PRODUCER
-
Upload
zzacky2000 -
Category
Documents
-
view
1.010 -
download
0
Transcript of PRODUCER
PRODUCER
Oleh: Tino Saroengallo
(Sutradara Senior)
Di dalam sebuah produksi film pemakaian ketiga istilah di atas seringkali timpang tindih
dalam menunjukkan peran yang dilakukan seseorang sebagai bagian dari departemen
produksi. Pada prinsipnya masing~masing jabatan tersebut berkaitan dengan
tanggungjawab dalam mengelola salah satu atau keseluruhan unit dalam departemen
produksi. Bila dibandingkan dengan jabatan Produser, maka ketiga jabatan tersebut
bisa dimasukkan ke dalam kategori pelaksana harian. Untuk mengerti perbedaan
dekripsi kerja masing~masing jabatan tersebut, kita harus memahami terlebih dahulu
keseluruhan susunan hirarki kekuasaan dalam produksi film, khususnya Departemen
Produksi.
Aneka Produser
Secara hirarki jabatan, ketiga jabatan tersebut berada di bawah kedudukan produser
secara umum. Dan menyinggung sebutan produser, bila kita membaca rangkaian
jabatan dalam daftar kru yang tercantum pada akreditasi akhir sebuah film maka kita
pun akan menemukan aneka sebutan untuk jabatan produser itu sendiri. Yang paling
atas biasanya adalah Produser Eksekutif (Executive Producer), disusul oleh Produser
(Producer), Produser Pendamping (Associate Producer), Pimpinan Produksi, dan
sebagai ‘anak bungsu’ dari jejeran petinggi tersebut adalah Produser Pelaksana (Line
Producer).
Banyak tidaknya nama~nama yang tercantum dalam jajaran petinggi tersebut
tergantung pada skala produksi itu sendiri. Masing~masing jabatan berkait~erat dengan
tanggungjawab kerja dan kepada siapa mereka bertanggungjawab. Produser Eksekutif
bertanggungjawab sejak sebuah film masih berupa embrio, gagasan. Biasanya ia
terlibat dalam pengembangan gagasan tersebut hingga menjadi sebuah naskah dan
mencarikan Sutradara yang tepat untuk mewujudkan skenario menjadi sebuah film. Ia
juga bertanggungjawab mencari dana dari pemodal untuk membuat film tersebut. Pada
era studio besar di Hollywood, mereka lah ‘raja~raja’ yang menentukan segala sesuatu
yang berkaitan dengan pembuatan sebuah film. Belakangan ini, terutama dengan
pesatnya perkembangan mazhab film independen, seorang Produser Eksekutif
umumnya sudah bekerjasama dengan seorang Sutradara sejak awal, mulai dari proses
pengembangan sebuah gagasan menjadi skenario hingga pencarian dana.
Kedudukannya nyaris sejajar dengan Sutradara.
Produser adalah orang yang bertanggungjawab atas proses pembuatan film sejak awal
hingga akhir. Dia adalah perpanjangan tangan Produser Eksekutif dalam
menggerakkan roda departemen produksi. Di Indonesia, kerancuan seringkali terjadi
tentang perbedaan antara Produser Eksekutif dengan Produser. Pada era keemasan
film nasional, sebutan Produser biasanya berkaitan dengan pemilik modal. Pemilik
modal disebut Produser. (Hal ini masih ditegaskan oleh Parwesh dalam Sarasehan Hari
Film Nasional, Galeri Cipta II pada Senin 06 Maret 2006).
Jabatan Produser lebih tinggi dibandingkan dengan Produser Eksekutif. Produser
Eksekutif disejajarkan dengan jabatan Produser Pelaksana. Padahal Produser
Pelaksana sebenarnya adalah terjemahan yang paling tepat untuk Line Producer. Salah
kaprah ini mungkin terjadi karena pengertian kata executive yang diterjemahkan
sebagai kata yang berkaitan dengan kata dalam bahasa Inggris to
execute (melaksanakan) atau execution(pelaksanaan). Di luar negeri kerancuan ini
tidak terjadi karena pemilik modal akan masuk dalam jajaran investor. Kalaupun ada
pemilik modal yang aktif selama proses produksi film tersebut maka ia akan
dimasukkan ke dalam jajaran Produser Pendamping. Produser Pendamping (Associate
Producer) merupakan orang memiliki suara penentu dalam proses pembuatan sebuah
film namun seringkali tidak terlibat dalam proses pembuatan film secara langsung.
Sebutan ini seringkali diberikan kepada salah seorang pemodal yang tidak hanya
memasukkan uangnya untuk pembuatan film tersebut tetapi juga cukup aktif selama
proses pembuatan meski tidak terlibat langsung dalam keseharian produksi. Dibedakan
dengan hanya pemilik modal atau investor. Atau sebaliknya, sebutan Produser
Pendamping juga diberikan kepada seorang yang berperan dan tanggungjawab sangat
besar selama proses pembuatan sebuah film namun tidak menerima upah karena
keterbatasan anggaran sehingga ia dibayar dalam bentuk saham. Sebutan Produser
Pendamping baginya menunjukkan bahwa jerih payahnya dibayar dengan kepemilikan
atas film tersebut.
‘Anak bungsu’ dari jajaran petinggi itu adalah Line Producer atau yang menurut penulis
paling tepat diterjemahkan sebagai Produser Pelaksana. Kadang diterjemahkan secara
asal sebagai Produser Lini. Produser yang menjaga ‘lini’ atau ‘garis’ produksi. Dalam
hal ini mungkin ‘lini’ bisa kita artikan sebagai ‘batas’ anggaran. Dengan kata lain, bila
mengartikan Line Producer sebagai Produser Lini maka ia bertanggungjawab untuk
menjaga supaya produksi berjalan di dalam ‘batas’ anggaran. Istilah Produser
Pelaksana seringkali juga disebut sebagai Pimpinan Produksi atau Pimprod. Isitilah
Pimpro ini, menurut penulis, lebih mencerminkan mental bangsa Indonesia. Setiap
pekerjaan dilihat sebagai sebuah proyek. Dan sebuah proyek dalam keseharian
biasanya dipimpin oleh seorang Pimpinan Proyek atau Pimpro. Untuk film lahirlah istilah
Pimprod.
Secara singkat bisa disebutkan bahwa aneka sebutan atau istilah tersebut di atas
berkaitan dengan mereka yang bertanggung-jawab dalam mengelola jalannya
sebuah produksi film.
==================================================================
=======
Line Producer
Dan kadang kita membaca daftar yang timpang tindih, salah kaprah dalam penulisan
akreditasi akhir. Misalnya, di bawah Pimpinan Produksi kita membaca sebutan Line
Producer. Atau sebaliknya. Padahal kedua jabatan tersebut adalah jabatan yang sama.
Pemakaian istilah Line Producer di dunia pembuatan film iklan sudah mengalami
degradasi arti. Ketika penulis memasuki dunia tersebut pada awal dekade 1990an,
istilah Line Producer sangat lekat dengan pengertian Line Producer pembuatan film
cerita. Jabatan itu masih memiliki wibawa sebagai memiliki kemampuan nyaris
sederajat dengan Produser Eksekutif (yang biasanya adalah petinggi rumah produksi
tersebut).
Awal tahun 2000an, setelah tiga tahun meninggalkan produksi film iklan, penulis
tiba~tiba harus berurusan dengan generasi Line Producer baru yang secara
tanggungjawab sebetulnya tidak lebih daripada jabatan Manajer Produksi yang penulis
kenal sebelumnya. Era 2000an sudah tidak mengenal sebutan Manajer Produksi lagi.
Dari Line Producerlangsung ke Asisten Produksi.
Perkembangan akhir~akhir ini lebih menarik lagi. Saat ini muncul jabatan Produser
sebagai kepanjangan tangan Produser Eksekutif, diikuti Line Producer. Di mata penulis,
maaf, sebutan Produser di dunia produksi film iklan dewasa ini merupakan
pengkarbitan sebutan bagi seorang yang melaksanakan tanggungjawab Line
Producer di era awal tahun 2000an, atau Manajer Produksi di era 1990an. Sedangkan
istilah Line Producer dewasa ini mengacu pada deskripsi kerja dengan tanggungjawab
seorang Koordinator Produksi di era 1990an. Jabatan Manajer Produksi dan
Koordinator Produksi sudah raib dari blantikan produksi film iklan.
Manajer Unit Produksi
Jajaran produser di dalam sebuah film (produksi sesudah era studio besar di Hollywood
berakhir) biasanya ditampilkan sebagai bagian dari akreditasi yang ditampilkan
bersamaan dengan rangkaian adegan pembuka film tersebut. Dan untuk akreditasi
akhir, dalam film~film produksi internasional selalu diawali dengan Unit Production
Manager, disusul dengan jajaran Asisten Sutradara dan diikuti oleh daftar jabatan
lainnya. Mereka yang sudah tampil dalam akreditasi awal biasanya tidak muncul lagi
dalam akreditasi akhir. Seorang Manajer Unit Produksi (Unit Production Manager)
merupakan orang yang paling bertanggungjawab atas pelaksanaan harian sebuah
produksi film. Istilah ini, untuk produksi skala kecil biasanya cukup disebut dengan
istilah Manajer Produksi (Production Manager). Sebutan Manajer Unit Produksi
biasanya dipakai dalam pembuatan film cerita. Untuk produksi program televisi ataupun
film iklan lebih sering dipakai istilah Manajer Produksi. Seperti disinggung di atas,
setelah milenium baru, istilah Manajer Produksi sudah raib dari dunia produksi film
iklan.
Manajer Unit, atau lebih sering disebut ‘Unit Manajer’ atau ‘Unit’, dengan pengertian
deskripsi kerja yang kita kenal merupakan istilah khas di dunia perfilman Indonesia.
Istilah ini berbeda pengertiannya dengan Unit Manager dalam film internasional (baca:
Barat).Unit Manager dalam film Barat umumnya bertanggungjawab atas segala hal
yang berkaitan dengan basecamp pada saat pelaksanaan produksi film dimulai. Tidak
hanya penyiapan ruang sesuai dengan pembagian ruang yang telah direncanakan
sebelumnya, tetapi juga segala fasilitas yang harus diadakan supaya ruang tersebut
bisa berfungsi dengan baik. Untuk ruang make~up misalnya, seorang Unit
Manager harus menyiapkan juga meja rias serta kursi bagi para pemain, baik kursi
tunggu maupun kursi dimana ia dirias. Ia juga harus memastikan bahwa ada aliran
listrik di ruang tersebut. Seorang Unit Manager tidak mengurusi kendaraan karena ada
jabatan yang disebut Transport Captain, dan untuk kemudahan kerja biasanya adalah
orang yang ditunjuk perusahaan penyewa kendaraan.
Bila membaca makalah yang ditulis oleh Sdr. Suharso dan Sdr. Yudi Datau maka jelas
sekali bahwa tanggungjawab Manajer Unit di Indonesia jauh lebih besar ketimbang di
luar negeri. Manajer Unit tidak hanya mengurusi kru, termasuk memanggil kru (baca
mempekerjakan kru), tetapi juga memesan peralatan syuting. Suatu tanggungjawab
yang di luar Indonesia biasanya dilakoni oleh seorang Koordinator Produksi ataupun
Manajer Produksi, tergantung skala produksi.
Kenyataan tersebut di atas juga membuat kita paham pada fenomena yang terjadi di
dunia produksi film iklan pada awal tahun 2000an. Banyak “lahir” Line Producer baru
yang bisa berperan karena melulu menggantungkan diri pada Manajer Unit.
Keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan sebagai Line Producer tidak akan tampak
bila ia dibantu oleh seorang Manajer Unit yang cukup berpengalaman. Tidak heran bila
ada Line Producer yang kurang memahami tahap~tahap produksi secara benar karena
memang tidak perlu tahu. Ada Manajer Unit. Yang penting bisa memenuhi tuntutan
Produser Eksekutif dalam menghemat biaya, tampil meyakinkan dalam rapat~rapat
produksi dan menyenangkan hati klien dan agen periklanan pada saat syuting.
Kemampuan berbahasa Inggris menambah legitimasi keproduseran karena tampaknya
bisa mengatasi masalah komunikasi dengan para sutradara yang banyak berasal dari
luar negeri itu. Untuk menambah wawasan kita semua, berikut saya kutip deskripsi
kerja seorang Manajer Produksi yang diambil dari diktat “Dongeng Sebuah Produksi
Film dari Sudut Pandang Seorang Manajer Produksi”.
