PRODUK-DOMESTIK-REGIONAL-BRUTO--KABUPATEN-NATUNA--2009-2013
-
Upload
syaifulfadli -
Category
Documents
-
view
26 -
download
0
description
Transcript of PRODUK-DOMESTIK-REGIONAL-BRUTO--KABUPATEN-NATUNA--2009-2013
-
Katalog BPS : 9205.21.03
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
KABUPATEN NATUNA, 2009-2013
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NATUNA
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN NATUNA, 2009-2013 No. Publikasi : 21030.0802
Katalog BPS : 9205.21.03
Ukuran Buku : 16 x 21 cm
Jumlah Halaman : iii + 78
Naskah :
Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik Kabupaten Natuna
Penyunting :
Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik Kabupaten Natuna
Gambar Kulit:
Seksi Neraca Wilayah & Analisis Statistik Kabupaten Natuna
Boleh Dikutip Dengan Menyebut Sumbernya
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 i
BADAN PUSAT STATISTIK
KABUPATEN NATUNA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna telah dapat
menyelesaikan buku Publikasi Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) tahun 2009-2013 sesuai jadwal.
Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Natuna Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 2013 adalah
kelanjutan dari publikasi sejenis yang telah kami terbitkan
secara rutin setiap tahunnya. Berbagai informasi disajikan
untuk merumuskan kebijakan pembangunan suatu daerah
diberbagai bidang, terutama dibidang ekonomi sangat
memerlukan indikator dan informasi makro.
Secara makro, publikasi ini dibahas mengenai kondisi
perekonomian di Kabupaten Natuna pada tahun 2013. Sebagai
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 ii
pelengkap ditampilkan pula data tahun-tahun sebelumnya.
Diharapkan data dan ulasan yang ditampilkan dalam buku ini
dapat dijadikan sebagai salah satu bahan dalam pengambilan
kebijakan, khususnya kebijakan ekonomi.
Agar pengguna data dapat memanfaatkan sebaik
mungkin publikasi ini, maka di samping angka-angka yang
disajikan dalam bentuk tabel disertakan pula konsep/defenisi
yang digunakan dalam penghitungan.
Saran dan kritik, untuk meningkatkan kualitas publikasi
ini di masa mendatang sangat kami harapkan. Akhirnya
kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan ini,
kami ucapkan terima kasih.
R a n a i, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik
Kabupaten Natuna
E N D R A, SE
NIP.19641003 198603 1 004
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 iii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Sambutan ....................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................. iii
BAB I Pendahuluan ........................................................... 2
` a. Umum .................................................................. 2
b. Penyajian PDRB ................................................... 4
c. Konsep dan Definisi ............................................. 7
d. Metodologi .......................................................... 9
e. Analisa dan Kegunaan Data ................................. 14
BAB II Uraian Sektoral ........................................................ 18
BAB III Tinjauan Perekonomian ......................................... 40
a. Kondisi Umum Ekonomi ................................... 40
b. Perkembangan Ekomoni Regional .................... 41
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 iv
c. Pertumbuhan Ekonomi ..................................... 45
d. Struktur Perekonomian .................................... 55
e. Perkembangan PDRB Per Kapita dan Pendapatan
Per Kapita .......................................................... 57
BAB IV Perbandingan Indikator Ekonomi Antar Region ...... 62
a. Laju Pertumbuhan Ekonomi ............................. 62
b. Kontribusi PDRB ................................................ 64
c. PDRB dan Pendapatan Per Kapita .................... 67
Lampiran Tabel Pokok ............................................................ 72
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 2
Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
A. UMUM
Salah satu sasaran pembangunan adalah tercapainya tingkat
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan berkesinambungan. Untuk
mencapai tingkat pertumbuhan dengan struktur ekonomi yang
diharapkan, maka pembangunan perlu direncanakan dengan baik dan
hasil pembangunan harus terus diamati. Perencanaan pembangunan
ekonomi suatu daerah memerlukan data statistik sebagai dasar
penentuan strategi, pengambilan keputusan dan evaluasi hasil-hasil
pembangunan yang telah dicapai. Kebijakan dan strategi yang telah
dilakukan perlu dimonitor dan dilihat hasilnya, sehingga data statistik yang
memberikan ukuran kuantitas ekonomi secara makro, mutlak diperlukan
untuk memberikan gambaran keadaan masa lalu dan masa kini serta
sasaran yang hendak dicapai pada masa yang akan datang.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Badan Pusat Statistik
Kabupaten Natuna telah menghitung Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) secara berkala. Dengan tersedianya data PDRB dari tahun ke
tahun, para pembuat kebijaksanaan ekonomi di Kabupaten Natuna akan
dapat menentukan sasaran pembangunan yang tepat pada kurun waktu
tertentu.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 3
Pendahuluan
1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB merupakan jumlah nilai tambah atau jumlah nilai barang
dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha disuatu daerah dan
satu periode tertentu. PDRB atas dasar harga berlaku mengambarkan
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada
tahun berjalan, sedangan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada
tahun tertentu sebagai dasar (tahun 2000). PDRB atas dasar harga berlaku
digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan
PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
Kegiatan ekonomi secara garis besar dapat dikelompokkan
kedalam kegiatan memproduksi dan mengkonsumsi barang dan jasa. Unit-
unit produksi memproduksi barang dan jasa, dan dari kegiatan
memproduksi ini timbul pendapatan yang diterima oleh factor-faktor
produksi yang telah dimiliki oleh berbagai golongan dalam masyarakat.
2. Klasifikasi Sektor
Kegiatan ekonomi yang terjadi di suatu Negara/daerah beraneka
ragam sifat dan jenisnya. Berbagai kegiatan yang beragam ini perlu
dikelompokkan sesuai dengan jenis kegiatan yang sama sehingga dapat
ditentukan apakah suatu kegiatan tersebut dalam kelompok kegiatan
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 4
Pendahuluan
ekonomi tertentu seperi pertanian, industry, perdagangan, angkutan,
jasa-jasa dan sebagainya. Pengelompokkan kegiatan ekonomi ini sering
pula disebut sebagai Klasifikasi Lapangan Usaha.
Klasifikasi sektor ekonomi dibedakan menurut 9 (Sembilan) sektor
ekonomi. Rincian klasifikasi ini telah mengacu pada Klasifikasi
International Standard Industrial Classification of All Economic Activities
(ISIC). Sebagaimana direkomendasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB), sehingga lebih mudah dimanfaatkan oleh pengguna data bahkan
untuk perbandingan tingkat internasional. Pembagian sektor-sektor
menjadi subsektor serta ruang lingkup dan definisinya disajikan dalam
penerbitan BPS yang terangkum dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
Indonesia (KBLI).
B. PENYAJIAN PDRB
Untuk dapat memberikan gambaran sampai seberapa jauh
peranan masing-masing sektor ekonomi memberikan andil dalam
berproduksi, atau sampai seberapa jauh peranan faktor-faktor produksi
berpartisipasi dalm proses produksi, atau bagaimana komposisi
penggunaan produk-produk yang dihasilkan, maka selain penyajian PDRB
menurut lapangan usaha/sektor ekonomi, dapat juga dilengkapi dengan
penyajian PDRB menurut penggunaa. Dengan demikian ada dua jenis
penyajian PDRB yang dapat dilakukan, yaitu :
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 5
Pendahuluan
1. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha
Penyajian dalam bentuk ini berisi table-tabel nilai tambah bruto
sektoral, laju pertumbuhan , distribusi persentase dab PDRB per kapita
atas dasar berlaku dan harga konstan 2000. Penyajian dibedakan menurut
PDRB dengan dan tanpa Migas.
Untuk melengkapi tabel-tabel tersebut ditambahkan pula
beberapa penjelasan singkat tentang ruang lingkup, metodologi, konsep
dan definisi serta sumber data penghitungan nilai tambah masing-masing
sektor/subsektor. Ulasan deskriptif juga disajikan untuk memperoleh
gambaran umum tentang keadaan perekonomian regional. Dalan hal ini
ada 9 sektor/lapangan usaha , yaitu :
1. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan,
2. Sektor pertambangan dan penggalian
3. Sektor Industri pengolahan
4. Sektor Listrik, Gas dan Air bersih
5. Sektor Bangunan
6. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran
7. Sektor Pengangkutan dan komunikasi
8. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
9. Sektor Jasa-jasa.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 6
Pendahuluan
Sedangkan penjelasan tentang makna dari cakupan masing-
masing sektor beserta sumber datanya akan diuraikan dalam Bab Urainan
Sektoral.
2. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan
Penyajiannya dalam bentuk ini dapat memberikan gambaran
bagaimana barang dan jsa yang diproduksi itu digunakan oleh berbagai
golongan dalam masyarakat. Untuk keperlua ini maka barang dan jasa itu
dikelompokkan menurut penggunaanya dalam masyarakat, misalnya
digunakan untuk keperluan konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta
yang tidak mencari keuntungan, ditanam sebagai barang modal, sedang
yang tidak digunakan pada tahun laporan akan disimpan sebagai stock
atau digunakn sebagai ekspor netto. Sehingga nantinya penyajiannya akan
berbentuk :
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga
2. Pengeluaran konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung
3. Pengeluaran konsumsi pemerintah
4. Pembentukan modal tetap (PMTB)
5. Perubahan stock
6. Ekspor Netto (ekspor dikurangi Impor)
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 7
Pendahuluan
C. KONSEP DAN DEFINISI
Beberapa konsep dan definisi yang melandasi penghitungan PDRB
adalah :
1. Output
Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu
periode tertentu meliputi produksi utama, ikutan dan sampingan. Output
perusahaan mencangkup juga barang sisa, margin penjualan , margin
perdagangan dan biaya lainnya, bunga yang termasuk dalam nilai
penjualan secara kredit, imputasi biaya atas pelayanan bank dan lembaga
keuangan lainnya, imputasi sewa untuk bangunan tempat tinggal milik
sendiri dan barang dan jasa yang diproduksi untuk dipergunakan sendiri.
