Profil Ada Cover

110

description

Profil Kesehatan Sulawesi Tengah 2007

Transcript of Profil Ada Cover

Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2007 ii

K A T A P E N G A N T A R

uji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya sehingga Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2007 yang

merupakan rangkaian penyajian data/informasi dapat diterbitkan oleh Dinas

Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah ini

merupakan penyajian data/informasi kesehatan dalam bentuk buku yang disusun setiap

tahun, yang diharapkan mampu menyajikan data yang lengkap dan akurat.

Ketersediaan data yang lengkap dan akurat dewasa ini semakin terasa

diperlukan peranannya terutama dalam upaya perencanaan dan evaluasi. Sesuai

dengan tujuan pembangunan kesehatan, di mana penduduknya ditandai kemampuan

untuk hidup sehat. Sistem informasi kesehatan perlu dimantapkan dan dikembangkan

dalam upaya menunjang pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan. Oleh karena

itu buku profil kesehatan ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan dalam

penyusunan rencana pelaksanaan dan pengendalian serta penilaian pelaksanaan

program kesehatan di daerah ini.

Profil kesehatan provinsi merupakan gambaran tentang impak pelaksanaan

program kesehatan baik pelaksanaan program pokok maupun program penunjang.

Di samping itu juga disajikan pula berbagai data pencapaian hasil pelayanan

kesehatan beberapa tahun terakhir dalam bentuk tabel dan grafik sehingga lebih

memudahkan bagi pembaca dalam memanfaatkan data dan informasi yang tersajikan.

Dalam penyusunan profil kesehatan ini digunakan data yang bersumber dari unit-

unit kerja di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kabupaten/kota serta dari

berbagai sumber lainnya di luar Dinas Kesehatan seperti : BPS, Bappeda, BKKBN, dan

lain-lain.

Untuk menjamin akurasi data, maka penyusunan profil diawali dengan

pertemuan tehnis pemutakhiran data di Provinsi yang dilakukan pada Minggu III

bulan Oktober 2008. Sebelum pelaksanaan pemutakhiran data tingkat Provinsi

diharapkan didahului dengan pemutakhiran data tingkat Kabupaten, namun karena

P

Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2007 iii

tidak tersedianya dana maka pertemuan tingkat Kabupaten/kota tersebut hingga saat ini

belum dapat dilaksanakan.

“Profil Kesehatan Provinsi 2007” ini masih menyimpan banyak kekurangan. Data

yang disajikan tidak seluruhnya data tahun 2007. Beberapa indikator menggunakan

data tahun sebelumnya dan belum dapat disajikan lebih awal sesuai yang diharapkan.

Ini disebabkan sulitnya mendapatkan data yang mutakhir yang berasal dari

kabupaten/kota dan pengelola program di Provinsi dan sektor terkait. Oleh karena itu

kami mengharapkan saran dan masukan guna peningkatan kualitas profil kesehatan ini

di masa mendatang.

Di samping itu adanya keterbatasan tenaga pengelola data baik di tingkat

puskesmas, kabupaten/kota maupun provinsi sehingga sangat berpengaruh terhadap

percepatan penyusunan profil kesehatan ini serta dengan adanya pemekaran

kabupaten/kota dari 5 kabupaten/kota menjadi 10 kabupaten/kota di Sulawesi Tengah

juga berpengaruh dalam pengiriman datanya secara optimal.

Selanjutnya kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, daya dan tenaga

dalam penyusunan buku profil kesehatan ini,

Palu, Nopember 2008

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah,

dr. Anshayari Arsyad, M.Kes Pembina Tingkat I NIP. 140205156

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 iv

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul .......................................................................................... i Kata Pengantar .......................................................................................... ii Daftar Isi .................................................................................................... iv Daftar Tabel ............................................................................................... v Daftar Gambar ............................................................................................. vii Daftar Lampiran ......................................................................................... x Bab I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

Bab II GAMBARAN UMUM DAN LINGKUNGAN ................................... 4

A. Keadaan Penduduk .............................................................. 5 B. Keadaan Ekonomi ................................................................ 7 C. Keadaan Pendidikan ............................................................ 10 D. Keadaan Lingkungan ............................................................... 12 E. Keadaan Perilaku Masyarakat ................................................ 15

Bab III SITUASI DERAJAT KESEHATAN ............................................. 19

A. Mortalitas ............................................................................. 19 B. Morbiditas ............................................................................. 25 C. Status Gizi ............................................................................ 35

Bab IV SITUASI UPAYA KESEHATAN ................................................. 38

A. Pelayanan Kesehatan Dasar ................................................ 38 B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang ................... 52 C. Pemberantasan Penyakit Menular ........................................ 58 D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Dasar ..... 68 E. Perbaikan Gizi Masyarakat ................................................... 70 F. Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan ........................ 74 G. Pelayanan Kesehatan Dalam Situasi Bencana ....................... 75

Bab V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN .................................... 78

A. Sarana Kesehatan ………………………………………………… 78 B. Tenaga Kesehatan ………………………………………………… 87 C. Pembiayaan Kesehatan …………………………………………… 93

Bab VI P E N U T U P .................................................................................. 96 LAMPIRAN (TABEL-TABEL).

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 v

DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 2.1 Jumlah persentase penduduk Sulawesi Tengah menurut golongan umur dan jenis kelamin tahun 2007 ................................................ 6

Tabel 2.2 Persentase luas wilayah dan kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota tahun 2005-2007 ...................................................... 7

Tabel 2.3 Produk domestik regional bruto Sulawesi Tengah tahun 2002-2006.. ................................................................................................ 8

Tabel 2.4 Persentase Penduduk 10 Tahun keatas Jenis Kelamin , Melek Huruf dan Buta Huruf di Sulawesi Tengah tahun 2004-2006 .......... 11

Tabel 2.5 Jumlah Posyandu menurut starata tahun 2005-2007 ............ ........... 17

Tabel 3.1 Prakiraan Angka Kematian Bayi (per 1.000 KH) tahun 1980-2003 21

Tabel 3.2 Prakiraan Angka Kematian Balita (per 1.000 KH) tahun 1980-2003 22

Tabel 3.3 Prakiraan Umur Harapan Hidup tahun 1980-2004 ............................ 24

Tabel 3.4 Pola 10 penyakit terbanyak Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum pemerintah tahun 2007 ............................................................. .. ..... 25

Tabel 3.5 Pola 10 penyakit terbanyak Rawat Inap di Rumah Sakit Umum pemerintah tahun 2007 ............................................................. .. ..... 26

Tabel 3.6 Pola 10 penyakit terbanyak di Puskesmas tahun 2007 ................... 26

Tabel 3.7 Pola 10 penyakit terbanyak penyebab kematian penderita rawat inap di RSU Pemerintah Tahun 2007 ............................................. 27

Tabel 3.8 KLB Diare menurut jumlah kasus, Attack Rate, dan CFR tahun 2003-2007 ......................................................................................... 30

Tabel 3.9 Prevalensi penyakit Schistosomiasis di Sulawesi Tengah tahun 2002-2006 ......................................................................................... 32

Tabel 3.9 Frekuensi, Jumlah penderita dan CFR KLB Campak tahun 2002-2006 .................................................................................................. 34

Tabel 3.10 Prevalensi Gaky menurut kabupaten/kota tahun 1998-2003 ............ 37

Tabel 4.1 Persentase Pola Penggunaan Alat Kontrasepsi Peserta KB Baru tahun 2002-2007 ............................................................................... 46

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 vi

Tabel 4.2 Persentase Pola Penggunaan Alat Kontrasepsi peserta KB Aktif tahun 2002-2007 ............................................................................... 48

Tabel 4.3 Jumlah dan Persentase KB Aktif Metode MKET menurut Kabupaten/Kota tahun 2007 ............................................................. 48

Tabel 4.4 Jumlah Pengidap Infeksi HIV berdasarkan golongan umur yang ditemukan dan melaporkan tahun 2002-2007.................................... 62

Tabel 4.5 Jumlah kasus AIDS dan infeksi HIV yang ditemukan menurut kabupaten/kota tahun 2002-2007...................................................... 62

Tabel 4.6 Jumlah kasus AIDS dan infeksi HIV berdasarkan jenis kelamin ditemukan menurut kabupaten/kota Tahun 2002-2006................................ ................................................................... 63

Tabel 4.7 Prevalensi Schistosomiasis di Sulawesi Tengah tahun 2003-2007... 67

Tabel 4.8 Perkembangan jumlah sarana distribusi obat dan perbekalan kesehatan di Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007............................... .................................................................... 75

Tabel 4.9 Jenis dan lokasi kejadian bencana di Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2007...................................................... ................................... 76

Tabel 4.10 Jumlah korban meninggal,hilang dan pengungsi akibat bencana di Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007...................................... ....... 77

Tabel 4.11 Jumlah korban yang dirawat di fasilitas kesehatan akibat bencana di Propinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007................................... ...... 77

Tabel 5.1 Perkembangan jumlah Rumah Sakit (Umum dan khusus) dan kepemilikannya tahun 2002-2007 ..................................................... 82

Tabel 5.2 Jumlah dan rasio tenaga kesehatan menurut 7 kategori per 100.000 penduduk tahun 2005-2006 ................................................ 87

Tabel 5.3 Jumlah, Persentase dan rasio per 100.000 penduduk tenaga kesehatan menurut jenisnya tahun 2006 .......................................... 88

Tabel 5.4 Jumlah Institusi Diknakes menurut jenjang, status kepemilikan dan jumlah peserta didik tahun 2003-2006 .............................................. 90

Tabel 5.5 Jumlah tenaga kesehatan yang tugas belajar tahun 2000-2006 ....... 91

Tabel 5.6 Alokasi anggaran kesehatan provinsi Sulawesi Tengah tahun anggaran 2007 .................................................................................. 94

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 vii

DAFTAR GAMBAR Halaman

Gambar II.1.

Komposisi Penduduk Sulawesi Tengah Menurut Golongan Umur Tahun 2007 ...........................................................................................

6

Gambar II.2.

Rasio beban tanggungan penduduk sulawesi tengah tahun 2003-2007

9

Gambar II.3 Gambar II.4 Gambar II.5 Gambar II.6 Gambar III.1 Gambar III.2 Gambar III.3 Gambar III.4 Gambar III.5

Persentase penduduk yang melek huruf dan buta huruf menurut kabupaten/kota tahun 2006 ................................................................. Persentase rumah tangga menurut sumber air bersih tahun 2006 ....... Persentase rumah tangga menurut tempat pembuangan kotoran/tinja di sulawesi tengah tahun 2004 .............................................................. Jumlah dan Persentase KK diperiksa dan memiliki jamban tahun 2003-2004 .............................................................................................. Angka kematian kasar per 1000 penduduk tahun 1998-2000 .............. Jumlah kasus dan CFR Tetanus Neonatorum tahun 2002-2007 ......... Jumlah bayi lahir BBLR dan ditangani tahun 2005-2007 .................... Prevalensi status gizi balita propinsi sulawesi tengah tahun 2007 .... Prevalensi balita status gizi buruk dan gizi kurang menurut Indeks Berat Badan, Umur Tahun 2001-2007 ..................................................

11

14

14

15

24

33

35

36

36

Gambar IV.1.

Persentase cakupan pelayanan K1 & K4 ibu hamil tahun 2003-2007 ... 39

Gambar IV.2. Persentase cakupan pelayanan K4 ibu hamil menurut kabupaten/kota tahun 2007 .............................................................................................

40

Gambar IV.3. Persentase cakupan persalinan dan melalui pendampingan tenaga kesehatan tahun 2002-2007 ………………........................................... 41

Gambar IV.4.

Persentase cakupan pertolongan persalinan 0leh tenaga kesehatan menurut kabupaten/kota Tahun 2007.....................................................

41

Gambar IV.5. Persentase ibu hamil risiko tinggi komplikasi yang dirujuk menurut kabupaten/kota Tahun 2007..................................................................

42

Gambar IV.6. Persentase cakupan kunjungan neonatus tahun 2003-2007 …………..

43

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 viii

Gambar IV.7. Persentase cakupan kunjungan neonatus menurut kabupaten/kota 2007........................................................................................................

44

Gambar IV.8. Persentase cakupan kunjungan bayi menurut kabupaten/kota tahun 2007 ......................................................................................................

45

Gambar IV.9. Persentase Cakupan Peserta KB Aktif Terhadap Pasangan Usia Subur 2001 - 2007 .................................................................................

47

Gambar IV.10 Persentase Cakupan Peserta KB Aktif Dengan MKET Menurut Kab/Kota Tahun 2007 ……………………………………………...............

49

Gambar IV. 11 Persentase Cakupan Imunisasi DPT-1 dan Campak Serta Angka Drop Out (DO) Tahun 2003 - 2007………………………………………...

50

Gambar IV.12 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Bumil Tahun 2003 – 2006…. 51

Gambar IV.13 Persentase Kelompok Pra-Usila dan Usila Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Tahun 2004 - 2007……………………………………………..

52

Gambar IV. 14 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Pasien Rawat Inap di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2004 - 2007………………………………..

53

Gambar IV. 15 Pencapaian Indikator BOR, GDR, NDR, LOS dan TOI Rumah Sakit Tahun 2005 - 2007…………………………………………………………..

55

Gambar IV. 16 Persentase Ibu Hamil dan Neonatus Risiko Tinggi di Rujuk dan Mendapat Penanganan Tahun 2005 - 2007………………………………

57

Gambar IV. 17 Jumlah Desa/Kelurahan Yang Terkena KLB dan Mendapat Penanganan < 24 jam Tahun 2005 - 2007………………………………

59

Gambar IV. 18 Persentase Penemuan dan Penanganan (Pengobatan) Kasus Pneumonia Pada Balita Tahun 2004 - 2007………………………………

61

Gambar IV. 19 Jumlah Kasus DBD ditemukan dan ditangani Tahun 2005 - 2007…….. 64

Gambar IV. 20 Prevalensi Schistosomiasis di Lindu Tahun 2001- 2007……………….. 67

Gambar IV. 21 Prevalensi Schistosomiasis di Napu Tahun 2001- 2007……………….. 67

Gambar IV. 22 Prevalensi Schistosomiasis di Sulawesi Tengah Tahun 2001- 2006… 68

Gambar IV. 23 Jumlah Institusi Terdaftar dan Dibina Kesehatan Lingkungannya Tahun 2005-2006……………………………………………............. .

69

Gambar IV. 24 Jumlah Balita ditimbang, Berat Badan Naik, dan Balita BGM Tahun 2005 - 2007…………………………………………………………............. .

71

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 ix

Gambar IV. 25 Jumlah Balita Mendapat Kapsul Vitamin ”A” Dua Kali Tahun 2005 - 2007………………………………………………………….........................

72

Gambar IV. 26 Persentase Cakupan Pemberian Tablet Besi Pada Ibu Hamil Tahun 2003 - 2007……………………………………………………………………

73

Gambar IV. 27 Persentase Pemberian Kapsul Beryodium Pada Wanita Usia Subur di Desa/Kelurahan Endemis Tahun 2005 - 2007…………………………..

74

Gambar V. 1 Jumlah Puskesmas dan Rasionya Terhadap 100.000 Penduduk Tahun 2002 – 2007...........................................…………………………..

79

Gambar V. 2 Jumlah Puskesmas Pembantu dan Rasionya Terhadap 100.000 Penduduk Tahun 2002 – 2007...........................................……………..

79

Gambar V. 3 Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan Tahun 2002 – 2007.... 80

Gambar V. 4 Jumlah Puskesmas Keliling dan Rasionya Terhadap Puskesmas Tahun 2003 – 2007.............................................................……………..

81

Gambar V. 5 Perkembangan Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Tahun 2002– 2007.......................................................................................................

82

Gambar V. 6 Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit dan Rasionya Terhadap 100.000 Penduduk Tahun 2002 – 2007...............................................................

83

Gambar V. 7 Jumlah Sarana Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Tahun 2003- 2007………………………….........................................................

84

Gambar V. 8 Jumlah Unit Pengelola Obat Kab/Kota Tahun 2003 – 2007...………….. 84

Gambar V. 9 Perkembangan Jumlah Posyandu Tahun 2003 - 2007……….………… 85

Gambar V. 10 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kab/Kota Tahun 2006…..……….. 89

Gambar V. 11 Rasio Tenaga Kesehatan Per 100.000 Penduduk Menurut Kab/Kota Tahun 2006......................................................................………………..

89

Gambar V. 12 Persentase Tenaga Kesehatan Yang Sudah Mengikuti Jenjang Pendidikan Tahun 2000 - 2006……………………………………………..

92

Gambar V. 13 Jumlah Tenaga Kesehatan Yang Tersebar di 10 Kab/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006……………………………….……………..

92

Gambar V. 14 Persentase Tenaga Kesehatan Menurut Tujuh Kategori di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2006..........................…………………………..

93

Gambar V. 15 Persentase Anggaran Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Menurut Sumbernya Tahun 2006..................................…………………………..

95

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 x

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel 1

Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan,Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007

Tabel 2

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin, dan Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007

Tabel 3

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan Kelompok Umur Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007

Tabel 4 Persentase Penduduk Laki-Laki Dan Perempuan Berusia 10 Tahun Keatas Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan dan Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007

Tabel 5 Persentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang melek huruf Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 6 Jumlah kelahiran dan kematian bayi dan balita menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 7 Jumlah kematian ibu maternal menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 8 Jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas dan rasio korban luka dan meninggal terhadap jumlah penduduk dirinci menurut kabupaten/kota tahun 2007

Tabel 9 AFP Rate, % TB Paru sembuh dan pneumonia balita ditangani Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 10 HIV/AIDS , Infeksi Menular Seksual , DBD dan Diare pada balita ditangani Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 11 Persentase penderita malaria diobati Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 12 Persentase penderita kusta selesai berobat Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 13 Kasus penyakit filariasis ditangani Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 14 Jumlah kasus dan angka kesakitan penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (P3DI) Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 xi

Tabel 15 Cakupan kuinjungan neonatus bayi dan bayi BBLR yang ditangani Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 16 Status gizi balita dan jumlah kecamatan rawan gizi Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 17 Cakupan kunjungan ibu hamil (K1,K4) dan persalinan ditolong tenaga kesehatan dan ibu nifas Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 18 Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita, pemeriksaan kesehatan siswa SD/SMP/SMU Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 19 Jumlah PUS, peserta KB, peserta KB baru, dan KB aktif menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 20 Jumlah peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 21 Pelayanan KB Baru menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 22 Persentase cakupan desa/kelurahan UCI menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 23 Persentase cakupan imunisasi bayi menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 24 Cakupan bayi, balita yang mendapat pelayanan kesehatan menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 25 Jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe1, Fe3 menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 26 Jumlah wanita usia subur dengan status imunisasi TT menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 27 Persentase akses ketersediaan darah untuk BUMIL dan neonatus yang dirujuk Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 28 Jumlah dan persentase ibu hamil dan neonatal risiko tinggi/komplikasi ditangani menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 29 Persentase sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat (gadar) Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 30 Jumlah dan persentase desa/kelurahan terkena KLB yang ditangani < 24 jam menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 31 Jumlah penderita dan kematian serta jumlah kabupaten/kota dan desa yang

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 xii

terserang KLB Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 32 Jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 33 Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium yang baik menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 34 Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 35 Jumlah kegiatan penyuluhan kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 36 Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 37 Cakupan pelayanan kesehatan masyarakat miskin provinsi sulawesi tengah tahun 2007

Tabel 38 Persentase pelayanan kesehatan kerja pada pekerja formal Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 39 Cakupan pelayanan kesehatan pra usila dan usila Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 40 Cakupan wanita usia subur mendapat kapsul yodium Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 41 Persentase donor darah diskrining terhadap HIV/AIDS Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 42

Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap, pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 43

Jumlah sarana pelayanan kesehatan menurut kemampuan Labkes dan memiliki 4 spesialis dasar Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 44 Ketersediaan obat sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007.

Tabel 45 Persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih sehat Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007.

Tabel 46 Jumlah dan persentase posyandu menurut strata dan kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007.

Tabel 47 Persentase rumah sehat menurut kabupaten/kota Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 48 Persentase keluarga memilikia akses air bersih Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 xiii

Tabel 49 Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007.

Tabel 50 Persentase tempat umum dan pengelolaan makanan (TUPM) sehat menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 51 Persentase institusi dibina kesehatan lingjungannya Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 52 Persentase rumah/bangunan yang diperiksa dan bebas jentik nyamuk aedes menurut kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007.

Tabel 53 Persebaran tenaga kesehatan menurut unit kerja Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 54 Jumlah tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 55 Jumlah tenaga medis di sarana pelayanan kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007.

Tabel 56 Jumlah tenaga kefarmasian dan gizi di sarana kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 57 Jumlah tenaga keperawatan di sarana kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 58 Jumlah tenaga kesehatan masyarakat dan sanitasi di sarana kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 59 Jumlah tenaga teknisi medis di sarana kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

Tabel 60 Anggaran kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007.

Tabel 61 Jumlah sarana pelayanan kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2007.

Tabel 62 Upaya kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007

Tabel 63 Indikator Pelayanan Rumah Sakit Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2007.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 1

BAB I PENDAHULUAN

rofil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah adalah gambaran situasi

kesehatan di Sulawesi Tengah yang diterbitkan secara berkala setiap

tahun sekali sejak tahun 1990. Selanjutnya diikuti dengan penerbitan

Profil Kesehatan Kabupaten/Kota pada tahun 1996. Dalam setiap

terbitan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah memuat data tentang

kesehatan dan data pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan

seperti data kependudukan dan keluarga berencana. Data dianalisis dengan

analisis sederhana dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.

Dalam setiap penerbitan Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah,

selalu dilakukan berbagai upaya perbaikan, baik dari segi materi, analisis

maupun bentuk tampilan fisiknya, sesuai dengan petunjuk teknis dari

Departemen Kesehatan. Sejak terbitan tahun 1990 sampai dengan terbitan

tahun 2000, tahun profil dan isi data berbeda satu tahun. Yaitu misalnya, Profil

Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2000 berisi data tahun 1999. Namun sejak

terbitan data tahun 2001, dilakukan perubahan di mana tahun yang tercantum

dalam judul Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah tersebut disesuaikan

dengan isi data dalam Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah. Contohnya,

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 berisi data tahun 2007.

Sistem Informasi Kesehatan tidak dapat berdiri sendiri dan ia harus

merupakan bagian fungsional dari Sistem Kesehatan. Oleh karena itu, sejak

terbitan tahun 2001, Profil Kesehatan diupayakan untuk lebih berkait dengan

Sistem Kesehatan. Sebagaimana diketahui, sejak tahun 2001 Sistem Kesehatan

diarahkan untuk mencapai Visi Indonesia Sehat 2010, dimana Profil Kesehatan

bertemakan “Menuju Indonesia Sehat 2010”. Artinya Profil Kesehatan diformat

agar dapat menjadi salah satu sarana untuk menilai pencapaian Pembangunan

Kesehatan dalam rangka mencapai Visi Indonesia Sehat 2010. Dengan demikian

jelas bahwa tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah

P

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 2

tahun 2007 ini adalah dalam rangka menyediakan sarana untuk mengevaluasi

pencapaian Pembangunan Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2007

dengan mengacu kepada Visi Indonesia Sehat 2010.

Didalam penyusunan narasi Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah

tahun 2007 ini, kami menyajikan berbagai informasi, terutama kejadian kejadian

dan masalah kesehatan seperti terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB), Demam

Berdarah Dengue (DBD) dan lain-lain.

