PRODI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI … · lembar kerja anak sehingga tujuan...
Transcript of PRODI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI … · lembar kerja anak sehingga tujuan...
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF MELALUI
KEGIATAN PERMAINAN KANCING HURUF KELOMPOK B TK
ISLAM UMINDA KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana
Pendidikan pada program studi pendidikan guru pendidikan anak usia dini
Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
Siti Hadidan Rena
NIM 105450006415
PRODI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2019
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Siti Hadidan Rena
NIM : 105450006415
Program Studi : Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Jurusan : Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Judul Skripsi :Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui
Kegiatan Permainan Kancing Huruf Kelompok B TK Islam
Uminda Kota Makassar
Dengan ini menyatakan bahwa:
Skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya saya sendiri,
bukan hasil jiplakan dan tidak dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Januari 2020
Yang Membuat Pernyataan
Siti Hadidan Rena
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
v
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertandatangan di bawahini:
Nama : Siti Hadidan Rena
NIM : 105450006415
Program Studi : Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia dini
Jurusan : Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia dini
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya akan
menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapa pun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya akan melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi ini.
4. Apabila saya melanggar perjanjian pada butir 1, 2 dan 3, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Januari 2020
Yang Membuat Pernyataan
Siti Hadidan Rena
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Sesungguhnya Bersama Kesulitan Ada Kemudahan. Maka Apabila Engkau
Telah Selesai (Dari Suatu Urusan), Tetaplah Bekerja Keras (Untuk Urusan
yang Lain). Dan Hanya Kepada Tuhanmulah Engkau Berharap.
(QS. Al-Insyirah:6-8)
Kupersembahkan karya ini buat:
Kedua orang tuaku, saudaraku, keluargaku tercinta,
atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis
mewujudkan harapan menjadi kenyataan.
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF MELALUI
KEGIATAN PERMAINAN KANCING HURUF KELOMPOK B TK
ISLAM UMINDA KOTA MAKASSAR
ABSTRAK
Siti Hadidan Rena. 2020. Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui
Kegiatan Permainan Kancing Huruf Kelompok B Tk Islam Uminda Kota
Makassar. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakulats
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing I Herman dan pembimbing II Arie Martuty.
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu apakah pengenalan huruf dapat
ditingkatkan melalui kegiatan permainan kancing huruf di TK Islam Uminda Kota
Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengenalan huruf melalui
kegiatan permainan kancing huruf di TK Islam Uminda Kota Makassar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua
siklus dimana setiap siklus dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Prosedur
penelitian ini meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan
refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelompok B TK Islam Uminda
Kota Makassar sebanyak 23 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara
keseluruhan hanya mencapai 61% yang memenuhi kriteria cukup. Sedangkan
dilakukannya kembali penelitian pada siklus dua secara keseluruhan telah
mencapai 83% dan telah memenuhi kriteria baik atau berada dalam kategori yang
sangat tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, dapat disimpulkan
kemampuan mengenal huruf kelompok B TK Islam Uminda Kota Makassar
melalui kegiatan permainan kancing huruf mengalami peningkatan.
Kata Kunci: kemampuan mengenal huruf, kancing huruf
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas hadirat Allah Swt, atas segala nikmat,
hidayah, inayah dan karunia-Nya. Maha pengasih lagi maha penyayang. Demikian
kata untuk mewakili atas segala nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bersyukur atas
anugerah yang senantiasa melengkapi langkah kaki dan hembusan nafas, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir atau SKRIPSI yang berjudul
“Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Kegiatan Permainan
Kancing Huruf Kelompok B TK Islam Uminda Kota Makassar”.
Salam serta Shalawat dihaturkan untuk sang pembawa nikmat iman,
Muhammad Saw. Nabi panutan seluruh umat manusia.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan
tulisan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun “SKRIPSI” ini. Dengan rasa
hormat dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini.
3. Bapak Herman, S.Pd., M.Pd. sebagai pembimbing I dan Ibu Arie
Martuty, S.Si., M.Pd. sebagai pembimbing II yang telah meluangkan
waktu, pikiran, dan tenaga dalam memberikan bimbingan, arahan,
saran, motivasi, dan petunjuk.
4. Dosen PGPAUD yang telah memberikan ilmu, motivasi dan
pengalaman berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
dengan baik.
5. Pimpinan Yayasan dan Kepala Sekolah TK Islam Uminda Kota
Makassar.
7. Keluarga tercinta yang telah menberikan dorongan dan motivasi.
Teristimewa, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih
yang tulus kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda tercinta almarhum Sabirin
dan Ibunda Halima, yang telah mengasuh, mendoakan, memotivasi, dan mencintai
penulis hingga sekarang. Kepada tiga adik-adikku yang luar biasa selama ini
menjadi tempat berbagi suka dan duka serta penyemangat dalam menyelesaikan
studi. Air mata dan senyum yang kalian hadiahkan akan menjadi kisah terindah
akan selalu penulis rindukan. Serta kepada semua keluarga besar yang turut
membantu mendoakan kelancaran studi penulis.
Akhirnya, harapan dan doa penulis semoga tulisan ini dapat berguna dan
di manfaatkan sebagai mana mestinya. Terkhusus bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dibidang yang sama maupun dibidang yang lain.
Terakhir penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya
jika terdapat kesalahan. Akhir kata,
Billahi Fii sabililhaq Fastabiqul Khaerat
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Makassar, Januari 2020
SITI HADIDAN RENA
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iv
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... v
SURAT PERJANJIAN .................................................................................. vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................................. 5
1. Identifikasi Masalah .............................................................................. 5
2. Alternatif Pemecahan Masalah ............................................................. 5
3. Rumusan Masalah ................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 8
A. Landasan Teori .......................................................................................... 8
1. Konsep Bahasa .................................................................................... 8
a. Pengertian bahasa ............................................................................ 8
b. Perkembangan Bahasa Anak .......................................................... 10
c. Kemampuan Bahasa Anak .............................................................. 12
d. Karakteristik Anak .......................................................................... 15
e. Prinsip Pembelajaran Anak Kelompok B ....................................... 18
f. Kemampuan Mengenal Huruf Anak ............................................... 22
2. Konsep Mengenal Huruf ....................................................................... 23
a. Pentingnya Mengenal Huruf ............................................................ 23
b. Manfaat Mengenal Hurf ................................................................... 24
3. Konsep Permainan Kancing Huruf ....................................................... 24
a. Pengertian Bermain .......................................................................... 24
b. Fungsi Bermain ................................................................................ 25
c. Manfaat Bermain .............................................................................. 26
d. Permainan Kancing Huruf ................................................................ 28
e. Tahapan-tahapan Permainan Kancing Huruf ................................... 33
f. Indikator Mengenal Huruf ................................................................ 35
B. Kerabgka Pikir ......................................................................................... 36
C. Hipotesis Tindakan .................................................................................. 38
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 40
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 40
B. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 40
C. Faktor yang Diselidiki ............................................................................... 40
D. Prosedur Penelitian ................................................................................... 41
E. Instrument Penelitian ................................................................................ 43
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 44
G. Teknik Analisis Data ................................................................................. 45
H. Indikator Keberhasilan .............................................................................. 46
a. Indikator Proses .................................................................................. 46
b. Indikator Hasil .................................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 48
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 48
1. Kondisi Awal Pra Tindakan ............................................................... 48
2. Paparan Data Siklus I ......................................................................... 49
a. Tahap Perencanaan ...................................................................... 49
b. Tahap Pelaksanaan ....................................................................... 50
c. Tahap Pengamatan ........................................................................ 53
d. Tahap Refleksi .............................................................................. 54
3. Paparan Data Siklus II ........................................................................ 56
a. Tahap Perencanaan ....................................................................... 56
b. Tahap Pelaksanaan ........................................................................ 57
c. Tahap Pengamatan ........................................................................ 58
d. Tahap Refleksi .............................................................................. 60
4. Analisis Data ....................................................................................... 60
B. Pembahasan Hasil Peneltian ..................................................................... 61
C. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 66
A. Kesimpulan ............................................................................................... 66
B. Saran ......................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Indikator Mengenal huruf ............................................................... 35
Tabel 2. Rubrik Penilaian Kemampuan Anak Mengenal Huruf ...................... 43
Tabel 3. Hasil Observasi Kemampaun Mengenal Huruf Siklus I .................... 52
Tabel 4. Peningkatan Hasil Kemampuan Mengenal Huruf
Pra Siklus Dan Siklus I ..................................................................... 53
Tabel 5. Hasil Observasi Kemampuan Mengenal Huruf Siklus II ................. 57
Tabel 6. Peningkatan Hasil Kemampuan Mengenal Huruf
Siklus I Dan Siklus II ......................................................................... 58
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir .................................................................... 38
Gambar 2. Bagan Prosedur Penelitian ............................................................. 43
Gambar 3. Siklus I ........................................................................................... 55
Gambar 4. Siklus II .......................................................................................... 59
Gambar 5. Hasil Pencapaian Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II ...................... 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang diperuntukan bagi
anak-anak sebelum memasuki pendidikan pada janjang Sekolah Dasar.
Pendidikan anak usia dini sangat penting bagi anak, sebagai bekal persiapan pada
jenjangpendidikan berikutnya. Maimunnah Hasan (2009) dalam Skripsi
Trisnawati (20014:1) mengungkapkan bahwa pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan
suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Upaya pembinaan melalui pendidikan anak usia dini yang ditunjukan bagi
anak-anak perlu diberikan agar nantinya anak-anak dapat mengembangkan aspek
perkembangan yang dimiliki, salah satunya perkembangan bahasa. Melalui
rangsangan dengan kagiatan pembelajaran yang bertujuan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Menurut Imas Kurniawan (2009)
dalam Skripsi Trisnawati (2014:1) mengungkapkan bahwa “Pertumbuhan adalah
perubahan ukuran dan bentuk tubuh, danperkembangan adalah perubahan mental
yang berlangsung secara bertahap dan dalam kurun waktu tertentu”.
2
PAUD terutama pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) merupakan
pendidikan yang penting sebagai wadah untuk membina, menumbuhkan, dan
mengembangkan seluruh potensi anak secara optimal sehingga terbentuk
perilakudan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangan agar anak
memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selnjutnya (Trianto, 2010: 24).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 146 Tahun 2014
pendidikan anak usia dini, yang selanjutnya di singkat PAUD, merupakan suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6
(enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agak anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Struktur kurikulum
PAUD memuat program-program pengembangan mencakup, nilai agama dan
moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional dan seni. Program-
program yang dimiliki anak tersebut diatas perlu mendapatkan rangsangan dan
perhatian yang baik.
Begitu pula dalam aspek perkembangan bahasa, khususnya kemampuan
mengenal huruf pada anak usia dini. Kemampuan mengenal huruf merupakan
bagian dari aspek perkembangan bahasa anak, yang perlu dikembangkan dengan
memberi stimulasi secara optimal sejak usia dini. Tadkirotun Musfiroh (2009: 10)
dalam Skripsi Trisnawati (2014:2) mengungkapkan bahwa stimulasi pengenalan
huruf adalah merangsang anak untuk mengenali, memahami, dan menggunakan
simbol tertulis untuk berkomunikasi.
3
Berdasarkan hasil observasi di TK Islam Uminda Kota Makassar pada
tanggal 3 sampai dengan 7 September 2018 diperoleh hasil kemampuan bahasa
khususnya kemampuan mengusai huruf belum berkembang secara optimal
dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan lainnya. Anak nampak kesulitan
saat menyebutkan huruf-huruf. Dari observasi tersebut di kelas B TK Islam
Uminda terdapat 6 orang anak saja yang dapat mengenal huruf dengan baik,
sedangkan yang lain hanya mampu menyebutkan huruf namun tidak mengenal
bentuk hurufnya. Selain permasalahan tersebut penggunaan media pembelajaran
juga belum maksimal, hal tersebut dapat mempengaruhi ketertarikan. Terdapat
dua faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi.
Pertama, kurangnya informasi yang diberikan oleh guru mengenai huruf-
huruf. Informasi yang diberikan hanya berfokus pada langkah-langkah pengerjaan
lembar kerja anak sehingga tujuan pembelajaran yang dilakukan hanya terbatas
pada penyelesaian lembar kerja sesuai dengan intruksi yang diberikan guru.
Faktor kedua adalah lembar kerja anak dijadikan sebagai satu-satunya media
belajar yang digunakan oleh guru untuk mengenalkan huruf. Lembar kerja
tersebut kurang menarik sebagai media pembelajaran karena hanya berupa kertas
putih berisi gambar dan tulisan. Hal ini semakin diperburuk dengan penggunaan
lembar kerja anak yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga membuat anak
kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Faktor ketiga adalah inforrmasi mengenai pengenalan huruf terhadap anak
hanya menggunanakan media yang ada di kelas, misalnya poster abjad dan huruf-
4
huruf abjad yang ditempel di dinding kelas, dalam kegiatan ini hanya berlangsung
5 menit saja.
Melihat dari permasalahan yang ada tersebut, maka kemampuan anak dalam
mengenal huruf perlu dikembangkan dengan cara yang tepat, yaitu dengan tetap
berpedoman pada bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.
Slamet Suyanto (2005: 25) dalam Skripsi Trisnawati (2014:4)
mengungkapkan bahwa pada dasarnya pendidikan Anak Usia Dini lebih
menekankan pada kegiatan bermain sambil belajar yang mengandung arti setiap
kegiatan pembelajaran harus menyenangkan. Melalui bermain, banyak konsep
dasar dari pengetahuan dapat diperoleh, seperti konsep dasar warna, ukuran,
bentuk, dan arah yang merupakan dasar dari perkembangan bahasa.Oleh karena
itu guru perlu metode lain yang lebih menarik yaitu permainan huruf. Salah satu
bentuk permainan huruf adalah permainan kancing huruf. Permainan kancing
huruf adalah permainan dengan aturan untuk merangsang perkembangan bahasa
anak dengan mengenal huruf.
Permainan merupakan aktivitas yang menimbulkan rasa senang Sofia Hartati,
(2005: 95) dalam Skripsi Trisnawati (2014:4). Melalui permainan, anak dapat
mengembangkan potensinya yang ada pada diri anak.Penelitian ini menerapkan
permainan kancing huruf dalam pembelajaran agar anak dapat belajar aktif,
menyenangkan, sehingga kemampuan anak dalam mengenal huruf dapat
meningkat.
Permainan kancing huruf merupakan salah satu metode bermain yang cukup
efektif untuk mengembangkan kemampuan mengenal huruf karena anak pada usia
5
sampai 6 tahun masih pada tahap pra operasional. Penelitian ini menggunakan
kancing huruf sebagai media/benda konkret yang dapat digunakan anak saat
belajar mengenal huruf, sehingga dapat membantu anak dalam mengenal dan
memahami lafal huruf danbentuknya.
Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian mengenai Meningkatkan
kemampuan mengenal huruf melalui kegiatan permainan kancing huruf kelompok
B TK Islam Uminda KotaMakassar.
B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan terdapat identifikasi masalah
sebagai berikut:
a. Kurangnya pemahaman sebagian besar anak kelompok B TK Islam Uminda
Kota Makassar mengenai huruf yang disebabkan karena minimnya informasi
yang diberikan oleh guru.
b. Tujuan pembelajaran mengenal huruf yang dilakukan guru hanya terbatas
pada penyelesaian lembar kerja sesuai dengan intruksi yang diberikan.
c. Pembelajaran mengenal huruf belum menerapkan konsep bermain.
