Profosal_Terpadu_Revisi
-
Upload
alex-airivirklzlx-ian -
Category
Documents
-
view
215 -
download
2
description
Transcript of Profosal_Terpadu_Revisi
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
SUMATERA UTARA
Nama : WILOPO TAMBANPM : 120320010
“Desain Arsitektur Rumah Susun”
I. Latar Belakang
Kebutuhan akan perumahan setiap tahun semakin meningkat di kota-kota
besar yang menjadi pusat permukiman dan kegiatan niaga di Indonesia khususnya
kota Medan, dimana perumahan mempunyai arti yang sangat penting bagi
kehidupan seseorang, tidak hanya dalam fungsinya sebagai tempat tinggal,
melainkan juga sebagai sarana pembinaan dalam kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat dan bernegara.
Daerah yang mempunyai tingkat kepadatan penduduk yang tinggi memiliki
permasalahan pada kurangnya ketersediaan hunian, ketidak layakan hunian dan
keterbatasan lahan salah satunya terdapat pada kota Medan yaitu di kecamatan
Medan – Belawan dan sekitarnya. Akibat dari kepadatan penduduk dan
keterbatasan lahan sehingga saat ini melahirkan permukiman - permukiman
kumuh yang dihuni oleh orang - orang yang berpenghasilan menengah kebawah.
Permukiman – permukiman tersebut terdapat hampir sepanjang jalan menuju
pelabuhan Belawan dan kebanyakan berada pada sisi badan rel kereta api.
Adapun konsep pembangunan rumah susun ini lahir untuk menjawab
keterbatasan tanah yang tersedia, dengan mempertimbangkan efesiensi dan
efektivitas penggunaan tanah, mengingat kurang memungkinkan untuk
membangun perumahan secara mendatar/horizontal. Rumah susun menjadi
alternatif pilihan untuk penyediaan hunian karena merupakan pilihan yang ideal
bagi negara - negara berkembang.
Berdasarkan dari latar belakang yang terdapat diatas, maka penulis tertarik
untuk membuat suatu perancangan yang diawali dari sebuah proposal dengan
judul “Desain Arsitektur Rumah Susun”.
II. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang hendak ditanggapi diantaranya:
Bagaimana merancang sebuah Rumah Susun yang dapat memberikan
kenyamanan bagi penghuninya?
1
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
SUMATERA UTARA
Nama : WILOPO TAMBANPM : 120320010
Bagaimana rumusan konsep optimalisasi kinerja bangunan untuk
perancangan rumah susun sederhana?
III. Tujuan
Dasar dari perancangan ini diadakan bertujuan untuk menciptakan sebuah desain
rumah susun yang dapat memberikan kenyamanan bagi penghuninya serta kinerja
bangunan yang optimal.
IV. Batasan Masalah
Permasalahan yang dihadapi dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
Perancangan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hunian yang layak
bagi masyarakat bertempat tinggal di permukiman kumuh dan
berpenghasilan menengah kebawah.
Faktor budaya dan agama diabaikan dalam perancangan ini.
V. Manfaat
Manfaat yang akan saya dapatkan dari hasil perancangan ini yaitu untuk memperluas
wawasan dan ilmu pengetahuan serta informasi mengenai perancangan “Desain
Arsiektur Rumah susun”
2
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
SUMATERA UTARA
Nama : WILOPO TAMBANPM : 120320010
VI. Kerangka Berpikir
3
Judul:
“Desain Arsitektur
Rumah Sususn”
Tujuan:
Dasar dari perancangan ini
diadakan bertujuan untuk menciptakan
sebuah desain rumah susun yang dapat
memberikan kenyamanan bagi
penghuninya serta kinerja bangunan
yang optimal.
Latar Belakang:
Keterbatasan lahan
Minimnya hunian sederhana dengan
fasilitas yang memadai.
Rumusan Masalah:
Bagaimana merancang sebuah Rumah
Susun yang dapat memberikan kenyamanan
bagi penghuninya?
Bagaimana rumusan konsep optimalisasi
kinerja bangunan untuk perancangan rumah
susun sederhana?
