Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan

download Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan

of 37

Transcript of Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

PENDAHULUANA. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Penyelenggaraan urusan wajib daerah yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar kepada warga negara dengan penerapan Standar Pelayanan Minimal guna meningkatkan ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang meliputi kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan. Dalam penerapan Standar Pelayanan Minimal harus memperhatikan prinsip; sederhana, kongkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau, dapat dipertanggungjawabkan dan mempunyai batas pencapaian yang dapat diselenggarakan secara bertahap. Penataan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal merupakan wujud dari tata Pemerintahan yang baik (Good Governance). Dalam pelaksanaannya di tingkat Kabupaten Dinas Kesehatan bersama Rumah Sakit Umum dan di tingkat Kecamatan dengan Unit Pelaksana Teknis Puskesmas, bahkan sampai di tingkat Kelurahan / Desa yaitu Pustu / Polindes / Poliklinik Kesehatan Desa. Dalam pengambilan maupun pelaksanaan kebijakan program Dinas Kesehatan selalu bekerjasama dengan Dinas Lintas Sektoral yang terkait. Oleh karena itu apabila salah satu unsur tersebut tidak dapat mendukung maka berakibat target yang telah ditetapkan tidak optimal. Adapun target maksimal yang ingin dicapai oleh Dinas Kesehatan sebagai salah satu institusi pelaksana Pembangunan Daerah adalah TERWUJUDNYA MASYAKARAT KABUPATEN PEKALONGAN YANG MANDIRI DIBIDANG KESEHATAN MENUJU KABUPATEN PEKALONGAN SEHAT .

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

Dalam rangka memberikan gambaran situasi kesehatan di Kabupaten Pekalongan Tahun 2010 perlu diterbitkan Buku Profil Tahun 2010. Media Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan

Kesehatan Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu sarana untuk menilai pencapaian kinerja pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan Kabupaten Pekalongan Sehat.

B. Maksud dan Tujuan Penyusunan Buku Profil Kesehatan. Maksud disusunnya Buku Profil Kesehatan adalah sebagai penyaji data yang menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten Pekalongan. Adapun tujuannya adalah untuk mengevaluasi keberhasilan, kekurangan/kendala dalam pelaksanaan program, serta metode pemecahannya yang berguna untuk memonitor kemajuan pembangunan kesehatan dari tahun ke tahun. C. Sistematika Penyusunan Buku Profil Kesehatan. Dalam menyusun Buku Profil Kesehatan ini kami menggunakan sistematika sebagai berikut : a. Bab I (Pendahuluan) Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan sistematika dari penyajiannya b. Bab II (Gambaran Umum) Bab ini menyajikan tentang Gambaran umum Kabupaten Pekalongan. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal : kependudukan, lingkungan. c. Bab III (Situasi Derajat Kesehatan) ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakiran, dan angka status gizi masyarakat. d. Bab IV (Situasi Upaya Kesehatan) Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Kabupaten Pekalongan e. Bab V (Situasi Sumber Daya Kesehatan) Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya. f. Bab VI (Kesimpulan dan Saran) berisi tentang kesimpulan dari seluruh hasil kinerja jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan, dan saran-saran mengenai halhal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan. g. Lampiran lampiran.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN PEKALONGAN

A. KEADAAN GEOGRAFIS Kabupaten Pekalongan sebagai

salah satu daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah, terletak di sepanjang pantai utara Laut Jawa, memanjang ke selatan berbatasan dengan wilayah ExKaresidenan Banyumas. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Batang dan Kota Pekalongan serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pemalang. Letaknya antara 6o - 7o23' Lintang Selatan dan antara 109o - 109o78' Bujur Timur. Jarak dari Ibukota Kabupaten Pekalongan ke beberapa Ibukota lainnya :

Kab. Batang Kab. Pemalang Kab. Tegal Kab. Brebes Kota Pekalongan Kota Tegal

: 35 Km : 51 Km : 94 Km : 92 Km : 28 Km : 79 Km

Kabupaten Pekalongan memiliki ketinggian 4 dpl sampai dengan 1.294 meter di atas permukaan air laut (DPAL), sedangkan keadaan iklimnya tidak terlalu berbeda dengan rata-rata keadaan iklim di Jawa Tengah. Rata-rata curah hujannya adalah 2.415 mm per tahun.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

Luas wilayah Kabupaten Pekalongan adalah + 836,13 Km2. Terdiri dari 19 Kecamatan dan 285 desa/kelurahan. Dari 285 desa/ kelurahan yang ada, 6 desa merupakan desa pantai dan 279 desa bukan desa pantai. Menurut topografi desa, terdapat 60 desa/ kelurahan (20 persen) yang berada di dataran tinggi dan selebihnya 225 desa/kelurahan (80 persen) berada di dataran rendah. Adapun pembagian bentang alamnya adalah sebagai berikut : Bagian Selatan, merupakan daerah dataran tinggi yang berbukitbukit dengan kemiringan lebih dari 40 persen, meliputi : Kecamatan dan Kesesi. Bagian Utara dan Tengah, merupakan daerah yang relatif rendah dengan nilai faktor kemiringan berada antara 0 persen sampai dengan 20 persen, meliputi : wilayah Kecamatan Kajen, Kesesi, Bojong, Wonopringgo, Karanganyar, Wiradesa, Doro, Buaran ,Kedungwuni dan Karangdadap, sebagian wilayah Kecamatan Tirto, Sragi dan Siwalan. A. KEADAAN PENDUDUK. 1. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Jumlah Penduduk Kabupaten Pekalongan pada tahun 2010 (BPS Kabupaten Pekalongan tahun 2010) sebesar 1.002.826 jiwa. Dengan luas wilayah sekitar 836,13km2 , maka rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Pekalongan adalah sebesar 1.199,37 jiwa/km2. Kecamatan yang terpadat penduduknya adalah Kecamatan Buaran dengan luas wilayah 9,54 km2 dan jumlah penduduknya sebanyak 50.935 jiwa maka kepadatan penduduk sebesar 5.339 jiwa/km2, sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Lebakbarang dengan kepadatan penduduk yang hanya sebesar 192 jiwa/km2. Petungkriono. Lebakbarang, Kandangserang, Paninggaran, Talun dan Doro, sebagian wilayah Kecamatan Kajen

