PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu...

122
Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Tahun 2020 PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019 Editor: Wawan Ichwanuddin, Dian Aulia, Yusuf Maulana, Nyimas Latifah Letty Aziz

Transcript of PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu...

Page 1: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK)Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Tahun 2020

PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019

Editor: Wawan Ichwanuddin, Dian Aulia,

Yusuf Maulana, Nyimas Latifah Letty Aziz

Page 2: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

PEMILU SERENTAK 2019 DAN DEMOKRASI DI INDONESIA

Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK)Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Tahun 2020

Tim Penyusun:Wawan Ichwanuddin (Koordinator), Aisah Putri Budiatri,

Atika Nur Kusumaningtyas, Dian Aulia, Dini Suryani, Khanisa, Nyimas Latifah Letty Aziz, Pandu Yuhsina Adaba,

Sarah Nuraini Siregar, Yusuf Maulana

Editor:Wawan Ichwanuddin, Dian Aulia, Yusuf Maulana, Nyimas Latifah Letty Aziz

Page 3: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Diterbitkan oleh:

Pusat Penelitian Politik - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P - LIPI) Gedung Widya Graha LIPI Lantai 3 dan 11Jl. Jend. Gatot Subroto KAV-10, Jakarta 12710 - INDONESIATlp. / fax : 021 - 520 7118 | Website: www.politik.lipi.go.id Twitter: @PolitikLIPI | Email: [email protected]

vi + 114 hlm; 21 x 29,7 cm | Cetakan I, 2020

ISBN: 978-602-5991-43-1

Desain Cover dan Isi: Anggih Tangkas Wibowo

© P2 Politik - LIPI, 2020

PEMILU SERENTAK 2019 DAN DEMOKRASI DI INDONESIASurvei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Editor:Wawan Ichwanuddin, Dian Aulia, Yusuf Maulana, Nyimas Latifah Letty Aziz

Tim Penyusun:

Wawan Ichwanuddin (Koordinator), Aisah Putri Budiatri, Atika Nur Kusumaningtyas, Dian Aulia, Dini Suryani, Khanisa, Nyimas Latifah Letty Aziz, Pandu Yuhsina Adaba, Sarah Nuraini Siregar, Yusuf Maulana

Page 4: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

iiiDaftar Isi

DAFTAR ISI

PEMILU SERENTAK 2019 DAN DEMOKRASI DI INDONESIA Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

* Daftar Isi ______ iii

* Kata Pengantar ______ v

I Pendahuluan _______ 1

II Evaluasi Keadaan Ekonomi dan Kinerja Pemerintah ________ 9

III Partisipasi Politik dan Political Engagement Warga _________ 27

IV Evaluasi Kampanye, Penyelenggaraan, dan Hasil Pemilu 2019 ________ 51

V Perilaku Pemilih pada Pemilu 2019 ___ 77

VI Persepsi tentang Demokrasi dan Isu Politik Kontemporer di Indonesia ___ 93

* Daftar Pustaka ______ 114

Page 5: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019iv

Page 6: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

vKata Pengantar

Pada tahun 2019, Tim Survei Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P LIPI) secara khusus mendedikasikan diri pada pengkajian pemilu serentak yang untuk pertama kalinya digelar di Indonesia. Hal ini merupakan

bentuk perwujudan tanggung jawab akademis Pusat Penelitian Politik LIPI untuk selalu membedah dinamika dan implementasi kebijakan politik khususnya di tingkat nasional.

Survei publik yang dilakukan di tahun 2019 diadakan tepat seminggu setelah berakhirnya masa pemungutan suara di 34 provinsi di Indonesia. Dengan pemilihan waktu yang demikian, diharapkan tim dapat memotret sejelas-jelasnya pengalaman dan aspirasi pemilih dari segala latar belakang mengenai pengalaman berdemokrasi yang baru saja dijalaninya. Pada survei publik tersebut terdapat 1.500 orang yang menjadi responden. Skala survei tersebut mendorong tim untuk memperluas jaringannya dalam merekrut supervisor dan enumerator di lapangan. Hal ini memberikan kesempatan saling belajar bagi tim juga rekan-rekan supervisor dan enumerator, serta secara tidak langsung menguatkan eksistensi LIPI, khususnya Pusat Penelitian Politik, sebagai instansi ilmu pengetahuan di ranah ilmu sosial kemanusiaan.

Survei publik tersebut kemudian ditajamkan kembali melalui survei tokoh dengan target responden yang lebih sempit, termasuk praktisi politik, akademisi, perwakilan kelompok masyarakat, serta jurnalis. Target responden berasal dari lima kota, yaitu Padang, Jakarta, Surabaya dan Pontianak, Makassar. Tujuan penajaman ini adalah untuk memberikan analisis lebih mendalam mengenai masalah-masalah yang terjadi pada pemilu serentak. Survei tokoh-tokoh tersebut mendapatkan sambutan baik dari responden dan membuka banyak kesempatan bagi tim secara khusus maupun Pusat Penelitian Politik LIPI untuk memperluas dan menguatkan jaringan akademik khususnya dalam studi kepemiluan.

Sebagai hasil akhir dari kedua survei yang sebelumnya dilakukan, setelah melalui pengolahan data dan beberapa kali focused group discussion (FGD), tim merilis sebuah database hasil survei publik dan sebuah policy paper tentang pemilu serentak. Database survei ini memaparkan hasil dan temuan penting dari survei publik maupun survei tokoh yang diselenggarakan oleh tim. Beberapa aspek yang dipaparkan di dalam database ini meliputi evaluasi keadaan ekonomi dan kinerja pemerintah, partisipasi politik dan political engagement warga, evaluasi kampanye, proses dan hasil pemilu, perilaku pemilih, serta dukungan terhadap demokrasi dan persepsi tentang beberapa isu politik di Era Reformasi. Database ini menjadi kontribusi akademik kami kepada publik yang ingin mengetahui potret pandangan publik dan tokoh masyarakat atas berbagai isu politik, khususnya mengenai Pemilu 2019 dan demokrasi. Selain itu, tim juga menyampaikan

KATA PENGANTAR

Page 7: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 vi

rekomendasi kebijakan berbasis data survei dan FGD melalui naskah kebijakan (policy paper) yang disusun terpisah dari database ini.

Melalui database dan policy paper, tim peneliti melihat ada beberapa hal yang patut diapresiasi pada Pemilu Serentak 2019 lalu, namun di sisi lain ada juga masalah yang harus diperbaiki. Khusus database survei ini, besar harapan kami dapat berkontribusi bagi ilmu pengetahuan dan penguatan sistem demokrasi di Indonesia.

Jakarta, Desember 2019

Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI

Prof. Dr. Firman Noor, MA

Page 8: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

1Pendahuluan

IPendahuluan

Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK)Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Tahun 2020

Page 9: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 2

Page 10: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

3Pendahuluan

IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu agenda pertama reformasi adalah pemilu yang dipercepat dengan berbagai perubahan, terutama peserta dan penyelenggara pemilu. Pemilu 1999 berlangsung jauh lebih demokratis dibandingkan pemilu-pemilu selama era Orde Baru. Sejak

2004 presiden dan wakil presiden bahkan dipilih secara langsung, kemudian diikuti pemilihan kepala daerah secara langsung pada 2005.

Pada 2019 untuk pertama kalinya pemilu menggunakan skema pemilu serentak yang menggabungkan pemilihan umum anggota legislatif dan pemilihan umum presiden-wakil presiden. Saat di bilik suara, pemilih memilih untuk lima jenis pemilihan, kecuali pemilih di DKI Jakarta yang tidak memilih anggota DPRD kabupaten/kota, antara lain: (1) presiden-wakil presiden; (2) anggota DPR-RI; (3) anggota DPD-RI; (4) anggota DPRD provinsi; (5) anggota DPRD kabupaten/kota.

Perubahan skema penyelenggaraan pemilu ini mengikuti putusan Mahkamah Konstitusi No. 14/PUU-XI/2013. Dalam putusannya tersebut MK menyatakan bahwa pemisahan penyelenggaraan pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD serta pemilihan umum presiden dan wakil presiden tidak konstitusional, sehingga pada Pemilu 2019 penyelenggaraan dua pemilu tersebut harus diserentakkan. Pemilu serentak pertama dalam sejarah Indonesia pun digelar pada 17 April 2019.

Penyelenggaraan pemilu serentak diharapkan dapat menciptakan pemerintahan presidensial yang stabil dan efektif karena paralelnya dukungan di parlemen dengan presiden terpilih akibat berlakunya coattail effect pilpres terhadap pileg. Pemerintahan yang stabil dan efektif ini sangat dibutuhkan untuk mengantarkan proses transisi menuju demokrasi yang terkonsolidasi. Pemilu serentak juga dianggap akan memberikan ruang yang lebih besar kepada pemilih untuk memilih secara cerdas (Kemendagri, 2016: 42-45).

Beberapa pekan setelah pemungutan suara Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2P LIPI) menyelenggarakan sebuah survei opini publik secara nasional. Survei ini bertujuan memotret apa yang terjadi pada pemilu serentak tersebut, melalui kaca mata pemilih. Ada beberapa topik yang ditanyakan kepada responden (pemilih), antara lain: penilaian pemilih terhadap keadaan ekonomi dan kinerja pemerintah; pengalaman dan penilaian pemilih terkait proses dan hasil Pemilu 2019, termasuk kampanye pemilu; preferensi pilihan dalam Pileg dan Pilpres; pandangan dan dukungan pemilih terhadap prinsip dan lembaga politik demokratis; dan pandangan pemilih terhadap berbagai isu reformasi.

Page 11: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 4

B. Tujuan Survei

Survei ini bertujuan, antara lain untuk memotret:

1. Penilaian pemilih terhadap keadaan ekonomi dan kinerja pemerintah;

2. Pengalaman dan penilaian pemilih terkait proses dan hasil Pemilu 2019, termasuk kampanye pemilu;

3. Preferensi pilihan dalam Pileg dan Pilpres;

4. Pandangan dan dukungan pemilih terhadap prinsip dan lembaga politik demokratis;

5. Pandangan pemilih terhadap berbagai isu terkait reformasi.

C. Metode Survei

Populasi survei publik adalah seluruh warga negara Indonesia dewasa, yaitu mereka yang sudah berumur 17 tahun atau sudah menikah saat survei dilakukan; sekitar 190 juta orang. Sampel survei publik berjumlah 1.500 responden. Berdasarkan jumlah sampel ini, diperkirakan margin of error (MoE) sebesar ±2,53% pada tingkat kepercayaan 95%.

Pengumpulan data survei publik dilakukan melalui wawancara tatap muka (face to face interview) oleh enumerator yang telah dilatih dengan instrumen kuesioner. Satu pewawancara bertugas untuk mewawancarai 10 responden di 1 desa/kelurahan yang telah dipilih/ditentukan oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan pada 27 April sampai dengan 5 Mei 2019. Kendali kualitas dilakukan secara random terhadap 43,1% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check) atau penyaksian wawancara.

Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode sampel acak bertingkat (multistage random sampling) hingga unit keluarga. Pemilihan individu responden di dalam keluarga terpilih menggunakan kish grid. Berikut ini langkah yang dilakukan dalam pemilihan sampel:

1. Populasi pemilih nasional dikelompokkan berdasarkan provinsi dan jumlah sampel di setiap provinsi proporsional terhadap populasi pemilih nasional;

2. Di masing-masing provinsi dipilih kabupaten/kota secara random;

3. Di masing-masing kabupaten/kota terpilih dipilih desa/kelurahan secara acak;

4. Di setiap desa/kelurahan terpilih dipilih sebanyak 2 RT secara random;

5. Di masing-masing RT terpilih dipilih 5 keluarga secara random;

6. Di masing-masing keluarga terpilih dipilih 1 orang laki-laki atau perempuan yang sudah berusia 17 tahun secara random.

Page 12: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

5Pendahuluan

Grafik 1.1. Metode Multistage Random Sampling

Berikut ini distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan wilayah domisili responden, baik berdasarkan provinsi maupun kategori Jawa-luar Jawa. Secara umum, distribusi sampel dalam survei ini cukup mendekati distribusi pada tingkat populasi, berdasarkan data BPS.

Tabel 1.1. Perbandingan sampel dan populasi berdasarkan jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan wilayah domisili (%)

1 2 n

Provinsi

Kabupaten/Kota

5 3

1 2

2 4 1 2 1

1 n 2

1

5 3 4

L L P P L L P P P L

I N D O N E S I A

2

Keluarga

RT

Responden

Desa/Kelurahan

Page 13: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 6

* Data BPS (2015)

Tabel 1.2. Perbandingan sampel dan populasi per provinsi (%)

Page 14: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

7Pendahuluan

Page 15: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 8

Page 16: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

9Evaluasi Keadaan Ekonomi dan Kinerja Pemerintah

II

Evaluasi Keadaan Ekonomi dan Kinerja Pemerintah

Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK)Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Tahun 2020

Page 17: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 10

Page 18: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

11Evaluasi Keadaan Ekonomi dan Kinerja Pemerintah

IIEVALUASI TERHADAP KEADAAN EKONOMI

DAN KINERJA PEMERINTAH

Pada bagian ini akan disajikan persepsi responden terhadap evaluasi keadaan ekonomi dan kinerja pemerintah dari survei publik yang telah diselenggarakan oleh P2P LIPI pasca-Pemilu 2019.

A. Evaluasi Kondisi Ekonomi

Dalam survei publik P2P LIPI responden ditanya mengenai penilaian mereka terhadap keadaan ekonomi keluarga dan keadaan ekonomi nasional. Penilaian terhadap keadaan ekonomi keluarga meliputi pertanyaan tentang pengalaman dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik pangan maupun non-pangan.

Apakah keluarga Anda mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari?

Grafik 2.1. Kesulitan memenuhi kebutuhan makan sehari-hari

Grafik 2.1 menunjukkan bahwa 29,9% responden yang menyatakan sering mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, 69,6% persen responden menyatakan jarang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dan 0,5% responden tidak menjawab.

Page 19: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 12

Tabel 2.1. Kesulitan memenuhi kebutuhan makan sehari-hari berdasarkan sosio-demografi responden (%) responden

Tabel 2.1 menunjukkan semakin besar pendapatan kotor keluarga responden, semakin jarang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Sementara responden yang berada di wilayah perdesaan lebih sering mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari yaitu sebesar 32,5% dibandingkan dengan responden yang berada di wilayah perkotaan yang mengalami kesulitan sebesar 19,9%. Berdasarkan wilayah Jawa dan luar Jawa, responden yang berada di luar Jawa lebih sering mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari yaitu sebesar 39,4% dibandingkan responden yang berada di wilayah Pulau Jawa sebesar 22,6%.

Apakah keluarga anda mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selain pangan (seperti listrik, sewa rumah, transportasi, dan sebagainya)?

Grafik 2.2. Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari selain pangan

Page 20: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

13Evaluasi Keadaan Ekonomi dan Kinerja Pemerintah

Grafik 2.2 menunjukkan 69% responden menyatakan jarang mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selain pangan (seperti listrik, sewa rumah, transportasi, dsb). Sedangkan 31% responden menyatakan sering mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selain pangan.

Tabel 2.2. Kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari selain pangan berdasarkan sosio-demografi responden (%)

Tabel 2.2 menunjukkan semakin besar pendapatan kotor keluarga responden, semakin jarang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan makan sehari-hari selain pangan (seperti listrik, sewa rumah, transportasi, dsb). Jumlah responden di perkotaan yang mengaku sering mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan non-pangan relatif lebih kecil dibandingkan responden di perdesaan. Sebanyak 81% responden di perkotaan mengaku jarang mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selain pangan. Hanya sekitar 18,6% responden yang mengaku sebaliknya, yaitu sering mengalami, dan sisanya 0,3% tidak menjawab. Di wilayah perdesaan, 65,5% responden mengaku sering mengalami kesulitan, 34,1% responden mengaku jarang, dan 0,4% lainnya tidak menjawab.

Responden yang tinggal di luar Jawa lebih banyak yang mengaku sering mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan non-pangan sehari-hari. Sebanyak 77,8% responden yang tinggal di Pulau Jawa menyatakan jarang mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Sebanyak 22,2% responden lainnya mengaku menyatakan sering mengalami kesulitan. Sementara itu, sebanyak 42,2% responden sering mengalami, 56,9% mengaku jarang, dan 0,9% lainnya tidak menjawab.

Page 21: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 14

Jika dibandingkan keadaan setahun yang lalu, apakah pendapatan keluarga Anda saat ini mengalami kenaikan, penurunan atau sama saja?

Grafik 2.3. Perbandingan pendapatan keluarga tahun lalu (2018) dengan saat ini (2019)

Jika dibandingkan dengan kondisi pendapatan keluarga setahun yang lalu, lebih banyak responden yang mengaku mengalami penurunan dibandingkan yang mengalami kenaikan. Responden yang mengaku pendapatan keluarganya naik sekitar 20%, sedangkan yang mengaku pendapatan keluarganya turun sebanyak 31,9%. Meskipun demikian, hampir setengah responden (47,4%) mengaku pendapatan keluarganya saat ini sama saja dengan tahun lalu.

Tabel 2.3. Perbandingan pendapatan keluarga tahun lalu dan saat ini berdasarkan sosio-demografi responden (%)

Page 22: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

15Evaluasi Keadaan Ekonomi dan Kinerja Pemerintah

Berdasarkan Tabel 2.3, semakin besar pendapatan kotor keluarga responden, semakin besar proporsi responden yang mengaku pendapatan kotor keluarganya mengalami kenaikan. Sebaliknya, semakin kecil pendapatan kotor keluarga responden, semakin besar jawaban responden yang mengalami penurunan pendapatan kotor keluarga.

Berdasarkan wilayah domisili responden, di perdesaan terdapat 33,8% responden menyatakan pendapatannya mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Sebanyak 45,7% responden menyatakan pendapatannya sama saja dibandingkan dengan tahun lalu. Selanjutnya, 19,7% responden menyatakan pendapatannya mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun lalu. Sisanya 0,8% responden tidak menjawab.

Jumlah responden perkotaan yang mengalami penurunan pendapatan lebih rendah dibandingkan responden perdesaan. Sebanyak 24,8% responden di perkotaan yang menyatakan pendapatan keluarganya turun dari tahun sebelumnya. Sementara itu, 21,2% responden menyatakan pendapatan keluarganya mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun lalu dan 54% responden lainnya menyatakan pendapatan keluarganya sama saja dibandingkan dengan tahun lalu.

Untuk wilayah di luar Jawa, terdapat 39,4% responden menyatakan pendapatan keluarganya mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Sebanyak 43,4% responden menyatakan pendapatan keluarganya sama saja dibandingkan dengan tahun lalu. Sebanyak 16,5% responden menyatakan pendapatan keluarganya mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun lalu. Sisanya 0,8% responden tidak menjawab.

Sementara untuk wilayah di Jawa, terdapat 26,2% responden yang menyatakan pendapatan keluarganya mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Angka ini lebih rendah dibandingkan responden di luar Jawa. Sebanyak 50,5% responden menyatakan pendapatan keluarganya sama saja dibandingkan dengan tahun lalu dan 22,7% responden lainnya menyatakan mengalami kenaikan. Sisanya, 0,6% responden tidak menjawab.

Dengan pendapatan keluarga Anda seperti saat ini, apakah keluarga Anda merasakan semakin mudah, semakin sulit atau sama saja dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dibandingkan dengan

setahun yang lalu?

Grafik 2.4. Perbandingan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari pada tahun lalu (2018) dan saat ini (2019)

Page 23: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 16

Jika responden diminta untuk memberikan perbandingan antara tahun 2018 dan tahun 2019 terkait dengan kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, lebih dari separuh responden (57%) merasakan bahwa memiliki kondisi kemampuan yang sama dengan tahun sebelumnya. Sementara yang menilai semakin sulit sebesar 29% dan semakin mudah sebanyak 13%.

Tabel 2.4. Perbandingan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari padatahun lalu (2018) dan saat ini (2019) berdasarkan sosio-demografi responden (%)

Berdasarkan Tabel 2.4., semakin tinggi pendapatan responden, persentase yang menyatakan semakin mudah dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari semakin meningkat. Akan tetapi, secara umum mayoritas responden dari kelompok pendapatan manapun cenderung menyatakan sama saja.

Sebanyak 30,4% responden di perdesaaan menyatakan semakin sulit dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya dibandingkan tahun sebelumnya. Sebanyak 55,8% responden menyatakan sama saja dan 13% responden lainnya menyatakan semakin mudah. Sisanya, sebanyak 0,8% responden tidak menjawab.

Sebanyak 24,1% responden yang tinggal di perkotaan menyatakan semakin sulit dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini lebih rendah dibandingkan angka di kalangan responden yang tinggal di perdesaan. Sebanyak 61,4% responden menyatakan sama saja dan sebanyak 13,8% responden menyatakan semakin mudah. Sisanya, sekitar 0,6% responden tidak menjawab. Proporsi responden perkotaan yang berpendapat semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dibandingkan tahun lalu hampir tidak berbeda denga proporsi di kalangan responden yang tinggal di perdesaan, masing-masing 13,8% dan 13,0%.

Page 24: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

17Evaluasi Keadaan Ekonomi dan Kinerja Pemerintah

Untuk wilayah di Jawa, terdapat 23,4% responden menyatakan semakin sulit dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya dibandingkan tahun sebelumnya. Sebanyak 60,8% responden menyatakan sama saja dan 14,9% responden lainnya menyatakan semakin mudah. Sisanya, 0,8% responden tidak menjawab.

