Profosal nifa

30
1 PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BRIDGING ANALOGY UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS (Penelitian di kelas X SMAN 1 Tomo) A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan masyarakat dengan kebutuhan yang relatifmeningkat, pemerintah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Berdasarkan UU. Sisdiknas No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Banyak siswa yang merasa takut dengan pelajaran fisika karena sudah dianggap sebagai pelajaran yang sulit dipahami sehingga hasil belajar yang didapat pun selalu minim. Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih didominasi oleh guru dimana murid hanya menerima penjelasan dari guru, mencatat hal-hal penting dan menghafal rumus-rumus.Padahal, jika dalam proses pembelajaran fisika digunakan sebuah metode pembelajaran yang tepat maka pelajaran fisika pun akan menjadi pelajaran yang menarik karenakonsep-konsep fisika yang dipelajari sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari. Dengan adanya keterkaitan konsep-konsep fisika dengan kehidupan sehari-hari maka sangat

Transcript of Profosal nifa

Page 1: Profosal nifa

1

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BRIDGING ANALOGY

UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

(Penelitian di kelas X SMAN 1 Tomo)

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan masyarakat dengan kebutuhan yang

relatifmeningkat, pemerintah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Berdasarkan UU. Sisdiknas No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

Negara.

Banyak siswa yang merasa takut dengan pelajaran fisika karena sudah

dianggap sebagai pelajaran yang sulit dipahami sehingga hasil belajar yang

didapat pun selalu minim. Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih

didominasi oleh guru dimana murid hanya menerima penjelasan dari guru,

mencatat hal-hal penting dan menghafal rumus-rumus.Padahal, jika dalam proses

pembelajaran fisika digunakan sebuah metode pembelajaran yang tepat maka

pelajaran fisika pun akan menjadi pelajaran yang menarik karenakonsep-konsep

fisika yang dipelajari sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari. Dengan adanya

keterkaitan konsep-konsep fisika dengan kehidupan sehari-hari maka sangat

Page 2: Profosal nifa

2

dibutuhkan suatu gambaran, imajinasi, atau bentuk analogi dari suatu konsep,

sehingga konsep fisika tidak hanya dihafal tetapi mudah untuk dipahami.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan mengenai pembelajaran fisika di

kelas X SMAN 1 Tomo, diperoleh bahwa pemahaman konsep fisika siswa masih

rendah.Menurut guru yang bersangkutan, hal tersebut disebabkan karena metode

yang diterapkan dalam pembelajaran selalu menggunakan metode ceramah,

sehingga pembelajaran hanya berpusat pada guru. Selain itu faktor pengajar yang

bukan guru fisika yang sebenarnya pun menjadi penyebab pembelajaran fisika

yang kurang efektif. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa,

mereka mengatakan sangat jarang melakukan kegiatan praktikum. Hal tersebut

disebabkan kurangnya fasilitas praktikum.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi fisika mengatakan

bahwa untuk melakukan kegiatan praktikum sangat dibutuhkan fasilitas praktikum

yang memadai agar kegiatan praktikum lebih efektif. Sehingga guru lebih memilih

metode ceramah dengan alasan agar materi tetap tersampaikan walaupun tanpa

diadakan praktikum.

Masalah rendahnya pemahaman konsep fisika siswa perlu diperhatikan

karena pemahaman konsep dalam pembelajaran fisika sangat dibutuhkan sehingga

dengan adanya penanaman pemahaman konsep pada siswa, pembelajaran fisika

akan lebih bermakna dan terarah sehingga tujuan pendidikan akan tercapai.Siswa

dikatakan memahami bila memiliki kemampuan berpikir untuk mengkonstruksi

makna dari materi pembelajaran baik lisan, tulisan dan komunikasi grafik atau

pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan

Page 3: Profosal nifa

3

pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa

(Anderson, 2001:70).

Oleh sebab itu, guru harus memberikan fasilitas berupa metode atau

pendekatan yang dapat menanamkan pemahaman konsep siswa. Dari sekian

banyaknya pendekatan pembelajaran, maka diberikan alternatif pendekatan

pembelajaran yang dianggap mampu meningkatkan pemahaman siswa yaitu

pendekatan pembelajaran bridging analogy. Berdasarkan karakteristiknya,

Purwanita dalam Fuadah (2011:18) analogi terbagi menjadi, bridging analogy

yang menggunakan berbagai bentuk intermediet untuk sampai pada konsep target

yang dituju dan pictorial analogy yang menggunakan gambar-gambar sebagai

persamaan dari target.