Didalam buku Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang ditetapkan

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

131/MENKES/SK/II/2004 disebutkan bahwa keberhasilan manajemen kesehatan

sangat ditentukan antara lain oleh tersedianya data dan informasi kesehatan,

dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, dukungan

hukum kesehatan serta administrasi kesehatan. Lebih lanjut di dalam SKN

disebutkan bahwa SKN terdiri dari enam subsistem, yakni (1) Subsistem Upaya

Kesehatan, (2) Subsistem Pembiayaan Kesehatan, (3) Subsistem Sumber Daya

Manusia Kersehatan, (4) Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan, (5)

Subsistem Pemberdayaan Masyarakat, dan (6) Subsistem Manajemen

Kesehatan.

Penyusunan Profil Kesehatan Sulawesi Tengah tahun 2007 ini berupaya

untuk mengacu kepada SKN yang baru tersebut. Subsistem upaya kesehatan

akan digambarkan tersendiri pada Bab IV, sedangkan subsistem pembiayaan

kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan

dan pemberdayaan masyarakat akan digambarkan pada Bab V dan subsistem

manajemen kesehatan akan digambarkan pada Bab III, sehingga Profil

Kersehatan Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2007 ini akan terdiri dari 6 (enam)

bab, yaitu:

Bab I- Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang maksud dan tujuan

diterbitkannya Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2007 ini dan

sistematika dari penyajiannya.

Bab II- Gambaran Umum dan Lingkungan. Bab ini menyajikan tentang gambaran

umum Propinsi Sulawesi Tengah. Selain uraian tentang letak geografis,

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 3

demografis, pendidikan, ekonomi, dan informasi umum lainnya bab ini juga

mengulas faktor-faktor lingkungan dan prilaku.

Bab III- Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasil

pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2007 yang mencakup tentang

angka kematian, umur harapan hidup, angka kesakitan dan keadaan status gizi,

yang akan disoroti adalah masalah status gizi dan balita dan ibu hamil.

Bab IV- Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang upaya-upaya

kesehatan yang telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2007,

untuk tercapainya dan berhasilnya program-program pembangunan di bidang

kesehatan. Gambaran tentang upaya kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi

persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan dasar, persentase

pencapaian cakupan pelayanan kesehatan rujukan, upaya-upaya yang dilakukan

oleh masyarakat dengan Posuandu Purnama dan Mandiri, yang disebut dengan

Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), dan berbagai upaya

lain yang berupa gambaran pelayanan program kesehatan lainnya.

Bab-V Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sumber

daya pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2007 ini. Gambaran tentang

keadaan sumber daya sampai dengan tahun 2007 ini mencakup tentang

keadaan tenaga, sarana dan fasilitas kesehatan yang ada sampai tahun 2007.

Pada Bab ini juga akan dijelaskan tentang jumlah serta distribusi tenaga per

kabupaten/kota , serta jumlah dan penyebaran sarana pelayanan kesehatan

yang terdiri dari rumah sakit dan puskesmas termasuk puskesmas pembantu dan

puskesmas keliling. Juga akan digambarkan tentang perkembangan penyediaan

obat generik, juga tentang distributor obat yangb terdiri dari Pedagang Besar

Farmasi, Apotek dan Toko Obat.

Bab VI. Penutup.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 4

BAB II GAMBARAN UMUM DAN LINGKUNGAN

ulawesi Tengah terdiri atas pulau-pulau dengan karateristik budaya

penduduk yang beragam dan adat istiadat yang berbeda, termasuk

perilaku yang berkaitan dengan kesehatan.

Sejak dilaksanakannya kebijakan desentralisasi yang antara lain

berimplikasi pada terus bertambahnya jumlah kabupaten. Pada tahun 2004

secara administratif wilayah Sulawesi Tengah terbagi atas 9 kabupaten dan 1

kota. Wilayah tersebut meliputi 115 kecamatan, 1536 desa dan 136 kelurahan.

Rincian pembagian wilayah administrasi pemerintahan perkabupaten/kota tahun

2007 dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1

No.

Kabupaten/Kota

J U M L A H Jumlah Desa+Kelurahan Kecamatan Desa Kelurahan

1. 2 3 4 5 6 7 8 9

10

Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Tolitoli Buol Parigi Moutong Tojo Unauna Palu

9 13 13 15 21 10 9

12 9 4

187 233 230 133 293 78 94 175 113 0

6 23 10 213 9 5 7 4 6

43

193 256 240 156 302 83 101 179 119 43

115 1.536 136 1.672 Sumber : BPS Prov. Sulawesi Tengah

Adapun gambaran umum Sulawesi Tengah dan perilaku penduduk pada

tahun 2007 yang diuraikan meliputi : keadaan penduduk, keadaan ekonomi,

keadaan pendidikan, keadaan lingkungan, dan perilaku penduduk yang berkaitan

dengan kesehatan.

S

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 5

A. KEADAAN PENDUDUK

asalah kependudukan di Sulawesi Tengah pada dasarnya meliputi

dua hal pokok, yaitu : komposisi penduduk yang kurang

menguntungkan dimana proporsi penduduk berusia muda masih

relatif tinggi, dan persebaran penduduk yang kurang merata.

1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan oleh BPS, menunjukkan

bahwa jumlah penduduk di Sulawesi Tengah akan terus bertambah dengan laju

pertumbuhan yang cenderung menurun. Pada tahun 1980 jumlah

penduduk 1.289.635 jiwa, pada tahun 1990 jumlah penduduk 1.711.327 jiwa,

pada tahun 2000 jumlah penduduk 2.079.201 jiwa pada tahun 2005 menjadi

2.284.659 jiwa serta tahun 2006 naik menjadi 2.349.398 jiwa dan pada tahun

2007 menjadi 2.396.224 jiwa.

Berdasarkan sensus penduduk tersebut diatas diperoleh gambaran bahwa laju

pertumbuhan penduduk selama periode 1980 – 1990 sebesar 2.87 % pertahun

dan pada periode 1990 – 2000 mengalami penurunan menjadi 2.03 %, pada

tahun 2006 naik menjadi menjadi 2,82 %, dan turun menjadi 1,99% pada tahun

2007.

2. Komposisi penduduk a) Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur.

Komposisi penduduk pada tahun 2007 menurut kelompok umur

menunjukkan bahwa 30,32 % penduduk Sulawesi Tengah berusia muda (umur

0 -14 tahun), 66,29 % berusia produktif (umur 15 – 64 tahun) dan hanya 3,39 %

yang berusia 65 tahun keatas, sehingga angka beban tanggungan (dependency

ratio) penduduk sebesar 50,85.

b) Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Sesuai dengan data dari BPS (Sulawesi Tengah dalam Angka) jumlah penduduk

Sulawesi Tengah pada tahun 2007 adalah sebanyak 2.396.224 jiwa, 51% atau

M

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 6

1.222.113 jiwa laki-laki dan 49 % atau 1.174.111 jiwa perempuan. Berarti rasio

jenis kelamin (Sex ratio) penduduk Sulawesi Tengah adalah sebesar 104,09

(sedikit diatas angka 100). Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk laki-

laki dan perempuan relatif sama (seimbang). Kabupaten dengan sex ratio

tertinggi (penduduk laki-laki lebih besar dari perempuan) adalah kabupaten Tojo

Unauna (112,1), sedangkan yang terendah kota Palu (97,9).

Komposisi penduduk menurut golongan umur secara rinci disajikan pada

tabel 2.2 berikut. TABEL 2.2

JUMLAH PERSENTASE PENDUDUK SULAWESI TENGAH MENURUT GOLONGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2007.

No. Golongan

Umur(Thn) Laki-Laki Perempuan Jumlah

( L + P ) %

Jumlah % Jumlah % 1 0 -4 121.980 9,98 117.338 9,99 239.318 9,99 2 5 – 14 247.663 20,27 239.637 20.41 487.300 20,33 3 15 – 44 624.955 51,14 611.409 52,07 1.236.364 51,60 4 45 – 64 186.418 15,25 165.651 14,11 352.069 14,69 5 >65 41.097 3,36 40.076 3,42 81.173 3,39

Jumlah 1.222.113 100 1.174.111 100 2.396.224 100 Sumber : BPS Prov.Sulteng

Berdasarkan komposisi penduduk diatas, menunjukkan bahwa komposisi

penduduk di Sulawesi Tengah masih tergolong penduduk muda, berarti jumlah

penduduk yang berusia 15 tahun kebawah cukup tinggi yaitu 30,32 % sedangkan

penduduk yang berusia tua masih rendah ( 3,39 % ).

Adapun gambaran komposisi penduduk Sulawesi Tengah dapat dilihat pada

grafik penduduk dibawah ini : GAMBAR. II.1

KOMPOSISI PENDUDUK SULAWESI TENGAH MENURUT GOL.UMUR TH. 2007

0

20

40

60

0 - 4 '5 - 14 '15 - 44 '45 - 64 '> 65

Lak-Laki Perempuan

Sumber Data : BPS (Sulawesi Tengah Dalam Angka 2007)

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 7

3. Persebaran Penduduk Luas wilayah Provinsi Sulawesi Tengah adalah 68.033, Km2 dengan

jumlah penduduk pada tahun 2007 sebanyak 2.396.224 jiwa, ini berarti

kepadatan rata-rata penduduk di Sulawesi Tengah pada tahun 2007 adalah

35,22 berarti mengalami kenaikan 0,69 dibandingkan dengan tahun sebelumnya

yaitu 34,53 pada tahun 2006. Kepadatan penduduk tertinggi adalah di kota Palu

sebesar 771.39 sedangkan yang terendah kabupaten Morowali yang

mempunyai luas wilayah terbesar (22,77 %), penduduknya (7,42%) dengan

kepadatan penduduk terendah yaitu 11,34 jiwa per Km2.

TABEL 2.3

PERSENTASE LUAS WILAYAH DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2005-2007

Kabupaten/Kota

Luas

(Km2)

Persentase

Kepadatan Penduduk per Km2 2005 2006 2007

1. Banggai Kepulauan

2. Banggai

3. Morowali

4. Poso

5. Donggala

6. Tolitoli

7. Buol

6. Parigi Moutong

9. Tojo Unauna

10. Kota Palu

3.214,46

9.672,70

15.490,12

8.195,77

10.471,71

4.079,77

4.043,57

6.231,85

6.238,00

395,06

4,72

14,22

22.77

12,93

15,39

6,00

5,94

9,16

9,84

0,58

48,41

29,84

10,95

14,88

42,34

48,12

27,82

56,41

26,19

727,93

47,53

30,17

11,19

16,46

43,85

47,45

27,94

57,91

28,28

758,78

48.05

30,40

11.34

17,45

44,49

48,10

28,47

58,89

29,89

771.39

Provinsi 68.033,00 100,00 33,58 34,53 35,22 Sumber : BPS (Sulawesi Tengah dalam angka 2007)

B. KEADAAN SOSIAL EKONOMI

asalah ekonomi dapat diketahui dari berbagai indikator antara lain

produk domestik regional bruto, angka beban ketergantungan, dan

tingkat pendidikan penduduk

M

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 8

1. Produk Domestik Regional Bruto Kemampuan perekonomian Sulawesi Tengah yang diukur dengan angka

produk domestik bruto (PDRB) atas dasar harga yang berlaku, angka ini

cenderung mengalami peningkatan, yaitu Rp. 14.657.899 juta pada tahun 2004,

menjadi Rp. 17.089.580 juta pada tahun 2005, sedangkan produk regional

perkapita atas dasar harga konstan 1993 juga mengalami peningkatan dari Rp.

2.808.637.- pada tahun 2003 menjadi Rp. 2.993.928 pada tahun 2004 dengan

rata-rata pertumbuhan sebesar 6,26 % pertahun.

Adapun perkembangan produk regional perkapita tahun 2001 – 2006 sebagai

berikut :

TABEL 2.3 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SULAWESI TENGAH TAHUN 2002 – 2006

Uraian 2002 (JtRp)

2003 (JtRp.)

2004 (JtRp.)

2005 (JtRp)

2006 (Jt Rp)

- PDRB atas dasar harga yg

berlaku

- PDRB atas dasar harga

konstan 2000

- Pertumbuhan PDRB atas

dasar harga konstan 2000

11.793.833

9.600.364

5,62

13.013.148

10.196.750

6,21

14.657.899

10.925.465

7,15

17.089.580

11.728.617

7,35

19.331.706

12.688.550

7,97

Sumber : BPS( Sulawesi Tengahdalam angka 2006)

2. Beban Tanggungan Ratio Beban tanggungan digunakan untuk mengetahui beban tanggungan

ekonomi suatu negara. Tingginya ratio beban tanggungan merupakan faktor

penghambat pembangunan ekonomi suatu negara karena sebagian besar

pendapatan yang diperoleh oleh golongan yang produktif harus dikeluarkan

untuk memenuhi kebutuhan golongan yang tidak produktif.

Dependency ratio Sulawesi Tengah dari tahun ketahun mengalami penurunan

yang cukup bermakna, yaitu dari 72,35 % pada tahun 1990 menjadi 58,70 %

pada tahun 2001 dan pada tahun 2002 turun menjadi 57,29 % kemudian turun

lagi menjadi 54,51 % pada tahun 2003, dan pada tahun 2004 mengalami

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 9

kenaikan menjadi 56,85% dan pada tahun 2005 turun menjadi 54,81%dan pada

tahun 2006 dan 2007 masing-masing menjadi 56,34 dan 50,9 keadaaan ini

menunjukkan bahwa pada tahun 2007 setiap 100 orang usia produktif harus

menanggung 51 orang penduduk non produktif.untuk lebih jelasnya dapat

digambarkan pada grafik sebagai berikut: GAMBAR II.2

RATIO BEBAN TANGGUNGAN PENDUDUK SULTENG TAHUN 2003 - 2007

Sumber : BPS (Sulawesi Tengah dalam angka)

Sumber : BPS Prop Sulteng

3. Pola Pengeluaran Rumah Tangga

Tingkat kebutuhan/permintaan (demand) terhadap kelompok pengeluaran

pada dasarnya berbeda dalam kondisi pendapatan terbatas kita akan

mendahulukan kebutuhan makanan, sehingga pada kelompok masyarakat

berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya

digunakan untuk mengkonsumsi makanan. Seiring dengan peningkatan

pendapatan maka lambat laun akan terjadi pergeseran, yaitu penurunan porsi

pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan atau peningkatan porsi

pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan makanan.

Pergeseran komposisi atau pola pengeluaran tersebut terjadi karena elastisitas

permintaan terhadap makanan pada umumnya rendah, sementara elastisitas

permintaan terhadap barang bukan makanan pada umunya tinggi. Keadaan ini

semakin jelas terlihat pada kelompok penduduk yang tingkat konsumsi

54,51

56,8554,81

56,34

50,9

46485052545658

2003 2004 2005 2006 2007

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 10

makanannya sudah mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan pendapatan

sebagian besar akan digunakan untuk barang bukan makanan (kalau bukan

disimpan/ditabung atau di investasikan kembali).

Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa pada pengeluaran dapat dipakai

sebagai salah satu alat untuk menilai tingkat kesejahteraan (ekonomi)

penduduk, dan perubahan komposisinya sebagai indikasi perubahan tingkat

kejahteraan dengan asumsi bahwa penurunan persentase pengeluaran untuk

makanan terhadap total pengeluaran merupakan gambaran membaiknya tingkat

perekonomian penduduk.

Pengeluaran rata-rata perkapita sebulan didaerah perkotaan di Sulawesi

Tengah tahun 2005 telah mencapai Rp. 342.588.- yang merupakan

penjumlahan dari Sub golongan makanan sebesar Rp. 168.548.- dan bukan

makanan sebesar Rp. 174.040.-, sedangkan didaerah pedesaan tercatat

sebesar Rp. 197.185, berasal dari sub golongan makanan sebesar Rp.121.961

dan Rp. 75.224 untuk bukan makanan. Dan secara keseluruhan pengeluaran

rata-rata perkapita sebulan penduduk Sulawesi Tengah pada tahun 2005

mencapai Rp. 227.085 jika dipisahkan akan terlihat bahwa Rp. 131.541

merupakan sumbangan dari kelompok makanan dan Rp. 95.544 dari bukan

makanan.

Dari hasil Susenas 2005 (data Kor) terlihat bahwa proporsi rumah tangga

terbesar (modus) untuk total pengeluaran rumah tangga (makanan dan bukan

makanan) berada pada kelompok pengeluaran diantara 100 sampai 150 ribu

rupiah sedangkan menurut pengeluaran untuk makanan dan non makanan

masing-masing berada pada kelompok (modus) 100 sampai 150 ribu rupiah

untuk makanan dan 40 ribu sampai 60 ribu rupiah bukan makanan.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 11

C. KEADAAN PENDIDIKAN 1. Kemampuan Baca Tulis

emampuan baca tulis tercermin dari angka melek huruf penduduk

yang dalam hal ini didefinisikan sebagai persentase penduduk usia

10 tahun keatas yang pernah sekolah, dapat membaca dan menulis

huruf latin dan huruf lainnya. di Provinsi Sulawesi Tengah penduduk yang melek

huruf tahun 2006 sebesar 95,37 % dan persentase penduduk yang buta huruf

(belum pernah sekolah) sebesar 4,63 %.

Persentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang melek huruf dan

buta huruf tahun 2004-2006 dapat dilihat pada tabel berikut. TABEL 2.4

PERSENTASE PENDUDUK 10 TAHUN KEATAS JENIS KELAMIN, MELEK HURUF DAN BUTA HURUF DI SULAWESI TENGAH

TAHUN 2004-2006

Penduduk , 10 tahun 2004 2005 2006

Melek Huruf

Buta Huruf

94,95

5,05

94,54

5,46

95,37

4,63

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tengah

Persentase penduduk yang berumur 10 tahun keatas yang buta huruf pada

tahun 2006 sebesar 4,63, angka ini lebih rendah sedikit dibandingkan dengan

tahun 2005 yang tercatat sebesar 5,46 persen, pada tingkat kabupaten/kota

persentasenya berkisar 0,95 – 7,34 persen. Persentase tertinggi yang buta huruf

terdapat di Kabupaten Parigi Moutong sebesar 7,34 persen. Hal ini disebabkan

karena masih tingginya persentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang

tidak/belum pernah sekolah di kabupaten tersebut dibanding kabupaten/kota

lainnya yaitu mencapai 7,34 persen dan terendah adalah kota Palu sebesar 0,95

persen. Secara umum kemampuan berbahasa indonesia , membaca dan

menulis huruf latin pada penduduk 10 tahun keatas, mulai tahun 2002-2006

relatif baik, karena persentasenya cukup tinggi diatas 90 persen

Gambaran angka buta huruf dan melek huruf menurut kabupaten tahun 2005

dapat dilihat pada gambar berikut.

K

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 12

GAMBAR II.3

PERSENTASE PENDUDUK YANG MELEK HURUF DAN BUTA HURUF MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2006

2. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

Pendidikan yang ditamatkan merupakan indikator pokok kualitas

pendidikan formal. Persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas yang

tidak/belum tamat SD pada tahun 2006 sebesar 21,33%, yang tamat SD sebesar

35,76%, yang tamat SLTP 17,66%, yang tamat SLTA 13,80%, yang tamat

diploma 1,60% dan yang tamat Universitas sebesar 2,79%. Sementara yang

tidak/belum pernah bersekolah sebesar 3,93%.

D. KEADAAN LINGKUNGAN

ntuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-

indikator Persentase Rumah Sehat dan Persentase Tempat Tempat

Umum Sehat. Selain itu disajikan pula indikator tambahan yang

dianggap masih relevan, yaitu persentase rumah tangga (keluarga) menurut

Sarana Tempat Pembuangan Air Besar.

1. Rumah Sehat. Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat

kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih,

tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah

yang baik , kepadatan hunian rumah dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah.

U

020406080

100

Bangkep Banggai Morowali Poso Donggala Tolitoli Buol Palu Pamong Touna

Melek Huruf Buta Huruf

Sumber : BPS (Sulawesi Tengahdalam angka 2005)

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 13

Menurut laporan dari kabupaten/kota pada tahun 2007, persentase rumah

sehat hanya 68,38%. Angka ini masih dibawah target Indonesia sehat 2010 yaitu

sebesar 80%, sehingga perlu upaya program terkait untuk meningkatkan jumlah

rumah sehat . Data persentase rumah sehat menurut kabupaten disajikan pada

lampiran tabel 47. Rendahnya persentase rumah sehat di Sulawesi Tengah

dapat disebabkan antara lain, karena kurangnya pemahaman sektor-sektor

terkait terhadap konsep pembangunan berwawasan kesehatan.

2. Tempat-tempat Umum Sehat Tempat-tempat umum (TTU) merupakan suatu sarana yang dikunjungi

oleh banyak orang, dan dikhawatirkan dapat menjadi tempat penyebaran penya-

kit. TTU meliputi hotel, restoran, bioskop, pasar, terminal dan lain-lain. Sedangkan TTU sehat adalah tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan

yaitu yang memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana

pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai (luas ruang) yang sesuai

dengan banyaknya pengunjung, dan memiliki pencahayaan ruang yang sesuai.

Data yang diolah dari laporan kabupaten/kota tahun 2007,

memperlihatkan bahwa persentase TTU sehat mencapai 63,77 %, angka ini

masih kasar karena kab/kota tidak melaporkan datanya secara lengkap.

Sedangkan target Indonesia Sehat 2010 adalah 80 %. Namun masih diperlukan

upaya-upaya dari sektor terkait, seperti Dinas Kesehatan, Kimpraswil, Pemda

dan lain-lain untuk mencapai target yang diharapkan. Data persentase TTU

sehat menurut kabupaten /.kota disajikan pada lampiran tabel 50.

Rendahnya persentase TTU sehat dibeberapa kabupaten dapat

disebabkab berbagai faktor antara lain, kurangnya pemahaman pemilik/

pengelola terhadap aspek kesehatan dalam pengelolaan TTU, mudahnya

memperoleh perizinan pendirian TTU meskipun belum memenuhi persyaratan

kesehatan, dan kurangnya pemeriksaan dan lemahnya pengawasan TTU oleh

instansi terkait.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 14

3. Akses Terhadap Air Bersih Sumber air bersih yang digunakan rumah tangga dibedakan menurut air

ledeng, sumur pompa tangan, sumur gali, penampungan air hujan, air kemasan,

dan lainnya. Hasil pemutahiran data tahun 2006 menunjukkan bahwa rumah

tangga di sulawesi tengah yang menggunakan air bersih dari ledeng (35,89%),

sumur gali (35,54%), sumur pompa tangan (13,95%), penampungan air hujan

(0,92%), air kemasan (o,09%) dan lainnya (13,61%).Gambaran persentase

rumah tangga menurut sumber air bersih yang digunakan dapat dilihat pada

gambar II.4 berikut.

GAMBAR II.4 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT

SUMBER AIR BERSIH TAHUN 2006

SGL; 35,54%

Ledeng; 35,89%

SPT; 13,95%

PAH; 0,92%

Lainnya; 13,61%Kemasan; 0,09%

Ledeng SGL SPT PAH Kemasan Lainnya

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota

4. Rumah Tangga Menurut Sarana Pembuangan Air Besar. Sistem pembuangan kotoran manusia sangat erat kaitannya dengan

kondisi lingkungan dan risiko penularan penyakit, khususnya penyakit saluran

pencernaan. Klasifikasi sarana pembuangan kotoran dilakukan berdasarkan atas

tingkat risiko pencemaran yang ditimbulkan. Dalam hal ini sistem pembuangan

kotoran manusia dibedakan dalam 4 (empat) jenis sarana yaitu leher angsa,

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 15

GAMBAR II.5PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT TEMPAT

PEMBUANGAN KOTORAN/TINJA DI SULAWESI TENGAH TAHUN 2004

Lainnya; 5,41Cemplung;

14,17

Plengsengan; 8,87

Leher Angsa; 71,55

plengsengan, cemblung/cubluk, dan lain-lain. Persentase rumah tangga menurut

sarana pembuangan air besar tahun 2004 dapat dilihat pada gambar berikut.

