PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN...
Transcript of PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN...
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SIMEULUE (Menurut Lapangan Usaha)
2007-2010
Nomor Katalog BPS : 9205. 1101
Ukuran Buku : 21 cm x 29,7 cm
Jumlah Halaman : vi + 49 Lembar
Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Editor : Kepala BPS Kabupaten Simeulue
Gambar Kulit : Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik (IPDS)
Diterbitkan Oleh : BPS Kabupaten Simeulue bekerjasama dengan BAPPEDA Kabupaten Simeulue
Dicetak Oleh :
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
i
KATA SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN SIMEULUE
Perencanaan pembangunan bidang ekonomi suatu daerah membutuhkan berbagai data
statistik, guna mengevaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai pada masa sebelumnya.
Data-data statistik menjadi sangat penting sebagai dasar pengambilan keputusan dalam rangka
penentuan kebijakan dan perencanaan pembangunan masa depan yang berdaya guna dan berhasil
guna.
Pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat Kabupaten
Simeulue telah memperlihatkan hasil yang nyata. Untuk mengukur keberhasilan tersebut, BAPPEDA
dan BPS Kabupaten Simeulue telah bekerjasama menyusun publikasi Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Tahun 2007-2010.
Data yang disajikan dalam publikasi ini dapat dijadikan sebagai indikator utnuk melihat
secara makro kegiatan perekonomian dalam konteks regional sekaligus dijadikan referensi
penyusunan perencanaan pembangunan Kabupaten Simeulue ke depan.
Kami menyambut baik penerbitan PDRB Tahun 2007-2010 dan pada kesempatan ini pula
kami mengucapkan terima kasih atas keberhasilan kerjasama dengan BPS Kabupaten Simeulue yang
telah merampungkan penyusunan publikasi ini. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi perencana
pembangunan dan pengguna data.
Sinabang, Oktpber 2011 Kepala BAPPEDA Kabupaten Simeulue Drs. Kusmayadi, MM NIP. 19560413 197912 1 001
ii
KATA PENGANTAR
Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Simeulue Tahun 2007-2010 ini
merupakan publikasi rutin yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Simeulue.
Data yang disajikan merupakan hasil dari penghitungan PDRB menurut sektor ekonomi atas dasar
harga berlaku dan atas dasar harga konstan tahun 2000.
Penyajian PDRB menurut sektor ekonomi dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang
jelas mengenai struktur ekonomi Kabupaten Simeulue, perkembangan kegiatan ekonomi secara
keseluruhan dan perkembangan pada masing-masing sektor. Data yang disajikan merupakan data
revisi untuk tahun 2009 dan data sementara untuk tahun 2010, yang akan disempurnakan dalam
publikasi tahun berikutnya.
Kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan publikasi ini di masa mendatang
sangat kami harapkan. Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi berupa data-data pendukung sehingga publikasi ini dapat diselesaikan.
Sinabang, Oktober 2011
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SIMEULUE
Kepala,
Yudi Yos Elvin, S.Si, M.Si
NIP. 19720131 199412 1 001
iii
DAFTAR ISI
Kata Sambutan
Kata Pengantar
i
ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel iv
Daftar Gambar v
Daftar Tabel Lampiran
vi
I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar belakang 2
1.2. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2
1.3. Kegunaan Statistik Produk Domestik Regional Bruto 3
1.4. Konsep dan Definisi 4
1.5. Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 6
1.6. Penyajian Agregat PDRB
6
II. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN SIMEULUE 8
2.1. Struktur Ekonomi 9
2.2. Pertumbuhan Ekonomi 10
2.3. Pendapatan Per Kapita
11
III. PERKEMBANGAN EKONOMI SEKTORAL DAN PERANANNYA 13
3.1. Sektor Pertanian 14
3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian 15
3.3. Sektor Industri Pengolahan 16
3.4. Sektor Listrik dan Air Minum 17
3.5. Sektor Bangunan/Konstruksi 17
3.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 18
3.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 19
3.8. Sektor Keungangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 20
3.9. Sektor Jasa-jasa
21
LAMPIRAN 22
Ruang Lingkup dan Metode Perhitungan 23
Daftar Istilah Penting 36
Tabel-tabel Lampiran 38
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB atas Dasar Harga Berlaku Menurut Sektor Tahun 2007-2010
9
Tabel 2.2. Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Simeulue Tahun 2007-2010 11
Tabel 3.1. Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Menurut Subsektor Tahun 2007-2010 14
Tabel 3.2. Peranan dan Laju Pertumbuhan Sektor Listrik dan Air Minum Menurut Subsektor Tahun 2007-2010
17
Tabel 3.3. Laju Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Menurut Subsektor Tahun 2007-2010
19
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB, Tahun 2010 10
Gambar 2.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi menurut Sektor, Tahun 2010 11
Gambar 2.3. Pendapatan Regional Per Kapita, Tahun 2007-2010 12
Gambar 3.1. Peranan Sektor Pertanian Menurut Subsektor terhadap Total PDRB Tahun 2007-2010
14
Gambar 3.2. Peranan dan Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian Terhadap Total PDRB Tahun 2007-2010
16
Gambar 3.3. Peranan dan Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan terhadap PDRB Tahun 2007-2010
16
Gambar 3.4. Peranan dan Pertumbuhan Sektor Bangunan/Kontruksi terhadap Total PDRB Tahun 2007-2010
18
Gambar 3.5. Peranan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Menurut Subsektor terhadap Total PDRB Tahun 2007-2010
18
Gambar 3.6. Peranan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi terhadap Total PDRB Tahun 2007-2010
20
Gambar 3.7. Peranan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan terhadap Total PDRB Tahun 2007-2010
20
Gambar 3.8 Peranan Sektor Jasa-jasa terhadap PDRB Tahun 2007-2010 21
vi
DAFTAR TABEL LAMPIRAN
1. PDRB Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010 39
2. PDRB Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2010 40
3. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010
41
4. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2010
42
5. Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010
43
6. Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2010
44
7. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010
45
8. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2010
46
9. Indeks Implisit PDRB Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Tahun 2007-2010 47
10. Pendapatan Regional dan Angka Per Kapita Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010
48
11. Pendapatan Regional dan Angka Per Kapita Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2010
48
12. Indeks Berantai Pendapatan Regional dan Angka Per Kapita Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010
49
13. Indeks Berantai Pendapatan Regional dan Angka Per Kapita Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2010
49
Latar Belakang
Pengertian Produk Domestik Regional Bruto
Kegunaan Statistik Produk Domestik Regional Bruto
Konsep dan Definisi
Perhitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Penyajian Agregat PDRB
2
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan pembangunan ekonomi, memerlukan berbagai macam data statistik sebagai
pedoman dalam menentukan strategi kebijaksanaan, agar sasaran pembangunan dapat dicapai dengan
efektif dan efisien. Strategi dan kebijakan yang telah diambil pada masa-masa lalu perlu dimonitor dan
dievaluasi hasil-hasilnya. Berbagai data statistik yang bersifat kuantitatif diperlukan untuk memberikan
gambaran tentang keadaan pada masa lalu dan masa kini, serta sasaran-sasaran yang akan dicapai pada
masa yang akan datang. Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan
kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja,
memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan
melalui pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan
perkataan lain arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat
naik, disertai dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mengetahui tingkat dan
pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu disajikan statistik Pendapatan Nasional/Regional secara
berkala, untuk digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan nasional/regional dapat dipakai
juga sebagai bahan evaluasi dari hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh berbagai
pihak, baik pemerintah pusat/daerah, maupun swasta.
1.2 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dihitung untuk mengetahui total produksi barang dan
jasa suatu daerah pada satu periode tertentu. Yang dimaksud dengan produksi adalah aktivitas ekonomi
menggunakan sumber daya yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa. PDRB merupakan neraca
makro ekonomi yang dihitung secara konsisten dan terintegrasi dengan berdasar pada konsep, definisi,
klasifikasi dan cara perhitungan yang telah disepakati secara internasional.
Perubahan nilai PDRB dari waktu ke waktu terjadi karena dua hal, yaitu terjadinya perubahan
harga barang dan jasa atau karena terjadinya perubahan volume. Penggunaan harga yang berlaku pada
periode yang telah lalu menghasilkan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas harga konstan disebut
sebagai PDRB volume atau PDRB real. Dalam publikasi ini selain disajikan PDRB atas harga berlaku yang
bisa menggambarkan pergeseran struktur ekonomi, juga disajikan PDRB dengan tahun dasar 2000 yang
bisa menggambarkan pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun sejak tahun 2000. Ada empat
pendekatan dalam penghitungan PDRB, yaitu pendekatan produksi, pengeluaran, pendapatan dan
pendekatan arus barang. Pendekatan produksi menghitung nilai tambah sumbangan tiap sektor
produksi terhadap total output dengan cara mengurangkan output dengan barang dan jasa yang dibeli
dari unit produksi lain dan habis digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Hasil perhitungan
tersebut adalah nilai tambah. Barang dan jasa yang habis terpakai tersebut dinamakan konsumsi antara.
Nilai tambah dapat dinyatakan dalam nilai bruto atau neto tergantung apakah sudah dikurangi dengan
penyusutan barang modal. Sektor-sektor produksi biasanya dikelompokkkan ke dalam sembilan sektor
yaitu:
1. Pertanian (Tanaman bahan makanan, Peternakan, Kehutanan, Perikanan dan Perkebunan)
2. Pertambangan dan Penggalian
3. Industri Pengolahan
3
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
7. Pengangkutan dan Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa.
Pendekatan pengeluaran menghitung PDRB dengan menjumlahkan seluruh permintaan akhir
yang terdiri dari konsumsi rumah tangga dan lembaga nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan
modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor neto.
Pendekatan Pendapatan menghitung PDRB sebagai penjumlahan dari balas jasa faktor produksi
(kompensasi pekerja, sewa, penyusutan, bunga dan keuntungan) dalam wilayah. Hal ini menunjukkan
dua hal mengenai perekonomian suatu wilayah. Pertama, menunjukkan pembagian PDRB menurut
pendapatan seperti balas jasa tenaga kerja, keuntungan serta balas jasa barang modal lainnya, dan pajak
produksi setelah dikurangi subsidi. Kedua, membantu menjelaskan perbedaan antara PDRB dengan
pendapatan yang dapat digunakan. Berbagai peristiwa yang tidak terkait dengan proses ekonomi,
seperti terjadinya bencana alam, kebakaran serta munculnya sumber daya baru seperti ditemukannya
ladang minyak, cadangan mineral dan sebagainya, tidak serta merta dapat dilihat dampaknya melalui
besaran PDRB wilayah tersebut, tetapi dapat merubah volume. PDRB mencakup:
1. Semua barang dan jasa yang penghasilannya mendapatkan kompensasi.
2. Produksi yang ilegal dan tersembunyi.
3. Produksi barang untuk dikonsumsi sendiri.
4. Jasa yang dihasilkan oleh pemerintah dan lembaga nirlaba.
5. Jasa sewa rumah yang dihuni oleh unit rumah tangga sendiri.
6. Jasa rumah tangga dan perorangan untuk konsumsi sendiri oleh pekerja rumah tangga yang
dibayar.
PDRB tidak mencakup:
1. Produksi jasa perorangan dan rumah tangga untuk digunakan sendiri yang dihasilkan oleh
anggota rumah tangga yang tidak dibayar.
2. Aktivitas sosial, budaya serta sukarela dari lembaga nirlaba atau pemerintah yang tidak dibayar.
3. Dekorasi, perbaikan besar dan kecil barang tahan lama dan rumah yang dilakukan sendiri oleh
rumah tangga.
1.3 Kegunaan Statistik Pendapatan Regioanal
Manfaat Statistik Pendapatan Regional antara lain:
1. PDRB nominal (harga berlaku) menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi suatu wilayah.
Semakin besar nilai PDRB menunjukkan semakin besar kekuatan ekonomi wilayah tersebut.
4
2. Distribusi PDRB nominal (harga berlaku) menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian dan
menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam perekonomian suatu wilayah. Semakin besar
peranan suatu sektor menunjukkan basis perekonomian dalam wilayah tersebut.
3. PDRB riil (harga konstan) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi atau
sektor ekonomi dari periode ke periode.
4. PDRB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan penggunaan produk barang dan jasa
menurut konsumsi, investasi dan perdagangan luar wilayah.
5. Distribusi PDRB menurut penggunaan menunjukkan besarnya peranan kelembagaan dalam
menggunakan hasil produksi barang dan jasa.
6. PDRB penggunaan atas harga konstan menunjukkan laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan
perdagangan regional.
7. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan tingkat kemakmuran suatu daerah. Untuk
mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah sedikit banyaknya harus mempunyai angka
pembanding dari daerah lain, sedangkan untuk mengetahui perkembangannya perlu diketahui angka
perkembangan pendapatan secara berkala.
8. Perbandingan antara pendapatan regional atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan
merupakan angka indeks implisit yang dapat dipergunakan untuk mengetahui adanya perubahan
harga barang dan jasa secara keseluruhan.
9. Elastisitas kesempatan kerja dengan bantuan data tenaga kerja yang apabila disajikan bersama-sama
secara series dari waktu ke waktu, maka dapat dihitung angka elastisitas kesempatan kerja terhadap
pendapatan regional. Elastisitas kesempatan kerja ini mencerminkan pengaruh kenaikan/penurunan
pendapatan regional terhadap kesempatan kerja. Perlu ditekankan disini bahwa pendapatan regional
bukan saja disebabkan oleh adanya kesempatan kerja yang bertambah tetapi juga disebabkan
adanya penambahan modal. Pengaruh dari dua faktor ini sangat sulit dipisahkan.
10. Untuk melihat produktivitas per sektoral yaitu dengan membagi jumlah nilai tambah dari sektor
yang bersangkutan dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor tersebut, produksi tenaga
kerja sektoral ini sangat berguna untuk mempertimbangkan penentuan alokasi tenaga kerja secara
sektoral.
1.4 Konsep dan Definisi
Untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang kondisi perekonomian suatu negara
atau daerah dapat dilihat melalui neraca ekonominya. Seperti telah diterangkan sebelumnya
perhitungan-perhitungan ini dapat dibuat dalam berbagai bentuk sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Lebih lanjut akan diuraikan konsep dan definisi yang digunakan untuk perhitungan pendapatan regional.
Konsep dan definisi menjadi amat penting untuk memahami lebih lanjut mengenai data yang tersedia.
