Profil Industri Semen.pdf

8
© Copyright April 2006 WinPlus Capital. All rights reserved. Reproduction in whole or in part without permission is prohibited. (1) Industri Semen Menggeliat Kembali BKPM baru saja mengumumkan bahwa Siam Cement, perusahaan semen dari negeri jiran Thailand, telah memperoleh ijin untuk melakukan investasi sebesar 90 juta dolar AS di Sukabumi. Jumlah investasi tersebut direncanakan untuk membangun pabrik semen dengan kapasitas sebesar 1 juta ton. Berita tersebut seakan memperkuat gelombang investasi yang saat ini sedang digodok oleh para produsen semen Indonesia. Bagi Siam Cement, investasi tersebut relatif kecil dibandingkan dengan ukuran bisnis keseluruhan mereka. Siam Cement, yang awalnya memang didirikan sebagai produsen semen pertama di Muangthai pada tahun 1913, saat ini sudah merambah ke berbagai sektor, seperti petrokimia, kertas dan pulp, bahan bangunan selain semen itu sendiri. Konglomerasi bisnis yang tahun 2005 lalu membukukan penjualan sebesar 5,5 milyar dolar AS tersebut bahkan baru saja memutuskan untuk membangun pabrik petrokimia yang kedua, dengan kapasitas tiga kali lipat dari yang dimiliki Chandra Asri saat ini, dengan investasi sebesar 1,1 milyar dolar AS. Dengan demikian, investasi sebesar 90 juta dolar AS tersebut bukan tidak mungkin hanya langkah awal dari sebuah strategi yang lebih besar. PT. Semen Cibinong Tbk, yang baru saja mengganti nama dengan PT. Holcim Indonesia Tbk, juga merencanakan investasi baru di luar yang selama ini menjadi daerah produksinya, yaitu Cibinong dan Cilacap. Perusahaan tersebut merencanakan untuk melebarkan sayap ke Jawa Timur, yaitu dengan melakukan pembangunan pabrik di sebelah barat Surabaya. Dengan investasi greenfield tersebut, maka PT. Holcim memiliki wilayah produksi di tiga pasar yang penting, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan nantinya Jawa Timur. Investasi sebesar 300 juta dolar AS tersebut diperkirakan akan menambah kapasitas produksinya dengan sekitar 2,5 juta ton. Ekspansi yang dilakukan oleh PT. Holcim Indonesia Tbk tampaknya merupakan bagian dari strategi global mereka. Perusahaan semen yang saat ini sudah berada di lebih dari 70 negara di seluruh dunia dan pada tahun 2005 menjual 110,6 juta ton semen tersebut berhasil menjual semen dan klinker sebanyak 6,6 juta ton, atau kurang lebih 6% dari penjualan global mereka. Holcim International dewasa ini secara agresif melakukan berbagai akuisisi di seluruh dunia, terakhir di India, maupun juga melakukan investasi pembangunan pabrik baru seperti di Ste. Genevieve, di daerah Mississipi, Amerika Serikat dengan kapasitas 4 juta ton per tahunnya. Sementara itu, PT. Semen Tonasa, unit usaha dari PT. Semen Gresik Tbk, baru saja mengumumkan rencana untuk melakukan perluasan kapasitasnya dengan membangun pabrik baru dengan kapasitas 2,5 juta ton dengan biaya yang diperkirakan sekitar Rp. 3 triliun. Ini berarti bahwa dari Grup Semen Gresik, pabrik semen di Tonasalah yang menjadi prioritas pertama ekspansi grupnya. Bukan tidak mungkin rencana ekspansi tersebut nantinya akan dilanjutkan dengan rencana ekspansi lainnya di

Transcript of Profil Industri Semen.pdf

Page 1: Profil Industri Semen.pdf

© Copyright April 2006 WinPlus Capital. All rights reserved. Reproduction in whole or in part

without permission is prohibited.

