PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH...

48
PROFIL NILAI MONYET EKO TERSEDASI H FAKU INS KARDIORESPIRASI DAN SUHU TU OR PANJANG (MACACA FASCICULA PADA PERBEDAAN MIKROKLIMA RUANGAN HARLENDO SWEDIANTO ULTAS KEDOKTERAN HEWAN STITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 UBUH ARIS) AT

Transcript of PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH...

Page 1: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH

MONYET EKOR PANJANG (

TERSEDASI PADA PERBEDAAN MIKROKLIMAT

HARLENDO SWEDIANTO

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH

MONYET EKOR PANJANG (MACACA FASCICULARIS

TERSEDASI PADA PERBEDAAN MIKROKLIMAT

RUANGAN

HARLENDO SWEDIANTO

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH

MACACA FASCICULARIS)

TERSEDASI PADA PERBEDAAN MIKROKLIMAT

Page 2: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Profil Nilai

Kardiorespirasi dan Suhu Tubuh Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

Tersedasi pada Perbedaan Mikroklimat Ruangan” adalah benar merupakan hasil

karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Semua sumber dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2010

Harlendo Swedianto

B04060883

Page 3: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

RINGKASAN

HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan Suhu Tubuh

Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Tersedasi pada Perbedaan

Mikroklimat Ruangan. Dibimbing oleh AGIK SUPRAYOGI dan HUDA

SHALAHUDIN DARUSMAN.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai kardiorespirasi

dan suhu tubuh Macaca fascicularis yang tersedasi pada perbedaan mikroklimat

(temperatur dan kelembaban) tempat hidupnya. Pada penelitian ini digunakan 10

ekor monyet ekor panjang berjenis kelamin jantan yang berumur ±4 tahun

ditempatkan pada sebuah kamar dengan temperatur dan kelembaban ruangan

selama 7 hari. Kemudian monyet-monyet ekor panjang ini dikondisikan pada

temperatur ruangan 25°C selama 14 hari. Pada akhirnya, monyet-monyet ekor

panjang ini dikondisikan pada temperatur ruangan 29°C selama 14 hari.

Pengambilan data nilai kardiorespirasi dan suhu tubuh dilakukan pada hari ke-1,

ke-7, ke-14, dan ke-28. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kondisi

Macaca fascicularis tersedasi penurunan nilai parameter fisiologis juga

dipengaruhi kondisi mikroklimat tempat hidupnya. Dapat diperkirakan kondisi

mikroklimat Mt-25 (suhu ruangan 25,79 ± 1,16°C dan kelembaban ruangan 80,19 ±

9,05% rel) merupakan kondisi yang nyaman untuk Macaca fascicularis tersedasi.

Pada kedua kondisi mikroklimat tersebut, Macaca fascicularis tersedasi tidak

menunjukkan pengaruhnya pada aktivitas listrik jantung yang diindikasikan dari

gambaran EKG yang masih normal.

Kata kunci: EKG, kardiorespirasi, Macaca fascicularis, mikroklimat, suhu tubuh.

Page 4: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

ABSTRACT

HARLENDO SWEDIANTO. Cardiorespiration and Body Temperature Profile of

Sedated Long-tailed Macaque (Macaca fascicularis) in Different Microclimate

Room. Cultivated by AGIK SUPRAYOGI and HUDA SHALAHUDIN

DARUSMAN.

The aim of this research was to determine different cardiorespiration score

and body temperature of sedated Macaca fascicularis in different microclimate

condition (temperature & humidity). 10 heads of male Macaca fascicularis in age

of 4 years old were placed in adaptation room with room temperature and

humidity for seven days. Then Macaca fascicularis were conditioned in room

temperature of 25°C for 14 days. For the last, Macaca fascicularis were

conditioned in room temperature of 29°C for 14 days. Cardiorespiration data was

taken on 1st, 7

th, 14

th, and 28

th days. The result showed that Macaca fascicularis in

sedated condition, the decreased of physiological parameter scorer were also

influenced by its microclimate condition. Condition with microclimate Mt-25

(room temperature and humidity of 25,79 ± 1,16°C and 80,19 ± 9,05% rel)

regarded as the most suitable condition for Macaca fascicularis in sedated

condition. But both room conditions were not disturbing sedated Macaca

fascicularis heart function. It could be proven by ECG profile which was in

normal condition.

Keywords: body temperature, cardiorespiration, ECG, Macaca fascicularis,

microclimate.

Page 5: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2010

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian sebagiaan atau seluruh

karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

Page 6: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH

MONYET EKOR PANJANG (MACACA FASCICULARIS)

TERSEDASI PADA PERBEDAAN MIKROKLIMAT

RUANGAN

HARLENDO SWEDIANTO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 7: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

Judul Skripsi : Profil Nilai Kardiorespirasi dan Suhu Tubuh Monyet Ekor Panjang

(Macaca fascicularis) Tersedasi pada Perbedaan Mikroklimat

Ruangan

Nama : Harlendo Swedianto

NIM : B04060883

Disetujui

Prof. DR. drh. Agik Suprayogi, M.Sc. drh. Huda Shalahudin Darusman, M.Si.

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Diketahui

Dr. Nastiti Kusumorini

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus :

Page 8: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan

HidayahNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini

dimulai pada bulan Mei hingga Juni 2009 dengan judul Profil Nilai

Kardiorespirasi dan Suhu Tubuh Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

Tersedasi pada Perbedaan Mikroklimat Ruangan.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada PT LG

ELECTRONIC Indonesia yang telah mendukung penelitian ini melalui bentuk

kerjasamanya dengan FKH IPB, dan juga kepada kedua orang tua, Harnowo

Permadi dan Lenawati Piliang, kedua adik, Karina Swedianti dan Riski Harnowo

yang telah memberikan do’a, dukungan, dan semangat. Ucapan terima kasih juga

penulis ucapkan kepada :

1. Prof. DR. drh. Agik Suprayogi, M.Sc. selaku pembimbing skripsi pertama atas

ilmu, keterampilan, perhatian dan kesabarannya dalam membimbing penulis.

2. drh. Huda Shalahudin Darusman, M.Si. selaku pembimbing skripsi kedua atas

ilmu, nasihat, saran, dan kritik dalam membimbing penulis.

3. drh. Tutik Wresdiati , MS, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik.

4. Teman satu penelitian, Ridzki M.F Binol, M. Faried Hilmy, dan Sutan P.N.

5. Gendis Aurum Paradisa atas bantuan, perhatian, semangat, dan dukungannya.

6. Teman-teman Aesculapius 43, khususnya kepada Bowo, Uut, teman-teman

kostan irafan, Wahdana, Yevi, Nirna, wisma aglonema, para pengurus Himpro

HKSA FKH IPB, dan pihak-pihak lainnya yang telah membantu dalam

penyelesaian skripsi ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk khasanah ilmu pengetahuan

tanah air tercinta, Indonesia.

Bogor, Desember 2010

Harlendo Swedianto

Page 9: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 13 April 1988

dari ayah drs. Harnowo Permadi dan ibu Lenawati Piliang.

Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari TK MEXINDO

Bogor lulus tahun 1994 kemudian SD Negeri Polisi IV Bogor

dan lulus tahun 2000. Pendidikan penulis dilanjutkan ke

SLTP Negeri 4 Bogor (2000-2003). Masa SMA penulis

diselesaikan di SMA Negeri 3 Bogor dan lulus pada tahun 2006 dan melanjutkan

kuliah di Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI). Mayor yang dipilih penulis di IPB adalah

Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan.

Selama menjadi mahasiswa, pada tingkat 2, penulis mendapatkan beasiswa

Bantuan Belajar Mahasiswa. Penulis berkesempatan menjadi Ketua Inagurasi

Aesculapius angkatan 43 FKH IPB, Ketua Komunitas Seni STERIL dan Ketua

Divisi Himpunan Minat dan Profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana, penulis menyusun

skripsi dengan judul “Profil Nilai Kardiorespirasi dan Suhu Tubuh Monyet Ekor

Panjang (Macaca fascicularis) Tersedasi pada Perbedaan Mikroklimat Ruangan”.

Page 10: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

DAFTAR ISI Halaman

DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xi

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... xii

1 PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………… 1

1.2 Tujuan Penelitian …...……………………………………..... 2

1.3 Manfaat Penelitian ………………………………….............. 2

2 TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………. 3

2.1 Karakteristik Biologi Macaca fascicularis .……………….... 3

2.2 Monyet Ekor Panjang Sebagai Hewan Laboratorium ……… 5

2.3 Fisiologi Kardiorespirasi dan Temperatur Tubuh ………….. 7

2.3.1 Fisiologi Kardiovaskular ……………………………... 7

2.3.2 Elektrokardiogram (EKG) ……………………………. 9

2.3.2.1 Konfigurasi Elektrokardiogram ……………… 10

2.3.3 Fisiologis Pernapasan ……………………………….... 13

2.3.4 Termoregulasi : Suhu Tubuh …………………………. 14

2.4 Fisiologi Adaptasi ………………………………………….... 16

2.4.1 Mikroklimat Lingkungan Mempengaruhi Kondisi

Fisiologis Tubuh ……………………………………… 16

2.4.1.1 Suhu dan Kelembapan Lingkungan ………….. 16

2.4.1.2 Stres …………………………………………... 17

2.4.1.3 Pengaruh Lingkungan Terhadap Fisiologis

Tubuh …………………………………………. 18

2.5 Pengaruh Anestesi dan Sedasi Terhadap

Fisiologis Tubuh ……………………………………………. 20

3 METODE PENELITIAN ..…………………………………................. 23

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ………………………………. 23

3.2 Alat dan Bahan Penelitian ………………………………….. 23

3.3 Persiapan Kandang dan Pakan ……………………………… 23

3.4 Protokol Penelitian ……………………………………........ 25

3.5 Evaluasi dan Analisa Data …………………………………. 26

4 HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………. 27

4.1 Suhu Tubuh, Frekuensi Nafas, dan Denyut Jantung ………... 27

4.4 Elektrokardiogram (EKG) …………………………….......... 29

5 SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………….. 32

6 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 33

Page 11: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

DAFTAR TABEL Halaman

1 Biologi Umum Macaca fascicularis …………………………………. 5

2 Informasi Pemanfaatan Macaca fascicularis pada Berbagai

Penelitian biomedis …………………………………………………... 6

3 Nilai Normal Fisiologis Kardiovaskuler Macaca fascicularis ………. 9

4 Nilai Normal Gambaran EKG Macaca fascicularis menurut

berbagai sumber ……………………………………………………… 13

5 Tahapan Penelitian ………………………………………………….... 25

6 Nilai Rataan Suhu Tubuh, Frekuensi Napas, dan Denyut

Jantung Macaca fascicularis Tersedasi pada Perbedaan

Mikroklimat Ruangan ………………………………………………... 27

7 Nilai Rataan EKG Macaca fascicularis Tersedasi

Pada Perbedaan Mikroklimat Ruangan ……………………………..... 29

Page 12: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Macaca fascicularis …………………………………………………….. 3