Sementara untuk wilayah di luar Jawa, terdapat 36,5% responden menyatakan semakin sulit dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini lebih tinggi dibandingkan responden di Jawa. Sebanyak 52% responden di luar Jawa menyatakan sama saja dan 10,9% responden menyatakan semakin mudah. Sisanya, 0,6% responden tidak menjawab.

Apakah Anda atau keluarga (inti/batih) Anda termasuk penerima dari beberapa program Pemerintah Pusat berikut ini?

Grafik 2.5. Penerima program Pemerintah Pusat (%)

Kebijakan KIP (Kartu Indonesia Pintar), KIS (Kartu Indonesia Sehat), KUR (Kredit Usaha Rakyat), PKH (Program Keluarga Harapan) merupakan salah satu kebijakan pemerintah Jokowi-Jusuf Kalla ( JK) dalam bentuk kartu sakti. Oleh karena itu, melalui survei publik P2P LIPI pada akhir April sampai dengan awal Mei 2019, dapat diketahui seberapa banyak proyeksi penerima program pemerintah tersebut di masyarakat.

Hasil survei menunjukkan bahwa 15,5% responden menyatakan mereka penerima KIP, 83,5% responden menyatakan bukan penerima KIP, sedangkan 1% responden tidak menjawab. Sementara untuk pertanyaan seputar KIS, 38,7% responden menyatakan sebagai penerima manfaat program KIS, dan 60,7% responden yang bukan penerima manfaat KIS, sedangkan 0,7 % responden tidak menjawab.

Terkait pertanyaan seputar KUR, hanya 6,9% responden yang menyatakan menerima KUR dari pemerintah, dan sebanyak 91,8% responden yang menyatakan bukan penerima KUR dari pemerintah, sedangkan 1,3% responden tidak menjawab. Selain itu untuk pertanyaan terkait dengan PKH, 15,3% responden merupakan penerima manfaat PKH,

Page 25: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 18

sementara masih ada 83,3% responden yang menyatakan bukan penerima manfaat PKH, dan 1,4% responden menjawab tidak tahu.

Tabel 2.5. Penerima program KUR dan PKH dari Pemerintah Pusatberdasarkan sosio-demografi responden (%)

Tabel 2.5 secara umum menunjukan bahwa sebagian besar responden dari kelompok pendapatan manapun jauh lebih dominan yang bukan penerima program KUR maupun PKH. Sementara responden yang paling banyak menerima program KUR dari pemerintah sebanyak 9,3% dengan rata-rata pendapatan kotor keluarga sebesar Rp2.000.001,- sampai dengan Rp4.000.000,-. Sedangkan 89,9% responden bukan penerima program KUR dan 0,8% responden tidak menjawab. Berdasarkan wilayah tempat tinggalnya, penerima program KUR dari pemerintah lebih banyak di perdesaan dibandingkan dengan di perkotaan, yaitu 7,7% berbanding 3,5%. Untuk responden yang bukan penerima program KUR di perdesaan sebanyak 90,7% dan di perkotaan sebanyak 96,1% responden. Responden yang tidak menjawab untuk di perdesaan dan perkotaan sebanyak 1,6% dan 0,3%.

Tabel 2.5 menunjukan sebagian besar responden menjawab bukan penerima PKH. Sementara responden sebagai penerima manfaat PKH paling banyak menerima dengan rata-rata pendapatan kotor di kisaran Rp500.000,- ke bawah sebanyak 23,5%. Sedangkan yang bukan penerima manfaat PKH sebanyak 75,8% responden dan sisanya yang tidak menjawab sebanyak 0,7%. Untuk wilayah perdesaan, responden yang menerima PKH sebanyak 17,5% dan yang bukan penerima PKH sebanyak 80,9%, sisanya sebanyak 1,6% responden tidak menjawab. Responden penerima manfaat PKH di perkotaan sebanyak 6,8%. Responden bukan penerima manfaat PKH sebanyak 92,6% dan responden yang tidak menjawab sebanyak 0,6%.

Page 26: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

19Evaluasi Keadaan Ekonomi dan Kinerja Pemerintah

Tabel 2.6. Penerima program KIP dan KIS dari Pemerintah Pusatberdasarkan sosio-demografi responden (%)

Tabel 2.6 menunjukkan bahwa responden dari kelompok pendapatan manapun jauh lebih dominan yang bukan penerima program KIP. Begitu juga dengan KIS, meskipun persentase penerimanya lebih besar dibanding ketiga program lainnya (KIP, KUR, danPKH), tapi cenderung lebih besar persentasenya yang bukan penerima pada kelompok pendapatan manapun. Untuk responden yang paling banyak menerima program KIP dari pemerintah sebanyak 19,4% dengan rata-rata pendapatan kotor keluarga sebesar Rp500.000,- ke bawah. Sedangkan 79,9% responden bukan penerima program KIP dan 0,7% responden tidak menjawab. Penerima program KIP dari pemerintah lebih banyak di perdesaan sejumlah 17,2% dibandingkan dengan di perkotaan (9%). Untuk responden yang bukan penerima program KUR di perdesaan sebanyak 81,6% dan di perkotaan sebanyak 91% responden. Responden yang tidak menjawab untuk di perdesaan sebanyak 1,3%.

Untuk pertanyaan terkait KIS, sebagian besar responden menjawab bukan penerima KIS. Sedangkan responden sebagai penerima manfaat KIS paling banyak menerima dengan rata-rata pendapatan kotor di kisaran Rp500.000,- ke bawah sebanyak 45,3%. Sementara yang bukan penerima manfaat KIS sebanyak 54,7% responden. Untuk wilayah perdesaan, responden yang menerima KIS sebanyak 39,6% dan yang bukan penerima KIS sebanyak 59,5%, sisanya sebanyak 0,8% responden tidak menjawab. Responden penerima manfaat KIS di perkotaan sebanyak 35%. Responden bukan penerima manfaat KIS sebanyak 65%.

Page 27: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 20

B. Penilaian Terhadap Kinerja Pemerintah

Dalam survei P2P LIPI, responden ditanya pendapatnya tentang keadaan ekonomi nasional. Ada tiga pernyataan yang diajukan kepada responden, yaitu (1) masyarakat di sekitar responden semakin sejahtera atau dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka; (2) lowongan pekerjaan semakin banyak tersedia; (3) harga barang kebutuhan pokok saat ini relatif stabil dan terjangkau.

Kami akan menanyakan penilaian Anda mengenai keadaan ekonomi masyarakat saat ini. Apakah Anda setuju atau tidak setuju dengan pernyataan-pernyataan berikut ini?

Grafik 2.6. Penilaian terhadap keadaan ekonomi masyarakat saat ini (%)

Grafik 2.6 menunjukkan jika dilihat dari tiga isu ekonomi nasional yang ditanyakan dalam survei ini, lowongan pekerjaan dan harga barang kebutuhan pokok merupakan dua hal yang dianggap sulit oleh banyak responden. Responden yang tidak setuju dengan pernyataan bahwa lowongan pekerjaan semakin banyak tersedia dan harga barang kebutuhan pokok relatif stabil dan terjangkau mencapai 61,7% dan 50,3%. Yang menyatakan setuju terhadap kedua pernyataan ini masing-masing hanya 34,1% dan 48,3%. Sedangkan responden yang setuju dengan pernyataan “Masyarakat di sekitar responden semakin sejahtera atau dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka” sekitar 50,3%. Sebanyak 45,3% responden tidak setuju dan 4,5% lainnya tidak menjawab.

Tabel 2.7. Penilaian terhadap kesejahteraan masyarakat berdasarkan wilayah tempat tinggal responden (%)

Page 28: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

21Evaluasi Keadaan Ekonomi dan Kinerja Pemerintah

Tabel 2.7 menunjukkan untuk wilayah perdesaan, sebanyak 50,1% responden menyatakan setuju atas pernyataan “Masyarakat di sekitar Anda (bukan hanya keluarga Anda) umumnya semakin sejahtera atau dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka”. Sebanyak 44,8% responden menyatakan tidak setuju dan 5% responden tidak menjawab atas pernyataan tersebut. Untuk wilayah perkotaan sebanyak 50,8% responden menyatakan setuju. Angkanya hampir tidak berbeda dengan temuan survei di wilayah perdesaan (50,1%). Sebanyak 46,9% responden di perkotaan tidak setuju dan 2,3% lainnya tidak menjawab.

Sementara untuk responden yang tinggal di Jawa, sebanyak 57,5% menyatakan setuju, 38,5% responden menyatakan tidak setuju, dan 4% responden tidak menjawab atas pernyataan di atas. Responden di luar Pulau Jawa yang menyatakan setuju sebanyak 40,8%, jauh lebih rendah dibandingkan jumlah responden di Pulau Jawa. Responden yang menyatakan tidak setuju sebanyak 54,2%. Angka ini jauh lebih tinggi baik dibandingkan dengan jumlah responden luar Jawa yang menyatakan setuju (40,8%) maupun responden di Jawa yang menyatakan setuju (38,5%). Sebanyak 5,1% responden tidak memberikan jawaban.

Tabel 2.8. Penilaian terhadap lowongan pekerjaan berdasarkantingkat pendidikan dan wilayah tempat tinggal responden (%)

Page 29: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 22

Tabel 2.8 menunjukkan dari rata-rata pendidikan, responden yang memiliki pendidikan tamatan S2-S3 (83,3%) kelompok yang paling banyak menyatakan setuju. Sementara itu, sebanyak 66,5% responden dengan pendidikan tamatan SMA atau sederajat merupakan kelompok yang paling banyak menjawab tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

Untuk wilayah perkotaan sebanyak 30,5% responden menyatakan setuju, 67,5% responden tidak setuju, dan 1,9% responden tidak menjawab atas pernyataan tersebut. Untuk wilayah perdesaan, sebanyak 35% responden menyatakan setuju atas pernyataan “Lowongan pekerjaan semakin banyak tersedia”. Sebanyak 60,2% menyatakan tidak setuju dan 4,8% responden tidak menjawab atas pernyataan tersebut.

Sementara untuk responden yang tinggal di Jawa, sebanyak 38,6% menyatakan setuju, 57,9% responden menyatakan tidak setuju, dan 3,5% responden tidak menjawab atas pernyataan di atas. Responden di luar Pulau Jawa yang menyatakan setuju sebanyak 28,2%, sekitar 10% lebih rendah dibandingkan responden di Jawa. Responden yang tidak setuju sebanyak 66,8%, dan responden yang memberikan jawaban sebanyak 5,1%.

Tabel 2.9. Penilaian terhadap harga barang kebutuhan pokok berdasarkan tingkat pendapatan dan wilayah tempat tinggal responden (%)

Page 30: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

23Evaluasi Keadaan Ekonomi dan Kinerja Pemerintah

Merujuk pada Tabel 2.9 responden yang memiliki pendapatan di atas Rp10.000.000,- (71,4%) merupakan responden yang paling banyak menyatakan setuju. Sementara 57,1% responden dengan pendapatan Rp500.000,- ke bawah merupakan responden yang paling banyak menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Untuk wilayah perkotaan sebanyak 48,6% responden menyatakan setuju, 51,4% responden tidak setuju atas pernyataan tersebut. Untuk wilayah perdesaan dan perkotaan tidak ada perbedaan jawaban yang signifikan mengenai persepsi harga barang kebutuhan pokok yang stabil dan terjangkau.

Sementara itu, ada perbedaan proporsi jawaban di kalangan responden yang tinggal di Jawa dan luar Jawa atas pernyataan tersebut. Untuk responden di Jawa, sebanyak 54,7% menyatakan setuju, 43,8% tidak setuju, dan 1,5% menjawab. Responden di luar Pulau Jawa yang menyatakan setuju sebanyak 40%, yang tidak setuju sebanyak 58,8%, dan responden yang tidak menjawab sebanyak 1,2%.

Secara umum, seberapa Anda puas terhadap kinerja pemerintah Joko Widodo – Jusuf Kallasaat ini? Apakah Anda sangat puas, puas, tidak puas, atau sangat tidak puas?

Grafik 2.7. Kepuasan responden terhadap kinerja Joko Widodo–Jusuf Kalla

Berdasarkan Grafik 2.7 sebanyak 70% responden mengaku puas dengan kinerja pemerintah Jokowi-JK dan hanya 28% yang mengaku tidak puas. Sisanya, 2% responden tidak menjawab. Hal tersebut menunjukkan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-JK masih tinggi setelah Pemilu 2019 dilaksanakan.

Tabel 2.10 berikut ini menunjukkan bahwa sebanyak 63,8% responden yang sering mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari merasa puas dengan kinerja pemerintah Jokowi-JK. Sementara jawaban responden yang merasa jarang mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan pangan merasa lebih puas terhadap kinerja pemerintah Jokowi-JK sebanyak 71,8%, atau lebih tinggi dibandingkan kelompok responden yang menjawab sering. Meskipun demikian, mayoritas responden, baik yang mengaku sering maupun jarang mengalami kesulitan kebutuhan pangan, menyatakan puas dengan kinerja Jokowi-JK.

Page 31: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 24

Sebanyak 62,4% responden yang sering mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan non-pangan sehari-hari merasa puas dengan kinerja pemerintah Jokowi-JK. Sementara jawaban responden yang merasa jarang mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan pangan merasa lebih puas terhadap kinerja pemerintah Jokowi-JK sebanyak 72,6%. Meskipun demikian, secara umum baik yang sering maupun jarang mengalami kesulitan kebutuhan non-pangan lebih dominan menyatakan puas dengan kinerja Jokowi-JK.

Tabel 2.10. Tingkat kepuasan terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-JKberdasarkan keadaan ekonomi keluarga responden (%)

Penilaian responden yang mengalami peningkatan keadaan ekonomi keluarga sebanyak 77,7% menyatakan puas terhadap kinerja pemerintah Jokowi-JK. Sedangkan jawaban responden yang menyatakan mengalami penurunan keadaan ekonomi keluarga tingkat kepuasan terhadap kinerja pemerintah lebih rendah dibandingkan yang menjawab mengalami peningkatan yaitu hanya sebanyak 58,9%.

Tabel 2.11 di bawah ini menunjukkan bahwa sebanyak 79,3% responden penerima program KIP merasa puas dengan kinerja pemerintah Jokowi-JK. Begitu pula dengan tingkat kepuasan responden penerima program KIS sebanyak 75,5%, responden penerima

Page 32: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

25Evaluasi Keadaan Ekonomi dan Kinerja Pemerintah

program KUR sebanyak 71,8%, dan responden penerima manfaat PKH sebanyak 71,8% merasa puas dengan kinerja Jokowi-JK. Sedangkan responden yang bukan penerima manfaat program KIP, KIS, KUR, dan PKH tingkat kepuasan terhadap kinerja Jokowi-JK masih berada di bawah 70%.

Tabel 2.11. Kepuasan terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-JK (%)

Tabel 2.12 berikut ini menunjukkan bahwa responden yang setuju dengan pernyataan “Terjangkaunya harga kebutuhan pokok” dan merasa puas dengan kinerja Jokowi-JK sebanyak 82,2%. Yang setuju dengan pernyataan “Lowongan kerja semakin banyak” dan merasa puas dengan kinerja Jokowi-JK 82,4%. Yang setuju dengan pernyataan “Masyarakat sekitar semakin sejahtera” dan merasa puas dengan kinerja Jokowi-JK 80,1%.

Tabel 2.12. Penilaian terhadap keadaan ekonomi masyarakat dankepuasan terhadap kinerja pemerintah Jokowi-JK (%)

Page 33: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 26

Ketika ditanya tentang persoalan apa yang paling penting dan mendesak yang harus diselesaikan oleh bangsa Indonesia, sebagaimana ditunjukkan Grafik 2.8, sebanyak 26,1% responden menyebutkan harga barang kebutuhan pokok. Menyusul berikutnya, pengangguran/lapangan kerja 23,5% dan kemiskinan 12,9%. Sementara persoalan lainnya masing-masing di bawah 10%, dan yang menarik, korupsi hanya disebutkan sebanyak 2,7% oleh responden.

Menurut Anda, apa yang menjadi persoalan yang paling penting dan mendesak yang harus diselesaikan atau ditangani pemerintah ke depan?

Grafik 2.8. Persoalan yang paling penting dan mendesak yang harus diselesaikan

Page 34: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

27Partisipasi Politik dan Political Engagement Warga

III

Partisipasi Politik dan POLITICAL ENGAGEMENT Warga

Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK)Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Tahun 2020

Page 35: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 201928

Page 36: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

29Partisipasi Politik dan Political Engagement Warga

IIIPARTISIPASI POLITIK DAN

POLITICAL ENGAGEMENT WARGA

Pada bagian ini akan disajikan temuan survei publik P2P LIPI terkait partisipasi politik dan political engagement warga.

A. Keikutsertaan dalam Perkumpulan/Organisasi

Survei publik P2P LIPI mencoba menganalisis keikutsertaan responden dalam beberapa jenis perkumpulan atau organisasi di sekitarnya. Sebagaimana disajikan dalam Grafik 3.1 di bawah ini, sebagian besar responden (58,5%) menyatakan tidak ikut perkumpulan di lingkungan tempat tinggalnya. Sebanyak 27,7% responden lainnya menyatakan ikut dan terlibat aktif, 13,2% menyatakan ikut tapi tidak terlibat aktif. Sisanya, 0,6% responden tidak menjawab.

Apakah Anda mengikuti dan terlibat aktif dalam perkumpulan berikut ini?

Grafik 3.1. Keikutsertaan dalam perkumpulan/organisasi (%)

Pada perkumpulan berbasis keagamaan di lingkungannya sebagian besar responden (41,8%) menyatakan tidak ikut. Jumlah ini hampir berimbang dengan responden yang menyatakan ikut dan terlibat aktif yaitu 40,3%. Selanjutnya 17,2% responden menyatakan ikut tapi tidak terlibat aktif. Sisanya, 0,7% responden tidak menjawab. Sementara itu, pada partai politik, hampir seluruh responden (92,6%) menyatakan tidak ikut. Sebanyak 3,3%

Page 37: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 201930

responden mengaku ikut tetapi tidak terlibat aktif, sedangkan 2,4% responden lainnya mengaku ikut dan terlibat aktif di partai politik. Sisanya, sebesar 1,7% tidak menjawab.

Meskipun angka persentase menunjukkan keragaman, secara umum responden bukan merupakan anggota perkumpulan apapun. Hal ini terlihat dari persentase jawaban tersebut yang selalu mendekati angka 50% bahkan ada yang jauh melebihi angka itu. Namun ada satu hal yang menarik, partisipasi warga dalam perkumpulan berbasis keagamaan di lingkungan sekitar responden tinggal sangat tinggi. Sekitar 57,5% responden berpartisipasi dalam perkumpulan tersebut, baik yang aktif (40,3%) maupun yang tidak aktif (17,2%).

B. Ketertarikan Terhadap Berita Politik

Terkait dengan ketertarikan terhadap berita politik, sebagaimana disajikan dalam Grafik 3.2, sebanyak 55,4% responden menyatakan tidak tertarik/sangat tidak tertarik, sebanyak 43,5% responden menyatakan tertarik/sangat tertarik, sisanya sebesar 1,1% tidak menjawab.

Seberapa tertarik Anda mengikuti berita politik atau pemerintahan?

Grafik 3.2. Ketertarikan terhadap berita politik

Jadi, dari perbandingan ini kita dapat melihat bahwa sebagian besar responden tidak tertarik mengikuti berita politik, namun jumlah tersebut hampir berimbang dengan jumlah yang tertarik mengikuti berita politik.

Page 38: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

31Partisipasi Politik dan Political Engagement Warga

Grafik 3.3. Ketertarikan terhadap berita politik berdasarkan tingkat pendidikan responden (%)

Dari Grafik 3.3 dapat dilihat bahwa pada kategori responden yang tidak tamat SD, 9,9% responden mengaku sangat tidak tertarik dan 56,5% lainnya tidak tertarik mengikuti berita politik. Hanya 4,3% responden yang mengaku sangat tertarik. Sisanya, 1,2% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden lulusan SD atau sederajat, 6,6% mengaku sangat tidak tertarik dan 54,8% tidak tertarik mengikuti berita politik. Sebanyak 34,2% responden mengaku tertarik dan 3,4% lainnya sangat tertarik mengikuti berita politik. Ada 9% responden pada kategori ini yang tidak menjawab.

Pada kategori responden lulusan SMP atau sederajat, 6,1% responden mengaku sangat tidak tertarik dan 51,1% (atau paling banyak) tidak tertarik mengikuti berita politik. Sementara itu, yang mengaku tertarik atau sangat tertarik masing-masing 35,6% dan 5,8% responden. Terdapat 1,4% responden yang tidak memberikan jawaban.

Pada kategori tamatan SMA atau sederajat terdapat 4,2% responden yang mengaku sangat tidak tertarik dan 43,3% reponden mengaku tidak tertarik mengikuti berita politik. Paling banyak (45,7%) responden mengaku tertarik dan sisanya, 6,1% responden, mengaku sangat tertarik. Sebanyak 7% responden tidak memberikan jawaban.

Pada kategori tamatan D1 hingga D4 terdapat 11,4% responden yang mengaku sangat tidak tertarik dan 25,7% responden juga mengaku tidak tertarik mengikuti berita politik. Sementara itu, sebanyak 48,6% responden mengaku tertarik dan 14,3% lainnya megaku sangat tertarik mengikuti berita politik.

