Profil Kesehatan Ibu Di Indonesia

26
KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya, yang berjudul “ Profil Kesehatan Ibu di Indonesia “. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari senpurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita, amin. Tasikmalaya 22 September 2013 Mohammad Kemal Osmani

Transcript of Profil Kesehatan Ibu Di Indonesia

Page 1: Profil Kesehatan Ibu Di Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil

menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya, yang

berjudul “ Profil Kesehatan Ibu di Indonesia “.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari senpurna, oleh karena

itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya

harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita, amin.

Tasikmalaya 22 September 2013

Mohammad Kemal Osmani

Page 2: Profil Kesehatan Ibu Di Indonesia

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1

A. Latar Belakang......................................................................... 1

B. Tujuan....................................................................................... 1

BAB II PROFIL KESEHATAN IBU DI INDONESIA.......................... 3

A. Profil kesehatan Ibu Menurut MDGs.......................................... 3

B. Sasaran Pembangunan Millenium Indonesia.............................. 5

C. Kontroversi..........…................................................................... 6

D. Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak………....……….................... 7

E. Profil Kesehatan Ibu Menurut KIA dan KIB............................ 10

BAB III PENUTUP............................................................................ 14

A. Kesimpulan................................................................................ 14

B. Saran.......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA................................................................ .......... 15

Page 3: Profil Kesehatan Ibu Di Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

salah satu indikator penting dalam menilai tingkat derajat kesehatan masyarakat di

suatu negara (Depkes RI, 2007). Oleh karena itu, pemerintah memerlukan upaya

yang sinergis dan terpadu untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB di

Indonesia khususnya dalam mencapai target  Millenium Development Goals

(MDGs) pada tahun 2015 yaitu AKI  sebesar 102/100.000 kelahiran

hidup. Tentunya hal ini merupakan tantangan  yang cukup berat bagi Pemerintah

Indonesia (Depkes RI, 2007).

AKI di Indonesia masih tinggi bila  dibandingkan dengan AKI di negara Asia

lainnya (Depkes RI, 2007). Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2007, AKI sebesar 228/100.000 Kelahiran Hidup (KH); AKB

sebesar 34/1.000 KH; dan Angka  Kematian Neonatal (AKN) sebesar 19/1.000

KH (Depkes RI, 2009).

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2010), peningkatan kesehatan ibu, bayi,

Balita dan Keluarga Berencana  (KB) yang merupakan salah satu dari delapan

fokus prioritas pembangunan  kesehatan di Indonesia tahun 2010-2014 perlu

didukung oleh peningkatan kualitas manajemen dan pembiayaan kesehatan,

sistem informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan melalui penataan dan

pengembangan sistem informasi kesehatan untuk menjamin ketersediaan data dan

informasi kesehatan melalui pengaturan sistem informasi yang komprehensif dan

pengembangan jaringan. Oleh karena  itu pemerintah perlu melakukan upaya

terfokus berdasarkan perencanaan dan penganggaran yang berbasis data

(evidanced based) melalui proses yang sistematis dan partisipatif, dan ini berarti

keberadaan data dan informasi memegang peranan yang sangat penting karena

data akan memengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam suatu organisasi.

Page 4: Profil Kesehatan Ibu Di Indonesia

B. Tujuan

1. Untuk Memenuhi salah salah satu tugas mata kuliah Maternitas I

2. Untuk Mengetahui dan memahami profil kesehatan ibu di Indonesia

3. Untuk Mengetahui dan memeahami upaya pemerintah dalam peningkatan

kesehatan ibu di Indonesia

Page 5: Profil Kesehatan Ibu Di Indonesia

BAB II

PROFIL KESEHATAN IBU DI INDONESIA

A. Profil Kesehatan Ibu menurut MDGs

Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa

Inggris MDGs adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun

2015, merupakan tantangan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh

dunia. Tantangan-tantangan ini sendiri diambil dari seluruh tindakan dan target

yang dijabarkan dalam Deklarasi Milenium yang diadopsi oleh 189 negara dan

ditandatangani oleh 147 kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di New York pada bulan September

2000.