Arti, wujud fisik, karakteristik, batasan dan sifat kegiatan tentang eksistensi, perubahan dan
perpindahan suatu barang dan jasa harus tercermin jelas dalam konsep dan definisi. Definisi yang
berbeda akan menghasilkan data yang berbeda pula. Perlu diingat bahwa konsep dan definisi yang
termaktub dalam buku ini pada dasarnya untuk tujuan penyusunan neraca regional.
1.4.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB dapat diartikan kedalam tiga pengertian, yaitu:
a. Menurut pengertian produksi, PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh berbagai unit produksi di dalam suatu wilayah (region) dalam jangka waktu tertentu (satu
tahun).
5
b. Menurut pengertian pendapatan, PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah atau daerah dalam jangka waktu
tertentu (satu tahun). Balas jasa faktor produksi meliputi upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal
dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak tak langsung lainnya.
Dalam pengertian Produk Domestik Regional Bruto, kecuali faktor pendapatan di atas, termasuk pula
komponen penyusutan barang modal tetap dan pajak tak langung neto. Semua komponen
pendapatan ini secara sektoral disebut Nilai Tambah Bruto, sehingga Produk Domestik Regional Bruto
adalah nilai penjumlahan pada nilai tambah dari seluruh sektor (lapangan usaha).
c. Menurut pengertian pengeluaran, PDRB adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi
rumahtangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi Pemerintah, Pembentukan
Modal Tetap Bruto, perubahan stok dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor).
Dari uraian di atas dapat ditarik suatu hubungan bahwa jumlah pengeluaran untuk berbagai
kepentingan tadi harus sama dengan jumlah produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus
sama juga dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksinya. Produk Domestik Regional Bruto
seperti yang telah diuraikan di atas disebut sebagai Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga
pasar, karena tercakup didalamnya komponen pajak tak langsung neto. Pajak tak langsung neto
merupakan jumlah pajak tak langsung dikurangi subsidi.
1.4.2 Produk Regional Bruto (PRB)
PRB merupakan Produk Domestik Regional Bruto ditambah balas jasa faktor produksi milik
penduduk wilayah tersebut yang berasal dari luar dikurangi balas jasa faktor produksi yang mengalir
keluar milik penduduk luar wilayah.
1.4.3 Produk Regional Neto (PRN)
PRN merupakan Produk Regional Bruto dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-
barang modal tetap yang digunakan selama setahun.
1.4.4 Produk Regional Neto Atas Dasar Biaya Faktor Produksi
PRN atas dasar biaya faktor produksi adalah Produk Regional atas dasar harga pasar dikurangi
dengan pajak tak langsung. Pajak tak langsung neto sendiri merupakan pajak tak langsung yang dipungut
pemerintah dikurangi dengan subsidi pemerintah. Baik pajak tak langsung maupun subsidi, keduanya
dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi atau dijual, hanya pajak tak langsung bersifat
menaikkan harga jual sedangkan subsidi sebaliknya. Selanjutnya Produk Regional Neto atas dasar biaya
faktor produksi disebut sebagai pendapatan regional. Oleh karena data tentang arus faktor pendapatan
yang keluar maupun yang masuk ke Kabupaten Simeulue sulit dipantau maka faktor pendapatan neto
dari luar wilayah atau daerah ini diprediksikan dengan survei khusus.
1.4.5 Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita
PDRB per kapita merupakan Produk Domestik Regional Bruto dan Pendapatan Regional dibagi
dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
6
1.5 Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Kosntan
Penghitungan PDRB atas dasar harga konstan secara berkelanjutan dan berkala sangat berguna
untuk mengetahui perkembangan sektor ekonomi secara riil. Karena pada penghitungan ini tidak
terhitung perubahan harga barang, melainkan hanya perubahan indikator produksinya saja. Untuk itu
diperlukan penetapan tahun dasar secar nasional sebagai acuan perbandingannya. BPS telah
menetapkan tahun 2000 sebagai tahun dasarnya. Sedangkan tahun dasar sebelumnya adalah tahun
1993. Untuk menghitung nilai tambah sektoral atas dasar harga konstan dikenal empat pernghitungan
yang masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut:
1.5.1 Revaluasi
Metode revaluasi dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-masing
tahun dengan harga tahun dasar 2000 dan hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar
harga konstan 2000. Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dari hasil selisih
antara output dan biaya antara hasil penghitungan di atas. Metode ini sangat sulit dilakukan terhadap
biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang terlalu banyak dan juga data
harga kurang tersedia. Maka dari itu biaya antara atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian
antara output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan rasio tetap biaya antara terhadap
output pada tahun dasar.
1.5.2 Ekstrapolasi
Dengan metode ekstrapolasi nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan tahun
2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000 dengan indeks produksi
sebagai ekstrapolor dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun
indeks dari indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya yang dianggap cocok
dengan jenis kegiatan yang dihitung. Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap perhitungan output
atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadao output
akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.
1.5.3 Deflasi
Untuk memperoleh nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dapat dilakukan dengan metode
deflasi yaitu dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun dengan
indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan Indeks Harga
Konsumen, Indeks Harga Perdagangan Besar dan sebagainya. Indeks harga di atas dapat pula dipakai
sebagai inflator dalam keadaan dimana nilai tambah atas dasar harga yang berlaku justru diperoleh
dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut.
1.6 Penyajian Agregat PDRB
Pada publikasi ini penyajian angka agregat pendapatan selalu dilakukan dalam dua bentuk yaitu
atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan suatu tahun dasar, yang masing-masing dapat
dibedakan berikut ini:
a. Untuk penyajian atas dasar harga berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga berlaku
pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun pada penilaian
komponen nilai tambah dan komponen penggunaan Produk Domestik Regional Bruto.
7
b. Penyajian atas dasar harga konstan suatu tahun dasar, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar
harga yang tetap yang terjadi pada tahun dasar. Karena menggunakan harga konstan, maka
perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan satuan
output (riil) dan bukan karena harga. Saat ini tahun dasar yang dipakai adalah tahun 2000.
Dalam penyajian statistik PDRB dikenal tiga macam indeks untuk menggambarkan perubahan
agregat-agregat pendapatan ini, yaitu indeks perkembangan, indeks berantai dan indeks implisit yang
masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Indeks perkembangan, diperoleh dengan membagi nilai-nilai pada masing-masing tahun dengan nilai
pada tahun dasar, dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat pendapatan
dari tahun ke tahun terhadap tahun dasar.
b. Indeks berantai, diperoleh dengan membagi nilai-nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada
tahun sebelumnya, dikalikan 100. Jadi angka tahun sebelumnya selalu dianggap 100. Indeks ini
menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat pendapatan untuk masing-masing tahun dibandingkan
tahun sebelumnya.
c. Indeks implisit, diperoleh dengan membagi nilai atas dasar harga berlaku dengan nilai atas dasar
harga konstan untuk masing-masing tahunnya, dikalikan dengan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat
perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Selanjutnya bila
dari indeks implisit ini dibuat indeks berantainya, akan terlihat tingkat perkembangan harga barang
dan jasa setiap tahun terhadap tahun sebelumnya.
Struktur Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi
Pendapatan Per Kapita
9
II. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN SIMEULUE
2.1 Struktur Ekonomi
Periode tahun 2007 hingga tahun 2010, struktur ekonomi Kabupaten Simeulue relatif tidak
mengalami perubahan. Sektor utama yang mendorong pertumbuhan perekonomian Kabupaten
Simeulue adalah sektor Pertanian. Sektor ini sangat dominan dalam pembentukan PDRB Kabupaten
Simeulue. Peranan sektor ini cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun, namun masih
tetap memberikan kontribusi terbesar dalam periode 2007-2010. Pada tahun 2007 sektor Pertanian
memberikan kontribusi sebesar 47,36 persen terhadap total PDRB. Kemudian secara bertahap terus
menurun setiap tahunnya sehingga pada tahun 2010 menjadi 39,66 persen.
Tabel 2.1 Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB atas Dasar Harga Berlaku (persen)
SEKTOR/LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009* 2010**
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Pertanian 47,36 44,26 41,44 39,66
2. Pertambangan & Penggalian 0,90 0,92 1,04 1,10
3. Industri Pengolahan 1,98 1,77 1,61 1,46
4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,50 0,62 0,73 0,93
5. Bangunan 7,75 8,79 10,23 10,30
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 14,85 16,82 17,05 17,08
7. Pengangkutan & Komunikasi 6,19 6,68 7,25 7,75
8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 2,98 3,01 3,11 3,32
9. Jasa-Jasa 17,49 17,13 17,54 18,39
JUMLAH 100,00 100,00 100,00 100,00
* Angka Diperbaiki ** Angka Sementara
Sektor Jasa-jasa merupakan sektor unggulan kedua dalam pembentukan PDRB Kabupaten
Simeulue tahun 2010 setelah sektor Pertanian. Sepanjang kurun waktu 2007 hingga 2010, peranan
sektor ini mengalami fluktuasi. Pada tahun 2007, peranan sektor ini sebesar 17,49 persen. Setahun
kemudian, peranannya turun menjadi 17,13 persen. Pada tahun 2009, peranan sektor Jasa-jasa naik
menjadi 17,54 persen dan pada tahun 2010 naik lagi menjadi 18,39 persen. Sektor perekonomian
yang memberikan kontribusi terbesar ketiga ialah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.
Apabila dilihat periode tahun 2007 sampai 2010, sektor Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran selalu menduduki peringkat ketiga dalam kontribusi terhadap total PDRB di bawah sektor
Pertanian dan sektor Jasa-jasa. Pada tahun 2007 kontribusinya sebesar 14,85 persen. Namun,
setelah itu terus meningkat setiap tahunnya dan pada tahun 2010 menjadi 17,08 persen.
Dari gambar 2.1 terlihat peranan sektor primer (Sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan
Penggalian) masih sangat dominan yaitu 40,76 persen yang menunjukkan bahwa perekonomian
Kabupaten Simeulue masih besifat agraris. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan
Gambar 2.1.
10
Gambar 2.1 Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB, Tahun 2010 (persen)
39.66
1.10
1,46
0.93
10,30
17.08
7.75
3.32
18.39
1. Pertanian
2. Pertambangan & Penggalian
3. Industri Pengolahan
4. Listrik, Gas & Air Bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
7. Pengangkutan & Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan
9. Jasa-Jasa
2.2 Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan harga konstan 2000, selama kurun waktu tahun 2007 sampai 2010 pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Simeulue tidak stabil dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi
yang dicapai sebesar 5,77 persen. Setahun kemudian pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simeulue
meningkat hingga mencapai 8,76 persen. Setelah itu, ekonomi Kabupaten Simeulue terus tumbuh
dengan kecepatan pertumbuhan sebesar 4,76 persen pada tahun 2009 dan sedikit mengalami
peningkatan menjadi sebesar 4,94 persen pada tahun 2010.
Kesembilan sektor ekonomi di Kabupaten Simeulue selalu mengalami pertumbuhan positif
walaupun dengan kecepatan pertumbuhan yang berubah-ubah. Sektor ekonomi yang mengalami
pertumbuhan tertinggi pada tahun 2010 adalah sektor Listrik, Gas & Air Bersih yaitu mencapai 27,41
persen.
Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi kedua adalah sektor Keuangan, Persewaan, &
Jasa Perusahaan yang mencapai angka 18,62 persen, kemudian diikuti oleh sektor Bangunan yaitu
sebesar 10,20 persen. Pertumbuhan selengkapnya masing-masing sektoral dapat dilihat pada Tabel 2.2.
11
Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Simeulue (persen)
SEKTOR/LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009* 2010**
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Pertanian 1,90 0,81 0,25 1,63
2. Pertambangan & Penggalian 11,02 11,64 10,42 9,44
3. Industri Pengolahan 1,22 1,26 1,25 1,10
4. Listrik, Gas & Air Bersih 20,09 19,31 25,47 27,41
5. Bangunan 15,05 14,82 11,36 10,20
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 11,49 34,33 12,37 10,12
7. Pengangkutan & Komunikasi 7,10 11,16 8,44 9,03
8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 11,73 17,35 14,86 18,62
9. Jasa-Jasa 6,73 4,10 2,71 2,04
LAJU PERTUMBUHAN PDRB SIMEULUE 5,77 8,76 4,76 4,94
* Angka Diperbaiki ** Angka Sementara
Jika dilihat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simeulue pada tahun 2010, ternyata terdapat tiga
sektor yang mengalami pertumbuhan dibawah pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simeulue yang
sebesar 4,94 persen yaitu sektor Pertanian (pertumbuhan sebesar 1,63 persen), Industri Pengolahan
(pertumbuhan sebesar 1,10 persen), dan sektor Jasa-jasa (pertumbuhan sebesar 2,04 persen). Enam
sektor lainnya mengalami pertumbuhan diatas angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simeulue
(Gambar 2.2).
Gambar 2.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi menurut Sektor, Tahun 2010 (persen)
2.3. Pendapatan Per Kapita
Menurut konsep dan definisi yang digunakan, Pendapatan per Kapita adalah hasil bagi antara
Pendapatan Regional atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Pendapatan Regional per Kapita dapat dilihat atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
12
konstan. Secara makro Pendapatan Regional per Kapita dapat dijadikan ukuran tingkat kemakmuran
suatu daerah.
Pada tahun 2010 Pendapatan Regional per Kapita atas dasar harga berlaku Kabupaten Simeulue
tercatat sebesar 6,39 juta rupiah per tahun, atau mengalami peningkatan sebesar 12,59 persen dari
tahun 2009 yang nilainya 5,67 juta rupiah. Angka senilai 6,39 juta rupiah ini menggambarkan rata-rata
pendapatan penduduk per jiwa per tahun. Jika diasumsikan rumah tangga terdiri dari 4 orang anggota,
diperkirakan pendapatan rumah tangga sebesar 25,54 juta per tahun atau 2,13 juta rupiah per bulan.
Angka yang cukup besar, namun pada kenyataannya masih banyak rumah tangga di Kabupaten
Simeulue yang berpenghasilan di bawah 1 juta rupiah per bulan. Dapat disimpulkan bahwa Pendapatan
per Kapita merupakan nilai rata-rata dari total Pendapatan Regional dibagi jumlah penduduk, yang
belum tentu bisa dinikmati oleh seluruh penduduk. Jika Pendapatan per Kapita suatu daerah semakin
tinggi sedangkan kenyataan masih banyak penduduk yang berpenghasilan rendah, maka distribusi
pendapatan penduduk wilayah tersebut masih belum merata.
