PRODUCER

62
PRODUCER Oleh: Tino Saroengallo (Sutradara Senior) Di dalam sebuah produksi film pemakaian ketiga istilah di atas seringkali timpang tindih dalam menunjukkan peran yang dilakukan seseorang sebagai bagian dari departemen produksi. Pada prinsipnya masing~masing jabatan tersebut berkaitan dengan tanggungjawab dalam mengelola salah satu atau keseluruhan unit dalam departemen produksi. Bila dibandingkan dengan jabatan Produser, maka ketiga jabatan tersebut bisa dimasukkan ke dalam kategori pelaksana harian. Untuk mengerti perbedaan dekripsi kerja masing~masing jabatan tersebut, kita harus memahami terlebih dahulu keseluruhan susunan hirarki kekuasaan dalam produksi film, khususnya Departemen Produksi. Aneka Produser Secara hirarki jabatan, ketiga jabatan tersebut berada di bawah kedudukan produser secara umum. Dan menyinggung sebutan produser, bila kita membaca rangkaian jabatan dalam daftar kru yang tercantum pada akreditasi akhir sebuah film maka kita pun akan menemukan aneka sebutan untuk jabatan produser itu sendiri. Yang paling atas biasanya adalah Produser Eksekutif (Executive Producer), disusul oleh Produser (Producer), Produser Pendamping (Associate Producer), Pimpinan Produksi, dan sebagai ‘anak bungsu’ dari jejeran petinggi tersebut adalah Produser Pelaksana (Line Producer). Banyak tidaknya nama~nama yang tercantum dalam jajaran petinggi tersebut tergantung pada skala produksi itu sendiri. Masing~masing jabatan berkait~erat dengan tanggungjawab kerja dan kepada siapa mereka bertanggungjawab. Produser Eksekutif bertanggungjawab sejak sebuah film masih berupa embrio, gagasan. Biasanya ia terlibat dalam pengembangan gagasan tersebut hingga menjadi sebuah naskah dan mencarikan Sutradara yang tepat untuk

Transcript of PRODUCER

Page 1: PRODUCER

PRODUCER

Oleh: Tino Saroengallo

(Sutradara Senior)

Di dalam sebuah produksi film pemakaian ketiga istilah di atas seringkali timpang tindih

dalam menunjukkan peran yang dilakukan seseorang sebagai bagian dari departemen

produksi. Pada prinsipnya masing~masing jabatan tersebut berkaitan dengan

tanggungjawab dalam mengelola salah satu atau keseluruhan unit dalam departemen

produksi. Bila dibandingkan dengan jabatan Produser, maka ketiga jabatan tersebut

bisa dimasukkan ke dalam kategori pelaksana harian. Untuk mengerti perbedaan

dekripsi kerja masing~masing jabatan tersebut, kita harus memahami terlebih dahulu

keseluruhan susunan hirarki kekuasaan dalam produksi film, khususnya Departemen

Produksi.

Aneka Produser

Secara hirarki jabatan, ketiga jabatan tersebut berada di bawah kedudukan produser

secara umum. Dan menyinggung sebutan produser, bila kita membaca rangkaian

jabatan dalam daftar kru yang tercantum pada akreditasi akhir sebuah film maka kita

pun akan menemukan aneka sebutan untuk jabatan produser itu sendiri. Yang paling

atas biasanya adalah Produser Eksekutif (Executive Producer), disusul oleh Produser

(Producer), Produser Pendamping (Associate Producer), Pimpinan Produksi, dan

sebagai ‘anak bungsu’ dari jejeran petinggi tersebut adalah Produser Pelaksana (Line

Producer).

Banyak tidaknya nama~nama yang tercantum dalam jajaran petinggi tersebut

tergantung pada skala produksi itu sendiri. Masing~masing jabatan berkait~erat dengan

tanggungjawab kerja dan kepada siapa mereka bertanggungjawab. Produser Eksekutif

bertanggungjawab sejak sebuah film masih berupa embrio, gagasan. Biasanya ia

terlibat dalam pengembangan gagasan tersebut hingga menjadi sebuah naskah dan

mencarikan Sutradara yang tepat untuk mewujudkan skenario menjadi sebuah film. Ia

juga bertanggungjawab mencari dana dari pemodal untuk membuat film tersebut. Pada

era studio besar di Hollywood, mereka lah ‘raja~raja’ yang menentukan segala sesuatu

yang berkaitan dengan pembuatan sebuah film. Belakangan ini, terutama dengan

pesatnya perkembangan mazhab film independen, seorang Produser Eksekutif

umumnya sudah bekerjasama dengan seorang Sutradara sejak awal, mulai dari proses

Page 2: PRODUCER

pengembangan sebuah gagasan menjadi skenario hingga pencarian dana.

Kedudukannya nyaris sejajar dengan Sutradara.

Produser adalah orang yang bertanggungjawab atas proses pembuatan film sejak awal

hingga akhir. Dia adalah perpanjangan tangan Produser Eksekutif dalam

menggerakkan roda departemen produksi. Di Indonesia, kerancuan seringkali terjadi

tentang perbedaan antara Produser Eksekutif dengan Produser. Pada era keemasan

film nasional, sebutan Produser biasanya berkaitan dengan pemilik modal. Pemilik

modal disebut Produser. (Hal ini masih ditegaskan oleh Parwesh dalam Sarasehan Hari

Film Nasional, Galeri Cipta II pada Senin 06 Maret 2006).

Jabatan Produser lebih tinggi dibandingkan dengan Produser Eksekutif. Produser

Eksekutif disejajarkan dengan jabatan Produser Pelaksana. Padahal Produser

Pelaksana sebenarnya adalah terjemahan yang paling tepat untuk Line Producer. Salah

kaprah ini mungkin terjadi karena pengertian kata executive yang diterjemahkan

sebagai kata yang berkaitan dengan kata dalam bahasa Inggris to

execute (melaksanakan) atau execution(pelaksanaan). Di luar negeri kerancuan ini

tidak terjadi karena pemilik modal akan masuk dalam jajaran investor. Kalaupun ada

pemilik modal yang aktif selama proses produksi film tersebut maka ia akan

dimasukkan ke dalam jajaran Produser Pendamping. Produser Pendamping (Associate

Producer) merupakan orang memiliki suara penentu dalam proses pembuatan sebuah

film namun seringkali tidak terlibat dalam proses pembuatan film secara langsung.

Sebutan ini seringkali diberikan kepada salah seorang pemodal yang tidak hanya

memasukkan uangnya untuk pembuatan film tersebut tetapi juga cukup aktif selama

proses pembuatan meski tidak terlibat langsung dalam keseharian produksi. Dibedakan

dengan hanya pemilik modal atau investor. Atau sebaliknya, sebutan Produser

Pendamping juga diberikan kepada seorang yang berperan dan tanggungjawab sangat

besar selama proses pembuatan sebuah film namun tidak menerima upah karena

keterbatasan anggaran sehingga ia dibayar dalam bentuk saham. Sebutan Produser

Pendamping baginya menunjukkan bahwa jerih payahnya dibayar dengan kepemilikan

atas film tersebut.

‘Anak bungsu’ dari jajaran petinggi itu adalah Line Producer atau yang menurut penulis

paling tepat diterjemahkan sebagai Produser Pelaksana. Kadang diterjemahkan secara

asal sebagai Produser Lini. Produser yang menjaga ‘lini’ atau ‘garis’ produksi. Dalam

hal ini mungkin ‘lini’ bisa kita artikan sebagai ‘batas’ anggaran. Dengan kata lain, bila

Page 3: PRODUCER

mengartikan Line Producer sebagai Produser Lini maka ia bertanggungjawab untuk

menjaga supaya produksi berjalan di dalam ‘batas’ anggaran. Istilah Produser

Pelaksana seringkali juga disebut sebagai Pimpinan Produksi atau Pimprod. Isitilah

Pimpro ini, menurut penulis, lebih mencerminkan mental bangsa Indonesia. Setiap

pekerjaan dilihat sebagai sebuah proyek. Dan sebuah proyek dalam keseharian

biasanya dipimpin oleh seorang Pimpinan Proyek atau Pimpro. Untuk film lahirlah istilah

Pimprod.

Secara singkat bisa disebutkan bahwa aneka sebutan atau istilah tersebut di atas

berkaitan dengan mereka yang bertanggung-jawab dalam mengelola jalannya

sebuah produksi film.

==================================================================

=======

Line Producer

Dan kadang kita membaca daftar yang timpang tindih, salah kaprah dalam penulisan

akreditasi akhir. Misalnya, di bawah Pimpinan Produksi kita membaca sebutan Line

Producer. Atau sebaliknya. Padahal kedua jabatan tersebut adalah jabatan yang sama.

Pemakaian istilah Line Producer di dunia pembuatan film iklan sudah mengalami

degradasi arti. Ketika penulis memasuki dunia tersebut pada awal dekade 1990an,

istilah Line Producer sangat lekat dengan pengertian Line Producer pembuatan film

cerita. Jabatan itu masih memiliki wibawa sebagai memiliki kemampuan nyaris

sederajat dengan Produser Eksekutif (yang biasanya adalah petinggi rumah produksi

tersebut).

Awal tahun 2000an, setelah tiga tahun meninggalkan produksi film iklan, penulis

tiba~tiba harus berurusan dengan generasi Line Producer baru yang secara

tanggungjawab sebetulnya tidak lebih daripada jabatan Manajer Produksi yang penulis

kenal sebelumnya. Era 2000an sudah tidak mengenal sebutan Manajer Produksi lagi.

Dari Line Producerlangsung ke Asisten Produksi.

Perkembangan akhir~akhir ini lebih menarik lagi. Saat ini muncul jabatan Produser

sebagai kepanjangan tangan Produser Eksekutif, diikuti Line Producer. Di mata penulis,

maaf, sebutan Produser di dunia produksi film iklan dewasa ini merupakan

pengkarbitan sebutan bagi seorang yang melaksanakan tanggungjawab Line

Producer di era awal tahun 2000an, atau Manajer Produksi di era 1990an. Sedangkan

Page 4: PRODUCER

istilah Line Producer dewasa ini mengacu pada deskripsi kerja dengan tanggungjawab

seorang Koordinator Produksi di era 1990an. Jabatan Manajer Produksi dan

Koordinator Produksi sudah raib dari blantikan produksi film iklan.

Manajer Unit Produksi

Jajaran produser di dalam sebuah film (produksi sesudah era studio besar di Hollywood

berakhir) biasanya ditampilkan sebagai bagian dari akreditasi yang ditampilkan

bersamaan dengan rangkaian adegan pembuka film tersebut. Dan untuk akreditasi

akhir, dalam film~film produksi internasional selalu diawali dengan Unit Production

Manager, disusul dengan jajaran Asisten Sutradara dan diikuti oleh daftar jabatan

lainnya. Mereka yang sudah tampil dalam akreditasi awal biasanya tidak muncul lagi

dalam akreditasi akhir. Seorang Manajer Unit Produksi (Unit Production Manager)

merupakan orang yang paling bertanggungjawab atas pelaksanaan harian sebuah

produksi film. Istilah ini, untuk produksi skala kecil biasanya cukup disebut dengan

istilah Manajer Produksi (Production Manager). Sebutan Manajer Unit Produksi

biasanya dipakai dalam pembuatan film cerita. Untuk produksi program televisi ataupun

film iklan lebih sering dipakai istilah Manajer Produksi. Seperti disinggung di atas,

setelah milenium baru, istilah Manajer Produksi sudah raib dari dunia produksi film

iklan.

Manajer Unit, atau lebih sering disebut ‘Unit Manajer’ atau ‘Unit’, dengan pengertian

deskripsi kerja yang kita kenal merupakan istilah khas di dunia perfilman Indonesia.

Istilah ini berbeda pengertiannya dengan Unit Manager dalam film internasional (baca:

Barat).Unit Manager dalam film Barat umumnya bertanggungjawab atas segala hal

yang berkaitan dengan basecamp pada saat pelaksanaan produksi film dimulai. Tidak

hanya penyiapan ruang sesuai dengan pembagian ruang yang telah direncanakan

sebelumnya, tetapi juga segala fasilitas yang harus diadakan supaya ruang tersebut

bisa berfungsi dengan baik. Untuk ruang make~up misalnya, seorang Unit

Manager harus menyiapkan juga meja rias serta kursi bagi para pemain, baik kursi

tunggu maupun kursi dimana ia dirias. Ia juga harus memastikan bahwa ada aliran

listrik di ruang tersebut. Seorang Unit Manager tidak mengurusi kendaraan karena ada

jabatan yang disebut Transport Captain, dan untuk kemudahan kerja biasanya adalah

orang yang ditunjuk perusahaan penyewa kendaraan.

Bila membaca makalah yang ditulis oleh Sdr. Suharso dan Sdr. Yudi Datau maka jelas

sekali bahwa tanggungjawab Manajer Unit di Indonesia jauh lebih besar ketimbang di

Page 5: PRODUCER

luar negeri. Manajer Unit tidak hanya mengurusi kru, termasuk memanggil kru (baca

mempekerjakan kru), tetapi juga memesan peralatan syuting. Suatu tanggungjawab

yang di luar Indonesia biasanya dilakoni oleh seorang Koordinator Produksi ataupun

Manajer Produksi, tergantung skala produksi.