Hal inilah yang berdampak pada kurangnya kemampuan tentang pengenalan
huruf.
2. Alternatif Pemecahan Masalah
Masalah tentang kurangnya kemampuan pengenalan huruf akan dipecahkan
melalui penerapan permainan kancing huruf.
6
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan dalam
pengembangan penelitian ini adalah: Apakah pengenalan huruf dapat ditingkatkan
melalui kegiatan permainan kancing huruf di TK Uminda Kota Makassar ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan pengenalan huruf melalui kegiatan permainan kancing huruf di TK
Islam Uminda Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagi anak
Penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal huruf
melalui kegiatan permainan kancing huruf pada kelompok B TK Islam
Uminda Kota Makassar.
2. Bagi guru
Penelitian ini dapat memberikan alternatif pembelajaran yang tepat/efektif
untuk meningkatkan kemampuan anak kelompok B TK Islam Uminda Kota
Makassar dalam mengenal huruf melalui kegiatan permainan kancing huruf.
7
3. Bagi sekolah
Penelitian ini dapat memberikan alternatif dalam pengambilan kebijakan
sekolah yang terkait dengan proses pembelajaran yang akan digunakan oleh
guru untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf anak kelompok B TK
Islam Uminda Kota Makassar.
4. Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang cara
meningkatkan kemampuan mengenal huruf melalui kegiatan permainan
kancing huruf.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Bahasa
a. Pengertian Bahasa
Bahasa (language) ialah suatu simbol yang digunakan untuk berkomunikasi
dengan orang lain. Pada manusia basaha ditandai oleh daya cipta yang tidak
pernah habis dan adanya sebuah aturan. Daya cipta yang tidak pernah habis
(infinite generativity) ialah suatu individu untuk menciptakan sejumlah kalimat
bermakna yang tidak pernah berhenti dengan menggunakan seperangkat kata dan
aturan terbatas ,yang menjadikan bahasa sebagai upaya yang sangat kreatif (John
W.Santrock, 2000:178) dalam skripsi Yesy Armayanti (2013:13).
Lebih luas Hurlock (1978) mendefinisikan bahasa sebagai setiap sarana
komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan
makna kepada orang lain. Termaksuk didalamnya perbedaan bentuk komunikasi
yang luas seperi tulisan, bicara, bahasa simbol, ekspresi muka, isyarat, pantomim,
dan seni. Penggunaan bahasa memiliki sistem aturan tersendiri. Santrock (2002)
dalam skripsi Yesy Armayanti (2013:13) mengungkapkan bahwa sistem aturan
bahasa mencakup fonologi, morfologi sintaksis, semantik, pragmatik. Fonologi
(Phonology) ialah studi tentang sistem bunyi-bunyian bahasa. Ketentuan-
ketentuan fonologis menjamin bahwa urutan bunyi tertentu terjadi (misalnya, sp,
ba, atau ar) dan yang lain tidak terjadi (misalnya zx atau qp).
9
Morfologi (morphology) mengacu kepada ketentuan-ketentuan
pengkombinasian morfrem ialah rangkaian bunyi- bunyian terkecil yang memberi
makna kepada apa yang kita ucapkan (Jhon W.Santrock,2002) dalam skripsi Yesy
Armayanti (2013:14). Morfem juga disebut sebagai bagian terkecil kata dalam
bahasa yang harus dikaitkan untuk membentuk suatu kata. Termaksuk didalam
kelompok ini adalah awalan, seperti pra- atau oto-, dan akhiran seperti-isme, yang
tak mengandung makna jika berdiri sendiri. Sintaksis (syntax) melibatkan
bagaimana kata-kata dikombinasikan untuk membentuk ungkapan dan kalimat
yang dapat diterima. Semantik (semantices) mengacu kepada makna kata dan
kalimat. Setiap kata memiliki seperangkat gambaran semantik. Girl dan woman,
misalnya, berbagi gambaran semantik yang sama dengan kata female dan human.
Perangkat terakhir ketentuan- ketentuan bahasa meliputi pragmatik (pragmatics)
kemampuan untuk melibatkan diri dalam percakapan yang sesuai dengan maksud
dan keinginan. Ketentuan-ketentuan pragmatik tertentu menjamin bahwa suatu
kalimat tertentu dan tidak pada konteks yang lain (Anderson dalam John W.
Santrock, 2002).
Sistem aturan bahasa yang diungkapkan John W. Santrock (2002) dalam
skripsi Yesy Armayanti (2013:14). yang meliputi fonologi, morfologi, sintaksis,
dan pragmatik oleh Mel Levine dinyatakan sebagai tingkatan bahasa. Tingkatan
bahasa adalah semacam piramid terbaik di mana tuntunan verbal terakumulasi
dalam bidang yang semakin besar. Tingkatan ini dimulai dari unit terkecil , yaitu
bunyi bahasa, kemudian meningkat menjadi bagian-bagian kata yang penting
(seprti awalan, akar kata, dan kata majemuk ) selanjutnya sampai kata utuh,
10
kalimat utuh, hingga rangkaian kalimat yang panjang dan akhirnya proses yang
tidak hanya berpikir dalam bahasa melainkan berpikir tentang bahasa.
b. Perkembangan Bahasa Anak
Perkembangan bahasa merupakan salah satu aspek pengembangan anak usia
dini. Artinya aspek ini berperan penting dalam perkembangan anak serta
mempengaruhi masa tumbuh kembang anak di masa selanjutnya. Menurut
Santrock bahasa (language) adalah suatu bentuk komunikasi baik lisan, tertulis,
maupun isyarat yang didasarkan pada sebuah sistem simbol. Bahasa terdiri atas
kata-kata yang digunakan oleh masyarakat (perbendaharaan kata) dan aturan-
aturan untuk memvariasikan dan mengkombinasikan kata-kata tersebut (tata
bahasa dan sintaksis). Sedangkan bahasa anak usia dini yakni bahasa yang dipakai
anak untuk meyampaikan keinginan, pikiran, harapan, permintaan untuk dirinya
sendiri.
Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Suhartono menyatakan bahwa peranan bahasa bagi anak usia dini di antaranya
sebagai sarana untuk berfikir, sarana untuk mendengarkan, sarana untuk berbicara
dan saranan agar anak mampu membaca dan menulis. Melalui bahasa seseorang
dapat menyampaikan keinginan dan pendapatnya kepada orang lain. Anak-anak
usia 5 tahun telah mampu menghimpun setidaknya 8.000 kosakata. Mereka dapat
membuat kalimat pertannyaan, kalimat negatif, kalimat tunggal, kalimat
majemuk, serta bentuk penyusunan lainnya.
Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasaan manusia secara
teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya. Dengan demikian, melalui
bahasa, orang dapat saling bertegur sapa, saling bertukar pikiran untuk memenuhi
11
kebutuhannya. Hal ini juga yang terjadi pada anak-anak. Demikian pula hanya
dengan anak membutuhkan orang lain untuk mengungkapkan isi hati atau
pikirannya melalui bahasa. Apakah yang berlangsung di rumah, di lingkungan
sekitar anak, ataupun di sekolah.
Perkembangan kemampuan bahasa sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor bawaan (nature) dan faktor pengasuhan (narture). Faktor bawaan (nature)
mengacu kepada warisan biologis organisme, sementara faktor pengasuhan
(nurture) mengacu kepada pengalaman lingkungan (Santrock, 1995) dalam skripsi
Yesy Armayanti (2013:16). Chomsky merupakan salah satu ahli yang
menyebutkan bahwa kemampuan bahasa seseorang dipengaruhi oleh faktor
bawaan (nature). Chomsky dalam Tadkiroatum Musfiroh (2005) menyebutkan
bahwa kecepatan anak dalam berbicara ( bahasa pertama) merupakan salah satu
keajaiban alam dan menjadi bukti kuat dari dasar biologis untuk pemerolehan
bahasa.
Berbeda dengan Chomsky, Teori Belajar Sosial (Sosial Learning Theory) dari
Bandura menyatakan bahwa kemampuan berbahasa seseorang diperoleh melalui
imitasi dari lingkungan, yakni perkembangan bahasa membutuhkan stimulasi dari
luar, termasuk disini adalah model learning (modelling), melalui modellinganak
dapat belajar bahasa dari model-model yang ada didekatnya dan model yang
paling mudah untuk ditiru adalah orang-orang dekat anak atau significant person
(Rita Eka Izzaty, dkk, 2008). Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan bahasa
seseorang dapat distimulasi oleh orang-orang terdekat anak seperti orang tua,
saudara, pengasuh, dan guru. Kegiatan stimulasi ini dapat dilakukan melalui
12
berbagai cara, seperti bercerita, menceritakan kembali, bermain sosio drama dan
permainan bahasa.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat dua
faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa seorang anak yaitu faktor
bawaan dan faktor lingkungan. Keduanya menjadi penting untuk dipertimbangkan
dalam mendukung perkembangan bahasa anak. Faktor bawaan mengimplikasikan
bahwa kemampuan bahasa sudah dimiliki anak sejak lahir dan faktor lingkungan
menunjukkan bahwa anak juga membutuhkan rangsangan dari lingkungan agar
kemampuan bahasa anak dapat berkembang secara optimal. Taman kanak-kanak
menjadi lingkungan yang strategis untuk mengembangkan bahasa anak termasuk
kemampuan mengenal huruf.
c. Kemampuan Bahasa Anak
Kemampuan bahasa anak adalah berbagai kemampuan yang dikuasai anak
dalam menggunakan bahasa berdasarkan usia yang dimilikinya. Merujuk pada
kurikulum Taman Kanak-kanak (2010) maka anak kelompok B adalah anak yang
memiliki rentang usia 5-6 tahun. Dardjowidjojo dalam Tadkiroatun Musfiroh
(2005:193-194) dalam skripsi Yesy Armayanti (2013:18) menyatakan bahwa anak
usia lima tahun telah menguasai lebih dari 8000 kata produktif. Selanjutnya Clark
& Clark (2005) dalm Tadkiroatun Musfiroh (2005: 193-194) dalam skripsi Yesy
Armayanti (2013:18) menambahkan bahwa anak usia enam tahun telah menguasai
14.000 kata produktif.
Selanjutnya Bredekamp & Copple (2005) menambahkan bahwa pada usia 6
tahun, perkembangan bahasa anak mengalami ledakan yang diikuti oleh masa
transisi yang dramatis, yakni perpindahan dari ekspresi diri yang bersifat oral ke
13
ekspresi diri yang bersifat tertulis. Pada periode ini, kosa kata reseptif anak
bertambah, bukan saja lewat mendengar, tetapi juga lewat membaca, dan kosa
kata ekpresif mereka meluas dari komunikasi lisan ke komunikasi tertulis.
Sejalan dengan hal tersebut Andyda Meliala (2004) mengungkapkan bahwa
anak usia 5-7 tahun memiliki kemampuan bahasa berupa bicara dalam kalimat,
mengerti dan mengikuti perintah dan permintaan, menirukan tindakan tanpa
menggunakan kata-kata, merangkai kata-kata untuk berkomunikasi, berusaha
menulis huruf, mulai membaca kata-kata, mengenali huruf dengan baik, dan
senang membaca buku (walaupun dibacakan). Bahkan Spodek, Saracho, & Davis
dalam M. Ramli (2005) menegaskan bahwa anak usia 5 tahun mampu menyadari
beberapa angka dan huruf. Suyadi (2009) pun mengungkapkan anak usia 4-5
tahun telah mampu mengenal masing-masing bunyi huruf, senang belajar
membaca, dan mampu diajak berdialog sederhana.
Pendapat berbagai ahli tersebut merujuk pada satu kesepakatan bahwa masa
Taman Kanak-kanak merupakan masa munculnya kesadaran anak akan adanya
bahasa tulis atau literasi. Pada masa ini anak mulai dapat mengenal huruf dan
mulai tertarik pada kegiatan membaca. Adapun Cochraneet all dalam Slamet
Suyanto (2005) menyatakan adanya lima tahap perkembangan kemampuan
membaca pada anak yaitu sebagai berikut:
1) Tahap Magis (Magical Stage)
Pada tahap ini, anak belajar memahami fungsi dari bacaan.Anak mulai
menyukai bacaan, menganggap bacaan itu penting.Anak sering menyimpan
dan membawa bacaan ke tempat yang disukainya. Anak usia dua tahun
biasanya sudah memperlihatkan tahap ini.
14
2) Tahap konsep diri (Self-concept Stage)
Pada tahap ini anak memandang dirinya sudah dapat membaca (padahal
belum).Anak sering berpura-pura membaca buku. Anak sering menerangkan
isi atau gambar dalam buku yang disukainya kepada anak lain seakan anak
tersebut sudah dapat membaca. Anak usia tiga tahun biasanya sudah
mencapai tahap ini.
3) Tahap Membaca Peralihan (Bridging Reader Stage)
Anak mulai mengingat huruf atau kata yang sering dijumpainya, misalnya
dari buku cerita yang sering dibacakan orangtuanya.Anak dapat menceritakan
kembali alur cerita dalam buku sebagaimana yang diceritakan
orangtuanya.Anak juga mulai tertarik tentang jenis-jenis huruf dalam alfabet.
Anak usia empat tahun biasanya sudah mencapai tahap ini.
4) Tahap Membaca Lanjut (Take-off Reader Stage)
Anak mulai sadar akan fungsi bacaan dan cara membacanya. Anak mulai
tertarik dengan berbagai huruf atau bacaan yang ada dilingkungannya
(enviromentalprint).Pada tahap ini anak mulai mengeja dan membaca kata
dalam papan iklan yang ada gambarnya. Anak usia lima tahun biasanya sudah
menunjukkan kemampuan tersebut.
5) Tahap Membaca Mandiri (Independent Reader)
Anak mulai dapat membaca secara mandiri.Anak mulai sering membaca buku
sendirian. Anak juga mencoba memahami makna dari apa yang dibacanya.
Anak mencoba menghubungkan apa yang dibacanya dengan pengalamannya.
Anak usia 6-7 tahun biasanya sudah mencapai tahap membaca mandiri.
15
Berdasarkan berbagai uraian tentang kemampuan bahasa anak kelompok B
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada usia 5-6 tahun merupakan masa yang
tepat untuk meningkatkan kemampuan anak dalammengenal huruf. Anak usia 4
tahun sudah berada pada tahap membaca peralihan (Bridging Reader Stage)di
mana anak mulai mengingat huruf atau kata yangsering dijumpainya dan mulai
tertarik tentang jenis-jenis huruf dalam alfabet. Selanjutnya pada usia 5 tahun
anak berada pada tahap membaca lanjut (Take-off Reader Stage) di mana anak
mulai sadar akan fungsi bacaan dan cara membacanya. Anak mulai tertarik
dengan berbagai huruf atau bacaan yang ada dilingkungannya (enviromental
print).Anak juga berada pada tahap alphabetic yaitu tahapan di mana anak
menggunakan huruf untuk mengidentifikasi kata.
d. Karakteristik Anak
Berdasarkan Kurikulum Taman Kanak-kanak (2013) maka anak kelompok B
adalah anak yang memiliki rentang usia5-6 tahun. Santrock (2002) menyebutkan
bahwa anak usia 5-6 tahun berada pada masa awal Kanak-kanak (early
childhood), di mana periode ini disebut sebagai “tahun-tahun prasekolah”. Selama
masa ini anak belajar semakin mandiri (self-sufficient) dan menjaga dirinya
sendiri, mengembangkan keterampilan kesiapan bersekolah, dan meluangkan
waktu berjam-jam bermain dengan teman sebaya.
