Profil Kesehatan Kabupaten Bone

110
BONTOCANI MARE CINA LIBURENG LAMURU GAYA BARU KOPPE TONRA TANA BATU KAHU ULAWENG CENRANA LONRONG TARETTA KAJUARA SIBULUE USA SALOMEKKO PATIM- PENG LAPPARIAJA DUA BOCCOE BIRU BAJOE BAREBBO PACCING AJANGALE KADING BAKUNGE AWANGPONE TELLU SIATTINGE PATTIRO MAMPU PALAKK KAHU WATAM- PONE PALAK- KA SUMALING TUNRENG - TELLUE LAMURU- KUNG TIMU- RUNG Sebaran DBD < 5 Kasus 6 - 10 Kasus >11 Kasus N E W S PETA SEBARAN PENYAKIT DBD BERDASARKAN WILAYAH PUSKESMAS DI KAB. BONE TAHUN 2014 2014 DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONE 2015 Profil Kesehatan Kabupaten Bone

Transcript of Profil Kesehatan Kabupaten Bone

Page 1: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

BONTOCANI

MARE

CINA

LIBURENG

LAMURU

GAYA BARUKOPPE

TONRATANA BATU

KAHU

ULAWENG

CENRANA

LONRONG

TARETTA

KAJUARA

SIBULUE

USA

SALOMEKKO

PATIM-PENG

LAPPARIAJA

DUA BOCCOE

BIRUBAJOE

BAREBBO

PACCING

AJANGALE

KADING

BAKUNGE

AWANGPONE

TELLU SIATTINGE

PATTIROMAMPU

PALAKK KAHU

WATAM-PONE

PALAK-KA

SUMALING

TUNRENG -TELLUE

LAMURU-KUNG

TIMU-RUNG

Sebaran DBD< 5 Kasus6 - 10 Kasus>11 Kasus

N

EW

S

PETA SEBARAN PENYAKIT DBD BERDASARKAN WILAYAH PUSKESMAS

DI KAB. BONE TAHUN 2014

2014

DINAS

KESEHATAN

KABUPATEN BONE

2015

Profil Kesehatan Kabupaten Bone

Page 2: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

i

DAFTAR ISI ....................................................................................... i DAFTAR TABEL ....................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv KATA SAMBUTAN ....................................................................................... v EXECUTIVE SUMMARY ....................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG .................................................................... 1 B. TUJUAN ................................................................................... 3 C. DASAR HUKUM ........................................................................ 3 D. SISTEMATIKA .......................................................................... 4

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN BONE.................................................................. 7

A. KEADAAN PENDUDUK .............................................................. 7 B. KEADAAN EKONOMI ............................................................... 14 C. TINGKAT PENDIDIKAN .............................................................. 17 D. KEADAAN LINGKUNGAN ......................................................... 20 E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT .......................................... 23

BAB III STATUS DERAJAT KESEHATAN................................................................................ 27

A. MORTALITAS (ANGKA KEMATIAN)............................................ 27 B. MORBIDITAS (ANGKA KESAKITAN) .......................................... 33 C. STATUS GIZI ............................................................................. 53

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN .................................................................................. 58

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR .............................................. 58 B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG .............. 71 C. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR ................................... 72 D. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR . 83 E. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT ................................................. 85 F. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN .................. 86

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ....................................................................... 88

A. SARANA KESEHATAN ............................................................... 88 B. TENAGA KESEHATAN ............................................................... 92 C. PEMBIAYAAN KESEHATAN ....................................................... 96

BAB VI PENUTUP ....................................................................................... 98

LAMPIRAN

DOKUMENTASI

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

ii

DAFTAR TABEL

TABEL URAIAN HAL.

TABEL II.1 JUMLAH DAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK DI KABUPATEN BONE TAHUN 2000 – 2014

9

TABEL III.1 ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL PER 100.000 KH

DI INDONESIA, HASIL SDKI & SKRT TAHUN 1982 – 2013

31

TABEL III.2 JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL MENURUT

PENYEBAB DI KABUPATEN BONE TAHUN 2006 s/d 2014

32

TABEL III.3 PROPORSI DAN PERINGKAT PENYAKIT DIARE

SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DAN BALITA TAHUN 1986, 1992,1995 DAN 2007

35

TABEL III.4 INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT MENURUT

KELOMPOK UMUR DENGAN PREVALENSI TERTINGGI DI INDONESIA SELAMA TAHUN 1991- 2013

36

TABEL III.5 PROPORSI DAN PERINGKAT ISPA/SISTEM

PERNAFASAN SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN BAYI DAN BALITA BERDASARKAN HASIL SKRT 1986, 1992, 1995 DAN SUSENAS 2001

37

TABEL III.6 BBLR BERDASARKAN KATEGORI WILAYAH 1992-

1997 DAN 2013 54

Page 4: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

iii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR URAIAN HAL.

GAMBAR II.1 JUMLAH PENDUDUK MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014

8

GAMBAR II.2 TREND LAJU PERTAMBAHAN PENDUDUK

KABUPATEN BONE 15 TAHUN TERAKHIR (2000-2014)

9

GAMBAR II.3 JUMLAH PENDUDUK DI KABUPATEN BONE TAHUN

2000 – 2014 10

GAMBAR II.4 JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN BONE

BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2014

11

GAMBAR II.5 JUMLAH KEPALA KELUARGA MENURUT

KECAMATAN DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014 12

GAMBAR II.6 PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KECAMATAN

DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014 13

GAMBAR II.7 PENDAPATAN PERKAPITA INDONESIA (US

DOLLAR) 15

GAMBAR II.8 PENDAPATAN PERKAPITA KABUPATEN BONE

TAHUN 2011-2013 16

GAMBAR II.9 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE

ATAS YANG MELEK HURUF DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014

17

GAMBAR II.10 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE

ATAS YANG MELEK HURUF MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014

18

GAMBAR II.11 PERSENTASE PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS

MENURUT JENJANG PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN DI KABUPATEN BONE TAHUN 2004 ,2009, DAN 2014

19

Page 5: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

iv

GAMBAR URAIAN HAL.

GAMBAR II.12 CAKUPAN RUMAH SEHAT MENURUT PUSKESMASKABUPATEN BONE TAHUN 2013-2014

20

GAMBAR II.13 CAKUPAN RUMAH TANGGA PHBS MENURUT

PUSKESMAS DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014 25

GAMBAR III.1 ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KH DI

KABUPATEN BONE TAHUN 2008-2014 29

GAMBAR III.2 JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL DI

KABUPATEN BONE TAHUN 2006-2014 33

GAMBAR III.3 JUMLAH KASUS BARU HIV POSITIF DI INDONESIA

TAHUN2005-2013 38

GAMBAR III.4 ANGKA NOTIFIKASI KASUS BTA+ DAN SELURUH

KASUS PER 100.000 PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2008-2013

41

GAMBAR III.5 KASUS KUSTA BARU (CDR) KABUPATEN BONE

2005-2014 43

GAMBAR III.6 ANGKA KESAKITAN (IR) DEMAM BERDARAH

DENGUE PER 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2008-2013

51

GAMBAR III.7 PROPORSI BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR

RENDAH DI INDONESIA TAHUN 2013 55

GAMBAR IV.1 PERSENTASE CAKUPAN K4 IBU HAMIL DI

KABUPATEN BONE TAHUN 2007 – 2014 60

GAMBAR IV.2 PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU

HAMIL MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014

61

GAMBAR IV.3 PERSENTASE CAKUPAN PERSALINAN DENGAN

PERTOLONGAN OLEH MELALUI PENDAMPINGAN TENAGA KESEHATAN DI KABUPATEN BONE SELAMA 2004 - 2014

62

Page 6: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

v

GAMBAR URAIAN HAL.

GAMBAR IV.4 PERSENTASE BUMIL RISTI/KOMPLIKASI DITANGANI DI KABUPATEN BONE SELAMA 2000 – 2014

63

GAMBAR IV.5 PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS

DI KABUPATEN BONE SELAMA 2003 – 2014 64

GAMBAR IV.6 PERSENTASE PESERTA KB AKTIF DI KABUPATEN

BONE TAHUN 2008 - 2014 67

GAMBAR IV.7 PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT

KECAMATAN DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014 68

GAMBAR IV.8 PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI

DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014 68

GAMBAR IV.9 PERSENTASE PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT

DESA/KELURAHAN MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014

69

GAMBAR IV.10 NON POLIO AFP RATE PER 100.000 PENDUDUK < 15

TAHUN DI INDONESIA TAHUN 2013 73

GAMBAR IV.11 JUMLAH PENDERITA AFP PENDUDUK USIA < 15

TAHUN DI KABUPATEN BONE TAHUN 2008-2014 74

GAMBAR IV.12 PERSENTASE KESEMBUHAN PENDERITA TB PARU

DI KABUPATEN BONE TAHUN 2008-2014 76

GAMBAR IV.13 KASUS DBD BERDASARKAN PUSKESMAS DI

KABUPATEN BONE TAHUN 2014 78

GAMBAR IV.14 KASUS DBD KABUPATEN BONE BERDASARKAN

BULAN TAHUN 2014 79

GAMBAR IV.15 JUMLAH SUSPECT DAN POSITIF MALARIA PER

PUSKESMAS DI KABUPATEN BONE TAHUN 2012-2014

80

Page 7: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

vi

GAMBAR URAIAN HAL.

GAMBAR IV.16 ANNUAL PARACITE INCIDENS MALARIA KABUPATEN BONE TAHUN 2012-2014

81

GAMBAR IV.17 KASUS KUSTA BARU PER KECAMATAN DI

KABUPATEN BONE TAHUN 2014 82

GAMBAR V.1 PROPORSI POSYANDU MENURUT STRATA

DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014 91

GAMBAR V.2 PROPORSI TENAGA KESEHATAN MENURUT JENIS

TENAGA DAN TEMPAT TUGAS DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014

93

GAMBAR V.3 PERSENTASE PENDUDUK YANG TERCAKUP

JAMINAN PEMBIAYAAN KESEHATAN MENURUT JENISNYA DI KAB. BONE TAHUN 2014

97

Page 8: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

vii

EXECUTIVE SUMMARY

Kabupaten Bone telah mengalami kemajuan penting dalam pembangunan di bidang

kesehatan terutama dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Kemajuan

ini dapat dilihat dari beberapa indikator kunci, antara lain : pencapaian yang optimal

dari indikator kinerja dari sasaran startegis menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB)

dan Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan, tercapainya target penurunan angka

kesakitan dan angka kematian akibat penyakit, rendahnya angka status gizi buruk,

peningkatan kesadaran dan pelaksanaan pola hidup bersih dan sehat (PHBS)

masyarakat, penyehatan lingkungan serta peningkatan pelayanan kesehatan baik di

tingkat pertama maupun di tingkat rujukan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Indikator upaya preventif dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk

antara lain meningkatnya angka persalinan oleh tenaga kesehatan yang mencapai

92,49%, meningkatnya kunjungan ibu hamil (K4) yang mencapai 93,60%,

meningkatnya cakupan rumah tangga sehat dan Cakupan Desa/Kelurahan dengan

UCI 94,09%.

Pencapaian target kinerja pencegahan dan penanggulangan penularan penyakit dan

penyehatan lingkungan diantaranya angka keberhasilan pengobatan 88,79%, tidak

ditemukan kasus HIV baru, CFR DBD hanya 0,94% serta Desa/Kelurahan dengan

KLB yang ditangani <24 jam telah mencapai 100%.

Kuantitas, kualitas dan distribusi tenaga kesehatan masih menjadi salah satu

kendala yang dihadapi di tahun 2014. Rasio tenaga medis/ dokter terhadap jumlah

penduduk masih belum mencapai target RPJMD, bahkan terjadi penurunan rasio

dokter dari 9,33 per 100.000 penduduk menjadi 6,22 per 100.000 penduduk.

Page 9: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

viii

Persebaran tenaga kesehatan juga masih terkonsentrasi di ibu kota kabupaten dan

sekitarnya. Pelatihan-pelatihan fungsional tenaga kesehatan belum memadai.

Dalam bidang pelayanan kesehatan, peserta Jaminan Kesehatan Nasional

Kabupaten Bone tahun 2014 telah mencapai 50,79% dan peserta Jamkesda

mencapai 49,89%. Sedangkan kunjungan rawat jalan di tempat pelayanan

kesehatan termasuk Puskesmas dan Rumah Sakit Umum mencapai 53,80%.

Kunjungan rawat inap sebesar 5%.

Dari segi anggaran, pada tahun 2014 anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Bone

yang bersumber dari APBD Kabupaten, APBD Propinsi dan APBN (DAK,

Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan, Pajak Rokok) mencapai Rp 193.724.674.458,

Anggaran tersebut terdiri dari APBD Kabupaten sebesar Rp.172.398.895.158 dan

APBN termasuk DAK, DAU dan Tugas Perbantuan sebesar Rp. 21.325.779.300.

Profil Kesehatan Kabupaten Bone ini dibuat berdasarkan data tahun 2014,

merangkum data dari semua bidang di Dinas Kesehatan termasuk jaringannya yaitu

Puskesmas. Dukungan data juga dari eksternal Dinas Kesehatan seperti Badan

Pusat Statistik, Rumah Sakit Umum Daerah Tenriawaru, dan Rumah Sakit TNI M.

Yasin.

Page 10: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 1

BAB.I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyelenggaran pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan oleh Pemerintah

Pusat, Propinsi maupun Kabupaten/Kota beserta seluruh jajarannya pada dasaranya

adalah untuk mencapai Tujuan Pembangunan Nasional sebagaimana tercantum dalam

Pembukaan UUD 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan

kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakan program

pembangunan nasional secara berkelanjutan, terencana dan terarah. Pasca reformasi,

perubahan orientasi pembangunan yang sentralistik menjadi desentralisasi

menimbulkan banyak keuntungan bagi masyarakat, baik dirasakan langsung maupun

tidak langsung, tapi pada saat yang bersamaan menimbulkan pula ekses negatif yang

diantaranya kegamangan di semua level aparatur pemerintahan sebagai pelaksana

pembangunan terutama yang berkaitan dengan azas akuntabilitas. Hal tersebut terjadi

pula di semua sektor, termasuk di sektor kesehatan.

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dimana

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar tercipta derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagaimana

yang didefinisikan dalam UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Urgensi

pembangunan kesehatan ini disadari adalah salah satu pilar pokok dalam pembangunan

Sumber Daya Manusia, termasuk oleh Pemerintah Kabupaten Bone dibawah kendali

Page 11: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 2

Bupati Dr. H. A. Fashar Padjalangi dan Wakil Bupati Drs. H. Ambo Dalle, melalui visi

: Sehat, Cerdas dan Sejahtera.

Visi Sehat tersebut adalah bentuk kesadaran Pemerintah Kabupaten Bone

Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Tagline: Health is

not everything but without health everything is nothing menjadi jiwa dalam

pembangunan Kesehatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bone.

Prinsip tersebut dijewantahkan melalui Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Bone yaitu

Terwujudnya Pelayanan Kesehatan yang Prima menuju Masyarakat Mandiri dan Hidup

Sehat dengan Misi: Meningkatkan pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan dan

meningkatkan kemandirian masyarakat dalam penanganan permasalahan kesehatan.

Untuk mencapai visi tersebut dengan mengaplikasikan misi lewat program

kerja dan kegiatan yang terstruktur dan sistematis, yang akan diukur pada akhir tahun

kegiatan untuk dibandingkan engan indikator kinerja per kegiatan atau per program,

berdasarkan pada Indikator kinerja dari Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

target RPJMD, indikator Kinerja Utama Dinas Kesehatan Kabupaten Bone, dan dan

juga Milenium Development Goal’s (MDG’s) 2015.

Dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Bone Tahun 2014, digunakan

beberapa indikator yaitu :

a. Indikator Derajat Kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas Indikator –

indikator untuk Mortalitas, Morbiditas dan Status Gizi.

b. Indikator Hasil Antara, yang terdiri atas indikator – indikator untuk keadaan

lingkungan, perilaku hidup, akses dan mutu pelayanan kesehatan, sumberdaya

kesehatan, manajemen kesehatan, dan kotribusi sektor terkait. Sedangkan

Page 12: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 3

Indikator kinerja standar pelayanan minimal kesehatan di Kabupaten Bone

terdiri atas 47 Indikator kinerja dari 26 pelayanan bidang kesehatan yang

diselenggarakan oleh Kabupaten Bone serta indikator kinerja lainnya yang

pelayanannya ada.

Profil Kesehatan Kabupaten Bone adalah gambaran situasi kesehatan di

Kabupaten Bone yang diterbitkan setahun sekali yang dapat digunakan untuk

melaporkan hasil pemantauan terhadap pencapaian Kabupaten Sehat dan hasil kinerja

dari penyelenggaraan pelayanan minimal. Dalam setiap penerbitan Profil Kesehatan

Kabupaten Bone selalu dilakukan berbagai upaya perbaikan, baik dari segi materi,

analisa maupun bentuk tampilan fisiknya, sesuai masukan dari para pengelola program

di lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Bone dan pemakai pada umumnya.