Pada kategori tamatan S1, sebanyak 2,5% responden mengaku sangat tidak tertarik dan 30,9% responden mengaku tidak tertarik mengikuti berita politik. Masing-masing

Page 39: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 201932

46,9% dan 17,3% responden mengaku tertarik dan sangat tertarik mengikuti berita politik. Sisanya, 2% responden tidak memberikan jawaban.

Pada kategori lulusan S2 hingga S3 terdapat 16,7% responden yang mengaku tidak tertarik mengikuti berita politik. Selanjutnya 66,7% responden mengaku tertarik, sedangkan sisanya 16,7% responden mengaku sangat tertarik. Lulusan S2 dan S3 adalah kategori responden yang paling tertarik mengikuti berita politik, namun responden pada kategori ini jumlahnya sangat sedikit.

Tabel 3.1. Ketertarikan mengikuti berita politik berdasarkan rata-rata pendapatan (%)

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa pada kelompok responden dengan pendapatan di bawah Rp500.000,- perbulan terdapat 7,3% responden yang mengaku sangat tidak tertarik dan 46% mengaku tidak tertarik mengikuti berita politik. Sebanyak 40,5% mengaku tertarik dan 5,9% lainnya mengaku sangat tertarik, sedangkan sisanya sebesar 0,3% tidak menjawab.

Pada kelompok responden dengan tingkat pendapatan antara Rp500.000,- hingga Rp1.000.000,- perbulan, terdapat 5,7% responden yang mengaku sangat tidak tertarik dan 52,7% responden mengaku tidak tertarik mengikuti berita politik. Sebanyak 36,6% responden mengaku tertarik dan 3,7% responden mengaku sangat tertarik mengikuti berita politik. Sisanya, sebanyak 1,2% responden tidak menjawab.

Pada kelompok responden dengan tingkat pendapatan Rp1.000.000,- hingga Rp2.000.000,-, terdapat 6% responden yang menyatakan sangat tidak tertarik mengikuti berita politik. Ada 50,8% responden yang menyatakan tidak tertarik mengikuti berita politik. Sedangkan yang tertarik atau sangat tertarik masing-masing 38% dan 4,2% responden menyatakan sangat tertarik. Sisanya, sebesar 1% responden tidak menjawab.

Pada kelompok responden dengan tingkat pendapatan Rp2.000.000,- hingga Rp4.000.000,- terdapat 6% responden yang menyatakan sangat tidak tertarik dan 50% responden mengaku tidak tertarik mengikuti berita politik. Sebanyak 37,1% responden mengaku tertarik, sedangkan 6% responden mengaku sangat tertarik. Sisanya, sebesar 0,8% responden tidak menjawab.

Page 40: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

33Partisipasi Politik dan Political Engagement Warga

Pada kelompok responden dengan tingkat pendapatan Rp4.000.000,- hingga Rp6.000.000,- perbulan terdapat 7,1% responden yang mengaku sangat tidak tertarik dan 37,6% responden mengaku tidak tertarik mengikuti berita politik. Paling banyak (40%) responden mengaku tertarik, sedangkan 12,9% responden mengaku sangat tertarik. Responden yang tidak menjawab sebanyak 2,4%.

Pada kelompok responden dengan tingkat pendapatan antara Rp6.000.000,- hingga Rp10.000.000,- perbulan, terdapat 9,5% responden yang menyatakan sangat tidak tertarik mengikuti berita politik. Sebanyak 33,3% responden mengaku tidak tertarik mengikuti berita politik. Sebanyak 38,1% responden mengaku tertarik dan 16,7% responden menyatakan sangat tertarik. Sisanya, sebanyak 2,4% responden tidak menjawab.

Pada kelompok responden dengan tingkat pendapatan lebih dari Rp10.000.000,- perbulan, yang mengaku tidak tertarik mengikuti berita politik sebanyak 35,7%. Sebanyak 42,9% responden menyatakan tertarik dan 21,4% lainnya mengaku sangat tertarik mengikuti berita politik.

Pada kelompok responden yang tidak memberikan jawaban mengenai tingkat pendapatannya, terdapat 2,8% responden yang tidak menjawab mengenai ketertarikannya terhadap berita politik. Sebanyak 5,6% responden mengaku sangat tidak tertarik mengikuti berita politik. Paling banyak (61,10%) responden mengaku tidak tertarik mengikuti berita politik. Sebanyak 22,20% responden mengaku tertarik mengikuti berita politik. Sedangkan 8,3% mengaku sangat tertarik.

Berdasarkan data tersebut, pada kalangan responden dengan penghasilan Rp4.000.000,- ke atas proporsi yang mengaku tertarik/sangat tertarik mengikuti berita politik lebih besar dibandingkan yang mengaku tidak tertarik/sangat tidak tertarik. Pada kelompok responden dengan penghasilan di bawah Rp4.000.000,- jumlah responden yang mengaku tertarik/sangat tertarik lebih kecil dibandingkan dengan responden yang mengaku tidak tertarik/sangat tidak tertarik.

C. Intensitas Membicarakan/Mendiskusikan Masalah Politik

Grafik 3.5 menunjukkan intensitas responden dalam mendiskusikan masalah politik atau pemerintahan dengan keluarga/rekan kerja/tetangga. Responden yang mengaku tidak pernah melakukannya sebanyak 44,3%, jarang 35,9%, sering 16,3%, dan sangat sering 2,9%. Sebanyak 0,5% responden tidak menjawab.

Page 41: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 201934

Dalam sebulan terakhir, seberapa sering Anda mendiskusikan (membicarakan) masalah politik atau pemerintahan, baik di tingkat nasional maupun di tingkat lokal, dengan orang lain, termasuk

keluarga, rekan kerja, atau tetangga?

Grafik 3.4. Intensitas membicarakan/mendiskusikan masalah politik

Tabel 3.2 berikut ini memberikan gambaran intensitas diskusi politik berdasarkan tingkat pendidikan responden. Pada kategori responden yang tidak menamatkan pendidikan SD terdapat 59,7% yang mengaku tidak pernah mendiskusikan masalah politik dengan orang lain. Sebanyak 31,2% mengaku jarang. Sebanyak 7,1% mengaku sering dan 1,6% mengaku sangat sering mendiskusikan masalah politik dengan orang lain. Sisanya, sebanyak 0,4% responden pada kelompok ini tidak menjawab.

Tabel 3.2. Intensitas mendiskusikan masalah politik berdasarkan tingkat pendidikan (%)

Pada kategori responden lulusan SD terdapat 52,5% responden yang mengaku tidak pernah mendiskusikan masalah politik dengan orang lain. Sebanyak 32,2% responden menyatakan jarang, 14,4% responden menyatakan sering, dan 0,9% responden menyatakan sangat sering.

Pada kategori responden lulusan SMP, terdapat 40,6% responden yang menyatakan tidak pernah mendiskusikan masalah politik dengan orang lain. Sebanyak 42,1% responden menyatakan jarang, 14% responden menyatakan sering, dan 1,8% responden

Page 42: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

35Partisipasi Politik dan Political Engagement Warga

menyatakan sangat sering. Sisanya, sebesar 1,4% responden pada kelompok ini tidak menjawab.

Pada kategori responden lulusan SMA terdapat 34,5% responden yang menyatakan tidak pernah mendiskusikan masalah politik dengan orang lain. Sebanyak 40,1% responden menyatakan jarang, 20,8% responden menyatakan sering, dan 4,2% responden menyatakan sangat sering mendiskusikan masalah politik dengan orang lain. Sisanya, sebesar 0,5% responden pada kelompok ini tidak menjawab.

Pada kategori responden tamatan D1 hingga D4 terdapat 31,4% responden yang menyatakan tidak pernah mendiskusikan masalah politik dengan orang lain. Sebanyak 31,4% responden menyatakan jarang. Selanjutnya 31,4% responden menyatakan sering dan 5,7% responden lainnya pada kelompok ini menyatakan sangat sering mendiskusikan masalah politik dengan orang lain.

Pada kategori responden lulusan S1 terdapat 22,2% responden yang menyatakan tidak pernah mendiskusikan masalah politik dengan orang lain. Sebanyak 30,9% responden menyatakan jarang. Sebanyak 33,3% responden menyatakan sering dan 13,6% responden lainnya menyatakan sangat sering mendiskusikan masalah politik dengan orang lain.

Pada kategori responden lulusan S2 hingga S3 terdapat 16,7% responden yang menyatakan tidak pernah mendiskusikan masalah politik dengan orang lain. Sebanyak 33,3% responden menyatakan jarang. Sebanyak 33,3% responden menyatakan sering dan 16,7% responden menyatakan sangat sering mendiskusikan masalah politik dengan orang lain.

Survei publik P2P LIPI menemukan bahwa meskipun secara umum responden jarang/sangat jarang mendiskusikan masalah politik atau pemerintahan dengan orang lain, responden dengan latar belakang pendidikan tinggi (diploma ke atas) lebih banyak yang mengaku sering/sangat sering mendiskusikan soal politik dengan orang lain. Di kalangan responden lulusan diploma, sarjana, dan pascasarjana, yang mengaku sering/sangat sering masing-masing sebanyak 37,1%, 46,9%, dan 50%. Namun, proporsi responden dengan latar belakang pendidikan tinggi ini kecil.

Tabel 3.3. Intensitas mendiskusikan masalah politikberdasarkan rata-rata pendapatan (%)

Page 43: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 201936

Berdasarkan rata-rata pendapatan kotor keluarga per bulannya, sebagaimana disajikan dalam Tabel 3.3, 48,8% responden dengan tingkat pendapatan perbulan di bawah Rp500.000,- mengaku tidak pernah mendiskusikan masalah politik dengan orang lain. Sebanyak 32,2% responden menyatakan jarang. Selanjutnya, 17,3% menyatakan sering dan 1,7% menyatakan sangat sering mendiskusikan masalah politik dengan orang lain.

Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan perbulan sebesar Rp500.000,- hingga Rp1.000.000,- terdapat 47,5% responden yang menyatakan tidak pernah membicarakan masalah politik dengan orang lain dan 37,9% responden lainnya menyatakan jarang. Sebanyak 12,4% responden menyatakan sering dan 1,7% responden menyatakan sangat sering. Sisanya, sebesar 0,5% responden pada kategori ini tidak menjawab.

Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan sebesar Rp1.000.000,- hingga Rp2.000.000,- perbulan terdapat 45,3% responden yang menyatakan tidak pernah mendiskusikan masalah politik dengan orang lain dan 37,4% responden menyatakan jarang. Sebanyak 15,7% responden menyatakan sering dan 1,3% responden menyatakan sangat sering. Sisanya, sebanyak 0,3% responden pada kelompok ini tidak menjawab.

Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan sebesar Rp2.000.000,- hingga Rp4.000.000,- perbulan terdapat 41,5% responden yang menyatakan tidak pernah membicarakan masalah politik dengan orang lain. Yang mengaku jarang sebanyak 35,5% responden. Sebanyak 20,2% responden menyatakan sering dan 2,8% responden menyatakan sangat sering.

Pada kelompok responden dengan tingkat pendapatan sebesar Rp4.000.000,- hingga Rp6.000.000,- perbulan terdapat 28,2% responden yang menyatakan tidak pernah membicarakan masalah politik dengan orang lain. Yang mengaku jarang sebanyak 37,6% responden. Sebanyak 22,4% responden menyatakan sering dan 10,6% menyatakan sangat sering. Sisanya, sebesar 1,2% responden pada kelompok ini tidak menjawab.

Pada kelompok responden dengan tingkat pendapatan Rp6.000.000,- hingga Rp10.000.000,- perbulan terdapat 16,7% responden yang menyatakan tidak pernah membicarakan masalah politik dengan orang lain dan sebanyak 45,2% responden menyatakan jarang. Sebanyak 19% responden menyatakan sering dan 16,7% responden menyatakan sangat sering. Sisanya, sebesar 2,4% responden pada kelompok ini tidak menjawab.

Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan lebih dari Rp10.000.000, perbulan terdapat 21,4% responden yang menyatakan sangat jarang mendiskusikan masalah politik dengan orang lain. Sebanyak 28,6% responden menyatakan jarang. Sebanyak 28,6 responden menyatakan sering dan 21,4% lainnya menyatakan sangat sering mendiskusikan masalah politik dengan orang lain.

Secara umum intensitas mendiskusikan masalah politik dengan orang lain cukup rendah. Meskipun demikian, proporsi responden dengan pendapatan lebih tinggi

Page 44: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

37Partisipasi Politik dan Political Engagement Warga

yang mengaku sering/sangat sering mendiskusikan politik lebih tinggi dibandingkan proporsi pada kelompok pendapatan di bawahnya. Yang mengaku sering/sangat sering pada responden dengan pendapatan Rp4.000.000,- ke atas sebanyak 33%-50%. Namun, jumlah responden pada kategori ini relatif kecil.

D. Intensitas Menonton Acara/Program Televisi Terkait Pemilu

Mengenai intensitas menonton acara/program televisi Pemilu 2019, sebagaimana disajikan dalam Grafik 3.5, sebanyak 23,2% responden mengaku tidak pernah, 39,1% jarang, sedangkan 31,5% sering, dan 5,7% sangat sering. Sisanya, sebesar 0,5% responden tidak menjawab. Secara umum terlihat bahwa sebagian besar responden jarang menonton acara/program/televisi terkait Pemilu 2019.

Dalam sebulan terakhir, seberapa sering Anda menonton acara atau program televisi terkait Pemilu 2019 (seperti berita, bincang-bincang/talkshow, debat atau yang lainnya)?

Grafik 3.5. Intensitas menonton acara/program televisi terkait Pemilu 2019

Lalu bagaimana apabila intensitas menonton program TV terkait pemilu 2019 dilihat dari tingkat pendidikan responden?

Tabel 3.4. Intensitas menonton acara televisi terkait Pemilu 2019 berdasarkan tingkat pendidikan (%)

Page 45: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 201938

Dalam Tabel 3.4, sebanyak 32,8% responden yang tidak tamat SD atau sederajat terdapat responden menyatakan tidak pernah menonton acara televisi terkait Pemilu 2019. Yang menyatakan jarang sebanyak 36,4%. Sebanyak 26,9% menyatakan sering dan 3,6% menyatakan sangat sering. Sisanya, sebanyak 0,4% responden dalam kategori ini tidak menjawab.

Pada kategori responden tamatan SD atau sederajat terdapat 28,5% responden yang mengaku tidak pernah menonton acara televisi terkait Pemilu 2019 dan 37,7% lainnya mengaku jarang. Sebanyak 30,1% responden mengaku sering dan 3,7% responden mengaku sangat sering menonton acara televisi terkait Pemilu 2019.

Pada kategori responden tamatan SMP atau sederajat terdapat 19,4% responden yang menyatakan tidak pernah menonton acara televisi terkait Pemilu 2019 dan 43,9% lainnya menyatakan jarang. Sebanyak 27,7% responden menyatakan sering dan 8,3% responden menyatakan sangat sering. Sisanya, sebanyak 0,7% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden lulusan SMA atau sederajat terdapat 18,1% responden yang menyatakan tidak pernah menonton acara televisi terkait pemilu 2019 dan 39,9% lainnya menyatakan jarang. Sebanyak 35,5% responden menyatakan sering dan 5,9% responden menyatakan sangat sering. Yang tidak menjawab sebesar 0,7% responden.

Pada kategori responden lulusan D1 hingga D4 terdapat 20% responden yang menyatakan tidak pernah menonton acara televisi terkait Pemilu 2019 dan 34,3% menyatakan jarang. Sebanyak 31,4% responden menyatakan sering dan 14,3% responden menyatakan sangat sering menonton acara televisi terkait Pemilu 2019.

Pada kategori responden lulusan S1 terdapat 6,2% responden yang menyatakan tidak pernah menonton acara televisi terkait Pemilu 2019 dan 38,3% lainnya menyatakan jarang menonton. Sebanyak 43,2% responden menyatakan sering dan sebanyak 11,1% responden menyatakan sangat sering menonton program Pemilu 2019. Sisanya, 1,2% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden lulusan S2 dan S3 terdapat 66,7% responden yang menyatakan sering menonton acara televisi terkait Pemilu 2019. Sisanya sebesar 33,3% responden pada kategori ini menyatakan jarang menonton. Pada kategori responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi, intensitas menonton acara televisi terkait Pemilu 2019 cukup tinggi, yaitu di atas 45%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan angka pada kelompok responden dengan latar belakang pendidikan menengah atau rendah. Namun, jumlah responden pada kategori ini hanya sedikit.

Jika ditinjau dari segi pendapatan perbulan responden maka didapat data sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 3.5 berikut ini.

Page 46: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

39Partisipasi Politik dan Political Engagement Warga

Tabel 3.5. Intensitas menonton acara televisi terkait Pemilu 2019 berdasarkan rata-rata pendapatan (%)

Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan kurang dari Rp500.000,- perbulan terdapat 28,4% responden yang menyatakan tidak pernah menonton acara televisi terkait Pemilu 2019. Yang mengaku jarang sebanyak 31,8%. Sebanyak 32,5% responden mengaku sering dan 6,9% responden lainnya mengaku sangat sering. Sisanya, sebesar 0,3% responden pada kategori ini tidak menjawab.

Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan Rp500.000,- hingga Rp1.000.000,- perbulan terdapat 24,3% responden yang menyatakan tidak pernah menonton acara televisi terkait Pemilu 2019 dan 44,1% responden menyatakan jarang. Sebanyak 27,2% responden menyatakan sering menonton dan 4,5% responden mengaku sangat sering menonton acara televisi terkait Pemilu 2019.

Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan Rp1.000.000,- hingga Rp2.000.000,- perbulan terdapat 24,3% responden yang menyatakan tidak pernah menonton acara televisi terkait Pemilu 2019. Sebanyak 40,3% responden menyatakan jarang menonton. Sebanyak 29,6% responden menyatakan sering menonton. Sisanya, sebesar 5,5% responden menyatakan sangat sering menonton acara televisi terkait Pemilu 2019.

Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan Rp2.000.000,- hingga Rp4.000.000,- perbulan terdapat 19,4% responden yang menyatakan tidak pernah menonton acara televisi terkait Pemilu 2019. Sebanyak 37,9% responden menyatakan jarang menonton. Sebanyak 39,1% responden menyatakan sering menonton dan 3,2% mengaku sangat sering menonton. Sisanya, 0,4% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan Rp4.000.000,- hingga Rp6.000.000,- perbulan terdapat 7,1% responden yang menyatakan tidak pernah menonton acara televisi terkait Pemilu 2019. Yang mengaku jarang sebanyak 41,2% responden. Sebanyak 37,6% responden menyatakan sering dan 11,8% responden menyatakan sangat sering menonton. Ada 2,4% responden yang tidak menjawab.

Page 47: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 201940

Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan antara Rp6.000.000,- hingga Rp10.000.000,- perbulan terdapat 7,1% responden yang menyatakan tidak pernah menonton acara televisi terkait Pemilu 2019. Sebanyak 40,5% responden menyatakan jarang menonton. Sebanyak 35,7% responden menyatakan sering, dan 14,3% responden menyatakan sangat sering menonton acara televisi terkait Pemilu 2019. Sisanya, sebesar 2,4% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan lebih dari Rp10.000.000,- perbulan terdapat 28,6% responden yang menyatakan tidak pernah menonton acara televisi terkait Pemilu 2019. Sebanyak 14,3% responden menyatakan jarang menonton. Sebanyak 35,7% responden menyatakan sering dan 21,4% responden menyatakan sangat sering menonton acara televisi terkait Pemilu 2019.

E. Penggunaan Aplikasi Chatting atau Akun Media Sosial

Dalam survei publik P2P LIPI ditemukan bahwa sebagian besar responden masih belum mengunakan aplikasi chatting maupun memiliki akun media sosial. Grafik 3.5 menunjukkan, sebesar 64,9% responden mengaku bukan pengguna aplikasi Whatsapp (WA), sedangkan 34,2% responden menyatakan menggunakan aplikasi WA. Sisanya, sebesar 0,9% tidak menjawab. Sementara itu, sebesar 94,3% responden mengaku bukan pengguna aplikasi Line, sedangkan 4,4% mengaku sebagai pengguna. Sisanya, 1,3% responden tidak menjawab.

Apakah Anda menggunakan aplikasi chatting atau media sosial berikut ini?

Grafik 3.6. Aplikasi chatting atau akun media sosial yang dimiliki (%)

Selanjutnya, pada aplikasi Facebook, sebesar 72,4% responden mengaku tidak memiliki akun Facebook, sedangkan 26,5% responden mengaku memiliki. Sisanya, sebesar 1,1% tidak menjawab. Pada aplikasi Twitter, sebesar 95,3% responden mengaku tidak mempunyai akun, sedangkan 3,5% lainnya mengaku memiliki akun. Sisanya,

Page 48: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

41Partisipasi Politik dan Political Engagement Warga

sebesar 1,2% tidak menjawab. Sementara itu, sebesar 86,7% responden mengaku tidak punya akun Instagram, sedangkan 12,1% mengaku memiliki akun Instagram. Sisanya, 1,2% tidak menjawab.

Secara umum terlihat sebagian besar responden bukan pengguna aplikasi chatting maupun akun media sosial. Pengguna aplikasi Whatsapp cukup besar jika dibandingkan aplikasi lain. Selain itu Facebook adalah jenis media sosial yang paling populer dibandingkan Twitter dan Instagram.

Mengenai intensitas menonton/membaca konten terkait Pemilu 2019 lewat aplikasi chatting atau media sosial, Grafik 3.6. menunjukkan, sebanyak 26% responden mengaku tidak pernah melakukannya dan 34,7% responden lainnya mengaku jarang. Sedangkan responden yang mengaku sering sebanyak 31,9% dan sangat sering 4%. Sisanya, sebesar 3,4% responden tidak menjawab.