Pendekatan bridging analogy adalah suatu pendekatan analogi yang

menghubungkan atau menjembatani konsep yang dianalogikan (diajarkan) dari

konsep yang dianggap sebagai analog (Indrawati, 1997: 21 dalam Fuadah (2011:

18). Mei-Hung Chiu, Jing-Wen Lin (2004: 431) mengemukakan bahwa ada

beberapa fungsi dari model analogi diantaranya : (1) analogi dapat dijadikan alat

untuk memahami suatu konsep; (2) analogi dapat dijadikan alat untuk memahami

suatu konsep dan pemecahan masalah; (3) analogi dianggap sebagai cara asimilasi

pengetahuan baru ke dalam struktur yang ada; (4) analogi dapat mengurangi

miskonsepsi pada siswa; (5) analogi dapat membangkitkan intuisi siswa.

Menurut Glynn (1995) dalam Wibowo (2010:16) bahwa model

pembelajaran analogi merupakan model pembelajaran yang terdiri dari enam

tahapan yaitu memperkenalkan konsep target, menyampaikan konsep analogi,

Page 4: Profosal nifa

4

mengidentifikasi sifat-sifat konsep analogi dengan konsep target, memetakan

kesamaan, mengidentifikasi sifat konsep analogi yang tidak relevan, dan menarik

kesimpulan tentang target. Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah materi

listrik dinamis, karena pada materi ini siswa kurang memahami konsep arus

listrik, selain itu materi listrik arus searah merupakan salah satu subpokok yang

menjadi prasyarat mempelajari teori listrik dinamis.

Penerapan pendekatan bridging analogy ini menuntut siswa untuk bisa

menghubungkan suatu konsep yang dianalogikan dengan konsep sasaran dan

diharapkan siswa mampu meningkatkan pemahaman konsep. Berdasarkan hasil

penelitian Wibowo (2010: 68) menyimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran analogi dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa pada

materi listrik dinamis dengan kategori sedang. Kemudian berdasarkan penelitian

Fuadah (2011: 74) Penerapan pendekatan pembelajaran bridging analogy dapat

meningkatkan kemampuan metakognitif matematika siswa SMP.

Pada penelitian lain mengenai bridging analogy yang dilakukan oleh

Podolefsky (2005: 16) menyatakan bahwa pendekatan analogi dapat

mempengaruhi pemahaman konsep-konsep fisika pada siswa. Kemudian

penelitian yang dilakukan oleh Refik Dilber, Bahattin Duzgun (2008: 5)

menyatakan bahwa model analogi lebih meningkatkan pemahaman konsep serta

mengurangi miskonsepsi siswa pada materi listrik dibandingkan penerapan model

tradisional. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mei-Hung Chiu,

Jing-Wen Lin (2004: 460) bahwa model analogi tidak hanya dapat membantu

Page 5: Profosal nifa

5

dalam proses pemahaman konsep siswa akan tetapi membantu siswa agar tidak

terdapat miskonsepsi.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk meningkatkan pemahaman

konsep siswa digunakan pendekatan bridging analogy. Karena dalam memahami

konsep-konsep fisika dibutuhkan suatu analogi konsep untuk memperjelas suatu

konsep serta memberikan gambaran agar konsep itu mudah dipahami.

Dari banyaknya materi yang disajikan dalam fisika, maka dalam penelitian ini

dipilih materi yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran bridging analogy

yaitu materi listrik dinamis. Materi ini diambil karena berdasarkan hasil

wawancara dengan beberapa siswa, materi listrik dinamis merupakan materi yang

sulit dipahami. Dengan melihat kesesuaian antara materi dan pendekatan

pembelajaran yang dipilih bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Bridging analogy

untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Listrik Dinamis”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan bridging analogy pada materi listrik dinamis?

2. Apakah penerapan pendekatan pembelajaran bridging analogy pada

materi listrik dinamis dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika

siswa?

Page 6: Profosal nifa

6

C. Batasan Masalah

Dengan mempertimbangkan luasnya ruang lingkup dalam penelitian ini,

maka peneliti membatasi permasalahan penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Materi yang diberikan berkenaan dengan materi ajar fisika SMA Kelas

X, yaitu materi listrik dinamis pada subpokok materi listrik arus searah.

2. Pemahaman yang akan diteliti meliputi lima aspek yaitu: mengartikan

(interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengklasifikasikan

(classifying), meringkas (summarizing), membandingkan/membedakan

(comparing).

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

mengetahui:

1. Keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

bridging analogy pada materi listrik dinamis.

2. Peningkatan pemahaman konsep siswa setelah diterapkan pendekatan

pembelajaran bridging analogy.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bukti empiris tentang

potensi pendekatan pembelajaran bridging analogy dalam meningkatkan

pemahaman konsep siswa dan memperkaya hasil-hasil penelitian dalam bidang

kajian sejenis, yang nantinya dapat digunakan oleh berbagai pihak yang terkait

atau yang berkepentingan dengan hasil-hasil penelitian ini, seperti: siswa, guru,

praktisi penelitian, lembaga-lembaga, peneliti, dan lain-lain.

