PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN PRODUKSI …/Rancang... · perpustakaan.uns.ac.id...

download PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN PRODUKSI …/Rancang... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id . BAB . Gambar 2.1 Jenis Batako dengan ukuran tertentu. Menurut Persyaratan Umum

If you can't read please download the document

Transcript of PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN PRODUKSI …/Rancang... · perpustakaan.uns.ac.id...

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    RANCANG BANGUN SISTEM PENGUNGKIT MOULDING PADA MESIN PRESS BATAKO STYROFOAM

    DAN BOTOL PLASTIK

    PROYEK AKHIR

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Ahli Madya

    Disusun Oleh : HARY PRASETYO

    NIM : I 8109019

    PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK MESIN PRODUKSI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA 2012

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar belakang

    Teknologi selalu mengalami perubahan dan perkembangan dari waktu ke

    waktu. Hal ini sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan peningkatan

    kebutuhan manusia, karena teknologi diciptakan untuk memberikan kemudahan

    dan memenuhi kebutuhan manusia.

    Disisi lain dari setiap kebutuhan dan aktifitas manusia selalu menghasilkan

    sampah, dan jumlah sampah sejajar dengan besarnya aktifitas manusia untuk

    memenuhi kebutuhan hidupnya. Sampah merupakan barang berbahaya bagi

    lingkungan dan pengelolaannya kian menjadi masalah yang mendesak di kota-

    kota besar Indonesia. Styrofoam dan botol plastik merupakan contoh sampah yang

    menjadi permasalahan saat ini, dalam hal ini styrofoam dan botol plastik akan

    diolah menjadi barang yang dapat bermanfaat bagi manusia. Styrofoam akan

    dijadikan sebagai bahan campuran pembuatan batako ringan sedangkan botol

    plastik akan dimanfaatkan untuk membuat berbagai kerajinan. Tetapi

    permasalahan lain yang timbul adalah karena jumlah sampah botol plastik yang

    sangat besar, maka perlu dibutuhkan penanganan pengangkutan yang efektif.

    Dari kedua permasalahan tersebut terpecahkan solusi dengan pembuatan

    sebuah mesin press batako styrofoam yang dikombinasikan dengan mesin press

    botol plastik yang berkekuatan 20 ton. Dengan menggunakan mesin press tersebut

    maka dalam pembuatan batako akan lebih efektif dan hasilnya akan lebih baik.

    Mesin press ini mempunyai komponen komponen yang cukup berat, salah

    satunya adalah mouldingbatako. Sehingga didalam pengambilan batako setelah

    prosess pengepresan, terjadi kesulitan apabila dilakukan dengan menggunakan

    tangan manusia. Komponen lain yang cukup berat adalah punch botol plastik,

    karena punch botol plastik tersebut cukup berat maka terjadi masalah lain yaitu

    punch tidak bisa kembali keposisi semula secara maksimal. Hal ini akan

    mengganggu mekanisme dari mesin ini.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam proyek akhir ini mencoba

    untuk direncanakan sebuah alat atau sistem tambahan didalam mesin press

    tersebut sebagai solusi dari permasalahan permasalahan yang ada. Sistem

    pengungkitmoulding merupakan alat tambahan yang akan dipasang untuk

    mempermudah dalam pengambilan hasil pengepresan (batako) serta untuk

    membantu mendorong punch kembali keposisi semula. Sistem pengungkit ini

    dihubungkan dengan salah satu komponen dari mesin press tersebut yaitu

    moulding. Dengan sistem pengungkit ini diharapkan dapat menambah efektifitas

    dari mesin press batako styrofoam dan botol plastik.

    I.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan proyek akhir iniadalah

    sebagai berikut :

    a. MouldingBatako yang berat memberikan kesulitan didalam

    pengambilan hasil pengepressan (batako) apabila dilakukan secara

    manual dengan tangan manusia.

    b. Punch pada mesin press tidak bisa kembali keposisi semula secara

    maksimal, sehingga dibutuhkan tambahan alat pada mesin press ini

    untuk membantu mendorong punch kembali keposisi semula.

    c. Mesin press batako styrofoam dan botol plastik membutuhkan

    tambahan suatu alat yang disebut sistem pengungkit untuk

    mengangkat mouldingagar dapat mempermudahkan dalam

    pengambilan hasil pengepresan serta dapat membantu mendorong

    punch kembali keposisi semula.

    I.3 Batasan Masalah

    Adapun batasan batasan masalah yang akan diterapkan dalam

    pembahasan laporan proyek akhir ini meliputi :

    a. Perhitungan kekuatan sistem pengungkit hanya difokuskan pada

    komponen komponen yang dianggap paling kritis, diantaranya

    adalah poros pengungkit, sambungan las pada bantalan dan

    sambungan baut pada bush.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    b. Didalam perencanaan dan perhitungan kekuatan pengungkit dan

    gaya yang diperlukan untuk pengoperasian pengungkit, koefisien

    gesekan pada bush dan tiang slidingdiabaikan.

    c. Beban yang diberikan dalam perhitungan keamanan komponen yang

    akan digunakan dalam sistem pengungkit diasumsikan sebesar 350 N

    diambil dari jumlah berat moulding, punch, dan piston silinder

    hidrolik.

    I.4 Metode Pembahasan

    Tahapan dalam pelaksanaandan penulisan laporan Proyek Akhir ini adalah

    sebagai berikut :

    a. Studi literatur

    Pencarian data data mengenai mesin press batako dan plastik yang

    sudah pernah ada, serta mempelajari literatur-literatur

    yangberhubungandenganmesin pressuntuk memperoleh teori-teori

    yang dapat menunjang laporan ini.

    b. Studi wawancara (interview)

    Pengambilan data dengan melakukan wawancara kepada dosen sipil

    untuk mengetahui standar karakteristik batako, serta wawancara di

    industri pembuatan paving yang prosesnya hampir mirip dengan

    proses pembuatan batako.

    c. Studi lapangan

    Pencarian data dengan cara melakukan tinjauan langsung di industri

    pembuatan paving untuk mengetahui kapasitas mesin yang

    digunakan serta untuk mengetahui karakteristik paving yang di

    produksi.

    d. Diskusi dan Analisa Permasalahan

    Proses diskusi dilakukan bersama sama dengan teman satu

    kelompok serta dengan dua orang dosen pembimbing, sehingga

    masalah dapat terpecahkan dan mendapatkan kesimpulan serta saran

    perbaikan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    I.5 Tujuan dan Manfaat

    I.5.1 Tujuan

    Adapun tujuan proyek akhirini adalah merancang dan membangun

    sistem pengungkit moulding pada mesin press batako styrofoam dan botol

    plastik untuk mempermudah dalam pengambilan hasil pengepresan serta dapat

    membantu mendorong punch kembali keposisi semula.

    I.5.2 Manfaat

    Adapun manfaat yang diperoleh selama melaksanakan kuliah Proyek

    Akhirmeliputi :

    a. Pengoperasian mesin press batako styrofoam dan botol plastik

    menjadi lebih mudah dan lebih efektif dengan ditambahkannya

    sistem pengungkit moulding pada mesin press tersebut.

    b. Sistem pengungkit dapat diaplikasikan kedalam beberapa mesin

    press atau mesin lainnya yang mempunyai komponen komponen

    yang cukup berat, sehingga sulit atau hampir tidak mungkin untuk

    diangkat dengan menggunakan tangan manusia.

    I.6 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan

    Proyek Akhir ini dilaksanakan di :

    1. Bengkel Solo Metal Industry, Jl. Ir. Juanda 291, untuk peminjaman

    alat - alat yang digunakan dalam proses produksi dari tanggal 9 mei

    2012 s/d 7 juni 2012.

    2. Laboratorium Proses Produksi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

    Teknik, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36A, Kentingan

    Surakarta dari tanggal 8 juni 2012 s/d 20 juni 2012 untuk perakitan

    dan trial mesin.

    I.7 Sistematika Penulisan

    Penulisan laporan ini di uraikan dalam 5 (lima) Bab yaitu :

    BABI Pendahuluan

    Bab ini berisi tentang latar belakang dan permasalahan, tujuan dan

    materi dari proyek akhir, rumusan masalah, batasan masalah,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    metode pengumpulan masalah serta data sistematika penulisan

    laporan.

    BAB II Dasar Teori

    Bab ini menjabarkan pernyataan dan rumus yang digunakan dalam

    penyelesaian masalah dalam Proyek Akhir.

    BAB III Perencanaan dan Gambar

    Bab ini menejelaskan dan menjabarkan tentang perencanaan

    gambar dan perhitungangan kekuatan bahan yang akan digunakan

    untuk pembuatan mesin.

    BAB IV Pembuatan dan Pembahasan

    Bab ini berisi tentang penjelasan langkah langkah didalam

    pelaksanaan pembuatan mesin yang sesuai dengan perencanaan.

    BAB V Penutup

    Bab ini berisikan kesimpulan dan saran, dimana saran merupakan

    pernyataan singkat dan tepat yang dijabarkan dari hasil Proyek

    Akhir serta merupakan jawaban dari rumusan masalah Proyek

    Akhir. Sedangkan saran berisi hal hal yang dapat dilakukan untuk

    penyempurnaan atau pengembangan Proyek Akhir.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    BAB II

    DASAR TEORI

    II.1 Tinjauan Umum

    II.1.1 Definisi Batako

    Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif

    pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen portland

    dan air dengan perbandingan1 semen : 7 pasir. Batako difokuskan sebagai

    konstruksi-konstruksi dinding bangunan nonstruktural. Bentuk dari batako/batu

    cetak itu sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu batu cetak yang berlubang (hollow

    block) dan batu cetak yang tidak berlubang (solid block) serta mempunyai ukuran

    yang bervariasi.

    Gambar 2.1 Jenis Batako

    Batako adalah semacam batu cetak yang terbuat dari campuran trass,

    kapur, dan air atau dapat dibuat dengan campuran semen, kapur, pasir dan

    ditambah air yang dalam keadaan pollen (lekat) dicetak menjadi balok-balok

    dengan ukuran tertentu. Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di

    Indonesia (1982) pasal 6, Batako adalah bata yang dibuat dengan mencetak dan

    memelihara dalam kondisi lembab. Menurut SNI 03-0349-1989, Conblock

    (concrete block) atau batu cetak beton adalah komponen bangunan yang dibuat

    dari campuran semen Portland atau pozolan, pasir, air dan atau tanpa bahan

    tambahan lainnya (additive), dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat

    dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding. (Supribadi, 1986)

    a. Batako tidak berlubang b. Batako berlubang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan tentang

    pengertian batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan

    yang pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa

    campuran pasir, semen, air dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan dengan

    jerami sebagai bahan pengisi antara campuran tersebut atau bahan tambah lainnya

    (additive). Kemudian dicetak melalui proses pemadatan sehingga menjadi bentuk

    balok-balok dengan ukuran tertentu dan dimana proses pengerasannya tanpa

    melalui pembakaran serta dalam pemeliharaannya ditempatkan pada tempat yang

    lembab atau tidak terkena sinar matahari langsung atau hujan, tetapi dalam

    pembuatannya dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat

    digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding.

    II.1.2 Batako Styrofoam

    Dewasa ini pemakaian plastik di Indonesia telah meningkat. Hal ini

    dikarenakan pemakaiannya yang lebih ekonomis, fleksibel dan sebagainya.

    Apalagi dalam pemakaian plastik berjenis polystyrene, yaitu styrofoam, telah

    banyak digunakan di Indonesia khususnya dalam hal packaging barang elektronik.