Seberapa sering Anda membaca/menonton konten terkait Pemilu 2019 (misalnya tentang capres-cawapres, partai politik peserta pemilu, caleg, dsb)

di aplikasi chatting dan media sosial yang Anda gunakan?

Grafik 3.7. Intensitas mengakses konten Pemilu 2019 via aplikasi chatting atau medsos

Berdasarkan data ini kita dapat melihat bahwa sebagian besar responden jarang menonton/membaca konten terkait Pemilu 2019, baik melalui aplikasi chatting atau sosial media. Selanjutnya, jika dilihat dari tingkat pendidikan responden, maka diperoleh data sebagaimana disajikan dalam Tabel 3.6 berikut ini.

Page 49: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 201942

Tabel 3.6. Intensitas mengakses konten Pemilu 2019 via aplikasi chatting atau medsos berdasarkan tingkat pendidikan (%)

Pada kategori responden yang tidak tamat SD terdapat 37% responden yang tidak pernah mengakses konten terkait Pemilu 2019 lewat aplikasi chatting ataupun akun media sosial. Sebanyak 28,3% responden menyatakan jarang mengakses. Sebanyak 15,2% responden menyatakan sering dan 2,2% responden menyatakan sangat sering. Sisanya, 17,4% responden pada kategori ini tidak memberikan jawaban.

Pada kategori responden lulusan SD terdapat 37,5% responden yang tidak pernah mengakses konten terkait Pemilu 2019 lewat aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 30,7% responden menyatakan jarang mengakses. Sebanyak 23,9% responden mengaku sering dan 2,3% responden mengaku sangat sering. Sisanya, 5,7% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden lulusan SMP atau sederajat terdapat 28,5% responden yang menyatakan tidak pernah mengakses konten terkait Pemilu 2019 lewat aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 36,6% responden mengaku jarang mengakses. Sebanyak 28,5 % responden mengaku sering dan 1,6% responden mengaku sangat sering. Sisanya, sebesar 4,9% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden lulusan SMA atau sederajat terdapat 24% responden yang menyatakan tidak pernah mengakses konten terkait Pemilu 2019 lewat aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 38% responden mengaku jarang mengakses. Sebanyak 34,2% responden mengaku sering dan 3,4% responden mengaku sangat sering. Sisanya, sebesar 0,4% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden lulusan D1 hingga D4 terdapat 18,5% responden yang menyatakan tidak pernah mengakses konten terkait Pemilu 2019 lewat aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 25,9% responden mengaku jarang mengakses. Sebanyak 40,7% responden mengaku sering dan 11,1% responden mengaku sangat sering. Sisanya, sebesar 3,7% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden lulusan S1 atau sederajat terdapat 12,9% responden yang menyatakan tidak pernah mengakses konten terkait Pemilu 2019 lewat aplikasi chatting

Page 50: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

43Partisipasi Politik dan Political Engagement Warga

maupun akun media sosial. Sebanyak 32,9% responden mengaku jarang mengakses. Sebanyak 45,7% responden mengaku sering mengakses, dan 8,6% responden mengaku sangat sering mengakses.

Terakhir, pada kategori responden lulusan S2 hingga S3 terdapat 16,7% responden yang menyatakan jarang mengakses konten Pemilu 2019 lewat aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 50% responden mengaku sering dan 33,3% responden mengaku sangat sering mengakses. Secara umum, proporsi responden dengan latar belakang pendidikan tinggi lebih yang mengaku sering/sangat sering mengakses konten Pemilu 2019 lewat aplikasi chatting maupun akun media sosial lebih tinggi dibandingkan pada kelompok responden dengan pendidikan menengah atau rendah.

Jika dilihat dari tingkat pendapatan perbulan responden maka didapat data sebagai berikut (Tabel 3.7). Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan kurang dari Rp500.000,- perbulan terdapat 25,3% responden yang mengaku tidak pernah mengakses konten terkait Pemilu 2019 lewat aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 40,5% responden mengaku jarang mengakses. Sebanyak 21,5% responden mengaku sering dan 3,8% responden mengaku sangat sering. Sisanya, sebesar 8,9% responden tidak menjawab.

Tabel 3.7. Intensitas mengakses konten Pemilu 2019 via aplikasi chatting atau medsos berdasarkan rata-rata pendapatan (%)

Selanjutnya, pada kategori responden dengan tingkat pendapatan antara Rp500.000,- hingga Rp1.000.000,- perbulan terdapat 33,8% responden yang mengaku tidak pernah mengakses konten terkait Pemilu 2019 lewat aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 26,9% responden mengaku jarang mengakses. Sebanyak 32,4% responden mengaku sering dan 2,8% responden mengaku sangat sering. Sisanya, sebesar 4,1% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan antara Rp1.000.000,- hingga Rp2.000.000,- perbulan terdapat 23,6% responden yang mengaku tidak pernah mengakses konten terkait Pemilu 2019 lewat aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 42,1% responden mengaku jarang mengakses. Sebanyak 32,1% responden mengaku

Page 51: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 201944

sering dan 1,4% responden mengaku sangat sering. Sisanya, sebesar 0,7% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan antara Rp2.000.000,- hingga Rp4.000.000,- perbulan terdapat 23,7% responden yang mengaku tidak pernah mengakses konten terkait Pemilu 2019 lewat aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 36,7% responden mengaku jarang mengakses. Sebanyak 35,3% responden mengaku sering dan 3,6% responden mengaku sangat sering. Sisanya, sebesar 0,7% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan antara Rp4.000.000,- hingga Rp6.000.000,- perbulan terdapat 30,8% responden yang mengaku tidak pernah mengakses konten terkait Pemilu 2019 lewat aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 29,2% responden mengaku jarang mengakses. Sebanyak 33,8% responden mengaku sering dan 3,1% responden mengaku sangat sering mengakses. Sisanya, sebesar 3,1% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan antara Rp6.000.000,- hingga Rp10.000.000,- perbulan terdapat 3,2% responden yang mengaku tidak pernah mengakses konten terkait Pemilu 2019 lewat aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 32,3% responden mengaku jarang mengakses. Sebanyak 45,2% responden mengaku sering dan 16,1% responden mengaku sangat sering. Sisanya, sebesar 3,2% responden tidak menjawab.

Terakhir, pada kategori responden dengan tingkat pendapatan lebih dari Rp10.000.000,- perbulan terdapat 20% responden yang mengaku tidak pernah mengakses konten terkait Pemilu 2019 lewat aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 10% responden mengaku jarang mengakses. Sebanyak 20% responden mengaku sering dan 40% responden mengaku sangat sering. Sisanya, sebesar 10% responden tidak menjawab.

Gambaran tentang intensitas mengunggah konten, komentar atau meneruskan konten terkait pemilu 2019 via aplikasi chatting atau akun sosial media ditunjukkan dalam Grafik 3.8. Sebanyak 90% responden mengaku jarang, sedangkan 6% mengaku sering melakukannya. Sisanya sebesar 4% tidak menjawab. Dapat dikatakan, hampir seluruh responden mengaku jarang mengunggah konten, komentar, atau konten terkait Pemilu 2019 via aplikasi chatting atau akun sosial media.

Seberapa sering Anda mengunggah komentar atau mengirimkan/meneruskan konten terkait Pemilu 2019 ke orang lain/grup (misalnya tentang capres-cawapres, partai politik peserta pemilu, caleg, dsb)

di aplikasi chatting dan media sosial yang Anda gunakan?

Page 52: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

45Partisipasi Politik dan Political Engagement Warga

Grafik 3.8. Intensitas mengunggah konten, komentar atau meneruskan konten Pemilu 2019 via aplikasi chatting atau akun media sosial

Apabila ditinjau dari tingkat pendidikan responden maka didapat data sebagai berikut (Tabel 3.8). Pada kategori responden yang tidak tamat SD terdapat 65,2% responden yang menyatakan tidak pernah mengunggah komentar atau mengirim/meneruskan konten terkait Pemilu 2019 kepada orang lain/grup via aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 8,7% responden menyatakan jarang. Sebanyak 8,7% responden menyatakan sering. Sisanya, sebesar 17,4% responden pada kategori ini tidak menjawab.

Tabel 3.8. Intensitas mengunggah konten, komentar atau meneruskan konten Pemilu 2019 via aplikasi chatting atau akun medsos berdasarkan tingkat pendidikan (%)

Pada kategori responden tamatan SD terdapat 70,5% responden yang menyatakan tidak pernah mengunggah komentar atau mengirim/meneruskan konten terkait Pemilu 2019 kepada orang lain/grup via aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 13,6% responden menyatakan jarang dan 5,7% responden lainnya menyatakan sering. Sisanya, sebesar 10,2% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden tamatan SMP atau sederajat terdapat 79,7% responden yang menyatakan tidak pernah mengunggah komentar atau mengirim/meneruskan konten terkait Pemilu 2019 kepada orang lain/grup via aplikasi chatting maupun akun

Page 53: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 201946

media sosial. Sebanyak 12,2% responden menyatakan jarang dan 3,3% responden lainnya menyatakan sering. Ada 4,9% responden yang tidak menjawab.

Pada kategori responden tamatan SMA atau sederajat terdapat 74,1% responden yang menyatakan tidak pernah mengunggah komentar atau mengirim/meneruskan konten terkait Pemilu 2019 kepada orang lain/grup via aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 18,6% responden menyatakan jarang dan 6,5% responden lainnya menyatakan sering. Sebanyak 0,8% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden tamatan D1 hingga D4 terdapat 66,7% responden yang menyatakan tidak pernah mengunggah komentar atau mengirim/meneruskan konten terkait Pemilu 2019 kepada orang lain/grup via aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 22,2% responden menyatakan jarang dan 7,4% responden lainnya menyatakan sering. Sisanya, 3,7% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden tamatan S1 terdapat 61,4% responden yang menyatakan tidak pernah mengunggah komentar atau mengirim/meneruskan konten terkait Pemilu 2019 kepada orang lain/grup via aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 28,6% responden menyatakan jarang dan 8,6% responden lainnya menyatakan sering. Sisanya, sebesar 1,4% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden tamatan S2 hingga S3 terdapat 33,3% responden yang menyatakan tidak pernah mengunggah komentar atau mengirim/meneruskan konten terkait Pemilu 2019 kepada orang lain/grup via aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 50% responden menyatakan jarang dan 16,7% responden lainnya menyatakan sangat sering. Intensitasnya mengunggah komentar atau mengirim konten terkait pemilu 2019 via aplikasi chatting atau akun sosial media pada kategori responden lulusan S2 dan S3 adalah yang paling tinggi. Namun, responden pada kategori ini jumlahnya sangat sedikit.

Selanjutnya, berdasarkan tingkat pendapatan responden, survei ini menemukan data sebagai berikut (Tabel 3.9). Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan kurang dari Rp500.000,- perbulan terdapat 67,1% responden yang menyatakan tidak pernah mengunggah komentar atau mengirim/meneruskan konten terkait Pemilu 2019 kepada orang lain/grup via aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 19% responden menyatakan jarang dan 2,5% responden lainnya menyatakan sering. Sisanya, sebesar 11,4% responden tidak menjawab.

Page 54: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

47Partisipasi Politik dan Political Engagement Warga

Tabel 3.9. Intensitas mengunggah konten, komentar atau meneruskan konten Pemilu 2019 via aplikasi chatting atau akun medsos berdasarkan rata-rata pendapatan (%)

Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan antara Rp500.000,- hingga Rp1.000.000,- perbulan terdapat 73,1% responden yang menyatakan tidak pernah mengunggah komentar atau mengirim/meneruskan konten terkait Pemilu 2019 kepada orang lain/grup via aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 15,2% responden menyatakan jarang dan 6,9% responden lainnya menyatakan sering. Sisanya, sebesar 4,8% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan antara Rp1.000.000,- hingga Rp2.000.000,- perbulan terdapat 75,7% responden yang menyatakan tidak pernah mengunggah komentar atau mengirim/meneruskan konten terkait Pemilu 2019 kepada orang lain/grup via aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 7,9% responden menyatakan jarang dan 1,4% responden lainnya menyatakan sering. Sisanya, sebesar 4,8% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan antara Rp2.000.000,- hingga Rp4.000.000,- perbulan terdapat 71,2% responden yang menyatakan tidak pernah mengunggah komentar atau mengirim/meneruskan konten terkait Pemilu 2019 kepada orang lain/grup via aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 20,1% responden menyatakan jarang dan 6,5% responden lainnya menyatakan sering. Sisanya, sebesar 2,2% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan antara Rp4.000.000,- hingga Rp6.000.000,- perbulan terdapat 73,8% responden yang menyatakan tidak pernah mengunggah komentar atau mengirim/meneruskan konten terkait Pemilu 2019 kepada orang lain/grup via aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 16,9% responden menyatakan jarang dan 6,2% responden lainnya menyatakan sering. Sisanya, sebesar 3,1% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan antara Rp6.000.000,- hingga Rp10.000.000,- perbulan terdapat 54,8% responden yang menyatakan tidak pernah

Page 55: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 201948

mengunggah komentar atau mengirim/meneruskan konten terkait Pemilu 2019 kepada orang lain/grup via aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 32,3% responden menyatakan jarang dan 6,5% responden lainnya menyatakan sering, dan 3,2% responden menyatakan sangat sering. Sisanya, sebesar 3,2% responden tidak menjawab.

Pada kategori responden dengan tingkat pendapatan lebih dari Rp10.000.000,- perbulan terdapat 80% responden yang menyatakan tidak pernah mengunggah komentar atau mengirim/meneruskan konten terkait Pemilu 2019 kepada orang lain/grup via aplikasi chatting maupun akun media sosial. Sebanyak 10% responden menyatakan jarang, sedangkan sisanya, sebesar 10% responden tidak menjawab.

F. Sikap Terhadap Isu Yang Beredar dalam Pemilu 2019

Dalam survei publik P2P LIPI, responden ditanya pendapatnya terhadap empat pernyataan yang beredar luas di masyarakat. Keempat pernyataan tersebut terkait dua calon presiden yang berkompetsisi pada Pemilu 2019, masing-masing dua pernyataan, yaitu: (1) pembangunan pada era pemerintahan Joko Widodo terlalu bergantung pada utang luar negeri sehingga membahayakan kedaulatan negara; (2) pemerintah Joko Widodo tidak bersahabat dengan umat Islam dan melakukan kriminalisasi ulama; (3) Prabowo Subianto terlibat kasus pelanggaran HAM berat berupa penculikan aktivis pada masa akhir Orde Baru; (4) Prabowo Subianto mendapat dukungan dari kelompok yang menghendaki berlakunya sistem khilafah di Indonesia.

Ada banyak berita atau isu yang beredar dan menjadi perdebatan di masyarakat. Kami akan menanyakan beberapa di antaranya, seberapa Anda percaya dengan kebenaran

isi berita atau isu tersebut?

Grafik 3.9. Tingkat kepercayaan responden terhadap isu yang beredar terkait dua calon presiden pada Pemilu 2019 (%)

Page 56: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

49Partisipasi Politik dan Political Engagement Warga

Grafik 3.9 menunjukkan data tentang seberapa percaya responden terhadap beberapa isu yang beredar pada saat Pemilu 2019. Sebanyak 36,3% responden percaya bahwa pembangunan pada era pemerintahan Joko Widodo terlalu bergantung pada utang luar negeri sehingga membahayakan kedaulatan negara, sedangkan 48,8% tidak percaya isu tersebut. Sisanya, sebesar 14,9% tidak menjawab. Selanjutnya, sebanyak 15,3% responden percaya bahwa pemerintah Joko Widodo tidak bersahabat dengan umat Islam dan melakukan kriminalisasi ulama, sedangkan 73% responden tidak percaya hal tersebut. Sisanya, sebesar 11,7% tidak menjawab.

Terkait isu bahwa Prabowo Subianto terlibat kasus pelanggaran HAM berat berupa penculikan aktivis pada masa akhir Orde Baru, sebanyak 25,6% responden percaya, sedangkan sebanyak 48,2% tidak mempercayai hal tersebut. Sisanya, sebesar 26,2% tidak menjawab. Selanjutnya, sebanyak 24% responden percaya bahwa Prabowo Subianto mendapat dukungan dari kelompok yang menghendaki berlakunya sistem khilafah di Indonesia, sedangkan 49,2% responden tidak percaya pada isu tersebut. Sisanya, sebesar 26,8% tidak menjawab.

Isu-isu negatif yang diarahkan kepada Jokowi cenderung tidak mendapat kepercayaan yang besar dari responden, terutama pada isu kriminalisasi ulama. Pada isu kebergantungan terhadap utang, kepercayaan terhadap Jokowi masih cukup besar namun yang tidak percaya juga cukup besar.

Page 57: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 201950

Page 58: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

51Evaluasi Kampanye, Penyelenggaraan, dan Hasil Pemilu 2019

Iv

Evaluasi Kampanye, Penyelenggaraan, dan Hasil

Pemilu 2019

Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK)Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Tahun 2020

Page 59: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

52 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Page 60: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

53Evaluasi Kampanye, Penyelenggaraan, dan Hasil Pemilu 2019

IVEVALUASI KAMPANYE, PENYELENGGARAAN,

DAN HASIL PEMILU 2019

Pada bagian ini akan disajikan persepsi responden terhadap evaluasi kampanye, proses, dan hasil Pemilu 2019 dari survei publik P2P LIPI yang dilakukan beberapa pekan setelah penyelenggaraan pemungutan suara Pemilu 2019.

A. Penilaian terhadap Evaluasi Kampanye

Apakah Anda pernah mengikuti (menghadiri) kegiatan kampanye partai politik, caleg, dan/atau pasangan capres-cawapres pada Pemilu 2019?

Grafik 4.1. Kehadiran kegiatan kampanye

Berdasarkan survei publik P2P LIPI, mayoritas responden mengaku tidak pernah mengikuti atau menghadiri kegiatan kampanye partai, caleg, maupun pasangan calon presiden (capres)/calon wakil presiden (cawapres) pada Pemilu 2019 lalu. Ada 86,4% responden yang menyatakan tidak pernah hadir, sementara hanya 13,6% menyatakan pernah hadir pada kampanye peserta pemilu. Hal ini memperlihatkan partisipasi langsung oleh publik masih rendah di dalam kegiatan kampanye pemilu.

Grafik 4.2 berikut ini menunjukkan data responden yang mengaku pernah mengikuti kampanye berdasarkan tingkat pendidikan dan domisili responden.

Page 61: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

54 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Grafik 4.2. Responden yang mengikuti kampanye berdasarkan tingkat pendidikan dan domisili

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa yang aktif terlibat dalam kampanye pemilu justru bukan mereka yang tinggal di wilayah perkotaan atau yang berpendidikan tinggi. Mayoritas responden yang mengikuti kampanye berpendidikan sekolah menengah sebesar 47,6% dan di bawahnya sebesar 44,6%. Sementara yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi hanya 7,9% saja. Kemudian, terkait dengan domisili tempat tinggal, mayoritas yang menyatakan pernah menghadiri kegiatan kampanye partai, caleg dan atau capres/cawapres pada Pemilu 2019 adalah mereka yang tinggal di desa, sebesar 80,9% Responden yang pernah mengikuti kampanye dan tinggal di perkotaan hanya 19,1%.

Apakah anda pernah bertemu (dikunjungi atau menemui) oleh calon atau tim sukses baik itu dari parpol, caleg maupun capres-cawapres?

Grafik 4.3. Pengalaman pernah bertemu calon atau tim sukses dalam Pemilu 2019

Senada dengan temuan survei pada pertanyaan sebelumnya yang memperlihatkan masih rendahnya keterlibatan langsung oleh responden di dalam kegiatan kampanye peserta pemilu, Grafik 4.3 menunjukkan bahwa 73,5% responden tidak pernah bertemu

Page 62: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

55Evaluasi Kampanye, Penyelenggaraan, dan Hasil Pemilu 2019

(dikunjungi atau menemui) calon atau tim sukses, baik itu dari parpol, caleg maupun capres-cawapres. Terdapat 26,5% responden yang mengaku pernah didatangi atau bertemu dengan kandidat pemilu atau tim suksesnya. Hasil survei ini kembali memperkuat temuan survei bahwa keterlibatan publik dalam kegiatan kampanye atau kegiatan yang dapat mengenalkan lebih dekat pemilih dengan kandidat pemilu masih amat rendah.

Berikut ini data responden yang pernah bertemu kandidat pemilu atau tim sukses berdasarkan tingkat pendidikan dan domisili responden (Grafik 4.4).

Grafik 4.4. Responden yang pernah bertemu kandidat atau tim sukses berdasarkan tingkat

pendidikan dan domisili

Hampir sama dengan fenomena sebelumnya tentang responden yang mengikuti kampanye, responden yang menyatakan pernah bertemu kandidat pemilu atau tim sukses juga banyaknya berlatar pendidikan rendah-menengah dan tinggal di wilayah perdesaan. Sekitar 80% responden yang bertemu dengan kandidat atau tim suksesnya pada masa pemilu berdomisili di perdesaan dan 92% lebih mengenyam pendidikan SMA atau di bawahnya.

Dari sisi tempat tinggal atau domisilinya, proporsi responden di wilayah perdesaan dan perkotaan yang pernah bertemu kandidat atau tim suksesnya hanya sedikit berbeda dari proporsi sampel atau responden dalam survei ini, masing-masing 79,3% dan 19,7%. Hal ini berbeda dengan asumsi kebanyakan yang melihat bahwa mereka yang sepatutnya sadar politik dan aktif adalah yang tinggal di perkotaan dan berpendidikan tinggi (Lusi dkk., 2014, p. 44-51).