Secara riil (tanpa dipengaruhi oleh fluktuasi harga/inflasi) pendapatan per kapita dapat dilihat
dari Pendapatan Regional per Kapita atas dasar harga konstan. Perkembangan Pendapatan Regional per
Kapita penduduk Kabupaten Simeulue selama kurun waktu empat tahun terakhir selalu mengalami
pertumbuhan dari 2,37 juta rupiah (tahun 2007) naik menjadi 2,99 juta rupiah (tahun 2010). Hal ini
menggambarkan secara riil ternyata pendapatan penduduk Kabupaten Simeulue setiap tahunnya tidak
jauh berubah. Dapat disimpulkan bahwa walaupun terjadi peningkatan pendapatan per kapita secara
harga berlaku, tetapi kenaikan harga pada tahun tersebut juga tinggi, maka kenaikan pendapatan per
kapita tidak akan membantu terhadap perbaikan ekonomi masyarakat. Terlebih lagi apabila
ketimpangan pendapatan antar penduduk semakin melebar, maka tingkat kesejahteraan penduduk
yang lebih baik, semakin jauh dari harapan.
Gambar 2.3 Pendapatan Regional Per Kapita, Tahun 2007-2010 (juta rupiah)
Sektor Pertanian
Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor Industri Pengolahan
Sektor Listrik dan Air Minum
Sektor Bangunan
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor Pengangkutan & Komunikasi
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor Jasa-jasa
14
III. PERKEMBANGAN EKONOMI SEKTORAL DAN PERANANNYA
Tinjauan ekonomi Kabupaten Simeulue secara sektoral akan memberikan gambaran potensi
masing-masing sektor ekonomi terhadap pembentukan PDRB dan subsektor apa yang lebih dominan
pada sektor ekonomi tersebut. Secara lengkap tinjauan sektoral PDRB Kabupaten Simeulue selama
kurun waktu 2007 hingga 2010 adalah sebagai berikut:
3.1 Sektor Pertanian
Peranan sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Simeulue tahun 2010 sangat
dominan yaitu sebesar 39,66 persen. Bila dilihat dari kontribusi masing-masing subsektor kontribusi
terbesar disumbangkan subsektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 12,57 persen. Kontribusi
terbesar kedua berasal dari subsektor tanaman bahan makanan sebesar 10,04 persen. Kemudian
subsektor kehutanan memberikan kontribusi sebesar 9,61 persen diikuti subsektor tanaman
perkebunan sebesar 4,70 persen. Subsektor perikanan baru memberikan kontribusi sebesar 2,74
persen. Subsektor perikanan masih sangat mungkin dapat dikembangkan mengingat Kabupaten
Simeulue yang dikelilingi oleh Samudera Indonesia mempunyai potensi perikanan yang sangat besar.
Gambar 3.1 Peranan Sektor Pertanian Menurut Subsektor terhadap Total PDRB
Tahun 2007-2010 (persen)
Tabel 3.1 Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Menurut Subsektor Tahun 2007-2010 (persen)
Subsektor 2007 2008 2009* 2010**
1. Tanaman Bahan Makanan 9,61 3,79 3,23 4,78
2. Tanaman Perkebunan 3,94 3,79 4,36 6,68
3. Peternakan dan Hasil-hasilnya 2,36 3,10 2,47 4,51
4. Kehutanan (6,22) (6,55) (8,79) (10,13)
5. Perikanan 8,26 3,07 4,88 5,46
Sektor Pertanian 1,90 0,81 0,25 1,63
Dilihat dari pertumbuhannya selama periode 2007-2010, kelima subsektor pada sektor
pertanian selalu mengalami pertumbuhan positif kecuali subsektor kehutanan yang dari tahun ke tahun
tumbuh negatif. Suksektor perikanan sendiri menjadi yang terdepan dalam hal pertumbuhan walaupun
15
secara peranan masih yang terkecil yaitu berkisar pada angka 2 persen tiap tahunnya. Subsektor ini
harus lebih digiatkan lagi mengingat potensi kelautan yang dimiliki Kabupaten Simeulue cukup besar.
Subsektor tanaman bahan makanan yang mencakup kegiatan pertanian berupa budidaya tanaman padi,
palawija, sayuran dan buah-buahan selama kurun waktu 2007-2010 memberikan kontribusi terbesar
kedua pada sektor pertanian dibawah subsektor perikanan. Secara peranan, subsektor ini terus
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, namun untuk pertumbuhan subsektor ini mengalami
pertumbuhan tertinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar 9,61 persen. Pada tahun 2010 angka
pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan sebesar 4,78 persen. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Peranan subsektor peternakan dan hasil-hasilnya merupakan penyumbang terbesar ketiga pada
PDRB Kabupaten Simeulue sektor pertanian tahun 2010. Peranannya juga terus mengalami penurunan
selama kurun waktu 2007 hingga 2010. Namun laju pertumbuhan subsektor ini tidak stabil dalam 4
tahun terakhir. Subsektor ini mengalami angka pertumbuhan sebesar 2,36 persen (tahun 2007) dan
meningkat 3,10 persen (tahun 2008). Pada tahun 2009 subsektor ini mengalami pertumbuhan
melambat sebesar 2,47 persen dan kembali meningkat pada tahun 2010 sebesar 4,51 persen. Tahun
2010 laju pertumbuhan sektor ini menjadi urutan keempat setelah subsektor perkebunan, perikanan
dan subsektor tanaman bahan makanan.
Sementara itu peranan subsektor tanaman perkebunan sebesar 4,56 persen pada tahun 2007
naik menjadi 4,70 persen pada tahun 2010. Laju pertumbuhan subsektor tanaman perkebunan selama
periode 2007-2010 mengalami pertumbuhan positif tiap tahunnya. Subsektor ini mengalami
pertumbuhan sebesar 3,94 persen pada tahun 2007 , tumbuh melambat pada tahun 2008 sebesar 3,79
persen selanjutnya meningkat sebesar 6,68 persen pada tahun 2010 seperti terlihat pada Tabel 3.1.
Subsektor lainnya pada sektor pertanian adalah kehutanan yang pada tahun 2010 secara peranan masih
menjadi yang terbesar ketiga terhadap PDRB sektor pertanian. Akan tetapi, bila dilihat dari angka
pertumbuhannya, subsektor ini selalu mengalami pertumbuhan negatif tiap tahun. Pada tahun 2010
subsektor ini tumbuh sebesar minus 10,13 persen. Hal ini perlu mendapat perhatian lebih dari
Pemerintah karena kehutanan masih menjadi andalan bagi penerimaan Pendapatan Regional.
3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor Pertambangan dan Penggalian terdiri dari dua subsektor yaitu subsektor pertambangan
minyak dan gas, dan subsektor penggalian dan penggaraman. Kontribusi PDRB sektor ini di Kabupaten
Simeulue hanya berasal dari subsektor penggalian dan penggaraman. Kontribusi PDRB dari sektor ini
pada tahun 2010 masih sangat kecil yaitu 1,10 persen dari total nilai PDRB Kabupaten Simeulue. Dilihat
dari pertumbuhannya, sektor ini selalu mengalami pertumbuhan positif tiap tahun. Pada tahun 2010
sektor ini tumbuh sebesar 9,44 persen seperti terlihat pada Gambar 3.2.
16
Gambar 3.2 Peranan dan Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian terhadap Total PDRB
Tahun 2007-2010 (persen)
3.3 Sektor Industri Pengolahan
Sektor Industri Pengolahan terdiri dari dua subsektor yaitu subsektor industri migas dan
subsektor industri tanpa migas. Kontribusi PDRB sektor ini di Kabupaten Simeulue hanya berasal dari
subsektor industri tanpa migas. Kontribusi yang diberikan sektor ini pada periode 2007-2010 cenderung
menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2007 kontribusi yang diberikan sektor ini sebesar 1,98 persen,
kemudian terus turun menjadi sebesar 1,46 persen pada tahun 2010. Sementara itu pertumbuhan
sektor ini pada tahun 2007 hanya sebesar 1,22 persen dan tumbuh sebesar 1,10 persen pada tahun
2010. Peranan dan pertumbuhan sektor ini periode tahun 2007-2010 secara rinci dapat dilihat pada
Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Peranan dan Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan terhadap Total PDRB
Tahun 2007-2010 (persen)
17
3.4. Sektor Listrik dan Air Minum
Sektor Listrik dan Air Minum terdiri dari dua subsektor yaitu subsektor listrik dan subsektor air
minum. Kontribusi yang diberikan sektor ini terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Simeulue lebih
banyak berasal dari subsektor listrik, sedangkan yang berasal dari subsektor air minum masih sangat
kecil. Subsektor air minum merupakan nilai tambah yang diberikan oleh kegiatan pengelolaan air bersih
untuk dikonsumsi masyarakat yang dikelola secara ekonomis, baik oleh Pemerintah Daerah seperti
PDAM maupun oleh pihak swasta.
Subsektor listrik memberikan kontribusi sebesar 0,50 persen terhadap pembentukan PDRB
Kabupaten Simeulue tahun 2007 dan meningkat menjadi 0,93 persen pada tahun 2010. Dari sisi
pertumbuhan sektor ini mengalami perumbuhan positif sebesar 20,25 persen pada tahun 2007 menjadi
27,49 persen di tahun 2010. Subsektor air bersih masih sangat kecil dalam peranan maupun
pertumbuhannya. Hal yang perlu dicermati karena masyarakat selalu membutuhkan air bersih dalam
kehidupan sehari-hari.
Tabel 3.2 Peranan dan Laju Pertumbuhan Sektor Listrik dan Air Minum Menurut Subsektor
Tahun 2007-2010 (persen)
Subsektor 2007 2008 2009* 2010**
Peranan
1. Listrik 0,4995 0,6226 0,7282 0,9278
2. Air Bersih 0,0010 0,0010 0,0011 0,0012
Laju Pertumbuhan
1. Listrik 20,25 19,35 25,55 27,49
2. Air Bersih 1,47 13,12 14,80 14,28
3.5 Sektor Bangunan/Kontruksi
Sektor Bangunan/Kontruksi juga masih memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PDRB
Kabupaten Simeulue. Pada periode tahun 2007-2010 kontribusi yang diberikan oleh sektor ini selalu
meningkat dari tahun ke tahun yaitu sebesar 6,19 persen pada tahun 2007, sebesar 6,68 persen pada
tahun 2008, sebesar 7,25 persen pada tahun 2009 dan sebesar 7,75 persen pada tahun 2010. Sedangkan
laju pertumbuhan sektor ini meningkat dari sebesar 7,10 persen pada tahun 2007 menjadi sebesar 9,03
persen pada tahun 2010. Tahun 2008 merupakan puncak pertumbuhan sektor Bangunan/Kontruksi
yaitu sebesar 11,15 persen. Peranan dan laju pertumbuhan sektor ini periode 2007-2010 secara rinci
dapat dilihat pada Gambar 3.4.
18
Gambar 3.4 Peranan dan Pertumbuhan Sektor Bangunan/Kontruksi terhadap Total PDRB
Tahun 2007-2010 (persen)
3.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor ini terdiri dari tiga subsektor yaitu subsektor perdagangan (semua aktivitas perdagangan
besar maupun eceran), subsektor hotel (aktivitas ekonomi pada pelayanan akomodasi/penginapan) dan
subsektor restoran/rumah makan. Dari ketiga subsektor yang ada, perdagangan merupakan subsektor
penyumbang terbesar dari sektor ini terhadap pembentukan nilai PDRB Kabupaten Simeulue.
Gambar 3.5 Peranan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Menurut Subsektor terhadap Total PDRB
Tahun 2007-2010 (persen)
Subsektor perdagangan pada tahun 2010 memberikan kontribusi senilai 15,79 persen. Pada
kurun waktu tahun 2007-2010, kontribusi subsektor perdagangan mengalami perubahan yang sangat
kecil. Akan tetapi sektor perdagangan masih akan terus berkembang mengikuti perkembangan sektor-
sektor unggulan lainnya terutama sektor pertanian karena komoditi pertanian yang dihasilkan daerah ini
19
akan diperdagangkan baik secara lokal maupun antar daerah. Laju pertumbuhan subsektor perdagangan
periode 2007-2010 juga mengalami perlambatan. Pada tahun 2007 perdagangan di Kabupaten Simeulue
tumbuh sebesar 11,84 persen, kemudian tumbuh sebesar 35,19 persen pada tahun 2008, sebesar 12,56
persen tahun 2009 dan 10,16 persen pada tahun 2010.
Subsektor hotel atau akomodasi masih memberikan kontribusi yang kecil terhadap
pembentukan PDRB Kabupaten Simeulue. Hal ini tentu erat kaitannya dengan keberadaaan penginapan
yang masih sangat terbatas untuk akomodasi setingkat hotel di daerah ini. Kontribusi yang diberikan
sektor ini pada tahun 2007 senilai 0,12 persen kemudian tahun 2010 turun menjadi 0,11 persen. Kondisi
ini berbeda dengan subsektor restoran/rumah makan yang memberikan kontribusi yang cenderung
meningkat. Kontribusi masing-masing subsektor periode tahun 2007-2010 secara rinci dapat dilihat pada
Gambar 3.5, sedangkan laju pertumbuhan dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Laju Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Menurut Subsektor
Tahun 2007-2010 (persen)
Subsektor 2007 2008 2009* 2010**
1. Perdagangan 11,84 35,19 12,56 10,16
2. Hotel 2,75 2,22 2,84 3,91
3. Restoran 2,76 13,23 6,92 9,80
Sektor Perdagangan, Hotel 11,49 34,33 12,37 10,12
dan Restoran
3.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi memiliki peranan sebagai pendorong aktivitas di setiap
ekonomi. Dalam era globalisasi, peranan sektor ini sangat vital dan menjadi indikator kemajuan bangsa,
terutama jasa telekomunikasi menjadikan dunia tanpa batas. Subsektor transportasi memiliki peran
sebagai jasa pelayanan bagi mobilitas perekonomian. Sektor ini di Kabupaten Simeulue terdiri dari
empat subsektor yaitu subsektor angkutan jalan raya, subsektor angkutan laut, sungai dan
danau, subsektor komunikasi serta subsektor jasa penunjang angkutan. Pada periode tahun
2007-2010, sektor Pengangkutan dan Komunikasi baru memberikan kontribusi sebesar 6,19
persen pada tahun 2007 dan terus meningkat setiap tahunnya menjadi sebesar 7,75 pada
tahun 2010. Subsektor komunikasi meningkat secara konsisten memberikan sumbangan dari
sebesar 1,90 tahun 2007 menjadi sebesar 2,24 persen tahun 2010.