    Namun dibalik dari keunggulan dalam menggunakan styrofoam, ternyata

    menyimpan banyak bahaya, khususnya bagi kesehatan manusia. Para ahli

    lingkungan menyebutkan bahwa styrofoam sangat berbahaya bagi kesehatan

    manusia dan lingkungan. Namun hal tersebut bukan berarti mengurangi

    pemakaian styrofoam di Indonesia. Sebaliknya pemakaian styrofoam di Indonesia

    menjadi semakin meningkat, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya limbah

    styrofoam bekas packaging dari bahan elektronik

    Masalah lain yang akan muncul dalam penggunaan styrofoam adalah

    pada limbah styrofoamnya. Seperti yang telah diketahui, styrofoam merupakan

    jenis plastik polystyrene yang memiliki sifat sangat sukar untuk didaur ulang.

    Adapun melalui proses pembakaran, tentunya akan mengeluarkan gas-gas toksik

    yang tentunya akan berbahaya bagi kesehatan manusia dan juga lingkungan.

    Sampai saat ini pun masalah daur ulang dari styrofoam merupakan masalah serius

    yang belum terpecahkan solusinya. Sehingga sampai saat ini sudah banyak

    negara-negara yang telah melarang penggunaanstyrofoam untuk beberapa

    keperluan. Adapun di ITB, pemakaian styrofoam dalam berbagai kegiatan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    kemahasiswaan, unit, ataupun kegiatan himpunan telah dilarang oleh pihak

    rektorat, alasannya tidak lain karena masalah pendaur-ulangan dari material

    styrofoamtersebut yang sangat sukar.

    Namun, baru-baru ini limbah styrofoam bisa menjadi batako ataupun

    batu bata. Dengan proses sederhana, styrofoam dapat diubah menjadi produk yang

    lebih bermanfaat dengan harga bersaing dengan batako biasa. Dalam

    pengolahannyajuga akan dapat lebih menghemat bahan baku untuk membuat

    batako yang biasa. Pada pengolahannyastyrofoamdigiling seperti jagung,

    kemudian dicampur pasir dan ditambah semen, lalu dicetak. Dengan komposisi

    50% styrofoam, 40% pasir, dan 10% semen. Sehingga dalam hal ini, penggunaan

    styrofoam akan dapat menghemat pasir dan semen sekitar 50%. Dalam hal

    kekuatannya, batako yang terbuat dari styrofoam ini cukup kuat, dan dari

    sifatstyrofoam sendiri yang memiliki sifat hidrofob (menolak air), sehingga

    membuat tanah tidak lembab. Pengolahan styrofoam menjadi batako ini

    merupakan suatu terobosan dari masalah atas kesulitan daur ulang dari styrofoam

    di banyak negara,yang tentunya akan menimbulkan banyak keuntungan dari segi

    ekonomi serta dari segi lingkungan hidup, serta dapat menjadi solusi alternatif

    atas masalah dari daur ulang limbah styrofoam.

    Gambar 2.2 Batako Styrofoam

    Adapun keuntungan menggunakan Batako yang di campur dengan

    limbah styrofoam :

    a. Lebih tahan guncang

    b. Mampu meredam suara

    c. Menghemat 50% kebutuhan pasir

    d. Bobotnya lebih ringan

    e. Mampu menolak air

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    II.1.3 Limbah Botol Plastik

    Plastik merupakan suatu bahan polimer yang tidak mudah

    terdekomposisi oleh mikroorganisme pengurai. Sehingga penumpukan plastik

    bekas akan menimbulkan masalah bagi lingkungan hidup. Penumpukan plastik

    bekas terus bertambah disebabkan oleh sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain

    tidak dapat membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, dan

    tidak dapat berkarat, sehingga pada akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan

    hidup. Upaya untuk menekan penumpukan plastik bekas seminimal mungkin

    dapat dilakukan dengan pemanfaatan kembali limbah plastik tersebut atau dengan

    daur ulang untuk dijadikan suatu produk mempunyai nilai bagi masyarakat.

    Ditinjau dari segi ekonomis dan aplikasinya plastik dibagi dalam dua

    golongan utama yaitu plastik komoditi dan plastik teknik. Plastik komoditi

    dicirikan dengan volumenya yang tinggi dan harganya yang murah, plastik ini

    biasanya dipakai sebagai lapisan pengemas, isolasi kawat dan kabel, barang

    mainan, film tipis dan lain sebagainya. Plastik teknik harganya lebih mahal dan

    memiliki sifat mekanik yang unggul serta daya tahan yang lebih baik, mereka

    bersaing dengan logam, keramik, dan gelas dalam berbagai aplikasi. Polyester

    merupakan plastik teknik yang utama yang mencapai 99% dari plastik teknik

    lainnya yang beredar dipasaran yang dipakai dalam bidang transportasi,

    konstruksi, bahan listrik dan elektronik, mesin-mesin industri dan barang-barang

    konsumsi rumah tangga (Stevens, 2001).

    Botol plastik kemasan air minum yang terbuat dari polyethylene

    terephthalateatau PET merupakan golongan dari polyester. Botol plastik ini

    didesain hanya untuk sekali pakai dan aman apabila dipakai 1-2 kali saja. Jika

    ingin memakainya lebih lama, tidak boleh lebih dari seminggu dan harus

    diletakkan di tempat yang jauh dari sinar matahari. Kebiasaan mencuci ulang

    dapat membuat lapisan plastik rusak dan zat karsinogen masuk ke air yang

    diminum. Sementara itu, di masyarakat masih banyak orang yang

    mempergunakan botol plastik bekas untuk dipakai berulang-ulang. Botol plastik

    bekas minuman mineral atauminuman ringanberukuran satu litermisalnya, sering

    digunakan sebagaitempat air minum. Bahkan botol plastik berukuran lebih kecil

    dan sudah diisi berulang-ulang sering disimpan di dalam mobil yang rawan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    terkena panas. Perilaku diatas sangat membahayakan bagi kesehatan pemakainya

    sendiri.

    Masalah lain yang timbulkan oleh botol plastik ini adalah, dewasa ini

    limbah botol plastik yang jumlahnya semakin meningkat dari tahun ketahun.

    Sementara pengolahan dan penanganan limbah botol plastik itu sendiri sampai

    saat ini masih terdapat banyak kendala, salah satunya adalah dalam hal

    pengangkutan. Karena jumlahnya yang sangat banyak, maka diperlukan

    penanganan pengangkutan limbah botol plastik yang lebih efisien. Dalam hal ini

    salah satu caranya adalah dengan penggepengan atau pemipihanbotol plastik.

    Dengan demikian, maka pengangkutan limbah botol plastik dapat lebih efisien

    karena dapat mengangkut limbah botol plastik dalam jumlah yang lebih banyak

    dengan kondisi botol plastik yang sudah remuk atau memipih. Manfaat lain yang

    diperoleh dari peremukkan atau pemipihan limbah botol plastik ini adalah tidak

    adanya perilaku kecurangan yang mempergunakan limbah botol plastik untuk

    keperluan lain yang membahayakan bagi kesehatan manusia.

    Gambar 2.3 Limbah Botol Plastik

    II.2 Sistem Pengungkit

    Pengungkit merupakan salah satu alat sederhana yang dapat digunakan

    untuk mengungkit, mencabut atau mengangkat benda. Sistem pengungkit terdiri

    dari tiga bagian utama yaitu :

    Titik Tumpu disebut juga dengan titik fulkrum, yaitu titik tempat batang

    ditumpu atau diputar. (RF)

    Titik Beban yaitu bekerjanya beban. (P)

    Titik Kuasa atau titik usaha yaitu bekerjanya gaya. (W)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    Berdasarkan posisi atau kedudukan beban, titik tumpu, dan titik kuasa,

    pengungkit digolongkan menjadi tiga, yaitu pengungkit golongan pertama,

    pengungkit golongan kedua, dan pengungkit golongan ketiga.

    a. Pengungkit golongan pertama

    Pada pengungkit golongan pertama, kedudukan titik tumpu terletak di

    antara beban dan kuasa. Dalam hal ini, lengan usaha lebih panjang dari

    pada lengan beban, oleh karena itu keuntungan mekanis yang diperoleh

    lebih banyak. Beban dan usaha pada pengungkit golongan pertama ini

    mempunyai arah yang sama yaitu mengarah kebawah. Berikut ini adalah

    gambar ilustrasi untuk pengungkit golongan pertama bersama dengan

    diagram benda bebasnya :

    Gambar 2.4 Pengungkit Golongan Pertama

    (R.S Khurmi dan J.K Gupta, 2005)

    b. Pengungkit golongan kedua

    Pada pengungkit golongan kedua, letak titik bebannya terletak di antara

    titik tumpu dan kuasa.Sama seperti pengungkit golongan pertama,

    pengungkit golongan kedua lengan usaha lebih panjang dari pada lengan

    beban, oleh karena itu keuntungan mekanis yang diperoleh lebih banyak.

    Beban dan usaha pada pengungkit golongan kedua ini mempunyai arah

    yang berlawanan yaitu beban mengarah kebawah dan usaha mengarah

    keatas. Berikut ini adalah gambar ilustrasi untuk pengungkit golongan

    kedua bersama dengan diagram benda bebasnya :

    Gambar 2.5 Pengungkit Golongan Kedua

    (R.S Khurmi dan J.K Gupta,2005)

    P

    W

    W P

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    c. Pengungkit golongan ketiga

    Pengungkit golongan ketiga ini letak titik kuasa terletak di antara titik

    tumpu dan titik beban. Pada pengungkit golongan ketiga lengan usaha

    lebih pendek dari pada lengan beban. Sama seperti pengungkit golongan

    kedua, beban dan usaha pada pengungkit golongan ketiga ini mempunyai

    arah yang berlawanan yaitu beban mengarah kebawah dan usaha mengarah

    keatas. Berikut ini adalah gambar ilustrasi untuk pengungkit golongan

    ketiga bersama dengan diagram benda bebasnya :

    Gambar 2.6 Pengungkit Golongan Ketiga

    (R.S Khurmi dan J.K Gupta,2005)

    Sistem pengungkit pada mesin press batako styrofoam dan botol plastik ini

    termasuk pada pengngkit golongan pertama, karena titik tumpu berada diantara

    titik kuasa dan titik beban.

    II.2.1 Beban dan Usaha Pada Sistem Pengungkit

    Dalam sistem pengungkit untuk mengetahui besarnya usaha yang

    diperlukan dari suatu beban dapat ditentukan dengan persamaan berikut (R.S

    Khurmi dan J.K Gupta, 2005) :

    Gambar 2.7 FBD Pengungkit Golongan Pertama (R.S Khurmi dan J.K Gupta, 2005)

    x 1 = x 2 (2.1)

    atau

    1

    2

    ll

    PW

    = (2.2)

    P

    W

    P W

    l1 l2

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    Ket :

    W : Usaha

    P : Beban

    II.2.2 Perencanaan Poros Transmisi Pengungkit

    Dalam sistem pengungkit ini untuk menghubungkan antara lengan

    pengungkit bagian kanan dan lengan pnegungkit bagian kiri diperlukan suatu

    poros transmisi. Berikut ini adalah persamaan yang digunakan untuk

    merencanakan berapa diameter poros tersebut agar aman terhadap beban yang

    diberikan (R.S Khurmi dan J.K Gupta, 2005):

    Gambar 2.8 FBD Poros Pengungkit (R.S Khurmi dan J.K Gupta,2005)

    a. Momen pada A

    RB x l = P2 x (l1 +l3) + P1 x l1 (2.3) RA = (P1 + P2) - RB (2.4)

    b. Bending Moment C dan D

    C = RA x l1 (2.5)

    D = RB x l2 (2.6)

    c. Section Modulus

    3

    32M dZ = (2.7)

    d. Bending Stress

    zM

    =b (2.8)

    II.3 Elemen Mesin

    II.3.1 Sambungan Las

    Mengelas adalah menyambung dua bagian logam dengan cara

    memanaskan sampai suhu lebur dengan memakai bahan pengisi atau tanpa bahan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    pengisi. Dalam sambungan las ini, yang akan dibahas hanya bagaimana cara

    menghitung kekuatan hasil pengelasan saja, sedangkan bagaimana teknik

    pengelasan serta teorinya, akan diterangkan secara lebih terinci pada bagian

    proses permesinan.