(1)

Industri Semen Menggeliat Kembali BKPM baru saja mengumumkan bahwa Siam Cement, perusahaan semen dari negeri jiran Thailand, telah memperoleh ijin untuk melakukan investasi sebesar 90 juta dolar AS di Sukabumi. Jumlah investasi tersebut direncanakan untuk membangun pabrik semen dengan kapasitas sebesar 1 juta ton. Berita tersebut seakan memperkuat gelombang investasi yang saat ini sedang digodok oleh para produsen semen Indonesia. Bagi Siam Cement, investasi tersebut relatif kecil dibandingkan dengan ukuran bisnis keseluruhan mereka. Siam Cement, yang awalnya memang didirikan sebagai produsen semen pertama di Muangthai pada tahun 1913, saat ini sudah merambah ke berbagai sektor, seperti petrokimia, kertas dan pulp, bahan bangunan selain semen itu sendiri. Konglomerasi bisnis yang tahun 2005 lalu membukukan penjualan sebesar 5,5 milyar dolar AS tersebut bahkan baru saja memutuskan untuk membangun pabrik petrokimia yang kedua, dengan kapasitas tiga kali lipat dari yang dimiliki Chandra Asri saat ini, dengan investasi sebesar 1,1 milyar dolar AS. Dengan demikian, investasi sebesar 90 juta dolar AS tersebut bukan tidak mungkin hanya langkah awal dari sebuah strategi yang lebih besar. PT. Semen Cibinong Tbk, yang baru saja mengganti nama dengan PT. Holcim Indonesia Tbk, juga merencanakan investasi baru di luar yang selama ini menjadi daerah produksinya, yaitu Cibinong dan Cilacap. Perusahaan tersebut merencanakan untuk melebarkan sayap ke Jawa Timur, yaitu dengan melakukan pembangunan pabrik di sebelah barat Surabaya. Dengan investasi greenfield tersebut, maka PT. Holcim memiliki wilayah produksi di tiga pasar yang penting, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan nantinya Jawa Timur. Investasi sebesar 300 juta dolar AS tersebut diperkirakan akan menambah kapasitas produksinya dengan sekitar 2,5 juta ton. Ekspansi yang dilakukan oleh PT. Holcim Indonesia Tbk tampaknya merupakan bagian dari strategi global mereka. Perusahaan semen yang saat ini sudah berada di lebih dari 70 negara di seluruh dunia dan pada tahun 2005 menjual 110,6 juta ton semen tersebut berhasil menjual semen dan klinker sebanyak 6,6 juta ton, atau kurang lebih 6% dari penjualan global mereka. Holcim International dewasa ini secara agresif melakukan berbagai akuisisi di seluruh dunia, terakhir di India, maupun juga melakukan investasi pembangunan pabrik baru seperti di Ste. Genevieve, di daerah Mississipi, Amerika Serikat dengan kapasitas 4 juta ton per tahunnya. Sementara itu, PT. Semen Tonasa, unit usaha dari PT. Semen Gresik Tbk, baru saja mengumumkan rencana untuk melakukan perluasan kapasitasnya dengan membangun pabrik baru dengan kapasitas 2,5 juta ton dengan biaya yang diperkirakan sekitar Rp. 3 triliun. Ini berarti bahwa dari Grup Semen Gresik, pabrik semen di Tonasalah yang menjadi prioritas pertama ekspansi grupnya. Bukan tidak mungkin rencana ekspansi tersebut nantinya akan dilanjutkan dengan rencana ekspansi lainnya di

Page 2: Profil Industri Semen.pdf

© Copyright April 2006 WinPlus Capital. All rights reserved. Reproduction in whole or in part

without permission is prohibited.

(2)

unit usaha yang lain, baik di Tuban, di Indarung maupun di lokasi greenfield yang belum direncanakan. Dengan bertambahnya total kapasitas jika pembangunan pabrik baru terlaksana, Semen Tonasa yang saat ini sudah memiliki tujuh pabrik pengantungan semen di wilayah Indonesia Timur merasa perlu untuk mengimbangi bertambahnya kapasitas dengan membangun tiga pabrik pengantungan di Kendari, Fakfak, Provinsi Papua; dan Pontianak, Kalimantan Barat.

