profesi bk (1).docx
Transcript of profesi bk (1).docx
Pekerja Sosial Guru Konselor Psikolog
Pengertian Kode Etik Profesi
Pekerjaan Sosial
(Kodepeksos), adalah
suatu
pedoman perilaku
bagi anggota Ikatan
Pekerja Sosial
profesional Indonesia
(IPSPI).
Kode Etik Guru Indonesia
adalah norma dan asas yang
disepakati dan diterima oleh
guru-guru Indonesia, sebagai
pedoman sikap dan perilaku
dalammelaksanakan tugas
profesi sebagai pendidik,
anggota maasyarakat dan
warga negara.
Kode etik bimbingan dan konseling (BK)
di Indonesia merupakan landasan moral
dan pedoman tingkah laku laku
profesional yang dijunjung tinggi,
diamalkan dan diamankan oleh setiap
profesional bimbingan dan konseling
Indonesia.
Kode Etik Psikologi
adalah seperangkat
nilai-nilai untuk
ditaati dan dijalankan
dengan sebaik-
baiknya dalam
melaksanakan
kegiatan sebagai
psikolog dan
ilmuwan psikologi di
Indonesia.
Fungsi Kode Etik Profesi
Pekerjaan Sosial
(Kodepeksos),
merupakan landasan
untuk memutuskan
persoalan-persoalan
etika manakala
perilaku pekerja sosial
dalam
menyelenggarakan
Kode Etik Guru Indonesia
berfungsi sebagai
seperangkat prinsip dan
norma moral yang melandasi
pelaksanaan tugas dan
layanan profesional guru
dalam hubungannya dengan
peserta didik, orangtua/wali
siswa, sekolah dan rekan
seprofesi, organisasi profesi,
Kode Etik Organisasi Profesi Bimbingan
dan Konseling adalah kaidah-kaidah nilai
dan moral yang menjadi rujukan bagi
anggota organisasi dalam melaksanakan
tugas, atau tanggung jawabnya dalam
melaksanakan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada klien.
Kode Etik Psikologi
Indonesia berfungsi
sebagai perangkat
nilai-nilai untuk
ditaati dan dijalankan
dengan sebaik-
baiknya dalam
melaksanakan
kegiatan selaku
Ilmuwan
hubungan profesional
dengan klien, rekan
sejawat, lembaga
tempat ia
dipekerjakan, dan
dengan masyarakat
dinilai menyimpang
dari standar perilaku
etik.
dan pemerintah sesuai
dengan nilai-nilai agama,
pendidikan, sosial, etika dan
kemanusiaan.
Psikologi dan
Psikolog di
Indonesia.
Perilaku
Pribadi
Pekerja sosial
profesional wajib
memelihara dan
senantiasa
meningkatkan
standar perilaku
pribadi selama
menggunakan
identitas dan
bertindak dalam
kapasitas sebagai
pekerja social
profesional, yaitu:
1) Guru harus memahami
betul-betul maksud dan
arah kebikjasanaan
pendidikan nasional,
agar dapat mengambil
langkah-langkah secara
tepat.
2) Guru harus terus-
menerus meningkatkan
profesi dan kesadaran
guru untuk memenuhi
hakikat keprofesiannya.
3) Guru yang semata-mata
1. Agar dapat memahami orang lain
dengan sebaik-baiknya, konselor
harus terus menerus berusaha
mengembangkan dan menguasai
dirinya. Ia harus mengerti
kekurangan-kekurangan dan
prasangka-prasangka pada dirinya
sendiri, yang dapat mempengaruhi
hubungannya dengan orang lain dan
mengakibatkan rendahnya mutu
layanan profesional serta merugikan
klien.
2. Dalam melakukan tugasnya
1. Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus menekankan pada hak asasi manusia dalammelaksanakan layanan psikologi.
2. Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menghormati martabat setiap orang serta hak-hakindividu akan keleluasaan pribadi, kerahasiaan dan
1. tidak melibatkan
diri dalam tindak
ketidakjujuran,
kesombongan,
kecurangan dan
kekeliruan.