Survey:
Lapangan
Literatur
Analisa Konsep
Skematik Desain
Desain
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
SUMATERA UTARA
Nama : WILOPO TAMBANPM : 120320010
VII. Studi Literatur
Pengertian rumah susun menurut kamus besar Indonesia merupakan gabungan
dari pengertian rumah dan pengertian susun. Rumah yaitu bangunan untuk tempat tinggal,
sedangkan pengertian susun yaitu seperangkat barang yang diatur secara bertingkat. Jadi
pengertian rumah susun adalah bangunan untuk tempat tinggal yang diatur secara
bertingkat.
Pengertian rumah susun sederhana sewa, yang selanjutnya disebut rusunawa
berdasarkan PERMEN No.14/ 2007 tentang Pengelolaan Rumah Susun Sederhana sewa
yaitu bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi
dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun
vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing digunakan secara terpisah,
status penguasaannya sewa serta dibangun dengan menggunakan dana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
dengan fungsi utamanya sebagai hunian.
Penjabaran lebih terinci dari pengertian rumah susun sederhana sewa yang
tersebut di atas adalah
1. Satuan Rumah Susun Sederhana Sewa, yang selanjutnya disebut sarusunawa, adalah
unit hunian pada rusunawa yang dapat digunakan secara perorangan berdasarkan
ketentuan persewaan dan mempunyai sarana penghubung ke jalan umum.
2. Pengelolaan adalah upaya terpadu yang dilakukan oleh badan pengelola atas barang
milik negara/daerah yang berupa rusunawa dengan melestarikan fungsi rusunawa
yang meliputi kebijakan perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan,
pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan,
penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian rusunawa.
3. Pengelola, yang selanjutnya disebut badan pengelola, adalah instansi pemerintah atau
badan hukum atau badan layanan umum yang ditunjuk oleh pemilik rusunawa untuk
melaksanakan sebagian fungsi pengelolaan rusunawa.
4. Pemilik rusunawa, yang selanjutnya disebut sebagai pemilik, adalah pengguna barang
milik negara yang mempunyai penguasaan atas barang milik negara berupa rusunawa.
5. Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik negara/daerah yang berupa
rusunawa untuk dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah, dalam bentuk sewa, pinjam
4
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
SUMATERA UTARA
Nama : WILOPO TAMBANPM : 120320010
pakai, dan kerjasama pemanfaatan, dengan tidak mengubah status kepemilikanyang
dilakukan oleh badan pengelola untuk memfungsikan rusunawa sesuai dengan aturan
yang telah ditetapkan.
6. Penghuni adalah warga negara Indonesia yang termasuk dalam kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah sesuai peraturan yang berlaku yang melakukan perjanjian sewa
sarusunawa dengan badan pengelola; Tarif Sewa adalah jumlah atau nilai tertentu
dalam bentuk sejumlah nominal uang sebagai pembayaran atas sewa sarusunawa
dan/atau sewa bukan hunian rusunawa untuk jangka waktu tertentu.
7. Pengembangan adalah kegiatan penambahan bangunan dan/atau komponen bangunan,
prasarana dan sarana lingkungan yang tidak terencana pada waktu pembangunan
rusunawa tetapi diperlukan setelah bangunan dan lingkungan difungsikan.
8. Pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan oleh penerima aset kelola sementara
kepada badan pengelola dan penghuni rusunawa meliputi pembinaan, pelatihan, dan
penyuluhan.
9. Pengawasan adalah pemantauan terhadap pelaksanaan penerapan peraturan
perundang-undangan mengenai rumah susun sederhana sewa dan upaya penegakan
hukum.
10. Masyarakat Berpenghasilan Rendah, yang selanjutnya disebut MBR, adalah
masyarakat yang mempunyai penghasilan berdasarkan ketentuan dalam Peraturan
Menteri Negara Perumahan Rakyat.
VII.I Program Peremajaan Kota
Pada awalnya penerapan kebijaksanaan pembangunan rumah susun di Indonesia
dihubungkan dengan usaha peremajaan kota, yaitu usaha perbaikan dan peningkatan
kualitas lingkungan perumahan kumuh dan padat di pusat kota. Lingkungan yang
termasuk golongan ini merupakan lingkungan permukiman yang sulit ditingkatkan
kualitasnya melalui program perbaikan kampong (KIP).
