Produksi dan Distribusi “Sejuta” Benih Jeruk Bebas...

12
iptek hortikultura 9 Tahun 2018 ditetapkan oleh Kementerian Pertanian sebagai tahun perbenihan nasional dengan skema tidak lagi melakukan pengadaan tetapi memproduksi benih unggul dan hasilnya akan dibagikan kepada masyarakat. Program perbenihan diprioritaskan pada benih hortikultura dan perkebunan komoditas strategis berorientasi ekspor (Media Indonesia 2017; Pos Sore 2017 dalam Ratule et al. 2018). Tujuan akhir dari program ini adalah pengembangan perbenihan nasional menuju swasembada dan ekspor. Program perbenihan hortikultura dilaksanakan mendukung program “Nawacita” presiden Jokowi, yaitu upaya substitusi impor dan perluasan kawasan jeruk lahan kering di luar pulau Jawa sebesar 11.500 ha (Ditjen Hortikultura 2015) juga mendukung program Kementerian Pertanian sebelumnya di tahun 2017, antara lain pengembangan kawasan jeruk seluas 3.000 ha atau setara dengan ketersediaan 1.200.000 – 1.500.000 benih jeruk di 28 provinsi (Ditjen Hortikultura 2017 dalam Ratule et al. 2017). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, sebagai salah satu penghasil teknologi inovatif benih jeruk bermutu mempunyai kewajiban untuk mendukung program strategis Kementerian Pertanian tersebut (Ratule et al. 2018). Benih jeruk bermutu merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi keberhasilan pengembangan jeruk di Indonesia. Benih jeruk bermutu diartikan sebagai benih yang bebas dari patogen sistemik penyakit jeruk, sesuai induknya, berlabel, dan proses produksinya sesuai dengan regulasi produksi benih jeruk sehat (Hardiyanto et al. 2010). Proses produksi benih jeruk bermutu telah dikembangkan di Indonesia dan sudah Produksi dan Distribusi “Sejuta” Benih Jeruk Bebas Penyakit Mendukung Program Perbenihan Tanaman Hortikultura dan Perkebunan Kementerian Pertanian

Transcript of Produksi dan Distribusi “Sejuta” Benih Jeruk Bebas...

iptek hortikultura

9

Tahun 2018 ditetapkan oleh Kementerian Pertanian sebagai tahun perbenihan nasional dengan skema tidak lagi melakukan pengadaan tetapi memproduksi benih unggul dan hasilnya akan dibagikan kepada masyarakat. Program perbenihan diprioritaskan pada benih hortikultura dan perkebunan komoditas strategis berorientasi ekspor (Media Indonesia 2017; Pos Sore 2017 dalam Ratule et al. 2018). Tujuan akhir dari program ini adalah pengembangan perbenihan nasional menuju swasembada dan ekspor.

P rogram pe rben ihan hor t iku l tu ra dilaksanakan mendukung program “Nawacita” presiden Jokowi, yaitu upaya substitusi impor dan perluasan kawasan jeruk lahan kering di luar pulau Jawa sebesar 11.500 ha (Ditjen Hortikultura 2015) juga mendukung program Kementerian Pertanian sebelumnya di tahun 2017, antara lain pengembangan kawasan jeruk seluas 3.000 ha atau setara dengan ketersediaan

1.200.000 – 1.500.000 benih jeruk di 28 provinsi (Ditjen Hortikultura 2017 dalam Ratule et al. 2017).

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, sebagai salah satu penghasil teknologi inovatif benih jeruk bermutu mempunyai kewajiban untuk mendukung program strategis Kementerian Pertanian tersebut (Ratule et al. 2018). Benih jeruk bermutu merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi keberhasilan pengembangan jeruk di Indonesia. Benih jeruk bermutu diartikan sebagai benih yang bebas dari patogen sistemik penyakit jeruk, sesuai induknya, berlabel, dan proses produksinya sesuai dengan regulasi produksi benih jeruk sehat (Hardiyanto et al. 2010).

Proses produksi benih jeruk bermutu telah dikembangkan di Indonesia dan sudah

Produksi dan Distribusi “Sejuta” Benih Jeruk Bebas Penyakit

Mendukung Program Perbenihan Tanaman Hortikultura dan Perkebunan

Kementerian Pertanian

No. 15 - November 2019

10

diberlakukan secara nasional, namun kenyataan di lapang menunjukkan bahwa masih sering dijumpai benih jeruk yang dihasilkan kualitasnya sangat jelek karena diproduksi asal-asalan, tidak mengikuti kaidah perbenihan nasional tersebut. Artinya bahwa sistem produksi benih jeruk bebas penyakit yang sudah dibangun ini tidak diadopsi sepenuhnya oleh penangkar jeruk (Supriyanto & Sugiyatno 2015).