Pada September 2000, Pemerintah Indonesia, bersama-sama dengan 189

negara lain, berkumpul untuk menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New

York dan menandatangani Deklarasi Milenium. Deklarasi berisi sebagai

komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8

buah sasaran pembangunan dalam Milenium ini (MDG), sebagai satu paket tujuan

terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan.

Penandatanganan deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-

pemimpin dunia untuk mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang

menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak untuk menyelesaikan

pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan jender pada semua tingkat

pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga 2/3 , dan mengurangi hingga

separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015.

Sasaran

Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September 2000

menyetujui agar semua negara:

1.      Pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim

Target untuk 2015: Mengurangi setengah dari penduduk dunia yang

berpenghasilan kurang dari 1 dolar AS sehari dan mengalami kelaparan.

2.      Pemerataan pendidikan dasar

Page 6: Profil Kesehatan Ibu Di Indonesia

Target untuk 2015: Memastikan bahwa setiap anak , baik laki-laki dan

perempuan mendapatkan dan menyelesaikan tahap pendidikan dasar.

3.      Mendukung adanya persaman jender dan pemberdayaan perempuan

Target 2005 dan 2015: Mengurangi perbedaan dan diskriminasi gender

dalam pendidikan dasar dan menengah terutama untuk tahun 2005 dan

untuk semua tingkatan pada tahun 2015.

4.      Mengurangi tingkat kematian anak

Target untuk 2015: Mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak

usia di bawah 5 tahun

5.      Meningkatkan kesehatan ibu

Target untuk 2015: Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam

proses melahirkan

6.      Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya

Target untuk 2015: Menghentikan dan memulai pencegahan penyebaran

HIV/AIDS, malaria dan penyakit berat lainnya.

7.      Menjamin daya dukung lingkungan hidup

Target:

a. Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan

dalam kebijakan setiap negara dan program serta mengurangi hilangnya

sumber daya lingkungan.

b. Pada tahun 2015 mendatang diharapkan mengurangi setengah dari

jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat.

c. Pada tahun 2020 mendatang diharapkan dapat mencapai pengembangan

yang signifikan dalam kehidupan untuk sedikitnya 100 juta orang yang

tinggal di daerah kumuh.

8.      Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

Target:

a. Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem

keuangan yang berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada

diskriminasi. Termasuk komitmen terhadap pemerintahan yang baik,

pembangungan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional

dan internasional.

Page 7: Profil Kesehatan Ibu Di Indonesia

b. Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara kurang

berkembang, dan kebutuhan khusus dari negara-negara terpencil dan

kepulauan-kepulauan kecil. Ini termasuk pembebasan-tarif dan -kuota

untuk ekspor mereka; meningkatkan pembebasan hutang untuk negara

miskin yang berhutang besar; pembatalan hutang bilateral resmi; dan

menambah bantuan pembangunan resmi untuk negara yang

berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan.

c. Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah

utang negara-negara berkembang.

d. Menghadapi secara komprehensif dengan negara berkembang dengan

masalah hutang melalui pertimbangan nasional dan internasional untuk

membuat hutang lebih dapat ditanggung dalam jangka panjang.

e. Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan untuk kaum

muda.

f. Dalam kerja sama dengan pihak "pharmaceutical", menyediakan akses

obat penting yang terjangkau dalam negara berkembang.

g. Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan

keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi

dan komunikasi.