Sumbangan terbesar diberikan oleh subsektor angkutan laut, sungai dan danau yaitu
3,13 persen pada tahun 2010. Pada tahun tersebut kontribusi yang diberikan oleh subsektor
angkutan jalan raya mencapai 1,77 persen dari total PDRB Kabupaten Simeulue. Keberadaan
bandara Lasikin juga menunjang penerimaan dari subsektor angkutan udara pada total PDRB
sebesar 0,57 persen. Sumbangan subsektor jasa penunjang angkutan nilainya masih sangat
kecil yaitu 0,05 persen. Pada masa yang akan datang sektor pengangkutan dan komunikasi akan
terus meningkat seiring peningkatan aktivitas pada sektor ekonomi lainnya yang tidak akan
terlepas dari kegiatan transportasi dan komunikasi.
20
Gambar 3.6 Peranan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi terhadap Total PDRB Tahun 2007-2010 (persen)
3.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Secara garis besar, sektor ini terbagi atas lima kelompok kegiatan utama yaitu: usaha perbankan
dan moneter (otoritas moneter), lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, usaha real
estate (persewaan bangunan dan tanah), dan jasa perusahaan. Tiga kelompok pertama disebut juga
sebagai sektor finansial, karena secara umum kegiatan utamanya berhubungan dengan penarikan dana
dari masyarakat maupun penyalurannya kembali. Namun untuk subsektor jasa penunjang keuangan di
Kabupaten Simeulue belum tercatat dalam perhitungan PDRB sehingga belum ada nilai PDRBnya.
Kontribusi yang diberikan sektor ini terhadap PDRB sebesar 2,98 persen pada tahun 2007 dan terus
meningkat hingga menjadi sebesar 3,32 persen pada tahun 2010. Porsi terbesar masih diberikan oleh
subsektor sewa bangunan yaitu 2,07 persen di tahun 2010. Subsektor bank memiliki kontribusi sebesar
1,15 persen pada tahun 2010. Subsektor jasa perusahaan dan lembaga keuangan bukan bank masih
sangat kecil kontribusinya terhadap PDRB yaitu masing-masing 0,01 persen untuk subsektor jasa
perusahaan dan 0,09 persen untuk subsektor lembaga keuangan bukan bank.
Gambar 3.7 Peranan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan terhadap Total PDRB
Tahun 2007-2010 (persen)
21
3.9 Sektor Jasa-Jasa
Sektor Jasa-jasa terdiri dari subsektor jasa pemerintahan umum dan jasa swasta. Jasa
pemerintahan umum mencakup kegiatan adminstrasi pemerintahan dan pertahanan, dan jasa
pemerintahan lainnya seperti pendidikan, jasa kesehatan dan kemasyarakatan lainnya. Sedangkan
subsektor jasa swasta meliputi kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan; jasa hiburan dan rekreasi; dan
jasa perorangan dan rumah tangga.
Proporsi sektor Jasa-jasa terhadap PDRB merupakan yang terbesar kedua setelah sektor
pertanian. Sumbangan sektor ini pada tahun 2010 sebesar 18,39 persen, naik dibanding tahun 2009
yang hanya mencapai 17,54 persen.
Kontribusi terbesar pada sektor ini masih dipegang oleh subsektor jasa pemerintahan umum
yaitu sebesar 17,72 persen pada tahun 2010 yang sedikit meningkat dari tahun 2009 yang hanya
mencapai 16,88 persen. Sedangkan sumbangan subsektor lainnya masih di bawah satu persen.
Gambar 3.8 Peranan Sektor Jasa-jasa terhadap PDRB Tahun 2007-2010 (persen)
Ruang Lingkup dan Metode Perhitungan
Daftar Istilah Penting
Tabel Lampiran
23
A. RUANG LINGKUP DAN METODE PERHITUNGAN
Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-
masing sektor dan subsektor, cara-cara penghitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) baik atas dasar harga
berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber datanya.
1. Pertanian
Ruang lingkup sektor pertanian adalah segala pengusahaan yang didapat dari alam dan
merupakan barang-barang biologis atau hidup dimana hasilnya akan digunakan untuk memenuhi hidup
sendiri atau dijual kepada pihak lain, tidak termasuk kegiatan yang tujuannya untuk hobi saja. Kegiatan
pertanian pada umumnya berupa cocok tanam, pemeliharaan ternak, penangkapan ikan, penebangan
kayu dan pengambilan hasil hutan serta perburuan binatang liar. Sektor pertanian meliputi 5 subsektor
yaitu: subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan
perikanan.
1.1 Tanaman Bahan Makanan
Subsektor ini mencakup komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela
rambat, umbi-umbian, kacang tanah, kacang kedelai, kacang-kacangan lainnya; sayur-sayuran, buah-
buahan, padi-padian serta bahan makanan lainnya.
1.2 Tanaman Perkebunan
Subsektor ini mencakup semua jenis kegiatan tanaman perkebunan yang diusahakan baik oleh
rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan. Komoditi yang dicakup antara lain cengkeh, jahe, jambu
mete, jarak, kakao, karet kapas, kapok, kayu manis, kelapa, kelapa sawit, kemiri, kina, kopi, lada, pala,
panili, serat karung, tebu, tembakau, teh serta tanaman perkebunan lainnya.
1.3 Peternakan dan Hasilnya
Subsektor ini mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis ternak dan
unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong dan diambil hasilnya, baik yang
dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Jenis ternak yang dicakup adalah: sapi, kerbau,
kambing, babi, kuda, ayam, itik, telur ayam, telur itik, susu sapi serta hewan peliharaan lainnya.
1.4 Kehutanan
Subsektor ini mencakup kegiatan penebangan segala jenis kayu serta pengambilan daun-
daunan, getah-getahan dan akar-akaran, termasuk juga kegiatan perburuan. Komoditi yang dicakup
meliputi: kayu gelondongan (baik yang berasal dari hutan rimba maupun hutan budidaya), kayu bakar,
rotan, arang, bambu, terpentin, gondorukem, kopal, menjangan, babi hutan, serta hasil hutan lainnya.
1.5 Perikanan
Subsektor ini mencakup semua kegiatan penangkapan, pembenihan dan budidaya segala jenis
ikan dan biota air lainnya, baik yang berada di air tawar maupun di air asin. Komoditi hasil perikanan
24
antara lain seperti ikan tuna dan jenis ikan laut lainnya; ikan mas dan jenis ikan air darat lainnya; ikan
bandeng dan jenis ikan air payau lainnya; udang dan binatang berkulit keras lainnya; cumi-cumi dan
binatang lunak lainnya; rumput laut serta tumbuhan laut lainnya.
1.6 Jasa Pertanian
Jasa pertanian merupakan jasa-jasa khusus yang diberikan untuk menunjang kegiatan pertanian
berdasarkan suatu pungutan atau kontrak tertentu. Termasuk dalam jasa pertanian adalah penyewaan
alat pertanian dengan operatornya dengan syarat pengelolaan dan resiko usaha tersebut dilakukan
secara terpisah.
Dalam perhitungan nilai tambah sektor pertanian, secara konsep nilai tambah jasa pertanian ini
terdistribusi pada masing-masing subsektor (misalnya jasa dokterhewan pada subsektor peternakan,
jasa memetik kopi pada subsektor perkebunan). Akan tetapi karena sampai saat ini belum didapat
informasi yang lengkap tentang jasa pertanian, maka untuk alasan praktisnya nilai tersebut dianggap
terwakili dalam besarnya presentase mark-up untuk tiap-tiap subsektor pertanian.
1.7 Metode Perhitungan Output dan Nilai Tambah
Pendekatan yang digunakan dalam memperkirakan nilai tambah sektor pertanian adalah melalui
pendekatan dari sudut produksi. Pendekatan ini didasarkan pada pertimbangan tersedianya data
produksi dan harga untuk masing-masing komoditi pertanian. Secara umum, nilai output setiap komoditi
diperoleh dari hasil perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga produsen komoditi
bersangkutan. Menurut sifatnya, output dibedakan atas dua jenis yaitu output utama dan output ikutan.
Disamping itu diperkirakan melalui besaran presentase pelengkap (mark-up) yang diperoleh dari
berbagai survei khusus. Total output suatu subsektor merupakan penjumlahan dari nilai output utama
dan ikutan dari seluruh komoditi ditambah dengan nilai pelengkapnya. Nilai Tambah Bruto (NTB) suatu
subsektor diperoleh dari penjumlahan NTB tiap-tiap komoditi. NTB ini didapat dari pengurangan nilai
output atas harga produsen terhadap seluruh biaya antara, yang dalam prakteknya biasa dihitung
melalui perkalian antara rasio NTB terhadap output komoditi tertentu. Untuk keperluan penyajian data
NTB atas dasar harga konstan 2000 (2000=100), digunakan metode revaluasi, yaitu metode dimana
seluruh produksi dan biaya-biaya antara dinilai berdasarkan harga tahun dasar 2000. Khusus untuk
subsektor peternakan, penghitungan produksinya tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi
diperoleh melalui suatu rumus persamaan yang menggunakan tiga peubah, yakni: banyaknya ternak
yang dipotong ditambah selisih populasi ternak dan selisih antara ekspor dan impor ternak.
2. Pertambangan dan Penggalian
Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam sektor pertambangan dan penggalian dikelompokkan
dalam tiga subsektor, yaitu: pertambangan minyak dan gas bumi (migas), pertambangan tanpa migas
dan penggalian. Di Provinsi NAD tidak ada kegiatan pertambangan bukan migas.
2.1 Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Pertambangan migas meliputi kegiatan pencarian kandungan minyak dan gas bumi, penyiapan
pengeboran, penambangan, penguapan, pemisahan serta penampungan untuk dapat dijual atau
dipasarkan. Komoditi yang dihasilkan adalah minyak bumi, kondensat dan gas bumi. Metode
25
penghitungan yang digunakan pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlaku diperoleh melalui
perkalian antara kuantum barang yang dihasilkan dengan harga per unit produksi pada masing-masing
tahun. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output tersebut dengan rasio NTB
terhadap output pada masing-masing tahun. Sedangkan output atas dasar harga konstan 2000
diperoleh dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan kuantum barang yang dihasilkan pada masing-masing
tahun dengan harga per unit produksi pada tahun 2000. Melalui perkalian antara output dengan rasio
NTB terhadap output tahun 2000 diperoleh NTB atas dasar harga konstan 2000.
2.2 Penggalian dan Penggaraman
Subsektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu-
batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya berada pada permukaan bumi. Hasil dari kegiatan ini
adalah batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir untuk bahan
bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, kaolin, tanah liat dan komoditi penggalian selain tersebut di atas.
Termasuk dalam subsektor penggalian adalah komoditi garam kasar.
3. Industri Pengolahan
Industri pengolahan dibedakan atas dua kelompok besar yaitu pertama industri pengolahan
minyak dan gas bumi (migas), kedua yaitu industri pengolahan tanpa migas.
3.1 Industri Pengolahan Migas Pengilangan Minyak Bumi
Pengilangan minyak bumi meliputi produk LPG yang dihasilkan oleh pengilangan gas alam.
Pendekatan perhitungan output untuk subsektor ini menggunakan pendekatan produksi. Output atas
dasar harga berlaku adalah merupakan perkalian antara produksi dengan harga untuk masing-masing
tahun, sedang atas dasar harga konstan digunakan cara revaluasi, yaitu produksi pada masing-masing
tahun dikalikan dengan harga pada tahun dasar. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari output atas
dasar harga berlaku dikalikan dengan rasio NTB untuk masing-masing tahun, sedangkan NTB atas dasar
harga konstan diperoleh dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan rasio NTB pada tahun
dasar.
Gas Alam Cair
Pengilangan gas alam cair di Indonesia terdapat di Provinsi Aceh dan Kalimantan Timur.
Pendekatan estimasi output menggunakan pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlaku
adalah perkalian antara produksi dengan harganya untuk masing-masing tahun, sedang atas dasar harga
konstan digunakan cara revaluasi, yaitu produksi pada masing-masing tahun dikalikan dengan harga
pada tahun dasarnya. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari output atas dasar harga berlaku
dikalikan dengan rasio NTB untuk masing-masing tahun. Sedang untuk NTB atas dasar harga konstan
dikalikan dengan rasio NTB pada tahun tahun dasar.
3.2 Industri Tanpa Migas
Sejak tahun 1993 Industri Pengolahan Tanpa Migas disajikan menurut dua digit kode Klasifikasi
Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) yaitu industri makanan, minuman dan tembakau (31); Industri tekstil,
pakaian jadi dan kulit (32); Industri kayu, bambu dan rotan (33); Industri Kertas dan barang dari kertas
26
(34); Industri kimia dan barang-barang dari kimia dan karet (35); Industri barang galian bukan logam
(36); Industri logam dasar (37); Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya (38); dan Industri
pengolahan lainnya (39).
Industri Besar dan Sedang
Metode penghitungannya menggunakan pendekatan produksi, yaitu output dihitung lebih
dahulu, kemudian setelah dikurangi dengan biaya antara diperoleh NTB. Pada prinsipnya metode
estimasi yang digunakan, baik pada seri lama maupun pada seri baru tidak berbeda yaitu menggunakan
cara inflasi untuk menghitung atas dasar harga berlaku dan cara ekstrapolasi untuk menghitung atas
dasar harga konstannya. Baik output maupun nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari
survei tahunan Industri Besar dan Sedang.
Industri Kecil dan Keerajinan Rumah Tangga
Pada prinsipnya cakupan dan definisi kegiatan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga (IKKR)
sama dengan cakupan dan definisi kegiatan Industri Besar/Sedang tanpa Migas. Perbedaannya terletak
pada jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan industri tersebut. Suatu perusahaan dikatakan
sebagai Industri Kecil jika tenaga kerjanya berjumlah antara 5 sampai 19 orang. Sedangkan Industri
Kerajinan Rumah Tangga jika tenaga kerjanya kurang dari 5 orang.
Dengan adanya pergeseran tahun dasar 1993 ke 2000, serta penyempurnaan yang berkaitan dengan
kelengkapan data pendukung, maka metode penghitungan output dan NTB subsektor ini diperbaiki
dengan menggunakan pendekatan hasil SUSI (Survei Usaha Terintegrasi).