Page 7: Profosal nifa

7

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya salah pemaknaan dari setiap istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, maka secara operasional istilah-istilah tersebut

dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Pendekatan pembelajaran bridging analogy merupakan salah satu

pendekatan pembelajaran dengan cara menggunakan gambaran analogi

suatu konsep sebagai penghubung konsep sasaranagar tidak terjadi

miskonsepsi. Tahapan pendekatan bridging analogy adalah sebagai

berikut: (1) memperkenalkan konsep target; (2) menyampaikan konsep

analogi; (3) memetakan sifat konsep analogy dengan konsep target; (4)

mengidentifikasi sifat analogi yang tidak relevan; (5) menyimpulkan.

Keterlaksanaan pendekatan pembelajaran bridging analogy maka

dilakukan observasi yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan

lembar observasi.

2. Pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa dalam menafsirkan arti

dari suatu konsep. Indikator pemahaman konsep merujuk pada taksonomi

Bloom yang direvisi, atau sering dikenal dengan taksonomi Anderson

(2001: 70) yaitu: (1) mengartikan (interpreting); (2) memberikan contoh

(exemplifying); (3) mengklasifikasikan (classifying); (4) meringkas

(summarizing); (5) membandingkan/membedakan (comparing), yang

diukur menggunakan tes tertulis pretest dan postest berupa soal pilihan

ganda.

Page 8: Profosal nifa

8

3. Materi listrik dinamis memuat secara khusus tentang rangkaian listrik,

menjelaskan hukum Ohm dan hukum Kirchhoff, rangkaian hambatan serta

sumber tegangan. Materi listrik dinamis terdapat pada KTSP yang

diajarkan pada siswa kelas X semester genap pada standar kompetensi ke

lima yaitu menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian

masalah dan berbagai produk teknologi.

G. Kerangka Berpikir

Saat ini pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang dianggap sulit karena

siswa harus banyak menghafal rumus dan banyak menghitung. Untuk itu

dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang mampu memahamkan suatu

konsep fisika, sehingga siswa tidak menganggap bahwa pelajaran fisika itu sulit

karena harus menghafal banyak rumus tetapi dapat memahamkan konsep dengan

mengajak siswa untuk berfikir abstrak dengan menghubungkan suatu kasus yang

dialami dalam keseharian ke dalam konsep yang akan dituju, sehingga konsep

yang dituju dapat tergambar/terbayang oleh siswa melalui konsep analogi. Salah

satu pendekatan tersebut yaitu pendekatan bridging analogy.

Pendekatan pembelajaran bridging analogy didasarkan pada gambaran

analogi sebagai penghubung untuk memahami konsep yang akan dituju.

Pendekatan bridging analogy dapat membantu siswa dalam memahami konsep

yang dianggap sulit dengan cara memberi penjelasan konsep dengan

menggunakan perbandingan sesuatu yang diketahui dalam kehidupan sehari-hari.

Pada proses pembelajaran ini siswa diberikan konsep analogi yang menyerupai

konsep target sehingga siswa mampu membayangkan hubungan analogi dengan

Page 9: Profosal nifa

9

konsep yang dituju. Kemudian siswa menjelaskan kesamaan-kesamaan pada

konsep analogi dengan konsep target. Berdasarkan karakteristiknya, Purwanita

dalam Fuadah (2011: 18) analogi terbagi menjadi: 1) bridging analogy yang

menggunakan berbagai bentuk intermediet untuk sampai pada konsep target yang

dituju, dan 2) pictorial analogy yang menggunakan gambar-gambar sebagai

persamaan dari target. Tahapan pendekatan bridging analogy ini terdiri dari lima

tahapan, yaitu:

1. Memperkenalkan konsep target/materi yang akan dijelaskan.

2. Menyampaikan konsep anlogi.

3. Memetakan sifat konsep analogi dengan konsep target.

4. Mengidentifikasi sifat konsep analogi yang tidak relevan.

5. Menarik kesimpulan antara konsep analogi yang telah didiskusikan.

Kemampuan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan

pemahaman konsep. Dengan merujuk pada taksonomi Bloom yang direvisi, atau

sering dikenal dengan taksonomi Anderson (200: 70) terdapat beberapa proses

kognitif yang termasuk ke dalam kemampuan memahami diantaranya:

1. Mengartikan (Interpreting)

Kemampuan mengartikan akan terlihat apabila siswa mampu mengubah

suatu bentuk informasi ke dalam bentuk informasi yang lain sesuai dengan

apa yang ia pahami dari suatu informasi tersebut dengan menggunakan

bahasa sendiri yang mudah untuk dipahami.