Kenyataan tersebut di atas juga membuat kita paham pada fenomena yang terjadi di

dunia produksi film iklan pada awal tahun 2000an. Banyak “lahir” Line Producer baru

yang bisa berperan karena melulu menggantungkan diri pada Manajer Unit.

Keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan sebagai Line Producer tidak akan tampak

bila ia dibantu oleh seorang Manajer Unit yang cukup berpengalaman. Tidak heran bila

ada Line Producer yang kurang memahami tahap~tahap produksi secara benar karena

memang tidak perlu tahu. Ada Manajer Unit. Yang penting bisa memenuhi tuntutan

Produser Eksekutif dalam menghemat biaya, tampil meyakinkan dalam rapat~rapat

produksi dan menyenangkan hati klien dan agen periklanan pada saat syuting.

Kemampuan berbahasa Inggris menambah legitimasi keproduseran karena tampaknya

bisa mengatasi masalah komunikasi dengan para sutradara yang banyak berasal dari

luar negeri itu. Untuk menambah wawasan kita semua, berikut saya kutip deskripsi

kerja seorang Manajer Produksi yang diambil dari diktat “Dongeng Sebuah Produksi

Film dari Sudut Pandang Seorang Manajer Produksi”.

Manajer Produksi

Dalam menyusun kru, Manajer Produksi memanggil kepala departemen dan

bertanggungjawab kepada Produser. Dalam hal ini, biasanya seorang Manajer Produksi

akan memanggil kepala departemen dan memberikan keleluasaan bagi kepala

departemen untuk memilih krunya sendiri. Seorang Manajer Produksi biasanya dibantu

oleh Sekretaris, Manajer Lokasi, Penanggung-jawab Konsumsi dan Kapten

Transportasi. Sebagai satu tim mereka mengatur keseluruhan logistik produksi sebuah

film. Jumlah personil masing-masing jabatan tersebut tergantung kebutuhan masing-

masing produksi. Manajer Produksi yang baik harus bisa bekerja-sama dengan siapa

saja karena kepala departemen punya hak penuh untuk memilih tim masing-masing.

Kekompakan kerja merupakan dasar utama pemberian keleluasaan bagi masing-

masing kepala departemen dalam memilih timnya sendiri. Biasanya seorang kepala

departemen memiliki kru langganan dengan siapa ia biasa bekerja.

Secara garis besar, tugas dan tanggung-jawab seorang Manajer Produksi adalah:

Page 6: PRODUCER

1. Mengkoordinasi, menyediakan fasilitas dan mengawasi jalannya produksi.

2. Membuat lembar bedah skenario dan jadwal awal syuting

3. Menyusun dan mengawasi anggaran

4. Tawar-menawar dengan kru

5. Tawar-menawar dengan peralatan

6. Mengawasi arus pengeluaran harian

7. Supervisi pemilihan lokasi

8. Memantau pengambilan keputusan (kreatif) harian

9. Menyediakan perubahan jadwal (kalau ada)

10. Mengatur semua urusan logistik

11. Mengatur penginapan dan konsumsi

12. Mengurus asuransi produksi dan kru yang dibutuhkan

13. Menjamin pelaksanaan sewa-menyewa

14. Menguasai jalannya produksi dan harus tanggap dengan rencana produksi yang

berikutnya

15. Membuat laporan produksi harian yang mencerminkan status keuangan/

pengeluaran pembuatan film tersebut

Untuk memantau kegiatan harian, seorang Manajer Produksi harus bisa bekerja-

sama dengan tim Astrada. Tidak boleh ada kerahasiaan di antara keduanya, terutama

dalam memantau jadwal syuting per adegan. Kadang-kadang, pada saat kritis, Manajer

Produksi juga harus terbuka dalam hal keuangan sehingga mereka bisa bekerja-sama

dalam tetap berusaha memenuhi tuntutan Sutradara tapi menyiasatinya dalam hal

anggaran.

Manajer Unit = Manajer Produksi

Dilihat dari keterangan yang dibeberkan secara panjang lebar tersebut di atas jelaslah

bahwa Manajer Unit di blantika produksi film iklan sebenarnya menjalankan fungsi

seorang Manajer Produksi yang sudah menghilang dari kosa kata hirarki rumah

produksi sejak tahun 2000an. Tapi, apakah ada cukup Manajer Unit dewasa ini yang

memang sudah pantas memenuhi syarat untuk disebut Manajer Produksi.

Page 7: PRODUCER

04- SUTRADARA

Manajer Unit Produksi, Manajer Produksi atau Manajer Unit? (Jilid 1)

Oleh: Tino Saroengallo

(Sutradara Senior)

Di dalam sebuah produksi film pemakaian ketiga istilah di atas seringkali timpang tindih

dalam menunjukkan peran yang dilakukan seseorang sebagai bagian dari departemen

produksi. Pada prinsipnya masing~masing jabatan tersebut berkaitan dengan

tanggungjawab dalam mengelola salah satu atau keseluruhan unit dalam departemen

produksi. Bila dibandingkan dengan jabatan Produser, maka ketiga jabatan tersebut

bisa dimasukkan ke dalam kategori pelaksana harian. Untuk mengerti perbedaan

dekripsi kerja masing~masing jabatan tersebut, kita harus memahami terlebih dahulu

keseluruhan susunan hirarki kekuasaan dalam produksi film, khususnya Departemen

Produksi.

Aneka Produser

Secara hirarki jabatan, ketiga jabatan tersebut berada di bawah kedudukan produser

secara umum. Dan menyinggung sebutan produser, bila kita membaca rangkaian

jabatan dalam daftar kru yang tercantum pada akreditasi akhir sebuah film maka kita

pun akan menemukan aneka sebutan untuk jabatan produser itu sendiri. Yang paling

atas biasanya adalah Produser Eksekutif (Executive Producer), disusul oleh Produser

(Producer), Produser Pendamping (Associate Producer), Pimpinan Produksi, dan

sebagai ‘anak bungsu’ dari jejeran petinggi tersebut adalah Produser Pelaksana (Line

Producer).

Banyak tidaknya nama~nama yang tercantum dalam jajaran petinggi tersebut

tergantung pada skala produksi itu sendiri. Masing~masing jabatan berkait~erat dengan

tanggungjawab kerja dan kepada siapa mereka bertanggungjawab. Produser Eksekutif

bertanggungjawab sejak sebuah film masih berupa embrio, gagasan. Biasanya ia

terlibat dalam pengembangan gagasan tersebut hingga menjadi sebuah naskah dan

mencarikan Sutradara yang tepat untuk mewujudkan skenario menjadi sebuah film. Ia

juga bertanggungjawab mencari dana dari pemodal untuk membuat film tersebut. Pada

Page 8: PRODUCER

era studio besar di Hollywood, mereka lah ‘raja~raja’ yang menentukan segala sesuatu

yang berkaitan dengan pembuatan sebuah film. Belakangan ini, terutama dengan

pesatnya perkembangan mazhab film independen, seorang Produser Eksekutif

umumnya sudah bekerjasama dengan seorang Sutradara sejak awal, mulai dari proses

pengembangan sebuah gagasan menjadi skenario hingga pencarian dana.

Kedudukannya nyaris sejajar dengan Sutradara.

Produser adalah orang yang bertanggungjawab atas proses pembuatan film sejak awal

hingga akhir. Dia adalah perpanjangan tangan Produser Eksekutif dalam

menggerakkan roda departemen produksi. Di Indonesia, kerancuan seringkali terjadi

tentang perbedaan antara Produser Eksekutif dengan Produser. Pada era keemasan

film nasional, sebutan Produser biasanya berkaitan dengan pemilik modal. Pemilik

modal disebut Produser. (Hal ini masih ditegaskan oleh Parwesh dalam Sarasehan Hari

Film Nasional, Galeri Cipta II pada Senin 06 Maret 2006).

Jabatan Produser lebih tinggi dibandingkan dengan Produser Eksekutif. Produser

Eksekutif disejajarkan dengan jabatan Produser Pelaksana. Padahal Produser

Pelaksana sebenarnya adalah terjemahan yang paling tepat untuk Line Producer. Salah

kaprah ini mungkin terjadi karena pengertian kata executive yang diterjemahkan

sebagai kata yang berkaitan dengan kata dalam bahasa Inggris to

execute (melaksanakan) atau execution(pelaksanaan). Di luar negeri kerancuan ini

tidak terjadi karena pemilik modal akan masuk dalam jajaran investor. Kalaupun ada

pemilik modal yang aktif selama proses produksi film tersebut maka ia akan

dimasukkan ke dalam jajaran Produser Pendamping. Produser Pendamping (Associate

Producer) merupakan orang memiliki suara penentu dalam proses pembuatan sebuah

film namun seringkali tidak terlibat dalam proses pembuatan film secara langsung.

Sebutan ini seringkali diberikan kepada salah seorang pemodal yang tidak hanya

memasukkan uangnya untuk pembuatan film tersebut tetapi juga cukup aktif selama

proses pembuatan meski tidak terlibat langsung dalam keseharian produksi. Dibedakan

dengan hanya pemilik modal atau investor. Atau sebaliknya, sebutan Produser

Pendamping juga diberikan kepada seorang yang berperan dan tanggungjawab sangat

besar selama proses pembuatan sebuah film namun tidak menerima upah karena

keterbatasan anggaran sehingga ia dibayar dalam bentuk saham. Sebutan Produser

Pendamping baginya menunjukkan bahwa jerih payahnya dibayar dengan kepemilikan

atas film tersebut.

Page 9: PRODUCER

‘Anak bungsu’ dari jajaran petinggi itu adalah Line Producer atau yang menurut penulis

paling tepat diterjemahkan sebagai Produser Pelaksana. Kadang diterjemahkan secara

asal sebagai Produser Lini. Produser yang menjaga ‘lini’ atau ‘garis’ produksi. Dalam

hal ini mungkin ‘lini’ bisa kita artikan sebagai ‘batas’ anggaran. Dengan kata lain, bila

mengartikan Line Producer sebagai Produser Lini maka ia bertanggungjawab untuk

menjaga supaya produksi berjalan di dalam ‘batas’ anggaran. Istilah Produser

Pelaksana seringkali juga disebut sebagai Pimpinan Produksi atau Pimprod. Isitilah

Pimpro ini, menurut penulis, lebih mencerminkan mental bangsa Indonesia. Setiap

pekerjaan dilihat sebagai sebuah proyek. Dan sebuah proyek dalam keseharian

biasanya dipimpin oleh seorang Pimpinan Proyek atau Pimpro. Untuk film lahirlah istilah

Pimprod.

Secara singkat bisa disebutkan bahwa aneka sebutan atau istilah tersebut di atas

berkaitan dengan mereka yang bertanggung-jawab dalam mengelola jalannya

sebuah produksi film.

Page 11: PRODUCER

CAMERAMAN

Bicara Cameraman mungkin sudah banyak yang tahu apa dan bagaimana seorang

Cameraman bekerja. Banyak macam Cameraman mulai yang amatir, semi profesional,

dan cameraman profesional. Di sini saya akan lebih berbicara mengenai Cameraman

profesional. Seperti apa sih Cameraman profesional itu? Mungkin diantara anda ada

yang bertanya seperti itu. Yang boleh kita golongkan sebagai Cameraman profesional :

Cameraman Televisi

Cameraman News (pemberitaan)

Cameraman Produksi (musik, drama, Sports, talkshow, dll)

Cameraman Film

Ada perbedaan karakter dalam pengambilan gambar, misalkan: seorang Cameraman

News lebih mementingkan moment atau informasi yang didapat daripada harus

memikirkan keindahan gambar (beauty shots) seperti yang sangat diperhatikan oleh

Cameraman buat Musik, Drama, dll. Itu hanya salah satu perbedaan dari berbagai

macam karakteristik cameraman. Belum lagi banyak sekali jenis Camera di dunia ini

Page 12: PRODUCER

yang tentunya ada perbedaan-perbedaan satu sama lainnya.

Meskipun ada perbedaan karakteristik dan banyaknya varian camera, pada dasarnya

cara kerja camera sama. Untuk itu seorang Cameraman harus menguasai Dasar-dasar

Fotografi.

Lho kok jadi Fotografi?… kan kita membahas Cameraman Video alias gambar yang

dihasilkan bergerak tidak diam seperti foto?

Ya … antara Still Photo dan Video Camera pada dasarnya sama. Cuma gambar yang

dihasilkan berbeda, yang satu gambar diam yang satu lagi gambar bergerak.