Bukti bahwa regulasi perbenihan jeruk bebas penyakit secara nasional belum sepenuhnya diacu adalah kondisi sentra perbenihan jeruk di Bangkinang-Riau, di mana dalam setahun kemampuan penangkar untuk memproduksi benih jeruk mencapai ± 4.000.000/tahun, namun hanya ± 4% yang berlabel biru, berarti hampir 96% benih yang dihasilkan adalah benih liar karena tidak mengikuti kaidah proses produksi jeruk bebas penyakit. Sentra produksi jeruk lain di Banyuwangi dan Purworejo mampu memproduksi benih jeruk ± 2.000.000 benih/tahun, namun hanya 20–30% yang berlabel (Supriyanto & Sugiyatno 2015). Kondisi ini cukup memprihatinkan mengingat benih jeruk yang tidak berlabel dan telah beredar di Indonesia berpotensi menularkan penyakit. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya produksi benih jeruk berlabel adalah keterbatasan ketersediaan mata tempel pada induk BPMT di screen house (Supriyatno & Sugiyatno 2017).

Kuntarsih (2011) menyatakan bahwa program pengembangan dan rehabilitasi jeruk ke depan menghadapi kendala dengan keterbatasan benih induk sebagai sumber benih bermutu. Keberadaan induk Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) yang berkualitas dan dengan jumlah yang mencukupi akan menjamin ketersediaan benih jeruk bemutu secara kontinyu. BPMT yang berkualitas hanya diperoleh jika BPMT ditanam di rumah kasa/screen house “insect proof” berpintu ganda untuk mencegah terjangkitnya lima patogen sistemik jeruk, yaitu Citrus vein phloem degeneration (CVPD), Citrus tristeza virus (CTV), Citrus vein enation virus (CVEV) yang tular vektor serta yang non tular vektor Citrus exocortis viroid (CEV), dan Citrus psorosis virus (CPsV) yang diduga ada di pertanaman jeruk di Indonesia (Dwiastuti 1999 dalam Ratule et al. 2017).

Dalam periode 2005–2017, Balitjestro

melalui kegiatan Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) telah mendistribusikan pohon induk kelas BPMT sebanyak 69.888 tanaman ke lebih dari 19 provinsi di Indonesia. Berdasarkan keberadaan pohon induk jeruk tersebut maka potensi untuk menyediakan mata tempel sebanyak 148.527.000 dan apabila alur proses produksi benih jeruk bebas penyakit berjalan sesuai dengan tahapannya maka potensi pohon induk tersebut bisa menghasilkan benih sebar kurang lebih sebanyak mata tempel yang dihasilkan (Sugiyatno & Palupi 2018).

Adanya keragaman pengelolaan pohon induk BF dan BPMT berikut permasalahan teknis dan nonteknis yang dihadapi oleh para pengelola perbenihan jeruk dan penangkar di daerah masih menjadi kendala untuk menyediakan sumber mata tempel berkualitas. Koordinasi dan sinergisme pelaku perbenihan dari tingkat pusat hingga daerah, karena alasan yang belum bisa dipahami sepenuhnya terbukti sulit dilaksanakan dengan baik. Akibatnya, pengembangan agribisnis jeruk di Indonesia yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan belum sepenuhnya didukung oleh keberadaan BPMT tersebut (Supriyanto 2013).

Program produksi dan distribusi “sejuta” benih jeruk dilakukan dengan tujuan untuk pengembangan dan perluasan areal pertanaman jeruk di Indonesia, dengan tujuan akhir untuk swasembada dan ekspor. Dengan program ini, diharapkan juga mengurangi penggunaan benih jeruk asal-asalan di masyarakat karena benih akan diberikan gratis kepada masyarakat dan benih yang dihasilkan adalah produk Litbangtan berkualitas yang dihasilkan oleh balai penghasil inovasi teknologi jeruk bebas penyakit.

Ta h a p a n P r o d u k s i B e n i h J e r u k Bebas Penyakit

Tahapan produksi benih jeruk bebas penyakit meliputi: penyiapan BPMT, Produksi benih sebar, sertifikasi, dan siap salur (Ratule et al. 2017).