Pada umumnya output merupakan hasil perkalian antara produksi dengan
unit harganya.
2. Biaya Antara
Biaya antara adalah biaya yang dikeluarkan untuk barang tidak
tahan lama dan jasa yang digunakan di dalam proses produksi. Barang
tidak tahan lama adalah barang yang mempunyai suatu perkiraan umur
kurang dari satu tahun.
3. Nilai Tambah Bruto (NTB)
NTB merupakan pengurangan dari nilai output dengan biaya
antaranya. Pengertian NTB sangat penting untuk memahami apa yang
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 8
Pendahuluan
dimaksud dengan PDRB yaitu tidak lain adalah penjumlahan dari seluruh
besaran NTB dari seluruh unit produksi.
4. Penyusutan
Penyusutan adalah nilai susut atau ausnya barang-barang modal
(yang berupa gedung, mesin, peralatan, kendaraan, dsb) yang terjadi
selama barang modal tersebut ikut serta dalam proses produksi.
5. Agregat PDRB
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar adalah
jumlah nilai tambah bruto dari seluruh sektor ekonomi yang ada di
suatu wilayah, jika nilainya dikurangi penyusutan akan sama dengan :
Produksi Domestik Regional Netto atas dasar harga pasar. Jika nilai ini
dikurangi dengan pajak tidak langsung yang dipungut oleh
pemerintah dan subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada unit-
unit produksi (pajak tak langsung neto) akan sama dengan :
Produk Domestik regional Neto atas dasar Biaya Faktor. Nilai ini
merupakan jumlah barang dan jasa faktor-faktor produksi yang ikut
serta dalm proses produksi. Jika nilai ini dikurangi dengan
pendapatan yang masuk dan ditambah dengan pendapatan yang
mengalir ke luar wilayah akan diproleh Produk Regional Neto atau
biasa disebut Pendapatan Regional.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 9
Pendahuluan
Jka Pendapatan regional tersebut dibagi dengan jumlah penduduk
yang tinggal diwilayah tersebut akan diperoleh Pendapatan regional
Perkapita.
D. METODOLOGI
Metode penghitungan PDRB dibedakan menjadi dua, yaitu
metode penghitungan PDRB atas dasar hanga berlaku dan metode
penghitungan PDRB atas dasar harga konstan. Kedua metode tersebut
dapat digunakan secara langsung dengan menghitung seluruh produk
barang dan jasa yang dihasilkan disuaru daerah. Namun dalam prateknya
juga ditetapkan cara alokasi (tak langsung) yaitu dengan mengalokasikan
pendapatan nasional menjadi pendapatan regional engan menggunakan
beberapa indikator produksi yang cocok digunakan sebagai alokator. Cara
ini ditetapkan untuk sektor sektor tertentu seperti pertambangan dsb.
1. Metode Penghitungan PDRB atas Dasar Harga Berlaku
Metode penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku dapat
dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu : pendekatan produksi (PDRB
menurut Lapangan Usaha), pendekatan pendapatan dan pendekatan
pengeluaran (PDRB menurut Penggunaan).
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 10
Pendahuluan
1.1. Pendekatan Produksi
Pendekatan produksi digunakan untuk menghitung nilai
tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan
ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing-
masing total produksi bruto tiap-tiap sektor atau subsektor.
Pendekatan ini banyak digunakan pada perkiraan nilai tambah
dari kegiatan-kegitan produksi yang berbentuk barang, seperti
pertanian, pertambangan, perdagangan, industri dan sebagainya.
Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang
dan jasa yang dipakau oleh unit produksi dalam proses produksi
sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan
balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses
produksi. Dalam metoe ini produksi akan dikalikan dengan harga,
hasil perkaliannya disebut output yang akan dikurangi dengan
perkalian antara rasio biaya antara dengan output itu sendiri.
Hasil pengurangan ini yang disebut dengan Nilai Tambah Bruto
(NTB). NTB akan dikurangi dengan hasil perkalian antara rasio
penyusutan dengan output hasilnya disebut Nilai Tambah Neto
(NTN).
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 11
Pendahuluan
1.2. Pendekatan Pendapatan
Dalam pendekatan pendapatan maka nilai tambah dari
setiap kegiatan ekonomi diperkirakan dengan jalan menjumlahkan
semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus
usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Penjumlahan
semua komponen ini disebut NTB. Untuk sektor pemerintah dan
usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak
diperhitungkan. Yang dimaksud dengan surplus usaha disini
adalah bunga neto, sewa tanah dan keuntungan. Metode ini
banyak dipakai pada sektor yang produksinya berupa jasa seperti
pada subsektor pemerintahan umum. Tetapi hal ini sangat sulit
didapatkan karena tidak tersedianya atau kurang lengkapnya data
mengenai nilai produksi dan biaya antara.
1.3 Pendekatan pengeluaran
Pendekatan dari segi pengeluaran atau penggunaan akhir
dari barang dan jasa. Metode ini khusus untuk menghitungan
NTB sektor Bangunan.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 12
Pendahuluan
2. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan
PDRB yang masih ada factor inflasi didalamnya merupakan
pendapatan PDRB atas dasar harga berlaku, sedangkan apabila factor
inflasi dikeluarkan akan merupakan PDRB atas dasar harga konstan.
Secara konseptual, nilai atas dasar harga konstan juga
mencerminkan kuantum produksi tahun berjalan yang dinilai dengan
harga pada tahun dasar. Dan secara motodologis suatu nilai ats dasr hatga
konstan dapat diperoleh dengan 3 (tiga) metode, yaitu : metode revaluasi,
ekstrapolasi dan deflasi.
2.1 Revaluasi
Dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masing-
masing tahun dengan harga pada tahun dasar, yakni harga pada
tahun 2000. Biaya antara atas dasar harga konstan biasanya
diperoleh dari perkalian antara output masing-masing tahun
dengan rasio tetap biaya antara tahun dasar terhadap output.
2.2 Ekstrapolasi
Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan 2000
diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun 2000
dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator
dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 13
Pendahuluan
dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti
tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap
cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung.
2.3 Deflasi
Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 untuk masing-masing
tahun diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar
harga berlaku dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan
sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga perdagangan
besar. Indeks harga diatas dapat pula dipakai sebagai inflator,
yaitu nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga
tertentu. Dalam metode deflasi dikenal istilah deflasi berganda
yaitu yang dideflasi adalah output dan biaya antar, sedangkan nilai
tmbah diperoleh dari selisih antar output dan biaya antara. Indeks
harga yang digunakan sebagaideflator untuk penghitungan output
atas dasar harga konstan biasanya merupakan indeks harga
produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan
cangkupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya
antara adalah indeks harga dari komponen input terbsar.
Kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya
antara, disamping karena komponennya terlalu banyak juga
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 14
Pendahuluan
indeks harga belum tersedia secara baik. Oleh karena itu metode
ini belum banyak digunakan.
E. ANALISA DAN KEGUNAAN DATA PDRB
Data PDRB sangat berguna bagi para ahli yang bergerak dibidang
perencanaan ekonomi baik jangka pendek maupun jangka panjang,
pengambilan kebijakan ekonomi baik pemerintah maupun swasta.
Penyajian data PDRB dilakukan dalam bentuk tabel-tabel statistik.
Tabel merupakan suatu metode statistic untuk menyajikan data
secara komprehensif. Tabel yang merupakan sumber informasi perlu
diuraikan untuk analisa secara lebih spesifik. Dengan demikian, dalam
analisa data PDRB akan disajikan table dan grafik yang dilengkapi dengan
ulasannya. Penyajian tersebut dimaksud untuk memudahkan pembaca
melakukan evaluasi terhadap data PDRB. Tujuan utamanya adalah untuk
menjabarkan hasil penghitungan PDRB kedalam bentuk yang relative
sederhana dengan menggunakan metode pendekatan statistic desktiptif.
Beberapa indikator pokok ekonomi makro yang tertuang dalam
PDRB sektoral serta kegunaanya antara lain :
Nilai Nominal PDRB. PDRB merupakan dasar pengukuran atas
nilai tambah yang mampu diciptakan dari berbagai aktivitas
ekonomi dalam suatu wilayah. Data PDRB tersebut
menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 15
Pendahuluan
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimilikinya.
Nilai nominal PDRB yang dihasilkan suatu daerah sangat
tergantung pada dua faktor tersebut, sehingga nilainya bervariasi
antar daerah. Dari besarnya nilai nominal PDRB dapat dilihat nilai
tambah masing-masing sektor dan peranannya dalam membetuk
perekonomian daerah.
Kontribusi/Peranan Sektor Ekonomi. Konstribusi atau peranan
ekonomi menunjukkan struktur perekonomian yang terbentuk di
suatu daerah. Struktur ekonomi yang dinyatakan dalam
persentase, menunjukkan besarnya peranan masing-masing
sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah. Hal ini
menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan
produksi masing-masing sektor ekonomi. Apabila struktur
ekonomi disajikan dari waktu ke waktu, maka dapat dilihat
perubahan dan pergeseran struktur sebagai indikator adanya
proses pembangunan.
Laju Pertumbuhan Ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi
merupakan suatu indikator makro yang menggambarkan tingkat
pertumbuhan ekonomi. Indikator ini biasanya digunakan untuk
menilai sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu
daerah dalam periode tertentu. Indikator ini dapat pula dipakai
untuk menentukan arah kebijakan pembangunan yang akan
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 16
Pendahuluan
datang. Untuk mengukur besarnya laju pertumbuhan tersebut
dapat dihitung dari data PDRB atas dasar harga konstan.
PDRB/PDRN Per Kapita. PDRB per kapita merupakan gambaran
nilai tambah yang bisa diciptakan oleh masing-masing penduduk
akibat dari adanya aktivitas produksi. Sedangkan PDRN per kapita
merupakan gambaran pendapatan yang diterima oleh masing-
masing penduduk sebagai keikutsertaannya dalam proses
produksi. Kedua indikator ini biasanya digunakan untuk mengukur
tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah. Apabila data
tersebut disajikan secara berkala akan menunjukkan perubahan
kemakmuran.
