung dalam

kegiatan yang diteliti.

Ada pun yang menjadi informan dalam penelitian ini diantaranya

adalah:

Tabel 3.1

Kategori Informan Penelitian

Kode Kategori Informan Penelitian KeteranganN1 Drg. Rima Astuti.,MARS (Kepala Seksi

Operasional RSUD Banten)Key Informan

N2 Ade Ferdiyansyah.,SE (Staf Ahli DPRDProvinsi Banten)

Secondary Informan

N3 Anggota Komisi V DPRD Provinsi BantenN3-1 Issak Sidik.,SEN3-2 Fitron Nur Ikhsan

Key Infoman

(Sumber: Peneliti, 2016)

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oleh

peneliti untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam

penelitiannya. Dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan dalam

berbagai teknik pengumpulan data yaitu, wawancara, observasi,

dokumentasi, studi kepustakaan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

beberapa teknik seperti wawancara, observasi, dokumentasi dan studi

Page 94: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

79

kepustakaan, yang mana teknik-teknik tersebut diharapkan dapat

memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti dalam

penelitiannya.

3.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan berbagai setting,

berbagai sumber dan berbagai cara (Sugiyono, 2012: 224). Teknik

pengumpulan data kali ini yang digunakan adalah wawancara tidak

terstruktur, di mana wawancara bebas.Di mana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis

dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Observasi yaitu pengumpulan

data dengan cara melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang

dilakukan sumber penelitian di lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti

melakukan observasi non partisipasi artinya hanya sebagai pengamat saja.

Teknik pengumpulan data yang digunakan merupakan kombinasi

dari beberapa teknik yaitu:

1. Wawancara

Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang

mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan

informal.Wawancara penelitian lebih dari sekedar percakapan dan

berkisar dari informal ke formal.Walaupun semua percakapan

mempunyai aturan peralihan tertentu atau kendali oleh satu atau

partisipan lainnya, aturan pada wawancara penelitian lebih ketat.Tidak

seperti pada percakapan biasa, wawancara penelitian ditujukan untuk

Page 95: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

80

mendapatkan informasi dari satu sisi saja, oleh karena itu, hubungan

asimetris harus tampak.Peneliti cenderung mengarahkan wawancara

pada penemuan perasaan, persepsi dan pemikiran pertisipan. Uraian

berikut ini akan menggambarkan jenis wawancara, jenis pertanyaan,

lama waktu wawancara dan prosedur melakukan wawancara pada

penelitian kualitatif.

Esterberg (2002) (dalam Sugiyono, 2010: 73) mengemukakan

beberapa macam wawancara, yaitu

a. Wawancara terstrukturWawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulandata, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahuidengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Olehkarena itu, dalam melakukan wawancara, pengumpul data telahmenyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telahdisiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap respondendiberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul datamencatatnya.

b. Wawancara Semiterstruktur

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depthinterview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas biladibandingkan dengan wawancara terstruktur.Tujuan dariwawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahansecara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancaradiminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukanwawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti danmencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

c. Wawancara tak berstruktur

Wawancara jenis ini adalah wawancara yang bebas di manapeneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telahtersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan

Page 96: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

81

datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupagaris-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan

yang mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan

informasi.Aturan pada wawancara penelitian lebih ketat.Pedoman

wawancara dibuat oleh peneliti berdasarkan tugas pokok dan fungsi setiap

informan dalam penelitian.Oleh karena itu, dalam pedoman wawancara

mengajukan pertanyaan perlu dilandasi oleh dimensi teori.

Dalam penelitian kualitatif, wawancara dilakukan secara

mendalam. Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data secara terstruktur, akan tetapi tidak menutup

kemungkinan juga untuk menggunakan wawancara tidak terstruktur guna

memperkaya data yang digunakan peneliti.

Tabel 3.2

Pedoman Wawancara

Indikator Informan Subdimensi

1. Pencarian Masalah1. Kepala Seksi

Operasional RSUDProvinsi Banten

2. Staf Ahli DPRDProvinsi Banten

a. Masalah yang terjadidalam prosespembentukan RSUDProvinsi Banten sebagairumah sakit tipe B.

2.Peramalan 1. Kepala BidangOperasional RSUDBanten

2. Anggota Komisi VDPRD Provinsi Banten

a. Model RSUD ProvinsiBanten sebagai rumahsakit tipe B di masa yangakan datang.

b. Pola hidup masyarakat

Page 97: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

82

setelah didirikannyaRSUD Provinsi Bantensebagai Rumah SakitTipe B.

c. Dampak di masa depanapabila segala masalahproses pembentukanRSUD Banten sebagaiRumah Sakit Tipe Bbelum dapat diselesaikan.

3.RekomendasiKebijakan

1. Anggota Komisi VDPRD Provinsi Banten

a. Alternatif kebijakanuntuk pencapaian prosespembentukan RSUDBanten sebagai RumahSakit tipe B.

b. Pola atau model yangakan digunakan sebagaialternatif kebijakan dalamproses pembentukanRSUD Provinsi Bantensebagai rumah sakit tipeB

c. Rekomendasi yangditawarkan diharapkanmampu menjawabpermasalahan yang ada.

4.PemantauanKebijakan

1. Kepala SeksiOperasional RSUDBanten

2. Anggota Komisi VDPRD Provinsi Banten

a. Pemantauan kebijakanyang dilakukan olehpemerintah daerah/DPRDProvinsi Banten.

b. Keikutsertaan Komisi VDPRD Provinsi Bantendalam pemantauan prosespembentukan RSUDProvinsi Banten sebagairumah sakit tipe B.

c. Proses pemantauan secarateknis yang dilakukan.

d. Keikutsertaan masyarakat

Page 98: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

83

Provinsi Banten dalampemantauan prosespembentukan RSUDBanten sebagai RumahSakit Tipe B.

5.Evaluasikebijakan

1. Anggota Komisi VDPRD ProvinsiBanten

a. Dampak yangditimbulkan dari prosespembentukan RSUDBanten.

b. Penilaian kesesuaiantarget/sasaran dalamproses pembentukanRSUD Banten.

c. Evaluasi kebijakandilakukan olehpemerintahdaerah/DPRD.

3. Observasi

Observasi atau yang lebih umum dikenal dengan pengamatan

menurut Moleong adalah kegiatan untuk mengoptimalkan kemampuan

peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar,

kebiasaan dan sebagainya. Observasi memungkinkan pengamat untuk

melihat dunia sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian dan peneliti

juga akan mampu merasakan apa yang dirasakan oleh subjek sehingga

memungkinkan peneliti menjadi sumber data (Moleong, 2011: 175).

Dalam penelitian ini, teknik observasi/ pengamatan yang

digunakan adalah observasi berperanserta (observastion participant).

Page 99: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

84

Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian ini memanfaatkan

teknik observasi/ pengamatan, seperti yang dikemukakan oleh Guba &

Lincoln (dalam Moleong, 2011: 175) diantaranya:

a. Teknik ini didasarkan pada pengalaman secara langsung.b. Memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian

mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi padakeadaan sebenarnya.

c. Memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yangberkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuanyang langsung diperoleh dari data.

d. Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada datayang didapatnya ada yang bias.

e. Memungkinkan peneliti mampu memmahami situasi-situasi yangrumit, karena harus memperhatikan beberapa tingkah laku yangkompleks sekaligus.

f. Dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnyatidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangatbermanfaat.Observasi dalam penelitian ini dilakukan di RSUD Provinsi Banten

sebagai pelaksana dari program legislasi daerah.

4. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan salah satu sumber data sekunder yang

diperlukan dalam sebuah penelitian.Menurut Guba & Lincoln dokumen

adalah setiap bahan tertulis atau pun film, gambar dan foto-foto yang

dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. (dalam

Moleong, 2011: 175). Selanjutnya studi dokumentasi dapat diartikan

sebagai teknik pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis yang

diterbitkan oleh lembaga-lembaga yang menjadi obyek penelitian, baik

berupa prosedur, peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil pekerjaan

serta berupa foto atau pun dokumen elektronik (rekaman).

Page 100: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

85

Namun, persoalan tidak akan terpecahkan hanya dengan

mengumpulkan data perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:

a. Semua data harus dapat di dudukkan selaku pengungkap watak,

sifat dan/atau perangai obyek peneliti.

b. Semua data harus dapat didudukkan secara korelatif satu dengan

yang lainnya.

c. Semua data harus didudukkan secara korelatif dengan satu atau

lebih unsur lingkungan yang patut diduga berpengaruh atas obyek

penelitian.

Jadi, alas data digunakan mengatur data untuk menyajikan obyek

penelitian sebagai suatu sistem, untuk mengemukakan mekanisme dakhil

yang memelihara eksistensi obyek sebagai sistem dan untuk

mengemukakan iteraksi obyek dengan lingkungannya sebagai selanjutnya

dapat memberikan kejelasan tentang peran lingkungan dalam perilaku

obyek menghadapi pengaruh lingkungan.

5. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan

memperoleh atau mengumpulkan data dari berbagai referensi yang relevan

dengan penelitian yang dilakukan.

Page 101: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

86

3.7.3 Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan & Biklen (dalam Moleong, 2011: 248) analisis

data kualitatif adalah:

“Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yangdapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola,menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari danmemutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”.

Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data dimulai sejak

peneliti melakukan kegiatan pra-lapangan sampai dengan selesainya

penelitian.Analisis data dilakukan secara terus-menerus tanpa henti sampai

data tersebut bersifat jenuh. Dalam prosesnya, analisis data dalam

penelitian ini menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan

oleh Miles &Huberman, yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan

tiga kegiatan penting, diantaranya; reduksi data (data reduction),

penyajian data (data display) dan verifikasi (verification). Apabila

digambarkan proses tersebut akan nampak seperti berikut ini:

Gambar 3.1 Analisis Data menurut Miles & Huberman

DataCollecting

DataDisplay

DataReduction Verification/con

culiion

Page 102: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

87

Dari gambar 3.1 dapat dilihat bahwa pada prosesnya peneliti akan

melakukan kegiatan berulang-ulang secara terus-menerus. Ketiga hal

utama itu tersebut merupakan sesuatu yang jalin-menjalin pada saar

sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data. Ketiga di atas dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan diperoleh dengan menggunakan teknik

wawancara, observasi, dan dokumentasi.Selanjutnya, data-data yang

berupa data variabel dari hasil wawancara diubah menjadi bentuk tulisan.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Selama proses pengumpulan data dari berbagai sumber, tentunya akan

sangat banyak data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin lama peneliti

berada di lapangan, maka data yang didapatkan akan semakin kompleks

dan rumit, sehingga apabila tidak segera diolah akan dapat menyulitkan

peneliti. Oleh karena itu, proses analisis data pada tahap ini juga harus

dilakukan.Untuk memperjelas data yang didapatkan dan mempermudah

peneliti dalam pengumpulan data selanjutnya, maka dilakukan reduksi

data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan

data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat

Page 103: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

88

dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan

memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. (Sugiyono, 2012: 247).

1. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data.Kalau dalam sebuah penelitian kualitatif, penyajian

data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman

(1984) menyatakan “the most frequent from of display data for qualitative

research data in the past has been narrative text”. Yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat narasi. (Sugiyono, 2012: 249).

2. Verifikasi/ Penarikan Kesimpulan (Verification)

Langkah ketiga dalam tahapan analisis interaktif menurut Miles &

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi/. Dari permulaan

pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari hubungan-hubungan,

mencatat keteraturan, pola-pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar

dan kesimpulan awal yang dikemukakan dimuka masih bersifat sementara,

dan akan terus berubah seelama proses penumpulan data masih terus

berlangsung. Akan tetapi, apabila kesimpulan tersebut didukung oleh

bukti-bukti (data) yang valid dan konsisten yang peneliti temukan di

lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan

yang kredibel. (Sugiyono, 2012: 252).

3.7.3 Sumber Data

Page 104: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

89

Data adalah bahan keterangan tentang semua objek penelitian yang

diperoleh di lokasi penelitian (Bungin, 2005: 19).

Jenis-jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

peneliti secara langsung dari sumber datanya.Data primer disebut juga

sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date.Untuk

mendapatkan data primer, penelitian harus mengumpulkannya secara

langsung dari sumbernya dan maish bersifat mentah. Teknik yang dapat

digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi,

wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion-FGD) dan penyebaran

kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

peneliti ddari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan

kedua).Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro

Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal dan lain-lain.Data sekunder

terbagi dua, yaitu studi dokumentasi dan studi kepustakaan.

3.7.5Uji Keabsahan Data

Menurut Sugiyono (dalam Sugiyono, 2012: 267), keabsahan data

atau validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek

penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Data dalam

penelitian kualitatif, dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan

Page 105: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

90

antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi

pada obyek yang diteliti.

Adapun dalam menguji validitas data, peneliti menggunakan dua

cara yakni:

1. Triangulasi

Teknik triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada (Sugiyono, 2012: 241). Terdapat beberapa macam

triangulasi diantaranya:

a. Triangulasi Sumber yaitu mengecek data yang diperoleh darisumber yang berbeda dengan teknik yang berbeda.

b. Triangulasi Teknik yaitu mengecek data yang diperoleh kepadasumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

c. Triangulasi Waktu yaitu mengecek data yang diperoleh di waktuyang berbeda.

Dalam penelitian ini, proses check dan recheck data yang

dilakukan oleh peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber dan

teknik.

2. Member Check

Menurut Sugiyono (Sugiyono, 2012: 276) Member Check adalah

proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.

Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh

sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Bila data yang

ditemukan valid, maka semakin dipercaya.

Page 106: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

91

3.8 Tempat dan Waktu Penelitian

PenelitianAnalisis Klasifikasi Pembentukan RSUD Provinsi

Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B. Ada pun waktu pelaksanaan

penelitian ditunjukkan pada tabel 3.3.

Tabel 3.3Jadwal Penelitian

NamaKegiatan

Waktu Penelitian

Okt Nov Des Jan Feb Ma Apr Mei Jun Jul Des Jan Jul Jul2015 2015 2015 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2017 2017 2018 2018

PengajuanJudulAcc JudulPenelitianObservasiAwalPenyusunan ProposalBimbingandanPerbaikanProposalPenyerahanProposalSeminarProposalRevisiProposal

Wawancara

Penyusunan HasilPenelitianSidangSkripsiRevisiSkripsi

(Sumber: Data diolah Peneliti, 2016)

Page 107: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

92

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah RSUD Provinsi Banten

Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Banten yang dimulai pada

tahun 2007 yang diresmikan oleh Gubernur Provinsi Banten Ratu Atut Chosiyah

pada bulan Oktober Tahun 2013 berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun

2013 tentang pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum

Daerah Banten, merupakan salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi

Banten dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal terutama pelayanan

kesehatan pada masyarakat Banten. Dengan semakin berkembangnya Banten

sebagai Provinsi, semakin kompleks juga masalah kesehatan yang dihadapi.

Masyarakat Banten kini terdiri dari berbagai macam kultur dan budaya karena

Banten telah menjadi tempat investasi menjanjikan karena sebagai daerah yang

Page 108: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

93

dekat dengan ibukota Negara. Rumah Sakit Rujukan Provinsi Banten disiapkan

untuk menjadi Rumah Sakit Umum Tipe B dengan menyelenggarakan pelayanan

kesehatan meliputi :

a. Pelayanan Medik Umum;

b. Pelayanan Gawat Darurat;

c. Pelayanan Medik Spesialis Dasar;

d. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik;

e. Pelayanan Medik Spesialis Lain;

f. Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut

g. Pelayanan Medik Subspesialis;

h. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan;

i. Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.

4.1.2 Gambaran Umum RSUD Banten

Rumah Sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan

kesehatan.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menggariskan bahwa

rumah sakit umum mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara

berdayaguna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan

pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan

dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

Rumah Sakit Umum Daerah Banten berlokasi di Jl. Syekh Nawawi Al-

Bantani Cipocok Jaya Serang Banten merupakan salah satu fasilitas pelayanan

kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat

94

Page 109: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

94

peningkatana derajat kesehatan masyarakat.Peran strategis ini terkait karena

rumah sakit adalah fasilitas kesehatan yang padat teknologi dan padat pakar.

Peran tersebut dewasa ini makin menonjol mengingat timbulnya perubahan-

perubahan epidemiologi penyakit, perubahan struktur demografis, perkembangan

IPTEK, perubahan struktur sosio-ekonomi masyarakat dan pelayanan yang lebih

bermutu, ramah dan sanggup memenuhi kebutuhan mereka yang menuntut

perubahan pola pelayanan kesehatan.

Lahan yang diperuntukkan untuk pendirian Rumah Sakit Umum Daerah Banten

seluas ± 50.000 M² dengan luas konstruksi bangunan gedung A lantai 1 (satu)

seluas 1.740 m², lantai 2 (dua) seluas 1.897 m² dan lantai 3 (tiga) seluas1.492 m².

Gedung A ini terdiri dari ruangan manajemen dan ruang perawatan.Gedung B

lantai 1 (satu) seluas 1.414 m², lantai 2 (dua) seluas 1.414 m² dan lantai 3 (tiga)

seluas 1.414 m².Gedung B ini sedang dalam tahap pembangunan dan rencananya

gedung ini diperuntukkan untuk ruang rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah

Banten.

Rumah Sakit Umum Daerah Banten merupakan instansi atau Satuan

Kinerja Perangkat Daerah (SKPD) baru yang ada di lingkungan pemerintahan

Provinsi Banten yang diresmikan oleh Gubernur Provinsi Banten pada bulan

Oktober Tahun 2013 berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2013

tentang pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum

Daerah Banten. Sebagai SKPD baru RSUD Banten dipimpin oleh Direktur yang

mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintah daerah berdasarkan

asas otonomi daerah dan tugas pembantuan di bidang kesehatan terutama di

Page 110: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

95

lingkungan rumah sakit. Seiring dengan proses pembangunan pada era

desentralisasi, pembangunan yang telah berkembang di lingkungan pemerintah

daerah, khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Banten semakin besar pula

tantangan dan hambatan yang ada di sepanjang masa suatu pemerintahan.

Pembangunan yang terus dilaksanakan pemerintah tidak lain ditujukan kepada

peningkatan kesejahteraan warga masyarakat, oleh karenanya pembangunan yang

dilaksanakan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta dapat dinikmati

oleh seluruh warga masyarakat.

Rumah Sakit Umum Daerah Banten (RSUD Banten) sebagai unit

pelayanan publik Pemerintah Daerah semakin dituntut untuk meningkatkan

kualitas kinerja pelayanannya.Hal ini seiring dengan program percepatan

pembangunan yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Banten. Tuntutan

masyarakat akan kualitas kinerja pelayanan dari waktu ke waktu semakin

meningkat terutama setelah memasuki era reformasi. Hal ini merupakan tantangan

yang serius terhadap keberadaan RSUD Banten di masa mendatang. Apakah

masih tetap menjadi tumpuan masyarakat sebagai pusat pelayanan kesehatan

rujukan atau tumpuan masyarakat beralih ke tempat lain dalam memenuhi

kebutuhan pelayanan kesehatan. Untuk itu perbaikan kualitas pelayanan kesehatan

rujukan harus mendapat prioritas dari pemerintah daerah dalam hal pelayanan

terhadap pelanggan atau konsumen kesehatan.

Dengan demikian, nampak bahwa rumah sakit mengemban tugas yang

sangat berat.Di satu sisi dituntut memberi pelayanan yang bermutu yang dapat

memuaskan konsumennya.Rumah Sakit sebagai institusi yang berperan penting

Page 111: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

96

dalam pelayanan kesehatan masyarakat merupakan salah satu misi yang harus

dijalankan. Di sisi lain perubahan kecenderungan dari institusi yang sepenuhnya

sosial menjadi sosio-ekonomis juga sudah merupakan kenyataan. Sementara itu,

perubahan baik di tingkat lokal maupun global terus saja terjadi yang memaksa

rumah sakit secara terus menerus perlu menyesuaikan dirinya.

