PROFIL KOMPETENSI LITERASI SAINS SISWA SMP …digilib.unila.ac.id/23062/20/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PROFIL KOMPETENSI LITERASI SAINS SISWA SMP …digilib.unila.ac.id/23062/20/SKRIPSI TANPA BAB...
PROFIL KOMPETENSI LITERASI SAINS SISWA SMP KELAS IXSE-KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU
TAHUN AJARAN 2015/2016
(Skripsi)
OlehANA RIANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG2016
ii
ABSTRAK
PROFIL KOMPETENSI LITERASI SAINS SISWA SMP KELAS IXSE- KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU
TAHUN AJARAN 2015/2016
Oleh
ANA RIANTI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi literasi sains siswa kelas IX
SMP se- Kecamatan Pagelaran, dan faktor - faktor yang berpengaruh terhadap
kompetensi literasi sains siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari 341 siswa kelas
IX yang berasal dari siswa SMP se- Kecamatan Pagelaran pada tahun ajaran
2015/2016 yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal PISA
2006, angket guru dan angket siswa. Data kuantitatif berupa kompetensi literasi
sains siswa yang diperoleh dari jawaban siswa pada soal PISA 2006 dan dianalisis
dengan melakukan perhitungan rerata skor dan diinterpretasikan ke dalam tabel
kriteria. Data kualitatif berupa faktor - faktor berpengaruh terhadap kompetensi
literasi sains siswa yang diperoleh dari jawaban siswa pada angket kemudian
iii
dianalisis dengan menghitung persentase dan diinterpretasikan ke dalam tabel
kriteria.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kompetensi literasi sains siswa termasuk
dalam kriteria “sangat rendah” dengan skor rerata 33,60. Kompetensi literasi sains
berdasarkan status sekolah menunjukkan siswa di sekolah negeri memiliki
kompetensi literasi lebih tinggi dibandingkan siswa di sekolah swasta. Sedangkan
kompetensi literasi berdasarkan gender, siswa perempuan memiliki kompetensi
literasi lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki. Kompetensi literasi sains siswa
ditinjau dari soal PISA menunjukkan bahwa aspek “mengidentifikasi
permasalahan ilmiah” merupakan aspek yang paling banyak dikuasai siswa,
Aspek “menggunakan bukti-bukti ilmiah” merupakan aspek yang paling sedikit
dikuasai siswa. Adapun faktor internal yang mempengaruhi kompetensi literasi
sains siswa adalah minat siswa untuk melanjutkan sekolah. Faktor motivasi dan
kebiasaan belajar tidak berpengaruh terhadap kompetensi literasi sains siswa.
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi adalah proses pembelajaran guru
dikelas, fasilitas pembelajaran IPA, latar belakang pendidikan orang tua,
bimbingan orang tua dirumah, dan profesionalisme guru.
Kunci : literasi sains, status sekolah, gender
PROFIL KOMPETENSI LITERASI SAINS SISWA SMP KELAS IXSE-KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU
TAHUN AJARAN 2015/2016
Oleh
ANA RIANTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan BiologiJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pagelaran pada tanggal 06 juli 1994.
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, buah hati
dari pasangan Bapak Yurianto dan Ibu Sur Amnah. No
handphone penulis yaitu 085758615290/082280538179.
Penulis mengawali pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri 4 Patoman yang
diselesaikan pada tahun 2006, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 1 Pagelaran
yang diselesaikan pada tahun 2009, dan lulus dari Madrasah Aliyah Swasta
Alfatah pada tahun 2012. Pada tahun 2012, Penulis diterima sebagai mahasiswa
Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program
Studi Pendidikan Biologi melalui jalur SNMPTN.
Selama menempuh pendidikan di Prodi Biologi, penulis memiliki pengalaman
organisasi dan aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa diantaranya Forum
Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI) sebagai anggota bidang kaderisasi
(2013) dan Himasakta sebagai anggota bidang kerohanian (2014). Selain itu
penulis juga aktif dibeberapa organisasi eksternal kampus diantaranya Forum
Komunikasi Mahasiswa Hizbullah (FKMH) pada tahun 2013/2015 dan program
pengabdian Almumtaz di ponpes Alfatah tahun 2014/2016. Selain itu penulis juga
aktif menjadi asisten praktikum untuk beberapa mata kuliah.
MOTO
“Dan seandainya pohon – pohon di bumi menjadi pena dan
laut (menjadi tinta). Ditambahkan kepadanya tujuh laut
(lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya
(dituliskan) kalimat Allah, sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.S Al Luqman: 27)
“ Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah,
melainkan kaum yang kafir “ (Q.S Yusuf : 87)
“ Hai orang – orang beriman, jadikan sabar dan sholatmu
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-
orang yang sabar” (Q.S Al Baqarah: 153)
Man Jadda wajada (Barang siapa bersungguh – sungguh
pasti akan mendapatkan hasil)
Dengan Menyebut Nama ALLAH yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
PERSEMBAHAN
Segala puji hanya milik Allah SWT, Sang pemberi hidupSholawat serta salam selalu tercurah kepada Baginda Rasullulllah Muhammad Saw.Dengan Ridho Allah SWT, Kupersembahkan karya tulis ini sebagai tanda bakti cinta
kasihku kepada :
Kedua orang tuaku tercinta, Ayah dan Ibu yang selama ini mendoakanku, menuntun ku dijalan- NYA, selalu memberikan cinta dan kasih sayang serta dukungan yang tiada henti demi
tercapainya asa dan impianku. Cinta dan kasih mu tiada mungkin dapat kubalas hanyadengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Namun semoga ini
menjadi langkah awal ku untuk membuat simpul senyum dan kebahagiaan untukmu ayah danibu
Adik-adikku tersayang Rizky Setiawan dan Fikri Faqihhudin , Tiada hal yang palingberharga selain berkumpul bersama kalian, meskipun terkadang pertengkaran kecil muncul
diantara kita. Maafkan mbamu ini yang belum bisa menjadi panutan seutuhnya, tetapipercayalah mba akan menjadi yang terbaik untuk kalian.
Bulek Rina Prihatin, mbah Buriyah, Nenek Sainunah serta seluruh keluarga besarku
Sahabat terbaikku Dwi Nashri Hasan, yang selalu bersedia mendengarkan keluh kesah, asadan semua ceritaku
teman dan kakak senior terbaikku yang selama ini membantuku berproses menuju kedewasaandan menjadi pribadi yang baik,
Seluruh Dosen yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan hingga aku berhasil.
Almamater tercinta, Universitas Lampung
xi
SANWACANA
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Profil Kompetensi
Literasi Sains Siswa SMP Kelas IX Se-Kecamatan Pagelaran Kabupaten
Pringsewu Tahun Ajaran 2015/2016”. Penulis menyadari bahwa terdapat
banyak bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I sekaligus pembimbing
akademik, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan
motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
4. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi sekaligus sebagai pembimbing II atas bimbingan, saran dan kritik
kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembahas terima kasih atas saran dan
perbaikan yang telah diberikan.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Biologi dan
Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
xii
Universitas Lampung, terima kasih atas ilmu dan wawasan yang telah
diberikan kepada penulis;
7. Seluruh Kepala sekolah SMP yang ada di Kecamatan Pagelaran, serta
bapak dan ibu guru mata pelajaran IPA yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu. Terima kasih telah ikut membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian.
8. Seluruh guruku, terima kasih atas segala ilmu dan wawasan yang kalian
ajarkan kepadaku, sehingga menghantarku menuju kematangan berfikir
dan bertindak serta memiliki kepribadian baik.
9. Keluarga besar Pendidikan Biologi dari angkatan 2008 – 2015, terima
kasih atas doa, saran serta dukungan yang kalian berikan.
10. Sahabat lingkar hati, rekan KKN-KT pekon Biha, keluarga blitzma,
keluarga FKMH, terima kasih telah membentuk episode-episode
pengalaman dan pembelajaran tak terlupakan.
11. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berdoa semoga semua amal dan bantuan mendapat pahala serta balasan
dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.
Bandar Lampung, Juni 2016
Penulis,
Ana Rianti
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1B. Rumusan Masalah.............................................................................. 6C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7E. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 8F. Kerangka Fikir ................................................................................... 9
11. TINJAUAN PUSTAKAA. Kurikulum dan Pembelajaran IPA ..................................................... 13B. Literasi Sains dan PISA ..................................................................... 23C. Faktor – Faktor yang Berpengaruh Terhadap Literasi Sains............. 31
III. METODE PENELITIANA. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 34B. Populasi dan Sampel Peneltian ............................................................ 34C. Desain Penelitian.................................................................................. 35D. Prosedur Penelitian............................................................................... 36E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data .................................................... 37F. Teknik Analisis Data............................................................................ 41
IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian ................................................................................... 45B. Pembahasan.......................................................................................... 60
V. SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan ............................................................................................. 76B. Saran ................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA
xiv
LAMPIRAN
1. Pemetaan Soal ...................................................................................... 88
2. Naskah Soal Tes Literasi Sains ............................................................ 91
3. Rubrik Penilaian Tes Literasi Sains ..................................................... 106
4. Kuisioner Siswa.................................................................................... 111
5. Rubrik dan Kisi-Kisi Kuisioner siswa....................................................114
6. Kuisioner Guru .......................................................................................117
7. Rubrik dan Kisi-Kisi Kuisioner Guru .................................................. 118
8. Tabulasi Persentase Jawaban Siswa Pada Tiap Butir Soal ................. 120
9. Tabulasi Persentase Jawaban Siswa Pada Setiap Aspek. .................... 121
10. Hasil Uji Normalitas. ........................................................................... 123
11. Hasil Uji Independent Sample t- Test dan Uji U ................................. 127
12. Dokumentasi Proses Mengerjakan Soal dan mengisi angket .............. 131
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perbandingan literasi sains pada tahun 2000 dan 2003........................ 28
2. Perbandingan literasi sains pada tahun 2006 2009 .............................. 29
3. Data populasi dan sampel .................................................................... 35
4. Pemetaan Soal PISA ............................................................................ 38
5. Indikator pencapaian kompetensi menurut PISA 2006........................ 39
6. Kisi-kisi lembar kuisioner siswa....................................................... ... 40
7. Kisi- kisi lembar kuisioner guru........................................................... 40
8. Kriteria interpretasi skor tes ................................................................. 42
9. Kriteria interpretasi skor kuisioner ...................................................... 44
10. Kompetensi literasi sains siswa di setiap sekolah ................................ 47
11. Kompetensi literasi sains berdasarkan status sekolah.......................... 49
12. Kompetensi literasi sains berdasarkan gender ..................................... 50
13. Faktor motivasi dan kebiasaan belajar IPA.......................................... 52
14. Minat siswa untuk melanjutkan sekolah .............................................. 53
15. Faktor-faktor dalam proses pembelajaran IPA .................................... 54
16. Faktor pendidikan terakhir orang tua (Ayah)....................................... 56
17. Faktor intensitas bimbingan orangtua dalam belajar .......................... 57
18. Faktor fasilitas belajar IPA di sekolah ................................................ 57
19. Faktor profesionalisme guru pada setiap sekolah ............................... 59
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ....................................................................... 12
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi saat ini menyebabkan kemajuan teknologi tidak bisa dihindari
dalam kehidupan ini. Dwiningrum (dalam Ngafifi, 2014: 34) menyatakan
bahwa perkembangan dunia IPTEK telah memberikan sumbangsih terhadap
kemajuan peradaban umat manusia. Kemajuan teknologi memberikan banyak
kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan manusia. Menurut Rahayu
(2014: 1) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya
memberikan kemudahan dan dampak positif bagi manusia. Namun seringkali
dibarengi dengan permasalahan – permasalahan baru terkait etika, moral, dan
isu-isu global yang dapat mengancam martabat dan kelangsungan hidup
manusia.
Perkembangan teknologi juga berpengaruh terhadap meningkatnya daya saing
dan kompetisi individu didalam masyarakat. Salah satu upaya untuk mampu
bertahan dan menyesuaikan diri dalam kemajuan era globalisasi yaitu
memiliki kemampuan literasi sains (Alam, Utari, dan Karim, 2015: 317).
Pendidikan memiliki peranan penting dalam menyiapkan sumber daya
manusia berkualitas. Pendidikan diharapkan mampu menumbuhkan
keterampilan berpikir logis, berpikir kritis, kreatif, berinisiatif dan adaptif
2
terhadap perubahan dan perkembangan. Keterampilan-keterampilan tersebut
akan menghantarkan siswa memiliki kemampuan literasi sains (Ngertini,
Sadia dan Yudana, 2013: 2). Literasi sains menurut Firman (dalam Herdianti,
2013: 1) didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan pengetahuan
sains, mengidentifikasikan pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan
bukti-bukti, kemampuan memahami dan membuat keputusan berkenaan
dengan alam serta perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas
manusia.