Masih cukup tingginya

persentase rumah tanga yang

menggunakan pembuangan air

besar yang tidak sehat (jamban

plengsengan, jamban cemplung,

dan tidak pakai jamban) diduga

karena faktor-faktor kebiasaan,

pendidikan/pengetahuan, dan

ketersediaan sarana.

Menurut laporan dari

kabupaten/kota pada tahun 2007,

persentase keluarga yang memiliki jamban hanya 73,34%.

GAMBAR II.6

JUMLAH DAN PERSENTASE KK DIPERIKSA DAN MEMILIKI JAMBAN TAHUN 2003-2004

050.000

100.000150.000200.000250.000300.000350.000400.000450.000500.000

Jum

lah

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%Pe

rsen

tase

Jml KK diperiksa 329.759 167.290 263.363 355.866

Jml KK memilikiJamban

158.813 90.827 162.996 228.646

% KK memilikiJamban

48,16% 54,29% 61,89% 64,24%

2003 2004 2005 2006

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota

Data persentase keluarga memiliki jamban menurut kabupaten tahun 2006

disajikan pada lampiran tabel 49.

Sumber : BPS – Sulawesi Tengah Dalam Angka 2004

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 16

E. PERILAKU MASYARAKAT

ntuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang

berpengaruh terhadap derajat kesehatan, akan disajikan tiga

indikator yaitu Persentase Rumah Tangga ber Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS), Persentase Posyandu Purnama dan Mandiri serta

Poskesdes.

1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan

pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,

kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan

informasi dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku,

sehingga membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri,

dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat

dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan.

PHBS pada tatanan Rumah Tangga dinilai berdasarkan 16 indikator yang

meliputi 9 indikator perilaku dan 7 indikator lingkungan. Sembilan indikator

perilaku ini adalah (1) Perilaku tidak merokok, (2) Persalinan oleh Nakes/

pemeriksaan kehamilan, (3) Imunisasi, (4) Penimbangan Balita, (5) Sarapan

pagi, (6) Kepersertaan dana sehat, (7) Kebiasaan mencuci tangan, (8)

Kebiasaan menggosok gigi, (9) Olahraga/aktivitas fisik. Sedangkan indikator

lingkungan pada PHBS adalah (1) Sarana air bersih, (2) Jamban, (3) Tempat

sampah, (4) Sarana pembuangan air limbah, (5) Ventilasi rumah, (6) Kepadatan

rumah, dan (7) Lantai rumah.

Klasifikasi PHBS ditentukan berdasarkan nilai perilaku dan lingkungan

sehat tiap keluarga dengan ketentuan sebagai berikut : (1) Sehat 1 yaitu bila

keluarga berperilaku positif kurang dari 25% dari jumlah seluruh indikator PHBS,

(2) Sehat 2 yaitu bila keluarga perperilaku positif 25% - 49% dari jumlah seluruh

indikator PHBS, (3) Sehat 3 yaitu bila keluarga berperilaku positif 50% - 74% dari

U

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 17

jumlah seluruh indikator PHBS, dan (4) Sehat 4 yaitu bila keluarga berperilaku

positif lebih dari 75% dari jumlah seluruh indikator PHBS.

Pada tahun 2007 secara provinsi Persentase Rumah Sehat adalah

sebanyak 68,38% dari 354.401 yang diperiksa atau 50,04% dari total 484.331

yang ada, ini berarti masih dibawah target Indonesia Sehat 2010 yaitu 65%.

Rumah Sehat menurut kabupaten dapat dilihat pada lampiran tabel 47.

2. Posyandu Purnama dan Mandiri Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan

Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang paling dikenal dewasa ini. Posyandu

menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan Ibu dan Anak,

Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan Diare.

Untuk Meningkatkan kualitas Posyandu telah dilakukan pengelompokan

Posyandu ke dalam 4 tingkat perkembangan, yaitu (1) Posyandu Pratama, (2)

Posyandu Madya, (3) Posyandu Purnama dan (4) Posyandu Mandiri.

Berdasarkan Profil UKBM Propinsi Sulawesi Tengah, pada tahun 2007

jumlah Posyandu di Sulawesi Tengah adalah sebanyak 2.863 unit. Tingkat

perkembangan Posyandu dalam 4 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL 2.5 JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA

TAHUN 2005-2007

NO. Strata

2005 2006 2007

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1.

2.

3.

4.

Posyandu Pratama

Posyandu Madya

Posyandu Purnama

Posyandu Mandiri

215

950

439

38

45,98

35,96

16,62

1,44

1.139

1.070

580

52

40,09

37,66

20,42

1,83

1.149

1.087

550

77

40,13

37,97

19,21

2,69

Jumlah 2.642 100 2.841 100 2.863 100

Sumber : Seksi PSM Dinkes Prop.Sulteng

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Posyandu yang terbanyak sampai

tahun 2007 adalah Posyandu Pratama, yaitu sebesar 40,13%. Sedangkan

Posyandu Purnama dan Mandiri baru mencapai 21,90%. Persentase ini masih

jauh dibawah target yang ingin dicapai pada tahun 2010, yaitu sebesar 40%.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 18

Bila dilihat perkembangan Posyandu menurut strata selama tiga tahun

terakhir, maka dapat dikatakan bahwa kualitas Posyandu cenderung tidak

mengalami perkembangan. Hal ini diperkirakan antara lain karena krisis ekonomi

sejak tahun 1997. Disamping itu pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai

tahun 2001, telah mengakibatkan perubahan struktur organisasi pemerintahan di

daerah, yang berdampak antara lain pada berkurangnya pembinaan peran serta

masyarakat, termasuk Posyandu. Jumlah dan persentase Posyandu menurut

strata dan kab/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 46.

3. Pos Kesehatan Desa Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah upaya kesehatan bersumber

masyarakat bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam

rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat

desa. Poskesdes menyelenggarakan kegiatan-kegiatan terutama (1)

pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit

menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, dan faktor-faktor

risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang berisiko. (2)

Penanggulangan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan

KLB, serta faktor-faktor risikonya (termasuk kurang gizi), (3) Kesiapsiagaan dan

penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, dan (4) Pelayanan

medis dasar, sesuai dengan kompetensinya.

Poskesdes adalah salah satu bentuk UKM yang dimiliki oleh Desa Siaga

yaitu Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan

serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,

bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.

Dari program dilaporkan bahwa tahun 2007 diperoleh data jumlah desa

siaga di sulawesi tengah adalah sebanyak 875 buah. Rincian jumlah desa siaga

menurut kabupaten/kota disajikan secara rinci pada lampiran tabel 62.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

19

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN

ambaran tentang derajat kesehatan meliputi indikator mortalitas,

morbiditas, dan status gizi. Mortalitas dilihat dari indikator Asngka

Kematian Bayi (AKB) per 1.000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian

Balita (AKABA) per 1.000 Kelahiran Hidup, Angka Kematian Ibu (AKI) per

100.000 Kelahiran Hidup, dan Angka Harapan Hidup waktu lahir (Eo).

Morbiditas dilihat dari indikator-indikator Angka Kesakitan Malaria per 1.000

Penduduk, Angka Kesembuhan TB Paru BTA+, Prevalensi HIV (Persentase

Kasus Terhadap Penduduk Berisiko), Angka Acute Flacid Paralysis (AFP)

pada anak usia < 15 Tahun per 100.000 anak, dan Angka Kesakitan Demam

Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 Penduduk. Sedangkan status gizi

dilihat dari indikator Persentase Balita dengan Status Gizi di Bawah Garis

Merah pada KMS dan Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi.

Selain indikator tersebut diatas , disajikan pula beberapa indikator

tambahan yang dianggap masih relevan yaitu Angka Harapan Hidup (Eo),

dan Angka Kesakitan beberapa penyakit tertentu lainnya.

A. MORTALITAS (ANGKA KEMATIAN).

ejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat

memberi gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat

atau dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian

keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan

lainnya. Tingkat kematian secara umum berhubungan erat dengan tingkat

kesakitan, karena biasanya merupakan akumulasi akhir dari berbagai

penyebab terjadinya kematian baik langsung maupun tidak langsung. Salah

satu alat untuk menilai keberhasilan program pembangunan kesehatan yang

G

K

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

20

telah dilaksanakan selama ini adalah dengan melihat perkembangan angka

kematian dari tahun ke tahun. Besarnya tingkat kematian dan penyakit

penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir dapat dilihat

dari berbagai uraian berikut ini.

a. Angka Kematian Bayi

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang sangat penting

untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat.

Faktor-faktor yang berkaitan dengan penyebab kematian bayi antara lain

adalah tingkat pelayanan ante natal, status gizi ibu hamil, tingkat

keberhasilan program KIA-KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Angka Kematian Bayi (AKB) di Sulawesi Tengah telah menurun secara

bermakna dari 150 per-1000 kelahiran hidup pada tahun 1971 menjadi 52 per

1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003, lebih tinggi dari angka nasionall

yaitu 40 per 1.000 kelahiran hidup (Kajian Kematian Ibu dan Anak Badan

Litbang Depkes RI) dan Sulawesi Tengah menempati urutan ke 5 tertinggi di

Indonesia.

Rata-rata perubahan per tahun selama kurun waktu 1990-2000 adalah -

3,46% dan diperkirakan bahwa tahun 2010 AKB di Sulawesi Tengah akan

menurun menjadi 41 per 1000 kelahiran hidup.

Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir tersebut memberi

gambaran adanya peningkatan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan

masyarakat. Penurunan AKB tersebut antara lain disebabkan oleh

peningkatan cakupan imunisasi bayi, peningkatan cakupan persalinan oleh

tenaga kesehatan, penempatan bidan di desa. Menurut BPS angka kematian

bayi diasumsikan menurun, yang diperkirakan pada periode 1995 – 2000

mencapai 62,98 per-1000 kelahiran hidup (KH) dan pada periode 2000-2005

mencapai 48,97 per-1000 KH. Prakiraan angka kematian bayi menurut

sensus penduduk (SP) dan survei demografi kesehatan indonesia tahun

2002-2003 dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

21

TABEL 3.1. PRAKIRAAN ANGKA KEMATIAN BAYI (PER-1000 KH)

TAHUN 1980-2003

Tahun Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup

(KH) Laki-laki Perempuan Total

SP 1980 SP 1990 SP 2000

SDKI 2002-2003

141 101 73

120 84 59

130 92 66 52

Sumber : BPS Sulawesi Tengah

AKB cenderung menurun, sebagai dampak dari hasil pelaksanaan

pembangunan di segala bidang termasuk pemerataan pelayanan kesehatan

sampai ke daerah-daerah terpencil, pemukiman baru dan daerah perbatasan

serta ditunjang dengan program penempatan bidan di desa yang dimulai

sejak tahun 1990. Pada tabel diatas juga terlihat bahwa angka kematian bayi

menurut jenis kelamin pada semua periode pengukuran menunjukkan

perbedaan, dimana angka kematian bayi pada bayi laki-laki tampaknya lebih

tinggi dibandingkan pada bayi perempuan.

Dari Program (Subdin Binkesmas) di laporkan bahwa Angka Kematian

Bayi tahun 2007 adalah sebesar 12,4 per-1000 KH (Facility Based) angka ini

jauh lebih rendah dari angka survei SDKI (Comunity Based) sebesar 60 per

1000 kelahiran hidup, oleh karena itu pencatatan dan pelapora perlu lebih

ditingkatkan lagi. Data yang dilaporkan lebih rinci menurut kabupaten/kota

dapat dilihat pada lampiran Tabel 6. Kabupaten/kota dengan angka kematian

bayi tertinggi di Poso(25,7%0 KH), Tojo Una-una (21,9 %0 KH), sedangkan

yang terendah adalah di Banggai Kepulauan (2,4%0 KH) dan Palu(3,8%0 KH).

b. Angka Kematian Neonatal (AKN) dan Angka Kematian Perinatal (AKP) AKB dapat dirinci menurut kelompok umur yaitu kematian Neonatal

(Kematian bayi umur < 1 bulan) dan kematian Post-Neonatal (Kematian Bayi

umur 1-11 bulan). AKN di Sulawesi Tengah menurun dari 43,7 per 1000 KH

pada tahun 1997 menjadi 24 per 1000 Khpada tahun 2002, namun

masih diatas Angka Nasional (20). Rata-rata penurunan AKN selama tahun

1997 – 2002 adalah -12,0%.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

22

Secara nasional rasio kematian AKP terhadap AKN adalah 0,75%

(1994). Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi kematian Neonatal terhadap

AKB lebih besar dari kontribusi kematian Post-Neonatal. Menurut SKRT

tahun 2001 diantara kematian bayi yang tertinggi adalah gangguan Perinatal

(34%) dan sebab kematian Neonatal tertinggi adalah Premature, BBLR dan

Asfiksia (27%).

c. Angka Kematian Balita

Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak umur 0-

4 tahun per 1000 KH. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan

kesehatan anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan

anak balita seperti gizi, sanitasi, dan penyakit infeksi.

Angka Kematian Balita (AKABA) menurut Sensus Penduduk (SP) di

Sulawesi Tengah pada tahun 1980 sebesar 193 per-1000 KH turun menjadi

132 per-1000 KH pada tahun 1990 dan 83 per-1000 KH pada tahun 2000 dan

menjadi 71 per-1000 KH (SDKI 2002-2003). Program melaporkan bahwa

angka kematian Balita tahun 2007 dilaporakan 1,3 ini jauh lebih rendah

dibandingkan dengan angka survei SDKI yaitu sebesar 69 per 1000 KH target

pada tahun 2010 diperkirakan AKABA di Sulawesi Tengah akan menurun

menjadi 51 per-1000 KH. Hal ini diperkirakan karena meningkatnya akses

terhadap pelayanan kesehatan, Perkiraan angka kematian bayi dapat dilihat

pada tabel 3.2 sebagai berikut : TABEL 3.2.

PRAKIRAAN ANGKA KEMATIAN BALITA (PER-1000 KH) TAHUN 1980-2003

Tahun

Angka Kematian Balita per 1000 Kelahiran Hidup (KH)

SP 1980

SP 1990

SP 2000

SDKI 2002-2003

SDKI 2007

193

132

83

71

69

Sumber : BPS Sulawesi Tengah

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

23

d. Angka Kematian Ibu Maternal Angka Kematian Ibu Maternal (AKI) berguna untuk menggambarkan

tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi

kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu

hamil, pelayanan kesehatan waktu melahirkan dan masa nifas. Angka

kematian ibu maternal adalah jumlah kematian hamil + jumlah kematian ibu

bersalin + jumlah kematian ibu nifas per 100.000 kelahiran hidup.

Menurut sensus penduduk (SP) tahun 2000 AKI di Sulawesi Tengah

sebesar 517 per 100.000 kelahiran hidup dan menempati urutan tertinggi ke 7

di Indonesia. AKI Nasional adalah 347 per 100.000 kelahiran hidup dan

merupakan angka tertinggi diantara negara-negara ASEAN.

Sedangkan dari program KIA dilaporkan pada tahun 2006, angka

kematian ibu maternal adalah sebesar 311 per-100.000 KH dan turun

menjadi 288,5 pada tahun 2007. Angka kematian ibu maternal menurut

kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 7.

e. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir

Meningkatnya umur harapan hidup (Eo) waktu lahir, sekaligus

memberikan gambaran kepada kita bahwa salah satu penyebabnya adalah

karena meningkatnya kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Angka

harapan hidup waktu lahir di Sulawesi Tengah cenderung meningkat dari

tahun ke tahun. Hal ini seiring dengan adanya asumsi kecenderungan angka

kematian bayi yang menurun serta perubahan komposisi penduduk

(penurunan kelompok umur usia muda dan peningkatan kelompok umur usia

tua) pada tahun 1990 umur harapan hidup rata-rata 57,47 dan meningkat

pada tahun 2000 menjadi 61,0 dan meningkat menjadi 63,3 pada tahun 2003

dan pada tahun 2004 menjadi 64,6 dan 65,4 pada tahun 2005 dan meningkat

lagi menjadi 66,3 pada tahun 2007. Meningkatnya umur harapan hidup ini

secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya kemungkinan

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

24

peningkatan kualitas hidup dan kesehatan dalam masyarakat sehingga dapat

menurunkan angka kematian

peningkatan kualitas hidup dan kesehatan dalam masyarakat

sehingga dapat menurunkan angka kematian.

TABEL 3.3

PRAKIRAAN UMUR HARAPAN HIDUP SULAWESI TENGAH TAHUN 1980-2004

PENDUDUK SP

1980

SP

1990

SP

2000

2003 2004

2006 SDKI

207

1. Laki-laki

2. Perempuan

3. Rata-Rata

46,85

49,74

48,34

53,9

57,01

57,47

59,10

62,78

61,0

-

-

63,3

-

-

64,6

-

-

-

-

-

66,3

Sumber : BPS Sulawesi Tengah

f. Angka Kematian Kasar.

Angka Kematian Kasar (AKK) menurut data dari BPS (Statistik

Lingkungan Hidup tahun 2000) diperoleh data AKK Sulawesi Tengah tahun

1998, 1999 dan 2000 adalah sama yaitu sebesar 7 per 1000 penduduk,

sementara AKK tahun 2004 belum tersedia datanya.

GAMBAR III.1

ANGKA KEMATIAN KASAR PER 1.000 PENDUDUK TAHUN 1998 – 2000

2550 2600 2650 2700 2750 2800

1998

1999

2000

Angka Kelahiran Total Angka Kematian Kasar

Sumber : BPS, Statistik Lingkungan Hidup 2000

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

25

B. MORBIDITAS (ANGKA KESAKITAN)

ngka kesakitan penduduk Sulawesi Tengah di dapat dari data yang

berasal dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang

diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.

Dari data pasien rawat jalan di Rumah Sakit selama tahun 2007

diperoleh gambaran/pola sepuluh penyakit terbanyak dimana penyakit

Diabetes YTT menempati ranking teratas (terbanyak) kemudian Infeksi

saluran pernafasan bagian atas dan Gangguan Daya Lihat. Sedangkan yang

terendah adalah penyakit telinga dan proseus mastoid. Untuk jelasnya dapat

dilihat pada tabel 3.4 berikut.

TABEL 3.4 POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK RAWAT JALAN

DI RSU PEMERINTAH TAHUN 2007

NO. GOLONGAN SEBAB SAKIT JUMLAH KASUS

PERSENTASE

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

9.

10 11

Diabetes YTT Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas Akut lainnya Gangguan Daya Lihat Bronchitis, Emfisema dan Penyakit Paru Obstruktif Hypertensi Essensial Promer Gastritis dan Duodenitis TB Paru BTA(+) dgn/tanpa kuman biakan kuman TB Skizofrenia, gangguan skizotipal, psikotik akut dan sementara Diare dan Gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi) Penyakit telinga dan proseus mastoid Penyakit lainnya

4.688 4.480 4.265 3.544 3.544 3.534 3.094 2.854

2.593

2.468

39.437

6,43 6,14 5,85 4.86 4,84 4,24 3,91 3,55

3,38

2,75 54,05

Jumlah 72.962 100 Sumber : Subdin Yanmed

Dari data pasien rawat inap di rumah sakit selama tahun 2007 diperoleh

gambaran/pola sepuluh besar penyakit terbanyak dimana ranking teratas

(terbanyak) adalah penyakit Diare dan gastroenteritis, kemudian Demam

Berdarah Dengue dan Malaria, sedangkan yang terendahadalah Skizoprenia,

gangguan skizotipal, psikotik akut. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.5

diatas.

A

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

26

TABEL 3.5 POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK RAWAT INAP

DI RSU PEMERINTAH TAHUN 2007 NO. GOLONGAN SEBAB SAKIT JUMLAH

KASUS PERSENTASE

1.

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10

11.

Diare dan Gastroenteritis oleh penyebab infeksi Tertentu (kolitis infeksi) Demam Berdarah Dengue Malaria Gastritis dan Duodenitis Demam Tipoid dan Paratipoid Dispepsia TB Paru BTA (+) dengan tanpa kuman Cedera YDT dan daerah badan multiple Infeksi saluran bagian atas akut lainnya Skizofrenia, gangguan skizotipal, psikotik akut dan sementara Penyakit lainnya

4.304

1.176 943 935

8325 800 560 554 496 490

11.102

19,39

5,30 4,25 4,21 3,76 3,60 2,52 2,50 2,23 2,21

50,01

Jumlah 22.195 100 Sumber : Subdin Yanmed

Selain dari data sepuluh besar penyakit rawat jalan dan rawat inap di

RSU juga juga diperoleh data sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas

selama tahun 2007 seperti tabel 3.6 berikut ini.

TABEL 3.6

POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK DI PUSKESMAS TAHUN 2007

NO. GOLONGAN SEBAB SAKIT JUMLAH

KASUS PERSENTASE

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10

Infeksi Akut lain pada saluran pernafasan bagian atas Malaria tanpa pemeriksaan laboratorium Gastritis (Maag) Penyakit pada sistem otot dan jaringan penyekat Diare Hipertensi Kecelakaan dan ruda paksa Penyakit Kulit Infeksi Anemia Malaria Tertiana (P.Vivax)

53.179 27.794 25.326 22.051 20.423 18.927 12.586 6.679 4.337 1.506

27,58 14,41 13,13 11,43 10,59 9,81 6,53 3,46 2,25 0,78

Jumlah 192.808 100 Sumber : Subdin Yanmed

Dari laporan sepuluh besar penyakit terbanyak tersebut diatas baik

rawat jalan maupun rawat inap di RS dan di Puskesmas ternyata penyakit

ISPA dan Diare menempati urutan teratas (kasus terbanyak) oleh karena itu

kesehatan lingkungan perlu di tingkatkan.

TABEL 3.7

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

27

POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PENYEBAB KEMATIAN PENDERITA RAWAT INAP DI RSU PEMERINTAH TAHUN 2007

NO. GOLONGAN SEBAB SAKIT JUMLAH K PERSENTASE 1. 2.

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11

Diare dan Gastroenteritis Tuberculosis (TB) Paru BTA (+) dgn/tanpa biakan kuman TB TB Paru lainnya Demam Berdarah Dengue Infeksi saluran nafas bagian atas akut lainnya Pendarahan Infrakranial Strock tak menyebut perdarahan Pneumonia Penyakit Jantung Iskemik lainnya Malaria (Include All Malaria) Penyakit Lainnya

87 38

25 18 14 14 13 11 11 10 282

16,63 7,27

4,78 3,44 2,68 2,68 2,49 2,10 2,10 1,91 53,92

Jumlah 523 100 Sumber : Subdin Yanmed Untuk melengkapi gambaran pola penyakit di Sulawesi Tengah,

berikut ini disajikan gambaran Morbiditas yang didasarkan data dari

kabupaten/kota dan dari masing-masing program di propinsi.

a. Penyakit Malaria

Untuk menggambarkan angka kesakitan, disajikan beberapa angka

prevalensi dan insiden dari beberapa penyakit antara lain penyakit Malaria,

Demam Berdarah Dengue, Campak, penyakit Zoonotik, AIDS dan HIV, dan

penyakit Diare.