Bahasa Kamera

Bahasa kamera merupakan bahasa standar broadcast internasional. Jadi bahasa ini

umum digunakan di stasiun televisi manapun. Shot Orang

ECU : Extreme close-up (shot yang detail)

VCU : Very close-up (shot muka, dari dahi ke dagu)

BCU : Big close-up (seluruh kepala)

CU : Close up (dari kepala sampai dada)

MCU : Medium close-up (dari kepala sampai

perut)

MS : Medium shot (seluruh badan sebelum kaki)

Knee : Knee Shoot (dari kepala hingga lutut)

MLS : Medium long shot (keseluruhan badan)

LS : Long shot (keseluruhan, ¾ sampai 1/3 tinggi layar)

ELS : Extra long shot (XLS), long shot yang lebih ekstrim

Zoom In : Obyek seolah-olah mendekat ke kameraZoom Out : Obyek seolah-olah

menjauh dari kamera

Pan Up : Kamera bergerak (mendongak) ke atas

Pan Down : Kamera bergerak ke bawah

Tilt Up : sama dengan pan up

Tilt Down : sama dengan pan down

Pan Kiri : Kamera bergeser ke kiri

Pan Kanan : Kamera bergeser ke kanan

Page 13: PRODUCER

Track In : Kamera track (bergerak) mendekat ke obyek

Track Out : Kamera track (bergerak) menjauh dari obyek

Dolly In : sama track in

Dolly Out : sama track out

Untuk jenis shot yang sering digunakan adalah :

1. Long Shot atau Full Shot, keseluruhan

2. Wide Shot atau Cover Shot, keseluruhan obyek dalam adegan

3. Close Shot atau Tight Shot, kelihatan detail

4. Shooting Groups of people, bisa single shot, two shot, three shot dst sebagai

gambaran keseluruhan.

Jenis-jenis Kamera

Kamera Studio

Kamera jenis ini selain memiliki kemampuan tersendiri juga ada beberapa adjustment

yang dikontrol, alat tersebut bernama camera control unit atau lebih dikenal dengan

CCU. Seperti system kamera jenis lainnya, kamera studio bertumpu pada pelurusan

sirkuit akan tetapi tehnik digital sekarang memilikipre-set pada semua penyetelan sirkuit

terutama pada kamera studio modern.

Karena ukuran kamera studio sangat berat maka kamera studio biasanya terpasang

pada dolly agar bisa berpindah atau digeser secara halus.

Kamera Broadcast Portable Kamera jenis ini lebih ramping, cocok untuk digunakan di

studio maupun di lapangan. Dengan lensa zoom dan viewfinder yang lebih besar maka

kamera portabel juga digunakan di studio produksi. Dan karena lebih ramping

disbandingkan dengan kamera studio, unit kamera ini bisa bekerja di lapangan secara

langsung. Kamera portabel memiliki semua sirkuit yang dibutuhkan serta memiliki

fungsi-fungsi yang otomatis. Kamera jenis ini juga memiliki videotape recorder sebagai

bagian dari body kamera. Kamera Ringan atau Lightweight Camera Untuk kebutuhan

dilapangan produsen juga membuat jenis kamera yang ringan. Hampir sama dengan

jenis kamera portabel namun jenis kamera ini lebih kecil lagi. Bisa digunakan

secara hand-held atau memakai tripod. Kamera Kecil Kamera ini lebih populer dengan

nama handycam. Jenisnya kecil, dibuat karena untuk pertimbangan harga yang murah.

Page 14: PRODUCER

Digunakan untuk home use, handycam banyak dijumpai di pasaran. Sinematrography

Elektronik Jenis kamera ini adalah jenis kamera televisi yang didisain dengan karakter

yang menyerupai kamera film. Menggunakan tape yang selanjutnya di transfer ke

dalam bentuk seluloid.

Bagian-bagian Kamera

Kamera televisi secara normal didisain khusus agar cocok untuk aplikasi tertentu.

Sebuah kamera studio misalnya, memiliki viewfinder yang besar agar kameramen bisa

dengan mudah mengoreksi fokus secara akurat. Seorang kameramen berita akan lebih

nyaman dengan kamera yang kompak karena mudah untuk dibawa walaupun harus

berpindah-pindah tempat. Lensa Lensa kamera merupakan “mata” yang berfugsi

menerima gambar secara natural. Lensa kamera memiliki peyesuai area, lensa jenis ini

disebut lensa zoom., tapi sistim lensa yang fix yang paling banyak digunakan. Beam

Splitter (pembagi cahaya)Di dalam sistim tv warna, warna gambar natural sebenanya di

bagi menjadi tiga versi identik yakni cahaya berwarna merah, hijau dan biru yang

direflesikan dari sebuah subyek. Hal ini bisa dilakukan dengan tiga metode, yakni

Dichroic mirror

Prisma blok khusus

atau Filter bergaris

Tabung Kamera, solid-state image sensors (CCD) Secara sederhana, urutan teratas

kamera televisi memiliki 3 tabung yang terbagi atas componen merah, hijau, dan biru

pada gambar berwarna. Informasi gambar secara detail dan brightness (luminance)

dipancarkan dari gabungan gelombang warna yang diterima. Kini kamera video

memiliki CCD yang canggih, sesuai dengan jenis kamera yg

dikeluarkan.Viewfinder Letak viewfinder lajimnya berada di paling atas kamera atau

berada di samping kiri kamera. Viewfinder memiliki yayar monochrome atau hitam

putih, namun kini ada juga yg telah memiliki layar warna. Mounting Mounting kamera

adalah bagian paling bawah dari kamera yang berfungsi untuk menyandarkan kamera

pada tripod, agar kamera bisa digerakan sesuai keinginan dari kameramen.

Kontrol Kamera

Page 15: PRODUCER

Semua jenis kamera memiliki tiga urutan control :Untuk penyesuaian selama

pengambilan gambarPenyesuaian kembali kondisi ketika perubahan diinginkanAtau

ketika kamera “didiamkan sendirian”. Pada kamera studio sebagian kontrol distel di

CCU yang terpisah dari kamera. Seorang CCU Man akan mengontrol terang gelap

serta keseimbangan warna dan lainnya agar gambar yang dihasilkan bisa maksimal.

Jadi seorang kameramen akan konsentrasi pada framing saja. Pertanyaanya,

bagaimana kalau kameramen menggunakan kamera portabel atau kamera kombo

¿ Siapa yg menadjust setting kamera ¿ Jadi seorang kameramen harus memiliki

kemampuan untuk menaddjust atau menyetel setting kamera. Lensa Kamera Lensa

kamera adalah mata kamera atau jantung dari kamera itu sendiri, seorang cameraman

harus konsen benar. Sistim pada lensa kamera secara normal memiliki tiga penyetelan

atau adjustment yang bisa distel secara manual atau semi otomatis. Fokus, penyetelan

jarak dimana gambar harus jelas/fokus.f-stop, penyetelan variable diafragma iris di

dalam lensaZoom, merubah jarak focal (focal length) disesuaikan berapa banyak

pemandangan/ gambar bisa dicapai. Secara keseluruhan yang bisa dilakukan pada

control lensa adalah agar gambar atau shot bisa jelas/fokus, gambar bisa memiliki

kedalaman atau depth of field yg baik, shot memiliki sudut yang baik, serta “besar

kecilnya” gambar yang diinginkan. Sudut Lensa Umumnya layar televisi memiliki

proporsi 4:3. Lensa kamera secara normal bisa mengkap gambar dengan proporsi yang

sama, 4:3. Hitungan ini menjadi acuan bagaimana agar kita bisa memanfaatkan lens

angle atau sudut lensa. Selain lensa yang normal, terdapat juga narrow lens untuk

pengambilan gambar yang jauh serta widelens, untuk mendapatkan gambar lebih lebar

lagi.Kontrol Zoom Control zoom berfungsi untuk mendekatkan atau menjauhkan obyek.

Pada tombol ini terdapat kode W (wide angle) dan T (Telephoto). Jika tombol zoom

ditekan di kode W maka gambar atau obyek kelihatan mendekat (zoom in), jika control

zoom dg kode T yg ditekan maka obyek akan menjauh (zoom out). Fokus Untuk

membuat gambar menjadi fokus, setel atau adjust lensa dg memutar ring fokus. Hal ini

juga bisa disesuaikan dengan merubah control zoom. Fokus juga akan jauh lebih

mudah jika obyek yg kita shooting memiliki cahaya yang cukup. f-numbers (f-stops) f-

stop sebenarnya bisa dihitung. Ini persis seperti pada lensa photo still (tustel). Angka-

angka tersebut adalah f/1.4 2 2.8 4 5.6 8 11 16 22 32. Dalam kenyataanya angka-angka

tersebut bisa 3.5 4.5 6.3 biasanya digunakan. Sebagai contoh dalam bukaan pertama

dari f/8 ke f/4 artinya gambar lebih terang empat kali lipat. Agar kita memiliki depth of

field yang baik harus memiliki pencahayaan yang cukup. Exposure dan Iris Orang

sering beranggapan kalau gambar yang bagus adalah gambar yang terang. Pada

kenyataanya hal ini tidak selalu benar. Yang benar adalah jika obyek memiliki tones

Page 16: PRODUCER

yang benar. Dalam kamera standar memilikiauto-iris, kalau fasilitas ini di aktifkan, maka

secara otomatis lensa akan menyetelnya, rongga lensa terbuka. Fasilitas auto-iris

bermanfaat ketika seorang kameramen harus berpindah-pindah tempat dimana

pencahayaan belum tentu sama. Sayangnya, jika fasilitas ini dipakai kadangkala obyek

menjadi tidak konstan. Jadi baiknya adalah fasilitas ini digunakan pertama kali,

selanjutnya gunakan manual iris. Jika pindah lokasi atau pencahayaan berbeda lakukan

dg auto iris kembali, estela itu kembali ke manual.

Jenis-jenis Mounting

Monopod

Tripod Kamera

Tripod Collapsible

Tripod Pneumatic

Tripod Rolling atau Tripod Dolly

Pedestal Kamera

Pedestal Field

Pedestal Studio

Crane Kamera

Crane-arm

Motorized dolly

Large crane

Mounting Khusus

Low shot (Low tripod, high hat, camera sled)

High Shot (Camera clamp, Hydraulic platforms, SkyCam)

Perlengkapan yang harus disiapkan sebelum shooting

Agar tidak ada perlengkapan shooting yang ketinggalan, biasanya dibuat Pre-

rehearseal checkout list. Diantaranya :

Page 17: PRODUCER

1. Preliminaries (kamera dicek apakah hidup ? atau perlu warm up terlebih dahulu)

2. Kabel Kamera (yakinkan semua kabel bisa berfungsi baik)

3. Mounting/tatakan kamera

4. Viewfinder

5. Cable guards (berfungsi untuk mengamankan kamera)

6. Lens cap (penutup lensa), agar lensa tidak kena debu dsb.

7. Focus (cek apakah fokusnya baik)

8. Zoom (cek apakah zoom bisa berjalan normal)

9. Batere Kamera

10.Kaset

11.Lampu

12.Microphone

Pustaka :

1. The Technique Televisión Production, Twelfth Edition, Peral Millerson. Focal

Press

2. The Work of The Motion Picture Cameraman, Hasting Houese

New York

3. Video  Camera

Technique, American Cinematograher

==================================================================

===========

Basic Camera Operation

Camera video ada berbagai macam merk, bentuk, dan varian. Begitu juga media

penyimpanan gambar juga bermacam-macam. Contoh-contoh merk terkenal antara

lain: Sony, Panasonic, Phillip, Ikegami, JVC, dan lain-lain. Dari berbagai merk tersebut

masing-masing mempunyai beragam varian dan bentuk. Mulai kamera amatir, semi

Page 18: PRODUCER

profesional, dan kamera profesional. Media penyimpanan gambar antara lain: Betacam,

Dvcam, Dvc-pro, MiniDV, maupun berbentuk card (kartu memori).

Bagi pengguna pemula/amatir biasanya dengan mode auto sudah cukup untuk

mendapatkan gambar standar. Tatapi dalam kondisi tertentu, mode auto tidak bisa kita

pakai untuk mendapatkan gambar sesuai dengan kemauan kita. Itulah sebabnya

kenapa para Cameraman profesional sering menggunakan mode manual dalam

mengoperasikan kamera.

The Main Control

Ada enam control dasar pada kamera:

1. Exposure:

Aperture

Shutter Speed

(ND Filter)

(Gain)

2. Filter Colour

3. White Balance

4. Zoom

5. Focus

6. Audio Levels

Aperture, Shutter speed, ND Filter, dan Gain merupakan bagian dari exposure.

Exposure

Eksposure secara sederhana dapat saya artikan sebagai pencahayaan kamera.

Untuk mendapatkan gambar yang normal, tidak gelap (under exposure) dan tidak

sangat terang (over exposure) harus diperhatikan:

·Aperture (diafragma)

Page 19: PRODUCER

Di kamera televisi disebut juga Iris, yaitu sejumlah lembaran metal tipis yang

disusun sedemikian rupa sehingga bisa dibuka dan ditutup untuk mengatur

banyaknya sinar yang masuk ke lensa kamera. Iris seperti pupil mata kita yang bisa

membesar dan mengecil sesuai cahaya yang masuk. Bila Iris dibuka selebar

mungkin, lensa mengirim sinar maksimum de dalam kamera, sebaliknya kalau

bukaan iris dikurangi lubang diafragma akan menyempit, sehingga sinar yang

masuk ke kamera jadi sedikit. Bukaan diafragma diukur dalam satuan f-stop: f/1.4 –

f/22. lebih kecil nomor f-stop = bukaan diafragma besar, lebih besar nomor f-stop =

bukaan diafragma kecil. Pengaturan iris secara manual dapat dilakukan dengan

memutar ring iris di lensa kamera.