Manajer Produksi
Dalam menyusun kru, Manajer Produksi memanggil kepala departemen dan
bertanggungjawab kepada Produser. Dalam hal ini, biasanya seorang Manajer Produksi
akan memanggil kepala departemen dan memberikan keleluasaan bagi kepala
departemen untuk memilih krunya sendiri. Seorang Manajer Produksi biasanya dibantu
oleh Sekretaris, Manajer Lokasi, Penanggung-jawab Konsumsi dan Kapten
Transportasi. Sebagai satu tim mereka mengatur keseluruhan logistik produksi sebuah
film. Jumlah personil masing-masing jabatan tersebut tergantung kebutuhan masing-
masing produksi. Manajer Produksi yang baik harus bisa bekerja-sama dengan siapa
saja karena kepala departemen punya hak penuh untuk memilih tim masing-masing.
Kekompakan kerja merupakan dasar utama pemberian keleluasaan bagi masing-
masing kepala departemen dalam memilih timnya sendiri. Biasanya seorang kepala
departemen memiliki kru langganan dengan siapa ia biasa bekerja.
Secara garis besar, tugas dan tanggung-jawab seorang Manajer Produksi adalah:
1. Mengkoordinasi, menyediakan fasilitas dan mengawasi jalannya produksi.
2. Membuat lembar bedah skenario dan jadwal awal syuting
3. Menyusun dan mengawasi anggaran
4. Tawar-menawar dengan kru
5. Tawar-menawar dengan peralatan
6. Mengawasi arus pengeluaran harian
7. Supervisi pemilihan lokasi
8. Memantau pengambilan keputusan (kreatif) harian
9. Menyediakan perubahan jadwal (kalau ada)
10. Mengatur semua urusan logistik
11. Mengatur penginapan dan konsumsi
12. Mengurus asuransi produksi dan kru yang dibutuhkan
13. Menjamin pelaksanaan sewa-menyewa
14. Menguasai jalannya produksi dan harus tanggap dengan rencana produksi yang
berikutnya
15. Membuat laporan produksi harian yang mencerminkan status keuangan/
pengeluaran pembuatan film tersebut
Untuk memantau kegiatan harian, seorang Manajer Produksi harus bisa bekerja-
sama dengan tim Astrada. Tidak boleh ada kerahasiaan di antara keduanya, terutama
dalam memantau jadwal syuting per adegan. Kadang-kadang, pada saat kritis, Manajer
Produksi juga harus terbuka dalam hal keuangan sehingga mereka bisa bekerja-sama
dalam tetap berusaha memenuhi tuntutan Sutradara tapi menyiasatinya dalam hal
anggaran.
Manajer Unit = Manajer Produksi
Dilihat dari keterangan yang dibeberkan secara panjang lebar tersebut di atas jelaslah
bahwa Manajer Unit di blantika produksi film iklan sebenarnya menjalankan fungsi
seorang Manajer Produksi yang sudah menghilang dari kosa kata hirarki rumah
produksi sejak tahun 2000an. Tapi, apakah ada cukup Manajer Unit dewasa ini yang
memang sudah pantas memenuhi syarat untuk disebut Manajer Produksi.
04- SUTRADARA
Manajer Unit Produksi, Manajer Produksi atau Manajer Unit? (Jilid 1)
Oleh: Tino Saroengallo
(Sutradara Senior)
Di dalam sebuah produksi film pemakaian ketiga istilah di atas seringkali timpang tindih
dalam menunjukkan peran yang dilakukan seseorang sebagai bagian dari departemen
produksi. Pada prinsipnya masing~masing jabatan tersebut berkaitan dengan
tanggungjawab dalam mengelola salah satu atau keseluruhan unit dalam departemen
produksi. Bila dibandingkan dengan jabatan Produser, maka ketiga jabatan tersebut
bisa dimasukkan ke dalam kategori pelaksana harian. Untuk mengerti perbedaan
dekripsi kerja masing~masing jabatan tersebut, kita harus memahami terlebih dahulu
keseluruhan susunan hirarki kekuasaan dalam produksi film, khususnya Departemen
Produksi.
Aneka Produser
Secara hirarki jabatan, ketiga jabatan tersebut berada di bawah kedudukan produser
secara umum. Dan menyinggung sebutan produser, bila kita membaca rangkaian
jabatan dalam daftar kru yang tercantum pada akreditasi akhir sebuah film maka kita
pun akan menemukan aneka sebutan untuk jabatan produser itu sendiri. Yang paling
atas biasanya adalah Produser Eksekutif (Executive Producer), disusul oleh Produser
(Producer), Produser Pendamping (Associate Producer), Pimpinan Produksi, dan
sebagai ‘anak bungsu’ dari jejeran petinggi tersebut adalah Produser Pelaksana (Line
Producer).
Banyak tidaknya nama~nama yang tercantum dalam jajaran petinggi tersebut
tergantung pada skala produksi itu sendiri. Masing~masing jabatan berkait~erat dengan
tanggungjawab kerja dan kepada siapa mereka bertanggungjawab. Produser Eksekutif
bertanggungjawab sejak sebuah film masih berupa embrio, gagasan. Biasanya ia
terlibat dalam pengembangan gagasan tersebut hingga menjadi sebuah naskah dan
mencarikan Sutradara yang tepat untuk mewujudkan skenario menjadi sebuah film. Ia
juga bertanggungjawab mencari dana dari pemodal untuk membuat film tersebut. Pada
era studio besar di Hollywood, mereka lah ‘raja~raja’ yang menentukan segala sesuatu
yang berkaitan dengan pembuatan sebuah film. Belakangan ini, terutama dengan
pesatnya perkembangan mazhab film independen, seorang Produser Eksekutif
umumnya sudah bekerjasama dengan seorang Sutradara sejak awal, mulai dari proses
pengembangan sebuah gagasan menjadi skenario hingga pencarian dana.
Kedudukannya nyaris sejajar dengan Sutradara.
Produser adalah orang yang bertanggungjawab atas proses pembuatan film sejak awal
hingga akhir. Dia adalah perpanjangan tangan Produser Eksekutif dalam
menggerakkan roda departemen produksi. Di Indonesia, kerancuan seringkali terjadi
tentang perbedaan antara Produser Eksekutif dengan Produser. Pada era keemasan
film nasional, sebutan Produser biasanya berkaitan dengan pemilik modal. Pemilik
modal disebut Produser. (Hal ini masih ditegaskan oleh Parwesh dalam Sarasehan Hari
Film Nasional, Galeri Cipta II pada Senin 06 Maret 2006).
Jabatan Produser lebih tinggi dibandingkan dengan Produser Eksekutif. Produser
Eksekutif disejajarkan dengan jabatan Produser Pelaksana. Padahal Produser
Pelaksana sebenarnya adalah terjemahan yang paling tepat untuk Line Producer. Salah
kaprah ini mungkin terjadi karena pengertian kata executive yang diterjemahkan
sebagai kata yang berkaitan dengan kata dalam bahasa Inggris to
execute (melaksanakan) atau execution(pelaksanaan). Di luar negeri kerancuan ini
tidak terjadi karena pemilik modal akan masuk dalam jajaran investor. Kalaupun ada
pemilik modal yang aktif selama proses produksi film tersebut maka ia akan
dimasukkan ke dalam jajaran Produser Pendamping. Produser Pendamping (Associate
Producer) merupakan orang memiliki suara penentu dalam proses pembuatan sebuah
film namun seringkali tidak terlibat dalam proses pembuatan film secara langsung.
Sebutan ini seringkali diberikan kepada salah seorang pemodal yang tidak hanya
memasukkan uangnya untuk pembuatan film tersebut tetapi juga cukup aktif selama
proses pembuatan meski tidak terlibat langsung dalam keseharian produksi. Dibedakan
dengan hanya pemilik modal atau investor. Atau sebaliknya, sebutan Produser
Pendamping juga diberikan kepada seorang yang berperan dan tanggungjawab sangat
besar selama proses pembuatan sebuah film namun tidak menerima upah karena
keterbatasan anggaran sehingga ia dibayar dalam bentuk saham. Sebutan Produser
Pendamping baginya menunjukkan bahwa jerih payahnya dibayar dengan kepemilikan
atas film tersebut.
‘Anak bungsu’ dari jajaran petinggi itu adalah Line Producer atau yang menurut penulis
paling tepat diterjemahkan sebagai Produser Pelaksana. Kadang diterjemahkan secara
asal sebagai Produser Lini. Produser yang menjaga ‘lini’ atau ‘garis’ produksi. Dalam
hal ini mungkin ‘lini’ bisa kita artikan sebagai ‘batas’ anggaran. Dengan kata lain, bila
mengartikan Line Producer sebagai Produser Lini maka ia bertanggungjawab untuk
menjaga supaya produksi berjalan di dalam ‘batas’ anggaran. Istilah Produser
Pelaksana seringkali juga disebut sebagai Pimpinan Produksi atau Pimprod. Isitilah
Pimpro ini, menurut penulis, lebih mencerminkan mental bangsa Indonesia. Setiap
pekerjaan dilihat sebagai sebuah proyek. Dan sebuah proyek dalam keseharian
biasanya dipimpin oleh seorang Pimpinan Proyek atau Pimpro. Untuk film lahirlah istilah
Pimprod.
Secara singkat bisa disebutkan bahwa aneka sebutan atau istilah tersebut di atas
berkaitan dengan mereka yang bertanggung-jawab dalam mengelola jalannya
sebuah produksi film.
05- CAMERAMAN
CAMERAMAN
Bicara Cameraman mungkin sudah banyak yang tahu apa dan bagaimana seorang
Cameraman bekerja. Banyak macam Cameraman mulai yang amatir, semi profesional,
dan cameraman profesional. Di sini saya akan lebih berbicara mengenai Cameraman
profesional. Seperti apa sih Cameraman profesional itu? Mungkin diantara anda ada
yang bertanya seperti itu. Yang boleh kita golongkan sebagai Cameraman profesional :
Cameraman Televisi
Cameraman News (pemberitaan)
Cameraman Produksi (musik, drama, Sports, talkshow, dll)
Cameraman Film
Ada perbedaan karakter dalam pengambilan gambar, misalkan: seorang Cameraman
News lebih mementingkan moment atau informasi yang didapat daripada harus
memikirkan keindahan gambar (beauty shots) seperti yang sangat diperhatikan oleh
Cameraman buat Musik, Drama, dll. Itu hanya salah satu perbedaan dari berbagai
macam karakteristik cameraman. Belum lagi banyak sekali jenis Camera di dunia ini
yang tentunya ada perbedaan-perbedaan satu sama lainnya.
Meskipun ada perbedaan karakteristik dan banyaknya varian camera, pada dasarnya
cara kerja camera sama. Untuk itu seorang Cameraman harus menguasai Dasar-dasar
Fotografi.
Lho kok jadi Fotografi?… kan kita membahas Cameraman Video alias gambar yang
dihasilkan bergerak tidak diam seperti foto?
Ya … antara Still Photo dan Video Camera pada dasarnya sama. Cuma gambar yang
dihasilkan berbeda, yang satu gambar diam yang satu lagi gambar bergerak.
Bahasa Kamera
Bahasa kamera merupakan bahasa standar broadcast internasional. Jadi bahasa ini
umum digunakan di stasiun televisi manapun. Shot Orang
ECU : Extreme close-up (shot yang detail)
VCU : Very close-up (shot muka, dari dahi ke dagu)
BCU : Big close-up (seluruh kepala)
CU : Close up (dari kepala sampai dada)
MCU : Medium close-up (dari kepala sampai
perut)
MS : Medium shot (seluruh badan sebelum kaki)
Knee : Knee Shoot (dari kepala hingga lutut)
MLS : Medium long shot (keseluruhan badan)
LS : Long shot (keseluruhan, ¾ sampai 1/3 tinggi layar)
ELS : Extra long shot (XLS), long shot yang lebih ekstrim
Zoom In : Obyek seolah-olah mendekat ke kameraZoom Out : Obyek seolah-olah
menjauh dari kamera
Pan Up : Kamera bergerak (mendongak) ke atas
Pan Down : Kamera bergerak ke bawah
Tilt Up : sama dengan pan up
Tilt Down : sama dengan pan down
Pan Kiri : Kamera bergeser ke kiri
Pan Kanan : Kamera bergeser ke kanan
Track In : Kamera track (bergerak) mendekat ke obyek
Track Out : Kamera track (bergerak) menjauh dari obyek
Dolly In : sama track in
Dolly Out : sama track out
Untuk jenis shot yang sering digunakan adalah :
1. Long Shot atau Full Shot, keseluruhan
2. Wide Shot atau Cover Shot, keseluruhan obyek dalam adegan
3. Close Shot atau Tight Shot, kelihatan detail
4. Shooting Groups of people, bisa single shot, two shot, three shot dst sebagai
gambaran keseluruhan.