B. TUJUAN

Tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Kabupaten Bone Tahun 2014 ini adalah

dalam rangka menyediakan sarana untuk mengevaluasi pencapaian Pembangunan

Kesehatan Tahun 2014 dengan mengacu kepada indikator-indikator yang dimaksud di

atas. Jelas sistematika penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Bone Tahun 2014 ini

adalah dalam bentuk narasi, analisa sederhana, tabel dan gambar.

C. DASAR HUKUM

Dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Bone Tahun 2015,

yang merupakan capaian setiap program di tahun 2014, didasarkan pada beberapa

peraturan perundang-undangan bidang kesehatan, antara lain :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik;

Page 13: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 4

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi

Kesehatan;

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor : 81 Tahun 2010 tentang Grand

Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai pengganti atas Instruksi

Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 741/ Menkes/ PER/

VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten /

Kota;

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014

tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;

8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 92 Tahun 2014

tentang Penyelenggaraan Komunikasi Data dalam SIK Terintegrasi;

9. Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 8 Tahun 2013 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bone Tahun 2013-2018.

D. SISTEMATIKA

Profil Kesehatan Kabupaten Bone Tahun 2014 ini terdiri dari 6 ( Enam )

Bab yaitu :

Page 14: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 5

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menyajikan tentang maksud dan tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan

kabupaten Bone ini dan sistematika dari penyajiannya.

Bab II : Gambaran Umum

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Bone, uraian tentang letak

geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor –

faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor–faktor lain, misalnya

kependudukan, kondisi ekonomi, perkembangan pendidikan, sosial budaya dan

lingkungan.

Bab III : Situasi Derajat Kesehatan

Bab ini berisi uraian tentang indikator keberhasilan pembangunan kesehatan sampai

dengan tahun 2014 yang mencakup Angka Kematian, Angka Kesakitan dan Keadaan

Status Gizi.

Bab IV : Situasi Upaya Kesehatan

Bab ini menguraikan tentang upaya – upaya kesehatan yang telah dilakukan oleh

bidang kesehatan selama Tahun 2014 yang menggambarkan tingkat pencapaian

program pembangunan kesehatan. Gambaran tentang upaya kesehatan meliputi

cakupan pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan, pemberantasan

penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan, perbaikan gizi masyarakat,

pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan.

Bab V : Situasi Sumber Daya Kesehatan

Bab ini menguraikan tentang sumber daya yang diperlukan dalam penyelenggaraan

upaya kesehatan, khususnya untuk Tahun 2014. Gambaran tentang keadaan sumber

Page 15: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 6

daya mencakup tentang keadaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan

kesehatan.

Bab VI : Penutup

Page 16: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 7

BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BONE

Kabupaten Bone adalah salah satu Kebupaten dari 24 Kabupaten di

Sulawesi Selartan, terletak di sebelah timur ibukota Propinsi Sulawesi Selatan denga

Luas Wilayah 4.559 Km2 dan secara administrasi pemerintahan terbagi atas 27

Kecamatan dengan 372 desa/kelurahan, dengan batas wilayah:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Wajo dan Soppeng

Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kabupaten Sinjaoi

Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Maros, Pangkep

A. KEADAAN PENDUDUK

Masalah utama kependudukan di Indonesia pada dasarnya meliputi tiga hal pokok,

yaitu: Jumlah penduduk yang besar, komposisi penduduk yang kurang

menguntungkan dimana proporsi penduduk berusia mudah masih relatif tinggi, dan

persebaran penduduk yang kurang merata.

1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Penduduk Kabupaten Bone pada tahun 2014 sebanyak 738.515 jiwa yang

tersebar di 27 Kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar yakni 51.118 jiwa

yang mendiami Kecamatan Tanete Riattang dimungkinkan karena terjadinya

arus urbanisasi dari daerah lainnya di Kabupaten Bone terutama untuk

melanjutkan pendidikan, disamping daerah ini merupakan pusat pemerintahan

dan konsentrasi kegiatan ekonomi.

Page 17: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 8

GAMBAR II.1 JUMLAH PENDUDUK MENURUT KECAMATAN

DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014

Sumber : BPS Kabupaten Bone Tahun 2014

Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan

386.434 jiwa, lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin laki – laki

yaitu 352.081 jiwa. Hal tersebut tergambar dari angka rasio jenis kelamin yang

lebih kecil dari 100 yaitu 91,1. Angka tersebut menunjukkan peningkatan gap

jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan, setidaknya jika dibandingkan

tahun sebelumnya sebesar 91,3.

Page 18: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 9

Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Bone pada priode 2000 – 2014

rata – rata sebesar 0,79 % per tahun, data terinci pada tabel dan grafik berikut.

TABEL. II.1 JUMLAH DAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK

DI KABUPATEN BONE TAHUN 2000 – 2014

Sumber : Kantor BPS Kabupaten Bone Adapun laju pertambahan penduduk Kabupaten Bone tahun 2000-2015 sebagaimana gambar II.2 berikut:

GAMBAR II.2 TREND LAJU PERTAMBAHAN PENDUDUK KABUPATEN BONE

15 TAHUN TERAKHIR (2000-2014)

Sumber : Kantor BPS Kabupaten Bone

Tahun Jumlah Penduduk % Laju Pertumbuhan Penduduk 2000 648361 1.69 2001 655091 1.04 2002 656685 0.24 2003 685590 1.40 2004 688080 0.36 2005 694311 0.91 2006 696711 0.35 2007 699474 0.40 2008 705714 0.89 2009 711748 0.86 2010 717682 0,83 2011 724905 1,01 2012 728737 0,53 2013 734119 0,74 2014 738515 0,60

Page 19: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 10

Sedangkan, trend pertambahan jumlah penduduk Kabupaten Bone 15 tahun

terakhir sebagaimana gambar II.3 berikut.

GAMBAR II.3 JUMLAH PENDUDUK DI KABUPATEN BONE TAHUN 2000 – 2014

Sumber : Kantor BPS Kabupaten Bone

2. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat menggambarkan

tinggi rendahnya tingkat kelahiran. Selain itu komposisi penduduk juga

mencerminkan angka beban tanggungan yaitu perbandingan antara jumlah

penduduk produktif (umur 15 – 64 tahun ) dengan umur tidak produktif (0 –

14 tahun dan umur 65 tahun keatas).

Penduduk Kabupaten Bone yang berusia 0 – 14 tahun pada tahun 2004

sebesar 30,52 %, tahun 2005 sebesar 31,17 % , tahun 2006 sebesar 21,01 %,

tahun 2007 sebesar, tahun 2008 sebesar 29,59 %, tahun 2012 sebesar 29,59 %,

dan tahun 2014 menjadi 28,21%. Trend ini menunjukkan bahwa tidak terjadi

Page 20: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 11

penurunan tingkat kelahiran. Adapun rasio beban tanggungan pada tahun 2014

adalah 35,50%

GAMBAR II.4 JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN BONE

BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2014

Sumber : BPS Kabupaten Bone Tahun 2014

Page 21: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 12

3. Jumlah Rumah Tangga / Kepala Keluarga

Jumlah Kepala Rumah Tangga di Kabupaten Bone pada tahun 2014 sebesar

167.130 KK yang tersebar di 27 Kecamatan dimana Kecamatan Tanete

Riattang dengan jumlah KK terbesar (10.855 KK) dan yang terendah adalah

Kecamatan Tonra sebesar 2.899 KK data selengkapnya dapat dilihat pada pada

Gambar II. 5 berikut.

GAMBAR II.5 JUMLAH KEPALA KELUARGA MENURUT KECAMATAN

DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014

Sumber : Kantor BPS Kabupaten Bone

Page 22: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 13

4. Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Penduduk Kabupaten Bone pada tahun 2014 tercatat 738.515 jiwa

tersebar di 27 Kecamatan, namun persebaran tersebut tidak merata, sekitar

separuh penduduk Kabupaten Bone tinggal di 10 Kecamatan, Awangpone,

Libureng, SibuluE, Dua BoccoE, Kajuara, Kahu, Tanete Riattang Barat, Tenete

Riattang Timur, dan Kecamatan Tanete Riattang.

Daerah yang sangat menonjol jumlah penduduknya adalah Kecamatan

Tanete Riattang adalah sekitar 51.115 jiwa atau sekitar 6,92% dari jumlah

penduduk Kabupaten Bone, padahal luas wilayahnya 0,52% dari luas total

Kabupaten Bone (344,2 km2). Persentase Penduduk menurut Kecamatan seperti

pada gambar II.6.

GAMBAR II.6 PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KECAMATAN

DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014

Sumber : Kantor BPS Kabupaten Bone

Page 23: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 14

Kepadatan penduduk di Kabupaten Bone pada tahun 2014 sekitar 162

jiwa/km2, jauh meningkat jika dibandingkan dengan data tahun 2001 sebesar

142 jiwa/km2 ,tahun 2002 kepadatan penduduk 144 jiwa/km2, pada tahun 2003

kepadatan penduduk 150 jiwa/km2., pada tahun 2004 kepadatan penduduk 151

jiwa/km2 ,tahun 2005 kepadatan penduduk 152 jiwa/km2, tahun 2006 153

jiwa/km2, tahun 2007 sebesar 153 jiwa/km2, tahun 2008 sebesar 155 jiwa/km2, ,

tahun 2011156 jiwa/km2 dan pada tahun 2012 menjadi 159,85 jiwa/km2 dari 27

kecamatan yang ada. Kecamatan Bontocani adalah kecamatan dengan

kepadatan terendah yaitu 33,43 Jiwa/km2 , dan yang tertinggi adalah Kecamatan

Tanete Riattang dengan kepadatan 2.096,97 Jiwa/km2.

B. KEADAAN EKONOMI

Kondisi perekonomian suatu negara biasanya ditunjukkan oleh

pendapatan per kapita penduduk dan Produk Domestik Bruto (PDRB). Pendapatan

nasional per kapita penduduk didapat darihasil bagi antara pendapatan nasional

suatu negara dengan jumlah total penduduk negara tersebut. Pendapatan per

Indonesia pendapatan nasional perkapita masa sebelum krisis ekonomi ( tahun

1997 sebesar US$ 1.063 dan tahun 1996 sebesar US$ 1.124 ), sedangkan pada

tahun 2000 dilaporkan sebesar US$ 709. Setelah lepas dari krisis, pendapatan per

kapita meningkat tajam, seperti dalam kurun waktu 2011-2014, sebagaimana

gambar II.7 berikut:

Page 24: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 15

GAMBAR II.7 PENDAPATAN PERKAPITA INDONESIA (US DOLLAR)

Sumber: BPS

Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam

menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara, termasuk pembangunan

kesehatan. Berdasarkan data dari BPS, besaran pertumbuhan Produk Domestik

Bruto Indonesia pada tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 9.084,0

triliun, naik sebesar Rp 151,4 triliun dibandingkan tahun 2012. Produk Domestik

Reginal Bruto (PDRB) merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi

suatu daerah, yang didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa

yang dihasilkan dalam waktu satu tahun diwilayah tersebut. Atas dasar harga

konstan (tahun 2000) Produk Domestik Bruto Indonesia pada tahun 2013 mencapai

Rp 2.770,3 triliun, naik Rp 151,4 triliun dibandingkan tahun 2012 (Rp 2.618,9

triliun). Produk Domestik Bruto per kapita merupakan Produk Domestik Bruto atas

dasar harga berlaku dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Dalam

kurun waktu 2009–2013, Produk Domestik Bruto per kapita atas dasar harga

Page 25: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 16

berlaku terus mengalami peningkatan, tahun 2009 sebesar Rp 23,9 juta, tahun 2010

sebesar Rp 27,0 juta, tahun 2011 sebesarRp 30,7 juta, tahun 2012 sebesar Rp 33,5

juta, dan tahun 2013 sebesar Rp 36,5 juta.

PDRB Kabupaten Bone menggambarkan bahwa struktur perekonominan

Kabupaten Bone masih didominasi oleh sektor pertanian. Hal tersebut terlihat dari

kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB tahun 2013 yang mencapai 46,06%,

disusul sektor jasa17,98%, sektor konstruksi 9,06%, sektor perdagangan, restoran,

dan hotel 7,95% serta sektor lainnya sebesar 18,95%.

Adapun pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Bone sampai dengan tahun

2013 telah mencapai Rp. 16.058.520, terus meningkat dibanding tahun-tahun

sebelumnya sebagaimana gambar II.8 berikut.

GAMBAR II.8 PENDAPATAN PERKAPITA KABUPATEN BONE TAHUN 2011-2013

Sumber: Badan Pusat Statistik

Page 26: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 17

C. TINGKAT PENDIDIKAN

Uraian tentang keadaan pendidikan berikut ini sebagian besar juga

diambil dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone.

1. Kemampuan Baca Tulis.

Kemampuan membaca dan menulis atau baca tulis merupakan

keterampilan minumum yang dibutuhkan oleh penduduk untuk mencapai

kesejahteraannya. Kemampuan baca tulis tercermin dari angka melek huruf

penduduk usia 10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin

dan huruf lainnya. Yang dimaksud dengan huruf lainnya misalnya huruf Arab,

Bugis, Makassar, Jawa, Cina dan sebagainya.

Untuk Kabupaten Bone, pada tahun 2012 menunjukkan penduduk usia

10 tahun keatas yang melek huruf sekitar 97,7 %

GAMBAR II.9 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG

MELEK HURUF DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014

Sumber: Badan Pusat Statistik

Page 27: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 18

GAMBAR II.10 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN BONE

TAHUN 2014

Sumber : BPS Kabupaten Bone .

Berdasarkan jenis kelamin, selisih angka melek huruf laki – laki dan

perempuan masih terjadi perbedaan namun tidak terlalu tinggi. Perbedaan

angka melek huruf menurut jenis kelamin mengalami penurunan dari tahun ke

tahun.

2. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan.

Ijazah / STTB tertinggi yang dimiliki penduduk merupakan indikator

pokok kualitas pendidikan formal. Semakin tinggi Ijazah / STTB yang dimiliki

oleh rata – rata penduduk suatu negara mencerminkan semakin tingginya taraf

intelektual bangsa dan negara tersebut.

Page 28: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 19

Di Kabupaten Bone pada tahun 2014, persentase penduduk berumur 10

tahun keatas berdasarkan ijazah/ STTB yang dimiliki dapat dilihat pada gambar

II.11 berikut ini :

GAMBAR II.11 PERSENTASE PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MENURUT JENJANG

PENDIDIKAN TERTINGGI YANG DITAMATKAN DI KABUPATEN BONE TAHUN 2004 ,2009, DAN 2014

Sumber : Kantor BPS Kab. Bone Pendidikan merupakan salah satu hal yang dibutuhkan oleh masyarakat

untuk dapat hidup sehat dan sejahtera. Kemampuan untuk menyerap informasi

sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan.

Proporsi penduduk Kabupaten Bone Tahun 2014 yang telah

menamatkan pendidikan yaitu SD 37,30, SLTP 14,73%, SLTA 12,74, Akademi

0,56% Universitas (S1-S2-S3) 3,44% dan yang tidak punya ijazah sekitar 30%.

dibandingkan tahun 2012 yaitu dari SD 22,9 %, SLTP 14,56 %, SLTA 14,04 %

dan Akademi 1,99 % dan Universitas 3,18 % dan yang tidak punya 43,34 %.

Capaian tersebut menunjukkan peningkatan persentase yang signifikan di kategori

SD, SLTP dan Universitas (S1-S2-S3), namun menujukkan penurunan tipis di

kategori SLTA dan Akademi.

Page 29: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 20

D. KEADAAN LINGKUNGAN

1. Rumah Sehat.

Di Kabupaten Bone berdasarkan laporan seksi PKL Dinas Kesehatan kabupaten

Bone tahun 2014 sebesar 55,47 %, bila dibandingkan dengkan dengan target

pencapaian SPM ( 65 % ), maka hal ini berarti masih lebih rendah dari target.

Dengan denikian masih dibutuhkan upaya – upaya yang mengarah kepada

tercapainya target rumah sehat.

GAMBAR II.12 CAKUPAN RUMAH SEHAT MENURUT PUSKESMAS

DI KABUPATEN BONE TAHUN 2013-2014

Sumber : Seksi PKL Dinas Kesehatan Kab. Bone

Page 30: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 21

2. Tempat – Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TUPM )

Berdasarkan data seksi PKL Dinas Kesehatan Kabupaten Bone tahun

2014 diperoleh bahwa rata - rata persentase Tempat – Tempat Umum yang

sehat mengalami peningkatan yaitu mencapai 86,05% dibanding tahun

sebelumnya yang baru mencapai 78.11%, yang meliputi Hotel (100 %),

Restoran /Rumah Makan (65,14 %), Sarana Pendidikan SD sederajat 87,06%,

SLTP sederajat 80,63%, SLTA sederajat 88,89% serta sarana kesehatan 100%.