Penyiapan BPMTBlok Penggandaan Mata Tempel (BPMT)

adalah rumah kasa/screen house insect proof berpintu ganda yang ditanami pohon induk jeruk di bedengan dengan jarak tanam rapat (20–25 cm x 40–50 cm) yang mata tempelnya

iptek hortikultura

11

berasal dari Blok Fondasi (BF). Ukuran rumah kasa yang dibangun disesuaikan dengan jumlah BPMT yang akan ditanam (Hardiyanto et al. 2010). Dalam 1 m2 luasan BPMT berisi 5–6 tanaman (Mulyanto 2015) sehingga kemampuan penangkar untuk memproduksi benih jeruk bebas penyakit dapat dihitung dari jumlah tanaman BPMT yang dimiliki. Kemampuan tanaman BPMT untuk menghasilkan mata tempel pada tahun I sebanyak 250 mata tempel (dua kali panen), tahun II sebanyak 250–350 mata tempel (tiga kali panen) dan tahun III sebanyak > 350 mata tempel (Hardiyanto et al. 2010).

Produksi benih sebar jeruk Tahapan produksi benih sebar meliputi dua

tahapan penting yaitu penyediaan batang bawah (seedling) dan tahapan okulasi yang dilaksanakan di luar screen house (Hardiyanto et al. 2010).

A. Penyediaan batang bawahBatang bawah yang banyak digunakan

di Indonesia untuk perbenihan jeruk adalah Japanche Citroen (JC) dan sedikit Rough Lemon (RL). Batang bawah ini telah beradaptasi dengan baik dan memiliki tingkat kompatibilitas/kesesuaian yang tinggi dengan hampir semua varietas jeruk komersial. Benih (biji) yang baik untuk disemai diambil dari buah JC atau RL yang sehat dan masak fisiologi (Sugiyatno & Palupi 2017). Untuk menyediakan benih sebar maka seluruh proses penyediaan batang bawah dilakukan di luar screen house. Penyediaan batang bawah diawali dengan semai biji. Hardiyanto et al. (2010) dalam Ratule et al.

Gambar 1. BPMT jeruk (dokumentasi Balitjestro)

(2017) menyatakan bahwa semai batang bawah bisa dilakukan di bedengan, kotak/tray plastik, polibag berdiameter 35–40 cm maupun rak/kotak kayu, menggunakan media semai pasir halus (pinggiran sungai) yang disterilkan dengan uap panas 80–90°C selama 60 menit. Apabila tidak memungkinkan bisa dilakukan dengan cara menyiramkan larutan fungisida pada media semai yang akan digunakan. Semai biji bisa dilakukan dengan cara menanam biji dalam alur tanam (antar alur 5 cm), atau dengan menebar benih di atas media semai secara merata (250 g benih/m2) kemudian ditutup dengan tanah halus setebal 1 cm dan disiram air sampai lembab. Agar benih tumbuh serentak sebaiknya permukaan pesemaian ditutup dengan plastik hitam dan dibuka saat benih mulai tumbuh (± 14 hari). Hardiyanto et al. (2010) menyatakan bahwa pemeliharaan semai dilakukan dengan penyiraman 2–3 kali /minggu (sesuai kondisi tanaman). Pencegahan penyakit rebah kecambah dengan menyiramkan fungsida sistemik propamokarb hidroksida 722 SL dengan dosis 0,5–1ml/liter air. Penyiangan dan pengendalian OPT dilakukan sesuai kebutuhan. Pemupukan (5 g ZA /l air) pada umur 1 dan 2 bulan. Mencabut dan membuang semai abnormal (generatif) dan sisakan semai yang tumbuh normal (nuselar) karena pertumbuhannya lebih cepat (vigor). Setelah semai tumbuh tahapan berikutnya adalah transplanting atau memindahkan dari pesemaian ke polibag atau ditanam di bedengan supaya batang bawah semai tumbuh lebih cepat. Ciri-ciri semaian yang siap dipindahkan

No. 15 - November 2019

12

(transplanting) adalah batang sudah keras, berwarna hijau (tidak putih), berdaun minimal 6–12 helai, sedang dorman (tidak tumbuh tunas baru), dan umur 2,5–3 bulan sejak semai. Pencabutan benih dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak akar dan dipilih semai yang berakar lurus. Sebagian akar potong dan disisakan 5–7 cm, kemudian dicelupkan dalam lumpur yang telah diberi hormon tumbuh auxin (Hardiyanto et al. 2010).

B. Penanaman Setelah semai dicelupkan dalam lumpur,

selanjutnya ditanam di polibag (diameter 10 cm, tinggi 30 cm) menggunakan media tanam antara lain: tanah gunung, pasir halus endapan sungai atau campuran antara tanah pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan (1:2:1). Untuk mengurangi kematian setelah semai ditanam sebaiknya perakarannya dicelupkan dalam lumpur terlebih dahulu kemudian baru ditanam pada pagi atau sore hari dengan posisi akar tetap lurus. Dengan pemeliharaan (pemupukan, penyiangan,pemangkasan, dan pemupukan) yang baik semai batang bawah dapat diokulasi pada umur 3–4 bulan setelah tanam,dengan ketinggian tanaman mencapai 50–60 cm dan berdiameter (0,5–1 cm). Untuk mempermudah

Gambar 2. Semai bji JC untuk batang bawah (dokumentasi Balitjestro)

Gambar 2. Transplanting semai bji JC ke polibag (dokumentasi KP Punten)

okulasi, sebaiknya semai batang bawah hanya memiliki satu batang utama (Hardiyanto et al. 2010).