· Shutter Speed

Biasanya shutter speed standar di kamera televisi 1/50. kecuali anda ingin

menggunakan efek shutter atau untuk mensinkronkan dengan objek, baru Shutter

Speed di posisi ON untuk selanjutnya bisa kita pilih sesuai tujuan kita.

· ND Filter

Filter ND (Neutral Density) berfungsi untuk mengurangi intensitas sinar yang terlalu

kuat tanpa mempengaruhi kualitas warna cahaya. Filter ini digunakan bila kondisi

cahaya terlalu keras, seperti tengah hari yang terik.

· Gain

Kebalikan dari ND filter, Gain berfungsi apabila pengambilan gambar dalam

keadaan kurang cahaya, yang apabila dengan keadaan normal dengan bukaan f-

stop maksimal (f/1.4) masih under exposure. Dengan Gain kita bisa mengangkat

exposure secara digital, konsekuensinya gambar menjadi agak coral (pecah).

Filter Colour

Berfungsi untuk mengubah atau mencocokkan cahaya yang masuk ke dalam

kamera. Umumnya kamera video memiliki dua buah filter koreksi warna. Untuk shoting

di dalam ruangan dengan cahaya lampu tungsten (kemerahan) kita pasang filter

3200ºK dan untuk shoting dengan penerangan cahaya matahari kita gunakan filter

5600ºK.

Page 20: PRODUCER

Cahaya matahari banyak mengandung warna biru. Kalau kita memasang filter

no.2 (5600ºK) untuk matahari, sebenarnya kita memasang filter berwarna oranye untuk

mengimbangi warna biru pada matahari. Cahaya lampu bohlam lebih mengandung

warna merah, maka kita pasang filter no.1 (3200ºK) yang berwarna kebiru-biruan.

Sumber cahaya yang lebih tinggi intensitas sinarnya mengandung warna biru,

sumber cahaya yang intensitas sinarnya rendah lebih mengandung warna merah.

Perbedaan warna cahaya ini tergantung pada suhu dan diukur dengan derajad Kelvin.

White Balance

Intensitas cahaya berbeda-beda pada saat yang berbeda dan tempat berbeda

dalam sehari. Cahaya matahari di luar (daylight) mempunyai suhu kurang lebih 5600ºK,

cahaya bohlam di dalam ruangan mempunyai suhu kurang lebih 3200ºK, cahaya lampu

TL mempunyai suhu antara 5000ºK-6000ºK. karena intensitas cahaya sangat berbeda

maka filter koreksi warna tidak bisa menghasilkan warna putih yang tepat. Maka dari itu

kamera video juga dilengkapi dengan tombol untuk menyetel white balance. Cara

termudah untukwhite balance adalah dengan mengarahkan kamera terhadap benda

putih apa saja yang berada dalam kondisi cahaya yang sama dengan cahaya yang kita

pergunakan untuk merekam adegan.

Cara menyetel white balance:

Pertama cocokkan filter koreksi warna dengan kondisi cahaya yang kita pakai

shoting.

Arahkan kamera terhadap benda putih apa saja

Kamera di zoom sampai yang terlihat di viewfinder hanya warna putih

Tekan tombol AWB (Auto White Balance)

Kamera siap untuk merekam.

Catatan: kamera harus di white balance lagi apabila keadaan cahaya berubah.

Bagi para cameraman profesional sering juga melakukan white balance dengan cara

manual yaitu dengan mengatur Colour Temperature pada menu di kamera.

Page 21: PRODUCER

Zoom

Zooming adalah gerakan lensa zoom mendekati atau menjauhi objek secara

optik, dengan mengubah panjang fokal lensa dari sudut pandang sempit (telephoto) ke

sudut lebar (wide angle).

Zoom in : mendekatkan objek dari long shot ke close up

Zoom out : menjauhkan objek dari close up ke long shot.

Zooming bisa dilakukan dengan dua cara:

Manual: dengan memutar ring zoom pada lensa

Servo : Biasanya tombol zoom servo ada pada handle camera sehingga terjangkau jari

pada waktu mengoperasikan kamera

Focus

Fokus adalah pengaturan lensa yang tepat untuk jarak tertentu. Gambar

dikatakan fokus apabila proyeksi gambar yang dihasilkan oleh lensa jatuh di permukaan

tabung atau CCD jelas dan tajam. Sehingga nampak juga di viewfinder dan monitor.

depth of field atau bidang kedalaman adalah bidang dimana objek-objek di depan dan

di belakang objek utama tampak dalam fokus.

Secara teknis, shot dengan bidang kedalaman yang luas memudahkan

cameraman mengikuti gerakan objek. Bidang kedalaman yang sempit mengharuskan

kita untuk terus menerus follow focus apabila kamera atau objek bergerak.

Secara estetis depth of field sangat berperan dalam menciptakan perspektif visual

pada keseluruhan adegan (shot).

3 hal yang menentukan depth of field :

1. Panjang Fokal Lensa

Semakin panjang fokal lensa = bidang kedalaman semakin sempit atau kata

lainnya fokus semakin tipis.

Page 22: PRODUCER

2. f-stop/iris

Lebih besar bukaan iris (lebih kecil f-stop) = bidang kedalaman semakin sempit /

fokus semakin tipis. Misal f/16 bidang kedalamannya lebih lebar dari f/2.0

3. Jarak kamera dengan objek

Semakin jauh jarak kamera dengan objek = semakin luas bidang kedalaman

Semakin dekat jarak kemera dengan objek = semakin sempit bidang kedalaman.

Audio Levels

Jangan abaikan audio level pada kamera karena selain kualitas gambar, kualitas

audio juga tidak kalah pentingnya. Ingat Televisi adalah gabungan antara gambar dan

suara. Ada gambar tanpa audio yang bagus akan sangat mengganggu pemirsa bahkan

informasi yang akan disampaikan tidak sampai kepada penonton.

Atur audio level jangan sampai under ataupun over (peak).

Wah kayanya teori melulu ya jadi pusing… tapi ini penting buat semua yang mau

belajar mengoperasikan kamera video secara benar.

Mengoperasikan kamera adalah seni, jadi dibutuhkan taste dari setiap

cameraman

HARGAILAH KARYA CAMERAMAN

06- REPORTER

Page 24: PRODUCER

Komersialisasi Berita-Berita Kriminal

Program-program berita kriminal di Indonesia semakin marak! Jangan ditanya

mengapa, karena mungkin tidak ada yang tahu. Jangan ditanya apa alasan

pengambilan gambar dan penyuntingan gambarnya sedemikian gamblang, karena

mungkin tidak ada yang perduli. Yang ada hanyalah pertanyaan di kepala, mengapa

program-program berita dengan cara penayangan seperti yang selama ini kita saksikan

masih dilanjutkan?

Penyajian berita-berita kriminal tanpa memperdulikan etika penyiaran ini akan berhenti

bila korban pembunuhan atau bunuh diri adalah keluarga tercinta pemilik televisi, para

pemimpin redaksi dan para jurnalis baik yang sedang di rumah maupun di kantor yang

sedang menikmati makan siang.

Kepekaan Kita dan Anak-anak

Silahkan bertanya pada diri sendiri. Apakah kepekaan kita terhadap kejahatan semakin

lama semakin longgar? Apa yang menjadi penyebabnya? Jika tayangan berita kriminal

dalam sejumlah program yang sengaja dikhususkan untuk berita seperti inilah

penyebabnya, mengapa kita selalu diam. Bukankah kebiasaan menonton program

seperti ini bisa merusak kepekaan kita terhadap arti hidup?

Jika orang dewasa saja bisa merasa jengah, bagaimana dengan anak-anak kita?

Mereka mungkin bisa menganggap tindakan kejahatan seperti pembunuhan dan bunuh

diri adalah hal yang wajar. Membunuh kepekaan anak-anak ini sama halnya dengan

menenggelamkan masa depan bangsa ini kedalam kegelapan.

Saya sering membayangkan negara ini mempunyai asosiasi orang tua penonton televisi

Indonesia yang pada waktu tertentu mengadakan diskusi nasional. Diskusi dihadiri oleh

presiden, para orang-tua, pemilik televisi, pemimpin redaksi dan representatif dari AC

Nielson. Akan baik sekali jika kemudian diskusi nasional ini ditayangkan ulang

dihadapan para jurnalis televisi pembuat berita-berita kriminal semena-mena ini. Nah,

dipenghujung acara dibacakanlah nominasi program berita kriminal paling mantap.

Page 25: PRODUCER

Komersialisasi

Yang lebih mengganggu adalah program-program berita tersebut diberi judul yang

menurut saya dibuat-buat. Pemilihan slot penayangan juga pada siang hari, sekitar

menjelang hingga tengah hari. Ada tiga hal mengapa pengelola usaha televisi

melakukan hal ini. Pertama, mereka sangat sadar bahwa televisi merupakan sumber

utama hiburan rata-rata bangsa kita. Kedua, tengah hari ada jam yang tepat untuk

menonton televisi bagi masyarakat pekerja. Ketiga adalah hukum supply and demand.

Ada pasokan karena ada permintaan.

Mengapa orang menonton berita-berita kriminal? Banyak artikel yang menjabarkan

alasan orang tertarik mendengar atau menonton berita kriminal. Ini bukan hal yang

baru. Rasa takut bisa dihibur, digelitik dan ini bisa menjadi lahan bisnis. Wahana

menyeramkan di Dufan semakin seram dan semakin banyak dikunjungi demikian juga

dengan pemakaian obat-obatan psikotropika.

Siapa sebenarnya pelaku kriminal persoalan ini? Apakah justru pemilik-pemilik televisi

dan para pemimpin redaksi? Jika memang bukan mereka mengapa berita-berita itu

tetap seperti itu? Untuk mendramatisir sebuah berita, banyak stasiun televisi sengaja

mengambil stock gambar dan melatarbelakangi berita itu dengan musik atau lagu.

School for Broadcast Media berusaha memerangi praktik-praktik seperti ini. Dalam

setiap pelatihan baik di stasiun televisi nasional maupun di SBM kami selalu

menekankan bahwa integritas dan tanggungjawab kita sebagai jurnalis harus tetap

dipertahankan. SBM telah meluluskan sekitar 400 siswa dengan pesan ini. Beberapa

institusi pendidikan yang setuju dan menerapkannya adalah Fakultas Kriminologi UI

dan Fakultas Broadcast STIKOM IMA.

Jurnalisme Televisi

Richard V Ericson, profesor University of British Columbia, Canada, dalam bukunya

“How Jurnalists Visualize Fact” mengatakan bahwa gambar-gambar dalam program-

program berita khususnya berita-berita kriminal sengaja dibuat sedemikian rupa untuk

meningkatkan rasa percaya bahwa itu adalah fakta. Praktik komunikasi seperti ini

mengaburkan perbedaan antara fakta, nilai, informasi, pengetahuan dan literary

properties.

“How Journalists Visualize Fact”

Page 26: PRODUCER

Richard V. Ericson is principal of Green College and professor of Sociology and Law,

University of British Columbia.

Abstract: Fact is a product of the communication practice of journalists. Journalists

rarely have the resources or acces to penetrate their sources’ imformational worlds to

establish facts independently. Moreover, the norms of objectivity in journalism often

preclude efforts to establish facts independent of sources’ accoutns. Therefore,

journalists visualize the fact value of a story on the basis of a source’s fake value as an

authoritative, normative witnesss to event.s While television visuals offers a greater

capacity for believalibility, the need for an orderly visual narrative leads to staged news,

evens, retakes, reenactments, use of stock footage, and other fakes. These

communication practices blur distinctions between fact, value, information, and

knowledge and have literary properties. Like literary fiction, news requires the willing

suspension of disbelief in order to have its knowledge accepted. This important literary

character of news may be fading as the news institution breaks down into segmented

markets and specialized information services.

BAHASA JURNA LISTIK INDONESIA

Oleh Goenawan Mohamad

PENGANTAR

Bahasa jurnalistik sewajarnya didasarkan atas kesadaran terbatasnya ruangan dan

waktu. Salah satu sifat dasar jurnalisme menghendaki kemampuan komunikasi cepat

dalam ruangan serta waktu yang relatif terbatas. Meski pers nasional yang

menggunakan bahasa Indonesia sudah cukup lama usianya, sejak sebelum tahun 1928

(tahun Sumpah Pemuda), tapi masih terasa perlu sekarang kita menuju suatu bahasa

jurnalistik Indonesia yang lebih efisien. Dengan efisien saya maksudkan lebih hemat

dan lebih jelas. hemat dan jelas ini penting buat setiap reporter, dan lebih penting lagi

buat editor. Di bawah ini diutarakan beberapa fasal, diharapkan bisa diterima para

(calon) wartawan dalam usaha kita ke arah efisien penulisan.