Literasi sains merupakan kunci dari pembelajarn IPA. Wenning (dalam Arief,
2015: 167) mengemukakan bahwa pentingnya literasi sains berhubungan
dengan bagaimana siswa mampu menghargai alam dengan memanfaatkan
sains dan teknologi yang dikuasainya. Siswa yang berliterasi sains akan
menjaga dan menghargai alam, mengetahui tujuan dan batasan antara sains
dan teknologi, dan mempunyai ide dan solusi mengenai persoalan yang
berhubungan dengan sains dan teknologi. Toharudin, Hendrawati, dan
Rustaman (2011: 3) menyatakan bahwa kemampuan literasi sains dapat
membantu siswa dalam memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi,
dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat
bergantung pada teknologi dan kemajuan, serta perkembangan ilmu
pengetahuan. Jika siswa tidak memiliki dan menguasai literasi sains tentunya
akan sulit untuk menyesuaikan diri dan bersaing dalam lingkungan
masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi.
3
Kompetensi literasi sains merupakan salah satu ranah studi Programme for
Internasional Student Assessment (PISA). Penilaian PISA pertama kali
dilaksanakan pada tahun 2000 dengan peserta sebanyak 41 negara (Hariadi,
2009: 2). Menurut Novita (dalam Sulastri, Johar dan Munzir, 2014: 13) PISA
merupakan salah satu penilaian tingkat internasional yang diselenggarakan
setiap tiga tahun sekali, melibatkan siswa berusia 15 tahun. Tujuan dari
penilaian ini adalah mengevaluasi dan mengumpulkan informasi siswa terkait
kemampuan membaca, matematika, dan literasi sains. untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari. Selain itu,
PISA juga bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menyelesaikan permasalahan sehari-hari
Melalui penilaian PISA dapat diketahui gambaran kemampuan literasi sains
dunia. Setelah diukur melalui tes PISA, beberapa negara di dunia yang
bergabung dalam OECD terbukti memiliki kemampuan literasi sains berkategori
rendah. Dari hasil PISA 2012 hanya 1 % siswa dari seluruh anggota OECD
yang memiliki kemampuan literasi sains tingkat tinggi. Sedangkan 18 % siswa
anggota OECD memiliki kemampuan literasi sains tingkat rendah.
Shanghai-China menduduki peringkat teratas dari 65 negara yang tergabung
sebagai negara peserta dengan skor 580 poin (Thomson, Hillman dan Bortoli
2013: 125)
Indonesia merupakan salah satu negara yang secara rutin mengikuti PISA.
Namun sangat disayangkan, prestasi Indonesia selalu berada di bawah standar
internasional yang telah ditetapkan. Pada tahun 2006, Indonesia berada pada
4
urutan ke- 53 dari 57 negara peserta. Sedangkan pada tahun 2009, kemampuan
literasi sains anak Indonesia berada pada peringkat ke- 62 dari 65 negara
peserta (Zuriyani, 2003: 5). Selanjutnya, berdasarkan laporan hasil PISA 2012
dituliskan bahwa rata-rata nilai sains siswa Indonesia adalah 382, dimana
Indonesia menempati peringkat kedua terbawah dari seluruh negara peserta
PISA (OECD, 2014: 37). Rerata skor siswa Indonesia selalu dibawah rerata
skor Internasional, hal ini mencerminkan bahwa literasi sains siswa Indonesia
masih rendah (Wasih, 2013: 12).
Penelitian yang dilakukan Anggraini (2014: 169) mengenai kemampuan
literasi sains siswa kelas X di Solok menunjukkan bahwa capaian literasi sains
siswa masuk dalam kategori rendah. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
siswa belum mampu mengidentifikasi masalah, menjelaskan dan menerapkan
pengetahuan ilmiah serta menghubungkan konsep yang dimilikinya dengan
kehidupan sehari-hari, Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Odja dan
Payu (2014: 42-45) menunjukkan hasil serupa. Kemampuan literasi sains
siswa barada pada kategori nominal Pada kategori ini siswa hanya mampu
menyatakan satuju atau tidak setuju terhadap pernyataan orang lain, siswa
tidak dapat memunculkan pernyataan berdasarkan pemikiran sendiri.
Rendahnya kemampuan literasi sains siswa Indonesia ini dipengaruhi oleh
banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain kurikulum dan sistem
pendidikan, pemilihan metode dan model pengajaran oleh guru, sarana dan
fasilitas belajar, sumber belajar, bahan ajar, dan lain sebagainya (Kurnia,
Zulherman, dan Fathurohman, 2014: 1). Hal ini diperkuat oleh pernyataan
5
Trianto (dalam Fitriani, Hairida, dan Lestari, 2014: 2) bahwa proses
pembelajaran sains di sekolah–sekolah Indonesia kurang melatih literasi sains
siswa. Pembelajaran sains saat ini cendrung hanya menghafalkan konsep, teori
dan hukum saja. Sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan
pengetahuan yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
Rendahnya kemampuan literasi sains siswa, menurut Sardiman (dalam
Bagiarta, Karyasa, dan Suardana, 2015: 3) dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu
faktor individual dan faktor sosial. Motivasi berprestasi merupakan faktor
individual yang berasal dari dalam diri siswa. Sedangkan menurut Guswita
(2014: 3) banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor
tersebut diantaranya faktor internal dan faktor eksternal. Kurangnya minat,
motivasi, kesulitan mengatur waktu belajar merupakan beberapa contoh faktor
internal yang mempengaruhi hasil belajar. Sedangkan faktor eksternal
diantaranya yaitu kurang mendapat perhatian orang tua, lingkungan yang
kurang mendukung sehingga menyebabkan anak malas belajar.
Berkaitan dengan rendahnya literasi sains siswa Indonesia, perlu dilakukan upaya
perbaikan terhadap pembelajaran sains di sekolah. Oleh karena itu, peneliti
melakukan uji literasi sains di lingkup Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu
dengan dasar untuk mengetahui gambaran mengenai capaian literasi sains siswa
SMP se-Kecamatan Pagelaran. Sehingga nantinya hasil dari penelitian ini dapat
dijadikan referensi dan informasi yang akurat untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran di tingkat sekolah.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana profil kompetensi literasi sains siswa SMP Kelas IX Se-
Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada Tahun Ajaran 2015/2016?
2. Bagaimana profil kompetensi literasi sains siwa siswa SMP Kelas IX Se-
Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada Tahun Ajaran 2015/2016
berdasarkan status sekolah?
3. Bagaimana profil kompetensi literasi sains siwa siswa SMP Kelas IX Se-
Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada Tahun Ajaran 2015/2016
berdasarkan gender?
4. Apa saja faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kompetensi
literasi sains siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, yang telah dikemukakan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Gambaran mengenai profil kompetensi literasi sains siswa SMP kelas IX Se-
Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada tahun ajaran 2015/2016.
2. Gambaran mengenai profil kompetensi literasi sains siwa SMP kelas IX Se-
Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada tahun ajaran
2015/2016.berdasarkan status sekolah.
7
3. Gambaran mengenai profil kompetensi literasi sains siwa SMP kelas IX Se-
Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada tahun ajaran 2015/2016.
berdasarkan gender.
4. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi tingkat kemampuan literasi
sains siswa.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Peneliti, yaitu untuk mendapatkan wawasan dan gambaran tentang profil
literasi sains pada siswa SMP sehingga jika peneliti dapat melakukan
perbaikan dalam proses pembelajaran nantinya ketika menjadi seorang
guru.
2. Peneliti lain, yaitu menjadi bahan referensi untuk memudahkan peneliti
selanjutnya yang ingin melakukan penelitian terkait dengan literasi sains
3. Guru, yaitu memberikan refleksi kepada guru mengenai kemampuan siswa
dalam litersi sains serta dapat menjadi bahan pertimbangan guru untuk
melakukan proses perbaikan dalam melakukan pembelajaran
4. Siswa, yaitu memberikan pengalaman dalam mengenal dan menyelesaikan
soal-soal bertaraf PISA.
5. Sekolah, memberikan gambaran kemampuan literasi sains siswa SMP saat
ini dan dapat dijadikan sebagai masukan dalam mengevaluasi kurikulum
yang diterapkan di sekolah. Sehingga sekolah dapat mengembangkan
pembelajaran dengan lebih baik agar dalam pelaksanaannya dapat
dilakukan dengan memaksimalkan kemampuan dalam literasi sains.
8
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap masalah yang akan dibahas,
maka diberikan batasan masalah sebagai berikut:
1. Profil kompetensi yang diukur dalam penelitian ini adalah kompetensi yang
berkenaan dengan aspek yang diatur dalam tes PISA 2006 meliputi
kemampuan mengidentifikasi permasalahan ilmiah, menjelaskan fenomena
ilmiah dan menggunakan bukti-bukti ilmiah.
2. Literasi sains adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains,
mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-
bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan
dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas
manusia.
3. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP kelas IX se-Kecamatan Pagelaran
Kabupaten Pringsewu Tahun Ajaran 2015/2016.
4. Sampel dalam penelitian ini adalah 50% dari jumlah keseluruhan siswa
SMP se- Kecamatan Pagelaran yang dipilih melalui teknik purposive
sampling.
5. Kemampuan literasi sains yang dianalisis diperoleh melalui tes tertulis
berjumlah 30 soal yang terdiri atas soal berbentuk pilihan ganda,
pertanyaan “ya/tidak”, isian singkat dan uraian terbuka.
6. Materi pokok yang digunakan dalam tes pada penelitian ini adalah
keanekaragaman hayati (kelas VII KD 7.2), materi pokok yang digunakan
dalam tes pada penelitian ini adalah keanekaragaman hayati (kelas VII KD
7.2), peran manusia dalam pengelolaan lingkungan (Kelas VII KD 7.4),
9
sistem gerak (kelas VIII KD 1.3), sistem pencernaan (kelas VIII KD 1.4),
sistem pernapasan (kelas VIII KD 1.5), dan sistem kordinasi dan alat indra
(kelas IX KD 1.3 semester ganjil).
7. Instrument tes literasi sains yang digunakan adalah soal literasi sains PISA
2006 bidang biologi.
8. Pendistribusian kuisioner kepada siswa dan guru untuk memperoleh data
pendukung mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi literasi sains siswa.
9. Faktor – faktor yang mempengaruhi literasi sains siswa dalam penelitian ini
terbagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi
motivasi belajar IPA, kebiasaan belajar, dan minat melanjutkan sekolah.
Sedangkan faktor eksternal meliputi fasilitas sekolah, latar belakang
pendidikan orang tua, bimbingan orang tua saat siswa di rumah, dan
profesionalisme guru.
F. Kerangka Pikir
IPA pada hakikatnya merupakan ilmu untuk mencari tahu dan memahami
alam semesta secara sistematik. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep atau prinsip melainkan merupakan
proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana untk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Hakikat IPA meliputi empat unsur,
yaitu: produk proses, aplikasi dan sikap. Keempat unsur tersebut membentuk
metode pembelajaran sains yang mengutamakan pembelajaran kontekstual
dengan menggunakan metode ilmiah.
10
Berlandaskan mengenai hakikat IPA tersebut maka dibentuklah kurikulum
sebagai alat untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan.
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran merupakan suatu program yang
diperuntukkan membelajarkan siswa, sehingga terjadi perubahan dan
perkembangan tingkah laku. Kurikulum merupakan dokumen rencana
pembelajaran serta memberikan acuan atau landasan apa yang akan diajarkan.
Kurikulum tanpa adanya pembelajaran hanyalah sebuah rencana belaka.
Kurikulum IPA menekankan pada pembelajran yang seimbang antara konsep,
proses dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung kepada
siswa untuk mengembangkan kompetensi dan mengembangkan konsep-
konsep yang didapat, sehingga siswa dapat menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA memberikan pengalaman belajar yang
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan memiliki pemikiran
yang lebih luas. Pembelajaran IPA juga merupakan cara yang paling tepat
untuk memperoleh keterampilan-keterampilan, sikap dan pengembangan
penguasaan konsep. Sehingga siswa dapat mengaitkan pengetahuan yang
diperoleh dengan situasi dan kondisi nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan pembelajaran IPA memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dalam penguasaan pengetahuan IPA. Faktor-faktor tersebut
diantaranya motivasi belajar IPA. Motivasi belajar yang dimiliki siswa dalam
setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar
11
memungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula. Artinya
semakin tinggi motivasinya, semakin tinggi pula usaha yang dilakukan.
Dengan peningkatan motivasi belajar maka siswa akan tergerak, terarahkan
sikap dan prilaku siswa dalam belajar. Kebiasaan cara belajar juga menjadi
faktor yang mempengaruhi pembelajaran IPA. Hal ini dikarenakan IPA bukan
hanya sekedar konsep atau teori saja, sehingga tentu berbeda antara siswa
yang kebiasaan belajarnya hanya sekedar membaca saja dengan siswa yang
mencoba pengetahuan yang diperoleh.