Page 10: Profosal nifa

10

2. Memberi contoh (Exemplifying)

Kemampuan mencontohkan terjadi apabila siswa mampu mengaplikasikan

suatu konsep ke dalam suatu contoh khusus. Cara mengetahui kemampuan ini

yaitu memberikan pilihan beberapa contoh yang telah diberikan yang sesuai

dengan konsep yang dimaksudkan dalam pertanyaan tersebut.

3. Mengklasifikasikan (Classifying)

Kemampuan mengklasifikasikan merupakan kemampuan yang terjadi apabila

siswa mampu mengkategorikan beberapa contoh atau masalah ke dalam

konsep yang lebih khusus. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

kemampuan kognitif ini dapat diberikan beberapa contoh atau masalah,

kemudian siswa diharuskan menemukan konsep atau prinsip umum dari

contoh tersebut.

4. Meringkas (Summarizing)

Kemampuan meringkas terjadi apabila siswa mampu menyatakan kalimat

atau pernyataan dari hasil pengkajian suatu konsep atau materi secara garis

besar. Cara mengukur kemampuan kognitif ini dengan memberikan

pemilihan jawaban yang melibatkan ringkasan tersebut.

5. Membandingkan (comparing)

Kemampuan membandingkan dapat terjadi apabila siswa mampu melihat

perbedaan dan persamaan antara dua objek atau lebih. Adapun teknik

penilaian untuk menilai proses kognitif yaitu dengan pemetaan. Dalam

pemetaan siswa harus menunjukkan bagaimana setiap bagian dari suatu

objek, ide, masalah atau situasi yang sesuai untuk setiap bagian lain.

Page 11: Profosal nifa

11

Materi pokok yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah materi pokok

listrik dinamis. Diperkirakan penerapan pendekatan pembelajaran bridging

analogy dalam materi pokok listrik dinamis akan mempengaruhi pemahaman

konsep siswa, karena melalui penerapan pendekatan pembelajaran ini diharapkan

dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa. Untuk melihat

keterlaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan bridging

analogy dan peningkatan pemahaman konsep fisika siswa maka dilakukan

analisis, kemudian dibuat sebuah simpulan. Kerangka pemikiran dapat dilihat

pada bagan berikut.

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Tahapan pendekatan bridging analogy

1. Memperkenalkan konsep target

2. Menyampaikan konsep analogi

3. Mengidentifikasi sifat-sifat konsep analogi dan konsep target

4. Memetakan persamaan sifat konsep analogi yang tidak

relevan

5. Menarik kesimpulan

Bagaimana

keterlaksanaan

proses belajar

mengajar

menggunakan

pendekatan

bridging

analogi?

Analisis

Pemahaman Konsep

1. Mengartikan (Interpreting)

2. Memberikan contoh (Exemplifying)

3. Mengklasifikasi (Classifying)

4. Meringkas (Summarizing)

5. Membedakan (Comparing)

Apakah ada peningkatan

pemahaman konsep fisika

siswa?

Simpulan

Belajar Fisika

Proses Belajar Mengajar Fisika pada Materi Listrik Dinamis

Page 12: Profosal nifa

12

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pernyataan dan rumusan masalah di atas, maka hipotesis dari

penelitian ini adalah:

H0: Tidak terdapat peningkatan pemahaman konsep pada siswa sebelum dan

sesudah menerapkan pendekatan pembelajaran bridging analogy pada

materi listrik dinamis.

Ha: Terdapat peningkatan pemahaman konsep pada siswa sebelum dan sesudah

menerapkan pendekatan pembelajaran bridging analogy pada materi listrik

dinamis.

I. Metodologi Penelitian

Berikut ini merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam

penelitian:

1. Menentukan Jenis Data

Jenis data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan

data kualitatif. Secara keseluruhan, data yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah:

a. Data kuantitatif terdiri dari (1) prosentase keterlaksanaan pembelajaran, (2)

skor tes pemahaman konsep, dan (3) skor hasil isian LKS.

b. Data kualitatif yaitu berupa deskripsi komentar yang diperoleh dari lembar

observasi keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan bridging

analogy.

Page 13: Profosal nifa

13

2. Lokasi Penelitian

Penelitian mengambil lokasi di SMA Negeri 1 Tomo, Sumedang. Hal ini

dikarenakan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran fisika masih bersifat

tradisional.

3. Populasi Sampel

Populasi yang akan diteliti adalah seluruh kelas X di SMA Negeri 1 Tomo,

Sumedang yang berjumlah lima kelas dengan jumlah 200 siswa.Sampel yang akan

dipilih untuk penelitian menggunakan simple random sampling Sugiyono (2009:

74) satu kelas dijadikan sampel yaitu kelas X-5 dengan jumlah siswa 40 orang.

4. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode preeksperimen karena

belum sepenuhnya melakukan eksperimen. Penelitian ini hanya dilakukan pada

kelas eksperimen tanpa adanya kelas kontrol sebagai pembanding. Perbedaan

hasil belajar dapat dilihat dari hasil pretest dan posttest.

Desain yang digunakan pada penelitian ini one-group pretest-posttest design.

Representasi desain one-group pretestt-posttest seperti dijelaskan dalam (Sugiyono

2009: 74) diperlihatkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 1.1

Desain Penelitian

Kelompok Pretest Treatment Posttest

ekperiment O1 X O2

Keterangan:

O1: Pretest

X : Treatment, yaitu implementasi pendekatan pembelajaran bridging analogy

O2: Posttest

Page 14: Profosal nifa

14

Sampel dalam penelitian ini, diberi perlakuan penerapan pendekatan bridging

analogy sebanyak 3 kali.Untuk mengetahui pengetahuan awal, sampel diberi tes

awal berupa pretest. Kemudian dilanjutkan dengan treatment (perlakuan) berupa

penerapan pendekatan bridging analogy, selanjutnya diberi posttest yang

instrumennya sama dengan pretest. Instrumen dalam penelitian ini merupakan

instrumen untuk mengukur pemahaman konsep siswa yang telah di-judgement

oleh dosen ahli dan diujicobakan terlebih dahulu.

5. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap

pelaksanaan, dan tahap akhir. Ketiga tahap berikut dijelaskan sebagai berikut:

a. Tahap perencanaan

1. Telaah kompetensi mata pelajaran fisika SMA.

2. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.

3. Membuat surat izin penelitian.

4. Studi literature terhadap jurnal, buku, artikel dan laporan penelitian

mengenai pendekatan bridging analogy baik skripsi, tesis, maupun

disertasi.

5. Observasi awal.

6. Menentukan sampel penelitian.

7. Membuat RPP sesuai pendekatan yang diterapkan.

8. Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan.

9. Membuat perangkat tes.

Page 15: Profosal nifa

15

10. Membuat lembar observasi.

11. Pelatihan observer untuk mengisi lembar observasi keterlaksanaan

pendekatan bridging analogy.

12. Membuat jadwal kegiatan pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

1. Melakukan uji coba instrumen.

2. Melakukan analisis terhadap uji coba instrumen, berupa validitas,

realibilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.

3. Melakukan pretest.

4. Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan bridging analogy.

5. Mengobservasi keterlaksanaan pembelajaran pendekatan bridging

analogy selama berlangsungnya proses pembelajaran yang dilakukan

oleh observer.

6. Melaksanakan posttest.

c. Tahap Akhir

a. Mengolah data hasil penelitian.

b. Menganalisis dan membahas temuan penelitian.

c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari

pengolahan data.

Page 16: Profosal nifa

16

Prosedur penelitian di atas dapat dituangkan dalam bentuk skema penulisan

berikut:

Gambar 1.2 Prosedur Penelitian

Studi Pendahuluan

Studi literatur tentang pendekatan pembelajaran bridging

analogy

Analisis Kurikulum dan materi pembelajaran fisika SMA

Pembahasan Data

Penelitian

Kesimpulan

Penentuan

Materi

Penentua

n Sampel

Analisis Data

Penelitian

Pembelajaran dengan

menggunakan

pendekatan

Pembelajaran

bridging analogy

Lembar Observasi

LKS

RPP

Lembar Observasi

Pretest Posttest

Pembuatan Instrumen

Uji coba instrumen

Telaah Instrumen

Judgement Instrumen

Page 17: Profosal nifa

17

6. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan

lembar observasi. Secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Lembar observasi

Melalui lembar observasi ini diharapkan peneliti dapat memperoleh gambaran

keterlaksanaan pembelajaran selama proses pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan bridging analogy. Lembar observasi berbentuk format isian checklist

yang berfungsi untuk menilai keterlaksanaan pembelajaran pendekatan bridging

analogy yang di dalamnya terdapat kolom komentar dan saran untuk mengisi

kelemahan-kelemahan dari pembelajaran yang telah berlangsung agar dapat

diperbaiki pada pertemuan berikutnya. Adapun indikator pengamatan

keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan bridging analogy,

diantaranya:

1. Memperkenalkan konsep target.

2. Menyampaikan konsep analogi.

3. Memetakan kesamaan.

4. Mengidentifikasi sifat konsep analogi yang tidak relevan.

5. Menarik kesimpulan tentang target.

Jumlah kegiatan guru dan siswa pada pendekatan bridging analogy sebanyak 46

item pada pertemuan kesatu, 44 item pada pertemuan kedua dan 36 item pada

pertemuan ketiga. Lembar observasi digunakan pada pertemuan kesatu, kedua,

dan ketiga dari awal pembelajaran sampai dengan akhir pembelajaran.