4. Listrik dan Air Minum
4.1 Listrik
Kegiatan ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, baik yang diselenggarakan
oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) maupun oleh Perusahaan Pemerintah Daerah dan listrik
yang diusahakan oleh swasta (perorangan maupun perusahaan), dengan tujuan untuk dijual. Listrik yang
dibangkitkan atau yang diproduksi meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi,
dan listrik yang dicuri. Metode perhitungan pada sektor ini yaitu dengan menggunakan pendekatan
produksi.
4.2 Air Minum
Kegiatan subsektor air minum/air bersih mencakup proses pembersihan, pemurnian dan proses
kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum, serta pendistribusian dan penyaluran secara langsung
melalui pipa dan alat lain ke rumah tangga, instansi pemerintah maupun swasta. Metode penghitungan
yang digunakan yaitu dengan pendekatan produksi.
5. Bangunan
Kegiatan sektor bangunan terdiri dari bermacam-macam kegiatan meliputi pembuatan,
pembangunan, pemasangan dan perbaikan (berat maupun ringan) semua jenis konstruksi yang
keseluruhan kegiatan sesuai dengan rincian menurut KLUI. Metode yang digunakan untuk mendapatkan
27
NTB sektor bangunan adalah melalui pendekatan arus barang (Commodity Flows). Penggunaan metode
ini didasarkan pada pemikiran bahwa besarnya output pada sektor bangunan sejalan dengan besarnya
input komoditi yang dipergunakan untuk bangunan. Metode estimasi untuk memperoleh output dan
Nilai Tambah Bruto dengan harga konstan harus diperoleh dahulu sebelum memperoleh output dan
NTB harga berlaku.
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
6.1 Perdagangan
Kegiatan yang dicakup dalam subsektor perdagangan meliputi kegiatan membeli dan menjual
barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran/pendistribusian tanpa mengubah
sifat barang tersebut. Subsektor perdagangan dalam perhitungannya dikelompokkan ke dalam dua jenis
kegiatan yaitu perdagangan besar dan perdagangan eceran. Perdagangan besar meliputi kegiatan
pengumpulan dan penjualan kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari produsen atau
importir ke pedagang besar lainnya, pedagang eceran, perusahaan dan lembaga yang tidak mencari
untung. Sedangkan perdagangan eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya melayani
konsumen perorangan atau rumah tangga tanpa merubah sifat, baik barang baru atau barang bekas.
Metode yang digunakan yaitu metode arus barang. Output atau margin perdagangan merupakan selisih
antara nilai jual dan nilai beli barang yang diperdagangkan setelah dikurangi dengan biaya angkut
barang dagangan yang dikeluarkan oleh pedagang. Dengan menggunakan metode arus barang, output
dihitung berdasarkan margin perdagangan yang timbul akibat memperdagangkan barang-barang dari
sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta barang-barang yang berasal dari impor.
NTB diperoleh berdasarkan perkalian antara total output dengan rasio NTB. Kemudian untuk
memperoleh total NTB subsektor perdagangan adalah dengan menjumlahkan NTB tersebut dengan
pajak penjualan dan bea masuk barang impor.
6.2 Hotel
Sub sektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau
seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi disini adalah hotel berbintang
maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen,
motel dan sejenisnya.
Termasuk pula kegiatan penyediaan makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya
bagi para tamu yang menginap dimana kegiatan-kegiatan tersebut berada dalam satu-kesatuan
manajemen dalam penginapan. Alasan penggabungan ini karena datanya sulit dipisahkan. NTB
subsektor hotel diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi. Indikator produksi yang
digunakan adalah jumlah malam kamar dan indikator harganya rata-rata tarif per malam kamar. Output
atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator produksi dengan indikator harganya.
Sedangkan NTB diperoleh berdasarkan perkalian output dengan rasio NTBnya. Output dan NTB atas
dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan ekstrapolasi.
28
6.3 Restoran
Kegiatan subsektor restoran mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman jadi yang
pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan. Kegiatan yang termasuk dalam subsektor ini seperti
rumah makan, warung nasi, warung kopi, katering dan kantin. Pedekatan yang digunakan untuk
menghitung NTB subsektor restoran yaitu pendekatan pengeluaran konsumsi makanan dan minuman
jadi diluar rumah.
7. Pengangkutan dan Komunikasi
7.1 Pengangkutan
Kegiatan yang dicakup dalam subsektor ini terdiri atas Angkutan Jalan Raya; Angkutan Sungai;
Danau dan Penyeberangan; Angkutan laut; Angkutan Udara dan Jasa Penunjang Angkutan. Kegiatan
peengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat
lainnya dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan, baik bermotor maupun tidak bermotor.
Sedangkan jasa penunjang angkutan mencakup kegiatan yang sifatnya menunjang kegiatan
pengangkutan seperti terminal, pelabuhan dan pergudangan.
Angkutan Jalan Raya
Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang menggunakan alat angkut kendaraan
jalan raya, baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk pula kegiatan carter/sewa kendaraan baik
dengan atau tanpa pengemudi. Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output
atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara indikator produksi dengan indikator harga untuk
masing-masing jenis angkutan. Sedangkan output atas dasar harga konstan diperoleh dengan
menggunakan metode ekstrapolasi. NTB dihitung berdasarkan perkalian antara rasio NTB dengan
outputnya.
Angkutan Laut
Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal laut yang
beroperasi di dalam dan ke luar daerah domestik. tidak termasuk kegiatan pelayaran laut yang
diusahakan oleh perusahaan lain yang berada dalam satu satuan usaha, dimana kegiatan pelayaran ini
sifatnya hanya menunjang kegiatan induknya dan data yang tersedia sulit untuk dipisahkan. Pada
dasarnya metode estimasi NTB angkutan laut seri tahun 2000 sama dengan seri tahun dasar 1993.
Perbedaan kedua seri tersebut terletak dalam penggunaan rasio NTB. Output atas dasar harga berlaku
diperoleh berdasarkan perkalian indikator produksi dengan indikator harganya. Output atas dasar harga
konstan dihitung dengan metode ekstrapolasi. Sedangkan NTB diperoleh dengan perkalian antara rasio
NTB dengan outputnya.
Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan
Kegiatan yang dicakup meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan
menggunakan kapal/angkutan.
Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan poduksi . Indikator produksi yang digunakan adalah
jumlah penumpang, barang dan mobil yang diangkut.
29
Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator produksi dengan indikator
harga dari penyeberangan. Untuk output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode
ekstrapolasi. Sedangkan NTB diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio NTB dengan outputnya.
Angkutan Udara
Kegiatan ini meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan
pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan yang beroperasi di Indonesia. Metode
estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Indikator produksi yang digunakan adalah
kilometer (km) penumpang dan kilometer (km) barang yang diangkut. Output atas dasar harga berlaku
angkutan udara diperoleh dari perusahaan penerbangan. Sedangkan nilai tambah bruto diperoleh
dengan mengalikan rasio NTB dengan outputnya. Output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh
dengan metode ekstrapolasi.
Jasa Penumpang Angkutan
Mencakup kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan, yaitu
meliputi jasa-jasa pelabuhan udara, laut, sungai, darat (terminal & parkir), bongkar muat laut dan darat,
keagenan penumpang, ekspedisi laut, jalan tol dan jasa penunjang lainnya (pengerukan dan pengujian
kelayakan angkutan laut). Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output dan
NTB atas dasar harga berlaku dari kegiatan-kegiatan yang sifatnya monopoli diperoleh dari pengolahan
laporan keuangan BUMN yang terkait. Kegiatan lainnya diperhitungkan dengan mengalikan indikator
produksi dan harga. Rasio-rasio yang digunakan adalah rasio NTB, rasio mark-up dan rasio lainnya yang
sesuai.
Output dan NTB jasa penunjang angkutan diestimasi dengan pendekatan produksi, yaitu dengan
menggunakan jumlah perusahaan sebagai indikator produksi dan rata-rata pendapatan per perusahaan
sebagai indikator harganya. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan dihitung dengan
metode ekstrapolasi.
7.2 Komunikasi
Subsektor ini terdiri dari kegiatan Pos dan Giro, Telekomunikasi dan Jasa Penunjang Komunikasi.
Pos dan Giro mencakup kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman surat, wesel
dan paket pos yang diusahakan oleh PT Pos Indonesia. Kegiatan telekomunikasi meliputi pemberian jasa
kepada pihak lain dalam hal ini pengiriman berita melalui telegram, telepon dan telex yang diusahakan
oleh perusahaan oleh perusahaan seperti warung telekomunikasi (wartel) dan telepon seluler (ponsel).
Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlaku berupa
pendapatan Pos dan Giro serta Telekomunikasi diperoleh dari laporan keuangan. NTB atas dasar harga
berlaku diperoleh dari laporan keuangan berupa penjumlahan upah dan gaji, penyusutan, laba/rugi dan
komponen-komponen lainnya dari NTB. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh
dengan metode ekstrapolasi.
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
8.1 Bank
30
Kegiatan yang dicakup adalah kegiatan yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain seperti:
menerima simpanan terutama dalam bentuk giro dan deposito, memberikan kredit/pinjaman baik kredit
jangka pendek/menengah dan panjang, mengirim uang, membeli dan menjual surat-surat berharga,
mendiskonto surat wesel/kertas dagang/surat hutang dan sejenisnya, menyewakan tempat menyimpan
barang berharga dan sebagainya.
Output dari usaha perbankan adalah jumlah penerimaan atas jasa pelayanan bank yang
diberikan kepada pemakainya, seperti biaya administrasi atas transaksi dengan bank, biaya pengiriman
wesel dn sebagainya. Dalam output bank dimasukkan pula imputasi jasa bank yang sebenarnya sama
dengan selisih antara bunga yang diterima dengan bunga yang dibayarkan.
8.2 Lembaga Keuangan Tanpa Bank
Usaha Jasa Asuransi
Asuransi adalah salah satu jenis lembaga keuangan tanpa bank yang usaha pokoknya
menanggung resiko-resiko atas terjadinya musibah/kecelakaan tas barang atau orang tersebut
(termasuk tunjangan hari tua). Pada pihak ditanggung dapat menerima biaya atas hancur/rusaknya
barang mengakibatkan terjadinya kematian tertanggung. Jasa asuransi ini dapat dibedakan menjadi
asuransi jiwa, asuransi kerugian dan asuransi sosial. Asuransi Jiwa adalah usaha perasuransian yang
khusus menanggung resiko kematian, kecelakaan atau sakit, termasuk juga jaminan hari tua/masa
depan pihak tertanggung. Nilai pertanggungan ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yang
dicantumkan dalam surat perjanjian. Asuransi kerugian adalah usaha perasuransian yang khusus
menanggung resiko atas kerugian, kehilangan atau kerusakan harta milik/benda termasuk juga tanggung
jawab hukum pada pihak ketiga yang mungkin terjadi terhadap harta/benda milik tertanggung karena
sebab-sebab tertentu dengan suatu nilai pertanggungan yang besarnya telah ditentukan dan disetujui
oleh kedua belah pihak yang dicantumkan dalam surat perjanjian.
Asuransi Sosial adalah usaha perasuransian yang mencakup usaha asuransi jiwa (kerugian) yang
dibentuk pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pihak asuransi
dengan seluruh/segolongan masyarakat untuk tujuan sosial. Pihak asuransi ini akan
menerima/menampung sejumlah iuran/sumbanganwajib dari masyarakat yang menggunakan jasa
pelayanan umum, seperti: jasa angkutan, jasa kesehatan, jasa/pelayanan terhadap pemilik kendaraan
bermotor dan pelayanan hari tua. Output dari kegiatan asuransi merupakan rekapitulasi dari output
asuransi jiwa, asuransi bukan jiwa (asuransi sosial, reasuransi kerugian serta broker asuransi). Biaya
antara yang dikeluarkan dalam kegiatan asuransi berupa biaya umum (seperti pembelian alat tulis
kantor, BBM, rekening listrik dan sebagainya), biaya pemeliharaan, sewa gedung dan biaya administrasi.
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan selisih antara output dan biaya antara yang
diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Sedangkan untuk NTB atas dasar harga konstan diperoleh
dengan cara sebagai berikut: untuk asuransi jiwa menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai
ekstrapolatornya adalah jumlah pemegang polis; untuk asuransi sosial menggunakan metode
ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah peserta; untuk asuransi kerugian
menggunakan metode deflasi dan sebagai deflatornya adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
umum.
Dana Pensiun
31
Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola program yang menjanjikan manfaat
pensiun. Manfaat pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta pada saat
peserta pensiun dan dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan dana pensiun. Manfaat pensiun
terdiri dari manfaat pensiun normal, manfaat pensiun dipercepat, manfaat pensiun cacat dan manfaat
pensiun ditunda. Jenis dana pensiun dibedakan menjadi dua yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Dana
Pensiun Lembaga Keuangan.
Output dan NTB atas dasar harga berlaku dari kegiatan Dana Pensiun diperoleh dari hasil pengolahan
laporan keuangan kegiatan tersebut. Sedangkan estimasi outputdan NTB atas harga konstan diperoleh
dengan menggunakan cara deflasi/ekstrapolasi dan sebagai deflatornya/ekstrapolatornya adalah IHK
umum atau jumlah peserta.
Pegadaian
Mencakup usaha lembaga perkreditan pemerintah yang bersifat monopoli dan dibentuk
berdasarkan ketentuan undang-undang, yang tugasnya antara lain membina perekonomian rakyat kecil
dengan menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai dengan cara yang mudah, cepat, aman dan hemat.
Kegiatan utamanya adalah memberikan pinjaman usaha adalah memberikan pinjaman uang kepada
segolongan masyarakat dengan menerima jaminan barang bergerak. Besarnya pinjaman sesuai dengan
nilai barang jaminan yang diserahkan pihak peminjaman tanpa syarat apapun mengenai penggunaan
dananya. Output dan NTB atas dasar harga berlaku dari kegiatan Pegadaian diperoleh dari hasil
pengolahan laporan keuangan Perum Pegadaian . Outputnya terutama terdiri dari sewa modal, bunga
deposito dan lain-lain (sewa rumah). NTB diperoleh dengan mengurangkan output dengan biaya antara.
Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode
ekstrapolasi, dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah nasabah.
Lembaga Pembiayaan
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang bergerak di sektor keuangan dengan melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana
secara langsung dari masyarakat. Lembaga pembiayaan ini mencakup kegiatan sewa guna usaha, modal
ventura, anjak utang, kartu kredit dan pembiayanan konsumen.