Rumah Sakit Umum Daerah Banten (RSUD Banten) sebagai lembaga

teknis di bidang pelayanan kesehatan dan satu-satunya Rumah Sakit Umum milik

Pemerintah Provinsi Banten memiliki peran strategis dalam meningkatkan derajat

kesehatan melalui upaya pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakt

khususnya di wilayah Banten sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Sebagai

institusi pemberi pelayanan kesehatan dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya perlu menetapkan rencana strategis yang akan digunakan sebagai

pedoman dalam pelaksanaan program dan kegiatan selama periode tertentu

dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau timbul

sehingga dapat secara realistis mengantisipasi perkembangan masa depan.

4.1.3 Tugas dan Fungsi RSUD Banten dan jajarannya

Rumah Sakit Umum Daerah Banten yang selanjutnya disingkat dengan

RSUD Banten adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

kegiatan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan mengutamakan

pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan peningkatan kesehatan dan

pencegahan penyakit yang dilaksanakan melalui penyediaan pelayanan rawat

inap, rawat jalan, gawat darurat, tindakan medik dan penunjang medik serta

kerjasama seluruh jajaran dan unit kerja di lingkungan RSUD Banten.

Page 112: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

97

Rumah Sakit Umum Daerah Banten merupakan lembaga teknis daerah

Banten yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, mempunyai

tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk

melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, RSUD Banten mempunyai

fungsi sebagaimana berikut :

a. Penyelenggaraan pelayanan medis dan nonmedis;

b. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis dan nonmedis;

c. Penyelenggaraan pelayanan dan asuhan keperawatan;

d. Penyelenggaraan pelayanan rujukan;

e. Penyelenggaraan pendidikan dan penelitian;

f. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan; dan

g. Penyelenggaraan administrasi umum dan keuangan.

Dalam peraturan Gubernur Banten Nomor 20 Tahun 2013 tentang rincian tugas,

fungsi dan tata kerja Rumah Sakit Umum Daerah Banten berikut rincian tugas dan

fungsinya :

1. Direktur mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan

daerah berdasarkan otonomi daerah dan tugas pembantuan di bidang

pelayanan ksehatan rumah sakit. Untuk melaksanakan tugas pokok,

Direktur mempunyai fungsi dan tugas sebagai berikut:

a. Pengkoordinasian penyusunan rencana strategis rumah sakit

berdasarkan rencana pembangunan jangka menengah pemerintah

daerah;

Page 113: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

98

b. Perumusan kebijakan di bidang pelayanan kesehatan di rumah sakit;

c. Perumusan kebijakan pendidikan, pelatihan;

d. Perumusan kebijakan penelitian dan pengembangan serta pengabdian

masyarakat;

e. Perumusan kebijakan anggaran, akuntansi, perbendaharaan dan

verifikasi;

f. Perumusan kebijakan pengelolaan urusan kepegawaian, hukum,

hubungan masyarakat, organisasi dan tata laksana, serta rumah tangga,

perlengkapan dan umum;

g. Perumusan rencana dan program, monitoring, evaluasi dan pelaporan

di bidang pelayanan kesehatan;

h. Pertanggungjawaban tugas rumah sakit secara administrative dan

operasional kepada Gubernur Banten;

i. Pengarahan pelaksanaan dan pemanfaatan sumberdaya rumah sakit;

j. Pengawasan operasional rumah sakit;

k. Pembinaan jabatan fungsional;

l. Menetapkan rencana strategis rumah sakit;

m. Menetapkan rencana kerja rumah sakit;

n. Memimpin, merencanakan, mengorganisasikan, mengendalikan dan

mengevaluasi penyusunan program dan kegiatan rumah sakit;

o. Menetapkan standar dan pedoman semua kegiatan administrasi umum,

keuangan serta pelayanan medis dan non medis;

Page 114: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

99

p. Merumuskan dan menetapkan kebijakan operasional dan teknis

pelayanan kesehatan rumah sakit;

q. Melakukan koordinasi dan kerjasama antar instansi untuk kelancaran

pelaksanaan tugas;

r. Menganalisa, member petunjuk, arahan dan pembinaan serta

mengevaluasi pelaksana tugas bawahan;

s. Menyusun laporan sesuai tugas dan fungsinya.

2. Wakil Direktur Pelayanan, mempunyai tugas pokok membantu Direktur

dalam melaksanakan perumusan dan pengkoordinasian program dan

kegiatan bidang pelayanan medis dan bidang keperawatan. Untuk

melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai berikut.

a. Pengkoordinasian penyusunan rencana strategi bidang pelayanan

medis dan keperawatan;

b. Perumusan kebijakan pelayanan medis dan keperawatan;

c. Perencanaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan medis

dan keperawatan;

d. Pengkoordinasian penyusunan standar pelayanan medis dan

keperawatan;

e. Pengkoordinasian penyusunan pedoman petunjuk teknis dan

pembinaan teknis operasional pelayanan medis dan keperawatan;

f. Pengawasan, pengendalian dan pembinaan pemnafaatan fasilitas,

sarana dan prasarana pelayanan medis dan keperawatan pada seluruh

unit pelayanan yang dibawahinya;

Page 115: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

100

g. Penyusunan telaahan staf di bagian pelayanan medis dan keperawatan;

h. Pengkoordinasian, fasilitasi dan sinkronisasi pelayanan medis dan

keperawatan dengan wakil direktur yang lain serta instalasi, komite

dan staf fungsional d lingkungan rumah sakit maupuan instansi terkait

lainnya;

i. Pengkoordinasian penyusunan standar pelayanan medis pada unit

pelayanan fungsional;

j. Mengkoordinasikan penyusunan rencana strategis bidang pelayanan

medis dan keperawatan;

k. Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja pelayanan medis dan

keperawatan;

l. Mengkoordinasikan penyusunan bahan rencana kebijakan program dan

kegiatan pelayanan medis dan keperawatan;

m. Mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas internal dilingkup

pelayanan medis dan keperawatan;

n. Mengelola dan mengkoordinasikan penyusunan rencana anggaran dan

pelaksanaan tugas di bidang pelayanan medis dan keperawatan;

o. Melaksanakan inetgrasi, sinkronisasi dan simflikasi dalam pelaksanaan

tugas di bidang pelayanan medis dan keperawatan;

p. Menyampaikan laporan akuntabilitas kinerja pelayanan medis dan

keperawatan kepada direktur;

q. Membina dan memotivasi bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas,

peningkatan produktivita dan pengembangan karier bawahan;

Page 116: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

101

r. Menganalisa, menilai, member petunjuk dan arahan serta

mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan;

s. Menyusun laporan sesuai tugas dan fungsinya.

t. Wakil Direktur Pelayanan, membawahkan Kepala Bidang Pelayanan

Medis dan Kepala Bidang Keperawatan.

3. Wakil Direktur Penunjang, mempunyai tugas pokok membantu Direktur

dalam melaksanakan perumusan dan pengkoordinasian bidang logistik dan

bidang rekam medis dan sistem informasi manajemen rumah sakit. Untuk

melaksanakan tugas dan fungsi pokok sebagai berikut.

a. Pengkoordinasian penyusunan rencana aksi strategis bidang logistik

dan bidang rekam medis dan sistem informasi manajemen rumah sakit;

b. Perumusan kebijakan terkait pengelolaan barang medis dan non medis

serta rekam medis dan sistem informasi manajemen rumah sakit;

c. Perencanaan, pengaturan, pemantauan dan evaluasi logistik dan

pelaksanaan rekam medis serta sistem informasi manajemen rumah

sakit.Pengembangan perbekalan dan pengelolaan barang medis dan

non medis serta pelaksanaan rekam medis dan sistem informasi

manajemen rumah sakit;

d. Pengkoordinasian penyusunan standar penunjang medis;

e. Pengkoordinasian penyusunan pedoman petunjuk tekni penunjang

medis;

Page 117: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

102

f. Pengawasan, pengendalian dan pembinaan pemanfaatan fasilitas,

sarana dan prasarana penunjang medis pada seluruh unit pelayanan

yang dibawahinya;

g. Penyusunan telaahan staf di bidang rekam medis dan sistem informasi

manajemen rumah sakit;

h. Pengkoordinasian, fasilitasi dan sinkronisasi pengelolaan barang medis

dan non medis, rekam medis dan sistem informasi manajemen rumah

sakit dengan wakil direktur yang lain serta instalasi, komite dan staf

fungsional di lingkungan rumah sakit maupun instansi terkait lainnya;

i. Pengkoordinasian penyusunan standar pelayanan medis dan non medis

pada unit penunjang fungsional;

j. Wakil Direktur Penunjang, membawahkan Kepala Bidang Logistik

dan Kepala Bidang Rekam Medis dan Sistem Informasi Manajemen

Rumah Sakit.

4. Wakil Direktur Umum dan Keuangan, mempunyai tugas pokok membantu

Direktur dalam melaksanakan perumusan dan pengkoordinasian rencana

program dan kegiatan bagian umum dan bagian keuangan. Untuk

melaksanakan tugas dan fungsi pokok sebagai berikut.

a. Pengkoordinasian penyusunan rencana strategis bagian umum dan

bagian keuangan;

b. Perumusan kebijakan administrasi umum, kepegawaian, pendidikan,

pelatihan, perencanaan, evaluasi, pelaporan, keuangan dan aset;

Page 118: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

103

c. Perencanaan, pengaturan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan

administrasi umum, kepegawaian, pendidikan, pelatihan, perencanaan,

evaluasi, pelaporan, keuangan dan aset;

d. Pengembangan kualitas pelaksanaan administrasi umum, kepegawaian,

pendidikan, pelatihan, perencanaan, evaluasi, pelaporan, keuangan dan

aset;

e. Pengkoordinasian penyusunan standar pelaksanaan administrasi

umum, kepegawaian, pendidikan, pelatihan, perencanaan, evaluasi,

pelaporan, keuangan dan aset;

f. Pengkoordinasian penyusunan pedoman petunjuk teknis dan

pembinaan teknis pelaksanaan administrasi umum, kepegawaian,

pendidikan, pelatihan, perencanaan, evaluasi, pelaporan, keuangan dan

aset;

g. Pengawasan, pengendalian dan pembinaan pemanfaatan fasilitas,

sarana dan prasarana administrasi umum, kepegawaian,pendidikan,

pelatihan, perencanaan, evaluasi, pelaporan, keuangan dan aset serta

seluruh unit yang dibawahinya;

h. Penyusunan telaahan staf pada bagian umum dan bagian keuangan;

i. Pengkoordinasian, fasilitasi dan sinkronisasi administrasi umum,

kepegawaian, pendidikan, pelatihan, perencanaan, evaluasi, pelaporan,

keuangan dan aset dengan wakil direktur yang lain serta instalasi,

komite dan staf fungsional di lingkungan rumah sakit maupun instansi

terkait lainnya;

Page 119: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

104

j. Wakil Direktur Umum dan Keuangan, membawahkan Kepala Bidang

Umum dan Kepala Bagian Keuangan.