Jenis-jenis Kamera
Kamera Studio
Kamera jenis ini selain memiliki kemampuan tersendiri juga ada beberapa adjustment
yang dikontrol, alat tersebut bernama camera control unit atau lebih dikenal dengan
CCU. Seperti system kamera jenis lainnya, kamera studio bertumpu pada pelurusan
sirkuit akan tetapi tehnik digital sekarang memilikipre-set pada semua penyetelan sirkuit
terutama pada kamera studio modern.
Karena ukuran kamera studio sangat berat maka kamera studio biasanya terpasang
pada dolly agar bisa berpindah atau digeser secara halus.
Kamera Broadcast Portable Kamera jenis ini lebih ramping, cocok untuk digunakan di
studio maupun di lapangan. Dengan lensa zoom dan viewfinder yang lebih besar maka
kamera portabel juga digunakan di studio produksi. Dan karena lebih ramping
disbandingkan dengan kamera studio, unit kamera ini bisa bekerja di lapangan secara
langsung. Kamera portabel memiliki semua sirkuit yang dibutuhkan serta memiliki
fungsi-fungsi yang otomatis. Kamera jenis ini juga memiliki videotape recorder sebagai
bagian dari body kamera. Kamera Ringan atau Lightweight Camera Untuk kebutuhan
dilapangan produsen juga membuat jenis kamera yang ringan. Hampir sama dengan
jenis kamera portabel namun jenis kamera ini lebih kecil lagi. Bisa digunakan
secara hand-held atau memakai tripod. Kamera Kecil Kamera ini lebih populer dengan
nama handycam. Jenisnya kecil, dibuat karena untuk pertimbangan harga yang murah.
Digunakan untuk home use, handycam banyak dijumpai di pasaran. Sinematrography
Elektronik Jenis kamera ini adalah jenis kamera televisi yang didisain dengan karakter
yang menyerupai kamera film. Menggunakan tape yang selanjutnya di transfer ke
dalam bentuk seluloid.
Bagian-bagian Kamera
Kamera televisi secara normal didisain khusus agar cocok untuk aplikasi tertentu.
Sebuah kamera studio misalnya, memiliki viewfinder yang besar agar kameramen bisa
dengan mudah mengoreksi fokus secara akurat. Seorang kameramen berita akan lebih
nyaman dengan kamera yang kompak karena mudah untuk dibawa walaupun harus
berpindah-pindah tempat. Lensa Lensa kamera merupakan “mata” yang berfugsi
menerima gambar secara natural. Lensa kamera memiliki peyesuai area, lensa jenis ini
disebut lensa zoom., tapi sistim lensa yang fix yang paling banyak digunakan. Beam
Splitter (pembagi cahaya)Di dalam sistim tv warna, warna gambar natural sebenanya di
bagi menjadi tiga versi identik yakni cahaya berwarna merah, hijau dan biru yang
direflesikan dari sebuah subyek. Hal ini bisa dilakukan dengan tiga metode, yakni
Dichroic mirror
Prisma blok khusus
atau Filter bergaris
Tabung Kamera, solid-state image sensors (CCD) Secara sederhana, urutan teratas
kamera televisi memiliki 3 tabung yang terbagi atas componen merah, hijau, dan biru
pada gambar berwarna. Informasi gambar secara detail dan brightness (luminance)
dipancarkan dari gabungan gelombang warna yang diterima. Kini kamera video
memiliki CCD yang canggih, sesuai dengan jenis kamera yg
dikeluarkan.Viewfinder Letak viewfinder lajimnya berada di paling atas kamera atau
berada di samping kiri kamera. Viewfinder memiliki yayar monochrome atau hitam
putih, namun kini ada juga yg telah memiliki layar warna. Mounting Mounting kamera
adalah bagian paling bawah dari kamera yang berfungsi untuk menyandarkan kamera
pada tripod, agar kamera bisa digerakan sesuai keinginan dari kameramen.
Kontrol Kamera
Semua jenis kamera memiliki tiga urutan control :Untuk penyesuaian selama
pengambilan gambarPenyesuaian kembali kondisi ketika perubahan diinginkanAtau
ketika kamera “didiamkan sendirian”. Pada kamera studio sebagian kontrol distel di
CCU yang terpisah dari kamera. Seorang CCU Man akan mengontrol terang gelap
serta keseimbangan warna dan lainnya agar gambar yang dihasilkan bisa maksimal.
Jadi seorang kameramen akan konsentrasi pada framing saja. Pertanyaanya,
bagaimana kalau kameramen menggunakan kamera portabel atau kamera kombo
¿ Siapa yg menadjust setting kamera ¿ Jadi seorang kameramen harus memiliki
kemampuan untuk menaddjust atau menyetel setting kamera. Lensa Kamera Lensa
kamera adalah mata kamera atau jantung dari kamera itu sendiri, seorang cameraman
harus konsen benar. Sistim pada lensa kamera secara normal memiliki tiga penyetelan
atau adjustment yang bisa distel secara manual atau semi otomatis. Fokus, penyetelan
jarak dimana gambar harus jelas/fokus.f-stop, penyetelan variable diafragma iris di
dalam lensaZoom, merubah jarak focal (focal length) disesuaikan berapa banyak
pemandangan/ gambar bisa dicapai. Secara keseluruhan yang bisa dilakukan pada
control lensa adalah agar gambar atau shot bisa jelas/fokus, gambar bisa memiliki
kedalaman atau depth of field yg baik, shot memiliki sudut yang baik, serta “besar
kecilnya” gambar yang diinginkan. Sudut Lensa Umumnya layar televisi memiliki
proporsi 4:3. Lensa kamera secara normal bisa mengkap gambar dengan proporsi yang
sama, 4:3. Hitungan ini menjadi acuan bagaimana agar kita bisa memanfaatkan lens
angle atau sudut lensa. Selain lensa yang normal, terdapat juga narrow lens untuk
pengambilan gambar yang jauh serta widelens, untuk mendapatkan gambar lebih lebar
lagi.Kontrol Zoom Control zoom berfungsi untuk mendekatkan atau menjauhkan obyek.
Pada tombol ini terdapat kode W (wide angle) dan T (Telephoto). Jika tombol zoom
ditekan di kode W maka gambar atau obyek kelihatan mendekat (zoom in), jika control
zoom dg kode T yg ditekan maka obyek akan menjauh (zoom out). Fokus Untuk
membuat gambar menjadi fokus, setel atau adjust lensa dg memutar ring fokus. Hal ini
juga bisa disesuaikan dengan merubah control zoom. Fokus juga akan jauh lebih
mudah jika obyek yg kita shooting memiliki cahaya yang cukup. f-numbers (f-stops) f-
stop sebenarnya bisa dihitung. Ini persis seperti pada lensa photo still (tustel). Angka-
angka tersebut adalah f/1.4 2 2.8 4 5.6 8 11 16 22 32. Dalam kenyataanya angka-angka
tersebut bisa 3.5 4.5 6.3 biasanya digunakan. Sebagai contoh dalam bukaan pertama
dari f/8 ke f/4 artinya gambar lebih terang empat kali lipat. Agar kita memiliki depth of
field yang baik harus memiliki pencahayaan yang cukup. Exposure dan Iris Orang
sering beranggapan kalau gambar yang bagus adalah gambar yang terang. Pada
kenyataanya hal ini tidak selalu benar. Yang benar adalah jika obyek memiliki tones
yang benar. Dalam kamera standar memilikiauto-iris, kalau fasilitas ini di aktifkan, maka
secara otomatis lensa akan menyetelnya, rongga lensa terbuka. Fasilitas auto-iris
bermanfaat ketika seorang kameramen harus berpindah-pindah tempat dimana
pencahayaan belum tentu sama. Sayangnya, jika fasilitas ini dipakai kadangkala obyek
menjadi tidak konstan. Jadi baiknya adalah fasilitas ini digunakan pertama kali,
selanjutnya gunakan manual iris. Jika pindah lokasi atau pencahayaan berbeda lakukan
dg auto iris kembali, estela itu kembali ke manual.
Jenis-jenis Mounting
Monopod
Tripod Kamera
Tripod Collapsible
Tripod Pneumatic
Tripod Rolling atau Tripod Dolly
Pedestal Kamera
Pedestal Field
Pedestal Studio
Crane Kamera
Crane-arm
Motorized dolly
Large crane
Mounting Khusus
Low shot (Low tripod, high hat, camera sled)
High Shot (Camera clamp, Hydraulic platforms, SkyCam)
Perlengkapan yang harus disiapkan sebelum shooting
Agar tidak ada perlengkapan shooting yang ketinggalan, biasanya dibuat Pre-
rehearseal checkout list. Diantaranya :
1. Preliminaries (kamera dicek apakah hidup ? atau perlu warm up terlebih dahulu)
2. Kabel Kamera (yakinkan semua kabel bisa berfungsi baik)
3. Mounting/tatakan kamera
4. Viewfinder
5. Cable guards (berfungsi untuk mengamankan kamera)
6. Lens cap (penutup lensa), agar lensa tidak kena debu dsb.
7. Focus (cek apakah fokusnya baik)
8. Zoom (cek apakah zoom bisa berjalan normal)
9. Batere Kamera
10.Kaset
11.Lampu
12.Microphone
Pustaka :
1. The Technique Televisión Production, Twelfth Edition, Peral Millerson. Focal
Press
2. The Work of The Motion Picture Cameraman, Hasting Houese
New York
3. Video Camera
Technique, American Cinematograher
==================================================================
===========
Basic Camera Operation
Camera video ada berbagai macam merk, bentuk, dan varian. Begitu juga media
penyimpanan gambar juga bermacam-macam. Contoh-contoh merk terkenal antara
lain: Sony, Panasonic, Phillip, Ikegami, JVC, dan lain-lain. Dari berbagai merk tersebut
masing-masing mempunyai beragam varian dan bentuk. Mulai kamera amatir, semi
profesional, dan kamera profesional. Media penyimpanan gambar antara lain: Betacam,
Dvcam, Dvc-pro, MiniDV, maupun berbentuk card (kartu memori).
Bagi pengguna pemula/amatir biasanya dengan mode auto sudah cukup untuk
mendapatkan gambar standar. Tatapi dalam kondisi tertentu, mode auto tidak bisa kita
pakai untuk mendapatkan gambar sesuai dengan kemauan kita. Itulah sebabnya
kenapa para Cameraman profesional sering menggunakan mode manual dalam
mengoperasikan kamera.
The Main Control
Ada enam control dasar pada kamera:
1. Exposure:
Aperture
Shutter Speed
(ND Filter)
(Gain)
2. Filter Colour
3. White Balance
4. Zoom
5. Focus
6. Audio Levels
Aperture, Shutter speed, ND Filter, dan Gain merupakan bagian dari exposure.
Exposure
Eksposure secara sederhana dapat saya artikan sebagai pencahayaan kamera.
Untuk mendapatkan gambar yang normal, tidak gelap (under exposure) dan tidak
sangat terang (over exposure) harus diperhatikan:
·Aperture (diafragma)
Di kamera televisi disebut juga Iris, yaitu sejumlah lembaran metal tipis yang
disusun sedemikian rupa sehingga bisa dibuka dan ditutup untuk mengatur
banyaknya sinar yang masuk ke lensa kamera. Iris seperti pupil mata kita yang bisa
membesar dan mengecil sesuai cahaya yang masuk. Bila Iris dibuka selebar
mungkin, lensa mengirim sinar maksimum de dalam kamera, sebaliknya kalau
bukaan iris dikurangi lubang diafragma akan menyempit, sehingga sinar yang
masuk ke kamera jadi sedikit. Bukaan diafragma diukur dalam satuan f-stop: f/1.4 –
f/22. lebih kecil nomor f-stop = bukaan diafragma besar, lebih besar nomor f-stop =
bukaan diafragma kecil. Pengaturan iris secara manual dapat dilakukan dengan
memutar ring iris di lensa kamera.
· Shutter Speed
Biasanya shutter speed standar di kamera televisi 1/50. kecuali anda ingin
menggunakan efek shutter atau untuk mensinkronkan dengan objek, baru Shutter
Speed di posisi ON untuk selanjutnya bisa kita pilih sesuai tujuan kita.
· ND Filter
Filter ND (Neutral Density) berfungsi untuk mengurangi intensitas sinar yang terlalu
kuat tanpa mempengaruhi kualitas warna cahaya. Filter ini digunakan bila kondisi
cahaya terlalu keras, seperti tengah hari yang terik.
· Gain
Kebalikan dari ND filter, Gain berfungsi apabila pengambilan gambar dalam
keadaan kurang cahaya, yang apabila dengan keadaan normal dengan bukaan f-
stop maksimal (f/1.4) masih under exposure. Dengan Gain kita bisa mengangkat
exposure secara digital, konsekuensinya gambar menjadi agak coral (pecah).