Dipilihnya pusat kota sebagai rumah susun berdasarkan pertimbangan tingkat
kemudahan yang tinggi terhadap berbagai fasilitas dan prasarana yang dibutuhkan oleh
kelompok sasaran, seperti pendidikan, kesehatan dan fasilitas lainnya. Pertimbangan lain
yang juga memepengaruhi dipilihnya pusat kota sebagai lokasi rumah susun adalah
perlunya peningkatan daya guna dan hasil guna lahn di pusat kota yang sangat dibutuhkan
5
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
SUMATERA UTARA
Nama : WILOPO TAMBANPM : 120320010
untuk menampung dinamika perkembangan kegiatan kota yang semakin meningkat serta
pertimbangan efesiensi penyediaan prasarana kota.
VII.II. Program Pengadaan Perumahan
Pembangunan perumahan ditujukan untuk menunjang kebutuhan perumahan dan
memberikan akomodasi bagi masyarakat berpenghasila rendah yang tidak memiliki
penghasilan dan pekerjaan menetap. Sejalan dengan pembangunan rumah susun dengan
sistem kepemilikan, maka sejak tahun 1984 telah pula dibangun rumah susun sewa yang
dapat dihuni secara sewa baik harian maupun bulanan.
Pelaksanaan pembangunan rumah susun sewa juga dikaitkan dengan program
peremajan kota atau program pembangunan kota terpadu. Hanya saja pelaksanaan
pembangunannya yang berbeda. Bila dalam pembangunan rumah susun dengan sistem
kepemilikan lebih banyak dilakukan oleh Perum Perumnas dan Dinas Perumahan, maka
dalam pembangunan rumah susun sewa lebih banyak ditangani oleh BUMD (Badan
Usahan Milik Daerah).
Rumah susun merupakan alternatif pilihan perumahan di kota akibat keterbatasan
lahan dan harga lahan yang mahal, maka pendekatan yang dilakukan dalam pembangunan
adalah dengan memenuhi aspek-aspek yang menjadi dasar pilihan masyarakat kelompok
sasaran yaitu
1. Aksesibilitas lokasi rumah susun terhadap fasilitas perkotaan, seperti lapangan
pekerjaan, transportasi, pendidikan, perdagangan, kesehatan, perbelanjaan.
2. Status kepemilikan yang terjamin secara hukum
3. Harga yang terjangkau oleh masyarakat kelompok sasaran Kelengkapan fasilitas baik
didalam unit maupun untuk lingkungannya
4. Lingkungan yang teratur, bersih dan memenuhi syarat sebagai rumah layak.
6
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
SUMATERA UTARA
Nama : WILOPO TAMBANPM : 120320010
VII.III. Jenis Rumah Susun di Indonesia
Rumah Susun di Indonesia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu : Rumah Susun
Sederhana (Rusuna), pada umumnya dihuni oleh golongan yang kurang mampu. Biasanya
dijual atau disewakan oleh Perumnas (BUMN). Misalnya, Rusuna Klender di Pasar
Jumat, Lebak Bulus, Jakarta.
1. Rumah Susun Menengah (Apartemen), biasanya dijual atau disewakan oleh
Perumnas atau Pengembang Swasta kepada masyarakat konsumen menengah
ke bawah. Misalnya, Apartemen Taman Rasuna Said, Jakarta Selatan.
2. Rumah Susun Mewah (Condonium), selain dijual kepada masyarakat
konsumen menengah ke atas juga kepada orang asing atau expatriate oleh
Pengembang Swasta. Misalnya Casablanca, Jakarta.
VII.IV. Persyaratan Teknis Rumah Susun
Berdasarkan PP nomor 4/ 1988 mengenai Persyaratan Teknis Pembangunan
Rumah Susun yang harus dipenuhi dalam pembangunan rumah susun, antara lain
adalah kelengkapan, sarana dan prasarana rumah susun.