2. membedakan
secara tegas
pernyataan-
pernyataan dan
tindakan-
tindakan
pribadinya dari
pernyataan-
pernyataan dan
tindakan-
tindakannya
sebagai seorang
profesional.
sebagai kiat dan
pelaksana pemerintah di
bidang kurikulum dan
proses belajar-
mengajar, perlu netral,
tidak memihak pada
golongan politik apa
pun.
membantu klien, konselor harus
memperlihatkan sifat-sifat
sederhana, rendah hati, sabar,
menepati janji, dapat dipercaya,
jujur, tertib, dan hormat.
3. Konselor harus memiliki rasa
tanggungjawab terhadap saran
ataupun peringatan yang diberikan
kepadanya, khusunya dari rekan-
rekan seprofesi dalam hubungannya
dengan pelaksanaan ketentuan-
ketentuan tingkah laku profesional
sebagaimana diatur dalam Kode
Etik ini.
4. Dalam menjalankan tugas-tugasnya,
konselor harus mengusahakan mutu
kerja yang setinggi mungkin;
kepentingan pribadi, termasuk
keuntungan material dan finansial
tidak diutamakan.
5. Konselor harus terampil
menggunakan teknik-teknik dan
pilihan pribadi seseorang.
3. Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menyadari bahwa diperlukan kehati-hatian khusus untuk melindungi hak dan kesejahteraan individu atau komunitas yang karena keterbatasan yang ada dapat mempengaruhi otonomi dalam pengambilan keputusan.
4. Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menyadari dan menghormati perbedaan budaya, individu dan peran, termasuk usia, gender, identitas gender, ras, suku
prosedur-prosedur khusus yang
dikembangkan atas dasar wawasan
yang luas dan kaidah-kaidah ilmiah.
bangsa, budaya, asal ke-bangsaan, orientasi seksual, ketidakmampuan (berkebutuhan khusus), bahasa dan status sosialekonomi, serta mempertimbangkan faktor-faktor tersebut pada saat bekerja dengan orang-orang dari kelompok tersebut.
5. Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi berusaha untuk menghilangkan pengaruh bias faktorfaktor tersebut pada butir (3) dan menghindari keterlibatan baik yang disadari maupun tidak disadari dalam aktifitas-aktifitas yang didasari oleh
prasangka.
Integritas Pekerja sosial
profesional harus
senantiasa bertindak
dengan integritas
profesional, yaitu:
1. mewaspadai
dan menolak
pengaruh-
pengaruh dan
tekanan-tekanan
yang membatasi
kebebasan
profesionalnya.
2. tidak
menggunakan
hubungan
profesional demi
kepentingan
pribadi.
1) Guru berbakti
membimbing anak
didik seutuhnya untuk
membentuk manusia
pembangunan yang ber-
Pancasila.
2) Guru memiliki
kejujuran professional
dalam menerapkan
kurikulum sesuai
dengan kebutuhan anak
didik masing-masing.
3) Guru mengadakan
komunikasi, terutama
dalam memperoleh
informasi tentang anak
didik, tetapi
menghindarkan diri dari
segala bentuk
penyalahgunaan.
4) Guru menciptakan
(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus mendasarkan pada dasar dan etika ilmiahterutama pada pengetahuan yang sudah diyakini kebenarannya oleh komunitas psikologi.
(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi senantiasa menjaga ketepatan, kejujuran, kebenaran dalam keilmuan, pengajaran, pengamalan dan praktik psikologi.
(3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi tidak mencuri, berbohong,
suasana kehidupan
sekolah dan memelihara
hubungan dengan orang
tua murid sebaik-
baiknya bagi
kepentingan anak didik.
5) Guru memelihara
hubungan baik dengan
masyarakat di sekitar
sekolahnya maupun
masyarakat yang lebih
luas untuk kepentingan
pendidikan.
6) Guru secara sendiri
dan/atau bersama-sama
berusaha
mengembangkan dan
meningkatkan mutu
profesinya.
7) Guru menciptakan dan
memelihara hubungan
antarsesama guru baik
terlibat pemalsuan (fraud), tipuan atau distorsi fakta yang direncanakan dengan sengaja memberikan fakta-fakta yangtidak benar.