2 Gelombang EKG ………………………………………………………... 12

3 Skema keseimbangan HP dan HL ………………………………………. 19

4 (A), (B) Kamar Uji Coba, (C) Kandang Monyet,

(D) Pakan Monyet, (E) Pemberian Pakan ………………………………. 24

5 Gambar 5. (A) Perekaman EKG Monyet,

(B) EKG (Patien-Monitor Welch Allyn, 621E) ………………………… 26

Page 13: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak keragaman

flora dan fauna, di dalamnya terdapat beragam jenis satwa primata. Satwa primata

ini merupakan salah satu modal utama dalam melakukan pengembangan dan

penelitian dibidang biomedis. Satwa primata diketahui memiliki banyak

kemiripan dengan manusia dalam hal anatomis, fisiologis, respon patologis dan

imunologis, serta karakter filogenetis yang mendekati manusia (Sajuthi &

Pamungkas 2000). Kemiripan ini menjadikan satwa primata sebagai hewan model

atau hewan percobaan dalam penelitian yang berhubungan dengan manusia. Jenis

satwa primata yang sering digunakan dalam penelitian sebagai hewan model

adalah monyet Asia, terutama monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).

Keberadaan Macaca fascicularis cukup penting bagi manusia, salah satunya

adalah untuk penelitian di bidang farmasi dan kedokteran (Supriatna 2000). Nilai

fisiologis sangat diperlukan untuk diagnosa, terapi, tindakan sedasi, anastesi

maupun bedah, dan untuk kesehatan satwa primata itu sendiri. Nilai fisiologis

Macaca fascicularis ini harus benar - benar digali. Sebagian besar nilai fisiologis

yang ada saat ini berasal dari kondisi mikroklimat yang berbeda atau nilai

fisiologis yang ada masih mengandalkan pustaka dengan lingkungan yang

berbeda.

Di sisi lain, diketahui bahwa kondisi lingkungan sangat mempengaruhi

nilai fisiologis Macaca fascicularis, terutama adanya perubahan kondisi

mikroklimat (suhu dan kelembaban). Perubahan mikroklimat akan mengganggu

fisiologis hewan tersebut terutama pada sistem sirkulasi kardiovaskular, respirasi,

dan suhu tubuh. Perubahan - perubahan tersebut pada kondisi tubuh sehat

(normal), masih dapat diseimbangkan oleh proses homeostasis tubuh sehingga

perubahan tersebut akan dapat disesuaikan oleh tubuh hewan tersebut. Nilai

fisiologis Macaca fascicularis pada kondisi tubuh yang sehat dan bahkan pada

hewan tersedasi sudah diketahui orang. Namun, selama ini tidak banyak orang

yang mempelajari bagaimana perbedaan nilai fisiologis Macaca fascicularis yang

tersedasi dengan perbedaan mikroklimat (suhu dan kelembaban) tempat hidupnya.

Page 14: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

Penelitian ini penting dilakukan untuk menjawab apakah perubahan

mikroklimat dari suhu dan kelembaban ruangan yaitu (25,79 ± 1,16)°C dan (80,19

± 9,05)% rel menjadi (29 ± 1,95)°C dan (79,52 ± 1,57)% rel dapat mempengaruhi

profil nilai fisiologis pada saat hewan tersedasi terutama nilai kardiorespirasi dan

suhu tubuh Macaca fascicularis.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai kardiorespirasi

dan suhu tubuh Macaca fascicularis yang tersedasi (ketamin) pada perbedaan

mikroklimat (suhu dan kelembaban) tempat hidupnya.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai fisiologis

kardiorespirasi dan suhu tubuh Macaca fascicularis pada kondisi tersedasi setelah

mengalami perlakuan berupa pengaturan suhu dan kelembaban ruangan tempat

hidupnya.

Page 15: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Biologi Macaca fascicularis

Sistematika monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) adalah :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Primata

Famili : Cercopithecidae

Genus : Macaca

Species : Macaca fascicularis.

Secara umum Macaca fascicularis memiliki warna tubuh bervariasi mulai

dari abu-abu sampai kecoklatan. Bagian punggungnya berwarna lebih gelap

dibandingkan dada dan perut. Rambut di kepala dan sekeliling wajahnya

membentuk jambang yang lebat. Ekornya yang panjang ditutupi rambut yang

pendek dan halus (Gambar 1) (Napier & Napier 1967).

Gambar 1. Macaca fascicularis

(Anonim1 2010)

Pada umumnya, habitat asli Macaca fascicularis selalu berada di

sepanjang lembah yang berbatasan dengan air, baik di daratan terbuka maupun

pinggiran sungai ataupun hutan. Sehingga Macaca fascicularis ini dapat

menyesuaikan diri pada semua peringkat ekologi (ecologically diverse). Macaca

fascicularis hidupnya berkelompok dengan jumlah kelompok sekitar 20 – 50 ekor

dan selalu berpindah-pindah mengikuti ketersediaan pakan. Dengan mengamati

habitat aslinya, kemungkinan suhu yang cukup baik bagi kehidupan Macaca

Page 16: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

fascicularis berkisar diantara 25 - 27°C. Namun, perubahan suhu yang tidak

menentu sekarang ini menyebabkan kondisi lingkungan bagi Macaca fascicularis

tidaklah nyaman serta pakan yang diperoleh di alam juga semakin menipis akibat

dari kerusakan alam yang dilakukan oleh manusia yang tidak bertanggungjawab.

Macaca fascicularis hidup pada hutan primer dan sekunder mulai dari

dataran rendah sampai dataran tinggi sekitar 1000 meter di atas permukaan laut.

Pada dataran tinggi, jenis monyet ini biasanya dijumpai di daerah pertumbuhan

sekunder atau pada daerah-daerah perkebunan penduduk. Seringkali juga

ditemukan di hutan bakau sampai ke hutan di dekat perkampungan (Hendras &

Supriatna 2000).

Macaca fascicularis merupakan pemakan segala jenis makanan

(omnivora) namun komposisinya mengandung lebih banyak buah-buahan (60%),

selebihnya berupa bunga, daun muda, biji dan umbi. Macaca fascicularis yang

hidup di rawa-rawa kadang-kadang turun ke tanah pada saat air surut dan berjalan

menyusuri sungai mencari serangga. Monyet yang hidup di daerah bakau atau

pesisir, sering dijumpai memakan kepiting atau jenis moluska lainnya, sehingga

sering monyet ini disebut crabs eating macaque (Hendras & Supriatna 2000).

Informasi mengenai keadaan fisiologi setiap hewan laboratorium sangat

penting. Hal ini diperlukan sebagai acuan untuk mengetahui status kesehatan

hewan. Informasi semacam ini diperlukan karena dapat mempengaruhi ketepatan

suatu hasil pengujian. Berikut ini adalah penjelasan mengenai keadaan biologi

umum dari Macaca fascicularis yang sering digunakan sebagai hewan

laboratorium (Tabel 1).

Page 17: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

Tabel 1. Biologi Umum Macaca fascicularis (Smith & Mangkoewidjojo 1988)

Data Biologis Hewan

Lama hidup 25-30 tahun

Lama bunting 150-180 hari (rata-rata 167 hari)

Berat lahir 420-600 g

Berat dewasa 4,3-10,6 Kg betina

5,5-10,9 Kg jantan

Umur dewasa 4,5-5,5 tahun

Umur dikawinkan 36-48 bulan

Siklus estrus 26-32 hari (rata-rata 31 hari)

Suhu (rektal) 38-39,5 °C

Pernafasan 30-54/ menit

Denyut jantung 165-240/ menit

Jumlah anak Jarang sekali 2

aktivitas Diurnal

2.2 Monyet Ekor Panjang Sebagai Hewan Laboratorium

Pada saat ini spesies primata yang sering digunakan dalam penelitian

biomedis adalah monyet rhesus (Macaca mullata), monyet ekor panjang (Macaca

fascicularis), babon savanna (Papio cynocephalus), dan monyet vervet

(Cercopithecus aethiops) (Crockett et al. 1996).

Monyet telah banyak digunakan sebagai hewan laboratorium untuk

menguji berbagai jenis obat-obatan dan menciptakan serum/vaksin bagi kesehatan

manusia. Hal ini dilatarbelakangi bahwa primata hampir menyerupai manusia dan

populasi mereka berlimpah di dunia (Mardiastuti & Soehartono 2003).

Macaca fascicularis sering dimanfaatkan sebagai hewan percobaan di

laboratorium untuk suatu penelitian. Hal ini disebabkan karena secara anatomis

dan fisiologis, Macaca fascicularis memiliki kemiripan lebih banyak dengan

manusia dibandingkan dengan hewan model lainnya (Sajuthi et al. 1993). Kondisi

ini juga diperkuat dengan adanya persamaan ciri anatomi dan fisiologis karena

kedekatan hubungan filogenetik dan perbedaan evolusi yang pendek (Bennett et

Page 18: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

al. 1995). Pemanfaatan Macaca fascicularis sebagai hewan percobaan digunakan

dalam beberapa penelitian biomedis yang tercantum dalam Tabel 2.

Tabel 2. Infomasi pemanfaatan Macaca fascicularis pada berbagai penelitian

biomedis

Penelitian Sumber

1. Gambaran Elektrokardiogram 9 Spesies Primata

yang Disedasi Menggunakan Ketamine

Gonder et al. 1980

2. Reaktivitas Denyut Jantung yang Diinduksi Secara

Perilaku dan Arterosklerosis pada Macaca

fascicularis

Manuck et al. 1983

3. Nilai Tekanan Darah Macaca fascicularis Hartley et al. 1984

4. Perbedaan Serum Biokimia Tertentu dan Nilai EKG

Macaca fascicularis pada Berbagai Umur

Kapeghian et al. 1984

5. Nilai Lipid Darah, Tekanan Darah, Frekuensi

Jantung, dan Respirasi pada Monyet Ekor Panjang

(Macaca fascicularis) tersedasi.