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

Jumlah rumah tangga Kabupaten Pekalongan pada tahun 2010 adalah sebesar 211.556 rumah tangga. Maka rata-rata anggota rumah tangganya sebesar 4,7 jiwa untuk setiap rumah tangga. Jumlah penduduk tertinggi adalah Kecamatan Kedungwuni sebanyak 99.665 jiwa (9,9% dari jumlah penduduk Kabupaten Pekalongan). 2. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk lakilaki dan perempuan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pekalongan jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2010 adalah sebanyak 512.419 jiwa (51,1%) dan perempuan sebanyak 490.407 jiwa (48,9%). Sehingga diperoleh rasio jenis kelamin sebesar 104,5%. Rasio ini menjelaskan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan meskipun perbedaannya tidak terlalu banyak. 3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Struktur/komposisi penduduk Kabupaten Pekalongan menurut golongan umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki-laki dan perempuan proporsi terbesar adalah pada kelompok umur 5-9 tahun (11,02%) dan 10-14 tahun (10,16%). Sedangkan table berikut : perbandingan menurut komposisi proporsi menurut usia produktif dari tahun 2008-2010 dapat dilihat pada

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

Tabel. 2.1 Kelompok Usia Produktif Kabupaten Pekalongan Tahun 2008 - 2010 Kelompok Tahun Umur (Tahun) 2008 2009 2010 0-14 32,73 % 32,76 % 32,77% 15-64 62,51 % 62,45 % 62,86% 65+ 4,76 % 4,80 % 4,37%Sumber : BPS Kabupaten Pekalongan 2008 dan Kantor Dukcapil 2009

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa proporsi penduduk menurut kelompok umur 0-14 tahun selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, sedangkan pada kelompok umur 15-64 tahun mengalami penurunan pada tahun 2009 dibanding tahun sebelumnya akan tetapi pada tahun 2010 naik lagi, sebaliknya dengan kelompok umur usia lanjut, pada tahun 2009 mengalami peningkatan dibanding tahun 2008, namun tahun 2010 turun cukup banyak. A. KEADAAN EKONOMI 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro, biasanya dilihat dari pertumbuhan angka produk domestik Regional Bruto, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. ..2.

Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) Angka Beban Tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk produktif secara ekonomis (umur 15 64 tahun). Angka beban tanggungan dapat digunakan sebagai indikator ekonomi dari suatu daerah, apakah tergolong daerah maju atau

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

bukan. Semakin rendah angka beban tanggungan, maka semakin maju daerah tersebut. Berdasarkan Data Penduduk Kabupaten Pekalongan pada tahun 2010 yang bersumber dari BPS didapatkan data sebagai berikut :

Usia tidak produktif Usia prodiktif

: 372.408 : 630.418

Sehingga didapatkan angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk Kabupaten Pekalongan tahun 2010 sebesar 59,07. Artinya, setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 59 orang penduduk usia non produktifA. TINGKAT PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat yang berperan meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi pendidikan suatu masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya. Sebagai gambaran tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Pekalongan pada tahun 2010 adalah sebagai berikut : Tabel 2.2 Persentase Tingkat Pendidikan Penduduk Kabupaten Pekalongan Tahun 2010No (1) 1 2 3 4 5 Tingkat Pendidikkan (2) Tdk/Blm pernah sekolah Tidak/ belum tamat SD SD/MI SLTP/MTs SLTA/MA Laki-Laki (3) 190.755 166.903 48.720 30.560 Perempuan (4) 212.505 155.968 40.288 21.640 Jumlah (5) 403.260 323.871 89.008 52.200 Persentase (6) 45,94 36,90 10,14 5,95

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

6 7

Akademi/Diploma Universitas JUMLAH

3.305 2.495 442.738

2302 1.318 435.021

5.607 3.813 877.759

0,64 0,43 100,00

(Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pekalongan)