Pada tahun 2007 tercatat kasus malaria positif sejumlah 9.379 kasus

dengan angka kesakitan 3,91 kasus per 1.000 penduduk, terjadi sedikit lebih

rendah bila dibandingkan pada tahun 2006 yaitu 3,99 untuk jelasnya dapat

dibaca pada lampiran tabel 11.

Dari program dilaporkan bahwa pada tahun 2007 terjadi KLB dengan

jumlah penderita 209 (penduduk terancam 18.271), tanpa ada kematian

dengan Attack Rate 1,14% dan CFR 0% , untuk jelasnya dapat dibaca pada

lampiran tabel 31.

b. Penyakit TB Paru. Sulawesi tengah merupakan daerah ujicoba P2 TB-Paru terpadu,

sehinggapemberantasan Penyakit TB-Paru terpadu telah dilaksanakan di

Semua Puskesmas.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

28

Prevalensi penyakit Tuberkulosis (TB) Paru belum diketahui secara

pasti. Data terakhir yang diperoleh dari kabupaten/kota adalah jumlah kasus

BTA+ yang diobati dan angka kesembuhannya. Pada tahun 2007 jumlah

kasus baru BTA positif yang ditemukan sebesar 1.954 orang dan angka

kesembuhan tahun 2006 sebesar 86,46%. Dari Program dilaporkan bahwa

jumlah kematian penyakit TB Paru adalah 38 kasus dan menempati peringkat

kedua teratas penyebab kematian di Rumah Sakit. Gambaran penderita

TB Paru BTA positif yang terdeteksi disarana pelayanan kesehatan menurut

kabupaten/kota pada tahun 2007 disajikan pada lampiran tabel 9.

c. HIV/AIDS dan Penyakit Menular Melalui Hubungan Seksual (PMS).

Kasus penyakit HIV di Sulawesi Tengah telah ditemukan pada tahun

2002 yaitu sebanyak 3 kasus semuanya di kota Palu dan pada tahun 2007

sudah terdapat 63 kasus yang menyebar di 8 kabupaten/kota (Lihat tabel 10)

dengan kasus terbanyak di kota Palu 34 kasus dan terendah di kabupaten

Poso 1 kasus. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah,

menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia,

meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, dan meningkatnya

penyalahgunaan NAPZA melalui suntikan, secara simultan telah

memperbesar tingkat risiko penyebaran HIV/AIDS.

Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena

gunung es (iceberg phenomena), yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh

lebih kecil daripada jumlah penderita yang sebenarnya. Hal ini berarti bahwa

jumlah penderita HIV/AIDS di Sulawesi Tengah yang sebenarnya belum

diketahui dengan pasti.

d. Acute Flaccid Paralysis.

Kasus Acute Paralysis (AFP) yang ada di masyarakat Sulawesi

Tengah pada tahun 2007 oleh program dilaporkan bahwa selama tahun 2007

terdapat kasus sebanyak 17 yang tersebar 7 kabupaten/kota, kausu

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

29

terbanyak terjadi di kabupaten Parigi Moutong dan Kota Palu masing-masing

4 kasus. Gambaran kasus AFP menurut kabupaten/kota pada tahun 2007

disajikan pada lampiran tabel-9.

e. Demam Berdarah Dengue (DBD) DBD mulai ditemukan di Sulawesi Tengah sejak tahun 1992 dengan

kasus suspect DBD sebanyak 8 orang, pada tahun 1993 meningkat menjadi

17 orang dan meningkat lagi menjadi 44 orang pada tahun 1994. Mulai tahun

1996, keadaan di Sulawesi Tengah cukup memprihatinkan karena dari 50

kasus suspect ditemukan 16 penderita yang positif DBD dan terjadi kematian

pada 4 penderita (CFR = 25 %)

Pada tahun 2007 jumlah kasus yang dilaporkan sejumlah 1.336 0rang

dari 8 kabupaten/kota (Banggai, Morowali, Poso, Dongala, Tolitoli, Parigi

Moutong, Buol dan Kota Palu) sedang pada kabupaten lainnya tidak

ditemukan kasus. Angka kesakitan penyakit Demam Berdarah Dengue

adalah 55,75per 100.000. Pada tahun 2007 terjadi KLB dengan jumlah

penderita sebanyak 675 kasus, jumlah penduduk terancam 59.192 dengan

kematian 19 orang , Attack Rate 1,14% dan CFR 2,81%.

f. Penyakit Pneumonia Penyakit Pneumonia merupakan penyakit yang harus diperhatikan

secara serius mengingat tingginya kematian dan kesakitan penyakit ini

terutama pada balita.

Angka kesakitan penyakit Pneumonia masih cukup tinggi, berdasarkan

laporan Surveilans Terpadu penyakit berbasis Puskesmas tahun 2007

diperoleh data jumlah kunjungan Penyakit Pneumonia adalah sebanyak

13.466 kunjungan Balita dan menempati urutan ke 8 penyebab kematian (11

kematian) dari 10 penyakit penyebab kematian yang dilaporkan,

Hasil pengumpulan data profil kesehatan kabupaten/kota selama

tahun 2007, jumlah penderita balita adalah sebesar 13.466 orang. Kabupaten

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

30

kota dengan balita penderitaa pneumonia terbanyak adalah di Donggala

(3.393, Palu (2.507) dan Banggai (2.478). sedangkan yang terendah adalah

di Tojo Unauna (169), dan Poso (498). Data Pneumonia Balita perkabupaten

secara lengkap disajikan pada tabel 9.

g. Penyakit Diare

Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Sulawesi Tengah dan

sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Hasil pengumpulan data

dari kabupaten/kota selama tahun 2007 jumlah kasus penyakit Diare pada

Baklita yang ditemukan di sarana kesehatan adalah sejumlah 23.666

penderita dengan angka kesakitan penyakit Diare 20,38 per 1.000 penduduk.

Angka ini mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu

18, per 1.000 penduduk.

Pada tahun 2007 terjadi KLB Diare yang tersebar di 15 kecamatan

dengan total penderita 715 orang dan kematian 35 orang (CFR 4,9%).

Diare merupakan penyakit yang harus diwaspadai, artinya

penanganan yang tepat di RS dan sarana pelayanan kesehatan lainnya

seperti Puskesmas dan lain-lain, sangat penting peranannnya dalam

mencegah kematian akibat Diare. Gambaran KLB, Attack Rate dan CFR

Diare dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut.

TABEL 3. 7 KLB DIARE MENURUT JUMLAH KASUS, ATTACK RATE DAN CFR

TAHUN 2003 – 2007

Tahun

Yang diserang Jumlah Penduduk Terancam

Jumlah Penderita

Jumlah Kematian

Attack Rate

CFR %

Jmlh Kecamatan

Jmlh Desa

2003

2004

2005

2006

2007

5

8

10

25

15

6

11

48

39

20

3.923

17.211

7.685

64.240

26.906

129

379

1.278

1.120

715

11

18

70

27

35

3,29

2,20

16,63

1,74

2,66

8,53

4,75

5,48

2,41

4,9

Sumber : Subdin P2PL

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

31

h. Penyakit Rabies Penyakit Zoonotik terutama Rabies sering terjadi, merupakan salah

satu penyakit yang ditularkan binatang melalui gigitan anjing atau hewan lain

seperti anjing dan kera (binatang piaraan). Pada umumnya penyakit ini

memiliki risiko kematian yang sangat tinggi terhadap manusia bila tidak

dilakukan pencegahan sedini mungkin terhadap kasus gigitan, karena bila

terlambat penanganannya hingga timbul gejala penyakit, maka angka

kefatalannya (CFR) bisa mencapai 100 0/0 . Kasus penyakit rabies di Sulawesi

Tengah pada tahun 2006 adalah 95 kasus yang tersebar di 2 kabupaten yang

dilaporkan oleh Program PPM & PL, jumlah kematian 12 orang (CFR

12,63%)

i. Penyakit Kusta

Prevalensi Kusta di Sulawesi Tengah cenderung menurun setiap tahun

. Pada tahun 1990 prevalensi kusta 1,2%0 dan menurun pada tahun 1998

menjadi 0,33%O dan 0,22 o/oo pada tahun 2006 dan pada tahun 2007 menjadi

0,17 %0. Jumlah penderita Kusta yang diobati di Puskesmas disajikan pada

lampiran tabel 12.

j. Penyakit Filariasis Filariasis (penyakit kaki gajah) masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat di Sulawesi Tengah. Akibat dari serangan penyakit adalah

menurunkan derajat kesehatan masyarakat karena menurunnya daya kerja

dan produktivitas serta timbulnya cacat anggota tubuh yang menetap.

Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, beberapa jenis nyamuk

diketahui berperan sebagai vektor Filariasis antara lain Mansonia, Anopheles,

dan Culex.

Pada tahun 1997 rata-rata Mikrofilaria Rate dari daerah-daerah yang disurvei

sebesar 5,04% sedangkan pada tahun 1998 menurun menjadi 4,25%. Pada

desa-desa yang MF Rate nya >2% dilaksanakan pengobatan masal dengan

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

32

garam DEC. Dengan adanya strategi pengobatan dengan garam DEC, maka

diharapkan suatu saat penyakit ini dapat tereleminir dari Sulawesi Tengah.

Pada tahun 2006 di Sulawesi Tengah terdapat penderita Filariasis sebanyak

764 orang dan yang ditangani 269 orang (35%).

k. Penyakit Schistosomiasis

Penyakit Schistosomiasis merupakan penyakit yang hanya ada di

Sulawesi Tengah yaitu disekitar Danau Lindu dan Lembah Napu. Penyakit ini

di tularkan melalui vektor keong Oncomelania Hupensis Linduensis yang

merupakan hospes perantara Cacing Trematoda yang menyebabkan

penyakit Schistosomiasis yaitu Schistosoma Japanicum. Kegiatan

pemberantasannya secara intensif telah dimulai sejak tahun 1982, yang pada

awalnya dititik beratkan pada kegiatan penanganan terhadap manusianya

yakni pengobatan penduduk secara masal yang ditunjang dengan kegiatan

penyuluhan, pengadaan sarana kesehatan lingkungan, pemeriksaan tinja

penduduk, pemeriksaan keong penular dan tikus secara berkala dan rutin.

Target pemberantasan penyakit ini adalah menurunkan prevalensi sampai

< 1%.

Keadaan pada tahun 1998/1999, di daerah Lindu prevalensi pada siklus I

0,68% dan siklus II 0,44%, sedangkan di Napu prevalensi pada siklus I

0,72% dan pada siklus II 0,81%. Pemberantasan penyakit ini dilaksanakan

secara lintas program dan lintas sektor untuk pengembangan wilayah

endemis Schistosomiasis.

Pada tahun 2007 menurut laporan dari Subdin P2PL Prevalensi

schistosomiasis di daerah Lindu cyclus I adalah 1,40 dan cyclus II tidak ada

data sementara di daerah Napu cyclus I adalah 1,14 dan cyclus II 1,84.

Gambaran prevalensi Schistosomiasis dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

secara jelas dapat dilihat pada Bab IV :

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

33

l. Penyakit Menular Lainnya. Beberapa penyakit menular lain yang perlu diwaspadai adalah

penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu Tetanus

Neonatorum, Campak, Difteri, Pertusis dan Hepatitis.

1). Tetanus Neonatorum. Pada tahun 2007 berdasarkan laporan KLB kasus Tetanus Neonatorum yang

ditemukan sebanyak 4 kasus yang tersebar di 4 desa dan meninggal 3 orang

(CFR 75%). Dari jumlah kasus tersebut diadakan pelacakan penderita namun

hasilnya belum diketahui

Dari hasil pelacakan kasus Tetanus Neonatorum tahun sebelumnya

rata-rata tidak di imunisasi TT Ibu Hamil dan juga pertolongan persalinannya

oleh dukun tidak terlatih dan masih tingginya kepercayaan melahirkan

dengan pertolongan dukun, sehingga diperkirakan kasus pada tahun 2007

masih terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya. Dari kasus di atas

menunjukkan bahwa perlu dilaksanakannya pembekalan pada tenaga bidan

yang akan ditempatkan di desa.

Gambaran jumlah kasus dan CFR Tetanus Neonatorum selama 5

tahun erakhir dapat dilihat pada gambar III.3 berikut, sedangkan jumlah kasus

Tetanus Neonatorum selama tahun 2007 disajikan pada lampiran Tabel 31. GAMBAR III.2

JUMLAH KASUS DAN CFR TETANUS NEONATORUM TAHUN 2002 – 2007

0

1

2

3

4

5

0

20

40

60

80

100

120

Kasus 2 3 4 3 3 4

Meninggal 2 3 4 3 3 3

CFR 100 100 100 100 100 75

2002 2003 2004 2005 2006 2007

Sumber : Subdin P2PL

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

34

Dari gambar tersebut diatas terlihat bahwa setiap kasus penderita

Tetahus Neonatorum semuanya terjadi kematian (CFR : 75-100%), ini diduga

karena masih tingginya kepercayaan masyarakat kepada dukun.

2). Campak Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan

Kejadian Luar Biasa (KLB). Selama tahun 2007 frekuensi KLB Campak

menempati urutan kedua, setelah KLB Diare. KLB Campak selama tahun

2007 terjadi sebanyak 10 kali yang tersebar di 9 kecamatan dengan jumlah

kasus sebanyak 482 dan 2 kematian (CFR : 0,41%) TABEL 3. 9

FREKUENSI, JUMLAH PENDERITA DAN CFR KLB CAMPAK TAHUN 2002 – 2007

Tahun Frekuensi KLB

Jumlah Penderita

Jumlah Kematian

CFR (%)

2002

2003

2004

2005

2006

2007

19

3

1

-

24

10

345

96

1`9

-

1.040

482

8

3

2

-

5

2

2,3

3,13

10,53

-

0,48

0,41

Sumber : Subdin P2PL

m. Penyakit Tidak Menular Arus globalisasi di segala bidang semakin meningkat dan telah banyak

membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat termasuk

dalam pola konsumsi makanan. Tanpa disadari perubahan tersebut telah

memberi pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin

meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti penyakit Jantung,

Tumor, Diabetes, Hipertensi, Gagal Ginjal dan sebagainya.

Dari program dilaporkan bahwa jumlah penderita rawat jalan di RS

penyakit Diabetes dan Hipertensi, menempati urutan 1 dan 5 dari 10 besar

penyakit terbanyak tetapi tidak termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap,

sedangkan jantung, Tumor, dan gagal ginjal tidak masuk pada 10 besar

penyakit baik rawat jalan maupun rawat inap di rumah sakit.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

35

C. STATUS GIZI

tatus gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan

kesehatan individu, karena disamping merupakan faktor predisposisi

yang dapat memperparah penyakit infeksi, juga dapat

menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan, bahkan status gizi janin yang

masih berada dalam kandungan dan bayi yang masih menyusui sangat

dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil dan ibu menyusui.

Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator yaitu

status gizi bayi yang diukur dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),

status gizi balita, status gizi ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), dan

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), sebagaimana diuraikan

berikut ini.

a. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Secara umum, Propinsi Sulawesi Tengah belum mempunyai angka

untuk BBLR yang diperoleh berdasarkan survei. Pada tahun 2007 proporsi

BBLR diketahui berdasarkan laporan dari program yang melaporkan kasus

BBLR dengan jumlah 537 kasus dan yang ditangani 439 (81,75%).

Gambaran kasus BBLR dari kab/kota disajikan pada lampiran Tabel 15.

GAMBAR III. 3 JUMLAH BAYI LAHIR BBLR DAN DITANGANI

TAHUN 2005 – 2007

520432

792 765

537439

0

500

1000

BBLR 520 792 537

Ditangani 432 765 439

2005 2006 2007

Sumber : subdin Binkesmas

S

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

36

GAMBAR III. 4 PREVALENSI STATUS GIZI BALITA

PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2007

Sumber Data : Subdin Binkesmas (LaporanPSG)

buruk; 5,3lebih; 2

kurang; 2

baik; 68,9

b. Gizi Balita Dari hasil pemantauan status gizi (PSG) selama tahun 2007 dari 30.817

Balita yang di ukur terlihat bahwa 1.624 (5,3%) yang mengalami gizi buruk,

6.241 (20,3%) gizi kurang, 21.234 (68,9%) gizi baik dan 615 (2%) balita yang

mempunyai gizi lebih.

Dari hasil pemantauan status gizi

dari tahun 2001 sampai dengan 2006

diperoleh prevalensi status gizi buruk

dan kurang sebagaimana disajikan

pada gambar dibawah ini.

GAMBAR III.5 PREVALENSI BALITA STATUS GIZI BURUK DAN GIZI KURANG MENURUT INDEKS BERAT BADAN-UMUR, TAHUN 2001-2007

3,531,77 1,66 1,95 1,96 1,7

5,3

11,7913,28

12,3614,24

12,94 13,5

20,3

0

5

10

15

20

25

Gizi Buruk 3,53 1,77 1,66 1,95 1,96 1,7 5,3

Gizi Kurang 11,79 13,28 12,36 14,24 12,94 13,5 20,3

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Sumber : Subdin Bina Kesmas

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

37

c. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium Prevalensi GAKY di Provinsi Sulawesi Tengah selama kurun waktu 5

tahun terakhir telah mengalami penurunan sebesar 34 % dari keadaan

sebelumnya yaitu 16,5% pada tahun 1998 menjadi 10,8% pada tahun 2003,

sedikit lebih baik bila dibandingkan dengan angka rata-rata nasional yaitu

11%. Pada tahun 2007 belum terseda data mengenai GAKY.

Tabel 3. 10 PREVALENSI GAKY MENURUT KAB/KOTA

TAHUN 1998-2003

No.

Kabupaten/Kota

Prevalensi GAKY

1998 2003

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Palu Donggala Parigi Moutong Poso Morowali Banggai Banggai Kepulauan Tolitoli Buol

14,27 19,59

- 21,77

- 8,30

- 13,34

-

9,0 8,8 3,7 27,1 9,8 6,5 14,8 3,0 -

Sumber Data : Subdin Binkesmas/Sie Gizi

Walaupun secara provinsi terjadi

penurunan prevalensi GAKY,

namun keadaan ini belum merata

untuk semua kabupaten, seperti

terlihat pada tabel diatas,

penurunan prevalensi GAKY tidak

terjadi di kabupaten Poso,

malahan cenderung meningkat

dari keadaan sebelumnya yaitu

dari 21,77% menjadi 27,1%.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

38

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN

alam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai

upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan

gambaran situasi upaya kesehatan khususnya untuk tahun 2007.

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR

paya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat

penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat,

diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah sudah dapat

diatasi.

Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas

pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar didalam pertumbuhan

bayi dan perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu

yang sedang hamil bisa berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan

hingga kelahiran dan masa pertumbuhan bayi dan anaknya.

a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga

kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum,

bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai

D

U

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

39

pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan

Promotif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan

K4.

Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan

gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke

fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal.

Sedangkan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapat

pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali

kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester

dua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk

melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Gambaran cakupan ibu

hamil K1 dan K4 dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar IV.1 berikut

ini.

GAMBAR IV.1

PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K1 DAN K4 IBU HAMIL TAHUN 2003 – 2007

Sumber : Subdin Binkesmas

Gambaran persentase cakupan pelayanan K4 ibu hamil selama tahun

2006, dapat dilihat pada Gambar IV.2 dibawah ini.

0

20

40

60

80

100

120

Pers

en

K1 91,19 88,06 86,2 95,64

K4 85,92 77,71 74,67 78,8 82,54

2003 2004 2005 2006 2007

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

40

GAMBAR IV. 2 PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL

MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007

52,99

70,32

71,99

72,5

75,87

84,29

84,99

88,85

93,96

103,5

0 20 40 60 80 100 120

Banggai Kepulauan

Poso

Morowali

Tojo Una-Una

Toli-Toli

Donggala

Parigi Moutong

Buol

Palu

Banggai

PERSENTASE

Sumber : Subdin Binkesmas

Gambaran diatas menunjukkan bahwa kabupaten/kota dengan

persentase cakupan pelayanan K4 tertinggi adalah di Banggai (103,50%), Palu

(93,96%) sedangkan cakupan terendah adalah di Banggai Kepuylauan (52,99%),

Poso (70,32%),

Gambaran persentase cakupan pelayanan ibu hamil K4 menurut

kabupaten/kota pada tahun 2007, secara rinci disajikan pada Lampiran Tabel 17.

b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar

terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan

pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi

kebidanan (profesional). Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, cakupan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan termasuk pendampingan

meningkat sekitar 21,15% yaitu 57,97% pada tahun 2002 dan 79,12% pada

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

41

tahun 2007. Gambaran cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2002-

2007 dapat dilihat pada gambar IV.3 berikut ini . GAMBAR IV.3

PERSENTASE CAKUPAN PERSALINAN DAN MELALUI PENDAMPINGAN TENAGA KESEHATAN

TAHUN 2002-2007

57,96

81,71 77,871,02

78,51 79,12

0102030405060708090

2002 2003 2004 2005 2006 2007

PER

SEN

TASE

Sumber : Subdin Binkesmas Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut kabupaten/kota

dapat dilihat pada gambar IV.4 berikut .

GAMBAR IV. 4

PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN MENURUT KABUPATEN/KOTA

TAHUN 2007

45,48

53,09

63,53

65,77

73,07

87,47

87,64

87,73

92,5

94,59

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Banggai Kepulauan

Poso

Tojo Una-Una

Toli-Toli

Morowali

Buol

Palu

Donggala

Parigi Moutong

Banggai

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota

Pada gambar IV. 4 tersebut diatas terlihat bahwa beberapa kabupaten dengan

cakupan tertinggi yaitu Banggai (94,59%), Parigi Moutong (92,50%), sedang

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

42

kabupaten dengan cakupan terendah adalah Banggai Kepulauan (45,48%) dan

Poso (53,09%).

c. Ibu Hamil Risiko Tinggi yang dirujuk

Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan

Puskesmas, beberapa ibu hamil yang memeiliki risiko tinggi (Risti) dan

memerlukan pelayanan kesehatan karena terbatasnya kemampuan dalam

memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu dilakukan upaya rujukan

keunit pelayanan kesehatan yang memadai. Dalam hal ini persentase ibu hamil

dengan kondisi risiko tinggi yang dirujuk pada tahun 2007 mengalami kenaikan

menjadi 21,24% bila dibandingkan dengan keadaan tahun 2006 sebesar

20,07%. Persentase cakupan ibu hamil dengan Risti yang telah dirujuk menurut

kabupaten/kota dapat dilihat pada gambar IV. 5 berikut ini.

GAMBAR IV. 5

PERSENTASE BUMIL RISTI/KOMPLIKASI YANG DIRUJUK MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007

6,89

6,94

7,04

7,22

12,42

19,6

25,13

27,71

29,82

42,09

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Poso

Morowali

Palu

Banggai Kepulauan

Tojo Una-Una

Parigi Moutong

Banggai

Toli-Toli

Buol

Donggala

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

43

Sumber : Subdin Binkesmas Dari gambar tersebut diatas terlihat bahwa kabupaten/kota yang dengan

cakupan tertinggi adalah di kabupaten Donggala (42,09%), Buol (29,82%),

sedangakan kabupaten dengan cakupan terendah adalah Poso (6,89%) dan

Morowali (6,94%). Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel. 28.

d. Kunjungan Neonatus

Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang

memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang

dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada

neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari dan satu kali

lagi pada umur 8-28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas

kesehatan di samping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan

konseling perawatan bayi kepada ibu. Cakupan kunjungan neonatal (KN) selama

periode tahun 2002-2007 dapat dilihat pada gambar IV.6 berikut ini.