Page 18: Profosal nifa

18

b. Tes pemahaman konsep siswa

Tujuan dari tes tertulis ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman

konsep siswa pada materi listrik dinamis. Tes yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda yang diberikan pada

awal pembelajaran (pretest) dan akhir pembelajaran (posttest). Soal untuk pretest

dan posttest adalah sama. Dengan jumlah soal 18 butir soal dengan lima pilihan

yaitu a, b, c, d dan e. Dipilihnya tes objektif karena bentuk tes ini dapat dinilai

secara objektif dan lebih mudah dalam pemeriksaannya. Tes tertulis ini apabila

jawaban benar maka diberi skor 1 dan apabila jawaban salah maka diberi skor 0.

Indikator-indikator yang digunakan dalam pemahaman konsep adalah:

1. Mengartikan (interpreting)

2. Memberikan contoh (exemplifying)

3. Mengklasifikasi (classifying)

4. Meringkas (summarizing)

5. Membedakan (comparing)

Tes ini dilakukan dan dianalisis untuk mengetahui peningkatan pemahaman

konsep siswa pada sub materi listrik dinamis dengan menggunakan pendekatan

pembelajaran bridging analogy.

7. Analisis Instrumen

a. Analisis Lembar Observasi

Sebelum lembar observasi digunakan sebagai instrumen penelitian, tes ini

diuji kelayakan terlebih dahulu berupa judgment kepada dosen ahli untuk

mengetahui ketepatan penggunaannya dalam penelitian. Lembar observasi

Page 19: Profosal nifa

19

divalidisasi secara konstruk pada aspek bahasa, materi, konstruksi, kesesuaian

dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan kesesuaian dengan

sintak/langkah-langkah pendekatan pembelajaran bridging analogy. Setelah

instrumen lembar observasi dianggap layak untuk digunakan, maka lembar

observasi digunakan untuk menguji keterlaksanaan pendekatan bridging analogy

dalam proses pembelajaran oleh observer. Lembar observasi ini diberikan kepada

observer setiap kali pertemuan, sebelum proses pembelajaran dilaksanakan.

b. Analisis Tes Pemahaman Konsep

1) Analisis Kualitatif Butir Soal

Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan

kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Aspek yang

diperhatikan di dalam penelaahan secara kualitatif ini adalah setiap soal ditelaah

dari segi materi, konstruksi, bahasa/budaya, dan kunci jawaban/pedoman

penskorannya. Dalam melakukan penelaahan setiap butir soal, penelaah perlu

mempersiapkan bahan-bahan penunjang seperti: (1) kisi-kisi tes, (2) kurikulum

yang digunakan, (3) buku sumber, dan (4) kamus bahasa Indonesia.

2) Analisis Kuantitatif

a. Uji Validitas

Pengujian validitas tiap butir soal pilihan ganda (PG) dilakukan dengan

menggunakan rumus berikut:

(Arikunto, 2008: 79)

Page 20: Profosal nifa

20

Keterangan :

= koefisien korelasi biserial

MP = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya

Mt = rerata skor total

St = standar deviasi dari skor total

p = proporsi siswa yang menjawab benar

q = proporsi siswa yang menjawab salah

Setelah didapat nilai kemudian diinterpretasikan terhadap tabel nilai

seperti di bawah ini:

Tabel 1. 2

Interpretasi Nilai

Koefisian Korelasi Interpretasi

0,00 < ≤ 0,20 Sangat rendah

0,20 < ≤ 0,40 Rendah

0,40 < ≤ 0,60 Sedang

0,60 < ≤ 0,80 Tinggi

0,80 < ≤ 1,00 Sangat tinggi

(Arikunto, 2010: 319)

b. Uji reliabilitas

Pengujian reabilitas tiap butir soal pilihan ganda (PG) dilakukan dengan

menggunakan rumus Spearman-Brown berikut:

(Arikunto, 2010: 223)

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

r ½ ½ = rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan instrumen

)1(

2

21

21

21

21

11r

rr

Page 21: Profosal nifa

21

Sedangkan untuk mencari r ½ ½ dengan rumus korelasi produk moment kasar:

(Arikunto, 2010: 213)

Keterangan :

r ½ ½ = korelasi reliabilitas yang telah sisesuaikan

N = jumlah tes

∑X = jumlah skor ganjil

∑Y = jumlah skor genap

∑XY = Jumlah hasil kali skor ganjil genap

Nilai reliabilitas yang didapatkan kemudian diinterpretasikan berdasarkan

tabel berikut:

Tabel 1.3

Kriteria Realibilitas Soal

Rentang Keterangan

0,00<r11 ≤ 0,20 Sangat rendah

0,20<r11≤ 0,40 Rendah

0,40<r11 ≤ 0,60 Sedang

0,60<r11≤ 0,80 Tinggi

0,80<r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi

(Arikunto, 2008: 75)

c. Daya Pembeda Soal

Untuk mengetahui daya pembeda soal ganda digunakan rumus:

(Arikunto, 2008: 213)

Keterangan:

D =daya pembeda butir soal

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA =jumlah jawaban benar dari kelompok atas

BB = Jumlah jawaban benar dari kelompok bawah

))()()((

))((

222221

21

YYNXXN

YXXYNr

Page 22: Profosal nifa

22

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

(sebagai indeks kesukaran)

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Nilai DP yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan daya pembeda

butir soal dengan menggunakan kriteria yang tercantum pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.4

Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Interpretasi

DP = 0,00 Sangat Jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

O,40 < DP ≤ 0,70 Baik

O,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

(Arikunto, 2008: 218)

d. Uji tingkat kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

Soal yang terlalu mudah tidak merangsang anak untuk mempertinggi usaha

memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa

menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi di luar

jangkauan (Arikunto, 2007).

Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan perumusan :

(Arikunto, 2008: 208)

Keterangan :

P= Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Page 23: Profosal nifa

23

Nilai P yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan tingkat

kesukaran butir soal dengan menggunakan kriteria pada tabel berikut:

Tabel 1.5

Kategori Tingkat Kesukaran

(Arikunto, 2008: 210)

8. Analisis Data

Pengambilan data dimaksudkan untuk mengolah data mentah dari hasil

penelitian agar dapat ditafsirkan dan mengandung makna. Langkah-langkah

pengolahan data tersebut, yaitu:

1. Analisis data keterlaksanaan pembelajaran

Untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran pendekatan bridging analogy

akan diolah secara kuantitatif dan kualitatif. Cara pengisian lembar observasi dari

setiap pertemuan dengan memberi tanda checklist (√) pada kolom “Ya” atau

“Tidak” untuk masing-masing tahapan. Untuk kolom “Ya” nilainya 1 dan untuk

kolom “Tidak” nilainya 0. Adapun langkah-langkah selanjutnya adalah sebagai

berikut:

1) Menghitung jumlah skor keterlaksanaan yang diperoleh.

2) Mengubah jumlah skor untuk seluruh pertemuan yang telah diperoleh

menjadi nilai persentase dengan menggunakan rumus di bawah ini:

Indeks Kesukaran Interpretasi

P< 0,30 Sukar

0,30 ≤ P ≤ 0,70 Sedang

0,70 <P ≤ 1,00 Mudah

Page 24: Profosal nifa

24

3) Menghitung persentase keterlaksanaan tertinggi dan terendah serta

membuat deskripsi berdasarkan komentar observer.

4) Menghitung rata-rata persentase keterlaksanaan pendekatan dari keempat

pertemuan dengan menggunakan rumus:

persentase =

5) Menghitung rata-rata persentase keterlaksanaan untuk seluruh pertemuan

berdasarkan setiap tahapan pendekatan.

6) Menghitung tahapan pendekatan pembelajaran dari yang tertinggi sampai

yang terendah dan melakukan analisis kualitatif berdasarkan komentar

observer.

7) Mengubah persentase yang diperoleh kedalam kriteria keterlaksanaan

dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 1.6

Kriteria Keterlaksanaan Pendekatan Pembelajaran

Persentase Rata-Rata Kriteria

0%-20% Sangat kurang

21%-40% Kurang

41%-60% Sedang

61%-80% Baik

81%-100% Sangat baik

(Nurjanah, 2010: 7)

2. Analisis tes pemahaman konsep siswa

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa pada submateri arus

listrik searah setelah penerapan pendekatan pembelajaran bridging analogy

berupa tes pilihan ganda yaitu dengan langkah berikut:

1) Membuat hasil analisis tes pemahaman konsep

Page 25: Profosal nifa

25

Analisis tes pemahaman konsep siswa ini dilakukan dengan cara

membandingkan antara nilai pretest dan posttest. Prosedur penilaian yang

digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian berupa tes pilihan ganda

dengan langkah berikut ini:

Tes ini dianalisis untuk mengetahui hasil peningkatan pemahaman konsep

siswa pada materi listrik dinamis dengan menggunakan pendekatan bridging

analogy. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa, maka

terlebih dahulu menghitung skor pretest dan posttest dengan menggunakan

nilai normal gain (NG), dengan rumus sebagai berikut:

NG =

(Meltzer, 2002: 21)

Tabel 1.7

Interpretasi nilai Normal Gain

NG Klasifikasi

NG≤ 0,30 Rendah

0,30 < NG≤ 0,70 Sedang

0,70 < NG Tinggi

(Hake, 1999: 1)