Bila dibandingkan dengkan dengan target pencapaian RPJMD/Renstra Dinas

Kesehatan 2014 ( 91,45 % ), maka hal ini berarti belum mencapai target, namun

memperlihatkan trend positif mengingat gap target dengan pencapaian terus

mengecil, hanya tinggal 5,4%.

Dengan demikian masih terus dibutuhkan intensifikasi dan

ekstensifikasi upaya- upaya yang mengarah kepada tercapainya Tempat –

Tempat Umum (TTU) yang memenuhi syarat Kesehatan.

3. Akses Terhadap Air Bersih.

Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi rumah

tangga dalam kehidupan sehari – hari. Ketersediaan dalam jumlah yang cukup

terutama untuk keperluan minum dan masak merupakan tujuan dari program

penyediaan air bersih yang terus menerus diupayakan pemerintah. Oleh karena

itu, salah satu indikator penting untuk mengukur derajat kesehatan adalah

ketersediaan sumber air minum rumah tangga.

Page 31: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 22

Sumber air minum yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut

air kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, sumur tidak terlindung, mata air

terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai, air hujan, dan lainnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari seksi Pembinaan Kesehatan

Lingkungan (PKL) Dinas Kesehatan Kabupaten Bone, persentase rumah tangga

yang menggunakan air minum berkualitas layak sampai dengan Tahun 2014

baru mencapai 73,12 % atau 540.061 jiwa dengan perincian penduduk yang

menggunakan perpipaan 135.237 jiwa (18,31%), Sumur gali terlindung 201.859

jiwa (27,33%), Sumur gali pompa 117.523 jiwa (15,91%), mata air terlindungi

39.451 jiwa (5,34%), penampungan air hujan 7790 jiwa (1,05%). Sedangkan

sisanya sekitar 25 % belum tercakup air bersih.

4. Sarana Pembuangan Air Besar dan Tempat Penampungan Akhir Kotoran /

Tinja Pada Rumah Tangga.

Fasilitas rumah tinggal yang lain yang berkaitan dengan kesehatan

adalah ketersediaan jamban sendiri dengan tanggi septik. Sehubungan dengan

itu pemerintah telah melaksanakan program sanitasi lingkungan, diantaranya

beberapa pengadaan jamban keluarga. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat

Kabupaten Bone terhadap sanitasi lingkungan tersebut terlihat semakin

meningkat jumlah rumah tangga yang menggunakan tangki septik sebagai

penampungan akhir walaupun masih relatif kecil. Model jamban leher angsa

terbanyak digunakan yaitu sekitar 455.079 jiwa dengan persentase 94,87%

memenuhi syarat kesehatan.

Page 32: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 23

Menurut data yang diperoleh dari seksi PKL Dinas Kesehatan

Kabupaten Bone Tahun 2014, persentase rumah tangga yang menggunakan

jamban keluarga sebesar 62,6 %, menurun sedikit dibanding tahun sebelumnya

yang berada di kisaran 67%. Penurunan ini lebih disebabkan meningkatnya

jumlah rumah tangga, sehingga kemungkinan belum teridentifikasi ataupun

terantisipasi oleh petugas di lapangan. Jika dibandingkan dengan target

RPJMD/Renstra Dinas Kesehatau 2014, yaitu 91,45%, maka terlihat masih ada

kesenjangan yang cukup jauh. Tentunya diperlukan usaha yang lebih keras

dalam mencapai target tersebut mengingat pentingnya faktor jamban keluarga

yang memenuhi syarat kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Data lebih rinci dapat dilihat pada lampiran tabel 61.

E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT

Perilaku adalah salah satu faktor utama yang menentukan derajat kesehatan.

Tantangan terbesarnya adalah mengingat bahwa perubahan perilaku seringkali

memerlukan waktu yang lama dan cukup sulit terlaksana. Berbagai perilaku yang

tidak sehat, umumnya merupakan budaya ataupun kebiasaan yang telah ada sejak

lama. Oleh karena itu, komponen perilaku dan lingkungan sehat merupakan

garapan utama promosi kesehatan.

Promosi Kesehatan adalah upaya untuk memampukan atau memberdayakan

masyarakat agar dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya

(WHO). Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan bukanlah pekerjaan yang mudah,

karena menyangkut aspek perilaku yang erat kaitannya dengan sikap, kebiasaan,

kemampuan, potensi dan faktor budaya pada masyarakat.

Page 33: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 24

Perilaku kesehatan adalah hal – hal yang dilakukan oleh manusia yang

didasarkan oleh pengetahuan, sikap dan kemampuan yang dapat berdampak

terhadap kesehata digambarkan melalui indikator – indikator persentase rumah

tangga berperilaku hidup bersih dan sehat, persentase posyandu purnama dan

mandiri.

1. Rumah Tangga ber PHBS

Perilaku yang menunjang kesehatan adalah adanya rumah tangga

yang menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Terjadi peningkatan yang

cukup signifikan dalam capaian Rumah Tangga ber-PHBS yaitu dari tahun

2012 sebesar 24,9% dari 43.459 rumah tangga yang dipantau menjadi 33,88%

pada tahun 2014. Namun bila dibandingkan dengan target pencapaian RPJMD/

Renstra tahun 2014 sebesar 67% , terlihat masih terdapat kesenjangan yang

cukup besar sehingga masih diperlukan upaya – upaya yang optimal untuk

mencapai target tersebut. Data selengkapnya sebagaimana tersaji pada tabel 57

dan gambar II.13

Page 34: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 25

GAMBAR II.13 CAKUPAN RUMAH TANGGA PHBS MENURUT PUSKESMAS

DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014

Sumber : Bidang Kesga Dinkes Kab. Bone

2. Posyandu Purnama dan Mandiri

Salah satu tantangan terbesar dalam pembangunan kesehatan adalah

meningkatkan Peranserta masyarakat, mengingat pentingnya hal tersebut bagi

pencapaian program. Wujud nyata bentuk keperansertaan masyarakat antara

lain muncul dan berkembangnya upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (

UKBM ), misalnya Posyandu.

Sebagai indikator peran aktif masyarakat melalui pengembangan

UKBM digunakan persentase desa yang memiliki Posyandu. Posyandu

merupakan wahana kesehatan bersumberdaya masyarakat yang memberikan

layanan 5 kegiatan utama (KIA, KB, Gizi, Immunisasi dan P2 Diare )

dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat.

Di Kabupaten Bone tahun 2014 jumlah posyandu yang tercatat

sebanyak 949 unit, dengan rasio posyandu per 100 balita sebesar 1,40 belum

Page 35: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 26

mencapai target RPJMD sebesar 1,78 dengan ratio posyandu per desa sekitar

2,50. Adapun posyandu yang aktif sebanyak 927 unit atau 97,68%. Situasi ini

tetap perlu mendapat perhatian bila ingin meningkatkan kualitas posyandu

menuju posyandu mandiri.

Posyandu kategori Purnama dan Mandiri di Kabupaten Bone tahun

2014 telah mencapai baru mencapai 349 unit 36,78%, meningkat tajam

dibanding tahun-tahun sebelumnya, misalnya tahun 2012 yang hanya 90 unit

atau 9,49 %. Hal ini menggambarkan meningkatnya peranserta masyarakat.

Page 36: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 27

BAB. III

STATUS DERAJAT KESEHATAN

Untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Bone

berikut ini disajikan status Mortalitas, Morbiditas dan Status Gizi Masyarakat.

A. MORTALITAS (Angka Kematian)

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dilihat dari

kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian

kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan

pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka

kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan

penelitian.

Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir dari

berbagai penyebab kematian langsung maupun tidak langsung. Secara umum

kejadian kematian pada manusia berhubungan erat dengan permasalahan kesehatan

sebagai akibat dari gangguan penyakit atau akibat dari proses interaksi berbagai

faktor yang secara sendiri – sendiri atau bersama – sama mengakibatkan kematian

dalam masyarakat.

Salah satu alat untuk menilai keberhasilan program pembangunan

kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini adalah dengan melihat perkembangan

angka kematian dari tahun ke tahun. Besarnya tingkat kematian dan penyakit

penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir dapat dilihat dari

berbagai uraian berikut.

Page 37: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 28

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Data kematian yang terdapat suatu komunitas dapat diperoleh melalui

survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data

kematian di fasilitas pelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus

rujukan. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia berasal dari berbagai

sumber, yaitu Sensus Penduduk, Sukesnas/Susenas, dan Survey Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SKDI).

Menurut hasil Surkesnas/Susenas, AKB di Indonesia pada tahun 2001

sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2002 sebesar 45 per

1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB hasil SDKI 2002 – 2003 terjadi

penurunan yang cukup besar, yaitu 35 per 1.000 kelahiran hidup. Bahkan

berdasarkan SDKI tahun 2012-2013 AKB tinggal 34 per 1000 kelahiran hidup

dan 29 per 1.000 kelahiran hidup. Capaian tersebut masih dibawah target

kemenkes yaitu 24 per 1.000 kelahiran hidup dan target MDG’s. Yaitu 23

1.000 kelahiran hidup.

Angka Kematian Bayi di Kabupaten Bone cenderung fluktuatif. Pada tahun

2008 sebesar 2,17 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2009 sebesar 2,33 Per

1.000 kelahiran hidup, tahun 2010 sebesar 4,01 per 1.000 kelahiran hidup.

Penurunan terjadi pada tahun 2011 sebesar 3,39 per 1.000 kelahiran hidup dan

pada tahun 2012 menurun menjadi 3,01 per 1.000 kelahiran hidup, meningkat

kembali menjadi 5,64 per 1000 KH pada tahun 2013 dan menjadi 5,74 per

1000 KH pada tahun 2014. AKB ini dihitung termasuk kematian neonatal.

Page 38: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 29

Angka kematian bayi 2014 tersebut diatas target RPJMD 2013-2018 yang

berada di kisaran 3,11-2,95.

Trend peningkatan AKB pada 2 tahun terakhir menjadi peringatan tentang

perlunya meningkatkan dan mensinkronisasikan program dan kegiatan terkait

dalam upaya menurunkan AKB, termasuk meningkatkan koordinasi lintas

sektor mengingat AKB banyak dipengaruhi unsur-unsur eksternal seperti

budaya, aksessibilitas maupun kondisi geografis, disamping tentunya oleh

faktor internal kesehatan seperti Sarana dan Prasarana, SDM kesehatan dan

sosialisasi.

GAMBAR. III.1 ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KH DI KABUPATEN BONE TAHUN 2008-2014

Sumber : Bidang Kesga Kab. Bone

2. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)

Angka kematian ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat

kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan

lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama ibu hamil, pelayanan

Page 39: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 30

kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. Untuk mengantisipasi masalah

ini maka diperlukan terobosan – terobosan dengan mengurangi peran dukun

dan meningkatkan peran bidan. Harapan kita agar bidan di desa benar – benar

sebagai ujung tombak dalam upaya penurunan AKB dan AKI. Masalah lain

yang perlu dicermati adalah belum mampunya masyarakat membayar bidan dan

masyarakat lebih senang melahirkan di rumah dari pada di Rumah Sakit,

Puskesmas atau tempat lain seperti Pondok Persalinan Desa atau Klinik

Bersalin Swasta.

Angka Kematian Ibu (AKI) diperoleh melalui beberapa survey yang

dilakukan secara khusus seperti survey Rumah Sakit dan beberapa survey

dimasyarakat dengan cakupan wilayah yang terbatas. Dengan dilaksanakannya

Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan Survey Demografi & Kesehatan

Indonesia ( SDKI ), maka cakupan wilayah penelitian AKI menjadi lebih luas

dibanding survey-survey sebelumnya.

Di tingkat kabupaten, AKI dihitung berdasarkan pencatatan di Seksi

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Dinas Kesehatan Kabupaten, yang

didasarkan pada laporan dan pencatatan petugas Puskesmas, Rumah Sakit,

Klinik Bersalin ataupun sumber lainnya.

Page 40: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 31

TABEL. III.1 ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL PER 100.000 KH

DI INDONESIA, HASIL SDKI & SKRT TAHUN 1982 – 2013

PENELITAIN / SURVEY TAHUN AKI

SDKI 1982 450

SKRT 1986 450

SKRT 1992 425

SKRT 1994 390

SKRT 1995 373

SDKI 1997 334

SDKI 2002 - 2003 307

SDKI 2007 228

SDKI 2012 359

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia 2013

Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Bone memiliki dua pola

kecenderungan. Kurun waktu 2008-2011, terjadi trend penurunan yaitu

30,04/100.000 KH (2008) sampai 15,08/100.000 KH (2011). Namun dari tahun

2012-2014, terjadi trend peningkatan yang sangat signifikan yaitu

29,32/100.000 KH (2012) menjadi 88,41 (2014). Angka ini jauh diatas target

RPJMD yang mencanangkan 27,1/100.000 KH, tapi masih di bawah target

nasional 102/100.000 KH.

Jika dibandingkan dengan target dan tujuan perencanaan jangka

menengah dan jangka pendek, masih ada ketidaksinkronan antara keberhasilan

Page 41: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 32

pencapaian target indikator kinerja dengan meningkatnya AKI dan AKB

Kabupaten Bone di 2014, yang antara lain disebabkan oleh:

a. Perhitungan AKI sekarang memasukkan faktor penyebab tidak

langsung seperti kematian akibat stroke atau serangan jantung

sehingga meningkatkan jumlah kematian ibu.

b. Adanya kematian ibu yang berasal dari luar daerah dan berdomisili

di luar daerah tapi karena merupakan penduduk Kabupaten Bone

sehingga masuk dalam pencatatan.

c. Faktor eksternal seperti peningkatan jumlah penduduk yang kurang

diimbangi dengan resources yang memadai, termasuk di dalamnya

faktor kesiapan SDM.

Dari hasil pencatatan, penyebab kematian ibu melahirkan beberapa tahun

terakhir dominan karena pendarahan dan eklampsia. Selengkapnya tergambar

di table berikut.

TABEL. III.2 JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL MENURUT PENYEBAB

DI KABUPATEN BONE TAHUN 2006 s/d 2014

NO PENYEBAB TAHUN

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

1 PENDARAHAN 5 2 4 2 3 2 0 2 2

2 INFEKSI 2 0 0 0 0 0 0 0 0

3 EKLAMPSIA 3 1 2 1 0 0 3 5 6

4 LAIN-LAIN 3 1 0 0 0 0 0 3 4

JUMLAH 13 4 6 3 3 2 3 10 12 Sumber : Bidang Kesga Dinkes Kab. Bone

Page 42: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 33

Adapun jumlah kematian ibu melahirkan di Kabupaten Bone dalam kurun waktu 2006 – 2014 menunjukkan fluktuasi sebagaimana gambar berikut.

GAMBAR. III.2 JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL

DI KABUPATEN BONE TAHUN 2006-2014

Sumber : Bidang Kesga Dinkes Kab. Bone

B. MORBIDITAS (Angka Kesakitan)

Angka kesakitan penduduk diperoleh dari data yang berasal dari

masyarakat (Community Based Data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan

hasil pengumpulan data dari Puskesmas serta sarana pelayanan kesehatan lainnya

(Fasiliti Based Data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.,

termasuk jaringan dan jejaring Puskesmas.

1. Penyakit Menular

Penyakit menular yang disajikan dalam bagian ini antara lain :

a. Penyakit Menular Langsung : Diare, Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA), Typhus, Penyakit HIV/AIDS, Penyakit TB Paru, dan Kusta.

b. Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Immunisasi ( PD3I )

Page 43: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 34

c. Penyakit Bersumber Binatang ( Demam Berdarah Dengue, Rabies, Filaria,

Malaria ).

a. Penyakit Menular Langsung

1) Penyakit Diare

Penyakit diare sampai kini masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat, walaupun secara umum angka kesakitan masih

berfluktuasi, dan kematian diare yang dilaporkan oleh sarana pelayanan

dan kader kesehatan mengalami penurunan, namun penyakit diare ini

masih sering menimbulkan KLB yang cukup banyak bahkan

menimbulkan kematian.

Di Indonesia, hasil survey yang dilakukan oleh program

diperoleh angka kesakitan Diare untuk tahun 2000 sebesar 301 per

1.000 penduduk, angka ini meningkat bila dibanding dengan hasil

survey yang sama pada tahun 1996 sebesar 280 per 1.000 penduduk.

Menurut hasil Riskesdas 2007, Diare merupakan penyebab kematian

nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan

pada golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang ke

empat (13,2%).

Menurut Riskesdas 2013, insiden diare (≤ 2 minggu terakhir sebelum

wawancara) berdasarkan gejala pada seluruh kelompok umur sebesar

3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada

balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%). Sedangkan period

prevalence diare pada seluruh kelompok umur (>2 minggu-1 bulan

Page 44: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 35

terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 7% dan pada

balita sebesar 10,2%.