Output dan struktur input atas dasar harga berlaku lembaga pembiayaan ini diperoleh dari Direktorat
Perbankan dan Usaha jasa Pembiayaan Departemen Keuangan. Sedangkan output dan NTB atas dasar
harga konstan diperoleh denganmenggunakan metode ekstrapolasi, dan sebagai ekstrapolatornya
adalah jumlah perusahaan.
8.3 Sewa Bangunan
Subsektor ini meliputi usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan
tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan serta usaha persewaan
tanah persil. Output untuk persewaan bangunan tempat tinggal diperoleh dari perkalian antara
pengeluran konsumsi rumah tangga perkapita untuk sewa rumah, kontrak rumah, sewa beli rumah
dinas, perkiraan sewa rumah, pajak dan pemeliharaan rumah dengan jumlah penduduk pertengahan
tahun. Sedangkan output usaha persewaan bangunan bukan tempat tinggal diperoleh dari perkalian
antara luas bangunan yang disewakan dengan rata-rata tarif sewa per m2. NTB diperoleh dari hasil
perkalian antara rasio NTB dengan outputnya. NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan
menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya indeks luas bangunan.
32
8.4 Jasa Perusahaan
Jasa Hukum (Advokat/pengacara, Notaris)
Yang dimaksud dengan advokat adalah ahli hukum yang berwenang bertindak sebagai
penasehat atau pembela perkara dalam pengadilan, baik perkara pidana maupun perdata. Sedangkan
notaris adalah orang yang ditunjuk dan diberi kuasa oleh Departemen Kehakiman untuk mensahkan dan
menyaksikan berbagai surat perjanjian, akta dan sebagainya.
Jasa Akuntansi dan Pembukuan
Jasa akuntansi dan pembukuan adalah usaha jasa pengurusan tata buku dan pemeriksaan
pembukuan termasuk juga jasa pengolahan data dan tabulasi yang merupakan bagian dari jasa
akuntansi dan pembukuan.
Jasa Pengolahan dan Penyajian Data
Jasa pengolahan dan penyajian data adalah usaha jasa pengolahan dan penyajian data yang
bersifat umum baik secara elektronik komputer maupun manual atas dasar balas jasa atau kontrak.
Termasuk di dalamnya adalah jasa pemograman komputer dan sebagainya yang ada hubungannya
dengan kegiatan komputer.
Jasa Bangungan, Arsitek dan Teknik
Jasa bangunan, arsitek dan teknik adalah usaha jasa konsultasi bangunan, jasa survei geologi,
penyelidikan tambang/pencarian komoditi pertambangan dan jasa penyelidikan serta sejenisnya.
Jasa Periklanan dan Riset Pemasaran
Jasa periklanan dan riset pemasaran adalah suatu kegiatan usaha yang memberikan pelayanan
kepada pihak lain dalam bentuk pembuatan dan pemasangan iklan, yang bertujuan untuk
menyampaikan informasi, membujuk dan mengingatkan kepada konsumen tentang produk dari suatu
perusahaan/usaha serta dalam penyampaiannya dapat melalui berbagai media massa.
Jasa Persewaan Mesin dan Peralatan
Jasa persewaan mesin dan peralatan adalah usaha persewaan mesin dan peralatannya untuk
keperluan pertanian, pertambangan ladang minyak, industri pengolahan, konstruksi dan mesin-mesin
keperluan kantor. Output jasa perusahaan diperoleh dari perkalian antara indikator produksi (jumlah
perusahaan atau tenaga kerja) dengan indikator harga (rata-rata output perusahaan atau per tenaga
kerja).
9. Jasa-jasa
9.1 Pemerintahan Umum dan Pertahanan
Jasa pemerintahan pada prinsipnya terbagi dua yakni pertama pelayanan dari pemerintahan
departemen dan pertahanan, kedua pelayanan yang diberikan oleh badan-badan di bawah departemen
tersebut. Pelayanan kedua ini disebut jasa pemerintahan lainnya.
33
Administrasi, Pemerintahan dan Pertahanan
Sektor pemerintahan umum dan pertahanan mencakup semua departemen dan non
departemen, badan/lembaga tinggi negara, kantor-kantor dan badan-badan yang berhubungan dengan
administrasi pemerintahan dan pertahanan. Belanja pegawai guru pemerintah yang memegang tata
usaha dikategorikan sebagai administrasi pemerintahan, sedangkan belanja pegawai guru pemerintah
yang tugasnya mengajar dikategorikan sebagai jasa pendidikan. Begitu juga dokter pemerintah yang
tidak melayani masyarakat dikelompokkan sebagai administraasi pemerintahan sedangkan dokter
pemerintah yang melayani masyarakat dikelompokkan sebagai jasa kesehatan. Kegiatan-kegiatan ini
meliputi semua tingkat pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang terdiri
pemerintah daerah tingkat I, tingkat II dan desa termasuk angkatan bersenjata.
Jasa Pemerintah Lainnya
Jasa pemerintah lainnya meliputi kegiatan yang bersifat jasa seperti sekolah-sekolah
pemerintah, bimbingan masyarakat terasing, museum, perpustakaan, tempat-tempat rekreasi yang
dibiayai dari keuangan pemerintah, dimana pemerintah memungut pembayaran yang pada umumnya
tidak mencapai besarnya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan tersebut. Unit-unit usaha semacam ini
menyediakan pelayanan jasa untuk masyarakat.
Aparat pemerintah yang melayani penyuluhan KB atau memberi penyuluhan kepada
masyarakat terasing dikategorikan sebagai jasa kemasyarakatan lainnya. Sedangkan pegawai
pemerintah yang melakukan penjuala tiket masuk taman hiburan, museum atau malayani masyarakat di
perpustakaan dikategorikan sebagai jasa hiburan dan kebudayaan. Belanja pegawai dari sektor ini terdiri
dari gaji pokok, honorarium dan tunjangan lainnya. Belanja pegawai yang dipisahkan dari belanja
pembangunan ditransfer ke belanja rutin, seperti pembayaran honor pegawai negeri yang turut dalam
kegiatan proyek. Belanja pegawai jasa pemerintahan lainnya yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat
maupun daerah, baik rutin maupun pembangunan adalah untuk guru-guru sekolah negeri, pekerja
rumah sakit pemerintah, pekerja bimbingan masyarakat terasing, pekerja perpustakaan dan tempat-
tempat rekreasi serta museum pemerintah. Penyusutan barang modal dari sektor ini tidak memuat
unsur surplus usaha. Sedangkan pemerintah tidak melakukan pembayaran pajak tak langsung, untuk
memperoleh nilai tambah bruto diperkirakan dari penjumlahan belanja pegawai serta perkiraan
penyusutan. Data untuk estimasi NTB sektor pemerintahan umum didasarkan pada realisasi
pengeluaran pemerintah. Belanja pegawai jasa pemerintahan lainnya yang ditransfer dari pemerintah
pusat dan daerah diperoleh dari realisasi anggaran belanja pembangunan menurut sektor dan
subsektor. Sedangkan belanja pegawai jasa pemerintahan lainnya untuk pemerintah daerah diperoleh
dari laporan belanja pegawai menurut jenis pengeluaran. Disamping belanja pegawai diatas penyusutan
juga termasuk dalam penghitungan NTB jasa pemerintahan lainnya. Dimana nilai penyusutan
diperkirakan sekitar 5 persen dari nilai belanja pegawai.
Perkiraan NTB sektor pemerintahan umum dan jasa lainnya atas dasar harga konstan 2000
dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks tertimbang jumlah pegawai negeri menurut
golongan kepangkatan.
9.2 Swasta
Jasa Sosial kemasyarakatan
34
Meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset/penelitian, palang merah, panti asuhan, panti wreda,
yayasan pemeliharaan anak cacat (YPAC), rumah ibadat dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh
pemerintah maupun swasta. Output jasa sosial kemasyarakatan diproleh dari hasil perkalian antara
masing-masing indikator produksi seperti jumlah murid menurut jenjang pendidikan, jumlah tempat
tidur rumah sakit, jumlah dokter, jumlah anak yang diasuh, jumlah orang lanjut usia yang dirawat,
jumlah rumah ibadah, jumlah anak cacat yang dirawat dengan rata-rata output per masing-masing
indikator.
Jasa Hiburan dan Rekreasi
Meliputi kegiatan produksi dan distribusi film komersial dan film dokumenter untuk
kepentingan pemerintah serta reproduksi film video, jasa bioskop dan panggung hiburan, studio radio,
perpustakaan, museum, kebun binatang, gedung olehraga, kolam renang, klab malam, taman hiburan,
lapangan golf, lapangan tenis, bilyar, artis film, artis panggung, karaoke, video klip, studio televisi dan
stasiun pemancar radio yang dikelola oleh swasta. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan
menggunakan metode pendekatan produksi, yaitu diperoleh dari hasil perkalian antara indikator
produksi dengan indikator harga.
Output kegiatan produksi film diperoleh dari perkalian antara jumlah film yang diproduksi dengan rata-
rata output per film. Output kegiatan distribusi film diperoleh dari perkalian antara rasio biaya sewa film
dengan output bioskop, sedangkan output bioskop diperoleh dari perkalian antara jumlah penonton
dengan rata-rata output per penonton. Output panggung hiburan/kesenian dihitung berdasarkan pajak
tontonan yang diterima pemerintah. Output untuk jasa hiburan dan rekreasi lainnya pada umumnya
didasarkan pada hasil perkalian antara jumlah perusahaan dan jumlah tenaga kerja masing-masing
dengan rata-rata output per indikatornya. Dan NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil
perkalian antara rasio NTB dengan output. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan
menggunakan metode deflasi/ekstrapolasi dengan deflator/ekstrapolatornya adalah IHK hiburan dan
rekreasi atau indeks indikator produksi yang sesuai.
Jasa Perorangan dan Rumah Tangga
Meliputi segala jenis kegiatan jasa yang pada umumnya melayani perorangan dan rumah
tangga, yang terdiri dari:
a) Jasa perbengkelan/reparasi kendaraan bermotor, mencakup perbaikan kecil dari kendaraan roda
empat, roda tiga dan dua, seperti mobil pribadi, mobil umum, sepeda motor dan sebagainya.
b) Jasa perbengkelan/reparasi lainnya seperti perbaikan/reparasi jam, televisi, radio, lemari es, mesin
jahit, sepeda dan barang-barang rumah tangga lainnya.
c) Jasa pembantu rumah tangga, mencakup koki, tukang kebun, penjaga malam, pengasuh bayi dan anak
sejenisnya.
d) Jasa perorangan lainnya, mencakup tukang binatu, tukang cukur, tukang jahit, tukang semir sepatu
dan sejenisnya.
Output atas dasar harga berlaku untuk jasa perbengkelan serta jasa perorangan dan rumah
tangga diperoleh dari perkalian antara masing-masing jumlah tenaga kerja dengan rata-rata output per
tenaga kerja. Sedangkan output jasa pembantu rumah tangga, pengasuh bayi dan sejenisnya diperoleh
dari perkalian antara pengeluaran per kapita untuk pembantu rumah tangga dengan jumlah penduduk
35
pertengahan tahun untk jasa perorangan yang belum dicakup.
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output, rasio NTB
diperoleh dari hasil Survei Khusus Sektoral (SKS). Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan
diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi.
36
B. DAFTAR ISTILAH PENTING
Aset (Harta) Pemilikan atas berbagai macam harta baik berwujud maupun tidak berwujud (tangible dan
intangible) yang dimiliki oleh perorangan, perusahaan atau pemerintah. Secara praktis biasanya dinilai
dalam bentuk moneter.
Biaya Antara Input yang dipergunakan habis dalam proses produksi dan terdiri dari barang tidak tahan
lama dan jasa baik yang dibeli dari pihak lain ataupun yang diproduksi sendiri.
Bunga Neto Selisih antara bunga diterima dan bunga yang dibayar atas pinjaman (finansial) yang
diberikan.
Ekspor Barang dan Jasa Meliputi seluruh transfer dan penjualan barang dan jasa dari residen suatu
negara ke residen negara lainnya dilakukan baik dalam negeri maupun di luar negeri. Dalam prakteknya,
ekspor terdiri dari barang dagangan dan lainnya yang keluar melalui daerah batas pabean atau wilayah
domestik suatu negara, termasuk pembelian langsung di negara tersebut oleh perwakilan negara asing
dan orang-orang non residen. Karena ekspor barang dagangan suatu negara dinilai atas dasar fob, maka
nilai ekspor tidak termasuk pengapalan dan asuransi sampai pada negara tujuan.
Faktor Produksi Mencakup faktor-faktor yang terlibat langsung dalam suatu proses produksi baik secara
langsung maupun tidak langsung seperti tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian.
Faktor Pendapatan dari Luar Merupakan pendapatan/kompensasi yang diterima oleh faktor produksi,
atas keterlibatannya dalam suatu proses produksi di luar batas wilayah domestik.
Harga Berlaku Penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa yang dihasilkan ataupun yang
dikonsumsi, pada harga tahun sedang berjalan.
Harga Konstan
Penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa yang dihasilkan ataupun dikonsumsi, pada
harga tetap di suatu tahun dasar.
Pajak Tidak Langsung Neto Pajak tidak langsung dikurangi subsidi.
Impor Barang dan Jasa Meliputi seluruh transfer dan pembelian barang dan jasa dari residen suatu
negara ke residen negara lainnya yang dilakukan baik dalam wilayah domestik maupun di luar negeri.
Pada prakteknya, impor terdiri dari barang dagangan dan barang lainnya yang melewati batas pabean
atau wilayah domestik suatu negara, termasuk pembelian langsung oleh pemerintah, penduduk dan
perwakilan negara tersebut di luar negeri. Karena impor barang-barang dagangan dinilai dengan cif,
maka nilai barang termasuk biaya pengangkutan dan asuransi.
Imputasi Jasa Merupakan perkiraan atas nilai output jasa yang dihasilkan, sebagai contoh imputasi jasa
bank, jasa asuransi, jasa dana pensiun dan sebagainya.
Investasi Dana yang disisihkan untuk ditanamkan sebagai modal dalam usaha dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan dengan harapan modal tersebut akan kembali dalam beberapa tahun.
37
Kapital Faktor produksi yang diciptakan oleh keahlian manusia dari sumber daya alam yang tersedia dan
digunakan untuk menciptakan pendapatan seperti: mesin, peralatan, pabrik dan sebagainya (barang
modal).
Margin Perdagangan dan Biaya Transport Merupakan selisih nilai transaksi pada tingkat harga pembeli
dengan tingkat harga produsen. Selisih ini mencakup keuntungan pedagang, baik pedagang besar
maupun pedagang eceran dan biaya transpor yang timbul dalam menyalurkan barang dari produsen
kepada pembeli.