(4) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi berupaya untuk menepati janji tetapi dapat mengambil keputusan tidak mengungkap fakta secara utuh atau lengkap HANYA dalam situasi dimana tidak diungkapkannya fakta secara etis dapat dipertanggungjawabkan untuk meminimalkan dampak buruk bagi pengguna layanan psikologi.
berdasarkan lingkungan
kerja maupun di dalam
hubungan keseluruhan.
8) Guru secara bersama-
sama memelihara,
membina dan
meningkatkan mutu
organisasi guru
professional sebagai
sarana pengabdiannya.
9) Guru melaksanakan
segala ketentuan yang
merupakan
kebijaksanaan
pemerintah dalam
bidang pendidikan.
(5) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan kebutuhan, konsekuensi dan bertanggung jawab untuk memperbaiki ketidakpercayaan atauakibat buruk yang muncul dari penggunaan teknik psikologi yang digunakan.
Kompeten
si
Dalam menerima
tanggung jawab dan
pekerjaan, pekerja
sosial profesional
harus mendasarinya
dengan
Sebagai penyandang gelar profesi dalam bidang Bimbingan dan Konseling, konselor memiliki kompetensi sebagai berikut:
1. Memahami secara Mendalam Klien yang Hendak Dilayani
a. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas,
(1) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi harus memiliki kompetensi dalam melaksanakansegala bentuk layanan psikologi, penelitian,pengaja
pemahaman bahwa ia
mampu:
1. memberikan
sebaik-baiknya
pelayanan
sebaik-baiknya
sesuai dengan
kemampuan
profesionalnya
2. meningkatkan
terus-menerus
kemampuan
praktik dan
pelaksanaan
fungsi
profesional.
3. tidak
menyalahgunaka
n kemampuan
pengetahuan,
ketrampilan,
pengalaman,
kebebasan memilih, dan mengedepankan kemaslahatan klien dalam konteks kemaslahatan umum.
b. Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta prilaku klien, dalam ragam budaya Indonesia dalam konteks kehidupan global yang adil dan beradap.
2. Menguasai Landasan Teorik Keilmuan Pendidikan dan Bimbingan dan Konseling
a. Menguasai teori dan praksis pendidikan.
b. Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling.
c. Menguasai esensi dan praktik operasional pelayanan bimbingan dan konseling pada setting pendidikan dalam berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan, serta setting non-pendidikan.
3. Menyelenggarakan Pelayanan Bimbingan dan Konseling terhadap Klien
a. Merancang program bimbingan dan konseling,
ran, pelatihan, layanan psikologi dengan menekankan pada tanggung jawab, kejujuran, batasan kompetensi, obyektif dan integritas.
(2) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi membangun hubungan yang didasarkan pada adanya saling percaya, menyadari tanggungjawab profesional dan ilmiah terhadap pengguna layanan psikologi serta komunitas khusus lainnya.
(3) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi menjunjung tinggi kode etik, peran dan kewajiban
ataupun jabatan
profesionalnya.
khususnya untuk sasaran layanan atau klien pada satuan pendidikan, atau unit kerja/organisasi atau lembaga tempat konselor bertugas.
b. Menguasai konsep, praksis dan praktik asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah klien.
c. Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling, melalui penerapan pendekatan dan teknik konseling secara eklektik-komperhensif.
d. Menilai proses dan hasil pelayanan bimbingan dan konseling.
4. Mengembangkan Pribadi dan Profesionalitas Diri Secara Berkelanjutan
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Menunjukkan integritas dan stabilitaskepribadian berkarakter serta kinerja professional.
c. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional.
profesional, mengambil tanggung jawab secara tepat atas tindakan mereka, berupaya untuk mengelola berbagai konflik kepentingan yang dapat mengarah pada eksploitasi dan dampak buruk.
(4) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dapat berkonsultasi, bekerjasama dan/atau merujukpada teman sejawat, profesional lain dan/atau institusi-institusi lain untuk memberikan layanan terbaik kepada pengguna layanan psikologi.
