Pro Kontra Jurnal Ilmiah.doc

2
Masyarakat Adat Desak PT Toba Pulp Ditutup Jumat, 21 Oktober 2011 | 11:44 Ilustrasi kerusakan hutan di Jambi Sumatera (sumber: Antara) Kebijakan pemerintah yang tidak menghormati dan bahkan menghilangkan hak masyarakat adat atas tanah dan hutan bisa menjadi potensi konflik. Musyawarah Wilayah I Aliansi Masyarajat Adat Nusantara (Aman) Tano Batak mendesak pemerintah segera menghentikan segala aktifitas PT Toba Pulp Lestari (TPL). Menurut mereka PT TPL dianggap sudah merampas tanah-tanah adat dan merusak lingkungan di Tano Batak. Aman juga mendesak pemerintah segera menyelesaikan konflik antara PT TPL dengan masyarakat adat di Tano Batak. Musywil yang dilaksanakan tiga hari di Desa Pandumaan, Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara ini juga merekomendasikan agar pemerintah daerah menerbitkan peraturan daerah tentang pengakuan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat. Selain itu masyarakat adat juga minta dilibatkan dalam proses pemetaan tapal batas dan penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten dan provinsi. Dalam rilis yang dikirim hari ini, mereka juga meminta pemerintah mulai dari pusat sampai daerah untuk tidak menerbitkan ijin HPH (Hak Pengusahaan Hutan) HTI (Hutan Tanaman Industri) dan ijin lainnya kepada perusahaan di atas wilayah tanah adat. Masyarakat adat menilai ada potensi masalah yang mengemuka

description

menjelaskan argumen kami terhadap keputusan pemerintah terkait keharusan sarjana menerbitkan sebuah jurnal

Transcript of Pro Kontra Jurnal Ilmiah.doc

Page 1: Pro Kontra Jurnal Ilmiah.doc

Masyarakat Adat Desak PT Toba Pulp Ditutup

Jumat, 21 Oktober 2011 | 11:44

Ilustrasi kerusakan hutan di Jambi Sumatera (sumber: Antara) Kebijakan pemerintah yang tidak menghormati dan bahkan menghilangkan hak masyarakat adat atas tanah dan hutan bisa menjadi potensi konflik.

Musyawarah Wilayah I Aliansi Masyarajat Adat Nusantara (Aman) Tano Batak mendesak pemerintah segera menghentikan segala aktifitas PT Toba Pulp Lestari (TPL). Menurut mereka PT TPL dianggap sudah merampas tanah-tanah adat dan merusak lingkungan di Tano Batak. Aman juga mendesak pemerintah segera menyelesaikan konflik antara PT TPL dengan masyarakat adat di Tano Batak.

Musywil yang dilaksanakan tiga hari di Desa Pandumaan, Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara ini juga merekomendasikan agar pemerintah daerah menerbitkanperaturan daerah tentang pengakuan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat. Selain itu masyarakat adat juga minta dilibatkan dalam proses pemetaan tapal batas dan penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten dan provinsi.

Dalam rilis yang dikirim hari ini, mereka juga meminta pemerintah mulai dari pusat sampai daerah untuk tidak menerbitkan ijin HPH (Hak Pengusahaan Hutan) HTI (Hutan Tanaman Industri) dan ijin lainnya kepada perusahaan di atas wilayah tanah adat.

Masyarakat adat menilai ada potensi masalah yang mengemuka dalam carut-marut tata ruang yaitu karena terbitnya Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.44 Tahun 2005 yang memasukkan sebagian besar tanah ada milik masyarakat dimasukkan ke dalam hutan register.

Kebijakan ini sangat tidak menghormati dan bahkan menghilangkan hak masyarakat adat atas tanah dan hutan (wilayah adatnya) yang sudah dihuni sebelum penjajah Belanda datang. Hal ini rentan menjadi sumber konflik. "Proses penunjukan kawasan hutan tersebut tidak memperhatikan atau tidak melalui inventarisasi keberadaan komunitas-komunitas masyarakat adat yang sudah lama bermukim di sebuah wilayah," bunyi rilis tersebut.

Penulis: Ulin Yusron

Sumber: http://www.beritasatu.com/nasional/14378-masyarakat-adat-desak-pt-toba-pulp-ditutup.html, diunduh pada 22 Maret 2012 pukul, 0.33