C. OkulasiOkulasi merupakan teknik perbanyakan

tanaman dengan memadukan benih yang baik dari batang atas dan batang bawah. Pelaksanaanya akan terjadi pertautan batang atas dan batang bawah melalui proses empat tahap, yaitu pembesaran dan pembelahan sel kambium baru yang menghubungkan kambium batang atas dan batang bawah, pembentukan jaringan vaskuler yang mengalirkan nutrisi dan air dari batang bawah ke batang atas, sel kambium baru dan vaskuler baru ke dalam membentuk xilem dan keluar membentuk floem (Wudianto 2000 dalam Trisnawan 2015). Okulasi atau penempelan merupakan proses penggabungan/pertautan antara sel-sel mata tempel (entries) dengan sel-sel batang bawah (seedling) membentuk jaringan yang menyatu. Keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain : kondisi kesehatan batang bawah dan kualitas mata tempel (entries) yang digunakan. Batang bawah yang sehat memiliki perakaran yang sempurna sehingga mampu mendukung terbentuknya sel-sel baru (callus) sehingga

iptek hortikultura

13

batang bawah dan entries menyatu lebih cepat. Kondisi suhu dan kelembaban yang mendukung serta ketersediaan air yang cukup juga sangat membantu keberhasilan okulasi. Waktu yang baik untuk pelaksanaan okulasi adalah pada musim kemarau (April–September). Secara mikroskopis sel-sel batang bawah dan entries sudah mulai menyatu 11 hari setelah okulasi, namun agar terjadi pertautan yang kuat dan sempurna maka okulasi yang sudah dipastikan hidup/berhasil bisa dibuka pada 20–21 hari setelah okulasi (Hardiyanto et al. 2010). Tahapan okulasi adalah batang bawah JC hasil

pemeliharaan dalam rumah kasa yang telah siap okulasi (umur ± 4 bulan, berdiameter minimal 5–9 mm) dilakukan penyayatan batang setinggi 20 cm dari pangkal batang, kulit pangkal batang diiris melintang atau diiris berbentuk huruf U terbalik menggunakan irisan berkayu. Sebelah kiri dan kanan irisan kulit dikorek ke bawah dengan ujung pisau sepanjang 3 cm kemudian diangkat dan dikelupaskan ke bawah sepanjang 3 cm. Kira-kira 2/3 bagian kulit yang terkelupas dipotong dan sisanya 1/3 bagian dibiarkan untuk menjepit kulit mata tempel. Untuk memperkuat pertautan antara batang bawah

Gambar 3. Proses okulasi benih jeruk (dokumentasi Balitjestro)

Gambar 4. Okulasi jadi (dokumentasi Balitjestro)

No. 15 - November 2019

14

dengan mata tempel maka bidang okulasi diikat dengan tali plastik elastis dari bawah ke atas. Pelepasan tali okulasi dilakukan 3 minggu setelah okulasi. Pemotongan batang bawah 1 cm di atas bidang okulasi dilakukan setelah tali plastik dibuka. Mata tempel yang digunakan berasal dari pohon induk benih BPMT yang bebas dari penyakit sistemik (Sunantara 2000 dalam Styarini 2017; Hardiyanto et al. 2010). Pemeliharaan pasca okulasi dilakukan dengan membuka tali okulasi pada hari ke-21, memangkas (wiwil) tunas liar yang tumbuh selain tunas pada mata tempel, pemupukan menggunakan pupuk kimia ZA, dan NPK yang dilarutkan dalam air dengan takaran 15 g ZA dan 10 g NPK (15-15-15) /l air setiap 2 minggu, pemupukan yang diberikan melalui daun bisa dilakukan setiap bulan disesuaikan kondisi pertumbuhan tanaman, penyiraman dilakukan tiga kali seminggu disesuaikan dengan kondisi lingkungan, pengendalian OPT dilakukan setiap minggu dan disesuaikan dengan adanya OPT sasaran dan diutamakan mencegah serangan hama penular penyakit CVPD (Diaphorina citri Kuw) dan penyakit CTV, yaitu kutu daun (Aphid sp.). Untuk hama kutu daun (Toxoptera sp.) bisa menggunakan insektisida berbahan aktif Alfametrin 2 ml/l dan atau Dimethoate 1–2 ml/l, sedangkan untuk Diaphorina citri Kuw bisa digunakan insektisida berbahan aktif imidakloprid dengan dosis 0,5–1 ml/l. Pengendalian hama lain (trips, tungau, dan ulat penggerek daun) serta gangguan penyakit bercak daun (Alternaria solani) dan busuk pangkal batang (Diplodia) juga harus dilakukan

untuk menghasilkan benih jeruk yang sehat (Majid 2016; Hardiyanto et al. 2010).