Page 63: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

56 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Apa yang dilakukan oleh tim sukses tersebut ketika mendatangi Anda?

Grafik 4.5. Kegiatan yang dilakukan oleh tim sukses ketika bertemu responden (%)

Survei menanyakan lebih jauh kepada responden yang pernah bertemu dengan peserta pemilu tentang aktivitas yang dilakukan oleh tim sukses atau kandidat. Lebih dari separuh responden mengakui ada beberapa kegiatan dilakukan, termasuk melakukan sosialisasi/simulasi memilih, menjelaskan program calon, mengajak ikut mengampanyekan calon, dan memberikan suvenir kampanye. Berdasarkan Grafik 4.5, kegiatan yang paling sering dilakukan oleh tim sukses adalah menjelaskan program calon sebesar 67,8%, diikuti selanjutnya dengan sosialisasi atau simulasi pemilu sebanyak 65,5%. Berdasarkan jawaban responden, kegiatan lain yang dilakukan oleh tim sukses saat bertemu responden (pemilih) adalah memberikan suvenir 55,9% dan mengajak pemilih untuk mengampanyekan kandidat kepada orang lain (50,9%).

Apakah kunjungan yang dilakukan oleh calon atau tim sukses tersebut Anda pertimbangkan (atau mempunyai pengaruh) dalam menentukan pilihan dalam Pemilu 2019 yang lalu?

Grafik 4.6. Pengaruh kunjungan calon atau tim sukses terhadap pilihan responden dalam Pemilu 2019

Page 64: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

57Evaluasi Kampanye, Penyelenggaraan, dan Hasil Pemilu 2019

Survei memotret juga pengaruh kunjungan kandidat atau tim sukses terhadap pilihan responden dalam pemilu. Dari Grafik 4.6 dapat dilihat bahwa meskipun angka responden yang mengaku bahwa kampanye berpengaruh terhadap pilihan mereka saat di TPS (49,7%), namun angka ini tidak jauh berbeda dengan jumah responden yang menyatakan tidak ada pengaruhnya (41%).

Grafik 4.7 berikut ini menunjukkan data hasil tabulasi silang antara data responden yang pernah mengikuti kampanye dan data kampanye mempunyai pengaruh terhadap pilihan dalam pemilu.

Grafik 4.7. Responden yang mengikuti kampanye berdasarkan persepsi tentang pengaruh kampanye terhadap pilihan dalam Pemilu 2019

Hal yang menarik untuk dilihat lebih dalam terkait dengan mereka yang menyatakan pernah mengikuti kampanye pemilu adalah sejauh mana mereka juga yakin bahwa kampanye dapat mempengaruhi pilihan politik dalam pemilu. Jumlah responden yang menyatakan ikut menghadiri kampanye dan secara bersamaan berpandangan bahwa kampanye akan mempengaruhi pilihan politiknya tinggi, yakni 56,1%. Namun yang menarik, ada 39,2% juga responden mengakui hadir dalam kampanye, tetapi menyatakan kampanye itu tidak berpengaruh terhadap pilihannya dalam hari pelaksanaan pemilu.

Grafik 4.8 berikut ini menunjukkan data apabila persentase responden yang pernah bertemu kandidat pemilu atau tim sukses ditabulasi silang dengan persepsi pengaruh kampanye terhadap pilihan dalam pemilu.

Page 65: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

58 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Grafik 4.8. Responden yang pernah bertemu kandidat atau tim sukses berdasarkan persepsi tentang pengaruh kampanye terhadap pilihan dalam Pemilu 2019

Situasi yang sama dengan sebelumnya dimana masih ada lebih dari sepertiga responden yang mengikuti kampanye tetapi menyatakan kampanye tak berpengaruh pada pilihan politiknya juga terjadi pada mereka yang mengakui pernah bertemu dengan kandidat atau tim sukses. Meskipun ada 53,6% responden yang mengakui bahwa kampanye berpengaruh terhadap pilihannya saat pemilu, namun ada 43,1% responden yang pernah bertemu kandidat atau tim sukses menyatakan kampanye tidaklah berpengaruh.

Cukup signifikannya jumlah responden yang mengikuti kampanye dan pernah bertemu kandidat/tim sukses, tetapi menyatakan bahwa kampanye tak mempengaruhi pilihannya tentu menarik dan cukup anomali. Hal ini menjadi anomali karena idealnya kampanye dilakukan di dalam tahapan pemilu ditujukan agar dapat meyakinkan dan mempengaruhi pilihan politik seseorang; namun hasil survei LIPI tidak menggambarkan terjadinya hal tersebut.

Apakah selama kampanye Pemilu 2019 yang lalu Anda pribadi atau keluarga pernah menerima pemberian berupa uang, barang, atau jasa (contohnya kaos, kerudung, kain sarung, sembako, pengobatan gratis, dsb)

dari siapapun dengan arahan untuk memilih caleg, partai atau pasangan capres-cawapres tertentu?

Page 66: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

59Evaluasi Kampanye, Penyelenggaraan, dan Hasil Pemilu 2019

Grafik 4.9. Pengalaman responden/keluarganya menerima pemberian untuk memilih calon atau partai tertentu pada Pemilu 2019

Survei publik P2P LIPI mencoba memetakan juga problem politik uang dalam Pemilu 2019 lalu. Salah satu pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah apakah responden pernah menerima pemberian uang, barang atau jasa selama kampanye pemilu dengan arahan untuk memilih caleg. Hal yang menarik, sebagaimana ditampilkan dalam Grafik 4.9, lebih dari 70% responden atau mayoritas responden menyatakan tidak pernah menerima pemberian kandidat atau tim sukses selama kampanye. Hanya 28,1% yang mengakui pernah menerima pemberian dari peserta pemilu.

Grafik 4.10 berikut ini menunjukkan hasil tabulasi data individu/keluarga responden menerima pemberian barang/uang/jasa dari kandidat dengan data sikap responden terhadap praktik politik uang.

Grafik 4.10. Pemakluman terhadap praktik politik uang berdasarkan pengalaman responden/keluarganya menerima pemberian dari calon/tim sukses

Page 67: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

60 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Responden ditanya apakah mereka atau keluarganya pernah menerima barang/uang/jasa dari kandidat dalam pemilu, dengan secara bersamaan juga menanyakan pandangan mereka apakah pemberian tersebut merupakan suatu hal yang dapat dimaklumi. Oleh mereka yang dirinya atau keluarganya pernah menerima pemberian peserta pemilu, ada 64,8% diantaranya yang menyatakan bahwa pemberian tersebut merupakan hal yang dapat dimaklumi dan hanya 31,3% yang menyatakan sebaliknya.

Pandangan ini berkebalikan dengan mereka yang menyatakan bahwa diri atau keluarganya tidak pernah menerima praktik politik uang. Mayoritas dari mereka atau lebih dari (54,3%) tidak memaklumi pemberian barang/uang/jasa oleh kandidat pemilu. Meskipun demikian, masih ada sekitar 40% di antara mereka yang dirinya dan keluarganya tidak pernah menerima pemberian kandidat itu juga yang memaklumi politik uang.

Apakah selama kampanye Pemilu 2019 yang lalu komunitas atau warga di tempat Anda tinggal pernah menerima pemberian berupa uang, barang, atau jasa (contohnya peralatan/ perlengkapan

ibadah seperti karpet masjid, pengobatan gratis, perbaikan sarana fasilitas sosial/umum warga, dsb) dari siapapun dengan arahan untuk memilih caleg, partai atau pasangan capres-cawapres tertentu?

Grafik 4.11. Pengalaman komunitas responden menerima pemberian untuk memilih calon atau partai tertentu pada Pemilu 2019

Setali tiga uang dengan respons pada pertanyaan tentang pemberian tim sukses kepada individu responden saat masa kampanye, maka angka tertinggi merujuk pada jawaban responden bahwa komunitas atau warga tempat tinggal mereka tidak pernah menerima pemberian kandidat pemilu. Lebih dari setengah responden (52,9%) mengakui bahwa komunitasnya tidak pernah menerima pemberian calon dalam pemilu dan ada lebih dari 17% yang memilih tidak menjawab. Hanya ada 29,7% yang mengakui bahwa pernah ada pemberian dari peserta pemilu saat masa kampanye.

Dari survei publik ini, mayoritas responden secara umum tidak mengakui dirinya atau komunitasnya menerima pemberian calon dan tim sukses saat masa kampanye Pemilu 2019 lalu. Grafik 4.11 berikut ini menyajikan data hasil tabulasi komunitas/tempat tinggal responden menerima pemberian barang/uang/jasa dari kandidat dengan pemakluman terhadap praktik politik uang.

Page 68: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

61Evaluasi Kampanye, Penyelenggaraan, dan Hasil Pemilu 2019

Grafik 4.12. Pemakluman terhadap praktik politik uang berdasarkan pengalaman komunitas responden menerima pemberian cari calon/tim sukses

Responden yang memaklumi terjadinya praktik politik uang dalam pemilu cukup tinggi. Hal yang menarik, ada perbedaan cara pandang tentang praktik politik uang oleh mereka yang komunitasnya pernah menerima pemberian barang/jasa/uang dari kandidat pemilu dan yang tidak pernah. Mayoritas dari mereka yang komunitasnya pernah menerima praktik politik uang menyatakan praktik ini dapat dimaklumi, yakni sebesar 66,1%. Hanya 29,1% yang menanyakan bahwa praktik ini tidak bisa dimaklumi. Sebaliknya, mayoritas dari responden yang komunitasnya tidak menerima pemberian kandidat pemilu menyatakan tidak memaklumi praktik politik uang, yakni menyentuh angka 56,5%.

Apakah pemberian tersebut menjadi pertimbangan bagi Anda dalam menentukan pilihan pada Pemilu 17 April 2019 yang lalu?

Grafik 4.13. Pengaruh pemberian kandidat terhadap pilihan pemilih

Survei menanyakan lebih lanjut lagi dari responden yang menyatakan menerima bantuan. Ditemukan, sebagaimana disajikan dalam Grafik 4.13, 37% responden yang menerima pemberian uang, barang, atau jasa dari peserta pemilu mengaku

Page 69: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

62 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

mempertimbangkan pemberian tersebut saat memilih (mencoblos). Yang menarik, 40% respponden yang juga pernah menerima pemberian mengaku tidak mempertimbangkannya. Sisanya, 23% tidak menjawab.Apakah pemberian atau janji pemberian uang, barang atau jasa dari calon dengan imbalan suara dari

pemilih adalah hal yang wajar atau dapat dimaklumi?

Grafik 4.14. Pemakluman terhadap pemberian atau janji pemberian uang, barang,atau jasa dari calon dengan imbal balik suara

Berdasarkan Grafik 4.14, jika reponden dilihat secara keseluruhan, baik yang mengaku pernah menerima pemberian dari calon maupun yang mengaku tidak pernah, hampir 47% responden menganggap pemberian dari para calon atau peserta pemilu adalah hal yang wajar atau dapat dimaklumi. Angka ini kurang-lebih berimbang dengan angka responden yang menyatakan sebaliknya; politik uang adalah bukanlah sesuatu yang wajar (48%).

Seberapa banyak praktik uang (berupa pemberian/janji pemberian uang atau barang dari kandidat atau partai kepada pemilih sebagai imbalan atas dukungan suara yang diberikan)

terjadi pada Pemilu 2019?

Grafik 4.15. Penilaian responden terhadap intensitas praktik uang pada Pemilu 2019

Meskipun mayoritas responden menilai 2019 telah berlangsung bebas-jujur adil (jurdil) dan hanya sekitar 28%-29% responden yang mengaku menerima politik uang

Page 70: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

63Evaluasi Kampanye, Penyelenggaraan, dan Hasil Pemilu 2019

hampir setengah responden (47,4%) menganggap bahwa politik uang banyak terjadi (Grafik 4.15). Sebanyak 40,3% lainnya menganggap praktik tersebut sedikit terjadi atau tidak ada. Sisanya, sebesar 12,3% responden tidak menjawab.

Apakah Anda pernah menonton salah satu atau lebih dari lima kali debat Pilpres melalui siaran langsung/ ulang di TV, atau melalui video di internet, termasuk di medsos/aplikasi chatting?

Grafik 4.16. Pengalaman menonton Debat Pilpres 2019

Debat capres-cawapres menjadi ajang yang diselenggarakan KPU untuk mengetahui program dan mengenal lebih jauh kandidat pada Pilpres 2019. Selama masa kampanye, KPU mengadakan lima kali debat pilpres dengan topik yang berbeda-beda. Grafik 4.16 menunjukkan, ada 70,8% responden menyatakan pernah menonton salah satu atau lebih dari lima kali debat, baik melalui siaran langsung di televisi, siaran ulang, atau melalui video di internet, termasuk di media sosial atau aplikasi chatting. Meskipun mayoritas responden mengakui pernah menonton, ada hampir 30% responden menyatakan tidak pernah menonton sama sekali.

Grafik 4.17 berikut ini menunjukkan data hasil tabulasi silang responden pernah menonton debat dengan tingkat pendidikan dan domisili.

Grafik 4.17. Responden yang menonton debat Pilpres 2019 berdasarkan tingkat pendidikan dan domisili

Page 71: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

64 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Mayoritas dari mereka adalah responden yang bertempat tinggal di wilayah perdesaan dan berpendidikan rendah-menengah. Ada lebih dari 89% responden yang menyatakan menonton minimal satu kali debat pilpres adalah mereka yang berpendidikan SMA ke bawah. Hanya 7,9% responden yang menonton debat pilpres berpendidikan tinggi. Selain itu, 77,6% responden yang menonton debat pilpres berdomisili di wilayah perdesaan. Yang tinggal di perkotaan hanya sekitar 22,4%. Meskipun demikian, angka ini sedikit lebih tinggi dari proporsi sampel perkotaan dalam survei ini (20,7%).

Menurut anda, pasangan calon mana yang menurut Anda lebih unggul pada debat tersebut?

Grafik 4.18 Pasangan capres dan cawapres yang lebih unggul dalam debat Pilpres

Bagi responden yang menyatakan menonton debat, 56,5% di antaranya berpendapat bahwa pasangan Joko Widodo- Ma’ruf Amin lebih unggul dibandingkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam debat pilpres. Sebaliknya, terdapat 28,3% responden menyatakan Prabowo-Sandi unggul.

Selanjutnya, survei P2P LIPI menanyakan kepada responden tentang kampanye akbar yang telah dilaksanakan oleh kedua pasangan capres-cawapres. Berdasarkan Grafik 4.19, sebanyak 35% responden mengetahui adanya kampanye akbar yang dilakukan oleh pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) pada tanggal 6 April 2019. Sisanya, sebanyak 65% responden menyatakan tidak mengetahui adanya kampanye akbar tersebut.

Grafik 4.19. Pengetahuan responden terhadap kampanye akbar capres-cawapres

Page 72: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

65Evaluasi Kampanye, Penyelenggaraan, dan Hasil Pemilu 2019

Sementara itu, persentase responden yang mengaku tahu adanya kampanye akbar yang dilakukan oleh pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin di GBK pada tanggal 13 April 2019 kurang-lebih sama, yaitu 35,3%. Sisanya, sebanyak 64,7% responden menyatakan tidak mengetahui adanya kampanye akbar tersebut. Dari data ini kita dapat melihat bahwa hanya sekitar sepertiga responden yang mengetahui kampanye akbar, baik yang diselenggarakan pasangan Jokowi-Ma’ruf ataupun Prabowo-Sandiaga.

Grafik 4.20. Pengetahuan terhadap kampanye akbar capres-cawapres berdasarkan domisili responden

Tidak ada perbedaan yang signifikan jumlah responden yang mengetahui kampanye akbar pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin dan responden yang mengetahui kampanye akbar pasangan Prabowo-Sandiaga. Namun, jika dilihat dari kategori wilayah perkotaan dan perdesaan (Grafik 4.20), maka proporsi responden yang mengetahui kampanye akbar pasangan Prabowo-Sandiaga yang tinggal di perkotaan sedikit lebih tinggi (33,9%) dibandingkan Jokowi-Ma’ruf (32,5%). Sebaliknya, proporsi responden perdesaan yang mengetahui kampanye akbar Jokowi-Ma’ruf sedikit lebih banyak dibandingkan Prabowo-Sandiaga, 67,9% berbanding 66,1%. Meskipun proporsi responden perkotaan yang mengetahui dua kampanye akbar capres-cawapres lebih rendah dari responden perdesaan, yaitu 32,5%-33,9% berbanding 66,1%-67,9%, angkanya lebih tinggi dari jumlah sampel atau responden perkotaan dalam survei ini (20,7%).

Survei P2P LIPI juga memotret pengetahuan responden akan kampanye akbar kedua pasangan capres-cawapres berdasarkan jenis kelamin (Grafik 4.21). Sebanyak 41,6% responden yang mengetahui kampanye akbar capres-cawapres Jokowi-Ma’ruf adalah perempuan, sedangkan 58,4% lainnya adalah laki-laki. Sementara itu, sebanyak 43,2% responden yang mengetahui kampanye akbar capres-cawapres Prabowo-Sandiaga adalah perempuan dan sisanya (56,8%) adalah laki-laki.

Page 73: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

66 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Grafik 4.21. Pengetahuan terhadap kampanye akbar capres-cawapresberdasarkan jenis kelamin responden

Dari grafik tersebut kita dapat mengetahui bahwa lebih banyak laki-laki yang mengetahui kampanye akbar kedua pasangan capres dibandingkan perempuan. Selain itu, proporsi responden perempuan yang mengetahui kampanye akbar Prabowo-Sandiaga sedikit lebih tinggi dibandingkan proporsi perempuan yang mengetahui kampanye akbar Jokowi-Ma’ruf, yaitu 43,2% banding 41,6%.

Dalam survei P2P LIPI responden yang mengaku tahu kampanye akbar pasangan capres-cawapres ditanya tentang penilaiannya apakah menyukai atau tidak menyukai kampanye tersebut (Grafik 4.22). Sebanyak 45,7% menyukai kampanye akbar yang dilakukan oleh pasangan Jokowi-Ma’ruf, tidak menyukai sebanyak 8,9% responden, dan sisanya sebanyak 45,4% menyatakan biasa saja/netral terhadap kampanye akbar tersebut. Kampanye akbar pasangan Capres-Cawapres Prabowo-Sandiaga disukai oleh 36,6% responden, tidak disukai 18,3% responden, dan 45,1% responden menyatakan biasa saja/netral.

Grafik 4.22. Penilaian responden terhadap kampanye akbar capres-cawapres

Page 74: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

67Evaluasi Kampanye, Penyelenggaraan, dan Hasil Pemilu 2019

Dari grafik tersebut kita dapat melihat bahwa responden yang mengaku tahu kampanye akbar capres-cawapres pasangan Jokowi-Ma’ruf dan menyukainya lebih besar dibandingkan kampanye akbar pasangan capres-cawapres Prabowo-Sandiaga. Angkanya 45,7% berbanding 36,6%. Sementara itu, responden yang tidak menyukai lebih besar pada kampanye akbar pasangan capres-cawapres Prabowo-Sandiaga, yakni sebesar 18,3%, sedangkan untuk kampanye akber Jokowi-Ma’ruf 8,9%.

Grafik 4.23 menunjukkan bahwa responden perdesaan yang mengetahui kampanye akbar pasangan Jokowi-Ma’ruf, 49,9% di antaranya mengaku suka, 44% mengaku biasa saja atau netral, dan 6,2% mengaku tidak suka. Sementara itu, untuk responden di perkotaan, yang mengaku suka sebanyak 37,2%, netral 48,3%, dan 14,5% tidak suka. Dari data ini dapat dilihat bahwa persentase responden perdesaan yang menyukai kampanye akbar pasangan ini lebih tinggi dibandingkan persentase pada responden perkotaan, dengan selisih 12% lebih. Sebaliknya, yang mengaku tidak suka lebih tinggi di kalangan responden perkotaan dibanding responden perdesaan, 14,5% berbanding 6,2%. Yang mengaku biasa saja (netral) terhadap kampanye akbar pasangan ini sedikit lebih tinggi di perkotaan (48,3%) dibandingkan perdesaan (44%).

Grafik 4.23. Penilaian terhadap kampanye akbar capres-cawapres berdasarkan domisili responden

Persentase responden perdesaan yang mengetahui dan menyukai kampanye akbar capres-cawapres Prabowo-Sandiaga tidak banyak berbeda dari responden perkotaan, yaitu masing-masing sekitar 36%. Sementara itu, persentase responden perkotaan yang mengaku tidak suka sedikit lebih tinggi (19,7%) dibandingkan responden perdesaan (17,6%). Yang mengaku netral masing-masing 45,5% di perdesaan dan 44,4% di perkotaan.

Page 75: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

68 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Grafik 4.24. Penilaian terhadap kampanye akbar Capres-Cawapres dan kepuasan responden terhadap kinerja pemerintah

Grafik 4.24 menyajikan data penilaian responden terhadap kampanye akbar kedua pasangan berdasarkan tingkat kepuasan responden terhadap kinerja pemerintahan Jokowi. Sebanyak 56% responden yang mengaku puas terhadap kinerja pemerintahan Jokowi menyatakan suka terhadap kampanye akbar pasangan Jokowi-Ma’ruf. Ini merupakan tingkat kesukaan paling tinggi untuk kampanye akbar pasangan ini. Sisanya, 40% mengaku biasa saja (netral) dan yang mengaku tidak suka hanya 4%. Sementara itu, di kalangan responden yang tidak puas terhadap kinerja pemerintah, yang mengaku suka dan tidak suka terhadap kampanye akbar Jokowi-Ma’ruf ada pada angka yang sama, masing-masing 20,9%. Mayoritas responden pada kelompok ini (58,1%) mengaku biasa saja (netral).