Ketersediaan fasilitas sekolah yang memadai juga mempengaruhi proses
pembelajaran IPA. Fasilitas sekolah yang lengkap tentu akan mempermudah
proses belajar mengajar. Fasilitas tersebut seperti adanya laboratorium,
perpustakaan dan adanya akses internet. Kebedaaan laboratorium tentu sangat
menunjang proses belajar IPA mengingat banyak percobaan yang bisa
dilakukan di laboratorium. Selain itu profesionalisme guru juga
mempengaruhi hasil dari pembelajaran IPA. Meskipun fasilitas sekolah
lengkap jika tidak didampingi oleh guru yang berkualitas hasilnya pun tidak
akan maksimal. Kurang kompeten dan keterbatasan pengetahuan guru dalam
penyampaian materi baik dalam hal metode ataupun penunjang pokok
pembelajaran lainnya akan berpengaruh terhadap pembelajaran.
Kegiatan belajar pada dasarnya berlangsung secara terus menerus, maka dari
itu orang tua memilki peranan penting bagi pendidikan anak. Pentingnya
bimbingan belajar orangtua terhadap pendidikan anak bisa diterapkan melalui
perhatian terhadap kegiatan belajar anak di rumah dan hal-hal yang
12
berhubungan dengan pendidikan di sekolah. Siswa yang mendapat bimbingan
belajar dari orang tua akan memiliki motivasi belajar yang lebih dibandingkan
siswa yang tidak mendapat bimbingan di rumah.
Melalui pembelajran IPA juga ditanamkan kemampuan literasi sains. Literasi
sains menjadi penting untuk dikuasai siswa karena dengan memiliki
kemampuan literasi sains maka siswa dapat memahami lingkungan hidup,
kesehatan, isu-isu global dan masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat
modern yang sangat sudah dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan
ilmu pengetahuan.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Pembelajaran IPA
Faktor Internal :1. Motivasi
belajar2. Kebiasaan
belajar3. Minat
melanjutkansekolah
Literasi Sains:1. Secara umum2. Berdasarkan gender3. Berdasarkan status sekolah
Faktor Eksternal:1. Fasilitas sekolah2. Latar belakang
pendidikan orangtua
3. Bimbinganorangbtua saat dirumah
4. Prosespembelajaran
5. Profesionalismeguru
Hakikat IPA
KurikulumIPA
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kurikulum dan Pembelajaran IPA
Definisi tentang IPA (sains) telah banyak dikemukaan oleh para ahli, antara
lain menurut Tawil dan Liliasari (2014: 7), IPA merupakan kumpulan dari
pengetahuan fakta, konsep, dan proses. Sains tidak hanya sekedar pengetahuan
yang bersifat ilmiah saja melainkan terdapat pula dimensi-dimensi ilmiah yang
menjadi bagian sains. Kubicek (dalam Ali, Suastra dan Sudiatmika, 2013: 2)
menyatakan bahwa IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan berupa fakta-fakta, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan.
Berdasarkan pengertian IPA yang sudah diuraikan sebelumnya Toharudin,
Hendrawati, dan Rustaman ( 2011: 28) mengemukakan bahwa hakikat sains
terbagi dalam tiga unsur utama yaitu :
a. Sikap; sikap ini merupakan kecenderungan individu untuk berprilaku
dalam memecahkan masalah.
b. Proses; tata cara pemecahan masalah melalui langkah-langkah tertentu
yang sistematis (metode ilmiah) .
14
c. Produk; berupa fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum. Pelaksanaannya
berupa penerapan metode ilmiah dalam kehidupan sehari-hari
Sementara itu Trianto (dalam Ulum, 2014: 1) menyatakan bahwa IPA
hakikatnya merupakan suatu produk, proses dan aplikasi. Sebagai produk, IPA
merupakan sekumpulan pengatahuan dan konsep. Sedangkan sebagai suatu
proses IPA, merupakan proses atau cara yang digunakan untuk mempelajari
objek studi. IPA sebagai aplikasi merupakan penerapan dari teori-teori IPA
yang akan memberikan sumbangsih dalam perkembangan teknologi.
Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan
perkembangan teori dan praktik pendidikan. Dirjen PMPTK (2008: 9)
menyatakan bahwa dengan beragamnya pendapat mengenai pengertian
kurikulum, maka secara teoritis cenderung sulit untuk menentukan satu
pengertian yang dapat merangkum semua pendapat. Pada saat ini istilah
kurikulum memiliki empat dimensi pengertian, satu dimensi dengan dimensi
lainnya saling berkaitan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu:
1. kurikulum sebagai suatu ide/gagasan.
2. kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan
perwujudan dari kurikulum sebagai ide / gagasan.
3. kurikulum sebagai suatu kegiatan atau suatu rencana tertulis.
4. kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari
kurikulum sebagai suatu kegiatan
Kurikulum sebagai rencana pembelajaran merupakan suatu program
pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan program
15
tersebut siswa dapat melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi
perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan
pendidikan dan pembelajaran. Kurikulum sebagai pengalaman belajar
merupakan serangkaian pengalaman belajar. Semua kegiatan yang
memberikan pengalaman belajar bagi siswa pada hakikatnya adalah kurikulum
(Hamalik, 2001: 18).
Berkaitan dengan kualitas kurikulum, Oliva (dalam Anjarsari, 2014: 3)
menyatakan bahwa pemerintah Indonesia telah berupaya menyempurnakan
kurikulum. Dalam dunia pendidikan Indonesia sudah beberapa kali mengalami
perubahan dan perbaikan kurikulum. Kurikulum yang ada merupakan langkah
perbaikan dari kurikulum-kurikulum yang berlaku sebelumnya. Perubahan
tersebut terjadi karena adanya perubahan pada sistem politik, sosial, budaya,
ekonomi, dan IPTEK dalam masyarakat. BPPDPN (2007: 1) menuturkan
bahwa untuk membangun pendidikan yang berkualitas perlu dirancang suatu
sistem yang dapat menjawab harapan dan tantangan terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi. Salah satu komponen yang mempunyai andil besar
dalam dunia pendidikan adalah kebijakan mengenai kurikulum. Untuk itu,
kurikulum dimasa depan perlu dirancang dan disempurnakan. Sehingga
nantinya kualitas sumber daya manusia Indonesia dapat meningkat dan
mampu bersaing dikancah nasional maupun internasional.
Berikut merupakan pemaparan dari beberapa kurikulum yang pernah
diterapkan di Indonesia. Siskandar (dalam Tim Peneliti Balitbang Sumut ,
2005: 18), mendefinisikan bahwa kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
16
merupakan pengembangan kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi
yang seharusnya dimiliki siswa setelah menyelesaikan pendidikan, yang
meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai dan pola pikir serta
mengaplikasikan pengetahuan yang telah pelajari. Menurut Toharudin,
Hendrawati, dan Rustaman (2011: 57) rumusan tujuan pembelajaran sains
dituangkan dalam kurikulum sains dan dijabarkan dalam bentuk kompetensi-
kompetensi standar yang harus dikuasai oleh siswa
Berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi, Depdiknas (2003: 2 )
menyatakan secara khusus fungsi dan tujuan IPA disebutkan sebagai berikut:
1. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.
3. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains (literasi
sains) dan teknologi.
4. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup dimasyarakat dan melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
Dari fungsi dan tujuan tersebut kiranya jelas bahwa kurikulum pendidikan
IPA di Indonesia sudah mengarahkan siswa untuk memiliki kemampuan
literasi sains. Hal ini tergambar jelas pada point ketiga yang menyatakan
bahwa salah satu fungsi dan tujuan IPA adalah untuk mempersiapkan siswa
menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi.
Kurikulum lainnya yang juga diterapkan di Indonesia adalah kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP). Dalam KTSP pembelajaran IPA di tingkat
Sekolah Menengah Pertama disajikan secara terpadu. Keterpaduan tersebut
17
memberikan makna bahwa persoalan IPA dapat dikaji dari aspek fisika, kimia
ataupun biologi. Salah satu tujuan pembelajaran sains yang dikembangkan
oleh KTSP adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa
untuk mengetahui dasar-dasar sains dalam rangka penguasaan IPTEK
(Yuliastuti, 2009: 15). Berdasarkan penjelasan diatas KTSP dimaksudkan
untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan serta membudayakan
berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Hal ini jelas
menggambarkan bahwa KTSP juga sudah menghantarkan siswa untuk
memiliki kemampuan literasi sains atau melek sains.
Pemerintah dalam kurikulum 2013 mengamanahkan bahwa mata pelajaran
IPA SMP dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science,
berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan
belajar, rasa ingin tahu, dan sikap peduli dan tanggung jawab terhadap
lingkungan. Tujuan pembelajaran secara umum untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara seimbang (Anjarsari, 2013: 2).
Pada implementasi kurikulum 2013, pembelajaran IPA dikembangkan dengan
pendekatan scientific.Pendekatan ini menekankan lima unsur (5M) yaitu
mengamati, mengukur, menanya, mencoba, dan mengkomunikasikan. Dalam
kurikulum 2013 siswa lebih mengedepankan dan mengembangkan pola pikir
dengan daya analisis sehingga nantinya siswa dapat memecahkan masalahnya
sendiri. Hal ini sejalan dengan tujuan literasi sains yaitu mampu menggunakan
metode ilmiah/ melek sains dalam memecahkan masalah pada kehidupan
sehari-hari (Lukman, Suwono, dan Suarsini, 2014: 2).
18
Pendidikan Indonesia telah beberapa kali mengalami pergantian kurikulum.
Lederman (dalam Anjarsari, 2014: 3) menyatakan bahwa selama bertahun-
tahun model kurikulum dan pembelajaran didesain dan dirancang untuk
meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA. Pada akhirnya semua model
kurikulum tersebut mengarah pada literasi sains Berdasarkan uraian mengenai
kurikulum di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya kurikulum yang
diberlakukan di Indonesia sudah mengarahkan siswa untuk memiliki
kemampuan literasi sains. Hal ini tergambar jelas pada setiap fungsi dan
tujuan pada masing-masing kurikulum. Tentunya setiap kurikulum memiliki
karakteristik kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga sebenarnya
kurikulum yang diterapkan saat ini merupakan pengembangan dari kurikulum
sebelumnya. Sehingga untuk masa mendatang berkemungkinan untuk muncul
kurikulum baru sebagai upaya untuk menghadapi tantangan global yang
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan hasil kajian terhadap kurikulum sains, konsep pembelajaran yang
terfokus pada literasi sains dapat menjadi alternative pembelajaran yang
diterapkan di sekolah. Konsep pembelajaran yang berorientasi sains bersifat
fleksibel dan memiliki keunikan khusus yang menunjukkan identitas
pembelajaran sains yang sesungguhnya. Dengan kata lain konsep literasi sains
dapat diterapkan pada semua jenis kurikulum (Toharudin, Hendrawati dan
Rustaman, 2011: 51).
Kurikulum sains di Indonesia hingga saat ini masih memiliki beberapa
kelemahan yang harus diperbaiki dan disempurnakan. Berkenaan dengan
19
kemampuan sains terutama berkenaan dengan materi literasi sains, Toharudin,
Hendrawati, dan Rustaman (2011: 65) merekomendasikan beberapa hal ke
depan sebagai perbaikan :
a. Kurikulum sains hendaknya menekankan pembelajaran sains yangseimbang antara konsep, proses dan aplikasinya
b. Pembelajaran sains hendaknya dapat menumbuhkan kepercayaan diri siswabahwa mereka mampu mempelajari sains, bukan hanya konsepnya tetapijuga harus disertai pengembangan sikap dan keterampilan ilmiah.
c. Sistem penilaian hendaknya direncanakan secara matang unuk mengukurpengetahuan dan konsep keterampilan proses sains, penalaran tingkat tinggi(kritis, logis, kreatif), menggunakan asesment portofolio dan kinerja ilmah..
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan gambaran proses pembelajaran
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model
pembelajaran merupakan landasan implementasi suatu pendekatan, metode dan
pembelajaran. Membangun Kemampuan literasi sains dapat ditanamkan kepada
siswa melalui pembelajaran di kelas. Tentunya terdapat model-model
pembelajaran yang tepat dan sesuai yang dapat diterapkan di kelas. Toharudin,
Hendrawati dan Rustaman (2011: 79-109) menyatakan terdapat enam model
pembelajran yang dapat membangun literasi sains siswa yaitu pendekatan sains
terpadu, inquiri, pendekatan Science- Technology- Society (STM),
pembelajaran kontekstual, pembelajaran berbasis masalah dan belajar tuntas (
mastery learning).