4.1.4 Visi dan Misi RSUD Banten

Provinsi Banten menyadari bahwa keberadaan organisasi ini sesuai dengan

kedudukan, tugas dan fungsi diharapkan dapat memberikan peran yang nyata bagi

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Provinsi Banten khususnya,

maupun pemerintah dan masyarakat Banten pada umumnya, terutama dalam jasa

pelayanan kesehatan di Provinsi Banten.

Untuk itu, seluruh jajaran dan unit kerja di lingkungan RSUD Banten perlu

memiliki pandangan dan komitmen agar RSUD Banten senantiasa dapat eksis,

antisipatif, proaktif dan inovatif di masa depan dalam menjalankan tugas pokok

dan fungsi serta menghadapi perubahan lingkungan internal maupun eksternal

organisasi maupun perkembangan permasalahan kesehatan secara lokal, regional

maupun global. Sejalan dengan pandangan dan harapan dimaksud maka Visi

RSUD Banten dinyatakan dalam rumusan, yaitu : “Rumah Sakit Yang Andal dan

Terpercaya”. Visi tersebut diatas untuk mendukung terwujudnya Provinsi Banten

menjadi daerah kondusif untuk berinvestasi yang berorientasi pada pembangunan.

Pernyataan misi mengandung secara eksplisit apa yang harus dicapai oleh

dan kegiatan spesifik apa yang harus dilaksanakan dalam upaya mencapai visi.

Pernyataan misi RSUD Banten yang dirumuskan juga sekaligus mencerminkan

pandangan organisasi tentang kemampuan dirinya dan hal yang sangat penting

untuk mengarahkan organisasi agar eksis dan dapat mengikuti perkembangan

Page 120: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

105

lingkungan eksternal, global dan jiwa otonomi daerah serta harus senantiasa

berusaha mewujudkan keselerasan hubungan antara pemerintah, dunia usaha dan

masyarakat luas serta umumnya melalui kaidah-kaidah utama yaitu : partisipasi,

transparansi, dan akuntabilitas.

Sejalan dengan pemikiran tersebut maka RSUD Banten memiliki misi :

1. Mewujudkan kompetensi sumber daya manusia Rumah Sakit secara

berkesinambungan dalam hal skill, knowledge dan attitude.

2. Mengembangkan bangunan yang atraktif dan peralatan medis yang

canggih dan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi kedokteran.

3. Memberikan pelayanan yang berstandar nasional dan menyenangkan

pelanggan.

4. Berperan aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Banten

melalui pelayanan kesehatan perorangan dalam mendukung RPJMD

(Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Provinsi Banten.

4.2. Deskripsi Data

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data analisis merupakan penjelasan mengenai data yang telah

didapatkan dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti selama proses

penelitian berlangsung. Dalam penelitian mengenai Analisis Klasifikasi

Page 121: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

106

Pembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B menggunakan

teori analisis kebijakan publik menurut Dunn, yang meliputi :

1. Pencarian masalah2. Peramalan masa depan (forecasting)3. Rekomendasi kebijakan4. Pemantauan hasil kebijakan5. Evaluasi kebijakan

Adapun data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata,

kalimat dan rencana-rencana pembangunan kualitas Rumah Sakit Umum Daerah

Banten, baik dari hasil wawancara informan penelitian, hasil observasi di

lapangan, catatan lapangan penelitian, atau hasil dokumentasi lainnya, yang

relevan dengan fokus penelitian ini. Proses pencarian dan pengumpulan data yang

dilakukan peneliti secara investigasi dimana peneliti melakukan wawancara

dengan sejumlah informan yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini,

sehingga peneliti mendapatkan informasi yang sesuai dengan yang diharapkan.

Informan dalam penelitian ini, peneliti telah menentukan informan dari awal

dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Data-data yang peneliti dapatkan adalah data yang berkaitan dengan

pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum Daerah

Banten khususnya terhadap pembentukan klasifikasi tipe B di Rumah Sakit

Umum Daerah Banten. Hasil yang diperoleh dari wawancara, observasi lapangan,

dan kajian pustaka kemudian dibentuk secara tertulis dengan dibentuk pola serta

dibuat kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban yang sama

dan berkaitan dengan pembahasan permasalahan penelitian serta dilakukan

Page 122: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

107

kategorisasi. Dalam menyusun jawaban hasil wawancara, peneliti memberikan

kode-kode sebagai berikut :

1. Kode Q untuk menunjukan item pertanyaan2. Kode A untuk menunjukan item jawaban3. Kode N.1 untuk menunjukan Kepala Seksi Operasional Pelayanan

RSUD Banten.4. Kode N.2 untuk menunjukan Staf Tenaga Ahli DPRD Provinsi Banten.5. Kode N.3 untuk menunjukan Anggota Komisi V DPRD Provinsi

Banten.

4.2.2 Deskripsi Informan Penelitian

Pada penelitan mengenai Analisis Klasifikasi Pembentukan RSUD Banten

sebagai Rumah Sakit Tipe B, dalam menentukn informan, peneliti menggunakan

teknik purposive merupakan teknik penentuan informan dengan berdasarkan pada

kriteria-kriteria tertentu yang disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan .

adapun informan-informan yang peneliti tentukan, merupakan orang-orang yang

menurut peneliti ahli atau mengetahui banyak mengenai klasifikasi pembentukan

RSUD Banten sebagai rumah sakit tipe B. Dalam penelitian mereka (informan)

adalah orang-orang yang berurusan dengan permasalah yang sedang peneliti teliti.

Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terikat dalam

RSUD Banten dan Sekretariat DPRD Provinsi Banten khususnya Komisi V, serta

pihak-pihak lain yang terlibat. Berikut informan yang telah bersedia di

wawancarai adala

h :

Page 123: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

108

Tabel 4.1

Daftar Informan

NO. Kode

Informan

Nama Informan Keterangan

1. N.1 Drg. Rima Astuti, MARS Kepala Seksi

Operasional Pelayanan

RSUD Banten

2. N.2 Ade Ferdiansyah, SE Staf Tenaga Ahli DPRD

Banten

3. N.3-1 Issak Sidik, SE Anggota Komisi V

DPRD Banten

4. N.3-2 Fitron Nur Ikhsan Anggota Komisi V

DPRD Banten

4.3 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian Analisis Klasifikasi

Pembentukan RSUD Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B ini menggunakan model

analisis data menurut Miles dan Huberman, yang mana prosesnya mencakup

beberapa langkah, yaitu yang pertama data collection (pengumpulan data). Pada

penelitian mengenai Analisis Klasifikasi Pembentukan RSUD Banten sebagai

Rumah Sakit Tipe B, dalam tahap pengumpulan data dilakukan dengan review

dokumentasi Naskah Akademik dan Risalah Rapat Paripurna mengenai

pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah

Banten, wawancara, observasi, pengumpulan data melalui kajian pustaka dan

dokumentasi. Hal ini dilakukan agar data yang didapatkan dalam penelitian ini

valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

Page 124: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

109

Langkah selanjutnya yaitu data reduction (reduksi data).Reduksi data

artinya merangkum atau memilih hal-hal yang pokok dan menfokuskan hal yang

penting. Dalam penelitian mengenai Analisis Klasifikasi Pembentukan RSUD

Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B, pada tahap reduksi data dilakukan dengan

cara membaca ulang data-data yang didapatkan saat pengumpulan data, dan

memilih data-data yang sesuai dengan fokus penelitian untuk kemudian disajikan.

Kemudian langkah selanjutnya adalah data display (penyajian data).

Penelitian mengenai Analisis Klasifikasi Pembentukan RSUD Banten sebagai

Rumah Sakit Tipe B. dalam tahap penyajian data dalam penelitian kualitatif

dilakukan secara sistematis dan dalam bentuk uraian singkat, bagan, kategori, dan

disajikan berupa teks naratif. Dengan mendisplay data dapat mudah memahami

masalah apa yang telah terjadi.

Langkah keempat yakni melakukan penarikan kesimpulan dan

verifikasi.Dalam penarikan kesimpulan didukung dengan bukti-bukti yang kuat

berupa data yang valid dan temuan di lapangan.Dengan menghubungkan hasil

observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan data-data yang ada kemudian dapat

ditarik sebuah kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.

4.4 Deskripsi Hasil Penelitian

Pembahasan dan analisis dalam penelitian merupakan data dan fakta yang

peneliti dapatkan langsung dari lapangan dan disesuaikan dengan teori yang

peneliti gunakan.Dalam pemaparan hasil penelitian, peneliti menuliskannya dalam

bentuk deskriptif berupa uraian dan kutipan langsung dari narasumber. Untuk

Page 125: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

110

mengetahui bagaimana mengenai Analisis Klasifikasi Pembentukan RSUD

Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B, dengan menggunakan teori analisis

kebijakan menurut Dunn (2003) dalam analisis kebijakan meliputi lima (5)

tahapan, yaitu ;

1. Pencarian Masalah

2. Peramalan Masa Depan

3. Rekomendasi Kebijakan

4. Pemantauan Hasil Kebijakan

5. Evaluasi Kebijakan

4.4.1 Analisis Klasifikasi Pembentukan RSUD Banten sebagai Rumah SakitTipe B

Analisis data dan temuan di lapangan yang peneliti lakukan dengan model

analisis kebijakan public menurut Dunn (2003) dimana untuk menganalisis

kebijakan meliputi lima (5) tahapan, yaitu pencarian masalah, peramalan masa

depan, rekomendasi kebijakan, pemantauan hasil kebijakan, dan evaluasi

kebijakan. Berikut penjabarannya ;