NAEYC (National Assosiation Education for Young Children) (2005) dalam
Sofia Hartati (2005:7) dalam skripsi Yesy Armayanti (2013:23) mendefinisikan
anak usia dini sebagai sekelompok individu yang berada pada rentang usia antara
0-8 tahun. Dari definisi tersebut maka anak usia 5-6 tahun termasuk didalamnya.
Sofia Hartati (2005) menyatakanbahwa anak usia dini merupakan sosok individu
16
yang sedang menjalani suatu proses perkembangan yang sangat pesat dan
fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini memiliki dunia dan
karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa.
Anak usia dini juga sangat aktif, dinamis, antusias, dan hampir selalui ingin tahu
terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, dan seolah tak pernah berhenti belajar.
Berdasarkan pandangan psikologis anak usia dini memiliki karakteristik yang
khas dan berbeda dengan anak lain yang berada diatas usia 8 tahun. Karakteristik
anak usia dini yang khas tersebut dikemukakan oleh Kellough(2005) sebagai
berikut:
a. Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar
Berdasarkan persepsi anak, dunia ini dipenuhi dengan hal-hal yang
menarik dan menakjubkan.Hal ini menimbulkan rasa keingintahuan anak
yang tinggi. Rasa keingintahuan sangatlah bervariasi tergantung apa yang
menarik perhatiannya. Brooks dan Brooks (2005) dalam Sofia Hartati
(2005:9) dalam skripsi Yesy Armayanti (2013:24). menyebutkan bahwa
keuntungan yang dapat diambil dari rasa keingintahuannya adalah dengan
menggunakan fenomena atau kejadian yang tidak biasa.Kejadian yang tidak
biasa tersebut dapat menimbulkan ketidak cocokan kognitif, sehingga dapat
memancing keinginan anak untuk tekun memecahkan permasalahan atau
ketidak cocokan tersebut.
b. Anak bersifat unik
Anak merupakan individu yang unik di mana masing-masing memiliki
bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu
sama lain. Disamping memiliki kesamaan menurut Bredekamp(2005) dalam
17
Sofia Hartati (2005:10) dalam skripsi Yesy Armayanti (2013:24) anak juga
memiliki keunikan tersendiri seperti dalam gaya belajar, minat dan latar
belakang keluarga. Meskipun terdapat pola urutan umum dalam
perkembangan anak yang dapat diprediksi, namun pola perkembangan dan
belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain.
c. Anak memiliki daya kosentrasi yang pendek
Pada umumnya anak sulit untuk berkonsentrasi pada suatu kegiatan dalam
jangka waktu lama. Anak selalu cepat mengalihkan perhatian pada kegiatan
lain, kecuali memang kegiatan tersebut selain menyenangkan juga bervariasi
dan tidak membosankan. Menurut Berg (2005) dalam Sofia Hartati (2005: 11)
dalam skripsi Yesy Armayanti (2013:24).sepuluh menit adalah waktu yang
wajar bagi anak usia sekitar 5 tahun untuk dapat duduk memperhatikan
sesuatu secara nyaman. Daya perhatian yang pendek membuat anak masih
sangat sulit untuk duduk dam memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu
yang lama, kecuali terhadap hal-hal yang menyenangkan.
d. Anak merupakan masa belajar yang paling potensial
Masa usia dini disebut sebagai golden age atau magic years. NAEYC
dalam Sofia Hartati mengemukakan bahwa masa-masa awal kehidupan
tersebut sebagai waktu belajar dengan slogannya “Early Years are Learning
Years”. Hal ini disebabkan bahwa selama rentang waktu usia dini, anak
mengalami berbagai pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat dan
pesat pada berbagai aspek. Pada periode ini hampir seluruh potensi anak
mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan
hebat.Pembelajaran pada periode ini merupakan wahana yang memfasilitasi
18
pertumbuhan dan perkembangan anak guna mencapai tahapan sesuai dengan
tugas perkembangannya.
Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa anak kelompok B berada
pada masa awal Kanak-kanak (early childhood).Periode ini ditandai dengan
beberapa karakteristik yaitu anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, anak
bersifat unik, anak memiliki daya konsentrasi yang pendek dan anak merupakan
masa belajar yang paling potensial.
e. Prinsip Pembelajaran Anak Kelompok B
Pembelajaran pada anak usia dini termasuk pembelajaran anak kelompok B
merupakan proses interaksi antara anak, orang tua, atau orang dewasa lainnya
dalam suatu lingkungan untuk mencapai tugas perkembangan. Interaksi
yangdibangun tersebut merupakan faktor yangmempengaruhi tercapainya
tujuanpembelajaran yang akan dicapai. Hal ini disebabkan interaksi tersebut
mencerminkan suatu hubungan di mana anak akan memperoleh pengalaman yang
bermakna, sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan lancar. Vygotsky
(2005) dalam Sofia Hartati (2005:29) dalam skripsi Yesy Armayanti (2013:26)
menyebutkan bahwa pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang penting
bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak
dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain.
Pembelajaran akan menjadi pengalaman yang bermakna jika anak dapat
melakukan sesuatu atas lingkungannya. Pembelajaran merupakan kesempatan
bagi anak untuk mengkreasikan dan memanipulasi objek atau ide. Greenberg
dalam Sofia Hartati (2005) berpendapat bahwa anak akan terlibat dalam belajar
secara lebih intensif jika anak membangun sesuatu daripada sekedar melakukan
19
atau menirukan sesuatu yang dibangun oleh orang lain. Anak melukiskan bahwa
pembelajaran dapat efektif jika anak dapat belajar melalui bekerja, bermain dan
hidup bersama dengan lingkungannya. Oleh karena itu proses pembelajaran yang
dilakukan harus memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran agar anak dapat
mencapai tahapan perkembangan yang optimal.
Adapun prinsip pembelajaran tersebut sebagai berikut (Sofia Hartati, 2005):
a. Berangkat dari yang dimiliki anak
Setiap anak membawa segala pengetahuan yang telah dimilikinya
terhadap pengalaman-pengalaman barunya. Jika suatu pengalamanbelajar
tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk menciptakan pengetahuan
baru, maka pembelajaran itu akan membosankan. Sebaliknya, bila
pengalaman belajar itu terlalu asing bagi anak, maka pengalaman itu akan
membuat cemas anak. Hal ini akan menyebabkan anak menarik diri atau
menolak berhubungan dengan pengalaman baru itu. Dengan demikian
pengalaman belajar hendaknya mengandung sebagian unsur yang sudah
dikenal oleh anak dan sebagian lainnya merupakan pengalaman baru.
b. Belajar harus menantang pemahaman anak
Proses belajar pada anak usia dini dapat terjadi dalam dua arah dari yang
umum ke yang khusus dari sederhana ke yang kompleks. Oleh karena itu,
untuk memastikan terjadinya pengembangan pada anak, aktivitas
pembelajaran yang dirancang harus menantang anak untuk mengembangkan
pemahaman sesuai dengan apa yang dialaminya.
c. Belajar dilakukan sambil bermain
20
Belajar pada anak usia dini adalah bermain. Melalui bermain dapat
memberi kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, menemukan,
mengekspresikan perasaan, berkreasi dan belajar secara
menyenangkan.Selain itu bermain juga dapat membantu anak mengenal
tentang diri sendiri, dengan siapa anak hidup dan di lingkungan mana anak
hidup.
d. Belajar dilakukan melalui sensorinya
Anak memperoleh pengetahuan melalui sensori atau inderawinya yaitu
peraba, pencium, pendengar, penglihat dan perasa. Setiap sensorianak akan
merespon stimulan atau rangsangan yang diterima. Oleh karenanya
pembelajaran hendaknya memberikan stimulasi yang dapat merangsang
setiap sensori yang dimiliki anak.
e. Belajar sambil melakukan
Pendidikan hendaknya mengarahkan anak untuk menjadi pebelajar
aktif.Pendidikan yang dirancang secara kreatif akan menghasilkan pebelajar
yang aktif. Anak-anak akan terbiasa belajar dan mempelajari berbagai aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui berbagai aktivitas mengamati,
mencari,menemukan, mendiskusikan, menyimpulkan, dan mengemukakan
sendiri berbagai hal yang ditemukan pada lingkungannya. Proses pendidikan
seperti ini merupakan wujud pembelajaran yang bertumpu pada aktivitas
belajar anak secara aktif (active larning).
Slamet Suyanto (2005) menambahkan beberapa prinsip pembelajaran anak
usia dini yaitu konkret dan dapat dilihat langsung, bersifat pengenalan, dan sesuai
tingkat perkembangan anak. Prinsip pembelajaran harus konkret dan dapat dilihat
21
langsung artinya dalam proses belajar hendaknya anak dapat berinteraksi dengan
benda-benda, bermain dan melakukan eksplorasi agar mereka memperoleh
pengalaman langsung. Kehadiran benda-benda merupakan jangkar bagi anak
untuk belajar.Anak dapat dilatih untuk membuat hubungan sebab-akibat jika dapat
dilihat secara langsung.Guru TK hendaknya menggunakan berbagai benda
nyatauntuk belajar anak.Berbagai benda
tersebut dapat berupa benda-benda di alam, manipulatif, alat-alat permainan, dan
alat-alat percobaan.
Bersifat pengenalan artinya pembelajaran hendaknya menekankan pada
proses mengenalkan anak dengan berbagai benda, fenomena alam, dan fenomena
sosial. Fenomena tersebut akan mendorong anak tertarik terhadap persoalan,
sehingga anak ingin belajar lebih lanjut. Seperti fenomena adanya benda-benda
yang menempel dan yang tidak menempel pada magnet.Biarlah anak menyimpan
untuk sementara persoalan dibenaknya, “mengapa magnet menarik logam?”
Vygotsky dalam Slamet Suyanto (2005) menyebut pertanyaan dalam anak seperti
itu sebagai internal speech, suatu proses yang akan menumbuhkan rasa ingin tahu
dan menantang anak untuk berpikir lebih jauh.
Sesuai tingkat perkembangan anak artinya pembelajaran untuk anak usia dini
harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Developmentally
Appropriate Pratice menyarankan agar pembelajaran disesuaikan dengan usia dan
kebutuhan individual anak. Pada umumnya anak normal, pada usia yang sama
memiliki tingkat perkembangan yang sama. Dengan demikian, pembelajaran anak
usia dini harus disesuaikan baik lingkup maupun tingkat kesulitannya dengan
kelompok usia anak.
22
Berdasarkan penjabaran tersebut, maka pembelajaran anak kelompok B harus
memperhatikan prinsip pembelajaran anak. Pembelajaran akan menjadi bermakna
apabila anak dapat terlibat dalamsuatu aktivitas, di mana anak dapat memainkan
seluruh sensorinya. Anak belajar melalui interaksi langsung dengan objek
sehingga pembelajaran dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk
mengkreasi dan memanipulasi objek tersebut. Interaksi dengan objek tersebut,
pada akhirnya akan mendorong anak memperoleh pengalaman yang dapat
merangsang proses berpikirnya.
f. Kemampuan Mengenal Huruf Anak
Burnett menyatakan bahwa mengenal huruf merupakan hal penting bagi anak
usia dini yang didengar dari lingkungannya baik huruf latin, huruf arab dan
lainnya. Berbagai huruf yang dikenal anak menumbuhkan kemampuan untuk
memlih dan memilah berbagai jenis huruf. Melatih anak untuk mengenal huruf
dan mengucapkannya mesti harus di ulang-ulang. (Harun Rasyid dkk, 2009).
Soenjono Darjowidjojo (2003) mengungkapkan bahwa kemampuan mengenal
huruf adalah tahap perkembangan anak dari belum tahu menjadi tahu tentang
keterkaitan bentuk dan bunyi huruf, sehingga anak dapat mengetahui bentuk huruf
dan memaknainya. Belajar mengenal huruf menurut Ehri dan Mc. Cormick
(dalam Carol Seefelt dan Barbara A. Wasik, 2008) merupakan komponen hakiki
dari perkembangan baca tulis. Anak perlu mengetahui atau mengenal dan
memahami huruf abjad untuk akhirnya menjadi pembaca dan penulis yang
mandiri dan lancar. Anak-anak yang bisa mengenal dan menyebut huruf-huruf
padadaftar abjad dalam belajar membaca memiliki kesulitan lebih sedikit dari
anak yang tidak mengenal huruf.
23
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
No 137 tahun 2014 tentang standar pendidikan anak usia dini, kemampuan
mengenal huruf merupakan bagian dari perkembangan bahasa anak, diantaranya
kemampuanpemahaman terhadap hubungan bentuk dan bunyi huruf, meniru
bentuk huruf serta memahami kata dalam cerita.
Jadi dari pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa kemampuan mengenal
huruf adalah kesanggupan anak dalam mengetahui dan memahami tanda-tanda
aksara dalam tata tulis yang marupakan huruf abjad dalam melambangkan bunyi
bahasa. Kemampuan anak dalam mengetahui huruf dapat dilihat saat anak mampu
memahami hubungan bentuk dan bunyi hurufdan anak mampu meniru bentuk
huruf serta dapat dilihat dari kemampuan anak saat memaknai sebuah kata dalam
cerita sehingga anak mampu menyebutkan huruf depan dari sebuah kata.
2. Konsep Mengenal Huruf
a. Pentingnya Mengenal Huruf
Menurut Glenn Doman (Maimunah Hasan, 2009) bahwa anak balita perlu
diajari mambaca karena, a)anak usia balita mudah menyerap informasi dalam
jumlah yang banyak, b) anak usia balita dapat menangkap informasi dengan
kecepatan luar biasa, c) semakin banyak yang diserapsemakin banyak yang
diingat, d) anak usia balita mempunyai energy yang luar biasa, e) anak usia balita
dapat mempelajari bahasa secara utuh dan belajar hampir sebanyak yang
diajarkan.
Pengenalan huruf sejak usia TK yang penting adalah metode pengajarannya
melalui proses sosialisasi, dan metode pengajaran membaca tanpa membebani
dengan kegiatan belajar yang menyenangkan (Maimunah Hasan, 2009).
24
Dari pernyataan diatas bahwa mengenal huruf adalah penting bagi anak TK
dan perlu diajarkan dengan metode bermain karena merupakan kegiatan yang
menyenangkan, tidak membebani anak dan memerluakan energi sehingga anak
dapat mempelajari bahasa secara utuh belajar sesuai yang diujarkan/diharapkan.
b. Manfaat Mengenal Huruf
Carol Seefelt dan Barbara A. Wasik (2008) mengungkapkan bahwa belajar
huruf adalah tonggak kurikulum Taman Kanak-Kanak lewat penyingkapan
berulang dan bermakna kepada peristiwa-peristiwa baca tulis, sehingga anak
menjadi tahu akan huruf-huruf dan mengerti bahwa huruf-huruf membentuk
sebuah kata. Menurut Agus Hariyanto (2009) mengungkapkan bahwa dengan
strategi pengenalan huruf sejak usia dini sangat bermanfaat bagi perkembangan
bahasa anak, karena membantu mempersiapkan anak untuk dapat membaca
dengan mudah. Bond dan Dykstra (Slamet Suyanto, 2005) mengungkapkan
bahwa anak yang dapat mengenal huruf dengan baik cendrung memilki
kemampuan membaca dengan lebih baik.