GAMBAR IV. 6

PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS TAHUN 2003-2007

80,06 87,34 80,22 85,69 83,47

0

30

60

90

120

150

2003 2004 2005 2006 2007

PER

SEN

TASE

Sumber : Subdin Binkesmas

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

44

Hasil pemutahiran data Profil Kesehatan/pengumpulan data dari

kabupaten/kota tahun 2007 menunjukkan bahwa persentase cakupan kunjungan

neonatus adalah sebesar 83,47%, turun 2,22% dari tahun sebelumnya yaitu

85,669% pada tahun 2006. Cakupan kunjungan neonatus menurut

kabupaten/kota tahun 2006 secara rinci dapat dilihat pada Lampiran Tabel 15.

GAMBAR IV. 7 PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS

MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007

46,8566,7

70,5872,9873,09

78,3789,71

95,2997,7998,79

0 20 40 60 80 100Banggai Kepulauan

Tojo Una-UnaPoso

MorowaliToli-ToliBanggai

BuolPalu

DonggalaParigi Moutong

PER

SEN

TASE

Sumber Data : Subdin Binkesmas

e. Kunjungan Bayi

Hasil pemutahiran data Profil Kesehatan/pengumpulan data dari

kabupaten/kota tahun 2007 menunjukkan bahwa persentase cakupan kunjungan

bayi secara provinsi sebesar 58,25%. Kabupaten dengan cakupan kunjungan

bayi tertinggi adalah Parigi Moutong (77,14%), Donggala (71,19%) sedangkan

yang terendah adalah di kabupaten Banggai Kepulauan (38,03%), Poso

(39,44%). Rincian cakupan kunjungan bayi menurut kabupaten/kota dapat dilihat

pada lampiran tabel 15.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

45

GAMBAR IV. 8 PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007

38,03

39,44

47,96

49,42

50,24

55,26

57,38

64,19

71,19

77,14

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Banggai Kepulauan

Poso

Buol

Banggai

Palu

Toli-Toli

Morowali

Tojo Una-Una

Donggala

Parigi Moutong

PER

SEN

TASE

Sumber Data : Profil Kesehatan Kab/Kota 2. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah, dan Remaja

Pelayanan kesehatan pada kelompok ini dilakukan dengan pelaksanaan

pemantauan terhadap tumbuh kembang dan pemantauan kesehatan anak prasekolah, pemeriksaan anak sekolah dasar/sederajat, serta pelayanan

kesehatan pada remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun

peranserta tenaga terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS, dan dokter

kecil. Menurut hasil pemutahiran data Profil Kesehatan/pengumpulan data dari

kabupaten/kota tahun 2007, dibandingkan dengan tahun 2006, cakupan

pelayanan kesehatan anak balita (prasekolah) serta pelayanan kesehatan anak

siswa SD/MI menunjukkan adanya peningkatan. Sedangkan pelayanan

kesehatan anak siswa SMP/SMU tidak tersedia data. Dalam pelayanan

kesehatan kelompok balita dan anak pra sekolah selama tahun 2007, kabupaten

dengan cakupan tertinggi adalah di Poso (94,14%) dan yang terendah adalah

Buol (71,13%).

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

46

Untuk pelayanan kesehatan kelompok Siswa SD/MI dan kelompok usia

remaja tidak tersedia data.

Data lengkap terkait dengan pelayanan kesehatan kelompok anak

balita/pra sekolah, kelompok anak sekolah dasar/MI dan kelompok anak usia

remaja (SMP/SMU) dapat dilihat pada lampiran tabel 18.

3. Pelayanan Keluarga Berencana

Keberhasilan program KB dapat diketahui dari beberapa indikator,

pencapaian target KB Baru, cakupan peserta KB Aktif terhadap Pasangan Usia

Subur (PUS), dan persentase peserta KB Aktif Metoda Kontrasepsi Efektif

Terpilih (MKET).

1). Pelayanan Peserta KB Baru

Pencapaian target peserta KB baru dari tahun 2003-2007 mengalami

penurunan yaitu 22,55% pada tahun 2003 menjadi 10,96% pada tahun 2007.

Menurut hasil pengumpulan data dari sektor terkait tahun 2007, persentase

peserta KB Baru tertinggi di kabupaten Tolitoli (17,79%), Banggai (12,73%) dan

terendah di Banggai Kepulauan (5,53%) dan Tojo Unauna (7,63%).

Untuk mengetahui pola penggunaan alat kontrasepsi peserta KB Baru di

Sulawesi Tengah tahun 2002 – 2007 dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :

TABEL 4. 1 PERSENTASE POLA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI

PESERTA KB BARU TAHUN 2002-2007 Tahun Pola Penggunaan Alat Kontrasepsi

IUD Suntik PIL Kondom Implant MOP/MOW Tab. Vagina

2002 2,37% 51,48% 42,97% 0,26% 2,31% 0,70% 0,09 % 2003 6,32% 44,62% 43,33% 0,12% 4,74% 0,83% 0,04% 2004 2,15% 52,16% 40,10% 0,65% 4,40% 0,54% 0 2005 1,53% 49,00% 44,05% 0,65% 4,34% 0,42 0 2006 1,68% 48,69% 40,90% 0,73% 7,57% 0,43% 0 2007 2,08% 46,65% 41,49% 0,87% 8,57% 0,33 0

Sumber : Kanwil BKKBN Prov.Sulteng

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

47

Dari tabel tersebut pada tahun 2007 tampak adanya penurunan

persentase penggunaan alat kontrasepsi Suntik, dan MOP/Mow sedangkan alat

kontrasepsi lainnya mengalami sedikit kenaikan dari tahun sebelumnya.

2). Pelayanan Peserta KB Aktif Perkembangan Cakupan peserta KB aktif terhadap PUS selama 2001-

2007 dapat dilihat pada gambar IV.9 sebagai berikut :

GAMBAR IV.9.

PERSENTASE CAKUPAN PESERTA KB AKTIF TERHADAP PASANGAN USIA SUBUR 2001-2007

Sumber : Kanwil BKKBN Prov.Sulteng

Dari gambar tersebut diatas tampak persentase cakupan peserta KB Aktif

terhadap PUS terlihat berfluktuasi, dan menjadi 63,74% pada tahun 2007.

Menurut hasil pengumpulan data dari sektor terkait tahun 20067,

persentase cakupan peserta KB Aktif terhadap PUS menurut kabupaten/kota

menunjukkan bahwa persentase cakupan tertinggi terdapat di Poso (69,50%),

sedangkan yang terendah berada di Buol yakni 59,66% . Untuk jelasnya dapat

dibaca pada lampiran tabel 19.

Untuk mengetahui pola penggunaan alat kontrasepsi peserta KB Aktif

tahun 2002 – 2007 dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :

61,6771,9 63,57 63,74

71,37 67,6870,16

0

30

60

90

120

150

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

48

TABEL 4.2 PERSENTASE POLA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI

PESERTA KB AKTIF TAHUN 2002-2007

Tahun Pola Penggunaan Alat Kontrasepsi IUD Suntik PIL Kondom Implant MOP/MOW Tab.

Vagina 2002 8,15% 38,37% 45,49% 0,08% 8,03% 2,31% 0,09 % 2003 8,76% 38,01% 43,06% 0,12% 7,31% 2,70% 0,04% 2004 7,84% 37,74% 43,79% 0,10% 7,91% 2,60% 0 2005 8,39% 39,20% 42,32% 0,12% 7,16% 1,71% 0 2006 8,27% 39,51% 43,03% 0,12% 7,32% 1,75% 0 2007 7,67% 39,26% 42,85% 0,25% 7,76% 2,21% 0

Sumber : Kanwil BKKBN Prov.Sulteng

Dari tabel tersebut tampak adanya peningkatan persentase penggunaan alat

kontrasepsi Pil KB, Suntik, Implant dan MOP/MOW, pada tahun 2006 sedangkan

alat kontrasepsi IUD terjadi penurunan sementara penggunaan Kondom tetap

seperti tahun sebelumnya.

3). Pelayanan Kontrasepsi Efektif Terpilih

Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET) merupakan suatu metode

yang efektif dalam upaya menjarangkan kehamilan karena mempunyai daya

ungkit besar dalam upaya menurunkan total fertility rate (TFR). Yang termasuk

dalam MKET ini antara lain IUD, metode operasi, dan implant. Persentase

cakupan peserta KB Aktif dengan MKET menurut kabupaten/kota tahun 2007

dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :

TABEL 4. 3 JUMLAH DAN PERSENTASE KB AKTIF METODE MKET

MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007

No

Kabupaten/Kota

JUMLAH PESERTA KB-MKET

JUMLAH

% IUD MOP/MOW IMPLANT

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10

Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Parigi Moutong Tolitoli Buol Palu Tojo Una-una

0 178

6 142 368 87 2

80 18

273

0 13 18 10 38 2 5

14 4

80

85 208 408 342

1.523 484 114 729 436 416

85 399 432 494

1.929 573 121 823 458 769

1,4 6,55 7,10 8,12

31,71 9,42 1,96

13,53 7,53

12,64 Provinsi 1.154 184 4.745 6.083 100%

Sumber : Kanwil BKKBN Prop.Sulteng

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

49

Dari data tersebut diatas dapat digambarkan Persentase Cakupan peserta

KB Aktif dengan MKET menurut kabupaten/kota tahun 2006 sebagai berikut :

GAMBAR IV. 10

PERSENTASE CAKUPAN PESERTA KB AKTIF DENGAN MKET MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2007

Sumber : Kanwil BKKBN Prop.Sulteng

Persentase cakupan peserta KB Aktif dengan MKET menurut

kabupaten/kota selama tahun 2007 menunjukkan bahwa persentase cakupan

tertinggi terdapat di Donggala yaitu 31,71% kemudian disusul dengan Kabupaten

Parigi Moutong (13,53%) dan kota Palu (12,64%). Sedangkan yang terendah

adalah di kabupaten Banggai Kepulauan yaitu 1,40%.

4. Pelayanan Imunisasi

Program imunisasi merupakan salah satu program prioritas dari

Departemen Kesehatan yang dinilai sangat efektif dalam menurunkan angka

kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah

dengan imunisasi.

Indikator program imunisasi yang digunakan untuk mengukur pencapaian

Indonesia Sehat 2010 adalah Persentase Desa yang mencapai “Universal Child

Immunization” (UCI). Desa yang mencapai UCI adalah desa yang cakupan

imunisasi Campaknya ≥ 80%. Dari sejumlah desa/kelurahan yang melapor pada

tahun 2006, sebanyak 72,59% mencapai UCI. Cakupan UCI yang relatif masih

Bangkep; 1,4

Touna; 7,53Palu; 12,64

Buol; 1,99

Tolitoli; 9,42

Pamong; 13,53

Donggala; 31,71

Poso; 8,12

Morowali; 7,1

Banggai; 6,56

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

50

rendah antara lain akibat tingginya angka drop out (DO). Hal ini tampak dari

masih adanya beberapa kabupaten dengan angka DO DPT1-Campak yang

melebihi batas toleransi (>10%).

Data pencapaian UCI menurut kabupaten tahun 2007 dapat dilihat pada

lampiran tabel 22.

Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT (3 kali), Polio (4

Kali), Hepatitis-B (3 kali) dan imunisasi campak (1 kali), yang dilakukan melalui

pelayanan rutin di Posyandu dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

Gambaran cakupan imunisasi bayi pada tahun 2003-2006 dapat dilihat pada

Gambar IV. 11 berikut ini.

GAMBAR IV. 11

PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DPT-1 DAN CAMPAK SERTA ANGKA DROP OUT (DO) TAHUN 2003 – 2007

0

50

100

150

PER

SEN

TASE

DPT-1 100,57 102,8 86,2 108,54 94,23

CAMPAK 84,16 89,46 78,94 97,09 93,49

DO 16,3 12,98 8,43 10,5 0,78

2003 2004 2005 2006 2007

Sumber : Subdin P2PL

Pada gambar tersebut diatas menunjukkan bahwa angka drop out (DO)

DPT 1 – Campak selama 5 tahun terakhir berkisar antara 16,30% - 0,78%.

Gambaran imunisasi dasar bayi selama tahun 2007 yang diukur dari

imunisasi Campak, cakupan tertinggi dicapai kota Palu (108,16%), Tojo Unauna

(105,04%), sedangkan yang mencapai cakupan terendah adalah kabupaten

Morowali (71,11%) dan Parigi Moutong (85,05%). Rincian cakupan imunisasi

bayi menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada lampiran tabel 23.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

51

Untuk cakupan imunisasi TT ibu hamil pada tahun 2003 – 2006 dapat

dilihat pada Gambar IV. 12 berikut ini. Cakupan TT ibu hamil tahun 2007 tidak

ada data.

GAMBAR IV. 12 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL

TAHUN 2003 – 2006

0,00%20,00%40,00%60,00%80,00%

100,00%

TT-1 82,85% 78,81% 76,11% 76,74%

TT-2 75,48% 71,49% 70,08% 67,07%

2003 2004 2005 2006

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Pada gambar tersebut diatas terlihat bahwa pada kurun waktu 2003-2005

cakupan imunisasi TT-1 dan TT-2 pada ibu hamil mengalami penurunan, dan

pada tahun 2006 cakupan imunisasi TT-1 sedikit mengalami kenaikan

sedangkan TT-2 tetap menurun dari tahun sebelumnya. Cakupan imunisasi TT-2

pada tahun 2003 sebesar 75,48% menurun menjadi 67,07% pada tahun 2006.

Kabupaten/kota dengan cakupan tertinggi pada tahun 2006 adalah di Parigi

Moutong (98,82%) dan kota Palu (86,02%), sedangkan yang terendah adalah di

Poso (15,92%) dan Morowali (47,92%), sementara kabupaten Buol tidak ada

data. Data selengkapnya tentang cakupan imunisasi TT-1 dan TT-2 ibu hamil

dapat dilihat pada lampiran tabel 25.

5. Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut. Pelayanan kesehatan juga dilakukan secara khusus kepada kelompok Pra

Usia Lanjut dan Usia Lanjut , dimana pada kelompok ini biasanya banyak

mengalami gangguan kesehatan degeneratif dan fungsi tubuh lainnya.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

52

Gambaran pencapaian pelayanan kesehatan kelompok Pra Usia Lanjut dan Usia

Lanjut hasil pengumpulan data/pemutakhiran data dalam dua tahun terakhir

dapat dilihat pada Gambar IV. 13 berikut ini.

GAMBAR IV. 13

PERSENTASE KELOMPOK PRA USILA DAN USILA YANG MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN

TAHUN 2004-2007.

5,76

14,26

24,3419,98

0

5

10

15

20

25

30

2004 2005 2006 2007

PERSENTASE

Sumber : Subdin Binkesmas Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa presentase kelompok Pra

Usila dan Usila yang mendapat pelayanan kesehatan selama tahun 2004-2006

mengalami kenaikan dari tahun ke tahun yakni 5,76% pada tahun 2004, 14,26%

pada tahun 2005 dan pada tahun 2006 menjadi 24,34%.

Persentase cakupan pelayanan kesehatan Pra Usila dan Usila menurut

kabupaten/kota disajikan pada lampiran tabel 38.

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG

paya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan secara

rawat jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan ringan

dan pelayanan rawat inap baik secara langsung maupun melalui

rujukan pasien bagi masyarakat yang mendapatkan gangguan kesehatan

sedang hingga berat. Sebagian besar sarana pelayanan Puskesmas

dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi kunjungan

U

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

53

rawat jalan sedangkan Rumah Sakit yang dilengkapi berbagai fasilitas di

samping memberikan pelayanan pada kasus rujukan untuk rawat inap juga

melayani untuk kunjungan rawat jalan.

Gambaran pencapaian pelayanan kunjungan rawat jalan dan pasien rawat

inap hasil pengumpulan data dalam tiga tahun terakhir dapat dilihat pada

Gambar IV. 14.

GAMBAR IV. 14

JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN DAN PASIEN RAWAT INAP DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TAHUN 2004 - 2007

1.609.826

70.224

1.749.407

133.815

2.110.401

73.187

1.794.027

84.078

0

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

2004 2005 2006 2007

Rawat Jalan Rawat Inap

Sumber : Seksi Rumah Sakit Berdasarkan gambar tersebut diatas terlihat bahwa pelayanan kesehatan

untuk rawat jalan selama tahun 2007 turun menjdi 1.794.027 dibanding tahun

2006 sebanyak 2.110.401, sedangkan rawat Inap terjadi peningkatan dari 73.187

pada tahun 2006 menjadi 84.078 pada tahun 2007.

Sedangkan secara rinci jumlah kunjungan rawat jalan dan pasien rawat

inap di sarana pelayanan kesehatan menurut kabupaten/kota selama tahun 2007

disajikan pada lampiran tabel 42.

1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Beberapa indicator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di Rumah

Sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata lama

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

54

hari perawatan (LOS), rata-rata tempat tidur dipakai (BTO), rata-rata selang

waktu pemakaian tempat tidur (TOI), persentase pasien keluar yang meninggal

(GDR), dan persentase pasien keluar yang meninggal < 24 jam perawatan

(NDR).

a. Angka Penggunaan Tempat Tidur (BOR) Angka penggunaan tempat tidur (BOR) adalah indikator yang digunakan

untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Rata-rata BOR

rumah sakit di Sulawesi Tengah pada tahun 2007 adalah 52,7% dengan kisaran

terendah 7% (RS Kabelota Donggala) dan tertinggi RSU Undata dan RSU

Anutapura masing-masing (78,%) dfan 76,8%.

b. Rata-Rata Lama Perawatan (LOS)

Rata-rata lama perawatan di Rumah Sakit (LOS = Length Of Stay)

merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan rumah

sakit . Rata-Rata LOS pada RSU di Sulawesi Tengah pada tahun 2007 adalah

sebesar 4,7 hari. LOS tertinggi terdapat di RSJ Madani yaitu 9,7 hari perawatan

dan yang terendah di RS Kabelota Donggala yaitu 2,6 hari perawatan.

c. Interval Penggunaan Tempat Tidur (TOI/Turn Over Interval) Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata jumlah hari TT tidak terpakai dari

saat kosong sampai saat terisi berikutnya. Angka ini merupakan salah satu

indikator tingkat efisiensi pelayanan rumah sakit. Standard TOI adalah 1 – 3 hari.

Rata-rata TOI di RSU Sulawesi Tengah tahun 2007 adalah 4,2 hari, TOI di RSU

Sulawesi Tengah tahun 2006 adalah berkisar 1,3-34,2 hari, TOI terendah di RSU

Anutapura dan RSU Mokopido Tolitoli (1,3) kemudian RSU Undata (1,5) dan

yang tertinggi adalah RSU Kabelota Donggala (34,2) hari hari. Bila dibandingkan

dengan standard TOI maka keadaan RSU di Sulawesi Tengah menunjukkan

bahwa tingkat efisiensi RSU masih rendah.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

55

d. Angka Kematian Umum (GDR/Gross Death Rate)

Gross Death Rate (GDR) adalah angka kematian total pasien rawat inap

yang keluar RS per 100 penderita keluar hidup dan mati. Indikator ini

menggambarkan kualitas pelayanan suatu RS secara umum, meskipun GDR

dipengaruhi juga oleh angka kematian ≤ 48 jam yang umumnya merupakan

kasus gawat darurat. Rata-rata GDR di RSU Sulawesi Tengah pada tahun 2007

adalah 27,2%0 GDR tertinggi di RSU Luwuk (37,6%0 ) dan yang terendah di RSB

Tinatapura (12,1%o).

e. Angka Kematian Netto (NDR/Nett Death Rate)

Nett Death Rate (NDR) adalah angka kematian ≥ 48 jam pasien rawat

inap per 100 penderita keluar (hidup + mati). Indikator ini berguna untuk

mengetahui kualitas pelayanan rumah sakit.

Rata-rata NDR di RSU Sulawesi Tengah tahun 2007 adalah 11,4 %o , dengan

NDR tertinggi di RSU Sinar Kasih Tentena (27,8%o) dan yang terendah di RS

Mokopido Tolitoli (6,7 %o)

Pencapaian indikator pelayanan kesehatan di RS selama tiga tahun

terakhir dapat dilihat pada Gambar IV.15 berikut ini. GAMBAR IV.15

PENCAPAIAN INDIKATOR BOR, GDR, NDR, LOS DAN TOI RUMAH SAKIT TAHUN 2005-2007

64

47,352,7

10

27,5 27,2

4

11,2 11,45 4,3 4,7 6 4,8 4,2

0

10

20

30

40

50

60

70

BOR GDR NDR LOS TOI

2005 2006 2007

Sumber : Seksi Rumah Sakit

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

56

Berdasarkan gambar tersebut diatas menunjukkan bahwa pemakaian

tempat tidur di rumah sakit selama tahun 2006 mengalami kenaikan yaitu 47,3

pada tahun 2006 menjadi 52,7 pada tahun 2007, hal ini terjadi karena mungkin

disebabkan adanya beberpa RS yang baru operasional pada tahun 2006 sudah

operasional penuh pada tahun 2007. Banyak faktor yang mempengaruhi angka

BOR suatu rumah sakit, diantaranya semakin meningkatnya jumlah rumah sakit

dan tempat tidur yang tersedia sedangkan jumlah populasi yang mencari

pelayanan tidak terlalu tinggi perkembangannya atau perlu adanya pemisahan

perhitungan BOR pada Rumah Sakit Khusus.

Meningkatnya angka GDR dan NDR pada tahun 2007, perlu ditindaklanjuti

dengan strategi baru dalam pelayanan kesehatan yang dikaitkan dengan

peningkatan kemampuan tenaga kesehatan termasuk prosedur rujukan.

Sedangkan indikator pemakaian tempat tidur (TOI) dan lamanya hari

rawatan dan selang waktu dalam pemakaian tempat tidur tidak banyak

mengalami perubahan. Gambaran secara rinci indikator pelayanan kesehatan di

RS menurut kabupaten/kota tahun 2007 dapat dilihat pada lampiran tabel 63.

2. Pelayanan Ibu Hamil dan Neonatus Risiko Tinggi Hasil pemutahiran data/pengumpulan data profil kesehatan

kabupaten/kota menunjukkan bahwa Cakupan pelayanan ibu hamil risiko tinggi

yang dirujuk dan mendapatkan penanganan kesehatan selama tahun 2007

menunjukkan sedikit kenaikan menjadi 21,24% dibandingkan tahun 2006

sebesar 20,07%. Kabupaten yang cakupannya tertinggi adalah kabupaten

Donggala (42,09%), Buol (29,82%), sedangkan yang terendah adalah kabupaten

Poso (6,89%).

Untuk pelayanan neonatus memiliki risiko tinggi yang dirujuk dan

mendapatkan penanganan kesehatan selama tahun 2007 menunjukkan

kenaikan menjadi 36,55% dibandingkan cakupan tahun 200 (26,57%).

Persentase ibu hamil risiko tinggi dan neonatus risiko tinggi yang dirujuk dan

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

57

mendapat pelayanan kesehatan dalam dua tahun terakhir dapat dilihat pada

Gambar IV. 16.

