Program P2M.docx
-
Upload
kessi-vikaneswari -
Category
Documents
-
view
21 -
download
6
description
Transcript of Program P2M.docx
LAPORAN MINGGUAN PROGRAM KKMPUSKESMAS SUKAWATI I
KECAMATAN SUKAWATI, KABUPATEN GIANYAR
Nama Mahasiswa : Zakwan Bin Ahmad (0902005208) Komang Ayu Trisna Dewi (1002005094) I Wayan Arimbawa (1002005113)
Dosen Pembimbing : dr. I.B. Wirakusuma, MOH Ni Ketut Sutiarini, SKM, M.Kes
Nama Program :Program Penanggulangan Penyakit Menular (P2M)Hari/Tanggal : Selasa, 25 Maret 2014Lokasi Kegiatan : 1. Puskesmas Sukawati INarasumber : I Made Suartama
1. Berdasarkan Cara Penularannya, Penyakit-penyakit Menular Dikelompokkan Menjadi Dua Kelompoka. Penyakit yang menular secara langsung dari manusia ke manusia
- Penularan ini dapat melalui droplet yang menyebar ke udara saat batuk, bersin dan berludah. Contoh penyakit yang menular lewat cara ini adalah TBC.
- Penularan juga depat melalui kontak langsung, misalnya pada penyakit kulit dan penyakit menular seksual.
b. Penyakit yang menular secara tidak langsung- Dengan perantara sesuatu yang kotor (food borne. air borne dan water
borne disease), contohnya: kolera dan disentri. - Dengan perantara vector atau binatang. Contohnya: flu burung, DHF,
rabies, filariasis, malaria dan lainnya. Membina sarana keteladanan di sekolah.
2. Penyakit Menular Yang Ditanggulangia. Tuberkulosis Parub. Kustac. Infeksi Saluran Pemafasan Atas (ISPA)d. Diaree. Demam Berdarah Dengue (DBD)f. Surveilans (Flu Burung dan Campak)g. Taeniasish. Hivi. Rabiesj. Malaria
3. Penyakit Menular Perlu DitanggulangiPenyakit menular perlu ditanggulangi, karena depat menular kepada orang lain dan berpotensi terjadi KLB bila tidak mendapat penanganan secara
komprehensif. Alasan perlu ditanggulangi (besaran masalah morbiditas dan mortalitas) sebagai berikut :a. Insiden penyakit ISPA 2013 : 5711 kasusb. Insiden Diare tahun 2013 : 776 kasusc. Insiden DBD tahun 2013: 205 kasusd. Insiden TBC tahun 2013: 33 suspek, 15 positife. Insiden Kusta tahun 2013: 1 kasus
4. Program Penanggulangana. TBC
- Mengapa penyakit ini perlu ditanggulangi?Karena merupakan penyakit kronis yang mudah menular dan untuk penyembuhannya diperlukan waktu yang lama.Apabila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan kematian.
- Tujuan Program :Menurunkan angka kesakitan dan kematian tuberkulosis paru dengan memutuskan rantai penularan melalui upaya Pengobatan pcnderita menular sampai sembuh.
- Sasaran: Seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I- Indikator keberhasilan (seharusnya)
Inputo Man : Penanggung jawab program
o Minute : Pengobatan dilakukan sejalan dengan balai
pengobatan.o Market : Mereka yang ditemukan dengan gejala batuk lama,
yang ditemukan saat pengamatan epidemiologi secara aktif.
o Material : Obat TB, pot untuk sputum, pemeriksaan sputum di
Puskesmas Sukawati Io Methods : Penemuan kasus secara aktif kemudian
penelusuran ke rumah penderita. Monitoring pengobatan dilakukan petugas kesehatan untuk mengingatkan penderita minum obat. Keberhasilan terapi dilihat pada bulan ke-2, ke-5 dan ke-6. Apabila penderita tidak datang pada saat itu, petugas akan menjemput penderita ke rumahnya.
o Money : Biaya operasional diperoleh dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Proses
o Planning : Penanggung jawab program membuat rencana
program secara menyeluruh dan rencana jadwal pelaksanaan program bekerja sama dengan balai pengobatan, PKM dan kesehatan lingkungan.
o Organizing : Kerjasama lintas program dengan balai pengobatan,
PKM dan kesehatan lingkungan.o Actuating : Penyuluhan minimal 4 kali dalam setahun,
melakukan imunisasi BCG pada bayi dan balita saat ke Puskesmas atau saat Posyandu, epidemiologi secara aktif, melakukan kontak serumah setiap ada kasus, menunjuk pengawas minum obat, cross check sputum untuk mengetahui konversi dahak pada bulan ke-2, ke-5 dan ke-6 pengobatan.
o Controling : Tidak ada data
- Pelaksanaan Program :No.
Usaha – usaha yang ditujukan pada sumber
(reservoir)
Usaha – usaha yang ditujukan pada cara
penularan
Usaha – usaha yang ditujukan pada penduduk
yang at risk1. Imunisasi BCG Penyuluhan tentang
TBCPenyuluhan tentang TBC
2. Pengobatan TBC dan monitoring kepatuhan berobat setiap hari oleh petugas
Pemeriksaan dahak masal setiap tahun pada penduduk yang tinggal dekat dengan penderita TB (penduduk yang at risk)
Pengamatan epidemologi secara aktif
3. Cross check sputum Melakukan kontak serumah
4. Pencatatan dan pelaporan
- Perbedaan Antara Kenyataan dan Seharusnya, Serta Solusi atas Perbedaan Tersebut
No.
Seharusnya Kenyataan Solusi
1. Kegiatan penyuluhan tentang penyakit TBC
Hanya dilakukan pada penderita TB (+)
Meningkatkan kegiatan penyuluhan, tidak hanya pada penderita
2. Pengamatan epidemiologi secara aktif
Penjaringan penderita TBC dilakukan secara pasif (pada penderita dengan gejala batuk lama yang dating ke balai pengobatan) kemudian baru ditelusuri secara aktif. Hal ini terjadi
Bekerja sama dengan tokoh masyarakat setempat untuk mengamati warganya dan melaporkan kejadian TBC di lingkungannya ke
karena luasnya wilayah dan jumlah petugas yang hanya satu sehingga kesulitan untuk melakukan pengamatan secara aktif.
petugas Puskesmas.
3. Pengobatan TBC dan monitoring kepatuhan berobat setiap hari oleh petugas.
Monitoring kepatuhan berobat tidak dilakukan oleh petugas hal ini menyebabkan tingkat kepatuhan pasien rendah dan sering DO karena baru beberapa minggu meminum obat sudah merasa sembuh.
Petugas menunjuk keluarga penderita untuk menjadi pengawas minum obat. Kemudian dilanjutkan penjelasan kepada pengawas minum obat penderita akan pentingnya kepatuhan minum obat penderita. Meminta penderita secara aktif untuk datang ke Puskesmas bila lalai minum obat atau terjadi pemberatan gejala penyakit.
4. Cross check sputum Meminta penderita untuk dating memeriksakan dahaknya pada bulan ke 2, ke 5, dan ke 6 pengobatan untuk monitoring keberhasilan pengobatan.
Dilakukan monitoring secara ketat terhadap keberhasilan terapi. Apabila penderita tidak dating harus dilakukan penelusuran ke rumah untuk mengambil dahaknya dan diperiksakan.
b. Demam Berdarah- Mengapa penyakit ini perlu ditangani?
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal menyebabkan penduduk akan dengan mudah menderita infeksi virus yang diperantarai oleh binatang salah satunya adalah nyamuk Aedes aegepty dan menimbulkan penyakit demam berdarah.
- Tujuan : Menurunkan angka insiden demam berdarah dengue- Sasaran : Semua kelompok umur - Target : Insiden penderita demam berdarah 0 pasien- Pencapaian : Kasus demam berdarah masih banyak terjadi. Untuk tahun
2013 insidennya mencapai angka 0,38.- Indikator keberhasilan program (seharusnya)
InputoMan : Penanggung jawab program
oMoney : Anggaran dari Dinas Kesehatan
oMaterial : Senter, bubuk abate, alat penyemprotan
oMinute : Dilakukan setiap ada laporan tentang penderita baru
DBDoMarket : Semua penduduk di wilayah kerja puskesmas
oMethods : Penemuan kasus secara pasif dari BP, Pustu, maupun
laporan dari Dinas Kesehatan kemudian tindak lanjut secara aktif.
ProsesoPlanning : Perencanaan kegiatan dilakukan oleh pemegang
program setiap awal tahun, kegiatan dilakukan setiap tiga bulan sekali atau ada kasus DBD.
oOrganizing : Kerjasama lintas program dengan PKM, kesling dan
balai pengobatan puskesmas apabila ada kasus DBD maka petugas kesling. PKM dan pemegang program DBD turut terlibat ke lapangan untuk melakukan kegiatan penyelidikan epidemiologi, penyuluhan, abatisasi dan penyemprotan. Serta bekerja sama dengan kantor kecamatan sukawati dalam hal bantuan dana serta tenaga.
oActuating : Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui
gerakan 3M (Menguras, Menutup dan Menyingkirkan barang-barang yang mungkin sebagai tempat penampungan air); Abatisasi pada tempat-tempat penampungan air; Membasmi nyamuk Aedes aegepty sebagai vektor virus dengue dengan fogging; Pemeriksaan jentik oleh kader; Membudayakan penggunaan kelambu; dan Memasang kawat penangkal nyamuk pada ventilasi udara di rumah.
oControlling : Laporan kegiatan dilaporkan ke Dinkes dan kantor
Kecamatan Sukawati. - Pelaksanaan Program
No.
Usaha-usaha ditujukan pada sumber (reservoir)
Usaha-usaha ditujukan pada cara
penularan
Usaha-usaha ditujukan pada penduduk yang at
risk1. Abatesasi pada PE Melakukan fogging
jika terdapat laporan kasus
Memberikan penyuluhan kesehatan tentang DBD pada waktu-waktu tertentu
bersama kegiatan Posyandu.
2. Pemeriksaan jentik berkala - -
- Perbedaan antara Kenyataan dan Seharusnya, Serta Solusi atas Perbedaan Tersebut
No Seharusnya Kenyataan Solusi1. Pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) melalui gerakan 3 M.
Dilakukan oleh masyarakat tanpa pengawasan puskesmas karena kurangnya tenaga.
Bekerjasama dengan kader dan kepala dusun untuk melakukan pengawasan terhadap dilakukannya kegiatan PSN dan 3 M untuk mencegah demam berdarah.
2. Abatesasi pada tempat-tempat penampungan air
Hanya dilakukan pada saat PE apabila ada kasus. Tidak ada follow up apabila abate sudah habis.
Dilakukan pembagian abate secara gratis.
3. Pemeriksaan jentik secara rutin seminggu sekali
Kebanyakan desa tidak melakukan secara rutin karena tidak adanya kesadaran dari kader.
Kader dihimbau untuk melaksanakan pemeriksaan jentik secara rutin, menginformasikan cara pemeriksaan jentik agar masyarakat dapat melakukan pemeriksaan jentik sendiri.
4. Fogging dilakukan rutin dan serempak di semua wilayah.
Dilakukan apabila ada yang menderita demam berdarah dan hanya dilakukan pada radius 100 meter dari rumah penderita. Karena pelaksanaan fogging tergantung dari Dinkes.
Bekerjasama dengan kepala dusun setempat untuk melakukan fogging secara swadaya dan dikelola agar dilakukan serempak.
5. Membudayakan penggunaan kelambu dan memasang kawat penangkal nyamuk pada ventilasi udara di rumah
Belum dilakukan Pada saat penyuluhan hendaknya juga diberitahukan cara-cara pencegahan dari gigitan nyamuk.
C. Taeniasis- Mengapa penyakit ini perlu ditanggulangi?
Masyarakat Bali sering mengkonsumsi lawar sehingga kejadian penyakit ini rawan mewabah.
- Tujuan Program : Menurunkan angka kejadian taeniasis di wilayah kerja Puskesmas Sukawati 1.
- Sasaran : Seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I- Indikator Keberhasilan ( Seharusnya) :
Inputo Man : Penanggung jawab program
o Minute : Pengobatan dilakukan sejalan dengan balai
pengobatan.o Market : Suspek taeniasis, keluarga potensial taeniasis, anak-
anak SDo Material : Obat taeniasis, pemeriksaan sampel darah dan feses di
Puskesmaso Methode : Penemuan kasus secara aktif kemudian penelusurani
ke rumah penderitao Money : Biaya operasional diperoleh dari Dinas Kesehatan
Kabupaten. Proses
o Planning : Penanggung jawab program membuat rencana
program secara menyeluruh dan rencana jadwal pelaksanaan program bekerja sama dengan balai pengobatan, PKM dan kesehatan lingkungan.
o Organizing: Kerjasama lintas program dengan balai pengobatan,
PKM dan kesehatan lingkungan.o Actuating : Penyuluhan, skrining rutin pada masyarakat,
pengobatan pada penderita.o Controling : Tidak ada data.
- Pelaksanaan program :No.
Usaha-usaha yang dilakukan pada
sumber (reservoir)
Usaha-usaha yang dilakukan pada cara
penularan
Usaha-usaha yang dilakukan penduduk
yang at risk1. - Penyuluhan tentang
taeniasis Pemeriksaan sampel darah dan feses masyarakat tiap tahun
2. - Skrining terhadap keluarga penderita taeniasis.
- Perbedaan antara Kenyataan dan Seharusnya, Serta Solusi atas Perbedaan Tersebut
No.
Seharusnya Kenyataan Solusi
1. Kegiatan penyuluhan tentang penyakit taeniasis di masyarakat keluarga, SD
Dilakukan saat ada survey taeniasis di banjar, namun masih ada saja kasus yang terjadi. Hal ini disebabkan tradisi makan lawar di masyarakat.
- Meningkatkan kegiatan penyuluhan di sekolah dan juga di keluarga dan lingkungan sekitar penderita.
- Menekankan tentang pembuatan makanan terutama lawar yang tidak higenis dapat menyebabkan taeniasis.
Selain TBC, demam berdarah, dan taeniasis, penyakit lain yang juga ditanggulangi, yaitu HIV, rabies, dan malaria.d. HIV
Untuk penyakit HIV/AIDS, penanggulangan yang dilakukan sangat terbatas dan masih tergantung Dinkes. Pasien biasanya datang ke Rumah Sakit Sanglah, kemudian rumah sakit melaporkan ke Dinkes. Setelah itu, Dinkes memberikan data tersebut ke Puskesmas, tugas Puskesmas yaitu melakukan kroscek ke lapangan. Kegiatan pencegahan yang dilakukan Puskesmas yaitu dengan mengambil sampel darah di kafe-kafe (at risk). Hambatan yang ditemut antara lain, laporan dari dinkes jarang diterima, sulit untuk melakukan kroscek di lapangan karena masyarakat menutup-nutupi, tidak ada tindak lanjut dari pengambilan sampel darah.
e. RabiesPada penyakit rabies, puskesmas hanya melakukan pencatatan data kasus gigitan. Tidak ada target minimal jumlah gigitan yang terjadi. Pada pelaksanaannya, tidak semua kasus gigitan mendapat VAR, biasanya dilakukan observasi beberapa hari pada anjing yang menggigit. Apabila anjing tersebut mati dalam beberapa hari, pasien segera diberi VAR. Padahal seharusnya setiap kasus gigitan langsung diberikan VAR. Hal ini terjadi karena jumlah VAR dari Dinas yang terbatas upaya pencegahan yang dilakukan pads reservoir (eliminasi dan vaksinasi anjing) tidak dilakukan Puskesmas. Eliminasi dan pemberian vaksin pada anjing dilakukan oleh Dinas Perternakan. Puskesmas memantau pasien yang positif rabies dan memberikan vaksinasi lengkap pada pasien tersebut.
f. MalariaPencegahan penyakit malaria dilakukan dengan cara penyuluhan bersama Promkes yang jadwalnya tidak menentu. Hal ini terjadi karena tidak adanya
kasus malaria sejak kurun waktu 10 tahun. Pada tahun 2010 ada program baru yang dijalankan yaitu Juru Malaria Daerah (JMD) yang bertugas untuk menskrining malaria terutama bagi penduduk pendatang target eliminasi pada tahun 2010 yaitu sebanyak 1 per 10.000 desa.