(5) Psikolog dan/atau Ilmuwan
d. Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja.
e. Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling.
f. Mengimplementasikan kolaborasi antar profesi.
g. Mengembangkan diri untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dalam bidang profesi melalui pendidikan dan pelatihan, penelitian dan penulisan karya ilmiah, mengikuti seminar lokakarya dalam bidang Bimbingan dan Konseling.
Psikologi perlu mempertimbangkan dan memperhatikan kepatuhan etis dan profesional kolega-kolega dan/atau profesi lain.
(6) Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi dalam situasi tertentu bersedia untuk menyumbangkan sebagian waktu profesionalnya tanpa atau dengan sedikit kompensasi keuntungan pribadi.
Mutu dan
Lingkup
Pelayanan
Pekerja sosial
profesional wajib
memastikan mutu dan
keluasan lingkup
pelayanan dengan
cara:
1. Praktik Pelayanan Secara Umuma. Dinamika Pelayanan
1) Konselor wajib menangani klien sesuai dengan kesepakatan antara keduanya.
2) Jika dirasa perlu, klien berhak mengakhiri hubungan dengan
Psikolog dan/atau Ilmuwan Psikologi yang mendelegasikan pekerjaan pada asisten, mahasiswa, mahasiswa yang disupervisi, asisten penelitian, asisten pengajaran, atau
1. menyelenggaraka
n proses
pelayanan mulai
dari kontak awal
(intake) sampai
dengan
pengakhiran
secara
bertanggungjawa
b dan sesuai
dengan
kompetensinya.
2. mencegah
praktik
pekerjaan sosial
yang tidak
manusiawi dan
diskriminatif,
baik terhadap
perorangan
maupun
kelompok.
konselor, meskipun proses konseling belum mencapai hasil konkrit.
3) Konselor tidak melanjutkan hubungan bila klien tidakmemperoleh manfaat dari layanan yang sudah/sedang dilaksanakan.
4) Untuk kepentingan pelayanan lebih lanjut, konselor membuat catatan ringkas tentang kegiatan layanan yang telah dilaksanakan dengan sepenuhnya menerapkan asas kerahasiaan.
b. Hubungan Konselor dengan Klien
1) Konselor wajib menghormati harkat, martabat, integritas dan keyakinan klien.
2) Konselor wajib menempatkan kepentingan klien di atas kepentingan pribadi konselor.
3) Konselor tidak diperkenankan melakukan diskriminasi atas dasar suku, bangsa, warna kulit, agama, atau status social tertentu terhadap klien.
kepada jasa orang lain seperti penterjemah; perlu mengambil langkahlangkah yang tepat untuk:
1. menghindari pendelegasian kerja tersebut kepada orang yang memiliki hubungan ganda dengan yang diberikan layanan psikologi, yang mungkin akan mengarah pada eksploitasi atau hilangnya objektivitas.
2. memberikan wewenang hanya untuk tanggung jawab di mana orang yang diberikan pendelegasian dapat diharapkan melakukan secara kompeten atas
4) Konselor tidak diperkenankan memaksa untuk melaksanakan pelayanan terhadap seseorang tanpa izin dari pihakyang bersangkutan.
5) Konselor wajib memberikan pelayanan kepada siapapun yang memerlukannya, terlebih-lebih dalam keadaan darurat atau banyak orang menghendakinya.
6) Konselor wajib memberikan pelayanan hingga tuntas sebagaimana diperlukan oleh klien.
7) Konselor wajib menjelaskan kepada klien tujuan konseling, sifat hubungan yang sedang dibina dan tanggung jawab konselor serta klien masing-masing dalam hubungan professional konseling.
8) Konselor wajib memperhatikan kondisi klien ketika kegiatan layanan berlangsung.