1. Kelengkapan rumah susun (Pasal 14)
Utilitas umum merupakan sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan di rumah
susun. Kelengkapan utilitas rumah susun harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
Jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan mengenai perpipaan dan
perlengkapannya termasuk meter aiar, pengaturan tekanan air dan tangki air dalam
bangunan
Jaringan air listrik yang memenuhi persyaratan mengenai kabel dan
perlengkapannya, termasuk meter listrik dan pembatas arus, serta pengamanan
terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang membahayakan
Jaringan air gas yang memenuhi persyaratan beserta kelengkapannya termasuk
meter gas, pengatur arus serta pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya hal-
hal yang membahayakan
7
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
SUMATERA UTARA
Nama : WILOPO TAMBANPM : 120320010
Saluran pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas dan
pemasangan
Saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas
dan pemasangan
Saluran dan atau tempat pembuangan sampah yang memenuhi persyaratan
terahada kebersihan, kesehatan dan kemudahan
Tempat kemungkinan pemasangan jaringan telepon dan alat komunikasi lainnya
Alat transportasi berupa tangga, lift atau eskalator dengan tingkat keperluan dan
persyaratan yang berlaku
Pintu dan tangga darurat kebakaran
Tempat jemuran
Alat pemadam kebakaran
Penangkal petir
Alat/Sistem alarm
Pintu kedap asap pada jarak- jarak tertentu
Generator listrik digunakan untuk rumah susun yang mengunakan lift
2. Lokasi Rumah Susun (Pasal 22)
Dalam memilih lokasi rumah susun, maka lokasi tersebut harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
Lokasi rumah susun harus sesuai dengan peruntukan dan keserasian lingkungan
dengan memperhatikan rencana tata ruang dan tata guna tanah
Lokasi harus memungkinkan berfungsinya saluran-saluran pembungan dalam
lingkungan ke system jaringan pembuangan air hujan dan jaringan air limbah.
Lokasi harus mudah dicapai angkutan umum baik langsung maupun tidak
langsung
Lokasi rumah susun harus dijangkau oleh pelayanan air bersih dan listrik
3. Prasarana Lingkungan (Pasal 25 dan 26)
Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan di lingkungan rumah susun, sehingga dapat berfungsi
sebagaimana mestinya, berupa jalan, tangga, selasar, drainase, sistem air limbah,
8
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
SUMATERA UTARA
Nama : WILOPO TAMBANPM : 120320010
persampahan dan air bersih. Lingkungan rumah susun harus dilengkapi dengan
prasarana sebagai berikut
Prasarana lingkungan yang berfungsi sebagai penghubung untuk keperluan
kegiatan sehari-hari bagi penghuni seperti jalan setapak, kendaraan & tempat
parkir
Prasarana lingkungan harus mempertimbangkan kemudahan dan keserasian
hubungan dalam kegiatan sehari-hari dan pengamanan bila terjadi hal-hal yang
membahayakan, serta struktur, ukuran, dan kekuatan yang sesuai dengan fungsi
dan penggunaan jalan tersebut.
Jaringan distribusi air bersih, gas dan listrik dengan segala kelengkapannya seperti
tangki air, pompa air, tangki gas dan gardu-gardu listrik
Saluran pembuangan air hujan yang menghubungkan air hujan daru rumah susun
ke system jaringan pembuangan air kota
Saluran pembuangan air limbah dan atau septik yang menghubungkan air limbah
dari rumah susun ke system jaringan limbah kota
Tempat pembuangan sampah, sebagai pengumpul sampah dari Rusun yang
dibuang ke tempat pembuangan sampah kota, dengan mempertimbangkan faktor
kemudahan pengangkutan, kebersihan, kesehatan dan keindahan
Kran-kran air untuk mencegah dan peangamanan terhadap bahaya kebakaran yang
dapat menjangkau semua tempat dalam lingkungan
Tempat parkir kendaraan dan atau penyimpanan barang
Jaringan telepon dan alat komunikasi sesuai dengan keperluan
4. Sarana Lingkungan (Pasal 27)
Sarana lingkungan merupakan fasilitas penunjang yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial dan budaya.Fasilitas
lingkungan dalam rumah susun dan lingkungannya harus disediakan :
Ruangan atau bangunan untuk tempat berkumpul, melakukan kegiatan
masyarakat, tempat bermain anak-anak dan kontak sosial lainnya sesuai standar
yang berlaku.
Ruangan atau bangunan untuk kebutuhan sehari-hari sesuai standar yang berlaku,
seperti kesehatan, pendidikan, peribadatan, olahraga.