Tingkat Perubahan Harga atau Inflasi/Deflasi. Inflasi/deflasi
merupakan gambaran tentang perubahan harga. Fluktuasi harga
yang terjadi akan mempengaruhi daya beli masyarakat/konsumen
sebagai akibat dari ketidakseimbangan pendapatan. Untuk
melihat adanya perubahan harga barang dan jasa secara
keseluruhan pada tingkat produsen dapat dilihat dari suatu indeks
yang diturunkan dari perhitungan indeks implisit yang merupakan
perbandingan antara PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB
atas dasar harga konstan atau disebut PDRB deflator.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 18
Uraian Sektoral
BAB II URAIAN SEKTORAL
Uraian sektoral yang disajikandalam bab ini mencakup ruang
lingkup dan definisi dari masing-masing sektor, sub sektor dan
komoditinya, sumber datanya serta cara penghitungan Nilai Tambah
Bruto (NTB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan 2000.
A. Sektor Pertanian
a. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan
Subsektor ini meliputi semua kegiatan ekonomi yang
menghasilkan komoditi tanaman bahan makanan seperti padi,
jagung, ketela rambat, ketela pohon, umbi-umbian, kacang tanah,
kacang kedelai, kacang-kacang lainnya, sayur-sayuran, buah-
buahan, padi-padian serta bahan makanan lainnya, serta produksi
ikutannya.
b. Sub Sektor Tanaman Perkebunan
Meliputi semua jenis kegiatan tanaman perkebunan baik yang
diusahakan rakyat maupun yang diusahakan perusahaan
perkebunan. Adapun komoditi yang dihasilkan seperti : cengkeh,
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 19
Uraian Sektoral
jahe, jambu mete, jarak, kako, karet, kapas kapok, kayu manis,
kelapa sawit, kemiri, kina, kopi, lada, pala, panili, serat karung,
tebu, tembakau, serta tanaman perkebunan lainnya.
c. Sub Sektor Peternakan
Meliputi semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis
ternak dengan tujuan untuk dikembang biakan, dibesarkan,
dipotong, dan diambil hasil-hasilnya, baik yang dilakukan oleh
rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Komoditi hasil
peternakan antara lain: sapi, kerbau, kambing, babi, ayam, itik,
telur ayam, telur itik susu sapi serta hewan peliharaan lainnya.
d. Sub Sektor Kehutanan
Meliputi kegiatan penebangan segala jenis kayu serta
pengambilan daun-daunan, getah-getahan dan akar-akaran.
Termasuk juga kegiatan perburuan. Komoditi hasil kehutanan
diantaranya adalah kayu gelondongan (baik yang berasal dari
hutan rimba maupun hutan budidaya), kayu bakar, rotan, arang,
bambu, terpentin, kopal, menjangan, babi hutan, serat hasil hutan
lainnya.
e. Sub Sektor Perikanan
Meliputi semua kegiatan penangkapan, pembenihan dan budi
daya segala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang berada diair
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 20
Uraian Sektoral
tawar maupun diair asin. Komoditi perikanan antara lain seperti
ikan tuna dan jenis ikan laut lainnya, ikan mas dan jenis ikan darat
lainnya, ikan bandeng dan jenis ikan air payau lainnya, udang dan
binatang berkulit keras lainnya, cumi-cumi dan binatang lunak
lainnya, rumput laut serta tumbuhan laut lainnya.
B. Sektor Pertambangan dan Penggalian
a. Subsektor Pertambangan Migas
Kegiatan pertambangan migas (minyak dan gas bumi) meliputi
pencarian kandungan migas, penyiapan pengeboran,
penambangan, penguapan, pemisahan, serta penampungan untuk
dapat dijualatau dipasarkan. Hasil kegiatan ini adalah minyak
bumi, kondensat, dan gas bumi. Data Pertambangan Migas di
Kabupaten Natuna langsung dikirimkan ke pemerintah pusat.
b. Sub Sektor Pertambangan Tanpa Migas
Kegiatan subsektor ini meliputi pengambilan dan persiapan
lanjutan benda padat, baik di bawah maupun diatas permukaan
bumi serta seluruh kegiatan lainnya yang bertujuan untuk
memanfaatkan bijih logam dan hasil tambang lainnya. Contohnya
komoditi bauksit, timah, granit dan sebagainya.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 21
Uraian Sektoral
c. Sub Sektor Penggalian
Kegiatan subsektor ini meliputi penggalian dan pengambilan
segala jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir, dan tanah
yang pada umumnya berada pada permukaan bumi dan biasa
disebut bahan galian golongan C. Hasil kegiatan ini antara lain
batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang,
batu marmer, pasir untuk bahan bangunan, pasir silika, pasir
kwarsa, koalin, tanah liat dan sebagainya.
d. Metode Estimasi
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan
output tersebut dengan rasio NTB terhadap output masing-
masing tahun. Sedangkan output atas dasar harga konstaan 2000
diperoleh dengan cara revaluasi.
C. Sektor Industri Pengolahan
Kegiatan utama sektor industri adalah mengubah bentuk secara
mekanis dan kimiawi dari bahan organik maupun non organik
menjadi produk baru yang lebih tinggi nilainya. Sektor ini meliputi 3
(tiga) subsektor yaitu:
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 22
Uraian Sektoral
a). Industri pengilangan minyak bumi,
b). Industri pengolahan non migas, dan
c). Industri pengilangan gas alam cair (LNG).
Untuk industri non migas dirinci lagi menjadi industri pengolahan
non migas besar/sedang, indsutri non-migas kecil, dan industri
kerajinan rumah tangga.
a. Subsektor Industri Pengilangan Minyak Bumi
Penyajian subsektor ini tidak berbeda sama sekali antara seri lama
dengan seri baru. Perhitungan NTB subsektor ini menggunakan
pendekatan produksi seperti halnya industri pengolahan non-
migas, sedangakan untuk harga konstan menggunakan cara
revaluasi.
b. Subsektor Industri Pengolahan Non-Migas
Mengacu pada KLUI 2 digit, kegiatan subsektor industri
pengolahan non-migas dibagi dalam sembilan kelompok yaitu:
Industri makanan, minuman dan tembakau
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
Industri kayu, bambu, rotan, dan perabot rumahtangga
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 23
Uraian Sektoral
Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan,
dan penerbitan
Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak
bumi, batubara, karet dan plastik
Indsutri barang-barang galian bukan logam. Kecuali minyak
bumi dan batubara
Industri logam dasar
Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya
Industri pengolahan lainnya
Kegiatan subsektor industri pengolahan mencakup 2 (dua) yaitu
industri pengolahan besar/sedang dan industri kecil dan kerajinan
rumahtangga (IKKR).
a. Industri Besar/Sedang
Industri Besar adalah industri yang mempunyai jumlah tenaga
kerja lebih besar dari 99 orang (>99) dan industri sedang adalah
industri yang mempunyai tenaga kerja antara 2099 orang.
Dalam penghitungan sub sektor industri pengolahan besar/sedang
digunakan pendekatan produksi, yaitu output dihitung lebih
dahulu. Output dikurangi dengan biaya antara diperoleh nilai
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 24
Uraian Sektoral
tambah brutonya. Sedangkan untuk memperoleh NTB atas dasar
harga konstan 2000 dipakai metode deflasi dengan output dan
jumlah tenaga kerja sebagai deflator.
b. Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga
Sub sektor ini sama dengan cakupan dan definisi kegiatan Industri
Besar/Sedang, perbedaannya terletak pada jumlah tenaga kerja
yang terlibat dalam kegiatan industri tersebut. Perusahaan
dikatakan sebagai Industri Kecil jika jumlah tenaga kerjanya antara
5 sampai 19 orang, sedangkan Industri Kerajinan Rumah Tangga
jika jumlah tenaga kerjanya kurang dari 5 orang. Penghitungan
output dan NTBnya menggunakan pendekatan tenaga kerja, yang
dikalkulasi secara rinci menurut kegiatan industri yang
dikelompokkan dalam 3 digit KLUI. Dan untuk memperoleh NTB
atas dasar harga konstan 2000 dipakai metode deflasi dengan
output dan jumlah tenaga kerja sebagai deflator.
c. Subsektor Industri Pengilangan Gas Alam Cair (LNG)
Penyajian subsektor ini masih sama dengan seri lama karena
disamping komoditasnya tunggal (LNG), produknya juga hanya
ada di dua propinsi di Indonesia yaitu Nanggroe Aceh Darusslam
(NAD) dan Kalimantan Timur.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 25
Uraian Sektoral
D. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
a. Subsektor Listrik
Kegiatan ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga
listrik, baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara
(PLN) maupun perusahaan Non PLN. Listrik yang dibangkitkan di
produksi meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang dalam
transmisi dan listrik yang dicuri.
Metode penghitungan NTB sub sektor listrik menggunakan
pendekatan produksi. Nilai produksi diperoleh dengan cara
mengalikan produksi dengan rata-rata KWH listrik yang terjual,
kemudian dikurangi dengan biaya antara, pemakaian sendiri oleh
PLN dan yang hilang di transmisi maka didapat NTB atas dasar
harga berlaku. Output dan NTB sub sektor ini diperoleh dari
penjumlahan dari output/NTB PLN dan output/NTB Non PLN.
b. Subsektor Air Bersih
Kegiatan subsektor ini meliputi kegiatan proses penjernihan,
pemurnian, dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air
bersih, serta pendistribusian dan penyalurannya secara langsung
melalui pipa dan alat lain ke rumahtangga, instansi pemerintah
dan swasta oleh Perusahaan Air Minum (PAM) maupun bukan
PAM. NTB sub sektor ini diperoleh melalui pendekatan produksi,
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 26
Uraian Sektoral
yaitu dengan mengeluarkan biaya antara dari nilai produksinya.
Sedangkan NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan
metode revaluasi.