    Sistem sambungan las ini termasuk jenis sambungan tetap dimana pada

    konstruksi dan alat permesinan, sambungan las ini sangat banyak digunakan.

    Perhitungan kekuatan sambungan las ini, disesuaikan dengan cara pengelasannya

    serta jenis pembebanan yang bekerja pada penampang yang dilas tersebut.

    II.3.1 .1 Tipe Sambungan Las

    Ada dua tipe utama dalam sambungan las yaitu lap joint dan butt joint.

    a. Lap Joint

    Ada tiga tipe sambungan las lap jointseperti yang ditunjukkan pada

    gambar dibawah ini:

    Gambar 2.9 Tipe Sambungan Lap Joint

    (R.S Khurmi dan J.K Gupta,2005)

    b. Butt Joint

    Sambungan las butt joint mempunyai lima tipe yang dapat dilihat

    seperti pada gambar dibawah ini :

    Gambar 2.10 Tipe Sambungan Butt Joint (R.S Khurmi dan J.K Gupta, 2005)

    II.3.1.2 Perencanaan dan Perhitungan Sambungan Las

    Dalam perhitungan sambungan las terdapat dua beban utama yaitu beban

    aksial dan beban eksentrik. Beban aksial adalah dimana letak beban tersebut tidak

    menimbulkan momen pada sambungan las tersebut, sedangkan beban eksentrik

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    adalah beban yang mempunyai jarak dengan sambungan las, sehingga akan

    menimbulkan momen pada sambungan las tersebut. Dalam pembahasan ini, akan

    lebih difokuskan pada jenis pembebanan eksentrik, karena lebih banyak

    digunakan dalam aplikasi proyek akhir ini.

    Ada dua jenis kasus sambungan las dengan pembebanan eksentrik. Berikut

    ini adalah rumus rumus yang digunakan untuk perhitungan sambungan las

    dengan beban eksentrik pada kedua kasus tersebut (R.S Khurmi dan J.K Gupta,

    2005) :

    1. Kasus Pertama :

    Sambungan mendapat pembebanan tegangan geser langsung dan tegangan

    lengkung.

    Gambar 2.11 Beban Eksentrik Sambungan Las Pada Kasus Pertama

    (R.S Khurmi dan J.K Gupta, 2005)

    a. Luas throat ( leher ) las :

    = x x 2 = 2 t x l

    = 2 x 0.707 x = 1.414 x (2.9)

    b. Tegangan geser langsung pada samungan las :

    =

    (2.10)

    c. Section Modulus las melalui throat :

    2x 6

    t x 2lZ = (2.11)

    Untuk section modulus rumus disesuaikan dengan bentuk dari

    sambungan las, dan bisa diambil dari tabel 2.1 (Polar Momen Inersia dan

    Section Modulus Sambungan Las)

    d. Tegangan lengkung ( bending momen ) :

    = x (2.12)

    e. Bending Stress :

    Ket : t = tebal plat = ukuran las l = panjang las e = lengan eksentrisitas

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    =

    (2.13)

    f. Tegangan normal maksimum :

    = 12 +

    12()2 + 4 2 (2.14)

    g. Tegangan geser maksimum :

    = 12 ()2 + 4 2 (2.15)

    2. Kasus Kedua :

    Pada kasus kedua Sambungan mendapat pembebanan tegangan geser

    langsung dan tegangan geser karena momen.

    Gambar 2.12 Beban Eksentrik Sambungan Las Pada Kasus Kedua (R.S Khurmi dan J.K Gupta, 2005)

    a. Tegangan geser langsung :

    1 =

    =

    2 x

    = 2 x 0.707 x

    (2.16)

    b. Tegangan geser karena momen :

    Besar tegangan berbanding lurus dengan jarak dari titi G 22

    =

    = konstan

    = 22

    x 2 (2.17)

    dimana 2 adalah tegangan geser maksimm pada jarak terjauh dan

    adalah tegangan geser pada jarak r.

    Luas dA pada jarak r dari G, gaya geser pada bagian ini adalah :

    = x (2.18)

    c. Momen gaya geser terhadap G :

    = x x = 22

    x x r2 (2.19)

    Ket : P = beban eksentrik l = panjang las tunggal e = lengan eksentrisitas s = lebar las t = tebal plat = ukuran las

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    d. Momen reaksi total seluruh luasan las :

    = x = 22

    x x r2 = 22 x x r2

    x 2

    2 Jr

    = (2.20)

    J = momen inersia polar dari luasan throat terhadap G (didapat dari tabel

    2.1)

    e. Tegangan geser karena momen :

    2 = x r2

    = x x 2

    (2.21)

    f. Untuk mencari resultan tegangan pada A :

    = (1)2 + (2)2 + 21 x 2x cos (2.22)

    = sudut antara 1dan 2, dan

    cos = r1/r2

    Tabel 2.1 Polar Momen Inersia dan Section Modulus Sambungan Las (R.S Khurmi dan J.K Gupta, 2005)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    II.3.1.3 Ukuran Sambungan Las

    Dalam standar ukuran sambungan las ada beberapa jenis ukuran

    sambungan las menurut tebal platnya. Berikut ini adalah tabel rekomendasi ukuran

    sambungan las berdasarkan tebal plat yang dilas.

    Tabel 2.2Rekomendasi Ukuran Minimum Sambungan Las (R.S Khurmi dan J.K Gupta, 2005)

    II.3.2 Sambungan Baut

    Baut dan Mur merupakan komponen teknik yang paling banyak digunakan

    dalam bidang konstruksi logam, baik untuk sipil, otomotif maupun permesinan.

    Komponen ini memiliki fleksibilitas dan kekuatan yang dapat diandalkan dan

    mudah dalam pemasangan/penggunaan, selain itu harganya juga cukup murah dan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    sangat mudah didapatkan. Baut dan Mur yang banyak digunakan adalah dalam

    satuan Metrik (60) dalam pembuatan dratnya.

    II.3.2.1 Perencanaan dan Perhitungan Sambungan Baut

    Tipe beban pada perhitungan kekuatan sambungan baut terdiri dari beban

    langsung dan beban eksentrik. Namun dalam pembahasan ini, akan lebih

    difokuskan pada jenis pembebanan eksentrik yang lebih banyak digunakan dalam

    aplikasi proyek akhir ini.

    Beban eksentrik dalam sambungan baut terdiri dari dua tipe. Berikut ini

    adalah tipe pembebanan eksentrik pada sambungan baut :

    (a) (b)

    Gambar 2.13 Beban Eksentrik Sambungan Baut (R.S Khurmi dan J.K Gupta, 2005)

    Didalam pembahasan ini akan menggunakan pembebanan tipe a. Alur

    perhitungan kekuatan sambungan baut untuk pembebanan tipe a menggunakan

    alur perhitungan kekuatan sambungan keling. Berikut ini adalah persamaan

    persamaan untuk menentukan kekuatan sambungan baut dengan pembebanan tipe

    a (R.S Khurmi dan J.K Gupta, 2005) .

    Gambar 2.14 FBD Beban Eksentrik Sambungan Baut Tipe a (R.S Khurmi dan J.K Gupta, 2005)

    P

    P

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    a. Beban geser pada setiap baut :

    nPs

    P= (2.23)

    n = jumlah baut

    b. Moment :

    M = Px (2.24)

    c. Mencari nilai F :

    P x = F11

    [ (1)2 + (2)2 + ] (2.25)

    d. Mencari resultan F dan PS:

    1 = ()2 + (1)2 + 2 1 cos)2 (2.26)

    e. Mencari diameter core baut :

    1 = 4

    x2x (2.27)

    Tabel 2.3Desain Ukuran Baut (R.S Khurmi dan J.K Gupta, 2005)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    II.4 Proses Permesinan

    Komponenmesin yang terbuatdarilogammempunyaibentuk yang

    beranekaragam.Umumnyadibuatdengan proses permesinandaribahan yang

    berasaldari proses sebelumnyayaitu proses penuangan (casting) atau proses

    pembentukan (metal forming). Bentukkomponen yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    beranekaragamtersebutmembuatproses permesinan yang dilakukanjugabermacam-

    macamsesuaidenganbidang yang dihasilkan. Dalamlaporanini proses permesinan

    yang dilakukanadalahmengebor, mengelasdanmenggerinda.

    Padaumumnyamesin-

    mesinperkakasinimempunyaibagianutamasebagaiberikut :

    a. Motor penggerak (sumbertenaga)

    b. Kotaktransmisi (roda-rodagigipengaturputaran)

    c. Pemegangbendakerja

    d. Pemegangpahat

    e. Rangka yang kokoh

    II.4.1 Proses Permesinan Mesin Bor

    Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong

    yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan

    pelubangan). Sedangkan Pengeboran adalah operasi menghasilkan lubang

    berbentuk bulat dalam lembaran-kerja dengan menggunakan pemotong berputar

    yang disebut bor dan memiliki fungsi untuk membuat lubang, membuat lubang

    bertingkat, membesarkan lubang, danchamfer.

    II.4.1.1 Jenis Jenis Mesin Bor

    1. Mesin Bor Meja

    Mesin bor meja adalah mesin bor yang diletakkan diatas meja. Mesin ini

    digunakan untuk membuat lubang benda kerja dengan diameter kecil (terbatas

    sampai dengan diameter 16 mm). Prinsip kerja mesin bor meja adalah putaran

    motor listrik diteruskan ke poros mesin sehingga poros berputar. Selanjutnya

    poros berputar yang sekaligus sebagai pemegang mata bor dapat digerakkan

    naik turun dengan bantuan roda gigi lurus dan gigi rack yang dapat mengatur

    tekanan pemakanan saat pengeboran.

    2. Mesin Bor Lantai

    Mesin bor lantai adalah mesin bor yang dipasang pada lantai. Mesin bor lantai

    disebut juga mesin bor kolom. Jenis lain mesin bor lantai ini adalah mesin bor

    yang mejanya disangga dengan batang pendukung. Mesin bor jenis ini

    biasanya dirancang untuk pengeboran benda-benda kerja yang besar dan berat.

    3. Mesin Bor Radial

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    Mesin bor radial khusus dirancang untuk pengeboran benda-benda kerja yang

    besar dan berat. Mesin ini langsung dipasang pada lantai, sedangkan meja

    mesin telah terpasang secara permanen pada landasan atau alas mesin.

    4. Mesin Bor Koordinat

    Mesin bor koordinat pada dasarnya sama prinsipnya dengan mesin bor

    sebelumnya. Perbedaannya terdapat pada sistem pengaturan posisi pengeboran.

    Mesin bor koordinat digunakan untuk membuat/membesarkan lubang dengan

    jarak titik pusat dan diameter lubang antara masing-masingnya memiliki

    ukuran dan ketelitian yang tinggi. Oleh karena itu, untuk mendapatkan ukuran

    ketelitian yang tinggi tersebut digunakan meja kombinasi yang dapat diatur

    dalam arah memanjang dan arah melintang dengan bantuan sistem optik.

    Ketelitian dan ketepatan ukuran dengan sisitem optik dapat diatur sampai

    mencapai toleransi 0,001 mm.