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa penduduk Kabupaten Pekalongan pada tahun 2010 semakin tinggi tingkat pendidikkannya maka semakin sedikit pula jumlah penduduk yang menempuh jenjang pendidikan tersebut.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATANDERAJAT KESEHATAN Terdapat beberapa keterkaitan dari beberapa aspek yang dapat mendukung meningkatnya kinerja yang dihubungkan dengan pencapaian pembangunan kesehatan, diantaranya adalah: (1) Indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikator-indikator untuk mortalitas, morbiditas, dan status gizi. (2) Indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta (3) Indikator proses dan masukan, yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan, dan kontribusi sektor terkait. Pengertian tentang keadaan sehat dan sakit sangat penting mengingat kita harus dapat menentukan ada/tidaknya permasalahan/penyakit diantara masyarakat dan seberapa banyaknya. Secara sederhana keadaan sakit itu dinyatakan sebagai : Penyimpangan dari keadaan normal, baik struktur maupun fungsinya atau Keadaan dimana tubuh atau organisme atau bagian dari organisme/populasi yang diteliti tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dilihat dari keadaan patologisnya. Menurut UU RI No. 36 tahun 2009, yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Beberapa aspek yang dapat dihubungkan dengan derajat kesehatan adalah : lingkungan, pelayanan kesehatan dan perilaku.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

Program pembangunan kesehatan yang selama ini dilaksanakan dapat dikatakan cukup berhasil sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai bebarapa masalah dan hambatan yang mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Derajat kesehatan yang optimal dapat dilihat dari unsur kualitas hidup serta unsur mortalitas dan yang mempengaruhinya yaitu morbiditas dan status gizi masyarakat. Di Indonesia, indikator derajat kesehatan dapat dilihat dari ; Umur Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, Angka Kematian Ibu melahirkan, dan Angka Kesakitan / Kematian karena penyakit tertentu serta status Gizi Masyarakat. Adapun indikator hasil antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat, akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta Indikator proses dan masukan, yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan, dan kontribusi sektor terkait.A. ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS)

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dihitung dengan melakukan pendataan dan penelitian.1.

Angka Kematian Bayi (AKB) / Infant Mortality Rate (IMR) Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate (IMR) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1.000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator yang paling sensitif untuk menentukan derajat kesehatan suatu daerah. Dari laporan jumlah kematian bayi yang disampaikan dari masing-

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

masing Puskesmas, dapat diperkirakan bersumber dari fasilitas pelayanan kesehatan (facility based) dan dari laporan masyarakat atau kader (community based). Angka kematian bayi yang tercatat di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2010 berdasarkan KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan ini mengalami peningkatan dibandingkan angka kematian bayi pada tahun 2009. AKB 2009 adalah sebesar 8,2 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan AKB pada tahun 2010 adalah sebesar 11,5 per 1000 kelahiran hidup. Namun angka tersebut angka tersebut lebih baik dari target Nasional yaitu 40 per 1000 kelahiran hidup Adapun kecamatan dengan angka kematian tertinggi adalah di Kecamatan Petungkriono yaitu 32,4/ 1000 KH. Grafik 1. Trend Angka Kematian Bayi Kabupaten Pekalongan 2008 2010

Sumber : Tabel Profil Kesehatan Kab. Pekalongan 2010

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menemukan faktor yang paling dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesbilitas dan pelayanan kesehatan dengan tenaga medis yang terampil serta kesediaan masyarakat untuk mengubah kehidupan tradisional ke

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat AKB.2.

Angka Kematian Ibu (AKI)/Maternal Mortality Rate (MMR) Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu atau AKI mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh keadaan, sosial ekonomi, keadaan kesehatan kurang baik menjelang kehamilan. Kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran. Serta tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai. Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Untuk mengetahui besaran masalah kesehatan ibu, indikator yang digunakan adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Pada tahun 2010 angka kematian ibu yang tercatat di Kabupaten Pekalongan sebesar 162 jiwa per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini mengalami kenaikan dibandingkan pada tahun 2009 dimana kematian ibu yang tercatat sebesar 114,5 jiwa per kelahiran hidup. Angka kematian Ibu tertinggi di Puskesmas Tirto II yaitu 579,71/100.000 KH

Grafik 2. Trend Angka Kematian Ibu Maternal Kabupaten Pekalongan 2008 2010

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

Sumber : Tabel Profil Kesehatan Kab. Pekalongan 2010

Untuk mengantisipasi tingginya tingkat kematian ibu maternal maka diperlukan terobosan-terobosan dengan mengurangi peran dukun dan meningkatkan peran bidan. Dengan harapan agar bidan di desa benar-benar sebagai ujung tombak dalam upaya penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR). Selain itu melalui pengembangan yang Desa Siaga salah dengan satu pembangunan partisipasi poskesdes merupakan bentuk

masyarakat dalam menurunkan AKI.A. ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS)

Angka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) melalui studi morbiditas dan hasil pengumpulan data Dinas Kesehatan dalam hal ini bersumber dari puskesmas, rumah sakit maupun dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.