E. Sektor Konstruksi
Pada umumnya kegiatan sektor ini terdiri atas bermacam kegiatan
yang meliputi pembuatan, pembangunan, pemasangan, dan
perbaikan berat maupun ringan semua jenis konstruksi yang
keseluruhan kegiatan tersebut dapat dirinci menurut standar KBLI.
Sektor bangunan terbagi ke dalam 5 (lima) sub konstruksi, yaitu:
1). Bangunan Tempat Tinggal dan Bukan Tempat Tinggal;
2). Prasarana Pertanian;
3). Jalan-Jembatan, Pelabuhan;
4). Bangunan Instalasi Listrik-Gas-Air Minum dan Komunikasi serta;
5). Bangunan lainnya.
Output sektor konstruksi didasarkan pada data konstruksi, ditambah
dengan perkiraan pengeluaran rumahtangga untuk konstruksi.
Metode penghitungan untuk sektor ini menggunakan pendekatan
pendapatan untuk NTB atas dasar harga berlaku, dan metode deflasi
untuk penghitungan NTB atas dasar harga konstan.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 27
Uraian Sektoral
F. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
a. Sub Sektor Perdagangan
Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor perdagangan meliputi
kegiatan membeli dan menjual barang, baik barang baru maupun
bekas, untuk tujuan penyaluran/pendistribusian tanpa merubah
sifat barang tersebut. Dalam perhitungannya dikelompokkan ke
dalam dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan perdagangan besar dan
perdagangan eceran. Perdagangan besar mencakup kegiatan
pengumpulan dan penjualan kembali barang baru atau bekas oleh
pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya,
pedagang eceran, perusahaan dan lembaga yang tidak mencari
untung. Sedangkan perdagangan eceran mencakup kegiatan
pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau
rumahtangga. Untuk menghitung nilai output dan NTB atas dasar
harga berlaku digunakan metode arus barang (commodity flow),
sedangkan atas dasar harga konstan menggunakan metode
revaluasi.
b. Sub Sektor Hotel
Sub sektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang
menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat
penginapan. Yang dimaksud akomodasi di sini adalah hotel
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 28
Uraian Sektoral
berbintang maupun hotel tidak berbintang, serta tempat tinggal
lainnya yang digunakan untuk menginap, seperti losmen, motel
dan sebagainya. Termasuk pula kegiatan penyediaan makanan
dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu
yang menginap dimana kegiatan-kegiatan tersebut berada dalam
satu manajemen dengan penginapan yang datanya sulit untuk
dipisahkan. Metode estimasi yang digunakan untuk menghitung
nilai tambah atas dasar harga berlaku yaitu pendekatan produksi,
sedangkan atas dasar harga konstan menggunakan metode
revaluasi.
c. Sub Sektor Restoran
Kegiatan sub sektor restoran mencakup usaha menyediakan
makanan dan minuman jadi yang pada umumnya dikonsumsi di
tempat penjualan. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam sub
sektor ini seperti rumah makan, warung sate, warung kopi,
katering dan kantin. Untuk menghitung nilai output dan NTB atas
dasar harga berlaku digunakan pendekatan pengeluaran konsumsi
makanan dan minuman jadi di luar rumah, sedangkan atas dasar
harga konstan menggunakan metode revaluasi.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 29
Uraian Sektoral
G. Sektor Pengangkutan Dan Komunikasi
1. Sub Sektor Pengangkutan
Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor pengangkutan terdiri atas
Jasa Angkutan Darat, Angkutan Laut, Angkutan Udara, dan Jasa
Penunjang Angkutan. Kegiatan pengangkutan meliputi kegiatan
menggunakan alat angkut atau kendaraan, baik bermotor maupun
tidak bermotor. Sedangkan untuk jasa penunjang angkutan
mencakup kegiatan yang sifatnya menunjang kegiatan
pengangkutan seperti terminal, pelabuhan dan pergudangan.
a. Angkutan Darat
Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan
menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya, baik bermotor
maupun tidak bermotor. Termasuk disini kegiatan lainnya seperti
charter/sewa kendaraan baik dengan atau tanpa pengemudi.
Tidak termasuk kegiatan lainnya yang diusahakan sebagai satu
kesatuan usaha dengan kegiatan ini, seperti jasa bongkar muat,
keagenan barang dan penumpang, perbaikan dan pemeliharaan.
Penghitungan nilai tambah sub sektor angkutan jalan raya atas
dasar harga berlaku dengan menggunakan pendekatan produksi
yang didasarkan pada data jumlah armada angkutan umum
barang dan penumpang wajib uji yang diperoleh dari laporan
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 30
Uraian Sektoral
tahunan DLLAJR dan hasil SKPR sektor angkutan serta data
sekunder kecamatan.
b. Angkutan Laut
Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan
menggunakan kapal laut yang beroperasi didalam dan diluar
daerah domestik. Tidak termasuk kegiatan pelayaran laut yang
diusahakan oleh perusahaan lain yang berada dalam satu satuan
usaha, di mana kegiatan pelayaran ini sifatnya hanya menunjang
dari kegiatan induknya dan data yang tersedia juga sulit untuk
dipisahkan. Misalnya tanker yang diusahakan oleh Pertamina
untuk angkutan di dalam negeri, kapal milik perusahaan
penangkapan ikan & angkutan khusus lainnya. Penghitungan nilai
tambah sub sektor angkutan laut melalui pendekatan alokasi dari
sub sektor angkutan laut angka nasional, karena kegiatan
angkutan laut merupakan kegiatan multiregional, dimana
kegiatannya adalah pengangkutan penumpang dan barang
dengan menggunakan kapal yang diusahakan oleh perusahaan
milik nasional, baik yang melakukan trayek dalam negeri maupun
internasional. Penghitungan nilai tambah atas dasar harga
konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi dengan menggunakan
indeks angkutan/transport.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 31
Uraian Sektoral
c. Angkutan Udara
Meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan
menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan
penerbangan yang beroperasi di daerah tersebut. Termasuk disini
kegiatan lainnya yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan
yang datanya sulit untuk dipisahkan, seperti EMKU (Ekspedisi
Muatan Kapal Udara) dan lain-lain, baik untuk angkutan
penerbangan dalam negeri maupun untuk penerbangan luar
negeri. Tidak termasuk kegiatan penerbangan yang dilakukan oleh
instansi/perkumpulan yang sifatnya tidak terbuka untuk umum.
Kemudian nilai tambah atas dasar harga berlaku sub sektor
angkutan udara diperoleh dari laporan tahunan tiap bandara
udara. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung
dengan menggunakan metode deflasi.
d. Jasa Penunjang Angkutan
Mencakup kegiatan yang sifatnya menunjang dan memperlancar
kegiatan pengangkutan, yaitu jasa pelabuhan udara, laut, sungai,
darat (terminal dan parkir), bongkar muat laut dan darat,
keagenan penumpang, ekspedisi laut, jalan tol dan jasa penunjang
lainnya (pengerukan dan pengujian kelayakan angkutan laut). Sub
sektor jasa penunjang angkutan (terminal, parkir, keagenan
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 32
Uraian Sektoral
barang dan penumpang, ekspedisi, bongkar-muat, penggudangan)
nilai tambah diperoleh dari SKPR. Sedangkan penghitungan atas
dasar harga konstan 2000 dengan menggunakan metode deflasi.
2. Sub Sektor Komunikasi
Sub sektor ini terdiri dari kegiatan pos dan giro, Telekomunikasi
dan jasa Penunjang Komunikasi. Pos dan Giro mencakup kegiatan
pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman surat,
wesel dan paket pos yang diusahakan oleh PT. Pos Indonesia.
Telekomunikasi meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak
lain dalam hal pengiriman berita melalui telegram, telepon dan
telex yang diusahakan oleh PT. Telekomunikasi dan PT. Indosat.
Jasa penunjang komunikasi meliputi kegiatan lainnya yang
menunjang kegiatan komunikasi, seperti warung komunikasi
(wartel) dan telepon seluler (ponsel).
Sub sektor komunikasi mencakup jasa pos dan giro serta
telekomunikasi. Penghitungan nilai tambah atas dasar harga
berlaku didasarkan pada data produksi dan struktur biaya yang
diperolah dari laporan keuangan PT. POSINDO. Nilai tambah atas
dasar harga konstan 2000 dengan menggunakan ekstrapolasi
dengan menggunakan indeks gabungan dari jumlah surat yang
dikirim.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 33
Uraian Sektoral
Penghitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku sub sektor
telekomunikasi dihitung berdasarkan data yang bersumber dari
laporan keuangan Kantor Wilayah Usaha Telekomunikasi
Tanjungpinang. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000
dihitung dengan menggunakan indeks gabungan tertimbang yang
meliputi jumlah menit percakapan lokal/interlokal.
H. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor ini disebut sebagai sektor finansial, karena secara umum
kegiatan utamanya berhubungan dengan kegiatan pengelolaan
keuangan yang berupa penarikan dana dari masyarakat maupun
penyalurannya ke masyarakat kembali. Secara garis besar sektor ini
terbagi atas 3 (tiga) kelompok. Kelompok utama yaitu, usaha
perbankan dan moneter (otoritas moneter), lembaga keuangan
bukan bank, jasa penunjang keuangan serta usaha persewaan
bangunan dan tanah. Namun dalam klasifikasi tahun 2000 sektor
bank dan lembaga keuangan lainnya berubah menjadi Sektor
Keuangan, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan.
Sektor ini meliputi kegiatan subsektor perbankan, asuransi, koperasi
simpan pinjam dan lembaga keuangan lainnya, serta persewaan
bangunan bukan tempat tinggal dan kegiatan jasa perusahaan.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 34
Uraian Sektoral
a. Subsektor Perbankan
Nilai output dan NTB atas dasar harga berlaku subsektor ini diperoleh
dari Bank Indonesia (BI), sedangkan perkiraan NTB atas dasar harga
konstan 2000 diperoleh dengan cara ekstrapolasi, yakni
menggunakan indeks jumlah nilai kredit riil sebagai ekstrapolasinya.