Berikut ini merupakan penjabaran dari setiap model pembelajaran yang dapat
membangun kemampuan literasi sains siswa. Proses pembelajaran yang
pertama adalah inquiri. Menurut Fitriani, Hairida dan Lestari (2014: 8) model
pembelajaran inquiri merupakan pembelajaran aktif yang dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan memecahkan
20
masalah, mengambil keputusan dari masalah yang dihadapi. Melalui
pembelajaran ini siswa dilatih untuk dapat mengaitkan materi yang didapat
dengan situasi nyata yang siswa hadapi. Selain itu, menurut Coulburn (dalam
Utami, Dasna, dan Sulistina, 2013: 2) pembelajaran inquiri merupakan
serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir
dalam memahami fenomena alam dan menemukan konsep pembelajaran bagi
diri sendiri.
STM (Science- Technology- Society) merupakan pendekatan yang digunakan
untuk meningkatkan literasi sains. Pembelajaran menggunakan pendekatan
STM dapat melatih siswa melakukan pembelajaran secara mandiri,
menemukan konsep dari materi pembelajaran (Gunarto dan Hidayah, 2014:
28). Menurut Yaser (dalam Hakim, 2012: 3) model pembelajaran STM
merupakan pembelajaran yang melibatkan isu sains yang dihadapi masyarakat
dan dipengaruhi oleh perkembangan teknologi serta terkait langsung dengan
kehidupan sehari-hari. Dengan pembelajaran seperti ini, maka siswa dapat
memiliki kemampuan literasi sains yang bermanfaat untuk memahami alam
sekitar serta mengambil tindakan dalam menghadapi masalah.
Pendekatan lain yang juga digunakan dalam pembelajaran sains adalah CTL
(contextual teaching learning). Mulyani( 2013: 116) menyatakan bahwa
pendekatan CTL (contextual teaching learning) ini menekankan pada proses
keterlibatan siswa untuk dapat menemukan dan menghubungkan materi yang
dipelajari dengan situasi dan keadaan dikehidupan nyata, sehingga siswa dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pendekatan ini siswa
21
dapat lebih mudah dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Tentunya pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan CTL (contextual teaching learning) memberikan kontribusi dalam
membangun kemampuan literasi sains siswa.
Metode lain yang tepat untuk menanamkan kemampuan literasi sains adalah
Problem Based Learned. Metode PBL merupakan metode pembelajaran
dengan menghadapkan siswa pada permasalahan –permasalahan dunia. PBL
merupakan pembelajaran aktif dan pendekatan pembelajaran berpusat pada
masalah yang tidak terstruktur yang digunakan sebagai titik awal dalam proses
pembelajaran (Wulandari, 2013: 3). Pembelajaran berbasis masalah
mempunyai tujuan untuk mengembangkan dan menerapkan keterampilan
dalam memecahkan masalah berdasarkan kemampuan sendiri ataupun
kerjasama dalam kelompok. Pada intinya PBL merupakan suatu pembelajaran
yang menggunakan masalah nyata, yang disajikan diawal pembelajaran (Putra,
2012: 22).
Pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran siswa aktif dalam
menemukan konsep sendiri diantaranya adalah discovery. Siswa belajar
melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip, dan guru
mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan
yang memungkinkan siswa menemukan konsep dan prinsip – prinsip untuk diri
mereka sendiri (Widiadnyana, Sadia, Suastra, 2014). Menurut Ruseffendi
(dalam Rahman dan Maarif, 2014: 36) metode discovery merupakan metode
mengajar yang dirancang siswa memperoleh pengetahuan baru tanpa
22
pemberitahuan langsung dari guru tetapi sisiwa menemukan pengetahuan
tersebut sendiri. Diharapkan, jika sisiwa aktif terlibat didalam menemukan
suatu prinsip sendiri, siswa akan memahami konsep lebih baik dan akan
mampu mengingat dalam kurun waktu yang lama.
Pemahaman tentang karakteristik IPA berdampak pada proses belajar IPA di
sekolah. Cakupan dan proses belajar IPA di sekolah memiliki karakteristik
tersendiri yaitu diantaranya proses belajar IPA melibatkan hampir seluruh
indera, dan proses berpikir serta menggunakan berbagai macam cara/teknik.
Selain itu belajar IPA juga memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk
membantu pengamatan. Belajar IPA juga melibatkan kegiatan-kegiatan temu
ilmiah, studi kepustakaan, dan yang lainnya untuk memperoleh penguatan
terhadap hasil temuan. Selain itu belajar IPA juga merupakan proses aktif.
Keaktifan dalam belajar IPA terwujud dalam keaktifan bertindak dan berpikir
(Djojosoediro, 2009: 21-22).
Belajar sains merupakan cara yang paling tepat untuk memperoleh
keterampilan-keterampilan, sikap dan pengembangan penguasaan konsep yang
berkaitan dengan pengalaman sehari-hari. Kubicek (dalam Ali, Suastra, dan
Sudiatmika, 2013) mengatakan proses pembelajaran IPA mengutamakan pada
pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA
diarahkan untuk inquiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk
memperoleh pemahaman yang lebih detail dan mendalam tentang alam
23
Pembelajaran IPA menitikberatkan pada membelajarkan siswa secara aktif
untuk berinteraksi dengan objek nyata. Koes (dalam Ali, Suastra, dan
Sudiatmika, 2013) mengatakan pada pelaksanaannya proses pembelajaran IPA
menunjukkan fakta bahwa pembelajaran IPA belum berjalan dengan tepat.
Beberapa fakta tersebut diantaranya :
a. Proses pembelajaran berpusat pada guru bukan pada siswa. Dengan ceramah
sebagai metode yang paling dominan.
b. Guru hanya memberikan informasi dari buku paket tanpa memberikan
informasi dari sumber lain
c. Guru hanya mementingkan ketercapaian target pengajaran dan nilai akhir
siswa atau penyelesaian penyampaian semua bab tanpa memperhatikan
penggunaan metode yang tepat
B. Literasi Sains
Programme for International Student Assessment (PISA) adalah studi
internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa
sekolah berusia 15 tahun. Studi ini dikoordinasikan oleh Organisation for
Economic Cooperation and Development (OECD) yang berkedudukan di
Paris, Perancis. PISA merupakan studi yang diselenggarakan setiap tiga tahun
sekali, yaitu pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan seterusnya. Dalam
melakukan studi ini, setiap negara harus mengikuti prosedur operasi standar
yang telah ditetapkan, seperti pelaksanaan uji coba dan survei, penggunaan tes
dan angket, penentuan populasi dan sampel, pengelolaan dan analisi data, dan
pengendalian mutu (Litbang, 2015: 1).
24
Literasi sains merupakan salah satu kategori yang masuk dalam penilaian
PISA.
Terkait dengan definisi dari literasi sains, Firman (dalam Suciati dkk, 2014: 3)
mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan
sains, mengidentifikasikan petanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan
bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan
dengan alam dan perubahan yang dilakukan dilakukan terhadap alam melalui
aktivitas manusia. Definisi literasi sains ini memandang literasi sains bersifat
multidimensional, bukan hanya pemahaman terhadap pengetahuan sains,
melainkan lebih luas dari itu Literasi sains menurut OECD (dalam Sandi,
Setiawan dan Rusnayati, 2015: 94) diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi petanyaan, dan menarik
kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka membuat keputusan
berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui
aktivitas manusia.
Literasi sains terdapat empat aspek yang melandasi penilaian PISA. Keempat
aspek tersebut yaitu aspek konteks, pengetahuan, kompetensi dan sikap.
Aspek konteks meliputi isu personal, lokal, nasional juga isu global.
Sedangkan aspek pengetahuan merupakan sebuah pemahaman mengenai
fakta, konsep dan penjelasan teori yang membentuk pengetahuan ilmiah.
Aspek selanjutnya yaitu aspek kompetensi. Aspek ini meliputi kemampuan
menjelaskan fenomena secara ilmiah, merancang dan mengevaluasi
penyelidikan ilmiah serta menginterpersi data dan fakta secara ilmiah. Aspek
25
terakhir yaitu aspek sikap. Pada aspek ini sikap diidentifikasikan dengan rasa
ketertarikan pada sains dan teknologi (Nisa, Rochintaniawati dan Fitriani,
2015: 311).
Dalam pengujian kemampuan literasi sains PISA menggunakan soal sebagai
alat ukur kemampuan literasi sains siswa. Adapun karakteristik soal PISA
yang dinyatakan oleh Rustaman (2004 : 10-11) adalah sebagai berikut :
a. Soal-soal yang mengandung konsep tidak langsung terkait dengan konsep-
konsep dalam kurikulum manapun, tetapi diperluas.
b. Menyediakan sejumlah informasi atau data dalam berbagai bentuk
penyajian untuk diolah oleh siswa yang akan menjawabnya.
c. Soal-soal PISA meminta siswa mengolah informasi dalam soal.
d. Pernyataan yang menyertai pertanyaan dalam soal perlu dianalisis dan
diberi alasan saat menjawabnya.
e. Disajikan dalam bentuk yang bervariasi, bentuk pilihan ganda, isisan
singkat, atau esai.
f. Soal PISA mencakup konteks aplikasi (personal-komunitas-global,
kehidupan-kesehatan-bumi, dan lingkungan-teknologi) yang kaya.
Literasi sains penting untuk dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan cara
siswa itu dapat memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan
masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat
bergantung pada teknologi dan kemajuan, serta perkembangan ilmu
pengetahuan. Tujuan pendidikan sains adalah meningkatkan kompetensi yang
dibutuhkan siswa untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai
26
situasi. Dengan kompetensi itu, siswa mampu membangun dirinya untuk
belajar lebih lanjut dan juga mampu bersaing ketika terjun kemasyarakat
sekitarnya (Toharudin, Hendrawati, dan Rustaman, 2011: 3)
Terkait pentingnya literasi sains bagi siswa Sandi, Setiawan dan Rusnayati
(2012: 94) menyatakan bahwa literasi sains penting untuk dikuasai oleh setiap
individu karena hal ini berkaitan erat dengan cara individu untuk memahami
lingkungn hidup dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat
modern yang sangat bergantung terhadap IPTEK. Literasi sains dapat
dijadikan dasar atau landasan individu dalam mengambil suatu tindakan
dengan mempertimbangkan akibat – akibat yang mungkin terjadi. Jadi, literasi
sains bukan hanya berpengaruh terhadap IPTEK tetapi juga mempunyai
pengaruh yang luas dalam kehidupan manusia yang dapat mencerminkan
budaya suatu masyarakat.
Literasi sains dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan. Pertama, functional
literacy yang merujuk pada kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan
kebutuhan dasar manusia seperti pangan, kesehatan dan perlindungan. Kedua,
civic literacy yang merujuk pada kemampuan seseorang untuk berpartisipasi
secara bijak dalam bidang sosial mengenai isu yang berkenaan dengan sains
dan teknologi, Ketiga, cultural literacy yang mencangkup kesadaran pada
usaha ilmiah dan persepsi bahwa sains merupakan aktivitas intelektual yang
utama (Zuriyani, 2003: 3).
27
Lebih rinci Holbrook dan Rannikmae (2009: 279) menyatakan dalam
penilaian literasi sains dapat dibedakan pada empat tingkatan, ke empat
tingakatan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Nominal ; siswa hanya mengetahui istilah ilmiah, tetapi tidak paham
mengernai arti dari istilah tersebut.
b. Fungsional; siswa sudah dapat menggunakan kosakata ilmiah dan
teknologi.
c. Konseptual dan prosedural; siswa telah memiliki pemahaman mengenai
hubungan antar konsep-konsep yang ada serta sudah dapat menggunakan
proses ilmiah dengan tepat
d. Multidimensi; siswa tidak hanya memiliki pemahaman, namun telah
mengembangkan pengetahuan yang dimiliki dan mengaplikasikan
pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Penilaian literasi sains, PISA (OECD, 2000: 77) menetapkan lima komponen
proses sains yaitu:
a. Mengenal pertanyaan ilmiah, yaitu pertanyaan yang dapat diselidiki
secara ilmiah, seperti mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab oleh
sains.
a. Mengidentifikasi bukti yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah. Proses
ini melibatkan identifikasi atau pengajuan bukti yang diperlukan untuk
menjawab pertanyaan dalam suatu penyelidikan sains, atau prosedur yang
diperlukan untuk memperoleh bukti itu.
28
b. Menarik dan mengevaluasi kesimpulan. Proses ini melibatkan kemampuan
menghubungkan kesimpulan dengan bukti yang mendasari atau
seharusnya mendasari kesimpulan itu.
c. Mengkomunikasikan kesimpulan yang valid, yakni mengungkapkan
secara tepat kesimpulan yang dapat ditarik dari bukti yang tersedia.
d. Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains, yakni
kemampuan menggunakan konsep-konsep dalam situasi yang berbeda dari
apa yang telah dipelajarinya.