Ungerer et al. 1997

Dalam penggunaannya sebagai hewan laboratorium, Macaca fascicularis

harus digunakan kandang untuk tempat hidupnya baik proses perawatan maupun

pengamatan laboratorium. Kandang monyet harus mempertimbangkan keperluan

tingkah laku, emosi, dan sosial. Macaca fascicularis tidak boleh dikandangkan

sendirian dan terpencil karena akan menimbulkan suatu bentuk cekaman yang

mengganggu proses tingkah laku dan fisiologi normal. Satwa primata harus

dikandangkan di ruang atau daerah sejauh mungkin dari kandang hewan lain.

Syarat ini untuk mengurangi resiko penularan penyakit dan keamanan dalam

memelihara (Smith & Mangkoewidjojo 1988).

Sajuthi (1984) menyatakan kandang monyet harus dibuat dengan

konstruksi yang kuat. Hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan yang

disebabkan dari monyet itu sendiri. Jenis kandang kelompok yang terbuat dari ram

kawat perlu dilengkapi tempat peristirahatan yang agak tinggi dan bentuknya

harus memadai. Kandang individu harus dilengkapi dinding belakang geser

Page 19: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

(kandang jepit), sehingga monyet dapat didorong ke bagian depan kandang.

Fungsi kandang tersebut untuk mempermudah dalam melakukan pemeriksaan,

pemberian obat atau penyuntikan dan penanganan lain yang harus dilakukan

terhadap monyet tersebut. Setiap jenis kandang baik kandang kelompok maupun

kandang individu harus dilengkapi dengan tempat makan dan minum yang

memadai dan cukup kuat.

2.3 Fisiologi Kardiorespirasi dan Temperatur Tubuh

2.3.1 Fisiologis Kardiovaskular

Berdasarkan struktur anatomi, jantung hewan mamalia terbagi menjadi 4

ruang yaitu 2 atrium kiri dan kanan, dan 2 ventrikel kiri dan kanan. Serta memiliki

4 katup yaitu 2 katup atrio ventrikular (AV) dan 2 katup semilunar. Jantung juga

memiliki sistem sirkulasi sistemik yaitu berupa arteri dan arteriole. Sedangkan

sistem sirkulasi pulmonik terdiri dari vena dan venula (Cunningham 2002).

Guyton (2008) menyatakan, jantung terdiri atas dua pompa yang terpisah,

yaitu jantung kanan yang memompakan darah ke paru-paru, dan jantung kiri yang

memompakan darah ke organ-organ perifer. Selanjutnya, setiap bagian jantung

yang terpisah ini merupakan dua ruang pompa yang dapat berdenyut, yang terdiri

atas satu atrium dan satu ventrikel. Setiap atrium adalah suatu pompa pendahulu

yang lemah bagi ventrikel, yang membantu mengalirkan darah masuk ke dalam

ventrikel. Ventrikel lalu menyediakan tenaga pompa utama yang mendorong

darah (1) ke sirkulasi pulmonal melalui ventrikel kanan atau (2) ke sirkulasi

perifer melalui ventrikel kiri.

Jantung berdenyut setiap detik dan menghasilkan suatu frekuensi denyut

jantung yang teratur. Frekuensi denyut jantung merupakan penjumlahan beberapa

kali jantung berdenyut dalam satu menit dan disebut juga frekuensi jantung.

Frekuensi denyut jantung menggambarkan kualitas fungsi dari kardiovaskular.

Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi jantung adalah jenis hewan, ukuran

tubuh, umur dan jenis kelamin, sedangkan kondisi fisiologis yang dapat

meningkatkan frekuensi jantung yaitu laktasi, shock, pergerakan atau exercise,

posisi hewan, saat makan, dan pengaruh lingkungan seperti suhu. Kelainan-

kelainan yang dapat ditemukan pada jantung yaitu takikardia, bradikardia, angina

Page 20: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

pektoris, aritmia jantung, atrial fibrilasi dan sebagainya. Pengukuran frekuensi

jantung dan kelainan-kelainan pada jantung dapat dilakukan dengan menggunakan

elektrokardiogram (Cunningham 2002 & Gavahan 2003).

Jantung pada berbagai hewan dapat berkontraksi dengan sendirinya tanpa

ada rangsangan dari luar. Jantung mamalia sensitif terhadap pasokan oksigen dan

temperatur (Kay 1998). Menurut Ville et al. (1988) laju pompa jantung

dipengaruhi oleh aktivitas dari mamalia atau manusia itu sendiri.

Otot jantung tidak membutuhkan stimulasi saraf karena memiliki

kemampuan intrinsik untuk membangkitkan potensial kerja secara ritmik.

Meskipun demikian, otot jantung diinervasi oleh sistem syaraf simpatis dan

parasimpatis yang fungsinya terbatas pada pengaturan kecepatan denyut jantung

dan kekuatan kontraksi. Serabut-serabut syaraf simpatis mencapai jantung dari

dua syaraf vagus (Frandson 1992).

Kekuatan kontraksi jantung, kecepatan denyut jantung serta aliran darah

dipengaruhi dan dikontrol oleh syaraf otonom yang berpusat pada medulla

oblongata. Stimulasi syaraf-syaraf vagus cenderung untuk menghambat kerja

jantung dengan menurunkan daya kontraksi dari otot jantung, kecepatan kontraksi

dan kecepatan konduksi impuls dalam jantung sehingga arus darah melalui arteri

koroner akan berkurang. Rangsangan syaraf simpatis akan bekerja sebaliknya,

yaitu meningkatkan aktivitas jantung dan naiknya daya/tenaga kontraksi,

kecepatan kontraksi, kecepatan konduksi impuls dan arus darah koroner

(Frandson 1992).

Macaca fascicularis merupakan satwa primata yang memiliki kemiripan

dengan manusia baik secara anatomis maupun fisiologis, karena adanya kedekatan

filogenetik dan perbedaan evolusi yang lebih pendek. Berkaitan dengan

banyaknya peran Macaca fascicularis dalam penelitian biomedis, maka perlu

didukung oleh data-data dasar dari hewan ini salah satunya nilai fisiologis

kardiovaskuler pada satwa primata khususnya pada monyet ekor panjang. Nilai

fisiologis kardiovaskuler Macaca fascicularis terdapat dalam Tabel 3.

Page 21: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

Tabel 3. Nilai Normal Fisiologis Kardiovaskuler Macaca fascicularis

Parameter

Macaca fascicularis

Mikroklimat Luar

Indonesia

Mikroklimat

Indonesia

Denyut Jantung (kali/menit) 2401

1432

172,213

1694

88-1315

Tekanan Darah

Sistole (mmHg)

Diastole (mmHg)

MAP (mmHg)

1251

751

844

89-1115

48-655

62-935

Volume Darah (ml/Kg) 50-961

-

Keterangan :

MAP = Mean Arterial Pressure

Sumber : 1 = Wolfhensohn & Lloyd 1998 2 = Kapeghian et al. 1984

3 = Hartley et al. 1984

4 = Takagi et al. 2003 5 = Ungerer et al. 1997

2.3.2 Elektrokardiogram (EKG)

Elektrokardiogram (EKG) atau disebut juga Electrocardiogram (ECG)

merupakan suatu grafik hasil catatan potensial listrik untuk menganalisa aktivitas

jantung. Aktivitas jantung ini dianalisa berdasarkan data hasil keluaran sinyal

EKG yang terbentuk dari sinyal - sinyal listrik pada tubuh si penderita yang

dihubungkan dengan kabel yang ditempelkan ke tubuh pasien. Hasil keluaran dari

sinyal EKG ini sangat bergantung pada kualitas perangkatnya untuk mendapatkan

hasil yang akurat karena kesalahan sedikit saja dapat mempengaruhi hasil

kesimpulan tentang kondisi penyakit yang dialami oleh penderita (Anonim2

2009).

Menurut Boswood (2008), menyatakan bahwa manfaat penggunaan

elektrokardiogram yaitu untuk mendeteksi kelainan-kelainan irama dan frekuensi

jantung, mendeteksi adanya hipertropi jantung, mendeteksi kemungkinan adanya

gangguan metabolisme, gangguan elektrolit dan membantu diagnosa serta

pengobatan dari masalah irama jantung.

Page 22: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

2.3.2.1 Konfigurasi Elektrokardiogram

Gelombang P

Secara umum, pada elektrokardiogram terdiri dari gelombang P, interval

PR, Kompleks QRS dan gelombang T. Gelombang P pada elektrokardiogram

mewakili aktivasi listrik pada atria miokardium sewaktu mengadakan depolarisasi.

Setengah bagian pertama gelombang P mewakili depolarisasi atrium kanan dan

setengah bagian yang lain mewakili depolarisasi atrium kiri. Gelombang P yang

normal dapat berupa defleksi positif, difasik, dan defleksi negatif. Kepentingan

gelombang P yaitu untuk menandakan adanya aktivitas atria, menunjukan arah

aktivitas atria, dan menunjukan tanda-tanda hipertropi atria (Gavahan 2003).

Gelombang Q

Gelombang Q adalah defleksi negatif yang ditimbulkan oleh arus

depolarisasi yang berjalan menjauhi sadapan yang bersangkutan. Dengan kata lain

gelombang Q menggambarkan awal dari fase depolarisasi ventrikel. Kepentingan

gelombang Q yaitu menunjukan adanya infark otot jantung. Gelombang Q yang

normal harus memenuhi kriteria yaitu berupa defleksi negatif (Martin 2007).

Gelombang R

Gelombang R adalah defleksi positif pertama dari kompleks QRS.

Menggambarkan fase depolarisasi ventrikel. Kepentingan gelombang R untuk

menandakan adanya pembesaran ventrikel kiri dan hambatan pada serabut

jantung kiri atau left bundle branch block (Martin 2007).

Gelombang S

Gelombang S adalah defleksi negatif sesudah gelombang R. Gelombang S

menggambarkan fase depolarisasi ventrikel kanan. Kepentingan gelombang S

yaitu untuk mengetahui adanya pembesaran ventrikel kanan dan hambatan pada

serabut jantung kanan atau right bundle branch block. Gelombang S yang normal

berupa defleksi negatif dan diikuti gelombang R (Martin 2007).

Page 23: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

Gelombang T

Gelombang T merupakan gambaran fase repolarisasi ventrikel, gelombang

ini muncul sesaat sesudah berakhirnya segmen. Arah normal gelombang T sesuai

dengan arah gelombang utama kompleks. Kepentingan gelombang T yaitu untuk

mengetahui adanya infark jantung dan gangguan elektrolit (Gavahan 2003 dan

Schwartz 2002).