Filter Colour
Berfungsi untuk mengubah atau mencocokkan cahaya yang masuk ke dalam
kamera. Umumnya kamera video memiliki dua buah filter koreksi warna. Untuk shoting
di dalam ruangan dengan cahaya lampu tungsten (kemerahan) kita pasang filter
3200ºK dan untuk shoting dengan penerangan cahaya matahari kita gunakan filter
5600ºK.
Cahaya matahari banyak mengandung warna biru. Kalau kita memasang filter
no.2 (5600ºK) untuk matahari, sebenarnya kita memasang filter berwarna oranye untuk
mengimbangi warna biru pada matahari. Cahaya lampu bohlam lebih mengandung
warna merah, maka kita pasang filter no.1 (3200ºK) yang berwarna kebiru-biruan.
Sumber cahaya yang lebih tinggi intensitas sinarnya mengandung warna biru,
sumber cahaya yang intensitas sinarnya rendah lebih mengandung warna merah.
Perbedaan warna cahaya ini tergantung pada suhu dan diukur dengan derajad Kelvin.
White Balance
Intensitas cahaya berbeda-beda pada saat yang berbeda dan tempat berbeda
dalam sehari. Cahaya matahari di luar (daylight) mempunyai suhu kurang lebih 5600ºK,
cahaya bohlam di dalam ruangan mempunyai suhu kurang lebih 3200ºK, cahaya lampu
TL mempunyai suhu antara 5000ºK-6000ºK. karena intensitas cahaya sangat berbeda
maka filter koreksi warna tidak bisa menghasilkan warna putih yang tepat. Maka dari itu
kamera video juga dilengkapi dengan tombol untuk menyetel white balance. Cara
termudah untukwhite balance adalah dengan mengarahkan kamera terhadap benda
putih apa saja yang berada dalam kondisi cahaya yang sama dengan cahaya yang kita
pergunakan untuk merekam adegan.
Cara menyetel white balance:
Pertama cocokkan filter koreksi warna dengan kondisi cahaya yang kita pakai
shoting.
Arahkan kamera terhadap benda putih apa saja
Kamera di zoom sampai yang terlihat di viewfinder hanya warna putih
Tekan tombol AWB (Auto White Balance)
Kamera siap untuk merekam.
Catatan: kamera harus di white balance lagi apabila keadaan cahaya berubah.
Bagi para cameraman profesional sering juga melakukan white balance dengan cara
manual yaitu dengan mengatur Colour Temperature pada menu di kamera.
Zoom
Zooming adalah gerakan lensa zoom mendekati atau menjauhi objek secara
optik, dengan mengubah panjang fokal lensa dari sudut pandang sempit (telephoto) ke
sudut lebar (wide angle).
Zoom in : mendekatkan objek dari long shot ke close up
Zoom out : menjauhkan objek dari close up ke long shot.
Zooming bisa dilakukan dengan dua cara:
Manual: dengan memutar ring zoom pada lensa
Servo : Biasanya tombol zoom servo ada pada handle camera sehingga terjangkau jari
pada waktu mengoperasikan kamera
Focus
Fokus adalah pengaturan lensa yang tepat untuk jarak tertentu. Gambar
dikatakan fokus apabila proyeksi gambar yang dihasilkan oleh lensa jatuh di permukaan
tabung atau CCD jelas dan tajam. Sehingga nampak juga di viewfinder dan monitor.
depth of field atau bidang kedalaman adalah bidang dimana objek-objek di depan dan
di belakang objek utama tampak dalam fokus.
Secara teknis, shot dengan bidang kedalaman yang luas memudahkan
cameraman mengikuti gerakan objek. Bidang kedalaman yang sempit mengharuskan
kita untuk terus menerus follow focus apabila kamera atau objek bergerak.
Secara estetis depth of field sangat berperan dalam menciptakan perspektif visual
pada keseluruhan adegan (shot).
3 hal yang menentukan depth of field :
1. Panjang Fokal Lensa
Semakin panjang fokal lensa = bidang kedalaman semakin sempit atau kata
lainnya fokus semakin tipis.
2. f-stop/iris
Lebih besar bukaan iris (lebih kecil f-stop) = bidang kedalaman semakin sempit /
fokus semakin tipis. Misal f/16 bidang kedalamannya lebih lebar dari f/2.0
3. Jarak kamera dengan objek
Semakin jauh jarak kamera dengan objek = semakin luas bidang kedalaman
Semakin dekat jarak kemera dengan objek = semakin sempit bidang kedalaman.
Audio Levels
Jangan abaikan audio level pada kamera karena selain kualitas gambar, kualitas
audio juga tidak kalah pentingnya. Ingat Televisi adalah gabungan antara gambar dan
suara. Ada gambar tanpa audio yang bagus akan sangat mengganggu pemirsa bahkan
informasi yang akan disampaikan tidak sampai kepada penonton.
Atur audio level jangan sampai under ataupun over (peak).
Wah kayanya teori melulu ya jadi pusing… tapi ini penting buat semua yang mau
belajar mengoperasikan kamera video secara benar.
Mengoperasikan kamera adalah seni, jadi dibutuhkan taste dari setiap
cameraman
HARGAILAH KARYA CAMERAMAN
06- REPORTER
Komersialisasi Berita-Berita Kriminal
Program-program berita kriminal di Indonesia semakin marak! Jangan ditanya
mengapa, karena mungkin tidak ada yang tahu. Jangan ditanya apa alasan
pengambilan gambar dan penyuntingan gambarnya sedemikian gamblang, karena
mungkin tidak ada yang perduli. Yang ada hanyalah pertanyaan di kepala, mengapa
program-program berita dengan cara penayangan seperti yang selama ini kita saksikan
masih dilanjutkan?
Penyajian berita-berita kriminal tanpa memperdulikan etika penyiaran ini akan berhenti
bila korban pembunuhan atau bunuh diri adalah keluarga tercinta pemilik televisi, para
pemimpin redaksi dan para jurnalis baik yang sedang di rumah maupun di kantor yang
sedang menikmati makan siang.
Kepekaan Kita dan Anak-anak
Silahkan bertanya pada diri sendiri. Apakah kepekaan kita terhadap kejahatan semakin
lama semakin longgar? Apa yang menjadi penyebabnya? Jika tayangan berita kriminal
dalam sejumlah program yang sengaja dikhususkan untuk berita seperti inilah
penyebabnya, mengapa kita selalu diam. Bukankah kebiasaan menonton program
seperti ini bisa merusak kepekaan kita terhadap arti hidup?
Jika orang dewasa saja bisa merasa jengah, bagaimana dengan anak-anak kita?
Mereka mungkin bisa menganggap tindakan kejahatan seperti pembunuhan dan bunuh
diri adalah hal yang wajar. Membunuh kepekaan anak-anak ini sama halnya dengan
menenggelamkan masa depan bangsa ini kedalam kegelapan.
Saya sering membayangkan negara ini mempunyai asosiasi orang tua penonton televisi
Indonesia yang pada waktu tertentu mengadakan diskusi nasional. Diskusi dihadiri oleh
presiden, para orang-tua, pemilik televisi, pemimpin redaksi dan representatif dari AC
Nielson. Akan baik sekali jika kemudian diskusi nasional ini ditayangkan ulang
dihadapan para jurnalis televisi pembuat berita-berita kriminal semena-mena ini. Nah,
dipenghujung acara dibacakanlah nominasi program berita kriminal paling mantap.
Komersialisasi
Yang lebih mengganggu adalah program-program berita tersebut diberi judul yang
menurut saya dibuat-buat. Pemilihan slot penayangan juga pada siang hari, sekitar
menjelang hingga tengah hari. Ada tiga hal mengapa pengelola usaha televisi
melakukan hal ini. Pertama, mereka sangat sadar bahwa televisi merupakan sumber
utama hiburan rata-rata bangsa kita. Kedua, tengah hari ada jam yang tepat untuk
menonton televisi bagi masyarakat pekerja. Ketiga adalah hukum supply and demand.
Ada pasokan karena ada permintaan.
Mengapa orang menonton berita-berita kriminal? Banyak artikel yang menjabarkan
alasan orang tertarik mendengar atau menonton berita kriminal. Ini bukan hal yang
baru. Rasa takut bisa dihibur, digelitik dan ini bisa menjadi lahan bisnis. Wahana
menyeramkan di Dufan semakin seram dan semakin banyak dikunjungi demikian juga
dengan pemakaian obat-obatan psikotropika.
Siapa sebenarnya pelaku kriminal persoalan ini? Apakah justru pemilik-pemilik televisi
dan para pemimpin redaksi? Jika memang bukan mereka mengapa berita-berita itu
tetap seperti itu? Untuk mendramatisir sebuah berita, banyak stasiun televisi sengaja
mengambil stock gambar dan melatarbelakangi berita itu dengan musik atau lagu.
School for Broadcast Media berusaha memerangi praktik-praktik seperti ini. Dalam
setiap pelatihan baik di stasiun televisi nasional maupun di SBM kami selalu
menekankan bahwa integritas dan tanggungjawab kita sebagai jurnalis harus tetap
dipertahankan. SBM telah meluluskan sekitar 400 siswa dengan pesan ini. Beberapa
institusi pendidikan yang setuju dan menerapkannya adalah Fakultas Kriminologi UI
dan Fakultas Broadcast STIKOM IMA.
Jurnalisme Televisi
Richard V Ericson, profesor University of British Columbia, Canada, dalam bukunya
“How Jurnalists Visualize Fact” mengatakan bahwa gambar-gambar dalam program-
program berita khususnya berita-berita kriminal sengaja dibuat sedemikian rupa untuk
meningkatkan rasa percaya bahwa itu adalah fakta. Praktik komunikasi seperti ini
mengaburkan perbedaan antara fakta, nilai, informasi, pengetahuan dan literary
properties.
“How Journalists Visualize Fact”
Richard V. Ericson is principal of Green College and professor of Sociology and Law,
University of British Columbia.
Abstract: Fact is a product of the communication practice of journalists. Journalists
rarely have the resources or acces to penetrate their sources’ imformational worlds to
establish facts independently. Moreover, the norms of objectivity in journalism often
preclude efforts to establish facts independent of sources’ accoutns. Therefore,
journalists visualize the fact value of a story on the basis of a source’s fake value as an
authoritative, normative witnesss to event.s While television visuals offers a greater
capacity for believalibility, the need for an orderly visual narrative leads to staged news,
evens, retakes, reenactments, use of stock footage, and other fakes. These
communication practices blur distinctions between fact, value, information, and
knowledge and have literary properties. Like literary fiction, news requires the willing
suspension of disbelief in order to have its knowledge accepted. This important literary
character of news may be fading as the news institution breaks down into segmented
markets and specialized information services.
BAHASA JURNA LISTIK INDONESIA
Oleh Goenawan Mohamad
PENGANTAR
Bahasa jurnalistik sewajarnya didasarkan atas kesadaran terbatasnya ruangan dan
waktu. Salah satu sifat dasar jurnalisme menghendaki kemampuan komunikasi cepat
dalam ruangan serta waktu yang relatif terbatas. Meski pers nasional yang
menggunakan bahasa Indonesia sudah cukup lama usianya, sejak sebelum tahun 1928
(tahun Sumpah Pemuda), tapi masih terasa perlu sekarang kita menuju suatu bahasa
jurnalistik Indonesia yang lebih efisien. Dengan efisien saya maksudkan lebih hemat
dan lebih jelas. hemat dan jelas ini penting buat setiap reporter, dan lebih penting lagi
buat editor. Di bawah ini diutarakan beberapa fasal, diharapkan bisa diterima para
(calon) wartawan dalam usaha kita ke arah efisien penulisan.
Penghematan diarahkan ke penghematan ruangan dan waktu. Ini bisa dilakukan di dua
lapisan: (1) unsur kata, dan (2) unsur kalimat.
Unsur Kata
1. Beberapa kata Indonesia sebenarnya bisa dihemat tanpa mengorbankan tatabahasa
dan jelasnya arti.Misalnya:
agar supayaagar, supaya
akan tetapi tapi
apabila bila
sehingga hingga
meskipun meski
walaupun walau
tidak tak (kecuali diujung kalimat atau berdiri sendiri)
2. Kata daripada atau dari pada juga sering bisa disingkat jadi dari. Misalnya:
”Keadaan lebih baik dari pada zaman sebelum perang”, menjadi ”Keadaan lebih baik
dari sebelum perang”. Tapi mungkin masih janggal mengatakan: ”Dari hidup berputih
mata, lebih baik mati berputih tulang”.