GAMBAR IV. 16

PERSENTASE IBU HAMIL DAN NEONATUS RISIKO TINGGI DIRUJUK DAN MENDAPAT PENANGANAN KESEHATAN

TAHUN 2005 – 2007

93,22

2,65

20,07 26,5721,24

36,55

0102030405060708090

100

PER

SEN

TASE

2005 2006 2007

Bumil Risti Dirujuk&Ditangani Neonatus Risti Dirujuk&Ditangani

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Persentase cakupan pelayanan kesehatan pada kelompok ibu hamil dan

neonatus dengan risiko tinggi yang dirujuk menurut kabupaten/kota selama tahun

2007 disajikan tabel 28.

3. Pemanfaatan Obat Generik

Penggunaan obat generik merupakan salah satu langkah dalam upaya

meningkatkan kemampuan masyarakat menjangkau obat yang berkualitas.

Keberhasilan dalam sosialisasi pemanfaatan obat generik sangat dipengaruhi

oleh keseriusan tenaga kesehatan dan terjaminnya ketersediaan obat generik di

fasilitas kesehatan.

Berdasarkan hasil pemutahiran data/pengumpulan data profil kesehatan

kabupaten/kota penulisan resep obat generik selama tahun 2006 adalah

sejumlah 469.226 lembar (91,01%) dari total jumlah resep yaitu 515.551 lembar.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

58

Angka ini masih kasar karena laporan dari apotek-apotek Swasta masih banyak

yang belum menyampaikan laporannya, khususnya apotek di kota Palu belum

ada yang menyampaikan laporannya. Dan pada tahun 2007 tidak tersedia data.

C. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

paya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada

pelaksanaan surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan

penderita secara dini yang ditindaklanjuti dengan penanganan secara

cepat melalui pengobatan penderita.Di samping itu pelayanan lain yang diberikan

adalah upaya pencegahan dengan pemberian imunisasi, upaya pengurangan

faktor risiko melalui kegiatan untuk peningkatan kualitas lingkungan serta

peningkatan peranserta masyarakat dalam upaya pemberantasan penyakit

menular yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan. Uraian singkat berbagai

upaya tersebut seperrti berikut ini.

1. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa

Upaya penyelidikan epidemiologi dan penanggulang Kejadian Luar Biasa

(KLB) merupakan tindak lanjut dari penemuan dini kasus-kasus penyakit

berpotensi wabah yang terjadi pada masyarakat. Upaya penanggulangan yang

dilakukan dimaksudkan untuk mencegah penyebaran lebih luas dan mengurangi

dampak negatif yang dapat ditimbulkan.

Persentase desa/kelurahan yang terkena KLB dan mendapat penanganan

dalam kurun waktu < 24 jam selama tahun 2007 terjadi penurunan menjadi

81,17% dibandingkan laporan pada tahun 2006 sebesar 91,12%. Gambaran

desa terkena KLB dan penanganan < 24 jam menurut kabupaten/kota selama

tahun 2007 disajikan dalam lampiran tabel 30.

Berdasarkan hasil pemutahiran data/pengumpulan data profil dari

kabupaten/kota selama tahun 2005-2007 jumlah desa/kelurahan yang

U

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

59

melaporkan terkena KLB dan yang mendapatkan penanganan kurang dari 24

jam dapat dilihat pada Gambar IV. 17 berikut.

GAMBAR IV. 17

JUMLAH DESA/KELURAHAN YANG TERKENA KLB DAN MENDAPATKAN PENANGANAN < 24 JAM

TAHUN 2005 – 2007

9066

169154 154

125

0

50

100

150

200

2005 2006 2007

Desa KLB Ditangani < 24 Jam

Sumber : Profil Kes Kab/kota

Sedangkan Subdin P2PL mencatat jumlah kasus KLB selama tahun 2007

sebanyak 11 jenis penyakit dengan jumlah 2.361 penderita dan 67 kematian

(CFR 2,84%). Beberapa penyakit dengan jumlah kasus yang tinggi adalah

penyakit Diare (715 penderita) dengan 35 kematian (CFR 4,90%), dan penyakit

Demam Berdarah Dengue (675 penderita) dengan 19 kematian (CFR 2,81%).

CFR tertinggi terjadi pada penyakit Tetanus Neonatorum (CFR 75%) dari

4 penderita (kasus) yang terjadi.

Jumlah penderita dan kematian, CFR KLB menurut jenis KLB pada tahun

2007 disajikan pada lampiran tabel 31.

2. Pemberantasan Penyakit Polio. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan

melalui gerakan imunisasi Polio. Upayah ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan

surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid

Paralysis (AFP) kelompok umur < 15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu,

untuk mencari kemungkinan adanya virus Polio liar yang berkembang di

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

60

masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai.

Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan surveilans, akan dilakukan

pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus Polio Liar yang

menyerang masyarakat. Dari hasil pemeriksaan selama tahun 2007 tidak

ditemukan adanya infeksi virus Polio Liar pada kasus AFP yang ditemukan.

Sementara itu cakupan imunisasi Polio pada bayi selama tahun 2007 sebesar

91,84%. Kabupaten/kota dengan cakupan tertinggi adalah di Banggai Kepulauan

(108,43%), Poso (106,81%), Tojo Unauna (104,50%), sedangkan yang terendah

adalah di Morowali (71,11%) dan Tolitoli (80,32%). Rincian cakupan imunisasi

Polio-4 menurut kabupaten/kota tahun 2007 disajikan pada Lampiran Tabel 23.

3. Pemberantasan TB - Paru Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit TB-Paru dilakukan

dengan pendekatan DOTS (Directly Observe Treatment Shortcource) atau

pengobatan TB-Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan

Obat (PMO). Kegiatan ini meliputi upaya penemuan penderita dengan

pemeriksaan dahak di sarana pelayanan kesehatan yang ditindaklanjuti dengan

paket pengobatan. Dari upaya penemuan penderita TB selama tahun 2007

ditemukan TB Paru Klinis sebesar 19.800 penderita dengan BTA+ sebanyak

1.954 penderita dan tingkat kesembuhan tahun 2006 sebesar 86,46%.

Persentase TB Paru sembuh dapat dilihat pada lampiran tabel 9.

4. Pemberantasan Penyakit ISPA

Upaya dalam rangka Pemberantasan Penyakit Ifeksi Saluran Pernafasan

Akut (P2-ISPA) lebih difokuskan pada upaya penemuan secara dini dan tata

laksana kasus yang cepat dan tepat terhadap penderita Pneumonia balita yang

ditemukan. Upaya ini dikembangkan melalui suatu manajemen terpadu dalam

penanganan balita sakit yang datang ke unit pelayanan kesehatan yang lebih

dikenal dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Dengan pendekatan

MTBS semua penderita ISPA langsung ditangani di unit yang menemukan

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

61

namun bila kondisi balita sudah berada dalam Pneumonia berat sedangkan

peralatan tidak mencukupi maka penderita langsung dirujuk ke fasilitas

pelayanan yang lebih lengkap. Dari hasil pertemuan pemutahiran

data/pengumpulan data profil dari kabupaten/kota selama tahun 2004-2007

terlihat bahwa persentase cakupan penemuan dan pengobatan Pneumonia pada

balita seperti terlihat pada Gambar IV. 19 berikut.

GAMBAR IV. 18

PERSENTASE PENEMUAN DAN PENANGANAN (PENGOBATAN) KASUS PNEUMONIA PADA BALITA

TAHUN 2004-2007

97,46 91,84 97,19 100

0

30

60

90

120

150

2004 2005 2006 2007

PER

SEN

TASE

Sumber : Profil Kesehatan Kab/kota

5. Penanggulangan Penyakit HIV/AID dan PMS

Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit

HIV/AIDS, di samping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan

juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara

dini.

Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV/AIDS terhadap

darah donor, pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular

Seksual (PMS), seperti Wanita Penjaja Seks (WPS), penyalahguna obat dengan

suntikan (IDU), penghuni Lapas (Lembaga Pemasyarakatan).

Kasus penyakit HIV di Sulawesi Tengah telah ditemukan pada tahun 2002

yaitu sebanyak 3 kasus semuanya di kota Palu dan pada tahun 2005 sudah

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

62

terdapat 22 kasus dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 38 kasus dan pada

tahun 2007 meningkat lagi menjadi 64 kasus yang menyebar di 8 kabupaten/kota

dengan kasus terbanyak di kota Palu (34 kasus) dan kabupaten Tolitoli 15 kasus

dan terendah di kabupaten Poso 1 kasus.

Dari program dilaporkan bahwa berdasarkan golongan umur, pengidap

infeksi HIV yang ditemukan terbanyak pada kelompok umur 25-29 tahun (16

kasus) kemudian disusul pada kelompok umur 20-24 tahun (14 kasus), Jumlah

pengidap infeksi HIV secara rinci diuraikan pada tabel Iv.4 berikut. TABEL 4.4

JUMLAH PENGIDAP INFEKSI HIV BERDASARKAN GOLONGAN UMUR YANG DITEKUMAKAN DAN MELAPORKAN TAHUN 2002-2007

NO. KABUPATEN/KOTA GOLONGAN UMUR 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 JUMLAH

1 Banggai Kepulauan - - - - - - 2 Banggai - - - - - - 3 Morowali 0 0 0 1 0 1 4 Poso 0 1 0 0 0 1 5 Donggala 1 2 1 0 0 4 6 Perigi Moutong 0 0 1 0 0 1 7 Tolitoli 1 4 3 2 1 11 8 Buol 0 0 0 0 0 0 9 Tojo Una-una 0 0 0 0 0 0

10 Palu 0 7 11 1 1 20 Total 2 14 16 4 2 38

Sumber : Subdin P2PL

Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya

sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku

seksual yang tidak aman, dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui

suntikan, secara simultan telah memperbesar tingkat risiko penyebaran

HIV/AIDS. TABEL 4.5

JUMLAH KASUS AIDS DAN INFEKSI HIV YANG DITEMUKAN MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2002-2007

NO KABUPATEN/KOTA AIDS HIV1 Palu 3 21 2 Donggala 1 4 3 Morowali 1 0 4 Tolitoli 0 11 5 Parigi Moutong 1 1 6 Poso 0 1 7 8

Total 6 38 Sumber : Subdin P2PL

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

63

Sedangkan kabupaten/kota yang melaporkan dan menemukan kasus AIDS dan

infeksi HIV dapat dilihat pada tabel IV.5 berikut.

Dari 6 kasus AIDS tersebut diatas semuanya ditemukan di Rumah Sakit

karena adanya 10 infeksi oportunistik pada penderita. Dari 6 kasus tersebut, 4

diataranya sudah meninggal dunia.

Kasus AIDS yang ditemukan semuanya pada laki-laki, sedangkan infeksi

HIV lebih banyak ditemukan pada perempuan (63,16%), sedangkan yang

ditemukan pada laki-laki lebih rendah (36,84%). Kasus AIDS dan infeksi HIV

menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel IV.6 berikut.

TABEL 4.6 JUMLAH KASUS AIDS DAN INFEKSI HIV BERDASARKAN JENIS KELAMIN

DITEMUKAN MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2002-2006

NO. Kabupaten/Kot

a A I D S H I V

Laki-laki Perempuan

Jumlah

Lakilaki

Perempuan

Jumlah

1 2 3 4 5 6

Palu Donggala Morowali

Tolitoli Parigi Moutong

Poso

3 1 1 0 1 0

0 0 0 0 0 0

3 1 1 0 1 0

21 4 0

11 1 1

Total 6 0 6 38 Sumber : Suibdin P2PL

Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es

(iceberg phenomena), yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil

daripada jumlah penderita yang sebenarnya. Hal ini berarti bahwa jumlah

penderita HIV/AIDS di Sulawesi Tengah yang sebenarnya belum diketahui

dengan pasti.

6. Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakan potensi

masyarakat untuk dapat berperanserta dalam pemberantasan sarang nyamuk

(gerakan 3 M), Juru Pemantauan Jentik (Jumantik) untuk memantau angka

bebas jentik (ABJ), serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah

tangga,

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

64

Menurut laporan dari Subdin P2PL pada tahun 2007 terjadi KLB dengan

jumlah penderita 675 , jumlah penduduk terancam 59.192 (attack rate 1,14%),

CFR = 2,81%.Sedangkan menurut hasil pemutahiran data profil dari

kabupaten/kota diperolah data jumlah kasus selama tahun 2007 sebesar 1.336

kasus yang terjadi di 8 kabupaten/kota yaitu di Palu, Parigi Moutong, Toli-toli,

Donggala, Poso, Morowali, Banggai dan Buol (79,27% ditangani). Kasus

terbanyak terjadi di Palu (828 kasus) dan Donggala (96 kasus), dan yang

terendah di Buol (2 kasus) sedangkan Banggai Kepulauan, dan Tojo Una-una

dilaporkan tidak ada kasus. Gambaran penemuan dan penanganan penderita

DBD menurut hasil pemutahiran data/pengumpulan data dari pemegang program

selama dua tahun terakhir dapat dilihat dalam gambar IV.20 berikut ini. GAMBAR IV .9

JUMLAH KASUS DBD DITEMUKAN DAN DITANGANI TAHUN 2005 – 2007

800

620 658 658

1336

1059

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

2005 2006 2007

Kasus Ditemukan Kasus Ditangani

Sumber : Profil Kesehatan Kab/kota

7. Pemberantasan Penyakit Malaria Penegakan diagnosa penderita secara cepat dan pengobatan yang tepat

merupakan salah satu upaya penting dalam rangka pemberantasan penyakit

malaria disamping pengendalian vektor potensial.

Berdasarkan hasil pemutahiran data/pengumpulan data dari

kabupaten/kota data penderita klinis ditemukan tahun 2007 adalah sebesar

73.284 kasus dan diobati 70.179 (95,76%). Jumlah kasus malaria positif adalah

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

65

9.379 dengan angka kesakitan 3,91 per 1.000 penduduk, terjadi sedikit

penurunan dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 3,99 per 1000 penduduk.

Dari program dilaporkan bahwa selama tahun 2007 terjadi KLB malaria

dengan jumlah penderita sebesar 209 orang orang (CFR 0%). Rincian jumlah

penderita malaria yang diobati oleh institusi pelayanan kesehatan pada tahun

2007 dapat dilihat pada lampiran tabel 11.

8. Pemberantasan Penyakit Kusta Upaya pelayanan terhadap penderita penyakit kusta antara lain adalah

melakukan penemuan penderita melalui berbagai survei anak sekolah, survei

kontak dan pemeriksaan intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan

dengan keluhan atau kontak dengan penderita penyakit kusta

Semua pendereita yang ditemukan langsung diberikkan pengobatan paket

MDT yang terdiri atas Rifampicin, Klampren, dan DDS selam kurun waktu

tertentu. Sedangkan untuk penderita yang ditemukan sudah dalam kondisi parah

akan dilakukan rehabilitasi melalui institusi pelayuanan kesehatan memiliki

fasilitas pelayanan lebih lengkap.

Sedangkan berdasarkan hasil pemutahiran data/pengumpulan data profil

kabupaten/kota diperoleh data bahwa jumlah penderita yang ditemukan selama

tahun 2007 adalan 112 penderita dan Release From Treatment 93 (RFT

83,04%).

9. Pemberantasan Penyakit Filaria Filariasis (penyakit kaki gajah) masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat di Sulawesi Tengah. Akibat dari serangan penyakit adalah

menurunkan derajat kesehatan masyarakat karena menurunnya daya kerja dan

produktivitas serta timbulnya cacat anggota tubuh yang menetap. Penyakit yang

ditularkan melalui gigitan nyamuk, beberapa jenis nyamuk diketahui berperan

sebagai vektor Filariasis antara lain Mansonia, Anopheles, dan Culex.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

66

Pada tahun 1997 rata-rata Mikrofilaria Rate dari daerah-daerah yang disurvei

sebesar 5,04% sedangkan pada tahun 1998 menurun menjadi 4,25%. Pada

desa-desa yang MF Rate nya >2% dilaksanakan pengobatan masal dengan

garam DEC. Dengan adanya strategi pengobatan dengan garam DEC, maka

diharapkan suatu saat penyakit ini dapat tereleminir dari Sulawesi Tengah.

Pada tahun 2007 di Sulawesi Tengah terdapat penderita Filariasis sebanyak 764

orang dan yang ditangani 269 orang (35%). Rincian jumlah kasus Filariasis yang

ditangani pada tahun 2007 dapat dilihat pada lampiran tabel 13.

10. Penyakit Schistosomiasis

Penyakit Schistosomiasis merupakan penyakit yang hanya ada di

Sulawesi Tengah yaitu disekitar Danau Lindu dan Lembah Napu. Penyakit ini di

tularkan melalui vektor keong Oncomelania Hupensis Linduensis yang

merupakan hospes perantara Cacing Trematoda yang menyebabkan penyakit

Schistosomiasis yaitu Schistosoma Japanicum. Kegiatan pemberantasannya

secara intensif telah dimulai sejak tahun 1982, yang pada awalnya dititik

beratkan pada kegiatan penanganan terhadap manusianya yakni pengobatan

penduduk secara masal yang ditunjang dengan kegiatan penyuluhan,

pengadaan sarana kesehatan lingkungan, pemeriksaan tinja penduduk,

pemeriksaan keong penular dan tikus secara berkala dan rutin.

Target pemberantasan penyakit ini adalah menurunkan prevalensi sampai < 1%.

Keadaan pada tahun 1998/1999, di daerah Lindu prevalensi pada siklus I 0,68%

dan siklus II 0,44%, sedangkan di Napu prevalensi pada siklus I 0,72% dan

pada siklus II 0,81%. Pemberantasan penyakit ini dilaksanakan secara lintas

program dan lintas sektor untuk pengembangan wilayah endemis

Schistosomiasis.

Pada tahun 2006 menurut laporan dari Subdin P2PL Prevalensi

schistosomiasis di daerah Lindu cyclus I adalah 0,52 dan cyclus II adalah 0,23

sementara di daerah Napu cyclus I adalah 1,55 dan cyclus II 1,21 dan Sulawesi

Tengah cyclus I adalah 1,19 dan cyclus II 0,76. Pada tahun 2007 terjadi

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

67

peningkatan pada daerah Napu, karena adanya pembukaan lahan baru, sedang

pada daerah Lindu tidak ada data tentang cyclus II karena tidak ada dana untuk

melakukan kegiatan tersebut.

Gambaran prevalensi Schistosomiasis dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

secara jelas dapat dilihat pada Tabel 4.7 dibawah ini :

TABEL 4.7

PREVALENSI SCHISTOSOMIASIS DI SULAWESI TENGAH TAHUN 2003-2007

No.

Lokasi

2003 2004 2005 2006 2007

Cycl. I Cycl.II Cycl. I Cycl.II Cycl. I Cycl.II Cycl. I Cycl.II Cyc I Cycl II

1.

2.

3.

Lindu

Napu

Sulteng

0,57

0,69

0,66

0,54

0,63

0,61

0,17

0,52

0,40

O,17

1,28

1,01

0,66

1,02

0,93

0,40

0,64

0,57

0,52

1,55

1,19

0,23

1,21

0,76

1,40

1,14

1,20

-

1,84

-

Sumber : Subdin P2M-PL Dinkes Prop. Sulteng

Dari data tersebut diatas gambaran prevalensi Schistosomiasis di Lindu dan

Napu dapat dilihat pada gambar IV.20 dan IV.21 sebagai berikut :

Sumber : Subdin Bina P2 Dinkes Sumber : Subdin Bina P2 Dinkes

Sedangkan gambaran prevalensi penyakit Schistosomiasis di Sulawesi

Tengah tahun 2001-2006 dapat dilihat pada Gambar IV.22 berikut.

1,4

0,220,33 0,29

0,520,66

0,17

0,570,23

0,40,17

0,540,75

00,20,40,60,8

11,21,41,6

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Cycle I Cycle II

1,14

1,84

0,69

1,021,55

0,520,960,73

0,63

1,28

0,64

1,211,138

00,20,40,60,8

11,21,41,61,8

2

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Cycle I Cycle II

GAMBAR IV.20 PREVALENSI SCHISTOSOMIASIS

DI LINDU TAHUN 2001 - 2007

GAMBAR IV.21 PREVALENSI SCHISTOSOMIASIS

DI NAPU TAHUN 2001 - 2007

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

68

GAMBAR IV. 22 PREVALENSI SCHISTOSOMIASIS DI SULAWESI TENGAH

TAHUN 2001-2006

Sumber : Subdin Bina P2 Dinkes

D. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR

aktor lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam proses

timbulnya gangguan kesehatan baik secara individu maupun

masyarakat umum. Upaya pembinaan kesehatan lingkungan dan

sanitasi dasar pada prinsipnya dimaksudkan untuk memperkecil atau

meniadakan faktor risiko terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan akibat

dari lingkungan yang kurang sehat. Bentuk upaya yang dilakukan dalam

peningkatan kualitas lingkungan, antara lain melakukan pembinaan kesehatan

lingkungan pada masyarakat dan institusi, saurveilans vektor dan pengawasan

Tempat-Tempat Umum (TTU).

1. Pembinaan Kesehatan Lingkungan Upaya pembinaan kesehatan lingkungan diarahkan pada masyarakat dan

institusi yang memiliki potensi mengancam kesehatan masyarakat yang

dilakukan secara berkala. Kegiatan pembinaan dimaksud mencakup upaya

pemantauan, penyuluhan dan pemberian rekomendasi terhadap aspek

penyediaan fasilitas sanitasi dasar (air bersih dan jamban), pengelolaan sampah,

sirkulasi udara, pencahayaan , dan lain-lain.

F

0,86

0,660,40

0,931,19

0,760,95

0,85 0,61

1,01

0,570,76

00,20,40,60,8

11,21,4

2001 2002 2003 2004 2005 2006

Cycle I Cycle II

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

69

Hasil pemutahiran data/pengumpulan data profil kesehatan dari

kabupaten/kota selama dua tahun terakhir dalam kaitan pembinaan kesehatan

lingkungan pada institusi dapat dilihat pada Gambar IV. 23 berikut. GAMBAR IV. 23

JUMLAH INSTITUSI TERDAFTAR DAN DIBINA KESEHATAN LINGKUNGANNYA

TAHUN 2005- 2006

27.068

15.44112.755 11.215

05.000

10.00015.00020.00025.00030.000

2005 2006

Terdaftar Dibina

Sumber : Profil Kesehatan Kab/kota Dari gambar tersebut diatas terlihat bahwa jumlah institusi yang dibina

selama tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi 72,63% dibanding cakupan

2005 sebesar 47,12%. Persentase institusi dibina kesehatan lingkungannya

menurut kabupaten/kota tahun 2007 tidak dapat diuraikan disini karena banyak

data yang tidak tersedia dapat dilihat pada lampiran tabel 51.

2. Surveilans Vektor Upaya surveilans vektor dilakukan untuk mengendalikan vektor potensial

dalam menularkan penyakit antara lain nyamuk. Kegiatan yang dilakukan

meliputi survei vektor untuk mengetahui jenis potensial, bionomik serta strategi

pengendaliannya. Hasil pemutahiran data/pengumpulan data dari

kabupaten/kota menunjukkan bahwa pada tahun 2007 hanya satu

kabupaten/kota yang melaporkan data pengamatan vektornya sehingga tidak

dapat diuraikan disini karena tidak dapat mewakili data kapupaten/kota (10

kabupaten/kota).