Nilai kredit riil diperoleh dengan cara men-deflate nilai kredit pada
tahun berjalan dengan indeks umum HPB.
b. Subsektor Jasa Keuangan Bukan Bank
Sub sektor lembaga keuangan bukan bank mencakup kegiatan
asuransi (asuransi jiwa, asuransi sosial, asuransi kerugian dan
asuransi lainnya), mencakup juga koperasi (KUD dan non KUD),
pegadaian dan dana pensiun. Penghitungan nilai tambah asuransi
atas dasar harga berlaku diperoleh melalui SKPR dan data sekunder.
Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara
metode deflasi juga dengan menggunakan data IHK Umum.
c. Subsektor Lembaga Keuangan Lainnya
Sub sektor ini meliputi kopersi simpan pinjam, lembaga kredit
perorangan, money changer, pasar modal, leasing dan lembaga
keuangan bukan bank. Penghitungan nilai tambah koperasi berasal
dari data SKPR. Penghitungan atas dasar harga konstan 2000
menggunakan metode deflasi, dan deflatornya adalah IHK Umum.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 35
Uraian Sektoral
d. Subsektor Sewa Bangunan
Subsektor ini mencakup semua kegiatan jasa yang berhubungan
dengan proses penggunaan rumah atau bangunan sebagai tempat
tinggal maupun bukan tempat tinggal, tanpa memperhatikan apakah
rumah itu milik sendiri atau yang disewakan. Untuk sewa bangunan
tempat tinggal, perkiraan NTB atas dasar harga konstan 2000
didasarkan pada data pengeluraan konsumsi rumah tangga hasil
Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) khususnya pengeluaran
sewa rumah. Sedangkan Nilai tambah sub sektor sewa bangunan
(untuk tempat tinggal dan bukan untuk tempat tinggal) diperoleh dari
selisih antara output dengan biaya antara. Penghitungan nilai tambah
atas dasar harga konstan 2000 menggunakan metode deflasi, dan
sebagai deflatornya adalah IHK Umum.
e. Subsektor Jasa Perusahaan
Subsektor ini meliputi kegiatan advokasi, notaris, pengolahan data,
periklanan, sewa-menyewa mesin dan alat-alat usaha. Perkiraan NTB
dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi yang outputnya
diperoleh langsung dengan mengalikan jumlah tenaga kerja
subsektor jasa perusahaan dengan rata-rata output per tenaga kerja
yang diperoleh dari survei khusus.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 36
Uraian Sektoral
I. Sektor Jasa-Jasa
Sektor ini mencakup sub sektor jasa pemerintahan umum dan sub
sektor jasa swasta. Sub sektor pemerintahan umum meliputi
pemerintahan dan Hankam. Sedangkan untuk sub sektor jasa swasta
meliputi sub sektor jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan
kebudayaan, jasa perorangan dan rumah tangga.
a. Subsektor Pemerintahan Umum
Subsektor ini meliputi administrasi pemerintahan dan pertahanan,
serta kegiatan jasa pemerintahan lainnya. Nilai tambah sub sektor
pemerintahan dan Hankam terdiri dari upah dan gaji rutin pegawai
pemerintah pusat dan daerah. Upah dan gaji yang dihitung mencakup
upah dan gaji dari belanja rutin dan sebagian dari belanja
pembangunan Penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan
2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan menggunakan indeks
jumlah pegawai negeri.
b. Subsektor Swasta
Kegiatan pada subsektor swasta mencakup 3 kegiatan utama, yaitu:
1. Jasa Kemasyarakatan
Sub sektor jasa sosial dan kemasyarakatan mencakup jasa pendidikan
(sekolah swasta) meliputi TK, SD, SLTP, SLTA dan
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 37
Uraian Sektoral
Universitas/Akademi, jasa pendidikan (kursus), jasa kesehatan
(swasta) seperti; rumah sakit, rumah sakit bersalin, dokter dan
sebagainya. Kemudian jasa kemasyarakatan, jasa kesehatan dan jasa
kemasyarakatan lainnya (panti asuhan dan panti jompo).
Penghitungan nilai tambah sub sektor jasa sosial dan kemasyarakatan
atas dasar harga berlaku melalui pendekatan produksi, sedangkan
penghitungan atas dasar harga konstan 2000 menggunakan
cara/metode ekstrapolasi.
2. Jasa Hiburan
Sub sektor jasa hiburan mencakup kegiatan bioskop, panggung
kesenian, radio swasta, taman hiburan, dan sebagainya.
Penghitungan nilai tambah sub sektor jasa hiburan dan kebudayaan
atas dasar harga berlaku juga melalui pendekatan produksi.
Sedangkan atas dasar harga konstan 2000 menggunakan cara deflasi
dan sebagai deflatornya adalah IHK aneka dan jasa.
3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga
Subsektor ini mencakup kegiatan perbengkelan (mobil, motor,
sepeda, alat-alat elektronik) dan jasa perorangan (tukang binatu,
salon, tukang semir, tukang jahit dan sebagainya). Kemudian untuk
penghitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku sub sektor jasa
perorangan dan rumah tangga juga melalui pendekatan produksi.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 38
Uraian Sektoral
Untuk penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000
menggunakan metode deflasi, dan sebagai deflatornya adalah IHK
aneka dan jasa.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 40
Analisis
BAB III TINJAUAN PEREKONOMIAN NATUNA
A. Kondisi Umum Ekonomi
Kondisi perekonomian Kabupaten Natuna di tahun 2013 cukup
baik, hal ini ditunjukkan oleh cukup tingginya pertumbuhan ekonomi yang
terjadi pada tahun 2013. Pergerakan roda ekonomi ini tidak lepas dari
situasi dan kondisi Kabupaten Natuna yang stabil dan penerapan
kebijakan pemerintah daerah untuk benar-benar melaksanakan reformasi
melalui paket kebijakan yang berpedoman pada peningkatan
kesejahteraan rakyat yang adil dan merata serta terarah dan tepat
sasaran, dengan selalu berlandaskan pada skala prioritas kebutuhan.
Selain itu prioritas pembangunan selama tahun 2013 dengan program
pembangunan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada peningkatan
kesejahteraan melalui berbagai upaya dalam telah dilakukan melakui
usaha kecil/menengah serta koperasi, dan pertanian yang solid sebagai
tumpuan kehidupan sebagian besar masyarakat Kabupaten Natuna, tanpa
meninggalkan perhatian pada kegiatan pembangunan di sektor lainnya
seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan
bangunan yang selama ini menjadi salah satu tumpuan roda
perekonomian Kabupaten Natuna.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 41
Analisis
Kondisi makro ekonomi Kabupaten Natuna juga tidak lepas dari
dampak perkembangan kondisi ekonomi maupun non ekonomi. Situasi
politik dan keamanan sebagai faktor non ekonomi relative stabil selama
tahun 2013. Keadaan tersebut sangat mempengaruhi kondisi
perekonomian nasional yang mencerminkan pula pada perekonomian
regional di setiap kabuapaten. Meskipun telah terjadi kenaikan harga dab
kelangkaan Bahan Baka Minyak (BBM) yang berpengaruh terhadap
terjadinya gejolak harga kebutuhan pokok dan jasa, namun tidak terlalu
berpengaruh kepada aktifitas ekonomi di Kabupaten Natuna karena
secara berangsur angsur dapat dikendalikan sehingga ekonomi masih
dapat berkembang.
Dengan demikian, uraian dibawah ini akan disajikan analisis secara
desktiptif mengenai perekonomian Kabupaten Natuna yang didasarkan
pada angka PDRB Kabupaten Natuna. Indikator makro ekonomi yang akan
dianalisis berupa besaran PDRB, laju pertumbuhan ekonomi, struktur
ekonomi, dan PDRB per kapita serta pendapatan perkapita.
B. Perkembangan Ekonomi Regional
Perkembangan Kabupaten Natuna yang salah satunya diukur dari
besaran PDRB selama tahun 2009-2013 menunjukkan perkembangan yang
terus meningkat. Besaran PDRB Kabupaten Natuna atas dasar harga
berlaku maupun konstan selalu mengalami peningkatan yang cukup
signifikan.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 42
Analisis
Nilai PDRB Kabupaten Natuna atas dasar harga berlaku tahun
2013 mengalami peningkatan yang cukup berarti, yaitu dari 1,47 triliun
rupiah ditahun 2012 menjadi 1,69 triliun rupiah pada tahun 2013 atau
naik sebesar 222 milyar rupiah. Sedangkan nilai PDRB atas dasar harga
konstan pada tahun 2012 mencapai 488 milyar rupiah dan pada tahun
2013 sebesar 520 milyar rupiah.
Grafik 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Natuna Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2009-2013 (juta rupiah)
Selama 5 (lima) tahun terakhir yaitu tahun 2009 sampai dengan
tahun 2013, PDRB Kabupaten Natuna mengalami peningkatan 713 milyar
rupiah atas dasar harga berlaku. Sementara jika dinilai atas dasar harga
konstan, selama periode tersebut PDRB Kabupaten Natuna mengalami
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 43
Analisis
kenaikan sebesar 115 milyar rupiah. Kenaikkan tersebut terutama
disebabkan oleh meningkatnya nilai tambah dari semua sektor.
Tabel 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Kabupaten Natuna tahun 2009-2013 (juta rupiah).
Tahun PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku (jt rp) PDRB Atas Dasar Harga
Konstan (jt rp)
(1) (2) (3)
2009 977,745.38 405,647.10
2010 1,079,877.11 431,019.27
2011* 1,334,813.08 458,660.57
2012** 1,469,358.71 488,663.69
2013*** 1,691,577.83 520,930.09
Sumber : BPS Kabupaten Natuna
Pada tahun 2013, sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah
bruto (menurut harga berlaku) terbesar adalah sektor pertanian yaitu
sebesar 935 milyar rupiah, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan,
restoran dan hotel sebesar 285 milyar rupiah, sektor angkutan sebesar
145 milyar rupiah, sektor bangunan sebesar 135 milyar rupiah dan sektor
jasa-jasa sebesar 102 milyar rupiah. Sedangkan sektor lainnya hanya
menghasilkan nilai tambah bruto dibawah 50 miliyar rupiah. Demikian
juga pada penghitungan atas dasar harga konstan, sektor yang memiliki
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 44
Analisis
nilai tambah bruto paling besar adalah sektor pertanian yaitu sebesar 317
milyar rupiah serta sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 79
milyar rupiah. Sedangkan sektor yang lainnya hanya menghasilkan nilai
tambah dibawah 50 milyar rupiah.