Kompleks QRS

Kompleks QRS menggambarkan seluruh fase depolarisasi ventrikel atau

penyebaran impuls di seluruh ventrikel. Secara klinis memiliki arti yang sangat

penting dari seluruh gambaran EKG. Terdapat tiga komponen yang membentuk

kompleks QRS yaitu gelombang Q, gelombang R dan gelombang S. Bentuk

kompleks QRS ditentukan oleh arah dan besarnya arus depolarisasi ventrikel

terhadap sadapan EKG dari waktu ke waktu, sehingga setiap sandapan EKG akan

merekam gambaran kompleks QRS yang berbeda (Gavahan 2003).

Interval PR

Interval PR adalah arah antara permulaan gelombang P sampai dengan

permulaan kompleks QRS. Interval P mewakili waktu yang dibutuhkan oleh

impuls dari nodus SA berjalan melewati nodus AV sampai ke berkas His.

Gangguan konduksi sepanjang jalur ini akan menyebabkan perubahan interval

(Gavahan 2003).

Interval QT

Interval QT adalah jarak antara permulaan gelombang Q sampai dengan

akhir gelombang T. Jadi menggambarkan lamanya aktivitas depolarisasi dan

repolarisasi ventrikel (Widjaja 1990).

Page 24: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

Gambar 2. Gelombang EKG (Anonim3 2010)

Keterangan:

1. Durasi Gelombang P

2. Interval PR

3. Durasi QRS

4. Interval QT

Gambaran nilai EKG Macaca fascicularis penting diketahui mengingat

banyaknya monyet ini digunakan sebagai hewan laboratorium terutama bila

terkait langsung dengan penelitian kardiovaskular atau anastetik pembedahan.

Fungsi EKG adalah salah satu alat diagnosa untuk memastikan adanya gangguan

jantung, dari serangkaian pemeriksaan biasa yang dilakukan oleh dokter hewan

dalam menentukan penyakit pasiennya (Battaglia 2007). Sehingga, ketersediaan

nilai normal gambaran EKG Macaca fascicularis dari berbagai sumber dapat

membantu mendiagnosa adanya gangguan jantung bila terjadi kelainan. Nilai

normal gambaran EKG Macaca fascicularis terdapat dalam Tabel 4.

Page 25: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

Tabel 4. Nilai Normal Gambaran EKG Macaca fascicularis menurut berbagai

sumber

Parameter

Mikroklimat Luar Indonesia Mikroklimat

Indonesia

Gonder et al.

1980

Kapeghian et

al. 1984

Azwar 1990

Denyut Jantung (kali/menit) 203 ± 29

146 ± 28.5 176.19 ± 33.09

Gelombang P

Amplitudo (milivolt)

Durasi (detik)

0.16 ± 0.05

0.03 ± 0.01

0.065 ± 0.002

0.3 ± 15.9

0.12 ± 0.03

0.027 ± 0.005

Interval PR

Durasi (detik)

0.09 ± 0.01

-

0.052 ± 0.06

Gelombang R

Amplitudo (milivolt)

0.8 ± 0.3

-

0.50 ± 0.08

Kompleks QRS

Amplitudo (milivolt)

Durasi (detik)

-

0.04 ± 0.01

0.369 ± 0.12

0.34 ± 4.3

-

-

Interval QT

Durasi (detik)

0.20 ± 0.02

2.21 ± 13.3

0.148 ± 0.019

MEA (derajat) 65 ± 22 -

Keterangan: MEA = Mean Electrical Axis

2.3.3 Fisiologis Pernapasan

Frekuensi napas Macaca fascicularis berkisar antara 30-54 kali/menit

menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988). Pendapat lain menyebutkan dari

hasil penelitian, Ungerer et al. (1997) menyatakan frekuensi napas normal monyet

ekor panjang (Macaca fascicularis) yang tersedasi berkisar 23-36 kali/menit.

Pernapasan mencakup dua proses : pernapasan luar (eksterna), yaitu penyerapan

O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secara keseluruhan; serta pernapasan dalam

(interna), yaitu penggunaan O2 dan pembentukan CO2 oleh sel-sel serta pertukaran

gas antara sel-sel tubuh dengan media cair sekitarnya (Ganong 2003).

Page 26: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

Sistem pernapasan memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai penyedia

oksigen bagi darah dan mengambil karbondioksida dari dalam darah. Fungsi-

fungsi yang bersifat sekunder, meliputi membantu dalam regulasi keasaman

cairan ekstraselular dalam tubuh, membantu pengendalian suhu, eliminasi air, dan

fonasi (pembentukan suara). Sistem pernapasan terdiri dari paru-paru dan saluran-

saluran yang memungkinkan udara dapat mencapai atau meninggalkan paru-paru

(Frandson 1992).

Salah satu proses respirasi adalah ventilasi paru yang berarti masuk dan

keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli. Hal tersebut dapat dilakukan dengan

dua cara, yaitu gerakan turun dan naik dari diafragma untuk memperbesar atau

memperkecil rongga dada dan depresi atau elevasi tulang iga untuk memperbesar

atau memperkecil diameter anteroposterior rongga dada (Guyton 1994).

Pusat pernafasan adalah sekelompok neuron yang tersebar luas dan

terletak bilateral medulla oblongata dan pons. Pusat pernafasan terbagi menjadi

tiga kelompok neuron utama, yaitu;

1. Kelompok pernafasan dorsal, terletak pada bagian dorsal medulla yang

menyebabkan inspirasi,

2. Kelompok pernafasan ventral, terletak di ventrolateral medulla, meyebabkan

ekspirasi atau inspirasi tergantung kelompok neuron yang dirangsang,

3. Pusat pneumotaksik, terletak di bagian superior belakang pons, yang

membantu kecepatan dan pola pernafasan (Guyton 1994).

Ganong (2003) menyatakan, terdapat dua mekanisme neural terpisah bagi

pengaturan pernapasan. Satu mekanisme berperan pada kendali pernapasan

volunter, sedangkan yang lainnya mengendalikan pernapasan otomatis. Pusat

volunter terletak di korteks serebri dan impuls dikirmkan ke neuron motorik otot

pernapasan melalui jaras kortikospinal. Pusat pernapasan otomatis terletak di pons

dan medula oblongata, dan keluaran eferen dari sistem ini terletak di rami alba

medula spinalis, di antara bagian lateral dan ventral jaras kortikospinal.

2.3.4 Termoregulasi : Suhu Tubuh

Suhu tubuh adalah suhu bagian dalam (suhu inti), bukan suhu permukaan

yang merupakan suhu kulit atau jaringan bawah kulit. Suhu inti relatif konstan

Page 27: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

kecuali bila terjadi demam, sedangkan suhu permukaan lebih dipengaruhi

lingkungan (Guyton 2008).

Panas dalam tubuh merupakan hasil metabolisme dan harus terus-menerus

dilepaskan ke lingkungan. Ketika kecepatan pembentukan panas sama dengan

kecepatan kehilangan panas, maka dapat dikatakan individu dalam keseimbangan

panas (Guyton 2008). Pengaturan suhu tubuh merupakan keseimbangan antara

pelepasan panas dan produksi panas. Suhu tubuh diatur hampir seluruhnya oleh

mekanisme persyarafan umpan balik dan hampir semua mekanisme ini terjadi

melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada hipothalamus sehingga disebut

hipothalamik (Kelly 1974).

Sistem termostat menggunakan tiga mekanisme penting untuk

menurunkan panas tubuh ketika suhu menjadi sangat tinggi, yaitu vasodilatasi

pembuluh darah yang akan meningkatkan kecepatan pemindahan panas ke kulit,

pengeluaran keringat, penurunan pembentukan panas dengan menghambat

mekanisme penyebab pembentukan panas seperti menggigil dan termogenesis

kimia. Sedangkan ketika tubuh terlalu dingin, sistem pengaturan suhu

mengadakan prosedur yang sangat berlawanan, yaitu

1. Vasokonstriksi kulit di seluruh tubuh oleh rangsangan pusat simpatis

hipothalamus posterior,

2. Piliereksi untuk membentuk lapisan tebal “isolator udara” di dekat kulit

sehingga pemindahan panas ke lingkungan lebih ditekan,

3. Peningkatan pembentukan panas oleh sistem metabolisme dengan cara

menggigil, rangsangan simpatis pembentukan panas dan sekreksi tiroksin.

Rangsangan simpatis dengan pelepasan norepinephrine dan epinephrine

akan meningkatkan kecepatan metabolisme jaringan dan meningkatkan aktivitas

selular terutama pada jenis jaringan lemak coklat yang meningkatkan

pembentukan panas (Guyton 2008).

Ditinjau dari pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua

golongan, yaitu poikilotermis dan homoitermis. Pada poikilotermis suhu tubuhnya

dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan

dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin.

Hewan homoiterm sering disebut hewan berdarah panas. Pada hewan berdarah

Page 28: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

panas suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya

sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan berdarah panas dapat melakukan

aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur

suhu tubuh. Hewan dalam kelompok ini mempunyai variasi suhu normal yang

dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang

waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh

pencernaan air (Swenson 1997). Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa

burung dan mamalia. Macaca fascicularis termasuk hewan berdarah panas atau

homoiterrmis. Suhu normal pada Macaca fascicularis adalah berkisar 37 - 40 ºC

(Wolfhensohn & Lloyd 1998).

2.4 Fisiologi Adaptasi

2.4.1 Mikroklimat Lingkungan Mempengaruhi Kondisi Fisiologis Tubuh

2.4.1.1 Suhu dan Kelembapan Lingkungan

Secara harfiah, lingkungan dapat dipisahkan kedalam beberapa faktor

yakni, fisik, sosial, dan panas. Faktor fisik antara lain, ruang, tekanan, dan

peralatan (perkandangan). Faktor sosial antara lain, jumlah ternak yang di

pelihara dalam kandang dan tingkah lakunya. Sedangkan faktor panas antara lain,

temperatur udara, kelembaban relatif, perpindahan udara, dan radiasi (Esmay

1982). Lingkungan dapat diklasifikasikan dalam dua komponen, yaitu :

1. Abiotik : semua faktor fisik dan kimia.

2. Biotik : semua interaksi di antara (perwujudan) makanan, air, predasi,

penyakit serta interaksi sosial dan seksual.

Faktor lingkungan abiotik adalah faktor yang paling berperan dalam

menyebabkan stres fisiologis (Yousef 1984). Komponen lingkungan abiotik

utama yang berpengaruh nyata terhadap ternak adalah temperatur, kelembaban

(Yuosef 1984) ; (Chantalakhana & Skunmum 2002), curah hujan (Chantalakhana

& Skunmum, 2002), angin dan radiasi matahari (Yousef 1984 ; Cole & Brander

1986).

