Pro Kontra Keberadaan Ritel Modern

9
NAMA : ANWAR IMANNURDIN KELAS : AGRIBISNIS C NPM : 1506101020101 PRO DAN KONTRA KEBERADAAN RITEL MODERN Semakin menjamurnya keberadaan ritel modern dinilai oleh sebagian kalangan sebagai ancaman bagi keberlanjutan ritel tradisional. Secara fisik patut diakui ritel modern memang memiliki keunggulan komparatif dibanding dengan ritel tradisional. CESS (1998) dalam sebuah penelitian, untuk mengungkapkan alasan utama konsumen belanja di ritel modern, menggunakan atribut: 1) Tempat lebih nyaman; 2) Adanya kepastian harga; 3) Merasa bebas untuk memilih dan melihat-lihat; 4) Kualitas barang lebih terjamin; 5) Kualitas barang lebih baik; 6) Jenis barang lebih lengkap; dan 7) Model barang sangat beragam. 1 Di sisi lain ritel tradisional memiliki kelemahan yang membuat ritel tradisional kalah bersaing dengan ritel modern. Kelemahan-kelemahan 1 Tri Joko Utomo, Persaingan Bisnis Ritel : Tradisional dan Modern, (Fokus Ekonomi Vol. 6 No. 1 Juni 2011), hal.128

description

Dilihat dari segi dampak keberadaan Ritel Modern bagi sektor pertanian

Transcript of Pro Kontra Keberadaan Ritel Modern

NAMA: ANWAR IMANNURDINKELAS: AGRIBISNIS CNPM: 1506101020101

PRO DAN KONTRA KEBERADAAN RITEL MODERN

Semakin menjamurnya keberadaan ritel modern dinilai oleh sebagian kalangan sebagai ancaman bagi keberlanjutan ritel tradisional. Secara fisik patut diakui ritel modern memang memiliki keunggulan komparatif dibanding dengan ritel tradisional. CESS (1998) dalam sebuah penelitian, untuk mengungkapkan alasan utama konsumen belanja di ritel modern, menggunakan atribut: 1) Tempat lebih nyaman; 2) Adanya kepastian harga; 3) Merasa bebas untuk memilih dan melihat-lihat; 4) Kualitas barang lebih terjamin; 5) Kualitas barang lebih baik; 6) Jenis barang lebih lengkap; dan 7) Model barang sangat beragam.[footnoteRef:1] [1: Tri Joko Utomo, Persaingan Bisnis Ritel : Tradisional dan Modern, (Fokus Ekonomi Vol. 6 No. 1 Juni 2011), hal.128]

Di sisi lain ritel tradisional memiliki kelemahan yang membuat ritel tradisional kalah bersaing dengan ritel modern. Kelemahan-kelemahan itu antara lain tampilan ritel tradisional yang terlihat kumuh, kotor, dan bau, jam operasional ritel tradisional yang terbatas karena biasanya hanya buka pada pagi atau sore hari saja.[footnoteRef:2] Dengan harga yang relatif sama, ritel modern mampu memberikan keunggulan dari kelemahan ritel tradisional. Terlebih lagi konsumen ritel tradisional yang cenderung masyarakat kalangan bawah sangat memperhatikan selisih harga, apalagi ritel modern mampu menawarkan inovasi-inovasi harga seperti diskon besar-besaran. [2: Antonia Eka Sari, Keberadaan Pasar Modern Terhadap Pasar Tradisional di Indonesia, (Tersedia online antoniawdy.wordpress.com), diakses pada 12-03-2015]

Dari sisi manajerial, tentu saja ritel modern jauh lebih unggul dari ritel tradisional. Pengadaan pasokan dilakukan secara ekonomis dengan sistem pembelian yang mencapai skala ekonomi sehingga mereka mendapatkan harga yang jauh lebih murah dari supplier. Keadaan inilah yang membuat harga di ritel modern sangat bersaing dengan harga di ritel tradisional bahkan bisa lebih murah lagi dan ditambah dengan pelbagai jenis diskon yang ditawarkan. Selain itu, terkadang juga para pelaku ritel modern melakukan sistem pembelian putus kepada para produsennya sehingga produsen dapat menekan harga lebih rendah, karena tidak ada faktor risiko yang harus mereka tanggung.[footnoteRef:3] [3: Tri Joko Utomo, Op.Cit., hal.130]

Pro dan kontra mengenai keberadaan ritel modern merupakan manifestasi dari dampak positif dan negatif yang diakibatkan oleh keberadaan ritel modern itu sendiri. Pandangan kontra terhadap keberadaan ritel tradisional antara lain seperti yang tercantum di bawah ini,[footnoteRef:4] [4: Toni Prasetyo, Ritel Asing Mengancam Pasar Tradisional, (Tersedia online: http://toniprasetyo.blogspot.com), diakses pada 12-03-2015]

Modus pertama, pengambilalihan secara paksa sejumlah pasar tradisional untuk digantikan dengan pasar modern, seperti hipermarket dan supermarket. Dalam pengambilan paksa tersebut pedagang pasar tradisional tidak bisa berkutik sama sekali menghadapi tekanan dari pihak koalisi strategis sehingga mereka harus rela terpinggirkan. Modus operandi kedua adalah pengepungan terhadap pasar tradisional dengan pendirianmall, supermarket, dan mini market waralaba disekeliling pasar tradisional. Akibat pengepungan tersebut, jumlah pengunjung pasar tradisional semakin menurun secara drastis, lantaran berpindah belanja ke pasar modern. Pasar modern juga menawarkan berbagai keunggulan bersaing yang tidak dimiliki oleh pasar tradisional. Selain menawarkan konsepone stop shoppingdan kenyamanan dalam berbelanja, yang didukung keunggulan teknologi dan manajemen, pasar modern juga menggunakan instrumen harga dalam bersaing (competing on price).