3. Ejaan yang salah kaprah justru bisa diperbaiki dengan menghemat huruf.
Sjah sah
khawatir kuatir
akhli ahli
tammat tamat
progressive progresif
effektif efektif
4. Beberapa kata mempunyai sinonim yang lebih pendek. Misalnya:
kemudian=lalu
makin=kian
terkejut=kaget
sangat=amat
demikian=begitu
sekarang=kini
Catatan:
Dua kata yang bersamaan arti belum tentu bersamaan efek, bahasa bukan hanya soal
perasaan. Dalam soal memilih sinonim yang telah pendek memang perlu ada
kelonggaran, dengan mempertimbangkan rasa bahasa.
Penghematan diarahkan ke penghematan ruangan dan waktu. Ini bisa dilakukan di dua
lapisan: (1) unsur kata, dan (2) unsur kalimat. Penghematan Unsur Kalimat (1) Lebih
efektif dari penghematan kata ialah penghematan melalui struktur kalimat.
Banyak contoh pembikinan kalimat dengan pemborosan kata.
1. Pemakaian kata yang sebenarnya tak perlu, di awal kalimat: Misalnya:
”Adalah merupakan kenyataan, bahwa percaturan politik internasional berubah-ubah
setiap zaman”. (Bisa disingkat: ”Merupakan kenyataan, bahwa …..”).
”Apa yang dinyatakan Wijoyo Nitisastro sudah jelas”. (Bisa disingkat: ”Yang dinyatakan
Wijoyo Nitisastro……”).
2. Pemakaian apakah atau apa (mungkin pengaruh bahasa daerah) yang sebenarnya
bisa ditiadakan: Misalnya:
”Apakah Indonesia akan terus tergantung pada bantuan luar negeri”? (Bisa disingkat:
”Akan terus tergantungkah Indonesia…..”).
Baik kita lihat, apa(kah) dia di rumah atau tidak”. (Bisa disingkat: ”Baik kita lihat, dia di
rumah atau tidak”).
3. Pemakaian dari sebagai terjemahan of (Inggris) dalam hubungan milik sebenarnya
bisa ditiadakan; juga daripada. Misalnya:
”Dalam hal ini pengertian dari Pemerintah diperlukan”. (Bisa disingkat: ”Dalam hal ini
pengertian Pemerintah diperlukan”.
”Sintaksis adalah bagian daripada tatabahasa”. (Bisa disingkat: ”Sintaksis adalah
bagian tatabahasa”).
4. Pemakaian untuk sebagai terjemahan to (Inggris) yang sebenarnya bisa ditiadakan
Misalnya:
”Uni Soviet cenderung untuk mengakui hak-hak India”. (Bisa disingkat: ”Uni Soviet
cenderung mengakui……”).
”Pendirian semacam itu mudah untuk dipahami”. (Bisa disingkat: ”Pendirian semacam
itu mudah dipahami”).
”GINSI dan Pemerintah bersetuju untuk memperbaruhi prosedur barang-barang modal”.
(Bisa disingkat: ”GINSI dan Pemerintah bersetuju memperbaruhi…….”).
Catatan:
Dalam kalimat: ”Mereka setuju untuk tidak setuju”, kata untuk demi kejelasan
dipertahankan.
5. Pemakaian adalah sebagai terjemahan is atau are (Inggris) tak selamanya perlu:
Misalnya:
”Kera adalah binatang pemamah biak”. (Bisa disingkat ”Kera binatang pemamah biak”).
Catatan:
Dalam struktur kalimat lama, adalah ditiadakan, tapi kata itu ditambahkan, misalnya
dalam kalimat: ”Pikir itu pelita hati”. Kita bisa memakainya, meski lebih baik dihindari.
Misalnya kalau kita harus menterjemahkan ”Man is a better driver than woman”, bisa
mengacaukan bila disalin: ”Pria itu pengemudi yang lebih baik dari wanita”.
6. Pembubuhan akan, telah, sedang sebagai penunjuk waktu sebenarnya bisa
dihapuskan, kalau ada keterangan waktu. Misalnya:
”Presiden besok akan meninjau pabrik ban Goodyear”. (Bisa disingkat: ”Presiden besok
meninjau pabrik….”).
”Tadi telah dikatakan ……..” (Bisa disingkat: ”Tadi dikatakan.”).
”Kini Clay sedang sibuk mempersiapkan diri”. (Bisa disingkat: Clay mempersiapkan
diri”).
Penghematan diarahkan ke penghematan ruangan dan waktu. Ini bisa dilakukan di dua
lapisan: (1) unsur kata, dan (2) Unsur Kalimat.
Penghematan Unsur Kalimat
7. Pembubuhan bahwa sering bisa ditiadakan: Misalnya:
”Gubernur Ali Sadikin membantah desas-desus yang mengatakan bahwa ia akan
diganti”.
”Tidak diragukan lagi bahwa ialah orangnya yang tepat”. (Bisa disingkat: ”Tak diragukan
lagi, ialah orangnya yang tepat”.).
Catatan: Sebagai ganti bahwa ditaruhkan koma, atau pembuka (:), bila perlu.
8. Yang, sebagai penghubung kata benda dengan kata sifat, kadang-kadang juga bisa
ditiadakan dalam konteks kalimat tertentu. Misalnya:
”Indonesia harus menjadi tetangga yang baik dari Australia”. (Bisa disingkat: ”Indonesia
harus menjadi tetangga baik Australia”).
”Kami adalah pewaris yang sah dari kebudayaan dunia”.
9. Pembentukan kata benda (ke + ….. + an atau pe + …. + an) yang berasal dari kata
kerja atau kata sifat, kadang, kadang, meski tak selamanya, menambah beban kalimat
dengan kata yang sebenarnya tak perlu. Misalnya:
”Tanggul kali Citanduy kemarin mengalami kebobolan”. (Bisa dirumuskan: ”Tanggul kali
Citanduy kemarin bobol”).
”PN Sandang menderita kerugian Rp 3 juta”. (Bisa dirumuskan: ”PN Sandang rugi Rp 3
juta”).
”Ia telah tiga kali melakukan penipuan terhadap saya” (Bisa disingkat: ”Ia telah tiga kali
menipu saya”).
Ditandaskannya sekali lagi bahwa DPP kini sedang memikirkan langkah-langkah untuk
mengadakan peremajaan dalam tubuh partai”. Bisa dirumuskan: ”Ditandaskannya
sekali lagi, DPP sedang memikirkan langkah-langkah meremajakan tubuh partai”).
10. Penggunaan kata sebagai dalam konteks ”dikutip sebagai mengatakan” yang
belakangan ini sering muncul (terjemahan dan pengaruh bahasa jurnalistik Inggris &
Amerika), masih meragukan nilainya buat bahasa jurnalistik Indonesia. Memang, dalam
kalimat yang memakai rangkaian kata-kata itu (bahasa Inggrisnya ”quoted as saying”)
tersimpul sikap berhati-hati memelihat kepastian berita.
Kalimat ”Dirjen Pariwisata dikutip sebagai mengatakan……” tak menunjukkan Dirjen
Pariwisata secara pasti mengatakan hal yang dimaksud; di situ si reporter memberi
kesan ia mengutipnya bukan dari tangan pertama, sang Dirjen Pariwisata sendiri.
Tapi perlu diperhitungkan mungkin kata sebagai bisa dihilangkan saja, hingga
kalimatnya cukup berbunyi: ”Dirjen Pariwisata dikutip mengatakan…..”.
Bukankah masih terasa kesan bahwa si reporter tak mengutipnya dari
tangan pertama? Lagipula, seperti sering terjadi dalam setiap mode baru, pemakaian
sebagai biasa menimbulkan ekses. Misalnya:
Ali Sadikin menjelaskan tetang pelaksanaan membangun proyek miniatur Indonesia itu
sebagai berkata: ”Itu akan dilakukan dalam tiga tahap”. Kata sebagai dalam berita itu
samasekali tak tepat, selain boros.
11. Penggunaan dimana, kalau tak hati-hati, juga bisa tak tepat dan boros. Dimana
sebagai kataganti penanya yang berfungsi sebagai kataganti relatif muncul dalam
bahasa Indonesia akibat pengaruh bahasa Barat.
1) Dr. C. A. Mees, dalam “Tatabahasa Indonesia” (G. Kolff & Co., Bandung, 1953 hal.
290-294) menolak pemakaian dimana. Ia juga menolak pemakaian pada siapa, dengan
siapa, untuk diganti dengan susunan kalimat Indonesia yang ”tidak meniru jalan bahasa
Belanda”, dengan mempergunakan kata tempat, kawan atau teman. Misalnya:
”orang tempat dia berutang” (bukan: pada siapa ia berutang); ”orang kawannya berjanji
tadi” (bukan: orang dengan siapa ia berjanji tadi). Bagaimana kemungkinannya untuk
bahasa jurnalistik?
2) Misalnya: ”Rumah dimana saya diam”, yang berasal dari ”The house where I live in”,
dalam bahasa Indonesia semula sebenarnya cukup berbunyi: ”Rumah yang saya
diami”. Misal lain:
”Negeri dimana ia dibesarkan”, dalam bahasa Indonesia semula berbunyi: ”Negeri
tempat ia dibesarkan”.
Dari kedua misal itu terasa bahasa Indonesia semula lebih luwes, kurang kaku. Meski
begitu tak berarti kita harus mencampakkan kata dimana sama sekali dari pembentukan
kalimat bahasa Indonesia. 1) hanya sekali lagi perlu ditegaskan: penggunaan dimana,
kalau tak hati-hati, bisa tak tepat dan boros. Saya ambilkan 3 contoh ekses
penggunaan dimana dari 3 koran:
Kompas, 4 Desember 1971:
”Penyakit itu dianggap berasal (dan disebarkan) oleh serdadu-serdadu Amerika (GI)
dimana konsentrasi besar mereka ada di Vietnam”.
Sinar Harapan, 24 November 1971:
”Pihak Kejaksaan Tinggi Sulut di Menado dewasa ini sedang menggarap 9 buah
perkara tindak pidana korupsi, dimana ke-9 buah perkara tsb. sudah dalam tahap
penuntutan, selainnya masih dalam pengusutan.”
Abadi, 6 Desember 1971:
”Selanjutnya dinyatakan bahwa keadaan ekonomi dan moneter dunia dewasa ini masih
belum menentu, dimana secara tidak langsung telah dapat mempengaruhi usaha-usaha
pemerintah di dalam menjaga kestabilan, baik untuk perluasan produksi ekonomi dan
peningkatan ekspor”.
Dalam ketiga contoh kecerobohan pemakaian dimana itu tampak: kata tersebut tak
menerangkan tempat, melainkan hanya berfungsi sebagai penyambung satu kalimat
dengan kalimat lain. Sebetulnya masing-masing bisa dirumuskan dengan lebih hemat:
”Penyakit itu dianggap berasal (dan disebarkan) serdadu-serdadu Amerika (GI), yang
konsentrasi besarnya ada di Vietnam”.
”Pihak Kejaksaan Tinggi Sulut di Menado dewasa ini menggarap 9 perkara tindak
pidana korupsi. Ke-9 perkata tsb. sebagian sudah dalam tahap penuntutan, selainnya
(sisanya) masih dalam pengusutan”.
Perhatikan: Kalimat itu dijadikan dua, selain bisa menghilangkan dimana, juga
menghasilkan kalimat-kalimat pendek. ”dewasa ini sedang” cukup jelas dengan
”dewasa ini”. kata ”9 buah” bisa dihilangkan ”buah”-nya sebab kecuali dalam konteks
tertentu, kata penunjuk-jenis (dua butir telor, 5 ekor kambing, 7 sisir pisang) kadang-
kadang bisa ditiadakan dalam bahasa Indonesia mutahir.
”Selanjuntya dinyatakan bahwa keadaan ekonomi dan moneter dewasa ini masih belum
menentu. Hal ini (atau lebih singkat: Ini) secara tidak langsung telah dapat …. dst”.
Perhatikan: Kalimat dijadikan dua. Kalimat kedua ditambahi Hal ini atau cukup Ini
diawalnya.
12. Dalam beberapa kasus, kata yang berfungsi menyambung satu kalimat dengan
kalimat lain sesudahnya juga bisa ditiadakan, asal hubungan antara kedua kalimat itu
secara implisit cukup jelas (logis) untuk menjamin kontinyuitas. Misalnya:
”Bukan kebetulan jika Gubernur menganggap proyek itu bermanfaat bagi daerahnya.
Sebab 5 tahun mendatang, proyek itu bisa menampung 2500 tenaga kerja setengah
terdidik”. (Kata sebab diawal kalimat kedua bisa ditiadakan: hubungan kausal antara
kedua kalimat secara implisit sudah jelas).