Sertifikasi dan Siap SalurSertifikasi Benih Hortikultura (sertifikasi

benih) adalah proses pemberian sertifikat terhadap kelompok benih melalui serangkaian pemeriksaan dan/atau pengujian, serta memenuhi standar mutu atau persyaratan teknis minimal (Nurmahmudiyah 2018), pemberian sertifikat atas perbanyakan, produksi, dan penyaluran benih sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh kementerian pertanian (Anonim 2018). Proses sertifikasi merupakan jaminan mutu benih suatu tanaman yang ditandai dengan keluarnya label berisi keterangan varietas yang diproduksi, masa kadaluarsa berlakunya label, dan keterangan lain yang mendukung keberadaan benih tersebut. Benih berlabel menjadi persyaratan utama dalam program produksi sejuta benih jeruk bebas penyakit. Tata cara pengajuan sertifikasi benih jeruk adalah foto copy sertifikat kompetensi, peta/sketsa lokasi perbanyakan, daftar areal petani kerjasama/penguasaan lahan, dan surat pernyataan pengambilan entris dari penangkar/pemilik Pohon Induk (Nurmahmudiyah 2018). Setelah disertifikasi maka benih siap salur, yaitu benih jeruk berumur 5–6 bulan setelah okulasi dengan ketinggian minimal 50 cm dari bidang okulasi dan telah memiliki dua tahap pertunasan, benih yang siap disalurkan telah mendapatkan label dari Dinas Pengawasan dan Sertifikasi Benih, yaitu BPSB. Benih yang

Gambar 5. Benih berlabel siap salur (dokumentasi Balitjestro)

iptek hortikultura

15

siap salur berarti benih tersebut siap ditanam di lapang (Hardiyanto et al. 2010).

DistribusiProses distribusi benih jeruk bebas penyakit

dilakukan sesuai dengan surat permintaan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Bantuan benih Gratis ini tidak menganggarkan untuk pengiriman sehingga pemesan harus menanggung biaya untuk proses pendistribusiannya, baik itu diambil di tempat maupun dikirim ke lokasi tujuan. Persyaratan pengajuan bantuan benih jeruk gratis :• Membuat/mengirim surat kepada kepala

Balitjestro tentang permohonan bantuan

Gambar 6. Contoh surat pengajuan bantuan benih gratis, lampiran CPCL, dan BAST

benih jeruk gratis, legalitas dari pimpinan setempat.

• Menyertakan lampiran data CPCL (Calon Petani Calon Lahan).

• Surat pengajuan yang berasal dari luar dinas pertanian, CPCL disahkan Dinas Pertanian atau pimpinan tertinggi.

• Pemohon menyiapkan armada transportasi dan tenaga untuk mengangkut benih jeruk.

• Menandatangani Berita Acara Serah Terima (BAST) setelah benih jeruk didistribusikan sesuai dengan nama varietas dan jumlah benih jeruk yang dikirim.Untuk membatasi dan mengendalikan

pengajuan bantuan benih jeruk gratis maka

No. 15 - November 2019

16

Tabel 1. Data Permintaan Benih Jeruk GratisNO Kota/Kabupaten Propinsi Jumlah Varietas1 Tuban Jawa Timur 100,500 Keprok Madura, Keprok Tejakula, Siam

Pontianak, 2 Sumenep Jawa Timur 26,000 Keprok Madura3 Pamekasan Jawa Timur 20,500 Keprok Madura4 Tulungagung Jawa Timur 35,000 Siam Pontianak, Siam Banjar5 Magetan Jawa Timur 19,000 Pamelo Nambangan6 Banyuwangi Jawa Timur 52,000 Keprok Batu 55, Keprok RGL, Keprok

Gayo, Keprok Terigas, Keprok Dekopon, Keprok JRM, Keprok Krisma, Keprok Monita,

7 Blitar Jawa Timur 84,731 Keprok Batu 55, Siam Banjar, jeruk Manis8 Probolinggo Jawa Timur 6,500 Keprok Batu 55, Keprok JRM9 Jember Jawa Timur 84,410 Siam Pontianak10 Malang Jawa Timur 110,435 Keprok Batu 55, Keprok RGL, Siam

Pontianak, Siam Madu, lemon11 Batu Jawa Timur 100,450 Keprok Batu 55, Keprok RGL, Siam