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

70

3. Pengawasan Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan Tempat-Tempat Umum (TTU) merupakan suatu sarana yang dikunjungi

oleh banyak orang dan dikhawatirkan dapat menjadi tempat penyebaran

penyakit. TTU meliputi hotel, restauran, bioskop, pasar terminal dan lain-lain.

Sedangkan TTU sehat adalah tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan.

Pengawasan terhadap TTU dan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) dilakukan

untuk meminimalkan faktor risiko sumber penularan bagi masyarakat yang

memanfaatkan TTU dan TPM. Bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain

meliputi pengawasan kualitas lingkungan TTU dan TPM secara berkala,

bimbingan, penyuluhan dan saran perbaikan dalam pengelolaan lingkungan

yang sehat.

Hasil pemutahiran data/pengumpulan data dari kabupaten/kota selama

tahun 2007 dari 5.055 fasilitas TUPM yang dilaporkan sebanyak 4.850 (95,9%)

telah dilakukan pemeriksaan dan 3.093 (61,2%) yang memenuhi syarat (sehat).

Kabupaten/kota dengan persentase tertinggi TUPM sehat adalah Parigi Moutong

(65,5%), Banggai (64,1%) sedangkan yang terendah adalah di Morowali (52,3%)

sedangkan Banggai Kepulauan, Tolitoli, Buol, Tojo Una-una dan Palu tidak ada

data.

E. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

paya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk

menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat.

Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan ditemukan beberapa

permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat adalah

kekurangan kalori protein, kekurangan vit A, gangguan akibat kekurangan

Yodium, dan anemi gizi besi.

1. Pemantauan Pertumbuhan Balita Upaya pemantauan status gizi pada kelompok balita difokuskan melalui

pemantauan terhadap pertumbuhan berat badan yang dilakukan melalui

U

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

71

kegiatan penimbangan di Posyandu secara rutin setiap bulan, serta pengamatan

langsung terhadap penampilan fisik balita yang berkunjung di fasilitas pelayanan

kesehatan. Berdasarkan hasil pengumpulan data profil kesehatan dari

kabupaten/kota gambaran dari pemantauan balita tahun 2007 dapat dilihat

dalam Gambar IV. 24 berikut ini. GAMBAR IV. 24

JUMLAH BALITA DITIMBANG, BERAT BADAN NAIK DAN BALITA BGM TAHUN 2005 – 2007

121.458

88.175

8.490

109.799

78.163

6.668

118.065

83.821

7.669

0

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

2005 2006 2007

Balita Ditimbang BB Naik Balita BGM

Sumber : Seksi Gizi

Melihat gambar diatas , cakupan terhadap balita yang ditimbang selama

tahun 2007 mengalami kenaikan menjadi 118.065 dibanding tahun 2006

sebesar 109.799. Dari jumlah balita ditimbang hanya 71% yang menunjukkan

kenaikan berat badan, kondisi tersebut mengalami penurunan dibanding dengan

tahun 2006 sebesar 72,2%. Sedangkan balita dengan berat badan di Bawah

Garis Merah (BGM) selama tahun 2007 terlihat mengalami sedikit kenaikan

menjadi 6,5% dibanding tahun 2006 sebesar 6,07%. Gambaran secara rinci hasil

penimbangan balita menurut kabupaten/kota selama tahun 2007 dapat dilihat

pada Lampiran tabel 16.

2. Pemberian Kapsul Vitamin A.

Upaya perbaikan gizi juga dilakukan pada beberapa sasaran yang

diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap vitamin A, yang dilakukan

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

72

melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita yang

diberikan sebanyak dua kali dalam satu tahun (Februari dan Agustus) dan pada

ibu nifas diberikan satu kali

Gambaran pemberian kapsul vitamin A selama tiga tahun terakhir dapat

dilihat pada Gambar IV.25 berikut,

GAMBAR IV.25

JUMLAH BALITA MENDAPAT KAPSUL VITAMIN ”A” DUA KALI TAHUN 2005 – 2007

252.660

204.999

238.691

207.765

262.835

230.823

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

2005 2006 2007

Jumlah Balita Mendapat Vit. A 2X

Sumber : Profil Kesehatan Kab/kota

Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa jumlah balita pada tahun 2007

mengalami kenaikan (10,11%) dibandingkan dengan tahun 2006, sedangkan

cakupan pemberian vitamin A selama tahun 2007 juga mengalami kenaikan

11,09% . Gambaran secara rinci hasil cakupan balita yang diberi vitamin A dua

kali menurut kabupaten/kota selama tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran

tabel 24.

3 Pemberian Tablet Besi.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

73

Pelayanan pemberian tablet besi dimaksudkan untuk mengatasi kasus Anemia

serta meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe khususnya yang

dialami ibu hamil. Perkembangan cakupan pemberian tablet besi pada ibu hamil (Fe-1 dan Fe-3) pada tahun 2003-2007 dapat dilihat pada Gambar IV.26

berikut ini.

GAMBAR IV. 26 PERSENTASE CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI

PADA IBU HAMIL TAHUN 2003-2007

0102030405060708090

PER

SEN

TASE

Fe-1 39,53 72,47 81,42 73,05 85,65

Fe-2 52,82 66,39 72,54 63,82 76,1

2003 2004 2005 2006 2007

Sumber : Profil Kesehatan Kab/kota

Pada gambar tersebut diatas terlihat bahwa tren cakupan pemberian

tablet besi (Fe-1 dan Fe-3) dari tahun 2003-2007 mengalami kenaikan dan pada

tahun 2007 terjadi kenaikan cakupan. Cakupan pemberian tablet besi kepada ibu

hamil menurut kabupaten kota tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 25.

4. Pemberian Kapsul Minyak Beryodium Pemberian kapsul minyak beryodium dimaksudkan untuk menanggulangi

kekurangan yodium secara cepat pada kelompok yang menderita kekurangan

yodium dan untuk mencegah dampak negatif akibat kekurangan yodium pada

kelompok khusus baik diberikan secara individual maupun secara massal.

Hasil pemberian kapsul minyak beryodium pada kelompok wanita usia

subur di desa/kelurahan endemis sedang dan berat selama dua tahun terakhir

dapat dilihat pada Gambar IV.27 dibawah ini.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

74

GAMBAR IV. 27

PERSENTASE PEMBERIAN KAPSUL BERYODIUM PADA WANITA USIA SUBUR DI DESA/KELURAHAN ENDEMIS

TAHUN 2005-2007

80,13 75,8392,68

0

20

40

60

80

100

PERSENTASE

2005 2006 2007

Sumber : Profil Kesehatan Kab/kota

Pada gambar tersebut diatas terlihat bahwa cakupan pemberian kapsul

beryodium pada WUS di desa/kelurahan endemis sedang dan berat selama

tahun 2007 mengalami kenaikan menjadi 92,68% dibandingkan pada tahun 2006

sebesar 75,83%. Menurut hasil pengumpulan data dari kabupaten/kota ternyata

hanya 6 kabupaten yang mempunyai data pemberian kapsul beryodium,

kabupaten/kota tersebut adalah Morowali, Poso, Donggala, Buol, Palu dan

Banggai Kepulauan sedangkan kabupaten lainnya tidak ada data. Gambaran

secara rinci hasil pemberian kapsul beryodium menurut kabupaten/kota selama

tahun 2007 dapat dilihat pada pada Lampiran tabel 40.

F. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

paya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara

paripurna. Upaya tersebut dimaksudkan untuk (1) menjamin

ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat generik dan obat esensial yang

bermutu bagi masyarakat, (2)mempromosikan penggunaan obat yang rasional

dan obat generik, (3) meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian serta

pelayanan kesehatan dasar, serta (4) melindungi masyarakat dari penggunaan

alat kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan, mutu, dan keamanan .

U

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

75

Perkembangan jumlah sarana distribusi obat dan perbekalan kesehatan di

provinsi sulawesi tengah tahun 2003-2007 dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel.4.8 Perkembangan Jumlah Sarana Distribusi obat

Dan Perbekalan Kesehatan di Prov. Sulawesi Tengah Tahun 2007

No.

JenisSarana T a h u n

2003 2004 2005 2006 2007 1 2 3 4 5 6

Toko Obat Apotek Pedagang Besare Farmasi Pedagang Besar Alkes Sub Pedagang Alkes GF/Instalasi Farmasi

124 69 25 2

17 5 -

124 72 24 2

33 5 -

138 92 24 2

33 11

145 102 24 3

47 11

156 122 25 3

60 11

Sumber : Seksi Farmasi

G. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA etiap Kejadian bencana yang melanda suatu kawasan selalu

menimbulkan berbagai masalah kehidupan masyarakat hingga

menimbulkan banyak korban termasuk gangguan kesehatan dan

kematian.

Bencana alam yang terjadi di semua kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi

Tengah telah banyak menimbulkan korban meninggal, hilang dan pengungsi.

Jenis dan lokasi kejadian bencana yang terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah

selama tahun 2007 dapat di lihat pada tabel 4.8

Dari data tersebut terlihat bahwa Bencana Banjir paling banyak terjadi

yaitu terjadi di 16 lokasi di 8 kabupaten/kota dengan frekuensi sebanyak 12 kali

kejadian. Bencana yang paling banyak menimbulkan korban (meninggal, hilang

dan pengungsi) adalah Bencana Banjir dan Longsor yang terjadi di Kabupaten

Morowali pada tanggal 22 Juli 2007.

S

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

76

TABEL 4.9

JENIS DAN LOKASI KEJADIAN BENCANA DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

TAHUN 2007

No.

Jenis Bencana

Kejadian Bencana

Kabupaten Lokasi Kejadian

1 Banjir Banggai Desa Sinorang

Morowali Kec. Petasia

Donggala Disa Sidondo

Tolitoli Tuweley Kel. Baru

Buol Momunu, Boilan, Modo, Tiloan, Bukal

Parigi Moutong Bantaya, Desa Lemusa

Tojo Una-Una Dataran Bugi, Ulubongka,

Dataran Bulan, Wanasari

Palu Kota Palu

2. Banjir dan Longsor Morowali Bungku Utara

Parigi Moutong Petapa

Donggala Labuan Bajo Kec. Banawa

3. Gangguan

Kamtibmas

Banggai

Kepulauan

Banggai

Poso Gebang Rejo

Palu Kel. Nunu dan Kel. Tavanjuka

4 Kebakaran Poso Pasar Tentena

PPalu Palu, Kel. Baru

5 Tanah Longsor Tojo Una-Una Siatu Kec. Una-Una

6. Angin Puting

Beliung

Donggala Desa Tongoa, Desa Berdikari,dan

Desa Banpres Kec. Palolo

7. Gempa Bumi Poso Poso

Sumber : Seksi PDL dan Kesehatan Matra

Jumlah korban meninggal, hilang dan pengungsi akibat bencana yang

terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah selama tahun 2007 dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007

77

TABEL 4.10

JUMLAH KORBAN MENINGGAL, HILANG DAN PENGUNGSI AKIBAT BENCANA DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

TAHUN 2007

No Kabupaten K o r b a n Meninggal Hilang Pengungsi

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Tolis Buol Parigi Moutong Tojo Una-Una Palu

4 2

78 17 3 2 0 2 4 0

0 0

12 0 0 0 0 0 0 0

0 905

6.055 0

652 0

1.882 843 216

3.734 Jumlah 112 12 14.287

Sumber : Seksi PDL dan Kesehatan Matra Sedangkan jumlah luka para dan luka ringan yang telah mendapat

pelayanan kesehatan rawat inap dan rawat jalan dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

TABEL 4.11 JUMLAH KORBAN YANG DIRAWAT DI FASILITAS KESEHATAN

AKIBAT BENCANA DI PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2007

No. Kabupaten K o r b a n Rawat Inap Rawat Jalan

1 2 3 4

Banggai Kepulauan Morowali Poso Donggala

0 57 0 0

5 7 5 1

Jumlah 57 18 Sumber : Seksi PDL dan Kesehatan Matra

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah sebagai Institusi yang

bertanggung jawab dalam pelayanan kesehatan menyelenggarakan upaya

penanganan masalah kesehatan akibat bencana dengan kegiatan-kegiatan

antara lain ; Pembentukan Pos Pelayanan Kesehatan, Mobilisasi sarana dan

prasarana dan tenaga kesehatan, pengiriman bahan logistik (obat-obatan dan

bahan habis pakai), berkoordinasi dengan : Pusat Penanggulangan Krisis (PPK),

Dinas Kesehatan Kab/kota dan Rumah sakit, dan upaya-upaya penanggulangan

bencana lainnya.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 78

BAB V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

ambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan

menjadi sarana kesehatan, tenaga kesehatan dan pembiayaan

kesehatan, yang dapat dilihat pada bab ini, adalah sebagai berikut :

A. SARANA KESEHATAN ada bagian ini diuraikan tentang sarana kesehatan di antaranya

Puskesmas, rumah sakit, sarana produksi dan distribusi farmasi dan

alat kesehatan, sarana Upaya Kesehatan Bersuimber Masyarakat

(UKBM), dan institusi pendidikan tenaga kesehatan.

1. Puskesmas

Pada periode tahun 2002 – 2007, jumlah puskesmasm (termasuk

Puskesmas Perawatan) terus meningkat dari 132 unit pada tahun 2002 menjadi

149 unit pada tahun 2006 dan meningkat lagi menjadi 161 pada tahun 2007.

Pada periode tahun itu, ratio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk cenderung

meningkat dari 6,24 per 100.000 penduduk pada tahun 2002 menjadi 6,72 per

100.000 penduduk pada tahun 2007. Ini berarti pada periode tahun itu setiap

100.000 penduduk rata-rata dilayani oleh 6-7 unit Puskesmas.

Sementara itu, bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja

Puskesmas, dimana sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas

rata-rata 30.000 penduduk, maka jumlah Puskesmas per 30.000 penduduk pada

tahun 2007 rata-rata 2,02 unit, mengalami sedikit kenaikan bila dibandingkan

dengan tahun 2006 yaitu sebesar 1,91 unit per 30.000 penduduk.

Pada periode yang sama, jumlah Puskesmas Pembantu juga cenderung

menurun dari 761 unit pada tahun 2002 menjadi 716 unit pada tahun 2006 dan

turun sedikit menjadi 715 karena adanya peningkatan Pustu menjadi

Puskesmas. Sementara itu rasio Puskesmas Pembantu terhadap 100.000

G

P

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 79

penduduk juga cenderung menurun dari 35,97 per 100.000 penduduk pada

tahun 2002 menjadi 29,80 per 100.000 penduduk pada tahun 2006 dan naik

sedikit menjadi 29,84 pada tahun 2007. Ini berarti setiap 100.000 penduduk

dilayani oleh 29-30 unit Puskesmas Pembantu.

Jumlah Puskesmas dan rasionya terhadap 100.000 penduduk selama

tahun 2002-2007 dapat dilihat pada gambar V. 1 berikut.

GAMBAR V.1 JUMLAH PUSKESMAS DAN RASIONYA TERHADAP 100.000 PENDUDUK

TAHUN 2002 - 2007

0

50

100

150

200

Jum

lah

PKM

012345678

Ras

io

Jumlah PKM 133 135 137 144 149 161

Rasio 6,24 6,1 6,09 6,19 6,2 6,72

2002 2003 2004 2005 2006 2007

Sumber : Subdin Yanmed

Sedangkan jumlah Puskesmas Pembantu dan rasio Puskesmas

Pembantu terhadap 100.000 penduduk pada tahun 2002-2007 dapat dilihat pada

Gambar V.2 berikut ini.

GAMBAR V.2 JUMLAH PUSKESMAS PEMBANTU DAN RASIONYA TERHADAP 100.000 PENDUDUK TAHUN 2002 – 2007

0100200300400500600700800

Jum

lah

Pust

u

0510152025303540

Ras

io

JumlahPustu

761 711 709 710 716 715

Rasio 35,97 32,17 31,55 31,08 29,8 29,84

2002 2003 2004 2005 2006 2007

Sumber : Subdin Yanmed

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 80

Berdasarkan jumlah Puskesmas dan jumlah Puskesmas Pembantu pada

tahun 2002-2007, maka rasio Puskesmas Pembantu terhadap Puskesmas rata-

rata 5:1, artinya setiap Puskesmas rata-rata didukung oleh 4-5 Puskesmas

Pembantu dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas,

sejak Pelita III sejumlah Puskesmas telah ditingkatkan menjadi Puskesmas

dengan tempat perawatan. Puskesmas perawatan ini berlokasi jauh dari rumah

sakit, di jalur-jalur jalan raya yang rawan kecelakaan, serta di wilayah atau pulau-

pulau yang terpencil. Pada tahun 2002-2007 perkembangan jumlah Puskesmas

Perawatan cenderung bertambah , yaitu dari 56 unit pada tahun 2002 dan 60

unit pada tahun 2003 menjadi 62 unit pada tahun 2004 dan 66 unit pada tahun

2005 dan turun menjadi 64 unit pada tahun 2006 dan 2007. Terjadinya

penurunan jumlah Puskesmas Perawatan ini karena adanya pembangunan

rumah sakit baru di daerah pemekaran sehingga puskesmas perawatan yang

dekat dengan rumah sakit tersebut dialihkan statusnya menjadi Puskesmas Non

Perawatan. Perkembangan jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan pada

tahun 2002-2007 dapat dilihat pada Gambar V.3 berikut .

GAMBAR V.3

JUMLAH PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PERAWATAN TAHUN 2002 – 2007

Sumber : Subdin Yanmed

Sementara itu, jumlah Puskesmas Keliling baik puskesmas keliling

kendaraan roda empat (R4 mobil) maupun puskesmas keliling perahu bermotor

0255075

100125150175

Jum

lah

Puskesmas 133 135 137 144 149 161

PKMPerawatan

56 60 62 66 64 64

2002 2003 2004 2005 2006 2007

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 81

(PB) pada tahun 2003-2006 cenderung menurun dari 121 unit pada tahun 2003

dan 116 unit pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 153 unit pada tahun 2005

dan menjadi 158 unit pada tahun 2006 dan 183 pada tahun 2007. Untuk

Puskesmas Keliling R-4 tercatat sebanyak 106 unit pada tahun 2003 dan 97 unit

pada tahun 2004 menjadi 138 unit pada tahun 2005 dan 142 unit pada tahun

2006 meningkat lagi menjadi 165 pada tahun 2007, sedangkan puskesmas

keliling (PB) tercatat 15 unit pada tahun 2003 dan 19 unit pada tahun 2004 dan

turun menjadi 15 unit pada tahun 2005 dan naik lagi menjadi 16 unit pada tahun

2006 dan meningkat lagi menjadi 18 pada tahun 2007. Jumlah Puskesmas

Keliling dan rasionya terhadap Puskesmas pada tahun tahun 2003-2007

disajikan pada Gambar V.4 berikut ini.

GAMBAR V.4

JUMLAH PUSKESMAS KELILING DAN RASIONYA TERHADAP PUSKESMAS TAHUN 2003-2007

0

25

50

75

100

125

150

175

Jum

lah

Pusl

ing

(PB

& R

-4)

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

Ras

io

Pusling PB 15 19 15 16 18

Pusling R-4 106 97 138 142 165

Rasio 0,91 0,85 1,06 1,06 0,88

2003 2004 2005 2006 2007

Sumber : Subdin Yadmed

Rasio Puskesmas Keliling terhadap Puskesmas cenderung menurun dari

0,91 pada tahun 2003 menjadi 0,85 pada tahun 2004 dan naik menjadi 1,06

pada tahun 2005 kemudian tetap menjadi 1,06 pada tahun 2006 dan 0,88 pada

tahun 2007.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 82

2. Rumah Sakit Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah

sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang

biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya

terhadap jumlah penduduk.

Perkembangan jumlah rumah sakit (umum dan khusus) tahun 2002-2007

dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut. TABEL 5.1

PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM DAN KHUSUS) DAN KEPEMILIKANNYA TAHUN 2002-2007

Pengelola/kepemilikan

JUMLAH//T A H U N

2002 2003 2004 2005 2006 2007

- Pemerintah

- TNI/POLRI

- Swasta

10

1

4

10

1

4

10

1

4

12

2

4

13

2

5

13

2

7

JUMLAH 15 15 15 18 20 22

Sumber : Subdin Yanmed

Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan terhadap fasilitas pelayanan

kesehatan, jumlah rumah sakit umum (pemerintah dan swasta) pada periode

tahun 2002 – 2007 cenderung meningkat yaitu dari 15 unit pada tahun 2002,

2003 dan 2004 menjadi 18 unit pada tahun 2005 dan meningkat lagi menjadi 20

unit pada tahun 2006 meningkat lagi menjadi 22 pada tahun 2007

Selain rumah sakit, untuk menggambarkan ketersediaan sarana

pelayanan kesehatan perlu pula disajikan data jumlah tempat tidur rumah sakit.

Pada tahun 2002–2004 ada kenaikan tempat tidur rumah sakit. Situasi

perkembangan jumlah tempat tidur rumah sakit secara ringkas dapat dilihat pada

gambar V. 5 sebagai berikut. GAMBAR V. 5

PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT TAHUN 2002-2007

1.145 1.162 1.2411.369

1.5911.796

0

400

800

1.200

1.600

2.000

2002 2003 2004 2005 2006 2007

Sumber : Subdin Yanmedik

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 83

Selanjutnya, untuk menggambarkan cakupan ketersediaan sarana

pelayanan kesehatan berikut ini disajikan rasio tempat tidur rumah sakit per

100.000 penduduk yang dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan tempat tidur

baik tempat tidur rumah sakit umum maupun tempat tidur rumah sakit khusus.

Pada tahun 2002–2007, rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk

cenderung meningkat dari 54,9 per 100.000 penduduk pada tahun 2002 dan

52,6 per 100.000 penduduk pada tahun 2003 menjadi 55,2 per 100.000

penduduk pada tahun 2004 dan 59,9 per 100.000 penduduk pada tahun 2005

kemudian naik lagi menjadi 66,2 per 100.000 penduduk pada tahun 2006

meningkat lagi menjadi 74,96 pada tahun 2007. Pada tahun 2002-2007 rata-rata

setiap tempat tidur rumah sakit melayani 1.510-1901 penduduk. Jumlah tempat

tidur Rumah Sakit (RS) dan rasionya per 100.000 penduduk pada tahun 2002-

2007 disajikan pada gambar V.6 dibawah ini.

GAMBAR V. 6

JUMLAH TEMPAT TIDUR RS DAN RASIONYA TERHADAP 100.000 PENDUDUK TAHUN 2002-2007

0200400600800

1.0001.2001.4001.6001.8002.000

Jum

lah

TT

01020304050607080

Ras

io/1

00.0

00 P

ddk

Jumlah TT 1.145 1.162 1.241 1.369 1.591 1.796

Rasio/100.000Pddk

54,1 52,6 55,2 59,9 66,2 74,96

2002 2003 2004 2005 2006 2007

Sumber : Subdin Yanmedik 3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana

pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 84

Farmasi dan alat kesehatan. Jumlah sarana produksi sediaan farmasi dan Alat

Kesehatan (ALKES) tidak dapat diuraikan disini karena tidak tersedia datanya.