9
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
SUMATERA UTARA
Nama : WILOPO TAMBANPM : 120320010
VII.V. Tinjauan Sarana
Tinjauan sarana bedasarkan berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara
perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan adalah sebagai berikut :
1. Fasilitas Niaga (warung) :
- Maksimal penghuni yang dapat dilayani adalah 250 penghuni.
- Berfungsi sebagai penjual sembilan bahan pokok pangan.
- Lokasi di pusat lingkungan rumah susun dan mempunyai radius 300 m.
- Luas lantai minimal adalah sama dengan luas satuan unit rumah susun
sederhana dan maksimal 36 m2 (termasuk gudang kecil).
2. Fasilitas Pendidikan (tingkat Pra Belajar) :
- Maksimal penghuni yang dapat dilayani adalah 1000 penghuni dimana
anak-anak usia 5-6 tahun sebanyak 8%.
- Berfungsi untuk menampung pelaksanaan pendidikan pra sekolah usia 5-6
tahun.
- Berada di tengah-tengah kelompok keluarga/digabung dengan taman-
taman tempat bermain di RT/RW.
- Luas lantai yang dibutuhkan sekitar 125 m2 (1,5 m2/siswa).
3. Fasilitas Kesehatan.
- Maksimal penghuni yang dilayani adalah 1000 penghuni.
- Berfungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-anak usia Balita.
- Berada di tengah-tengah lingkungan keluarga dan menyatu dengan kantor
RT/RW.
- Kebutuhan minimal ruang 30 m2, yaitu ruangan yang menampung segala
aktivitas.
4. Fasilitas Peribadatan.
Fasilitas peribadatan harus disediakan di setiap blok untuk kegiatan peribadatan
harian, dapat disatukan dengan ruang serbaguna atau komunal, dengan ketentuan
jumlah penghuni minimal yang mendukung adalah 40 KK untuk setiap satu musholla.
Di salah satu lantai bangunan dapat disediakan satu musholla untuk tiap satu blok,
10
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
SUMATERA UTARA
Nama : WILOPO TAMBANPM : 120320010
dengan luas lantai 9 – 36 m2. Jumlah penghuni minimal untuk setiap satu masjid kecil
adalah 400 KK.
5. Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum.
a. Siskamling.
- Jumlah maksimal penghuni yang dapat dilayani adalah 200 orang.
- Dapat berada pada lantai unit hunian.
- Luas lantai minimal adalah sama dengan unit hunian terkecil.
b. Gedung Sebaguna.
- Jumlah maksimal yang dapat dilayani adalah 1000 orang.
- Dapat berada pada tengah-tengah lingkungan dan di lantai dasar.
- Luas lantai minimal 250 m2.
c. Kantor Pengelola.
6. Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum.
a. Tempat Bermain.
- Maksimal dapat melayani 12 – 30 anak.
- Berada antara bangunan atau pada ujung-ujung cluster yang mudah
diawasi.
- Luas area minimal 75 – 180 m2.
b. Tempat Parkir.
- Berfungsi untuk menyimpan kendaraan penghuni (roda 2 dan 4).
- Jarak maksimal dari tempat parkir roda 2 ke blok hunian terjauh 100 m,
sedangkan untuk roda 4 ke blok hunian terjauh 400 m.
- Tempat parkir 1 kendaraan roda 4 disediakan untuk setiap 5 keluarga,
sedang roda 2 untuk setiap 3 keluarga.
- 2 M2 tiap kendaraan roda 4; 1,2 M2 untuk kendaraan roda 2 dan satu tamu
menggunakan kendaraan roda 4 untuk tiap 10 KK.
7. Tinjauan Prasarana
Tinjauan prasarana berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.05/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun
Sederhana Bertingkat Tinggi adalah sebagai berikut :
11
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
SUMATERA UTARA
Nama : WILOPO TAMBANPM : 120320010
1. Sistem air minum
Sistem air minum harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan sumber air minum, kualitas air bersih, sistem
distribusi, dan penampungannya.
Sumber air minum dapat diperoleh dari sumber air berlangganan dan/atau
sumber air lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan sesuai pedoman
dan standar teknis yang berlaku.
Perencanaan sistem distribusi air minum dalam bangunan gedung harus
memenuhi debit air dan tekanan minimal yang disyaratkan.