Literasi sains dalam pelaksanaannya selalu mengalami perkembangan yang
disesuaikan dengan perkembanagan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tabel
berikut memberikan macam perbandingan literasi sains pada tahun 2000 dan
2003 (Rustaman, 2004: 11).
Tabel 1. Perbandingan literasi sains pada tahun 2000 dan 2003
Area Penilaian Literasi sains 2000 Literasi sains 2003Dimensi konten Konsep-konsep biologi, fisika, kimia,
dan IPBA, yang terkait pada temautama Bentuk dan fungsi, biologi manusia,
perubahan fisiologis, keberagamanmakhluk hidup, pengendaliangenetik dan ekosistem
Struktur dan sifat materi, perubahanatmosfer, perubahan fisik dan kimia,transformasi energi, gerak dan gaya
Bumi dan kedudukannya di alamsemesta dan perubahan geologis
Area pengetahuan ilmiahdan konsep seperti : Biodiversitas Gaya dan perpindahan Perubahan fisiologis
Dimensi Proses Kemampuan atau proses mental yangterlibat ketika menjawab pertanyaanatau memecahkan masalah, seperti: Mengenal pertanyaan yang dapat
dijawab dalam sains Identifikasi bukti Interpretasi bukti Menerangkan kesimpulan sesuai
bukti yang ada
Kemampuan menggunakanpengetahuan ilmiah danpemahaman , memperolehinterpretasi dan bertindakterhadap bukti: Memberikan dan
menjelaskan prediksifenomena ilmiah Memahami investigasi
ilmiah Interpretasi bukti ilmiah
dan kesimpulan
29
Tabel 2. Perbandingan pengujian area literasi sains antara 2006 dan 2009 (Bybee, McCrae dan Laurie: 2009 )
Assesmen Area Literasi Sains 2006 Literasi Sains 2009Dimensi Konten Konsep –konsep bioogi, fisika,
kimia, IPBA dan teknologiKonsep-konsep biologi,fisika, kimia, IPBA danteknologi
Dimensi Proses Protes sains dalam PISAdibagi menjadi 3 aspek: mengidentifikasi pertanyaan
ilmiah menjelaskan fenomena
secara ilmiah menggunakan bukti ilmiah
Proses sains dalam PISAdibagi menjadi 3 aspek mengidentifikasi
pertanyaan ilmiah menjelaskan
fenomena secarailmiah
menggunakan buktiilmiah
Dimensi Konteks Konteks sains, terfokus padapenggunaan yang terkaitdengan: kesehatan Sumber daya alam Mutu lingkungan Bahaya dan Perkembangan mutakhir
sains dan teknologiRelevensi: pribadi, komunitas,global
Konteks sains, terfokuspada penggunaan yangterkait dengan: Kesehatan Sumber daya alam Mutu lingkungan Bahaya dan Perkembangan
mutakhir sains danteknologi
Relevensi: pribadi,komunitas, global
Berdasarkan hasil peringkat PISA, siswa Indonesia dimasukkan ke dalam
kategori memiliki kemampuan literasi sains rendah. Skor siswa Indonesia
cenderung mengalami penurunan namun pada tahun 2006 cenderung stabil
atau tidak mengalami peningkatan. Hasil Studi PISA tahun 2009 menunjukkan
tingkat literasi sains siswa Indonesia yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi
tahun 2006. Tingkat literasi sains siswa Indonesia berada pada peringkat ke 57
Dimensi Situasi Konteks sains, terfokus padapengunaan yang terkait dengan Kehidupan dan kesehatan Bumi dan lingkungan Teknologi Relevensi : Pribadi, komunitas,
global
Konteks, sains terfokus padapenggunaan yang terkaitdengan : Kehidupan dan
kesehatan Teknologi
30
dari 65 negara peserta dengan skor yang diperoleh 383 dan skor ini berada di
bawah rata-rata standar dari PISA (OECD, 2009: 18).
Berikut ini merupakan penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan dengan
penelitian yang dilaksanakan oleh penulis. Penguasaan literasi sains siswa
SMA kelas X di kota Solok diukur dengan soal-soal PISA 2006 oleh Anggraini
(2014: 169) juga didapatkan hasil bahwa kemampuan literasi sains siswa
masih kurang sekali, karena persentase yang didapatkan adalah 27,94% (rendah
sekali ≤54% ). Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya capaian siswa
berupa materi pelajaran yang belum pernah dipelajari, siswa tidak terbiasa
mengerjakan soal yang menggunakan wacana, dan proses pembelajaran yang
tidak mendukung siswa dalam mengembangkan kemampuan literasi sains.
Penelitian lain yang dilakukan Suciati, Resty, W. Itang, E. Nanang, Meikha,
Prima dan Reni (2012: 7) bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan siswa
ditinjau dari aspek literasi sains meliputi 3 aspek: konten, proses, dan konteks.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains siswa ditinjau
dari aspek konten (34,4%), aspek proses (32,61%), dan aspek konteks
(35,91%). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata
kemampuan literasi sains pada aspek proses merupakan aspek kemampuan
literasi sains rendah.
Beberapa hasil penelitian di atas, secara nyata memberikan gambaran
rendahnya kemampuan literasi sains siswa Indonesia. Hal ini jelas
membutuhkan perhatian serius untuk menindak lanjuti permasalahan tersebut.
31
Semua komponen pendidikan bertanggung jawab untuk memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan literasi sains siswa.
C. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Literasi Sains
Rendahnya kemampuan literasi sains siswa Indonesia ini dipengaruhi oleh
banyak hal, antara lain kurikulum dan sistem pendidikan, pemilihan metode
dan model pembelajaran oleh guru, sarana dan fasilitas belajar, sumber belajar,
bahan ajar, dan lain sebagainya. Salah satu faktor yang secara langsung
bersinggungan dengan kegiatan pembelajaran siswa dan mempengaruhi
rendahnya kemampuan literasi sains siswa Indonesia adalah keberadaan
sumber belajar siswa, dalam hal ini bahan ajar berbentuk buku, yang selama ini
masih merupakan sumber utama pembelajaran siswa di sekolah (Kurnia,
Zulherman dan Fathurohman, 2014: 43).
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor tersebut
dikelompokkan dalam dua jenis yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri
Faktor internal tersebut diantaranya kurangnya minat dan motivasi dalam
belajar, sulit mengatur waktu belajar, serta kurang menjaga kesehatan sehingga
menggangu proses belajar. Sedangkan faktor ekternal merupakan faktor
merupakan faktor yang muncul dari luar diri siswa. Faktor eksternal tersebut
diantaranya kurangnya perhatian dari orangtua, serta lingkungan yang kurang
mendukung sehingga menyebabkan anak malas belajar (Guswita, 2014: 3).
32
Faktor lain yang mempengaruhi prestasi siswa adalah motivasi belajar,
kebiasaan belajar, kelengkapan fasilitas sekolah, profesionalisme guru dalam
mengajar, latar belakang siswa dan juga bimbingan orang tua ketika belajar di
rumah. Menurut Hamdu dan Agustina (2011: 2) motivasi belajar berpengaruh
terhadap prestasi siswa karena dengan adanya motivasi, siswa belajar lebih
keras, ulet, tekun dan memiliki konsentrasi penuh dalam proses belajar
pembelajaran. Dorongan motivasi dalam belajar merupakan salah satu hal yang
perlu dibangkitkan dalam upaya pembelajaran.
Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar adalah kebiasaan belajar.
Kebiasaan belajar sangat bergantung pada siswa itu sendiri. Slameto (dalam
Siagian, 2015: 124) siswa yang memiliki kebiasaan belajar cendrung hidup
dengan disiplin dan tanggung jawab dalam setiap tindakan belajarnya. Siswa
yang memiliki kebiasaan belajar yang baik memiliki keterampilan khusus yang
dapat menunjang peningkatan prestasi belajarnya. Keterampilan tersebut
diantaranya pembuatan jadwal belajar yang terstruktur, membuat catatan yang
menarik, selalu mengulang pelajaran yang didapat dirumah. Pada intinya, siswa
yang memiliki kebiasaan belajar yang baik maka memiliki hasil belajar dan
prestasi yang baik pula.
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap prestasi siswa adalah bimbingan
orang tua di rumah. Untuk mendapatkan prestasi yang maksimal, peran dan
sikap orang tua dalam mendampingi di saat anak belajar sangat dibutuhkan.
Sikap orang tua yang menunjang ini, misalnya memberi waktu kepada anak
untuk berfikir, merenung, dan berkhayal. Kegiatan bimbingan belajar
33
dilakukan untuk memecahkan hambatan belajar anak sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan situasi belajarnya, serta dapat mengembangkan
keterampilan belajar anak, membentuk kebiasaan belajar konsisten dan dapat
mencapai prestasi semaksimal mungkin sesuai potensi yang dimiliki oleh anak
(Kharisma, 2015: 3).
Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas belajar merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi hasil belajar. Fasilitas belajar di sekolah memiliki peranan
penting dalam proses pembelajaran. Fasilitas yang memadai dapat menunjang
siswa dalam mencapai hasil belajar yang optimal (Rejeki, 2013: 1). Hal ini
diperkuat oleh pendapat AlQomariyatin (2013: 2) bahwa kelengkapan fasilitas
belajar siswa baik di rumah ataupun di sekolah sangat penting untuk
memotivasi siswa agar giat belajar. Dengan lengkapnya fasilitas belajardapat
menunjang proses belajar, sehingga siswa rajin untuk belajar.
Kompetensi profesional guru juga menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Marno (dalam Irshad, 2013: 20)
guru dapat dikatakan professional jika guru tersebut menguasai bidang studi
yang diajarkan, memahami keadaan siswa, memamhami prinsip-prinsip dan
teknik mengajar serta menguasai cabang ilmu pengetahuan yang relevan
dengan bidang studinya. Sedangkan Nurjanah (2011: 2) menyatakan bahwa
guru dikatakan profesional jika guru tersebut mempunyai kemampuan
mengajar yang baik, ijasah atau gelar kependidikan serta mampu membuat
perencanaan pembelajaran yang baik.
34
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap bulan Februari 2016 di SMP
se- Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu tahun ajaran 2015-2016.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP se-
kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu tahun ajaran 2015/2016 yang
tersebar pada delapan sekolah yang berbeda. Keseluruhan sekolah menengah
pertama di Kecamatan Pagelaran terdiri dari dua sekolah negeri dan enam
sekolah swasta.
Sampel dalam penelitian ini adalah 50% dari jumlah populasi tiap sekolah,
namun untuk sekolah yang hanya memiliki siswa kelas IX sebanyak satu
kelas maka keseluruhan siswanya dapat dijadikan sampel. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yang
menurut Arikunto (2010: 183) adalah pengambilan sampel dengan kriteria
atau tujuan yang diinginkan oleh peneliti.
B. Populasi dan Sampel
35
Data populasi dan sampel dari masing-masing sekolah dapat dilihat pada
tabel di bawah ini (Tabel 3).
Tabel 3. Data populasi dan sampel
No SekolahPopulasi
(siswa)
Sampel
(siswa)
1 SMP N 1 Pagelaran 304 siswa 152 siswa
2 SMP N 3 Pagelaran 92 siswa 46 siswa
3 SMP Muhammadiyah 1 Pagelaran 16 siswa 16 siswa
4 SMP Muhammadiyah 2 Pagelaran 18 siswa 18 siswa
5 SMP PGRI 1 Pagelaran 54 siswa 54 siswa
6 SMP 17 1 Pagelaran 33 siswa 33 siswa
7 SMP 17 2 Pagelaran 12 siswa 6 siswa
8 SMP Xaverius Pagelaran 25 siswa 16 siswa
Jumlah 554 siswa 341 siswa
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian
deskriptif (Sukardi, 2003: 14). Penelitian ini dilakukan untuk membuat
deskripsi secara sistematis, akurat dan sesuai dengan kenyataan yang ada
tanpa dikurangi atau dilebih-lebihkan mengenai kemampuan literasi sains
siswa SMP se- Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu dalam tes literasi
sains menggunakan soal PISA 2006. Tes soal PISA 2006 dipilih karena lebih
memfokuskan pada literasi sains dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Hal ini dikarenakan pada setiap tahun pelaksanaannya, tes soal PISA
memiliki fokus tertentu. Peneliti juga membagikan kuisioner kepada guru
IPA dan sampel penelitian sebagai data pendukung untuk mengetahui
gambaran faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kompetensi literasi sains.
C. Desain Penelitian
36
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:
a. Menyusun proposal penelitian.
b. Mencari informasi terkait jumlah sekolah SMP yang ada di
Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.
c. Membuat surat izin observasi untuk sekolah yang dijadikan sebagai
tempat penelitian.
d. Melakukan observasi ke sekolah dan meminta data siswa sebagai data
awal untuk menentukan jumlah sampel penelitian.
e. Menentukan jumlah sampel pada setiap sekolah yang diambil dari
kelas IX.
f. Mempersiapkan instrumen-instrumen yang diperlukan dalam
penelitian yaitu kumpulan soal-soal PISA 2006 bidang IPA Biologi,
kuisioner guru dan kuisioner siswa.
2. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
a. Berdiskusi dengan guru terkait jadwal pelaksanaan dan teknis
pelaksanaan penelitian.
b. Mengkondisikan peserta didik yang dijadikan sampel penelitian.
D. Prosedur penelitian
37
c. Membagikan soal literasi sains kepada sampel dan memberikan waktu
menyelesaikan 80 menit. Menjelaskan petunjuk pengerjaan soal.
d. Membagikan kuisioner kepada sampel penelitian dengan waktu
penyelesaian 30 menit.
e. Membagikan kuisioner kepada guru IPA terpadu.
f. Menganalisis dan memberikan skor terhadap lembar jawaban sampel
terkait soal yang diberikan.
g. Menganalisis dan memberikan skor hasil kuisioner yang diberikan
pada guru IPA dan sampel.
h. Mengolah data yang diperoleh untuk mengetahui gambaran literasi
sains siswa kelas IX se-Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.
i. Mendeskripsikan kemampuan literasi sains siswa kelas IX se-
Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.
1. Jenis Data
Data penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu data kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif berupa kompetensi literasi sains siswa yang
diperoleh dari hasil skor penilaian soal–soal literasi sains yang diujikan.
Sedangkan data kualitatif berupa faktor – faktor berpengaruh yang
diperoleh dari jawaban kuisioner guru dan kuisioner siswa yang berisi
mengenai pertanyaan dan pernyataan terkait literasi sains dan faktor –
faktor yang mempengaruhi kemampuan literasi sains siswa.
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data
38
2. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah:
a. Tes
Tes tertulis digunakan untuk memperoleh data kuantitatif terkait
kompetensi literasi sains siswa SMP. Tes tertulis yang diberikan pada
siswa berupa soal PISA 2006 konteks IPA Biologi yang termasuk ke
dalam materi pada Kompetensi Dasar kelas VII, VIII dan IX khusus
semester ganjil. Tes tertulis terdiri atas soal berbentuk pilihan jamak
yang berjumlah 11 butir soal, 2 butir soal isian singkat, 7 butir soal
pertanyaan memilih “ya” atau “tidak”, dan 10 butir soal uraian.
Sehingga total terdapat 30 butir soal. Rincian soal literasi sains yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel pemetaan soal
PISA (Tabel 4).
Tabel 4. Pemetaan Soal PISA
KD/Kelas
Tema/MateriNo.Soal/Kompetensi yang diuji
PG Isian Ya/Tidak Esai7.2 / VII Biodiversitas 1A, 2B
7.4/ VII
Ozon 4A 5A 6A 3BEfek rumah kaca 7C, 8CHujan asam 10B 9A 11BResiko kesehatan 12B
1.3/ VIII Latihan fisik 13B,14B 15B1.4/ VIII Gigi berlubang 16A,17A
1.5/ VIIITembakau dalamrokok
18B, 20C 19B, 21A
SK 1/ VIII Operasi besar 24B 22B, 25C 23B1.2/ IX Ultrasound 30A 29C1.3/ IX Sistem Imun 26A 27B, 28C
Ket: A. Mengidentifikasi permasalahan ilmiah (8 soal) B. Menjelaskan fenomenasecara ilmiah (15 soal) C. Menggunakan bukti-bukti ilmiah (7 soal)
39
Adapun indikator dari masing-masing kompetensi yang dinilai dapat di
lihat pada tabel 5.
Tabel 5. Indikator pencapaian kompetensi menurut PISA 2006
AspekKompetensi
Ilmiah PISA 2006
Indikator PencapaianKompetensi
Distribusi NomorSoal
Mengidentifikasipermasalahanilmiah
1. Mengenali permasalahanyang dapat diselidiki secarailmiah
2. Mengidentifikasi kata-katakunci untuk memperolehinformasi ilmiah
3. Mengenali fitur penyelidikanilmiah
6, 21, 30
1, 5, 16, 26,
9
Menjelaskanfenomena ilmiah
1. Mengaplikasikanpengetahuan sains dalamsituasi yang diberikan
2. Mendeskripsikan ataumenafsirkan fenomenailmiah dan memprediksiperubahan
3. Mengidentifikasi deskripsi,eksplanasi, dan prediksi yangtepat
13, 14, 15, 18, 19,22,
3, 10, 11, 12, 23,24,
2, 4, 27, 28,
Menggunakanbukti-bukti ilmiah
1. Menafsirkan bukti ilmiah danmembuat sertamengkomunikasikankesimpulan
2. Mengidentifikasi asumsi,bukti sosial, danperkembangan sains danteknologi
7, 8, 17, 25, 29
20
Sumber : OECD (2007: 29)
b. Kuisioner.
Kuisiner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner tertutup
(Sugiyono, 2013 : 199). Kuisioner dibuat untuk memperoleh informasi
yang relevan dengan tujuan penelitian. Selain itu, kuisioner juga
dijadikan data yang bisa menunjang peneliti untuk mengetahui faktor-
40
faktor yang mempengaruhi kemampuan literasi sains. Kisi-kisi
kuisioner siswa yang digunakan dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6. Kisi-kisi lembar kuisioner siswa
No Indikator Nomor item soal1 Mengetahui motivasi belajar siswa I (1-10)
2Mengetahui proses pembelajaran IPA yangberlangsung disekolah
1,2,3,4
3 Mengetahui kebiasaan belajar siswa II (1-8)
4Mengetahui ketersediaan fasilitas sekolahsiswa
III (1-5)
5Mengetahui bimbingan orang tua terhadapsiswa
5, 6
6Mengetahui niat siswa untuk melanjutkansekolah atau tidak
7, 8
Adapun kisi-kisi kuisioner guru yang digunakan dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Kisi-kisi lembar kuisioner guru
No. IndikatorNomor Item
Soal
1.Mengetahui lama pengalaman gurumengajar
6
2.Mengetahui latar belakang pendidikanguru
1, 2, 3, 5, 7
3.Mengetahui jenjang pendidikan terakhirguru IPA
4
4.Mengetahui metode pembelajaran yangdigunakan guru dalam pembelajaran IPA
8, 10
5.Mengetahui frekuensi praktikum yangdilaksanakan selama 1 semester terakhir
9
6.Mengetahui kesiapan guru IPA sebelummengajar di kelas
11, 12
41
Data kuantitatif dan kualitatif yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis
menggunakan tehnik tertentu untuk mengetahui capaian kompetensi literasi
sains siswa. Penjelasan teknik analisis data dari masing-masing instrumen
adalah sebagai berikut:
1. Tes
Siswa yang menjawab benar mendapat skor 1 dan jika salah atau tidak
menjawab mendapat skor 0. Sedangkan, siswa yang menjawab benar butir
soal isian singkat maka mendapat nilai 1, dan jika salah atau tidak
menjawab mendapat 0. Jika siswa menjawab benar butir soal pertanyaan
memilih “ya” atau “tidak” maka mendapat skor 1 dan jika salah atau tidak
menjawab mendapat 0. Jika siswa menjawab benar butir soal uraian
mendapat nilai 1, jika siswa menjawab kurang tepat mendapat nilai 0,5
dan jika salah atau tidak menjawab mendapat 0.
Berdasarkan bobot setiap soal tes yang sudah diuraikan di atas maka
diperoleh ketentuan bahwa skor maksimum tes literasi sains dalam
penelitian ini adalah 30. Menurut Arikunto (1991: 239) skor yang
didapatkan siswa setelah selesai mengikuti sebuah tes merupakan data
mentah yang harus diolah kembali menjadi skor berstandar 100. Skor
yang sudah diubah menjadi skor berstandar 100 digunakan untuk
mengetahui ketercapaian penguasaan kompetensi literasi sains siswa.
Skor mentah yang diperoleh siswa diubah terlebih dahulu menjadi skor
berstandar 100 dengan rumus:
F. Teknik Analisis Data
42
= 100Keterangan :NP = nilai yang dicariR = skor yang diperoleh siswaSM = skor maksimal dari tes yang bersangkutan100 = bilangan tetap(Purwanto, 2013: 112).
Sehingga nilai yang diperoleh peserta didik dapat dimasukkan ke dalam
rentangan dengan interval sebagai berikut:
Tabel 8. Kriteria interpretasi skor tes literasi
Interval Kriteria86 – 100 Sangat tinggi76 – 85 Tinggi60 – 75 Sedang55 – 59 Rendah≤ 54 Sangat rendah
Sumber : dimodifikasi dari Purwanto (2013: 103).
Data skor rerata kompetensi literasi sains siswa selanjutnya dianalisis
dengan melakukan beberapa pengujian untuk mengetahui signifikansi
perbedaan rata-rata dari dua kelompok sampel dalam hal ini rerata
kompetensi literasi sains siswa berdasarkan gender yaitu kompetensi
literasi sains antara siswa laki-laki dan siswa perempuan serta kompetensi
literasi sains antara siswa sekolah negeri dan siswa sekolah swasta . Uji
pertama yang dilakukan yaitu uji normalitas untuk mengetahui apakah
sebaran data dalam penelitian berditribusi normal atau tidak. Uji
normalitas pada penelitian ini menggunakan metode Kolmogorov- Smirnov
dengan taraf signifikansi 5% atau 0,05. Dasar pengambilan keputusan
yaitu apabila nilai sig.> 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal dan
43
jika nilai sig.< 0,05 maka data tidak berdistribusi normal (Prayitno,
2010:32)
Setelah dilakukan uji normalitas, data yang berdistribusi normal
selanjutnya diuji dengan independent sample t – test. Melalui pengujian
ini peneliti dapat mengetahui signifikansi perbedaan rata-rata dua
kelompok sampel yang saling tidak berhubungan. Dengan dasar
pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi yaitu jika nilai
signifikansi atau probabilitas > 0,05 maka H0 diterima (tidak ada
perbedaan yang signifikan) dan jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0
ditolak (ada perbedaan yang signifikan) (Priyatno, 2010: 32). Data tidak
berdistribusi normal di uji dengan menggunakan uji Mann-Whitney U
untuk mengetahui perbedaan dua sampel yang tidak berhubungan dengan
kriteria pengujian yaitu jika - ztabel < z hitung < -ztabel atau probabilitasnya
> 0,05 maka H0 diterima (tidak ada perbedaan yang signifikan) dan jika
ztabel > zhitung atau - ztabel < - zhitung atau probabilitasnya < 0,05 maka H0
ditolak (ada perbedaan yang signifikan) (Sheskin, 2003: 322)
2. Kuisioner
Kuisioner yang dibuat dalam penelitian ini bersifat tertutup sehingga
pilihan jawaban yang harus dijawab oleh responden yaitu siswa dan guru
sudah tersedia pada kuisioner. Kuisioner siswa digunakan untuk
memperoleh data siswa terkait faktor – faktor berpengaruh terhadap
komptensi liters sains siswa, sedangkan kuisioner guru digunakan untuk
mengetahui profesionalisme guru. Untuk kuisioner siswa terdapat 6
44
indikator dan 31 pertanyaan. Kuisioner guru terdapat 6 indikator dan 12
pertanyaan dalam setiap soal memiliki pilihan alternatif jawaban.
Kuisoner disebarkan kepada 328 responden siswa dan 11 responden guru.
Kemudian direkapitulasi dengan cara mengalikan dengan banyaknya
responden yang menjawab setiap alternatif jawaban. Lalu menghitung
jumlah skor ideal untuk skor tertinggi dan skor terendah. Untuk
memperoleh persentase skor pada tiap butir pertanyaan menurut Ali (2013:
201) digunakan rumus sebagai berikut:
% = X 100
Keterangan :N = jumlah seluruh nilain = nilai yang diperoleh
Setelah diperoleh persentase tiap butir pertanyaan kemudian dihitung
persentase tiap indikator dengan cara menjumlahkan persentase tiap butir
pertanyaan kemudian dibagi dengan jumlah butir pertanyaan yang ada
dalam setiap indikator. Hasil persentase akhir yang diperoleh
diinterpretasikan ke dalam kriteria-kriteria tertentu (Tabel 9).
Tabel 9. Kriteria interpretasi skor kuisioner
Interval Kriteria0- 20% Sangat rendah21- 40% Rendah41- 60% Cukup61- 80% Tinggi81- 100% Sangat tinggi
Sumber : dimodifikasi dari Riduwan (2012: 89).
76
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik simpulkan
sebagai berikut :
1. Profil kompetensi literasi sains siswa SMP kelas IX Se-Kecamatan Pagelaran
Kabupaten Pringsewu pada tahun ajaran 2015/2016 termasuk dalam kriteria
“sangat rendah”.