Ketiga rencana tersebut, yang sudah diumumkan secara resmi, tampaknya akan membuat industri semen Indonesia menggeliat kembali setelah sempat didera krisis selama beberapa tahun. Sudah barang tentu, raksasa semen Indonesia lainnya, yaitu Indocement pasti tidak akan tinggal diam. Terlebih lagi Indocement tentu sangat menyadari bahwa kebutuhan semen kita akan menghabiskan seluruh kapasitas yang ada di sekitar tahun 2008. Oleh karena itu, jika tidak ada investasi yang segera dilakukan, bukan tidak mungkin kita akan kedodoran lagi dan harus mengimpor semen untuk mencukupi kebutuhan di dalam negeri. Peta Industri Semen Saat Ini Pada saat ini, industri semen Indonesia pada hakekatnya dikuasai oleh tiga perusahaan, yang kebetulan semuanya sudah merupakan perusahaan terbuka. Semen Gresik Grup merupakan pemimpin pasar dengan total kapasitas produksi sebesar 17,25 juta ton dan merupakan 40% dari seluruh kapasitas industri semen di Indonesia. Kapasitas sebesar itu merupakan gabungan kapasitas seluruh perusahaannya, yang terdiri dari Semen Gresik sendiri, Semen Padang, dan Semen Tonasa. Semen Gresik, dengan fasilitasnya yang dewasa ini berlokasi di Gresik dan Tuban, memiliki kapasitas produksi sebesar lebih dari 8,2 juta ton, sementara Semen Padang memiliki kapasitas produksi sebesar 5,57 juta ton dan Semen Tonasa mampu menghasilkan semen sebanyak 3,48 juta ton. Ketiga perusahaan tersebut menjadi bagian Semen Gresik Grup pada 15 September 1995. Dengan rencana ekspansi yang sudah diberitakan di media untuk pembangunan pabrik baru dengan kapasitas 2,5 juta ton di unit usaha Semen Tonasa, maka kapasitas PT. Semen Tonasa akan mencapai sekitar 6 juta ton jika pembangunan pabrik tersebut terlaksana. Sementara itu, Semen Gresik Grup akan memiliki kapasitas seluruhnya hampir mencapai 20 juta ton. Semen Gresik Grup sempat mengalami goncangan akibat konflik internal yang terjadi sebagai akibat resistensi dilakukannya privatisasi perusahaan tersebut ke Cemex, produsen semen dari Mexico. Cemex, yang saat ini menguasai 25,5% saham Semen Gresik, menuntut untuk bisa melaksanakan opsi yang dijanjikannya dan akhirnya membawa kasusnya ke Arbitrase Internasional. Sementara itu, konflik yang serius bahkan berlangsung agak lama di Semen Padang, sebelum akhirnya manajemen yang baru mengambil alih operasi perusahaan di tahun 2003. Pada waktu itu Pemerintah bahkan sempat terpojok dan berniat melakukan spin-off Semen Padang dari Semen Gresik.

Page 3: Profil Industri Semen.pdf

© Copyright April 2006 WinPlus Capital. All rights reserved. Reproduction in whole or in part

without permission is prohibited.

(3)