B. Sasaran Pembangunan Milenium Indonesia

Setiap negara yang berkomitmen dan menandatangani perjanjian diharapkan

membuat laporan MDGs. Pemerintah Indonesia melaksanakannya dibawah

koordinasi Bappenas dibantu dengan Kelompok Kerja PBB dan telah

menyelesaikan laporan MDG pertamanya yang ditulis dalam bahasa Indonesia

dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris untuk menunjukkan rasa

kepemilikan pemerintah Indonesia atas laporan tersebut. Laporan Sasaran

Pembangunan Milenium ini menjabarkan upaya awal pemerintah untuk

menginventarisasi situasi pembangunan manusia yang terkait dengan pencapaian

sasaran MDGs, mengukur, dan menganalisa kemajuan seiring dengan upaya

menjadikan pencapaian-pencapaian ini menjadi kenyataan, sekaligus

mengidenifikasi dan meninjau kembali kebijakan-kebijakan dan program-program

Page 8: Profil Kesehatan Ibu Di Indonesia

pemerintah yang dibutuhkan untuk memenuhi sasaran-sasaran ini. Dengan tujuan

utama mengurangi jumlah orang dengan pendapatan dibawah upah minimum

regional antara tahun 1990 dan 2015.

Laporan ini menunjukkan bahwa Indonesia berada dalam jalur untuk

mencapai tujuan tersebut. Namun, pencapaiannya lintas provinsi tidak seimbang.

Kini MDGs telah menjadi referensi penting pembangunan di Indonesia, mulai dari

tahap perencanaan seperti yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM) hingga pelaksanaannya.

Walaupun mengalamai kendala, namun pemerintah memiliki komitmen untuk

mencapai sasaran-sasaran ini dan dibutuhkan kerja keras serta kerjasama dengan

seluruh pihak, termasuk masyarakat madani, pihak swasta, dan lembaga donor.

Pencapaian MDGs di Indonesia akan dijadikan dasar untuk perjanjian kerjasama

dan implementasinya di masa depan. Hal ini termasuk kampanye untuk perjanjian

tukar guling hutang untuk negara berkembang sejalan dengan Deklarasi Jakarta

mengenai MDGs di daerah Asia dan Pasifik.

C. Kontroversi

Upaya Pemerintah Indonesia merealisasikan Sasaran Pembangunan Milenium

pada tahun 2015 akan sulit karena pada saat yang sama pemerintah juga harus

menanggung beban pembayaran utang yang sangat besar. Program-program

MDGs seperti pendidikan, kemiskinan, kelaparan, kesehatan, lingkungan hidup,

kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan membutuhkan biaya yang

cukup besar. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen

Keuangan, per 31 Agustus 2008, beban pembayaran utang Indonesia terbesar akan

terjadi pada tahun 2009-2015 dengan jumlah berkisar dari Rp97,7 triliun (2009)

hingga Rp81,54 triliun (2015) rentang waktu yang sama untuk pencapaian MDGs.

Jumlah pembayaran utang Indonesia, baru menurun drastis (2016) menjadi

Rp66,70 triliun. tanpa upaya negosiasi pengurangan jumlah pembayaran utang

Luar Negeri, Indonesia akan gagal mencapai tujuan MDGs.

Menurut Direktur Eksekutif International NGO Forum on Indonesian

Development (INFID) Don K Marut Pemerintah Indonesia perlu menggalang

solidaritas negara-negara Selatan untuk mendesak negara-negara Utara

Page 9: Profil Kesehatan Ibu Di Indonesia

meningkatkan bantuan pembangunan bukan utang, tanpa syarat dan berkualitas

minimal 0,7 persen dan menolak ODA (official development assistance) yang

tidak bermanfaat untuk Indonesia. Menanggapi pendapat tentang kemungkinan

Indonesia gagal mencapai tujuan MDGs apabila beban mengatasi kemiskinan dan

mencapai tujuan pencapaian MDG di tahun 2015 serta beban pembayaran utang

diambil dari APBN di tahun 2009-2015, Sekretaris Utama Menneg PPN/Kepala

Bappenas Syahrial Loetan berpendapat apabila bisa dibuktikan MDGs tidak

tercapai di 2015, sebagian utang bisa dikonversi untuk bantu itu. Pada tahun 2010