    II.4.1.2 Bagian Bagian Mesin Bor

    a. Motor penggerak

    b. Transmisipenggerak

    c. Pencekambendakerja

    d. Sarungpengurung/collet

    II.4.1.3 Mata Pemotong

    Mata potong terdiri dari dua bagian, yaitu bibir pemotong dan sisipemotong.

    Bibir pemotong mata bor terdapat dua buah yang terletak antara duasisi

    pemotong yang saling berhadapan. Kedua sisi pemotongan ini diasah

    hinggamembentuk sudut yang bervariasi sesuai dengan bahan yang di bor.

    II.4.1.4 Kecepatan Potong Pengeboran

    Kecepatan potong ditentukan dalam satuan panjang yang dihitungberdasarkan

    putaran mesin per menit,atau secara defenitif dapat dikatakan bahwakecepatan

    potong adalah panjangnya bram yang terpotong per satuan waktu.Berikut ini

    adalah tabel kecepatan potong dan kecepatan pemakanan untuk bahan mata bor

    yang digunakan HSS dan material yang dikerjakan adalah baja lunak.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    Tabel2.4KecepatanPotong Mesin Bor (Asyari Daryus, )

    Diameter Mata Bor (mm) Hantaran (mm/put)

    Dibawah 3,3

    3,2 6,4

    6,4 12,7

    12,7 25,4

    Diatas 25,4

    0,03 0,05

    0,05 0,10

    0,10 0,18

    0,18 0,38

    0,38 0,64

    Dari tabel di atas maka dapat untuk menghitung waktu yang di perlukan dalam

    proses pengeboran dengan rumus berikut :

    ndl

    .S3.0

    Tr

    m

    += (2.28)

    Total waktu perngerjaan = ( Tm x 32 ) + TS + TU (2.29)

    Ket : Itotal = panjang pengeboran atau tebal bahan (mm)

    Sr = kecepatan pemakanan (mm/rev)

    d = diameter mata bor (mm)

    n = kecepatan putaran (rpm)

    Tm = waktu permesinan

    TS = waktu setting

    TU = waktu pengukuran

    II.4.2 Proses Permesinan Mesin Las

    II.4.2.1 Pengertian Pengelasan

    Pengelasan merupakan penyambungan dua bahan atau lebih yang

    didasarkan pada prinsip-prinsip proses difusi, sehingga terjadi penyatuan bagian

    bahan yang disambung. Kelebihan sambungan las adalah konstruksi ringan, dapat

    menahan kekuatan yang tinggi, mudah pelaksanaannya, serta cukup ekonomis.

    Namun kelemahan yang paling utama adalah terjadinya perubahan struktur mikro

    bahan yang dilas, sehingga terjadi perubahan sifat fisik maupun mekanis dari

    bahan yang dilas.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    Perkembangan teknologi pengelasan logam memberikan kemudahan umat

    manusia dalam menjalankan kehidupannya. Saat ini kemajuan ilmu pengetahuan

    di bidang elektronik melalui penelitian yang melihat karakteristik atom,

    mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap penemuan material baru dan

    sekaligus bagaimanakah menyambungnya.

    Jauh sebelumnya, penyambungan logam dilakukan dengan memanasi dua

    buah logam dan menyatukannya secara bersama. Logam yang menyatu tersebut

    dikenal dengan istilah fusion. Las listrik merupakan salah satu yang menggunakan

    prinsip tersebut.

    Pada zaman sekarang pemanasan logam yang akan disambung berasal dari

    pembakaran gas atau arus listrik. Beberapa gas dapat digunakan, tetapi yang

    sangat popular adalah gas Acetylene yang lebih dikenal dengan gas Karbit. Selama

    pengelasan, gas Acetylene dicampur dengan gas Oksigen murni. Kombinasi

    campuran gas tersebut memproduksi panas yang paling tinggi diantara campuran

    gas lain.

    Cara lain yang paling utama digunakan untuk memanasi logam yang dilas

    adalah arus listrik. Arus listrik dibangkitkan oleh generator dan dialirkan melalui

    kabel ke sebuah alat yang menjepit elektroda diujungnya, yaitu suatu logam

    batangan yang dapat menghantarkan listrik dengan baik. Ketika arus listrik

    dialirkan, elektroda disentuhkan ke benda kerja dan kemudian ditarik ke belakang

    sedikit, arus listrik tetap mengalir melalui celah sempit antara ujung elektroda

    dengan benda kerja. Arus yang mengalir ini dinamakan busur (arc) yang dapat

    mencairkan logam.

    Terkadang dua logam yang disambung dapat menyatu secara langsung,

    namun terkadang masih diperlukan bahan tambahan lain agar deposit logam lasan

    terbentuk dengan baik, bahan tersebut disebut bahan tambah (filler metal). Filler

    metal biasanya berbentuk batangan, sehingga biasa dinamakan welding rod

    (elektroda las). Pada proses las, welding rod dibenamkan ke dalam cairan logam

    yang tertampung dalam suatu cekungan yang disebut welding pool dan secara

    bersama-sama membentuk deposit logam lasan, cara seperti ini dinamakan Las

    Listrik atau SMAW (Shielded metal Arch welding).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    Gambar 2.15 Prinsip Kerja Las Listrik (F.J.M. Smith, 1992)

    II.4.2.1 Klasifikasi Proses Pengelasan

    Sambungan las adalah ikatan dua buah logam atau lebih yang terjadi

    karena adanya proses difusi dari logam tersebut. Proses difusi dalam sambungan

    las dapat dilakukan dengan kondisi padat maupun cair. Dalam terminologi las,

    kondisi padat disebut Solid state welding (SSW) atau Presure welding dan kondisi

    cair disebut Liquid state welding (LSW) atau Fusion welding.

    Proses SSW biasanya dilakukan dengan tekanan sehingga proses ini

    disebut juga Presure welding. Proses SSW memiliki beberapa kelebihan,

    diantaranya adalah dapat menyambung dua buah material atau lebih yang tidak

    sama, proses cepat, presisi, dan hampir tidak memiliki daerah terpengaruh panas

    (heat affected zone / HAZ). Namun demikian SSW juga mempunyai kelemahan

    yaitu persiapan sambungan dan prosesnya rumit, sehingga dibutuhkan ketelitihan

    sangat tinggi.

    LSW merupakan proses las yang sangat populer di kalangan masyarakat,

    sambungan las terjadi karena adanya pencairan ujung kedua material yang

    disambung. Energi panas yang digunakan untuk mencairkan material berasal dari

    busur listrik, tahanan listrik, pembakaran gas, dan juga beberapa cara lain

    diantaranya adalah sinar laser, sinar elektron, dan busur plasma. Penyambungan

    material dengan cara ini mempunyai persyaratan material harus sama, karena

    untuk mendapatkan sambungan yang sempurna suhu material harus sama, jika

    tidak proses penyambungan tidak akan terjadi. Kelebihan metode pengelasan ini

    adalah proses dan persiapan sambungan tidak rumit, biaya murah, pelaksanaannya

    mudah. Kelemahannya adalah memerlukan juru las yang terampil, terjadinya

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    HAZ yang menyebabkan perubahan sifat bahan, dan ada potensi kecelakaan dan

    terganggunya kesehatan juru las.

    II.4.3 Proses Permesinan Mesin Gerinda Tangan

    Mesin gerinda merupakan proses menghaluskan permukaan yang

    digunakan pada tahap finishing dengan daerah toleransi yang sangat kecil

    sehingga mesin ini harus memiliki konstruksi yang sangat kokoh.

    Mesin gerinda tangan merupakan mesin yang berfungsi untuk

    menggerinda benda kerja. Awalnya mesin gerinda hanya ditujukan untuk benda

    kerja berupa logam yang keras seperti besi dan stainless steel. Menggerinda dapat

    bertujuan untuk mengasah benda kerja seperti pisau dan pahat, atau dapat juga

    bertujuan untuk membentuk benda kerja seperti merapikan hasil pemotongan,

    merapikan hasil las, membentuk lengkungan pada benda kerja yang bersudut,

    menyiapkan permukaan benda kerja untuk dilas, dan lain-lain.

    Gambar 2.16 Mesin Gerinda Tangan

    Mesin Gerinda didesain untuk dapat menghasilkan kecepatan sekitar

    11000 - 15000 rpm. Dengan kecepatan tersebut, batu grinda yang merupakan

    komposisi aluminium oksida dengan kekasaran serta kekerasan yang sesuai, dapat

    menggerus permukaan logam sehingga menghasilkan bentuk yang diinginkan.

    Dengan kecepatan tersebut, mesin gerinda juga dapat digunakan untuk memotong

    benda logam dengan menggunakan batu grinda yang dikhususkan untuk

    memotong. Komposisi kandungan batu gerinda yang sesuai untuk benda kerjanya

    dapat dilihat pada artikel spesifikasi batu gerinda.

    Pada umumnya mesin gerinda tangan digunakan untuk menggerinda atau

    memotong logam, tetapi dengan menggunakan batu atau mata yang sesuai, mesin

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    gerinda juga dapat digunakan pada benda kerja lain seperti kayu, beton, keramik,

    genteng, bata, batu alam, kaca, dan lain-lain. Tetapi sebelum menggunakan mesin

    gerinda tangan untuk benda kerja yang bukan logam, perlu juga dipastikan agar

    penggunaanya benar, karena penggunaan mesin gerinda tangan untuk benda kerja

    bukan logam umumnya memiliki resiko yang lebih besar. Oleh karena itu

    diperlukan peralatan keselamatan kerja seperti pelindung mata, pelindung hidung

    (masker), sarung tangan, dan juga perlu menggunakan handle tangan yang

    biasanya disediakan oleh mesin gerinda. Tidak semua mesin gerinda tangan

    menyediakan handle tangan, karena mesin yang tidak menyediakan handle tangan

    biasanya tidak disarankan untuk digunakan pada benda kerja non-logam.

    Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan batu

    gerinda yang akan digunakan, antara lain sebagai berikut:

    a) Sifat fisik benda kerja, menentukan pemilihan jenis butiran abrasive.

    Untuk tegangan tarik tinggi menggunakan Al2O3, sedangkan untuk

    tegangan tarik rendah menggunakan SiC, Boron nitrid dan intan.

    b) Banyaknya material yang harus dipotong dan hasil akhir yang

    diinginkan, menentukan pemilihan ukuran butiran abrasive.

    c) Busur singgung penggerindaan.

    Batu gerinda lunak : Busur singgung besar

    Batu gerinda keras : Busur singgung kecil

    Faktor yang mempengaruhi tingkat kekerasan batu gerinda :

    a) Kecepatan putar batu gerinda.

    b) Kecepatan potong benda kerja.

    c) Konstruksi mesin.

    Kecepatan potong adalah faktor yang berubah-ubah dan mempengaruhi

    dalam pemilihan tingkat kekerasan batu gerinda.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    BAB III

    PERENCANAAN DAN GAMBAR

    III.1 Proses Perencanaan

    Proses perencanaan ini dilakukan untuk menentukan cara kerja dari sistem

    pengungkit agar sistem tersebut dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan dan

    keinginan yaitu dapat mengangkat moulding.

    sampai batas maksimum sehingga dapat memudahkan dalam pengambilan

    hasil pengepresan serta untuk membantu mendorong punch agar dapat kembali ke

    posisi semula. Dalam proses perencanaan ini juga menentukan komponen elemen

    mesin seperti sambungan las, sambungan baut dan poros, sehingga rancangan dari

    sistem pengungkit ini dipastikan aman untuk dioperasikan.