Namun manajemen baru berhasil menguasai keadaan, melakukan konsolidasi dan dewasa ini bahkan berhasil menyumbangkan laba yang lumayan besar pada tahun 2005 yang lalu. Semen Gresik secara keseluruhan bahkan melaporkan tercapainya kenaikan keuntungan yang sangat dramatis, yaitu hampir 80% sehingga mencapai Rp. 963,8 milyar atau hampir mencapai Rp. 1 trilyun. Cemex, yang berdiri tahun 1906 di Mexico, merupakan perusahaan yang berkembang secara progresif di negaranya. Setelah menguasai pasar di Mexico dan menjadi salah satu dari sepuluh besar perusahaan semen dunia, Cemex akhirnya mulai merambah pasar regional, yaitu di negara-negara Amerika Latin, Texas, dan bahkan mulai mengakuisisi perusahaan semen di Spanyol. Cemex menjadi semakin agresif dengan melakukan berbagai akuisisi di Asia, yaitu di Filipina, Muangthai, Bangladesh, United Arab Emirates, dan Indonesia. Dewasa ini Cemex merupakan perusahaan semen ketiga di seluruh dunia dimana pada tahun 2004 telah menghasilkan penjualan bersih sebesar 8,2 milyar dolar AS. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Saham New York tersebut menghasilkan kinerja saham yang jauh melampaui S&P 500. Barangkali oleh karena prospek yang bagus inilah terbetik kabar tertariknya Lafarge, sebuah perusahaan semen dari Perancis, untuk mengambil alih saham yang dewasa ini dimiliki oleh Cemex. Lafarge adalah perusahaan semen terbesar di dunia dengan operasi di sekitar 75 negara dan terdaftar di bursa saham New York dan Paris. Tahun 2005 penjualan dari Lafarge mencapai 16 milyar Euros. Dengan adanya kemungkinan diambil-alihnya saham Cemex oleh Lafarge, maka hal itu membuat industri semen Indonesia berpotensi dikuasai oleh industri semen Eropa, yaitu Heidelberger dari Jerman, Holcim dari Swiss, dan Lafarge dari Perancis. Perkembangan semacam ini perlu dicermati, karena potensi terjadinya kartel yang akan berperan besar dalam penentuan harga semen, yang lebih tinggi, bukan tidak mungkin akan terjadi. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, merupakan pemain terbesar kedua dengan total kapasitas sebesar 16,5 juta ton atau 37% dari seluruh kapasitas terpasang industri semen di Indonesia. Kapasitas pabrik sebesar ini diperoleh dari 12 pabriknya, dimana 9 pabrik terletak di Citeureup, Bogor, 2 pabrik di Palimanan, Cirebon, dan sebuah pabrik lagi di Kotabaru, Kalimantan selatan. Krisis yang mendera Indonesia pada tahun 1997 yang lalu akhirnya membuat Indocement harus merelakan terjadinya pergeseran kepemilikan. Sejak tahun 2003, mayoritas saham PT. Indocement Tunggal Prakarsa dimiliki oleh HC. Indocement GmbH, yang merupakan bagian dari Heidelberger Group, sebuah grup perusahaan semen dari Jerman. Selebihnya saham tersebut dimiliki oleh PT. Mekar Perkasa dan oleh masyarakat umum dan koperasi. Heidelberger Cement sendiri merupakan grup perusahaan besar yang merupakan perusahaan semen keempat di dunia. Pada tahun 2005 grup perusahaan tersebut berhasil mencapai penjualan sekitar 7,8 milyar Euro atau sekitar 65 juta ton dari berbagai pabriknya di seluruh dunia. Baru-baru ini perusahaan tersebut juga memasuki pasar India dengan menggandeng Indorama Group, sebuah grup perusahaan dari Indonesia yang

Page 4: Profil Industri Semen.pdf

© Copyright April 2006 WinPlus Capital. All rights reserved. Reproduction in whole or in part

without permission is prohibited.

(4)

dimiliki oleh keluarga SP. Lohia, yang telah memiliki pabrik semen dengan kapasitas 750 ribu ton di sekitar Mumbai. Dengan pasar yang besarnya sekitar 135 juta ton per tahun, maka investasi di India tersebut merupakan entry point bagi pasar yang sangat besar tersebut. PT. Indocement Tunggal Prakarsa, yang berdiri pada tahun 1985 dan yang awalnya merupakan merger dari 6 perusahaan yang memiliki 8 pabrik semen, melakukan ekspansi pertama dengan melakukan akuisisi dari pabrik semen di Palimanan. Perusahaan tersebut kemudian membangun pabrik yang kesepuluh di Palimanan dengan kapasitas 1,2 juta ton. Indocement kemudian membangun pabrik baru di Citeureup dengan kapasitas 2,4 juta ton. Terakhir, Indocement mengakuisisi pabrik semen miliki PT. Indo Kodeco di Kalimantan Timur sehingga menjadi pabriknya yang keduabelas. Dalam tahun 2005 yang lalu, PT. Indocement Tunggal Prakarsa membukukan laba bersih sebesar Rp. 740 milyar. Jumlah tersebut merupakan kenaikan sebanyak lebih dari enam kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp. 116 milyar. Kenaikan tersebut selain memang disebabkan oleh hilangnya kerugian selisih kurs, yang tahun sebelumnya mencapai hampir Rp. 500 milyar, juga disebabkan oleh hal yang lebih fundamental, yaitu kenaikan laba kotor sekitar Rp. 500 milyar. Dengan kinerja yang tercapai di tahun 2005 yang lalu, antara lain dengan melipat gandakan laba bersih sehingga mencapai Rp. 740 milyar, PT. Indocement memiliki kemampuan untuk melakukan ekspansi lebih lanjut dengan menggunakan modal sendiri di tahun 2006 ini. Terlebih lagi dengan dukungan bank maupun juga pemiliki modal yang sangat kuat dari perusahaan induknya di Jerman, Indocement akan muncul sebagai kekuatan yang tangguh maupun juga akan mungkin menjadi basis produksi bagi pasar lainnya di luar Indonesia.