hingga 2012 pemerintah dapat mengajukan renegosiasi utang. Beberapa negara

maju telah berjanji dalam konsesus pembiayaan (monetary consensus) untuk

memberikan bantuan. Hasil kesepakatan yang didapat adalah untuk negara maju

menyisihkan sekitar 0,7 persen dari GDP mereka untuk membantu negara miskin

atau negara yang pencapaiannya masih di bawah. Namun konsensus ini belum

dipenuhi banyak negara, hanya sekitar 5-6 negara yang memenuhi sebagian besar

ada di Skandinavia atau Belanda yang sudah sampai 0,7 persen.

D. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak

Banyak upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan ornop dalam

meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Baik dalam hal peningkatan ketrampilan

pada tenaga kesehatan, pemberdayaan pada kader atau masyarakat, maupun

penyusunan Peraturan Pemerintah dalam pelayanan kesehatan. Hanya saja masih

dihadapi banyak kesulitan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak, sehingga

angka kematian ibu masih tinggi dan masih ditemukan kematian bayi dan balita.

Yang menyebabkan sulitnya mencapai penurunan angka kematian ibu

antara lain :

1. Penolong persalinan terlatih selama kehamilan, proses persalinan, post

persalinan;

2. Layanan kesehatan ibu dan anak yang belum memadai;

3. Keterbatasan anggaran dalam kesejahteraan yang menyebabkan biaya

untuk persalinan cukup mahal.

Penyebab kematian anak antara lain :

1. Infeksi.

Page 10: Profil Kesehatan Ibu Di Indonesia

2. Masalah bayi baru lahir /neonatal (prematur, berat bayi lahir rendah

/BBLR, asfiksia, dan sepsis).

Salah satu cara mengurangi kematian anak adalah dengan Standar Emas

Makanan Bayi antara lain :

1. Inisiasi menyusui dini /IMD dini dapat mengurangi perdarahan post

partum dan anemia, dan mengurangi angka kematian Ibu melahirkan.

2. ASI ekslusif 6 bulan,

3. Makanan pendamping air susu ibu /MP ASI setelah 6 bulan, makanan

keluarga yang tepat waktu dan adekuat menurunkan kematian balita;

4. ASI sampai dengan 2 tahun.

Dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan AKN tersebut, pada tanggal

26 Januari 2012 Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan dr. Ratna Rosita,

MPHM telah meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal Survival

(EMAS). Program EMAS merupakan program hasil kerja sama antara Pemerintah

Indonesia dengan lembaga donor USAID, yang bertujuan untuk menurunkan AKI

dan AKN di Indonesia sebesar 25%. Untuk mencapai target tersebut, program

EMAS akan dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan jumlah kematian

yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

dan Sulawesi Selatan, dimana pada tahun pertama akan dilaksanakan pada 10

kabupaten.

Hal tersebut bukan tanpa alasan, karena berdasarkan data Kementerian

Kesehatan sekitar 52,6% dari jumlah total kejadian kematian ibu di Indonesia

berasal dari enam provinsi tersebut. Demikian pula dengan kematian neonatal,

sekitar 58,1% dari jumlah total nasional juga “disumbangkan” oleh keenam

provinsi tersebut. Dari hasil analisis, diyakini bahwa percepatan penurunan Angka

Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia akan

dapat diakselerasi apabila kematian ibu dan kematian neonatal di enam provinsi

tersebut dapat dikurangi secara signifikan.