”Pelatih PSSI Witarsa mengakui kekurangan-kekurangan di bidang logistik anak-anak
asuhnya. Kemudian ia juga menguraikan perlunya perbaikan gizi pemain” (Kata
kemudian diawal kalimat kedua bisa ditiadakan; hubungan kronologis antara kedua
kalimat secara implisit cukup jelas).
Tak perlu diuraikan lebih lanjut, bahwa dalam hal hubungan kausal dan kronologi saja
kata yang berfungsi menyambung dua kalimat yang berurutan bisa ditiadakan. Kata
tapi, walau atau meski yang mengesankan ada yang yang mengesankan adanya
perlawanan tak bisa ditiadakan.
Kejelasan
Setelah dikemukakan 16 pasal yang merupakan pedoman dasar penghematan dalam
menulis, di bawah ini pedoman dasar kejelasan dalam menulis. Menulis secara jelas
membutuhkan dua prasyarat:
1. Si penulis harus memahami betul soal yang mau ditulisnya, bukan juga pura-pura
paham atau belum yakin benar akan pengetahuannya sendiri.
2. Si penulis harus punya kesadaran tentang pembaca.
Memahami betul soal-soal yang mau ditulisnya berarti juga bisa menguasai bahan
penulisan dalam suatu sistematik. Ada orang yang sebetulnya kurang bahan (baik hasil
pengamatan, wawancara, hasil bacaan, buah pemikiran) hingga tulisannya cuma
mengambang. Ada orang yang terlalu banyak bahan, hingga tak bisa membatasi
dirinya:
menulis terlalu panjang. Terutama dalam penulisan jurnalistik, tulisan kedua macam
orang itu tak bisa dipakai. Sebab penulisan jurnalistik harus disertai informasi faktuil
atau detail pengalaman dalam mengamati, berwawancara dan membaca sumber yang
akurat. Juga harus dituangkan dalam waktu dan ruangan yang tersedia.
Lebih penting lagi ialah kesadaran tentang pembaca. Sebelum kita menulis, kita harus
punya bayangan (sedikit-sedikitnya perkiraan) pembaca kita: sampai berapa tinggi
tingkat informasinya? Bisakah tulisan saya ini mereka pahami? Satu hal yang penting
sekali diingat: tulisan kita tak hanya akan dibaca seorang atau sekelompok pembaca
tertentu saja, melainkan oleh suatu publik yang cukup bervariasi dalam tingkat
informasi.
Pembaca harian atau majalah kita sebagian besar mungkin mahasiswa, tapi belum
tentu semua tau sebagian besar mereka tahu apa dan siapanya W. S. Renda atau B.
M. Diah. Menghadapi soal ini, pegangan penting buat penulis jurnalistik yang jelas
ialah: buatlah tulisan yang tidak membingungkan orang yang yang belum tahu, tapi tak
membosankan orang yang sudah tahu. Ini bisa dicapai dengan praktek yang sungguh-
sungguh dan terus-menerus.
Sebuah tulisan yang jelas juga harus memperhitungkan syarat-syarat
teknis komposisi:
tanda baca yang tertib.
ejaan yang tidak terlampau menyimpang dari yang lazim dipergunakan
atau ejaan standard.
pembagian tulisan secara sistematik dalam alinea-alinea.
Cukup kiranya ditekankan perlunya disiplin berpikir dan menuangkan pikiran dalam
menulis, hingga sistematika tidak kalang-kabut, kalimat-kalimat tidak melayang kesana-
kemari, bumbu-bumbu cerita tidak berhamburan menyimpang dari hal-hal yang perlu
dan relevan.
Menuju kejelasan bahasa, ada dua lapisan yang perlu mendapatkan perhatian:
Unsur kata
Unsur kalimat
Kejelasan Unsur Kata
1. Berhemat dengan kata-kata asing. Dewasa ini begitu derasnya arus istilah-istilah
asing dalam pers kita. Misalnya: income per capita, Meet the Press, steam-bath,
midnight show, project officer, two China policy, floating mass, program-oriented, floor-
price, City Hall, upgrading, the best photo of the year, reshuffle, approach, single,
seeded dan apa lagi. Kata-kata itu sebenarnya bisa diterjemahkan, tapi dibiarkan begitu
saja. Sementara diketahui bahwa tingkat pelajaran bahasa Inggris sedang merosot,
bisa diperhitungkan sebentar lagi pembaca koran Indonesia akan terasing dari
informasi, mengingat timbulnya jarak bahasa yang kian melebar. Apalagi jika diingat
rakyat kebanyakan memahami bahasa Inggris sepatah pun tidak.
Sebelum terlambat, ikhtiar menterjemahkan kata-kata asing yang relatif mudah
diterjemahkan harus segera dimulai. Tapi sementara itu diakui: perkembangan bahasa
tak berdiri sendiri, melainkan ditopang perkembangan sektor kebudayaan lain. Maka
sulitlah kita mencari terjemahan lunar module feasibility study, after-shave lotion, drive-
in, pant-suit, technical know-how, backhand drive, smash, slow motion, enterpeneur,
boom, longplay, crash program, buffet dinner, double-breast, dll., karena pengertian-
pengertian itu tak berasal dari perbendaharaan kultural kita. Walau begitu, ikhtiar
mencari salinan Indonesia yang tepat dan enak (misalnya bell-bottom dengan ”cutbrai”)
tetap perlu.
2. Menghindari sejauh mungkin akronim. Setiap bahasa mempunyai akronim, tapi
agaknya sejak 15 tahun terakhir, pers berbahasa Indonesia bertambah-tambah gemar
mempergunakan akronim, hingga sampai hal-hal yang kurang perlu.
Akronim mempunyai manfaat: menyingkat ucapan dan penulisan dengan cara yang
mudah diingat.
Dalam bahasa Indonesia, yang kata-katanya jarang bersukukata tunggal dan yang rata-
rata dituliskan dengan banyak huruf, kecenderungan membentuk akronim memang
lumrah. ”Hankam”, ”Bappenas”, ”Daswati”, ”Humas” memang lebih ringkas dari
”Pertahanan & Keamanan” ”Badan Perencanaan Pembangunan Nasional”, ”Daerah
Swantantra Tingkat” dan ”Hubungan Masyarakat”.
Tapi kiranya akan teramat membingungkan kalau kita seenaknya saja membikin
akronim sendiri dan terlalu sering. Di samping itu, perlu diingat: ada yang membuat
akronim untuk alasan praktis dalam dinas (misalnya yang dilakukan kalangan
ketentaraan), ada yang membuat akronim untuk bergurau, mengejek dan mencoba lucu
(misalnya di kalangan remaja sehari-hari: ”ortu” untuk ”orangtua”; atau di pojok koran:
”keruk nasi” untuk ”kerukunan nasional”) tapi ada pula yang membuat akronim untuk
menciptakan efek propaganda dalam permusuhan politik (misalnya ”Manikebu” untuk
”Manifes Kebudayaan”, ”Nekolim” untuk ”neo-kolonialisme”. ”Cinkom” untuk ”Cina
Komunis”, ”ASU” untuk ”Ali Surachman”).
Bahasa jurnalistik, dari sikap objektif, seharusnya menghindarkan akronim jenis terakhir
itu. Juga akronim bahasa pojok sebaiknya dihindarkan dari bahasa pemberitaan,
misalnya ”Djagung” untuk ”Djaksa Agung”, ”Gepeng” untuk ”Gerakan Penghematan”,
”sas-sus” untuk ”desas-desus”.
Saya tak bermaksud memberikan batas yang tegas akronim mana saja yang bisa
dipakai dalam bahasa pemberitaan atau tulisan dan mana yang tidak. Saya hanya ingin
mengingatkan: akronim akhirnya bisa mengaburkan pengertian kata-kata yang
diakronimkan, hingga baik yang mempergunakan ataupun yang membaca dan yang
mendengarnya bisa terlupa akan isi semula suatu akronim. Misalnya akronim ”Gepeng”
jika terus-menerus dipakai bisa menyebabkan kita lupa makna ”gerakan” dan
”penghematan” yang terkandung dalam maksud semula, begitu pula akronim ”ASU”.
Kita makin lama makin alpa buat apa merenungkan kembali makna semula sebelum
kata-kata itu diakronimkan.
Sikap analitis dan kritis kita bisa hilang terhadap kata berbentuk akronim itu, dan itulah
sebabnya akronim sering dihubungkan dengan bahasa pemerintahan totaliter dan
sangat penting dalam bahasa Indonesia.
Kejelasan Unsur Kalimat
Tapi seperti halnya dalam asas penghematan, asas kejelasan juga lebih efektif jika
dilakukan dalam struktur kalimat. Satu-satunya untuk itu ialah dihindarkannya kalimat-
kalimat majemuk yang paling panjang anak kalimatnya; terlebih-lebih lagi, jika kalimat
majemuk itu kemudian bercucu kalimat.
Pada dasarnya setiap kalimat yang amat panjang, lebih dari 15-20 kata, bisa
mengaburkan hal yang lebih pokok, apalagi dalam bahasa jurnalistik. Itulah sebabnya
penulisan lead (awal) berita sebaiknya dibatasi hingga 13 kata. Bila lebih panjang dari
itu, pembaca bisa kehilangan jejak persoalan. Apalagi bila dalam satu kalimat terlalu
banyak data yang dijejalkan. Contoh:
”Harian Kami”, 4 Desember 1971:
”Sehubungan dengan berita ‘Harian Kami’ tanggal 25 November 1971 hari Kamis
berjudul: ‘Tanah Kompleks IAIN Ciputat dijadikan Objek Manipulasi’ (berdasarkan
keterangan pers dari Hamdi Ajusa, Ketua Dewan Mahasiswa IAIN Djakarta) maka pada
tanggal 28 November jbl. di Kampus IAIN tersebut telah diadakan pertemuan antara
pihak Staf JPMII (Jajasan Pembangunan Madrasah Islam & Ihsan – Perwakilan Ciputat)
dengan Hamdi Ajusa mewakili DM IAIN dengan maksud untuk mengadakan ‘clearing’
terhadap berita itu.”
Kalimat itu terdiri dari 60 kata lebih. Sebagai pembaca, saya memerlukan dua kali
membacanya untuk memahami yang ingin dinyatakan sang wartawan. Pada
pembacaan pertama, saya kehilangan jejak perkara yang disajikan di hadapan saya. Ini
artinya suatu komunikasi cepat tak tercapai. Lebih ruwet lagi soalnya jika bukan saja
pembaca yang kehilangan jejak dengan dipergunakannya kalimat-kalimat panjang, tapi
juga si penulis sendiri.
Pedoman, 4 Desember 1971:
”Selama tour tersebut sambutan masyarakat setempat di mana mereka mengadakan
pertunjukan mendapat sambutan hangat.”
Perhatikan: Penulis kehilangan subjek semula kalimatnya sendiri, yakni sambutan
masyarakat setempat. Akibatnya kalimat itu berarti, ”yang mendapat sambutan hangat
ialah sambutan masyarakat setempat.”
Sinar Harapan, 22 November 1971:
”Di kampung-kampung kelihatan lebaran lebih bersemarak, ketupat beserta sayur dan
sedikit daging semur, opor ayam ikut berlebaran. Dari rumah yang satu ke rumah yang
lain, ketupat-ketupat tersebut saling mengunjungi dan di langgar-langgar, surau-surau
ramai pula ketupat-ketupat, daging semur, opor ayam disantap bersama oleh mereka.”
Perhatikan: Siapa yang dimaksud dengan kata ganti mereka dalam kalimat itu? Si
penulis nampaknya lupa bahwa ia sebelumnya tak pernah menyebut ”orang-orang
kampung”. Mengingat dekat sebelum itu ada kalimat ketupat-ketupat tersebut saling
mengunjungi dan kalimat surau-surau ramai pula ketupat-ketupat, kalimat panjang itu
bisa berarti aneh dan lucu: ”daging semur, opor ayam disantap bersama oleh ketupat-
ketupat.