1. Penyakit Menular

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

Penyakit menular yang juga dikenal sebagai penyakit infeksi dalam istilah medis adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit). Penyakit menular yang disajikan dalam profil kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2009 antara lain : TB Paru BTA+, Pneumonia, HIV/AIDS ditangani, Infeksi Menular Seksual diobati. a. TB Paru BTA+ Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Di Kabupaten Pekalongan CDR TB Paru BTA+ sebesar 25% dengan perkiraan jumlah kasus BTA+ sebanyak 3.368 kasus dan Kasus baru BTA+ sebanyak 763. b. Pneumonia Balita Pneumonia Balita adalah penyakit infeksi yang

menyerang paru-paru yang ditandai dengan batuk disertai nafas cepat dan atau sesak pada anak usia Balita ( 0-5 tahun ). Jumlah Balita di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2010 sebanyak 69.823 jiwa dengan perkiraan kasus sebanyak 6.882 kasus, sedangkan kasus yang ditemukan atau ditangani sebanyak 6.295 kasus (90,16%). c. HIV/AIDS ditangani Acquired merupakan Immune yang Deficiency ditimbulkan Syndrome sebagai (AIDS) dampak

penyakit

berkembangbiaknya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh. Penyakit yang hingga saat ini tidak ada obatnya ini telah merambah di Kabupaten Pekalongan, pada tahun 2010 ditemukan 18 kasus HIV/AIDS dengan penanganan 18 kasus (100%). Tidak menutup kemungkinan jumlah

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

pendertia HIV/AIDS jauh lebih banyak dari kasus yang ditemukan. Begitu pula dengan Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 1 kasus dan dapat ditangani dan diobati 100%. Untuk itu diperlukan upaya bersama dalam pemberantasan penyakit HIV/AIDS, yang tidak saja ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan tetapi juga diarahkan pada upaya pencegahan yang dilakukan melalui Skrinning HIV/AIDS terhadap donor darah dan pengobatan pendertia penyakit menular seksual. d. Kusta Penyakit kusta telah dikenal sejak tahun 2000 SM. Secara spontan masyarakat mengasingkan dan mengisolasi penderita penyakit ini karena takut tertular. Seiring perkembangan zaman pengobatan penyakit kusta di Indonesia yang dipelopori oleh Dr. Sitanala juga mengalami perubahan mulai dari mempergunakan Diaminodifenil Sulfon (DDS), diintegrasikan WHO. Adapun persentase penderita kusta di Kabupaten Pekalongan tahun 2010 untuk Penderita Pausi Basiler (PB) / Kusta basah adalah sebanyak 13,0 dengan Release From Treatment (RFT) / berhenti minum obat kusta sebanyak 13,0 (100%). Sedangkan penderita Multi Basiler (MB) / Kusta kering adalah sebanyak 125,0 dengan RFT MB 113,0 (90,4%). ke Puskesmas serta menggunakan obat Kombinasi Multidrug Terapy (MDT) sesuai dengan rekomendasi

1.

Penyakit Potensi KLB/Wabah a. Demam Berdarah Dengeu

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

Penyakit

Demam

Berdarah

Dengeu

(DBD)

telah

menyebar luas ke seluruh wilayah Kabupaten Pekalongan. Dari tahun ke tahun jumlah penderita DBD fluktuatif, hal ini dapat di lihat pada gambar berikut ini : Grafik 3. Perkembangan penderita DBD di Kabupaten Pekalongan dari tahun 2006 - 2010

Sumber : Profil Kesehatan Kab. Pekalongan 2010

Upaya pencegahan dan pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (3M+). Pemantauan Angka Bebas Jentik (ABJ) serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya dirumah tangga. Kegiatan lain yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan melalui program Pemberantasan Penyakit Menular dalam kegiatan Fogging fokus sebanyak 32 kegiatan selama tahun 2010.

b. Malaria Penyakit Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dimana perkembangan penyakit Malaria ini dipantau melalui Annual Parasite Incidence (API) dan Annual Malaria

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

Incidence(AMI). Di Kabupaten Pekalongan tahun 2010 data yang dilaporkan API untuk wilayah Jawa dan Bali Malaria positif per 1000 penduduk sebanyak 11 penderita. Ini berarti dibandingkan dengan tahun 2009 mengalami penurunan. Tahun 2009 jumlah penderita malaria di wilayah Kabupaten Pekalongan berjumlah 18 orang. Sedangkan jumlah penderita Malaria Klinis per 1000 penduduk sebanyak 15.202 penderita sehingga angka kesakitan (API/AMI) per 1000 penduduk sebesar 0,01%. Adapun bentuk peran serta masyarakat yang diharapkan dalam upaya penanggulangan malaria antara lain melalui : (1) kepatuhan minum obat anti malaria agar setiap penderita dapat minum obat secara tuntas, (2) pencegahan gigitan nyamuk melalui pemakaian kelambu, pemasangan kasat kasa di rumah, pemakaian obat gosok penolak nyamuk (repellent), pemakaian baju tebal dan (3) pencegahan terjadinya sarang nyamuk malaria melalui pembersihan lumut di tempat-tempat/bagian rumah yang lembab, pencegahan terbentuknya genangan air, memelihara ikan pemakan jentik di genangan air, serta pencegahan terbentuknya sarang nyamuk. b. Filariasis Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan WHO tahun 2000 yaitu The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem The Year 2020. Di Kabupaten Pekalongan tahun 2009 sebanyak 43 penderita tahun 2010 naik menjadi 45 penderita (data Bidang PMK/P2B2). a. Diare Penyakit diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, maupun kotoran yang disertai darah dan lendir.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare. Secara umum, diare disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, parasit), alergi (terhadap makanan maupun obatobatan), infeksi oleh virus maupun bakteri lain yang menyertai penyakit lain, maupun oleh karena pemanis buatan. Berdasarkan laporan bidang PMK, penyakit Diare di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2010 yang tercatat sebanyak 30.822 kasus, dengan angka kesakitan 30,74% dan angka kematian 0,04%. Pada kelompok balita jumlah penderita diare sebanyak 11.741 atau 38,09% dari jumlah kasus penderita diare. 3. Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. Pada profil kesehatan ini akan dibahas penyakit campak dan hepatitis B. a. Campak Penyakit campak atau dalam bahasa asing disebut measles, disebabkan oleh virus campak atau morbili yang biasa terdapat di udara bebas. Campak merupakan penyakit yang cukup cepat menular, untuk itu diperlukan pencegahan sejak dini. Imunisasi campak dan Imunisasi MMR (Measles, Mumps, dan Rubella) perlu dilakukan sejak usia 9 bulan, 15 bulan dan 6 tahun. Perkembangan penyakit ini di Kabupaten Pekalongan mengalami penurunan, data tahun 2009 menyebutkan jumlah kasus penyakit campak sebanyak 169 kasus sedangkan tahun 2010 sebanyak 90 kasus atau menurun 46,75% (Data Bidang PKM/Imunisasi) b. Hepatitis B