Jumlah sarana distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut

jenis tahun 2002-2006 disajikan pada gambar V.7 dibawah ini. GAMBAR V.7

JUMLAH SARANA DISTRIBUSI SEDIAAN FARMASI DAN ALKES TAHUN 2003-2007

020406080

100120140160

Pedagang Besar Farmasi 25 24 24 24 25

Apotek 69 72 92 102 122

Toko Obat 124 124 138 145 156

Penyalur Perbekalan ALKES 2 2 2 3 3

Sub Penyalur PerbekalanALKES

17 33 33 47 60

2003 2004 2005 2006 2007

Sumber : Subdin Yanmed (Seksi Farmasi)

Di kabupaten/kota, distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan milik

pemerintah dikelola oleh unit pengelola obat, yang disebut sebagai Gudang

Farmasi kabupaten/kota. Perkembangan jumlah unit pengelolan obat dan

sediaan farmasi (gudang farmasi) kabupaten/kota pada tahun 2003-2007 dapat

dilihat pada Gambar V.8 sebagai berikut. GAMBAR V.8

JUMLAH UNIT PENGELOLA OBAT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2003-2007

56

810

11

02468

1012

2003 2004 2005 2006 2007

Sumber : Subdin Yanmed (Seksi Farmasi)

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 85

4. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan

sumber daya yang ada di masysrakat. Upaya Kesehatan Bersumber Daya

Masyarakat (UKBM) di antaranya adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu),

Polindes (Pondok Bersalin Desa), Toga (Tanaman Obat Keluarga), POD (Pos

Obat Desa), dan sebagainya.

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di

masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5(lima) program prioritas,

yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi,

dan penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya, Posyandu

dikelompokkan kedalam 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya,

Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Pada tahun 2007 jumlah Posyandu

sebanyak 2.863 buah. Jumlah posyandu ini meningkat dibandingkan jumlah

Posyandu tahun 2006 yaitu 2.804 buah. Perkembangan jumlah Posyandu

selama tahun 2003–2007 dapat dilihat pada Gambar V.9 berikut. GAMBAR V.9

PERKEMBANGAN JUMLAH POSYANDU TAHUN 2003 – 2007

26582818 2642 2804 2863

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

2003 2004 2005 2006 2007

Sumber : Subdin Binkesmas ( Profil UKBM ) Pada tahun 2007 rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan adalah 1,71

atau rata-rata pada tiap desa/kelurahan terdapat 1-2 Posyandu. Rasio Posyandu

terhadap desa/kelurahan terbesar adalah kota di Palu (5) kemudian disusul

Donggala (2,49) dan Tolitoli (2,46). Sedangkan yang terkecil adalah di

Kabupaten Buol (1,25) dan Morowali (0,85).

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 86

Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam

rangka mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat

pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk

Keluarga Berencana. Polindes ini juga dikelompokkan kedalam 4 strata atau

tingkat perkembangannya yaitu Polindes Pratama. Polindes Madya, Polindes

Purnama, dan Polindes Mandiri. Pada tahun 2007 jumlah Polindes sebanyak 844

buah. Rasio Polindes terhadap desa/kelurahan adalah 0,50. Rasio Polindes

terhadap desa/kelurahan terbesar di kabupaten Poso (0,97) dan Banggai(0,63).

Sedangkan rasio terkecil di kabupaten Parigi Moutong (0,25) dan Buol (0,34).

Pos Obat Desa (POD) merupakan wujud peran serta masyarakat dalam

hal pengobatan sederhana, terutama untuk penyakit yang sering terjadi pada

masyarakat setempat. Pos Obat Desa ini juga dikelompokkan kedalam 4 strata

atau tingkat perkembangannya yaitu Pos Obat Desa Pratama, Madya, Purnama

dan Mandiri. Pada tahun 2007 Rasio Pos Obat Desa terhadap desa/kelurahan

adalah 0.52.

5. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan

Pendidikan tenaga kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan

ketersediaan dan kualitas tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan

pelayanan kesehatan masyarakat. Pendididkan tenaga kesehatan

diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta melalui berbagai institusi

pendidikan dan jenjang pendidikan. Dari seluruh institusi pendidikan tenaga

kesehatan(Diknakes) yang ada hanya sebagian yang menjadi tanggung jawab

Departemen Kesehatan dalam koordinasi dan pembinaannya, yang

dikelompokkan kedalam institusi Politeknik Kesehatan (Poltekkes) dan institusi

Diknakes non Poltekkes.

Pada tahun 2007 jumlah Poltekkes pemerintah di Sulawesi Tengah hanya

1 buah yang menyelenggarakan 3 jenis jurusan atau program studi, yaitu

Keperawatan, Kebidanan, dan Kesehatan Lingkungan. Sedangkan lainnya

adalah akademi yang dikelola oleh pemda (3 buah) dan swasta (2 buah) dan 2

buah akademi farmasi yang dikelola oleh swasta.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 87

B. TENAGA KESEHATAN

ebagaimana diketahui bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan tidak

hanya dilakukan pemerintah, tetapi juga diselenggarakan oleh swasta.

Oleh karena itu gambaran situasi ketersediaan tenaga kesehatan baik

yang bekerja di sektor pemerintah maupun yang bekerja di sektor swasta perlu

diketahui. Namun sampai saat ini data tenaga kesehatan baik yang bekerja di

sektor pemerintah maupun di sektor swasta sangat sulit diperoleh.

1. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan Data yang diperoleh dari Subdin Bina Pengembangan Tenaga Kesehatan

menunjukkan bahwa jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di seluruh Rumah

Sakit (RS) di semua kabupaten/kota di Sulawesi Tengah pada tahun 2006

adalah sebanyak 1.907 orang. Sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang

bekerja di Puskesmas, Dinas Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota, dan unit-

unit kesehatan lainnya adalah sebanyak 4.136 orang. Dengan demikian jumlah

seluruh tenaga kesehatan di provinsi sulawesi tengah pada tahun 2006 adalah

6.043 orang. Gambaran jumlah dan rasio tenaga kesehatan dapat dilihat pada

tabel 5.2 berikut.

TABEL 5.2 JUMLAH DAN RATIO TENAGA KESEHATAN MENURUT 7 KATEGORI

PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2005-2006

No.

Jenis Tenaga

Tahun 2005 Tahun 2006

Jumlah Ratio Jumlah Ratio

1. Medis 511 21,98 483 20,11

2. Perawat dan Bidan 3.794 163,22 4.175 173,79

3. Farmasi 179 7,70 241 10,03

4. Gizi 129 5,55 134 5.58

5. Teknisi Medis 184 7,92 164 6,82

6. Sanitasi 448 19,27 474 19,73

7. Kesehatan Masyarakat 284 12,22 372 15,48

Jumlah 5.529 237,86 6.043 251,55

Sumber : Subdin Bina Nakes

S

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 88

Sedangkan jumlah, persentase dan rasio per 100.000 penduduk tenaga

kesehatan berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut.

TABEL 5.3

JUMLAH, PERSENTASE, DAN RATIO PER 100.000 PENDUDUK TENAGA KESEHATAN MENURUT JENISNYA

TAHUN 2006

No. Jenis Tenaga Jumlah Persentase Rasio/100.000 penduduk

1. 2 3 4 5 6 7 8 9

10

Dokter Umum Dokter Gigi Doikter Soesialis Perawat Bidan S1 Farmasi/Apoteker/Ass.Apt Kesmas Sanitarian Gizi Teknisi Medis

350 60 73

2.567 1.608 241 372 474 134 164

5,79 0,99 1,21

42,48 26,61 3,99 6,16 7,84 2,22 2,71

14,57 2,50 3,04

106,86 66,94 10,03 15,48 19,73 5,58 6,83

Jumlah 6.043 100 251,55 Sumber : Subdin Nakes

Rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk sebesar 251,55. Ini berarti

bahwa setiap 100.000 penduduk sulawesi tengah dilayani oleh 251 - 252 tenaga

kesehatan. Rasio masing-masing jenis tenaga kesehatan per 100.000 penduduk

menunjukkan bahwa rasio jenis tenaga kesehatan per 100.000 penduduk

terbesar adalah rasio tenaga keperawatan dan rasio bidan yaitu masing-masing

sebesar 42,48 per 100.000 penduduk dan 26,61 per 100.000 penduduk.

Kabupaten dengan jumlah tenaga kesehatan terbanyak adalah kota Palu

(28,41%) kemudian disusul kabupaten Donggala (11,50%) sedangkan yang

terendah adalah di kabupaten Buol (3,92%) dan Banggai kepulauan (4,42%).

Namun, jika dilihat rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk, rasio tertinggi

adalah kota Palu (555,01), kemudian kabupaten Poso (347,79 sedangkan yang

terendah adalah Donggala 148,23 dan Parigi Moutong 156,96. Jumlah dan rasio

tenaga kesehatan per 100.000 penduduk menurut kabupaten/kota tahun 2006

disajikan pada Gambar V.10 dan Gambar V.11 berikut :

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 89

GAMBAR V.10 JUMLAH TENAGA KESEHATAN MENURUT KABUPATEN/KOTA

TAHUN 2006

237267

312395

586

602605627

6951717

0 250 500 750 1000 1250 1500 1750 2000

BuolBangkep

Tojo Una-UnaMorowali

Parigi MoutongToli-ToliBanggai

PosoDonggala

Palu

Sumber : Subdin Nakes

GAMBAR V. 11

RASIO TENAGA KESEHATAN PER 100.000 PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA TAHUN 2006

148,23156,96167,07

201,6210,68221,57

253,1

306,38347,79

555,01

0 100 200 300 400 500 600 700

DonggalaParigi Moutong

BangkepBanggai

BuolMorow ali

Tojo Una-UnaToli-Toli

Poso Palu

Sumber : Subdin Nakes

Jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit tahun 2006

adalah sebanyak 1.907 orang. Kabupaten/kota dengan jumlah tenaga kesehatan

yang bekerja di rumah sakit terbanyak adalah Palu (989 orang), kemudian Tolitoli

(238 orang), sedangkan yang terendah adalah Bangkep (21 orang) dan

Donggala (25 orang). Rumah Sakit Bangkep dan Rumah Sakit Donggala baru

operasional pada tahun 2006 sehingga jumlah tenaga kesehatannya masih jauh

dari yang diharapkan.

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 90

Jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas dan Dinas

Kesehatan Kabupaten/kota dan Provinsi adalah sebanyak 3.882 orang,

sedangkan yang bekerja di Institusi Diklat Diknakes dan sarana kesehatan

lainnya adalah sebanyak 254 orang, Untuk jelasnya dapat dibaca pada lampiran

tabel 54.

2. Pendidikan Tenaga Kesehatan 1). Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan Perkembangan jumlah Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan di Propinsi

Sulawesi Tengah sampai tahun 2000/2001 mengalami perubahan, dimana status

Diploma III atau jenjang pendidikan tinggi (JPTD III) berubah menjadi Politeknik

Kesehatan (Poltekes). pada tahun 1999/2000 SPK dikonversi menjadi Diploma

III atau Jenjang Pendidikan Tinggi (JPTD III), di Sulawesi Tengah jumlah Institusi

Pendidikan Tenaga Kesehatan sebanyak 8 institusi hal ini disebabkan karena (1)

adanya kebijakan pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan

kesehatan yang semakin berkembang, sehingga memerlukan jumlah dan jenis

tenaga kesehatan yang meningkat pula, (2) kebijakan pemerintah untuk

meningkatan kualitas tenaga kesehatan yang lebih profesional, sehingga perlu

dilakukan konversi dari institusi Diknakes jenjang pendidikan menengah ( JPM )

menjadi jenjang pendidikan tinggi ( JPT ), dan (3) kebutuhan jenis tenaga

kesehatan yang baru, memerlukan pendirian institusi yang baru pula. Jumlah

Institusi Diknakes dan kepemilikannya dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut.

TABEL 5. 4 JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES MENURUT JENJANG STATUS KEPEMILIKAN DAN JUMLAH PESERTA DIDIK

TAHUN 2003-2006 NO NAMA INSTITUSI STATUS

MILIK Jumlah Peserta Didik

2003 2004 2005 2006 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Politeknik Kesehatan Palu Akper Pemda Donggala Akper Pemda Luwuk Akper Pemda toli-toli Akper Justitia Palu Akper RSU Woodward Palu Akfar Bina Farmasi Palu Akfar Tadulako Farma Palu

P D D D S S S S

776 154 154 148 154 178 34 118

904 209 177 196 157 218 42

145

994 255 212 185 184 204 41 129

….. 353 293 227 129 141 88

215 Jumlah 1.716 2.048 2.204

Sumber : Subdin Bina Pengembangan Nakes

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 91

Jumlah institusi pendidikan tenaga kesehatan yang telah dikonversi dari JPM ke

JPTD sampai tahun 2002 sejumlah 6 institusi. Adapun institusi yang dikonversi

adalah SPK menjadi AKPER/AKBID , SPPH menjadi AKL.

2). Tenaga Kesehatan yang mengikuti Tugas Belajar Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai jenis tenaga keseha

tan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya kesehatan dengan

paradigma sehat, Yang mengutamakan upaya peningkatan. pemeliharaan

kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Secara umum jumlah tenaga kesehatan yang megikuti tugas belajar dari

tahun ketahun mengalami peningkatan, jumlah tenaga kesehatan terbanyak

mengikuti tugas belajar adalah jenjang strata satu. Tenaga kesehatan tersebut

berasal dari unit-unit kesehatan, seperti puskesmas, Rumah Sakit, Dinas

kesehatan Kabupaten dan Dinas Kesehatan Propinsi.

TABEL 5.5 JUMLAH TENAGA KESEHATAN YANG TUGAS BELAJAR

TAHUN 2000 – 2006

TAHUN D III D IV S1 S2 JUMLAH

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

5 4

80 31 - -

40

3 2 1 1 3 - 2

38 32 24 35 39 4 39

26 10 31 20 16 4

27

72 48 136 87 58 8

108 Jumlah 160 12 211 134 517

Sumber : Subdin Bina Pengembangan Nakes

Dari data tersebut diatas terlihat bahwa dari tahun 2000 s.d 2006 tenaga

kesehatan terbanyak mengikuti jenjang pendidikan S1 yaitu sudah mencapai 211

orang (40,81%), kemudian disusul D III sebanyak 160 orang (30,95%), S2

sebanyak 134 orang (25,91%) dan yang terendah adalah D-IV sebanyak 12

orang (2,32%). Persentase Jumlah tenaga kesehatan yang sudah mengikuti

tugas belajar dari tahun 2000 s.d 2006 dapat dilihat pada Gambar V.12 berikut :

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 92

GAMBAR V.12 PERSENTASE TENAGA KESEHATAN YANG SUDAH

MENGIKUTI JENJANG PENDIDIKAN TAHUN 2000-2006

S-1; 40,81%

S-2; 25,91% D-III; 30,95%

D-IV; 2,32%

Sumber : Subdin Bina Nakes

3). Distribusi Tenaga Kesehatan menurut Jenis Tenaga Jumlah tenaga kesehatan di Sulawesi Tengah untuk tahun 2006

sebanyak 6.043 jiwa dari 7 kategori tenaga kesehatan. Jumlah terbanyak adalah

tenaga Perawat dan Bidan 4.175 (69,09%) kemudian disusul dengan tenaga

medis 483 (7,99%) dan tenaga sanitasi 474 (7,84%) sedangkan yang terendah

adalah tenaga gizi 134 (2,4%). Lebih jelas lihat gambar IV.11 berikut.

GAMBAR V. 13 JUMLAH TENAGA KESEHATAN YANG TERSEBAR DI 10 KABUPATEN/KOTA

DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2006

483

4175

241 134 164474 372

0250500750

100012501500175020002250250027503000325035003750400042504500

Medis Perawat& Bidan

Farmasi Gizi TeknisiMedis

Sanitasi Kesmas

Medis Peraw at & Bidan Farmasi Gizi Teknisi Medis Sanitasi Kesmas

Sumber : Subdin Bina Pengembangan Nakes

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 93

4). Penyebaran Tenaga Kesehatan Menurut 7 Kategori

Dalam penyajian data ketenagaan ini, tenaga kesehatan dikelompokkan

menjadi 7 kategori. Jumlah dan proporsi tenaga kesehatan menurut 7 kategori

tersebut adalah medis 483 (9,99%), Perawat dan Bidan 4.175 (69,09%), tenaga

sanitasi 474 (7,84%), kesehatan masyarakat 372 (6,16%), farmasi 241 (3,99%).

tenaga teknisi medis 164(2,71%), tenaga gizi 134 (2,22%), Tenaga non medis

tidak diuraikan disini karena tidak ada data yang mendukung. Gambaran secara

rinci dapat dilihat pada gambar IV.12 sebagai berikut.

GAMBAR V. 14 PERSENTASE TENAGA KESEHATAN MENURUT 7 KATEGORI

DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2006

Gizi; 2,22

Sanitasi; 7,84Teknisi Medis;

2,71

Farmasi; 3,99

Kesmas; 6,16 Medis; 7,99

Peraw at & Bidan; 69,09

Sumber : Subdin Bina Nakes

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN

alam melaksanakan upaya pembangunan kesehatan diperlukan

pembiayaan, baik yang bersumber dari pemerintah, maupun

masyarakat termasuk swasta. Pembiayaan kesehatan yang bersumber

dari pemerintah terdiri atas (1) APBD Kesehatan meliputi APBD Propinsi dan

APBD Kabupaten/Kota, (2) APBN Kesehatan meliputi APBN Propinsi dan

kabupaten/kota termasuk pinjaman hutang luar negeri (Hibah) DAKdan Tuban).

D

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 94

Pada tahun 2007 total anggaran kesehatan untuk Sulawesi Tengah

Rp.532.973.598.111.- dengan rincian APBD kjesehatan pvovinsi Rp.

56.316.584.977, APBD kesehatan kabupaten/kota Rp. 295.342.862.061.- dan

Dekonsentrasi (APBN) Rp. 43.315.697.000, Tugas Pembantuan (Tuban) Rp.

41.073.993.000, Dana Alokaso Khusus (DAK) Rp. 94.883.885.973 dan Dana

Hibah Rp. 2.040.575.100.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dihitung anggaran kesehatan

perkapita pada tahun 2007 dengan membandingkan jumlah penduduk dengan

total anggaran kesehatan pada tahun 2007. Dari jumlah penduduk Sulawesi

Tengah pada tahun 2007 sebesar 2.396.224 jiwa dan anggaran kesehatan pada

tahun 2007 sebesar Rp.532.973.598.111.- maka anggaran kesehatan perkapita

pertahun Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2007 adalah Rp. 222.422.-, Persentase total APBD kesehatan (APBD Provinsi + APBD kabupaten/kota)

terhadap total APBD (total APBD Provinsi dan total APBD Kabupaten/Kota) tidak

dapat dihitung karena tidak semua kabupaten/kota menyampaikan datanya

tentang total APBD Kabupaten/Kota masing-masing, tetapi laporan

Perkembangan Pembangunan Kesehatan tahun 2007 di peroleh data bahwa

alokasi anggaran kesehatan terhadap total APBD kabupaten/kota tahun 2007

adalah sebesar 8-12%..

TABEL 5.6

ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN ANGGARAN 2007

SUMBER DANA ALOKASI PROPORSI

A

B C

APBD KESEHATAN :1. APBD Kesehatan Propinsi 2. APBD Kesehatan Kabupaten/kota APBN KESEHATAN : 1. DEKONSENTRASI 2. Tuban 3. DAK Hibah

351.659.447.038.- 56.316.584.977.- 295.342.862.061.- 220.202.456.329.- 43.315.697.000.- 41.073.993.000.-

94.883.885.973.-

2.040.575.100.-

65,98%

33,66%

0,38%

Total Anggaran Kesehatan 483.117.589.329.- 100 Sumber Data : Laporan Perkembangan Pemb.Kes.Provinsi

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 95

Dari data tersebut diatas menunjukkan bahwa APBD Kesehatan (Propinsi

+ Kabupaten/kota) tahun 2007 menunjukkan 2 kali lebih besar dari pada

anggaran APBN.

Persentase anggaran kesehatan menurut sumbernya dapat digambarkan

sebagai berikut :

GAMBAR V. 15

PERSENTASE ANGGARAN KESEHATAN PROP.SUL.TENGAH MENURUT SUMBERNYA TAHUN 2006

Sumber Data : Subdin Program & PSK

Dekonsentrasi; 8,13%

APBD Keshatan Kab/Kota; 55,41%

HibaH; 0,38%

TUBAN; 7,71%APBD Kesehatan

Prop; 10,57%

DAK; 17,80%

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 96

BAB VI P E N U T U P

erbagai upaya kesehatan telah dilakukan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi sejak

pertengahan tahun 1977, sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan

program-program kesehatan khususnya di dalam penyediaan sumberdananya.

Namun demikian, pengembangan dan peningkatan upaya kesehatan tetap

dilakukan dengan melalui berbagai reformasi program-program pembangunan di

bidang kesehatan sejalan dengan pelaksanaan desentralisasi di bidang

kesehatan.

Disadari, di dalam pelaksanaan desentralisasi khususnya di dalam

mendapatkan data dan informasi yang bersumber dari kabupaten/kota

mengalami kesulitan. Oleh karena itu, data dan informasi yang ditampilkan dalam

Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2006 yang diterbitkan saat ini tidak

lengkap sebagaimana yang diharapkan (ada yang menggunakan data tahun

sebelumnya).

Walaupun demikian, diharapkan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tengah ini tetap dapat memberikan gambaran secara garis besar tentang

kesehatan masyarakat Sulawesi Tengah dan dapat ditingkatkan untuk tahun

berikutnya baik kelengkapan data infomasinya maupun pemanfaatnya.

Harapan tersebut sejalan dengan maksud dan tujuan dari Profil

Kesehatan yaitu selain untuk menggambarkan kesehatan masyarakat Sulawesi

Tengah juga sebagai bahan untuk evaluasi tentang kinerja pembangunan

kesehatan dan dasar untuk melakukan evaluasi pencapaian visi “Indonesia

Sehat 2010”.

Sesungguhnya data dan informasi sangat dibutuhkan bagi para penentu

kebijakan dan perencana pembangunan kesehatan di segala tingkat

administrasi. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah ini diharapkan dapat

menjadi salah satu bahan untuk menilai pencapaian program di setiap

kabupaten/kota. Dengan adanya penyajian data dan informasi di dalam Profil

B

Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah 2007 97

Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah ini dalam bentuk narasi dan lampiran

diharapkan dapat digunakan untuk mengambil langkah-langkah perbaikan dari

setiap program, sehingga hasilnya dapat lebih dirasakan oleh masyarakat dalam

bentuk pelayanan kesehtan yang bermutu dan terjangkau.

Data dan informasi yang terdapat dalam Profil Kesehanan Provinsi

Sulawesi Tengah ini adalah berdasarkan pencapaian Indikator Indonesia Sehat

2010 dan Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan

sebagai penilaian kinerja pembangunan kesehatan kabupaten/kota di Provinsi

Sulawesi Tengah.

Untuk perbaikan ke depan terhadap substansi penyajian ataupun waktu

terbit dari Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah ini dibutuhkan adanya

komitmen bersama, keseriusan dan dukungan dari segala pihak khususnya unit-

unit di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah agar penyajian

Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah baik substansi penyajian maupun

waktu terbitnya menjadi lebih baik dan lebih cepat dari tahun-tahun sebelumnya,

sehingga tujuan agar Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah dapat menjadi

salah satu sumber data dan informasi dapat tercapai.

Demikianlah penyajian Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun

2006, walaupun masih jauh dari yang diharapkan semoga narasi dan lampiran ini

dapat memenuhi kebutuhan akan data dan informasi kesehatan untuk melihat

seberapa jauh perubahan yang telah dicapai dari tahun ke tahun terhadap

pembangunan kesehatan secara menyeluruh.