Upaya penurunan AKI dan AKN melalui program EMAS akan dilakukan

dengan cara:

Page 11: Profil Kesehatan Ibu Di Indonesia

1. Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir

minimal di 150 Rumah Sakit (PONEK) dan 300 Puskesmas/Balkesmas

(PONED)

2. Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar Puskesmas dan

Rumah Sakit

Dalam pelaksanaannya di lapangan, upaya tersebut dilakukan dengan

pendekatan “Vanguard”, yaitu:

1. Memilih dan memantapkan sekitar 30 RS dan 60 Puskesmas yang sudah

cukup kuat agar berjejaring dan dapat membimbing jaringan Kabupaten

yang lain, dan

2. Melibatkan RS/RB swasta untuk memperkuat jejaring sistem rujukan di

daerah

Pada peluncuran program EMAS yang diawali dengan keynote speech dari

Utusan Presiden RI Untuk MDGs Prof dr. Nila Moeloek dan dihadiri oleh

perwakilan dari Kemenko Kesra serta para peserta acara yang di antaranya berasal

dari provinsi-provinsi lokasi program, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan

mengharapkan agar program ini dapat berjalan dengan sukses dan pada akhirnya

nanti benar-benar dapat memberi dampak positif secara nasional dalam percepatan

pencapaian target MDGs 4 dan 5.

Dalam rangka percepatan penurunan AKI guna mencapai target MDGs tahun

2015, Direktorat Bina Kesehatan Ibu telah merumuskan skenario percepatan

penurunan AKI sebagai berikut:

1. Target MDG 5 akan tercapai apabila 50% kematian ibu per provinsi dapat

dicegah/dikurangi.

2. Kunjungan antenatal pertama (K1) sedapat mungkin dilakukan pada

trimester pertama, guna mendorong peningkatan cakupan kunjungan

antenatal empat kali (K4).

3. Bidan Di Desa sedapat mungkin tinggal di desa, guna memberikan

kontribusi positif untuk pertolongan persalinan serta pencegahan dan

penanganan komplikasi maternal.

4. Persalinan harus ditolong tenaga kesehatan dan sedapat mungkin

dilakukan di fasilitas kesehatan.

Page 12: Profil Kesehatan Ibu Di Indonesia

5. Pelayanan KB harus ditingkatkan guna mengurangi faktor risiko 4 Terlalu.

6. Pemberdayaan keluarga dam masyarakat dalam kesehatan reproduksi

responsif gender harus ditingkatkan untuk meningkatkan health care

seeking behaviour.

Tantangan angka kematian ibu yang menyebabkan kesulitan dalam

pencapaian target MDGs antara lain :

1. Masih rendahnya cakupan ante-natal care /ANC dan persalinan yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan karena posisi tawar perempuan

2. Penyakit infeksi dan perdarahan, termasuk yang disebabkan oleh abortus.

E. Profil Kesehatan Ibu menurut KIA/KB

Setiap kali bangsa Indonesia memperingati Hari Ibu tanggal 22 Desember,

tiap kali itu pula mengemuka berbagai permasalahan terkait kaum perempuan,

khususnya kaum ibu. Satu hal yang seringkali muncul adalah pembahasan terkait

Angka Kematian Ibu.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sudah berhasil diturunkan secara

signifikan dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1991 (SDKI 1991)

menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI 2007). Sesuai

target MDGs, AKI harus diturunkan sampai 102 per 100.000 kelahiran hidup pada

tahun 2015. Untuk dapat mencapai target MDGs, diperlukan terobosan dan upaya

keras dari seluruh pihak, baik Pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat.

Terjadinya kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan

penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia

masih didominasi oleh perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Sedangkan faktor tidak

langsung penyebab kematian ibu karena masih banyaknya kasus 3

Terlambat dan 4 Terlalu, yang terkait dengan faktor akses, sosial budaya,

pendidikan, dan ekonomi. Kasus 3 Terlambat meliputi:

1. Terlambat mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan

2. Terlambat dirujuk

3. Terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan

Berdasarkan Riskesdas 2010, masih cukup banyak ibu hamil dengan faktor risiko

4 Terlalu, yaitu:

Page 13: Profil Kesehatan Ibu Di Indonesia

1. Terlalu tua hamil (hamil di atas usia 35 tahun) sebanyak 27%

2. Terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun) sebanyak 2,6%

3. Terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4) sebanyak 11,8%

4. Terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun)

Hasil Riskesdas juga menunjukkan bahwa cakupan program kesehatan ibu dan

reproduksi umumnya rendah pada ibu-ibu di pedesaan dengan tingkat pendidikan

dan ekonomi rendah. Secara umum, posisi perempuan juga masih relatif kurang

menguntungkan sebagai pengambil keputusan dalam mencari pertolongan untuk

dirinya sendiri dan anaknya. Ada budaya dan kepercayaan di daerah tertentu yang

tidak mendukung kesehatan ibu dan anak. Rendahnya tingkat pendidikan dan

ekonomi keluarga berpengaruh terhadap masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan

4 Terlalu, yang pada akhirnya terkait dengan kematian ibu dan bayi.

Permasalahan kesehatan, termasuk kematian ibu, merupakan tanggung jawab

bersama dan tidak akan dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan sendiri. Oleh

karena itu, Kementerian Kesehatan terus menggalang kerja sama lintas sektor,

baik dengan Kementerian/Lembaga lain, Pemerintah Daerah, sektor swasta,

kalangan akademisi, organisasi profesi, serta masyarakat. Perhatian khusus dan

upaya keras semua pihak tersebut menjadi modal bagi pencapaian target

penurunan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

salah satu indikator penting dalam menilai tingkat derajat kesehatan masyarakat di

suatu negara (Depkes RI, 2007). Oleh karena itu, pemerintah memerlukan upaya

yang sinergis dan terpadu untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB di

Indonesia khususnya dalam mencapai target  Millenium Development Goals

(MDGs) pada tahun 2015 yaitu AKI  sebesar 102/100.000 kelahiran

hidup. Tentunya hal ini merupakan tantangan  yang cukup berat bagi Pemerintah

Indonesia (Depkes RI, 2007).

AKI di Indonesia masih tinggi bila  dibandingkan dengan AKI di negara Asia

lainnya (Depkes RI, 2007). Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2007, AKI sebesar 228/100.000 Kelahiran Hidup (KH); AKB

Page 14: Profil Kesehatan Ibu Di Indonesia

sebesar 34/1.000 KH; dan Angka  Kematian Neonatal (AKN) sebesar 19/1.000

KH (Depkes RI, 2009).

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2010), peningkatan kesehatan ibu, bayi,

Balita dan Keluarga Berencana  (KB) yang merupakan salah satu dari delapan

fokus prioritas pembangunan  kesehatan di Indonesia tahun 2010-2014 perlu

didukung oleh peningkatan kualitas manajemen dan pembiayaan kesehatan,

sistem informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan melalui penataan dan

pengembangan sistem informasi kesehatan untuk menjamin ketersediaan data dan

informasi kesehatan melalui pengaturan sistem informasi yang komprehensif dan

pengembangan jaringan. Oleh karena  itu pemerintah perlu melakukan upaya

terfokus berdasarkan perencanaan dan penganggaran yang berbasis data

(evidanced based) melalui proses yang sistematis dan partisipatif, dan ini berarti

keberadaan data dan informasi memegang peranan yang sangat penting karena

data akan memengaruhi perilaku pengambilan keputusan dalam suatu organisasi.

Data dan informasi cakupan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sangat

diperlukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan program KIA yang telah

dilaksanakan oleh pemerintah.  Untuk memperoleh data dan informasi tersebut,

pemerintah perlu melakukan  pemantauan pelaksanaan program KIA secara

berkala dan berkesinambungan. Untuk memantau cakupan pelayanan KIA,

dikembangkan sistem Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak

(PWS-KIA) agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa

yang cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anaknya masih rendah.