Jadi berdasrkan hal-hal tersebut dapat ditegaskan bahwa, anak-anak yang
belajar mengenal huruf sejak usia dini dapat memberikan manfaat bagi anak-anak
untuk mempersipkan diri dalam belajar membaca dan menulis.
3. Konsep Permainan Kancing Huruf
a. Pengertian bermain
Bermain merupakan salah satu pendekatan dalam melaksanakan kegiatan
pendidikan untuk anak usia dini. Dengan menggunakan strategi, metode,
materi/bahan, dan media yang menarik, permainan dapat diikuti anak secara
menyenangkan. Secara umum dalam term psikologi, Joan Freeman dan Utami
25
Munandar (1996) mendefenisikan ber main sebagai suatu aktivitas yang
membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial,
moral, dan emosional.
Menurut Piaget (1951) bermain merupakan kegiatan yang dilakukan
berulang-ulang demi kesenangan. Kemudian Elizabeth Hurlock (1987) bermain
merupakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Bermain menurut Mulyadi (2004), secara umum sering dikaitkan dengan
kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima pengertian
bermain:Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki niali instrinsik pada anak
1) Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih berisfat intrinsik
2) Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih
oleh anak
3) Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak
4) Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan
bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa,
perkembangan sosial dan sebainya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa nermain
merupakan keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh individu yang sifatnya
menyenangkan, yang berfungsi untuk membantu individu mencapai
perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.
26
b. Fungsi Bermain
Fungsi bermain pada anak memang begitu beragam. Anak akan menemukan
perkembangan fisik serta mental yang ia miliki. Melalui permainan pula, seorang
anak akan mampu mempelajari begitu banyak hal bahkan anak mendapatkan
sistem pemecahan masalah yang jauh lebih baik daripada anak-anak yang tidak
banyak bermain. Adapun fungsi bermain bagi anak anatara lain:Melatih
perkembangan sensori motorik
Melalui permainan, anak akan menjadi terlatih ketika melakukan beragam
aktivitas sensorik serta motorik. Permainan aktif melatih panca indera sang anak
karena dengan permainan maka semua anggota panca indera anak akan tergerak
untuk melakukan sesuatu. Sebagai hasilnya, organ sensorik dan motorik akan
semakin baik.
1) Mengasah memori otak
Anak kecil memiliki organ memori yang belum banyak terisi oleh beragam
hal. Oleh karena itu, melalui bermain anak bisa mengembangkan kemampuan
memori yang ia miliki. Anak akan mengeksplorasi serta melihat benda yang
ada diseskitarnya.
2) Mengembangkan etika
Ketika anak bermain, maka ia melakukan banyak hal bersama tema-
temannya. Ia mempelajari banyak aturan, mempunyai tingkat sportivitas, dan
tentu saja belajar bagaimana membangun etika yang benar.
3) Meningkatkan kreativitas anak
Didalam melakukan permainan, anak-anak dapat mengeksplorasi dan
menerapkan banyak ide yang terkait dengan sistem permainan.
27
c. Manfaat Bermain
Menurut buku “Games Therapyuntuk kecerdasan bayi dan balita” yang ditulis
oleh Psikolog Effiana Yuriastien, dkk, ada sembilan manfaat bermain bagi anak:
1) Memahami diri sendiri dan mengembangkan harga diri
Ketika bermain, anak menentukan pilihan-pilihan. Mereka harus memilih
apa yang akan dimainkan. Anak juga memlih dimana dan dengan siapa
mereka bermain. Semua pilihan itu akan membantu terbentuknya gambaran
tentang diri mereka dan membuatnya merasa mampu mengendalikan diri.
2) Menemukan apa yang dapat mereka lakukan dan mengembangkan
kepercayaan diri
Permainan mendorong berkembangnya keterampilan, fisik, sosial dan
intelektual.
3) Melatih mental anak
Ketika bermain, anak berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang
tersimpan di dalam dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dia
miliki sekaligus mendapatkan pengetahuan baru.
4) Meningkatkan daya kreativitas dan membebaskan anak dari stres
Kreativitas anak akan berkembang melalui permainan. Ide-ide yang
orisinil akan keluar dari pikiran mereka.bemain juga dapat membantu anak
untuk lepas dari stres kehidupan sehari-hari.Mengembangkan pola sosialisasi
dan emosi anakDalam permainan kelompok, anak belajar tentang sosialisasi.
Anak mempelajari nilai keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki suatu
kelompok. Ketika anak memainkan peran” baik” dan “jahat”, hal ini
membuat mereka kaya akan pengalaman emosi.
28
5) Melatih motorik dan mengasah daya analisah anak
Melalui permainan, anak dapat belajar banyak hal. Diantaranya melatih
kemampuan menyeimbangkan antara motorik halus dan kasar. Hal ini sangat
mempengaruhi perkembangan psikologisnya.
6) Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan anak
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenihi dengan cara lain,
sering kali dapat dipenuhi dengan bermain.
7) Standar moral
Walaupun anak belajar di rumah dan sekolah tentang apa yang dianggap
baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan standar moral selain
dalam kelompok bermain.
8) Mengembangkan otak kanan anak
Bermain memiliki aspek-aspek yang menyenangkan dan membuka
kesempatan untuk menguji kemampuan dirinya berhadapan dengan teman
sebaya serta mengembangkan perasaan realistis akan dirinya. Dengan begitu,
bermain memberi kesempatanpada anak untuk mengembangkan otak kanan,
kemampuan yang mungkin kurang terasa baik di sekolah maupun di rumah.
d. Permainan Kancing Huruf
Pemberian pengalaman pada anak untuk membelajarkan pengenalan huruf
tidak bisa dilepaskan dari aktivitas bermain. Alasannya bagi anak bermain bukan
hanya menjadi kesenangan tetapi juga suatu kebutuhan yang mau tidak mau harus
terpenuhi. Jika tidak menurut Conny R, Semiawan (2005) dalam Tadkiroatun
Musfiroh (2005:1) dalam Skripsi Yesy Armayanti (2013:35) menambahkan
29
bahwa bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak-anak berkembang
optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah dan aspek
perkembangan anak termasuk pengembangan bahasa. Tadkirioatum Musfiroh
(2005) mengungkapkan arti penting bermain bagi anak sebagai berikut:
a. Bermain membantu anak membangun konsep dan pengetahuan. Anak anak
tidak membangun konsep atau pengetahuan dalam kondi terisolasi,
melainkan interaksi dengan orang lain (Bredekamp & Copple dalam
Tadkiroatun Musfiroh 2005: 15) dalam Skripai Yesy Armayanti (2013:35).
b. Bermain membantu anak mengembangkan kemampuan mengorganisasi dan
menyelesaikan masalah. Menurut Catron dan Allen Copple dalam
Tadkiroatun Musfiroh (2005: 12) Dalam Skripsi Yesy Armayanti (2013:35).
anak menemukan pengalaman baru, memanipulasi benda dan alat-alat,
berinteraksi dengan anak lain, dan melalui menyusun pengetahuannya tentang
dunia. Bermain menyediakankerangka bagi anak untuk mengembangkan
pengetahuan mereka tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan
lingkungannya.
c. Bermain mendorong anak untuk berfikir kreatif. Bermain mendukung
tumbuhnya pikiran kreatif, karena didalam bermain anak memilih sendiri
kegiatan yang mereka sukai, belajar membuat identifikasi tentang banyak hal,
banyak menikmati proses sebuah kegiatan, belajar mengontrol kegiatan diri
mereka sendiri diantara teman sebaya. Didalam bermain, anak terdorong
untuk melihat, empercayakan sesuatu, menemukan atau membuat jawaban,
dan kemudian menguji jawaban dan pertanyaan yang mereka buat sendiri.
30
Tidak semua aktivitas digolongkan dalam kegiatan bermain, oleh karena itu
diperlukan batasan mengenai pengertian bermain. Batasan tersebut menjadi
penting untuk dipahami karena berfungsi sebagai parameter dalam menentukan
sejauh mana aktivitas yang dilakukan anak bisa dikategorikan dalam kegiatan
bermain atau bukan bermain.Bermain merupakan kegiatan yang jauh dari kegiatan
bekerja, sebab apabila kegiatan bermain condong pada kegiatan bekerja, maka hak
anak untuk bermain sudah dirampas. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2005) suatu
aktivitas dikatakan bermain apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Bermain selalu menyenangkan (pleasurable) dan menikmatkan atau
menggembirakan (enjoyable). Bahkan ketika tidak disertai oleh tanda-tanda
keriangan, bermain tetaplah bernilai positif bagi parapemainnya. Ini berarti,
suatu kegiatan dapat dikategorikan bermain apabila anak-anak merasa senang
melakukan aktivitas tersebut.
b. Bermain tidak bertujuan ekstrinsik, motivasi bermain adalah motivasi
intrinsik.Ini berarti, anak bermain bukan karena melaksanakan tugas yang
diberikan oleh orang lain, tetapi semata-mata karena anak memang ingin
melakukannya. Karena memiliki motivasi intrinsik ini pulalah anak tidak
mengharapkan balasan apapun dari orang lain. Sebenarnya, kegiatan bermain
lebih ditujukan pada kesenangan daripada tujuan akhir.
c. Bermain melibatkan peran aktif semua peserta. Kegiatan bermain terjadi
karena adanya keterlibatan semua anak sesuai peran dan giliran
masingmasing. Oleh karena itulah, mimpi walaupun menyenangkan tidak
dapat dikategorikan sebagai bermain karena tidak ada keikutsertaan secara
31
aktif (Garvey dalam Tadkiroatun Musfiroh 2005:7) dalam Skripsi Yesy
Armayanti (2013:37).
d. Bermain bersifat aktif. Semua kegiatan bermain menuntut keaktifan anak
yang bermain. Bermain bukanlah kegiatan yang pasif, seperti menonton
televisi. Anak yang sedang bermain bersama-sama memikirkan,
mengorganisasikan, merencanakan, dan berinteraksi dengan lingkungan.
d. Anak bermain sesuai dengan usianya, dengan pikirannya sendiri, dengan
perasaannya sendiri, dengan pengertiannya sendiri dan dengan dunianya
sendiri. Untuk itu satu bentuk permainan semestinya diciptakan dengan
tujuan jelas sehingga pertumbuhan dan perkembangan yangdiharapkan pada
anak akan dapat dicapai. Pada saat memasuki Taman Kanak-kanak, anak-
anak sudah mahir bermain bebas di luar ruangan.Disamping itu, mereka juga
bisa melakukan permainan di dalam ruangan baik di atas meja maupun di atas
lantai. Permainan ini biasanya berkembang dan dilaksanakan sehari-hari,
serta ditandai oleh meningkatnya pemahaman akan kebutuhan anak untuk
berdiskusi, merencanakan,berbagi, mengambil giliran, dan bermain dengan
menyetujui aturan (Sheridan Copple dalam Tadkiroatun Musfiroh 2005: 11)
dalam Skripsi Yesy Armayanti (2013:38)
Adapun Santrock (2002) mengungkapkan jenis permainan anak sebagai
berikut. Permainan fungsional merupakan bentuk permainan paling awal yang
dapat dimainkan oleh anak, di mana permainan ini memanfaatkan sensorimotor
anak yang mulai berkembang pada usia 0-2 tahun atau tahap sensori motor.
Permainan ini mendorong anak melakukan gerakan yang bersifat sederhana dan
berulang-ulang. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa permainan fungsional
32
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan olah motorik baik motorik halus
maupun maupun kasar.
e. Sejalan dengan hal tersebut Jo Ann Brewer (dalam Tadkiroatun Musfiroh
2005: 12) dalam Skripsi Yesy Armayanti (2013:39) mengungkapkan bahwa
anak usia 6 tahun sudah mulai dapat melakukan kegiatan bermain dengan
aturan. Anak usia 6 tahun ini dapat dilibatkan kedalam permainan-permainan
yang memiliki aturan-aturan sederhana dan melibatkan banyak anak. Setelah
memasuki usia 6 tahun, kecenderungan anak untuk bermain simbolik mulai
berkurang dan digantikan dengan permainan yang lebih kompetitif dan
didasarkan pada keterampilan bahasa dan akedemik. Ini berarti, permainan
yang dirancang untuk menstimulasi aspek-aspek tertentu dapat diberikan, asal
menarik bagi anak, tidak terlalu rumit, melibatkan peran aktif semua anak,
dapat dilakukan secara berkelompok atau berpasangan dan tidak berpotensi
memancing perseturuan fisik.Malone (dalam Tadkiroatun Musfiroh 2005: 40)
dalam Skripsi Yesy Armayanti (2013:40) menandai tiga karakteristik kritis
dari permainan.
Kriteria pertama adalah tantangan.Tantangan mendorong permainan menjadi
lebih efektif.Aturan permainan harus jelas bagi anak dan hasil permainan itu tidak
bisa dipastikan. Permainan dakon atau congklak, misalnya, relatif menantang
karena anak dituntut dapat memperkirakan jumlah kecik (biji sawo) yang akan
diambil.
f. Kriteria kedua untuk memotivasi anak terlibat dalam permainan adalah
fantasi. Fantasi menyediakan bingkai referensi anak dengan cara
33
menyediakan konteks untuk bermain mental dengan aturan dan strategi.
Malone (dalam Tadkiroatun Musfiroh 2005: 40) dalam Skripsi Yesy
Armayanti (2013:40).membedakan pengertian permainan fantansi ekstrinsik
dan permainan fantasi intrinsik.Dalam fantasi ekstrinsik, anakanak mengejar
cita-cita dalam fantasinya seperti mendarat di bulan.Fantasi intrinsik
berkaitan dengan tujuan penyelesaian masalah permainan.Anak-anak menjadi
berhasil dalam kegiatan karena mereka membuat strategi yang lebih baik
daripada hanya bersandar pada keberuntungan.Monopoli, misalnya,
merupakan contoh permainan dengan fantasi instrinsik.
Kriteria ketiga adalah keingintahuan (curiosity).Keingintahuan ini mendorong
keinganan anak untuk terus bereksplorasi, bereksperimen dengan cahaya, suara,
dan gerakan, untuk melihat pola-pola apakah yang dibentuk oleh tindakan mereka.
Rasa ingin tahu anak akan mendorong bagaimana harus memecahkan suatu
pertentangan dalam logika permainan, seperti bagaimana mengenali suara teman
dengan mata tertutup dan bagaimana dapat memenangkan suatu permainan.