Untuk kampanye akbar pasangan Prabowo-Sandi, tingkat kesukaan tertinggi ada pada kelompok responden yang mengaku tidak puas terhadap kinerja pemerintahan Jokowi (58,9%). Sementara itu, di kalangan yang mengaku puas terhadap kinerja pemerintah, hanya 24,5% responden yang menyukai kampanye akbar pasangan ini. Lebih dari setengah responden pada kelompok ini (51,6%) mengaku biasa saja (netral).

B. Penilaian terhadap Proses dan Hasil Pemilu 2019

Mayoritas responden menganggap Pemilu 2019 berlangsung bebas dan jurdil. Grafik 4.25 menunjukkan, penilaian positif terhadap penyelenggaraan pemilu di tingkat TPS dimana responden tinggal sangat tinggi. Sebesar 91,2% responden menyatakan bahwa penyelenggaraan pemilu di TPS mereka berlangsung dengan bebas dan jurdil atau sangat bebas dan jurdil. Hanya 2,3% responden yang menyatakan penyelenggaraannya tidak/sangat tidak bebas dan jurdil. Sisanya, 6,5% responden tidak menjawab.

Untuk penyelenggaraan pemilu secara nasional, sebesar 74,7% responden menyatakan bahwa sudah berlangsung bebas dan jurdil atau sangat bebas dan jurdil. Responden yang

Page 76: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

69Evaluasi Kampanye, Penyelenggaraan, dan Hasil Pemilu 2019

menyatakan tidak/sangat tidak bebas dan jurdil sebesar 14,2%. Sisanya, 11,1% responden tidak menjawab.

Grafik 4.25. Penilaian responden terhadap penyelenggaraan Pemilu 2019 (%)

Berdasarkan persentase tersebut, mayoritas responden menganggap Pemilu 2019 berlangsung bebas dan jurdil. Penilaian positif terhadap penyelenggaraan pemilu di tingkat TPS lebih tinggi dibandingkan penyelenggaraan pemilu secara nasional, masing-masing 91,2% dan 74,7%.

Selanjutnya apabila penilaian terhadap penyelenggaraan Pemilu 2019 dilihat berdasarkan tempat tinggal responden, yaitu wilayah Jawa dan Luar Jawa maka penilaian positif responden yang tinggal Jawa cenderung lebih tinggi dibandingkan responden di luar Jawa (Grafik 4.26). Untuk penyelenggaraan pemilu di TPS dimana responden tinggal, 92,8% responden di Jawa menilai telah bebas dan jurdil, sedangkan di luar Jawa persentasenya 89,2%. Adapun responden yang menilai penyelenggaraannya tidak bebas dan jurdil di Jawa sebesar 1,4%, sedangkan di luar Jawa 3,5%. Sisanya, masing-masing 5,9% dan 7,2% tidak menjawab.

Untuk penyelenggaraan pemilu secara nasional, jumlah responden di Jawa yang menilai pemilu telah diselenggarakan dengan bebas dan jurdil juga lebih tinggi dibandingkan responden di luar Jawa, yaitu 78% berbanding 70,8%. Yang menilai sebaliknya, penyelenggaraannya tidak bebas dan jurdil, masing-masing sebesar 12,7% dan 16,1%. Yang tidak menjawab, masing-masing 9,3% dan 13,4%.

Page 77: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

70 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Grafik 4.26. Penilaian responden terhadap penyelenggaraan pemilu di TPS dan secara nasional berdasarkan domisili ( Jawa dan Luar Jawa)

Selanjutnya, Grafik 4.27 menunjukkan bagaimana penilaian responden terhadap penyelenggaraan Pemilu 2019 dilihat dari kategori wilayah domisili responden, yaitu perdesaan dan perkotaan. Di kalangan responden yang tinggal di perdesaan, sebanyak 75,8% menilai proses penyelenggaraan pemilu telah berjalan dengan bebas/sangat bebas dan jurdil. Angka ini lebih besar dibandingkan penilaian positif di kalangan responden perkotaan, sebesar 70,7%. Sementara itu, responden yang menyatakan bahwa penyelenggaraan pemilu tidak/sangat tidak bebas dan jurdil lebih kecil persentasenya di wilayah perdesaan dibandingkan di wilayah perkotaan, masing-masing 11,9% dan 23,2%.

Grafik 4.27. Penilaian terhadap penyelenggaraan pemilu secara nasionalberdasarkan domisili responden (wilayah perdesaan dan perkotaan)

Grafik 4.28 berikut ini menunjukkan bagaimana penilaian terhadap penyelenggaraan pemilu dilihat dari tingkat kepuasan responden terhadap kinerja pemerintahan Jokowi.

Jawa Luar Jawa Jawa Luar Jawa

Page 78: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

71Evaluasi Kampanye, Penyelenggaraan, dan Hasil Pemilu 2019

Mayoritas responden yang merasa puas terhadap kinerja pemerintah (mencapai 81,2%) menilai pemilu telah diselenggarakan dengan bebas/sangat bebas dan jurdil. Sementara itu, pada kelompok responden yang tidak puas terhadap kinerja pemerintah, responden yang menganggap pemilu telah berlangsung bebas dan jurdil jauh lebih kecil, yaitu 59,9%. Yang menilai sebaliknya, bahwa pemilu tidak bebas dan jurdil, mencapai 30%. Angka ini jauh lebih tinggi dari peniaian negatif kelompok responden yang puas terhadap kinerja pemerintah yang hanya 7,9%.

Grafik 4.28. Penilaian terhadap penyelenggaraan pemilu berdasarkan kepuasan terhadap kinerja pemerintah

Dalam survei, responden dimintai pendapatnya apakah terdapat masalah serius atau penting yang terjadi saat hari-H pemungutan dan perhitungan suara Pemilu 2019 di lingkungan TPS responden. Mayoritas responden (82,3%) menyatakan tidak ada masalah serius yang terjadi saat hari-H pemungutan dan penghitungan suara Pemilu 2019 di lingkungan TPS, sebanyak 5,3% menjawab tidak tahu, sementara sisanya sebesar 12,4% menyatakan terjadi masalah serius/penting.

Adapun persoalan yang paling banyak terjadi, menurut responden, adalah adanya warga yang tidak terdaftar sebagai pemilih (2,6%); kemudian disusul oleh persoalan kekurangan surat suara (2,3%); waktu penyelenggaraan yang tidak sesuai ketentuan (1%); penyelenggara pemilu kurang menguasai teknis penyelenggaraan pemungutan suara (0,9%), ada surat suara sudah tercoblos (0,9%); kesalahan dalam penghitungan suara (0,4%), kecurangan penyelenggara pemilu (tidak netral) (0,4%), ada pihak yang masih melakukan kampanye (mengarahkan pilihan pemilih) (0,4%); tidak ada saksi dari partai politik peserta pemilu atau pasangan capres-cawapres (0,3%), dan intimidasi kepada pemilih. Sisanya, sebanyak 2,9% responden menyebutkan persoalan lainnya.

Meskipun responden mayoritas menyatakan bahwa tidak ada masalah serius yang terjadi pada saat hari-H pemungutan dan perhitungan suara, berdasarkan Grafik 4.29, mayoritas responden (74%) mengaku bahwa pemilu serentak dimana pemilih mencoblos lima surat suara lebih menyulitkan bagi pemilih dibandingkan jika pemilu legislatif dan

Page 79: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

72 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

pilpres diselenggarakan terpisah. Hanya 24% yang menyatakan sebaliknya. Sisanya, 2% tidak menjawab.

Apakah Anda setuju atau tidak setuju jika disebutkan bahwa penyelenggaraan pemilu serentak (dengan mencoblos lima surat suara) lebih menyulitkan bagi pemilih dibandingkan pemilihan anggota

legislative dan pilpres yang terpisah sebagaimana diterapkan pada pemilu-pemilu sebelumnya?

Grafik 4.29. Pemilu serentak lebih menyulitkan bagi pemilih

Yang menarik, seperti disajikan dalam Grafik 4.30, persentase yang setuju bahwa pemilu serentak lebih menyulitkan bagi pemilih dibandingkan jika pemilu legislatif dan pilpres diselenggarakan terpisah di kalangan responden perkotaan (79,7%) justru lebih tinggi dari responden perdesaan (71,9%). Responden perdesaan yang menyatakan tidak setuju sebesar 25,6%, lebih tinggi dari responden perkotaan (19,6%).

Grafik 4.30. Pemilu serentak lebih menyulitkan bagi pemilih berdasarkan domisili

Apabila dilihat berdasarkan latar belakang pendidikan responden, penilaian bahwa pemilu serentak lebih menyulitkan bagi pemilih paling tinggi ada pada kelompok responden berpendidikan menengah (lulusan SMP dan SMA atau sederajat), sebesar

Page 80: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

73Evaluasi Kampanye, Penyelenggaraan, dan Hasil Pemilu 2019

75,1%. Angka ini sedikit lebih tinggi dari responden yang berpendidikan rendah (lulusan SD ke bawah) dan responden yang berpendidikan tinggi (lulusan perguruan tinggi), masing-masing sebesar 72,4% dan 71,3%.

Grafik 4.31. Pemilu serentak (mencoblos lima surat suara) lebih menyulitkan bagi pemilih berdasarkan tingkat pendidikan responden

Apabila dilihat berdasarkan jenis kelamin responden, seperti disajikan dalam Grafik 4.32, penilaian dari kelompok responden laki-laki dan perempuan bahwa pemilu serentak lebih menyulitkan bagi pemilih kurang-lebih sama, yaitu pada kisaran 73%. Persentase responden laki-laki yang menganggap pemilu serentak tidak lebih menyulitkan dibandingkan pemilu terpisah sedikit lebih tinggi dari persentase pada responden perempuan, yaitu masing-masing 25,1% dan 23,5%.

Grafik 4.32. Pemilu serentak (mencoblos lima surat suara) lebih menyulitkan bagi pemilih berdasarkan jenis kelamin responden

Page 81: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

74 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Dalam survei, responden juga ditanya penilaiannya terhadap penyelenggara pemilu, yakni KPU dan Bawaslu. Sebagaimana data yang ditampilkan dalam Grafik 4.33., mayoritas responden (82,5%) percaya/sangat percaya bahwa KPU RI di tingkat nasional dan jajarannya hingga KPUD di daerah telah melaksanakan tugasnya sebagai penyelenggara pemilu dengan baik (mandiri, profesional, dst). Sementara itu, 11,4% responden menyatakan tidak percaya/sangat tidak percaya dan sisanya, 6,1% tidak menjawab.

Grafik 4.33. Tingkat kepercayaan responden terhadap Bawaslu dan KPU

Mayoritas responden (83,8%) juga menyatakan percaya/sangat percaya kepada Bawaslu. Yang menyatakan tidak percaya terhadap Bawaslu sebesar 9,3% dan sisanya, 6,9% tidak menjawab. Berdasarkan data tersebut, mayoritas responden (di atas 80%) menganggap penyelenggara pemilu, dalam hal ini KPU dan Bawaslu dan jajarannya telah menyelenggarakan pemilu dengan baik.

Terkait penghitungan suara, survei ini menanyakan pula kepada responden apakah responden mengetahui hasil hitung cepat (quick count) pemilu presiden yang dirilis oleh beberapa lembaga survei sebelum pengumuman resmi KPU pada 22 Mei 2019. Berdasarkan data yang disajikan dalam Grafik 4.34, sebanyak 57,7% responden menyatakan mengetahui hasil hitung cepat (quick count) pemilu presiden yang dirilis oleh beberapa lembaga survei sebelum pengumuman resmi oleh KPU pada 22 Mei 2019. Persentase ini lebih besar dibandingkan responden yang menyatakan tidak tahu, yaitu sebanyak 39,5%. Responden yang tidak menjawab 2,8%.

Page 82: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

75Evaluasi Kampanye, Penyelenggaraan, dan Hasil Pemilu 2019

Apakah Anda mengetahui hasil hitung cepat (quick count) pemilu presiden yang dirilis oleh beberapa lembaga survei tersebut?

Grafik 4.34. Pengetahuan responden tentang hasil hitung cepat (quick count) Pemilu Presiden 2019

Responden yang menyatakan tahu terhadap hasil hitung cepat (quick count) lebih lanjut ditanya apakah mereka percaya bahwa lembaga-lembaga tersebut melakukan hasil hitung cepat dengan jujur, mengikuti kaidah ilmiah, dan tidak berpihak kepada salah satu peserta pemilu.

Seberapa Anda percaya bahwa lembaga-lembaga tersebut melakukan hasil hitung cepat dengan jujur, mengikuti kaidah ilmiah, dan tidak berpihak kepada salah satu peserta pemilu?

Grafik 4.35. Kepercayaan responden terhadap lembaga-lembaga survei yang melakukan hasil hitung cepat (quick count)

Sebagian besar responden (62,7%) yang mengaku tahu hasil hitung cepat (quick count) pemilu presiden menyatakan percaya terhadap lembaga-lembaga survei penyelenggara quick count (Grafik 4.35). Yang menyatakan tidak percaya sebanyak 32,9% responden dan

Page 83: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

76 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

sisanya, sebanyak 4,4% responden tidak menjawab. Persentase ini menunjukkan bahwa responden mempercayai bahwa lembaga-lembaga survei yang telah merilis hasil surveinya telah menghitung secara tepat dengan jujur, mengikuti kaidah ilmiah, dan tidak berpihak kepada salah satu peserta pemilu.

Pertanyaan survei publik selanjutnya mengenai optimisme responden terkait dengan pemilu serentak 2019 dan partisipasinya sebagai pemilih, apakah akan menghasilkan pemerintahan yang baik, yang membawa bangsa Indonesia menjadi lebih maju, adil, dan sejahtera.

Grafik 4.36. Optimisme responden terhadap hasil Pemilu 2019 dan partisipasinya menentukuan pemimpin yang baik

Dari Grafik 4.36 dapat diihat bahwa tingkat optimisme responden terhadap hasil Pemilu 2019 akan menghasilkan pemerintahan yang membawa bangsa Indonesia yang lebih maju, adil, dan sejahtera cukup tinggi yakni sebesar 86,6% responden menjawab yakin. Sementara itu, hanya sebesar 9,5% responden yang menjawab tidak yakin; dan sisanya 3,9% responden tidak menjawab. Sebanyak 90,9% responden menyatakan yakin bahwa partisipasinya menentukan terpilihnya pemimpin yang baik. Sementara, hanya sebesar 5,7% responden yang menjawab tidak yakin; dan sisanya 3,4% responden tidak menjawab.

Page 84: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

77Perilaku Pemilih pada Pemilu 2019

V

Perilaku Pemilih pada Pemilu 2019

Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK)Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Tahun 2020

Page 85: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

78 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Page 86: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

79Perilaku Pemilih pada Pemilu 2019

VPERILAKU MEMILIH PADA PEMILU 2019

A. Perilaku Memilih dalam Pileg 2019

KPU mengumumkan hasil Pilpres dan Pemilu Anggota DPR masing-masing pada tanggal 21 Mei 2019 dan 31 Agustus 2019. KPU menetapkan Pasangan 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin memperoleh 85.607.362 suara (55,50%) sementara

Pasangan 02 Prabowo Subianto-Sandiaga S. Uno memperoleh 68.650.239 suara (44,50%).

Grafik 5.1. Hasil Pemilu Presiden 2019

Sementara itu, dari 16 partai politik nasional peserta Pemilu 2019, sembilan partai memiliki perolehan suara melebihi ambang batas untuk memperoleh kursi di DPR-RI sebesar 4%, antara lain: PKB, Partai Gerindra, PDI Perjuangan, Partai Golkar, NasDem, PKS, PPP, PAN, dan Partai Demokrat. Tujuh partai politik lainnya memiliki perolehan suara di bawah 4% dan tidak berhasil memperoleh kursi di DPR-RI, antara lain: Partai Garuda, Partai Berkarya, Partai Perindo, PSI, Partai Hanura, PBB, dan PKPI.

Tabel. 5.1. Perolehan suara partai politik pada Pemilu 2019

Page 87: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

80 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Sumber: Diolah dari data KPU, 2019

Survei publik P2P LIPI mencoba memotret kecenderungan pilihan pemilih pada pemilu serentak tersebut, terutama dengan menggunakan latar belakang sosio-demografis responden. Dalam survei ini, hampir 97% responden mengaku ikut memberikan suara pada pemilu serentak 17 April 2019 dan hanya 3,1% responden yang mengaku tidak hadir ke TPS. Sekitar 57% tidak ikut memilih karena berhalangan untuk ke TPS karena bekerja, sakit, bepergian ke luar kota, dan sebagainya. Hanya 17% yang menyatakan tidak memilih karena tidak terdaftar di DPT (Grafik 5.2).

Grafik 5.2. Alasan responden tidak ikut memberikan suara dalam Pemilu 2019

Mayoritas reponden (65%) mengaku ikut memilih pada Pemilu 2019 yang lalu mencoblos nomor atau nama caleg. Hanya sekitar 35% responden yang mengaku mencoblos lambang atau nama partai politik di kertas suara pemilihan anggota DPR RI (DPR Pusat).

Page 88: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

81Perilaku Pemilih pada Pemilu 2019

Pada pemilihan anggota DPR-RI (DPR Pusat) 17 April 2019 yang lalu,apakah Anda mencoblos atau memilih partai politik atau caleg?

Grafik 5.3. Pilihan responden dalam Pileg 2019

Grafik 5.3 menunjukkan, sebanyak 20,5% responden yang memilih caleg mengaku menjadikan kinerja caleg sebagai pertimbangan utama saat mereka memilih. Alasan utama lain bagi responden dalam memilih caleg adalah karena menyukai program yang ditawarkan caleg, yaitu 17,5%. Sementara itu, sebanyak 15,4% responden mengaku hanya mengetahui caleg yang mereka pilih; 7,1% ikut pilihan anggota keluarganya; dan 9,9% memilih caleg tanpa alasan tertentu atau asal mencoblos.

Apa alasan utama Anda memilih caleg tersebut?

Grafik 5.4. Alasan utama memilih caleg dalam Pileg DPR 2019

Selain kelima alasan tersebut, alasan lain yang menjadi pertimbangan responden memilih caleg tersebut adalah caleg yang dipilih dicalonkan partai politik yang mendukung capres-cawapres pilihan responden (5,3%); responden, keluarga, atau warga sekitar mendapatkan bantuan dari caleg tersebut (4,8%); mengikuti anjuran tokoh agama atau tokoh masyarakat (3,2%); menyukai caleg tersebut (2,1%); sering melihat alat peraga kampanye luar ruang caleg tersebut (2%); dan responden memilih caleg DPR di tingkat kabupaten/kota atau provinsi dari partai yang sama (0,7%). Ada 10,6% responden menjawab memilih caleg tertentu karena alasan lainnya. Sisanya, sebanyak 0,9% responden tidak memebrikan jawaban.

Page 89: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

82 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Apa alasan utama Anda memilih partai politik tersebut dalam pemilihan anggota DPR RI?

Grafik 5.5. Alasan utama memilih partai politik dalam Pileg DPR 2019

Grafik 5.5. menunjukkan, lebih dari seperempat responden (26,4%) memilih partai politik dengan alasan bahwa mereka menyukai partai tersebut. Hanya 16,9% yang beralasan karena partai tersebut mencalonkan pasangan capres-cawapres yang didukungnya. Selain itu, persentase cukup besar bahwa responden tidak memiliki alasan dalam memilih partai politik, yakni 14,4% yang mengaku asal mencoblos. Sementara responden yang memilih partai politik karena alasan menyukai program/platform partai hanya sebesar 11,7%. Sisanya, memilih karena mengikuti pilihan keluarga responden sebesar 6,7%.

Kapan Anda memutuskan untuk memilih partai atau caleg tertentu dalam pemilihan anggota DPR?

Grafik 5.6. Waktu responden menentukan pilihan caleg atau parpol dalam Pileg 2019

Dari Grafik 5.6 kita dapat mengetahui bahwa hanya 15,6% responden yang mengaku tidak mengubah pilihan partai sejak pemilu sebelumnya. Kelompok responden inilah yang mungkin tidak pernah mempertimbangkan untuk memilih partai lain dan tetap setia dengan partai pilihannya pada Pemilu 2014. Sekitar sepertiga responden (36%) yang telah menetapkan pilihan 3 bulan atau lebih sebelum hari-H. Sebanyak Sebanyak 31,7% responden memutuskan pilihan sekitar seminggu hingga sebulan sebelum hari-H.

Page 90: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

83Perilaku Pemilih pada Pemilu 2019

Sebanyak 28,8% reponden mengaku menentukan pilihan caleg atau parpol pada H-1 hingga hari H.

Tabel 5.2. Pilihan responden dalam pemilu anggota DPRD provinsidan DPRD kabupaten/kota (%)

Dalam survei ini, sebagaimana disajikan dalam Tabel 5.2, lima besar pilihan partai politik responden dalam pemilihan anggota DPRD provinsi adalah sebagai berikut: PDIP (18,4%), Partai Golkar (10,4%), Partai Gerindra (8,7%), Partai Demokrat (8%), dan PKB (6,3%). Sebanyak 21,3% responden tidak menjawab atau menyatakan pilihan mereka rahasia.