Penghematan diarahkan ke penghematan ruangan dan waktu. Ini bisa dilakukan di dua

lapisan: (1) unsur kata, dan (2) unsur kalimat.

Unsur Kata

Page 27: PRODUCER

1. Beberapa kata Indonesia sebenarnya bisa dihemat tanpa mengorbankan tatabahasa

dan jelasnya arti.Misalnya:

agar supayaagar, supaya

akan tetapi tapi

apabila bila

sehingga hingga

meskipun meski

walaupun walau

tidak tak (kecuali diujung kalimat atau berdiri sendiri)

2. Kata daripada atau dari pada juga sering bisa disingkat jadi dari. Misalnya:

”Keadaan lebih baik dari pada zaman sebelum perang”, menjadi ”Keadaan lebih baik

dari sebelum perang”. Tapi mungkin masih janggal mengatakan: ”Dari hidup berputih

mata, lebih baik mati berputih tulang”.

3. Ejaan yang salah kaprah justru bisa diperbaiki dengan menghemat huruf.

Sjah sah

khawatir kuatir

akhli ahli

tammat tamat

progressive progresif

effektif efektif

4. Beberapa kata mempunyai sinonim yang lebih pendek. Misalnya:

kemudian=lalu

makin=kian

terkejut=kaget

sangat=amat

demikian=begitu

sekarang=kini

Catatan:

Dua kata yang bersamaan arti belum tentu bersamaan efek, bahasa bukan hanya soal

perasaan. Dalam soal memilih sinonim yang telah pendek memang perlu ada

kelonggaran, dengan mempertimbangkan rasa bahasa.

Page 28: PRODUCER

Penghematan diarahkan ke penghematan ruangan dan waktu. Ini bisa dilakukan di dua

lapisan: (1) unsur kata, dan (2) unsur kalimat. Penghematan Unsur Kalimat (1) Lebih

efektif dari penghematan kata ialah penghematan melalui struktur kalimat.

Banyak contoh pembikinan kalimat dengan pemborosan kata.

1. Pemakaian kata yang sebenarnya tak perlu, di awal kalimat: Misalnya:

”Adalah merupakan kenyataan, bahwa percaturan politik internasional berubah-ubah

setiap zaman”. (Bisa disingkat: ”Merupakan kenyataan, bahwa …..”).

”Apa yang dinyatakan Wijoyo Nitisastro sudah jelas”. (Bisa disingkat: ”Yang dinyatakan

Wijoyo Nitisastro……”).

2. Pemakaian apakah atau apa (mungkin pengaruh bahasa daerah) yang sebenarnya

bisa ditiadakan: Misalnya:

”Apakah Indonesia akan terus tergantung pada bantuan luar negeri”? (Bisa disingkat:

”Akan terus tergantungkah Indonesia…..”).

Baik kita lihat, apa(kah) dia di rumah atau tidak”. (Bisa disingkat: ”Baik kita lihat, dia di

rumah atau tidak”).

3. Pemakaian dari sebagai terjemahan of (Inggris) dalam hubungan milik sebenarnya

bisa ditiadakan; juga daripada. Misalnya:

”Dalam hal ini pengertian dari Pemerintah diperlukan”. (Bisa disingkat: ”Dalam hal ini

pengertian Pemerintah diperlukan”.

”Sintaksis adalah bagian daripada tatabahasa”. (Bisa disingkat: ”Sintaksis adalah

bagian tatabahasa”).

4. Pemakaian untuk sebagai terjemahan to (Inggris) yang sebenarnya bisa ditiadakan

Misalnya:

”Uni Soviet cenderung untuk mengakui hak-hak India”. (Bisa disingkat: ”Uni Soviet

cenderung mengakui……”).

”Pendirian semacam itu mudah untuk dipahami”. (Bisa disingkat: ”Pendirian semacam

itu mudah dipahami”).

”GINSI dan Pemerintah bersetuju untuk memperbaruhi prosedur barang-barang modal”.

(Bisa disingkat: ”GINSI dan Pemerintah bersetuju memperbaruhi…….”).

Catatan:

Dalam kalimat: ”Mereka setuju untuk tidak setuju”, kata untuk demi kejelasan

dipertahankan.

Page 29: PRODUCER

5. Pemakaian adalah sebagai terjemahan is atau are (Inggris) tak selamanya perlu:

Misalnya:

”Kera adalah binatang pemamah biak”. (Bisa disingkat ”Kera binatang pemamah biak”).

Catatan:

Dalam struktur kalimat lama, adalah ditiadakan, tapi kata itu ditambahkan, misalnya

dalam kalimat: ”Pikir itu pelita hati”. Kita bisa memakainya, meski lebih baik dihindari.

Misalnya kalau kita harus menterjemahkan ”Man is a better driver than woman”, bisa

mengacaukan bila disalin: ”Pria itu pengemudi yang lebih baik dari wanita”.

6. Pembubuhan akan, telah, sedang sebagai penunjuk waktu sebenarnya bisa

dihapuskan, kalau ada keterangan waktu. Misalnya:

”Presiden besok akan meninjau pabrik ban Goodyear”. (Bisa disingkat: ”Presiden besok

meninjau pabrik….”).

”Tadi telah dikatakan ……..” (Bisa disingkat: ”Tadi dikatakan.”).

”Kini Clay sedang sibuk mempersiapkan diri”. (Bisa disingkat: Clay mempersiapkan

diri”).

Penghematan diarahkan ke penghematan ruangan dan waktu. Ini bisa dilakukan di dua

lapisan: (1) unsur kata, dan (2) Unsur Kalimat.

Penghematan Unsur Kalimat

7. Pembubuhan bahwa sering bisa ditiadakan: Misalnya:

”Gubernur Ali Sadikin membantah desas-desus yang mengatakan bahwa ia akan

diganti”.

”Tidak diragukan lagi bahwa ialah orangnya yang tepat”. (Bisa disingkat: ”Tak diragukan

lagi, ialah orangnya yang tepat”.).

Catatan: Sebagai ganti bahwa ditaruhkan koma, atau pembuka (:), bila perlu.

8. Yang, sebagai penghubung kata benda dengan kata sifat, kadang-kadang juga bisa

ditiadakan dalam konteks kalimat tertentu. Misalnya:

”Indonesia harus menjadi tetangga yang baik dari Australia”. (Bisa disingkat: ”Indonesia

harus menjadi tetangga baik Australia”).

”Kami adalah pewaris yang sah dari kebudayaan dunia”.

9. Pembentukan kata benda (ke + ….. + an atau pe + …. + an) yang berasal dari kata

kerja atau kata sifat, kadang, kadang, meski tak selamanya, menambah beban kalimat

Page 30: PRODUCER

dengan kata yang sebenarnya tak perlu. Misalnya:

”Tanggul kali Citanduy kemarin mengalami kebobolan”. (Bisa dirumuskan: ”Tanggul kali

Citanduy kemarin bobol”).

”PN Sandang menderita kerugian Rp 3 juta”. (Bisa dirumuskan: ”PN Sandang rugi Rp 3

juta”).

”Ia telah tiga kali melakukan penipuan terhadap saya” (Bisa disingkat: ”Ia telah tiga kali

menipu saya”).

Ditandaskannya sekali lagi bahwa DPP kini sedang memikirkan langkah-langkah untuk

mengadakan peremajaan dalam tubuh partai”. Bisa dirumuskan: ”Ditandaskannya

sekali lagi, DPP sedang memikirkan langkah-langkah meremajakan tubuh partai”).

10. Penggunaan kata sebagai dalam konteks ”dikutip sebagai mengatakan” yang

belakangan ini sering muncul (terjemahan dan pengaruh bahasa jurnalistik Inggris &

Amerika), masih meragukan nilainya buat bahasa jurnalistik Indonesia. Memang, dalam

kalimat yang memakai rangkaian kata-kata itu (bahasa Inggrisnya ”quoted as saying”)

tersimpul sikap berhati-hati memelihat kepastian berita.

Kalimat ”Dirjen Pariwisata dikutip sebagai mengatakan……” tak menunjukkan Dirjen

Pariwisata secara pasti mengatakan hal yang dimaksud; di situ si reporter memberi

kesan ia mengutipnya bukan dari tangan pertama, sang Dirjen Pariwisata sendiri.

Tapi perlu diperhitungkan mungkin kata sebagai bisa dihilangkan saja, hingga

kalimatnya cukup berbunyi: ”Dirjen Pariwisata dikutip mengatakan…..”.

Bukankah masih terasa kesan bahwa si reporter tak mengutipnya dari

tangan pertama? Lagipula, seperti sering terjadi dalam setiap mode baru, pemakaian

sebagai biasa menimbulkan ekses. Misalnya:

Ali Sadikin menjelaskan tetang pelaksanaan membangun proyek miniatur Indonesia itu

sebagai berkata: ”Itu akan dilakukan dalam tiga tahap”. Kata sebagai dalam berita itu

samasekali tak tepat, selain boros.

11. Penggunaan dimana, kalau tak hati-hati, juga bisa tak tepat dan boros. Dimana

sebagai kataganti penanya yang berfungsi sebagai kataganti relatif muncul dalam

bahasa Indonesia akibat pengaruh bahasa Barat.

1) Dr. C. A. Mees, dalam “Tatabahasa Indonesia” (G. Kolff & Co., Bandung, 1953 hal.

290-294) menolak pemakaian dimana. Ia juga menolak pemakaian pada siapa, dengan

siapa, untuk diganti dengan susunan kalimat Indonesia yang ”tidak meniru jalan bahasa

Belanda”, dengan mempergunakan kata tempat, kawan atau teman. Misalnya:

Page 31: PRODUCER

”orang tempat dia berutang” (bukan: pada siapa ia berutang); ”orang kawannya berjanji

tadi” (bukan: orang dengan siapa ia berjanji tadi). Bagaimana kemungkinannya untuk

bahasa jurnalistik?

2) Misalnya: ”Rumah dimana saya diam”, yang berasal dari ”The house where I live in”,

dalam bahasa Indonesia semula sebenarnya cukup berbunyi: ”Rumah yang saya

diami”. Misal lain:

”Negeri dimana ia dibesarkan”, dalam bahasa Indonesia semula berbunyi: ”Negeri

tempat ia dibesarkan”.

Dari kedua misal itu terasa bahasa Indonesia semula lebih luwes, kurang kaku. Meski

begitu tak berarti kita harus mencampakkan kata dimana sama sekali dari pembentukan

kalimat bahasa Indonesia. 1) hanya sekali lagi perlu ditegaskan: penggunaan dimana,

kalau tak hati-hati, bisa tak tepat dan boros. Saya ambilkan 3 contoh ekses

penggunaan dimana dari 3 koran:

Kompas, 4 Desember 1971:

”Penyakit itu dianggap berasal (dan disebarkan) oleh serdadu-serdadu Amerika (GI)

dimana konsentrasi besar mereka ada di Vietnam”.

Sinar Harapan, 24 November 1971:

”Pihak Kejaksaan Tinggi Sulut di Menado dewasa ini sedang menggarap 9 buah

perkara tindak pidana korupsi, dimana ke-9 buah perkara tsb. sudah dalam tahap

penuntutan, selainnya masih dalam pengusutan.”

Abadi, 6 Desember 1971:

”Selanjutnya dinyatakan bahwa keadaan ekonomi dan moneter dunia dewasa ini masih

belum menentu, dimana secara tidak langsung telah dapat mempengaruhi usaha-usaha

pemerintah di dalam menjaga kestabilan, baik untuk perluasan produksi ekonomi dan

peningkatan ekspor”.

Dalam ketiga contoh kecerobohan pemakaian dimana itu tampak: kata tersebut tak

menerangkan tempat, melainkan hanya berfungsi sebagai penyambung satu kalimat

dengan kalimat lain. Sebetulnya masing-masing bisa dirumuskan dengan lebih hemat:

”Penyakit itu dianggap berasal (dan disebarkan) serdadu-serdadu Amerika (GI), yang

konsentrasi besarnya ada di Vietnam”.

”Pihak Kejaksaan Tinggi Sulut di Menado dewasa ini menggarap 9 perkara tindak

pidana korupsi. Ke-9 perkata tsb. sebagian sudah dalam tahap penuntutan, selainnya

(sisanya) masih dalam pengusutan”.

Page 32: PRODUCER

Perhatikan: Kalimat itu dijadikan dua, selain bisa menghilangkan dimana, juga

menghasilkan kalimat-kalimat pendek. ”dewasa ini sedang” cukup jelas dengan

”dewasa ini”. kata ”9 buah” bisa dihilangkan ”buah”-nya sebab kecuali dalam konteks

tertentu, kata penunjuk-jenis (dua butir telor, 5 ekor kambing, 7 sisir pisang) kadang-

kadang bisa ditiadakan dalam bahasa Indonesia mutahir.

”Selanjuntya dinyatakan bahwa keadaan ekonomi dan moneter dewasa ini masih belum

menentu. Hal ini (atau lebih singkat: Ini) secara tidak langsung telah dapat …. dst”.