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya didunia, penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Pada tahun 2010 jumlah kasus Hepatitis B adalah 42 kasus. C. STATUS GIZI Status permasalahan infeksi secara gizi seseorang sangat erat kaitannya karena dengan disamping terjadinya

kesehatan langsung

secara juga

umum,

merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit dapat menyebabkan gangguan kesehatan individual. Bahkan status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusui sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil atau ibu menyusui. Status gizi balita dapat diukur melalui beberapa indikator, antara lain cakupan kunjungan Neonatus, Bayi dan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi Balita. 1. Neonatus, Bayi dan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Neonatus adalah masa kehidupan bayi pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menjadi di luar rahim. Cakupan kunjungan neonatus di Kabupaten Pekalongan tahun 2010 sebanyak 15.769 kunjungan (98,5%) dari total kunjungan 15.946 sedangkan kunjungan bayi sebesar 98,24% dari total kunjungan 15.728. Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal BBLR dalam 2 kategori yaitu BBLR karena prematur atau BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Jumlah

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

BBLR yang dilaporkan di daerah Kabupaten Pekalongan pada tahun 2010 sebanyak 591 (3,69%) dari 16.009 bayi lahir hidup. 2. Status Gizi Balita Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan pengukuran antopometri yang menggunakan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan per Tinggi Badan (BB/TB), dan Tinggi Badan per Umur (TB/U). Jumlah Balita Gizi Buruk di Kabupaten Pekalongan tahun 2010 adalah sebanyak 42 (0,08%) dan BGM sebanyak 701 (1,29%) dari jumlah balita yang ditimbang sebanyak 54.450 balita.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

BAB IV UPAYA KESEHATAN

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maka pelayanan kesehatan yang paling mendasar dan esensial dapat dipenuhi pada tingkat yang paling minimal. Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) diharap dapat meningkatkan pelayanan publik juga untuk kegiatan advokasi dan penentuan prioritas alokasi sumber daya. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut : A. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Ibu adalah tonggak dalam membentuk suatu keluarga yang sehat dan bahagia. Karena seorang ibu akan mengalami sendiri masa kehamilan, persalinan dan merawat serta mendidik anak-anaknya. Gangguan kesehatan yang dialami ibu bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran, masa pertumbuhan bayi dan perkembangan anaknya. 1. Pelayanan Antenatal Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh profesional (dokter spesialis, kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya sesuai standar pelayanan antenatal yang meliputi 5 T yaitu Timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan. Hasil pelayanan tersebut dalam dilihat dari cakupan K1 dan K4.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan kunjungan baru ibu hamil dan pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali dengan distribusi sekali pada triwulan pertama, sekali pada triwulan dua dan dua kali pada triwulan ketiga (K4). Persentase cakupan pelayanan K1 di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2010 sebesar 16.418 atau 100% sedangkan cakupan pelayanan K4 adalah sebesar 16.191 atau 98,77% dari jumlah kunjungan ibu hamil sebesar 16.393.2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dan Pelayanan

Ibu Nifas Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (professional). Hasil pengumpulan data indikator SPM di Kabupaten Pekalongan tahun 2010 menunjukkan bahwa persentase cakupan persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan dan pelayanan ibu nifas adalah sebesar 15.666 (100%) B. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah dan Remaja Pelaksanaan pemantauan dini terhadap tumbuh kembang dan pemantauan kesehatan anak pra sekolah, pemeriksaan anak sekolah dasar/sederajat, serta pelayanan kesehatan pada remaja. Dari kompilasi data indikator kinerja SPM bidang kesehatan menunjukan bahwa cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah sebesar 67,37%, siswa SD/MI yang diperiksa sebesar 18,38% dan pelayanan kesehatan remaja atau tingkat SLTP/SLTA sebesar 9,23% (Tabel 18) Profil Kesehatan 2010.C. Pelayanan Keluarga Berencana

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

Jumlah pasangan usia subur (PUS) menurut hasil pengumpulan data pada tahun 2010 sebanyak 163.289 sedangkan yang menjadi peserta KB aktif sebesar 78,40% atau 128.015 orang. Adapun jenis kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB aktif adalah IUD 2.661 orang, MOP/MOW 4.647 orang, Implant 9.072 orang, suntik 85.548 orang, kondom 1.082 orang. Grafik 4. Proporsi Jenis Kontrasepsi yang digunakan oleh Peserta KB aktif di Kabupaten Pekalongan tahun 2010

Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan

D. Pelayanan Imunisasi Pencapaian Universal Child Imunization (UCI) pada dasarnya merupakan suatu gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut dapat digambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap penularan P3DI. Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT (3 kali), Polio (4 kali), Hepatitis B (3 kali) dan Campak (1 kali) yang

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

dilakukan melalui pelayanan rutin di posyandu dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Adapun jumlah desa/kelurahan yang telah mencapai UCI adalah 248 desa/kelurahan (87,02%) dari jumlah desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Pekalongan tahun 2010. Sedangkan cakupan pelayanan kesehatan imunisasi bayi di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2010 adalah sebesar : BCG sebesar 100,77%, DPT1+HB1 sebesar 100,49%, DPT3+HB3 sebesar 99,98%, Polio 4 sebesar 95,20%, campak sebesar 95,71% dan Hepatitis B sebesar 94,32%. Selain itu cakupan bayi dan balita yang mendapat pelayanan kesehatan menurut kecamatan dan puskesmas di Kabupaten Pekalongan tahun 2010 untuk bayi 611 bulan sebesar 99,36% dari jumlah 8.894 bayi, sedangkan anak balita 12-59 bulan sebesar 98,83% dari jumlah 60.902 balita dan Balita gizi buruk yang mendapat perawatan sebesar 100% dari 42 balita menderita gizi buruk. E. Perbaikan Gizi Masyarakat Upaya masyakat. perbaikan gizi masyarakat gizi pada hakekatnya pada

dimaksudkan untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi Beberapa permasalahan sering dijumpai kelompok masyarakat adalah kekurangan kalori protein, kekurangan vitamin A gangguan akibat kekurangan yodium, dan anemia zat besi. 1. Pemberian Tablet Besi, Vitamin A dan Imunisasi TT Pada tahun 2010, ibu hamil yang ada sebanyak 10.946 dan yang mendapat tablet Fe1 sebanyak 16.411 (149,93%) sedangkan yang mendapat tablet Fe3 sebanyak 16.333 (149,21%). Selain itu jumlah ibu nifas yang mendapat Vitamin A sebanyak 15.587 (99,5%) dari jumlah ibu nifas sebanyak 15.666.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

Jumlah Wanita Usia Subur (WUS) di Kabupaten Pekalongan tahun 2010 sejumlah 16.045 dengan proporsi status imunisasi TT 1, TT 2, TT 3, TT 4, TT 5 dapat dilihat pada gambar berikut : Grafik 5. Proporsi Jumlah Wanita Usia Subur dengan Status Imunisasi TT

Sumber : Tabel 26 Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2010

2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan Pemerintah dalam melaksanakan mekanisme berbagai Jaminan upaya pemeliharaan kesehatan penduduk miskin. Dalam hal tersebut diselenggarakan Kesehatan Masyarakat, dengan sasaran program masyarakat miskin dan masyarakat tidak mampu. Mekanisme pelayanan kesehatan pada program Jamkesmas di seluruh Puskesmas yang ada di Kabupaten Pekalongan tahun 2010 dengan jumlah penduduk sebanyak 1.002.826 jiwa, yang dicakup dalam program jamkesmas sebanyak 396.067 jiwa (40,67%). Sedangkan masyarakat miskin yang memperoleh pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dibagi menjadi dua

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

diantaranya yaitu rawat jalan sebanyak 168.691 pasien (42.59%) dan rawat inap sebanyak 1.618 pasien (0,41%). 3. Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila Pra usia lanjut (45-59 th) dan usia lanjut (>60 th) yang dilaporkan di Kabupaten Pekalongan tahun 2010 sebanyak 89.885 orang. Cakupan pelayanan kesehatan pra usila yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak jumlah seluruh yang dilaporkan. F. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan Upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan dan pelayanan rawat inap baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat yang mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga berat. Selama kurun waktu 2010, cakupan rawat inap di Puskesmas dan Rumah Sakit se-Kabupaten Pekalongan, terdapat sebanyak 41.725 atau 4,16% dari jumlah penduduk kabupaten Pekalongan yaitu 1.002.826. Sedangkan cakupan rawat jalan adalah sebanyak 888.671 atau sekitar 88,62% (Tabel 42 lampiran profil kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2010). Sedangkan untuk cakupan kunjungan gangguan jiwa sampai tahun 2010 yang dilaporkan sebanyak 4.871 pasien (0,44%) dari total jumlah penduduk. Pemeriksaan laboratorium dan radiodiagnostik merupakan pelayanan penyakit. kesehatan Kabupaten penunjang Pekalongan dalam miliki menegakkan 29 sarana diagnose pelayanan 57.525 (100%) dan usila yang 32.360 (100%) dari mendapat pelayanan kesehatan sebanyak