Pontianak, Siam Madu, lemon12 Mojokerto Jawa Timur 2,544 Keprok Terigas, Keprok RGL, Keprok

Krisma, Siam Pontianak, Siam Madu, lemon

13 Trenggalek Jawa Timur 17,620 Keprok Borneo Prima, Keprok Madura, Keprok Selayar, Siam Banjar

14 Gresik Jawa Timur 4,300 Keprok Borneo Prima. Keprok Selayar, Siam Banjar

15 Jombang Jawa Timur 1,450 Borneo Prima, Siam Pontianak, Tejakula16 Pacitan Jawa Timur 39,500 Siam Pontianak, Keprok Terigas, Pamelo

Nambangan17 Pasuruan Jawa Timur 31,857 Keprok Batu 55, Siam Pontianak, Pamelo

Nambangan, Lemon18 Ponorogo Jawa Timur 4,000 Siam Pontianak, Keprok Pulung19 Nganjuk Jawa Timur 200 Siam Pontianak, Keprok Terigas, Keprok

Madura20 Kediri Jawa Timur 6,500 Siam Pontianak21 Bangkalan Jawa Timur 7,000 Siam Pontianak, Keprok Madura22 Bondowoso Jawa Timur 400 Siam Pontianak, Keprok Terigas, Keprok

Madura23 Cepu Jawa Tengah 3,000 Siam Banjar24 Klaten Jawa Tengah 5,000 Keprok Batu 55, Keprok Tejakula, Keprok

Borneo Prima, Keprok Madura, Keprok Selayar

25 Kendal Jawa Tengah 2,000 Keprok Batu 5526 Semarang Jawa Tengah 3,150 Keprok Batu 55, Keprok RGL, Siam

Pontianak, Keprok Terigas27 Brebes Jawa Tengah 1,000 Keprok Batu 5528 Pemalang Jawa Tengah 7,500 Siam Pontianak, Keprok Terigas, Keprok

Madura29 Temanggung Jawa Tengah 1,300 Keprok Batu 5530 Boyolali Jawa Tengah 26,000 Keprok Batu 5531 Banyumas Jawa Tengah 50,000 Keprok Borneo Prima, Keprok Tejakula,

Siam Pontianak32 Batang Jawa Tengah 40,335 Keprok RGL, Siam Pontianak, Keprok

Tergas, Siam Madu, Keprok Krisma, Keprok Borneo, Keprok Madura

33 Wonogiri Jawa Tengah 20,400 Keprok Batu 55

iptek hortikultura

17

34 Blora Jawa Tengah 46,000 Siam Banjar, Keprok Terigas35 Bantul Jawa Tengah 3,000 Siam Pontianak36 Cilacap Jawa Tengah 5,200 Sam Pontianak37 Karanganyar Jawa Tengah 15,000 Keprok Batu 55, Keprok Terigas, Siam

Pontianak, Keprok RGL38 Kali Bagor Jawa Tengah 600 Siam Pontianak39 Majalengka Jawa Barat 4,000 Lemon40 Bogor Jawa Barat 20,025 Keprok Batu 55, Siam Pontianak, Keprok

JRM41 Bandung Jawa Barat 7,000 Keprok Batu 55, Keprok Dekopon, Keprok

Garut, Keprok RGL42 Sukabumi Jawa Barat 2,000 Siam Pontianak43 Jakarta DKI Jakarta 4,600 Keprok Madura, Keprok Tejakula, Keprok

Terigas, Siam Pontianak44 Serpong Banten 1,000 Keprok Madura, Keprok Tejakula, Keprok

Terigas, Siam Pontianak45 Rejanglebong Bengkulu 42,000 Keprok Batu 55, Keprok RGL, Siam Madu46 Bulungan Kalimantan Utara 20,000 Keprok RGL47 Manado Sulawesi Utara 5,000 Keprok Batu 55, Keprok RGL, Siam

Pontianak, Keprok Terigas48 Selayar Sulawesi Tenggara 2,200 Keprok Selayar49 Makasar Sulawesi Tenggara 16,000 Siam Pontianak, Keprok Madura, Keprok

Tejakula, Keprok Terigas50 Kendari Sulawesi Tenggara 4,600 Siam Pontianak, Sia Banjar, Terigas51 Poso Sulawesi Tengah 400 Keprok Terigas, Lemon52 Lampung Lampung 500 Keprok Selayar, Keprok Terigas53 Tebing Tinggi Sumatera Utara 10,000 Keprok Borneo Prima, Keprok Selayar,