PT. Semen Cibinong Tbk, yang baru-baru ini berubah nama menjadi PT. Holcim Indonesia Tbk merupakan pemain terbesar ketiga di Indonesia dengan kapasitas terpasang sebesar 7,9 juta ton dan terbagi di kedua pabriknya di Narogong dan Cilacap. Dengan produksi yang tercapai pada tahun 2005 sebesar 6,5 juta ton, PT. Holcim Indonesia menguasai pangsa pasar sebesar 15,2 %. Peningkatan pendapatan sebesar 27% sehingga mencapai Rp. 3 trilyun lebih pada tahun 2005 telah membuat PT. Holcim Indonesia Tbk berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp. 545 milyar, suatu kenaikan sebesar 58 % dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu PT. Holcim Indonesia melaporkan bahwa mereka mentargetkan untuk meningkatkan produksinya menjadi 7,9 juta ton. Ini berarti bahwa produksi tahun 2006 tersebut akan memanfaatkan seluruh kapasitas yang ada.

Dengan perkembangan yang positif di Indonesia, serta dengan dukungan yang

kuat dari induk perusahaan mereka di Swiss, PT. Holcim Indonesia sungguh akan tampil sebagai pesaing yang kuat di tahun-tahun mendatang. Rencana investasi pabrik baru di Jawa Timur akan menambah kapasitas mereka menjadi lebih dari 10 juta ton. Sementara

Page 5: Profil Industri Semen.pdf

© Copyright April 2006 WinPlus Capital. All rights reserved. Reproduction in whole or in part

without permission is prohibited.

(5)

itu lokasinya yang tersebar di tiga propinsi memungkinkan mereka melakukan efisiensi dalam biaya distribusinya. Perkembangan tersebut akan memberikan sumbangan bagi semakin kuatnya posisi Holcim Cement sebagai perusahaan semen terbesar kedua di dunia.

Dengan kapasitas terpasang sebesar 1,8 juta ton, PT. Bosowa menjadi pemain

terbesar keempat dalam industri semen di Indonesia. Sebelum krisis, PT. Bosowa sebetulnya pernah merencanakan untuk melakukan ekspansi dengan menambah kapasitas produksinya. Namun krisis yang mendera perekonomian kita memaksa perusahaan tersebut untuk menahan diri. PT. Bosowa dewasa ini kuat merajai pasar di Sulawesi dan Indonesia Timur lainnya. Dengan terbelitnya Semen Kupang oleh masalah yang sangat pelik, maka pasar di daerah Flobamore (Flores, Sumba, Timor, Rote) juga secara pelahan dikuasai oleh Semen Tonasa yang didatangkan oleh para pedagang dengan perahu Bugis.

Yang menarik adalah PT. Semen Baturaja. Perusahaan yang memiliki pabrik

klinker di Baturaja dan pabrik pengolahan semen di Palembang dan Panjang tersebut sempat juga terbelit oleh permasalahan yang membebani jalannya operasi perusahaan. Namun demikian, perusahaan mengalami turn-around dalam dua tahun terakhir. Bahkan untuk tahun 2005, sampai dengan bulan Oktober 2005 perusahaan sudah membukukan laba sebesar Rp. 20 milyar, melampaui prediksi sepanjang tahun yang sebesar Rp. 12,5 milyar. Ini berarti bahwa Semen Baturaja akan dapat membukukan laba sekitar Rp. 25 milyar, atau dua kali lipat proyeksi semula.