Jadi berdasarkan hasil SKRT dalam beberapa survey termasuk

Riskesdas, penyakit Diare masih merupakan penyebab utama kematian

bayi dan balita sebagai mana disajikan pada Tabel berikut :

TABEL. III.3 PROPORSI DAN PERINGKAT PENYAKIT DIARE SEBAGAI

PENYEBAB KEMATIAN BAYI DAN BALITA TAHUN 1986, 1992, 1995 DAN 2007

Tahun Survey Penyebab Kematian Bayi

Penyebab Kematian

Balita

Proporsi Peringkat Proporsi Peringkat

SKRT 1986 15,50% 3 - -

SKRT 1992 11% 2 - -

SKRT 1995 13,90% 3 15,30% 3

SurKesNas 2001 9,40% 3 13,20% 2

Riskesdas 2007 31,4% 1 25,2% 1

Untuk Kabupaten Bone, jumlah penderita Diare yang dapat dihimpun melalui

laporan dari 38 Puskesmas selama tahun 2014 sebesar 15.021 penderita, IR

20,34/1000 penduduk, lebih baik dari tahun sebelumnya 8,823 penderita (IR =

29,03 Per 1000 penduduk), dengan persentase penemuan penderita 86,82%. Hasil

tersebut masih di bawah target RPJMD yaitu 100%. Kecamatan Tanete Riattang

dan Kajuara adalah kecamatan dengan temuan penderita terbanyak yaitu 2.738

penderita dan 1.154 penderita.

Page 45: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 36

2). Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA )

Pola 10 penyakit terbanyak di Rumah Sakit umum maupun data survei (SDKI,

Susenas ) menunjukkan tingginya kasus ISPA. Prevalensi ISPA dalam beberapa

tahun menurut hasil SDKI dapat dilihat pada tabel berikut ini ;

TABEL. III.4 INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT MENURUT KELOMPOK

UMUR DENGAN PREVALENSI TERTINGGI DI INDONESIA SELAMA TAHUN 1991- 2013

Tahun Prevalensi Kelompok Umur dengan

Prevalensi Tertinggi

1991 9,80 12 - 23 Bulan

1994 10,00 6 - 35 Bulan

1997 9,00 6 - 11 Bulan

2002 - 2003 8,00 6 - 23 Bulan

2012 2,13 1-4 Tahun

2013 1,8 <1Tahun

Sumber : Profil Kesehatan Indonesia 2013

Penyakit ISPA juga masih merupakan penyakit utama penyebab

kematian bayi dan Balita di Indonesia. Tabel III.B3 berikut ini menyajikan

proporsi penyebab kematian bayi dan balita yang disebabkan oleh penyakit

sistem pernapasan.

Page 46: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 37

TABEL III.5 PROPORSI DAN PERINGKAT ISPA/SISTEM PERNAFASAN SEBAGAI

PENYEBAB KEMATIAN BAYI DAN BALITA BERDASARKAN HASIL SKRT 1986, 1992, 1995, SUSENAS 2001, 2010 DAN RISKESDAS 2010

Tahun SKRT

/ Susenas

Penyebab Kematian Bayi Penyebab Kematian Balita

Penyakit Proporsi Peringkat Penyakit Proporsi Peringkat

SKRT 1986 Sistem Pernafasan 12,4 % 4 Sistem Pernafasan 22,9 % 1

SKRT 1992 Sistem Pernafasan 36,0 % 1 Sistem Pernafasan 18,2 % 1

SKRT 1995 Sistem Pernafasan 29,5 % 1 Ggn.Sist.pernafasan 38,8 % 1

Susenas

2001 Sistem Pernafasan 27,6 % 2

Sist.Pernafasan

Pneumonia 22,8 % 1

Riskesdas

2007 Sistem Pernafasan

Sistem Pernafasan

Pneumonia 13,2% 2

Susenas

2010 Sistem Pernafasan 22,3% 1

Sumber : Profil Kesehatan Provinsi Sulsel

Dari Tabel diatas menurut beberapa SKRT penyakit ISPA merupakan

penyebab utama kematian bayi dan balita. Diketahui bahwa 80 % - 90 % dari

seluruh kasus kematian ISPA disebabkan oleh Pneumonia dan Pneumonia

merupakan penyebab kematian balita peringkat pertama pada susenas 2001.

Penyakit ISPA sebagai penyebab utama kematian bayi dan balita ini diduga

karena penyakit ini merupakan penyakit yang akut dan kualitas

penatalaksanaannya belum memadai.

Menurut data yang dikumpulkan Dinas Kesehatan Kabupaten Bone

pada Tahun 2014, tercatat jumlah kasus pneumonia sebanyak 9.256 meningkat

dari kasus tahun 2012, yang tercatat bahwa jumlah kasus pneumonia sebanyak

9102 penderita. Adapun jumlah balita yang pneumonia yang ditemukan dan

Page 47: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 38

ditangani sebanyak 369 balita, meningkat dari 235 balita tahun 2012 dan semua

balita pneumonia tertangani 100 %. Data terinci pada Lampiran Tabel 10

3) HIV / AIDS dan Penyakit Menular Melalui Hubungan Seksual ( PMS ).

Penyakit HIV/AIDS adalah salah satu penyakit yang mendapat global

cocern, selain karena belum ditemukanya obat yang efektif untuk

menyembuhkan HIV/AIDS, juga karena penyakit ini memiliki penularan yang

beragam dan sulit terdeteksi. Tercatat sejak diidentifikasi di awal tahun 1980-

an, AIDS telah menjadi pandemi global di semua benua dan negara. Ironisnya,

penyebaran HIV/AIDS tercepat terjadi di negara-negara Asia dan Afrika yang

memilki sistem kesehatan yang kurang maju. Jumlah kasus baru HIV di

Indonesia sebagaimana gambar III.3.

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi

Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.

Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh

sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.

GAMBAR III.3

JUMLAH KASUS BARU HIV POSITIF DI INDONESIA TAHUN2005-2013

Page 48: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 39

Di Kabupaten Bone tahun 2014 ditemukan 4 orang penderita AIDS

dengan 0 kematian, yang berada pada kelompok umur produktif yaitu 25-49

tahun, dengan jenis kelamin 2 laki-laki dan 2 perempuan. Sedangkan penderita

HIV ditemukan sebanyak 12 kasus yang diperoleh dari sampel darah yang

diskrining di RSUD Tenriawaru. Kasus HIV di Puskesmas tidak ditemukan.

Begitu juga dengan Penyakit Menular Melalui Hubungan Seksual ( PMS ),

dalam hal ini Syphilis tidak ada kasus ditemukan.

Data tersebut sebagaimana umumnya untuk HIV/AIDS, Syphilih dan

PMS lainnya dapat dicurigai merupakan fenomena gunung salju (iceberg

phenomenon), dimana kemungkinan banyak penderita yang belum terdeteksi.

Peningkatan kinerja surveilans maupun kerjasama yang lebih komprehensif

dengan jejaring seperti Klinik, RS Swasta, dan lintas sektor lainnya diharapkan

dapat meningkatkan deteksi penderita sehingga menghambat laju penambahan

kasus. Data terinci pada Lampiran Tabel 11 dan Tabel 12.

4) Penyakit TB Paru

Angka kesakitan penyakit TB Paru yang terbaru belum diketahui secara pasti,

karena belum pernah dilakukan penelitian yang berskala Nasional. Dari hasil

survei prevalensi di 15 provinsi yang dilaksanakan pada tahun 1979 – 1982

diperoleh gambaran angka kesakitan antara 200 – 400 penderita per 100.000

penduduk.

Berdasarkan hasil Susenas 2001, TB Paru termasuk urutan ke – 3

penyebab kematian secara umum. Sedangkan menurut laporan Rumah Sakit,

Page 49: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 40

selama tahun 2002 dan 2003 penyakit TB Paru termasuk 10 besar penyakit dari

penderita yang dirawat di RS sekaligus merupakan 10 besar penyebab kematian

rawat inap di Rumah Sakit. Pelaksanaan penanggulangan penyakit TB Paru

sampai tahun 2003 telah dapat menurunkan prevalensi dari 130 per 100.000

penduduk pada tahun 2001 menjadi 122 per 100.000 penduduk pada tahun

2002 dan 115 per 100.000 penduduk pada tahun 2003.

Pada tahun 2013 ditemukan jumlah kasus baru BTA positif (BTA+)

sebanyak 196.310 kasus, menurun bila dibandingkan kasus baru BTA+ yang

ditemukan tahun 2012 yang sebesar 202.301 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang

dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa

Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Kasus baru BTA+ di tiga provinsi

tersebut hampir sebesar 40% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia.

Menurut jenis kelamin, kasus BTA+ pada laki-laki lebih tinggi daripada

perempuan yaitu hampir 1,5 kali dibandingkan kasus BTA+ pada perempuan.

Pada masing-masing provinsi di seluruh Indonesia kasus BTA+ lebih banyak

terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan.

WHO memperkirakan pada saat ini, Indonesia merupakan negara

penyumbang kasus TB Paru terbesar ke – 3 di Dunia, yang setiap tahunnya

diperkirakan terdapat penderita baru TB Paru menular sebanyak 262.000 orang

( 44,9 % dari 583.000 penderita baru TB ) dan 140.000 orang diperkirakan

meninggal karena penyakit TBC. Angka tersebut diyakini sangat

memungkinkan, apalagi bila dikaitkan dengan kondisi lingkungan perumahan,

Page 50: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 41

sosial ekonomi masyarakat, serta kecenderungan peningkatan penderita

HIV/AIDS di Indonesia saat ini.

GAMBAR III.4 ANGKA NOTIFIKASI KASUS BTA+ DAN SELURUH KASUS

PER 100.000 PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2008-2013

Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2013

Di Kabupaten Bone, menurut laporan dari Seksi P2M, Dinas Kesehatan

Kabupaten Bone pada Tahun 2014 tercatat jumlah seluruh kasus TB sebanyak

683 penderita , dengan 596 kasus baru serta CNR 92 per 100.000 penduduk,

dengan jumlah suspek 3.537 orang, persentase BTA+ 17,22%. Angka

kesembuhan (cure rate) cukup baik yaitu 83,40 %, tapi masih dibawah target

RPJMD sebesar 95%. Sedangkan angka keberhasilan pengobatan (success rate)

88,79 %. Penderita terbanyak adalah di Puskesmas Watampone. Tercatat pula

jumlah kematian selama pengobatan sebanyak 44 orang, terdiri 27 laki-laki

(61,36%) dan 17 perempuan (38,64%). Data terinci pada lampiran Tabel.7-9

Page 51: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 42

5) Penyakit Kusta

Secara global, dalam beberapa tahun terakhir Indonesia merupakan

negara penyumbang penderita kusta terbanyak bersama China, India dan Brasil.

Masalah ini diperberat dengan masih tingginya stigma dikalangan masyarakat

dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini, sebagian besar penderita dan

mantan penderita kusta dikucilkan sehingga tidak mendapatkan akses

pelayanan kesehatan serta pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka

kemiskinan.

Dalam kurun waktu 10 tahun (1991-2001), angka prevalensi penyakit

kusta secara Nasional telah turun dari 4,5 per 10.000 penduduk pada tahun

1991 menjadi 0,85 per 10.000 penduduk pada tahun 2001. Pada tahun 2002

prevalensi sedikit meningkat menjadi 0,95 per 10.000 penduduk dan pada tahun

2003 kembali menurun menjadi 0,8 per 10.000 penduduk. Secara Nasional

sudah dapat mencapai eliminasi kusta pada bulan juni 2000.

Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi kusta pada pertengahan

tahun 2000, sampai saat ini penyakit kusta masih menjadi salah satu masalah

kesehatan masyarakat. Hal ini terbukti dari masih tingginya jumlah penderita

kusta di Indonesia. Pada tahun 2003, jumlah penderita baru yang ditemukan

sebanyak 15.549 dengan 76,9 % diantaranya merupakan penderita tipe MB

yang diketahui merupakan tipe yang menular. Selain itu dari penderita baru

yang ditemukan tersebut 8,0 % sudah mengalami kecacatan tingkat 2 yaitu

kecacatan yang dapat dilihat dengan mata, dan 10,6 % diantaranya adalah anak-

anak. Keadaan ini menggambarkan masih berlanjutnya penularan dan

Page 52: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 43

kurangnya kesadaran masyarakat akan penyakit kusta sehingga ditemukan

dalam keadaan cacat.

Di Kabupaten Bone untuk tahun 2014, ditemukan jumlah kasus baru

kusta sebanyak 199 kasus dengan angka penemuan kasus baru sebanyak 26,95

per 100.000 penduduk meningkat dari tahun 2012 yaitu 26,35 per 100.000

penduduk. Adapun angka prevalensi penyakit kusta untuk tahun 2014 yaitu

2,49 per 10.000 penduduk, dibawah target RPJMD yaitu 2,6 per 10.000

penduduk. Penderita yang RFT PB sebanyak 92,31 % dan RFT MB sebanyak

86,75%. Data selengkapnya dapat dilihat grafik berikut dan pada Tabel 14-17.

GAMBAR III.5 KASUS KUSTA BARU (CDR) KABUPATEN BONE 2005-2014

Sumber: Bidang P2M Dinkes Kab. Bone

b. Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Immunisasi ( PD3I )

PD3I ( penyakit menular yang dapat dicegah dengan immunisasi )

merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas / ditekan dengan

pelaksanaan program immunisasi. PD3I yang dibahas dalam bab ini mencakup

Page 53: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 44

penyakit Tetanus Neonatorum, Campak, Difteri, Pertusis dan Hepatitis B.

Sedangkan untuk Polio akan diuraikan dalam Bab IV. Jumlah kasus PD3I yang

dikumpulkan dari Seksi P2M dapat dilihat pada Lampiran Tabel.14.

1) Tetanus Neonatorum

Secara Nasional, jumlah kasus Tetanus Neonatorum pada tahun

2010 sebanyak 147 kasus , CFR 57,14%. Jika dibandingkan pada tahun

2003 yaitu175 kasus, terjadi penurunan jumlah kasus namun CFR sedikit

meningkat yaitu 57,14% dibanding 56% pada tahun 2003. Dengan

demikian secara keseluruhan CFR masih tetap tinggi. Penanganan tetanus

Neonatorum memang tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah usaha

pencegahan yaitu pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan

immunisasi TT pada ibu hamil.

Untuk Kabupaten Bone, kasus Tetanus Neonatorum pada Tahun

2012 ada 1 orang penderita di Puskesmas Paccang dan meninggal,

sedangkan pada tahun 2013, tidak ada kasus TN, sehingga CFR menjadi

0,00%. Data selengkapnya pada table 19.

2) Campak

Campak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

paramyxovirus dengan masa inkubasi 2-4 hari sebelum timbul ruam

atau 4 hari setelah ruam kulit ada. Campak sering menyebabkan

kejadian luar biasa ( KLB ) seperti pada tahun 2014, terjadi KLB

campak di Kabupaten Nunukan, Propinsi Kalimantan Utara.

Page 54: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 45

Di Kabupaten Bone penyakit campak pada tahun 2014 tidak ada

dilaporkan kasus, sehingga CFR sebesar 0,00%. Berbeda dengan tahun

sebelumnya misalnya pada tahun 2012, ditemukan sebanyak 41 kasus.

Hal ini dapat berarti imunisasi campak telah cukup berhasil di

Kabupaten Bone, atau juga bisa karena sistem pelaporan dan surveilans

belum berjalan sebagaimana mestinya . Data selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran tabel 20.

3) Difteri

Difteri adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi

bakteri Corynebacterium diptheria. Meskipun umumnya jumlah

kasusnya relative rendah, namun secara nasional CFR-nya cukup tinggi

misalnya pad atahun 2003 terjadi 86 kasus, 54 KLB dengan CFR 23%.

Di Kabupaten Bone kasus Difteri pada tahun 2014 tidak

ditemukan, sehingga CFR-nya 0,00%. Hal ini merupakan peningkatan

kinerja program imunisasi difteri karena mengingat pada tahun 2012 di

Kabupaten Bone ditemukan penderita sebanyak 1 kasus di Puskesmas

Biru dan Meninggal. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran

Tabel 19.

4) Pertusis

Pertusis oleh sebagian masyarakat Indonesia dikenal dengan

nama Batuk Rejan atau batuk 100 hari. Penyakit ini disebabkan oleh

Bordetella pertusis, umumnya terjadi pada anak-anak yang dapat

Page 55: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 46

menyebabkan gangguan saluran pernapasan bahkan pneumonia. Di

Indonesia, jumlah kasus pertusis pada tahun 2003 sebanyak 2.788 kasus

dengan angka insiden tertinggi pada anak usia kurang dari 1 tahun.

Pada tahun yang sama juga terjadi 5 kali KLB dengan jumlah kasus

sebanyak 124.

Di Kabupaten Bone pada Tahun 2014, sebagaimana tahun-

tahun sebelumnya tidak ditemukan adanya kasus Pertusis.

5) Hepatitis

Hepatitis atau peradangan pada hati adalah salah satu penyakit

menular yang memperlihatkan perkembangan yang cukup signifikan,

terlihat dari trend jumlah kasus per tahun maupun dari jumlah varian

virus hepatitis yang ditemukan di dunia kesehatan. Saat ini setidaknya

telah diidentifikasi virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E. Sedangkan

prevalensi hepatitis tahun 2013 adalah 2,5%, meningkat tajam dari

sekitar 0,8% pada tahun 2007.