Berdasarkan karakteristik, prinsip pembelajaran, prinsip perkembangan, metode
pembelajaran membaca phonics dan jenis permainan anak usia dini, maka
terciptalah permainan kancing huruf. Permainan kancing huruf adalah bentuk
permainan dengan aturan untuk merangsang perkembangan bahasa anak dalam
mengenal huruf.
e. Tahapan-tahapan Permainan Kancing Huruf
Cucu Eliyawati (2005: 72) dalam skipsi Trisnawati halaman 16, menyebutkan
langkah-langkah dalam bermain kartu huruf diantaranya yaitu ambilah satu
34
persatu kartu huruf secara bergantian. Amatilah simbol huruf pada kartu yang
sedang dipegang, kemudian sebutkanlah symbol huruf yang tertera pada kartu
huruf. Baliklah kartu huruf, amatilah gambar dan tulisan yang tertera pada kartu
huruf, kemudian sebutkanlah gambar benda dan huruf depan dari gambar benda
yang tertera pada kartu huruf. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam
penelitian ini kemudian dikembangkan kedalam permainan yang menggunakan
kancing huruf. Ada pun langkah-langkah permainan kancing huruf ini adalah
sebagai berikut:
a) Anak dikondisikan duduk melingkar di karpet
b) Anak-anak diberi penjelasan tentang permainan yang akan dilakukan, yaitu
permainan kancing huruf. Anak-anak diberi contoh cara bermain kancing
huruf yang akan dijelaskan sebagai berikut ini:
1) Guru mengambil sebuah kancing huruf, kemudian diperlihatkan pada
anak-anak.
2) Guru mengucapkan simbol huruf yang tertera pada karcing huruf
tersebut, kemudian anak-anak diberi kesempatan untuk meniru
mengucapkan simbol huruf tersebut.
3) Guru membalik kancing huruf, kemudian menyebutkan warna yang
tertera pada kancing huruf lalu menyebutkan pula huruf depannya, dan
anak-anak jugadiberi kesempatan untuk meniru dan mengucapkan.
4) Anak-anak diajak mempraktikan permainan kancing huruf secara
bersama-sama, dengan posisi anak masih duduk membentuk lingkaran.
35
5) Setelah anak-anak bermain bersama-sama, guru memberi kesempatan
pada setiap anak untuk melakukan permainan kancing huruf secara
individu, permainan dimulai
a. guru akan mengocok kancing huruf pada sebuah kotak yang telah
disediakan.
b. Anak mengambil sebuah kancing huruf, anak mengamati kartu huruf
tersebut kemudian anak menyebutkan simbol huruf yang tertera pada
kartu huruf tersebutAnak mengamati warna yang terdapat pada
kancing huruf kemudian anak menyebutkan huruf depan dari nama
warna yang terdapat pada kancing huruf tersebut.
c. Setelah selesai anak menunjukkan kancing huruf yang diperolehnya
kepada guru dan kemudian mengucapkan setiap huruf yang ada pada
kancing huruf yang diperolehnya.
f. Indikator Mengenal Huruf
Berdasarkan Permendikbud 146 tahun 2014 tentang kurikulum 2013
pendidikan anak usia dini, terdapat indikator dalam pengenalan huruf pada anak
usia 5-6 tahun.
Table 1 Indikator Mengenal Huruf
Kompatisi Dasar Indikator
3.12 mengenal keaskasaraan awal
melalui bermain
4.12 menunjukkan kemampuan
keaksaraan awal dalalm berbagai
bentuk karya
• Menunjukkan bentuk-bentuk symbol
(pra menulis)
• Mengenal suara huruf awal
• Menyebutkan lambang-lambang
huruf sesuai suara/bunyi
• Mengenal perubahan bunyi dan arti
berdasarkan perubahan huruf dan
posisi huruf
• Menyebutkan kelompok gambar
yang memiliki bunyi/huruf yang
sama
36
• Mengenal arti kata dari gabungan
beberapa huruf vocal dan konsonan
• Menulis huruf-huruf dari namanya
sendiri
• Membaca nama sendiri
Berdasarkan indikator diatas, maka terdapat beberapa indikator yang
digunakan dalam penelitian ini yakni, menunjukkan bentuk-bentuk simbol (pra
menulis), menyebutkan lambang-lambang huruf sesuai suara/bunyi dan
menyebutkan kelompok gambar yang memilki bunyi/huruf yang sama.
B. Kerangka Pikir
Kemampuan mengenal huruf merupakan bagian dari aspek perkambangan
bahasa pada anak usia dini. Kemampuan mengenal huruf adalah kesanggupan
anak dalam mengetahui atau mengenal dan memahami tanda-tanda aksara dalam
tata tulis yang merupakan huruf abjad dalam melambangkan bunyi bahasa.
Kemampuan mengenal huruf perlu dirangsang dengan cara yang tepat, sehingga
kemampuan anak-anak dalam mengenal huruf dapat berkembang optimal.
Pemberian rangsangan untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf,
perlu menerapkan pembelajaran yang menarik. Pembelajaran yang menarik akan
meningkatkan motivasi belajar anak dan dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenagkan, sehingga mempermudah masuknya rangsangan pada anak-anak.
Pemberian rangsangan untuk meningkatkan kemampuan anak-anak dalam
mengenal huruf, yaitu dengan menerapkan metode permainan dalam
pembelajaran. Melalui metode permainan, anak akan merasa senang dan nyaman
dalam mengikuti pembelajaran, makarangsangan yang diberikan akan diterima
baik oleh anak-anak. Selain itu melalui metode permainan, anak akan mudah
37
belajar mengenal huruf yang didukung dengan menggunakan kancing huruf.
Penerapan metode permainan kancing huruf dalam menstimulasi kemampuan
anak-anak, merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan kemampuan anak-
anak dalam mengenal huruf. Hal tersebut dikarenakan dengan menerapkan
metode permainan kancing huruf, anak-anak akan lebih mudah dalam mengenal
huruf-huruf saat bermain kancing huruf. Anak-anak akan melihat, memaknai, dan
mengingat simbol huruf dan gambar pada setiap kancing huruf yang anak
mainkan.
38
Gambar 1 Bagan Kerangka Pikir
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka pikir tersebut, dapat diajukan
hipotesis tindakan sebagai berikut: jika kemampuan mengenal huruf Kelompok
BTK Islam Uminda Kota Makassar dapat ditingkatkan dengan permainan kancing
huruf maka dengan menerapkan permainan kancing huruf dalam kegiatan
Kemampuan mengenal huruf anak di
TK Islam Uminda belum
berkembang dengan baik
Aspek Guru
Kurangnya pemahaman guru
terhadap pentingnya mengenalkan
huruf pada anak melalui permainan
kancing huruf
Aspek Anak
Pengenalan huruf anak masih
rendah
Bermain Kancing Huruf
1. Guru menyediakan media kancing huruf
2. Guru menjelaskan symbol-simbol huruf yang ada di akncing
huruf tersebut
3. Guru mebalikkan kancing huruf, kemudian menyebutkan warna
yang ada di kancing tersebut lalu menyebutkan huruf depannya
4. Guru mengajak anak untuk bermain bersama
5. Guru menyuruh setiap anak untuk melakukan permainan
kancing huruf secara individu
Kemampuan
mengenal huruf
anak di TK Islam
Uminda meningkat
Indikator
1. Menunjukkan bentuk-bentuk symbol (pra menulis)
2. Menyebutkan lambang-lambang huruf sesuai suara/bunyi
3. Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki
bunyi/huruf yang sama
39
pembelajaran dengan permainan kancing hurufdapat meningkatkan kemampuan
mengenal huruf di kelompok B TK Islam Uminda Kota Makassar.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas
(PTK). Suharsimi Arikunto dkk (2007) menjelaskan bahwa penelitian tindakan
kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Berdasarkan pengertian tersebut maka penelitian tindakan kelas ini merupakan
pencermatan terhadap kegiatan belajar dalam aspek pengembangan bahasa yaitu
kemampuan mengenal huruf. Selanjutnya disebutkan bahwa penelitian tindakan
kelas sebagi sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan, maka tindakan tersebut
diwujudkan dalam bentuk permainan kancing huruf).
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di TK Islam Uminda Kota Makssar.
Alamat sekolah Jl. Talasalapang, No 38 A Desa Gunung Sari, Kecamatan
Rappocini Kota Makassar. Sedangkan yang menjadi subjek dalam penelitian ini
adalah anak kelompok B yang berjumlah 23 orang. Laki-laki berjumlah 10 orang
dan perempuan berjumlah 13 orang.
C. Faktor yang Diselidiki
Faktor yang peneliti selidiki di TK Islam Uminda adalah faktor meningkatkan
kemampuan mengenal huruf melalui kegiatan permainan kancing huruf kelompok
41
B. Peneliti mengamati kemampuan mengenal huruf dalam permainan kancing
huruf.
D. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas
yang dikemukakan oleh Hopkins, terdiri atas beberapa siklus. Masing-masing
siklus terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap perencanaan tindakan (plan),
pemberian tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflektive).
Tahap-tahap penelitian dalam masing-masing tindakan terjadi secara berulang
yang akhirya menghasilkan beberapa tindakan dalam penelitian tindakan kelas.
42
PERENCANAAN
1. Mengevaluasi Prota, Prosem dan
RPPM
2. Menetukan tema
3. Menyusun RPPH
4. Menyiapkan lembar observasi
5. Menyiapkan bahan
6. Menyiapkan alat dokumentasi
SIKLUS I
PENGAMATAN
1. Peneliti mengamati dan mencatat
perkembangan kemampuan bahasa
anak sesuai dengan instrumen
observasi yang telah ditentukan
2. Mencatat data yang diperoleh
3. Melakukan pendokumentasian
PERENCANAAN
1. Mengevaluasi Prota, Prosem dan
RPPM
2. Menentukan tema
3. Menyusun RPPH
4. Menyiapkan lembar observasi
5. Menyiapkan bahan
6. Menyiapkan alat dokumentasi
PELAKSANAAN
a. Guru memberikan
penjelasan tentang cara
bermain kancing huruf.
b. Membuatkesepakatan
tentang aturan main
bersama anak-anak.
c. Guru memberikan contoh
kepada anak, kemudian
anak melakukan kegiatan
tersebut.
d. Guru melakukan
pengawasan dan
bimbingan.
REFLEKSI
1. Melakukan penilaian
terhadap proses
pembelajaran dan
perkembangan anak,
berdasarkan hasil
observasi dan
pencatatan.
2. Mengambil keputusan
untuk melakukan
siklus ke II untuk
melakukan perbaikan
terhadap masalah-
masalah yang muncul
dan menetukan
langkah tindakan
selanjutnya
SIKLUS II
REFLEKSI
a. Peneliti dan guru
melakukan penilaian
dan evaluasi hasil
pengamatan dan hasil
pencatatan
b. Mengambil keputusan
bersama untuk
melakukan evaluasi
terhadap kemampuan
bahasa anak
mengalami
peningkatan, sehingga
tindakan
diberhentikan pada
PENGAMATAN
1. Peneliti mengamati dan mencatat
perkembangan kemampuan bahasa anak
sesuai dengan instrumen observasi yang
telah di tentukan
2. Mencatat data yang diperoleh
3. Melakukan pendokumentasian
PELAKSANAAN
1. Guru membuat
kesepakatan bersama
dengan anak-anak
2. Anak melakukan
kegiatan permainan
kancing huruf
3. Guru membimbing,
memotivasi agar
anak merasa percaya
diri dan lebih
bersemangat dalam
melakukan kegiatan
bermain kanging
huruf.
Kemampuan bahasa anak berkembang
sesuia harapan melalui permainan
kancing huruf
43
Gambar 2 Bagan Prosedur Penelitian
E. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
(Suharsimi Arikunto, 2006) Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar observasi berbentuk cheklist. Cheklist adalah daftar variabel yang akan
dikumpulkan datanya. Dalamini peneliti tinggal memberikan tanda tally pada
setiap pemunculan gejala yang dimaksud. Adapun kisi-kisi rubrik penilaian
sebagai berikut:
Tabel 2 Rubrik Penilaian Kemampuan Anak mengenal huruf melalui
permainan kancing huruf anak TK kelompok B
No Indikator Kriteria Skor Deskripsi
1 Menunjukkan
bentuk-bentuk
symbol
BB
(Belum Berkembang)
1
Anak belum mampu menunjuk huruf
MB
(Mulai Berkembang)
2 Anak mulai mampu menunjuk huruf
BSH
(Berkembang Sesuai harapan)
3 Anak mampu menunjuk bentuk huruf
BSB
(berkembang Sangat Baik)
4
Anak mulai mampu menunjuk bentuk huruf
tanpa bantuan guru dan dapat membantu
temannya
BB
( Belum Berkembang)
1 Anak belum mampu mneyebutkan lambang
huruf 2 Menyebutkan
lambang-lambang
huruf sesuai MB 2 Anak mulai mampu menyebutkan lambang
huruf
44
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk menumpulkan data (suharsimi Arikunto, 2005). Adapun jenis-jenis
teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalapenelitian ini adalah angket
(questionnaire), wawancara (interview), pengamatan, dokumentasi, ujian atau tes
(test), dan lain sebagainya. Bertumpu pada pandangan tersebut, maka teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi
dan dokumentasi. Hal ini dikarenakan teknik observasi dan dokumentasi sangat
sesuai digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan interaksi belajar
mengajar (Hamzah B Uno dkk, 2011)seperti pada pembelajaran mengenal huruf.
1. Observasi
suara/bunyi
(Mulai Berkembang)
BSH
(Berkembang Sesuai harapan)
3 Anak mampu menyebutkan huruf
BSB
(berkembang Sangat Baik)
4 Anak mampu menyebutkan huruf tanpa
bantuan guru dan membantu temannya
3 Menyebutkan
kelompok gambar
yang memiliki
bunyi/huruf yang
sama
BB
(Belum Berkembang)
1 Anak belum mampu menyebutkan
kelompok gambar sesuai bunyi huruf yang
sama
MB
(Mulai Berkembang)
2 Anak mulai mampu menyebutkan kelompok
gambar sesuai bunyi huruf yang sama
BSH
(Berkembang Sesuai harapan)
3 Anak mampu menyebutkan kelopok gambar
sesuai bunyi hutuf yang sama
BSB
(berkembang Sangat Baik)
4 Anak mampu menyebutkan kelompok
gambar sesuai bunyi huruf yang sama tanpa
bantuan guru dan membantu temannya
45
Teknik observasi atau pengamatan adalah kegiatan pemantauan perhatian
suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Pengamatan dilakukan oleh
guru dan kolaborator ketika proses pembelajaran berlangsung menggunakan
lembar observasi tentang kemampuan mengenal huruf melalui permainan kancing
huruf. Selain menggunakan lembar observasi, peneliti juga mengambil gambar
pada saat anak melakukan proses pembelajaran. Gambar ini berupa foto yang
dapat menggambarkan secara nyata aktivitas anak ketika pembelajaran mengenal
huruf melalui permainan kancing huruf.