2. Praktik pada Unit Kelembagaana. Konselor memahami visi, misi,
tujuan, pola kerja dan nilai-nilai
dasar pendidikan,pelatihan atau pengalaman, baik secara independen, atau dengan pemberian supervisihingga level tertentu; dan
3. memastikan bahwa orang tersebut melaksanakan layanan psikologi secara kompeten.
yang berlaku di lembaga yang dimaksud dengan ketentuan:
1) Apabila visi,misi, tujuan, pola kerja dan nilai-nilai lembaga sesuai dengan visi dan misi serta nilai-nilai konseling yang berkarakter dan memandirikan, konselor dianggap layak untuk bekerja di lembaga yang dimaksud.
2) Apabila visi,misi, tujuan, pola kerja dan nilai-nilai yang ada di lembaga tersebut tidak sesuai dengan visi, misi serta nilai-nilai pelayanan konseling, konselor dianggap tidak layak bekerja di lembaga tersebut.
b. Konselor ikut serta menjunjung dan mengimplementasikan visi, misi, tujuan, pola kerja dan nilai-nilai yang berlaku di lembaga yang dimaksud melalui pelayanan bimbingan dan konseling.
c. Konselor memberikan pelayanan kepada seluruh sasaran layanan atau klien yang menjadi tanggung jawabnya di lembaga tanpa bekerja dank
lien-klien yang secara langsung meminta konselor memberikan pelayanan, dengan menerapkan segenap kaidah kode etik profesional pelayanan konseling.
3. Praktik pada Unit Keluargaa. Konselor mengenal dan
menghormati kondisi kehidupan keluarga tempat konselor bekerja.
b. Konselor memberikan pelayanan kepada seluruh anggota keluarga kea rah kehidupan berkarakter dan mandiri,sejahteradan bahagia dengan menerapkan segenap kaidah praktik dank ode etik professional dalam pelayanan konseling.
4. Praktik Mandiri (Privat)a. Konselor terlebih dahulu wajib
memperoleh izin praktik dari organisasi profesi bimbingan dan konseling, yaitu ABKIN.
b. Konselor memberikan pelayanan kepada seluruh warga masyarakat yang melakukan bantuan dengan menerapkan segenap kaidah praktik dan kode etik professional pelayanan konseling.
5. Dukungan Sejawat Profesional
Konselora. Berkenaan dengan status
konseloryang bekerja pada unit kelembagaan lainnya serta konselor mandiri, semua konselor saling menghormati dan mendukung.
b. Jika dikehendaki oleh pihak-pihak terkait, sejawat konselor dengan senang hati dan sekuat tenaga secara professional membantu rekan yang bekerja pada unit kelembagaan, keluarga dan praktik mandiri yang membutuhkan bantuan.
6. Instrumen dan Riseta. Penyiapan dan Pengunaan
Informasi1) Catatan tentang diri klien
seperti hasil wawancara, testing, surat-menyurat, rekaman dan data lain merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya boleh dipergunakan untuk kepentingan klien.
2) Penggunaan data/informasi tersebut pada no.1 dimungkinkan untuk keperluan riset atau pendidikan calon konselor sepanjang identitas
pemiliknya dirahasiakan.3) Penyampaian informasi
tentang klien kepada keluarganya atau anggota profesi yang sama atau profesi lainmembutuhkan persetujuan klien yang bersangkutan dan kepentingannya tidak dirugikan.
4) Informasi professional hanya boleh disampaikan kepada orang yang mampu dan berwenang menafsirkan dan menggunakannya.
b. Aplikasi Instrumentasi1) Suatu jenis instrument (tes
dan non-tes) hanya bila diaplikasikan oleh konselor yang berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya.
2) Aplikasi instrumentasi dilakukan bila diperlukan data yang lebih luas tentang kondisi diri atau karakteristik kepribadian klien untuk kepentingan pelayanan.
3) Konselor memberikan hasil instrumentasi kepada
klien dan orang tua untuk kepentingan pelayanan.
4) Pengunaan instrument wajib mengikuti pedoman atau petunjuk yang berlaku bagi instrument yang dimaksud.
5) Data hasil aplikasi instrumentasin wajib diintegrasikan ke dalam himpunan data dan/atau dengan informasi dari sumber lain untuk klien yang sama.