1. Pencarian Masalah

Pembentukan sebuah Rumah Sakit Provinsi di Provinsi Banten ini

bertujuan untuk memperkuat posisi sebagai Rumah Sakit Rujukan dari kabupaten

atau kota yang ada di Provinsi Banten. Untuk itu, Rumah Sakit Umum Daerah

Banten diklasifikasikan sebagai Rumah Sakit Tipe B yang pada dasarnya

memenuhi lima (5) kriteria menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.340 Tahun

Page 126: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

111

2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, yaitu Pelayanan, Sumber Daya Manusia,

Peralatan, Sarana dan Prasarana, serta Administrasi/Manajemen. Namun pada

kenyataannya Rumah Sakit Umum Daerah Banten berdiri dari bulan Oktober

2013 hingga sekarang banyak menghadapi berbagai permasalahan untuk

menyempurnakan berdirinya sebagai Rumah Sakit Tipe B yang dinaungi oleh

Pemerintah Provinsi Banten. Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi, maka

Komisi V DPRD Provinsi Banten melakukan banyak kajian mengenai

permasalahan di Rumah Sakit Umum Daerah Banten agar memperoleh informasi

yang valid. Hal tersebut diungkapkan oleh N.3 kepada peneliti di Gedung

Sekretariat DPRD Provinsi Banten pada 29 November 2016 mengungkapkan

bahwa:

“Mekanisme pengumpulan masalah yang ada di Rumah Sakit UmumDaerah Banten itu ada beberapa kegiatan, yang pertama itu pada saatkunjungan kerja (kunker), yang kedua dengan mengadakan RapatKoordinasi dengan Mitra Kerja komisi V DPRD Banten, ya salah satunyaRSUD Banten, dan selain itu dengan mengundang pemerintah untuk ikutmembahas permasalahan yang akan kita bahas. Terkadang ada audiencylangsung ke Komisi V dari pihak RSUD Bantennya sendiri bila adapermasalahan-permasalahan yang ingin dibantu diselesaikan dan segeradicari solusinya.Waktu itu, dokter-dokter yang praktek di RSUD Bantenmeminta audiency ke kami (Komisi V) ingin dibantu dalam kejelasannyasebagai dokter tetap di RSUD Banten”.

Berdasarkan wawancara di atas, dapat peneliti ketahui bahwa upaya yang

dilakukan tersebut bertujuan untuk mengetahui masalah apa yang terjadi di

Rumah Sakit Umum Daerah Banten. Dari hasil observasi di lapangan bahwa

permasalahan yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah Banten yaitu

dikarenakan Rumah Sakit Umum Daerah Banten diupayakan sebagai rumah sakit

Page 127: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

112

rujukan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Banten, namum pada kenyataannya

dalam berdirinya Rumah Sakit Umum Daerah Banten terburu-buru dalam segi

pembuatan regulasinya serta implementasinya yang banyak menuai masalah yaitu

sempat terhentinya pembangunan gedung rumah sakit, sumber daya manusianya

mencapai 700 orang didominasi oleh pegawai honorer, fasilitas sarana dan

prasarana yang belum memenuhi kriteria Peraturan Menteri sehingga

mengakibatkan Rumah Sakit Umum Daerah Banten mengalami ketimpangan

dalam pembangunan. Hal serupa diungkapkan oleh N.1 di Gedung RSUD Banten,

pada tanggal 01 Desember 2016 yang mengatakan bahwa:

“Dalam menanggapi berbagai masalah dari gedung, sumber dayamanusianya, serta kriteria tipe B lainnya. Selama ini pihak RSUD Bantenjuga udah bersusah payah dan berupaya menuju ke tipe B. Engga mudahuntuk ketika Provinsi Banten ingin mempunyai rumah sakit sendiri dengannaungan rumah sakit provinsi untuk mencover segala rumah sakit yangada di kabupaten maupun kota di Provinsi Banten. Dan Alhamdulillah, itudapat teratasi secara bertahap”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat peneliti ketahui bahwa dalam

kurun waktu beberapa tahun ini banyak perkembangan di Rumah Sakit Umum

Daerah Banten yaitu pembangunan gedung yang mulai dilakukan pembangunan

kembali, pelayanan rumah sakit yang lebih optimal untuk masyarakat walaupun

perkembangannya bertahap untuk mencapai kriteria rumah sakit rujukan tipe B.

Selain itu, Pemerintah Provinsi Banten juga berharap Rumah Sakit Umum Daerah

Banten menjadi rumah sakit rujukan kabupaten maupun kota. Hal ini diungkapkan

oleh N.3 kepada peneliti di Gedung Sekretariat DPRD Provinsi Banten bahwa :

“Begini sebetulnya, kondisi sekarang Provinsi Banten sudah mempunyaiRumah Sakit Rujukan yaitu RSUD Banten yang berkeinginan mencover

Page 128: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

113

masyarakat dari kabupaten maupun kota yang ada di Provinsi Banten.Pemerintah Provinsi Banten menginginkan masyarakat kalau sakit janganpergi ke Jakarta melainkan datang ke RSUD Banten, sebab Jakarta sendiripun sudah mencover masyarakatnya sendiri”.

Berdasarkan wawancara di atas, dapat peneliti ketahui bahwa Pemerintah

Provinsi Banten menyediakan Rumah Sakit Umum Daerah Banten untuk

mempermudah masyarakat mendapat rujukan dari rumah sakit kabupaten atau

kota dengan jarak yang lebih dekat dan lebih cepat ditangani oleh pihak rumah

sakit.Dengan berbagai perubahan kondisi demografis, pola penyakit dan

perkembangan teknologi, salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang sangat

diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan adalah rumah

sakit. Saat ini fasilitas sarana kesehatan berupa rumah sakit, klinik, pusat

kesehatan masyarakat masyarakat, balai pengobatan baik milik pemerintah

maupun swasta banyak tersebar di wilayah Provinsi Banten.

Tujuan dan prioritas utama untuk melayani masyarakat Provinsi Banten

dari dikeluarkannya Peraturan Daerah No.1 Tahun 2013 sebagai payung hukum

berdirinya sebuah Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Banten. Hal ini

diungkapkan oleh N.2 kepada peneliti di Gedung Sekretariat DPRD Provinsi

Banten pada tanggal 13 Januari 2017 bahwa:

“Coba lihat Naskah Akademiknya, disitu sudah jelas bahwa perlumembentuk Rumah Sakit Umum Daerah Banten sebagai rumah sakitrujukan dari kabupaten atau kota yang ada di wilayah Banten sebelumdirujuk ke Jakarta karenanya RSUD Banten haruslah tipe B karena rumahsakit di kota dan kabupaten Serang dan Tangerang sudah tipe B semua.Soal permasalahan yang ada di RSUD Banten khususnya kriteriapengklasifikasiannya itu hanya soal waktu aja untuk memperbaiki danmemenuhi yang kurangnya”.

Page 129: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

114

Berdasarkan wawancara di atas, peneliti ketahui bahwa Rumah Sakit

Umum Daerah Banten merupakan bagian dari perangkat daerah dalam bentuk

lembaga teknis daerah yang pembentukannya ditetapkan melalui peraturan

daerah.Yang pembentukannya dilakukan pengkajian dan penyelarasan dengan

dasar kewenangan pemerintah Provinsi Banten serta landasan filosofis, sosiologis

dan yuridis.

2. Peramalan Masa Depan

Langkah selanjutnya dalam analisis kebijakan setelah pencarian masalah

menurut Dunn (2003:291) adalah peramalah (forecasting). Dalam penelitian

mengenai Analisis Klasifikasi Pembentukan RSUD Banten sebagai Rumah Sakit

Tipe B, ada beberapa peramalan yang dilakukan guna melihat sejauh mana dan

seperti apa perkembangan pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah Banten bila

dibentuk sebagai Rumah Sakit Umum tipe B dan bagaimana keadaan di masa

depan apabila masalah yang terjadi pada masa sekarang belum dapat ditangani.

Peramalan bertujuan untuk melihat masa yang akan datang dihubungkan dengan

masalah pada saat ini. Selain itu dalam pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah

Banten sebagai Rumah Sakit Umum tipe B diperkirakan di masa depan dapat

mempermudah masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara

paripurna. Hal tersebut diungkapkan oleh N.3 kepada peneliti, beliau

mengungkapkan bahwa :

“Ya jadi memang Rumah Sakit Umum Daerah Banten ini sengaja dibuatuntuk rumah sakit sebagai rujukan masa depan. Memang sekarang inibelum terlaksana secara sempurna tapi sudah baik dibandingkan denganyang dulu. Dari beberapa kali ganti direktur, tapi dari sekitar satu tahun inidari pengawasan kami sebagai komisi Vagak jauh lebih baik ya pelayanan

Page 130: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

115

dan kualitasnya Rumah Sakit Umum Daerah Banten karena rumah sakitini sebagai harapan masyarakat Banten untuk rujukan-rujukan rumah sakitumum yang ada di daerah”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat peneliti ketahui bahwa

perkiraan mengenai Rumah Sakit Umum Daerah Banten akan memberikan

pelayanan yang optimal walaupun masih banyak kendala-kendala yang harus

dibenahi secara bertahap. Salah satu masalah yang sudah dibenahi adalah

kepemimpinan direktur di Rumah Sakit Umum Daerah Banten yang sekarang

dipimpin oleh Drg. Dwi Hesti Hendarti, sebelumnya kondisi di Rumah Sakit

Umum Daerah Banten beberapa kali mengalami pergantian direktur dalam jangka

waktu yang relatif pendek sehingga berpengaruh terhadap kinerja dan pelayanan

di Rumah Sakit Umum Daerah Banten.