kesehatan yang meliputi 2 Rumah Sakit Umum Daerah, 1 Rumah Sakit Swasta dan 26 Puskesmas, yang masing-masing unit mempunyai kemampuan Laboratorium kesehatan 100%, sedangkan 4 spesialis dasar 100% dimiliki oleh rumah sakit umum.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya tersebut dimaksudkan untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat generik dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat. Pada Tabel 44 dapat dilihat, ketersediaan obat sesuai kebutuhan di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2010 adalah 94,38%. Perhitungan tingkat ketersediaan obat dapat diperoleh dari jumlah item obat yang cukup (>= 100%) dibagi jumlah item obat seluruhnya. G. Perilaku Hidup Masyarakat Yang termasuk perilaku hidup sehat di dalam rumah tangga antara lain selalu menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk sekali seminggu, tidak merokok di dalam rumah, serta mengonsumsi buah dan sayur setiap hari. Jumlah rumah tangga yang dipantau di Kabupaten Pekalongan tahun 2010 sejumlah 15.342 rumah tangga, yang dibagi dalam 4 strata yaitu Pratama, Madya, Utama dan Paripurna adapun persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih sehat dapat dilihat dalam gambar berikut :

Grafik 6. Persentase rumah tangga PHBSSumber : Tabel 45 Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2010

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

Dalam rangka meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat salah satu upaya yang dilakukan adalah memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang paling dikenal oleh masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas. Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Madya, Purnama, dan Mandiri. Pada Tabel 46 Profil Kesehatan 2010 dapat dilihat jumlah masing-masing strata dengan persentase posyandu aktif di Kabupaten Pekalongan tahun 2010 sebesar 42,04% dari 1.382 posyandu yang ada. H. Keadaan Lingkungan Pembangunan Nasional merupakan rangkaian pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang tidak dilakukan sesuai dengan daya dukungnya dapat menimbulkan adanya krisis pangan, krisis air, krisis energi dan lingkungan. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dilakukan penataan dan perlindungan terhadap lingkungan.

1. Rumah Sehat Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang

memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai, dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

syarat kesehatan akan berisiko menjadi sumber penularan berbagai jenis penyakit (Depkes RI, 2007). Jumlah rumah di Kabupaten Pekalongan tahun 2010 sebanyak 181.763 unit dengan pengambilan contoh untuk diperiksa sebanyak 119.249 unit (65,61%), dari jumlah tersebut terdapat 65.220 unit (54,69%) yang telah memenuhi syarat kesehatan. 2. Akses Sarana Air Bersih Sumber air minum yang digunakan dalam rumah tangga dikategorikan menjadi 2 kelompok besar, yaitu sumber air terlindung dan tidak terlindung. Sumber air minum terlindung terdiri dari air kemasan, ledeng, pompa, mata air terlindung, sumur terlindung, dan air hujan. Sedangkan air minum tidak terlindung terdiri dari sumur tak terlindung, mata air tak terlindung, air sungai, dan lainnya. Dari jumlah keluarga 216.673 kk di Kabupaten Pekalongan tahun 2010 telah dilakukan pemeriksaan kepada 102.057 KK (47,10%) diperoleh hasil yang dapat dilihat dari gambar keluarga yang memiliki akses air bersih.

Grafik 7. Persentase Keluarga memiliki akses air bersih

Sumber : Tabel 48 Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan thaun 2010

3. Sarana Sanitasi Dasar

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

Kepemilikian sarana sanitasi dasar meliputi persediaan air bersih, kepemilikan jamban, tempat sampah, dan pengelolaan air limbah. Di Kabupaten Pekalongan tahun 2010 kepemilikan sarana sanitasi dasar yang diperiksa jumlah keluarganya berbeda. Selayaknya pemeriksaan dilakukan satu kali untuk semua jenis sarana sanitasi dasar. Guna mempermudah mengetahui data yang ada, berikut ini gambar jumlah keluarga yang diperiksa dengan kepemilikan sanitasi dasar.

Gambar 8. kepemilikan sarana sanitasi dasar di Kabupaten Pekalongan tahun 2010Sumber Data Tabel 49 Profil Kabupaten Pekalongan tahun 2009

4.

Tempat-tempat umum dan tempat pengelolaan makanan Tempat-tempat umum dan tempat pengelolaan makanan merupakan suatu sarana yang dikunjungi banyak orang dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. TUPM meliputi hotel, restoran/rumah makan, pasar dan lain-lain. Sedangkan TUPM sehat adalah tempat umum dan pengelolaan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan yaitu memiliki sarana air bersihm tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang cukup, luas lantai (luas ruangan) yang cukup memadai.

5.

Pembinaan Kesehatan Lingkungan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

Usaha dalam memperkecil resiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan sebagai akibat dari lingkungan yang kurang sehat, dilakukan berbagai upaya peningkatan kualitas lingkungan, antara lain dengan pembinaan kesehatan lingkungan pada institusi yang dilakukan secara berkala. Upaya yang dilakukan mencakup pemantauan dan pemberian rekomendasi terhadap aspek penyediaan fasililtas sanitasi dasar. Institusi yang berhubungan langsung dengan masyarakat antara lain : Sarana Kesehatan, Sarana Pendidikan, Sarana Ibadah, Perkantoran, dan Sarana lain. Untuk itu Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan pada tahun 2010 melakukan pembinaan kesehatan lingkungan yang mencakup sarana-sarana masyarakat. Adapun data yang diperoleh : Sarana Kesehatan yang ada sebanyak 301 dengan jumlah yang dibina sebanyak 242 (80,4%). Sarana Pendidikan yang ada sebanyak 922 dengan jumlah yang dibina sebanyak 715 (77,5%). Sarana Ibadah yang ada sebanyak 2.768 dengan jumlah yang dibina sebanyak 1.923 (69,5%). Perkantoran yang ada sebanyak 455 dengan jumlah yang dibina sebanyak 324 (71,2%). Sarana lain sebanyak 723 dengan jumlah yang dibina sebanyak 356 (49,2%). Secara keseluruhan di Kabupaten Pekalongan jumlah intitusi yang ada 5.169 unit dan yang sudah dibina sebanyak 3.560 (68,9%) Tabel 51. 6. Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedes Surveilans vector dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik oleh petugas kesehatan maupun juru/kader pemantau jentik (jumantik/kamantik). Pengembangan system surveilans vector