    Gambar 3.1 Mesin Press Batako Styrofoam dan Botol Plastik

    c

    a

    b

    d

    e f

    g

    h

    i

    j

    k

    l

    m

    Ket : a. Rangka samping

    b. Rangka atas

    c. Kaki rangka

    d. Hand pump hidrolik

    e. Silinder hidrolik

    f. Pressure gauge

    g. Selang hidrolik

    h. Punch

    i. Moulding

    j. Dies

    k. Lengan pengungkit

    atas

    l. Lengan pengungkit

    bawah

    m. Tuas pengungkit

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    III.2 Prinsip Kerja Sistem Pengungkit Moulding

    Sistem pengungkit mouldingpada mesin press batako styrofoam dan botol

    plastik ini dirancang untuk memudahkan dalam pengambilan hasil proses

    pengepresan serta untuk membantu mendorong punch kembali ke posisi semula.

    Sistem pengungkit ini mempunyai 2 pasang lengan (arm) yang terletak di sisi

    kanan dan kiri. Setiap satu pasang lengan mempuyai 2 buah lengan yang kokoh

    yaitu lengan bagian atas dan lengan bagian bawah. Kedua lengan sisi kiri dan

    kanan tersebut dihubungkan oleh sebuah poros pejal sebagai transmisi yang

    ditopang oleh dua buah bantalan yang disambung permanen pada rangka. Setiap

    lengan kanan dan kiri juga terdapat Bush sliding dengan plat pengait guna untuk

    mengaitkan mouldingdengan sistem pengungkit tersebut. Pengoperasian sistem

    pengungkit ini dilakukan dengan menekan tuas pengungkit, sehingga

    mouldingakan naik keatas secara perlahan dan melepaskan kembali tuas

    pengungkit secara perlahan untuk mengembalikan mouldingkeposisi semula.

    Gambar 3.2 Sistem Pengungkit

    III.3 Perencanaan Poros Pengungkit

    Poros pengungkit merupakan komponen yang menghubungkan antara

    lengan pengungkit kanan dan lengan pengungkit kiri. Poros mendapatkan beban

    total sebesar 350N dari jumlah berat molding, punch dan piston silinder hidrolik

    yang terbagi menjadi dua pada setiap sisi kanan dan kirinya. Jarak antara beban

    dengan tumpuan pada sisi kanan dan sisi kiri sama yaitu sebesar 55 mm. Poros

    terbuat dari bahan St 42 dengan tegangan ijin sebesar 420 MPa. Pada rancangan

    ini diberikan safety factor (F.S) sebesar 4 diambil dari tabel nilaisafety factorpada

    lampiran 1.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    Gambar 3.3 FBD Poros Pengungkit

    Perhitunngan ini dilakukan untuk menentukan diameter poros pengungkit

    agar aman terhadap beban yang diberikan. Berikut ini adalah alur perhitungan

    diameter poros pengungkit.

    a. Momen A :

    RB x 548 = 175 x 493 + 175 x 55

    RB x548 = 86275 + 9625

    RB = 175 N

    RA= RB = 175 N

    b. Bending Momen pada C :

    C =RA x 55 = 175 N x 55 mm

    = 9625N.mm

    D = C = 9625 N.mm

    c. Section Modulus:

    =

    323

    = 3,14

    323

    = 0,0982 3

    d. Menentukan Diameter Poros :

    Tegangan ijin = 420 MPa = 420 N/mm2

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    420.

    =

    4204

    = 9625

    0,0982.3

    105 = 98014,26

    3

    3 = 98014,26

    105

    3 = 993,47

    = 9, 77mm 10 mm

    Pada rancangan sistem pengungkit ini diameter poros transmisi pengungkit

    minimal sebesar 10 mm agar dapat menahan beban yang diberikan.

    III.4 Perencanan Sambungan Las Pada Bantalan Poros Pengungkit

    Bantalan poros pengungkit dipasang permanen pada rangka dengan

    sambungan las. Beban yang dikenakan pada sambungan ini adalah beban

    eksentrik daridari jumlah berat moulding, punch dan piston silinder

    hidroliksebesar 350 N yang terletak ditengah tengah poros. Pada rancangan

    sambungan las ini diberikan safety factor (F.S) sebesar 4 diambil dari tabel nilai

    safety factor pada lampiran 1.

    Gambar 3.4 FBD Sambungan Las

    Perhitungan ini untuk menentukan ukuran sambungan las ( s ) supaya aman

    dengan besar beban P = 350N. Bahan plat dari baja St 37 dengan s : 185 MPa. Berikut ini adalah alur perhitungan kekuatan sambungan las pada bantalan.

    1

    2

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    a. Menentukan Throat Area sambungan las :

    A = 2 x t x l

    = 2 x 0,707 s x l = 1,414 s x 37,5

    = 53,025 s mm2

    b. Menentukan Tegangan Geser Utama :

    1 = P

    = 350 N

    53,025 mm

    = 6,60066

    N

    mm2

    c. Menentukan Moment Inersia Throat Area :

    = t. (32 + 2)

    6

    = 0,707s x 37,5 [ 3(45)2 + (37,5)2 ]

    6

    = 26,5 s (6075 + 1406,25 )

    6

    = 198253125 s mm4

    6

    = 33042,2 mm4

    d. Menentukan Radius Maksimum Las :

    2 = ()2 + ()2

    = (22,5)2 + (18,75)2

    = 506,25 + 351,6

    = 29,3 mm

    e. Menentukan Tegangan Geser Sekunder :

    2 = P x x2

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    = 350 x 55 x 29,3

    33042, 25

    = 17,069

    N

    mm2

    cos = r12

    = 18,7529,3

    = 0, 639

    f. Menentukan Resultan Tegangan Geser :

    s = 185 MPa = 185 N/mm2

    Pada sambungan ini diberikan safety factor ( F.S ) sebesar 4 untuk beban

    statis saat pengoperasian sistem pengungkit.

    .

    = (1)2 + (2)2 + 21 x 2 cos

    1854

    = 6,6006

    2

    + 17,069

    2

    + 2 6,6006

    x 17,069

    0,639

    1854

    = 43,569

    + 291,379

    +

    143,995

    46,25 = 478,943

    = 21,88546,25

    = 0,47 mm

    Jadi, agar rancangan sambungan las pada bantalan poros pengungkit aman

    dari beban yang diberikan, untuk ukuran lebar las ( s ) minimum adalah sebesar

    0,47 mm.Namunmenurut tabel 2.2 (Rekomendasi Ukuran Minimum Sambungan

    Las), plat dengan tebal 6 mmmaka ukuran lebar las (s) yang direkomendasikan

    adalah sebesar 5 mm.

    III.5 Perencanaan Sambungan Baut

    Sambungan baut dibutuhkan pada rancangan sistem pengungkit ini guna

    untuk menyambung komponen pengungkit (bush sliding) dengan moulding. Total

    beban yang diberikan pada sambungan baut ini sama dengan beban total yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    diberikan pada sambungan las pengungkit yaitu sebesar 350 N. Total jumlah baut

    yang digunakan dalam sistem pengungkit ini berjumlah 4 buah yang terbagi

    dalam dua sisi, dimana dalam satu sisi sambungan terdapat 2 buah baut.Pada

    rancangan sambungan las ini diberikan safety factor (F.S) sebesar 4 diambil dari

    tabel nilai safety factor pada lampiran 1.

    Gambar 3.5 FBD Sambungan Baut

    Pembebanan yang diterima sambungan baut sisi kiri dan sisi kanan sama besarnya,

    sehingga yang dilakukan perhitungan hanya pada bagian kiri saja. Baut yang

    direncanakan terbuat dari maerial baja St 42 dengan tegangan geser 205 MPa.

    Berikut ini adalah alur perhitungan kekuatan sambungan baut.

    a. Menentukan Tegangan Geser Setiap Baut :

    = P

    = 350 N

    2

    = 175 N

    b. Menentukan Moment :

    P x = 350 x 195 = 68250 N. mm

    c. Mencari Nilai F:

    P x = F11

    [ (1)2 + (2)2]

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    68250 N. mm = F1

    22,5 [ (22,5)2 + (22,5)2]

    68250 N. mm = F1

    22,5 [ 1012,5]

    68250 N. mm = 1. 55

    F1 = 1516,667 N

    F2 = F1 = 1516,667 N

    d. Mencari Resultan Fdan PS:

    1 = ()2 + (1)2 + 2 1 cos 90)2

    1 = 175)2 + (1516,667)2 + 0

    1 = 30625 + 2300277,778

    1 = 1526,73 N

    e. Mencari Diameter Core Baut :

    1 = 4

    x dc2 x

    .

    1526,73 N = 4

    x dc2 x

    205 4

    1526,73 N = 40,231 dc2

    dc2 = 37,948

    dc = 6,160

    Dilihat dalam Tabel 2.3 (Desain Ukuran Baut) dari dc 6,160 didapat

    ukuran baut M8. Jadi agar sambungan baut ini aman dari beban yang diberikan,

    ukuran baut yang dipakai minimal adalah M8.

    III.6 Menentukan Gaya Yang Diperlukan Untuk Pengungkit

    Pengungkit dioperasikan dengan tangan operator untuk mengangkat beban

    total sebesar 350 N hasil dari jumlah berat moulding, punch, dan silinder piston

    hidrolik. Untuk mengangkat beban tersebut gaya minimal yang diperlukan pada

    tangan operator dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    Diketahui :

    P1 = 350 N ( Beban Keseluruhan )

    P2 = 150 N ( Beban Berat Moulding )

    1 = 357 mm

    2 = 850 mm

    Gambar 3.6 FBD Gaya dan Beban Sistem PengungkitMoulding

    a. Menentukan gaya atau usaha yang diperlukan untuk pengungkit pada beban

    keseluruhan sebesar 350 N dari jumlah berat moulding, punch dan silinder

    hidrolik.

    P x 1 = x 2

    350 N x 357 mm = x 850 mm

    124950 N. mm = x 850 mm

    = 124950 N.

    850 mm

    = 147 N

    b. Menentukan gaya atau usahayang diperlukan untuk pengungkit pada beban

    berat mouldingsebesar 150 N.

    P x 1 = x 2

    150 N x 357 mm = x 850 mm

    W

    P

    l1

    l2

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    53550 N. mm = x 850 mm

    = 53550 N. mm

    850 mm

    = 63 N

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    BAB IV

    PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN

    IV.1 Persiapan Proses Produksi

    Sebelum melakukan proses produksi, hal-hal yang harus dilakukan adalah

    persiapan. Persiapan merupakan bagian penting untuk mewujudkan sebuah

    rancangan menjadi sebuah produk yang bisa digunakan. Dengan melakukan

    sebuah persiapan diharapakan operator benar-benar memahami apa yang akan

    dikerjakanya sehingga dapat dihasilkan komponen-komponen yang baik sesuai

    dengan ukuran dan fungsi masing-masing. Kesesuaian ukuran sangat berpengaruh

    pada alat yang akan dibuat sehingga alat tersebut nantinya dapat digunakan secara

    tepat. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah pembacaan gambar kerja,

    urutan pengerjaan, ukuran dan toleransi. Perencanaan pembuatan ini dibuat

    dengan memperhatikan efisiensi waktu, kemudahan proses pengerjaan dan faktor

    perakitan.