Selain membenahi masalah pergantian direktur, selanjutnya mengenai

pelayanan secara paripurna pun masih menjadi permasalahan yang cukup

signifikan dikarenakan masih banyak masyarakat Provinsi Banten terhambat jarak

dan waktu menuju Rumah Sakit Umum Daerah Banten. Hal tersebut diungkapkan

oleh N.3 bahwa :

“Saya pengennya ke depan rumah sakit bukan jadi tanggung jawabkabupaten/kota. Semua rumah sakit yang ada termasuk Rumah SakitUmum Daerah Banten sudah punya provinsi.Semua rumah sakit itumenjadi tanggung jawab provinsi, sehingga ada masalahnya orangBojonegara sakit tapi Bojonegara itu kabupaten Serang tapi rumah sakityang terdekat adalah rumah sakit Cilegon.Orang Bojonegara berobat keCilegon dalam kondisi bed-nya terbatas tidak diterima di Cilegon karenamengutamakan masyarakat Cilegon. Akhirnya dibawa ke RSUD Bantenkarena kejauhan kalau sakitnya parah, kan mati dijalan. Banyak kasusterjadi seperti itu, maka semua kalau bisa rumah sakit menjadi milikprovinsi.Tapi Rumah Sakit Umum Daerah Banten kita harapkan lebih luaslagi menambah kamar dan menambah fasilitas.Secara keseluruhan

Page 131: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

116

indikator-indikator tipe b di Rumah Sakit Umum Banten sudah baik tapibelum maksimal hanya sekitar 40 %.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat peneliti ketahui bahwa

masyarakat Provinsi Banten berada di wilayah kabupaten atau kota yang jaraknya

berbeda-beda untuk menuju Ibukota Provinsi. Salah satunya kasus yang

diungkapkan oleh narasumber kepada peneliti dimana masyarakat Bojonegara

yang terkendala jarak dan waktu untuk menuju ke Rumah Sakit Umum Daerah

Banten. Komisi V DPRD Provinsi Banten mengharapkan seluruh rumah sakit

umum yang berada di kabupaten atau kota menjadi tanggung jawab pemerintah

Provinsi Banten sehingga masyarakat lebih mudah untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan.

Rumah Sakit Umum Daerah Banten juga diharapkan meningkatkan

pelayanan, fasilitas sarana dan prasarana terutama menambah tempat tidur (bed)

di ruangan rawat inap karena ruang rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah

Banten berjumlah 114 tempat tidur (bed) sedangkan menurut ruang rawat inap

standar indikator tipe B harus minimal berjumlah 200 tampat tidur (bed).Hal

tersebut juga diungkapkan oleh N.1 kepada peneliti bahwa :

“RSUD Banten baru kemarin di awal Desember diakreditasi, maka dari itusekarang RSUD Banten sedang mengejar segala kekurangan dalam segifasilitasnya, sarana dan prasarananya, ya itu tadi permasalahan tempattidur untuk ruang rawat inap.Karena kita di RSUD Banten dalam setahunini sudah menjalankan program berobat gratis untuk masyarakat miskin diBanten. Dan itu udah pasti RSUD Banten di masa yang akan datangmenjadi andalan masyarakat Banten untuk mengobati orang sakit yang adadi Banten”.

Page 132: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

117

Berdasarkan wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa dengan

adanya program berobat gratis bagi masyarakat tidak mampu, Rumah Sakit

Umum Daerah Banten harus menambah ruang rawat inap dikarenakan sejauh ini

langkah-langkah dari program berobat gratis dapat membantu masyarakat di

Banten khususnya masyarakat yang tidak mampu.

3. Rekomendasi Kebijakan

Rekomendasi kebijakan adalah langkah ketiga dalam model analisis

kebijakan menurut Dunn (2003:405).Setelah kita mengetahui bagaimana masalah

yang terjadi, kemudian selanjutnya yaitu memberikan rekomendasi kebijakan

yang sesuai dengan masalah yang ada.Sehingga rekomendasi kebijakan yang

sesuai diharapkan mampu menjawab dan menyelesaikan permasalahan. Dalam

penelitian Analisis Klasifikasi Pembentukan RSUD Banten sebagai Rumah Sakit

Tipe B, peneliti mendapatkan rekomendasi kebijakan dari komisi V DPRD

Provinsi Banten, Rumah Sakit Umum Daerah Banten melalui rapat koordinasi.

Ada beberapa rekomendasi kebijakan yang ditawarkan salah satunya yang

diungkapkan oleh N.3 kepada peneliti bahwa :

“Yang pertama, sumber daya manusianya jadi para dokter sudahmemenuhi daripada kebutuhan yang ada di rsud dan juga dari segikeahliannya juga harus betul-betul dimiliki.Daya dukung alat-alatnya, alat-alatnya juga harus mengikuti perkembangan teknologi karena dalamrangka menunjang kesehatan masyarakat.Yang ketiganya adalah saranadan prasarana menjadi penting ketika sarana dan prasarananya itu cukupbisamemadai artinya dari segi kontruksinya, dari segi kebersihannya dansebagainya itu harus semua mendukung untuk melayani masyarakat”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat peneliti ketahui bahwa

rekomendasi kebijakan untuk Rumah Sakit Umum Daerah Banten untuk

Page 133: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

118

memenuhi segala aspek sumber daya manusianya yang berkompeten dan sesuai

dengan keahlian spesialis dan non spesialis dimana bila sumber daya manusia

yang dibutuhkan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Banten dapat melayani dengan

prima kepada masyarakat Banten.

Seperti diketahui sarana dan prasarana untuk rumah sakit umum tipe B

harus memenuhi kriteria standar Kementerian Kesehatan, dari mulai lahan yang

diperuntukkan untuk rumah sakit, konstruksi pembangunan gedung rumah sakit

yang mengedepankan kenyamanan untuk masyarakat bila mengunjungi Rumah

Sakit Umum Daerah Banten. Lahan yang diperuntukkan untuk pendirian Rumah

Sakit Umum Daerah Banten seluas ± 50.000 M² dengan luas konstruksi bangunan

gedung A lantai 1 (satu)seluas 1.740 m², lantai 2 (dua) seluas 1.897 m² dan lantai

3 (tiga) seluas1.492 m². Gedung A ini terdiri dari ruangan manajemen dan ruang

perawatan.Gedung B lantai 1 (satu) seluas 1.414 m², lantai 2 (dua) seluas 1.414

m² dan lantai 3 (tiga) seluas 1.414 m².Gedung B ini sedang dalam tahap

pembangunan dan rencananya gedung ini diperuntukkan untuk ruang rawat inap

di Rumah Sakit Umum Daerah Banten.

Daya dukung alat-alat penunjang yang dituntut mengikuti perkembangan

teknologi sangatlah penting untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di Rumah

Sakit Umum Daerah Banten. Selain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan,

daya dukung alat-alat penunjang di Rumah Sakit Umum Daerah Banten menjadi

nilai positif bila rumah sakit rujukan dari kabupaten atau kota sudah memenuhi

berbagai peralatan medis dan non medisnya. Namun pada kenyataannya,

pemenuhan daya dukung alat-alat di Rumah Sakit Umum Daerah Banten belum

Page 134: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

119

memadai dikarenakan Rumah Sakit Umum Banten masih mendapatkan sumber

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Banten. Hal ini

diungkapkan oleh N.3 kepada peneliti bahwa :

“Membeli daya dukung alat-alat untuk RSUD Banten dari APBD dan sayatidak tahu persis jumlahnya cuman kita ingin mendorong pelayanan publikitu menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan sekarang udahjadi BLUD, bukan cuma rumah sakit tipe B aja. Sehingga kemudianrumah sakit ini tidak selalu mendapat subsidi dari pemerintah. Kan jasapelayanan mereka dan biaya operasional mereka itu kan harus dibiayaidari jasa pelayanan mereka baik dari dokternya. Tapi mungkin nanti kedepan Provinsi Banten punya tugas mensubsidi mereka bukandioperasional tetapi peningkatan kualitas, pembelian alat kesehatan yanglebih berkualitas, bangunan gedung yang representative itu jugapemerintah. Tapi RSUD Banten sudah BLUD diharapkan mereka sudahbisa membiayai dirinya sendiri”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat peneliti ketahui bahwa Rumah

Sakit Umum Daerah Banten sudah resmi menjadi Badan Layanan Umum Daerah

disingkat BLUD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau unit kerja

pada Satuan Kerja Perangkat Daerahdi lingkungan pemerintah daerah yang

dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan

barang/jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam

melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

Badan Layanan Umum Daerah merupakan bagian dari perangkat pemerintah

daerah dengan status hukum tidak terpisah dari pemerintah daerah.Berbeda

dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah pada umumnya pola pengelolaan

keuangan Badan Layanan Umum Daerah memberikan fleksibilitas berupa

keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, seperti pengecualian dari ketentuan

Page 135: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

120

pengelolaan keuangan daerah pada umumnya.Sebuah Satuan Kerja atau unit kerja

dapat ditingkatkan statusnya sebagai Badan Layanan Umum Daerah, salah satu

contohnya yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Banten. Hal ini juga diungkapkan

oleh N.1 kepada peneliti bahwa :

“Untuk rekomendasi kebijakan yang sekarang diharapkan Alhamdulillah.RSUD Banten sudah BLUD jadi insyaAllah karena RSUD Banten harusmengejar rumah sakit yang ada di kabupaten maupun kota istilahnya harusmenjadi kakak dari rumah sakit yang sudah berdiri puluhan tahun. RSUDBanten diupayakan untuk menjadi rumah sakit rujukan dari kabupaten ataukota yang ada di Provinsi Banten. Karena sudah BLUD juga kita di RSUDBanten lebih leluasa untuk mengadakan pendidikan dan pelatihan untuksumber daya manusia yang sudah Pegawai Negeri Sipil (PNS)”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa RSUD

Banten harus berjuang mengejar standarisasinya harus melebihi kapasitas di

rumah sakit yang ada di kabupaten maupun kota yang sudah berdiri selama

puluhan tahun. Rumah Sakit Umum Daerah Banten yang sudah berdiri menjadi

Badan Layanan Usaha Daerah juga dapat meningkatkan kualitas dan kwantitas

sumber daya manusianya agar lebih baik untuk peningkatan mutu pelayanan di

rumah sakit.

4. Pemantauan Hasil Kebijakan

Pemantauan kebijakan langkah keempat dalam analisis kebijakan menurut

Dunn.Dalam pemantauan kebijakan sering disebut sebagai monitoring, yaitu

penilaian dan pengawasan saat kebijakan ini sedang dilaksanakan.Monitoring atau

pemantauan pelaksanaan kebijakan Analisis Klasifikasi Pembentukan RSUD

Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B dapat dilakukan oleh berbagai macam pihak.