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

secara berkala perlu terus dilakukan terutama dalam kaitannya dengan perubahan iklim dan pola penyebaran kasus. Cakupan rumah atau bangunan yang diperiksa dan

dinyatakan terbebas dari jentik nyamuk aedes sejumlah 67.295 (78,95%) dari 85.236 rumah/bangunan yang diperiksa.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATANSumber daya kesehatan merupakan unsur terpenting didalam peningkatan pembangunan kesehatan secara menyeluruh, sumber daya kesehatan terdiri dari tenaga, sarana dan dana yang tersedia untuk pembangunan kesehatan. Berbagai Sumber Daya kesehatan yang ada di Kabupaten Pekalongan diantaranya : A. Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan dibedakan menjadi 7 kelompok, yaitu tenaga medis, perawat & Bidan, Farmasi, Gizi, Teknisi Medis, Sanitasi dan Kesehatan Masyarakat. Ke tujuh kelompok tersebut tersebar di seluruh Puskesmas, Rumah Sakit, dan Dinas Kesehatan. Tenaga medis yang berjumlah 124 berkedudukan 61 orang di Puskesmas, 58 di Rumah Sakit dan 5 orang di Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan keadaan tahun 2010. Sedangkan secara keseluruhan jumlah tenaga kesehatan sebanyak 1.058 orang dengan persentase 63,52 % puskesmas, 32,89% Rumah Sakit dan 3,40% di Dinas Kesehatan. B. Pembiayaan Kesehatan Anggaran Kesehatan di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2010 bersumber pada APBD Kabupaten Pekalongan dan APBN. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun 2010 mengalokasikan dana sebesar Rp. 57,694,120,000,- termasuk Dana Alokasi Khusus Bidang kesehatan. Sedangkan dari APBN yang terdiri dari Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp. 5,813,700,000,- dan dana Askeskin sebesar Rp. 3.739.254.000,- dengan total pembiayaan kesehatan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

sebesar Rp. 67,457,074,000 (7,17%) dari total APBD Kabupaten Pekalongan 2010 sebesar Rp. 804,583,180,523,C. Sarana Kesehatan Ketersediaan sarana kesehatan yang cukup secara kuantitas dan kualitas bangunan yang menggambarkan unit sarana pelayanan kesehatan yang bermutu baik bangunan utama, pendukung dan sanitasi kesehatan lingkungan. Adapun sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Pekalongan yang diantaranya rumah sakit umum, puskesmas perawatan, puskesmas non perawatan, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, posyandu, polindes, PKD, rumah bersalin, balai pengobatan/klinik, apotik, toko obat, GFK, praktek dokter perorangan, prakter pengobatan tradisonal . Jumlah terbesar praktek dokter perorangan 273 sarana, dan gudang farmasi kesehatan sejumlah 1 unit yang menyimpan seluruh pelengkap sarana kesehatan. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam pemberdayaan kesehatan atau yang biasa disebut UKBM (Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat ). Desa Siaga dan FKD merupakan salah satu dari UKBM yang ikut menjadi sarana pelayanan kesehatan. D. Sarana Informasi Kesehatan Upaya Dinas Kesehatan dalam menginformasikan hal-hal yang berkaitan dengantugas dan kegiatannya telah berperan aktif dalam mengisi halaman pada website dengan alamat www.dinkes.pekalongankab.go.id dan Network Operating Center

(NOC) Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan. Data dan Informasi lainya dalam bentuk Laporan seperti : Profil Kesehatan Kabupaten

LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah) LPPD (Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah) LKPJ (Laporan Keterangan Pertanggungjawaban)

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

Sistem Registrasi Penyebab kematian (SMPK/ SKPK)

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN 2011

BAB VI PENUTUPDemikian, Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2010 ini telah selesai kami susun, semoga dengan tersusunnya Buku Profil ini dapat bermanfaat untuk memantau dan mengevaluasi hasil kinerja Pembangunan Kesehatan di jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan, yang selanjutnya dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan program Pembangunan Kesehatan di tahun berikutnya, dalam rangka mewujudkan visi Pekalongan Sehat 2010. Keberhasilan Pembangunan Kesehatan tersebut lebih ditentukan oleh semangat, sikap mental, disiplin dan kejujuran seluruh jajaran Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial serta peran aktif lintas sektoral dan masyarakat pada umumnya. Akhirnya kami menyadari bahwa dalam penyusunan Buku Profil Kesehatan ini masih kurang sempurna, untuk itu kami mohon kritik dan saran bagi pembaca yang sifatnya membangun demi sempurnanya penyusunan Buku Profil Kesehatan ini.