    Dalam persiapan proses produksi, perlu dilakukan untuk memperlancar

    proses tersebut. Adapun langkah-langkah yang harus dipersiapkan sebelum

    melaksanakan proses produksi antara lain :

    a. Memahami sketsa gambar yang akan dibuat.

    b. Menentukan alternatif pengerjaan dengan memperhitungkan cara yang paling

    efektif dan efisien.

    c. Membersihkan mesin atau alat yang akan digunakan dari debu dan kotoran

    untuk memastikan mesin dan operator aman dari lingkungan sekitar.

    d. Mengecek kesiapan mesin antara lain mengecek baut-bautnya dan pelumasan

    pada bagian yang perlu dilumasi agar kerja mesin dapat maksimum.

    e. Menyiapkan alat bantu, bahan dan alat pelindung diri yang akan digunakan.

    f. Menjalankan mesin dengan hati-hati dan sesuai prosedur.

    g. Mematikan mesin setelah selesai digunakan dan membersihkannya dari sisa

    hasil pengerjaan.

    h. Memastikan mesin benar-benar aman sebelum ditinggalkan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    40

    IV.2 Proses Pengerjaan Sistem Pengungkit Moulding

    IV.2.1.Pembuatan Plat Pengait Moulding Dengan Pengungkit

    Bahan Pengait : Plat Baja St 37 dengan tebal 8mm dan lebar 40

    mm.

    Mesin yang digunakan : Gerinda tangan,dan mesin bor.

    Alat yang digunakan : Gergaji tangan, penggaris siku, penggaris besar,

    penggores, kikir bulat, penitik, ragum, jangka

    sorong, dan alat pelindung diri (kaca mata, sarung

    tangan dan penutup telinga).

    Gambar 4.1 Sketsa Konstruksi Plat Pengait

    Langkah dalam pembuatan profilplat pengait :

    a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

    b. Mengukur plat baja St 37 dengan kebutuhan panjang 75 mm, dan ditandai

    dengan penggores.

    c. Memotong plat baja St 37 tersebut sebanyak8 buah dengan menggunakan

    gergaji tangan.

    d. Merapikan atau menghaluskan sisi-sisi sisa potongan dengan gerinda tangan

    agar halus dan tidak membahayakan operator.

    e. Mengukur plat baja yang sudah di potong potong untuk mendapatkan titik

    center yang akan dilakukan proses pengeboran untuk rumah baut, kemudian

    ditandai dengan penitik.

    f. Setiap satu buah potongan plat baja di bor sebanyak dua kali dengan ukuran

    sebagai berikut :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    41

    Gambar 4.2 Dimensi Titik Pengeboran Plat Pengait

    g. Menyiapkan mesin bor untuk proses pengeboran potongan plat baja yang

    sudah ditandai.

    h. Melakukan proses pengeboran potongan plat baja sesuai dengan ukuran yang

    ditentukan, kemudian menghaluskan sisa hasil pengeboran dengan mesin

    gerinda tangan dan kikir bulat.

    IV.2.2. Pembuatan Bagian Bush Sliding Untuk Pengungkit.

    Bahan yang digunakan : - Pipa baja tebal dengan ukuran dalam 22 mm

    dan luar 35 mm serta dengan panjang 75mm.

    - Plat baja St 37 dengan ukuran tebal 6 mm, lebar

    45 mm serta dengan panjang 75 mm

    Mesin yang digunakan : Gerinda tangan, dan mesin las.

    Alat yang digunakan : Gergaji tangan, penggaris siku, penggaris besar,

    penggores, ragum, alat pelindung diri (kaca mata,

    sarung tangan, topeng las dan penutup telinga).

    Gambar 4.3 Sketsa Konstruksi Bagian Bush Sliding

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    42

    Langkah dalam pembuatan Bagian Bush Sliding :

    a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

    b. Mengukur pipa baja tebal yang akan dibutuhkan kemudian menandainya

    dengan penggores.

    c. Memotong pipa baja tebal tersebut menggunakan gergaji tangan, dengan

    ukuran panjang sesuai dengan kebutuhan. Jumlah pipa tebal 2 buah .

    d. Merapikan atau menghaluskan sisi-sisi sisa potongan dengan gerinda tangan

    agar halus dan tidak membahayakan operator.

    e. Mengukur plat baja St 37 yang akan dibutuhkan kemudian menandainya

    dengan penggores

    f. Memotong plat baja tersebut menggunakan gergaji tangan, dengan ukuran

    panjang sesuai dengan kebutuhan. Jumlah plat yang dibutuhkan 2 buah.

    g. Menghaluskan dan merapikan sisi sisi sisa hasil potongan dengan

    menggunakan gerinda tangan.

    h. Menyambung plat dengan pipa tebal yang masing masing sudah dipotong,

    kemudian mengelasnya agar menjadi sebuah bagian dari komponen/profil

    yang dinamai dengan bush sliding.

    i. Finishing dengan menghaluskan dan merapikan kembali sisi sisi sisa hasil

    pengelasan dengan menggunakan gerinda tangan.

    IV.2.3. Penyambungan Plat Pengait dengan Bush Sliding dan Molding

    Bahan yang digunakan : - 8 buah plat pengait yang sudah di bor dan 2

    buah profil bush sliding.

    - 2 buah pin dengan 9,5 mm dan panjang 35

    mm.

    - 2 buah pin berulir dengan 9 mm dan panjang

    25 mm.

    Mesin yang digunakan : Mesin lasdan gerinda tangan.

    Alat yang digunakan : Penggaris, meteran, penggores, palu, ragum,

    jangka sorong, dan alat pelindung diri (kaca mata,

    topeng las, sarung tangan, dll).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    43

    Gambar 4.4 SketsaKonstruksi Bagian Bush Sliding dan Plat Pengait

    Langkah pembuatan :

    a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

    b. Mengukur komponen bush sliding untuk posisi plat pengait yang akan

    dipasangkan atau disambung dengan komponen bush sliding tersebut. Setiap

    bush sliding terdapat dua plat pengait yang dipasang sejajar dengan jarak lebih

    dari tebal satu buah plat pengait, guna untuk memudahkan pesangan saat

    pengoperasian mesin.

    c. Setelah di tandai dengan penggores, kemudian mengelas kedua plat pengait

    pada komponen bush sliding tersebut dan merapikannya dengan gerinda

    tangan.

    d. Setiap bush sliding terdapat dua buah plat pengait, sehingga masih ada sisa 4

    buah plat pengait yang akan dipasangkan pada setiap sisi kiri dan kanan

    masing masing moulding.

    e. Memasang pin 9,5 mm dan pin berulir 9 mm pada kedua sisi bush sliding

    dengan menggunakan las argon, sehingga akan mendapatkan pin berbentuk L

    seperti pada gambar 4.4.

    f. Merakit komponen bush sliding pada tiang sliding dan molding di atas dies

    utama sebelum melakukan pengelasan plat pengait pada moulding, sehingga

    dengan hal ini makan akan mendapatkan posisi yang presisi dan setimbang.

    g. Memasangkan baut pada plat pengait dan bush sliding supaya posisinya tidak

    berubah, kemudian memberikan las titik pada plat pengait dengan moulding.

    h. Setelah kedua sisi selesai kemudian melepaskan baut dan bush sliding

    sehingga plat pengait dengan moulding bisa dilakukan pengelasan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    44

    i. Mengelas kedua sisi plat pengait pada moulding dan merapikannya dengan

    gerinda tangan.

    IV.2.4 Pembuatan Bantalan Untuk Poros Pengungkit

    Bahan yang digunakan : - Pipa baja tebal dengan ukuran dalam 22 mm

    dan luar 35 mm serta dengan panjang 37,5

    mm.

    - Plat baja St 37 dengan ukuran tebal 6 mm, lebar

    45 mm serta dengan panjang 37,5 mm

    Mesin yang digunakan : Gerinda tangan, dan mesin las.

    Alat yang digunakan : Gergaji tangan, penggaris siku, penggaris besar,

    penggores, ragum, jangka sorong dan alat

    pelindung diri (kaca mata, sarung tangan, topeng

    las dan penutup telinga).

    Gambar 4.5 SketsaKonstruksi Bantalan Poros Pengungkit

    Langkah pembuatan :

    a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

    b. Mengukur pipa baja tebal dan plat St 37 yang akan dibutuhkan kemudian

    menandainya dengan penggores.

    c. Memotong pipa baja tebal dan plat St 37 tersebut menggunakan gergaji

    tangan, dengan ukuran panjang sesuai dengan kebutuhan. Jumlah pipa tebal

    dan plat masing masing 2 buah.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    45

    d. Merapikan atau menghaluskan sisi-sisi sisa potongan dengan gerinda tangan

    supaya halus dan tidak membahayakan operator.

    e. Menyambung plat dengan pipa baja tebal yang masing masing sudah

    dipotong, kemudian mengelasnya agar menjadi sebuah bantalan.

    f. Finishing dengan cara menghaluskan dan merapikan kembali sisi sisi sisa

    hasil pengelasan dengan menggunakan gerinda tangan.

    IV.2.5 Pemotongan Bahan Poros Pengungkit

    Bahan yang digunakan : - Batang silinder pejal dengan 20 mm dan

    panjang 635 mm.

    - Pipa baja tebal dengan ukuran dalam 22 mm

    dan luar 35 mm, berjumlah 4 buah dengan

    ukuran panjang masing masing 43 mm, 43

    mm, 40 mm, dan 15 mm (untuk dudukan lengan

    pengungkit atas).

    Mesin yang digunakan : Gerinda tangan

    Alat yang digunakan : Gergaji tangan, meteran, penggaris besar,

    penggores, ragum, jangka sorong dan alat

    pelindung diri (kaca mata, sarung tangan, dan

    penutup telinga).

    Gambar 4.6 Sketsa Konstruksi Poros Pengungkit

    Langkah pengerjaan :

    a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    46

    b. Mengukur batang silinder pejal dan pipa baja tebal dengan menggunakan

    meteran dan jangka sorong dimana ukuran disesuaikan dengan dibutuhkan

    kemudian menandainya dengan penggores.

    c. Memotong batang silinder pejal dan pipa baja tebal tersebut dengan

    menggunakan gergaji tangan.

    d. Merapikan atau menghaluskan sisi-sisi sisa potongan dengan gerinda tangan

    supaya halus dan tidak membahayakan operator.

    IV.2.6 Pemotongan Bahan Tuas Pengungkit

    Bahan tuas pengungkit : Pipa bajadengan 32 mm dan panjang 850 mm.

    Mesin yang digunakan : Gerinda tangan

    Alat yang digunakan : Gergaji tangan, meteran, penggaris besar,

    penggores, ragum, jangka sorong, dan alat

    pelindung diri (kaca mata, sarung tangan, dan

    penutup telinga).

    Gambar 4.7 SketsaKonstruksi Tuas Pengungkit

    Langkah pengerjaan :

    a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

    b. Mengukur pipa baja dengan menggunakan meteran dengan ukuran

    disesuaikan dengan dibutuhkan kemudian menandainya dengan penggores.

    c. Memotong pipa baja tebal tersebut dengan menggunakan gergaji tangan.

    d. Merapikan atau menghaluskan sisi-sisi sisa potongan dengan gerinda tangan

    supaya halus dan tidak membahayakan operator.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    47

    IV.2.7 Pembuatan Lengan Pengungkit Bagian Atas

    Bahan lengan pengungkit : Plat baja St 37 dengan tebal 6 mm

    Mesin yang digunakan : Gerinda tangan,brander potong dan mesin bor

    Alat yang digunakan : Penggaris besar, kikir bulat, kapur, jangka sorong

    dan alat pelindung diri (kaca mata, sarung tangan,

    dan penutup telinga).

    Gambar 4.8 Sketsa Konstruksi Lengan Pengungkit Bagian Atas

    Langkah pembuatan :

    a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

    b. Membuat mal dari kontur lengan pengungkit yang akan dibuat. Pembuatan

    mal ditujukan agar memudahkan didalam pengukuran plat yang akan dipotong.