Input Primer Disebut juga nilai tambah bruto, terdiri dari balas jasa tenaga kerja, surplus usaha,
penyusutan dan pajak tidak langsung neto.
Ouput Domestik Nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi tanpa membedakan
pelaku produksinya di wilayah domestik tertentu.
Pelengkap (Mark up) Merupakan besaran persentase tertentu yang ditambahkan terhadap suatu
bilangan estimasi yang fungsinya untuk melengkapi data yang tidak lengkap.
Penyusutan Yang dimaksud adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam
proses produksi.
Pembentukan Modal Tetap Meliputi pembuatan dan pembelian barang modal baru baik dari dalam
negeri maupun impor, termsuk barang modal bekas dari luar negeri. Pembentukan modal tetap yang
dicakup hanyalah yang dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi di dalam negeri (domestik).
Permintaan Antara Merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi proses produksi.
Permintaan Akhir Merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi konsumsi akhir,
pembentukan modal dan ekspor.
Tahun Dasar Adalah tahun terpilih sebagai referensi statistik, yang digunakan sebagai dasar perhitungan
tahun-tahun yang lain. Dengan tahun dasar tersebut dapat digambarkan seri data dengan indikator rinci
mengenai perubahan/pergerakan yang terjadi.
39
Tabel 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SIMEULUE ATAS DASAR
Tahun 2007-2010 (juta rupiah)
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009* 2010**
(1) (2) (3) (4) (5)
1. PERTANIAN 177 511,72 190 690,70 201 195,97 217 848,84
a. Tanaman Bahan Makanan 38 221,89 42 257,62 47 806,20 55 148,06
b. Tanaman Perkebunan 17 095,02 18 815,00 21 978,00 25 820,30
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 54 904,14 57 085,73 61 630,60 69 062,93
d. Kehutanan 59 100,87 62 315,35 57 536,96 52 758,57
e. Perikanan 8 189,80 10 217,00 12 244,21 15 058,98
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3 368,42 3 980,05 5 046,00 6 060,53
a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Pertambangan tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00
c. Penggalian dan penggaraman 3 368,42 3 980,05 5 046,00 6 060,53
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 7 423,74 7 624,80 7 825,86 8 026,91
a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Industri Tanpa Migas 7 423,74 7 624,80 7 825,86 8 026,91
4. LISTRIK, GAS & AIR MINUM 1 875,70 2 686,90 3 541,28 5 102,36
a. Listrik 1 872,00 2 682,60 3 535,94 5 095,99
b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00
c. Air Minum 3,70 4,30 5,34 6,37
5. BANGUNAN 29 042,98 37 861,96 49 686,63 56 597,22
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 55 648,85 72 473,07 82 802,12 93 822,92
a. Perdagangan Besar & Eceran 52 780,61 68 894,35 77 812,92 86 731,49
b. Hotel 444,36 518,43 592,50 619,43
c. Restoran 2 423,87 3 060,29 4 396,71 6 472,00
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 23 196,88 28 789,61 35 198,36 42 565,16
a. Pengangkutan 16 064,23 20 015,89 24 583,53 30 262,70
1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00
2. Angkutan Jalan Raya 5 725,29 6 920,55 8 315,81 9 711,07
3. Angkutan Laut 5 458,07 6 975,37 8 855,48 11 488,97
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 3 738,72 4 461,55 4 992,24 5 677,26
5. Angkutan Udara 989,16 1 486,00 2 212,31 3 107,67
6. Jasa Penunjang Angkutan 152,99 172,42 207,69 277,73
b. Komunikasi 7 132,65 8 773,73 10 614,82 12 302,46
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 11 166,04 12 968,63 15 100,45 18 236,64
a. Bank 2 538,95 3 286,36 4 563,00 6 290,00
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 332,33 385,07 437,81 512,84
c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00
d. Sewa Bangunan 8 244,61 9 242,46 10 040,31 11 368,17
e. Jasa Perusahaan 50,15 54,74 59,33 65,63
9. JASA-JASA 65 542,08 73 789,98 85 166,13 100 998,09
a. Pemerintahan Umum 63 032,01 70 992,81 81 953,61 97 325,85
b. Swasta 2 510,07 2 797,17 3 212,52 3 672,25
1. Sosial Kemasyarakatan 1 266,40 1 415,38 1 564,36 1 757,35
2. Hiburan & Rekreasi 5,30 5,80 6,30 7,16
3. Perorangan & Rumahtangga 1 238,36 1 375,99 1 641,86 1 907,74
PDRB BERLAKU 374 776,39 430 865,70 485 562,79 549 258,69
* Angka Diperbaiki ** Angka Sementara
40
Tabel 2. PDRB Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2010 (juta rupiah)
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009* 2010**
(1) (2) (3) (4) (5)
1. PERTANIAN 91 910,76 92 651,73 92 881,46 94 396,70
a. Tanaman Bahan Makanan 20 685,00 21 468,79 22 162,58 23 221,05
b. Tanaman Perkebunan 8 654,12 8 981,87 9 373,84 9 999,98
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 33 524,88 34 565,35 35 420,36 37 016,99
d. Kehutanan 23 943,01 22 375,53 20 408,05 18 340,57
e. Perikanan 5 103,75 5 260,19 5 516,63 5 818,10
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 2 103,84 2 348,69 2 593,54 2 838,39
a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Pertambangan tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00
c. Penggalian dan penggaraman 2 103,84 2 348,69 2 593,54 2 838,39
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 3 230,07 3 270,89 3 311,71 3 348,12
a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Industri Tanpa Migas 3 230,07 3 270,89 3 311,71 3 348,12
4. LISTRIK, GAS & AIR MINUM 347,37 414,44 520,02 662,55
a. Listrik 344,82 411,55 516,70 658,76
b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00
c. Air Minum 2,55 2,89 3,32 3,79
5. BANGUNAN 11 254,68 12 922,58 14 390,48 15 858,38
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 34 164,78 45 893,45 51 570,06 56 789,40
a. Perdagangan Besar & Eceran 32 944,26 44 536,47 50 128,68 55 220,89
b. Hotel 227,49 232,54 239,15 248,51
c. Restoran 993,03 1 124,44 1 202,22 1 320,00
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 11 726,41 13 035,32 14 135,32 15 412,44
a. Pengangkutan 8 101,52 8 933,55 9 681,34 10 514,86
1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00
2. Angkutan Jalan Raya 2 778,39 3 121,71 3 365,03 3 629,29
3. Angkutan Laut 2 915,43 3 282,49 3 670,38 4 140,43
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 1 943,62 2 030,33 2 111,99 2 181,02
5. Angkutan Udara 364,55 394,74 424,93 450,72
6. Jasa Penunjang Angkutan 99,53 104,28 109,03 113,39
b. Komunikasi 3 624,88 4 101,77 4 453,98 4 897,59
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 3 507,54 4 116,08 4 727,62 5 608,02
a. Bank 1 183,17 1 599,87 2 016,57 2 762,73
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 155,36 162,91 173,46 187,70
c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00
d. Sewa Bangunan 2 139,51 2 321,26 2 503,01 2 619,39
e. Jasa Perusahaan 29,50 32,04 34,58 38,20
9. JASA-JASA 54 782,21 57 029,01 58 575,81 59 773,58
a. Pemerintahan Umum 53 140,65 55 287,69 56 734,73 57 835,24
b. Swasta 1 641,56 1 741,32 1 841,08 1 938,34
1. Sosial Kemasyarakatan 831,50 873,86 916,22 963,61
2. Hiburan & Rekreasi 3,89 4,03 4,17 4,30
3. Perorangan & Rumahtangga 806,17 863,43 920,69 970,44
PDRB KONSTAN 213 027,66 231 682,19 242 706,02 254 687,58
* Angka Diperbaiki
** Angka Sementara
41
Tabel 3. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010 (persen)
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009* 2010**
(1) (2) (3) (4) (5)
1. PERTANIAN 47,36 44,26 41,44 39,66
a. Tanaman Bahan Makanan 10,20 9,81 9,85 10,04
b. Tanaman Perkebunan 4,56 4,37 4,53 4,70
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 14,65 13,25 12,69 12,57
d. Kehutanan 15,77 14,46 11,85 9,61
e. Perikanan 2,19 2,37 2,52 2,74
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,90 0,92 1,04 1,10
a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Pertambangan tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00
c. Penggalian dan penggaraman 0,90 0,92 1,04 1,10
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,98 1,77 1,61 1,46
a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Industri Tanpa Migas 1,98 1,77 1,61 1,46
4. LISTRIK, GAS & AIR MINUM 0,50 0,62 0,73 0,93
a. Listrik 0,50 0,62 0,73 0,93
b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00
c. Air Minum 0,00 0,00 0,00 0,00
5. BANGUNAN 7,75 8,79 10,23 10,30
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 14,85 16,82 17,05 17,08
a. Perdagangan Besar & Eceran 14,08 15,99 16,03 15,79
b. Hotel 0,12 0,12 0,12 0,11
c. Restoran 0,65 0,71 0,91 1,18
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 6,19 6,68 7,25 7,75
a. Pengangkutan 4,29 4,65 5,06 5,51
1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00
2. Angkutan Jalan Raya 1,53 1,61 1,71 1,77
3. Angkutan Laut 1,46 1,62 1,82 2,09
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 1,00 1,04 1,03 1,03
5. Angkutan Udara 0,26 0,34 0,46 0,57
6. Jasa Penunjang Angkutan 0,04 0,04 0,04 0,05
b. Komunikasi 1,90 2,04 2,19 2,24
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 2,98 3,01 3,11 3,32
a. Bank 0,68 0,76 0,94 1,15
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,09 0,09 0,09 0,09
c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00
d. Sewa Bangunan 2,20 2,15 2,07 2,07
e. Jasa Perusahaan 0,01 0,01 0,01 0,01
9. JASA-JASA 17,49 17,13 17,54 18,39
a. Pemerintahan Umum 16,82 16,48 16,88 17,72
b. Swasta 0,67 0,65 0,66 0,67
1. Sosial Kemasyarakatan 0,34 0,33 0,32 0,32
2. Hiburan & Rekreasi 0,00 0,00 0,00 0,00
3. Perorangan & Rumahtangga 0,33 0,32 0,34 0,35
JUMLAH 100 100 100 100
* Angka Diperbaiki
** Angka Sementara
42
Tabel 4. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2010 (persen)
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009* 2010**
(1) (2) (3) (4) (5)
1. PERTANIAN 43,14 39,99 38,27 37,06
a. Tanaman Bahan Makanan 9,71 9,27 9,13 9,12
b. Tanaman Perkebunan 4,06 3,88 3,86 3,93
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 15,74 14,92 14,59 14,53
d. Kehutanan 11,24 9,66 8,41 7,20
e. Perikanan 2,40 2,27 2,27 2,28
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 0,99 1,01 1,07 1,11
a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Pertambangan tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00
c. Penggalian dan penggaraman 0,99 1,01 1,07 1,11
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,52 1,41 1,36 1,31
a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Industri Tanpa Migas **) 1,52 1,41 1,36 1,31
4. LISTRIK, GAS & AIR MINUM 0,16 0,18 0,21 0,26
a. Listrik 0,16 0,18 0,21 0,26
b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00
c. Air Minum 0,00 0,00 0,00 0,00
5. BANGUNAN 5,28 5,58 5,93 6,23
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 16,04 19,81 21,25 22,30
a. Perdagangan Besar & Eceran 15,46 19,22 20,65 21,68
b. Hotel 0,11 0,10 0,10 0,10
c. Restoran 0,47 0,49 0,50 0,52
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 5,50 5,63 5,82 6,05
a. Pengangkutan 3,80 3,86 3,99 4,13
1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00
2. Angkutan Jalan Raya 1,30 1,35 1,39 1,42
3. Angkutan Laut 1,37 1,42 1,51 1,63
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 0,91 0,88 0,87 0,86
5. Angkutan Udara 0,17 0,17 0,18 0,18
6. Jasa Penunjang Angkutan 0,05 0,05 0,04 0,04
b. Komunikasi 1,70 1,77 1,84 1,92
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 1,65 1,78 1,95 2,20
a. Bank 0,56 0,69 0,83 1,08
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,07 0,07 0,07 0,07
c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00
d. Sewa Bangunan 1,00 1,00 1,03 1,03
e. Jasa Perusahaan 0,01 0,01 0,01 0,01
9. JASA-JASA 25,72 24,62 24,13 23,47
a. Pemerintahan Umum 24,95 23,86 23,38 22,71
b. Swasta 0,77 0,75 0,76 0,76
1. Sosial Kemasyarakatan 0,39 0,38 0,38 0,38
2. Hiburan & Rekreasi 0,00 0,00 0,00 0,00
3. Perorangan & Rumahtangga 0,38 0,37 0,38 0,38
JUMLAH 100 100 100 100
* Angka Diperbaiki
** Angka Sementara
43
Tabel 5. Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009* 2010**
(1) (2) (3) (4) (5)
1. PERTANIAN 202,88 217,94 229,95 248,98
a. Tanaman Bahan Makanan 233,62 258,29 292,20 337,08
b. Tanaman Perkebunan 237,57 261,47 305,43 358,82
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 190,32 197,88 213,63 239,39
d. Kehutanan 190,19 200,54 185,16 169,78
e. Perikanan 203,90 254,37 304,84 374,92
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 220,99 261,12 331,05 397,62
a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Pertambangan tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00
c. Penggalian dan penggaraman 220,99 261,12 331,05 397,62
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 223,87 229,93 235,99 242,06
a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Industri Tanpa Migas 223,87 229,93 235,99 242,06
4. LISTRIK, GAS & AIR MINUM 652,21 934,28 1231,37 1774,18
a. Listrik 655,91 939,92 1238,91 1785,52
b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00
c. Air Minum 169,50 196,99 244,75 291,86
5. BANGUNAN 279,36 364,19 477,93 544,40
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 208,85 271,99 310,75 352,11