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah pencarian data mengenai hal-hal atau variabel
melalui catatan, transkrip, buku, surat kabar, dan bahan referensi lain ( Suharsimi
Arikunto, 2002). Pencarian data awal atau data pra tindakan dalam penelitian ini
dilakukan melalui dokument lembar kerja anak. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan anak dalam mengenal huruf. Lembar kerja
anak juga dapat dijadikan sebagai bukti otentik mengenai perkembangan
kemampuan anak dalam mengenal huruf.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu proses pengolahan dan menginterpretasikan dan
dengan tujuan untuk mendudukan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya
hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian (Wina
Sanjaya, 2011). Analisis dalam penelitian ini adalah data-data yang diperoleh dari
hasil lembar observasi dan dokumentasi mengenai hasil pembelajaran mengenal
huruf melalui permainan kancing huruf. Analisis dilakukan pada setiap siklus
dengan tekhnik deskriptif kuantitatif.. berikut ini rumus yang digunakan dalam
46
analisis data dengan teknik deskriptif kuantitatif (Ngalim Purwanto, 2006: 102)
yaitu:
Nilai Persentase =���������� ���������
����������� × 100%
Rumus tersebut menjelaskan bahwa analisis data yang dilakukan
menggunakan data yang diperoleh dari skor pada hasil observasi, yaitu dengan
menjulah seluruh skor pada setiap indicator sehingga menghasilkan skor mentah
(R) dengan kemudian SM diperoleh dengan menghitung jumlah seluruh skor
maksimum setiap indicator, lalu dimasukkan pada rumus tersebut sehingga
tampak presentase hasil tindakan pada setiap indicator dan selanjutnya
dihubungkan dengan presentase sebelum tindakan.
Selanjutnya hasil perhitungan tersebut adalah berupa data angka yang dapat
diinterpretasikan kedalam 4 tingkatan (Ngalim Purwanto, 2006) yaitu:
1. Kriteria baik, yaitu antara 76-100%
2. Kriteria cukup, yaitu antara 60-75%
3. Kriteria kurang, yiatu antara 55-59%
4. Kriteria kurang sekali, yaitu ≤ 54%
H. Indikator Keberhasilan
a. Indikator proses
kriteria yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran dapat
dicermati melalui kegiatan guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.
Penelitian ini diindikator proses kemampuan yang dilakukan dengan langkah-
langkah seperti memilih masalah sederhana, mengamati dan menganalisis,
NP =�
�� × 100%
47
menetukan tema dan lingkup kegiatan, mengamati dan mengidentifikasi, dialok
dan tanya jawab, membuat kesimpulan sederhana, memiliki 100% dengan kriteria
penilaian yang berbeda. Pada penelitian tindakan kelas proses keberhasilan guru
berada pada skor keberhasilan,(1) sangat tidak baik, (2) tidak baik, (3) baik dan
(4) sangat baik.
b. Indikator Hasil
Indikator adalah patokan menentukan keberhasilan kegiatan atau program.
Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan, keberhasilan dalam penelitian
dinyatakan dengan adanya perubahan atau peningkatan terhadap hasil belajar anak
maupun suasana pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dinyatakan berhasil
apabila terjadi peningkatan berupa peningkatan hasil belajar yang diperoleh anak
selama mendapatkan perlakuan. Keberhasilan dari penelitian ini adalah apabila
perhitungan persentase menunjukan ≥ 76% anak mengalami peningkatan dalam
mengenal huruf.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Kondisi Awal Pra Tindakan
kegiatan awal dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah melakukan
observasi terhadap proses pembelajaran tentang mengenal huruf kelompok B TK
Islam Uminda Kota Makassar. Kemampuan mengenal huruf yang diamati terdiri
dari 3 kemampuan, yakni menunjukkan bentuk-bentuk simbol, menyebutkan
lambang-lambang huruf sesuai bunyi, dan menyebutkan kelompok gambar yang
memilki bunyi huruf yang sama. Pengamatan dilakukan menggunakan lembar
observasi. Kondisi kemampuan anak dalam mengenal huruf dapat diketahui
bahwa kemampuan mengenal huruf belum berkembang dengan baik. Berdasarkan
hasil observasi awal kemampuan mengenal huruf yang telah dilaksanakan
diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa kemampuan anak-anak dalam mengenal
huruf belum berkembang baik karena presentasenya baru mencapai 42%.
Berdasarkan data hasil observasi, maka peneliti perlu melakukan tindakan
untuk meningkatkan kemampaun anak dalam mengenal huruf. Upaya yang
dilakukan adalah dengan melakukan penelitian tindakan kelas melalui permainan
kancing huruf. Melalui permainan kancing huruf anak diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan mengenal huruf sesuai dengan indikator keberhasilan
sebesar 80% anak mampu mengenal huruf dengan kriteria baik.
49
2. Paparan Data Siklus I
a. Tahap Perencanaan
1) Mengevaluasi Program Tahunan, Program Semester dan RPPM
Dalam tahap ini peneliti lebih dahulu mengevaluasi Program Tahunan,
Program Semester dan RPPM atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan
yang dilakukan di TK Islam Uminda Kota Makassar. Pada Program Tahunan
Kepala sekolah serta guru-guru kelas membuat perecanaan program tahunan
tentang kegiatan sekolah selama satu tahun, waktu pelaksanaan serta guru yang
bertanggung jawab setiap kegiatan. Kemudian pada program semester terdapat
dua semester selama satu tahun. Pada semester satu terdapat 5 tema yaitu Diri
Sendiri, Lingkunganku, Kebutuhanku, Binatang dan Tanaman. Pada RPPM di TK
Islam Uminda Kota Makassar peneliti mengevaluasi tema yang digunakan yaitu
tema Tanaman dengan Sub tema tanaman buah, tanaman sayur, tanaman hias,
tanaman obat, dan tanamam umbi-umbian.
2) Menyusun Rencana Kegiatan Harian
Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun oleh peneliti yang diuraikan
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH). Peneliti membuat
sebanyak 2 RPPH, yang akan dipakai untuk 2 kali pertemuan dalam 1 siklus.
Tindakan yang dilakukan yaitu menggunakan permainan kancing huruf untuk
meningkatkan anak dalam mengenal huruf. Anak-anak akan diajak bermain
kancing huruf kemudian anak-anak diberi lembar kegiatan untuk mengetahui
kemampuan mengenal huruf selama bermain kancing huruf. Lembar kegiatan
dibuat mengikuti tema pembelajaran yang sedang digunakan yaitu tanaman
dengan sub tema tanaman buah.
50
3) Menyiapkan Instrumen
Instrument penelitian yang berupa lembar observasi anak dan lembar
observasi guru yang akan digunakan untuk menilai hasil pengamatan selama
penelitian berlangsung. Pada lembar observasi guru peneliti akan mengamati,
kegiatan yang dilakukan guru, apakah sesuai dengan langkah-langkah permainan
kancing huruf. Sedangkan lembar observasi anak, peneliti akan mengamati
kemampuan mengenal huruf anak dan dinilai sesuai dengan skor kriteria
keberhasilan.
4) Menyiapkan Alat dan Bahan
Peneliti menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan selama proses
pembelajaran termasuk alat-alat yang diperlukan dalam permainan kancing huruf
serta peralatan lain yang dibutuhkan selama satu hari pembelajaran yaitu, gambar-
gambar buah, lembar kerja anak dan alat peraga sesuai dengan sub tema.
5) Menyiapkan Alat Dokumentasi
Dalam menyediakan alat dokumentasi peneliti menggunakan handphone (HP)
untuk mendokumentasikan kegiatan pembelajaran yang berlangsung.
b. Tahap Pelaksanaan
a) Langkah Proses Tindakan silkus I
Proses tindakan Siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 13
November 2019 dan 15 november 2019. Kegiatan dilaksanakan dalam waktu
kurang lebih 30 menit pada kegiatan awal pembelajaran, permainan dilakukan
dalam 2 tahapan yaitu tahap pra permainan dan inti permainan. Berikut ini akan
51
diuraikan mengenai tahapan perlakuan permainan kancing huruf pada Siklus I
yang meliputi:
(1) Kegiatan Pra Permainan
Pada kegiatan pra permainan guru melakukan tanya jawab tentang huruf
huruf, mengenalkan huruf-huruf dengan memperlihatkan kancing huruf pada
anak-anak serta mengenalkan warna yang ada di pada kancing huruf tersebut.
Guru memberi pengertian tentang tujuan, menjelaskan langkah-langkah dan
memberi contoh dalam permainan kancing huruf huruf sebagai berikut ini:
(a) Guru mengambil sebuah kancing huruf, kemudian diperlihatkan pada anak-
anak.
(b) Guru mengucapkan lafal simbol huruf yang tertera pada kancing huruf,
kemudian anak-anak diberi kesempatan untuk menirukan lafal simbol huruf
tersebut.
(c) Guru membalik kancing huruf, kemudian menyebutkan warna pada kancing
huruf tersebut dan menyebutkan huruf depannya, anak-anak kemudian diberi
kesempatan untuk meniru mengucapkannya.
(d) Anak-anak diajak mempraktekkan permainan kartu huruf secara bersama-
sama, dengan posisi anak-anak masih duduk membentuk lingkaran.
(2) Kegiatan Inti Permainan
Langkah-langkah kegiatan permainan kartu huruf dalam penelitian ini antara
lain sebagai berikuti:
(a) Anak-anak dikondisikan duduk melingkar di karpet.
52
(b) Guru menyiapkan kancing huruf pada setiap pertemuannya.
(c) Anak mengambil sebuah kancing huruf, anak mengamati kartu huruf yang
sedang dipegang kemudian anak menyebutkan lafal simbol huruf yang
tertera pada kartu huruf.
(d) Anak membalik kancing huruf, anak mengamati warnanya kemudian anak
menyebutkan warna yang tertera pada kancing huruf dan menyebutkan pula
huruf depannya.
b) Hasil Tindakan siklus I
Hasil tindakan siklus I yang dilksnakan 2 kali pertemuan, diperoleh hasil
yang akan disajikan dalam bentuk table 3.1 seperti berikut ini:
Table 3 Hasil Observasi Kemampuan Mengenal Huruf Siklus I
No Pertemuan Pencapaian
1 I 47%
2 II 61%
Berdasarkan table 3 tersebut dapat diketahui bahwa, hasil presentase
pencapaian kemampuan mengenal huruf pada sisklus I menunjukkan sedikit
peningkatan pada setiap pertemuannya. Hasil rata-rata persentase pencapaian
jumlah keseluruhan dalam 1 kelas pada siklus I belum dapat mencapai hasil yang
ditetapkan sesuai dengan indikator keberhasilan.
53
c. Tahap Pengamatan
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dengan
menerapkan permainan kancing huruf untuk meningkatkan kemampuan mengenal
huruf. Pada awal pembelajaran, guru menerangkan seluruh rangkaian permainan
pada anak-anak. Sebagaian besar anak berantusias mengikutinya, beberapa anak
berusaha memahami dengan bertanya dan memperhatikan. Selain itu ada anak
yang diam dan tampak bingung. Namun, ada pula anak yang kurang focus dan
asik berbicara sendiri.
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan siklus I menunjukkan adanya
peningkatan kemampuan mengenal huruf secara bertahap pada setiap
pertemuannya, namun hasil kemampuan mengenal huruf pada siklus I belum
mencapai sesuai dengan indikator keberhasilan dalam penelitian ini. Adapun
peningkatan kemampuan mengenal huruf dapat dilihat dari peningkatan
presentase kemampuan anak dalam mengenal huruf Pra Siklus dengan presentase
kemampuan anak mengenal huruf pada siklus I, adapun peningkatannya, dapat
dilihat pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 4 Peningkatan Hasil Kemampuan Mengenal Huruf Pra Siklus dan
Siklus I
No Kemampuan keaksaraan Presentase
1 Pra Siklus 42%
2 Siklus I 61%
54
Berdasarkan tabel 4 pelaksanan tindakan pada siklus 1 menunukkan adanya
peningkatan dibandingkan dengan kemampuan mengenal huruf sebelum
dilakukan tindakan. Presentase hasil pencapaian kemampuan mengenal huruf pada
siklus 1 sebesar 61%. Berdasarkan presentase hasil pencapaian pada siklus 1,
terjadi sedikit peningkatan kemampuan mengenal huruf dari sebelum dilakukan
tindakan. Berikut ini presentase peningkatan hasil mengenal huruf saat prasiklus
dan hasil siklus 1, dapat dilihat pada gambar 3 sebagai berikut:
Gambar 3 Siklus I
d. Tahap Refleksi
Refleksi dalam penelitian ini adalah evaluasi yang dilakukan terhadap
pelaksanaan pembelajaran kemampuan mengenal huruf kelompok B TK Islam
Uminda Kota Makassar pada siklus I hasil refleksi kemudian dijadikan sebagai
acuan untuk pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan permainan
kancing huruf dinilai dapat memberikan stimulus untuk meningkatkan
42%
61%
Siklus I
Hasil kemampuan mengenal
huruf pra siklus
Hasil kemampuan Mengenal
Huruf Siklus I
55
kemampuan mengenal huruf. Hal ini dikarenakan penerapan permainan kancing
huruf pada saat pembelajaran mampu menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan.
Dengan suasana belajar yang menyenangkan, akan menciptakan suatu iklim
belajar yang tepat untuk menstimulasi kemampuan mengenal huruf. Proses
stimulasi akan lebih mudah diterima anak dengan permainan kancing huruf,
sehingga dengan metode bermain dapat meningkatkan kemampuan mengenal
huruf. Peningkatan yang dicapai pada siklus I mengungkapkan bahwa
kemampuan mengenal huruf meningkat namun belum sampai mencapai indikator
keberhasilan. Berdasarkan keadaan tersebut dikarenakan adanya masalah-masalah
sebagai berikut:
1) Waktu 30 menit dianggap kurang untuk melakukan kegiatan bernain
bersama anak-anak sehingga guru kura makasimal dalam memberikan
stimulus saat bermain kancing huruf.
2) Anak masih kesulitan dalam mengenal bentuk huruf terutama huruf-huruf
yang dianggap memiliki bentuk yang hampir sama.
3) Anak-anak kurang bersemangat saat melakukan permainan kancing huruf.
Berdasarkan permasalahan yang didapatkan pada siklus I, maka peneliti
perlu mencari solusi dari permasalahan tersebut. Sehingga kemampuan mengenal
huruf pada siklus berikutnya dapat meningkat sehingga mencapai indikator
keberhasilan dalam penelitian ini. Berikut ini solusi yang akan diterapkan pada
saat tindakan, diantaranya:
56
1) Waktu tindakan ditambah 15 menit menjadi 45 menit, diharapkan dengan
penambahan waktu bisa memberi kesempatan yang lebih pada guru untuk
menstimulus kemampuan mengenal huruf anak.
2) Guru memberi penjelasan pada anak-anak tentang huruf-huruf yang
bentuknya hampir sama dan melakukan pendampingan pada anak yang
belum bisa mengindentifikasi bentuk huruf.
3) Pemberi dukungan pada anak saat bermain dengan memotivasi dan setelah
anak bermain anak diberi hadiah berupa kertas bintang.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan mengenai kemampuan
mengenal huruf, dengan menerapkan permainan kancing huruf pada saat
pembelajaran. Dapat diketahui adanya peningkatan dalam kemampuan mengenal
huruf kelompok B TK Islaam Uminda Kota Makassar. Namun, peningkatan
tersebut belum mampu memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan,
karena pencapaian presentase kemampuan mengenal huruf belum mencapai
kemampuan 80%. Maka peneliti mengambil keputusan untuk melanjutkan
penelitian siklus II. Dengan kelanjutan siklus tersebut diharapkan dapat lebih
meningkatkan kemampuan mengenal huruf sampai mencapai indikator dari
penelitian ini.