Dalam pemilu anggota DPRD kabupaten/kota, pola jawaban responden agak berbeda dengan DPRD provinsi. Responden yang memberikan jawaban pilihan partainya dalam skala lima partai tertinggi memperlihatkan bahwa PDIP masih menjadi pilihan tertinggi (20,4%), diikuti Partai Golkar (10,8%), Partai Demokrat (6,7%), Partai Gerindra (6,3%) dan Partai Nasdem (5,9%). Sementara yang menyatakan tidak menjawab atau rahasia adalah 19,7%.

Page 91: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

84 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

B. Perilaku Memilih pada Pilpres 2019

Data yang diperoleh dalam survei publik P2P LIPI cukup berbeda dengan data hasil pemilu resmi yang ditetapkan KPU. Berdasarkan data KPU, pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin memperoleh 55,5% suara, sedangkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga S. Uno memperoleh 44,5% suara. Dalam survei LIPI, sebagaimana disajikan dalam Grafik 5.7, 57,5% responden mengaku memilih pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin, atau sekitar 2,5% lebih banyak dari data KPU. Sedangkan yang mengaku memilih pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebanyak 33,2% atau lebih sedikit sekitar 12,2% dibandingkan data KPU. Sisanya, 0,5% menyatakan tidak memilih keduanya, dan 8,8% tidak menjawab atau rahasia.

Pasangan calon presiden-wakil presiden mana yang Anda pilihpada Pemilu 17 April 2019 yang lalu?

Grafik 5.7. Pasangan calon presiden-wakil presiden pilihan responden

Sebagaimana ditunjukkan Grafik 5.8, mayoritas responden (50,5%) mengaku telah mempunyai pilihan sejak paslon capres-cawapres ditetapkan oleh KPU (September 2018). Sisanya, memutuskan 3 bulan sebelum hari-H (11,7%); seminggu hingga sebulan sebelum hari-H (20,2%); pada H-1 hingga hari-H (15%).

Page 92: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

85Perilaku Pemilih pada Pemilu 2019

Kapan Anda memutuskan untuk memilih pasangan capres-cawapres tersebut?

Grafik 5.8. Waktu menentukan pilihan dalam Pilpres 2019

Jika dibandingkan dengan Pileg DPR-RI, responden cenderung menentukan pilihan jauh sebelum hari pemungutan suara diselenggarakan. Sebaliknya, jumlah responden yang menentukan pilihan pada satu hari sebelum hari-H hingga saat berada di TPS relatif kecil, yaitu hanya sekitar 15%.

Tabel 5.3. Urutan mencoblos surat suara pada Pemilu Serentak 2019 (%)

Dari Tabel 5.3. kita dapat mengetahui surat suara yang paling banyak dicoblos pertama kali oleh responden. Sekitar 77% atau lebih dari tiga perempat responden yang menggunakan hak pilihnya mengaku bahwa dari lima surat suara pada Pemilu 2019 yang lalu, surat suara Pilpres adalah yang pertama kali dicoblos. Di urutan kedua, lembar surat suara yang paling banyak dicoblos pertama kali adalah surat suara DPRD kabupaten/kota, meskipun persentasenya terpaut sangat jauh, yatu 11,4%. Yang paling jarang dicoblos pada urutan pertama kali oleh responden adalah surat suara DPD-RI, hanya 0,8%.

Sementara surat suara yang paling banyak dicoblos pada urutan kedua oleh responden adalah surat suara DPR-RI (44,8%). Yang paling banyak dicoblos pada urutan kedua berikutnya adalah surat suara DPRD kabupaten/kota (13,8%). Surat suara yang paling banyak dicoblos pada urutan ketiga, keempat, dan kelima masing-masing adalah suarat

Page 93: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

86 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

suara DPD-RI (42,7%), DPRD provinsi (44,1%), dan DPRD kabupaten/kota (38,4%).

Seberapa Anda suka dengan capres dan cawapres pada Pilpres 2019?

Grafik 5.9. Capres dan cawapres yang disukai responden (likeability) (%)

Grafik 5.9 menunjukkan tingkat kesukaan (likeability) responden terhadap calon presiden dan calon wakil presiden yang bertarung pada Pemilu 2019. Pertanyaan ini diajukan kepada responden yang mengaku tahu sosok capres atau cawapres tersebut. Sebanyak 60,7 % responden menyatakan menyukai sosok Joko Widodo, 33% biasa saja (netral), 5,6% tidak menyukai dan 0,7% tidak menjawab. Untuk sosok Prabowo Subianto, sebanyak 39,8% responden menyatakan menyukai sosoknya. Angka ini lebih kecil dibandingkan responden yang menjawab netral (43,7%), lalu 15,1% menyatakan tidak suka, dan sisanya (1,4%) tidak menjawab. Untuk sosok pendamping Jokowi, yaitu Ma’ruf Amin, 52,3% responden menyukai sosoknya, 40% responden menyatakan biasa saja (netral), 6,3% menyatakan tidak suka, dan 1,4% tidak menjawab. Sedangkan sosok Sandiaga Uno disukai oleh 48,2% responden, 42,3% responden menyatakan biasa saja, 8% responden tidak suka dengan sosoknya, dan 1,5% menyatakan tidak menjawab.

Grafik 5.10. Pemetaan pilihan pasangan calon berdasarkan likeability terhadap capres dan cawapres

Page 94: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

87Perilaku Pemilih pada Pemilu 2019

Berdasarkan Grafik 5.10., responden yang menyukai Joko Widodo (79,8%) menyatakan memilih pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan sebanyak 13,4% responden yang menyukai Jokowi Widodo juga memilih pasangan capres-cawapres Prabowo-Sandiaga pada Pilpres 2019. Responden yang menyukai Prabowo Subianto (31,5%), justru memilih pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Ma’ruf Amin, sementara 60% responden yang menyatakan suka Prabowo, memilihnya bersama Sandiaga sebagai pasangan capres-cawapres.

Bagi responden yang menyukai Ma’ruf Amin (73,9%) memilih pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Termasuk responden yang menyukai Sandiaga Uno (48,5%) memilihnya bersama Prabowo menjadi pasangan capres-cawapres pada Pilpres 2019. Namun demikian, persentase responden yang menyukai Sandiaga cukup menarik, bahwa 43,2% responden yang menyukainya justru memilih pasangan capres-cawapres Joko Widodo-Ma’ruf Amin.

Tabel 5.4. Alasan Responden Memilih Pasangan Capres-Cawapres

Tabel 5.4 menunjukkan alasan responden dalam memilih pasangan capres-cawapres dalam PIlpres 2019. Sebanyak 26,7% responden menyatakan bahwa alasan memilih calon presiden-wapres karena memiliki visi-misi, kebijakan atau program kerja yang lebih baik/unggul. Kemudian diikuti alasan memiliki kinerja yang bagus/berpengalaman sebanyak

Page 95: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

88 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

23,5%. Sisanya lebih banyak pada alasan berjiwa sosial dan merakyat (9,4%), tegas (6,7%) dan lainnya (12%).

Selanjutnya, Tabel 5.5. berikut ini menunjukkan preferensi pilihan Pilpres berdasarkan latar belakang sosio-demografis responden, antara lain jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan rata-rata pendapatan kotor per bulan.

Tabel 5.5. Pilihan dalam Pilpres 2019 berdasarkan sosio-demografi responden (%) (1)

Pilihan responden terhadap pasangan capres-cawapres yang meraih pilihan di atas 50% adalah pada kisaran usia 36-45 tahun. Pada kategori ini, sebanyak 54% responden akan memilih pasangan 01, dan 35,6% memilih pasangan 02. Lalu responden pada kategori usia 46-55 tahun, sebanyak 63,9% memilih pasangan 01, dan 29,5% memilih pasangan 02. Responden pada kategori 56-65 tahun yang memilih pasangan 01 sebanyak 65%, dan pasangan 02 sebanyak 26,2%. Kemudian responden pada kategori usia di atas 65 tahun akan memilih pasangan 01 (68,5%) dan pasangan 02 (26,1%).

Page 96: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

89Perilaku Pemilih pada Pemilu 2019

Pada tingkat pendidikan, responden yang berpendidikan rendah (SD ke bawah) memilih pasangan 01 dengan angka 64,2% dan yang memilih pasangan 02 sebanyak 28,9%. Sedangkan pada responden dengan tingkat pendidikan tinggi (perguruan tinggi), sebanyak 46,2% memilih pasangan 01 dan 34,5% memilih pasangan 02. Namun responden pada kategori ini juga memilih tidak menjawab dengan angka 19,3%.

Berdasarkan tingkat pendapatan responden, bagi kelompok yang berpenghasilan 500,000 ke bawah memilih pasangan 01 sebanyak 70,7% dan pasangan 02 sebanyak 21,9%. Sedangkan pada tingkat pendapatan responden yang berpenghasilan di atas Rp4,000,000,-, sebanyak 50,6% memilih pasangan 01, dan 41,8% memilih pasangan 02.

Tabel 5.6. Pilihan dalam Pilpres 2019 berdasarkan sosio-demografi responden (%) (2)

Berdasarkan Tabel 5.6, sebanyak 60,8% responden yang tinggal di wilayah perdesaan memilih pasangan 01, dan 30,7% memilih pasangan 02. Untuk wilayah perkotaan, sebanyak 44,9% responden memilih pasangan 01 dan 42,9% memilih pasangan 02. Ada sekitar 11,6% yang tidak menjawab.

Untuk responden yang tinggal di pulau-pulau besar, terlihat pasangan 01 meraih jumlah suara signifikan di atas 60%, yaitu dari Jawa (62,4%), Bali dan Nusa Tenggara (67,1%), dan Maluku-Papua (68,8%). Sedangkan responden yang tinggal di Sumatera cukup berimbang dalam menentukan pilihannya, yaitu 43,6% responden mengaku memilih pasangan 01 dan 46,4% lainnya mengaku memilih pasangan 02. Begitu pula di Kalimantan, sebanyak 48,2% memilih pasangan 01 dan 41,2% memilih pasangan 02.

Page 97: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

90 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Tabel 5.7. Pilihan dalam Pilpres 2019 berdasarkan sosio-demografi responden (%) (3)

Page 98: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

91Perilaku Pemilih pada Pemilu 2019

Berdasarkan latar belakang suku bangsa responden, sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 5.7, sebanyak 75% responden yang berasal dari suku Jawa mengaku memilih pasangan 01 dan hanya 17,1% responden yang memilih pasangan 02. Di kelompok suku bangsa terbesar kedua, yaitu Sunda pasangan 02 unggul dari pasangan 01. Sebanyak 47,5% responden memilih pasangan 02 dan 37,5% responden memilih pasangan 01. Di kelompok etnis besar lainnya, pasangan 02 juga unggul di kalangan responden dari etnis Melayu, Minangkabau, dan Betawi.

Page 99: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

92 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Page 100: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

93Persepsi tentang Demokrasi dan Isu Politik Kontemporer di Indonesia

VIPersepsi tentang Demokrasi

dan Isu Politik Kontemporer di Indonesia

Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK)Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Tahun 2020

Page 101: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

94 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Page 102: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

95Persepsi tentang Demokrasi dan Isu Politik Kontemporer di Indonesia

VIPERSEPSI TENTANG DEMOKRASI DAN

ISU POLITIK KONTEMPORER DI INDONESIA

A. Persepsi tentang Demokrasi

Maraknya berbagai kerusuhan atau konflik yang terjadi beberapa tahun terakhir, dipicu oleh bermacam hal. Oleh karena itu, pertanyaan ini ingin mengetahui pendapat responden terkait hal-hal yang dianggap berpotensi menjadi suatu ancaman nyata bagi keutuhan bangsa Indonesia di masa mendatang. Hal-hal tersebut yaitu adanya keinginan mengganti bentuk pemerintahan berdasar agama tertentu, bangkitnya paham komunisme, kampanye LGBT, sikap dan perilaku intoleran, serta pembelahan di masyarakat akibat pemilu, khususnya antar pendukung calon presiden.

Apakah hal-hal berikut menjadi ancaman nyata bagi keutuhan bangsa Indonesia ke depan?

Grafik 6.1. Persoalan yang mengancam keutuhan bangsa

Secara umum, sebagaimana disajikan dalam Grafik 6.1, kelima hal tersebut cenderung tidak dianggap sebagai ancaman yang nyata bagi keutuhan bangsa Indonesia di masa mendatang. Namun, di antara lima hal yang ditanyakan tersebut, hal yang paling banyak dianggap menjadi ancaman nyata oleh responden (43,5%) adalah adanya pembelahan yang terjadi di masyarakat akibat pemilu, khususnya pilpres. Pembelahan ini terutama terjadi dikarenakan adanya fanatisme dari pendukung masing-masing calon presiden. Selanjutnya, berkembangnya sikap dan perilaku intoleran terhadap kelompok yang berbeda, menjadi hal terbanyak kedua yang juga dianggap sebagai suatu ancaman nyata (31%). Sementara itu, isu bangkitnya kembali kelompok yang mendukung paham komunisme menjadi hal yang paling banyak dianggap sebagai ancaman yang tidak nyata bagi keutuhan bangsa Indonesia ke depan (57,1%).

Page 103: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

96 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Apabila sebuah negara dikatakan negara demokrasi, apakah artinya hal itu bagi Anda?

Grafik 6.2. Persepsi responden tentang konsep negara demokrasi

Berdasarkan Grafik 6.2, sebanyak 30,7% responden mengatakan bahwa yang dikatakan sebagai negara demokrasi adalah negara yang menjamin atau melindungi kebebasan warga untuk berbicara, beragama, dan sebagainya. Bagi 12,8% responden negara demokrasi diartikan sebagai negara yang menyelenggarakan pemilu secara bebas, jurdil, dan berkala. Selanjutnya, adanya jaminan dari negara atas persamaan hak antar warga merupakan arti negara demokrasi bagi 11,1% responden. Walaupun sangat kecil, yaitu hanya sebesar 0,8%, namun ada responden yang mengartikan bahwa negara demokrasi adalah negara yang di dalamnya terdapat persaingan antar kelompok. Sementara itu, sebanyak 22,4% responden tidak menjawab atau tidak mengetahui apa arti dari negara demokrasi.

Menurut Anda, seberapa demokratiskah Indonesia saat ini?

Grafik 6.3. Persepsi tentang demokrasi di Indonesia

Selanjutnya mengenai tingkat demokrasi di Indonesia saat ini, Grafik 6.3 memperlihatkan bahwa mayoritas responden, yaitu sebanyak 71% menilai saat ini

Page 104: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

97Persepsi tentang Demokrasi dan Isu Politik Kontemporer di Indonesia

Indonesia telah menjadi negara yang demokratis. Sedangkan, yang menilai bahwa masih tidak demokratis yaitu sebanyak 10%. Sisanya (19%) mengaku tidak tahu bagaimana praktik demokrasi di Indonesia saat ini.

Setujukah Anda jika dikatakan bahwa pemerintah dalam sistem demokrasiterlalu lemah dibandingkan era Orde Baru?

Grafik 6.4. Persepsi tentang pemerintahan sistem demokrasi dibanding Orde Baru

Grafik 6.4 menunjukkan bahwa setengah dari jumlah responden, yaitu 50% menyatakan tidak setuju jika pemerintah dalam sistem demokrasi dikatakan terlalu lemah sehingga diperlukan pemimpin kuat seperti Soeharto yang mampu mengambil keputusan dengan cepat dan memperbaiki ketertiban, walaupun hal itu mungkin akan mengurangi hak dan kebebasan warga negara. Sedangkan, 36,6% responden setuju bahwa saat ini Indonesia memerlukan pemimpin yang kuat seperti Soeharto karena pemerintahan dengan sistem demokrasi dinilai terlalu lemah.

Apa perbedaan utama yang Anda lihat, apabila ada, di antara partai politikyang mengikuti Pemilu 2019?

Grafik 6.5. Perbedaan antarpartai politik peserta Pemilu 2019 (%)

Page 105: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

98 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Berdasarkan Grafik 6.5, visi dan misi yang ditawarkan partai politik masih menjadi hal yang paling banyak dianggap sebagai perbedaan utama antara suatu partai politik dengan partai politik yang lain (22,2%). Selain itu, sebanyak 14,6% responden berpendapat bahwa program yang ditawarkan partai politik juga menjadi perbedaan utama antara partai politik yang mengikuti Pemilu 2019. Sebaliknya, menurut 26,5% responden, pada dasarnya tidak ada perbedaan yang jelas antarpartai politik peserta Pemilu 2019. Sementara itu, ada sebanyak 17,2% responden tidak menjawab atau tidak mengetahui apakah antarpartai politik yang satu dengan yang lain terdapat perbedaan atau tidak.

Apakah partai-partai Islam lebih memperjuangkan nilai Islam dalam politik/pemerintahan dibandingkan partai yang tidak berbasiskan agama?

Grafik 6.6. Kinerja partai-partai Islam dalam memperjuangkan nilai Islam dalam politik/pemerintahan

Beberapa partai politik peserta pemilu ada yang mengidentikkan diri sebagai partai Islam atau partai yang mewakili para pemilih Muslim. Namun, apakah hal tersebut kemudian membedakan antara partai berbasis Islam dengan partai yang tidak berbasiskan agama (Islam)? Dari Grafik 6.6 kita dapat mengetahui bahwa pendapat responden terkait hal ini cukup tersebar. Sebanyak 37,9% responden menilai bahwa partai-partai Islam atau partai yang mewakili pemilih Muslim lebih memperjuangkan nilai Islam dalam politik atau pemerintahan dibandingkan partai yang tidak berbasiskan agama. Tidak terpaut jauh, 31,1% responden berpendapat bahwa partai-partai Islam tidak lebih memperjuangkan nilai Islam dalam politik. Dengan kata lain, kelompok responden ini berpendapat bahwa tidak ada perbedaan antara partai-partai Islam dengan partai-partai nasionalis yang tidak berbasiskan agama dalam hal perjuangan memasukkan nilai Islam dalam politik/pemerintahan, misalnya dalam pembuatan undang-undang atau pembuatan peraturan daerah. Sementara itu, responden yang tidak mengetahui atau tidak menjawab pertanyaan ini ada sebanyak 31%.

Page 106: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

99Persepsi tentang Demokrasi dan Isu Politik Kontemporer di Indonesia

Menurut Anda, apakah ada kelompok masyarakat yang saat ini masih mendapatkanperlakuan diskriminatif ?

Grafik 6.7. Perlakuan diskriminasi pada kelompok masyarakat

Berdasarkan Grafik 6.7, sebagian besar responden, yaitu sebesar 61% berpendapat bahwa saat ini sudah tidak ada lagi kelompok masyarakat yang masih mendapatkan perlakuan diskriminatif di Indonesia. Responden yang berpendapat bahwa saat ini ada kelompok masyarakat yang masih diperlakukan diskriminatif atau diperlakukan secara tidak adil sebanyak 31%.

Menurut Anda, kelompok masyarakat mana saja yang paling sering menerimaperlakuan diskriminatif atau tidak adil?

Grafik 6.8. Kelompok masyarakat yang mendapat perlakuan diskriminatif

Menggali lebih dalam pertanyaan sebelumnya, dari 31,2% responden yang berpendapat bahwa saat ini masih ada kelompok masyarakat yang mengalami diskriminasi, sebagian besarnya, yaitu sebesar 53%-nya menilai kelompok kaum miskin adalah kelompok masyarakat yang paling banyak masih menerima perlakuan diskriminatif atau perlakuan tidak adil di Indonesia. Selanjutnya, sebanyak 11,5%-nya menilai kelompok minoritas agama adalah kelompok terbanyak kedua yang masih sering mendapat perlakuan diskriminatif.

Page 107: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

100 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Lebih lanjut lagi, diantara 11,5% responden tersebut, 46,3%-nya menilai kelompok minoritas non-muslim adalah kelompok agama yang masih sering mengalami tindak diskriminasi. Sedangkan hanya sebesar 16,7%-nya yang menilai bahwa kelompok minoritas muslim di Indonesia seperti misalnya LDII dan Syiah, sering diperlakukan secara diskriminatif. Sementara itu, 35,2%-nya tidak menjawab secara spesifik kelompok minoritas agama apa di Indonesia yang sering mengalami tindak diskriminasi.

Menurut Anda, kelompok masyarakat mana saja yang paling sering menerimaperlakuan diskriminatif atau tidak adil?

Grafik 6.9. Kelompok minoritas agama yang diperlakukan diskriminatif

Peran agama dalam politik sejak lama telah menjadi suatu perdebatan tersendiri di Indonesia. Grafik 6.9 menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu sebesar 58,6% tidak mempermasalahkan jika ada ketentuan dalam ajaran agama yang kemudian disahkan sebagai peraturan resmi negara, dengan catatan selama hal tersebut telah mengikuti prosedur yang telah ditentukan. Sedangkan, sebanyak 28,3% responden menyatakan ketidak-setujuannya jika ada peraturan negara, seperti misalnya dalam bentuk peraturan daerah dan undang-undang, yang dibuat dan disahkan berdasarkan ketentuan dalam ajaran agama tertentu.

Apakah Anda setuju adanya peran aktif agama dalam politik?