PT. Semen Kupang, yang merupakan small mill dengan kapasitas 570 ribu ton,

mencoba menambah kapasitasnya dengan pabrik baru sebesar 300 ribu ton. Namun demikian, krisis tahun 1997 maupun juga belitan permasalahan yang lain telah membuat perusahaan tersebut menghentikan operasinya beberapa waktu yang lalu dan harus menghadapi permasalahan hutang yang cukup besar baik ke bank maupun beberapa suppliernya.

Dengan peta industri semen di Indonesia sebagaimana digambarkan di depan,

maka tampak nyata bahwa industri semen di Indonesia dewasa ini sudah menjadi bagian dari jaringan industri semen internasional. Holcim Cement, Cemex, dan Heidelberger Cement yang merupakan perusahaan kedua, ketiga dan keempat di seluruh dunia sudah menancapkan kuku yang kuat di Indonesia. Bahkan jika saham Cemex jadi diambil alih oleh Lafarge, maka perusahaan semen terbesar di dunia pun juga ikut menancapkan landasan yang kuat di industri semen Indonesia. Dengan hadirnya Siam Cement, dan mungkin akan diikuti oleh banyak lagi perusahaan semen manca negara, maka akan semakin ramailah industri semen di Indonesia.

Page 6: Profil Industri Semen.pdf

Sumber: Website perusahaan, Laporan Tahunan dan informasi dari external relation perusahaan.

Profil Pabrik Semen Indonesia

Nomor Nama Perusahaan Jumlah Pabrik Kapasitas Pabrik (juta ton)

1 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk 17,25 - Semen Gresik 4 8,20 - Semen Padang 5 5,57 -Semen Tonasa 3 3,48

2 PT. Indocement Tunggal Prakarsa 16,5 - Pabrik Citeuireup 9 11,7 - Pabrik Palimanan 2 2,4 - Pabrik Kotabaru 1 2,4

3 PT. Holcim Indonesia Tbk 7,9 - Semen Cibinong 3 3,4 - Semen Nusantara 2 4,5

4 PT. Semen Bosowa 1 1,8 5 PT. Semen Baturaja (Persero) 3 1,2 6 PT. Semen Kupang 2 0,87

Total Kapasitas 43,81

Kinerja Saham Perusahaan Semen Di BEJ Dengan latar belakang semacam itu, menjadi menarik untuk melihat kinerja ketiga besar perusahaan semen yang kebetulan ketiganya sudah listed di Bursa Efek Jakarta. Dalam hal ini, kinerja ketiga perusahaan tersebut di tahun 2005 menunjukkan perkembangan yang berbeda satu sama lain sebagaimana telah disinggung di depan. Semen Gresik, sebagai perusahaan semen terbesar di Indonesia, berhasil membukukan laba bersih Rp. 936 milyar sebagaimana diindikasikan oleh perusahaan tersebut. Laporan Keuangan sepanjang tahun 2005 belum selesai diaudit, namun gambaran yang ada sudah mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Laba bersih sebesar itu diperoleh dari total penjualan selama setahun sebesar Rp. 7,5 trilyun.

Sementara itu, Indocement Tunggal Prakarsa, berhasil meningkatkan labanya menjadi sekitar Rp. 740 milyar pada tahun 2005, suatu kenaikan lebih dari enam kali lipat dibandingkan dengan laba bersih tahun 2004. Laba bersih tersebut diperoleh dari penjualan sebesar Rp. 5,6 trilyun, atau meningkat Rp. 1 trilyun dibandingkan dengan tahun 2004. Yang merupakan anomali adalah kinerja PT. Holcim Indonesia yang justru mengalami kerugian pada tahun 2005 sebesar Rp. 334 milyar. Kerugian tersebut menurun dibandingkan dengan kerugian sebesar Rp. 533 milyar pada tahun 2004. Dengan semakin lanjutnya proses konsolidasi di perusahaan tersebut, diharapkan PT. Holcim Indonesia akan dapat melaporkan kinerja yang membaik di tahun-tahun mendatang.

© Copyright April 2006 WinPlus Capital. All rights reserved. Reproduction in whole or in part

without permission is prohibited.