==================================================================
=======
U jAVC MEDIA to ASTRO – Script Record for Video
Activity Komplotan Pencopet No of tapes: 2
Venue Aksi para pencopet Date 2008
Participants Penjara untuk yang amatir
Video by
Imam Rizky-k
Prepared by
Translated
by
Imam Rizky-k
Photo by Tel 0856 1655 229
Script byTeguh Irawan
EditorIswanto & Rizky-k
Episode & Duration
01 – 30 menit
Detak Jakarta Menggungkap Pristiwa
Tape No:DJ_20080125_000306_TA_R01P
OBB – DETAK JAKARTA
LEAD TV PRESENTER :
SALAM JUMPA PEMIRSA/ KEMBALI ANDA SAKSIKAN PROGRAM DETAK
JAKARTA// SEPERTI BIASA/ DETAK JAKARTA HADIR MEMBERIKAN BERAGAM
BERITA JAKARTA AKTUAL DAN VAKTUALI// SAYA YUNI MUSTIKASARI
MENGUNGKAP PRISTIWA//
TRIGER – DETAK JAKARTA
LEAD TV PRESENTER :
APA YANG TERLINTAS DI BENAK KITA/ JIKA SESAMA PENUMPANG
TRANSPOTASI/ ADA SEGROMBOLAN PENCOPET YANG MEMANFAATKAN
DESAKAN DAN KEPANIKAN PENUMPANG KETIKA MENAIKI TRANSPOTASI UMUM
JAKARTA// DENGAN SERAGAM DAN PENAMPILAN MENYERUPAI PARA
PENUMPANG LAINYA// TERNYATA DIANTARA DARI MEREKA MENGGASAK
DOMPET DAN HP PARA PENUMPANG// BAGAIMANAKAH PENCOPET ANGUTAN
MENJALANKAN AKSINNYA// MODUS APA YANG DILAKUKAN// DETAK JAKARTA
AKAN MENELUSURINYA//
TISER LIPUTAN : >>NEXT>>
VIDEO SEGMENT 1
VIDEO LIPUTAN : >> NEXT >>
( SUREALISME PUITIK )
VOICE OVER
MODUS PENCOPETAN MERAKA TERBILANG BARU/ YAKNI MENGINCAR
KELENGAHAN PENUMPANG SAAT KERETA API BERHENTI MENDADAK//
PERISTIWA INI TERJADI DI SEKITAR PASAR KERAJI/ TEPATNYA 100 METER
SEBELUM MEMASUKI STASIUN KRANJI/ BEKASI// KERETA API REL LISTRIK
JURUSAN BEKASI-STASIUN KOTA TIBA-TIBA BERHENTI MENDADAK SEHINGGA
MEMBUAT PENUMPANG PANIK// SAAT ITULAH KETIGA PENCOPET TADI
BERAKSI MENGASAK ISI TAS DAN DOMPET PARA PENUMPANG YANG LENGAH//
SOUND BITE
( SY – PENCOPET ) 00:25:44:16 – 00:27:05:20 NEXT >> INTER CUT
SAYA MEMANFAATKAN ANAK JALANAN UNTUK MEMPERLANCAR AKSI SAYA/
BIYASANYA ANAK JALANAN TIDAK BEGITU MENCOLOK UNTUK MELAKUKAN
PENARIKAN REM TUAS KRL// KETIKA REM TUAS DITARIK DAN KRL BERHENTI
MENDADAK/ PARA PENUMPANG PANIK/ SAAT KEPANIKAN ITULAH SAYA
MEMANFAATKAN KESEMPATAN ITU/ SAYA BERAKSI DENGAN KEDUA TEMAN
SAYA/ DAN DIBANTU ANAK-ANAK JALANAN//
VOICE OVER
SEPANDAI-PANDAINYA BAJING MELOMPAT/ AKHIRNYA BISA TERJATUH JUGA/
ISTILAH INI DIGUNAKAN UNTUK PARA PENCOPET YANG TERTANGKAP//
PERBUATAN MEREKA KEPERGOK PETUGAS DAN LANGSUNG MENANGKAPNYA
BERIKUT BARANG BUKTI 60 DOMPET DAN BEBERAPA HP//
SOUND BITE
( SY – PENCOPET ) 00:29:15:09 – 00:30:15:20
DENGAN CARA INI/ KERJA SAYA TIDAK MENJADI SIA-SIA/ MASALAHNYA
DENGAN KEADAAN KRL YANG NORMAL/ SAYA HANYA BISA MENDAPAT PALING
SEDIKIT 60 DOMPET SETIAP HARINYA/ DAN 13 HP PALING SEDIKITNYA// HASIL
ITU SAYA BAGI DENGAN ANAK JALANAN YANG TELAH MEMPELANCAR AKSI
SAYA//
VOICE OVER
AKSI MEREKA DI INI TERGOLONG UNIK/ KARENA SETIAP AKSINYA DIBANTU
OLEH ANAK-ANAK JALANAN YANG MENARIK TUAS REM DARURAT KERETA API//
SEHINGGA KERETA API BERHENTI MENDADAK/
SOUND BITE
( AD – ANAK JALANAN ) 00:42:35:09 – 00:50:15:20
SAYA CUMA BANTU-BANTU AJA/ MASALAHNYA CUMA DI SURUH TARIK REM
TUAS SAJA// SETELAH KRL BERHENTI SAYA LANGSUNG KABUR KE GERBONG
LAIN//
SOUND BITE
( SY – PENCOPET ) 00:30:15:09 – 00:31:15:20
SAYA JUGA KADANG-KADANG MENGAJARI ANAK JALANAN UNTUK MENCOPET//
DAN SAYA JUGA BILANG SAAT PENUMPANG SUDAH PANIK/ JIKA ADA
KESEMPATAN SEGERA BERAKSI//
VOICE OVER
MODUS PARA PENCOPET INI MEMANG TERLIHAT UNIK/ TETAPI DENGAN
MENGHALALKAN SEGALA CARA DARI MEREKA/ BISA FATA AKIBATNYA//
PASALNYA KETIKA REM TUAS KRL DITARIK MENDADAK/ DAN KRL SECARA-
TIBA0TIBA DIBERHENTIKAN/ AKAN MENGAKIBATKAN ANJLOKNYA KRL// DAN
YANG LEBIH MEMBAHAYAKAN KEMBALI/ KRL YANG BERADA DIBELAKANGNYA
BISA MENABRAK RANGKAYAN KRL YANG DIBERHENTIKAN TADI//
SOUND BITE
( SUKIMAN PETUGAS STASIUN KRANJI ) 00:20:48:09 – 00:23:15:20
SANGAT FATAL UNTUK KESELAMATAN PENUMPANG PERKERETA APIAN/
MASALAHNYA KORBANYA BUKAN HANYA KRL YANG DIBERHENTIKAN SECARA
MENDADAK/ TETAPI PARA PENUMPANG KRL LINNYA// SEMUA LALULINTAS
PERKERETA APIAN JUGA BISA TERGANGGU AKIBAT ULAH ORNG-ORANG YANG
MEMANFAATKAN KEPENTINGANYA SENDIRI//
VOICE OVER
MODUS INI SUDAH SERING TERJADI BEBERAPA KALI/ DAN SUDAH BEBERAPA
DARI MEREKA YANG TERTANGKAP/ NAMUN TIDAK MEMBUAT DARI MEREKA
JENGAH//
SEGMENT 2
LEAD TV PRESENTER :
TINGKAT KEJAHATAN YANG SANGAT TINGGI DI IBU KOTA/ MEMBUAT KITA
HARUS LEBIH HATI-HATI// BIS YANG KOSONG DAN TERLALU RAMAI/ TIDAK
MEMBUAT PARA SANG AKSI KEHABISAN AKAL//
VIDEO SEGMENT 2
TISER LIPUTAN : >>NEXT>>
VIDEO LIPUTAN : >> NEXT >>
( SUREALISME PUITIK )
VOICE OVER
BIS YANG KOSONG DAN TERLALU RAMAI SAMA BAHAYANYA// PARA
KOMPLOTAN INI TIDAK KEHABISAN AKAL DAN CARA/ BERBAGAI MACAM DAN
MODUS OPERANDI AKANMEREKA LAKUKAN/ WALAUPUN SANGAT BERESIKO//
TAK PANDANG BULU UNTUK MENGASAK PARA KORBANYA/ BAIK WANITA
ATAUPUN LAKI-LAKI/ BAHAKAN TENTARAPUN MEREKA COPET//
PARA PENCOPET ADA YANG BENAR-BENAR MENGUNAKAN TRIK DAN BAHKAN
MENGUNAKAN HIPNOTIS//
SOUND BITE
( RAGIL MAHASISWI ) 00:20:48:09 – 00:245:20
SAYA PERNAH MELIHAT AKSI PENCOPET NAIK BIS DI TERMINAL BLOK-M YANG
BARU TERISI 3-4 ORANG DI ATASNYA/ JIKA ADA YANG DIANGGAP MANGSA
POTENSIAL/ GROMBOLAN PENCOPET AKAN MENGIKUTI CALON KORBANYA//
DIMAN CALON KORBANYA DUDUK/ GROMBOLAN AKAN MENGEPUNG// SALAH
SATU COBA MENARIK PERHATIAN DENGAN MENJATUHKAN UANG ATAU
BARANG ATAU BAHKAN MENAWARKAN SESUATU// TUJUANYA AGAR
PERHATIAN SI CALON KORBAN TERPECAH. BEGITU PERHATIAN TERBAGI/ ADA
YANG BERAKSI// SETELAH AKSI SUKSES/ SI PELAKU UMUMNYA DIAM DAN
MELEMPARKAN HASILNYA KE TEMANYA// GILIRAN TEMANYA YANG LAIN
MEMBUAT TABIR// CARANYA BISA MEMBUAT GADUH/ BERTERIAK-TERIAK ATAU
APA SAJA UNTUK MENGALIHKAN/ BAHKAN MEMARAHI SI KORBAN//
VOICE OVER
BANYAK CARA YANG DI LAKUKAN PARA GEROMBOLAN COPET INI// SEMUA ITU
HANYA UNTUK MENDAPATKAN BARANG INCARANYA/ APA LAGI SI KORBAN
YANG TELAH DI IKUTI DARI ALAT PENGAMBILAN MESIN UANG ( ATM ) //
SOUND BITE
( CICI PEGAWAI SWASTA ) 00:20:48:09 – 00:245:20
WAKTU ITU SAYA SEHABIS MENGAMBIL ATM DI SAMPING TERMINAL BIS BLOK-
M/ KEMUDIAN SAYA LANGSUNG PULANG NAIK BIS 57 JURUSAN BLOK-M KP.