Apabila dihadapkan pada cekaman panas, prioritas tingkah laku hewan

akan berubah dalam hal kegiatan mengkonsumsi makanan untuk menghindari

kondisi yang tidak menyenangkan. Konsekuensi yang cepat adalah mengurangi

Page 29: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

konsumsi pakan dan energi metabolis yang tersedia. Gangguan lain terhadap

keseimbangan energi berasal dari perubahan fisiologis, sistem endokrin dan

pencernaan yang selanjutnya menurunkan energi yang tersedia, dan sebagai

konsekuensinya menurunkan produksi ternak (Wodzicka et al. 1993). Kulit sangat

berperan dalam mempertahankan keseimbangan panas. Kulit tidak hanya

memiliki sensor panas berkerapatan tinggi tetapi juga diperlukan untuk mengatur

suhu kulit dan kecepatan aliran panas dari tubuh melalui mekanisme vasomotor

tepi.

Kelembaban adalah jumlah uap air dalam udara. Kelembaban udara

penting, karena mempengaruhi kecepatan kehilangan panas dari hewan.

Kelembaban dapat menjadi kontrol dari evaporasi kehilangan panas melalui kulit

dan saluran pernafasan (Chantalakhana & Skunmun 2002).

Kelembaban biasanya diekspresikan sebagai kelembaban relatif (Relative

Humidity = RH) dalam persentase yaitu ratio dari mol persen fraksi uap air dalam

volume udara terhadap mol persen fraksi kejenuhan udara pada temperatur dan

tekanan yang sama (Yousef 1984). Pada saat kelembaban tinggi, evaporasi terjadi

secara lambat, kehilangan panas terbatas dan dengan demikian mempengaruhi

keseimbangan termal hewan (Chantalakhana & Skunmun 2002).

2.4.1.2 Stres

Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari

hewan yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan

eksternal. Sedangkan stresor adalah kejadian, situasi, hewan atau suatu obyek

yang dilihat sebagai unsur yang menimbulkan stress dan menyebabkan reaksi

stres sebagai hasilnya. Stresor sangat bervariasi bentuk dan macamnya, mulai dari

sumber-sumber psikososial dan perilaku seperti frustrasi, cemas dan kelebihan

sumber-sumber bioekologi dan fisik seperti bising, polusi, temperatur dan gizi

(Michal 1991).

Hewan dapat mengalami stres secara psikologis maupun secara fisik

(Grandin 1997). Monyet telah dilaporkan cukup peka terhadap berbagai jenis stres

yang pada akhirnya akan merubah perilaku dan hormonal terutama kadar hormon

kortikosteroid (Norcross & Newman 1999). Menurut Ockenfels et al (1995)

Page 30: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

primata menunjukkan kadar kortisol plasma yang meningkat sebanding dengan

peningkatan level stress. Perilaku dapat diartikan sebagai ekspresi hewan yang

disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari dalam tubuh maupun faktor luar.

Tingkah laku tersebut perlu diamati agar dapat diketahui bagaimana hewan

bereaksi atas suatu perubahan atau tekanan dari lingkungan (Bennet et al. 1995).

Hewan akan selalu beradaptasi dengan lingkungan tempat hidupnya.

Adaptasi lingkungan ini tergantung pada ciri fungsional, struktural atau behavioral

yang mendukung daya tahan hidup ternak maupun proses reproduksinya pada

suatu lingkungan. Apabila terjadi perubahan lingkungan yang tidak nyaman maka

ternak akan mengalami stres (Curtis 1999).

Stres adalah respon fisiologi, biokimia dan tingkah laku ternak terhadap

variasi faktor fisik, kimia dan biologis lingkungan (Yousef 1984). Dengan kata

lain, stres terjadi apabila terjadi perubahan lingkungan yang ekstrim, seperti

peningkatan temperatur lingkungan atau ketika toleransi hewan terhadap

lingkungan menjadi rendah (Curtis 1999).

2.4.1.3 Pengaruh Lingkungan Terhadap Fisiologis Tubuh

Temperatur tubuh monyet ekor panjang dikontrol pada level konstan. Hal

itu dilakukan dengan termoregulasi. Kondisi khusus ini disebut homoitermis,

untuk memelihara proses fisiologis tubuh agar tetap optimum (Sturkie 1981).

Homoitermis dapat terjaga dikarenakan keseimbangan sensitif di antara produksi

panas (Heat Production = HP) dan kehilangan panas (Heat Loss = HL). Kondisi

ini terdapat dalam skema Gambar 3.

Sistem kontrol termoregulasi terdiri dari suatu seri elemen yang fungsinya

berhubungan. Informasi termal diperoleh melalui periferal atau sensor temperatur

tubuh dalam. Keluaran dari sensor ini dibawa oleh saraf aferen ke pusat kontrol

termoregulasi dalam hipotalamus. Aktivasi efektor akan bervariasi tergantung

kecepatan produksi panas atau kehilangan panas. Umpan balik ke sistem kontrol

oleh sistem saraf atau aliran darah, terjadi dengan adanya modifikasi masukan

reseptor (Sturkie 1981).

Page 31: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

Dipengaruhi oleh :

� Luas permukaan tubuh

� Perlindungan tubuh

� Pertukaran air

� Aliran darah

� Lingkungan :

Temperatur, angin,

kelembapan, dll Dipengaruhi Oleh :

� Hormon

� Produksi

� Aktivitas otot

� pemeliharaan

Sumber :

� Makanan /

cadangan tubuh

� Fermentasi

rumen / sekum

� lingkungan Pendinginan

non evaporasi :

� Radiasi

� Konveksi

� Konduksi

Pendinginan

evaporasi :

� Respirasi

� Kulit

KEHILANGAN PANAS PENAMBAHAN PANAS

N

O

R

M

A

L

HIPERTERMI HIPOTERMI

Menurut Curtis (1999), kontrol termoregulasi terdiri atas tiga jenis yaitu

kontrol termoregulasi fisik, kontrol termoregulasi kimia dan kontrol termoregulasi

tingkah laku.

Gambar 3. Skema keseimbangan HP dan HL menurut Yousef (1984)

Zona nyaman atau kondisi fisiologis normal adalah kondisi yang dapat

dirasakan nyaman oleh seekor hewan untuk dapat menjalankan aktivitas hidupnya

secara normal tanpa rasa takut atau cemas (White 2009). Keberadaan zona

nyaman atau kondisi fisiologis normal ini dipengaruhi oleh lingkungan dan

perilaku hewan tersebut. Kondisi ini di antaranya meliputi temperatur dan

Page 32: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

kelembaban lingkungan. Keberadaan zona nyaman atau kondisi fisiologis normal

dapat mempengaruhi tingkat metabolik dan produksi hewan.

Zona temperatur netral atau zona termonetral (ZTN) adalah zona yang

relatif terbatas dari temperatur lingkungan yang efektif dalam memproduksi panas

minimal dari hewan (Curtis 1999). Pada zona ini, tidak ada perubahan dalam

produksi panas dan temperatur tubuh dapat dikontrol oleh adanya perubahan kecil

dalam konduksi hewan melalui variasi tubuh, aliran darah dari pusat ke periferi

atau peningkatan keringat (Sturkie 1981). Pada temperatur di bawah ZTN, hewan

akan meminimalkan semua jalur pengeluaran panas dan meningkatkan produksi

panas. Pada temperatur di atas ZTN hewan akan memaksimalkan pengeluaran

panas (Yousef 1984).

2.5 Pengaruh Anestesi dan Sedasi Terhadap Fisiologis Tubuh

Anestesi berasal dari bahasa Yunani yaitu an- yang berarti tidak atau

tanpa dan aesthetos yang berarti persepsi atau kemampuan untuk merasa sesuatu.

Secara umum anestesi dapat diartikan sebagai suatu tindakan menghilangkan rasa

sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang

menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anastesi digunakan pertama kali

oleh Oliver Wendel Holmes Sr. pada tahun 1846. Obat untuk menghilangkan

nyeri terbagi dalam 2 kelompok, yaitu analgesia dan anestesi. Analgesia adalah

obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. Seseorang yang

mengkonsumsi analgesia tetap berada dalam keadaan sadar. Analgesia merupakan

obat yang tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi bersifat

meringankan rasa nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya

kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian

tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar (Suryanto 1998).

Sedasi dapat didefinisikan sebagai penggunaan agen-agen farmakologik

untuk menghasilkan depresi tingkat kesadaran secara cukup sehingga

menimbulkan rasa mengantuk dan menghilangkan kecemasan tanpa kehilangan

komunikasi verbal (Anonim4 2010). Berikut adalah pengertian sedasi menurut

tingkatannya:

Page 33: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

Sedasi minimal adalah suatu keadaan dimana selama terinduksi obat,

pasien berespon normal terhadap perintah verbal. Walaupun fungsi kognitif dan

koordinasi terganggu, tetapi fungsi kardiovaskuler dan respirasi tidak dipengaruhi.

Sedasi sedang (sedasi sadar) adalah suatu keadaan depresi kesadaran

setelah terinduksi obat dimana pasien dapat berespon terhadap perintah verbal

secara spontan atau setelah diikuti oleh rangsangan taktil cahaya. Fungsi

kardiovaskuler biasanya dijaga.

Sedasi dalam adalah suatu keadaan di mana selama terjadi depresi

kesadaran setelah terinduksi obat, pasien sulit dibangunkan tapi akan berespon

terhadap rangsangan berulang atau rangsangan sakit. Kemampuan untuk

mempertahankan fungsi respirasi dapat terganggu. Fungsi kardiovaskuler

biasanya dijaga.

Dapat terjadi progresi dari sedasi minimal menjadi sedasi dalam dimana

kontak verbal dan refleks protektif hilang. Sedasi dalam dapat meningkat hingga

sulit dibedakan dengan anestesi umum, dimana pasien tidak dapat dibangunkan,

dan diperlukan tingkat keahlian yang lebih tinggi untuk penanganan pasien.

Kemampuan pasien untuk menjaga jalan napas paten sendiri merupakan salah satu

karakteristik sedasi sedang atau sedasi sadar, tetapi pada tingkat sedasi ini tidak

dapat dipastikan bahwa refleks protektif masih baik. Beberapa obat anestesi dapat

digunakan dalam dosis kecil untuk menghasilkan efek sedasi. Obat-obat sedative

dapat menghasilkan efek anestesi jika diberikan dalam dosis yang besar (Anonim4

2010).