Penampungan air minum dalam bangunan gedung diupayakan sedemikian
rupa agar menjamin kualitas air.
Penampungan air minum harus memenuhi persyaratan kelayakan
bangunan gedung.
Persyaratan plambing bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mengikuti:
1. Kualitas air minum mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun
2005 tentang Pengembangan sistem Air Minum dan Permenkes
907/2002, sedangkan instalasi perpipaannya mengikuti Pedoman
Plambing; dan
2. SNI 03-6481-2000 Sistem Plambing 2000, atau edisi terbaru. Dalam
hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang
belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman
teknis.
2. Sistem air limbah
Sistem pembuangan air limbah dan/atau air kotor harus direncanakan dan
dipasang dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahayanya.
Pertimbangan jenis air limbah dan/atau air kotor diwujudkan dalam bentuk
pemilihan sistem pengaliran/pembuangan dan penggunaan peralatan yang
dibutuhkan.
Pertimbangan tingkat bahaya air limbah dan/atau air kotor diwujudkan
dalam bentuk sistem pengolahan dan pembuangannya.
12
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
SUMATERA UTARA
Nama : WILOPO TAMBANPM : 120320010
Air limbah yang mengandung bahan beracun dan berbahaya tidak boleh
digabung dengan air limbah domestik.
Air limbah yang berisi bahan beracun dan berbahaya (B3) harus diproses
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Air limbah domestik sebelum
dibuang ke saluran terbuka harus diproses sesuai dengan pedoman dan
standar teknis yang berlaku.
Persyaratan teknis air limbah harus mengikuti:
1. SNI 03-6481-2000 Sistem plambing 2000, atau edisi terbaru;
2. SNI 03-2398-2002 Tata cara perencanaan tangki septik dengan sistem
resapan, atau edisi terbaru;
3. SNI 03-6379-2000 Spesifikasi dan pemasangan perangkap bau, atau
edisi terbaru; dan
4. Tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan sistem
pembuangan air limbah dan air kotor pada bangunan gedung mengikuti
standar baku serta ketentuan teknis yang berlaku.
3. Drainase
Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi dan pekarangannya harus
dilengkapi dengan sistem penyaluran air hujan.
Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah,
dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota.
Kecuali untuk daerah tertentu, air hujan harus diresapkan ke dalam tanah
pekarangan dan/atau dialirkan ke sumur resapan dan/atau sumur
penampungan sebelum dialirkan ke jaringan drainase lingkungan/kota
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pemanfaatan air hujan diperbolehkan dengan mengikuti ketentuan yang
berlaku.
Bila belum tersedia jaringan drainase kota ataupun sebab lain yang dapat
diterima, maka penyaluran air hujan harus dilakukan dengan cara lain yang
dibenarkan oleh instansi yang berwenang.
13
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
SUMATERA UTARA
Nama : WILOPO TAMBANPM : 120320010
Sistem pematusan/penyaluran air hujan harus dipelihara untuk mencegah
terjadinya endapan dan penyumbatan pada saluran.
Persyaratan penyaluran air hujan harus mengikuti:
1. SNI 03-4681-2000 Sistem plambing 2000, atau edisi terbaru;
2. SNI 03-2453-2002 Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan
untuk lahan pekarangan, atau edisi terbaru;
3. SNI 03-2459-2002 Spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan
pekarangan, atau edisi terbaru; dan
4. Standar tentang tata cara perencanaan, pemasangan, dan pemeliharaan
sistem penyaluran air hujan pada bangunan gedung; Dalam hal masih
ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
4. Pengolahan sampah.
Sistem pembuangan sampah padat direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya.
Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk
penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah pada masing-
masing bangunan rusuna bertingkat tinggi, yang diperhitungkan
berdasarkan jumlah penghuni, dan volume kotoran dan sampah.
Pertimbangan jenis sampah padat diwujudkan dalam bentuk penempatan
pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu kesehatan
penghuni, masyarakat dan lingkungannya.
Ketentuan pengelolaan sampah padat
1. Bagi pengembang perumahan wajib menyediakan wadah sampah, alat
pengumpul dan tempat pembuangan sampah sementara, sedangkan
pengangkutan dan pembuangan akhir sampah bergabung dengan
sistem yang sudah ada.