6) Hasil aplikasi instrumentasi hanya dapat diberitahukan kepada pihak lain sejauh ada hubungannya dengan usaha bantuan terhadap klien dan tidak menimbulkan kerugian baginya.
c. Riset1) Dalam melakukan riset
terhadap manusia, wajib dihindari hal yang merugikan subjek yang detail.
2) Dalam melaporkan hasilriset,identitas subjek penelitian wajib dijaga
kerahasiaannya.
Hubungan Hubungan Guru dengan
Peserta Didik:
1. Guru berperilaku secara
profesional dalam
melaksanakan tuga
didik, mengajar,
membimbing,
mengarahkan,melatih,m
enilai, dan
mengevaluasi proses
dan hasil pembelajaran.
2. Guru membimbing
peserta didik untuk
memahami, menghayati
dan mengamalkan hak-
hak dan kewajiban
sebagai individu, warga
sekolah, dan anggota
masyarakat.
3. Guru mengetahui
bahwa setiap peserta
didik memiliki
karakteristik secara
individual dan masing-
masingnya berhak atas
layanan pembelajaran.
4. Guru menghimpun
informasi tentang
peserta didik dan
menggunakannya untuk
kepentingan proses
kependidikan.
5. Guru secara
perseorangan atau
bersama-sama secara
terus-menerus berusaha
menciptakan,
memelihara, dan
mengembangkan
suasana sekolah yang
menyenangkan sebagai
lingkungan belajar yang
efektif dan efisien bagi
peserta didik.
6. Guru menjalin
hubungan dengan
peserta didik yang
dilandasi rasa kasih
sayang dan
menghindarkan diri dari
tindak kekerasan fisik
yang di luar batas
kaidah pendidikan.
7. Guru berusaha secara
manusiawi untuk
mencegah setiap
gangguan yang dapat
mempengaruhi
perkembangan negatif
bagi peserta didik.
8. Guru secara langsung
mencurahkan usaha-
usaha profesionalnya
untuk membantu
peserta didik dalam
mengembangkan
keseluruhan
kepribadiannya,
termasuk
kemampuannya untuk
berkarya.
9. Guru menjunjung tinggi
harga diri, integritas,
dan tidak sekali-kali
merendahkan martabat
peserta didiknya. Guru
bertindak dan
memandang semua
tindakan peserta
didiknya secara adil.
10. Guru berperilaku taat
asas kepada hukum dan
menjunjung tinggi
kebutuhan dan hak-hak
peserta didiknya.
11. Guru terpanggil hati
nurani dan moralnya
untuk secara tekun dan
penuh perhatian bagi
pertumbuhan dan
perkembangan peserta
didiknya.
12. Guru membuat usaha-
usaha yang rasional
untuk melindungi
peserta didiknya dari
kondisi-kondisi yang
menghambat proses
belajar, menimbulkan
gangguan kesehatan,
dan keamanan.
13. Guru tidak boleh
membuka rahasia
pribadi serta didiknya
untuk alasan-alasan
yang tidak ada
kaitannya dengan
kepentingan
pendidikan, hukum,
kesehatan, dan
kemanusiaan.
14. Guru tidak boleh
menggunakan
hubungan dan tindakan
profesionalnya kepada
peserta didik dengan
cara-cara yang
melanggar norma
sosial, kebudayaan,
moral, dan agama
15. Guru tidak boleh
menggunakan
hubungan dan tindakan
profesional dengan
peserta didiknya untuk
memperoleh
keuntungan-keuntungan
pribadi.
Hubungan Guru dengan
Orangtua/wali Siswa :
1) Guru berusaha
membina hubungan
kerjasama yang efektif
dan efisien dengan
Orangtua/Wali siswa
dalam melaksannakan
proses pedidikan.
2) Guru mrmberikan
informasi kepada
Orangtua/wali secara
jujur dan objektif
mengenai
perkembangan peserta
didik.
3) Guru merahasiakan
informasi setiap peserta
didik kepada orang lain
yang bukan
orangtua/walinya.
4) Guru memotivasi
orangtua/wali siswa
untuk beradaptasi dan
berpatisipasi dalam
memajukan dan
meningkatkan kualitas
pendidikan.