Perhatikan: Kalimat dijadikan dua. Kalimat kedua ditambahi Hal ini atau cukup Ini

diawalnya.

12. Dalam beberapa kasus, kata yang berfungsi menyambung satu kalimat dengan

kalimat lain sesudahnya juga bisa ditiadakan, asal hubungan antara kedua kalimat itu

secara implisit cukup jelas (logis) untuk menjamin kontinyuitas. Misalnya:

”Bukan kebetulan jika Gubernur menganggap proyek itu bermanfaat bagi daerahnya.

Sebab 5 tahun mendatang, proyek itu bisa menampung 2500 tenaga kerja setengah

terdidik”. (Kata sebab diawal kalimat kedua bisa ditiadakan: hubungan kausal antara

kedua kalimat secara implisit sudah jelas).

”Pelatih PSSI Witarsa mengakui kekurangan-kekurangan di bidang logistik anak-anak

asuhnya. Kemudian ia juga menguraikan perlunya perbaikan gizi pemain” (Kata

kemudian diawal kalimat kedua bisa ditiadakan; hubungan kronologis antara kedua

kalimat secara implisit cukup jelas).

Tak perlu diuraikan lebih lanjut, bahwa dalam hal hubungan kausal dan kronologi saja

kata yang berfungsi menyambung dua kalimat yang berurutan bisa ditiadakan. Kata

tapi, walau atau meski yang mengesankan ada yang yang mengesankan adanya

perlawanan tak bisa ditiadakan.

Kejelasan

Setelah dikemukakan 16 pasal yang merupakan pedoman dasar penghematan dalam

menulis, di bawah ini pedoman dasar kejelasan dalam menulis. Menulis secara jelas

membutuhkan dua prasyarat:

1. Si penulis harus memahami betul soal yang mau ditulisnya, bukan juga pura-pura

paham atau belum yakin benar akan pengetahuannya sendiri.

2. Si penulis harus punya kesadaran tentang pembaca.

Memahami betul soal-soal yang mau ditulisnya berarti juga bisa menguasai bahan

penulisan dalam suatu sistematik. Ada orang yang sebetulnya kurang bahan (baik hasil

Page 33: PRODUCER

pengamatan, wawancara, hasil bacaan, buah pemikiran) hingga tulisannya cuma

mengambang. Ada orang yang terlalu banyak bahan, hingga tak bisa membatasi

dirinya:

menulis terlalu panjang. Terutama dalam penulisan jurnalistik, tulisan kedua macam

orang itu tak bisa dipakai. Sebab penulisan jurnalistik harus disertai informasi faktuil

atau detail pengalaman dalam mengamati, berwawancara dan membaca sumber yang

akurat. Juga harus dituangkan dalam waktu dan ruangan yang tersedia.

Lebih penting lagi ialah kesadaran tentang pembaca. Sebelum kita menulis, kita harus

punya bayangan (sedikit-sedikitnya perkiraan) pembaca kita: sampai berapa tinggi

tingkat informasinya? Bisakah tulisan saya ini mereka pahami? Satu hal yang penting

sekali diingat: tulisan kita tak hanya akan dibaca seorang atau sekelompok pembaca

tertentu saja, melainkan oleh suatu publik yang cukup bervariasi dalam tingkat

informasi.

Pembaca harian atau majalah kita sebagian besar mungkin mahasiswa, tapi belum

tentu semua tau sebagian besar mereka tahu apa dan siapanya W. S. Renda atau B.

M. Diah. Menghadapi soal ini, pegangan penting buat penulis jurnalistik yang jelas

ialah: buatlah tulisan yang tidak membingungkan orang yang yang belum tahu, tapi tak

membosankan orang yang sudah tahu. Ini bisa dicapai dengan praktek yang sungguh-

sungguh dan terus-menerus.

Sebuah tulisan yang jelas juga harus memperhitungkan syarat-syarat

teknis komposisi:

tanda baca yang tertib.

ejaan yang tidak terlampau menyimpang dari yang lazim dipergunakan

atau ejaan standard.

pembagian tulisan secara sistematik dalam alinea-alinea.

Cukup kiranya ditekankan perlunya disiplin berpikir dan menuangkan pikiran dalam

menulis, hingga sistematika tidak kalang-kabut, kalimat-kalimat tidak melayang kesana-

kemari, bumbu-bumbu cerita tidak berhamburan menyimpang dari hal-hal yang perlu

dan relevan.

Menuju kejelasan bahasa, ada dua lapisan yang perlu mendapatkan perhatian:

Unsur kata

Unsur kalimat

Page 34: PRODUCER

Kejelasan Unsur Kata 

1. Berhemat dengan kata-kata asing. Dewasa ini begitu derasnya arus istilah-istilah

asing dalam pers kita. Misalnya: income per capita, Meet the Press, steam-bath,

midnight show, project officer, two China policy, floating mass, program-oriented, floor-

price, City Hall, upgrading, the best photo of the year, reshuffle, approach, single,

seeded dan apa lagi. Kata-kata itu sebenarnya bisa diterjemahkan, tapi dibiarkan begitu

saja. Sementara diketahui bahwa tingkat pelajaran bahasa Inggris sedang merosot,

bisa diperhitungkan sebentar lagi pembaca koran Indonesia akan terasing dari

informasi, mengingat timbulnya jarak bahasa yang kian melebar. Apalagi jika diingat

rakyat kebanyakan memahami bahasa Inggris sepatah pun tidak.

Sebelum terlambat, ikhtiar menterjemahkan kata-kata asing yang relatif mudah

diterjemahkan harus segera dimulai. Tapi sementara itu diakui: perkembangan bahasa

tak berdiri sendiri, melainkan ditopang perkembangan sektor kebudayaan lain. Maka

sulitlah kita mencari terjemahan lunar module feasibility study, after-shave lotion, drive-

in, pant-suit, technical know-how, backhand drive, smash, slow motion, enterpeneur,

boom, longplay, crash program, buffet dinner, double-breast, dll., karena pengertian-

pengertian itu tak berasal dari perbendaharaan kultural kita. Walau begitu, ikhtiar

mencari salinan Indonesia yang tepat dan enak (misalnya bell-bottom dengan ”cutbrai”)

tetap perlu.

2. Menghindari sejauh mungkin akronim. Setiap bahasa mempunyai akronim, tapi

agaknya sejak 15 tahun terakhir, pers berbahasa Indonesia bertambah-tambah gemar

mempergunakan akronim, hingga sampai hal-hal yang kurang perlu.

Akronim mempunyai manfaat: menyingkat ucapan dan penulisan dengan cara yang

mudah diingat.

Dalam bahasa Indonesia, yang kata-katanya jarang bersukukata tunggal dan yang rata-

rata dituliskan dengan banyak huruf, kecenderungan membentuk akronim memang

lumrah. ”Hankam”, ”Bappenas”, ”Daswati”, ”Humas” memang lebih ringkas dari

”Pertahanan & Keamanan” ”Badan Perencanaan Pembangunan Nasional”, ”Daerah

Swantantra Tingkat” dan ”Hubungan Masyarakat”.

Tapi kiranya akan teramat membingungkan kalau kita seenaknya saja membikin

akronim sendiri dan terlalu sering. Di samping itu, perlu diingat: ada yang membuat

akronim untuk alasan praktis dalam dinas (misalnya yang dilakukan kalangan

ketentaraan), ada yang membuat akronim untuk bergurau, mengejek dan mencoba lucu

Page 35: PRODUCER

(misalnya di kalangan remaja sehari-hari: ”ortu” untuk ”orangtua”; atau di pojok koran:

”keruk nasi” untuk ”kerukunan nasional”) tapi ada pula yang membuat akronim untuk

menciptakan efek propaganda dalam permusuhan politik (misalnya ”Manikebu” untuk

”Manifes Kebudayaan”, ”Nekolim” untuk ”neo-kolonialisme”. ”Cinkom” untuk ”Cina

Komunis”, ”ASU” untuk ”Ali Surachman”).

Bahasa jurnalistik, dari sikap objektif, seharusnya menghindarkan akronim jenis terakhir

itu. Juga akronim bahasa pojok sebaiknya dihindarkan dari bahasa pemberitaan,

misalnya ”Djagung” untuk ”Djaksa Agung”, ”Gepeng” untuk ”Gerakan Penghematan”,

”sas-sus” untuk ”desas-desus”.

Saya tak bermaksud memberikan batas yang tegas akronim mana saja yang bisa

dipakai dalam bahasa pemberitaan atau tulisan dan mana yang tidak. Saya hanya ingin

mengingatkan: akronim akhirnya bisa mengaburkan pengertian kata-kata yang

diakronimkan, hingga baik yang mempergunakan ataupun yang membaca dan yang

mendengarnya bisa terlupa akan isi semula suatu akronim. Misalnya akronim ”Gepeng”

jika terus-menerus dipakai bisa menyebabkan kita lupa makna ”gerakan” dan

”penghematan” yang terkandung dalam maksud semula, begitu pula akronim ”ASU”.

Kita makin lama makin alpa buat apa merenungkan kembali makna semula sebelum

kata-kata itu diakronimkan.

Sikap analitis dan kritis kita bisa hilang terhadap kata berbentuk akronim itu, dan itulah

sebabnya akronim sering dihubungkan dengan bahasa pemerintahan totaliter dan

sangat penting dalam bahasa Indonesia.

Kejelasan Unsur Kalimat

Tapi seperti halnya dalam asas penghematan, asas kejelasan juga lebih efektif jika

dilakukan dalam struktur kalimat. Satu-satunya untuk itu ialah dihindarkannya kalimat-

kalimat majemuk yang paling panjang anak kalimatnya; terlebih-lebih lagi, jika kalimat

majemuk itu kemudian bercucu kalimat.

Pada dasarnya setiap kalimat yang amat panjang, lebih dari 15-20 kata, bisa

mengaburkan hal yang lebih pokok, apalagi dalam bahasa jurnalistik. Itulah sebabnya

penulisan lead (awal) berita sebaiknya dibatasi hingga 13 kata. Bila lebih panjang dari

itu, pembaca bisa kehilangan jejak persoalan. Apalagi bila dalam satu kalimat terlalu

banyak data yang dijejalkan. Contoh:

”Harian Kami”, 4 Desember 1971:

”Sehubungan dengan berita ‘Harian Kami’ tanggal 25 November 1971 hari Kamis

berjudul: ‘Tanah Kompleks IAIN Ciputat dijadikan Objek Manipulasi’ (berdasarkan

Page 36: PRODUCER

keterangan pers dari Hamdi Ajusa, Ketua Dewan Mahasiswa IAIN Djakarta) maka pada

tanggal 28 November jbl. di Kampus IAIN tersebut telah diadakan pertemuan antara

pihak Staf JPMII (Jajasan Pembangunan Madrasah Islam & Ihsan – Perwakilan Ciputat)

dengan Hamdi Ajusa mewakili DM IAIN dengan maksud untuk mengadakan ‘clearing’

terhadap berita itu.”

Kalimat itu terdiri dari 60 kata lebih. Sebagai pembaca, saya memerlukan dua kali

membacanya untuk memahami yang ingin dinyatakan sang wartawan. Pada

pembacaan pertama, saya kehilangan jejak perkara yang disajikan di hadapan saya. Ini

artinya suatu komunikasi cepat tak tercapai. Lebih ruwet lagi soalnya jika bukan saja

pembaca yang kehilangan jejak dengan dipergunakannya kalimat-kalimat panjang, tapi

juga si penulis sendiri.

Pedoman, 4 Desember 1971:

”Selama tour tersebut sambutan masyarakat setempat di mana mereka mengadakan

pertunjukan mendapat sambutan hangat.”

Perhatikan: Penulis kehilangan subjek semula kalimatnya sendiri, yakni sambutan

masyarakat setempat. Akibatnya kalimat itu berarti, ”yang mendapat sambutan hangat

ialah sambutan masyarakat setempat.”

Sinar Harapan, 22 November 1971:

”Di kampung-kampung kelihatan lebaran lebih bersemarak, ketupat beserta sayur dan

sedikit daging semur, opor ayam ikut berlebaran. Dari rumah yang satu ke rumah yang

lain, ketupat-ketupat tersebut saling mengunjungi dan di langgar-langgar, surau-surau

ramai pula ketupat-ketupat, daging semur, opor ayam disantap bersama oleh mereka.”

Perhatikan: Siapa yang dimaksud dengan kata ganti mereka dalam kalimat itu? Si

penulis nampaknya lupa bahwa ia sebelumnya tak pernah menyebut ”orang-orang

kampung”. Mengingat dekat sebelum itu ada kalimat ketupat-ketupat tersebut saling

mengunjungi dan kalimat surau-surau ramai pula ketupat-ketupat, kalimat panjang itu

bisa berarti aneh dan lucu: ”daging semur, opor ayam disantap bersama oleh ketupat-

ketupat.