Di Kabupaten Bone tahun 2014, tidak ditemukan kasus

hepatitis, khususnya hepatitis B berdasarkan data yang terkumpul dari

seksi P2M. Hal ini sebagaimana tahun-tahun sebelumnya yang juga

tidak ditemukan kasus. Namun, perluasan cakupkan imunisasi hepatitis,

intensifikasi surveilans dan perbaikan sistem pelaporan diperlukan

untuk mempertahankan jumlah nol kasus. Data selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran tabel 20.

Page 56: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 47

c. Penyakit Bersumber Binatang

1) Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit

plasmodium dengan vektor Nyamuk Anopheles sp. Umumnya malaria

terjadi di negara-negara berkembang maupun negara-negara dunia

ketiga/terbelakang yang miskin, kumuh, padat dengan sanitasi yang

buruk dan kondisi wilayah yang tidak tertata.

Di Indonesia, malaria masih merupakan salah satu penyakit

menular dengan jumlah kasus terbanyak misalnya diperkirakan setiap

tahunnya terdapat 15 Juta penderita malaria dan 30.000 orang

diantaranya meninggal dunia (Survey Kesehatan Rumah Tangga/

SKRT, 1995). Malaria dapat menimbulkan berbagai permasalahan yang

berdampak luas terhadap kualitas kehidupan sosial, ekonomi dan

bahkan menjadi isu politik penting.

Penyakit Malaria menyebar cukup merata diseluruh kawasan

Indonesia, namun paling banyak dijumpai diluar wilayah Jawa – Bali,

bahkan di beberapa tempat dapat dikatakan sebagai daerah endemis

malaria, seperti di Papua, Papua Barat, Nusa Tengara Timur,

Kalimantan Timur, Kalimantan Utara serta Sulawesi Selatan dan

Maluku.

Menurut hasil pemantauan program diperkirakan sebesar 35 %

penduduk Indonesia tinggal di daerah endemis malaria. Perkembangan

penyakit malaria pada beberapa tahun terakhit cenderung mengalami

Page 57: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 48

peningkatan disemua wilayah. Di Jawa – Bali kenaikan tersebut

ditandai dengan meningkatnya API. Hasil Riskesdas 2010 API secara

nasional adalah 2,4%, di Jawa Bali adalah 0,8%, sedangkan diluar Jawa

– Bali ditandai dengan peningkatan AMI. API lebih tinggi terdapat

pada golongan anak balita dan kelompok umur produktif 25-54 tahun

yaitu 2,5%.

Terjadinya peningkatan kasus diakibatkan antara lain adanya

perubahan lingkungan seperti penambangan pasir yang memperluas

genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk penular malaria,

penebangan hutan bakau, mobilitas penduduk dari Pulau Jawa ke luar

Jawa yang sebagian besar masih merupakan daerah endemis malaria

dan obat malaria yang resisten yang semakin meluas.

Di Kabupaten Bone, menurut data yang diperoleh dari Seksi

P2M pada tahun 2014, dari 2.083 sediaan darah diperiksa (1.575 laki-

laki dan 508 perempuan), didapati jumlah sediaan darah yang positif

sebanyak 35 SD (27 laki-laki, 8 perempuan) atau 1,68% dengan CFR

0,00%. Capaian tahun 2014 tersebut yaitu API sebesar 0,05 per 1000

penduduk sudah memenuhi target SPM/RPJMD Kabupaten Bone yang

mematok angka maksimal 0,1 per 1000 penduduk. Hal ini merupakan

peningkatan kinerja yang baik dibandingkan tahun 2012 yaitu

penderita malaria dengan pemeriksaan sediaan darah tercatat sebanyak

53 positif dan tidak ada yang meninggal. Data selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran Tabel 22.

Page 58: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 49

2) Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD )

Penyakit DBD yang disebabkan oleh virus dengue dengan

vektor utama nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus, merupakan

penyakit yang menjadi salah satu prioritas penanganan utama. Angka

insiden BDB secara nasional fluktuatif dari tahun ke tahun. DBD

umunya terjadi di wilayah perkotaan yang padat penduduk dengan

sistem pembuangan dan penanganan sampah yang buruk. Hal ini terjadi

mengingat nyamuk aedes berkembang biak di genangan air yang jernih

dan tidak bersentuhan langsung dengan tanah. Tempat-tempat

pembiakan yang biasa ditemui di sekitar perumahan adalah vas bunga,

kolam/bak mandi bahkan di tempat pembuangan air lemari es.

Sedangkan di luar rumah biasa ditemui tempat pembiakan jentik-jentik

aedes agepty di kaleng kosong, ban bekas, plastik, bekas kolam dal

lainnya.

Angka kematian (CFR) penyakit DBD di Indonesia pada tahun

2000 mengalami penurunan dibandingkan tahun 1999, yaitu dari 2,0%

menjadi 1,4 %. Namun demikian jumlah kasus DBD meningkat dari

21.134 kasus dengan kamatian 422 pada tahun 1999 menjadi 33.443

kasus dengan kematian 472 kematian pada tahun 2000. Angka

kesakitan meningkat dari 10, 17 Per 100.000 penduduk pada tahun

1999 menjadi 15,75 per 100.000 penduduk pada tahun 2000.

Sedangkan untuk tahun 2001, peningkatan terjadi baik pada angka

kesakitan ( Insidens Rate ) maupun pada kematian (CFR) yakni masing

Page 59: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 50

– masing 17,1 per 100.000 penduduk dengan CFR sebesar 4,7 %.

Masih terjadinya peningkatan kasus DBD ini disebabkan antara lain

dengan tingginya mobilitas dan kepadatan penduduk, nyamuk penular

penyakit DBD ( Aedes Aegypti ) tersebar diseluruh pelosok tanah air

dan masih digunakannya tempat – tempat penampungan air tradisional

(Tempayan, bal, drum dll). Partisipasi masyarakat dalam

penanggulangan penyakit BDB dapat dilihat dengan masih rendahnya

angka bebas jentik (ABJ ) yakni rata – rata 82,86 % baik dirumah,

sekolah maupun tempat – tempat umum. Pada tahun 2003 jumlah

penderita BDB dilaporkan sebanyak 52.516 kasus dengan angka

kematian ( CFR ) sebesar 1,5 % dan angka insiden sebesar 23,87 per

100.000 penduduk. Target nasional untuk insidens rate DBD adalah

36/100.000 penduduk.

Dalam 7 tahun terakhir, jumlah kasus DBD per 100.000

penduduk fluktuatif. Terjadi trend naik dari tahun 2008 sampai 2009

yaitu mencapai 68,2 per 100.000 penduduk. Namun dari tahun 2010

dan 2011 menunjukkan trend menurun bahkan mencapai titik terendah

pada tahun 2011 yaitu dengan IR 27,67 per 100.000 penduduk. Di

tahun 2012 dan 2013 kembali menunjukkan tren meningkat menjadi

45,85 per 100.000 penduduk. Selengkapnya pada gambar III.6 berikut.

Page 60: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 51

GAMBAR III.6 ANGKA KESAKITAN (IR) DEMAM BERDARAH DENGUE PER 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2008-2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Di Kabupaten Bone menurut laporan dari Seksi P2M tahun

2014, ditemukan 212 kasus (112 laki-laki dan 100 perempuan) di 28

Puskesmas. Angka ini menunjukkan penurunan yang cukup signifikan

jumlah kasus dan sebaran kasus dibandingkan tahun sebelumnya

misalnya tahun 2012 dengan jumlah kejadian penyakit DBD sebesar

606 penderita (IR = 83,16 Per 100.000 Penduduk ) pada 36 Puskesmas.

Tahun 2014, terjadi 2 kasus kematian (1 laki-laki dan 1 perempuan),

dengan CFR 0,94%, menurun dibandingkan kematian sebanyak 8 orang

( CFR = 1,32 % ) di tahun 2012. Hasil tersebut sudah memenuhi target

RPJMD Kabupaten Bone yaitu dibawah 1,1%. Data selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran tabel 22.

Page 61: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 52

3) Penyakit Filariasis

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacaing filarial

yaitu Wucheria bancrofti, Brugia malay dan Brugia timori dengan

vektor nyamuk dari 23 spesies dan 4 genus yaitu Anopheles, Culex,

Aedes dan Armygeres. Penyakit ini di masyarakat dikenal dengan nama

Kaki Gajah karena umumnya menyerang penderita di tubuh dan

ektremitas bawah terutama kaki sehingga mengakibatkan

pembengkakan menyerupai kaki gajah yang menimbulkan kecacatan

permanen. Filariasis, sebagaimana kusta, seringkali menimbulkan

masalah sosial karena penderitanya cenderung akan diabaikan bahkan

diasingkan oleh masyarakat sekitarnya yang takut tertulari dan bahkan

masih dianggap oleh sebagian masyarakat sebagai penyakit kutukan.

Selain itu, juga menimbulkan masalah ekonomi karena penderitanya

menjadi tidak produktif lagi bahkan menjadi beban bagi keluarga.

Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas kesepakatan global

WHO tahun 2000 yaitu “ The Global Goal of Elimination of Lymphatic

Filariasis as a Public Health Problem The Year 2020.

Di Indonesia, sampai dengan tahun 2013, kasus filariasi

sebanyak 12.714, meningkat dari 11.902 di tahun 2012, 12.066 (2011)

dan 11.969 kasus di tahun 2010, jauh meningkat dibanding tahun 2003

dimana kasus Filariasis telah menyebar ke 30 profinsi pada lebih dari

231 kabupaten dengan jumlah kasus kronis 6.635 orang. Adapun

prevalensi nasional filaria menurut Riskesdas 2007 adalah 0,11%.

Page 62: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 53

Di Kabupaten Bone, pada Tahun 2014 sesuai data yang

diperoleh dari Seksi P2M, kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 3

kasus yaitu 2 laki-laki dan 1 perempuan. Kasus tersebut didapatkan di

wilayah Puskesmas Ulaweng 1 kasus perempuan dan di Puskesmas

Timurung sebanyak 2 kasus laki-laki. Angka kesakitan tahun 2014

sebesar 0,41 per 100.000 penduduk. Data tersebut menunjukan

penurunan kasus maupun sebarannya dibanding tahun 2012 dengan

jumlah penderita Filariasis sebanyak 4 orang di ilayah kerja 4 yaitu

Puskesmas Usa, Palakka dan Dua BoccoE. Data selengkapnya pada

lampiran tabel.23.

C. STATUS GIZI

Salah satu permasalahan utama yang dihadapi secara global yaitu

rendahnya status gizi di banyak negara terutama negara-negara berkembang,

negara-negara miskin sumber daya, negara yang terlibat konflik, dan negara

dunia ketiga yang umumnya terdapat di benua Afrika, Asia terutama Asia

Selatan dan Tenggara, serta di Amerika Selatan dan Amerika Tengah.

Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan

kesehatan secara umum, karena disamping merupakan faktor predisposisi yang

dapat memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan

terjadinya gangguan kesehatan individu. Bahkan Status gizi janin yang masih

berada dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusu sangat dipengaruhi

oleh status gizi ibu hamil atau ibu menyusui.

Page 63: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 54

Berikut ini akan disajikan gambaran mengenai indikator – indikator

status gizi masyarakat antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR), status gizi balita, status gizi wanita usia subur Kurang Energi Kronik

(KEK), Anemia Gizi Besi (AGB) pada ibu dan pekerja wanita serta gangguan

akibat kekurangan yodium (GAKY) sebagaimana diuraikan berikut ini :

1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR) yaitu bayi yang lahir dengan berat

badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. BBLR

merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian

perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena

prematur atau BBLR karena Intra Uterine Growth Retardation ( IUGR ), yaitu

bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara

berkembang, banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk,

anemia, malaria dan menderita penyakit menular seksual (PMS) sebelum

konsepsi atau pada saat hamil.

TABEL III.6 BBLR BERDASARKAN KATEGORI WILAYAH 1992-1997 DAN 2013

Daerah/Tahun 1992-1997 2013

Nasional 7,7 10,2

Pedesaan 6,6 12,4

Perkotaan 8,4 12,3

Propinsi 3,6-15,6 12,4

Page 64: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 55

Angka BBLR secara nasional menurut hasil Riskesdas 2013 lebih

tinggi pada bayi perempuan yaitu 14,5% berbanding 10,3% pada bayi laki-laki.

Sedangkan dari segi sebaran, BBLR di daerah pedesaan 12,4% hanya 0,1 %

lebih tinggi dibanding perkotaan yaitu 12,3%. Meskipun demikian proporsi

BBLR dapat diketahui berdasarkan hasil estimasi dari Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI), sebagaimana gambar III.7 berikut.

GAMBAR III.7 PROPORSI BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber : Profil Kesehatan Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2013

Pada Tahun 2014 jumlah BBLR di Kabupaten Bone sebanyak 178 bayi

dari 13.573 bayi lahir hidup atau dengan persentase 1,3%. Angka ini

menunjukkan peningkatan dibandingkan data tahun 2012 di Kabupaten Bone,

Page 65: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 56

dengan jumlah Bayi Berat Badan Lahir Rendah ( BBLR ) sebanyak 121 bayi

atau 0,89 % . Data selengkapnya pada tabel 37.

2. Status Gizi Balita.

Status Gizi Balita merupakan salah satu Indikator yang menggambarkan

tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi pada

balita adalah dengan anthropometri yang diukur melalui indeks berat badan

menurut umur (BB/U) atau berat badan terhadap tinggi badan ( BB/TB ).

Kategiri yang digunakan adalah : Gizi Lebih (z-score + 2 SD); gizi baik ( z-

score - 2 SD sampai + 2 SD); gizi kurang (z-score <- 2 SD sampai - 3 SD) dan

gizi buruk ( z-score <- 3 SD).

Masalah gizi kurang pada anak balita dikaji kecenderungannya menurut

susenas dan survei atau pemantauan lainnya. Secara nasional, menurut susenas

1989, prevalensi gizi buruk dan kurang lada balita adalah 37,5 % menurun

menjadi 24,7 % pada tahun 2000, yang merarti mengalami penurunan sekitar

34 %.

Dari hasil susenas 2001 di Indonesia persentase Balita yang bergizi baik

adalah sebesar 64,14 %, yang bergizi sedang 21,5 % dan sisanya 9,35 %

adalah balita bergizi kurang / buruk yang dikenal dengan istilah Kurang kaloro

protein ( KKP ). Bila dibandingkan menurut jenis kelamin, persentase balita

perempuan bergizi baik relatif lebih tinggi dari pada laki-laki, demikian pula

gizi kurang/buruk lebih tinggi pada balita laki-laki dibandingkan balita

perempuan.

Page 66: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 57

Menurut Riskesdas, pada tahun 2013, terdapat 19,6% balita kekurangan

gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

kurang. Sebesar 4,5% balita dengan gizi lebih. Jika dibandingkan dengan angka

prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %), prevalensi

kekurangan gizi pada balita tahun 2013 terlihat meningkat. Balita kekurangan

gizi tahun 2010 terdiri dari 13,0% balita berstatus gizi kurang dan 4,9%

berstatus gizi buruk. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari

5,4% tahun 2007, 4,9% tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013. Untuk mencapai

sasaran MDG tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi gizi buruk-kurang

secara nasional harus diturunkan sebesar 4.1 % dalam periode 2013-2015.

Di Kabupaten Bone, untuk menanggulangi masalah gizi atau untuk

memperoleh gambaran perubahan tingkat konsumsi gizi di tingkat rumah

tangga atau status gizi masyarakat dilaksanakan beberapa kegiatan seperti

Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) dan Pemantauan Status Gizi (PSG).

Data tahun 2014, ditemukan 258 kasus BGM (Bawah Garis Merah) pada

Balita terdiri 113 laki-laki dan 145 perempuan atau 0,5% dengan sebaran

temuan di 15 wilayah kerja Puskesmas. Angka ini tidak jauh berbeda dengan

data tahun 2012, dimana Jumlah Balita BGM sebanyak 253 orang (0,46 %)

sesuai data yang diperoleh dari Seksi Gizi. Sedangkan untuk kasus gizi buruk

tahun 2014 ditemukan 25 kasus gizi buruk pada balita terdiri 16 laki-laki dan 9

perempuan dengan sebaran temuan di 15 wilayah kerja Puskesmas.

Keseluruhan kasus gizi buruk, telah mendapat perawatan atau 100%. Data

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 47.

Page 67: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 58

BAB. IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

Sebagai pengejewantahan dari rangkaian peraturan perundang-undangan

khususnya di bidang kesehatan, dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan

kesehatan, dilaksanakanlah berbagai upaya kesehatan sebagai jalan menuju pencapaian

tersebut.

Upaya kesehatan terdiri atas upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perorangan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun

2009 tentang Kesehatan. Secara lebih rinci diatur pula dengan peraturan pelaksanaan

lainnya diantaranya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat

Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), dimana dijelaskan bahwa Upaya Kesehatan

Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah

kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR.