5) Guru berkomunikasi
secara baik dengan
orangtua/wali siswa
mengenai kondisi dan
kemajuan peserta didik
dan proses
kependidikan pada
umumnya.
6) Guru menjunjunng
tinggi hak
orangtua/wali siswa
untuk berkonsultasin
dengannya berkaitan
dengan kesejahteraan
kemajuan, dan cita-cita
anak atau anak-anak
akan pendidikan.
7) Guru tidak boleh
melakukan hubungan
dan tindakan
profesional dengan
orangtua/wali siswa
untuk memperoleh
keuntungna-keuntungan
pribadi.
Hubungan Guru dengan
Masyarakat :
1. Guru menjalin
komunikasi dan
kerjasama yang
harmonis, efektif dan
efisien dengan
masyarakat untuk
memajukan dan
mengembangkan
pendidikan.
2. Guru
mengakomodasikan
aspirasi masyarakat
dalam mengembnagkan
dan meningkatkan
kualitas pendidikan dan
pembelajaran.
3. Guru peka terhadap
perubahan-perubahan
yang terjadi dalam
masyarakat
4. Guru berkerjasama
secara arif dengan
masyarakat untuk
meningkatkan prestise
dan martabat
profesinya.
5. Guru melakukan semua
usaha untuk secara
bersama-sama dengan
masyarakat berperan
aktif dalam pendidikan
dan meningkatkan
kesejahteraan peserta
didiknya
6. Guru memberikan
pandangan profesional,
menjunjung tinggi
nilai-nilai agama,
hukum, moral, dan
kemanusiaan dalam
berhubungan dengan
masyarakat.
7. Guru tidak boleh
membocorkan rahasia
sejawat dan peserta
didiknya kepada
masyarakat.
8. Guru tidak boleh
menampilkan diri
secara ekslusif dalam
kehidupam masyarakat.
Hubungan Guru dengan
sekolah:
1) Guru memelihara dan
eningkatkan kinerja,
prestasi, dan reputasi
sekolah.
2) Guru memotivasi diri
dan rekan sejawat
secara aktif dan kreatif
dalam melaksanakan
proses pendidikan.
3) Guru menciptakan
melaksanakan proses
yang kondusif.
4) Guru menciptakan
suasana kekeluargaan
di dalam dan luar
sekolah.
5) Guru menghormati
rekan sejawat.
6) Guru saling
membimbing
antarsesama rekan
sejawat
7) Guru menjunung tinggi
martabat
profesionalisme dan
hubungan kesejawatan
dengan standar dan
kearifan profesional.
8) Guru dengan berbagai
cara harus membantu
rekan-rekan juniornya
untuk tumbuh secara
profsional dan memilih
jenis pelatihan yang
relevan dengan tuntutan
profesionalitasnya.
9) Guru menerima otoritas
kolega seniornya untuk
mengekspresikan
pendapat-pendapat
profesionalberkaitan
dengan tugas-tugas
pendidikan dan
pembelajaran
10) Guru membasiskan diri
pada nilai-nilai agama,
moral, dan
kemanusiaan dalam
setiap tindakan
profesional dengan
sejawat.
11) Guru memliki beban
moral untuk bersama-
sama dengan sejawat
meningkatkan
keefektifan pribadi
sebagai guru dalam
menjalankan tugas-
tugas profesional
pendidikan dan
pembelajaran.
12) Guru mengoreksi
tindakan-tindakan
sejawat yang
menyimpang dari
kaidah-kaidah agama,
moral, kemanusiaan,
dan martabat
profesionalnya.
13) Guru tidak boleh
mengeluarkan
pernyataan-pernyaan
keliru berkaitan dengan
kualifikasi dan
kompetensi sejawat
atau calon sejawat.
14) Guru tidak boleh
melakukan tindakan
dan mengeluarkan
pendapat yang akan
merendahkan martabat
pribadi dan profesional
sejawatnya
15) Guru tidak boleh
mengoreksi tindakan-
tindakan profesional
sejawatnya atas dasar
pendapat siswa atau
masyarakat yang tidak
dapat
dipertanggungjawabkan
kebenarnya.