(6)

Page 7: Profil Industri Semen.pdf

© Copyright April 2006 WinPlus Capital. All rights reserved. Reproduction in whole or in part

without permission is prohibited.

(7)

Kinerja Perusahaan Semen (Rp juta)

Keterangan Indocement Holcim Indonesia Semen Gresik*

Kinerja 2005 Pendapatan 5.592.354 3.017.599 7.504.000 Beban pokok 3.572.455 2.618.457 N.A Beban usaha 805.944 280.215 N.A Laba usaha 1.213.955 118.927 1.451.000 Laba bersih 739.686 (334.081) 936.000

Kinerja 2004

Pendapatan 4.615.507 2.368.489 6.067.558 Beban pokok 3.092.419 2.196.901 4.005.287 Beban usaha 686.852 241.571 1.104.434 Laba usaha 836.237 (69.983) 957.837 Laba bersih 116.023 (533.130) 520.590

Sumber: Laporan keuangan publikasi Keterangan: * Kinerja 2005 belum diaudit

Dengan latar belakang tersebut, maka menarik untuk melihat kinerja saham ketiga perusahaan dibandingkan dengan IHSG. Untuk dapat membuat perbandingan yang setara, maka indeks saham ketiga perusahaan tersebut serta IHSG diindeks kembali dengan angka dasar 100 pada Januari 1997. Berdasarkan perbandingan yang ada, maka saham Semen Gresik menunjukkan kinerja yang paling baik dari ketiga perusahaan semen terbuka yang ada. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari kondisi perusahaan tersebut yang dapat mengatasi dampak krisis dengan baik sehingga kinerja sahamnya bahkan lebih baik dibandingkan dengan kinerja IHSG selama lebih dari 9 tahun terakhir. Prospek yang baik dari perusahaan tersebut akhirnya membawa dampak pada tahun 2005, dimana kinerja saham Semen Gresik menunjukkan peningkatan yang sangat tajam.

Sementara itu, saham Indocement juga menunjukkan perbaikan di tahun-tahun terakhir. Peningkatan laba yang cukup fenomenal di tahun 2005 jelas memberikan arti tersendiri bagi para investor sehingga dampaknya tampak pada kenaikan harga saham yang cukup cepat. Di tahun 2006 ini, untuk pertama kalinya indeks saham Indocement mulai melampaui indeks pada Januari 1997. Ini merupakan indikasi bahwa dampak dari krisis yang lalu secara bertahap mulai dapat teratasi.

Bagi PT. Holcim Indonesia, pergerakan harga sahamnya masih belum mampu

untuk ”rebound” sampai dengan level sebelum krisis. Dewasa ini harga saham PT. Holcim Indonesia masih berfluktuasi disekitar separuh dari indeks di awal tahun 1997. Keadaan ini memberikan kemungkinan bagi kenaikan yang lebih cepat di waktu-waktu mendatang.

Page 8: Profil Industri Semen.pdf

Kinerja Saham Perusahaan Semen

050

100150200250300350400

Jan-

97

Jan-

98

Jan-

99

Jan-

00

Jan-

01

Jan-

02

Jan-

03

Jan-

04

Jan-

05

Jan-

06Rein

deks

asi H

arga

Sah

am

IHSG*INTP*SMCB*SMGR*

Sumber : BEJ Dengan perkembangan tersebut, maka Credit Suisse membuat prediksi bagi kinerja perusahaan semen tersebut sebagai berikut:

Perbandingan Perkiraan Kinerja Saham Emiten Semen

Keterangan Indocement Holcim Indonesia Semen Gresik 2006 2007 2006 2007 2006 2007

P/E ratio (%) 16,0 12,9 21,9 N.A. 11,9 10,3 EV/Ebitda (%) 9,7 7,8 14,9 12,1 6,2 5,6 PCF (%) 27,9 11,5 15,2 9,4 26,7 18,9 EV/ton (US$/ton) 125,0 118,5 95,3 94,5 86,8 85,4

Sumber: Hasil riset Credit Suisse Oleh Cyrillus Harinowo & MF. Permata Sari WinPlus Capital

© Copyright April 2006 WinPlus Capital. All rights reserved. Reproduction in whole or in part

without permission is prohibited.

(8)