Tabel 2. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 Tahun 2012-2013 (milyar rupiah)
Lapangan Usaha Harga Berlaku Harga Konstan
2012 2013 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5)
Pertanian 854.00 935.53 300.29 317.64
Pertambangan dan Penggalian
6.25 6.85 2.47 2.56
Industri pengolahan 28.80 30.40 17.65 18.45
Listrik dan Air Minum 1.65 2.01 0.44 0.47
Bangunan 110.23 135.33 29.49 31.92
Perdagangaan, Hotel dan Restoran
234.55 285.05 73.18 79.98
Angkutan dan Komunikasi 109.38 145.89 21.68 23.86
Keuangan, Perewaan dan Jasa Perusahaan
38.83 48.34 12.49 13.22
Jasa-Jasa 85.66 102.18 30.98 32.83
JUMLAH 1,469.36 1,691.58 488.66 520.93
Sumber : BPS Kabupaten Natuna
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 45
Analisis
C. PERTUMBUHAN EKONOMI
1. Pertumbuhan Ekonomi Regional
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perkembangan produksi dari
barang dan jasa pada periode tertentu dibandingkan periode sebelumnya.
Laju pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga
konstan, sehingga angka pertumbuhan ini sudah tidak dipengaruhi faktor
perubahan harga atau bisa diartikan benar-benar murni disebabkan oleh
kenaikkan produksi seluruh sektor pendukungnya.
Grafik 2. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Natuna Tahun 2009-2013 (persen)
Pertumbuhan Kabupaten Natuna selam 5 (lima) tahun terakhir yaitu
tahun 2009-2013 cenderung mengalami pergerakan kearah positif. Pada
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 46
Analisis
tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Natuna mencapai 6,38
persen. Pada tahun 2010 perekonomian Kabupaten Natuna mengalami
perlambatan, ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi sebesar 6,25
persen, kemudian mengalami percepatan dari tahun 2011 sampai dengan
tahun 2013 dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,41 persen tahun
2011, tahun 2012 sebesar 6,54 persen dan di tahun 2013 mencapai 6,60
persen. Kondisi ini disebabkan karena secara rata-rata semua sektor
lapangan usaha mengalami peningkatan.
Sektor yang mengalami pertumbuhan paling tinggi pada tahun 2013
adalah sektor angkutan dan komunikasi yaitu sebesar 10,08 persen.
Diantaranya subsektor angkutan sebesar 10,16 persen dan subsektor
komunikasi sebesar 8,01 persen. Dimana jumlah dari nilai bagasi dan
pos/paket yang meningkat dari tahun sebelumnya. Begitu juga dengan
subsektor komunikasi yang cenderung meningkat dalam pemakaian
telepon genggam/HP atau internet.
Selain sektor angkutan dan komunikasi ada juga sektor yang
mengalami pertumbuhan tinggi yaitu sektor perdagangan, hotel dan
restoran serta sektor bangunan/konstruksi.
Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Kabupaten Natuna selama
lima tahun terakhir adalah sebesar 32,19 persen. Dengan demikian secara
rata-rata selam periode tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 6,44
persen pertahun.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 47
Analisis
2. Pertumbuhan Sektoral
a. Sektor Primer
Sektor primer terdiri dari sektor Pertanian dan sektor
Pertambangan dan Penggalian. Laju pertumbuhan sektor Pertanian
cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 sektor Pertanian di
Kabupaten Natuna tumbuh sebesar 4,90 persen. Pada tahun 2010
pertumbuhan sektor Pertanian mengalami perlambatan sebesar 4,70
persen. Hal ini disebabkan oleh melambatnya subsektor Perikanan. Jika
subsektor ini turun atau meningkat maka sangat mempengaruhi
pergerakan pertumbuhan ekonomi di sektor Pertanian. Hal ini disebabkan
share subsektor ini sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Natuna berbeda dengan subsektor lainnya (tanaman
bahan makanan, perkebunan, peternakan, dan kehutanan).
Selanjutnya pada tahun 2011-2013 pertumbuhan sektor pertanian
meningkat dengan masing-masing pertumbuhan sebagai berikut, tahun
2011 tumbuh sebesar 4,71 persen, tahun 2012 tumbuh 4,73 persen dan
tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen.
Sementara itu, sektor Pertambangan dan Penggalian yang
tertumpu pada subsektor penggalian mampu tumbuh cukup besar
ditahun 2009 yaitu sebesar 9,79 persen. Pada tahun 2010 pertumbuhan
sektor Pertambangan dan Penggalian mengalami perlambatan sebesar
9,23 persen. Selanjutnya pertumbuhan ekonomi sektor ini mengalami
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 48
Analisis
peningkatan dari tahun 2011 sampai tahun 2012 masing-masing sebesar
9,28 persen dan 9,31 persen. Untuk tahun 2013 pertumbuhan sektor ini
mengalami perlambatan hanya sampai 3,33 persen. Hal ini disebabkan
pengaruh menurunnya produksi sektor Pertambangan dan Penggalian
terutama subsektor Penggalian.
Dengan demikian pertumbuhan rata-rata sektor primer mengalami
peningkatan pada tahun 2010-2012, dan ditahun 2013 mengalami
penurunan. Masing masing yaitu 6,97 persen, 7 persen, 7,02 persen dan
4,55 persen. Secara umum, sektor primer ini memegang peranan yang
sangat penting dalam menentukan nilai PDRB Kabupaten Natuna. Sektor
ini yang paling besar memberikan kontribusi terhadap total PDRB
Kabupaten Natuna.
Grafik 3. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Primer Kabupaten Natuna Tahun 2010-2013 (persen)
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 49
Analisis
b. Sektor Sekunder
Sektor sekunder terdiri dari sektor Industri Pengolahan, sektor
Listrik, Gas, dan Air Bersih, serta sektor Bangunan/Konstruksi. Pada tahun
2013 secara umum sektor sekunder menunjukan perkembangan yang
cukup baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pada tahun 2013, sektor Industri Pengolahan mengalami
pertumbuhan sebesar 4,53 persen, bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya mengalami perlambatan karena pada tahun 2012 tumbuh
sebesar 5,12 persen. Sektor Industri pengolahan yang ada di Kabupaten
Natuna adalah industri besar sedang dan industri kerajinan rumahtangga.
Untuk sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih pada tahun 2013 tumbuh
sebesar 6,82 persen, meningkat bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,94 persen. Selama
tahun 2013, konsumsi listrik dan air bersih, baik oleh rumahtangga,
instansi pemerintah maupun industri serta dunia usaha lainnya
mengalami peningkatan. Besaran produksi listrik dan air bersih cenderung
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Demikian juga dengan ketersediaan
air bersih yang dilakukan oleh PDAM Kabupaten Natuna.
Selanjutnya sektor Bangunan/Kontruksi yang berupa
bangunan/konstruksi tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal, baik
yang dilakukan oleh pemerintah ataupun pihak swasta termasuk oleh
rumahtangga. Pembangunan disini termasuk juga pemeliharaan bangunan
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 50
Analisis
dan renovasi besar yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, juga
rumahtangga. Selama tahun 2013 sektor ini mampu tumbuh sebesar 8,24
persen. Pertumbuhan yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan oleh
semakin banyaknya proyek fisik yang dilakukan oleh pemerintah daerah
selama tahun 2013, baik yang berupa bangunan, maupun prasarana
umum seperti jalan, jembatan dan sebagainya. Sektor Bangunan
merupakan salah satu sektor yang cukup tinggi pertumbuhannya. Tetapi
bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami perlambatan
yang tumbuh sebesar 19,12 persen.
Pada tahun 2013, secara umum pertumbuhan rata-rata sektor
sekunder sebesar 6,53 persen. Bila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya mengalami perlambatan dengan tumbuh sebesar 9,39
persen. Sektor ini memegang peranan yang cukup penting dalam
menentukan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Natuna. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa sektor sekunder sangat berpengaruh
terhadap tingkat laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Natuna.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 51
Analisis
Grafik 4. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Sekunder Kabupaten Natuna Tahun 2010-2013 (persen)
A. Sektor Tersier
Selama tahun 2013 sektor tersier mampu tumbuh sebesar 7,80
persen. Kondisi ini cukup menggembirakan dan hal ini dimungkinkan
karena adanya peningkatan kinerja di sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran; sektor Pengangkutan dan Komunikasi; sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran, pada tahun 2013 mampu tumbuh
sebesar 9,30 persen, bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya
mengalami perlambatan dengan tumbuh sebesar 9,52. Hal ini disebabkan
karena menurunya pertumbuhan dari subsektor hotel dan subsektor
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 52
Analisis
restauran masing-masing yaitu tahun 2012 sebesar 12,08 persen menjadi
5,07 persen tahun 2013 dan 8,82 persen ditahun 2012 menjadi 5,71
persen ditahun 2013.
Dengan semakin maraknya usaha perdagangan besar dan eceran
di Kabupaten Natuna pada tahun 2009-2012 maka dapat dipahami apabila
laju pertumbuhan sektor ini sangat pesat pada tahun bersangkutan. Hal
ini sejalan dengan peningkatan pembangunan ekonomi di Kabupaten
Natuna selama era otonomi daerah, yang membuat kabupaten ini
semakin ramai dan bertambah banyak jumlah penduduknya maka usaha
Hotel/penginapan, restoran dan rumah makan serta penyedia makanan
jadi lainnya otomatis meningkat pula. Berbeda dengan tahun 2013, yang
pertumbuhannya sedikit melambat.
Berikutnya sektor Pengangkutan dan Komunikasi juga mempunyai
peranan yang cukup penting terhadap PDRB Kabupaten Natuna.
Pertumbuhan subsektor angkutan pada tahun 2013 cukup meningkat
yaitu sebesar 10,26 persen. Begitu juga dengan subsektor Komunikasi
meningkat sebesar 8,01 persen. Hal ini sejalan dengan kinerja kegiatan
Pos dan Telekomunikasi sebagai akibat dari meningkatnya penggunaan
telepon genggam/HP seiring dengan semakin banyaknya akses akses
internet dalam seluler.
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan mengalami
pertumbuhan sebesar 5,85 persen di tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 53
Analisis
kenaikan dari sub-sub sektor ini. Laju pertumbuhan sektor jasa-jasa tahun
2013 adalah sebesar 5,96 persen. Secara rat-rata semua sub sektor dari
sektor jasa-jasa mengalami peningkatan. Dari hal tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa sektor tersier mengalami pertumbuhan selama tahun
2013 sebesar 7,80 persen.
Grafik 5. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Tersier Kabupaten Natuna Tahun 2010-2013 (persen)
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 54
Analisis
Tabel 3. Pertumbuhan Sektor dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Natuna, Tahun 2010 2013 (Persen)
Sektor 2010 2011* 2012** 2013***
(1) (2) (3) (4) (5)
Primer 6,97 7,00 7,02 4,55
Sekunder 9,02 9,27 9,39 6,53
Tersier 7,56 7,62 7,69 7,80
LPE 6,25 6,41 6,54 6,60
Sumber : BPS Kabupaten Natuna
Grafik 6. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Natuna, Tahun 2010 2013 (Persen)
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 55
Analisis
D. Struktur Perekonomian
Struktur perekonomian Kabupaten Natuna sejak tahun 20092013
relatif tidak banyak mengalami pergeseran. Masih didominasi oleh sektor
pertanian, perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan
komunikasi serta sektor bangunan. Hal ini terlihat dari besarnya
kontribusi yang diberikan oleh sektor-sektor tersebut dalam pembentukan
PDRB.
Sektor yang memberikan sumbangan terbesar dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Natuna adalah Sektor Pertanian dengan
kontribusi sebesar 55,31 persen pada tahun 2013, mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 58,12 persen.
Walaupun mengalami penurunan kontribusi bukan berarti upaya
pengembangan sektor pertanian menurun tetapi pengembangannya tidak
sebesar tahun sebelumnya.
Besarnya peranan Sektor ini didukung oleh peranan Subsektor
Perikanan yang nilai tambahnya menyumbangkan sebesar 47,28 persen.
Sektor terbesar kedua yang memberikan kontribusi dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Natuna adalah sektor Perdagangan, hotel
dan restoran. Pada tahun 2012 peranan sektor ini sebesar 15,96 persen
dan menjadi 16,85 persen pada tahun 2013. Hal ini terjadi karena makin
pesatnya perdagangan besar/enceran serta rumah makan/restoran.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 56
Analisis
Sektor dengan peranan terbesar ketiga adalah Sektor angkutan
dan komunikasi. Pada tahun 2012 peranan sektor ini sebesar 7,44 persen
meningkat ditahun 2013 menjadi 8,62 persen. Dengan kontribusi
subsektor angkutan yang paling besar yaitu 7,50 persen sedangkan
subsektor komunikasi hanya menyumbangkan 1,13 persen.
Sementara kontribusi sektor terbesar ke empat adalah Sektor
Bangunan. Pada tahun 2012 peranan sektor ini sebesar 7,50 persen dan
menjadi 8,00 persen pada tahun 2013. Berarti upaya pembangunan
sarana fisik dan infrastruktur Kabupaten Natuna seperti bangunan jalan,
jembatan, dan lainnya tetap mengalami perbaikan ke arah yang positif.
Dari gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa perekonomian
Kabupaten Natuna masih bergantung kepada sektor Pertanian. Hal ini
menunjukkan Kabupaten Natuna masih mengandalkan hasil alam/SDA
dalam melaksanakan kegiatan perekonomiannya dari segi sektor
perikanan, yang secara geografis dikelilingi oleh Laut lepas. Dimana luas
lautan lebih besar dari luas daratan dengan rincian sebagai berikut, luas
daratan 2.001,30 Km2 dan luas lautan 262.197,07 Km2.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 57
Analisis
Grafik 7. Struktur Ekonomi Kabupaten Natuna Menurut Lapangan Usaha, 2013 ( Persen )
E. Perkembangan PDRB Per Kapita dan Pendapatan Per Kapita
Salah satu indikator makro ekonomi lainnya, yang banyak
dimanfaatkan untuk melihat perkembangan perekonomian, sebagai dasar
evaluasi tingkat kesejahteraan masyarakat suatu wilayah adalah PDRB per
kapita dan pendapatan per kapita. Nilai PDRB per kapita merupakan
ukuran rata-rata nilai tambah bruto yang diciptakan oleh masing-masing
penduduk melalui aktivitas ekonomi. Angka tersebut diperoleh dengan
cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Sedangkan pendapatan per kapita merupakan rata-rata nilai PDRB setiap
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 58
Analisis
penduduk setelah dikurangi dengan pendapatan faktor neto yang keluar
masuk, biaya penyusutan dan pajak tidak langsung neto.
Selama tahun 2009-2013, perkembangan nilai PDRB per kapita
dan pendapatan per kapita Kabupaten Natuna, memperlihatkan
perkembangan yang terus meningkat.
Tabel 4. PDRB Per kapita Dan Pendapatan Per kapita Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Natuna Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah)
Tahun PDRB Per kapita Pendapatan
Perkapita
(1) (2) (3)
2009 15,77 14,87
2010 15,57 14,31
2011* 18,95 17,33
2012** 20,55 18,76
2013*** 23,32 21,29
Sumber : BPS Kabupaten Natuna
Pada tahun 2009, nilai PDRB per kapita tercatat sebesar 15,77 juta
rupiah. Kemudian pada tahun 2010 PDRB per kapita terjadi penurunan
menjadi 15,57 juta rupiah dan meningkat lagi samapi tahun 2013 menjadi
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 59
Analisis
23,32 juta rupiah. Sedangkan untuk pendapatan per kapita, dari 14,87 juta
rupiah pada tahun 2009, dan tahun 2010 terjadi penurunan menjadi 14,31
juta rupiah dan sampai tahun 2013 terjadi peningkatan menjadi 21,29 juta
rupiah.
Tabel diatas memperlihatkan bahwa PDRB per kapita dan
pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Natuna selama kurun waktu
tahun 2009-2013 mengalami peningkatan secara simultan (secara nominal
mengalami peningkatan) walaupun sempat terjadi penurunan ditahun
2010. Dengan adanya kenaikan tersebut diharapkan kemampuan daya
beli masyarakat juga meningkat. Karena ukuran tingkat kemakmuran
penduduk antara lain diukur dari tingkat daya beli masyarakat, maka
dengan kondisi ini diharapkan kemakmuran penduduk Kabupaten Natuna
juga meningkat. Akan tetapi tingkat inflasi atau tingkat kenaikkan harga
barang dan jasa yang terjadi di pasar sangat berpengaruh terhadap
besaran indikator ini, sehingga secara riil sebenarnya peningkatan
kemakmuran masyarakat bisa tidak sejalan dengan kenaikan pada
indikator pendapatan regional per kapita tersebut.
Bila ditinjau dari PDRB atas dasar harga konstan 2000 bahwa
pendapatan Per kapita Kabupaten Natuna tahun 2009 sebesar Rp. 6,17
juta rupiah dan kemudian pada tahun 2013 meningkat menjadi Rp. 6,58
juta rupiah atau terjadi peningkatan sebesar 10 persen. Penghitungan
pendapatan regional per kapita atas dasar harga konstan 2000
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Natuna, 2013 60
Analisis
dimaksudkan untuk menghilangkan pengaruh tingkat perubahan harga
barang dan jasa (Inflasi/Deflasi) yang terjadi pada tahun berjalan, sehingga
dengan demikian diperoleh nilai riil atau nilai sebenarnya atas terjadinya
peningkatan/penurunan yang dapat secara lebih tepat menggambarkan
tingkat produktivitas per kapita.
Namun demikian perlu dicatat disini bahwa angka pendapatan per
kapita, seperti halnya dengan pendapatan per kapita daerah di
kabupaten/kota seluruh Indonesia, khususnya Kabupaten Natuna, belum
mencerminkan tingkat kesejahteraan sesungguhnya. Hal ini disebabkan
pendapatan per kapita diperoleh dari PDRB Kabupaten Natuna secara
keseluruhan, yang meliputi 9 sektor lapangan Usaha.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Natuna, 2013 62
Perbandingan Regional
BAB VI
PERBANDINGAN INDIKATOR EKONOMI
ANTAR REGIONAL
Bab ini memaparkan perkembangan PDRB masing-masing
kabupaten/kota se- Provinsi Riau. Dengan menyajikan bab ini ingin
mengetahui sudah sejauh mana peranan perekonomian dari setiap
kabupaten/kota dan dapat melihat keberadaan posisi perekonomian
Kabupaten Natuna dalam menggerakkan roda perekonomian Provinsi
Kepulauan Riau.
4.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau tahun 2010-2012
mengalami fluktuasi. Laju pertumbuhan Provinsi Kepulauan Riau tahun
2013 sebesar 6,24 persen mengalami penurunan bila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 6,87 persen yang mengalami
perbaikan ditahun 2012, dan tahun 2011 sebesar 6,92 persen. Pada tahun
2010 Provinsi Kepri bangkit dari krisis perekonomian dengan laju
pertumbuhan 7,51 persen yang sebelumnya sempat mencapai 3,66
persen di tahun 2009. Hal ini terjadi dikarenakan banyak faktor yang
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Natuna, 2013 63
Perbandingan Regional
menyebabkan pertumbuhan Provinsi Kepri mengalami fluktuasi.