16) Guru tidak boleh
membuka rahasia
pribadi sejawat kecuali
untuk pertimbangan-
pertimbangan yang
dapat dilegalkan secara
hukum.
17) Guru tidak boleh
menciptakan kondisi
atau bertindak yang
langsung atau tidak
langsung akan
memunculkan konflik
dengan sejawat.
Hubungan Guru dengan
Profesi :
1. Guru menjunjung tinggi
jabatan guru sebagai
sebuah profesi
2. Guru berusaha
mengembangkan dan
memajukan disiplin
ilmu pendidikan dan
bidang studi yang
diajarkan
3. Guru terus menerus
meningkatkan
kompetensinya
4. Guru menjunjung tinggi
tindakan dan
pertimbangan pribadi
dalam menjalankan
tugas-tugas
profesionalnya dan
bertanggungjawab atas
konsekuensiinya.
5. Guru menerima tugas-
tugas sebagai suatu
bentuk tanggungjawab,
inisiatif individual, dan
integritas dalam
tindkan-tindakan
profesional lainnya.
6. Guru tidak boleh
melakukan tindakan
dan mengeluarkan
pendapat yang akan
merendahkan martabat
profesionalnya.
7. Guru tidak boleh
menerima janji,
pemberian dan pujian
yang dapat
mempengaruhi
keputusan atau
tindakan-tindakan
proesionalnya
8. Guru tidak boleh
mengeluarkan pendapat
dengan maksud
menghindari tugas-
tugas dan
tanggungjawab yang
muncul akibat
kebijakan baru di
bidang pendidikan dan
pembelajaran.
Hubungan guru dengan
Organisasi Profesinya :
1. Guru menjadi anggota
aorganisasi profesi guru
dan berperan serta
secara aktif dalam
melaksanakan program-
program organisasi bagi
kepentingan
kependidikan.
2. Guru memantapkan dan
memajukan organisasi
profesi guru yang
memberikan manfaat
bagi kepentingan
kependidikan
3. Guru aktif
mengembangkan
organisasi profesi guru
agar menjadi pusat
informasi dan
komunikasi pendidikan
untuk kepentingan guru
dan masyarakat.
4. Guru menjunjung tinggi
tindakan dan
pertimbangan pribadi
dalam menjalankan
tugas-tugas organisasi
profesi dan
bertanggungjawab atas
konsekuensinya.
5. Guru menerima tugas-
tugas organisasi profesi
sebagai suatu bentuk
tanggungjawab, inisiatif
individual, dan
integritas dalam
tindakan-tindakan
profesional lainnya.
6. Guru tidak boleh
melakukan tindakan
dan mengeluarkan
pendapat yang dapat
merendahkan martabat
dan eksistensis
organisasi profesinya.
7. Guru tidak boleh
mengeluarkan pendapat
dan bersaksi palsu
untuk memperoleh
keuntungan pribadi dari
organisasi profesinya.
8. Guru tidak boleh
menyatakan keluar dari
keanggotaan sebagai
organisasi profesi tanpa
alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan
Hubungan Guru dengan
Pemerintah :
1. Guru memiliki
komitmen kuat untuk
melaksanakan program
pembangunan bidang
pendidikan
sebagaimana ditetapkan
dalam UUD 1945, UU
Tentang Sistem
Pendidikan Nasional,
Undang-Undang
Tentang Guru dan
Dosen, dan ketentuan
Perundang-Undang
lainnya.
2. Guru membantu
Program pemerintah
untuk mencerdaskan
kehidupan berbudaya.
3. Guru berusaha
menciptakan,
memeliharadan
meningkatkan rasa
persatuan dan kesatuan
dalam kehidupan
berbangsa dan
bernegara berdasarkan
pancasila dan
UUD1945.
4. Guru tidak boleh
menghindari kewajiban
yang dibebankan oleh
pemerintah atau satuan
pendidikan untuk
kemajuan pendidikan
dan pembelajaran.
5. Guru tidak boleh
melakukan tindakan
pribadi atau kedinasan
yang berakibat pada
kerugian negara.