    Mal dibuat dengan ukuran sebagai berikut :

    Gambar 4.9 Dimensi Lengan Pengungkit Bagian Atas

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    48

    c. Mengukur plat baja dengan menggunakan mal yang sudah dibuat, kemudian

    menandainya dengan kapur.

    d. Memotong plat baja tersebut menggunakan brander potong dengan mengikuti

    alur kontur yang sudah dibuat. Setelah 2 buah plat bentuk lengan didapat,

    maka plat tersebut ditunggu sampai dingin terlebih dahulu.

    e. Kemudian merapikan atau menghaluskan sisi-sisi sisa potongan dengan

    gerinda tangan supaya halus dan tidak membahayakan operator.

    f. Mengebor kedua lengan pengungkit tersebut pada bagian sisi bawahnya,

    seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.9, dengan ukuran diameter 9 mm

    untuk tempat pin.

    g. Merapikan dan menghaluskan kembali hasil pengeboran dengan menggunakan

    kikir bulat.

    IV.2.8 Pembuatan Lengan Pengungkit Bagian Bawah

    Bahan lengan pengungkit : Plat baja St 37 dengan tebal 6 mm, lebar 24 mm

    dan panjangnya 280 mm, 40 mm dan 10 mm

    Mesin yang digunakan : Gerinda tangan, mesin bor dan mesin las

    Alat yang digunakan : Penggaris besar, kikir bulat, penggores, jangka

    sorong dan alat pelindung diri (kaca mata, sarung

    tangan, dan penutup telinga).

    Gambar 4.10 Sketsa Konstruksi Lengan Pengungkit Bagian Bawah

    Langkah pembuatan :

    a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    49

    b. Mengukur plat yang akan digunakan dengan ukuran panjang sesuai yang

    dibutuhkan, kemudian menandainya dengan penggores.

    c. Memotong plat tersebut dengan menggunakan gergaji tangan dan

    merapikanya dengan menggunakan gerinda tangan.

    d. Menyambung (mengelas) potongan potongan plat tersebut sesuai dengan

    bentuk kontur lengan yang dibutuhkan kemudian mengebor lengan tersebut

    dengan ukuran sebagai berikut :

    Gambar 4.11 Dimensi Lengan Pengungkit Bagian Bawah

    e. Menghaluskan sisa hasil pengeboran dengan menggunakan kikir bulat.

    IV.3. Proses Perakitan Pengungkit

    Perakitan merupakan suatu cara atau tindakan untuk menempatkan dan

    memasang bagian-bagian dari suatu mesin yang digabung dari satu kesatuan

    menurut pasanganya, sehingga akan menjadi perakitan mesin yang siap digunakan

    sesuai dengan fungsi yang direncanakan. Perakitan pengungkit merupakan tahap

    akhir dari perakitan keseluruhan rancangan mesin ini.

    Sebelum melakukan perakitan pengungkit, hendaknya memperhatikan terlebih

    dahulu beberapa hal sebagai berikut :

    1. Semua komponen profil pengungkit yang akan dirakit telah selesai dikerjakan

    dan sesuai dengan ukuran yang direncanakan.

    2. Mengetahui jumlah komponen profilpengungkit yang akan dirakit dan

    merencanakan posisi pemasanganya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    50

    3. Mengetahui urutan pemasangan komponen profil pengungkit

    4. Menyiapkan semua alat-alat dan mesin yang akan digunakan untuk proses

    perakitan.

    5. Melakukan proses perakitan semua komponen profil pengungkit

    Komponen profil pengungkit yang akan dirakit adalah :

    a. Bush sliding

    b. Bantalan poros pengungkit

    c. Poros pengungkit

    d. Dudukan lengan pengungkit bagian atas

    e. Tuas pengungkit

    f. Lengan pengungkit bagian atas

    g. Lengan pengungkit bagian bawah

    Langkah-langkah perakitan :

    1. Menyiapkan semua komponenpengungkit yang akandilakukan perakitan.

    2. Proses perakitan pengungkit dimulai dengan memasang bantalan poros

    pengugkit pada kedua sisi rangka dengan menggunakan las listrik. Sehingga

    bantalan tersebut bersifat permananen. Ukuran posisi bantalan yang akan

    dipasang pada rangka adalah sebagai berikut :

    Gambar 4.12 Dimensi Posisi Pemasangan Bantalan Pengungkit Pada Rangka

    3. Pengelasan dilakukan pada seluruh sisi bantalan (keliling) untuk mendapatkan

    kekuatan sesuai dengan perhitungan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    51

    4. Menghaluskan dan merapikan hasil pengelasan dengan menggunakan gerinda

    tangan.

    5. Setelah bantalan terpasang pada posisinya, langkah selanjutnya adalah

    memasang poros pengungkit dan dudukan tuas pengungkit pada bantalan.

    Dudukan tuas pengungkit dilas bersama dengan poros pengungkit, apabila

    posisi semua komponen sudah dtempatkan pada tempatnya.

    Gambar 4.13 Pemasangan Poros Pengungkit dan Dudukan Tuas Pengungkit

    6. Memasang bush sliding dan moulding diatas dies utama dan menyambungnya

    dengan baut pada lubang baut yang sudah disediakan.

    Gambar 4.14 Pemasangan Bush Sliding dan Moulding

    7. Merakit lengan pengungkit atas dengan lengan pengungkit bawah agar

    menjadi satu kesatuan sistem lengan pengungkit. Dalam hal ini lengan

    pengungkit atas dengan lengan pengungkit bawah di sambung dengan sebuah

    pin yang dilas.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    52

    Gambar 4.15 Perakitan Lengan Pengungkit

    8. Memasang (mengelas) lengan pengungkit dengan dudukan pengungkit pada

    poros dan merapikan sisa hasil pengelasan denga gerinda tangan.

    Gambar 4.16 Pemasangan Lengan Pengungkit Pada Dudukan

    9. Setelah lengan pengungkit terpasang dan sudah dilas, lubang pada lengan

    pengungkit bagian bawah di masukkan kedalam pin berulir pada bush sliding.

    10. Memasang (mengelas) tuas pengungkit pada dudukan dengan sudut 15.

    Kemudian merapikan sisa hasil pengelasan dengan menggunakan gerinda

    tangan.

    IV.4. Proses Pengecatan

    Pengecatan merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah

    perancangan mesin.Pengecatan berfungsi sebagai estetika dan pelindung dari

    korosi.

    Langkah pengerjaan dalam proses pengecatan :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    53

    1. Membersihkan seluruh permukaan profil pengungkit dengan amplas dan air

    untuk menghilangkan korosi.

    2. Pengamplasan dilakukan beberapa kali sampai permukaan profil pengungkit

    luar dan dalam benar-benar bersih dari korosi.

    3. Karena pengungkit sudah terasang permanen pada rangka maka komponen

    selain pengungkit ditutup memakai kertas terlebih dahulu agar agar tidak

    terkena cat.

    4. Memberikan cat dasar atau poxi keseluruhan bagian profil pengungkit yang

    akan dicat.

    5. Mengamplas kembali permukaan profil pengungkit yang telah diberi cat dasar

    (poxi) sampai benar-benar halus dan rata sebelum dilakukan pengecatan.

    6. Melakukan pengecatan warna.

    Gambar 4.17 Proses Pengecatan Pengungkit

    IV.5. Waktu Permesinan

    IV.5.1 Waktu Proses Pengeboran

    Gambar 4.18Sudut Pemotongan Mata Bor (Asyari Daryus,)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    54

    Bahan mata bor yang digunakan adalah HSS untuk pembubutan material baja lunak.

    Tabel 2.4 Kecepatan Potong Mesin Bor (Asyari Daryus, )

    Diameter Mata Bor (mm) Hantaran (mm/put)

    Dibawah 3,3

    3,2 6,4

    6,4 12,7

    12,7 25,4

    Diatas 25,4

    0,03 0,05

    0,05 0,10

    0,10 0,18

    0,18 0,38

    0,38 0,64

    IV.5.1.1 Pengeboran Lubang Baut Pada Plat Pengait

    Pengeboran lubang baut pada plat pengait ini dilakukan pada 8 buah plat

    pengait dengan tebal 8 mm, dengan jumlah lubang pada setiap plat pengait adalah

    2 buah. Sehingga jumlah total pengeboran lubang baut pada plat pengait adalah 16

    lubang dengan diameter 12 mm. Pengeboran ini dilakukan dengan 2 tahap

    yaitu pengeboran dengan mata bor 5 mm dan pengeboran dengan mata bor

    12 mm. Berikut dapat dilihat waktu yang dibutuhkan untuk pengeboran lubang

    baut pada plat pengait

    a. Pengeboran lubangbaut dengan mata bor 5 mm.

    Diketahui :

    lt = 8 mm

    d = 5 mm

    Sr = 0,1 mm/put

    n = 330 rpm

    Waktu pengeboran :

    Tm = .n

    3,0 r

    t

    Sdl +

    = 3300,1

    53,08

    +

    = 0.29 menit

    Waktu setting total (Ts) = 20 menit

    Waktu pengukuran total (Tu) = 10 menit

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    55

    Total waktu pengerjaan = (Tmx 16+ Ts +Tu )

    = (0,29 x 16 + 20 + 10)

    = 34,64 menit

    b. Pengeboran lubang baut dengan mata bor 12 mm.

    Diketahui :

    lt = 8 mm

    d = 12 mm

    Sr = 0,1 mm/put

    n = 330 rpm

    Waktu pengeboran :

    Tm = .n

    3,0 r

    t

    Sdl +

    = 3300,1

    123,08 +

    = 0.35 menit

    Waktu setting total (Ts) = 20 menit

    Waktu pengukuran total (Tu) = -menit

    Total waktu pengerjaan = (Tmx 16+ Ts +Tu )

    = (0,35 x 16 + 20 +0)

    = 25,6 menit

    IV.5.1.2 Pengeboran Lubang Pin Pada Komponen Pengungkit

    Pengeboran lubang pin pada komponen pengungkit ini dilakukan pada plat

    dengan tebal 6 mm, dengan jumlah total lubang 8 buah serta dengan diameter 9

    mm. Pengeboran ini juga dilakukan dengan 2 tahap yaitu pengeboran dengan

    mata bor 5 mm dan pengeboran dengan mata bor 9 mm. Berikut dapat dilihat

    waktu yang dibutuhkan untuk pengeboran lubang pin.

    a. Pengeboran lubang baut dengan mata bor 5 mm.

    Diketahui :

    lt = 6 mm

    d = 5 mm

    Sr = 0,1 mm/put

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    56

    n = 330 rpm

    Waktu pengeboran :

    Tm = .n3,0

    r

    t

    Sdl +

    = 3300,1

    53,06

    +

    = 0.23 menit

    Waktu setting total (Ts) = 20 menit

    Waktu pengukuran total (Tu) = 10 menit

    Total waktu pengerjaan = (Tmx 8+ Ts +Tu )

    = (0,23 x 8 + 20 + 10)

    = 31,84 menit

    b. Pengeboran lubang baut dengan mata bor 12 mm.

    Diketahui :

    lt = 6 mm

    d = 12 mm

    Sr = 0,1 mm/put

    n = 330 rpm

    Waktu pengeboran :

    Tm = .n

    3,0 r

    t

    Sdl +

    = 3300,1

    123,06 +

    = 0.3 menit

    Waktu setting total (Ts) = 20 menit

    Waktu pengukuran total (Tu) = -menit

    Total waktu pengerjaan = (Tmx 8+ Ts +Tu )

    = (0,3 x 8 + 20 +0)

    = 22,8 menit

    Jadi total waktu permesinan untuk pengeboran adalah 34,64 menit + 25,6

    menit31,84+ menit +22,8 menit = 114,88 menit = 3,829 jam 3,8 jam.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    57

    IV.5.2 Waktu Proses Pengelasan

    Dalam proses pembuatan pengungkit diperlukan biaya permesinan untuk

    proses pengelasannya. Oleh karena itu, harus dihitung berapa panjang pengelasan

    terlebih dahulu untuk mengetahui berapa banyak elektroda yang digunakan dan

    waktu untuk proses tersebut. Pengelasan dalam pembuatan sistem pengungkit ini

    dilakukan pada penyambungan komponen komponen pengungkit yang

    diantaranya adalah bush sliding, plat pengait pada moulding, bantalan, lengan

    pengungkit bawah dan prakitan lengan.