Keprok Terigas54 Papua Barat Papua 250 Siam Pontianak, Keprok Terigas, Keprok

Borneo Prima, Keprok Tejakula55 Babel Bangka Belitung 7,500 Borneo, Ponti56 Aceh Aceh 1,650 Keprok Gayo57 Riau Riau 3,750 Keprok Batu 55, Siam Pontianak58 Tanjab Timur Jambi 27,000 Keprok Tejakula, Siam Pontianak, Keprok

Terigas59 Manggarai NTT 1,000 Keprok Batu 55, Keprok RGL, Siam

Pontianak, Terigas60 Bali Bali 15,000 Siam Pontianak, Tejakula, Siam Kintamani,

Keprok Madura

NO KOTA/KABUPATEN PROPINSI JUMLAH VARIETAS

proposinya diatur : (1) 40% mendukung pengembangan kawasan jeruk (Dit jen hortikultura) (2) 40% mendukung mitra Balitjestro (Dinas Pertanian, Kelompok Tani, PTN, PTS, Swasta), dan (3) 20% untuk lain-lain (PKK, Ormas, Asosiasi, TNI, petani dll.).

Mulai awal tahun 2018 hingga pertengahan tahun 2019, jumlah pemohon bantuan benih jeruk gratis mencapai ±1,1 juta benih jeruk yang berasal dari 60 kabupaten/kota, 20 provinsi di Indonesia (Tabel 1). Untuk itu pengajuan tidak akan direalisasi semuanya tetapi secara selektif disesuaikan

dengan stok benih jeruk yang ada. Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa komposisi permintaan benih jeruk masih didominasi kelompok keprok, yaitu sebanyak 40%, kelompok siam sebanyak 33%, dan kelompok lain-lain (lemon, nipis, pamelo) sebanyak 27%. Sampai saat ini, benih jeruk yang disalurkan sebanyak ±750.000 benih jeruk atau 75% dari total produksi. Kendala utamanya adalah proses produksi yang bertahap sehingga memerlukan waktu untuk penyediaannya, selain itu kesiapan pemohon untuk mengambil pesanan karena faktor musim juga menjadi hambatan.

No. 15 - November 2019

18

KENDALA DAN MASALAH

• Kualitas biji JC sebagai batang bawah beragam sehingga menghasilkan pertumbuhan yang tidak seragam.

• SDM terampil (tenaga okulasi) di kebun tidak mencukupi untuk melaksanakan volume pekerjaan yang tinggi.

• Tenaga kerja kurang teliti dengan volume pekerjaan yang besar.

• Produksi benih jeruk dilakukan secara bertahap menyesuaikan ketersediaan BPMT sehingga terkadang varietas tidak sesuai dengan permintaan di suatu tempat.

PEMECAHAN

• Membuat cadangan produksi batang bawah minimal 10% dari total produksi.

• Menambah tenaga terampil okulasi dari luar kebun atau menambah jam kerja (lembur).

Gambar 8. Proses distribusi benih jeruk menggunakan angkutan darat ke lokasi

• Membebani tenaga kerja sesuai dengan kemampuan dan mengangkat koordinator untuk mengawasi pekerjaan.

• Varietas jeruk yang tidak sesuai dengan permintaan dialihkan ke tempat lain yang varietasnya sama atau kesamaan varietas diabaikan tetapi mempertimbangkan kesamaan agroklimat suatu varietas.

KESIMPULAN

Kegiatan perbenihan jeruk bebas penyakit dilakukan untuk mendukung Program Perbenihan Tanaman Hortikultura dan Perkebunan Kementerian Pertanian. Distribusi benih jeruk bebas penyakit dilakukan sesuai dengan surat permintaan yang berasal dari berbagai daerah sentra atau pengembangan jeruk baru di Indonesia. Permintaan benih jeruk bebas penyakit tersebar di 60 kabupaten/kota dan 20 propinsi di Indonesia.Benih jeruk yang sudah disalurkan ke pemesan sebanyak ±750.000 benih jeruk atau 75% dari total produksi.

Gambar 7.Penyerahan secara simbolis bantuan benih gratis jeruk

iptek hortikultura

19

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada tim perbenihan KP Punten atas kontribusinya sehingga dapat tersusunnya makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim 2018, Sertifikasi, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Banten, <https:/bpsbtphbanten.wordpress.com>.

2. Dirjen Hortikultura 2015, ‘Perencanaan kebijakan dan kewilayahan pengembangan kawasan jeruk 2016 – 2019’, Makalah Workshop Pengembangan Jeruk di UB Guest House (Universitas Brawijaya), Malang tanggal, 26 – 29 Mei 2015. 19 p.

3. Hardiyanto, Supriyanto, A, Mulyanto, H, Suhariyono, Sugiyatno, A & Setiono 2010, Panduan teknis, pengelolaan blok fondasi dan blok penggandaan mata tempel jeruk bebas penyakit, Balai Penbelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, pp. 31-32.