a. Perdagangan Besar & Eceran 207,23 270,50 305,52 340,53
b. Hotel 165,02 192,52 220,03 230,03
c. Restoran 267,26 337,43 484,78 713,61
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 266,31 330,51 404,09 488,66
a. Pengangkutan 244,41 304,53 374,02 460,43
1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00
2. Angkutan Jalan Raya 261,81 316,46 380,27 444,07
3. Angkutan Laut 223,06 285,07 361,90 469,52
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 229,19 273,50 306,03 348,02
5. Angkutan Udara 426,28 640,40 953,40 1339,27
6. Jasa Penunjang Angkutan 202,36 228,07 274,72 367,36
b. Komunikasi 333,63 410,39 496,51 575,45
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 483,15 561,15 653,39 789,09
a. Bank -1346,71 -1743,15 -2420,30 -3336,34
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 279,02 323,30 367,58 430,57
c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00
d. Sewa Bangunan 349,15 391,41 425,20 481,43
e. Jasa Perusahaan 261,47 285,40 309,33 342,19
9. JASA-JASA 481,08 541,62 625,12 741,33
a. Pemerintahan Umum 506,99 571,02 659,18 782,82
b. Swasta 210,71 234,81 269,68 308,27
1. Sosial Kemasyarakatan 213,11 238,18 263,24 295,72
2. Hiburan & Rekreasi 195,67 214,02 232,38 264,25
3. Perorangan & Rumahtangga 208,39 231,55 276,29 321,03
INDEKS PDRB BERLAKU 242,87 279,22 314,66 355,94
* Angka Diperbaiki
** Angka Sementara
44
Tabel 6. Indeks Perkembangan PDRB Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2010
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009* 2010**
(1) (2) (3) (4) (5)
1. PERTANIAN 105,05 105,89 106,15 107,89
a. Tanaman Bahan Makanan 126,43 131,22 135,46 141,93
b. Tanaman Perkebunan 120,27 124,82 130,27 138,97
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 116,21 119,81 122,78 128,31
d. Kehutanan 77,05 72,01 65,67 59,02
e. Perikanan 127,07 130,96 137,35 144,85
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 138,03 154,09 170,16 186,22
a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Pertambangan tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00
c. Penggalian dan penggaraman 138,03 154,09 170,16 186,22
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 97,41 98,64 99,87 100,96
a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Industri Tanpa Migas 97,41 98,64 99,87 100,96
4. LISTRIK, GAS & AIR MINUM 120,79 144,11 180,82 230,38
a. Listrik 120,82 144,20 181,04 230,81
b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00
c. Air Minum 117,04 132,40 151,99 173,69
5. BANGUNAN 108,26 124,30 138,42 152,54
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 128,22 172,24 193,54 213,13
a. Perdagangan Besar & Eceran 129,35 174,86 196,82 216,81
b. Hotel 84,48 86,36 88,81 92,29
c. Restoran 109,49 123,98 132,56 145,54
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 134,62 149,65 162,28 176,94
a. Pengangkutan 123,26 135,92 147,30 159,98
1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 0,00
2. Angkutan Jalan Raya 127,05 142,75 153,88 165,96
3. Angkutan Laut 119,15 134,15 150,00 169,21
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 119,15 124,46 129,47 133,70
5. Angkutan Udara 157,11 170,12 183,12 194,24
6. Jasa Penunjang Angkutan 131,66 137,94 144,21 149,98
b. Komunikasi 169,55 191,86 208,34 229,09
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 151,77 178,10 204,56 242,66
a. Bank -627,58 -848,60 -1069,63 -1465,41
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 130,44 136,78 145,64 157,60
c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 0,00
d. Sewa Bangunan 90,61 98,30 106,00 110,93
e. Jasa Perusahaan 153,83 167,05 180,27 199,17
9. JASA-JASA 402,10 418,60 429,95 438,74
a. Pemerintahan Umum 427,43 444,70 456,34 465,19
b. Swasta 137,80 146,18 154,55 162,72
1. Sosial Kemasyarakatan 139,92 147,05 154,18 162,15
2. Hiburan & Rekreasi 143,71 148,71 153,70 158,61
3. Perorangan & Rumahtangga 135,66 145,29 154,93 163,30
INDEKS PDRB KONSTAN 138,05 150,14 157,28 165,05
* Angka Diperbaiki
** Angka Sementara
45
Tabel 7. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010 (persen)
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009* 2010**
(1) (2) (3) (4) (5)
1. PERTANIAN 9,51 7,42 5,51 8,28
a. Tanaman Bahan Makanan 31,07 10,56 13,13 15,36
b. Tanaman Perkebunan 21,39 10,06 16,81 17,48
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,26 3,97 7,96 12,06
d. Kehutanan 2,98 5,44 -7,67 -8,30
e. Perikanan 13,15 24,75 19,84 22,99
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 16,23 18,16 26,78 20,11
a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Pertambangan tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00
c. Penggalian dan penggaraman 16,23 18,16 26,78 20,11
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 16,82 2,71 2,64 2,57
a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Industri Tanpa Migas 16,82 2,71 2,64 2,57
4. LISTRIK, GAS & AIR MINUM 334,70 43,25 31,80 44,08
a. Listrik 337,13 43,30 31,81 44,12
b. Gas 0,00 0,00 0,00 1,00
c. Air Minum 14,16 16,22 24,24 19,25
5. BANGUNAN 49,68 30,37 31,23 13,91
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 0,86 30,23 14,25 13,31
a. Perdagangan Besar & Eceran -0,15 30,53 12,95 11,46
b. Hotel 15,65 16,67 14,29 4,55
c. Restoran 25,41 26,26 43,67 47,20
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 28,12 24,11 22,26 20,93
a. Pengangkutan 27,54 24,60 22,82 23,10
1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 1,00
2. Angkutan Jalan Raya 36,75 20,88 20,16 16,78
3. Angkutan Laut 20,65 27,80 26,95 29,74
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 0,00 0,00 0,00 1,00
5. Angkutan Udara 35,07 50,23 48,88 40,47
6. Jasa Penunjang Angkutan 12,13 12,70 20,46 33,72
b. Komunikasi 29,43 23,01 20,98 15,90
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 44,99 16,14 16,44 20,77
a. Bank 34,09 29,44 38,85 37,85
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 15,48 15,87 13,70 17,14
c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 1,00
d. Sewa Bangunan 50,41 12,10 8,63 13,23
e. Jasa Perusahaan 28,86 9,15 8,38 10,62
9. JASA-JASA 10,10 12,58 15,42 18,59
a. Pemerintahan Umum 10,09 12,63 15,44 18,76
b. Swasta 10,51 11,44 14,85 14,31
1. Sosial Kemasyarakatan 10,87 11,76 10,53 12,34
2. Hiburan & Rekreasi 8,66 9,38 8,58 13,72
3. Perorangan & Rumahtangga 10,15 11,11 19,32 16,19
LAJU PDRB BERLAKU 12,99 14,97 12,69 13,12
* Angka Diperbaiki
** Angka Sementara
46
Tabel 8. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2010 (persen)
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009* 2010**
(1) (2) (3) (4) (5)
1. PERTANIAN 1,90 0,81 0,25 1,63
a. Tanaman Bahan Makanan 9,61 3,79 3,23 4,78
b. Tanaman Perkebunan 3,94 3,79 4,36 6,68
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 2,36 3,10 2,47 4,51
d. Kehutanan -6,22 -6,55 -8,79 -10,13
e. Perikanan 8,26 3,07 4,88 5,46
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 11,02 11,64 10,42 9,44
a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Pertambangan tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00
c. Penggalian dan penggaraman 11,02 11,64 10,42 9,44
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,22 1,26 1,25 1,10
a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00
b. Industri Tanpa Migas 1,22 1,26 1,25 1,10
4. LISTRIK, GAS & AIR MINUM 20,09 19,31 25,47 27,41
a. Listrik 20,25 19,35 25,55 27,49
b. Gas 0,00 0,00 0,00 1,00
c. Air Minum 1,47 13,12 14,80 14,28
5. BANGUNAN 15,05 14,82 11,36 10,20
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 11,49 34,33 12,37 10,12
a. Perdagangan Besar & Eceran 11,84 35,19 12,56 10,16
b. Hotel 2,75 2,22 2,84 3,91
c. Restoran 2,76 13,23 6,92 9,80
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 7,10 11,16 8,44 9,03
a. Pengangkutan 6,17 10,27 8,37 8,61
1. Angkutan Rel 0,00 0,00 0,00 1,00
2. Angkutan Jalan Raya 8,73 12,36 7,79 7,85
3. Angkutan Laut 4,67 12,59 11,82 12,81
4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 0,00 0,00 0,00 1,00
5. Angkutan Udara 7,84 8,28 7,65 6,07
6. Jasa Penunjang Angkutan 4,66 4,77 4,55 4,00
b. Komunikasi 9,23 13,16 8,59 9,96
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 11,73 17,35 14,86 18,62
a. Bank 20,45 35,22 26,05 37,00
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 2,58 4,86 6,48 8,21
c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00 0,00 1,00
d. Sewa Bangunan 8,14 8,49 7,83 4,65
e. Jasa Perusahaan 8,57 8,59 7,91 10,48
9. JASA-JASA 6,73 4,10 2,71 2,04
a. Pemerintahan Umum 6,76 4,04 2,62 1,94
b. Swasta 5,77 6,08 5,73 5,28
1. Sosial Kemasyarakatan 4,84 5,09 4,85 5,17
2. Hiburan & Rekreasi 3,58 3,48 3,36 3,19
3. Perorangan & Rumahtangga 6,76 7,10 6,63 5,40
LAJU PDRB KONSTAN 5,77 8,76 4,76 4,94
* Angka Diperbaiki
** Angka Sementara
47
Tabel 9. Indeks Implisit PDRB Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Tahun 2007-2010
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009* 2010**
(1) (2) (3) (4) (5)
1. PERTANIAN 193,13 205,81 216,62 230,78
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 160,11 169,46 194,56 213,52
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 229,83 233,11 236,31 239,74
4. LISTRIK, GAS & AIR MINUM 539,96 648,32 680,99 770,11
5. BANGUNAN 258,05 292,99 345,27 356,89
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 162,88 157,92 160,56 165,21
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 197,82 220,86 249,01 276,17
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 318,34 315,07 319,41 325,19
9. JASA-JASA 119,64 129,39 145,39 168,97
INDEKS IMPLISIT PDRB 175,93 185,97 200,06 215,66
* Angka Diperbaiki
** Angka Sementara
48
Tabel 10. Pendapatan Regional dan Angka Per Kapita Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010
PERINCIAN 2007 2008 2009* 2010**
(1) (2) (3) (4) (5)
PDRB ADH BERLAKU (JUTA RUPIAH) 374 776,39 430 865,70 485 562,79 549 258,69
PENYUSUTAN (JUTA RUPIAH) 11 280,77 12 969,06 14 615,44 16 532,69
PRODUK DOMESTIK REGIONAL NETO 363 495,62 417 896,65 470 947,35 532 726,00
ATAS DASAR HARGA PASAR (JUTA RUPIAH)
PAJAK TAK LANGSUNG (JUTA RUPIAH) 11 992,84 13 787,70 15 538,01 17 576,28
PRODUK DOMESTIK REGIONAL NETO 351 502,78 404 108,94 455 409,34 515 149,72
ATAS DASAR BIAYA FAKTOR (JUTA RUPIAH)
PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN (JIWA) 79 440 79 875 80 298 80 674
PDRB PER KAPITA (JUTA RUPIAH) 4,72 5,39 6,05 6,81
PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA (JUTA RUPIAH) 4,42 5,06 5,67 6,39
* Angka Diperbaiki
** Angka Sementara
Tabel 11. Pendapatan Regional dan Angka Per Kapita Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2010
PERINCIAN 2007 2008 2009* 2010**
(1) (2) (3) (4) (5)
PDRB ADH KONSTAN (JUTA RUPIAH) 213 027,66 231 682,19 242 706,02 254 687,58
PENYUSUTAN (JUTA RUPIAH) 4 537,49 4 934,83 5 169,64 5 424,85
PRODUK DOMESTIK REGIONAL NETO 208 490,17 226 747,36 237 536,38 249 262,73
ATAS DASAR HARGA PASAR (JUTA RUPIAH)
PAJAK TAK LANGSUNG (JUTA RUPIAH) 6 880,79 7 483,33 7 839,40 8 226,41
PENDAPATAN REGIONAL (JUTA RUPIAH) 201 609,38 219 264,03 229 696,98 241 036,33
PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN (JIWA) 79 440 79 875 80 298 80 674
PDRB PER KAPITA (JUTA RUPIAH) 2,68 2,90 3,02 3,16
PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA (JUTA RUPIAH) 2,54 2,75 2,86 2,99
* Angka Diperbaiki
** Angka Sementara
49
Tabel 12. Indeks Berantai Pendapatan Regional dan Angka Per Kapita Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2010
PERINCIAN 2007 2008 2009* 2010**
(1) (3) (4) (5) (6)
PDRB ADH BERLAKU (JUTA RUPIAH) 112,99 114,97 112,69 113,12
PENYUSUTAN (JUTA RUPIAH) 112,99 114,97 112,69 113,12
PRODUK DOMESTIK REGIONAL NETO 112,99 114,97 112,69 113,12
ATAS DASAR HARGA PASAR (JUTA RUPIAH)
PAJAK TAK LANGSUNG (JUTA RUPIAH) 112,99 114,97 112,69 113,12
PENDAPATAN REGIONAL (JUTA RUPIAH) 112,99 114,97 112,69 113,12
PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN (JIWA) 98,83 100,55 100,53 100,47
PDRB PER KAPITA (JUTA RUPIAH) 114,33 114,34 112,10 112,59
PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA (JUTA RUPIAH)
114,33 114,34 112,10 112,59
* Angka Diperbaiki
** Angka Sementara
Tabel 13. Indeks Berantai Pendapatan Regional dan Angka Per Kapita Kabupaten Simeulue Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2007-2010
PERINCIAN 2007 2008 2009* 2010**
(1) (2) (3) (4) (5)
PDRB ADH KONSTAN (JUTA RUPIAH) 105,77 108,76 104,76 104,94
PENYUSUTAN (JUTA RUPIAH) 105,77 108,76 104,76 104,94
PRODUK DOMESTIK REGIONAL NETO 105,77 108,76 104,76 104,94
ATAS DASAR HARGA PASAR (JUTA RUPIAH)
PAJAK TAK LANGSUNG (JUTA RUPIAH) 105,77 108,76 104,76 104,94
PENDAPATAN REGIONAL (JUTA RUPIAH) 105,77 108,76 104,76 104,94
PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN (JIWA) 98,83 100,55 100,53 100,47
PDRB PER KAPITA (JUTA RUPIAH) 107,02 108,16 104,21 104,45
PENDAPATAN REGIONAL PER KAPITA (JUTA RUPIAH)
107,02 108,16 104,21 104,45
* Angka Diperbaiki
** Angka Sementara