2. Profil kompetensi literasi sains siswa SMP kelas IX Se-Kecamatan Pagelaran
Kabupaten Pringsewu pada tahun ajaran 2015/2016 berdasarkan status
sekolah menunjukkan bahwa siswa sekolah negeri memiliki kompetensi literasi
sains lebih tinggi dan berbeda tidak signifikan dibandingkan siswa sekolah
sewasta.
3. Profil kompetensi literasi sains siswa SMP kelas IX Se-Kecamatan Pagelaran
Kabupaten Pringsewu pada tahun ajaran 2015/2016 berdasarkan gender
menunjukkan bahwa siswa perempuan memiliki kompetensi literai sains
lebih tinggi tetapi tidak berbeda signifikan dibandingkan siswa laki-laki.
77
4. Faktor internal yang berpengaruh terhadap profil kompetensi literasi sains
adalah minat siswa melanjutkan sekolah, sedangkan faktor motivasi dan
kebiasaan belajar IPA tidak berpengaruh terhadap kompetensi literasi
sains siswa. Faktor eksternal yang berpengaruh diantaranya proses
pembelajaran di kelas, latar belakang pendidikan orang tua, bimbingan
orang tua dalam belajar, fasilitas pembelajaran IPA, dan profesionalisme
guru.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas
maka dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Dalam penelitian deskriftif, diperlukan adanya referensi dari berbagai
sumber. Untuk peneliti selanjutnya dianjurkan untuk mencari referensi
lebih banyak lagi sehingga peneliti tidak merasakan kesulitan untuk
menyatakan fakta-fakta yang ada dilapangan bersesuaian atau tidak bila
dilihat dari berbagai teori yang ada.
2. Berkaitan dengan hasil rendahnya kemampuan literasi sains siswa,
diharapkan dilakukan perbaikan dan pengkajiann terkait kelemahan pada
sektor pendidikan.
78
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, E. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPATentang Sifat Benda Melalui Penerapan Metode Eksperiment. Diunduh dariRepository.upi.edu. Pada tanggal 21 Desember 2015. Pada pukul 11.05 WIB.19 hlm.
Alam, D.P., S, Utari dan S, Karim. 2015. Rekonstruksi Rancangan RencanaPelaksanaan Pembelajaran Sains Melalui Analisis Kesulitan Literasi SainsSiswa SMP Kelas VII pada Topik Gerak Lurus. Prosiding SimposiumNasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015) Diunduh darihttp://portal.fi.itb.ac.id/snips2015/files/snips_2015_dyna_purnama_alam_f604a54987754e9feeb155f2d881d1fe.pdf. Pada tanggal 19 November 2015. Padapukul 10.20 WIB. 4 hlm.
Ali, L.U., A.A. Suastra, dan I.A.R. Sudiatmika. 2013. Pengelolaan PembelajaranIPA ditinjau dari Hakikat Sains pada SMP di Kabupaten Lombok Timur. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Vol.3, No 1Diunduh dari http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_ipa /article/view/750/536. Pada tanggal 11 November 2015. Pukul 05.30 WIB. 11 hlm.
Ali, M. 2013. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Bandung.233 hal.
AlQomariyatin. 2013. Pengaruh Kelengkapan Fasilitas Belajar Dan PenggunaanMetode Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas Xi Ips SmaNegeri 1 Kartasura. Diunduh dari eprints.ums.ac.id/26688/14 /jurnal_pendidikan. Pada tanggal 24 Desember 2015. Pukul 23.00 WIB. 12 hlm.
Anggraini, G. 2014. Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa Sma Kelas X Di KotaSolok. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Diunduh darihttp://prosiding.upgrismg.ac.id/index.php/masif2014/masif2014/paper.Prosiding Mathematics and Sciences Forum 2014. Diunduh pada tanggal 11Agustus 2015. Pukul 20.00 WIB. 10 hlm.
Anjarsari, P. 2013. Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu (ImplementasiKurikulum 2013). Makalah PPM “ Workshop Pengembangan PerangkatPembelajaran Sains Terpadu untuk Meningkatkan Kognitif, Keterampilan
79
Proses, Kreativitas, serta Menerapkan Konsep Ilmiah SIswa SMP.Yogyakarta: Tidak diterbitkan.
. 2014. Literasi sains dalam kurikulum dan pembelajaran IPA SMP.Prosiding. Semnas Pensa VI peran literasi sains. Surabaya. ISBN. 978-979-028-686-3. Tersedia di http://www.google.co.id/url%2Fputri-anjarsari-ssi-mpd%2Fliterasi-sains-dalam-kurikulum-dan-pembelajaran-ipa-smp.pdf.Pada tanggal 3 Desember 2015 pukul 18.15 WIB. 6 hal.
Arief, M. K. 2015. The Levels Of Inquiry Application In “ Global Warming Theme”Based Science Learning To Improve Critical Thinking Skill. Jurnal IlmuPendidikan dan Pengajaran vol 2. No 2. Diunduh dari ejournal.sps.upi.edu/../89. Diunduh pada tanggal 9 November 2015. Pada pukul 23.00 WIB. 11hlm.
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.Jakarta
Bagiarta, I.N., I.W. Karyasa dan I.N. Suardana. 2015. Komparasi Literasi SainsAntara Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Model PembelajaranKooperatiftipe Gi (Group Investigation) Dan Model Pembelajaran InkuiriTerbimbing (Guided Inquiri) Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Siswa Smp.E-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. ProgramStudi Pendidikan IPA. Vol 5. Diunduh dari http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ipa/article/view/1564/1220. Pada tanggal 9November 2015. Pada pukul 20.30 WIB. 11 hlm.
BPDPDPN. 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata PelajaranIPA. Pusat Kurikulum. Jakarta.
Bybee, R., R. McCrae dan R. Laurie. 2009. PISA 2006: An Assessment of ScientificLiteracy. Journal Of Research In Science Teaching Vol. 46, No. 8, PP. 865–883. Wiley InterScience. Colorado. Diakses dari http://onlinelibrary.wiley.com /doi/10.1002/tea.20333/pdf. Pada 26 Oktober 2015 06.21 WIB. 19 hlm.
Dasmo, Nurhayati dan G. Marhento. 2012. Pengaruh Tingkat Pendidikan dan PolaAsuh Orang Tua terhadap prestasi belajar IPA. Jurnal Formatif. Vol 2. No1.Diunduh dari journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Formatif /article/download/94/92. Pada tanggal 28 April 2016. Pukul 19.30 WIB. 8 hlm.
Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta. Tidak diterbitkan.
Dirjen PMPTK. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). DirektoratTenaga Pendidikan. Jakarta. 84 hlm.
80
Djojosoediro, W. 2009. Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA SD. Diakses darihttp://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/egalita/article/view/1992/pdfn.Pada tanggal 25 Desember 2015. Pukul 22.00 WIB. 46 hlm.
Fitriani, W., Hairida., dan I, Lestari. 2014. Deskripsi Literasi Sains Siswa dalamModel Inquiry pada Materi Laju Reaksi di SMAN Pontianak.Jurnal Untan.Vol3. No 1.http : jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpd/article/view/4432.Diaksespada 20 oktober 2015. Pukul 05.30 WIB. 13 hlm.
Gunarto, W dan N. Hidayah. 2014. Upaya Meningkatkan Minat Belajar dan PrestasiBelajar Siswa Pada Materi Pembelajaran Alat-Alat Optik MelaluiPendekatan Sains Teknologi Masyarakat Di Kelas Viii Smpn 3 BelitangMadang Raya. Junal Inovasi dan pembelajarn fisika Vol 1,No 1.Diunduh dariejournal.unsri.ac.id/index.php/jipf/article/download/1076/320. Pada tanggal22 Desember 2015. Pada pukul 11.15 WIB. 6 hlm.
Guswita, L. 2014. Tinjauan Faktor Internal dan Eksternal Penyebab KesulitanBelajar Biologi Siswa Kelas VII SMPN 2 Bayang Kecamatan BayangKabupaten Pesisir Selatan. Diunduh dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=263906&val =6308&title=TINJAUAN% 20FAKTOR%20INTERNAL%20DAN%20EKSTERNAL%20PENYEBAB%20KESULITAN%20BELAJAR%20BIOLOGI%20SISWA%20KELAS%20VIII%20SMPN%202%20BAYANG%20KECAMATAN%20BAYANG%20KABUPATEN%20PESISIR%20SELATAN. Pada tanggal 22 Desember 2015. Pukul 10.00WIB. 6 hlm.
Hakim, N. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat UntukMeningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Jurnal Universitas PendidikanIndonesia. Diunduh dari repository.upi.edu. Pada tanggal 11 November 2015.Pukul 11.00 WIB. 11 hlm.
Hamalik, O. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.
Hamdu. G dan L. Agustina. 2011. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa TerhadapPrestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar. Diunduh dari http://jurnal.uppi.edu/../8-Ghllam_Hamdu.pdf. Pada tanggal 9 Desember 2015. Pukul 19.00 WIB. 6hlm.
Hariadi, E. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa IndonesiaBerusia 15 Tahun. Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 10, No.1. Diunduh darihttp://ejournal.unesa.ac.id/mobile/. Pada tanggal 2 November 2015. Pukul10.00 WIB. 15 hlm.
Harianti, D. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. DepartemenPendidikan Nasional. Diakses darihttp://www.academia.edu/5782888/naskah_akademik_kajian_kebijakan_kurik
81
ulum_mata_pelajaran_ipa_pusat_kurikulum_badan_penelitian_dan_pengembangan_departemen_pendidikan_nasional_2007. Pada tanggal 11 November2015 pukul 22.42 WIB. 32 hlm.
Herdianti, A. 2013. Deskripsi Literasi Sains Siswa dalam Model Inkuiri pada MateriLaju Reaksi di SMAN 9 Pontianak. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia.http://repository.upi.edu/2392/1/S_BIO_0907360_Title.pdf. Diunduh pada 190ktober 2015. Pukul 09.30 WIB. 11 hlm.
Holbrook, J dan M. Rannikmae. 2009. The Meaning of Scientific Literacy.International Journal of Environmental & Science Education University ofTartu, Estonia, Vol. 4, No. 3, July 2009, 275-288. Editors: Coll, Richard K.& Neil Taylor. Diakses dari https://www.pegem.net/dosyalar/dokuman/138340-20131231103513-6.pdf. Pada 10 November 2015. Pukul 06.57WIB. 14 hlm.
Irshad, S.M. 2013. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru dan Fasilitas BelajarTerhadap Hasil Belajar Siswa . Diunduh dari lib.unnes.ac.id/19050/1/7101408068.pdf. Pada tanggal 15 Desember 2015. Pukul 20.40 WIB. 20 hlm.
Kharisma, E.M. 2015. Pengaruh bimbingan belajar orangtua terhadap prestasibelajar matematika siswa SD 1 Payaman Mejobo Kudus tahun ajaran2014/2015. Skripsi. UNS. Surakarta. Tersedia di http://eprints.ums.ac.id/32702/1/HALAMAN%20DEPAN.pdf. Pada tanggal 15 Oktober 2015 pukul08.32 WIB. 15 hal.
Khusna, N.L. 2015. Hubungan Bimbingan Orang Tua dengan Prestasi BelajarSiswa. Diunduh dari http://jurnal.fkip.unila.ac.id/ index.php/ pgsd/article/viewFile/8338/5140. Pada tanggal 27 April 2016.Pukul 20.30. 14 hlm.
Kurnia, F., Zulherman., dan A. Fathurohman. 2014. Analisis Bahan Ajar Fisika SMAKelas IX di Kecamatan Indralaya Utara Berdasarkan Kategori Liteasi Sains.Jurnal inovasi dan Pembelajaran Fisika. Vol 1, No 1. E.journal Unsri.Diunduh dari Ac.id/index.php/jipf/article/download/1263/419. Pada tanggal20 Agustus 2015. Pukul 09.00 WIB. 5 hlm.
Kusumawardhany, D.A. 2013. Perbandingan Pengaruh Metode Student TeamsAchievement Division (STAD) dengan Ceramah Terhadap Prestasi BelajarSosiologi Siswa IPS di SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013.Diunduh dari http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index. php/sosant/ article/ download/2537/1804. Pada tanggal 2 Mei 2016. Pukul 20.48. 11hlm.
Litbang Kemdikbud. 2015. Programme for International Student Assessment (PISA)http:/litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survey-internasional pisa. Diunduhpada 10 november 2015. Pukul 19.00 WIB. 1 hlm.
Lukman. Y., H. Suwono, dan E. Suarsi. 2014. Pengaruh Pembelajaran InquiriTerbimbing Berbasis Blended Learning Terhadap Literasi Sains dan Hasil
82
Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Malang. Diunduh dari http://jurnal-online.um.ac.id>Home>Artikel. Pada tanggal 10 November 2015. Pukul20.47 WIB. 10 hlm.