2) Pengujian Hipotesis

Prosedur yang akan ditempuh dalam menguji hipotesis yaitu dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Melakukan uji normalitas data yang diperoleh dari data pretest dan posttest

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

22 ( )i i

i

O E

E

(Subana dkk, 2005 : 124)

Page 26: Profosal nifa

26

Keterangan:

2

: Chi kuadrat

Oi : Frekuensi observasi

Ei : frekuensi ekspektasi

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis, dimaksudkan untuk menguji diterima atau ditolaknya hipotesis

yang diajukan. Uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-

langkah sebagai berikut:

a) Apabila data berdistribusi normal maka digunakan statistik parametris yaitu

dengan menggunakan test “t”. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai

berikut:

(1) Menghitung harga thitung menggunakan rumus:

thitung

1)-(N N.

d X 2

Md (Arikunto, 2010: 349)

Md = mean dari perbedaan pretest dengan posttest

xd = deviasi masing-masing subjek (d-Md)

∑X2d = jumlah kuadrat deviasi

N = subjek sampel deviasi

d.b. = ditentukan dengan N-1

Page 27: Profosal nifa

27

(Arikunto, 2010: 350)

Keterangan:

- d merupakan gain

- N merupakan jumlah subjek

Untuk memperoleh dapat ditempuh dengan rumus berikut.

(Arikunto, 2010: 351)

(2) Mencari harga ttabel yang tercantum pada tabel nilai “t” dengan berpegang

pada derajat kebebasan (db) yang telah diperoleh , baik pada taraf signifikansi

1 % ataupun 5 %. Rumus derajat kebebasan adalah db = N -1

(3) Melakukan perbandingan antara thitung dan ttabel . Jika thitung lebih besar atau

sama dengan ttabel maka Ho ditolak, sebaliknya Ha diterima atau disetujui

yang berarti terdapat peningkatan pemahaman konsep secara signifikan. Jika

thitung lebih kecil daripada ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti

tidak terdapat peningkatan pemahaman konsep secara signifikan.

(Sudijono, 1999: 291)

b) Apabila data terdistribusi tidak normal maka dilakukan dengan uji

wilcoxonmacth pairs test

T

TTz

Keterangan:

T = jumlah jenjang/ rangking yang terendah

T

TTz

24

)12)(1( nnnT

Page 28: Profosal nifa

28

dengan demikian

24

)12)(1(

4

)1(

nnn

nnT

Tz

T

T

Kriteria

Zhitung> Ztabel maka H0 ditolak, Ha diterima

Zhitung< Ztabel maka H0 diterima, Ha ditolak

(Sugiyono, 2006: 133)

Page 29: Profosal nifa

29

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).

Jakarta : Bumi Aksara

________________.2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik..

Jakarta: Bumi Aksara.

E. Brown, David. 2006. “Using Examples And Analogies To Remediate

Misconceptions In Physics: Factors Influencing Conceptual Change”.A

Wiley Company

Inkam Siti, Fuadah. 2011. “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Bridging

Analogy Untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognitif Matematika Siswa

SMP”. Bandung: Skripsi UPI. (Tidak diterbitkan).

Jing-Wen Lin, Mei-Hung Chiu. 2005. “Promoting Fourth Graders’ Conceptual

Change of Their Understandingof Electric Current via Multiple Analogies”.

China: Journal Of Researce In Science.

Meltzer, David E. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation

And Conceptual Learning Gains In Physics: A Possible Ìhidden Variableî In

Diagnostic Pretest Scores. Ames: Department of Physics and Astronomy,

Iowa State University.

Permen Diknas Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006.Standar Kompetensi

Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Podolefsky, Noah. 2005. Jurnal “The Use of Analogy in Physics Learning and Instruction”. Colorado.

Purwanto, Budi. 2008. Fisika Dasar 1B untuk Kelas X SMA dan MA Semester2.

Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Richard R. Hake. (1999). Analizing change/Gain Scores.American Educational

Research Association’s Division D, Measurement and Research

Methodology Journal.

Sudijono, Anas. (1999). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Sugiyono. 2006. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukmara, Dian & Rohman, Chaerul (Ed). (2007). Implementasi Life Skill dalam

KTSP: Melalui Model Manajemen Potensial Qodrati. Bandung: Mughni

Sejahtera

Page 30: Profosal nifa

30

UIN Sunan Gunung Djati Bandung. (2010). Pedoman Karya Tulis Ilmiah Skripsi

Tesis, dan Disertasi. Bandung: Sunan Gunung Djati Press

Wibowo, Jayaman. 2010.“Penerapan Model Pembelajaran Analogi Dalam

Pembelajaran Materi Listrik Dinamis Untuk Meningkatkan Pemahaman

Konsep Fisika Siswa SMP”. Bandung: Skripsi UPI. (Tidak diterbitkan).