Namun demikian pencapaian program kesehatan seperti program KIA yang

diperlihatkan dalam bentuk data belum dapat sepenuhnya dijadikan pedoman

untuk menggambarkan kondisi kesehatan masyarakat yang riil karena validitas

data yang dihasilkan selalu diragukan. Jika data tidak valid, tentu saja

pengambilan keputusan untuk perencanaan program KIA yang dilakukan akan

melenceng dari persoalan yang dihadapi masyarakat (Yustina, 2009). Data yang

tersedia sering kali belum/tidak digunakan sebagai dasar untuk membuat

perencanaan dan evaluasi program KIA. Padahal untuk mengetahui masalah KIA

yang ada, menentukan besar masalah KIA, dan menentukan prioritas masalah

KIA yang akan diatasi mutlak diperlukan data yang akurat (Depkes RI, 2009). 

Page 15: Profil Kesehatan Ibu Di Indonesia

Aktivitas manajemen data dalam suatu organisasi memang seringkali

menemukan kendala/masalah terkait dengan keberadaan data/informasi sebagai

dasar untuk pengambilan keputusan. Menurut Lippeveld,  et.al. (2000), banyak

faktor yang mempengaruhi penggunaan  informasi untuk pengambilan keputusan,

seperti : politik, ideologi, anggaran, donatur, tekanan dari kelompok tertentu,

NGO (Non Government Organization), krisis, media, komunitas dalam

masyarakat dan sebagainya.

Page 16: Profil Kesehatan Ibu Di Indonesia

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

AKI di Indonesia masih tinggi bila  dibandingkan dengan AKI di negara Asia

lainnya (Depkes RI, 2007). Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2007, AKI sebesar 228/100.000 Kelahiran Hidup (KH); AKB

sebesar 34/1.000 KH; dan Angka  Kematian Neonatal (AKN) sebesar 19/1.000

KH (Depkes RI, 2009). Dari hasil data Survei Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) memang angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di

indonesia masih cukup besar dibandingkan dengan negara asia lainya, tetapi

dalam permasalahan ini pemerintah selalu berusaha untuk menurunkan AKI dan

AKB, ini terbukti dengan berbagai upaya pemerintah dalam menurunkan angka

kematian ibu dan angka kematian bayi seperti Program EMAS (Expanding

Maternal and Neonatal Survival) yang baru-baru ini diluncurkan oleh pemerintah,

Software PWS KIA “Kartini” yang terus dikembangkan oleh pemerintah yang

dapat membantu proses Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) bidang Kesehatan

Ibu dan Anak (KIA) di wilayah kerjanya oleh Puskesmas, dan berbagai program

pemerintah lainya yang sudah diluncurkan maupun yang masih dalam tahap

perkembangan.

B. Saran

Untuk mencapai target MDGs pada 2015, diperlukan percepatan penurunan

Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Di sebagian wilayah di

Indonesia, kendala geografis masih dihadapi, khususnya di daerah tertinggal,

terpencil, perbatasan, dan kepulauan. Hal tersebut mengakibatkan sulitnya akses

dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk rujukan bagi ibu hamil dengan

risiko tinggi. Oleh karena itu dengan adanya berbagai program dari pemerintah,

diharapkan dapat mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh ibu dan

anaknya, sehingga angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)

dapat berkurang sesuai dengan target pemerintah atau bahkan melebihi target dari

pemerintah, sehingga kesejahteraan ibu dan anaknya dapat meningkat pada tahun

2015.

Page 17: Profil Kesehatan Ibu Di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/ diakses tanggal 22-02-2013

http://www.jimmyzakaria.com/kesehatan/angka-kematian-bayi-di-indonesia-

masih-tingg diakses tanggal 22-02-2012

http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/420/420/ diakses tanggal 22-

02-2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Sasaran_Pembangunan_Milenium diakses tanggal 22-

02-2012

http://perdhaki.org/content/gerakan-kesehatan-ibu-dan-anak-menuju-milenium-

development-goals-mdgs diakses tanggal 22-02-2012