Mulyani, H.R.A. 2013. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kontekstual TerhadapPeningkatan Penguasaan Konsep Bhan Kimia dan Kehidupan Sehari-haridan keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Metro.Jurnal bioedukasi vol. 4. No 2. Diunduh pada tanggal 10 Desember 2015.Pukul 21.05 WIB. 8 hlm.
Ngafifi, M. 2014.Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia dalam PerspektifSosial Budaya.Jurnal Pembangan Pendidikan Fondasi dan Aplikasi .Volume2, No1.http://journal.uny.ac.id/index.php/jppfa.Diakses pada 5 oktober 2015.15 hlm.
Ngertini. N., W. Sadia dan W. Yudana. 2013. Pengaruh Implementasi ModelPembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan PemahamanKonsep Dan Literasi Sains Siswa Kelas X Sma Pgri 1 Amlapura. e-JournalProgram Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha . Program StudiAdministrasi Pendidikan Volume 4. Diunduh dari http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_ap/article/view/1012/760. Pada tanggal 19November 2015. Pada pukul 11.15 WIB. 11 hlm
Nisaa, R.A., D. Rochinaniawati dan A. Fitriani. 2015. Analisi Buku Biologi Kelas XBerdasarkan Muatan Literasi Sains. Prosiding Seminar Nasional PendidikanBiologi Yang Diselenggaraka Oleh Prodi Pendidikan Biologi FKIPUniversitas Muhamadiyah Malang. Diunduh dari biology.umm.ac.id /files/file/309-316%20Ran. Pada tanggal 1 Januari 2016. Pukul 11.00 WIB. 8hlm.
Nuada,I.M., 2015. Analisis Sarana dan Intensitas Penggunaan LaboratoriumTerhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri Se- KotaTanjungbalai. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED VOL 12, NO 1. Diunduh darijurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/tabularasa/article/view/3234/2904 padatanggal 5 Mei 2016 18 hlm.
Nurjanah. 2011. Pengaruh Profesionalisme Guru Terhadap Prestasi Siswa. Diunduhdari library.walisongo.ac.id/digilib.Dwoanload. Pada tanggal 5 Desember2015. Pukul 20.00 WIB. 71 hlm.
Nursa’ada, F.P. 2014. Pengaruh Metode Pembeljaran dan Sikap Siswa padaPelajaran IPA terhadap Hasil Belajar IPA. Jurnal Formatif 4 Diunduh darihttp://journal.lppmunindra.ac.id/index.php /Formatif/article/viewFile/145/139.Pada tanggal 28 April 2016. Pukul 23.00 WIB. 12 hlm.
83
Odja, A.H dan C.S. Payu. 2014. Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa PadaKonsep IPA. September 2014. Tersedia di http://fmipa.unesa.ac.id/kimia/wp-content/uploads/2013/11/40-47-Abdul-Haris-Odja-Universitas-Negeri-Gorontalo.pdf. Pada tanggal 14 Oktober 2015 pukul 10.15 WIB. 8 hal.
OECD. 2000. The PISA 2000 Assesment of Reading, Mathematical and ScientificLiteracy. Diakses dari http://www.pisa.oecd.org /dataoecd/44/63/ 33692793.pdf. Pada tanggal 29 Oktober 2015. Pukul 19.00 WIB. 102 hlm.
. 2009. Database PISA 2009. Diunduh dari PISA2009.acer.edu.au/download.php. Pada Tanggal 20 Oktober 2015. Pukul20.30 WIB. 21 hlm.
. 2014. PISA 2012 Results in Focus: What 15-Year-Olds Know And WhatThey Can Do With What They Know. National Center for EducationStatistics, Institute of Education Sciences, U.S. Department of Education.Washington, DC. Diakses dari http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-overview.pdf. Pada tanggal 11Oktober 2015. Pukul 23.00WIB.44 hlm.
Prayitno, D. 2010. Paham Analisis Statistik Data Dengan SPSS. Yogyakarta. MediaKom. 323 hlm.
Purwanto, N. 2013. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT RemajaRosdakarya. Bandung. 165 hal.
Putra, T.T. 2012. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa DenganPembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan MTK VOL 1. No 1,Diunduh dari http:// ejournal.unp.ac.id/ ../1152. Pada tanggal 1 Januari 2015.Pukul 21.00 WIB. 5 hlm.
Rahayu, S. 2014. Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya 2014. MenujuMasyarakat Berliterasi Sains : Harapan dan Tantangan Kurikulum 2013.6September 2014. Universitas Negeri Malang. Malang. Diakses darihttp://kimia.um.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/Makalah-Sri-Rahayu_Semnas-Kimia-Pembelajarannya_6-September-2014.pdf Padatanggal 8 November 2015. Pukul 09.00 WIB. 19 hlm.
Rahman, R dan R. Maarif. 2014. Pengaruh Penggunaan Metode DiscoveryTerhadap Kemampuan Analogi Matematis Siswa SMK AL Ikhsan PamaricanKabupaten Ciamis Jawa Barat. Jurnal Ilmiah Program Studi MatematikaSTKIP Siliwangi Bandung Vol 3, No 1. Diunduh dari e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/ ../37. Pada tanggal 20 Desember 2015. Pukul 15.00 WIB.
Rejeki, A. 2013. Pengaruh Fasilitas Belajar dan Kinerja Guru Terhadap HsilBelajar Matematika Kelas IV SD Se- Kecamatan Kutowinangun. Diunduh
84
dari http:// download.portalgaruda.org>article. Pada tanggal 24 Desember2015. Pukul 23.05 WIB. 8 hlm.
Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian. Alfabeta. Bandung. 244 hal.
Rohli, M. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu BerorientasiLiterasi Sains Pada Model Pembelajaran Exclusive. Jurnal Pendidikan FKIPUNILA. Diunduh dari http:digilib unila.com. Pada tanggal 7 november2015. Pukul 20.30 WIB. 11 hlm.
Rustaman, N. Y. 2004. Literasi Sians Anak Indonesia 2000 & 2003. MakalahLitsains 2003. Diakses dari http://file.upi.edu/direktori/sps/prodi.pendidikan_ipa/195012311979032-nuryani_rustaman /makalah_litsains_2003_sep,06.pdf. Pada tanggal 15 Oktober 2015. Pukul 09.00 WIB. 20 hlm.
Sandi, M.I., A. Setiawan dan H. Rusnayati. 2012. Analisis Buku Ajar Fisika SMAKelas X di Kota Bandung Berdasarkan Komponen Literasi Sains. Diunduhdari http://snf unj.ac.id/files/8414/2345/ 2854/prosiding_fisika_ 2014_fix17.pdf. Pada tanggal 20 November 2015. Pukul 20.00 WIB. 9 hlm.
Sheskin, D.J. 2003. Parametric and Nonparametric Statistical Procedures. CRCPress Company. New York
Siagian. R.E.F. 2012. Pengaruh Minat dan Kebiasaan Belajar Siswa TerhadapPrestasi Belajar Matematika. Jurnal Formatif.Diunduh dari http://unindra.ac.id/Roida-3.pdf. Pada tanggal 9 Desember 2015. Pukul 21.00 WIB. 10 hlm.
Suciati, Resty, W. Itang, E. Nanang, Meikha, Prima dan Reny. 2012. IdentifikasiKemampuan Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Ditinjau dari Aspek-AspekLiterasi Sains. Program Studi Magister Pendidikan Sains, FKIP, UNS.diunduh dari http://download.portalgaruda.org/article. php?article=273489&val =7135&title=identifikasi%20kemampuan %20 siswa%20dalam %20pembelajaran%20biologi%20ditinjau%20dari%20aspek-aspek%20literasi%20sains. Pada tanggal 8 November 2015. Pukul 13.07 WIB. 8 hlm.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Penerbit alfabeta. Bandung. 456 hlm.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. BumiAksara. Jakarta. 234 hlm.
Sulastri, R., R. Johar, dan S. Munzir. 2014. Kemampuan Mahasiswa Program StudiPendidikan Matematika FKIP Unsyiah Menyelesaikan Soal PISA MostDifficult Level. Jurnal Didaktik Matematika issn 2355-4185 Vol. 1. No 2.Diunduh dari http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/article/view/2073/2027.Pada tanggal 10 November 2015. Pada pukul 09.00 WIB. 9 hlm.
85
Susanti, W. 2012. Analisis Capaian Soal - Soal Biologi Literasi Sains Kategori SulitSulit pada Tes PISA. Diunduh daria-research.upi.edu/operator/upload/ s_bio_0809107_chapter1.pdf. Pda tanggal 28 April 2016. Puku 20.00 WIB. 11 hlm
Tawil, M dan Liliasari. 2014. Keterampilan-Keterampilan Sains DanImplementasinya Dalam Pembelajaran IPA. Badan Penerbit UniversitasNegeri Makassar. Makassar. 146 hal.
Thomson, S., K. Hillman, dan L.D. Bortoli. 2013. A Teacher’s Guide To PISAScientific Literacy. ACER Press. Australian Council for Educational ResearchLtd 19 Prospect Hill Road, Camberwell, Victoria, 3124, Australia. Diaksesdari https://www.acer.edu.au/files/PISA_Thematic_Report_-_Science_-_web.pdf. Pada tanggal 10 November 2015. Pukul 20.00 WIB. 58 hlm.
Tim Peneliti Balitbang Provinsi Sumut. 2005. Studi Evaluasi PelaksanaanKurikulum Berbasis Kompetensi di Sumatera Utara. Badan Penelitian danPengembangan Propinsi Sumatera Utara: Sumatera Utara. 91 hlm.
Toharudin, U., S.Hendrawati, dan A. Rustaman. 2011. Membangun Literasi SainsPeserta Didik. Humaniora. Bandung. 291 hal.
Ulum, H. 2014. Studi Eksperimen Model Inkuiri Terbimbing Disertai Teknik PetaKonsep Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VII Mtsn 2Jember. Diunduh dari http://dspace.unej.ac.id/bitstream/handle /123456789/64019/Hasanatul%20Ulum.pdf?sequence=1. Pada tanggal 20 November2015.16 hlm.
Utami,W.D., I.W. Dasna. dan O. Sulistina. 2013. Pengaruh Penerapan ModelPembelajaran Inquiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar dan KeterampilanProses Sains Siswa Terhadap Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.Diunduh dari http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel /artikelBE228A886CE46FF4DA860195F98AA44F.pdf. Pada tanggal 3 Desember 2015. Pukul21.05 WIB. 7 hlm.
Wasih, 2013. Merenungkan Kembali Hasil Pembelajaran Sains. Seminar NaionalFMIPA UNDIKSHA III. Diunduh dari http://download. portalgaruda.org/article.php?article=145972&val=1365&title=Merenungkan%20kembali%20hasil%20pembelajaran%20sains. Pada tangal 27 April 2016. Pukul 20.00 WIB.7hlm
Widiadnyana, I.W., I.W. Sadia, dan I.W. Suastra. 2014. Pengaruh Model DiscoveryLearning Terhadap Pemahaman Konsep IPA dan Sikap Ilmiah Siswa SMP. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program StudiIPA. Volume 4.Diunduh darihttp://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_ipa/article/viewFile/1344/1036. Pada tanggal 2 Desember 2015. Pukul 05.00 WIB. 13 hlm.
86
Wiyono, D.K. 2015. Pengaruh Pemanfaatan Fasilitas Belajar Dan Pola BelajarTerhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Colomadu TahunAjaran 2014/2015. Diunduh dari http://eprints.ums.ac.id/33294/1/1.%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf. Pada tanggal 13 Mei 2016. Pukul 7.30WIB. 15 hlm
Wulandari, B. 2013. Pengaruh problem-based learning Terhadap hasil belajarDitinjau dari motivasi belajar plc di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3,No 2. Diunduh dari http://download.portalgaruda.org /article.php?article=138040&val=438. Pada tanggal 9 November 2015. Pukul 23.00 WIB. 11 hlm.
Yuliastuti, M. 2009. Peningkatan Aspek Literasi Sains dan Teknologi MelaluiPenerapan Model Pembelajaran Sains ber-VISI SETS(Science, Environment,Tecnology, and Sociiety). Jurnal UNNES. Diunduh dari http://lib.unnes.ac.id/729/1/1254.pdf. Pada tanggal 5 Desember 2015. Pukul 21.00 WIB. 84 hlm.
Yusuf, S. 2015. Perbandingan Gender dalam Prestasi Literasi Siswa Indonesia.Diunduh dari http://www.uninus.ac.id/data/data_ilmiah /Suhendra%20Yusuf%20-% 20Makalah %20untuk%20Jurnal%20Uninus.pdf. Paa tanggal13 Mei 2016. Pukul 7.44 WIB. 17 hlm.
Zuriyani, E. 2003. Literasi Sains dan Pendidikan. Diunduh darihttp://sumsel.kemenag.go.id/file/file TULISAN/wagj1343099486.pdf. Padatanggal 20 0ktober 2015. Pukul 20.00 WIB. 13 hlm.