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat

penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan

pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian

besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan

kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan adalah

sebagai berikut :

Page 68: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 59

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi

Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar didalam pertumbuhan

bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu

bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan

masa pertumbuhan bayi dan anaknya.

a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga

kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidangan, dokter

umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama kehamilannya, yang

mengikuti pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada

kegiatan promotif dan pereventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat

dari cakupan pelayanan K1 dan K4.

Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan

gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke

fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal.

Sedangkan Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah

mendapatkan pelayanan ibu hamil yang sesuai dengan standar serta paling

sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester

pertama, sekali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ke tiga.

Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan

pada ibu hamil.

Gambaran persentase cakupan pelayanan K4 menuntut Puskesmas di

Kabupaten Bone pada tahun 2014 sesuai dengan indikator kinerja SPM

Page 69: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 60

bidang kesehatan tercatat sebesar 98,40 %, dengan capaian adalah 93,60%

artinya masih ada kesenjangan sebesar 4,80%.

Dari data yang ada, hanya ada 4 Puskesmas dengan capaian sama

atau lebih dari target yaitu Puskesmas Kahu, Mare, Usa, dan Pattiro

Mampu. Capaian K4 yang tertinggi adalah Puskesmas Kahu ( 100,0 % ),

sementara Puskesmas dengan capaian K4 yang terendah adalah Puskesmas

Sumaling (72,4 % ). Dengan demikian, Cakupan K4 di Kabupaten Bone

menunjukkan peningkatan kinerja yang cukup bagus dari tahun ke tahun,

yaitu 62,45% tahun 2003 menjadi 93,6% tahun 2014, artinya ada kenaikan

sebesar 31,15% dalam kurun waktu 10 tahun, meskipun belum mencapai

target SPM/RPJMD Kabupaten Bone. Hal tersebut sebagimana tergambar

pada gambar IV.1

Untuk K4, data cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 menurut

Puskesmas disajikan pada lampiran tabel 29 dan gambar IV.2

GAMBAR IV.1 PERSENTASE CAKUPAN K4 IBU HAMIL

DI KABUPATEN BONE TAHUN 2007 – 2014

Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Bone Tahun 2008 - 2014

Page 70: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 61

GAMBAR. IV.2 PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL

MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014

Sumber : Bidang Kesga Kabupaten Bone Tahun 2014

b. Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi

Kebidanan.

Komplikasi dan Kematian ibu maternal dan bayi baru lahir

sebagian besar terjadi pada masa disekitar persalinan, hal ini antara lain

disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

memiliki kompetensi kebidanan (profesional). Cakupan pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan, termasuk pendampingan dapat dilihat

pada gambar berikut :

Page 71: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 62

GAMBAR : IV.3 PERSENTASE CAKUPAN PERSALINAN DENGAN PERTOLONGAN OLEH

DAN MELALUI PENDAMPINGAN TENAGA KESEHATAN DI KABUPATEN BONE SELAMA 2004 - 2014

Sumber : Subdin PKM - Kesga Kabupaten Bone Tahun 2014

Sementara itu, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan pada Tahun 2014 di Kabupaten Bone tercatat sebesar 92,49%,

menurun tipis dari 93.43 % tahun 2012. Gambaran persentase persalinan

oleh tenaga kesehatan menurut Puskesmas di Kabupaten Bone Tahun 2014

dapat dilihat pada Lampiran Tabel 29.

Dari data yang ada, di tahun 2014 cakupan persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 92,50%, masih ada kesenjangan 2%

dari target SPM/RPJMD yang ditetapkan sebesar 94,50%. Puskesmas

Pattiro Mampu dengan capaian tertinggi 102,5%, sedangkan Puskesmas

Bontocani dengan capaian terendah yaitu hanya 72,20%. Hal ini terjadi

karena wilayah kerja Puskesmas Bontocani adalah yang terluas, sekitar 455

km persegi atau lebih 10% dari luas Kabupaten Bone dengan kondisi

geografis yang sulit dijangkau.

Page 72: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 63

c. Ibu Resiko Tinggi Yang Dirujuk.

Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh bidan di desa dan

puskesmas, beberapa ibu hamil diantaranya tergolong dalam kasus risiko

tinggi ( Risti ) dan memerlukan pelayanan kesehatan rujukan. Selama tahun

2014, persentase ibu hamil risiko tinggi yang ditangani sebesar 82,70% dari

total perkiraan 3.093 ibu hamil risti. Capaian ini melebihi target

SPM/RPJMD Kabupaten Bone yaitu 80,90% untuk tahun 2014. Ke depan,

diharapkan ibu hamil resti yang ditangani mencapai 100%. Data

selengkapnya dapat dilihat pada Lampitan Tabel 33

GAMBAR . IV.4 PERSENTASE BUMIL RISTI/KOMPLIKASI DITANGANI

DI KABUPATEN BONE SELAMA 2000 – 2014

Sumber : Bidang Kesga Kabupaten Bone Tahun 2014

Page 73: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 64

d. Kunjungan Neonatus.

Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang

memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang

dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan

pada neonatus ( 0 – 28 hari ) minimal 2 kali, satu kali pada umur 0 – 7 hari

dan satu kali lagi pada umur 8 – 28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan

neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan kesehatan

bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.

Cakupan kunjungan neonatus (KN) lengkap Kabupaten Bone

menurut Puskesmas tahun 2014 adalah 92,51%, sedangkan KN 1 sebesar

96,51%. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

GAMBAR . IV.5 PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS

DI KABUPATEN BONE SELAMA 2003 – 2014

Sumber : Bidang Kesga Kabupaten Bone Tahun 2014

Page 74: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 65

e. Kunjungan Bayi.

Hasil pengumpulan data / indikator kinerja SPM bidang kesehatan

menunjukkan bahwa persentase cakupan kunjungan bayi di Kabupaten

pada tahun 2014 sebesar 96.51 %, meningkat dibanding 93,30% pada tahun

2013. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel 38.

2. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah dan Remaja.

Pelayanan kesehatan pada kelompok ini dilakukan dengan pelaksanaan

pemantauan dini terhadap tumbuh kembang dan pemantauan kesehatan anak

prasekolah, pemeriksaan anak sekolah dasar/sederajat, serta pelayanan

kesehatan pada remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun

peranserta tenaga terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS dan

Dokter Kecil.

Secara nasional pada tahun 2003, cakupan deteksi dini tumbuh kembang

anak prasekolah sebesar 45,43%, pemeriksaan siswa sekolah dasar 56,13 % dan

pelayanan kesehatan remaja sebesar 20,74 %. Sedangkan untuk Kabupaten

Bone, cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak prasekolah, pemeriksaan

siswa sekolah dasar selama tahun 2003 sampai tahun 2014 mengalami

peningkatan.

Untuk Kabupaten Bone tahun 2014, cakupan pelayanan anak balita 12-59

bulan yang mendapat pelayanan kesehatan minimal 8 kali adalah 96,63% dari

total anak balita 65.419 jiwa. Sedangkan untuk data penjaringan/pelayanan

kesehatan siswa SD dan setingkat pada tahun 2014 adalah 87,30% mencakup

laki-laki 87,1% dan perempuan 87,5%. Data selengkapnya pada tabel 49.

Page 75: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 66

3. Pelayanan Keluarga Berencana.

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010, secara nasional proporsi pasangan

usia subur berstatus kawin yang sedang menggunakan alat KB pada tahun 2010

sebesar 56,0% meningkat dari data tahun 2003 yaitu 54,54 %. Adapun proporsi

penggunaan alat kontrasepsi pada perempuan berstatus kawin usia 15-49 tahun,

yang menggunakan sebesar 56,0%, tidak menggunakan lagi 25,6% dan tidak

pernah sama sekali 18,4%.

Secara nasional, persentase tertinggi alat/cara KB dipakai peserta KB aktif

adalah suntikan (32,4%), pil 12,8%, sterilsasi wanita 2,2%, implan 1,4%,

kondom 1,1%, pantang berkala 0,4%, senggama terputus 0,3%, amenorhea

laktasi 0,1%, lainnya 0,1% sedangkan yang tidak menggunakan masih cukup

besar yaitu 44%.

Sementara untuk tempat pelayanan bagi peserta KB baru adalah klinik KB

pemerintah ( 59,45 % ), bidan praktek swasta ( 30,77 % ) dan klinik KB swasta

( 6,98 % ) serta selebihnya di dokter praktek swasta ( 2,80 % ).

Untuk di Kabupaten Bone, selama tahun 2014 persentase peserta KB aktif

adalah 66,90% dengan capaian tertinggi di wilayah Puskesmas Watampone

82,2% dan Libureng 80%. Sedangkan capaian terendah di wilayah Puskesmas

Cina 45,1% dan Kajuara 45,6%. Untuk peserta KB baru tahun 2014 mencapai

37.397 jiwa atau 28,7% dari total jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) yang

mencapai 130.482 jiwa. Data terinci pada lampiran Tabel 46

Page 76: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 67

Gambar Persentase peserta KB aktif di Kabupaten Bone selama tahun

2008 S/D 2012 serta Gambar Peserta KB baru menurut Puskesmas di

Kabupaten Bone dapat dilihat pada gambar IV.6 dan IV.7 berikut.

GAMBAR IV.6 PERSENTASE PESERTA KB AKTIF DI KABUPATEN BONE

TAHUN 2008 - 2014

Sumber : Bidang Kesga Kabupaten Bone Tahun 2014

Data yang diperoleh melalui Seksi KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Bone

Tahun 2014 tercatat bahwa persentase penggunaan kontrasepsi bagi peserta KB

baru yang terbanyak masing – masing suntik (60,4 %), pil (28,5%), kondom

(8,0 %), implan (2,5 %), IUD (0,5%) dan MOP/MOW (0,07 %). Data terinci

pada lampiran tabel 35.

Page 77: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 68

GAMBAR. IV.7 PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT KECAMATAN

DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014

Sumber : Bidang Kesga Dinkes Kabupaten Bone Tahun 2014

Adapun peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi selama tahun 2014 sebagai berikut:

GAMBAR IV.8

PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014

Sumber : Bidang Kesga Kabupaten Bone Tahun 2014

Page 78: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 69

4. Pelayanan Immunisasi.

Pencapaian Iniversal Child Immunization ( UCI ) pada dasarnya

merupakan proksi terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan

immunisasi secara lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan sauatu

wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut juga tergambarkan besarnya

tingkat kekebalan masyarakat (herd immunity) terhadap penularan PD3I.

Sementara itu, pencapaian UCI tingkat desa / kelurahan pada tahun 2003,

secara Nasional telah mencapai 72,53 %. Sedangkan untuk Sulawesi Selatan

pada tahun yang sama UCI sebesar 72,98 % dan pada tahun 2004 menurun

menjadi 62,04 %.

Untuk Kabupaten Bone UCI tingkat Desa/Kelurahan pada tahun 2004

mencapai 68,01 %, tahun 2008 sebesar 89,52 %. dan pada tahun 2012

meningkat menjadi 90.32 % dan di tahun 2014 ini menjadi 94,09%, dimana

hanya tinggal 8 wilayah kerja Puskesmas yang tidak mencapai UCI 100% yaitu

Puskesmas Tonra, Puskesmas Kahu, Puskesmas Mare, Puskesmas Ulaweng,

Puskesmas Paccing, Puskesmas Salomekko, Puskesmas Palakka serta

Puskesmas Gaya Baru. Data terinci pada lampiran tabel 41 dan gambar IV.9 di

bawah ini.

Page 79: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 70

GAMBAR IV.9 PERSENTASE PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT DESA/KELURAHAN

MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014

Sumber : Bidang P2M Dinkes Bone Tahun 2014

Untuk imunisasi pada ibu hamil seperti imunisasi TT secara Nasional

cenderung menurun. Cakupan imunisasi TT2 ibu hamil pada tahun 2003

tercatat sebesar 66,12 %, dan di Sulawesi Selatan pada tahun 2004 cakupan

TT2 ibu hamil sebesar 77,68 %.

Untuk Kabupaten Bone, pada tahun 2014 cakupan imunisasi TT 1 31,5% ,

TT2 ibu hamil sebesar 28,6%, TT3 sebesar 1,4%, TT5 sebesar 1,6% %, TT2+

sebesar 33,0%. Data terinci pada lampiran tabel 30.

Page 80: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 71

5. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut.

Secara nasional, cakupan pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan usia

lanjut pada tahun 2013 sebesar 25,34 %, dan untuk Sulawesi Selatan pada

tahun 2013 cakupan pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan usia lanjut sebesar

25,00 %. Untuk Kabupaten Bone cakupan pelayanan kesehatan pra usia lanjut

dan usia lanjut sebesar 27,59 % tahun 2008 dan pada tahun 2012 menurun

menjadi 14.68 %, dan tahun 2014 menjadi 8,84%, dengan cakupan tertinggi

pada Puskesmas Lappariaja 85,84%, Puskesmas Sibulue 64,96%, dan

Puskesmas Paccing 62,45%. Ada beberapa Puskesmas yang tidak melaporkan

data tersebut yaitu Puskesmas Sumaling, Puskesmas Gaya Baru dan Puskesmas

Taretta. Data terinci pada lampiran tabel 52.

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG.

Sebagai sebuah sistem, pelayanan kesehatan terdiri atas beberapa sub

sistem. Selain upaya pelayanan kesehatan dasar atau primer, upaya pelayanan

kesehatan rujukan dan penyediaan fasilitas penunjang merupakan bagian dari dari

sistem pelayanan kesehatan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan

kesehatan kepada masyarakat.

1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit.

Menurut laporan Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten

Bone tahun 2014, persentase rata – rata pemanfaatan tempat tidur di Rumah

Sakit Umum Tenriawaru ( BOR ) sebesar 76,49% dari target RPJMD 78%

sedangkan di RS M Yasin sebesar 54,10%. Lama hari perawatan (ALOS)

Page 81: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 72

sebesar 3,33 hari di RS Tenriawaru dan 7,95 hari di RS M Yasin, yang telah

mencapai target RPJMD sebesar 3 hari. Data tersebut juga menunjukkan

peningkatan dari tahun sebelumnya dimana persentase rata – rata pemanfaatan

tempat tidur di RSU Tenriawaru (BOR ) hanya sebesar 71,82 % dengan lama

hari perawatan (ALOS) sebesar 0.60 hari.

Adapun persentase pasien yang keluar mati (GDR) di RSU Tenriawaru

tahun 2014 sebesar 3,3, sedangkan NDR 1,2 rata. Data terinci pada Lampiran

Tabel 55.

2. Pelayanan Ibu hamil dan Neonatus Resiko Tinggi

Hasil pengumpulan data di Kabupaten Bone tahun 2014 menunjukkan

bahwa persentase ibu hamil risiko tinggi yang mendapat pelayanan kesehatan

lebih lanjut sebesar 82,70% meningkat dari 61.4 % pada tahun 2012.

Sedangkan persentase neonatus risiko tinggi yang ditangani sebesar 80,10%,

meningkat dari 63.6 % tahun 2012. Data terinci pada lampiran tabel 31

C. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR.

1. Penyelidikan Epidemiologi dan Penaggulangan Kejadian Luar Biasa.

Upaya penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan kejadian luar biasa

(KLB) merupakan tindak lanjut dari penemuan dini kasus – kasus penyakit

berpotensi KLB / Wabah yang terjadi pada masyarakat. Upaya penanggulangan

yang dilakukan dimaksudkan untuk mencegah penyebaran lebih luas dan

mengurangi dampak yang ditimbulkan.

Page 82: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 73

Hasil pengumpulan data/indikator kinerja SPM bidang kesehatan

menunjukkan bahwa pada Tahun 2014, jumlah desa/kelurahan yang mengalami

KLB dilaporkan sebanyak 9 desa/kelurahan dengan penanganan KLB < 24 Jam

sebesar 100% atau semua tertangani cepat. Data ini menunjukkan peningkatan

dari tahun sebelumnya yaitu KLB di 6 Desa/Kelurahan, dan dari jumlah

tersebut 4 Desa / Kelurahan (66.67 %) ditangani < 24 Jam. Data terinci pada

lampiran tabel 28.

2. Pemberantasan Penyakit Polio

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan

melalui gerakan immunisasi Polio. Upaya ini ditindaklanjuti dengan kegiatan

survei epidemiologi secara aktif terhadap kasus – kasus Acute Flaccid Paralysis

(AFP) kelompok umur < 15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk

mencari kemungkinan adanya virus polio liar yang berkembang di masyarakat

dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai.

GAMBAR IV.10 NON POLIO AFP RATE PER 100.000 PENDUDUK < 15 TAHUN

DI INDONESIA TAHUN 2013

Page 83: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 74

Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilens,

akan dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya

virus polio liar yang menyerang masyarakat. Gambaran AFP di Kabupaten

Bone selama tahun 2008 s/d 2014 sebagai berikut.