RAMBUTAN/ SAYA TIDAK SADAR KALO ORANG DEKET SAYA DI BIS ITU AKAN
MENCOPET SAYA// TERNYATA SAYA TELAH DIIKUTI SEMENJAK DARI ATM TADI//
SAAT SAYA TURUN DARI BIS UWANG LOGAMAN TERCECER DI JALAN/ SAYA
MASIH BELUM SADAR KALO ITU TERNYATA ADALAH UANG SAYA/ DAN SAYA
PERHATIKAN LAGI TERNYATA TAS SAYA SUDAH ROBEK/ SEPERTI DISAYAT
DENGAN BENDA TAJAM// DAN SAYA PERIKSA DOMPET SAYA SUDAH LENYAP/
MANA SEMUA UWANG ITU GAJI SAYA BEKERJA//
VOICE OVER
AKSI PARA PENCOPET TIDAK PERNAH PANDANG BULU/ WALAUPUN
KEBANYAKAN DARI MEREKA SUDAH SERING TERTANGKAP/ NAMUN MEREKA
TIDAK PERNAH JERA UNTUK MENJALANKAN PROFESINYA SEBAGAI
PENCOPET//
SOUND BITE
( SY PENCOPET ) 00:20:48:09 – 00:245:20
SAYA MENCOPET KIRA-KIRA SUDAH 15 TAHUN/ DAN SAYA TERTANGKAP
SUDAH TIDAK TERHITUNG LAGI// MUNGKIN SUDAH LEBIH DARI 50 KALI// DAN
TERTANGKAP MASA KIRA0KIRA SUDAH LEBIH DARI 10 KALI/ BAHKAN SAYA
PERNAH MAU DI BAKAR OLEH MASA/ TAPI UNTUNG ADA POLISI// SAAT SAYA DI
TANGKAP POLISI PALING LAMA YAH KURANG LEBIH 3 BULAN/ DAN PALING
CEPAT 1 BULAN SUDAH KELUAR LAGI//
LEAD TV PRESENTER :
APA YANG SESUNGGUHNYA DILAKUKAN OLEH APARAT KITA PADA PENCOPET
INI// DAN BAGAI MANA MENAGANI PENCOPET YANG KIAN BANYAK DI SETIAP
LINTAS JALAN// APAKAN MASYARAKAT AKAN MERASA AMAN/ KETIKA PETUGAS
KEAMANAN DI TAMBAH//
>>TISER LIPUTAN>>
VIDEO SEGMENT 3
VOICE OVER
PENJARA NAMPAKNYA BUKAN TEMPAT YANG TEPAT UNTUK PARA YANG
AMATIR// DI PENJARA/ BAGI YANG AMATIR AKAN BELAJAR TRIK DAN MODUS
BARU/ SEPERTI SEKOLAH/ MUNGKINKAH PARA AKSI KEJAHATAN TIDAK AKAN
MERASA JERA KETIKA/ BOGAM MENTAH MENGHAMPIRI TUBUHNYA/ DAN
MUNGKINKAH MREKA TIDAK MERASA TAKUT UNTUK MASUK PENJARA/ KARNA
PENJARA ADALAH SEKOLAH LAMA BAGI MEREKA YANG SUDAH PERNAH
MERASAKANYA//
SOUND BITE
( DG, PENGHUNI BPENJARA ) 00:20:48:09 – 00:245:20
SEBENARNYA PENJARA ITU TEMPAT ORANG-ORANG YANG DI HUKUM KARENA
KESALAHANYA// TETAPI ANGGAPAN ITU KETIKA ADA PARA PETUGAS//
SETELAH PETUGAS PERGI/ KAMAR SEL ADALAH TEMPAT REONI DAN BELAJAR
BAGI TEMAN-TEMAN SEPENDERITAAN//
SOUND BITE
( ROBIN S, POLISI ) 00:20:48:09 – 00:245:20
ORANG-ORANG YANG ADA DI SINI KEBANYAKAN MELAKUKAN TINDAKAN
KEJAHATAN// KEJAHATAN YANG MEREKA LAKUKAN KEBANYAKAN/
PERAMPASAN/ PENODONGAN/ PENCOPETAN/ NARKOBA/ PENCOPETAN/ DAN
TINDAKAN KRIMINAL LIANYA// SETIAP JENIS DAN TIPE KEJAHATANYA/ DISINI
DIPISAHKAN KAMAR TAHANANYA//
HUKUMAN YANG MEREKA JALANI SELAMA DISINI/ MEMBERSIHKAN
LINGKUNGAN KANTOR RESERSE/ KAMARMANDI DAN LAIN-LAIN// KALO DARI
MEREKA SALING BERTUKAR FIKIRAN SAYA TIDAK TAU JUGA YAH//
VOICE OVER
JAKARTA KOTA METRO POLITAN TERNYATA JAKARTA KOTA YANG BELUM
AMAN DARI PARA AKSI TINDAK KEJAHATAN/ PEREKONAOMIAN YANG MAKIN
TERPURUK/ MENINGKATNYA TINDAKAN KRIMINALITAS/ BERBAGAI OPERANDI
SETIAP HARINYA MAKIN BERTAMBAH//
LEAD TV PRESENTER :
SEBAGAI MASYARAKAT KITA SANGAT MEMBUTUHKAN KEAMANAN DAN
KETENTRAMAN/ MASYARAKAT AKAN MERASA AMAN APABILA TINGKAT
KEJAHATAN DI JALAN SUDAH TIDAK ADA LAGI// AKANKANKAH MASYARAKAT
JAKARTA BISA MERASAKAN KEAMANAN DISETIAP PENJURU JALAN// SAYA YUNI
MUSTIKA SARI DAN CREW YANG BERTUGAS UNDUR DIRI/ SAKSIKAN TERUS
DETAK JAKARTA DENGAN BRITA-BERITA YANG AKTUAL DAN VAKTUAL HANYA
ASTRO TV//
08- MULTICAM
Penjelasan dari Multicam adalah Multi Camera System, yang biyasanya
mengunakan camera.2 doking degan peralatan yang lengkap seperti Shwitcher,
VTR DVCam, Betacam dan Super BetaCam, CCU ( Camera Control Unit ) dan
pralantan pendukung lainya.
Struktur Multicam :
Cameraman
PIDI ( Program Director )
ShwitcerMan
Oprator CCU
Oprator VTR
Dan Fidi ( Flour Director )
10- PRODUCTION
BIDANG ENTERTAINMENT / INFOTAINMENT
*) PEDOMAN POKOK PENDIRIAN SEBUAH PRODUCTION HOUSE (PH).
a. Mendirikan sebuah PH (Production House) dengan bidang usaha perfilman dan infotainment dengan legalisasi badan hukum (Perseroan Terbatas).
b. Modal PT (tercantum di Akta) minimal Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).
c. Bidang usaha PT tersebut harus tercantum di Akta ybs sebagai berikut;
1. Menjalankan usaha bidang Produksi Film dan Rekaman Video / CD
2. Menjalankan usaha bidang import dan eksport film.
3. Menjalankan usaha bidang studio film dan laboratorium film.
4. Menjalankan usaha bidang peredaran dan penggandaan film / video / CD.
5. Menjalankan usaha bidang periklanan.
6. Menjalankan usaha bidang import bahan baku film dan shooting equipment film.
7. Menjalankan usaha bidang rental shooting equipment.
8. Menjalankan usaha bidang produksi program untuk broadcast TV.
9. Menjalankan usaha bidang Event Organizer yang sehubungan dengan seni budaya, musik, infotainment, dll.
Legalisasi PT tersebut :
1. Memiliki Akta Pendirian PT tersebut dari notaris dan disahkan oleh Departemen
Kehakiman.
2. Memiliki NPWP dari Dirjen Pajak Departemen Keuangan.
3. Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dari Departemen Perdagangan.
4. Memiliki Surat Izin Usaha PerFilman dari DEPDIKBUDPAR
5. Memiliki Surat Keterangan Domisili Kantor PH dari Kelurahan setempat.
TRIPARTIT
PEMBUATAN TELEPROGRAM
I. BROADCAST TELEVISI
II. PRODUCTION HOUSE (PH / Pengisi Acara / Konseptor)
III. SPONSORSHIP (Perdana)
Prioritas
Dasar Pertimbangan
Pembuatan Program
Jenis Program apa yang hendak diajukan
Berapa Durasi
Per Episodenya
Siapa sasaran programnya
Broadcast mana yang hendak dipilih
Siapa pengisi acaranya (Talent)
Air time mana yang dikehendaki
NB : Secara Unique Selling Point Program dimaksud harus menarik, profesional & komersil
Sesuai : Visi sebagai Entertainment / Infotainment
Misi meliput penonton secara luas.
BUSSINES TIME FOR
ENTERTAINMENT / INFOTAINMENT
(AIR – TIME)
Lebih Mahal dari Reguler
Minimal 1 ½ X
30 menit per Episode
60 Menit per Episode
>60 Menit per Episode
BISNIS
SISTEM
JUAL LEPAS
PH. Tidak punya hak lagi
Atas Sebuah Program
Sama-sama memiliki hak dan tanggung jawab atas sebuah Program
Hak Mutlak atas Sebuah Program
INHOUSE
SHARING
BLOCKING
PERHITUNGAN RUGI / LABA
Adapun perhitungan rugi / laba dalam sebuah usaha Entertainment tergantung pada
sistem bisnis yang kita pilih dan jenis programnya :
1. Pada IN HOUSE SYSTEM
Platform harga beli dari sebuah Broadcast misalnya Rp. X,- per Episode, maka
pertelaannya :
a. Pengamanan modal 15 s/d 20% dari Rp. X,- = BEP (Break Event Point)
b. Efisiensinya dar BEP = Y
Jika kenyataan kalkulasinya melanggar BEP atau setidak-tidaknya “KIT” untuk 1
sequel pertama (13 paket), bisa kita jalankan. Namun apabila kurang dari itu
sebaiknya kita mundur.
2. Pada SHARING SYSTEM
Pada Sistem ini kita diwajibkan mencari / mendapatkan sponsor untuk membiayai
biaya produksinya. Besarnya adalah Fifty-fifty (50% jatah iklan tersedia, PH yang
harus cari). Ini agak beresiko walaupun prospektif apabila berhasil menyedot iklan,
terlebih dari jatah yang dimaksud.
Contoh : Hak dan kewajiban kita sponsor @ Rp. 15.000.000,-
(Bisakah BEP = Rp. 15.000.000,- x 6 – (15%) ?)
3. Pada BLOCKING TIME SYSTEM
Pada Sistem ini PH membeli hak siaran. Seluruh biaya produksi + biaya penyiaran
sepenuhnya ditanggung oleh PH. Hak penyiaran dan pencarian iklan / sponsor
adalah sepenuhnya milik PH.
Contoh : Biaya Produksi 1 episode = Rp. X
Biaya Siaran = Rp. Y
BEP = X + Y
Jika hasil pengumpulan iklan lebih besar dari BEP maka PH akan mendapatkan
keuntungan, sebaliknya jika pengumpulan iklan lebih kecil dari BEP maka PH akan
mendapatkan kerugian.
*) SASARAN
Adapun spesifikasi hal-hal tersebut di atas, diuraikan melalui :
1. Layar Kaca (Broadcast Televisi), meliputi :
1) Infotainment
2) Documentary
3) Profille,
4) FTV / Sinetron
2. Layar Lebar, Film untuk Bioskop
Yang harus disediakan oleh sebuah PH :
1. Kantor untuk direksi dan manajemen lengkap dengan perlengkapan kantor,
telpon, komputer, dll. Tempat parkir luas dan operasional kantor tidak terbatas
waktu karena lingkungan perkantoran atau ruko umpamanya masalah overtime
security, AC, lift, dsb.
2. Staff kantor : sekretaris, operator komputer dan office boy.
Team kreatif yang profesional di bidangnya : programmer, produksi, marketing atau sponsorship department.
1. Mobil lengkap dengan supir untuk operasional minimal 2 buah.
2. Sarana dan prasarana harus disediakan sepenuhnya oleh produser, umpamanya
uang makan pagi, siang, malam, BBM untuk mobil operasional + uang transport
kalau tidak dijemput.
3. Untuk menghemat biaya operasional harus ada perencanaan yang matang
berdasarkan Polecy Perusahaan
4. Perlu digarisbawahi pembuatan proposal budget produksi berdasarkan skenario
dan desain produksi. Terlampir contoh proposal budget produksi FTV yang
pernah diproduksi oleh PT Dapur Film dibuat / produksi bulan Maret 2006 dan
ditayangkan di ANTV pada bulan Mei 2006.
N O T E
Usaha di bidang Entertainment / Infotainment ini dijamin Prospektif, asalkan :
- Cermat berhitung
- Punya lingkup ke dalam
- Sequel-sequel berikutnya adalah akumulatif profit
- Memiliki tenaga-tenaga profesional (Skill and experiences) yang profitable (bukan soal compassionate).
- Berani dan memahami pra-operasional yang relatif demi menembus / mencapai sasaran (program).
Demikianlah makalah ini kami sajikan, semoga dapat menjadi bahan pertimbangan
untuk membuka usaha di bidang Entertainment / Infotainment.
12- MUSIC DIRECTOR
Tugas Music Director (MD) :
Yg general aj ya ( ga berurut)
1. Mengatur Time Clock Beat Music (tergantung Radionya) biasanya tiap jam, di tiap
menitnya Beat (Slow, Middle, Fast) itu diatur oleh MD melalui Playlist harian..mgkanya
penyiar yg melanggar playlist diancam sanksi berat.
2. Menerima and membalas CD sample dari label company, biasanya sih, lagu di
seleksi apakah layak atau tidak diputer, urusan smua ke Label mulai dari ngirimin chart,
kemudian ngurusin”deal” ke manajemen artis klo si artis mau promo di radionya..
3.Playlist, harian,mingguan, bulanan,..
4. Menej data base lagu. mulai dari penyanyi, tahun, dan label. dan smua lagu digital,
CD, Kaset si MD yg megang datanya, tiap bulan biasanya ada recap..
5.bwt CHART, yg ini biasanya weekly, or monthly tergantung chartnya..
6. Mengawasi penyiar pabila, penyiar ada yg out of playlist, ini untuk menjaga air
personality nya..
Nb : ini smua tergantung Job Desk di stasiun Radio masg2, kalo dari pengalaman gw,
tiap radio berbeda-beda struktur kerjanya,.. tp secara umum gambaran tugas MD ya
gitu deh..
Klo mo jd MD, pesan gw :
Smoga mnjadi MD yg baik ..
Hasil dari observasi penulis,diperoleh gambaran tugas dari Mucic Director adalah
mengumpulkan dan menyeleksi lagu dan memasukannya kedalam playlist.Menentukan
layak atau tidaknya lagu dimasukkan kedalam program dan bertanggung jawab untuk
menata lagu.Dalam pelaksanaannya Music Director bertanggung jawab langsung
kepada Studio Manager.Ada beberapa faktor yang mendukung kegiatannya yaitu
adanya fasilitas yang cukup memadai,namun ada juga kendala yang dihadapi yaitu
ketika lagu yang sering di request pendengar atau yang keluar dipasaran bukan
merupakan dari label partner,untuk mengatasinya Music Director akan membeli lagu
dari anggaran pembukuan yang diatur sendiri oleh Music Director