Sementara itu pandangan pro terhadap keberadaan ritel modern, diantaranya, Pasar tradisional jika tidak direvitalisasi, tetap becek, tetap kotor maka lambat laun akan ditinggal pembelinya. Ritel tradisional dengan modern itu bisa hidup berdampingan, seperti di Yogyakarta, di Pasar Ambarukmo, dimana pasar tradisional dengan ritel modern bersampingan. Ritel modern itu mandiri, tidak membebani APBD, ritel modern menyerap tenaga kerja banyak, mendistribusikan barang kebutuhan yang baik, bersih, penyetor pajak untuk negara dan daerah dan ujungnya berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah.[footnoteRef:5] [5: Satria Hamid dalam Rista Rama Dhany, Benarkah Ritel Modern Membunuh Pasar Tradisional?, (Tersedia online : http://finance.detik.com/), diakses pada]

Ritel modern memberikan suatu pola kemitraan dengan ritel tradisional dengan mengadakan pelatihan manajemen ritel dan pengadaan pasokan barang yang diberikan oleh peritel modern dengan harga grosir.[footnoteRef:6] [6: Nono Araldiarto dalam Rokhmat, Peritel Modern Bina Warung Tradisional, (Tersedia online : http://ekbis.sindonews.com), diakses pada 12-03-2015 ]

kehadiran pasar swalayan atau ritel modern tidak akan mematikan eksistensi pasar tradisional di daerah, karena keduanya memiliki pangsa pasar yang berbeda dan bisa saling melengkapi.[footnoteRef:7] [7: Solikhin dalam Didik Kusbiantoro, Aprindo : Ritel Modern Tak Matikan Pasar Tradisional, (Tersedia online : http://www.antarajatim.com), diakses pada 12-03-2015]

Pandangan PribadiSetelah melihat pro dan kontra yang dipaparkan di atas saya mengambil sikap pro terhadap keberadaan ritel modern karena,1. Kenyataan bahwa ritel modern adalah tempat yang nyaman untuk berbelanja tidak bisa dijadikan alasan bagi keterpurukan pangsa pasar ritel tradisional. Seharusnya dilakukan revitalisasi ritel tradisional sehingga tidak ia ditinggalkan oleh konsumen.2. Adanya saling ketergantungan (interdependensi) antara ritel tradisional dengan ritel modern dalam beberapa produk pertanian. Ritel modern memenuhi kebutuhan akan produk segarnya seperti daging dan ikan dari pasar tradisional (induk) dan nelayan lokal.[footnoteRef:8] [8: Danny Konjongian dalam Henny Rachma Sari, Benarkan Pasar Modern dan Ritel Membunuh Pasar Tradisional?, (Tersedia online : http://www.merdeka.com/uang), diakses pada12-03-2015]

3. Terjadi transformasi rantai pasok dan rantai nilai mulai dari tingkat produsen produk pertanian (petani/kelompok tani) dimana kini telah mulai berkembang pola kemitraan antara pihak ritel modern dengan para petani. Pola interaksi ini memberikan prinsip saling menguntungkan antara peritel modern dengan para petani dimana para petani mendapatkan kepastian pasar, transfer teknologi, peningkatan manajemen kualitas dan keamanan produk pertanian, bantuan pembiayaan, dan lain-lain. Sementara itu, pihak ritel modern mendapatkan kepastian pasokan produk pertanian yang mereka butuhkan. Selain itu, harga yang didapatkan oleh petani pun lebih adil dan lebih tinggi daripada harga yang petani dapatkan apabila menjual ke tengkulak (yang akhirnya dijual di ritel tradisional).4. Ritel modern memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian dan penyerapan tenaga kerja.5. Perbedaan segmentasi pasar antara ritel modern (khususnya ritel modern satu tingkat di atas minimarket) dengan ritel tradisional.

SaranMelihat pandangan kontra di atas maka pandangan saya adalah,1. Perlu adanya revitalisasi pasar tradisional baik fisik (seperti tata ruang, infrastruktur, dan lain-lain) maupun non-fisik (harga yang fair bagi produsen dan konsumen)2. Menetapkan payung hukum berupa undang-undang yang dapat memberikan sanksi tegas dan keras bagi pelanggaran regulasi industri ritel.[footnoteRef:9] Walaupun sebenarnya pemerintah telah menerbitkan Perpres Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pasar Modern dan Pusat Perbelanjaan serta Permendag Nomor 53 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pasar Modern dan Pusat Perbelanjaan untuk mengatur regulasi industri ritel nasional, yang dalam implementasinya kedua peraturan tersebut kurang berjalan efektif dan masih jauh dari harapan. [9: Agus Suman, Ritel Asing V Pasar Tradisional, (Tersedia online : http://feb.ub.ac.id/agus-suman-ritel-asing-pasar-tradisional.html), diakses pada 12-03-2015]