3. Paparan Data Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan pada siklus II, sama dengan tahap perencanaan pada
siklus I yang terdiri dari mengevaluasi RPPM dan kegiatan menyusun rencana
kegiatan harian dengan Tema Tumbuhan Sub Temanya Tanaman Buah,
57
mempersiapkan lembar observasi untuk menilai hasil pengamatan, menyiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan dalam permainan kancing huruf serta
menyediakan alat dokumentasi.
b. Tahap Pelaksanaan
a) Langkah proses tindakan siklus II
Tindakan pada siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu pada tanggal
18 November 2019 dan 20 November 2019. Langkah tindakan pada siklus II,
sama dengan tindakan pada siklus I. pelaksanaan pada siklus II, alokasi waktu
yang digunakan ditambah menjadi 45 menit, lebih menekankan pada saat
memberi penjelasan pengenalan huruf, mendapingi anak saat bermain, serta
pemberian motivasi dan hadiah pada anak.
b) Hasil tindakan siklus II
Hasil tindakan pada siklus II yang dilaksanakan dua kali pertemuan,
diperoleh hasil dalam bentuk table 5 sebagai berikut:
Tabel 5 Hasil Observasi Kemampuan Mengenal Huruf Siklus II
Berdasarkan Tabel 5 tersebut dapat diketahui bahwa, hasil presentase
pencapaian kemampuan mengenal huruf pada siklus II menunjukkan peningkatan
pada setiap pertemuannya. Hasil rata-rata pencapaian persentase pencapaian
No Pertemuan Pencapaian
1 I 74%
2 II 83%
58
jumlah keseluruhan dalam 1 kelas pada siklus II sudah mencapai hasil yang telah
ditetapkan sesuai indikator keberhasilan. Hasil rata-rata persentase pencapaian
pada siklus II yaitu diambil dari pencapaian tertinggi sebesar 83% dengan kriteria
baik.
c. Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan pada siklus II dilakukan sama seperti pada siklus I,
observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Perubahan pada
siklus II sudah Nampak terlihat jelas, kemampuan anak-anak saat mengikuti
pembelajaran sudah lebih terarah, sehingga pembelajaran mengenal huruf melalui
permainan kancing huruf berlangsung dengan lancar. Selain itu hasil observasi
kemampuan mengenal huruf semakin meningkat secara bertahap pada tiap
pertemuannya.
Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh, dapat diketahui bahwa
kemampuan mengenal huruf pada siklus II sudah berkembang baik. Kemampuan
mengenal huruf mampu meningkat mencapai kriteria baik mencapai 83%.
Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus II menunjukan adanya peningkatan
kemampuan mengenal huruf secara bertahap, peningkatan yang dicapai hasilnya
sudah mencapai kriteria yang diharapkan. Perbandingan pencapaian persentase
kemampuan mengenal huruf pada saat siklus I sampai kondisi siklus II dapat
dilihat pada peningkatan pencapaian persentase sebagai berikut:
59
Table 6 Peningkatan Hasil Kemampuan Mengenal Huruf Siklus I dan Siklus
II
No Kemampuan Keaksaraan Persentase
1 Siklus I 61%
2 Siklus II 83%
Berdasarkan tabel 6 diatas, pelaksanaan tindakan pada siklus II menunjukkan
adanya peningkatan dibandingkan dengan kemampuan mengenal huruf pada
siklus I. persentase hasil pencapaian kemampuan mengenal huruf pada siklus II
sebesar 83%, berdasarkan persentase hasil pencapaian pada siklus II, terjadi
peningkatan kemampuan mengenal huruf dari hasil persentase pencapaian pada
siklus I.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 2 siklus dapat diketahuai
bahwa kemampuan mengenal huruf, yang terdiri dari kemampuan menunjukkan
bentuk-bentuk huruf, menyebutkan lambing-lambang huruf sesuai suara/bunyi
dan menyebutkan gambar yang memiliki bunyi/huruf yang sama berkembang
dengan baik. Kemampuan anak kelompok B TK Islam Uminda Kota Makassar
menunjukkan peningkatan persentase pada setiap siklus. Pencapaian yang
diperoleh anak-anak dari setiap siklus terus menerus meningkat dan berhasil
mencapai kriteria baik hingga 83%. Berikut ini persentase peningkatan hasil
kemampuan mengenal huruf pada siklus I dan siklus II, dapat dilihat dalam
gambar 4 sebagai berikut:
60
Gambar 4 Siklus II
d. Tahap Refleksi
Tahap refleksi pada siklus II peneliti dan guru mengevaluasi tentang hasil dari
siklus II yang merupakan kelanjutan dari siklus I. Berdasarkan data-data yang
diperoleh, peneliti mengungkapkan bahwa adanya peningkatan mengenai
kemampuan mengenal huruf pada kelompok B TK Islam Uminda Kota Makassar.
Mengacu pada data-data tersebut, kemampuan anak dalam mencapai skor 4
meningkat secara menyeluruh baik pada kemampuan menunjukkan bentuk-bentuk
simbol, menyebutkan lambang-lambang huruf sesuai bunyi, dan menyebutkan
kelompok gambar yang memilki bunyi huruf yang sama sehingga mencapai 83%.
Peningkatan kemampuan mengenal huruf sudah mencapai target yang telah
ditentukan, maka penelitian dihentikan sampai siklus II. Anak yang belum
mencapai target perlu melakukan pendekatan kepada anak dan orang tua serta
guru untuk meningkatkan lagi kemampuannya.
83%
61%
Siklus II
Siklus II
Siklus I
61
4. Analisis Data
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam 2 Siklus menunjukkan adanya
peningkatan kemampuan mengenal huruf pada Kelompok B TK Islam Uminda
Kota Makassar. Peningkatan kemampuan mengenal huruf yang dicapai anak-anak
selama kegiatan pembelajaran berlangsung meningkat secara bertahap dari setiap
siklus. Adapun peningkatan yang dicapai dapat dilihat dari kenaikan presentase
pencapaian setiap siklus. Adapun peningkatan yang dicapai dapat dilihat dari
kenaikan persentase pencapaian setiap siklus pada semua indicator, peniingkatan
dapat dilihat dari gambar 5 berikut ini:
Gambar 5 Hasil Pencapaian Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan gambar 5 tersebut dapat diketahui tingkat pencapaian pesentase
kemampaun anak-anak dalam mengenal huruf. Pada kondisi Pra Siklus diketahui
bahwa kemampuan anak dalam mengenal huruf baru mencapai 42%. Kondisi
83%
61%
42%
Hasil Pencapaian Pra Siklus, Siklus I
dan Siklus II
Siklus II
Siklus I
Pra Siklus
62
tersebut kemudian menunjukkan perubahan setelah diterapkan permainan kancing
huruf pada Siklus I dan Siklus II.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Kondisi kemampuan awal dalam mengenal huruf anak kelompok B TK
Islam Uminda Kota Makassar belum berkembang dengan baik. Hal ini
dikarenakan pembelajaran mengenal huruf masih dilakukan menggunakan lembar
kerja anak sehingga membuat pembelajaran menjadi sangat formal dan
terstruktur. Kemampuan anak dalam mengenal huruf perlu dikembangkan, karena
kemampuan ini merupakan hal yang mendasar bagi kesiapan anak saat belajar
baca tulis nantinya. Hal tersebut seauai dengan Carol Seefelt dan Barbara A.
Wasik (2008:331) mengungkapkan bahwa anak-anak yang bisa mengenal dan
menyebut huruf-huruf pada daftar abjad, dalam belajar memilki kesulitan lebih
sedikit dari anak yang tidak mengenal huruf.
Berkaitan dengan hal tersebutterlihat bahwa pembelajaran mengenal huruf
belum memenuhi salah satu prinsip pembelajayaitu berangkat dari yang dimilki
anak. Menurut Sofia Hartati (2005:30) jika suatu pengalaman belajar terlalu asing
bagi anak maka akan membuat anak merasa cemas sehingga menyebabkan anak
menarik diri atau menolak berhubungan dengan pengelaman baru tersebut.
Pengalaman belajar yang tepat hendaknya mengandung sebagian unsur yang
sudah dikenal oleh anak dan sebagian lainnya merupakan pengalaman baru.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan perbaikan-perbaikan pada siklus II
berupa pengenalan kembali huruf , pengenalan bentuk dan nama huruf yang masih
asing bagi anak, serta pengenalan huruf-huruf yang memilki bentuk yang hamper
sama. Hal ini sesuai prinsip pembelajaran yang diungkapkan oleh Slamet Suyanto
63
(2005) bahwa pembelajaran anak usia dini adalah bersifat pengenalan. Bersifat
pengenalan artinya pembelajaran yang menekankan pada proses mengenalkan
anak dengan berbagai benda, fenomena alam, dan fenomena sosial. Bentuk dan
bunyi huruf yang berbeda satu dengan yang lain adalah salah satu bentuk
fenomena sosial yang perlu diketahui oleh anak. Fenomena tersebut akan
mendorong anak tertarik terhadap persoalan, hingga anak ingin belajar lebih
lanjut.
Guna meningkatkan kemampuan anak-anak dalam mengenal huruf, maka
deperlukan pemberian stimulasi pada anak supaya kemampuan mengenal huruf
anak-anak dapat meningkat. Tadkiroatum Musfiroh (2009: 10) mengungkapkan
stimulasi pengenalan huruf adalah merangsang anak untuk mengenali, memahami
dan menggunakan simbol tertulis untuk berkomunikasi.
Pemberian stimulasi guna meningkatkan kemampuan mengenal huruf, perlu
diberikan pada anak dengan cara yang tepat. Pemberian stimulasi yang tepat dapat
membantu meningkatkan mengenal huruf dengan mudah dan dapat memberi rasa
senang pada anak-anak. Stimulasi yang diberikan pada anak-anak adalah melalui
permainan. Permainan digunakan untuk mengenalkan huruf, dikarenakan melalui
permainan anak-anak akan lebih senang saat belajar mengenal huruf. Conny R
Semiawan (2008: 20) mengungkapkan permainan adalah alat bagi anak untuk
menjelajahi dunianya, maka dari yang tidak anak kenal sampai yang anak ketahui,
dan dari yang tidak dapat diperbuatnya sampai mampu melakukannya.
Hasil penelitian pada siklus II, dapat diketahui kemampuan mengenal huruf
meningkatkan secara bertahap. Peningkatan yang dicapai pada siklus II mampu
mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Hasil persentase
64
pencapaian yang diperoleh pada siklus II berhasil mencapai kriteria baik dengan
peningkatan mencapai 83%. Berpijak pada teori yang ada terbukti bahwa
permainan kancing huruf menyediakan kesempatan kepada anak untuk belajar
melaui pengalaman langsung, baik aktif maupun pasif. Hal ini sesuai pendapat
Tadkiroatum Musfiroh (2005) yang menyebutkan bahwa pengenalan huruf yang
tepat bagi anak adalah melalui pengalaman langsung. Pengalaman secara aktif
adalah ketika anak mencoba membolak-balik kancing huruf untuk mencari huruf
sesuai huruf yang diperolehnya. Anak-anak juga berusaha mengucapkan bunyi
huruf sesuai dengan bentuk huruf dan dengan artikulasi yang jelas.
Secara pasif, pengelaman adalah mengalami sesuatu, ketika anak-anak
barmain dengan huruf, anak mungkin sekali mengalami kebingungan dan susah
untuk membedakan ketika betemu dengan huruf-huruf yang belum pernah mereka
temui seperti huruf (v), (d), (b), (p), (q) (i), (j), (u), (n). Kombinasi pengalaman
aktif dan pasif, yakni bertindak dan mengalami, mencoba dan menjalani inilah
yang menentukan keberhasilan dari sebuah pengalaman (Dewey dalam
Tdakiroatum Musfiroh: 25)
Aktivitas bermain dalam permainan kancing huruf mendorong anak untuk
menemukan pengalaman baru. Pengalaman baru tersebut menyediakan kerangka
bagi anak untuk mengembangkan pengetahuan mereka dalam mengenal huruf.
Bermain dalam permainan kancing huruf juga mendorong anak untuk berpikir
kreatif. Hal ini dikarenakan saatvbermain kancing hurufjuga mendorong anak
untuk berpikir kreatif. Hal ini dikarenakan saat bermain kancing huruf anak
mengidentifikasi tentang banyak hal seperti bentuk huruf, bunyi huruf, dan bunyi
huruf yang sama pada satu warna. Dalam permaian kancing huruf juga
65
mendorong anak untuk berani bertanya entuk huruf yang masih meragukan bagi
anak-anak.
Berdasarkan peningkatan pencapaian tersebut anak-anak dalam mengenal
huruf, anak-anak berhasil mencapai kriteria baik sampai 83% pada siklus II.
Kondisi anak-anak saat belajar mengenal huruf melalui permainan kancing huruf
terlihat senang saat bermain. Situasi tersebut sangat mendukung dalam proses
belajar anak-anak, sehingga dapat dengan mudah mengenal huruf dan mampu
mencapai kriteria baik.
Jadi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, secara umum peningkatan
kemampuan mengenal huruf melalui permainan kancing huruf, sudah berhasil
meningkat hingga 83% dengan kriteria baik. Oleh karena itu, permainan kancing
huruf dapat meningkatkan kemampuan anak-anak dalam mengenal huruf.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan terdapat keterbatasan. Keterbatasan tersebut
adalah kancing huruf terkadang huruf yang tertempel pada kancing terlepas.
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan
bahwa permainan kancing huruf dapat meningkatkan kemampuan mengenal huruf
kelompok B TK Islam Uminda Kota Makassar. Hal ini dapat dibuktikan dengan
meningkatnya kemampuan anak-anak dalam mengenal huruf. Kondisi pada
prasiklus prasentase rata-rata baru mencapai 42%, kemudian pada siklus I
presentase rata-rata meningkat menjadi 61%, dan presentase rata-rata pada siklus
II mampu meningkat hingga 83%.
Kegiatan yang diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan kemampuan
mengenal huruf yaitu melalui permainan kancing huruf. Dalam penelitian ini
adalah 1) anak-anak dikondisikan duduk melingkar di karpet, 2) guru menyiapkan
media permainan kancing huruf disetiap pertemuannya, 3) anak mengambil
sebuah kancing huruf, anak mengamati kancing huruf yang dipegangnya
kemudian anak menyebutkan simbol huruf yang tertera pada kancing huruf, 4)
anak membalikan kancing huruf, anak kemudian mengamati warnanya setelah itu
anak menyebutkan warna yang tertera pada kancing huruf dan menyebutkan pula
huruf depannya.
67
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi guru ditaman kanak-kanak
Guru dapat memberikan program pengembangan kemampuan mengenal
huruf dengan metode permainan kancing huruf.
2. Bagi kepala sekolah
Sekolah perlu menambah berbagai sumber kegiatan yang menarik untuk
anak dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan misalnyadengan menyediakan
media permainan yang dapat meningkatkan kemampuan mengenal huruf,
sehingga metode pembelajaran yang ada lebih bervariatif.