Grafik 6.10. Persepsi pengesahan ketentuan ajaran agama sebagai peraturan negara

Page 108: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

101Persepsi tentang Demokrasi dan Isu Politik Kontemporer di Indonesia

Hasil tersebut berubah ketika pernyataan dipertegas melalui pernyataan bahwa agama harus dibatasi hanya dalam urusan pribadi saja dan tidak boleh terlibat dalam pengaturan urusan politik atau pemerintahan, sebagaimana disajikan pada Grafik 6.11. Sebanyak 49% responden menyatakan setuju atas hal tersebut. Sementara itu, responden yang tidak setuju jika agama dibatasi hanya dalam urusan pribadi saja ada sebanyak 39% responden. Menurut kelompok responden ini, agama juga semestinya boleh terlibat dalam pengaturan urusan politik atau pemerintahan.

Apakah Anda setuju agama dibatasi hanya dalam urusan pribadi?

Grafik 6.11. Persepsi pembatasan agama dalam urusan pribadi

B. Persepsi tentang Beberapa Isu Politik Kontemporer di Indonesia

Survei publik P2P LIPI mengukur bagaimana persepsi masyarakat terhadap elite. Berbagai ahli mengatakan bahwa gelombang populisme juga melanda Indonesia sebagai alternatif dari kondisi status quo. Populisme salah satunya diindikasikan dengan sentimen anti-elite, karena aktor populis memotret diri mereka sebagai wakil rakyat yang berseberangan dengan elite (Timbro, 2019, p. 10).

Page 109: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

102 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Apakah Anda setuju atau tidak setuju terhadap beberapa pernyataan berikut ini?

Grafik 6.12. Persepsi publik terhadap elite (%)

Pada 6.12 terlihat bahwa banyak responden yang memandang elite politik dengan pandangan negatif, antara lain: elite politik lebih banyak bicara daripada bekerja untuk kepentingan rakyat (65,7%), korupsi yang dilakukan elite politik membuat negara yang kaya raya ini pada akhirnya harus banyak meminjam utang dari luar negeri (75,1%). Meskipun demikian, mayoritas responden (82,7%) melihat bahwa masih ada elite politik yang baik.

Jika dibandingkan dengan elite politik, lebih banyak responden yang percaya atau merasa terwakili oleh ormas. Mayoritas setuju bahwa ormas seharusnya dilibatkan dalam pembuatan kebijakan oleh elite politik. Meskipun demikian, ada banyak responden (46,2%) yang menganggap ormas seharusnya tidak terlibat dalam pemenangan elite politik dalam pemilihan umum.

Page 110: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

103Persepsi tentang Demokrasi dan Isu Politik Kontemporer di Indonesia

Bagaimana pendapat Anda terhadap beberapa pernyataan berikut ini?Apakah Anda setuju atau tidak setuju?

Grafik 6.13. Tabulasi silang persepsi terhadap elite dengan domisili responden

Lebih lanjut, dalam Grafik 6.13 memperlihatkan jawaban setuju dari responden survei publik P2P LIPI terhadap beberapa pernyataan yang diajukan terkait elite, berdasarkan tempat tinggal responden. Secara umum, masyarakat perkotaan (base: 20,7%) cenderung lebih kritis dalam memandang elite politik dibanding masyarakat perdesaan (base: 79,3%), melalui enam pernyataan yang disodorkan, meskipun sesungguhnya nilai di masing-masing pernyataan tidak terlampau jauh. Sebagai contoh, dalam menilai pernyataan pertama, yaitu “Penyusunan kebijakan publik oleh elite politik seharusnya melibatkan kelompok atau organisasi masyarakat”, sebanyak 71,3% masyarakat perdesaan setuju, sedangkan tingkat persetujuan di masyarakat perkotaan adalah 76,2%.

Dalam menilai pernyataan kedua, “Kelompok atau organisasi masyarakat seharusnya tidak terlibat membantu elite politik dan partai politik dalam memenangkan pemilu”, 46,1% responden di perdesaan yang setuju (dibanding yang tidak setuju (34,7%). Sedangkan pada responden perkotaan berlaku sebaliknya, responden yang setuju (46,6%)

D

Page 111: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

104 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

jumlahnya lebih sedikit meskipun hanya terpaut sedikit dengan responden yang tidak setuju (47,9%).

Ketika disebutkan pernyataan ketiga, “Saya lebih merasa terwakili oleh organisasi masyarakat (termasuk LSM), dibandingkan oleh politisi partai”, sebesar 44,6% responden perdesaan setuju, 30,8% tidak setuju dan terdapat 24,6% yang tidak menjawab. Angka tidak jawab dalam pertanyaan ketiga ini merupakan yang tertinggi di antara enam pernyataan yang ada. Pada responden perkotaan, sebanyak 54% responden setuju dan 37,9% responden tidak setuju dengan pernyataan ketiga. Sisanya, 8% responden tidak menjawab.

Selanjutnya, pada pernyataan keempat yang menyatakan bahwa “Elite politik lebih banyak berbicara dibanding bekerja untuk kepentingan rakyat”, tingkat persetujuan pada responden perdesaan dan perkotaan secara berturut-turut adalah 62,8% dan 76,8%. Dalam pernyataan kelima yang berbunyi “Elite politik tidak selamanya jahat, tetapi ada yang baik dan berpihak pada kepentingan rakyat banyak” tingkat persetujuannya di masyarakat perdesaan adalah sebesar 79,6% sedangkan di responden perkotaan tingkat persetujuannya mencapai 94,5%.

Dalam pernyataan keenam yang mengatakan bahwa “Jika kekayaan Indonesia tidak dikorupsi dan dibawa ke luar negeri oleh elite, Indonesia tidak membutuhkan hutang luar negeri”, tingkat persetujuan masyarakat perdesaan ada sebesar 71, 5% sedangkan tingkat persetujuan pada responden perkotaan ada sebesar 89,1%.

Bagaimana pendapat Anda terhadap beberapa pernyataan berikut ini?Apakah Anda setuju atau tidak setuju?

Grafik 6.14. Persepsi publik mengenai otoritas negara (%)

Dalam berbagai kajian para ahli, dalam situasi demokrasi yang terdapat gelombang populisme, tendesi otoritarian akan muncul, sebagaimana yang terjadi di Eropa. Oleh karena itu, survei ini juga melacak sejauh mana persepsi publik mengenai otoritas negara. Hasilnya dalam Grafik 6.14 dalam isu LGBT, mayoritas responden (72,6%) setuju bahwa

Page 112: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

105Persepsi tentang Demokrasi dan Isu Politik Kontemporer di Indonesia

negara perlu memberikan hukuman kepada orang yang memiliki orientasi LGBT. Akan tetapi yang menarik bahwa jumlah yang tidak menjawab sedikit lebih tinggi (16%) dibanding yang tidak setuju (11,4%).

Otoritarianisme pemerintah salah satunya adalah melalui kontrol media. Dalam Grafik 6.14 tampak bahwa mayoritas responden (69,1%) menyetujui bahwa pemimpin negara harus memiliki kemampuan mengendalikan atau mengontrol pemberitaan di media. Yang tidak setuju ada sebanyak 18,4% dan yang memilih untuk tidak menjawab ada sebesar 12,5% responden.

Selain mayoritas responden menyetujui kontrol pemerintah atas media , mayoritas responden juga menyepakati bahwa pemerintah adalah satu-satunya saluran yang bisa dipercaya jika ada informasi yang diragukan kebenarannya (72,9%). Responden yang tidak setuju hanya sebesar 15,5% dan 11,7% memilih untuk tidak menjawab.

Grafik 6.15. Persepsi publik mengenai otoritas negara berdasarkan kelompok usia responden (%)

Setelah melihat jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan mengenai otoritas negara, penting pula untuk melihat lebih lanjut tabulasi silang pertanyaan tersebut dengan variabel kelompok usia. Banyak sarjana yang mencoba mengelompokkan usia berdasarkan generasi, akan tetapi, database ini menggunakan pengelompokkan yang ditawarkan oleh Howe dan Strauss (2009) yang mengelompokkan usia menjadi lima kategori, yaitu (1) lahir pada 1925-1943 (Silent Generation); (2) lahir pada 1943-1960 (Boom Generation); (3) lahir pada 1961-1981 (13th Generation); (4) lahir pada 1982-2000 (Millenial Generation); dan (5) lahir pada 2004-2025 (Gen Z).

Pada Grafik 6.15. tampak bahwa keempat kelompok usia mayoritas menjawab setuju dengan ketiga pernyataan yang disodorkan. Dalam pernyataan pertama yang menyebutkan bahwa “Jika ada informasi yang diragukan kebenarannya, informasi dari

P

Page 113: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

106 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

lembaga pemerintah adalah satu-satunya saluran yang bisa dipercaya”, tingkat persetujuan masing-masing kelompok usia adalah sebesar 76,5% dari kelompok Silent Generation; 66,4% dari kelompok Boom Generation; 74,4% dari 13th Generation; dan 73,3% dari kelompok Millenial Generations.

Dalam merespons pernyataan kedua, “Pemimpin negara yang baik adalah yang memiliki kemampuan mengendalikan atau mengontrol pemberitaan di media”, tingkat persetujuan para responden di semua kelompok usia sedikit lebih rendah daripada respons atas pernyataan pertama. Tingkat persetujuan masing-masing kelompok usia adalah 70,6% dari kelompok Silent Generation; 64,1% dari kelompok Boom Generation; 70% dari 13th Generation; dan 69,8% dari kelompok Millenial Generations.

Yang menarik, dalam merespons pernyataan ketiga, tingkat persetujuan Kelompok Milenial sedikit lebih tinggi (77%) dari kelompok usia Boom Generation (65%), kelompok usia 13th Generation (71,9%), dan kelompok usia Silent Generation yang justru memperlihatkan persetujuan yang paling rendah (58,8%).

Grafik 6.16. Persepsi publik mengenai otoritas negara berdasarkan jenis kelamin responden

Pada Grafik 6.16 yang menyajikan tabulasi silang antara persepsi publik mengenai otoritas negara dengan jenis kelamin responden tampak bahwa responden laki-laki secara umum memiliki tingkat persetujuan lebih tinggi dibanding responden perempuan.

Page 114: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

107Persepsi tentang Demokrasi dan Isu Politik Kontemporer di Indonesia

Bagaimana pendapat Anda terhadap beberapa pernyataan berikut ini?Apakah Anda setuju atau tidak setuju?

Grafik 6.17. Persepsi publik mengenai mayoritarianisme (%)

Populisme juga sangat erat dengan agenda mayoritarianisme. Seperti yang dikatakan oleh Painter (2013, p. 19) bahwa populisme bagaikan ‘pusar’ yang menghubungkan ‘rakyat’, suara demokratis dan keinginan mayoritas. Mayoritarianisme sendiri oleh banyak ahli dianggap sebagai sebuah ancaman untuk demokrasi karena ia adalah sebuah agenda yang memungkinkan sebuah mayoritas dalam populasi, misalnya mayoritas agama, bahasa, dan mayoritas lainnya, sebagai sebuah kelompok utama yang yang berhak untuk membuat keputusan yang dapat mempengaruhi seluruh masyarakat.

Survei publik P2P LIPI juga melihat apakah ada kecenderungan untuk menjalankan agenda mayoritarianisme di dalam persepsi publik. Pada Grafik 6.17 tampak bahwa mayoritas responden tidak setuju (64%) bila dikatakan bahwa kondisi Indonesia akan lebih baik jika penduduknya memiliki agama dan etnis yang homogen. Sebanyak 23,5% setuju dan 12,5% tidak menjawab. Akan tetapi ketika ditanyakan bahwa kepentingan golongan mayoritas harus didahulukan karena sulit memenuhi kepentingan semua orang, terlepas dari situasi Indonesia yang memiliki berbagai suku bangsa, agama dan golongan, antara responden yang setuju dan tidak hanya terpaut 2%. Sebesar 46,1% setuju, sedangkan 44,8% tidak setuju dan 9,1% tidak menjawab.

Page 115: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

108 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Grafik 6.18. Tingkat ketaatan dalam menjalankan ajaran agama

Survei publik P2P LIPI juga turut menaruh perhatian pada isu politik identitas, salah satu contohnya adalah agama. Oleh karena itu, survei ini menanyakan persepsi responden mengenai pelaksanaan agama dan kaitannya dengan pilihan politik. Untuk mengawalinya, responden ditanya mengenai intensitas dalam menjalankan ibadah agama. Terkait dengan itu, Grafik 6.18 menunjukan sebanyak 87,6% responden mengaku bahwa dirinya taat dalam menjalankan ajaran agama. Sedangkan 9,6% menjawab tidak taat dan 2,8% tidak menjawab.

Grafik 6.19. Intensitas responden dalam mengikuti ceramah agama secara langsung dan melalui media

Grafik 6.19 menggambarkan intensitas responden dalam mengikuti ceramah agama secara langsung, yang menjawab sering dan jarang hampir seimbang. Sebesar 51,1% menjawab bahwa mereka jarang mengikuti ceramah agama secara langsung. Sedangkan sebesar 47,2% menjawab sering dan sebanyak 1,7% tidak menjawab. Sedangkan Grafik 6.19 juga memperlihatkan pola yang sama bahwa sebesar 55,6% responden jarang

Page 116: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

109Persepsi tentang Demokrasi dan Isu Politik Kontemporer di Indonesia

mengikuti ceramah agama melalui media, dan sebanyak 42,7% responden menjawab sering. Serupa dengan responden yang mengikuti ceramah agama secara langsung, terdapat 1,7% responden yang tidak menjawab.

Berikut ini kami akan menanyakan sikap Anda apakah Anda setuju atau tidak setuju dengan beberapa pernyataan dan bukan tentang apa yang telah Anda lakukan (pengalaman) pada

Pemilu 2019 yang lalu. Bagaimana pendapat Anda terhadap beberapa pernyataan berikut ini?Apakah Anda setuju atau tidak setuju?

Grafik 6.20. Persepsi mengenai isu identitas dalam pemilu (%)

Survei publik P2P LIPI juga menanyakan bagaimana identitas memengaruhi pilihan dalam politik. Dari Grafik 6.20, terkait dengan etnis, sebagian besar responden (67,5%) tidak berkeberatan memilih calon anggota DPR RI yang tidak satu suku bangsa. Tetapi, angka persetujuan menjadi 52,7% ketika responden ditanya persetujuannya tentang calon anggota DPR RI yang tidak seagama.

Begitu pula dengan persetujuan responden terhadap calon anggota DPRD yang tidak seagama, sebanyak 52,3% saja yang menyatakan tidak berkeberatan. Hal ini menunjukkan bahwa isu identitas agama masih lebih berpengaruh terhadap preferensi pemilih dibanding isu identitas etnis. Akan tetapi, mayoritas responden tidak setuju (54,2%) apabila isu agama dipakai dalam pemilihan umum (Pilpres, Pileg, atau Pilkada) meskipun dikatakan bahwa agama mengatur kehidupan berpolitik.

Page 117: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

110 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Grafik 6.21. Aksi Bela Islam: Membela kepentingan agama dan bukan kepentingan politik?

Lebih lanjut, menarik ketika responden ditanyakan mengenai gerakan Aksi Bela Islam yang berlangsung sejak 2016. Mayoritas responden setuju (46%) bahwa gerakan tersebut hadir untuk membela kepentingan agama dan bukan kepentingan politik. Sebanyak 28% responden tidak setuju pernyataan itu dan 26% lainnya tidak menjawab.

Survei publik P2P LIPI juga menanyakan mengenai isu hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM). Pada Grafik 6.22. mayoritas 85,3% responden setuju bahwa hukuman terhadap pencemaran nama baik (termasuk yang dilakukan melalui media sosial) harus tetap diatur. Responden yang tidak setuju hanya 4,5% dan yang tidak menjawab ada sebanyak 10,2%. Begitu pula dengan hukuman terhadap penistaan agama. Sebanyak 88,3% responden sepakat bahwa pasal tersebut harus tetap ada dalam perundang-undangan. Yang tidak setuju hanya 3,1% responden dan yang tidak menjawab ada 8,6%.

Mayoritas responden (84,9%) juga setuju apabila dikatakan bahwa hukuman memiskinkan koruptor lebih membuat efek jera dibanding hanya hukuman kurungan penjara. Hanya ada 7,9% responden yang tidak setuju dan 7,2% responden yang tidak menjawab.

Page 118: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

111Persepsi tentang Demokrasi dan Isu Politik Kontemporer di Indonesia

Anda setuju terhadap beberapa pernyataan terkait masalah Hukum dan HAM berikut ini?

Grafik 6.22. Persepsi mengenai isu hukum dan HAM (%)

Terkait dengan penyelesaian kasus HAM di masa lalu dengan mekanisme non-peradilan (islah/perdamaian; saling memaafkan), jawaban responden cenderung terbelah. Sebanyak 47,5% setuju dan 35,7% tidak setuju. Sedangkan yang tidak menjawab ada 16,8%.

Grafik 6.23. Persepsi tentang penyelesaian kasus HAM masa lalu berdasarkan usia responden

Page 119: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

112 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

Grafik 6.23. memperlihatkan tabulasi silang antara pertanyaan mengenai penyelesaian kasus HAM masa lalu dengan usia responden. Pada grafik tersebut tampak bahwa mayoritas responden dari empat kelompok umur mayoritas setuju bahwa sebaiknya kasus HAM di masa lalu diselesaikan melalui mekanisme non-peradilan seperti islah/ perdamaian, saling memaafkan, dan sebagainya. Tingkat persetujuan tertinggi diberikan oleh kelompok usia Generasi X (48,1%) yang berada dalam kisaran usia 38-58 tahun, disusul oleh Generasi Y (48%) yang kisaran usianya adalah 16-37 tahun. Kemudian disusul Boomers (44,5%) dengan kisaran usia 59-76 tahun dan terakhir adalah kalangan Tradisionalis (41,2%) yang berusia dalam rentang 77-100 tahun.

Apakah Anda setuju terhadap beberapa pernyataan terkait masalah lembaga dansistem pemerintahan berikut ini?

Grafik 6.24. Persepsi tentang sistem dan lembaga pemerintahan (%)

Survei publik P2P LIPI juga menanyakan mengenai isu-isu yang berkaitan dengan sistem dan lembaga pemerintahan. Terkait dengan lembaga pemerintahan, salah satu isu yang menjadi perhatian adalah posisi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Mayoritas responden (87,7%) menilai bahwa TNI perlu campur tangan dalam menangani terorisme dan paham radikal. Hanya sedikit sekali yang tidak setuju (5,3%) bahkan lebih rendah dibanding yang tidak menjawab (7%).

Terkait dengan sistem pemerintahan, jawaban responden cukup terbelah ketika disodorkan pertanyaan mengenai desentralisasi (otonomi daerah) tidak membuat pemerintahan di daerah berjalan lebih efektif sehingga sebaiknya pemerintah pusat mengambil lebih banyak wewenang dari pemerintah daerah. Responden yang setuju sebanyak 38,7% dan yang tidak setuju sebanyak persentase 41,9%. Sedangkan responden yang tidak menjawab sebanyak 19,3%.

Meskipun kecenderungan untuk resentralisasi cukup tinggi, tetapi mayoritas responden tidak setuju apabila presiden dan kepala daerah tidak dipilih langsung oleh

Page 120: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

113Persepsi tentang Demokrasi dan Isu Politik Kontemporer di Indonesia

rakyat meskipun dikatakan bahwa menimbulkan perpecahan dalam masyarakat. Sebanyak 72,3% responden tidak sepakat dengan pernyataaan itu, dan sebanyak 18,1% bersepakat. Sebanyak 9,6% responden tidak menjawab.

Grafik 6.25. Kepercayaan terhadap lembaga pemerintah dan demokrasi (%)

Terkait dengan kepercayaan terhadap lembaga demokrasi, di antara lembaga pemerintahan dan demokrasi yang terdiri dari presiden, DPR, pengadilan, KPK, Polri, TNI, dan media massa responden menaruh kepercayaan yang cukup tinggi (>60%). Pada lima peringkat teratas, TNI mendapat kepercayaan paling tinggi (93,3%) disusul oleh presiden (91,3%), KPK (89%), Polri (83,4%), dan selanjutnya pengadilan (80,9%). Di peringkat dua terbawah ada DPR (76%) dan pers yang merupakan pilar demokrasi keempat menempati peringkat terakhir (66,3%).

Page 121: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

114 Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Howe, N., & Strauss, W. (2009). Millenials Rising: The Next Great Generation . New York: Vintage Books.

Painter, A. (2013). Democratic Stress, The Populist Signal and Extrimist Threat: A Call For A New Mainstream Statecraft and Contact Democracy. London: Policy Network.

Sundari, L., Alfiandra, A., & Waluyati, Sri Artati. (2014). Partisipasi Politik Masyarakat Berdasarkan Tingkat Pendidikan. Bhineka Tunggal Ika: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan PKN, 1.

Timbro. (2019). Authoritarian Populism Index 2019. Stockholm: Timbro.

Dokumen

Kemendagri. (2016). Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Penyelenggaraan Pemilu. Jakarta: Kemendagri.

Website

https://www.kpu.go.id

Page 122: PROGRAM PRIORITAS NASIONAL 2019politik.lipi.go.id/downloadpap/Database_PN_Preview...12 Pemilu Serentak 2019 dan Demokrasi di Indonesia - Survei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019 Tabel

PEMILU SERENTAK 2019 DAN DEMOKRASI DI INDONESIASurvei Opini Publik Pasca-Pemilu 2019

DATABASE

Pusat Penelitian Politik (P2 Politik) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Gedung Widya Graha LIPI, Lt. XIJl. Jend. Gatot Subroto KAV-10, Jakarta 12710 - INDONESIATlp. / fax : 021 - 520 7118 | Website: www.politik.lipi.go.id Twitter: @PolitikLIPI

Diterbitkan oleh: