Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

174
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN BERBEBAN LINIER DAN NON LINIER TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT LENGAN DITINJAU DARI KEKUATAN OTOT LENGAN. (Studi Eksperimen pada Siswa Putra Ekstra Kulikuler SMP Negeri I Tulung, Kabupaten Klaten) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan Oleh : BAGUS KUNCORO A 120809104 PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

Page 1: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN BERBEBAN LINIER

DAN NON LINIER TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT

LENGAN DITINJAU DARI KEKUATAN OTOT LENGAN.

(Studi Eksperimen pada Siswa Putra Ekstra Kulikuler SMP

Negeri I Tulung, Kabupaten Klaten)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Ilmu Keolahragaan

Oleh :

BAGUS KUNCORO

A 120809104

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN BERBEBAN LINIER

DAN NON LINIER TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT

LENGAN DITINJAU DARI KEKUATAN OTOT LENGAN.

(Studi Eksperimen pada Siswa Putra Ekstra Kulikuler SMP

Negeri I Tulung, Kabupaten Klaten)

Disusun oleh:

Bagus Kuncoro A.120809104

Telah Disetujui oleh Tim pembimbing

Pada Tanggal : Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd

_____________

___________

Pembimbing II Dr.dr. Muchsin Doewes, AIFO

_____________

___________

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan

Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO

NIP. 1971805311976031001

Page 3: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN BERBEBAN LINIER

DAN NON LINIER TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT

LENGAN DITINJAU DARI KEKUATAN OTOT LENGAN.

(Studi Eksperimen pada Siswa Putra Ekstra Kulikuler SMP Negeri I Tulung,

Kabupaten Klaten)

Disusun oleh:

Bagus Kuncoro A.120809104

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. Sugiyanto ____________

___________

Sekretaris Dr. Kiyatno, dr, M.Or, AIFO ____________

___________

Anggota Penguji Prof. Dr. H. M. Furqon H, M.Pd

____________

___________

Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO ____________

___________

Mengetahui

Ketua Program Studi

Ilmu Keolahragaan

Direktur Program

Pascasarjana

Dr. dr. Muchsin Doewes, AIFO

NIP. 1971805311976031001

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D

NIP. 19570820 198503 1 004

________

___________ ___________

Page 4: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini , saya :

N a m a : Bagus Kuncoro

N I M : A. 120809104

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “PERBEDAAN

PENGARUH METODE LATIHAN BERBEBAN LINIER DAN NON LINIER

TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT LENGAN DITINJAU DARI

KEKUATAN OTOT LENGAN” adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal

yang bukan karya saya dalam tesis ini, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam

daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta,

Yang membuat pernyataan

Bagus Kuncoro

Page 5: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang

yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

(QS. A-Mujadilah : 11)

Belajarlah ilmu, karena mempelajari ilmu karena Allah adalah kebaikan dan

menuntut ilmu adalah ibadah, pengkajiannya seperti tasbih, penyelidikannya seperti

jihad, pengajarannya adalah sedekah dan pemberiannya kepada ahliyah

adalah pendekatan diri kepada Allah.

Ilmu adalah penghibur di kala kesepian, teman diwaktu menyendiri

dan pentunjuk di kala senang dan susah. Ia adalah pembantu dan

teman yang baik dan penerang jalan ke surga.

(Mu’adz bin Jabal)

Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung. Bila

hari ini sama dengan kemarin, berarti orang merugi. Dan jika hari ini lebih jelek

dari kemarin adalah orang celaka.

(Ali bin Abi Tholib)

Page 6: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada :

Bapak dan Ibunda yang terhormat sebagai tanda bukti atas nasehat, doa,

cinta & kasih sayang yang tiada henti selama mendewasakan penulis

Keluarga Rembang & Titin Hariyani tersayang yang mendukung dan

selalu bisa membuatku tenang, percaya diri

serta selalu bersemangat untuk terus mendorongku maju

yang selalu menjadi inspirasiku juga membuatku bahagia

untuk tidak menyerah dan terus berjuang.

Adik ku Endah Pratiwi & Famili

Teman-teman IOR angkatan 2009

Teman-teman alumni Penjaskes UNS angkatan 2005

Teman-teman asisten dosen atletik

Teman-teman atlit Atletik UNS & Garuda Surakarta

atas perhatian dan motivasinya

yang selalu mendorongku untuk terus berkembang dan maju.

Terima kasih semuanya.

Mudah-mudahan persaudaraan ini abadi selamanya

Page 7: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang senantiasa

mencurahkan berbagai macam ni'mat dan karuniaNya kepada kita semua. Atas inayah

Allah jugalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini tepat

pada waktunya.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang

tulus, penulis sampaikan atas segala bimbingan, arahan dan nasehat kepada yang

terhormat :

1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua dan sekretaris, Program Studi Ilmu Keolahragaan Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan berbagai

kemudahan dan motivasi selama penulis menempuh pendidikan.

4. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd dan Dr. dr. Muchsin Doewes,

AIFO, sebagai pembimbing tesis yang telah banyak memberikan bimbingan,

pengarahan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat

pada waktunya.

5. Kepala SMP Negeri 1 Tulung yang telah memberikan izin dan menggunakan

siswanya sebagai naracoba.

Page 8: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

6. Siswa Putra ekstrakulikuler olahraga kelas IX SMP Negeri I Tulung,

Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2009/2010 yang telah bersedia sebagai

sampel dalam penelitian.

7. Pembina, pelatih dan teman sejawat yang telah banyak pula memberikan

masukan dan bantuan baik moril maupun materiil.

8. Bapak, Ibu, Adik tercinta yang telah memberikan perhatian dan dukungan

moril maupun materiel sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan

9. Teman-teman Program Studi Ilmu Keolahragaan Pascasarjana UNS angkatan

2009, dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga kebaikan budi, keikhlasan hati dan segala bentuk bantuan tersebut

mendapat imbalan dari Allah SWT dan menjadi amal kebaikan yang tiada putusnya

dan semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Surakarta,

Bagus Kuncoro

Page 9: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL……… ... ............................................................................................. .. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………… ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI …………………………………….. iii

HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………….. iv

MOTTO ………………………………………………..……………………. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… ......................................................... vi

KATA PENGANTAR………………………………………………..………. vii

DAFTAR ISI .... ............................................................................................. . ix

DAFTAR TABEL ……… ............................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ……… .......................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xviii

ABSTRAK ……… .......................................................................................... xix

ABSTRACT ……… .......................................................................................... xxi

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 8

C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 9

D. Perumusan Masalah ............................................................................. 9

E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 10

F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 10

BAB II. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS .................................................. 11

Page 10: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

A. Kajian Teori ................................................................................... 11

1. Kondisi Fisik ……………………………… ........................... 11

a Pengertian Kondisi Fisik ……………………………… .... 11

b Sistem Energi ………………………………………. ......... 13

1) Penggunaan Energi pada Olahraga …………… 19

2) Pembentukan Sistem Energi ………………...... 22

a) Sistem ATP-PC atau Phosphagen ………………. 27

b) Glikolisis Anaerobik (Laktid Acid System) …….. 29

c) Sistem Aerobik atau Sistem Oksigen ………….. 32

(1) Glikolisis Aerobik …………….……………… 33

(2) Siklus Kreb’s …………….…………….…… 34

(3) Sistem Transport Elektron …………………… 36

c Perubahan Biomekanika Energi yang Terjadi

pada Otot …………………………………………… 39

2. Power Otot Lengan .................................................................. 42

a. Hakekat Power Otot Lengan………………………… 42

b. Dosis Latihan dalam Meningkatkan Power ………… 45

c. Fungsi Power Otot Lengan …………....................... .. 45

1) Power Siklik ………………………................ 46

2) Power Asiklik ……………………………... 46

Page 11: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

3. Metode Latihan Berbeban ……………………………………. ..... 48

a. Latihan Berbeban ………………………… ................. 51

b. Metode Linier ……………………………. ................. 80

c. Metode non Linier ………………………. .................. 84

4. Kekuatan Otot Lengan .................................................................... 88

a. Jenis Latihan Kekuatan……………………………. 90

b. Kekuatan Berdasarkan Tujuannya…………............ 95

c. Anatomi Lengan ……………..................................... 102

1) Sendi (articulation) …………….…………….… 103

2) Tulang (ossa) …………….…………….……… 105

3) Otot …………….…………….……………………. 107

B. Penelitian yang Relevan ........................................................................ 109

C. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 110

D. Perumusan Hipotesis ............................................................................. 114

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 115

A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 115

B. Metode Penelitian ................................................................................ 116

C. Variabel Penelitian ............................................................................... 117

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian………………………... 118

E. Populasi dan Sampel…….. .............................................................. 120

F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 121

G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 123

Page 12: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PERSEMBAHAN ................................ 129

A. Deskripsi Data ................................................................................... 129

B. Pengujian Prasarat Analisis ............................................................ 133

1. Uji Normalitas .............................................................................. 133

2. Uji Homogenitas .......................................................................... 134

C. Pengujian Hipotesis ........................................................................... 135

1. Pengujian Hipotesis I ................................................................... 138

2. Pengujian Hipotesis II .................................................................. 138

3. Pengujian Hipotesis III ................................................................ 139

D. Pembahasan Penelitian ...................................................................... 139

1. Perbandingan Pengaruh Latihan Berbaban

Linier dan Non Linier .................................................................. 140

2. Perbandingan Antara Taraf Kekuatan Otot

Lengan Tinggi dan Rendah ...................................................... 141

3. Interaksi Antara Metode Latihan dengan

Tingkat Kekuatan Otot Lengan ................................................... 142

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ..................................... 146

A. KESIMPULAN ................................................................................. 146

B. IMPLIKASI ....................................................................................... 146

C. SARAN ............................................................................................. 148

Page 13: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 150

LAMPIRAN

Page 14: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perkiraan Energi Yang Tersedia Dalam Tubuh Melalui ATP .................. 29

2. Karakteristik Umum Sistem Energi .......................................................... 38

3. Efek Latihan Perubahan Biokimia Dalam Otot ........................................ 40

4. Tanda-Tanda Gejala Kelelahan ……….................................................... 65

5. Tipe Kontraksi Otot .................................................................................. 91

6. Rancangan Penelitian Faktorial 2x2 ......................................................... 116

7. Ringkasan Anova 2 jalan .......................................................................... 125

8. Deskripsi Data Hasil Tes Power Otot Lengan Tiap Kelompok

Berdasarkan Pengunaan Metode dan Tingkat Kekuatan Otot lengan ..... 129

9. Nilai Peningkatan Power Otot Lengan Pada Masing-Masing

Sel atau Kelompok Perlakuan ................................................................ 131

10. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data ................................................... 133

11. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ................................................ 135

12. Ringkasan Nilai Rata-rata Power Otot Lengan Berdasarkan Jenis

Latihan dan Tingkat Kekuatan Otot ....................................................... 136

13. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan Metode

Latihan (A1 dan A2) ................................................................................ 136

14. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Tingkat Kekuatan

Otot Lengan (B1 dan B2) ......................................................................... 137

15. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor ......................................... 137

16. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians . 137

Page 15: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

17. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor,

A dan B Terhadap Hasil Power otot lengan. ................................................ 143

Page 16: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Metode Latihan Kesegaran Fisik……………………………………… 13

2. Energi Bagian Biologi……………………………………………….. 14

3. Pembentukan Enerigi…...…………………………………………….. 15

4. Hasil Pembentukan Energi………………………………………………………. 15

5. Katabolisme Bahan Makanan…..…………………………………… 19

6. Jalur Penggunaan Energi dan Klasifikasi Olahraga………………….. 22

7. Waktu Pulih ATP dan PC Dalam Otot……………………………… 26

8. Struktur Dari Posphocreatin…………………………………………… 28

9. Glikolisis Aerobik ……………………………………..…………. 31

10. Glikolisis Aerobik, Siklus Kreb’s, Transport Elektron……………… 33

11. Siklus Krebs ………………………………………………………… 36

12. Sistem Transport Elektron…………………………………………… 37

13. Respon Bagian Superkompensasi Dalam Sesi Latihan……………… 55

14. Komponen-Komponen Latihan……………………………………… 67

15. Penampilan Kesegaran Jasmani……………………………………………. 73

16. Hubungan Antara Umur dan Kekuatan Otot…………………………… 74

17. Variasi Latihan Push-ups……………………………………………… 77

18. Latihan pull ups………………………………………………………………. 78

19. Program Latihan Non linier ………………………………………… 85

20. Kekuatan Dari Kontraksi Otot Yang Bekerja Dengan Arah dan

Besaran Tertentu …………………………………………………… 93

Page 17: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

21. Kebutuhan Kekuatan Dalam Cabang-Cabang

Olahraga Yang Berbeda …………………………………………… 95

22. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Power

Otot Lengan Tiap-Tiap Kelompok Berdasarkan Jenis Latihan Berbeban

dan Tingkat Kekuatan Otot ……………………………………….. 130

23. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan Power Otot Lengan dari Tiap

Kelompok Berdasarkan Metode Latihan

dan Tingkat Kekuatan Otot………………………………………….. 132

24. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Power

Otot Lengan …………………………………………………………….. 143

Page 18: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Instrument Penelitian Tes Power Otot Lengan

2. Instrument Penelitian Tes Kekuatan Otot Lengan

3. Jadwal Tahapan Penelitian

4. Program Latihan Berbeban Melalui Metode Linier

5. Program Latihan Berbeban Melalui Metode non Linier

6. Petunjuk Pelaksanaan Program Latihan Berbeban

7. Data Hasil Tes Pengukuran Kekuatan Otot Lengan Pada Siswa Putra Ekstra Kulikuler

Olahraga SMP N 1 Tulung Tahun ajaran 2010/2011

8. Kategori Kelompok Kekuatan Otot Lengan Pada Sampel

9. Rekap Data Klasifikasi Kekuatan Otot Lengan (KOL) dan Pembagian Kelompok

Sel-sel.

10. Data Tes Awal Power Otot Lengan Pada Siswa Putra ekstra Kulikuler SMP N 1

Tulung Tahun Ajaran 2010/2011

11. Data Tes Akhir Power Otot Lengan Pada Pada Siswa Putra Ekstra Kulikuler

SMP N 1 Tulung Tahun Ajaran 2010/2011

12. Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Power Otot Lengan, Klasifikasi

Power Otot Lengan Beserta Pembagian Sampel ke Sel-Sel.

13. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Power Otot Lengan Pada Kelompok1

(Kelompok Latihan Berbeban Linier).

14. Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Power Otot Lengan Pada Kelompok

2 (Kelompok Latihan Berbeban Non Linier).

15. Tabel Kerja Untuk Menghitung Reliabilitas Hasil Tes Kekuatan Otot Lengan.

16. Uji Normalitas Data Pada Kelompok Perlakuan Latihan Berbeban Kategori

Kekuatan Otot Tungkai Tinggi.

17. Tabel Kerja Untuk Menghitung Nilai Homogenitas dan Analisis Varians

18. Uji Homogenitas Dengan Uji Bartlet

19. Analisis Varians

20. Uji Rata-Rata Rentang Newman Keuls

21. Dokumentasi

Page 19: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

ABSTRAK

Bagus Kuncoro. A.120809104 .Perbedaan Pengaruh Metode Latihan dan Kekuatan Terhadap Power Otot Lengan (Studi Eksperimen Latihan Berbeban linier dan non linier pada Siswa Putra Ekstra Kulikuler olahraga Kelas IX SMP Negeri I Tulung, Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2009/2010). Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. November 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:1) Perbedaan pengaruh antara

metode latihan berbeban linier dengan non linier terhadap peningkatan power otot

lengan. 2) Perbedaan peningkatan power otot lengan antara siswa yang memiliki

kekuatan otot lengan tinggi dengan kekuatan otot lengan rendah. 3) Pengaruh

interaksi antara metode latihan berbeban dan kekuatan terhadap peningkatan power

otot lengan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

dengan rancangan faktorial 2 x 2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra

ekstrakulikuler olahraga kelas IX SMP Negeri I Tulung, Kabupaten Klaten Tahun

Ajaran 2009/2010 berjumlah 50 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah 40 siswa

yang diambil dengan teknik purposive Random Sampling. Variabel dalam penelitian

ini terdiri dari tiga variabel : variabel independent yakni metode latihan (latihan

berbeban linier dan non linier), variabel atributif yakni kekuatan otot lengan serta

variabel dependent yakni power otot lengan. Seluruh data yang diperlukan dalam

penelitian ini diperoleh melalui tes dan pengukuran terhadap kekuatan otot lengan

dengan menggunakan Expanding dynamometer serta power otot lengan dengan bola

Medicine. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis

Varian (ANAVA) dua jalur yang dilanjutkan dengan uji Rentang Newman Keuls pada

taraf signifikansi α = 0,05.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Ada perbedaan pengaruh yang

signifikan antara latihan berbeban linier dan non linier terhadap power otot lengan.

2) Ada perbedaan yang signifikan power otot tungkai antara siswa putra

ekstrakulikuler olahraga Kelas IX yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dan

Page 20: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

siswa putra ekstrakulikuler olahraga Kelas IX yang memiliki kekuatan otot lengan

rendah. 3) Ada interaksi yang signifikan antara metode latihan dan tingkat kekuatan

otot terhadap power otot lengan. Kelompok siswa putra ekstrakulikuler olahraga

Kelas IX yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi lebih tepat jika dilatih dengan

latihan berbeban linier, sedangkan kelompok siswa putra ekstrakulikuler olahraga

Kelas IX yang memiliki kekuatan otot lengan rendah lebih baik jika dilatih dengan

latihan berbeban non linier.

Page 21: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxi

ABSTRACT

Bagus Kuncoro. A.120809104 . The Effect of Training Method and Strength on the Arm Muscle Power (An Experimental Study on Linier and Non Linier Weight Training in the Eleventh Years Male Students of Sport Extracuricular of SMP Negeri I Tulung, Klaten in Academic Year of 2009/2010). Thesis: Postgraduate Program of Surakarta. Sebelas Maret University. November 2010.

This research was aimed at knowing: 1) The effect difference of linier and non linier weight training on the arm muscle power, 2) The effect difference on the arm muscle power between the students having higher strength of arm muscle and the lower ones, 3) Interaction between the training method and strenght on the arm muscle power. The applied method in this research was an experimental method using 2 x 2 factorial designs. The population of this research was the male students of Sport Extracuricular of SMP Negeri I Tulung, Klaten in Academic Year of 2009/2010) as many as 50 students. The sample of the research is 40 students taken using purposive Random Sampling. The variable of the research consists of three variables: independent is training method (linier and non linier weight training), attributive is strengthness of arm muscle, and dependent variable is arm muscle power. Entire needed data in this research was obtained through test and measurement on the arm muscle strength using arm dynamometer as well as the muscle power one using medicine ball test. The technique of analyzing data in this research is two-way Varian Analysis (ANAVA) followed by the Newman-Keul’s interval test at significance level of α = 0.05. The result shows that 1) There is significant effect difference of linier and non linier weight training on arm muscle power. 2) There is significant difference of arm muscle power between the students having higher strength and lower ones. 3) There is a significant interaction between the training method and the muscle strength level with on the result of arm muscle power. The group of eleventh male students having higher strength of arm muscle is more suitable to be coached using the linier weight training, while the group of students having lower strength of arm muscle is better to be coached using non linier weight training. Keyword: Linier and non linier weight training, strength, arm muscle power.

Page 22: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga merupakan salah satu kebutuhan hidup setiap manusia. Dengan kata

lain olahraga merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan

manusia, bahkan olahraga merupakan salah satu program pemerintah dalam

membangun bangsa Indonesia. Program pemerintah dalam bidang olahraga

diantaranya mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga untuk

memantapkan serta menanamkan kesadaran masyarakat akan manfaat olahraga,

sehingga olahraga dirasakan sebagai kebutuhan dalam hidupnya. Manfaat dari

kegiatan olahraga, diantanya meningkatkan kebugaran jasmani, menumbuhkan dan

menjalin rasa persatuan antara daerah atau Negara, Serta dapat menjunjung tinggi

nama baik bangsa Indonesia didunia internasional atas prestasi yang dicapainya.

Olahraga prestasi sangatlah memerlukan sumbangsih proses kepelatihan dan

program latihan yang tepat. Proses kepelatihan dalam olahraga merupakan faktor

penentu bagaimana seorang pelatih sukses dalam menghantarkan atletnya mencapai

prestasi puncak. Kebanyakan proses pelatihan hanya didasarkan atas pengalaman

pelatih sebagai atlet, dimana seharusnya dalam perencanaan latihan sangat

 

1

Page 23: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2  

diperlukan pengetahuan yang cukup memadai tentang ilmu kepelatihan. Bagian

terpenting salah satunya adalah bagaimana menetukan metode latihan dalam

penyusunan program latihan yang tepat.

Prestasi yang baik merupakan tujuan utama para pelatih dan atlet.

Menentukan metode latihan yang sesuai dengan tujuan latihan dalam program latihan

yang konstruktif dan sistematik bukanlah merupakan suatu pekerjaan mudah seperti

yang dikira banyak orang. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum seorang

pelatih menentukan metode latihan untuk cabang olahraga tertentu. Setiap program

latihan harus selalu mencakup faktor kondisi fisik, teknik, taktik, psikis dan

persiapan teori yang tepat pula. Sehingga pemilihan metode atau bentuk latihan pada

unit latihan sesuai dengan kondisi fisik atlet dan efek latihan yang diinginkan.

Kemampuan kondisi fisik atlet yang baik merupakan syarat mutlak untuk

mencapai prestasi dalam cabang olahraga yang digelutinya. Dengan kondisi fisik

yang baik banyak manfaat dan hasil positif yang diperolehnya. Dalam hal ini

Sudjarwo (1995: 41 & 42) berpendapat,

“Mempelajari teknik dalam cabang olahraga tertentu tidak mungkin

dilakukan sebelum atlet memiliki kemampuan fisik yang menunjang

gerakan tersebut. Taktik yang telah direncanakan dalam pertandingan tidak

akan terlaksana tanpa didukung kemampuan teknik yang memadai. Dan

secara mental seorang atlet yang memiliki kemampuan teknik akan lebih

mantap dan optimis dalam pertandingan”.

Kemampuan kondisi fisik yang baik memiliki keterkaitan erat dengan hasil

prestasi yang akan dicapainya. Untuk mendukung penguasan teknik, taktik dan

Page 24: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3  

meningkatkan mental seorang atlet, maka komponen-komponen kondisi fisik harus

dilatih dan ditingkatkan secara maksimal.

Berkaitan dengan komponen-komponen kondisi fisik tersebut diatas

penelitian ini mengkaji dan meneliti Daya otot (muscular power) yang sering

disebut dengan power dan kekuatan (streght). Berdasarkan jenisnya power

diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu, power anggota gerak atas, batang tubuh

dan power anggota gerak bawah. Dalam hal ini power yang akan dikaji dan diteliti

adalah power anggota gerak atas khususnya power otot lengan. Begitu juaga

menganai komponen kondisi fisik yang berkaitan dengan kekuatan akan mengkaji

kekuatan otot lengan.

Otot lengan sebagai salah satu komponen yang dapat menghasilkan gerakan,

melalui kontraksinya membutuhkan suatu kekuatan untuk menghasilkan performace

yang tinggi. Kerja otot lengan yang maksimal dapat meningkatkan kemampuan

kerja seseorang yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi individu dalam

berolahraga khususnya olahraga yang berdominan pada lengan. Performa otot lengan

yang tinggi tersebut ditentukan oleh kekuatan dan power dari pada otot.

Power merupakan salah satu komponen fisik yang dibutuhkan pada hampir

semua cabang olahraga. Dalam kegiatan olahraga, power otot lengan dibutuhkan

pada cabang olahraga yang melibatkan kerja otot-otot lengan secara maksimal dalam

waktu singkat. Power sendiri merupakan aplikasi kombinasi antara kekuatan dan

kecepatan yang dikerahkan dalam waktu singkat. Disamping power otot lengan,

penelitian ini juga mengkaji tentang kekuatan otot lengan. Kekuatan otot lengan

adalah kemampuan maksimal dari otot lengan untuk berkontraksi. Power dan

Page 25: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4  

kekuatan otot lengan dapat dilatih dan dikembangkan melalui beberapa cara atau

metode latihan, salah satunya melalui latihan berbeban (weight training). Pada anak-

anak usia sekolah tingkat menengah umumnya tulang-tulangnya masih belum kuat

dan masih dalam taraf pertumbuhan dan pekembangan. Sehingga latihan berbeban

yang digunakan oleh anak usia dini hendaknya diperoleh kekuatan khusus melalui

mengangkat tubuhnya sendiri agar tidak mengganggu pertumbuhan tubuh.

“Pengembangan pada fase pertama dari latihan, samapai pada umur 15-16 tahun,

tidak hanya untuk perkembangan kekuatan yang all round saja, tetapi harus

diarahkan juga pada latihan kekuatan yang khusus”(Sadoso Sumosardjuno,1994: 28).

Secara umum serabut otot manusia dikelompokkan menjadi beberapa

kelompok berdasarkan karakteristik dan biokimianya terbagi atas serabut otot cepat

dan serabut otot lambat. Kedua serabut otot tersebut dikenel dengan nama slow

twich muscle dan Fast twich muscle. Pada otot tipe slow-twich fiber (tipe1) dikenal

serabut otot lambat pada sistem faal tubuh, otot ini memiliki ketahanan terhadap

kelelahan tinggi sehingga otot tersebut relatif memiliki daya tahan yang lebih baik.

Sedangkan otot tipe Fast-twich fiber (tipe 2) yang sering dikenal serabut otot cepat

pada sistem faal tubuh, dan memiliki karakteristik ketahanan terhadap kelelahan

rendah sehingga relatif lebih lemah. Otot-otot pada lengan tersebut dengan mudah

mengalami peningkatan kekuatan otot bila diberikan latihan salah satunya latihan

berbeban.

Kekuatan, kecapatan bahkan power otot dapat ditingkatkan dengan

melakukan suatu latihan weight training. Latihan weight training dapat dilakukan

dengan menggunakan latihan mengangkat tubuhnya sediri, dimana dengan latihan ini

Page 26: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5  

dapat terjadi penambahan jumlah sarkomer dan serabut otot (filamen aktin dan

miosin yang diperlukan dalam kontraksi otot), sehingga dengan terbentuknya

serabut-serabut otot yang baru maka kekuatan otot akan meningkat. Latihan

berbeban sendiri merupakan suatu latihan yang menggunakan beban berupa alat,

beban temannya atau beban tubuhnya sendiri. Latihan berbeban adalah suatu cara

menerapkan prosedur tertentu secara sistematis pada berbagai otot tubuh. Pada

program latiham berbeban ini dalam pelaksanaannya menggunakan berat tubuhnya

sediri yang dapat dimodifikasi atau palang tunggal yang telah dikombinasikan

menjadi alat khusus untuk latihan berbeban (weight training).

Latihan digunakan untuk meningkatkan power otot lengan harus ditujukan

pada otot-otot lengan secara khusus dan terpusat. Bentuk gerakan yang digunakan

dalam penelitian taraf fase anak umur 15 tahun ini adalah push-ups dan pull-ups.

Bentuk latihan tersebut dipilih karena melibatkan otot-otot yang terdapat dalam

power otot lengan bagian Biceps Bracialis yang merupakan otot penyokong power

paling utama. Latihan ini merupakan latihan yang dinamik maka dapat meningkatkan

tekanan intra muskuler dan menyebabkan peningkatan aliran darah, sehingga latihan

ini tidak cepat menimbulkan kelelahan. Latihan pembebanan ada beberapa metode

yang dapat digunakan diantaranya adalah metode pembebanan linier dan non linier.

Pada latihan metode linier beban latihan ditingkatkan secara bertahap dan

ditingkatkan secara terus-menerus hal ini sejalan dengan prinsip over loads.

Sedangkan pembebanan non linier, yaitu suatu latihan dengan peningkatan beban

latihan yang dilakukan secara bertahap, tetapi terdapat fase paningkatan dan

Page 27: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6  

penurunan beban latihan. Dalam latihan ini bisa dilakukan dalam bentuk repetisi

(pengulangan), set atau pun cirkuit training dalam setiap program latihan.

Dalam penyusunan program latihan berbeban melalui metode linier maupun

non linier perlu pengkajian tentang kontraksi otot, dosis latihan, yang meliputi beban

latihan, jumlah set, irama, repetisi dan recovery nya. Karena unsur-unsur tersebutlah

sangat berpengaruh dan menentukan tercapainya suatu tujuan latihan. Sebagai contoh

untuk meningkatkan kekuatan otot, maka memerlukan beban yang berat dan repetisi

yang sedikit, sebaliknya untuk daya tahan maka memerlukan beban yang ringan

dengan repetisi yang banyak. Kedua metode tersebut diatas diperkirakan memiliki

pengaruh terhadap power otot lengan. Namun untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh dan membuktikan metode mana yang lebih baik antara latihan berbeban

linier maupun non linier serta kekuatan otot lengan, maka perlu diadakan penelitian

mengenai pengaruh metode latihan berbeban dan kekuatan terhadap power otot

lengan.

Struktur bentuk anatomis tubuh baik dari usia pemula maupun lanjut terdapat

beberapa perbedaan. Selain perbedaan struktur antara orang yang sudah berusia

dalam menerima program latihan secara penuh dan berusia pemula, juga ada

perbedaan khusus dalam menerima program latihan. Dimana anak yang berusia

pemula memiliki kekuatan otot yang kurang kuat bila dibanding dengan orang yang

sudah berumur dan siap dalam menerima program latihan, maka dampak latihan juga

dapat diduga berbeda. Secara teori kekuatan otot diperoleh dari prinsip latihan beban

yang bersifat prinsip beban berlebih (over load), progressif dan dimulai otot besar ke

otot kecil, prinsip pengaturan latihan, dan prinsip kekhususan.

Page 28: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7  

Salah satu perbedaan antar jenjang umur tersebut adalah masalah otot dan

kondisi fisik. Kemampuan dan kesiapan untuk melakukan program latihan secara

umum, spesifik dan lanjut bagi atlet pemula sangatlah diperhatikan. Pelatih ataupun

guru dalam membina ekstrakulikuler cabang olahraga yang memerlukan otot lengan

ini masih kurang tepat dalam memberikan porsi latihan terhadap anak didiknya.

Seringkali anak akan menjadi bosan, tidak ada peningkatan bahkan cidera dalam

mengikuti ekstrakulikuler setiap harinya. Dalam model latihan berbeban (weigh

training) ini sangatlah berpengaruh kurang baik dalam pertumbuhan dan

perkembangannya apabila salah dalam memberikan pogram latihan khususnya bagi

usia pemula. Dipilih siswa putra SMP karena umur yang paling sesuai untuk

pembentukan, persiapan dan mengembangkan dasar-dasar keterampilan untuk

mencapai usia emasnya (GOLDEN AGE) yang mengingat puncak prestasi pada

umumnya dapat dicapai sekitar umur 20 sampai 30 tahun. Pembinaan olahraga yang

diterapkan pada peserta didik usia dini, proses latihannya harus tepat agar tidak

terjadi drop out dikalangan usia muda. Menurut Sadoso Sumosardjuno (1994: 36)

“Program latihan beban yang dimulai sebelum umur 17-18 tahun, harus dengan

beban yang ringan saja”.

Yang selanjutnya Menurut Yusuf Hadi Sasmita dan Aip Syarifudin (1992:61)

“Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip olahraga, bahwa latihan teratur

adalah latihan yang mulai dilakukan sejak usia muda akan dapat memacu

organ-organ tubuhnya, sehingga nantinya akan dapat melakukan latihan-

latihan secara teratur dengan takaran yang cukup setelah usia 14 tahun”.

Page 29: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8  

Berdasarkan latar belakang perlu diketahui bentuk metode latihan seperti apa

yang tepat dan bermanfaat untuk meningkatkan power otot lengan pada siswa putra

ekstrakulikuler, maka diangkat topik tersebut melalui suatu penelitian dengan judul

“perbedaan pengaruh metode latihan berbeban linier dengan non linier terhadap

power otot lengan ditinjau dari kekuatan otot lengan pada siswa putra ekstrakulikuler

olahraga SMP Negeri I Tulung, Kabupaten Klaten”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang muncul permasalahan-permasalahan mengenai

upaya peningkatan prestasi olahraga, diantaranya adalah penggunaan pemilihan

metode latihan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mencapai

tujuan suatu latihan. Metode latihan berbeban melalui metode linier dan non linier,

merupakan alternatif yang sering digunakan oleh pelatih dalam penyusunan program

latihan untuk meningkatkan power otot lengan.

Berkaitan dengan uraian tersebut diatas, permasalahan dalam penelitian ini

dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap power otot lengan.

2. Latihan dapat dilakukan sejak usia dini atau masih dalam bangku sekolah.

3. Sejauh mana peranan metode latihan yang diterapkan terhadap hasil

latihan.

4. Metode yang paling tepat yang dapat digunakan untuk meningkatkan

power otot lengan.

Page 30: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9  

5. Kekuatan otot lengan dapat mempengaruhi baik tidaknya power yang

dimiliki oleh seorang siswa.

6. Penerapan metode latihan berbeban dan kekuatan berpengaruh terhadap

power otot lengan siswa putra smp ekstrakulikuler olahraga kelas IX SMP

negeri I Tulung, kabupaten Klaten

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah

diuraikan diatas, maka masalah dalam penelitian ini terbatas pada:

1. Metode latihan yang tepat untuk meningkatkan power otot lengan.

2. Tinggi rendahnya kekuatan otot lengan dapat mempengaruhi otot lengan.

3. Pengaruh interaksi latihan berbeban dan tinggi rendahnya kekuatan

terhadap power otot lengan pada siswa putra ekstrakulikuler olahraga

kelas IX SMP negeri I Tulung, kabupaten Klaten.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas maka perumusan masalah

yang akan diteliti adalah:

1. Adakah perbedaan pengaruh antara metode latihan berbeban linier dengan

non linier terhadap peningkatan power otot lengan?

2. Adakah perbedaan peningkatan power otot lengan antara siswa yang

memiliki kekuatan otot lengan tinggi dengan kekuatan otot lengan

rendah?

Page 31: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10  

3. Adakah pengaruh interaksi antara metode latihan berbeban dan kekuatan

terhadap peningkatan power otot lengan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan maka penelitian ini

mempunyai tujuan untuk mengetahui :

1. Perbedaan pengaruh antara metode latihan berbeban linier dengan non

linier terhadap peningkatan power otot lengan.

2. Perbedaan peningkatan power otot lengan antara siswa yang memiliki

kekuatan otot lengan tinggi dengan kekuatan otot lengan rendah.

3. Pengaruh interaksi antara metode latihan berbeban dan kekuatan terhadap

peningkatan power otot lengan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa yang dijadikan sampel penelitian dapat menembah

pengetahuan dan wawasan akan manfaat latihan berbeban melalui metode

linier dengan non linier dan kekuatan untuk meningkatkan power otot

lengan.

2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan referensi untuk program

latihan bagi pelatih cabang olahraga.

3. Bagi peneliti dapat menembah wawasan tentang karya ilmiah untuk

dikembangkan lebih lanjut.

Page 32: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11  

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Kondisi Fisik

a. Pengertian Kondisi Fisik

Kondisi fisik merupakan satu kesatuan utuh dari komponen kesegaran

jasmani yang harus dimiliki oleh seorang atlet apabila ingin berprestasi dalam setiap

latihannya. Menurut Yosef Nosek ( 1982 : 18 – 19 ) “kondisi fisik dalam olahraga

sebagai kemampuan penampilan dari seorang olahragawan”. Sedangkan menurut

Mochamad Sajoto ( 1988 : 57 ) “kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari

komponen–komponen yang tidak dapat dipisahkan, baik peningkatannya, maupun

pemeliharaannya”.

Berdasarkan pendapat tersebut kondisi fisik dapat diartikan kemampuan

penampilan dari seorang olahragawan dan merupakan satu-kesatuan utuh dari

komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan, baik peningkatannya, maupun

pemeliharaannya. Sehingga dalam usaha peningkatan kondisi fisik, maka harus

dikembangkan pula komponen-komponen tersebut. Adapun komponen-komponen

kondisi fisik menurut M. Sajoto (1995: 8-11) yaitu:

1) Kekuatan (streght)

2) Daya tahan (endurance)

a) Daya tahan umum (general endurance)

b) Daya tahan otot (local endurance)

 

113 

Page 33: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12  

3) Daya otot (muscular power)

4) Kecepatan (speed)

5) Kelenturan (flexibility)

6) Kelincahan (agility)

7) Koordinasi (coordination)

8) Keseimbangan (balance)

9) Ketepatan (accuracy)

10) Reaksi (reaction)

Berkaitan komponen-komponen kondisi fisik tersebut diatas penelitian

ini mengkaji dan meneliti Daya otot (muscular power) dan kekuatan (streght).

Berdasarkan jenisnya power diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu, power

anggota gerak atas, batang tubuh dan power anggota gerak bawah. power yang

akan dikaji adalah power anggota gerak bawah yaitu power otot lengan

sedangkan komponen kondisi fisik yang berkaitan dengan kekuatan akan

mengkaji kekuatan otot lengan. Metode latihan fisik harus dilakukan secara

sistematis dan terprogram dengan teratur, agar dapat mencapai hasil sesuai

dengan harapan, pelaksanaan latihan harus berdasarkan pada metode latihan

yang benar. Metode latihan merupakan landasan garis pedoman secara ilmiah

dalam pelatihan yang harus dipegang teguh dalam melakukan latihan. Seorang

pelatih harus mampu memilih metode latihan yang terbaik sesuai dengan

karakteristik cabang olahraga yang dibinanya. Metode latihan yang dapat

digunakan untuk menjaga kesegaran fisik, selengkapnya disajikan dalam gambar

berikut:

Page 34: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13  

Fitness Component

Strenght

Plyometrics Weight Training

Power

Circuit Training Local Endurance

Aerobic Capacity

Anaerobic Capacity Calisthenics

Continous Training Agility

Speed

Interval Training

(sprint)

Flexibility

Skill (sport related)

Gambar 1. Metode Latihan Kesegaran Fisik

(Davis et al; 1989: 165).

b. Sistem Energi

Manusia dalam hidupnya memerlukan energi. Sedangkan manusia dalam

hidupnya mengubah energi yang diperolehnya dari makanan untuk berbagai

tujuan sepeti pemeliharaan sel dalam tubuh, reproduksi maupun latihan dalam

olahraga. Manusia dalam melaksanakan program latihannya diperlukan

kontraksi otot. Untuk dapat berkontraksi otot memerlukan energi. Energi ini

diperoleh dari pemecahan Adenosine Triphosphate (ATP). ATP merupakan

sumber enargi yang sewaktu-waktu harus dapat memenuhi kebutuhan untuk

aktivitas otot. ATP dapat diberikan kepada otot-otot didalam tubuh dapat melalui

sistem anaerobik maupun aerobik. Oleh karena itu kebutuhan energi dapat

dipenuhi melalui sistem rephosphorisasi.

Adenosin triphosphate (ATP) adalah suatu nukleotida yang dalam

biokimia dikenal sebagai satuan molekular pertukaran energi intraselular. ATP

Page 35: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14  

dapat digunakan untuk menyimpan dan mentranspor energi kimia dalam sel.

ATP juga berperan penting dalam sintesis asam nukleat. Molekul ATP juga

digunakan untuk menyimpan energi yang dihasilkan oleh reaksi yang terjadi

didalam tubuh manusia dalam respirasi selularnya. Sedangakan ATP yang

berada di luar sitoplasma atau di luar sel dapat berfungsi sebagai agen signaling

yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan respon terhadap pengaruh dari

perubahan lingkungan.

Gambar 2. Enegi Bagian Biologi ( Fox’s, 1988: 18)

Seluruh energi ditubuh berasal dari molekul yang tinggi energi yaitu

Adenosin Triphosphate (ATP) yang tertimbung diotot. Selama fungsi tubuh

bekerja maka hidrolisis ATP harus terus berjalan. Diantara sel tubuh, sel otot

merupakan sel yang terbanyak menimbun ATP. ATP diotot, yang hanya cukup

untuk aktifitas cepat dan berat selama 3-8 detik. Untuk aktifitas yang lebih lama

otot memerlukan ATP melalui 3 sistem energi. Kinerja fisik memerlukan

kombinasi dari ke 3 sistem energi, dimana kontribusinya tergantung dari

intensitas dan lamanya kerja fisik yaitu sistem ATP-PC (system fosfagen),

Sistem glikolisis anaerobik dan sistem aerobik. Tubuh beraktifitas seperti mesin

yang bergerak sendiri (automobile) dengan mengubah energi kimia menjadi

Page 36: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15  

enegi khusus yang digunakan untuk gerak (action). Menurut Soekarman (1987 :

23) Sistem fosfagen ini merupakan persediaan ATP yang dapat digunakan secara

cepat oleh otot, yaitu untuk aktifitas otot yang berat untuk waktu 3 – 8 detik.

Untuk olahraga lama diperlukan pembentukan ATP kembali lewat sistem lain.

Gambar 3. Pembentukan Energi ( fox’s, 1998: 19)

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan:

Gambar 4. Hasil Pembentukan Energi.

Page 37: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16  

Secara singkatnya ATP sendiri sebagai sumber energi yang siap pakai

memungkinkan otot bekerja melalui tiga cara :Sistem ATP-PC : merupakan

suatu kebutuhan melalui jangka pendek diserta dengan intensitas tinggi, Sistem

LA : kegiatan intensif dalam jangka menengah, Sistem oksigen : kegiatan yang

dilakukan melalui jangka lama dan intensitas rendah.

Lebih lanjut mengenai penjabaran sistem energi Menurut fox & Bowers

(1998: 48) sistem energi berdasarkan waktu penampilan olahraga secara umum

dibedakan menjadi 4 (empat) bidang yaitu:

a) Bidang 1, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan kurang dari

30 detik. Sistem energi utama yang terlibat adalah ATP-PC.

b) Bidang 2, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan antara 30

detik sampai 1 ½ menit. Sistem energi utama yang terlibat adalah ATP-PC

dan asam laktat.

c) Bidang 3, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan antara 1 ½

menit sampai 3 menit. Sistem energi utama yang terlibat adalah asam laktat

dan O2.

d) Bidang 4, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan lebih dari 3

menit. Sistem energi utama yang terlibat adalah O2.

Dalam fotosintesa energi cahaya diubah menjadi energi ikatan kimia.

Energi ikatan kimia terkandung dalam ATP selanjutnya digunakan dalam

kontraksi otot. Sedangkan energi ATP diubah oleh miosin menjadi energi

mekanik. ATP merupakan senyawa kimia berenergi tinggi. ATP merupakan

uraian dari hasil dari pada sumber energi. Sumber energi ini tidak dapat

digunakan secara langsung tapi melalui proses metabolisme yaitu pemecahan zat

gizi dari makanan.

Page 38: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17  

ATP terbentuk dari ADP + Pi + energi. Sedangkan PC terbentuk dari C +

Pi + energi. Melalui proses fosforilasi yang dirangkaikan dengan proses

oksidasi. Selanjutnya terbentuklan ATP yang terbentuk dialirkan ke reaksi

biologis yang membutuhkan energi untuk hidrolisis menjadi ATP dan Pi

sekaligus melepaskan energi yang dibutuhkan oleh proses biologis tersebut.

Sehingga apabila proses ATP ini pecah menjadi ADP dan Pi maka sejumlah

energi akan keluar dan seterusnya.

Kepentingan senyawa fosfat dalam metabolisme antara tampaknyata

ditemukan rincian kimiawi glikolisis dan peranan ATP, ADP dan Pi. ATP

sendiri merupakan sarana untuk memindahkan radikal fosfat dalam kaitannya

proses fosforilasi. Peran utama dalam melakukan kontraksi otot bahwa ATP dan

keratin Fosfat dipecah salama kontraksi otot dan resintesis terhadap kedua

senyawa ini bergantung pada pasokan energi dari proses oksidasi dalam otot

tersebut. Sehingga ATP ini berfungsi sebagai penukar energi pada sel dengan

memindah substansi dengan potensial energi yang lebih rendah ke energi yang

lebih tinggi. Energi ini disimpan diotot dalam bentuk ATP. ATP adalah ikatan

perantara yang mempunyai kemampuan istimewa untuk masuk kedalam

berbagai reaksi dengan makanan untuk membebaskan energi dan reaksi yang

berhubungan dengan berbagai mekanisme fisiologi untuk memberikan energi

selam kerjanya. Karena itulah ATP serigkali disebut energi yang beredar

(currency) dari tubuh yang dapat diperoleh dan digunakan berulang-ulang.

Jumlah ATP dalam tubuh sangat terbatas dan biasanya setelah digunakan

2- 4 kontraksi akan habis jika tidak dipenuhi lagi. Pengisian kembali ATP

Page 39: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18  

dilakukan dengan bantuan CP (creatin phosphate) segera yang juga diletakkan

dalam sel otot. Selama proses reaksi dengan CP ini, molekul-molekul tersebut

ditambah lagi ke ADP yang berakibat kedalam ATP.

Untuk kerja otot lebih lanjut, persediaan energi diperlukan. Energi dalam

makanan yang dipakai diubah menjadi glukosa yang disimpan dalam otot dan

menjadi glikogen. Dengan suatu reaksi kimia, glukosa diolah menjadi energi

untuk mengisi kembali ATP yang telah habis digunakan.

Kontraksi otot akan menentukan kemampuan kekutan yang

ditimbulkannya, kekuatan ini bergantung pada besarnya penampang melintang

pada serabut otot yang bersangkutan. Serabut otot yang membentuk otot inilah

yang sangat berperan penting dalam pembentukan kekuatan, sedangkan besar

kecilnya serabut otot ditentukan oleh miofibril yang membentuk serabut

tersebut. Dalam ukuran penempang melintang manusia terutama yang

melakukan aktifitas latihan akan mengalami perubahan kearah besar dalam hal

ini disebut hipertropy. Hipertropy ini akan sangat berperan penting dalam

kaitannya sebagai peningkatan kekuatan otot, sehingga dalam kaitan dengan hal

tersebut bagi peserta didik maupun atlet agar dapar berprestasi setinggi-

tingginya.

Pada saat latihan tentunya kebutuhan akan energi dapat selalu terpenuhi

serta dapat digunakan dalam berbagai aktifitas atau latihan dalam berbagai

kegiatan dalam olahraga. Olahraga yang memerlukan daya ledak yang cukup

banyak, sepereti saat menolak dalam lompat jauh atau saat memukul dalam

olahraga tinju dan lain sebagainya. Dalam suatu metabolisme tubuh dalam

Page 40: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19  

pembentukan energi tidak hanya melalui karbohidrat saja melainkan juga dapat

berupa asupan gizi dari protein dan lemak. Dimana ketiga sumber energi

tersebut pada akhirnya menghasilkan ATP dalam proses fosforilasi oksidatif.

Gambaran selengkapnya proses lintasan katabolisme dalam pencernaan dapat

dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5. Katabolisme Bahan Makanan, (Robert K. Murray dkk, 1996: 164)

1) Penggunaan Energi Pada Olahraga

Energi yang diperlukan oleh seorang atlet diperoleh dari sebuah makan-

makanan utamanya yang mengandung gizi yang cukup tinggi. Terutama sekali

Page 41: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20  

makanan yang mengandung akan karbohidrat yang akan diubah menjadi

glikogen. Pada olahraga yang membutuhkan otot-otot berjenis lambat

pengurakan akan persediaan glikogen lebih besar dibanding dengan olahraga

yang membutuhkan otot-otot cepat. Berdasarkan hal ini Menurut pendapat

Moeljono Wiryoseputro (1996 : 325) “ pada olahraga kontinyu pengurangan

persediaan glikogen lebih besar dibanding dengan olahraga berkala”. Sehingga

resintesis glikogen ini memerlukan waktu beberapa hari. Tetapi juga tergantung

pada keadaan atlet pada saat melaksanakan beban latihan, Seperti olahraga

berjangka lama dengan intensitas kecil dalam hal ini yang bekerja adalah otot

jenis Slow twitch fibers lari jarak jauh dan olahraga berjangka berkala dengan

intensitas cepat dalam hal ini yang bekerja adalah otot jenis fast twitch fibers.

Selanjutnya Moeljono Wiryoseputro (1996 : 325) mengemukakan

pendapat bahwa “ Sintesis glikogen dalam otot cepat memang lebih cepat

dibandingkan dengan otot lambat. Kadar glikogen yang ditingkatkan pada waktu

latihan dan diet sintesisnya juga dapat dipercepat.”

ATP dapat dihasilkan melalui berbagai proses selular, namun seringnya

dijumpai pada mitokondria melalui proses fosforilasi oksidatif dengan bantuan

enzim pengkatalisis ATP sintetase dalam tubuh. Bahan bakar utama sintesis

ATP adalah glukosa dan asam lemak . dalam proses ini diawali melalui proses

glukosa dipecah menjadi piruvat di dalam sitosol . Dari satu molekul glukosa

akan dihasilkan dua molekul. Tahap akhir dari sintesis ATP terjadi dalam

mitokondria dan menghasilkan total 36 ATP.

Page 42: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21  

Atlet dalam melakukan latihannya diperlukan banyak energi. Energi –

energi ini diperoleh dari makanan tetapi makanan tersebut tidak langsung

diserap oleh tubuh untuk dijadikan energi dalam melakukan latihannya. Tetapi

makanan tersebut haruslah diuraikan lagi menjadi senyawa – senyawa ATP.

Perolehan ATP sebagai hasil dari proses pengubahan persenyawaan. Sehingga

dihasilkanlah berupa ATP yang siap digunakan oleh tubuh untuk melakukan

kegiatan dalam hal ini adalah latihan. pula makanan tersebut baru dapat diserap

oleh tubuh setelah melalui proses-proses penguaraian makanan yang terjadi

dalam tubuh dan hasil daripada pemrosesan tadi akan diubah menjadi ATP

(Adenosine Triphosphate). Lebih lanjut Foss & Keteyian (1998: 19)

menambahkan bahwa “Struktur ATP terdiri dari satu komponen yang sangat

komplek yaitu adenosine dan tiga bagian lainnya yaitu kelompok-kelompok

fosfat”. Jadi berdasarkan pendapat tersebut hubungan kedua fosfat yang terakhir,

jika dilepas akan menghasilkan atau mengeluarkan energi tinggi. ATP dan Pi,

maka sejumlah energi akan keluar. Hasil dari pemecahan ATP diperlukan

sebagai energi mekanik untuk kontraksi otot, transport zat membran dan juga

sebagai energi guna mensintesis zat kimia dalam tubuh.

Selanjutnya menurut Foss & Keteyian (1998: 19) mengemukakan bahwa

“Pemecahan satu mole ATP mengeluarkan energi ATP mengeluarkan energi sebesar 7-12 kilo kalori. Pada saat tubuh istirahat, energi yang dibutuhkan oleh otot sebanyak 1,3 kilo kalori dalam setiap menitnya. Dalam 1-2 menit kebutuhan energi, meningkat sampai 35 kcal/menit, maka kebutuhan ATP juga akan bertambah besar”.

Sistem energi tersebut juga dapat dibagi berdasarkan penggunaan dalam

setiap cabang olahraga.

Page 43: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22  

Gambar 6. Jalur Penggunaan Energi dan Klasifikasi Aktivitas Olahraga

(Yusuf hadi Sasmita dan Aip Syarifudin 1992: 117)

2) Pembentukan Sistem Energi

Berdasarkan sistem energinya ATP dihasilkan melalui dua cara yaitu

melalui proses metabolisme aerobik dan anaerobik. Mengenai hal ini Foss &

Keteyian (1998: 20-26) dalam bukunya bases of fitness berpendapat akan adanya

3 sistem metabolik yang dapat memproduksi ATP, yaitu:

1) Sistem ATP-PC (phosphagen). Dalam system ini resintesa ATP hanya

berasal dari suatu persenyawaan Phosphocreatine (PC). Untuk kegiatan yang

berat dan dalam waktu yang singkat.

2) Sistem Glykolysis Anaerobik atau asam laktat. Sistem ini menyediakan ATP

dari pemecahan glukosa atau glikogen. Untuk kegiatan yang berat dalam

waktu atau berjangka sedang.

Page 44: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23  

3) Sistem aerobik atau sistem oksigen. Sistem ini terdiri dari dua bagian yaitu

bagian pertama merupakan penyelesaian dari oksidasi karbohidrat dan

bagian kedua merupakan penyelesaian dari oksidasi lemak. Kedua sistem ini

perjalanan terakhir oksidasi melalui siklus kreb’s. untuk kegiatan yang

ringan dan berjangka waktu panjang.

Dari pendapat tersebut diatas hendaknya seorang pelatih tahu akan

seberapa besar kebutuhan atlet akan oksigen dalam porsi latihannya. Sehingga

dalam penyusunan program ketiga sistem dalam alat unbtuk penghasil enegi

(sistem ATP-PC, sistem ATP-PC + LA, dan sistem aerobik) tersebut hendaknya

bisa dijadikan dasar dalam penyusunan program latihan dalam cabang olahraga

yang ditekuninya.

Program latihan yang efektif ditandai oleh metode latihan yang tterbaik

untuk mengembangkan sistem energi yang diperlukan. Sumber energi yang

diperlukan dengan mudah dan tepat dapat dianalisa, berdasarkan waktu yang

diperlukan dalam aktivitasnya, sebagai contoh kebutuhan energi untuk pelari

jarak pendek, tentunya sumber energi yang diperlukan adalah ATP-PC dan LA

mencapai 98%, LA-O2 = 2%. Berdasarkan pendapat fox & Bowers (1998: 48)

mengenai sistem energi dalam sedikit pembahasan diatas, lebih lanjut akan

diulas mengenai ATP yang dihasilkan melalui sistem aerobik sampai anaerobik.

Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap

ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi

sehingga juga akan bergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ tubuh

seperti jantung, paru-paru dan juga pembuluh darah untuk dapat mengangkut

oksigen agar proses pembakaran sumber energi dapat berjalan dengan sempurna.

Page 45: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24  

Proses metabolisme energi secara aerobik juga dikatakan merupakan proses

yang bersih karena selain akan menghasilkan energi dalam bentuk ATP, proses

tersebut hanya akan menghasilkan produk samping atau ampasnya dari proses

tersebut dapat berupa karbondioksida (CO2) dan air (H2O).

Aktivitas anaerobik merupakan aktivitas dengan intensitas tinggi yang

membutuhkan energi secara cepat dalam waktu yang singkat namun tidak dapat

dilakukan secara kontinu untuk durasi waktu yang lama karena proses

metabolisme energi secara anaerobik dapat menghasilkan ATP dengan laju yang

lebih cepat jika dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik.

Sehingga untuk gerakan-gerakan dalam olahraga yang membutuhkan tenaga

yang besar dalam waktu yang singkat, proses metabolisme energi secara

anaerobik dapat menyediakan ATP dengan cepat namun hanya untuk waktu

yang terbatas yaitu hanya sekitar ±90 detik. Walaupun prosesnya dapat berjalan

secara cepat, namun metabolisme energi secara anaerobik ini hanya

menghasilkan molekul ATP yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan

metabolisme energi secara aerobik. Dengan selisih perbandingan yang

dihasilkan dari pada ATP itu sendiri adalah anaerob menghasilkan 2 ATP

sedangkan dalam proses aerob menghasilkan 36 ATP per 1 molekul glukosa.

Melalui pengertian tersebut dapat diambil perbandingan antara anaerobik dan

aerobik yaitu 2 : 36 ATP dalam setiap 1 molekul glukosanya. Adapun produk

samping yang dihasilkan berupa asam laktat yang apabila terakumulasi dapat

menghambat kontraksi otot dan menyebabkan rasa nyeri pada otot. Hal inilah

yang menyebabkan mengapa gerakan-gerakan bertenaga saat berolahraga tidak

Page 46: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25  

dapat dilakukan secara kontinyu dalam waktu yang panjang dan harus diselingi

dengan interval istirahat. Sehingga faktor penting dalam timbulnya kelelahan ini

disebabkan oleh terkumpulnya asam laktat yang ada didalam otot sehingga

dalam hal ini harus digeser secara sempurna. Maka apabila seorang atlet

mengalami kelelahan dapat mengeser laktat tersebut melalui istirahat aktif dan

istirahat pasif. Istirahat aktif yaitu istirahat yang dilakukan melalui gerak secara

pelan-pelan atau relaksasi, istirahat pasif ini dapat dilakukan melalui jogging

jalan dan sebagainya. Sedangkan istirahat pasif yaitu istirahat yang tidak

dilaksanakan melalui gerak tubuh secara aktif, istirahat pasif ini dapat

dilaksanakan melalui duduk, terlentang dan lain sebagainya.

Menurut Soekarman (1987: 41) menyatakan bahwa: “Apabila kadar asam

laktat itu tinggi, maka sel-sel akan bertambah asam dan fungsinya akan

terganggu. Dalam waktu pulih asal inilah terjadi perubahan-perubahan dari asam

laktat supaya keasaman kembali ke normal”. Penggantian cadangan energi akan

berkurang atau habis pada saat acction yaitu ATP dan PC serta glikogen yang

terdapat didalam otot serta hati. Selain itu pula lemak juga akan berkurang tetapi

lemak memiliki keunikan tersendiri yaitu tidak dapat pulih kembali Karena

lemak tidak diganti langsung pada waktu pulih kembali. Sedangka pada ATP

dan PC didalam otot dalam waktu antara 2-3 menit akan pulih kembali melalui

proses resintesis.

Page 47: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26  

Gambar 7. Waktu Pulih ATP dan PC Dalam Otot (Moeljono

Wiryoseputro dan Slamet Suherman,1996: 324)

1. Oksidasi Asam Laktat

Asam laktat dapat digunakan sebagai sumber untuk metabolism

aerobik dengan cara mengubah asam laktat menjadi piruvat dan piruvat

masuk kedalam siklus dari kreb sehingga dihasilkan H2O dan CO2.

2. Pembentukan glukosa atau glikogen dari asam laktat.

Resintesis glikogen dalam hati maupun otot itu berjalan perlahan

dibanding dengan penurunan kadar asam laktat

3. Pembuangan asam laktat lewat keringat dan kencing

Hanya sedikit saja jumlah asam laktat yang dibuang melewati

keringat maupun kencing. Selain itu, asam laktat yang diserap oleh darah

merupakan penyebab asidosis metabolik yang menyertai olahraga berat.

Contoh dari kegiatan/jenis olahraga yang memiliki aktivitas anaerobik

dominan adalah lari cepat (sprint), push-up, body building, gimnastik atau

Page 48: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27  

juga loncat jauh. Dalam beberapa jenis olahraga beregu atau juga individual

akan terdapat pula gerakan-gerakan/aktivitas sepeti meloncat, mengoper,

melempar, menendang bola, memukul bola atau juga mengejar bola dengan

cepat yang bersifat anaerobik. Oleh sebab itu maka beberapa cabang

olahraga seperti sepak bola, bola basket atau juga tenis lapangan disebutkan

bahwa cabang olahraga ini merupakan kegiatan olahraga fisik dengan

kombinasi antara aktivitas aerobik dan aktivitas anaerobik. Yang masing-

masing tergantung dari intensitas kerjalah yang menentukan dari pada

sistem energi tersebut. Dalam hal ini kaitanya dengan sistem energi lebih

dominan kearah manakah cabang olahraga tersebut yaitu ATP, ATP-PC,

LA, atau oksigen. Inti dari semua proses metabolisme energi di dalam tubuh

adalah untuk menresintesis molekul ATP dimana prosesnya akan dapat

berjalan secara aerobik maupun anearobik.

a) Sistem ATP-PC atau phosphagen

ATP-PC sering disebut pula sistem phospagen. Untuk dapat

melakukan kontraksi otot maka diperlukan energi. Energi sendiri

dipenuhi melalui berbagai sistem, salah satunya energy dipenuhi oleh

ATP. Dalam pelayanan memperoleh ATP ini salah satunya melalui

sistem anaerobik. Sehingga dalam pelaksanaan resintesis tidak

melibatkan mitokondria. ATP sering disimpan didalam otot, dan apabila

terurai akan menghasilkan suatu energi yang sangat tinggi. Selain

menghasilkan suatu ATP yang langsung digunakan untuk gerak, ATP

juga akan dipakai lagi untuk resintesis lagi sehingga menghasilkan ATP

Page 49: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28  

yang siap digunakan sebagai energi dalam setiap aktifitasnya. Dalam

hal ini fosfagen sangatlah kecil. Berdasarkan pendapat Moeljono

Suryoseputro (1996 : 319) menyatakan “ Cadangan ATP dan

fosfokreatin (keduanya disebut fosfagen), ternyata sangat kecil. Dalam

hal ini penggunaan fosfagen bukannya mengandalkan jumlahnya tetapi

kecepatannya dalam mensuplai sumber energi.” Pada pengertian

tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa creatin merupakan jenis

asam amino yang tersimpam di dalam otot sebagai sumber energi. Di

dalam otot, bentuk creatine yang sudah ter-fosforilasi yaitu

phosphocreatine (PCr) akan mempunyai peranan penting dalam proses

metabolisme energi secara anaerobik di dalam otot untuk menghasilkan

ATP. Sehingga gambaran mengenai phosphocreatine dan

menghasilakan energi yang tinggi dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 8. Struktur Dari Posphocreatine ( PC) (fox’s, 1998: 21)

Selanjutnya Fox (1998: 20) mengemukakan bahwa “ persediaan

PC dalam otot sekitar 15-17 milimol/kg otot atau untuk seluruh tubuh

Page 50: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29  

berkisar 4,5 kcal – 5,1 kcal. Jumlah tersebut dapat ditingkatkan dengan

latihan yang cepat dan benar”. Gambaran selengkapnya mengenai

persediaan PC dalam otot disajikan pada table berikut :

Tabel 1. Perkiraan Energi Tersedia Dalam Tubuh Melalui Sistem ATP

ATP PC TOTAL

PHOSPHAGEN

(ATP + PC)

1) Muscular

concentration

a. mmol-kg otot -1

b. mmol total otot

mass

2) penggunaan

energi

a) Kcal-kg otot-1

b) Kcal total

muscle mass

4-6

120-180

0,04-0,06

1,2-1,8

15-17

450-510

0,15-0,17

4,5-5,1

19-23

570-690

0,19-0,23

5,7-6,9

b) Glikolisis Anaerobik (Laktid Acid System)

Pada tingkat sistem energi menggunakan lactid acid ini masih

dalam tahap anaerobik karena belum sepenuhnya menggunakan atau

memerlukan oksigen secara khusus. Misalnya dalam lari 200m, 400m.

ATP merupakan sumber energi yang sewaktu-waktu harus dapat

memenuhi kebutuhan untuk bergeraknya atau kontraksinya otot. ATP

tersebut disimpan oleh otot dalam jumlah yang sangat terbatas dan

Page 51: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30  

hanyalah memberikan energi digunakan untuk resintesa beberapa

molekul ATP saja.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Moeijono

Wiryoseputro (1996 : 459)

“Bila simpanan ATP dan PC menyusut maka energy untuk jangka

pendek berikutnya diperoleh dari metabolisme an-aerobik glikogen.

Dalam system an-aerobik yang kedua tersebut, glikogen dipecah

menjadi lactic acid ( asam laktat ). ATP untuk suatu kegiatan dengan

intensitas tinggi berlangsung sampai 3 menit dapat dipenuhi oleh

sistem LA”

Sehingga kemampuan sistem anaerobik dalam dalam

pemecahan glikolisis yang tidak menggunakan oksigen maka hasil akhir

akan dihasilkan berupa asam laktat dan berlangsung maksimal sampai 3

menit. Akan tetapi asam laktat dalam proses tersebut akan tertimbun

dalam otot serta darah sehingga yang di dapat dari gerak tersubut adalah

gejala kelelahan. Perjalanan laktat lain yang utama adalah perubahan

menjadi glukosa oleh proses glukoneogenesis. Laktat yang dihasilkan

oleh otot rangka dan jaringan lain diserap oleh hati dan diubah menjadi

glukosa. Daur laktat antara otot dan hati disebut siklus Cori. Sehingga

asam laktat ini apabila tertimbun dalam otot atau darah dalam jumlah

yang sangat tinggi akan menyebabkan kelelahan otot yang sangat

kontemporer. Menurut Yusuf Hadi Sasmita (1996 : 114)

mengemukakan adapun ciri-ciri asam laktat adalah sebagai berikut:

Page 52: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31  

1. Terjadinya kelelahan karena tertimbunnya asam laktat

2. Tidak membutuhkan oksigen

3. Hanya menggunakan karbohidrat

4. Memberikan energi untuk resintesis beberapa molekul ATP.

Dari pendapat ahli tersebut di atas hendaknya para pelatih dapat

mengerti sistem tubuh yang terjadi pada diri atlet tersebut, bila mana

seorang pelatih memberi takaran latihan yang dominan ke sistem laktat

maka diperhitungkan juga jeda istirahat dan sumber energi yang

dimakan oleh atlet itu sendiri. Karena cirri dari system laktat salah

satunya terdapat tidak membutuhkan oksigen dan hanya menggunakan

karbohidrat saja.

Proses glikolisis anaerobik tersebut digambarkan oleh foss &

Keteyian (1998: 28) sebagai berikut:

Gambar 9. Glikolisis Aerobik (kanan)

Dari gambar tersebut diatas, dapat dikemukakan rangkaian

reaksi kimia yang sederhana dalam proses glikolisis anareobik, yaitu:

Page 53: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32  

memberikan energi digunakan untuk resintesa beberapa molekul ATP

saja.

c) Sistem Aerobik atau Sistem Oksigen

Reaksi aerobik pada tingkan yang ketiga ini dalam Proses

metabolisme sumber energi ini akan berjalan dengan kehadiran oksigen

(O2). Dalam sistem ini terjadi didalam otot dan didalam alat khusus

yang berupa mitokondria. dalam proses aerob menghasilkan 36 ATP

per 1 molekul glukosa, sehingga jumlah yang diproduksi berupa ATP

dalam proses aerobik ini lebih besar produksinya dari pada dalam

sistem anaerobik. Reaksi dalam sistem ini sangatlah rumit dan proses

metabolisme energi secara aerobik selain akan menghasilkan energi,

proses tersebut juga akan menghasilkan produk akhir yang berupa

karbondioksida (CO2) dan air (H2O). selain itu pula aktivitas aerobik

ini sangatlah bergantung terhadap ketersediaan oksigen dalam

membantu proses pembakaran sumber energi jadi dalam proses yang

melibatkan proses respirasi sangatlah optimalkan kerja dari organ-organ

tubuh seperti jantung, paru-paru dan juga pembuluh darah untuk dapat

mengangkut oksigen agar proses pembakaran sumber energi dapat

berjalan dengan sempurna. Proses ini lebih lanjut dapat dilihat pada

gambar berikut:

Page 54: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33  

Gambar 10. Siklus Glykolisis Aerobik, Siklus Kreb’s, Transport

Elektron. Foss & Keteyian (1998: 30)

Menurut Soekarman (1987: 24) “sistem aerobik dapat

berlangsung dalam tiga reaksi, yaitu glycolisis aerobic, siklus kreb’s

dan transport electron”.

(1) Glikolisis Aerobik

Glikolisis merupakan pola dasar pada jalur metabolisme.

Pada reaksi glikolisis aerobik ini oksigen sangatlah berperan

penting. Kalau oksigen diberikan maka proses aerob terjadi

kembali dan glikogen kembali muncul sementara laktat

menghilang, namun jika kontraksi otot berlangsung dalam keadaan

aerob laktat tidak akan menumpuk dan piruvat menjadi produk

utama glikolisis. Yang selanjutnya piruvat sendiri akan dioksidasi

menjadi CO2 dan H2O (air). Karena begitu penting reaksi glikolisis

Page 55: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34  

aerobik ini sehingga dalam proses pembentukan ATP yang

melibatkan peran oksigen dalam proses mengubah asam laktat

menjadi asam piruvat setelah ATP tersebut diresintesis.

“glikolisis adalah pembentukan netto dua –p yang terjadi karena

pembentukan laktat dari satu molekul glukosa yang

menghasilkan dalam dua reaksi yang dikatalisis masing-

masingoleh enzim fosfogliserat kinase dan piruvat kinase”.

(Andri Hartono, 1997 : 118)

Reaksi glikolisis aerobik terjadi reaksi sebagai berikut :

Glukosa + 2 ADP + 2fosfat dengan energi ------- > 2 asam

piruvat + 2 ATP + 4H

Sehingga reaksi dalam glikolisis merupakan lintasan utama

pemakaian glukosa. Dan dalam proses ini sangatlah melibatkan

beberapa enzim yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung

dalam reaksi glikolisis aerobik ini. Seperti yang dikemukakan

Andri Hartono (1997 : 182) bahwa:

“glukosa memasuki lintasan glikolisis melalui fosforilasi

menjadi glukosa 6-fosfat. Proses ini dilangsungkan oleh enzim

heksokinase. Namun demikian, dalam sel parenkim hati dan sel

pulau langerhans pankreas, fungsi tersebut dilaksanakan oleh

enzim glukoginase, yang aktivitasnya dalam hati dapat dipicu

serta dipengaruhi oleh perubahan setatus gizi”.

(2) Siklus Kreb’s

Siklus kreb’s adalah tahapan selanjutnya dari respirasi

seluler. Dalam hal ini siklus krebs ada kaitan langsung dengan

respirasi. Respirasi sendiri merupakan suatu proses pembebasan

Page 56: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35  

energi yang tersimpan dalam zat sumber energi melalui proses

kimia dengan menggunakan oksigen. Dari respirasi akan dihasilkan

energi kimia ATP untak kegiatan atau aktifitas fisik. Dalam hal ini

dalam siklus krebs merupakan salah satu sumber ion hidrogen dan

elektron diperlukan untuk membuat ATP dari sistem transpor

elektron tan kehidupan, seperti sintesis (anabolisme), gerak,

pertumbuhan.

Energi yang dibawa oleh ATP digunakan untuk bermacam-

macam fungsi sel seperti pergerakan, pengangkutan, energi dan

sebagainya. Untuk menjalankan siklus kreb’s, diperlukan beberapa

molekul selain enzim, yaitu pyruvate, yang dihasilkan dari proses

glycolysis dari glukosa dan beberapa molekul pengangkut elektron.

Menurut Soekarman (1987: 25) “Setelah masuk mitokohondria,

pemecahan glukosa selanjutnya adalah memecah 2 macam piruvat

dengan pertolongan koenzim A + 2 CO2 + 4H. selanjutnya

asetilkoenzim A Selanjutnya Acetyl CoA ini masuk ke dalam

siklus Kreb’s atau citric acid cycle atau Tricarboxylicacid cycle.”

Tetapi dalam hal ini oksidasi yang terdapat asam lemak sangatlah

menghalangi oksidasi karbohidrat, sehingga mengurangi dari pada

cadangan karbohidrat. Mengenai rangkaian dan proses yang terjadi

dalam siklus kreb’s, selengkapnya dapat dilihat pada gambar

berikut ini:

Page 57: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36  

Gambar 11. Siklus Krebs (Foss & Keteyian, 1998: 30)

(3) Sistem Transport Elektron

Pernapasan adalah proses penting yang membawa oksigen

ke dalam tubuh untuk pengiriman ke sel untuk berpartisipasi dalam

respirasi selular. Dalam suatu reaksi di dalam mitokhondria adalah

serangkaian reaksi hingga terjadi H2O disebut dengan istilah

transport elektron atau rantai respiratori. Dari daur Krebs akan

keluar elektron dan ion H+ yang dibawa sebagai NADH2 (NADH

+ H + 1elektron) dan FADH2, sehingga di dalam mitokondria

(dengan adanya siklus Krebs yang dilanjutkan dengan oksidasi

melalui sistem pengangkutan elektron) akan terbentuk air dan CO2.

Page 58: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37  

kombinasi elektron oksigen kemudian bereaksi dengan dua ion

hidrogen untuk membentuk air, peran dari pada oksigen adalah

sebagai respirasi selular yang sangat substansial karena

bertanggung jawab menghilangkan elektron dari sistem tersebut.

Gambar 18. Sistem Transport Elektron (foss & Keteyian, 1998: 31)

Jika oksigen tidak tersedia, elektron tidak dapat melewati

antara koenzim, energi di elektron tidak dapat dibebaskan, pompa

proton tidak dapat ditentukan, dan ATP tidak dapat diproduksi.

Produk sampingan respirasi tersebut pada akhirnya dibuang ke luar

tubuh melalui melalui paru-paru pada peristiwa pernafasan

manusia. Dimana ion-ion hidrogen dan elektron masuk ke dalam

sistem transport electron memiliki tingkat sedikit lebih tinggi dari

FADH2, NADH menyediakan tiga molekul ATP sedangkan

Page 59: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38  

FADH2 hanya menyediakan dua molekul ATP. Inti reaksi adalah

sebagai berikut : 4 H+ + 4e- +O2 ---------- > 2H2O

Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa system penyediaaan

energi dapatlah disimpulkan sebagai berikut. Fox (1988: 22) dalam

table berikut:

Tabel 2. Karakteristik Umum Sistem Energi

System ATP-PC Sistem Lactid Acid Sistem Oksigen

Anaerobik (tanpa oksigen) Anarobik Aerobik

(oksigen)

Sangat cepet Cepat Lambat

Bahan bakar kimia: PC Bahan bakar

makanan: glikogen

Bahan bakar

makanan:

Glikogen dan

protein

Produksi ATP sangat terbatas Produksi ATP

terbatas

Produksi ATP

tidak terbatas

Penyimpanan/penimbunan di otot

terbatas

Dengan

memproduksi

Lactid Acid

menyebabkan

kelelahan otot

Dengan

memproduksi,

tidak melelahkan

Menggunakan aktifitas lari cepat

atau berbagai power yang tinggi,

lama aktivitasnya pendek

Menggunakan

aktivitas dengan

lama antara 1-3

menit

Menggunakan

daya tahan atau

aktivitas dengan

durasi panjang

Page 60: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39  

c. Perubahan Biokimia Energi yang Terjadi Pada Otot

Dalam kaitannya dengan sistem penyediaan energi yang telah diuraikan,

kebenyakan aktivitas fisik atau olahraga menggunakan secara kombinasi.

Aktivitas fisik dalam waktu singkat dan eksplosif sebagian besar diperoleh dari

sistem anaerobic (ATP-PC dan LA), sedangkan aktivitas fisik dalam waktu yang

lama energinya dicukupi dari system aerobik. Ciri-ciri dari sistem tersebut di

atas, merupakan dasar yang perlu dimengerti dalam penyusunan program latihan

untuk berbagai cabang olahraga.

Pengetahuan mengenai persediaan energi dan penggunaannya serta

energi predominan beberapa cabang olahraga itu penting dalam pembinaan fisik

para atlet. Selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan dan

menetapkan macam atau metode latihan yang paling tepat untuk meningkatkan

sistem energi predominan tersebut.

Atlet tidak dapat melakukan aktifitas olahraga yang didalaminya secara

terus menerus. Pada suatu saat otot-otot atlet ini tidak mampu berkontraksi.

Salah satu penyebab ketidak mampuan otot berkontraksi disebabkan oleh

gangguan mekanisme kontraksi yang tidak dapat mengeluarkan tenaga serta

tempat bertemu syaraf dan otot tidak dapat menghantarkan impuls dari syaraf

motor ke otot. Sebaliknya dengan hal tersebut yang terjadi pada otot-otot yang

disebabkan oleh adanya latihan ada beberapa perubahan biokimiawi yaitu

sebagai berikut,

Page 61: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40  

Tabel perubahan-perubahan biokimiawi didalam otot yang dihasilkan

oleh pelatihan seperti dirangkum dalam table dihalaman berikut ini :

Tabel 3. Efek Latihan Perubahan Biokimia Dalam Otot, (Junusul Hairi 2004: 5.13)

Perubahan Aerobik

Meningkatnya kandungan myoglobin. Meningkatnya oksidasi

glikogen meningkatnya jumlah dan ukuran mitochondria meningkatnya

aktivitas enzim-enzim siklus krebs dan system transport elektron.

Meningkatnya simpanan glikogen otot

Meningkatnya oksidasi lemak

Meningkatnya simpanan triglesirida otot

Meningkatnya ketersediaan lemak sebagai bahan bakar

Meningkatnya aktivitas enzim-enzim yang terlibat aktivitas,

transportasi

Perubahan Anaerobik

Meningkatnya kapasitas sistem ATPPC

Meningkatnya simpanan ATP dan PC otot

Meningkatnya aktivitas enzim-enzim yang memecahkan dan membentuk

ATP

Meningkatnya kapasitas glikolitik

Meningkatnya aktivitas enzim-enzim glikolitik

Perubahan Relatif Serabut Otot Cepat dan Lambat

Meningkatnya kapasitas aerobik yang sama pada kedua tipe serabut otot.

Meningkatnya kapasitas glikolitik yang lebih besar pada serabut otot

cepat

Hypertrophy yang selektif, serabut otot cepat sprint training, serabut otot

lambat endurance training.

Tidak terjadi interkonversi antar serabut otot.

Page 62: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41  

Perubahan kardiorespiratori (sistematik) merupakan efek dari pada

latihan tersebut yang didalamnya terdapat pula pengaruh-pengaruh terhadap

sistem transport oksigen.

Menurut junusul Hairy (2004: 5.19) “Dalam sistem transport oksigen

berbagai unsur atau komponen terlibat antara lain Sirkulatori, respiratori dan

faktor-faktor level jaringan, semuanya bekerja bersama - sama untuk satu tujuan,

yaitu untuk mencapaikan oksigen ke otot – otot yang sedang bekerja”.

kemampuan jantung dan paru-paru untuk mengangkut oksigen yang

banyak sangat penting, selain itu diperlukan juga otot-otot yang mampu bekerja

yang berfungsi sebagai alat gerak aktif . Apabila jaringan tidak dapat mensuplai

oksigen ke dalam otot maka otot kurang dapat sempurna dalam melakukan gerak

sebagai mana fungsinya.

Menurut moeljono Wiryoseputro (1996 : 323) beberapa faktor yang

berperan dari mekanisme kontraksi dalam kelelahan ini ialah :

1) Berkurangnya cadangan ATP dan PC.

2) Penumpukan asam laktat

3) Berkurangnya cadangan Glikogen.

Berkurangnya cadangan ATP dan PC karena ATP merupakan sumber

energi yang dimiliki tubuh berfungsi sebagai kontraksi otot, sedangkan fungsi

dai PC sendiri langsung digunakan untuk menggantikannya. Dalam pengurasan

ATP terlihat jelas pada latihan dalam kategori berat. Sehingga kelelahan ini

terjadi sebagai akibat dari kemunduran ATP didaerah Miofibril serta terjadi

kemunduran pengeluaran energi pada waktu pengurangan ATP ke ADP.

Page 63: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42  

2. Power Otot Lengan

a Hakekat Power Otot Lengan

Power otot lengan pada dasarnya adalah kemempuan otot atau sekelompok

otot melakukan kerja secara eksplosif. Power merupakan salah satu komponen

kondisi fisik yang terdiri unsur kekuatan dan kecepatan. Unsur kekuatan dan

kecepatan tersebut dilakukan dalam waktu yang cepat dan singkat. Manusia dalam

hal kecepatan merupakan bawaan sejak lahir dan dapat berubah sedikit saja melalui

proses latihan. Pengertian daripada power sendiri adalah Mulyono BA (2010: 59)

“power adalah kemampuan untuk mengerahkan kekuatan denganmaksimum dalam

jangka waktu yang minim. Angkat besi adalah contoh penggunaan power”. Power

atau sering kali disebut daya ledak merupakan hasil akhir dari suatu kekuatan atau

force X kecepatan atau velocity (P = F x T). Apa bila pengertian power tersebut

dipadukan dengan waktu, maka menurut Yunusul Hairi (2004 : 2.5) dihasilkan

rumusan sebagai berikut, “Power = (daya x jarak / waktu)” sehingga daya atau force

maksimum otot atau pun sekelompok otot yang dapat dihasilkan itulah yang

dinamakan dengan kekuatan (streng).

Penggunaan power sering kali digunakan dalam berbagai nomor-nomor

atletik (lari, lempar, lompat), angkat besi, smesh bola voli, dan lain sebagainya yang

memerlukan gerakan yang bersifat eksplosif power. Andi Suhendro (2002 : 4.5)

eksplosif power (kekuatan daya ledak adalah) adalah kemampuan otot atau

sekelompok ototuntuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan yang sangat tinggi

dalam suatu gerakan yang utuh, misalnya gerakan melompat” sehingga peran dari

Page 64: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43  

eksplosif power sangatlah penting dalam mengerahkan tenaga dan kecapatan secara

serempauk dan simultan.

Power dihasilkan oleh unsur kekuatan dan kecepatan. Dalam kerjanya

kekuatan dan kecapatan tersebut haruslah dipadukan secara eksplosif dengan bekerja

secara cepat serta bersama-sama dalam waktu yang sangat singkat. Namun jika dari

salah satu unsur tersebut kurang atau tidak baik, maka power yang akan dihasilkan

juga kurang atau sangatlah tidaklah baik. Menurut Suharno HP (1993: 59-60) faktor-

faktor penentu baik tidaknya power adalah:

1) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih (phasic) dari atlet.

2) Kekuatan dan kecepatan otot. Rumus P = F x V

P =power F = force (kekuatan) V = velocity

3) Waktu rangsangan maksimal, misalnya waktu rangsang 15 detik,

power akan lebih baik dibandingkan dengan waktu rangsangan

selama 34 detik.

4) Koordinasi gerakan yang harmonis antara kekuatan dan

kecepatan.

5) Tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot yaitu

Adenosine Tri Phospat (ATP).

6) Penguasaan teknik gerak yang benar

Pendapat tersebut menunjukkan yang mempengaruhi power selain faktor

kekuatan dan kecepatan terdapat juga banyak sedikitnya fibril otot putih, waktu

rangsangan, koordinasi gerakan serta zat kimia dalam otot. Oleh karena itu dalam

peningkatan power maka faktor-faktor tersebut harus dimiliki oleh atlet dan dilatih

secara sistematis dan kontinyu. Dalam hal ini kaitannya dengan cabang olahraga

yang memerlukan daya ledak power otot lengan untuk melakukan gerakan-gerakan

tersebut perlu mengarahkan kekuatan secara maksimum dan dilakukan dalam waktu

Page 65: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44  

yang singkat (kecepatan) dari pada otot-otot lengan tersebut, serta dikerjakan secara

dinamis dan eksplosif pada saat kontraksi otot lengan tersebut.

Daya ledak otot perlu dilatih untuk memperoleh kekuatan dan kecepatan

salah satunya melalui weight training. Daya ledak otot atau explosive power menurut

Suharno HP (1993 : 59) adalah; “kemampuan otot atlet untuk mengatasi tahanan

beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam suatu gerak yang utuh”.

Sehingga dapat dinyatakan bahwa daya ledak otot adalah hasil perkalian antara

kekuatan dan kecepatan. Jadi dalam hal ini apabila dikaitkan power otot lengan

adalah kemampuan otot-otot di daerah lengan untuk mengerahkan kekuatan

maksimum dalam waktu yang sangat cepat dan maksimal. Berdasarkan uraian di atas

dapat disimpulkan bahwa power otot lengan sangatlah besar peranannya dalam

penerapan teknik di dalam permainan maupun perlombaan. Karena dengan adanya

power otot lengan tersebut dalam suatu permainan atau perlombaan akan lebih

merasa yakin akan dapat menghasilkan dan bisa mengalahkan lawannya dan

memenanginya. Kegunaan eksplosif power menurut Suharno HP (1993 : 59) adalah

1. Untuk mencapai prestasi maksimal.

2. Dapat mengembangkan teknik bertanding dengan tempo cepat

dan gerak mendadak.

3. Memantapkan mental bertanding atlet

4. Simpanan tenaga anaerobik cukup besar

Kontribusi dan peran penting dari otot lengan terhadap tercapainya suatu

prestasi dalam cabang olahraga utama yang sering digunakan dalam daya ledak otot

lengan digunakan pada gerakan menolak, melempar, memukul, menangkis dan lain

sebagainya yang menggukan power otot lengan secara eksplosif.

Page 66: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45  

b Dosis Latihan dalam Meningkatkan Power

Power merupakan hasil kali antara kecepatan dan kekuatan, dalam suatu

kontraksi otot yang sangat cepat. Kecepatan merupakan bersifat bawaan atau

keturunan sehingga apabila dilatih hanya menghasilkan peningkatan yang sangat

sedikit. Sedangkan kekuatan merupakan pokok dari suatu latihan dan apabila

kekuatan ini dilatih secara maksimal sehingga akan berpengaruh terhadap hasil dari

pada power itu sendiri. Menurut Yunusul Hairy (2004: 4.5) power hanya terdiri dari

dua komponen : kekuatan dan kecepatan. Kecepatan lebih kepada kualitas yang

dibawa sejak lahir, yang dapat berubah sedikit saja dengan melakukan pelatihan. Jadi

power dapat meningkat hanya tergantung kepada penambahan kekuatan otot.

Seorang pelatih hendaknya dalam menyusun program latihan disusun,

direncakan dan dilaksanakan dengan baik oleh atletnya. Dalam suatu program latihan

dosis merupakan hal pokok yang sangat berperan dalam meningkatkan power otot

lengan ini. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam latihan untuk meningkatkan

power otot lengan ini tidak dapat terlepas dari jumlah beban, repetisi dalam setiap

setnya, recovery juga frekuensi dan lamanya dalam melakukan suatu latihan menurut

Nossek (1982 : 80) sebagai berikut “ beban latihan 50 % - 70 % dari maksimal,

repetisi 6-10, set 4-6 dan istirahat antar set 3-5 menit dan irama angkat cepat. Dalam

pemberian beban hendaknya tidak terlalu ringan dan tidak terlalu berat sehingga

seorang atlet dapat masuk pada ambang rangsang dari pada latihan tersebut.

c Fungsi Power Otot Lengan Dalam Cabang Olahraga

Dalam setiap cabang olahraga seorang atlet sering kali menggunakan Power

otot tungkai dalam melaksanakan suatu pelaksanaannya. Sehingga power otot

Page 67: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46  

tungkai memiliki fungsi yang sangat dominan dalam kontribusinya. Dalam

pengerahan power pada setiap masing-masing cabang olahraga tentunya berbada satu

sama yang lainnya. Seberapa besar keterlibatan power ini tergantung pada cabang

olahraga. Power otot lengan yang dikeluarkan oleh seorang petinju tentunya berbeda

dengan power yang dikeluarkan oleh seorang karate walaupun sama-sama

mengeluarkan pewer otot lengan.

Power pada dasar dan jenisnya dibedakan menjadi dua macam, Bompa

(1990: 285) mengemukakan bahwa “ power dibedakan dalam dua bentuk yakni

power asiklik dan power siklik”. Dalam suatu cabang olahraga power siklik dan

asiklik dapat dikenali dalam suatu peran dan penggunaannya. Power dari pada

pembebanan jenis ini dapat dilihat dari jenis serta keterampilan gerak dalam suatu

latihan yang dilakukannya. Dalam kegiatan olahraga power asiklik dan siklik dapat

dikenali dari perannya pada suatu cabang olahraga yang ditekuninya.

1) Power Siklik

Power Siklik sering kali digunakan pada suatu kegiatan dimana

dalam kegiatan olahraga tersebut dalam pelaksanaannya didasarkan pada

kegiatan motorik yang dilakukan secara berulang-ulang dimana

frekuensi serta amplitudo merupakan produk dari siklik. Power siklik

merupakan istilah yang sering melekat pada atributif gerak fisik yang

diulang-ulang dalam waktu yang sangat lama dan bersifat terusus-

menerus (continue). Gerakan ini identik dengan gerakan majunya tubuh

seseorang dalam perpindahan tempatnya. Sehingga dalam pergerakan

tersebut tidak hanya dilaksanakan sekali bahkan berkali-kali dan dalam

Page 68: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47  

pelaksaannya dilaksanakan secara utuh dan dilaksanakan dalam bentuk

yang sama mulai dari bentuk gerakan awal sampai gerakan akhir. Contoh

dalam kegiatan olahraga tersebut dapat berupa lari, renang, jalan dan lain

sebagainya.

2) Power Asiklik

Power asiklik merupakan istilah yang sering melekat pada

atributif gerak fisik yang dilihat dari struktur dan fungsi keterampilan

gerak dalam olahraga serta memiliki tiga struktur fase. Dalam power

asiklik terdapat fase persiapan, fase utama dan fase akhir itulah yang

membedakan dengan gerakan power siklik. Dalam power asiklik ini

merupakan kebalikan dari pada power siklik dimaa dalam

pelaksanaannya dilaksanakan secara berubah tanpa adanya kemiripan

antara garakan awal sampai gerakan akhir serta ditandai oleh kecepatan

kontraksi otot secara maksimal dan gerakannya dilakukan secara

eksplosif. Contoh dalam cabang olahraga yang membutuhkan power

asiklik adalah gerakan-gerakan nomor lempar maupun lompat pada

atletik, gerakan smash dalam bola voli, gerakan menangkis pada karate

dan lain sebagainya. Misalkan dalam hal ini pada keterampilan tolak

peluru ada bagian-bagiannya mulai dari awalan, saat memutar, dan pada

waktu melaksanakan tolakan. Hal ini lah yang mendasari gerakan asiklik

yang pada gerakan awal sampai akhir tidak sama bentuk gerakanya.

Page 69: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48  

3. Metode Latihan Berbeban

Program pengkondisian dalam olahraga merupakan kegiatan pelatihan

dalam membentuk fisik sebagai dasar untuk menunjang pencapaian prestasi

disetiap cabang olahraga yang dilatihkan. Program pengkondisian merupakan

suatu program yang dilaksanakan pada masa persiapan umum dan khusus yang

tujuannya selain untuk membentuk fisik dasar, juga untuk mengatasi cidera pada

saat berlatih atau pun dalam masa latihan. Hal ini dilakukan sangat perlu

dilakukan. Selain itu pula latihan fisik dapat digunakan sebagai alat untuk

memperkuat otot-otot dan sistem kardiovaskular, mengasah atletis keterampilan,

penurunan berat badan atau pemeliharaan dan untuk kesenangan. Sehingga

latihan fisik ini sangatlah mempunyai peranan yang sangat penting baik untuk

peningkatan prestasi yang sering digunakan bagi olahragawan dalam hal ini atlet

maupun untuk meningkatkan derajat kesegaran jasmani dan kesehatan bagi

manusia pada umumnya.

Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur dan

terukur guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan utama dalam

olahraga prestasi adalah untuk mengembangkan kemampuan biomotorik ke

standart yang paling tinggi, atau dalam arti fisiologis atlet berusaha mencapai

tujuan perbaikan system organism dan fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi

atau penampilan olahraganya. Berkaitan dengan latihan A. Hamidsyah Noer

(1996: 6) menyatakan, “Latihan suatu proses yang sistematis dan kontinyu dari

berlatih atau bekerja yang dilakukan dengan berulang-ulang secara continuae

Page 70: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49  

dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan untuk mencapai tujuan”.

Hal senada dikemukakan Yusuf Adi Sasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 145)

bahwa, “latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan

berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta

intensitas latihannya”. Sedangkan Nossek (1982: 10) menyatakan bahwa

“Training is a process or, expressed in other words, a period of time lasting

several years, until the sportsman achives a high standart of performance”

latihan adalah suatu proses atau dinyatakan dengan kata lain, periode waktu

yang berlangsung sampai atlit tersebut mencapai standart penampilan tertinggi.

Berdasarkan pengertian latihan yang diungkapkan para ahli tersebut pada

prinsipnya mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat

disimpulkan bahwa, latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang

sistematis dan continuae, dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan

yang semakin meningkat. Dalam pelaksanaan latihan dapat dilakukan dengan

berbagai metode kontinyu, metode interval, metode bagian bahkan metode

keseluruhan dan lain sebagainya. Dan apabila latihan ini dilakukan secara

sistematis dan continuae dimaksudkan agar dalam latihan ini, otot tidak kembali

ke bentuk semula dikerenakan terlalu lama otot untuk menerima recovery, tetapi

perlu juga memperhatikan tingkat kelelahan pada tingkat frekuensi latihan pada

atlet tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Harsono (1988: 135) “dalam

keadaan normal, kelelahan yang timbul akan dapat diatasi dalam waktu antara

12 sampai dengan 24 jam “. Berkaitan dengan lamanya latihan belum ada

jawaban yang pasti mengenai durasi tersebut jadi dalam pemberian durasi

Page 71: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50  

latihan disesuaikan dengan kondisi serta keadaan dari pada atlet tersebut. latihan

juga tidak dapat terlepas dari kondisi yang dimiliki atlet itu sendiri. Menurut

cholik dalam bukunya Andi Suhendro (2002 : 2.18) ada beberapa indikator

sebagai kriteria mengidentifikasi dan menyeleksi bibit atlet berbakat, yaitu:

1. Kesehatan

2. Antropometri

3. Kemampuan Fisik

4. Psikologis

5. Keturunan (herydity)

6. Maturitas.

Seadangkan menurut Lutan dalam bukuna Andi Suhendro (2002: 2.18) tiga

aspek yang perlu dites sebagai criteria pengidentifikasi bakat:

1. Kapasitas Motorik

2. Kapasitas Psikologis

3. Biomotorik

Sehingga untuk mencapai prestasi yang maksimal atlet dan pelatih

selain melakukan latihan yang intensif dan terprogram juga dibutuhkan suatu

kondisi atlet yang baik pula. Dalam hal ini juga tidak dapat terlepas dari adanya

kualitas-kualitas fisik yang dihasilkan dalam artian untuk melakukan gerakan-

gerakan yang bervariasi dan memperoleh kemampuan fisik yang maksimum

sehingga harus berdasarkan pada kombinasi kualitas-kualitas fisik yang dilatih

dengan mana suatu kualitas fisik tertentu labih mendominasi dalam kaitanya

melaksanakan cabang olahraga tertentu.

Page 72: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51  

a. Latihan Berbeban

Latihan berbeban atau weight training merupakan salah satu bentuk

latihan fisik yang dalam pelaksanaannya dapat menggunakan bantuan tubuhnya

sendiri bahkan tubuh dari temannya atau alat lain yang berupa besi yang dapat

digunakan sebagai beban dalam melaksanakan suatu program latihan dalam

memberikan efek terhadap otot rangka dan memberikan perubahan secara

morfologis dan fisiologis sehingga dapat membentuk serta meningkatkan

ketahanan dan kekuatan otot.

Selain itu pula dalam melakukan sutu program pembebanan hendaknya

seorang pelatih juga harus memegang kendali dari pada prinsip-prinsip latihan

berbaban. Menurut Edward L. FOX dalam bukunya M. Sajoto (1988 : 115-116)

menyatakan bahwa program latihan berbeban hendaknya berpedoman pada

empat prinsip yang cukup mendasar, yaitu:

Prinsip penambahan beban berlebih atau overload

Prinsip peningkatan beban terus menerus

Prinsip urutan pengaturan suatu latihan

Prinsip kekhususan program latihan

Latihan berbeban ini pada prinsipnya merupakan suatu program yang

membantu manusia dalam memperbaiki atau meningkatkan kondisi fisik

seseorang. Dalam latihan berbeban yang tujuannya meningkatkan kondisi fisik

seseorang ini salah satunya dalam bentuk latihan dalam pengembangan

kecepatan, kekuatan serta power otot lengan serta daya tahan tubuh. Kekuatan,

kecepatan dan daya tahan serta keterampilan merupakan suatu kondisi fisik

manusia yang secara kualitas fisik pada manusia yang tidak dapat dipisahkan

Page 73: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52  

satu persatu. Kesimpulan dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

program latihan berbeban dapat menghasilakan komponen fisik, seperti

kekuatan, kecepatan daya tahan serta power otot lengan secara positif. Weight

training Menurut Thomas R. Baechle (2003: XVII) adalah “ latihan-latihan yang

dilakukan terhadap penghalangan untuk meningkatkan kualitas dari otot-otot

yang dilatih pada seseorang yang berlatih untuk meningkatkan kebugaran”.

Sedangkan menurut Harsono (1988: 185) weight training adalah latihan-latihan

yang sistematis dimana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah

kekuatan otot guna mencapai tujuan tertentu, seperti misalnya memperbaiki

kondisi fisik, kesehatan kekuatan, prestasi dalam suatu cabang olahraga , dan

lain sebagainya.

1) Prinsip-Prinsip Latihan Berbeban

Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur dan

terukur guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan

latihan maka harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar disertai

pemberian program latihan yang tepat pula. Menurut Sudjarwo (1995: 21)

bahwa, “prinsip-prinsip latihan digunakan agar pemberian dosis latihan dapat

dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet”.

Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan

dalam menyusun program latihan yang terorganisir dengan baik dan tepat. Agar

tujuan latihan dapat dicapai secara optimal dan benar, hendaknya diterapkan

prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat pula. Menurut Sudjarwo (1995: 21-

Page 74: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53  

23) prinsip-prinsip latihan diantaranya: “(1) Prinsip individu, (2) Prinsip

penambahan beban, (3) prinsip interval, (4) Prinsip latihan sepanjang tahun”.

Sedangkan prinsip-prinsip latihan yang lain menurut Bompa (1990: 29) sebagai

berikut:

“(1) Prinsip Beban-Lebih (overload), (2) Prinsip Perkembangan Multilateral,

(3) Prinsip Intensitas Latihan, (4) Prinsip Kualitas Latihan, (5) Prinsip

Berpikir Positif, (6) Variasi Dalam Latihan, (7) Prinsip Individualisasi, (8)

Penetapan Sasaran (goal setting), (9) Prinsip Perbaikan Kesalahan.”

Prinsip-prinsip latihan tersebut sangatlah penting untuk diperhatikan

dalam latihan. Prinsip-prinsip latihan yang harus diperhatikan meliputi prinsip

individu, prinsip penambahan beban, prinsip interval, prinsip penekanan beban

(stress), prinsip makanan baik dan, prinsip latihan sepanjang tahun. Tujuan

latihan dapat tercapai dengan baik, jika prinsip-prinsip latihan tersebut

dilaksanakan dengan baik dan benar.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas tentang prinsip-prinsip latihan

tersebut apabila dikaitkan atau dihubungkan dengan metode dirumuskan sebagai

berikut:

a) Prisip peningkatan beban sedikit demi sedikit

b) Prinsip pembebanan yang bervariasi dengan pergantian beban dan istirahat

secara sistematis

c) Prinsip adaptasi (penyesuaian) beban terhadap standar kemampuan.

Latihan yang dilakukan dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan jika

dilaksanakan dengan berdasarkan prinsip-prinsip latihan yang di berikan oleh

pelatih dengan baik dan benar.

Page 75: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54  

a) Prinsip Beban Lebih (over load)

Latihan olahraga merupakan suatu latihan yang dipersiapkan oleh

pelatih agar atletnya dapat mempersiapkan diri dalam permainan maupun

perlombaan, selain itu pula yang diharapkan pelatih agar kapasitas kerja

paru dan jantung kedalam kemampuan yang lebih baik. Dalam hal itu pula

pelatih harus mengetahui bahwa atletnya dapat dalam latihan dapat

mencapai zona training atau harus di atas ambang rangsang latihan. Hal ini

dikemukakan oleh Yusuf Hadi sasmita dan Aip Syarifudin (1992: 131)

“Atlet harus berusaha berlatih dengan beban yang lebih berat dari pada

yang mampu dilakukan saat itu, artinya berlatih dengan beban yang

berada diatas ambang rangsang. Kalau beban latihan terlalu ringan (di

bawah ambang rangsang), walaupun latihan sampai lelah, berulang-

ulang dan dengan waktu yang lama, peningkatan prestasi tidak akan

mungkin tercapai”

Tubuh manusia memiliki sifat adaptasi terhadap setiap perlakuan

yang kenakan terhadapnya, termasuk juga beban latihan. Bila tubuh dengan

tingkat kebugaran tertentu di berikan beban latihan dengan tingkat intensitas

yang ditetapkan maka tubuh akan mengadaptasi dengan rangkaian proses

sebagai berikut: proses awal setelah pembebanan adalah kelelahan dan

memerlukan istirahat. Hal ini menurut Yusuf Hadi Sasmita dan Aip

Syarifudin (1992: 131) ”Sistem faal tubuh membutuhkan waktu untuk

menyesuaikan diri dengan rangsang-rangsang (adaptasi). Adaptasi adalah

penyesuaian fungsi dan struktur organism atlet akibat beban latihan yang

diberikan oleh pelatih”. Setelah beristirahat dengan kurun waktu tertentu

maka tubuh akan kembali bugar namun dengan tingkat kebugaran yang

Page 76: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55  

lebih baik dari sebelumnya. Peningkatan kebugaran melalui adaptasi dari

hukum overload ini disebut dengan overkompensasi. Hal ini senada dengan

pendapat Andi Suhendro ( 2002 : 3.10-3.11)

“upaya meningkatkan prestasi atlet dalam olahraga dapat dilakukan

dengan memberikan beban kerja lebih berat di atas ambang olahraga

kepekaaannya (thereshold of sensitivity). Latihan yang dilakukan dengan

beban yang terlalu ringan dan tidak ditambah bebannya, maka berapa

lama pun atlet berlatih dengan latihan yang berulang-ulang, prestasi atlet

tersebuttidak akan meningkat”.

Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi grafik over load yang

menghasilkan superkompensasi serta sesi latihan pembebanannya.

Gambar 13. Respon Bagian Superkompensasi Dalam Sesi Latihan

(Bompa, 2009: 8)

Page 77: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56  

Dalam hal ini harus diperhatikan pula bahwa siapa yang dilatih,

berapa umurnya apa jenis kelaminnya. Dalam latihan juga harus jelas pula

porsi latihan pembebanan, repetisi, jumlah set dan intensitas latihan yang

diberikan. Pembebanan yang lebih berat akan merangsang otot untuk lebih

kuat dalam hal power maupun kekuatan. Tetapi harus pula ditekankan

bahwa latihan berbeban juga tidak boleh berlebihan atau terlalu berat.

Apabila terlalu berat akan tidak baik terhadap hasil latihan bahkan bukan

kemampuan fisik yang didapat tetapi sebaliknya kemungkinan yang akan

berdampak adalah tejadi penurunan fisik bahkan berpengaruh pula pada

cidera tubuh

Kekuatan otot bahkan power otot sangat efektif ditingkatkan ketika

otot atau keseluruhan otot dilatih pada beban yang lebih. Latihan melalui

beban yang terlalu ringan dikerjakan oleh otot hanya menghasilkan kerja

otot yang biasa, tetapi sebaliknya penggunaan beban berlebih akan

menyebabkan terjadinya proses adaptasi fisiologis yang akan mengarahkan

pada peningkatan kekuatan otot. Tetapi dalam hal ini tidak boleh melebihi

batas dari pada zona training. Apabila melebihi zona training menyebabkan

kemampuan untuk proses bernafas akan mengalami kesulitan bahkan

mengarah ke kematian organ tubuh. Menurut Yusuf Hadi sasmita dan Aip

Syarifudin (1992: 131)

“Meskipun beban latihan harus berat, beban tersebut harus masih berada

dalam batas-batas kemampuan atlet untuk mengatasinya. Kalau bebannya

terlalu berat, maka perkembangan pun tidak mungkin karena tubuh tidak

Page 78: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57  

akan dapat memberikan reaksi terhadap latihan yang terlalu berat

tersebut. Hal ini juga bias mengakibatkan cidera atau overtraining”.

Pendapat tersebut diatas menunjukkan bahwa prinsip beban berlebih

untuk meningkatkan kemampuan tubuh dan peningkatan otot atau grup otot.

Jadi dalam hal ini perlu ditekankan pada prinsip beban berlebih atau over

principle sehingga kemampuan tubuh akan meningkat. Apabila kemampuan

tubuh dapat meningkat, dan proses fisiologinya mengarah pada fase

peningkatan otot akan menghasilkan prestasi yang lebih baik pula.

Sebaliknya dengan hal tersebut apabila dalam memberikan porsi latihan

terlalu berat terhadap beban latihan, hal ini akan mengakibatkan

overtraining dan dapat mengarah ke dalam cidera tubuh atlet itu sendiri.

b) Prinsip latihan penggunaan beban secara progresif

Prinsip latihan hendaknya dilakukan secara progresif dalam artian

peningkatan beban latihan tersebut dilakukan secara teratur, terukur dan

bertahap yang kian hari meningkat jumlah pembebanannya secara terus

menerus, hal ini dapat berpengaruh pula terhadap sistem kerja serabut-

serabut otot. Dalam memberikan porsi pembebanan dalam latihan berat ini

tidak boleh diberikan secara terus menerus agar tidak terjadi cidera.

Menurut Hamidsyah Noer (1996: 115) “ Perlu diingat bahwa beban latihan

berat yang diberikan secara terus-menerus, justru akan menghentikan

kenaikan prestasi. Jadi sebaiknya setelah dua atau tiga kali latihan, beban

baru ditingkatkan.” Karena hal ini juga berpengaruh kurang baik tehadap

serabut otot apabila peningkatannya dalam pembebanan kurang tepat. Sifat

lain serabut otot secara umum dapat dipengaruhi oleh rangsangan dan

Page 79: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58  

latihan secara progresif. Perubahan yang biasa terjadi akibat latihan yang

progresif adalah peningkatan kapasitas oksidasi masing-masing serabut otot.

Perubahan yang lain dari pada latihan yang dilakukan secara progresif

adalah bertambah besarnya serabut otot, bertambah banyaknya kapiler yang

aktif, bertambah banyaknya mitokondria dalam serabut otot, dan perubahan

komposisi kimiawi. Bertambah besarnya otot akibat latihan yang progresif

disebabkan bertambahnya protein otot yaitu aktin dan myosin otot.

Sedangkan jumlah serabut ototnya tetap. Walaupun latihan yang progresif

dapat menyebabkan perubahan pada otot, satu hal yang tidak dapat dirubah

adalah komposisi serabut otot yang cepat dirubah menjadi serabut otot yang

lambat atau sebaliknya yaitu serabut otot yang lambat dirubah menjadi

serabut otot yang cepat. Prinsip progresif atau peningkatan beban secara

bertahap akan berhubungan dan mempengaruhi perkembangan penampilan

anak atau atlit. Yang perlu diperhatikan dari seorang pelatih atau instruktur

adalah peningkatan beban tersebut harus dilakukan secara bertahap dan hati-

hati sesuai denagn kemampuan individu karena akan berdampak pada

sistem dan fungsi tubuh lainnya, sejalan mengenai hal tersebut menurut

Hamidsyah Noer (1996: 115)

“Penambahan kenaikan beban latihan dilakukan tahap demi tahap secara

teratur dan ajeg. Perlu diingat bahwa beban latihan berat yang diberikan

secara terus menerus justru akan menghentikan kenaikan prestasi jadi

sebaiknya setelah dua atau tiga kali latihan baru ditingkatkan”.

Perubahan pada diri atlet akan berubah secara linier atau meningkat

hanyalah mungkin apabila pelatih memberikan porsi latihan secara intensif

Page 80: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59  

dan berkesinambungan. Menurut Yusuf Hadi Sasmita dan Aip Syarifudin

(1992: 135) Perubahan fisiologis dan psikologis yang positif hanyalah

mungkin apabila atlet dilatih atau berlatih melalui suatu program latihan

yang intensif. Dimana pelatih secara progresif menambah beban kerja,

jumlah pengulangan gerakan (repetition), serta kadar intensitas dari repetisi

tersebut.

Pembebanan yang diberikan dalam latihan tidak boleh mendadak

terlalu berat atau tergesa-gesa karena sejak otot diberikan beban yang

melebihi kemampuannya maka otot akan mengalami adaptasi fisiologis

dimana akan proses peningkatan otot. Bila proses adaptasi ini dapat dicapai,

maka kerja otot yang terjadi melebihi kemampuannya sehingga akan tidak

lagi overload. Dengan alasan tersebut maka program latihan berbeban harus

juga didasari prinsip progresifitas beban yang diberikan dan agar adaptasi

dapat dicapai dengan baik harus pula diselingi melalui masa pemulihan

(recovery) dan pemulihan latihan yang cukup pula. Penambahan beban yang

meningkat tersebut dapat diberikan atau menambah jumlah pengulangannya

(repetisi), jumlah set dalam latihan atau intensitas latihannya. Dalam hal ini

pelatih harus tepat dalam memberikan porsi latihan kepada atletnya, jangan

sampai beban yang diberikan terlalu ringan atau bahkan terlalu berat.

Apabila terlalu berat salah satunya akan menyebabkan cidera dan sebaliknya

apabila terlalu ringan proses latihannya kurang baik karena atlet belum

memasuki zona taining yang diharapkan.

Page 81: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60  

Keuntungan yang diperoleh dari pada peningkatan beban secara progresif

adalah otot-otot tidak akan merasa sakit atau tidak berdampak pada cidera serta

adaptasi otot dapat tercapai. Selain itu pula dalam peningkatan harus teratur

sedikit demi sedikit agar tubuh dapat menyesuaikan dengan beban yang

diberikan. Kenaikan beban harus sedikit demi sedikit menurut Suharno (1993:

14) “ hal ini penting agar tidak terjadi over training dan proses adaptasi atlet

terhadap beban latihan akan terjamin keteraturannya”

c) Prinsip latihan yang teratur

Latihan yang dilakukan biasanya dilakukan secara teratur apabila

tidak teratur berdampak pada cidera atlet dan apabila terlalu lama pada masa

recovery maka otot akan kembali normal.

Sehingga latihan harus teratur dan terukur dalam arti serentetan

latihan tersebut harus diselingi istirahat dan latihan yang cukup. Dalam hal

ini harus jelas pula konsep-konsep yang dibuat pelatih yaitu berupa program

latihan dengan mengingat periode-periode latihan.

Program latihan beban harus diatur sedemikian rupa sehingga beban

yang diberikan harus kepada otot-otot yang besar terlebih dahulu baru

kepada otot-otot kecil. Alasan sesuai dengan pola gerak normal manusia

bahwa otot-otot kecil lebih cepat mengalami kelelahan dari pada otot-otot

besar. Hal ini berkaitan dengan pembuatan program latihan agar latihan

dapat berjalan secara teratur dan terukur maka haruslah pula ditentukan

dosis beban latihannya. Pada dasarnya pembebanan latihan tersebut bersifat

individual dalam arti berbeda antara satu orang dengan orang yang lainnya.

Page 82: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61  

Selain itu pula pemberian latihan beban harus dimulai dari otot besar diikuti

otot-otot kecil. Pengaturan latihan beban juga harus memperhatikan

pemberian beban terhadap otot yang ingin dibentuk. Diupayakan agar tidak

memberikan latihan yang sama secara berurut bagi otot-otot yang sama.

Sehingga otot yang dilatih memiliki kesempatan recovery sebelum di

berikan latihan lebih lanjut.

d) Prinsip kekhususan.

Pada dasarnya dalam olahraga memerlukan program-program latihan

yang khusus terutama pada cabang-cabang atau bahkan nomor-nomor

olahraga. Pada prinsipnya beban latihan diberikan kepada atlet sesuai

dengan kebutuhan terhadap bidang olahraga yang ingin dicapainya. Selain

itu pula perlu diperhatikan juga umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, atau

bahkan mental yang dimiliki oleh seorang atlet. Sehingga pengertian

kekhususan atau spesialisasi di sini sudah menjurus pada cabang atau

bahkan nomor dalam pertandingan dan perlombaan dalam olahraga.

Menurut Andi Suhendro (2002: 3.17) “Spesialisasi setiap cabang olahraga

berbeda-beda dan memerlukan latihan khusus. Spesialisasi bukan

merupakan proses yang multilateral, tetapi merupakan sesuatu yang

kompleks, yang didasari oleh perkembangan menyeluruh”.

Selain itu pula dalam pembebanan ditekankan kepada pelatih agar

Latihan beban tidak hanya dapat kepada kelompok otot, akan tetapi latihan

beban dapat juga diberikan kepada otot-otot yang bekerja secara spesifik.

Dalam hal ini pemberian latihan beban juga harus memperhatikan olahraga

Page 83: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62  

yang dominan dilakukan. Sehingga latihan beban yang diberikan dapat

disesuaikan dengan gerakan yang sesuai dengan cabang olahraga yang

ditekuninya. Melalui kondisi atlet tersebut dalam cabang olahraga

hendaknya pelatih dapat membentuk olahraga apa yang cocok dalam

nomor-nomor atau cabang-cabang olahraga yang sesuai, selain itu pula atlet

yang diasuhnya untuk dapat berprestasi secara maksimal.

Dalam variabel penelitian ini terdapat sebuah variabel mengenai

siswa putra SMP sehingga kaitannya dengan penelitian ini merupakan

latihan dasar atau latihan tahap pemula. Dalam pemberian beban latihan

bagi para pemula hendaknya ditekankan yang ringan-ringan dalam

pembebanan. Dalam pembinaannya harus dilakukan secara bertahap dan

berkesinambungan dan dimulai sejak anak dalam usia sekolah dimana usia

mereka masih dalam tergolong muda. Menurut Yusuf Hadi Sasmita dan Aip

Syarifudin (1992:61)

“Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip olahraga, bahwa latihan teratur

adalah latihan yang mulai dilakukan sejak usia muda akan dapat memacu

organ-organ tubuhnya, sehingga nantinya akan dapat melakukan latihan-

latihan secara teratur dengan takaran yang cukup setelah usia 14 tahun”.

Latihan sangat penting diterapkan pada anak – anak terutama anak

usia dalam usia yang dipersiapkan dalam masa depannya. Tetapi dalam

kondisi fisik perlu diingat pula tentang bagaimana penerapannya terhadap

anak yang masih dikatakan pemula ini. Sifat dasar dari pada latihan sendiri

adalah pengulangan dalam latihan tersebut sehingga dihasilkan sesuatu yang

diharapkan yaitu berupa efek-efek pada sistem otot dan sitem organ pada

Page 84: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63  

anak tersebut. Karena kondisi fisik ini merupakan salah satu bisa dikatakan

sebagai prasyarat yang sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan

seorang anak yang bisa dikatakan dalam tahap pemula bahkan seorang atlet.

Kondisi fisik sendiri merupakan landasan sebagai titik tolak suatu awalan

olahraga prestasi yang mengarah ke prestasi yang akan diraih secara

maksimal.

2) Bentuk Latihan Berbeban

Dalam suatu latihan bentuk berbeban agar diperoleh hasil yang

maksimum tidak terjadi pengulangan pada daerah yang sama maka kebanyakan

pelatih mengkombinasikan dengan gerakan-gerakan yang lain. Yunusul Hairi

(2004 : 4.13) “program training juga harus disusun agar dua macam latihan yang

melibatkan otot yang sama tidak dilakukan secara berturut-turut begitu juga dua

otot yang berlawanan tidak boleh melakukan latihan yang berturut-turut hal ini

dilakukan untuk menjamin waktu recovery yang cukup setelah setiap gerakan

mengangkat atau mendorong bahkan menarik.” Dari pendapat tersebut diatas

jelas bawa bentuk-bentuk latihan tidak hanya satu jenis saja tetapi dalam hal ini

ada beberapa jenis yang digunakan. Karena dalam melaksanakan latihan

berbeban pada atlet usia dini atau anak yang masih dalam taraf pertumbuhan dan

perkembangan yang optimal maka ditekan kan melalui berbeban dengan

mengangkat tubuh sendiri atau tubuh temannya. Bentuk-bentuk latihan tersebut

dapatlah berupa push-ups, back-up, pull-ups, squatras, dan lain sebagainya.

Dalam latihan berbeban baik menggunakan beban berupa beban atau pun

beban lain perlu diperhatikan pula mengenai suatu takaran beban latihan (dosis

Page 85: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64  

latihan) yang akan diberikan kepada seorang atlet. Menurut Menurut Hamidsyah

Noer ( 1996: 117-118) Untuk menyusun dan menentukan dosis latihan seorang

atlet, haruslah diketahui terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut

a. Fisik atlet :

- Umur atlet

- jenis kelamin

- Susunan fisiologis dan Anatomis

b. Kemampuan Berlatih :

- kemampuan melakukan latihan

- lamanya berlatih

- Pengalaman yang dimiliki

c. Mental :

- Semangat dan disiplin berlatih

- kematangan Juara

Menurut pendapat ahli diatas perlu diketahui dari pada pemberian porsi

latihan yaitu mengenai fisik atlet, kemampuan berlatih dan mental. Setelah data

menengenai kondisi atlet yang akan dilatih diketahui oleh seorang pelatih ,

berulah seorang pelatih menetukan seberapa besar dan seberapa tepat porsi

latihan yang tepat yang akan diberikan. Didalam pemberian porsi dalam suatu

program latihan berbeban berat beban yang akan diangkat oleh setiap individu

tidak sama, melainkan beban yang akan diberikan sesuai dengan kemampuan

individu masing-masing sehingga tidak menimbulkan kelelahan yang berarti

(overtraining). Tanda-tanda kelelahan terjadi secara fisik dan psikis,

Menurut Suharto (2000: 36-37) Tanda-tanda gejala/keadaan kelelahan

(overtraining)

Page 86: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65  

Tabel 4. Tanda-Tanda Gejala Kelelahan

Tanda-tanda fisik bila terjadi kelelahan :

Denyut jantung istirahat meningkat

Penurunan berat badan cepat

Penurunan nafsu makan

Kelelahan otot yang berlebihan atau pegal

Sering demam, infeksi, atau reaksi alergi

Gangguan tidur

Menurunnya motivasi untuk berlatih

Tanda-tanda psikis bila terjadi kelelahan

Mudah marah

Suasana hati yang berubah-ubah

Hilangnya konsentrasi

Hilangnya kepercayaan diri

3) Penyusunan Progaram Latihan Berbeban.

Program pengkondisian dalam berbeban merupakan kegiatan pelatihan

dalam bentuk fisik sebagai dasar untuk menunjang dalam pencapaian

peningkatan kekuatan otot yang dilatih. Latihan berbeban sendiri merupakan

latihan yang menyita tenaga yang sangat berat, oleh karena itu agar pengaruh

atau efek yang diharapkan dari latihan dapat efektif maka latihan harus

dilakukan secara hati-hati dan sesuai dengan petunjuk atau ketentuan dalam

pelaksanaan program dan prinsip-prinsip latihan berbeban itu sendiri.

Latihan fisik yang berupa latihan berbeban pada atlet usia pemula dalam

penyusunan program latihan bukan pekerjaan yang sangat mudah. Dalam latihan

Page 87: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66  

beban superkompensasi merupakan tujuan utama. Superkompensasi tersebut

menurut Hamidsyah Noer (1996: 109) adalah suatu proses kenaikan kemampuan

jasmani atlet setelah mengikuti latihan. Karena atlet yang memiliki usia yang

masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan, sehingga tidak dapat

terlepas dari adanya prinsip-prinsip latian dalam memberikan porsi latihannya.

Prinsip-prinsip latihan tersebutlah yang nantinya akan mempengaruhi pembutan

program latihan yaitu mengenai jumlah beban, repetisi, set, recovery, lamanya

latihan dan lain sebagainya. Dalam memberikan suatu latihan hendaknya beban

diberikan tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan. Dimana dalam pemberian

beban dan peningkatan beban tersebut disesuaikan dengan masing-masing

individual. Sehingga pemberian peningkatan beban pada anak usia dini akan

jelas berapa jumlah beban dan berapa hari jumlah peningkatan tersebut harus

ditamabahkan. Super kompensasi inilah yang diinginkan dalam hasil latihan

berbeban oleh seorang pelatih dan atlet. Menurut Hamidsyah Noer (1996: 109)

beban latihan yang diberikan secara maksimal terus menerus tidak akan

menimbulkan super kompensasi. Oleh karena itu seorang pelatih harus berusaha

a. Meningkatkan super kompensasi semaksimal mungkin sampai batas

kemampuan bakat atlet.

b. Memberikan beban latihan yang dapat memberikan rangsangan secara tepat,

teratur dan ajeg.

c. Menjaga agar super kompensasi tidak menurun yang mengakibatkan

turunnya prestasi.

Keseluruhan dari program latihan tersebut akan mempengaruhi hasil

yang diperoleh dari pada latihan yang sudah dilaksanakan. Program latihan

berbeban tersebut haruslah diselingi istirahat dalam setiap jeda latihannya.

Page 88: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67  

Sehingga otot-otot tersebut yang berkontraksi dalam melaksanakan latihan akan

kembali pulih dan siap melaksanakan set yang berikutnya (recovery). Agar atlet

dalam melaksanakan latihan dan pulih setiap set maupun pengulangannya dapat

pula latihan berbeban ini menggunakan sistem latihan interval training. Interval

training menurut Sajoto (1988: 156) adalah “suatu sistem latihan yang diselingi

oleh interval-interval yang berupa masa-masa istirahat.” Agar dapat berjalan

secara sistematis setiap bentuk dari latihan dapat berbentuk pos-pos kegiatan

latihan. Missal pos 1 push up, pos 2 back up, pos 3 puul up dan sebagainya,

sehingga dalam pemrograman latihan berbeban ini diperoleh hasil yang

maksimal melalui bentuk-bentuk kegiatan latihan yang sitematis. Sedangkan

menurut Bompa dalam Andi Suhendro (2002 : 3.22) mengemukakan komponen

penting yang harus ada didalam suatu latihan meliputi: (1) volume latihan, (2)

intensitas latihan, (3) density atau kekerapan latihan dan (4) kompleksitas

latihan.

Gambar 14. Komponen-Komponen Latihan ,Suhendro (2002 : 3.22)

Selanjutnya menurut Harsono(1988: 157) Ada beberapa faktor yang

harus dipenuhi dalam menyusun interval training, yaitu:

a. Lamanya latihan

Page 89: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68  

b. Beban (intensitas) latihan.

c. Ulangan (repetition) melakukan latihan

d. Masa istirahat (recovery interval) setelah setiap repetisi latihan.

Sedangkan menurut Sajoto (1988 : 117-119) latihan hendaknya

memperhatikan diantaranya adalah “ 1) jumlah beban 2) repetisi dan set 3)

frekuensi dan lama latihan”. Faktor-faktor inilah yang menjadi dasar pembuatan

program pada latihan berbeban, berupa penentuan dari jumlah berat (load),

jumlah ulangan (repetition), jumlah rangkaian (set) peningkatan jumlah atau

beban latihan, dan waktu istirahat yang di peroleh otot atau sering kali disebut

waktu istirahat otot (recovery).

(1) Beban Latihan

Beban merupakan salah satu takaran dan porsi dalam setiap latihan

berbebanya. Dalam pemrograman dan pembinaannya atlet yang belum siap

melaksanakan program berbeban dalam jumlah yang sangat berat hendaknya

jumlah beban dapat diberikan melalalui mengangkat tubuhnya sendiri. Sehingga

jumlah beban keseluruhan tersebut hanyalah berpusat pada tubuh anak itu

sendiri. Berkaitan dengan jumlah beban yang harus diberikan dalam latihan

power, Nossek (1982 : 57) mengemukakan bahwa “untuk meningkatkan

kekuatan kecepatan bebannya adalah 30% - 50% dari beban maksimum”. Dalam

latihan pembebanan ini beban tidak boleh terlalu ringan maupun terlalu berat

karena akan mempengaruhi kecepatan sehingga arahan transfer dari kekuatan ke

power dapat terjadi secara sempurna. Menurut Harsono (1988: 200) “beban

adalah demikian rupa sehingga masih memungkinkan atlet untuk mengangkat

beban dengan cepat”. Karena yang digunakan berat badannya sendiri maka

Page 90: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69  

siswa atau atlet tersebut hendaknya melakukannya dengan cepat dan sekuat

mungkin. Tujuan dalam meningkatkan power juga harus diperhatikan pula

mengenai kegunaan dalam peningkatan power tersebut. Sehingga patokan

jumlah beban yang ditentukan dapat terprogram dengan tepat. Dalam hal ini

menurut Bompa (1990 : 285) bahwa

“untuk latihan dengan tujuan meningkatkan daya ledak pada jenis olahraga

yang bersifat cyclic seperti sprint, olahraga team, dengan pembebanan 30% -

50 % dari beban maksimal, sedangkan untuk jenis olahraga yang bersifat

acyclic seperti lompat, lempar, angkat berat dengan pembebanan 50% - 80%

dari beban maksimal, jumlah ulangan antara 5-10 kali dilakukan secara

dinamik”.

Beban yang diberikan kepada atlet yang masih muda serta beban awal

yang akan diberikan agar dapat mengerahkan kemampuan maksimal tentunya

setiap individu berbeda-beda. Agar diketahui seberapa besar kemampuan

individu-individu tersebut dalam meloakukan latihan maka dilakukanlah tes

kemampuan pada tiap-tiap sampel. Tes yang dilakukan adalah dengan

melakukan latihan mengangkat tubuh sekut-kuatnya dengan gerakan yang benar

dan tidak terlalu cepat gerakannya maupun terlalu lambat dengan gerakannya.

Maka diperolehlah kemampuan mengangkat dalam mengangkat beban yang

berupa tubuh setiap individu tersebut. Sehingga dalam suatu latihan maka akan

digunakan dalam penelitian ini adalah 50%-75% dari beban maksimal yang

dilakukan oleh para individu tersebut.

(2) Repetisi dan Set

Repetisi adalah ulangan keseluruhan dalam seatu latihan dalam hal ini

adalah mengangkat tubuh tiap individu. Sedangkan set adalah kumpulan dari

Page 91: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70  

pada set yang berupa rangkaian kegiatan suatu latihan. Dalam melakukan latihan

berbeban suatu repetisi dan set merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

terpisahkan dalam pemrogramannya. Sebagai contoh latihan berbeban dalam

bentuk push-up dilakukan sebanyak 3 set dan setiap set nya terdapat 10 repetisi

maksudnya adalah melakukan push-up sebanyak 10 kali dalam pengulangannya

dilanjutkan istirahat dan melakukan lagi dalam jumlah 3 set atau rangkaiannya.

Dalam menentukan jumlah set atau repetisi oleh setiap individu, seorang pelatih

hendaknya mengetahui tujuan dari pada latihan tersebut, apakah untuk kekuatan,

kecepatan ataukah power. Sehingga tujuan latihan tersebut dapatlah tercapai

dengan tepat atas dasar pemrograman dan latihan yang tepat pula.

Latihan untuk meningkatkan kecepatan menurut Nossek (1982 : 81)

adalah dengan intensitas 30 -50 %, repetisi 6-12, antara 4-6 set, dengan istirahat

2-5 menit, dengan irama cepat dan eksplosif”. Sedangkan menurut Sajoto (1995:

34) latihan dengan beban dapat dilakukan dengan “10-12 repetisi untuk 3-4 set”.

Dalam melakukan latihan berbeban perlu diperhatikan juga waktu istirahatnya

atau intervalnya. Karena waktu istirahat atau interval ini akan mempengaruhi

otot untuk melakukan pemulihan (recovery) otot sehingga dapat mengangkat

secara maksimal pada set yang berikutnya.Sedangkan dalam menentukan masa

istirahat antara dua rangkaian latihan tersebut Lebih spesifik lagi Harsono (1988:

198) menyatakan bahwa latihan power dengan weight training dilakukan dengan

“ waktu istirahat 3 samapai 5 menit”. Prinsip latihan berbeban juga diperhatikan

pula salah satunya peningkatan beban sedikit demi sedikit menurut Suharno

(1993 : 14) “ peningkatan beban latihan jangan dilakukan setiap kali latihan ,

Page 92: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71  

sebaiknya du atau tiga kali latihan baru dinaikkan. Bagi si atlet masalah ini

sangat penting, karena ada kesempatan untuk beradaptasi”

Berdasarkan pendapat yang disampaikan para ahli di atas, maka dalam

penelitian ini untuk meningkatkan power otot lengan dapat dilakukan dengan

jumlah repetisi dalam setiap setnya sebanyak 10 kali, dan dilakukan dalam

rangkaian sebanyak 3-4 set, dengan pemulihan yang berupa istirahat antar set 3-

5 menit, dan beban latihan ditingkatkan setelah 3-4 kali dalam setiap latihannya.

(3) Frekuansi dan Lamanya Latihan.

Dalam latihan hendaknya dilakukan secara terprogram sehingga dalam

pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan dapat dilakukan secara intensif.

Maka diperlukan suatu frekuansi serta lamanya yang diperlukan dalam

latihannya. Frekuensi merupakan keseluruhan dari jumlah yang dilakukan tiap

minggunya. Lama latihan adalah lama waktu keseluruhan yang diperlukan

dalam melatih setiap individunya hingga terjadi perubahan yang signifikan.

Menurut Sadoso Sumosardjuno (1994: 29) menyatakan bahwa “secara

teratur diadakan sepanjang tahun dengan jarak waktu 6-8 minggu untuk

mengukur kemajuan dan penyesuaian beban latihan”. Pendapat senada

dikemukakan oleh E.L. Fox dalam M. Sajoto (1988: 119) mengemukakan

bahwa “program latihan dilaksanakan 4 kali setiap minggu, selama 6 minggu

cukup efektif. Namun rupa-rupanya para pelatih cenderung melaksanakan

program 3 kali setiap minggu untuk menghindari terjadinya kelelahan kronik.

Dengan latihan yang dilakukan adalah selam 6 minggu atau lebih baik”. Dari

pendapat para ahli diatas dapat disimpulakan bahwa latihan sebaiknya

Page 93: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72  

dapatdilakukan tiga kali dalam seminggu, misalkan senin, rabu dan jumat yang

diselingi satu hari, yang berfungsi sebagai masa untuk recovery sehingga pada

latihan berikutnya otot siap untuk menerima latihan kembali. Selain itu pula

harus diketahui pelu seberapa atlet melakukan jeda latihan agar tidak terjadi

cidera pada tubuhnya dan sel-sel otot dapat tumbuh lebih besar dan kuat. Melalui

istirahat yang cukup maka diperolehlah perkembangan power yang maksimal.

Menurut pendapat Harsono (1988: 194) “ Istirahat antara dua session latihan

sedikitnya adalah 48 jam, dan sebaiknya tidak lebih dari 96 jam”.

Lamanya watu yang diperlukan dalam latihan disebut duration setiap sesi

latihan, lebih lanjut Andi Suhendro (2002: 3.35) menyatakan bahwa “ lamanya

waktu latihan yang dilakukan selama melakukan latihan dalam training zone ±

45 menit - 120 menit”. Lamanya latihan yaitu waktu yang diperlukan untuk

melatih setiap sesi tersebut hendaknya selalu di perhatikan tingkat kelelahan dari

pada anak itu sendiri.

Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh para ahli di atas maka

dalam memberikan program latihan mengenai frekuensi dan lamanya latihan

harus terprogram dalam setiap latihannya dan dilakukan secara intensif.

Sehingga dalam penelitian ini akan dapat diketahui perubahan yang signifikan

dan akan memperoleh pengaruh dalam peningkatan kondisi fisik yang nyata.

Dalam penelitian ini latihan dilakukan 3 kali seminggu yaitu pada hari Selasa,

Kamis, dan Sabtu mulai pukul 14.00 sampai selesai, secara teratur selama 6

minggu atau 18 kali pertemuan.

Page 94: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73  

4) Jenis latihan berbeban yang digunakan.

Latihan berbeban melalui berat badannya sendiri merupakan salah satu

bentuk latihan yang digunakan untuk meningkatkan power otot lengan. Dalam

melakukan latihan berbeban hendaknya melihat berapa umur yang akan

melakukan latihan dalam pembebanan tersebut, karena apabila anak yang akan

malakukan pembebanan masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan

akan merusak otot dan tulang dalam masa pertumbuhannya. Menurut Sugiyanto

dan Sujarwo (1993: 163)

“latihan kekuatan pada anak dengan beban yang dilakukan dengan kontraksi

isometriks dapat berpengaruh negatif terhadap perkembangan skeletal,

sistem jaringan pengikat, dan persendian-persendian menjadi lemah. Hal ini

dapat terjadi karena ligamen kapsular menjadi lemah sebagai akibat gerakan-

gerakan menahan beban yang kemungkinan memberikan rentangan sendi

secara maksimal.”

Pada masa adolosensi ini anak memiliki kemampuan dalam

meningkatkan kesegaran jasmani sangat tinggi utamanya bagi anak laki-laki.

Gambar 15. Penampilan Kesegaran Jasmani Anak Laki-Laki dan

Perempuan,(Sugiyanto, 1998: 190).

Page 95: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74  

Dari grafik kesegaran jasmani tersebut diatas dapatlah berpengaruh

langsung terhadap tingkat kekutan dari pada latihan berbeban melalui berat

badannya sendiri pada anak laki-laki. Hubungan antara kekuatan otot dan umur

dapat dilihat pada grafik berikut:

.

Gambar 16. Hubungan Anatara Umur (Tahun) Dengan Kekuatan Otot

(%) (Sugiyanto, 1998: 190).

Berdasarkan pengertian kurva diatas bahwa anak yang masih dalam taraf

pertumbuhan hendaknya diberikan bentuk latihan yang sesuai agar tidak

mengganggu dalam pertumbuhannya. Bentuk latihan dalam meningkatkan

power otot lengan sangatlah bervariasi dan banyak jenis dan macamnya. Latihan

berbeban tersebut dapat menggunakan bantuan palang tunggal dan dapat juga

menggunakan berat badannya sendiri atau berat orang lain. Latihan berbeban

harus dilaksanakan dengan benar karena akan mempertinggi derajat kemampuan

fisik secara kesuluruhan yang sangat dibutuhkan oleh atlet. Bentuk latihan

berbeban yang digunakan oleh anak yang masih dalam pertumbuhan dan

perkembangannya hendaknya menggunakan beban yang ringan atau dapat

menggunakan berat badannya sendiri. Bentuk latihan berbeban untuk

meningkatkan power otot lengan tentunya melibatkan kelompok otot-otot lengan

Page 96: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75  

secara khusus maupun keseluruhan dan gerakannya pun tidak jauh dari otot-otot

yang dilatihnya, diantaranya dapat menggunakan push-ups dan pull-ups.

Sehingga kedua bentuk latihan berbeban yang menggunakan berat badannya

sendiri tersebut digunakan sebagai bentuk dan jenis latihan dalam penelitian.

Latihan berbeban melalui model push-ups adalah latihan yang digunakan

untuk meningkatkan kekuatan, power dan daya tahan pada otot-otot lengan dan

otot-otot bahu yang pelaksanaannya tanpa menggunakan bantuan alat.

Latihan berbeban melalui model pull-ups adalah latihan yang

menggunakan alat berupa palang tunggal yang digunakan sebagai sarana untuk

meningkatkan kekuatan otot lengan dan otot bahu.

Latihan ini dilakukan dengan gerakan menekuk dan meluruskan lengan

dan mengerahkan kekuatan disertai dengan kecepatan otot secara penuh.

(1) Pelaksanaan latihan push-ups

Push ups selain sebagai sarana untuk mengukur kekuatan dan daya

tahan otot lengan dan bahu dapat juaga digunakan sebagai sarana untuk

latihan. latihan ini dalam pelaksanaannya dengan mendorong bahu dan

lengan.

Pelaksanaan latihan push ups dapat digambarkan sebagai berikut:

(a) Sikap awal:

Badan telungkup sehingga muka menghadap pada lantai, kaki

yang digunakan sebagai tumpuan melebar serta rileks dan tangan

Page 97: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76  

menopang bahu tidak terlalu lebar dan tidak terlalu sempit dan jari-jari

menghadap lurus kedepan.

(b) Gerakannya:

Tarik nafas secara pelan-pelan sebelum mengangkat tubuh,

angkat tubuh dengan menggunakan kekuatan pada bahu. Selama tubuh

berada diatas pertahankan agar punggung Anda agar tetap stabil,

usahakan jangan sampai menahan nafas.

(c) Beban latihan:

Latihan push ups dilakukan dengan beban latihan 50%-75% dari

beban maksimal, dengan 3-4 set, istirahat 3-5 menit dengan gerakan

cepat.

Bentuk modifikasi yang dimodifikasi melalui push ups dapat

dilihat pada gambar berikut:

Gambar 17. Variasi latihan push-ups Sadoso Sumosardjuno (1994: 47)

Page 98: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77  

(2) Pelaksanaan latihan pull-ups

Latihan pull-ups sama halnya dengan latihan push up, tetapi dalam

pelaksanaannya membutuhkan alat yang berupa palang tunggal. Latihan pull

ups dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan, daya tahan bahkan

power. latihan ini dalam pelaksanaannya dengan menggantung sampai

mengangkat tubuhnya samapi berada diatas palang.

Pelaksanaan latihan pull ups dapat digambarkan sebagai berikut:

(a) Sikap awal:

Pelaksaannya dapat diawali melalui menggantung pada palang

tunggal dengan pandangan kearah depan dengan lengan dan kaki lurus

serta kaki tidak menyentuh lantai.

(b) Gerakan:

Gerakan ini dapat dilakukan dengan mengangkat tubuhnya

samapai kepala berada diatas palang yang kemudian setelah beberapa

saat diatas maka turunkan tubuhnya keposisi awal. Dalam pelaksaannya

tidak boleh menahan nafas sehingga gerakan ini menjadi lebih rileks.

(c) Beban latihan

Latihan pull-ups ini dilakukan dengan beban latihan 50%-75%

dari beban maksimal, dengan 3-4 set, istirahat 3-5 menit dengan

gerakan cepat.

Bentuk latihan pull ups dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 99: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78  

Gambar 18. Latihan pull ups , Andi Suhendro (2002: 2.48)

5) Pengaruh Latihan Berbeban

Latihan berbeban merupakan model latihan latihan dengan mengangkat

beban yang bertujuan khusus terhadap sekelompok otot yang dilatih. Misalnya

untuk meningkatkan kemampuan power otot lengan, maka individu tersebut

haruslah mengikuti program latihan dalam hal ini latihan berbeban yang telah

disusun oleh seorang pelatih atau instruktur dengan tujuan untuk melatih

sekelompok otot yang menunjang gerakan power otot lengan.

Latihan berbeban atau pembebanan pada sekelompok otot lengan sering

kali ditandai melalui gerakan-gerakan yang melawan beban yang dilakukan

secara terus-menerus khususnya pada otot lengan sehingga otot-otot yang

diberikan pembebanan tersebut akan beradaptasi umtuk memperoleh hasil

berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dicapai. Misalnya: kekuatan, kecepata,

daya tahan, power, dan lain sebagainya. Tujuan dari pada pembebanan secara

khusus adalah untuk meningkatkan gerakan dan efisiensi gerak pada sekelompok

otot serta memperoleh memperoleh hasil yang superkompensasi sehingga pada

Page 100: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79  

akhirnya diperoleh kekuatan karena pembesaran otot dan kecepatan secara

optimal dan meningkatkan sestem peredaran darah serta meningkatkan volume

dan berat jantung. Pendapat senada juga diungkapkan Moeljono. W dan Slamet.

S (1996: 445) “Otot-otot akan menjadi kuat, tulang dan urat-urat membesar dan

kokoh, alat peredaran darah dan pernafasan makin efisian dan terdapat sedikit

lemak dalam kesatuan badan”.

Melatih kekuatan merupakan bagian dalam mengembangkan power

secara keseluruhan. Meningkatnya power adalah perpaduan hasil kali antara

kekuatan dan kecepatan, sehingga apabila ingin meningkatkan power maka

selain latihan kecepatan juga dilatih latihan kekuatan, ataupun dapat dilatih

secara bersama-sama dalam suatu bentuk latihan berbeban.

Keuntungan yang didapat setelah latihan berbeban diantaranya: kerja

jantung dapat lebih baik dan efisian, memberikan semangat dan motivasi yang

melakukan sehingga apabila dalam melakukannya secara benar dan sistematis

maka akan diperoleh hasil yang positif salah satunya superkompensasi. Serta

peningkatan kekuatan otot lengan yang cukup besar dengan adanya beban

tambahan dari luar tersebut.

Kelemahan dari latihan berbeban ini diantaranya: sering kali

menimbulkan resiko cidera yang berkelanjutan, menimbulkan kejenuhan apabila

tidak dilakukan secara sistematis dalam peningkatannya serta gerakan dari

kecepatan terabaikan karena dalam pemberian beban terlalu berat. Namun dalam

latihan berbeban menggunakan mengangkat tubuhnya sendiri pada anak usia

dini ini mampu digunakan dalam meningkatkan power otot lengan.

Page 101: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80  

Metode latihan berbeban sendiri sangatlah banyak, tentunya seorang

pelatih ataupun atlet dapat menggunakan salah satu bahkan mengkombinasikan

metode-metode latihan tersebut ke dalam program latihan. Latihan berbeban

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode latihan berbeban linier dan

non linier.

Metode latihan berbeban fisik harus dilakukan secara sistematis dan

terprogram secara teratur, agar dapat mencapai hasil sesuai dengan harapan,

pelaksanaan latihan harus berdasarkan pada metode latihan yang benar. Metode

latihan merupakan landasan garis pedoman secara ilmiah dalam pelatihan yang

harus dipegang teguh dalam melakukan latihan. Seorang pelatih harus mampu

memilih metode latihan yang terbaik sesuai dengan karakteristik cabang

olahraga yang dibinanya.

Metode latihan berbeban sendiri sangatlah banyak, tentunya seorang

pelatih ataupun atlet dapat menggunakan salah satu bahkan mengkombinasikan

metode-metode latihan tersebut ke dalam program latihan. Latihan berbeban

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode latihan berbeban linier dan

non linier.

b. Metode linier

Pada latihan cabang olahraga banyak sekali pelatih memberikan

latihan berbeban menggunakan metode latihan linier. Metode ini seringkali

dikenal dengan progressive resistance Exercise. Latihan berbeban linier

merupakan bentuk latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan

Page 102: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81  

kekuatan, daya tahan, power dan lain sebagainya. Metode ini digunakan

oleh pelatih kebanyakan karena dapat digunakan mempercepat peningkatan

kondisi fisik tubuh secara cepat, misalnya program latihan jangka pendek

atau pun jangka menengah. Latihan berbeban dengan pembebanan linier

yaitu suatu metode latihan berbeban dimana beban latihan ditingkatkan

secara bertahap dan dalam peningkatannya tersebut dilakukan secara terus

menerus tanpa adanya pengurangan beban. Peningkatan beban latihan linier

ini dilakukan setelah tiga sampai empat kali latihan (pertemuan) yang

didasarkan pada peningkatan dimana peningkatan tersebut dilakukan secara

progresif dan bersifat terus menerus serta berdasarkan pada prinsip

pembebanan yang overload.

Latihan berbeban dengan latihan pembebanan melalui metode

pendekatan linier kurang memberikan kesempatan kepada setiap atlet atau

siswa dalam melakukan regenerasi atau pemulihan kerja otot tubuh

utamanya pada sistem faalnya, karena tidak adanya pemberian interval atau

recovery dalam setiap frekuensi dalam setiap latihannya. Bagi siswa yang

utamanya atlet, dalam pembebanan linier sering digunakan oleh pelatih

dalam meningkatkan prestasi bagi atlet karena program dalam pembebanan

tersebut dilakukan dalam jangka pendek atau pun menengah. Pembebanan

linier sangatlah memberatkan dalam pelaksanaannya utamanya bagi pemula

dan anak-anak yang masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan.

Sehingga dalam pembebanan tersebut melalui beban yang ringan-ringan

atau berat badannya sendiri.

Page 103: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82  

Jumlah pembebanan (porsi) dalam latihan berbeban linier dalam

peningkatannya bersifat progresif dan terus menerus maka dalam pembuatan

program latihan harus tepat pula.

Dari penjabaran tersebut dapatlah diungkapkan pengertian secara

sederhana bahwa latihan berbeban linier adalah suatu metode latihan

berbeban yang cara pemberian porsi beban dalam penyajian perlakuan atau

treatment selalu meningkat baik dilihat dari lamanya latihan, beban

(intensitas) latihan, ulangan (repetition) melakukan latihan, masa istirahat

(recovery interval) setelah pemberian perlakuan pada latihan berbeban

tersebut.

Pembebanan program latihan pada anak usia dini hendaknya

memperhatikan: jumlah beban, repetisi, set, frekuensi dan lama latihan.

Dalam uraian diatas juga telah diungkapkan pula mengenai porsi latihan

berbeban maka dalam porsi latihan berbeban malalui metode linier dapat

disimpulkan sebagai berikut:

Jumlah beban dalam mengangkat tubuh setiap repetisi.

50%-75% dari beban maksimal yang dilakukan oleh para individu.

Dan dilakukan peningkatan beban setiap 3-4 kali pertemuan secara terus

menerus

Set.

Dilakukan dalam rangkaian sebanyak 3-4 set, istirahat antar set 3-5

menit, dan beban latihan ditingkatkan setelah 3-4 kali dalam setiap

latihannya secara terus menerus.

Page 104: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83  

Frekuansi dan lamanya latihan.

Latihan dilakukan 3 kali seminggu yaitu pada hari Selasa, Kamis,

dan Sabtu mulai pukul 14.00 sampai selesai, secara teratur selama 6 minggu

atau 18 kali pertemuan.

Sehingga porsi dalam pemberian beban selalu meningkat secara

progresif dan terus menerus. Latihan berbeban linier ini sangatlah

membawa dampak atau akibat yang bersifat positif maupun negatif,

diantaranya:

1) Dampak positif yang ditimbulkan dari latihan berbeban linier

a) Apabila seorang siswa yang sudah terbiasa dengan kerja berat

dalam latihannya maka akan diperoleh adaptasi yang sangat

cepat.

b) Melalui pembebanan yang selalu meningkat dalam sistem

kardiovaskuler, anatomi, maupun faal tubuhnya akan menjadi

pembiasaan yang baik.

c) Merupakan suatu rangsangan dalam memotivasi siswa atau atlet

bahkan pelatih yang melakukan tantangan dalam pembebanan

tersebut karena dalam peningkatannya tersebut secara terus

menerus.

2) Dampak negatif yang ditimbulkan dari latihan berbeban linier

a) Dikawatirkan sering dan cepat terjadi cidera pada tubuh baik

pada bagian tertentu atau menyeluruh pada tulang, sendi bahkan

fungsi faal sebelum selesainya program latihan.

Page 105: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84  

b) Dalam pembebanan yang selalu meningkat secara terus menerus

ini sering kali siswa merasa kurang mampu dalam

melakukannya, utamanya bagi mereka yang kurang kuat dalam

sistem perototan.

c. Metode Nonlinier

Latihan berbeban non linier merupakan latihan beban yang

digunakan oleh pelatih kebanyakan pada setiap cabang olahraga. Seperti

halnya metode linier, metode ini dapat pula digunakan untuk meningkatkan

kekuatan, daya tahan, power dan lain sebagainya dalam pembebanannya.

Metode latihan berbeban ini sering kali disebut dengan the step type

approach atau sistem tangga karena grafik dalam gambarnya berbentuk

seperti tangga. Latihan berbeban melalui metode non linier merupakan suatu

latihan berbeban dimana dalam peningkatannya dilakukan secara bertahap

dan sistematis tetapi terdapat fase peningkatan dan penurunan beban latihan

secara terukur dan teratur. Seperti halnya dalam program latihan berbeban

melalui metode latihan linier, latihan non linier dalam pembebanan setelah

tiga kali ditingkatkan kemudian setelah itu dilanjutkan satu persiapan dalam

penurunan beban sehingga dalam fase penurunan beban ini dimaksudkan

untuk memberikan kesempatan otot untuk melakukan istirahat atau

regenarasi. Dalam latihan non linier menurut Bompa (1990: 31) menyatakan

bahwa “ada satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain latihan

overload, yaitu dengan memakai sistem yang disebut step tipe approach

Page 106: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85  

atau sistem tangga”. Dalam sistem tangga tersebut terdapat garis vertikal

dan garis horizontal dalam grafiknya. Setiap garis vertikal menunjukkan

perubahan beban dalam setiap kenaikan atau penurunan beban yang

diberikan, sedangkan setiap garis horizontal adalah tahap penyesuaian diri

pada siswa atau atlet dalam adaptasi terhadap beban yang telah

dilaksanakan tersebut pada latihan yang baru dinaikkan atau diturunkan.

Gambar 19. Program Latihan Non Linier. Bompa (2009: 27)

Berdasarkan gambar tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa beban

latihan pada beban 3 anak tangga (cycle) beban pertama, kedua dan ketiga

ditingkatkan secara bertahap dan terus menerus. Pada anak tangga (cycle) ke

Page 107: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86  

4 beban diturunkan secara terukur. Beban tersebut diturunkan karena

merupakan tahap unloading phase, yang dimaksudkan dalam penurunan

beban tersebut untuk memberikan kesempatan kepada seluruh tubuh atau

bagian tubuh untuk melakukan regenerasi atau pemulihan, sehingga proses

regenerasi sel tubuh dapat terjamin secara sitematis.

Adaptasi dalam latihan pembebanan non linier bagi pemula atau pun

anak-anak, sangatlah tidak terlalu memberatkan dalam latihan karena

terdapat masa-masa istirahat dari pada fungsi faal tubuh, otot, maupun sendi

pada tubuh. Selain berpengaruh terhadap sistem kardiovaskuler latihan

berbeban ini juga menghindari serta mengurangi terjadinya kemungkinan

adanya cidera, overtraining dan kelelahan yang berlebihan.

Latihan berbeban melalui metode latihan non linier adalah suatu

program latihan dimana cara pemberian perlakuan terhadap siswa atau atlet

pembebanannya bervariasi sifatnya dalam peningkatan dan pengurangan

beban latihan. latihan berbeban non linier dalam pemberian jumlah repetisi

atau pengulangan dalam setiap setnya tidak selalu naik terus tetapi kadang

juga diturunkan dengan tujuan memberikan kesempatan organ tubuh untuk

beristirahat (recovery). pembebanan hendaknya memperhatikan: jumlah

beban, repetisi, set, frekuensi dan lama latihan.

Jumlah beban.

Jumlah beban dalam mengangkat tubuh setiap repetisi. 50%-75%

dari beban maksimal yang dilakukan oleh para individu. Penerapan

Page 108: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87  

perlakuan ini dilakukan peningkatan beban setiap 3-4 kali pertemuan dan

dilakukan pula penurunan beban secara terukur dan sitematis.

Set

Dilakukan dalam rangkaian sebanyak 3-4 set, istirahat antar set 3-5

menit, dan beban latihan ditingkatkan setelah 3-4 kali dalam setiap latihan

kadang juga diberi penurunan beban secara terukur pula.

Frekuansi dan lamanya latihan.

Latihan dilakukan 3 kali seminggu yaitu pada hari Selasa, Kamis,

dan Sabtu mulai pukul 14.00 sampai selesai, secara teratur selama 6 minggu

atau 18 kali pertemuan

Dalam latihan berbeban melalui metode non linier akan memiliki

dampak positif dan negatif.

1) Dampak positif yang ditimbulkan dari latihan berbeban non linier.

a) Dalam latihan berbeban secara bervariasi dalam pembebanannya

dimana setiap tangga meningkat dan terkadang setiap tangga terjadi

penurunan secara sistematis dan terukur akan menjadi suatu

pembiasaan (adaptasi) yang baik dalam sistem fungsi faal tubuh,

kemampuan anatomis serta sistem kardiovaskulernya dalam

melakukan regenerasi atau recovery.

b) Kerena dalam pembebanan bervariasi dimana ada peningkatan dan

pengurangan dalam pembebanannya tidak menimbulkan kejenuhan

pada siswa atau atlet yang melakukan.

Page 109: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88  

c) Melalui pembebanan nonlinier dapat mempersiapkan lebih cepat

kembali dan dapat merangsang dalam fungsi tubuh untuk melakukan

latihan berikutnya.

2) Dampak negatif yang ditimbulkan dari latihan berbeban non linier

a) Dalam latihan berbeban melalui metode bervariasi akan dikhawatirkan

membutuhkan waktu yang sangat lama untuk memperoleh hasil yang

maksimal.

b) Hanya dapat digunakan pada program latihan jangka menengah dan

jangka panjang.

c) Kurang memberikan suatu tantangan karena seringnya pengurangan

beban, sehingga motivasi atlet untuk mencoba lebih berat lagi menjadi

berkurang.

Dari batasan apa yang disampaikan oleh para ahli diatas dapat

disimpulkan bahwa suatu latihan berbeban melalui metode linier dan non linier

dapat meningkatkan power otot lengan dan merupakan salah satu program

latihan yang tepat dalam program pembentukan power otot lengan yang optimal,

tetapi situasi dan kondisi yang tepat baik yang berasal dari faktor dalam maupun

faktor luar dari siswa atau atlet yang melakukan perlu diperhatikan dan

disesuaikan.

3. Kekutan Otot Lengan

Kekuatan merupakan unsur kondisi fisik yang berkaitan langsung dengan

kesehatan dan kesegaran jasmani manusia. Suatu kegiatan manusia dalam gerak

Page 110: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89  

dan mengontraksikan otot memerlukan suatu kekuatan. Dalam mengerahkan

suatu kekuatan tidak dapat terlepas dari adanya tenaga, sehingga tenaga

tersebutlah yang akan mengubah keadaan gerak atau bentuk dari suatu gerakan.

Kekuatan sangatlah diperlukan atlet dalam berbagai cabang bahkan nomor

dalam suatu pertandingan. Pengertian kekuatan Menurut Imam Hidayat (1997:

84) adalah “gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi otot atau gaya yang

minimbulkan gerak mekanis”. Sedangkan menurut Suharno HP (1993: 39)

pengertian kekuatan adalah “kemampuan otot untuk dapat mengatasi tahanan/

beban, menahan atau memindahkan beban dalam menjalankan aktivitas

olahraga”. Dari pengertian tersebut bahwa kekuatan merupakan kemampuan otot

agar dapat minimbulkan kontraksi dimana kontraksi sendiri merupakan suatu

bentuk dari tegangan atau pengerahan yang dihasilkan oleh serabut-serabut otot

sehingga menghasilkan suatu kekuatan otot. Menurut Mulyono BA (2010: 56)

Pengertian kekuatan otot adalah “kemampuan otot menggerakkan kekuatan”.

Mempertahankan tingkat kekuatan otot lengan sangatlah penting karena

kekuatan merupakan sarat utama dalam menyokong suatu power. Kekuatan otot

dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, juga dipengaruhi beberapa faktor lain

seperti faktor biomekanika, neuromuscular, metabolisme, dan psikologis.

Kekuatan memiliki peran yang sangat penting terutama bagi atlet dalam

kaitannya pembinaan dalam cabang olahraga karena dapat melindungi atlet dari

cidera dan membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi dan otot-otot dalam

tubuh dari pada atlet tersebut. Kekuatan yang dimiliki oleh manusia dapat

Page 111: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90  

bersifat bawaan atau pula dapat dilatih. Menurut Suharno HP (1993: 39) ada

beberapa faktor penentu baik tidaknya kekuatan yaitu diantaranya:

1. Besar kecilnya potongan melintang otot (potongan morphologis yang

tergantung pada proses hipertrofi otot)

2. Jumlah fibril otot yang turut bekerja dalam melawan beban, makin

banyak fibril ototyang bekerja berarti kekuatan bertambah besar.

3. Tergantung besar kecilnya rangka tubuh, makin besar skelet makin

besar kekuatan.

a. Jenis Latihan Kekuatan

Dalam latihan kekuatan cara yang paling popular adalah latihan

berbeban (weight training) atau sering disebut dengan latihan tahanan

(resistence exercises). Latihan tersebut sangat efektif dalam peningkatan

power otot lengan. Menurut Yusuf Hadi Sasmita (1996 : 108) “latihan

tahanan adalah latihan dimana seorang atlet harus mengangkat,

mendorong atau menarik suatu beban baik itu beban atlet sendiri maupun

bobot lain dari luar (exsternal resistence)”. Latihan menggunakan bobot

dari luar dapat mengunakan metode latihan yang melalui isometrik,

isotonik dan isokenetik. Dilihat dari bentuk latihan tersebut juga ada

kelebihan dan kelemahannya tersendiri. Penerapan dalam latihan

berbeban atau weight training dapat dilaksanakan dalam gerakan otot

yang sifatnya secara statis (isometrik) maupun dinamis (isotonik) bahkan

bisa dilakukan dalam bentuk isokenetik. Sehingga dalam latihan berbeban

tipe kontraksi otot dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 112: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91  

Tabel 5. Tipe Kontraksi Otot (Yasunul Hairy, 2004: 4.26)

Tipe Kontraksi Definisi

Isotonik, dinamik

atau konsentrik

Isometrik atau

statik

Isokenetik

Otot memendek dengan berbagai macam

tegangan ketika mengangkat beban konstan

Tegangan mengembang tetapi tidak terjadi

perubahan panjang otot

Tegangan dikembangakan oleh otot ketika

memendek pada kecepatan konstan dengan

ruang gerak maksimal

Dalam hal ini isotonik merupakan bentuk atau jenis dari

pembebanan. Dalam latihan isometik tidak tampak adanya pemanjangan

atau pemendekan otot (iso = tetap, Metrik = Jarak) sehingga dalam

latihan isometrik tidak ada suatu jarak yang ditempuh atau bersifat statis.

Menurut Thomas R. baechle (2003: XIV) latihan isometrik adalah

“Sejenis aktivitas otot dimana otot tidak memendek, karena

pegangan-pegangan tulang letaknya sudah terikatdan tetap atau

kekuatan-kekuatanyang berfungsi untuk menunjang otot dilawan

oleh tenaga yang sama besarnya atau lebih besar dari kekuatan yang

ditimbulkan untuk memendekkan otot”.

Dalam melatih kekuatan maupun power otot lengan selain

menggunakan isometrik juga dapat menggunakan pembebanan yang

bersifat isotonik. Dalam suatu gerakan isotonik akan terjadi suatu gerakan

tubuh karena disebabkan oleh perubahan memanjang atau memendeknya

suatu otot, dimana kontraksi otot ini bersifat dinamis. Pengartian latihan

isotonik sindiri adalah:

Page 113: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92  

“menunjukkan suatu gejala yang dinamis dimana otot menimbulkan

jumlah tenaga yang sama seluruh gerakan. Kondisi yang demikian

jarang atau hampir tidak pernah terjadi pada manusia sewaktu

melakukan latihan. Karena itu, telah diusulkan agar istilah itu tidak

dipergunakan pada manusia yang melakukan latihan. Akan tetapi,

secara sembarangan istilah tersebut digunakan untuk menerangkan

latihan beban dengan beban bebas dan latihan beban dengan

menggunakan mesin” (Thomas R. baechle 2003: XIV).

Dalam hal ini kaitanya dengan latihan isotonik dapat dilakukan

dengan latihan weigh training atau latihan berbeban. Latihan berbeban

ada suatu perubahan sikap gerakan–gerakan dari anggota-anggota tubuh

yang disebabkan memanjang atau memendeknya otot atau muscle dari

tubuh, sehingga terjadi gerakan-gerakan yang sifatnya berkontraksi

secara dinamis. Dari kedua bentuk latihan antara isometrik dan isotonik

tersebut sama-sama dapat digunakan untuk latihan kekuatan sehingga

memiliki kelebihan maupun kekurangan, akan tetapi latihan isometrik

memliki suatu keuntungan yang lebih baik. Menurut Yusuf Hadi Sasmita

(1996 : 108) keuntungan bentuk latihan isotonik dibanding latihan

isometrik adalah:

1. Ruang geraknya lebih luas, hal mana menjamin tetap terlatihnya

fleksibilitas.

2. Perbaikan daya tahan bersamaan dengan perkembangan kekuatan.

3. Lebih memberikan kepuasan dalam mengatasi bobot yang ditahan,

dan sedikit demi sedikit bertambah.

4. Lebih memberikan kepuasandalam menggerakkan bagian-bagian

tubuhterhadap suatu beban

Page 114: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93  

5. Gerakan-gerakannya lebih menjamin fungsi peredaran zat-zat dalam

alat tubuh kita.

Otot merupakan alat gerak aktif dan dalam gerak tersebut tidak

bisa terlepas dari adanya kontraksi. Kontraksi sendiri dibedakan menjadi

dua macam yaitu kontraksi konsentrik dan kontraksi ekstrensik. Dimana

pengertian Kontraksi konsentrik adalah otot dalam bekerja berkontraksi

secara memendek atau Kontraksi otot dimana kedua ujung/perlekatan

otot (origo-insertio) saling mendekat atau otot dalam keadaan memendek.

Sebaliknya dengan kontraksi eksentrik adalah otot dalam bekerja akan

memanjang atau Kontraksi otot dimana kedua ujung dalam hal ini

perlekatan otot antara origo dan insersio saling menjauh, atau otot dalam

keadaan memanjang. Menurut Imam Hidayat (1997: 84) “otot selalu

terdiri dari empal otot (vector) dan urat otot (tendo), urat otot

menghubungkan empal otot tersebut kepada bagian-bagian skelet”

Gambar 20. Kekutan (k) Dari Kontraksi Otot Yang Bekerja

Dengan Arah dan Besaran Tertentu( Imam Hidayat,1997: 85)

Page 115: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94  

Dalam latihan berbeban (weight training) yang arahannya ke

kekuatan yang sifatnya mengarah kehal yang bersifat khusus, maka

pelatih harus tepat pula dalam memberikan suatu latihan. Missal dalam

pemberian latihan berbeban pada cabang olahraga angkat besi hendaknya

berbeda dengan cabang olahraga marathon. Nossek (1982: 66) kekuatan

yang bersifat khusus dikaitkan dengan disiplin pada cabang olahraga

yang tepat berkenaan dengan kebutuhan sebagai berikut:

- Bagian-bagian otot yang ambil bagian dalam gerakan ( kaki atau

tangan merentang, otot-otot yang berhubungan dengan perut

- Besarnya kekuatan yang diterapkan ( sebagai contoh : kekuatan

maksimum)

- Dinamika gerakan (kekuatan kecepatan, kekuatan eksplosif dsb)

- Jumlah pengulangan/ percobaan atau durasi kontraksi otot (sebagai

contoh : ketahanan kekuatan.

Dalam latihan kekuatan hal yang paling penting adalah

menyusun program latihan secara tepat sehingga para pelatih hendaknya

harus memperhatikan prinsip-prinsip program latihan berbeban secara

menyeluruh. Prinsip-prinsip tersebut sebagai tolakan pelatih dalam

pengembangan atlet atau anak didiknya. Menurut Fox (1984) dalam

bukunya Andi Suhendro (2002 : 4.10) mengungkapkan program latihan

berbeban hendaknya berpedoman pada empet prinsip yang cukup

mendasar, yaitu:

1. Prinsip penambahan beban berlebih, atau overload

2. Prinsip peningkatan beban secara bertahap (progresif)

3. Prinsip urutan pengaturan latihan

Page 116: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95  

4. Prinsip kekhususan

Kekuatan pada prinsipnya mempunyai pengertan gabungan dari

beberapa kondisi fisik seseorang. Kekuatan tidak dapat disebut sebagai

kekuatan murni karena kekuatan sendiri berpadu dengan kondisi fisik

yang lain dalam pelaksanaannya. Sehingga dalam pelaksanaan cabang

olahraga pada prinsipnya memadukan atau mengkombinasikan gerakan

yang berupa kekuatan dengan kondisi fisik yang lain dan dihasilkan

gerakan yang diinginkan. Berikut disajikan pula mengenai gambaran

kebutuhan kekuatan dalam cabang – cabang olahraga yang berbeda:

Gambar 21. Kebutuhan Kekuatan Dalam Cabang-Cabang

Olahraga Yang Berbeda ( Yosef Nossek, 1982 : 66)

b. Kekuatan Berdasarkan Tujuannya

Menurut penggunaan dan tujuannya kekuatan berbeda-beda,

sehingga kekuatan tidak dapat berdiri sendiri. Menurut Herre yang

Page 117: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96  

dikutip Yosef Nossek (1982 : 67) Kekuatan dengan menunjuk pada

tujuan-tujuan latihan kondisioning yang khusus, kekutan dibagi menjadi

menjadi tiga :

- Kekuatan maksimum

- Kekuatan kecepatan

- Ketahanan kekuatan

1) Kekuatan maksimum

Kekuatan maksimum sering kali digunakan dalam event atau

perlombaan yang secara umum hampir mendekati kekuatan secara

maksimum dalam pelaksanaannya bahkan juga dapat digunakan

sebagai sarana dalam program latihan secara keseluruhan. Sebagai

contoh dalam suatu perlombaan lempar lembing, lempar martil

maupun tolak peluruserng kali atlet dalam pelaksaannya

mengerahkan kemampuannya dalam mengerahkan kekuatan otot

secara maksimum. Menurut Nossek (1982 : 68) “kekuatan

maksimum adalah kekuatan yang tinggi yang mungkin yang dapat

dihasilkan oleh otot-otot pada suatu saat”. Para pelatih juga sering

memberikan program latihan kepada atletnya untuk melaksanakan

program latihan secara maksimum dalam mengerahkan suatu otot

tersebut, tetapi perlu diingat bahwa suatu kekuatan maksimum juga

dipengaruhi oleh jenis-jenis dan tipe dari pada serabut otot yang

dimiliki oleh atlet tersebut.

Page 118: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97  

Dalam penerapan atlet pemula dalam kaitanya mengenai

belum dibolehkan seorang atlet dalam mengagkat beban maka

pelatih kebanyakan dalam memberikan porsi latihan ini

menggunakan berat badan yang dimiliki oleh atlet sendiri seperti,

push-up, back-up, atau pun squatras. Tetapi apabila seorang atlet

tersebut sudah memenuhi umur dalam diperbolehkan mengangkat

beban maka metode yang paling cepat melalui weight training dalam

melatih kekuatan maksimalnya dengan beban dan intensitas yang

sangat tinggi (sangat berat) dan pengulangannya sangat sedikit. atlet

dalam melaksanakan suatu program yang diberi suatu pembebanan

yang sifatnya sangat maksimum maka otot akan beradaptasi

sehingga tidak menimbulkan suatu Hipertrophy atau penambahan

masa otot. Tetapi apabila suatu daerah tersebut dilatih dalam taraf

pada daerah intensitas latihan maka akan diperoleh penambahan

massa otot atau sering disebut intensitas latihan. Dimana suatu

intensitas latihan tersebut berkisar antara 70-80% dan dilakukan

dalam batas-batas yang tidak terlalu cepat maupun lambat selain

itupula juga dilihat sebarapa meampunya otot dalam

pengulangannya. Menurut Nossek (1982 : 68)” kondisi hypertrophy

yang terbaik diciptakan pada beban maksimum 70 - 80%, 8 - 12 kali

pengulangan tiap set. Pada langkah kerja yang pelan dan lancar.”

Page 119: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98  

2) Kekuatan kecepatan

Kekuatan dan kecepatan dalam istilah lain disebut power.

Kekuatan kecepatan sering kali digunakan dalam nomor-nomor

lompat dalam atletik. Dimana suatu keperpaduan kekuatan dan

kecepatan ini bekerja secara bersama-sama dan bersifat simultan.

“Kekuatan kecepatan atau sering disebut dengan power, kekuatan

kecepatan sendiri adalah gerakan – gerakan kekuatan kecepatan

dilakukan melawan perlawanan dengan akselerasi-akselerasi

dibawah maksimum” menurut Nossek (1982 : 70). Lebih lanjut

mengenai pokok bahasan kekuatan kecepatan akan dibahas lebih

lanjut dan dalam pada pokok bahasan pada variabel power berikut.

Tetapi pelatih sering kali mengabaikan model-model berbeban yang

ada hubungannya dengan faktor usia yang mana pelatih hanya akan

mengejar target dalam berprestasinya atlet tersebut. Sehinga atlet

pemula yang belum cukup umur dalam melaksanakan latihan

berbeban dipaksa dalam mengangkat beban. Hubungannya dengan

tulang dan otot akan mempengaruhi dalam pertumbuhan tulang

dimana pertumbuhan tulang tersebut akan terhambat selain itu juga

terjadi perubahan struktur tulang berupa tulang akan menjadi lebih

Padat.

3) Ketahanan kekuatan

Kekuatan ketahanan ini orang sering menyebutnya dengan

daya tahan kekuatan. Pada daya tahan kekuatan sendiri menunjuk

Page 120: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99  

pada lamanya waktu dan lamanya pengulangan secara simultan

dalam melawan beban tersebut. Dalam pengembangan latihan daya

tahan kekuatan dapat digunakan berbagai metode yang pada

dasarnya menggunakan beban dengan intensitas yang sedikit dan

pengulangannya banyak. Menurut Herre yang dikutip oleh Nossek

(1982 : 72) mendefinisikan ” ketahanan kekuatan sebagai suatu

perlawanan melawan kelelahan organism selama permainan

kekuatan berlangsung lama.” Dalam memberikan porsi latihan

ketahanan kekuatan ini dalam suatu kecepatan juga sangat

berpengaruh. Misalkan dalam cabang olahraga atletik nomor lari 200

meter dan 400 meter, renang,dll ini sangat memerlukan apa yang

disebut dengan ketahanan kekuatan dan kecepatan. Ciri khas dari

ketahanan kekuatan adalah menggunakan pengulangan yang tinggi

baik dalam latihan maupun perlombaannya. Yang selanjutnya

Nosek (1982: 72) mendefinisikan “Langkah bersifat sedang dan

beban antara 20 – 50 % dari beban maksimum. Jumlah pengulangan

dapat dihitung dalam prosentase ( 60 % dari semua pengulangan

yang mungkin atau dalam angka 30 – 120 pengulangan per menit.”

Dalam hal ini mengenai ketahanan kekuatan pada langkah kerja yang

lama. Kekuatan ketahanan juga dipengaruhi bagaimana jenis-jenis

dari pada serabut otot yang dimiliki oleh seorang atlet tersebut. Pada

tipe serabut II A dan B (fast twitch fiber) memiliki kemampuan

untuk menghasilkan berupa sejumlah tegangan yang kuat tetapi

Page 121: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100  

sangat cepat sekali mengalami kelelahan/fatigue. Menurut Thomas

R. Baechle dan Barney R. Groves (2003: XII)

Fast twitch fiber adalah sejenis otot tulang rangka yang sangat

tinggi penggunaannya selama aktivitas-aktivitas otot yang meledak

(membutuhkan tenaga besar) misalnya, Lari cepat Tolak peluru, dan

pertandingan beban). Jenis otot putih.

Lain halnya dengan Tipe I (slow twitch fiber) menghasilkan

sedikit tegangan dan dilakukan lebih lambat dibanding dengan tipe

serabut II tetapi lebih tahan terhadap kelelahan (fatigue). Menurut

Thomas R. Baechle dan Barney R. Groves (2003: XVI)

slow twitch fiber adalah sejenis otot tulang rangka yang

kemampuan untuk berkontraksi secara berkali-kali tanpa menjadi

lelah. Jenis serat otot ini sangat banyak dipergunakan dalam

pertandingan-pertandingan lari jarak jauh, renang dan balap

sepeda. Serat otot merah.

Dalam meningkatkan kekuatan dalam latihan pelatih harus

ingat akan prisip over load yaitu prinsip beban berlebih. Sehingga

latihan kekuatan ini harus dilakukan sedemikian rupa hingga atlet

mengeluarkan tenaga yang maksimal atau hampir maksimal dalam

menahan beban tersebut, sehingga perkembangan otot lebih terjamin.

Selain itu pula faktor – faktor dari pada latihan masih ada faktor lain

yang turut menentukan baik tidaknya kekuatan otot. Hamidsyah

Noer (1996 : 136) faktor-faktor lain yang turut menentukan baik atau

tidaknya kekuatan seorang atlet diantaranya :

Page 122: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101  

a. Tergantung dari besar kecilnya fibril otot (proses-hypertropy)

dan tergantung pula atas banyaknya fibril otot yang ikut serta

dalam melawan beban, serta tonus otot.

b. Tergantung dari rangka bentuk tubuh. Makin besar rangka tubuh

makin baik.

c. Faktor umur juga ikut mentukan. Bagi atlet yang berusia tua

tentu saja faktor kekuatannya pun akan berkurang.

d. Pengaruh psikis dari dalam maupun luar.

Sehingga dapat disimpulkan dari pengertian- pengartian diatas,

latihan yang cocok untuk mengembangkan kekuatan lengan melalui

jalan latihan – latihan tahanan (resistance – exercise). Latihan –

latihan tahanan dapat dilakukan dengan mengangkat, mendorong,

menahan, dan menarik suatu beban tahanan. Hasil dari suatu latihan

akan berpengaruh terhadap tulang, sendi atau pun tendon. Perubahan

lain yang terjadi dalam tubuh yang deperoleh melalui latihan

kekuatan juga akan berpengaruh kedalam perubahan jantung paru

seseorang. Menurut Soekarman (1987: 86) perubahan lain tersebut

adalah:

a. Tulang. Perubahan tulang tergantung dari intensitas latihan.

b. Tendon dan Ligamen. Terdapat juga kenaikan dari tendon dan

ligament. Di samping itu juga terdapat penebalan ligament

maupun tendon.

c. Tulang rawan dan persendian. Terdapat tulang rawan di

persendian-persendian.

d. Terdapat penurunan tekanan diastole maupun sistole dan ini

sangat penting untuk mencegah timbulnya gangguan jantung

peredaran darah.

Page 123: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102  

e. Kadar HDL (high Density Lipoprotein) meningkat, sedangkan

kadar LDL (low Density Lipoprotein) menurun. Peningkatan

LDL merupakan pencegahan terhadap timbulnya kelainan

jantung koroner.

c) Anatomi lengan.

Dalam olahraga bidang anatomi memiliki hubungan erat dengan

Olahraga seperti halnya bidang-bidang kesehatan yang lain sepeti gizi olahraga,

cidera olahraga, atau pun faal olahraga. Sehingga olahraga sendiri merupakan

kemampuan yang melibatkan gerak atau anggota tubuh. Gerak tersebut haruslah

yang teratur dan terencana dalam setiap pemberian program latihan. Untuk itu

memelihara gerak dan meningkatkan kemampuan gerak sangatlah penting,

dalam hal ini diperlukan suatu kerja otot dan kemampuan tulang yang

bersinggunagan. Bila mana otot atau tulang tersebut dapat bekerja dengan baik

maka akan memperoleh hasil yang maksimal pula.

Sehingga seorang pelatih atau atlet dituntut pula memahami pengertian-

pengertian atau istilah dalam anatomi tubuh. Anatomi dan olahraga merupakan

dua cabang yang tidak dapat dipisahkan dalam melaksanakannya. Karena

olahraga sendiri melakukan apa yang disebut dengan gerak tubuh. Tidak ada

olahraga yang tidak bergerak, dalam arti semua olahraga haruslah bergerak.

Sehingga ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi tubuh inilah tidak

bisa lepas dari adanya program latihan. Selain tulang dan otot sendi juga

memiliki peran penting dalam bergerak. Karena sendi merupakan tempat

bertemunya dua atau lebih tulang, walaupun ada beberapa sendi yang tidak

Page 124: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103  

bergerak yaitu pada sutura tulang tengkorak selain itu ada juga sendi yang dapat

bergerak namun hanya sedikit dan ada pula yang bergerak dengan leluasa.

1) Sendi (articulatio)

Sendi merupakaan salah satu anggota tubuh yang menyebabkan anggota

tubuh kita dapat bergerak ke segala arah. Sendi tersebut merupakan

pembentukan oleh dua ujung tulang (Artticulatio Simplex) dan dapat pula lebih

dari dua ujung tulang (Articulatio Composita). Sendi ini sangatlah berperan

penting dalam melakukan latihan olahraga. Dalam pengelompokannya sendi

dalam tubuh manusia dibagi menjadi beberapa macam extremitas. Salah satu

pembagian tersebut berdasarkan atas region-regio superior atau bagian atas dan

inferior atau bagian bawah. Dalam anggota tubuh bagian lengan sendiri yang

berfungsi sebagai alat penelitian ini dikatagorikan sebagai extremitas superior.

Menurut kemungkinan geraknya persendian dapat diklasifikasikan menjadi :

Synarthrosis, Amphiarthrosis, Diarthrosis.

Ada bebarapa articulatio yang ada pada tubuh kita terutama daerah pada

lengan. Menurut pendapat yang dikemukakan (Richard S. Snell 2006 :420)

“extremitas superior dapat dibagi menjadi bahu ( hubungan antara bahu dan

lengan atas), lengan atas, siku, lengan bawah, region carpalis dan tangan”.

Kemudian masing-masing pengelompokan pada jenis articulatio pada extremitas

superior menjadi lebih spesifik lagi. Maka menurut pendapat yang dikemukakan

Satimin Hadiwidjaja (2003: 39) articulations dalam extremitas superior

dikelompokkan menjadi 11 articulationes seperti tersebut dibawah ini:

Page 125: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104  

1. Articulation sternoclavicularis

2. Articulation acromioclavicularis

3. Articulation humeri

4. Articulation cubiti dan articulation radioulnaris proximalis

5. Articulation radioulnaris distalis

6. Articulation radiocarpea

7. Articulation intercarpea

8. Articulation carpometacarpea

9. Articulation intermetacarpea

10. Articulation metacarpophalangea

11. Articulation interphalangea

Masing-masing sendi ini saling berhubungan satu sama lainnya, sehingga

dapat menimbulkan gerak-gerak tubuh. Dalam olahraga sendiri tidak bisa

terlepas dengan adanya gerak tubuh, sehingga diperlukanlah kerja sendi secara

maksimal. Menurut pendapat yang dikemukakan Richard S. Snell 2006 :3)

”Tempat pertemuan dua atau lebih tulang disebut sendi. Beberapa sendi

tidak bergerak (sutura tulang tengkorak), berapa sendi hanya dapat bergerak

sedikit (articulation tibiofibularis superior) dan beberapa sendi dapat

bergerak dengan bebas (articulation humeri)”.

Dari pendapat yang dikemukana tersebut sendi merupakan salah satu alat

yang berperan penting dalam proses gerak. Gerak sendiri merupakan alat yang

berpengaruh pada proses latihan. Sehingga melalui sendi tersebut seseorang

leluasa melakukan gerak-gerak seperti fleksi, ekstensi, laterofleksi, abduksi,

adduksi, rotasi dan lain sebagainya. Karena pada region articulatio humeri ini

merupakan yang memiliki banyak keleluasaan pergerakan yang terjadi pada

bebarapa bidang hal ini akan cepat sekali memperoleh hasil yang maksimal

dalam melakukan latihan berbeban. Extremitas superior seringkali dianggap

Page 126: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105  

sebagai pengungkit bersendi banyak yang dapat bergerak bebas pada tubuh

melalui articulation humeri. Pada ujung distal daripada extremitas superior

terdapat organ yang penting dalam perannya sebagai alat untuk melakukan

program latihan berbeban ini yaitu tangan. Ada beberapa fungsi penting dari

pada tangan itu sendiri yang bergantung pada fungsi pollex yang seperti penjepit,

yang memungkinkan seseorang mencengkram benda diantara pollex dan index.

2) Tulang (ossa)

Dalam olahraga yang membutuhkan gerak, tulang memiliki peran yang

sangat penting. Tulang memiliki tugas atau fungsi yang sangat banyak dan

penting yaitu sebagai alat penyangga tubuh, alat gerak pasif, menentukan bentuk

tubuh, tempat cadangan mineral organik dan juga berfungsi memberikan

dukungan kepada jaringan lunak tubuh yaitu sebagai tempat melekatnya otot,

ligament dan facia. Menurut Soedarminto dan Soeparman (1994: 14) tulang

berfungsi:

1. Menegakkan tubuh.

2. Menentukan bentuk tubuh.

3. Melindungi alat-alat yang lebih penting dan halus.

4. Merupakan tempat perlekatan otot-otot.

5. Sebagai alat gerak pasif.

6. Tempat membuat sel-sel darah merah (erythrosyt)

Dalam anatomi sendiri, lengan adalah salah satu anggota badan atas

(extremitas superior). Ekstremitas atas terdiri dari tiga mekanisme diantaranya

daerah korset bahu, siku dan pergelangan tangan.

Page 127: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106  

Tulang-tulang tersebut kebanyakan sangatlah keras karena disebabkan

oleh garam-garam mineral yang terkandung didalamnya. Kalsium karbonat dan

kalsium posfat merupakan bagian terbesar dari mineral organik yang membentuk

kira-kira dua pertiga dari beratnya tulang, yang sepertiga adalah mineral-mineral

organik.

Dalam hal ini lengan merupakan masuk pada dimensi Sceleton

Extremitas Cranialis (superior) Liberae. Sceleton Extremitas Cranialis

(superior) Liberae merupakan rangka anggota atas bebas. Rangka ini terdiri dari

brachium, antebrachium, dan manus atau tangan. Pada pembegian lebih spesifik

yaitu skeleton Brachium, skeleton ini hanya terdiri dari satu tulang, yaitu os

humerus (merupakan tulang panjang dan merupakan tulang lengan atas).

Skeleton antebrachium sekeleton ini dibentuk oleh dua tulang yang jalannya

sejajar, yaitu Os Ulna dan Os Radius. Skeleton mani yaitu pada daerah tulang

(Manus) dibagi menjadi tiga daerah : Ossa Carpi yaitu tulang-tulang

pergelangan tangan, Ossa Metacarpi yaitu Tulang-tulang telapak tangan, dan

Phalanges digitorum manus yaitu jari-jari tangan. Dalam melakukan

pembebanan tulang-tulang tersebutlah yang sangat berperan, karena dalam

waktu melakukan latihan berbeban tulang-tulang tersebut berfungsi sebagai alat

gerak pasif. Dalam aktifitas fisik apabila salah satu mengalami cidera serius

maka akan diperoleh hasil yang kurang maksimal. Sebaliknya apabila tulang-

tulang dalam kondisi yang baik maka akan dihasilkan hasil yang positif pula.

Sehingga dalam melakukan program latihan hendaknya atlet dan pelatih harus

Page 128: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107  

melaksanakan program pada batas yang sewajarnya, agar mengurangi terjadinya

cidera-cidera khusus pada waktu melakukan latihan.

3) Otot

Olahraga sangatlah membutuhkan gerak. Otot berperan penting dalam

melaksanakan suatu gerak karena sifat dari otot adalah alat gerak aktif. Selain itu

otot dapat menimbulkan gerak pada suatu rangka. Lengan merupakan salah satu

anggota gerak atas pada tubuh manusia. Lengan sendiri merupakan bagian

anggota gerak yang terdiri dari pangkal lengan sampai ujung jari tangan. Dalam

suatu lengan ada berbagai macam otot yang melapisi tulang-tulang pada lengan.

Dalam suatu otot skelet terdapatlah dua perlekatan atau lebih. Menurut pendapat

yang dikemukakan (Richard S. Snell 2006 :11)

Semua pergerakan merupakan hasil kerja koordinasi banyak otot.

Sebuah otot dapat bekerja melalui empat cara berikut:

(a) Penggerak Utama : sebuah otot adalah penggerak utama apabila otot tersebut

merupakan otot utama atau anggota kelompok otot utama yang bertanggung

jawab untuk pergerakan tertentu.

(b) Antagonis : setiap otot yang kerjanya berlawanan dari penggerak utama.

(c) Fkksator : otot ini merupakan otot yang berkontraksisecara isometrik,

(contohnya, kontraksi yang meningkatkan tonus otot tetapi tidak

menimbulkan pergerakan) untuk menstabilkan origo otot penggerak utama

sehingga dapat bekerja secara efisien.

(d) Sinergis : pada banyak tempat dalam tubuh, otot penggerak utama

melewatibeberapa sendi sebelum otot itu mencapai sendi tempat pergerakan

utama terjadi.

Dalam satu lengan terdapat banyak jenis otot. Tetapi dalam pemberian

latihan hendaknya dimulai otot yang besar kemudian mengerah ke otot yang

Page 129: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108  

kecil. Dalam hal ini lengan merupakan suatu extremitas superior dimana

letaknya diantara anggota tubuh merupakan bagian atas. Menurut pendapat

Satimin Hadiwidjaja (2003: 80) musculi diekstremitas superior dikelompokkan:

Musculi antara extremitas dengan columna vertebralis

Musculi antara extremitas dengan anterolateral thorax

Musculi dibahu

Musculi di brachium

Musculi di antebrachium

Musculi di manus.

Otot juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan energi. Pada mulanya

Otot-otot memerlukan energi untuk berkontraksi. Energi ini disimpan diotot

dalam bentuk ATP. ATP adalah ikatan perantara yang mempunyai kemampuan

istimewa untuk masuk kedalam berbagai reaksi dengan makanan untuk

membebaskan energi dan reaksi yang berhubungan dengan berbagai mekanisme

fisiologi untuk memberikan energi selam kerjanya. Karena itulah ATP serigkali

disebut energi yang beredar (currency) dari tubuh yang dapat diperoleh dan

digunakan berulang-ulang. Sehingga otot dalam malakukan kontraksi saat

latihan sangat membutuhkan energi.

Dalam sutu kontraksi otot dan pembentukan energi ada keterkaitan yang

sangat erat. Dimana kontraksi otot terjadi suatu peristiwa pemecahan ATP

menjadi ADP dan energi. Otot-otot ini akan melakukan kontraksi apabila

melakukan aktifitas fisik. Terjadinya kontraksi otot bilamana suatu komponen

aktin dan miosin terpacu, sehingga filament aktin akan tertarik kearah filament

miosin. Dimulai dalam suatu rangsangan yang menuju ke sel otot. Sel otot

menerima rangsang melalui saraf maka ion-ion kalsium terlepas dari

Page 130: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109  

reticulumsarcoplasma.sehingga protein dari pada myosin memecah ATP

menjadi ADP dan energi.

Dalam suatu otot apabila dilatih dapat menimbulkan suatu kekuatan dan

kecepatan bahkan pula power. Dalam melakukan suatu program latihan

pembebanan untuk penguatan otot hendaknya ditingkatkan sedikit demi sedikit

secara sistematis akan tercapailah suatu potensi kebutuhan maksimal dalam

waktu singkat.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian berkaitan dengan latihan berbeban (weight Training) untuk

meningkatkan power otot lengan sangat sedikit, akan tetapi penelitian yang berkaitan

pembebanan linier dan non linier untuk meningkatkan lari 100 meter sangat banyak.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh R. Bambang Sutar Wismono

(2006) menyatakan bahwa latihan melalui metode pembebanan linier dan non linier

sangatlah berpengaruh terhadap hasil prestasi lari 100 meter. Metode latihan

pembebanan non linier memiliki pengaruh lebih baik dari pada pembebanan linier

terhadap prestasi lari 100 meter. Ini dibuktikan bahwa mean dari metode non linier

sebesar 15,22 sedangkan mean dari metode linier sebesar 16,48 sehingga dapat

disimpulakan bahwa metode non linier lebih cepat prestasi lari 100 meter dibanding

dengan metode linier.

Page 131: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110  

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan diatas,sehingga dapatlah

dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut:

1. Perbedaan Pengaruh antara Metode Latihan Berbeban Linier dengan Non

linier terhadap peningkatan Power otot Lengan.

Latihan berbeban merupakan metode latihan yang dapat digunakan untuk

meningkatkan power otot lengan. Power merupakan hasil kali antara kekuatan

dan kecepatan. Apabila keduanya dari kekutan dan kecepatan dilatih akan

menghasilkan power yang maksimal. Berdasarkan metodenya latihan berberban

dibagi menjadi latihan berbeban linier dan non linier.

Metode linier seringkali disebut dengan progressive resistance Exercise.

Latihan berbeban linier merupakan bentuk latihan yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kekuatan, kecepatan bahkan power otot lengan. Metode linier ini

dalam peningkatan pembebanannya dilakukan secara terus menerus tanpa ada

pengurangan beban sedikitpun selama periode waktu tertentu. Metode latihan

melalui berbeban linier memiliki keuntungan salah satunya motivasi dari siswa

semakin tinggi dan penerapan yang dilakuakan sangatlah sederhana karena

pembebanan tersebut hanyalah bertambah terus-menerus secara progresif. .

Kelemahan dari berbeban linier adalah dikawatirkan seringkali terjadi cidera.

Namun demikian dengan menerapkan dosis dari latihan sesuai ketentuan, tidak

mengherankan power akan meningkat.

Page 132: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111  

Metode non linier merupakan latihan yang cocok untuk meningkatkan

kemampuan power otot lengan. Metode latihan berbeban ini sering kali disebut

dengan the step type approach atau sistem tangga. Metode non linier merupakan

suatu latihan berbeban dimana dalam peningkatannya dilakukan secara bertahap

dan sistematis tetapi terdapat fase peningkatan dan penurunan beban latihan

secara terukur dan teratur. Keuntungan dari latihan non linier salah satunya

Melalui pembebanan nonlinier dapat mempersiapkan lebih cepat kembali dan

merangsang dalam fungsi tubuh untuk latihan berikutnya. Kelemahannya

membutuhkan waktu yang sangat lama untuk memperoleh hasil yang maksimal. Namun

demikian jika latihan dilakukan secara sistematis, maka kelemahan dapat diperkecil.

Dari uraian tersebut ada kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode

berbeban, maka diduga bahwa antara metode latihan berbeban linier dan non linier

memberikan pengaruh yang berbeda terhadap power otot lengan. Sehingga ada

perbedaan pengaruh antara metode latihan berbeban linier dan non linier terhadap

power otot lengan yang diterapkan pada siswa.

2. Perbedaan power otot lengan yang memiliki kekuatan otot tinggi dan

rendah.

Dalam berbagai olahraga peran power sangat dibutuhkan. Dalam

meningkatkan power hendaknya unsur kecepatan kontraksi dan kekuatan harus

dilatih secara menyeluruh. Kekuatan yang dimiliki setiap orang tidak semua

sama, ada yang rendah dan tinggi. Mengingat selain kecepatan juga ada

kekuatan yang merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang dominan dalam

Page 133: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112  

power. Sehingga tinggi rendahnya kekuatan sangatlah berpengaruh terhadap

power otot lengan.

Kekuatan otot tinggi akan berpengaruh dalam peningkatan power yang

signifikan dalam setiap latihannya. Oleh karena itu jika seseorang menginginkan

power yang sangat tinggi hendaknya didukungoleh kekuatan yang tinggi dan

kecepatan pula. Karena power merupakan hasil kali antara kekuatan dan

kecepatan. Latihan anatara kekutana dan kecepatan tersebut dapat dilaksanakan

secara berdampingan atau dapat juga dalam satu periode latihan.

Dari uraian diatas disimpulkan bahwa perbedaan dari tinggi rendah

kekuatan otot tungkai akan berpengaruh berbeda terhadap power otot lengan.

Sehingga diduga ada perbedaan pengaruh power otot lengan antara siswa yang

memiliki kekutan otot lengan tinggi dan kekuatan otot lengan rendah.

3. Interaksi antara Metode Latihan dan Kekuatan terhadap Power Otot

Lengan.

Explosive power merupakan kemampuan otot yang dimiliki seseorang

untuk mengatasi suatu kecepatan dalam intensitas yang sangat tinggi dipadu

dengan kecepatan dalam satu gerakan yang bersamaan.

Latihan ekplosif power dapat dilatih melalui latihan kekutan yang

berintensitas tinggi bersamaan dengan kecepatan agar dapat tercapai hasil

maksimal. Latihan yang dapat digunakan dalam meningkatkan power

diantaranya melalui metode linier dan non linier. Latihan berbeban metode linier

akan meningkatkan sistem kardiovaskuler maupun faal tubuhnya, sedangkan

Page 134: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113  

metode non linier dapat mempersiapkan lebih cepat kembali dan merangsang

dalam fungsi tubuh untuk melakukan latihan berikutnya.

Metode latihan melalui pembebanan linier dan non linier sering kali dapat

dilaksanakan secara bersama-sama atau juga dapat dilatih secara bergantian.

Sehingga kedua macam metode ini dapat digunakan untuk meningkatkan power

otot lengan. Dalam latihan berbeban ada dampak positif yang diperoleh salah

satunya dapat meningkatkan kondisi fisik seperti kekuatan dalam waktu yang

relatif cepat. Latihan berbeban juga memiliki perubahan yang sifatnya nyata

bahwa memiliki dampak akan mengurangi kecepatan apabila dalam pemberian

dosis terlalu berat dan tidak dilaksanakan dalam gerakan yang cepat.

Melalui apa yang menjadi kelemahan dan kekurangan tersebut hendaknya

keinginan atlet untuk mencapai hasil yang terbaik dapat diatasi sedemikian

rupa. Sehingga diperoleh hasil yang maksimal dan tidak menimbulkan cidera

yang berarti.

Kekuatan merupakan salah satu unsur yang dapat meningkatkan power.

dalam eksplosif power awalnya melatih kekuatan kemudian beralih menjadi

gerakan yang semakin dipercepat melalui pengurangan beban. Semakin lama

pembebanan tersebut ditambah dan kecepatannya tidak dikurangi. Agar

pembentukan yang arahannya ke power tetap terjaga.

Dari uraian tersebut diatas, dapat diduga bahwa metode latihan dan

kekuatan akan memberikan pengaruh terhadap power otot. lengan. Sehingga

diduga ada interaksi antara metode latihan berbeban dan kekuatan terhadap

power otot lengan pada siswa tersebut.

Page 135: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114  

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan,

dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh antara metode latihan berbeban linier dan non linier

terhadap power otot lengan.

2. Ada perbedaan power otot lengan antara siswa yang memiliki kekuatan otot

lengan rendah dan kekuatan otot lengan tinggi.

3. Ada pengaruh interaksi antara metode latihan berbeban dan kekuatan

terhadap power otot lengan.

Page 136: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lapangan SMP Negeri I Tulung Jalan

Jatinom-Boyolali desa Kembang Sari, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten,

Jawa Tengah.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama satu setengah bulan (enam minggu)

dimulai bulan september sampai dengan bulan oktober dengan frekuensi

pertemuan tiga kali dalam seminggu yaitu hari Selasa, Kamis, Sabtu. Penentuan

waktu latihan dengan frekuensi tiga kali seminggu tersebut dimaksudkan agar

melalui latihan tiga hari dalam setiap minggunya terjadi peningkatan kualitas

dari fisik anak tersebut dan otot tidak kembali normal serta dapat memberikan

kesempatan bagi tubuh agar dapat beradaptasi terhadap beban yang diterima.

Pertemuan dilaksanakan diluar jam sekolah yaitu pada sore hari pukul

14.00 WIB sampai selesai. Dengan tujuan agar tidak menggangu proses belajar

mengajar pada siswa. Secara keseluruhan kegiatan perlakuan berlangsung

selama 18 kali pertemuan. Uraian terperinci mengenai perencanaan waktu

penelitian tersebut selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

 

115

Page 137: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

B. Metode Penelitian

Jenis atau metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2x2. Metode eksperimen dipilih

untuk mengetahui gejala-gejala tertentu melalui perlakuan yang dikenakan

terhadap sampel percobaan. Pengaruh yang ditimbulkan dari perlakuan atau

treatment yang dikenakan pada sampel penelitian, diobservasi selama

berlangsungnya eksperimen. Menurut pendapat Sugiyanto (1995 : 30)

memaparkan bahwa

“rancangan faktorial adalah rancangan dimana bisa dimasukkan dua variabel

atau lebih untuk dimanipulasi secara simultan. Dengan rancangan ini bisa diteliti

pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen, dan juga

pengaruh interaksi antara variabel-variabel independen”.

Dalam desain faktorial, dua atau lebih variabel dimanipulasi secara

simultan untuk mengetahui pengaruh masing-masing terhadap variabel terikat,

disamping pengaruh-pengaruh yang disebabkan oleh interaksi antar variabel.

Adapun rancangan faktorial penelitian tersebut dapat digambarkan dalam

matriks tabel sebagai berikut:

Tabel 6. Rancangan Penelitian Faktorial 2x2.

Metode Latihan Berbeban (b)

Kekuatan (a)

Latihan berbeban (b)

Latihan Berbeban Model Linier (b1)

Latihan Berbeban Model Non Linier (b2)

Tinggi (a1) a1b1 a1b2

Rendah (a2) a2b1 a2b2

Page 138: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

Keterangan:

a1b1 : kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi yang dilatih dengan

latihan berbeban menggunakan model linier.

a1b2 : kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi yang dilatih dengan

latihan berbeban menggunakan model non linier.

a2b1 : kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot lengan rendah yang dilatih

dengan latihan berbeban menggunakan model linier.

a2b2 : kelompok siswa yang memiliki kekuatan otot lengan rendah yang dilatih

dengan latihan berbeban menggunakan model non linier.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independent) dan satu

variabel terikat (dependent) dengan perincian variabel sebagai berikut :

1. Variabel bebas (independent) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lainnya

variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Variabel manipulatif, yang terdiri dari dua perlakuan yaitu:

1) Latihan Berbeban Model Linier

2) Latihan Berbeban Model Non Linier

b. Variabel atributif yang dikendali yaitu Kekuatan, merupakan variabel yang

melekat pada sampel dan menjadi sifat dari sampel tersebut yang yang

dibedakan menjadi dua yaitu kekuatan tinggi dan kekuatan rendah.

2. Variabel terikat (dependent) yaitu variabel yang dipengaruhi variabel lain.

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah power otot lengan.

Page 139: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk memberikan penefsiran yang sama terhadap variabel-variabel

dalam penelitian, maka perlu dijelaskan definisi dari variabel sebagai berikut :

1. Variabel bebas (independent) yaitu suatu variabel dimana variabel ini

mempengaruhi variabel yang lainnya.

a. Variabel manipulatif (perbuatan), yang terdiri dari:

1) Metode latihan berbeban linier

Latihan melalui pembebanan linier adalah metode latihan berbeban

dimana beban latihan ditingkatkan secara bertahap dan dalam

peningkatannya tersebut dilakukan secara terus menerus tanpa

adanya pengurangan beban. Sesuai dengan tujuan penelitian pada

metode latihan berbeban linier, salah satunya untuk meningkatkan

power otot lengan. Jenis pembebanan yang digunakan oleh siswa

usia sekolah menengah melalui model mengangkat tubuhnya

sendiri yang berupa Push ups dan Pull ups. Latihan pull ups dan

push ups merupakan sarana berbeban yang dilakukan dengan

gerakan menekuk dan meluruskan lengan secara dinamis. Metode

latihan berbeban linier dalam penelitian ini menggunakan

pengukuran nominal, dimana dalam pengukuran tersebut tidak bisa

dibedakan tingkatannya.

2) Metode latihan berbeban non linier

Page 140: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

Latihan berbeban melalui metode non linier merupakan suatu

latihan berbeban dimana peningkatannya dilakukan secara bertahap

dan sistematis tetapi terdapat fase peningkatan dan penurunan

beban secara terukur dan teratur. Latihan ini dapat digunakan untuk

meningkatkan power otot lengan. Latihan pull ups dan push ups

merupakan sarana berbeban dimana dalam melakukannya melalui

gerakan menekuk dan meluruskan lengan. Metode latihan berbeban

non linier dalam penelitian ini menggunakan pengukuran nominal

(tidak bisa dibedakan tingkatannya).

b. Variabel atributif, meruapakan variabel yang melekat pada diri

sampel. Variabel atributif ini adalah kekuatan. Kekuatan dibedakan

menjadi kekuatan rendah dan tinggi, untuk mengetahui kekutan

maksimal yang dikerahkan oleh otot lengan tersebut maka diukur

dengan spanding dynamometer. Dilakukan tiga kali dan diambil hasil

terbaik. Pengukuran ini menggunakan ordinal (tingkatan).

2. Variabel terikat (dependent), yaitu suatu variabel yang dipengaruhi oleh

variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah power otot

lengan. Definisi power otot lengan adalah kemampuan otot lengan untuk

mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu sesingkat. Maka diukur

dengan Bola medicine. Penelitian dalam pengukuran ini menggunakan

skala dimana hasilnya terdapat perbedaan yang jelas antara setiap sampel

dalam penelitian dan perlakuannya. Tes tersebut dilakukan tiga kali dalam

Page 141: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

pelaksanaan pengukuran terhadap siswa dan diambil hasil yang

terbaik dalam setiap ulangannya.

E. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra yang mengikuti

ekstrakulikuler olahraga SMP Negeri 1 Tulung Kabupaten Klaten tahun

pelajaran 2010/2011 berjumlah 50 siswa

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa putra yang mengikuti

ekstrakulikuler disetiap cabang olahraga di SMP Negeri 1 Tulung Kabupaten

Klaten tahun pelajaran 2010/2011. Besar jumlah sampel tersebut 40 orang

diperoleh dengan teknik purposive random sampling, yaitu dari sejumlah

populasi yang ada, untuk menjadi sampel harus memenuhi ketentuan-ketentuan

sesuai dengan tujuan penelitian.

Adapun ketentuan-ketentuan dalam tujuan penelitian tersebut adalah,

sebagai berikut:

a. Berjenis kelamin laki-laki.

b. Berminat untuk mengikuti latihan beban.

c. Sehat jasmani dan rokhani.

d. Tidak melakukan aktivitas atau latihan fisik lain yang terprogram.

e. Bersedia menjadi sampel penelitian dan mengikuti program latihan yang telah

direncanakan.

Page 142: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

Seluruh populasi penelitian selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap

kekuatan maksimal otot lengan, dengan tujuan untuk mengetahui mahasiswa

yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dan kekuatan otot lengan rendah

kemudian dirangking. Dari hasil rangking tersebut diambil 40 orang. Dengan

cara (yaitu siswa yang berada pada rangking 1 sampai 20 teratas sebagai sampel

dengan kekuatan otot lengan tinggi dan siswa yang berada pada rangking 31

sampai 50 sebagai sampel kekuatan otot lengan rendah). Selanjutnya sampel

yang berada pada rangking 21 sampai 30 dihilangkan. Agar terdapat perbedaan

dan jenjang yang jelas antara siswa yang memiliki kekuatan otot lengan rendah

dan kekuatan otot lengan yang tinggi.

Kemudian kedua kelompok yang sudah terbentuk dari setiap kelompok,

selanjutnya dengan cara undian (random) ditentukan menjadi kelompok yang

mendapat perlakuan metode latihan berbeban linier dan non linier untuk

kemudian dibentuk menjadi 4 kelompok latihan yang masing-masing jumlahnya

10 tiap selnya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kekuatan otot lengan

dan data power otot lengan. Data kekuatan otot lengan digunakan untuk menentukan

atau membagi kelompok eksperimen, sedangkan data power otot lengan untuk

mengetahui peningkatan power otot lengan sebagai akibat dari perlakuan yang

diberikan dalam model latihan berbeban linier dan latihan berbeban non linier.

Page 143: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

Seluruh data yang diberikan dalam penelitian ini seperti yang dikemukakan

tersebut diatas, diperoleh melalui tes dan pengukuran terhadap kekuatan dan power

otot lengan dengan menggunakan:

1. Tes kekuatan otot lengan

Dilakukan dengan tes kekuatan otot lengan dengan menggunakan alat

Expanding Dynamometer.

2. Tes kemampuan power otot lengan

Dilakukan dengan tes kemampuan power otot lengan Tolak Bola Medisin

(Two Hand Medicine Ball Put) dari (Johnson & Nelson,1986) yang dikutip oleh

Mulyono B (2008: 60-61). Petunjuk pelaksanaan masing-masing tes terlampir.

dari Johnson, B.L. & Nelson, J.K. (1986:210) untuk mengumpulkan data power

otot lengan. Tes tersebut dilaksanakan 2 kali yaitu tes awal sebelum perlakuan

dan tes akhir setelah diberi perlakuan.

3. Mencari Reliabilitas Tes

Sebelum data hasil penelitian dianalisis terlebih dahulu data harus dicari

reliabilitasnya, untuk mengetahui keajagan dari tes yang bersangkutan. Untuk

mencari besarnya koefisien reliabilita data dalam penelitian ini dengan

menggunakan rumus Analisis Varian satu jalan dari Mulyono B (2008: 44)

sebagai berikut :

R = A

WA

SM

SMSM

Page 144: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

Hasil penghitungan korelasi di atas, kemudian dimasukkan ke dalam

rumus Reliabilita dari spearman Brown sebagai berikut :

r = 21

21

1

.2

YrY

YrY

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji

homogenitas. Adapun langkah masing-masing uji prasyarat tersebut sebagai

berikut:

a. Uji Normalitas (Metode Lilliefors)

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel

penelitian ini berasal dari populasi yang normal atau tidak.

Langkah-langkah :

1) Pengamatan X1, X2, X3, ….. Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, …..

Zn, dengan menggunakan rumus :

Zi = {Xi – X } / SD, dengan X dan SD berturut-turut merupakan rata-

rata dan simpangan baku.

2) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai

skor tertinggi.

3) Untuk tiap bilangan baku ini dan dengan menggunakan daftar distribusi

normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z ≤ Zi).

Page 145: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

4) Menghitung perbandingan antara nomor subyek I dengan subyek n yaitu

: S(Zi) = i/n.

5) Mencari selisih antara F(Zi) – S(Zi), dan ditentukan harga mutlaknya.

6) Menentukan harga terbesar dari harga mutlak diambil sebagai Lo.

Rumusnya : Lo = | F(Zi) – S(Zi) | maksimum.

Kriteria :

Lo < Ltab : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Lo > Ltab: Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas (Metode Bartlett)

Uji Homogenitas dilakukan dengan Uji Bartlett. Langkah-langkah

pengujiannya sebagai berikut :

1. Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom-kolom kelompok

sample : dk (n-1), 1/dk, Sdi2, dan (dk) log Sdi2.

2. Menghitung varians gabungan dari semua sample.

Rumusnya : SD2 =

111 2

n

Sdn i

B = Log Sd 12 ni

3. Menghitung X2

Rumusnya : X2 = (Ln) B-(n-1) Log Sdi 1 ……. (2)

Dengan (Ln 10) = 2,3026

Hasilnya (X2 hitung) kemudian dibandingkan dengan (X2 tabel), pada

taraf signifikansi = 0,05 dan dk (n-1).

4. Apabila X2 hitung < X2 tabel, maka Ho diterima.

Page 146: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

Artinya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila X2 hitung

> X2 tabel, maka Ho ditolak. Artinya varians sampel bersifat tidak

homogen.

2. Analisis Data

a. ANOVA Dua Jalan Untuk Rancangan Faktorial 2 x 2

1) Metode AB Untuk Perhitungan ANOVA Dua Faktor

Tabel 2. Ringkasan ANOVA untuk Eksperimen faktorial 2 x 2

Sumber

Variasi dk JK RJK Fo

Rata-rata

perlakuan

A

B

AB

1

a-1

b-1

(a-1) (b-1)

Ry

Ay

By

ABy

R

A

B

AB

A/E

B/E

AB/E

Kekeliruan ab(n-1) Ey E

Keterangan :

A = Taraf faktorial A N = Jumlah sampel

B = Taraf faktorial B

Langkah-langkah perhitungan :

a)

a

i

b

jijYY

1 1

22

Page 147: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

b) abn

R

a

i

b

jy

1 1

c) Jab =

b

jyij

a

i

RJ1

2

1

d) Ay = y

a

ii RbnA

1

2 /

e) By = y

b

ji RanB

1

2 /

f) Aby = Jab – Ay - By

g) Ey = Y2 – Ry – Ay – (By + ABy)

2) Kriteria Pengujian Hipotesis

Jika F > F (1 - ) (V1 – V2), maka hipotesis nol ditolak.

Jika F < F (1 - ) (V1 – V2), maka hipotesis nol diterima dengan : dk

pembilang Vi (K – 1) dan dk penyebut V2 = (n1 + ……… nk – k) = taraf

signifikan untuk pengujian hipotesis.

Keterangan :

Y2 : Jumlah kuadrat data

Ry : Rata-rata peningkatan karena perlakuan

Ay : Jumlah peningkatan pada kelompok berdasarkan power otot lengan

dengan metode latihan berbeban melalui metode linier dan non linier

By : Jumlah peningkatan berdasarkan kekuatan otot lengan.

Aby : Selisih antara jumlah peningkatan data keseluruhan dan jumlah

peningkatan kelompok perlakuan dan kekuatan otot lengan.

Page 148: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

Jab : Selisih jumlah kuadrat data dan rata-rata peningkatan perlakuan.

b. Uji Rentang Newman – Keuls setelah ANOVA

Menurut Sudjana (1994:36) langkah-langkah untuk melakukan uji

Newman – Keuls adalah sebagai berikut :

1. Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya dari yang

terkecil sampai keoada yang terbesar.

2. Dari rangkaian ANOVA, diambil harga RJK disertai dk-nya.

3. Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk setiap perlakuan dengan rumus :

N

RJKS E

yKekeliruan

RJK (Kekeliruan) juga didapat dari hasil

rangkuman ANOVA.

4. Tentukan taraf signifikan , lalu gunakan daftar rentang student. Untuk

uji Newman – Keuls, diambil V = dk dari RJK (Kekeliruan) dan P = 2, 3

…, k. Harga-harga yang didapat dari bagian daftar sebanyak (k-1) untuk

V dan P supaya dicatat.

5. Kalikan harga-harga yang didapat di titik …… di atas masing-masing Sy

dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang signifikan

terkecil (RST).

6. Bandingkan selisih rata-rata terkecil dengan RST untuk mencari P-k

selisih rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P

= (k-1), dan seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata-rata

terbesar kedua rata-rata terkecil dengan RTS untuk P = (k-1), selisih rata-

rata terbesar kedua dan selisih rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk

Page 149: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

P = (k-2), dan seterusnya. Dengan jalan begitu semua akan ada ½ K (k –

1) pasangan yang harus dibandingkan. Jika selisih-selisih yang didapat

lebih besar dari pada RST-nya masing-masing maka disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata perlakuan.

3. Hipotesa Statistik

Hipotesa 1 H0 = A1 > A2

HA = A1 < A2

Hipotesa 2 H0 = B1 > B2

HA = B1 < B2

Hipotesa 3 H0 = Interaksi A x B = 0

HA = Interaksi A x B ≠ 0

Keterangan :

= Nilai rata-rata

A1 = Metode latihan berbeban dengan medel berbeban metode linier

A2 = Metode latihan berbeban dengan model berbeban metode non linier

B1 = kekutan otot tinggi

B2 = kekuatan otot rendah.

Page 150: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya.

Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang telah dilakukan

pada tes awal dan tes akhir hasil power otot lengan. Berturut-turut berikut disajikan

mengenai deskripsi data, uji persyaratan analisis data, pengujian hipotesis dan

pembahasan hasil penelitian.

A. Deskripsi Data

Deskripsi hasil analisis data hasil tes power otot lengan yang dilakukan sesuai

dengan kelompok yang dibandingkan disajikan sebagai berikut:

Tabel 8. Deskripsi Data Hasil Tes Power Otot lengan Tiap Kelompok Berdasarkan Pengunaan Metode dan Tingkat Kekuatan Otot lengan

Perlakuan latihan berbeban

Tingkat Kekuatan

Otot lengan Statistik

Hasil Tes

Awal

Hasil Tes

Akhir Peningkatan

Metode Linier

Tinggi

Jumlah 39,41 44,52 5,11Rerata 3,94 4,45 0,51SD 0,118 0,104 0,099

Rendah

Jumlah 37.0 40.0 3.01

Rerata 3.702 4.003 0.301

SD 0.167 0.125 0.131

Metode Non Linier

Tinggi

Jumlah 39.6 42.7 3.1

Rerata 3.957 4.269 0.312

SD 0.210 0.192 0.092

Rendah

Jumlah 36.8 40.2 3.4

Rerata 3.677 4.017 0.340

SD 0.204 0.217 0.108

129

Page 151: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

Masing-masing sel (kelompok perlakuan) memiliki peningkatan yang berbeda.

Nilai rata-rata peningkatan power otot lengan yang dicapai pada tiap-tiap kelompok

perlakuan disajikan dalam bentuk tabel histogram. Gambaran menyeluruh dari nilai

rata-rata power otot lengan yang diperoleh, dapat dibuat histogram perbandingan

nilai-nilai sebagai berikut:

Gambar 21. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Power Otot Lengan Tiap-Tiap Kelompok Berdasarkan Jenis

Latihan Berbeban dan Tingkat Kekuatan Otot

BL = Kelompok latihan berbeban linier

BN = Kelompok latihan berbeban Non linier

KOL T = Kelompok kekuatan otot lengan tinggi

KOL R = Kelompok kekuatan otot lengan rendah

Page 152: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan ternyata masing-masing sel atau

kelompok perlakuan, memiliki peningkatan nilai power otot lengan yang berbeda.

Nilai peningkatan power otot lengan masing-masing sel (kelompok perlakuan) dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Nilai Peningkatan Power Otot lengan Pada Masing-Masing

Sel atau Kelompok Perlakuan.

No Kelompok Perlakuan (Sel) Nilai Peningkatan Power Otot

lengan

1 A1 B1 (KP1) 5.11

2 A1 B2 (KP2) 3.01

3 A2 B1 (KP3) 3.1

4 A2 B2 (KP4) 3.4

Keterangan :

KP1 = Kelompok latihan berbeban linier dengan tingkat kekuatan otot lengan

tinggi

KP2 = Kelompok latihan berbeban linier dengan tingkat kekuatan otot lengan

rendah

KP3 = Kelompok latihan berbeban non linier dengan tingkat kekuatan otot

lengan tinggi

KP4 = Kelompok latihan berbeban non linier dengan tingkat kekuatan otot

lengan rendah

Page 153: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

Selanjutnya gambaran mengenai nilai peningkatan power lengan pada masing-

masing kelompok berdasarkan tingkat pembebanan dan tingkat kekuatan otot lengan

dapat dilihat pada tabel histogram berikut:

 

 

Gambar 22. Histogram Nilai Rata-rata Peningkatan Power Otot Lengan dari Tiap Kelompok Berdasarkan Metode Latihan dan Tingkat Kekuatan Otot

Kelompok siswa yang mendapat latihan berbeban Linier dan non linier

memiliki peningkatan power otot lengan yang berbeda. Jika antara kelompok siswa

ekstrakulikuler olahraga yang mendapat latihan berbeban Linier dan non linier

dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok siswa ekstrakulikuler olahraga

yang mendapat perlakuan berbeban linier memiliki peningkatan hasil power otot

Page 154: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

lengan, lebih tinggi dari pada kelompok siswa ekstrakulikuler olahraga yang

mendapat latihan berbeban non linier yaitu sebesar 5,11.

Perbedaan tingkat kekuatan otot lengan berpengaruh pada peningkatan power

otot lengan. Jika antara kelompok siswa ekstrakulikuler olahraga yang memiliki

kekuatan otot lengan tinggi dan rendah dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa

kelompok siswa ekstrakulikuler olahraga yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi

memiliki peningkatan hasil power otot lengan yang lebih tinggi dari pada kelompok

mahasiswa yang memiliki kekuatan otot lengan rendah yaitu sebesar 5,11.

B. Pengujian Persyaratan Analisis

1. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu perlu diuji distribusi

kenormalannya. Uji normalitas data penelitian ini menggunakan metode

Lilliefors. Selanjutnya hasil uji normalitas data yang telah dilakukan pada tiap

kelompok adalah sebagai berikut:

Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data

Kelompok Perlakuan

N M SD Lhitung Ltabel 5% Kesimpulan

KP1 10 0,510 0,099 0.1398

0.258

Berdistribusi Normal

KP2 10 0.301

0.131

0.0985

0.258

Berdistribusi Normal

KP3 10 0.312

0.092

0.1207

0.258

Berdistribusi Normal

KP4 10 0.340

0.108

0.1443

0.258

Berdistribusi Normal

Page 155: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

Dari hasil uji normalitas yang telah dilakukan pada KP1 diperoleh nilai Lo

= 0.1398 , ternyata nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf

signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data

pada KP1 termasuk berdistribusi normal. Selanjutnya dari hasil uji normalitas

yang dilakukan pada KP2 diperoleh nilai Lo = 0. 0985, yang ternyata lebih kecil

dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu

0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP2 termasuk

berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP3 diperoleh

nilai Lo = 0.1207. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan

menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa data pada KP3 termasuk berdistribusi normal. Dan selanjutnya dari hasil

uji normalitas yang dilakukan pada KP4 diperoleh nilai Lo = 0.1443, ternyata

nilai yang diperoleh juga lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol

menggunakan signifikansi 5% yaitu 0.258. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa data pada KP4 juga termasuk berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk menguji kesamaan varians antara

kelompok 1 dengan kelompok 2. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan uji Bartlet. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1

dan kelompok 2, selengkapnya disajikan dalam tabel berikut:

Page 156: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

Tabel 11. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data

Kelompok Ni SD2

gab χ2o

χ2tabel

5% Kesimpulan

4 10 0.012555556

0.956079255

7.81

Varians

homogeny

Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai χ2

o = 0,956. Sedangkan dengan

K - 1 = 4 – 1 = 3, angka χ2 tabel 5% = 7,81, yang ternyata bahwa nilai χ2

o = 0.956

lebih kecil dari χ2tabel 5% = 7.81. Sehingga dari hasil uji homogenitas tersebut dapat

disimpulkan bahwa antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain dalam

penelitian ini memiliki varians yang homogen.

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan

interprestasi analisis varians. Uji rentang Newman-Keuls ditempuh sebagai langkah-

langkah untuk melakukan uji rata-rata setelah Anava. Berkenaan dengan hasil analisis

varians dan uji rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji.

Urutan pengujian disesuaikan dengan urutan hipotesis yang telah dirumuskan pada

bab II sebelumnya. Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis

adalah sebagai berikut:

Page 157: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

Tabel 12. Ringkasan Nilai Rata-rata Power Otot Lengan Berdasarkan Jenis Latihan dan Tingkat Kekuatan Otot

Variabel

Rerata Power Otot lengan

A1

A2

B1 B2 B1 B2

Hasil tes awal 39.41

37.0

39.6

36.8

Hasil tes akhir 44.52

40.0

42.7

40.2

Peningkatan 5.11

3.01

3.1

3.4

Keterangan :

A1 = Latihan berbeban linier.

A2 = Latihan berbeban non linier.

B1 = Kelompok siswa ekstrakulikuler olahraga

yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi

B2 = Kelompok siswa ekstrakulikuler olahraga

yang memiliki kekuatan otot lengan rendah

Tabel 13. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Penggunaaan Metode Latihan (A1 dan A2)

Sumber Variasi

dk JK RJK Fo Ft

A 1 0,0764 1,0764 89,7004

4.11

Kekeliruan 36 0,4233 0,012

Page 158: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

Tabel 14. Ringkasan Hasil Analisis Varians Untuk Tingkat Kekuatan Otot Lengan (B1 dan B2)

Sumber Variasi

Dk JK RJK Fo Ft

B 1 0,0348

1,0348 86,23000 4.11

Kekeliruan 36 0,4233 0,012

Tabel 15. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor

Sumber Variasi

dk JK RJK Fo Ft

Rata-rata

Perlakuan 1 5,3582 6,3582

A 1 0,0764 1,0764 89,7004 4.11

B 1 0,0348 1,0348 86,2300

AB 1 0,17725 1,17725 98,1042

Kekeliruan 36 0,4233 0,012

sTotal 40 0,0700

Tabel 16. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians

KP Rerata A1B1 A2B2 A1B2 A2B1

RST

0.511 0.340 0.312 0.301

A1B1 0.511 - 0.171 0.199 0.210 * 0.0035

A2B2 0.340 - 0.028 0.039 * 0.0042

A1B2 0.312 - 0.011 * 0.0046

A2B1 0.301 -

Page 159: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

Keterangan ;

Yang bertanda * berarti signifikan pada 0,05.

Untuk mengetahui pengaruh metode latihan antar kelompok perlakuan

digunakan data tes awal dan tes akhir power otot lengan, sedangkan untuk

mengetahui perbedaan peningkatan masing-masing kelompok digunakan selisih data

tes awal dan tes akhir, yaitu nilai peningkatan antar kelompok perlakuan.

Berdasarkan hasil analisis data tersebut di atas, dapat dilakukan pengujian hipotesis

sebagai berikut:

1. Pengujian Hipotesis I

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan berbeban linier

memiliki peningkatan yang berbeda dengan latihan berbeban non linier. Hal ini

dibuktikan dari nilai Fhitung = 89,7004 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesa

nol (H0) ditolak. Yang berarti bahwa latihan linier memiliki peningkatan yang

berbeda dengan latihan non linier dapat diterima kebenarannya. Dari analisis

lanjutan diperoleh bahwa ternyata latihan linier memiliki peningkatan yang lebih

baik dari pada latihan non linier, dengan rata-rata peningkatan masing-masing

yaitu 0.412 dan 0,321.

2. Pengujian Hipotesis II

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki

kekuatan otot lengan tinggi memiliki peningkatan hasil power otot lengan yang

Page 160: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

berbeda dengan siswa ekstrakulikuler olahraga yang memiliki kekuatan otot

lengan rendah. Hal ini dibuktikan dari nilai Fhitung = 86,23000 > Ftabel = 4.11.

Dengan demikian hipotesa nol (H0) ditolak. Yang berarti bahwa siswa

ekstrakulikuler olahraga yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi memiliki

peningkatan hasil power otot lengan yang berbeda dengan siswa ekstrakulikuler

olahraga yang memiliki kekuatan otot lengan rendah dapat diterima

kebenarannya.

Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata siswa ekstrakulikuler

olahraga yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi memiliki peningkatan hasil

power otot tungkai yang lebih baik dari pada siswa ekstrakulikuler olahraga yang

memiliki kekuatan otot lengan rendah, dengan rata-rata peningkatan masing-

masing yaitu 0,4 dan 0,3.

3. Pengujian Hipotesis III

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara latihan

berbeban linier dan tingkat kekuatan otot sangat bermakna. Karena Fhitung =

98,1042 > Ftabel = 4.11. Dengan demikian hipotesa nol ditolak. Terdapat interaksi

yang signifikan antara jenis latihan yang diterapkan terhadap power otot lengan

dan tingkat kekuatan otot lengan.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut

mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan pengujian

hipotesis telah menghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis yaitu :

Page 161: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

(a) ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama penelitian, (b)

ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dalam bentuk interaksi dua

faktor. Selanjutnya kelompok kesimpulan analisis dapat dipaparkan lebih lanjut

sebagai berikut:

1. Perbandingan Pengaruh Latihan Berbeban Linier dan Berbeban Non linier

Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan

pengaruh yang nyata antara kelompok siswa ekstrakulikuler yang mendapatkan

latihan berbeban linier dan kelompok siswa ekstrakulikuler yang mendapatkan

latihan berbeban non linier terhadap power otot lengan. Pada kelompok siswa

ekstrakulikuler yang mendapat latihan berebeban linier mempunyai peningkatan

power otot lengan yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa

ekstrakulikuler olahraga yang mendapat latihan berbeban non linier.

Latihan linier lebih cepat memungkinkan peningkatan power dikarenakan

dalam penelitian ini hanya berlangsung 1,5 bulan. Pada latihan berbeban linier ini

otot-otot dituntut untuk bekerja melawan beban yang dilakukan peningkatan

secara berulang-ulang dan terus-menerus dengan pemberian baban secara

prograsif. Latihan berbeban linier dan non linier yang terapkan berupa gerakan

mengangkat tubuhnya sendiri, hanya saja yang membedakan waktu yang

diperlukan dalam penelitian sangatlah singkat. Latihan berbeban linier dapat

mengembangkan kecepatan dan kekuatan secara terpadu. Kecepatan dan

kekuatan gerak yang terpadu dalam satu gerakan sangatlah meningkatkan

kemampuan daya ledak (power).

Page 162: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

Power otot lengan merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot

lengan untuk mengatasi tahanan beban atau dengan kecepatan tinggi dalam satu

gerakan yang utuh secara eksplosif. Faktor utama power otot adalah kekuatan dan

kecepatan. Power otot dapat ditingkatkan dan dikembangkan melalui latihan fisik

yaitu dengan meningkatkan unsur kekuatan dan unsur kecepatan secara bersama-

sama. Oleh karena itulah latihan berbeban linier memiliki hasil yang lebih baik

dibandingkan latihan berbeban non linier dalam meningkatkan power otot lengan.

Latihan berbeban linier merupakan latihan yang sangat efektif untuk

mengembangkan power otot dalam waktu yang sangat pendek.

Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan

bahwa perbandingan rata-rata peningkatan persentase hasil power otot lengan

yang dihasilkan oleh latihan linier lebih tinggi 5,11 dari pada power otot lengan

yang dihasilkan dengan latihan non linier.

2. Perbandingan Antara Taraf Kekuatan Otot lengan Tinggi dan Rendah

Berdasarkan pengujian hipotesis ke dua ternyata ada perbedaan pengaruh

yang nyata antara kelompok siswa ekstrakulikuler dengan kekuatan otot lengan

tinggi dan kekuatan otot lengan rendah terhadap power otot lengan. Pada

kelompok siswa ekstrakulikuler dengan kekuatan otot lengan tinggi mempunyai

peningkatan power otot lengan lebih tinggi dibanding kelompok siswa

ekstrakulikuler dengan kekuatan otot lengan rendah. Pada kelompok siswa

ekstrakulikuler kekuatan otot lengan tinggi memiliki potensi yang lebih tinggi

dari pada siswa ekstrakulikuler yang memiliki kekuatan otot lengan rendah.

Page 163: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

Kekuatan otot merupakan modalitas untuk melakukan latihan. Kekuatan otot

yang baik menunjang kesiapan siswa ekstrakulikuler untuk melakukan latihan

khususnya yang bertujuan untuk meningkatkan power.

Kekuatan merupakan unsur dasar pembentuk power otot. Siswa

ekstrakulikuler yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi, lebih memungkinkan

memiliki power otot lengan yang lebih baik. Makin tinggi tingkat kekuatan otot

lengan yang dimiliki siswa ekstrakulikuler, maka makin besar pula potensi power

otot yang dimungkinkan dapat dicapai. Oleh karena itulah siswa ekstrakulikuler

yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi memiliki peningkatan power otot

lengan yang lebih baik, dari pada siswa ekstrakulikuler yang memiliki kekuatan

otot lengan rendah.

Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan

bahwa perbandingan rata-rata peningkatan hasil power otot lengan pada siswa

ekstrakulikuler yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi 5,11 yang lebih tinggi

dari pada kelompok siswa ekstrakulikuler yang memiliki kekuatan otot lengan

rendah.

3. Interaksi Antara Metode Latihan dengan Tingkat Kekuatan Otot Lengan

Dari tabel 10 ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa

faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan interaksi

yang nyata. Untuk kepentingan pengujian bentuk interaksi AB terbentuklah tabel

dibawah ini.

Page 164: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

Tabel 17. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan B Terhadap Hasil Power otot lengan.

Faktor A = Metode latihan berbeban linier

B = Kekuatan

otot lengan

Taraf A1 A2 Rerata A1 – A2

B1 0.511 0.301 0.406 0,210

B2 0.312 0.340 0.326 -0,028

Rerata 0.412 0.321 0.366 B1 – B2 0,199 -0,039 0,091

Interaksi antara dua faktor penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 165: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

ss

Gambar 21. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Power Otot Lengan

Keterangan :

: A1 = Latihan berbeban linier

: A2 = Latihan berbeban non linier.

: B1 = Kekuatan otot lengan tinggi

: B2 = Kekuatan otot lengan rendah

Atas dasar gambar tersebut di atas, dapat diketahui bahwa bentuk garis

perubahan besarnya nilai hasil power otot lengan adalah tidak sejajar dan

bersilangan. Garis perubahan peningkatan power otot lengan antar kelompok

memiliki suatu titik pertemuan atau persilangan. Antara jenis latihan berbeban

(metode latihan berbeban) untuk meningkatkan power otot lengan dan tingkat

kekuatan otot lengan memiliki titik persilangan. Ini berarti bahwa terdapat

interaksi yang signifikan diantara keduanya. Gambar tersebut menunjukkan

bahwa kekuatan otot berpengaruh terhadap hasil latihan.

Page 166: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai, ternyata siswa ekstrakulikuler

yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi memiliki peningkatan power otot

lengan yang besar jika dilatih dengan latihan berbeban linier. Siswa

ekstrakulikuler yang memiliki kekuatan otot lengan rendah dengan latihan

berbeban melalui metode non linier, memiliki peningkatan power otot lengan

yang lebih baik dibandingkan siswa ekstrakulikuler dengan kekuatan otot lengan

tinggi dan mendapat perlakuan latihan berbeban menggunakan metode linier.

Keefektifan metode latihan yang diterapkan untuk meningkatkan power otot

lengan tersebut, dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kekuatan otot lengan yang

dimiliki oleh siswa ekstrakulikuler olahraga.

Page 167: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan berbeban linier dan non

linier terhadap power otot lengan.

2. Ada perbedaan yang signifikan power otot lengan antara siswa ekstra kulikuler

yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dengan yang memiliki kekuatan otot

lengan rendah.

3. Ada interaksi yang signifikan antara latihan berbeban dan tingkat kekuatan otot

terhadap hasil power otot lengan. Bagi kelompok siswa ekstrakulikuler olahraga

yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi, lebih baik jika dilatih dengan latihan

berbeban linier dan bagi kelompok siswa ekstrakulikuler olahraga yang memiliki

kekuatan otot lengan rendah, lebih tepat jika mendapat latihan berbeban non

linier.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini ternyata penerapan metode

latihan berbeban yang tepat akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

146

Page 168: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

hasil latihan. Latihan berbeban melalui metode linier dan non linier serta tingkat

kekuatan otot lengan merupakan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap power

otot lengan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap variabel memiliki implikasi baik

secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri. Atas dasar kesimpulan yang telah

diambil tersebut, maka dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut:

Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa latihan berbeban linier

ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap power otot lengan. Hasil

penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, oleh karena itu pengajar,

pelatih dan pembina olahraga dapat menerapkan hasil penelitian ini dalam melatih

siswa ekstrakulikuler olahraga atau atletnya serta memanfaatkan prasarana dan sarana

yang tersedia. Dengan memperhatikan kelebihan dan keefektifan dari latihan

berbeban linier dan non linier, maka latihan ini dapat digunakan sebagai solusi dan

variasi bagi pengajar maupun pelatih dalam upaya meningkatkan power otot lengan.

Berkenaan dengan penerapan kedua metode latihan yang dapat digunakan

untuk meningkatkan power otot lengan, masih ada faktor lain yang berpengaruh

terhadap power otot yaitu kekuatan otot lengan. Hasilnya menunjukkkan bahwa ada

perbedaan peningkatan power otot lengan yang sangat signifikan antara kelompok

yang memiliki kekuatan otot lengan tinggi dan kekuatan otot lengan rendah. Hal ini

mengisyaratkan kepada pengajar, pelatih atau pembina olahraga, bahwa dalam upaya

meningkatkan power otot lengan hendaknya faktor kekuatan otot yang dimiliki oleh

siswa ekstrakulikuler olahraga atau atlet harus diperhatikan. Hal ini menunjukkan

bahwa suatu metode latihan berbeban belum tentu sesuai atau cocok bagi semua

kelompok, oleh karena itu seorang pengajar, pelatih atau pembina olahraga harus

pandai-pandai memilih metode yang tepat dan efektif bagi siswa ekstrakulikuler

olahraga atau atletnya serta memperhatikan pula variabel atributifnya.

Page 169: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

Hasil penelitian ini secara praktis dapat digunakan sebagai acuan bagi

pengajar, pelatih dan pembina olahraga untuk dapat memberikan pengalaman yang

berharga kepada siswa ekstrakulikuler olahraga atau atlet, sehingga secara aktif dapat

memanfaatkan latihan berbeban linier dan non linier untuk meningkatkan power otot

lengan pada khususnya dan prestasi olahraga pada umumnya.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka kepada pengajar, pelatih dan pembina

olahraga, diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. pengajar, pelatih dan pembina olahraga: Latihan berbeban linier memiliki

pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan power otot lengan, sebaiknya

memilih latihan berbeban linier apa bila latihannya dalam waktu pendek dalam

latihan, dalam upaya meningkatkan power otot lengan pada siswa ekstrakulikuler

olahraga atau atletnya.

2. Pembina ekstrakulikuler olahraga: Dalam upaya meningkatkan power otot

lengan, kelompokkanlah siswa ekstrakulikuler olahraga atau atlet yang memiliki

kekuatan otot lengan tinggi dan yang memiliki kekuatan otot rendah bagi yang

memiliki kekuatan otot tinggi, latihan fisik dengan metode latihan berbeban linier

dan yang memiliki kekuatan otot rendah menggunakan latihan berbeban non

linier.

3. Pelatih: Disarankan merancang program latihan yang tepat dan terencana sesuai

cabang olahraga masing-masing, mengingat kebutuhan power setiap cabang

olahraga berbeda-beda dan belum tentu suatu metode latihan itu sesuai atau cocok

Page 170: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

bagi semua kelompok dan sebaiknya pelatih atau pembina olahraga apabila ingin

meningkatkan power otot lengan hendaknya melatih kekuatan otot lengan terlebih

dahulu, baru kemudian melatih kecepatannya.

Page 171: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Andi Suhendro. 2002. Dasar-Dasar Kepelatihan. Jakarta: Universitas Terbuka

Baechle R. Thomas dan Groves R. Barney. 2003. Latihan Beban. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bompa, O. T. 1990. Theory And Methodology Of Training The Key To Atletic Performance. Dubuque, Lowa: Kendal/Hunt

___________. 1994. Power Training for Sport. Plyometrics for Maximum Power

Development. Canada : Ontario.

. 2004. Periodization Theory And Methodology of Training. Dubuque, Lowa: Kendal/Hunt ___________. 2009. periodization. Canada : Ontario.

Davis. D., Kimmet, T., and Auty, M. 1989. Physical Education: Theory and

Praktice. South Melbourne : The Macmillan Company of Australia.Ltd.

Foss, M.L., Keteyian, S.J. 1998. Fox’s Physiological Basis for Exercise and Sport.

Boston: WCB. Mc Graw-Hill Companies.

Fox, E.L. 1988. Sport Physiology. Ohio: Sounders College Publishing.

Fox, E.L., Bowers, RW. 1998. Sport Physiology. Philadelphia: WB. Sounders Company.

Fox, E.L. Bowers, Rw. Foss, ML. 1984. Sports Physiology. Philadelpia: WB. Sounders Company.

Hamidsyah Noer. 1996. Kepelatihan Dasar. Jakarta: Universitas terbuka.

Page 172: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek psikologis Dalam Coaching. Jakarta: Ditjendikti

Imam Hidayat. 1997. Biomekanika. Bandung: IKIP Bandung Press

Johnson B.L and Nelson J.K. 1974. Practical Measurement For Evaluation in Physical Education, Miieapolis, Minnesota: Burgess Publishing Company.

Junusul Hairy. 2008. Dasar-Dasar Kesehatan Olahraga. Jakarta: Universitas Terbuka.

. 2004. Dasar-Dasar Kesehatan Olahraga. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mirkin, Gabe dan Hoffman, Marshall. 1984. Kesehatan Olahraga (Edisi terjemahan oleh petrus lukmanto dan Henny lukmanto). Jakarta: Grafidian Jaya.

Mochamad Sajoto. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta: Ditjendikti

Moeljono Wiryoseputro dan Slamet Suherman. 1996. Kesehatan Olahraga. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Mulyono, B. A., 2008. Tes dan Pengukuran dalam pendidikan jasmani Olahraga. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.

. 2010. Tes dan Pengukuran dalam pendidikan jasmani Olahraga.

Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.

Murray Robert. K, Granner Darly. K, Mayes Peter. A, Rodwell Victor. W. 1996. Biokimia Happer. (Edisi terjemahan oleh Andri Hartono). Jakarta: Kedokteran.

Nossek. Y. 1982. General Theory of Training. Lagos: Pan African Press LTD

Nurhasan . 2004. Penilaian Pembelajaran Penjaskes. Jakarta: Universitas Terbuka.

Page 173: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

R. Bambang Sutar Wismono. 2006. “Perbedaan Pengaruh Metode Latihan dan Motivasi Terhadap Prestasi Lari 100 Meter (Studi Eksperimen Metode Latihan Ultra Short Sprint Pembebanan Linier dan Non Linier pada Siswa Kelas I SMP Negeri 2 Andong Boyolali Tahun Pelajaran 2005/2006). Tesis Program Studi Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak dipublikasikan.

Sadoso sumosardjuno. 1994. Pengetahuan Praktis kesehatan Dalam Olahraga 2.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Satimin Hadiwidjaja. 2003. Anatomi Extremitas superior. Surakarta: Sebelas Maret University press

Snell, Richard S. 2000. Clinical Anatomy For Medical Students. (Edisi terjemahan oleh Liliana Sugiharto). Jakarta: Kedokteran.

Soekarman. 1987. Dasar-Olahraga Untuk Pembina Pelatih dan Atlet. Jakarta: Inti

idayu press

Soedarminto dan Soeparman. 1994. Kinesiologi. Jakarta: Universitas Terbuka. Sudjarwo, 1995. Ilmu Kepelatihan I. Surakarta : Sebelas Maret University Press.

Sugiyanto. 1995. Metodologi Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka

Sugiyanto. 1988. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sugiyanto dan Sudjarwo. 1993. Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta: Universitas Terbuka

Suharno HP. 1993. Metodologi Pelatihan. Yogyakarta: Andi Offset

Suharto. 2000. Pedoman dan Modul Pelatihan kesehatan Olahraga Bagi Pelatih dan Olahragawan Pelajar. Jakarta: Ditjendikti

Page 174: Oleh : PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Toho Cholik M dan Rusli Lutan. 2001. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Maulana.

Thomas, J.P., Nelson, J.K. 1986. Practical Measurements for Evaluation In Physical

Education. Fourth Edition. New York. Collier Macmillan Publiser.

Widaninggar, Suharto, Soekaptiadi Soekarno, Surdjadji dan Jintan Hutapea. 2002. Ketahuilah Tingkat Kesegaran Jasmani anda. Jakarta: Depdiknas

Yusuf Hadisasmita . 1996. Kepelatihan Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifudin. 1992. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta: Senayan