Anestesi dan sedasi pada monyet sering digunakan pada pengujian obat

ataupun pemeriksaan klinis. Monyet harus direstrain atau dibius supaya tidak

membahayakan pemeriksa (Sajuthi et al. 1997). Penggunaan obat bius dan sedatif

untuk restrain telah banyak dilakukan pada hewan terutama yang liar dan sulit

dikendalikan (Blackshaw & Allan 1988).

Keberhasilan anestesi dan sedasi sangat tergantung dari kondisi fisiologis

hewan. kondisi fisiologis hewan (monyet) sangat tergantung dari beberapa faktor

seperti umur, jenis kelamin, bobot badan, perilaku, faktor lingkungan (suhu &

kelembaban) dan lain-lain. Faktor lingkungan misalnya seperti perbedaan

mikroklimat (suhu & kelembaban) dapat mempengaruhi kondisi fisiologis hewan

Page 34: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

saat teranestesi maupun tersedasi. Hewan pada saat kondisi mikroklimat berada

pada zona nyaman maka tingkat metabolisme fisiologis tubuhnya akan optimal

dibandingkan dengan kondisi mikroklimat berada pada Heat stress atau Cold

stress, sehingga hal ini sangat mempengaruhi kondisi fisiologis monyet saat

teranestesi maupun tersedasi. Salah satu jenis zat anestesi maupun sedasi yang

sering digunakan untuk pembiusan pada primata yaitu ketamin.

Ketamin merupakan salah satu jenis anestesi non barbiturat yang sering

digunakan dalam terapi bedah pada hewan kucing dan anjing. Ketamin merupakan

zat yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relatif aman (batas keamanan

lebar): sifat anelgesiknya sangat kuat untuk sistem somatis, tetapi lemah untuk

sistem visceral yang tidak menyebabkan relaksasi otot lurik, bahkan kadang-

kadang tonusnya tinggi (Ganiswarna 1995).

Pemberian ketamin dapat menyebabkan halusinasi, hipersalivasi,

hipertensi dan tidak adanya relaksasi otot, namun efek tersebut dapat diatasi

dengan pemberian premedikasi (Hall & Clark 1983). Dosis ketamin untuk semua

hewan kecil termasuk satwa liar (monyet ekor panjang) melalui injeksi intravena

adalah 5-10 mg/kg BB, sedangkan dosis untuk injeksi intramuskular adalah 10-40

mg/kg BB. Lama anastesi sekitar 15 – 20 menit dan recovery kira-kira selama 30

sampai 60 menit.

Ketamin merupakan analgesik kuat, bekerja pada sistem saraf pusat

melalui saraf simpatomimetik dan parasimpatolitik dengan efek transquiliser

(Hellyer 1996). Ketamin merangsang proses metabolisme dan kerja

kardiovaskuler, juga meningkatkan salivasi (Haskins et al. 1985 ; Hellyer 1996)

meningkatkan suhu tubuh, detak jantung, dan tekanan arteri (Haskins et al. 1985).

Page 35: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

3. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama bulan Mei sampai dengan Juni 2009 di

Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH

IPB). Sepuluh monyet ekor panjang jantan yang berasal dari PT Wanara

Satwaloka, Bogor-Indonesia, dengan kisaran bobot badan 4 kg/ekor sampai

dengan 5 kg/ekor, dan berumur sekitar 4 sampai dengan 5 tahun digunakan dalam

penelitian ini. Prosedur dan tindakan medis dalam penelitian ini dilakukan oleh

dokter hewan.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan antara lain adalah ruangan/kamar uji coba, air

conditioner (AC), kandang monyet yang difasilitasi dengan tempat air,

higrotermometer, ember, gelas ukur, kantung plastik bening, Patien-Monitor

Welch Allyn 621E, piring melanin, sendok plastik, spuid, needle dan timbangan.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah obat bius

(ketamine HCl 10%), pakan impor untuk monyet (monkey chow), pisang dan air.

3.3 Persiapan Kandang dan Pakan

Sepuluh monyet ekor panjang dimasukkan pada dua ruangan yang

berbeda, masing-masing terdiri dari lima ekor monyet. Hal ini dilakukan agar

kondisi ruangan tidak terlalu padat dan agar sesuai dengan kapasitas alat

pendingin ruangan sebesar 1 pk sehingga terjadi distribusi suhu ruangan yang

merata dan optimal. Setiap ruangan berukuran 2,5 m x 4 m x 2,75 m yang di

dalamnya terdapat kandang individual yang terbuat dari besi dengan ukuran 60 cm

x 80 cm x 80 cm. Masing-masing ruangan mendapat perlakuan yang sama, yaitu

dipasangkan alat pendingin ruangan dengan pengaturan suhu 25°C.

Pemberian pakan dan air minum dilakukan pada setiap monyet. Monkey

Chow (HARLAND®2050) merupakan pakan komersial yang memiliki kandungan

nutrisi berupa protein kasar 18-21%, serat kasar 11-13%, lemak kasar 4-6%, kadar

air 8-10%, dan energi 3.858 kal/g, sementara itu, kandungan nutrisi yang dimiliki

Page 36: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

pisang adalah protein 2,3%, serat 23%, lemak 0,13%, kadar air 66%, dan energi

136 kal/100 g. Setiap monyet mendapat pakan sebanyak 200 g monkey chow dan

100 gpisang dengan pemberian sebanyak 2 kali per hari. Sementara itu, pemberian

air minum dilakukan secara ad libitum.

(A) (B)

(C) (D)

(E)

Gambar 4. (A), (B) Kamar Uji Coba, (C) Kandang Monyet, (D) Pakan Monyet,

(E) Pemberian Pakan (Suprayogi et al. 2009)

Page 37: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

3.4 Protokol Penelitian

Tahap adaptasi merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan

barunya. Tahap ini dilakukan selama tujuh hari setelah monyet dimasukkan ke

dalam kandang penelitian tanpa alat pendingin ruangan dihidupkan. Hal ini

bertujuan untuk membiasakan hewan coba agar dapat bertingkah laku dan makan

sesuai dengan lingkungan barunya.

Tahap selanjutnya adalah tahap aklimasi berupa pengaturan suhu alat

pendingin ruangan sebesar 25°C selama 14 hari. Perekaman fungsi kardiorespirasi

dan suhu tubuh dilakukan pada hari ke-1 (H1), ke-7 (H7), ke-14 (H14) tahap AC

hidup.

Tahap terakhir adalah tahap aklimasi tanpa pengaturan alat pendingin

ruangan (alat pendingin ruangan dimatikan) selama 14 hari. Perekaman fungsi

kardiorespirasi dan suhu tubuh dilakukan pada hari ke-28 (H28) tahap AC mati.

Kondisi ini merupakan kondisi dengan suhu lingkungan yang kurang nyaman. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Smith & Mangkoewidjojo (1987) bahwa suhu

lingkungan yang cukup baik bagi kehidupan monyet ekor panjang berkisar antara

25°C sampai dengan 27°C. Penelitian ini dilakukan selama lebih 1 bulan dengan

tahapan penelitian pada tabel berikut :

Tabel 5. Tahapan Penelitian

Aktivitas Adaptasi AC Hidup (pengaturan alat

pendingin ruangan pada

suhu 25°C)

AC Mati (alat pendingin ruangan

dimatikan)

Waktu 7 Hari 14 Hari 14 Hari

Capaian 1. Adaptasi lingkungan

2. Adaptasi

kandang

3. Adaptasi

pakan

Pengkondisian lingkungan yang nyaman

dengan pengaturan

mikroklimat (suhu

25,79±1,16°C dan

kelembapan

80,19±9,05% rel)

Pengkondisian lingkungan yang tidak nyaman dengan

pengaturan mikroklimat (suhu

29,00±2,05°C dan kelembapan

79,92±1,67% rel)

Parameter - Pada Hari Ke-1, ke-7, dan

ke-14 dilakukan pengambilan data denyut

jantung, frekuensi napas,

suhu tubuh, dan EKG

Pada hari ke-28 dilakukan

pengambilan data denyut jantung, frekuensi napas, suhu

tubuh, dan EKG

Page 38: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

Perekaman fungsi kardiorespirasi dan suhu tubuh dilakukan dengan cara

melakukan pembiusan menggunakan chemical-restrain Ketamin-HCl dosis 10

mg/kg BB via Intra Muscular (IM). Onset ketamin rata-rata 10 menit setelah

penyuntikan untuk setiap monyet, setelah itu dilakukan pengambilan rekaman

data fisiologis monyet. Perekaman ini dilakukan dengan menggunakan alat

Patien-Monitor Welch Allyn 621E dengan pengukuran parameter denyut jantung,

frekuensi napas, suhu tubuh dan EKG.

(A) (B)

Gambar 5. (A) Perekaman denyut jantung, frekuensi napas, suhu tubuh, dan EKG

Monyet, (B) Patien-Monitor Welch Allyn, 621E (Suprayogi et al. 2009)

3.5 Evaluasi dan Analisa Data

Hasil data nilai kardiorespirasi dan suhu tubuh yang diperoleh diolah

dengan Microsoft Excel menggunakan uji-T test Student. Seluruh hasil

perhitungan data juga menggunakan analisa statistik deskriptif (rataan dan standar

deviasi) dan analisa statistik komparatif (data yang ada dibandingkan dengan

literatur). Parameter variabel yang diamati yaitu denyut jantung, frekuensi napas,

suhu tubuh dan gambaran hasil rekaman EKG yaitu gelombang P, kompleks QRS,

gelombang T, interval P-R, interval R-R, interval Q-T, dan interval S-T.

Page 39: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian tentang profil nilai fisiologis kardiorespirasi dan suhu

tubuh Macaca fascicularis tersedasi (nilai rataan denyut jantung, nafas, suhu

tubuh dan EKG) pada perbedaan temperatur dan kelembaban ruangan hidupnya

(Mt-25 & Mt-29) dapat disajikan pada tabel 6 dan 7. Secara umum diketahui bahwa

perbedaan ruang hidup Macaca fascicularis terlihat berpengaruh terhadap nilai

fisiologis kardiorespirasi dan temperatur Macaca fascicularis.