    Berikut ini adalah rincian panjang pengelasan pada komponen - komponen

    pengungkit :

    1. Bagian bush sliding

    Panjang las = (75 mm x 2) x 2

    = 300 mm

    2. Penyambungan plat pengait dengan bush sliding

    Panjang las = (75 mm x 2) x 2

    = 300 mm

    3. Penyambungan plat pengait pada moulding

    Panjang las = (75 mm x 2) x 4

    = 450 mm

    4. Pembuatan bantalan

    Panjang las = (37,5 mm x 2) x 2

    = 150 mm

    5. Pembuatan lengan pengungkit bawah

    Panjang las = (24 mm x 4) x 2

    = 192 mm

    6. Pemasangan bantalan pada rangka

    Panjang las = (37,5 mm x 2) x 2

    = 150 mm

    7. Pemasangan lengan pengungkit

    Panjang las =(50 mm x 2) x 2

    = 200 mm

    Total panjang permesinan pengelasan (lt) adalah 1742 mm

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    58

    Elektroda yang digunakan pada proses pengelasan adalah jenis elektroda

    dengan 2,6 mm dan panjang 350 mm. Satu batang elektroda dapat mengelas

    sepanjang 300 mm dan waktu yang dibutuhkan adalah 7 menit. Maka waktu

    permesinan untuk proses pengelasan dapat dihitung sebagai berikut :

    a. Menentukan jumlah elektroda yang dibutuhkan

    jumlah elektroda =1742 mm

    300= 5.8

    b. Menentukan waktu pengelasan

    Waktu pengelasan = 6 batang elektroda x 7 menit = 42 menit

    c. Waktu penggatian elektroda = 1 menit

    d. Waktu setting total = 20 menit

    e. Menentukan waktu total pengelasan

    Tm = 42 menit + 1 menit + 20 menit

    = 63 menit

    = 1,05 jam

    Jadi total waktu permesinan untuk proses pengelasan adalah 1,05 jam.

    IV.5.3 Waktu Proses Penggerindaan Permukaan

    Penggerindaan permukaan digunakan untuk merapikan dan mengaluskan

    benda kerja setelah dilakukan pemotongan dan pengelasan. Penentuan waktu

    permesinan pada proses penggerindaan permukaan dihitung dengan rumus di

    bawah ini :

    Menentukan jumlah pemakanan :

    g = x t x

    Menentukan waktu penggerindaan :

    tc = x x t

    x 1000 x

    ket :

    g = jumlah pemakanan

    b = lebar profil

    t = pengurangan tebal benda kerja

    Sr = kecepatan pemakanan

    v = kecepatan potong

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    59

    lt = panjang permesinan

    d = diameter batu gerinda

    Pada perhitungan waktu penggerindaan ini ditetapkan,

    t = 0,05 mm (hasil pemotongan)

    = 0,5 mm ( hasil pengelasan)

    = 1 mm (hasil pemotongan dengan brander las acetylen)

    d = 100 mm

    v = 800mm/menit

    Sr = 0,005mm/menit

    Berikut ini adalah perhitungan waktu untuk proses permesinan

    penggerindaan permukaan pada komponen komponen sistem pengungkit.

    a. Penggerindaan hasil pemotongan plat pengait (jumlah 8 plat)

    Diket :

    lt = 45 x 2 = 90 mm

    b = 8 mm

    Menentukan jumlah pemakanan :

    g = 8 x 0,05

    100 x 0,005

    g = 0,8 1 kali

    Menentukan waktu penggerindaan :

    tc = 90 x 8 x 1

    800 x 1000 x 0,005

    tc = 0,18 menit

    Tm = 0,18 menit + 0,25 menit = 0,43 menit

    Total waktu penggerindaan untuk 8 buah plat 0,43 menit x 8 = 3.44 menit 4

    menit

    b. Penggerindaan hasil pengelasan bagian bush sliding (jumlah 2 batang)

    Diket :

    lt = 75 x 2 = 150 mm

    b = 5 mm

    Menentukan jumlah pemakanan :

    g = 5 x 0,5

    100 x 0,005

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    60

    g = 5 kali

    Menentukan waktu penggerindaan :

    tc = 150 x 5 x 5

    800 x 1000 x 0,005

    tc = 0,94 menit

    Tm = 0,94 menit + 0,25 menit = 1,19 menit

    Total waktu penggerindaan untuk 2batang bagian bush sliding 1,19 menit x 2

    =2,38 menit 3 menit

    c. Penggerindaan hasil sambungan lasbush sliding dan plat pengait (jumlah 2

    batang)

    Diket :

    lt = 75 x 2 = 150 mm

    b = 5 mm

    Menentukan jumlah pemakanan :

    g = 5 x 0,5

    100 x 0,005

    g = 5 kali

    Menentukan waktu penggerindaan :

    tc = 150 x 5 x 5

    800 x 1000 x 0,005

    tc = 0,94 menit

    Tm = 0,94 menit + 0,25 menit = 1,19 menit

    Total waktu penggerindaan untuk 2batang bush sliding1,19 menit x 2 = 2,38

    menit 3 menit

    d. Penggerindaan hasil sambungan las plat pengait dan moulding (jumlah 4

    sambungan)

    Diket :

    lt = 75 x 2 = 150 mm

    b = 5 mm

    Menentukan jumlah pemakanan :

    g = 5 x 0,5

    100 x 0,005

    g = 5 kali

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    61

    Menentukan waktu penggerindaan :

    tc = 150 x 5 x 5

    800 x 1000 x 0,005

    tc = 0,94 menit

    Tm = 0,94 menit + 0,25 menit = 1,19 menit

    Total waktu penggerindaan untuk 4 sambungan 1,19 menit x 4 = 4,76 menit

    5 menit

    e. Penggerindaan hasil pengelasan bantalan poros pengungkit (jumlah 2 plat)

    Diket :

    lt = 37,5 x 2 = 75 mm

    b =5 mm

    Menentukan jumlah pemakanan :

    g = 5 x 0,5

    100 x 0,005

    g = 5 kali

    Menentukan waktu penggerindaan :

    tc = 75 x 5 x 5

    800 x 1000 x 0,005

    tc = 0,47 menit

    Tm = 0,47 menit + 0,25 menit = 0,72 menit

    Total waktu penggerindaan untuk 2 bantalan 0,72 menit x 2 = 1,44 menit 2

    menit

    f. Penggerindaan poros pengungkit (jumlah 1 batang)

    Diket :

    lt = 5 x 2 = 10 mm

    b = 20 mm

    Menentukan jumlah pemakanan :

    g = 20 x 0,05

    100 x 0,005

    g = 2 kali

    Menentukan waktu penggerindaan :

    Tc = 10 x 5 x 2

    800 x 1000 x 0,005

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    62

    tc = 0,025 menit

    Tm = 0,025 menit + 0,25 menit = 0,275 menit

    g. Penggerindaan hasil pemotongan lengan pengungkit atas dengan brander las

    acetylen (jumlah 2 batang)

    Diket :

    lt = 50 x mm

    b = 6 mm

    Menentukan jumlah pemakanan :

    g = 6 x 1

    100 x 0,005

    g = 12 kali

    Menentukan waktu penggerindaan :

    tc = 50 x 6 x 12

    800 x 1000 x 0,005

    tc = 0,9 menit

    Tm = 0,9 menit + 0,25 menit = 1,15 menit

    Total waktu penggerindaan untuk 2 lengan 1,15 menit x 2 = 2,3 menit 3

    menit

    h. Penggerindaan hasil pemotongan lengan pengungkit bawah (jumlah 2 batang)

    Diket :

    lt = 24 x 8 = 192 mm

    b = 6 mm

    Menentukan jumlah pemakanan :

    g = 6 x 0,05

    100 x 0,005

    g = 0,6 1 kali

    Menentukan waktu penggerindaan :

    tc = 192 x 6 x 1

    800 x 1000 x 0,005

    tc = 0,29 menit

    Tm = 0,29 menit + 0,25 menit = 0,59 menit

    Total waktu penggerindaan untuk 2 lengan 0,59 menit x 2 = 1,18 menit 2

    menit

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    63

    i. Penggerindaan hasil pengelasan lengan pengungkit bawah (jumlah 2 batang)

    Diket :

    lt = 24 x 4 = 96 mm

    b = 6 mm

    Menentukan jumlah pemakanan :

    g = 6 x 0,5

    100 x 0,005

    g = 6 kali

    Menentukan waktu penggerindaan :

    tc = 96 x 6 x 6

    800 x 1000 x 0,005

    tc = 0,86 menit

    Tm = 0,86 menit + 0,25 menit = 1,1 menit

    Total waktu penggerindaan untuk 2 lengan 1,1 menit x 2 = 2,2 menit 3

    menit

    j. Penggerindaan hasil pengelasan pada pemasangan bantalan (jumlah 2 plat)

    Diket :

    lt = 37,5 x 2 = 75 mm

    b = 5 mm

    Menentukan jumlah pemakanan :

    g = 5 x 0,5

    100 x 0,005

    g = 5 kali

    Menentukan waktu penggerindaan :

    tc = 75 x 5 x 5

    800 x 1000 x 0,005

    tc = 0,47 menit

    Tm = 0,47 menit + 0,25 menit = 0,72 menit

    Total waktu penggerindaan untuk 2 bantalan 0,72 menit x 2 = 1,44 menit 2

    menit

    k. Penggerindaan hasil pengelasan pada pemasangan lengan pengungkit (jumlah 2

    lengan)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    64

    Diket :

    lt = 50 x 2 = 100 mm

    b = 5 mm

    Menentukan jumlah pemakanan :

    g = 5 x 0,5

    100 x 0,005

    g = 5 kali

    Menentukan waktu penggerindaan :

    tc = 100 x 5 x 5

    800 x 1000 x 0,005

    tc = 0,625 menit

    Tm = 0,625 menit + 0,25 menit = 0,875 menit

    Total waktu penggerindaan untuk 2 bantalan 0,875menit x 2 = 1,75 menit 2

    menit.

    Total waktu permesinan (Tm) = 30 menit

    Waktu setting dan penyiapan peralatan = 15 menit

    Total waktu permesinan penggerindaan = 45 menit 0,75 jam

    IV.6 Rincian Biaya Pembuatan Sistem Pengungkit

    IV.6.1 Rincian Biaya Material

    No KOMPONEN

    BAHAN

    SPESIFIKASI JUMLAH HARGA

    PER @

    BIAYA

    1 Besi pejal (tiang

    punch)

    panjang = 195cm 1 (10 kg) Rp 10.000 Rp100.000

    diameter = 12 cm

    2 Baut M16 4 Rp 2.000 Rp 8.000

    3 Plat besi

    ( lengan

    bawah )

    tebal = 6 mm 2 (13,5kg) Rp 10.000 Rp135.000

    lebar = 2 cm

    panjang = 50 cm

    4 Besi pejal diameter = 2cm 1 (12 kg) Rp 10.000 Rp120.000

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    65

    (sliding)

    panjang = 120 cm

    5 Pipa roll ( tuas

    pengungkit )

    panjang = 80 cm 1 ( 6 kg ) Rp 12.500 Rp 75.000

    diameter = 3,5cm

    6 Besi pejal

    ( poros