==================================================================

=======

U jAVC MEDIA to ASTRO – Script Record for Video

Activity Komplotan Pencopet No of tapes: 2

Page 37: PRODUCER

Venue Aksi para pencopet Date 2008

Participants Penjara untuk yang amatir

Video by

Imam Rizky-k

Prepared by

Translated

by

Imam Rizky-k

Photo by Tel 0856 1655 229

Script byTeguh Irawan

[email protected]

EditorIswanto & Rizky-k

Episode & Duration

01 – 30 menit

Detak Jakarta Menggungkap Pristiwa

Tape No:DJ_20080125_000306_TA_R01P

OBB – DETAK JAKARTA

LEAD TV PRESENTER :

SALAM JUMPA PEMIRSA/ KEMBALI ANDA SAKSIKAN PROGRAM DETAK

JAKARTA// SEPERTI BIASA/ DETAK JAKARTA HADIR MEMBERIKAN BERAGAM

BERITA  JAKARTA AKTUAL DAN VAKTUALI// SAYA YUNI MUSTIKASARI

MENGUNGKAP PRISTIWA//

TRIGER – DETAK JAKARTA

LEAD TV PRESENTER :

APA YANG TERLINTAS DI BENAK KITA/ JIKA SESAMA PENUMPANG

TRANSPOTASI/ ADA SEGROMBOLAN PENCOPET YANG MEMANFAATKAN

DESAKAN DAN KEPANIKAN PENUMPANG KETIKA MENAIKI TRANSPOTASI UMUM

JAKARTA// DENGAN SERAGAM DAN PENAMPILAN MENYERUPAI PARA

PENUMPANG LAINYA// TERNYATA DIANTARA DARI MEREKA MENGGASAK

DOMPET DAN HP PARA PENUMPANG// BAGAIMANAKAH PENCOPET ANGUTAN

MENJALANKAN AKSINNYA// MODUS APA YANG DILAKUKAN// DETAK JAKARTA

AKAN MENELUSURINYA//

Page 38: PRODUCER

TISER LIPUTAN  :  >>NEXT>>

VIDEO SEGMENT 1

VIDEO LIPUTAN  :  >> NEXT >>

( SUREALISME PUITIK )

VOICE OVER

MODUS PENCOPETAN MERAKA TERBILANG BARU/ YAKNI MENGINCAR

KELENGAHAN PENUMPANG SAAT KERETA API BERHENTI MENDADAK//

PERISTIWA INI TERJADI DI SEKITAR PASAR KERAJI/ TEPATNYA 100 METER

SEBELUM MEMASUKI STASIUN KRANJI/ BEKASI// KERETA API REL LISTRIK

JURUSAN BEKASI-STASIUN KOTA TIBA-TIBA BERHENTI MENDADAK SEHINGGA

MEMBUAT PENUMPANG PANIK// SAAT ITULAH KETIGA PENCOPET TADI

BERAKSI MENGASAK ISI TAS DAN DOMPET PARA PENUMPANG YANG LENGAH//

SOUND BITE

( SY – PENCOPET ) 00:25:44:16 – 00:27:05:20 NEXT >> INTER CUT

SAYA MEMANFAATKAN ANAK JALANAN UNTUK MEMPERLANCAR AKSI SAYA/

BIYASANYA ANAK JALANAN TIDAK BEGITU MENCOLOK UNTUK MELAKUKAN

PENARIKAN REM TUAS KRL// KETIKA REM TUAS DITARIK DAN KRL BERHENTI

MENDADAK/ PARA PENUMPANG PANIK/ SAAT KEPANIKAN ITULAH SAYA

MEMANFAATKAN KESEMPATAN ITU/ SAYA BERAKSI DENGAN KEDUA TEMAN

SAYA/ DAN DIBANTU ANAK-ANAK JALANAN//

VOICE OVER

SEPANDAI-PANDAINYA BAJING MELOMPAT/ AKHIRNYA BISA TERJATUH JUGA/

ISTILAH INI DIGUNAKAN UNTUK PARA PENCOPET YANG TERTANGKAP//

PERBUATAN MEREKA KEPERGOK PETUGAS DAN LANGSUNG MENANGKAPNYA

BERIKUT BARANG BUKTI 60  DOMPET DAN BEBERAPA HP//

SOUND BITE

Page 39: PRODUCER

( SY – PENCOPET ) 00:29:15:09 – 00:30:15:20

DENGAN CARA INI/ KERJA SAYA TIDAK MENJADI SIA-SIA/ MASALAHNYA

DENGAN KEADAAN KRL YANG NORMAL/ SAYA HANYA BISA MENDAPAT PALING

SEDIKIT 60 DOMPET SETIAP HARINYA/ DAN 13 HP PALING SEDIKITNYA// HASIL

ITU SAYA BAGI DENGAN ANAK JALANAN YANG TELAH MEMPELANCAR AKSI

SAYA//

VOICE OVER

AKSI MEREKA DI INI TERGOLONG UNIK/ KARENA SETIAP AKSINYA DIBANTU

OLEH ANAK-ANAK JALANAN YANG MENARIK TUAS REM DARURAT KERETA API//

SEHINGGA KERETA API BERHENTI MENDADAK/

SOUND BITE

( AD – ANAK JALANAN ) 00:42:35:09 – 00:50:15:20

SAYA CUMA BANTU-BANTU AJA/ MASALAHNYA CUMA DI SURUH TARIK REM

TUAS SAJA// SETELAH KRL BERHENTI SAYA LANGSUNG KABUR KE GERBONG

LAIN//

SOUND BITE

( SY – PENCOPET ) 00:30:15:09 – 00:31:15:20

SAYA JUGA KADANG-KADANG MENGAJARI ANAK JALANAN UNTUK MENCOPET//

DAN SAYA JUGA BILANG SAAT PENUMPANG SUDAH PANIK/ JIKA ADA

KESEMPATAN SEGERA BERAKSI//

VOICE OVER

MODUS PARA PENCOPET INI MEMANG TERLIHAT UNIK/ TETAPI DENGAN

MENGHALALKAN SEGALA CARA DARI MEREKA/ BISA FATA AKIBATNYA//

PASALNYA KETIKA REM TUAS KRL DITARIK MENDADAK/ DAN KRL SECARA-

TIBA0TIBA DIBERHENTIKAN/ AKAN MENGAKIBATKAN ANJLOKNYA KRL// DAN

YANG LEBIH MEMBAHAYAKAN KEMBALI/ KRL YANG BERADA DIBELAKANGNYA

BISA MENABRAK RANGKAYAN KRL YANG DIBERHENTIKAN TADI//

Page 40: PRODUCER

SOUND BITE

( SUKIMAN PETUGAS STASIUN KRANJI ) 00:20:48:09 – 00:23:15:20

SANGAT FATAL UNTUK KESELAMATAN PENUMPANG PERKERETA APIAN/

MASALAHNYA KORBANYA BUKAN HANYA KRL YANG DIBERHENTIKAN SECARA

MENDADAK/ TETAPI PARA PENUMPANG KRL LINNYA// SEMUA LALULINTAS

PERKERETA APIAN JUGA BISA TERGANGGU AKIBAT ULAH ORNG-ORANG YANG

MEMANFAATKAN KEPENTINGANYA SENDIRI//

VOICE OVER

MODUS INI SUDAH SERING TERJADI BEBERAPA KALI/ DAN SUDAH BEBERAPA

DARI MEREKA YANG TERTANGKAP/ NAMUN TIDAK MEMBUAT DARI MEREKA

JENGAH//

SEGMENT 2

LEAD TV PRESENTER :

TINGKAT KEJAHATAN YANG SANGAT TINGGI DI IBU KOTA/ MEMBUAT KITA

HARUS LEBIH HATI-HATI// BIS YANG KOSONG DAN TERLALU RAMAI/ TIDAK

MEMBUAT PARA SANG AKSI KEHABISAN AKAL//

VIDEO SEGMENT 2

TISER LIPUTAN  :  >>NEXT>>

VIDEO LIPUTAN  :  >> NEXT >>

( SUREALISME PUITIK )

VOICE OVER

BIS YANG KOSONG DAN TERLALU RAMAI SAMA BAHAYANYA// PARA

KOMPLOTAN INI TIDAK KEHABISAN AKAL DAN CARA/ BERBAGAI MACAM DAN

MODUS OPERANDI AKANMEREKA LAKUKAN/ WALAUPUN SANGAT BERESIKO//

Page 41: PRODUCER

TAK PANDANG BULU UNTUK MENGASAK PARA KORBANYA/ BAIK WANITA

ATAUPUN LAKI-LAKI/ BAHAKAN TENTARAPUN MEREKA COPET//

PARA PENCOPET ADA YANG BENAR-BENAR MENGUNAKAN TRIK DAN BAHKAN

MENGUNAKAN HIPNOTIS//

SOUND BITE

( RAGIL MAHASISWI ) 00:20:48:09 – 00:245:20

SAYA PERNAH MELIHAT AKSI PENCOPET NAIK BIS DI TERMINAL BLOK-M YANG

BARU TERISI 3-4 ORANG DI ATASNYA/ JIKA ADA YANG DIANGGAP MANGSA

POTENSIAL/ GROMBOLAN PENCOPET AKAN MENGIKUTI CALON KORBANYA//

DIMAN CALON KORBANYA DUDUK/ GROMBOLAN  AKAN MENGEPUNG// SALAH

SATU COBA MENARIK PERHATIAN DENGAN MENJATUHKAN UANG ATAU

BARANG ATAU BAHKAN MENAWARKAN SESUATU// TUJUANYA  AGAR

PERHATIAN SI CALON KORBAN TERPECAH. BEGITU PERHATIAN TERBAGI/ ADA

YANG BERAKSI// SETELAH AKSI SUKSES/ SI PELAKU UMUMNYA DIAM DAN

MELEMPARKAN HASILNYA KE TEMANYA// GILIRAN TEMANYA YANG LAIN

MEMBUAT TABIR// CARANYA BISA MEMBUAT GADUH/ BERTERIAK-TERIAK ATAU

APA SAJA UNTUK MENGALIHKAN/ BAHKAN MEMARAHI SI KORBAN//

VOICE OVER

BANYAK CARA YANG DI LAKUKAN PARA GEROMBOLAN COPET INI// SEMUA ITU

HANYA UNTUK MENDAPATKAN BARANG INCARANYA/ APA LAGI SI KORBAN

YANG TELAH DI IKUTI DARI  ALAT PENGAMBILAN MESIN UANG ( ATM ) //

SOUND BITE

( CICI PEGAWAI SWASTA ) 00:20:48:09 – 00:245:20

WAKTU ITU SAYA SEHABIS MENGAMBIL ATM DI SAMPING TERMINAL BIS BLOK-

M/ KEMUDIAN SAYA LANGSUNG PULANG NAIK BIS 57 JURUSAN BLOK-M KP.

RAMBUTAN/ SAYA TIDAK SADAR KALO ORANG DEKET SAYA DI BIS ITU AKAN

MENCOPET SAYA// TERNYATA SAYA TELAH DIIKUTI SEMENJAK DARI ATM TADI//

SAAT SAYA TURUN DARI BIS UWANG LOGAMAN TERCECER DI JALAN/ SAYA

MASIH BELUM SADAR KALO ITU TERNYATA ADALAH UANG SAYA/ DAN SAYA

Page 42: PRODUCER

PERHATIKAN LAGI TERNYATA TAS SAYA SUDAH ROBEK/ SEPERTI DISAYAT

DENGAN BENDA TAJAM// DAN SAYA PERIKSA DOMPET SAYA SUDAH LENYAP/

MANA SEMUA UWANG ITU GAJI SAYA BEKERJA//

VOICE OVER

AKSI PARA PENCOPET TIDAK PERNAH PANDANG BULU/ WALAUPUN

KEBANYAKAN DARI MEREKA SUDAH SERING TERTANGKAP/ NAMUN MEREKA

TIDAK PERNAH JERA UNTUK MENJALANKAN PROFESINYA SEBAGAI

PENCOPET//

SOUND BITE

( SY PENCOPET ) 00:20:48:09 – 00:245:20

SAYA MENCOPET KIRA-KIRA SUDAH 15 TAHUN/ DAN SAYA TERTANGKAP

SUDAH TIDAK TERHITUNG LAGI// MUNGKIN SUDAH LEBIH DARI 50 KALI// DAN

TERTANGKAP MASA KIRA0KIRA SUDAH LEBIH DARI 10 KALI/ BAHKAN SAYA

PERNAH MAU DI BAKAR OLEH MASA/ TAPI UNTUNG ADA POLISI// SAAT SAYA DI

TANGKAP POLISI PALING LAMA YAH KURANG LEBIH 3 BULAN/ DAN PALING

CEPAT 1 BULAN SUDAH KELUAR LAGI//

LEAD TV PRESENTER :