4. Kuntarsih 2011, ‘Program rehabilitasi jeruk keprok’, Prosiding Workshop Rencana Aksi Rehabilitasi Jeruk Keprok Soe Yang Berkelanjutan Untuk Substitusi Impor, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian-Direktorat Jenderal Hortikultura-Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura bekerjasama dengan Australian Center For International Agricultural Research-Pemerintah daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur, pp. 8-12.

5. Majid, N 2016, ‘Teknologi benih jeruk sebar bermutu pada polibag di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika’, Praktek Kerja Lapang (PKL) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Program Studi Agroteknologi, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 34 p.

6. Media Indonesia 2017, Kementeri pertanian proritaskan program perbenihan hortikultura dan perkebunan pada 2018, diunggah 8 Desember 2017, <http://www.mediaindonesia.com/ news/read/106826/keMenteri Pertanian-proritaskan-program-perbenihan-hortikultura-dan-perkebunan-pada-2018>.

7. Mulyanto, H 2015, ‘Model rumah kasa induk tanaman jeruk, Leaflet Inovasi Teknologi Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Batu.

8. Nurmahmudiyah 2018, ‘Peraturan perbenihan, Makalah Workshop Perbenihan dan Budidaya Jeruk Nasional di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika’, Batu 12-13 Juli 2018, 34 p.

9. Ratule, MT, Sugiyatno, A, Supriyanto, A, Triwiratno, A, Endarto, O, Zamzami, L, Palupi, NE, Setiono, Kristianto, D, Sukadi, Kusnan, Cahyono, A, Sumakri, Purwanti, I & Andayani, S 2017, Produksi BPMT (jeruk dan apel), benih sebar (jeruk) dan batang bawah (jeruk dan apel) dalam rangka mendukung program perbenihan tanaman buah-buahan nasional tahun 2018, Laporan akhir rencana diseminasi hasil penelitian (RDHP) Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Tahun 2017, 41 pp.

10. Ratule, MT, Sugiyatno, A, Triwiratno, A, Endarto, O, Sutopo, Martasari, C, Andrini, A, Mariana, B, Ashari, D, H, Mufidah, L, Zamzami, L, Erti Dwiastuti, M, Wuryantini, S, Cahyo, R, Wibowo, Setiono, Nurul Taflikhah, U, Sukadi, Kusnan, Cahyono, A, Purwanti, I, Andayani, S, Agung Susanto, D, Yusuf, HM, Selva, M, Tinggal, Suprianto, Suyono, Sukdi & Dodik, S 2018, Produksi benih sebar buah tropika dan subtropika, Laporan akhir diseminasi hasil penelitian (RDHP), Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Tahun 2018, 41 p.

11. Styarini, R 2017, Studi produksi benih jeruk (Citrus sp) bebas penyakit di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro), Laporan Magang Kerja Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang, 44 p.

12. Sugiyatno, A & Palupi, NE 2017, ‘Interstock effect on the growth of Mandarin cv Batu 55, tangerine cv pontianak and lime cv Nimas propagated by grafting; pp. 239–246’, Crossref DOI: 10.18551/rjoas.2017-10.34

13. Sugiyatno, A & Palupi, NE 2018, ‘Inovasi teknologi mendukung pengembangan tanaman jeruk dan buah subtropika di Indonesia’, Makalah pelatihan pembangunan kebun buah intensif, penanganan, dan sertifikasi buah, Balitjestro, Batu, 31 Juli–3 Agustus 2018, 108 p.

14. Supriyanto, A 2013, Sebaran BF dan BPMT jeruk mendukung industri perbenihan nasional, <http/:balitjestro.litbang.pertanian.go.id/sebaran-bf-dan-bpmt-jeruk-mendukung-industri-perbenihan-nasional/>.

No. 15 - November 2019

20

15. Supriyanto, A & Sugiyatno, A 2015, ‘Potret dan upaya industrialisasi perbenihan jeruk di kawasan Bangkinang, Kabupaten Kampar, Riau’, Prosiding Seminar Nasional Perhorti 2015, Bogor 19-20 Oktober. 7 p.

16. Supriyanto, A & Sugiyatno, A 2017, Perbaikan perbenihan jeruk nasional, Proposal Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, 32 p.

17. Trisnawan, AS 2015, ‘Pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh pada pematahan dormansi mata tunas tanaman jeruk (Citrus sp.) hasil okulasi, Skripsi Universitas Brawijaya, Malang. 44 p.

Agus Sugiyatno dan M. Taufiq Ratule Balai Penelitian Tanaman Jeruk

dan Buah Subtropika Jln. Raya Tlekung No. 1, Junrejo, Batu,

Jawa Timur, Indonesia 65301 Email: [email protected]