GAMBAR IV.11 JUMLAH PENDERITA AFP PENDUDUK USIA < 15 TAHUN

DI KABUPATEN BONE TAHUN 2008-2014

Sumber : Bidang P2M Dinkes Bone

Penemuan kasus AFP selama tahun 2014 ditemukan 3 kasus AFP yaitu 2

kasus di wilayah Puskesmas Awaru dan 1 kasus di wilayah Puskesmas

Watampone, dengan AFP Rate Non Polio per 100.000 penduduk usia <15

tahun adalah 1,44. Jika dibandingkan dengan target RPJMD, maka AFP rate

tersebut masih sesuai target yaitu dibawah 1,5. Namun dari segi jumlah, data

ini menunjukan peningkatan dibanding tahun 2012 dimana berdasarkan hasil

pelacakan ditemukan kasus sebanyak 2 penderita dari 2 Puskesmas. Data

terinci pada lampiran tabel 18.

Page 84: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 75

2. Pemberantasan TB Paru.

Upaya pencegahan dan pemberantasan TB Paru dilakukan dengan

pendekatan Directly Observe Treatmen Shortcouce (DOTS) atau pengobatan

TB Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).

Kegiatan ini meliputi upaya penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak di

sarana pelayanan kesehatan yang ditindaklanjuti dengan paket pengobatan.

Penanganan melalui paket pengobatan yang diminum secara teratur dan

lengkap, diharapkan penderita akan dapat disembuhkan dari penyakit TB Paru

yang dideritanya. Namun demikian dalam proses selanjutnya tidak tertutup

kemungkinan terjadinya kegagalan pengobatan akibat dari paket pengobatan

yang tidak terselesaikan atau drop out (DO), terjadinya resistensi obat atau

kegagalan dalam penegakan diagnoa diakhir pengobatan.

Di tahun 2014, jumlah kematian selama pengobatan mencapai 44 orang, 27

laki-laki, dan 17 perempuan. Sedangkan angka keberhasilan pengobatan

mencapai 88,79%. Angka kesembuhan penderita TB paru BTA+ mencapai

83,40%, menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Capaian tersebut masih lebih

rendah dari target RPJMD yaitu 95%. Selengkapnya di lampiran tabel 9.

Adapun angka tingkat kesembuhan dari penderita TB Paru dari tahun 2008 -

2014 dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 85: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 76

GAMBAR IV.12 PERSENTASE KESEMBUHAN PENDERITA TB PARU

DI KABUPATEN BONE TAHUN 2008-2014

Sumber : Bidang P2M Dinkes Bone

3. Pemberantasan Penyakit ISPA

Upaya dalam pemberantasan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut

(ISPA) lebih difokuskan pada upaya penemuan secara dini dan tatalaksana

kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita Pneumonia Balita yang

ditemukan. Upaya ini dikembangkan melalui suatu manajemen terpadu dalam

penanganan balita sakit yang datan ke unit pelayanan kesehatan atau lebih

dikenal dengan manajemen terpadu balita sakit ( MTBS ).

Menurut laporan Subdin PKL – P2M Dinas Kesehatan Kabupaten Bone

tahun 2014, jumlah kasus Pneumonia pada balita mencapai 369 penderita

(3,99%) terdiri 99 laki-laki (2,24%) sedangkan perempuan 270 (5,57%), masih

diatas target RPJMD 0,2%. Sedangkan tahun 2012, tercatat jumlah kasus

Page 86: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 77

Pneumonia pada balita mencapai 235 penderita (2.6 %). Data selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran Tabel 13

4. Pemberantasan Penyakit HIV / AIDS dan PMS.

Upaya pelayanan dalam rangka pemberantasan penyakit HIV / AIDS di

samping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan juga diarahkan

pada upaya pencegahan yang dilakukan melalui skrining HIV / AIDS terhadap

darah Donor dan Upaya pemantauan dan pengobatan penderita penyakit

menular seksual (PMS ).

Menurut hasil pengumpulan data/indikator kinerja SPM bidang kesehatan

melalui Bidang P2M selama tahun 2014, tidak ada kematian penderita AIDS

yang tercatat. Sedangkan sampel darah diskrining terhadap HIV adalah 104

sampel. Selengkapnya pada lampiran tabel 11 dan 12.

5. Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ).

Upaya pemberantasan penyakit DBD dititikberatkan pada penggerakan

potensi masyarakat untuk dapat berperanserta dalam pemberantasan sarang

nyamuk (gerakan 3 M), Juru pemantauan jentik ( Jumatik ) untuk memantau

angka bebas jentik (ABJ), serta pengenalan gejala DBD dan penangannya di

rumah tangga.

Hasil pengumpulan data/indikator kinerja SPM bidang kesehatan

menunjukkan bahwa pada tahun 2014 ditemukan 212 kasus, dengan 100%

penanganan sesuai target RPJMD 2012. Adapun jumlah kematian tercatat 2

orang (1 laki-laki dan 1 perempuan) dengan CFR sebesar 0,94%. Jumlah kasus

tersebut lebih rendah dibanding jumlah kasus yang ditemukan tahun 2012

Page 87: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 78

sebanyak 606 kasus dan penderita yang ditangani (mendapat pengobatan/

perawatan) sebesar 100%. Jumlah kasus DBD menurut Puskesmas di

Kabupaten Bone terlihat pada gambar IV.13 berikut dan lampiran tabel 21.

GAMBAR IV.13 KASUS DBD BERDASARKAN PUSKESMAS

DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014

Sumber: Bidang P2M Dinkes Bone

Sedangkan, kasus DBD bervariasi tiap bulannya. Periode Mei-Agustus

merupakan puncak terjadinya kasus DBD karena pada bulan-bulan tersebut

terjadi peralihan musim/pancaroba. Setelah itu menunjukkan penurunan dan

meningkat kembali pada Desember-Januari. Selengkapnya pada gambar IV.14

berikut.

Page 88: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 79

GAMBAR IV.14 KASUS DBD KABUPATEN BONE BERDASARKAN BULAN

TAHUN 2014

Sumber: Sumber: Bidang P2M Dinkes Bone

6. Pemberantasan Penyakit Malaria.

Hasil pengumpulan data/indikator kinerja RPJMD bidang kesehatan

dari Puskesmas se-Kabupaten Bone menunjukkan bahwa pada tahun 2014,

jumlah penderita dilaporkan sebanyak 35 orang, laki-laki 27 orang dan

perempuan 8 orang dan mendapat pengobatan sebesar 100 % dengan 0

kematian. Data jumlah suspect dan positif malaria di 38 Puskesmas dan RSU

Tenriawaru selama tahun 2014 sebagaimana Gambar IV.15 Adapun persentase

penderita malaria yang diobati menurut puskesmas se-Kabupaten Bone serta

CFR terdapat pada lampiran tabel 22.

Page 89: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 80

GAMBAR IV.15 JUMLAH SUSPECT DAN POSITIF MALARIA PER PUSKESMAS

DI KABUPATEN BONE TAHUN 2012-2014

Sumber: Bidang P2M Dinkes Bone 2014

Dalam 3 tahun terakhir yaitu 2012-2014, jumlah kasus maupun Annual

Paracite Inciden (API) mengalami kecenderungan menurun dan telah mencapai

target RPJMD yaitu dibawah 1 per 1.000 penduduk, sebagaimana gambar

IV.16.

Page 90: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 81

GAMBAR IV.16 ANNUAL PARACITE INCIDENS MALARIA KABUPATEN BONE

TAHUN 2012-2014

Sumber: Bidang P2M Dinkes Bone 2014

7. Pemberantasan Penyakit Kusta.

Pada penderita Kusta yang ditemukan, diberikan pengobatan paket

MDT yang terdiri atas Rifampicin, Lampren dan DDs yang diberikan dalam

kurun waktu tertentu. Hasil pengumpulan data/indikator kinerja SPM bidang

kesehatan menurut Puskesmas di Kabupaten Bone, dilaporkan bahwa jumlah

penderita Kusta baru pada Tahun 2014 sebanyak 199 kasus, terbanyak di

wilayah Puskesmas Tellu Siattinge dan Puskesmas Paccing. Selengkapnya

pada gambar.

Page 91: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 82

GAMBARIV.17 KASUS KUSTA BARU PER KECAMATAN

DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014

Sumber: Bidang P2M Dinkes Bone

Dengan persentase RFT PB sebesar 92,31% dan RFT MB sebesar

86,75%. Data tersebut menunjukan peningkatan jumlah kasus dibandingkan

tahun 2012 sebanyak 156 orang dengan persentase bebas dari pengobatan

(RFT) sebesar 83.87 %. Jumlah dan persentase penderita Kusta (RFT) menurut

Puskesmas di Kabupaten Bone tahun 2014 dapat dilihat pada lampiran tabel

14-17.

Page 92: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 83

8. Pemberantasan Penyakit Filariasis.

Salah satu upaya dalam pemberantasan penyakit Filariasis adalah

penemuan penderita secara dini. Sampai dengan tahun 2014, jumlah penderita

kronis yang ditemukan sebanyak 3 orang di wilayah Puskesmas Ulaweng dan

Ajangale. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel 23.

D. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR.

Untuk memperkecil risiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan

sebagai akibat dari lingkungan yang kurang sehat, dilakukan berbagai upaya

peningkatan kualitas lingkungan, antara lain dengan pembinaan kesehatan

lingkungan pada institusi, survelens vektor dan pengawasan Tempat – Tempat

Umum (TTU).

1. Pembinaan Kesehatan Lingkungan.

Upaya pembinaan Kesehatan Lingkungan dilakukan terhadap institusi

dalam menjaga kualitas lingkungan secara berkala. Upaya yang dilakukan

mencakup pemantauan dan pemberian rekomendasi terhadap aspek penyediaan

fasilitas sanitasi dasar (air bersih dan jamban), pengelolaan sampah, sirkulasi

udara, pencahayaan dll.

2. Surveilans Vektor.

Salah satu faktor utama penyebaran penyakit, terutama penyakit yang

bersumber binatang, adalah adanya vektor. Tercatat beberapa penyakit menular

yang memiliki angka kesakitan dan angka kematian cukup tinggi termasuk

dalam kategori penyakit yang ditularkan oleh vektor tertentu. Demam Berdarah

Page 93: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 84

Dengue (DBD), Malaria, Filariasis, dan Leptospirosis adalah contohnya.

Karenanya, pengendalian vektor sangat penting dalam memutus mata rantai

penularan penyakit. Hasil survei vektor nasional tahun 2003 menunjukkan

bahwa conteiner index positif (jentik) untuk rumah yang tertata sebesar 15,8 %,

sedangkan untuk rumah yang tidak tertata container indexnya sebesar 23,96 %

serta container index di Tempat Tempat Umum sebesar 24 %.

Hasil pengumpulan data/Indikator SPM bidang kesehatan di Kabupaten

Bone Tahun 2012 menunjukkan bahwa dari 93.705 rumah yang diperiksa

terdapat sebanyak 18.474 rumah ( 19.72 % ) yang bebas jentik.

3. Pengawasan Tempat – Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan

(TUPM).

Hasil pengumpulan data/indikator RPJMD bidang kesehatan tahun

2014 di Kabupaten Bone tercatat jumlah TTU sebanyak 1.061 dengan

persentase yang memenuhi syarat kesehatan 86,05% atau 913 tempat. Data

tersebut menunjukkan peningkatan data Tahun 2012, tercatat bahwa

TUPM/TTU yang memenuhi syarat sebesar 78.11 % . Pencapaian tersebut

masih dibawah target RPJMD yaitu 91,45%. Data selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran tabel 63.

Sedangkan untuk TPM, tahun 2014 di Kabupaten Bone tercatat 911

unit dengan persentase yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 74,31% atau

677 unit TPM. Sedangkan yang TPM yang tidak memenuhi syarat kesehatan

sebanyak 234 unit atau 25,69%. Data selengkapnya pada tabel 64.

Page 94: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 85

E. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT.

Upaya perbaikan Gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk

menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Beberapa permasalahan

gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat adalah kekurangan kalori

protein, kekurangan Vitamin A, gangguan akibat kekurangan yodium dan anemia

gizi besi.

1. Pemantauan Pertumbuhan Balita.

Upaya pemantauan terhadap pertumbuhan balita dilakukan melalui

kegiatan penimbangan di Posyandu secara rutin setiap bulan. Menurut hasil

pengumpulan data / indikator SPM bidang kesehatan di Kabupaten Bone Tahun

2014 sebanyak 52.576 balita dengan persentase BGM sebanyak 0,49%. Data

tersebut menujukkan peningkatan tipis dibanding tahun 2012 yang tercatat

jumlah balita yang ditimbang sebanyak 54.684 jiwa dengan hasil penimbangan

253 balita (0.46 %) kategori BGM. Data selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran tabel 47.

2. Pemberian Kapsul Vitamin A.

Cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada balita pada Tahun 2014 di

Kabupaten Bone sebesar 94,45%, meningkat dari tahun 2012 yang dilaporkan

sebesar 88.72 %. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Tabel 44.

3. Pemberian Tablet Besi.

Pada tahun 2014, cakupan pemberian tablet besi pada ibu hamil tercatat

sebesar 97,89 % untuk Tablet Fe1 (30 tablet) dan 93,60 untuk FE3 (90 tablet).

Dibanding tahun 2012 dengan capaian pemberian tablet besi 92.18 %, Data

Page 95: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 86

tersebut menunjukkan peningkatan. Data selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran tabel 32.

4. Pemberian ASI Esklusif.

Di Kabupaten Bone berdasarkan data/indikator kinerja RPJMD bidang

kesehatan yang terkumpul selama tahun 2014 tercatat cakupan pemberian ASI

esklusif sebesar 63,02%, menurun dibanding tahun 2012 yang mencapai 80.4

%, namun telah melewati target RPJMD yaitu 57%. Data selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran tabel 39.

F. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN.

Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya

tersebut dimaksudkan untuk :

Menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat generik dan obat

esensial yang bermutu bagi masyarakat.

Mempromosikan penggunaan obat yang rasional dan obat yang generik.

Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di farmasi komunitas dan

farmasi klinik serta pelayanan kesehatan dasar.

Melindungi masyarakat dari penggunaan alat kesehatan yang tidak memenuhi

persyaratan, mutu dan keamanan.

1. Peningkatan Penggunaan Obat Rasional.

Upaya peningkatan penggunaan obat rasional, diarahkan kepada

peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan pembinaan penggunaan obat yang

rasional melalui pelaksanaan advokasi secara lebih intensif agar terwujud

Page 96: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 87

dukungan masyarakat yang kondusif serta terbangunnya kemitraan dengan unit

pelayanan kesehatan formal. Secara nasional, sampai dengan akhir tahun 2003,

penggunaan obat rasional baru mencapai 60%. Angka tersebut belum

menunjukkan target yang hendak dicapai yang idealnya penggunaan obat yang

rasional mencapai 100 %. Berkaitan dengan hal tersebut perlu terus diupayakan

peningkatan obay esensial nasional di setiap fasilitas kesehatan masyarakat dan

melindungi masyarakat dari risiko pengobatan irasional.

Adapun situasi peningkatan penggunaan obat rasional di Kabupaten

Bone sampai tahun 2014 belum diperoleh data/informasi.

2. Penerapan Penggunaan Obat Esensial Generik.

Penggunaan obat esensial generik terus digalakkan dalam rangka

memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan obat yang lebih

terjangkau. Pada tahun 2014 ketersediaan obat esensial di Kabupaten Bone

dapat dilihat pada lampiran tabel 66.

Page 97: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 88

BAB. V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Upaya pembangunan kesehatan dapat berdaya guna dan berhasil guna bila

kebutuhan sumber daya kesehatan dapat terpenuhi. Dalam bab ini, gambaran mengenai

situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan kedalam sajian data dan informasi

mengenai sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan kesehatan.

A. SARANA KESEHATAN

Pada bagian ini diuraikan tentang sarana kesehatan diantaranya Puskesmas,

Rumah sakit dan sarana produksi dan distribusi farmasi dan alat kesehatan, sarana

upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM).

1. Puskesmas

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah Puskesmas (termasuk

Puskesmas Perawatan) terus meningkat dari 3.237 pada tahun 2000 menjadi

7.277 unit tahun 2001, menjadi 7.309 unit tahun 2002, 8.737 unit pada tahun

2009, 9005 unit tahun 2010, 9321 unit tahun 2011. Pada tahun 2012, jumlah

total Puskesmas di seluruh Indonesia sekitar 9.510 unit dan 2013 sebanyak

9.655 unit.

Namun pada periode tahun itu, ratio Puskesmas terhadap 100.000

penduduk sedikit menurun dari 3,56 per 100.000 penduduk pada tahun 2000

dan 3,55 per 100.000 penduduk pada tahun 2001 menjadi 3,46 per 100.000

penduduk pada tahun 2002 dan tahun 2003. Ini berarti bahwa setiap 100.000

penduduk rata – rata dilayani 3 – 4 unit puskesmas. Dalam kurun waktu 1

Page 98: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 89

dekade kemudian, rasio tersebut menjadi 3,86 per 100.000 penduduk pada

tahun 2011, 3,90 per 100.000 penduduk pada tahun 2012 dan 2013.