2. Potensi reduksi sampah padat dapat dilakukan dengan mendaur ulang,
memanfaatkan kembali beberapa jenis sampah seperti botol bekas,
14
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
SUMATERA UTARA
Nama : WILOPO TAMBANPM : 120320010
kertas, kertas koran, kardus, aluminium, kaleng, wadah plastik dan
sebagainya.
3. Sampah padat kecuali sampah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
harus dibakar dengan insinerator yang tidak mengganggu lingkungan.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempun
5. Persyaratan Terhadap Bahaya Kebakaran
Bangunan rusun bertingkat tinggi harus dilengkapi dengan sistem proteksi
pasif dan sistem proteksi aktif.
1. Sistem Proteksi Pasif
Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mempunyai sistem proteksi
pasif terhadap bahaya kebakaran yang memproteksi harta milik berbasis
pada desain atau pengaturan terhadap komponen arsitektur dan struktur
bangunan gedung sehingga dapat melindungi penghuni dan benda dari
kerusakan fisik saat terjadi kebakaran.
Penerapan sistem proteksi pasif didasarkan pada fungsi/klasifikasi resiko
kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasang, dan/atau jumlah
dan kondisi penghuni dalam bangunan gedung.
Pada sistem proteksi pasif yang perlu diperhatikan meliputi: persyaratan
kinerja, ketahanan api dan stabilitas, tipe konstruksi tahan api, tipe
konstruksi yang diwajibkan, kompartemenisasi dan pemisahan, dan
perlindungan pada bukaan.
Sistem proteksi pasif tersebut harus mengikuti:
1. SNI 03-1736-2000 Tata cara perencanaan sistem proteksi pasif untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung, atau edisi
terbaru; dan
2. SNI 03-1746-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan
ke luar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan
gedung, atau edisi terbaru. Dalam hal masih ada persyaratan lainnya
15
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
SUMATERA UTARA
Nama : WILOPO TAMBANPM : 120320010
yang belum tertampung, atau yang belum mempunyai SNI, digunakan
standar baku dan/atau pedoman teknis.
2. Sistem Proteksi Aktif
Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi, harus dilindungi terhadap
bahaya kebakaran dengan proteksi aktif.
Penerapan sistem proteksi aktif didasarkan pada fungsi, klasifikasi, luas,
ketinggian, volume bangunan, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni
dalam bangunan rusuna bertingkat tinggi.
Pada sistem proteksi aktif yang perlu diperhatikan meliputi:
1. Sistem Pemadam Kebakaran baik berupa APAR, sprinkler, hidran box
maupun hidran pilar/halaman;
2. Sistem Deteksi & Alarm Kebakaran;
3. Sistem Pengendalian Asap Kebakaran; dan
4. Pusat Pengendali Kebakaran
Sistem proteksi aktif tersebut harus mengikuti:
1. SNI 03-3987-1995 Tata cara perencanaan, pemasangan pemadam api
ringan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan
gedung;
2. SNI 03-1745-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa
tegak dan slang untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan
gedung, atau edisi terbaru;
3. SNI 03-3985-2000 Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian
sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya
kebakaran pada bangunan gedung, atau edisi terbaru;
4. SNI 03-3989-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem
springkler otomatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru;
5. SNI 03-6571-2001 Sistem pengendalian asap kebakaran pada
bangunan gedung, atau edisi terbaru; dan
16
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
SUMATERA UTARA
Nama : WILOPO TAMBANPM : 120320010
6. SNI 03-0712-2004 Sistem manajemen asap dalam mal, atrium, dan
ruangan bervolume besar, atau edisi terbaru. Dalam hal masih ada
persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
Persyaratan Jalan Keluar dan Aksesibilitas untuk Pemadaman Kebakaran
Persyaratan jalan keluar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran
meliputi perencanaan akses bangunan dan lingkungan untuk pencegahan
bahaya kebakaran pada bangunan rusuna bertingkat tinggi, dan
perencanaan dan pemasangan sarana jalan keluar untuk penyelamatan
terhadap bahaya kebakaran.