APA YANG SESUNGGUHNYA DILAKUKAN OLEH APARAT KITA PADA PENCOPET

INI// DAN BAGAI MANA MENAGANI PENCOPET YANG KIAN BANYAK DI SETIAP

LINTAS JALAN// APAKAN MASYARAKAT AKAN MERASA AMAN/ KETIKA PETUGAS

KEAMANAN DI TAMBAH//

>>TISER LIPUTAN>>

VIDEO SEGMENT 3

VOICE OVER

PENJARA NAMPAKNYA BUKAN TEMPAT YANG TEPAT UNTUK  PARA YANG

AMATIR// DI PENJARA/ BAGI YANG AMATIR AKAN BELAJAR TRIK DAN MODUS

BARU/ SEPERTI SEKOLAH/ MUNGKINKAH PARA AKSI KEJAHATAN TIDAK AKAN

Page 43: PRODUCER

MERASA JERA KETIKA/ BOGAM MENTAH MENGHAMPIRI TUBUHNYA/ DAN

MUNGKINKAH MREKA TIDAK MERASA TAKUT UNTUK MASUK PENJARA/ KARNA

PENJARA ADALAH SEKOLAH LAMA BAGI MEREKA YANG SUDAH PERNAH

MERASAKANYA//

SOUND BITE

( DG, PENGHUNI BPENJARA ) 00:20:48:09 – 00:245:20

SEBENARNYA PENJARA ITU TEMPAT ORANG-ORANG YANG DI HUKUM KARENA

KESALAHANYA// TETAPI ANGGAPAN ITU KETIKA ADA PARA PETUGAS//

SETELAH PETUGAS PERGI/ KAMAR SEL ADALAH TEMPAT REONI DAN BELAJAR

BAGI TEMAN-TEMAN SEPENDERITAAN//

SOUND BITE

( ROBIN S, POLISI  ) 00:20:48:09 – 00:245:20

ORANG-ORANG YANG ADA DI SINI KEBANYAKAN MELAKUKAN TINDAKAN

KEJAHATAN// KEJAHATAN YANG MEREKA LAKUKAN KEBANYAKAN/

PERAMPASAN/ PENODONGAN/ PENCOPETAN/ NARKOBA/ PENCOPETAN/ DAN

TINDAKAN KRIMINAL LIANYA// SETIAP JENIS DAN TIPE KEJAHATANYA/ DISINI

DIPISAHKAN KAMAR TAHANANYA//

HUKUMAN YANG MEREKA JALANI SELAMA DISINI/ MEMBERSIHKAN

LINGKUNGAN KANTOR RESERSE/ KAMARMANDI DAN LAIN-LAIN// KALO DARI

MEREKA SALING BERTUKAR FIKIRAN SAYA TIDAK TAU JUGA YAH//

VOICE OVER

JAKARTA KOTA METRO POLITAN TERNYATA JAKARTA KOTA YANG BELUM

AMAN DARI PARA AKSI TINDAK KEJAHATAN/ PEREKONAOMIAN YANG MAKIN

TERPURUK/ MENINGKATNYA TINDAKAN KRIMINALITAS/ BERBAGAI OPERANDI

SETIAP HARINYA MAKIN BERTAMBAH//

LEAD TV PRESENTER :

Page 44: PRODUCER

SEBAGAI MASYARAKAT KITA SANGAT MEMBUTUHKAN KEAMANAN DAN

KETENTRAMAN/ MASYARAKAT AKAN MERASA AMAN APABILA TINGKAT

KEJAHATAN DI JALAN SUDAH TIDAK ADA LAGI// AKANKANKAH MASYARAKAT

JAKARTA BISA MERASAKAN KEAMANAN DISETIAP PENJURU JALAN// SAYA YUNI

MUSTIKA SARI DAN CREW YANG BERTUGAS UNDUR DIRI/ SAKSIKAN TERUS

DETAK JAKARTA DENGAN BRITA-BERITA YANG AKTUAL DAN VAKTUAL HANYA

ASTRO TV//

08- MULTICAM

Page 45: PRODUCER

Penjelasan dari Multicam adalah Multi Camera System, yang biyasanya

mengunakan camera.2 doking degan peralatan yang lengkap seperti Shwitcher,

VTR DVCam, Betacam dan Super BetaCam, CCU ( Camera Control Unit ) dan

pralantan pendukung lainya.

Struktur Multicam :

Cameraman

PIDI ( Program Director )

ShwitcerMan

Oprator CCU

Oprator VTR

Dan Fidi ( Flour Director )

10- PRODUCTION

Page 47: PRODUCER

a. Mendirikan sebuah PH (Production House) dengan bidang usaha perfilman dan infotainment dengan legalisasi badan hukum (Perseroan Terbatas).

b. Modal PT (tercantum di Akta) minimal Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

c. Bidang usaha PT tersebut harus tercantum di Akta ybs sebagai berikut;

1. Menjalankan usaha bidang Produksi Film dan Rekaman Video / CD

2. Menjalankan usaha bidang import dan eksport film.

3. Menjalankan usaha bidang studio film dan laboratorium film.

4. Menjalankan usaha bidang peredaran dan penggandaan film / video / CD.

5. Menjalankan usaha bidang periklanan.

6. Menjalankan usaha bidang import bahan baku film dan shooting equipment film.

7. Menjalankan usaha bidang rental shooting equipment.

8. Menjalankan usaha bidang produksi program untuk broadcast TV.

9. Menjalankan usaha bidang Event Organizer yang sehubungan dengan seni budaya, musik, infotainment, dll.

Legalisasi PT tersebut :

1. Memiliki Akta Pendirian PT tersebut dari notaris dan disahkan oleh Departemen

Kehakiman.

2. Memiliki NPWP dari Dirjen Pajak Departemen Keuangan.

3. Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dari Departemen Perdagangan.

4. Memiliki Surat Izin Usaha PerFilman dari DEPDIKBUDPAR

5. Memiliki Surat Keterangan Domisili Kantor PH dari Kelurahan setempat.

TRIPARTIT

PEMBUATAN TELEPROGRAM

Page 48: PRODUCER

I. BROADCAST TELEVISI

II. PRODUCTION HOUSE (PH / Pengisi Acara / Konseptor)

III. SPONSORSHIP (Perdana)

Prioritas

Dasar Pertimbangan

Pembuatan Program

Jenis Program apa yang hendak diajukan

Page 49: PRODUCER

Berapa Durasi

Per Episodenya

Siapa sasaran programnya

Broadcast mana yang hendak dipilih

Siapa pengisi acaranya (Talent)

Air time mana yang dikehendaki

Page 50: PRODUCER

NB : Secara Unique Selling Point Program dimaksud harus menarik, profesional & komersil

Sesuai : Visi sebagai Entertainment / Infotainment

Misi meliput penonton secara luas.

BUSSINES TIME FOR

ENTERTAINMENT / INFOTAINMENT

(AIR – TIME)

Lebih Mahal dari Reguler

Minimal 1 ½ X

30 menit per Episode

60 Menit per Episode

>60 Menit per Episode

BISNIS

SISTEM

JUAL LEPAS

PH. Tidak punya hak lagi

Atas Sebuah Program

Sama-sama memiliki hak dan tanggung jawab atas sebuah Program

Hak Mutlak atas Sebuah Program

INHOUSE

SHARING

BLOCKING

Page 51: PRODUCER

PERHITUNGAN RUGI / LABA

Adapun perhitungan rugi / laba dalam sebuah usaha Entertainment tergantung pada

sistem bisnis yang kita pilih dan jenis programnya :

1. Pada IN HOUSE SYSTEM

Platform harga beli dari sebuah Broadcast misalnya Rp. X,- per Episode, maka

pertelaannya :

a. Pengamanan modal 15 s/d 20% dari Rp. X,- = BEP (Break Event Point)

b. Efisiensinya dar BEP = Y

Jika kenyataan kalkulasinya melanggar BEP atau setidak-tidaknya “KIT” untuk 1

sequel pertama (13 paket), bisa kita jalankan. Namun apabila kurang dari itu

sebaiknya kita mundur.

2. Pada SHARING SYSTEM

Pada Sistem ini kita diwajibkan mencari / mendapatkan sponsor untuk membiayai

biaya produksinya. Besarnya adalah Fifty-fifty (50% jatah iklan tersedia, PH yang

Page 52: PRODUCER

harus cari). Ini agak beresiko walaupun prospektif apabila berhasil menyedot iklan,

terlebih dari jatah yang dimaksud.

Contoh : Hak dan kewajiban kita sponsor @ Rp. 15.000.000,-

(Bisakah BEP = Rp. 15.000.000,- x 6 – (15%) ?)

3. Pada BLOCKING TIME SYSTEM

Pada Sistem ini PH membeli hak siaran. Seluruh biaya produksi + biaya penyiaran

sepenuhnya ditanggung oleh PH. Hak penyiaran dan pencarian iklan / sponsor

adalah sepenuhnya milik PH.

Contoh : Biaya Produksi 1 episode = Rp. X

Biaya Siaran = Rp. Y

BEP = X + Y

Jika hasil pengumpulan iklan lebih besar dari BEP maka PH akan mendapatkan

keuntungan, sebaliknya jika pengumpulan iklan lebih kecil dari BEP maka PH akan

mendapatkan kerugian.

*) SASARAN

Adapun spesifikasi hal-hal tersebut di atas, diuraikan melalui :

1. Layar Kaca (Broadcast Televisi), meliputi :

1) Infotainment

2) Documentary

3) Profille,

4) FTV / Sinetron

2. Layar Lebar, Film untuk Bioskop

Yang harus disediakan oleh sebuah PH :

Page 53: PRODUCER

1. Kantor untuk direksi dan manajemen lengkap dengan perlengkapan kantor,

telpon, komputer, dll. Tempat parkir luas dan operasional kantor tidak terbatas

waktu karena lingkungan perkantoran atau ruko umpamanya masalah overtime

security, AC, lift, dsb.

2. Staff kantor : sekretaris, operator komputer dan office boy.

Team kreatif yang profesional di bidangnya : programmer, produksi, marketing atau sponsorship department.

1. Mobil lengkap dengan supir untuk operasional minimal 2 buah.

2. Sarana dan prasarana harus disediakan sepenuhnya oleh produser, umpamanya

uang makan pagi, siang, malam, BBM untuk mobil operasional + uang transport

kalau tidak dijemput.

3. Untuk menghemat biaya operasional harus ada perencanaan yang matang

berdasarkan Polecy Perusahaan

4. Perlu digarisbawahi pembuatan proposal budget produksi berdasarkan skenario

dan desain produksi. Terlampir contoh proposal budget produksi FTV yang

pernah diproduksi oleh PT Dapur Film dibuat / produksi bulan Maret 2006 dan

ditayangkan di ANTV pada bulan Mei 2006.

N O T E

Usaha di bidang Entertainment / Infotainment ini dijamin Prospektif, asalkan :

- Cermat berhitung

- Punya lingkup ke dalam

- Sequel-sequel berikutnya adalah akumulatif profit

- Memiliki tenaga-tenaga profesional (Skill and experiences) yang profitable (bukan soal compassionate).

- Berani dan memahami pra-operasional yang relatif demi menembus / mencapai sasaran (program).

Page 54: PRODUCER

Demikianlah makalah ini kami sajikan, semoga dapat menjadi bahan pertimbangan

untuk membuka usaha di bidang Entertainment / Infotainment.

12- MUSIC DIRECTOR

Tugas Music Director (MD) :

Yg general aj ya ( ga berurut)

1. Mengatur Time Clock Beat Music (tergantung Radionya) biasanya tiap jam, di tiap

menitnya Beat (Slow, Middle, Fast) itu diatur oleh MD melalui Playlist harian..mgkanya

penyiar yg melanggar playlist diancam sanksi berat.

2. Menerima and membalas CD sample dari label company, biasanya sih, lagu di

seleksi apakah layak atau tidak diputer, urusan smua ke Label mulai dari ngirimin chart,

kemudian ngurusin”deal” ke manajemen artis klo si artis mau promo di radionya..

3.Playlist, harian,mingguan, bulanan,..

4. Menej data base lagu. mulai dari penyanyi, tahun, dan label. dan smua lagu digital,

CD, Kaset si MD yg megang datanya, tiap bulan biasanya ada recap..

5.bwt CHART, yg ini biasanya weekly, or monthly tergantung chartnya..

6. Mengawasi penyiar pabila, penyiar ada yg out of playlist, ini untuk menjaga air

personality nya..

Nb : ini smua tergantung Job Desk di stasiun Radio masg2, kalo dari pengalaman gw,

tiap radio berbeda-beda struktur kerjanya,.. tp secara umum gambaran tugas MD ya

gitu deh..

Klo mo jd MD, pesan gw :

Smoga mnjadi MD yg baik ..

Hasil dari observasi penulis,diperoleh gambaran tugas dari Mucic Director adalah

mengumpulkan dan menyeleksi lagu dan memasukannya kedalam playlist.Menentukan

layak atau tidaknya lagu dimasukkan kedalam program dan bertanggung jawab untuk

menata lagu.Dalam pelaksanaannya Music Director bertanggung jawab langsung

Page 55: PRODUCER

kepada Studio Manager.Ada beberapa faktor yang mendukung kegiatannya yaitu

adanya fasilitas yang cukup memadai,namun ada juga kendala yang dihadapi yaitu

ketika lagu yang sering di request pendengar atau yang keluar dipasaran bukan

merupakan dari label partner,untuk mengatasinya Music Director akan membeli lagu

dari anggaran pembukuan yang diatur sendiri oleh Music Director