Diantaranya adalah dampak keuangan global, iklim investasi, perhotelan,
dan lainnya.
Seperti halnya yang terjadi di Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan
Riau, masing-masing Kabupaten/Kota memiliki laju pertumbuhan ekonomi
yang berbeda. Ada yang mengalami perlambatan dan ada juga yang
mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi tertinggi di
Kabupaten/Kota Provinsi Kepulauan Riau tahun 2013 adalah Kabupaten
Kepulauan Anambas sebesar 7,41 persen. Hal ini terjadi memang di
kabupaten tersebut lagi gencar gencarnya membangun perekonomian
akibat baru terbentunya Kabupaten baru di Provinsi Kepulauan Riau.
Tertinggi ke dua berasal dari Kabupaten Karimun mencapai 7,14 persen,
tertiggi ke tiga dan ke empat adalah Kabupaten Bintan sebesar 6,97
persen dan kota Tanjungpinang sebesar 6,70 persen. Sedangkan
Kabupaten Natuna diposisi ke enam dari tujuh kabupaten/kota di Provinsi
Kepulauan Riau dengan pertumbuhan 6,60 persen yang masih
pertumbuhannya dibawah Kabupaten Lingga sebesar 6,68 persen.
Sedangkan Kota Batam mengalami penurunan di tahun 2013 dengan
pertumbuhan sebesar 5,83 persen.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Natuna, 2013 64
Perbandingan Regional
Tabel 4.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Kabupaten/Kota Se-Provinsi Kepulauan Riau (Persen)
2010-2013
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012* 2013**
01. Karimun 6,56 7,05 7,26 7,14
02. Bintan 5,56 6,18 6,02 6,97
03. Natuna 6,25 6,41 6,54 6,60
04. Lingga 6,60 6,64 6,66 6,68
05. Batam 7,77 7,22 6,78 5,83
06. Tanjungpinang 7,08 7,06 7,09 6,70
07. Kepulauan Anambas
7,16 7,39 7,40 7,41
KEPULAUAN RIAU 7,51 6,92 6,87 6,24
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
4.2 Kontribusi PDRB
Keberadaan ekonomi suatu Kabupaten/Kota salah satunya dapat
dilihat dari peranan terhadap pembentukan PDRB secara keseluruhan
dalam suatu Provinsi. Besarnya kontribusi yang disumbangakan setiap
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Natuna, 2013 65
Perbandingan Regional
sektor ekonomi terhadap pembentukan nilai tambah perekonomian yang
tercermin dalam total PDRB dapat menunjukkan struktur perekonomian
suatu wilayah. Dari tabel 4.2 terlihat adanya perbedaan sektoral yang
sangat dominan antara komposisi pembentuk PDRB Provinsi Kepulauan
Riau dengan Kabupaten Natuna.
Sektor yang paling mendominasi di Provinsi Kepulauan Riau
adalah masih sektor industri pengolahan. Kontribusi sektor industry
pengolahan Provinsi Kepri mencapai 47,70 persen ditahun 2013. Hal ini
disumbangkan rat-rata oleh Kabupaten Bintan dan Kota Batam yang
masing masing menyumbangkan kontribusinya sebesar 51,13 persen dan
55,65 persen. Selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan, hotel &
restoran dengan besaran 20,09 persen dan sektor bangunan yang
mencapai 8,35 persen. Secara umum dapat dikatakan pertumbuhan
ekonomi Provinsi Kepulauan Riau bergerak dibidang industry dan
perdagangan, hotel & restoran.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Natuna, 2013 66
Perbandingan Regional
Tabel 4.2. Perbandingan Distribusi PDRB Tanpa Migas Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Natuna Menurut Lapangan Usaha Tahun
2012-2013 (%)
Lapangan Usaha Kep. Riau Natuna
2012* 2013** 2012* 2013**
1. Pertanian 4,95 4,70 58,12 55,31
2. Pertambangan & Penggalian
1,19 1,14 0,43 0,41
3. Industri Pengolahan 51,12 51,10 1,96 1,8
4. Listrik, Gas & Air Bersih
0,64 0,63 0,11 0,12
5. Bangunan 8,34 8,45 7,5 8
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
20,76 21,16 15,96 16,85
7. Angkutan & Komunikasi
4,80 4,75 7,44 8,62
8. Keuangan 5,33 5,23 2,64 2,86
9. Jasa-jasa 2,88 2,84 5,53 6,04
Total PDRB 100 100 100 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Sementara untuk Kabupaten Natuna sektor yang dominan sangat
berbeda dengan Provinsi Kepulauan Riau. Kabupaten Natuna bergerak
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Natuna, 2013 67
Perbandingan Regional
dibidang sektor pertanian khususnya di sub sektor perikanan. Meskipun
sektor pertanian cenderung mengalami penurunan tetapi tetap menjadi
penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Sektor pertanian tahun 2013
sebesar 55,31 persen sedangkan ditahun 2012 sebesar 58,12 persen.
Selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan, hotel & restoran sebesar
16,85 persen. Sedangkan sektor ketiga adalah sektor angkutan dengan
kontribusi 8,62 persen.
4.3 PDRB dan Pendapatan Per Kapita
Selama kurun waktu 2011-2013 PDRB kabupaten/kota mengalami
peningkatan yang cukup berarti. Demikian pula secara riil (atas dasar
harga konstan 2000) mengalami peningkatan pada tahun 2013. Begitu
juga dengan PDRB dan Pendapatan Per Kapita.
Pada umumnya nilai PDRB dan Pendapatan Per Kapita yang
dicapai oleh suatu wilayah secara tidak langsung menunjukkan tingkat
kesejahteraan diwilayah tersebut.
Selama tahun 2011-2013 PDRB Per Kapita Provinsi Kepulauan Riau
mengalami peningkatan. Menurut atas dasar harga berlaku tahun 2011
sebesar 40,17 juta rupiah berikutnya menjadi 43,92 juta rupiah di tahun
2012. Sedangkan tahun 2013 meningkat sebesar 47,19 juta rupiah.
Dilihat dari PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota tahun 2013, selama
tiga tahun terakhir Kota Batam yang paling besar, dimana tahun 2013
sebesar 59,88 juta rupiah. Sedangkan yang terkecil adalah Kabupaten
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Natuna, 2013 68
Perbandingan Regional
Lingga yaitu sebesar 16,43 juta rupiah. Kabupaten Natuna berada diatas
Kabupaten Lingga yaitu sebesar 23,32 juta rupiah.
Tabel 4.3 PDRB Per Kapita Tanpa Migas Kabupaten/Kota di Provinsi
Kepulauan Riau, 2011-2013 (Juta Rupiah)
Kabupaten/Kota 2011 2012* 2013**
(1) (2) (3) (4)
A. Atas Dasar Harga Berlaku
Karimun 21,55 24,05 26,61 Bintan 33,77 36,26 39,03 Natuna 18,95 20,55 23,32 Lingga 13,05 14,44 16,43 Anambas 18,84 20,25 20,95 Batam 52,59 55,03 59,88 Tanjungpinang 29,25 31,68 35,85
KEPULAUAN RIAU 40,17 43,92 47,19
B. Atas Dasar Harga Konstan
Karimun 9,78 10,38 10,94 Bintan 22,88 23,95 25,11 Natuna 6,51 6,83 7,18 Lingga 7,37 7,82 8,29 Anambas 7,62 8,05 8,53 Batam 30,11 30,72 31,11 Tanjungpinang 13,76 14,53 15,22
KEPULAUAN RIAU 33,33 36,44 39,15
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Keterangan : *) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Natuna, 2013 69
Perbandingan Regional
Namun secara riil (konstan), paling besar PDRB Per Kapita adalah
Kota Batam sebesar 31,11 juta rupiah. Sedangkan yang terendah adalah
Kabupaten Natuna sebesar 7,18 juta rupiah. Dan Nilai PDRB Per Kapita
Provinsi Kepulauan Riau atas dasar harga konstan sebesar 39,15 juta
rupiah.
Sebagaimana halnya PDRB Per Kapita, pendapatan per kapita
yang paling besar diantara kabupaten/kota se Provinsi Kepulauan Riau
adalah Kota Batam. Secara nominal besarnya 44,16 juta rupiah sementara
riilnya sebesar 24,19 juta rupiah. Dan Provinsi Kepulauan Riau secara
nominal sebesar 23,92 juta rupiah dan riilnya 19,84 juta rupiah. Nilai
tersebut masih jauh dibawah Kota Batam. Begitu juga dengan Kabupaten
Natuna yang secara nominal hanya 21,29 juta rupiah dan riilnya hanya
sebesar 6,58 juta rupiah.
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa pembangunan yang
dilakukan di Provinsi Kepulauan Riau masih belum mencapai taraf
pemerataan. Hal ini tercermin dari nilai besaran PDRB dan pendapatan
per kapita kabupaten/kota masih ketimpang.
www.
natun
akab
.bps.g
o.id
-
Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Natuna, 2013 70
Perbandingan Regional
Tabel 4.4 Pendapatan Per Kapita Tanpa Migas Kabupaten/Kota di
Provinsi Kepulauan Riau, 2011-2013 (Juta Rupiah)
Kabupaten/Kota 2011 2012* 2013**
(1) (2) (3) (4) A. Atas Dasar Harga Berlaku
Karimun 20,02 22,34 24,72 Bintan 30,26 32,49 34,97 Natuna 17,33 18,76 21,29 Lingga 11,93 13,19 15,02 Anambas 15,63 16,79 17,38 Batam 38,77 40,59 44,16 Tanjungpinang 27,74 30,04 34,01
KEPULAUAN RIAU 22,53 23,27 23,92
B. Atas Dasar Harga Konstan
Karimun 9,09 9,64 10,16 Bintan 20,50 21,46 22,49 Natuna 5,96 6,26 6,58 Lingga 6,73 7,14 7,59 Anambas 6,32 6,68