4.1 Suhu Tubuh, Frekuensi Napas, dan Denyut Jantung

Tabel 6. Nilai Rataan Suhu Tubuh, Frekuensi Napas, dan Denyut Jantung Macaca

fascicularis Tersedasi pada Perbedaan Mikroklimat Ruangan

Parameter

AC (Hidup)

AC (Mati)

Literatur Mt-25

Mt-29

H1 H7 H14 H28

Suhu tubuh

(°C)

36,73 ±

1,58a

32,76 ±

3,99 bcd

35,55 ±

3,62 ad

32,72 ±

4,77 d

38-39,52

Napas

(kali/menit)

21,31 ±

9,47a

17,35 ±

6,99 ab

14,20 ±

10,62ab

13,04 ±

7,24 b

23-361

Denyut

Jantung

(kali/menit)

155,89 ±

29,79a

162,17 ±

36,15a

153,55 ±

21,89a

131,00 ±

21,51b

88-1311

Keterangan : Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata

(P<0,05)

1 = Ungerer et al. 1997

2 = Smith & Mangkoewidjojo 1987

Penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan ruang tempat hidup antara

Macaca fascicularis yang hidup pada mikroklimat Mt-25 dan Mt-29 terlihat bahwa

Macaca fascicularis yang tesedasi pada mikroklimat Mt-25 lebih tinggi nilainya

baik pada H1, H7, dan H14 dibandingkan dengan Mt-29 pada H28 (P<0,05). Hasil

menunjukkan nilai fisiologis pada kedua mikroklimat tersebut (denyut jantung,

frekuensi napas, dan suhu tubuh) bila dibandingkan dengan literatur cenderung

Page 40: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

berbeda. Terutama perbedaan itu terjadi pada parameter frekuensi napas dan suhu

tubuh. Terlihat dalam tabel 6, bahwa nilai frekuensi napas dan suhu tubuh pada

Macaca fascicularis ini cenderung lebih rendah bila dibandingkan dengan

literatur. Perbedaan tersebut kemungkinan saja terjadi mengingat kondisi

lingkungan, waktu pengukuran parameter, dosis ketamin dan Macaca fascicularis

(umur, bobot badan, dan jenis kelamin) yang digunakan berbeda dari penelitian

sebelumnya.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa, kondisi Macaca fascicularis

tersedasi pada kondisi mikroklimat Mt-29 menghasilkan suhu tubuh yang berada

jauh di bawah kisaran suhu normal. Hal ini dapat diartikan bahwa Macaca

fascicularis yang tersedasi pada kondisi mikroklimat Mt-29 lebih mendekati titik

kritis dibandingkan Macaca fascicularis tersedasi pada kondisi mikroklimat Mt-25.

Dari tabel 6 terlihat bahwa selama 14 hari Macaca fascicularis tersedasi yang

berada pada kondisi mikroklimat Mt-29 menghasilkan suhu tubuh 32,72 ± 4,77 °C,

sedangkan Macaca fascicularis tersedasi yang berada pada kondisi mikroklimat

Mt-25 tampak lebih tinggi suhunya yaitu, 35,55 ± 3,62°C. Kelly (1974)

menyatakan titik kritis suhu tubuh mamalia, yaitu tidak boleh kurang dari 32°C.

titik kritis penting diketahui sebagai indikator keamanan selama hewan tersedasi

atau teranestesi, karena hal ini menggambarkan kondisi titik metabolisme

terendah dan hal ini harus dihindari. Tabel 6 menunjukkan, Macaca fascicularis

tersedasi pada kondisi mikroklimat Mt-25 yaitu pengukuran suhu tubuh pada H1,

H7, dan H14 cenderung memiliki nilai yang serupa, walaupun terlihat pada

pengukuran suhu tubuh di H7 yang memiliki nilai lebih rendah. Hal ini

dimungkinkan karena kondisi homeostasis tubuh pada mekanisme termoregulasi

terhadap kondisi lingkungan yang memungkinkan akan kembali lagi pada kondisi

yang lebih baik pada pengukuran suhu tubuh di H14. Isnaeni (2006) menyatakan

bahwa, suhu lingkungan akan berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme di

dalam sel tubuh, oleh karena itu hewan harus melakukan termoregulasi agar suhu

tubuhnya selalu dalam keadaan homeostasis. Hal ini diperkuat oleh Sturkie (1981)

yang menyatakan mamalia (homoitermis) mengontrol suhu tubuhnya dengan

termoregulasi untuk memelihara proses fisiologis tubuh agar tetap optimum.

Page 41: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

Terjadi penurunan suhu tubuh pada kondisi mikroklimat Mt-29 menandakan

turunnya tingkat metabolisme hewan tersebut selama hidup di mikroklimat Mt-29.

Penurunan metabolisme ini ditandai dengan penurunan frekuensi napas dan

frekuensi denyut jantung Macaca fascicularis. Tabel 6 menunjukkan Macaca

fascicularis tersedasi yang hidup pada kondisi mikroklimat Mt-29 memiliki

frekuensi napas yang lebih rendah dibandingkan pada kondisi mikroklimat Mt-25

yaitu, 13,04 ± 7,24 kali/menit dan 14,20 ± 10,62 kali/menit. Di samping itu,

frekuensi denyut jantung juga terjadi penurunan pada kondisi mikroklimat Mt-29

dibandingkan pada kondisi mikroklimat Mt-25 yaitu 131,00 ± 21,51 kali/menit dan

153,55 ± 21,89. Perbedaan ini sangat terkait dengan tingkat metabolisme hewan

tersebut selama tersedasi. Tabel 6 menunjukkan Macaca fascicularis tersedasi

pada kondisi mikroklimat Mt-25 pada pengukuran frekuensi napas dan denyut

jantung pada H1, H7, dan H14 terlihat tidak berbeda nyata (P>0,05).

4.4 Elektrokardiogram (EKG)

Penelitian ini juga merekam parameter EKG Macaca fascicularis tersedasi

pada perbedaan temperatur dan kelembapan ruangan hidupnya (Mt-25 & Mt-29).

Hasil rekaman EKG dapat disajikan pada Tabel 7.

Perekaman parameter EKG (gelombang P, kompleks QRS, gelombang R,

gelombang T, interval P-R, interval Q-T, dan segmen S-T) menunjukkan nilai

yang sesuai dengan literatur. Sedangkan untuk interval R-R terlihat pada tabel 7

menunjukkan adanya perbedaan nilai yang signifikan, yaitu pada Macaca

fascicularis tersedasi pada kondisi mikroklimat Mt-29 jauh lebih besar nilai interval

R-R dibandingkan dengan Macaca fascicularis tersedasi pada kondisi

mikroklimat Mt-25 yaitu dengan nilai 0,56 ± 0,10 dibandingkan 0,44 ± 0,05.

Sampai saat ini belum ada literatur yang mengatakan kisaran normal untuk

interval R-R. Namun, perbedaan ini sangat terkait dengan frekuensi denyut

jantung Macaca fascicularis yang dimana frekuensi denyut jantung Macaca

fascicularis pada kondisi mikroklimat Mt-29 jauh lebih rendah dibandingkan pada

kondisi mikroklimat Mt-25.

Hasil perekaman EKG secara umum diketahui bahwa baik pada Macaca

fascicularis tersedasi yang hidup pada kondisi mikroklimat Mt-29 maupun

Page 42: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

mikroklimat Mt-25 tidak terlihat tanda-tanda adanya perubahan aktivitas jantung

seperti hipertropi atria, infark jantung, infark miokard, aneurisma, perikarditis

angina pectoris dan efek digitalis (Widjaja 1990 & Gavahan 2003).

Tabel 7. Nilai Rataan EKG Macaca fascicularis Tersedasi Pada Perbedaan

Mikroklimat Ruangan

Parameter

AC (Hidup) AC (Mati)

Literatur Mt-25 Mt-29

H1 H7 H14 H28

Gelombang P

Durasi

(detik)

Amplitudo

(milivolt)

0,05 ±

0,02

0,13 ±

0,05

0,05 ±

0,02

0,19 ±

0,19

0,03 ±

0,01

0,10 ±

0,05

0,03 ±

0,01

0,04 ±

0,01

0,03 ±

0,01(1)

0,16 ±

0,05(1)

Kompleks QRS

Durasi

(detik)

0,03 ±

0,001

0,04 ±

0,001

0,04 ±

0,001

0,04 ±

0,001

0,04 ±

0,01(1)

Gelombang R

Amplitudo

(milivolt)

0,74 ±

0,23

0,74 ±

0,18

0,78 ±

0,32

0,62 ±

0,23

0,8 ±

0,01(1)

Gelombang T

Durasi

(detik)

0,11 ±

0,06

0,09 ±

0,04

0,07 ±

0,05

0,04 ±

0,01

0,074 ±

0,019(2)

Interval P-R

Durasi

(detik)

0,10 ±

0,02

0,09 ±

0,02

0,08 ±

0,01

0,08 ±

0,02

0,09 ±

0,01(1)

Interval R-R

Durasi

(detik)

0,41 ±

0,07

0,42 ±

0,08

0,44 ±

0,05

0,56 ±

0,10

-

Interval Q-T

Durasi

(detik)

0,19 ±

0,06

0,20 ±

0,04

0,21 ±

0,03

0,22 ±

0,09

0,22 ±

13,3(3)

Segmen S-T

Durasi

(detik)

0,14 ±

0,06

0,15 ±

0,05

0,18 ±

0,03

0,2 ±

0,06

0,218 ±

0,03(2)

Keterangan: 1 = Gonder et al. 1980

2 = Azwar 1990

3 = Kapeghian et al. 1984

Penelitian menunjukkan untuk nilai fisiologis parameter penelitian ini,

diketahui bahwa kondisi mikroklimat tempat hidup dari Macaca fascicularis ini

memiliki andil besar dalam mempengaruhi kondisi fisiologis hewan tersebut

selama tersedasi, walaupun kondisi Macaca fascicularis tersedasi (ketamin) sudah

Page 43: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

diketahui pengaruhnya oleh peneliti terdahulu. Dari penelitian ini diketahui bahwa

kondisi Macaca fascicularis tersedasi pada kondisi mikroklimat Mt-25 memiliki

nilai fisiologis yang lebih tinggi dibandingkan pada kondisi mikroklimat Mt-29.

Hal ini karena kondisi mikroklimat Mt-25 masih merupakan kondisi yang nyaman

untuk monyet tersebut. Hasil ini penting diketahui bahwa Macaca

fascicularis dalam kondisi tersedasi (ketamin) diharapkan berada dalam kondisi

nyaman pada kondisi mikroklimat Mt-25. Sebaliknya, apabila tindakan sedasi atau

anestesi dilakukan pada kondisi mikroklimat yang tidak nyaman (Mt-29),

kemungkinan akan muncul perubahan fisiologis yang drastis berupa penurunan

suhu tubuh mendekati titik kritis, penurunan frekuensi napas dan denyut jantung.

Page 44: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

6. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Penelitian ini menunjukkan bahwa pada kondisi Macaca fascicularis tersedasi

penurunan nilai parameter fisiologis juga dipengaruhi kondisi mikroklimat

tempat hidupnya.