Di Kabupaten Bone, distribusi Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar telah lebih merata. Pada tahun

2014 jumlah puskesmas sebanyak 38 unit terdiri 17 puskesmas perawatan dan

21 puskesmas non perawatan dan, untuk melayani 738.515 jiwa penduduk

Kabupaten Bone. Dengan demikian rata–rata ratio puskesmas terhadap 100.000

penduduk sebesar 5,14. Angka ini jauh lebigh tinggi dibandingkan pencapaian

secara nasional yang berada di kisaran 3,8-3,9 per 100.000 penduduk .Ini

berarti bahwa setiap 100.000 penduduk dilayani 5 – 6 Puskesmas. Adapun

Puskesmas Pembantu (Pustu) sebanyak 75 buah sedangkan ratio Pustu terhadap

puskesmas adalah 1,97: 1 artinya setiap puskesmas rata – rata didukung oleh 1

atau 2 unit Pustu. Data selengkapnya pada tabel 67.

2. Rumah Sakit

Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit

antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya

diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rationya terhadap

jumlah penduduk.

Pada tahun 2014 jumlah Rumah Sakit di Kabupaten Bone sebanyak 2 Unit

dengan perincian RSUD Kabupaten = 1 unit, RS TNI= 1 Unit. Saat ini, juga

sementara ada pembangunan 2 unit rumah sakit, 1 oleh swasta dan 1 rumah

sakit tipe C milik pemerintah daerah. Data terinci pada lampiran tabel 68.

Page 99: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 90

3. Sarana Produksi dan Distribusi Farmasi dan Alat Kesehatan

Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana

pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan

farmasi dan alat kesehatan. Sedangkan jumlah sarana distribusi sediaan farmasi

dan alat kesehatan pada tahun 2014 tercatat 60 apotek (56 milik swasta dan 4

milik pemerintah sedangkan toko obat berjumlah 25 unit. Terjadi peningkatan

jumlah apotek sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, dibandingkan

tahun 2012 yang tercatat 19 Apotik dan 25 Toko Obat.

Di Kabupaten Bone, distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan milik

pemerintah dikelola oleh Subdin Farmasi. Adapun jumlah unit pengelola obat

pada tahun 2014 di Kabupaten Bone sebanyak 1 unit. Data terinci pada

lampiran tabel 67.

4. Sarana Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

Dalam Rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan

sumberdaya yang ada di masyarakat. Upaya kesehatan bersumberdaya

masyarakat (UKBM) diantaranya adalah Posyandu, Polindes (Pondok Bersalin

Desa), Toga (Taman Obat Keluarga), POD (Pos Obat Desa), Pos UKK (Pos

Upaya Kesehatan Kerja), Poskestren (Pos Kesehatan Pesantren) dan

sebagainya. Bahkan berdasarkan Undang-Undang Desa Nomor 6 Tahun 2014

dan Permenkes Nomor 75 Tahun 2015, Pos Kesehatan Desa (Poskedes) yang

berjumlah 240 unit juga merupakan UKBM.

Page 100: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 91

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di

masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu

kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, Perbaikan Gizi, Immunisasi dan

penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya, posyandu

dikelompokkan kedalam 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya,

Posyandu Purnama dan Mandiri.

Pada tahun 2014, jumlah posyandu di Kabupaten Bone sebanyak 949,

meningkat dari 915 buah pada tahun 2012 dengan rincian 90.51 % adalah

Posyandu Pratama 35,72%, Posyandu Madya 25,70%, Posyandu Purnama

33,09 dan 3,69% kategori Posyandu Mandiri.

Gambaran proporsi posyandu pada tahun 2014 di Kabupaten Bone

menurut strata atau tingkat perkembangannya dapat dilihat pada gambar V.1 di

bawah ini, dan data terinci dapat dilihat pada lampiran Tabel 72.

GAMBAR.V.1 PROPORSI POSYANDU MENURUT STRATA

DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014

Sumber : Bidang Kesga Dinkes Bone

Page 101: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 92

B. TENAGA KESEHATAN

Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai jenis tenaga

kesehatan yang memiliki kemampuan melaksamakam upaya kesehatan dengan

paradigma sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan

dan pencegahan penyakit. Pengadaan tenaga kesehatan dilaksanakan melalui

pendidikan dan pengembangan tenaga kesehatan melalui pelatihan tenaga oleh

pemerintah maupun masyarakat.

Tenaga kesehatan di Kabupaten Bone pada tahun 2014 yang tercatat

bertugas di Dinas Kesehatan, UPTD Puskesmas dan jaringannya serta di rumah

Sakit, terdiri atas dokter umum/spesialis sebanyak 75 orang, dokter gigi 21 orang,

perawat 329 orang, perawat gigi 1 orang, bidan 235 orang, apoteker dan tenaga

kefarmasian 39 orang, tenaga kesehatan masyarakat 114 orang, sanitarian 26 orang,

tenaga gizi termasuk nutrisionis dan dietisien 49 orang, tenaga keterapian fisik 3

orang, tenaga keteknisian medis 34 orang, serta tenaga penunjang/pendukung

sebanyak 219 orang sehingga total 1.171 orang. Selengkapnya pada gambar V.2

dan lampiran tabel 72-80.

Page 102: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 93

GAMBAR . V.2 PROPORSI TENAGA KESEHATAN MENURUT JENIS TENAGA DAN TEMPAT TUGAS

DI KABUPATEN BONE TAHUN 2014

Sumber : Sub Bagian Kepegawaian Dinkes Kab. Bone

Dalam upaya memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan di Kabupaten Bone, di

tahun 2014 telah didistribusi sejumlah tenaga pada berbagai institusi kesehatan.

Tenaga Kesehatan yang terdistribusi tersebut terserap paling banyak pada

Puskesmas 55,67 % (652 orang) termasuk Pustu dan Polindes/Poskesdes kemudian

Rumah Sakit 39,28 % (460 orang ) lalu Dinas Kesehatan 4,95% (58 orang).

Page 103: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 94

Sementara itu, untuk melihat kecukupan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan

kesehatan diantaranya digunakan indikator ratio tenaga perawat puskesmas per

puskesmas dan ratio tempat tidur di rumah sakit terhadap perawat yang bertugas di

rumah sakit.

1. Tenaga Medis

Yang tergolong tenaga medis adalah dokter spedialis, dokter umum,

dokter gigi dan dokter keluarga. Hingga tahun 2014 di Kabupaten Bone, jumlah

tenaga medis yang bertugas di institusi kesehatan pemerintah yaitu Puskesmas,

Rumah Sakit Umum dan Dinas Kesehatan sebanyak 96 orang (75 dokter dan 21

dokter gigi) orang meningkat dari data tahun 2012 dengan jumlah tenaga medis

sebanyak 69 orang. Demikian juga rasio tenaga medis di tahun 2014 sebesar

12,99 per 100.000 penduduk, meskipun meningkat dari tahun 2012 dengan

ratio 9.33 per 100.000 penduduk, namun capaian tersebut masih jauh dari target

RPJMD yaitu 47 per 100.000 penduduk.

Sedangkan ratio masing–masing tenaga medis per 100.000 penduduk

di tahun 2014 ini adalah dokter spesialis sebesar 3,65 per 100.000 penduduk

meningkat dari 2,33 per 100.000 penduduk di tahun 2012, ratio dokter umum

6.22 per 100.000 penduduk, dan ratio dokter gigi sebesar 2,84 per 100.000

penduduk, menurun dari data tahun 2012 dimana ratio dokter umum 9.33 per

100.000 penduduk, dan ratio dokter gigi sebesar 3.15 per 100.000 penduduk.

Data terinci pada lampiran tabel 72.

Page 104: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 95

2. Tenaga Kefarmasian dan Gizi

Untuk tenaga kefarmasian, saat ini telah berjumlah 30 orang (4,12 per

100.000 penduduk) dengan rincian Apoteker 21 orang, D3 Farmasi dan

Asisten Apoteker sebanyak 9 orang.

Sedangkan Jumlah tenaga gizi hingga Tahun 2012 di Kabupaten

Bone sebanyak 36 orang (4,49 per 100.000 penduduk). Data terinci pada

lampiran tabel.76.

3. Tenaga Keperawatan

Yang tergolong ke dalam tenaga keperawatan adalah perawat dan

bidan. Ratio perawat di Kabupaten Bone hingga tahun 2014 adalah 329 orang

atau 44,28 per 100.000 penduduk, meningkat dari tahun 2012 yang mencapai

293 atau 40,21 per 100.000 penduduk.

Sedangkan jumlah tenaga bidan sebanyak 235 orang atau 31,82 per

100.000 penduduk, meningkat dari tahun 2012 yaitu 214 orang atau 29,09 per

100.000 penduduk. Sedangkan rasio tenaga keperawatan seluruhnya untuk

tahun 2014 adalah 75,42 orang per 100.000 penduduk. Data terinci pada

lampiran tabel 73.

4. Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi

Jumlah tenga kesehatan masyarakat di Kabupaten Bone Tahun 2014

mencapai 114 orang dengan ratio 15,44 per 100.000 penduduk adalah 26,48 per

100.000 penduduk. Sedangkan jumlah tenaga sanitasi sebanyak 26 orang

dengan ratio 3,52 per 100.000 penduduk. Data terinci pada lampiran tabel 75.

Page 105: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 96

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN.

1. Anggaran Pembangunan Daerah

Pada tahun 2014, anggaran kesehatan di Kabupaten Bone berjumlah Rp.

193.724.674.458,-. Anggaran tersebut terdiri dari APBD Kabupaten sebesar

Rp.172.398.895.158 dan APBN termasuk DAK, DAU dan Tugas Perbantuan sebesar

Rp. 21.325.779.300. Total anggaran tersebut jika dibandingkan dengan APBD

Kabupaten Bone mencapai 10,63%, dengan angka per kapita sebesar Rp. 262.316.

Besaran anggaran tersebut meningkat drastis jika dibandingkan dengan anggaran pada

tahun 2012 yang dialokasikan di Kabupaten Bone secara keseluruhan sebesar

Rp.62.725.940.118,18. Data terinci pada lampiran tabel 81.

2. Pembiayaan Kesehatan oleh Masyarakat

Sejak lama sudah dikembangkan berbagai cara untuk memberikan jaminan

kesehatan bagi masyarakat. Sebelum berlakunya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

(JKN), berkembang berbagai cara pembiayaan kesehatan praupaya, yaitu dana sehat,

asuransi kesehatan, asuransi tenaga kerja ( Astek / Jamsostek ), Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan Masyarakat (JPKM) dan asuransi jiwa lain. Sekarang, sejalan dengan

implementasi UU tentang JKN, pelayanan kesehatan dioperatori oleh BPJS (Badan

Penyelenggaran Jaminan Sosial) baik BPJS Kesehatan maupun BPJS Ketenagakerjaan.

JKN diselenggarakan dengan azas gotong royong sehingga pelayanan kesehatan tidak

perlu dibayar langsung karena telah ditanggung oleh BPJS dengan mekanisme tertentu.

Namun demikian, cakupan atau kepesertaan masyarakat terhadap berbagai

jaminan pembiayaan kesehatan ini masih sangat rendah. Menurut data dari bidang

Page 106: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 97

yankes tahun 2014, masyarakat yang tercakup jaminan pembiayaan kesehatan

mencapai 100,68 % atau 745.515. Perbedaan jumlah yang ada kemungkinan karena

administrasi pencatatan yang masih belum optimal mengingat JKN baru dilaksanakan

1 (satu) tahun. Demikian juga dengan adanya kepesertaan ganda, misalnya masih

tercatat sebagai peserta JKN sekaligus Jamkesda yang masih berjalan sampai

pertengahan tahun 2015. Data terinci pada lampiran tabel 53.

GAMBAR V.3 PERSENTASE PENDUDUK YANG TERCAKUP JAMINAN PEMBIAYAAN

KESEHATAN MENURUT JENISNYA DI KAB. BONE TAHUN 2014

Sumber: Bidang Yankes Dinkes Bone

Page 107: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 98

BAB. VI

P E N U T U P

Profil Kesehatan Kabupaten Bone tahun 2014 bertujuan memberikan gambaran

secara garis besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh perubahan dan perbaikan

keadaan kesehatan masyarakat yang telah dicapai. Oleh karena data dan informasi

merupakan sumber daya yang strategis bagi pimpinan dan organisasi dalam

pelaksanaan manajemen, maka penyediaan data/informasi yang berkualitas sangat

diperlukan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan. Berbagai data-data

yang telah ditampilkan menunjukkan beberapa hal sebagai berikut sebagai

kesimpulan, yaitu:

1. Capaian kinerja program kesehatan di tahun 2014 telah menunjukkan kemajuan

dan peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan target kinerja

yang ada, diantaranya target SPM bidang kesehatan di Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Bone.

2. Terdapat capaian kinerja program di tahun 2014 yang mengalami penurunan

dibanding tahun-tahun sebelumnya atau belum mencapai target kinerja yang

ditetapkan baik target RPJMD maupun MDG’s. Penurunan tersebut diantaranya

karena faktor internal seperti kemampuan pengelola program yang masih

kurang, sarana prasarana yang belum sepenuhnya mencover kebutuhan

program, anggaran yang tersedia belum memadai dan lainnya. Terdapat pula

faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pencapaian target seperti kondisi

geografis yang sulit dengan aksessibilitas terbatas, dinamika demografis,

perubahan cuaca yang menimbulkan kejadian penyakit tertentu atau

Page 108: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 99

pemahaman, kesadaran dan perilaku sebagaian masyarakat yang belum

berorientasi sehat. Termasuk pula meningkatnya patogenitas dan virulensi

penyakit tertentu serta masih adanya iceberg phenomenon yang belum

teridentifikasi seluruhnya.

3. Dari segi tenaga kesehatan, umumnya belum sesuai dengan indikator yang ada,

baik dari segi jumlahnya maupun dari segi distribusinya. Rasio tenaga

kesehatan terutama tenaga medis masih jauh dari target. Demikian pula dengan

distribusinya yang belum menunjukkan pemerataan karena umunya tenaga

kesehatan terkonsentrasi di daerah perkotaan atau ibu kota kecamatan.

4. Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar umumnya cukup memadai,

ditandai dengan sebaran dan jumlah puskesmas di setiap kecamatan. Demikian

juga dengan jaringan dan jejaring pelayanan kesehatan masyarakat lainnya

seperti Pustu dan Poskesdes yang telah menjangkau sampai ke pelosok,

meskipun disadari masih perlu peningkatan kualitas dan kuantitasnya.

5. Koordinasi lintas program, lintas bidang, lintas institusi dan lintas sektor dalam

pembangunan kesehatan di Kabupaten Bone perlu ditingkatkan terutama untuk

mengantisipasi adanya kegiatan yang memerlukan keterlibatan bersama dan

konektivitas yang solid.

6. Dari segi data, diperlukan mekanisme yang lebih teratur, rapi dan berkualitas

sehingga data yang tersedia valid, kontinyu dan memenuhi kebutuhan pengguna

data baik internal maupun eksternal. Masih didapatkan data yang belum

mengalami pengolahan dan pengelolaan data yang benar sehingga

meninggalkan tanda tanya terkait dengan kebenarannya. Masih ada data yang

Page 109: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 100

belum tercover dan tersedia dengan baik di tingkat program, baik sebagian

maupun seluruhnya. Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang

disajikan di dalam profil kesehatan Kabupaten Bone yang terbit saat ini belum

sesuai dengan harapan.

Oleh karena Profil Kesehatan ini adalah gambaran umum dari pencapaian atas

pelaksanaan kegiatan dan program kesehatan terutama di Dinas Kesehatan, Puskesmas

dan jaringannya, tentunya kekurangan yang ada akan senantiasa dikonstruksi dan

direkonstruksi menjadi lebih baik dan berkualitas, baik dari segi jumlah data, analisa,

penarikan kesimpulan maupun diseminasinya. Kekurangan yang ada adalah

keterbatasan yang tidak menghambat langkah dalam meningkatkan kualitas kinerja

sektor kesehatan Kabupaten Bone.

Ke depan, perbaikan dan penyempurnaan yang menyeluruh dari berbagai aspek

merupakan keniscayaan dalam usaha meningkatkan kualitas Profil Kesehatan

Kabupaten Bone khususnya, dan kualitas kesehatan masyarakat Kabupaten Bone

umumnya. Olehnya, sumbangsih yang konstruktif dari segenap stakeholder kesehatan

merupakan elemen penting bagi kemajuan di sektor kesehatan menuju tercapainya visi

pembangunan Kabupaten Bone 2013-2018 yaitu “Bone Sehat, Cerdas dan

Sejahtera”.

Watampone, 18 Agustus 2015

Kepala Dinas Kesehatan,

dr. Hj. Khasma, M.Kes.

Page 110: Profil Kesehatan Kabupaten Bone

P R O F I L K E S E H A T A N K A B U P A T E N B O N E T A H U N 2 0 1 4

Page 101