68
DAFTAR PUSTAKA
Armayanti, Yesy. (2013). Peningkatan Kemampauan Mengenal Huruf Vokal Dan
Konsonan Melalui Permainan Kancing Huruf Pada Anak Kelompok B TK
Masyithoh Ngasem Sewon Bantul Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta
Beaty, janice. J. (2013). Observasi Perkembangan Anak Usia Dini.Jakarta:
Kencana
Brown, Douglas. H. (2008). Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa.
Jakarta: Pearson Education
Darjowidjojo, Soenjono. (2003). Buku Ajar Pendidikan Prasekolah. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia
Depdikbud., Lock. Cit
Eliyawati, Cucu. (2005) Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar Untuk
Anak Usia Dini. Jakarta: Dirjen Pendidikan dan Tenaga Kependidikan dan
Ketenagaan Perguruan Tinggi
Fadillah, M. (2017). Buku Ajar Bermain dan Permainan Anak Usia Dini. Jakarta:
Kencana
Freeman, Joan, dan Munandar, Utami. (2001) Cerdas dan Cemerlang. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Indonesia
Kurniawan, Hendry. (2002). Penggunaan Media Kartu Terhadap Peningkatan
Kemampuan Anak dalam Berhitung. Skripsi. Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta
Kurniawan, Imas. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Edukasia
Hartati, Sofia. (2005). Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta:
Depdiknas
Haryanto, Agus. (2009) Membuat Anak Anda Cepat Pintar Membaca. Yoyakarta:
Diva Press
Hasan, Maimunah. (2009) Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Diva Press.
Humanika, Suhartono. (2011). Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia
Dini. Jakarta: Depdiknas, 2005
69
Hurlock, Elizabeth B. (1998). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. (translator: Soedjarwo). Jakarta: Erlangga
John, Santrock, W. (2010) Educational Pschycologi (Psikologi Pendidikan). Alih
Bahasa: Tri Wibowo B.s Jakarta: Kencana Prenanda Media Group
Purwanto, Ngalim. (2006). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: Rosda Karya
Ramli, M. (2005). Pendampingan Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta:
Depdiknas
Rasyid, Harun, dkk. (2009) Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Multi Pressindo
Seefelt, Carol. (2008). Pendidikan Anak Usia Dini. (Alih Bahasa) Mila
Rachmawati). Jakarta: Erlangga
Seefeldt, Carol dan Wasik, Barbara A. (2008). Pendidikan Anak Usia Dini.(ahli
bahasa: Pius Nasar). Jakarta: Indek
Trisnawati, (2014). Peningkatan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Metode
Permainan Kartu Huruf Pada Kelompok B1TK ABA Ketanggungan
Wiribrajan Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta
Mulyadi, Seto. (1997) Bermain Itu Penting: Seri Psikologi Anak. Jakarta: PT.
Gramedia
Meliala, Andyda. (2004). Anak Ajaib, Temukan dan Kembangkan Keajaiban Anak
anda Melalui Kecerdasan Majemuk, Yogyakarta: Andi Offset
Morrison, George. S. (2012). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Jakarta: Indeks
Piaget, Jean. (2010) Psikologi Anak. Yogyakarta: Pustaka Belajar)
Permendikbud RI No. 146. (2014) Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Permendikbud RI No. 137. (2014). Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Izzaty, Eka, Rita, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY
Pres
70
Sugiyono, Prof. Dr. (2017). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Suyanto, Slamet. (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Depdiknas
Musfiroh, Tadkiroatun. (2009). Cerita untuk Anak Usia Dini. Yogyakarta: Tiara
Wacana
Lampiran 1
Daftar Nama Siswa
DAFTAR NAMA SISWA
KELOMPOK B TK ISLAM UMINDA KOTA MAKASSAR
No Nama Jenis kelamis
1 Taqi Laki-laki
2 Fawwas Laki-laki
3 Kevin Laki-laki
4 Farid Laki-laki
5 Nizar Laki-laki
6 Ical Laki-laki
7 Faiza Perempuan
8 Raihana Perempuan
9 Aira perempuan
10 Afika Perempuan
11 Yaya perempuan
12 Ainun perempuan
13 Eka Perempuan
14 Andra Laki-laki
15 Jawad Laki-laki
16 Hasan Laki-laki
17 Husen Laki-laki
18 Fajrun Laki-laki
19 Ubaidil Laki-laki
20 Alzam Laki-laki
21 Hafiza Perempuan
22 Dzaqi Laki-laki
23 Farhan Laki-laki
Lampiran 2
Jadwal Penelitian
JADWAL PENELITIAN
KEMAMPUAN MENGENAL HURUF KELOMPOK B
TK ISLAM UMINDA KOTA MAKASSAR
No Jadwal Kegiatan
1 Senin, 11 November 2019 Mengobservasi kemampuan mengenal
huruf anak melalui lembar kerja siswa
2 Rabu, 13 November 2019
Menstimulasi kemampuan mengenal
huruf melalui permainan kancing huruf
3 Jumat, 15 November 2019
Menstimulasi kemampuan mengenal
huruf melalui permainan kancing huruf
4 Senin, 18 November 2019
Menstimulasi kemampuan mengenal
huruf melaluii permainan kancing huruf
5 Rabu, 20 november 2019
Menstimulasi kemampuan mengenal
huruf melalui permainan kancing huruf
Lampiran 3
Skenario
Pembelajaran
1. Nama Kegiatan : Permainan Kancing Huruf
2. Pengertian :
Permainan kancing huruf adalah suatu kegiatan dengan menggunakan alat
berupa kancing hurufyang terdapat simbol huruf dan warna, dengan tujuan
meningkatkan kemampuan mengetahui atau mengenal dan memahami huruf.
3. Tujuan Permainan:
a. Mengembangkan kemampuan berbahasa anak terutama kemampuan
mengenal huruf yang meliputi kemampuan mengenal simbol huruf dan
menyebutkan simbol huruf sesuai dengan bunyinya.
b. Mengembangkan kognitif atau pengetahuan anak dalam memahami 2-3
perintah sederhana, serta menambah pengetahuan tentang warna.
c. Menumbuhkan rasa percaya diri dan motivasi belajar anak.
4. Perlengkapan yang Digunakan:
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah kancing huruf sejumlah 3 set.
5. Langkah Permainan
permainan dilakukan dalam 2 tahapan yaitu tahap pra permainan dan inti
permainan. Berikut ini akan diuraikan mengenai tahapan perlakuan permainan
kancing huruf pada setiap Siklus yang meliputi:
(1) Kegiatan Pra Permainan
Pada kegiatan pra permainan guru melakukan tanya jawab tentang huruf
huruf, mengenalkan huruf-huruf dengan memperlihatkan kancing huruf pada
anak-anak serta mengenalkan warna yang ada di pada kancing huruf tersebut.
Guru memberi pengertian tentang tujuan, menjelaskan langkah-langkah dan
memberi contoh dalam permainan kancing huruf huruf sebagai berikut ini:
(a) Guru mengambil sebuah kancing huruf, kemudian diperlihatkan pada anak-
anak.
(b) Guru mengucapkan lafal simbol huruf yang tertera pada kancing huruf,
kemudian anak-anak diberi kesempatan untuk menirukan lafal simbol huruf
tersebut.
(c) Guru membalik kancing huruf, kemudian menyebutkan warna pada kancing
huruf tersebut dan menyebutkan huruf depannya, anak-anak kemudian diberi
kesempatan untuk meniru mengucapkannya.
(d) Anak-anak diajak mempraktekkan permainan kartu huruf secara bersama-
sama, dengan posisi anak-anak masih duduk membentuk lingkaran.
(2) Kegiatan Inti Permainan
Langkah-langkah kegiatan permainan kartu huruf dalam penelitian ini antara
lain sebagai berikuti:
(a) Anak-anak dikondisikan duduk melingkar di karpet.
(b) Guru menyiapkan kancing huruf pada setiap pertemuannya.
(c) Anak mengambil sebuah kancing huruf, anak mengamati kartu huruf yang
sedang dipegang kemudian anak menyebutkan lafal simbol huruf yang
tertera pada kartu huruf.
(d) Anak membalik kancing huruf, anak mengamati warnanya kemudian anak
menyebutkan warna yang tertera pada kancing huruf dan menyebutkan pula
huruf depannya.
SKENARIO PEMBELAJARAN
Hari / Tanggal : Rabu, 13 November 2019
Tema / Sub Tema : Tanaman / Tanaman Buah
Berikut ini akan diuraikan mengenai langkah-langkah tindakan yang
dilaksanakan pada siklus 1 yang meliputi:
1) Anak-anak dikondisikan duduk melingkar di karpet
2) Anak- anak diberikan penjelasan tentang permainan yang akan dilakukan,
yaitu permainan kancing huruf.
3) Anak- anak diberi contoh cara bermain kancing huruf yang akan dijelaskan
sebagai berikut ini:
a. Guru mengambil sebuah kancing huruf, kemudian diperlihatkan pada
anak-anak.
b. Guru mengucapkan simbol huruf yang tertera pada kancing huruf,
kemudian anak-anak diberi kesempatan untuk menirukan simbol huruf
tersebut.
c. Guru membalik kancing huruf, kemudian menyebutkan warna yang
tertera pada kancing huruf, anak- anak kemudian diberi kesempatan
untuk meniru mengucapkannya.
4) Anak-anak diajak mempraktekan permainan kancing huruf secara bersama-
sama, dengan posisi anak-anak masih duduk membentuk lingkaran.
5) Setelah anak-anak bermain bersama-sama, guru memberikan kesempatan
pada setiap anak untuk melakukan permainan kancing huruf secara individu,
dengan cara permainnnya sebagai berikut ini:
a. Anak mengambil sebuah kancing huruf, amatilah kancing huruf tersebut
kemudian sebutkanlah simbol huruf apa yang tertera pada kancing huruf.
b. Anak membalik kancing huruf, amatilah gambarnya kemudian sebutkan
gambar apa yang tertera pada kancing huruf dan sebutkan pula huruf
depannya.
SKENARIO PEMBELAJARAN
Hari / Tanggal : Jumat, 15 November 2019
Tema / Sub Tema : Tanaman / Tanaman Buah
Berikut ini akan diuraikan mengenai langkah-langkah tindakan yang
dilaksanakan pada siklus 1 yang meliputi:
6) Anak-anak dikondisikan duduk melingkar di karpet
7) Anak- anak diberikan penjelasan tentang permainan yang akan dilakukan,
yaitu permainan kancing huruf.
8) Anak- anak diberi contoh cara bermain kancing huruf yang akan dijelaskan
sebagai berikut ini:
d. Guru mengambil sebuah kancing huruf, kemudian diperlihatkan pada
anak-anak.
e. Guru mengucapkan simbol huruf yang tertera pada kancing huruf,
kemudian anak-anak diberi kesempatan untuk menirukan simbol huruf
tersebut.
f. Guru membalik kancing huruf, kemudian menyebutkan warna yang
tertera pada kancing huruf, anak- anak kemudian diberi kesempatan
untuk meniru mengucapkannya.
9) Anak-anak diajak mempraktekan permainan kancing huruf secara bersama-
sama, dengan posisi anak-anak masih duduk membentuk lingkaran.
10) Setelah anak-anak bermain bersama-sama, guru memberikan kesempatan
pada setiap anak untuk melakukan permainan kancing huruf secara individu,
dengan cara permainnnya sebagai berikut ini:
c. Anak mengambil sebuah kancing huruf, amatilah kancing huruf tersebut
kemudian sebutkanlah simbol huruf apa yang tertera pada kancing huruf.
d. Anak membalik kancing huruf, amatilah gambarnya kemudian sebutkan
gambar apa yang tertera pada kancing huruf dan sebutkan pula huruf
depannya.
SKENARIO PEMBELAJARAN
Hari / Tanggal : Senin, 18 November 2019
Tema / Sub Tema : Tanaman / Tanaman Buah
Berikut ini akan diuraikan mengenai langkah-langkah tindakan yang
dilaksanakan pada siklus II yang meliputi:
11) Anak-anak dikondisikan duduk melingkar di karpet
12) Anak- anak diberikan penjelasan tentang permainan yang akan dilakukan,
yaitu permainan kancing huruf.
13) Anak- anak diberi contoh cara bermain kancing huruf yang akan dijelaskan
sebagai berikut ini:
g. Guru mengambil sebuah kancing huruf, kemudian diperlihatkan pada
anak-anak.
h. Guru mengucapkan simbol huruf yang tertera pada kancing huruf,
kemudian anak-anak diberi kesempatan untuk menirukan simbol huruf
tersebut.
i. Guru membalik kancing huruf, kemudian menyebutkan warna yang
tertera pada kancing huruf, anak- anak kemudian diberi kesempatan
untuk meniru mengucapkannya.
14) Anak-anak diajak mempraktekan permainan kancing huruf secara bersama-
sama, dengan posisi anak-anak masih duduk membentuk lingkaran.
15) Setelah anak-anak bermain bersama-sama, guru memberikan kesempatan
pada setiap anak untuk melakukan permainan kancing huruf secara individu,
dengan cara permainnnya sebagai berikut ini:
e. Anak mengambil sebuah kancing huruf, amatilah kancing huruf tersebut
kemudian sebutkanlah simbol huruf apa yang tertera pada kancing huruf.
f. Anak membalik kancing huruf, amatilah gambarnya kemudian sebutkan
gambar apa yang tertera pada kancing huruf dan sebutkan pula huruf
depannya.
SKENARIO PEMBELAJARAN
Hari / Tanggal : Rabu, 20 november 2019
Tema / Sub Tema : Tanaman / Tanaman Buah
Berikut ini akan diuraikan mengenai langkah-langkah tindakan yang
dilaksanakan pada siklus II yang meliputi:
16) Anak-anak dikondisikan duduk melingkar di karpet
17) Anak- anak diberikan penjelasan tentang permainan yang akan dilakukan,
yaitu permainan kancing huruf.
18) Anak- anak diberi contoh cara bermain kancing huruf yang akan dijelaskan
sebagai berikut ini:
j. Guru mengambil sebuah kancing huruf, kemudian diperlihatkan pada
anak-anak.
k. Guru mengucapkan simbol huruf yang tertera pada kancing huruf,
kemudian anak-anak diberi kesempatan untuk menirukan simbol huruf
tersebut.
l. Guru membalik kancing huruf, kemudian menyebutkan warna yang
tertera pada kancing huruf, anak- anak kemudian diberi kesempatan
untuk meniru mengucapkannya.
19) Anak-anak diajak mempraktekan permainan kancing huruf secara bersama-
sama, dengan posisi anak-anak masih duduk membentuk lingkaran.
20) Setelah anak-anak bermain bersama-sama, guru memberikan kesempatan
pada setiap anak untuk melakukan permainan kancing huruf secara individu,
dengan cara permainnnya sebagai berikut ini:
g. Anak mengambil sebuah kancing huruf, amatilah kancing huruf tersebut
kemudian sebutkanlah simbol huruf apa yang tertera pada kancing huruf.
h. Anak membalik kancing huruf, amatilah gambarnya kemudian sebutkan
gambar apa yang tertera pada kancing huruf dan sebutkan pula huruf
depannya.
Lampiran 4
RPPH
Lampiran 5
Instrumen Observasi
Kemampuan Mengenal
Huruf
Lampiran 6
Hasil Observasi
Kemampuan Mengenal
Huruf
Lampiran 7
Lembar Observasi
Guru
Lampiran 8
Surat Izin Penelitian