Persyaratan jalan keluar dan aksesibilitas untuk pemadaman kebakaran
tersebut harus mengikuti:
1. SNI 03-1735-2000 Tata cara perencanaan akses bangunan dan akses
lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah
dan gedung, atau edisi terbaru; dan
2. SNI 03-1736-2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sarana jalan
keluar untuk penyelamatan terhadap bahaya kebakaran pada gedung,
atau edisi terbaru.
3. Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau
yang belum mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau
pedoman teknis.
Persyaratan Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar/Eksit, dan Sistem
Peringatan Bahaya
1. Persyaratan pencahayaan darurat, tanda arah keluar/eksit, dan sistem
peringatan bahaya dimaksudkan untuk memberikan arahan yang jelas
bagi pengguna bangunan rusuna bertingkat tinggi dalam keadaan
darurat untuk dapat menyelamatkan diri, yang meliputi:
1. Sistem pencahayaan darurat;
2. Tanda arah keluar/eksit; dan
3. Sistem Peringatan Bahaya.
17
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
SUMATERA UTARA
Nama : WILOPO TAMBANPM : 120320010
2. Pencahayaan darurat, tanda arah keluar, dan sistem peringatan bahaya
dalam gedung harus mengikuti SNI 03-6573-2001 Tata cara
perancangan pencahayaan darurat, tanda arah dan sistem peringatan
bahaya pada bangunan gedung, atau edisi terbaru. Dalam hal masih ada
persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.
Persyaratan Komunikasi Dalam Bangunan Rusuna Bertingkat Tinggi
1. Persyaratan komunikasi bangunan rusuna bertingkat tinggi
dimaksudkan sebagai penyediaan sistem komunikasi baik untuk
keperluan internal bangunan maupun untuk hubungan ke luar, pada
saat terjadi kebakaran dan/atau kondisi darurat lainnya. Antara lain:
sistem telepon, sistem tata suara, sistem voice evacuation, dll.
2. Penggunaan instalasi tata suara pada waktu keadaan darurat
dimungkinkan asal memenuhi pedoman dan standar teknis.
Persyaratan Instalasi Bahan Bakar Gas
1. Dalam hal rusuna bertingkat tinggi menggunakan gas pembakaran dari
Instalasi Gas Kota, maka harus memenuhi ketentuan:
1. Rancangan sistem distribusi gas pembakaran, pemilihan bahan dan
konstruksinya mengikuti peraturan berlaku dari instansi yang berwenang, atau
ketentuan lainnya sepanjang tidak bertentangan.
2. Instalasi pemipaan (mulai dari katup penutup, meter-gas atau regulator)
mengikuti peraturan berlaku dari instansi yang berwenang, atau ketentuan
lainnya sepanjang tidak bertentangan. Katup penutup, meter-gas harus
ditempatkan di luar bangunan.
3. Pada instalasi untuk pembakaran, harus dilengkapi peralatan khusus untuk
mendeteksi kebocoran gas yang secara otomatis mematikan aliran gas.
1. Dalam hal rusuna bertingkat tinggi menggunakan gas pembakaran
Instalasi gas elpji (LPG), maka harus memenuhi ketentuan:
18
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
SUMATERA UTARA
Nama : WILOPO TAMBANPM : 120320010
1. Rancangan sistem distribusi gas pembakaran, pemilihan bahan dan
konstruksinya mengikuti peraturan yang berlaku dari instansi yang berwenang,
atau ketentuan lainnya sepanjang tidak bertentangan.
2. Instalasi pemipaan untuk rumah tangga (domestik) dan gedung (komersial)
mengikuti peraturan yang berlaku dari instansi yang berwenang, atau
ketentuan lainnya sepanjang tidak bertentangan.
3. Bila pasokan dari beberapa tabung silinder digabung ke dalam satu manipol
(manifold atau header), maka harus mengikuti peraturan yang berlaku dari
instansi yang berwenang, atau ketentuan lainnya sepanjang tidak bertentangan.
Tabung-tabung silinder yang digabung harus ditempatkan di luar bangunan
rusuna bertingkat tinggi.
4. Pada instalasi pembakaran, harus dilengkapi dengan peralatan khusus untuk
mendeteksi kebocoran gas yang secara otomatis mematikan aliran gas, dan
tanda “DILARANG MEROKOK”.
VIII. Lokasi Site
19