Hal tersebut diungkapkan oleh N.3 kepada peneliti bahwa :

Page 136: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

121

“Pada saat kebijakan ini berjalan kita terus melakukan pemantauan agarhasilnya lebih optimal, dan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.Pemantauan dapat dilakukan melalui pelaksanaan yang telahdiimplementasikan oleh pihak RSUD Banten sendiri dan selanjutnyapengawasan dilakukan oleh DPRD Banten serta peran besar pemerintahProvinsi Banten untuk ikut memantau, karena RSUD Banten kan sudahbagian dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat peneliti ketahui bahwa

monitoring atau pemantauan kebijakan dilakukan dengan kesesuaian rencana dan

pelaksanaan program yang sedang dijalankan. Dalam pemantauan kebijakan,

Pemerintah Provinsi Banten dan DPRD Provinsi Banten khususnya komisi V

sebagai mitra kerja Rumah Sakit Umum Daerah Banten menjalankan fungsi

pengawasan atas program yang dijalankan di Rumah Sakit Umum Daerah Banten.

Hal ini perlu adanya koordinasi yang kuat antara Pemerintah Provinsi Banten,

komisi V DPRD Provinsi Banten dan pihak Rumah Sakit Umum Daerah Banten

untuk mengatur jalannya pengklasifikasian Rumah Sakit Umum Daerah Banten

sebagai rumah sakit tipe B. Hal ini diungkapkan oleh N.3 kepada peneliti bahwa :

“Pemerintah Provinsi Banten berkomitmen menjadikan RSUD Bantensebagai layanan kesehatan yang prima, terjangkau dan berkualitas. Untukmeraih hal tersebut, RSUD Banten akan memberikan pelayanan kesehatankepada semua lapisan masyarakat tanpa memandang status sosial maupunekonomi, selain itu, keberadaan RSUD Banten juga dapat berfungsi untukmensukseskan jaminan kesehatan sosial”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat peneliti ketahui bahwa

bagaimana Pemerintah Provinsi Banten mengupayakan berdirinya RSUD Banten

dapat mencover bentuk pelayanan kesehatan untuk seluruh masyarakat di Provinsi

Banten dengan biaya yang minimal tapi pelayanannya maksimal. Selain itu RSUD

Banten yang berdiri sebagai rumah sakit rujukan dari kabupaten maupun kota

Page 137: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

122

ingin memberikan kemudahan menggunakan jaminan kesehatan sosial terhadap

akses pelayanan kesehatan karena Pemerintah Provinsi Banten menjamin dan

bertanggung jawab untuk masyarakatnya terutama mendapatkan pelayanan

kesehatan yang mutu di Rumah Sakit Umum Daerah Banten.

5. Evaluasi Kebijakan

Evaluasi kebijakan merupakan langkah terakhir dalam pola analisis

kebijakan menurut Dunn.Tujuan evaluasi kebijakan dalam analisis kebijakan

adalah untuk mengetahui menilai yang mendasari tujuan, sasaran dan kinerja

dalam kebijakan tersebut.Analisis Klasifikasi Pembentukan RSUD Banten sebagai

Rumah Sakit Tipe B peneliti menemukan informasi mengenai soal evaluasi

kebijakan ini yang dilaksanakan. Evaluasi ini sebenarnya harus dilakukan dalam

kurun waktu lima (5) tahun sekali, karena Rumah Sakit Umum Daerah Banten

menginjak ke empat (4) tahun jadi evaluasi ini dilakukan secara persatu semester,

hal ini diungkapkan oleh N.3 kepada peneliti bahwa:

“Sebenarnya untuk evaluasi, harus dilakukan setelah perda itu berjalanlima (5) tahun sekali.Untuk sekarang hanya menuntun perkembangan-perkembangan yang ada di RSUD Banten jadi belum bisa dikatakanevaluasi”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat peneliti ketahui bahwa

evaluasi kebijakan dalam analisis kebijakan publik bertujuan melihat sejauh mana

kebijakan tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan nilai, tujuan dan target dalam

kebijakan tersebut. Dalam hal kebijakan tentang pembentukan Rumah Sakit

Umum Daerah Banten belum dilaksanakan evaluasi karena peraturan daerah yang

diimplementasikan baru berjalan empat (4) tahun.Tetapi mengenai

Page 138: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

123

perkembangan-perkembangan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Banten

untuk mencapai klasifikasi standar tipe B.

4.5 Pembahasan

Rumah Sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan

kesehatan.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menggariskan bahwa

rumah sakit umum mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara

berdayaguna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan

pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan

dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.Pembentukan susunan

organisasi dan tata kerja RSUD Provinsi Banten, merupakan salah satu upaya

yang dilakukan Pemerintah Provinsi Banten dalam memberikan pelayanan

kesehatan yang optimal terutama pelayanan kesehatan pada masyarakat Banten.

Untuk itu, seluruh jajaran dan unit kerja di lingkungan RSUD Provinsi Banten

perlu memiliki pandangan dan komitmen agar RSUD Provinsi Banten senantiasa

dapat eksis, antisipatif, proaktif dan inovatif di masa depan dalam menjalankan

tugas pokok dan fungsi serta menghadapi perubahan lingkungan internal maupun

eksternal organisasi maupun perkembangan permasalahan kesehatan secara lokal,

regional maupun global.

Berdasarkan pemaparan di atas mengenai Kebijakan pembentukan

klasifikasi Rumah Sakit Umum Daerah Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B

bahwa perkembangan rumah sakit tersebut ditujukan sebagai rumah sakit rujukan

dari kabupaten/kota.Maka dari itu, rumah sakit umum daerah Banten dipersiapkan

sebagai rumah sakit yang mencover seluruh rumah sakit dari kabupaten/kota.

Page 139: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

124

Sebagai institusi pemberi pelayanan kesehatan dalam melaksanakan tugas pokok

dan fungsinya perlu menetapkan rencana strategis yang akan digunakan sebagai

pedoman dalam pelaksanaan program dan kegiatan selama periode tertentu

dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau timbul.

Namun pada kenyataannya, berdirinya rumah sakit umum daerah Banten

banyak mengalami masalah-masalah di dalamnya. Masalah masalah tersebut

antaralain :

1. Sarana prasarana

Mengenai sarana dan prasarana, pembangunan RSUD

Provinsi Banten sempat mengalami mangkrak dalam pembangunan

dalam beberapa periode kepemimpinan direkturnya, dikarenakan

pembangunan tersebut diberhentikan oleh Kementerian Kesehatan

setelah adanya kasus korupsi di Banten, efeknya pembangunan

tersebut dihentikan.Fasilitas sarana dan prasarana yang belum

memenuhi kriteria Peraturan Menteri sehingga mengakibatkan

RSUD Provinsi Banten mengalami ketimpangan dalam

pembangunan.

2. Manajemen/administrasi

Hal lain yang menjadi akar dalam permasalahannya adalah

manajemen dan administrasi yang mengalami banyak

permasalahan karena sumber daya manusianya yang mencapai 700

orang, yang sebagian besar pegawai honorer.

3. Sumber daya manusia dan Pelayanan

Page 140: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

125

Kondisi di Rumah Sakit Umum Daerah Banten beberapa

kali mengalami pergantian direktur dalam jangka waktu yang

relatif pendek sehingga berpengaruh terhadap kinerja dan

pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Banten.Selain

membenahi masalah pergantian direktur, selanjutnya mengenai

pelayanan secara paripurna pun masih menjadi permasalahan yang

cukup signifikan dikarenakan masih banyak masyarakat Provinsi

Banten terhambat jarak dan waktu menuju Rumah Sakit Umum

Daerah Banten

4. Peralatan

Pemenuhan daya dukung alat-alat di Rumah Sakit Umum

Daerah Banten belum memadai dikarenakan Rumah Sakit Umum

Banten masih mendapatkan sumber Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD) Provinsi Banten.

Dalam penelitian Analisis Klasifikasi Pembentukan RSUD Provinsi

Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B, peneliti mendapatkan peramalan masa depan

(forecasting) yang dilakukan untuk melihat sejauh mana dan seperti apa

perkembangan pembentukan RSUD Provinsi Banten yang pengawasannya

dilakukan oleh Komisi V DPRD Provinsi Banten dimana pelayanan RSUD

Provinsi Banten mulai bertahap lebih baik karena rumah sakit ini harapan

masyarakat Banten sebagai rumah sakit umum rujukan dari daerah

kabupaten/kota. RSUD Provinsi Banten dapat mencover seluruh elemen

masyarakat dengan mengadakan program berobat gratis bagi masyarakat tidak

Page 141: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

126

mampu. Maka dari itu, RSUD Provinsi Banten bekerjasama dengan Pemerintah

Provinsi Banten melakukan banyak pembenahan dan meningkatkan segala

komponen yang ada didalamnya meliputi pelayanan, sarana dan prasarana,

peralatan, sumber daya manusia serta administrasi/manajemen rumah sakitnya.

Dalam penelitian Analisis Klasifikasi Pembentukan RSUD Provinsi

Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B, peneliti mendapatkan rekomendasi

kebijakan dari komisi V DPRD Provinsi Banten, Rumah Sakit Umum Daerah

Banten melalui rapat koordinasi. Ada beberapa rekomendasi kebijakan yang

ditawarkan, yaitu :

1. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana untuk rumah sakit umum tipe B harus

memenuhi kriteria standar Kementerian Kesehatan, dari mulai lahan

yang diperuntukkan untuk rumah sakit, konstruksi pembangunan

gedung rumah sakit yang mengedepankan kenyamanan untuk

masyarakat bila mengunjungi Rumah Sakit Umum Daerah Banten

2. Manajemen/ administrasi

Standarisasinya harus melebihi kapasitas di rumah sakit yang ada

di kabupaten maupun kota yang sudah berdiri selama puluhan tahun.

3. Sumber daya manusia dan Pelayanan

Sumber daya manusianya yang berkompeten dan sesuai dengan

keahlian spesialis dan non spesialis dimana bila sumber daya manusia

yang dibutuhkan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Banten dapat

melayani dengan prima kepada masyarakat Banten.

Page 142: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

127

4. Peralatan

Daya dukung alat-alat penunjang yang dituntut mengikuti

perkembangan teknologi sangatlah penting untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Banten. Selain

untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, daya dukung alat-alat

penunjang di Rumah Sakit Umum Daerah Banten menjadi nilai positif

bila rumah sakit rujukan dari kabupaten atau kota sudah memenuhi

berbagai peralatan medis dan non medisnya.

Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan pemantauan hasil kebijakan

(monitoring), penilaian dan pemantauan pelaksanaan kebijakan Analisis

Klasifikasi Pembentukan RSUD Provinsi Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B.

Pemerintah Provinsi Banten mengupayakan berdirinya RSUD Banten dapat

mencover bentuk pelayanan kesehatan untuk seluruh masyarakat di Provinsi

Banten dengan biaya yang minimal tapi pelayanannya maksimal. Selain itu RSUD

Banten yang berdiri sebagai rumah sakit rujukan dari kabupaten maupun kota

ingin memberikan kemudahan menggunakan jaminan kesehatan sosial terhadap

akses pelayanan kesehatan karena Pemerintah Provinsi Banten menjamin dan

bertanggung jawab untuk masyarakatnya terutama mendapatkan pelayanan

kesehatan yang mutu di Rumah Sakit Umum Daerah Banten.Dilakukannya

evaluasi kebijakan dalam analisis kebijakan publik bertujuan melihat sejauh mana

kebijakan tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan nilai, tujuan dan target dalam

kebijakan tersebut.Dalam hal kebijakan tentang pembentukan Rumah Sakit

Umum Daerah Banten belum dilaksanakan evaluasi karena peraturan daerah yang

Page 143: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

128

diimplementasikan baru berjalan empat (4) tahun.Provinsi Banten hanya

melakukan rapat koordinasi dengan DPRD Provinsi Banten dan mengundang

pemerintah untuk mengkoreksi dan membahas bila ada permasalahan-

permasalahan yang ingin dibantu dan segera dicari solusinya.Berikut alur analisis

kebijakan publik menurut William Dunn.

Gambar 4.1 Alur Analisis Kebijakan Publik menurut William Dunn

Evaluasi Perumusan masalah Peramalan

Perumusan masalah Perumusan masalah

Pemantauan Perumusan masalah

Rekomendasi

KinerjaKebijakan

Masa DepanKebijakan

Hasil-hasilkebijakan

MasalahKebijakan

Aksi Kebijakan

Page 144: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

129

Bila diaplikasikan terhadapn penelitian yang diteliti menjadi seperti

berikut ini.

evaluasi peramalan

perumusan masalah

p perumusan masalah

p perumusan masalah

rekomendasi

perumusan masalah

pemantauan

Kinerja Kebijakan:

RSUD Banten sebagai mitrakerja komisi V DPRD Bantenserta pemerintah ProvinsiBanten melakukan rapatkoordinasi dan melakukanpembahasan persoalan-persoalan yang ada di RSUDBanten untuk segeradiselesaikan.

Hasil kebijakan:

RSUD Bantendapat mencoverbentuk pelayanankesehatan secaraprima danparipurna kepadamasyarakat sertasaranaprasaran,manajemenadministrasi,pelayanan,peralatandan sumber dayamanusia yangmemenuhistandarkementeriankesehatan.

Masalah kebijakan:

- Saranaprasarana

- SDM- Manajeme

n/administrasi

- Pelayanan- Peralatan

Masa DepanKebijakan:

RSUD Bantensebagai rumah sakitrujukan dari rumahsakitkabupaten/kota diProvinsi Banten

Aksi Kebijakan:

RSUD Banten melakukan implementasi Perda No.1 Tahun2013 tentang pembentukan RSUD Banten, dimana saranaprasarana, SDM, Manajemen/administrasi, pelayanan danperalatan memenuhi kriteria tipe B dan standarKementerian Kesehatan.

Page 145: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

130

Berdasarkan alur analisis kebijakan publik menurut William Dunn, adanya

temuan masalah kebijakan di analisis klasifikasi pembentukan RSUD Provinsi

Banten sebagai rumah sakit tipe B yaitu sarana prasarana, sumber daya manusia,

manajemen/administrasi, pelayanan dan peralatan. Melalui kinerja kebijakan

RSUD Banten sebagai mitra kerja komisi V DPRD Banten serta pemerintah

Provinsi Banten melakukan rapat koordinasi dan melakukan pembahasan

persoalan-persoalan yang ada di RSUD Banten untuk segera diselesaikan. Setelah

dilakukan kinerja kebijakan, masa depan kebijakan RSUD Banten sebagai rumah

sakit rujukan dari rumah sakit kabupaten maupun kota di Provinsi Banten. Untuk

mencapai masa depan kebijakan, maka adanya aksi kebijakan dimana RSUD

Banten melakukan implementasi Perda No.1 Tahun 2013 tentang pembentukan

RSUD Banten, mencakup sarana prasarana, sumber daya manusia,

manajemen/adminitrasi, pelayanan dan peralatan memenuhi kriteria tipe B dan

standar Kementerian Kesehatan. Dari aksi kebijakan yang diimplementasikan

maka menghasilkan hasil kebijakan RSUD Banten dapat mencover bentuk

pelayanan kesehatan secara prima dan paripurna kepada masyarakat serta saran

prasarana, manajemen/administrasi, pelayanan, peralatan dan sumber daya

manusia yang memenuhi standar Kementerian Kesehatan.

Page 146: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

131

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan temuan lapangan yang telah peneliti

paparkan, peneliti menyimpulkan bahwa dalam klasifikasi pembentukan

RSUD Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B belum dapat dilaksanakan

secara optimal, dikarenakan belum diturunkannya dokumen-dokumen

perijinan yaitu SK dari Kementerian Kesehatan. Permasalahan ketersedian

dan Pemenuhan daya dukung alat-alat di Rumah Sakit Umum Daerah

Banten belum memadai dikarenakan Rumah Sakit Umum Banten masih

mendapatkan sumber Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

Provinsi Banten.

Selanjutnya pada peramalan masa depan banyak hal yang perlu

diperhatikan untuk segera diselesaikan. Akan tetapi, hingga saat ini masih

kurang penanganan yang serius dari pemerntah provinsi Banten seperti

permasalahan akses menuju lokasi, sarana dan prasarana, standar kualitas

pelayana manajemen, sumber daya manusia, dan pemenuhan peralatan.

Kemudian pada tahap rekomendasi kebijakan, dari beberapa

alternative kebijakanyag disarankan sebagai rekomendasi kebijakan yang

telah disepakati dan diharapkan mampu menjadi solusi untuk menangani

masalah di RSUD Banten.Akan tetapi, rekomendasi kebijakan tersebit

134

Page 147: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

132

masih belum dapat dijalankan secara optimal dikarenakan masih

berbenturan dengan anggaran dan kurangnya koordinasi.

Pada pemantauan kebijakan, monitoring tidak hanya menjadi

tanggungjawab Kementrian atau Badan Koordinasi terkait melainkan

kerjasama dengan masyarakat yang diikutsertakan untuk menilai dan

meminitoring selama pembentukan RSUD Banten menjadi Rumah Sakit

Tipe B.

Pada tahapan akhir dalam analisis kebijakan yaitu, Evaluasi

kebijakan.Dalam tahapan evaluasi harus dilaksanakan sesuai dengan

orogram yang ada pada rencana induk. Evaluasi akan dilaksanakan setiap

lima (5) tahun sekali sesuai dengan tahun anggaran. Namun dalam hal

kebijakan tentang pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah Banten

belum dilaksanakan evaluasi karena peraturan daerah yang

diimplementasikan baru berjalan empat (4) tahun.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian di

atas, maka peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan

masukan dalam Klasifikasi pembentukan RSUD Banten sebagai Rumah

Sakit Tipe B, adapun saran-saran tersebut sebagai berikut :

1. Menyelesaikan perijinan dari Kementerian Kesehatan agar RSUD Banten

legal operasionalnya.

Page 148: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

133

2. Komite V DPRD Provinsi Banten perlu meningkatkan koordinasi dengan

seluruh jajaran di RSUD Banten, dan meningkatkan pengawasan dalam

pelaksanaan pembentukan RSUD Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B,

agar dapat berjalan dengan optimal.

3. Perlu adanya kerjasama dan penanganan yang serius dari pemerintah dan

seluruh jajaran RSUD Banten dalam menangani berbagai masalah yang

saat ini terjadi, agar standar kualitas Rumah Sakit Tipe B dapat tercapai.

4. Untuk mengatasi Permasalahan ketersedian dan Pemenuhan daya dukung

alat-alat di Rumah Sakit Umum Daerah Banten yang belum memadai,

Rumah Sakit Umum Banten harus mendapatkan sumber Anggaran

Pendapatan mandiri.

5. Perlu adanya pen ingkatan pengawasan dan lebih optimal untuk

mengkoordinasi seluruh pihak yang terkait dalam pembangunan dan

penyelesaian masalah, serta memberikan ruang kepada masyarakat untuk

ikut serta berpartisipasi melakukan monitoring agar pelaksanaanya lebih

efektif dan efisien.

6. Untuk pelakasaan evaluasi yang belum dilaksanakn dikarenakan peraturan

daerah yang diimplementasikan baru berjalan empat (4) tahun, tidak

menjadi alasan agar evaluasi yang nanti dilaksanakan berjalan transparan

agar masyarakat dapat mengetahi hasil penilaiannya, khususnya dalam

evaluasi pembentukan RSUD Banten sebagai Rumah Sakit Tipe B.

Page 149: PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ...

DAFTAR PUSTAKA

Agustino,Leo.2006. Dasar-dasar Kebijakan Publik, Jakarta : Rineka Cipta.

Dunn N William,2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik.Yogyakarta : Gajah MadaUniversity Press.

Irawan,Prasetya.2006. Metodologi Penelitian Administrasi. Jakarta :

Universitas Terbuka.

Moleong,Lexy J.1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nugroho,Riant.2002. Kebijakan Publik Untuk Negara Berkembang. Jakarta : PT.ElexMedia Komputindo.

Sugiyono.2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfhabeta.

Sugiyono.2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D. Bandung: Alfhabeta

Soehartono, Irawan.2004. Kebijakan Publik (Teori,Proses dan Studi Kasus). Jakarta :CAPS.

Wibawa, Samodra.2011. Politik Perumusan Kebijakan Publik. Yogyakarta : Graha Ilmu

Peraturan Kementerian Kesehatan No.340 Tahun 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit.

Kajian Akademik Penyusunan Raperda tentang Retribusi Pelayanan RSUD ProvinsiBanten.

Peraturan Daerah No.1 Tahun 2013 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan TataKerja RSUD Provinsi Banten.