2. Dapat diperkirakan kondisi mikroklimat Mt-25 (suhu ruangan 25,79 ± 1,16°C

dan kelembapan ruangan 80,19 ± 9,05% rel) merupakan kondisi yang nyaman

untuk Macaca fascicularis tersedasi.

3. Pada kedua kondisi mikroklimat tersebut, Macaca fascicularis tersedasi tidak

menunjukkan pengaruhnya pada aktivitas listrik jantung yang diindikasikan

dari gambaran EKG yang masih normal.

Saran

1. Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut untuk mencari parameter atau perlakuan lain yang dapat

mempengaruhi fisiologis kardiorespirasi dan suhu tubuh monyet yang

tersedasi.

2. Hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan bahwa pentingnya mikroklimat

pada kondisi nyaman untuk situasi sedasi atau anastesi.

Page 45: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

7. DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]1 2008. Macaca fascicularis. [terhubung berkala]

http://www.martinparrsnaturepics.com [13 Januari 2010]

[Anonim]2 2009. Buku Acuan Pemeriksaan EKG. Makassar : Skills Laboratorium

Sistem Kardiovaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

[Anonim]3 2010. Electrocardiology [tehubung berkala]

http://www.vetgo.com/cardio/concepts/concsect.php?sectionkey=5&section

=Electrocardiology [13 Agustus 2010]

[Anonim]4 2010. Sedasi [terhubung berkala]

http://www.x3-prima.com/2009/12/sedasi-dapat-didefinisikan-sebagai.html

[8 Desember 2010]

Azwar. 1990. Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Sebagai Hewan Model

Aterogenesis : Perubahan Elektrokardiogram Selama Infus EDTA. Skripsi.

FKH IPB.

Battaglia AM. 2007. Small Animal Emergency and Critical Care for Veterinary

Technicians. 2nd Ed. Philadelpia. Saunders Elsevier.

Bennet BT, Abee CR, Henrickson R. 1995. Nonhuman Primates in Biomedical

Research. New York: Academic Press.

Blackshaw JK, Allan DJ. 1988. Drugs in behavioural modification programs and

strategies for dogs and cats. Aust. Vet. Pract. 18 (4) : 166 -169.

Boswood A. 2008. Fisiologi dan Patofisiologi Jantung. London: Royal Collage

University of London.

Chantalakhana C, Skunmun P. 2002. Sustainable Smallholder Animal Systems in

the Tropics. Kasetsart University Press, Bangkok.

Cole DJA, Brander GC. 1986. Bioindustrial Ecosystems. Elsevier, Amsterdam.

Direktorat Jendral Peternakan. 2008. Data Produksi Susu Segar Indonesia

Tahun 2004-2008. [terhubung berkala]

http://www.ditjennak.go.id/bank/Tabel_ 5_18.pdf. [11 Juli 2010].

Crockett CM, Kyes RC, Sajuthi RC. 1996. Modeling managed monkey

populations : sustainable harvest of longtailed maqaques on a natural habitat

island. American Journal of Primatology. 40:343-360

Cunningham JG. 2002. Textbook of Veterinary Physiology. 3rd Ed. Philadelphia:

WB Saunder Company.

Curtis SE. 1999. Environmental Management in Animal Agriculture. Agricultural Communications, University of

Illinois, Urbana.

Page 46: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

Esmay ML. 1982. Principles Of Animal Environment. The AVI Publishing

Company, INC. Westport. Connecticut.

Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi Ke 4. Srigando, B,

Praseno, K (penerjemah). Yogyakarta: Gadjah Mada Universiyy Press.

Ganiswarna SG. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ganong WF. 2003. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.

Gavahan B. 2003. Cardiology in Dogs and Cats. Thailand: the Veterinary

Practitioners Association of Thailand.

Gonder JC, Gard EA, Lott NE 3rd. 1980. Electrocardiograms of nine species of

nonhuman primates sedated with ketamine. Am J Vet Res. 6: 972 – 975.

Grandin T. 1997. Assesment of stress during handling and transport. J. Anim. Sci.

75:249-257

Guyton AC. 1994. Textbook of Medical Physiology 7th Ed . Missoury: WB

Saunders Co.

Guyton A, John EH. 2008. Textbook of Medical Physiology 11th Ed. Missisipi:

EGC Medical Publisher.

Hall LW, Clark KW. 1983. Veterinary Anaesthesia. 8th Ed. London: Bailliere

Tindal.

Hartley LH, Rodger R, Nicolosi RJ. 1984. Blood pressure values in Macaca

fascicularis. J. Med. Primatol. 13:183-189.

Haskins SC, Farver TB, Patz JD. 1985. Ketamine in dogs. Am. J. Vet. Res. 46 (9) :

1855 – 1860.

Hellyer PW. 1996. General anesthesia for dog and cats. Vet Med. 91 : 314 - 325.

Hendras EW, Supriatna J. 2000. Panduan Lapang Primata Indonesia. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Isnaeni W. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius : Yogyakarta.

Kay I. 1998. Introduction to Animal Physiology. Bioscientific Publisher Springer

Verlag, New York.

Kapeghian JC, Bush MJ, Verlangieri AJ. 1984. Changes in selected serum

biochemical and ekg values with age in cyonomolgus macaques. J.

Med.Keller GL, Bauman DH. 1978. Ketamine and xylazine anaesthesia in

goat. V/M. Sac. 73: 443-444.

Kelly WR. 1974. Veterinary Clinical Diagnosis. Second Edition. Bailliera Tindall

London.

Page 47: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

Manuck SB, Kaplan JR, Clarkson TB. 1983. Behaviorally induced heart rate

reactivity and atherosclerosis in cynomolgus monkeys. Psychosomatic

Medicine Vol.45. 2: 95 – 108.

Mardiastuti A, Soehartono T. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES di Indonesia.

Jakarta: Japan International Cooperation Agency.

Martin M. 2007. Small Animal ECGs an Introductory Guide. 2nd Ed. UK:

Blackwell Publishing.

Michal M. 1991. Stress. Editiones Roche

Napier JR, Napier PH. 1967. A Handbook oh Living Primates : Morfology,

Ecology and Behaviour of Non Human Primates. London : Academic Press.

Norcross JL, Newman DJ. 1999. Effect of separation on novelty and distress

vocalizations and cortisol in the common of marmosed. Am. J. Primatol.

47:209-222.

Ockenfels MC, L. Porter J, Smith C, Kirschbaum, Hellhammer DH, Stone AA.

1995. Effect of chronic stress associated with unemployment on salivary

cortisol: overoll cortisol levels, diurnal rhythm, and acute stress reactivities.

Psychocosom Med. 57:460-467.

Sajuthi D. 1984. Satwa Primata Sebagai Hewan Laboratorium. Bogor: Institut

Pertanian Bogor

Sajuthi D, Lelana RPA, Iskandriati D, Joeniman B. 1993. Karakteristik Satwa

Primata sebagai Hewan Model untuk Penelitian Biomedis. Makalah

Seminar. Bogor.

Sajuthi D, Pamungkas J. 2000.Pemeliharaan satwa Primata Sebagai Hewan

Model Penelitian Penyakit Pada Manusia. Pusat Studi Satwa Primata.

Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.

Sajuthi D, Yusuf TL, Mansjoer I, Lelana RPA, Suparto IH. 1997. Kursus Singkat

Penanganan Satwa Primata Sebagai Hewan Laboratorium. Bali 21 April-

26 April 1997. Denpasar.

Schwartz PJ, Gerson A, Paul T, Stramba-Badiale M, Vetter VL, Villain E, Wren

C. 2002. Guidelines for the interpretation of the neonatal electrocardiogram.

European Heart Journal. 23: 1329-1344.

Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1987. The Care, Breeding, and Management of

Experimental Animals for Research in the Tropics. Canberra: International

Development Program of Australian Universities and Colleges Ltd.

Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan

Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Penerbit Universitas Indonesia:

Jakarta.

Sturkie PD. 1981. Basic Physiology. Springer-Verlag New York, Inc. USA.

Page 48: PROFIL NILAI KARDIORESPIRASI DAN SUHU TUBUH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59172/1/B10hsw.pdf · RINGKASAN HARLENDO SWEDIANTO. Profil Nilai Kardiorespirasi dan

Suprayogi A, Sismin SA, Kiranadi B, Kusumorini N, Murtini S, Darusman HS.

2009. Uji Keamanan Pendingin Udara LG Berkhasiat Antinyamuk pada

Hewan Model Primata dan Rodentia. Laporan Penelitian Kerjasama FKH

IPB - PT LG ELECTRONIC Indonesia.

Supriatna J. 2000. Konservasi Satwa Primata. Tinjauan Aspek Ekologi, Sosial

Ekonomi, dan Medis dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi. Seminar Primatologi Indonesia 2000. Yogyakarta: Fakultas

Kedokteran Hewan dan Fakultas Kehutanan UGM.

Suryanto. 1998. Anastesi. [terhubung berkala]

http://id.wikipedia.org/wiki/Anastesi/ [10 Agustus 2010].

Swenson GM. 1997. Dules Physiology or Domestic Animals. Publishing Co. Inc :

USA.

Takagi G, Asai K, Vatner SF, Kudej RK, Rossi F, Peppas A, Takagi I, Resuello

RRG, Natividad F, You-Tang Shen, Vatner DE. Gender differences on the

effects of aging on cardiac and peripheral adrenergic stimulation in old

conscious monkeys. Am J Physiol Heart Circ Physiol.

Ungerer T, Sajuthi D, Lubis MI, Supari F, Suprayogi A. 1997. Nilai lipid, tekanan

darah, frekuensi jantung, dan respirasi pada monyet ekor panjang (Macaca

fascicularis) tersedasi. Hemera Zoa. 79: 7 – 12.

Ville CA, Walker, Barnes WFR. 1988. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta.

White AAK. 2009. From Comfort Zone to Performance Management. White &

MacLean Publishing.

Widjaja S. 1990. Segi Praktis EKG. Binarupa Aksara : Jakarta.

Wodzika MT, Djajanegara. A, Gardiner. S, Wiradarya. TR, Mastika. IM. 1993.

Produksi Ruminansia Kecil pada Lingkungan Tropis. Terjemahan.

Universitas Sebelas Maret Press. Surakarta. Indonesia.

Wolfhensohn S, Lloyd S. 1998. Handbook of Laboratory Animal Management

and Welfare. 2nd Edition. London: Blackwell Science Ltd.

Yousef MK 1984. Stress Physiology in Livestock. Vol. 1 : Basic Principles. CRC

Press, Inc. Boca Raton, Florida.